## BAB 10 Enam Kepala Terpenggal BAB 14 Titik Kesamaan

SMA Jinfeng di Distrik Bailin hari ini diliburkan. Wu Zhenzhen sendirian di rumah, membungkus tubuhnya dengan selimut. Lan Qi yang kemarin masih baik-baik saja, bagaimana bisa tiba-tiba meninggal? Memikirkan Pemenggal Kepala yang menyeramkan itu telah membunuh dua siswa di kelas mereka, ia begitu ketakutan sampai tidak bisa berkata-kata. Ingatannya kembali ke hari Bai Jing mengalami musibah, tanggal 21 Maret. Hari itu hari Senin. Beban pelajaran yang berat membuat kepala Wu Zhenzhen pusing. Setiap hari guru terus mengingatkan betapa dekatnya ujian masuk perguruan tinggi. Menatap soal geometri matematika dan huruf-huruf Inggris di kertas ujian sudah membuatnya ingin muntah. Tapi mau bagaimana lagi, harus tetap terus belajar. "Bai Jing, kamu mau masuk universitas apa nanti?" tanya Wu Zhenzhen saat pulang sekolah bersama Bai Jing. "Masih berniat mendaftar ke Universitas Yingzhen? Itu kan perguruan tinggi sains tertinggi di Kota K, tidakkah targetmu terlalu tinggi?" "Tidak apa-apa," Bai Jing tersenyum. "Kalau menentukan target harus yang tertinggi. Ujian masuk perguruan tinggi hanya sekali seumur hidup, harus berusaha maksimal." "Hmm... Orang tuaku juga menyuruhku ambil jurusan sains, tapi benar-benar membuatku pusing. Tapi tahun lalu batas nilai sarjana jurusan sains memang jauh lebih rendah. Masalahnya soalnya terlalu sulit. Paling-paling aku hanya bisa masuk Institut Zhenlin." "Institut Zhenlin adalah kampus negeri kategori dua di Kota K yang mengkhususkan dalam ilmu sains. Meski begitu, bagi Wu Zhenzhen, ini tetap di luar jangkauannya." "Bai Jing, ujian hari ini... soal geometri itu berhasil kau selesaikan?" Wu Zhenzhen tiba-tiba bertanya, "Nilai dua puluh poin itu! Aku sampai pusing menatapnya, tetap tidak bisa. Kalau begini terus, mustahil aku bisa masuk Institut Zhenlin..." "Soal itu? Coba hubungkan titik E dan H sebagai garis bantu, maka bisa dibuktikan dua garis itu tegak lurus." "Hah? Tunggu, E, H... sebentar." Ia menyuruh Bai Jing berhenti, langsung mengeluarkan buku latihan dari tas, membukanya dan mencari coretan ujiannya. Di sana terdapat diagram geometri soal tersebut. "Oh, hubungkan E dan H sebagai garis bantu! Benar juga, dengan ini kita bisa menggunakan... Bai Jing, kamu benar-benar jenius! Bagaimana bisa memikirkan ini?" "Biasa saja." "Kamu... bisa sering-sering mengajariku geometri? Kan kamu ketua kelas. Soal geometri bikin kepalaku mau pecah, benar-benar tidak tahan." "Sebenarnya kunci geometri adalah memahami teorema. Setiap soal dirancang untuk menguji penguasaan teorema. Jadi harus jeli melihat bagian mana yang bisa dipecahkan dengan teorema." Tiba-tiba terdengar suara: "Bai Jing, ternyata kamu juga menemukan solusi soal itu. Setelah kuanalisis, beberapa tahun terakhir soal matematika ujian masuk PTN di Kota K semakin fokus ke geometri. Tahun lalu tiga soal geometri di ujian sains sulit sekali, sampai menurunkan passing grade jurusan sains." “Memang benar.” Bai Jing berdiri sambil berkata: “Kamu juga berencana ikut ujian ke fakultas sains? Lan Qi?” Tepat pada saat itu, Lan Qi muncul di belakang mereka berdua. “Lan Qi,” Wu Zhenzhen berkata: “Kamu juga berhasil menyelesaikan soal itu? Aduh, besok masih ada ujian Bahasa Inggris, aku hampir stres. Sekarang setiap lihat alfabet Inggris rasanya pengen marah-marah.” “Bahasa Inggris ya...” Lan Qi tersenyum masam: “Aku juga pusing. Beberapa hari ini terus latihan listening dan reading comprehension. Tapi berapa kali pun latihan, tingkat akurasinya tetap menyedihkan. Reading comprehension lebih parah lagi. Kemarin aku baru mengerjakan simulasi soal UN Bahasa Inggris tahun 2009, dari tiga teks reading cuma tujuh soal yang benar.” “Yang benar?” Mata Wu Zhenzhen membelalak: “Serius? Simulasi daerah mana yang kamu kerjakan?” “Yang dari Distrik Bailin.” Akhirnya ketiganya berjalan bersama sambil terus mendiskusikan berbagai masalah terkait ujian masuk perguruan tinggi. Yang paling membuat mereka pusing bukan Matematika atau Inggris, melainkan Fisika. “Aku tidak sanggup!” Wu Zhenzhen berteriak sambil berjalan: “Dengan nilai segini mana mungkin bisa masuk Universitas Zhenlin! Fisika, aku benar-benar tidak berbakat di bidang itu!” “Tapi lulusan IPA memang lebih mudah dapat kerja,” kata Bai Jing: “Ini memang tidak bisa dihindari.” “Sebenarnya aku lebih ingin masuk IPS. Lagipula aku perempuan, masuk IPS kan wajar. Tapi orang tua sama sekali tidak mengizinkan. Bai Jing, aku iri padamu yang punya ambisi untuk menaklukkan Universitas Yingzhen.” "Ha, masih bisa lah. Sebenarnya aku juga merasa masuk Universitas Yingzhen sangat sulit, tapi berusaha keras itu baik. Jika berhasil, maka..." "Aku juga rasa ini tidak rasional, Bai Jing." Lan Qi menasihati: "Kamu tahu kan, reputasi Universitas Yingzhen secara nasional memang jauh di bawah Tsinghua University dan Universitas Tongji, tapi ini universitas ternama nomor satu di kota kita. Meskipun nilaimu bagus, masuk Universitas Yingzhen tetap sulit." "Aku sudah cari tahu, tahun ini Universitas Yingzhen akan menambah kuota mahasiswa, mungkin akan menurunkan passing grade. Beberapa waktu ini aku juga banyak mengerjakan latihan soal, sudah punya banyak pengalaman. Kalau merasa tidak mungkin lalu tidak mencoba, tidak akan pernah terwujud." Kemudian, ketiganya berpisah. Wu Zhenzhen merenungkan kata-kata Bai Jing dengan perasaan campur aduk. Bisakah dirinya menantang nasib? Institut Zhenlin yang hanya jenis kedua saja sudah membuatnya gentar. Saat itu, Wu Zhenzhen sama sekali tidak menyangka bahwa itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Bai Jing. "Zhenzhen!" Ibu membuka pintu: "Meski libur sekolah, jangan malas. Ujian nasional semakin dekat, cepat belajar!" "Baik, baik..." Wu Zhenzhen menghela napas, menyingkirkan selimut dan bangun dari tempat tidur. Dia duduk di atas meja belajar, mengeluarkan buku pelajaran dari tas, lalu membuka "buku bahasa" terlebih dahulu. Ini adalah metode revisi Wu Zhenzhen karena pelajaran bahasa adalah yang paling mudah direvisi. Namun, menghafal teks klasik Tionghoa tetap menjadi tugas yang sulit. Kali ini dia membuka "Petisi Perang" dan mulai menghafal. "'Kaisar sebelumnya tidak menganggap hamba hina, tiga kali mengunjungi pondok jerami... Apakah ini 'cao lu' atau 'mao lu' ya?'" Tiba-tiba dia menarik tangannya dengan terlalu keras hingga "buku bahasa" itu jatuh ke lantai. Dari antara halaman buku, selembar kertas terlepas. "Ini, ini..." Wu Zhenzhen terkejut menemukan nama yang tertulis di buku bahasa itu ternyata "Bai Jing"! Buku bahasa ini milik Bai Jing! Wu Zhenzhen segera mengambil buku itu dan memeriksanya. Ternyata ini benar-benar bukan bukunya. Setelah kematian Bai Jing, pelajaran bahasa hanya fokus pada latihan soal ujian tahun sebelumnya dan menulis esai, jadi buku teks tidak pernah digunakan. Revisi beberapa hari terakhir juga lebih fokus pada matematika dan bahasa Inggris, sehingga baru sekarang Wu Zhenzhen menyadarinya. Artinya, di suatu waktu, Bai Jing dan dirinya saling tertukar buku? Sangat mungkin. Mereka sering saling memeriksa hafalan teks klasik menggunakan buku bahasa, sehingga pertukaran buku sangat mungkin terjadi. "Bai Jing..." Hati Wu Zhenzhen sedih. Dia mengambil kertas yang terselip di buku bahasa Bai Jing itu, ingin melihat isinya. Ternyata di kertas itu terdapat esai yang ditulis Bai Jing. Topik esainya berdasarkan soal ujian bahasa Kota K tahun 2009. Wu Zhenzhen karena memusatkan semua persiapan ujiannya pada matematika dan fisika, hampir tidak pernah menulis esai tema. Hanya saat ujian saja dia pernah menulis esai sesuai topik yang diberikan di kertas simulasi. Selama pelajaran, guru berulang kali menekankan pentingnya esai dan memprediksi beberapa kemungkinan tema yang mungkin muncul. "Bai Jing, bagaimana dia menulisnya... Mengingat dia berniat masuk Universitas Yingzhen, mungkin tidak terlalu serius dalam bahasa Mandarin. Saat penerimaan mahasiswa, kriteria utama pasti melihat nilai matematika dan fisika." Setelah mengamati dengan cermat esai yang ditulis Bai Jing. Dia menulis dalam format esai argumentatif yang paling umum saat ini. Saat membacanya, tiba-tiba Wu Zhenzhen melihat satu paragraf yang ditulis Bai Jing: "Sebagai contoh. Tiga hari yang lalu, saya pernah mengunjungi Distrik Baiyan..." B-Baiyan? Seketika jantung Wu Zhenzhen berdebar kencang. Dia teringat dengan jelas bahwa korban kedua, Lin Xun, tewas di Distrik Baiyan! Di bagian akhir esai, dia melihat Bai Jing menulis tanggal. Tertulis 9 Maret. Berarti tiga hari sebelumnya, yaitu 6 Maret, dia pergi ke Distrik Baiyan? Dia membuka kalender. 6 Maret memang hari Minggu. Dia sangat memahami Bai Jing. Target masuk Universitas Yingzhen yang sangat berat tentu memberikan tekanan luar biasa. Jika tidak perlu-perlu banget, dia pasti tidak akan pergi ke Distrik Baiyan. Meski isi esai bisa saja fiktif, tapi Wu Zhenzhen merasa Bai Jing tidak mengarang cerita. Lalu, mengapa dia pergi ke Distrik Baiyan? Apakah ini ada hubungannya dengan pembunuhan oleh Siluman Pemenggal Kepala terhadap dirinya? Apakah ini terlalu dipaksakan? Bagaimanapun, Distrik Baiyan juga sangat besar. Tidak bisa dikatakan hanya karena dia pergi ke Distrik Baiyan, langsung dianggap sebagai target Duan Toumo. Tapi, semakin dipikirkan, semakin timbul rasa cemas. Ia ragu sejenak, lalu mengangkat telepon di meja dan menghubungi rumah Bai Jing. Lama sekali, telepon akhirnya diangkat. Suara tua yang terdengar parau terdengar: "Halo..." "Halo, ini Paman? Saya Wu Zhenzhen." "Oh, Wu Zhenzhen ya." Yang mengangkat telepon adalah ayah Bai Jing, Bai Yeshan. "Begini, Paman. Tentang kematian Bai Jing... saya turut berduka. Sebenarnya, saya ingin bertanya, apakah pada tanggal 6 bulan lalu, Bai Jing pernah pergi ke Distrik Baiyan?" "Bulan lalu?" Mengingat putri tercinta yang tewas tragis, suara Bai Yeshan kembali tersendat. Saat ini pasti hatinya sangat hancur. Memaksanya mengingat Bai Jing yang masih hidup sehat sebulan lalu bagai menyayat jantung. Wu Zhenzhen pun ragu apakah pantas menanyakan ini. "Ya..." Tiba-tiba dia berkata: "Aku ingat. Waktu itu, dia pergi ke Distrik Baiyan untuk menghadiri seminar. Seminar itu dibuka oleh profesor Universitas Yingzhen, khusus untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Lokasinya di... Jalan Muyao." "Benarkah?" "Ya." Kemudian, Wu Zhenzhen mengeceknya di internet. Dia menemukan informasi tentang seminar yang dibuka profesor Universitas Yingzhen di Distrik Baiyan. Lokasinya di Universitas Zhenbin, Jalan Muyao, Distrik Baiyan. “Ketemu. Pembicara utamanya adalah... Profesor Kehormatan Universitas Yingzhen, Bian Xingyan. Hmm, ini foto profesor? Kelihatannya masih sangat muda, belum sampai 30 tahun ya?” Di usia muda sudah menjadi profesor kehormatan kampus, benar-benar berbakat dan sukses di usia muda. Wu Zhenzhen lalu membuka Baidu Maps untuk mengecek. Lokasi Jalan Muyao dan Taman Qingtian tempat Lin Xun ditemukan meninggal, jaraknya cukup jauh. Tapi, dia segera menemukan satu hal... Sesuatu yang sangat penting! Bus 375 melewati Jalan Qingtian dan Jalan Muyao sekaligus! Artinya, naik bus 375 hanya perlu sekitar 3 halte untuk sampai ke Jalan Muyao! Sedangkan Jalan Qingtian adalah halte awal bus 375! Cukup naik metro saja bisa sampai dari Distrik Bailin ke Distrik Baiyan! “Jangan-jangan...” Meski ada rute lain, tapi Wu Zhenzhen mulai punya dugaan. Bai Jing ingin menghadiri kuliah Profesor Bian Xingyan, jadi dari rumah naik metro ke Jalan Qingtian Distrik Baiyan, lalu naik bus menuju SMA Zhenbin di Jalan Muyao! Taman Qingtian tepat berada di Jalan Qingtian! Telapak tangan Wu Zhenzhen mulai berkeringat. Mungkinkah... Mungkinkah benar-benar ada hubungan? Apakah petunjuk ini sudah diperhatikan polisi? Sebelumnya dia pernah bertanya ke Bai Yeshan via telepon: "Paman, apakah petunjuk ini sudah dilaporkan ke polisi?" "Belum. Kenapa? Apa ada hubungannya dengan kematian Xiao Jing?" “Sepertinya Bai Yehan terlalu dilanda kesedihan, sampai benar-benar lupa dengan kasus korban kedua. Tidak heran, setelah muncul korban ketiga, keempat, kelima, urusan korban kedua sudah hampir terlupakan.” Wu Zhenzhen merasa, pasti ada hubungan tertentu di antara semua ini. Ia segera mengeluarkan kartu transportasi dari tasnya, memutuskan untuk pergi ke sana sekarang juga! Perkataan Bai Jing di masa lalu telah menjadi harapan pentingnya di tengah tekanan ujian masuk perguruan tinggi ini. Jadi meski harus mengambil risiko, Wu Zhenzhen tetap memutuskan untuk menyelidiki. Aku sama sekali tidak akan memaafkan... iblis yang membantai orang tak bersalah seperti ini! Pasti harus membuat iblis ini dihukum setimpal oleh hukum! Wu Zhenzhen yang sedang keluar rumah bertemu dengan orang tuanya. Ayahnya terkejut, bertanya: “Mau pergi? Ke mana?” “Sebentar saja pulang, Ayah Ibu, aku...” “PR sudah selesai?” “Hari ini sekolah libur.” “Tidak boleh pergi.” Ayah menggelengkan kepala: “Di kelasmu sudah dua orang dibunuh Pemenggal Kepala. Pergi sendirian sekarang terlalu berbahaya! Tidak boleh, lebih baik tinggal di rumah belajar saja. Ujian akhir kan sebentar lagi?” “Tapi... Ayah...” “Sudah kubilang, tidak boleh!” Pertimbangan Ayah memang masuk akal. Pemenggal Kepala dalam waktu singkat sudah membunuh Bai Jing dan Lan Qi, siapa tahu apakah akan membunuh anggota kelas lainnya lagi? “Ayahmu benar.” Ibu menambahkan: “Cuma memikirkan Pemenggal Kepala itu saja sudah membuatku gemetaran. Kalau tidak ada urusan penting, lebih baik jangan pergi, Zhenzhen.” “Wu Zhenzhen melihat orang tuanya bersikeras seperti itu, hanya bisa kembali ke kamar.” “Dia berbaring sebentar di tempat tidur.” “Saat itu, ketika berpisah terakhir kali dengan Bai Jing, dia ingat... dia pergi bersama Lan Qi.” “Bersama Lan Qi...” “Tiba-tiba dia bangkit dari tempat tidur.” “Benar! Kemarin, Lan Qi bertanya padaku... apakah aku percaya ada hantu di dunia ini?” “Awalnya kupikir itu hanya pertanyaan biasa. Mungkinkah... ini ada hubungannya dengan kematian Bai Jing?” “Apakah dia tahu sesuatu? Kalau dipikir-pikir lagi, saat polisi datang mewawancarai teman sekelas Bai Jing, aku memperhatikan ekspresinya yang sangat tidak wajar.” “Wu Zhenzhen mulai merenung, mengapa Pemenggal Kepala juga membunuh Lan Qi? Lima korban sebelumnya sama sekali tidak saling mengenal.” “Apakah ada misteri tersembunyi di balik ini?” “Saat ini... Yinyu membuka matanya.” ““Yinyu!” Yin Ye berseru gembira melihatnya sadar, segera menggenggam tangannya: “Kamu baik-baik saja? Aku benar-benar ketakutan!”” “Mereka berada di Rumah Sakit Zhengtian. Kunjungan Yin Ye bersama Li Yin sebelumnya sudah membuat beberapa dokter mengingatnya. Pemeriksaan menunjukkan Yinyu tidak mengalami cedera serius.” “Dahi Yinyu dibalut perban. Saat melihat Yin Ye di depannya, kepalanya masih terasa berkabut.” ““Cari anak itu...”” “Tiba-tiba kalimat itu muncul kembali di benaknya!” ““Anak...” Yinyu tiba-tiba berkata pada Yin Ye: “Kakak, itu anak! Putra Teng Feiyu! Tang Feng bilang padaku, anak itu kuncinya!”” ““Anak?”” “Terhadap……” Yinyu melanjutkan: “Anak itu, mungkin, memiliki petunjuk tentang kepala Teng Feiyu!”  ## Volume 10 Enam Kepala Bab 15 Yoon Joon-hyun Saat ini, sudah tengah hari. Wakil manajer perusahaan bahan bangunan Yuyang, Liu Zisheng, berjalan keluar dari pintu perusahaan. Ketika sampai di area parkir perusahaan, tiba-tiba Liu Zisheng menyadari seorang pemuda berwajah tampak sedang menunggu di depan mobilnya. Liu Zisheng tertegun sejenak, melihat pemuda itu melangkah cepat mendekat. Liu Zisheng adalah pria kurus dengan postur agak pendek, sedangkan pemuda ini setengah kepala lebih tinggi darinya. Hati Liu Zisheng berdebar-debar, secara refleks mundur selangkah. “Apakah Anda Wakil Manajer Liu?” Pemuda itu mendekati Liu Zisheng: “Bisa bicara sebentar?” “Siapa Anda?” Liu Zisheng bertanya dengan penuh kewaspadaan. “Nama saya Yoon Joon-hyun. Pacar mendiang kepala akuntan perusahaan Anda, Nona Li Xin.” Yoon Joon-hyun? Orang Korea? Liu Zisheng segera menyadari keraguan pria ini tentang kematian Li Xin, langsung berkata: “Manajer Li dibunuh di rumahnya sendiri, tidak ada hubungannya dengan perusahaan Yuyang. Kalau mau cari masalah, temui polisi saja, Tuan Yoon. Saya masih ada urusan, maaf tidak bisa menemani.” “Manajer Liu!” Yoon Joon-hyun segera menghalanginya: “Saya ingin mendengar kebenaran tentang kematian Li Xin dari Anda.” “Kenapa kamu begitu memaksa!” Liu Zisheng menatap pemuda itu, berkata: “Sudah kukatakan, kematian Manajer Li tidak ada hubungannya dengan perusahaan. Polisi juga sudah menanyai saya, tapi tidak ada hubungan tersembunyi antara saya dengan Manajer Li! Saya sangat sedih dengan musibah yang menimpa Manajer Li ini, tapi saya benar-benar tidak tahu apa-apa tentang kematiannya.” Liu Zisheng segera berjalan menuju mobil. Sedangkan Yin Junxian hanya bisa memandanginya pergi. Setelah mobil pergi, ketika dia menoleh ke belakang, melihat sepasang pria dan wanita berdiri di belakangnya. Ciri-ciri wajah pria itu sangat tampan, postur tubuh tegap, bisa membuat jantung perempuan mana saja berdebar. Wanitanya terlihat sekitar 20 tahun, seperti mahasiswi. “Tadi, saya dengar kamu mengaku sebagai pacar Nona Li Xin?” Pria tampan itu mendekat, berkata: “Maaf agak tiba-tiba, nama saya Huangfu He, ada sedikit hubungan dengan Nona Li Xin.” “Hubungan?” Yin Junxian bingung: “Maksudnya apa?” “Intinya, mari cari tempat untuk berbicara.” Awalnya Huangfu He ingin menemui Liu Zisheng untuk bertanya. Korban keempat Li Xin adalah salah satu dari enam korban yang paling menarik perhatian, sebagai korban perempuan pertama, korban pertama yang tewas di rumah sendiri, dan kasus pertama yang ada saksi melihat tersangka di TKP. Polisi juga menyelidiki hubungan asmara Li Xin, karena TKP menunjukkan bahwa Li Xin mengenal pembunuhnya. Semua rekan kerjanya di perusahaan sudah diperiksa, tapi dalam hal hubungan asmara, tidak pernah ada kabar dia punya pacar. Sekarang tiba-tiba muncul seorang pacar? “Apa hubungan kalian dengan A Xin?” Yoon Jun-hyun tampak waspada: “Aku belum pernah melihat kalian sebelumnya.” “Mengenai hal ini, sebenarnya begini.” Hwangbo Heok menjawab dengan tenang: “Nona Li Xin pernah menghubungi saya. Dia bilang, dia sedang dirundung sesuatu.” “Dirundung?” Yoon Jun-hyun terlihat bingung, kemudian penjelasan Hwangbo Heok menjawab keraguannya. “Saya adalah... peneliti fenomena supranatural. Ini kartu nama saya. Saya memimpin organisasi bernama 'Ling Qi Hui'. Sebuah perkumpulan yang memberikan solusi dan bantuan bagi orang-orang yang mengalami fenomena gaib atau kebingungan tak terjelaskan.” Xia Xiaomei di sampingnya terkejut mendengar ucapan itu, organisasi apa itu? Dia sama sekali belum pernah mendengarnya. “‘Ling Qi Hui’? Itu apa?” Yoon Jun-hyun menerima kartu nama itu, tertulis: “Ketua Organisasi Ling Qi Hui - Hwangbo Heok”. Di bawahnya ada tulisan: “Pernah mengalami fenomena gaib? Pernah kontak dengan hantu? Ling Qi Hui akan memberikan pelayanan terbaik.” “Nona Li mungkin tidak sengaja menemukan selebaran kami, jadi dia datang mencari kami. Katanya, dia merasa ada sesuatu yang 'kotor' mengikutinya.” Xia Xiaomei mendekatkan telinganya ke Hwangbo Heok, bertanya: “Ling Qi Hui? Darimana ide itu?” “Beneran.” Hwangbo Heok berbisik padanya: “Aku memang ketua organisasi ini. Tapi kami tidak terkait agama, murni organisasi sipil non-profit.” Melihat ekspresi tidak percaya di wajah Yin Junxian, Huangfu He berkata lagi: “Apa yang kukatakan semuanya benar. Faktanya, dia datang menemui kami tidak lama sebelum dia dibunuh. Karena kamu bilang kamu adalah pacarnya, aku ingin tahu lebih lanjut. Bagaimanapun, dia juga pernah meminta bantuan dari Lingqi Hui kami, jadi aku berharap bisa memahami secara menyeluruh.” “Aku mengerti.” Yin Junxian berkata: “Mari cari tempat untuk berbicara.” Xia Xiaomei melihatnya dan berpikir: Orang Korea memang jauh lebih superstitious daripada orang Tiongkok, aku kira dia akan memarahi kami sebagai penipu. Mereka masuk ke sebuah restoran dekat perusahaan Yuyang, Yin Junxian dan Huangfu He memilih tempat duduk. “Seperti yang kalian lihat, aku orang Korea.” Yin Junxian berkata: “Kenal dengan A Xin lebih dari setahun yang lalu. Tapi, Li Xin tidak pernah memberitahu orang lain tentang hubungan ini. Aku tidak punya properti di Tiongkok, sekarang hanya bekerja di sini, hidup juga cukup sulit. Selain itu, hubungan lintas negara, A Xin juga tidak mau memberitahu orang lain.” Di tengah pembicaraan, tiba-tiba dia terisak-isak. “A Xin... dia bilang tunggu dua tahun lagi, sampai hidupku di Tiongkok stabil, akan menikah denganku. Aku...” Li Xin tidak pernah mengungkapkan hubungannya dengan pria Korea ini, jadi tidak ada yang tahu. Ngomong-ngomong, bahasa Mandarin pria Korea ini juga... “Tapi, nona Li Xin sudah meninggal cukup lama, kenapa baru sekarang kamu mencari Tn. Liu?” “Awalnya aku tidak tahu, baru kemudian dengar kabar kalau Wakil Manajer Liu sepertinya punya hubungan ambigu dengan A Xin. Aku tidak mau percaya, tapi rumor semakin menjadi-jadi, jadi...” “Aku mengerti. Jadi setelah pertimbangan matang, Anda memutuskan untuk bertanya pada Wakil Manajer Liu?” “Menurutku, bahkan jika ini benar, Manajer Liu tidak akan jujur. Tapi bagaimanapun juga aku ingin tahu kebenarannya. A Xin, dia meninggal terlalu tragis! Iblis macam apa yang bisa melakukan hal seperti ini!” “Begitu ya...” “Kalau begitu, katakan padaku,” Yin Junxian mendesak, “Anda bilang A Xin datang ke sini minta bantuan? Sebenarnya...” “Ling Qi Hui adalah organisasi masyarakat yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan data paranormal. Fokus utama kami adalah memahami dan meneliti fenomena supranatural melalui feng shui, folklor, dan legenda agama. Tentu ini hanya sebagai referensi. Membuktikan keberadaan hantu di dunia tetap merupakan hal yang sulit.” Tentu, itu sebelum Huangfu He memasuki apartemen. Sekarang dia telah membuktikan secara mutlak bahwa hantu benar-benar ada di dunia ini. “Apa yang dia katakan padamu saat itu?” Xia Xiaomei berpikir, bahkan jika Ling Qi Hui memang ada, Li Xin pasti tidak pernah menemui Huangfu He sebelumnya. Jika tidak, pasti sudah dia ungkapkan. Lalu, bagaimana Huangfu He akan melanjutkan kebohongannya? “Sebenarnya fenomena supranatural yang dia ceritakan padaku... terkait dengan Pemenggal Kepala.” Ekspresi Huangfu He tenang tanpa kepanikan, padahal jelas berbohong namun sorot matanya terlihat sangat natural. “Apa? Lalu, mengapa...” “Dia bilang, dia merasa di kamarnya seolah selalu ada aura kehidupan. Tentu awalnya dia mengira ini efek psikologis...” "Xia Xiaomei merasa tegang: Apa yang dipikirkan pria ini? Bagaimana melanjutkan kebohongan ini? Meski merasa ada orang di rumah, bagaimana menghubungkannya dengan Hantu Pemenggal? Kebohongan yang dibuat dadakan ini pasti akan banyak celah, jika dicurigai orang Korea ini..." "Dia bilang pernah melihat sesosok bayangan. Saat di rumah sendiri, dia melihat sosok muncul di kamar tidur, tepat di belakang pintu. Tapi hanya sekejap, setelah itu langsung menghilang. Bayangan sesaat itu membuatnya ketakutan. Lalu berdasarkan ingatannya, dia menggambar sketsa untukku. Gambar itu sangat mirip dengan wajah tersangka yang dilihat orang kemudian." Xia Xiaomei gemetar mendengarnya: Ya ampun... Pria ini benar-benar punya bakat alami menulis cerita horor. Mulai dari kesan ada orang lain di rumah, bayangan manusia yang menghilang seketika di belakang pintu, kematian pemenggalan kepala, sampai saksi yang melihat wajah sama dengan yang dia lihat... Untung aku tahu ini bohong, kalau tidak pasti ketakutan setengah mati... Tapi tidak sepenuhnya bohong, setidaknya pembunuh Li Xin kemungkinan besar memang hantu. Tapi Xia Xiaomei langsung mulai khawatir dengan masalah berikutnya... "Apa ada orang yang percaya omongan seperti ini? Bagaimanapun, sebelum memasuki apartemen, seseorang mengatakan kalimat ini padanya, reaksi pertamanya adalah orang itu pasti penipu. Siapa yang mau percaya? Lagipula meskipun kepala terpenggal itu aneh, masih jauh untuk dikategorikan sebagai fenomena supernatural. Sebagai penghuni apartemen, kami tahu ada fenomena gaib di balik ini, tapi apakah orang biasa akan percaya? Sekalipun berbohong, harusnya dibuat lebih meyakinkan." Benar saja, Yin Junxian terlihat tidak percaya, berkata: "Apa yang kau omongkan? Semakin ngawur saja." "Aku mengatakan fakta." Huangfu He berkata: "Percaya atau tidak terserah kamu. Apa untungnya aku menipumu? Aku juga tidak meminta harta benda. Tuan Yin, konsep 'hantu' mungkin dianggap takhayul oleh orang biasa, tapi jika kita langsung menolak segala sesuatu di luar ilmu pengetahuan sebagai tidak ada, menurutku ilmu pengetahuan justru akan menjadi takhayul baru. Lagipula, di dunia ini memang ada hantu." "Kamu ini siapa sebenarnya!" Yin Junxian tampak marah: "Masih terus mengoceh omong kosong! Aku pergi!" "Eh, tunggu-tunggu!" Xia Xiaomei tak mungkin membiarkan sosok penting ini pergi, buru-buru berkata: "Tuan Yin, jangan dihiraukan. Dia memang agak bermasalah di kepala, tolong dimaklumi..." “Kenapa!” Tiba-tiba Huangfu He bangkit dengan keras, matanya bagaikan singa yang marah: "Mengapa kau begitu mudah menyimpulkan bahwa aku berbohong? Ada bukti apa yang membuktikan hantu tidak ada di dunia ini? Alasan kalian menyangkal hantu dan menolak fenomena supranatural hanya karena ingin mencari kepuasan semu dari perlindungan ilmu pengetahuan!" Ekspresi Huangfu He saat ini membuat Xia Xiaomei kaget. Pemuda yang sangat tampan ini terlihat begitu menyeramkan saat marah! Yin Junxian pun terpana sejenak, lalu menghela napas: "Apakah kau... benar-benar tidak berbohong?" "Intinya, jangan sembarangan membuat kesimpulan tentang hal yang tidak kau pahami." Huangfu He tiba-tiba mengeluarkan sebuah buku catatan: "Ini adalah laporan investigasi berbagai fenomena supranatural yang diteliti oleh Ling Qi Hui. Kau bisa mempelajarinya. Bagaimanapun, jika ingin mengungkap pembunuh Nona Li, kau harus bekerja sama dengan kami. Karena musuh kita bukan manusia." Xia Xiaomei hampir tidak tahan mendengarkan lagi. Apa lelaki ini orang gila? Tiba-tiba bicara tentang hantu ke orang lain, "Ah, di dunia ini ada hantu, kenapa tidak percaya?" Siapa yang mau mempercayaimu? Dengan begini, orang pasti mengira kau anggota sekte sesat! Intinya, Xia Xiaomei sangat kesal sampai gigi gemeretak. Apa dia tidak tahu? Jika tidak mendapatkan kepala, kita tidak bisa kembali ke apartemen? Kalau begitu, kenapa bertindak sembrono? Tadinya kelihatan terorganisir, ternyata dungu! “Xia Xiaomei menemukan bahwa dirinya benar-benar membenci pria ini.” “Yoon Jun-hyun menerima buku catatan itu, membalik-balik halaman yang ditempeli banyak guntingan koran, foto, serta analisis terperinci.” “Ah, itu...” Xia Xiaomei bertanya, “Apa kamu bisa membaca aksara Tiongkok?” “Hmm, pada dasarnya bisa mengerti...” “Baiklah kalau begitu.” “Bahasa Jepang masih bisa kuterjemahkan sedikit, tapi untuk bahasa Korea... lupakan saja...” “Setelah melihat sekilas, Yoon Jun-hyun berkata, ‘Aku tetap tidak bisa mempercayai omonganmu. Tapi saat ini memang belum ada petunjuk kasus Ahyung.’” “Aku paham.” Huangfu He menjawab, “Kamu tidak bisa langsung mempercayaiku. Tapi jika ingin menyelidiki kematian Nona Li Xin, kami harap kamu bisa bekerja sama.” “Sudahlah. Orang Tiongkok punya pepatah: ‘Obati kuda mati seperti kuda hidup’. Untuk sementara akan kupercayai kamu sekali ini.” “Mendengar ini, Xia Xiaomei terkejut: Apa? Serius? Percaya begitu saja?” “Huangfu He mengangguk, ‘Tolong ceritakan detail tentang kasus Nona Li Xin.’” “Kami berkenalan setahun lalu, tepatnya musim semi 2010. Saat itu aku datang ke Tiongkok mencari peluang, pertama kali tiba di kota ini. Awalnya kerja serabutan di restoran. Mengenal Li Xin saat...” “Cukup. Ceritakan saja kejadian beberapa hari sebelum pembunuhannya.” "Bagaimanapun, keberhasilan membuat Yoon Junhyun memberitahu mereka tentang Li Xin membuat Xia Xiaomei lega. Sikap tidak wajar Huangfu He sebelumnya hampir menyebabkan kesalahan fatal. Entah saraf mana yang salah pada pria ini, kok malah senang ada hantu?" "Pada akhirnya, aku kehilangan pekerjaan lagi. Tapi Xin naik jabatan jadi kepala akuntan. Awalnya aku ikut senang, tapi jarak antara kami semakin lebar. Kapan bisa bersama dia secara terbuka?" Dari banyak drama Korea yang ditontonnya, Xia Xiaomei tahu budaya male chauvinist yang kental di sana. Menyakitkan pasti ketika orang yang disukai naik jabatan sementara diri sendiri malah menganggur. "Xin dan aku hanya bisa bertemu 2-3 kali seminggu. Aku sadar kondisi sekarang sulit bertahan di Tiongkok, tapi tak mau menerima bantuannya. Kerjaannya pun tak kumengerti. Saat Tahun Baru, aku pulang ke Korea sebentar. Ingin sekali Xin ikut, tapi hubungan kita masih harus dirahasiakan. Kami..." Di sini ia menghentikan ucapannya di tengah jalan. "Apakah... selama itu dia pernah cerita tentang hal-hal supranatural?" "Tidak. Dan jarak antara kami semakin terasa." "Pasangan kekasih dari negara berbeda, pada dasarnya sudah memiliki banyak perbedaan konsep hidup. Saat Xia Xiaomei menonton drama Korea, dia sering merasa istri-istri dalam keluarga Korea hanya menderita, disiksa oleh mertua sampai mati-mati-an tapi tidak berani membantah, selalu harus tunduk pada orang lain. Selain itu, sebelumnya dia juga pernah menonton drama Korea dimana anak laki-laki ingin menikahi wanita asing, juga ditentang habis-habisan oleh orang tua." "Dan karena mereka tidak tinggal bersama terus-menerus, banyak hal tidak bisa dibagi bersama. Jika terus begini, perasaan juga akan menjadi dingin." "Tapi, jika polisi menyelidikimu, kamu pasti akan menjadi tersangka utama. Benarkah tidak ada orang lain yang tahu identitasmu dan Nona Li?" "Hmm, tidak ada." "Sudah lihat sketsa tersangka itu? Kenal orang itu?" "Tidak, tidak kenal." Situasi tampaknya menemui jalan buntu. Informasi yang diketahui Yin Junxian terlalu sedikit. Faktanya hubungan cintanya dengan Li Xin selalu sangat rahasia, bagaimana mungkin mengetahui detailnya? "Untuk kasus kali ini, jika si pemenggal kepala itu benar-benar hantu... Aku sama sekali tidak akan memaafkan." Huangfu He dengan tegas berkata pada Yin Junxian: "Aku berjanji padamu." Di waktu yang sama, Yin Ye dan Yinyu tiba di kediaman Teng Feiyu. Tapi tidak peduli seberapa lama bel pintu ditekan, tidak ada yang membuka. "Ada apa? Jangan-jangan..." Yinyu yang masih membalut perban di kepalanya berkata: "Jangan-jangan mengikuti jejak Lan Qi?" Yin Ye juga mulai tegang. Bagaimanapun, menurut perkataan Tang Feng, kuncinya terletak pada anak bernama Teng Rongmu. Tang Feng mengatakan karena alasan itu, terpaksa mengembalikan jam tangan tersebut. Mungkinkah ada rahasia tersembunyi di jam tangan itu? Apa hubungannya pengembalian jam tangan dengan Teng Rongmu? Selain itu, tim Gu Fan sudah mengunjungi tempat tersebut. Dari mulutnya diketahui, Wang Zhentian memang pernah datang. Tak lama kemudian pergi. Juga tidak menyebutkan akan pergi ke Taman Qingtian. Namun Taman Qingtian itu terletak di pintu keluar metro. Wang Zhentian seharusnya melewati Taman Qingtian. "Harus segera menemukan Teng Rongmu!" Yin Ye bersikap tegas, untungnya waktu masih cukup longgar, hari ini baru hari kedua. Tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Yin Ye mengangkat telepon dan bertanya, "Ada keperluan apa?" "Ada masalah besar, Yin Ye!" Di ujung telepon adalah Hua Liancheng: "Masalah serius! Kang Jin, Kang Jin ditangkap, polisi mengatakan curiga dia adalah Si Pemenggal!" "Apa yang kau bicarakan? Mengapa Kang Jin ditangkap, apakah ada bukti yang ditemukan?" "Murong Chen memberitahu kami informasi internal. Alasan penangkapan Kang Jin adalah karena polisi menemukan bukti kunci di sebuah bar bernama Left Hand. Yaitu..." "Kang Jin dan Teng Feiyu adalah pasangan homoseksual!"  ## Jilid 10 Enam Kepala Bab 16 Sapu Tangan Bian Xingyan saat ini sedang berada di ruang perpustakaan rumahnya. “Dia saat ini menggunakan tangga untuk naik ke rak buku paling atas dan mengambil sebuah buku. Buku itu adalah karya tentang teori relativitas. Ini merupakan bahan referensi untuk makalah barunya nanti.” “Berjalan kembali ke meja tulis, baru saja duduk, tiba-tiba teringat surat yang diberikan Xingchen padanya.” “Dia tidak membuka surat itu, tapi semakin merasa ada keanehan. Reaksi Xingchen sepertinya tidak wajar.” “Dia membuka buku itu, tepat saat itu telepon di meja berdering. Xingyan pun mengangkat telepon: "Halo, siapa ini?"” “"Apakah... Profesor Bian Xingyan dari Universitas Yingzhen?"” “Yang menelepon adalah Wu Zhenzhen. Setelah mengetahui Bai Jing menghadiri kuliah Profesor Bian di Distrik Baiyan pada hari itu, dia mencari informasi online dengan susah payah dan akhirnya menemukan nomor ponsel Profesor Bian.” “"Benar. Bisa saya tahu Anda siapa..."” “"Begini." Wu Zhenzhen berhenti sebentar, lalu berkata: "Tanggal 6 bulan lalu, Profesor Bian memberikan kuliah di Universitas Zhenbin, Distrik Baiyan kan? Untuk siswa SMA yang ingin masuk Universitas Yingzhen..."” “"Ya, benar. Ada masalah apa?"” “"Saya..." Wu Zhenzhen tahu ini upaya terakhir, tapi tidak ada pilihan lain: "Apa Profesor ingat seorang siswi SMA bernama Bai Jing?"” “"Bai Jing? Hubunganmu dengan Bai Jing apa?" Bian Xingyan langsung berdiri: "Saya sangat terkejut saat membaca koran, dia ternyata juga dibunuh oleh si Pemenggal..."” “"Anda ingat dia?"” “Ya, saya ingat. Hari itu, saat dia menghadiri kuliah, dia mengajukan banyak pertanyaan padaku. Dia anak yang sangat berbakat, jadi kesan saya sangat mendalam. Semangatnya mendaftar ke universitas kami sangat membara, sampai saya menanyakan namanya dan mendoakan kesuksesan ujiannya. Tak disangka akhirnya seperti ini.” “Saya teman sekelasnya, dapat nomor Anda dari internet,” Wu Zhenzhen merasa napasnya mulai tersengal, “Apa dia pernah menyebutkan hal lain pada Anda? Misalnya...” “Misalnya apa?” “Hal-hal supranatural, atau semacamnya.” “Supranatural? Masak, saya kan ilmuwan eksakta. Fenomena hantu dan makhluk gaib meski menjadi bagian budaya manusia, tetap berada di luar ranah ilmiah.” Wu Zhenzhen sebenarnya juga paham hal itu. Tapi faktanya, dia merasa kasus ini terlalu aneh. Lan Qi menyebut "hantu" padanya sebelum dibunuh dengan cara dipenggal. Ucapannya itu menunjukkan dia tahu sesuatu. Lalu, apakah kematiannya juga... “Tentu tidak ada pembicaraan tentang hal gaib. Kami hanya membahas masalah fisika ujian masuk seperti hukum kekekalan energi, atom dan inti atom, elektromagnetik, dll.” Wu Zhenzhen berpikir lagi, “Tolong Profesor Bian, beri tahu saya... Benarkah dia sama sekali tidak menyebut hal-hal mistis?” “Sungguh tidak. Maaf tidak bisa membantu.” “Begitu ya...” Wu Zhenzhen sangat kecewa. Jejak kembali terputus. Sekalipun ada alasan tertentu mengapa dia menjadi target Pemenggal Kepala hari itu, tetap tidak bisa diketahui. "Hari itu, mungkin dia pergi sendirian. Kalau begitu, bagaimana cara mengetahui kejadian yang menimpa Bai Jing pada hari itu?" "Profesor Bian." Wu Zhenzhen masih tidak menyerah: "Ada hal aneh lain yang dia lakukan hari itu? Sesuatu yang menurutmu tidak biasa? Karena korban kedua, Lin Xun, ditemukan di Taman Qingtian, Distrik Baiyan. Dari Taman Qingtian ke Universitas Zhenbin bisa dicapai langsung dengan bus nomor 375. Jadi..." "Oh begitu? Aku tidak memperhatikan." Xingyan mendengarkan lalu berkata: "Aku juga menyesali kematian anak itu, tapi aku bukan polisi, mungkin tidak bisa membantumu. Semoga pelakunya cepat tertangkap." Wu Zhenzhen menghela napas berat, akhirnya menutup telepon. Juga tidak bisa membuktikan apakah kunjungan Bai Jing ke Distrik Baiyan hari itu merupakan kunci. Dia merasa pasti ada alasan di balik pembunuhan si Pemenggal Kepala, seberapa psikopat pun, mungkinkah tanpa motif sama sekali? Tapi saat ini, hanya Bai Jing dan Lan Qi yang memiliki kesamaan. Sedangkan korban lainnya, meski bisa dihubungkan, terasa dipaksakan. Oh iya, Lin Xun. Bai Jing berhubungan dengan Lin Xun, mungkin orang ini bisa jadi titik terobosan. Misalnya, apakah Bai Jing bertemu Lin Xun saat kembali ke Distrik Baiyan? Itu juga mungkin. Dia segera berselancar di internet untuk menyelidiki kasus Lin Xun. Sekaligus berhati-hati agar orang tua tidak melihatnya sedang online, kalau tidak pasti akan dimarahi. Faktanya, yang mempertimbangkan Lin Xun sebagai titik terobosan bukan hanya Wu Zhenzhen. Tunangan Wang Zhentian, Ye Jiajia, saat ini juga mulai menyelidiki Lin Xun sebagai target investigasinya. Identitas Lin Xun adalah seorang guru sekolah dasar. Setelah kematiannya, istri Shen Yan juga membawa anak perempuannya meninggalkan kota ini. Oleh karena itu, Ye Jiajia saat ini datang ke sekolah dasar tempat Lin Xun mengajar. Sekolah dasar tersebut terletak di Jalan Ankang, Distrik Baiyan, bernama SD Jalan Ankang No.1. Sekolah ini tidak terlalu besar. Berdasarkan investigasi, Ye Jiajia mengetahui bahwa Lin Xun dan istrinya Shen Yan sama-sama guru di SD Jalan Ankang No.1. Lin Xun adalah guru bahasa Mandarin, sedangkan Shen Yan guru matematika. Mereka menikah tiga tahun lalu tak lama setelah berpacaran. Setelah kematian Lin Xun, Shen Yan mengundurkan diri dan membawa putrinya pergi dari Kota K. Polisi juga pernah menyelidiki Shen Yan, tapi tidak menemukan motif apapun. Semua orang menyebutkan hubungan suami-istri mereka sangat harmonis. Kebetulan, pada saat yang sama, Lian Cheng dan Yi Wan juga berada di sekolah dasar ini. Karena sudah ada hubungan antara Wang Zhentian dan Lin Xun, pasangan suami-istri ini berharap bisa mendapatkan informasi lebih lanjut dari sudut pandang ini. Setelah itu, mereka akan menyelidiki Lan Qi. Bagaimanapun, Lan Qi baru saja meninggal, dan semua orang khawatir mendekati keluarganya bisa menjadi target Pemburu Kepala. Karena Lan Qi kemungkinan dibunuh karena hubungannya dengan Bai Jing, maka orang yang mendekati keluarganya juga mungkin dibunuh. Meski tidak tahu pasti, masih ada lebih dari sepuluh hari, tidak perlu terburu-buru. Lagipula, kepala manusia hanya perlu dua saja sudah cukup. “Pak Lin?” Saat ini di dekat lapangan, Lian Cheng dan Yi Wan sedang bertanya kepada seorang guru. Guru tersebut mengajar bahasa Inggris dan sebelumnya cukup akrab dengan Lin Xun. “Sungguh tak menyangka Pak Lin mengalami hal seperti itu, Bu Shen sampai tidak tahan menerima pukulan dan meninggalkan Kota K.” “Apa kamu tahu Bu Shen akan pergi ke mana?” Yi Wan mengejar, “Apa dia pulang ke rumah orangtuanya?” “Ini... saya juga tidak banyak bertanya, mungkin iya. Sebenarnya Bu Shen agak penyendiri, cukup ketat dalam menghadapi murid. Bahkan setelah melahirkan anak, sifatnya tetap tidak berubah. Dulu kami cukup heran ketika Pak Lin menikahi Bu Shen.” Setelah selesai bertanya, Lian Cheng menutup buku catatannya dan menghela napas panjang, “Ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami! Kalau begini terus, di mana kita bisa menemukan enam kepala manusia ini?” “Apa ada hubungannya dengan Kang Jin?” Yi Wan menambahkan, “Sudah terbukti dia ternyata homoseksual dengan Teng Feiyu. Pantas saja waktu itu dia sangat menolak kita. Hubungan seperti ini tentu tidak bisa diungkapkan ke orang lain.” “Hmm, tapi meskipun mereka pasangan gay, tidak sampai harus membunuh kan? Di negara kita pernikahan sesama jenis dilarang. Jadi meskipun Teng Feiyu bercerai dengan Liu Xin, dia tidak mungkin bisa... menikah dengan Kang Jin. Jadi seharusnya bukan masalah cinta yang berubah jadi dendam? Tunggu, kalau dipikir-pikir dari sudut ini, Liu Xin lebih mencurigakan.” “Tidak masuk akal,” Yi Wen menggelengkan kepala, “Liu Xin seorang wanita, mana mungkin bisa mencabut kepala orang hidup-hidup? Lagipula untuk apa dia membunuh Lin Xun dan yang lain?” "Tidak, mungkin... Dia sangat membenci homoseksual karena pengkhianatan suaminya. Sedangkan orang-orang seperti Lin Xun sebenarnya adalah homoseksual. Homoseksual sangat dipandang negatif oleh masyarakat, bahkan jika jatuh cinta pada sesama jenis pun tidak mungkin diumumkan secara terbuka. Jadi, polisi sulit menemukan bukti juga wajar. Setelah Liu Xin membunuh suaminya, dia memutuskan untuk membunuh semua orang homoseksual. Jadi dia menyelidiki pasangan homoseksual lalu membunuh mereka..." "Tidak masuk akal. Menurut logika ini, seharusnya Kang Jin juga harus dibunuhnya. Apalagi Bai Jing dan Lan Qi, mustahil mereka homoseksual. Mereka jelas-jelas heteroseksual." "Hmm, itu benar juga..." "Selain itu, kalau begitu berarti pelakunya manusia? Secara logika seharusnya tidak mungkin." Lian Cheng berpikir lagi, berkata: "Tapi kalau dipikir-pikir, aku dengar orientasi seksual homoseksual tidak mudah berubah. Lalu mengapa Teng Feiyu menikah dengan Liu Xin?" "Ini tidak aneh. Apa kamu belum pernah dengar tentang biseksual? Mungkin Teng Feiyu adalah biseksual. Coba aku tebak, Lian Cheng, mungkinkah seperti ini: Teng Feiyu dan Kang Jin adalah pasangan homoseksual, tapi di saat yang sama Teng Feiyu juga menyukai wanita. Karena hubungan heteroseksual bisa dinikahkan, dia menikahi Liu Xin sambil tetap menjalin hubungan gelap dengan Kang Jin. Tapi kemudian entah kenapa, dia ingin putus dengan Kang Jin." "Ini... mungkin saja." “Kang Jin yang dilanda kemarahan memalukan mulai bertengkar dengan Teng Feiyu. Kemudian……Kang Jin dibunuh oleh Teng Feiyu.” “Tunggu……” Lian Cheng segera menyela perkataannya, “Terbalik? Bukankah lebih masuk akal jika Teng Feiyu yang dibunuh Kang Jin?” “Ah, Lian Cheng, ingatlah kasus kali ini melibatkan fenomena paranormal. Dengan kata lain……awalnya adalah Teng Feiyu yang membunuh Kang Jin!” “Mungkinkah……roh Kang Jin yang penuh dendam kemudian membunuh Teng Feiyu dan memenggal kepalanya?” “Benar.” Yi Wan menambahkan, “Artinya, Kang Jin mungkin telah membunuh Teng Feiyu sebelum mayatnya ditemukan, lalu terus 'hidup' sebagai hantu tanpa disadari. Pembunuhan terhadap Lin Xun dkk, apakah ini efek dari statusnya sebagai hantu? Banyak hantu di apartemen sebelumnya yang membunuh secara membabi buta. Contoh seperti ini sangat umum, sebelumnya ada misi darah yang ditangani Ke Yinye, kasusnya persis seperti ini.” “Oh, aku ingat. Kasus di pemakaman pinggiran kota itu. Waktu itu lima orang berpartisipasi, hanya Yin Ye, Kotobuki Koko, dan Ouyang Jing yang selamat. Saat itu Ke Yinye menemukan jalan keluar. Ada hantu perempuan yang terbunuh saat menelepon, terus berkeliaran di sekitar makam. Awalnya menghukum mati perampok yang membunuhnya, lalu terus membunuh semua orang yang mendekati area pemakaman……” "Hmm, bagus. Aku pikir Kang Jin mungkin juga seperti itu, setelah mati, dia tidak peduli baik atau jahat, membunuh orang tak bersalah secara membabi buta..." Mengingat Kang Jin yang pernah mereka lihat sebelumnya, mungkin itu adalah hantu, Lian Cheng juga merasa sangat ketakutan. "Ngomong-ngomong, kalau begitu..." Lian Cheng tiba-tiba berkata: "Mungkinkah enam kepala itu semuanya ada di rumah Kang Jin?" Yi Wan juga merinding: "Benar, betul. Mungkin saja enam kepala itu semuanya ada di sana. Kalau begitu..." Tiba-tiba seseorang lewat di samping mereka. Seorang wanita berbaju putih polos dengan rambut terurai. Wajahnya pucat sekali dan cara jalannya aneh. Lian Cheng hampir berteriak ketakutan, dikiranya itu Hantu Perempuan! Tapi setelah dilihat lebih teliti, tampaknya manusia hidup. Saat itu juga dia berpapasan dengan seorang guru pria yang terkejut: "Kamu? Bu Shen, kamu sudah kembali?" Bu Shen? Mungkin istri Lin Xun, Shen Yan? Lian Cheng dan Yi Wan segera berlari mendekat, menghampiri wanita itu. Lian Cheng buru-buru bertanya: "Apakah Anda Guru Shen Yan?" Wajah wanita itu terlihat seram. Melihat Hua Liancheng, dia mengangguk: "Ya, saya Shen Yan." "Tentang suami Anda, saya ingin bertanya beberapa hal. Tolong bantu kami..." "Tidak ada waktu." Dia sama sekali mengabaikan mereka dan langsung berjalan menuju gedung sekolah. Tiba-tiba sebuah bayangan menghalangi jalannya. "Seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian hijau, dan wanita itu... adalah Ye Jiajia." "Guru Shen Yan? Halo." Ye Jiajia berkata: "Maaf mengganggu, saya adalah... sama seperti suamimu, korban pembunuhan Duan Toumo, tunangan Wang Zhentian. Nama saya Ye Jiajia." "Minggir." Shen Yan sama sekali tidak menghiraukannya, tidak menunjukkan niatan untuk berbicara. "Saya ingin mengetahui siapa yang membunuh suami saya!" Kata Ye Jiajia dengan sangat mendesak: "Bagaimanapun juga! Tolong bantu saya!" "Saya tidak punya waktu untuk bicara panjang." Kemudian Shen Yan menghindari Ye Jiajia dan langsung pergi. "Tolong, bicaralah dengan saya!" Ye Jiajia berlari mendekat: "Tunangan saya, sebelum dibunuh, pernah berada di dekat taman tempat suamimu dibunuh! Ini satu-satunya kesamaan yang saya temukan. Saya ingin tahu tentang hal-hal terkait suamimu. Kamu juga ingin tahu siapa Duan Toumo kan? Tolong, tolong beritahu saya!" Air mata Ye Jiajia berlinang deras. Siapapun bisa melihat hatinya hancur berkeping-keping. Tiba-tiba, Ye Jiajia mengusap perutnya: "Saya... sudah hamil dua bulan. Semula berencana menikah dengannya, melahirkan anak ini, lalu membesarkannya bersama. Berharap bisa meraih kebahagiaan di masa depan... Anak saya yang belum lahir ini sudah kehilangan ayahnya! Begitu saja kehilangan ayahnya!" Ye Jiajia berlutut di lantai, berkata dengan rasa sakit yang tak tertahankan: "Tapi sampai sekarang saya tidak tahu siapa yang membunuhnya! Saya... apa yang harus saya lakukan..." Yi Wan segera berjalan mendekat, membantu Ye Jiajia berdiri, dan berkata: "Nona Ye, Anda, jangan seperti ini. Kalau sudah begitu, seharusnya lebih memikirkan anak. Kita..." Shen Yan menoleh ke belakang. "Apa hubungannya denganku?" Wajahnya yang dingin seperti es menghadap ke Ye Jiajia: "Mati atau tidaknya tunanganmu, bukan urusanku. Aku juga tidak berniat menyelidiki siapa yang membunuh suamiku." "Kamu, kenapa perempuan ini tega sekali!" Yi Wan juga tidak tahan: "Dia sudah memohon sedemikian rupa, masa tidak bisa membantu sedikitpun! Sungguh tidak berperikemanusiaan..." Tiba-tiba Lian Cheng menutup mulutnya dan berbisik di telinganya: "Kamu tidak takut mati? Bagaimana kalau perempuan ini adalah 'hantu'?" Seketika Yi Wan seperti disiram air dingin, nyaris setengah nyawanya melayang. Dia hampir lupa bahwa setiap orang yang ditemuinya sekarang mungkin sudah mati, menjadi hantu. Memaki seperti ini sama saja mencari mati. Lagipula Shen Yan, perempuan yang satu ini, benar-benar terlihat mirip hantu dari segala sisi. Shen Yan tidak menghiraukan mereka lagi dan melanjutkan langkah menuju gedung sekolah. Lian Cheng tahu pasti ada petunjuk pada perempuan ini, jadi dia mengikuti dari belakang. Tentu tidak berani terlalu dekat, mengingat kemungkinan besar dia adalah hantu. Shen Yan menaiki tangga sampai lantai tiga, lalu masuk ke sebuah ruang guru. "Bu Shen?" Beberapa guru di dalam ruangan memandangnya heran saat melihatnya mendekati sebuah meja, membuka laci, dan mengobrak-abrik isinya. “Guru Shen, ini Anda…” “Jangan bicara.” Shen Yan terus mencari, akhirnya mengeluarkan sehelai saputangan dari laci. Saat itu Lian Cheng dan Yi Wan, bersama Ye Jiajia juga berlari masuk. Saat mendekat, Lian Cheng memperhatikan saputangan di tangan Shen Yan. Di saputangan itu tertulis dua huruf: “LD”. Dia memasukkan saputangan itu ke dalam saku, lalu menatap ketiga orang di depannya dan berjalan lurus melewati mereka seolah menganggap mereka tembus pandang. “Anda…” Lian Cheng buru-buru mendekat dan berkata: “Guru Shen, saputangan tadi…” “Apa urusanmu?” Perempuan itu sama sekali tidak menghiraukan dan langsung keluar. Lian Cheng tidak berani memaksa, jika perempuan ini benar-benar hantu, bukankah itu sama dengan mencari mati? Saat keluar dari ruang guru, Shen Yan bergumam pelan: “LD… LD…” Di saat bersamaan… Adik Zhang Baling, yaitu Zhang Borui, sedang mengobrak-abrik sesuatu di rumah. “Ketemu.” Dia mengeluarkan sehelai saputangan dari laci. “LD?” Terkejut, dia melihat dua huruf Inggris yang disulam di saputangan itu. “Ini dia. Apakah ‘fenomena supranatural’ yang disebut kedua orang itu terkait dengan ini?”  ## Jilid 10 Enam Kepala Bab 17 Asumsi Paling Menyeramkan Li Yin menempelkan selembar kertas di dinding menggunakan magnet. Ziye berdiri di sampingnya, memperhatikan diagram hubungan antar tokoh yang tertulis di kertas itu termasuk Tang Feng yang masih belum teridentifikasi, serta Yin Junxian yang baru muncul. “Sepertinya cukup rumit.” Ziye melihat nama setiap orang dan berkata: “Menurut kesaksian Tang Feng, Teng Rongmu patut dicurigai.” Baru saja Yin Ye dan Li Yin melakukan panggilan terakhir, memberitahu petunjuk baru ini. Sementara itu Huangfu He juga menyebutkan tentang pacar Korea Li Xin, serta mengungkap hubungan homoseksual antara Kang Jin dan Teng Feiyu. “Kang Jin adalah satu dari tiga tersangka yang diketahui polisi,” Li Yin menunjuk karakter Kang Jin di kertas, berkata: “Saat ini dia terlihat sangat mencurigakan. Aku selalu memperhatikan Teng Feiyu yang pertama kali dibunuh, karena kasus pembunuhan awal mungkin memunculkan fenomena supernatural yang luput dari perhatian kita. Saat ini ada tiga orang mencurigakan terkait Teng Feiyu: Tang Feng, Teng Rongmu, dan Kang Jin.” “Apakah Kang Jin benar-benar Pemenggal Kepala?” Ziye tampak meragukan kesimpulan ini: “Dia sudah ditangkap polisi. Jika dia hantu, mungkinkah mudah ditangkap manusia? Tentu mungkin ini ilusi apartemen, tapi jika kita terus menyelidik, petunjuk tentang kepala mungkin muncul. Sebenarnya bagi kita, kegagalan terbesar adalah tidak mendapatkan kepala-kepala itu. Identitas Pemenggal Kepala dari awal tidak penting, yang vital adalah lokasi enam kepala tersebut.” Li Yin juga mengangguk. Sebenarnya sejak awal, dia sudah menyadari masalah dalam misi darah ini. "Misi darah bukan untuk menyelidiki siapa Duantoumo, melainkan untuk menemukan enam kepala manusia. Tapi kebanyakan orang beranggapan, kepala-kepala itu mungkin berada di tangan Duantoumo. Faktanya polisi juga telah melakukan pencarian menyeluruh di sekitar lokasi korban, tapi tetap tidak menemukan kepala-kepala tersebut. Mengingat apartemen meminta untuk 'menemukan', pasti berarti kepala-kepala itu bisa 'ditemukan'. Berpikir bahwa kepala berada di tangan Duantoumo adalah asumsi paling aman." "Tapi ini juga bisa jadi jebakan yang dipasang apartemen. Sebenarnya, siapa yang bilang kepala pasti ada di tangan Duantoumo? Bahkan keberadaan 'Duantoumo' sendiri masih dipertanyakan. Jadi sebenarnya lokasi kepala sama sekali tidak bisa dipikirkan dengan logika biasa. Li Yin berpendapat, semua kemungkinan mustahil harus dipertimbangkan, karena misi darah dari apartemen ini tidak bisa diselesaikan dengan logika normal." "Contohnya, kepala mungkin disembunyikan di tempat yang sebenarnya mudah dijangkau, tapi apartemen menutupinya dengan cara yang cerdik." Ziye tiba-tiba mengeluarkan pernyataan mengejutkan: "Semakin biasa sesuatu, semakin mudah diabaikan. Misalnya, mengubah kepala menjadi Patung Gips dan menghilangkan bau busuk dengan metode tertentu. Atau membungkus kepala sebagai benda bulat yang muncul di depan orang, tapi tidak ada yang curiga." “Kemungkinan ini juga pernah dipertimbangkan Li Yin. Apartemen sengaja memberikan ilusi bahwa para penghuni harus mencari jarum dalam jerami untuk menemukan kepala korban, sehingga mereka cenderung memikirkan seluruh peristiwa secara berlebihan. Semakin rumit pemikiran mereka, justru semakin mengabaikan hal sederhana di depan mata. Sang ‘Pemenggal Kepala’ yang disebut-sebut itu kemungkinan hanyalah fiksi apartemen untuk menciptakan paranoid penghuni. Apartemen bisa saja menggunakan kutukan tertentu untuk membunuh seseorang, lalu menyembunyikan kepala korban di tempat tertentu. Mungkin di dekat keluarga korban, tempat yang sering dikunjungi korban, atau bahkan di lokasi tak terkait dengan petunjuk samar. Bagaimanapun, selama kepala tidak ditemukan, hantu tidak akan muncul untuk membunuh penghuni—karena tanpa kepala, kembali ke apartemen pun tetap berarti kematian! Kengerian misi darah kali ini berbeda: bukan dari hantu, melainkan dari ‘ketidakmampuan menemukan kepala’ itu sendiri! “Kalau begitu, bagaimana pendapatmu, Li Yin?” Ziye menunjuk daftar nama di kertas, “Menurutmu, orang atau peristiwa mana yang mungkin menjadi petunjuk lokasi penyembunyian kepala?” “Sebenarnya, ada satu hal lain yang menggangguku, Ziye.” “Oh, apa itu?” “Mengapa harus mencari ‘kepala’?” Ini adalah pertanyaan paling membingungkan bagi Li Yin selama ini. Mungkin penghuni biasa tidak memikirkannya, karena terlalu terbiasa dengan horor. ‘Kepala’ sebagai simbol hantu dalam cerita seram sudah dianggap biasa. Tapi Li Yin tetap tak bisa memahami logika di baliknya. "Kepala manusia bisa dibawa masuk ke apartemen, hal ini membuktikan bahwa kepala itu sendiri bukan hantu. Jika demikian, mengapa objek yang harus dicari dibuat dalam bentuk kepala manusia?" "Jika mencari mutiara atau batu, bukankah sama saja? Tidak perlu harus kepala. Hanya untuk menonjolkan nuansa horor? Itu semakin tidak masuk akal. Hantu yang ditunjuk oleh misi darah apartemen mana pun sudah sangat mengerikan, tidak perlu menambahkan julukan 'Pemenggal Kepala'. Sama sekali tidak ada artinya." "Kepala itu sendiri pasti menyimpan suatu rahasia. Maka... muncul sebuah pertanyaan." "Apakah enam kepala itu benar-benar... bukan hantu? Faktanya, apartemen memang menyatakan bahwa kepala bisa dibawa masuk. Tapi... itu setelah 'masuk ke apartemen'. Bagaimana jika sebelum dibawa masuk, kepala itu sudah dirasuki roh jahat? Dan roh itu baru pergi setelah masuk apartemen? Lalu apa artinya menemukan kepala tanpa memasuki apartemen?" "Ini adalah kemungkinan paling mengerikan yang tersembunyi di balik misi darah ini. Karena meski mengetahui hal ini, penghuni tetap harus membawa kepala masuk apartemen. Syarat apartemen adalah 'penghuni membawa kepala masuk apartemen'. Sama sekali tidak mungkin meminta penghuni lain menggantikan. Apalagi, penghuni lain pun tidak mungkin mau membantu." "Kamu berpikir mungkin ada hantu yang merasuki kepala itu?" "Ya." Li Yin melanjutkan: "Sebenarnya aku pernah mempertimbangkan kemungkinan lain. Di antara enam kepala itu, mungkin sebagian dirasuki hantu sementara sebagian lagi benar-benar kepala biasa. Artinya, hanya dengan membawa kepala yang tidak dirasuki roh jahat ke apartemen, barulah jalan keluar ditemukan. Kemungkinan ini menurutku sangat tinggi." Ziye juga mengangguk, berkata: "Tapi jumlah kepala manusia hanya ada enam. Jika hipotesismu benar..." "Benar. Artinya, dalam skenario terbaik pun, tidak mungkin semua penghuni kembali ke apartemen, pasti akan ada yang dikorbankan. Bagi seorang penghuni, satu kepala saja sudah cukup. Dengan kata lain, dalam situasi paling ekstrem..." "Apartemen mungkin hanya menyediakan satu kepala yang tidak dirasuki hantu!" Ini adalah skenario paling mengerikan. Sebuah hipotesis yang Li Yin tidak ingin percayai. Tapi mengingat sifat kejam apartemen, siapa yang bisa menjamin ini tidak terjadi? Hanya dengan menemukan satu-satunya kepala yang tidak dirasuki hantu, seseorang bisa kembali ke apartemen. Artinya, apartemen telah merancang jebakan maut yang memaksa enam orang saling membunuh! Tidak ada ruang untuk kompromi! Membayangkan hal ini saja sudah membuat bulu kuduk merinding. "Semoga tidak seperti itu." Li Yin menggenggam ponselnya, matanya menatap layar dengan intens: "Lian Cheng dan Yi Wan, mereka adalah satu-satunya penghuni yang masih hidup yang kukenal sejak pertama kali masuk apartemen... Begitu juga Yin Ye dan Yinyu, aku juga tidak ingin mereka mati..." Meski demi fragmen kontrak, pertarungan dengan mereka tak terelakkan, sebenarnya Li Yin sangat mengagumi Yin Ye karena mereka sama-sama tipe orang yang berani mengorbankan segalanya untuk orang tercinta. Li Yin benar-benar tidak ingin hanya satu dari enam orang ini yang bisa kembali hidup-hidup ke apartemen. "Tidak mungkin ada yang rela mengorbankan diri dengan menyerahkan kepala kepada orang lain. Bahkan Yin Ye pun belum tentu mau mengorbankan diri untuk memberikan kepalanya kepada Yinyu." “Jika pilihan seperti ini dihadapkan pada diriku, apakah aku dan Ziye pergi menjalankan misi darah ini? Lalu, apa yang harus dilakukan?” “Menyerahkan kepala manusia kepada Ziye, apakah aku bisa melakukannya?” Ini adalah pertanyaan yang membuat Li Yin hampir kolaps hanya dengan memikirkannya. Jadi, ini adalah hipotesis yang sama sekali tidak ingin dia percayai. Untungnya, ini masih sebatas hipotesis. Petunjuk yang ditemukan sejauh ini juga tidak ada yang bisa membuktikan hipotesis ini. Jadi, kepala itu mungkin benar-benar hanya kepala biasa. Sebenarnya, hipotesis yang sama... juga terlintas di benak Yin Ye. Hanya saja, hipotesis ini terlalu mengerikan, membuat Yin Ye sama sekali tidak ingin menerima atau memikirkannya lebih jauh. Saat dihadapkan pada pilihan hidup-mati, sifat paling egois manusia akan sepenuhnya terbuka. Moral, kemanusiaan, etika—semua akan berubah menjadi sesuatu yang remeh dan paling munafik. Hanya keinginan untuk bertahan hidup yang menjadi sisi paling nyata. Ini adalah esensi yang paling tidak ingin dihadapi manusia, tetapi benar-benar ada. “Kau bilang dia dijemput ke rumah Liu Bin?” “Ya, sudah dipastikan.” Murong Shen di ujung telepon Yin Ye berkata: “Jadi cepatlah pergi. Selain itu, Kang Jin juga memberikan kesaksian penting. Bagi polisi itu dianggap omong kosong orang gila, tapi dia benar-benar memberitahu kami.” “Apa?” Yin Ye yang sedang duduk di taksi bersama Yinyu tiba-tiba merasakan firasat. “Dia bilang melihat Teng Feiyu. Dia bilang Teng Feiyu masih hidup di dunia ini.” Tangan Yin Ye langsung gemetar! Inilah itu! “Di mana dia melihatnya?!” Teriakan keras Yin Ye ini membuat sopir taksi di depannya kaget setengah mati. Yin Yu yang duduk di samping Yin Ye, dengan kecerdasannya, langsung menyadari sesuatu. Akhirnya muncul petunjuk tentang kepala manusia! Awalnya rencana langsung mencari Teng Rongmu, tapi Yin Ye segera mengubah keputusan! “Di mana dia melihatnya? Katakan!” “Kebetulan lokasinya sama dengan tujuan kalian, di toilet pria sebuah kafe dekat rumah Liu Bin. Katanya, dia melihat...” Setelah mendengar laporan, Yin Ye langsung menutup telepon dan berkata pada sopir: “Pak, kejar cepat-cepat! Uang bukan masalah!” Lagipula kartu transportasi dari apartemen yang isi ulangnya tidak terbatas, sama sekali tidak perlu khawatir biaya. Yin Ye sengaja tidak pakai mobil pribadi untuk menghemat BBM. Masih banyak misi darah yang harus dijalani nanti, apalagi harga BBM semakin melambung. Sampai di depan kafe tersebut, Yin Ye dan Yin Yu turun dari mobil. “Di...sini?” Menurut kesaksian Kang Jin, dia pernah melihat Teng Feiyu yang masih hidup di sini. “Apa Teng Feiyu sudah berubah menjadi hantu?” Mereka sebenarnya tidak terlalu takut. Kalau tidak dapat kepala, berarti mati. Toh sama-sama mati, lebih baik bertarung. Tapi masih ada lima kepala lain yang bisa dicari, tidak perlu nekat mati-matian. “Untuk sementara, jangan gegabah bertindak,” kata Yin Ye. “Lagipula belum tentu masih di sini. Amati dulu beberapa waktu. Selain itu...” Matanya menatap ke sebuah kompleks di seberang kafe, tepatnya ke gedung apartemen. “Teng Rongmu...dan Liu Xin tinggal di sana.” Mengapa Tang Feng mengatakan bahwa Teng Rongmu perlu diselidiki? Apakah mungkin Teng Rongmu adalah Iblis Pemenggal? Memang, anak dalam wujud manusia bisa saja sebenarnya adalah iblis mengerikan. Selain itu, penampilan anak-anak juga akan sangat membingungkan para penghuni. Sebelumnya, Yin Ye dan Yinyu sebenarnya sudah menyusup diam-diam ke rumah Liu Xin sekali. Yin Ye menggunakan kawat timah untuk membuka kunci dengan mudah, tetapi setelah mencari lama di dalam, tidak menemukan kepala manusia. Kemudian mereka juga menyusup ke rumah Kang Jin dengan cara yang sama, tetap tidak menemukan kepala. Soal membuka kunci dengan kawat timah, itu adalah keterampilan yang sengaja dipelajari Yin Ye untuk persiapan misi darah di masa depan. Tapi untuk kunci yang terlalu rumit, ini akan sulit dilakukan. Di rumah Liu Xin maupun Kang Jin, tidak ada kepala manusia. Saat ini cuaca mulai gelap. Sehari ternyata berlalu begitu cepat. Di bawah naungan malam ini, haruskah menemui mereka? Bahkan jika bertemu, bisakah mendapatkan kepala itu? Apakah harus memberitahu Liu Xin tentang ucapan Tang Feng dan menyelidiki Teng Rongmu? Ini jelas tidak realistis. Sekarang maju bukan, mundur pun bukan. Baik kafe maupun apartemen itu sama-sama tidak bisa dimasuki. Petunjuk ada di depan mata, tapi sama sekali tidak bisa diraih. Tapi tepat di saat ini... Yin Ye tiba-tiba melihat Liu Xin dan seorang anak laki-laki muncul di seberang jalan! Anak itu persis seperti yang ada di foto di meja rumah Liu Xin! Itu Teng Rongmu! "Kedua orang ini saat ini sedang menyeberang jalan, berjalan lurus ke arah sini!" "Kakak, bagaimana caranya?" "Ini..." Otak Yin Ye juga berputar cepat, kesempatan akan segera berlalu! Akhirnya, keduanya memutuskan untuk menunggu sampai kedua orang itu mendekat, Yin Ye segera bergegas mendatangi mereka! "Liu..." Namun baru mengucapkan satu suku kata "Liu", Yin Ye langsung terhenti. Karena... anak bernama Fujitsuka Tomo itu melihat Yin Ye, tiba-tiba berteriak kencang lalu melepaskan diri dari ibunya dan lari ke belakang! Yin Ye tidak ragu lagi, segera mengejar bersama Yinyu! "Jangan lari! Kami tidak berniat jahat!" Yin Ye dan Yinyu orang dewasa, sementara anak kecil kakinya pendek, sampai sejauh mana bisa lari? Apalagi Fujitsuka Tomo masih membawa kantong plastik di tangan. Tak lama kemudian, mereka berdua perlahan mulai menyusul Fujitsuka Tomo. Sementara itu, Liu Xin juga mengejar dari belakang sambil berteriak: "Tomo! Tomo!" Jarak antara Yin Ye dan Fujitsuka Tomo semakin menyempit. Namun, mereka juga perlahan memasuki jalan setapak yang sepi. Tepat saat hampir menyentuh Fujitsuka Tomo, tiba-tiba anak itu terjatuh! Karena jatuh ini, kantong plastik di tangan Fujitsuka Tomo terlepas. Lalu... yang menggelinding keluar dari kantong plastik itu ternyata adalah... Kepala Tang Feng! Yin Ye langsung berhenti mendadak seperti menginjak rem darurat! Fujitsuka Tomo segera meraih kepala itu dan memasukkannya kembali ke kantong plastik. Kemudian, dia perlahan mengangkat kepala... "Yinyu, lari!" "Yin Ye mana berani berlama-lama, segera menggenggam tangan Yinyu dan berlari kencang menuju gang lain!" Dalam proses terus-menerus melarikan diri, Yinyu gemetar bertanya: "Apa yang terjadi? Tang Feng ternyata sudah mati?" "Teng Rongmu... anak itu..." Yin Ye mengatupkan gigi, berkata: "Kita harus selidiki jejak kepala manusia dari dirinya!" Setelah keluar dari gang ini, Yin Ye segera menghentikan taksi dan masuk. Sekarang, harus melarikan diri sejauh mungkin! Bahkan mungkin Liu Xin yang mengejar pun akan dibunuh untuk ditutup mulutnya! Setelah naik taksi, mereka masih tidak berani mengendurkan kewaspadaan. Yinyu ketakutan bertanya: "Kakak, kalau Teng Rongmu adalah Setan Pemenggal, apakah... dia akan membunuh kita?" Yin Ye tentu paham hal ini. Tapi ini baru hari kedua, belum sampai sepertiga total waktu. Namun mungkin saja Setan Pemenggal langsung memburu mereka. Lima belas hari, tidak bisa kembali ke apartemen... Ini benar-benar neraka! Di waktu yang sama, Yin Junxian membawa Huangfu He dan Xia Xiaomei ke rumah Li Xin. Mengambil kunci dan membuka pintu, dia berkata: "Masuklah." Ini adalah lokasi pembunuhan Li Xin, tempat pernah munculnya Setan Pemenggal. Xia Xiaomei awalnya sama sekali tidak mau masuk, tapi mengingat mungkin ada petunjuk jalan keluar apartemen yang tersisa, akhirnya mengeratkan gigi masuk. Sedangkan Huangfu He tetap tenang tanpa rasa takut. "Saya juga sudah lama tidak datang ke sini." "Sebagai lokasi kejadian pembunuhan, tempat ini sudah disegel oleh polisi dengan plakat di luar. Namun, tidak ada petugas yang ditugaskan untuk berjaga. Entah apakah ini 'pengaturan' apartemen untuk memudahkan investigasi penghuni." Setelah menutup pintu, Yin Junxian memasuki ruang perpustakaan tempat Li Xin dibunuh. "Ah Xin... dibunuh di sini." Segala sesuatu di dalam ruangan tetap dipertahankan seperti aslinya. Huangfu He juga mengenakan sarung tangan untuk menghindari meninggalkan sidik jari. Ia mengamati seluruh ruangan dengan cermat. Meskipun berdebu, ruangan ini tidak berantakan. Benar-benar tidak ada tanda-tanda perampokan. Saat ini, sebuah bayangan sedang mendekati apartemen tempat Li Xin tinggal. Liu Zisheng mengangkat kepalanya, memandang pintu apartemen tempat keluarga Li Xin tinggal. Saat ini, cahaya lampu terlihat dari jendela. Namun di mata Liu Zisheng, muncul kilatan kegelapan yang sangat dalam...  ## Volume 10 Enam Kepala Manusia Bab 18 Syarat Iblis "Berapa kali kamu kembali ke sini setelah kejadian?" tanya Huangfu He. "Ini pertama kalinya. Karena hari ini penjagaan polisi kebetulan dicabut." Huangfu He terus memantau setiap gerakan sekecil apapun di sekitarnya, sama sekali tidak berani lengah. Si pemenggal kepala bisa muncul kapan saja. Awalnya, dia tidak akan datang ke bangunan tinggi berbahaya seperti ini. Begitu jalan turun diblokir, mereka akan terjebak. Tapi dia tetap datang. Karena dia mempertimbangkan, apartemen mungkin memanfaatkan ketakutan mereka terhadap bangunan tinggi untuk sengaja menyisipkan petunjuk jalan keluar di sini. Tanpa petunjuk jalan keluar, mungkin mustahil menemukan kepala manusia. “Rapih sekali.” Xia Xiaomei saat ini memasuki kamar tidur Li Xin dan menyalakan lampu. Perlahan dia mendekati meja samping tempat tidur dan membukanya. Di dalam lemari terdapat pemotong kuku, tisu, obat-obatan, sepasang kacamata, beberapa dokumen, serta kosmetik. “Tidak ada petunjuk apa pun ya...” Saat sedang menghela napas, tiba-tiba dia menemukan selembar faktur. Itu adalah faktur pembelian kacamata dari "Mal Bintang Merah" yang tertulis tanggal 12 Februari. Faktur ini menarik perhatian Xia Xiaomei. Segera dia berteriak: “Huangfu, Tuan Yin, masuklah. Lihatlah ini.” Yin Junxian yang masuk ke kamar mengambil faktur itu, memeriksanya lalu berkata: “Mal Bintang Merah? Tanggal faktur ini...” Dua hari sebelum tanggal pembunuhan Li Xin pada 14 Februari, yaitu 12 Februari. “Ngomong-ngomong, Li Xin mengajukan cuti tepat di hari pembunuhannya.” Xia Xiaomei menatap Yin Junxian: “Hari itu kan hari Valentine. Apa dia cuti untuk kencan denganmu?” Huangfu He juga langsung menyadari hal ini: “Benar. Valentine bukan hari raya eksklusif Tiongkok. Orang Korea seperti kalian juga merayakannya kan? Apa alasan Li Xin cuti hari itu karena kamu?” Mengajukan cuti di hari Valentine, 99% orang pasti bisa menebak alasannya. “Tidak...” Yin Junxian menggeleng: “Kami tidak ada janji. Sejujurnya, aku juga tidak punya konsep tentang Valentine.” "Hari Valentine adalah hari raya paling penting bagi pasangan kekasih, bahkan hari ini pun tidak dianggap penting? Xia Xiaomei tak bisa menahan kecurigaan, jangan-jangan hubungan kedua orang ini memang tidak ada rasa cinta sama sekali." "Memang benar, hubungan jarak jauh antarnegara memang sulit. Perbedaan kebiasaan hidup antara Tiongkok dan Korea juga terlalu besar, tidak mudah untuk menjalin hubungan." "Ada satu hal lagi yang sangat penting. Mal Bintang Merah ini..." Terletak di Distrik Baiyan. Ternyata, semua petunjuk benar-benar terkonsentrasi di Distrik Baiyan! Artinya, distrik ini kemungkinan besar menyimpan kunci motif pembunuhan oleh "Pemenggal Kepala"! Distrik Baiyan merupakan pusat kota K. Kantor walikota terletak di sini. Banyak bangunan ikonik kota ini berada di Distrik Baiyan. Sebenarnya, rahasia apa yang tersembunyi di Distrik Baiyan? "Selain itu, jika kita mempertimbangkan Taman Qingtian juga..." Huangfu He membuka Baidu Maps di ponselnya. Hasil pencarian menunjukkan ada lokasi khusus di sekitar Taman Qingtian dan Mal Bintang Merah di Distrik Baiyan. Namun daerah itu merupakan pusat kota yang ramai, tentu tidak ada cerita tentang tempat "angker" di sana. "Mari selidiki berdasarkan faktur ini. Apakah terjadi sesuatu saat Li Xin membeli kacamata itu dua hari sebelum dibunuh Pemenggal Kepala?" Huangfu He melipat faktur dan memasukkannya ke tas, lalu berkata: "Jika tidak ada temuan baru, mari kita pergi." Setelah mengunci pintu, Huangfu He melepas sarung tangannya. Mereka pun pergi bersama. Pada saat yang sama, Shen Yan telah tiba di rumahnya di Kota K. Baru masuk ke dalam rumah, dia langsung melepas mantel dan mengeluarkan saputangan itu. Kemudian, meletakkan saputangan di atas meja. Lalu berjalan menuju kamar mandi. Shen Yan membuka pintu kamar mandi, tanpa mengambil baju ganti, langsung mulai melepas pakaian. Setelah melepas celana dalam, dia masuk ke bak mandi dan mulai mengalirkan air. Saputangan itu diletakkan di atas meja dekat pintu kamar mandi. Tiba-tiba... saputangan itu diambil oleh sepasang tangan! Shen Yan membuka air panas dan mulai membasuh tubuh. Pagi ini dia buru-buru naik kereta kembali ke Kota K, menitipkan putrinya di rumah ibu. Rencananya akan tinggal sementara di sini. Sepasang kaki telanjang bergerak pelan menuju arah kamar mandi. Sementara Shen Yan terus membasuh tubuhnya, tiba-tiba dia terjatuh berlutut di lantai. Tangisan menyakitkan Ye Jiajia terus bergema di telinganya. Air matanya mulai menetes perlahan. Persis di saat itu, bel pintu tiba-tiba berbunyi. Shen Yan berhenti menangis, berdiri lalu mematikan keran air. Dia menyampirkan handuk mandi, mengenakan sandal, dan berjalan menuju pintu kamar mandi. Saat membuka pintu, dia terkejut melihat saputangan di meja ternyata hilang! Bagaimana mungkin? Shen Yan sangat kaget, namun suara bel pintu semakin keras berdering. Shen Yan segera lari ke pintu, mengintip melalui lubang intip. Orang yang berdiri di luar masih Ye Jiajia. “Dia membuka pintu sedikit, hanya menampakkan sebagian kepala melalui pintu pengaman, ekspresi dinginnya tetap menyeramkan saat berbicara pada Ye Jiajia: 'Ada perlu apa?'” “Guru Shen... Apakah sapu tangan itu punya makna khusus? Jika tidak, tak mungkin Anda sengaja kembali mengambilnya. Apa hubungannya dengan kasus pembunuhan?” Saat itu Hua Liancheng dan Yi Wan juga keluar. Lian Cheng berkata tulus: "Tolonglah, Nona Shen. Lihatlah Nona Ye yang sedang hamil ini rela merendahkan diri memohon pada Anda, pasti sangat ingin menangkap pembunuh tunangannya. Kami juga sahabat korban lain, Zhang Boling, yang ingin mendapatkan informasi tentang Pemenggal Kepala. Kumohon..." Shen Yan tetap memasang wajah dingin: "Diam! Aku tak kenal kalian, untuk apa harus membantu?" Tak ada yang bisa dipercaya. Siapa pun bisa jadi Pemenggal Kepala. Terlebih jika mereka kenal dengan korban lain, peluangnya lebih besar. Daripada begitu, lebih baik menyelidiki sendiri. Begitulah pertimbangan Shen Yan. Ia berpikir mungkin sapu tangan tertiup angin, lalu berkata singkat: "Sudah, aku mau tutup pintu. Pergilah..." Sebelum kata "lah" terucap, tiba-tiba sebuah tangan menyembul dari celah pintu, mencengkeram kepala Shen Yan dan menariknya masuk! Pintu dalam pun ditutup keras! Semua terjadi dalam 1-2 detik. Ketiganya terpaku sebelum akhirnya... “Pencuri kecil?” Ye Jiajia segera mengguncang pintu pengaman itu dan berteriak: “Guru Shen, apa yang terjadi padamu, kamu...” “Ah——” Dari dalam pintu terdengar teriakan meraung yang sangat mengerikan, lalu semuanya kembali sunyi. Hua Liancheng langsung ketakutan sampai rohnya hampir tercerai-berai. Tangan itu... tentu saja Pemenggal Kepala! Ia segera menarik tangan Ye Jiajia sambil berkata: “Cepat lari!” Ia menarik Ye Jiajia dengan sekuat tenaga ke belakang. Ye Jiajia buru-buru berkata: “Aku... aku harus segera melaporkan ke polisi...” “Larilah!” Hua Liancheng sama sekali tidak berani naik lift, langsung menyusuri tangga turun sambil terus berlari bersama Yi Wan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Pemenggal Kepala telah muncul! Ye Jiajia mengeluarkan ponselnya dan menelepon polisi: “Halo, kantor polisi? Kami berada di...” Setelah menyebutkan lokasi dan kejadian, Ye Jiajia menutup telepon. Ketiganya hampir tiba di lantai satu. Ye Jiajia tiba-tiba bertanya: “Kenapa kalian panik begitu? Perampok itu tidak membawa senjata.” Bagaimana tidak takut? Setelah tinggal di apartemen itu begitu lama, sekarang melihat bayangan pohon pun seperti hantu. Lian Cheng saat ini hanya menyesali orang tuanya tidak memberinya dua kaki lagi untuk berlari lebih cepat! "Bagaimanapun, sudah melaporkan ke polisi. Nanti, asalkan memeriksa alibi orang lain selama periode ini sudah cukup. Saat Lan Qi meninggal terakhir kali, investigasi alibi juga tidak tahu bagaimana hasilnya, Murong Shen belum mendapatkan informasi terkait ini. Karena, dokter forensik sinting ini juga sering diremehkan orang." "Tapi, jika mencocokkan alibi, kita bisa mempersempit daftar tersangka." "Hanya saja, menyelidiki 'alibi' untuk hantu tidak terlalu bermakna. Hantu mungkin memiliki kemampuan pembelahan diri, dalam misi darah selevel sekarang ini, munculnya hantu dengan pembelahan diri sama sekali tidak aneh." "Tidak, sebenarnya masih ada satu masalah. Yaitu..." "Apakah Pemenggal Kepala pasti hanya ada satu?" "Setelah sampai di lantai satu, Lian Cheng baru sedikit lega, tapi tetap tidak berani lengah." "Namun, saat berlari keluar apartemen, Lian Cheng masih menengadah melihat jendela yang seharusnya merupakan tempat tinggal Shen Yan. Tapi, tidak melihat apapun." "Saat ini, Yin Ye dan Yin Yu sudah kembali ke rumah. Di sana, Huangfu He dan Xia Xiaomei juga sudah kembali." "'Apa? Tang Feng itu meninggal? Kamu bilang Teng Rong Mu adalah Pemenggal Kepala?' Xia Xiaomei hampir tidak percaya setelah mendengar penjelasan Yin Ye dan Yin Yu." "'Ini fakta,' kata Yin Ye dengan wajah serius. 'Aku sudah menelepon Murong Shen, polisi akan segera menyelidiki hal ini.'" "Tepat pada saat itu, Lian Cheng dan Yi Wan juga kembali, dan setelah menceritakan pengalaman mereka, suasana menjadi semakin mencekam." Saat ini, keenam orang tersebut juga merasakan ketidakamanan yang sangat besar. Yin Ye hampir tidak menutup mata selama dua hari, jika bukan karena terus berada dalam kondisi yang sangat tegang, mungkin dia sudah tidak bisa bertahan. "Kakak, kamu tidur sebentar saja. Menurutku, kamu juga sudah tidak kuat lagi," kata Yinyu. "Aku akan terus menjagamu." "Ya, memang," Yin Ye saat ini benar-benar merasa sangat lelah, bahkan orang sekuat baja pun tidak akan tahan. Tapi, apakah si pemenggal kepala itu... akan datang? Tempat ini bukan apartemen, keamanannya tidak tinggi. Tapi, selain ini mau tinggal di mana lagi? Hotel? Jika hantu itu bisa merasakan posisi manusia, maka tidak ada tempat yang aman. Adakah cara untuk membuktikan apakah hantu memiliki kemampuan merasakan lokasi manusia? "Mungkin kita tidak bisa terus tinggal di sini," kata Yin Ye. "Kita selalu tinggal di tempat yang sama, bahayanya akan semakin besar. Lebih baik..." "Tidak," Yinyu bersikeras. "Kakak, tetap di sini saja. Jika hantu bisa merasakan posisi kita, kemana pun kita pergi tidak akan aman. Lingkungan sini keamanannya cukup baik, jika terjadi sesuatu, lebih mudah melarikan diri atau masuk ke area publik yang ramai." Yinyu tentu tidak berbicara tanpa alasan. Setelah mendengar cerita pengalaman Lian Cheng, Yinyu hampir tidak bisa berdiri tegak. Karena sebelumnya, dia menerima sebuah telepon. Telepon itu masuk ke ponselnya saat sedang bersama Yin Ye menggeledah rumah Kang Jin. Penelepon sengaja menyamarkan suaranya, tidak bisa dikenali apakah laki-laki atau perempuan. "Nona Ke Yinyu?" "Iya, siapa ini?" “Hehe, tidak perlu tanya siapa aku. Asalkan kamu ingat, bagi kalian, aku adalah 'dewa', itu sudah cukup. Sebentar lagi, aku akan mengirimkan MMS. Melalui MMS itu, kamu akan tahu kemampuan yang kumiliki. Oh, sekadar informasi, hantu itu tidak bisa merasakan posisi kalian, jadi tidak perlu khawatir.” Setelah itu, Yinyu kembali menerima sebuah MMS. Namun, baik panggilan telepon sebelumnya maupun MMS, semuanya tidak menampilkan nomor pemanggil. Isi MMS tersebut adalah sebuah lukisan minyak. Di lukisan itu... tergambar sebuah pintu yang terbuka sedikit, memperlihatkan kepala seorang wanita, dengan satu tangan mencengkeram kepalanya. Jelas terlihat di luar pintu tersebut ada pintu keamanan tambahan. Waktu pengiriman MMS adalah siang hari, artinya... lukisan ini benar-benar meramalkan masa depan! Hal ini membuat Yinyu tidak bisa mengabaikannya. Malam hari, semua orang sudah tidur. Yang berjaga hanya Lian Cheng dan Yinyu. Yinyu terus menerus menatap ponsel itu. Tiba-tiba ponsel bergetar. Nomor penelpon tidak terlihat. Ia segera mengangkat telepon. “Siapa kamu?” tanya Yinyu gugup. “Jangan bermusuhan begitu, Nona Ke Yinyu. Kamu pasti sudah tahu lukisan itu benar-benar meramal masa depan, kan? Aku memiliki kemampuan seperti ini. Sebenarnya, sampai setengah tahun lalu, aku terus bertransaksi dengan penghuni apartemen.” “Kamu... bisa melukis gambaran masa depan?” “Tepat. Kemampuanku ini bagus, bukan? Kamu ingin tetap hidup? Ingin mendapatkan kepala manusia?” Yinyu mengerutkan kening, bertanya: “Apa maumu?” "Sangat sederhana. Asalkan kamu menyetujui satu syaratku, aku masih bisa menggambarkannya untukmu, dapat merefleksikan masa depan lain dan hal-hal yang tak bisa kamu ketahui. Aku janji, bisa membantumu menemukan kepala dan pulang hidup-hidup." "Syarat? Katakan. Selama dalam kemampuanku..." Yinyu tidak terlalu girang, dia tahu syarat itu pasti tidak sederhana. "Sangat sederhana." Orang di ujung telepon itu berbicara dengan nada sangat tenang: "Aku ingin kamu membunuh kakak angkatmu, Ke Yinye. Bunuh dia, baru akan kuberitahu..." "Apa?" Yinyu terkejut, tidak menyangka syarat seperti itu. Dia bertanya pelan: "Mengapa kau melakukan ini? Mengapa harus aku yang membunuhnya?" Saat itu, Lian Cheng yang masih sadar sedang mengamati luar jendela, sama sekali tidak menyadari keanehan Yinyu. "Intinya, asalkan kamu memenuhi syarat ini, aku akan memberimu gambar sisanya. Jangan coba-coba mencari aku, telepon ini sudah dimodifikasi khusus, mustahil dilacak. Waktu kalian tidak banyak, hanya setengah bulan. Selama periode ini, syarat ini tetap berlaku." "Tidak mungkin." Yinyu menolak tanpa ragu: "Kepala akan kucari sendiri. Entah siapa kau, apakah penghuni apartemen atau bukan, itu tidak penting. Aku sama sekali tidak akan..." "Benarkah? Bahkan... jika Ke Yinye yang membunuh orang paling penting bagimu, tetap tidak peduli?" "Kau... kau bicara apa?" Yinyu hampir tidak percaya dengan ucapannya. "Ye Fan Shen. Pria ini, dulu adalah cintamu, bukan?" "Ah... Ah Shen?" Yinyu berdiri, masuk ke ruangan lain, menutup pintu, dan berkata: "Kamu bilang kakakku membunuh Ah Shen? Tidak mungkin. Ah Shen bunuh diri. Tidak lama setelah aku putus dengannya, dia..." "Bunuh diri? Menurutmu, dia tipe orang yang mudah bunuh diri?" "Apa... apa maksudmu?" "Waktu bunuh dirinya itu dua bulan setelah kamu masuk apartemen, kan? Yakni September 2009. Saat itu, apartemen pasti mengeluarkan instruksi tulisan darah. Di antara pelaksana misinya, ada Ke Yinye, benar?" "Kamu tahu? Benar. Ah Shen bunuh diri tanggal 12 September. Sedangkan kakak menjalankan misi darah selama tiga hari, dari 10 sampai 12 September! Kakak sama sekali tidak..." "Benar. Jadi kakakmu memanfaatkan hantu untuk membunuh Ye Fan Shen. Hantu saat itu adalah wanita yang dibunuh di pemakaman saat sedang menelepon. Kakakmu memanfaatkan karakteristik hantu itu untuk membunuh Ah Shen." "Bagaimana... mana mungkin..." "Dan, sekadar informasi. Orang yang membuatmu masuk apartemen..." "Adalah Ke Yinye!"  ## Volume 10 Enam Kepala Bab 19 Kerajaan Emas Ilahi "Apa... apa yang kamu katakan barusan?" "Menurutmu, kenapa kamu bisa masuk apartemen mengerikan ini? Bukankah kamu juga selalu ingin tahu siapa yang mengirimkan buket bunga itu hari itu, membuatmu pergi ke sana?" "Apa... jangan-jangan kamu mau bilang yang mengirimiku bunga itu adalah kakak? Tidak mungkin!" Yinyu sama sekali tidak percaya. Hal yang begitu absurd! “Aku tidak tahu siapa kau, tapi tidak ada gunanya kau membual seperti ini untuk menipuku. Jadi, kau jangan harap…” “Oh begitu? Sekarang ini, kau ada di rumah sendiri kan? Kalau begitu, pergilah ke kamar kakakmu. Di laci ketiga meja belajar di kamarnya, tersimpan sesuatu yang bisa membuktikan ucapanku. Setelah melihatnya, kau akan tahu apakah yang kukatakan ini fakta atau bukan.” Kemudian, telepon pun ditutup. Yinyu berdiri membeku, seolah tubuhnya dimasuki sesuatu, jiwa seakan remuk redam. Lama sekali baru ia menyadari… Kamar kakak? Saat keluar dari kamar, Hua Liancheng melihatnya terlihat linglung dan bertanya, “Ada apa, Nyonya Ke?” Yinyu mengabaikannya dan terus menaiki tangga. Mengapa harus memastikan? Itu mustahil sama sekali. Yinyu sangat paham betapa dalam kasih kakak padanya. Selama ini mencintainya dengan tulus, melindunginya dengan taruhan nyawa. Karena itulah Yinyu tersentuh oleh kesetiaan ini, dan memutuskan untuk membalas perasaan kakaknya. "Bagaimanapun, dia bukanlah benda mati, bagaimana mungkin tidak merasa apa-apa terhadap Kakak? Meski hatinya keras seperti besi, setelah dilindungi Kakak berkali-kali dengan nyawa, dia tak bisa terus menolak. Apalagi Ah Shen sudah meninggal, masa depan mereka berdua kini serba tak pasti. Awalnya dia berencana, jika bisa selamat dari misi darah kali ini, dia akan setuju menikah dengan Kakak. Berapapun sisa umurnya, dia memutuskan untuk menjadi... tidak, menjadi pengantin wanita Yin Ye." Dia sudah bulat tekadnya. Tapi telepon tadi membuat hatinya seperti dihantam palu godam. Meski tak percaya Kakak akan melakukan itu - memancingnya masuk apartemen, membunuh Ah Shen - tapi... Dia tak bisa menahan keinginan untuk memastikan. Sampai di depan kamar Kakak, dia membuka pintu. "Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin." Yinyu bergumam pelan: "Telepon itu pasti bohong. Ya, pasti cuma omong kosong..." Di hadapannya terletak meja tulis itu. Jarak dari pintu ke meja hanya beberapa langkah, tapi Yinyu membutuhkan waktu lama untuk mencapainya. Laci ketiga... Laci ketiga... Setelah lama tertegun, dia mengulurkan tangan dan membuka laci perlahan. Di dalamnya terdapat beberapa buku dan... sebuah peta. Apa ini? Inikah buktinya? Pertama dia mengeluarkan sebuah buku bertuliskan: "Ajaran Kerajaan Dewa Emas". Kerajaan Dewa Emas? Apa ini? Pada sampul depan, terdapat gambar istana yang megah dan berkilauan, namun tidak tercantum nama penulis maupun penerbit. Kualitas cetaknya cukup baik. Saat membuka buku, tertulis: "Semoga engkau menerima berkat dari Kerajaan Ilahi." Kemudian, terdapat sebuah pengantar. "Dengan penuh kehormatan, saya menyusun versi bahasa Mandarin dari ajaran Kerajaan Emas. Sejak berdirinya Kerajaan Emas, hampir tujuh tahun telah berlalu, dan ini merupakan kali pertama Kerajaan Emas melakukan misi penyebaran ajaran di Tiongkok. Ajaran ini diharapkan dapat dibaca dengan sungguh-sungguh oleh para penganut. Hanya dengan mempercayai Pemimpin Agung Kerajaan Ilahi kita, seseorang dapat memperoleh status warga negara ilahi, terbebas dari kehidupan-kematian dan nasib baik-buruk, serta menjadi manusia yang diberkati Kerajaan Emas." Yinyu membaca teks ini dengan perasaan bahwa ini adalah materi dakwah dari kelompok agama tertentu. "Kerajaan Emas" tampaknya merupakan nama resmi kelompok agama tersebut. Selain itu, sepertinya agama ini berasal dari luar negeri. Bagaimana mungkin? Dalam ingatannya, sebelum masuk ke apartemen, Kakak adalah seorang materialis yang sangat teguh. Ia selalu menganut prinsip "Hukum alam berjalan tetap, tidak untuk Yao tetap ada, tidak untuk Jie akan musnah", dan sama sekali tidak memiliki kepercayaan agama. Tentu saja, Kakak yang sekarang sudah tidak percaya lagi pada materialisme. Apakah karena masuk ke apartemen, lalu mulai mempertimbangkan untuk membaca buku-buku agama? Tapi mengapa tidak memilih agama yang lebih terkenal seperti Buddha atau Kristen? Tiba-tiba Yinyu menyadari bahwa catatan akhir pengantar bertanggal Maret 2009. Setelah memeriksa lebih lanjut, tercantum tanggal cetak buku ini adalah Mei 2009. Buku ini dicetak tidak lama sebelum masuk ke apartemen! Membuka halaman daftar isi, Yinyu segera melihat penjelasan detail tentang agama Kerajaan Emas Suci ini. Agama ini meyakini bahwa Kerajaan Emas Suci adalah negara paling sakral yang melampaui segalanya, berada di tingkat eksistensi yang lebih tinggi. Mirip seperti surga. Mayoritas manusia di dunia ini diyakini sebagai pendosa dari Kerajaan Emas Suci yang dicabut kewarganegaraannya dan diasingkan ke dunia. Ada juga musuh terbesar Kerajaan Emas Suci yaitu "Iblis Hati Hitam". "Iblis Hati Hitam" yang jumlahnya hampir sepertiga populasi manusia, adalah iblis yang sangat jahat dan hanya mengejar nafsu pribadi dengan menyakiti orang lain. Di antara manusia, ada juga yang secara bertahap mampu memahami kehendak agung Kerajaan Suci, bisa meredam nafsu diri. Jika orang-orang seperti ini bisa masuk ke Kerajaan Emas Suci untuk bertapa, mereka akan dapat menjadi warga negara Kerajaan kembali setelah meninggal. Namun Iblis Hati Hitam akan menghalangi ini, mereka akan menggunakan segala cara untuk memfitnah Kerajaan Emas Suci dan berusaha mengubah manusia menjadi Iblis Hati Hitam. Tapi Iblis Hati Hitam juga bisa dikonversi menjadi warga Kerajaan Emas Suci. Untuk itu, mereka harus masuk ke "Neraka Penebusan Dosa" untuk bertapa. Artinya, mereka harus dibunuh. Dengan menggunakan pisau khusus Kerajaan Emas Suci, membunuh Iblis Hati Hitam akan memungkinkan mereka memasuki "Neraka Penebusan Dosa" untuk bereinkarnasi ulang, membersihkan segala dosa, dan akhirnya kembali menjadi warga Kerajaan yang diberkati Tuhan. "Sementara mereka yang keras kepala dan tidak percaya akan keberadaan Kerajaan Ilahi, adalah orang-orang yang sulit ditobatkan. Setelah mati, mereka tidak bisa masuk ke Kerajaan Ilahi maupun api penyucian, melainkan akan musnah sepenuhnya. Jenis orang seperti ini sebenarnya lebih menyedihkan daripada iblis berhati hitam." "Pemimpin Kerajaan Emas Ilahi adalah utusan Penguasa Kerajaan Emas yang bereinkarnasi ke dunia ini. Mereka akan memilih manusia yang memenuhi syarat untuk kembali menjadi warga kerajaan, mengidentifikasi iblis berhati hitam, mengirim mereka ke api penyucian untuk siklus reinkarnasi, serta menyelamatkan bumi yang akan menghadapi kiamat ini." "Untuk praktik spiritual, harus membaca puisi Kerajaan Emas Ilahi pagi dan malam, aktif mencari manusia yang layak masuk kerajaan, serta 'membunuh' iblis berhati hitam untuk mengirim mereka ke api penyucian. Juga harus menjauhi harta, wanita, rokok, dan alkohol. Yang terpenting adalah rutin mengkonsumsi air suci Kerajaan Emas atau memakai lencana kerajaan. Nilai air suci dan lencana ini dijelaskan detail dalam buku berikutnya." "Namun bagi Yinyu, ini persis seperti iklan. Harga air suci mencapai $200 per botol, sedangkan lencananya lebih mahal - hampir $10.000 per buah. Buku berisi puisi kerajaan juga berharga selangit. Ditambah pisau khusus untuk 'membunuh' iblis berhati hitam yang harganya sama fantastisnya." "Kemudian... muncul paragraf yang membuat Yinyu tersentak kaget." "Ini... ini..." Kalimat itu berbunyi: "Mereka yang memeluk agama lain atau berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan lain juga merupakan ciri khas jelas dari iblis berhati hitam. Iblis jenis ini, bahkan jika menggunakan belati Kerajaan Suci, tidak bisa dikirim ke purgatorio. Hanya Tuhan dan tiga Utusan Suci yang bisa mengirim mereka ke purgatorio. Umat biasa, kecuali menemukan titik koneksi antara purgatorio dan dunia manusia, tidak dapat mengirim iblis jenis ini. Perlu dicatat, jika iblis berhati hitam jenis ini dibiarkan, di masa depan pasti akan menjadi iblis paling mengerikan yang dimusnahkan Kerajaan Emas, dan tidak akan bisa memasuki siklus reinkarnasi mana pun." Aktivitas keagamaan... Yinyu yang selalu tertarik dengan budaya Barat sering pergi ke gereja untuk mendengar pujian dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas gereja. Dengan demikian, dia sepenuhnya memenuhi syarat sebagai "iblis berhati hitam". Di bawah teks ini, ada tulisan tambahan menggunakan pulpen! "Yinyu adalah iblis berhati hitam. Apartemen yang terus menerus mengulang instruksi tulisan darah melalui kutukan bayangan manusia, adalah 'purgatorio penebusan dosa' yang disebutkan Kerajaan Emas. Jika dibiarkan, jiwa Yinyu akan dimusnahkan Kerajaan Suci di masa depan. Untuk masa depannya, kita harus mengirimnya ke purgatorio penebusan dosa agar dia bisa membersihkan dosa-dosanya dan menjadi warga Kerajaan Emas." Gaya tulisan tangan dalam teks ini... benar-benar milik Yin Ye! Yinyu yang tumbuh besar bersama Yin Ye sejak kecil, mana mungkin tidak mengenali tulisan tangan Yin Ye? Tulisan yang familier ini membuat Yinyu seakan terjun ke dasar neraka paling dalam! "Kerajaan Emas" yang disebut-sebut ini jelas merupakan organisasi kultus asing yang telah melakukan kegiatan penyebaran agama secara rahasia di wilayah Tiongkok. Mereka memanfaatkan doktrin palsu ini untuk menjual air suci, lencana, dan barang-barang lain guna meraup keuntungan besar. Ini merupakan ciri khas organisasi kultus. Konsep "Iblis Berhati Hitam" dalam doktrin mereka bertujuan agar pengikut menganggap orang-orang yang mencoba meyakinkan mereka untuk meninggalkan kelompok sebagai iblis dan membunuhnya. Setelah melakukan pembunuhan, pengikut tidak bisa lagi meninggalkan kelompok. Meski suatu saat sadar, mereka hanya bisa tetap mendukung kelompok. Selain itu, pengikut dilarang terpengaruh penganut agama lain yang juga dianggap sebagai Iblis Berhati Hitam. Mungkinkah... Kakak menjadi pengikut kultus ini? Apakah karena menganggap dirinya sebagai Iblis Berhati Hitam, demi melindungi perasaanku, dia sengaja membawaku ke apartemen ini? Benarkah demikian? "Tidak, Kakak... mana mungkin Kakak tertipu oleh kultus semacam ini..." Namun seketika, sebuah pikiran muncul menyangkal anggapan itu. Bagaimana jika setelah mengetahui keberadaan apartemen ini? Materialis sekuat apapun yang mengetahui eksistensi apartemen ini akan mulai mempercayai pandangan idealis. Doktrin kultus ini justru terlihat lebih meyakinkan ketika dikaitkan dengan keberadaan apartemen. Jika apartemen itu diartikan sebagai "Neraka Penebusan Dosa" dalam doktrin mereka, sungguh sangat cocok! Dengan kata lain, keberadaan apartemen justru menjadi buti nyata yang mendukung doktrin kultus ini! Yinyu membuka peta tersebut. Peta itu, terpampang jelas, adalah peta distrik tempat apartemen berada! Lokasi apartemen ditandai dengan lingkaran merah. Di atas lingkaran merah itu tertulis empat karakter—Neraka Penyesalan dan Penyucian! Itu... juga merupakan tulisan tangan Yin Ye! Yinyu hampir terjatuh oleh kenyataan mengerikan ini. Meski masih berjuang dalam hatinya, dia mulai mempercayai perkataan di telepon. Bagaimana mungkin tulisan tangan Kakak dipalsukan? Jangan-jangan penelpon itu adalah hantu? Tapi Yinyu merasa ini mustahil. Sangat tidak sesuai dengan gaya apartemen yang biasanya menggunakan fenomena gaib untuk membunuh penghuni. Mengapa harus menghasut penghuni untuk "membunuh" sesama penghuni dalam misi darah? Jika memang hantu, memalsukan tulisan tangan tentu mudah. Tapi bukankah lebih praktis langsung membunuh Yin Ye? Atau memberikan instruksi ini melalui misi darah? Tidak perlu berbelit-belit seperti ini. Namun Yinyu masih berharap ini hanyalah jebakan. Bagaimanapun, dia ingin semua ini tidak benar! Mengapa Yin Ye juga masuk ke apartemen? Jika dia menganggap Yinyu adalah iblis berhati hitam, kenapa sendiri masuk neraka penyucian? Tapi dari doktrin agama bisa ditemukan jawabannya: beberapa warga kerajaan surga yang diakui tetap takkan mati meski jatuh ke neraka. Dengan kata lain, Yin Ye masuk apartemen untuk mengawasi dirinya yang hidup di sana. Lalu... kematian Ah Shen? Bagaimana dengan kematian Ah Shen? “Apakah Ah Shen juga dianggap sebagai iblis hitam? Tapi, Ah Shen tidak mati karena ditusuk.” Yinyu mengembalikan semua barang ke laci, tubuhnya limbung jatuh ke lantai. Buku-buku itu semuanya adalah materi propaganda Kerajaan Dewa Emas, menggunakan berbagai bahasa untuk menggambarkan betapa indahnya negara tersebut, bahwa hanya dengan masuk ke Kerajaan Dewa Emas untuk bertapa seseorang bisa mencapai pencerahan, dan sebagainya. “Kakak... karena percaya sekte sesat...” Benarkah demikian? Apakah benar karena alasan ini? Dia sangat ingin segera lari ke bawah, membangunkan Yin Ye, dan menanyainya langsung. Tapi dia tidak berani. Karena itu berarti mengonfirmasi kebenaran yang paling mengerikan - orang yang selalu melindunginya ternyata dalang utama yang mendorongnya ke jurang kegelapan! Bagaimanapun juga, dia tidak bisa menerima keputusasaan paling mengerikan ini! Hari ketiga instruksi tulisan darah, tanggal 3 April tiba. Akibatnya, terjadi tiga kasus yang menarik perhatian polisi. Pertama, tentu saja kematian Shen Yan. Dia juga tewas di apartemennya sendiri dengan kepala yang hilang. Ye Jiajia yang melaporkan, setelah dibujuk berulang kali oleh Lian Cheng, akhirnya tidak menyebut nama Lian Cheng dan Yi Wan. Delapan kasus pemenggalan kepala ini membuat kota kembali gempar, dan ini merupakan kali kedua muncul korban yang terkait dengan korban sebelumnya. Kedua, adalah hilangnya Teng Rongmu. Liu Xin melapor ke kantor polisi, mengklaim bahwa kedatangan dua petugas polisi membuat anaknya kabur, dan setelah itu anaknya tidak terlihat lagi. Setelah diselidiki, ternyata dua petugas polisi tersebut sama sekali tidak ada. Namun yang aneh, menurut Mu Rongshen yang mendengar kejadian ini, polisi seolah menganggap peristiwa ini tidak pernah terjadi, hanya menanyakan kondisi Teng Rongmu sama sekali tidak menanyakan Yin Ye dan Yinyu. Ketiga, adalah hal yang cukup mengejutkan. Yaitu... Liu Zisheng hilang! Wakil manajer perusahaan material Yu Yang tempat Li Xin bekerja sebelumnya, hari ini tidak datang bekerja dan rumahnya kosong! Teleponnya juga tidak diangkat. Kasus pertama sudah diduga oleh semua orang. Kasus kedua sangat mengejutkan, yang mengejutkan adalah polisi sama sekali tidak menindaklanjuti pemalsuan identitas polisi oleh Yin Ye dan Yinyu. Ini juga membuktikan asumsi sebelumnya. Penghuni akan diabaikan oleh lembaga peradilan manapun dalam kasus pidana, dianggap tidak ada. Kemungkinan besar ini adalah pengaruh yang diberikan apartemen untuk memudahkan penghuni menjalankan misi darah. Namun hilangnya Liu Zisheng sangat mengejutkan. Pria ini adalah salah satu dari tiga tersangka yang diawasi polisi, hilangnya secara alami terlihat sangat mencurigakan, polisi pun mulai mencari keberadaan Liu Zisheng. Setelah sarapan terburu-buru, Yin Ye berkata: "Dengarkan baik-baik. Hari ini hari ketiga, setelah hari ini berakhir, seperlima waktu misi darah ini akan berlalu. Tahukah kalian apa artinya? Petunjuk dari apartemen sudah sangat banyak, artinya... besok, bahkan mungkin mulai hari ini, bisa saja ada penghuni yang dibunuh oleh Pemburu Kepala atau entah apa lagi!" Setelah seperlima waktu berlalu, tidak aneh jika mulai muncul korban dari para penghuni. Sementara itu, Yinyu terus memandangi ekspresi Yin Ye. Ia benar-benar tidak mau percaya bahwa Kakak-nya akan memasukkan dirinya ke apartemen karena percaya pada sekte sesat. Ia sama sekali tidak percaya pada ajaran Kerajaan Emas ini. Apakah dirinya adalah "iblis berhati hitam" sehingga masuk ke apartemen? Lalu bagaimana dengan Li Yin? Ying Ziye? Apakah mereka juga "iblis berhati hitam"? Bahkan jika terbukti hantu benar-benar ada di dunia ini, bukan berarti kita harus membabi buta mengikuti agama. Agama sendiri lahir dari kebutuhan spiritual manusia. Tentu saja, Yinyu tidak menganggap agama sebagai takhayul, agama juga bagian penting dari budaya manusia, tapi agama yang lahir untuk mencari keuntungan besar jelas merupakan sekte sesat! Selain itu, Yinyu berpikir, keberadaan hantu tidak serta-merta membuktikan adanya dewa. Jika benar ada dewa, mengapa tidak menghancurkan apartemen ini? Mengapa tidak menampakkan diri untuk menyelamatkan mereka? Jadi, di dunia ini sama sekali tidak ada dewa. Tidak ada dewa... Pada saat yang sama, Zhang Borui sedang menonton berita pagi. “Halo, benar tidak? Ada orang lagi yang dibunuh oleh Pemenggal Kepala? Dua korban dibunuh Pemenggal Kepala dalam dua hari berturut-turut? Itu semua kenalan korban sebelumnya? Ada apa ini?” Zhang Borui saat ini juga kebingungan. Di saat yang sama, hilangnya Liu Zisheng itu juga mengganggu pikirannya. Memegang saputangan itu, Zhang Borui merenungkan apakah akan menemui polisi dan menyerahkan saputangan tersebut. Tapi bagaimana membuat polisi mempercayai ucapannya? Tepat saat itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia segera mengangkat telepon: “Halo, siapa ini?” “Permisi, apakah ini Tuan Zhang Borui yang meninggalkan komentar di blog? Saya melihat saputangan itu.” “Benarkah? Anda tahu tentang saputangan ini?” “Ya. Setelah membaca blogmu, aku ingin bertemu. Namaku... Sun Jingxuan.”