Waaah——
Mayat bayi itu kembali menangis, dan saat kami masih terdiam, tiba-tiba merangkak mendekat dengan kecepatan luar biasa.
Mayat bayi itu merangkak di tanah, gerakannya persis seperti kadal.
Kecepatannya sangat tinggi, dalam sekejap sudah menyergap di depan Tao Jiangwei.
Tao Jiangwei hampir tak percaya dengan matanya sendiri, panik mundur terburu-buru.
"Mayat bayi tiba-tiba melompat dari tanah, secepat kilat, membuka mulut penuh duri-duri, menerjang wajang Tao Jiangwei."
"Tao Jiangwei hanya bisa reflek mengangkat lengan kanannya menghadang di depan wajah."
"Auuu!"
"Mayat bayi itu menggigit lengan bawah Tao Jiangwei, duri-duri di mulutnya serentak menusuk kulit dan daging, menyusup ke dalam lengan Tao Jiangwei."
"Aaa! Aaa! Aaa!" Tao Jiangwei menjerit kesakitan bercampur kemarahan. Ia melompat-lompat sambil mengibas-ngibaskan bahu dengan sekuat tenaga, berusaha melepaskan mayat bayi dari lengannya.
"Tapi mayat bayi itu tetap menggigit erat lengan Tao Jiangwei, tak mau melepaskan."
"Wajah Tao Jiangwei sudah berubah warna menjadi seperti hati babi. Saat terjebak dalam situasi kritis, orang paling lemah pun bisa melakukan tindakan gila."
"Tao Jiangwei mengulurkan tangan kirinya, mencengkeram pecahan kaca yang menancap di kepala mayat bayi, lalu menariknya sekuat tenaga."
"Bruak!"
"Cairan darah berbau busuk menyembur. Kulit kepala mayat bayi terkoyak panjang, terlipat seperti kain lap yang menempel di dahinya, memperlihatkan tengkorak putih mengerikan di baliknya."
Darah beterbangan menyiprat ke wajah Tao Jiangwei. Terprovokasi oleh darah, pria itu seperti kesurupan. Sambil meraung-raung, ia mencabut pecahan kaca dari kepala mayat bayi itu lalu menikamkannya kembali dengan sekuat tenaga.
Bruk! Bruk! Bruk!
Tao Jiangwei memasuki status mengamuk. Sosok pemuda beraura seniman itu lenyap. Kini ia lebih mirip iblis pembunuh berantai. Seluruh wajah dan rambutnya basah oleh darah yang terus menetes dari ujung rambutnya.
Tao Jiangwei sendiri tidak tahu berapa kali dia menusuk. Mungkin dua tiga puluh kali. Tengkorak mayat bayi itu sudah penuh lubang berdarah. Cairan otak menyembur keluar bagai mesin. Tulang kepala bayi yang rapuh itu hancur seperti semangka pecah. Tengkorak retak. Segumpal cairan otak putih berkilauan jatuh berdekap di kakinya, mirip potongan tahu segar.
Mayat bayi itu sudah mati sempurna. Tapi duri-duri di mulutnya masih tertancap di lengan Tao Jiangwei, bergoyang-goyang tak mau lepas.
Tao Jiangwei mencengkeram erat kedua betis mayat bayi dengan tangan kirinya, tiba-tiba menggigit giginya hingga berbunyi, dari dasar tenggorokannya mengeluarkan raungan berat bagaikan binatang buas, dengan paksa merobek mayat itu dari lengannya.
"Aaa--!" Tao Jiangwei menjerit memilukan, sepotong besar kulit dan daging dari lengannya tercabik, memperlihatkan otot merah menyala-nyala di dalamnya, bahkan urat-uratnya masih terlihat jelas.
Plak!
Tao Jiangwei mengayunkan mayat bayi itu lalu menghantamkannya ke lantai sekuat tenaga.
Byur!
Mayat bayi itu pecah berkeping-keping, tubuh mungilnya meledak hingga organ-organ dalamnya berserakan di tanah.
Di mulut mayat bayi itu masih tergantung potongan kulit berlumuran darah dari lengan Tao Jiangwei.
Wajah Tao Jiangwei pucat membeku bagai embun beku, terhuyung mundur beberapa langkah, darah menetes berderai-derai tak bisa dihentikan.
Liang Qing buru-buru melepas tasnya: "Cepat! Aku punya obat penghenti darah!"
Liang Qing mengeluarkan kotak P3K kecil dari tasnya. Dari dalam kotak itu diambilnya sebuah botol berisi bubuk penghenti darah kekuningan, mirip Yunnan Baiyao yang biasa kita pakai.
Liang Qing menuangkan bedak penghenti darah di atas lengan Tao Jiangwei. Tao Jiangwei kesakitan sampai terus menarik napas dingin. Namun lukanya terlalu dalam dan pendarahannya sangat deras. Begitu bedak penghenti darah dituangkan, langsung tersapu oleh aliran darah. Dengan pasrah, Liang Qing terpaksa menaruh bedak itu di perban lalu membalut lengan Tao Jiangwei dengan kencang. Meski perban cepat berubah merah darah, setidaknya berhasil mengurangi pendarahan.
Wajah Tao Jiangwei mulai sedikit memulih. Ia mengucapkan terima kasih pada Liang Qing, lalu berdiri di samping dengan menundukkan lengan yang terluka.
Liang Qing tidak berbicara. Ia mendekatiku dan berbisik, "Orang ini temanmu?"
"Bisa dibilang begitu!" Aku mengangguk.
Suara Liang Qing terdengar berat, tapi setiap katanya menusuk telingaku seperti duri tajam.
"Kita tidak tahu apakah mayat bayi itu mengandung virus kematian. Jika nanti dia terinfeksi, kau tahu yang harus dilakukan, kan?" Liang Qing melirikku.
Jantungku berdesir ketakutan. Aku menggigit bibir lalu mengangguk perlahan dengan wajah serius.
Aku paham maksudnya. Ia mengingatkanku bahwa begitu Tao Jiangwei menunjukkan gejala transformasi mayat, Liang Qing akan segera menghabisinya. Ia berharap aku bisa menerima kenyataan dan tidak menghalangi.
Kulihat Tao Jiangwei. Matanya masih merah darah, tatapannya kosong tak berkesadaran.
Aku menghela napas dalam hati, semoga dia tidak terinfeksi virus kematian. Kalau benar sudah terinfeksi, aku memang masih ragu untuk bertindak. Bagaimanapun dia masih bisa dianggap sahabatku. Apalagi aku sangat mengagumi semangat menulisnya. Jika kali ini dia bisa pulang hidup-hidup, pasti akan menciptakan karya dewa!
"Sudah merasa lebih baik?" Aku mendekati Tao Jiangwei.
Tao Jiangwei menatapku sambil bertanya: "Akankah aku mati?"
Aku tertegun sejenak: "Bukankah kau masih hidup?"
Tao Jiangwei menghela napas: "Aku pernah baca banyak novel, tahu bahwa benda jahat seperti ini biasanya mengandung virus kematian. Jika aku terinfeksi, apakah pasti akan mati?"
Aku bingung mencari kata-kata, hanya bisa menghiburnya: "Jangan terlalu banyak berpikir. Bukankah sekarang kau masih baik-baik saja? Berikan dirimu keyakinan, kau pasti bisa bertahan hidup!"
Senyum getir muncul di wajah Tao Jiangwei: "Saudara Tuoba, tak perlu menghiburku! Sebenarnya aku ingin mengatakan, jika aku benar-benar terinfeksi virus kematian... kumohon jangan tunjukkan belas kasihan! Aku tak berani membayangkan diriku berubah jadi zombie, apalagi membawa bencana bagi rekan-rekan! Aku tahu, di mata kalian aku hanyalah si kecil yang kikuk!"
Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Aku menepuk bahu Tao Jiangwei: "Lupakan dulu semua ini. Jika sudah merasa lebih baik, mari kita lanjutkan perjalanan! Bayi mayat di sini terlalu sarat energi negatif..."
Sebelum kalimatku selesai, teriakan panik orang-orang tiba-tiba bergema dari belakang kami.
“Ada apa?” Aku menoleh bertanya pada Liang Qing.
Wajah Liang Qing memucat: "Dasar sial! Situasi semakin parah! Mayat-mayat bayi dalam botol itu... semua mayat bayi itu hidup kembali!"
Perkataan Liang Qing bagai bom berat yang meledak, membuat telingaku berdengung.
Apa?!
Semua mayat bayi dalam botol telah sadar?!
Di sini ada ribuan botol kaca, artinya ribuan mayat bayi sedang bangkit.
Lagipula, mayat-mayat bayi ini ingin menyantap darah!
Sialan betul, situasi tidak menguntungkan!
Aku terpaku, menoleh memandang petak-petak kayu di dinding.
Bayi-bayi dalam botol itu benar saja membuka mata, biji matanya berguling-guling.
Tapi sama sekali tidak terlihat menggemaskan, justru sangat menyeramkan.
Mungkin ada ilmu hitam yang dipraktikkan pada bayi-bayi ini, sehingga berubah menjadi iblis penghisap darah.
Siapa tega melakukan ini pada bayi-bayi tak berdosa?
Tindakan keji ini bahkan tak bisa diungkapkan dengan kata "kejam" sekalipun.
Ribuan pasang mata mayat bayi itu menatapku tajam, jantungku berdebar kencang seolah ingin melompat dari tenggorokan.
Bayangkan: dinding penuh biji mata bergulir - pemandangan apa yang lebih mengerikan dari ini?
"Apalagi, semua biji mata ini menatapmu tanpa berkedip, Dasar, ini horor yang tak terkatakan!"
"Lari! Cepat lari!" Liang Liang menarik lenganku.
Aku tersentak dari ketertegunan dan mengikuti kerumunan berlari ke depan.
Tak lama berlari, dentingan suara beruntun mulai terdengar.
Dengan ngeri kami menemukan bayi-bayi zombie itu menggeliat dalam botol kaca, satu per satu botol berguling dari rak-rak di atas, menghantam lantai hingga remuk seperti petasan meledak. Pecahan kaca dan darah beterbangan, menyelimuti koridor dengan bau anyir mayat busuk dan amis darah yang menyengat, diperparah oleh hembusan angin yin yang menyebarkan aroma itu ke segala penjuru.
Suara pecahan botol itu bagai langkah kaki iblis, berdentum-dentum menghantam jantung kami.
Bayi Iblis Pemakan Darah hidup kembali!
Ribuan Bayi Iblis Pemakan Darah semuanya hidup!
Satu per satu jasad bayi menerobos botol, merayap di lantai seperti kadal.
Memandang ke depan, koridor dipenuhi mayat bayi yang menelungkup, berjejal seperti bola-bola daging menggelinding memenuhi setiap jengkal.
Menoleh ke belakang, pemandangan serupa terlihat.
Ribuan mayat bayi mengurung kami di tengah koridor, membuat kami bingung antara maju atau mundur.
Tiba-tiba, rintihan tangisan pecah: "Waaa——waaa——waaa——"
Ribuan mayat bayi secara serentak membuka mulut mereka, menangis tersedu-sedu.
Ribuan tangisan bayi bergema bersamaan, memilukan dan mengguncang jiwa, bagaikan jeritan tak terhitung hantu penggoda yang terus bergema di koridor, menerobos kisi-kisi jendela di atas lalu melayang-layang ke angkasa malam tak bertepi, berputar-putar muram di atas Hutan Wan Racun, menyelimuti seluruh kuil dalam rintihan menyayat hati sementara angin yin menderu-deru, membuat kami seolah berada di neraka yang paling mengerikan.
Usai tangisan, pupil mata semua mayat bayi itu mulai memancarkan kilau darah yang mengerikan.
Ribuan pasang bola mata merah darah berguling-guling mengawasi kami, terlihat sangat mengerikan dalam kegelapan bagai lampu pijar merah yang tiba-tiba menyala.
Kaki dan tangan kami membeku dingin, terpaku seperti tiang kayu di tengah koridor, lupa untuk melangkah.
Dadar! Dadar! Dadar!
Dari belakang koridor tiba-tiba terdengar dentuman senjata sengit, dalam gelap terlihat jelas kilatan api senjata berkedip-kedip.
Beberapa garis api melesat bolak-balik di koridor, di antara dentuman senjata yang memekakkan telinga terselip umpatan kasar:
"Astaga! Aku tidak percaya! Benda hantu apa ini semua?!"
"Ya Tuhan, benar-benar ada hantu! Situasi apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
"Aduh! Tolong aku! Cepat tolong! Sialan ini menggigit betisku! Aaaaa——"
