Gubrak! Gubrak!
Tenggorokan Murong Feng bergetar tak henti, ia menghabiskan sebotol bir utuh dalam sekali teguk.
Dia meletakkan botol kosong itu dan menatapku: "Kau tahu polisi Tiongkok-Thailand sedang memburuku? Sudah melihat rekaman CCTV toko pakaian? Kau sudah bertemu dengan Lao Yang dan kawan-kawannya?"
Aku mengangguk. Tidak kusembunyikan, Murong Feng adalah elit di bidang ini. Berbohong padanya sia-sia belaka, hanya akan membuatnya meragukan integritasku.
"Malam ini kalian sudah memasang perangkap untuk menangkapku, ya? Di mana Lao Yang? Kuyakin dia ada di sekitar sini?" Tiba-tiba muncul nuansa kesepian dalam tatapan Murong Feng yang membuat siapa pun yang melihatnya merasa sesak di dada.
“Tenanglah!” Aku mengeluarkan headset nirkabel dari telinga dan meletakkannya perlahan di depan Murong Feng: "Headset nirkabel ini sudah kuputus hubungan dengan mereka! Mereka tak tahu dimana aku, juga tak tahu dimana kau. Sekarang hanya ada kita berdua di sini. Aku hanya ingin berteman sejati denganmu. Minum arak dan mengobrol santai!"
Tiba-tiba Murong Feng tersenyum, senyum pengap yang tertahan. Bahunya mulai bergetar semakin hebat. Akhirnya ia tertawa terbahak-bahak, membuatku kebingungan.
Kutanya Murong Feng: "Apa yang lucu?"
"Kebahagiaan! Kebahagiaan yang murni!" Murong Feng mengangkat botol minumannya: "Sungguh, dari lubuk hati paling dalam aku bahagia, setidaknya aku Murong Feng tidak salah memilihmu sebagai sahabat! Ayo, habiskan botol ini!"
Aku mengangguk, menyentuhkan botolku dengan milik Murong Feng. Dengan menenggak leher, sebotol penuh bir langsung kuminum habis.
Murong Feng kembali menyalakan sebatang rokok. Dalam asap rokok yang menggumpal, ia mulai berbicara: "Tahu mengapa kupanggil kau ke Thailand untuk membantuku?"
Aku tertegun sejenak, lalu terkekeh: "Pertanyaan bodoh! Kalau aku tahu, buat apa kutanya?"
"Memang pertanyaan bodoh!" Murong Feng tersenyum sinis pada dirinya sendiri: "Karena aku percaya padamu! Dan sudah kusaksikan kemampuanmu, hanya kau yang sanggup menyelesaikan masalah ini!"
"Selama masih dalam batas kemampuanku, silakan katakan!" Kulempar sebutir kacang tanah ke mulut, menggigitnya hingga berbunyi kriuk.
“Ini bukan kasus pembunuhan biasa!” kata Murong Feng.
“Hmm?” Aku mengangkat alis, ucapan Murong Feng seakan menyentuh inti persoalan.
“Ini pembunuhan oleh roh! Semua ini adalah perbuatan roh! Kau percaya? Kau percaya dengan apa yang kukatakan?” Emosi Murong Feng tiba-tiba menjadi heboh. Ia bernapas terengah-engah, buru-buru mengangkat bir dan menenggaknya. Matanya memerah, terlihat persis seperti hantu jahat.
Seandainya orang lain, pasti menganggap Murong Feng sudah gila. Tapi karena aku terbiasa berurusan dengan berbagai benda jahat, justru semakin kupercaya ucapannya. Aku mengangguk cepat: “Aku percaya! Aku sepenuhnya percaya! Tapi, maksudmu semua ini pembunuhan oleh roh? Maksudmu, bukan orangmu yang membunuh, tapi rohmu yang membunuh?”
“Benar!” Murong Feng mengangguk kuat: “Makanya hanya kau yang kupercaya. Begitu kukatakan, kau langsung paham! Kalau kusampaikan ke orang lain, pasti mengiraku orang gila!”
“Penjelasanmu terlalu sepihak. Aku juga masih bingung, bisakah kau jelaskan lebih detail?” tanyaku hati-hati, merasa ucapan Murong Feng mulai tidak jelas karena emosinya.
Murong Feng menarik napas dalam, menggosok pelipisnya kuat-kuat: “Baiklah! Singkatnya. Aku ingin memberitahumu bahwa rohku dikendalikan orang lain, dan mereka menggunakan rohku untuk membunuh. Sekarang kau mengerti?”
“A?! Roh dikendalikan?!” Aku tersentak kaget, aku sudah menebak-nebak banyak kemungkinan, tapi benar-benar tak menyangka kemungkinan ini.
“Dikendalikan oleh siapa?!” Aku merendahkan suara bertanya.
Murong Feng meneguk arak sebotol penuh dengan suara gubrak-gubrak, menaruh botolnya dengan kasar. Kedua matanya tiba-tiba menyala seperti kobaran api, pipinya berkedut-kedut. Setelah lama, dari sela giginya meluncur dua kata: "A... Bei..."
“A Bei?!” Aku terpaku menatap Murong Feng, di benakku berusaha keras mencari-cari nama A Bei ini, tapi kesannya sangat buram. Dipikirkan lama pun tak ingat siapa A Bei.
Murong Feng berkata: “Tukang santet Thailand yang selalu mengikuti Ye Sheng dulu, A Bei yang menyantet kalian dengan Gu Terbang!”
Begitu Murong Feng mengatakannya, di benakku langsung menyambar kilat, seketika teringat siapa A Bei itu.
Jantungku berdeg kencang: “Tidak mungkin? Kau bilang rohmu dikendalikan A Bei?”
“Benar!” Murong Feng menggigit gigi hingga berbunyi 'krek-krek', kedua tangan mengepal tinju. Urat di punggung tangannya menegang semua, terlihat jelas kemarahan dalam hatinya.
Hal yang diceritakan Murong Feng terlalu mustahil. Aku menatapnya dengan kebingungan: “Maksudmu, A Bei mengendalikan rohmu, lalu menggunakan rohmu untuk membunuh? Artinya rohmu cuma senjata, dalang di balik layarnya adalah A Bei!”
Murong Feng tersenyum getir: “Sepenuhnya benar!”
Aku diam-diam menyalakan sebatang rokok, hal ini terlalu aneh, aku perlu mencernanya baik-baik.
Aku menatap Murong Feng di hadapanku, inilah Murong Feng yang kukenal.
Aku teringat rekaman CCTV yang menampilkan Murong Feng, sosok itu tanpa ekspresi, membuat orang merasakan energi Yin yang pekat.
Hal ini memang melampaui imajinasi orang biasa, kalau orang lain tahu, pasti akan mengirim Murong Feng ke rumah sakit jiwa. Akhirnya aku mengerti mengapa Murong Feng menentukanku untuk menyelamatkannya, dan mengapa dia begitu tertekan. Tampaknya masalah supranatural seperti ini, selain aku, benar-benar tak ada yang bisa membantunya menyelesaikan.
"Mengapa rohmu ada di tangan A Bei?" tanyaku pada Murong Feng.
Murong Feng tersenyum getir: "Ini kesalahanku sendiri, dulu aku membuat transaksi dengan iblis!"
"Transaksi? Konsekuensinya adalah rohmu?!" Aku terkejut memandangnya.
Murong Feng mengangguk dengan wajah serius: "Waktu itu aku terpaksa, ini pilihan tanpa alternatif!"
"Kamu bodoh banget! Bagaimana bisa mengorbankan roh untuk transaksi dengan tukang santet? Hal apa yang membuatmu rela mengorbankan roh sendiri?" Aku bingung memandangnya, sungguh kupikir orang ini sudah gila, hanya orang bermasalah mental yang mau menyetujui transaksi seperti ini.
Bibir Murong Feng bergetar, mengucapkan kalimat yang membuatku tercengang: "Sebenarnya dulu aku menipumu, penawar Gu Terbang itu bukan aku yang mencuri, melainkan hasil transaksi dengan A Bei..."
"Apa?!" Aku terkejut membuka mulut lebar-lebar, jantungku berdegup kencang: "Kau menukar rohmu sendiri dengan A Bei untuk mendapatkan penawar Gu Terbang?!"
Murong Feng mengangguk, menghela napas panjang.
"Kau gila?! Mengapa kau melakukan ini? Kenapa?" Dulu kalau bukan karena Murong Feng memberi kami penawar Gu Terbang, entah apakah kami masih bisa hidup sampai sekarang. Kini Murong Feng malah memberitahu bahwa penawar itu ditukarnya dengan rohnya, hatiku dipenuhi perasaan campur aduk, tiba-tiba kami merasa berhutang karma yang sangat besar padanya.
Murong Feng berkata: "Xiao Gu, jangan terlalu dipikir. Sebenarnya dulu aku juga memanfaatkan kalian! Aku tahu dengan kekuatanku sendiri tak mungkin menghentikan Ye Sheng yang sudah gila, jadi aku mencari kalian. Aku menyelamatkan nyawa kalian dengan rohku bukan untuk menolong, tapi agar kalian mau membantuku!"
"Tidak! Ini bukan egois! Kau juga tidak memanfaatkan kami! Kau pahlawan, rela berkorban untuk negara!" Mataku berbinar menatap Murong Feng, tiba-tiba kukagumi pria letih di depan mata ini.
Murong Feng juga seorang pahlawan!
Untuk menghentikan Ye Sheng yang histeris, Murong Feng bahkan rela mengorbankan rohnya sendiri demi bantuan kami, guna menggagalkan konspirasi Ye Sheng. Demi keselamatan negara, dia benar-benar sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Murong Feng menghembuskan lingkaran asap sambil berkata: "Aku mengikuti Ye Sheng selama bertahun-tahun. Jika dia berhasil mengambil harta karun Kota Air Hitam, aku tahu konsekuensinya. Mungkin negara takkan pernah damai lagi. Karena itu aku harus menghentikannya, sekalipun harus mengorbankan nyawaku sendiri!"
Aku mengangguk: "Hasilnya negara selamat, tapi kau yang jadi korban!"
Murong Feng tersenyum getir: "Asal rakyat sejahtera sudah cukup. Untuk nyawaku sendiri, tak kuhiraukan. Hanya saja rohku kini berada di tangan A Bei. Aku ingin menghentikan A Bei melanjutkan kejahatannya. Maukah kau membantuku?"
Dengan serius kuanggukkan kepala: "Aku pasti akan membantumu! Katakan dulu, mengapa A Bei mengincar rohmu?"
Murong Feng menjawab: "Awalnya aku mencoba mencuri penawar ilmu santet Terbang, tapi ketahuan A Bei. Melihat tekadku untuk mendapatkan penawar itu, dia menawarkan pertukaran: penawar dengan rohku. Katanya tubuh Yuan Yin-ku sangat cocok untuk bahan kultivasi!"
"Tubuh Yuan Yin? Kau pemilik tubuh Yuan Yin?" Aku terkejut. Pantas saja A Bei mengincar roh Murong Feng.
Murong Feng memandangku dengan bingung: "Ada apa? Apa itu tubuh Yuan Yin?"
"Kau lahir pada tanggal 29 Februari, bukan?" Tatapku menembus ke arah Murong Feng.
Murong Feng mengangguk: "Ulang tahunku sangat khusus. Di tahun biasa tidak ada tanggal 29 Februari, hanya tahun kabisat yang memilikinya. Jadi aku hanya merayakan ulang tahun setiap empat tahun sekali!"
Aku mengangguk: "Orang yang lahir pada jam Zi (23.00-01.00) tanggal 29 Februari tahun kabisat, tubuhnya penuh energi yin. Mereka disebut Tubuh Yuan Yin! Bagi praktisi ilmu hitam, rohmu adalah bahan sempurna untuk kultivasi ilmu gelap. Pantas saja A Bei mengajukan syarat itu!"
Wajah Murong Feng berubah pucat. Tinjunya menghantam meja: "Aku memang lahir di jam Zi! Dasar! Aku ditipu habis-habisan oleh A Bei sialan itu! Katanya cuma untuk kultivasi ilmu biasa, ternyata malah memakai rohku untuk praktik ilmu hitam yang membahayakan orang!"
Kukatakan: "Entah ilmu hitam apa yang sedang dikultivasi A Bei, sampai-sampai khusus menelan rahim wanita!"
Murong Feng menyesali: "Sepertini semua akibat dosaku! Karena keputusan salahku, secara tidak langsung telah membunuh banyak orang! Xiao Gu, ada ide? Bisakah kau membantuku mengambil kembali rohku?"
Tatapan Murong Feng penuh harap. Kujawab: "Rohmu dikendalikan A Bei. Asal kita temukan A Bei, pasti bisa dapatkan kembali rohmu! Tapi Thailand luas begini, sudahkah kau temukan A Bei?"
Murong Feng menggeleng: "Brengsek seperti A Bei yang praktik ilmu hitam, mana mungkin muncul sembarangan di jalan? Tapi meski belum menemukannya, aku punya satu petunjuk yang mungkin terkait dengannya!"
"Di sini," Murong Feng mengulurkan tangan ke dalam saku dan mengeluarkan sebuah foto, menyodorkannya di hadapanku.
