Saat fajar menyingsing keesokan harinya, aku sudah bangun sangat pagi.
Pintu kamar tidur terbuka, Xiao Guoguo kali ini lebih nekat, bahkan tak mengenakan korset, hanya memakai gaun panjang sambil menguap dan melambaikan tangan padaku: "Pagi!"
"Bisa tidak kau perhatikan penampilanmu!" Aku cepat-cekat memalingkan muka, pemandangan terlalu menggoda, tak berani menatap.
"Korsetnya dicuci semalam, siapa suruh mengintip, jahil! Hng!" Xiao Guoguo dengan sikap tak tahu malu mendesah dingin, lalu merapikan gaun panjangnya sambil berjalan bergoyang ke kamar mandi.
Aku menyeka keringat dingin di wajah, siluman! Benar-benar siluman tulen!
Setelah selesai bersuci, kami sarapan sederhana lalu berangkat.
Aku membawa tas berisi air jernih dan bekal.
Di luar cuaca cerah berangin lembut, segalanya penuh harapan.
Seperti pepatah: Orang sial minum air dingin pun terselak di gigi!
Karena kesalahpahaman dengan Li Zi semalam, hari ini aku sengaja memilih jalan memutar keluar desa untuk menghindari pintu gerbang keluarga Li.
Nasib bermain lucu, mungkin Li Zi juga ingin menghindari rumahku, akhirnya kami sama-sama memilih jalan memutar ini.
Dari jauh kulihat Li Zi berjalan menunduk ke arahku, jantung berdebar, otak bekerja cepat, kubisikkan pada Xiao Guoguo: "Aku mau pipis," sambil menyeretnya masuk ladang jagung.
"Kau pipis ngajak aku buat apa?" Alis willow Xiao Guoguo menegang.
"Aku traktir kau pipis!" Aku sendiri heran bisa menciptakan alasan sekonyol ini.
"Apa? Mau berulah jahil di siang bolong?" Xiao Guoguo melotot ke arahku dengan matanya yang besar.
"Tiba-tiba aku ingat ada jalan kecil di sini, keluar desa lebih cepat lewat sini!" Aku berusaha menutupi kebohongan.
Tak disangka Xiao Guoguo tak termakan tipu: "Jalan besar yang mulus tidak kau tempuh, malah ngajakku lewat jalan sepi. Jujurlah, apa niat jahatmu?"
Niat jahat apa lagi yang bisa kulakukan?
Aku hampir menangis karena panik!
Karena penundaan ini, Li Zi sudah mendekat.
Kukumpulkan nyali, menunduk dan menyusup ke ladang jagung. Kupikir tak masalah Li Zi melihat Xiao Guoguo, asal jangan melihatku.
Tapi dasar perempuan kecil itu, entah sengaja menggodaku atau mau mempermalukanku, tiba-tiba menyapa Li Zi: "Hai, apa kabar!"
"Apa kabar." Li Zi tertegun melihat Xiao Guoguo: "Sedang apa di sini?"
"Menunggu Kak Xiao Gu, dia ke ladang jagung buang air kecil!" Jawab Xiao Guoguo meyakinkan.
Sialan!
Bayanganku belum sempat sembunyi, sudah dikhianati tanpa ampun oleh Xiao Guoguo.
Sudah begini, terpaksa kukeluarkan diri dari ladang jagung dengan malu: "Pagi!"
"Pagi." Li Zi mencoba memaksakan senyum tipis, tapi gagal.
Mata Li Zi merah membengkak seperti buah persik, entah semalaman menangis atau tidak.
"Mau berangkat kerja?" Tak ada topik lain, terpaksa kutanyakan hal yang sudah kuketahui.
Li Zi mengangguk, melihat tas di bahuku: "Sepagi ini, kalian mau pergi keluar?"
"Betul!" Xiao Guoguo sengaja merebut pembicaraan: "Kakak Xiao Gu janji ajak aku jalan-jalan, main dulu di dalam negeri, terus ke luar negeri. Kalau cocok, kami mau nikah sambil traveling!"
Xiao Guoguo bicara cepat-cepat, sama sekali tak memberiku kesempatan menjelaskan. Saat mendengar frasa "nikah sambil traveling", wajah Li Zi langsung pucat. Ia berkata "Semoga kalian bahagia", lalu berbalik dan pergi terburu-buru.
Kulihat punggungnya menjauh, kudapati ia sepertinya masih mengusap air mata dengan tangan. Dadaku tiba-tiba sesak oleh kesedihan.
Xiao Guoguo dengan genit menggandeng lenganku, sengaja berbicara keras: "Kakak Xiao Gu, kakiku lelah. Gendong aku, dong?"
"Jangan macam-macam!" Kulirik tajam padanya, dendam menggelegak tapi tak bisa diluapkan. Kuputuskan berjalan cepat meninggalkannya.
Xiao Guoguo masih pura-pura teriak keras: "Dasar jahat! Katanya mau merawat aku baik-baik!"
Dalam hati kuhela napas panjang. Kuyakin pasti telah menyakiti Li Zi. Entah apakah ia masih mau memaafkanku, masih mau berteman denganku.
"Gimana? Aku kalau manja imut nggak sih?" Gadis ini menyusulku, bertanya dengan riang di sampingku.
Hampir saja aku pingsan dibuatnya. Kukerjapkan mata putih: "Imut! Imut banget! Sayang nggak ada yang mau!"
“Cis!” Xiao Guoguo menghisap hidungnya, berkata dengan sikap sok jagoan: "Kharisma Kakak, mana mungkin bisa dimengerti oleh manusia biasa seperti kalian!"
Kami naik kendaraan menuju Kota Sanmenxia, lalu naik kereta menuju Xi'an, diperkirakan akan tiba di Xi'an menjelang malam.
“Aku mau makan Yang Rou Pao Mo! Aku mau makan Liangpi khas Barat Laut! Aku mau makan Lazhi Roujiamo!” Begitu baru duduk, Xiao Guoguo langsung mulai membuka jari-jarinya memesan makanan.
“Oke oke! Jangan sampai perutmu pecah!” Saat ini aku sedang penuh amarah pada Xiao Guoguo, nada bicaraku agak kasar.
“Aha! Aku mengerti!” Xiao Guoguo tiba-tiba menepuk tangan.
“Mengerti apa?” tanyaku bingung.
“Mengerti kenapa kau tidak punya pacar!” Xiao Guoguo menyeringai padaku: “Karena kau sama sekali tidak tahu menghargai wanita, apalagi membahagiakan mereka, benar-benar kayu mati!”
“Hmph, aku tidak punya pacar? Jangan lucu!” Aku menyeringai dingin sambil memalingkan muka, meski Kakak adalah kayu mati, tapi ini Kayu Suram yang disukai semua orang. Lihat Gu Meidi, Li Zi, Cao Yi, mana yang bukan cewek cantik luar biasa? Kakak tidak punya pacar? Hng, katak dalam tempurung!
Saat kereta tiba di Huashan, naiklah dua pria muda berpakaian sembrono dengan sorot mata licik dan aura preman.
Setelah naik, mereka melirik ke sekeliling lalu langsung berjalan ke arah kami.
Karena Sanmenxia cukup dekat dengan Xi'an, biasanya kami membeli tiket kelas ekonomi.
Aku dan Xiao Guoguo duduk berhadapan. Setelah dua pria muda itu mendekat, satu orang duduk di sebelahku, satu lagi di sebelah Xiao Guoguo.
Kecantikan Xiao Guoguo segera menarik perhatian kedua pria itu.
Salah satunya berbicara bahasa Mandarin dengan logat daerah kental, tersenyum genit bertanya: "Cewek cantik, ke Xi'an sendirian?"
Xiao Guoguo melirik orang itu, lalu memalingkan kepala dan melanjutkan menikmati pemandangan di luar jendela.
Pria satunya lagi mendekatkan diri ke Xiao Guoguo, terkekeh-kekeh: "Cewek, mau wisata ke Xi'an? Atau kuliah?"
Xiao Guoguo menjawab tanpa menoleh: "Wisata! Ada rekomendasi bagus?"
Dalam hati aku bergumam: "Nona kecil bodoh, tak sadarkah dua bajingan ini mau mencari keuntungan darimu? Kenapa malah merespon mereka?"
Aku berpura-pura tenang menatap pemandangan, padahal dari sudut mata terus memantau gerakan jorok mereka. Jika berani bertindak mencurigakan pada Xiao Guoguo, pasti kubuat kepala mereka pecah. Eh, kepala pecah terlalu kejam, pantatnya saja yang kubikin babak belur!
"Tentu ada rekomendasi bagus!" Dua pria jorok itu mengira Xiao Guoguo gadis lugu yang mudah dipancing. Mata mereka berbinar-binar, liur meleleh di sudut bibir, wajah mesum seolah ingin langsung memperkosanya di tempat.
"Kebetulan kami juga free, bisa nemenin jalan-jalan!"
"Ke Pagoda Angsa Liar saja! Ada air mancur musik, pemandangannya cakep banget!"
“Bagaimana kalau ke Jalan Huimin, aku traktirmu makan barbekyu dan minum arak!”
“Aku juga kenal seorang sahabat pemilik hotel bisnis, lebih baik kuantarkan kau ke sana, biaya kamarnya bisa dihemat!”
Dua pria jorok ini silih berganti membujuk Si Guoguo dengan ambisi serigala yang nyata terpampang.
Semakin kudengar semakin geram, di siang bolong, bahkan di dalam gerbong kereta, berani-berainya merayu gadis kecil untuk ke hotel! Dua bajingan ini keterlaluan keangkuhannya!
Saat aku hendak meledak, tiba-tiba kulihat kilatan merinding di mata Guoguo.
Guoguo memalingkan wajahnya dengan senyuman selembut angin semi, sementara pupil matanya menyorotkan dua kilatan cerdik tak kasat mata.
Aku tertegun sebentar, sadar bahwa Guoguo telah diam-diam menggunakan kekuatan sihir pada dua pria jorok itu.
Kedua pria itu kini menatap Guoguo dengan pandangan kosong, mulut menganga mengucurkan air liur berkilauan, lidah terjulur-julur seperti anjing kehausan.
“Kau membuat mereka jadi cacat mental?” tanyaku terkejut.
“Tenang! Cuma kena teknik pesona rubahku. Takkan kubunuh mereka!” Sambil berkata demikian, Guoguo menggerakkan jarinya memanggil. Dua pria itu pun bangkit seperti boneka dengan senyum bebal di wajah.
"Ikut aku!" Batang tubuh Xiao Guoguo bergoyang lembut, merayu dua pria jorok itu menuju kamar mandi di ujung gerbong.
Tak lama kemudian, Xiao Guoguo kembali sendirian dengan senyum lebar: "Beres!"
"Apa yang kau lakukan pada mereka?" Aku khawatir Xiao Guoguo secara impulsif membunuh kedua pria itu, yang akan menimbulkan masalah besar bagi kami.
"Tidak ada apa-apa. Sekarang mereka sedang asyik bermain di kamar mandi!" Saat mengatakan ini, Xiao Guoguo menutup mulutnya sambil cekikikan tak henti.
Beberapa saat kemudian, seorang ibu penjaga kantin di kursi sebelah berdiri menuju kamar mandi.
Xiao Guoguo berbisik padaku: "Ada pertunjukan bagus nih!"
Tepat seperti yang diduga, sang ibu membuka pintu kamar mandi lalu tiba-tiba menjerit, terhuyung-huyung kembali sambil wajahnya memerah malu. Ia terus memaki: "Tak senonoh! Tak pantas dilihat! Anak muda jaman sekarang kok bisa begini, benar-benar merusak moral masyarakat! Kalau mau mesum, pulanglah ke rumah! Masak di kamar mandi umum, sungguh tak tahu malu!"
Mendengar makian sang ibu, banyak orang mendatangi kamar mandi. Kerumunan orang mengelilingi kamar mandi sambil memberi komentar, sorakan kemarahan terus terdengar.
"Kalau mau berbuat mesum, pulanglah ke rumah! Ini kan tempat umum!"
"Iya! Dua pria dewasa berbuat mesum bersama, sungguh memuakkan!"
"Dunia sekarang ini sudah jadi apa? Di mana-mana ada homoseksual!"
"Dua brengsek ini terlalu lapar, sampai tak bisa cari perempuan ya!"
Aku bingung melirik Xiao Guoguo, lalu bangkit dan berjalan ke luar kamar mandi, menjulurkan kepala untuk melihat ke dalam.
Dua lelaki jorok itu sedang telanjang bulat berpelukan, wajah mereka memerah, tatapan mempesona, saling merangkul dan mencium penuh gairah.
Mungkin dalam halusinasi mereka, yang sedang mereka cium adalah si cantik Xiao Guoguo!
Melihat adegan ini, perutku mual tapi ingin tertawa. Dua brengsek ini benar-benar buta, berani-beraninya mengganggu siluman bernama Xiao Guoguo, hahaha!
Kerumunan penonton segera memanggil kondektur. Saat kereta tiba di stasiun berikutnya, kedua lelaki jorok itu diusir turun oleh kondektur yang marah.
