Keesokan harinya, sekitar tengah hari lewat sedikit dari pukul dua belas, bel pintu rumah Li Yin berbunyi.
"Saat ini, Li Yin baru saja memperbarui tiga bab terbaru, mematikan komputer, dan pergi membuka pintu. Ternyata orang yang berdiri di depan pintu adalah Ying Ziye."
Li Yin tersenyum dan berkata, "Kamu datang ya. Kue itu selalu aku simpan di kulkas."
Setelah Ying Ziye masuk, Li Yin berjalan ke kulkas untuk mengambil kue.
"Makanan di apartemen ini bisa diambil sendiri dari kulkas, tapi kamu masih membuat kue sendiri?" tanya Ying Ziye dengan bingung.
"Um, telur dan krim semuanya dari kulkas. Apartemen ini juga nyaman, tinggal tulis catatan tempel di pintu kulkas kalau mau makan apa. Ini kuenya."
Li Yin membawa kue stroberi krim sambil berkata, "Alat pembuat kue baru aku beli beberapa hari lalu, belajar dari buku. Makanan buatan sendiri lebih terasa lezat."
"Ya." Ying Ziye mengeluarkan buku catatan dari saku dan memberikannya ke Li Yin, "Buku catatan ini kembali padamu. Terima kasih atas catatannya... Aku sudah hafal isinya. Li Yin, kamu... sangat pintar."
Li Yin tersenyum menerima buku itu, meletakkan kue stroberi krim di depannya dengan garpu, "Coba rasakan enak tidak? Aku sedang berpikir, kalau hasilnya bagus, buka toko kue online. Haha, mungkin terlalu banyak nonton drama Korea akhir-akhir ini... Benar-benar enak, setidaknya cicipi sedikit. Jangan-jangan kamu benci kue?"
“Hmm... terima kasih.” Ying Ziye duduk, mengambil garpu, lalu menyantap sepotong kue.
Rasanya cukup enak.
“Bahan-bahan yang disediakan apartemen memang berkualitas tinggi, krimnya sangat harum, stroberinya juga...” Ying Ziye mengecap rasa kue sambil berkata: “Tapi sepertinya keterampilanmu membuat kue juga lumayan.”
“Benarkah? Sebenarnya dulu saat persiapan ujian masuk universitas, aku sempat ingin belajar memasak. Tapi orang tua memaksaku masuk fakultas sains. Empat tahun kuliah terasa seperti membuang-buang waktu.” Li Yin terdengar sentimental, lalu melanjutkan: “Kalau suka, nanti aku akan terus membuatkan kue untukmu.”
Namun kalimat Li Yin berikutnya yang sama sekali tidak nyambung membuat garpu di tangan Ying Ziye berhenti menusuk kue.
“Maukah kamu... menjadi pacarku?”
Sebelum Ying Ziye sempat bereaksi, ekspresi Li Yin sudah berubah sangat serius: “Aku tidak bercanda, sama sekali tidak.”
“Pa... car?” Ying Ziye mengangkat kepala memandang Li Yin, ekspresinya tetap datar seolah tak ada hal di dunia yang bisa mengguncangnya.
“Li Yin... kamu tidak benar-benar mengenalku. Kita juga belum lama berkenalan, kan?”
“Itu tidak penting. Yang kuketahui... aku menyukaimu, jadi ingin bersamamu. Seiring waktu... kita bisa saling mengenal lebih dalam.”
Ying Ziye kembali menusuk kue dan menyantapnya: “Mendadak sekali... ada yang mengungkapkan perasaan padaku...”
“Apa sebelumnya tidak ada yang pernah mengaku cinta padamu?” Li Yin terkejut, Ying Ziye yang secantik itu, masak tidak ada yang mengejarnya?
“Orang-orang yang berinteraksi denganku semua ketakutan. Mereka bilang aku gila penelitian dan hanya menghabiskan waktu di lab, lebih baik menikah dengan laboratorium saja.”
“Tidak... Aku justru suka orang yang haus pengetahuan.”
“Oh begitu? Tapi aku tidak bisa memberi jawaban sekarang...”
“Tidak apa, kamu bisa pertimbangkan perlahan. Aku akan menunggu. Berapa pun lama nya, tawaranku tetap berlaku.”
“Hmm. Akan kupikirkan. Tapi sekarang yang terpenting adalah bagaimana melewati instruksi darah berikutnya.”
“Iya... Aku tahu...”
“Kalau begitu... Aku pergi dulu.”
Setelah menghabiskan kue di piring, Ying Ziye menyeka mulutnya dengan serbet: “Terima kasih untuk kuenya, semoga lain kali bisa makan lagi.”
“Tentu, kalau kamu sugi, pasti akan kubuatkan lagi...”
Setelah Ying Ziye pergi, Li Yin terjatuh di sofa sambil meremas-remas rambutnya: “Li Yin, dasar idiot kau! Kenapa buru-buru mengatakannya... Astaga, kenapa aku... Tapi, siapa yang tahu berapa lama waktu yang tersisa?”
Setelah kematian Xia Yuan, penghuni apartemen mengadakan rapat malam itu. Mayoritas sepakat bahwa Loushang baru haruslah Li Yin. Bagaimanapun, dialah satu-satunya penghuni yang selamat dari empat instruksi darah.
"Faktanya, para penghuni cukup bersemangat setelah mendengar penjelasan Ying Ziye tentang pelaksanaan instruksi tulisan darah kali ini. Karena... ini menunjukkan satu hal: selama menemukan 'jalur hidup' yang disembunyikan apartemen, bertahan hidup dari instruksi tulisan darah sebenarnya sangat sederhana. Seperti kali ini, hanya dengan menutup mata saja bisa selamat selama lima hari!"
"Tapi, kedengarannya mudah saja. Kalau tidak tahu hal ini, siapa yang mau menutup mata 24 jam sehari tanpa alasan?"
"Akhirnya, melalui voting bulat, ketua gedung yang baru terpilih adalah... Li Yin."
"Beberapa bulan berlalu lagi."
"Hari ini... apartemen kembali mengeluarkan instruksi tulisan darah."
"Dan instruksi tulisan darah kali ini... sangat aneh dan mengerikan."
"Isinya: 'Pada tanggal 1 November 2010, sebelum pukul 12:00 siang, tiba di puncak Gunung Huayan di pinggiran Kota K. Kemudian mulai bermain petak umpet. Pilih satu 'hantu', sementara yang lain harus bersembunyi agar tidak tertangkap 'hantu'. Selama periode ini tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan. Baru setelah tengah malam, boleh kembali ke apartemen.'"
"Pe... petak umpet?"
"Para penghuni yang terpilih langsung bengong melihat instruksi darah ini. Apa maksudnya? Cuma main petak umpet di gunung sudah dianggap menjalankan instruksi tulisan darah? Mana mungkin sesederhana itu?"
"Akhirnya, salah satu penghuni terpilih dari kamar 806, Yang Lin, datang menemui ketua gedung baru Li Yin untuk bertanya."
"'Menurutku, tidak mungkin sesederhana itu, hanya main petak umpet kan?' tanya Yang Lin gugup. 'Ketua, menurutmu ada sesuatu yang tersembunyi di sini?'"
"Li Yin juga merasakan keanehan yang sangat kuat. Dia yakin apartemen telah menyembunyikan jebakan tertentu dalam instruksi tulisan darah ini. Dan jebakan itu, jika dijalani tanpa kesadaran, pasti akan membawa malapetaka yang tak terhindarkan."
Namun, dia benar-benar tidak bisa memikirkan apa sebenarnya jebakan ini, sehingga hanya bisa berkata pada Yang Lin: "Intinya, makna harfiah dari instruksi harus dipatuhi. Setelah kalian sampai di puncak gunung, pilihlah satu orang sebagai 'hantu' untuk bermain petak umpet. Karena disebut petak umpet, tentu harus bersembunyi di tempat yang sulit ditemukan. Cobalah cari lokasi yang mudah untuk bersembunyi di gunung. Gunung Huayan sangat luas, pasti tidak sulit untuk bersembunyi. Selain itu... dalam petak umpet biasa, setiap orang bersembunyi sendiri. Meskipun ada juga yang bersembunyi berdua di tempat yang sama, tapi untuk berjaga-jaga, sebaiknya jangan bersembunyi bersama orang lain. Aku tahu bertindak sendirian memang menakutkan, tapi tidak ada cara lain."
Yang Lin mengangguk dan melanjutkan: "Jika... ketahuan bersembunyi, apa konsekuensinya? Apakah itu berarti akan mati? Dan jika si 'hantu' tidak bisa menemukan orang lain, apakah dia juga akan mati?"
Ini adalah pertanyaan paling kritis bagi penghuni yang terpilih. Jika benar demikian, maka bagaimanapun juga setidaknya satu orang akan tewas. Meski tidak tahu apakah benar seperti itu, namun di apartemen yang sangat aneh ini, tidak ada jaminan apapun.
Li Yin menggelengkan kepala: "Kemungkinan seperti itu tidak terlalu tinggi. Apartemen ini tidak ada untuk menyiksa kita. Jika tidak, tidak mungkin ada yang berhasil melewati instruksi tulisan darah. Pasti ada jalan keluar yang disediakan. Jika sesuai dengan asumsimu, berarti seseorang pasti akan terjebak tanpa jalan keluar sama sekali."
Perkataan Li Yin membuat Yang Lin merasa lega. Bagaimanapun, Li Yin adalah orang yang telah melewati empat kali instruksi tulisan darah, sehingga kata-katanya sangat meyakinkan.
Tapi meski begitu, bagaimana cara memilih "hantu" ini?
Voting? Mengundi dengan cara diundi? Main suit? Pokoknya tidak mungkin ada yang mau mengajukan diri. Bahkan jika terpilih, orang yang jadi "hantu" belum tentu mau, lagipula apartemen tidak menentukan metode pemilihan "hantu". Tapi, harus ada satu orang yang jadi "hantu", kalau tidak semua akan dikendalikan bayangan untuk bunuh diri.
Menghadapi masalah ini, Li Yin juga merasa sulit, akhirnya berkata: "Kalian harus berunding sendiri nanti, harus ada yang jadi 'hantu', tidak ada cara lain. Cepatlah putuskan."
Tanggal 1 November, sekitar pukul 4 pagi, para penghuni yang terpilih pun berangkat.
Yang bertugas menyetir kali ini adalah Chen Zhenxing dari kamar 1304, pemuda tampan berkarakter lembut yang sangat populer di apartemen. Selain Yang Lin, ada tiga orang lain yaitu Tang Lanxuan, Zhang Lingfeng, dan Si Chen dari kamar 1215.
Yang Lin adalah lulusan sains yang belum bekerja, otaknya cepat berpikir dengan sedikit kecerdikan. Tang Lanxuan sangat dekat dengan Li Yin, karakternya supel meski sering diejek karena nama feminimnya. Zhang Lingfeng selalu penyendiri dan tidak berinteraksi, sehingga kurang dikenal. Sedangkan Si Chen adalah ahli ramal yang selalu membawa setumpuk kartu tarot.
Karena berangkat sangat pagi, sebelum pukul 8 mereka sudah sampai di Gunung Huayan dan berhasil mencapai puncak.
Gunung Huayan adalah gunung besar di pinggiran Kota K, namun cukup sepi. Legenda mengatakan pada masa Republik Tiongkok, sekelompok perampok menduduki gunung ini sebagai raja, membunuh banyak warga tak bersalah sehingga banyak arwah penasaran berkeliaran. Karena legenda ini, kecuali para pencari sensasi, kebanyakan orang enggan mendatangi gunung ini, sehingga Gunung Huayan sangat pantas menyandang julukan "nyaris tak ada jejak manusia".
Melihat ke bawah dari puncak gunung, hanya terlihat lembah gundul dengan sedikit pepohonan. Di tanah, semak belukar tumbuh subur, namun karena jarang dikunjungi, tidak banyak sampah. Gunung ini terasa sangat sunyi, bahkan kicau burung pun tak terdengar, sehingga kelima orang itu merasa seperti mengalami tuli sementara.
"Tempat yang sangat menekan." Yang Lin terus menengok ke sekeliling sambil melihat jam tangannya, berkata: "Waktu masih cukup... Mari kita tentukan siapa yang akan jadi 'hantu' dulu."
Sambil mengatakan ini, Si Chen mengeluarkan setumpuk kartu Tarot: "Bagaimana kalau kita tentukan dengan kartu Tarot?"
"Jangan bercanda!" Yang Lin segera menyetopnya, "Menurutku lebih baik suit saja? Kalau undian pasti ada yang merasa curang. Tapi yang menang jadi 'hantu' atau yang kalah?"
Setelah lama berdebat, akhirnya diputuskan menggunakan suit. Dan orang yang menjadi 'hantu' adalah... Si Chen.
"Aku yang jadi..." Si Chen menghela napas, lalu duduk bersila di tanah, menggelar kartu Tarotnya dan mengambil satu kartu untuk dilihat.
"Bagaimana? Kartu apa itu?" Tang Lanxuan bertanya penuh perhatian: "Apa ramalannya?"
"Sichen segera mengembalikan kartu tarot itu," katanya: "Tidak... tidak apa-apa." Ekspresinya terlihat agak pucat.
Mereka semua berjongkok bersama-sama, mendiskusikan langkah selanjutnya.
"Intinya sesuai instruksi ketua gedung," Yang Lin berulang kali menekankan pada Sichen: "Kamu harus bersungguh-sungguh mencari kami. Kami akan bersembunyi sangat rapi, tidak akan mudah ditemukan. Kami semua akan mengubah ponsel ke mode getar, jadi kamu tidak bisa melacak melalui dering ponsel."
Sichen tampak gelisah: "Bagaimana jika aku tidak bisa menemukan kalian..."
"Tidak apa-apa," Chen Zhenxing menghiburnya: "Ketua gedung bilang, apartemen selalu menyediakan jalan keluar untuk kita."
Demikianlah... akhirnya, tengah hari pukul dua belas tiba!
## JILID 3 AKU MENEMUKANMU BAB 2 MAKNA SEBENARNA DARI TULISAN BERDARAH
Begitu jarum jam menunjuk pukul dua belas, permainan petak umpet resmi dimulai. Sesuai aturan, Sichen sebagai "hantu" harus menutup mata dan membelakangi mereka sambil berhitung, baru boleh mulai mencari setelah selesai.
Yang Lin dan yang lain berulang kali mengingatkan Sichen untuk tidak boleh mengintip. Bagaimanapun, ini adalah aturan dasar permainan petak umpet. Pelanggaran berarti melawan instruksi berdarah dari apartemen.
Saat Sichen membalikkan badan, keempat orang lainnya langsung berlari sekencang-kencangnya menuruni bukit! Saat ini, semua berlari secepat mungkin karena tidak ada yang tahu konsekuensi mengerikan jika tertangkap.
Orang yang berlari paling cepat adalah Yang Lin. Saat masih menjadi siswa, dia sering mengikuti kompetisi atletik di sekolah dan meraih prestasi gemilang. Dia bahkan pernah menantang diri mengikuti maraton. Setelah pindah ke apartemen, dia rutin melatih kecepatan larinya. Sebelum Si Chen menyelesaikan hitungan kelima, ketiga orang lainnya sudah tak bisa melihat bayangannya lagi.
Yang Lin terus berlari hampir 700 meter sebelum akhirnya memperlambat langkah, meski napasnya tidak terlalu tersengal. Dia tetap waspada, matanya terus menjelajahi sekeliling. Meski harus bersembunyi, adakah tempat persembunyian di Gunung Huayan ini? Hampir tidak ada pepohonan, semak-semak pun pendek. Di manapun dia berada akan mudah terlihat. Kecuali jika menemukan gua. Tapi Yang Lin menganggap bersembunyi di gua adalah strategi terburuk. Begitu gua ditemukan, mustahil melarikan diri. Walau gunung ini luas, Si Chen punya 12 jam untuk mencari. Menurutnya, lebih baik terus bergerak acak di gunung agar kecil kemungkinan bertemu Si Chen.
Di sisi lain, dia masih belum memahami jebakan apa yang ada dalam instruksi tulisan darah kali ini. Tapi yang pasti, ini pasti bukan sekadar permainan petak umpet biasa.
Jalan setapak di Gunung Huayan sangat terjal dan tidak rata, sulit dilalui. Tanahnya gersang, udara terasa begitu kering sampai-sampai Yang Lin merasa ada butiran debu masuk ke hidung setiap kali menarik napas.
Permainan petak umpet ini juga sering dimainkan Yang Lin saat kecil. Saat itu seperti sekarang, dia selalu menjadi pihak yang bersembunyi. Setiap memilih tempat persembunyian, dia sangat hati-hati bahkan sampai lari jauh. Akhirnya orang lain tidak bisa menemukannya, tapi dia sendiri tersesat dan tak bisa pulang. Pengalaman tersesat itu membuatnya kemudian mengembangkan rasa takut yang kuat terhadap permainan petak umpet, sampai-sampai dia tidak mau lagi bermain.
Tapi sekarang... mereka harus menjalankan instruksi tulisan darah melalui permainan yang dibencinya ini.
Di sisi lain, Zhang Lingfeng juga berlari cukup cepat, sekitar 500-600 meter dari puncak. Tapi fisiknya tidak sebaik Yang Lin. Saat ini dia sudah terengah-engah, berlari kemudian berjalan tertatih-tatih.
Namun ketika memikirkan konsekuensi jika ditemukan "hantu", dia tidak berani berhenti dan terus mempercepat langkah. Aturan instruksi tulisan darah adalah selama tidak meninggalkan Gunung Huayan, boleh bersembunyi di mana saja. Lalu... lari ke kaki gunung? Dengan begitu saat waktunya tiba, bisa langsung pergi. Tapi dia segera membatalkan ide itu. Jika ditemukan Si Chen, sementara tidak bisa meninggalkan Gunung Huayan, sama sekali tidak ada tempat untuk melarikan diri. Lebih baik mencari tempat persembunyian yang aman di gunung.
Dua belas jam terdengar tidak lama, hanya setengah hari. Tapi bagi para penghuni apartemen ini, setiap menit dan detik adalah siksaan! Zhang Lingfeng hampir setiap 2-3 menit melihat jam tangan, sambil terus menengok ke belakang apakah Si Chen sudah menyusul.
“Tidak tahu bagaimana kecepatan lari anak itu. Apakah dia akan menengok ke belakang untuk mengintip rute lari kita?”
Zhang Lingfeng yang berkarakter angkuh tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan para penghuni. Sicheng yang tinggal di lantai lebih tinggi juga tidak memiliki kedekatan khusus dengannya. Di apartemen ini, satu-satunya yang punya hubungan cukup baik dengannya hanyalah Qin Shoutian yang sudah meninggal. Saat mengetahui kematiannya, Zhang Lingfeng benar-benar merasa sedih. Tapi mau bagaimana lagi, tinggal di apartemen ini membuat hidup setiap orang bagai telur di ujung tanduk. Setiap kali menjalankan instruksi tulisan darah, ada kemungkinan tidak bisa kembali.
Tinggal di apartemen ini memang sangat menakutkan, tapi seiring waktu rasa takut itu perlahan mati rasa. Para penghuni sekarang berjuang mati-matian untuk mencapai instruksi tulisan darah ke-10 agar bisa bebas dan keluar dari apartemen terkutuk ini.
“Aku sama sekali tidak akan mati! Aku harus tetap hidup dan keluar dari apartemen ini!”
Saat Zhang Lingfeng berpikir demikian, tiba-tiba angin bertiup kencang. Angin ini datang secara misterius, menyapu debu dan pasir dari tanah bahkan sampai membuat mata perih. Zhang Lingfeng kehilangan keseimbangan, pandangannya gelap seketika, dan terjatuh hingga kakinya terkilir!
“Aduh——”
Zhang Lingfeng sangat panik. Mengalami keseleo dalam permainan petak umpet ini bukanlah hal yang main-main! Dia segera memijat pergelangan kakinya mati-matian, tapi bagaimanapun dipijat, rasanya tetap sakit! Dalam kondisi seperti ini, lari sudah tidak mungkin, bahkan berjalan pun akan sangat lambat!
Seketika dahinya terus mengeluarkan keringat, matanya terus melirik ke kiri kanan, dalam hati terus memohon kepada semua dewa-dewi dan Buddha yang bisa dibayangkan, berharap Si Chen jangan sampai menemukannya saat ini!
Tidak mungkin segitunya... Gunung ini begitu besar, tak ada alasan dia bisa menemukanku secepat ini...
Ia berdiri, menggigit gigi terus berjalan maju. Bagaimanapun jarak ke puncak sekarang lebih dekat, meski setiap langkah kakinya terasa sakit yang luar biasa, Zhang Lingfeng tetap bertahan mati-matian.
Awalnya Chen Zhenxing ingin menyetir mobil ke atas gunung, tapi jalan gunung lebih terjal dari yang dia bayangkan. Terutama ada bagian jalan yang terdiri dari kerikil tajam. Jika dipaksakan, ban mobil bisa bocor. Akhirnya dia terpaksa memarkir mobil di kaki gunung. Kabur pun harus dilakukan dengan berjalan kaki.
Sebenarnya meski Li Yin bilang lebih baik lari terpisah, dalam hati dia masih ingin kabur bersama orang lain. Pria periang dan pandai bersosialisasi ini punya hubungan baik dengan semua penghuni apartemen. Yang paling dekat adalah hubungannya dengan Xia Yuan. Ketika mengetahui dari Ying Ziye bahwa Xia Yuan tewas, dia berduka selama beberapa hari. Sulit dipercayainya pria berkacamata yang selalu penuh percaya diri itu bisa mati begitu mudah. Tapi inilah kenyataannya – tak ada satupun penghuni yang dijamin bisa bertahan hidup.
“Li Yin menjadi ketua gedung yang baru, meskipun dalam hatinya bisa menerima, secara bawah sadar masih ada penolakan. Ia selalu merasa hanya Xia Yuan yang layak menjabat sebagai ketua gedung, Li Yin sendiri baru tinggal di apartemen selama satu tahun. Tentu saja, kecerdasan Li Yin tidak diragukan, namun tetap terasa kalah satu tingkat dibanding Xia Yuan. Ekspresi Xia Yuan yang selalu penuh percaya diri dan tak berubah bahkan di bawah tekanan berat, telah memotivasi banyak penghuni untuk menghadapi instruksi tulisan darah dengan aktif, sementara Li Yin sulit memberikan kesan seperti itu.
Dan...bahkan Xia Yuan sudah meninggal, bagaimana dengan penghuni lainnya? Hal ini tak pelak menimbulkan perasaan putus asa. Tapi, satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah terus menjalankan instruksi tulisan darah.
Chen Zhenxing berharap Li Yin bisa membawa harapan baru bagi para penghuni. Bagaimanapun, Xia Yuan tidak mungkin bangkit dari kematian.
"Entah bagaimana kabar A Yuan dan Bing Yang sekarang..."
Setelah menjadi penghuni apartemen, Chen Zhenxing merenung dalam kesedihan dan memutuskan bercerai dengan istrinya. Bagaimanapun, istrinya masih muda, sementara masa depannya sendiri tak bisa diprediksi setelah masuk ke apartemen ini. Di zaman sekarang, status wanita yang pernah bercerai sangat berbeda dengan janda - mantan lebih mudah menikah lagi daripada yang terakhir. Lagipula, mustahil menjelaskan alasan sebenarnya pada istrinya, kalau tidak dia akan dianggap penderita gangguan delusi.
Akhirnya, dengan menggigit gigi, dia mencari seorang gadis pekerja migran, menyuapnya dengan sejumlah uang, dan memerankannya di depan istrinya sebagai wanita simpanan, agar bisa bercerai dengan alasan perselingkuhan. Bagaimanapun, jika bercerai tanpa alasan, istrinya pasti akan terus menyelidiki penyebabnya, bahkan mungkin mengira dia punya kesulitan tersembunyi sehingga enggan bercerai. Akibatnya, Chen Zhenxing menanggung semua hinaan, bahkan anak lelakinya sendiri memandang rendah padanya, menyebutnya sebagai Chen Shimei, pria penghianat cinta. Awalnya istri sangat marah, dan karena Chen Zhenxing harus tinggal di apartemen, dia hanya meninggalkan surat perjanjian perceraian lalu pergi, menyerahkan urusan pada pengacara. Hal ini justru meyakinkan sang istri bahwa suaminya telah benar-benar berubah hati. Setelah merenungkan kepedihan, akhirnya istri menandatangani surat perceraian.
Meskipun ini sudah terjadi setengah tahun lalu, Chen Zhenxing masih merasa sakit mengingatnya kembali. Sang istri sangat mandiri. Rumah yang mereka tinggali sebelumnya sebagian besar dibiayai oleh Chen Zhenxing, dan nama pemilik sertifikat juga tercatat atas namanya. Akhirnya istri memilih pergi dari rumah, membawa anak mereka Bing Yang, bekerja sendiri untuk menghidupi anaknya.
Untuk sementara waktu, orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran semuanya menyalahkan Chen Zhenxing, bahkan orang tua kandungnya sendiri berkata jika tidak rujuk dengan istri, mereka akan memutus hubungan. Kerabat dan teman-temannya mengatakan, pria yang berselingkuh di luar masih bisa dimaklumi, sesekali tersesat juga wajar, tapi tidak perlu sampai "menceraikan" istri sah? Ada juga yang bertanya, apakah dia sama sekali tidak mempertimbangkan hak asuh anak?
Tentu saja Chen Zhenxing tidak mungkin memperjuangkan hak asuh anak, karena dia tidak bisa hidup bersama putranya. Sebagai pihak yang bersalah, bahkan jika berusaha, pengadilan kecil kemungkinan akan memberikannya.
Selama setengah tahun setelah perceraian, Chen Zhenxing rutin mengirim nafkah pada mantan istri, tapi sang istri tidak pernah menghubunginya. Lokasi baru istri cukup jauh, meski 48 jam perjalanan pulang-pergi cukup, namun tidak ada yang bisa menjamin kemacetan atau keadaan darurat. Biasanya orang tidak akan keluar apartemen tanpa keperluan. Akhirnya Chen memberanikan diri mengunjungi istri, tapi ditolak mentah-mentah.
Setelah kisahnya diketahui penghuni apartemen, semua tersentuh. Terutama Xia Yuan yang bersemangat: "Jangan putus asa! Setelah kita keluar hidup-hidup dari sini, aku akan bantu kau merayu ulang mantan istri! Meski tidak bisa cerita tentang apartemen, setidaknya kalian bisa bersama lagi!"
“Kata-kata tulus Xia Yuan membuat Chen Zhenxing sangat tersentuh, sehingga mereka menjadi sahabat karib. Keduanya berjanji, harus keluar dari apartemen bersama-sama dengan selamat!
Tapi tak disangka...Xia Yuan justru pergi lebih dulu. Sumpah masa lalu masih bergema di telinga, tapi jasad Xia Yuan bahkan sudah tak bersisa.
“Aku akan terus hidup menggantikanmu juga! Xia Yuan!”
Dari keempat orang ini, yang paling lambat larinya adalah Tang Lanxuan.
Tang Lanxuan adalah salah satu penghuni yang paling dekat dengan Li Yinsi di apartemen, dan juga punya hubungan baik dengan Chen Zhenxian. Pria berkarakter lembut dan baik hati ini adalah sosok pria baik yang khas. Di apartemen, setiap orang memanggilnya "Dokter Tang". Orang tua Lanxuan tinggal di luar negeri, dia bekerja di sebuah rumah sakit besar di kota. Sebagai dokter bedah, dia sering membantu pengobatan saat menjalankan instruksi bertanda darah, bahkan menyediakan obat-obatan dan pengetahuan medis darurat bagi para penghuni, membuat semua penghuni tersentuh. Secara diam-diam, para penghuni sepakat: jika ada penghuni apartemen yang mati dan bisa membuat lebih dari separuh penghuni menangis sedih, pastilah Dokter Tang Lanxuan ini.
Tang Lanxuan sangat mengagumi ayah Li Yin, Li Yong, yang merupakan direktur Rumah Sakit Zhengtian, rumah sakit umum terkenal di Kota K. Ibunda Li Yin menjabat sebagai ketua dewan direksi rumah sakit tersebut. Tang Lanxuan pernah menghadiri kuliah medis yang dibawakan Direktur Li, dan sangat mengagumi keahlian profesionalnya. Karena alasan ini pula, hubungannya dengan Li Yin sangat dekat. Namun ia heran mengapa Li Yin tidak meneruskan rumah sakit ayahnya, malah memilih menjadi penulis novel web. Ia pernah berdiskusi tentang pengetahuan medis dengan Li Yin, dan menemukan bakat Li Yin di bidang ini tidak kalah dari ayahnya.
Li Yin menjelaskan alasannya tidak menyukai warisan takdir semacam ini. Bagaimanapun, keahliannya tidak terbatas pada bidang medis saja. Namun Lanxuan merasa ini bukan alasan utama. Menurutnya, keengganan Li Yin menjadi dokter berasal dari sensitivitasnya terhadap kematian. Menjadi dokter berarti terus-menerus berhadapan dengan siklus hidup manusia, yang sebenarnya sangat menguji kesehatan mental.
Pernah suatu kali Li Yin berkata: "Aku merasa, semakin lama menjadi dokter, pandangan terhadap kematian manusia akan semakin tumpul. Kematian sepedih apapun tak lagi membangkitkan kesedihan. Aku tidak suka seperti itu. Merasa senang karena hidup, merasa sedih karena mati - itulah sifat manusia sejati."
“Kalimat itu terus tertanam dalam di hati Lan Xuan. Dia sangat setuju dengan pandangan Li Yin, bagi dokter, meski keahlian medis penting, tapi rasa belas kasih dan simpati juga mutlak diperlukan. Hanya dengan selalu menghormati kehidupan, seseorang akan berusaha keras menyelamatkan setiap nyawa.”
“Saat Lan Xuan berpikir demikian, mereka sudah jauh dari puncak gunung. Tiba-tiba, ponsel di saku bergetar. Dikeluarkannya, ternyata panggilan dari Li Yin.”
“Lan Xuan mengangkat telepon, bertanya: "Li Yin, ada apa?"”
“"Lan Xuan... Kalian sudah memilih 'hantu'? Barusan aku dapat pemikiran baru tentang instruksi tulisan darah, ingin berdiskusi."”
“"Oh, sudah terpilih. Ada ide apa?"”
“"Bagaimana cara memilihnya? Siapa yang jadi 'hantu'?"”
“"Dipakai suit. Yang jadi 'hantu' adalah Si Chen."”
“Li Yin sepertinya tak mendengar jelas, bertanya lagi: "Siapa? Siapa yang jadi 'hantu'?"”
“"Si Chen, dari kamar 1215 itu, yang suka main tarot."”
“Suara Li Yin mendadak meraung di telepon: "Lan Xuan! Sadarlah kamu! Lantai 12 apartemen kita paling tinggi kamar 1214, mana ada 1215? Si Chen? Mana ada penghuni bernama itu di sini?!"”
“"Li... Li Yin, jangan bercanda, bukankah Si Chen tadi berkumpul bersama kita di bawah, bilang di kamarnya ada tulisan darah..."”
“"Kamu yang harus sadar! Yang dapat instruksi tulisan darah kali ini cuma kamu, Chen Zhenxing, Yang Lin, dan Zhang Lingfeng! Mana ada Si Chen?!"”
## Lan Xuan terkejut, otaknya tiba-tiba menjadi jelas...
Benar...
Kapan apartemen kami pernah memiliki penghuni bernama Sichen? Setelah mencari-cari di basis data ingatan, orang ini sama sekali tidak ada!
Penghuni kamar 1215 yang suka meramal dengan kartu tarot, semua kenangan tentang Sichen di masa lalu...
Semuanya adalah memori palsu!
Mungkin setelah meninggalkan apartemen, mereka bertemu "itu", lalu tertipu oleh "itu" sehingga mengira "itu" juga penghuni apartemen, lalu mengikuti "itu" ke Gunung Huayan, dan bermain suit jari untuk menentukan "itu" yang jadi hantu...
Saat ini, Lan Xuan menyadari satu hal.
Artinya... mereka berempat sekarang sedang bermain petak umpet dengan "hantu" sungguhan...
## Jilid 3 Menemukanmu Bab 3 "Hantu" dan yang Bersembunyi (1)
Sebuah "hantu" sungguhan... sedang bermain petak umpet dengan mereka dan harus menemukan semua orang...
Tang Lan Xuan langsung menggigil, refleks menoleh ke belakang, langkah kakinya dipercepat sambil berlari bertanya pada Li Yin: "Li... Li Yin, menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Sebenarnya, Li Yin sebelumnya sudah menduga kemungkinan "hantu" akan muncul di hadapan mereka dengan cara ini. Dan diperkirakan, apapun metode yang digunakan untuk memilih "hantu", pasti akan jatuh pada "Sichen" yang tidak pernah ada itu.
“Li Yin terus berpikir bagaimana menghadapi situasi saat ini, akhirnya menggigit gigi dan berkata: "Lari sebodoh-bodohnya tapi pastikan jarakmu dari puncak gunung semakin jauh, rute pelarian harus sangat kacau, dan jangan mendekati tebing. Jangan sekali-kali bersembunyi di tempat tetap, begitu mudah ditemukan!"
“Ta... tahu...”
“Kalau lapar makan sambil lari, usahakan jangan berhenti. Kalau benar-benar lelah, hanya boleh istirahat sebentar dan terus awasi sekeliling. Ingat, hindari jalan sempit, tempat terbuka lebih aman! Aku akan telepon tiga orang lain, kau harus hati-hati!”
Setelah menutup telepon, Li Yin segera menghubungi Chen Zhenxing.
Chen Zhenxing yang juga sudah jauh dari puncak gunung sedang berputar-putar di lereng. Merapatkan getar ponsel, dia terkejut melihat telepon dari Li Yin.
“Halo, Li... Ketua Gedung, ada apa?”
Dalam hati Chen Zhenxing masih menganggap Xia Yuan sebagai ketua gedung, belum terbiasa memanggil Li Yin demikian.
Li Yin segera menjelaskan semuanya. Awalnya Chen Zhenxing bingung, tapi perlahan kesadarannya seperti tersiram air dingin!
Dalam ingatannya, tidak pernah ada orang bernama Si Chen!
“Mana mungkin... hal seperti itu...” Karena Chen Zhenxing baru setahun tinggal di apartemen dan hanya sekali menjalankan instruksi darah, fenomena ganjil ini sulit dicernanya.
Li Yin mengulangi peringatan yang sebelumnya diberikan kepada Tang Lanxuan, lalu berkata: "Intinya jangan panik dulu. Sebenarnya ini lebih baik, setidaknya makna instruksi berdarah sudah jelas. Kondisi seperti ini lebih baik daripada situasi yang sama sekali tidak jelas."
Kemudian, Li Yin menelepon Yang Lin...
Saat ini, Zhang Lingfeng telah tiba di lembah sisi utara Gunung Huayan. Sama sekali tidak menemukan tempat persembunyian, bahkan satu pohon pun tidak terlihat.
Dia mengeluarkan sebotol air mineral, memutar tutup botol lalu meneguk, kemudian mengusap mulutnya. Rasa sakit di kakinya sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya. Tapi meski begitu, berjalan tetap tidak nyaman. Apalagi jika harus berlari, semakin tidak tertahankan.
Jangan-jangan dia mengejarku?
Zhang Lingfeng berusaha mengingat-ingat hal terkait Si Chen, tapi tiba-tiba menyadari ingatannya tentang orang ini sangat samar. Yang lebih aneh, padahal mereka berpisah kurang dari satu jam yang lalu, tapi dia sudah tidak bisa mengingat dengan jelas wajah Si Chen.
"Aku ini kenapa ya... Apa daya ingatanku menurun?"
Zhang Lingfeng menyimpan kembali botol air mineralnya, lalu berdiri dan melanjutkan perjalanan. Baru berjalan kurang dari beberapa meter, ponsel di saku dalamnya mulai bergetar.
"Hmm? Siapa ya?"
Saat mengeluarkan ponsel dan melihat itu panggilan dari Li Yin, tepat ketika hendak membuka flip phone-nya, tiba-tiba kaki kirinya terpeleset. Dia buru-buru memegang batu besar yang menonjol di tanah, sementara ponselnya terjatuh ke tebing!
Zhang Lingfeng yang sedang menggenggam batu besar itu merasa ngeri, namun tiba-tiba bulu kuduknya langsung meremang!
Kenapa... ada jurang di sini? Tadi tanahnya masih datar dan kosong! Ketinggian jurang ini setidaknya 50-60 meter, jika jatuh...
Wajah Zhang Lingfeng langsung pucat ketakutan!
Lari... Harus secepatnya melarikan diri!
Chen Zhenxing saat ini berada di sisi barat gunung. Setelah menerima telepon dari Li Yin, ia terus berlari tanpa henti hingga hampir kehabisan tenaga.
Tapi, begitu membayangkan "hantu" sedang mencari mereka... Chen Zhenxing tidak berani berhenti atau bersantai sedikitpun!
Bagaimanapun, lawannya bukan manusia! Secepat apapun lari atau selicin apapun bersembunyi, tetap ada kemungkinan ketemu! Ini benar-benar mengerikan!
Semakin mendekati kaki gunung, jalannya semakin sulit. Tanahnya tidak rata dan dipenuhi batu-batu yang memperlambat pergerakan.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar lagi.
Chen Zhenxing segera mengeluarkan ponsel - yang menelepon... adalah mantan istrinya!
Langkahnya langsung melambat saat menerima telepon. Selama setengah tahun terakhir ia sering menghubungi mantan istrinya, tapi tak pernah diangkat. Mengapa hari ini justru mantan istri yang menghubunginya?
Begitu tersambung, suara mantan istri yang jelas terdengar terisak-isak terdengar: "Zhenxing! Buruk! Ada masalah besar! Bing Yang, Bing Yang ditabrak mobil! Sekarang sedang di ruang gawat darurat! Golongan darahnya RH negatif... Aku, golongan darahku bukan itu, bank darah tidak punya... Hanya kamu yang bisa memberikan donor darah untuknya..."
Otak Chen Zhenxing langsung kosong, tangan yang memegang ponsel mulai gemetar...
Dia memiliki golongan darah RH negatif, jenis darah yang langka ini biasanya membutuhkan donor dari keluarga saat terjadi keadaan darurat. Kebetulan anaknya mewarisi golongan darah ini...
"Bagaimana... Bagaimana ini bisa terjadi!" Jantung Chen Zhenxing seperti ditusuk pisau, bertanya: "Kenapa bisa ditabrak mobil? Parah tidak?"
Saat ini, dia bahkan lupa dengan situasinya sendiri.
"Siang tadi... saat istirahat sekolah dia main keluar, menyeberang jalan saat supir menerobos lampu merah dan menabraknya... Aku... ketika sampai rumah sakit, Bing Yang... Tubuhnya penuh darah... Dokter bilang jika... jika tidak segera ditransfusi akan sangat berbahaya! Rumah Sakit Zheng Tian..."
"Rumah Sakit Zheng Tian?" Jantung Chen Zhenxing berdebar kencang, rumah sakit itu tidak terlalu jauh, jika ngebut mungkin bisa sampai dalam satu jam...
"Anakku... Bing Yang, berapa lama dia bisa bertahan?" Chen Zhenxing hampir gila saat ini.
"Dokter sedang berusaha maksimal... Kehilangan terlalu banyak darah, kalau... kalau tidak segera ditangani, nyawanya akan terancam... Kumohon cepat datang! Di ruang gawat darurat lantai 5..."
“Chen Zhenxing tentu saja sangat panik, tapi... dia sekarang sama sekali tidak bisa meninggalkan Gunung Huayan! Begitu keluar dari Gunung Huayan, bayangannya akan mengontrol dirinya untuk bunuh diri. Dulu dia pernah melihat seorang penghuni yang tidak mempercayai perkataan Xia Yuan pergi dari apartemen. Setelah melebihi 48 jam, orang itu malah mengambil pisau dan menyembelih lehernya sendiri sampai mati! Chen Zhenxing ingat betul, sebelum bunuh diri, bayangan orang itu bergerak lebih dulu, baru kemudian orangnya ikut bergerak!”
Setelah kejadian itu, Chen Zhenxing yang semula masih menyimpan sedikit keraguan terhadap perkataan Xia Yuan, benar-benar percaya pada kengerian apartemen ini! Satu-satunya cara untuk keluar hidup-hidup dari apartemen adalah melalui 10 instruksi tulisan darah!
“Be-benar... tidak ada orang lain yang bisa donor darah?” Suara Chen Zhenxing gemetar, saat ini dia sangat ingin terbang ke rumah sakit untuk menyelamatkan anaknya, tapi jika meninggalkan Gunung Huayan akan dibunuh oleh kutukan apartemen!
“Karena memang tidak ada jadi menghubungimu!” Mantan istrinya kini mengaum: “Meski kau telah meninggalkanku, tapi Bingyang adalah anakmu! Kau tidak mau menyelamatkannya?!”
“Aku... aku... aku tidak bisa datang...” Chen Zhenxing merasa lebih baik mati daripada hidup... Mengapa kebetulan anaknya mengalami kecelakaan tepat di saat seperti ini? Masih ada lebih dari 11 jam sebelum bisa kembali ke apartemen! Jika tidak segera transfusi darah, konsekuensinya akan sangat mengerikan!
"Li Yin! Benar, Li Yin! Rumah Sakit Zheng Tian, tepatnya rumah sakit tempat ayah Li Yin bekerja. Ayah Li Yin bernama Li Yong adalah direktur Rumah Sakit Zheng Tian, sedangkan ibunya adalah ketua dewan direksi rumah sakit tersebut."
"Tunggu sebentar, A Yuan, aku akan menelepon seseorang untuk meminta bantuan……"
Kemudian, dia menutup telepon dari istrinya dan menelepon Li Yin.
"Ada apa? Chen Zhenxing?" Li Yin terkejut menerima teleponnya, mengira ada masalah besar.
"Ketua Gedung! Tolong selamatkan anakku! Anakku mengalami kecelakaan mobil dan sedang di UGD rumah sakit ayahmu sekarang! Dia sangat butuh transfusi darah……"
"Apa, apa katamu?" Li Yin terperanjat, bertanya: "Bagaimana, bagaimana kamu bisa tahu anakmu kecelakaan?"
"Ma, mantan istriku yang memberitahu lewat ponsel! Anakku bergolongan darah RH negatif tipe A, bank darah tidak punya... Hanya aku yang bisa mendonorkan darah untuknya!"
Li Yin merasa sulit mempercayainya, kebetulan yang aneh!
"Tolong, tolong hubungi ayahmu dan minta dia mencari solusi... Bukankah Rumah Sakit Zheng Tian kalau rumah sakit besar, jadi……"
"Aku mengerti. Akan kucoba bantu. Nanti akan kutanya penghuni lain apakah ada yang bergolongan darah RH negatif tipe A……"
"Terima kasih, terima kasih Li Yin!" Saat itu suara Chen Zhenxing sudah tersedu-sedu.
Setelah menutup telepon, Li Yin segera menelepon ayahnya. Tapi ponsel ayahnya ternyata mati! Mungkin sedang rapat?
“Li Yin segera menelepon ibunya yang merupakan anggota dewan direktur rumah sakit. Namun... teleponnya juga mati! Jangan-jangan ibu ikut rapat itu? Golongan darah Li Yin adalah A, tidak bisa membantu Chen Zhenxing. Li Yin buru-buru keluar kamar dan mengetuk Kamar 403 sebelah. Tak lama Ying Ziye membuka pintu, bertanya: "Ada apa? Terlihat panik. Apakah empat orang yang pergi ke Gunung Huayan bermasalah?"
“Ziye... golongan darahmu...”
“B. Ada apa?”
“Tidak, tidak ada...”
Di saat genting seperti ini, di mana bisa mencari orang bergolongan darah A RH negatif!
Melihat ekspresinya aneh, Ying Ziye segera bertanya: “Apakah golongan darah terkait dengan petunjuk darah kali ini?”
Li Yin juga gelisah. Harus bagaimana ini?
Zhang Lingfeng tidak tahu maksud telepon Li Yin tadi. Jangan-jangan dia menyadari rahasia dalam petunjuk darah?
Tapi sekarang tidak mungkin mengetahuinya. Ponsel yang jatuh dari ketinggian seperti itu pasti sudah rusak.
Sekarang dia mulai tegang. Mungkin Li Yin ingin memberitahu sesuatu yang sangat penting! Jika dia tidak tahu, konsekuensinya...
“Sial! Seharusnya aku membawa dua ponsel!”
Gunung sepi yang jarang dikunjungi ini masih begitu sunyi, tanpa suara apa pun. Justru karena itu semakin menyiksa!
“Dari mana sebenarnya hantu akan muncul? Jika ditemukan oleh Si Chen, apakah benar-benar akan mati? Bagaimana jika justru bermasalah jika tidak ditemukan? Sangat mungkin, apartemen sering menipu mereka melalui instruksi tulisan darah!”
Tapi, tidak bisa juga hanya menunggu bodoh sampai Si Chen menemukannya. Bagaimanapun, ada kemungkinan mati setelah ditemukan.
Tepat pada saat itu...
Zhang Lingfeng tiba-tiba melihat di depannya kembali tebing terjal itu, dan batu besar itu tepat berada di tepi jurang!
Apakah dirinya berputar-putar di tempat dan kembali ke sini? Gunung ini semua dataran, sama sekali tidak ada patokan, pantas saja jadi begini!
Mendekati tebing itu justru bisa melihat jalan setapak di bawah dengan jelas.
Mungkin... bisa melihat Si... Si, penghuni yang menjadi "hantu" itu, namanya Si apa ya?
Zhang Lingfeng semakin bingung, terus berpikir, orang itu namanya Si apa? Penghuni kamar nomor 121 berapa ya...
Saat itu, Zhang Lingfeng tiba-tiba menggigil hebat...
Apakah ada orang seperti itu di antara penghuni apartemen?
Dia terjatuh dengan pantat menyentuh tanah, keringat dingin terus mengucur.
Tidak ada orang itu... Sama sekali tidak ada orang seperti itu di apartemen!
Lalu... siapa dia sebenarnya?
Zhang Lingfeng terus menggeser tubuhnya ke belakang, bersandar pada batu besar itu, detak jantungnya semakin kencang!
Dia adalah... "hantu" yang sebenarnya!
Tiba-tiba, dari balik batu itu muncul tangan pucat mencengkeram bahu Zhang Lingfeng!
“Yang pertama, ketemu.”
Zhang Lingfeng tidak sempat bereaksi, seluruh tubuhnya langsung ditarik ke belakang batu oleh tangan pucat itu!
Kemudian... kesunyian maut kembali menyelimuti area ini.
## JILID 3 AKU MENEMUKANMU BAB 4 "Hantu" dan Para Penyembunyi (II)
Yang Lin saat ini sedang duduk di atas batu yang menjorok. Dia menuangkan genangan air mineral di tanah depan-nya, sehingga bayangan di belakangnya bisa terus terpantul dari genangan air tanpa harus sering menengok ke belakang.
Untungnya musim panas sudah lewat, cuaca tidak terlalu terik lagi. Kalau tidak, genangan air ini pasti akan cepat mengering. Meski gunung ini tidak lembab dan tidak ada pepohonan, suhu tanah perlahan mulai turun seiring waktu.
Saat menerima telepon dari Li Yin, Yang Lin awalnya kaget setengah mati. Tapi kemudian dia justru tenang. Situasi sebenarnya tidak berubah, dari awal pun sudah tahu gunung ini tidak akan mengizinkan mereka melewati 12 jam dengan damai. Hanya saja, fakta bahwa "hantu" ini harus mencari mereka menunjukkan bahwa ia tidak punya kemampuan merasakan posisi mereka. Jika tidak, pasti sudah bisa muncul di depan mereka kapan saja. Soalnya, dari pengalaman instruksi tulisan darah sebelumnya, "hantu-hantu" yang ditemui selalu punya kemampuan berpindah tempat secara bebas.
“Dan batasan ini, seharusnya menjadi satu-satunya jalan keluar yang diberikan apartemen kepada mereka. Memanfaatkan hal ini semaksimal mungkin adalah hal yang harus dilakukan. Berkeliling di gunung seperti lalat tanpa kepala dianggapnya sebagai tindakan yang kurang strategis. Gunung ini sangat luas, jika 'hantu' tidak bisa mengetahui posisi mereka, maka bersembunyi di lokasi spesifik justru lebih sulit ditemukan, sedangkan berkeliling sembarangan malah meningkatkan kemungkinan ketahuan.”
“Aku bukan tipe orang yang sudah ditakuti sampai ke tulang oleh apartemen,” Yang Lin meneguk lagi air mineralnya, mengusap mulutnya sambil bergumam, “Saat Xia Yuan masih hidup, aku dan dia sudah tak terhitung kali berdiskusi sampai larut malam tentang metode penyelamatan, dan berkali-kali membuat prediksi berdasarkan pengalaman penyintas penghuni. Xia Yuan benar-benar jenius... Sayang dia mati terlalu dini.”
“Tentu saja, terus bersembunyi di satu tempat juga bukan cara terbaik. Lebih baik pindah lokasi setiap setengah jam. Topografi gunung ini berliku-liku dari bawah ke atas. Semakin dekat ke puncak gunung, semakin banyak persimpangan jalan. Apalagi, 'hantu' itu kemungkinan besar akan mencari di area yang jauh dari puncak, sementara aku sengaja tidak terlalu menjauhi puncak. Jadi terlalu dekat ke kaki gunung justru minim rute pelarian. Di area banyak persimpangan, berpindah-pindah secara acak ke berbagai tempat akan menyulitkan pengejaran. Dengan berganti lokasi persembunyian setiap setengah jam... Aku tidak percaya 'hantu' itu bisa menemukanku!”
“Menyiram air di tanah sebagai pengganti cermin juga merupakan taktik yang brilian. Meskipun Yang Lin juga membawa cermin, namun cermin dari air memiliki jangkauan yang lebih luas. Tapi air terbatas, walau di tas ransel Yang Lin ada 12 botol air mineral, dia tetap perlu minum untuk mengembalikan tenaga.”
“Waktu setengah jam hampir habis. Yang Lin melihat jam tangannya, lalu berdiri dan melanjutkan perjalanan tanpa pola melalui berbagai jalan simpang.”
“Tentu saja, mustahil sama sekali tidak takut. Sebenarnya dia berusaha menekan rasa takut yang terus merayap dalam hatinya. Tapi dari pengalaman banyak penghuni sebelumnya, Yang Lin tahu semakin takut justru semakin mudah panik. Hanya dengan tetap tenang seperti Xia Yuan, menjaga ketenangan dalam situasi kritis, barulah mungkin menemukan jalan keluar yang tersembunyi di apartemen.”
“Tidak akan mudah bertemu... ‘Hantu’ itu pasti sedang mencari Zhang Lingfeng dan yang lain di bawah gunung...”
“Saat ini Yang Lin tetap berjalan dengan kecepatan normal. Dia tahu, terus berlari hanya akan menguras tenaga. Semakin ke ujung, jika stamina terkuras habis, mau lari pun tidak akan bisa.”
“Lagipula Yang Lin selalu jago atletik. Dia sangat percaya diri dengan kecepatan larinya. Sekarang, menghemat tenaga adalah prioritas utama.”
“Tentu... kemungkinan bertemu ‘hantu’ itu secara kebetulan tetap ada. Jika benar-benar bertemu, tamatlah riwayatnya. Tapi Yang Lin juga paham, dalam menjalankan instruksi bertulis darah, seringkali harus menghadapi situasi seperti roulette Rusia dimana hidup-mati murni ditentukan keberuntungan. Tidak bisa dipungkiri, faktor keberuntungan sering menjadi kunci keselamatan.”
"Sedangkan Xia Yuan bisa melewati lima instruksi tulisan darah...juga karena keberuntungannya yang sangat-sangat luar biasa! Saat melewati instruksi kelima dulu, situasi yang dihadapi Xia Yuan hampir mustahil diselamatkan. Instruksi tulisan darah menetapkan, pada suatu hari tepat tengah malam pukul 00:00 harus pergi ke persimpangan jalan, lalu tinggal di sana selama sepuluh menit sebelum boleh kembali ke apartemen. Saat itu, hanya Xia Yuan dan satu penghuni lama lainnya yang menjalankan instruksi ini.
Penghuni lama itu tewas di hari pertama! Persimpangan jalan di tengah malam yang sunyi sepi, hanya sesekali ada beberapa mobil lewat. Setelah tiba di persimpangan, Xia Yuan dan penghuni itu terus waspada terhadap kendaraan atau pejalan kaki yang lewat. Saat jarum jam menunjukkan tengah malam, tiba-tiba mereka yang tadinya berdiri di tepi jalan secara misterius berpindah ke tengah persimpangan! Kemudian dari empat penjuru persimpangan muncul truk-truk besar! Supir semua truk itu adalah tengkorak yang wajahnya sama persis!
Empat truk itu melaju dengan kecepatan tinggi, hampir mustahil untuk menghindar! Benar-benar situasi buntu!
"Keberuntungan si Xia Yuan itu benar-benar mengerikan. Tertabrak empat truk sekaligus, tapi saat ditabrak salah satunya, tubuhnya terlempar dan nyangkut di balkon gedung tinggi! Meski terluka parah, dia tetap selamat! Penghuni lain langsung hancur sampai tak tersisa...Tapi nasib sial menghampiri saat instruksi keenam, belum mulai resmi dia sudah dibunuh hantu lalu digantikan..."
Memang takdir manusia tak bisa ditebak.
Sedangkan Tang Lanxuan saat ini jauh tidak setenang Yang Lin. Dia sama sekali tidak memiliki rencana dan terus berlari ke sana kemari, tenaganya terkuras habis dengan cepat. Dia terus-menerus melihat jam, waktu sudah berlalu dua jam. Sekarang masih tersisa sepuluh jam!
Meski gunung ini sangat luas, tapi sepuluh jam... Bagaimana jika tidak sengaja bertemu...
Tang Lanxuan bahkan tidak berani memikirkannya lagi. Li Yin berjanji akan terus menganalisis jalan keluar dari instruksi darah ini, dan akan segera memberitahunya jika ada ide, tapi Li Yin bukanlah makhluk mahakuasa.
Apakah ada cara untuk menghindari pencarian "hantu"? Bersembunyi dengan metode tertentu? Bagaimana caranya?
Di gunung ini sama sekali tidak ada tempat persembunyian! Bahkan sebuah gua atau pohon pun tidak bisa ditemukan! Sementara apartemen melarang untuk meninggalkan Gunung Huayan!
Dalam kepanikan, tiba-tiba dia berpikir: Bagaimana kalau bergabung dengan Yang Lin dan yang lain? Berkumpul bersama bisa saling menguatkan dan merumuskan strategi, tiga orang biasa bisa mengalahkan satu Zhuge Liang!
Tapi dia memutuskan untuk bertanya pendapat Li Yin terlebih dahulu, lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon Li Yin.
"Halo, Li Yin?" Tang Lanxuan langsung berbicara setelah sambungan tersambung: "Begini, aku berpikir untuk bergabung dengan Yang Lin dan yang lain. Bagaimana kalau kita berkumpul berempat..."
“Sama sekali tidak boleh melakukan itu!” Saat itu Li Yin sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, dia menasihati Tang Lanxuan: “Jika kalian berkumpul bersama, target akan terlalu besar. Lagipula, jikalau ‘hantu’ itu menguntit salah satu dari kalian, bisa menemukan keempat kalian sekaligus! Selain itu, mungkin juga melanggar peraturan petunjuk darah dalam permainan petak umpet.”
“Tapi... sendirian, terlalu menakutkan...”
“Aku mengerti.” Li Yin menghela napas, berkata: “Tapi tidak boleh berkumpul. Alasan terpenting adalah... ‘hantu’ itu bisa menyamar menjadi Si Sicheng, berarti juga bisa menyamar sebagai Yang Lin dan yang lain! Bagaimana jika ‘hantu’ menemukan salah satu dari mereka, membunuh dan mengambil ponselnya, lalu kalian menelepon...”
Mendengar ini, hati Tang Lanxuan berdebar kencang. Benar... Bukankah itu berarti mencari mati sendiri? Bukankah sebelumnya Ying Ziye juga pernah bertemu hantu yang menyamar sebagai Xia Yuan?
“Kalau... Li Yin, apakah kamu sudah menemukan jalan keluar dari petunjuk darah kali ini?” Tang Lanxuan bertanya panik: “Bagaimana jika benar-benar ditemukan...”
“Tidak mudah menemukan kalian. Lanxuan, dengarkan baik-baik. Jika hantu itu bisa dengan mudah menemukan kalian, kamu tidak mungkin bisa meneleponku sekarang. Pasti apartemen membatasi pergerakan hantu tersebut, membuatnya tidak bisa merasakan posisi kalian. Artinya... selama tidak bertemu langsung, proses pencarian hantu itu tidak akan jauh berbeda dengan manusia biasa.”
“Benarkah... begitu?”
“Sudah dua jam berlalu, kalau memang bisa menemukan kalian dengan mudah, kalian semua pasti sudah bertemu Yan Wang. Selain itu, hemat tenaga sebisa mungkin, jangan terus-terusan lari. Kalau benar-benar bertemu 'hantu', lari secepat apapun tidak ada gunanya. Usahakan jangan mendekati area di bawah tebing, mudah terlihat.”
“Baik, baik...”
“Mengenai jalan keluar yang kau sebut...” Li Yin merenung sejenak, “Sementara ini belum terpikir. Bisa jadi, satu-satunya jalan keluar adalah 'hantu' tidak bisa merasakan posisi kalian. Jadi mungkin 'hantu' itu akan menggunakan cara tertentu untuk memancingmu keluar.”
“Memancing? Bagaimana caranya?”
“Aku baru saja berpikir setelah mendengar rencana berkumpulmu. Misalnya kau menerima telepon dari Yang Lin dkk yang memintamu bertemu di suatu lokasi di gunung... Jangan pergi! Tapi di telepon kau bisa bohong akan datang, lalu menjauhi lokasi pertemuan itu sejauh mungkin.”
“Maksudmu... 'hantu' mungkin akan menelepon untuk memancingku muncul?”
“Kemungkinan besar. Jadi kau bisa memanfaatkannya dengan menjauhi lokasi itu untuk mengulur waktu!”
“Bagus... ide brilian! Li Yin, kau benar-benar jenius!”
Saat Li Yin hendak menutup telepon, Ying Ziye yang sedang bersama menuju rumah sakit menyambar ponselnya dan berkata ke Dr. Tang di seberang: “Dokter Tang? Saya Ying Ziye. Jika ingin selamat, ada cara lebih baik.”
“Nona... Nona Ying?”
“Ya, saya. Caranya mudah, segera... larilah ke puncak gunung sekarang juga!”
Dr. Tang tertegun tak bisa berkata-kata!
“Nona... Nona Ying, maksudmu...”
“Benar, apa kamu pikir 'hantu' itu mungkin masih berada di puncak gunung? Petunjuk selamat yang diberikan apartemen kepada kalian pasti mencakup kondisi 'puncak gunung'. Begitu mencapai puncak, tidak mungkin naik lebih tinggi lagi. Jadi untuk melarikan diri, harus turun ke bawah. Di Gunung Huayan ada banyak jalan cabat menuju puncak, saat ini 'hantu' itu pasti sedang menyisir ke bawah untuk mencari kalian. Maka, lakukan kebalikannya - langsung larilah ke puncak gunung!”
Gagasan yang nekat! Sangat berani!
"Ta-tapi..." Suara Tang Lanxuan gemetar, "Bagaimana jika kita bertemu 'hantu' itu di jalan..."
"Tidak mungkin. Sudah dua jam berlalu, mungkinkah 'hantu' itu masih berada di jalan cabang menuju puncak? Pasti sedang menyisir berbagai lokasi di gunung untuk mencari kalian. Kecuali jika 'hantu' itu terus bertahan di jalan naik tanpa mencari kalian, tapi mungkinkah itu?"
"Tapi... tapi..."
"Dokter Tang, dengarkan baik-baik... Di manapun kamu bersembunyi di gunung ini, tidak ada jaminan keamanan mutlak! Tapi puncak gunung berbeda - justru dengan pergi ke sana kamu keluar dari rute pencarian 'hantu'! Tentu kamu tidak perlu tinggal di puncak selamanya, nanti bisa pilih rute lain untuk turun. Lagipula, semakin lama 'hantu' mungkin kembali ke puncak untuk menyisir. Bandingkan dengan berkeliaran tanpa tujuan di bawah, pikirkan baik-baik rute mana yang lebih berisiko ketahuan 'hantu'?"
Tang Lanxuan sedang mengalami pergulatan batin yang hebat.
Ini taruhan! Dan yang dipertaruhkan adalah nyawa sendiri!
“Benar, puncak gunung sekarang di dalam hatiku adalah tempat di mana ‘hantu’ itu berada. Tapi kalau dipikir-pikir, mungkinkah ‘hantu’ itu masih ada di sana sekarang? Banyak jalan cabang menuju ke atas gunung... ‘Hantu’ itu jelas tidak mungkin hanya menunggu di jalur-jalur tetap. Tentu ada kemungkinan bertemu, tapi tinggal di sini juga bisa ketahuan!”
“Nona Ying, aku...”
“Tentu keputusan untuk menerima atau tidak ada di tanganmu, aku hanya memberi saran.”
Setelah menutup telepon, Ying Ziye mengembalikan ponselnya ke Li Yin yang berdiri di samping. Saat itu, mereka berdua telah sampai di pintu masuk rumah sakit.
“Strategimu...” Li Yin merenung sejenak sebelum berkata, “Memang brilian. Tapi aku khawatir, kalau ‘hantu’ itu punya kemampuan membelah diri...”
Bagaimanapun ini adalah ‘hantu’ yang misterius, tidak aneh jika memiliki pembelahan diri.
“Kalau ada ‘pembelahan diri’ justru tidak perlu dikhawatirkan.” Ying Ziye melanjutkan, “Ada empat orang yang dicari, lebih baik perbanyak pembelahan diri untuk mencari di gunung. Tapi jumlah pembelahan diri tidak mungkin tak terbatas, kalau tidak seluruh gunung akan dipenuhi ‘hantu’. Apartemen juga tidak akan sekejam itu. Jadi meski ada pembelahan diri, tujuannya pasti untuk mencari, tidak mungkin ada yang diam menunggu mangsa di gunung.”
Saat ini di Gunung Huayan, orang yang paling menderita tentu adalah Chen Zhenxing.
Mantan istrinya menelepon lagi, kali ini suaranya masih sama histeris di ujung telepon.
“Aku mohon... mohon padamu...” Mantan istri masih terisak-isak, “Dokter bilang kondisinya kritis sekarang, setiap detik sangat berbahaya. Kalau kamu tidak segera datang... Bing Yang pasti mati! Kumohon... datanglah!”
Chen Zhenxing saat ini berlutut di lantai, air matanya mengalir deras.
"Bing Yang... Bing Yang... Kamu, pergilah cari Direktur Li... Katakan padanya, aku teman anaknya Li Yin... Minta dia cari cara... Pasti ada jalan..."
"Apa yang lebih penting dari nyawa anakmu sendiri?! Aaaaaaaaa, aku mau gila! Kalau Bing Yang mati aku juga tidak mau hidup, aku akan bunuh kamu lalu bunuh diri! Bing Yang, Bing Yang jangan mati!"
Tiba-tiba, mantan istrinya berteriak di telepon: "Dokter, dokter, tolong selamatkan anakku, tolong selamatkan dia!"
Dari seberang telepon terdengar suara hiruk-pikuk, lalu mantan istrinya tiba-tiba menjerit: "Jangan! Bing Yang! Bing Yang!"
"Apa... apa yang terjadi?" Chen Zhenxing merasa seluruh tubuhnya kaku.
"Tidak boleh—Bing Yang—"
Mati?
Anakku... mati?
Ponsel terjatuh dari tangannya, Chen Zhenxing roboh di lantai.
"Tidak... Ini tidak mungkin benar..."
Apartemen ini telah menghancurkan pernikahannya, menghancurkan hidupnya... Sekarang bahkan merenggut nyawa anak semata wayangnya...
Mengapa! Mengapa surga menyiksaku seperti ini!
Chen Zhenxing yang sudah kehilangan akal menengadah ke langit dan menjerit histeris: "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa——"
Ia terus menjerit-jerit sampai suaranya parau, tapi tetap terus berteriak. Ia sama sekali lupa, teriakan seperti ini bisa menarik perhatian "hantu".
Akhirnya, dia membenturkan kepalanya ke lantai dengan keras hingga dahinya berdarah, tapi sama sekali tidak peduli.
Saat itu dia teringat mantan istrinya juga butuh penghiburan, lalu dengan tangan gemetar mengangkat ponsel sambil menangis tersedu-sedu: "A... A Yuan, Bing Yang, Bing Yang dia..."
"Yang kedua, ketemu."
Dari ujung telepon, terdengar suara mantan istri yang dingin dan tanpa emosi.
Suara itu... sepertinya sangat dekat dari sini...
Chen Zhenxing mengangkat kepala...
Di depannya berdiri "orang" berbaju Sichen yang wajahnya lebih pucat dari kertas, tangan kanannya memegang ponsel di telinga sambil menatap Chen Zhenxing: "Yang kedua, ketemu."
Suaranya... persis sama dengan mantan istrinya!
Di waktu yang sama, Li Yin memasuki rumah sakit, bergegas ke meja resepsionis: "Permisi, apakah di ruang gawat darurat lantai 5 ada pasien bernama Chen Bingyang yang dirawat karena kecelakaan?"
Perawat jaga langsung memeriksa catatan: "Tidak, Pak, tidak ada pasien itu. Mungkin Anda salah rumah sakit?"
Seketika Li Yin tersadar! Dia segera menelepon Chen Zhenxing, tapi yang terdengar...
"Nomor yang Anda hubungi berada di luar jangkauan..."
## JILID 3 MENEMUKANMU BAB 5 "HANTU" DAN PERSEMBUNYIAN (3)
Teriakan tajam Chen Zhenxing menggema hingga Yang Lin di kejauhan mendengarnya!
Yang Lin saat ini berada tidak terlalu jauh dari Chen Zhenxing, jaraknya kurang dari dua kilometer. Karena itu, raungan itu terdengar sangat jelas olehnya!
"Itu... itu teriakan siapa?"
Kemarahan dan kesedihan yang terkandung dalam raungan itu benar-benar membuat merinding! Reaksi pertama Yang Lin adalah - ini pasti teriakan hantu!
Dia segera berlari sekencang-kencangnya, menerobos berbagai jalan kecil secara acak, hanya ingin menjauh dari area sumber raungan itu! Selama berlari, raungan itu masih terus bergema, membuat jantungnya berdebar-debar.
Tiba-tiba dia menyadari... ini sepertinya suara Chen Zhenxing! Mungkinkah... mungkinkah dia bertemu dengan hantu?
Begitu pikirannya sampai di situ, dia semakin mempercepat larinya!
Selama ini Yang Lin selalu berusaha menghemat tenaga agar tidak kelelahan. Tapi kali ini, raungan itu merusak semua rencananya. Kesadaran akan "hantu" yang berada di dekatnya membuatnya menghabiskan cadangan tenaga yang disimpannya dalam hitungan menit!
Saat berhenti, napasnya sudah tersengal-sengal, seluruh tubuhnya lemas. Tadi dia berlari minimal dua kilometer lebih. Meski prestasi atletiknya bagus, ini sudah batas kemampuannya. Sekarang dia harus istirahat dulu sebelum melanjutkan.
"'Hantu'... tidak ada di sekitar sini kan?"
Yang Lin segera menengok ke kiri-kanan, bahkan melihat ke atas. Syukurlah, "hantu" itu tidak mengejarnya.
Akhirnya dia bisa menarik napas lega...
Jika suara tadi benar-benar Chen Zhenxing, bukankah itu berarti... sudah ada satu orang yang ditemukan? Dan dari teriakan melengking tadi untuk menilai... nasib orang yang "ditemukan" hantu pasti sangat mengerikan!
Sekadar membayangkannya saja, Yang Lin sudah gemetar ketakutan.
Begitu cepat... sudah menemukan satu orang!
Padahal dia tidak tahu, Zhang Lingfeng ditemukan lebih awal lagi.
Untuk memastikan, Yang Lin menelepon Chen Zhenxing. Namun dari seberang telepon terdengar: "Maaf, nomor yang Anda hubungi tidak berada dalam area layanan..."
Tidak ada sinyal? Apa maksudnya? Chen Zhenxing tidak mungkin meninggalkan gunung ini, bukankah itu berarti...
"Tenang... tenang! Jangan panik!" Yang Lin menarik napas dalam-dalam dan menghibur diri, "Tidak apa... pasti hanya kebetulan, hantu kebetulan menemui Chen Zhenxing, kejadian seperti ini tidak akan berulang..."
Namun apapun yang dilakukannya, rasa takut dalam hatinya tak tertahankan. Yang Lin tak lagi bisa menjaga ketenangan tadi.
Ia terus mengusap keringat di dahinya, memutuskan mengubah rencana: tetap berjalan tanpa pola untuk meminimalkan kemungkinan bertemu hantu.
Dua belas jam... terlalu lama! Terlalu banyak yang bisa terjadi! Meski gunung ini luas, tetap sulit menjamin tidak akan bertemu di suatu tempat!
Rumput liar di tanah tampaknya semakin banyak, sedangkan jalan menjadi semakin tidak rata. Saat Yang Lin berjalan tiba-tiba... kakinya menginjak lubang kosong, lalu seluruh tubuhnya jatuh ke dalam lubang!
Untungnya kedalaman lubang hanya 10 meter, Yang Lin hanya mengalami luka jatuh. Tanahnya masih relatif lunak sehingga kakinya tidak patah.
Jangan-jangan ini perangkap hewan?
Yang Lin segera menengadah melihat mulut lubang di atas. Mustahil baginya untuk memanjat keluar. Lubang ini sangat sempit, hanya cukup untuk satu orang. Artinya... jika "hantu" kebetulan lewat di atas dan melihatnya...
Telepon Tang Lanxuan atau Zhang Lingfeng untuk menyelamatkanku!
Ia segera mengeluarkan ponsel, tapi begitu melihat langsung terkejut... Ponselnya ternyata rusak akibat jatuh!
Berarti sampai jam 12 malam dia harus tetap berada di lubang ini? Ini sama sekali bukan tempat persembunyian yang baik. Seandainya ada penutup di atas mungkin tidak akan terlihat, tapi sekarang... siapapun yang lewat bisa langsung melihatnya! Lubangnya sempit, tidak ada tempat untuk bersembunyi! Sekelilingnya tanah dan batu, mustahil bersembunyi!
Menggali lubang? Dia berdiri dan mencoba menggaruk tanah dengan tangan, tapi segera menyerah. Hanya mengandalkan tangan, sampai malam pun takkan bisa menggali dalam. Lagipula meski berhasil menggali lubang, tetap tidak bisa bersembunyi!
Dia mencoba memanjat naik, tapi tidak menemukan tempat berpijak... Terlalu licin! Setelah lima menit memanjat, bahkan tidak naik satu meter.
Pakai tali? Tali tebal dan panjang di tas memang mungkin berguna. Tapi... tanpa mengikat ujung lain ke sesuatu, dia tidak bisa memanjat. Setidaknya perlu seseorang memegangi talinya.
Hanya sendirian... Mustahil keluar!
Tapi karena keinginan kuat untuk bertahan hidup, dia terus mencoba memanjat...
Satu jam berlalu...
Dua jam berlalu...
Tiga jam berlalu...
Saat langit mulai gelap oleh malam, Yang Lin hampir putus asa. Melihat jam tangan, sudah lewat pukul enam, tinggal kurang dari enam jam lagi.
Ketakutan kini menguasai segalanya, bahkan rasa lapar pun tidak terasa.
Bagaimana?
Bagaimana?
Bagaimana?
"Siapa yang gali lubang ini, gua sumpahin leluhurnya!" Jarang-jarang Yang Lin mengumpat, nyaris kehilangan kendali.
HP rusak... Tali tidak bisa dipakai... Panjat pun tidak bisa...
Sekarang hanya bisa berdoa "hantu" itu tidak lewat sini.
Untung... Bulan malam ini tidak terang, mungkin dalam gelap bisa lolos?
Tapi tiba-tiba Yang Lin sadar... Jika tidak bisa kembali ke apartemen sebelum tengah malam, permainan petak umpet dengan "hantu" ini akan terus berlanjut selamanya!
Perkembangan tak terbatas... Hanya dengan memikirkannya, Yang Lin sudah merasa ngeri! Jika waktu terus berkembang tanpa batas, cepat atau lambat "hantu" pasti akan menemukannya!
Hanya ada satu cara untuk keluar... Yaitu jika salah satu penghuni yang masih hidup kebetulan melewati sini dan menemukannya, lalu menggunakan tali untuk menyelamatkannya!
Benar... benar! Jika seperti ini berarti bisa melarikan diri!
Tapi sampai saat ini, mungkinkah ketiganya sudah ditemukan oleh "hantu"? Jika ditemukan "hantu", itu berarti jalan buntu!
Jalan keluar... Apa "jalan keluar" yang dimaksud Li Yin?
Pikirkan baik-baik!
Yang Lin mengeluarkan selembar kertas dari saku, di kertas itu tertulis instruksi tulisan darah asli: "Pada 1 November 2010, sebelum pukul 12:00 siang, tiba di puncak Gunung Huayan di pinggiran kota K, lalu mulai bermain petak umpet. Pilih satu orang sebagai 'hantu', yang lain harus bersembunyi dan tidak boleh tertangkap 'hantu', selama periode ini tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan. Setelah tengah malam hari itu, baru boleh kembali ke apartemen."
Apakah sebenarnya ada jalan keluar tersembunyi dalam instruksi tulisan darah? Saat itu Ying Ziye bisa kembali dengan selamat hanya dengan menutup mata tidak melihat hantu, mungkinkah kali ini ada jalan keluar meski "hantu" menemukannya?
Batasan utama yang diberikan apartemen adalah...
Pertama, tidak boleh tertangkap oleh "hantu".
Kedua, tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan sebelum 2 November.
Tidak boleh "tertangkap"? Mungkinkah jika "hantu" tidak menyentuh tubuhnya, tidak dihitung? Dirinya yang bersembunyi di lubang ini...
Tidak, salah! Lawannya adalah "hantu"! Ini sama sekali bukan masalah!
Dan bersembunyi di sini, pasti akan tersentuh oleh "hantu"! Tidak ada tempat untuk melarikan diri!
Poin kedua, tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan sebelum 2 November... Ini adalah batasan yang selalu ada sejak dulu, dan tidak terlihat adanya "jalan keluar" yang ditinggalkan apartemen.
Lalu, sebenarnya apa yang harus dilakukan? Bukan bersembunyi dalam petunjuk tulisan darah...
Kalau dipikir, "hantu" ini meskipun memang dipilih oleh mereka, tapi sepertinya sudah ditentukan oleh apartemen. Bagaimanapun caranya, pasti Si Chen yang akan menjadi "hantu".
Tiba-tiba, otaknya tersentak.
Agak aneh!
Mengapa Si Chen menjadi hantu? Waktu itu memang ditentukan dengan suit, tapi mengapa harus menggunakan suit? Biasanya suit digunakan untuk menentukan hantu dalam permainan petak umpet, tapi bisa juga ada yang menawarkan diri.
Dalam situasi saat itu, jika Si Chen menawarkan diri, semua pasti langsung setuju. Lagipula... tidak ada yang mau jadi hantu. "Hantu" mudah dikaitkan dengan kematian, jadi semua khawatir apakah jadi hantu berarti benar-benar mati...
Tapi, apa sikap Si Chen saat itu?
Dia jelas... tidak berniat menjadi hantu!
Kalau begitu, jika ada seseorang yang sukarela menjadi hantu, bukankah Si Chen tidak akan jadi hantu?
Jangan-jangan...
Inikah jalan keluar? Mereka sendiri yang memutuskan jalan keluar yang bisa menyelamatkan nyawa?
Yang Lin terkejut dengan dugaan mengerikan ini. Jika tidak ada jalan keluar... bukankah berarti harus mengandalkan keberuntungan untuk melewati petunjuk tulisan darah ini?
Masalahnya, tidak semua orang memiliki keberuntungan sebaik itu!
Tang Lanxuan akhirnya mengambil keputusan. Dia pergi ke puncak gunung.
Perkataan Ying Ziye ternyata benar, puncak gunung benar-benar sepi.
Akhirnya tebakannya tepat. Saat tiba di puncak, Tang Lanxuan benar-benar kehabisan tenaga. Dia khawatir "hantu" sedang menunggunya di puncak, sehingga dia seperti masuk perangkap sendiri.
Namun, langit mulai gelap. Menurut saran Ying Ziye, sebaiknya tidak tinggal di puncak sampai akhir. Setelah berpikir, Tang Lanxuan memilih satu jalan untuk turun.
Li Yin masih belum menelepon. Tampaknya dia masih belum menemukan "jalan keluar".
Jadi, apakah satu-satunya cara adalah bersembunyi agar "hantu" tidak bisa menemukannya?
Saat ini, itu adalah satu-satunya metode yang bisa dipikirkan.
Sambil berjalan, dia mengeluarkan makanan dari tas dan memakannya. Karena tegang, dia tidak nafsu makan. Dua roti habis dalam beberapa gigitan, ditambah sedikit air minum.
Malam ini langit terlihat sangat gelap. Jalan yang sepi membuat Tang Lanxuan merasa menyeramkan meski tanpa kehadiran "hantu". Setiap langkahnya diatur sangat hati-hati tanpa suara.
Untungnya dia membawa senter. Cahaya yang menerangi jalan sedikit mengurangi kegelapan.
Jangan muncul... Kumohon... Jangan muncul...
Yang Lin mengunyah roti dari tasnya. Sesekali dia menengadah ke langit, tapi khawatir jika tiba-tiba "hantu" lewat?
Kalau begitu, bukankah mereka akan berhadapan muka?
Yang Lin berusaha menggali lebih banyak tanah untuk menutupi tubuh dan wajahnya, memperkirakan dalam kondisi cahaya yang redup, orang yang melihat dari atas tidak akan mengenalinya. Tapi bagaimana jika ada penghuni lain yang lewat tanpa menyadari keberadaannya? Karena itu dia sesekali mengangkat kepala...
Dia merasa dirinya hampir gila.
Waktu terus berlalu detik demi detik, kecemasan Yang Lin semakin memuncak. Mengapa belum ada satu pun penghuni yang lewat? Jangan-jangan... mereka semua sudah tewas?
Tidak, tidak mungkin! Pikirnya, mana mungkin separah itu? Paling tidak pasti masih ada satu orang yang hidup?
Namun pikiran itu terus membesar dalam hatinya, rasa takut bagai lubang hitam tak berdasar yang perlahan melahap dirinya... melahap...
Tiba-tiba di saat itu, dia mendengar suara langkah kaki di sekitarnya!
Memang rumput liar di sekitar sangat lebat, berapapun pelannya langkah, pasti akan menimbulkan suara.
Siapa itu?
Apakah "hantu"? Atau salah satu penghuni?
Tapi dia tidak bisa berteriak: "Siapa kamu?" Bagaimana jika itu "hantu"? Bukankah itu bunuh diri?
Suara langkah kaki itu semakin dekat, semakin dekat.
Yang Lin terus menaburkan lebih banyak tanah di kepalanya, menunduk sangat dalam.
Ya Tuhan... jangan sampai itu "hantu"!
Tiba-tiba seberkas cahaya menyorot ke bawah, kemudian Yang Lin mendengar suara surgawi: "Kamu... kamu siapa?"
Itu suara Tang Lanxuan!
Yang Lin segera mengangkat kepala, di tepi atas lubang berdiri Tang Lanxuan!
## JILID 3 KUTEMUKAN KAU BAB 6 "HANTU" DAN PENGENDAP (4)
Saat ini, Yang Lin terlihat seperti melihat juru selamat... tidak... dia benar-benar juru selamat!
Bukan "hantu" melainkan Dr. Tang yang menemukanku pertama kali, sungguh keberuntungan besar!
Dia segera berteriak ke arah Tang Lanxuan: "Dr. Tang! Tolong aku, aku Yang Lin!" Sambil terus membersihkan tanah di wajahnya agar Dr. Tang yang memegang senter bisa melihat jelas wajahnya.
"Benar-benar kamu Yang Lin..." Tang Lanxuan segera membuka tas ranselnya, mengambil tali rami di dalamnya, lalu menurunkan: "Yang Lin, pegang tali ini, aku akan menarikmu naik!"
Tali rami itu terjulur ke bawah. Saat Yang Lin mengulurkan tangan untuk meraih tali tersebut, tiba-tiba dia teringat sebuah dongeng.
Dongeng Grimm "Rapunzel".
Cerita ini menceritakan tentang penyihir jahat yang mengurung putri berambut sepanjang 70 kaki di menara tinggi. Seorang pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama dan memanjat rambutnya untuk bertemu sang putri. Ketika penyihir mengetahui hal ini, dia memotong rambut putri lalu menjulurkannya untuk memancing pangeran naik. Alih-alih kekasih yang dirindukan, yang muncul di jendela adalah penyihir jahat yang akhirnya menusuk mata pangeran sampai buta.
Meski berakhir bahagia seperti khas dongeng Grimm, Yang Lin sejak kecil merasa cerita ini sangat menyeramkan.
"Dan sekarang... Tali yang diulurkan Tang Lanxuan bagaikan rambut panjang putri dalam dongeng 'Rapunzel'. Siapa yang tahu konsekuensi jika memanjatnya? Apakah orang ini... benar-benar Tang Lanxuan?"
Dia ragu. Jangan-jangan setelah memanjat, "Tang Lanxuan" ini akan menunjukkan wajah aslinya yang kejam, lalu...
Terbayang-bayang dongeng itu membuat Yang Lin tiba-tiba takut memegang tali.
"Ada apa, Yang Lin?" Tang Lanxuan di atas lubang bertanya, "Kenapa tidak kau pegang talinya?"
Pegang... atau tidak?
Yang Lin tidak berani bertaruh! Ini taruhan nyawa!
"Apa... Anda benar-benar Dokter Tang?"
Mendengar ini, dia segera mengamati ekspresi Tang Lanxuan. Sekejap pun ketakutan di wajahnya bisa membuktikan kecurigaannya. Namun Tang Lanxuan justru terlihat bingung, "Apa maksudmu? Yang Lin? Tentu saja aku... Jangan-jangan kau mengira aku hantu yang menyamar?"
Adakah cara untuk membuktikan dia benar-benar Dokter Tang?
Jawabannya: Tidak ada.
Sebelumnya, Li Yin pernah memberitahunya bahwa sosok palsu Xia Yuan tetap bisa menjawab banyak hal yang hanya diketahui Xia Yuan dan Li Yin.
Tidak boleh percaya! Sama sekali tidak boleh percaya!
Tapi situasi Yang Lin berbeda dengan pangeran dalam dongeng. Pangeran bisa memilih tidak memanjat, tapi dirinya sekarang tidak punya pilihan. Bagaimana jika orang ini benar-benar Dokter Tang, sementara dia terus diam di sini... bukankah itu bunuh diri?
Adakah cara... untuk memanjat naik sekaligus memastikan Dokter Tang di depan mata bukan "hantu"?
Yang Lin memutar otaknya mati-matian, namun Tang Lanxuan sudah tak sabar, berkata: "Yang Lin! Cepat pegang tali, aku benar-benar Tang Lanxuan! Ingat? Saat kamu baru pindah ke apartemen, pertama kali aku mengunjungi rumahmu..."
"Jangan bicara itu! Sekalipun kau bilang begitu aku tetap tak percaya!" Justru semakin curiga Yang Lin bahwa Tang Lanxuan di depannya bukan manusia sejati, "Kau...kau pasti 'hantu'! Dokter Tang asli sudah kaubunuh!"
"Apa yang kau omongkan?!" Tang Lanxuan terlihat panik, "Jika tidak segera pegang tali, bagaimana jika 'hantu' datang..."
"Begini saja!" Tiba-tiba Yang Lin mendapat ide: "Dokter Tang, aku ingat...di sekitar sini ada batu besar yang menonjol, lihat itu?"
Tang Lanxuan menyorotkan senter ke samping, mengangguk: "Ya, ada."
"Dokter tentu pernah belajar prinsip tuas? Ikat satu ujung tali di kedua tanganmu, lingkarkan tali di batu itu, lalu lemparkan ujung lainnya ke bawah. Aku akan pegang erat... Setelah itu kau lompat ke lubang ini, aku bisa naik! Jika kau lakukan itu, aku akan percaya kau bukan 'hantu', lalu menarikmu kembali!"
Sebenarnya Yang Lin sedang menguji.
“Dia sangat memahami karakter Tang Lanxuan, yang merupakan sosok baik hati sejati. Untuk membantu orang lain meski harus berkorban, dia pasti tak akan menolak.” “Hati dokter seperti orang tua” adalah ungkapan yang menurut Yang Lin sangat palsu, tapi Tang Lanxuan pantas menyandang gelar tersebut.
“Jika benar ‘hantu’, mungkin tidak akan menyetujui? Tapi jika setuju lebih baik, aku bisa kabur dari sini.”
“Menyuruh Tang Lanxuan mengikat kedua tangannya dengan tali adalah antisipasi. Dengan begitu, bahkan jika dia benar-benar ‘hantu’, dia tak bisa menyentuhku saat kami berpapasan di udara.”
“Tentu saja jika benar ‘hantu’, ada banyak cara yang bisa digunakan. Tapi Yang Lin berusaha maksimal mengurangi risiko. Bagaimanapun dia tidak bisa terus tinggal di sini. Bahkan jika beruntung dan ‘hantu’ tak menemukannya, setelah lewat tengah malam, jika tidak kembali ke apartemen dalam 48 jam, konsekuensinya akan mengerikan!”
“Ekspresi Tang Lanxuan terlihat bingung, seolah tak mengapa perlu repot-repot melakukan ini.”
“Yang Lin, jika aku benar-benar ‘hantu’, bukankah lebih mudah aku langsung melompat dan membunuhmu? Masih perlu mengelabui kamu naik ke sini?”
“Jangan bicara begitu. Siapa tahu apartemen memberi batasan pada ‘hantu’, misalnya tidak bisa masuk area bawah tanah.” Yang Lin melanjutkan dengan tulus: “Dokter Tang... maafkan sikapku tadi. Aku bukan tidak percaya, tapi kamu juga tahu situasi kita. Dengan begini, aku bisa memercayaimu, dan kamu punya teman sepanjang jalan kembali ke apartemen. Tenang, aku pasti akan menarikmu naik!”
Tang Lanxuan terlihat ragu-ragu, tapi Yang Lin juga mengerti, baik dia manusia atau "hantu", pasti akan ragu. Yang paling dikhawatirkan Yang Lin adalah Tang Lanxuan takut dia tidak akan menariknya naik. Meski secara teori Yang Lin tidak punya alasan untuk tidak menariknya, kekhawatiran Tang Lanxuan itu wajar.
Yang Lin ingin bersumpah lagi, tapi Tang Lanxuan sudah bicara lebih dulu.
"Baiklah, aku setuju. Tapi kau harus benar-benar menarikku naik ya!"
"Tenang saja, Dokter Tang!"
Dalam hati Yang Lin berpikir: Setuju begitu cepat... Apa ini benar-benar Dokter Tang? Jangan-jangan aku terlalu curiga? Apa ini agak keterlaluan?
Kemudian, di mulut lubang muncul sosok Tang Lanxuan dengan tangan terikat, berkata: "Kalau begitu, pegang erat talinya."
Yang Lin mengangguk, memegang tali itu, lalu menariknya beberapa kali. Tali yang mengikat tangan Tang Lanxuan juga bergerak, memastikan ini benar-benar ujung tali yang sama, barulah lega.
"Kalau begitu, Dokter Tang, loncatlah!"
Tang Lanxuan mengangguk, lalu langsung melompat! Seketika tubuh Yang Lin juga terangkat ke atas!
Akhirnya... akhirnya bisa keluar!
Di lubang sempit ini, pasti ada maktu ketika Yang Lin dan Tang Lanxuan berpapasan di udara! Yang Lin menatap gugup ke Tang Lanxuan, tapi raut wajahnya tetap ramah...
Akhirnya, Yang Lin berhasil ditarik keluar dari lubang. Begitu kakinya menyentuh tanah, dia langsung melepaskan tali!
"Ber, berhasil!"
Ia segera melihat Tang Lanxuan di bawah lubang, akhirnya bisa bernapas lega.
"Yang Lin!" Tang Lanxuan berkata dengan panik: "Cepat, tarik aku naik!"
Yang Lin mengangguk, langsung menarik tali, namun Tang Lanxuan ternyata cukup berat...
Tapi tepat di saat ini...
Ia menyadari senter kecil di tanah yang dipegang Tang Lanxuan. Senter itu masih menyala, cahayanya mengarah ke depan.
Dalam kegelapan malam, cahaya senter kecil itu terlihat cukup terang.
Saat Tang Lanxuan ditarik hingga 3-4 meter di atas tanah, tiba-tiba mata Yang Lin membelalak!
Sekitar 100 meter di depan... cahaya senter itu menyorot sepasang sepatu!
Itu... persis sepatu yang dikenakan Si Chen!
Darah Yang Lin serasa membeku, ia segera menendang senter itu ke dalam lubang, lalu melihat ke bawah ke arah Tang Lanxuan sambil memberi isyarat 'ssst'!
Lari... atau tidak?
Tang Lanxuan lebih berat dari perkiraan, butuh sekitar 10 detik lagi untuk menariknya. Sementara "hantu" itu... hanya berjarak 100 meter lebih!
Tentu ia tahu, melepaskan tali sekarang berarti membunuh Tang Lanxuan. Baru saja pria ini mau bekerja sama, berani melompat ke lubang berbahaya... apakah sekarang ia akan berkhianat?
Tapi masalahnya... nyawanya sendiri juga terancam!
Tangan yang memegang tali mulai gemetar.
Lepaskan tali... lalu lari... lari... lari... lepaskan tali... lepaskan tali... lepaskan tali... lepaskan tali...
“Lepaskan tali”, suara ini bergema di hatinya seperti bisikan setan...
Haruskah melepaskan tali?
Haruskah...
Saat itu, dia melihat Tang Lanxuan di bawah lubang, sementara di telinganya... suara rumput terinjak pelan mulai terdengar.
Semakin... dekat! Mungkin tinggal 20-30 meter lagi!
Sementara Tang Lanxuan masih cukup jauh dari mulut lubang! Sial! Olahraga rutin kok nggak ngebakar lemak sih?
Saat itu... dalam gelap, siluet pucat perlahan mulai jelas terlihat.
Lepaskan talinya!
Bahkan Yang Lin sudah mau melepaskan genggamannya, tapi tiba-tiba bayangan Tang Lanxuan yang dulu selalu merawat mereka muncul di pikirannya.
Padahal... padahal... dirinya sama sekali bukan orang suci...
Yang Lin akhirnya menggigit gigi, menarik tali sekuat tenaga, dan Tang Lanxuan akhirnya berhasil naik!
Bersamaan dengan itu, suara dingin terdengar:
"Yang ketiga, keempat, ketemu."
Yang Lin langsung berbalik dan lari sekencang-kencangnya!
Lari! Lari! Lari! Lari!
Dia sama sekali tak berani menengok, hanya mendengar suara lari lain di belakang - mungkin Tang Lanxuan?
Yang Lin mulai menyesal... Buat apa jadi pahlawan di saat genting? Apa ada yang akan bangun monumen untuknya? Bukannya dia selalu percaya "lebih baik hidup sengsara daripada mati"?
Tapi penyesalan sudah terlambat!
Kecepatan lari Tang Lanxuan jauh tidak sebanding dengan Yang Lin. Sebenarnya, saat melihat Yang Lin membuat gerakan "ssst" tadi, dia sudah menebak segalanya. Saat itu, dia benar-benar takut Yang Lin akan meninggalkannya!
Tiba-tiba dia menyadari, seharusnya tidak ikut lari ke arah Yang Lin!
Tang Lanxuan menggerutu sambil mengeluarkan senter cadangan dari tubuhnya, langsung menyalakannya, lalu kabur ke arah berlawanan!
Tujuan menyalakan senter... sudah jelas tanpa perlu diucapkan.
Bagaimanapun, jika Yang Lin melepaskan tali di detik terakhir dan membuatnya jatuh, pasti tamatlah riwayatnya. Karena itu, sudah seharusnya membalas budinya!
Tapi Tang Lanxuan juga tidak mungkin tidak takut. Tak lama setelah menyalakan senter, dia segera mematikannya dan terus kabur.
Apakah "hantu" itu tidak bisa berpisah menjadi dua untuk mengejar mereka?
Saat ini pukul 8:30 malam. Masih tersisa tiga setengah jam menuju pukul 12!
Tiba-tiba, tanpa tahu kenapa kakinya tersandung sesuatu, Tang Lanxuan terjatuh keras ke tanah!
Tamat!
Benar-benar tamat!
Mengapa adegan umum dalam film horor ini terjadi padanya!
Tapi tidak ada siapa-siapa yang muncul. Sekitar tetap sunyi senyap.
Seketika perasaan tidak menyenangkan menyergap hati Tang Lanxuan...
Jangan-jangan... "hantu" itu pergi mengejar...
Stamina Yang Lin hampir habis. Meski potensi besar muncul dalam situasi hidup-mati, stamina tetap tidak mungkin tak terbatas.
Setiap kali dia berpikir, apakah sudah berhasil menyingkirkan "hantu" itu, tapi ketika kecepatan larinya melambat...
Saat menoleh ke belakang, dia selalu menemukan sosok putih samar itu melompat seperti kelinci mendekatinya dari jarak dua puluh meter!
Jarak itu tidak pernah bisa diperlebar lebih jauh!
Saat ini, tenaganya sudah benar-benar habis. Lari satu meter pun terasa seperti mau mati. Tapi saat menoleh, sosok putih itu masih terus melompat mendekat!
Sudah berlari setidaknya lima enam kilometer!
Tidak ada harapan lagi!
Di tengah keputusasaan, Yang Lin tiba-tiba menyadari ada lereng curam di sampingnya!
Yang Lin tahu, satu-satunya cara adalah mengambil risiko!
Lereng itu memiliki ketinggian hampir seratus meter dengan kemiringan yang curam.
Menggigit gigi, Yang Lin langsung berguling dari lereng itu!
## Volume 3 Menemukanmu Bab 7 "Hantu" dan yang Bersembunyi (5)
Berjuang mati-matian!
Setelah berguling dari lereng, tubuh Yang Lin terus teriris batu-batu sepanjang jalan. Saat sampai di dasar lereng, seluruh tubuhnya sudah penuh luka.
Dia hampir tidak percaya bisa bertahan. Saat bangkit, rasanya tubuh terkoyak, setiap langkah menyiksa. Mengangkat kepala... sosok putih itu sedang merayap turun seperti laba-laba!
Yang Lin langsung menarik napas tajam. Dia harus terus lari!
Namun, pada saat ini, dia menyadari bahwa di bawah lereng, ternyata muncul pintu masuk gua!
Akhirnya menemukan gua untuk bersembunyi!
Yang Lin tanpa ragu langsung masuk ke dalam gua! Gua ini sangat sempit, bahkan lebih kecil dari lubang sebelumnya, hampir tidak muat untuk satu orang. Namun, dia tetap merangkak sekuat tenaga ke depan.
Depan sangat gelap, Yang Lin mengeluarkan senter dari saku dan menyalakannya, menggenggamnya di mulut untuk menerangi jalan.
Gua ini tampak sangat lembab dan tidak berjalan lurus. Yang Lin terus merangkak dengan hati-hati tanpa membuat suara. Dia tidak tahu apakah "hantu" akan masuk ke gua ini untuk menangkapnya.
Atap gua selain berembun, juga ditumbuhi lumut yang segera menutupi kepala dan punggung Yang Lin. Semakin ke dalam, semakin lembab dan gua terasa... semakin menyempit!
Karena itu, setiap kali maju, pakaiannya robek. Akhirnya terpaksa membuang tas ransel untuk bisa melanjutkan.
Melihat jam tangan... pukul delapan lewat empat puluh lima menit... belum sembilan!
Tiga jam lebih! Hanya bermain petak umpet dengan "hantu" di gua ini? Bagaimana jika ujung gua ternyata tertutup?
Tingkat kesempitan gua semakin meningkat!
Awalnya, dia masih bisa merangkak, tetapi sekarang... Yang Lin hanya bisa berbaring di tanah dan merayap untuk terus maju! Gua ini seperti pipa yang membungkus seluruh tubuhnya, terus-menerus menekan tubuhnya, bahkan terasa seperti pembuluh darahnya hampir pecah!
Sebelumnya dia masih bisa menengok ke belakang, tetapi sekarang, bahkan menoleh pun tidak bisa. Tapi untungnya tidak ada suara aneh yang terdengar.
Dinding batu di dalam gua ini sangat keras, bahkan dengan menggunakan sekop pun perlu tenaga besar untuk melubanginya. Jadi, dia tidak bisa memperlebar atau meninggikan gua ini.
Tiba-tiba... di depan... muncul dua cabang jalan!
Cabang jalan?
Yang Lin langsung tercekat.
Keberadaan cabang jalan ini punya keuntungan dan kerugian.
Keuntungannya, mungkin bisa mengelabui "Hantu". Jika dia dan Hantu mengambil cabang berbeda, jarak mereka bisa semakin jauh. Tapi kerugiannya...
Dia sulit memilih!
Bagaimana jika salah satu cabang ternyata buntu? Kalau bisa balik mungkin tidak masalah, tapi kalau Hantu sudah mengejar dari belakang, tidak mungkin kembali!
Kenapa sepanjang hari ini terus-menerus berjudi?!
Harus pilih yang mana?
Waktu tidak banyak! Jika Hantu ada di belakang, harus segera memutuskan, kalau tidak...
Lempar koin? Jangan bercanda!
Lempar kerikil? Tapi tidak ada satu batu pun di sekitar!
Kedua cabang sama-sama sempit, dan tidak ada cahaya dari kedua sisi. Pilihan yang sangat sulit.
Tiba-tiba... dari belakang mulai terdengar suara gesekan di dinding gua! Kecepatannya... sangat cepat!
Sekarang... pilih salah satu secara acak!
Yang Lin menggigit bibirnya dengan kencang, hampir mengeluarkan darah, akhirnya merangkak ke jalur cabang di sebelah kanan!
Pada saat yang sama, Tang Lanxuan berjalan tanpa tujuan di Gunung Huayan.
Sebenarnya keberuntungan Tang Lanxuan benar-benar luar biasa.
Pertama, dalam situasi seperti itu, Yang Lin masih menariknya naik sebelum memilih kabur. Biasanya orang yang tinggal di apartemen itu beberapa waktu sudah kehilangan moral sepenuhnya.
Kedua, tali yang diikat di tangan saat ditarik kabur, "hantu" ternyata tidak menangkap tali itu.
Ketiga, menyalakan senter dan berpisah dengan Yang Lin, tapi "hantu" tetap mengejar Yang Lin.
Keberuntungannya sampai tingkat ini membuat Tang Lanxuan sendiri tidak percaya. Mungkin dia benar-benar sangat beruntung? Tentu, simpul tali di tangannya adalah simpul hidup yang sudah terlepas saat lari.
Apakah Yang Lin masih hidup? Teleponnya tidak bisa dihubungi, jangan-jangan sudah tewas? Sebenarnya dia tidak tahu ponsel Yang Lin rusak.
Li Yin masih belum menelepon. Apakah dia belum menemukan jalan keluar dari permainan petak umpet ini?
Tang Lanxuan melihat jam tangannya, membenci jarum jam yang bergerak terlalu lambat. Tiga jam! Waktu yang sangat panjang bisa membuat banyak perubahan. Bahkan setelah waktu habis, masih perlu waktu berkendara kembali ke apartemen.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, peneleponnya adalah... Li Yin!
Tang Lanxuan dengan gemetar mengangkat telepon, suara Li Yin di seberang berkata: "Bagaimana keadaannya?"
“Ini... Li Yin, apa kamu sudah menemukan jalan keluar?”
“Tidak... belum juga...” Li Yin juga merasa putus asa. Dalam permainan petak umpet biasa, orang pertama yang ditemukan bisa berganti peran jadi "hantu". Tapi jika Chen Zhenxing adalah orang pertama yang ditemukan... fakta bahwa dia jelas sudah tewas menjadi tidak masuk akal.
Sebenarnya, jalan keluar apa yang tersembunyi di sini?
“Beritahu aku situasi saat ini.”
Kemudian, Tang Lanxuan menceritakan pertemuannya dengan Yang Lin dan kejadian dikejar "hantu" kepada Li Yin.
“Apakah Yang Lin juga... sudah meninggal?”
“Mungkin, mungkin saja. Dia melakukannya demi aku...”
Zhang Lingfeng tidak bisa dihubungi, Chen Zhenxing dan Yang Lin juga kemungkinan besar... Apakah hanya tersisa Tang Lanxuan?
“Lanxuan...” Li Yin berjalan ke balkon, memandang kota yang diselimuti malam, berkata: “Setidaknya, satu hal sudah pasti. 'Hantu' itu tidak punya duplikat. Kalau tidak, dia bisa sekaligus mengejar Yang Lin dan kamu.”
Lanxuan mengangguk setuju, berkata: “Aku juga berpikir begitu. Tapi, hanya dengan mengetahui ini saja...”
“Ubah mode ponsel dari getar ke dering, setel volume maksimum. Lalu, lempar ponsel ke tanah dan larilah sekuat tenaga. Aku akan meneleponmu 20 menit lagi. Setelah itu, pancing 'hantu' ke lokasi itu!”
“Kamu... maksudmu...”
“Jika 'hantu' tidak punya duplikat, maka saat pergi ke sumber suara dering ponsel, berarti kamu telah mengunci posisi 'hantu'!”
“Tapi, 'hantu' akan cepat menyadari penipuan ini. Ini tidak terlalu berguna, masih ada sekitar tiga jam lagi...”
"Ya, memang akan segera ketahuan. Jadi, setelah sekitar satu jam berlalu, kamu harus kembali ke lokasi tempat membuang ponsel itu!"
Gagasan yang benar-benar mengejutkan!
"Li, Li Yin kamu..." Tang Lanxuan menarik napas tajam, bukankah ini mirip dengan rencana Ying Ziye itu? Bermain tipu-tipu lagi?
"Dengan cara ini bisa menunda waktu yang cukup lama, Lanxuan. Setidaknya sekitar satu setengah jam. Pertama, 'hantu' belum tentu langsung mendengar deringnya, tapi gunung ini sangat sepi dan luas, pasti akan terdengar. Jadi dalam satu jam pasti bisa menemukan lokasi ponsel, menyadari kamu tidak ada di sana lalu mencari kamu di tempat lain. Kamu manfaatkan kesempatan ini untuk kembali ke lokasi ini! Pergi-pulang... seharusnya bisa menunda waktu cukup lama!"
"Tapi..." Lanxuan masih ragu: "Ini terlalu berbahaya, sangat mudah ketemu! Bagaimana jika 'hantu' itu menunggu di sana seperti menunggu kelinci di pohon..."
"Tidak mungkin! Menunggu di sana mana mungkin bisa menemukanmu? Sekarang selama menemukanmu, permainan petak umpet langsung berakhir. Gunung ini banyak jalan simpang, lagipula kamu kembali setelah satu jam. Kemungkinan bertemu sama saja dengan kemungkinan tersasar lalu ketemu 'hantu'."
"Li Yin, apakah 20 menit lagi kamu menelepon terlalu cepat..."
"Apakah tenagamu sudah banyak terkuras? Baiklah... kalau begitu tiga perempat jam. Aku akan telpon tiga perempat jam lagi. Tapi, bersiaplah mental, semakin lama intervalnya semakin tidak menguntungkan bagimu."
Menerima rencana gila ini?
Tang Lanxuan merasa dirinya hampir tidak waras lagi.
Tapi, jika dipikirkan lebih teliti... cara ini memang bisa mengulur waktu lama. Lagi pula permainan petak umpet hampir berakhir, tidak masuk akal jika "hantu" itu masih menunggu mangsa.
Kemudian, Tang Lanxuan mengatur ponselnya ke mode dering dengan volume maksimum, lalu berkata pada Li Yin: "Tiga perempat jam! Tiga perempat jam lagi kamu telepon kembali!"
Setelah itu, dia meletakkan ponsel di rumput dan langsung berlari ke arah berlawanan!
Di waktu yang sama, Yang Lin yang memasuki jalur kanan justru tidak menemui jalan buntu yang ditakutinya. Suara gesekan di dinding batu belakangnya sudah tidak terdengar. Mungkinkah... "hantu" memilih jalan lain?
Tenaga fisik yang terkuras terlalu besar, Yang Lin sekarang hanya mengandalkan tekadnya. Tapi lubang gua terus menyempit!
Jika terus begini... mungkin akan sampai pada titik yang sama sekali tidak bisa maju! Sekarang seluruh tubuhnya terhimpit dinding gua yang semakin rapat, tulang-tulang terasa sakit. Setiap gerakan membutuhkan tenaga ekstra. Kecepatan pun otomatis melambat.
Akhirnya... situasi berkembang ke titik kritis.
Lubang gua sudah menyempit hingga hanya muat untuk kepala! Kecuali Yang Lin mematahkan semua tulangnya, mustahil bisa melewatinya. Tapi mungkinkah itu dilakukan?
Tidak bisa maju... berarti jalan buntu!
Untungnya, dia tidak mendengar suara gesekan di belakang. Jika "hantu" memilih jalan lain, masih bisa mundur.
Mundur? Sepertinya satu-satunya pilihan sekarang. Tapi bagaimana jika "hantu" justru ada di belakang...
Tapi, apakah ada pilihan lain? Dia tidak mungkin berubah menjadi hewan lunak tanpa tulang, terus maju!
Di dalam gua sempit itu, tidak mungkin memutar tubuh. Yang Lin hanya bisa terus menggeser tubuhnya ke belakang, menggeser. Mundur ternyata lebih mudah karena bagian belakang lebih luas daripada depan.
Tak lama kemudian, dia kembali ke jalur percabangan itu.
Ternyata "hantu" benar-benar memilih jalan lain.
Sungguh keberuntungan!
Dia terus menggeser tubuhnya ke belakang. Asal bisa keluar dari gua, maka dia bisa melarikan diri.
Dengan susah payah dia mengangkat tangannya melihat jam... pukul sembilan lewat dua puluh menit.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, waktu terasa sangat panjang. Yang Lin terus mundur, tiba-tiba... di sebelah kiri percabangan depan, terdengar suara gesekan yang sangat keras di dinding batu!
Suara itu... sangat dekat dengan posisinya!
Yang Lin langsung sangat ketakutan, buru-buru mempercepat geseran ke belakang. Akibatnya bahu dan dinding gua bergesekan keras hingga lecet. Meski sangat sakit, sekarang harus ditahan!
Dia merasakan dengan jelas, kedua lengannya pasti sudah berdarah, kulit terkikis besar-besaran! Tapi hanya dengan cara ini dia bisa mempercepat gerakan!
Menggeser ke belakang... menggeser ke belakang... menggeser ke belakang...
Gua ini tidak lurus tapi berkelok-kelok. Saat menggeser di tikungan, hampir seluruh tubuhnya melewati sudut itu, dari sudut matanya terlihat wajah pucat pasi!
## Volume 3 Menemukanmu Bab VIII "Hantu" dan yang Bersembunyi (6)
Di pintu putar apartemen, kini telah berkumpul lebih dari sepuluh penghuni.
Kerumunan ini sebagian besar karena Tang Lanxuan. Semua berharap dokter baik yang selalu merawat mereka ini bisa selamat dari instruksi berdarah kali ini.
Karena terlalu banyak orang, bahkan sofa tidak cukup untuk diduduki, banyak yang terpaksa berdiri.
"Ini kali keberapa dokter menjalankan instruksi berdarah?" Hua Liancheng bertanya pada istri di sampingnya Yi Wan: "Kedua atau ketiga?"
"Yang kedua," jawab Yi Wan. "Selain dia, yang lain semua menjalankan instruksi ketiga."
"Sungguh mengkhawatirkan..." Hua Liancheng menopang dagu dengan suara tercekat. "Dokter Tang yang begitu baik, semoga selamat. Li Yin kenapa tidak turun?"
"Katanya masih berdiskusi dengan Ying Ziye tentang cara menyelamatkan dokter..." Mata Yi Wan juga memerah. Meski tahu setiap penghuni harus melalui ini, semua tetap bergidang saat Li Yin mengabarkan bahwa Dokter Tang harus bermain petak umpet dengan "hantu" sungguhan.
Mampukah Dokter Tang lolos dari maut? Pertanyaan itu menggelayut di benak semua orang.
"Pasti bisa!" Xia Xiaomei, penghuni baru, berseru. "Aku yakin dokter pasti pulang hidup-hidup!"
“Aku rasa sulit untuk mengatakan,” kata seorang wanita muda berambut keriting cokelat berkacamata di belakang Xia Xiaomei: “Instruksi tulisan darah biasa, meskipun sama-sama akan menghadapi hantu dan siluman, tapi tidak selalu mati begitu hantu muncul. Tapi permainan petak umpet ini, aturannya jelas langsung tereliminasi kalau ketemu... Ini terlalu merugikan. Dokter... nasibnya kurang baik ya.”
“Kamu... ngomong apaan sih!” Xia Xiaomei langsung menoleh, memandangi wanita berkacamata cokelat itu dengan kesal. Karena baru pindah, dia belum hapal beberapa wajah penghuni: “Kamu... siapa? Aku yakin dokter pasti bisa kembali!”
“Namaku Ouyang Jing, tinggal di kamar 1004 apartemen ini, dulu tetangga Xia Yuan.” Penghuni bernama Ouyang Jing itu tidak marah, berkata pada Xia Xiaomei: “Aku kagum padamu, Nyonya Xia. Masuk apartemen ini tapi masih bisa optimis, kamu yang pertama. Kuharap optimismu bisa bertahan sampai akhir. Oh, panggil saja A-Jing.”
Meski kata-katanya sopan, makna tersiratnya adalah... optimisme mu tak akan bertahan lama.
Xia Xiaomei tiba-tiba tidak menyukai Ouyang Jing ini: “Kalau gitu, kamu sudah melewati berapa instruksi darah?”
“Tidak banyak, hanya tiga kali.”
Tiga kali... Di apartemen ini, itu prestasi yang cukup hebat!
Saat itu, Hua Liancheng yang berada di samping segera menarik Xia Xiaomei dan berbisik padanya, "Nona Xia... Lebih baik kamu menjalin hubungan baik dengan Nona Ouyang. Dia juga termasuk penghuni yang cukup berpengalaman, berhubungan baik dengannya tidak akan merugikanmu."
Pandangan Ouyang Jing saat ini tertuju ke luar pintu putar apartemen. Sementara semua orang khawatir akan keselamatan Dokter Tang, seorang pemuda berpenampilan mahasiswa memegang DV berdiri di belakang semua orang, merekam setiap perkataan dan tindakan mereka.
Gunung Huayan.
Wajah pucat itu, meski hanya tertangkap oleh sudut matanya, membuat Yang Lin terkejut setengah mati. Tapi dia sudah tidak bisa mundur lebih cepat lagi.
Untungnya semakin ke belakang, ruang gerak tubuhnya semakin luas. Akhirnya dia merangkak sampai ke mulut gua dan langsung menyelusup keluar.
Begitu dia keluar, terjatuh terlentang di tanah, baru saja sempat berdiri, sebuah tangan pucat tiba-tiba menyembul keluar dari dalam gua!
Yang Lin ketakutan setengah mati, langsung berguling-guling di tanah lalu bangun dan kembali berlari.
Tidak bisa kabur... "Hantu" ini benar-benar tidak bisa dihilangkan!
Dia sama sekali tidak berani menoleh, hanya terus berlari, lari, lari...
Tiba-tiba... seberkas sinar bulan menyinari tanah. Di rerumputan, Yang Lin menyaksikan pemandangan yang membuat matanya melotak!
Di atas rerumputan itu, terpantul dua bayangan!
Satu, tentu saja adalah bayangannya sendiri, sedangkan bayangan lainnya mengikuti sangat rapat di belakangnya, jaraknya bahkan tidak sampai satu meter! Bahkan bayangan itu telah mengulurkan tangan, tangannya hampir menyentuh punggungnya!
Tidak... tidak... tidak... tidak!
Aku tidak ingin mati... Aku tidak ingin mati!
Yang Lin terus mempercepat langkahnya, tenaga yang sudah terkuras seolah menyala kembali dalam tubuhnya, kekuatan yang entah dari mana memungkinkannya berlari lebih cepat! Namun, jarak antara dua bayangan di tanah tetap tidak berkurang, tangan itu... semakin mendekat!
Tidak boleh diburu "hantu"... Kalau tertangkap akan langsung tersingkir!
Namun di depan telah menanti jalan buntu yang tak terhindarkan.
Sebuah tebing curam muncul di hadapan Yang Lin!
Ini bukan lereng seperti tadi, melainkan tebing vertikal setinggi lebih dari 200 meter! Mustahil untuk melarikan diri!
Satu-satunya harapan adalah... ada tebing lain di seberang! Jarak antara dua tebing ini sekitar... empat hingga lima meter!
Meski dulu prestasi atletik Yang Lin cukup baik, kelemahannya justru pada lompat jauh! Rekor terbaiknya untuk lompat jauh statis hanya kurang dari tiga meter! Empat lima meter... Jika gagal, tubuhnya akan hancur berantakan! Jatuh dari ketinggian 200 meter lebih, sudah pasti tak ada harapan!
Namun, malaikat maut di belakangnya tidak memberinya kesempatan untuk bernapas! Sedikit saja mengubah arah lari, pasti akan tersentuh!
"Ya Tuhan... lindungilah aku!"
Yang Lin berlari ke tepi tebing, ia mengaum keras lalu melompat sekuat tenaga!
Satu meter terlompati...
Dua meter terlompati...
Tiga meter...
Tiga meter lebih sedikit...
Saat mendekati empat meter, tubuh Yang Lin terjatuh!
Ini sebenarnya rekor lompat terjauhnya saat ini, namun jarak hampir lima meter masih terlalu memaksakan!
Pada detik itu, Yang Lin sudah mengira dirinya pasti mati! Naluri bertahan hidup membuatnya meraih tebing seberang, namun gagal. Saat meluncur, tangannya masih berusaha mencengkeram dinding tebing yang licin tanpa pegangan.
Demikianlah, Yang Lin telah terjatuh lebih dari dua puluh meter!
Kedua tangannya masih mencengkram dinding tebing dengan mati-matian, namun tetap tak menemukan pegangan, tubuhnya terus meluncur.
Tiga puluh meter... empat puluh meter... lima puluh meter...
Aku akan mati... Benar-benar akan mati!
Menyadari hidupnya akan berakhir di Gunung Huayan, Yang Lin menjerit penuh penyesalan: "Tidak——"
Tubuhnya telah jatuh lebih dari enam puluh meter, kedua tangan berlumuran darah, tetap tak ada pegangan.
Saat Yang Lin putus asa dan pasrah menerima kematian...
Sepasang tangan kuat menyambutnya!
Yang Lin menengadah... Tang Lanxuan yang menggenggamnya! Tang Lanxuan menggantung di udara dengan tali rami tebal yang dipegangnya.
“Tang… Dokter Tang!” Saat ini, Yang Lin benar-benar ingin bersujud dan membungkuk kepada Tang Lanxuan! Dia telah menyelamatkan nyawanya! Awalnya mengira pasti mati, tapi Tang Lanxuan menyelamatkannya!
“Yang, Yang Lin…” Tang Lanxuan juga memandangnya dengan wajah masih dipenuhi ketakutan.
Dia mengikuti saran Li Yin, meletakkan ponsel dengan baik saat melarikan diri, tapi malah sampai di tepi jurang ini. Saat itu, matanya yang tajam telah melihat Yang Lin berlari ke arah sini, samar-samar melihat seseorang mengejarnya dari belakang! Segera dia mengambil tali rami tebal yang panjang, ujung satu diikatkan pada batu besar yang menonjol di tepi jurang, ujung lain ingin dilempar ke Yang Lin. Tak disangka saat baru selesai mengikat tali dan hendak berteriak ke seberang jurang, Yang Lin malah langsung melompat ke arahnya.
Saat itu Yang Lin terlalu gugup, ditambah terus memperhatikan bayangan di tanah, sama sekali tidak menyadari keberadaan Tang Lanxuan di seberang jurang. Melihat lompatan ini, Tang Lanxuan teringat bagaimana sebelumnya Yang Lin berani menyelamatkannya meski harus dikejar "hantu" sekarang. Dengan mengerahkan keberanian, dia menggenggam erat tali dan melompat ke bawah, akhirnya berhasil menangkap Yang Lin setelah terjatuh lebih dari enam puluh meter!
Melihat tangan Yang Lin yang berlumuran darah dan hampir terkupas satu lapisan kulit, Tang Lanxuan juga merasa ngeri melihatnya.
“Tang... Dokter Tang...” Yang Lin menatap gugup pada tangan Tang Lanxuan yang mencengkeram tali dengan erat. Menopang berat dua orang, meski talinya kuat, berapa lama Tang Lanxuan bisa bertahan?
Ketinggian di bawah kaki mereka melebihi seratus meter! Jatuh berarti kedua orang ini akan mati tanpa kuburan!
“Yang... Yang Lin...” Tang Lanxuan mengatupkan gigi, berkata: “Tenang, aku... aku tidak akan melepaskan...”
Mengingat proses jatuh tadi, Tang Lanxuan merasa seperti baru keluar dari mimpi buruk. Dia benar-benar melompat dari tebing 200 meter itu sambil memegang tali tanpa ragu!
Untungnya ujung tali lainnya diikatkan ke batu raksasa, tidak perlu khawatir.
Namun bencana belum berakhir.
Yang Lin mengangkat kepala... Seketika hampir berteriak!
Seperti adegan film Hollywood Spider-Man, di atas tebing terlihat samar-samar bayangan putih merayap di sisi tebing berlawanan, bergerak turun dengan cepat melawan gravitasi!
Kecepatannya bahkan cukup mengesankan!
Yang Lin panik mencari-cari sekeliling, berharap menemukan gua atau lubang untuk bersembunyi. Tapi yang mengerikan... permukaan tebing ini licin mengerikan!
Jalan buntu... Ini satu-satunya pikiran Yang Lin saat ini.
Dia seketika sangat menyesal karena saat itu tidak langsung meminta Tang Lanxuan menariknya naik. "Hantu" yang sebenarnya bisa turun tebing curam seperti ini dengan mudah, mana mungkin perlu menipunya untuk masuk ke lubang? Karena dia membuang-buang waktu, "hantu" itu pun datang!
Tapi di dunia ini tidak ada obat penyesal.
Yang Lin menatap tali itu, menggigit giginya, lalu meraih ujung tali sambil berkata: "Dokter Tang... lepaskan, kita panjat naik!"
Tidak ada pilihan lain!
Melihat Yang Lin memegang ujung tali, Tang Lanxuan melepaskan tangannya. Seluruh tubuh Yang Lin terguncang ke bawah, tapi segera mencengkeram erat tali. Kemudian... keduanya mulai memanjat tali ke atas!
Tang Lanxuan sama sekali tidak punya pengalaman mendaki gunung, apalagi memanjat tebing dengan tali seperti ini. Yang Lin juga merasa kehabisan tenaga. Melihat ke atas, bayangan putih di tebing seberang semakin mendekat.
Tiba-tiba bulan kembali tertutup awan gelap, membuat bayangan putih itu lenyap dalam kegelapan.
Panjat... terus panjat ke atas!
Entah sudah berapa lama memanjat, Yang Lin jelas mendengar suara dari tebing seberang.
Puncak... masih terlihat sangat jauh.
Harus bagaimana?
Harus bagaimana?
Saat ini bahkan Yang Lin menangis. Dia benar-benar di ambang kehancuran mental. Ini baru pelaksanaan instruksi tulisan darah ketiga, awalnya dikira tidak akan terlalu menakutkan. Tapi siapa sangka, dalam waktu singkat ini nyaris mati berulang kali!
Tiba-tiba, dia melihat bayangan melompat ke tebing curam sekitar belasan meter dari sini!
“Hantu”……akan datang……
Bagaimana ini? Bagaimana ini?
Tiba-tiba, ponsel di dada Tang Lanxuan bergetar. Dia memiliki dua ponsel, yang hilang adalah model lama, sedangkan ini model terbaru.
Dengan harapan terakhir, Tang Lanxuan mengeluarkan ponsel dengan satu tangan - panggilan dari Li Yin.
Dia segera menerima telepon.
Suara Li Yin terdengar: "Lanxuan? Aku akhirnya tahu jalan keluar permainan petak umpet ini! Petunjuknya ada dalam instruksi berdarah!"
## Volume 3 Menemukanmu Bab 9 Hantu dan Orang yang Bersembunyi (Bagian 7)
Tang Lanxuan bisa bersumpah, bahkan jika semua lagu indah yang pernah didengarnya seumur hidup dikumpulkan, takkan bisa menandingi kata-kata Li Yin saat ini.
Melihat bayangan hitam yang menempel di tebing dengan mengabaikan gravitasi, Tang Lanxuan berkata ke ponsel: "Li Yin... selamatkan kami! Aku dan Yang Lin sedang di tebing, kami..."
"Tebing?" Li Yin bingung, "Bagaimana bisa? Kenapa kalian..."
"Kami memegang tali di tebing tepi Gunung Huayan. 'Hantu' ini bisa menempel di tebing tanpa peduli gravitasi, mau menangkap kami!"
Seolah-olah ingin mempermainkan mereka, bayangan itu mendekat dengan lambat di tebing.
"Hantu itu sangat dekat dengan kalian?" Suara Li Yin terdengar panik.
“Ya……” Tang Lanxuan saat ini juga hampir collapse: “Tapi jarak pastinya tidak jelas, terlalu gelap……”
“Gelap?” Li Yin berpikir sejenak, buru-buru berkata: “Kesempatan bagus! Kesempatan langka!”
“Kesempatan bagus?”
“Kalian berada di area tepi Gunung Huayan?”
“Benar……”
Yang Lin melihat Tang Lanxuan di atas yang sedang menelepon Li Yin, merasa sangat terkejut. Tiba-tiba Tang Lanxuan menurunkan ponselnya dan memperlihatkannya ke Yang Lin.
Di layar ponsel tertulis satu baris kalimat.
“Lepaskan baju dan lempar ke bawah! Nanti apapun yang kukatakan, jangan dengarkan aku!”
Meski bingung, Yang Lin tahu pasti ada alasan di balik instruksi Li Yin.
Dengan satu tangan, dia membuka ritsleting jaketnya. Saat itu... bayangan hitam itu semakin dekat! Jaraknya kurang dari 5 meter!
Setelah ritsleting terbuka, dia melepaskan lengan kiri terlebih dahulu, lalu memegang tali dengan tangan kiri. Saat melepaskan lengan kanan... bayangan itu sudah hampir menyentuh!
Namun meski sangat dekat, karena kegelapan yang pekat, wajah bayangan itu tetap tak terlihat.
Di atas, Tang Lanxuan juga melepas bajunya lalu berteriak: “Yang Lin, daripada mati begini, lebih baik kita bunuh diri saja!”
Dia segera melemparkan bajunya ke bawah! Yang Lin yang mendengar perkataan itu tahu ini adalah "perkataan yang tidak boleh didengarkan", lalu juga melemparkan bajunya!
Bayangan hitam itu langsung terjun ke bawah untuk menangkap dua baju tersebut!
"Yang Lin segera menyadari, mendengar mereka akan 'bunuh diri', lalu melihat pakaian terjatuh, seolah-olah mereka benar-benar melompat. Kegelapan langit justru membantu mereka besar-besaran."
"Setelah beberapa saat, cahaya bulan kembali menyembul dari balik awan gelap!"
"Bayangan putih samar itu kini sudah mendekati dasar, baju atas telah jatuh ke tanah, sementara 'hantu' tampaknya baru menyadari itu hanya baju. Namun sudah terlambat, tubuh 'hantu' telah mendarat dengan mantap di tanah."
"Apa gunanya ini? 'Hantu' masih bisa naik lagi!"
"Yang Lin tak mengerti, apa sebenarnya maksud Li Yin melakukan ini..."
"Tiba-tiba, keajaiban terjadi!"
"Sosok di dasar tebing itu seolah terkikis angin, tubuhnya perlahan menyublim menjadi kehampaan, lalu lenyap sama sekali..."
"Tang Lanxuan juga terpana, baru sadar kembali setelah lama terdiam."
"'Hantu', 'hantu' itu menghilang?"
"Dia buru-buru mengambil ponsel, berkata pada Li Yin di seberang: 'Li Yin... Kenapa... Kenapa 'hantu'nya hilang?'"
"'Karena 'hantu' telah melanggar salah satu aturan permainan petak umpet, jadi tidak bisa lagi menjadi 'hantu' dalam permainan ini.'"
"'Melanggar aturan? Aturan apa?' Tang Lanxuan bertanya bingung."
"Masih ingat petunjuk tulisan darah itu? Ada dua batasan, pertama tidak boleh ditangkap 'hantu', kedua tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan. Selama ini apartemen telah menipu kita dengan licik. Karena pengalaman petunjuk tulisan darah sebelumnya, kita berpikir secara stereotip bahwa batasan tidak boleh meninggalkan suatu tempat pasti ditujukan pada penghuni. Namun, petunjuk tulisan darah kali ini menyebutkan dengan jelas... Setelah 'hantu' terpilih, permainan petak umpet dimulai, dan selama itu tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan."
"Ah... Mungkinkah, Li Yin..."
"Kalian tertipu... dimulai dari sini. Awalnya, kalian semua mengira bahwa 'hantu' dan yang bersembunyi harus diambil alih oleh penghuni, sehingga secara otomatis beranggapan semua orang harus mematuhi batasan tidak meninggalkan Gunung Huayan. Tapi, yang menjadi 'hantu' bukanlah penghuni, melainkan hantu sungguhan. Sejak saat ini, kalian sudah mengeluarkan 'hantu' dari syarat batasan tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan."
"Ini... maksudmu..."
"Benar. Bahkan hantu sungguhan pun harus mematuhi batasan ini! Tidak boleh meninggalkan Gunung Huayan, jika melanggar berarti melanggar aturan permainan dan tidak bisa lagi menjadi 'hantu'!"
Tang Lanxuan seolah tersambar pencerahan. Ini adalah tepi Gunung Huayan. Dua tebing ini tidak sejajar, melainkan membentuk lekukan seperti karakter '' (ren). Tebing tempat mereka berdiri berada tepat di bawah garis miring karakter tersebut. Saat turun ke bawah dari posisi mereka, itu sudah dianggap "meninggalkan" Gunung Huayan! Area di bawah sudah tidak termasuk wilayah Gunung Huayan lagi!
Pintu elevator terbuka.
“Li Yin keluar dari pintu lift, tersenyum melihat banyak penghuni yang menunggu, berkata: ‘Tenang saja, Dokter Tang dan Yang Lin sudah baik-baik saja. Mereka akan kembali ke apartemen dengan selamat.’ ”
Para penghuni awalnya terdiam, lalu menunjukkan ekspresi gembira, terutama Hua Liancheng yang langsung melompat bertanya: “Li… Ketua Gedung, apa Anda serius?”
“En. Tidak akan ada masalah lagi.”
“Tapi…” Istri Hua Liancheng, Yi Wang, yang berdiri di samping melihat jam di dinding: “Waktunya belum pukul dua belas…”
“Tidak apa. ‘Hantu’ tidak akan mengejar mereka lagi.”
Mendengar ini, Xia Xiaomei segera membuat muka lucu ke Ouyang Jing di belakangnya: “Haha, tadi siapa yang bilang Dokter Tang tidak bisa kembali?”
Ouyang Jing memandang Li Yin dengan terkejut: “Anda kan, Ketua Gedung Li? Anda menemukan jalan hidup dari instruksi tulisan darah kali ini?”
“Tepatnya, ini hasil diskusi saya bersama Ziye Ying.”
Saat itu pintu lift lain terbuka. Ziye Ying berjalan keluar dengan tenang.
Sorot mata para penghuni yang memandang Ziye Ying dipenuhi rasa terima kasih. Dari sini terlihat betapa populernya Tang Lanxuan di antara penghuni.
“Lalu… Zhang Lingfeng dan Chen Zhenxing sudah meninggal?” tiba-tiba Yi Wang bertanya: “Mereka…”
“Zhang Lingfeng tidak jelas, tapi Chen Zhenxing kemungkinan besar tewas…” Li Yin tampak sangat menyesal: “Tapi tidak ada cara. Melaksanakan instruksi tulisan darah, mustahil mengharapkan semua orang selamat.”
Gunung Huayan, Tang Lanxuan dan Yang Lin memanjat dengan sekuat tenaga. Meskipun sudah lolos dari kejaran hantu, jika sampai terjatuh karena kecerobohan, sungguh akan menjadi kematian yang sia-sia.
"Li Yin benar-benar hebat..." Yang Lin menggenggam erat tali sambil berkata: "Pantas menjadi Ketua Gedung Baru pengganti Xia Yuan! Mungkin dia bisa melewati instruksi tulisan darah ke-5 dan ke-6..."
Tentu saja, meski begitu mengatakan, menemukan jalan keluar tidaklah mudah. Bahkan jika menemukan jalan keluar, merealisasikannya belum tentu gampang. Bahkan... di instruksi tulisan darah terakhir, apakah masih ada jalan keluar pun menjadi pertanyaan besar. Mungkin di saat itu, hanya mengandalkan keberuntungan untuk bertahan.
Akhirnya, keduanya berhasil mencapai tebing dengan kondisi kehabisan tenaga. Saat kaki menyentuh tanah, barulah mereka merasakan kenyataan bahwa mereka masih hidup. Keduanya terbaring di tanah, terengah-engah. Baru sekarang mereka menyadari betapa ajaibnya bisa bertahan.
"Saya akan membalut lukamu," kata Tang Lanxuan sambil mengambil perban dari tas di tebing, "Luka seperti ini mudah terinfeksi."
Setelah membalut luka Yang Lin, Tang Lanxuan melihat jam tangannya. Sekitar pukul 22:10. Tinggal menunggu dengan tenang hingga tengah malam pukul 00:00, mereka bisa meninggalkan Gunung Huayan yang seperti mimpi buruk ini.
"Akhirnya... akhirnya kita selamat," gumam Yang Lin yang masih tidak percaya dirinya hidup. Beberapa kali sebelumnya yakin akan mati, namun selalu berhasil selamat dari maut.
"Tang Lanxuan dan Yang Lin, setelah melewati cobaan hidup dan mati, membangun persahabatan yang sangat erat."
"Dokter Tang, ini kedua kalinya kamu melewati instruksi tulisan darah, kan?" tiba-tiba Yang Lin bertanya.
"Iya. Sudah lama dengar bahwa instruksi tulisan darah semakin mengerikan di tahap akhir, hari ini aku benar-benar mengalaminya." Tang Lanxuan menatap langit berbintang, berkata: "Kalau bukan karena Li Yin, mungkin kita sudah..."
"Aku juga mulai percaya padanya. Kurasa dia pasti bisa lebih baik dari Xia Yuan."
Keduanya terbaring lemas di tepi tebing, tanpa sadar tertidur.
Saat terbangun, Yang Lin mengucek mata dan melihat jam tangannya - pukul sebelas lewat empat puluh lima menit! Tinggal lima belas menit lagi mereka bisa meninggalkan Gunung Huayan!
Dia segera membangunkan Tang Lanxuan di sampingnya: "Dokter Tang, bangun, bangun!"
Tang Lanxuan membuka mata dengan wajah masih mengantuk. Keduanya memang terlalu lelah.
"Ayo pergi, sekarang turun gunung juga waktunya cukup." Yang Lin berdiri, tidur sebentar tadi sedikit memulihkan tenaganya.
Kalau dipikir-pikir, kenapa mulai dari instruksi keenam langsung kembali ke apartemen? Mungkin... sekalipun mencoba kembali secara fisik ke apartemen, tidak mungkin!
Sukacita karena selamat perlahan memudar. Jika melewati instruksi tulisan darah saja sudah seberat ini, di masa depan... berapa lama mereka bisa bertahan hidup?
“Kedua orang itu memasuki area perkotaan dengan bingung, kembali ke kompleks apartemen mereka. Saat sampai di depan gang kecil itu, baru teringat mobil tidak bisa masuk.
Setelah turun dari mobil, keduanya terus-menerus melirik ke sekeliling dan berlari secepat mungkin ke apartemen!
Hanya apartemen... hanya di apartemenlah mereka bisa merasa aman!
Ketika sampai di pintu apartemen, semua orang yang melihat Tang Lanxuan dan Yang Lin langsung bersorak gembira.
"Selamat, Dokter Tang, yang selamat dari maut pasti akan dapat berkah!"
"Sudah kubilang Dokter Tang yang baik pasti akan dapat balasan baik!"
"Dokter Tang, kali ini semuanya berkat Ketua Li..."
Namun, wajah Tang Lanxuan dan Yang Lin justru pucat pasi, tanpa sedikit pun kegembiraan setelah lolos dari maut. Memikirkan masa depan suram membuat mereka telah melupakan sepenuhnya sukacita lolos dari kematian.
Bagaimanapun... bagi Tang Lanxuan dan Yang Lin, ini baru instruksi darah kedua (ketiga) mereka!
Saat melangkah masuk ke apartemen, semua luka di tubuh Yang Lin sembuh secara otomatis. Yang Lin merobek perban di tangannya, kulit baru telah tumbuh sempurna di lengannya, dan darahnya juga telah terisi kembali. Selama menjalankan instruksi darah, penghuni yang terluka parah sekalipun akan sembuh otomatis asalkan bisa kembali hidup ke apartemen.
Tapi kesembuhan otomatis ini hanya berlaku selama masa pelaksanaan instruksi darah. Jika terluka di luar masa itu, kembali ke apartemen tidak akan menyembuhkan.
Li Yin merasa ekspresi mereka aneh, tapi sekarang dia melihat mereka juga sudah sangat lelah, tidak baik menanyakan lebih banyak. Bagaimanapun... jika ada masalah, bicarakan besok saja.
## Volume IV Menepati Sumpah Bab 1 Jangan Bersumpah
Xia Xiaomei saat ini tertidur pulas di kelas. Tentu saja, di ruang kuliah universitas siswa seperti dia banyak sekali. Dosen hanya terus mengajar, selama kelas tidak terlalu berisik, tidak akan dihiraukan.
"Xiaomei akhir-akhir ini kurang tidur ya?" An Zi, teman sebangku Xiaomei melihatnya tidur, menggelengkan kepala berkata: "Ah... akhirnya selalu harus mencontek catatanku."
"Biasalah," Liu Yuanxin, siswa pria duduk di depan An Zi berkata: "Dia pasti sedang pacaran, kenapa pindah dari asrama perempuan ke apartemen sewaan? Haha, tidur nyenyak sekali, jangan-jangan malamnya..."
Belum selesai bicara, buku tebal 《Sejarah Seni Barat》 sudah menghantam kepala Yuanxin. Dia memegangi kepala berteriak: "Sakit sakit sakit sakit... Kenapa sih An Zi..."
"Diam saja tidak akan dianggap bisu!" An Zi lalu memandang Xiaomei dengan khawatir: "Mungkin Xiaomei ingin cari tempat tenang untuk melukis? Nilainya selalu terbaik di fakultas... Di Kampus Seni Yuecheng bulan ini, lukisan minyak terbaik memang Xiaomei."
"Tidak..."
Seorang siswi bernama Kang Yinxuan yang duduk di belakang An Zi, mengenakan kacamata tebal, berambut pendek sepinggul, dan memegang buku "Sejarah Seni Barat", berkata: "Menurutku, tingkat melukis Zong Yanzhou lebih unggul dari Xiaomei. Alasan dia tidak dihargai guru karena dia selalu melukis konten horor dan suram."
Zong Yanzhou yang mereka bicarakan adalah pria tampan luar biasa yang duduk di sudut kiri kelas, namun selalu terlihat muram.
Setelah kelas berakhir, Xia Xiaomei yang akhirnya terbangun menggosok matanya dan mengangkat kepala perlahan: "Ah... Sudah selesai?"
"Xiaomei, kenapa kamu? Begadang?" An Zi bertanya penuh perhatian: "Aku ingat dulu kamu jarang tidur di kelas."
Bagaimana tidak ngantuk? Begadang menunggu Dr. Tang pulang ke apartemen sampai dini hari. Hasilnya tidur tiga pelajaran berturut-turut.
"Sekarang kamu tinggal di mana, Xiaomei?" An Zi terus bertanya: "Kenapa tiba-tiba pindah dari asrama? Aku pernah ingin melihat apartemenmu, tapi kamu selalu melarang."
Xia Xiaomei langsung menggelengkan kepala: "Apartemenku sangat berantakan, jangan dilihat. Pindah keluar... itu keinginanku sendiri."
Terhadap orangtuanya, Xia Xiaomei hanya bisa bilang sedang menyewa apartemen sementara. Untungnya orangtuanya tidak di Kota K, kalau tidak mereka mungkin mau melihat apartemen dan kebohongannya akan ketahuan. Hal konyol seperti ini tidak akan dipercaya siapa pun.
Saat ini di kamar Xia Xiaomei belum muncul instruksi tulisan darah. Menurut perkataan Li Yin, diperkirakan sekitar sebulan lagi, instruksi tulisan darah pertama akan muncul. Konon tingkat kelulusan instruksi tulisan darah pertama cukup tinggi karena jalan keluar biasanya cukup jelas, jarang ada penghuni yang tidak selamat.
Dia membereskan tas sekolahnya dan bersiap untuk pergi. An Zi memperhatikan kondisi mentalnya yang kurang baik, selalu merasa khawatir. Tapi jika dia tidak mau bicara, tidak ada yang bisa dilakukan.
An Zi juga membereskan tasnya dan bersiap pulang. Tiba-tiba dia melihat papan lukis dan cat minyak Xia Xiaomei masih tersimpan di dalam meja kelas!
Kenapa dia bisa begitu ceroboh? Bahkan barang ini sampai terlupa dibawa?
An Zi segera mengeluarkan ponsel dan menelepon Xia Xiaomei, namun sayangnya baterai ponsel Xia Xiaomei kebetulan habis.
"Terpaksa aku yang mengantarkannya." An Zi mengangkat tasnya. Saat hendak berangkat, tiba-tiba Kang Yinxuan berkata: "Aku ikut saja, kebetulan ada hal yang ingin kubicarakan dengan Xiaomei."
Liu Yuanxin juga berdiri dan berkata: "Sebenarnya... Aku juga teringat ada beberapa hal yang perlu dibicarakan dengan Xiaomei..."
"Baiklah, mari kita pergi bersama."
Tapi setelah mengejar sampai ke luar sekolah, sampai ke gerbang sekolah, Xiaomei tidak terlihat.
"Dia pergi ke mana ya..." An Zi melirik ke sekeliling, tiba-tiba melihat Xia Xiaomei di halte bus depan sedang naik ke sebuah bus!
"Ah, Xiaomei..." An Zi segera mengejarnya, tapi bus sudah berangkat!
Ini jadi masalah! Besok harus mengumpulkan lukisan minyak sebagai tugas! Kebetulan guru Zhuang di kelas itu sangat ketat dalam memeriksa tugas, mungkin akan mengurangi nilai harian Xiaomei karena ini!
"Mengingat ini, An Zi segera berusaha menghentikan taksi. Pada saat itu, dia melihat Zong Yanzhou sedang menghentikan sebuah mobil di pinggir jalan lalu naik. Segera dia bersama Kang Yinxuan dan Liu Yuanxin berlari mengejar dan masuk ke dalam taksi!"
"Kalian... kalian mau apa?" Zong Yanzhou tertegun. An Zi tanpa ragu langsung berkata pada sopir: "Cepat, ikuti bus di depan!"
Liu Yuanxin melilitkan lengannya di leher Zong Yanzhou sambil tersenyum: "Yanzhou, kita kan teman sekelas. Bantulah, biar kami yang bayar ongkosnya..."
"Hei, aku dan kalian tidak menuju tempat yang sama..."
"Sudah kubilang kami yang bayar..."
"Aduh... kalian sedang merencanakan apa sih?"
An Zi yang duduk di kursi penumpang depan tiba-tiba menoleh dan bertanya: "Ngomong-ngomong... Liu Yuanxin, Kang Yinxuan, kenapa kalian ingin menemui Xiao Mei? Ada urusan penting?"
Liu Yuanxin menggaruk-garuk kepalanya: "Kamu harus tahu kan? Pak Zhuang sudah bilang, jika nilai lukisan kita masih tidak lulus dalam ujian seminggu lagi, nilai harian kita akan dipotong habis. Nanti kita bisa tidak lulus ujian akhir..."
Kang Yinxuan mendorong kacamatanya: "Kamu juga tahu betapa ketatnya Pak Zhuang. Dia tidak bisa ditawar. Jadi hanya Xiao Mei yang bisa memberi kita pelajaran tambahan teknik melukis."
"Oh... iya ya." An Zi tersadar: "Aku juga lupa... nilainya aku juga jelek..."
“Tak lama kemudian bus berhenti di persimpangan jalan depan, Xia Xiaomei turun dan masuk ke sebuah kompleks apartemen.”
“Xiaomei tinggal dekat sekali dengan sekolah…” An Zi berkata sambil mengeluarkan uang seratus yuan dan memberikannya ke Zong Yanzhou di belakang, “Ini, Yanzhou, kami turun dulu.”
Kemudian mereka turun dari bus. Tak disangka, Zong Yanzhou juga ikut turun.
“Kamu… kamu tidak kembali?” An Zi bertanya bingung.
“Kembaliannya.” Zong Yanzhou menyerahkan uang kembalian bus kepada An Zi, “Setelah mendengar percakapan kalian, aku juga ingin tahu tips melukis Xia Xiaomei.”
Keempat orang itu pun mengikuti Xia Xiaomei masuk ke kompleks apartemen.
Baru saja masuk, mereka melihat Xia Xiaomei belok ke sebuah gang kecil. An Zi hendak memanggilnya, tapi teringat: “Daripada ragu, lebih baik ikut melihat tempat tinggalnya.”
Keempat orang itu menyusuri gang kecil, mengikuti Xia Xiaomei melalui beberapa lorong, lalu… melihatnya masuk ke sudut jalan. Ketika mereka mendekat…
“Ini…”
An Zi dan ketiga temannya tertegun.
Ternyata itu jalan buntu!
“Apa mataku salah lihat?” An Zi membeku, lalu berpikir: “Apa Xiaomei memanjat tembok? Tapi tembok setinggi ini, bagaimana caranya?”
“Mari kita cari di tempat lain.” Kang Yinxun mengusulkan, “Mungkin tadi kita salah lihat?”
Saat mereka meninggalkan gang itu dan mulai mencari di area lain, tak satu pun dari mereka menyadari bayangan-bayangan di belakang mereka mulai berubah, satu per satu terlepas dari kaki mereka, melayang di tanah menuju gang tadi!
Sudah mencari cukup lama, tetap tidak menemukan. Keempat orang itu pun terpaksa menyerah.
Saat itu langit mulai berangsur gelap, sehingga mereka semakin tidak menyadari bahwa bayangan mereka telah menghilang.
"Terpaksa kita pergi." An Zi menghela napas, sementara Kang Yinxuan merasa ada yang aneh. Dia yakin tadi tidak salah lihat, mengapa Xia Xiaomei masuk ke gang buntu lalu lenyap begitu saja.
Setelah keluar dari labirin gang yang rumit itu, keempat bayangan itu muncul kembali dari dalam dan kembali ke bawah kaki mereka.
Jarak ke sekolah tidak terlalu jauh, bisa pulang dengan jalan kaki. Karena keempatnya adalah siswa harian, mereka memilih rute bus terdekat untuk pulang masing-masing.
Malam itu, di rumah An Zi. Saat ini An Zi berencana mandi dulu untuk menyegarkan diri sebelum kembali melanjutkan lukisannya.
Tiba-tiba An Zi teringat untuk mengeluarkan barang-barang dari saku bajunya. Dia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel, kunci rumah, dan...
Sebuah kunci.
"Hmm? Kunci ini...?"
Sebuah kunci dengan angka "1002" terukir di atasnya. Kunci ini sama sekali tidak dia ingat pernah menerimanya.
"Kunci siapa ini?" An Zi seketika bingung, lalu meletakkan kunci itu di laci, berencana membawanya ke kelas besok untuk ditanyakan.
Tiba-tiba, dia merasakan sakit tajam menyengat di jantungnya! Rasanya seperti terbakar api yang menyala-nyala!
Setelah sekitar lima enam detik, rasa sakit itu akhirnya berhenti.
"Apa... apa yang terjadi?" An Zi memegangi dadanya sambil terengah-engah, "Tadi benar-benar sakit sekali..."
Pada saat yang bersamaan...
"Kamu yakin tidak salah lihat?"
Di lantai 10 apartemen, Li Yin menunjuk pintu Unit 1002 dan bertanya kepada Ouyang Jing yang berdiri di sampingnya: "Apa kamu melihat bayangan masuk ke dalam?"
"Benar. Ketua Gedung, waktu itu kamu belum pulang. Sudah berkali-kali kutgetok pintu ini, tapi tidak ada yang membuka."
Kedatangan penghuni baru adalah hal penting, karena penghuni lama harus memberitahu mereka aturan-aturan apartemen.
Saat itu, Li Yin, Ying Ziye, Tang Lanxuan, Yang Lin, Duan Yizhe, Hua Liancheng dan lainnya berkumpul di depan pintu Unit 1002.
Li Yin terus mengetuk pintu sambil berseru: "Ada orang di dalam? Jangan takut! Kami sama sepertimu, manusia biasa! Tolong bukakan pintu!"
Namun setelah lama menunggu, tidak ada respon sama sekali.
"Hancurkan pintunya," putus Li Yin. "Lagipula bagian mana pun di apartemen ini yang rusak akan langsung pulih seperti semula."
Hal ini pernah diuji penghuni lama sebelumnya. Bahkan jika satu batu bata saja yang rusak, apartemen akan langsung memperbaiki diri. Menurut Xia Yuan, pernah ada penghuni yang mencoba meledakkan apartemen dengan bom, tapi gagal. Setelah diledakkan, apartemen langsung utuh kembali.
Li Yin, Yang Lin, dan Hua Liancheng mengerahkan seluruh tenaga mereka untuk menghantam pintu itu!
Begitu pintu terbuka, mereka langsung berlari masuk. Hua Liancheng langsung melihat... tulisan darah di dinding!
Apa mungkin? Sama seperti Ying Ziye, dapat instruksi tulisan darah di hari pertama masuk apartemen?
Tapi instruksi tulisan darah kali ini bahkan lebih aneh dari permainan petak umpet sebelumnya.
“Sepanjang hari tanggal 3 November 2010, jangan mengucapkan sumpah apapun. Namun jika bersumpah, hitungan satu minggu larangan masuk apartemen dimulai dari waktu bersumpah. Setelah satu minggu berakhir, boleh kembali ke apartemen.”
Tidak boleh bersumpah... Cukup dengan tidak bersumpah? Bahkan untuk instruksi darah pertama, ini terlalu sederhana bukan?
Namun setelah mencari ke seluruh ruangan, tidak ditemukan seorang pun.
“Cari di seluruh area apartemen!” Li Yin gugup berkata, “Meski melalui instruksi darah, tapi melebihi 48 jam tidak masuk apartemen akan mati! Cepat cari!”
Namun hingga lewat jam 10 malam, apartemen hampir dibongkar habis-habisan tetap tidak ditemukan orangnya.
Li Yin segera menyimpulkan... Kemungkinan sudah keluar dari apartemen!
Di pos penjaga gerbang kompleks, satpam sedang duduk bersila sambil menonton TV. Sikapnya benar-benar lalai dalam bertugas.
Li Yin mengetuk kaca jendela, satpam membuka jendela dan bertanya, “Hm? Ada perlu apa?”
“Pak,” Li Yin menyodorkan sebungkus rokok, “Hari ini apakah Bapak melihat orang masuk ke gang kecil itu? Wajah asing yang tidak biasa terlihat.”
Satpam menggeleng, “Mana saya ingat! Pergi sana, jangan ganggu!”
Li Yin mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu, “Pak, saya benar-benar ada urgent. Tolong ingat-ingat lagi?”
Dia langsung mengambil 500 yuan, satpam itu melihatnya lalu tersenyum lebar dan berkata: "Baik, kalau begitu, saya coba ingat-ingat ya... Hmm, hari ini banyak orang masuk ke gang itu. Tapi soal wajah asing... Oh iya, sore tadi sepertinya ada empat pemuda masuk, kelihatannya seperti mahasiswa, biasanya tidak pernah terlihat..."
## Jilid IV Janji yang Ditepati Bab II Rumah Hantu di Jepang
Hari kedua, Akademi Seni Tsukishiro.
Kelas pertama adalah sejarah seni Barat, Yanagihara Arata biasanya hanya main PSP di kelas ini. Saat ini, dia sedang menonton program hantu Jepang yang diunduh kemarin.
Program hantu Jepang larut malam ini akhir-akhir ini cukup populer, jadi jumlah unduhan di daratan Tiongkok juga melonjak, kebetulan dia menemukan situs yang menyediakan versi subtitle.
Di layar terlihat rumah biasa dua lantai yang terlihat sangat kumuh di bawah kegelapan malam, banyak bagian dinding luarnya bahkan retak.
"Selamat malam para pemirsa," pembawa acara perempuan Jepang berbaju kimono yang manis itu berkata: "Ini adalah keluarga Shinozaki terkenal di Kamakura."
Saat Yanagihara Arata yang tegang sedang serius menonton acara tentang eksplorasi rumah hantu ini, tiba-tiba terdengar suara di sampingnya: "Oh? Drama Jepang?"
"Ini... program hantu Jepang... Eh?"
Dia menoleh dan ternyata Kang Yinxuan!
"Yinxuan? Kok kamu duduk di sebelahku?"
"Tidak boleh?"
"Bukan... Bukan begitu..."
"Kemudian, sang pembawa acara wanita yang mengenakan kimono melanjutkan: 'Keluarga Shiraishi pada Tahun Showa 60 (1985 Masehi), pasangan suami istri Shiraishi yang tinggal di sini dibunuh oleh penjahat yang menerobos masuk. Hanya putri mereka yang masih dalam gendongan saat itu yang selamat. Sejak itu, banyak warga sekitar melaporkan penampakan hantu di jendela dan suara rintihan di malam hari, menyebabkan rumah-rumah di sekitarnya menjadi kosong. Ini adalah rumah hantu paling terkenal di Kamakura.'"
Pada saat itu, muncul tulisan dalam bahasa Jepang di bagian atas layar yang diterjemahkan oleh subtitle: "Perhatikan baik-baik jendela tersebut."
Yanagihara Shin segera melihat ke arah yang dimaksud, Kang Yinseon di sebelahnya juga ikut melihat.
Di belakang pembawa acara cantik berkimono itu, jendela kiri lantai dua "rumah hantu" tersebut terlihat sangat gelap, hampir tak terlihat. Namun tiba-tiba, sebuah titik putih jelas muncul di jendela!
Titik putih itu... benar-benar mirip wajah manusia!
"Pasti hasil rekayasa komputer," kata Kang Yinseun dengan sikap meremehkan, "Acara seperti ini pasti menggunakan trik untuk meningkatkan rating. Penonton juga tidak akan memverifikasi kebenarannya."
"Jangan begitu dong," Yanagihara Shin tersenyum, "Nanti hilang rasa misteriusnya."
Pembawa acara berkimono itu melanjutkan: "Mari kita bersama kru film masuk ke dalam rumah hantu ini."
Lensa kamera mulai bergerak mendekati pintu masuk.
Pintu gerbang terlihat berkarat dan dipenuhi sarang laba-laba, halaman dalam tumbuh liar dengan rumput yang hampir setinggi lutut.
Pintu sama sekali tidak terkunci, terbuka dengan mudah saat didorong perlahan.
"Ah, Risa juga merasa takut sekarang..." Pembawa acara berbaju kimono bernama Itabashi Risa ini sepertinya sudah cukup lama membawakan program ini. Meski mengaku takut saat memasuki rumah hantu ini, nada suaranya sama sekali tidak mengandung unsur "ketakutan".
Di dalam terlihat ruangan bergaya Jepang khas dengan lantai kayu yang sudah mulai lapuk. Seluruh bagian luar ruangan dipenuhi pintu geser. Koridor berkelok-kelok terlihat sunyi saat pembawa acara membawa mikrofon menuju salah satu ruangan.
Meski tahu titik putih di jendela tadi mungkin hasil editan pasca produksi, Yanagihara Shin tetap merasa merinding. Ini adalah rekaman bergenre dokumenter yang sangat berbeda dengan film horor.
Pintu geser terbuka menampilkan ruangan bertatami dengan meja di tengah, dan di sudut ruangan terlihat beberapa boneka yang tampak usang.
Pembawa acara Risa perlahan mendekati boneka-boneka itu sambil berkata: "Para pemirsa, inilah ruang tamu tempat almarhum Tuan Shinozaki dahulu meninggal. Ruangannya sangat kecil dengan hampir tidak ada perabotan lain. Boneka-boneka ini... konon Tuan Shinozaki adalah ahli pembuat boneka semasa hidupnya."
Di sudut ruangan terdapat tiga boneka. Kamera memberikan close-up pada boneka-boneka tersebut.
"Ini adalah……" Perhatian Kang Yinxuan juga terfokus pada hal ini.
Tiga boneka itu semuanya memiliki mata yang dicungkil! Lubang mata yang kosong menghadap kamera, terlihat agak menyeramkan. Wajah boneka-boneka itu sangat pucat, dan semuanya berbentuk boneka perempuan.
Pembawa acara wanita bernama Risa ini entah berani atau bagaimana, malah mengambil boneka itu dan mulai meraba-raba, bahkan mulai mengomentari kualitas kerajinan boneka tersebut……
"Orang Jepang memang aneh... Apa dia benar-benar tidak takut sama sekali?"
"Mungkin rumah hantu ini sepenuhnya fiksi," kata Kang Yinxuan: "Boneka ini tentu hanya properti biasa. Jika benar ada tempat yang begitu menakutkan, dan sudah berhantu sejak awal tahun Showa 60, pemerintah lokal pasti sudah merobohkan rumah ini kan?"
Begitukah... Tapi Yanahara Shin merasa, jika ini benar rumah hantu asli, itu akan sangat menegangkan.
Tiba-tiba, Risa meletakkan boneka itu, melihat jam tangannya dan berkata: "Penonton, waktu munculnya jeritan penuh kesedihan sudah segera tiba..."
Mendengar ini, Yanahara Shin juga mulai merasa tegang.
Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh bahunya!
Dia kaget setengah mati, berbalik cepat, ternyata An Zi!
"An... Zi, jangan nakut-nakuti aku dong. Jantungku hampir berhenti..."
"Xiao Mei belum datang ke sekolah, HP-nya masih mati... Dia tidak menghubungi kalian?"
"Tidak," Yanahara Shin berpikir sejenak lalu berkata: "Mungkin dia ada urusan mendadak? Nanti pasti akan menghubungimu."
"Aku masih khawatir, akhir-akhir ini dia sangat aneh... Banyak hal yang tidak normal..."
Sekarang, Xia Xiaomei berada di lobi lantai satu apartemen. Li Yin mengusulkan untuk memilih beberapa orang secara bergiliran menjaga lobi, mengantisipasi kemungkinan penghuni baru yang penasaran kembali ke apartemen. Begitu ada yang datang, mereka akan langsung diberi tahu tentang rahasia apartemen ini. Xia Xiaomei dengan sukarela mengajukan diri.
"Kamu kan masih harus sekolah?" kata Li Yin waktu itu. "Memangnya baik-baik saja bolos?"
"Tidak apa! Kita sedang berusaha menyelamatkan nyawa orang!" Xia Xiaomei dengan semangat menggebu-gebu mengambil alih tugas ini, seperti tak ada orang lain yang layak selain dirinya. Akhirnya Li Yin menyetujui.
Tapi dia tidak tahu... andai saja dia kembali ke kampus, pasti akan langsung menemukan keempat "penghuni baru" itu...
Siang hari, kelas Guru Zhuang dimulai. Begitu masuk, dia langsung mengumumkan kabar yang membuat semua orang limbung: "Ujian seni diubah mendadak menjadi besok! Yang namanya disebut harus tinggal setelah jam sekolah di ruang seni untuk les tambahan!"
Seketika ruangan gempar, protes bergemuruh. Tapi Guru Zhuang yang otoriter melanjutkan: "Keputusan sudah final! Sekarang saya bacakan nama: Zong Yanzhou, An Zi, Kang Yinxuan, Liu Yuanxin!"
Keempat orang yang disebut saling pandang satu sama lain. Mereka langsung sadar... masalah besar datang...
Sepanjang pelajaran, keempatnya hampir tidak menyimak apa pun. Ujian besok?
Usai kelas, tatapan Guru Zhuang mengunci keempat murid itu. Tak satu pun bisa kabur. Mereka terpaksa tinggal.
"Tahu kenapa hanya kalian berempat yang saya tinggalkan?"
Di dalam ruang seni yang luas dan sepi, keempat siswa tersebut terlihat muram, sementara Liu Yuanxin yang pertama kali berbicara: "Ta... tahu."
"Oh, kalau begitu kamu jelaskan."
"Karena lukisan kami... kurang bagus..."
"Lukisan kalian bukan hanya kurang bagus, tapi benar-benar tanpa jiwa!" Bu Zhuang mengeluarkan setumpuk kertas gambar, berkata: "Ini adalah tugas kalian semester ini! Kecuali Zong Yanzhou yang masih bisa dikatakan mulai memahami dasar-dasar, yang lain membuatku curiga apakah kalian masuk Akademi Seni Yuecheng melalui hubungan belakang!"
An Zi menerima gambar yang dibagikan, memandangi lukisannya sendiri yang ada di atas kertas itu. Ia mengamati berulang kali, merasa memang karyanya tidak terlalu istimewa, tapi apakah sampai seburuk itu?
Liu Yuanxin dan Kang Yinxian jelas-jelas tidak setuju dengan perkataan Bu Zhuang, tapi... apakah bisa membantah?
Justru Zong Yanzhou, setelah menerima gambar-gambar itu, berkata: "Memang kemampuan seniku masih belum matang, semoga guru bisa lebih banyak memberikan bimbingan."
"Bagus! Sikap seperti inilah yang diperlukan!" Bu Zhuang terlihat puas dengan introspeksi Zong Yanzhou, melanjutkan: "An Zi, coba kamu jelaskan, di mana letak masalah karyamu?"
"Hmm... Karyaku... mungkin di bagian pewarnaan..."
"Pewarnaanmu memang buruk tak tertolong! Tapi yang utama adalah objek yang kamu gambar benar-benar kaku tanpa kehidupan! Jelas-jelas karya yang dibuat terburu-buru!"
"Ah... Tapi aku..."
"Dan kamu, Kang Yinxian! Karyamu, bagian pewarnaan masih bisa dipuji, tapi sama sekali tidak menguasai rasa jarak pada objek! Terutama di bagian detail-detail tertentu..."
Begitu terus-menerus berbicara selama sekitar setengah jam, lukisan di tangan keempat orang itu hampir menjadi aib bagi seluruh Akademi Seni Yuecheng. Saat ini, Liu Yuanxin sudah mulai mengutuk Guru Zhuang dalam hatinya dengan menggambar lingkaran-lingkaran...
"Jadi!" Guru Zhuang menepuk podium dengan keras, berkata: "Tingkat kalian saat ini ingin lulus ujian besok adalah mustahil! Sekarang, aku akan melukis langsung di depan kalian! Agar kalian tahu apa itu seni lukis sebenarnya!"
Hal ini membuat keempat orang tersebut terkejut, tapi kemudian mereka mulai menyadari...
Mungkin harus menunggu sampai larut malam...
Siapa yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melukis ini? Dan demi demonstrasi, pasti akan dilukis dengan lebih detail. Setelah selesai pasti masih harus memberikan tanggapan dan sejenisnya...
Tapi tidak ada cara lain, hanya bisa menontonnya melukis.
Guru Zhuang membuka lemari pajangan di belakang ruang seni, mengambil model untuk melukis, meletakkannya di podium, kemudian memasang kanvas, mengeluarkan cat dan palet, menggulung lengan bajunya, dan mulai melukis.
Keempat murid hanya bisa menatap tanpa berkedip dengan perasaan pasrah. Mereka sangat paham bahwa setelah selesai, Guru Zhuang pasti akan mengajukan banyak pertanyaan. Jika sekarang tidak memperhatikan dengan seksama, mereka akan celaka.
Namun, keempatnya tidak bisa tidak mengakui keahlian Guru Zhuang dalam seni lukis minyak yang sangat tinggi. Konon di masa mudanya dia pernah mengadakan pameran tunggal, Akademi Seni Yuecheng mengeluarkan dana besar untuk merekrutnya sebagai mentor departemen lukis minyak.
Saat melihatnya perlahan menggambar garis-garis, pikiran Liu Yuanxin tetap sulit fokus. Dalam hati masih memikirkan program hantu itu.
Waktu berjalan perlahan, ketika Guru Zhuang akhirnya mulai mewarnai, hari sudah sangat larut.
"Itu... Guru..." Liu Yuanxin bertanya, "Bagaimana kalau kita... makan dulu? Guru juga bisa istirahat sebentar..."
"Buru-buru apa! Anak muda telat makan sedikit kenapa! Terus perhatikan! Makan setelah saya selesai melukis!"
Liu Yuanxin buru-buru menyarankan, "Kalau begitu... kita pesan antar saja, boleh kan? Sambil makan sambil lihat..."
"Baik, terserah kalian."
Seperti mendapat pengampunan, Liu Yuanxin segera menelepon. Permintaan orang sekitar juga tidak muluk, suasana hati untuk makan sudah hilang. Memikirkan ujian besok dengan Guru Zhuang yang ketat ini...
Ketika pesanan antar tiba, proses pewarnaan baru setengah selesai. Terlihat Guru Zhuang melukis dengan sangat teliti, matanya sama sekali tidak berpaling dari kanvas.
Saat akhirnya selesai, keempat orang itu tak bisa menyembunyikan kekaguman pada keahlian Guru Zhuang. Lukisan minyak ini tampak biasa, namun terasa hidup dengan perpaduan warna, latar belakang, dan detail yang sempurna. Zong Yanzhou sampai terpana memandanginya.
Kemudian Guru Zhuang berkata, "Sekarang kalian beri evaluasi untuk lukisan ini. Utarakan perasaan sejati kalian, jangan cari muka."
Zong Yanzhou langsung menyahut, "Guru, bagian latar belakang lukisan ini yang terbaik. Karena..."
Sementara Zong Yanzhou berbicara, Liu Yuanxin sudah hampir tertidur. Tapi tidak boleh menunduk ke meja, hanya bisa berharap sesi ini cepat berakhir.
"Sekitar satu jam berlalu, Guru Zhuang akhirnya berkata, “Apa yang saya ajarkan hari ini harus kalian ingat. Pastikan setiap detail yang saya lukis sebelumnya tertanam kuat dalam ingatan kalian. Ingat, permintaan saya tetap sangat ketat. Ujian besok, jika tidak mencapai setengah level lukisan ini, berarti tidak lulus! Nilai harian juga dianggap tidak lulus! Jika begitu, kecuali ujian akhir kalian mencapai nilai sempurna, baru saya mungkin memberi kalian kredit.”
Kemudian, nada bicaranya berubah, “Apakah kalian yakin bisa lulus ujian besok?”
“Yakin!”
Keempat orang ini, meski tidak yakin, tetap harus menjawab yakin.
“Benarkah? Bagaimana jika tidak lulus?”
Liu Yuanxin saat ini hampir tidak tahan. Sudah sampai di sini masih tanya 'bagaimana'? Bukankah konsekuensinya cuma tidak dapat kredit?
Ia menggigit gigi, tiba-tiba mengeluarkan PSP-nya dan membukanya, menunjuk tayangan program supranatural di layar, “Guru, lihat ini? Ini rumah hantu terkenal di Kamakura, Jepang. Saya bersumpah, jika besok kami tidak lulus ujian, biar hantu di dalamnya datang ke China untuk menemui kami! Cukup?”
Lalu ia menoleh ke tiga orang di belakangnya sambil mengedipkan mata dan membuat ekspresi lucu, maksudnya agar mereka cepat mendukungnya, siapa tahu akan ditahan sampai larut malam.
Ketiganya pun merespons. An Zi berkata, “Benar! Jika kami tidak lulus, biar hantu ini datang mencari kami!”
Kang Yinxun mendorong kacamatanya, “Saya juga bersumpah, Guru. Besok pasti lulus ujian, atau hantu ini akan datang ke rumahku.”
Zong Yanzhou merasa pernyataan ini konyol, tapi melihat yang lain bersikap begitu, ia juga mengangguk, “Guru, saya juga bersumpah. Jika tidak lulus, biar hantu datang mencariku!”
Guru Zhuang terkejut sejenak, lalu berkata: "Sepertinya kalian sangat yakin, sampai bersumpah dengan roh dan dewa. Baik, melihat keyakinan kalian, hari ini kita berhenti di sini. Ingat sumpah kalian, besok pasti harus lulus!"
## Volume 4 Janji yang Terpenuhi Bab 3 Peninggalan Kotobuki Koko
"Sudah... semua sudah terkumpul?"
Di dalam Apartemen 404, Li Yin mendengarkan laporan para penghuni.
"Ya," Hua Liancheng menyerahkan selembar kertas kepada Li Yin, "Kami sudah menemukan tiga kamar lain yang sudah ada penghuninya. Di dinding juga ada tulisan darah dengan konten yang sama persis, jangan bersumpah."
"Benarkah?" Li Yin mengambil kertas itu yang mencatat penghuni telah menghabiskan waktu lebih dari satu hari membuka paksa hampir semua kamar kosong, akhirnya menemukan semua kamar penghuni baru. Semua instruksi tulisan darah juga memiliki konten yang sama.
Jika mereka tidak bersumpah, maka harus kembali ke apartemen dalam 48 jam. Sekarang sudah lebih dari 24 jam, jika besok masih tidak ada petunjuk... keempat orang itu pasti mati.
"Ha...mm..."
Xia Xiaomei saat ini terus mengantuk dengan kelopak mata yang berat, namun Ying Ziyue yang berdiri di pintu apartemen masih terlihat sangat segar.
"Kak Ying," Xia Xiaomei yang entah mengapa sangat menyukai Ying Ziyue ini selalu menempel padanya, "Kakak masih segar ya, aku sudah sangat mengantuk..."
“Kalau ngantuk tidur saja,” pandangan Ying Ziyue tidak bergeser sedikitpun, tetap menatap pintu depan, berkata: “Besok kamu tetap pergi sekolah ya.”
“Tidak perlu, aku harus menunggu sampai menemukan penghuni baru...” Tiba-tiba, Xia Xiaomei teringat sesuatu, lalu berkata pada Ying Ziyue: “Kakak Ying, bagaimana kalau aku menggambar potretmu? Soalnya kamu berdiri diam tidak bergerak, kalau aku duduk begini juga bisa tertidur...”
“Tidak, tetap di sini saja. Menunggu penghuni baru lebih penting.”
Saat itu, Ouyang Jing yang berdiri di samping Ying Ziye dengan topi hitam dan gaun ungu tua tersenyum kecut, berkata: “Dia sangat menyukaimu, Nona Ying. Tapi sepertinya dia tidak terlalu suka padaku. Sungguh menyebalkan...”
“Jangan berkata begitu, Nona Ouyang. Dari pengamatanku, kebanyakan penghuni apartemen menyukaimu.”
“Tidak... tidak perlu memanggilku begitu. Panggil saja A-Jing.” Ouyang Jing menghela napas, melanjutkan: “Sachiko... kematiannya terlalu disayangkan. Aku sebenarnya berharap dia bisa bertahan sampai akhir. Di apartemen ini, dialah satu-satunya yang mau membuka hatinya padaku.”
“Oh?” Xia Xiaomei bertanya: “Apa kamu akrab dengan Nona Kotachixiao?”
“Entah bisa disebut akrab atau tidak, karena aku besar di Jepang sejak kecil. Sekitar usia 12-13 tahun baru pindah ke Tiongkok. Kedua orang tuaku adalah perantau Tionghoa di Jepang, jadi sejak kecil aku merasa tidak berbeda dengan orang Jepang. Tapi di hati tetap merindukan tanah air. Dan sekarang semakin berharap bisa terus hidup di Tiongkok...”
“Begitu ya……”
“Sebenarnya Koko adalah orang yang sangat teliti. Alasan dia meninggal mungkin karena sudah menyelesaikan empat instruksi tulisan darah, jadi mulai lengah. Dia benar-benar cerdas, bisa melihat segala hal dengan jernih, dan sangat pemberani. Tapi dia... akhirnya juga tewas...”
“Aku mungkin juga bertanggung jawab atas kematiannya.” Ying Ziyue tiba-tiba menatap langsung ke arah Ouyang Jing: “Saat itu seharusnya aku menghentikannya masuk ke toilet. Tapi sekarang sudah tidak ada gunanya membicarakan ini. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah mencari cara untuk terus bertahan hidup.”
Saat itu, mata Ouyang Jing tiba-tiba mulai dipenuhi air mata.
“Aku benar-benar ingin meninggalkan apartemen ini... Setiap saat... ditekan oleh ketakutan yang begitu besar. Sudah terlalu banyak orang yang kulihat mati...”
Keesokan harinya.
Ying Ziyue berjalan ke depan Kamar 402 yang sebelumnya ditempati Kotobuki Koko.
Dengan dorongan lembut, pintu terbuka. Sepertinya Kotobuki Koko tidak mengunci pintu saat meninggalkan apartemen waktu itu.
Masuk ke dalam kamar, Ying Ziyue melangkah masuk.
Ruangannya cukup rapi, hampir tidak ada perabotan berlebih. Ying Ziyue berjalan ke lemari pakaian dekat pintu dan membukanya.
Di dalam lemari hanya ada sedikit pakaian. Penghuni cukup menuliskan desain baju yang diinginkan atau mendesain sendiri, lalu menempelkan kertas di pintu, maka baju jadi akan muncul otomatis di lemari.
Yang cukup mencolok adalah dua kimono. Satu berwarna biru muda, satunya lagi merah muda.
"Ngomong-ngomong, orang Jepang biasanya memakai kimono saat merayakan Tahun Baru. Tinggal dua bulan lagi menuju Tahun Baru. Apa dia ingin memakainya saat itu?"
Ying Ziyue menutup lemari pakaian, lalu masuk ke kamar Kotobuki Koko. Di atas meja belajar terdapat buku "Hikayat Genji", dan satu lagi buku "Kisah-kisah Gaib dari Berbagai Daerah di Jepang".
Entah mengapa, dia mengambil buku yang satunya.
Legenda supranatural dalam sejarah Jepang? Meski buku asli berbahasa Jepang, Ying Ziyue yang telah belajar bahasa Jepang selama empat tahun dengan mudah memahami isinya.
Buku ini cukup detail, banyak kisah gaib yang berakar dari puluhan tahun silam, menciptakan aura misteri yang khas.
Di halaman daftar isi, tiba-tiba Ying Ziyue melihat beberapa judul yang digarisbawahi dengan tinta hitam.
Apakah garis bawah ini buatan Kotobuki Koko?
Salah satu judul yang digarisbawahi adalah "Rumah Hantu di Kamakura, Prefektur Kanagawa".
Kamakura merupakan ibu kota kuno kedua terpenting setelah Kyoto dan Nara, juga pusat politik penting di era Keshogunan. Ying Ziyue membuka halaman tersebut dan melihat...
"Ini..."
Sebuah foto hitam putih yang memenuhi seluruh halaman, sangat mengejutkan.
Foto ini... bukan hasil editan komputer. Ying Ziyue langsung tahu dari resolusi dan faktor teknis lainnya bahwa ini adalah foto supernatural asli yang belum dimanipulasi!
"Jadi... Kotobuki Koko juga sedang menyelidiki hal-hal terkait hantu."
Foto di bawah ini dilengkapi dengan teks: "Ini adalah foto yang diambil oleh seorang polisi pada tahun Showa 60. Setiap malam, hantu pembuat boneka yang telah meninggal, Shinazaki, masih gentayangan..."
Ying Ziyue menutup buku itu dan menekannya dengan keras di atas meja.
Buku ini... memiliki nilai referensi yang besar.
Malam itu, dia dengan cepat menemukan situs web resmi buku tersebut melalui komputer. Tak disangka buku ini sangat laris hingga menimbulkan kepanikan dan akhirnya dilarang. Yang patut dicatat... beberapa lokasi fenomena supranatural yang disebutkan dalam buku ini telah dikunjungi pembaca, menyebabkan banyak kasus hilangnya orang.
Ying Ziyue lebih memperhatikan tiga tempat: salah satunya adalah rumah hantu di Kamakura. Dua lainnya berada di Akan, Hokkaido, dan Nagoya, Prefektur Aichi.
Semua lokasi ini ditandai oleh Kotobuki Koko dan dianggap oleh Ying Ziyue sebagai tempat yang memiliki kemungkinan tinggi terjadi fenomena supranatural nyata.
Meski dilarang, buku ini justru semakin terkenal.
Dalam proses pencarian informasi, ada satu hal lagi yang mengusik pikiran Ying Ziyue.
"Rumah Hantu" itu... tampaknya baru-baru ini diliput dalam program televisi tentang hal supranatural. Sepertinya karena pengaruh buku ini, mereka sengaja menyoroti rumah hantu tersebut.
Ini memberikan data tangan pertama yang lebih mendalam baginya.
Dia dan Kotobuki Koko pernah mendiskusikan satu hal. Apakah hantu benar-benar ada sejak awal, atau diciptakan oleh apartemen? Saat itu dia berkata, dia terus meneliti tentang apartemen, jadi apakah konten buku ini merupakan bagian dari penelitiannya?
"Dia mungkin sedang berpikir... Jika rumor supranatural ini benar, apakah ada hubungannya dengan apartemen?"
Ada banyak tempat di dunia yang dikenal dengan rumor supranatural. Yang terkenal seperti Segitiga Bermuda di dasar laut, teori alien, atau dunia paralel. Meski ada penjelasan ilmiah, tidak ada kesepakatan resmi. Ying Ziyue kini lebih mempercayai teori hantu.
Atau mungkin... apartemen itu sendiri hanyalah salah satu dari fenomena supranatural yang tak terhitung di dunia?
Saat itu, sebuah video terbuka di layar komputer.
Di video terlihat pembawa acara Risa yang mengenakan kimono.
"Sungguh tak terbayangkan..." Dia memegang mikrofon sambil berkata: "Biasanya... pada jam segini, suara rintihan akan terdengar dan boneka-boneka itu mulai bergerak... Tapi sekarang semuanya normal. Sepertinya... semua fenomena aneh di rumah ini tiba-tiba lenyap." Pembawa acara itu lalu bercanda: "Jangan-jangan... hantunya sudah pindah rumah?"
"Hantu"... meninggalkan rumah?
Mengapa hantu yang sudah mendiami rumah ini sejak tahun Showa 60 tiba-tiba pergi? Ini tidak masuk akal. Buku itu jelas menyebutkan suara arwah penasaran selalu terdengar tiap malam tanpa henti.
Kenapa tiba-tiba terjadi kejadian aneh ini?
Kenapa?
## Jilid 4 Sumpah Terpenuhi Bab 4 Kami Datang Menjemput
Malam semakin larut.
Sebuah pesawat penumpang yang terbang dari Kota Nagoya, Jepang menuju Kota K di Tiongkok, dipenuhi lebih dari 300 penumpang. Saat ini, sebagian besar sudah terlelap dalam tidur.
Odagiri Rie justru berada dalam kondisi sangat sadar.
"Ini pertama kalinya ke Tiongkok..." Ia mengingat masa lalu, ketika kakak keduanya Sachiko pergi kuliah ke Tiongkok, tiba-tiba suatu hari sepertinya pindah dari asrama kampus dan komunikasi mereka berkurang. Namun beberapa bulan terakhir, kontak dengan kakaknya benar-benar terputus. Saat menelepon universitas tempatnya belajar, ternyata Sachiko sudah tidak masuk kuliah selama berbulan-bulan.
Keluarga Odagiri langsung dilanda ketegangan luar biasa. Akhirnya diputuskan agar Rie, anak ketiga, pergi ke Tiongkok untuk mencoba menghubungi Sachiko. Jika benar-benar tidak ditemukan, harus menghubungi kedutaan. Ayah Sachiko dan Rie adalah pejabat tinggi Kementerian Pendidikan Jepang yang memiliki hubungan baik dengan kedutaan. Namun keluarga Odagiri juga paham, sifat Sachiko memang unik, pernah beberapa kali "menghilang" selama berbulan-bulan karena tertarik pada hal-hal tertentu. Tapi ini pertama kalinya terjadi di luar negeri.
Pesan orang tua kepada Rie adalah: jika memastikan Sachiko dalam bahaya, segera hubungi kedutaan. Tampaknya orang tua juga tidak terlalu khawatir, mereka yakin Sachiko pasti baik-baik saja.
Tapi kegelisahan ibu terlihat jelas. Rie tak bisa menahan diri bertanya... Jika dirinya yang tiba-tiba hilang, akankah ibu juga segelisah ini?
Sejak Kakak Toshihiko meninggal, ibu memusatkan semua harapannya pada Kakak Sachiko. Meski terlihat seperti keluarga harmonis dan bahagia dari luar, tinggal di rumah megah yang mungkin tidak bisa dibeli bahkan dengan bekerja seumur hidup, dikelilingi banyak pelamar... tapi itu bukan kehidupan yang ingin dikejar Rie.
Kakak Sachiko memang luar biasa, bahkan tidak kalah dengan Kakak Toshihiko. Orang tua bahkan sengaja mengirimnya studi ke Tiongkok, berharap setelah pulang bisa meneruskan usaha mereka dan masuk ke dunia politik. Sedangkan Rie hanyalah anak biasa tanpa kearifan dan kecerdikan Kakak Toshihiko, juga tanpa kecerdasan yang sepadan dengan kecantikan Kakak Sachiko.
Mungkin orang tua hanya berpikir untuk menikahkannya dengan keluarga sederajat di kemudian hari? Sejak kecil hanya diajari tata rumah tangga, merangkai bunga. Nasib hidupnya sudah ditentukan seperti itu.
Sangat tidak rela... tapi, tidak ada cara lain.
Apakah Kakak kedua benar-benar akan celaka?
Di sekitar 10 kursi dari tempat duduk Rie, di bawah suatu kursi terdapat boneka berbentuk gadis berkimono merah yang dibuat sangat detail. Tiba-tiba dahi boneka itu retak membentuk celah, lalu cairan merah menyembur dari celah tersebut!
Saat itu pramugari lewat dan menghalangi pandangan ke boneka. Ketika pramugari itu sudah berlalu, boneka itu telah lenyap tanpa jejak.
6 November, hari Sabtu.
Saat ini, koridor di depan ruang arsip bagian administrasi akademik Kampus Seni Yuecheng.
Penjaga keamanan yang bertugas patroli berjalan di koridor sambil sesekali menguap. Mengusap matanya, tiba-tiba ia melihat siluet hitam menyelinap masuk ke dalam ruang arsip!
Sang satpam segera siaga, langsung melangkah cepat memasuki ruang arsip.
Ruang arsip sekolah ini sangat luas, setara dengan perpustakaan kecil, menyimpan riwayat siswa dari tahun ke tahun serta dokumen-dokumen penting sekolah.
Satpam itu mengelap keringat di dahinya, sambil berjalan di antara rak-rak buku dengan senter di tangan.
"Dewa Guan memberkati... Jangan sampai ada masalah, aku harus menghidupi keluarga..." Biasanya ia menganggap ini tugas santai, tapi bayangan tadi terasa melayang-layang seperti bukan manusia, membuatnya sangat gugup.
Tiba-tiba, ia mendengar suara banyak benda berhamburan ke lantai. Disusul gemerisik keras buku-buku yang dibolak-balik.
"Siapa... siapa di sana!"
Suaranya keras, tapi jelas terdengar tidak yakin.
Badan satpam menempel di rak buku, bergerak perlahan setapak demi setapak.
Pencuri data? Bagaimana kalau dia bersenjata? Tapi aku cari makan di sekolah ini, tidak perlu sampai mempertaruhkan nyawa?
Setelah melewati rak buku berikutnya, suara itu semakin jelas terdengar.
Sang satpam mengalihkan pandangannya ke depan...
Yang ia lihat adalah...
Sementara itu, An Zi kembali ke kompleks perumahan itu lagi.
"Dia sangat khawatir dengan Xia Xiaomei, apakah ada sesuatu yang terjadi padanya? Meski tidak tahu apakah bisa menemukannya, An Zi merasa tidak tenang jika tidak bertemu dengannya lagi."
"Tepat pada saat itu, ponsel An Zi berdering. Nomor yang menelepon tidak dikenalnya."
"Dia segera mengangkat telepon dan bertanya, 'Halo, siapa ini?'"
"'Jalan Yanbei No.387 Gang 9 Unit 908, bagaimana caranya ke sana? Sekarang aku berada di Jalan Yelian, tidak tahu arah yang benar.'"
"Suara itu terdengar seperti perempuan, namun terasa sangat dingin dan membuat orang tidak nyaman."
"An Zi mengerutkan kening, 'Siapa kamu? Kenapa tahu alamat rumahku?'"
"'Tidak perlu bertanya lagi, aku sudah menemukan Jalan Yanbei. Selamat tinggal!'"
"Setelah itu, telepon langsung terputus. An Zi merasa sangat bingung."
"Dan tepat di saat itu..."
"'Ah, kamu ini! Jangan bergerak!'"
"An Zi kaget setengah mati. Dari pos satpam di sebelah, melompat keluar seorang pria berbaju satpam yang langsung menangkapnya, 'Akhirnya kamu datang juga! Haha, seribu yuan jadi milikku!'"
"'Kamu...' An Zi nyaris pingsan ketakutan. Apa di siang bolong seperti ini dia bertemu dengan penculik?"
"Pria itu langsung menyeret An Zi ke dalam pos satpam, mengambil gagang telepon, dan dengan lincah menekan nomor. Tak lama kemudian telepon tersambung."
"'Pak Li, orang yang Bapak cari sudah ketemu,' kata satpam itu sambil tertawa, 'Seperti janji ya, seribu yuan per orang. Jangan ingkar...'"
"Setelah menutup telepon, An Zi gemetar bertanya, 'Apa... apa yang akan kamu lakukan? Aku...'"
"'Santai saja, kenapa panik begitu?'"
Satpam itu malah menyilangkan kaki sambil merokok, toh pintu pos satpam sudah dikunci. Gadis kecil ini tidak mungkin kabur. Tak disangka bisa dapat seribu yuan dengan mudah begini cepat...
Seribu yuan... Satpam macam apa ini? Apa dia preman?
Aneh juga ada kompleks perumahan semrawut di dekat sekolah. Kebanyakan rumah susun murah, mungkin Xiao Mei memilih sini karena pertimbangan harga dan jarak. Tapi... keamanannya tidak terjamin.
Tiba-tiba muncul pemuda tampan dan tegap di luar pintu. Satpam langsung membuka pintu sambil tersenyum lebar: "Tuan Li, ini dia cewek mahasiswa yang kemarin itu..."
Li Yin langsung menatap An Zi, lalu mengangguk: "Baik, terima kasih. Ini seribu yuan, simpan baik-baik."
Li Yin sama sekali tidak sayang mengeluarkan uang ini. Seribu yuan untuk menyelamatkan nyawa manusia, itu sangat murah. Berbeda dengan kebanyakan orang yang acuh tak acuh, dia sangat menghargai nyawa orang lain.
"Ka... Kamu siapa?" An Zi semakin panik. Li Yin bertanya: "Sumpah apa yang kamu ucapkan?"
"Hah?"
Li Yin membawanya keluar dari pos satpam, terus mendesak: "Katakan, tanggal 3 November kemarin kamu bersumpah apa?"
Sumpah?
"Cepat katakan! Kalau tidak, kamu dalam bahaya!"
Sudah 48 jam berlalu, dan selalu ada yang mengawasi pintu. Artinya, hanya ada satu penjelasan mengapa dia masih hidup.
Dia telah mengucapkan sumpah.
"Artinya, sekarang meski dia ingin kembali ke apartemen, itu sudah tidak mungkin dilakukan. Sekarang kita harus mencari tahu isi sumpahnya dan waktu pastinya, baru bisa menentukan strategi."
"Aku tidak tahu! Lepaskan aku!" An Zi sepertinya sudah siap berteriak minta tolong. Li Yin segera berkata: "Apakah kamu pernah memasuki sebuah apartemen? Apakah ada kunci yang muncul di tubuhmu? Pernah merasakan sakit terbakar di dada, seperti api yang membakar?"
An Zi langsung membeku.
Dia benar-benar tepat!
"Kamu... Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Apakah kunci itu masih ada?"
"Simpan... di rumahku... Tapi sebenarnya apa yang terjadi?"
"Kamu pernah bersumpah kan? Apakah isi sumpahnya terkait dengan roh atau dewa? Seperti jika melanggar akan disambar petir, atau mati mengenaskan?"
Sumpah... roh...
An Zi terkejut, dia... Bagaimana bisa tahu hal seperti ini?
"Aku... Aku memang pernah bersumpah..."
"Isinya apa? Ingat waktu pastinya? Kamu harus segera menuntaskan isi sumpah itu, kalau tidak..."
"Kamu ini siapa? Bisakah menjelaskan? Teman sekelasku tinggal di sini, jadi..."
"Teman sekelas?"
"Aku mahasiswa Yuecheng Art Institute, dia..."
"Apakah... temanmu bernama Xia Xiaomei?"
Di saat yang sama, di sebuah bilik restoran teh dekat kampus.
"Setelah melihat ini, masih tidak percaya?"
Li Yin mengeluarkan rekaman DVD dari mesin pemutar di bilik, berisi berbagai rekaman supernatural yang sengaja dibuat Xia Yuan untuk meyakinkan penghuni apartemen.
"Tadi itu... nyata?" Kang Yinxun gemetar. An Zi sebelumnya menelepon bilang ada urusan mendesak, tapi tidak menyangka...
“Kalian berani bersumpah seperti itu?” Li Yin memandangi keempat orang ini dengan perasaan hampir kolaps. Apa mereka tidak tahu makna "tiga jengkal di atas kepala ada dewa"? Lebih baik manusia menjaga rasa hormat terhadap hal yang tidak dipahami.
Apalagi, Li Yin sekarang sudah menjadi penganut idealisme. Seperti dalam film horor, teori ateis tentang hantu justru akan menjadi racun yang menjerumuskan para tokoh utama ke jurang kehancuran... Tidak percaya keberadaan hantu, saat hantu benar-benar muncul, menangis pun sudah terlambat.
Liu Yuanxin juga terlihat sangat ketakutan, sementara reaksi Zong Yanzhou masih tetap datar.
“Apa tujuanmu?” Kang Yinxuan menyesuaikan kacamatanya, berkata: “Apakah ini metode propaganda sekte sesat? Jangan-jangan kau pikir kami mudah tertipu?”
“Aku tahu kalian akan berkata begitu.” Li Yin kembali menghela nafas: Teori ateis tentang hantu benar-benar mematikan...
Tiba-tiba telepon Zong Yanzhou berdering. Ia buru-buru mengangkatnya, lalu terdengar suara ketua jurusan: “Apakah ini Zong Yanzhou kelas 2 Jurusan Lukis Minyak?”
“Ya, betul, saya.”
“Baru saja terjadi kasus pencurian di kampus. Seorang penjaga ruang arsip pingsan karena ketakutan, dokumen berantakan, dan... darah ada di mana-mana di lantai dan rak buku.”
“Apa?”
“Kami sudah menghubungi polisi. Memberi tahu Anda karena... yang dicuri adalah data registrasi akademik Anda dan empat siswa lain di kelas Anda.”
Zong Yanzhou tiba-tiba merasa seluruh tubuhnya membeku.
Darah di mana-mana...
Penjaga yang pingsan karena ketakutan...
"Berkas akademik yang dicuri……"
"Jika tidak lulus ujian, biar hantu yang datang mencariku!"
Saat itu memang begitu yang diucapkan. Dan nilai sudah keluar, keempat mereka akhirnya gagal total, tidak ada satu pun yang lulus.
Pada berkas akademik itu, tercatat jelas alamat rumah masing-masing mereka!
## Volume 4: Janji yang Ditepati Bab 5: Ditemukan
"Kalian……" Zong Yanzhou menggantungkan telepon dengan wajah muram, berkata: "Benar-benar mengeluarkan biaya besar, mau apa? Yang disebut 'apartemen' ini markas aliran sesat ya?"
"Aku mengerti." Li Yin memutuskan menggunakan jurus terakhir: "Ikutlah denganku."
Jika bukan kondisi darurat, Li Yin tidak ingin melakukan itu.
Aturan instruksi tulisan darah adalah: sekali bersumpah, mereka tidak boleh memasuki apartemen selama seminggu. Karena waktu seminggu belum habis, mereka tidak boleh masuk apartemen, atau bayangan mereka akan bermutasi dan mengontrol mereka untuk bunuh diri.
Mendengar perkataan Li Yin, wajah Zong Yanzhou berubah: "Jangan-jangan, kau akan mengajak kami melihat 'apartemen' itu?"
"Tepat." Jawab Li Yin: "Meski saat ini kalian belum boleh masuk, tapi melihat dari luar masih diperbolehkan."
Satu jam kemudian……
"Baiklah, kami percaya perkataanmu."
Sifat mistis apartemen yang tidak terlihat dari luar membuat Zong Yanzhou dan tiga lainnya terkejut luar biasa, bahkan merasa pandangan dunia mereka runtuh, tapi terpaksa menerima...teknologi manusia saat ini belum mencapai level ini.
Setelah percaya, masalah selanjutnya adalah……
"Kau bilang karena sumpah itu kami tidak boleh masuk apartemen?"
Di pintu gerbang apartemen, keempat orang itu bertanya dengan cemas pada Li Yin. Li Yin juga mengangguk dan menjawab, "Kalian tidak boleh masuk dalam waktu seminggu. Waktu spesifik untuk bersumpah adalah..."
"Aku ingat tepat pukul 8:32," Liu Yuanxin segera menjawab, "Saat itu aku sengaja melihat jam."
"Apakah jammu akurat?"
"Seharusnya tidak masalah..."
"Tidak boleh ada selisih sedetik pun!"
"Dia benar," Zong Yanzhou juga berkata, "Aku juga melihat waktu saat itu. Jam tangan yang kukenakan adalah Rolex asli yang dibawa ayahku dari luar negeri, pasti akurat."
"Li, Tuan Li," An Zi tiba-tiba menerjang ke depan Li Yin, "Tadi... saat masuk kompleks, aku menerima telepon! Yang menelepon mungkin... mungkin adalah..."
Setelah mendengar penjelasannya, Li Yin mengangguk, "Untung kalian semua sudah keluar. Tenang saja, selama yang bersumpah adalah kalian, konsekuensi sumpah juga untuk kalian. Keluarga kalian seharusnya aman. Tapi jangan telepon mereka untuk menanyakan keadaan, tindakan itu bisa membuat 'hantu' itu mengetahui lokasimu!"
Jika tidak bisa mendeteksi lokasi, dengan area seluas Kota K - bahkan bisa keluar dari Kota K - akan sangat sulit menemukan mereka. Tapi wajar, mengingat ini adalah instruksi tulisan darah pertama bagi keempat orang ini, tentu lebih mudah dilalui.
“Selanjutnya, Li Yin menyita ponsel keempat orang itu dan berkata: “Uang ini dulu untuk kalian, pilihlah hotel yang tidak resmi, yang bisa diinap tanpa KTP. Kalian harus menyamar, pakai topi atau kacamata hitam, usahakan jangan sampai dikenali. Lari sejauh mungkin dari sini, dan kembali ke apartemen ini setelah Rabu minggu depan, yaitu tanggal 10 November, setelah pukul 8:32! Ingat, bahkan jika bertemu orang yang dikenal, teman dekat, atau orang tua sekalipun, jangan lepas penyamaran! Jangan hubungi siapa pun selama periode ini, meski orang tua kalian akan khawatir, kita tidak boleh memberi kesempatan pada hantu itu!”
Di depan pintu apartemen, setelah mendengar penjelasan ini, keempat orang mengangguk. Kedengarannya cukup mudah, mengingat luasnya Kota K. Jika hantu tidak bisa merasakan lokasi mereka, bagaimana caranya menemukan mereka?
Setelah menarik napas lega, Li Yin berbalik menuju apartemen, tapi melihat Ying Ziyue dan Xia Xiaomei datang ke pintu.
“Kamu juga datang?” Li Yin sudah mendorong pintu putar masuk ke apartemen, berkata pada keempat orang itu: “Saya perkenalkan, dia juga penghuni apartemen, namanya Ying Ziyue. Jika ada pertanyaan, kalian bisa tanya padanya.”
Saat ini Xia Xiaomei berdiri di pintu apartemen, memandang keempat orang itu dengan wajah penuh penyesalan. Tak disangka dia benar-benar menyeret empat teman sekelas ini ke dalam masalah. Terutama An Zi, dia kan sahabatnya!
“Sungguh maaf, An Zi, Liu Yuanxin, Kang Yinxuan, Zong Yanzhou... Aku...”
Liu Yuanxin melototi dia dan berkata: “Sudah, tidak usah bicara lagi! Sekarang ngomong gini buat apa lagi!”
Saat itu, Li Yin mendekati Ying Ziyue dan bertanya dengan suara rendah: "Jelas terlihat, apartemen 'memprediksi' masa depan mengerikan yang dibawa oleh sumpah ini... Lalu, bagaimana cara menemukan jalan keluar kali ini?"
Li Yin masih merasa tidak tenang. Meskipun tingkat kelangsungan hidup untuk pertama kali mengikuti instruksi tulisan darah cukup tinggi, dan jelas hantu kali ini tidak bisa merasakan lokasi mereka, bahkan harus mencari alamat rumah. Selama bersembunyi dengan baik seharusnya tidak masalah, hanya saja tidak boleh tinggal di apartemen. Kota K sangat luas, bisa bersembunyi di mana saja. Tapi apakah benar akan sesederhana itu? Sangat sulit dipastikan. Bagaimanapun, menemukan jalan keluar secepat mungkin adalah strategi terbaik. Hantu pasti akan berusaha mati-matian menemukan keempat mereka.
Kalau dipikir-pikir, ini mirip seperti permainan petak umpet?
Tidak mungkin... Bahkan untuk pertama kali mengikuti instruksi tulisan darah tidak akan sesederhana itu. Benarkah hantu tidak bisa merasakan lokasi mereka? Kesimpulan ini hanya didasarkan pada fakta hantu mengambil alamat rumah mereka. Tapi apakah ini trik penipuan dari apartemen?
Lagipula, apartemen sudah terlalu sering menipu mereka.
Jika hantu benar-benar tidak bisa merasakan posisi mereka, maka bersembunyi akan terlalu mudah. Satu-satunya batasan hanyalah tidak boleh memasuki apartemen...
Ying Ziyue menatap Li Yin dan bertanya: "Apakah keempat ponsel mereka sudah dihancurkan?"
“Tidak,” jawab Li Yin: “Aku berencana meminta Lian Cheng dan beberapa orang lain membawa ponsel mereka ke berbagai tempat di kota. Selanjutnya kita harus memutus hubungan mereka dengan keluarga. Aku sudah berulang kali menegaskan, jangan menghubungi keluarga dengan cara apapun. Hantu bisa menyamar sebagai anggota keluarga untuk menemui mereka. Saat itu akan jadi masalah besar...”
“Tapi menurutku tindakanmu membawa mereka ke pintu apartemen kurang tepat. Bagaimanapun, ada hubungan rumit antara apartemen dan hantu.”
“Tidak juga,” Li Yin menggelengkan kepala: “Berdasarkan pengalaman puluhan tahun penghuni, apartemen ini hanya mengeluarkan tulisan darah dan menyediakan tempat perlindungan terakhir. Selama pelaksanaan tulisan darah, apartemen sepenuhnya 'netral' - menyediakan petunjuk tersembunyi bagi penghuni, membatasi gerakan hantu. Sementara itu, seiring meningkatnya jumlah tulisan darah, kesulitan terus ditingkatkan untuk meningkatkan angka kematian penghuni, sekaligus memungkinkan penghuni yang bertahan hingga tulisan darah ke-6 sampai ke-10 langsung kembali ke apartemen. Tingkat kesulitan tulisan darah selalu diseimbangkan oleh apartemen, tidak akan pernah mencapai tingkat horor yang sama sekali tidak bisa diatasi. Kali ini, hantu tidak bisa merasakan lokasi mereka, ini sudah dipastikan.”
“Oh? Bagaimana memastikannya?”
“Karena dokumen catatan status siswa mereka sudah diambil, dan ada orang tidak dikenal yang menelepon An Zi menanyakan alamat tinggalnya.”
Mendengar ini, Ying Ziye tiba-tiba bertanya: “Kapan dokumen status siswa diambil, dan kapan An Zi menerima telepon itu?”
“Pengambilan dokumen status siswa sekitar satu setengah jam yang lalu. An Zi menerima telepon satu jam yang lalu.”
Ying Ziye tiba-tiba mengamati keempat orang itu, lalu berkata pada Li Yin: “Sepertinya... mereka belum boleh pergi begitu saja.”
“Apa?”
Sebelum Li Yin sempat bereaksi, tiba-tiba Liu Yuanxin yang berdiri di belakang An Zi mengulurkan kedua tangannya... Tangan-tangan itu ternyata tersembunyi dalam lengan kimono merah menyala! Telapak tangannya pucat seperti mayat, dengan kuku sepanjang dan tajam seperti cakar binatang buas!
"An Zi!" Teriak Li Yin keras-keras. An Zi yang kaget langsung menoleh ke belakang, namun... di sana sama sekali kosong melompong.
Kemudian ketiganya baru menyadari... Liu Yuanxin telah menghilang tanpa jejak!
"Ternyata benar," Ziye tetap tenang melihat pemandangan mengerikan ini, "Menurut penjelasanmu, satu jam lalu kita dapatkan daftar registrasi siswa. Dari data itu bisa dilacak alamat salah satu dari empat orang tersebut, lalu dibunuh. Saat An Zi menelepon untuk mengumpulkan mereka, si pembunuh bisa menyamar sebagai korban dan datang ke sini."
Seketika tiga orang lainnya menjerit histeris!
Li Yin langsung berteriak pada mereka tanpa ragu: "Lari! Cerai-beraikan diri!"
Ketiga orang pucat itu langsung berlari secepat mungkin menuju pintu masuk gang.
Sementara itu, Rie sudah menginap di hotel, tapi tetap saja tak ada perkembangan.
Sekarang, waktu tidak bisa ditunda lagi.
Setelah kakak Kihiko meninggal, kakak Sachiko lama terpuruk dalam kesedihan. Sikapnya pada orang sekitar semakin dingin. Kemudian dia memutuskan untuk kuliah di China.
Rie bahkan merasa Sachiko menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kakak Kihiko.
Saat itu, Kak Toshihiko menemani dirinya pergi ke rumah ayah kandungnya.
Rie adalah anak angkat keluarga Odagiri, bukan anak kandung. Keluarga Odagiri sangat ketat dalam mendidik, orang tua selalu memperlakukannya dengan keras sejak kecil, mengajarinya ikebana, upacara teh, dan berbagai pekerjaan rumah rumit. Seolah ingin memastikan kelak saat menikah, dia tidak akan mempermalukan keluarga Odagiri.
Namun Toshihiko dan Sachiko selalu sangat perhatian padanya, memperlakukannya seperti adik kandung. Di masa lalu, kakak-beradik ini telah memberikan banyak kehangatan dan perhatian pada Rie.
Kini, dua orang ini... satu sudah meninggal, sedangkan yang lain...
Waktu berlalu cepat... Matahari mulai terbenam.
Kegelapan pun tiba.
## Jilid IV Janji Terpenuhi BAB 6 Dalang Boneka
Rie selalu menyesali keputusan pergi ke Kamakura bersama kakak tertua itu.
Kampung halaman Rie memang berada di Kamakura.
Dia hanya ingin ziarah ke makam ayah kandungnya. Biasanya selalu dilakukan di rumah, tapi kali ini ingin pergi langsung ke Kamakura.
Dia mengajukan permohonan ini pada Kak Toshihiko.
"Hmm, boleh juga." Toshihiko langsung menyetujui dengan antusias, "Ayo kita pergi!"
"Aku... khawatir orang tua tidak mengizinkan..."
"Ah, masa iya? Berziarah ke orang tua kandung itu hakikatnya wajar. Aku dan Sachiko akan membujuk mereka, tenang saja. Apa perlu mengundang biksu untuk ritual? Di Kamakura juga banyak kuil kuno."
"Tidak perlu lah..."
Keluarga Odagiri tinggal di Kota Nagoya, Prefektur Aichi, Jepang. Perjalanan ke Kamakura, daerah pesisir Tokyo di Prefektur Kanagawa, juga cukup jauh. Awalnya berencana naik Shinkansen, tapi waktu itu Toshihiko baru saja membeli mobil Honda dan memutuskan untuk pergi dengan mobil.
"Kakak, apakah kakak terlalu memanjakan Rie?" Sachiko protes saat berdiskusi: "Dari Nagoya ke Kamakura! Kakak benar-benar mau mengantar Rie dengan mobil?"
"Yah, kebetulan ada mobil. Aku juga tidak tega membiarkan Rie pergi sendirian ke Kamakura."
"Tapi tidak perlu sampai mengantarnya dengan mobil!"
"Lagipula mobil baru, aku juga ingin pamer skill menyetir di depan adikku," Toshihiko tersenyum pada Rie: "Benar kan?"
"Kakak, benar-benar tidak masalah? Tidak terlalu capek?" Rie juga merasa khawatir.
"Tidak apa! Kalian tidak perlu khawatir."
Seandainya Rie tahu sebelumnya, pasti waktu itu akan menghentikan Toshihiko.
Kamakura adalah kota pesisir di sisi barat Semenanjung Miura, Prefektur Kanagawa, dekat Kota Yokohama. Dianggap sebagai kawasan permukiman Tokyo dan tempat wisata terkenal di Jepang.
Ayah Rie - Yoshiyasu Shinozaki meninggal di Kamakura.
Dulu, Yoshiyasu Shinozaki yang merupakan master pembuat boneka bisa dibilang mewarisi keahlian yang sangat baik. Boneka buatannya sangat indah.
Seni boneka Ningyo adalah seni rakyat tradisional Jepang dengan sejarah yang panjang, berawal sekitar zaman Edo sebagai mainan anak-anak. Selama ratusan tahun, keindahan hiasan rambut yang rumit dan beragam membuatnya populer. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada pertengahan zaman Heian abad ke-8 (lebih dari 1000 tahun lalu), telah ada tradisi mengganti pakaian boneka dan ritual melepas boneka ke sungai untuk mencari keberuntungan.
Ningyo sebagai kerajinan tangan tradisional khas Jepang berbeda dengan boneka kayu Tiongkok. Selain fungsi dekoratif, ia menyimpan makna budaya yang dalam. Di Jepang, boneka ini bisa menjadi bagian mas kawin pengantin wanita. Karena bisa diturunkan antar generasi, banyak keluarga tidak perlu membeli baru. Koleksi boneka di keluarga terkemuka bisa mencapai puluhan bahkan ratusan, menciptakan pemandangan megah saat dipajang setiap tahun.
Hingga kini, boneka tetap menjadi dekorasi interior favorit orang Jepang. Shinozaki Yoshiyasu semasa hidupnya membuka toko boneka di Nagoya berkat keterampilannya membuat boneka super detail dengan presisi sempurna. Ia menikahi ibu Rie saat bisnis tokonya sedang berkembang pesat.
“Pada masa itu, Keluarga Odagiri adalah salah satu pelanggan tetap Toko Boneka Shinozaki. Karena boneka buatan Shinozaki sangat disukai oleh ibu Satoko, Kimié Odagiri. Oleh karena itu, mereka sering membeli boneka dari toko ini untuk hadiah bagi kerabat dan teman-teman, sekaligus mempromosikan Toko Boneka Shinozaki.”
“Ketika istri Shinozaki hamil, kebetulan Kimié juga sedang mengandung. Saat berkunjung ke toko boneka, dia pernah berkata jika anaknya kelak lahir perempuan, pasti akan membeli boneka Hina Matsuri dari Shinozaki.”
“Namun, sekitar waktu itulah kejadian aneh mulai terjadi di keluarga Shinozaki.”
“Suatu hari, Eiko istri Shinozaki memasuki bengkel kerja suaminya, dan melihat lantai dipenuhi boneka rusak yang dihancurkan sang suami. Sang suami sedang menatap boneka-boneka itu dengan pandangan menyakitkan, matanya merah penuh darah.”
“Aku... Aku tidak ingin membuat boneka lagi...”
“Eiko terkejut bukan main! Harus diingat, suaminya tidak punya keahlian lain selain membuat boneka, pendidikannya pun rendah. Sementara Eiko sendiri hanyalah ibu rumah tangga. Dengan kelahiran anak yang semakin dekat, menutup toko ini berarti memutus mata pencaharian mereka!”
“Apa yang kau bicarakan? Kenapa tidak bisa dibuat?” Eiko mengambil sebuah boneka dari lantai, “Kupikir hasil karyamu bagus-bagus saja!”
“Tidak, bukan itu...” Shinozaki tiba-tiba merebut boneka itu dan melemparkannya kembali ke lantai, “Tidakkah kau perhatikan? Mereka menatapku... Mengejekku, mereka, mereka semua hidup kembali!”
Perubahan mendadak suaminya membuat Eiko sepenuhnya tidak siap. Kampung halamannya di Kamakura, dan tidak ada keluarga atau teman dekat di Nagoya, sehingga ia sama sekali tidak tahu harus berkonsultasi dengan siapa. Bagaimanapun Eiko menasihati suaminya, dia sepertinya tidak mau lagi membuat boneka.
Eiko mulai menyadari bahwa suaminya mengalami masalah kejiwaan. Dengan terpaksa ingin membawanya ke psikiater, tapi suaminya selalu mengaum hingga membuatnya ketakutan.
Tentu saja, meski mengatakan berhenti membuat, toko boneka sementara masih beroperasi. Stok boneka yang ada masih cukup banyak, namun jika ada pelanggan yang memesan boneka khusus, ini menjadi masalah. Kondisi mental suaminya saat ini sama sekali tidak memungkinkan untuk membuat boneka. Sementara Eiko sendiri tidak mengerti sama sekali tentang pembuatan boneka. Dengan perutnya yang semakin membesar, bagaimana nasib mereka setelah kelahiran anak nanti?
Suatu hari, Kie melewati Toko Boneka Shinozaki dan mampir melihat ke dalam. Keadaan Eiko yang sudah sangat kurus kering membuat Kie terkejut. Setelah ditanya, barulah Kie tahu tentang perubahan yang terjadi.
"Bukan cara yang baik untuk terus begini," kata Kie pada Eiko: "Nyonya Shinozaki, dalam kondisi hamil seperti ini, jika terus begini bisa membahayakan janin."
"Saya juga tahu itu. Tapi suami saya yang seperti itu..."
"Begini saja," Kimie tersentuh oleh belas kasihan, mengingat dirinya juga sedang mengandung, bisa memahami perasaan Kyoko, berkata: "Sebelum melahirkan, tinggallah di rumahku. Lagipula rumah kami cukup luas, kamar kosong terbuang percuma, menambah satu orang pun tidak masalah."
"Ny... Nyonya Odagiri?" Kyoko sangat terkejut: "Anda mengizinkan saya tinggal di rumah Anda? Ini tidak pantas..."
"Tidak apa-apa. Sama seperti Nyonya Shinzaki, kita semua adalah ibu. Tentu tidak ingin ada celaka pada anak. Kondisi suami Shinzaki sekarang sangat tidak stabil, saya khawatir Anda mungkin..."
Niat baik Kimie membuat Kyoko sangat tersentuh. Kemudian ia berdiskusi dengan suaminya, awalnya khawatir suami akan marah besar, tapi ternyata tidak ada reaksi berarti dan membiarkannya.
Anehnya, meski suami bilang berhenti membuat boneka, beberapa hari terakhir ia mulai membuat lagi. Tapi setiap selesai satu, langsung dihancurkan lagi. Kyoko sampai merasa sakit hati: Ini kan uang!
Akhirnya ia pindah sementara ke keluarga Odagiri. Suami Kimie, Odagiri Akira memang orang yang santai, sementara putra mereka Kihiko juga menyukainya, membuat Kyoko lebih tenang.
Hari-hari berikutnya di rumah Odagiri cukup menyenangkan. Hubungan Kyoko dan Kimie semakin akrab, bahkan seperti saudari. Kyoko juga sangat menyukai Kihiko, berharap anaknya nanti secantik bocah itu.
Meski setiap minggu menelepon ke rumah, kondisi suaminya semakin hari semakin tidak stabil.
“Dia selalu berkata: ‘Boneka, boneka itu ingin membunuhku! Ingin membunuhku!’”
“‘Boneka-boneka itu dirasuki roh jahat, dikutuk... Aku, aku harus menghancurkannya!’”
Akiko semakin khawatir dengan suaminya, namun saat itu dia sedang hamil tua, sangat takut pertikaian dengan suami yang tidak waras akan membahayakan janin. Setelah membicarakan hal ini dengan keluarga Odagiri, pasangan Odagiri juga merasa situasinya serius.
“Sepertinya perlu memeriksakan Tuan Shinzaki, dia tampak mengalami gangguan kejiwaan yang parah.” Akira merenung sejenak lalu berkata: “Dan jika kondisi terus memburuk, apa yang akan kau lakukan setelah bayi lahir?”
“Jika benar-benar tidak bisa, bawalah suami ke rumah orangtuaku di Kamakura dulu. Tapi akhir-akhir ini kondisi ayahku semakin memburuk. Setelah melahirkan, aku harus kembali ke Kamakura bagaimanapun caranya.”
Beberapa bulan kemudian, Kimie dan Akiko sama-sama dirawat di rumah sakit kandungan. Kemudian Kimie melahirkan seorang putri terlebih dahulu, yaitu Sachiko. Akiko melahirkan putri sekitar tiga minggu kemudian.
Gadis kecil itu adalah Rie.
Ketika Akiko membawa Rie kembali ke toko boneka Shinzaki, dia tertegun melihat toko boneka yang telah kosong!
Masuk ke rumah, suaminya pun telah menghilang.
Saat mencoba menghubungi nomor ponsel, ternyata nomornya sudah diganti! Ini membuat Akiko terjebak dalam situasi sangat sulit, baru saja melahirkan namun menghadapi masalah seperti ini!
Dengan terpaksa, Eiko harus pulang ke Kamakura untuk sementara waktu. Setelah menghubungi ayahnya, barulah dia tahu bahwa suaminya ternyata juga kembali ke sana! Mengetahui keberadaannya, Eiko akhirnya merasa lega.
Saat tiba di rumah tua di Kamakura, ternyata... penyakit ayah semakin parah, tapi karena tidak ingin menyakiti Eiko yang sedang hamil, ayah tidak memberi kabar. Tampaknya usia ayah hanya tersisa satu bulan paling lama.
Setelah ayah meninggal, usai mengurus pemakaman, penderitaan Eiko semakin menjadi. Sang suami bertingkah aneh, di satu sisi berkata tidak mau membuat boneka lagi, tapi di sisi lain tetap membuat dan merusaknya. Akhirnya Eiko membujuk suaminya untuk tetap membuat boneka demi menghidupi keluarga, apalagi sekarang mereka sudah memiliki Rie.
Namun Shinozaki Yoshihira sama sekali tidak mau. Tanpa membuat boneka, tidak ada sumber penghasilan. Biaya pemakaman ayah pun harus meminjam dari tetangga, karena orang tua Shinozaki dan Eiko sudah meninggal, sedangkan kerabat lain langsung menolak begitu mendengar kata "uang". Demi membeli susu untuk Rie, Eiko terpaksa mencari pekerjaan. Akhirnya dengan susah payah mendapatkan pekerjaan cuci piring di sebuah restoran.
Kondisi suaminya semakin memburuk. Seluruh rumah dipenuhi boneka-boneka yang dia hancurkan, padahal boneka-boneka itu dibuat dengan sangat bagus dan bisa dijual. Tapi dia selalu merusaknya dengan sia-sia! Dia juga tidak mau mengasuh Rie, tidak pernah membantu merawatnya. Eiko hampir tidak bisa menahan amarah lagi.
Selanjutnya, hal yang lebih mengerikan terjadi.
Pada April 1985, Kyosuke dan Eiko Shiraishi ditemukan tewas dalam kondisi yang sangat mengenaskan di rumah mereka. Putri mereka, Rie Shiraishi, berhasil selamat. Hasil penyelidikan awal menunjukkan kasus ini sebagai pembunuhan oleh perampok. Yang aneh adalah, di TKP terdapat lantai dipenuhi dengan boneka manusia yang terpotong-potong dan berserakan...
Peristiwa ini menimbulkan kegemparan. Pasangan suami istri Odagiri di Nagoya juga membaca berita ini di koran. Kimie merasa sangat sedih dan kemudian menanyakan kabar Rie yang selamat. Ternyata keluarga besar Shiraishi lainnya menolak merawat Rie karena berbagai alasan. Jika terus begini, Rie terpaksa masuk panti asuhan.
Kimie bertekad mengadopsi Rie! Awalnya suaminya tidak setuju, tapi karena desakan Kimie yang gigih, akhirnya menyetujui.
Akhirnya mereka menjemput Rie dari Kamakura ke Nagoya, dan memasukkannya ke dalam keluarga Odagiri.
Toshiyuki dan Sachiko sangat berempati dengan penderitaan Rie, sehingga mereka sangat memanjakannya.
"Ngomong-ngomong," tiba-tiba Sachiko berkata, "Kudengar rumah tua di Kamakura itu setelah pembunuhan itu tidak ada yang berani menempati. Bahkan di malam-malam berikutnya, sering terdengar suara-suara mengerikan yang mencekam, sampai-sampai penduduk sekitar pun mengungsi ketakutan."
"Haha, Sachiko kenapa kamu juga jadi begitu takhayul," kata Kihiko santai, "Sudah abad 21, mana mungkin ada hantu? Kutukan, arwah-arwah itu semua cuma sugesti psikologis karena takut mati. Kabar burung seperti ini mana bisa dipercaya!"
Beberapa hari kemudian, Kihiko membawa Rie berangkat ke Kamakura dengan mobil...
## Jilid Empat Sumpah Terpenuhi Bab Ketujuh Bilik Telepon
Setelah melarikan diri dari kompleks perumahan itu, An Zi berlari tak tentu arah karena ketakutan. Sekarang dia tidak bisa pulang ke rumah atau sekolah! Lalu harus kabur ke mana?
Ketika sampai di jalan raya, rasa takutnya agak berkurang. Tapi tetap saja dia khawatir hantu tiba-tiba muncul. Kejadian Shin Yanagihara menghilang tiba-tiba masih membingungkannya.
Setelah berlari cukup lama dan tidak ada yang mengejar, An Zi mulai tenang. Ke mana tempat aman untuk bersembunyi? Tiba-tiba dia ingat ada gereja besar di dekat Jalan Yuetian, Kota K. Mungkin dengan masuk gereja bisa selamat!
Meski An Zi tidak memeluk agama Kristen, tapi kalau hantu saja ada, mungkin Tuhan juga benar-benar ada!
Dia membeli peta di kios koran lalu memanggil taksi.
Di dalam taksi, jarinya terus membuat tanda salib sambil berdoa memohon perlindungan Tuhan. Saat ini, berdoa adalah satu-satunya harapannya.
Setelah sekitar 20 menit, taksi sampai di Jalan Yuetian.
An Zi segera turun dan mulai mencari gereja.
"Tapi, dia mencari ke sana kemari, hanya melihat gedung pencakar langit. Bertanya pada banyak orang, tapi tidak ada yang tahu."
"Jangan-jangan ingatannya salah? Apa di Yue Tian Lu tidak ada gereja? Dari peta juga tidak terlihat apakah ada gereja di sana. Dia mulai cemas, sementara ponselnya sudah diambil Li Yin, tidak bisa mengecek internet."
"Coba cari telepon umum dan minta bantuan Li Yin untuk mengecek. Li Yin sudah memberikan nomor ponselnya ke mereka."
"Dia terus melirik ke kiri-kanan di jalan raya, mencari-cari telepon umum."
"Pada saat yang sama, di dalam apartemen."
""Kalkulasiku salah!" Li Yin gelisah mondar-mandir di kamar, berkata pada Ying Ziyue dengan panik: "Sepertinya seperti yang kau katakan, hantu itu pertama pergi ke Yan Bei Lu mencari An Zi, tapi tidak ketemu lalu pergi ke rumah Liu Yuanxin dan membunuhnya. Saat itulah An Zi menelepon, hantu itu menyamar sebagai suara Liu Yuanxin, lalu berubah wujud menjadi Liu Yuanxin dan segera ke sini...""
"Ying Ziyue berkata: "Saat ini semua kemungkinan terbuka. Untuk sementara, kita diam dulu. Pasti ketiganya akan menghubungimu, mengingat mereka sama sekali tidak paham tentang 'misi darah' dan jalur selamatnya.""
"Saat itu juga, An Zi akhirnya menemukan telepon umum. Dia langsung masuk, mengangkat gagang telepon, dan buru-buru memencet nomor ponsel Li Yin."
""Angkat, cepat angkat, cepat angkat..." Sambil menggenggam gagang telepon, An Zi matanya terus awasi pintu telepon umum, takut hantu tiba-tiba muncul! Kalau bukan karena jalanan ramai orang, mungkin dia sudah menangis ketakutan."
"Saat itu, ponsel di tangan Li Yin langsung berdering. Li Yin segera mengangkat telepon dan bertanya, 'Halo, siapa ini?'"
"Tuan Li? Saya An Zi! Saya... saya sekarang di Jalan Yuetian. Bukankah ada sebuah gereja di Jalan Yuetian? Bisakah Anda membantu saya mencari informasi di internet? Di sekitar sini saya sama sekali tidak bisa menemukan warnet, dan semua orang yang saya tanya juga bilang tidak tahu!"
"Gereja?" Li Yin segera memahami maksudnya, "Pergi ke gereja juga tidak ada gunanya. Sudah lama ada penghuni apartemen yang mencoba hal seperti ini sebelumnya, baik kuil, tempat ibadah Tao, maupun gereja - masuk ke dalam pun tetap akan diserang hantu. Tidak hanya itu, memakai salib atau tasbih juga tidak bisa menghindari kutukan dari instruksi tulisan darah apartemen! Kecuali menemukan jalan keluar yang tersembunyi dalam tulisan darah, atau beruntung bisa kembali ke apartemen tepat waktu, tidak ada cara lain untuk menghindari kematian!"
"Ja... jalan keluar?" An Zi masih terus melirik ke luar bilik telepon, "Lalu bagaimana cara saya menemukan jalan keluar yang tersembunyi itu? Ada metode khusus untuk mencarinya?"
"Dengarkan analisis saya. Untuk sementara saya asumsikan hantu ini bisa menemukan lokasi kalian." Li Yin berbicara ke telepon, "Dalam kondisi seperti ini, akan sangat sulit bagi kalian untuk kabur ke mana pun. Tapi, masih ada beberapa hari lagi sebelum misi darah apartemen berakhir. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, hantu baru akan semakin ganas membunuh ketika mendekati akhir masa tugas. Liu Yuanxin baru saja tewas, seharusnya hantu ini tidak akan bertindak lagi untuk sementara. Kalau tidak, misi darah langsung ditetapkan selesai dalam satu hari saja."
“Ini... seperti ini? Kalau begitu bagus sekali.” An Zi menghela napas lega, saraf yang tegang selama ini akhirnya sedikit mengendur.
“Lalu, apa yang harus kulakukan selanjutnya? Jika kamu bilang tidak ada tempat yang aman, maka...”
“Hmm, ini memang masalah...”
Saat itu, Ying Ziyue tiba-tiba mendekat dan berkata: “Li Yin, berikan telepon padaku.”
“Oh... baik.” Li Yin memberikan telepon kepada Ying Ziyue, lalu dia berkata: “Untuk sementara, tinggallah di rumahku. Alamat rumahku adalah...”
“Kamu? Rumahmu? Nona Ying, kamu serius? Tidak takut?”
“Tidak masalah.” Ying Ziyue menjawab dengan sangat tenang, seolah hanya mengundang tamu biasa: “Aku menyimpan kunci cadangan di dalam tanah pot bunga depan rumah. Kamu bisa menggali untuk mengambilnya, lagipula kamu tidak punya tempat tinggal. Baik, begitu saja.”
Li Yin buru-buru berlari mendekat: “Kamu... kamu tidak waras? Malah mengundang 'hantu' ke rumahmu sendiri?”
“Tidak masalah, paling-paling nanti setelah meninggalkan apartemen, rumahnya dijual saja.”
“Kamu tidak takut? Bagaimana jika kamu sendiri ikut tertimpa malapetaka?”
“Tidak. Jika memang bisa tertimpa seperti itu, tadi saat aku berhadapan dekat dengan 'hantu' itu, sudah bisa dianggap 'tertimpa' bukan?”
“Tapi itu rumahmu sendiri! Meski orang tuamu sudah meninggal, bagaimana jika ada kerabat datang?”
“Tidak akan ada yang mengunjungi rumahku.”
“Hmm?”
“Orang tua saya adalah tipe yang selalu mengutamakan penelitian, hampir tidak memperhatikan kehidupan sehari-hari dan tidak paham pergaulan sosial. Mereka biasanya menghabiskan waktu di laboratorium, sama sekali tidak peduli dengan hal di luar penelitian sains, bahkan jarang menampakkan ekspresi emosi. Karena itu, kerabat sering menganggap mereka 'tidak paham tata krama' dan enggan berinteraksi. Selain pemakaman orang tua, sejak kecil saya jarang bertemu kerabat lain. Bahkan jika bertemu, kebanyakan akan menyebut orang tua saya 'orang aneh'. Jadi tidak akan ada yang datang. Lagipula rumah saya adalah villa tunggal di pegunungan, tidak akan mengganggu tetangga.”
Li Yin tertegun, tidak menyangka Ying Ziyue memiliki masa lalu seperti itu. Sikap dinginnya terhadap segala hal, bahkan ketidakgentarannya memasuki apartemen ini, apakah warisan dari orang tuanya?
“Halo, An Zi, kamu dengar?”
“Eh... aku dengar, Nona Ying. Nona Ying sudah... menjalani berapa kali misi darah?”
“Sekali. Saya baru pindah ke apartemen bulan Juli tahun ini.”
An Zi terkesiap, sangat terkejut. Wanita ini baru masuk apartemen? Tapi penampilannya begitu tenang, sama sekali tidak terlihat menderita atau ketakutan.
Saat itu... tiba-tiba An Zi merasakan hawa dingin menusuk dari belakang. Awalnya samar, tapi segera membuat kulit kepalanya merinding!
Saat itu, Rie kembali teringat... momen ketika Kakayanuki gugur dulu.
Saat mobil terbalik waktu itu, Toshihiko yang terhimpit di bawahnya penuh darah, sedangkan Rie juga terluka parah dengan tubuhnya tertusuk kaca.
Saat itu, yang terpikir olehnya adalah boneka aneh yang pernah dilihatnya di rumah tua Kamakura!
Boneka yang membuat ayah berubah tidak normal...
Ketika bangun, baru tahu Toshihiko sudah meninggal. Keluarga pun dilanda duka mendalam, ibu berkali-kali pingsan menangis, rambut ayah juga memutih dalam sebulan.
Kakak Sachiko pun menjadi sangat terpukul, dari yang ceria berubah jadi pendiam dan dingin seperti es.
Setelah kematian Toshihiko, keluarga ini bagai terkena kutukan. Saat Sachiko mengajukan studi ke Tiongkok, sorot matanya padaku jelas penuh kebencian. Sepertinya dia ingin lari dariku, memutuskan pergi bahkan sampai ke Tiongkok.
Ibu yang sudah murung sejak Toshihiko meninggal mati-matian menentang rencana ini.
Tapi Sachiko bersikeras, kemampuan bahasa Mandarinnya juga sangat baik. Ayah akhirnya menyetujui dengan pertimbangan pengalaman di Tiongkok akan berguna.
Tapi siapa sangka sekarang jadi seperti ini.
“Rie hari ini sudah mengunjungi sekolah tempat Sachiko belajar, mendengar dari beberapa teman dekatnya bahwa dalam dua tahun terakhir Sachiko sering membolos tanpa alasan. Kalau bukan karena nilainya yang bagus, dosen pasti tidak akan memberinya kredit. Sekarang dia malah hilang secara misterius, tapi karena riwayat bolosnya yang panjang, awalnya tidak ada yang memperhatikan.”
“Kalian tahu dia tinggal di mana?” Saat itu Rie bertanya dengan bahasa Mandarin yang kaku kepada mahasiswa yang mengenal Sachiko. Mereka harus mengulang berkali-kali baru mengerti. Rie sering mengeluh, bahasa Mandarin terlalu sulit dipelajari. Karakter yang sama sering memiliki arti berbeda antara bahasa Cina dan Jepang. Karena itu dia sangat mengagumi Kak Toshihiko dan Kak Sachiko yang bisa menguasai bahasa Mandarin dengan sempurna.
“Saya ingat sekitar musim semi dua tahun lalu... dia tiba-tiba pindah dari asrama, meninggalkan banyak barang.” Seorang mahasiswi berponi ekor kuda berkata: “Sachiko memang baik pada semua orang, tapi tidak suka berkomunikasi. Jadi kami tidak banyak bertanya, hanya mengira dia menyewa rumah di luar. Tidak ada yang menghubunginya lagi. Setelah itu dia masih datang kuliah, tapi suatu periode bolosnya sangat parah. Setiap kali kembali ke kelas, dia selalu terlihat sangat lelah bahkan agak gugup.”
“Gu...gugup?”
“Dia sepertinya jadi mudah terkejut, dan sering histeris tanpa alasan. Kadang-kadang... bahkan sering menatap bayangannya sendiri...”
Tiba-tiba, seorang perempuan berambut pendek di sebelah gadis kunciran itu berkata, "Ngomong-ngomong, kamu ingat kejadian itu? Di kelas itu, Sachiko tiba-tiba merasa jantungnya sangat sakit, terus memegangi dadanya..."
"Iya, benar-benar menakutkan, saat itu..."
Jantung?
Kakak Sachiko sebenarnya selalu sehat! Rie sama sekali tidak mengerti, mengapa hal ini bisa terjadi?
Saat itu, Anzi tiba-tiba merasakan, tidak hanya punggungnya, gagang telepon yang dipegangnya juga terasa sangat dingin.
Ini... Ada apa ini?
Dengan gemetar ketakutan, Anzi menjauhkan gagang telepon itu dan menoleh...
Terlihat jelas, ini bukan gagang telepon, melainkan... sebuah lengan pucat yang menyeramkan!
Kemudian, dia menoleh lagi ke belakang...
Di belakangnya, tempat yang seharusnya ada telepon di dalam bilik telepon, kini berdiri seorang perempuan mengerikan berbaju kimono merah tua, menundukkan kepala dengan sorot mata jahat yang menusuk!
Saat itu, di apartemen, di kamar 1002 tempat Anzi ditempatkan, tulisan darah merah menyala itu mulai memudar dan akhirnya hilang sepenuhnya.
Tulisan darah menghilang hanya karena dua kemungkinan.
Pertama, penghuni kamar tersebut sudah selesai membaca misi darah.
Kedua... penghuni tersebut sudah meninggal.
## Volume 4 Janji Terpenuhi Bab 8 Cermin Berpakaian
Li Yin yang cemas berkata, "Sekarang, mari kita bahas bagaimana menemukan jalan keluar dari misi ini."
“Jalan keluar?” Ying Ziyue mengangkat kepala memandang Li Yin, setelah lama terdiam berkata: "Mereka tidak hanya tidak bisa kembali ke apartemen dalam beberapa hari ke depan, bahkan mendekatinya pun tidak boleh. Dan kemungkinan besar hantu akan terus melacak setiap orang mereka. Ini sudah sangat berbeda dengan permainan petak umpet. Satu-satunya cara adalah menemukan jalan keluar."
Benar. Tidak peduli melarikan diri ke sudut mana pun di dunia, mustahil melarikan diri dari kutukan. Hanya di dalam apartemen lah kutukan bisa dibersihkan dan hantu dihindari.
"Aku selalu berpikir... Sepertinya para hantu itu tidak pernah langsung memasuki apartemen setiap kali. Apakah mereka terpengaruh oleh apartemen sehingga tidak bisa masuk... Atau, jika masuk, akan terjadi sesuatu? Misalnya, langsung tercerai-berai rohnya semacam itu?"
"Maksudmu..."
"Tidak ada. Anggap saja tidak mendengar."
Mengapa hantu tidak bisa masuk ke apartemen? Tidak, itu tidak penting. Masalahnya, jika hantu memasuki apartemen, apa yang akan terjadi? Apakah akan menghilang? Apakah untuk semua jenis hantu, tidak ada yang bisa masuk?
Pada saat yang sama...
Kang Yinxuan sedang berlari tanpa tujuan di jalan raya!
Apa benar? Sumpah sembarangan saja bisa jadi kenyataan? Kalau begitu, kenapa orang jahat di dunia ini tidak ada yang dapat hukuman?
Untungnya dengan berlari di pinggir jalan yang ramai, rasa takut berkurang banyak. Tapi masalahnya, ke mana harus melarikan diri? Dan dari segi waktu, masih berapa hari lagi baru bisa kembali ke apartemen!
Menurut penjelasan wanita bernama Ying Ziyue tadi, Liu Yuanxin yang baru saja ditemui adalah hantu yang menyamar? Sekarang ketika diingat kembali, Kang Yinxuan masih merinding.
Tiba-tiba, bahunya ditepuk dari belakang. Dia mengkerut ketakutan, lalu menoleh...
Ternyata Zong Yanzhou.
"Sangat takut?"
"Yanzhou? Kamu ya..."
Zong Yanzhou kemudian menariknya masuk ke gang sempit di samping sambil berkata, "Ikut aku. Tuan Li Yin baru saja menelepon dan memberi tahu lokasi aman."
"Oh... bagus sekali. Tuan Li Yin benar-benar orang baik."
Setelah berjalan beberapa saat, muncul toko jahit kecil di depan. Zong Yanzhou mendorong pintu masuk, menguncinya, lalu berkata pada Kang Yinxuan, "Tempat ini aman, tunggu di sini."
"A...aman?" Kang Yinxuan bertanya, "Tapi Tuan Li Yin bilang hanya apartemen yang aman..."
"Dia bilang toko ini spesial. Detailnya nanti saja. Aku harus ambil sesuatu sesuai petunjuknya. Duduklah di kursi sebelah cermin itu, jangan pergi kemana-mana."
"Ba...baik."
Kang Yinxuan menghela napas lega... lalu berjalan ke kursi di depan cermin panjang toko itu dan duduk.
Toko sempit itu dipenuhi rak baju, mesin jahit di atas meja dekat cermin, serta serpihan kain berserakan di lantai.
Setelah Zong Yanzhou pergi, rasa cemas mulai menyergap Kang Yinxuan...
Toko jahit sepi tanpa penghuni ini...
Tapi kalau Li Yin bilang tempat ini aman, pasti benar kan?
Tiba-tiba dia berpikir, dalam cerita hantu, cermin sering kali menampilkan sosok menyeramkan. Dia segera menoleh ke arah cermin ganti baju itu...
Untungnya, bayangan di cermin terlihat normal. Dia sengaja melakukan beberapa gerakan untuk memastikan pantulannya mengikuti, baru kemudian merasa lega.
Waktu terus berlahan...
Namun setelah sekitar setengah jam berlalu, Zong Yanzhou masih belum kembali.
Dia... kenapa dia belum datang juga?
Hal ini membuat Kang Yinxuan mulai khawatir, tapi mengingat toko jahit ini dikatakan aman, dia tidak berani keluar.
Tiba-tiba matanya tertuju pada rak baju di sampingnya.
Deretan baju itu membuatnya tegang. Dia ingat sebuah film horor Jepang dimana baju di rak tiba-tiba berubah menjadi hantu, meski judulnya sudah lupa.
Memikirkan ini, dia tak sadar menggeser tubuhnya mundur.
Tiba-tiba! Rak baju itu roboh sendiri dengan keras!
Kang Yinxuan hampir menjerit kencang!
Dia melompat berdiri, nyaris kehilangan nyawa, lalu buru-buru lari ke sudut lain.
Kabur dari toko? Tapi apa keluar berarti mati? Mungkin ini hanya angin?
Namun ketika dia melihat lebih seksama... napasnya langsung tersengal!
Runtuhnya rak itu menyibakkan sesosok mayat yang bersembunyi di belakangnya!
Mayat wanita paruh baya dengan meteran kain di leher itu dadanya sudah hancur berdarah. Tampaknya dialah tukang jahit pemilik toko ini!
Tiba-tiba dia menyadari, ponsel mereka semua sudah diambil oleh Li Yin, lalu bagaimana Zong Yanzhou mungkin menerima telepon dari Li Yin?
Lari... lari!
Kang Yinxian tidak ragu lagi, saat dia berlari melewati cermin besar itu... tiba-tiba dia menemukan sesuatu yang sangat mengerikan!
Tunggu... tunggu.
Barusan... apa yang kulihat?
Dia menatap kembali ke cermin besar itu. Di dalam cermin, tidak terlihat sesuatu yang aneh, hanya pantulan dirinya. Dan juga, tidak ada gerakan mencurigakan apapun.
Tapi...
Tapi...
Dia menundukkan kepalanya.
Karena kursi yang tadi didudukinya digeser ke belakang... ada area beberapa kaki yang masuk ke dalam pantulan cermin!
Sebelum sempat bereaksi, Kang Yinxian sudah merasakan sepasang tangan mencekik lehernya! Dari sudut matanya, samar-samar terlihat kimono merah menyala!
Sebenarnya, cermin itu tidak ada sama sekali.
Itu hanyalah... pintu kamar yang pemandangannya sangat mirip dengan ruangan luar!
Saat itu, Rie meninggalkan hotel untuk membeli beberapa barang. Dia mengambil ponselnya, secara refleks membuka kontak nomor kakak Kotobuki. Ada dua nomor, sang kakak selalu menggunakan dua ponsel berbeda.
Dengan kebiasaan, Rie menghubungi salah satu nomor. Meskipun sudah mencoba ribuan kali. Setiap kali, selalu mati.
Saat ini, di kamar 402 yang sebelumnya ditempati Kotobuki Koko, Ying Ziyue mengisi daya dan menyalakan ponsel lain yang ditinggalkan Koko. Ingin memeriksa apakah ada konten tersisa, ternyata ada panggilan masuk!
"Mayat Sachiko seharusnya masih berada di vila pinggiran kota itu, sepertinya sampai sekarang belum ditemukan orang. Sudah lama sekali, tidak aneh jika keluarganya menyadari keanehan."
Lebih baik tidak menerima, karena ini akan merepotkan. Oleh karena itu, Ying Ziyey mematikan telepon.
Rie saat ini merasa ngeri. Tadi itu bukan bunyi peringatan ponsel mati, melainkan sengaja mematikan telepon!
"Kalau begitu itu Kakak Sachiko? Tapi kenapa mematikan teleponku? Tidak ada alasannya." Setelah berpikir, dia mengirim pesan singkat.
"Apakah ini Kakak kedua? Aku Rie. Sekarang aku di Kota K, dimana kamu? Orang tua sangat khawatir."
Setelah mengirim pesan singkat, Ying Ziye secara alami menerimanya.
Dia membuka pesan itu. Setelah membaca isinya, segera menyadari bahwa "Rie" ini adalah adik Sachiko. Tampaknya keluarganya datang ke Tiongkok.
Jika dia memasuki kompleks ini untuk mencari kakaknya, kemungkinan besar akan menjadi penghuni!
Maka Ying Ziye mengambil ponselnya dan mengetik pesan dalam bahasa Jepang: "Rie, aku sekarang..."
Zong Yanzhou saat ini berada di sebuah taman di pusat Kota K.
Berjalan di jalanan yang dipenuhi daun-daun kering kuning, dengan orang-orang yang lalu lalang setiap saat, hatinya sedikit tenang.
Kejadian tadi terasa sangat tidak nyata. Sekarang dipikir-pikir, masih sulit diterima. Apakah apartemen mengerikan itu benar-benar ada di dunia? Penghuni yang tinggal di dalamnya dipaksa pergi ke berbagai tempat berhantu, hanya bisa selamat dengan kembali ke apartemen?
"Dalam cerita hantu pun tidak pernah terdengar ada rumah hantu seperti ini."
Hanya karena mengucapkan sebuah sumpah, benar-benar menjadi kenyataan? Bagaimana mungkin ada hal yang begitu absurd?
Semakin dipikir, semakin terasa tidak nyata. Tapi apartemen yang bisa disembunyikan itu sama sekali tidak bisa dijelaskan. Apakah teknologi ruang seperti ini ada di dunia sekarang? Sains sama sekali tidak bisa menjelaskan fenomena aneh ini!
Tiba-tiba, dia melihat seseorang berjalan mendekat di depannya.
"Kau..." Dia terkejut berkata, "Kang, Kang Yinxuan?"
Di depannya, Kang Yinxuan benar-benar mendekat dan berkata, "Tidak apa-apa? Ikutlah denganku. Aku akan membawamu ke tempat yang aman."
"Ah..." Zong Yanzhou mengangguk, lalu mengikutinya. Sambil berjalan dia bertanya, "Yinxuan, kamu... bagaimana bisa menemukan tempat ini?"
Saat itu, seorang gadis kecil yang sedang mengunyah lolipop di pinggir jalan berkata pada ibunya, "Ibu, mengapa kakak laki-laki itu bicara sendiri? Di sebelahnya kan tidak ada siapa-siapa?"
Zong Yanzhou mengikuti Kang Yinxuan di depannya menuju hutan sepi, sampai di tepi sebuah danau.
Tiba-tiba Zong Yanzhou menyadari, bayangan Kang Yinxuan di depannya sama sekali tidak terpantul di permukaan danau!
## Jilid IV Sumpah Terkabul Bab 9 Boneka Ayah
Zong Yanzhou langsung ketakutan setengah mati, langsung berbalik badan dan lari terbirit-birit!
Sekitar berlari sepuluh meter, ketika dia menengok ke belakang, tubuh "Kang Yinxuan" mulai bergerak aneh dengan memutar kepala 180 derajat. Wajah mengerikan itu langsung menghadap Zong Yanzhou!
Wanita itu mengenakan kimono merah menyala. Wajahnya yang cantik tertutup rambut hitam panjang, darah terus mengalir dari wajahnya, mulutnya terbuka lebar seperti Kuchisake-onna dalam legenda urban Jepang.
Tubuhnya mulai memanjang secara tidak wajar sambil terpelintir ke kiri dan kanan. Suara tulang retak terdengar jelas. Kedua tangannya tiba-tiba memanjang 5-6 meter dengan jari-jari runcing seperti belati.
Seluruh bulu kuduk Zong Yanzhou meremang.
Apa itu? Monster macam apa?!
Saat tiba di area ramai, dia berlari ke pintu gerbang taman. Karena terlalu cepat, dia menabrak seorang wanita yang sedang asyik melihat ponsel.
Keduanya terjatuh. Wanita cantik itu nyaris terbuka rok pendeknya dalam posisi tidak sopan.
Wanita itu bangun sambil marah-marah mengatakan sesuatu dalam bahasa Jepang yang tidak dimengerti Zong Yanzhou.
Meski tidak paham, Zong Yanzhou menyadari itu bahasa Jepang. "Apakah dia orang Jepang?"
Tapi, sekarang bukan saatnya untuk membicarakan hal ini. Zong Yanzhou menoleh ke belakang, hantu wanita itu tidak mengejarnya. Tapi, siapa tahu dari mana dia akan muncul lagi?
Tiba-tiba, dia melihat sebuah ponsel di tanah, sepertinya jatuh dari wanita itu. Tanpa ragu, dia mengambil ponsel itu dan melarikan diri!
Dengan ponsel ini, dia bisa menghubungi penghuni apartemen. Masih banyak hal tentang apartemen yang belum dia pahami. Hantu itu bisa muncul kapan saja, detik-detik berharga, tidak ada waktu mencari telepon umum!
Wanita itu ternyata adalah Rie.
Pesan balasan Ying Ziyue berbunyi: "Aku sudah meninggalkan Kota K menuju Kota W. Jangan cari aku, ada urusan yang harus kuselesaikan. Mungkin baru kembali beberapa tahun lagi."
Kota W terletak sangat jauh dari Kota K, melintasi satu provinsi. Dengan cara ini, Ying Ziyue bisa memaksimalkan jarak investigasi keluarga Kotachi dari Kota K.
Melihat Zong Yanzhou merebut ponselnya, Rie langsung mengejar sambil berteriak: "Toraemono! Dorobō desu!" (Tangkap! Pencuri!)
Tapi teriakannya dalam bahasa Jepang, kata "tangkap" dan "pencuri" dalam bahasa Mandarin tidak bisa diingatnya saat itu.
Sambil berlari, Zong Yanzhou menekan nomor Li Yin. Telepon pun tersambung.
"Tuan Li!" teriaknya. "Apa yang harus kulakukan? Hantu... hantu itu menyamar sebagai Yinxuan ingin membunuhku!"
"Jangan panik!" Li Yin langsung menjawab. "Larilah sejauh mungkin! Masih ada beberapa hari sebelum kamu bisa masuk apartemen. Sekarang yang harus..."
"Aku... aku mengerti!"
Saat itu, Rie di belakangnya masih terus mengejar tanpa henti. Sudah berlari melewati tiga empat blok jalan, tapi Rie sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.
"Kembalikan! Kembalikan ponselku!"
Teriakan ini menggunakan bahasa Mandarin, sehingga pejalan kaki di sekitar pun mengerti. Namun meski banyak yang menonton, tak seorang pun berinisiatif menangkap pencuri.
Zong Yanzhou melihat Rie mengejar begitu nekat, dengan menggigit gigi ia masuk ke sebuah gang kecil, berharap bisa melepaskan diri!
"Apakah ponsel ini kamu yang mencurinya?" Di ujung telepon, Li Yin juga mendengar teriakan Rie.
"Ah... Aku juga tidak punya pilihan..."
"Aku mengerti. Akan segera kucari 'jalan hidup' dari instruksi tulisan darah kali ini. Ini baru instruksi tulisan darah pertama, mustahil langsung mematikan!"
Di gang berliku-liku ini, akhirnya Zong Yanzhou berhasil kabur. Sambil bersandar di tembok ia baru saja ingin menarik napas, tiba-tiba melihat... di tanah depannya muncul boneka berbaju kimono merah!
Boneka itu tiba-tiba duduk tegak!
Tiba-tiba mulut boneka terbuka, memperlihatkan deretan gigi tajam! Bola matanya yang di dalam soket itu mulai berputar-putar, separuh wajah kirinya berubah menyeramkan seperti "hantu"!
Boneka itu mulai berbicara.
"Aku... datang... mencarimu..."
Kemudian boneka itu tiba-tiba pecah menjadi serpihan. Zong Yanzhou tertegun, tidak mengerti apa yang terjadi. Saat itu juga, Rie menghampirinya, matanya membelalak melihat serpihan boneka dengan ekspresi sangat terkejut.
Ia berjalan dengan bengong, mengambil pecahan-pecahan itu, dan berkata: "Ini... ini..."
Rie tidak akan pernah melupakan boneka ini.
Foto yang ditinggalkan ibunya saat kecil, sudah lama dibakarnya. Di foto itu terlihat jelas boneka wanita berbaju kimono merah menyala. Boneka itu, salah satu yang relatif utuh dari boneka-boneka yang dihancurkan ayah, difoto oleh ibu. Apakah ibu berpikir dengan mendokumentasikan boneka ini, bisa menyimpan kepribadian ayah?
Bagaimanapun, ayah menjadi gila karena boneka-boneka ini.
Ia sangat paham hal itu.
Tapi bayangan boneka di foto itu tetap tertanam kuat dalam benaknya.
Belakangan, rumah hantu menyeramkan di Kamakura mulai menggemparkan seluruh negeri karena buku itu. Meskipun ayah berhasil melarang peredaran buku itu melalui koneksi, pengaruhnya sudah terlalu besar.
Akhir-akhir ini ia mulai mengikuti perkembangan pemberitaan tentang rumah hantu Kamakura.
Bagi Rie, ini tetap menjadi kenangan yang tak bisa dihapus...
Tahun 2005, Kamakura, Jepang.
Saat tiba di bangunan kuno tempat ayah dulu tinggal, Rie merasa sangat terharu.
Ia pernah tinggal di sini beberapa waktu, tempat ibu dibesarkan, dan juga di tempat inilah... kedua orang tuanya...
Sebenarnya yang dikatakan Sachiko agak berlebihan, di sekitar sini masih banyak orang yang sama sekali tidak percaya takhyul. Lagipula, kabar tentang teriakan meraung siang-malam jelas sudah menjadi rumor yang terlalu dibesar-besarkan.
“Letakkan seikat bunga lily di depan pintu rumah,” Rie berjongkok, menyatukan kedua telapak tangan, menutup mata dan berdoa dalam diam untuk mengenang orang tuanya yang telah meninggal. Perampok yang membunuh orang tuanya dulu hingga kini masih belum tertangkap. Rie selalu berharap para perampok itu segera dihukum, namun takdir berkata lain, mereka masih bebas berkeliaran sampai sekarang.
“Kak Noriyuki,” kata Rie setelah berdiri, “berikan botol sake itu padaku.”
Odagiri Akira pernah memberi tahu Rie bahwa Sasazaki Yoshiyasu paling menyukai sake.
Noriyuki mengangguk, “Baiklah. Aku akan mengambilkannya untukmu.”
Setelah menerima botol sake, Rie membuka tutupnya lalu menuangkannya di depan bangunan tua yang rusak itu. Sembari menuangkan, air mata Rie mulai menetes perlahan.
Mengapa ayah waktu itu bisa menjadi gila? Apa sebenarnya penyebabnya?
Ayah bilang boneka buatannya mengalami perubahan, apa maksudnya? Lalu fenomena "hantu" setelah itu?
“Rie.” Noriyuki menepuk bahunya, “Mari kita masuk dan lihat.”
Gembok berkarat itu sama saja dengan tidak ada.
Sebenarnya, rumah ini awalnya milik keluarga Maki, marga ibu Eiko. Tapi keluarga Maki, karena legenda "hantu" ini, tak ada yang mau menerima properti sial ini. Tidak bisa terjual, akhirnya dibiarkan terbengkalai begitu saja.
“Awalnya, tidak ada satu pun kerabat keluarga Shinozaki atau Miki yang mau mengurus Rie. Namun setelah dia diadopsi sebagai anak angkat oleh Odagiri Akira, pejabat tinggi Kementerian Pendidikan, mereka satu per satu datang meminta bantuan dengan muka tebal. Rie tentu saja mengabaikan mereka, dan selama bertahun-tahun sama sekali tidak berhubungan dengan kerabat kedua keluarga itu. Dia selalu menganggap diri sebagai bagian dari keluarga Odagiri.”
Setelah membuka pintu itu, mereka masuk. Papan kayu di koridor berderit-derit saat diinjak, membuat khawatir apakah lantai itu akan jebol jika diinjak terlalu keras.
“Tempat ini benar-benar terlihat tua,” Kiyohiko tak bisa menahan diri untuk berkata: “Jaring laba-labanya terlalu banyak...”
Udara penuh dengan debu yang bahkan terlihat jelas oleh mata telanjang. Kiyohiko mengibaskan tangannya untuk menghalau debu-debu itu, lalu bertanya pada Rie: “Rie, bagaimana perasaanmu kembali ke sini?”
Rie justru sedang mengamati sekeliling dengan saksama, sepenuhnya tenggelam dalam suasana.
Inilah... rumah tempatku pernah tinggal semasa kecil dulu.
Rie sama sekali tidak memiliki ingatan tentang tempat ini.
Sambil meraba-raba sekeliling, dia melihat sebuah pintu geser.
Saat pintu geser itu perlahan dibuka, terlihatlah ruangan bergaya Jepang berukuran sekitar 20 tatami.
Rie masuk ke dalam.
Matanya segera menangkap beberapa boneka yang tergeletak di sudut ruangan. Ada retakan di bagian tubuh boneka-boneka itu.
“Ini... aku pernah melihatnya di foto yang diberikan ibuku.”
Rie memegang boneka berbaju kimono merah tua, berucap penuh kekaguman: “Tak disangka masih disimpan di sini, meski sudah sangat tua...”
Ini dia.
"Boneka yang membuat ayah menjadi gila, jika saat itu ayah tidak kembali ke Kamakura bersama ibu, tetapi tetap di Nagoya melanjutkan usaha toko boneka, semua ini tidak akan terjadi."
"Tapi, ini sama sekali tidak bisa diubah lagi."
"Rie, ini boneka buatan ayahmu, kan?" Kiyohiko mendekat sambil berkata: "Setiap tahun saat Hinamatsuri, ketika kamu menyusun boneka, kamu selalu menyebut tentang ayahmu."
Di Jepang, ciri khas utama Hinamatsuri adalah penyusunan boneka. Boneka-boneka berbusana mewah alus istana dipajang di hinadan bertingkat tiga hingga tujuh, dengan susunan khusus sesuai urutan yang ditetapkan.
"Ya," Rie menggenggam erat boneka berkimono merah itu, "Ibu pernah memotret boneka ini untukku."
"Oh? Benarkah? Sepertinya dia sangat menyukai boneka ini."
Rie menatap tajam mata boneka berkimono merah itu... Boneka ini memang dibuat dengan sangat sempurna, tidak bisa dibandingkan dengan boneka mainannya waktu kecil. Mata boneka itu terasa hidup, seolah bukan benda mati melainkan manusia sungguhan.
Sebenarnya, mengapa boneka ini bisa mengubah ayah sedemikian drastis? Mengapa?
Kekuatan magis apa yang tersembunyi dalam boneka ini?
Rie meletakkan kembali boneka itu ke lantai, "Kak, ayo kita pergi."
"Ya, baiklah."
Saat meninggalkan rumah itu, Rie kembali menoleh untuk melihat sekali lagi.
“Apakah benar roh orang tua masih ada di sini...?”
Selanjutnya, kira-kira setiap sepuluh langkah, Rie akan menoleh ke belakang. Hingga rumah itu benar-benar menghilang dari pandangan.
“Kakak...”
“Hmm? Ada apa, Rie?”
“Aku rasa aku tidak akan kembali ke sini lagi.”
Sejak kecil, Rie selalu memikirkan satu hal.
Apakah benar perampok yang membunuh orang tuanya?
Bukankah boneka yang ditakuti ayahnya, seperti yang dikatakannya, yang terus menjadi "nyata"?
Tapi kalau dipikir-pikir, itu hanya khayalannya sendiri. Hal seperti itu mustahil terjadi.
Namun, mata boneka kimono merah tadi benar-benar terpatri di benak Rie, seolah berakar dalam.
Hingga sekarang, tak bisa dilupakannya...
## Jilid 4: Sumpah yang Ditepati Bab 10: Sumpah Mematikan Terwujud
Malam hari, sekitar pukul sebelas lebih. Kiyohiko dan Sachiko akhirnya kembali ke kota Nagoya.
“Tak menyangka sampai semalam ini...” Kiyohiko Kotaegiri yang sedang menyetir menatap jalan sambil berkata pada Rie di kursi penumpang: “Tapi akhirnya kita kembali juga.”
“Kakak Kiyohiko.” Rie tersenyum padanya: “Terima kasih banyak.”
Kiyohiko menjawab sambil tersenyum: “Iya... memang, kamu...”
Saat itulah tragedi terjadi.
Mobil tiba-tiba miring, berguling di aspal, lalu jatuh menghantam tanah dengan keras.
Kecelakaan yang tiba-tiba ini terasa begitu tidak masuk akal.
“Yoshihiko tewas seketika di tempat, penyebab kematiannya adalah pukulan fatal pada tulang tengkorak. Rie juga berada dalam kondisi yang sangat kritis, harus berjuang mati-matian di meja operasi baru bisa menyelamatkan nyawanya. Namun butuh waktu dua bulan sampai dia akhirnya siuman.”
“Saat pertama kali membuka mata, yang dilihatnya adalah Sachiko. Saat itu Sachiko hampir kehabisan air mata, sibuk mengurus pemakaman orang tuanya. Kematian Yoshihiko membuat kedua orang tua mereka nyaris tidak sanggup menahan pukulan.”
“Penyebab kecelakaan itu tidak pernah terungkap. Hal ini sebagian besar karena mobil Honda tersebut terbakar parah. Padahal saat itu Yoshihiko tidak mengemudi dengan cepat, sebagai sopir yang selalu terampil, mengapa tiba-tiba terjadi hal seperti ini?”
“Setelah kasus ini diungkap media, beberapa wartawan yang teliti menggali kasus pembunuhan di keluarga Shinozaki sebelumnya beserta legenda hantu yang mengitarinya. Maka rumor hantu yang awalnya hanya jadi cerita rakyat ini tiba-tiba mendapat kredibilitas tinggi dan menarik perhatian luas. Kelak cerita ini dimasukkan ke dalam buku tersebut, asal mulanya dari sini. Karena inilah program hantu Jepang itu mulai memproduksi episode tentang rumah tersebut.”
“Saat ini, pecahan boneka itu berada di tangan Rie.”
“Ini…” Rie mengangkat tumpukan pecahan itu, bertanya pada Soen Shyu: “Apa ini, kamu tahu?”
Soen Shyu terkejut, balik bertanya: “Kamu… jangan-jangan pernah melihat boneka ini?”
“Iya. Pernah. Boneka ini adalah karya ayahku sebelum meninggal.”
“Mendengar kalimat ini, seketika seluruh tubuh Soen Shyu dipenuhi semangat!”
"Mungkin... dia punya cara untuk memecahkan jalan keluar!"
Dia mengumpulkan pecahan boneka itu dan berkata, "Kurasa, 'sesuatu' yang merasuki ini sudah pergi. Untuk sementara, kamu tidak perlu takut pada 'Itu'."
"Ah?"
Rie melanjutkan, "Selama lima tahun ini, aku menghabiskan banyak waktu meneliti fenomena supranatural."
Mendengar itu, Zong Yanzhou langsung bersemangat! Ternyata dia "ahli"!
"Apa kamu bisa mengerti bahasa Jepang? Aku orang Jepang."
"Hmm... belajar sedikit, tapi sulit pahami percakapan. Bukannya kamu bisa bahasa Mandarin?"
"Sebenarnya tidak terlalu lancar," Rie jujur. "Lebih baik kalau kamu bisa bahasa Jepang. Sudahlah, ikut aku dulu. Oh ya, bisa kembalikan ponselku?"
"Oh, ya, baik."
Zong Yanzhou mengembalikan ponselnya. Rie menyimpannya sambil berkata, "Ayo, ikut aku. Soal boneka ini, aku juga mau tanya lebih banyak."
Sepanjang jalan, Zong Yanzhou menceritakan detail sumpahnya dan kejadian memanggil hantu. Rie tampak kesulitan memahami, beberapa kalimat terpaksa diulang dengan bahasa Jepang ala kadarnya.
"Bersumpah kalau nilai lukis tidak lulus, hantu akan datang? Benar begitu kan?" Rie memandangnya heran. "Bukannya orang Tiongkok punya pepatah 'di atas kepala tiga kaki ada dewa'? Kok bisa sembarangan bicara?"
"Aku juga menyesal sekali, tapi sudah terlanjur." Zong Yanzhou menghela napas.
Tentang apartemen itu, dia tidak memberitahu Rie. Bagaimanapun juga, hal ini terlalu mengejutkan dan telah melampaui tingkat penerimaan orang biasa terhadap fenomena supranatural. Dia khawatir Rie mungkin tidak percaya, sementara dirinya sendiri tidak mungkin membawa Rie untuk melihat apartemen sebagai bukti.
Rie dan Zong Yanzhou kembali ke hotel tempatnya menginap. Zong Yanzhou juga mengagumi keberanian wanita ini, begitu larut malam berani membawa orang asing yang belum pernah dikenal sebelumnya ke kamar hotel?
"Um, itu, Nona Odagiri," Zong Yanzhou bertanya dengan cemas: "Katakanlah, adakah cara untuk menemukan metode meloloskan diri dari kejaran hantu ini? Anda pasti tahu sesuatu kan? Menurut penuturanmu, boneka itu dibuat oleh ayahmu, kalau begitu... apakah ayahmu tahu cara menaklukkan boneka itu..."
"Aku tidak tahu. Tapi setelah mendengar penjelasanmu, kurang lebih sudah ada beberapa petunjuk. Ini juga memiliki kesamaan dengan penelitianku selama lima tahun terakhir. Meski tidak bisa dibilang 100% menyelamatkanmu, tapi seharusnya ada kemungkinan tertentu."
"Ben... benar?" Zong Yanzhou seketika dipenuhi harapan terhadap Rie. Sekalipun hanya 10-20% kemungkinan, dia harus tahu cara melarikan diri!
"Aku kurang lebih memahami kondisi ayah kandungku. Alasan ayahku suka membuat boneka adalah karena sejak dulu dia memiliki hasrat untuk menguasai. Boneka sepenuhnya bergerak dikendalikan manusia, sang pembuat boneka bagai raja yang mendominasi gerak-gerik mereka."
"Begitu ya..."
Setelah masuk ke kamar hotel, dia tiba di kamar sementara Rie, menutup pintu, menyalakan lampu, lalu berjalan ke meja dan menyebarkan serpihan boneka di atasnya.
"Metode yang kamu maksud, apa itu?" tanya Zong Yanzhou dengan gugup.
Pada saat yang sama, di Akademi Seni Yuecheng. Li Yin dan Ying Ziyue sedang pergi bersama ke asrama guru untuk mencari Guru Zhuang.
"Mencari Guru Zhuang Yang? Dia di Asrama Guru No.3. Sepertinya dia belum tidur sekarang?"
Saat ini, satu-satunya cara adalah menemui Guru Zhuang dan memintanya mengubah nilai! Siang hari karena dia keluar urusan, tidak bisa dihubungi, akhirnya malam ini dia kembali ke kampus.
Sambil memegang buku horor Jepang itu, Li Yin berkata: "Kebetulan sekali? Kotobuki Koko juga kebetulan melihat legenda urban ini?"
"Dia tampak sangat tertarik pada kasus ini." Ying Ziyue menunjuk halaman buku: "Jelas halaman ini paling sering dibuka dan catatannya paling banyak."
"Benar juga." Li Yin menutup buku: "Omong-omong, katamu ada telepon dari keluarga Kotobuki Koko? Mereka sampai datang ke China mencarinya?"
"Aku sudah kirim SMS penyesat, mereka tidak akan mendekati apartemen."
"Hmm, bagus kalau begitu."
Keduanya berjalan cepat dan segera tiba di Asrama Guru No.3.
"Saat ini hanya Zong Yanzhou yang masih hidup." Li Yin menghela nafas: "Tulisan darah di kamar tiga orang lainnya sudah hilang, belum tentu Zong bisa bertahan malam ini!"
Setelah tiba di asrama guru, mereka mengaku sebagai kakak kelas siswa yang ingin menemui Guru Zhuang Yang dari departemen seni lukis. Karena Li Yin mengatakan ini hal yang sangat mendesak, pengurus asrama akhirnya mengizinkan mereka masuk ke gedung perkuliahan untuk menemui Guru Zhuang.
"Apakah masih ada catatan lain di ponsel Kotobuki Koko?"
"Hmm, sudah tidak ada. Silakan lihat sendiri."
Li Yin menerima ponsel tersebut dan mulai melihat-lihat. Tiba-tiba, langkahnya terhenti.
Pengurus asrama dan Ying Ziyue menoleh ke belakang. Sebelum sempat bertanya, Li Yin sudah mengangkat kepala dan berkata pada Ying Ziyue: "Nona... Nona Ying..."
Rie mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dilipat rapi dari sakunya, menyerahkannya kepada Zong Yanzhou sambil berkata: "Baca saja beberapa lembar ini, kamu akan mengerti."
Zong Yanzhou menerima kertas-kertas itu dengan curiga, membuka lipatannya satu per satu. Total ada empat lembar.
Di bagian atas setiap lembar kertas, tertulis kalimat yang sama.
"Formulir Registrasi Mahasiswa Akademi Seni Yuecheng".
Semua kertas ini ternoda bekas darah yang sudah mengering!
"Nomor ini..." Li Yin menunjuk nomor telepon Rie dalam riwayat panggilan, berkata pada Ying Ziyue dengan terkejut: "Sebelumnya aku sengaja mencatat nomor yang menelepon An Zi untuk menanyakan alamat rumahnya! Nomor ini... persis sama!"
Empat lembar kertas ini ternyata adalah formulir registrasi Liu Yuanxin, An Zi, Kang Yinxuan, dan Zong Yanzhou yang sebelumnya dikabarkan hilang oleh pihak kampus melalui telepon!
Ia mengangkat kepala dan melihat……Rie di depannya, rambut panjangnya semakin lebat dan sepenuhnya menutupi matanya. Di tubuhnya, kini mengenakan furisode merah tua! Tangan yang muncul dari lengan kimono itu berubah menjadi cakar tajam seperti binatang buas, seluruh tulang tubuhnya mulai mengeluarkan suara retakan dan patahan yang menyakitkan, badannya semakin memanjang hampir menyentuh langit-langit...
Rie, dalam kecelakaan itu, sama seperti Kinhiko, meninggal seketika. Namun meski telah mati, arwahnya tetap berkeliaran di dunia fana, menghuni rumah berhantu di Nagoya dan Kamakura, ini menjadi salah satu faktor mengapa legenda tempat berhantu semakin menjadi-jadi.
Arwahnya merasuki boneka buatan ayahnya semasa hidup, tetap tinggal di keluarga Odagiri.
Sebab, meski telah menjadi "hantu", ia tetap tak rela melepaskan segala obsesi terbesarnya.
Ayah Rie kala itu benar-benar menderita paranoia, hingga berhalusinasi bahwa boneka-bonekanya hidup. Ia dan istrinya memang dibunuh perampok. Kecelakaan mobil Kinhiko juga murni insiden.
Tapi arwah Rie tetap ada di dunia, enggan pergi, enggan lenyap.
Saat Zong Yanzhou dan tiga lainnya mengucapkan sumpah, arwah Rie pun datang ke Tiongkok, sesuai janji dalam sumpah, untuk menemui mereka!
Lalu, Rie mengangkat kedua tangan mengerikan itu dan menerjang Zong Yanzhou di hadapannya!
Saat ini, di apartemen, dalam kamar Zong Yanzhou.
Dinding yang bertuliskan instruksi tulisan darah itu mulai memudar secara bertahap, hingga akhirnya menghilang sepenuhnya...
## Volume 5 Pulau Bulan Perak Bab 1 Misi Darah Baru, Pulau Bulan Perak
Hua Liancheng menggenggam dart di tangannya, membidik target di dinding depan, lalu melemparkannya dengan kuat!
Tepat mengenai bullseye!
"Belakangan lemparannya semakin akurat ya." Istri Liancheng, Yi Wan, membawa semangkuk buah sambil mendekat, meletakkannya di meja lalu perlahan menghampiri suaminya. Tiba-tiba ia memeluk pinggang Liancheng, "Sejak tinggal di apartemen ini, berkat ada kamu di sampingku... Tanpamu, aku tak tahu bagaimana bisa bertahan..."
Liancheng menggenggam lengan putih istrinya, "Tenang saja Wan, aku... akan selalu menemanimu. Tak ada yang bisa memisahkan kita..."
Setelah tinggal di apartemen ini, mereka benar-benar selamat dari kematian berulang kali dan bertahan hidup hingga sekarang. Sebagian besar berkat pengalaman yang diberikan Xia Yuan kepada mereka. Ketika Li Yin mulai tinggal, Liancheng langsung menyadari kecerdasannya yang setara dengan Xia Yuan. Ia pun menjalin hubungan baik dengannya, berharap Li Yin bisa membantu mereka bertahan hingga misi darah kesepuluh.
Harus tetap hidup... Ini juga sumpah Liancheng kepada istrinya.
Dulu, jika saja tidak membawa Wan ke Kota K... Jika tidak jatuh cinta padanya... Mungkin penderitaan tak berujung ini tidak akan menimpa Wan.
Hua Liancheng, awalnya adalah seorang perancang pernikahan di perusahaan pernikahan di Kota S. Usianya masih muda, memiliki hubungan baik dengan rekan kerja, berkepribadian ceria, dan berparas tampan sehingga banyak kolega wanita di perusahaan yang diam-diam menyukainya. Dia juga sangat menyukai pekerjaan perancang pernikahan ini. Jika bukan karena kejadian itu, mungkin sampai sekarang dia masih menjadi perancang pernikahan biasa.
Suatu musim panas tiga tahun lalu. Perusahaan menerima proyek besar untuk merancang pernikahan antara keluarga Kong dan Yi yang sangat diperhatikan di Kota S. Pasangan pengantinnya adalah Kong Shan, putra konglomerat properti Kota S Kong Xingming, dan Yi Wan, putri dari ketua Taman Bermain Mingyue (Taman Bulan Purnama) terbesar di Kota S, Yi Wenqin. Kedua keluarga ini adalah pengusaha terkenal di Kota S, sehingga pernikahan ini mendapat perhatian luar biasa dengan kemewahan yang belum pernah ada sebelumnya. Perusahaan tidak berani lengah sedikitpun dan menugaskan Liancheng sebagai penanggung jawab perancangan acara ini.
Liancheng selalu menitikberatkan pendapat mempelai itu sendiri dalam merancang pernikahan. Oleh karena itu dia bertemu dengan calon pengantin untuk berdiskusi. Kong Shan adalah pria yang sangat komunikatif dan cerdik, sementara Yi Wan berpenampilan lembut dan menawan namun sangat pendiam. Selama proses diskusi, dia hanya menjawab secara mekanis tanpa sedikitpun menunjukkan kegembiraan sebagai calon pengantin. Awalnya, Liancheng mengira dia tidak puas dengan rancangannya sehingga merasa cemas.
Menurut pendapat kedua keluarga Kong dan Yi, pernikahan harus diadakan dengan kemegahan yang belum pernah ada sebelumnya, sama sekali tidak boleh kehilangan kelas, dan uang sama sekali bukan masalah. Gaya perencanaan Lian Cheng tidak mengutamakan kemewahan, melainkan lebih suka memberikan banyak makna simbolis untuk menyampaikan doa bagi pengantin baru. Pengantin pria Kong Shan juga berpendapat bahwa pernikahan harus sangat mewah, namun Yi Wan selalu tampak acuh tak acuh terhadap pernikahan tersebut.
Karena ketidaktahuan akan sikap calon pengantin wanita, Lian Cheng merasa sangat gelisah. Sejauh ini, dia tidak tahu sudah merencanakan berapa banyak pesta pernikahan, dan setiap kali selalu bisa membuat para pengantin baru sangat puas. Menurutnya, pernikahan adalah upacara megah terpenting dalam hidup seseorang, sehingga tidak boleh ada yang dilakukan dengan sembarangan. Oleh karena itu, dia selalu berpikir bahwa hanya kepuasan pengantin pria dan wanita yang bisa dianggap sebagai perencanaan yang sukses, karena kebahagiaan sejiri tidak bisa dibangun hanya dengan uang.
Jadi dia memutuskan untuk bertanya langsung pada Nona Yi. Dia menduga mungkin karena kehadiran Tuan Kong, ada beberapa hal yang tidak bisa dia utarakan. Setelah menghubunginya, Yi Wan menyetujui pertemuan. Mereka akhirnya bertemu di sebuah restoran. Lian Cheng mengeluarkan rancangan pernikahan terbarunya dan berkata: "Nona Yi, dengan memadukan pendapat kalian berdua, rencana terbaru ini akan diadakan di Pulau Silvermoon, tempat liburan terkenal. Pernikahan ini..."
"Kamu tidak perlu mendesain pernikahan ini dengan begitu sempurna." Namun Yi Wan mengejutkan dengan ucapannya, "Aku sama sekali tidak suka pernikahan ini. Apa ini pernikahan? Ini jelas-jelas pamer kekayaan saja. Tapi apakah perlu memamerkan anak perempuan seperti ini?"
Lian Cheng tertegun sejenak, baru sadar setelah beberapa saat dan bertanya, "Nona Yi, maksudmu..."
"Aku sama sekali tidak mau menikah dengan pria itu! Apa pewaris perusahaan besar? Cuma anak orang kaya yang manja! Aku tidak tertarik sama sekali! Baru bertemu beberapa kali langsung diatur nikah, apa maksudnya ini!"
"Tapi... tapi Nona Yi..."
"Bisakah kamu mendesain pernikahan yang membuat orangtuaku malu total? Misalnya memasang bom di dalam kue... Ah, tapi kamu kan sudah dibayar orangtuaku, pasti akan menjilat mereka. Apa yang sedang kubicarakan ini..."
"Bukan begitu..." Lian Cheng berkata dengan serius, "Menurutku, menikah dengan orang yang tidak dicintai, pernikahan semewah apapun tetap tidak berarti. Aku telah melihat banyak pasangan yang mengadakan pernikahan hasil desainku. Bagiku, imbalan terbaik bukan uang, tapi senyum bahagia pengantin!"
Nyeri tajam tiba-tiba menusuk jantung Lian Cheng, membuatnya terbangun dari kenangan. Ia menahan sakit sambil memegang dada kiri. Yi Wan juga merasakan sakit yang sama. Karena mereka tinggal dalam satu kamar, misi darah harus dijalankan bersamaan.
Di dinding, tiba-tiba muncul barisan tulisan darah: "Pada tanggal 12 November, pergilah ke Pulau Silver Moon yang terletak di perairan Kota S dan memiliki resor wisata, tinggallah di sana hingga pukul 12:30 siang tanggal 14. Tiket gratis untuk wisata tiga hari di pulau tersebut sudah diletakkan di saku baju dalam lemari pakaian."
Pulau Silver Moon?
Lian Cheng terkejut... Bagaimana bisa... Kebetulan seperti ini? Pulau Silver Moon... Tempat yang dulu rencananya akan digunakan untuk pernikahan Kong Shan dan Xiao Wang!
Harus... pergi ke sana untuk menjalankan instruksi tulisan darah? Ngomong-ngomong, setelah meninggalkan Kota S, sempat mengikuti berita tentang keluarga Kong dan Yi. Saat itu kedua keluarga melapor ke polisi dan berusaha mencari mereka, bisa bertahan sampai sekarang tanpa tertangkap sebagian besar karena tinggal di apartemen ini. Jika tidak, Lian Cheng mungkin sudah lama ditangkap sebagai penculik.
Bagaimanapun juga, Pulau Silver Moon harus dikunjungi... Tapi jika bertemu dengan orang-orang yang tidak seharusnya ditemui...
Cuma membayangkan saja sudah menakutkan! Tidak ada yang akan percaya tentang apartemen ini, tapi jika Xiao Wang tertangkap kembali, baik saat menjalankan instruksi tulisan darah maupun di waktu biasa, apartemen bisa membunuhnya!
Pada saat yang sama, ada lima orang lain yang juga menerima instruksi tulisan darah.
"Bagaimana mungkin?" Li Yin menatap tak percaya tulisan darah di dinding, bergumam: "Pulau Silver Moon... Belum genap setahun sejak kembali dari Desa You Shui, sudah menerima instruksi tulisan darah lagi?"
Namun jika dipikirkan lebih dalam, hal ini bisa dimengerti. Karena... jumlah total penghuni apartemen saat ini sudah menyusut drastis. Jadi, pengulangan pelaksana instruksi tulisan darah yang berdekatan menjadi tak terhindarkan. Jarak antar instruksi tulisan darah yang lama biasanya terjadi ketika jumlah penghuni masih banyak.
Instruksi tulisan darah kelima! Jika berhasil melewatinya, maka ke depannya saat menjalankan instruksi tulisan darah, bisa langsung kembali ke apartemen sekaligus menyamai rekor Xia Yuan!
Di sebelah kamarnya, Ying Ziyue juga diam-diam memperhatikan tulisan darah yang muncul.
Di waktu yang sama, Ouyang Jing—mantan tetangga Xia Yuan yang berambut keriting cokelat dan berkacamata—menatap instruksi tulisan darah di depannya. Setelah selesai membaca, tulisan itu perlahan memudar. Ia lalu menghampiri lemari pakaian dan mengeluarkan kupon undian dari sebuah sweater. Kupon itu menjelaskan bahwa hanya tujuh orang beruntung yang bisa menginap gratis selama tiga hari di resor tersebut, dan selama itu hanya mereka yang akan tinggal di sana.
"Tujuh orang..." Ouyang Jing memegang kupon di tangannya, bergumam, "Berarti tujuh penghuni akan ikut serta kali ini? Apa apartemen masih merasa jumlah penghuni saat ini belum cukup sedikit?"
Saat itu di kamar 906, seorang pemuda berpenampilan mahasiswa sedang asyik menonton TV. Layar itu menayangkan film cinta... laga versi negara kepulauan.
“Luar biasa... Sayang ukurannya lebih kecil dibandingkan Aoi Sora...” Mahasiswa ini terus mendekatkan wajah ke layar, menyaksikan sepasang pria dan wanita yang sedang "beraksi" penuh gairah di atas meja makan. Perempuan itu terus menerus mengeluarkan jeritan seperti babi disembelih. Jika mendengarnya sambil memejamkan mata, orang akan mengira sedang terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Setelah pemutaran selesai, dia mengeluarkan kaset dan mengembalikannya ke rak. Dalam hati berpikir: "Waktu ke lapak bajakan kemarin, si bos bersumpah bulan depan pasti dapat stok film tanpa sensor Aoi Sora. Entah benar atau tidak. Hmm, lanjut review karya Sola Aoi ini... Sayangnya Aida Ai sudah meninggal tahun 2008, jadi nggak bisa nonton film barunya..."
Mahasiswa ini bernama Su Lang. Biasanya dipanggil "A Su", tapi diam-diam semua orang memanggilnya "laki hidung belang" yang kebetulan cocok dengan namanya. Dia adalah penggemar berat film dewasa. Konon tidak ada nama bintang film dewasa Jepang yang tidak bisa dia sebutkan. Di rumahnya berjejer rak-rak kaset film porno. Meski tinggal di apartemen seperti ini, dia tetap bersikap "laki hidung belang tetaplah laki hidung belang di mana pun" dan terus menonton tanpa rasa malu.
Tepat saat dia mengeluarkan kaset film Sola Aoi itu, jantungnya tiba-tiba terasa seperti terbakar hebat! Seketika itu juga, dia melihat tulisan darah muncul di dinding depan matanya.
"Pulau... Pulau Yin Yue..." Tarik napasnya tersengal, berkata: "Ke sana... Ah..."
Selanjutnya, ketujuh orang itu berkumpul di lantai bawah sesuai prosedur rutin.
"Ketika Asu muncul, ekspresi Ouyang Jing langsung berubah, reaksi pertamanya adalah: Saat pergi ke Pulau Yinyue, jangan sekali-kali pakai rok! Saat mandi, pastikan pintu dan jendela terkunci rapat! Oh iya, juga harus rutin memeriksa kamar apakah ada kamera tersembunyi!"
"Kehadiran Li Yin langsung membuat semua orang merasa tenang. Kepala penghuni baru ini tak kalah hebat dari Xia Yuan."
"Li Yin, Ying Ziyue, Hua Liancheng, Yi Wan, Ouyang Jing, Asu... Lalu siapa orang ketujuh?"
"Saat pintu lift terbuka, semua orang melirik ke arah sana, dan yang keluar adalah... Duan Yizhe!"
"Duan, Duan Yizhe?" Ouyang Jing terkejut, lalu berkata: "Kamu itu..."
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam..." Setelah menghitung, Duan Yizhe berkata: "Hmm, sepertinya kali ini banyak orang. Ditambah aku, setidaknya ada tujuh orang."
"Tak menyangka ternyata kamu." Hua Liancheng juga tersenyum senang: "Yizhe, kemarilah. Kamu sudah dapat tiket undangannya?"
"Ya." Ia mengangguk lalu mendekat.
"Menurut keterangan di tiket undangan ini," Li Yin mengeluarkan tiketnya, "pada 11 November pukul lima sore di Dermaga F Kota S, akan ada kapal yang menjemput. Setelah mengantar kami ke resor, kapal akan pergi lalu kembali pukul 12:30 untuk menjemput..."
"Waktunya sangat singkat. Dua setengah hari. Tapi justru semakin singkat waktunya... semakin menakutkan!"
## JILID 5 PULAU YINYUE BAB 2 LIANCHENG DAN YI WAN
Pulau Yinyue...
Ternyata tempat itu...
Tiga tahun yang lalu, Pulau Silver Moon yang baru saja selesai dibangun, mendirikan serangkaian fasilitas mewah seperti klub eksklusif, lapangan golf, resor liburan, ditambah promosi besar-besaran di majalah wisata nasional. Tempat itu pun menjadi taman liburan laut yang terkenal.
Ditambah dengan pernikahan yang akan diselenggarakan di sana, semakin menarik perhatian banyak orang. Saat itu, ratusan media nasional berebut untuk meliput pernikahan ini. Untuk mendapatkan izin liputan di Pulau Silver Moon, tidak tahu berapa banyak koneksi yang harus digunakan.
Pernikahan kali ini sepenuhnya adalah iklan untuk mempromosikan Pulau Silver Moon!
Sejak awal, Yi Wan sudah tahu maksud ayahnya. Namun dia tidak bisa membangkang keinginan ayahnya. Meski tidak menyukai Kong Shan, sejak kecil dia tahu ayahnya pasti akan menjodohkannya dengan orang seperti ini. Bagaimanapun dia melawan, tidak ada cara lain. Bagaimanapun, dia tidak punya sumber penghasilan lain, pekerjaannya pun diatur oleh ayah. Jika bertengkar dengan ayah, dia bisa membuatnya tidak mendapat pekerjaan di mana pun hingga menjadi tunawisma.
Yi Wenqin adalah seorang pedagang sejati, bahkan anak perempuannya pun hanyalah barang dagangannya.
"Aku benar-benar ingin menghancurkan semuanya..."
Di depan Lian Cheng, Yi Wan tanpa ragu menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Dia tidak ingin diperlakukan seperti barang pameran, bahkan kebebasan menikah pun dirampas. Sejak kecil hidupnya diatur sedemikian rupa, dia bagaikan boneka manusia.
Saat dia menumpahkan semua isi hatinya di depan Lian Cheng, hal itu membuat Lian Cheng terpukau.
Malam itu, dia tidak bisa tidur sama sekali. Benarkah... Haruskah melanjutkan tanggung jawab atas proyek perencanaan ini? Ini sama sekali bukan pernikahan, hanya sebuah iklan belaka. Pulau Silver Moon yang dikembangkan bersama oleh Taman Moonlight dan Perusahaan Pengembangan Properti Kong, meski disebut sebagai taman hiburan, sebenarnya adalah awal dari pengurungan dan penguburan Yi Wan!
Melalui pernikahan ini, Yi Wenqin memang bisa sukses meningkatkan popularitas Pulau Silver Moon, namun yang lebih penting... Kerja sama jangka panjang dengan Perusahaan Properti Kong di masa depan! Bagaimanapun, perusahaan ini adalah investor terbesar dalam proyek pengembangan ini. Meski metode pernikahan politik ini kuno, tapi cukup aman.
Ini hanyalah transaksi murni belaka!
Lian Cheng tiba-tiba merasa sangat muak. Mengingat tatapan penuh derita dan kemarahan Yi Wan, Lian Cheng tak bisa menahan rasa iba. Seorang gadis cantik nan memesona seperti itu, diperlakukan bagai barang pameran?
Apa yang harus dia lakukan?
Lanjutkan pekerjaan ini?
Bagaimanapun juga, ini urusan keluarga orang lain, tidak ada ruang baginya untuk ikut campur. Tapi, begitu membayangkan harus merencanakan pernikahan seperti ini, hatinya langsung merasa tidak nyaman.
Di hari-hari berikutnya, dia beberapa kali bertemu Yi Wan. Setiap kali, pertemuan itu berlangsung berdua saja. Meski Yi Wan hampir tidak pernah berbicara, Lian Cheng selalu bisa membaca pikirannya melalui sorot mata. Gadis ini sensitif, polos, dan agak pengecut, seperti kuncup bunga di tengah badai yang membutuhkan perlindungan.
Dan Lian Cheng memutuskan untuk mengambil peran itu.
Kemudian... Dia bulatkan tekadnya.
“Lalu, pada akhirnya suatu hari, dia memberanikan diri dan berkata padanya: ‘Aku akan membiarkanmu melarikan diri!’”
“Apa?” Awalnya Yi Wan tidak bereaksi, tapi kemudian Lian Cheng berkata: “Pada hari pernikahan, aku akan mengatur pelarianmu! Aku akan merencanakan sebuah prosedur, mengatur pertemuan orangtua kedua belah pihak, kamu akan punya kesempatan menyendiri... Peta topografi Pulau Silver Moon sudah kuhafal di luar kepala. Jika aku yang mengatur, pasti bisa membuatmu kabur!”
Yi Wan saat itu hampir tidak percaya. Apa? Melarikan diri?
Mengapa dia melakukan ini?
“Dengan cara ini, pasti akan menjadi skandal besar, dan pernikahan kalian mustahil bertahan. Setelah kabur, kamu akan bebas. Ayahmu mungkin akan marah besar, atau mungkin... Tapi jika kamu menginginkan kebebasan...”
Yi Wan menatap mata penuh perasaan Lian Cheng, tiba-tiba memahami sesuatu, lalu menundukkan kepala...
Maka mereka pun melarikan diri.
Ya, kabur bersama.
Mengorbankan segalanya, meninggalkan Kota S. Pada hari pernikahan, Yi Wan kabur dari aula sesuai rencana Lian Cheng, lalu bersama-sama naik perahu kecil meninggalkan tempat itu.
Itulah tindakan paling gila seumur hidup Lian Cheng. Setelah itu, dia dan Yi Wan mengungsi ke kota kecil ini, Kota K. Yi Wan telah meninggalkan surat untuk ayahnya, menyatakan kabur secara sukarela bersama Lian Cheng dan sama sekali bukan penculikan. Tapi keluarga Yi menggunakan jaringan hubungannya untuk memburu Lian Cheng. Karena itu, mereka juga tidak bisa mengurus surat nikah.
Untungnya selama bertahun-tahun Lian Cheng memiliki tabungan dan paspor untuk ke luar negeri. Tapi Yi Wan belum mendapatkan paspor, jadi mungkin perlu sedikit usaha, bahkan mereka sempat mempertimbangkan untuk menyelundup.
Namun... tepat saat mereka kehabisan akal, mereka tiba-tiba tinggal di apartemen ini. Saat itu sudah setahun sejak Yi Wan kabur dari pernikahan.
Sekarang malah... harus kembali?
Setelah skandal itu, keluarga Kong secara alami memutus hubungan dengan keluarga Yi, dan rencana resor Pulau Silver Moon pun mandek. Meskipun akhirnya dibangun resor kecil, desainnya jauh berbeda dari rencana awal. Karena keluarga Kong menggunakan koneksi mereka membuat rencana pengembangan Pulau Silver Moon Yi Wenqin sulit dapat investor lain, hasil akhir resor itu sama sekali tak bisa disebut "tujuan wisata".
Malam itu di tempat tidur, pasangan suami istri ini saling memandang dengan senyum getir sambil memegang tiket undangan di tangan.
"Kita... bisa bertahan hidup kan?" Yi Wan memeluk erat bahu lebar suaminya, berkata: "Kita pasti bisa..."
Lian Cheng memeluk erat istrinya, berkata: "Ya, pasti, pasti bisa bertahan hidup!"
Sementara itu, Li Yin dan Ying Ziyue sedang berbincang di Kamar 404.
"Instruksi tulisan darah ini masih belum menunjukkan petunjuk jelas." Li Yin yang sudah berkali-kali melihat catatan instruksi darah itu berkata pada Ying Ziyue: "Apa pendapatmu?"
“Belum ada sementara ini.” Ying Ziyue kemudian berbicara pada kertas itu: "Tapi ada satu hal yang perlu diperhatikan. Aku, sekali lagi melewati tingkat kesulitan, ini jelas instruksi tulisan darah kedua, tapi kalian sudah menjalankan misi darah jauh lebih banyak dariku."
“Iya. Yang paling sedikit adalah A Su dan Duan Yizhe, mereka juga sudah melewati dua instruksi tulisan darah. Sepertinya apartemen benar-benar 'memperlakukanmu istimewa'.”
Ying Ziye berdiri dan berkata: "Sudah larut, aku akan pergi dulu. Jika ada petunjuk, beritahu aku kapanpun walau tengah malam."
Di waktu yang sama...
“Bagus... bagus... kesempatan emas...”
Si mesum A Su, sama sekali tidak merasakan kengerian akan pergi ke tempat mengerikan, malah mulai berkhayal tak terkendali.
“Ahahahaha... Surga membantuku... Ouyang Jing, payudaranya yang besar itu, menurut pengalamanku menonton film porno bertahun-tahun, setidaknya ukuran E... Ah tidak, mungkin sampai F... Kalau melewatkan barang langka seperti ini, pantaskah aku disebut si mesum? Wahahahaha...”
Sejak pindah ke sini, A Su sering menyelinap dengan kamera DV untuk mengambil foto diam-diam para gadis cantik. Ouyang Jing dengan tubuh seksi bak hantu itu sudah tak terhitung kali... dimasukinya dalam mimpi.
“Dulu kupikir Kotobuki Koko si gadis Jepang itu sudah yang terbaik, aku suka lolicon maupun onee-san... Kali ini ada kesempatan pergi ke pulau bersamanya, kalau tidak mempersiapkan sesuatu, bagaimana bisa memaafkan diriku sendiri... Wahahahahahaha...”
Hampir semua orang di apartemen merasa pusing dengan Ah Su ini. Mereka sering berpikir, bagaimana bisa orang ini begitu beruntung bisa selamat dari dua kali instruksi tulisan darah. Konon sebelum menjalankan misi darah, dia malah berharap bisa bertemu hantu perempuan telanjang... Nafsunya mungkin sudah jauh melampaui rasa takutnya. Menghadapi orang seperti ini, mungkin hantu gentayangan pun akan kabur. Menurut seorang penghuni yang pernah selamat bersamanya, suatu kali saat melihat penampakan hantu perempuan, reaksi pertamanya bukan lari tapi mengukur tiga ukuran tubuhnya!
Gubrak!
Setelah mendengar cerita ini, setiap penghuni membuat ekspresi seperti di atas. Sejak itu, setiap kali bertemu, mereka akan berkata padanya: "Kamu... hebat, luar biasa!"
Pagi hari berikutnya...
"Ada apa?"
Duan Yizhe sedang kesal, sementara Ah Su malah datang mencarinya. Dengan geram ia berkata: "Cepat bicara kalau ada urusan!"
"Setidaknya biarkan aku masuk dulu..."
"Rumahku menolak londo jahanam... Aku tidak mau dilihat orang bersamamu sampai disangka kita sejenis..."
"Jangan begitu dong, Saudara Duan..."
"Jangan sok akrab!"
"Aku perlu bantuanmu... Kalau berhasil..." Sambil bicara, dia mengeluarkan tiga keping DVD bergambar vulgar, "Ini film porno terbaru super mesum, bisa kuberikan gratis... Tenang, pasti tanpa kode..."
Duan Yizhe langsung ingin menutup pintu.
"Waduh... Jangan kejam begitu, Saudara Duan..." Ah Su buru-buru menyelipkan kakinya di pintu, "Bagaimana kalau... kutambah satu keping lagi? Karya klasik Sola Aoi..."
"Omong kosong! Aku tidak tertarik!"
"Kalau begitu bagaimana dengan Akiho Yoshizawa... Maria Ozawa... Ah, atau mungkin koleksi langka yang tersimpan rapat... Asalkan kamu bisa menyelesaikan urusan ini untukku..."
"Tidak mungkin!" Duan Yizhe hampir menutup pintu sepenuhnya tiba-tiba berkata: "Kalau bisa menambahkan satu keping film Matsushima Kaede..."
"Deal!"
Duan Yizhe berpikir dalam hati: Ini jackpot... Tidak apa-apa kan? Kita yang hidup di antara kehidupan dan kematian ini, sesekali nonton film dewasa untuk melepas stres... juga wajar lah...
Lagipula, setiap kali melewati rumah si mesum ini, selalu terdengar erangan wanita dari negara pulau seperti suara babi disembelih, siapa pun pasti akan berimajinasi...
"Lalu, apa yang harus aku lakukan untukmu?"
"Jam tangan ini!" A Su tersenyum licik sambil menyerahkan sebuah Rolex (tentu saja palsu) ke Duan Yizhe: "Serahkan jam ini ke Yi Wan. Bagi kita, jam yang tepat waktu adalah masalah hidup dan mati..."
"Sesederhana itu? Tapi apa dia pasti mau menerima?"
"Tenang, baru-baru ini kudengar jam mereka ada yang rusak, kali ini Hua Liancheng berencana membeli jam baru lagi..."
"Kamu..." Duan Yizhe menerima jam itu, memeriksa kiri kanan tak merasa ada yang istimewa: "Apa maksudmu?"
"Film Matsushima Kaede..."
"Baik, aku mengerti, tidak usah ditanya lagi..."
## VOLUME 5 PULAU BULAN PERAK BAB 3 MENUJU PULAU
11 November.
Di dermaga, tujuh orang sedang menunggu kedatangan kapal.
“Sudah kuperiksa,” Ying Ziyue memegang tiket undangan sambil berkata: “Tiket undangan ini dilampirkan dalam kemasan keripik ‘Miao Ha’. Total ada tujuh lembar.”
Keripik Miao Ha adalah camilan renyah yang populer di kalangan anak muda, beberapa tahun terakhir menjadi salah satu sponsor Taman Hiburan Mingyue. Pemberian tiket undangan ini tentu sangat meningkatkan volume penjualan.
“Kalau begitu...” Hua Liancheng segera bertanya: “Menurutmu keripik ‘Miao Ha’ ada hubungannya dengan apartemen?”
“Seharusnya tidak.” Li Yin menjawab: “Dengan kekuatan apartemen, seharusnya tidak perlu bantuan manusia untuk memasukkan tiket undangan ke pakaian kita. Bagaimanapun ini bukan hal sulit. Xia Yuan pernah bilang padaku, apartemen memiliki kekuatan yang tak terduga. Banyak hal yang terlihat kebetulan dan tidak berhubungan bisa menjadi malapetaka yang tak terhindarkan. Sama sekali tidak bisa dianalisis dengan logika biasa.”
“Aku juga suka makan keripik ‘Miao Ha’,” A Su tiba-tiba menyela: “Tapi... Daripada memberi tiket undangan, lebih baik mereka memberikan foto-foto model cantik...”
Tentu saja, semua orang sama sekali mengabaikannya.
Ouyang Jing tampaknya bercita-cita menjadi pesulap, jadi dia punya keahlian merias wajah. Liancheng dan Yi Wan memintanya merias mereka, dan dia segera membantu. Setelah dirias, penampilan mereka berubah drastis dan sulit dikenali.
Tak lama kemudian, sebuah kapal pesiar dua tingkat perlahan mulai mendekat.
Setelah merapat, beberapa staf turun dari kapal. Li Yin dan yang lain segera menghampiri sambil membawa tiket undangan.
“Hmm, benar.” Staf tersebut memeriksa kupon undangan dengan teliti lalu berkata: “Memang tidak ada kesalahan, silakan naik ke kapal.”
Untung tidak diminta menunjukkan KTP atau semacamnya, kalau tidak, pasti hancur sudah.
Setelah masuk ke kapal pesiar, seorang staf berbaju hitam menyerahkan peta Pulau Silver Moon kepada mereka dan mulai menjelaskan: “Baik, saya akan menjelaskan beberapa hal penting. Pertama-tama selamat atas undian kunjungan gratis 3 hari 2 malam ke Pulau Silver Moon. Kalian akan menginap di resor impian kami. Fasilitas hiburan di pulau ini sangat lengkap: lapangan golf, klub malam, dan pemandian udara terbuka. Semua pengeluaran kalian di pulau ini akan gratis sepenuhnya...”
Ying Ziyue saat itu memalingkan kepala ke luar kapal, tapi telinganya tetap menyimak penjelasan staf tersebut. Meski informasi ini sama dengan yang ditemukannya di internet tentang Pulau Silver Moon, ia tetap fokus mendengarkan sambil mencari-cari jebakan kematian yang mungkin dipasang apartemen.
“Saya ingin bertanya.” Li Yin tiba-tiba mengerutkan kening dan berkata kepada staf itu: “Apakah pernah terjadi hal-hal aneh di Pulau Silver Moon?”
“Hah?” Staf itu tertegun sejenak sebelum Li Yin melanjutkan: “Kami mendengar kabar angin yang aneh. Konon katanya di Pulau Silver Moon ada legenda tentang... ‘hantu’...”
“Haha, Tuan jangan bercanda.” Staf itu segera menyahut: “Ini sudah abad 21, mana mungkin ada hantu?”
Dia tidak berbohong.
Li Yin memperhatikan dengan seksama perubahan ekspresi wajah dan pupil matanya saat dia berbicara. Ketika mendengar istilah "tempat berhantu", ekspresinya jelas terlihat bingung.
"Di mana kalian mendengar ini? Pasti ini rumor jahat dari pesaing kami!"
Jika dia tidak berbohong... Apakah benar tidak pernah ada kejadian "berhantu" di Pulau Silver Moon sebelumnya? Saat meneliti dulu, tidak ada juga rumor tentang kematian orang di pulau itu.
Tampaknya sulit menemukan petunjuk dari sini.
Kapal pesiar melaju di permukaan laut dengan setiap penumpang diliputi kecemasan. Li Yin dan Ying Ziyue menjadi harapan terbesar di hati semua orang.
Saat Ouyang Jing bersandar di pagar kapal memandangi laut, Yi Wan berdiri tegak di sampingnya dengan rambut panjangnya berkibar tertiup angin laut.
"Nona Ouyang," tiba-tiba Yi Wan menyapa Ouyang Jing di sebelahnya, "Sesungguhnya... terima kasih banyak untuk kali ini."
Ouyang Jing tersenyum tipis, "Ini hal sepele, tidak perlu berterima kasih."
"Kesanmu mirip dengan Kotobuki Koko, pantas kalian begitu akrab." Yi Wan menatap Ouyang Jing melanjutkan, "Sepertimu pernah lama tinggal di Jepang?"
"Ya, benar. Aku tinggal di sekitar Asakusa, Tokyo."
"Begitu... Kau menyesal datang ke Tiongkok kan? Kalau tidak, takkan tinggal di apartemen ini..."
"Bagaimana menjelaskannya?" Ouyang Jing menyesuaikan kacamatanya, "Penyesalan pada akhirnya tak berguna. Daripada menyesal, lebih baik pikirkan cara mengubah keadaan."
"Aku tidak berpikir begitu."
“Hm?”
Yi Wan menatap ke arah laut sambil berkata penuh perenungan: "Penyesalan sebenarnya adalah mekanisme perlindungan diri manusia. Aku tidak pernah menganggap penyesalan sebagai hal yang memalukan. Justru karena menyesal, kita bisa memahami apa yang berharga dan merasakan arti hidup yang sesungguhnya. Tanpa perasaan menyesal, manusia tak ubahnya seperti mesin."
“Nona Yi...”
"Penyesalan ada agar kita tidak mengalami penyesalan yang lebih besar. Agar... kita tidak lagi memberi peluang untuk menyesal di kemudian hari."
Ouyang Jing memperhatikan ekspresinya saat ini, seolah Yi Wan telah mengambil suatu tekad bulat. Sorot matanya dipenuhi keteguhan hati yang tak tergoyahkan.
Lian Cheng dan Yi Wan sama-sama memandang jauh ke garis cakrawala laut di depan mereka.
Pulau Bulan Perak sudah semakin dekat. Tempat yang dulunya menjadi lokasi pernikahannya sendiri.
Apakah ini kebetulan? Ataukah apartemen sengaja mengatur ini? Namun pertanyaan itu takkan terjawab. Bagaimanapun juga, mereka harus pergi ke sana.
"Aku akan melindungimu, Xiao Wan." Lian Cheng memeluk istrinya lebih erat, "Seperti yang pernah kukatakan dulu. Akan kubawakan kebahagiaan untukmu, sungguh... tidak akan kubiarkan kamu mati!"
Sementara itu, Duan Yizhe dan A Su terlihat agak bertingkah mencurigakan di samping.
"Gimana, Bro Duan? Soal Matsushima Kaede..." A Su berkata dengan nada mesum, "Masih belum puas ya?"
“Jangan berisik!” Duan Yizhe segera menutup mulutnya, melirik ke sekeliling lalu berkata: “Hmm, hal yang kamu minta sudah kulakukan. Tapi arloji apa sih itu? Jangan-jangan kamu naksir Yi Wan?”
“Omong kosong! Meski aku suka loli dan onee-san, aku pasti tidak tertarik pada istri orang...”
“Lalu mau apa lagi? Masih minta aku mengirim arloji? Pasti ada rencana jahatmu.”
“Hehe...” A Su menatap ekspresi Duan Yizhe sambil tersenyum: “Jangan banyak mikir... Pokoknya terima kasih banyak untuk kali ini.”
Sekitar satu setengah jam kemudian... Sebuah pulau besar muncul di depan mata semua orang.
“Semuanya, itu Pulau Bulan Perak!”
Staf terlihat sangat antusias, namun di mata para penghuni... pulau itu bagai mulut iblis yang menganga.
Setiap orang gemetar ketakutan. Begitu menginjakkan kaki di pulau, mereka akan memasuki area "instruksi tulisan darah" yang mematikan. Setiap detik bisa menjadi detik terakhir hidup mereka.
Bayangan mengerikan mulai muncul di benak semua orang tentang apa yang akan terjadi dalam puluhan jam ke depan... Wanita hantu berambut panjang merayap dari kolong tempat tidur, lantai yang tiba-tiba mengeluarkan darah, hantu tak berkepala berjalan di luar jendela, dan...
Hanya dengan membayangkannya saja, banyak yang sudah gemetaran... Kecuali si cabul itu.
Tak ada yang memperhatikan penjelasan staf lagi. Begitu kapal merapat, mereka pun berduyun-duyun menapaki pulau.
Saat menginjakkan kaki di Pulau Bulan Perak, Li Yin merasa dadanya sesak.
Yang kelima kalinya...
Kali kelima menjalankan instruksi tulisan darah!
Sebelumnya di Desa You Shui, jika A Xiu tidak berubah menjadi hantu ganas di saat-saat terakhir, pasti aku sudah mati di depan gerbang apartemen seperti Ye Kexin. Kelangsungan hidupku saat itu benar-benar karena keberuntungan semata.
Sedangkan Ying Ziyue baru kedua kalinya melaksanakan instruksi tulisan darah. Di "rumah hantu" sebelumnya, mereka nyaris tewas di detik-detik terakhir. Jika tidak menebak jalan keluar dengan tepat di saat kritis, pasti dia sudah tewas di sana.
Dua setengah hari... Mungkinkah kita bisa meninggalkan pulau ini dengan selamat?
Tak ada yang tahu.
Tapi yang pasti, ketujuh orang ini mustahil semuanya kembali hidup-hidup. Dalam sejarah apartemen, belum pernah ada contoh penghuni yang selamat semua saat menjalankan misi darah.
Mengikuti petugas, mereka tiba di resor impian tersebut.
Resor Impian di Pulau Silver Moon memiliki area yang sangat luas, dibangun di lereng gunung dengan banyak villa bertingkat dan fasilitas hiburan.
Meski pulau ini besar, anehnya sama sekali tidak ada turis lain. Selama dua setengah hari, hanya tujuh orang ini yang tinggal di pulau, tentu bersama beberapa staf.
Villa tempat mereka menginap sangat mewah. Setelah menaruh barang bawaan, mereka langsung pergi makan.
Sudah pasti ini ulah apartemen, mengingat resor sebesar ini hanya ditempati mereka.
Masuk ke ruang makan besar, ketujuh orang dibawa staf ke ruang VIP di lantai dua.
Setelah makanan dihidangkan, semua orang mulai mengangkat sumpit dengan lambat, namun tetap waspada terhadap sekeliling. Tidak ada yang berani lengah. Pulau yang terpencil ini benar-benar menyeramkan. Berbeda dengan Desa You Shui, meskipun ada hantu, setidaknya banyak orang hidup yang memberi sedikit keberanian.
Bahkan, siapa tahu apakah para staf ini sendiri sebenarnya adalah hantu?
Memikirkan ini, Yi Wan tiba-tiba berhenti menggerakkan sumpitnya. Makanan ini... jangan-jangan beracun?
"Tidak beracun." Ying Ziyue yang duduk di sebelahnya membaca keraguan Yi Wan, berkata: "Apartemen tidak mungkin membunuh kita dengan cara seperti ini. Jelas... mereka ingin kita ditakuti hingga mati dalam ketakutan tak berujung."
"Tapi..."
"Lagipula, tidak makan dan minum juga mustahil bertahan selama dua setengah hari."
Yi Wan masih sesekali melirik ke luar jendela, khawatir ada orang berlumuran darah lewat. Sejujurnya, jika terus begini, bahkan kulkas pun akan dikiranya hantu.
Setelah makan, langit mulai gelap.
Begitu gelap, semua orang mulai ketakutan.
"Semoga kalian menikmati permainan."
Menikmati! Nikmati apanya!
Saat ini hampir semua orang menganggap staf sebagai hantu. Duan Yizhe bahkan mengamati mereka dengan cermat, mengeluarkan cermin untuk memastikan apakah bayangan mereka muncul.
"Untuk penjaga malam ini, mari tentukan dengan undian seperti biasa."
"Setuju!"
Kembali ke aula villa, semua orang memutuskan dengan cara undian... Penjaga malam hari ini adalah Li Yin, Hua Liancheng dan Duan Yizhe.
Tentu saja, tidak ada yang mau tidur di kamar, tidur sendirian terlalu menakutkan. Jadi semua sepakat untuk tidur di ruang tamu dengan lampu menyala. Tak ada yang keberatan, tidur di pulau yang jelas-jelas ada hantu dengan lampu dimatikan, kecuali orang gila.
Bahkan mereka tidak berani memakai selimut, mungkin karena baru-baru ini menonton "Ju-on". Melihat hantu wanita Kayako di film itu yang pernah menyeret karakter yang diperankan oleh Itō Misaki ke dalam selimut sampai hilang. Setelah itu, siapa yang berani pakai selimut?
Sebenarnya, benar-benar tidak ada yang berani tertidur. Terutama setelah Li Yin menyebutkan kisah Luo Hengyan yang menghilang saat tertidur di Desa You Shui, semakin membuat merinding.
Waktu terus berlalu, orang-orang yang berbaring di sofa ruang tamu akhirnya tertidur.
Li Yin yang sudah terbiasa begadang cukup minum teh saja. Tapi Duan Yizhe terus-terusan menguap. Jam dua pagi, wajar saja mengantuk meski ketakutan.
"Li Yin..." Hua Liancheng memandang Yi Wan yang tertidur di sampingnya, berkata: "Apa kamu ada petunjuk? Misalnya dari instruksi tulisan darah secara harfiah..."
"Tidak, sementara belum ada petunjuk sama sekali."
Mendengar jawaban Li Yin, Liancheng mengerutkan kening.
“Tapi aku bisa jujur memberitahumu.” Li Yin berkata pada Lian Cheng: “Instruksi tulisan darah kali ini pasti akan sangat mengerikan. Waktu dua setengah hari, partisipasi tujuh penghuni... Kamu harus mempersiapkan mental. Tapi aku berjanji padamu... Sebagai Loushang, aku akan berusaha sebisanya membawa kalian kembali hidup-hidup ke apartemen!”
## Volume 5 Pulau Bulan Perak Bab 4 Masa Lalu Li Yin
Aku pasti akan melindungi kalian...
Perkataan Li Yin ini bukan berasal dari rasa puas diri yang palsu. Sebenarnya, dia sangat menyadari betapa mengerikannya menjalankan instruksi tulisan darah di apartemen ini. Bahkan dirinya sendiri sudah tidak terhitung kali terbangun dari mimpi buruk.
Dia lebih menghargai nyawa orang lain dibanding siapapun di apartemen ini.
Semua ini berakar dari orang tuanya.
Saat pertama kali bertemu dokter Tang Lanxuan di apartemen, ketika dokter itu mengungkapkan kekagumannya pada ayah Li Yin, perasaan campur aduk memenuhi hati Li Yin.
Dokter...
Li Yin sama sekali tidak ingin menjadi dokter.
Sewaktu kecil, dia sebenarnya sangat menyukai profesi dokter. Perasaan girang saat itu hingga kini masih tak terlupakan. Tapi itu hanya berlaku untuk masa itu saja.
Ayah Li Yin, Li Yong, awalnya hanyalah dokter bedah magang di Rumah Sakit Zhengtian. Di era itu, pekerjaan ditentukan oleh negara, dan belajar kedokteran sangatlah berat. Ayahnya belajar kedokteran Barat, dia sangat berharap bisa melanjutkan studi ke luar negeri dan terus menaiki tangga karier. Persis di masa itulah dia bertemu putri pendiri Rumah Sakit Zhengtian, yang tak lain adalah ibu Li Yin.
Pada saat itu, Rumah Sakit Zhengtian sudah tergolong cukup besar. Meskipun merupakan rumah sakit swasta, di baliknya dikelola oleh keluarga besar yang memiliki kekuatan finansial kuat, membuat rumah sakit ini menjadi terkenal di Kota K.
Sebagai dokter magang, ayah sangat menyadari bahwa promosi akan sulit dicapai hanya dengan usaha sendiri. Oleh karena itu, ia mendekati ibu dan mengerahkan segala upaya untuk merebut hati ibu yang merupakan anak tunggal. Pernikahan dengan ibu berarti menguasai hak pengelolaan rumah sakit di masa depan, mengingat rumah sakit keluarga seperti ini sangat mempermasalahkan warisan.
Untuk memikat ibu, ayah menghabiskan seluruh tenaga dan pikiran hingga akhirnya berhasil memenangkan hati ibu. Setelah menikah, ayah mendapatkan kesempatan studi di luar negeri dan kembali setelah lulus. Dengan bantuan direktur, ayah menangani beberapa operasi besar yang sukses, sehingga karirnya melesat pesat. Dalam 2-3 tahun, ayah Li Yin berubah dari dokter magang menjadi dokter unggulan rumah sakit.
Semua orang saat itu sudah paham bahwa posisi direktur Rumah Sakit Zhengtian di masa depan pasti akan dipegang oleh Li Yong.
Saat Li Yin lahir, ayahnya sudah menjadi kepala departemen bedah. Statusnya begitu tinggi sampai-sampai direktur pun harus memberinya muka. Lama kelamaan, ayah mulai menjadi sombong.
Sejak kecil, Li Yin sangat mengagumi ayahnya dan tahu bahwa ayahnya pasti akan menjadi direktur Rumah Sakit Zhengtian di masa depan. Karena itu, dia selalu memiliki perasaan superior. Bahkan sejak kecil, dia sudah mulai banyak membaca buku kedokteran, berharap kelak bisa menjadi dokter terkenal seperti ayahnya. Namun bidang yang dipelajarinya tidak hanya bedah, tapi juga penyakit dalam, neurologi, THT, dll... Ditambah bakat dan daya ingatnya yang luar biasa, di usia lima tahun saja pengetahuannya tentang medis sudah jauh melampaui anak sebayanya.
Saat Li Yin berusia enam tahun, ayahnya akhirnya menjadi direktur baru setelah pensiunnya direktur lama. Setelah menjabat, ayahnya segera melakukan reformasi besar-besaran: memecat banyak dokter, mengganti pemasok obat dan alat medis, serta menghabiskan banyak uang untuk iklan rumah sakit di TV. Li Yin ingat di masa kecilnya, setiap hari di TV selalu ada iklan panjang (biasanya lebih dari setengah jam) yang memperkenalkan layanan kosmetik, ginekologi, dll dari Rumah Sakit Zhengtian - dan itu baru satu dari banyak iklan mereka. Setiap iklan menampilkan aktor yang berpura-pura menjadi pasien yang sembuh lalu memuji-muji dokter...
Kebijakan reformasi ayahnya ini menuai penentangan dari beberapa dokter.
Pertama-tama tentu adalah pemecatan dokter-dokter tersebut. Banyak orang menganggap ayahnya sengaja membentuk klik pribadinya di rumah sakit dengan memecat orang-orang yang memiliki pendapat berbeda tentang pekerjaannya. Mayoritas dokter yang dipecat adalah praktisi pengobatan tradisional Tiongkok, seolah ayahnya ingin mengubah RS Zhengtian menjadi rumah sakit pengobatan Barat sepenuhnya. Sebagai lulusan kedokteran Barat, ia tampak tidak mempercayai TCM sama sekali. Setelah itu, tidak ada lagi resep pengobatan tradisional yang dikeluarkan di rumah sakit tersebut.
Penggantian pemasok obat dan alat medis semakin membuat banyak orang tidak nyaman. Karena... yang dipilih semuanya adalah produsen yang sama yang ditunjuk ayahnya. Harga obat-obatan dan peralatan medis pun menjadi jauh lebih mahal berkali-kali lipat. Li Yin kecil tidak memahami hal ini, namun seiring bertambahnya usia dan pemahamannya tentang karakter ayahnya, ia mulai menyadari bahwa pastilah produsen tersebut memberikan keuntungan besar kepada ayahnya. Bahkan mungkin ayahnya meminta mereka membuat faktur palsu untuk mengkorupsi selisih harganya. Bagaimanapun, tidak ada alasan memilih produsen mahal jika kualitas obatnya tidak berbeda signifikan, apalagi merek tersebut bukan yang terkenal.
Bagi Li Yin, semua ini hanyalah awal dari mimpi buruk.
Dalam kondisi sistem asuransi kesehatan yang masih jauh tidak seluas sekarang, masalah kesulitan berobat bagi orang miskin selalu menjadi persoalan pelik. Biaya pengobatan untuk penyakit berat yang terakumulasi dalam jangka panjang bisa sangat mengerikan. Apalagi, Li Yin kemudian menyelidiki bahwa tagihan rumah sakit kepada pasien mengandung banyak item yang sengaja ditambahkan untuk meningkatkan biaya. Akhirnya keluarga pasien semakin tidak mampu membayar.
Meskipun biaya pengobatan mahal, fasilitas Rumah Sakit Zhengtian di berbagai aspek tetap menjadi pilihan utama untuk pengobatan. Bagaimanapun, berkat promosi ayahnya, rumah sakit ini sudah lama menjadi yang paling terkenal di Kota K.
Li Yin tidak akan pernah melupakan malam itu...
Malam itu, ia terbangun oleh suara pertengkaran. Keluar dari kamarnya, ia memandang ke bawah dari tangga melihat keributan di ruang tamu.
Ayah dan ibu duduk di sofa kulit asli, sementara di depan mereka berdiri pria muda berkacamata yang pernah Li Yin lihat sebelumnya - dokter dari rumah sakit ayahnya.
"Bagaimana kabarnya?" Ayah menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya, berkata: "Mereka mau menggugat rumah sakit kita?"
"Direktur, jangan diam saja!" Dokter berkacamata itu berkata: "Saat itu saya bertindak sesuai perintah Anda. Ketika nenek itu kambuh, saya konsultasi apakah harus segera dioperasi. Tapi Anda bilang langsung, tidak akan operasi sebelum utang obat dilunasi. Saat itu anaknya sampai bersujud, bilang mau jual ginjal sekalipun asal kami segera operasi..."
"Bukannya akhirnya kamu tetap operasi?" Ayah menghembuskan asap rokoknya, ekspresi acuhnya membuat Li Yin merasakan kedinginan yang menusuk.
"Tapi sudah tertunda lebih dari dua jam!" Dokter berkacamata itu membentak: "Direktur, sekarang bagaimana? Saya tidak mau tanggung jawab atas kematian nenek itu, ini semua perintah Anda! Kalau mereka menggugat rumah sakit, lalu Anda lempar tanggung jawab ke saya..."
"Kau mengancamku?" Ayah menatap dengan sinar mengancam: "Siapa yang mengangkat posisimu? Setiap kali kau terima amplop dari keluarga pasien, aku selalu tutup mata. Kalau berani bicara sembarangan ke media, kau juga akan kena getahnya!"
"Kau... Li Yong, jangan terlalu menginjak-injak orang lain!"
“Cukup...” Li Yong melanjutkan: "Sebenarnya tidak ada yang luar biasa, rumah sakit kan setiap hari ada yang meninggal? Lagipula yang meninggal seorang nenek-nenek, bukankah negara sekarang sering menyebut masalah penuaan penduduk? Heh, jangan lebay! Aku sudah mengelola rumah sakit bukan sehari dua, lagian kamu kan sudah melakukan operasi, takut apa? Aku kenal baik dengan Pemimpin Redaksi 《Harian K》 Pak Xiao, suruh dia terbitkan artikel yang menyebut pasien ini ngawur saja. Dia punya bukti apa? Bilang kita menunda waktu operasi?"
Ibu ikut menambahkan: "Dokter Luo, tenang saja. Anak pasien ini orang biasa, buruh migran dari daerah, dia ngerti apa? Mungkin uang pengacara pun tidak punya. Kami sedang negosiasi, masalahnya cuma uang. Sekalipun dia menang gugatan, paling kami bayar kompensasi. Masak bisa hidupkan lagi ibunya?"
"Memang begitu... tapi..."
"Sudah kubilang tidak masalah." Ayah melanjutkan: "Yang penting kamu desak Xiao Liu, makalah untuk seminar tahunan kedokteran kuarter depan sudah ditulisnya belum? Xiao Liu memang berbakat, tapi terlalu keras kepala. Kalau bukan karena istrinya sakit ginjal dan aku yang bayar biaya pengobatannya, mana mungkin dia mau menuliskan makalah atas nama orang lain."
Li Yin mendengar semua ini, seluruh tubuhnya terasa membeku.
Arti "menuliskan makalah atas nama orang lain" itu, dia sangat paham.
Tadi ayah bilang... penuaan penduduk? Lantas orang tua pantas mati? Nyawa manusia bisa diatasi dengan uang?
“Ayah bukan seorang dokter? Dalam iklan yang dia buat, bukankah dia selalu berkata bahwa dokter di Rumah Sakit Zhengtian memiliki hati seperti orang tua, pasti membuat pasien merasakan kehangatan layaknya di rumah?”
“Kalau begitu... semua itu kebohongan belaka?”
Beberapa hari kemudian, Li Yin terus memantau kelanjutan gugatan tersebut. Ternyata, anak pasien itu tidak melanjutkan tuntutan hukum melainkan berdamai secara diam-diam dengan rumah sakit. Sudah bisa ditebak, ayah pasti menggunakan kombinasi bujukan dan tekanan agar mereka memilih menerima uang dan pergi.
“Xiao Yin...” Ayah yang tersenyum membaca berita di koran itu mengelus kepala Li Yin, “Kamu harus belajar giat, masuk universital nanti. Rumah Sakit Zhengtian akan menjadi milikmu. Ingat, dokter juga termasuk jenis pedagang, bahkan lebih menguntungkan daripada pedagang biasa.”
“Pedagang?” Li Yin bertanya bingung, “Bagaimana mungkin dokter disamakan dengan pedagang?”
“Haha, Xiao Yin, jangan dengarkan omong kosong buku teks yang kuno. Persamaan hak manusia itu omong kosong. Kalau benar semua manusia setara, buat apa ayah bersusah payah begini? Manusia tak bisa dibandingkan. Lihat kasus ini - kalau keluarga pasien itu kaya, apakah ini akan terjadi? Karena miskin, mereka tak bisa berobat! Sudah miskin tak menjaga kesehatan, sakit mau nyalahkan siapa? Xiao Yin, inilah masyarakat kita, yang kuat memangsa yang lemah. Rumah sakit pun adalah arena bisnis.”
Bisnis...
Memperdagangkan nyawa manusia?
Jangan main-main!
“Sudahlah, kamu masih kecil, nanti kamu akan mengerti.” Ayah Li Yong melanjutkan: “Nilai-nilaimu belakangan ini sangat bagus, aku sangat puas. Ujian berikutnya juga harus ranking pertama seangkatan ya. Anak laki-laki Li Yong harus menjadi orang yang unggul!”
Li Yin menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Dokter... adalah pedagang...
Manusia... tidak terlahir setara...
Nyawa manusia, hanyalah alat untuk berbisnis...
Inikah yang disebut "dokter"?
“Ayah tidak pernah merasa bersalah pada pasien-pasien itu?” Tiba-tiba Li Yin memberanikan diri bertanya: “Mereka datang berobat karena melihat iklan dan percaya pada rumah sakit! Karena percaya pada kemampuan Ayah, maka... Nyawa setiap orang berharga, apakah tidak punya uang berarti tidak boleh hidup?”
“Tentu saja.” Li Yong menjawab dengan serius: “Xiao Yin, kamu terlalu naif. Yang melakukan ini bukan hanya aku. Setiap hari orang mati, hanya saja mereka mati di rumah sakitku. Aku bukan lembaga amal, kamu bayar aku, aku obati penyakitmu, itu hanya transaksi. Tanpa uang, aku tidak punya kewajiban mengobatimu. Sesederhana itu. Sudah bertahun-tahun jadi dokter, aku terbiasa melihat kehidupan dan kematian. Menyelamatkan satu orang lebih atau kurang, dunia tidak akan berubah.”
Inilah nilai-nilai yang dianut ayahnya.
Sejak hari itulah, Li Yin mengambil keputusan.
“Aku tidak akan mewarisi jabatanmu... Aku juga tidak akan menjadi dokter.”
Dia membakar semua buku kedokteran.
Jika seorang dokter hanya mengukur nilai hidup dengan uang... Jika karena terlalu sering menyaksikan kehidupan dan kematian lalu menjadi acuh tak acuh terhadap nyawa manusia... Jika pengobatan dokter hanyalah transaksi komersial belaka...
Maka Li Yin lebih memilih untuk tidak menjadi dokter.
Bagaimanapun, bukan hanya dokter yang bisa menyelamatkan nyawa orang.
Saat mengisi formulir pendaftaran universitas dulu, Li Yin tanpa ragu memilih jurusan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kedokteran. Meski tertarik dengan ilmu eksakta, dia tidak pernah mempertimbangkan untuk menjadi dokter.
Dia tidak ingin menjadi bagian dari barisan kotor yang menjijikkan itu.
Dia sama sekali tidak ingin menjadi dokter yang tak berbeda dengan pedagang.
Bahkan jika harus menjadi dokter, Li Yin ingin menjadi "dokter" yang bisa memandang nyawa manusia secara setara, tidak mengukur nilai setiap orang dengan uang.
Meski bukan di rumah sakit, meski tanpa penghasilan tinggi, meski tidak mendapat pujian orang sekalipun.
Li Yin juga bersumpah untuk tidak menjadi orang seperti ayahnya.
Kemudian, dia mulai menulis novel online. Meski bercerita tentang perang yang kejam, di antara baris-baris tulisannya tetap terselip gambaran keagungan kemanusiaan. Ini juga menjadi salah satu alasan novelnya kurang populer - novel online zaman sekarang sudah tidak mempertimbangkan nilai kemanusiaan. Semakin egois dan sewenang-wenang tokoh utamanya, semakin disukai pembaca. Seringkali dalam satu novel, protagonis bisa membunuh lebih dari sejuta orang namun tetap hidup bebas, dikagumi banyak orang dan disukai gadis-gadis cantik.
"Tokoh utama" seperti itu persis seperti tiruan ayahnya, membuat Li Yin merasa sangat jijik.
“Ada apa? Li Yin? Kamu...” Hua Liancheng melihat Li Yin yang terlihat bengong, buru-buru bertanya: "Kamu... sedang memikirkan apa? Terlihat sangat serius?"
“Tidak.” Li Yin menggelengkan kepala, berkata: “Liancheng, kalian tenang saja. Setiap orang dari kalian, pasti akan kulindungi sekuat tenaga... Sampai detik terakhir aku tidak akan menyerah pada siapa pun!”
Dulu, Ye Kexin tewas di depan matanya sendiri, Li Yin masih merasa menyesal. Kemudian setelah bertemu Ying Ziyue, dia memberikan catatan kepadanya sehingga terinspirasi dan lolos dari maut. Saat bermain petak umpet, setelah berdiskusi berulang kali dengan Ying Ziyue, akhirnya Dokter Tang dan Yang Lin bisa selamat.
Berapa banyak lagi orang yang bisa dia selamatkan?
Meskipun "hantu" yang penuh dendam itu menyeramkan, tapi dibandingkan dengan orang seperti ayahnya, Li Yin merasa yang terakhir ini justru lebih menakutkan dan membuat hati bergidik.
Saat itu, Liancheng berdiri dan berkata pada Li Yin: “Li... Li Yin, aku ingin ke toilet...”
“Ya, pergilah.”
“Itu... bisakah kamu... bisakah kamu menemaniku?”
Li Yin terkejut, lalu tersadar. Memang tidak bisa menyalahkan Liancheng yang penakut, di tempat menyeramkan seperti ini, siapa yang berani ke toilet sendirian di tengah malam? Apalagi dulu Kotobuki Koko tewas di dalam toilet.
“Baik, aku akan menemanimu.”
Kemudian, mereka berdua bergegas menuju toilet, lagipula masih ada Duan Yizhe yang berjaga.
"Setelah masuk ke toilet, Li Yin bersandar di pintu, sementara Lian Cheng membuka kait celananya sambil berkata: 'Xiao Wang... sebenarnya dia orang yang sangat penakut, bahkan seekor ngengat bisa membuatnya setengah mati ketakutan. Aku tahu, dia selalu memaksakan diri, dia sangat menderita... Melihatnya seperti itu, hatiku sangat sakit.'"
"'Lian Cheng...'"
"'Aku sangat menyesal... Jika saja aku tidak membawanya ke Kota K, hal seperti ini tidak akan terjadi. Meski kami saling mencintai, tapi sekarang...'"
"'Cukup!' Li Yin memotongnya: 'Bukankah sudah kubilang? Aku, akan membuat kalian bertahan hidup. Pasti!'"
"'Hmm...' Lian Cheng mengangguk, menoleh dan berkata: 'Beruntung bisa bertemu kamu di apartemen ini... Li Yin. Tapi, kenapa kamu tidak meneruskan jejak ayahmu menjadi dokter? Kamu pasti akan jadi dokter yang hebat...'"
"'Aku tidak akan jadi dokter. Aku...'"
"Tidak bisa mengabaikan kematian orang, juga tidak tahu cara 'mengelola' rumah sakit."
"Li Yin melihat Lian Cheng sudah selesai, lalu memutar gagang pintu..."
"Tapi... meski gagang pintu bisa diputar, namun... sama sekali tidak bisa membukanya!"
"Setelah mencoba berkali-kali, pintu... tetap tidak bergerak!"
"## Jilid 5 Pulau Yinyue Bab 5 Teror Tak Terpecahkan dan Jalan Keluar"
"Wajah Lian Cheng langsung memucat!"
"'Li... Li Yin, jangan-jangan kita...'"
"'Jangan panik!' Li Yin ingat jelas dia tidak mengunci pintu, artinya... ini berarti..."
Kamar mandi ini tidak terlalu besar, tetapi tidak memiliki jendela yang terhubung ke luar. Li Yin mulai membenturkan tubuhnya ke pintu, namun tidak peduli seberapa keras dia membentur, pintu sama sekali tidak bereaksi.
Apakah... kita akan mati di sini seperti ini?
"Segera hancurkan cermin itu! Hancurkan sampai sama sekali tidak bisa memantulkan bayangan orang!" Teriakan Li Yin masih terdengar jelas. Lian Cheng seperti tersadar dari mimpi, segera berlari ke depan cermin. Tapi... dengan apa dia menghancurkannya? Melihat sekeliling, tidak ada alat yang bisa digunakan. Jika menggunakan tangan, sampai kapan bisa hancur?
"Lepaskan tutup tangki toilet dan gunakan untuk menghancurkan!" Li Yin masih terus mencoba membenturkan pintu sambil berteriak: "Yizhe! Yizhe! Kamu dengar tidak?! Yizhe! Cepat bantu buka pintu ini!"
Duan Yizhe tentu langsung mendengar teriakan itu. Suara berisik yang membuat Ouyang Jing dan Ying Ziyue yang tidurnya tidak terlalu lelap langsung terbangun.
"Ada apa?" Duan Yizhe melesat melewati koridor menuju pintu kamar mandi, mendengar suara pecahan kaca yang menusuk telinga dari dalam.
"Memecahkan cermin?" Ying Ziyue langsung menyadari sesuatu, berhenti lima langkah dari pintu.
Apakah ada sesuatu yang muncul di dalam kamar mandi...?
"Cepat cari cara membuka pintu ini!" Teriakan Li Yin membuat tiga orang di luar pintu gemetar ketakutan. Akhirnya, Yi Wan yang tertidur pulas pun terbangun. Dia segera berlari mengikuti suara menuju pintu kamar mandi...
"Ada apa?" Wajahnya penuh keheranan saat tiba di depan pintu kamar mandi, langsung bertanya pada Ouyang Jing: "Nona Ouyang... apa, apa yang terjadi?"
“Sepertinya mereka terjebak di toilet.” Duan Yizhe juga berkata dengan gugup: "Tidak tahu apa yang terjadi... Kita, kita harus cepat cari cara membuka pintu dengan paksa..."
Yi Wan langsung merasakan keputusasaan...
Tidak, Lian Cheng, Lian Cheng tidak boleh mati!
Ia segera berlari ke pintu, memutar gagang pintu dengan sekuat tenaga, namun bagaimanapun diputar, tidak ada reaksi sama sekali.
"Tidak, tidak... Tidak boleh!" Yi Wan langsung mengeluarkan air mata dan mulai menghantamkan tubuhnya ke pintu.
Sedangkan keempat orang lainnya, meski ingin membantu, langkah kaki mereka tampak ragu-ragu. Siapa yang tahu apa yang muncul di toilet? Jangan-jangan mendekati toilet akan langsung ditarik hantu ke dunia lain?
Untuk memahami pola serangan hantu, para penghuni biasanya mengumpulkan banyak film horor sebagai referensi. Sampai-sampai minum air pun hampir selalu curiga ada tangan hantu muncul dari gelas. Nonton TV, merasa akan ada wanita berhantu berbaju putih merayap keluar. Setiap ruang tertutup, selalu membayangkan hantu bisa menembus dinding...
Karena itu, hanya Yi Wan yang nekat menghantam pintu. A Su lebih memilih menjaga diri, Duan Yizhe murni takut, Ouyang Jing agak ragu, sementara Ying Ziyue hanya mengamati.
Tiba-tiba, doa Yi Wan seolah terkabul. Saat menghantam lagi, pintu itu akhirnya terbuka!
“Dia segera lari ke kamar mandi, hampir bertabrakan dengan Li Yin. Kemudian, dia melihat suaminya yang berkeringat deras di depan cermin kamar mandi. Hampir seluruh permukaan cermin sudah dihancurkannya, dan melihat istri yang masuk dengan wajah basah oleh air mata, dia segera memeluknya erat-erat.”
“Xiao... Xiao Wan...”
“Lian Cheng...”
“Pasangan suami istri ini langsung berpelukan sambil menangis tersedu-sedu, seolah telah terpisah selama satu abad.”
“Insiden ini jelas menambah rasa ketakutan semua orang.”
“Selanjutnya harus bagaimana?”
“Di Pulau Silver Moon ini, tidak ada satu pun tempat yang aman. Meski kita selalu berkumpul bersama, tapi pasti ada saatnya perlu ke kamar mandi. Tapi kalau begini, siapa yang berani ke toilet lagi?”
“Setelah mengalami kejadian ini, tak ada lagi yang bisa tidur. Yi Wan terus-menerus memeluk suaminya, takut tiba-tiba ada hantu muncul dan menyergap suaminya.”
“Baiklah, mari kita berdiskusi.”
“Fajar hampir tiba. Tujuh orang yang berkumpul di ruang tamu merasa harus merencanakan bagaimana melewati dua setengah hari ke depan.”
“Meski sebelumnya sudah banyak berpikir,” kata Lian Cheng dengan berat hati, “tapi tetap merasa semua persiapan sia-sia. Selain mencari jalan keluar, kita hanya bisa menunggu pasif sampai hantu muncul dari sudut mana pun untuk membunuh kita.”
“Mengenai Pulau Silver Moon, Yi Wan benar-benar tidak tahu apa-apa?” tiba-tiba Duan Yizhe bertanya, “Ayahmu kan yang bertugas mengembangkan resor di pulau ini?”
“Sama sekali tidak jelas,” Yi Wan menggelengkan kepala berkata: “Ayah mulai merencanakan ini sejak aku masih kuliah. Pertama-tama, setelah membeli pulau ini, ayah segera memulai pembangunan. Saat itu untuk mempertimbangkan masalah investasi pengembangan, ayah mencari investor ke mana-mana. Bagaimanapun, membangun begitu banyak fasilitas mewah sangat menghabiskan dana. Aku... aku dikorbankan ayah untuk mendapatkan dukungan perusahaan properti Kong dengan cara dinikahkan pada putra mereka...”
“Sangat kejam ya.” Ouyang Jing memandang Yi Wan dengan penuh simpati: “Kamu pasti sangat terbebani...”
“Siapa yang memberi nama Pulau Bulan Perak?” Tiba-tiba Li Yin bertanya: “Ada hubungannya dengan Taman Hiburan Bulan Terang?”
“Tidak... nama Pulau Bulan Perak sudah ada sejak sebelum ayah membelinya.” Yi Wan berpikir sejenak, lalu menambahkan: “Tapi kalau bicara tentang bulan berwarna perak... apa yang kalian pikirkan?”
Bulan berwarna perak...
Seketika, gambaran planet gersang tanpa kehidupan muncul di benak semua orang. Bulan memang tempat yang sepenuhnya menolak kehidupan. Gambaran puitis bulan dalam literatur kuno jauh dari kenyataan - tidak ada Chang'e, kelinci giok atau pohon kassia, melainkan tempat tanpa air, angin, pepohonan, oksigen yang mustahil ditinggali makhluk hidup.
Bulan Perak...
Perasaan menggelisahkan menyebar di antara mereka.
“Sejarah pulau ini sudah lama kucari di internet,” Ying Ziyue tiba-tiba menyela: “Tapi tidak menemukan kejelasan. Bahkan bagaimana ayahmu membeli pulau ini, identitas pemilik asli pulau...semua tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan.”
Ya, semuanya memang misteri. Tapi ini wajar, tidak setiap kali kita bisa menyelidiki rahasia lokasi yang ditentukan apartemen. Sedangkan di Desa You Shui saat itu, apartemen sengaja menyesatkan mereka dengan mengira arwah itu adalah Li Bing yang sudah meninggal, malah membuat mereka mendekati rumah A Xiu dan menjadi target arwah yang bersemayam di tong air rumahnya.
“Saat ini petunjuknya benar-benar terlalu sedikit.” Li Yin menghela napas: “Sulit membayangkan bagaimana bertahan hidup di pulau ini. Tapi satu hal yang pasti...”
Seperti yang pernah dikatakan Xia Yuan, instruksi tulisan darah semakin sulit di akhir. Tapi bagaimana sebenarnya tingkat kesulitan ini diklasifikasikan?
Sebenarnya Li Yin sendiri pernah menelitinya.
Dia menemukan bahwa fenomena horor di lokasi yang ditentukan apartemen sangat mirip - bahkan bisa dibilang identik - dengan film horor yang dibuat manusia.
Namun, deskripsi yang lebih tepat adalah sangat mirip dengan film horor Jepang tanpa solusi seperti "Ju-on". Dalam film horor jenis ini, hantu ada di mana-mana, muncul dan menghilang secara misterius, bisa muncul di mana saja, bahkan membalikkan waktu, menyusup ke mimpi manusia, menyamar sebagai manusia, setelah membunuh bahkan bisa mengubah mayat menjadi hantu baru yang galak... Bukan seperti film horor Barat "Friday the 13th" atau "The Texas Chainsaw Massacre" yang menampilkan pembunuh psikopat sebagai tokoh utama, juga bukan makhluk asing seperti "Alien" atau zombie seperti dalam "Resident Evil".
Yang disebut "hantu" semuanya muncul dalam bentuk dan fenomena yang sangat samar, aneh, dan tidak bisa dijelaskan.
Dari sudut pandang materialisme, materi di dunia ini bersifat objektif dan tidak bergantung pada kehendak manusia. Namun, hantu dalam film horor tanpa solusi sama sekali bukan materi objektif, melainkan seolah-olah ada dalam bentuk idealis - tidak bisa dibunuh, bahkan tidak memiliki wujud tetap, mirip manusia tapi bukan manusia. Tidak ada metode apapun untuk mengusir atau membunuh hantu, dan banyak hantu bahkan bukan berasal dari manusia yang mati, melainkan muncul tanpa alasan yang jelas.
Keberadaan apartemen, dari sudut pandang ilmiah tentu sama sekali tidak bisa dipahami. Jadi, Li Yin merasa seolah-olah apartemen itu mengubah banyak tempat di dunia ini menjadi adegan film horor, membuat mereka terjun langsung ke dalamnya. Di tempat-tempat itu, fenomena apapun tidak bisa dipahami dengan teori materialisme dan ilmiah, harus sepenuhnya dikenali dengan teori idealis ala film horor. Namun faktanya, sebenarnya tidak mungkin benar-benar tanpa solusi, masih ada fenomena yang bisa dipahami dengan teori materialis.
Sedangkan tingkat kesulitannya, juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat "ketakterjelasan" hantu.
Atau bisa dikatakan... dikategorikan berdasarkan proporsi yang bisa dijelaskan oleh teori materialis.
Misalnya dalam kasus petak umpet saat itu, hantu tidak bisa merasakan keberadaan Yang Lin dan yang lain layaknya manusia biasa, harus menggunakan berbagai cara untuk menemukan mereka, dan setelah menemukan harus mengejar mereka. Dari berbagai aspek, sepertinya lebih mendekati "manusia" material.
Namun seiring meningkatnya kesulitan, segalanya menjadi sama sekali berbeda. Seperti Kayako dalam "Ju-On". Di mana pun kamu bersembunyi, dia bisa merasakan keberadaanmu - di dalam selimut, bawah tempat tidur, balik tembok, kamar mandi, bawah karpet, dalam mobil, bahkan di dalam tubuhmu sendiri. Contohnya di film pertama "Ju-On", hantu wanita Kayako merasuki tubuh pemeran utama wanita, sedangkan di film kedua merasuki janin di kandungannya.
Bayangkan, menghadapi hantu seperti ini, tidak peduli bagaimana kabur, hampir tidak ada jalan keluar, satu-satunya cara adalah melarikan diri kembali ke apartemen. Tapi kalau dipikir lebih teliti, jika hantu-hantu itu benar-benar seperti Kayako, bahkan lari ke kompleks apartemen pun tidak mungkin.
Jelas... inilah alasan sebenarnya mengapa sejak kali keenam ada perlakuan khusus yang memungkinkan langsung kembali ke apartemen.
Li Yin sedang mengalami instruksi tulisan darah untuk kelima kalinya, artinya situasinya paling berbahaya.
Hantu Desa You Shui sebelumnya sudah sangat mirip dengan fenomena hantu tak terpecahkan. Padahal itu baru instruksi tulisan darah keempat! Kali ini... dia harus menghadapi entitas yang lebih mengerikan!
Jika hantu-hantu bisa muncul di seluruh wilayah pulau, tidak hanya dua setengah hari, bahkan satu jam pun mustahil bertahan. Jadi apartemen pasti memberi batasan "aksi" pada hantu-hantu ini, maksudnya... fenomena lokal yang bisa dipahami secara materialis.
Hanya poin itulah yang bisa menjadi jalan keluar!
Semakin tinggi tingkat kesulitan, semakin sulit menemukan jalan keluar.
Akhirnya, pagi tiba. Mereka semua merasa lapar. Di restoran, melihat restoran besar yang hanya diisi tujuh orang terasa sangat aneh, akhirnya mereka mengambil makanan dan makan di luar restoran.
Di luar resor ada banyak tebing batu. Tujuh orang ini mencari tempat di atas tebing yang pemandangannya cukup bagus, sambil menikmati laut mereka makan, tapi... juga terus memantau sekeliling.
“Makanan di sini memang enak banget.” Yi Zhe mencicipi makanan, untuk sementara melupakan rasa takutnya, berkata: “Kalau bukan karena bayang-bayang apartemen, ini benar-benar tempat yang cocok untuk liburan.”
“Hmm, aku juga setuju.” A Su menyantap makanannya dengan lahap, berkata: “Kalau ada cewek seksi yang joget telanjang, pasti bakal lebih asyik...”
Berada di dekat mesum ini benar-benar menurunkan selera...
Jalan keluar, di mana jalan keluarnya? Instruksi tulisan darah sudah dipikirkan berulang kali oleh semua orang, tapi tetap saja tidak menemukan solusi. Intinya, kita tidak boleh meninggalkan pulau ini. Di sini, bahaya mengintai setiap saat.
“Menurut kalian, jangan-jangan pulau ini dulunya kuburan?” Duan Yi Zhe tiba-tiba bicara: “Atau mungkin bekas medan perang? Bisa jadi banyak orang mati di sini. Bagaimana kalau kita cari gua atau lembah yang ada kuburan atau tulang belulang...”
“Maksudmu...” Enam orang lainnya langsung bersemangat.
“Kalau kita temukan kerangka dan menguburkannya dengan layak, mungkin bisa...”
“Iya juga!”
Semua setuju dengannya, bahkan ingin segera mulai mencari.
Dua setengah hari ini adalah waktu bebas, lagipula di pulau ini ada banyak fasilitas hiburan. Tujuh orang itu memutuskan untuk mencari tempat-tempat seperti itu.
“Oke! Kalau begitu, kita...”
Saat Duan Yi Zhe mengatakan ini, kepalanya tiba-tiba terangkat dan perlahan mendongak ke belakang.
“Apa yang terjadi padamu? Mimisan?” A Su terkekeh: “Jangan-jangan akhir-akhir ini terlalu banyak nonton film porno? Wajar sih, soalnya...”
Duan Yizhe tetap diam, kepalanya terus mendongak menatap langit.
“Kamu... kamu kerasukan?” A Su buru-buru menengok, bertanya: “Yizhe, Yizhe... kamu...”
"Krek..."
Suara patah tulang yang sangat nyaring terdengar. Selanjutnya, wajah A Su sepenuhnya tertutupi darah segar yang merah pekat.
Kepala Duan Yizhe hampir terputus sepenuhnya, hanya tersisa sebagian tulang dan daging yang masih menempel di leher, terkulai di belakang. Seluruh tubuhnya roboh tak berdaya di tanah...
## Jilid Kelima: Pulau Bulan Perak Bab Enam: Kabut Tebal yang Membingungkan
Menyaksikan pemandangan mengerikan ini, Yi Wan tak kuasa menahan diri. Saat mulutnya terbuka hendak menjerit, Li Yin dengan cepat menutup mulutnya sambil berbisik: “Jangan berteriak! Semuanya diam! Kalau sampai staff di sini melihat kejadian ini bagaimana?”
“Benar,” Ying Ziyue memandangi mayat Duan Yizhe yang tergeletak, berkata: “Kalau mereka melihat, pasti akan laporkan polisi. Begitu polisi datang ke pulau ini, kita pasti akan dibawa untuk keterangan. Kita tidak bisa terus tinggal di sini.”
Begitu meninggalkan pulau ini, pasti akan dibunuh oleh apartemen!
Namun yang lain juga terkejut melihat kedinginan Li Yin dan Ying Ziyue. Kematian Yizhe yang begitu misterius nyaris tidak membuat kelopak matanya berkedip. Malah langsung bereaksi dengan penilaian paling rasional...
"Ini benar-benar bukan kondisi mental yang bisa dicapai manusia biasa!"
"Lalu... apa yang harus kita lakukan?" Lian Cheng bertanya cemas: "Tidak peduli Yi Zhe?"
"Cari tempat untuk menguburnya," Li Yin berkata tenang: "Begitu saja sudah cukup."
"Mayatnya akan dikubur selamanya di pulau ini?"
"Apakah kamu ingin membawa mayatnya kembali? Jika polisi bertanya bagaimana dia mati, apa kamu akan bilang lehernya patah sendiri?"
Seketika semua orang terdiam.
Selama ini apartemen selalu mengatur mereka pergi ke lokasi terpencil, sehingga kematian tidak akan menarik perhatian polisi. Tapi situasi sekarang...
"Benar-benar... harus menguburnya?" Lian Cheng memandangi Yi Zhe yang tewas mengenaskan. Meski hubungan mereka biasa saja, tapi setelah sekian lama jadi "tetangga", tetap ada sedikit ikatan emosional.
Setelah berpikir panjang, logika akhirnya menang. Memang benar kata Li Yin, jika polisi datang, "liburan" ini pasti akan segera diakhiri dan meninggalkan pulau. Tapi begitu pergi, konsekuensinya tidak terbayangkan. Melanggar instruksi tulisan darah hanya berarti kematian.
Tanpa pilihan, mereka mencari tempat sepi dan mengubur mayat Duan Yi Zhe. Saat melakukannya, rasanya seperti pembunuh berantai di drama yang membuang mayat korban.
Setelah selesai, Lian Cheng berkata gemetar: "Bagaimana jika... bagaimana jika ketahuan? Jika benar ditemukan... lagipula ada orang yang hilang, pasti akan diketahui..."
“Menurutmu, apakah kematian Yi Zhe karena dia mengatakan sesuatu yang benar?” Yi Wan tiba-tiba berkata: “Dia tadi menyebutkan makam di gunung atau semacamnya... mungkin karena ini dia...”
“Bukan tidak mungkin juga.” Li Yin mengangguk dan berkata: “Tapi, kurasa ini tidak sesederhana itu.”
Pada saat yang sama, di kantor manajemen Pulau Yin Yue.
Manajer Zhang yang bertanggung jawab atas pulau itu melihat laporan keuangan dengan bingung, berpikir mengapa selama periode tur gratis tiga hari dua malam ini tidak ada satu pun wisatawan yang datang?
Tiba-tiba pintu terbuka, masuklah sekretarisnya.
“Manajer Zhang.” Sekretaris itu membungkuk hormat dan berkata: “Ada hal penting yang ingin saya konsultasikan.”
“Oh? Masalah apa? Apakah ketujuh turis itu menikmati liburan mereka?”
“Ini tentang mereka. Sebenarnya...” Sekretaris itu ragu-ragu: “Saya merasa ada yang aneh.”
“Hmm? Ada apa?”
“Saya perhatikan di antara para turis kali ini, ada seseorang... sepertinya putri direktur yang hilang selama tiga tahun.”
“Apa?!” Manajer Zhang terkejut mengangkat kepala, hampir tidak percaya: “Sekretaris Wang, kamu yakin?”
“Tidak... tidak terlalu yakin, tapi menurut perasaan...”
“Jangan bertele-tele! Jelaskan jelas!”
Masalah putri Direktur Yi Wenqin yang kabur dengan perencana pernikahan tiga tahun lalu pernah menggemparkan Kota S. Selama tiga tahun ini sang direktur telah mengerahkan segala upaya untuk mencari putrinya tapi tetap tidak berhasil.
“Saya pernah melihat putri direktur sekali tiga tahun lalu...” Sekretaris Wang berkata: “Waktu itu saya mengambil dokumen di rumah direktur, bertemu Nona Yi Wan. Di antara turis kali ini ada yang mirip dengan Nona Yi Wan...”
"Tentu saja Yi Wan menggunakan nama palsu, untungnya tidak ada permintaan untuk memverifikasi KTP. Namun, Sekretaris Wang yang memiliki ingatan sangat baik, bahkan mengenalinya meski hanya bertemu tiga tahun lalu dan Yi Wan juga merias wajah sedikit."
Dia mengeluarkan sebuah foto, berkata: "Foto ini saya ambil diam-diam. Manajer Zhang, kamu pernah melihat putri Direktur Utama kan? Menurutmu apakah ini dia?"
Manajer Zhang menerima foto itu, menatapnya lama dengan cermat, masih ragu, berkata: "Segera faks foto ini ke Direktur Utama! Mungkin beliau bisa mengenalinya? Sebelum itu, jangan bicara hal tidak perlu ke turis ini!"
Jika benar-benar putri Direktur Utama dan dia berhasil menemukannya... Apakah promosinya masih diragukan?
Setelah mengirim faks foto, hanya sekitar 15 menit kemudian, Direktur Utama langsung menelepon sendiri.
"Ya... Direktur Utama... Foto itu..."
"Tidak mungkin salah!" Di ujung telepon, Yi Wenqin yang sedang berada di kantor pusat Taman Hiburan Mingyue Kota S berkata dengan berapi-api: "Dengar! Saya akan segera ke Pulau Yin Yue! Sebelum saya datang, jangan bocorkan kabar ini..."
Manajer Zhang langsung bersukacita, dirinya benar-benar berjasa besar!
"Direktur Utama... Saya paham!"
Setelah menutup telepon, Yi Wenqin langsung berdiri sambil bergumam kasar: "Anak perempuan durhaka ini, membuat malu keluarga! Kali ini setelah kutemukan, tunggu saja hukumannya! Oh ya, dan si bajingan Hua Liancheng itu, berani menculik putriku, kubuat dia mati dalam penjara! Hmph!"
Kemudian langsung menekan nomor telepon lagi: "Halo, Manajer Hu? Siapkan speedboat segera, saya harus ke Pulau Yin Yue sekarang! Baik, begitu saja!"
“Untuk berjaga-jaga, dia memutuskan membawa tiga pengawal kepercayaannya. Nanti pasti bisa menangkap anak durhaka ini?”
Sementara itu, Li Yin dan yang lain sedang mencari gua makam yang disebut Duan Yizhe di gunung. Tapi setelah mencari berkali-kali, tidak ditemukan jejak apapun.
Kematian Duan Yizhe yang misterius ini benar-benar fenomena mengerikan yang tak terpecahkan. Tapi Li Yin merasa belum sampai segitanya. Bagaimanapun, tidak mungkin setakut itu, pasti ada cara untuk memecahkannya...
Tapi apa cara untuk memecahkannya?
“Mungkinkah kita tidak boleh menengadahkan kepala?” Lian Cheng tiba-tiba mengajukan pendapat. “Coba pikir... Saat itu Duan Yizhe seperti menengadah ke atas lalu mati. Jangan-jangan kalau kita tidak menengadah, kita akan aman? Saat Xia Yuan tewas dulu, bukankah dengan menutup mata kita tidak dibunuh hantu?”
“Sesederhana itu?” Li Yin merasa tidak masuk akal.
Sayangnya, tidak bisa diverifikasi. Setelah dia bilang begitu, siapa yang berani menengadah?
“Pendapat ini bisa dipertimbangkan.” Li Yin mengangguk, lalu berkata pada Ying Ziyue: “Bagaimana pendapatmu, Ziye?”
“Sama sekali tidak mungkin. Aku ingat betul sebelumnya, beberapa dari kalian pernah menengadah. Tapi, ada beberapa poin yang bisa disimpulkan.”
“Apa?” Lima orang lainnya langsung bersemangat.
“Pertama, meski kita selalu berkumpul, serangan tetap bisa terjadi. Kedua, hantu belum tentu muncul di depan kita, mungkin menggunakan fenomena seperti kutukan untuk membunuh. Ketiga... dan yang paling penting...”
Mendengar ini, semua menahan napas menunggu pendapatnya.
“Hantu ini, karena batasan dari apartemen, tidak bisa membunuh kita semua sekaligus.”
Semua orang langsung terdiam.
“Kita selalu bersama setiap saat, artinya… hantu yang bisa membunuh Yizhe seperti itu, juga bisa dengan mudah membunuh kita semua sekaligus. Tapi kenyataannya, hanya Yizhe yang mati.”
“Ini…” Lian Cheng berpikir sejenak, berkata: “Mungkin untuk membuat kita takut, membunuh kita satu per satu?”
“Tidak. Hantu memang ada untuk membunuh melalui kutukan, artinya ini adalah batasan yang diberikan apartemen kepada hantu, tidak boleh membunuh kita semua seketika. Dengan kata lain… ini petunjuk untuk kita menemukan jalan keluar.”
“Maksudmu…” Li Yin segera menyadari.
“Ya… Dengan logika terbalik, kematian Duan Yizhe bisa menjadi petunjuk jalan keluar!”
Jika menengadah tidak menyebabkan kematian, lalu apa yang memicu kematian? Melanggar pantangan tertentu? Atau mengucapkan kata-kata tertentu?
Berbicara?
Jangan-jangan tidak boleh mengucapkan kata “makam”?
Wajah Yi Wan langsung pucat pasi, dia pernah mengucapkan kata itu!
“Tidak, tidak mungkin, apa aku…”
“Tenang, bukan itu masalahnya.” Ying Ziyue menggelengkan kepala, menganalisis: “Mengucapkan kata tertentu = mati, artinya tidak mengucapkannya = selamat. Jika jalan keluar berupa cara seperti ini, seharusnya kata yang sering diucapkan. Jika kata yang jarang digunakan, bukankah peluang selamat akan tinggi? Apartemen tidak mungkin memberi kita kemudahan seperti itu.”
“Aku juga punya beberapa kesimpulan.”
Ouyang Jing yang diam sejak tiba-tiba berbicara.
“Saat-saat terakhir sebelum Duan Yizhe meninggal, aku memperhatikan ekspresinya. Matanya penuh ketakutan, mulutnya terus berkedut, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa mengucapkannya.”
“Hmm... apa artinya ini lagi?” Lian Cheng bertanya bingung.
“Kenapa dia sama sekali tidak bisa berbicara?”
“Mungkin...” Lian Cheng menyimpulkan, “terlalu ketakutan?”
“Mungkinkah... dia ingin bicara tapi tidak bisa? Saat itu, inderanya seolah dikendalikan oleh sesuatu.”
Mendengar hal ini, semua orang tertegun.
Indera dikendalikan?
Bukankah ini mirip dengan situasi melanggar instruksi tulisan darah dan dikendalikan bayangan?
Percakapan ini semakin membuat bulu kuduk berdiri, suasana hati semua orang menjadi berat.
Gunung ini pun terasa semakin sunyi, seolah-olah monster pemakan manusia bisa muncul kapan saja.
“Semuanya, jangan terlalu banyak berkhayal.” Li Yin menyela, “Omong kosong tanpa dasar tidak ada gunanya. Mari kita terus mencari... benda yang Yizhe sebutkan tadi.”
Akhirnya mereka melanjutkan pencarian.
Tiba-tiba Li Yin mendekati Ying Ziyue, menggenggam pergelangan tangannya dan menarik lengan bajunya: “Jangan bergerak!”
Dia sedang memeriksa denyut nadi Ziyue. Bagi yang belajar pengobatan sejak kecil, ini hal mudah.
Meski terlihat tenang, denyut nadinya jelas-jelas sangat cepat.
“Tanganmu dingin sekali.” Li Yin melepas genggaman, “Jangan selalu memikul semua beban sendirian. Sesekali... andalkanlah aku.”
Ziye mengedipkan matanya, dia menarik lengan bajunya kembali dan berkata, "Aku tahu."
"Aku akan menjagamu." Li Yin menatap Ziye dengan suara tegas, "Jadi, serahkan punggungmu padaku dengan tenang."
Dan sekitar empat jam kemudian...
"Direktur Utama!"
Di tepi pantai, Manajer Zhang dan yang lain akhirnya menunggu kedatangan Yi Wenqin.
Begitu turun dari kapal, dia langsung berlari dan bertanya, "Bagaimana? Di mana putriku?"
"Mereka sepertinya sedang di area pegunungan. Aku sudah mengirim orang untuk mencari..." Manajer Zhang menundukkan kepala dalam-dalam.
"Cepat cari!" Yi Wenqin yang marah menggerung, "Setelah ketemu, bawa dia langsung ke hadapanku! Aku akan segera membawa anak durhaka ini pulang, membuatnya takkan pernah bisa lolos dari genggamanku!"
