"Lao Niao, pasang borgol untuk orang ini!" Lao Yang menyuruh Lao Niao memasang borgol pada Xu Bo.
Xu Bo memandangku dengan memelas: "Tuoba Gu, kita kan sudah kenal lama. Bisakah borgolnya tidak dipasang?"
Aku mengangkat bahu: "Memohon padaku percuma. Ini urusan polisi, aku tidak berwenang!"
Sebenarnya kalau Xu Bo tidak bertingkah aneh tadi, mungkin aku akan membelanya. Tapi firasatku mengatakan dia bermasalah, maka dalam hati aku setuju pemasangan borgol ini agar dia tidak bisa bertindak gegabah.
"Hei si bocah nakal! Jangan coba-coba main akal denganku!" Lao Niao meraih borgol dari pinggangnya dan mengunci pergelangan tangan Xu Bo.
"Sekarang kita akan pergi?" Paman Liu Er bertanya padaku.
"Kalau sudah datang, coba lihat pulau kecil di tengah lautan air raksa itu! Lihat apakah ada penemuan lain!" Aku masuk ke kabin kemudi, mengemudikan perahu layar langsung menuju pulau di tengah itu. Ternyata bagian dalam perahu menggunakan sistem mekanik yang cerdik, sama sekali tidak perlu usaha, satu orang saja bisa mengendalikannya.
Perahu mendekati pulau, kami melompat turun dari kapal.
Pulau ini dipenuhi tumpukan harta karun tak terhitung, semua adalah benda berharga yang dikumpulkan Kaisar Qin Shihuang dari seluruh penjuru dunia semasa hidupnya. Di mana-mana terlihat mutiara malam sebesar kepalan tangan, batu permata berpendar warna-warni, serta perhiasan emas-perak dan giok dengan desain indah. Barang-barang ini jika diambil satu saja dan dijual, cukup untuk kami makan setengah hidup. Tapi tak seorang pun melakukannya, karena kami bukan pencuri makam. Pikiranku hanya terpaku pada Gu Meidi, jadi fokusku hanya pada rumput keabadian itu. Di hatiku, rumput keabadianlah harta sejati, permata yang bertebaran ini sama sekali tak menarik bagiku.
Di tengah pulau, terdapat singgasana berkilauan emas. Singgasana naga itu sangat megah dan mewah, seluruhnya terbuat dari emas murni. Pada pegangan tangan singgasana, tertanam beberapa batu permata warna-warni yang memantulkan cahaya berpendar, membuat seluruh singgasana berkilauan gemerlap.
Seekor Naga Emas murni melingkari singgasana naga, ekor naga menjalin di sandaran sebelah kiri, kepala naga melilit sandaran sebelah kanan, cakar naga mencuat dari depan sandaran, dengan semangat perkasa penuh aura kebesaran layaknya raja. Saat Kaisar Qin Shihuang duduk di singgasana ini, tangan kirinya menopang ekor naga, tangan kanannya menekan kepala naga, menguasai dunia, betapa dahsyat kharismanya!
Saat ini juga, sesosok Kaisar Qin Shihuang memang sedang duduk di atas singgasana naga.
Namun bukan wujud sesungguhnya sang kaisar, melainkan patung lilin Kaisar Qin Shihuang berukuran 1:1 persis aslinya.
Patung lilin ini diukir dengan sangat detail: Kaisar Qin Shihuang mengenakan mahkota, berjubah naga, sepatu bertapak kylin, pedang terselip di pinggang. Wajahnya maskulin dengan garis tegas, bahkan pelipisnya pun terukir jelas, hidup-hidup seperti nyata, benar-benar mereplikasi wajah sang kaisar di masa jayanya, persis seperti melihat Kaisar Qin Shihuang yang sebenarnya.
Cao Yi berkata: "Awalnya kukira Kaisar Abadi yang termasyhur itu pasti tampan perkasa, ternyata rupanya seperti ini. Benar-benar mengecewakan!"
Lao Niao menyela: "Selera estetika orang zaman dulu dan modern berbeda. Bisa jadi rupa seperti ini di masanya dianggap gagah perkasa lho!"
"Jangan bicara sembarangan! Beraninya kalian menghina rupa Sang Kaisar!" teriak Meng Tian.
Lao Niao dan Cao Yi cepat-cepat menutup mulut, tak seorang pun berani mengganggu Meng Tian si pembunuh dewa.
Barusan semua orang melihat Sima Yunxin dipenggal kepalanya, memikirkannya saja masih membuat merinding.
"Sepertinya di tangannya ada memegang sesuatu!" Xiao Guoguo menunjuk tangan Kaisar Qin Shihuang.
"Sepertinya maklumat kekaisaran!" kataku.
Di tangan Kaisar Qin Shihuang tergenggam sebuah maklumat kekaisaran, seolah sedang membacakan maklumat tersebut.
Maklumat itu juga terbuat dari emas, dibentuk menjadi lapisan emas yang sangat tipis. Jangan remehkan maklumat kecil ini, ini menunjukkan keahlian luar biasa tukang emas. Membuat emas setipis kertas bukanlah hal mudah.
Setelah berkeliling pulau kecil tanpa temuan apa pun, kami berniat pergi.
"Hm? Ke mana Xiao Guoguo pergi?" Aku menengadah melihat sekeliling, mendapati Xiao Guoguo masih berdiri di depan patung lilin Kaisar Qin Shihuang, fokus total mengamati sesuatu.
"Xiao Guoguo, masih melihat apa? Kita harus pergi!" kataku.
Xiao Guoguo melambaikan tangannya padaku: "Tuoba Gu, kemarilah, aku menemukan sesuatu!"
Ada temuan?!
Aku kaget, melangkah cepat menghampirinya: "Menemukan apa?"
Xiao Guoguo mengulurkan tangan mungilnya, mengambil maklumat dari tangan Kaisar Qin Shihuang, lalu menunjuk bagian belakangnya: "Fokuskan matamu, perhatikan baik-baik!"
Aku bingung memandangi maklumat itu, jangan-jangan ada rahasia tersembunyi di baliknya?
“Aku mengikuti pesan Xiao Guoguo, memusatkan penglihatan, biji mata tak berkedip menatap bagian belakang maklumat kekaisaran.”
“Melihat apa?” tanya Xiao Guoguo.
Mulutku terkanga lebar, di balik maklumat kekaisaran samar-samar muncul benang emas yang saling bersilangan, seolah... seolah membentuk peta... Karena benang ini tersembunyi di dalam lapisan emas, orang dengan ketajaman mata biasa takkan menemukan. Untung mata rubah Xiao Guoguo yang tajam ini, ternyata bisa menemukan rahasia yang tersimpan di dalam maklumat kekaisaran.
“Ini peta... Sepertinya peta...” teriakku takjub.
“Benar! Ini peta!” wajah Xiao Guoguo berseri-seri: “Peta yang tersembunyi begini rahasia, berani kutebak, mungkin ini menggambarkan lokasi sebenarnya tempat Kaisar Qin Shihuang dikuburkan!”
Aku tertegun, lalu melompat setinggi tiga kaki. Tanganku menyambar pinggang Xiao Guoguo dan menggendongnya horizontal: “Xiao Guoguo, Bangsat, aku benar-benar mencintaimu! Spekulasi masuk akal! Peta tersembunyi di maklumat kekaisaran ini, tempat yang digambarkan sangat mungkin menjadi makam Kaisar Qin! Artinya, harapan kita mencari rumput keabadian masih ada!”
Xiao Guoguo memerah sampai ke telinga: “Ya! Rumput keabadian ada di dalam mayat Kaisar Qin. Temukan mayatnya, kita dapat rumputnya! Tuan akan selamat!”
Penemuan tak terduga ini membuat kami sangat heboh, seolah ingin segera menumbuhkan sayap dan melesat keluar dari Makam Kaisar Qin Shi Huang untuk mencari Istana Dewa Abadi yang sejati.
Saat hendak keluar dari istana bawah tanah, kami berdiri di pintu masuk sambil menatap terakhir kali ke arah kompleks makam Kaisar Qin Shihuang.
Matahari-bulan dan bintang-bintang, lautan air raksa, gunungan emas-perak dan perhiasan, semuanya akan terukir dalam di benak kami, takkan pernah terhapus seumur hidup.
Meng Tian memberi hormat dengan gerakan kepalan kepada kami: "Sebelumnya sikap kasar Sang Jenderal, semoga dimaafkan! Berkat bantuan para pahlawan, nyaris saja aku melakukan pengkhianatan tugas berat!"
Kami membalas hormat: "Tak usah sungkan! Kami juga berterima kasih! Tanpa bantuan Sang Jenderal, mustahil kami bisa mengalahkan gerombolan penjahat itu!"
Roh Jenderal Meng Tian mengawal kami kembali ke lapisan teratas Menara Siluman Sembilan Lapis, tepatnya ke atas Bendungan Penahan Sungai.
Aku memberi hormat kepada Meng Tian: "Mengantar seribu li, akhirnya harus berpisah! Mari kita berpisah di sini, Sang Jenderal!"
Lao Yang dan Paman Liu Er juga memberi hormat: "Berpisah hari ini, mungkin takkan bertemu lagi seumur hidup. Jaga diri baik-baik!"
Setelah pertempuran bersama ini, rasa berat untuk berpisah dengan Meng Tian muncul dalam hati kami. Inilah kekaguman sesama pahlawan terhadap keheroikan.
Tiba-tiba Meng Tian menancapkan pedang kavalerinya ke tanah, lalu bersujud dengan satu lutut di hadapanku.
“Jenderal Meng, mengapa kau melakukan ini?” Aku sangat terkejut, dibuat bingung oleh penghormatan besar yang diberikan Meng Tian, segera mengulurkan tangan untuk menopangnya.
Meng Tian melipat tangannya, membungkuk hormat padaku, lalu berkata dengan tulus: "Hamba gagal menjaga Makam Kekaisaran, kini Istana Bawah Tanah telah terbuka, tak punya muka lagi menghadap Kaisar Pertama. Jika Pahlawan Muda Tuoba tak jijik, hamba bersedia mengikuti Tuoba dan bertempur bahu-membahu!"
Aku benar-benar terpana, memandang Meng Tian dengan tidak percaya, bahkan meragukan pendengaranku: “Apa?! Apa yang kau katakan?!”
Meng Tian mengulangi dengan tulus: “Hamba bersedia mengikuti Pahlawan Muda Tuoba dan bertempur bahu-membahu!”
Astaga!
Apakah Roh Jenderal Meng Tian ini sedang menyatakan tunduk padaku?!
Antara kaget dan senang, sesaat aku terdiam terpana.
Xiao Guoguo berkata: “Hei! Tuoba Gu, masih diam saja? Cepat setuju! Dengan keikutsertaan Meng Tian, kekuatan tempur kita akan meningkat drastis!”
Baru kusadar, segera menopang Meng Tian berdiri: “Bisa mendapat bantuan jenderal sakti seperti Jenderal Meng, sungguh kehormatan besar bagi Tuoba Gu!”
“Meng Tian berterima kasih pada Tuan!” Meng Tian membungkuk hormat dengan kepalan tangan.
Kuperlihatkan Cincin Raja Hantu, berkata pada Meng Tian dan Weiming Shouquan: “Kalian pasti sudah lelah, pulanglah beristirahat, rawat lukamu!”
"Ya!" Weiming Shouquan dan Meng Tian memberi hormat dengan gerakan kepalan, kemudian berubah menjadi dua bayangan hantu.
Cincin Raja Hantu memancarkan lingkaran cahaya, menyedot kedua roh jenderal ke dalam cincin.
Perjalanan ke Makam Kaisar Qin Shihuang ini tidak sia-sia. Meski belum menemukan Rumput Keabadian, kami berhasil mendapatkan peta menuju Istana Dewa Abadi yang sebenarnya, sekaligus menaklukkan hantu piaraan sekelas Meng Tian. Perasaanku senang bagaikan bunga mekar.
Kini aku penuh keyakinan akan perjalanan selanjutnya. Gu Meidi, kau harus menungguku!
Lao Yang menepuk bahuku: "Luar biasa! Tak kusangka bahkan Prajurit Pertama Zhonghua pun berhasil kau taklukkan!"
Aku tersenyum bangga: "Perasaanku sekarang seperti baru menang lotre lima juta!"
Xiao Guoguo berkata: "Tentu saja! Jarang ada dewa perang seperti Meng Tian yang mau tunduk. Heran juga kenapa dia memilih mengikutimu. Jangan-jangan otaknya ada yang error?"
Aku mengerjapkan mata putih dan membusungkan dada: "Kalau kau selalu mengikutiku, berarti otakmu juga error dong?"
"Cih! Aku mengikutimu? Jangan ngaco! Nona ini datang untuk melindungimu!" Xiao Guoguo menyeringai sambil mendesah kesal.
Cao Yi mungkin mengira kami sedang bercanda mesra. Diam seribu bahasa, dia menyendiri di tepi.
Kami melewati bendungan raksasa sambil kembali takjub pada proyek bawah tanah megah ini, lalu berjalan menuju Pintu Naga di depan.
