Aku tiba-tiba terkejut, di sini kok cuma ada satu anggota pasukan khusus polisi, mana tiga orang lainnya?
Dadar!
Dentuman senjata tiba-tiba terdengar dari luar pintu. Aku dan Cai Yuanfeng serentak berteriak "Salah!", lalu menerjang keluar ruang gawat darurat bagai angin puyuh.
Terlihat seorang anggota pasukan khusus berlari terhuyung dari ruang gawat darurat nomor dua sebelah. Tangannya mencengkeram senapan serbu, menembaki bagian dalam ruangan itu tanpa henti.
Sambil terus menembak, ia mengaum marah: "Bunuh! Bunuh kalian brengsek semua!"
Mental anggota pasukan khusus ini sudah di ambang kehancuran. Aku dan Cai Yuanfeng segera berlari mendekat. Cai Yuanfeng menekan tangan si anggota sambil berteriak: "Erhu, hentikan! Ini rumah sakit, sadarlah!"
Erhu mengusap noda darah di wajahnya: "Semua orang sudah berubah jadi mayat hidup! Semua! Gimana aku bisa tetap waras? Apa yang harus kulakukan untuk tetap sadar?!"
Sebelum Erhu selesai bicara, desiran angin keras tiba-tiba terdengar dari belakang diiringi jeritan aneh. Seorang suster zombie langsung menerjang keluar dari ruang gawat darurat.
"Hati-hati!" Cai Yuanfeng menyentak Erhu ke belakangnya. Suster zombie itu meleset, lalu malah berbalik arah menyusuri koridor sambil terus mengeluarkan raungan seperti binatang buas.
"Kejar!" Cai Yuanfeng mengangkat pistolnya. Suster zombie itu menyelinap masuk ke sebuah kamar pasien. Cai Yuanfeng mengentakkan kaki kesal, lalu segera mengejarnya.
Di ruang pasien terdengar jeritan-jeritan melengking, terlihat beberapa pasien berbaju rumah sakit berlarian panik keluar dari kamar, berlarian tak karuan di koridor, situasi langsung berubah menjadi kacau-balau.
Sial!
Situasi mulai lepas kendali, transformasi mayat menyebar seperti wabah di gedung gawat darurat, berpusat di lantai delapan, dengan cepat menjalar ke lantai atas dan bawah. Koridor dipenuhi kekacauan, dokter berlarian, perawat juga berlarian, pasien dan keluarga pengantar sama-sama berlarian sambil berteriak: "Larilah! Ada zombie di rumah sakit!"
Kerumunan orang bagai tikus yang dikerahkan keluar sarang, hanya Tuhan yang tahu berapa banyak orang di rumah sakit ini.
Orang-orang itu berlarian melewati samping kami, mungkinkah kami menembak mati semua orang?
Namun di antara kerumunan yang kalang-kabut ini, bercampur pula mereka yang terinfeksi virus kematian. Mereka yang sedang lari-lari tiba-tiba berubah menjadi mayat hidup, lalu menggigit orang di sekitarnya. Orang yang digigit pun berubah, mulai mengigit orang lain lagi, membentuk siklus kematian yang mengerikan. Virus kematian menyebar dengan cepat, seluruh gedung gawat darurat menjadi kacau balau, jeritan-jeritan melengking memenuhi langit malam, sementara jeritan-jeritan mengenaskan membuat bulu kuduk merinding.
Cai Yuanfeng wajahnya hitam seperti abu dasar panci, tatapannya redup, ekspresinya putus asa: "Tamat! Kita tamat!"
“Tamat adikmu! Cepat cari cara menebus! Suruh polisi gemuk itu kirim orang jaga pintu gerbang gedung gawat darurat, jangan biarkan virus kematian menyebar keluar! Sekalian beri tahu pihak rumah sakit, umumkan lewat siaran, suruh tenaga medis dan pasien di tiap bangsal tutup pintu-jendela rapat, jangan ikut kerumunan lari sembarangan! Cepat pergi!” Aku mendorong Cai Yuanfeng.
Cai Yuanfeng seperti terbangun dari mimpi, sambil menyuruh Erhu menginformasikan ke pihak rumah sakit, sambil mencengkeram headset nirkabel berteriak: "Kapten Tim Antiteror Cai Yuanfeng memanggil gerbong komando! Kapten Tim Antiteror Cai Yuanfeng memanggil gerbong komando!"
Namun dari sisi gerbong komando justru terdengar suara hiruk-pikuk, setelah desisan arus listrik, terdengar jeritan menyayat hati dan teriakan melengking dari sana, disusul dentuman senjata yang sambung-menyambung.
"Sialan!" Wajah Cai Yuanfeng berubah pucat: "Gawat! Ruang bawah tanah juga bermasalah!"
Tiba-tiba, dari headset terdengar teriakan ketakutan Petugas Wang: "Dasar! Zombie di kamar mayat semua keluar, kami tidak bisa menghadang lagi, minggir... Oh! Ya Tuhan..."
"Bukannya zombie-zombie itu sudah dikunci dari dalam kamar mayat?" tanya Cai Yuanfeng.
Suara Petugas Wang gemetar ketakutan: "Baru saja datang makhluk hebat, menghabisi beberapa saudara kita, langsung membuka ruang bawah tanah, melepaskan zombie-zombie itu! Aduh - betisku - betisku--"
Suara Petugas Wang berhenti tiba-tiba, di headset hanya tersisa jeritan-jeritan menyayat hati yang seperti duri tajam, menusuk-nusuk dada kami.
Cai Yuanfeng memalingkan muka, wajah pucat seperti abu menatapku: "Saudara, kau juga dengar, situasinya sangat buruk!"
Aku mengangguk, Petugas Wang bilang ada yang sengaja membuka pintu gerbang ruang bawah tanah. Siapa orang ini? Mengapa dia melakukan ini? Pasti orang keji inilah biang keladi transformasi mayat itu!
Saat menghadapi bencana, kejahatan manusia terbuka lebar bagai telanjang.
Kulihat seorang pria membuang istrinya, melarikan diri seperti nyawa melayang ke ujung tangga; Kulihat seorang dokter mendorong petugas kebersihan ke zombie sebagai perisai daging manusia; Bahkan kulihat pria yang dengan paksa menyeret anak kecil keluar lift demi menyelamatkan diri sendiri. Nenek anak itu menjerit sambil mencakar pria jahat itu, tapi dia malah menangkap rambut nenek itu dan menghantarkan kepala nenek ke pintu lift, lalu mendorongnya keluar. Saat itu pintu lift keburu menutup, menjepit leher nenek itu. Di tengah teriakan kerumunan, lift turun dan memenggal kepala nenek itu hingga terbang ke langit-langit, darah segar mengotori pintu dan dinding lift.
Setelah kekacauan yang luar biasa dengan aksi tunggang langgang, seluruh lantai tersebut jatuh dalam keheningan mati suri yang singkat.
Pemandangan di koridor itu tak tertahankan untuk dilihat. Langit-langit, tembok, lantai, dan kaca semuanya berlumuran darah. Seluruh koridor terlihat seperti dicuci dengan darah. Lantai berantakan dipenuhi serpihan kaca, meja-kursi kayu patah, peralatan medis yang terbalik, serta obat-obatan yang berhamburan. Selain itu, beberapa mayat terbaring di sana, bersama orang-orang yang telah berubah menjadi zombie bergerak seperti hantu yang mondar-mandir di koridor, perlahan mengerumuni area yang masih ada makhluk hidup.
Di ujung koridor terlihat lima-enam zombie mengerumuni seorang pria berusia tiga puluhan. Di balik punggung pria itu bersembunyi seorang gadis kecil, mungkin anak perempuannya, dengan gips di betisnya - pastinya mereka kabur dari kamar pasien.
Cahaya kasih seorang ayah memancar di tubuh pria ini. Di tangannya tergenggam rak besi berkaki tiga yang masih menempel infus. Untuk melindungi anak perempuannya, dia bertarung mati-matian melawan zombie-zombie ini. Meski terpojok dalam situasi kritis, dia tetap tak menyerah. Rak besi itu diayunkannya bak "Harimau Menciptakan Angin", menghantam dan meledakkan kepala salah satu zombie. Dua zombie lain mengaum keras lalu menerjang. Dengan pasrah, pria itu mengangkat rak besinya untuk menahan serangan. Namun jelas dia bukan tandingan dua zombie sekaligus. Urat-urat di dahinya menegang semua, pipinya berkedut tak terkendali, lengan bergetar gila-gilaan akibat tenaga yang terkuras habis.
"Pergi cepat selamatkan dia!" Aku menunjuk ke arah pria itu.
Gu Meidi menarik tali busur hingga tegang. Panah Dewa Naga menderu keluar, berubah menjadi kilau emas yang menembus koridor, menusuk tubuh salah satu zombie, lalu menghilang dalam kegelapan malam di luar jendela. Seperti meteor yang menyala di langit, gemerlapnya membutakan mata.
Bersamaan dengan tembakan Panah Dewa Naga Gu Meidi, Xiao Guoguo melepaskan gelombang energi siluman. Serangan itu menghantam punggung zombie lainnya, melayangkan mayat hidup itu hingga menabrak kaca jendela dan terjungkal dari lantai delapan. Tubuhnya jatuh terbalik, kepala di bawah, remuk menjadi gumpalan lumpur di tanah.
Akhirnya stamina fisik pria itu habis. Kedua lututnya gemetar lalu dia bersujud di lantai. Keringat mengucur deras di wajahnya, napasnya berat tersengal-sengal.
"Aku mengikuti, menyelesaikan dua tiga zombie tersisa, membantu pria itu keluar dari kesulitan: 'Kau baik-baik saja?'"
Pria itu menggeleng: "Terima kasih! Siapa yang bisa memberitahuku, apa sebenarnya yang terjadi sialan ini?"
"Virus kematian menyebar, banyak orang berubah jadi zombie!" Sambil berkata, aku mengulurkan lengan dan menarik pria itu berdiri.
"Ini anak perempuanmu?" Aku menunjuk gadis kecil itu.
Pria itu mengangguk: "Ya!"
"Kau ayah yang berani! Bawa anakmu, ikut kami pergi!" Kataku.
Pria itu memeluk anaknya di dada, mengikuti di belakangku: "Namaku Deng Lan, siapa nama kalian?"
Aku tidak menjawab karena tak sempat - di depan seekor zombie menerjang. Aku mengibaskan Tianxie Qiang, melemparkan zombie itu ke langit-langit sebelum jatuh keras ke lantai.
Er Hu berlari kembali melapor ke Cai Yuanfeng: "Kapten, ternyata kantor rektor ada di ujung lorong!"
"Rektornya mana?" tanya Cai Yuanfeng.
Er Hu menjawab: "Tidak tahu, tapi pintu kantor terkunci dari dalam, mungkin bersembunyi di dalam!"
Kami berlari kecil ke ujung lorong. Di pintu tergantung plakat emas: Kantor Rektor.
Cai Yuanfeng mencoba memutar gagang pintu - memang terkunci. Ia mengetuk keras: Braak! Braak! Braak!
Di dalam kantor jelas-jelas lampu menyala, tapi setelah mendengar ketukan, tiba-tiba lampu itu padam.
Aummm— aummm— aummm—
Semakin banyak korban yang mengalami transformasi mayat, berubah menjadi zombie, sambil mengeluarkan aura mayat mereka merayap mendekati aroma manusia hidup.
Zombie-zombie yang berjejal menyumbat jalan mundur, sementara kantor rektor di depan adalah satu-satunya tempat perlindungan kami saat ini.
Tapi, pintu kamar terkunci rapat dan sang Rektor tidak berniat membukanya untuk kami.
Cai Yuanfeng memaki: "Bajingan kau, cepat buka pintu! Aku polisi! Aku hitung sampai tiga, kalau belum juga dibuka, aku tembak gembok pintunya lalu ledakkan otakmu!"
Cai Yuanfeng mengumpat kasar sambil mengangkat pistolnya, membidik gembok pintu.
Sebenarnya dia hanya menakut-nakuti Rektor, karena kalau gembok benar-benar hancur, tentara zombie di belakang akan mudah menerobos.
Beruntung, di saat genting itu pintu berderit terbuka. Kami serempak masuk tergopoh-gopoh, Cai Yuanfeng yang terakhir masuk sambil membalikkan badan menutup pintu, lalu mengunci dari dalam dengan erat sebelum akhirnya menghela napas lega.
Aku menekan saklar lampu, cahaya kembali menyala di dalam ruangan.
Di dalam kantor ada dua orang. Seorang pria berusia lima puluhan dengan kepala botak sebagian, berkacamata. Ia mengenakan kemeja dengan kancing belum terkait, sabuk celana miring, resleting selangkangan terbuka, dengan wajah panik sambil memegang celana dalam wanita berenda.
Di samping kakek tua itu ada seorang wanita berpakaian seragam suster putih, kaos kakinya melorot memperlihatkan kedua betisnya yang putih mulus. Paduan seragam suster itu tetap terlihat menggoda. Yang paling mencolok adalah suster muda ini memiliki payudara besar dan wajah yang cukup cantik. Seragam susternya terbuka separuh tanpa mengenakan pakaian dalam, sementara di atas sofa tergantung sebuah bra.
Suster itu menyilangkan kakinya, berdiri di tepi jendela dengan wajah kemerahan. Kepalanya tertunduk, tak berani menatap kami langsung.
Siapa pun yang berpikiran jernih pasti paham, kakek tua brengsek ini pasti baru saja melakukan hubungan terlarang dengan suster muda itu.
