Dadar!
Dentuman senapan serbu menyobek keheningan malam, garis api membelah langit hitam pekat bagai tinta tumpah.
Suara seram mengikuti, "Jangan bergerak kalau tak ingin mati!"
Dentuman senapan yang menggila membuat darah di seluruh tubuh kami membeku. Anggota badan terasa dingin menusuk.
Dengan kaku aku memutar kepala. Dari balik semak gelap di belakang, muncul belasan siluet menyebar membentuk lingkaran, mengepung kami rapat-rapat.
Dalam cahaya api yang berkedip, kusapu pandangan sekilas: Tiga belas orang berseragam kamuflase tempur, membawa senapan serbu dan senjata berat lainnya. Yang paling aneh, semua wajah mereka tertutup topeng seragam. Di belakang leher masing-masing, terpampang tato elang perkasa mengembangkan sayap - mungkin lambang organisasi misterius yang mereka wakili.
Tiga belas moncong senjata hitam mengarah ke kami bagai ular berbisa yang menjulurkan lidah. Dingin merambat di tulang punggung, rasa tak nyaman ini sungguh tak tertahankan.
Sebagian besar dari kami masih terpaku. Tak ada yang menyangka kami akan dikepung secara tiba-tiba oleh pasukan bersenjata lengkap seperti ini.
"Di tempat berbahaya seperti bagian terdalam Hutan Wan Du, bagaimana mungkin kami malah bertemu sekelompok tentara? Apa latar belakang mereka? Untuk tujuan apa mereka datang ke Hutan Wan Du?"
Seorang tentara pemimpin melangkah keluar, tangan menangkup pinggang, mata yang tersembunyi di balik topeng memancarkan niat membunuh yang membeku. Pandangannya menyapu perlahan wajah kami. Tatapan pria itu sangat yin yang dingin, entah mengapa saat matanya menyentuh wajahku. Ku merasakan sensasi tajam bagai jarum yang tak kasat mata di kulit, membuatku sangat tak nyaman.
Intuisiku berkata, orang ini pasti sosok yang tangguh.
Kulihat kelompok ini beraura jahat, tak seperti prajurit resmi, lebih mirip tentara bayaran yang biasa menjilat darah di ujung pisau.
Tentara pemimpin itu cekikikan sinis dua kali, membentangkan lengannya: "Salam hangat sahabat-sahabat tercinta, selamat malam untuk semua!"
Lao Yang bertanya: "Kalian siapa? Kami tak saling kenal. Apa perlu mengarahkan senjata ke kami?"
Tentara pemimpin itu melirik Lao Yang, berkata dingin: "Kalian bisa masuk sampai ke jantung Hutan Wan Du. Pasti bukan orang biasa! Lebih baik jelaskan dulu tujuan kalian ke sini!"
Liang Qing menjawab: "Kami hanya sekumpulan teman pendaki biasa, janjian untuk petualangan di Hutan Wan Du, hanya itu!"
"Teman pendaki?!" Tentara pemimpin itu tersenyum, mengangkat tangan membuat entakan jari: "Geledah badan mereka, periksa apakah orang ini berbohong!"
Aku tetap diam, diam-diam merencanakan cara untuk membebaskan diri dari kesulitan ini. Aku juga sempat berpikir untuk memanfaatkan kesempatan melawan mereka, tapi risiko tindakan itu terlalu besar. Lawan memiliki senjata berat dan mengendalikan kami. Jika kami sembrono melawan, bisa memancing kemarahan mereka. Para brengsek ini bisa dengan mudah membunuh kami di sini, semudah membalikkan telapak tangan. Nanti mayat kami akan dibuang ke sungai mayat membusuk, dan kami pun akan menjadi bagian dari para mayat itu.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku memilih untuk sementara menyerah melawan. Sebelum mengetahui asal-usul lawan, lebih baik aku tidak gegabah menyerang. Agar tidak menambah korban di pihak kami.
Seorang prajurit mendekati Xiao Guoguo, menyuruhnya mengangkat tangan lalu menggeledahnya dari kepala hingga kaki.
Xiao Guoguo memaki: "Hei, tanganmu ngapain di situ? Jangan sembarangan meraba!"
Prajurit itu melirik tajam padanya: "Jangan banyak tingkah! Kalau masih ngoceh, kau akan kami gilir!"
Tatapanku mengkilatkan niat membunuh. Sosok berani ini berani menghina Xiao Guoguo-ku dengan sikap tak senonoh. Jika benar-benar berbuat mesum padanya, pasti akan kurenggut nyawa anjingnya!
Dari sikap kasar para prajurit ini jelas terlihat, para brengsek ini bukan tentara resmi. Kemungkinan besar mereka tentara bayaran, gerilyawan, atau gembong narkoba yang ganas bagaikan setan.
Dasar!
"Sial benar, belum juga menemukan markas Sekte Siam, malah ketemu sekumpulan teroris! Apa Dewata sengaja mengolok-olok kami!"
"Laporan Kapten, mereka membawa senjata!"
Seorang prajurit menyita pistol dari pinggang Lao Yang dan kawan-kawan.
Jantungku berdebar kencang. Gawat, identitas kami bakal terbongkar!
Beberapa senjata polisi berceceran di tanah. Komandan tentara itu melirik dingin ke senjata-senjata itu, tanpa sepatah kata langsung melayangkan tendangan dahsyat ke perut Liang Qing.
Liang Qing memuntahkan bekalan dan air yang baru ditelannya. Seluruh wajahnya mengerut menahan sakit, tangannya mencengkeram perut sambil perlahan bersujud. Tubuhnya gemetar hebat, tendangan itu benar-benar menghunjam.
"Apa pendaki gunung biasa bawa senjata sebanyak ini? Aku benci orang yang tak jujur!" geram komandan itu.
"Kapten, lihat ini!" Seorang prajurit lain maju dan menyerahkan selembar dokumen.
Komandan itu menyapu pandang dokumen itu, lalu lima jarinya mengerat hingga kertas itu remuk: "Hng! Dokumen polisi? Kalian polisi?!"
Belum habis ucapannya, bunyi Glekuk pelatuk senjata bergemuruh. Para prajurit serentak mengarahkan senapan serbu ke kami.
Kami membeku. Dasar sial, ini mengenaskan! Ketemu teroris yang benci polisi!
Prajurit pemimpin mengangkat telapak tangan kanannya, memberi isyarat pada anak buah untuk tidak terburu-buru menembak, lalu mendekati Tu Xiaohua.
Sang pemimpin mencabut Desert Eagle berwarna perak dari punggungnya, menarik pelatuk senjata dengan kasar, lalu menekan moncong senjata yang membeku ke dagu Tu Xiaohua: "Kau polisi?"
Menghadapi ancaman musuh, Tu Xiaohua menggigit giginya, membusungkan dada, dan berkata keras: "Memang kenapa?"
Di bawah ancaman senjata masih memiliki harga diri seperti ini, aku tak bisa tidak mengagumi wanita ini.
"Hehe! Berani sekali! Heroine di antara wanita!" Pemimpin itu menurunkan senjatanya, berkata dingin: "Kalau kau polisi, pasti tidak asing dengan kami kan?"
Tu Xiaohua mengernyitkan alis tanpa berkata-kata.
Sang pemimpin memutar badannya, menunjuk tato elang di leher belakangnya: "Logo ini kau tidak kenal?"
Ekspresi wajah Tu Xiaohua berubah seketika, menunjukkan keheranan: "Tiga Belas Elang Hitam?! Kalian Tiga Belas Elang Hitam?!"
"Hahaha!" Sang pemimpin tertawa puas, tawanya penuh kesombongan: "Sudah kuduga! Polisi pasti sangat familiar dengan kami Tiga Belas Elang Hitam!"
Tu Xiaohua menggigit bibirnya kuat-kuat: "Brengsek-brengsek ini, bagaimana mungkin muncul di sini?"
Sang pemimpin tersenyum: "Kudengar ada Kuil Mayat Bayi di sekitar sini, ada mayat bayi berlapis emas yang sangat berharga. Jadi kami datang melihat-lihat!"
Tu Xiaohua meludahkan air liur: "Kalian brengsek sudah melakukan begitu banyak kejahatan, mengapa Dewata belum juga menghukum kalian?"
Lao Yang menoleh dan bertanya pada Tu Xiaohua: "Xiaohua, apa sebenarnya asal-usul 13 Elang Hitam ini?"
Sang pemimpin terkikik-kikik lalu berkata pada Tu Xiaohua: "Ceritakan pada teman-temanmu kisah tentang kami!"
Tu Xiaohua mengerjapkan mata putihnya: "Singkatnya, 13 Elang Hitam adalah sekumpulan teroris yang menggunakan segala cara untuk uang! Anggotanya ada 13 orang dengan tato elang sebagai logo, makanya disebut 13 Elang Hitam. Mereka setara dengan organisasi tentara bayaran, tapi tidak hanya mengerjakan misi tempur. Selama ada uang, mereka bisa melakukan hal-hal biadab apapun!
Lima tahun lalu, saat pertama kali bertindak, mereka merampok toko emas terbesar di Bangkok. Menembak mati 11 sandera, membunuh dan melukai 23 polisi, mengguncang seluruh negeri. Pemerintah kemudian mengerahkan pasukan militer untuk memburu, tapi 13 Elang Hitam melarikan diri ke Segitiga Emas, sejak itu menghilang tanpa kabar.
Tiga tahun lalu, mereka muncul lagi dengan menembak mati bos narkoba besar di Segitiga Emas, membantai lebih dari 30 anak buahnya, merampas narkoba senilai lebih dari satu miliar dolar AS, lalu menyelundupkannya ke Amerika Utara.
Dua tahun lalu, sejumlah koleksi langka Museum Kerajaan Inggris dirampok dalam perjalanan pengiriman, diperkirakan kerugian mencapai satu miliar dolar AS. Interpol mengeluarkan pemberitahuan buron global.
Setelah itu, 13 Elang Hitam menghilang dari peredaran. Tak disangka mereka malah muncul di Hutan Racun!"
Setelah mendengar cerita Tu Xiaohua, punggung kami merinding dingin bergelombang.
Dasar, ini bukan tentara, juga bukan Tentara bayaran, ini jelas-jelas sekumpulan orang gila yang tak peduli nyawa!
Ya, orang gila!
Demi uang dan kepentingan mereka nekat mengambil risiko sebesar ini. Lihat kasus-kasus yang mereka lakukan, mana yang bukan kasus besar menggegerkan? Bahkan sampai mengganggu Interpol, ini benar-benar sekelompok bangsat yang mengikat otak di ikat pinggang! Cuma tiga belas orang, ternyata bisa mengaduk seluruh dunia sampai jungkir balik, dasar mengerikan!
Tapi ada kalimat sang kapten tentara tadi yang menarik perhatianku, katanya di sekitar sini ada Kuil Bayi Mayat.
Apakah kuil bayi mayat yang dia sebutkan ada hubungannya dengan Sekte Siam?
Mungkinkah ini markas Sekte Siam?
Kalau begitu, jangan-jangan si brengsek A Bei itu tidak menipu kami, kami sudah memasuki wilayah kekuasaan Sekte Siam?
Tiba-tiba terdengar suara: "Kapten, mau kami habisi orang-orang ini?"
Ekspresi wajah kami langsung berubah. Tali di hatiku menegang. Andaikan gerombolan bangsat ini benar-benar menyerang, kami harus bertarung habis-habisan meski nyawa taruhannya!
Tapi sang kapten tentara melambaikan tangan: "Biarkan mereka hidup sementara. Kudengar ada keanehan di Kuil Bayi Mayat, kebetulan bisa pakai mereka sebagai pengintai jalan!"
Setelah berkata demikian, si pemimpin tersenyum sinis. Tawanya mengandung racun yin yang mengerikan.
"Aku dalam hati sudah mengutuk leluhurnya ribuan kali, brengsek ini benar-benar tidak punya perasaan manusia! Dia berani menggunakan nyawa kami sebagai umpan, sungguh keji! Tapi setidaknya ini memberi kami secercah harapan. Kami hanya bisa hadapi langkah demi langkah, menunggu dengan sabar kesempatan untuk melarikan diri!"
"Kapten, waktunya sudah hampir tiba, kami berangkat ya!"
Para brengsek ini mengerumuni kami, menyita semua senjata di tubuh kami termasuk pisau militer Kukri yang tajamnya bisa mengiris besi. Semua senjata itu mereka lempar ke dalam perapian. Dengan senjata terhunus, mereka memaksa kami yang tak bersenjata masuk ke hutan belantara yang gelap.
