"Aku duluan ya!" Jiang Yusheng mengangkat kepalanya: "Aku tidak sengaja kenal Ye Sheng. Kami bertemu di Amerika, waktu itu aku semester akhir lagi cari kerja buat lulus. Suatu hari aku makan di Chinatown, kebetulan Ye Sheng duduk di meja sebelah. Karena kami sama-sama sendirian dan orang Tionghoa, setelah ngobrol beberapa kalimat merasa cocok, akhirnya makan bersama. Ye Sheng bohong bilang dia eksekutif perusahaan besar, mengajakku pulang ke China untuk berkembang. Aku lihat cara bicaranya meyakinkan dan pengetahuannya luas, akhirnya termakan omongannya dan ikut dia ke China!"
"Sekarang giliranku!" Xu Bo menghela napas: "Beberapa waktu lalu, Ye Sheng datang langsung ke rumahku. Dia tahu aku ahli fengshui, lalu ingin merekrutku. Dia bilang ada transaksi butuh bantuanku, kalau berhasil akan kasih komisi dua juta. Waktu itu aku tergiur, namanya juga dua juta, mana mungkin nolak? Akhirnya aku setuju. Tapi siapa sangka..."
Jiang Yusheng menyambung: "Siapa sangka brengsek itu ternyata anggota organisasi teroris! Setelah tahu rencana gilanya, kami tegas menolak kerja sama. Si pecundang ini pura-pura setuju melepas kami, malah mengajak makan hot pot sebagai perpisahan. Kami tidak curiga dan takut memancing amukannya, akhirnya pergi juga!"
"Hasilnya Ye Sheng menyuruh A Bei menaruh Gu Terbang di minuman kalian, sehingga mengendalikan kalian berdua?" Aku sudah menduga cara jahat Ye Sheng.
Jiang Yusheng dan Xu Bo mengangguk serentak, suara penuh kebencian: "Brengsek itu demi mengendalikan kami, ternyata memberi kami Gu Terbang, kami tak punya penawar, tak berani meninggalkannya, sekali pergi pasti jalan buntu, jadi..."
"Jadi kalian menjadi bonekanya?" Gu Meidi menyilangkan tangan bertanya.
"Untuk hidup terus, kami tak punya cara lain, tapi kami hanya membantunya meramal keberuntungan, melihat fengshui, tak pernah membantunya menyakiti siapa pun!" kata Jiang Yusheng.
Hal ini kupercaya, karena saat Gan Hongxin bermasalah, Jiang Yusheng diam-diam pernah menyuruhku menasihati Gan Hongxin. Saat itu kudeteksi kodratnya masih cukup bajik, tak sejahat Ye Sheng.
"Satu hal yang tak kupahami!" Kutoleh bertanya pada Xu Bo: "Mengapa Ye Sheng harus memaksamu turun gunung? Untuk bantu mencari Makam Ruang Langit?"
Xu Bo menjawab: "Itu hanya satu misi, sebenarnya dia utamanya mencari penembusan Jebakan Lima Bintang Buddha Langit untuk memastikan posisi istana bawah tanah Kota Air Hitam!"
"Tujuh tahun lalu bukannya Ye Sheng pernah ke sini? Mengapa dia tak ingat lokasinya?" tanyaku.
Fan Shuai berkata: "Perubahan gurun terlalu cepat, mungkin tembok yang masih berdiri hari ini, besok sudah terkubur badai pasir. Lagipula sejak terakhir kali kita ke sini, sudah tujuh tahun berlalu. Apalagi skala Kota Air Hitam sangat besar, mencari masjid dalam ingatan itu akan sangat melelahkan. Jika masjid itu sudah ditelan pasir kuning, akan semakin sulit menemukannya. Tapi jika ada yang bisa menembus perangkap Tianfu Wuxingju, langsung bisa menentukan letak titik pusatnya, bukankah itu lebih efisien? Ye Sheng memaksa Xu Bo ikut juga sebagai pengaman tambahan. Ah, saudara-saudara yang dulu berhasil memecahkan Tianfu Wuxing, sekarang tulang-tulang mereka sudah berserakan di atas altar penerbangan itu!"
"Hng, sampah masyarakat seperti Ye Sheng yang sudah menyakiti banyak orang, pasti tidak akan berakhir baik!" Aku mengepal tinju, ingin sekali keluar menghabisi Ye Sheng.
"Kalian berdua masih ada ilmu santet terbang di tubuh. Jika Ye Sheng tahu kalian sudah berkhianat, bukankah kalian pasti mati?" Gu Meidi bertanya.
Xu Bo dan Jiang Yusheng saling memandang, wajah mereka dipenuhi kepasrahan.
Jiang Yusheng menggigit gigi: "Bahkan jika racun menyebar sampai ususku terburai, aku takkan lagi mengikuti Ye Sheng!"
"Berani!" Xu Bo menyesap bibirnya: "Aku juga! Sebagai master fengshui terhormat, lebih baik mati daripada jadi antek orang gila seperti dia!"
"Sebenarnya kalian tak perlu pesimis!" Murong Feng mendekati kedua orang itu, membuka telapak tangannya yang terdapat dua butir pil hijau.
"Apa ini?" Xu Bo bertanya penasaran.
"Penawar! Penawar ilmu santet Gu Terbang!" Gu Meidi melirik Murong Feng: "Kenapa kau masih punya penawar?"
"Ini penawar Gu Terbang, dari mana asalnya?" Sorot harap berkelip di mata Jiang Yusheng.
"Kucuri dari A Bei! Waktu itu kusambar kantong alat ritualnya yang berisi lima butir penawar, langsung kuraih semuanya lalu kubagikan ke Fan Shuai, Tuoba Gu, dan Gu Meidi masing-masing satu!" Murong Feng menghisap hidungnya sambil tersenyum tipis, berlagak bak Juru Selamat.
"Kenapa dulu tak kau beri kami penawar? Kau kan tahu kami juga kena Gu Terbang?" Xu Bo memandang Murong Feng dengan nada menyalahkan.
Murong Feng mendesah kesakitan: "Aku selalu mengira kalian sekutu Ye Sheng, makanya meski curi lima butir penawar, tak berniat membagikannya. Sekarang tahu kalian juga dipaksa, baru kuberikan!"
"Benarkah ini penawar? Jangan-jangan kau menipu kami?" Xu Bo dan Jiang Yusheng masing-masing mendapat satu butir.
"Betul!" Aku mencibir: "Aku juga meragukan keaslian penawar ini. Barangkali kau cuma kasih pil palsu agar kami rela membantumu melawan Ye Sheng!"
Murong Feng menggelengkan kepala: "Ah, dunia ini benar-benar niat baik tak mendapat balasan baik! Sekarang coba kau buka telapak tanganmu, masih bisa melihat garis hitam itu?"
Aku membuka telapak tangan dan memeriksanya dengan seksama, menemukan bahwa garis hitam di telapak tangan itu memang telah menghilang. Aku ingat jelas saat terkena Gu Terbang dulu, muncul garis hitam di telapak tangan. Sekarang garis itu sudah lenyap, artinya Gu Terbang benar-benar telah dinetralisir. Obat yang diberikan Murong Feng bukan palsu, melainkan penawar sejati.
Xu Bo dan Jiang Yusheng histeris kegirangan, langsung menelan bulat-bulat penawar itu seolah sedang menyantap pangsit.
Xu Bo berkata dengan penuh emosi: "Dasar! Mulai sekarang aku tak perlu lagi diperbudak Ye Sheng!"
Jiang Yusheng mengangguk: "Seperti anjing yang dilepas kalungnya, akhirnya merdeka!"
Xu Bo mengerutkan kening: "Eh, Mas, perumpamaanmu kok agak aneh ya?"
Murong Feng menangkup pinggang dengan kedua tangan: "Dengar baik-baik, penawar ini bukan hadiah gratis. Aku tahu kalian berdua juga punya keahlian. Aku harap kita bisa bersatu untuk menghadapi Ye Sheng dan menggagalkan rencana gilanya!"
Jiang Yusheng menepuk dadanya hingga berbunyi dung-dung, berkata dengan semangat kepahlawanan: "Kau sudah menyelamatkan nyawa kami, pasti kami bantu kau hadapi Ye Sheng!"
"Benar!" sambung Xu Bo: "Sebenarnya tanpa kau suruh pun kami akan balas dendam pada Ye Sheng. Rasa kesal ini tak bisa kutelan!"
"Sst!" tiba-tiba kuangkat jari dan kutekan di bibirku, memberi isyarat agar mereka diam.
"Ada yang mendekat ke sini!" Sejak Jiu Po Bing Can masuk ke tubuhku, indra tubuhku menjadi sangat tajam. Bahkan langkah kaki yang samar pun bisa kudengar jelas.
"Bersembunyi dan lihat situasi!" Murong Feng diam-diam mengeluarkan pistol, membuka lima jarinya ke arah kami memberi isyarat untuk berpencar.
Baru saja kami bersembunyi, pintu gerbang istana didorong terbuka. Moncong senjata hitam pekat menyodok masuk.
Murong Feng yang berjongkok di balik pintu tiba-tiba melompat saat melihat moncong senjata itu. Tangannya mencengkeram moncong senjata dan menariknya keras ke dalam. Seorang militan berikat kepala terseret masuk. Sebelum sempat menarik pelatuk, Murong Feng sudah menghantam wajahnya dengan pukulan keras hingga rahang terlepas dan tumbang tak sadarkan diri.
Murong Feng menendang keras tubuh pria itu yang lemas seperti babi mati, tak bereaksi sama sekali.
"Siapa bisa pakai senjata?" Murong Feng mengambil senapan serbu.
"Serahkan padaku!" kata Fan Shuai.
Murong Feng mengangguk dan melemparkan senapan itu ke Fan Shuai.
Dadar!
Garis api melesat menghantam pintu, menghancurkan sepotong batu giok.
Jantungku berdebar kencang. Sangat disayangkan!
Murong Feng menunduk: "Mereka menemukan kita. Sekarang semua berpencar melarikan diri. Ingat, tembakan mereka gencar. Kita harus pakai taktik gerilya, jangan berhadapan langsung. Paham?"
"Dalam kondisi genting ini, bakat kepemimpinan Murong Feng mulai terlihat."
Dia melambaikan jari ke Xu Bo dan Jiang Yusheng: "Kalian berdua ikut aku, ke sana!"
Lalu ia menoleh ke Fan Shuai: "Kalian trio guru-murid, jaga diri! Nanti kalau ada kesempatan kita bertemu lagi!"
"Pergi!" Murong Feng memimpin dengan melesat keluar, sambil menembak ke arah musuh, ia berlari ke arah berlawanan.
"Kita juga pergi!" Fan Shuai menarik pelatuk senjata dengan keras, wajahnya penuh aura mematikan, langsung berjalan keluar dari pintu gerbang.
"Profesor Fan, hati-hati!" Aku dan Gu Meidi berteriak histeris. Dengan begitu gegabahnya ia keluar, apakah ini ritme mencari kematian?
Dadar!
Sebarisan peluru melesat menghadang, menyentuh tubuh Fan Shuai sambil melintas. Satu di antaranya hampir menyentuh pipinya, meninggalkan bekas darah di pipi kiri. Andai meleset setengah inci, kepalanya sudah tertembus.
Hanya bisa kukatakan, saat ini leluhur keluarga Fan mengeluarkan asap kehijauan, melindungi Fan Shuai dari kematian.
Tapi tembakan pertama yang meleset tak berarti tembakan kedua akan meleset juga!
"Profesor Fan, cepat kembali!"
Aku dan Gu Meidi panik berteriak sambil mengulurkan tangan untuk menariknya, tapi Fan Shuai sudah melesat keluar istana seperti anak panah.
Dadar! Dadar!
"Fan Shuai ternyata tidak menghiraukan, mengacungkan senapan serbu dan berlari menghadapi militan itu, seperti bertarung dengan bayonet, bahkan berhadapan langsung dengan musuh.
Dua garis api saling menembak, saat ini yang dipertaruhkan bukan keberanian, melainkan hoki.
Nasib Fan Shuai cukup baik, naga api membara melesat dan langsung menerbangkan si militan ke belakang, bunga darah berhamburan di udara.
"Dasar! Mereka di sebelah sana! Bunuh mereka!" Suara Ye Sheng terdengar dari kejauhan. Dia membawa Aqi dan dua militan menyerbu. Sebelumnya Aqi membawa tujuh militan, ditambah dirinya total delapan orang. Di aliran sungai kering, dua orang ditelan pasir mayat, satu digigit zombie, dan dua lagi baru saja kami bantai. Kini sisa pasukan hanya Aqi dan dua anak buah.
Aqi memberi isyarat, dua anak buahnya berbalik mengejar Murong Feng dkk, sementara Aqi mengikuti Ye Sheng menyerbu kami.
