Shark Blade?!
Aku tertegun, di tangan Gu Meidi ternyata ada sebuah Shark Blade?!
“Ini adalah pisau militer modern, bagaimana bisa muncul di sini?” Pertanyaan yang diajukan Gu Meidi juga merupakan kebingunganku. Shark Blade adalah pisau militer modern, artinya tengkorak-tengkorak di tanah ini mungkin bukan tulang orang-orang zaman dulu, melainkan tulang manusia modern.
Wan Juncheng baru saja menyebut tengkorak-tengkorak itu "sahabat-sahabat". Melihat perilaku Wan Juncheng sebelumnya, aku membuat hipotesis berani dalam hati: Wan Juncheng pernah datang ke Kota Air Hitam, dan bukan sendirian. Mungkin mereka datang berkelompok. Setelah melewati kesulitan menemukan Kota Air Hitam, tapi hanya sampai di Teras Pengangkatan Dewa. Entah peristiwa apa yang terjadi saat itu, sebagian orang mati di tempat ini.
Tapi masih banyak detail yang belum kupahami, terutama tentang Profesor Ye. Melalui beberapa perilaku sebelumnya serta dialog antara Profesor Ye dan Wan Juncheng, samar-samar kurasakan ada hubungan tertentu antara Profesor Ye dengan Wan Juncheng. Tapi hubungan konkret apa, untuk sementara belum bisa kujelaskan.
Wan Juncheng melepaskan tasnya, mengeluarkan tiga bola mata perunggu dari dalam tas dengan raut wajah heboh. Kemudian ia meraih ketiga bola mata perunggu itu, mendekati pola gambar mata di bawah, mengambil satu bola mata perunggu dan memasukkannya ke dalam rongga mata yang kosong. Bola mata perunggu itu menyatu sempurna dengan rongga mata, sangat pas.
Aku tiba-tiba terlihat jelas seperti disinari cahaya terang, ternyata inilah fungsi sebenarnya dari bola mata perunggu. Akhirnya aku mengerti mengapa Wan Juncheng merencanakan dengan matang dan mengorbankan segala cara untuk mengumpulkan tiga bola mata perunggu ini, karena ketiga bola mata perunggu ini adalah kunci untuk membuka gerbang perunggu raksasa ini.
Wan Juncheng pernah datang ke sini sebelumnya, tapi ketika tiba di sini, dia menemukan bahwa gerbang perunggu raksasa ternyata tak bisa dibuka. Kemudian dia menemukan jejak untuk membuka gerbang perunggu tersebut, yaitu bola mata perunggu yang dipegang oleh Yipintang bagian Langit, Bumi, dan Manusia. Hanya dengan mengumpulkan ketiga bola mata perunggu ini, gerbang perunggu raksasa ini akan terbuka, memungkinkan masuk ke istana harta karun yang sebenarnya.
"Kak, aku bantu kau!" Anjing ingin membantu.
Wan Juncheng melambaikan tangan dengan ekspresi khidmat: "Tak perlu, hal seperti ini ingin kulakukan sendiri!"
Saat Wan Juncheng memasang bola mata perunggu, diam-diam kuperhatikan Profesor Ye. Pipinya berkedut halus, perhatiannya sama sekali tidak tertuju pada Wan Juncheng maupun bola mata perunggu. Dia hanya menunduk memandangi tulang-belulang di tanah, alisnya berkerut seolah memikirkan beban pikiran.
Krek! Krek! Krek!
Tiga bola mata perunggu secara bersamaan tenggelam, menyatu dalam kedalaman kelopak mata.
Di bawah pandangan terbelalak kami, tiga pola bola mata di pintu tembaga raksasa tiba-tiba menyala, memancarkan cahaya biru pucat seperti tiga bola mata hantu. Bola mata bagian tengah berputar-putar dengan gemeretak.
Disertai gemuruh berat yang bergema, sebuah celah vertikal muncul di tengah pintu tembaga raksasa. Retakan itu membentang dari atas ke bawah, menembus seluruh pintu seolah-olah ada raksasa yang menebasnya dengan kapak besar.
Getaran halus terasa di bawah kaki kami saat kedua daun pintu tembaga mulai terbuka perlahan.
Pancaran cahaya pelangi menyembur dari celah pintu, menyilaukan mata hingga kami sulit membuka kelopak mata.
Saat pintu tembaga itu terbuka sepenuhnya, semua yang hadir serempak mengeluarkan teriakan: "Wah!"
Di balik pintu tembaga raksasa itu terbentang dunia yang tak pernah terbayangkan dalam mimpi sekalipun.
Selama bertahun-tahun ikut tim arkeologi, aku telah melihat banyak istana bawah tanah dan mempelajari literatur kuno. Aku pernah membayangkan bagaimana rupa Istana Bawah Tanah Heishui, tapi harus kukakui kenyataannya jauh melampaui imajinasiku - karena Istana Bawah Tanah Heishui yang sebenarnya ternyata adalah sebuah Kota Emas!
Benar!
Kota Emas!
Ini pasti istana bawah tanah paling mewah, megah, dan luar biasa yang pernah kulihat sepanjang hidupku!
“Kaisar Xia Barat tidak menumpuk harta yang nilainya setara negara menjadi gunung, malah menggunakan harta karun itu untuk membangun kota emas di bawah Kota Air Hitam. Aku tidak tahu apakah ini ide sang kaisar atau para pengrajin ulung, yang jelas ide ini sangat kreatif!”
Semua orang tertegun, menghadapi kota emas yang berkilauan di depan mata. Mengutip kalimat paling populer di internet: “Langsung bikin mata anjing kami buta!”
Seluruh istana bawah tanah dibangun dari batu bata emas berukuran sama yang disusun rapi. Kilau keemasan yang megah menerangi ruang bawah tanah yang gelap. Di dinding bata emas istana, tertanam mutiara dan permata tak terhitung jumlahnya, bagai bintang-bintang di langit atau lampu pelangi di panggung. Warna-warni gemerlap itu berpadu dengan kilau emas, menciptakan cahaya ajaib yang membuat istana bawah tanah ini mirip istana dewa.
“Sangat spektakuler, sialan!” Pupil Qi memancarkan kegairahan dan keserakahan: “Hahaha, kalian orang Tiongkok benar-benar luar biasa!”
Wan Juncheng mengepal tinju, wajahnya berbinar: “Setiap harta di sini nilainya setara kota! Istana bawah tanah ini cukup untuk membentuk pasukan militer, bahkan mendirikan negara!”
Qi menepuk bahu Wan Juncheng: “Profesor Wan, kali ini kau benar-benar hebat. Ke depannya, bantuan apa pun yang kau butuhkan, Organisasi Perang Suci kami pasti akan berikan sepenuhnya!”
Wan Juncheng merentangkan kedua lengan dengan ekspresi memabukkan, berjalan maju sendiri sambil tertawa: "Hahaha! Istana bawah tanah Kota Air Hitam, akhirnya kutemukan! Terima kasih para leluhur Dinasti Xia Barat, akhirnya aku bisa mewujudkan mimpiku, aku kini memiliki kemampuan untuk memulihkan kejayaan Dinasti Xia Barat kita yang mulia!"
"Bermimpi memulihkan Dinasti Xia Barat? Jangan harap!" Tiba-tiba Profesor Ye mengaum keras bagai harimau keluar sangkar, menerjang Wan Juncheng hingga terjatuh. Keduanya berguling-guling menuruni tangga batu.
Perubahan situasi yang mendadak ini membuat kami semua kewalahan. Kami segera berlari mengejar mereka dengan langkah brengsek-brengsek.
Keduanya terus berguling hingga mencapai dasar tangga batu, tepat di depan pintu gerbang Kota Emas.
Di depan gerbang Kota Emas terdapat parit tempat Sungai Underworld mengalir melintasi kota.
Dengan suara Byur!, kedua tubuh itu terjatuh ke dalam parit. Seketika mereka berubah menjadi dua ekor gagak hitam dengan minyak mentah mengalir di seluruh tubuhnya.
Pertarungan mereka terus berlanjut hingga ke tepian. Profesor Ye menghantam wajah Wan Juncheng dengan tinju, sementara Wan Juncheng menendang perut Profesor Ye dengan lututnya. Keduanya terlempar ke belakang dan jatuh keras ke tanah.
Saat kami turun tangga batu, kami mendengar Profesor Ye menunjuk Wan Juncheng sambil memaki: "Ye Sheng, hewan terkutuk! Aku takkan membiarkan konspirasi jahatmu berhasil!"
Tunggu!
Apa pendengaranku tidak salah?!
“Profesor Ye malah memanggil Wan Juncheng sebagai 'Ye Sheng'?”
Bukankah nama Profesor Ye adalah Ye Sheng? Mengapa dia menyebut Wan Juncheng sebagai Ye Sheng?
Mungkinkah Profesor Ye salah menyebut nama karena emosi?
Wan Juncheng membersihkan noda darah di sudut bibirnya, terkekeh sinis: "Dengan kemampuanmu? Tujuh tahun lalu gagal kubunuh, hari ini tujuh tahun kemudian pun akan kubunuh kau!"
Aku benar-benar bingung, apa maksud tujuh tahun lalu? Tujuh tahun kemudian? Apa yang sedang mereka bicarakan? Tapi setidaknya ucapan Wan Juncheng ini membuktikan satu hal: dia dan Profesor Ye memang sudah saling mengenal sejak lama!
Kepalaku berdenyut-denyut, seolah-olah ada sesuatu yang krusial terlintas tapi tak bisa kuraih. Otakku seperti diisi lem, kacau balau.
"Cari mati!" A Qi berkobar amarahnya. Dia dan anak buahnya sudah siap mengeluarkan senjata.
Sekejap itu juga, A Gou tiba-tiba menyergap ke depan, mengarahkan senjatanya ke kepala Wan Juncheng sambil membentak A Qi dan kawan-kawan: "Jangan mendekat! Atas kumati dia!"
Kali ini, semua orang membeku terpana.
Hanya dalam satu-dua menit, situasi di arena berubah drastis bagai angin dan awan.
"A Gou, kau gila? Apa yang kau lakukan?" A Mao Han Jing berteriak pada A Gou.
Wan Juncheng tetap diam, matanya menyorotkan hawa dingin ke arah A Gou.
“Aku tidak gila!” A Gou berkata dengan dingin: “Namaku Murong Feng, Ketua Tim Aksi Khusus Badan Anti-Teror Keamanan Negara!”
“Apa?! Kau polisi?!” A Mao pucat pasi.
Kelompok bersenjata A Qi langsung mengarahkan senjata ke Murong Feng mendengar itu.
A Qi berteriak histeris pada Wan Juncheng: “Apa yang kau lakukan, bodoh? Ada mata-mata di sampingmu saja tidak tahu? Kalau urusan ini gagal, ketua pasti akan menghabisi nyawamu!”
“A Gou? Kau polisi?” Suara Wan Juncheng dingin menusuk tulang, otot wajahnya berkedut liar.
“Ye Sheng, aku sudah menyusup di sampingmu selama tiga tahun penuh! Sekarang aku punya bukti kejahatan yang cukup untuk menangkapmu! Menyerahlah, aku pasti tidak akan membiarkan rencanamu memecah belah negara tercapai!” Menghadapi moncong senjata musuh yang seperti ular berbisa, Murong Feng tetap tegak berdada, tanpa menunjukkan ketakutan, penuh kewibawaan layaknya ketua tim aksi khusus.
Ye Sheng?!
Jantungku berdebar kencang, apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa Murong Feng juga memanggil Wan Juncheng sebagai Ye Sheng?
Jika Wan Juncheng adalah Ye Sheng, lalu siapa Profesor Ye yang ada di hadapanku?
“Hehe! Menyerah?” Wan Juncheng tertawa meremehkan: “Sudah lama kau mengikuti aku, apa menurutmu ada kata 'menyerah' dalam kamusku?”
"Suara belum reda, Wan Juncheng tiba-tiba bertindak secepat kilat, memukul pistol Murong Feng hingga terlepas, lalu berguling di tanah menghindar ke belakang A Qi dan kawan-kawan, berteriak keras: "Bunuh mereka semua!"
Situasi berubah drastis. Persis ketika kami hampir jadi sarang tawon, siluet Gu Meidi bergerak lincah, tak disangka berhasil menguasai Han Jing yang masih linglung, lalu menariknya untuk jadi perisai di depan kami.
A Qi dan kawan-kawan tertegun, tak melepaskan tembakan. Mereka tahu Han Jing adalah wanita Wan Juncheng. Tanpa perintah darinya, tak ada yang berani bertindak gegabah.
"Jangan mendekat!"
Gu Meidi menggunakan Han Jing sebagai perisai daging manusia, menyuruh kami mundur ke belakang.
Wajah kecil Han Jing pucat pasi, ekspresinya berubah sangat buruk.
"Lepaskan aku, perempuan busuk! Lepaskan aku!" Han Jing memaki Gu Meidi.
"Kau yang perempuan busuk!" Gu Meidi menambah tekanan di pergelangan tangan, membuat Han Jing tak bisa bersuara.
"Lepaskan dia!" Wan Juncheng berkata dingin.
"Kau pikir aku bodoh?" Gu Meidi membenci: "Letakkan senjata, atau kuputus lehernya!"
