Pergelangan tangan bergetar, Tianxie Qiang mengaum bagai Naga, berpendar cahaya dingin. Menusuk leher Li Zexuan.
Seranganku cepat dan tanpa ampun, sepenuh hati ingin mengambil nyawa Li Zexuan.
Li Zexuan tak bergerak, bahkan tidak menghindar. Masih santai menyesap wine merah, sudut bibirnya menganggung senyum sinis.
Persis di sekejap cahaya redup itu, tanah di bawah kaki bergetar halus. Sebuah tembok pelat baja setinggi orang muncul dari tanah, persis menghadang di depan Li Zexuan. Siluet Li Zexuan tiba-tiba tersembunyi di balik tembok baja. Tianxie Qiang menancap di tembok baja dengan suara Dang!, memercikkan bunga api yang menyilaukan mata.
Telapak tanganku bergetar. Dengan reflek aku meluncur mundur dua langkah.
Saat kufokuskan pandangan, tembok pelat baja itu ternyata menghilang!
Li Zexuan berdiri di sana, menggoyang-goyangkan cawan anggur tinggi, tersenyum dingin: "Beberapa pemuda ini cukup ceroboh. Zhao Junling, kau tinggal di sini untuk menemani mereka bermain!"
Perkataan Li Zexuan ditujukan pada wanita berbaju hitam itu. Kupalingkan kepala dan baru kusadari wanita itu sedang menyatukan kedua telapak tangannya dalam jurus mantra. Tembok baja tadi adalah ilusi yang diciptakannya dengan kekuatan sihir.
Hatiku berdebar. Ternyata wanita ini adalah ahli sejati!
Tunggu!
Zhao Junling!
Nama ini terdengar agak familiar?!
Sepertinya pernah kudengar di suatu tempat...
Ah!
Aku kaget. Menatap Zhao Junling: "Kau anggota Suku Sembilan Li?"
Zhao Junling menyeringai dingin, sudut bibirnya berkedut, namun tetap diam.
Pernah kudengar dari Gu Meidi, di generasi muda Suku Sembilan Li ada ahli panggilan hebat dari Suku Udang bernama Zhao Junling. Dia mampu memanggil elemen lima unsur dengan cara tak terduga, kekuatan tempurnya luar biasa. Tembok baja tadi adalah manifestasi elemen logam yang diciptakan dengan memanfaatkan logam di tanah.
Saat sebelumnya bertempur melawan Suku Sembilan Li. Zhao Junling tidak pernah muncul, tak disangka-sangka, wanita ini malah menjadi asisten Li Zexuan. Satu dari Suku Sembilan Li, satu dari klan zombie, mereka berkumpul pasti sedang menyiapkan rencana besar!
Kutatap Zhao Junling sambil mendesah dingin: "Kau adalah yang lolos dari jaring Suku Sembilan Li, hari ini tepat untuk menghabisi sekaligus!"
"Jangan banyak bicara dengan si istri ini!" Pan Weilin mengaum bagai harimau keluar sangkar, Lengan Kylin-nya menyala berapi-api, tinjunya menyambar langsung ke wajah Zhao Junling.
Ah, dasar si nak tak tahu mengasihi wanita cantik, pada gadis berbaju dalam saja tega membunuh, lebih payah dari si miskin macam aku!
Zhao Junling menyilangkan tangannya di dada menggambar lingkaran, tarik dan ulur, kedua tangannya masing-masing memancarkan naga air. Dua naga air itu berputar-putar di dadanya, menyatu membentuk Diagram Taiji cair yang berputar.
Gemuruh!
Pukulan berat Pan Weilin menghantam Taiji air itu.
Taiji air meledak berkeping-keping, percikan air beterbangan.
Energi dalam yang bergolak membuat tetesan air sekeras peluru, berdenting-denting menghujam dinding dan lemari arak sekeliling. Botol-botol di lemari pecah semua, bahkan dinding pun berlubang seperti sarang tawon.
Api di bahu Pan Weilin tiba-tiba padam. Air adalah musuh terkuat api, maka pukulan berat Pan Weilin ini tak menghasilkan kekuatan berarti, menghilang tanpa bekas dalam pusaran air Tai Chi.
Zhao Junling melayang mundur, memutar tubuhnya dengan anggun, lalu mendarat di meja teh dengan pose yang sensual dan elegan.
Aku menoleh ke Li Zexuan, baru menyadari bahwa dia ternyata telah masuk ke lift pribadi.
Suite presiden di hotel selalu dilengkapi lift pribadi seperti ini. Pertama untuk menjaga kerahasiaan tamu, kedua untuk menegaskan kemuliaan status mereka. Misalnya makanan untuk suite presiden, setelah dimasak oleh koki top, langsung diantar ke kamar melalui lift dari dapur.
Dadaku berdebar kencang—sial! Li Zexuan hendak kabur!
Aku berlari mengejarnya, tapi sudah terlambat. Begitu sampai di depan lift, pintunya sudah runtuh menutup dengan gemuruh.
Sesaat sebelum lift tertutup, suara Li Zexuan terdengar melayang dari dalam: "Lupa memberitahumu, darah temanmu itu benar-benar lezat! Darah perawan memang paling murni ya! Ahahaha——"
Apa?!
Ucapan Li Zexuan bagai semangkuk air dingin yang menyiram kepalaku, membuat jantungku membeku. Aku terdiam seperti patung es di depan lift, otak kosong tak berdaya.
Di telingaku bergema suara setan yang jahat tertawa: "Cao Yi digigit! Hahaha! Cao Yi digigit! Hahaha!"
“Tidak——” Aku melotot dengan mata memerah, menggenggam erat Tianxie Qiang, mengeluarkan teriakan histeris.
Dari dalam kamar terus terdengar Denting! Dengking! suara perkelahian, diselingi teriakan lantang Xiao Guoguo dan raungan kemarahan Pan Weilin. Xiao Guoguo pun bergabung dalam kelompok pertempuran, bersama Pan Weilin mengepung Zhao Junling. Namun Zhao Junling yang mengandalkan ritual lima unsur, tetap tak terkalahkan.
Tiga bayangan manusia melompat-lompat di dalam suite mewah. Ruangan high-end yang awalnya megah kini berantakan akibat perkelahian mereka. Tak ada satu pun barang yang utuh tersisa, bahkan lentera kristal besar di langit-langit dihantam oleh Pan Weilin hingga jatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping.
Xiao Guoguo menyapu gaunnya, mengumpulkan pecahan kristal dengan Gelombang Qi Siluman berwarna putih mutiara, lalu bersama energi itu menghujam ke Zhao Junling.
Ratusan serpihan kristal berputar liar dalam pusaran energi siluman yang memancarkan kemegahan yang membutakan, bagai galaksi tak berujung. Seluruh ruangan seakan diselimuti langit berbintang nan megah. Energi vital berdesir kesana-kemari, udara mengeluarkan siulan menusuk bagai terkoyak.
Zhao Junling segera memanggil tembok baja elemen logam, namun kekuatan gelombang energi siluman Xiao Guoguo terlalu dahsyat. Setelah menghantam tembok baja, gelombang energi siluman itu langsung menghilang sekaligus menghancurkan tembok baja tersebut berkeping-keping.
"Aah!" Zhao Junling memuntahkan darah, terdorong oleh gelombang kejut yang kuat hingga terlempar ke belakang. Braak! Tubuhnya menabrak dinding kaca tebal dan terjatuh ke laut gelap yang membekukan. Ombak besar bergulung datang, menyambar tubuh Zhao Junling hingga lenyap tanpa jejak.
Xiao Guoguo menurunkan telapak tangannya, energi siluman putih mutiara perlahan menyusut ke dalam genggamannya. Tak lupa ia menyumpah: "Kepo busuk!"
Aku berlari tiga langkah sekaligus mendekati Cao Yi. Kedua tangan memeluk bahu Cao Yi, berteriak panik: "Cao Yi! Bangun! Cao Yi! Cepat sadar!"
Kuangkat rambut panjang Cao Yi, baru kusadari di leher belakangnya terdapat dua bercak darah mencolok.
Pelukanku semakin erat, kurasakan tubuhnya membeku seolah nyawa telah pergi.
Seluruh tubuhku gemetar tak terkendali, hati ini perlahan tenggelam masuk ke jurang hitam tak berujung.
"Cao Yi kenapa?" Xiao Guoguo berlari mendekat, bertanya dengan wajah cemas.
Kugigit bibirku, suara serak keluar: "Dia... digigit..."
“Tergigit?!” Xiao Guoguo tertegun: “Apa maksudnya? Oh, Astaga! Kau bilang Ia tergigit zombie Li Zexuan?!”
Xiao Guoguo berteriak kaget, menutup mulutnya dengan kedua tangan, wajahnya dipenuhi ekspresi tak percaya.
Meski hatiku enggan menerima realitas ini, realitas kejam itu jelas terpampang di depan mata.
“Er…” Tenggorokan Cao Yi tiba-tiba mengeluarkan rintihan merendah, Ia membuka matanya secara tiba-tiba.
Tapi saat melihat tatapan Cao Yi, tak ada sukacita sedikit pun di hatiku.
Karena pupil matanya dipenuhi energi jahat hitam, menandakan virus kematian telah menyerang organ-organ dalamnya. Tak lama lagi, Ia akan berubah jadi zombie haus darah yang kehilangan sifat manusia!
Tidak! Tidak! Tidak!
Jantungku menggigil tak terkendali, kupeluk erat Cao Yi. Gigiku menggigit bibir hingga terkoyak, darah segar mengalir – tapi aku tak peduli!
Aku tak peduli!
“Mas Tuoba, Ia… sepertinya akan segera mengalami transformasi mayat…” Pan Weilin berkata dengan suara parau.
“Aku tahu! Aku tahu! Aku TAHU!” Aku mengaum, jantungku seolah ditusuk pisau tajam. Butiran air mata sebesar kacang polong berderai-derai jatuh ke wajah Cao Yi, menggelinding di pipinya sebelum akhirnya meluncur perlahan.
"Xiao Guoguo juga bermata merah," Ia berjongkok, menggenggam tangan kecil Cao Yi yang membeku, lalu berdiri menarik Pan Weilin keluar kamar: "Ayo kita keluar dulu, biarkan Kakak Xiao Gu menyelesaikannya sendiri!"
Pintu kamar tertutup, hanya tersisa aku dan Cao Yi yang mulai mengalami transformasi mayat.
Bola mata Cao Yi berputar-putar, masih ada sisa aura kehidupan terakhir di pupilnya.
Dengan susah payah ia mengangkat lengan, membelai lembut pipiku: "Kakak Xiao Gu, jangan menangis!"
Kugenggam erat tangan kecilnya, menempelkan telapak tangannya di pipiku: "Aku tidak menangis! Aku tidak menangis!"
Tapi saat mengucapkan ini, air mataku justru makin deras mengalir.
"Terima kasih, Kakak Xiao Gu," bisiknya pelan.
"Terima kasih untuk apa? Aku bahkan tak bisa menjagamu! Aku sudah berjanji pada Lao Yang akan mengantarmu pulang utuh! Tapi aku... aku gagal menepati janji..." Suaraku tersekat, merasa diri sangat tak berdaya.
"Jangan! Jangan bicara begitu!" Senyum tipis mengembang di sudut bibirnya: "Sebenarnya aku bahagia, setidaknya aku tahu... di hatimu masih ada tempat untukku, bukan?"
Aku tak tahu harus menjawab apa, hanya bisa mengangguk terus-menerus.
Di saat ini, aku tak bisa lagi membohongi diri sendiri.
Ya, aku memang menganggap Cao Yi.
Di sudut terkecil hatiku, semua kenangan tentangnya tetap tersimpan rapi.
“Kak Xiao Gu, bisakah kau berjanji padaku satu hal?” Suara Cao Yi semakin melemah.
“Katakan! Katakan! Katakan semuanya! Aku setuju semua! Semua akan kupenuhi!” Aku sudah menangis seperti kaca-kaca.
“Sepertinya di kehidupan ini tak ada harapan untuk menjalin hubungan asmara yang baik denganmu. Sungguh disayangkan kita hanya bersinggungan di hidup ini, dan aku bukan wanita pertama yang muncul dalam hidupmu! Janji padaku, di kehidupan berikutnya—tolong tunggulah aku! Sisakan tempat untukku, aku ingin menjadi wanita pertama yang muncul dalam hidupmu!” Cao Yi menatapku dengan lembut, matanya seakan ingin meleburkanku.
Dalam hidup seseorang, bisa dicintai oleh wanita seperti ini, apa lagi yang bisa kukatakan?
Kupeluk Cao Yi bagai menggenggam seluruh alam semesta. Kuberikan ciuman lembut di dahinya: “Di kehidupan berikutnya, aku pasti akan menantimu!”
