Ada orang di depan?!
Perasaan kami yang baru saja tenang tiba-tiba kembali tegang.
Di dalam istana bawah tanah yang suram, mental kami bagai pegas yang tertekan, setiap saat terasa kencang, tanpa kesempatan untuk bernapas lega.
Bagaimana mungkin ada orang di dalam istana bawah tanah?
Jangan-jangan ini pasukan cadangan yang sengaja ditinggalkan Pasukan Bayaran Buaya untuk menyergap kami diam-diam di sini?
"Kita periksa!" Lao Yang cepat-cepat mengeluarkan pistol, dengan lancar menarik pelatuk senjata, membuka pengaman dengan lembut, lalu melirik Lao Niao. Keduanya menyusuri dinding dari kiri dan kanan seperti kucing liar, menyelinap keluar tanpa suara.
Baru saja mereka melompat 7-8 meter, tiba-tiba muncul dua titik cahaya di lorong makam depan.
"Siapa di sana?! Jangan bergerak, angkat tangan!" Lao Yang dan Lao Niao yang bersembunyi dalam kegelapan serentak mengangkat pistol tipe 54, lubang laras hitam mengarah pada dua cahaya yang mendekat.
Aku menggeleng sambil menghela napas getir, polisi Tiongkok kok selalu pakai alur klise "Jangan bergerak, angkat tangan!". Sial, kalau musuhnya benar-benar pasukan bayaran, tidak bergerak justru berarti dia bodoh!
Plak!
Lao Yang dan Lao Niao secara bersamaan menyalakan lampu kepala mata serigala. Dua sorotan cahaya bagai dua pisau putih bersalju menyibak kegelapan lorong makam dengan suara "swis".
Saat lampu kepala menyala, kami serentak menarik napas dingin. Dua gumpalan cahaya yang muncul tiba-tiba itu ternyata adalah dua gumpalan cahaya hantu hijau pekat yang melayang-layang. Cahaya hantu itu melayang di udara, membara diam-diam dalam kegelapan lorong makam yang dalam, bagaikan sepasang mata monster hijau pekat yang membuat hati kami terus berdebar-debar.
Meski cahaya hantu bukanlah hal yang menakutkan, tapi kehadirannya yang tiba-tiba di istana bawah tanah Kaisar Pertama ini apakah ada keanehan? Tak ada yang bisa memastikan, lebih baik tetap waspada!
Dua gumpalan cahaya hantu itu perlahan melayang mendekati kami. Saat jarak semakin dekat, kami terperangah melihat di balik cahaya hijau pekat itu muncul perlahan dua wajah pucat mengerikan.
Itu adalah dua anak kecil dengan tinggi hanya 1,2-1,3 meter. Di sebelah kiri ada anak laki-laki dengan kuncir menjulang, di kanan seorang gadis kecil dengan dua kuncir kecil seperti tanduk domba - sepasang bocah persembahan. Wajah mereka bisa dilihat dengan jelas, namun ekspresinya sama sekali tak terbaca. Benar-benar datar, seperti arwah-arwah sebelumnya yang wajahnya dipenuhi abu kematian.
Di lorong makam yang gelap, melihat dua wajah kecil pucat itu secara tiba-tiba tetap membuat kami kaget.
"Terkadang, hal mengerikan yang mampu menyentuh hati bukanlah hantu jahat bermuka hijau bertaring panjang atau monster berwajah sangar. Sebaliknya, justru hantu yang penampilannya tak berbeda dengan manusia biasa lah yang bisa membawa ketakutan lebih besar."
Dua anak kecil itu tiba-tiba berhenti melayang tepat tiga meter di depan kami.
Lebih tepatnya, mereka menghentikan gerakan melayangnya.
Karena cara berjalan mereka sama sekali berbeda dengan manusia hidup yang menggunakan kedua kaki. Kedua kaki kecil mereka tak bergerak sama sekali, seluruh tubuh mereka melayang ringan bagai balon, menyapu permukaan tanah tanpa suara. Kedua tangan mereka menyatu seperti sedang memegang sesuatu, lengan sedikit terangkat, di telapak tangan masing-masing terdapat kobaran cahaya hantu berwarna hijau pekat. Cahaya itu bergoyang lembut di genggaman tangan mungil mereka, bagai dua lentera penunjuk jalan yang menerangi wajah pucat mereka menjadi kehijauan menyeramkan, menambah aura mistis yang tak terkatakan.
Kami semua tertegun. Siapa sangka "orang" di lorong makam ini ternyata dua anak kecil!
"Ini anak siapa?" Lao Niao menyimpan pistolnya dan berjalan mendekati kedua anak itu.
"Jangan sentuh mereka!" Aku segera membentaknya: "Mereka adalah Anak Hantu! Siapa tahu tubuh mereka dipenuhi energi negatif. Jika kau kemasukan roh jahat, aku tak bisa menyelamatkanmu!"
"Saat aku sedang berbicara, dua Anak Hantu itu justru bersujud dengan penuh hormat ke arah kami, mengambil posisi menyambut, lalu berdiri dan membalikkan badan, perlahan melayang masuk ke kedalaman lorong makam.
Kami saling pandang dengan heran menyaksikan tingkah laku aneh mereka, tak mengerti maksud gerak-gerik mereka.
Cao Yi-lah yang pertama bereaksi: "Kurasa mereka sedang menyambut kedatangan kita!"
Lao Yang memasukkan kembali pistol ke pinggangnya: "Oh iya, gerakan tadi memang mirip ritual penyambutan tamu, bukan?"
Di zaman feodal, keluarga bangsawan kerap memelihara anak-anak seperti ini sebagai simbol status. Yang menemani belajar disebut Asisten Buku, yang mengurus kebutuhan harian disebut Pelayan Harian, sedangkan penjaga pintu disebut Penjaga Gerbang. Dua anak tadi persis seperti penjaga gerbang keluarga bangsawan yang menyambut tamu.
Rupanya Kaisar Qin Lao'er benar-benar memperlakukan istana bawah tanah sebagai rumahnya. Setiap tamu yang masuk disambut penjaga gerbang. Meski terkesan seram, harus diakui sang arsitek memang jenius.
"Dasar kejam! Masih kecil sudah dijadikan Anak Hantu, menjaga pintu gerbang istana bawah tanah si Kaisar Qin selama ratusan tahun!" Aku menggeleng pelan, suara penuh keprihatinan atas nasib dua bocah ini, sekaligus kebencian yang mendalam terhadap kekejaman kaisar feodal.
“Maksudmu, dua anak kecil ini sengaja dibunuh lalu dijadikan roh anak dan diletakkan di sini?” Cao Yi bertanya.
Aku mengangguk: "Roh anak memang dibuat dari roh anak kecil yang mati teraniaya, karena anak-anak masih kecil, kesadaran mandirinya lemah, mudah dikendalikan, jadi tubuh roh terbaik untuk praktik energi negatif orang suci. Kaisar Qin Shihuang dulu menganut orang suci, di sekelilingnya berkumpul berbagai orang suci aneh dari seluruh dunia, wajar saja ada yang bisa membuat roh anak! Tapi perbuatan ini melanggar hukum langit, benar-benar kejam! Orang seperti ini sama dengan pembiak mayat, semasa hidup melakukan banyak hal melanggar hukum alam, setelah mati pasti akan diasingkan Raja Akhirat ke 18 lapis neraka!"
"Setelah terdiam sejenak, aku melanjutkan penjelasan: 'Mengenai proses memelihara Hantu Anak, aku juga tidak terlalu paham detailnya. Kurang lebih saat anak-anak itu masih hidup, mereka diberi pil ajaib legendaris. Di bawah pengaruh pil-pal tersebut, roh dan kesadaran mereka akan semakin melemah. Setelah 7x7=49 hari pemberian, dipilihlah waktu paling yin dalam sehari. Pada titik Tianmen (ubun-ubun) anak-anak itu dibor lubang, lalu dengan metode khusus roh mereka dikeluarkan dari tubuh. Raga fisik yang kehilangan roh hanya menjadi cangkang kosong. Cangkang anak-anak ini termasuk kategori entitas spiritual, merupakan tonik kuat bagi para praktisi kultivasi. Makanya banyak praktisi ilmu hitam sengaja menyimpan mayat anak-anak untuk dikonsumsi perlahan guna meningkatkan cultivation mereka!'"
Cao Yi menghela napas berulang kali, tanpa sadar mengepal tinju mungilnya dan melontarkan umpatan: "Dasar kejam sekali!"
Aku menepuk bahu Cao Yi sambil menghibur: "Manusia memang makhluk paling kejam di dunia, jadi fenomena kekejaman di dunia ini tak terhitung banyaknya!"
Melihat tanganku menyentuh bahu harum Cao Yi, Xiao Guoguo menyelip cubitan sambil berkomentar dengan nada menyeramkan: "Betul! Seperti sikap tak tahu balas budi, itu juga bagian dari kekejaman manusia!"
"Omong kosong! Aku ini orang yang setia pada cinta!" protesku terhadap perkataan Xiao Guoguo.
Xiao Guoguo melirikku sinis: "Yin di daerah pemukiman (berusaha menyembunyikan sesuatu yang justru mencolok). Apa aku menyebut namamu? Mengapa kau buru-buru menjelaskan?"
"Aku... kami harus segera menyusul, dua Hantu anak pelayan itu sudah jauh di depan!" Aku tak berani terus berdebat dengan Xiao Guoguo, buru-buru mengalihkan topik pembicaraan sambil menyelinap mengikuti mereka.
Dua Hantu anak pelayan itu ternyata cukup penurut. Mungkin karena melihat kami lama tak kunjung menyusul, mereka sengaja berhenti menunggu di depan. Setelah kami menyusul, barulah mereka berbalik badan dan melanjutkan perjalanan dengan melayang perlahan.
"Anak-anak yang begitu berbakati, sayang harus mati di usia lima-enam tahun!" Lao Yang menghela napas penuh penyesalan.
Belum habis ucapannya, tiba-tiba terdengar teriakan kaget Lao Yang yang berubah menjadi jeritan panjang "A——" bergema.
Berada di belakang Lao Yang, kulihat tubuhnya tiba-tiba terhisap ke bawah hingga seluruh badannya turun sedalam lebih dari 3.3 cm.
Pikiran pertamaku: Celaka! Ada jebakan di bawah lorong makam!
Di saat genting, dengan sigap kudorong titik vital pinggang Lao Yang sekuat tenaga. Dorongan ini membuat tubuhnya yang mulai terhisap terpental ke atas, sementara aku menarik Lao Niao di sampingku untuk mundur cepat.
Lao Niao berada setengah langkah di belakang Lao Yang. Saat Lao Yang menginjak jebakan, kaki kanan Lao Niao baru saja terangkat untuk melangkah. Pada detik itu, aku sudah menarik Lao Niao ke belakang dengan kuat. Kami berdua terjatuh ke tanah. Orang-orang di belakang yang mendengar teriakan langsung berhenti. Sebagai praktisi bela diri berpengalaman, mereka segera membentuk formasi pertahanan.
Meski Lao Yang sudah paruh baya, kelincahannya melebihi pemuda. Posisinya sebagai pemimpin tim kasus besar bukanlah sekadar julukan.
Baik kecepatan langkah maupun kelincahan reaksi, Lao Yang jauh melampaui orang biasa.
Awalnya situasi yang mendadak mungkin membuat Lao Yang panik sejenak. Namun dengan doronganku, kesadarannya langsung pulih. Tubuhnya tegang seperti busur yang ditarik penuh, kondisi fisiknya langsung mencapai puncak.
Lao Yang mengangkat ujung kaki dan melesat ke depan secepat burung layang-layang yang menyambar mangsa.
Pada saat Lao Yang melompat ke udara, kami melihat jelas selembar batu hijau di lorong makam tiba-tiba terbalik ke bawah. Di bawah batu hijau itu terdapat ruang kosong yang ternyata merupakan parit sedalam tiga meter. Kilau dingin dari parit itu langsung menyilaukan mata kami. Ternyata dasar parit dipenuhi rapat oleh mata-mata senjata tajam yang berjejer seperti duri-duri raksasa, sama sekali tidak menyisakan celah untuk berpijak. Jika ada yang terjatuh dari batu yang terbalik, pasti akan tertusuk ribuan senjata hingga menjadi sarang tawon.
Bahaya!
Jantungku berdegup kencang, kilat menyambar di benak. Ini adalah mekanisme jebakan klasik di makam kuno yang disebut "Papan Berbalik Berantai".
Seluruh bagian bawah lorong makam ini berongga. Setiap batu hijau memiliki poros di tengah dengan pemberat seimbang di bawahnya, membentuk timbangan alamiah yang menjaga batu tetap rata dengan tanah saat tidak ada tekanan. Begitu ada yang menginjak papan ini, salah satu ujungnya akan ambles dan si korban pasti akan jatuh ke hutan senjata tajam di bawahnya, berakhir dengan tubuh tertusuk ribuan senjata yang mengenaskan.
Andai bukan karena refleks cepatku, Lao Yang sudah jatuh ke dalam lubang jebakan itu.
"Tapi, Lao Yang tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman Sang Maut. Di depan ada Lianhuan Fanban (papan jungkir balik berantai), Lao Yang hanya berhasil menghindari papan pertama. Saat ini siluetnya sedang terjun bebas dengan cepat."
