Li Yin tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar.
Jantungnya saat ini terasa sakit seperti terbakar.
Lagi... mulai lagi?
Kali ini, giliranku?
Li Yin dengan susah payah duduk dan memutar lampu meja di samping tempat tidur. Nyeri hebat di jantungnya perlahan mulai mereda.
Dia turun dari tempat tidur, mengenakan sandal, lalu berjalan keluar kamar menuju ruang tamu dan menyalakan lampu.
Dia melihat benda itu.
Di dinding putih ruang tamu, kini terpampang jelas deretan karakter yang seluruhnya terbentuk dari darah! Pemandangan supernatural ini, jika dilihat orang biasa di tengah malam, pasti membuat jiwa mereka copot ketakutan.
Tapi Li Yin sama sekali tidak bereaksi.
"Giliranku lagi..."
Dia memerhatikan tulisan itu dengan seksama.
"7 Juni 2010 - 7 Juli 2017, pergilah ke Desa Youshui di pinggiran Kota X dan tinggallah di sana selama satu bulan penuh."
Tulisan darah misterius ini mulai mengabur setelah Li Yin selesai membaca, darahnya terserap ke dalam dinding perlahan... hingga akhirnya menghilang.
Desa Youshui...
Li Yin mengingat baik nama itu.
Ingin kembali tidur tapi mustahil terlelap. Akhirnya dia menyalakan lampu ruang tamu, menyeduh secangkir teh lalu menyeruputnya. Karena tidak merokok, teh menjadi pilihan satu-satunya. Meski kopi lebih efektif, Li Yin merasa aroma teh lebih mudah menenangkan pikiran.
Memandang wajahnya yang tercermin dalam air teh, Li Yin menggenggam erat cangkirnya.
Sudah... hampir setahun sejak pindah ke apartemen ini.
Meski satu tahun terasa singkat, Li Yin merasa seperti telah menjalani waktu yang tak terhitung.
Keesokan harinya saat fajar menyingsing, Li Yin terbangun di meja makan ruang tamu.
Hanya mengenakan piyama tipis dan selimut wol, tidur semalaman seperti ini membuatnya khawatir akan terkena flu.
Air teh di cangkir di atas meja telah dingin sama sekali.
Melihat jam dinding di ruang tamu, ternyata sudah... pukul enam pagi.
Li Yin mengucek matanya, segera mandi, berpakaian rapi, lalu membuat sarapan sendiri: menggoreng telur dan menyelipkannya di roti tawar yang dibeli kemarin dengan sedikit saus salad.
Sebenarnya Li Yin sangat mahir memasak. Hidup mandiri dalam waktu lama memaksanya belajar memasak, hingga akhirnya menjadi ahli.
Sambil menggigit sandwich buatannya, dia mengambil susu dari microwave dan membuka kalender untuk merencanakan jadwal bulan Juni mendatang.
Sebagai novelis online ternama yang telah dikontrak sebuah platform, sehari-harinya dia cukup fokus mengetik di rumah dan menerima royalti.
“Tidak ada masalah besar.” Ia menggigit sandwich di mulutnya, berkata: “Bulan Juni hanya perlu membawa laptop, memperbarui novel tepat waktu. Hmm... hanya saja tidak tahu situasi apa yang akan terjadi nanti.”
Lalu, ia meletakkan kalender, mengunyah roti dan telur dadar di mulutnya, mengepalkan kedua tangan.
Harus tetap hidup... hidup kembali ke sini!
Setelah berpakaian lengkap, ia keluar kamar tapi sama sekali tidak mengunci pintu.
Kamarnya berada di lantai empat, nomor 404. Nomor kamar yang cukup sial, tapi ini juga bukan pilihan Li Yin.
Turun ke lobi lantai satu apartemen. Lantai satu tidak ada penghuni, melainkan aula besar mirip hotel. Di berbagai sudut aula tersedia sofa dan meja kursi untuk istirahat.
Di salah satu sofa tersebut, duduk tiga orang.
Ketiga orang itu, melihat Li Yin mendekat, serentak berdiri.
Mereka masing-masing adalah seorang pemuda tinggi berkacamata berbaju jas, seorang pemuda berpenampilan tampan bertopi, serta seorang gadis manis mengenakan gaun hijau.
“Kalian... di dinding kalian juga muncul tulisan darah itu kan?” Li Yin merenung sejenak lalu bertanya.
Ketiganya serempak mengangguk.
Mereka juga adalah penghuni apartemen ini.
“Begitu rupanya, setidaknya kali ini ada empat orang yang bersama.” Li Yin menghela napas lega dan ikut duduk.
Ekspresi keempat orang itu sama-sama muram.
“Li Yin...” Gadis cantik berbaju hijau itu dengan wajah penuh kekhawatiran berkata: “Benarkah... tidak apa-apa? Kali ini, kita harus tinggal selama sebulan? Itu pun di desa terpencil yang jauh dari kota?”
“Iya,” pemuda berkacamata berbaju jas menambahkan: “Aku sudah cek peta, pinggiran Kota X berbatasan dengan pegunungan, sangat terpencil dan sepi. Bahkan program bantuan seperti Proyek Harapan pun tidak sampai ke sana, benar-benar desa tertinggal di daerah pegunungan.”
“Desa terpencil di Tiongkok memang banyak,” Li Yin tetap tenang: “Desa miskin yang terisolasi dari kota seperti itu pasti tidak sedikit. Jangan terlalu dipikir, lagipula ini bukan pertama kalinya.”
“Tapi... aku masih...” Pemuda berkacamata itu hendak melanjutkan, namun dihentikan oleh pemuda bertopi.
Suasana kembali menjadi sunyi.
Setelah lama menunggu, tidak ada yang datang lagi. Sepertinya hanya empat orang mereka yang mendapat tulisan darah di dinding rumah kali ini.
“Hampir pukul tujuh.” Li Yin melihat jam tangannya: “Kalian bertiga pergilah kerja dulu. Aku akan tetap menunggu di sini. Jika ada anggota baru, akan kuberi kabar.”
Ketenangan dan kebijaksanaan Li Yin selalu menjadi penenang bagi mereka. Akhirnya ketiganya pun bangkit dan meninggalkan apartemen.
Sebelumnya, Li Yin sudah mencoba mencari informasi tentang Desa You Shui lewat ponsel, namun tidak ditemukan. Tapi mengingat lokasinya di pinggiran Kota X, pasti bisa ditemukan.
Jika petunjuk ini tidak cukup, tulisan darah itu pasti akan memberikan alamat yang lebih spesifik.
Pada tanggal 7 Juni, mereka harus memasuki Desa You Shui. Dan sebelum tanggal 7 Juli, sama sekali tidak boleh meninggalkan tempat itu.
Sama sekali tidak boleh...
Waktu berlalu dengan cepat, dan tibalah tanggal 6 Juni.
Saat ini menunjukkan pukul 14:30.
Di jalan gunung yang curam, Li Yin bersama ketiga orang itu berjalan perlahan selangkah demi selangkah.
Gunung ini bernama Gunung Hei Wu, sedangkan Desa You Shui setelah pengecekan berulang kali dipastikan berada di sisi barat gunung ini. Topografi gunung yang terjal membuat transportasi dengan dunia luar sangat sulit, desa ini hampir terisolasi dari peradaban modern dengan kehidupan mandiri tanpa listrik maupun air ledeng, bisa dikatakan sangat miskin.
Pemuda berkacamata bernama Qin Shoutian yang mengenakan setelan jas adalah reporter tabloid. Karena sering meliput berita di lapangan, fisiknya tidak terlalu kelelahan. Namun dua orang lainnya - Luo Hengyan pria bertopi dan Ye Kexin gadis cantik berbusana hijau - yang biasa bekerja kantoran, sudah kehabisan tenaga setelah berjalan beberapa kilometer di jalan gunung hingga sepatunya rusak. Tapi tak satu pun berani beristirahat. Mereka harus segera mencapai Desa You Shui sebelum gelap.
Li Yin yang memegang kompas dan peta terlihat tidak terlalu lelah.
"Li... Li Yin," tanya Luo Hengyan terengah-engah, "berapa... berapa lama lagi sampai? Ka... kaki saya sudah mau patah..."
"Silakan berhenti jika mau," kata Li Yin sambil menatap kompas tanpa menoleh, "Asal kamu tidak takut mati, saya juga tak keberatan meninggalkanmu di sini."
“Bagaimana... Bagaimana mungkin!” Luo Hengyan sangat memahami sifat Li Yin, tidak... sebenarnya, setiap orang juga seperti ini.
Orang yang tinggal di apartemen itu, pada akhirnya akan menjadi acuh tak acuh terhadap nyawa orang lain. Luo Hengyan baru tinggal di apartemen itu sekitar setengah tahun.
Setelah melewati satu bukit lagi, Li Yin tiba-tiba bersemangat, melihat ke kaki bukit dan berkata: "Lihat! Kita sampai!"
Benar-benar sebuah desa yang sangat besar. Meskipun terlihat kumuh, rumah-rumahnya tidak sesederhana yang dibayangkan. Dari kejauhan terlihat ratusan bangunan di lahan yang luas, beberapa bahkan bertingkat dua. Di antara bangunan-bangunan itu berjejer sawah-sawah, terlihat banyak orang sedang bekerja keras bercocok tanam.
Sampai di sini, masalahnya tidak terlalu besar lagi.
Selanjutnya, keempat orang itu dengan bersemangat bergegas menuruni bukit.
Jika sudah masuk ke Desa Youshui... berarti sudah menyelesaikan instruksi tulisan darah itu.
Tidak ada seorang pun yang bisa melanggar perintah dari tulisan darah itu.
Saat tiba di kaki bukit, tiba-tiba Li Yin melihat seorang gadis petani cantik yang sedang memikul dua ember air lewat, lalu segera memanggilnya.
"Nona..." Li Yin mendekat dan bertanya: "Ini... benar Desa Youshui, kan?"
Gadis petani itu terlihat berusia sekitar 17-18 tahun, dengan sepasang mata besar yang sangat menawan.
"Ya, benar. Kalian..." gadis petani itu menatap Li Yin dengan bingung: "Boleh tahu... Anda ini..."
"Kami turis dari Kota K, sudah menempuh perjalanan panjang, ingin beristirahat sebentar di desa ini."
Gadis itu langsung bersemangat berkata, “Sungguh langka, ada orang kota datang ke sini. Namaku A Xiu, ikutlah aku, aku akan antar kalian ke rumah makan Paman Wang. Mi polos buatan Paman Wang rasanya sangat enak, dibuat dengan air sumur.”
Air sumur… Desa ini ternyata tidak punya air ledeng?
Selain itu, ketika melihat sekeliling tadi, memang tidak terlihat tiang listrik. Tampaknya desa ini memang sangat terbelakang.
Gadis petani bernama A Xiu itu cukup ramah, Li Yin dan teman-temannya pun mengikutinya.
Saat itu, pandangan Li Yin tanpa sengaja tertuju pada ember air yang digotong di punggung A Xiu. Air di ember itu terlihat sangat jernih, entah itu air sumur atau air sungai.
Tapi… Tiba-tiba tubuh Li Yin gemetar seperti tersetrum!
Di dasar ember itu, muncul secara mencolok wajah wanita yang sangat pucat dengan mata tanpa pupil!
Kemunculan wajah ini sangat tiba-tiba, sama sekali tidak bisa diantisipasi!
Li Yin langsung mundur beberapa langkah, jantungnya berdebar kencang. Setelah itu dia mendekat lagi dan melihat ke dalam ember… Masih air biasa saja, tidak ada yang aneh.
Tapi Li Yin sangat yakin, apa yang dilihatnya tadi bukanlah halusinasi.
“A… Nona A Xiu…” Li Yin berusaha menekan rasa takutnya, “Kami… kami tidak mau merepotkanmu. Lihatnya membawa ember air juga cukup merepotkan.”
“Seketika itu juga tanpa menunggu jawaban A Xiu, dia segera menoleh dan bergegas mendekati tiga rekannya, memberi mereka isyarat dengan pandangan mata.
Ketiganya langsung paham, buru-buru mengikuti Li Yin meninggalkan A Xiu. A Xiu hanya terdiam di tempat, tak mengerti kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Berjalan di desa, wajah-wajah asing mereka menarik perhatian banyak orang. Penduduk desa memandang curiga, Gunung Hei Wu bukan tempat wisata, mengapa ada turis datang?
Ye Kexin berbisik bertanya pada Li Yin: "Tuan Li... Tuan Li Yin, tadi... apakah kau sudah melihat 'itu'?"
Li Yin diam seribu bahasa, hanya mengangguk sebagai jawaban.
Meski sudah tahu sebelumnya, memasuki Desa You Shui tak mungkin dilalui dengan damai selama sebulan, tapi tak disangka baru menginjakkan kaki di desa ini, di siang bolong pun sudah...
Li Yin menatap langit di atas, merasakan matahari seakan mulai tertutup awan.
Kali ini... berapa dari mereka berempat yang akan bertahan sampai 7 Juli, kembali ke apartemen di Kota K?
Sudah setahun... kejadian seperti ini sudah sering dialami Li Yin.
Beberapa kali nyawanya nyaris melayang.
Hampir mati di tangan 'makhluk-makhluk itu'.
Dari mana 'makhluk-makhluk itu' berasal, mengapa muncul, tak ada yang tahu. Tapi mereka ada di mana-mana, bisa membunuhmu kapan saja dan di mana saja.
Satu-satunya tempat aman di dunia ini untuk menghindari 'makhluk-makhluk itu' adalah apartemen di Kota K. Hanya di sana, keselamatan mereka benar-benar terjamin.
Ini adalah aturan yang mutlak tidak bisa dilanggar setelah menjadi penghuni apartemen itu.
