"Kapten Yang, ada juga Adik muda Tuoba, bisakah aku meminta bantuan kalian satu hal!" Paman Liu Er menarikku dan Lao Yang berbicara.
"Katakan!" Lao Yang mengangguk.
Aku juga ikut mengangguk: "Selama masih dalam batas kemampuan kami, silakan bicara!"
Paman Liu Er berkata: "Sebenarnya bukan hal besar. Aku hanya berharap, setelah kalian keluar, bisakah kalian merahasiakan rahasia Makam Kaisar Qin Shi Huang? Kalian pasti tahu, jika kabarnya bocor, para pencuri makam akan berbondong-bondong datang. Saat itu Makam Kaisar pasti tak akan pernah sepi. Kalian juga tak ingin makam ini hancur total kan?"
Lao Yang menjawab: "Hah! Kupikir apa! Tenang, tentang semua yang terjadi di Makam Kaisar Qin Shi Huang, kepolisian pasti merahasiakannya. Bahkan ke depannya akan meningkatkan perlindungan keamanan!"
Aku menambahkan: "Benar! Paman Liu Er, tenang saja! Semua orang di sini setelah keluar akan berjaga mulut rapat, takkan bocorkan sedikitpun rahasia makam ini!"
"Bagus sekali! Terima kasih! Kalian semua orang baik!" kata Paman Liu Er.
Saat mendekati Pintu Naga, Xu Bo tiba-tiba mempercepat langkah.
Kami masih asyik berbincang dengan Paman Liu Er di belakang, tiba-tiba terdengar teriakan Lao Niao dari depan: "Hei! Ngapain buru-buru?!"
Kami menengadah, melihat Xu Bo dengan kedua tangan terlipat di punggung, malah berlari keluar Pintu Naga.
Bahaya! Jangan-jangan si brengsek ini mau kabur?!
"Berdiri! Lari apa? Berdiri! Kalau tidak aku tembak!" Lao Niao dengan gesit merogoh pistol dari belakang pinggang, berteriak sambil mengejar.
"Salah! Ikut lihat!" Lao Yang memanggilku untuk mengejar.
Xu Bo berlari kencang di depan, Lao Niao melepaskan tembakan tapi meleset.
Saat ingin menembak lagi, Xu Bo sudah berguling di tanah keluar dari Pintu Naga.
Saat berdiri, dia ternyata berhasil memutuskan borgol, hanya menyisakan dua lingkaran baja seperti gelang di pergelangan tangannya.
Xu Bo dengan lincah melompat ke kepala naga, segera terdengar gemuruh berat dari kegelapan saat Pintu Naga raksasa perlahan menutup ke arah tengah.
Kami panik, "Dasar! Xu Bo brengsek itu mau mengurung kita di dalam istana bawah tanah!"
Pintu Naga tidak bisa dibuka dari dalam. Jika tidak segera keluar, kita akan terperangkap mati di sana.
Setelah terkejut sesaat, semua berlari pontang-panting.
Jiao Heng menopang Cao Yang yang lututnya tertembak, Cao Yang melompat susah payah: "Cepat! Dorong!"
"Tak kuat!" Cao Yang mendorong Jiao Heng, wajah pucat pasi: "Lukaku parah, kau pergilah! Jangan urus aku!"
"Tidak! Penjaga Makam mana bisa tinggalkan saudara?" Jiao Heng berbalik menarik Cao Yang.
"Cao Yang tiba-tiba mengangkat pisau kepala hantu ke lehernya sendiri, suara seraknya menggema: "Cepat pergi! Tinggalkan aku, kalian masih bisa kabur. Aku tak mau jadi beban, apalagi melihat semua terjebak mati di sini! Pergilah sekarang!"
"Cao Yang..." Paman Liu Er berkaca-kaca matanya.
"Pergi! Apa kau mau melihatku mati di depan mata baru mau pergi?" teriak Cao Yang dengan suara parau.
Paman Liu Er menggigit gigi, memandang Jiao Heng: "Kami pergi! Kami pergi!"
Pipi Jiao Heng berkedut hebat. Tanpa sepatah kata pun, dia berbalik lalu berlari kencang.
Gedebuk!
Cao Yang terjungkal tak berdaya. Darah mengubah ujung celananya menjadi merah.
Kami berhamburan keluar Pintu Naga satu per satu. Jiao Heng yang terakhir. Saat itu celah pintu hanya selebar setengah badan. Melalui celah itu, pandangan terakhir kami menangkap siluet Cao Yang menyatu dengan kegelapan, kesepian yang tak terperi.
"Jangan panik! Kita bisa buka lagi Pintu Naga untuk menyelamatkan Cao Yang!" teriak Xiao Guoguo.
Benar!
Paman Liu Er dan yang lain memukul-mukul kepala mereka. Karena panik tadi, hal sederhana ini tak terpikir.
Pintu Naga memang tak bisa dibuka dari dalam, tapi bisa dari luar. Asal ada satu orang yang keluar, buka lagi pintunya nanti!
"Aku yang buka!" Jiao Heng memanjat kepala naga dengan semangat. Tiba-tiba wajahnya pucat membatu.
Kedua "mata naga" yang menjadi mekanisme pembuka Pintu Naga telah dihancurkan oleh Xu Bo, artinya sistem pengaman untuk membuka Pintu Naga sudah tidak berfungsi lagi.
"Tidak—! Tidak—!" Jiao Heng tergeletak tak berdaya di kepala naga sambil meraung histeris.
Paman Liu Er menghentakkan kakinya berkali-kali ke Pintu Naga, namun struktur raksasa itu sama sekali tidak bergerak, bahkan debu pun tidak berjatuhan.
Air mata keruh kembali mengalir di pipi Paman Liu Er. Dengan pisau terhunus, ia berlari mengejar: "Aku harus membelah tubuh brengsek itu!"
Xu Bo si pengkhianat, bukan cuma menutup Pintu Naga, bahkan merusak mekanismenya untuk mengurung kita selamanya di istana bawah tanah. Dengan hati sejahat ini, aku takkan membiarkannya lolos!
Xu Bo berlari kencang di depan, sementara kami mengejar tanpa henti hingga memasuki lorong makam di gundukan tanah penutup, terus mendaki ke puncak struktur itu.
Dipacu amarah yang menyala-nyala, kami berhasil menembus lorong makam dengan ketinggian vertikal mencapai ratusan meter hanya dalam satu tarikan napas.
Saat merangkak keluar dari gundukan tanah, langit masih gelap membentang.
Setelah dihitung-hitung, ternyata kami sudah terjebak di Menara Siluman Sembilan Lapis selama sehari semalam penuh!
Pemandangan malam ini suram—tak ada bulan purnama maupun bintang gemintang. Awan hitam bergelayut di langit sambil meneteskan hujan rintik-rintik.
Dalam hati aku berdoa: Semoga takdir langit melindungi. Andai kemarin hujan turun, mustahil kami bisa melihat rasi Bintang Biduk, dan mungkin masih terperangkap di luar gundukan tanah sampai sekarang!
“Dia di sebelah sana! Berdiri!” Lao Niao berteriak keras ke arah bawah timbunan tanah.
Dalam kegelapan yang samar-samar, terlihat bayangan orang sedang berlari cepat menuruni timbunan tanah.
Braak!
Cao Yi mengangkat pistolnya dan menembak lagi ke bawah timbunan tanah. Dentuman senjata itu bergema hampa di kesunyian malam.
Kemampuan menembak Cao Yi cukup akurat. Bayangan orang itu terhuyung beberapa langkah, lalu goyah dan terjatuh ke tanah, berguling-guling menuruni lereng bukit.
Karena hujan, permukaan timbunan tanah menjadi berlumpur. Kami berlari terburu-buru menuruni lereng, seluruh tubuh terciprat lumpur kuning yang kotor.
Setelah mengejar beberapa jarak, terlihat Xu Bo bangkit dari tanah dan terus berlari pincang.
"Brengsek, masih mau kabur?" Aku meluncur turun dari lereng dengan tubuh penuh lumpur, tak peduli pantat yang terbentur batu. Hanya satu pikiran di hati: Jangan sampai Xu Bo si brengsek ini lolos!
Hah!
Dengan hentakan kaki yang kuat, aku melompat ke udara dan menjatuhkan Xu Bo ke dalam lumpur.
Sebelum sempat bangkit, aku membalikkan badan dan duduk menungganginya. Dua pukulan langsung menghantam, membuat Xu Bo tergeletak dengan sudut bibir pecah dan darah hidung mengalir deras.
Ketika aku kembali mengangkat tinju, tiba-tiba aku tertegun. Ada perasaan mengganggu bahwa orang di hadapanku ini bukan Xu Bo. Di balik wajah Xu Bo, seolah ada wajah asing yang samar-samar muncul.
Aku tersentak kaget, menurunkan tinju sambil bergemuruh: "Kau bukan Xu Bo! Siapa sebenarnya kau?"
Xu Bo yang penuh lumpur bangkit perlahan dari tanah sambil tertawa menyeramkan: "Menurutmu siapa aku?"
Aku terpaku, berteriak histeris: "Kau Sima Yunxin! Brengsek, ternyata kau Sima Yunxin!"
Xu Bo tidak menyangkal, hanya tersenyum dingin: "Ketajaman mata yang hebat!"
Aku mulai menduga-duga: "Lalu Xu Bo yang asli?"
"Mati! Sekarang Xu Bo hanya tinggal bangkai busuk. Rohnya sudah mati, aku yang menguasai tubuhnya!" kata Sima Yunxin dengan riang.
Saat itu, Lao Yang dan yang lain datang terengah-engah menyusul.
Mata Paman Liu Er memerah. Ia mengacungkan pisau kepala hantu dan melesat ke arah Xu Bo.
Lao Niao buru-buru menghalangi: "Paman Liu Er, jangan gegabah! Xu Bo sekarang buronan polisi. Serahkan pada kami, pasti akan kami hukum berat!"
Tangan Paman Liu Er menggigil menahan amarah. Setelah menarik napas panjang, ia perlahan menurunkan pisau: "Semoga polisi menepati janji. Brengsek ini harus dihukum seberat-beratnya!"
Lao Yang mendekat dengan bingung bertanya: "Ada apa? Tadi aku dengar kau memanggilnya Sima Yunxin?"
"Dia bukan Xu Bo! Dia Sima Yunxin!" Aku menggigit gigi, berkata dengan penuh kebencian.
Lao Yang tampak semakin bingung: "Bukankah orang ini Xu Bo? Bukankah Sima Yunxin sudah dipenggal kepalanya oleh Meng Tian?"
Aku menatap Xu Bo di depan, berkata dingin: "Merasuki mayat untuk hidup kembali! Saat Sima Yunxin dipenggal, rohnya merasuki tubuh Xu Bo. Waktu itu kami semua mengira Xu Bo kambuh epilepsi, sebenarnya tidak, saat itu roh Sima Yunsin sedang memasuki tubuh Xu Bo. Jadi, Xu Bo mati, tapi Sima Yunxin tidak mati!"
Lao Yang menggaruk-garuk kepala: "Tuoba Gu, kau benar-benar membuatku pusing, jelaskan secara sederhana!"
"Baik! Secara singkat, orang di depan kita ini bukan Xu Bo, hmm, tidak sepenuhnya Xu Bo. Ini memang raga fisik Xu Bo, tapi dalam tubuhnya bersemayam roh Sima Yunxin!" Kataku.
Lao Yang memandangku terkejut: "Maksudmu Sima Yunxin tidak terbunuh oleh Meng Tian, dia ternyata hidup kembali dengan meminjam raga fisik Xu Bo?"
"Hahaha!" Xu Bo tiba-tiba tertawa: "Pantas jadi Ketua Tim Kasus Besar, benar-benar pintar, langsung paham!"
Mendengar ini, semua orang tertegun, tidak menyangka Pemanggil Arwah ternyata memiliki keahlian merasuki mayat untuk hidup kembali seperti ini.
Lao Yang melangkah maju, kembali memasang borgol pada Xu Bo, bergumam berat: "Aku tak peduli kau Xu Bo atau Sima Yunxin, pokoknya, aku akan membuatmu menghabiskan sisa hidupmu di penjara!"
Saat fajar menyingsing, kami keluar dari kota dalam. Kota luar sudah dipenuhi polisi bersenjata lengkap.
Melihat Lao Yang menggiring Xu Bo keluar, polisi yang memimpin dengan gembira mendekat dan memberi hormat pada Lao Yang: "Kapten Yang, akhirnya menemukan kalian, kalian... tidak apa-apa?"
Lao Yang melambaikan tangan, berkata dengan kelelahan: "Musuh sudah kami musnahkan semua, masih tersangka satu yang sangat berbahaya, kau bawa dia turun!"
Memandang punggung Xu Bo yang pergi, Lao Niao tersenyum sinis: "Bahkan jika brengsek Sima Yunxin itu hidup, lalu bagaimana? Di kehidupan berikutnya dia tetap harus menghabiskan waktu di penjara. Meski meminjam raga fisik Xu Bo, tapi yang tersiksa adalah roh Sima Yunxin sendiri. Hehe, rasa itu mungkin lebih menyiksa daripada mati!"
