Tingkat pembusukan mayat masih tergolong parah, jadi sayangnya tetap tak bisa menyaksikan rupa Kaisar sepanjang masa itu.
Dalam hati tiba-tiba timbul perasaan haru. Orang biasa yang mati mungkin hanya berubah menjadi debu beterbangan, tapi Kaisar legendaris ini setelah wafat malah berubah menjadi roh kekaisaran yang mengendarai roh naga menguasai dunia. Pantas semua orang ingin menjadi kaisar.
Aku menahan napas, dengan gemetar mengulurkan kedua tangan membuka peti mati kristal.
Lalu aku merogoh mulut Kaisar Qin Shihuang dengan tangan kanan. Setelah mengobrak-abrik sebentar, jemariku menyentuh benda dingin membeku. Dengan hati-hati aku menjepit benda itu dan mengeluarkannya dari mulut sang kaisar.
Setelah diamati, itu adalah manik-manik hijau kebiruan sebesar kelereng kaca masa kecilku, mirip batu giok mulia yang memancarkan kilau aneh. Meski tersembunyi dalam mayat membusuk selama ribuan tahun, masih mengeluarkan aroma hio samar yang cukup harum.
Mengira manik-manik di telapak tangan ini adalah harta karun, aku hendak merogoh mulut sang kaisar lagi untuk mencari benda lain.
Roh Kaisar Pertama tiba-tiba memanggilku: "Hei! Tuoba Gu, kau sudah mendapatkan rumput keabadian, masih saja mengusap-usap mulut Ku untuk apa?"
"Sudah dapat rumput keabadian?!" Aku terdiam terpana: "Tidak! Aku hanya menemukan sebuah manik-manik..."
Sampai di sini, aku tiba-tiba tertegun: "Paduka Kaisar, maksudmu... rumput keabadian... adalah manik giok ini?"
Roh Kaisar Pertama sedikit mengangguk: "Benar! Kalau tidak, kau pikir ini apa?"
"Aku... aku selalu mengira rumput keabadian adalah sejenis tumbuhan..." Suaraku gemetar penuh emosi.
"Namanya rumput keabadian, bukan berarti bentuknya seperti rumput! Tuoba Gu, pengetahuan budayamu masih perlu ditingkatkan!" Roh Kaisar Pertama berkata dengan serius.
"Ya! Ya! Aku pasti akan rajin bersekolah, berusaha meningkatkan diri!" Tanganku mencengkeram erat rumput keabadian, jantungku berdebar seperti rusa kecil berlarian, ingin segera menyambar sayap dan terbang ke sisi Gu Meidi.
Dengan hati-hati kuselipkan rumput keabadian ke dalam saku baju yang menempel di tubuhku, seolah membawa nyawa yang sangat berharga.
Setelah mengucapkan terima kasih pada Roh Kaisar Pertama, kurapatkan kembali peti mati kristal, lalu menutup peti mati emas di luarnya.
"Dulu saat Xu Fu berhasil menemukan rumput keabadian, Ku sudah tiada. Rumput keabadian ini terselip di mulut Ku selama ribuan tahun. Lagipula menyimpannya pun tak berguna, bisa menyelamatkan nyawa seseorang, setidaknya bisa memanfaatkan khasiat rumput keabadian ini!" Roh Kaisar Pertama menghela napas dalam: "Sebenarnya setelah sekian lama, Ku pun akhirnya mengerti, manusia tak bisa melawan Tian Ming. Omong kosong tentang kehidupan abadi! Menjalani hidup dengan baik hingga akhir, menjaga baik-baik orang yang ada di depan mata, itulah yang terpenting!"
Waduh!
Kami termangu menyaksikan sosok Kaisar Qin Shihuang yang berdiri gagah di atas roh naga. Tak disangka, kaisar yang semasa hidupnya mati-matian mengejar kehidupan abadi ini, setelah meninggal justru mencapai kebijaksanaan spiritual seperti ini.
"Paduka Kaisar, hamba ingin bertanya sesuatu!" Aku memberi hormat dengan gerakan kepalan.
"Silakan!" Roh Kaisar Pertama mengibaskan jubah naganya.
"Mengapa peti mati Paduka berbentuk segi enam?" tanyaku penuh keraguan.
Roh Kaisar Pertama tertawa bergema: "Hahaha! Bukankah tercatat dalam sejarah? Dulu Ku musnahkan enam negara, mempersatukan Tiongkok! Enam sudut ini mewakili enam negara itu. Sekalipun mati, Ku akan tetap menindas mereka di bawah Ku, hahaha!"
"Betul-betul beraura kuasa!" Kukacungkan jempol dengan kagum.
"Cukup! Ku harus pergi. Mundur kalian semua!" perintah Roh Kaisar Pertama.
"Daulat! Hormat perpisahan untuk Paduka Kaisar!" Kami memberi hormat dengan gerakan kepalan.
"Tak usah berlebihan!" Roh Kaisar Pertama melambaikan tangan: "Ngomong-ngomong, Tuoba Gu, sebelum pergi Ku juga punya pertanyaan untukmu!"
“Kaisar silakan bertanya! Tuoba Gu pasti menjawab semua pertanyaan tanpa ragu!” kata saya dengan khidmat. Terhadap Kaisar Qin Shihuang, saya penuh rasa terima kasih. Beliau memberikan rumput keabadian, memberi kesempatan Gu Meidi untuk terus hidup.
Roh Kaisar Pertama terdiam sejenak: “Apakah penampilan mayatku di dalam peti mati sangat buruk?”
Saya terkejut, mengira Kaisar Qin akan mengajukan pertanyaan yang mengejutkan. Ternyata beliau malah mempersoalkan penampilan fisiknya sendiri.
Saya mengeluarkan erangan, lalu berkata dengan halus: “Meski ada perubahan pada wajah mayat di peti, masih terlihat samar-samar kharisma Kaisar di masa lalu!”
Mendengar perkataan saya, Roh Kaisar Pertama menghela napas: “Baik! Ku mengerti. Sebenarnya kau ingin mengatakan penampilanku di peti mati sangat jelek, kan? Sudahlah, ini menyedihkan. Ku pergi dahulu, Selamat Tinggal!”
Diiringi raungan Naga yang meninggi, lapisan es di bawah kaki bergetar hebat.
Kemudian, roh naga berputar-putar lalu menghilang.
Roh Kaisar sepanjang masa itu pun ikut lenyap.
Di atas kepala masih kegelapan samar-samar, peristiwa tadi bagaikan mimpi belaka.
Bai Qi juga menghilang. Sang Pembunuh Dewa legendaris kembali ke bawah lapisan es, melanjutkan penjagaan atas Peti Emas Kaisar Pertama.
Saya menggenggam erat rumput keabadian di gendongan, perasaan heboh membuat mata berkaca-kaca.
Roh Jenderal Meng Tian juga kumasukkan kembali ke dalam Cincin Raja Hantu, agar ia beristirahat dan melanjutkan kultivasi.
"Su Jinxia mengobati luka orang-orang yang terluka," tanyaku pada Su Jinxia, "Bisakah kamu menjelaskan dari sudut pandang medis, mengapa rambutku memutih?"
Su Jinxia menatapku lama: "Ini mutasi kekuatan spiritual. Aku yakin di dalam tubuhmu ada kekuatan dahsyat tak dikenal yang terpicu oleh napas naga, ditambah kesedihan dan kemarahan yang meluap, membuat kekuatan itu meledak tiba-tiba dan meningkatkan potensimu!"
Kugaruk-garuk kepala: "Penjelasanmu terlalu rumit, aku tidak begitu paham. Bisakah disederhanakan?"
Su Jinxia berkata: "Secara sederhana, kamu bukan manusia biasa!"
Aku bukan manusia biasa?!
Kaget setengah mati, kalau bukan manusia lalu aku apa?
Sial! Jangan-jangan aku makhluk luar angkasa?!
Setelah beristirahat sebentar, orang-orang masih membahas roh Kaisar Pertama.
Li Yifeng berkata: "Roh Kaisar sepanjang masa memang perkasa, hanya dengan aura energinya saja kami langsung rela bersujud menyembah!"
Su Jinxia menambahkan: "Roh Kaisar Pertama memang sudah kuat sejak awal, apalagi setelah ribuan tahun bertapa di atas tulang naga ini, kemampuannya benar-benar mencengangkan!"
"Andai tahu ada Pembunuh Dewa Bai Qi dan Roh Kaisar di sini, tak perlu kami susah-susah datang melindungi Aliran Naga," kata Gagak.
"Betul!" sambung Xia Guoguo: "Waktu kami bertarung sengit melawan Preta Anak itu, mereka sama sekali tidak muncul membantu sedikitpun!"
Aku berpikir sejenak: "Sepertinya sebelumnya mereka belum 'sadar'! Menurut tebakanku, mungkin mereka baru akan 'sadar' dalam kondisi tertentu! Kalau tidak, pasti sudah lama muncul ke permukaan!"
Yuwen Jin mengangguk: "Aku setuju dengan pendapat Tuoba Gu, kalau tadi kami tidak bertarung habis-habisan melawan si kecil, begitu aliran naga di bawah lapisan es hancur diledakkan, roh Kaisar Pertama pun pasti takkan bisa 'sadar' kembali!"
Aku menatap peti emas segi enam di bawah lapisan es: "Mungkin peti emas itulah penyebab mereka bisa sadar!"
Setelah beristirahat sejenak, kami kembali ke pesawat kargo. Li Yifeng menerbangkan pesawat itu membawa kami meninggalkan ngarai berbentuk corong ini.
Pesawat berputar-putar di udara. Memandang aliran naga raksasa di bawah lapisan es, kami berdoa dalam hati: Semoga aliran naga melindungi kedamaian rakyat di Tanah Tiongkok, membuat negara kami semakin makmur dan jaya.
Deru mesin pesawat kargo menggema saat menerobos ngarai, menerobos benteng bendungan, menerobos lubang raksasa, lalu terbang melintasi puncak-puncak gunung bersalju.
Di luar sudah siang bolong. Disinari matahari cerah, kami duduk di tepi kabin sambil menyipitkan mata, memandang lautan awan yang bergulung-gulung. Perasaan pun ikut menjadi cerah.
Li Yifeng menemukan dataran salju yang luas untuk mendaratkan pesawat. Lalu kami berjalan kaki selama dua-tiga hari keluar dari Gunung Taibai.
Saat sampai di kaki gunung, Li Yifeng bertanya padaku: "Saudara Tuoba, apa rencanamu selanjutnya?"
Aku berkata: "Pergi ke bagian terdalam Shennongjia, selamatkan Gu Meidi!"
"Bagian terdalam Shennongjia?" Li Yifeng tertegun sebentar: "Shennongjia bukan tempat yang baik, apa kau sendiri bisa menghadapinya?"
Aku tersenyum: "Bahkan puncak aliran naga sudah kami taklukkan, masakah gentar terhadap Shennongjia? Tak ada hal apapun yang bisa menghentikanku menyelamatkan Gu Meidi!"
Li Yifeng memunggungi, berbisik-bisik dengan Su Jinxia dan yang lain sebentar, lalu berbalik padaku: "Begini saja, lagipula misi kami sudah selesai. Kita semua saudara seperjuangan, kami akan menemanimu ke Shennongjia, jaga-jaga kalau ada keadaan darurat bisa saling membantu!"
Belum sempat aku bicara, Xiao Guoguo sudah menyambar tangan Li Yifeng: "Kak Li, kau serius? Hebat! Hebat! Terima kasih! Terima kasih!"
"Xiao Guoguo!" Aku melirik tajam padanya: "Kau benar-benar tak tahu diri, apa pantas merepotkan Kak Li dan kawan-kawan seperti ini?"
"Haha!" Li Yifeng tertawa: "Tak merepotkan! Kita semua sudah melalui banyak hal bersama, sudah akrab seperti ini, saling membantu sudah seharusnya!"
"Tapi... sungguh aku merasa ini terlalu merepotkan kalian..." Sejujurnya, hatiku sangat tersentuh. Sungguh, beruntungnya aku bisa mengenal Li Yifeng dan kawan-kawan.
Li Yifeng menepuk-nepuk dadanya: "Jika kau anggap kami saudara, jangan lagi sebut kata 'merepotkan'!"
Aku mengangguk, memberi hormat dengan gerakan kepalan: "Baik! Maka Tuoba Gu di sini mengucapkan terima kasih pada kalian semua!"
Konsumsi energi fisik kami selama beberapa hari ini sangat besar. Meski aku sangat ingin segera kembali ke sisi Gu Meidi, aku tahu semua orang sudah sangat lelah. Jadi aku tidak bisa egois seperti itu, lebih baik kami beristirahat sehari di kota untuk memulihkan tidur, sekalian mengisi ulang persediaan makanan.
Malam harinya Li Yifeng mengadakan jamuan di kota, kami minum arak untuk merayakan keberhasilan.
Saat jamuan, kami sengaja menyediakan satu kursi kosong dengan secawan arak di atasnya.
Kursi ini adalah untuk Chen Yu yang telah gugur!
Li Yifeng mengangkat cawan araknya ke arah kursi kosong itu: "Saudara, tenanglah di perjalanan!"
Kami serentak mengangkat cawan: "Saudara, tenanglah di perjalanan!"
Malam itu kami minum arak sepuas-puasnya, melemparkan semua keresahan dan kegelisahan selama ini ke belakang kepala.
Xiao Guoguo sampai mabuk, akulah yang menggotongnya kembali ke hotel. Gadis kecil ini masih mengigau di tempat tidur: "Aku masih mau minum! Aku masih mau minum!"
Kutampar pantatnya: "Tidur yang sopan! Kau ini rubah, ngapain ikut-ikutan minum arak? Gila!"
