"Ada keanehan, hati-hati!"
Aku berbisik memberi pesan pada Xiao Guoguo.
Xiao Guoguo melirikku: "Kau sendiri yang harus lebih waspada!"
Kami berjalan maju dengan hati-hati, menginjak ranting kering dan daun mati di bawah kaki yang berderak krak-krak.
Persis di saat itu, hembusan angin yin kembali menerpa.
Boneka kertas yang semula tergantung di ranting pohon itu tiba-tiba melayang bergoyang-goyang, seolah ada tangan tak kasat mata yang mengendalikannya. Setelah berputar dua kali di udara, boneka itu malah melayang menghampiri kami. Angin menerpa jubah kertas berwarna-warni di tubuh boneka itu, menimbulkan suara Glekuk.
"Hati-hati!" teriakku kaget. Aku dan Xiao Guoguo langsung berpisah ke kiri dan kanan. Boneka kertas itu melesat melewati celah di antara kami dengan suara gemerisik.
"Siluman macam apa berani berulah di sini!" geramku sambil merogoh saku dan mengeluarkan Fu Naga Api.
Aku cepat-cepat berbalik. Boneka kertas itu ternyata berputar di udara seperti gasing sebelum kembali menyerangku.
Kutarik napas dalam dan fokus. Dengan gerakan lengan yang tepat, Fu Naga Api pun berubah menjadi garis api yang melesat tajam ke arah boneka itu.
Meski terlihat seram, boneka kertas itu tetap rapuh. Begitu tersentuh garis api, tubuhnya langsung menyala berdentuman. Seperti manusia api yang kejang-kejang di udara, kobaran apinya semakin besar diterpa angin malam. Tak lama kemudian, seluruhnya berubah jadi bola api yang jatuh melayang ke tanah.
Kulepaskan napas lega. "Tipu muslihat..." desakku sinis.
Sebelum suaraku habis, BRAK! Boneka kertas yang terbakar itu tiba-tiba meledak dahsyat.
Aku terkejut bukan main, sama sekali tak menyangka di dalam boneka kertas itu masih ada senjata tersembunyi. Di momen genting ini, aku tak sempat bereaksi, hanya bisa memandang pasif saat titik-titik cahaya dingin beterbangan menghampiriku dengan kecepatan luar biasa.
Tepat di saat genting itu, bayangan putih tiba-tiba muncul menghalang di depanku—ternyata Xiao Guoguo!
Xiao Guoguo merapatkan kedua tangannya membentuk jurus mantra. Sebuah lapisan pelindung transparan berbentuk setengah lingkaran muncul di depannya. Denting-denting logam bersahutan saat senjata-senjata itu menabrak perisai energi, memercikkan bunga api sebelum terpental kembali. Beberapa di antaranya melesat melewati samping kami, srub-srub-srub menghujam masuk ke batang pohon besar yang keras.
Setelah beberapa saat, Xiao Guoguo menyatukan telapak tangannya. Asap siluman mengepul dari ujung jarinya, membuat perisai pelindung itu lenyap seketika.
Aku diam-diam mengusap keringat dingin: "Xiao Guoguo, terima kasih!"
"Ngapain berterima kasih? Kita kan rekan! Tapi denger ya, bisa nggak sih kamu lebih waspada? Belum sampai Makam Kaisar Qin Shi Huang sudah tewas, itu namanya pengecut!" Xiao Guoguo tak lupa menyelipkan sindiran.
Kupandangi batang pohon di belakang. Tampak belasan jarum perak tipis bagai bulu sapi tertancap rapat di permukaannya. Meski halus, tenaga yang dibawanya ganas sekali. Jika masuk ke tubuh manusia, mustahil dikeluarkan. Jarum-jarum itu akan mengalir menyusuri pembuluh darah, menyiksa dengan rasa sakit tak terbayangkan.
Butiran keringat dingin mengalir di pipiku. Tinjuku terkepal sampai berbunyi kretek-kretek.
Brengsek!
Senjata tersembunyi ini terlalu kejam, ternyata sebelumnya disembunyikan di dalam boneka kertas. Begitu boneka kertas diserang, jarum-jarum perak di dalamnya langsung melesat keluar.
Kalau tadi Xiao Guoguo tidak muncul tepat waktu, setidaknya belasan jarum perga mungkin sudah menusuk tubuhku.
Aku geram dan panik, refleks mengeluarkan Tianxie Qiang sambil membentak: "Siapa kau yang bermain siluman di sini? Cepat keluar Kakek sumpahin! Aku janji tidak akan membunuhmu!"
Angin gunung berhembus lembut, suasana sekitar sunyi senyap.
Hutan lebat yang rimbun, boneka kertas yang mengerikan, mekanisme jebakan yang rumit - semuanya terasa sangat mistis dan menakutkan.
Intuisiku mengatakan, dalam keheningan udara ini seolah mengendap ancaman besar.
Aku dan Xiao Guoguo saling memahami, masing-masing mundur selangkah membentuk formasi bertahan dengan punggung saling menempel, berputar perlahan membentuk lingkaran.
Dengan cara ini kami bisa mengawasi semua gerakan di segala penjuru - formasi pertahanan yang paling sederhana namun efektif.
Tiba-tiba, saat semak di depan kami tertiup angin hingga membungkuk, kulihat bayangan wajah hantu muncul di balik rumpun ilalang!
Wajah kehijauan dengan taring panjang seperti iblis, di antara alisnya terdapat bekas darah yang menyala-nyala.
Jantungku berdesir ketakutan, kuhardik dengan suara menggelegar: "Siluman! Ke mana lagi kau bisa lari?!"
Tianxie Qiang berputar di udara, ujung kaki menyentuh tanah dengan lembut, tubuhku melesat ke semak depan secepat kilat.
Dua Tianxie Qiang bagai dua roda berputar, berubah menjadi dua cincin cahaya berkilauan, memotong habis semak dan rumput liar di sekitarku, meninggalkan jejak jelas di belakangnya.
Aku bergerak cepat, tapi siapa sangka muka hantu itu menghilang lebih cepat lagi.
Begitu kuterjun ke dalam semak, muka hantu itu lenyap secara misterius.
Tangkapan kosong. Amarah dan energi dalam tubuhku tak tersalurkan. Aku berputar-putar sambil memfokuskan penglihatan, mencari-cari bayangan muka hantu itu.
Tiba-tiba muka hantu lain muncul di balik pohon besar seberang. Sekilas terlihat oleh Xiaoguoguo. Tubuhnya berubah menjadi bayangan putih menyambar belakang pohon, tapi tak menemukan apa-apa selain ruang kosong.
Demikian berulang kali. Kami menemukan beberapa muka hantu di berbagai arah - barat laut, tenggara, utara, selatan - sampai kami kehabisan tenaga. Napas kami tersengal-sengal, hampir tak sanggup lagi.
“Ah!” Aku menarik Xiao Guoguo, berbisik di dekat telinganya: “Kurasakan musuh sepertinya sengaja menggodaku kita!”
Xiao Guoguo mengangguk: “Aku juga menyadarinya, mungkin mereka sengaja melelahkan stamina fisik kita!”
“Kita tetap di tempat ini jangan bergerak, jangan sampai hidung kita digiring lagi!” kataku.
Xiao Guoguo berkata: “Baik! Aku juga ingin tahu, gerangan apa musuh kita sedang mengatur siasat jahat?”
Seperti pepatah kuno ‘tetap tenang menghadapi perubahan’.
Setelah menyadari tipu muslihat musuh yang ingin menguras stamina kami, kami memutuskan untuk tak lagi aktif menyerang, melainkan berdiam diri menanti serangan lawan.
Waktu berlawan detik demi detik, wajah-wajah hantu itu bagai menghilang, tak muncul lagi.
“Apakah mereka sudah pergi?” tanyaku pelan.
“Belum!” kata Xiao Guoguo: “Kukupak ada mata-mata yang terus mengawasi kita di sekeliling!”
Hawa dingin malam di pegunungan semakin menusuk, embun beku mulai turun di hutan. Persis saat betisku mulai kaku, tiba-tiba menyala delapan cahaya hantu hijau pekat di sekeliling hutan. Cahaya-cahaya hantu itu terombang-ambing di udara, masing-masing diikuti wajah mengerikan yang muncul. Delapan wajah hantu itu mengapung dalam kegelapan, mengepung kami rapat dari delapan penjuru bagai delapan hantu jahat dari alam bawah yin.
Jantungku berdegup kencang bagai genderang perang, mereka muncul! Akhirnya muncul!
"Aku tidak tahu apakah musuh kita sebenarnya manusia atau hantu, tapi pemandangan di depan ini benar-benar mengerikan dan aneh. Meski sudah mengalami banyak hal horor, saat ini seluruh tubuhku gemetar dingin, tangan tak terkendali mencengkeram Tianxie Qiang."
Delapan wajah hantu perlahan mendekati kami, napasku dan Xiao Guoguo menjadi terengah-engah.
Saat itulah, kami akhirnya menyadari bahwa lawan yang kami hadapi ternyata manusia, bukan hantu!
Delapan orang berbaju hitam, seragam hitam mereka menyatu dengan kegelapan, memberikan efek kamuflase yang baik. Cukup dengan bersembunyi di kegelapan, jejak mereka sulit terlacak, ini juga alasan mengapa aku dan Xiao Guoguo berkali-kali gagal menyerang sebelumnya.
Di wajah delapan orang berbaju hitam itu terdapat topeng hantu dengan ekspresi mengerikan. Setiap topeng memiliki rupa hantu jahat yang berbeda-beda: ada yang bermuka hijau bertaring panjang, bermata merah berambut api, ada juga yang berwajah hitam dengan pupil gelap. Singkatnya, setiap topeng memancarkan aura hantu yang menyeramkan. Muncul tiba-tiba di tempat sepi terpencil ini, mereka benar-benar tak beda dengan hantu sungguhan.
"Kalian ini siapa? Pikir dengan berdandan seperti ini bisa menakut-nakuti kami?" suaraku bergemuruh menantang.
Tapi delapan orang bertopeng hantu itu tetap bungkam, terus melangkah mendekati kami.
Meski tak bisa melihat mata mereka, aku jelas merasakan sorotan mata dingin menusuk dari balik topeng-topeng itu.
Dalam hati aku bergumam, "Jangan-jangan kita ketemu perampok?"
"Kalau dipikir begitu," aku menyenggol Xiao Guoguo dengan siku pelan-pelan, "Halah, kalau mereka merampok harta masih bisa dimaklumi. Tapi kalau berniat merampok kehormatan, kau bakal dalam bahaya!"
"Hng!" Xiao Guoguo mendesah kesakitan sambil merendahkan, "Siapa berani mengincar si nyonya tua ini? Nanti kukuliti hidup-hidup!"
Saat mendekat, tiba-tiba kilau dingin menyambar. Delapan orang bertopeng hantu secara serempak mengeluarkan senjata mereka – delapan pisau kepala hantu dengan bentuk unik dan desain aneh mengerikan. Gagangnya berbentuk hantu jahat, bilahnya bergaya kuno. Ujungnya lebar dan kokoh, semakin ke bawah semakin menyempit. Desain ini membuat daya serang bilah saat menebas menjadi lebih dahsyat.
Kedelapan pisau kepala hantu ini serupa persis. Mata pedangnya luar biasa tajam, hanya terlihat garis perak tipis. Bilahnya memancarkan aura kematian yang menusuk dingin. Hanya senjata yang kerap haus darah yang memiliki aura kematian sekuat ini.
Sret!
Salah satu topeng hantu memutar pergelangan tangan. Pisau kepala hantu itu menyibak udara dengan suara menderu, mengukir busur setengah berkilauan salju di angkasa, menghujam ke arah kepalaku.
Ujung pisau berat itu mengeluarkan siulan melengking, udara pun terkoyak. Cukup untuk membelah tengkorakku jadi dua dengan mudah.
Tak berani menunda, Tianxie Qiang kusilangkan membentuk tanda "X". Kedua lengan kangkat menghalangi di atas kepala.
Gedebuk!
Pisau kepala hantu yang tajam bertabrakan keras dengan Tianxie Qiang, percikan api beterbangan membuat mata kami memerah.
Meski pisau kepala hantu adalah senjata pusaka, tapi Tianxie Qiang juga senjata legendaris, ternyata bisa menanggung tebasan ini.
Jika menggunakan senjata biasa, mungkin senjata dan kepala sudah terpotong tuntas oleh tebasan paksa ini.
Gaya serangannya masih sangat ganas. Meski tebasan ini tidak melukai saya, telapak tangan saya terasa bergidik ngeri. Jika bukan karena kekuatan kedua lengan yang menahan, mungkin Tianxie Qiang sudah terlepas dari genggaman. Saya menggeser kaki kanan ke belakang, membentuk postur busur untuk menyalurkan tekanan dari atas kepala. Namun karena serangan musuh terlalu dahsyat, kaki kanan saya terbenam ke dalam tanah lebih dari setengah inci.
Dalam hati saya terkejut sedikit: Dasar, hebat sekali!
