"Di bawah serangan gabungan kami bertiga, lingkaran pengepungan zombie berhasil dibobol sebuah celah."
Kapten pasukan khusus dengan sisa anak buah yang luka-luka, berlumuran darah menerobos keluar dari celah tersebut.
"Tiga pahlawan, bolehkah kami tahu nama kalian?" Kapten itu menengok ke belakang dengan penuh rasa terima kasih.
Tianxie Qiang mengiris udara membentuk lingkaran cahaya, membelah zombie di depannya jadi dua. Aku menyeringai ke arah kapten: "Namaku Tanpa Nama!"
Gu Meidi terjun dari atas lemari pendingin. Saat tubuhnya berputar di udara, masih sempat melepaskan Panah Dewa Naga dengan pose yang memesona.
Begitu mendarat, rambut panjangnya berkibar seperti ombak. Diiringi suara memecah udara dari panah sakti, dua zombie langsung berubah menjadi debu.
Gu Meidi menoleh ke kapten, memahami maksudku. Dengan kompak dia berkata: "Namaku Tanpa Marga!"
Xiao Guoguo mengumpulkan Gelombang Qi Siluman besar di tangannya, menerbangkan zombie di depannya. Wajahnya memerah: "Tanpa Nama dan Tanpa Marga sudah dipakai! Aku... aku harus pakai nama apa?"
Tiba-tiba dia tersenyum kecut ke arah kapten: "Pria ganteng, namaku Tanpa Sopan!"
Tanpa Sopan?!
Nama apaan itu?!
Dasar rubah busuk! Kampungan tapi sok intelek. Aku ingin menyemprotkan soda ke mukanya!
"Tanpa Nama! Tanpa Marga! Tanpa Sopan!" Kapten mengangguk serius: "Nama tiga pahlawan akan kami ingat!"
Setelah melindungi anggota pasukan khusus polisi keluar dari kamar mayat, Gu Meidi melangkah anggun mendekatiku dengan alis yang berkerut: "Xiao Gu, di dalam kamar mayat ada setidaknya ratusan zombie, jumlahnya terlalu banyak, kami takkan sanggup membunuh semuanya. Jika begini terus, kita sendiri bisa terancam!"
Aku mengangguk, sebenarnya aku juga melihat situasi di depan mata. Meski kami bisa sementara menstabilkan keadaan, jumlah zombie yang terlalu besar membuat pembantaian tak ada habisnya. Jika terkepung gerombolan mayat, nyawa kami pun dalam bahaya.
Maka kuteriakkan pada Xiao Guoguo: "Xiao Guoguo, berhenti membunuh! Cepat mundur!"
Meski biasanya nakal, Xiao Guoguo patuh pada perintah di saat kritis. Dengan gesit dia mundur ke sampingku.
Kami bertiga membentuk formasi segitiga. Aku di posisi terdepan, Gu Meidi dan Xiao Guoguo di belakangku. Sambil terus bertarung, kami mundur perlahan keluar dari kamar mayat.
Di depan pintu kamar mayat sudah menunggu banyak polisi. Begitu kami keluar, terdengar suara kasar kapten pasukan khusus: "Cepat tutup pintu!"
Para polisi bergegas mengerumuni dan menutup pintu besi, lalu menggemboknya dengan gembok besar.
Dari balik pintu besi terus terdengar dentingan keras. Zombie-zombie yang mengamuk itu menghantam pintu, untuk sementara tak bisa menerobos keluar.
Kami menghela napas lega. Baru sekarang menyadari baju kami sudah basah kuyup oleh keringat dingin setelah pertarungan jarak dekat itu.
Seorang pria gemuk paruh baya berpenampilan perwira polisi mendekat. Alis tebalnya berkedut saat bertanya keras: "Kalian bertiga siapa? Bagaimana bisa menyusup ke kamar mayat?"
"Cara bicara si gemuk ini persis seperti menginterogasi tahanan, terdengar sangat tak nyaman. Rupanya bajingan ini sudah terbiasa berkuasa sewenang-wenang, bersikap semena-mena pada semua orang seperti burung yang bisa dipanggil kemana-mana."
"Lao Niang masuk dengan gagah! Cuma mau lihat keributan, emang kenapa? Langgar hukum mana?" Xiao Guoguo menangkup pinggang, mendadakkan dada, sudah mengambil posisi siap seperti perempuan kasar yang hendak mengumpat di jalan.
Wajah polisi gemuk itu berkerut kemarahan: "Pasukan! Borgol ketiga orang aneh ini dan bawa mereka kembali untuk diinterogasi! Lalu, siapa penjaga pintu gerbang tadi? Masuk tiga orang asing saja tidak tahu?!"
"Siapa berani memborgolku?" Kilau dingin melintas di mata Xiao Guoguo, telapak tangannya tiba-tiba memancarkan energi siluman yang pekat.
Kedua polisi tertegun oleh aura tak kasat mata dari Xiao Guoguo, ragu-ragu tak berani mendekat.
"Pak Polisi Wang, mereka bertiga adalah ahli yang saya undang untuk membantu!" Kapten pasukan khusus maju membela kami.
"Ahli?" Polisi Wang melemparkan tatapan merendahkan: "Tiga pecundang kecil ini disebut ahli?"
"Guru Sejati tak menampakkan wujud asli! Saya akan bawa mereka kembali ke markas dulu!" Tangan berlumuran darah Kapten pasukan khusus menepuk bahu Polisi Wang. Setelah melihat bercak darah di bahunya, Polisi Wang gemetar lalu cepat-cepat melambaikan tangan mengizinkan kami pergi.
Kami mengikuti kapten tim pasukan khusus polisi ke samping gerbong serangan. Sang kapten memutar botol besar air mineral, meneguk dua kali dengan lahap, lalu melepas helmnya. Dengan air, ia membasuh wajahnya yang penuh noda darah, memperlihatkan raut wajah persegi khas Tionghoa yang tegas, masih terlihat cukup tampan.
Kapten pasukan khusus itu mengulurkan tangan: "Selamat datang, nama saya Cai Yuanfeng!"
Aku menjabat tangannya, merasakan telapak tangannya yang basah oleh keringat, seluruhnya berlumuran darah.
"Terima kasih. Kalau bukan karena kalian yang turun tangan tepat waktu, aku dan beberapa saudara seperjuangan pasti sudah jadi zombie sekarang!" Cai Yuanfeng menghela napas getir, matanya tiba-tiba berkaca-kaca.
Ia menahan air mata yang menggenang: "Tak kusangka di kamar mayat ada begitu banyak zombie. Aku sudah sering melihat situasi mengerikan, tapi ini benar-benar di luar dugaan. Dari sepuluh saudara yang masuk, separuhnya tewas. Mereka semua kawan seperjuangan yang sudah melalui hidup dan mati! Baru saja aku sendiri yang menembak mati seorang saudara yang mulai berubah jadi mayat hidup... Aku... Aku tak bisa mendeskripsikan perasaan ini..."
Sampai di sini, Cai Yuanfeng memeluk kepalanya dengan muka kesakitan. Pria tegar ini sekarang tampak begitu hancur.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, menepuk bahu Cai Yuanfeng keras-keras: "Apa kau sudah memeriksa anggota tim yang berhasil menerobos tadi?"
"Memeriksa apa?" Cai Yuanfeng menatapku dengan pandangan kosong.
"Astaga!" Jantungku berdebar kencang: "Memeriksa apakah mereka ada luka? Apakah ada yang tergigit zombie?"
Cai Yuanfeng berkata: "Mereka sudah dibawa dokter ke ruang gawat darurat untuk diobati!"
Aku tersentak kaget, kulit kepala merinding: "Gila! Benar-benar ada celah! Jika ada anggota tim yang tergigit atau tercakar zombie, bisa terjadi transformasi mayat. Tapi sekarang mereka malah ikut dokter ke ruang gawat darurat..."
"Sial!" Cai Yuanfeng berbalik mengambil dua pistol dari mobil patroli, lengkap dengan beberapa magasin. Tanpa bicara, ia berlari lebih dulu ke gedung gawat darurat.
"Cepat! Kali ini bahaya!" Aku menggigit gigi, mengajak Gu Meidi dan Xiao Guoguo menyusul dengan gesit.
Perasaan kami berat. Jika terjadi transformasi mayat di rumah sakit, situasinya pasti tak bisa dikendalikan bertiga.
Xiao Guoguo menggerutu: "Dasar sial! Lebih baik tadi biarkan saja mereka digigit zombie sampai mati!"
Gu Meidi menimpali: "Jangan begitu. Nyawa tetap harus diselamatkan. Cai Yuanfeng hanya luput mempertimbangkan hal krusial ini. Semoga takdir langit melindungi, mudah-mudahan keempat anggota itu tidak terinfeksi virus kematian!"
Tapi harapan tinggal harapan, kenyataannya justru semakin kejam.
Sampai di gedung gawat darurat, lampu lift menunjukkan angka 8 - ruang gawat darurat bedah tempat anggota tim dibawa.
Kami menekan tombol lift plak-plak-plak, jantung berdebar-debar menuju lantai 8.
Seiring lift terus naik, detak jantungku semakin cepat, tombol-tombol menyala satu per satu seperti langkah Sang Maut yang semakin mendekat.
Ding dong!
Pintu lift terbuka, Cai Yuanfeng langsung melesat keluar.
Dia menarik seorang suster kecil yang kebetulan lewat dan bertanya tergesa-gesa: "Adik, beberapa polisi yang terluka tadi naik ke mana?"
Suster itu melihat tubuh Cai Yuanfeng penuh jejak darah, wajahnya langsung pucat pasi sambil menunjuk ke depan: "Bagian bedah... Ruang Bedah Satu..."
"Terima kasih!" Cai Yuanfeng langsung bersiap berlari ke Ruang Bedah Satu.
Baru sampai di depan pintu, terdengar jeritan "Aduh!" yang memilukan. Seorang dokter berbaju putih terhuyung keluar dari ruang gawat darurat, kedua tangannya mencengkeram leher erat-erat, darah segar terus menetes dari sela jarinya mengotori jas putihnya.
Dokter itu hanya bisa berlari beberapa langkah sebelum membentur dinding, nafasnya tersengal-sengal seperti pompa bellow, mulut menganga seperti kesulitan bernafas. Tangannya perlahan lunglai, dua lubang berdarah di lehernya menyemburkan darah deras.
Ekspresi wajahku berubah dingin, tahu rencana besar dalam bahaya. Kutinggalkan Gu Meidi dan Xiao Guoguo menangani dokter ini, lalu menyelinap ke pintu ruang gawat darurat.
Cai Yuanfeng berdiri di pintu gerbang, wajah pucat membiru, kilau air mata berkedip di kelopak matanya. Dengan lancar ia mencabut senjata ganda, moncong hitam mengarah ke ruang pemeriksaan di dalam IGD.
Ruangan terbagi dua bagian: luar sebagai kantor dokter dan dalam sebagai ruang pemeriksaan, diantaranya tergantung tirai kain putih di koridor.
Saat ini, dari dalam ruang pemeriksaan terus terdengar deru napas berat dan suara gigitan mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding.
Di bawah cahaya lampu putih, terlihat jelas gelembung darah merah segar berceceran dari ruang pemeriksaan hingga pintu masuk, pemandangan mengerikan yang pasti berasal dari tetesan darah dokter tadi.
Cai Yuanfeng menarik napas dalam-dalam, mengangkat senjata dengan kedua lengan, lalu melangkah mantap masuk ke IGD. Moncong senjatanya menyibak tirai putih itu, membeberkan panorama pertumpahan darah di ruang pemeriksaan yang langsung menyerbu pandangan kami.
Sial!
Gambar di depan mataku ini membuat seluruh tubuhku gemetar tak terkendali.
Mayat seorang suster wanita tergeletak di tempat tidur, seragam suster terkoyak, dada putih bersalju terbuka, perutnya terbelah celah panjang dengan organ dalam seperti jantung dan paru-paru tercabut keluar. Matanya membulat lebar tanpa hembusan napas. Darah yang mengalir mengubah sprei putih menjadi merah, bahkan menetes dari sudut tempat tidur ke lantai dengan bau anyir darah menyengat. Seorang anggota tim pasukan khusus polisi yang mengalami transformasi mayat menindih tubuhnya, taringnya menancap di arteri leher sang suster, sedang menghisap darah dengan wajah berbinar-binar bak orang mabuk.
Jantungku berkedut keras, Dasar, akhirnya tetap terlambat datang!
"Hah!" Cai Yuanfeng menggigit giginya, terus-menerus menarik pelatuk senjata ke arah kepala anggota pasukan khusus yang berubah jadi zombie. Setiap bidikan tepat di kepala, kabut darah berhamburan dari luka di kepalanya. Setelah dua kali berteriak marah, akhirnya tubuhnya tak bergerak lagi.
Air mata mengalir di pipi Cai Yuanfeng. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mundur diam-diam.
"Tunggu! Masih ada yang belum ditangani!" Aku masuk, memandangi suster muda yang mati dengan mata besar yang sangat cantik. Kutarik napas pelan, lalu Tianxie Qiang menembus kepalanya untuk mencegah transformasi mayat nanti.
