Di atas alun-alun, anggota Liu San Men masing-masing menunjukkan kemampuan spiritual mereka.
Awalnya ada dua belas orang, ditambah aku, Gu Meidi, Xiao Guoguo, total menjadi lima belas orang.
Makhluk jahat seperti zombie mungkin sulit dilawan dengan senjata panas modern, tapi kami dari Enam Pintu Gerbang adalah spesialis penakluk benda jahat. Meski jumlah kami sedikit, setiap anggota memiliki keahlian khusus, sehingga efektivitas kerja kami jauh melebihi pasukan militer.
Lihatlah Kepala Komandan Qiqi! Gerakannya mengalir bak air terjun, siluet putihnya meninggalkan bayangan sisa. Sendirian menghadapi kepungan puluhan zombie, dia tetap tenang bahkan ekspresinya tak berubah sedikitpun. Pisau Badai Salju menyapu kuat, membekukan semua zombie di jalurnya dengan pose aneh-aneh - ada yang sedang mengangkat kaki, mengacungkan tangan, bahkan ada yang mencakar dengan cakar panjang. Tapi tanpa terkecuali, mereka semua membeku tak bisa bergerak seolah dikenai mantra pengikat.
"Aku melihat langsung Qiqi berubah menjadi bayangan sisa, menerobos keluar dari lingkaran pengepungan belasan zombie. Es membekukan seluruh belasan zombie itu." Sudut bibir Qiqi sedikit berkerenyit, memancarkan senyuman dingin penuh kepercayaan diri, lalu mengangkat tangan kanan dengan keluwesan dan menjentikkan jarinya sambil berbisik "Bo" pelan.
Braak!
Satu ledakan keras menggema.
Belasan zombie langsung hancur menjadi debu halus, berubah menjadi gumpalan-gumpalan asap dingin.
Di pupil mata Qiqi terlihat kilatan niat membunuh yang kejam. Jubah putihnya berputar lembut bagai menari, posturnya elegan dan memesona.
Pada detik ini, Qiqi bersinar bak mentari, seakan lebih memukau daripada Gu Meidi, Xia Guoguo, bahkan Su Jinxia!
Sungguh mempesona!
Kecantikan yang penuh keluwesan dan kedinginan!
Aura yang terpancar dari tubuh seorang wanita ini benar-benar memiliki daya tarik yang mematikan!
Aku terpaku memandang, seluruh rohku seolah terbang mengelilingi Qiqi. Di mataku hanya tersisa bayangan jubahnya yang berkibar-kibar...
"Tuoba Gu, hati-hati belakangmu!" teriak Xiao Guoguo keras.
Kudengar desiran angin kencang tiba-tiba dari belakang. Ingin berbalik tapi sudah tak sempat.
Untung Xiao Guoguo tepat waktu datang, membentangkan lapisan pelindung transparan di belakangku.
Dum!
“Seorang zombie menempel di lapisan pelindung, membuka mulut berdarah lebar, taringnya menggesek permukaan lapisan pelindung hingga berbunyi desis, sangat menusuk telinga.”
Aku tersentak kaget, menghirup udara dingin dalam-dalam: “Guoguo, terima kasih!”
Xiao Guoguo dengan wajah kesal: “Kamu ini benar-benar, di medan perang yang mencekam seperti ini, kamu masih bisa melamun?”
“Aku…” Pipiku memerah sedikit, bagaimana mungkin aku mengaku kalau tadi melamun melihat Qiqi?
Siapa sangka Xiao Guoguo sama sekali tak memberi gengsi, langsung membongkar kedokku: “Hng, jangan kira aku tak tahu, tadi kamu pasti terpana melihat Qiqi kan? Serigala cabul ini, lihat cewek cantik langsung lumpuh!”
Aku mengernyit: “Bukan, aura Qiqi tadi terlalu kuat, membuat orang tak bisa menahan rasa kagum!”
Xiao Guoguo tersenyum aneh: “Dia juga sangat mengagumimu lho!”
“Dia” yang dimaksud Xiao Guoguo adalah zombie di luar lapisan pelindung ini.
Baru saja selesai bicara, Xiao Guoguo tiba-tiba menarik lapisan pelindungnya sambil bergeser setengah langkah, tubuhnya meluncur dengan anggun.
“Wuwaa——” Zombie itu mengaum keras, memuntahkan gumpalan aura mayat yang melesat melewati sisi Xiao Guoguo, langsung menerjang ke arahku.
Sial!
Jantungku berdebar kencang, rambutku meremang. Lekat! Lelucon ini keterlaluan!
Zombie mengaum keras, tiba-tiba terjatuh ke pelukanku. Bau mayat membusuk yang menyengat langsung menerobos masuk ke lubang hidungku, membuatku hampir pingsan karena sesak napas.
Kedua tangan zombie mengait leherku. Mulutnya menganga mengeluarkan bau busuk menyengat, taring dinginnya menusuk langsung ke arah leherku.
Aku hampir tak percaya. Di detik-detik genting, aku segera memiringkan leher. Taring itu nyaris meleset menyentuh kulit leherku. Rasa dingin menusuk langsung meresap ke pori-poriku. Bulu kudukku langsung berdiri, keringat dingin mengucur deras di punggung. Dalam sekejap itu, nyawaku nyaris melayang di pintu gerbang hantu.
Xiao Guoguo, si nona kecil brengsek tak punya perasaan ini, bukan cuma membuatku sengsara tapi malah bertepuk tangan dengan tak tahu malu: "Cepet liat! Cepet liat! Tuoba Gu lagi ciuman sama zombie!"
"Ciuman ibumu setan kepala besar!" Mulutku belum sempat mengumpat, zombie itu sudah memutar kepala dan kembali mencoba menggigit leherku.
Dasar sialan! Kalau zombie cewek cantik mungkin masih kubolehkan, ini malah kakek tua brengsek dengan gigi kuning kehitaman penuh karat, jelas-jelas pecandu rokok daun, bikin mual!
Amarahku memuncak. "Dasar zombie busuk! Masih mau ngeyel ya?!"
Energi jahat mengalir dari empedu, aku mengosongkan tangan kiri, langsung membuka lima jari, menggunakan kungfu cengkeraman naga Shaolin, sekaligus mencengkeram mulut besar zombie. Lima jari mencekik keras kedua pipi zombie, membuat mulutnya tak bisa mendekat. Lalu dengan tenaga penuh, lima jari tiba-tiba mengerut, terdengar suara "krak", dagu zombie terlepas, tulang pipi remuk, tulang patah menusuk ke dalam rongga mulut. Darah kental langsung memancar, membasahi wajahku hingga aku hampir muntah.
Tapi aku tahu saat ini tak boleh melepaskan pegangan. Sedikit saja lengah, masalah besar akan terjadi.
Dengan raungan kemarahan, kepal zombie kuperas paksa. Tangan kanan bergetar, ujung tajam senjata Tianxie Qiang perlahan-lahan menembus dari bawah dagu zombie. Dengan suara "kreek", senjata itu menembus kepala zombie, ujungnya menyembul dari hidung, meninggalkan lubang berdarah mengerikan di wajahnya.
Kutarik keras Tianxie Qiang, zombie mengeluarkan teriakan kesakitan. Darah segar menyembur seperti air mancur. Di ujung senjata ternyata tersangkut separuh lidah berlumuran darah. Kutetak zombie hingga terpental tiga meter. Senjata Tianxie Qiang kukibaskan, separuh lidah itu kutancapkan ke kepala zombie sebagai hadiah perpisahan.
Aku mengusap gelembung darah di wajah, terengah-engah, baru sadar seluruh tubuhku basah kuyup oleh keringat dingin. Beberapa gerakan tadi bagaikan kelinci melompat dan burung murai terbang, sedikit saja kesalahan dalam tahapan, nyawaku bisa melayang. Untunglah aku tetap tenang dan terkendali, baru bisa selamat.
"Bagus, ada peningkatan, kelincahanmu luar biasa!" Xiao Guoguo mengacungkan jempol ke arahku.
Kutatap tajam Xiao Guoguo: "Luar biasa apaan sih, kau nyaris membunuhku!"
Xiao Guoguo tertawa terkekeh tak bertanggung jawab: "Masa sih? Aku terus memantau perkembangan situasi. Kalau kau benar-benar tak bisa menghindar, pasti aku turun tangan!"
"Kalau nakal terus, awas kubuka semua pakaianmu pulang nanti!" Sebenarnya yang ingin kukatakan adalah menguliti kulit rubahnya, tapi yang keluar malah "pakaian".
Xiao Guoguo melindungi dadanya: "Membuka pakaianku? Mau apa? Kodrat cabulmu ketahuan ya?"
Aku tertegun sebentar, lalu dengan kaku mengubah ucapan: "Kubuka pakaianmu dan gantung untuk dihajar, biar kapok iseng-iseng!"
Pipi Xiao Guoguo memerah, ia merapatkan kedua betisnya sambil berkedip menggoda: "Menyimpang banget! Tapi cara mainmu unik, aku jadi penasaran~"
Syuut!
Sebuah panah Dewa Naga berkilau emas melesat di depan wajah kami, menembus kepala dua zombie sekaligus. Dua mayat itu menjerit "Wuak!" sebelum hancur lebur seketika di hadapan kami.
Gu Meidi basah kuyup oleh keringat, pipinya merah darah, terengah-engah datang ke samping kami: "Bagaimana? Masih ada waktu ngobrol di sini?"
Xiao Guoguo yang blak-blakan langsung mulai mengadu: "Tuoba Gu bilang mau menelanjangi..."
"Eh, hati-hati!" Aku berteriak keras menutupi suara Xia Guoguo yang tersisa, lalu menarik Gu Meidi dan lari ke sisi lain.
Tak jauh berlari kami melihat Su Jinxia, rok hijaunya berkibar-kibar, delapan zombie berkerumun menyerang di depannya.
Su Jinxia melangkah anggun, jemari jade-nya yang ramping bersilang di dada, ujung jarinya berpendar cahaya dingin yang menusuk tulang.
Saat delapan zombie itu mendekat, Su Jinxia menggerakkan kedua tangannya, jari-jari jade-nya melesatkan delapan jarum Bian Que yang mengeluarkan suara "ssss" dari sela jarinya, menembus udara dengan ganas ke delapan arah berbeda.
Hampir bersamaan, delapan jarum perak Bian Que menyusup masuk ke titik antara alis delapan zombie.
Delapan zombie itu langsung membeku seolah dikenai mantra pengikat, tak bergerak sedikitpun.
Sekitar tiga detik kemudian, otak delapan zombie itu meledak berbarengan dengan suara "dum-dum-dum", kabut darah beterbangan membentuk setengah lingkaran saat delapan mayat tak berkepala terjatuh ke tanah.
Aku benar-benar takjub diam-diam, keahlian Su Jinxia menggunakan jarum perak sungguh tak tertandingi di dunia!
Tapi soal aura kuasa, tak ada yang bisa menyaingi Li Yifeng.
Baju kancingnya yang terbuka sudah merah tertembus darah, dia bagaikan tank yang tak kenal lelah, menyerbu bolak-balik di antara gerombolan mayat sambil terus mengaum. Kilatan pisau berkedip seperti petir membelah langit malam, lima kepala zombie terlempar serentak setinggi tiga meter - terpenggal oleh satu sabetan pedang Li Yifeng. Saat kepala-kepala itu jatuh, busur cahaya dari sabetan pedangnya menghilang seketika. Teknik pedangnya yang memukau membuatku terpana.
Tak lebih dari satu shichen, ratusan zombie kami musnahkan sampai bersih. Mayat-mayat bergelimpangan tak beraturan di alun-alun, darah menggenang membentuk sungai, bau busuk mayat menjulang ke langit.
Saat ini, baik orang di dalam maupun di luar, mungkin semua terkesima. Semua orang menganggap kami seperti dewa turun ke bumi.
Angin malam berhembus, membawa bau anyir darah yang menusuk hidung.
Dalam kobaran api, samar terlihat lima belas bayangan manusia tegak bagai tiang kayu, berdiri kokoh di tengah alun-alun.
Tak ada satu pun zombie yang masih berdiri. Lima belas sosok yang masih tegak adalah anggota Liu San Men kami semua.
Aura energi lima belas orang ini menyelimuti seluruh rumah sakit. Tempat yang sebelumnya penuh energi jahat ini kini seakan dipenuhi aura jujur yang megah.
Cahaya bulan bersinar terang, dinginnya malam seperti air.
Entah dari mana datangnya segumpal awan hitam, menutupi separuh bulan, membuat daratan tiba-tiba menjadi suram dan kelam.
Angin yin ganas berhembus dari segala penjuru rumah sakit, menyapu seluruh area menuju pusat alun-alun.
Di tengah angin yin, gemerincing lonceng tiba-tiba bergema memenuhi seluruh alam semesta, memekakkan telinga kami hingga berdengung.
Beberapa saat kemudian, awan hitam diterbangkan angin, cahaya bulan kembali menyelimuti bumi.
Dengan terkejut kami menemukan, di puncak tertinggi gedung gawat darurat, jelas-jelas berdiri sesosok bayangan manusia!
