"Oke, tak perlu bicara panjang! Turunlah dulu beristirahat! Celah sempit bagai benang adalah wilayah kekuasaanku. Kalian sudah menyelesaikan misi, urusan selanjutnya serahkan padaku!"
Gagak melihat kami penuh LUKA dan kelelahan total, segera mengatur kami untuk turun beristirahat.
Saudara-saudara dari Tim Kedua mengambilkan air jernih dan makanan, kami buru-buru mengisi perut sedikit, setidaknya menambah stamina fisik.
Aku menyambar kendi air jernih, meneguknya hingga gubrak membuat jantungku membeku, baru bisa menarik napas lega.
Kuibaskan percikan darah di wajah, menoleh ke samping.
Pan Weilin terbaring di tanah. Matanya terpejam setengah, darah segar dengan cepat membasahi tanah di bawahnya.
Lukanya mengerikan, duri-duri itu hampir mengoyak setiap inci kulitnya. Banyak pembuluh darah dan meridian yang tertembus, darah mengalir deras. Bertahan bertarung sepanjang malam dalam kondisi seperti ini, bahkan berhasil kembali ke celah sempit bagai benang, keberanian Pan Weilin benar-benar menggugah hati.
Demi cinta, bisa sebegitu nekatnya, sungguh mengharukan.
Luo Peilin nyaris berlutut di samping Pan Weilin, terus-menerus mengusap air mata. Tanpa sepatah kata, wajahnya membuat hati orang lain ikut kesakitan.
"Bagaimana kondisinya?" tanyaku pada Gu Meidi.
Gu Meidi menggeleng: "Parah! Sementara kututup beberapa pembuluh darah utamanya untuk hentikan perdarahan! Tapi lukanya terlalu banyak dan rapat, mungkin butuh keahlian pengobatan level Xiaxia untuk menyembuhkannya!"
"Sayangnya Xiaxia saat ini tidak ada di Gunung Huashan!" ucapku dengan penuh penyesalan.
"Meng Tian!" panggilku.
"Bawahan ini hadir!" Meng Tian dengan pedang Zhanmadao di punggung, aura kuasanya menyala-nyala.
"Kutugaskan misi! Cepat antarkan saudara ini kembali ke markas lama!" telunjukku menunjuk Pan Weilin yang terbaring.
“Tuan, tidak ikut pergi?” tanya Meng Tian.
“Situasi pertempuran belum stabil. Saya tak bisa pergi! Kami akan tetap di sini, mungkin bisa membantu sedikit!” kataku.
Gu Meidi dan Xiao Guoguo mengangguk serentak. Pikiran mereka sama denganku.
Meski kekuatan spiritual kami bertiga sudah melelahkan, itu bisa pulih perlahan. Bahkan jika belum pulih sepenuhnya dalam sementara waktu, setidaknya kami bisa membantu dengan tetap di sini.
“Baik! Bawahan ini menjalankan perintah!” Meng Tian berjalan mendekat, tangan kanannya mengangkat Zhanmadao, lengan kiri langsung menyeret Pan Weilin dan menggotongnya di bahu, lalu melangkah dengan tegas.
“Pergilah! Meng Tian akan melindungimu kembali ke markas lama!” kataku pada Luo Peilin.
Luo Peilin menancapkan pedang Zhuiying yang patah ke tanah, lalu berjuang bangkit dengan gemetar.
“Masih bisa berjalan?” tanya Xiao Guoguo.
Luo Peilin mengangguk, memberi hormat dengan kepalan: “Terima kasih, Kapten! Aku pergi dulu, kalian jaga diri baik-baik!”
“Jaga diri!” Gu Meidi juga memberi hormat dengan kepalan.
Luo Peilin mengangguk, berbalik dan cepat-cepat mengikuti.
“Kalian tidak pergi?” Gagak yang sedang menyusun rencana pertempuran di depan datang menghampiri setelah selesai.
“Pemandangan di sini sangat indah, kami tak tega pergi!” kata Xiao Guoguo.
“Pemandangan indah?!” Gagak tertegun, lalu tertawa getir: “Di sini ada pemandangan apa?”
Kami melihat sekeliling. Selain tebing gunung menjulang ke awan, sepertinya memang tak ada pemandangan yang bisa dinikmati. Alasan yang dibuat-buat Xiao Guoguo terlalu buruk.
Xiao Guoguo jelas juga menyadari hal ini, pipi memerah: "Di sini sejuk, cocok untuk menghindari panas!"
Gagak berkata: "Angin di puncak Huashan lebih kencang!"
Xiao Guoguo membuka mulutnya, menatapku dengan mata penuh harap meminta bantuan.
Aku menggeliatkan badan sambil menguap: "Tempat ini sepi, mau tidur dulu memulihkan tenaga sebelum pergi!"
"Benar! Tidur! Tidur! Jangan berisik, aku mulai mendengkur ya! Dengkuran...dengkuran..." Xiao Guoguo benar-benar langsung tertidur, bahkan sengaja mengeluarkan suara dengkuran palsu yang aktingnya payah.
Gagak tersenyum tipis. Seorang yang pintar, dia tentu tahu kami sedang mengada-ada.
Gagak berkata: "Xiao Gu, aku mengerti niat baik kalian yang ingin menolong. Tapi lihat kondisi kalian bertiga sekarang, stamina fisik sudah di ujung tanduk. Aku benar-benar ingin kalian membantu, tapi kalian pun tak bisa berbuat banyak, kan? Ini perang kejam, bukan kompetisi yang perlu dipaksakan!"
Aku menyelipkan tangan ke saku celana: "Kami tidak membantu! Cuma mau istirahatkan kaki! Coba kau bertarung terus 8-9 jam, pasti betismu copot! Sebenarnya, aku cuma ingin menyaksikan bagaimana musuh-musuh tolol itu dibantai oleh Gagak hebat kita. Biarkan kami menonton pertunjukan ini, oke?!"
Gagak justru santai, tersenyum: "Oke!"
“Eh!” Xiao Guoguo memanggil Gagak: “Ada kuaci?”
“Kuaci?!” Gagak terdiam sejenak, menggelengkan kepala.
“Kalau berondong jagung?” Xiao Guoguo melanjutkan pertanyaannya.
“Apa? Berondong jagung?” Gagak masih menggeleng.
“Soda pasti ada dong?” Xiao Guoguo mulai kesal.
“Soda tidak ada! Tapi air gunung melimpah! Alami, lebih murni dari Nongfu Spring! Mau? Aku ambilkan kendi!” kata Gagak.
“Bangsat! Kok di sini semuanya nggak ada! Sikap pelayanan payah, rating satu bintang!” Xiao Guoguo bergumam sambil mencibir.
“Eh! Buat apa kau minta kuaci sama berondong jagung?” Aku bertanya bingung pada Xiao Guoguo.
Xiao Guoguo mengangkat alisnya, berlagak serius: “Nonton film laga 3D spektakuler begini, nggak ngemil kuaci atau makan berondong jagung?”
“……” Aku dan Gu Meidi serentak hening, keringat sebesar kacang mengalir di belakang kepala.
“Oh ternyata mau ngemil! Aku punya kacang polong liar, mau?” Seorang pria gemuk tersenyum ramah pada Xiao Guoguo, ekspresinya mirip om-om mesum.
Pria gemuk itu sekitar 40-an, agak pendek, yang paling mencolok adalah perutnya yang bulat seperti menggendong semangka besar. Kepalanya botak berkilat, mengenakan topi lancip konyol. Bajunya berupa mantel kuda abu-abu yang panjangnya menutupi pantat, hanya menyisakan kaki pendek yang terlihat lucu.
“Si Gemuk mengulurkan tangan kanannya ke depan Xiao Guoguo, membuka telapak tangan yang dipenuhi segenggam kacang hijau kebiruan, memancarkan aroma hio yang samar.”
Xiao Guoguo menggapai dengan dua jarinya, menjepit sebutir kacang ercis dan memasukkannya ke mulut. Setelah mengunyah krauk-krauk dua kali, alisnya berkerut sambil terus melambaikan tangan, “Hmm! Tidak enak! Tidak enak! Agak sepat!”
“Haha! Anak kecil, kau belum paham, inilah nikmatnya aroma alami kacang!” Si Gemuk tertawa lebar, melemparkan segenggam kacang ke mulutnya. Kreek-kreek, suara kunyahan penuh kenikmatan terdengar, dagu bergelambirnya bergetar-getar, memberi kesan menggemaskan.
Si Gemuk berbalik pergi, baju tradisionalnya berkibar-kibar, mengesankan sosok paman aneh.
Xiao Guoguo berbisik pelan, “Bentuk tubuh paman gemuk itu benar-benar bergelombang bak ombak!”
Di dahiku langsung muncul tiga garis hitam: “Aduh! Jangan sembarangan pakai pepatah! Harusnya kau bilang 'gemulai', mana ada 'bergelombang bak ombak'! Itu kan untuk menggambarkan...” Saat mengucapkan ini, tanpa sadar mataku melirik dada Gu Meidi.
Si pengecut Xiao Guoguo ini malah menunjukku sambil berteriak seperti menangkap maling, “Tuan, dia mengintip dadamu!”
Pipi Gu Meidi memerah, *plak!* telapak tangannya mendarat di kepalaku.
Aku memegangi kepala yang sakit sambil memandangi Xiao Guoguo dengan kesal, gigi-gertakku berderik: "Kau si pengecut kecil, suatu hari nanti akan kukuliti kulitmu! Lalu... kubuatkan celana dalam dari bulu rubah! Wahahaha——"
"Menyimpang!" Xiao Guoguo melirikku dengan tatapan putih.
Gagak menunjuk Si Gemuk: "Dia Liu Xilin, satu-satunya anggota gemuk di Enam Pintu Gerbang, sekaligus penghibur kelompok kami. Orangnya baik! Meski bentuknya mirip panda, kemampuan membunuhnya tak kalah garang!"
"Laporan!" Suara pria muda bergema dari kejauhan.
Saat gema suaranya masih menggantung di udara sejauh ratus meter, bayangan orang sudah berkelebat di jalan setapak. Saat gema "laporan" mereda, pria itu telah berdiri di hadapan Gagak.
"Laporkan!" Gagak bersikap dingin, menunjukkan aura pemimpin sejati.
"Pasukan musuh telah menyusun kekuatan baru dan akan segera menyerbu Celah Sempat Bagai Benang!" kata pria muda itu.
"Tepat waktu!" Kilatan cerdik berkerlap di mata Gagak: "Sudah lama kutunggu mereka!"
Gagak memerintahkan pada pria muda: "Siapkan Formasi Batu Raksasa, layani mereka dengan baik! Kubuat mereka takkan kembali, tak satu pun boleh lolos hidup-hidup dari celah itu!"
"Oke!"
"Berwibawa!"
"Aku mendukungmu!"
Aku, Gu Meidi, dan Xiao Guoguo duduk berjajar sambil memukul-mukulkan telapak tangan.
Gagak menyiulkan peluit tajam, pasukan Tim Kedua segera berkumpul.
Gagak membawa di punggung satu lengan, dengan wajah dingin berkata: "Sahabat-sahabat, sudah menunggu sehari semalam, musuh tetaplah datang! Darah panas kami sudah dinginkah?"
"Tak!" Anggota tim serentak menjawab.
"Bagus kalau tak! Kalian juga sudah tahu, misi tim pertama diselesaikan dengan begitu terunggul, mereka mengalahkan yang lebih banyak dengan pasukan sedikit, hampir menghancur lebur pasukan perintis musuh. Jika tim pertama sudah berani mati, bagaimana harusnya tim kedua kita lakukan?"
"Sama berani mati!" Anggota tim menjawab.
"Salah! Harus lebih berani mati!" Gagak mengangkat lengan kanan tinggi-tinggi: "Kita harus lebih baik dari tim pertama!"
"Kita harus lebih baik dari tim pertama!" Anggota tim juga berseru sambil mengangkat tangan.
Angin yin berhembus, Gagak menatap tinggi celah di langit, diam-diam berkata: "Kepala Komandan tenang, aku pasti akan berjaga mati-matian di celah sempit bagai benang ini!"
Kwaaak—kwaaak—kwaaak—
Xiao Mo berputar-putar di atas kepala Gagak, berkicau nyaring seolah memberi semangat pada anggota tim.
Ukuran tubuh Gagak sebenarnya agak kurus, tapi saat ini, siluetnya tiba-tiba terlihat sangat besar.
Aura penguasaan tak kasat mata menyebar dari titik pusat Gagak bagai ombak yang bergolak.
Terdiam sejenak, hanya terdengar suara langkah kaki padat dan teriakan berisik "bunuh!" dari celah sempit.
Mata Gagak berkilat dingin, hanya berkata satu kata: "Bunuh!"
"Bunuh!" Anggota tim kedua berseru serempak, sepuluh tangan terangkat tinggi menyentuh udara, lalu sepuluh bayangan orang berpisah secara terpisah.
Angin berhembus, mendinginkan kaos oblong kami. Kami menatap tegang jalan gunung celah sempit bagai benang ini, pertumpahan darah yang lebih sengit akan segera dimulai.
