Bau anyir darah?!
Tadi aku terlalu fokus berjalan cepat, sekarang mendengar perkataan Xiao Guoguo, kujulurkan hidung dan mengendus - benar-benar tercium aroma pekat darah segar yang melayang-layang diterpa angin malam.
Kami saling bertatapan, dengan kesepahaman diam-diam memperlambat langkah, berhati-hati menyusuri semak-semak di hutan.
Mengapa bisa ada bau darah di sini?
Jangan-jangan ada kasus pembunuhan lagi di tempat ini?
Kami menentukan arah lalu menyelinap mengikuti sumber bau anyir darah yang beterbangan.
Setelah melangkah 50-60 langkah, bau darah semakin menyengat bahkan sampai membuat hidung perih dan ingin muntah.
Kami berjongkok di balik semak-semak, mata jelalatan mencari sumber bau tersebut.
Tiba-tiba Xiao Guoguo menarik lengan bajuku: "Arah jam sepuluh!"
Kurengkahkan setengah kepala, mengintip ke arah jam sepuluh.
Terlihat pohon raksasa setinggi puluhan meter - jenisnya tak kukenal - dengan darah merah segar mengalir seperti ular menyusuri batangnya, membentuk grafiti berwarna kemerahan di kulit pohon.
Pandanganku langsung tertarik pada darah segar di batang pohon itu. Lalu mata ini mengikuti aliran darah ke atas, menemukan sesuatu yang hitam menggumpal di sebuah ranting sekitar belasan hingga dua puluh meter di atas tanah. Karena cahaya yang remang-remang saat ini dan visibilitas yang rendah, kami tidak bisa mengenali benda hitam itu dengan jelas.
Jangan-jangan itu mayat manusia?!
Jantungku berdegup kencang. Aku menoleh memberi kode mata pada Xiao Guoguo, lalu kami berdua menyelinap pelan-pelan mendekati pohon besar itu.
Sesampainya di bawah pohon, bau anyir darah semakin menyengat. Diterpa angin gunung, bau busuk itu menyapu wajah kami bergelombang-gelombang, membuat mata kami perih hampir tak bisa terbuka.
Aku mengeluarkan senter Wolf Eye dari tas ransel, menyalakan saklarnya, lalu mengarahkan sorotannya ke ranting di atas.
Sinar putih dari Wolf Eye menyibak kegelapan di bawah naungan pohon dengan tajam, membentuk lingkaran cahaya putih di atas ranting.
Tanpa disangka, sorotan itu membuatku dan Xiao Guoguo hampir melompat ketakutan.
Yang meringkuk di ranting itu bukan mayat manusia, melainkan bangkai binatang buas.
Tubuh binatang itu hancur berantakan. Darah merah pekat mengalir dari jasadnya, menuruni batang pohon perlahan seperti tetesan air.
Aku mengamati dengan seksama, dalam genangan darah melihat wujud binatang buas itu. Melalui bulunya yang berlumuran darah, kulihat mayat binatang yang tergantung di ranting pohon ternyata seekor macan tutul!
Saat itu, Xiao Guoguo juga menyadarinya dan berkata padaku: "Sepertinya macan tutul!"
Aku merasakan dingin yang menusuk. Bagaimana mungkin mayat macan tutul tergantung di ranting pohon? Lebih tepat disebut tumpukan daging hancur daripada mayat utuh. Hanya separuh tubuhnya tersisa, pecahan-pecahan mayat itu membuat bulu kuduk merinding.
Ini tidak beres!
Secara logika, macan tutul adalah raja hutan yang ganas. Ledakan tenaga dan kemampuan larinya luar biasa. Sebagai hewan kucing yang bisa memanjat pohon dan melompat-lompat seperti monyet, julukan "pembunuh hutan" sangat pantas.
Tapi macan tutul di pohon ini... Ternyata tewas dibunuh?!
Di dalam rimba purba ini, binatang buas yang mampu bertarung melawan macan tutul bisa dihitung jari. Ada harimau, singa, juga Beruang Buta yang menyeramkan, atau babi hutan liar yang sedang mengamuk. Sekalipun binatang-binatang ini ahli membunuh macan tutul, tapi bagaimana cara mereka menggantung mayat macan tutul di pohon? Baik harimau, singa, beruang hitam, maupun babi hutan - mereka tidak bisa memanjat pohon! Mayat macan tutul itu tergantung di ketinggian hampir 20 meter dari tanah. Sialan, bagaimana ini bisa terjadi?
Jangan-jangan ini mahakarya para pemburu?
Tapi macan tutul ini beratnya setidaknya 2-3 kati. Manusia macam apa yang bisa mengangkat beban seberat itu sekaligus memanjat pohon?
Lagipula, kalau benar perbuatan pemburu, apa otaknya kemasukan air? Buang-buang tenaga menggotong mayat macan tutul ke atas pohon untuk apa?
Apalagi, manusia sama sekali tidak punya tenaga sekuat itu!
Bukan binatang buas, bukan pula pemburu. Lalu siapa yang melakukan ini?
"Aneh!" Aku mengusap dagu, "Mengapa harus memindahkan mayat macan tutul ke atas pohon?"
Xia Guoguo berkata: "Aku berspekulasi mungkin untuk menyimpan makanan!"
"Menyimpan makanan?" Aku tertegun sebentar, "Solusi seperti apa maksudmu?"
Xiao Guoguo berkata: "Binatang buas di hutan lebat terlalu banyak. Jika mayat macan tutul dibuang di bawah pohon, bau anyir darah akan cepat menarik binatang buas datang. Tak lama lagi, mungkin hanya tersisa tulang-belulang macan tutul ini. Aku perkirakan ada sesuatu yang membunuh macan tutul tapi tidak menghabiskannya, menyimpan sisa mayat setengah dimakan di ranting pohon sebagai persediaan makanan. Binatang buas pemakan daging sekalipun datang ke sini, takkan bisa mencapainya! Meski aku besar di hutan, tetap tak bisa menebak makhluk apa yang membunuh macan tutul ini!"
Angin yin bertiup menggulung bau anyir darah yang menyengat.
Aku merasakan dingin menusuk di punggung, seolah ada sesuatu yang mengintai kami.
Hatiku dipenuhi rasa dingin, segera berpaling mengamati semak-semak di sekeliling dengan tatapan waspada.
Ya!
Apa itu?!
Aku menggosok-gosok mata, tapi benda itu sudah menghilang.
Xiao Guoguo bertanya heran: "Kau melihat apa?"
Kujawab: "Sepertinya kulihat sepasang mata! Tapi tidak jelas benar!"
"Sepasang mata?!" Xiao Guoguo tertegun: "Menurutku tempat ini beraura negatif. Masih ada makhluk horor yang berkeliaran di sekitar sini. Lebih baik kita segera pergi!"
Aku mengangguk menyetujui saran Xiao Guoguo. Makhluk yang bisa membunuh macan tutul pasti bukan jenis yang baik.
Baru saja mengangkat kaki melangkah dua langkah, Xiao Guoguo tiba-tiba menyuruhku menunggu, lalu berjongkok di bawah batang pohon. Tangan mungilnya meraba-raba tanah dengan lembut, ekspresinya serius.
"Apakah menemukan sesuatu?" tanyaku dengan hati kecil yang menggantung.
Xiao Guoguo melambaiiku dengan jarinya: "Kemarilah lihat di sini!"
Aku mengikuti Xiao Guoguo berjongkok, mengangkat lampu senter serigala menyinari tanah. Tanpa kusadari, napas dingin tersedot masuk.
Di tanah berlumpur bawah batang pohon, muncul beberapa jejak kaki tak beraturan. Jejak itu bukanlah cap kaki biasa, melainkan berukuran raksasa - masing-masing panjangnya hampir setengah meter dan lebar dua puluh sentimeter. Yang lebih aneh, jejak ini tidak mirip cakaran binatang atau tapak hewan, justru sangat mirip jejak kaki manusia. Satu-satunya perbedaan adalah: jejak manusia punya lima jari kaki, sedangkan di lumpur ini hanya ada empat jari - tiga panjang dan satu pendek. Jika bukan karena empat jari ini, sungguh persis seperti jejak manusia.
Kulit kepalaku bergidik ngeri. Sungguh aneh, makhluk apa yang meninggalkan jejak ini? Mirip binatang tapi bukan, mirip manusia namun tidak sepenuhnya. Jika memang manusia, siapakah yang memiliki kaki sebesar ini? Berdasarkan ukuran jejaknya, tinggi tubuhnya minimal tiga meter! Manusia mana yang bisa tumbuh setinggi itu? Itu sudah termasuk raksasa!
Aku dan Xiao Guoguo menggaruk-garuk kepala, tetap tak bisa memahami mengapa. Seolah semua spekulasi rasanya tak masuk akal.
Untuk menghindari komplikasi, kami segera meninggalkan tempat itu. Tapi jejak kaki empat jari yang aneh ini bagai duri tajam yang tertancap di hati, terasa ada yang janggal namun tak bisa dirumuskan. Perasaan ini seperti sembelit, sangat tidak nyaman.
Setelah pergi, kami melanjutkan perjalanan lebih dari satu shichen ke kedalaman hutan. Merasa lelah, akhirnya mencari tanah lapang untuk beristirahat.
Aku melihat sekeliling, relatif kering, tidak lembap, dan masih bisa mendengar samar-samar gemericik air. Ini menunjukkan sumber air tidak jauh, sangat cocok untuk mendirikan perkemahan.
"Kami akan menginap di sini malam ini!" Aku meletakkan tas punggung, mengeluarkan tenda portabel kecil dari dalamnya.
Karena sepanjang perjalanan hanya ada aku dan Xiao Guoguo berdua, jadi saat ke Xi'an aku meminta Wang Xueyuan menyiapkan tenda perkemahan alam yang mudah dibawa. Lagipula kami cuma berdua, tidak terlalu padat.
Aku memasang tenda di sini, sementara Xiao Guoguo menggali lubang dan menyalakan api di sebelah.
Setelah api unggun menyala, Xiao Guoguo bertanya apakah aku lapar. Aku memegang perut mengaku agak lapar. Lalu ia berkata: "Kau tunggu di sini, aku akan mencari masakan liar!"
Aku memperingatkannya: "Kau harus lebih hati-hati, jangan pergi terlalu jauh. Hutan ini beraura negatif kuat. Makhluk gaib yang memburu macan tutul itu mungkin masih berkeliaran di sekitar sini!"
Tak lama kemudian, Xiao Guoguo kembali dengan menyeret dua ekor tikus gunung besar. Ukuran tikus gunung itu sebesar kelinci, satu ekor beratnya mencapai sepuluh kati. Saat diangkat terasa berat sekali, kepala tikusnya lebih besar dari tinjuku, terlihat mengerikan.
"Malam ini kita makan daging tikus?" tanyaku.
Xiao Guoguo berkata: "Daging tikus gunung ini enak sekali! Kenapa? Kau takut makan tikus?"
"Bukan!" Aku tersenyum: "Sejak dengar cerita Zhang Feng tentang siluman tikus di Milong Cave, setiap lihat tikus aku jadi merinding!"
Saat menyebut nama Zhang Feng, aku tak bisa menahan helaan napas kecil, ada rasa sedih yang tersirat. Zhang Feng sudah mati.
Daging tikus gunung dipanggang dengan api, aromanya memang harum semerbak. Kukunya pun kugigit sampai habis tak bersisa.
Setelah makan malam, aku masuk ke dalam tenda untuk tidur.
"Cuma ada satu tenda? Lalu aku tidur di mana?" Xiao Guoguo berdiri di depan pintu tenda bertanya.
Kutepuk-nepuk tempat di sebelahku: "Tidur di sini saja!"
Xiao Guoguo berkata: "Seorang pria dan wanita sendirian dalam satu ruangan, tidaklah? Aku jadi malu!"
"Kalau begitu kau tidur di luar! Lagipula kau kan rubah, dulu kan biasa tidur di mana saja?" kataku.
"Bangsat! Sejak ikut Tuan, aku sudah tidak pernah hidup berpindah-pindah lagi. Sudah 10 tahun lebih aku jadi manusiawi. Minggir, tarik kakimu yang bau itu, biar aku masuk!" Xiao Guoguo sambil berbicara memaksa masuk ke tenda.
Malam hari di gunung sunyi senyap, di luar dentuman api unggun berkobar, aku dan Xiao Guoguo berdesakan di dalam tenda, merasakan kehangatan.
Meski hari ini kami sudah menambah waktu tidur siang, perjalanan yang terus-menerus tetap membuat kami lelah. Yang paling penting, tak ada aktivitas hiburan sama sekali, sangat membosankan, sehingga terpaksa memilih tidur.
