Hah!
Zhu Yingqi hampir tak percaya, kakinya limbung hingga terjungkal di anak tangga.
Ia menahan sakit yang luar biasa di lututnya, bangkit terburu-buru.
Saat mengangkat kepala, dilihatnya sopir berwajah pucat mengerikan itu sedang tersenyum tanpa suara padanya.
Mulut sopir itu meregang lebar, senyuman aneh yang membuat bulu kuduk berdiri. Ia tersenyum, tapi tak ada suara keluar.
Senyuman itu membuat dingin merasuk hingga ke tulang sumsum.
Seluruh tubuh Zhu Yingqi gemetar, bahkan berdiri pun tak mampu. Betisnya terasa seperti kram, seolah-olah hampir kehilangan sensasi.
Pada saat ini. Hal yang lebih mengerikan terjadi.
Lapisan tepung di wajah sopir bus tiba-tiba berjatuhan deras ke bawah, semakin banyak yang rontok. Gumpalan-gumpalan besar. Di bawah kulit wajah pucat itu terlihat benjolan kecil yang bergerak-gerak, seolah ada sesuatu yang mulai gelisah.
Dengan suara 'blup-blup', daging di wajah sopir mulai membusuk cepat. Benjolan kecil pecah, belatung putih keluar dari daging busuk itu, menggeliatkan tubuh semi-transparan mereka yang gemuk di wajah sopir.
Kemudian, kulit dan daging wajah sopir juga mulai berjatuhan dalam potongan besar, seperti daging cincang yang keluar dari mesin penggiling, berdebar-debar jatuh di setir, lengket, mengalir ke mana-mana.
Kulit wajah sopir itu terkelupas seperti gulungan yang terbuka, memperlihatkan tulang wajah putih mengerikan di dalamnya.
Gulung-gulung!
Sebuah biji mata berguling keluar dari kelopak mata, menggelinding ke kaki Zhu Yingqi.
"Waahh--"
Mulut Zhu Yingqi terbuka. Semua makanan yang dimakannya di pesawat dimuntahkan keluar.
Zhu Yingqi panik melompat, 'plak' tanpa sengaja menginjak biji mata itu hingga hancur lebur, lendir menjijikkan mengotori sol sepatunya.
Saat itu musim panas lagi, Zhu Yingqi mengenakan sandal jepit, lendir itu menyembur ke jari kakinya. Sensasi itu terasa aneh dan menjijikkan.
Sopir masih terus tersenyum lebar dengan belatung putih yang terus masuk-keluar dari mulutnya, mengeluarkan suara gesek-gesek seperti masuk ke dalam daging.
Coba bayangkan gambaran saat itu:
Sebuah bus besar yang kosong melintas di jalan sepi di tengah malam, di dalamnya duduk sopir mayat yang wajahnya sedang membusuk...
Zhu Yingqi nyaris gila ketakutan, tak menyangka baru tiba di Thailand langsung bertemu hantu.
Harus diakui Zhu Yingqi cukup berani. Seandainya orang lain, mungkin sudah pingsan ketakutan.
Zhu Yingqi menutup mulutnya, menahan dorongan untuk muntah, terhuyung-huyung lari ke bagian belakang gerbong.
Dum! Dum! Dum!
Zhu Yingqi memukul-mukul pintu belakang sekuat tenaga, tapi pintu itu sama sekali tidak bergerak.
Dalam cahaya redup, seluruh gerbong terlihat seperti peti mati hitam legam.
Dari sudut matanya, Zhu Yingqi melihat palu pemadam kebakaran tergantung di pintu - alat yang digunakan saat keadaan darurat.
Dengan cepat ia meraih palu itu, menggigit giginya, lalu menghantamkan sekuat tenaga ke jendela gerbong.
Braak! Braak! Braak!
Bunyi palu yang menghantam terdengar sangat nyaring.
Ketakutan bagai tangan tak kasat mata yang membisu mencekik leher Zhu Yingqi. Zhu Yingqi merasa napasnya hampir tercekat. Dorongan bertahan hidupnya masih cukup kuat, dengan sisa tenaga terakhir, ia menghantam remuk jendela gerbong kereta.
Tanpa pikir panjang, Zhu Yingqi menjerit-jerit lalu melompat keluar melalui jendela yang pecah.
Tubuhnya menghantam jalan raya. Kedua betisnya langsung mati rasa. Terbawa momentum, ia berguling-guling beberapa kali sebelum pingsan tak sadarkan diri di aspal.
Saat sadar, Zhu Yingqi sudah terbaring di rumah sakit Bangkok. Dokter memberitahunya bahwa seorang sopir taksi baik hati yang mengantarnya. Ia tertidur pulas selama tiga hari tiga malam. Kedua kakinya dipasang gips karena patah tulang remuk pada tulang kering. Kepalanya juga dibalut perban akibat benturan keras dengan tanah yang menyebabkan gegar otak, sehingga harus dirawat cukup lama.
Selama masa pemulihan, Zhu Yingqi sama sekali tak menceritakan kejadian yang dialaminya. Ia takut dianggap gangguan mental oleh orang lain. "Bagaimana jika mereka mengurungku di rumah sakit jiwa? Sungguh, langit tak mendengar bumi pun tak peduli!"
Untuk mengisi waktu, Zhu Yingqi hanya bisa membaca koran dan majalah bekas.
Suatu hari, ia menemukan koran usang terbitan dua bulan lalu yang memuat sebuah berita.
Sebuah bus bandara mengalami kecelakaan saat melintas di tengah malam, ban pecah menyebabkan gerbong tak terkendali dan terjungkal dari jembatan tinggi. Tak ada penumpang di dalamnya, hanya seorang sopir yang tewas.
Di sebelah berita itu terpampang foto sopir bus tersebut, kondisi kematiannya mengerikan, seluruh wajahnya tercabik pecahan kaca.
Zhu Yingqi teringat wajah membusuk sopir bus itu, menjerit kencang lalu melemparkan koran.
Sebelum lukanya sembuh total, dalam kondisi trauma parah Zhu Yingqi memaksa keluar dari rumah sakit lalu kabur dari Thailand.
Dua bulan sebelumnya bus itu mengalami kecelakaan fatal yang menewaskan sopirnya, tapi dua bulan kemudian Zhu Yingqi justru naik bus hantu itu, lengkap dengan sopir yang sudah meninggal.
Peristiwa aneh dan mengerikan seperti ini, siapapun yang mengalaminya pasti akan gila!
Cerita sampai di sini, Kak Yingjun tiba-tiba berkata dengan suara menyeramkan: "Ingat, jangan pernah naik bus di tengah malam. Bisa jadi, bus yang kau tumpangi adalah bus menuju neraka!"
Sisa cahaya matahari terbenam menyinari bak truk, tapi aku merasakan hawa dingin yang menusuk tulang.
Thailand memang negara yang kaya akan cerita supranatural, kejadian seperti ini terasa lumrah.
Xiao Guoguo bertanya pada Kak Yingjun: "Bagaimana kau bisa tahu detail kejadian itu?"
Si Tampan dengan bangga mengusap kepala yang mulai botak: "Sebenarnya aku nggak mau pamer, tapi kalian terus nanya. Hanya bisa kasih tahu, sebenernya akulah sopir taksi yang mengantar Zhu Yingqi ke rumah sakit!"
Xiao Guoguo memuji: "Nggak nyangka kamu ternyata cukup bajik!"
Si Tampan menepuk-nepuk dadanya: "Pasti dong! Kata pepatah kuno, nyelamatin nyawa orang lebih mulia daripada bangun tujuh tingkat pagoda suci!"
Sebagai kota terbesar kedua di Asia Tenggara, Bangkok memang luas dan ramai, lalu lintasnya pun macet luar biasa.
Untung ada Si Tampan yang mulut cerewet ini sepanjang jalan, bercerita berbagai kisah unik dan lucu, jadi kami nggak merasa bosan.
Sampai di Hotel Lotus Megah, sebagai ucapan terima kasih atas keramahannya, selain bayar ongkos taksi aku juga pura-pura jadi orang kaya, kasih tip ekstra ke Si Tampan.
Si Tampan terus-terusan mengucapkan terima kasih sambil kasih kartu nama: "Siap datang kapan saja, layanan 24 jam. Butuh apa-apa langsung telepon aja!"
Kami berpamitan dengannya lalu check-in di resepsionis.
Karena banyak turis Tionghoa yang liburan ke Thailand, banyak orang Thai bisa sedikit-sedikit bahasa Mandarin, apalagi pelayan hotel besar kayak gini, Mandarinnya lancar banget.
Kami menunjukkan identitas. Pelayan dengan senyum ramah menyambut: "Selamat datang di hotel kami!"
"Harus diakui, gadis Thailand memang sangat cantik. Mereka memiliki fitur wajah Asia yang sempurna, tapi dipadukan dengan lekuk mata dalam dan hidung mancung ala Kaukasoid. Postur tubuh mereka tegap dengan aura eksotis yang sangat memikat. Saat mengenakan seragam kerja V-neck rendah yang memperlihatkan belahan dada putih membulat, sungguh membuat orang terpana."
Dua "balon" bulat itu bagai magnet yang menarik pandanganku tak terkendali. Aku menjilat bibir keringku, menelan liur yang menggenang.
"Tipe kamar apa yang Tuan dan Nyonya inginkan?" tanya pramuniaga.
"Yang paling mewah! Paling wah!" jawab Xiao Guoguo dengan senyum manis, bersikap layaknya wanita jetset.
Pramuniaga itu merekomendasikan dengan ramah: "Bagaimana dengan suite pemandangan? Ada balkon pribadi untuk menikmati panorama malam Bangkok, sangat cocok untuk pasangan bulan madu!"
"Bagaimana kalau kamar twin bed?" pipiku memerah mengusulkan.
Pramuniaga terhenti sebentar, berbisik pada Xiao Guoguo: "Apakah pasangan baru ini sedang bertengkar? Kenapa minta tempat tidur terpisah?"
"Kami..." aku hendak menjelaskan, tapi Xiao Guoguo menyela dengan senyum getir: "Tidak ada pertengkaran! Hehe, sama sekali tidak!" Ia melirikku tajam: "Pergi sana!"
Pramuniaga memberi jempol pada Xiao Guoguo: "Wanita Tiongkok memang berwibawa!"
Masuk ke hotel, kami kembali ke kamar untuk meletakkan barang bawaan sederhana, lalu menelepon Lao Yang. Setelah memastikan nomor kamar, aku mengantar Xiao Guoguo ke kamar Lao Yang untuk bertemu dengan tim kasus besar.
Di dalam kamar ada beberapa wajah yang dikenal, dan beberapa wajah asing.
Lao Yang, Lao Niao, dan Cao Yi sudah kukenal. Tim kasus besar memiliki dua penyidik baru. Lao Yang memperkenalkan: seorang anggota polisi berusia 30-an bernama Ling Xiaolei, dan anggota muda sekitar 20-an dengan nama unik Ji Haixin. Tim kasus besar telah kehilangan banyak personel dalam perjalanan ini, rupanya Lao Yang merekrut talenta baru.
Selain tim kasus besar, ada beberapa wajah asing - satu perempuan dan tiga laki-laki. Menurut Lao Yang, mereka adalah penyidik Bangkok. Operasi gabungan ini menargetkan Murong Feng melalui kerjasama kepolisian Tiongkok-Thailand.
Nama orang Thailand memang aneh. Tiga pria itu berambut pendek dengan kulit gelap, namanya tak kuingat. Tapi nama polwan Thailand itu sangat kuingat: Thongchai. Thongchai sekitar 30 tahun, pemimpin pihak kepolisian Thailand. Tentu alasan aku ingat bukan hanya karena namanya yang unik, tapi juga wajahnya yang takkan kulupakan.
Thongchai benar-benar cantik luar biasa!
Warna kulit sedikit gelap, tetapi hitamnya tepat, dibandingkan wanita berkulit pucat, memiliki makna tersirat yang unik. Fitur wajahnya sangat tiga dimensi, pelengkung hidung yang tinggi, bola mata yang dalam dengan sedikit semburat biru pucat, seolah mampu dengan mudah menyedot roh manusia. Di kedua telinganya menggantung anting besar favorit wanita Thailand, sebesar mulut cangkir, berkilauan seperti perak, semakin menambah pesona.
Pandanganku menyapu dari ubun-ubun Tu Xiaohua hingga pergelangan kaki. Ku temukan selain kontur wajahnya yang sempurna, postur tubuhnya juga luar biasa. Bagian yang harus tegap memang tegap, yang harus melengkung memang melengkung. Seragam polisi hitam ketat itu membelenggu bentuk tubuhnya yang berisi, penuh dengan godaan seragam yang mematikan.
Yang terindah adalah kedua betis Tu Xiaohua, ramping dan lurus dengan sedikit otot. Seluruh tubuhnya memancarkan keindahan dinamis seorang wanita. Tinggi badannya mencapai lebih dari 175 cm, ditambah sepatu polisi, tak berbeda dengan model catwalk.
