Di bawah lubang raksasa terdapat gua yang luas, areanya cukup besar.
Dulunya ini pastinya bagian tubuh gunung, awalnya tidak ada gua. Setelah bertahun-tahun tererosi air Sungai Kuning, tubuh gunung terkikis aliran air hingga membentuk gua. Di dalam gua banyak batu berhamburan tajam, tanahnya berupa genangan air dengan lumpur dimana-mana. Satu langkah saja, ujung celana langsung penuh tanah liat kuning. Tanah liat ini adalah endapan dari erosi Sungai Kuning.
Dengan sorotan mata serigala, kami berjalan tertatih-tatih di medan tidak rata.
Angin yin yang dingin terus berlarian di samping kami, menyapu udara dingin yang menusuk tulang.
Tidak sampai seperempat jam berjalan, Lao Niao dan Zhao Lianqiao yang berada di depan tiba-tiba berhenti.
"Ada apa?" tanya Lao Yang.
Lao Niao memberi isyarat tangan: "Komandan Yang, ada temuan!"
Lao Yang mengerutkan alis: "Oh?"
"Ada bayangan orang di depan!" bisik Zhao Lianqiao.
Tali hati kami langsung menegang. Bayangan orang di depan? Apakah pembiak mayat itu ditemukan?
Lao Yang membentangkan lima jari, memberi isyarat agar semua orang berpencar.
Tim belakang segera membentuk formasi kipas, mematikan lampu mata serigala, mencari tempat perlindungan masing-masing untuk menghindari membuat siluman waspada.
"Aku yang maju memeriksa!" Li Tienan mengajukan diri.
Lao Yang mengangguk: "Hati-hati! Li Yuwen, Fang Weiran, kalian berdua bertanggung jawab untuk melindungi!"
"Tak perlu! Aku dan timku sudah cukup!" Li Tienan menolak niat baik Lao Yang, melambaikan tangan, membawa Lin Wei dan Han Xu mendekati diam-diam. Han Xu menggotong kamera mengikuti dari belakang, mulai merekam seluruh proses penangkapan.
Setelah Li Tienan dan timnya naik, kami perlahan-lahan mengikuti.
"Jangan bergerak! Angkat tangan!" tiba-tiba Li Tienan membentak keras. Bersamaan itu, Lin Wei mengaktifkan lampu kepala serigala, lingkaran cahaya putih menyilaukan langsung menyinari bayangan orang berjarak sepuluh meter.
Bayangan itu adalah perempuan berambut panjang basah kuyup, ujung rambutnya dipenuhi lumpur kuning. Ia memakai rok merah besar yang sudah menghitam dan compang-camping. Berdiri membelakangi kami bagai patung, sama sekali tak bergerak, memancarkan aura aneh yang tak terkatakan.
Lao Yang tertegun sebentar: "Pembiak mayat itu perempuan?"
"Diam! Angkat kedua tanganmu! Kau sudah kami tangkap!" Lin Wei berdiri di belakang Li Tienan, sorotan cahaya dari lampu serigalanya menyelimuti orang itu dalam lingkaran terang.
"Kau benar-benar tidak punya hati nurani! Berani-beraninya membiakkan zombie di sini! Tidak takkah kau dihajar petir dan langit karena perbuatan jahat ini?" Li Tienan mengeluarkan borgol dari pinggangnya, hati-hati mendekati perempuan itu.
“Lao Yang, aku merasa ada yang tidak beres!” Hatiku gelisah, selalu merasa orang itu agak aneh.
Alis Lao Yang mengerut: “Aku juga merasa ada yang tidak beres!”
Belum habis ucapan itu, kami saling memandang, napas dingin menyergap di leher belakang. Bahaya! Perempuan itu bukan pembiak mayat, melainkan... zombie!
“Kapten Li, berhenti! Jangan mendekatinya...” Lao Yang berteriak ke headset nirkabel hingga hampir merusaknya.
Tiba-tiba perempuan berbaju merah itu berbalik, mengeluarkan auman aneh lalu menerjang Li Tienan.
Saat perempuan itu berbalik, semua orang berteriak kaget. Hati kami langsung melonjak ke tenggorokan.
Wajah perempuan berbaju merah itu mengerikan: pucat bagai lilin. Dagunya membusuk dengan lubang besar yang memperlihatkan gusi berdarah dan taring putih mengkilap. Belatung sebesar ibu jari bergelantungan di dagu busuk itu, tubuh lembeknya bergoyang. Mata kanannya terkulai keluar dengan warna abu kematian. Mata kirinya menggembung dari kelopak, bergantung seperti lampu pijar di pipi dan terus bergoyang.
Ya Tuhan!
Adegan yang biasanya hanya ada di film horor, kini hidup di depan mata kami.
Meski aku sudah pernah melihat banyak zombie, namun wajah wanita berbaju merah ini tetap membuat hatiku menggigil, kulit kepalaku langsung merinding bagai disiram air dingin.
Sebagai seorang wanita, Li Tienan mampu menjabat sebagai kapten tim unit penyelidikan kriminal dengan kemampuan fisik yang sangat mumpuni. Zombie wanita berbaju merah itu menyerang dengan kecepatan kilat dan sangat mendadak, orang biasa pasti tak akan bisa menghindar. Tapi Li Tienan bukan orang biasa. Meski terkejut, dia tetap tenang dalam bahaya. Kaki kanannya menendang secepat kilat dengan sapuan kaki rendah mengenai pergelangan kaki zombie wanita itu. Saat zombie itu terjatuh, Li Tienan bukannya menghindar malah melangkah maju, mengangkat lutut kiri untuk menghantam titik vital pinggang sang zombie. Kedua tangannya bagai naga abu-abu yang menerjang dari lautan, menggenggam kerah baju zombie itu sambil berseru keras, lalu memutar tubuh mayat hidup itu seperti kincir angin raksasa di udara sebelum menghantamkannya ke tanah dengan keras.
"Cantik!" Aku dan Lao Yang serentak berdecak kagum.
Ini pertama kalinya aku melihat Li Tienan turun tangan. Baik kecepatan, kekuatan, maupun mobilitasnya, semuanya berada di tingkat memadai. Aku merenung: andai yang dalam bahaya tadi adalah diriku, belum tentu bisa setenang dan seprofesional Li Tienan dalam menghadapi situasi.
Zombie wanita itu berteriak histeris mencoba bangkit. Lengan kirinya terjungkal patah, terlipat ke punggung. Tulang patah itu membongkar kedok kulit dan daging, terpapar di udara.
Lin Wei yang di belakang segera menggeram maju. Kaki kanannya menginjak otak zombie itu, sementara senjata di tangannya terus menyemburkan peluru ke belakang kepala mayat hidup tersebut.
“Braak! Braak! Braak!”
Beberapa peluru menembus ke bawah, kepala zombie perempuan itu meledak seperti semangka, memercikkan darah berbau busuk.
Lin Wei menendang keras zombie perempuan itu, setelah memastikan mayatnya tak bergerak, barulah dia menghela napas lega.
Kami segera mengerumuni mayat itu. Kapten Yang memuji tulus: “Kapten Li, kelincahanmu sungguh luar biasa!”
Li Tienan menepuk-nepuk tangannya, menggoyangkan rambutnya: “Wah, bisa mendapat pujian dari Kapten Yang, ini benar-benar pencapaian langka!”
Kalimat ejekan yang sebelumnya dilontarkan Lao Yang kepada Li Tienan kini dibalaskan. Lao Yang tersenyum canggung: “Kapten Li bukan hanya lincah, tapi juga pandai bersilat lidah!”
“Eh Kapten Yang, kau lupa satu kata—cantik dan berintelektual!” Lin Wei tertawa sinis.
“Berhenti menjilat! Segera selidiki identitas perempuan ini!” Li Tienan melirik tajam ke Lin Wei, pura-pura marah tapi jelas senang di dalam hati.
“Siap!” Lin Wei berjongkok, menyorotkan lampu mata serigala dari ujung rambut sampai kaki zombie itu. Saat mencium bau mayat yang sangat menyengat, dia menutup mulut dengan tangan sambil mengamati, lalu melapor: “Korban mengenakan jubah putih dan gaun merah, dari penampilannya sangat mirip dengan Lin Lin yang hilang!”
"Lin Lin adalah satu-satunya wanita di antara sembilan orang yang menghilang. Aku sudah melihat dokumen, tahu perempuan ini. Ia adalah selir Zhou Wei."
"Ah! Sayang sekali. Dari foto terlihat wanita yang cantik, tapi nasibnya malang!" Lin Wei menghela napas sambil berdiri.
"Nasib malang apaan? Ini namanya karma buruk! Kalau dia bukan selir Zhou Wei, takkan kena bencana ini. Semua ini akibat ulahnya sendiri!" Cao Yi merendahkan perempuan bermoral buruk seperti Lin Lin, mendengus hng dan memalingkan otaknya.
Lao Yang menoleh padaku: "Xiao Gu, aku punya pertanyaan. Kalau ini sarang untuk membesarkan mayat, kenapa mayat Zhou Wei muncul di Jalur Kuno Sungai Kuning?"
Aku mengusap dagu sambil berpikir: "Kuspekulasi Zhou Wei juga dibunuh di sini. Mayatnya sampai di Sungai Kuning mungkin terbawa arus sungai! Beberapa hari lalu kan hujan deras di sini? Gua ini terbentuk oleh erosi Sungai Kuning. Saat air naik, arus sungai akan membanjiri gua ini. Mayat Zhou Wei mungkin terseret keluar saat itu!"
"Hmm, masuk akal!" Lao Yang mengangguk: "Kalau kita masuk lebih dalam, pasti bisa temukan lebih banyak mayat orang hilang!"
"Maksudmu lebih banyak zombie!" Lao Niao menimpali.
Lao Yang menghela napas: "Entah manusia atau zombie, kita harus temukan mereka. Ayo pergi!"
Saat kami hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar jeritan mengenaskan dari Lin Wei.
"Apa yang terjadi?!"
Tiba-tiba menoleh ke belakang, terlihat wajah Lin Wei dipenuhi warna ketakutan.
Zombie perempuan yang sebelumnya sudah berhenti bergerak tiba-tiba mengulurkan tangan mencengkeram pergelangan kaki Lin Wei. Lengannya dipenuhi lapisan bulu putih rapat yang merayap, kuku-kukunya tumbuh gila seperti pisau, perlahan menyelip masuk ke pergelangan kaki Lin Wei.
Aku buru-buru melangkah maju, menginjak lengan zombie perempuan sambil mengeluarkan Fu Naga Api dari dada. Dengan mantra kendali, dua jari menggoyang-goyangkan Fu Naga Api di udara. Fu itu menyala dengan desis. Telapak tangan kuangkat, lalu menghantamkan Fu Naga Api ke lengan zombie. Cakarnya langsung terlepas, seluruh lengan seketika diselimuti api, bau gosong pekat mulai berkeliaran.
"Bagaimana? Apakah kau tercakar?" Tanyaku khawatir sambil menatap Lin Wei.
Wajah Lin Wei basah oleh keringat dingin sebesar kacang, suaranya gemetar: "Ta...tidak tahu...Sa...sakit sekali..."
"Biar kulihat!" Aku jongkok memeriksa pergelangan kakinya, lalu memukul kuat bagian itu. Lin Wei langsung meneriakkan seperti babi disembelih: "Tuoba Gu, apa yang kau lakukan?"
Aku tersenyum: "Takkan mati. Ujung celanamu pun tak sobek, mengapa kau panik?"
Lin Wei mengangkat pergelangan kakinya sendiri dan melihat, wajahnya langsung memerah menjadi warna hati babi, penampilannya tadi benar-benar memalukan.
"Hei, Han Xu, mari kita musyawarahkan sesuatu. Bisakah kau menghapus rekaman tadi?" Lin Wei memohon pada Han Xu.
"Jangan berisik! Ini adalah catatan lengkap penelusuran kriminal, tidak bisa dihapus sembarangan! Aku penasaran apakah atasan akan memberimu lencana kepahlawanan setelah melihat penampilanmu tadi?" Han Xu menyeringai.
"Diam! Masih kurang malu? Sungguh!" Li Tienan melirik tajam ke Lin Wei lalu berbalik pergi.
Hah!
Tak berjalan jauh, kami semua berhenti.
Ada yang membelalakkan mata, ada yang menutup mulut, ekspresi semua membeku, wajah dipenuhi ketakutan.
Pemandangan di depan membuat bulu kuduk kami merinding, anggota badan terasa dingin menusuk. Kami menyaksikan pemandangan horor yang membuat bulu kuduk merinding!
Mimpi buruk!
Ini pasti mimpi buruk!
