"Lao Yang!"
Melihat situasi genting Lao Yang, aku tak sempat berpikir panjang. Tianxie Qiang segera kulempar.
Hanya terdengar suara "Kreek!", Tianxie Qiang berubah menjadi aliran cahaya, berhasil menusuk tanah lorong makam tepat sebelum Lao Yang terjatuh.
Waktu yang tepat!
Lao Yang yang sedang jatuh bebas menginjak batang tombak dengan sekuat tenaga, menggunakan momentum itu untuk melompat kembali. Dia mendarat di depan kami, berguling dua kali sebelum bangkit sambil terengah-engah.
Paman Liu Er berseru: "Kapten Yang, gerakanmu sungguh lincah!"
Lao Yang melambaikan tangan sambil menarik napas dalam: "Sudah tua, refleks sudah jauh menurun. Gerakan sederhana ini saja hampir membuatku kehabisan tenaga!"
Tentu saja ini perkataan rendah hati. Padahal semua kejadian tadi terjadi dalam sekejap cahaya redup. Gerakan cepat seperti burung gereja itu membuktikan kelincahannya yang luar biasa.
"Xiao Gu, terima kasih!" Lao Yang menghampiriku.
"Ah, ngapain basa-basi? Yang penting kau selamat!" Kukacungkan jempol dengan tulus: "Andai bukan karena kemampuanmu sendiri, secepat apapun reaksiku takkan bisa menyelamatkanmu!"
Lao Yang memandang lorong makam dengan wajah masih trauma: "Lorong ini penuh mekanisme jebakan. Kita harus ekstra waspada!"
Aku mengeluarkan tali pendakian dari tas, membuat simpul hidup di ujung tali, lalu memutarnya dua kali di tangan sebelum melemparkannya dengan kuat. Tali itu tepat melingkari Tianxie Qiang. Dengan menarik tali sekuat tenaga, simpul hidup mengencang dan mengikat erat senjata itu. Aku menariknya keras-keras hingga Tianxie Qiang terbang kembali ke genggamanku.
"Aneh! Bukannya pasukan bayaran itu ada di depan kita? Lalu bagaimana mereka bisa tidak menginjak jebakan?" tanya Zi Yun.
Aku memandang kedua sisi lorong makam dan langit-langitnya: "Mereka pasti dilengkapi peralatan lengkap. Pasti sudah menyiapkan alat pengisap seperti kaki cicak modern. Pengisap cicak itu berupa sepasang sarung tangan teknologi tinggi yang sering terlihat di film-film agen rahasia, bisa digunakan di berbagai medan. Dengan memakainya, mereka bisa merayap di dinding bahkan di permukaan kaca yang licin. Jebakan papan berputar ini hanya dipasang di lantai lorong. Dinding samping dan langit-langitnya aman. Mereka bisa menggunakan pengisap cicak untuk merangkak menyusuri dinding!"
Dulu saat mengikuti Fan Shuai dalam ekskavasi arkeologi, kami tak hanya mempelajari berbagai mekanisme jebakan makam kuno, tapi juga berbagai peralatan ekspedisi. Bagi para arkeolog, memahami senjata tersembunyi dan mekanisme pertahanan adalah keharusan untuk memaksimalkan keselamatan diri dan menghindari terjebak dalam tipu daya makam kuno.
“Sialan! Kami tidak punya peralatan high-tech seperti pengisap kaki cicak, lalu bagaimana cara melewati mekanisme jebakan ini?” tanya Lao Niao.
“Sebenarnya cara menembus papan putar berantai ini sangat sederhana, cukup pasang dua tangga di lubang jebakan! Hanya saja karena jaraknya jauh, mustahil untuk kembali mengambil dua tangga!” jawabku.
Fang Weiran mengerutkan kening: “Wah! Kalau begitu ucapanmu selama ini hanya omong kosong belaka?”
“Omong kosong?! Kau pikir dirimu pintar? Kalau begitu temukan sendiri cara untuk menembus mekanisme ini!” Xiao Guoguo maju membelaku.
Lao Yang juga melirik tajam ke Fang Weiran: “Kalau tidak bisa memberi solusi, lebih baik diam! Jangan sampai jadi bahan tertawaan!”
Fang Weiran mencibir sinis lalu mundur sambil bersungut-sungut.
Setelah berpikir sejenak, aku berpaling ke Lao Yang: “Dalam situasi ini, kita harus menggunakan metode konvensional!”
“Katakan!” Lao Yang mengangguk.
“Lubang jebakan ada di bawah lorong makam, jadi untuk melewati papan putar berantai, kita tidak bisa menginjak dari tanah. Aku usul bergelantungan dari langit-langit lorong makam!” Aku menunjuk ke langit-langit lorong makam.
“Bergelantungan?! Apa itu mungkin?” tanya Lao Yang.
“Meski cara ini tingkat kesulitannya besar dan tingkat bahaya juga tinggi, tapi ini satu-satunya cara yang bisa kupikirkan saat ini! Barusan sudah kucoba, batu hijau yang digunakan untuk membangun lorong makam memang keras, tapi tidak bisa menahan Tianxie Qiang. Aku akan menggunakan Tianxie Qiang untuk membuat dua pilar gantung, lalu berayun dari atas langit-langit lorong makam!” Saat mengucapkan ini, aku mengeluarkan tali pendakian kedua dari tas, membuat simpul dan mengaitkannya erat di Tianxie Qiang.
Ha!
Dengan teriakan halus, kulemparkan Tianxie Qiang ke atas. Ujung tajam senjata legendaris itu menyusup ke langit-langit lorong makam disertai suara "kreek".
Lalu kunaikkan lenganku lagi, melemparkan Tianxie Qiang kedua ke bagian langit-langit lorong makam yang lebih jauh.
Kini, kedua Tianxie Qiang telah menancap di langit-langit lorong makam, dengan dua tali pendakian tergantung ke bawah.
Kutarik tali itu sekuat tenaga untuk memastikan Tianxie Qiang benar-benar kokoh, mampu menanggung berat badan seseorang.
Dalam hati kuhitung-hitung: berdasarkan pengamatan tadi, papan terbalik berantai itu panjangnya sekitar 7-8 meter. Asal tidak ada kejadian tak terduga, dengan dua tali pendakian yang tergantung ini seharusnya bisa berhasil melompati jarak 7-8 meter.
Karena ini idemu sendiri, sudah seharusnya aku yang memberi contoh langsung kepada semua.
Cao Yi menatapku dengan cemas: "Tuoba Gu, benar bisa cara begini? Jangan sok jago!"
Xiao Guoguo berdiri di belakangku: "Tuoba Gu, kamu pasti bisa! Aku 100% percaya padamu!"
Setelah mengucapkan itu, Xiao Guoguo melirik tajam ke arah Cao Yi sambil mendesah kesakitan, "Jangan biarkan orang-orang yang mulut usil itu merusak kepercayaan dirimu!"
"Apa?! Aku mulut usil?! Aku hanya mengkhawatirkannya. Kau ini wanita kecil, masih muda tapi bicaramu sungguh menjengkelkan!" Cao Yi membantah keras.
"Huh! Aku juga jijik padamu!" Xiao Guoguo menyilangkan lengan di dada, memberikan tatapan dingin pada Cao Yi.
Aku tak ingin terus mendengar keributan kedua wanita ini. Dengan langkah gesit, aku melompat tinggi di depan lubang jebakan, merentangkan kedua lengan dan berhasil mencengkeram tali pendakian pertama. Momentum serangan membuatku terayun seperti bandul lonceng.
Saat tali hampir mencapai puncak ayunan, tiba-tiba kulepaskan genggaman dan melayang menuju tali kedua.
Berikutnya, aku kembali mengayun tinggi dengan memegang erat tali pendakian kedua.
Akhirnya kulepaskan genggaman dan melompat ke depan, mengarungi udara melewati papan berputar bertingkat sebelum mendarat sempurna dengan suara "plak!".
Aku mendarat dengan posisi merunduk, berguling dua kali sambil memeluk lengan untuk meredam guncangan, lalu bangkit dengan mantap.
Haaah!
Kutarik napas pendek. Seluruh gerakan dilakukan dalam satu tarikan napas, mengalir bak air terjun. Aku hampir tak bisa menahan diri untuk tidak memberi seratus pujian pada gerakanku tadi.
Lalu aku berbalik ke Lao Yang dan mereka sambil mengacungkan jempol. Fakta membuktikan, metodeku meski sangat berbahaya tetap bisa dilakukan, asal memiliki keberanian yang cukup, pasti bisa sukses.
“Cantik sekali! Tak masuk akal aku tertinggal!” Lao Yang menggosok-gosokkan tangan penuh semangat, bagai pusaran angin menerjang ke atas. Mengayuh kaki melompat, mencengkeram tali pendakian pertama, lalu mengarungi udara berayun keluar, kemudian mencengkeram tali pendakian kedua. Setelah melepaskan pegangan lagi, mendarap mantap di sampingku.
Lao Yang menepuk-nepuk tangan berdiri, tersenyum mengangguk padaku: “Bagaimana?”
“Tua-tua keladi!” Aku tersenyum mengacungkan jempol, memuji.
Lao Yang berkata: “Rugi bisa kau pikirkan cara begini, persis monyet berayun di ayunan!”
Orang-orang di belakang mengikuti metode sama, satu per satu sukses melompati papan berputar bertingkat.
Setelah semua orang aman melewati ujian, aku berbalik terbang keluar, mengarungi udara menarik turun Tianxie Qiang pertama. Saat berayun kembali, sekalian menarik turun Tianxie Qiang kedua. Kucabut silang di punggung, lalu memasukkan tali pendakian rapi ke dalam tas.
“Gimana? Oke kan?” Tanyaku pada Xiao Guoguo.
Xiao Guoguo menepuk-nepuk tangan mungil, tersenyum puas melirik Cao Yi: “Bocah aja, gak bakal susahin aku!”
Kutanya Cao Yi bagaimana, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakmauan kalah: “Hng, aku juga rasa itu hal sepele!”
Kutersenyum dalam hati, tak mau lagi mengurus dua wanita yang sedang konfrontatif ini. Entah mereka sedang berebut cemburu apa lagi!
Wanita, benar-benar makhluk aneh!
Tak berjalan jauh, di depan muncul sudut jalan.
Kami saling memandang dengan ekspresi wajah yang sama-sama tidak enak.
Istana Bawah Tanah Kaisar Pertama ternyata tak hanya dua lantai! Di depan telah muncul lantai ketiga. Konon kabarnya benar, Istana Bawah Tanah Kaisar Pertama memang memiliki sembilan lapis, benar-benar Pagoda Siluman Sembilan Lantai!
Baru melewati sudut, dua gumpalan cahaya hantu hijau pekat kembali melayang di lorong makam yang gelap.
Di balik cahaya hantu itu, muncul dua wajah kecil pucat mengerikan.
Di sebelah kiri ada anak laki-laki berkuncir menjulang, di kanan seorang gadis kecil dengan dua kepang berbentuk tanduk domba.
Dua anak hantu pembawa cahaya itu memberi hormat dengan sedikit membungkuk, lalu berbalik memandu kami melanjutkan perjalanan.
Penampilan anak-anak hantu ini semua serupa. Kami tak tahu apakah tiap lorong makam punya sepasang anak pembawa cahaya, atau pasangan yang sama ini terus memandu kami.
Lao Yang kini langsung geram melihat mereka: "Awalnya kasihan lihat anak hantu ini, tapi ternyata licik juga! Mereka sengaja menyesatkan kita ke lubang jebakan, hampir saja aku terjatuh! Sekarang lihat wajah mereka saja bikin kesal!"
Kukatakan: "Jangan hiraukan! Dari pengalaman sebelumnya, kita harus lebih waspada!"
Kutepuk bahu Lao Yang: "Lao Yang, ikut di belakangku! Di dalam makam kuno, pengalamanku lebih banyak dari kalian!"
“Baik!” Lao Yang tidak sok jago, memang dia masih awam soal makam kuno, jadi patuh berdiri di belakangku.
Dibanding yang lain, aku memang paling berpengalaman dalam tim soal makam kuno. Ini bukan bualan, beberapa tahun terakhir sering ikut Fan Shuai menjelajahi berbagai makam. Pengetahuan tentang konstruksi mekanisme jebakan makam kuno sudah kukuasai. Aku yang memimpin pasti lebih hati-hati dan aman.
Aku menyatukan Tianxie Qiang, menggenggamnya erat. Setiap langkah, tombak ini kujadikan alat uji. Ketuk-ketuk di sini, pukul-pukul di sana. Setelah benar-benar aman baru melangkah, persis orang buta memakai tongkat. Para kru mengikuti langkahku dengan patuh. Meski kecepatannya sangat lambat, keamanan jauh lebih terjamin.
