Melihatku sedang fokus merenungkan masalah, semua orang diam dan berhenti berbicara.
Mereka tahu aku ahli dalam bidang arkeologi, sangat memahami benda-benda di makam kuno, maka harapan untuk membuka Pintu Naga secara alamiah jatuh di pundakku.
"Aku ingat Fan Shuai pernah memberitahu kami, pintu makam dan terowongan rahasia yang tidak bisa dibuka dengan kekuatan luar, pasti dikendalikan oleh mekanisme jebakan tersembunyi. Asal kita tenang dan menemukan mekanisme yang tersembunyi, pintu makam pasti bisa terbuka."
Mataku menyapu permukaan Pintu Naga. Tiba-tiba, pandanganku berbinar, jantungku berdebar kencang.
Dengan penuh emosi kukatakan: "Kurasa aku menemukan mekanisme untuk membuka Pintu Naga!"
"Benarkah? Di mana?" Ekspresi wajah kerumunan tak bisa menyembunyikan sukacita, semua mata menatapku penuh harapan.
Aku tidak menjawab mereka, melainkan langsung mendekati bagian bawah Pintu Naga.
Menghela napas pelan, melompat tinggi dengan lengan terentang, mencengkeram cakar naga yang berkerenyit.
Lalu kusentuh ringan pintu batu dengan ujung kaki, berguling mendarat di kepala naga yang penuh semangat perkasa.
Ekspresi Paman Liu Er dan para penjaga makam langsung berubah. Mereka menghardik: "Tuoba Gu, kau sedang apa? Segera turun! Jangan menghina naga ilahi!"
Aku tahu Naga Terbang pasti sangat dihormati dalam hati para penjaga makam, tapi aku tidak bermaksud menghina.
Aku mengabaikan teriakan mereka, tangan menyentuh kedua mata naga yang berkilauan - dua mutiara malam itu.
Sensasi dingin menusuk langsung merambat, kepulan asap putih tipis mulai membelit kedua tanganku.
Aku meraba dua mutiara malam itu, mencoba mengetuk-ngetuk permukaannya. Ternyata mutiara tersebut memang agak longgar.
Hatiku berdebar gembira, dengan sedikit menambah tenaga di lengan, kudorong kedua mutiara itu ke bawah sekuat-kuatnya.
Terdengar suara "krak!", kedua mutiara itu masuk terbenam ke dalam kepala naga.
Benar!
Persis seperti dugaanku, kedua mata naga ini adalah mekanisme untuk membuka pintu batu ini!
Aku melompat turun dari kepala naga, memandang ke belakang. Dalam kegelapan, suara gemuruh berat terus bergema.
Tiba-tiba, di bawah tatapan takjub semua orang, celah muncul di tengah Pintu Naga. Seluruh gerbang terbelah dua, perlahan terbuka ke kiri dan kanan. Pintu batu raksasa itu bergeser pelan, getarannya membuat tanah berdentum hingga telapak kaki kami bergidik.
"Terbuka! Pintu Naga terbuka!" Seru kerumunan dengan penuh euforia.
Paman Liu Er menghampiriku, mengepalkan tangan hormat: "Maaf, tadi kami mungkin terlalu emosional dan salah menuduh!"
Kuserahkan senyum tipis, tak mempermasalahkan kejadian sebelumnya.
Yang terpenting, Pintu Naga telah terbuka. Akhirnya kami bisa memasuki Istana Bawah Tanah Kaisar Pertama!
Selama ribuan tahun, kitalah manusia pertama yang benar-benar masuk ke sini. Memikirkannya saja sudah membuatku berdebar.
Tapi kemudian kusadari, sebenarnya kami bukan yang pertama. Gelombang pertama adalah para tentara bayaran berhati dingin itu.
"Renungkanlah betapa ironisnya, Kaisar Qin Shihuang yang dijuluki kaisar sepanjang masa ini, pasti tak pernah menyangka dalam mimpinya bahwa ratusan tahun kemudian, pengunjung pertama makamnya ternyata sekumpulan orang asing!"
Bagi dunia arkeologi Tiongkok, ini juga merupakan noda kehormatan!
Setelah termenung sejenak, kami menyiapkan semangat dan melangkah masuk ke Pintu Naga dengan dada membusung.
Seolah ada suara membara di hati kami yang berteriak lantang: "Istana Bawah Tanah Kaisar, kami datang!"
Aku pernah membayangkan betapa megahnya Istana Bawah Tanah Kaisar. Saat membuka Pintu Naga tadi, aku masih menebak pemandangan seperti apa yang ada di baliknya.
Namun yang tak disangka semua orang, di balik Pintu Naga ternyata tersembunyi kegelapan pekat - sebuah dimensi luas yang diliputi angin yin berdesir-desir menusuk.
Kami saling memandang bingung: Tempat hantu macam apa ini?
Ruangan ini memang sangat besar, sorotan lampu kepala serigala pun tak bisa menjangkau langit-langitnya.
Di bawah kaki kami bukan lorong makam, melainkan jalan lebar yang bisa memuat empat truk berat berjajar.
Jalan ini sangat panjang, gemanya langkah kaki kami yang kosong bergema.
Tak berapa jauh berjalan, Shun Feng'er Jiao Heng tiba-tiba bersuara: "Dengarkan, suara apa itu?"
Kami berhenti, membusungkan telinga fokus mendengar. Gendang telinga menangkap bunyi glekuk-glekuk beruntun.
"Sepertinya suara air bah!" kata Lao Yang.
"Benar! Itu suara air!" kerumunan orang mengangguk serempak.
“Aneh! Bagaimana mungkin ada air di dalam istana bawah tanah ini? Ini sama sekali tidak sesuai dengan konstruksi bangunan makam kuno!” kata Cao Yi dengan wajah penuh kebingungan.
Sebenarnya keraguan Cao Yi tidak salah. Kita semua tahu, makam kuno adalah ruang tertutup yang dikubur dalam-dalam di bawah tanah. Jika terlalu lembap, peti mati atau jenazah di dalam makam bisa membusuk dan terkikis. Maka biasanya makam kuno sangat kering, semakin tidak ada aliran udara malah semakin baik. Makam yang disegel lebih rapat biasanya lebih terawat utuh.
Tapi yang mengejutkan, kami sekarang malah mendengar suara air di istana bawah tanah. Uap air tanah sangat pekat. Apakah Kaisar Qin yang tua tidak takut terkikis uap air? Erosi uap air yang berlangsung bertahun-tahun bahkan bisa menyebabkan seluruh istana bawah tanah atau gundukan tanah penutup ambruk total.
Tiba-tiba aku teringat satu catatan dalam "Catatan Sejarawan": "Mengebor tiga mata air, menuang perunggu untuk peti mati. Istana dan kuil para pejabat dipenuhi perkakas ajaib dan makhluk aneh. Menggunakan air raksa sebagai sungai-sungai besar, lautan, dengan mekanisme saling mengalirkan. Di atas ada hiasan langit, di bawah ada gambaran bumi. Menggunakan lemak ikan duyung sebagai lilin yang takkan padam selamanya!"
Kita tidak menganalisis makna kalimat ini dulu, kita fokus pada frasa pertama "menembus tiga mata air". Banyak akademisi melalui analisis mendalam berpendapat "menembus tiga mata air" mungkin merujuk pada tiga sungai bawah tanah. Legenda menyebutkan istana bawah tanah Kaisar Pertama digali sangat dalam, secara vertikal menembus tiga sungai bawah tanah. Untuk mencegah air sungai bawah tanah membanjiri istana, para tukang membangun tembok setinggi ratusan meter di bawah tanah, yang sebenarnya merupakan bendungan raksasa untuk menghalangi aliran air masuk ke istana, sehingga melindungi keamanan kompleks.
Apakah suara air yang kami dengar tadi merupakan gemericik dari sungai bawah tanah itu?
Selain itu, posisi kita yang berada di lereng datar dan luas - mungkinkah ini berarti kita sedang berdiri di atas bendungan penghalang tersebut?
Saya memaparkan spekulasi dan analisis saya kepada semua orang. Kerumunan itu mengucapkan 'aduh' penuh kekaguman.
Kami berjalan cepat mengikuti suara air. Semakin jauh melangkah, suara gemericik semakin jelas. Pada akhirnya, kami sudah bisa mendengar gemericik deras disertai dentuman berat air yang menghantam bendungan, bergema seperti gemuruh petir dalam kegelapan, sungguh menggetarkan.
Dengan sorotan lampu serigala, kami memandang ke bawah. Dalam gelap yang bergolak, benar terlihat sebuah sungai bawah tanah mengalir dengan tenang tanpa tergesa-gesa, bagaikan naga air yang berkelok-kelok. Selama ribuan tahun, arusnya terus-menerus menghantam tubuh bendungan.
Jika benar seperti yang tercatat dalam Catatan Sejarawan tentang tiga sungai bawah tanah, maka sungai ini pastinya yang paling atas.
Ya Tuhan!
"Pada saat ini, semua orang benar-benar tergetar hebat!"
"Di dunia ini, adakah makam siapa yang bisa sebegitu megah dan luas, bahkan membangun bendungan raksasa di bawah tanah? Bahkan di zaman modern ini, ini tetap merupakan proyek besar yang luar biasa, tetap merupakan konstruksi makam tak tertandingi di dunia."
"Kaisar Qin Shihuang, sang Kaisar sepanjang masa, benar-benar sesuai reputasinya!"
"Berdiri di puncak bendungan raksasa, merasakan hembusan angin sungai yang dingin dan lembab, kami seolah bisa merasakan semangat heroik yang menguasai dunia!"
"Dan yang kita lihat sekarang hanyalah bagian bendungan yang terpapar. Masih belum terlihat berapa banyak sistem drainase raksasa dengan konstruksi canggih yang tersembunyi di bawahnya. Skala istana bawah tanah Kaisar Qin Shihuang telah jauh melampaui imajinasi kita!"
"Aku penasaran, apakah arus air yang terus-menerus tidak akan meruntuhkan bendungan ini?" tanya Fang Weiran.
"Bendungan ini jelas bukan dari bahan biasa. Dibuat dari beras ketan yang dicampur dengan tembaga cair, ditambah batang tanaman, lalu diproses dengan metode khusus bersama batu. Daya rekatnya sangat tinggi, efek waterproof-nya luar biasa, bahkan kekerasannya melebihi beton modern!" jelasku.
"Luar biasa! Benar-benar hebat!" Fang Weiran berdecak kagum: "Hidup harus seperti Kaisar Qin Shihuang, seluruh dunia dalam genggaman!"
“Lagi-lagi bikin puisi dadakan? Mending pulang cuci muka lihat cermin! Dengan wajah kayak gini mau jadi Kaisar Qin Shihuang juga!” Lao Niao mengolok-olok tanpa basa-basi.
"Hei, lihat! Sepertinya ada sesuatu di sungai!" Xiao Guoguo yang matanya tajam melambaikan tangan pada kami.
Lingkaran cahaya mata serigala menyorot ke arah yang ditunjuk jari Xiao Guoguo. Di kedalaman sungai bawah tanah memang terlihat benda hitam berukuran besar, tapi bentuknya belum jelas terlihat.
Paman Liu Er berkata: "Kurasa itu sebongkah batu!"
Sebenarnya pandangan pertamaku juga mengira itu batu. Tapi ukurannya terlalu besar, lagipula kenapa bisa teronggok di tengah sungai bawah tanah?
Setelah mengamati beberapa saat tanpa hasil, kami mulai membuat tebakan ngawur sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.
Tiba-tiba "batu" itu bergerak disertai gemeretak rantai besi dari dasar sungai.
Kami terhenti langkah, keraguan mulai menyelinap ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
"Batu" itu perlahan naik ke permukaan, memperlihatkan separuh tubuhnya.
Saat itulah kami terkejut menyadari: Batu hitam raksasa itu ternyata seekor - labi-labi!
Ya, labi-labi!
Seekor labi-labi berukuran luar biasa besar!
Kami pernah melihat labi-laba terbesar seukuran baskom, tapi labi-laba di sungai bawah tanah ini ternyata sebesar truk! Cangkang hitamnya yang telah tererosi air selama bertahun-tahun memancarkan cahaya hijau samar, persis seperti batu besar yang bersinar.
Kami terpana, mata kami melotot. Tak menyangka di balik sungai bawah tanah istana ini tersembunyi raksasa purba, oh tidak, lebih tepat disebut makhluk suci!
Tapi yang aneh, kaki belakang labi-laba ini terikat rantai besi perunggu tebal yang ujungnya tertanam di bendungan sungai. Rantai sebesar itu pasti sulit dibuat untuk menahan raksasa sebesar ini. Mungkin karena terlalu lama terendam air, rantai perunggu itu berubah menjadi hitam pekat, gelap seperti tangan setan dari neraka yang mencengkeram kuat labi-laba raksasa ini!
