Baru setelah kelompok ini pergi cukup jauh, Xiao Guoguo melepas pelindung aura siluman. Kekuatan sihir yang menguras energi spiritual seperti ini sebaiknya dihindari pemakaiannya terlalu lama.
"Mengerikan sekali! Orang-orang ini benar-benar setan!" Xiao Guoguo mengerutkan alisnya, masih tampak trauma.
Aku mengangguk, menegaskan: "Setan pembunuh yang tak berkedip!"
Xiao Guoguo berkata: "Aura di tubuh mereka sangat kuat, pasti pernah ke medan perang. Entah dari mana asal-usul mereka!"
Kuhela napas pelan, wajahku berkerut: "Jika tebakanku benar, kelompok ini pastinya prajurit bayaran!"
Tentara bayaran adalah sekelompok "pembunuh profesional yang hidup dari perang". Mereka disewa untuk melakukan berbagai pembunuhan diam-diam, penculikan, pertempuran, bahkan kudeta. Komposisi tentara bayaran sangat rumit, mencakup berbagai jenis orang termasuk warga sipil, mantan tentara, buronan, dan lain-lain. Namun mereka memiliki satu ciri khas yang sama: mereka menyukai perang. Perang adalah segalanya dalam nyawa mereka. "Siapa yang membayar, untuk itu kami bekerja" - ini adalah prinsip dasar yang dipatuhi semua tentara bayaran. Dalam pandangan mereka tidak ada konsep benar-salah.
Namun proses seleksi dan latihan tentara bayaran tidak tertahankan bagi orang biasa. Rata-rata hanya satu dari sepuluh kandidat yang lulus ujian akhir. Sebagian besar tidak tahan menanggung kesakitan dan mundur di tengah jalan. Tapi begitu berhasil melewati ujian, mereka akan menjadi "Rambo" sejati.
Kebingungan dalam hatiku semakin bertambah: Bagaimana mungkin ada pasukan tentara bayaran yang datang ke Makam Kaisar Qin Shi Huang? Mengapa Xu Bo dan kawan-kawannya bergabung dengan pasukan tentara bayaran? Selain itu, apa sebenarnya tujuan mereka datang ke sini? Apakah untuk mencari harta karun di istana bawah tanah Kaisar? Bukankah itu seperti dongeng yang mustahil? Sejak zaman kuno hingga sekarang, banyak ahli pencuri makam berkumpul di Makam Kaisar Qin Shi Huang, tapi sampai saat ini tak ada yang berhasil masuk ke istana bawah tanah.
Tapi metode tentara bayaran ini terlalu kejam. Jika tujuan mereka hanya mencuri makam, apakah perlu sampai membunuh? Nyawa manusia di mata mereka seperti jerami, tak ada nilainya sama sekali.
Tentu saja, yang paling ingin kuketahui adalah siapa sebenarnya dalang di balik pasukan tentara bayaran ini? Apa tujuan sebenarnya mereka?
Aku dan Xiao Guoguo tidak berani mengikuti terlalu dekat, kehadiran pasukan bayaran membuat kami semakin berhati-hati.
Sampai di luar Gerbang Makam Prajurit Terakota, ditemukan dua satpam yang telah jatuh di pos penjagaan.
Darah segar menggenang di dinding pos penjagaan, kedua satpam tergeletak dalam kubangan darah.
Seorang satpam lehernya terpotong oleh pisau militer, sementara satpam lainnya memiliki lubang peluru mengerikan di antara alisnya.
Keduanya masih muda dan tampan, tak disangka mengalami nasib buruk seperti ini.
Memasuki ruang pamer makam massal, gelap gulita menyelimuti. Samar-samar terlihat barisan patung batu prajurit berjajar rapi di lubang besar, diselingi patung kuda dan gerbong perang batu yang lesu, dipenuhi aura kematian dan kekejaman.
Saat ini sudah tengah malam pukul tiga, puncak energi Yin dalam sehari.
Di luar tidak ada angin, tapi entah mengapa di dalam ruang pamer tiba-tiba bertiup angin yin yang menyusuri lorong makam, mengeluarkan siulan menyeramkan bagai tangisan tertekan ribuan roh penasaran. Seluruh area makam diselimuti energi jahat pekat, bergema aura hantu yang menyengat.
Tampaknya menjadi satpam di area makam ini membutuhkan keberanian luar biasa. Jika tidak, hanya mendengar desisan angin yin setiap malam saja sudah cukup membuat orang hampir mati ketakutan.
Di tempat beraura Yin yang menyeramkan seperti ini, sering terjadi peristiwa gaib yang sulit dijelaskan. Banyak kasus telah diblokir informasinya oleh departemen terkait dan dilarang disebarluaskan. Tapi seperti pepatah kuno, tak ada tembok yang benar-benar kedap angin. Dulu saat aku masih di tim arkeologi, aku juga pernah mendengar cerita-cita aneh tentang lubang pengorbanan manusia.
Saat itu Makam Kaisar Qin Shi Huang baru saja diamankan, belum ada satpam terlatih yang ditempatkan di sana. Untuk mencegah pencuri makam datang, departemen terkait memobilisasi sekelompok rekrutan muda dari pasukan bersenjata untuk menjalankan tugas penjagaan. Mengaku tidak takut itu bohong, tapi sebagai prajurit harus patuh pada perintah. Ini instruksi atasan, tak ada yang bisa menolak. Akhirnya para rekrutan muda itu terpaksa memaksakan diri datang ke Makam Kaisar Qin Shi Huang.
Jumlah rekrutan muda ini sekitar satu kompi, mendekati seratus orang, datang ke area makam dengan formasi besar.
Dengan jumlah yang banyak, keberanian mereka pun bertambah. Ditambah dilengkapi senjata dan amunisi, ketakutan para rekrutan ini cepat menghilang. Bahkan banyak yang diam-diam senang, menganggap ini tugas menyenangkan yang lebih baik daripada latihan melelahkan di perkemahan setiap hari.
Seratus rekrutan ini dibagi menjadi empat peleton yang berjaga bergiliran. Setiap hari dua peleton bergantian shift pagi dan malam, lalu beristirahat satu hari.
Yang berjaga siang hari tidak merasakan apa-apa, tapi yang bertugas malam masih merasakan merinding di hati.
Baru ditempatkan selama tiga hari, Peleton 2 yang bertugas jaga malam hari ketiga langsung mengalami masalah. Seorang prajurit pergi buang air kecil, namun entah mengapa tiba-tiba menghilang. Saat menemukan prajurit itu saat fajar, ternyata dia sudah menjadi gila, terus menerus bergumam "Ada hantu! Ada hantu!" seperti orang tak waras.
Kemudian prajurit itu segera diangkut pada hari itu juga. Pihak atasan merilis kabar bahwa prajurit tersebut menderita gangguan jiwa keturunan dalam keluarga, dan malam sebelumnya mengalami kekambuhan penyakit jiwa.
Penjelasan resmi ini tentu tidak meyakinkan banyak orang. Bagaimana mungkin seseorang yang tampak sehat tiba-tiba bisa kambuh penyakitnya tanpa alasan jelas?
Kabar burung tentang adanya hantu di Makam Kaisar Qin Shi Huang cepat menyebar. Selama beberapa hari itu, para prajurit penjaga malam diliputi ketakutan, tak berani menjauh sedikit pun dari pasukan utama.
Setelah beberapa hari dalam keadaan damai, tepat saat orang-orang mulai melupakan kejadian ini, masalah baru muncul lagi di area makam.
Dua prajurit yang bertugas patroli malam bersikukuh telah melihat hantu. Mereka mengaku saat berpatroli di sekitar lubang penguburan massal, jelas-jelas melihat bayangan manusia berdiri di tepi lubang. Namun ketika mereka berlari mendekat, bayangan itu tiba-tiba melompat ke dalam lubang penguburan dan menghilang tanpa jejak.
Saat itu, keduanya mungkin mengira itu adalah pencuri makam. Dengan keberanian luar biasa, mereka malah membawa senjata api dan meluncur ke dalam Makam Korban untuk mencari secara detail. Namun setelah mengobrak-abrik sekian lama, tetap tidak menemukan bayangan orang aneh itu. Belakangan, mereka semakin merasa tak beres, menduga mungkin bertemu Jineng Liar, sehingga ketakutan dan buru-buru merangkak keluar dari Makam Korban.
Setelah fajar menyingsing, regu yang bertugas menjaga makam di siang hari berpatroli bolak-balik mengelilingi Makam Korban berkali-kali, namun tak menemukan apapun. Bahkan ada yang meluncur ke dalam Makam Korban untuk memeriksa secara detail. Kesimpulan pemeriksaan: ditemukan dua set jejak sepatu di Makam Korban. Setelah dibandingkan, terbukti jejak tersebut milik dua prajurit yang berpatroli semalam, Liao Jianhua dan Zhang Jie.
Dengan kata lain, selain Liao Jianhua dan Zhang Jie, sama sekali tidak ada orang yang meluncur ke dasar Makam Korban semalam.
Hal ini membuat Liao Jianhua dan Zhang Jie benar-benar tak bisa memahami. Penglihatan keduanya sangat baik, tak mungkin salah melihat.
Jika satu orang mungkin mengalami halusinasi, masak dua orang sekaligus mengalami hal yang sama?
Komandan memanggil mereka untuk pembicaraan rahasia, memerintahkan untuk berjaga mulut rapat tentang kejadian semalam, merahasiakannya sepenuhnya, serta mengubah pernyataan resmi bahwa mereka hanya mengalami halusinasi semalam.
Meski kedua orang ini tahu bahwa mereka tidak salah lihat, namun karena tekanan dari instruktur, mereka terpaksa mengikuti skrip yang diajarkan instruktur kepada rekan-rekan mereka. Mereka mengaku hanya salah melihat, dan seluruh kejadian hanyalah kesalahpahaman besar. Hal ini membuat rekan-rekan mengejek mereka sebagai neurotik yang tegang sampai berhalusinasi. Keduanya seperti orang bisu yang makan buah pare - pahit tapi tak bisa diungkapkan. Hanya mereka yang tahu kebenaran sebenarnya, namun tak bisa mengungkapkannya.
Tapi peristiwa ini tidak berakhir meski keduanya menjaga mulut rapat-rapat. Hanya berselang satu hari, Zhang Jie menghadapi masalah!
Kali ini, Zhang Jie menghilang!
Tanpa pertanda apapun, Zhang Jie seolah menguap dari dunia ini, lenyap tanpa jejak.
Awalnya semua mengira Zhang Jie jadi pengecut, menduga mungkin setelah kejadian bertemu hantu dua hari lalu, dia memilih untuk melarikan diri karena ketakutan.
Tapi alasan Zhang Jie sebagai pengecut sulit diterima. Pasukan dijaga ketat, seluruh lubang penguburan diawasi dan dilindungi dengan ketat. Tak mungkin ada yang bisa pergi diam-diam. Karena saat itu hanya dua lubang patung terakota yang berhasil ditemukan, meski secara resmi disebut menjaga Makam Kaisar Qin Shihuang, fokus pengawasan sebenarnya hanya di area lubang patung tersebut. Ratusan polisi bersenjata lengkap menjaga dua lubang tanah besar, mana mungkin ada yang bisa kabur di depan mata mereka?
Pimpinan kompi sangat marah. Di era mana pun, menjadi pengecut adalah hal yang memalukan. Terutama di zaman itu, pelaku desersi tingkat berat bisa dieksekusi tembak. Kejadian desersi di sebuah kompi membuat malu para pimpinan dan berpengaruh buruk pada promosi mereka di masa depan. Maka para pimpinan kompi yang dilanda api kemarahan membentuk tim penyelidikan khusus yang dipimpin oleh komisaris politik untuk menyelidiki tuntas kasus ini.
Komisaris politik bernama Cao Yifei sendiri memilih 10 penjaga termasuk Liao Jianhua yang pernah mengalami peristiwa kemasukan hantu untuk membentuk tim penyelidikan.
Tanpa petunjuk jelas, Cao Yifei terpaksa membawa tim ke kuburan mereka - lokasi dimana Liao Jianhua dan Zhang Jie kemasukan hantu malam itu - berharap bisa menemukan jejak di tempat kejadian.
Di siang bolong, sepuluh penjaga menyorotkan senter tentara ke segala sudut kuburan, hampir membalikkan tanah di bawahnya.
Liao Jianhua yang kelelahan bersandar pada patung batu manusia sambil terengah-engah.
Saat menoleh secara tak sengaja, matanya tiba-tiba terpaku pada patung di depannya.
Melihat wajah pucat Liao, Cao Yifei buru-buru bertanya ada apa.
Dengan tangan kanan gemetar, Liao menunjuk patung itu sambil bibirnya bergetar hebat: "Patung ini... sepertinya... sepertinya Zhang Jie..."
Apa?!
Ucapan Liao Jianhua membuat semua orang di tempat itu membeku ketakutan, masing-masing melotot, menatap patung manusia itu dengan takjub.
Anehnya, semakin dilihat, semakin terasa wajah patung itu sangat mirip dengan Zhang Jie yang menghilang!
Cao Yifei juga gemetar ketakutan, segera memerintahkan prajurit untuk menyeret patung itu keluar dari kuburan mereka.
Setelah diskusi rahasia pimpinan kelompok, mereka diam-diam mengutus orang untuk memecahkan patung itu. Hasilnya membuat tercengang: patung itu ternyata adalah Zhang Jie yang hilang!
Data perbandingan menunjukkan jumlah patung di kuburan itu sama persis dengan saat penggalian. Artinya, patung Zhang Jie benar-benar muncul entah dari mana.
Lalu, mengapa Zhang Jie mati?
Mengapa setelah mati berubah menjadi patung di kuburan mereka?
Semua keanehan ini tak seorang pun bisa menjelaskan.
