Remote control?!
Dadaku berdebar kencang. Tak peduli kotor, langsung kuraih kotak persegi kecil itu dari tumpukan lendir.
Kotak itu seukuran korek api, berwarna hitam dengan dua tombol merah dan hijau. Tombol merah sekarang berkedip semakin cepat. Meski terbungkus lendir amis yang menusuk hidung, kugenggam remote control ini bagai mendapatkan harta karun.
"Ketemu remote control-nya! Ketemu!" teriakku heboh sambil berlari ke arah lubang es.
Melongok ke dalam, sebuah bubuk mesiu TNT terkubur lebih dari satu meter di bawah lubang es. Di layar monitor, angka merah Arab terus berkedip: 10, 9, 8, 7...
Kubangkat remote control itu, mengarahkannya ke bubuk mesiu di bawah. Kutarik napas dalam-dalam, lalu menekan tombol hijau sekuat tenaga.
Tombol merah berhenti berkedip. Tombol hijau berkedip tiga kali sebelum menyala terus. Saat itu juga, angka di layar monitor membeku di angka: 3!
Hampir saja!
Tinggal tiga detik lagi!
"Hanya tersisa tiga detik sebelum bubuk mesiu meledak!"
Jika ada penundaan tiga detik di tahapan mana pun, kami semua tamat. Dalam hati aku menghela napas panjang, sungguh semoga takdir langit melindungi!
Keringat dingin membasahi tubuh hitamku. Aku seperti limbung, kedua lutut tanpa sadar bersujud, lunglai di tepi lubang es, terengah-engah seperti pompa bellow.
"Berhasil! Hebat, kita berhasil!" Xiao Guoguo berlari penuh semangat, memeluk leherku erat, kegembiraannya terpancar jelas.
Gedebuk!
Li Yifeng melempar pisau pembasmi siluman, tak peduli dingin, langsung berbaring di permukaan es. Suara napasnya berat seperti pompa bellow: "Aku capek mati! Dasar!"
Su Jinxia mendekati Chen Qicong, menusukkan jarum perak ke pelipis kiri-kanannya, lalu mengobati matanya.
Gak——gak——
Xiao Mo berputar-putar di atas kami, terus berseru riang. Burung gagak kecil ini juga terlihat sangat heboh!
Bisa membantu Enam Pintu Gerbang menjaga aliran naga Tiongkok, hatiku dipenuhi kesombongan dan kebanggaan.
Setelah beristirahat sebentar, Li Yifeng mengeluarkan bubuk mesiu dari lubang es, lalu mengisi kembali lubang itu dengan balok es yang digiling hingga rata.
"Tuoba Gu, dalam upaya memusnahkan Tianmei Tuan dan melindungi aliran naga kali ini, kau juga punya jasa!" kata Li Yifeng.
“Terima kasih! Sebenarnya aku juga tidak banyak membantu, hanya melakukan sedikit bagianku saja!” Aku menggaruk-garuk kepala, berkata dengan rendah hati, tapi hati ini riang mendapat pujian dari Li Yifeng.
“Sedikit bagian? Hehe, kau sudah bertarung habis-habisan. Lihatlah, seluruh tubuhmu tak kurang dari dua puluh luka kecil. Biarkan Xia Xia membantumu menghentikan darah!” Li Yifeng tersenyum.
Su Jinxia membalut mata Chen Qicong, lalu menangani luka Yu Wenjin, baru kemudian mendatangiku dengan dingin: “Lepaskan pakaianmu!”
“Lepaskan pakaian?!” Aku termangu menatap Su Jinxia, wajah memerah pelan. Membuatku melepas baju di depan wanita, sungguh memalukan!
“Bagaimana? Tanpa melepas pakaian, bagaimana aku memeriksa lukamu?” kata Su Jinxia.
“Oh! Aku lepas! Aku lepas!” Dengan cepat kulepas baju, menampakkan badan kekar.
“Badan bagus!” Su Jinxia berkata dingin, nada suaranya tetap tak terdengar seperti pujian.
Saat baju terlepas, Xiao Guoguo terkejut menutup mulut: “Ya! Tuoba Gu, ternyata tubuhmu punya begitu banyak bekas luka? Masih bisa bertahan sampai sekarang!”
Aku menggigit bibir, heihei berkata: “Bagaimana? Pria macho kan?”
Su Jinxia menggeleng: “Lukamu paling banyak, artinya ilmu bela dirimu paling payah. Masih berani menyebut diri pria macho!”
“……” Aku dipotong pembicaraan oleh Su Jinxia, melirik putih tak berdaya.
Jari-jari halus Su Jinxia mengelus kulitku, bulu kudukku langsung merinding. Badan perkasaku gemetar halus, wajah memerah membara, hati kecilku seperti hendak meledak.
Su Jinxia bertindak secepat angin, menancapkan beberapa jarum perak di punggungku. Lalu Ia mengeluarkan obat luka emas.
“Biarkan aku yang mengobatinya!” Xiao Guoguo buru-buru menyela.
“Baiklah! Lebih praktis!” Su Jinxia dengan dingin menyerahkan obat itu pada Xiao Guoguo.
Xiao Guoguo menerima obat itu, lalu mencubit titik vital pinggangku sekuat tenaga. Aku langsung menitikkan air mata kesakitan.
“Kau gila?” kataku.
Xiao Guoguo berbisik, “Hng! Tadi kan kau sangat menikmati? Kubuat kau senang! Kubuat kau senang! Kucubit... cubit... cubit...”
Beberapa saat kemudian, luka memang sudah diobati. Tapi punggungku kini dipenuhi lebam-lebam, mahakarya Xiao Guoguo. Ia tertawa terkekeh, ingin sekali kuhantam wajahnya yang menyebalkan itu.
“Gagak, sedang apa kau di sana?” Li Yifeng bertanya.
Gagak membelakangi kami, berjongkok di samping mayat Nagatani Kaede. Entah apa yang dilakukannya.
Tak lama kemudian, Gagak kembali sambil membawa buku kecil berlumuran darah. Di dalamnya tertulis rapi aksara Jepang kecil-kecil seperti kepala lalat.
“Ini ditemukan di saku baju dalam Nagatsu Kaede, Xiaxia, lihatlah ini!” Gagak menyerahkan buku panduan itu ke Su Jinxia.
Setelah diterjemahkan oleh Su Jinxia, kami mengetahui ini adalah buku petunjuk misi Tim Hantu Penggoda, sekaligus mengungkap rahasia besar yang terkubur sejak era Perang Dunia II.
Ternyata pada masa Perang Dunia II, pasukan Jepang sudah berambisi menghancurkan Aliran Naga Zhonghua untuk meruntuhkan keberuntungan nasional Tiongkok. Militer mengerahkan Tim Hantu Penggoda untuk melaksanakan misi pencarian Aliran Naga Zhonghua. Tim Hantu Penggasa memang luar biasa, tidak hanya menemukan Aliran Naga Zhonghua, tapi bahkan menemukan Tulang Naga. Namun mereka tidak menghancurkannya karena secara tak terduga menemukan bahwa Tulang Naga di bawah lapisan es mengandung Napas Naga yang sangat kuat. Militer Jepang saat itu merancang rencana fantastis: menciptakan pasukan super menggunakan Napas Naga. Jika pasukan super ini berhasil diciptakan, mereka akan tak terkalahkan di medan Perang Dunia II, tidak hanya membangun Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, tapi bahkan menguasai seluruh dunia.
Kaisar Jepang menyetujui rencana rahasia tingkat tinggi ini dengan kode operasi "Lubang Raksasa", menginvestasikan dana dan sumber daya besar untuk membangun bendungan benteng di dalam lubang tersebut. Mereka juga membangun bandara untuk memudahkan pengiriman logistik. Untuk melahirkan prajurit super yang kuat, mereka merekrut wanita-wanita muda dari wilayah Jepang dan mengirim mereka ke Lubang Raksasa, berusaha menggunakan tubuh para wanita sebagai inkubator bagi prajurit super.
Namun dalam proses pengembangan, kemungkinan ada masalah di tingkat teknologi, sehingga embrio yang dihasilkan hanya berupa produk setengah jadi. Di satu sisi Rencana Lubang Raksasa mengalami stagnasi, di sisi lain Perang Anti-Jepang memasuki fase serangan balik. Pasukan Jepang mengalami kekalahan besar-besaran dan tak lagi memiliki energi maupun sumber daya untuk mempertahankan operasi Rencana Lubang Raksasa.
Tepat saat Jepang bersiap menyegel sementara Rencana Lubang Raksasa, peristiwa mengerikan terjadi. Beberapa penjaga super setengah jadi mengalami mutasi selama transportasi. Makhluk-makhluk super kejam dan haus darah ini menciptakan pertumpahan darah di benteng, mengubah situasi menjadi neraka asura yang tak terkendali. Pasukan Jepang kalang-kabut mengungsi, bahkan tak sempat membawa dokumen penelitian penting.
Puluhan tahun kemudian, bangsa Zhonghua bangkit dengan kekuatan baru. Kekuatan negara yang terus berkembang telah mengubah Tiongkok menjadi kekuatan militer dunia. Jepang merasakan tekanan dan ancaman dari Tiongkok. Untuk menekan Tiongkok dan mempertahankan posisi dominannya di Asia, mereka sering memprovokasi isu di Asia Tenggara sambil aktif mencari cara untuk melemahkan Tiongkok.
Kaisar Jepang kemudian menyetujui proposal kabinet pemerintah untuk menghidupkan kembali Rencana Lubang Raksasa secara rahasia.
Sebenarnya ini bukan menghidupkan kembali, tapi memusnahkan!
Pemerintah Jepang tahu sudah tak ada harapan untuk melanjutkan penelitian super soldier di dalam lubang raksasa, sehingga mengirim Tim Tianmei untuk melaksanakan misi menghancurkan Aliran Naga Zhonghua. Di satu sisi ingin menutupi kejahatan militer masa lalu, di sisi lain ingin merusak nasib negara Tiongkok, membuat energi nasional merosot dan menghambat perkembangan China. Tentu ada alasan lain - mereka takut orang Tiongkok menemukan rahasia Napas Naga sehingga mengembangkan super soldier yang kuat.
Sikap Jepang adalah: "Apa yang tak bisa kudapat, kalian orang Tiongkok juga jangan berharap bisa memperolehnya!"
Jadi lebih baik hancurkan saja aliran naga itu, mengakhiri segalanya.
Sayangnya, Tim Tianmei hanya tinggal selangkah lagi dari menyelesaikan misi.
Setelah membaca isi buku panduan itu, semua peristiwa pada dasarnya sudah jelas.
Mengapa di gunung salju terdapat reruntuhan pesawat pengangkut yang penuh wanita Jepang? Mengapa benteng bendungan dibangun di sini? Mengapa di bawah gudang es ada embrio berwarna darah? Mengapa area atas bendungan berantakan? Dan mengapa Tim Tianmei datang ke sini?
Semua pertanyaan itu jelas terbentang di benak kami, seperti rol film yang bergulir satu per satu.
Tapi masih ada satu masalah yang belum terungkap - ke mana perginya super soldier yang bermutasi itu? Sudah bertahun-tahun berlalu, apakah mereka semua sudah mati?
Hati saya berdesir ketakutan. Tiba-tiba teringat wajah hantu yang membuntuti kami sepanjang perjalanan. Jangan-jangan wajah hantu itu ada hubungannya dengan super soldier yang bermutasi?
Astaga!
“Di satu sisi kami merasa geram atas tindakan tak berperikemanusiaan Preta Anak kecil, di sisi lain tertegun oleh rencana lubang raksasa gila mereka yang tak terbayangkan!”
Imajinasi adalah bibit penciptaan!
Sayangnya justru imajinasi yang paling kurang dimiliki bangsa kami!
Andai—sekadar berandai—dulu Preta kecil berhasil mengatasi kesulitan teknis dan benar-benar menciptakan pasukan super, apa konsekuensinya? Mampukah Perang Perlawanan menang? Akankah Aliansi Anti-Fasis menang? Bisa jadi gerbong perang Jerman bersama Preta sudah menguasai dunia, wajah dunia takkan seperti sekarang. Membayangkannya saja seperti mimpi tak masuk akal.
Li Yifeng menggeleng takjub: “Tak sangka Preta masa Perang Dunia II punya rencana segila itu! Aliran naga Tiongkok nyaris hancur puluhan tahun silam, mengerikan!”
Su Jinxia mengangguk: “Benar! Harus diakui semangat Preta memang menggugah! Kali ini nyaris berhasil lagi. Pulang nanti harus segera laporkan ke markas lama. Kewaspadaan pada Preta tak boleh kendur sedetik pun!”
