Di luar zombie berkeliaran, tapi pasangan anjing kotor ini masih sempat bercinta di kantor.
Kakek ini pastinya direktur Rumah Sakit Xinbei. Kulihat nama di meja kerjanya yang cukup unik: "Wang Mochou!"
Di dada suster itu tergantung kartu nama bertuliskan "Ma Xiaolan". Namanya biasa saja, tapi wajahnya memang cantik alami.
Ah, kemanusiaan sudah merosot, moral zaman ini bobrok.
Dunia sekarang memang dikuasai pecundang, sayur semurah kubis pun diinjak-injak babi.
"Ma Xiaolan yang cantik jelita, bertubuh seksi, mencari pria tampan tinggi besar dari utara pasti nggak masalah, bahkan mencari pangeran kaya raya pun sangat mungkin. Tapi kenapa malah masuk ke pelukan Rektor Wang si botak tua ini, dirampas tubuh indahnya secara cuma-cuma oleh si botak tua. Entah apa yang dipikirkan gadis baik-baik ini sebenarnya."
Mungkinkah mereka saling mencinta?
Jelas nggak mungkin. Wang Mochou ini dari ujung rambut sampai ujung kaki terlihat jorok, mirip si miskin tua, sama sekali nggak ada kualitasnya, di wajahnya masih ada tahi lalat daging.
Untuk apa suster muda ini merangkul rektor tua?
Satu demi uang, satu lagi demi karier.
Mungkin Ma Xiaolan adalah selingkuhan yang dipelihara Wang Mochou, mungkin juga Ma Xiaolan yang aktif merayu demi promosi jabatan.
Sebenarnya di masyarakat hal seperti ini sangat umum, sudah nggak aneh lagi. Tapi karena kami melihat perselingkuhan ini langsung di rumah sakit, tetap saja merasa mual, merasa tindakan ini telah merusak kemurnian iklim dan citra rumah sakit.
"Kau sang rektor?" Cai Yuanfeng menatap Wang Mochou.
Wang Mochou mengangguk: "Betul! Kau siapa?"
Cai Yuanfeng berkata: "Aku dari pasukan khusus polisi, khusus ditugaskan ke sini untuk menangani kasus kamar mayat!"
Wang Mochou manggut: "Kalau begitu kenapa nggak ke kamar mayat urusin hal itu, ngapain ke sini?"
Aku tersenyum sinis: "Mochou! Mochou! Sungguh cocok nama Rektor Wang ini, di luar sudah genting kayak api menjilat alis, kau masih santai aja nggak khawatir!"
“Kebakaran sudah di depan mata? Apa maksudnya?” Wang Mochou terlihat bingung, sepertinya tadi ia terlalu asyik hingga tak tahu kejadian di luar.
“Kau tidak tahu apa yang terjadi di luar?” Gu Meidi bertanya dengan keras.
“Terjadi apa?” Wang Mochou menggelengkan kepala.
Gu Meidi berkata dingin: “Di luar terjadi transformasi mayat, banyak orang di rumah sakit telah berubah jadi zombie. Sekarang RS Xinbei sudah menjadi rumah sakit zombie, kau masih sempat bersenang-senang di sini!”
“Rumah sakit zombie?!” Wang Mochou tertegun sebentar, lalu tertawa terbahak: “Apa yang kau bicarakan? Aku tak paham maksudmu...”
“Dasar!” Belum selesai Wang Mochou bicara, Cai Yuanfeng sudah tak bisa menahan amarah. Ia melesat ke depan, meraih kerah baju Wang Mochou lalu menyeretnya seperti bangkai anjing ke depan pintu kantor.
“Aduh! Lepaskan! Apa yang kau lakukan? Brengsek kasar...” Wang Mochou terus meronta.
Cai Yuanfeng membuka celah pintu, menekan kepala Wang Mochou di celah itu sambil mengaum: “Wang, buka lebar matamu dan lihat! Lihat luar sana, lihat sudah jadi seperti apa? Aku kehilangan delapan saudara, kau malah main dengan perempuan di sini. Sungguh ingin kulempar kau untuk jadi santapan zombie!”
"Aaaaa——Jangan——Jangan——" Wang Mochou menjerit seperti babi disembelih, matanya yang melihat pemandangan di luar pintu membuat seluruh tubuhnya gemetar ketakutan.
Cai Yuanfeng melepaskan pegangannya. Wang Mochou gemetar hebat seperti ayakan, tubuhnya meluncur ke bawah sambil menempel di dinding. Keringat dingin mengucur deras di wajahnya yang pucat, napasnya terengah-engah. "Bagaimana mungkin? Bagaimana luar bisa berubah begini?"
"Mayat-mayat di kamar jenazah semuanya mengalami transformasi, berubah jadi zombie penghisap darah yang gila! Kami tidak bisa menahan! Semua zombie itu menerobos keluar, menggigit orang di mana-mana. Seluruh rumah sakit sudah jatuh!" Cai Yuanfeng meremas-remas rambutnya dengan kedua tangan, lalu jongkok sambil menahan kesakitan.
"Apa?!" Wang Mochou menggigil hebat, wajahnya pucat seperti abu. "Tamat! Ini tamat! Dengan begitu banyak korban, aku takkan sanggup memikul tanggung jawab ini! Ditembak mati sepuluh kali pun masih kurang!"
Tiba-tiba bola mata Wang Mochou berputar liar. Ia menuding Cai Yuanfeng sambil memaki: "Ini semua salah kalian yang tak berguna! Bukannya kalian pasukan khusus? Kubikir kalian bisa selesaikan ini dengan mudah! Tapi nyatanya malah memperparah situasi! Semua tanggung jawab ini ada di pundak kalian!"
"Dasar! Kami sudah melalui hidup dan mati, berani-beraninya kau menyalahkan kami?" Erhu langsung meledak marah. Pisau komando di tangannya sudah menyentuh leher Wang Mochou.
"Wang Mochou langsung layu seperti terong kena embun beku, Tak Berani bersuara."
Sementara Ma Xiaolan berdiri di tepi jendela batu, berteriak ke bawah: "Cepat datangkan orang! Polisi membunuh orang! Cepat datangkan orang! Polisi membunuh orang!"
"Istri tolol, Ibu Guo diam!" Wang Mochou memaki Ma Xiaolan: "Kau ingin semua orang di rumah sakit tahu hubungan kita, ya?"
Ma Xiaolan dicaci maki Wang Mochou, akhirnya menutup mulutnya.
Wang Mochou memandang kami: "Sekarang hal sudah berubah begini, kami... Bagaimana ini?"
Aku berkata: "Kantormu bisa keluarkan pengumuman?"
"Bisa!" Wang Mochou mengangguk.
Aku menyuruh Wang Mochou menghidupkan komputer, menyambar microphone di samping mulai mengumumkan: "Perhatian semua! Perhatian semua! Demi keamanan diri sendiri, kunci rapat kamar masing-masing dan bersembunyilah dengan sabar! Jangan sekali-kali berlarian di koridor atau tangga! Ulangi, demi keamanan diri sendiri, kunci kamar dan cari tempat persembunyian!"
Pengumuman masih efektif, setidaknya banyak manusia hidup yang bersembunyi, tidak lagi seperti lalat tak berkepala yang berlarian sembarangan. Itu hanya akan menambah jumlah zombie.
"Xiao Gu, kemarilah!" Gu Meidi melambaikan tangan padaku.
Aku mendekati jendela, menjulurkan kepala untuk melihat ke bawah. Tampak di taman rumah sakit dan alun-alun, terkumpul hampir seratus zombie. Mereka adalah tubuh tanpa roh, mondar-mandir di area terbuka sambil mengeluarkan geraman rendah.
Di berbagai koridor lantai atas, masih banyak zombie yang mondar-mandir, mencari bau anyir darah yang mereka rindukan.
"Sepertinya kami juga tidak bisa menerobos keluar!" Aku menghela napas sambil mengerutkan alis.
Gu Meidi menunjuk ke langit: "Dan malam ini adalah malam bulan purnama, benar-benar masalah yang menyebalkan!"
Aku menengadah memandang langit tak bertepi. Di angkasa tergantung bulan sabit dingin, piringannya penuh sempurna, cahayanya berkilauan menyelimuti bumi.
Malam bulan purnama seperti ini adalah saat energi Yin mencapai puncaknya, juga waktu ketika zombie paling gelisah dan haus darah. Daya serang mereka pada saat seperti ini bisa 1-2 kali lipat dari biasanya, sangat sulit ditaklukkan.
Tiba-tiba aku berpikir: Jangan-jangan ahli ilmu hitam yang mengendalikan zombie ini sengaja memicu transformasi mayat pada malam bulan purnama? Apa sebenarnya tujuan dia? Hancurkan Rumah Sakit Xinbei saja? Atau meruntuhkan seluruh kota Xi'an?
Gemuruh! Gemuruh!
Dari loteng terdengar deru baling-baling, sebuah helikopter militer melayang di kegelapan malam dengan lampu ekor berkedip-kedip. Pengeras suara meneriakkan ke bawah: "Wabah darurat terjadi di Rumah Sakit Xinbei, sekarang telah diblokir menyeluruh dan ditetapkan sebagai daerah karantina. Dilarang keras keluar lokasi. Mohon semua tetap di tempat dan tunggu evakuasi militer! Yang melanggar perintah militer, hukumannya mati!"
Hatiku tiba-tiba menggigil, tak menyangka pasukan malah mengeluarkan perintah blokade.
Tapi ini memang jalan terpaksa, kalau tidak virus kematian bisa menyebar ke seluruh kota Xi'an, situasi yang bahkan militer tak mampu kendalikan. Untuk keamanan mayoritas, minoritas harus dikorbankan. Andai aku penguasa, aku juga akan bertindak demikian.
Tapi ketakutan dan kecemasan tetap membuat beberapa orang nekat mengambil risiko.
Kulihat beberapa bayangan manusia berlari keluar dari gedung rawat inap, melesat menuju pintu gerbang rumah sakit sambil berteriak: "Tolong! Selamatkan kami!"
Di luar gerbang, beberapa prajurit bersenjata lengkap bahkan dengan mobil lapis baja dan senapan mesin berat.
Seseorang berteriak ke arah rumah sakit: "Mundur! Ini perintah! Segera mundur! Siapapun dilarang keluar-masuk! Ulangi, ini perintah! Maju lagi kami tembak!"
Bayangan-bayangan itu tetap berlari maju, mengabaikan perintah militer.
Braak! Braak! Braak!
Usai dentuman senjata, tubuh-tubuh yang berlari itu tergoyang beberapa kali sebelum akhirnya tumbang bergelimpangan.
“Pecundang, benarkah mereka menembak rakyat?” Xiao Guoguo melotot, wajahnya dipenuhi kemarahan.
Melihat pemandangan ini, kerumunan yang awalnya ingin menerjang dikembalikan ketakutan, rumah sakit menjadi sunyi sepi bagai kuburan.
“Cepat lihat, di sana masih ada seseorang!” Sorot mata Xiao Guoguo tiba-tiba menjadi tajam, jarinya menunjuk ke bawah naungan pohon sambil berteriak.
Kukonsentrasikan penglihatanku, terlihat seorang pria bertopi bebek mengenakan seragam pekerja rumah sakit yang longgar, mendorong gerobak roda empat keluar dari bawah bayangan pohon tanpa suara. Kemudian dia meraih benda di atas gerobak itu dan melemparkannya berulang kali ke arah para zombie.
“Plasma darah!”
Wang Mochou yang pertama berteriak.
Tepat seperti dugaanku, gerobak roda empat itu dipenuhi tumpukan kantong plasma. Pria bertopi bebek itu dengan acak mengambil kantong-kantong plasma dan melemparkannya ke para zombie.
Para zombie yang mencium bau anyir darah langsung merapat ke tanah, menggigit kantong plasma hingga pecah lalu menghisap isinya dengan liar.
Wang Mochou memaki dengan emosi meluap: “Brengsek macam apa itu? Karyawan rumah sakit? Bagaimana dia bisa menarik kantong plasma dari bank darah? Apa yang sebenarnya dia lakukan? Orang gila!”
Wang Mochou tidak mengerti, tapi kami mulai menyadari - si brengsek itu ternyata sedang memberi makan zombie dengan darah segar! Dia sedang memelihara para mayat hidup ini. Hatiku berdesir, dasar! Jangan-jangan dialah dalang di balik semua bencana ini?
Gu Meidi tampaknya juga memikirkan masalah yang sama. Tangan kirinya mengangkat Panah Dewa Naga, sementara jari kanannya menarik tali busur dengan lembut. Sebatang Panah Dewa Naga muncul di tangannya, memancarkan kilau emas yang menyilaukan, membidik bayangan orang aneh bertopi bebek di bawah naungan pohon.
Syuuk!
Panah Dewa Naga melesat dengan kekuatan penghancur udara, meninggalkan jejak pancaran cahaya emas di langit.
Daya persepsi pria itu luar biasa kuat. Tak disangkanya dia bisa mendeteksi serangan diam-diam ini. Dengan refleks gesit, tubuhnya melesak mundur ke dalam bayangan pohon. Panah sakti itu nyaris menyentuh bahunya sebelum menghilang di kejauhan. Saat mereka menatap kembali ke area bayangan, sosok itu sudah raib tanpa jejak.
