Saat aku masih terdiam, pria di depanku tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku, dengan susah payah berkata: "Tuoba...Gu...bunuh...bunuh aku..."
"Membunuhmu?!" Mataku melotot.
"Benar! Cepat...cepat lakukan...aku...aku akan berubah jadi zombie...aku tak mau jadi zombie...cepat...kumohon...lakukan sekarang..." Pria ini mulai gemetar hebat. Kilatan cerdik di matanya cepat memudar, digantikan warna abu kematian yang mengerikan.
"Saudaraku, maafkan aku!" Kugigit gigi, mengangkat Tianxie Qiang, menusukkannya ke kepala pria ini lalu mencabutnya kembali. Darah dan cairan otak berceceran di ujung celanaku. Pria itu menggelengkan kepala, bersandar di dinding, dan jatuh terguling ke lantai dengan suara byur!
Pupil mataku dipenuhi warna kemerahan. Kutarik napas dalam-dalam, berdiri perlahan, buku-buku jari berkeretak, tubuh perkasaku menggigil hebat karena amarah yang meluap.
Aku baru saja menghabisi seorang rekan seperguruan dengan tanganku sendiri. Tak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan ini. Hanya ada kobaran api di dadaku, api nanar yang membakar sampai hampir membuatku gila.
Kuatur napas dan melesat ke ujung koridor. Braak! Bayangan orang meluncur dari ujung lorong seperti bola pantulan. Menghantam dinding dengan dahsyat lalu terpental ke lantai.
Siluet Wu Silin menghilang di ujung koridor. Suara parau bergema: "Dua menit lagi berlalu, kalian benar-benar tak berguna!"
Dengan mata merah menyala kudekati. Tergeletak dokter berbaju putih, kepalanya pecah seperti semangka. Dinding belepotan darah dan busa cairan otak yang masih menetes perlahan.
Setiap dua menit, seorang yang tak bersalah dibunuh dengan kejam!
Berapa lama lagi permainan pembunuhan mengerikan ini akan berlangsung?
Kutarik napas dalam dan mengejar sambil menenteng senjata.
Belum jauh berlari, kudapati lagi sesosok mayat.
Memang biasa melihat jenazah di koridor, tapi kali ini mayat anggota Liu San Men.
Pria muda itu bersandar di sudut dinding, terjatuh dengan lengan lemas tergantung. Kepalanya tertunduk, napasnya telah berhenti.
Dadanya terburai, organ-organ dalamnya tercabik keluar. Usus berdarah-darah mengular sepanjang tangga sejauh tiga hingga lima meter.
Yang lebih membuat merinding, Wu Silin yang menyimpang itu bahkan menggunakan ujung usus berdarah untuk menggambar senyuman di lantai.
Senyuman itu terlihat menggemaskan, tapi karena terbuat dari darah segar, aura mengerikannya justru semakin kuat.
Sekilas pandang saja, rasa dingin langsung merambat dari kulit kepala hingga telapak kaki. Tanpa kusadari tubuhku gemetar hebat.
Wu Silin seperti sedang bermain kucing-kucingan dengan kami. Tapi yang kurasakan justru kami 15 tikus yang dikepung harimau besar. Alih-alih mengepungnya, satu per satu kami justru dibantai. Situasi sepenuhnya berada dalam genggamannya.
Setengah jam berlalu. Lebih dari sepuluh orang kami dibuat berputar-putar olehnya. Semua melihat sosoknya, tapi tak satu pun bisa menangkapnya. Dia bagai hantu yang bisa muncul tiba-tiba di sudut mana pun gedung ini.
Wu Silin menggiring kami seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, menguras habis tenaga kami dengan sia-sia.
Yang lebih mengerikan, setelah semua keributan ini kami tidak hanya gagal menangkapnya, malah kehilangan empat ahli Enam Pintu Gerbang ditambah lebih dari dua puluh korban tak bersalah. Beberapa korban bahkan dilemparnya dari jendela lantai atas hingga tewas mengenaskan.
Wibawa Enam Pintu Gerbang kami menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Anggota Liu San Men tidak pernah menderita kerugian besar. Sekarang Wu Silin dengan tenang membunuh di depan mata kami, namun kami tak bisa menghentikannya. Menghadapi musuh tangguh yang rumit seperti ini, kami menjadi gelisah dan putus asa. Tak ada lagi yang bisa tetap tenang.
Selain tim kedelapan Qiqi, tujuh tim kami lainnya telah dibubarkan oleh Wu Silin. Sendirian, dia benar-benar mengacaukan dan meruntuhkan rencana pengepungan kami. Aku merasa kita semua telah menjadi pasir tercerai-berai, tak bisa memusatkan kekuatan tempur. Malah terus-menerus ditarik ke sana kemari hingga kelelahan, masing-masing terengah-engah dengan pengurasan tenaga yang sangat besar.
Li Yifeng bersandar pada Pedang Pembasmi Siluman, mengamuk: "Dasar leluhur sialan! Apa kalian tidak menyadari satu masalah? Tindakan Wu Silin sepertinya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Ritual transformasi mayat ini juga bukan sembarangan, tapi punya rencana detail yang matang!"
Su Jinxia menyambung dengan dingin: "Kurasa ritual transformasi mayat ini sengaja ditujukan pada Enam Pintu Gerbang kita!"
Begitu Su Jinxia berkata, kami serentak mengangguk. Kami juga merasakan hal yang sama - Wu Silin jelas-jelas sedang menantang Enam Pintu Gerbang kami!
Yu Wenjin berkata: "Sepertinya Suku Sembilan Li sudah memulai tantangan pada Enam Pintu Gerbang kita!"
Li Yifeng bergumam kesal: "Sial! Hutang darah ini belum kita tagih, mereka malah berani mendatangi kita! Baik! Kita harus tunjukkan pada Suku Sembilan Li betapa hebatnya Enam Pintu Gerbang!"
“Hehehe, sekumpulan sampah! Selain berteriak-teriak dan bicara besar, apa lagi yang bisa kalian lakukan? Enam Pintu Gerbang siap-siap tutup saja!” Dari ujung koridor, terdengar tawa menyeramkan Wu Silin.
Bersamaan dengan tawa itu, sebatang Panah Dewa Naga, gelombang energi siluman, sebuah jarum perak Bian Que, serta pedang terbang alam baka menyambar sekaligus ke ujung koridor.
Siluet Wu Silin menghilang sekejap. Kecepatannya luar biasa, hampir saja lolos. Namun entah mengapa, di momen genting ini tiba-tiba langkahnya terhenti. Pedang Terbang Alam Baka berhasil menembus bahu kanannya, Swis! Menancapkannya ke tembok.
Yu Wenjin berbisik terkejut: "Aku kena dia!"
"Jangan biarkan dia kabur!" Li Yifeng mengerutkan alis tebalnya, mengayunkan Pedang Pembasmi Siluman, memimpin serangan.
Baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba Li Yifeng juga berhenti. Seperti dikenai mantra pengikat, tubuhnya langsung kaku.
Bukan hanya Li Yifeng, semua orang di tempat itu seketika membeku di tempat masing-masing.
Tapi kesadaran kami masih sangat jernih. Dengan terkejut kami menunduk, lalu menyaksikan pemandangan tak wajar.
Di lantai koridor, dinding, bahkan hingga langit-langit, ternyata tertutupi lapisan embun beku putih bersalju. Embun beku itu menyebar dengan kecepatan luar biasa di sepanjang dinding koridor, disertai bunyi krek-kerek tak henti yang membentuk pola seperti ranting pohon bercabang, dengan cepat menjalin jaring es di seluruh gedung gawat darurat. Seluruh bangunan ternyata telah membeku!!
Astaga!
Kami semua terpana, Siapa yang mampu menggunakan kekuatan sihir es seperti ini?
Qiqi!
Kepala Komandan Qiqi!
Akhirnya kami tahu mengapa Wu Silin tiba-tiba berhenti tadi. Bukan karena dia sengaja berhenti, tapi karena kakinya terbekukan oleh es yang menyebar cepat. Mengapa kami juga tiba-tiba tak bisa bergerak? Karena kami pun telah terbekukan!
Gedung gawat darurat yang sebelumnya lesu itu, kini telah berubah menjadi dunia es yang ajaib. Segala sesuatu di sini tertutupi lapisan embun beku kristal yang berkilauan.
Kakiku juga membeku, dan aku jelas melihat embun beku putih merambat cepat dari kaki ke seluruh tubuhku. Seketika aku berubah menjadi patung es. Segala upaya bergerak sia-sia, anggota badanku tak bisa digerakkan sama sekali, seolah telah terpisah dari tubuhku dan tak lagi dikendali otak. Tapi kesadaranku masih jernih. Ulat Es Sembilan Po ada dalam tubuhku, sehingga aku tak merasakan dingin. Hanya aliran darahku yang membeku, mengubahku menjadi patung es yang masih punya kesadaran!
Wu Silin berubah menjadi patung es, kami anggota Liu San Men semuanya berubah menjadi patung es dengan pose berbeda-beda, terlihat hidup bak aslinya.
Pasti pemandangan saat ini terlihat sangat ajaib dan mengerikan!
Di koridor sepi, langkah kaki kesepian bergema. Seluruh gedung sunyi senyap, membuat suara sepatu terdengar jelas dan angkuh. Di dalam gedung beku ini, satu-satunya yang masih bisa bergerak bebas hanyalah Qiqi.
Tepat seperti yang diduga, siluet putih muncul di ujung koridor. Sosok Qiqi yang dingin dan angkuh tampak di hadapan kami.
Aku benar-benar mengagumi Qiqi. Kekuatan tempurnya memang berada di level yang tak berani kami bayangkan.
Dalam situasi di mana kami tak bisa menangkap Wu Silin, Qiqi secara mengejutkan menggunakan teknik tinggi yang luar biasa, membekukan seluruh gedung gawat darurat. Dengan ini, seberapa licik pun Wu Silin, ia bagaikan serangga yang menempel di jaring laba-laba, takkan mudah melarikan diri.
Aku yakin kekuatan spiritualku mampu menghancurkan satu lantai, tapi kekuatan Qiqi bahkan sanggup meluluhlantakkan seluruh gedung! Terutama dengan jurus Pisau Badai Salju-nya yang telah mencapai tingkat huajing kelas atas.
Inilah kemampuan sejati Qiqi!
Inilah kekuatan tempur luar biasa sang Qiqi!
Tiba-tiba aku merasa menjadi penggemar Qiqi. Andai bisa bergerak, ingin kukibarkan spanduk sambil memakai celana dalam merah, berteriak memuja namanya: "Qiqi! Qiqi!"
Qiqi melirik kami, mengibaskan jubahnya. Angin neraka yang dahsyat menerpa permukaan es, menyusup di antara kami.
Suara 'ssss' bergema. Embun beku di tubuh kami retak seperti jaring laba-laba, menyebar cepat. Lalu terdengar ledakan 'dum!'—lapisan es yang membeku di permukaan tubuh kami meledak seketika. Kabut dingin membubung, tubuh kami langsung bisa bergerak. Kurasakan darah mengalir deras dalam tubuh, seolah hidup kembali dari kematian singkat.
Qiqi meremas sebuah jurus mantra, dari lengan bajunya berputar keluar lebih banyak es, lapisan es tebal yang pekat membungkus Wu Silin di dalamnya, berubah menjadi patung es super tebal yang sangat keras. Melalui lapisan es kami masih bisa melihat Wu Silin yang terperangkap di dalamnya, jubah panjang menyelimuti wajahnya sehingga tak terlihat rupanya. Di lekuk bahu kanannya tertancap sebuah Pedang Terbang Alam Baka, pedang itu menembus bahunya, ujung pedang menyusup ke dalam tembok, memakukan tubuhnya di dinding.
"GameOver! Permainan Berakhir!" Di pupil Qiqi melintas bayangan kedinginan, lalu ia mengangkat tangan kanan dan menjentikkan jarinya dengan lembut.
