Pagi berikutnya, setelah membeli perlengkapan hidup yang diperlukan, kami langsung pergi ke Bandara Xianyang. Naik pesawat ke Wuhan, lalu berganti bus jarak jauh yang berguncang-guncang menuju Shennongjia.
Shennongjia mendapatkan namanya dari Shennong, salah satu leluhur Tiongkok, yang konon membangun tangga kayu di sini, mencicipi ratusan tumbuhan, dan mengajari rakyat bercocok tanam. Terletak di perbatasan barat Provinsi Hubei, wilayah ini menyimpan sumber daya hutan paling primitif sekaligus budaya paling misterius. Manusia liar Shennongjia yang banyak menarik perhatian masyarakat belakangan ini adalah salah satu contohnya.
Konon bagian dalam Shennongjia sangat misterius. Begitu tersesat ke perut Shennongjia, bahkan burung-burung pun bisa kehilangan arah. Selain itu, Shennongjia juga terletak di Lintang 30 Derajat Utara yang legendaris. Saya yakin teman-teman yang familiar dengan garis lintang ini takkan asing - di atas garis ini terdapat puncak tertinggi dunia Gunung Everest, palung terdalam Mariana, piramida Mesir, Taman Gantung Babilonia, hingga zona maut Bermuda yang mengerikan.
Setelah mendaki gunung dan melewati liku-liku jalan, kami akhirnya tiba di Shennongjia. Di bawah pimpinan Xiao Guoguo, rombongan kami langsung bergerak menuju jantung Shennongjia tanpa jeda.
Xiao Guoguo telah tumbuh besar di hutan primitif Shennongjia. Kembali ke sini bagaikan pulang ke rumah. Kami tak perlu menyewa pemandu - Xiao Guoguo adalah penunjuk jalan lokal terbaik.
Menurut Xiao Guoguo, kayu suci neraka merupakan tempat markas besar kubu Sembilan Tua. Untuk mencapai lokasi tersebut, minimal membutuhkan waktu tiga sampai lima hari. Di tengah perjalanan, kita harus melewati Lembah Gas Beracun yang misterius dan menyebrangi rawa hitam yang penuh bahaya. Di Lembah Gas Beracun selawan gas mematikan, terdapat banyak serangga beracun seperti ular berbisa, kalajengking beracun, lebah racun, dan lipan berbisa yang bisa ditemui di mana-mana. Sedangkan di rawa hitam terdapat kabut halusinogen yang melayang-layang, serta lintah raksasa pemakan daging mentah dengan daya serang yang sangat kuat.
Padahal kita belum masuk ke kawasan Shennongjia. Mendengar penjelasan Xiao Guoguo, kepalaku langsung pusing. Sebelum berangkat, aku membayangkan begitu masuk Shennongjia langsung bisa menemukan kayu suci neraka. Tak disangka perjalanan menuju sana masih harus melewati rintangan seberat ini. Tapi di sisi lain, kalau tempat ini tidak cukup misterius dan angker, tentu markas besar kubu Sembilan Tua tidak akan dibangun di sini. Yang kasihan adalah Gu Meidi yang harus bertahan hidup dalam kondisi sulit selama beberapa hari ke depan.
Tentu saja, perkiraan waktu tiga-lima hari dari Xiao Guoguo itu berdasarkan asumsi perjalanan lancar tanpa hambatan. Jika terjadi masalah di tengah jalan, waktu tempuh pasti akan molor. Yang terpenting, kami harus bertahan hidup di lingkungan alam yang keras ini. Jika nyawa kami malah melayang di Shennongjia, semua usaha sebelumnya benar-benar sia-sia belaka!
Untunglah kami semua bukan orang biasa. Dengan langkah cepat dan napas teratur, kami berlari kencang melewati rimba purba. Hanya setengah hari sudah mendekati Lembah Kabut Mistis.
Rimba purba di sini subur menghijau seperti lautan hijau. Banyak pohon raksasa menjulang dengan kanopinya yang menutupi sinar matahari, membuat hutan terasa remang-remang dan sunyi seperti kuburan. Tapi kehidupan tetap berdenyut: bunga gunung aneh bermekaran, hewan kecil berlarian. Saat kencing di bawah pohon besar, seekor tupai bergelantungan terbalik di ranting. Matanya sebesar kacang hijau menatap tajam ke selangkanganku! Cepat-cepat kunaikkan celana – jangan-jangan dikira sosis!
Malam itu kami berkemah di hutan. Memilih area dikelilingi semak dengan tanah kering dan lapang. Xiao Guoguo memberitahu Lembah Kabut Mistis sudah dekat, tapi visibilitas malam buruk. Kami memutuskan istirahat dulu, masuk saat fajar.
Kami menyalakan api unggun dan duduk melingkar. Bekal dan air dibagi-bagi sambil menikmati kehangatan api.
“Jangan makan bekal lagi, aku akan carikan kalian makanan enak!” Xiao Guoguo menepuk-tepuk tangan: “Lha wong Shennongjia ini kan wilayah kekuasaanku, kalian datang ke sini sebagai tamu, aku harus sedikit menjalankan kewajiban tuan rumah dong!” Usai berkata demikian, Xiao Guoguo melompat-lompat menghilang dalam kegelapan.
Gagak menatapku: “Tuoba Gu, kenapa kau tidak menemaninya pergi? Kau tidak tahu betapa berbahayanya hutan jarang di malam hari? Bagaimana bisa kau tenang membiarkan Xiao Guoguo sendirian mencari makanan?”
Aku memukul-mukul api unggun: “Wah! Dia kan penduduk asli sini, sekarang seperti pulang ke rumah sendiri, masih perlu khawatir dia celaka? Lagipula, sekarang dia rubah roh berekor tujuh, siluman gunung dan monster air biasa mana ada yang bisa mengganggunya? Apalagi binatang-binatang di hutan, lebih baik mereka berdoa jangan sampai ketemu dia, kalau tidak bakal jadi santapannya!”
Sampai di sini, tiba-tiba tali di hatiku bergetar, aku melotot ke Gagak: “Kok urusanmu luas sekali? Apa? Kau ingin ikut dia?”
Gagak tidak menghiraukanku, asyik bercanda dengan Xiao Mo, melemparkan dua kata dingin padaku: “Si miskin!”
Beberapa saat kemudian, Xiao Guoguo kembali dengan wajah penuh sukacita. Makanan yang dibawanya sangat aneh, membuat kami terkejut.
Xiao Guoguo menggendong di tangan kirinya sepotong tiang kayu setengah membusuk, sedangkan tangan kanannya - sungguh tak disangka - menggenggam sarang tawon sebesar bola fitness.
Aku termangu menatapnya, dahi dipenuhi kerutan hitam: "Nenek buyutku, ini barang bagus yang kau bawa pulang?"
"Heihei! Tentu! Dua benda ini adalah yang terbaik di gunung, kalian dapat kenikmatan kuliner malam ini!" Xiao Guoguo meletakkan kedua benda itu di samping perapian, menggelengkan lengannya: "Huh! Capek sekali! Mengambil sarang tawon ini benar-benar sulit, aku harus memanjat pohon setinggi 20 meter."
Kutatap sarang tawon yang penuh lubang itu, sarang tawon yang berjejal-jejal terlihat sangat menjijikkan. Kulitku langsung merinding merasakan gatal menusuk di wajah.
"Xiao Guoguo, ini... er... kau mau kami makan balok kayu ini untuk makan malam?" Li Yifeng melongo melihat tiang kayu di depannya.
"Ini enak lho!" Tanpa basa-basi, Xiao Guoguo langsung melemparkan balok kayu itu ke dalam perapian. Api menjilat-jilat, terbakar dengan suara plak-plak, asap kehijauan terus mengepul.
"Pinjam pisaumu!" Xiao Guoguo melambaikan jari ke arah Li Yifeng.
Li Yifeng menyerahkan pisau pembasmi siluman. Tak disangka Xiao Guoguo menggunakan senjata pusaka itu untuk membelah sarang tawon. Kiri kanan dihujamkan, srub-srub-srub beberapa kali tebasan, sarang tawon terpotong menjadi beberapa bagian. Ia membagikan ke kami: "Ayo! Coba! Ini madu murni asli, tonik kuat!"
"Cahaya kuning pucat madu perlahan mengalir keluar, aku mengendusnya, tercium sedikit hio, tapi tetap masih sulit untuk aku telan."
Saat menoleh melihat, Li Yifeng dan mereka ternyata sudah asyik mengunyah dengan suara berdecak, persis seperti menggigit semangka, makan dengan lahap, mulut penuh madu lengket yang menetes.
Xiao Guoguo berkata: "Madu mengandung protein tinggi dan asam buah, bisa cepat memulihkan stamina fisikmu, ini makanan favorit petualang alam liar, berharganya seperti air di gurun pasir!"
"Kau tidak mau makan? Kalau tidak mau, berikan padaku!" Gagak mengulurkan tangan hendak merebut madu di tanganku.
Aku segera menjaga madu: "Jangan harap, aku mau makan..."
Belum selesai bicara, terdengar suara "kwaaak", Xiao Mo terbang diam-diam ke belakangku, mematuk sepotong madu lalu terbang ke pohon.
Sialan, benar-benar perampok! Apa gagak juga makan madu?
Aku menahan madu dan mulai menggigit besar-besaran, baru masuk mulut terasa amis, tapi setelah terbiasa dengan rasanya, muncul aftertaste manis segar, apalagi setelah tertelan, seluruh lambung terasa hangat, seolah ada panas terus menyembur deras ke seluruh anggota tubuh, sensasinya sungguh sangat menyenangkan!
Setelah menghabiskan madu, balok kayu di dalam perapian hampir hangus terbakar. Permukaan kulit pohon menghitam legam, namun udara justru dipenuhi aroma harum yang berasal dari dalam tiang kayu tersebut.
Xiao Guoguo mengeluarkan tiang kayu hangus itu dari perapian. Dengan mengangkat pisau pembasmi siluman, dia membelah kayu itu menjadi dua. Hawa panas menyembur keluar disertai aroma daging yang menggugah selera, membuat kami langsung ngiler begitu menciumnya.
Baru kami sadar, bagian dalam tiang kayu itu kosong dan terdapat sarang semut. Entah jenis semut apa, setiap ekornya sebesar jari kelingking. Semuanya sudah matang, mengeluarkan aroma daging panggang yang sedap. Rupanya Xiao Guoguo tidak memanggang kayu untuk kami, tapi semut di dalamnya.
Kami meniru gaya Xiao Guoguo, mengambil seekor semut lalu mengupas cangkangnya dengan kuku. Daging di dalamnya tebal dan putih seperti udang. Setelah dikupas, daging lembut itu langsung meleleh di mulut dengan rasa gurih yang sempurna.
Li Yifeng selalu membawa bir di dalam tasnya ke mana pun pergi. Kami menikmati semut panggang sambil meneguk bir, merasakan pengalaman primitif yang sangat autentik.
Saat cahaya fajar pertama menembus kabut tebal dan menyelinap di antara celah ranting pohon, kami terbangun dari mimpi.
Udara lembab di dalam rimba purba sangat pekat, di mana-mana terlihat butiran embun yang menggelinding. Kami menggunakan daun-daun besar untuk menampung embun tersebut, menggunakannya untuk berkumur dan membasuh muka, sehingga menghemat persediaan air minum yang kami bawa.
Setelah sarapan seadanya dengan bekal kering, kami memasuki Lembah Kabut Beracun di bawah pimpinan Xiao Guoguo.
Sebelum memasuki lembah tersebut, Xiao Guoguo menemukan sejenis tanaman berdaun lebar di mulut ngarai. Bukan ahli biologi, aku tak tahu namanya. Daunnya sangat besar. Xiao Guoguo memetik daun itu dan membuat masker sederhana untuk menutupi wajahnya. Kami pun menirunya - masing-masing memetik selembar daun, melubanginya untuk mata, lalu saling memandang dengan wajah tertutup daun hingga tak kuasa menahan tawa.
Xiao Guoguo menjelaskan bahwa gas beracun di Lembah Kabut sangat mematikan. Menghirupnya berlebihan bisa membahayakan nyawa. Daun besar ini merupakan bahan pelindung terbaik melawan gas beracun.
Setelah mempersiapkan perlindungan, kami perlahan memasuki lembah. Anggota tim menyebar membentuk formasi pertahanan yang fleksibel, bergerak maju dengan teratur.
