Hehe!
Aku menyeringai dingin tanpa langsung mengejarnya.
Hantu anak pelayan remeh saja berani mengancamku? Harimau tak mengaum disangka kucing sakit!
Dalam hati kuputuskan: Jika hantu itu berani muncul lagi dan menyakiti orang, pasti kuhancurkan lebur seketika.
Pikiranku berkecamuk. Sebagai penerus darah Naga, aku Tuoba Gu malah diancam hantu anak 7-8 tahun. Sungguh tak tahu harus mendeskripsikan perasaan ini.
Segera kuselamatkan Tian Shilin dari wastafel. Setelah kuperiksa hidungnya, masih ada napas tipis. Setengah menit lebih lambat, pasti sudah menghadap Raja Akhirat.
Tangan kiriku menopang dadanya sementara tangan kanan memukul-mukul punggungnya. Gerakan kompresi dada kuteruskan sampai nafasku terengah-engah dan keringat bercucuran.
"Aduh sialan!" Terdengar teriakan di pintu. Pria pemarah tadi berdiri terpaku menyaksikan.
Pria itu membuka mulutnya lebar-lebar dengan terkejut: "Aku heran kenapa kamar mandi dikunci dari dalam begitu lama, ternyata... Oke! Kalian lanjutkan saja! Maaf ganggu!"
Pria itu menutup pintu sambil berlari seperti melihat hantu.
Sialan!
Aku merasakan dingin yang menusuk. Jangan-jangan si idiot itu mengira kami ini kekasih gay, mengira aku dan Tian Shilin sedang... di kamar mandi.
Tapi dari sudut pintu, orang yang tidak tahu pasti mengira aku sedang meremas-remas dada Tian Shilin. Ditambah suara napas tersengal-sengalku, reputasiku seumur hidup hancur dalam sekejap! Masih pantaskah aku memikul tanggung jawab sebagai pramuka teladan? Ah!
Sudahlah, menyelamatkan nyawa lebih penting!
Lanjutkan!
Haah... haah... haah...
Dengan usaha keras, akhirnya berhasil kuselamatkan Tian Shilin dari pintu gerbang hantu.
Tian Shilin memuntahkan genangan air dari dadanya, tiba-tiba membuka mata lalu menutup mulut sambil batuk-batuk hebat.
Setelah keributan beberapa saat, Tian Shilin akhirnya bisa bernapas lega. Dengan wajah pucat pasi, dia menatapku: "Saudara Tuoba, kok bisa kamu? Aku... apa yang terjadi?"
"Apa yang tadi terjadi?" tanyaku padanya.
Tian Shilin menggeleng: "Aku tidak tahu! Ingat terakhir ke kamar mandi untuk pipis. Setelah selesai cuci tangan di sini, tiba-tiba ada tangan menekan kepalaku ke baskom cuci. Baskom cepat terisi air, aku tak bisa bernapas, merasa hampir mati!"
"Apa kau tidak merasa ada orang yang ingin menyakiti kau?" Aku bertanya pada Tian Shilin.
"Ha?! Menyakiti aku? Siapa yang mau menyakiti aku? Aku tidak punya musuh! Lagipula, mana mungkin ada orang yang mau mencelakai saya?" Tian Shilin menatapku dengan ekspresi terkejut.
Aku menatap mata Tian Shilin, mengucapkan kata demi kata dengan penekanan: "Karena yang ingin mencelakaimu bukan manusia!"
"Bukan manusia?!" Tian Shilin tertawa getir: "Saudara, kau bercanda ya? Tadi bilang ada yang mau mencelakai saya, sekarang bilang bukan manusia, apa mungkin hantu yang ingin menyakiti saya?"
"Benar! Yang ingin mencelakaimu adalah hantu!" Aku mengangguk, raut wajah penuh kesungguhan.
"Hantu?! Haha! Masak ada hantu di dunia ini?" Tian Shilin tertawa sembari memperlihatkan gigi kuningnya. Namun tawanya perlahan memudar, senyuman di wajahnya lenyap digantikan ekspresi muram. Matanya membelalak: "Saudara, ini bukan candaan? Benar-benar ada hantu yang ingin mencelakai saya?"
Dengan wajah serius kujawab: "Apa aku terlihat sedang bercanda? Coba kau renungkan baik-baik - tadi di peron, dan sekarang di toilet, bukankah kau selalu merasakan sepasang tangan berusaha mencelaimu?"
Tian Shilin gemetar hebat. Wajahnya langsung berubah pucat. Ia menoleh ke jendela gerbong, lalu mengeluarkan sebatang rokok yang kusut dari saku. Korek api menyala pada percobaan ketiga, karena tangannya gemetar parah.
“Saudara Tuoba, kau... kau bukan orang biasa, ya? Kau bisa melihat hantu?” Tian Shilin menghisap rokoknya dalam-dalam.
Aku mengangguk: “Aku tidak hanya bisa melihat hantu, tapi juga bisa menangkap mereka!”
“Benarkah? Lalu... seperti apa rupa hantu yang menggangguku sebenarnya?” Tian Shilin bertanya dengan wajah tegang.
“Itu adalah hantu anak pelayan, mengenakan baju kematian hitam pekat, kira-kira berusia tujuh atau delapan tahun!” kataku.
Tian Shilin gemetar: “Hantu... hantu anak pelayan itu asalnya dari mana?”
Kujelaskan: “Hantu anak adalah roh anak kecil yang mati penasaran, menolak masuk reinkarnasi, mengembara dan berlatih di alam semesta, memiliki kekuatan hantu tertentu. Biasanya si kecil seperti ini dendamnya terlalu berat, ingin tetap di dunia untuk membalas dendam masa hidupnya! Jenis ini termasuk hantu anak yang terbentuk melalui kultivasi diri. Ada juga hantu anak yang dikendalikan oleh ahli ilmu hitam, memanipulasi jiwa anak untuk dipelihara menjadi si kecil, digunakan untuk mencari kekayaan dengan cara jahat. Hantu jenis ini banyak ditemui di wilayah Nanyang, sana disebut ‘memelihara si kecil’!”
Wajah Tian Shilin pucat: “Aku... bagaimana mungkin aku memancing masalah dengan makhluk kotor seperti ini?”
Sambil berkata demikian, Tian Shilin menggenggam lengan bajuku: “Saudara Tuoba, kita bertemu karena takdir, mengingat kau memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa, tolong selamatkan aku! Tolong selamatkan aku!”
Dengan wajah serius kukatakan: “Menyelamatkanmu bukan tidak mungkin, tapi sebelum itu, aku perlu menanyakan beberapa hal. Kau harus menjawab dengan jujur, karena aku harus menemukan akar masalah mengapa kau diincar hantu anak ini!”
Tian Shilin mengangguk terus-menerus bagai ayam mematuk beras: "Saudara silakan bertanya, aku pasti akan menjawab dengan jujur! Jawab sejujurnya!"
"Oke!" Aku mengangguk, bertanya dengan wajah serius: "Jawablah dengan jujur, pernahkah kau bermusuhan dengan seseorang?"
"Tidak!" Tian Shilin menggelengkan kepala: "Sebenarnya aku ini orang yang pengecut, temperamenku juga baik, tak pernah bertikai dengan orang lain!"
"Pernahkah bekerja sama bisnis dengan orang?" tanyaku.
Tian Shilin menghela napas getir: "Saudara terlalu mengangkatku, lihatlah penampilan kereku ini, pantaskah seperti orang yang punya bisnis?"
"Apakah kau pernah melakukan perbuatan jahat? Atau menyakiti seseorang?" Aku menatap langsung ke mata Tian Shilin.
Tatapannya tidak berpendar, menjawab dengan tenang: "Tidak! Sejak kecil sampai besar, tak satu pun perbuatan jahat kulakukan! Satu-satunya hal adalah waktu kecil... uh... mengintip tante Zhang mandi..."
Ekspresinya tak terlihat berbohong, tapi jika benar tak pernah melakukan apapun, bagaimana mungkin tanpa alasan menarik perhatian Hantu anak pelayan? Lagipula hantu itu bersikeras ingin membunuh Tian Shilin untuk melampiaskan kemarahan, jelas ada dendam mendalam antara mereka. Kalau tidak, mengapa berkali-kali ingin mencabut nyawanya?
Aku mengerutkan alis: "Coba pikirkan lagi, pernahkah melakukan hal yang membuat hatimu tidak jernih? Benarkah selama puluhan tahun tak pernah sekalipun bertengkar dengan orang?"
Tian Shilin menyipitkan mata sambil berpikir sejenak, ekspresi wajahnya aneh: "Aku teringat satu hal, satu-satunya pertikaian dengan orang lain selama bertahun-tahun ini!"
"Oh?" Hatiku berdebar: "Coba ceritakan!"
Rokok di tangan Tian Shilin tinggal menyisakan puntung, ia masih tak tega membuangnya. Menghisap beberapa kali kuat-kuat hingga puntung nyaris membakar jari, baru dengan berat hati dilempar. Lalu ia menyeringai padaku dengan helaan napas getir: "Sebenarnya dulu aku tidak seperti ini. Alasan aku berubah menjadi begini semua karena satu kejadian delapan tahun lalu!"
"Delapan tahun lalu?!" Aku tertegun sebentar, rentang waktu ini persis sesuai dengan usia Hantu anak pelayan.
"Sebenarnya delapan tahun lalu hidupku sepuluh kali lebih baik dari sekarang. Lulus SMP langsung merantau, kemudian mengelola toko bahan bangunan di kota. Setelah beberapa tahun bertarung, terkumpul tabungan. Kubeli mobil, beli rumah di kota. Saat itu baru dua puluh empat tahun, punya mobil dan rumah, rasanya diri ini luar biasa, jalan kaki bak melayang di awang-awang.
Seperti kata pepatah, kesombongan membawa celaka. Waktu itu aku sering nongkrong di bar dan klub malam, mabuk berat. Aku menikmati sensasi gila menyetir dalam keadaan mabuk, seolah tubuhku akan terbang ke ujung alam semesta.
Masih kuingat malam naas itu gerimis turun. Kubawa beberapa cawan arak, di persimpangan jalan yang pandanganku buram, mobilku menghantam seorang gadis muda yang baru pulang dinas malam mengendarai sepeda motor.
"Cairan otak gadis itu menyembur di atas kaca depan, tubuh kurusnya terbaring di tanah dua puluh meter lebih jauh, meringkuk membentuk gumpalan."
"Saat itu aku langsung pingsan, sampai esok harinya baru sadar di rumah sakit. Dari polisi kudengar gadis yang tertabrak kemarin malam langsung mati seketika, bahkan satu mayat dua nyawa, karena di perutnya ada bayi berusia enam tujuh bulan!"
"Satu mayat dua nyawa?! Kau benar-benar brengsek!" Aku menggigit gigi, menunjuk hidung Tian Shilin sambil memaki.
Kelopak mata Tian Shilin memerah, air mata mengalir deras. Ia menangis: "Benar! Aku brengsek! Aku pantas mati! Andai bukan karena kesombonganku, ibu dan anak itu takkan mati! Takkan mati! Bertahun-tahun ini aku menyesal, mengubur peristiwa ini dalam-dalam di relung hati. Karena ini, aku kehilangan semua harta, gerbong kereta dan rumah lenyap dalam semalam, menjadi pengemis tak punya apa-apa. Pacar yang rencananya mau nikah denganku pergi, bahkan harus mendekam dua tahun di penjara. Setelah bebas, tak ada yang tersisa. Terpaksa ku tinggalkan tempat menyakitkan ini, berusaha melupakan kenangan pahit. Hidupku jadi pengembara, mengandalkan kerja serabutan untuk bertahan, sesekali baru pulang menjenguk keluarga. Sejujurnya, kemelaratan ini bukan salah siapa-siapa, hanya salahku sendiri! Aku yang meruntuhkan hidupku!"
Melihat Tian Shilin menangis sampai kaca-kaca, aku menghela napas dalam hati. Manusia memang selalu begini, kalau tahu akan seperti ini buat apa dulu berbuat salah?
Tapi melihat rasa bersalah Tian Shilin yang cukup tulus, dan dia sudah membayar konsekuensi yang begitu menyakitkan, bisa dibilang seperti cacing yang patut dikasihani. Akhirnya aku memutuskan untuk menolongnya. Setidaknya dasarnya baik, hanya karena muda dan gegabah membuat kesalahan besar. Aku tidak bisa tinggal diam melihat hantu jahat menuntut nyawa!
Aku menepuk-nepuk bahu Tian Shilin: "Jangan nangis! Pria dewasa menangis-nangis tidak pantas. Masalah ini sudah berlalu bertahun-tahun, dan kau sudah membayar konsekuensinya! Melihat kau masih punya moral yang baik, aku akan membantumu menangani hantu anak pelayan itu!"
Tian Shilin mengusap air matanya dengan suara tersedu-sedu: "Terima kasih, Saudara Tuoba!"
