Li Yin masih ingat, sebelum berangkat, Xia Yuan khusus memberinya sebuah nasihat.
"Mulai dari instruksi darah keempat, bahaya sering kali berada dalam bentuk tak kasat mata. Untuk bertahan hidup, harus mengamati, berhati-hati, mencari suatu pola, bahkan ketidakwajaran sekecil apapun tidak boleh diabaikan. Sudah lama tidak ada yang bisa bertahan melewati tiga instruksi darah, jadi aku berharap kamu bisa bertahan."
Dan satu poin yang dia tekankan khusus adalah——
"Jangan pernah percaya perkataan siapapun, bahkan dirimu sendiri pun tidak bisa sepenuhnya dipercaya. Karena matamu bisa menipumu, mungkin kamu sebenarnya berjalan di tebing jurang, tapi merasa sedang berjalan di tanah datar."
Li Yin mengingat kata-kata ini dengan baik, sedetik pun tidak berani lengah.
Sedangkan undangan kepala desa kali ini adalah sebuah "ketidakwajaran" yang sangat besar.
"Saya kepala desa sini, marga Zhang." Kepala desa tua itu ditopang oleh wanita muda itu, membawa Li Yin dan ketiga temannya ke rumahnya.
“Kepala Desa Zhang,” Ye Kexin lebih dulu mengajukan pertanyaan: “Mengapa... Anda bersedia mengizinkan kami tinggal?”
“Ha-ha,” sang Kepala Desa tersenyum misterius: “Aku berbeda dengan orang-orang kolot yang belum beradab itu. Desa Youshui tidak bisa terus berkembang secara tertutup di pegunungan ini. Jangan khawatir. Kalian boleh tinggal selama yang kalian mau.”
Perempuan muda yang mendukungnya buru-buru berkata: “Kakek, ini... apa tidak apa? Besok, kebetulan adalah hari peringatan kematian Bing'er, di saat seperti ini...”
Hari peringatan kematian Bing'er?
Hati Li Yin berdebar kencang.
Besok... sesuai petunjuk tulisan darah apartemen, hari resmi memulai tinggal di Desa Youshui. Apakah Bing'er yang disebut tadi adalah “Li Bing” yang dimaksud?
Kebetulan lagi hari peringatan kematian...
Jika dikatakan kebetulan, dia tidak akan percaya sekalipun dipukuli sampai mati.
Rumah kepala desa cukup megah, memiliki nuansa bangunan bergaya Barat kecil, tiga lantai, eksteriornya menggunakan beton bertulang, berbeda dengan rumah-rumah lain yang kebanyakan berbahan semen biasa.
Mengingat situasinya juga bukan saatnya untuk sungkan, Li Yin dan yang lain pun memasuki rumah kepala desa.
Tentu saja, sang kepala desa juga berhati-hati, membawa mereka ke kamarnya, setelah duduk, menyuruh cucu perempuannya pergi dan menutup pintu rapat-rapat, lalu bertanya: “Bisa kalian beri tahu nama-nama kalian?”
Mengingat mereka orang asing yang tidak jelas asal-usulnya, sang kepala desa perlu memastikan.
Li Yin menjawab: “Namaku Li Yin, ini Qin Shoutian, Luo Hengyan, Ye Kexin...”
Pada saat itu, tiba-tiba pintu terbuka. Seorang pemuda berambut pendek masuk, matanya menyapu dingin rombongan Li Yin sambil berkata pada kepala desa: "Kakek... Benar kataku, menurut warga kau bawa orang asal-asalan mau menginap di sini?"
"A Wu! Kurang ajar kau!" Kepala Desa Zhang marah: "Siapa yang kutunggu itu urusanku, perlu izinmu?!"
Pemuda bernama A Wu tak mau mengalah: "Kakek bebas mengundang siapa, tapi aku tak sudi lihat sampah masyarakat nongkrong di desa!"
Luo Hengyan yang tempramental langsung meledak: "Hei! Siapa kau sebut sampah masyarakat?!"
Li Yin segera bangkit membisikkan: "Kau gila? Masih ada waktu untuk ribut begini?" Lalu tersenyum ramah: "Tuan, kami cuma ingin merasakan kehidupan pedesaan. Sungguh tak ada maksud jahat. Setelah sebulan pasti kami pergi."
"Sebulan?!" A Wu menggebrak: "Mau ngekost lama-lama? Enyah! Dengar baik-baik, hantu-hantuan itu cuma omong kosong! Li Bun bunuh diri, polisi sudah tutup kasus! Masih ada yang tebar gosip mistis!"
Bunuh diri?
Hal ini mengejutkan Li Yin.
Tapi suasana mencekam tetap terasa. Dalam cerita hantu, arwah orang bunuh diri jadi gentayangan memang klise.
Sorot mata penuh kebencian A Wu justru menguatkan keyakinan Li Yin... "Kisah hantu" ini bukan sekadar kabar angin.
“Sudah, A Wu!” Kepala Desa Zhang mengetukkan tongkatnya ke lantai dengan keras, berkata: “Kembalilah ke kamarmu! Tuan Li dan yang lainnya adalah tamuku, bagaimana kau bisa bersikap kasar pada tamu!”
“Hmph!” A Wu sama sekali tidak menghiraukan, berkata: “Kakek, kau benar-benar akan membiarkan mereka tinggal sebulan? Kau tahu latar belakang mereka?”
Kepala Desa Zhang mengayunkan tongkatnya ke arah A Wu! Pemuda itu tidak sempat menghindar, bahunya terkena pukulan keras!
“Kembali ke kamar!” suara Kepala Desa Zhang mengguntur. Tiba-tiba, ia mulai batuk-batuk.
Li Yin merasa sangat bingung.
Memukul cucunya sendiri demi beberapa orang asing? Apa sebenarnya rencana kepala desa ini?
Perasaan "tidak wajar" semakin menguat.
A Wu melototi Li Yin dan kawan-kawan, berkata: “Lihat saja sampai kapan kalian bisa berlagak!” Lalu ia berlari keluar kamar dan menabrak seorang wanita paruh baya!
“A Wu! Apa yang kau lakukan?!” Wanita itu memegangi dahinya, berkata: “Berlari sembarangan seperti ini!”
“Ibu, tanya saja sendiri pada Kakek!” A Wu berlari keluar, diikuti wanita paruh baya itu.
“Maafkan kelakuan kami,” Kepala Desa Zhang segera menutup pintu, “Jangan dipikirkan, silahkan tinggal dengan nyaman.”
Li Yin merasakan ada maksud tersembunyi di balik undangan Kepala Desa Zhang.
Apa gerangan?
Di rumah Kepala Desa Zhang, tinggal empat orang: dia sendiri, putrinya Zhang Yinglan (wanita paruh baya tadi), cucu laki-laki Zhang Hongwu, dan cucu perempuan Zhang Suyue (gadis muda itu). Menantu laki-laki kepala desa telah meninggal tiga tahun lalu.
Merasa suasana jadi canggung karena A Wu, Li Yin mengusulkan agar mereka makan terpisah tanpa merepotkan kepala desa. Untungnya mereka sudah membawa persediaan makanan banyak untuk berjaga-jaga.
Yang mengejutkan Li Yin... Kepala Desa ternyata tidak keberatan dan menyetujui usulannya.
Malam semakin larut.
Air terjun mengalir deras sementara A Xiu berjalan menembus air menuju ke arahnya.
"Kakak Bing'er..." Wajahnya basah oleh air mata saat ini.
Di dekat rumah kepala desa, tinggal pria paruh baya yang menyulitkan Li Yin pagi tadi. Namanya Yan Haotian, pria blak-blakan yang cukup dihormati di desa. Hingga kini masih hidup sendiri.
"Apa yang dipikirkan Kepala Desa..."
Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, tapi Yan Haotian masih belum bisa tidur.
Sudah hampir musim panas, tapi tubuhnya menggigil kedinginan. Meski sudah menambah selimut, tetap saja tak bisa menghangatkan diri.
Tiba-tiba dia merasakan kelembaban di dalam selimutnya. Awalnya tak dihiraukan, tapi lama-lama selimut itu terasa basah kuyup seperti terendam air!
Yan Haotian segera duduk dan membuka selimut, seluruh tempat tidur yang tidak diketahui sejak kapan telah terendam air sepenuhnya.
Dia segera bangkit, ketika kakinya menyentuh lantai... juga terendam air!
"Apa... apa yang terjadi?"
Dia mulai diliputi kecemasan dan keraguan.
Ruangan sangat gelap, karena tidak ada lampu listrik, dia sama sekali tidak bisa menentukan arah, hanya bisa meraba-raba sambil berjalan. Karena sudah lama tinggal di sini, dia cukup familiar sehingga tidak menabrak perabotan.
Meraba-raba ke laci, menemukan permukaannya juga basah. Membuka laci, mengambil lampu minyak tanah dan sekotak korek api.
Setelah menyalakan lampu, hatinya sedikit tenang.
Saat ini, sudah lewat tengah malam.
Waktu memasuki tanggal 7 Juni.
Yan Haotian keluar dari kamar tidur, melihat ke luar dan menemukan genangan air di lantai cukup parah.
"Hujan deras?"
Tapi di luar jendela jelas bulan bersinar terang, mana ada tanda-tanda hujan?
Tak lama dia menyadari, air itu menetes dari langit-langit.
Yan Haotian mengangkat lampu minyak, melihat ke langit-langit yang memang basah.
Tapi... saat melihat pemandangan itu, nyaris membuat jiwanya copot dari ketakutan!
Bagaimana... bagaimana mungkin?
Di langit-langit putih bersih, ternyata terdapat jejak-jejak kaki berjajar! Terbentuk dari air!
Jejak kaki itu jelas memperlihatkan lima jari kaki, mungkinkah manusia berjalan terbalik di langit-langit?
Yan Haotian mengumpulkan keberanian, menggigit bibirnya, melihat jejak-jejak di langit-langit yang ternyata membentang hingga ke dapur.
"Meski sangat ketakutan, Yan Haotian tetap ingin melihat. Mungkin bisa menemukan penjelasan untuk memahami fenomena aneh ini."
Dengan gemetar, dia perlahan berjalan ke dapur.
Dapur tidak terlalu besar, semuanya terlihat jelas tanpa tempat untuk bersembunyi.
Kecuali... lemari piring besar itu.
Jejak kaki di langit-langit ternyata membentang sampai ke atas lemari, lalu berpindah ke dinding tempat lemari itu bersandar!
"Tidak, tidak mungkin."
Yan Haotian mengangkat lampu minyak tinggi-tinggi, melangkah pelan ke arah lemari. Setiap langkah terasa seperti menginjak es tipis.
Saat akhirnya sampai di depan lemari, dia menarik nafas dalam-dalam sambil memegang pintu lemari dengan tangan kiri.
"Tidak mungkin... ini bukan urusanku... Li Bing, kau bunuh diri sendiri, aku tidak membunuhmu, jangan... jangan cari aku..."
Tiba-tiba dia membuka pintu lemari dengan kasar!
Di bawah sinar lampu minyak, yang terlihat adalah——
Piring-piring dan sendok yang tersusun rapi.
Semuanya normal.
"Huu——"
Yan Haotian merasa seluruh tubuhnya lemas, tapi akhirnya lega. Ternyata hanya bayangannya sendiri yang menakut-nakuti.
Tapi bagaimana dengan jejak kaki di langit-langit? Apa ada yang iseng? Tapi tak ada musuh di desa ini. Dan genangan air di jejak kaki itu—mungkinkah sebanyak itu?
Lebih baik menimba airnya dulu, kalau tidak mustahil bisa tidur.
Maka, dia menutup pintu lemari piring dan memutuskan untuk mengambil baskom terlebih dahulu untuk menimba air.
Tepat ketika pintu lemari piring hampir tertutup...
Tiba-tiba sebuah tangan pucat tanpa darah muncul dari dalam lemari, menahan pintu agar tidak menutup!
Yan Haotian belum sempat bereaksi, tangan lain muncul dan langsung mencekik lehernya. Kemudian, pintu lemari terbuka lebar dan tubuh Yan Haotian terseret masuk ke dalam lemari piring!
Pintu lemari piring menutup dengan keras. Lama tak ada reaksi. Genangan air itu meresap ke tanah seperti diserap, lalu menghilang.
Angin bertiup menerbangkan pintu lemari yang terbuka lagi. Di dalamnya masih terlihat piring-piring dan sendok yang tersusun rapi.
## Jilid 1 Desa Youshui Bab 5 Axiu
Li Yin menatap bulan purnama di luar jendela. Saat jarum jam melewihi tengah malam pukul 00:00 - artinya mereka telah terikat di desa ini. Hanya setelah satu bulan, tepat pada 8 Juli tengah malam pukul 00:00, mereka boleh pergi.
Satu bulan... Sungguh jangka waktu yang luar biasa panjang.
Berdasarkan instruksi tulisan darah yang biasa.
Dia masih ingat jelas... Saat Ye Kexin pertama kali membawanya menemui Xia Yuan.
Xia Yuan yang tinggal di Kamar 1006, kesan pertama Li Yin terhadapnya adalah - Benarkah? Dialah orang yang telah tinggal 4 tahun di tempat mengerikan ini (setahun lalu masa tinggal Xia Yuan sudah 4 tahun), sungguhan?
Memakai kacamata tanpa bingkai, mengenakan setelan jas yang rapi dan licin, bertubuh ramping, wajahnya lembut dan berpendidikan... sama sekali tidak sesuai dengan gambaran penghuni apartemen dalam bayangan Li Yin.
"Kamu penghuni baru?" Xia Yuan saat itu langsung menerimanya dengan mudah, seolah sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Ya, Tuan Xia, saya..."
"Tidak perlu menjelaskan apapun." Xia Yuan segera menyuruhnya duduk di ruangan itu, lalu berkata pada Ye Kexin: "Kexin, pergilah beri tahu semua tentang kedatangan penghuni baru."
Kexin saat itu menatap Xia Yuan, wajahnya memerah seperti apel matang sampai tidak berani menatapnya langsung. Kemudian dengan malu-malu mengangguk dan pergi.
Kamar Xia Yuan ukurannya hampir sama dengan kamar Li Yin. Namun perbandingannya, dekorasinya lebih sederhana.
"Jangan terlalu tegang," Xia Yuan tersenyum ramah: "Setiap orang yang pertama kali masuk apartemen ini pasti panik. Ketika saya jelaskan kebenarannya, mereka semua merasa dunia mereka runtuh, sulit menerima dan mempercayainya."
"Saya... sampai sekarang masih merasa semua ini seperti kabut." Li Yin menopang dahinya: "Tuan Xia... apakah saya benar-benar harus tinggal di sini selamanya?"
"Mau kopi atau teh?" Xia Yuan malah tidak langsung menjawab, mengambil cangkir keramik dari lemari: "Saya punya Longjing pra-hujan dari Hangzhou. Untuk kopi, semuanya impor dari Kolombia dan Brasil, dikirim orang tua saya dari luar negeri."
“Kopi... Aku selalu merasa minuman ini tidak berbeda dengan obat tradisional Tiongkok.” Li Yin tersenyum pahit: “Hmm, tehnya sudah siap. Oh ya, jangan tambahi buah goji.”
“Baik. Apa perlu ditambahi bunga krisan?”
“Boleh.”
Xia Yuan yang terlihat sekitar 24-25 tahun, sedikit lebih tua dari Li Yin, namun bersikap sangat profesional. Setelah menyeduh teh, ia menyerahkannya dengan ramah kepada Li Yin sambil berkata: “Apa yang akan kukatakan berikutnya, percayailah sebisa mungkin. Aku jamin, aku sama sekali tidak berbohong. Tapi seberapa banyak kamu bisa menerimanya, aku tidak bisa pastikan.”
“Aku... aku mengerti.”
Kemudian Xia Yuan menceritakan segalanya kepada Li Yin.
Setelah semua penjelasan selesai, ekspresi Li Yin sudah dipenuhi keterkejutan yang tak terkira. Ia benar-benar tidak bisa menerima penjelasan aneh seperti ini.
Tapi... ini nyata. Ia sudah mencoba pergi ke ujung gang untuk melihat ke sini, dan terbukti... apartemen itu menghilang tanpa bekas.
Tempat ini memang bangunan abnormal yang tidak bisa dipahami.
“Aku mengerti perasaanmu sekarang, tapi... aku harus memberitahumu... meninggalkan apartemen ini lebih dari 48 jam akan mati. Jika tidak percaya, aku bisa tunjukkan rekaman video. Untuk meyakinkan orang, dulu aku pernah...”
“Aku percaya.” Li Yin justru mudah menerimanya, lalu melanjutkan: “Kalau begitu... kalian, di lokasi yang ditunjukkan tulisan darah itu, pernah mengalami... mengalami...”
“Ya.” Wajah Xia Yuan juga berubah pucat: “Sayangnya, sejak masuk ke apartemen ini, aku bukan lagi seorang ateis.”
“Eksistensi... idealis?” Tangan Li Yin mulai gemetar tak terkendali.
Xia Yuan menyentuh kacamata di tulang hidungnya, berkata: "Aku, yang bisa bertahan hidup sampai hari ini, saat mengingat masa lalu, rasanya seperti mimpi buruk. Hanya dengan mengingatnya saja, aku meragukan bagaimana aku bisa bertahan saat itu."
Li Yin kali ini mengajukan sebuah pertanyaan.
"Kamu tadi bilang... umumnya instruksi tulisan darah di apartemen tidak memiliki interval melebihi setengah tahun. Lalu... bagi penghuni yang sama, berapa lama interval yang mungkin terjadi antara instruksi tulisan darah?"
"Sulit dipastikan." Xia Yuan melanjutkan: "Awalnya akan lebih cepat, setiap beberapa bulan akan muncul misi darah baru. Tapi semakin ke belakang, interval waktunya semakin panjang. Aku sudah menyelesaikan lima kali instruksi tulisan darah, dan instruksi terakhir kali sudah hampir setahun sejak sekarang."
“Kalau begitu… Berarti tanpa instruksi yang dikeluarkan, kita harus terus tinggal di sini selamanya?”
“Benar. Tidak ada cara lain. Pernyataan bahwa sepuluh instruksi tulisan darah bisa membuat kita pergi, juga diceritakan penghuni lama padaku saat aku baru pindah ke sini. Dan para penghuni lama itu… akhirnya semuanya mati.”
Li Yin sangat menyadari… Di masa depan, kemungkinan besar dirinya juga harus hidup di apartemen ini untuk waktu yang sangat lama.
Kemudian, Xia Yuan memperkenalkannya pada semua tetangga di apartemen.
Beberapa orang yang meninggalkan kesan mendalam pada Li Yin antara lain: pasangan suami istri Hua Liancheng dan Yi Wan di Kamar 706. Pasangan itu masih sangat muda, sepertinya baru lulus kuliah. Mereka sudah menetap di apartemen ini setahun lebih awal dari Li Yin, dan sangat akrab dengannya. Ada juga dua orang lain yang tak bisa dilupakannya.
Yang satu adalah Tang Wenshan yang tinggal di kamar 502, dan satunya lagi adalah Kodougu Sachiko yang tinggal di kamar 402.
Tang Wenshan adalah pemuda yang sangat suram dan pendiam dengan tatapan mata yang sangat dingin. Setiap kali melihat orang, ekspresinya seolah menganggap orang tersebut sebagai musuh bebuyutan. Sedangkan Kodougu Sachiko adalah mahasiswa Jepang yang sedang belajar di Tiongkok, fasih berbahasa Mandarin, dan memiliki ekspresi tenang serta terkendali yang sulit ditembus. Alasan lain Sachiko membuat kesan mendalam pada Li Yin adalah... kecantikannya yang membuat Li Yin terkesima, seperti gothic lolita sempurna.
Setelah Li Yin mulai tinggal di apartemen, ia sering bertemu Kodougu Sachiko yang menjadi tetangga sebelahnya. Awalnya ia berharap bisa menjalin hubungan baik dengan penghuni berpengalaman ini. Ye Kexin sangat ramah, namun Kodougu Sachiko selalu memberi kesan sulit didekati. Saanggang waktu luang, ia selalu terlihat memegang buku Genji Monogatari versi bahasa Jepang.
Li Yin ingat, kemarin saat akan pergi, ia dan Ye Kexin sengaja berpamitan ke rumah Kodougu Sachiko. Namun gadis itu tetap dingin seperti biasa, dari awal sampai akhir tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Justru pasangan Hua Liancheng yang sangat antusias, berulang kali menasihati mereka untuk berhati-hati dan pulang dengan selamat. Ini membuat Li Yin tersentuh, setelah setahun hubungan persahabatan mereka semakin erat.
Bagaimanapun... kita semua saling mendukung untuk bertahan hidup sampai sekarang!
Memikirkan ini, Li Yin merasa campur aduk, memandang Luo Hengyan dan Qin Shoutian yang tertidur di sampingnya. Serta Ye Kexin yang terus berjuang melawan kantuk.
"Kexin, tahanlah. Kita harus tetap ada dua orang yang terjaga," kata Li Yin. "Tahan sebentar lagi. Ini, minumlah teh lagi."
"Aku tidak apa-apa..." Meski begitu, dia tetap menguap lebar: "Aku... aku tidak boleh tertidur."
Li Yin terpaksa terus mengajaknya bicara agar tetap fokus: "Mari kita ngobrol. Kexin, kamu... suka pada Xia Yuan, kan?"
"Ah, iya... Hah? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak..." Kexin langsung menggelengkan tangan: "Aku... hubunganku dengan Xia Yuan bukan..."
Keberlangsungan hidup Ye Kexin hingga kini tak lepas dari keberadaan Xia Yuan. Tiga tahun dia bertahan. "Xia... Xia Yuan itu," wajah Ye Kexin memerah: "Dia belum tentu suka padaku. Apalagi sekarang prioritas utamanya bertahan hidup. Aku... tidak berani memikirkan hal-hal seperti ini."
Li Yin tersenyum: "Kita pasti bisa keluar hidup-hidup dari apartemen terkutuk itu... Pasti!"
Mendengar perkataan Li Yin, Ye Kexin pun merasa sedikit tenang.
"Hengyan itu karakternya agak impulsif. Aku agak khawatir padanya." Li Yin menoleh ke Luo Hengyan yang tertidur: "Dia juga cukup kasihan. Setelah kedua orang tuanya meninggal, dia hidup sendirian di Kota K. Tak menyangka akan mengalami hal seperti ini."
"Ya..." Ye Kexin mengangguk, berkata: "Shoutian juga... Bercerai karena perselingkuhan istrinya, sendirian merana berkeliaran di tengah malam, mabuk-mabukan, akhirnya bayangannya pun..."
Qin Shoutian sebelumnya pernah menerima instruksi tulisan darah yang sama dengan Ye Kexin. Saat itu hanya ada tiga orang, hasilnya satu orang mati, hanya Qin Shoutian dan Ye Kexin yang selamat. Karena itu, Ye Kexin juga memiliki kesadaran kolega yang kuat terhadap Qin Shoutian, sangat berharap dia bisa bertahan hidup.
Hari kedua... Akhirnya tiba.
"Kalau begitu, Tuan Li dan Nona Ye belum bangun?" Pagi-pagi, Kepala Desa Zhang datang menyapa mereka, sementara Luo Hengyan menjawab bahwa Li Yin dan Ye Kexin masih lelah dan beristirahat.
"Tidak apa-apa," Kepala Desa Zhang tiba-tiba melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada orang lain, lalu berbisik pada Luo Hengyan: "Tuan Luo, di sini tidak ada orang lain, katakanlah padaku... Bos kalian, kapan akan datang?"
"Ah? Bos?" Luo Hengyan tertegun, bertanya: "Bos apa?"
"Haha, masih pura-pura. Aku tahu bos kalian sudah mengingatkan untuk bertingkah meyakinkan, tidak apa-apa. Aku sudah koordinasi dengan warga desa, mereka tidak akan berani melawan keinginanku. Silakan jelajahi desa sesuka kalian, aku pasti tidak keberatan."
"Aku... Aku tidak mengerti..."
"Benar, benar, kamu tidak mengerti, memang harus begitu. Tenang saja, selama kalian tinggal di desa, aku pasti akan menjamu kalian dengan baik, bos kalian sudah berkoordinasi denganku."
“Melihat sikap Kepala Desa Zhang yang begitu bersemangat, Luo Hengyan mulai menyadari bahwa kepala desa ini sepertinya salah paham tentang sesuatu.”
“Tapi, sepertinya justru karena ‘bos’ itulah desa mengizinkan mereka tinggal, bahkan berani bertindak terhadap cucu kandungnya sendiri, dan juga sangat ramah terhadap mereka.”
“Kalau begitu... biarkan saja dia terus salah paham untuk sementara waktu.”
“Kakek!”
“Zhang Suyue tiba-tiba berlari terburu-buru, terengah-engah berkata: ‘Kakek, ada masalah besar... Paman, Paman Haotian, dia hilang!’”
“Haotian?” Alis Kepala Desa Zhang langsung berkerut, lalu berkata pada Luo Hengyan: “Tuan Luo... Saya perlu menangani sesuatu dulu.”
Kata ‘hilang’ sangat sensitif bagi Luo Hengyan yang selalu waspada. Li Yin berulang kali mengingatkannya bahwa setiap ‘ketidakwajaran’ harus diperhatikan secara serius. Karena itu, dia segera berkata: “Kepala Desa, biar saya ikut Anda untuk melihat!”
“Di depan air terjun yang deras, A Xiu melepas sepatu dan kaus kakinya, merendam kaki di air sambil menggerak-gerakkan kedua kakinya.”
“A Xiu...”
“Dia segera menoleh dan melihat Liang Renbin, tetangga sebelah rumahnya yang sudah tumbuh bersama sejak kecil.”
“Liang Renbin yang berparas tampan selalu dekat dengan A Xiu. Setelah orang tua A Xiu meninggal, mereka secara jelas mengusulkan agar A Xiu menikah dengan Renbin. Namun, A Xiu beralasan ingin menjaga masa berkabung untuk orang tuanya, terus menunda pernikahan. Orang desa pada dasarnya lebih konservatif dibanding orang kota.”
“Tapi…setelah kejadian Li Bing, A Xiu juga menjauhi Ren Bin.”
“Hari ini adalah hari peringatan kakak Bing’er,” A Xiu menoleh ke samping, berkata: “Aku akan berdoa untuknya. Tak peduli seberapa tabu orang desa terhadapnya, aku takkan pernah melupakan hari ini.”
“Mengapa harus seperti ini? A Xiu, demi Li Bing kau terus bermusuhan denganku? Dia sudah mati, apa lagi yang bisa kulakukan?”
“Aku tak ingin melihatmu lagi.” A Xiu terus berbicara dingin: “Jika kau mendekat lagi, aku tak akan segan!”
Liang Ren Bin mengernyit, berkata: “Baik…baiklah…pada hari seperti ini, bicara apapun pasti tak ada gunanya. Tapi, A Xiu, ingatlah, perasaanku padamu tulus selamanya!”
Setelah Ren Bin pergi, A Xiu membungkuk, menciduk air untuk membasuh wajah. Saat itulah, dari celah jarinya, dia melihat…bayangan di air bukan wajahnya, melainkan wanita lain!
Perlahan dia menarik tangannya, di permukaan air masih terpantul wajahnya sendiri.
“Kakak Bing’er…” A Xiu sama sekali tidak takut: “Aku tahu, aku tahu kau sangat membenci…meski jadi begini, kau tetap kakak Bing’erku. Aku takkan takut, karena aku yakin kau takkan menyakitiku. Lakukanlah…bunuh semua yang memaksamu mati dulu…semua…”
