Setelah berhasil memecahkan makna sandi, kerumunan orang bersorak gembira dengan penuh semangat.
Paman Liu Er berkata padaku: "Tuoba Gu, terima kasih! Tak kusangka teka-teki yang telah membingungkan Penjaga Makam kami selama ribuan tahun ini, ternyata bisa kau pecahkan dalam waktu sesingkat ini!"
Aku memberi hormat dengan kepalan tangan: "Paman Liu Er, terlalu sopan, sebenarnya kami yang harus berterima kasih! Kalau bukan karena dua kalimat rahasia dari Penjaga Makam kalian, aku dan Xiao Guoguo bisa mencari sampai setahun pun di sini, takkan bisa menemukan pintu masuk istana bawah tanah!"
Secara alami, mungkin benar orang baik dapat balasan baik. Andai kami tak bertemu Penjaga Makam, tak menyelamatkan Paman Liu Er yang berhati bajik, kami takkan mendapat dua kalimat rahasia penting ini. Tanpa kalimat rahasia, aku dan Xiao Guoguo hanya bisa pulang dengan tangan hampa, sama sekali tak bisa menyelamatkan Gu Meidi.
"Masih ada! Kakak Ziyun juga pahlawan besar!" Xiao Guoguo berjalan mendekat, menggandeng tangan Ziyun. Di kelompok ini hanya mereka berdua perempuan, jadi hubungan mereka sangat akrab. Baru sebentar berkenalan, mereka sudah menyebut diri saudari. Tapi memang Xiao Guoguo sangat disukai, entah wajahnya yang manis sempurna, suaranya yang nyaring memikat, atau gaya manja dan nakalnya yang menggemaskan - semuanya membuat orang ingin dekat dengannya.
Aku mengangguk: "Benar! Jasa Ziyun kali ini juga sangat besar! Kalau bukan karena deduksi Ziyun tentang makna Kursi Raja Naga, bagaimana mungkin kita berhasil mengartikan makna kalimat rahasia bagian kedua!"
"Jangan bicara begitu!" Pipi Ziyun memerah sedikit: "Kami tinggal di pegunungan sepanjang tahun, sering duduk di depan pintu melihat awan dan gunung. Di benak kami sering berimajinasi tentang bentuk awan dan gunung itu. Misalnya, awan itu seperti kuda perkasa yang sedang berlari, gunung itu menyerupai naga abu-abu yang sedang berbaring. Mungkin karena sejak kecil memiliki imajinasi yang kaya seperti ini, jadi saat aku melihat gundukan tanah pemakaman, langsung terpikir bentuk kursi!"
"Lalu apakah kita harus menunggu sampai malam?" Yue Xiaojun menunjukkan ekspresi semangat sambil menggosok-gosokkan tangannya.
"Basa-basi!" Kata Xiao Guoguo: "Menurutmu di siang bolong akan ada rasi Bintang Biduk?"
Yue Xiaojun mencibir sinis dan berjalan kesal ke samping.
Aku berkata: "Aku memahami perasaan kalian sekarang. Sebenarnya hatiku lebih terburu-buru daripada kalian! Tapi kegelisahan saja tak berguna. Hanya di malam hari kita bisa menentukan arah melalui rasi Bintang Biduk! Tentu saja, lebih baik kita semua berdoa dalam hati agar cuaca malam ini cerah, bisa melihat rasi Bintang Biduk. Kalau tidak terlihat, malam ini jadi batal, harus menunggu sampai besok malam. Jika besok juga tidak terlihat, kita harus terus menunggu sampai rasi Bintang Biduk muncul!"
"Mulut gagak!" Xiao Guoguo menutup mulutku dengan tangannya: "Cuaca hari ini sangat bagus, langit cerah tanpa awan. Jika tidak ada hal tak terduga, malam pasti bisa melihat rasi Bintang Biduk!"
"Semoga saja!" Aku mengerutkan bibir: "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya!"
Paman Liu Er berkata: "Masih ada setengah hari, kalian semua pasti lelah setelah semalam berkelana? Lebih baik tetap di tempat dan istirahatkan kaki, kumpulkan tenaga, mungkin malam nanti akan ada pertempuran sengit!"
Kerumunan orang mengangguk setuju, lagipula melihat keadaan seperti ini, para prajurit bayaran pasti tak akan segera kembali. Sedangkan di luar, lubang penguburan korban saat ini pasti sudah mendidih, bahkan jika mereka mau memanggil polisi, tak mungkin cepat-cepat mengejar masuk ke kota dalam. Jadi beristirahat di tempat sekarang ini seharusnya merupakan pilihan yang cukup baik.
Mesin pun bisa korsleting dan rusak karena operasi berkepanjangan, apalagi manusia?
Semua memang sudah sangat kelelahan. Dengan kondisi seperti ini menghadapi para prajurit bayaran itu, sama saja mengorbankan nyawa sendiri. Masih ada perjalanan panjang di depan, setelah masuk ke istana bawah tanah belum tentu bisa tidur, bahkan belum tentu ada nyawa untuk tidur. Jadi manfaatkan waktu sekarang untuk memulihkan tenaga, sesuaikan kondisi fisik ke tingkat terbaik.
Tak lama kemudian, dentuman dengkuran bergantian terdengar di sekeliling.
Para Penjaga makam memang orang desa, polos dan santai. Begitu merebahkan badan ke tanah, langsung tertidur.
Aku juga hendak berbaring, tiba-tiba Xiaoguoguo menarikku: "Jangan bergerak!"
"Ada apa?" Kutatap wajahnya.
"Duduk saja seperti ini. Lantainya keras, aku mau pakai pangkuanmu sebagai bantal!" Tanpa basa-basi lagi, tubuhnya miring langsung merebah di betisku.
“Menghardik! Kau benar-benar tak lagi sopan ya? Kalau begini bagaimana aku bisa tidur nyaman? Bangun dong! Menghardik!” Meski aku terus protes dan berteriak, si brengsek Nona Kecil ini sama sekali tak mau mengurusku.
Sampai akhirnya teriakan ku membuatnya kesal, dengan enggan ia membuka satu matanya: “Sst, jangan berisik, jangan sampai membangunkan orang lain! Ada cewek cantik yang tidur menggunakan pangkuanmu adalah sebuah berkah, jangan kau tak tahu diri berada dalam berkah!” Belum sampai tiga detik setelah mengucapkan ini, Nona Guo Guo ini ternyata juga mulai mengeluarkan dengkuran halus. Sebelumnya ia menggunakan kekuatan siluman untuk melindungi, menghabiskan banyak kekuatan spiritual, sekarang memang sudah sangat kelelahan dan perlu istirahat cukup untuk memulihkan kekuatan spiritual.
Aku menghela napas tipis, tetap tak bisa melawannya, sudahlah, biarkan ia tidur seperti ini!
Kumenunduk memandangnya, mulut kecilnya yang menggemaskan terkadang mengeluarkan suara dengkuran, melihat keadaannya seperti ini, bagaimana mungkin aku tega membuangnya di tanah? Sudahlah, sekadar mengorbankan kedua betisku, aku pasti sanggup menanggungnya.
“Awoo——” Nona Guo Guo menjilati bibirnya, lalu berguling dalam tidurnya.
Bergulingnya ini sebenarnya hal sepele, tapi membuatku sangat malu.
Pipinya awalnya menghadap ke luar. Setelah berguling, pipinya kini menghadap ke dalam. Mulut mungilnya yang lembut seolah bisa pecah oleh tiupan itu tepat berada di area selangkangan yang vital. Hawa panas dari napasnya terus menyembur ke daerah selangkanganku. Aku merasakan bagian tertentu tubuhku menjadi hangat, seluruh badan mulai terasa pengap.
"Mematikan! Sungguh mematikan!" Aku tak berani menatap wajahnya lagi, segera memejamkan mata.
Tapi sensasi aneh di selangkangan terus menerus menghantam. Aku hanya bisa membatin membaca 《Mantra Jernih Hati》, memaksa kegelisahan di hatiku mereda. Terus-menerus kubaca hingga akhirnya aku tertidur.
Saat terbangun, langit dipenuhi cahaya senja seperti potongan-potongan kain merah terkoyak yang melayang-lambat di atas gundukan tanah, mencelupkannya dalam warna darah. Angin malam berhembus membawa suara drum senja yang sayup-sayup. Dalam kesamaran, kulihat siluet roh naga raksasa melingkari gundukan tanah itu. Mulut naganya menganga, merengek tajam ke arah matahari terbenam.
"Aiyayaya, tidurnya nyaman sekali!" Xiao Guoguo menguap, tangan mungilnya menggapai-gapai sambil meregangkan badan. Perlahan ia merangkak bangun dari pangkuanku.
“Nenek buyutku, kau tidur nyenyak ya, sementara kedua betisku rasanya mau copot!” Baru saja ingin menggerakkan kaki, kudapati kedua betisku sudah mati rasa tertindih tubuh Xiao Guoguo.
“Tenang, kubantu pijat-pijat, pasti langsung enak!” Sebelum suaranya habis, Xiao Guoguo sudah meraih pangkal pahaku dengan kedua tangannya.
“Oh—” Mulutku membentuk huruf O, tak kuasa menahan erangan.
Sebenarnya dia sedang memijat urat dan meridian di pangkal pahaku, tapi bagi orang lain, seolah tangan mungilnya sedang mencengkeram selangkanganku hingga kuteriak kesenangan.
Telapak tangan Xiao Guoguo meluncur turun sepanjang betisku, perlahan sensasi di kakiku kembali pulih.
“Gimana?” tanya Xiao Guoguo.
“Hmm, bagus, jempolan benar teknik pijatmu!” Kubenarkan dengan anggukan.
Saat kami menoleh, Liu Er-shu dan para Penjaga Makam lainnya sedang terpana memandangi kami. Bahkan Ziyun sampai memerah pipinya dan berpaling.
“Eh, kalian lihat apa sih?” Xiao Guoguo bertanya dengan polos.
“Ehem!” Liu Er-shu melambaikan tangan, pura-pura batuk. “Mungkin kami orang gunung terlalu kolot, tidak menyangka dunia luar sudah se-terbuka ini!”
Xiao Guoguo mengerutkan alisnya yang seperti daun willow, tangan menangkup pinggang. “Sama sekali tidak mengerti omongan kalian!”
Kubuka mulut sebentar, lalu memutuskan malas menjelaskan. Khawatir klarifikasi justru akan memperkeruh keadaan.
"Hampir gelap," Paman Liu Er dan yang lain merogoh bekal dari saku baju mereka masing-masing.
Bekal mereka berupa roti jagung kukus berwarna kuning kecoklatan, keras seperti batu, bahkan lebih keras dari biskuit kompresi di tasku.
Menurut Paman Liu Er, roti jagung ini dibuat dengan proses dehidrasi sehingga tidak mudah berjamur, tahan lama, sangat cocok sebagai bekal survival di alam liar.
Si Kecil Guoguo membandingkan roti jagung di tangan penjaga makam dengan biskuit kompresi di tanganku, lalu dengan tegas mengulurkan tangan mungilnya ke arah biskuitku.
"Hmm? Bukannya kau tidak mau makan?" tanyaku sambil tersenyum.
Guoguo melotot padaku, menyelipkan biskuit kompresi ke mulutnya dengan ekspresi kesakitan, bergumam sambil menggigit: "Aku gigit! Aku gigit! Aku gigit-gigit-gigit!"
Saat kami asyik mengunyah biskuit, Jiao Heng yang pendiam itu tiba-tiba berguling bangkit, lalu merangkak seperti cicak di tanah dengan kepala miring dan telinga kiri menempel erat di permukaan.
"Dia sedang apa? Latihan kodok raksasa?" Guoguo heran.
Paman Liu Er memberi isyarat diam. Aku pun menyadari, sepertinya Jiao Heng sedang menyimak suara dari dalam tanah.
Beberapa detik kemudian, Jiao Heng berdiri dan berkata pada Paman Liu Er: "Ada yang mendekat ke sini!"
"Hah? Ada orang?" Semua spontan meraih senjata dan siaga penuh.
Liu Er Shu memberi tahu kami: "Jiao Heng adalah pemburu terunggul di desa keluarga Liu kami, pendengarannya luar biasa tajam, bahkan bisa mendengar suara lembut tikus hutan berlari!"
Sampai di sini, Liu Er Shu berbalik dan melambaikan tangan ke orang lain: "Bersembunyi!"
Kami berpencar ke segala arah, masing-masing menemukan penghalang untuk bersembunyi.
Jantungku berdegup tuk-tuk-tuk tak henti-hentinya, siapa gerangan yang akan datang? Apakah para prajurit bayaran itu? Atau orang lain?
Tak lama kemudian, beberapa bayangan manusia muncul dalam cahaya senja, siluet mereka memanjang oleh matahari terbenam, terlihat agak kelelahan.
Salah seorang mengeluh: "Sial! Makam Kaisar Qin Shihuang benar-benar sialan besar, tak disangka kita yang berjasa sepanjang hidup malah tersesat di sini!"
Suara yang lebih muda menyambung: "Ya kan, apalagi tempat ini benar-benar aneh mengerikan, radio, ponsel, kompas di area makam ini semua tiba-tiba tak berfungsi!"
Suara wanita berkata: "Mungkin medan magnet di sini agak berbeda!"
Suara paruh baya berwibawa terdengar: "Kalian berhenti mengeluh, lebih baik hemat tenaga untuk mencari jalan keluar!"
