Gruguk!
Kutarik nafas dalam udara dingin. Tak kusangka Ma Jianlan di usia muda sudah berhasil mengkultivasi diri menjadi zombie bulu merah, pantas dia begitu arogan. Rupanya cewek-cewek bikini yang tewas di pulau itu mati kehabisan jingxue dihisap zombie. Tapi zombie merah ini lebih beringas, tak hanya menghisap darah, bahkan memakan daging mereka.
Cih!
Kulumurkan butiran air liur ke tanah: "Zombie bulu merah receh macam ini berani sok jago?"
Ma Jianlan tersenyum sinis, mengulurkan lima jari yang menghitam: "Bukan satu, melainkan lima!"
Lima?!
Hatiku berdesir pelan, jika ada lima zombie bulu merah di sini, ini benar-benar situasi yang rumit!
Sebelum sempat berkata, Ma Jianlan menunjuk ke belakangku sambil tertawa jahat: "Di belakangmu!"
Jantungku berdebar kencang. Braak! Lao Niao terlempar dan terjatuh tertelungkup, entah hidup atau mati.
Terdengar raungan Lao Yang: "Dasar bajingan! Aku habisin kalian!"
Kuputar badan. Empat bayangan menghantui muncul diam-diam di belakang Lao Yang dan kawanan.
Keempatnya mengenakan jubah hitam seragam bermotif api, lambang Sekte Suci Api.
Lao Yang mengangkat pistolnya, menarik pelatuk.
Salah seorang menyumbat moncong senjata dengan telapak tangan.
Dummm!
Peluru meledak di dalam laras. Pistol berubah jadi besi berasap yang jatuh ke tanah.
Lao Yang mundur sambil mengaum, menghantam dengan tinju ke wajah si jubah hitam.
Tak ada usaha menghindar. Pukulan itu menghantam dada keras seperti baja. Si jubah tak tergoyah, sementara Lao Yang terhuyung mundur dengan tangan kanan membengkak bak roti kukus.
Ma Jianlan terkekeh-kekeh: "Temanmu benar-benar menggemaskan! Sayangnya, mereka semua akan mati!"
Begitu Ma Jianlan selesai bicara, terdengar teriakan Cao Yi: "Aaaa—"
Seorang orang bertudung hitam meremas leher Cao Yi, mengangkatnya dari tanah. Kedua kaki Cao Yi mengayuh dan menendang tak karuan di udara, napasnya tersengal-sengal tanpa bisa bersuara.
Orang bertudung hitam itu menyibak jubahnya, memperlihatkan wajah seorang wanita.
Sebenarnya wajah wanita ini cukup manis, mirip dengan guru senior dari negeri pulau.
Sayangnya, wanita cantik ini ternyata juga seorang Jiang Merah.
Wanita itu tersenyum misterius, membuka mulutnya. Dua taring melengkung seperti bulan sabit muncul, beradu dengan gigi-giginya menciptakan suara mengasah pisau: Kreek! Kreek kreek kreek!
Wanita itu tertawa ke arahku: "Pacarmu benar-benar cantik, pasti rasanya lezat!"
Seseorang di sampingnya berkata dingin: "Sisakan sedikit untukku! Darah polisi mati kemarin habis kau minum sendiri!"
Wanita itu melengos manja dengan aura mengerikan: "Aku kan wanita, kalian harusnya membiarkanku makan duluan! Lagipula, dua potong daging empuk di pantat polisi itu juga kau habiskan!"
“Er... er...” Tenggorokan perempuan itu bergerak naik turun dengan ekspresi lapar, lalu ia membuka mulut dan menggigit leher putih salju Cao Yi.
Pada saat itu, Cao Yi menutup matanya dalam keputusasaan.
Hampir bersamaan, desiran angin deru terdengar dari belakang - Ma Jianlan sudah menyerangku.
Jika aku berkorban menyelamatkan Cao Yi, pasti akan terluka oleh Ma Jianlan. Jika aku bertahan, Cao Yi pasti akan mati di bawah taring perempuan itu. Ma Jianlan dan zombie temannya benar-benar memojokkan aku dalam dilema.
Tapi, para zombie bulu merah ini terlalu meremehkanku.
Sebagai penerus Kaisar Kuning, pria luar biasa dengan garis keturunan darah Naga, remaja tampan berambut perak - Bagaimana mungkin aku menyerah begitu saja?
Mengapa aku tidak langsung menyelamatkan Cao Yi sejak awal?
Karena aku sedang menunggu!
Menunggu satu kesempatan!
Kesempatan menyerang terbaik!
Dan sekarang, kesempatan itu telah tiba!
Mereka pikir aku beku ketakutan?
Sebenarnya aku sama sekali tidak gentar. Hanya jumlah zombie bulu merah yang banyak sehingga agak sulit dihadapi. Tapi keyakinanku akan pertarungan ini tetap utuh. Jika bahkan beberapa zombie bulu merah pun tak bisa kukalahkan, lebih baik aku tak usah kembali ke Enam Pintu Gerbang. Gali lubang dan kubur diri sendiri, daripada mempermalukan diri.
Pada detik si rambut merah wanita membuka mulutnya, jari kiri saya melentingkan Fu Naga Api yang melesak seperti meteor menyibak langit, mengibas ekor kecil nan menggemaskan, mendesing menembus udara, tepat masuk ke dalam mulut si rambut merah.
Tanpa jeda, saya berbalik badan. Saya yakin si rambut merah itu sudah tuntas, bahaya Cao Yi telah sirna.
Sambil berputar, Tianxie Qiang berdengung halus lalu terbelah dua. Tianxie kiri membentuk pertahanan di depan dada, menghadang Ma Jianlan yang menyergap dari belakang. Tianxie kanan menusuk miring dari bawah dagunya, menembus keluar dari kelopak mata kanannya. Ma Jianlan yang mulutnya menganga tak bisa menggigit karena taringnya terhalang senjata.
Dalam sekejap kilat, semua jebakan telah saya kuasai.
Mantap!
Dalam hati, saya memberi diri sendiri tepuk tangan.
Saya mencabut Tianxie Qiang, dengan lihai memutar senjata membentuk lukisan bunga api sebelum menendang Ma Jianlan terbang: "Idiot! Liat? Tianxie Qiang-ku bisa begini caranya! Ah sudahlah, dasar kampungan!"
Wuwaaa——
Ma Jianlan mengeluarkan teriakan kesakitan yang memilukan. Dagu pria itu tertembus oleh Tianxie Qiang yang melubangi tenggorokannya. Darah mengalir deras tak terbendung meski dia berusaha menutupinya dengan tangan. Mulutnya menyemburkan darah segar, sementara bola mata kanannya telah hilang menyisakan lubang mengerikan yang serasi dengan wajahnya yang hangus terbakar, persis seperti hantu jahat yang merayap keluar dari film horor.
Di sisi lain, si perempuan berambut merah itu mengalami nasib yang lebih tragis. Dia bahkan tak bisa menjerit kesakitan.
Fu Naga Api itu melesat masuk ke dalam mulutnya dan mulai membakar lidahnya.
Perempuan berambut merah itu panik. Dengan terpaksa melepaskan Cao Yi, dia mencoba mengorek jimat api itu dari mulutnya.
Namun Fu Naga Api telah menyusup masuk ke tenggorokannya, berubah menjadi naga api yang langsung merayap masuk ke perutnya. Usaha menggaruk tenggorokan sia-sia, karena api justru membara dari dalam tubuhnya.
Pemandangan mengerikan itu membuat siapapun tak tega memandang. Perempuan itu membuka mulut lebar-lebar dengan lidah berapi, seperti sedang melakukan atraksi penyembur api. Perutnya mulai mengeluarkan asap pekat. Tak lama, seluruh tubuhnya diselimuti api yang mengubahnya menjadi zombie berjalan. Wajah cantiknya pun menyusut menjadi abu dalam kobaran panas.
Dalam hati aku berucap: "Selamat jalan, Cang Laoshi!"
“Para brengsek ini menganut api, menggunakan api untuk memanggang daging manusia, akhirnya mereka sendiri justru terbakar hidup-hidup oleh api, sungguh hukuman karma yang pantas!”
“Dari lima zombie bulu merah yang ada, sekarang sudah dua yang dilenyapkan. Satu zombie betina bulu merah terbakar hidup-hidup, sementara Ma Jianlan menderita luka parah yang hampir menghilangkan kekuatan tempurnya, sudah mendekati ajal.”
“Aku diam-diam menghela napas lega. Tinggal tersisa tiga zombie bulu merah lagi.”
“Cao Yi mencengkeram lehernya yang memerah akibat dicubit, terengah-engah dengan napas berat. Di leher putih bersaljunya terlihat tiga bekas jari. Selain memar, seharusnya tidak ada masalah serius.”
“‘Tidak apa-apa kan?’ Aku mendekati Cao Yi dan bertanya penuh perhatian.”
“‘Tak apa!’ Cao Yi melambaikan tangan: ‘Jangan urusi aku! Aku akan periksa Lao Yang. Kau sendiri harus waspada!’”
“Aku tersenyum penuh keyakinan: ‘OK! Pertempuran akan selesai dalam sepuluh menit!’”
“Sambil berkata, kedua lenganku menyatu di dada. Tianxie Qiang berdenting menyatu kembali menjadi tombak panjang.”
“Aku tidak memanggil Meng Tian dan Weiming Shouquan. Sejak pertempuran terakhir di alam baka, keduanya tampaknya mengalami luka parah sampai sekarang belum siuman, mungkin masih dalam masa pemulihan.”
“Auummm—— Auuummm—— Auuummm——”
“Tiga orang berjubah hitam di depan mata langsung mengamuk melihat rekan mereka mati mengenaskan.”
“Mereka mengaum seperti binatang buas, merentangkan lengan, mengangkat kepala ke langit dan melolong. Jubah hitam di tubuh mereka berdesak-desakan terkoyak menjadi serpihan tak terhitung yang beterbangan.”
Lalu, permukaan tubuh ketiga brengsek ini seluruhnya dipenuhi lapisan bulu merah panjang, sementara kuku-kuku mereka juga tumbuh liar dengan cepat berubah menjadi sepuluh pisau bermata dingin.
Bersamaan itu, sepasang taring perlahan memanjang dari mulut masing-masing mereka, aura mayat menyembur keluar, wajah mereka terlihat sangat jahat.
Aaa—
Aku juga berseru, menyeret Tianxie Qiang secara diagonal, kemudian memimpin serangan pertama.
Tianxie Qiang mengukir dua lingkaran cahaya di udara, berputar mengarah ke dua zombie bulu merah di kiri-kanan. Tiba-tiba bayangan senjata berkilat, ujung tajamnya menghujam langsung ke zombie bulu merah di tengah.
Zombie bulu merah tengah belum sempat bereaksi, langsung terlempar oleh tusukan Tianxie Qiang.
Dua zombie bulu merah di samping menerobos lingkaran cahaya, sepuluh jari mereka seperti pisau menusuk titik vital perut dan pinggangku dari samping.
Dalam hati aku tersenyum sinis: "Hewan! Tepat seperti yang kuharapkan!"
Aku tidak menghindar, justru sengaja memperlihatkan titik vital perut dan pinggang.
Aku sama sekali tidak takit, karena di sakuku tersimpan Fu Naga Api. Dua zombie bulu merah ini tak menyadari mereka sudah masuk perangkapku.
“Aku membatin mantra dalam hati, persis saat dua zombie bulu merah menyentuh tubuhku, dua kobaran api tiba-tiba menyala di kiri-kananku. Dua zombie itu kaget, telapak tangan mereka tepat mencengkeram Fu Naga Api yang langsung berubah jadi dua ekor Naga Api. Api merambat cepat di sepanjang lengan mereka. Dua zombie itu berteriak-teriak sambil buru-buru mundur.”
“Aku mana mungkin melewatkan kesempatan baik seperti ini?”
“Tianxie Qiang menyapu horizontal, kilau dingin berkelebat. Hujan darah menyembur ke langit, dua kepala manusia berputar-terbang tinggi.”
“Karena kecepatan Tianxie Qiang yang luar biasa, dua zombie bulu merah itu—meski sudah kehilangan kepala—masih berdiri di tempat, lalu berubah jadi abu dalam kobaran api.”
“Dengan refleks kuswing Tianxie Qiang lalu melepasnya. Senjata itu melesat lurus menuju zombie bulu merah yang baru saja kulempar tadi.”
“Zombie itu baru saja bangkit dari tanah ketika Tianxie Qiang berubah jadi aliran cahaya—Kreek!—menembus otaknya, memaku mayat itu ke tanah.”
“Kuhampiri, kucabut Tianxie Qiang lalu kukibaskan busa darah di ujungnya. Kubalikkan badan sambil tersenyum riang ke Cao Yi: ‘Beres!’”
“BAB 355: AROMA CIUMAN ITU!”
“Srr——Srr——”
“Ma Jian belum mati. Di tanah ia berkedut-kedut, terus mengeluarkan dengusan rendah. Dagu tertembus bolong, lubang darah besar. Setiap kali berusaha berteriak, suaranya seperti kipas bocor.”
Aku berjalan mendekat sambil membawa Tianxie Qiang terbalik, menginjak kepala Ma Jianlan dengan kaki: "Katakan! Kalian ini sebenarnya siapa? Apa hubungannya dengan Flame Sacred Cult? Selain itu, apa ada hubungan antara kalian dengan Li Zexuan itu?"
Ma Jianlan melirikku dari sudut matanya, senyum misterius mengembang di wajahnya.
Dadaku berdebar kencang, sesuatu tidak beres!
Ekspresi Ma Jianlan tiba-tiba membeku, darah menyembur deras dari mulutnya. Kepalanya terkulai lemas, napasnya terhenti seketika.
Sialan!
Kutusuk mulut Ma Jianlan dengan Tianxie Qiang, kudapati dia menggigit lidahnya sendiri dengan taringnya hingga putus.
Orang ini benar-benar kejam, sampai mati pun tak mau menjawab satu pertanyaanku.
Aku menghampiri Lao Yang dan Cao Yi: "Semuanya baik-baik saja?"
Lao Yang melambaikan tangan: "Tidak apa-apa!" Lalu menatap tangan kanannya: "Dasar! Tapi mungkin butuh istirahat beberapa waktu."
Kucepat mendekati Lao Niao, berjongkok sambil memeriksa napasnya. Syukur, dia masih bernafas!
Baru saja Lao Niao diserang diam-diam oleh zombie berbulu merah, satu pukulan langsung menjatuhkannya.
Kubalikkan tubuh Lao Niao, kucubit titik renzhong-nya keras-keras. Kedua ibu jariku menekan-nekan punggungnya melakukan teknik "mendorong istana melewati darah". Perlahan, mata Lao Niao mulai terbuka.
Lao Yang menghela napas panjang: "Kau tua bangka ini akhirnya bangun juga!"
Lao Niao memutar lehernya: "Dasar! Tadi aku kenapa? Rasanya seperti baru bangun tidur?"
"Berani saja ngomong!" Lao Yang mencibir sinis: "Sok jago bilang diri detektif terhebat di Tim Kasus Besar, lihat hasilnya? Cuma satu pukulan langsung tergeletak, kehilangan muka besar-besaran!"
"Apaan?!" Lao Niao bangkit dari tanah dengan gesit: "Ayo sini, suruh para brengsek itu keluar hadapi aku!"
"Sudahlah!" Lao Yang menepuk bahu Lao Niao, menunjuk mayat di tanah: "Para brengsek ini sudah ditaklukkan Xiao Gu!"
"Xiao Gu, para brengsek ini juga zombie kan?" Lao Yang menoleh bertanya padaku.
Aku mengangguk: "Hmm, dan itu jenis zombie paling ganas - zombie bulu merah!"
Cao Yi mengerutkan alisnya yang seperti daun willow: "Tapi, kenapa bisa ada zombie di sini? Lagipula zombie-zombie ini anggota sekte sesat? Aneh sekali!"
"Salah!" kata Lao Yang: "Mari kita berani berspekulasi, apa yang disebut Sekte Api Suci ini sebenarnya Sekte Zombie, kemungkinan besar semua pengikutnya adalah zombie!"
Lao Niao menyela: "Atau mungkin sekte sesat ini sedang membiakkan zombie!"
Aku mengangguk: "Sangat mungkin! Hanya saja tidak tahu apakah zombie-zombie ini ada hubungannya dengan Li Zexuan itu?"
"Lao Yang berkata: "Kami akan segera menyelidiki dokumen terkait Sekte Suci Api, sekaligus mengawasi ketat Li Zexuan dan Grup Li miliknya!"
Lao Niao berkata: "Menurutku, pasti ada yang tidak beres dengan Young Master Li itu. Dia mengundang gadis-gadis cantik itu ke acara realitas di Pulau Kabut Tersembunyi, tapi begitu tiba mereka langsung bermasalah. Bukankah ini terlalu kebetulan?"
Cao Yi berkata: "Sebenarnya kita tidak bisa menutup kemungkinan lain. Ingatkah pembiak mayat dari Bukit Kulit Kuning? Mungkin di sini juga ada yang membiakkan mayat? Atau mungkin semua ini juga ulah si pembiak mayat itu?"
Kami masing-masing mengajukan tebakan, tapi tak ada yang bisa memastikan kebenarannya.
Sebelum pergi, kami memasuki gua gunung api untuk menurunkan mayat Fang Weiran dari salib. Seluruh tubuhnya telah gosong terbakar, menghitam legam. Pemuda tampan itu kini berubah menjadi tumpukan arang, pemandangan yang membuat dada sesak ingin menitikkan air mata.
Kami tidak membawa serta mayat Fang Weiran yang hangus itu, melainkan menguburkan tumpukan arang tersebut di tempat.
"Saudara, tenanglah beristirahat! Pemandangan di pulau ini indah, tidurlah dengan nyenyak di sini!" Lao Niao menyalakan sebatang rokok, menancapkannya di gundukan tanah yang menjadi nisan Fang Weiran.
"Hormat... grak!" Lao Yang dengan wajah khidmat tiba-tiba merapatkan kaki dan memberikan hormat militer yang sempurna.
Lao Niao dan Cao Yi juga mengangkat tangan kanan mereka, memberikan penghormatan penuh wibawa sebagai bentuk penghargaan tertinggi bagi rekan seperjuangan.
Setelah semua ini selesai, kami membakar habis gua itu dengan api. Mayat zombie bulu merah berderak-derak terbakar dalam kobaran api. Kemudian kami naik ke kapal pesiar itu. Baru saja masuk ke kabin kemudi, langsung melihat dua orang tergeletak di lantai - persis Xu Lianghui dan keponakannya yang hilang. Keduanya diikat erat seperti bakcang, mulutnya disumpal dengan celana dalam bau mereka sendiri.
Kami segera melepaskan ikatan paman-keponakan Xu Lianghui ini. Melihat mereka masih hidup, hati kami cukup lega. Bagaimanapun mereka cuma rakyat biasa yang tak bersalah, dipaksa datang ke Pulau Kabut Tersembunyi. Andaikan benar-benar terjadi sesuatu, pasti kami akan merasa sangat bersalah.
Cih! Cih! Cih!
Xu Lianghui meludahkan celana dalam dari mulutnya - ternyata sebuah celana dalam bermotif cap Xi Yangyang (Domba Bahagia).
Xu Lianghui langsung menghantam pipi Xiao Sanzi dengan tamparan keras, sambil meludahi: "Dasar! Berapa lama kau tidak ganti celana dalam? Bau pesingnya minta ampun, hampir saja membuatku tewas!"
Xiao Sanzi juga melepas celana dalam dari mulutnya, melemparkannya kembali ke Xu Lianghui: "Kau berani menuduhku? Celana dalammu sendiri bau seperti ikan asin kering!"
Kami hanya bisa menatap paman-keponakan ini dengan wajah mengernyit, sama sekali tak bisa berkata-kata.
Setelah mengganti celana dalam, Xu Lianghui kembali ke kabin kemudi untuk mengemudikan kapal. Kapal pesiar itu melaju tuk-tuk-tuk keluar dari gunung api, menyusuri saluran air meninggalkan pulau kecil, lalu menerobos masuk ke hamparan laut luas nan biru.
Xu Lianghui sambil mengemudikan perahu mengeluh: "Para komandan, kali ini kalian benar-benar membuatku sengsara, nyaris nyawa tuaku melayang!"
"Bagaimana kalian bisa diculik?" tanyaku.
Xu Lianghui memasang wajah masam: "Malam itu aku dan Xiao Sanzi sedang tidur di kapal pesiar, tengah malam diserbu beberapa brengsek berpenampilan aneh, langsung mengikat kami! Lalu mereka membawa kami ke gua itu! Ngomong-ngomong, para penyimpang itu benar-benar gila, mereka bahkan bermusyawarah untuk memakan kami berdua! Tapi kemudian mengeluh kualitas daging kami jelek, memutuskan untuk menyantap kami terakhir! Ah, bagaimana dengan para penyimpang itu? Sudah ditangkap semua?"
Lao Yang berkata: "Ini termasuk rahasia negara! Setelah pulang jangan bocorkan ke orang ketiga! Selain itu, nanti akan kuberikan ganti rugi mental! Jika ingin tetap hidup, jaga mulut kalian rapat-rapat, paham?!"
"Paham! Paham! Peristiwa kali ini takkan kami bocorkan setengah kata pun!" Xu Lianghui mengangguk tak henti. Taktik Lao Yang menggabungkan ancaman dan imbalan memang efektif.
Kembali ke Sanya, kami menyantap hidangan laut sederhana sebagai pesta perayaan. Saat jamuan, teringat pengorbanan Fang Weiran, perasaan campur aduk berkecamuk dalam hati.
Esok paginya, aku berpamitan dengan Lao Yang di bandara. Mereka akan kembali ke ibu kota, sementara aku menuju Enam Pintu Gerbang.
"Xiao Gu, jaga diri baik-baik, sampai jumpa lagi! Kami akan terus pantau Grup Li. Jika kasus zombie benar-benar terkait dengan mereka, mungkin kami harus meminta bantuanmu lagi!" Lao Yang berjabat tangan pamit denganku.
"Tenang saja! Memberantas kejahatan adalah tugasku! Kalian juga harus jaga diri, komunikasikan segera jika ada masalah!" Aku mengangguk pada Lao Yang dan yang lain.
Lao Niao menarik lengan Lao Yang menuju ruang tunggu: "Cepatlah! Beri ruang untuk anak muda berduaan!"
Sambil berkata demikian, Lao Niao mengedipkan mata padaku.
Lao Yang tertawa kecil, lalu mengikuti Lao Niao dengan girang pergi.
Cao Yi berdiri di hadapanku, menunduk dengan pipinya memerah, jemarinya bermain-main tak tentu arah.
Dalam ingatanku, Cao Yi selalu wanita tangguh yang dulu sangat galak. Kini semakin lembut dan feminin, membuatku agak kagok.
Kami berdua terhening, bingung harus berkata apa.
"Xiao Gu, uh... jaga diri!" Cao Yi menggigit bibirnya halus.
Aku mengangguk: "Hmm, kau juga."
"Pesawat akan segera berangkat... Aku... Aku pergi dulu..." ujar Cao Yi.
Kulihat jam: "Baik, aku juga harus naik pesawat."
Cao Yi tiba-tiba menerjang masuk ke pelukanku, memelukku erat. Lalu berjinjit mencium pipiku, sebelum berlari menjauh.
“Memandang punggung Cao Yi yang cerdik dan lincah menghilang dalam kerumunan orang, aku masih terduduk kaku di tempat.”
“Kubera pipiku yang panas membara, di ujung jari masih terasa harum ciuman itu seolah tak hilang.”
“Kugelengkan kepala, helaan napas berat keluar. Dengan perasaan rumit membuncah, kuputar badan dan menyusup ke dalam kerumunan.”
“Akhirnya, siluet kami masing-masing ditelan kerumunan yang bergerak tak terbendung.”
“Pada akhirnya, kami menaiki pesawat yang terbang menuju kota berbeda.”
“Di bawah langit yang sama, mampukah kami menempatkan kerinduan yang saling terpendam ini?”
“Kembali ke puncak Gunung Huashan, memandang Enam Pintu Gerbang yang megah, mengingat kejadian beberapa hari ini, hati tak kuasa bergelora.”
““Saudara Tuoba, sudah kembali?” Tak perlu menoleh, suara kasar itu pasti Li Yifeng.”
“Li Yifeng menghampiriku sambil menggendong Pedang Pembasmi Siluman: “Kenapa lama sekali? Apa wanita bikini di pantai Sanya membuatmu asyik bermain di surga duniawi?””
““Delapan puluh persen iya!” Gagak menambahkan dengan nada dingin.”
““Omong kosong!” Kuseka keringat di dahi: “Kalian tak tahu betapa berbahayanya perjalananku ke Sanya ini, nyaris nyawa melayang. Mana sempat melihat wanita bikini?””
“Li Yifeng berkata: “Oh? Benarkah? Cepat masuk dan laporkan pada kepala penyidik!””
““Bagaimana dengan Xiao Guoguo dan Gu Meidi?” tanyaku.”
“Li Yifeng menjawab: “Dua istrimu sudah lama kembali!””
““Dua istri?!” Aku terdiam sejenak, pipi langsung memerah membara.”
“Li Yifeng mencibir sinis: "Wah, masa sih? Kau malah jadi pemalu!"
Memasuki Aula Kebajikan, Gu Meidi dan Xiao Guoguo langsung menyambut.
"Kenapa perginya sampai berhari-hari?" tanya Gu Meidi.
"Iya!" Xiao Guoguo membusungkan dadanya dengan sombong: "Aku yang pertama menyelesaikan misi!"
Sebelum sempat menjelaskan, Xiao Guoguo mencengkeram kerah bajuku, matanya menyala: "Ngaku! Apa kau sembunyi-sembunyi ketemu mantan kekasih?"
"Ng...ngawur..." Seluruh tubuhku gemetar, tiba-tiba teringat Cao Yi. Padahal jelas tak ada hubungan, tapi kenapa rasanya seperti pencuri ketakutan?
"Lihat, bicaramu saja terbata! Cepat mengaku!" Xiao Guoguo berpose seperti "Hah, akhirnya ketahuan juga!".
