Aku langsung mengenali orang itu, mendesah kesakitan: "Kau berani muncul lagi? Tidak taktakan rasa Fu Naga Api?"
Sekarang aku yakin, orang inilah bayangan hantu yang mengintai di luar jendela kemarin malam.
Orang itu mengangkat kepalanya, seorang pria muda berwajah tampan. Separuh bagian kiri wajaknya terbakar, pipi hitam legam dipenuhi gelembung air yang kontras tajam dengan separuh wajah kanannya yang masih tampan. Penampilannya mengerikan, separuh malaikat separuh iblis. Rupanya luka Fu Naga Api semalam cukup parah.
Pria itu membuka mulutnya, tersenyum dingin sebelum wajahnya berkerut. Gigi peraknya gemeretak: "Kau menghancurkan separuh wajahku, akan kuhancurkan seluruh wajahmu! Bahkan akan kupenggal kulit wajahmu untuk dibuat jadi pangsit kulit manusia!"
Pangsit kulit manusia?!
Hati kami merinding. Sesuatu sejijik itu diucapkannya dengan enteng. Rupanya ini bukan pertama kalinya mereka membuat pangsit kulit manusia.
Aku mengangkat Tianxie Qiang: "Mau makan pangsit kulit manusia? Pergi ke neraka saja!"
Sebelum sempat bergerak, Braak! suara tembakan menggema.
Lao Yang sudah menarik pelatuk. Sebutir peluru emas berputar kencang menembus titik antara alis pria bertudung hitam.
Pria itu melengkung ke belakang, tapi tak terjatuh.
Denting logam bergema saat peluru jatuh ke lantai. Ding!
Lao Yang membeku. Lao Niao membeku. Aku dan Cao Yi pun terpaku.
Bukankah peluru yang jatuh itu baru saja ditembakkan dari pistol Lao Yang?
Bagaimana... bagaimana bisa terpantul jatuh di tanah?
Kami memandang penuh keheranan pada pria bertudung hitam itu, brengsek macam apakah monster ini, bagaimana mungkin bahkan peluru tak bisa melukainya?
Lao Yang semakin terkejut, menurutnya tak ada di dunia ini yang tak bisa dikalahkan senjata api.
Braak! Braak! Braak!
Kali ini, bukan hanya Lao Yang yang menembak, Lao Niao pun ikut melepaskan tembakan.
Cahaya api menyala-nyala menyembur dari moncong senjata, peluru demi peluru berputar menderu melesat menuju pria bertudung hitam itu, dentuman senjata bergema di dalam gua, persis seperti petasan dua tendangan, sangat keras hingga memekakkan gendang telinga.
Pria bertudung hitam itu tak menghindar, bahkan merentangkan kedua lengannya, membiarkan peluru menghujam tubuhnya, ia menampung semuanya.
Bersamaan dengan dentuman senjata, suara peluru terpantul terus bergema dari lantai, Ding! Dang! Ding! Dang!
Setiap peluru yang dilepaskan Lao Yang dan Lao Niao, semuanya berhasil ditangkis.
Peluru-peluru ini ternyata sama sekali tak melukai pria bertudung hitam itu, ia menyeringai dengan senyum aneh, senyuman itu kontras dengan separuh wajahnya yang buruk rupa, terlihat sangat mengerikan.
"Peluru remeh temeh ingin membunuhku? Hehe, ini cuma seperti garukan gatal bagiku!" Pria bertudung hitam itu berkata dengan dingin.
"Lao Yang, jangan mubazirkan peluru lagi, monster ini sama sekali tidak takut!" Lao Niao menghentikan tembakan, meski mulutnya berkata begitu, tapi refleknya tetap mengganti magasin, moncong senjata hitamnya masih mengarah ke pria bertudung hitam, seolah hanya ini yang bisa memberinya rasa aman.
Keringat dingin mengucur deras di dahi Lao Yang. Sebelum ke sini, kami semua mengira musuh kami hanya sekumpulan penyimpang haus darah. Tak disangka mereka bukan hanya penyimpang, tapi juga monster kebal senjata tajam dan peluru.
"Xiao Gu, asal-usul monster ini apa?" tanya Lao Yang dengan panik.
"Biar aku coba!" Aku melangkah maju dengan senjata di tangan. Tianxie Qiang-ku adalah senjata pusata khusus untuk mengatasi benda jahat. Jika peluru tak mempan, mungkin Tianxie Qiang dan Kertas Fu Kuning bisa melukainya. Tampaknya beban ini akhirnya harus kupikul di bahuku. Untung aku datang ke Pulau Kabut Tersembunyi, kalau tidak Lao Yang dan kawan-kawan pasti sudah tewas di sini.
Lao Yang dan Lao Niao yang tahu kemampuanku segera mundur selangkah melindungi Cao Yi, lalu berteriak, "Xiao Gu, kau hati-hati!"
Kutyeret Tianxie Qiang sambil mendekati pria bertudung hitam langkah demi langkah. Aura energiku masih sangat kuat: "Hei nak, Tianxie Qiang tidak membunuh orang tak bernama. Mati di bawah senjata ini adalah kehormatanmu. Sebutkan namamu!"
Sejak pertarungan melawan Raja Akhirat itu, meski kalah, nyaliku sudah ditempa. Siluman dan iblis biasa tak kuhiraukan lagi.
Pria bertudung hitam berkata dengan senyum sinis: "Ma Jianlan! Bagaimana denganmu?"
"Tuoba Gu!" balasku dingin, senjata Tianxie menyeret di tanah meninggalkan jejak percikan api, ujungnya sudah menyelimuti aura yang pekat.
"Nama bagus! Lebih enak didengar daripada Fang Weiran itu! Ngomong-ngomong, sudah terima hadiah dariku? Piringan dendeng itu adalah daging paha Fang Weiran, tekstur daging si itu lumayan halus, rasanya hampir mirip daging cewek-cewek!" Brengsek bernama Ma Jianlan ini tertawa terkekeh-kekeh, senyumannya menusuk tulang sumsum, langsung merasuk ke jantungku.
Teringat keadaan mengenaskan Fang Weiran yang mereka jadikan dendeng manusia, lalu piringan dendeng itu, bayangan lengan dan betis para gadis masih berpendar di mataku, mata ini langsung memerah. Darah panas mengalir deras ke ubun-ubun, dengan raungan kemarahan kugunakan seluruh tenaga mengayunkan senjata Tianxie menyapu horizontal ke arah Ma Jianlan di udara.
Kecepatan jurusku tak bisa dianggap remeh, apalagi dalam kemarahan memuncak, serangan ini sungguh mematikan.
Siapa sangka kecepatan gerak Ma Jianlan juga luar biasa aneh, swis-swis dua kali salto belakang, bahkan bayangannya pun tak terlihat, dia sudah berdiri 10 meter dariku, tertawa dingin "Heihei".
Jantungku berdebar kencang, tak menyangka jurus pertamaku langsung meleset!
“Dasar!” Aku naik pitam, menyeret Tianxie Qiang dan kembali menyerang. Tubuhku berubah menjadi bayangan sisa, Tianxie Qiang menyapu udara membentuk setengah lingkaran, kilau dinginnya mengoyak udara, menghujam ke arah kepala Ma Jianlan dari samping.
Ma Jianlan menggeser kaki dengan gesit bagai kilat, berusaha menghindari tusukan senjata ini.
Sudut bibirku mengernyitkan senyum sinis. Serangan yang tampak ganas ini sebenarnya hanyalah gerakan tipuan. Andai Ma Jianlan tak mengelak, tusukanku justru tak akan mengenai dirinya. Tapi dengan sengaja kumaksanya menghindar ke kiri, sementara ujung senjata telah melingkar di udara dan berbalik arah dengan kilat, lebih dulu menunggu di sisi kiri tubuhnya.
Maka tusukan ini pada hakikatnya adalah Ma Jianlan sendiri yang menubrukkan diri ke ujung senjata.
Bruk!
Ma Jianlan menjerit keras, darah segar menyembur membentuk kabut. Tubuhnya berputar beberapa kali di udara sebelum terjatuh keras ke tanah. Pinggang kirinya terkoyak luka panjang oleh Tianxie Qiang, daging dan kulit terbelah, darah memancur deras bagai semburan.
Kukembalikan senjata ke posisi siap dan berkata dengan dingin: "Bagaimana rasanya? Bukannya kau kebal senjata tajam dan peluru? Hehe, kupikir kau punya ilmu kebal seperti Baju Besi atau Lonceng Emas!"
Ma Jianlan menatapku dengan tatapan penuh kebencian yin, matanya seolah ingin menelanku hidup-hidup.
Dia menutupi lukanya, perlahan bangkit dari tanah. Tiba-tiba terdengar raungan mengerikan darinya, aliran energi tak kasat mata menerobos keluar dari tubuhnya. Jubah hitam yang dikenakannya seketika terkoyak menjadi ribuan serpihan, bagaikan kupu-kupu hitam yang berputar-putar mengitarinya sebelum berhamburan jatuh.
Saat serpihan terakhir menyentuh tanah, aku terkejut menemukan permukaan kulit Ma Jianlan memancarkan kilau merah tua yang samar.
Sebelum rasa heranku reda, tiba-tiba Ma Jianlan melesat dengan kecepatan yang jauh lebih dahsyat dari sebelumnya.
Bayangan hitam menyergap, Ma Jianlan sudah berada di hadapanku. Sebelum sempat bereaksi, lututnya menghantam perutku. Tubuhku terlempar tiga meter ke belakang, nyaris berlutut di tanah. Perut terasa seperti ditusuk-tusuk, asam lambung naik ke kerongkongan, pandangan berkunang-kunang oleh bintang-bintang emas.
Ma Jianlan tak memberiku waktu untuk pulih. Dengan teriakan keras, tubuhnya meluncur cepat di atas tanah seperti ular, tangan terayun ke arah wajahku.
Dari sudut mataku kulihat kilau logam dingin di tangan Ma Jianlan—seperti menyembunyikan senjata tajam. Tak berani menghadapinya langsung, aku berguling di tanah. Meski memalukan, gerakan ini nyaris menghindarkan serangannya. Tangan kirinya menyapu udara di depan wajahku, menyisakan bau amis menyengat yang membuatku hampir pingsan.
Aku baru saja berguling bangkit berdiri, Ma Jianlan sudah kembali menyerang dengan tubuh lentur, mengangkat kedua tangannya menusuk ke arah dadaku.
Baru sekarang aku terkejut melihat, kesepuluh kuku jari Ma Jianlan runcing dan panjang, sangat tajam, bagai sepuluh pisau yang tersusun rapi, kuku-kukunya hitam legam mengilap, ujung jarinya dipenuhi energi jahat yang pekat.
Aku buru-buru membentangkan Tianxie Qiang untuk menahan di dada, terdengar suara gedebuk, senjata itu ternyata memercikkan rangkaian percikan api menyilaukan, membuktikan betapa tajamnya sepuluh jari Ma Jianlan.
Di saat yang sama, aku semakin terkejut menemukan, mengapa permukaan kulit Ma Jianlan memancarkan warna merah tua? Ternyata di sekujur tubuhnya tumbuh lapisan bulu panjang berwarna merah darah yang aneh.
Seketika itu juga, di benakku terlintas sebuah istilah: *Zombie Merah*!
Persis di detik pikiran itu muncul, aku sadar situasi memburuk, Tianxie Qiang menggambar lingkaran cahaya berkilau di depan wajah, seluruh tubuhku mundur dengan cepat.
Bersamaan dengan gerak mundurku, mulut Ma Jianlan tiba-tiba menganga, menyemburkan gumpalan aura mayat ke arahku!
Aura mayat itu sangat pekat, lebih mengerikan daripada kabut racun hijau yang kami temui kemarin.
Untung reaksiku cepat ditambah perlindungan Tianxie Qiang, berhasil menghindari serangan aura mayat Ma Jianlan, tidak terluka oleh energi jahat itu.
Aku tidak percaya!
Dalam hati aku mengutuk: "Dasar nenek moyangnya! Ternyata Ma Jianlan ini memang bukan manusia biasa, melainkan *Zombie Merah* tingkat tinggi!"
Hongjiang adalah singkatan dari hongmao jiangshi (zombie berbulu merah), terkadang disebut juga "hongmao!".
Dalam klasifikasi zombie, terdapat zombie bulu hijau, zombie bulu putih, zombie bulu merah, zombie bulu kuning, serta raja zombie yaitu zombie bulu ungu.
Zombie bulu hijau gerakannya lamban dan pikirannya tumpul, termasuk yang paling mudah ditaklukkan. Saat bersama Lao Yang di Bukit Kulit Kuning dulu, kami menghadapi zombie bulu hijau yang mengalami transformasi mayat.
Zombie bulu putih sudah lebih rumit, orang biasa sulit mengatasinya. Biasanya perlu ahli Tao yang turun tangan, apalagi daya serang Bai Jiang lebih kuat.
Sedangkan zombie bulu merah levelnya lebih tinggi dari Bai Jiang, hanya berada di bawah Huangmao Jiangshi alias mayat baja perunggu. Kekuatan Tongjia Shi pernah kusaksikan sendiri, kala itu di Makam Jenderal Saibeibao, kalau bukan karena aksi Gu Meidi, mungkin aku sudah mati.
