Roarr—
Saat laci terbuka, suara geraman rendah tiba-tiba menggema.
Yu Doudou gemetar sekujur tubuhnya. Dengan refleks dia mengarahkan senter kuatnya ke dalam laci.
Sinar senter itu langsung membuat Yu Doudou hancur lebur ketakutan.
Kabut dingin menyembur keluar dari laci freezer. Di balik kabut beku itu, nenek Li yang dibawa pagi tadi tiba-tiba membuka mata. Biji matanya terbalik ke belakang, menatap dingin ke arah Yu Doudou.
"Ya Ibu!" Seluruh bulu kuduk Yu Doudou meremang. Pergelangan tangannya gemetar hingga senter beratnya jatuh berdebam ke lantai.
Yu Doudou yang panik segera membungkuk mengambilnya.
Persis di saat itu, sebuah lengan kering kerontang menyembul keluar dari laci.
Itu lengan nenek Li. Saat meninggal karena kanker, tubuhnya tinggal kulit keriput membungkus tulang-tulang, persis seperti cakar ayam.
Yu Doudou benar-benar kalut. Selama setahun lebih bekerja di sini, ini pertama kalinya dia mengalami masalah aneh seperti ini.
Tanpa pikir panjang, dia menyambar senter dan menghantamkan ke cakar ayam kering nenek Li.
Krek!
Senter berat itu dihantamkan dengan sekuat tenaga dalam kepanikan. Cakar tua nenek Li langsung patah membentuk sudut 'L', tergantung di tepi laci freezer.
Yu Doudou terguling bangkit dari lantai. Baru saja berdiri, terdengar suara "srit"! Segumpal aura mayat pekat menyembur keluar dari dalam laci, menyiram seluruh wajah dan kepala Yu Doudou. Menghirup aroma busuk itu, wajahnya langsung pucat pasi. Tubuhnya membungkuk, mulutnya terbuka lebar-lebar sambil muntah-muntah kering.
Saat itu, terdengar suara krak-krak-krak laci bergeser. Nenek Li yang telah meninggal selama satu hari penuh itu ternyata hidup kembali dengan cara yang mengerikan. Tubuhnya yang kurus merangkak keluar dari dalam laci, pupil matanya yang berwarna abu kematian kini memancarkan pertanda darah. Wajahnya yang tua itu terlihat sangat mengerikan dan menyeramkan.
"Hantu... Hantu..." Yu Doudou menggigil hebat di seluruh tubuhnya, langsung berlari sekencang-kencangnya. Mungkin karena terlalu terkejut, semakin ia berusaha melarikan diri semakin kakinya terasa seperti dipaku mati ke tanah.
Wajah Yu Doudou pucat pasi, mulutnya menganga ingin berteriak minta tolong, tapi tenggorokannya seolah tersumbat sesuatu. Mulutnya tetap terbuka lebar, tapi tak ada suara keluar sama sekali.
Tiba-tiba, Nenek Li meneriakkan lolongan aneh "Ao Wu", secara mengejutkan menerjang keluar dari laci freezer sambil melayang di udara. Seketika itu juga ia menjatuhkan Yu Doudou ke lantai.
Hampir tak ada daging dan darah di tubuh Nenek Li, hanya tersisa lapisan kulit. Tapi tenaganya luar biasa besar.
"Tidak seperti perjuangan Yu Doudou, Nenek Li menunggangi tubuh Yu Doudou, membuka mulutnya sambil menjerit aneh dan menggigit leher Yu Doudou.
Pupil Yu Doudou tiba-tiba membesar lalu menyempit tajam, karena ia melihat dengan ngeri mulut Nenek Li telah berubah menjadi mulut berdarah yang tak wajar melebar sampai belakang telinga, di dalam rongga mulut yang menganga itu tumbuh taring-taring dingin yang mengerikan.
"Ergh--" Yu Doudou hanya bisa mengeluarkan erangan sakit dari dasar tenggorokannya. Ia merasakan lehernya dingin menusuk saat dua taring panjang tajam menyusup sempurna ke arteri besar lehernya. Tenggorokannya bergetar hebat, untuk sementara ia belum mati, tapi jelas merasakan suara gubrak darah yang deras mengalir dari arterinya. Nenek Li yang hidup kembali ini ternyata sedang menghisap darahnya!
"Auuu--!" Nenek Li menjerit aneh. Taringnya memotong arteri leher Yu Doudou dengan suara kreek. Tubuh Yu Doudou berkedut dahsyat dua kali, anggota badannya lunglai, terbaring tak bergerak dengan mata membelalak bulat. Darah yang terciprat menyirami permukaan lemari pendingin di sekelilingnya, meninggalkan jejak-jejak darah yang mengerikan.
Sampai Yu Doudou berhenti bernapas, Li Laopozi baru bangkit dengan goyang-goyang, menjilati jejak darah di sudut bibirnya, mengeluarkan tawa aneh "hehehe".
Di dalam kamar mayat yang kosong, di bawah cahaya lampu dingin yang remang-remang, seorang wanita tua berambut putih dan berkulit keriput seperti ayam yang bangkit dari kematian, berdiri di genangan darah sambil tersenyum mengerikan.
Beberapa saat kemudian, Yu Doudou yang terbaring di tanah tiba-tiba bergerak sekali, lalu bergerak lagi. Hal yang sangat mengerikan terjadi - pupil matanya memancarkan kilatan merah darah, tenggorokannya mengeluarkan eretan menggeram seperti binatang buas. Yu Doudou yang seharusnya sudah mati ini ternyata bangkit dengan limbung, perlahan melangkah menuju ruang jaga.
Di dalam ruang jaga, Lao Tang sedang memeluk radio sambil tertidur-tidur.
Radio sedang menyiarkan program lokal. Setiap tengah malam pukul 12, ada acara "Cerita Hantu Metropolitan". Penyiar radio dengan suara seraknya sedang bercerita dengan penuh semangat: "Tiba-tiba terdengar suara 'braak!' di luar jendela, sebuah wajah muncul..."
Lao Tang yang awalnya mengantuk itu langsung terbangun mendengar kata "braak!". Pasalnya, saat penyiar radio mengucapkan kalimat itu, Lao Tang benar-benar mendengar suara benturan keras dari luar ruang jaga yang membuatnya kaget.
Dengan reflek, Lao Tang mengangkat kepala dan melirik ke arah luar ruang jaga.
Di luar ruang jaga tiba-tiba muncul bayangan seseorang, Lao Tang terkejut lalu cepat-cepat meraih kacamata tua di meja. Setelah memakainya, barulah ia melihat jelas - bayangan itu ternyata Yu Doudou!
Lao Tang menghela napas panjang sambil mengutuk dalam hati. Ia mulai menyadari gerak-gerik Yu Doudou terlihat agak aneh.
Yu Doudou berdiri di luar pintu, terus-menerus menghantamkan kepalanya ke kaca jendela. Dentuman "braak!" tadi berasal dari ulahnya.
"Jangan-jangan dia punya penyakit jiwa tersembunyi?" Lao Tang mengerutkan alis sambil membuka pintu: "Yu Doudou..."
Sebelum kalimatnya selesai, Yu Doudou tiba-tiba mengaum rendah dan menerjang Lao Tang.
Lao Tang yang belum sempat bereaksi langsung terhempas ke lantai. Saat itulah ia melihat dua lubang berdarah hitam di leher Yu Doudou. Mata Yu Doudou memancarkan cahaya merah beringas, dengan dua taring tajam yang menyembul dari mulutnya siap menusuk arteri leher Lao Tang!
"Aaa--!" Jerit kesakitan Lao Tang bergema di kamar mayat.
Keesokan harinya, keluarga yang datang menjemput jenazah langsung pucat melihat pemandangan berlumuran darah. Mereka buru-buru menghubungi polisi.
Polisi dengan cepat memblokir kamar mayat rumah sakit, namun situasi tak terkendali. Pada malam itu, semua mayat di kamar mayat hidup kembali. Mereka mendorong laci pendingin sendiri, merangkak keluar dari lemari es. Berjalan-jalan di kamar mayat seperti zombie. Beberapa polisi yang bertugas malam itu mati digigit, menjadi bagian dari pasukan zombie.
Kasus ini dilaporkan secara darurat ke provinsi. Untuk mencegah kepanikan masyarakat dan menutupi kabar ini, provinsi diam-diam memindahkan satuan pasukan khusus polisi dari provinsi tetangga. Misi mereka adalah memusnahkan zombie di kamar mayat.
Sekarang, satuan tugas rahasia ini duduk di gerbong paling belakang kereta ini.
Peristiwa kebangkitan mayat di Kamar Mayat Rumah Sakit Xinbei adalah kabar yang didengar Hantu anak pelayan dari satuan pasukan khusus polisi.
Sampai di sini, puntung rokok di tangan Hantu anak pelayan sudah padam. Ia melirikku: "Bagaimana? Kabar ini cukup mengejutkan, kan?"
"Apa yang kau katakan benar?" Wajahku suram. Kabar ini benar-benar ledakan informasi!
Hantu anak pelayan berkata: "Setiap kata benar. Satuan pasukan khusus itu ada di belakang. Kalau tidak percaya, kau bisa lihat sendiri!"
Wuuuu——
Peluit panjang kereta berbunyi. Kereta tiba di Stasiun Kereta Xi'an.
Perasaanku seperti suara peluit itu, mulai gelisah dan tak tenang.
Bagaimana mungkin mayat di kamar mayat tiba-tiba mengalami transformasi zombie tanpa alasan?
Pasti ada ahli ilmu hitam yang mengendalikan mayat-mayat ini!
“Rumah sakit adalah tempat kerumunan padat, sekali transformasi mayat meletus menjadi bencana, konsekuensinya akan sangat mengerikan.”
“Tidak kuat, hal ini aku harus datang sendiri ke Rumah Sakit Xinbei untuk melihat situasi!”
Gemuruh——gemuruh——
Kereta mendekati stasiun, Hantu anak pelayan menunjuk ke luar jendela berkata: “Cepat lihat!”
Terlihat pintu gerbong belakang cepat terbuka, satu tim pasukan khusus polisi bersenjata lengkap berbaris keluar dari bak truk, segera masuk ke terowongan keamanan, menghilang dari jarak pandang kerumunan orang.
“Aku tidak berbohong kan?” Hantu anak pelayan menepuk-nepuk dada.
“Baiklah!” Aku mengangguk: “Kali ini aku melepaskanmu, berharap kau nanti berubah baik, lebih baik segera pergi bereinkarnasi, jangan lagi muncul menyakiti orang. Jika suatu hari ketemu kau masih menyakiti orang, kau tahu apa konsekuensinya!”
Hantu anak pelayan mengangkat bahu: “Aku tidak punya dendam dengan orang lain, mengapa harus menyakiti mereka? Aku hanya membenci Tian Shilin seorang, sekarang dendam sudah terhapus, aku tidak balas dendam lagi, jadi tenanglah, aku tidak akan menyakiti orang!”
“Itu yang terbaik! Cepat pergi!” Aku melambaikan tangan, Hantu anak pelayan mengucapkan terima kasih, berubah menjadi gumpalan energi jahat menerobos kaca, menghilang dalam kerumunan manusia yang bergerak.
Aku dan Tian Shilin turun dari kereta: “Saudara, jaga diri baik-baik, nanti perbanyaklah perbuatan baik, kumpulkan energi yin!”
“Aku tahu! Aku tahu!” Tian Shilin terus mengangguk: “Aku pasti jadi manusia baik, jadi orang baik!”
Aku mengangguk, memberi hormat dengan gerakan kepalan pada Tian Shilin: “Gunung dan air akan bertemu lagi, sampai jumpa di lain waktu!”
“Sampai jumpa lagi!” Tian Shilin melambaikan tangannya tak henti-hentinya ke arahku.
Aku tak hanya menyelamatkan nyawa Tian Shilin, tapi juga membantu menghapus dendam delapan tahun silam dan menebus Hantu anak pelayan. Perasaan bisa membantu orang lain sungguh menyenangkan.
Tapi begitu teringat kejadian di kamar mayat, suasana hatiku langsung muram. Aku bergegas keluar dari stasiun dan memanggil taksi langsung menuju Rumah Sakit Xinbei.
Sinar matahari di luar masih menyilaukan, orang-orang di kota tetap hidup seperti biasa. Kehidupan tak mengalami perubahan berarti.
Tak seorang pun tahu bahwa di kamar mayat Rumah Sakit Xinbei, sebuah bencana sedang diam-diam mengendap dan berfermentasi.
Begitu transformasi mayat meletus, tak hanya seluruh rumah sakit yang akan terkena imbas, mungkin seluruh kota Xi'an pun akan terseret.
Memandang tembok kuno dan menara lonceng yang melintas di balik jendela taksi, ekspresi wajahku berubah-ubah antara yin dan yang. Andai suatu hari seluruh kota dipenuhi zombie, alangkah mengerikannya!
Sopir taksi terus mengoceh seperti bermonolog, mengeluh agar aku jangan berobat ke Rumah Sakit Xinbei. Katanya rumah sakit itu suka menjebak pasien. Dulu saat flu, dia harus merogoh kocek lebih dari tujuh ratus untuk obat. Meski sudah dua tahun berlalu, saat menceritakan ini dia masih menggigit-gigit jari marah, seolah ingin meledakkan rumah sakit itu.
Aku diam-diam merenungkan beban pikiran, tak terlalu memperhatikan ocehannya.
