Suasana di dalam ruangan saat ini bisa dikatakan mencapai puncak ketegangan.
“Yin Ye, tunggu sebentar.” Yinyu mendekat, memandang dingin Zhang Hongna: “Apakah Ah Shen yang memberitahumu tentang keberadaan apartemen ini?”
“Tentu saja.” Dengan wajah angkuh dia menjawab: “Penganut Ye Fan Shen ini ternyata bisa menemukan purgatorio penebusan dosa ini, luar biasa. Sebagai Imam Besar, aku juga memutuskan masuk ke purgatorio ini untuk bertapa baru.”
“Kau yakin... kau tidak akan mati?”
Yinyu memandang tajam wanita ini. Dia tertegun sejenak, lalu tertawa: “Sudah pasti! Siapa aku? Aku Imam Besar Kerajaan Dewa Emas! Meski mati, aku akan kembali ke Kerajaan Ilahi. Kau tak perlu...”
Yinyu seolah mendengar lelucon terbesar. Tapi baginya, masih ada pertanyaan lebih penting.
“Apakah kau memberitahu penganut lain Kerajaan Dewa Emas tentang apartemen ini? Atau apakah Ah Shen sendiri pernah mengatakan...”
"Ini? Aku tidak pernah mengatakannya. Purgatorio penebusan dosa bukan tempat yang bisa diakses pengikut biasa. Setidaknya level di atasnya adalah reinkarnasi tokoh penting Kerajaan Ilahi. Mereka pasti sudah tahu, untuk apa aku memberitahu mereka? Itu sama sekali tidak perlu!"
Dengan kata lain, sekte sesat ini belum mengetahui keberadaan apartemen. Ini bagus, karena jika mereka ikut campur dalam urusan terkait apartemen, pasti akan menimbulkan banyak masalah.
"Saat pengikut Ye Fan Shen memberitahuku tentang apartemen ini, aku cukup terkejut. Meski sering membayangkan wujud purgatorio penebusan dosa, tidak kusangka bentuknya adalah sebuah 'apartemen'. Tapi cukup menarik juga. Alasan kalian masuk ke apartemen ini karena kalian adalah 'Black Heart Demon'. Sebagai Black Heart Demon, kalian harus benar-benar menebus dosa di purgatorio penebusan dosa ini! Jika tidak, kalian pasti tahu bagaimana masa depan kalian nanti..."
Zhang Hongna telah benar-benar mengalami cuci otak oleh sekte sesat, dan prosesnya sangat sukses. Mungkin beberapa pengikut tidak sepenuhnya percaya pada dogma Kerajaan Dewa Emas, tapi Zhang Hongna sama sekali berbeda. Setelah bergabung dengan kelompok agama ini, dia mengundurkan diri dari pekerjaannya, fokus pada praktik yang disebut 'pelatihan spiritual', menghabiskan banyak uang dan tenaga, sepenuhnya tenggelam dalam aktivitas ini. Sekarang, psikologinya telah menjadi begitu terdistorsi.
Yin Ye sebelumnya juga pernah meneliti sekte sesat, orang-orang yang dicuci otak oleh sekte sesat memang seperti ini. Hal-hal yang terlihat sangat absurd ini, justru dipercaya secara ekstrem oleh mereka. Mereka bukan penderita gangguan jiwa, melainkan terlalu dalam dicuci otak. Ah Shen pada waktu itu juga termasuk pengikut yang cukup sukses mengalami cuci otak.
Orang-orang ini sungguh memprihatinkan.
Tentu saja Yin Ye tidak akan merasa kasihan pada mereka karenanya. Bagaimanapun, mereka semua adalah orang dewasa yang memiliki kemampuan menilai, tidak semua orang bisa berhasil dicuci otak. Tidak bisa dikatakan bahwa setelah dicuci otak, tindakan mereka sama sekali tidak mengandung tanggung jawab. Jadi dulu ketika dia membunuh Ah Shen, tidak ada beban mental sama sekali. Meskipun Ah Shen sendiri menganggap tindakannya baik untuk Yinyu, Yin Ye jelas-jelas tidak akan memaafkannya karenanya.
"Dia sama sekali tidak akan membiarkan siapa pun mengancam nyawa Yinyu. Jika ada orang seperti itu, dia akan membuatnya membayar harga sebesar apapun, bahkan dengan cara yang tak terpuji!"
Wanita di hadapannya ini, juga bukan pengecualian!
"Tunggu!" Xingchen segera menghalangi, "Tn. Ke, tolong jangan seperti ini. Bagaimanapun jangan sampai ada korban jiwa lagi. Di apartemen ini, sudah terlalu banyak yang mati!"
Yin Ye mendengar kalimat ini, hatinya juga tersentuh.
Benar.
Bukankah sudah cukup banyak yang mati?
Xia Yuan, Tang Lanxuan, Kotobuki Koko, Ouyang Jing, Yang Lin, Xia Xiaomei, Yi Wan... Mereka semua dibunuh dengan kejam oleh apartemen ini. Penderitaan seperti ini sudah terlalu, terlalu banyak.
Sedangkan yang masih hidup harus terus menanggung kengerian ini, lalu suatu hari nanti mungkin juga akan mati dalam instruksi tulisan darah.
“Apartemen ini adalah neraka yang sesungguhnya tanpa kompromi!”
Sedangkan Xingchen, setelah membunuh Min, juga disiksa mimpi buruk siang dan malam. Mengakhiri nyawa seseorang adalah hal yang terlalu menyakitkan. Rasa sakit seperti mendorong diri sendiri ke neraka itu juga sama sekali tidak ingin dia alami lagi.
Dia tidak ingin melihat ada orang lagi yang mati di hadapannya.
“Musuh bersama yang harus kita lawan adalah apartemen ini!”
Sampai di sini, Yin Ye juga paham. Memang, saat ini apartemen adalah musuh besar bersama semua penghuni, dan itu musuh yang harus dimusnahkan!
Tapi Yin Ye juga tahu satu hal.
“Terkadang, manusia lebih menakutkan daripada hantu.”
Namun tepat saat itu, dia melepaskan pegangan dan mundur. Zhang Hongna agak terkejut, dia mengira Yin Ye akan segera membunuhnya.
Tapi dia tidak melakukannya.
“Membunuhmu sekarang terlalu mudah bagimu.”
Yin Ye memandang dingin Zhang Hongna, tatapan beku itu membuatnya gemetar tak sadar. Zhang Hongna berpikir: Apa-apaan ini? Dia cuma sekte 'Black Heart Demon', mengapa aku takut? Apa yang perlu kutakutkan?
“Aku akan melindungi Yinyu dengan baik. Kamu... rasakanlah sendiri dalam instruksi tulisan darah itu... teror yang lebih buruk dari kematian. Penderitaan dan ketakutan yang Yinyu dan aku alami selama lebih dari dua tahun ini, akan kuminumkan padamu!”
Yin Ye sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana dia bertahan selama ini setelah memasuki apartemen. Bahkan orang dengan tekad sekuat apapun, begitu masuk ke sini, perlahan akan mengalami breakdown mental bahkan sampai bunuh diri. Awalnya dia mengira bisa menguasai pola apartemen untuk bertahan hidup, tapi perlahan dia dan Yinyu mulai menyadari bahwa semuanya tidak sesederhana itu. Untuk bisa bertahan di apartemen ini, kecerdasan saja tidak cukup.
Keberuntungan juga mutlak diperlukan. Bahkan banyak penghuni yang meyakini bahwa faktor luck sebenarnya lebih penting daripada kecerdasan.
Dan inilah alasan sebenarnya yang membuat banyak penghuni putus asa.
Tapi memang tidak ada cara lain. Bagaimanapun apartemen tidak akan aktif memberikan jalan keluar bagi penghuni. "Keadilan" versi apartemen sebenarnya sangat tidak adil bagi banyak penghuni. Yang bisa bertahan melewati lima kali misi darah saja sudah sangat langka.
Setiap orang hanya bergantung pada harapan tipis yang nyaris tak terlihat, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup!
"Suruh aku merasakan? Apa otakmu tidak bermasalah? Black Heart Demon level receh begini, berani..."
Tiba-tiba Yinyu mengajukan pertanyaan padanya.
"Ah Shen... Benarkah dia sama sekali tidak curiga? Tentang identitasku sebagai Black Heart Demon, juga keberadaan Kerajaan Dewa Emas, tidak ada sedikitpun keraguan darinya?"
Bagaimanapun, Ah Shen pernah menjadi pria yang benar-benar dicintai Yinyu. Fakta bahwa pria itu membawanya masuk ke apartemen ini sebenarnya pukulan telak bagi Yinyu. Jika tidak ada Yin Ye, mungkin dia sudah tidak sanggup bertahan.
Melihat reaksinya, Zhang Hongna terkejut sejenak, lalu menyeringai dingin: "Meragukan? Keagungan Kerajaan Dewa Emas malah perlu diragukan? Kalian para 'Black Heart Demon' ini diam saja! Kalian sama sekali tidak mengerti kebesaran Kerajaan Ilahi, mati seribu kali pun takkan pernah paham!"
Yinyu menggigit bibirnya kuat-kuat, kemudian menoleh ke belakang dan berkata pada Yin Ye: "Ayo pergi. Aku tidak ingin bicara lagi dengan wanita ini."
Yin Ye tentu saja mengangguk. Saat ini dia dan Yinyu masih tinggal di luar apartemen, kembali setiap 48 jam sekali.
Setelah keluar, tiba-tiba Yinyu berkata pada Yin Ye: "Temani aku jalan-jalan. Aku... tidak ingin terus berada di dalam apartemen."
Penderitaan dalam hati Yinyu sangat mendalam. Di mata Ah Shen, dirinya hanyalah seorang "Black Heart Demon". Baginya, Kerajaan Ilahi-nyalah yang paling agung dan tak terbantahkan, sementara Yinyu hanyalah keberadaan yang bisa ada atau tiada.
Penderitaan ini terus menyiksa Yinyu. Dia telah memberikan seluruh cintanya pada Ah Shen, tapi imbalannya seperti ini! Karena mengenalnya, dia terjerumus dalam keadaan yang lebih menyakitkan daripada kematian!
"Yinyu, jangan hiraukan omongan wanita ini." Yin Ye segera menggenggam tangannya, "Ayo, pergi dulu dari sini. Kita pergi sekarang..."
Saat tiba di lantai satu dan melangkah keluar pintu apartemen, Yinyu merasa sedikit linglung. Seolah waktu berbalik ke masa lalu, saat pertama kali memasuki apartemen itu.
Saat itu, dia sama sekali tidak meragukan Ah Shen. Dia bersumpah akan menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah, lalu pergi menemui Ah Shen. Dia adalah penopang mental terbesarnya, bahkan bisa dikatakan harapan satu-satunya untuk bertahan hidup di apartemen ini. Dulu, di area memancing Danau Yeshan, demi tekad bertahan hidup ini, dia bahkan tega menggunakan jenazah penghuni yang bunuh diri sebagai umpan ikan!
Ketika mengetahui kabar bunuh diri Ah Shen, dia selalu mengira ini karena Ah Shen tidak tahan dengan pukulan perpisahan yang dia ajukan. Karena itu, rasa bersalah, kesakitan, dan penyesalan yang luar biasa—jika bukan karena Yin Ye, mungkin saat menjalankan misi darah dia akan menyerah begitu saja dan terbunuh.
Tiba-tiba, dia menoleh ke belakang, memandang apartemen ini, membuka mulut dan melontarkan raungan yang memekakkan telinga!
"Aaaaa——"
Teriakan Yinyu sampai serak. Dia memandang apartemen yang sangat dibencinya ini, bayangan itu tumpang tindih dengan sosok Ah Shen...
Dulu, saat terperangkap dalam mimpi di Kota Zhiyong, di detik-detik terakhir sebelum dibunuh badut, dia bermimpi tentang Ah Shen. Justru karena kemunculan Ah Shenlah dia tidak jadi dibunuh badut. Ini semua berkat kerinduan tak putusnya pada Ah Shen siang dan malam!
Tapi sekarang baru terbukti semua ini hanya lelucon belaka!
Raungan ini terdengar oleh banyak penghuni, tapi tak ada yang bereaksi. Sudah terlalu banyak penghuni yang mengalami gangguan mental setelah masuk apartemen ini, setiap orang sudah mati rasa terhadap hal seperti ini.
“Yinyu……” Yin Ye memandang di sampingnya, alasan dia tidak memberitahu Yinyu tentang masalah Ah Shen adalah karena takut melihat Yinyu dalam keadaan seperti ini.
Yinyu hampir kehilangan suaranya karena terus berteriak, tubuhnya terjatuh ke lantai dengan wajah yang basah oleh air mata.
“Bagaimana mungkin dia memperlakukan aku seperti ini? Bagaimana mungkin!”
Kerajaan Dewa Emas...
Apakah "Kerajaan Ilahi" yang disebut-sebut itu benar-benar bisa menghancurkan cintanya padanya? Apakah dia lebih memilih memasukkan dirinya ke apartemen ini, menganggap dirinya sebagai "Black Heart Demon", demi memuja kerajaan ini?
Dia begitu mencintainya! Meski sekarang perasaannya beralih ke Yin Ye, tapi dulu dia benar-benar mencintainya dengan sepenuh hati!
Dia tulus!
Tapi apa yang dia dapatkan dari ketulusannya ini?
“Masih ada aku, Yinyu, aku di sini bersamamu!”
Yin Ye memeluk Yinyu erat dan berkata: “Jangan pikirkan dia lagi, aku sudah membunuhnya! Kedepannya aku akan selalu menjagamu, aku pasti akan membuatmu berhasil menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah, untuk tujuan ini aku akan melakukan apapun, benar-benar apapun! Jangan pikirkan lagi, Yinyu! Kamu sekarang adalah penghuni apartemen dengan jumlah misi darah terbanyak kedua setelah Li Yin, tinggal empat misi lagi kamu bisa bebas dari sini! Empat kali lagi!”
Tapi semua orang tahu, instruksi tulisan darah selanjutnya akan semakin mengerikan.
Artinya, bertahan hidup akan semakin sulit.
Bahkan jika tersisa satu misi terakhir, peluang hidup tidak akan bertambah banyak. Kesuksesan menjalankan instruksi tulisan darah sebenarnya hanyalah penundaan hukuman mati.
“Kerajaan Dewa Emas... Kerajaan Dewa Emas!”
"Tiba-tiba Yinyu menatap apartemen itu dan berkata, 'Kau benar, Yin Ye, membunuhnya memang terlalu murah! Aku juga akan membuatnya merasakan penderitaan dan ketakutan kita! Aku akan memaksanya mengalami teror apartemen ini, dan tak akan kubiarkan dia mati dengan mudah! Sama sekali tidak!'"
"'Yinyu, jika kau benar-benar membencinya, aku bisa langsung membunuhnya untukmu...'"
"'Tidak, aku akan biarkan dia hidup... terus hidup... Aku juga akan membuatnya mengerti, bahkan setelah mati, dia takkan bisa memasuki 'Kerajaan Dewa Emas' itu! Aku tak mau dia meninggal dengan hati yang tenang!'"
Yinyu mengutuk Zhang Hongna dengan penuh kebencian, atau lebih tepatnya...
Mungkin dia memindahkan kebenciannya terhadap apartemen kepada Zhang Hongna. Karena tak ada penghuni yang bisa melawan apartemen, kebencian dan ketakutan tak berujung ini harus mencari saluran pelampiasan.
Maka... Zhang Hongna secara alami menjadi sasaran empuk pelampiasan itu.
Sementara itu, Zhang Hongna masih berdiri di jendela lantai atas, menyaksikan kemarahan Yinyu.
"'Huh, siapa dia?! Sudahlah, aku malas berdebat dengan 'Black Heart Demon'. Kapan ya misi darah pertamaku akan datang?'"
Saat itu, bayangan seseorang tiba-tiba muncul di pikirannya.
"Tian Xiu, aku tidak tahu apakah kamu baik-baik saja di Kerajaan Ilahi sekarang? Empat tahun yang lalu, kamu memilih masuk ke Kerajaan Ilahi, sehingga kapal pesiar 'White Wave' itu juga menghilang. Aku juga tidak tahu bagaimana kabarmu sekarang? Ingat dulu kamu bilang akan membawa beberapa pengikut yang telah sukses bertapa, kembali bersama ke Kerajaan Ilahi."
Saat itu, ponselnya berdering. Ia pun mengangkat telepon dan berkata: "Halo, ya, ini saya. Pendeta Besar Li, Anda... Apa? Anda serius?"
Ekspresinya tiba-tiba berseri-seri: "Anda bilang Pemimpin Agung dari markas besar Eropa akan datang langsung ke Kota K di Tiongkok untuk memeriksa operasional cabang?"
Bagi dia, Pemimpin Agung itu adalah perwujudan dewa dalam hatinya!
"Baik, saya mengerti! Saya juga akan hadir saat itu. Ya, baik, tutup dulu."
Setelah menutup telepon, matanya berbinar-binar: "Luar biasa! Sebelumnya hanya melihat foto Pemimpin Agung. Beliau adalah Utusan Suci dari Kerajaan Dewa Emas! Meskipun ada banyak utusan di bawah Dewa, tapi bagi kita Utusan Suci sudah merupakan keberadaan yang paling mulia!"
Malam hari.
Perairan laut sekitar puluhan kilometer selatan Kota S.
Permukaan laut saat ini sangat tenang. Cahaya bulan memantul di atas air, memancarkan kilau keperakan.
Sebuah kapal pesiar besar berlayar di permukaan laut. Namun, seluruh kapal itu gelap gulita, tak terlihat satu pun manusia...
Ya, benar-benar tidak ada seorang pun...
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 4 Zhang Hongna, Yan Lingxiao
Peristiwa itu terjadi empat tahun lalu.
Saat itu Zhang Hongna belum menjadi Pendeta Besar, masih menjabat sebagai misionaris.
Saat itu, pekerjaan penyebaran agama Kerajaan Dewa Emas di wilayah daratan Tiongkok baru dimulai. Awalnya aktivitas mereka cukup rahasia, namun akhirnya cakar setan berhasil merambah ke Kota K, kota pesisir yang berdekatan dengan Kota S.
Ini juga merupakan percobaan berani dari Kerajaan Dewa Emas, pertama kalinya mengembangkan pengikut di wilayah perkotaan Tiongkok daratan. Zhang Hongna termasuk dalam kelompok pertama yang bergabung.
Dia mengenal Pang Tianxiu setelah bergabung. Awalnya masuk agama ini, saat itu karena berbagai masalah seperti pekerjaan tidak lancar, pacar meninggalkannya, dan ayah meninggal dunia, dia ingin mencari pelarian spiritual. Saat itu dia menerima brosur Kerajaan Dewa Emas yang mengklaim sebagai agama dari Eropa. Agama memang menjadi pilihan banyak orang untuk mencari ketenangan jiwa. Zhang Hongna ingat, ayahnya dulu juga sangat taat pada Buddha, jadi tidak ada penolakan berlebihan terhadap agama.
Yang bertugas berkhotbah saat itu adalah Pang Tianxiu. Acara berlangsung di sebuah rumah seluas lebih dari seribu meter persegi. Pang Tianxiu yang berpakaian jas hitam, muncul bersama seorang wanita asing berambut pirang panjang.
“Semuanya,” saat itu dia berkata seperti ini: “Apakah kalian mengerti? Hidup yang kalian jalani sebenarnya semuanya palsu. Pikirkan baik-baik, sistem sosial, politik, pendidikan, peradilan... segalanya, kalian hanya bisa mengikuti arus. Orang-orang yang hidup di lapisan bawah masyarakat, bahkan tidak mampu membeli satu rumah, menghadapi harga yang semakin melambung, mencurahkan tenaga kerja, memandang wajah atasan, hidup secara mekanis hari demi hari, akhirnya mati tua. Dan untuk kehidupan seperti ini, sejak kecil kalian menerima pendidikan, belajar mati-matian, lalu ujian masuk perguruan tinggi, masuk kuliah, kemudian berjuang keras di tempat kerja, lalu apa yang kalian dapatkan?”
Memegang mikrofon, tiba-tiba dia berteriak keras: “Sebenarnya, semua dari kalian hidup tidak ada bedanya dengan mati!”
Kemudian, dia melanjutkan: “Bukankah kalian juga sering merasa ini tidak adil? Mengapa ketidaksetaraan antara manusia begitu besar? Mengapa anak orang kaya dan pejabat bisa berbuat semaunya, memiliki hak istimewa, dengan mudah membeli rumah mewah dan mobil BMW, sedangkan kalian, bersusah payah seumur hidup hanya menjadi budak rumah, mencicil KPR, lalu membuat generasi berikutnya melanjutkan kehidupan seperti ini! Di masyarakat sekarang, apa yang bisa kalian lakukan? Siapa yang bisa memberi harapan pada kalian?”
“Tidak! Tidak ada apa-apa! Tapi,” Pang Tianxiu berbicara penuh semangat dengan air liur beterbangan: “Aku menemukan kehidupan yang sama sekali berbeda! Pernahkah kalian berpikir, dunia tempat kita hidup ini sebenarnya hanyalah penjara, dan untuk keluar dari penjara ini, yang harus dilakukan adalah ‘transendensi’! Bukan begitu? Terikat oleh berbagai belenggu dan batasan duniawi, terus mengalami hal-hal menyedihkan yang sama di dunia ini, dikhianati, disakiti, hidup merana seumur hidup di bawah sistem yang tidak adil, bahkan tidak tahu berapa banyak uang dan tenaga kerja yang telah dieksploitasi dari diri sendiri. Tapi semua ini akan segera berakhir...”
Dia juga memperlihatkan banyak slide, pembicaraannya terus menyentuh berbagai isu sosial yang sedang viral. Pada akhirnya, dia mulai menyebutkan "Kerajaan Dewa Emas".
“Ini adalah brosur propaganda yang saya bagikan kepada kalian semua. Dengan membandingkan sejarah, kita bisa menemukan kejutan bahwa Black Heart Demon benar-benar ada! Sejarah selalu berulang, pertama seseorang muncul, berjanji akan memberikan kehidupan sejahtera dan setara, mengajak semua orang mengikutinya. Tapi setelah kekuasaan terbentuk? Mereka menunjukkan sifat asli Black Heart Demon, terus menindas dan mengeksploitasi kita semua! Setiap kali, yang paling menderita, yang mengalami kesakitan terbesar, tetaplah orang-orang lapisan bawah masyarakat! Bukankah begitu? Tapi Kerajaan Ilahi berbeda, Kerajaan Ilahi memperlakukan semua orang setara! Begitu latihan spiritualmu berhasil, kamu akan menyadari hakikat dunia gelap yang dikuasai Black Heart Demon ini! Di Kerajaan Ilahi, tidak ada pengkhianatan maupun luka, Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil! Hanya dengan latihan tekun, kita bisa mencapai ‘transendensi’ sejati!”
Pidato itu berdampak sangat dalam bagi Zhang Hongna. Karena itu, dia memutuskan untuk mengambil beberapa brosur propaganda yang detail.
Dia mulai tertarik dengan "Kerajaan Dewa Emas".
Selama dua bulan berikutnya, dia terus menghadiri ceramah dan akhirnya memilih bergabung dengan Kerajaan Dewa Emas. Dia membayar untuk mendapatkan puisi yang harus dibaca saat bertapa, serta mempelajari banyak hal tentang identifikasi Black Heart Demon. Sejak itu, di mata Zhang Hongna hanya ada dua jenis manusia: Black Heart Demon dan non-Black Heart Demon.
Banyak reaksi anehnya mulai diperhatikan ibunya. Hari pulangnya semakin larut, selalu beralasan sedang membaca puisi bersama pengikut. Kekhawatiran ibu semakin bertambah. Selain itu, pengeluaran untuk Kerajaan Dewa Emas semakin membengkak, hingga akhirnya dia memutuskan berhenti bekerja untuk fokus total pada praktik keagamaan.
Dia tidak makan daging sama sekali sehingga kekurangan gizi. Semua program berita juga dihindarinya. Setiap kali melihat ibu serius menonton berita, dia akan merebut remote dan mematikan TV sambil berkata: "Ibu, jangan ditonton! Ini adalah senjata Black Heart Demon untuk mengendalikan pikiran kita! Mereka takkan menyiarkan berita yang merugikan diri sendiri. Semua konten ini sudah dipoles. Mereka ingin kita tetap dalam kendali mereka. Aku harus membebaskan diri! HARUS BEBAS!"
"Dia membakar semua buku di rumah, baik itu politik, ekonomi, fisika maupun novel. Dia tidak lagi mempercayai apapun di luar dogma Kerajaan Dewa Emas, menganggap semuanya adalah kebohongan Black Heart Demon. Karena terlalu berhemat dalam makan, kondisi fisiknya semakin memburuk. Sepanjang hari dia melantunkan mazmur, tidak keluar rumah, tidak berkomunikasi dengan siapapun, perlahan mulai menunjukkan gejala gangguan mental."
"Ibu akhirnya tidak tahan dan membawanya ke dokter psikologi. Namun dokter hanya mendiagnosa kecemasan, memberi resep obat lalu selesai. Setelah itu, Zhang Hongna semakin menjadi-jadi. Dia membuang semua perabotan rumah, mengubahnya menjadi 'kuil suci', membeli banyak 'alat ritual' dan 'Air Suci'."
"Ibu akhirnya meledak marah: 'Kamu sudah tidak waras lagi? Tidak bekerja, malah mengacaukan rumah! Berapa uang yang sudah kamu habiskan untuk ini? Dan kenapa kamu terus menyembah patung aneh ini?'"
"'Ini patung Tuhan!' Zhang Hongna membalas keras: 'Ibu, tahukah ini apa? Ini Sang Agung Tuhan kita! Black Heart Demon pasti akan dihancurkan-Nya. Kita semua akan ditebus-Nya! Tidak bekerja kenapa? 'Uang' adalah sumber dosa buatan Black Heart Demon! Karena sistem kepemilikan pribadi yang diciptakan Black Heart Demon, muncul kelas sosial dan negara. Selama ribuan tahun manusia dimanipulasi Black Heart Demon untuk perang dan pertumpahan darah! Uang adalah sumber segala kejahatan!'"
Ibu melemparkan tagihan kartu kredit ke wajahnya, berkata: "Kamu lihat baik-baik! Kalau uang adalah sumber segala kejahatan, kenapa sekte ini masih memungut uang? Apakah uang-uang ini muncul dari udara? Batas overdraf kartu kredit sudah terlampaui, dengan apa kamu akan membayar bank? Sadarlah, Hongna! Ayahmu baru meninggal, aku juga akan segera pensiun, sekarang hanya kamu yang bisa diandalkan keluarga!"
"Pemungutan dana mutlak diperlukan karena ini adalah dunia yang dikendalikan 'Black Heart Demon', semua demi mempertahankan operasi gereja. Tapi begitu aku benar-benar mencapai pencerahan sejati, aku bisa memasuki Kerajaan Dewa Emas! Saat itu tiba, 'Black Heart Demon' pun takkan bisa menggangguku! Ibu, ikutlah berlatih bersamaku! Ibu juga sudah dibutakan 'Black Heart Demon', hanya dengan berlatih kita bisa melihat wajah aslinya!"
Ibu yang naik pitam langsung menamparnya. Melihat sang anak tak kunjung sadar, ia menyambar patung itu dan menghancurkannya di lantai!
"Sadarlah! Lihat badanmu sudah kurus seperti apa! Sekarang kamu tidak keluar rumah, tidak nonton TV, tidak bergaul, tidak bekerja! Kalau begini terus, hidupmu akan hancur!"
"Tuhan!"
Zhang Hongna malah merangkul patung itu erat-erat di dada seperti harta karun: "Ibu, kenapa kau seperti ini? Apakah kau tidak waras lagi? Bagaimana bisa menghancurkan patung ini? Ini adalah patung Tuhan! Wahai Tuhan Yang Maha Kuasa, ampunilah dosa pengikut-Mu ini, ampunilah kesalahan ini......"
Lalu, dia menatap ibunya, namun matanya dipenuhi kebencian yang dalam.
"Ibu mengerti, Ibu juga adalah 'Black Heart Demon'! Hanya 'Black Heart Demon' yang bisa melakukan kejahatan seperti ini! Kelak Ibu akan dihukum oleh Kerajaan Ilahi!"
Kemudian, Zhang Hongna pindah dari rumah dan tinggal di markas besar Kerajaan Dewa Emas yang dibangun di pinggiran kota. Dia juga tidak lagi menggunakan ponsel, seharian berada di markas untuk melakukan latihan spiritual.
Di markas besar, selain tidur, setiap saat dihabiskan bersama para pengikut: melantunkan puisi pujian bagi Kerajaan Ilahi, lalu melakukan "meditasi" untuk menyatukan roh dengan Kerajaan Ilahi. Ketika merasakan penyatuan antara Kerajaan Ilahi dan batin, seseorang akan bertahap menjadi praktisi spiritual yang mumpuni.
Saat itu, dia sangat mengagumi Imam Besar Pang Tianxiu. Dia bersumpah suatu hari nanti akan mencapai level yang sama dan menjadi Imam Besar.
Suatu hari, dia dipanggil ke kantor Tn. Gelong, penanggung jawab markas. Tn. Gelong dikirim dari markas Eropa untuk bertugas menyebarkan ajaran, termasuk tokoh penting dalam manajemen.
Setelah masuk ke kantor itu, Gelong langsung mengunci pintu lalu berkata: "Pengikut Zhang Hongna, kemajuanmu kami semua lihat. Tapi sumbanganmu ke Kerajaan Ilahi akhir-akhir ini semakin berkurang..."
"Ini..." dia buru-buru menjawab, "Maaf, karena saya mengundurkan diri dari pekerjaan, jadi tidak punya penghasilan..."
“Tidak apa, aku tahu.” Tuan Geron melambaikan tangan, melanjutkan: “Aku tidak mencelamu, kesetiaanmu pada Kerajaan Ilahi kami semua lihat. Uang adalah sumber kejahatan yang diciptakan ‘Black Heart Demon’, tapi untuk perang jangka panjang melawan mereka, kita harus sementara tunduk pada sistem mereka. Tanpa uang, sulit berkembang di dunia ini. Danamu tak cukup untuk membeli Air Suci baru, ini sangat buruk bagi latihan. Pendeta Besar Pang beberapa kali menyebutmu sebagai talenta dan memintaku membimbingmu.”
Zhang Hongna sangat bersemangat, mengangguk terus: “Terima kasih Pendeta Besar Pang! Aku akan terus berlatih sampai mencapai level pendeta besar!”
“Tapi gereja punya aturan. Produksi Air Suci butuh biaya. Jika diberikan gratis, para pengikut mungkin protes. Jadi saranku... hentikan pasokan Air Suci-mu, aku akan memberimu pelatihan khusus.”
“Pelatihan khusus?”
Ia curiga, buru-buru bertanya: “Pelatihan khusus seperti apa?”
“Hmm, dalam bahasa kalian orang Tiongkok disebut ‘shuangxiu’.” Geron tiba-tiba tersenyum: “Ini metode latihan tinggi dari strata atas Kerajaan Ilahi. Jika kita bersetubuh, kekuatan ilahiku akan berpindah padamu. Kau sering lihat mukjizat dan ramalanku bukan? Dengan cara ini, pencapaian yang butuh bertahun-tahun latihan bisa kau raih lebih cepat.”
“Perhitungan Gelong sangat matang, para pengikut perempuan yang sudah tidak bisa dieksploitasi lagi tentu tidak boleh disia-siakan, toh makanan untuk mereka juga butuh biaya bukan?”
Zhang Hongna langsung tersipu malu, saat itu ia masih perawan yang belum pernah mengalami hubungan intim dengan laki-laki.
“Tapi... ini...”
“Apa masalahnya? Tubuh manusia hanyalah seperti pakaian, sekali tercerahkan, fungsi raga menjadi tidak relevan, yang penting adalah roh. Begitu jiwamu mengalami lompatan, buat apa mempedulikan pengorbanan kecil raga? Tentu aku tidak memaksamu, kalau bukan karena rekomendasi kuat Imam Pang, aku tidak akan mengajarkan metode ini khusus untukmu.”
Di hati Zhang Hongna, perkataan Gelong adalah kebenaran mutlak. Tanpa keraguan sedikitpun, ia menyetujui: “Baik, Tuan Gelong, aku terima metode ini.”
Burung Gelong saat itu sudah tegak berdiri, tapi di permukaan ia tetap berlagak seperti pria bijak.
Tak lama kemudian, Zhang Hongna melepas seluruh pakaiannya. Gelong langsung menerkam, menindihnya ke lantai, dan merebus keperawanannya.
Zhang Hongna tetap yakin ini adalah proses bertapanya, apa salahnya berkorban sedikit untuk itu?
Setelah itu, setiap minggu ia dipanggil ke ruangan Gelong untuk "latihan khusus". Banyak pula pengikut perempuan lain yang bernasib sama.
"Pernah suatu kali, dia melihat seorang wanita paruh baya keluar dari ruangan Gelong dengan wajah memerah, napasnya terengah-engah saat berjalan. Langsung tahu itu juga 'pelatih khusus'."
Lalu dia mendekat dan bertanya, "Anda juga pengikut yang berlatih dengan Tuan Gelong? Siapa nama Anda?"
Wanita paruh baya itu memandang Zhang Hongna tanpa kesan, mengingat para pengikut biasanya hanya melantunkan mazmur sampai otak tumpul, jarang berinteraksi, hanya mengikuti aturan gereja secara mekanis.
"Ya... nama saya Yan Lingxiao. Kata Tuan Gelong, tingkat latihanku sudah tinggi, dia sedang membantuku melewati rintangan terakhir. Aku dirujuk oleh Imam Pangda."
"Benarkah? Kebetulan, aku juga."
Yan Lingxiao kemudian berjalan sambil mengobrol dengannya. Perempuan ini sangat pemalu, selalu tersipu saat bicara. Tiba-tiba dia berkata, "Nona Zhang, apakah... kamu benci laut?"
"Hmm?" Yan Lingxiao terkejut, "Benci laut?"
"Iya. Aku selalu merasa mungkin ada sesuatu yang tersembunyi di kedalaman laut, sangat gelap dan menakutkan. Tapi Tuhan bilang, lautan adalah sumber segala kehidupan, juga titik penghubung Gerbang Kerajaan Ilahi dengan Bumi. Jadi aku bingung. Imam Pangda bilang, dengan kemajuan latihanku, aku akan mencapai tahap menyatu dengan Kerajaan Ilahi. Aku sudah dibersihkan dari dosa, siap naik ke Kerajaan Ilahi!"
“Selamat ya!” Zhang Hongna juga tulus bersuka cita untuknya, berkata: “Apakah kalian berencana melakukan proses peningkatan menuju Kerajaan Ilahi di laut?”
"Peningkatan" ini adalah bunuh diri.
“Benar, naik kapal pesiar bernama 'White Wave'. Lalu menuju perairan tempat Kerajaan Ilahi berada... Aku berencana membawa putriku juga ke Kerajaan Dewa Emas. Namanya Anna, gadis yang sangat manis, tapi dia tidak tahu tentang latihan spiritualku.”
“Begitu, apakah putrimu bisa langsung masuk ke Kerajaan Ilahi?”
“Pendeta Besar mengatakan tidak masalah, jiwanya cukup murni termasuk tipe yang bisa langsung masuk Kerajaan Ilahi. Selain itu, kakak perempuanku juga ikut, bersama pengikut Mo Jun dan pengikut Bai Lili.”
“Luar biasa... Pendeta Besar Pang,” tanya Zhang Hongna lagi: “Apakah beliau juga akan masuk Kerajaan Ilahi?”
“Ya, Pendeta Besar merasa latihannya sudah cukup. Untungnya saat ini Mr. Gelong yang mengurus segalanya, jadi dia tidak perlu khawatir.”
“Sungguh membuat iri. Andai aku juga bisa berlatih sampai level Pendeta Besar...”
Ini adalah pertemuan pertama dan terakhir Zhang Hongna dengan Yan Lingxiao.
Sebulan kemudian, terdengar kabar mengejutkan nasional tentang kecelakaan hilangnya White Wave.
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 5 Kapal Cahaya Bulan
Perusahaan kapal White Wave menghadapi gugatan besar-besaran, Kantor Keamanan Laut mengerahkan pencarian siang-malam, seluruh negeri memantau peristiwa ini. Namun perlahan, kasus ini mulai menghilang dari perhatian publik.
Di bawah pengaruh apartemen, orang-orang mulai melupakan peristiwa ini.
"Kini, sudah sangat sedikit orang yang mengingat kecelakaan misterius empat tahun lalu itu."
"Namun Zhang Hongna meyakini itu adalah mukjizat Kerajaan Dewa Emas. Mungkin semua orang di kapal itu adalah 'Black Heart Demon', sehingga saat gerbang Kerajaan Ilahi terbuka, para iblis itu pun ikut dimusnahkan."
"Zhang Hongna sama sekali tidak meragukan dogma Kerajaan Dewa Emas."
"Meski hanya bertemu sekali dengan Yan Lingxiao, kesan yang ditinggalkannya sangat mendalam. Mungkin..."
"Dia agak iri karena Yan Lingxiao bisa memasuki gerbang Kerajaan Ilahi bersama Imam Besar Pang Tianxiu yang sangat dikaguminya."
"Pagi itu, Zhang Hongna terbangun."
"Dia menggosok bahunya, mengenakan sandal. Tiba-tiba sensasi terbakar muncul di dadanya, dan dinding ruang tamu di depannya mulai mengucurkan darah segar!"
"Darah itu dengan cepat membentuk rangkaian tulisan yang jelas terbaca."
"Sebelum pukul 18:00 sore tanggal 4 Mei 2011, pergilah ke Kota S dan naiki kapal pesiar 'Moonlight'. Misi darah berakhir pukul 24:00. Tiket sudah disimpan di laci ruang perpustakaan. Penghuni yang telah menjalankan 5 kali misi darah bisa kembali ke apartemen dengan menyentuh penghuni tersebut setelah waktu habis. Instruksi ini tidak menyertakan informasi lokasi pecahan Perjanjian Neraka."
"Apa? Harus melalui penghuni itu untuk kembali ke apartemen?"
Ekspresi Zhang Hongna saat ini sungguh luar biasa. Yang sangat menjadi perhatiannya adalah "penghuni yang telah menjalankan misi darah lima kali". Siapa? Ke Yinye? Ke Yinyu? Atau Li Yin dan Ying Ziye?
Pada saat yang sama, di Kamar 1404, Yin Ye menatap tajam instruksi tulisan darah di hadapannya.
Apakah ini sedang membicarakan diriku?
Instruksi darah kali ini juga secara tidak langsung membuktikan adanya penghuni seperti itu yang bisa mengajak penghuni lain "menumpang gratis". Ini mengingatkan pada teknik teleportasi Son Goku dalam "Dragon Ball".
Mengapa apartemen memberikan hak istimewa seperti ini kepada penghuni? Jika ada penghuni yang telah menjalankan lebih dari lima misi darah, bahkan yang baru pertama kali pun bisa ikut menumpang.
Tapi siapa yang bisa memahami logika apartemen? Mungkin ini semacam aturan khusus. Dengan memanfaatkan aturan ini, kita juga bisa memancing hantu masuk ke apartemen untuk ditelan lubang hitam.
Pada saat yang sama, empat penghuni lainnya juga menerima instruksi tulisan darah.
Tak lama kemudian, enam penghuni telah berkumpul di ruang tamu lantai bawah.
Saat melihat Zhang Hongna, Yin Ye mengerutkan kening. Empat orang lainnya juga adalah penghuni baru.
Xun Moying dari Kamar 107 adalah gadis berusia 16-17 tahun yang tidak terlalu cantik namun memiliki tubuh sangat indah. Sebelum masuk apartemen, dia adalah siswi SMA. Setelah terperangkap di sini, dia terpaksa kabur dari rumah dan meninggalkan catatan untuk orang tuanya yang berjanji akan pulang beberapa tahun kemudian. Keadaannya sangat menyedihkan, tapi tidak ada pilihan lain.
Ruangan 609 Luo Cheng, seorang pria berminyak dengan wajah yang terkesan licik. Namun kelicikan justru menjadi alat penting bagi penghuni apartemen untuk bertahan hidup di malam ini.
Ruangan 1211 Xu Rao, perempuan berkacamata yang terlihat seperti intelektual. Terakhir, Ye Tianchen dari ruangan 2104, seorang pemuda berusia dua puluhan dengan postur tegap.
Tentu saja... Yin Ye paling memperhatikan Zhang Hongna.
Tak disangka, begitu cepat harus menjalankan misi darah bersamanya!
Zhang Hongna pun memandang dingin ke arah Yin Ye, sama sekali tidak menganggapnya penting. Saat ini dia hanya memikirkan: Bagaimana harus melewati instruksi tulisan darah pertamanya ini?
Sedangkan penghuni lain memusatkan perhatian pada Yin Ye. Para penghuni baru ini memiliki ketakutan luar biasa terhadap apartemen, meskipun karena ini pertama kalinya menjalankan misi darah, masih ada sedikit keraguan - apakah benar-benar ada hantu yang akan muncul?
Kali ini, instruksi tulisan darah baru diterbitkan pada hari yang sama, situasi seperti ini benar-benar pertama kali terjadi.
Yang sangat mengganjal baginya adalah, mengapa apartemen mengatakan jika ingin kembali harus mengandalkan dia? Apakah penghuni lain tidak bisa kembali ke apartemen dengan normal?
Kebenaran mengerikan apa yang tersembunyi di balik semua ini?
Misi darah dari apartemen kemungkinan besar menyimpan jebakan yang sulit terdeteksi. Yin Ye tentu tak mungkin mengabaikan masalah yang jelas ini. Namun sekarang mereka harus segera berangkat, lagipula untuk mencapai pelabuhan Kota S juga membutuhkan waktu, semua orang sudah menerima tiket kapal.
Ada enam orang yang menjalankan misi darah, dengan Yin Ye sebagai pemimpin. Dari keenam orang ini, lima lainnya adalah penghuni baru. Keempat penghuni baru tersebut memiliki kesehatan mental yang sangat lemah dan benar-benar ketakutan terhadap instruksi tulisan darah. Mereka semua sepenuhnya menggantungkan harapan pada Ke Yinye yang telah melewati lima kali instruksi tulisan darah.
Setiap penghuni telah membaca tabel analisis instruksi darah. Pencapaian terbaik Ke Yinye tentu adalah saat menemukan boneka di Bus Tengah Malam untuk menghindari kematian. Banyak orang mengagumi ketenangan dan wawasan luar biasa Yin Ye dalam situasi kritis. Banyak yang merasa beruntung bisa bertindak bersama Ke Yinye dalam misi darah pertama mereka. Bagaimanapun, Yin Ye diakui sebagai orang terpintar kedua setelah Li Yin, bahkan melebihi Ying Ziyue.
Di antara mereka, Ye Tianchen adalah penghuni yang sangat mengagumi Yin Ye. Pria muda ini berwajah lembut dan jelas terlihat sebagai pria yang baik. Setelah beberapa kali berinteraksi dengan Yin Ye di apartemen, kekagumannya semakin bertambah. Tindakannya memasuki apartemen secara sukarela demi kekasihnya telah menyentuh banyak penghuni, termasuk Ye Tianchen. Ini bisa disebut sebagai secercah kehangatan langka di tengah kekejaman apartemen.
Tinggal di apartemen ini justru membuat sifat manusia yang biasa dan alami menjadi sesuatu yang berharga dan langka.
Yin Ye juga tidak menyangka akan menerima instruksi tulisan darah hari ini. Sebenarnya, dia berencana terus menyelidiki hal-hal terkait Pu Miling bersama Li Yin.
Meskipun Pu Miling sudah benar-benar mati baik secara fisik maupun roh, masih banyak misteri yang ditinggalkannya.
Buku harian yang ditemukan Shangguan Mian memberikan banyak petunjuk penting. Tampaknya dia sengaja mendekati banyak orang yang mungkin terkait dengan instruksi tulisan darah. Xingchen membawa semua lukisan ramalan dari rumahnya, yang mungkin memiliki nilai referensi. Tentu saja lukisan-lukisan ini tidak diungkapkan ke para penghuni.
Diduga, setelah pergi ke Kota H, Pu Miling melakukan beberapa hal yang kemungkinan terkait dengan orang-orang yang akan terlibat instruksi tulisan darah. Dengan menyelidiki orang dan pemandangan dalam lukisan, mungkin kita bisa menemukan lokasi instruksi tulisan darah di masa depan, bahkan menemukan lebih banyak lukisan ramalan.
Bagaimanapun, lukisan ramalan yang pernah dibuat Pu Miling pasti lebih banyak dari ini. Mungkinkah dia meninggalkan lukisan ramalan di tempat lain?
Terakhir, dan yang paling penting.
Instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Shen Yu mengatakan dia tidak bisa melukiskan pemandangan instruksi tulisan darah tingkat ini. Buku harian Pu Miling menyebutkan, "Jangan pernah menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis".
Peringatan ini membuat Li Yin dan yang lain merasakan dingin yang menggelitik tulang belakang.
Untuk sementara, semua informasi ini hanya diketahui oleh penghuni yang pernah ditarik ke Area Hutan No.6. Jangan beri tahu penghuni lain sebelum ada hasil investigasi lebih lanjut.
Bagaimanapun, hilangnya kemampuan Shen Yu sangat mengecewakan. Tanpa kemampuan ini, situasinya kembali seperti dulu - menjalankan misi darah dalam keadaan buta.
"Jadi, harapan terbesar tetap adalah Kontrak Neraka."
Sekarang, semua orang bisa menebak bahwa fragmen kontrak berada di tangan Xingchen atau Shen Yu. Sedangkan fragmen kontrak keempat kemungkinan besar ada di tangan Kamya Sayoko dan Huangfu He. Belum pasti apakah fragmen itu juga ada di tangan Xingchen. Tentu saja, baik Kamya Sayoko maupun Xingchen sama-sama tahu bahwa fragmen tersebut memang berada di tangan Huangfu He.
Saat ini, sudah ada empat fragmen kontrak yang dirilis. Dari total tujuh fragmen Kontrak Neraka, sekarang karena sudah dirilis tujuh, maka tinggal merilis tiga lagi untuk melengkapi dan melaksanakan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis!
Saat itulah kita bisa meninggalkan apartemen terkutuk ini!
Namun, peringatan Pu Miling membuat semua orang merinding. Jangan ikut instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis? Apakah dengan memiliki Kontrak Neraka berarti sudah aman sepenuhnya?
Kontrak Neraka bisa menyegel Raja Iblis - ini adalah penjelasan dari instruksi tulisan darah, dan pasti tidak mungkin salah.
Instruksi tulisan darah tidak akan "berbohong" - ini dianggap sebagai kebenaran mutlak oleh para penghuni, setara dengan keyakinan bahwa "hantu tidak bisa masuk ke apartemen". Dibandingkan dengan perkataan Pu Miling, tentu ini jauh lebih bisa dipercaya.
"Apa yang kamu pikirkan, Tn. Ke? Kok melamun sekali?"
Saat ini, enam orang telah berangkat menuju stasiun metro. Yin Ye sudah menelepon Li Yin dan memintanya membantu menyelidiki kapal pesiar "Moonlight".
Instruksi tulisan darah kali ini berada di laut. Tingkat bahayanya sudah tidak perlu diragukan lagi.
Namun, ini adalah kapal pesiar besar yang dipenuhi ribuan turis. Apakah mungkin hantu itu akan "membunuh" semua penumpang? Sebelumnya, tidak pernah ada preseden seperti itu dalam instruksi tulisan darah.
Orang yang berbicara dengan Yin Ye tadi adalah penghuni baru Xu Rao.
Xu Rao melanjutkan: "Omong-omong, Tn. Ke, kapal ini berangkat dari Kota S ke Kota D. Kita bisa turun di Kota D lalu kembali ke apartemen. Tapi instruksi tulisan darah mengatakan kita harus kembali bersamamu..."
Apakah mustahil pulang tanpa Yin Ye?
Pikiran ini membuat semua orang merasakan dingin yang menyelimuti hati.
Karena itu, mereka hampir mengelilingi Yin Ye, memperlakukannya bagai dewa pelindung.
Yin Ye mengeluarkan ponselnya lagi. Ia ingin menelepon Yinyu. Mungkin Li Yin sudah memberitahunya.
Benar saja, ponsel menampilkan panggilan masuk dari Yinyu.
Saat diangkat, suara Yinyu terdengar: "Yin Ye! Apa...apa kau benar-benar akan menjalani instruksi tulisan darah keenam?"
Saat ini, mereka sudah tiba di dekat stasiun metro.
"Ya," jawab Yin Ye. "Maaf Yinyu, kami harus segera berangkat. Waktu mepet. Dari sini ke pelabuhan Kota S butuh waktu. Tapi aku pasti kembali!"
Yinyu mencengkeram ponselnya erat. Matanya menatap jendela apartemen, seolah ingin melihat sang kekasih yang dirindukannya. Ia sadar, Yin Ye adalah seluruh hidupnya sekarang. Jika dia mati, Yinyu takkan sanggup bertahan.
Tanpa Yin Ye, tak ada lagi harapan atau harapan yang tersisa di apartemen ini.
"Dunia ini tidak memiliki dewa."
Tapi saat ini, Yinyu tetap ingin berdoa kepada dewa, berharap Yin Ye bisa pulang dengan selamat! Baginya, dia bisa hidup kembali lebih penting dari apapun, lebih berharga dari segalanya...!
"Bersumpahlah padaku!" Yinyu tiba-tiba berteriak: "Bersumpahlah bahwa kau pasti akan hidup kembali! Sungguh-sungguh, harus kembali hidup..."
Suara Yinyu sangat keras, sampai terdengar oleh Zhang Hongna yang berada di belakang Yin Ye. Tapi dia hanya menyeringai dingin.
"Baik," Yin Ye mengangguk kuat, berkata: "Aku bersumpah, aku pasti akan hidup kembali, pasti!"
"Baik..." Yinyu mengusap air mata, saat ini dia hanya bisa terus berdoa untuk Yin Ye.
Setelah menutup telepon, Yin Ye menyimpan ponselnya kembali. Sudut matanya juga mulai basah oleh air mata.
Baginya, mendapatkan cinta Yinyu adalah hal yang lebih membahagiakan daripada keberhasilan menjalankan instruksi tulisan darah. Hal ini juga membuatnya semakin bertekad untuk bertahan hidup.
"Bersumpah? Jangan bercanda." Zhang Hongna menyeringai dingin: "Kau pikir sumpah bisa berguna? Sekeras apapun keinginanmu untuk hidup, bukan berarti kau pasti selamat. Hanya dengan mencapai tingkat latihan kami, mendapatkan berkah Tuhan, barulah bisa mencapai keabadian! Bukan hidup dalam tubuh hina 'manusia' yang cuma berumur puluhan tahun, masih belum juga kau paham?"
Yin Ye tiba-tiba menoleh ke belakang, sorot matanya memancarkan kilatan tajam.
Dia tidak melanjutkan bicara. Tidak ada minat baginya untuk berdebat dengan Zhang Hongna, seorang pengikut sekte sesat yang sudah dicuci otak sepenuhnya. Itu seperti bermain kecapi di depan sapi, hanya akan mempermalukan diri sendiri.
"Ayo pergi."
Kemudian, dengan tekad bulat, dia bersama lima penghuni lainnya memasuki area metro!
Yinyu berdiam diri di depan jendela, perasaannya seperti terkoyak. Dalam hati, dia terus memanggil nama Yin Ye, sambil menyadari betapa mengerikannya instruksi darah keenam ini.
"Benarkah kita tidak boleh menjalankan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis? Pu Miling, apa maksud perkataan pria itu sebenarnya?"
Di layar komputer Li Yin, terpampang semua data tentang kapal pesiar Moonlight.
Kapal pesiar ini dibangun oleh perusahaan pelayaran yang membeli aset White Wave - kapal yang pernah menggemparkan seluruh negeri. Rute yang mereka tempuh adalah dari Kota S ke Kota D.
"White Wave..."
Li Yin mencatat detail ini.
"Apakah ada hubungannya?"
Ziye berdiri di belakangnya, matanya juga tak lepas dari data. Tiba-tiba bel pintu berbunyi.
Tamu yang datang adalah Yinyu.
"Bagaimanapun juga, tolong selamatkan Yin Ye!"
Dia menunduk dalam-dalam, memohon: "Kalian pasti bisa menyelamatkannya, Li Yin, Ying Ziye... Kumohon, tolong selamatkan dia, tolong selamatkan dia..."
## JILID XIV KAPAL HANTU BAB 6 PELAYARAN
Kota S yang berdekatan dengan Kota K adalah sebuah metropolis modern dengan luas wilayah dan populasi yang jauh melebihi Kota K. Kota ini juga merupakan tujuan wisata, di mana Yin Ye dan Yinyu sebelumnya pernah berkunjung ke sini berkali-kali.
Duduk di taksi, Yin Ye dan yang lain sedang menuju pelabuhan. Enam orang terbagi menjadi dua taksi. Yin Ye tidak ingin melihat Zhang Hongna, jadi ia bersama Xu Rao dan Ye Tianchen naik taksi yang sama.
"Moonlight, Moonlight..." Ye Tianchen mengetuk laptop di hadapannya, setelah beberapa saat ia berkata: "Ini kapal pesiar besar yang baru dibangun, jadi informasinya masih sedikit. Apa yang akan terjadi? Tn. Ke, apakah hantu akan muncul dari laut?"
Laut?
Yin Ye menganggap kemungkinan itu cukup tinggi. Jika hantu berasal dari laut, lalu apa jalan keluar yang mungkin?
Dari lukisan ramalan Pu Miling yang berhasil diperoleh sejauh ini, tidak ditemukan lukisan yang berhubungan dengan kapal atau laut. Hal ini telah ia konfirmasi.
Laut...kah?
Yin Ye teringat pengalaman menonton laut bersama Yinyu dulu. Lebih dari siapapun, ia menyukai pemandangan langit di ujung garis cakrawala laut, terutama saat matahari terbenam ketika laut tersapu warna emas yang megah. Saat itu ia selalu terkagum-kagum pada keajaiban dan keindahan alam.
Namun sekarang, harus menghadapi hantu dari laut? Sungguh ironi yang besar.
Tentu saja, ini bukan saatnya membicarakan hal-hal seperti itu. Yin Ye saat ini sedang merenungkan suatu masalah.
Instruksi tulisan darah kali ini memiliki dua hal yang sangat tidak wajar. Pertama, tentu yang membuat semua penghuni khawatir—hak istimewa untuk kembali ke apartemen melalui teleportasi instannya. Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya, bukankah ini menandakan bahwa tanpa dia, sama saja memutuskan jalan keluar para penghuni? Meskipun berhasil menahan hantu, jika tidak bisa kembali ke apartemen tetap akan mati. Kedua, mengapa waktu pelaksanaan misi darah ditetapkan pada hari yang sama? Biasanya situasi seperti ini tidak terjadi, penghuni biasanya diberi beberapa hari untuk persiapan, tapi kali ini misi harus dijalankan pada hari itu juga!
Apakah ada rahasia tersembunyi di balik ini?
Namun, Yin Ye belum bisa menemukan jawabannya. Bagaimanapun juga, jebakan yang dirancang apartemen pasti tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Saat mencari enam kepala manusia dalam misi darah sebelumnya, dia benar-benar tertipu dan hampir kehilangan nyawa bersama Yinyu! Akhirnya Yinyu nekat menarik hantu ke dalam apartemen sehingga misi darah itu berhasil diselesaikan!
Setiap mengingat bagaimana Yinyu nyaris melintasi gerbang kematian saat itu, hati Yin Ye langsung terasa sakit menusuk. Tujuan awalnya masuk apartemen adalah mempelajari pola misi darah untuk membantu Yinyu kabur, tapi malah berbalik diselamatkan oleh Yinyu.
Dia mengeluarkan tiket kapal dari sakunya, kedua tangan menggenggam erat. Meski tidak tahu jebakan mengerikan apa yang menanti kali ini, apapun yang terjadi dia harus kembali hidup-hidup menemui Yinyu!
Ini adalah janji antara dia dan Yinyu.
Saat taksi tiba di pelabuhan, angin bertiup sangat kencang. Setelah turun, Yin Ye langsung merasakan hembusan angin kuat yang menerbangkan rambutnya hingga agak berantakan.
Perasaan gelisah yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai menyergap.
Perasaan ini sangat mirip dengan saat akan menjalankan instruksi tulisan darah mencari enam kepala manusia dulu.
Tepat di saat itu, sebuah taksi lain juga berhenti di belakang. Zhang Hongna dan dua orang lainnya keluar dari taksi.
Enam orang berkumpul, sementara pelabuhan saat itu ramai oleh lalu lalang orang. Sekarang karena Golden Week sudah tidak ada lagi, sebenarnya jumlah orang bisa lebih banyak.
"Ayo, kita cari kapal pesiar 'Moonlight'."
Angin terus menerus menerbangkan poni depan Yin Ye. Sorot mata pria ini sekarang dipenuhi keteguhan, membuat para penghuni baru di sampingnya kagum: Di tengah apartemen mengerikan seperti ini, dia masih bisa mempertahankan keteguhan pandangan - sungguh pria sejati yang luar biasa!
"Tn. Ke, Anda benar-benar... sangat santai ya." Ye Tianchen menggunakan istilah populer "santai" dari internet, berkata: "Kami semua akan mengandalkan Tn. Ke!"
Ye Tianchen semakin yakin dengan Yin Ye. Sepanjang perjalanan dia terus memuji-muji Yin Ye, menunjukkan sikap seperti sudah kenal lama bahkan ingin mengangkat saudara. Yin Ye juga paham, saat ini semua orang sangat bergantung padanya. Mengingat keberhasilan misi darah ini sangat ditentukan oleh dirinya, wajar jika mereka semua berpusat padanya. Selain Ye Tianchen, beberapa penghuni lain juga tak ketinggalan memuji.
“Tentu saja,” Xu Rao juga mendekatkan diri ke Yin Ye, berkata: “Tn. Ke, tolong Anda harus membantu kami ya, ini pertama kalinya kami menjalankan misi darah, semuanya bergantung pada Anda.”
“Benar, benar.” Luo Cheng yang berpenampilan licik juga menyahut: “Tn. Ke, saya sudah mempelajari tabel analisis misi darah sebelumnya, kecerdasan jenius Anda tidak kalah dengan Loushang saat ini Li Yin! Kali ini, kita semua mengandalkan kebijaksanaan Anda! Ke depannya, saya pasti akan mengikuti setiap perintah Tn. Ke!”
Pujian-pujian ini semakin bermunculan seperti deretan gula, namun Yin Ye tetap tidak bereaksi. Meski semua orang suka dipuji, tetapi setelah masuk ke apartemen ini, siapa lagi yang peduli. Beberapa penghuni ini, jika bisa diselamatkan tentu akan dia selamatkan, jika tidak bisa, Ke Yinye ini juga bukan orang suci. Baginya, hanya Yinyu satu-satunya yang layak dipertaruhkan nyawanya. Bahkan ekstrimnya, demi menyelamatkan Yinyu, mengorbankan satu penghuni pun mungkin akan dia lakukan.
Kapal pesiar mewah "Moonlight" berwarna perak itu kini berlabuh di pelabuhan. Banyak orang sedang antre naik ke kapal tersebut dengan semangat, sebaliknya, Yin Ye dan yang lain justru terlihat muram.
Bagi penghuni yang pertama kali menjalankan misi darah, kapal ini terasa seperti monster pemangsa manusia. Xu Rao dan Xun Moying terus merapat di belakang Yin Ye, bahkan napas pun ditahan. Namun Zhang Hongna sama sekali tidak bereaksi, menatap lurus ke arah kapal pesiar itu.
Menurut tiket kapal, waktu keberangkatan adalah pukul lima sore, persis waktu mulai eksekusi misi darah yang disebutkan dalam instruksi tulisan darah.
Jadi, kita harus naik kapal sebelum pukul lima.
Saat ini, beberapa orang sedang di bawah kapal menyerahkan tiket mereka untuk diverifikasi kru, lalu naik melalui tangga tali yang tergantung.
Memandang kapal besar ini, Yin Ye bertanya-tanya dalam hati: trik apa lagi yang akan dilakukan apartemen kali ini? Dengan begitu banyak penumpang, apakah apartemen tega membunuh mereka semua?
Bahkan dalam instruksi tulisan darah tingkat raja iblis yang pernah dijalankan Dokter Tang dulu, orang-orang yang terlibat tidak benar-benar mati.
Menggigit gigi, Yin Ye berkata: "Ayo. Kita naik..."
Lautan dalam yang gelap, apa yang tersembunyi di kedalamannya? Masih banyak area lautan yang belum sepenuhnya dijelajahi manusia.
Sampai di depan tangga tali, Yin Ye menarik napas dalam-dalam lalu melangkah.
Zhang Hongna langsung mengikuti di belakangnya, sementara empat penghuni lainnya juga mengeratkan gigi dan naik. Semua mata tertancap pada punggung Yin Ye yang saat itu bagai dewa bagi mereka!
Setiba di geladak, keenam orang mengikuti arus penumpang menuju kabin. Berdasarkan tiket, mereka ditempatkan di dua kamar terpisah - tiga pria dan tiga wanita.
Kamar-kamarnya tertata rapi dan nyaman. Meski tidak terlalu luas, kesan sederhana terasa menyelimuti ruangan.
“Ye Tianchen dan Luo Cheng yang masuk ke ruangan bersama Yin Ye juga merasa puas dengan ruangan ini. Kalau bukan karena harus menjalankan misi darah, mungkin saat ini perasaan mereka akan sangat menyenangkan?”
Sekarang musim panas, meski sudah mendekati pukul lima, langit belum sepenuhnya gelap. Karena sinar matahari belum sepenuhnya hilang, keberanian mereka masih tersisa sedikit. Lagipula, masih banyak orang di kapal saat ini.
“Mari periksa dulu,” Yin Ye mengingatkan, “Mungkin ada petunjuk jalan keluar yang penting tertinggal di sini. Kalian sudah mempelajari banyak misi darah, pasti tahu betapa pentingnya petunjuk jalan keluar.”
Ye Tianchen dan Luo Cheng tentu paham pentingnya petunjuk jalan keluar, tapi dalam hati mereka menggerutu: petunjuk jalan keluar bagi mereka terlalu ambigu dan tersamar.
Setelah memeriksa sekian lama, benar-benar tidak ditemukan petunjuk apapun yang layak disebut sebagai petunjuk.
“Sudah, kita pergi dulu.” Yin Ye tiba-tiba teringat sesuatu. Ia mengeluarkan ponsel dan memotret setiap sudut ruangan.
“Kenapa difoto?” Luo Cheng bertanya bingung, “Tn. Ke, nanti kita bisa kembali ke sini lagi...”
“Ini untuk jaga-jaga.” Setelah selesai memotret, Yin Ye menyimpan ponselnya sambil berkata, “Baik, mari kita lihat kondisi Xun Moying.”
Baru saja keluar ruangan, terlihat tiga orang - Zhang Hongna, Xun Moying, dan Xu Rao - berjalan dari ujung koridor yang lain.
“Bagaimana?” Yin Ye segera mendekat dan bertanya, “Ada temukan petunjuk?”
Ketiganya menggelengkan kepala.
“Begitu ya.” Yin Ye tidak terlalu terkejut. “Foto saja pemandangan ruangan ini, bagaimanapun juga...”
Yin Ye teringat kembali saat di Bus Tengah Malam dulu, tangan hantu yang muncul dalam video yang dia rekam menggunakan ponsel. Jika merekam gambar visual, hantu mungkin akan muncul.
Yin Ye tidak khawatir hantu akan mengambil nyawanya melalui rekaman, kunci instruksi tulisan darah terletak pada petunjuk jalan keluar.
Tentu saja, mungkin tindakan ini memicu jalan kematian, tetapi kebalikan jalan kematian adalah jalan keluar. Dengan memanfaatkan hal ini, mungkin bisa menemukan jalan keluar!
Beradu kecerdasan dengan apartemen ini, seberapa pun otak yang dimiliki tetap tidak akan cukup.
Kapal akhirnya berangkat. Di geladak, semua orang menatap pelabuhan yang semakin menjauh dengan perasaan cemas. Ombak terus menghantam kapal pesiar, dan perjalanan neraka ini pun akhirnya dimulai...
Zhang Hongna memandang lautan dengan perasaan haru. Dalam dogma Kerajaan Dewa Emas, laut dianggap sangat sakral sebagai sumber segala kehidupan dan titik penghubung terbesar antara Kerajaan Ilahi dengan Bumi.
Yin Ye terus memotret berbagai bagian kapal dengan ponselnya dengan ekspresi sangat serius. Suasana ini menular ke orang lain yang mulai ikut memotret.
Instruksi darah keenam, sebanyak apa pun kewaspadaan tetap tidak berlebihan.
Langit perlahan-lahan menggelap.
Saat ini, banyak orang berkumpul di geladak untuk menikmati pemandangan laut malam hari. Mereka mulai berfoto-foto sambil bercanda dan tertawa.
Di geladak diselenggarakan pesta prasmanan terbuka dengan berbagai hidangan mewah yang bisa diambil sendiri, harganya sudah termasuk dalam tiket kapal.
Meskipun makanannya sangat mewah, hampir tak ada yang bernafsu untuk menyantapnya saat ini.
Karena jumlah orang di sekitar sangat banyak, di bawah langit malam yang matahari telah terbenam ini, para penghuni tetap merasa ketakutan di hati mereka sedikit tersebar.
Hanya Yin Ye yang terus menjaga kewaspadaan.
Baginya, bahkan jika semua orang di kapal ini berubah menjadi hantu, dia tidak akan merasa aneh.
Malam ini, bulan tampak besar dan bulat sempurna. Pancaran sinar bulan purnaya di permukaan laut membentuk pemandangan yang sungguh indah.
Zhang Hongna mengambil sedikit kue dan mulai menyantapnya dengan lahap menggunakan piring. Dia termasuk yang paling tidak khawatir, yakin bahwa Kerajaan Ilahi akan melindunginya berkat tapanya.
Sama sekali... tidak perlu khawatir.
Tiba-tiba, dia merasakan sensasi berdebar di dada yang sangat kuat! Seolah ada sepasang mata yang mengintainya!
Ada apa ini?
Kecemasan samar mulai merayap di hatinya. Dia mengembalikan piring ke meja.
Saat itu, seberkas sinar bulan menyinari, Zhang Hongna terkejut melihat bayangan di piring itu memantulkan wajah perempuan dengan separuh wajah tertutup rambut!
Zhang Hongna langsung menjerit dan melemparkan piring itu ke lantai. Ketika menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa di sana.
Apa yang tadi... terjadi?
Siapa yang terpantul di piring itu?
Zhang Hongna mulai merasa resah. Dogma Kerajaan Ilahi tidak banyak menjelaskan tentang purgatorio penebusan dosa, jadi segala kemungkinan bisa terjadi.
"Tuhan akan melindungiku, Tuhan akan melindungiku..."
Dia mulai melantunkan "Nyanyian Suci" dari Kerajaan Dewa Emas untuk mencoba mengusir ketakutan. Namun, rasa takut itu bagai benih yang tertanam di hati, terus bertumbuh semakin besar.
"Ada apa?" Xu Rao yang berada paling dekat segera berlari mendekat dan bertanya, "Kenapa kamu menjatuhkan piring sampai pecah?"
"Tidak sengaja." Jawabnya buru-buru, sementara pelayan sudah datang membersihkan fragmen piring yang berserakan.
Kemudian dia terus melantunkan Nyanyian Suci, namun semakin dinyanyikan semakin terasa ada kata-kata yang tersendat.
Astaga! MP3 rekaman Nyanyian Suci tertinggal di ruangan! Cepat ambil, hanya dengan menyanyikannya hati bisa tenang!
Dia langsung berlari menuju kabin kapal, berusaha menemukan ruangannya berdasarkan ingatan.
Saat ini, koridor terlihat sepi tak berpenghuni. Mungkin semua orang sudah ke geladak kapal?
Akhirnya tiba di depan ruangannya, dia mendorong pintu dan masuk...
Namun yang dilihatnya adalah ruangan ini telah berubah total!
Baik luas ruangan maupun tata letak perabotan, semuanya sama sekali berbeda!
Awalnya dia mengira salah kamar, tapi setelah melihat nomor ruangan di luar, ternyata benar. Pemandangan di luar pintu juga masih persis seperti ingatannya.
Jangan-jangan ini "fenomena supranatural"?
Tiba-tiba Zhang Hongna melihat sebuah buku catatan tergeletak di atas meja di dalam.
Dia mendekat dan melihat tulisan di sampul buku catatan itu: "Buku Harian".
Saat membuka halaman pertama, tertulis:
"3 Juli 2007
Kata Ibu, tiket sudah dibeli. Kami akan naik Kapal Bailang menuju Kota S untuk liburan.
Tapi aku selalu merasa ibu belakangan ini aneh.
Misalnya hari ini, pria berjanggut aneh itu dan wanita dingin itu datang lagi ke rumah, bibi juga datang, tapi mereka menyuruhku pergi membaca buku.
Saat kutanya ibu apa yang mereka bicarakan, dia hanya berkata: 'Anna, nanti akan ibu beri tahu. Sekarang, jangan banyak tanya.'
Ibu berubah banyak, menurutku ini sangat aneh.
Semoga tidak terjadi sesuatu."
Zhang Hongna melihat buku harian ini, memperhatikan nama "Anna".
Anna?
Sepertinya pernah dengar di mana ya...
## JILID XIV KAPAL HANTU BAB VII BAYANGAN MAUT
"4 Juli 2007
Kemarin mimpi itu terulang lagi.
Mimpi terjatuh ke dasar laut.
Seperti ibu, aku sangat membenci laut. Terutama karena jenazah ayah masih teronggok di dasar laut dan tak pernah ditemukan, pikiranku ini membuatku bergidik.
Orang mati sudah tak punya perasaan, tapi tetap saja kubayangkan: Bagaimana rasanya tubuh ayah terbaring di dasar laut yang dingin itu?
Dunia laut dalam mungkin tempat mengerikan seperti neraka. Di sana ada makhluk-makhluk mengerikan yang tak terbayangkan di darat, tekanan airnya saja bisa menghancurkan manusia seketika, tanpa secercah cahaya pun.
Dan jenazah ayah mengambang di sana.
Mimpi yang kulakukan seperti itu. Tanpa cahaya, tanpa harapan, hanya bisa berteriak minta tolong dalam kegelapan tak dikenal, tapi tak ada yang bisa membawaku keluar.
Dan di dasar laut itu, kulihat ayah.
“Ayah sepertinya terus memanggil kami, rohnya seolah masih berada di dasar laut. Selama bertahun-tahun, ini terus menyakitkan, seakan kutukan yang tak berkesudahan……”
Mimpi itu membuat hatiku terasa sangat sakit.
Hari ini, saat aku membicarakan hal ini dengan Ibu, Ibu berkata: ‘Tidak, Anna. Ayahmu tidak berada di dasar laut mana pun, roh Ayahmu ada di tempat suci nan mulia. Di sana, tidak ada seorang pun yang bisa menyakitinya.’
Ayah meninggal di laut. Saat sedang liburan ke pantai bersama Ibu, beliau terjatuh ke laut dan tewas.
Sejak saat itulah, aku mulai takut pada laut seperti Ibu.
Tapi mengapa Ibu yang sangat takut pada laut, sekarang malah mengajakku naik kapal untuk traveling? Padahal kematian Ayah pasti meninggalkan trauma besar baginya.
Aku harus mencari tahu alasannya.”
Zhang Hongna membalik halaman berikutnya. Isi buku harian mulai menjadi semakin panjang dan bertele-tele.
“5 Juli 2007
Ayah meninggal pada akhir tahun lalu. Pemakamannya saat itu diurus oleh bibi bersama Ibu, tapi jenazahnya tidak pernah ditemukan dari laut.
Aku ingat, pria berjanggut tebal itu namanya sepertinya Mo Jun, dan wanita yang sangat dingin itu bernama Bai Lili.
Mereka juga hadir di pemakaman, mengatakan hal-hal yang mirip.
Namun, sebelumnya aku tidak pernah melihat mereka. Aku pernah bertanya pada Ibu apa hubungannya dengan orang-orang ini, Ibu hanya menjawab samar bahwa mereka adalah teman yang baru dikenalnya.
Dalam ingatanku, Ibu adalah orang yang jarang bersosialisasi atau bersenang-senang. Ia biasanya di rumah saja dan tidak pergi keluar, benar-benar ibu rumah tangga sepenuhnya. Sangat sulit membayangkan sosoknya yang seperti ini akan aktif mencari teman di luar.
Aku sangat membenci kedua orang itu. Terutama wanita bernama Bai Lili, matanya selalu memandangku dengan tatapan aneh yang membuatku sangat tidak nyaman.
Tapi saat itu, karena sopan santun, aku tetap menyapa mereka berdua.
Namun dari awal sampai akhir, tatapan Bai Lili tetap dingin. Perasaanku semakin tidak enak, seolah ada ular berbisa yang mengintai di sekitarku. Dingin, kejam, seakan siap melahap kapan saja.
Bagaimana bisa Ibu mengenal orang seperti ini?
Selain itu, dalam ingatanku, beberapa waktu sebelum Ayah meninggal, Ibu sering pergi keluar namun sekaligus memutuskan kontak dengan beberapa temannya.
Apakah saat itu ia menemui Mo Jun dan Bai Lili?
Kemudian, saat pemakaman dimulai, menghadapi foto almarhum Ayah, Mo Jun dan Bai Lili tidak membungkuk hormat, malah mulai membacakan ucapan-ucapan aneh yang sama sekali tidak bisa dimengerti.
Bahasa apa itu? Yang pasti bukan Bahasa Mandarin.
"Jangan terlalu sedih."
Setelah selesai membaca doa, tiba-tiba Mo Jun berkata sesuatu kepada Ibu yang berada di sebelahnya.
‘Dia seharusnya sudah berada di “sana” sekarang.’
Perkataan Mo Jun dan ucapan Ibu hari ini terasa memiliki hubungan yang sangat dalam. Meskipun aku tidak bisa sepenuhnya yakin...
Di mana sebenarnya ‘sana’ itu? Apa hubungannya dengan kematian Ayah?
Selain itu, dia juga terlihat berniat pergi traveling naik kapal bersama Mo Jun dan Bai Lili. Apakah ini ada hubungannya dengan kematian Ayah? Atau mungkin aku yang terlalu banyak berpikir?
Hari ini, setelah bangun pagi, aku melihat Bibi juga sudah datang.
Penampilan Bibi terlihat agak pucat, sepertinya terus begadang. Lingkaran hitam seperti panda di matanya sangat parah.
Aku ingat, Bibi adalah orang yang sangat disiplin dalam hidupnya. Apa yang sedang dia kerjakan sampai bisa kelelahan seperti ini?
Kemudian, dia memberitahu aku dan Ibu sesuatu. Katanya, dia sudah mengundurkan diri dari perusahaan. Ini sangat mengejutkanku, Bibi adalah orang yang sangat kompetitif. Menurut Ibu, sejak kecil dia selalu bersaing dengan Ibu, sangat bersemangat dalam bekerja, dan karena mengejar karier, sampai usia 40-an belum menikah. Setelah susah payah menjadi manajer penjualan perusahaan, bagaimana bisa tiba-tiba mengundurkan diri?
Aku merasa samar-samar ini ada hubungannya dengan Mo Jun dan Bai Lili.
Namun Ibu tidak terlihat terkejut dengan apa yang dia katakan, seolah sudah tahu sebelumnya kalau Bibi akan melakukan hal itu.
Perkataan yang diucapkannya kemudian juga aneh: 'Kamu benar, Kakak. Uang adalah sumber kejahatan, kita tidak boleh terus terjerumus.'
Perkataan Ibu membuatku merasa dia mulai tidak waras. Bibi juga sama, dia pun mulai berubah tidak normal.
Ini sepertinya berkaitan erat dengan Mo Jun dan Bai Lili.
Aku tidak bisa tenang lagi, bagaimanapun juga, aku harus menyelidiki. Meskipun bertanya pada Ibu, dia tidak akan memberitahuku. Bertanya pada Bibi juga sama saja. Jadi hanya bisa menyelidiki sendiri.
Kemudian, Ibu dan Bibi pergi keluar. Aku menggunakan waktu ini untuk melakukan pencarian menyeluruh di rumah, berharap menemukan jejak-jejak petunjuk.
Setelah berusaha keras, di dalam lemari kamar tidur Ibu, kutemukan sebuah patung. Patung itu menggambarkan sosok orang asing. Di depannya terdapat dua botol air dalam kemasan putih, tampak seperti air mineral biasa.
Patung apa ini?
Yang lebih membuatku tidak nyaman adalah patung ini dipajang tinggi, tepat berhadapan dengan foto almarhum Ayah.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu, cepat-cepat menoleh ke belakang. Lalu kulihat di balik jendela, mata Bibi menatapku tajam!
Dia ternyata masih di luar!
Aku ketakutan, buru-buru menutup lemari.
Kemudian Bibi pergi menjauh.
Aku tidak tahu apakah Ibu juga melihat, tapi tatapan Bibi saat itu takkan pernah kulupakan.
Itu adalah tatapan yang penuh dendam dan kebencian.
Seluruh tubuhku terasa dingin.
Patung itu sebenarnya apa? Aku sangat ingin bertanya pada Ibu, tapi khawatir dimarahi. Sekarang aku merasa sangat terisolasi dan tak berdaya, seolah tak ada orang yang bisa dipercaya di sekitarku.
Akhirnya aku memutuskan meninggalkan rumah.
Saat itu aku pergi ke warnet dekat rumah untuk bermain game, baru pulang malam hari.
Tapi yang tak kusangka, Ibu dan Bibi ternyata belum juga pulang.
Ketika itu, aku mengunci pintu, tapi tiba-tiba menyadari pintu kamar tidurku terbuka lebar. Padahal aku ingat betul sudah menutupnya saat pergi.
Aku masuk ke kamar untuk memeriksa apa yang terjadi.
Yang terlihat olehku... adalah pisau belati yang tertancap keras di selimut tempat tidurku!
Pisau berkarat itu terlihat sangat mengerikan! Di cermin meja rias, tertulis empat karakter besar sepertinya menggunakan lipstik.
Empat karakter itu berbunyi: "Black Heart Demon mati!"
Kesan pertamaku saat itu adalah perampok masuk rumah! Ini sangat menakutkan, baru saja aku hendak melaporkan ke polisi, tiba-tiba sadar ada yang tidak beres. Semua jendela dan pintu terkunci rapat tanpa tanda-tanda perusakan. Setelah kuperiksa, uang di rumah tidak berkurang sedikitpun, perhiasan di lemari Ibu juga masih utuh.
Mustahil ini perampok. Kalau perampok, untuk apa melakukan ini?
Saat itu teringat kembali pandangan penuh kebencian Bibi, tatapan yang seolah ingin "membunuh"ku.
Jangan-jangan...
Meski secara intuitif merasa tidak mungkin, tapi tatapan mata Bibi saat itu terus menghantuiku.
""，apa maksudnya? Apakah jika dibaca terbalik menjadi ""? Rasanya juga tidak tepat. Dan pisau belati itu, pengerjaannya sangat halus, aku tidak ingat pernah ada pisau belati seperti itu di rumah.
Setelah polisi tiba, mereka melakukan pemeriksaan dan berpendapat bahwa pintu-jendela tidak ada yang rusak, tidak seperti perbuatan orang luar.
Ibu pulang setelah dihubungi polisi, tante sepertinya sudah pulang ke rumahnya. Saat melihat tulisan di cermin, dia juga tampak terkejut.
Namun dia berkata, sama sekali tidak mengerti arti empat karakter "" ini. Karena tidak ada barang berharga yang hilang, polisi menganggap mungkin ini ulah iseng, tapi tetap membuat laporan.
Semakin kurasakan, pelakunya mungkin tante. Tapi sebenarnya apa arti "" ini? Aku sama sekali tidak mengerti. Intuisi mengatakan bahwa Ibu sebenarnya paham, dia langsung mengerti saat melihat cermin itu.
Tapi setelah polisi pergi, bagaimanapun aku memohon-mohon, Ibu tetap tidak mau memberitahuku, bersikeras mengatakan tidak tahu arti "".
Sikap Ibu terasa sangat dingin. Jika dulu, pasti dia akan menanyai aku panjang lebar. Sepertinya empat karakter itu memberikan dampak dan pukulan besar baginya.
Aku bertekad harus mencari tahu arti "" ini."
Bagian diary tanggal 5 Juli akhirnya berakhir, membalik halaman berikutnya, adalah diary hari baru.
Dan Zhang Hongna saat ini sudah sepenuhnya memahami. "Ibu" dalam buku harian jelas merujuk pada Yan Lingxiao, sedangkan "Bibi" pastilah kakak perempuannya, Yan Lingyin yang juga pengikut Kerajaan Dewa Emas.
Namun, Zhang Hongna hanya pernah berbicara sekali dengan Yan Lingxiao, sementara dengan Yan Lingyin hanya bertemu beberapa kali secara kebetulan, hampir tidak pernah berbicara. Dalam ingatannya, Yan Lingyin adalah pengikut yang sangat taat pada Kerajaan Ilahi namun cenderung pendiam.
Menurut Tian Xiu, Yan Lingyin adalah yang paling cepat kemajuannya dalam latihan spiritual, sekaligus pengikut paling setia Kerajaan Ilahi bahkan sampai tingkat radikal. Hal ini mirip dengan Mo Jun. Katanya karena alasan ini, dalam eksekusi Black Heart Demon, Yan Lingyin dan Mo Jun selalu memimpin.
Mengeksekusi Black Heart Demon berarti membunuh. Misalnya polisi atau wartawan yang mencoba menyelidiki Kerajaan Dewa Emas, atau pengikut yang berencana mengkhianati Kerajaan Ilahi, semuanya "disingkirkan" oleh petugas. Meski tidak pernah terlibat, dia cukup memahami. Tian Xiu mengatakan Mo Jun dan Yan Lingyin telah menyingkirkan banyak Black Heart Demon, termasuk banyak wartawan yang menyelidiki Kerajaan Dewa Emas secara diam-diam. Keduanya sangat tegas dalam hal ini.
Jika demikian, kemungkinan besar Yan Lingyin menganggap keponakan perempuan Anna sebagai Black Heart Demon? Tapi karena tidak bisa memastikan sepenuhnya, hanya menggunakan taktik intimidasi ini?
Apakah buku harian ini perlu diberikan kepada para Black Heart Demon lainnya (Zhang Hongna menganggap semua penghuni yang menjalankan misi darah sebagai Black Heart Demon)?
Di tengah lautan yang sunyi.
"Yin Ye berdiri di depan geladak, sedangkan Ye Tianchen berdiri sejajar di sampingnya."
"Ini adalah……"
Apa yang terjadi?
Segala yang terlihat di depan mata seolah mengalami kekacauan besar. Yin Ye membutuhkan waktu lama baru tersadar.
Kapal ini telah mengalami perubahan yang sangat drastis. Perubahan itu terjadi hanya dalam sekejap. Tak ada yang menyadari proses perubahannya. Saat sadar, kerumunan orang ramai di sekitar telah lenyap total, lantai berubah menjadi kayu lapuk, dan geladak terkikis penuh karat.
Tak terlihat satu pun manusia hidup di kapal. Kapal ini pun telah berubah sama sekali tak dikenali!
"Apa... apa yang terjadi?" Ye Tianchen langsung ketakutan dan bersembunyi di belakang Yin Ye, sementara Xu Rao dan Xun Moying juga mendekat ke sisi Yin Ye.
"Ini sudah mulai……" Yin Ye memandang perubahan lingkungan sekitar, berkata: "Sepertinya kita menginjakkan kaki di kapal hantu. Tenanglah dulu, jangan panik. Perhatikan setiap perubahan di sekitar kita, mungkin bisa menjadi petunjuk jalan keluar!"
Angin kencang berhembus, bulan di langit tertutup awan gelap.
Tiba-tiba terdengar teriakan Xu Rao: "Ke, Tn. Ke, lihatlah!"
Yin Ye segera menoleh ke arah yang ditunjuk……
Di bagian geladak, ada pagar besi tertentu. Dari bawah kapal, muncul tangan basah berair yang mencengkeram pagar itu dengan erat. Tak lama kemudian, tangan lain muncul mencengkeram pagar!
“Sebuah kepala yang basah kuyup oleh air muncul ke atas! Meskipun sebagian besar tertutup dan jaraknya jauh sehingga tidak jelas, setiap orang merasakan kedinginan yang menusuk hingga ke sumsum tulang!”
Tanpa perlu komando, mengikuti langkah Luo Cheng yang pertama mundur, semua orang segera berlari ke belakang. Tak seorang pun menyadari bahwa Zhang Hongna menghilang.
Menerobos masuk ke kabin kapal, semua orang panik mencari jalan. Segera sampai di sebuah lobi besar. Di dalamnya terdapat meja-meja tak terhitung jumlahnya, sangat luas.
Secara alami semua orang berhamburan masuk, Yin Ye dalam situasi ini tetap mengamati lingkungan sekitar.
Lobi ini memiliki langit-langit yang tinggi, di sampingnya terdapat partisi kaca raksasa yang memisahkan beberapa lantai bangunan kapal. Sekilas terlihat sekitar empat lantai.
Pada saat inilah Yin Ye melihat dengan jelas, di lantai paling atas yaitu lantai empat...
Sebuah siluet perempuan berambut panjang sedang berdiri di sana!
“Lihatlah!”
Semua mata tertuju ke arah sana, di balik partisi kaca raksasa di lantai tertinggi, sosok itu terlihat jelas oleh semua orang!
“Itu... itu hantu?”
Seluruh lobi gelap gulita sehingga mereka hanya bisa melihat samar-samar bahwa itu seorang perempuan.
“Hmm.” Yin Ye saat ini sedang berpikir, apakah ini hantu yang sama dengan yang tadi?
Jika iya, berarti hantu ini bisa berpindah tempat secara instan atau membuat pembelahan diri.
Jika tidak, berarti...
Mereka harus menghadapi setidaknya dua hantu!
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 8 Invasi
Zhang Hongna keluar dari koridor. Saat ini dia membawa buku harian ini, bagaimanapun juga buku harian ini membuatnya sangat penasaran.
Dalam buku harian tersebut, kenangan Anna tentang kematian Ayah juga membuat Zhang Hongna agak tersentuh. Dulu, setelah ayahnya meninggal, dia menghadiri ceramah Kerajaan Dewa Emas untuk mencari ketenangan batin dan akhirnya bergabung dengan kerajaan ilahi tersebut. Ayah Zhang Hongna sepanjang hidupnya sangat bekerja keras, hidup sederhana dan jujur. Saat ayahnya meninggal, Zhang Hongna sempat sangat sedih. Tapi setelah memeluk Kerajaan Dewa Emas, dia yakin bahwa asal rajin bertapa, di masa depan roh ayahnya bisa masuk ke Kerajaan Dewa Emas.
Apa yang dimaksud dengan dewa?
Zhang Hongna pernah memikirkan masalah ini sebelumnya. Sepanjang hidupnya ayah begitu lelah bekerja, selalu sangat rajin, dan juga sangat percaya pada Buddha. Dia yakin bahwa seseorang yang memiliki hati welas asih pasti akan mendapat perlindungan dan bisa melewati hidup dengan damai.
Dia membantu banyak orang tanpa pernah menghitung untung rugi. Berkali-kali dia berkata pada dirinya sendiri, uang yang cukup sudah memadai. Tidak perlu terlalu obsesif, kalau tidak akan kehilangan jati diri.
Di usia yang sudah senja, meskipun dirinya sendiri sangat menderita, jika ada kerabat atau teman yang meminjam uang, jarang sekali menolak. Orang-orang di sekitarnya apapun kesulitannya selalu dengan sukarela membantu. Karena itu dia mengumpulkan hubungan baik yang sangat bagus, tapi tak sedikit pula mendapat omelan dari ibu. Ayah tetap bersikukuh pada prinsip ini, dia percaya orang baik pasti akan menerima balasan yang baik.
Saat ayah meninggal, awalnya sangat sulit untuk menerimanya. Dia meninggal karena kelelahan kerja.
Pabrik tempat ayah bekerja diduga mempekerjakan karyawan melebihi kapasitas. Saat investigasi, dikabarkan pimpinan pabrik punya koneksi, sama sekali tidak mungkin menang gugatan, kompensasi pun tidak didapat.
Zhang Hongna merasa seluruh hidup ayahnya adalah sebuah lelucon.
Semua ini kesalahan Black Heart Demon. Karena Black Heart Demon menguasai dunia ini, orang baik seperti ayah tidak bisa bertahan hidup. Pidato Pang Tianxiu saat itu memberi Zhang Hongna harapan baru.
Karena itu dia semakin membenci Black Heart Demon. Semua Black Heart Demon tidak bisa dimaafkan, hanya dengan masuk ke Kerajaan Ilahi untuk berlatih, seseorang bisa terbebas dari segalanya.
Hanya dengan cara itu dia bisa membuat ayahnya benar-benar bisa beristirahat dengan tenang.
Dengan pemikiran seperti itu, dia bergabung dengan Kerajaan Dewa Emas. Karena itu dia sama sekali tidak keberatan dengan tindakan penegak hukum yang membunuh Black Heart Demon. Meskipun ibu berusaha menghalangi, dia tetap pada pendiriannya. Keyakinannya begitu kuat.
Setelah keluar dari ruangan, dia menyadari tata letak koridor juga mengalami perubahan drastis. Seolah-olah kapal ini sendiri telah berubah secara besar-besaran!
"Apa yang terjadi di sini?"
Zhang Hongna mulai menangkap sesuatu. Tempat ini, jangan-jangan... jangan-jangan adalah...
Saat itu dia tidak menyadari, di sudut koridor belakangnya, seorang wanita berambut panjang dengan tubuh yang terus bergerak-gerak sedang berjalan melewati!
Tiba-tiba dia menoleh ke belakang, tapi tidak melihat siapa pun.
"Tuhan, lindungilah hamba..."
Meski berharap tenang, perasaan tidak nyaman Zhang Hongna semakin menjadi. Dia merasa keyakinannya pada kekuatan Kerajaan Ilahi tidak sekuat yang dia kira.
Bagaimana mungkin? Dia adalah Imam Besar yang diakui Tuan Gelong! Seorang Imam Besar tidak mungkin terluka oleh purgatorio penebusan dosa!
Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin...
Zhang Hongna berjalan cepat di koridor, ingin segera mencapai dek. Perubahan mengerikan di kapal ini semakin di luar pemahamannya.
Lagipula, dogma Kerajaan Ilahi tentang purgatorio penebusan dosa terlalu sedikit dijelaskan.
Di waktu yang sama, Yin Ye dan yang lain terus menjelajahi ruang kargo besar. Mereka turun terus mengikuti tangga hingga masuk ke dalam kapal.
Saat itulah seseorang baru menyadari Zhang Hongna menghilang.
"Aku ingat," kata Xu Rao tiba-tiba, "Dia masuk ke dalam ruang kargo. Bagaimana kabarnya sekarang?"
Yin Ye sama sekali tidak peduli nyawa wanita itu. Baginya, lebih baik wanita itu mati.
"Dia sekarang sedang mempertimbangkan bagaimana menghadapi situasi saat ini. 'Hantu' telah muncul, yang berarti petunjuk jalan keluar mungkin juga sudah muncul."
"Lalu apa yang harus dilakukan selanjutnya?"
"Mengapa kapal 'Moonlight' ini berubah menjadi kapal lain?"
"5 Juli 2007"
"Hari ini Ibu membelikan pakaian baru untukku. Sebuah gaun malam putih polos yang sangat kusukai. Katanya, nanti aku harus memakai baju ini saat acara."
"Kejadian kemarin sepertinya benar-benar dilupakan Ibu. Bekas gincu di cermin sudah dibersihkan. Sedangkan pisau belati itu sudah dibawa polisi."
"Aku sangat menyukai gaun malam putih ini. Untuk sementara, aku sedikit terbebas dari suasana tegang tadi. Bagaimanapun juga, Ibu pasti tidak akan menyakitiku."
Tapi, dia pasti tahu, bekas gincu dan pemilik pisau belati itu.
Tapi, suasana hatiku yang baik segera menghilang. Karena, pada pukul sepuluh, Bai Lili datang.
Saat kubukakan pintu untuknya, melihatnya membuatku langsung emosi. Sungguh ingin kukatakan padanya, Ibu tidak ada di rumah, suruh dia pergi.
Setelah dia masuk, Ibu segera keluar menyambutnya. Tampaknya hubungannya dengan wanita bernama Bai Lili ini cukup baik. Tak ada cara, kupikir lebih baik yang tak terlihat tak mengotori hati.
Tapi dia malah memanggilku.
Rupanya Ibu telah memberitahunya tentang urusan pisau belati dan bekas gincu itu. Dia terlihat sangat perhatian menanyakan hal ini padaku. Bagaimanapun, karena dia bertanya dengan tulus, aku pun tak enak terus bermuka masam. Hanya kukatakan padanya kalau aku baik-baik saja.
‘Lalu, tiba-tiba dia bertanya padaku: "Apa kata-kata ancaman yang tertinggal oleh lipstik itu?"’
‘Tampaknya Ibu tidak memberitahukan hal ini padanya.’
‘Maka aku menjawabnya, yaitu empat karakter "Black Heart Demon mati". Setelah mendengarnya, matanya jelas membelalak lebar.’
‘Kemudian, Bai Lili menatap Ibu dan tiba-tiba berkata: "Tingkat kesalehanmu jelas masih kurang."’
‘Tingkat kesalehan? Aku tidak mengerti mengapa dia berkata begitu pada Ibu. Lalu dia duduk dan berbicara pada Ibu dengan sikap sombong: "Kau lupa? Dulu, siapa yang membimbingmu? Sekarang kau mau menyesali?"’
‘Ekspresi Ibu terlihat semakin gugup, dia segera berkata: "Tidak, sama sekali tidak ada hal seperti itu! Kau seharusnya tahu."’
‘"Kau sendiri yang tahu dalam hati. Kau masih menyesali hal itu. Kau harus tahu betapa seramnya penghinaan ini."’
‘Aku tidak mengerti mengapa wanita bermarga Bai ini menggunakan kata-kata berat seperti "penghinaan". Aku melototi dia, kebencianku padanya sudah tak tersembunyikan lagi.’
‘"Aku tidak menyesal." Ibu melanjutkan: "Aku juga percara itu adalah cara terbaik yang dilakukan saat itu."’
‘Saat berbicara, Ibu sama sekali tidak menatapku. Di hadapan Bai Lili, dia terlihat sangat takut dan khawatir. Mengapa dia terlihat begitu merendahkan diri? Dalam ingatanku, Ibu bukan orang seperti itu.’
‘"Kau sedang berbohong."’
Pandangannya seperti ular berbisa mengarah ke Ibu, lalu melanjutkan: ‘Jika bukan karena itu, kamu tidak akan melakukan ini. Kamu selalu menghindar, tidak ingin menghadapi. Sebenarnya aku juga tidak setuju, untuk pergi ke Kapal Bailang sekarang dan melakukan langkah terakhir. Kamu jelas akan membebani kami. Tapi, kakakmu menjamin bahwa kamu tidak bermasalah. Kamu harus sadar, betapa banyak kekuranganmu dibandingkan kakakmu.’
Bibi?
Mengapa dia menyebut-nyebut bibi?
‘Yan Lingxiao.’ Bai Lili terus berbicara dengan keras: ‘Apa yang masih kamu ragukan? Apakah kamu tidak percaya itu adalah penyelamatan terbesar kita?’
‘Jangan lanjutkan...’ Ibu tiba-tiba menatapku, berkata pada Bai Lili: ‘Jangan bicara ini di depan Anna...’
‘Kamu diam saja!’ Bai Lili tiba-tiba berseru: ‘Kamu masih tetap seperti ini, apakah benar tidak takut mendapat hukuman?’
Hukuman? Apa sebenarnya yang ingin dia katakan?
‘Waktu naik ke Kapal Bailang semakin dekat, jika kamu tidak bisa memutuskan jangan ikut! Jika bukan karena kakakmu Yan Lingyin, kesempatan baik ini sama sekali bukan hakmu!’
Kebencianku terhadap wanita ini saat ini mencapai puncaknya.
Lalu, tanpa pamit dia langsung berjalan menuju pintu gerbang. Aku dengan cepat membuntutinya. Aku ingin tahu, wanita macam apa sebenarnya dia.
Aku keluar dan mengikuti dari belakang. Jalannya sangat cepat, sementara aku harus bersusah payah menyamarkan jejak agar tidak ketahuan.
Tak lama kemudian, kulihat dia mendekati sebuah mobil. Di kursi pengemudi duduk pria berjanggut tebal bernama Mo Jun.
Saat itu aku bersembunyi di balik tanaman rambat di dinding, menyamarkan diri sambil mendengarkan percakapan mereka.
Dia menghampiri mobil, membuka pintu dan masuk sambil berkata dengan marah: "Yan Lingxiao sama sekali tidak memenuhi syarat! Aku menentang rencana membawanya ke Kapal Bailang. Dia sama sekali berbeda dengan Yan Lingyin!"
Mo Jun sepertinya setuju: "Memang benar. Tapi Tuan Gelon sudah memujinya berkali-kali. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula, kita tidak boleh melawan keinginan Tuan Gelon."
Semakin kudengar, semakin bingung. Dari mana munculnya orang asing ini?
Ini mengingatkanku pada patung berbentuk orang asing tadi.
Apakah ada hubungan antara kedua hal ini?
Kuyakin Ibu mungkin bergabung dengan kelompok yang sangat aneh. Kelompok ini sepertinya terlibat dalam hal berbahaya. Sebenarnya apa?
Apapun yang terjadi, aku harus mengetahuinya.
Tak lama kemudian, mobil itu pergi.
Malam harinya, Ibu tidur lebih awal. Tapi aku sama sekali tidak bisa tidur, berniat menyelesaikan buku harian dulu.
Dan peristiwa mengerikan terjadi tepat di saat ini.
Saat membuka laci, kudapati selembar kertas di dalamnya. Tertulis rapat-rapat kata-kata " (Black Heart Demon Mati)!"
Aku langsung terkejut setengah mati! Apa yang terjadi? Apa ini?
Tapi bukan hanya itu. Setelahnya, saat kubuka lemari, kudapati gaun putih pemberian Ibu tertancap pisau belati baru di dalamnya. Di atasnya tertulis empat karakter besar: " (Black Heart Demon Mati)!"
Melihat ini, Zhang Hongna juga merasa bulu kuduknya berdiri.
Baru saja hendak membalik halaman, tiba-tiba ia menyadari sesuatu... napasnya tersengal. Di sekelilingnya, dinding-dinding dipenuhi tulisan darah yang rapat membentuk misi darah!
Isi tulisan darah itu semua adalah "Black Heart Demon mati"!
Sebelumnya, jelas-jelas tidak ada tulisan ini! Zhang Hongna kemudian menemukan, di lantai dan langit-langit, juga tertulis "Black Heart Demon mati"!
Zhang Hongna melirik tulisan itu, saat menoleh ke belakang, ia terkejut melihat di ujung koridor seberang tergantung gaun putih yang dipaku. Empat karakter besar "Black Heart Demon mati" muncul di sana!
Niat jahat yang intens membuat Zhang Hongna merasakan teror yang belum pernah dialaminya sebelumnya.
Ia yakin, kejadian yang disebut dalam buku harian ini mustahil dilakukan oleh Yan Lingyin atau Bai Lili dkk. Bagi para pengikut faksi radikal ini, jika benar-benar yakin itu Black Heart Demon, mereka tidak akan menggunakan taktik intimidasi, pasti langsung membunuh.
Yang mengintimidasi Anna adalah orang lain!
Siapa?
Siapa sebenarnya?
Ia juga memperhatikan, pisau belati itu adalah yang dikeluarkan Kerajaan Dewa Emas, khusus digunakan untuk membunuh Black Heart Demon!
Ini... bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya terjadi?
Tiba-tiba, dari kerah gaun putih itu mengalir darah merah segar! Tulisan darah di dinding juga mulai mengucurkan darah!
Ia tidak bisa menahan rasa takut yang nyata dan mendalam!
"Mengapa? Kerajaan Ilahi seharusnya memberkatiku, mengapa? Aku bukan 'Black Heart Demon', bukan 'Black Heart Demon'!"
Tapi darah itu terus mengalir seperti mata air, membuat bulu kuduk merinding!
Tuhan, Tuhan pasti akan melindungiku!
Mengapa Tuhan tidak menunjukkan kekuasaan-Nya untuk melindungiku?
Mengapa!
Zhang Hongna kini merasakan ketakutan yang semakin mencekam.
Mengapa isi buku harian ini menjadi nyata? Apakah kapal ini adalah Bai Lang Hao?
Anna, jika dia adalah putri Yan Lingxiao, rohnya seharusnya sudah masuk ke Kerajaan Ilahi. Tidak mungkin masih berkeliaran di kapal ini! Mereka pasti tidak akan menyakitiku sebagai Imam Besar, tidak mungkin!
Tapi realitas kejam berkata lain.
"Tingkat kesetiaanmu masih belum cukup..."
Tiba-tiba ia teringat kalimat dalam buku harian yang diucapkan Bai LiLi kepada Yan Lingxiao.
Apakah aku masih belum cukup setia?
Karena aku masih belum cukup setia?
Saat itu, di langit-langit di atas Zhang Hongna, muncul noda darah besar di tengah tulisan darah. Dari noda darah itu, muncul sepasang lengan putih.
Wajah biru pucat yang terdistorsi muncul dari noda darah, tergantung terbalik, mendekati Zhang Hongna semakin dekat...
## Jilid XIV Kapal Hantu Bab IX Suara Ketukan yang Mengerikan
Zhang Hongna hanya merasakan hawa dingin menyergap dari atas, langsung menengadah melihat langit-langit!
Tapi, tidak ada apa-apa di langit-langit. Bahkan tulisan darah yang tak terhitung jumlahnya telah hilang. Tulisan darah di dinding sekitar, serta gaun putih yang ditancapkan pisau belati di dinding itu juga lenyap.
Zhang Hongna membelalakkan matanya. Semua yang terjadi tadi terasa sangat nyata, tapi sekarang semuanya telah menghilang.
Dia semakin merasakan gemetar ketakutan. Rasa takut benar-benar melahap hatinya. Segera dia mengeluarkan ponsel, ingin menelepon, tapi mendapati ponsel sama sekali tidak ada sinyal!
Di mana ini? Mengapa ponsel tidak ada sinyal?
Di waktu yang sama, di koridor lain, Yin Ye dan empat orang lainnya juga berjalan tergesa-gesa. Perubahan besar di kabin kapal ini membuat mereka semakin merasa angker.
Sekarang, kapal ini tampak seperti kapal kosong, semakin mirip dengan kapal hantu yang disebutkan Yin Ye.
Siapa pun pasti pernah mendengar legenda kapal hantu, tapi di abad 21 ini benar-benar naik kapal hantu, siapa pun akan merasa ini sangat tidak masuk akal.
Bagi para penghuni baru ini, baik apartemen maupun kapal hantu sama-sama terasa tidak nyata. Semua berharap ini hanya mimpi buruk belaka, yang akan lenyap saat terbangun.
Sayangnya, ini adalah kenyataan yang tak terhindarkan.
Yin Ye memilih berhenti di sudut koridor dengan cabang jalan di empat sisi. Menoleh ke belakang, dia berkata ke empat penghuni baru: "Dengarkan. Waktu pelaksanaan misi darah total tujuh jam. Baru setengah jam berlalu, dan kita ada enam orang. Artinya, hantu akan segera memulai serangan pertama."
Karena telah mempelajari banyak misi darah, para penghuni baru merasa sangat ketakutan. Saat yang paling menakutkan akhirnya tiba.
Hantu akan menyerang siapa?
"Bukankah katanya, jika tidak ada petunjuk jalan keluar yang muncul, hantu tidak akan membunuh?" Xun Moying segera berkata: "Kita belum menerima petunjuk jalan keluar kan? Di mana petunjuknya?"
"Sejauh ini tampaknya tidak ada petunjuk yang jelas, tapi petunjuk dari apartemen biasanya diberikan secara tidak sengaja saat kita tidak menyadarinya. Banyak contoh seperti ini sebelumnya. Sebenarnya misi darah pertama biasanya memberikan petunjuk jalan keluar yang cukup jelas, tapi kasus kalian berbeda. Apartemen sengaja membuat kalian menghadapi misi darah berkesulitan tinggi untuk memaksa penghuni memilih instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis."
Semua orang paham, sejak Ying Ziyue pertama kali masuk apartemen tahun lalu, kecenderungan ini sudah mulai terlihat. Belakangan, interval antara misi darah semakin pendek, bahkan pernah ada kasus penghuni yang harus menjalankan misi darah secara beruntun.
Ini mempercepat kematian banyak penghuni. Hal ini juga yang membuat Dokter Tang dan Lian Cheng akhirnya memilih instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis.
Namun meski begitu, hampir tidak ada penghuni yang berani memilih misi darah iblis. Instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis memiliki terlalu banyak faktor tak dikenal yang sangat menakutkan. Misi darah biasa masih ada secercah harapan, tapi misi darah iblis terasa seperti memilih untuk bunuh diri.
Ini benar-benar pilihan yang sangat menyakitkan.
Saat ini semua orang mengawasi belakang mereka. Yin Ye juga sesekali melihat ke atas dan bawah, terus memantau pergerakan hantu. Pikirannya dengan cepat menyaring semua petunjuk yang ada sebelumnya.
Mengeluarkan ponsel, dia ingin menelepon Li Yin terlebih dahulu, tapi mendapati sinyal ponsel tidak ada!
Ponsel setiap orang seperti ini, artinya mustahil meminta bantuan Li Yin!
Di Kamar 404 apartemen, saat Yinyu menyadari telepon ke Yin Ye tidak bisa tersambung, perasaannya bagai burung patah sayap, jiwa terjun ke jurang.
"Tidak!" Matanya menatap tajam ke jendela, Yin Ye sekarang harus bertarung sendirian, para penghuni baru jelas tidak bisa diandalkan, apalagi masih ada Zhang Hongna!
Yinyu terjatuh di lantai, matanya kosong bagai kehilangan roh.
Ziye membungkuk melihatnya, tiba-tiba menariknya berdiri: "Sekarang hanya bisa berdoa untuknya. Hanya itu yang bisa kita lakukan."
"Berdoa? Pada siapa?" Yinyu kebingungan, "Adakah dewa di dunia ini yang bisa menyelamatkan Yin Ye? Benarkah dewa itu ada?"
Dia sama sekali tidak akan berdoa pada dewa.
Sekalipun dewa itu ada, pastilah dewa yang jahat dan kejam, dewa yang hanya membawa kehancuran dan mimpi buruk.
Andai Shenyu masih bisa melukis lukisan ramalan, mungkin kita bisa mengetahui situasi Yin Ye, tapi sekarang Shenyu pun tidak bisa melukis lagi.
Pilihan apa lagi yang tersisa baginya?
Li Yin melihat ekspresi putus asanya, berpikir, bagaimana jika dia memberitahukan keberadaan aturan tersembunyi itu? Jika Yin Ye benar-benar menghadapi bahaya maut, mungkin dia benar-benar akan menghapus catatan instruksi tulisan darahnya sendiri untuk menyelamatkan Yin Ye.
Haruskah dia memberitahunya?
"Ke Yinye bukan orang yang mudah tumbang," Ziye terus berjongkok sambil berkata pada Yinyu: "Kamu tahu kan, betapa kuatnya dia. Demi kamu, dia tetap masuk ke apartemen ini meski tahu kengeriannya. Dia bukan tipe yang akan kehilangan nyawa di instruksi darah keenam. Kamu harus percaya padanya, di apartemen ini tidak ada misi darah yang 100% bisa berhasil."
"Tapi aku... sekarang tidak bisa melakukan apapun untuknya. Aku benar-benar tidak berdaya..."
"Tidak begitu." Ziye menunjuk wajahnya: "Selama kamu masih hidup, dia tidak akan menyerah. Keberadaanmu sendiri sudah menjadi bantuan terbesar bagi Ke Yinye. Dia akan berjuang mati-matian untuk kembali demi melindungi kamu!"
Yinyu menatap Ziye, teringat saat mereka bersama menjalankan misi darah dulu, bersembunyi di kamar mandi dan nyaris dibunuh hantu dari cermin. Persahabatan mereka semakin erat setelah kejadian itu. Yinyu sangat mengagumi Ziye yang baik hati ini. Meski terlihat acuh terhadap segala hal, dia akan mengorbankan segalanya untuk hal yang diyakininya.
Sifat ini sangat mirip dengan Yin Ye.
Akhirnya, sedikit cahaya muncul di mata Yinyu.
"Yin Ye saat itu memang berpikir demikian. Yinyu masih memiliki empat instruksi tulisan darah sebelum bisa meninggalkan apartemen, jadi bagaimanapun juga harus tetap hidup dan membantunya melewati empat misi darah yang tersisa!"
Tiba-tiba, koridor terjerumus dalam kegelapan total! Lampu-lampu mati satu persatu, lima orang itu langsung tidak bisa melihat apapun. Dalam kegelapan seperti ini, siapa pun akan berada di ambang breakdown mental!
Xu Rao berteriak keras pertama kali, diikuti Xun Moying yang menangis histeris!
Yin Ye segera menyadari bahaya, namun sebelum sempat bereaksi, dia sudah merasakan sesuatu mulai mendekat dalam kegelapan!
Dia segera menyalakan lampu ponsel untuk menerangi area depan, dan langsung melihat di belakang Xu Rao ada seorang pria berbaju jas hitam yang tubuhnya terpelintir menempel di langit-langit!
"Lari!"
Pria itu jelas berbeda dengan hantu sebelumnya! Jadi memang ada dua hantu?
Tapi tidak ada waktu untuk berpikir lebih jauh.
Zhang Hongna saat itu berjalan ke depan sebuah pintu. Dia ingat betul Tian Xiu pernah memberitahunya nomor kabin di kapal Bailang. Nomor pintu ini persis seperti yang disebutkan Tian Xiu.
Tian Xiu yang dulunya adalah Imam Besar Kerajaan Ilahi, bahkan setelah meninggal pun pasti tidak akan menyakitinya, bukan?
Apalagi, jika dia benar-benar Imam Besar, pastinya sudah naik ke Kerajaan Ilahi dan tidak mungkin masih berada di kapal hantu ini! Seorang Imam Besar yang diakui sebagai warga ilahi oleh Kerajaan Ilahi, sama sekali tidak mungkin bermasalah!
Dia memutar gagang pintu dan masuk.
Ruangan di dalam terlihat bersih dan rapi, tidak terlihat ada masalah apapun.
“Zhang Hongna menutup pintu, lalu menyumbatnya dengan kursi. Ia berpikir, berada di ruangan ini pasti paling aman, kan?”
“Pasti Tianxiu menaruh relik suci Kerajaan Ilahi di dalam kamar. Meski tidak ada relik, setidaknya ada Air Suci. Keduanya pasti bisa mengusir hantu.”
“Benar saja, di meja rias tempat tidur ia menemukan dua botol Air Suci.”
“Dia segera membuka tutup botol Air Suci dan menghabiskannya sekaligus. Hatinya langsung tenang. Dengan perlindungan Air Suci, bahkan Raja Iblis datang pun ia tidak takut!”
“Zhang Hongna duduk tenang dan membuka kembali buku harian Anna.”
“Saat hendak melanjutkan membaca, tiba-tiba suara ketukan pintu bergema di luar!”
“Seketika bulu kuduk Zhang Hongna meremang!”
“Dia membenamkan badannya ke kursi penyumbat sambil bertanya dengan hati-hati: "Ke... Tn. Ke?"”
“Ketukan itu berirama teratur: tiga kali, jeda, lalu berulang. Tak ada jawaban.”
“"Nona Xu? Tuan Luo?"”
“Zhang Hongna memaksa diri tetap tenang. Air Suci telah diminumnya, tak ada hantu apapun yang bisa mengganggunya!”
“"Pasti aman!"”
“Ketukan tiba-tiba menjadi cepat. Bahkan berubah menjadi gebrakan!”
“Zhang Hongna terus mendorong kursi penyumbat. Meski dilindungi Air Suci, ia tetap tak ingin pintu terbuka. Hanya berharap... sesuatu di luar itu menyerah.”
“Tiba-tiba lampu kamar padam!”
“Jantungnya berdebar kencang! Tak disangka lampu bisa mati secara tiba-tiba!”
Ketukan pintu yang menyeramkan itu masih berlanjut...
## Jilid 14: Kapal Hantu Bab 10: Hantu Pena
Zhang Hongna pertama kali mulai menyesali keputusannya masuk ke apartemen ini.
Tapi tidak ada obat penyesalan di dunia ini. Bagaimanapun juga, dia harus menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah untuk bisa meninggalkan apartemen ini.
Dia mendesak sekuat tenaga untuk menahan pintu, menggigit giginya erat-erat, sementara ketukan pintu terus bergema tanpa henti.
Zhang Hongna terus meningkatkan tenaga di tangannya, keringat terus menetes dari dahinya. Dia merasakan sesuatu di balik pintu itu semakin kuat.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Buku harian terjatuh di kursi, tepat terbuka di halaman yang sedang dibaca Zhang Hongna.
"7 Juli 2007
Hari ini akhirnya naik ke Bai Lang Hao.
Kupikir semua kebenaran akhirnya bisa terungkap.
Aku terbangun setelah tidur sebentar di kabin kapal. Kemudian aku memulai penyelidikan baru.
Sudah hampir pasti Ibu bergabung dengan kelompok misterius. Kelompok apa itu? Aktivitas apa yang akan diadakan di kapal ini?
Semuanya masih belum pasti.
Ibu sepertinya terus bersama Bibi sejak naik kapal. Kurasakan Ibu mulai agak takut pada Bibi. Sebenarnya sejak hari itu, aku juga merasa takut saat melihat Bibi.
Saat makan siang di balai jamuan bersama Ibu dan mereka, Mo Jun dan Bai Lili juga muncul.
Hidangannya sangat mewah, tapi aku tak bisa menelan sesuap pun."
Di tengah makan tiba-tiba Mo Jun berkata: 'Sebenarnya, kemarin aku berbicara dengan Pendiri Sekte.'
Ibu terlihat sangat terkejut, buru-buru bertanya: 'Benarkah, Tuan Mo?'
'Tentu saja,' bibi ikut menambahkan: 'Mengingat Tuan Mo sebagai anggota utama tim penegak hukum yang sangat dihargai Tuan Gelong, sudah sering melakukan panggilan video dengan Pendiri Sekte. Sungguh membuat iri, aku hanya pernah melihat foto Pendiri Sekte.'
'Pendiri Sekte sangat mengapresiasi aksi kita. Beliau berkata akan mendoakan kelahiran baru kita di Kerajaan Ilahi. Tapi beliau juga menambahkan satu hal tentang legenda penting di kapal ini.'
'Legenda?' Ibu tampak mulai tertarik.
'Hmm.'
Mo Jun berhenti sejenak lalu melanjutkan: 'Legenda kapal ini. Kalian pasti tahu kan? Inti Black Heart Demon adalah mengontrol berbagai aspek dunia untuk menjerumuskan manusia, tapi kekuatan mereka juga memiliki sisi lain. Laut sebagai buaian kehidupan alami memiliki kekuatan untuk menahan Black Heart Demon. Perairan ini khususnya terhubung dengan gerbang Kerajaan Ilahi. Jadi saat merancang kapal ini, Black Heart Demon telah memberikan "kutukan" yang kuat. "Kutukan" itu timbul dari kejahatan Black Heart Demon.'
Black Heart Demon!
Aku mendengar kata itu dari mulut Mo Jun!
'Ibu, kalian tahu tentang Black Heart Demon, kenapa tidak memberitahuku?' Aku berteriak kencang.
Sedangkan Mo Jun sama sekali tidak bereaksi, bahkan tidak mau memandangku. Justru Bai Lili yang berkata: 'Jangan hiraukan dia, lanjutkan. Kutukan spesifik ini adalah?'
'Hm, secara sederhana, kutukan itu sendiri bisa membentuk keseimbangan dengan kekuatan ilahi. Tentu bagi kita praktisi yang telah diakui Kerajaan Ilahi, sudah mencapai ambang transendensi, kutukan itu sendiri tak mungkin membunuh roh kita. Tapi pada momen kritis dalam proses peningkatan level, jika kutukan Black Heart Demon terpicu, akan menimbulkan sedikit hambatan bagi kita.'
Aku sama sekali tidak mengerti perkataan mereka.
Ucapan-ucapan ini terdengar seperti berasal dari pasien paranoia.
Mungkinkah orang modern percaya pada hal seperti kutukan?
Aku masih ingin berbicara, tapi tante melotot keras padaku, membuatku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Mo Jun melanjutkan: 'Jadi maksudku, dalam proses peningkatan level, lebih baik berhati-hati dengan kutukan ini. Menurut Pendiri Sekte, esensi kutukan ini digerakkan oleh pikiran jahat manusia, artinya jika sumber niat jahat berhasil dikendalikan, kutukan akan terurai.'
'Metode apa yang dikatakan Pendiri Sekte?' Ibu terlihat sangat cemas, langsung bertanya: 'Cara apa yang bisa mengendalikan kutukan?'
'Hanya ada satu cara. Yaitu menemukan Black Heart Demon yang menghasilkan niat jahat itu, lalu...'
Mo Jun sengaja menggantungkan ucapan, memandangi ibu dan yang lain. Jeda ini membuat semua orang merasa semakin gelisah.
‘Apa sih, cepat katakan!’ Bai Lili juga panik: ‘Jangan berbelit-belit!’
‘Hmm, caranya adalah……’”
Suara ketukan telah berubah menjadi pukulan keras. Zhang Hongna semakin sulit bertahan. Akhirnya, pintu ditabrak dengan keras hingga tubuhnya terlempar, buku harian ini pun jatuh ke lantai.
Pintu terbuka.
Zhang Hongna terbaring di lantai, matanya menatap ke arah pintu dimana berdiri sebuah bayangan.
Bayangan itu perlahan melangkah masuk!
Karena tidak ada penerangan, mustahil melihat jelas siapa bayangan itu. Saat bayangan itu hampir mendekati Zhang Hongna, dia berteriak: "Kau...kau tak bisa menyakitiku, aku Pendeta Besar Kerajaan Dewa Emas! Kau tak bisa melukai diriku!"
Namun bayangan itu terus mendekat, Zhang Hongna akhirnya terpojok di sudut ruangan.
Ketakutan memuncak dalam hatinya, apakah Air Suci sama sekali tidak berpengaruh pada bayangan ini?
Dengan menggigit bibir, dia mengambil ponsel dan mengarahkan layar ke bayangan itu, berusaha menerangi untuk melihat wujud aslinya.
Begitu cahaya muncul, dia melihat...seorang wanita berbaju gaun hijau tua dengan rambut menutupi separuh wajah. Bagian wajah yang terlihat memiliki rongga mata kosong mengalirkan darah!
Di bagian dada kirinya tertancap pisau belati yang persis merupakan senjata khusus Kerajaan Dewa Emas!
Zhang Hongna tiba-tiba tersadar. Wanita ini...adalah Anna!
"Dia adalah Black Heart Demon yang dibunuh oleh ibunya sendiri, Yan Lingxiao! Apakah dia tidak bisa memasuki Kerajaan Ilahi, melainkan terjebak di kapal ini?"
"Apakah semua ini adalah kutukannya?"
Ketakutan yang semakin memuncak tiba-tiba membuat Zhang Hongna merasakan kehangatan di antara pahanya. Di bawah kakinya, mengalir cairan berwarna kuning pucat.
Dia sudah mengompol karena ketakutan!
Dimana lagi wajah kejamnya yang mengancam Yin Ye tadi?
Tiba-tiba dia memperhatikan buku harian di sudut dinding. Pandangannya tertuju pada baris terakhir tulisan itu.
"Caranya adalah dengan memberikan kutukan yang lebih kuat kepada Black Heart Demon itu untuk menetralisir kutukan aslinya. Aku dulu heran, mengapa Kerajaan Dewa Emas juga menggunakan metode kutukan seperti Black Heart Demon? Tapi Pemimpin Sekte berkata demikian. Kita harus mengutuk Black Heart Demon itu untuk menghilangkan efek kutukan yang ada. Aku kemudian bertanya lagi, apakah pisau belati pembasmi Black Heart Demon tidak bisa digunakan? Pemimpin Sekte menjawab, menghadapi Black Heart Demon yang memiliki kutukan kuat seperti ini memang tidak mungkin dimusnahkan. Hanya bisa dilawan dengan kutukan lain, racun lawan racun. Metode pengutukannya adalah dengan memanggil hantu pena, lalu menulis nama Black Heart Demon di kertas untuk dihukum oleh hantu pena. Cukup dengan membuat garis horisontal di atas nama itu oleh hantu pena.'"
“Zhang Hongna dengan cepat melihat tulisan ‘hantu pena’! Dia sangat familiar dengan permainan hantu pena, bahkan sempat memainkannya bersama teman kuliah dulu!”
Dogma Kerajaan Dewa Emas sendiri cukup independen, meski tidak sepenuhnya menolak metode kutukan tertentu. Hantu pena juga diakui dalam ajaran Kerajaan Ilahi, dan dogma mereka sendiri mengakui eksistensi hantu.
Saat Zhang Hongna mengalihkan pandangannya kembali, hantu perempuan itu telah menghilang!
Ada apa?
Kenapa menghilang?
Tapi sekarang tidak ada waktu untuk memikirkannya. Hantu pena tidak bisa dimainkan sendirian, harus segera mencari Yin Ye dan yang lain untuk bersama-sama memanggil hantu pena!
Sekaligus, karena metode ini disebutkan oleh Pemimpin dalam buku harian, hatinya yakin tak tergoyahkan. Bagi dia, Pemimpin adalah dewa yang mutlak!
Bersamaan dengan itu...
Groong dari cabang Kota K Kerajaan Ilahi, sedang menatap gugup orang yang duduk dihadapannya.
“Yang Mulia Pemimpin...” katanya gemetar, “Kedatangan tiba-tiba Anda ke Kota K benar-benar di luar dugaan. Sudah saya siapkan...”
Di seberangnya duduk seseorang bertopeng besi yang terlihat sangat aneh.
“Tidak perlu.” Ia melambaikan tangan, “Jangan umumkan kedatangan dini saya ini.”
“Ya... Saya paham!”
Sebenarnya, Groong sendiri belum pernah melihat wajah asli Pemimpin. Patung dan foto Pemimpin selama ini adalah Wakil Pemilih Dres, sedangkan Pemimpin sejati selalu muncul dengan topeng.
“Pekerjaan misionaris harus dipercepat. Sama sekali tidak boleh ada kesalahan. Kau mengerti, kan?”
“Tentu saja! Pemimpin Agama tidak perlu khawatir!”
Pria bertopeng besi berdiri, tiba-tiba mendekati meja kerja Gron dan berkata dengan tempo sedang: “Gron, sudah berapa tahun kau mengikutiku?”
“Hmm, sudah enam tahun mungkin.”
“Kalau begitu kau pasti tahu watakku. Kunjunganku kali ini, pertama untuk memilih beberapa pengikut berbakat bergabung ke markas pusat, kedua... ada kabar angin aneh belakangan ini...”
“Kabar angin?” Gron membeku.
Pria bertopeng besi mengetuk meja: “Meja ini juga nyaman digunakan sebagai tempat tidur, ya? Aku belum pernah dengar metode latihan Kerajaan Ilahi yang disebut ‘latihan berpasangan’.”
Gron langsung pucat pasi, bergegas berlutut: “Pemimpin Agama, ampunilah! Aku...”
Pria bertopeng besi menoleh. Wajahnya tak terlihat justru membuat suasana semakin mencekam.
“Kau kira karena di markas Eropa dulu aku tutup satu mata, berarti di sini kau bisa semena-mena?”
“Ampunilah Pemimpin Agama!”
“Ini Tiongkok. Tidak seperti di Eropa yang sudah kita kuasai puluhan tahun dengan jaringan kuat. Kalau kau main api sembarangan, kau tahu risikonya?”
“Ya... ya... Pemimpin Agama, aku tidak akan mengulangi lagi! Mohon percayalah!”
"Pria bertopeng besi perlahan mendekat dan duduk kembali. Tangannya yang tergenggam menopang dagu, menatap Gelong yang gemetar tak bergerak di hadapannya, berkata, \"Baik. Serahkan laporan keuangan, aku ingin tahu semua pendapatan cabang gereja di Kota K sepanjang tahun lalu!\""
"Ya, ya!"
Awalnya Gelong masih berniat menggelapkan sebagian dana, tapi melihat Sang Pemimpin yang berada jauh di Eropa ternyata mengetahui semua perbuatannya di sini, mana berani disembunyikan. Segera dia mengeluarkan pembukuan asli dan menyerahkannya ke pria bertopeng besi.
Setelah membaca, pria itu mengangguk.
"Kau bijak tidak menipuku."
Mendengar suara dingin dari balik topeng besi, Gelong langsung mengangguk seperti ayam mematuk beras, "Mana berani aku menipu Sang Pemimpin! Pemimpin, kapan Anda akan memilih pengikut baru? Aku..."
"Cukup. Untuk hari ini kita berhenti di sini. Besok aku akan kembali."
Setelah berkata demikian, pria bertopeng itu keluar dari ruangan.
Gelong sudah bersimbah keringat dingin.
"Pria yang mengerikan. Dari suaranya sepertinya masih muda, tapi bisa mengendalikan seluruh gereja dengan mudah. Sampai sekarang pun kita tak tahu identitas aslinya."
Di level manajemen tertinggi Kerajaan Dewa Emas, tak ada yang berani memiliki niat membelot terhadap Sang Pemimpin.
Setelah meninggalkan cabang ini, Sang Pemimpin masuk ke mobil hitam.
Sopir mobil itu adalah pria tampan berambut pirang berkulit putih - Wakil Pemimpin Derres!
Setelah mobil bergerak, Sang Pemimpin melepas topeng besinya. Hanya wakil pemimpin inilah yang benar-benar dipercayainya, diizinkan melihat wajah aslinya.
"Pemimpin, selanjutnya pulang ke rumah Anda?"
"Hmm."
“Sang Pendiri,” Deresse menatap wajah muda sang pemimpin agama di kaca spion, berkata: “Ramalan-ramalan Anda, juga pernyataan tentang 'Black Heart Demon', saya tahu tidak sepenuhnya palsu. Tapi, ke depannya saya harap kita tidak terlalu terlibat dengan hal-hal yang mengandung unsur gaib nyata ya?”
“Separuh benar separuh palsu adalah puncak seni penipuan.” Sang Pendiri mengangkat bahu: “Saya bisa mendirikan Kerajaan Dewa Emas dan dianggap sebagai dewa, tentu karena memahami prinsip ini. Kerajaan Dewa Emas memang tidak nyata, tapi keberadaan hantu bukanlah kebohongan. Saya hanya mengganti sebutannya menjadi 'Black Heart Demon'. Bukankah begitu menurutmu, Deresse?”
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 11 Sang Pendiri
Ombak datang bergulung-gulung, terkadang bahkan menerjang dengan gelombang besar.
Di buritan kapal saat ini, Zhang Hongna duduk terengah-engah memandangi lautan. Kompas yang sengaja dibawanya sama sekali tak berguna, bahkan ponsel pun tidak bisa digunakan meski di bagian depan kapal.
Langit bagai tertutup kain hitam tak bertepi, Bulan dan bintang sama sekali tak terlihat. Hanya mengandalkan cahaya redup dari layar ponsel, Zhang Hongna bisa sedikit melihat sekelilingnya.
Meski dulu pernah bermain hantu pena, setelah sekian lama Zhang Hongna sudah lupa cara menggunakannya.
Apakah kelima orang yang tersisa masih bisa memainkannya?
Tidak, yang lebih penting dari itu...
Dia bersandar di pagar kapal di bagian depan, lalu terus menggunakan cahaya dari ponselnya untuk membaca buku harian ini. Pada saat yang sama, dia tetap waspada terhadap sekelilingnya. Karena di belakangnya adalah laut, kemungkinan hantu tidak akan menyerang.
Tentu saja ini belum pasti, tapi Zhang Hongna juga tidak punya cara yang lebih baik.
Dia perlu menentukan dari buku harian ini: siapakah "Black Heart Demon" yang harus dikutuknya?
Bagi dirinya, mengonfirmasi hal ini sangat penting.
Pang Tianxiu, Mo Jun, Bai Lili, Yan Lingyin, Yan Lingxiao, Anna... Total enam orang, salah satu dari mereka pastilah "Black Heart Demon".
Meskipun lima orang pertama adalah pengikut Kerajaan Ilahi yang terlatih, Zhang Hongna berpendapat tidak mustahil pengikut yang terkontaminasi kutukan bisa jatuh menjadi "Black Heart Demon".
Di masa lalu, sudah ada preseden seperti ini.
Dia pernah menyaksikan langsung "Black Heart Demon" yang jatuh dan berubah menjadi roh jahat. Saat itu, berdasarkan instruksi Pemimpin Sekte dari markas besar Eropa, mereka berhasil menaklukkan "Black Heart Demon" yang jatuh tersebut.
Karena itulah dia semakin yakin akan kekuatan ilahi Pemimpin Sekte.
“Kutukan? Aku juga pernah mendengar tentang itu, ada kabar angin seperti ini di gereja,” sambil membalik halaman buku hariannya, dia berkata: "Black Heart Demon yang paling jahat, jika tidak dibunuh dengan pisau belati khusus dan dikirim ke purgatorio penebusan dosa, akan berubah menjadi 'roh jahat'. Di dunia ini, terdapat banyak kutukan yang dibuat oleh Black Heart Demon. Selain itu, di lautan sendiri ada kutukan dari Black Heart Demon, misalnya Segitiga Bermuda, diciptakan oleh Black Heart Demon yang paling jahat."
Kerajaan Dewa Emas sejak lama mengumpulkan data tentang kutukan Black Heart Demon dari seluruh dunia, termasuk juga informasi sejumlah besar fenomena supranatural. Faktanya, sebelum memasuki apartemen, Zhang Hongna pernah melihat banyak foto supernatural.
Yang menguasai dunia ini adalah "Black Heart Demon", bukan berarti kelas penguasa manusia terdiri dari Black Heart Demon, puncak kekuasaan duniawi hanyalah permukaan saja, pengaruh Black Heart Demon di dunia ini tak terbatas.
Misalnya Kota K ini, sebelumnya sudah terkumpul data tentang munculnya banyak fenomena supranatural di kota ini. Tidak hanya itu, kota tetangga seperti Kota S, Kota X, dan Kota L juga memiliki data serupa.
Setelah masuk ke Kerajaan Dewa Emas, Zhang Hongna bersumpah akan berlatih sampai mencapai tingkat transendensi, lalu membasmi semua Black Heart Demon untuk menyelamatkan manusia yang terjerumus ke sisi kegelapan.
Dia bekerja dengan misi mulia. Menganggap dewa sebagai keadilan mutlak, Black Heart Demon sebagai kejahatan mutlak, sehingga dia tak pernah meragukan keyakinannya sendiri.
Saat ini, di sebuah jalan tol Kota K, di dalam mobil hitam.
"Tapi, Jiao Zu," Deres berbicara dengan kekhawatiran kepada pria muda di belakangnya, "Apakah ini tepat? Jika terlalu dalam terlibat dalam fenomena supranatural, pada akhirnya kita akan..."
"Apa yang kau khawatirkan?" Suara pria muda itu tenang dan terukur.
"Jiao Zu!" Deres berseru keras: "Anda masih ingat peristiwa Kapal Bailang Juli 2007 kan? Pang Tianxiu dan yang lain pasti menghilang karena memicu kutukan yang Anda sebutkan. Kapal pesiar besar dengan tiga ribu lebih penumpang menghilang seperti dihapus, membuatku merinding hanya memikirkannya. Ini sudah di luar imajinasi kita!"
Jiao Zu muda terdiam sejenak.
"Waktu itu... memang perhitunganku meleset. Tak kusangka kekuatan kutukan itu begitu dahsyat. Sebenarnya, kapal itu sendiri adalah 'kapal hantu'!"
"Apa maksudnya?" Deres tertegun: "Kapal itu sendiri?"
"Ya, bahkan sebelum Tianxiu dan yang lain naik ke kapal itu, kondisinya sudah demikian."
"Bagaimana mungkin..."
"Benar. Hanya saja, saat itu sepertinya kebencian seseorang beresonansi dengan kutukan kapal, memperkuat kekuatan kutukannya."
Saat itu, kemacetan di jalan layang membuat Deres bisa mendengarkan dengan tenang.
"Lalu mengapa... mengapa Jiao Zu menyuruhku memberi tahu Pang Tianxiu dan Mo Jun dulu, meminta mereka memilih 'naik tingkat' di kapal hantu? Tidak, yang paling mendasar adalah, mengapa harus mereka 'naik tingkat' bersama?"
"Pendiri agama kemudian menyandarkan kepalanya ke belakang dan berkata, 'Aku pernah memberitahumu, Dressler, karena aku ingin melakukan 'eksperimen'. Meskipun aku yakin semua yang tertulis di buku harian ini benar, tidak ada salahnya untuk mengujinya. Aku ingin mencoba apakah dengan memanggil hantu pena kita bisa menghancurkan subjek kutukan. Jika 'jalan keluar' ini benar-benar ada, berarti ini bisa dipercaya. Dan jika demikian, maka jalan alternatif lainnya juga seharusnya bisa terwujud. Tujuan utama mendirikan Kerajaan Dewa Emas adalah untuk melakukan serangkaian eksperimen ini. Menguji apakah benar-benar ada jalan keluar yang bisa mengatasi fenomena supranatural ini. Jika semua jalan keluar ini terbukti berhasil, maka rencanaku juga akan bisa diwujudkan. Tapi tanpa menguji semuanya, aku tidak akan tenang, dan juga sulit memahami polanya. Namun dengan mendirikan Kerajaan Dewa Emas dan menggunakan pengikut yang benar-benar percaya padaku untuk melakukan eksperimen, situasinya menjadi sangat berbeda. Keyakinan buta membuat mereka rela mempertaruhkan nyawa untukku.'"
Dressler tidak terkejut. Dia sudah lama menduga bahwa Pendiri Agama memiliki pemikiran seperti ini.
"Tapi aku tidak mengerti," Dressler kembali mengajukan pertanyaan, "Yang Mulia, Kapal Bai Lang sendiri adalah kapal hantu? Tapi kapal ini dibuat oleh perusahaan pelayaran Star Voyager, bukan kapal yang pernah tenggelam dalam sejarah. Bagaimana bisa menjadi kapal hantu..."
"Tidak, sebenarnya lebih tepatnya, kapal itu telah 'berubah menjadi' Kapal Bai Lang."
"Hah?"
"Ya, baik 'Kapal Bai Lang' maupun kapal lainnya, semuanya sama. Menghilangkan kapal-kapal sungguhan lalu berubah menjadi bentuk kapal itu untuk memancing orang naik. Deskripsi dalam buku harian ini seperti itu."
"Yueguang Hao" hanyalah salah satu penyamaran kapal hantu. Awalnya, "Bailang Hao" juga mengalami situasi yang sama.
Kapal itu sendiri adalah kapal hantu yang paling mengerikan!
Saat ini, di atas kapal hantu tersebut, Zhang Hongna terus membaca buku hariannya. Sesekali ia memperhatikan area depan.
"Ini adalah kelompok sekte sesat.
Aku sama sekali tidak bisa tidur sekarang. Lelaki yang disebut ibu sebagai Imam Besar di ruang jamuan tadi, mungkin salah satu anggota sekte itu. Bagaimanapun juga aku harus membantu ibu keluar dari sekte ini!
Tapi, apa yang harus kulakukan?
Aku berniat langsung pergi ke ruang hiburan untuk membujuk ibu.
Tepat ketika aku punya niat ini, tiba-tiba kudengar suara ibu dan bibi dari luar pintu.
'Kakak,' kata ibu kepada bibi, 'Ayo pergi ke Imam Besar Pang Tianxiu. Mo Jun dan Bai Lili juga menunggu di sana.'
'Lingxiao,' tiba-tiba bibi berkata padanya, 'Ada sesuatu yang ingin kutanyakan.'
'Apa itu?'
'Kematian suamimu bukan kecelakaan, kan? Kau sendiri yang membunuhnya kan? Karena dia menolak dogma Kerajaan Dewa Emas, menurut ajaran kalian, dia adalah "Black Heart Demon". "Black Heart Demon" harus dibasmi, jadi kaubunuh dia ya?'"
Benarkah seperti itu?
Zhang Hongna pun terkejut membaca bagian ini.
"Ayahnya semasa hidup selalu penganut Buddha. Menurut dogma Kerajaan Dewa Emas, penganut agama lain didefinisikan sebagai Black Heart Demon kelas tinggi. Jadi ketika dia bergabung dengan Kerajaan Ilahi, tujuannya juga untuk berjuang demi ayahnya di purgatorio penebusan dosa, ingin mengangkat status ayahnya yang Black Heart Demon menjadi warga Kerajaan Ilahi. Ini juga menjadi salah satu motivasi terbesarnya."
"Kalau begitu, ayah Anna, suami Yan Lingxiao, berarti juga Black Heart Demon? Jadi dibunuh oleh Yan Lingyin dan Mo Jun?"
"Tapi catatan di buku harian selanjutnya lebih mengejutkan."
"Saat itu aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang kudengar!"
"Selama ini kupikir Ayah terjatuh ke laut, selalu kukira kematian Ayah adalah kecelakaan! Tapi Ibu yang membunuhnya?"
"Bagaimana mungkin?"
"Saat itu aku sangat berharap Ibu menyangkal. Kuingin dia menyangkal!"
"Tapi yang terjadi adalah keheningan, keheningan tanpa akhir."
"'Aku anggap kau mengiyakan saja.' Suara tante terus menerus datang dengan kejam: 'Sekarang aku paham kenapa kau bisa jadi seperti ini. Meski kau membunuhnya, kau menyesal kan? Penyesalan ini bahkan membuatmu mulai meragukan dogma, bahkan tidak memberitahuku sebagai kakak tentang pembunuhan ini. Tapi tidak apa, Lingxiao, tindakanmu benar. Black Heart Demon hanya bisa diselamatkan dengan dibunuh. Kau akan segera naik tingkat menjadi warga Kerajaan Ilahi, jangan khawatir lagi. Ikutlah denganku.'"
"Saat itu aku merasakan keputusasaan yang tak pernah terbayangkan."
"Mengapa? Apa itu ‘Black Heart Demon’? Hanya demi alasan seperti itu, Ayah harus dibunuh?"
"Aku mencatat buku harian ini dengan perasaan sedih yang mendalam. Sekarang, aku harus pergi ke sana menemui Ibu. Aku ingin bertanya langsung padanya, apakah benar kematian Ayah adalah ulahnya!’”
Catatan buku harian berakhir di sini.
Zhang Hongna menghela napas pelan. Ia menutup buku harian itu, merasakan kesepian yang dalam di hatinya. Sejak kecil ia sangat mengagumi Ayah, sehingga bisa memahami perasaan Anna.
Anna pasti sangat menderita, ya?
Tapi, semua ini sia-sia belaka.
Yang menciptakan kutukan tampaknya adalah Anna. Sangat mungkin dalam kepedihan hatinya, setelah dibunuh, pengaruh kutukan di kapal ini membuat sisi gelap ‘Black Heart Demon’-nya meledak sepenuhnya.
"Biarkan aku membebaskanmu, Anna."
Zhang Hongna menguatkan tekadnya.
Ia menyelipkan buku harian ke dalam saku dalam, lalu berdiri. Menggunakan ponsel sebagai senter, ia melangkah perlahan.
"Sial, sinyal ponsel tidak bisa digunakan, tidak bisa menghubungi Ke Yinye dan yang lain. Meski sama-sama ‘Black Heart Demon’, tapi saat ini aku membutuhkan mereka. Satu orang tidak bisa memainkan ‘hantu pena’..."
Saat berjalan, tiba-tiba ia mendengar suara dari belakang. Cepat-cepat ia menoleh dan menyorotkan senter, namun hanya melihat pagar kapal dan deburan ombak tinggi.
Tak ada apa-apa...
Ia menghela napas lega, melanjutkan perjalanan.
Tapi setelah beberapa langkah, firasat aneh itu muncul lagi.
Kembali menoleh, tetap tak terlihat siapa pun.
Apakah ini halusinasi? Semoga saja. Dengan begitu ia bisa tenang.
Baru hendak menoleh ke belakang, pandangannya tiba-tiba menyapu pagar di samping, lalu...
Dia melihat di geladak, sesosok punggung sedang bersandar di pagar, menatap laut!
Dia ketakutan sampai rohnya hampir tercerai-berai, buru-buru bertanya: "Siapa, siapa itu? Tn. Ke? Atau..."
Tapi tidak ada reaksi sama sekali dari sosok itu.
Zhang Hongna segera menoleh ke belakang dan berlari pontang-panting!
Orang itu... pasti bukan manusia, melainkan hantu!
Rasa takut dalam hatinya semakin menjadi-jadi. Dia harus segera menemui Ke Yinye dan kawan-kawannya, menggunakan ritual hantu pena untuk menetralisir kutukan Anna!
Bagaimanapun juga, kutukan Anna harus dihilangkan!
Sementara itu, Yin Ye dan yang lain terus berlari melalui koridor gelap, sampai ke bagian paling bawah kapal.
Menyalakan senter, Yin Ye yang tegang bersama keempat orang itu menyusuri koridor. Sampai saat ini, belum ada satu pun penghuni yang tewas.
Tapi Yin Ye sangat paham ini hanyalah persoalan waktu.
Tiba-tiba mereka sampai di jalan buntu koridor.
"Sudah mentok?" Yin Ye mengerutkan kening sambil menoleh ke belakang. Perkembangan situasi ini membuatnya merasakan kengerian yang luar biasa.
Di saat yang sama, di bagian atas dinding tak jauh di belakang kelima orang itu, mulai muncul siluet samar.
Perlahan siluet itu menjadi jelas - wajah berwarna merah darah muncul dari dinding, diikuti tangan yang menyembul. Di dagu wajah itu tumbuh janggut hitam yang lebat.
Mata merah darahnya dipenuhi dinginnya niat membunuh...
"Cepat lihat!"
Tiba-tiba, Ye Tianchen menunjuk suatu titik di dinding depan: "Ada tulisan di sini!"
"Isi tulisan adalah: 'Kapal ini adalah Bailang yang hilang empat tahun lalu. Yang menyebabkan kutukan mungkin adalah Pendeta Besar Pang Tianxiu dari Kerajaan Dewa Emas kami yang saat itu naik ke kapal, petugas penegak hukum Mo Jun dan Yan Lingyin, adik Yan Lingyin yaitu Yan Lingxiao, pengikut Bai Lili, serta putri Yan Lingxiao yaitu Anna. Saya menemukan buku harian Anna yang menyebutkan perlu menemukan Black Heart Demon sebagai sumber kutukan, menuliskan namanya, lalu memanggil hantu pena untuk mengutuk nama tersebut agar mengakhiri kutukan dan menyelesaikan instruksi tulisan darah ini. Setelah membaca tulisan ini, segera panggil hantu pena dan coba semua nama di atas! - Zhang Hongna'"
Tulisan ini ditulis dengan pulpen. Yin Ye mengamati tulisan tersebut dengan seksama, agak terkejut. Instruksi tulisan darah ini ternyata berhubungan dengan Kerajaan Dewa Emas? Benarkah?
Apakah wanita ini mendapatkan petunjuk jalan keluar? Memanggil hantu pena?
Ini pertama kalinya kami menemukan metode seperti ini sebagai jalan keluar.
"Ayo segera ke haluan kapal! Tapi, apa maksud Black Heart Demon?" Xu Rao melihat tulisan itu dan bertanya pada Yin Ye: "Tn. Ke, apakah Anda mengerti maksudnya?"
"Jangan banyak bicara. Tulisan ini mungkin juga jebakan." Kata Yin Ye tenang: "Kita tidak boleh bertindak gegabah."
Zhang Hongna meninggalkan tulisan ini di banyak bagian kabin kapal, berharap Yin Ye dan yang lain akan melihatnya dan memanggil hantu pena.
"Saat SMA dulu saya pernah main hantu pena dengan orang lain." Xun Moying tiba-tiba berkata: "Saya tahu caranya. Apakah ada yang bisa?"
"Saya bisa!" Luo Cheng langsung menyahut: "Dulu saya juga pernah main ini."
“Jangan bertindak gegabah！Ini mungkin juga jebakan，”Yin Ye segera mencegah: “Memanggil hantu pena, siapa yang tahu apa yang akan terjadi?”
Dia benar-benar tidak mau percaya ini kenyataan.
Tapi tepat di saat ini, tiba-tiba Luo Cheng merasakan lehernya dicengkeram erat, lalu ketika menoleh ke belakang, dia melihat sosok tubuh yang setengah menonjol dari dinding, kemudian seluruh tubuhnya terseret masuk ke dalam dinding!
Proses ini hanya memakan waktu satu detik, sama sekali tidak memberi kesempatan untuk bereaksi!
Yin Ye dan yang lain terbelalak, sementara dinding telah kembali normal seperti semula.
Yin Ye tiba-tiba tersadar. Luo Cheng bilang dia akan memanggil hantu pena, sementara hantu mulai membunuh setelah mereka melihat pesan Zhang Hongna.
Artinya...
Tulisan ini kemungkinan besar adalah petunjuk jalan keluar! Karena hantu tidak boleh membunuh sebelum penghuni menerima petunjuk jalan keluar!
## Jilid XIV Kapal Hantu Bab XII Pemanggilan Hantu Pena Pertama
Kapal hantu raksasa masih terapung-apung di lautan ini.
Ya, terapung...Di ruang kemudi kapal ini, tidak ada seorang pun. Dan kapal ini juga tidak bisa dikendalikan. Di perairan ini, bagaikan sumber mimpi buruk.
Laut adalah sumber kehidupan, tapi juga kuburan bagi nyawa.
Di saat yang sama, ada keberadaan yang tak terbayangkan oleh manusia.
Saat ini, Yin Ye berlari ke tingkat paling atas kabin kapal. Ye Tianchen dan dua lainnya mengikuti dari belakang, kematian Luo Cheng tadi telah membuat mereka semua ketakutan sampai puncaknya. Hanya membayangkan tubuh terseret ke dalam dinding itu saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
"Sangat menyeramkan! Saat menjalankan instruksi tulisan darah, nyawa manusia sama sekali tak berbeda dengan lilin di tengah angin! Situasi kejam seperti ini membuat semua orang terjerumus dalam keadaan hampir putus asa."
"Dan sekarang, satu-satunya harapan adalah hantu pena!"
"Xun Moying!" Tiba-tiba Ye Tianchen meraih gadis SMA Xun Moying, berkata: "Kamu bilang bisa memanggil hantu pena, beri tahu aku! Selain itu, apakah kamu sudah mengingat beberapa nama tadi?"
"Nama?" Xun Moying memiringkan kepala sambil berpikir, berkata: "Hmm, Pang Tianxiu, Mo Jun, Yan Ling... Yan Ling apa ya?"
"Yan Lingxiao, Yan Lingyin, mereka adalah saudari. Dan ada anak perempuan Yan Lingxiao, Anna."
Saat Yin Ye mengucapkan kalimat ini, itu juga berarti dia telah menyetujui pemanggilan hantu pena. Tindakan hantu tadi membuatnya menyimpulkan bahwa tulisan yang ditinggalkan Zhang Hongna kemungkinan besar adalah petunjuk jalan keluar.
"Karena itu, setelah ini, pembunuhan oleh hantu pun dimulai."
"Selain itu, durasi misi darah kali ini total tujuh jam. Sekarang sudah mendekati pukul tujuh, waktu tidak banyak. Nanti, seiring dengan terus berlanjutnya pembunuhan oleh hantu, giliran kita hanyalah masalah waktu!"
"Dan menurut instruksi tulisan darah, kemungkinan besar aku akan menjadi target prioritas pembunuhan hantu!"
"Anna." Katanya: "Menurut tulisan yang ditinggalkan Zhang Hongna, 'Anna' adalah yang paling mungkin. Tulis nama ini dulu."
Sementara itu, Yin Ye juga waspada terhadap sekeliling. Sekarang keempat orang berada di sebuah ruang resepsi kecil di kabin kapal. Luasnya cukup besar, masih ada kesempatan untuk melarikan diri.
Namun, sekitar terlalu gelap, perlu senter untuk menerangi agar bisa menulis nama.
"Keadaan ini mirip seperti 《Death Note》..." Xun Moying menggigit gagang senter dengan mulut, menggelar kertas di atas meja, mengambil pulpen, lalu menuliskan dua karakter "Anna".
"Kalau begitu, mari kita mulai..."
Xun Moying berkata demikian, lalu memandang tiga orang di depannya dan bertanya: "Lalu... siapa, siapa yang mau menemani saya memanggil hantu pena?"
Mereka saling pandang, ragu-ragu.
Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi selama proses memanggil hantu pena. Tapi ini mungkin juga jalan keluar. Jika bisa menghilangkan kutukan, mengambil risiko sepertinya layak dilakukan.
Menjalankan instruksi tulisan darah dengan harapan mendapatkan jalan keluar 100% aman adalah mustahil. Pada dasarnya, melaksanakan misi darah seringkali menghadapi pilihan mempertaruhkan nyawa.
"Tunggu..." Yin Ye kembali melihat sekeliling, kali ini sangat khawatir. Selama proses memanggil hantu pena, hantu mungkin akan muncul mengganggu. Menurut legenda, jika hantu pena tidak diantar pergi setelah dipanggil, akan timbul masalah.
Jangan sampai kutukan tidak hilang, malah bertambah kutukan baru!
Tapi di manapun di kapal ini, mustahil menjamin proses pemanggilan hantu pena berjalan tanpa gangguan. Jika demikian...
Apa yang harus dilakukan?
Berdasarkan pengalaman instruksi tulisan darah sebelumnya, dapat dilihat bahwa hantu akan berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi tindakan penghuni yang telah menemukan jalan keluar. Dulu Ying Ziyue rela memotong kedua kakinya demi menyumpal hantu jahat itu dengan rak pakaian, baru bisa berhasil.
"Tn. Ke, waktu kita tidak banyak!" Xun Moying segera berkata: "Jika tidak segera memutuskan..."
Sebenarnya Yin Ye ingin mengatakan bahwa setelah hantu membunuh satu orang, akan ada interval waktu sebelum melanjutkan pembunuhan berikutnya, sehingga bisa mencari cara yang lebih baik. Namun ingatnya pada insiden di Area Hutan 6 dimana Fang Youwei, Xiao Xue, dan Ji Tianyan dibunuh dalam interval waktu sangat pendek, membuatnya ragu.
Apakah perubahan pola instruksi tulisan darah ini disebabkan oleh instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis?
Sampai saat ini hanya Dokter Tang yang pernah menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Rupanya apartemen berencana terus meningkatkan kesulitan untuk memaksa penghuni menjalankan instruksi tingkat Raja Iblis.
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Saat fragmen Perjanjian Neraka masih belum terkumpul lengkap, apakah apartemen tetap tidak akan mengendurkan tekanan pada penghuni?
"Tn. Ke, saya juga setuju untuk segera melakukan!" Xu Rao maju sambil mengulurkan tangannya: "Mari kita pegang pulpen bersama, ya... seperti ini bukan?"
Yin Ye menghela napas, berpikir, sudahlah, bagaimanapun juga hidup mati sudah ditentukan, hanya bisa mempertaruhkan nyawa. Lagipula, bagi orang yang memasuki apartemen, nyawa mereka memang sudah bukan milik sendiri. Kehati-hatian hanya berlaku ketika ada kondisi keamanan yang memadai, tapi dalam instruksi tulisan darah yang semakin mengerikan ini, terlalu berhati-hati justru akan membunuhmu.
Keberanian juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan menjalankan misi darah.
Tapi seharusnya jalan keluar tidak sesederhana itu. Bagaimanapun ini adalah instruksi tulisan darah keenam baginya!
Saat Yin Ye melihat dua orang itu memegang pena dan mengarahkan ujungnya ke kertas, tiba-tiba ia merasa gelisah. Jangan-jangan ini justru memicu jalan kematian?
Tidak, tidak mungkin... Luo Cheng sudah mati, kalau memang ada jalan kematian pasti sudah teraktivasi.
Jika Luo Cheng belum mati, Yin Ye pasti tidak akan menyetujui permainan hantu pena ini, karena kemungkinan memicu jalan kematian mencapai lebih dari 70%. Dalam misi darah, tindakan dengan risiko di atas 50% pasti akan dihindarinya, kecuali ketika nyawa benar-benar di ujung tanduk.
Tentu saja probabilitas tidak bisa dipastikan. Perhitungan probabilitas berdasarkan berbagai kondisi pun belum tentu akurat. Bahkan probabilitas 100% sekalipun mengandung unsur subjektivitas. Jalan keluar yang benar-benar aman dan tanpa risiko mustahil ada. Meskipun hipotesis banyak jalan keluar sudah terbukti sebagian, tapi harus bertahan hidup dulu sampai jalan kedua ditemukan.
Luo Cheng sudah mati, siapa yang tahu siapa target berikutnya yang dipilih hantu?
Yin Ye memperkirakan, kemungkinan permainan hantu pena bisa menjadi jalan keluar sekitar 40%. Penilaian ini banyak didasarkan pada kematian Luo Cheng. Meski begitu, dia tidak berani menaikkan probabilitas di atas 50%, karena menganggap kematian Luo Cheng mungkin trik apartemen untuk mengelabui. Hanya saja, ini tidak sesuai dengan prinsip menyeimbangkan tingkat kesulitan misi darah yang biasa dilakukan apartemen.
Tangan Xu Rao dan Xun Mo Ying menjepit pulpen, mulai mengucapkan mantra untuk memanggil hantu pena.
Semua orang mulai menunggu dengan cemas, menanti pulpen itu bergerak.
Bergeraklah... bergeraklah... cepat bergerak!
Mata Yin Ye dan Ye Tianchen juga menatap tajam pulpen yang dijepit kedua wanita itu, berharap pulpen segera bergerak!
Xu Rao terus menekan perasaannya sendiri, berusaha tidak menggerakkan tangan untuk memicu pergerakan pulpen. Dengan cemas dia memandangi pulpen sambil terus melafalkan mantra pemanggilan.
Suasana mendadak menjadi sangat mencekam.
Tiba-tiba, Xu Rao dan Xun Mo Ying melihat... tangan yang menjepit pulpen bertambah menjadi tiga!
"Aaaah!"
Keduanya melepas pulpen secara refleks, pulpen itu terlempar ke lantai.
Xun Mo Ying terjatuh sambil mundur merayap dengan tangan gemetaran. Wajah Xu Rao pucat bagai mayat, kematian Luo Cheng sebelumnya sudah membuat rohnya nyaris tercerai-berai!
Yin Ye dan Ye Tianchen bingung melihat reaksi panik mereka. Sebelum sempat bertanya, tiba-tiba dari bawah taplak meja itu muncul sebuah tangan mencengkeram pergelangan kaki Xu Rao!
Xu Rao bahkan tidak sempat bereaksi, seluruh tubuhnya langsung ditarik ke bawah meja!
Yin Ye segera berlari ke depan, menendang meja hingga terbalik dengan satu kaki!
Namun di bawah meja, tidak ada apa-apa sama sekali!
Xun Moying sudah terlalu ketakutan sampai tidak bisa bicara, seorang manusia hidup tiba-tiba menghilang begitu saja! Ini persis seperti adegan dari film horor!
Meskipun Yin Ye juga merasa ngeri saat ini, ada sedikit perasaan lega karena ritual hantu pena sempat dihentikan paksa oleh hantu sebelum dimulai.
Tapi setelah kejadian ini, siapa yang berani lagi memanggil hantu pena? Selama proses ini kita tidak boleh bergerak sama sekali, kalau sampai dibunuh hantu...
Ketiganya sekarang tidak ragu lagi, langsung berlari menyelamatkan diri! Xun Moying sampai terjatuh saat berdiri. Saat ini dia menyadari, tekanan ujian masuk perguruan tinggi Tiongkok dan kehidupan SMA yang sering dikeluhkannya sama sekali tidak berarti dibandingkan teror yang dihadapinya sekarang! Asalkan bisa keluar hidup-hidap dari apartemen ini, bahkan kalau harus belajar setiap hari pun dia tidak akan mengeluh!
Persis ketika ketiganya sudah menghilang dari pandangan, tangan lain muncul dari bawah meja yang berbeda di ruang resepsi!
Seperti efek domino, satu demi satu tangan-tangan muncul dari bawah beberapa meja.
Bayangan hantu merayap keluar dari bawah meja satu persatu, wajah mereka pucat seperti kertas sementara tubuhnya berkabut seperti asap.
Saat itu, hantu perempuan berambut panjang mendekati catatan bertuliskan "Anna" yang terjatuh di lantai. Tak lama kemudian, catatan itu menguap dan menghilang.
“Kegelapan yang menyeramkan benar-benar menyelimuti kapal hantu ini!”
Zhang Hongna saat ini berada di sisi lain dek, dia sudah berlari hingga kehabisan napas. Kapal ini cukup besar, dari haluan ke buritan membutuhkan waktu yang lama.
Dia benar-benar tidak berani memasuki kabin kapal lagi, dia merasa bagian dalam itu seperti sangkar yang mengerikan!
Sebagai Imam Besar Kerajaan Dewa Emas, untuk pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang luar biasa!
Dari tubuhnya dia mengeluarkan botol lain berisi Air Suci yang diambil dari ruangan itu, membuka tutupnya lalu meminumnya.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, setelah empat tahun berlalu, air ini pasti sudah busuk tak mungkin lagi diminum. Tapi Zhang Hongna tidak peduli, dia yakin ini adalah khasiat ajaib Air Suci.
Setelah meminumnya, barulah dia sedikit mendapatkan keberanian.
Sekarang sudah lewat jam tujuh. Zhang Hongna melihat jam tangannya, menggigit gigi dengan keras, dia bersumpah sebelum misi darah berikutnya akan giat berlatih, mungkin karena latihannya belum matang sehingga menjadi begitu kacau.
Apakah pesan yang dia tinggalkan sudah dilihat Ke Yinye dan yang lain? Jangan-jangan mereka sekarang pergi ke haluan mencari dia?
Dalam lingkungan gelap dan menakutkan ini, Zhang Hongna memaksa dirinya untuk tenang.
“Kalau benar-benar tidak bisa, aku coba main hantu pena sendirian saja, tapi bisakah dilakukan sendiri?”
Zhang Hongna memandang buku harian ini di tangannya, mulai mengingat-ingat hal-hal terkait saudari Yan Lingyin dan Yan Lingxiao.
Yan Lingyin adalah salah satu pengikut awal yang bergabung dengan Kerajaan Ilahi. Karena ia kemudian menjabat sebagai penegak hukum, ada kesan tertentu terhadapnya. Jika ingatannya tidak salah, Yan Lingyin kemudian membujuk adiknya, Yan Lingxiao, untuk bersama-sama masuk ke Kerajaan Ilahi.
Zhang Hongna sebenarnya selalu merasa bahwa kesetiaan Yan Lingxiao terhadap Kerajaan Ilahi terbatas. Kebenciannya terhadap "Black Heart Demon" juga tidak sekuat kakak perempuannya.
Setiap kali ada pengikut baru yang bergabung, pengikut lama akan bertanggung jawab memberikan pengajaran melalui kata dan perbuatan. Tugas ini secara alami dipegang oleh Yan Lingyin, namun dari situasinya terlihat meski Yan Lingxiao telah bergabung dengan Kerajaan Ilahi, ia jelas memiliki keraguan tertentu terhadap dogma.
Pada hari itu, saat berbicara dengannya, Yan Lingxiao pernah berkata: ""Black Heart Demon", apakah kita harus membunuh semua mereka? Bisakah memberi mereka sedikit kelonggaran?"
Zhang Hongna langsung menjawab: "Sama sekali tidak boleh! Kita tidak boleh memberi "Black Heart Demon" ruang gerak sedikitpun! Sama sekali tidak! Perkataanmu ini adalah penodaan terhadap Kerajaan Ilahi!"
Saat itu, Yan Lingxiao terlihat sangat menderita mendengar perkataannya.
Sekarang dipikir-pikir, mungkin ia sangat tertekan karena telah membunuh suaminya sendiri?
Namun "Black Heart Demon" harus mati. Ini adalah kebenaran mutlak. Zhang Hongna tidak meragukan hal ini sama sekali. Meski ia belum pernah membunuh "Black Heart Demon" dengan tangannya sendiri, tapi jika diperlukan, ia sama sekali tidak akan ragu.
Anna menganggap Kerajaan Dewa Emas sebagai sekte sesat, ini menunjukkan dia sudah menjadi Black Heart Demon. Membunuhnya adalah keharusan, tapi tak disangka dia sudah jatuh ke tingkat seperti ini. Bahkan imam besar seperti dirinya pun dipenuhi ketakutan terhadap hantu Anna.
Di tengah lautan, kapal hantu yang terkutuk masih terus berlayar tanpa bisa dihentikan...
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 13 Kutukan Abadi（1）
Menyusuri tangga, akhirnya sampai di bagian dekat haluan kapal ini.
Lantai menjadi sangat lapuk, sementara udara dipenuhi bau busuk yang sesekali tercium. Mata Yin Ye terus waspada mengamati sekeliling, tak berani lengah sedikit pun.
Instruksi darah keenam, benar seperti yang dia duga, sangat mengerikan. Bahkan Yin Ye yang telah lama meneliti instruksi tulisan darah pun merasa tubuhnya mulai kehabisan tenaga.
Kematian Luo Cheng dan Xu Rao intervalnya tidak sampai setengah jam. Tampaknya aturan apartemen semakin terdistorsi. Tak ada yang tahu akan menjadi seperti apa jika terus berkembang seperti ini.
Dia dan Yinyu berjanji pasti akan kembali hidup-hidup ke apartemen untuk bertemu. Tapi apakah dia benar-benar bisa menepati janji ini?
Saat ini, Xun Moying dan Ye Tianchen sama-sama merapat ke Yin Ye, pandangan mereka ke arah Yin Ye penuh ketergantungan. Bagaimanapun hanya Yin Ye yang bisa memberi harapan terbesar.
Bagi Yin Ye, yang lebih penting adalah menemukan Zhang Hongna secepat mungkin dan memverifikasi kebenaran perkataan itu. Meskipun hantu juga bisa menyamar sebagai Zhang Hongna, tapi jika bertemu dengannya, tingkat kredibilitas tentu bisa lebih tinggi.
Saat ini, Yin Ye masih memiliki banyak keraguan tentang teks tersebut.
Pertama, mengapa Zhang Hongna tahu bahwa kapal ini sebelumnya adalah Bai Lang Hao? Dan mengapa dikatakan terkait dengan pengikut Kerajaan Dewa Emas? Apa isi buku harian yang ditinggalkan Anna itu?
Dia menyuruh mereka mencoba semua nama, tapi Anna jelas menjadi fokus utama. Namun buku harian yang disebutkan itu juga mungkin jebakan yang diatur apartemen.
Dia berharap bisa segera melihat buku harian itu, sekaligus memahami alasannya lebih dalam.
Dari analisis teks tersebut, Anna dan lima orang lainnya kemungkinan besar adalah sumber yang mengubah kapal ini menjadi kapal hantu. Tentang apakah hantu pena bisa menghilangkan kutukan atau tidak, kutukan itu sendiri sudah sangat mengerikan. Hanya dengan kutukan satu hantu, kapal sebesar itu bisa menjadi kapal hantu yang selamanya mengambang di laut!
Kapal hantu sebagian besar berasal dari legenda Barat. Yin Ye tidak terlalu paham tentang hal ini. Yinyu yang lebih memahami budaya Barat mungkin tahu lebih banyak. Dia memiliki pemahaman mendalam tentang agama dan mitologi Barat, tapi Yin Ye jarang menanyakannya hal-hal seperti itu.
Saat ini, Yin Ye dan yang lain hampir sampai di haluan kapal.
Tiba-tiba, dia menyadari bayangan gelap melintas di sampingnya. Segera menyorotkan senter ke arah itu - ternyata Zhang Hongna berdiri di sana!
Yin Ye menarik napas lega, lalu melihat sebuah buku catatan di tangannya. Apakah itu buku harian Anna?
"Akhirnya kita bertemu!" Zhang Hongna langsung lega. Dia baru saja kembali dari buritan ke haluan kapal, berharap bisa bertemu kembali dengan Yin Ye. Untungnya selama perjalanan tidak ada hantu yang muncul lagi.
"Apa kau gila?" Yin Ye membentak: "Kau menyuruh kita berkumpul di haluan? Tahukah kau betapa berbahayanya ini? Jika hantu menutup jalan mundur, berdasarkan misi darah kita tidak boleh meninggalkan kapal, bukankah kita pasti mati?"
Zhang Hongna terkejut, lalu segera menyadari kesalahannya. Dia memang lalai akan hal itu.
"Itukah buku harian Anna?" Yin Ye bergegas mendekat dan bertanya: "Katakan, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Saya ingin bertanya dulu." Tianye Chen tiba-tiba menyela: "Nona Zhang, apa maksud Kerajaan Dewa Emas itu? Apakah semacam peradaban kuno?"
"Bukan." Zhang Hongna menggelengkan kepala: "Kerajaan Dewa Emas adalah negeri agung para dewa. Eksistensi tertinggi yang melampaui dunia kita, jadi..."
"Diam!" Yin Ye memandangnya dingin: "Langsung ke intinya! Sebenarnya apa yang terjadi!"
Yin Ye merasa kebencian yang sangat dalam terhadap wanita ini, dalam hati berharap setidaknya dia belum dibunuh hantu.
Zhang Hongna mengulurkan buku harian itu ke Yin Ye sambil berkata: "Buku harian ini ditulis oleh putri salah satu pengikut Kerajaan Ilahi kami. Pengikut itu bernama Yan Lingxiao, Anna adalah nama putrinya."
“Bisakah kamu jelaskan secara detail? Sebenarnya apa yang terjadi?” Yin Ye tetap waspada terhadap sekelilingnya sambil berbicara.
“Pengikut?” Tian Chen terdengar bingung: “Apa maksudnya? Apakah kamu anggota kelompok agama tertentu, Nona Zhang? Apa sebenarnya yang terjadi?”
“Nanti akan kujelaskan. Sekarang dengarkan dia!” Yin Ye tahu waktu sangat mendesak, mereka harus segera mendengar penjelasannya.
“Mari kita panggil hantu pena dulu!” Zhang Hongna bersikeras: “Sekarang yang terpenting adalah...”
“Kami sudah mencoba tadi!” Yin Ye menggenggam lengan Xun Moying: “Dia tadi mencoba memanggil hantu pena bersama Xu Rao, tapi hantu mengganggu prosesnya dan Xu Rao dibunuh. Kamu tahu artinya ini? Ini mungkin jalan keluar, tapi juga bisa jadi jalan kematian!”
“Apa?” Zhang Hongna mulai terkejut.
“Aku harus memastikan kebenaran informasimu...” Ia membuka buku harian: “Di halaman mana tertulis tentang hantu pena?”
“Di sini.” Dia membuka halaman tersebut dan menunjuk perkataan Mo Jun: “Ini adalah instruksi pendiri sekte kami. Perkataan pendiri sekte tidak mungkin salah. Artinya...”
“Persetan dengan pendiri sektemu!”
"Yin Ye tiba-tiba menendang perut Zhang Hongna dengan keras, lalu melompat ke depan dan menarik kerah bajunya, menekan kepalanya ke lantai dengan kasar, berkata dengan penuh kebencian: 'Kau mau membunuh kami? Pendiri Sekte? Karena dogma sesat itu, Yinyu, Yinyu akhirnya masuk ke apartemen ini! Sekarang kau anggap ini jalan keluar? Kau pikir aku bodoh? Seharusnya dari dulu aku bunuh kau!'"
"Hei, hei," Ye Tianchen segera menarik Yin Ye, berkata: "Tn. Ke, Tn. Ke, jangan seperti ini. Mungkin dia tahu sesuatu... Pendiri Sekte, siapa sebenarnya Pendiri Sekte itu?"
"Apa ini sekte sesat?" Xun Moying tiba-tiba bertanya: "Sebelum masuk apartemen, aku membaca '1Q84' karya Haruki Murakami. Apa ini semacam kelompok sesat seperti di buku itu?"
"Kurang lebih." Yin Ye memandang Zhang Hongna dengan penuh kebencian: "Pada dasarnya, ini cuma paranoia pengikut Kerajaan Dewa Emas kalian, kan? Kau pikir aku akan percaya?"
Yin Ye sudah memutuskan - wanita ini harus mati! Siapa tahu nanti dia akan membuat ulah yang menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran!
"Kau... kau, kau iblis Black Heart Demon ini!" Zhang Hongna marah: "Kau berani menghina Pendiri Sekte! Kau bisa pahami keagungan Pendiri Sekte? Sudah lihat begitu banyak hantu di purgatorio penebusan dosa? Perkataan Pendiri Sekte mutlak benar. Jika kau percaya keberadaan apartemen itu, kenapa anggap perkataan Pendiri Sekte bohong?"
“Kalau begitu aku tanya! Bukankah semua pengikut kalian seharusnya masuk ke Kerajaan Ilahi? Lalu, aku bertanya...” Yin Ye mencengkeram rambut Zhang Hongna dengan kasar, matanya melotot penuh kemarahan: “Tapi bukankah arwah para pengikut itu sekarang semua menjadi kutukan di kapal ini? Coba kamu jelaskan!”
“Itu karena kapal ini sendiri dikutuk oleh Black Heart Demon!” Zhang Hongna sama sekali tidak mau mengalah, berkata: “Kalian, kalian harus mencoba lagi memanggil hantu pena! Anna mungkin adalah sumber kutukan ini! Dalam buku harian disebutkan, dia membenci Kerajaan Ilahi, karena itu dia jatuh menjadi Black Heart Demon, lalu menyebabkan kapal ini terkutuk!”
Ye Tianchen dan Xun Moying sama sekali tidak mengerti.
Apa maksudnya?
“Jadi, cepat panggil hantu pena! Lakukan sesuai perintah Pemimpin Agung, perkataan Pemimpin Agung pasti tidak pernah salah, sama sekali tidak!”
Yin Ye saat ini hampir kehilangan akal sehatnya. Ketenangannya hampir mencapai titik breakdown total. Di hadapan pengikut Kerajaan Dewa Emas, hanya ada kebencian yang sangat membara dalam dirinya!
Bunuh dia!
Bunuh perempuan ini!
Kedua tangan Yin Ye mencekik leher Zhang Hongna dengan erat, kali ini dia benar-benar ingin membunuhnya!
Membunuh bukan pertama kalinya baginya. Ah Shen dan Xia Xiaomei juga dibunuhnya, sekarang menambah satu nyawa lagi pun tidak masalah.
Ye Tianchen segera menarik Yin Ye dengan sekuat tenaga. Dia sudah melihat terlalu banyak hantu, tidak ingin ada lagi orang mati menjadi arwah!
“Berhenti, Tn. Ke, jangan seperti ini...”
Kekuatan tangan Yin Ye semakin besar, kebenciannya terhadap apartemen kini sepenuhnya dilampiaskan pada Zhang Hongna. Dia hanya ingin membunuh, membunuh, membunuh wanita ini!
Ye Tianchen dan Xun Moying sama-sama menarik tangan Yin Ye, berusaha melepaskannya. Tapi Yin Ye sudah bulat tekad untuk membunuh Zhang Hongna, saat ini dia benar-benar kehilangan kendali diri.
Zhang Hongna juga tak menyangka Yin Ye bisa seimpulsif ini. Tubuhnya terus berontak, tapi semuanya sia-sia.
Tiba-tiba, seolah tersadar, Yin Ye melepaskan genggamannya!
Baru sekarang dia menyadari: Zhang Hongna tidak boleh dibunuh! Bagaimanapun dia mungkin masih menyimpan informasi lain. Jika diperoleh, mungkin bisa menemukan jalan keluar!
Hampir saja kebencian membuatnya kehilangan akal sehat dan melakukan kesalahan fatal!
Sebenarnya Yin Ye adalah orang yang sangat rasional. Tapi siapapun yang masuk ke apartemen seperti ini pasti akan mengalami breakdown. Setelah selamat dari bahaya di Area Hutan 6 sebelumnya, ditambah distorsi aturan apartemen yang terus-menerus, Yin Ye akhirnya sulit mempertahankan rasionalitasnya. Orang normal yang mengalami hal sama mungkin sudah lama breakdown total, bahkan memilih bunuh diri.
Zhang Hongna batuk-batuk keras sambil ditopang Xun Moying. Pandangannya ke Yin Ye bahkan mengandung ketakutan. Pria ini benar-benar nekat! Biasanya terlihat begitu sopan, bagaimana bisa tiba-tiba berubah seperti iblis?
“Singkatnya, jelaskan.” Dia menggenggam buku harian itu, berkata: “Apa lagi yang kamu tahu? Jangan lagi bilang soal pemimpin sekte itu, kalau tidak, lain kali aku benar-benar akan membunuhmu!”
Yang tidak dia duga, saat ini Zhang Hongna juga mulai memiliki niat membunuh terhadap Yin Ye di dalam hatinya.
Begini isi hatinya: "Si Black Heart Demon ini sudah tidak bisa diselamatkan. Jika dibiarkan terus di kapal ini, mungkin dia sendiri akan menjadi bagian dari kutukan. Saat ada kesempatan, lebih baik langsung kubunuh saja!"
Membunuh Black Heart Demon biasanya dilakukan pengikut seperti Mo Jun, Zhang Hongna sendiri belum pernah terlibat langsung. Tapi jika ada kesempatan, dia takkan ragu sedikitpun.
Ini demi cita-cita agung Pemimpin Sekte, menghapus satu per satu Black Heart Demon di dunia ini adalah tujuan mulia Kerajaan Dewa Emas!
Terperangkap dalam fanatisme religius mutlak, Zhang Hongna bertekad demikian. Sekaligus memutuskan untuk membunuh Ke Yinye sebelum sempat mengutuk, cara terbaik adalah menggunakan pisau belati Kerajaan Ilahi untuk menyayat lehernya!
Setelah memantapkan hati, dia perlahan mendekat.
Mendekatinya, lalu membunuhnya, kemudian membujuk dua orang lain untuk bersama-sama memanggil hantu pena. Itu rencana Zhang Hongna. Tanpa membunuh Yin Ye, takkan ada yang mau ikut ritual kutukan.
“Aku akan jelaskan detail buku harian ini.” Dia menghampiri Yin Ye, sengaja menunjukkan ekspresi ketakutan sementara tangannya menyelinap ke saku mengambil pisau belati itu.
"Memotong tenggorokan... Jika dilakukan cepat, tidak akan ada masalah. Pasti tidak akan ada masalah..."
Zhang Hongna terus merencanakan, dalam hatinya yakin jika tiba-tiba menyerang, Yin Ye tidak sempat bereaksi. Pisau belati itu sangat tajam, pasti bisa membunuhnya.
Kilau dingin yang mengerikan menyambar, pisau belati muncul dan menggores keras area tenggorokan Yin Ye!
Ekspresi terkejut bermacam-macam muncul di wajah Yin Ye, luka merah darah terlihat jelas, darah terus memancur deras!
"Hahahahaha, kau mati kan? Haha, mati, mati! Dasar Black Heart Demon, terkutuk..."
Dua tangan Yin Ye mencengkeram erat lehernya, wajah penuh kesakitan, tubuhnya menggeliat beberapa kali lalu roboh ke lantai. Darah seketika menodai tanah...
Tangan Yinyu yang memegang cangkir teh tiba-tiba bergetar hebat, cangkir itu langsung terjatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping!
Tiba-tiba ia merasakan kegelisahan ekstrem, seolah sesuatu yang mengerikan telah terjadi.
"Ada apa? Yinyu?" Ziye bertanya khawatir: "Terjadi apa?"
"Aku, aku tidak tahu." Tangannya menekan dada, jantungnya berdetak sangat kencang.
Firasat buruk menyergap hatinya. Saat ini seluruh tubuhnya terasa beku, seakan langit dan bumi tiba-tiba lenyap.
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 14 Kutukan Abadi (2)
Zhang Hongna mengacung-acungkan pisau belati berlumuran darah, tersenyum sinis: "Dasar Black Heart Demon terkutuk, akhirnya mati di tanganku kan? Haha, hahaha..."
"Namun, dia tidak bisa tertawa lagi."
Karena Yin Ye yang seharusnya sudah mati tiba-tiba bangkit kembali!
Hanya saja, wajahnya berubah menjadi wajah hantu perempuan yang pernah masuk ke ruangan itu! Darah merah di lehernya masih terus mengalir, penampilannya sangat mengerikan!
Zhang Hongna langsung ketakutan setengah mati, kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai. Saat itu dia menyadari, Xun Moying dan Ye Tianchen juga menghilang!
Zhang Hongna segera bangkit dan lari ke arah berlawanan!
Bagi Yin Ye dan yang lain, saat melihat Zhang Hongna mendekat, mereka hanya melihatnya mengeluarkan pisau belati. Tiba-tiba dia menghilang tanpa jejak.
Ini membuat ketiga orang itu merasakan meremang bulu kuduk!
Ketiganya kembali berlari secepat mungkin, sampai ke area dek kapal yang lebih terbuka di mana gerakan sekitar mudah terdeteksi, baru berhenti.
Membuka buku harian ini, Yin Ye berkata pada Ye Tianchen: "Tolong, Tuan Ye, pegangi senter. Benar... Buku harian ini adalah petunjuk terakhir saat ini. Semoga kita bisa menemukan jawaban di sini."
Setelah membaca buku harian secepat mungkin, Yin Ye pun tenggelam dalam pikiran.
Tiga orang di dek kapal menghadapi pilihan yang kejam.
"Gadis bernama Anna ini sangat menyedihkan." Xun Moying yang juga telah membaca buku harian itu berkata: "Jadi, yang menyebabkan kutukan kapal ini kemungkinan besar adalah dia. Karena dia menganggap Kerajaan Dewa Emas sebagai sekte sesat. Hanya dengan begitu dia bisa membenci Kerajaan Dewa Emas."
“Kita harus menganalisis.” Yin Ye berkata serius: “Ini adalah kesempatan terakhir kita.”
“Analisis?” Ye Tianchen langsung berteriak: “Tn. Ke, lebih baik kita segera memanggil hantu pena, coba semua enam nama...”
“Tidak mungkin mencoba semuanya.” Yin Ye memegang buku harian ini, berkata: “Meskipun menurut buku harian ini, kemungkinan kutukan berasal dari Anna, tapi aku sama sekali tidak percaya perkataan pemimpin sekte itu. Jalan keluar seharusnya metode lain, petunjuk mungkin ada di dalam buku harian ini. Anna, Yan Lingxiao, Yan Lingyin, Mo Jun, Bai Lili, kelimanya mungkin sumber kutukan. Oh ya, ada satu lagi bernama Pang Tianxiu, siapa itu?”
“Mungkin salah satu pengikut Kerajaan Dewa Emas.” Xun Moying berkata: “Ini penjelasan yang paling masuk akal. Tapi orang ini sama sekali tidak muncul di buku harian ini.”
“Buku harian ini memiliki beberapa bagian yang membuatku penasaran.”
“Oh? Bagian mana?” Xun Moying segera bertanya: “Bagian apa yang membuat Tn. Ke penasaran?”
“Pertama, Anna menerima ancaman dua kali berturut-turut. Pertama, pisau belati tertancap di (tempat tidur), bekas lipstik di cermin; kedua, baju ditusuk pisau belati, lalu ancaman yang sama. Black Heart Demon, pengancam menganggap Anna sebagai Black Heart Demon.”
“Apa maksudnya?” Ye Tianchen tiba-tiba terlihat berpikir, bertanya: “Tn. Ke, apakah maksudmu si pengancam itu adalah sumber kutukan sebenarnya?”
“Benar.” Yin Ye melanjutkan: “Seperti yang kalian lihat tadi, hantu pena bahkan belum dipanggil, Xu Rao sudah dibunuh oleh 'hantu'. Artinya proses memanggil hantu pena sangat berbahaya, kita sama sekali tidak mungkin mencoba semua enam nama. Meski Anna terlihat paling mencurigakan, aku yakin ini sangat mungkin jebakan yang diatur apartemen.”
Yin Ye tidak melupakan misi darah enam kepala manusia sebelumnya, atau misi pengiriman surat yang pernah dijalani Li Yin. Betapa mengerikannya jebakan yang sengaja dibuat apartemen. Anna jelas-jelas umpan yang sengaja dipasang apartemen untuk menjebak penghuni, mungkin sekali dia bukan kuncinya. Bahkan, proses memanggil hantu pena itu sendiri bisa jadi jebakan!
Yin Ye berpendapat harus mempertimbangkan 'jalan keluar' lain.
“Masih ada beberapa jam sebelum misi darah berakhir, apartemen pasti memberi waktu untuk mencari 'jalan keluar'.” Yin Ye berusaha tenang: “Aku tahu kalian semua takut, tapi tindakan gegabah hanya mempercepat kematian. Kalian lihat sendiri nasib Xu Rao kan?”
Xun Moying teringat kejadian saat Xu Rao yang bersama mereka memanggil hantu pena, diseret tangan yang muncul dari bawah meja lalu menghilang. Hingga kini punggungnya masih merinding.
“Baik, mari analisis bersama,” Ye Tianchen juga berusaha semangat: “Seperti kata pepatah, tiga tukang kulit busuk bisa mengalahkan Zhuge Liang, apalagi Tn. Ke yang bijaknya tak kalah dari Kongming!”
Sampai detik ini, Ye Tianchen masih menyelipkan pujian tambahan.
Yin Ye tersenyum pahit: "Sudah, jangan bicara lagi. Saat ini, berdasarkan analisis, saya berpikir kemungkinan pelaku yang mengancamnya lebih besar adalah Yan Lingyin, tetapi ibunya Yan Lingxiao juga memiliki kemungkinan yang sama. Sedangkan Mo Jun dan Bai Lili juga memiliki tingkat kemungkinan tertentu. Adapun Pang Tianxiu itu, tidak bisa dipastikan."
"Yan Lingxiao juga mungkin?" Xun Moying bertanya bingung: "Dia tega memperlakukan putrinya sendiri seperti itu?"
"Orang yang telah dicuci otak oleh sekte sesat dan kehilangan akal sehat, tidak bisa dinilai dengan logika normal," Yin Ye menjelaskan: "Pengikut sekte yang membunuh orang tua atau anak mereka sendiri karena hilangnya kewarasan, bukanlah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dari isi buku harian, Yan Lingxiao yang menganggap suaminya sebagai Black Heart Demon telah mendorongnya ke laut. Karena itu, saya yakin dia juga mungkin menganggap putrinya sebagai Black Heart Demon."
Ye Tianchen menoleh ke belakang melihat sekeliling, lalu kembali bertanya: "Pertama-tama saya ingin tanya, apa arti Black Heart Demon? Tn. Ke, sepertinya Anda sangat memahami seluk-beluk sekte sesat ini?"
“Hmm. Adik saya Yinyu adalah korban dari sekte sesat ini. Pria yang pernah dicintainya, karena menjadi pengikut sekte ini, mengatur agar Yinyu masuk ke apartemen itu. Dia sangat menyadari betapa mengerikannya apartemen itu, tapi semata-mata karena dia menetapkan Yinyu sebagai Black Heart Demon. Menurut dogma sekte ini, Black Heart Demon umumnya dianggap sebagai orang yang tidak percaya eksistensi Kerajaan Dewa Emas, menganut agama lain, atau sangat terobsesi dengan uang dan kekuasaan. Tapi jujur saja, dari sudut pandang ini, terlalu banyak orang bisa dianggap sebagai Black Heart Demon.”
“Memang. Saya pernah dengar bahwa pengikut sekte sesat biasanya sangat ekstrem dan tidak normal.” Ye Tianchen merenung sejenak, lalu berkata: “Lalu, sebenarnya siapa yang...”
“Tapi ada satu hal yang perlu diperhatikan.” Yin Ye mengajukan poin: “Pengikut sekte sesat ini membenci Black Heart Demon sampai ke tulang sumsum. Kalau begitu, mengapa tindakan orang ini hanya sekadar mengintimidasi? Mengapa tidak langsung membunuh Anna? Menurut dogma Kerajaan Dewa Emas, selama menggunakan pisau belati khusus itu untuk membunuh Black Heart Demon, rohnya akan dikirim ke apa yang disebut purgatorio penebusan dosa.”
Saat sampai di bagian ini, semua orang serentak mengangkat alis.
“Mungkinkah…” Xun Moying segera berkata: “Apakah Yan Lingxiao? Meskipun dia menganggap putrinya sebagai 'Black Heart Demon', tapi tidak tega membunuh anaknya? Ya, sangat mungkin! Tidak, tidak mungkin. Menurut isi buku harian ini, Yan Lingxiao memberikan gaun putih itu kepada Anna, lalu gaun itu ditusuk dengan pisau belati... Ini tidak masuk akal?”
“Bahkan jika Yan Lingxiao bukan pelaku pengancam, setidaknya dia adalah kaki tangan.” Yin Ye melanjutkan analisisnya: “Setelah mengetahui semua yang terjadi, dia tidak menunjukkan reaksi berarti. Seolah sudah tahu siapa pelakunya. Memberikan gaun putih mungkin sendiri merupakan tindakan kejam untuk menyakiti Anna. Tapi bisa juga Yan Lingyin, karena Anna adalah keponakan perempuannya, kemungkinan tidak tegas juga ada. Tujuan ancaman mungkin ingin membuat Anna menyadari 'dosa'nya sendiri, menghentikan 'kemerosotan moral'nya. Logika pengikut sekte sesat ini sulit dipahami.”
“Ah, penjelasanmu juga masuk akal.”
Kemudian, suasana hening menyergap. Setiap orang takut hantu mendekat dari belakang, sehingga terus memantau sekeliling. Tapi semuanya diselimuti kesunyian, tanpa gerakan apapun.
“Syukurlah.” Ye Tianchen menepuk dadanya: “Hantu akhirnya diam sebentar. Mungkin apartemen memberi batasan pada hantu? Kita harus cepat memutuskan, apa yang harus dilakukan? Artinya, Yan Lingyin dan Yan Lingxiao, keduanya mungkin sumber kutukan?”
“Sulit untuk menilai.” Yin Ye membalik-balik buku harian, berkata: “Hanya bisa dikatakan kemungkinan kedua orang ini sangat tinggi. Tapi Mo Jun dan Bai Lili juga mungkin, hanya saja jika mereka berdua, seharusnya membunuh Anna, bukan sengaja menakut-nakuti ya?”
Jika benar demikian, berarti harus mencoba memanggil hantu pena untuk kedua orang ini?
“Coba keduanya?” Xun Moying berkata sambil sudah mengambil keputusan: “Jika memang bisa dilakukan...”
“Sebenarnya saya punya ide.” Ye Tianchen tiba-tiba mengajukan usulan: “Kalian pikir, umumnya orang memainkan hantu pena selain untuk bersenang-senang, ada faktor tertentu yaitu ingin melakukan ramalan. Artinya, bertanya beberapa hal ke hantu pena, lalu menulis jawaban di kertas. Lalu, kenapa kita tidak bertanya langsung ke hantu pena tentang sumber kutukan sebenarnya siapa orangnya?”
“Ini...” Kali ini bahkan Yin Ye juga ragu-ragu.
Mungkin benar ada kemungkinan bisa dilakukan. Yang dikatakan Ye Tianchen, mungkin memang merupakan jalan keluar sejati! Dengan mengidentifikasi sumber kutukan, lalu menghilangkan kutukan melalui hantu pena, maka instruksi tulisan darah ini bisa berhasil dilaksanakan.
Lagipula, cukup tuliskan enam nama orang lalu tanyakan ke hantu pena.
Tapi ini berarti perlu memanggil hantu pena untuk kedua kalinya. Namun melihat contoh dari Xu Rao, bahkan Ye Tianchen yang mengusulkan ide ini pun tidak berani melanjutkan permainan hantu pena.
Jika tidak ada yang berani melakukannya, sama saja dengan omong kosong. Yin Ye sendiri juga tidak mau mengambil risiko, tindakan seperti ini mungkin bisa menciptakan kutukan baru. Apalagi, perkataan sang pemimpin kultus itu sangat sulit dipercaya.
“Tapi saat ini memang tidak ada petunjuk lain. Jika dilakukan, masih ada secercah harapan, jika tidak dilakukan, hanya akan menghadapi situasi yang tidak akan bisa bangkit lagi.”
“Tapi Yin Ye selalu merasa, seharusnya ada cara yang lebih baik. Ada cara yang lebih baik untuk mengakhiri segalanya.”
“Apalagi, hipotesis Ying Ziyue tentang banyak jalan keluar sebelumnya sudah terbukti. Artinya, jalan keluar bukan satu-satunya, dalam instruksi tulisan darah kemungkinan besar ada banyak jalan keluar.”
“Yin Ye memutuskan untuk membaca kembali buku hariannya. Selain itu, dia samar-samar merasa bahwa buku harian ini agak tidak wajar.”
“Dia berpendapat isi buku harian seharusnya tidak fiktif, lagipula melakukan itu akan melanggar prinsip menyeimbangkan kesulitan dalam instruksi tulisan darah. Tapi, tetap mungkin ada pemikiran subjektif Anna yang tercampur di dalamnya.”
“Saat ini, di dalam apartemen.”
“Memang ada kemungkinan ini.” Yinyu menatap hasil penyelidikan di layar komputer, matanya berkilau.
“Hm, aku juga berpikir begitu.” Li Yin menunjuk sebuah gambar di layar komputer: “Setelah kapal pesiar Bailang menghilang, muncul banyak rumor hal gaib. Dan pria bernama Mo Jun ini adalah salah satu yang paling penting.”
“Orang bernama Mo Jun ini...” Yinyu mengamati gambar itu: “Sepertinya foto ini tidak di-PS. Tapi menimbulkan sensasi tertentu, dianggap sebagai fenomena supranatural ya?”
“Hm, tapi kamu juga tahu, hal seperti ini mudah di-banned. Foto ini diambil Mo Jun di Bailang lalu diunggah ke blognya. Saat itu ada beberapa foto lain yang muncul bersamaan di blog, dikenali netizen, lalu akhirnya menjadi bahan doxing...”
Pada foto tersebut, terlihat seorang pria berjanggut yang berada di atas geladak kapal. Foto ini jelas diambil pada malam hari. Di belakangnya, terdapat bayangan samar-samar yang tampak mengintai.
"Bayangan ini kemungkinan besar adalah hantu asli," kata Li Yin dengan penuh keyakinan. "Kapal pesiar Moonlight ini merupakan produksi grup baru setelah perusahaan Star Navigation diakuisisi. Jadi..."
Yinyu juga setuju. Menyelidiki pria bernama Mo Jun ini mungkin memberikan sedikit harapan. Tentu saja, karena tidak bisa menghubungi Yin Ye, informasi tidak dapat disampaikan padanya. Tapi mungkin apartemen akan melonggarkan pembatasan komunikasi di suatu saat. Karena itu... sangat penting untuk mengungkap beberapa hal.
Pada foto itu, bayangan di belakang Mo Jun semakin pekat, terlihat seperti monster yang siap melahap manusia...
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 15 Kutukan Abadi (3)
"Kalau begitu... data tentang pria bernama Mo Jun ini." Yinyu cepat-cepat menjelajahi halaman web: "Ada informasi lebih lengkap tentang dirinya?"
"Sebagian besar halaman sudah tidak bisa diakses," kata Li Yin sambil mengklik hasil pencarian. "Hanya diketahui nama, wajah, dan usia 26 tahun. Data lainnya sudah hilang."
Karena itu, hanya bisa meminta bantuan satu orang...
Pedagang informasi Li Fen!
Penghuni Kamar 1202, Li Fen, sebelumnya berhasil menemukan foto Shen Yu. Pria ini memang memiliki kemampuan luar biasa, bergerak lincah di dunia hitam dan putih. Dia sendiri adalah seorang hacker super sekaligus mampu membuat program virus kuat yang bisa menghancurkan firewall apapun. Asalkan ada cukup uang, semua informasi bisa dia berikan kepada klien.
Di era informasi seperti sekarang, nilai intelijen tak terbantahkan. Misalnya perusahaan yang mengetahui rahasia dagang kompetitor bisa tak terkalahkan. Pedagang informasi dengan kemampuan pengumpulan intelijen hebat seperti ini tentu menjadi bakat utama dunia bawah.
Tentu saja, di apartemen ini pun dia termasuk sumber daya yang sangat penting.
Saat keluar ruangan, Yinyu sudah tak sabar mengeluarkan ponsel: "Nomor telepon Li Fen apa? Beritahu aku!"
Hanya Loushang Li Yin yang memiliki semua nomor telepon penghuni. Naik lift ke lantai dua belas hanya butuh sedikit waktu, tapi Yinyu bahkan tak bisa menunggu sebentar itu. Ini menunjukkan betapa gelisah hatinya.
Di Kamar 1202, Li Fen yang berpenampilan acak-acakan sedang bermain go dengan penghuni lain. Penghuni itu tak lain adalah Kamya Sayoko.
Di apartemen ini, jarang ada penghuni yang betah tinggal sendirian di kamar terlalu lama - pasti akan gila. Karena itu banyak penghuni memilih berkumpul, meski cuma main kartu atau catur, lebih baik daripada diam. Tentu banyak juga yang memilih meneliti dan menganalisis instruksi tulisan darah untuk mencari lebih banyak petunjuk jalan keluar.
Sedangkan Kamya Sayoko dan Li Fen justru sangat akrab. Pria ini meskipun terlihat berantakan, sebenarnya sangat bijaksana. Sebagai pedagang informasi dan detektif, mereka memiliki cukup banyak kesamaan topik pembicaraan. Sebenarnya sebelumnya Kamya Sayoko juga pernah berurusan dengan pedagang informasi, jadi dia cukup memahami tipe orang seperti ini.
Tiba-tiba, ponsel Li Fen berdering. Setelah mengangkat telepon, dia mendengar suara panik Yinyu: "Tn. Li, saya Ke Yinyu penghuni kamar 1407..."
"Oh, Nyonya Ke, ada keperluan apa?" Li Fen menjepit telepon di bahu sambil mengambil bidak hitam lagi dan meletakkannya di papan catur.
"Begini ceritanya..."
Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi. Li Fen meletakkan bidak caturnya, "Nyonya Kamya, sepertinya permainan catur ini harus kita lanjutkan lain kali." "Tidak apa. Bagaimanapun ini hanya hiburan semata." Kamya Sayoko tidak banyak berkomentar.
Li Fen berjalan ke pintu dan membukanya, "Saya sudah paham detail situasinya. Akan saya bantu selidiki. Saya jamin dalam waktu setengah jam, data paling akurat tentang pria bernama Mo Jun akan ketemu."
Sebagai pedagang informasi, Li Fen memiliki harga diri profesional yang kuat. Meskipun sudah masuk apartemen, prinsipnya tetap tak berubah.
"Setengah jam?" Li Yin terkejut, "Anda yakin?"
"Tentu." Li Fen menunjuk ke arah kamar tidur, "Tadi saya sudah menyalakan komputer. Hitunglah waktunya. Tapi proses pencarian saya tidak boleh dilihat. Percayalah, selama pernah ada jejak di internet, pasti akan saya gali sampai keluar!"
“Terima kasih, Tuan Li!” Yinyu membungkuk padanya: “Tolong ya!”
“Jangan lebay, aku tidak tertarik dengan ucapan terima kasih dari wanita yang sudah punya pasangan...” Li Fen menggaruk telinganya sambil bergegas menuju kamar tidur.
“Nyonya Kamya?” Ziye memperhatikan keberadaan Kamya Sayoko di ruang tamu.
“Hmm.” Kamya Sayoko merapikan papan catur sambil berkata: “Tuan Li terlihat seperti orang yang benar-benar kompeten. Sepertinya para penghuni apartemen akan segera menyadari kemampuannya. Informasi akan menjadi sangat penting untuk instruksi tulisan darah di masa depan.”
Li Yin tak bisa menahan desahannya. Andai saja ada Li Fen saat misi darah terkait surat dulu, mungkin mereka bisa mengungkap kebenaran yang disembunyikan apartemen. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, mungkin apartemen akan membatasi akses informasi. Jika bahkan sistem peradilan negara bisa dipengaruhi, tentu manipulasi informasi akan mudah dilakukan.
Meski Yinyu ingin ikut masuk, Kamya Sayoko menasihati: “Kamu tetap di luar saja. Dia... terlihat agak eksentrik.”
“Begitu ya...” Yinyu pun menunggu dengan sabar. Sekarang ini, panik juga tidak ada gunanya.
Waktu berlalu satu menit satu detik. Sambil menunggu di ruang tamu, keempat orang ini terus menganalisis. Kamya Sayoko yang legendaris sebagai detektif wanita Jepang itu pun ikut membantu mereka.
“Oh begitu. Menurut kalian, apakah ini terkait perusahaan pelayaran? Atau ada hubungan antara kutukan Kapal Bailang dan Kapal Yueguang?”
Li Yin kemudian berkata: "Spekulasi saya adalah, mungkin ini roh jahat dari dasar laut. Kapal Moonlight berangkat dari Kota S, sedangkan kapal White Wave menghilang tepat sebelum memasuki perairan Kota S. Dengan kata lain, ini mungkin menjadi kunci penting."
"Roh jahat dari dasar laut?" Kamya Sayoko menoleh ke belakang melihat kamar tidur, lalu melanjutkan: "Hmm, mungkin saja."
Jepang sebagai negara kepulauan sering dilanda bencana air. Sejak kecil, Kamya Sayoko telah terpapar banyak literatur horor dimana air sering menjadi simbol kematian, memainkan peran penting dalam sastra misteri.
Hantu dari dasar laut? Ia bergumam pelan.
Akhirnya, pintu terbuka dan Li Fen keluar...
"Sebenarnya saya pikir, Golden Divine Kingdom belum tentu sekte sesat."
Di atas kapal hantu, Xun Moying tiba-tiba berkomentar: "Coba pikir, Tn. Ke, jika apartemen gaib itu benar ada, bukankah keberadaan Golden Divine Kingdom juga masuk akal? Mungkin sang pendiri sekte benar-benar bisa menyelamatkan kita."
Saat dilanda teror, keyakinan menjadi buta. Begitulah kondisi Xun Moying saat ini.
"Tidak mungkin. Saya pernah menyelidiki Golden Divine Kingdom," Yin Ye langsung menyangkal. "Saya tahu maksudmu. Jika ini benar, berarti ajaran sang pendiri benar... Bahkan kau berharap bisa menjadi warga Kerajaan Ilahi setelah mati?"
“Jangan terlalu dogmatis!” Ye Tianchen juga mulai goyah: “Jika benar bisa diselamatkan, aku tak masalah ikut sekte itu. Aku...aku bisa anggap pemimpin sekte itu sebagai dewa, asal dia bisa menyelamatkanku! Apartemen itu, kurasa memang purgatorio penebusan dosa. Lagipula pemimpin sekte itu tidak salah, manusia memang sangat jahat, soal 'Black Heart Demon' itu juga bukan sepenuhnya omong kosong.”
Tatapan Ye Tianchen dan Xun Moying saat ini tiba-tiba mengingatkan Yin Ye pada ekspresi Ah Shen dulu.
Untuk bisa diselamatkan, rela menjadi pengikut sekte sesat? Bahkan menjual roh ke iblis pun tak masalah?
Yin Ye sangat paham, bagi setiap penghuni apartemen, selama bisa bebas, bahkan membunuh dan membakar pun akan dilakukan. Bian Xingchen adalah contoh nyata.
Tapi bagaimanapun, Yin Ye tak boleh goyah. Sekte sesat yang hampir menghancurkan Yinyu ini, tak mungkin ia akui! Sekalipun purgatorio penebusan dosa benar ada, sekalipun di mata dewa Yinyu dianggap 'Black Heart Demon', itu tak membuatnya menerima! Bahkan dewa sekalipun, kehendak dewa, ia tak akan ikuti buta. Yang menentukan hidupnya hanya diri sendiri, dewa pun tak bisa menggantikannya hidup!
Setidaknya...dirinya sendiri takkan pernah mengakui sebagai 'Black Heart Demon'!
“Sadarlah kalian! Kita manusia, bukan 'Black Heart Demon'! Tolong pahami ini! Aku...”
"Aku tidak peduli!" Ye Tianchen bersikeras: "Asalkan bisa keluar hidup-hidup dari apartemen ini, bukan hanya 'Black Heart Demon', bahkan mengaku sebagai babi atau anjing pun aku rela! Sekalipun harus menjilat kaki pemimpin sekte itu, aku mau! Apartemen ini terlalu mengerikan, bagaimanapun aku harus bertahan hidup..."
"Sudah, jangan bahas ini lagi." Yin Ye memotong pembicaraannya, lalu melihat sekeliling dengan waspada: "Saat ini masih belum ada strategi jitu. Jadi...apakah kalian setuju untuk memanggil hantu pena?"
Ye Tianchen dan Xun Moying saling pandang. Terkait ritual pemanggilan hantu pena, keduanya sama-sama ragu.
"Aku...aku memutuskan untuk percaya pada Kerajaan Dewa Emas!" Xun Moying tiba-tiba berkata: "Cari cara menghubungi Nona Zhang Hongna, tanyakan syarat masuk gerejanya. Yang penting, aku ingin penebusan. Aku ini 'Black Heart Demon' kan? Biarlah Kerajaan Ilahi yang menebusku. Tn. Ke, lebih baik Bapak juga ikut percaya Kerajaan Dewa Emas. Kita harus melepaskan identitas sebagai 'Black Heart Demon'..."
"Benar!" Ye Tianchen menyambung: "Tn. Ke, sebenarnya Bapak bukan 'Black Heart Demon' kan? Bapak masuk apartemen ini secara sukarela. Kalau bukan karena adik Bapak, Bapak tidak akan begini. Sebenarnya, pacar adik Bapak dulu bermaksud baik. 'Black Heart Demon' harus masuk purgatorio penebusan dosa baru bisa ditebus. Anna pasti dikutuk karena menghina Kerajaan Ilahi, sampai arwahnya berkeliaran. Menurutku percaya pada dewa adalah cara paling aman..."
"Apa maksud kalian?" Yin Ye berkata dingin: "Jika Tuhan memerintahkan kalian untuk membunuh seseorang, mengatakan orang itu adalah Black Heart Demon, apakah kalian juga akan melakukannya?"
"Tn. Ke," Ye Tianchen semakin larut dalam peran sebagai pengikut Kerajaan Dewa Emas: "Bukankah Black Heart Demon baru bisa diselamatkan setelah dihukum oleh Kerajaan Ilahi? Dulu kita menerima pendidikan materialisme, berpegang pada ateisme, jadi wajar jika menganggap Kerajaan Dewa Emas sebagai sekte sesat. Tapi sekarang fakta membuktikan ada hantu di dunia ini. Jika ada hantu, lalu apa anehnya ada dewa? Tn. Ke terbelenggu oleh pola pikir lama. Sebenarnya menurut saya penjelasan Tuhan dari Kerajaan Ilahi sangat masuk akal. Lihatlah, dalam buku harian ini, Pemimpin sekte sudah meramalkan kutukan Black Heart Demon di kapal sebelum Anna dibunuh. Bukankah ini terbukti?"
Yin Ye mengerutkan kening.
Perkataan Ye Tianchen tidak sepenuhnya salah. Dari tanggal di buku harian, ramalan Pemimpin sekte memang sebagian menjadi kenyataan. Apakah sekte sesat ini benar-benar memiliki sesuatu yang valid?
Tapi jika dipikir demikian, apakah semua penderitaan Yinyu sejak masuk apartemen adalah akibat perbuatannya sendiri? Apakah dia pantas terus disiksa oleh instruksi tulisan darah sampai mati?
Sama sekali tidak! Kerajaan Dewa Emas adalah sekte sesat, itu fakta mutlak! Yinyu, dia sama sekali bukan Black Heart Demon!
Seperti keyakinan Yinyu padanya, dia juga yakin tanpa keraguan pada Yinyu.
"Yinyu maupun aku... Tidak ada orang yang terlahir berdosa. Istilah 'Black Heart Demon' hanyalah tipu daya belaka." Yin Ye berkata dengan tegas: "Aku sama sekali tidak akan menunduk pada sekte sesat ini! Pasti ada jalan keluar dari apartemen ini, tapi pasti tidak ada hubungannya dengan sekte sesat ini!"
Setelah mengucapkan kata-kata tegas itu, Yin Ye justru melihat ekspresi Yeyu Tianchen dan Xun Moying di hadapannya yang masih terlihat keras kepala.
Mereka lebih memilih mempercayai Kerajaan Dewa Emas yang ilusif itu untuk menghibur diri dan melarikan diri dari realitas mengerikan yang kejam.
Begitulah manusia, hanya percaya pada hal yang ingin mereka percayai. Namun kenyataan seringkali jauh berbeda dari idealisme manusia. Inilah penderitaan terbesar di dunia.
Tapi, melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah.
Sama sekali tidak mungkin...
"Lihat, Tn. Ke!" Tiba-tiba Xun Moying menunjuk ke belakang Yin Ye. Dia segera menoleh ke belakang...
Beberapa hantu mengerikan sedang memanjat kapal satu per satu dari pagar dek!
Informasi yang ditemukan Li Fen sangat mengejutkan.
"Kerajaan Dewa Emas?" Yinyu terkejut: "Kamu bilang dia pengikut Kerajaan Dewa Emas?"
"Aktivitas penyebaran agama bawah tanah Kerajaan Dewa Emas di Tiongkok bukanlah hal baru. Karena aktivitasnya yang tersembunyi dan tidak mengadakan kegiatan besar, pihak berwenang tidak terlalu memperhatikannya. Yang terpenting, sekte ini tampaknya punya hubungan dengan polisi sendiri. Selama tidak terlalu berlebihan, biasanya tidak ada masalah besar."
Bagaimana bisa Kerajaan Dewa Emas?
Hal ini sama sekali tak terbayangkan oleh Yinyu.
“Singkatnya, ini adalah informasi yang berhasil kuselidiki. Tingkat kredibilitasnya tidak perlu diragukan, tapi untuk menemukan markas Kerajaan Dewa Emas di kota ini masih membutuhkan waktu. Aku bukanlah dewa.”
Mata Yinyu nyaris memancarkan api.
Kerajaan Dewa Emas... Lagi-lagi Kerajaan Dewa Emas!
Yinyu bersumpah, jika sesuatu terjadi pada Yin Ye, dia dan sekte sesat ini... pasti akan bertarung sampai titik darah penghabisan!
“Tuan Li,” dia membungkuk dalam-dalam lagi, “Kumohon, lanjutkan penyelidikan ini. Segala hal tentang Kerajaan Dewa Emas, kebaikanmu akan kukenang selamanya, Ke Yinyu!”
“Baiklah, lagipula setelah masuk apartemen ini, kita semua sudah jadi komunitas nasib yang sama.” Li Fen menyetujui dengan antusias.
Di haluan kapal hantu yang seram, Zhang Hongna kini sudah terpojok di ujung tanduk.
Di hadapannya, ratusan hantu sedang mendekat! Sekilas perkiraan, jumlahnya minimal seratus lebih!
Yang berdiri paling depan adalah hantu perempuan menyeramkan itu! Di dada hantu perempuan itu tertancap pisau belati khusus Kerajaan Dewa Emas!
Zhang Hongna akhirnya menyadari, statusnya sebagai Imam Besar Kerajaan Ilahi sama sekali tak berguna bagi para hantu ini. Dia akhirnya berlutut di tanah, seluruh tubuhnya gemetar sambil berkata: “Anna, kumohon ampunilah aku, ini bukan salahku. Kau harusnya cari Tianxiu mereka, jangan cari aku... Aku bukan yang membunuhmu...”
Namun para hantu tetap tak bergeming, terus mendesak maju!
Di saat bersamaan, Yin Ye dan dua orang lainnya juga terjerumus dalam situasi mengerikan!
Hantu yang tak terhitung jumlahnya mengelilingi mereka, setiap hantu memiliki rupa yang berbeda-beda namun sama-sama pucat, terus mendekat secara mengerikan!
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 16 Kutukan Keabadian (Empat)
Instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis yang muncul 50 tahun sekali telah mengubah aturan apartemen secara drastis.
Setiap tahun, menjelang paruh kedua, apartemen akan membuka satu segel.
Di dalam kamar Li Fen, Yin Ye tiba-tiba memegang dada dengan kuat, rasa sakit terbakar yang hebat menyergap! Tiba-tiba, di dinding mulai muncul tulisan darah baru!
Instruksi tulisan darah Yin Ye dan yang lain belum selesai, bagaimana mungkin muncul instruksi baru?
Baris pertama instruksi darah tersebut berbunyi: "Mulai dari instruksi ini, penghuni akan diberikan kartu akses ke 'gudang' yang berisi berbagai alat pendukung untuk misi darah..."
Segel "gudang" akhirnya akan terbuka...
Kemunculan hantu dalam jumlah sebanyak ini sangat langka dalam sejarah instruksi darah. Biasanya hanya ada satu hantu, misi pengiriman surat Li Yin yang melibatkan dua hantu saja sudah sangat jarang. Kini...
Setidaknya puluhan hantu mengepung mereka, dengan lebih banyak lagi merayap dari laut ke kapal!
Yin Ye teringat catatan harian Anna tentang kegelisahan samar terhadap laut. Apakah ketakutannya terhadap laut berasal dari ini?
Tiba-tiba dikepung oleh begitu banyak hantu, jalan mundur benar-benar tertutup. Bisa dikatakan situasi terjepit yang dialami Yin Ye saat ini hampir sama mengerikannya dengan saat menghadapi hantu galak di dalam bus dulu!
Situasi terjepit yang sama, teror yang sama! Tapi kali ini jauh lebih menakutkan dari sebelumnya.
Tian Chenye dan Xun Moying sudah panik dan kehilangan akal. Mengingat ini adalah pertama kalinya mereka menjalankan instruksi tulisan darah, adegan yang biasanya hanya ada di film horor kini menjadi kenyataan. Mereka hampir mengalami breakdown.
Namun, gerakan hantu-hantu ini sangat lambat. Meski demikian, mereka telah membentuk jaring pengepungan tanpa celah sama sekali. Mustahil untuk menerobos dari mana pun.
"Tenang!" Yin Ye tahu secara psikologis mereka tidak boleh menyerah. Dia berkata pada Tian Chenye dan Xun Moying: "Sekarang baru lewat jam 8 malam, masih ada 4 jam lagi sebelum instruksi tulisan darah berakhir. Dengan begitu banyak hantu, pasti apartemen akan memberlakukan pembatasan ketat. Jadi jangan panik, sama sekali jangan panik!"
"Tapi meski begitu, melihat begitu banyak hantu berwajah mengerikan mendekatimu, seberapa besar kemauan untuk bertahan hidup yang bisa dibangkitkan oleh 'pembatasan' apartemen saja? Serangan fisik tidak efektif terhadap hantu. Bahkan dengan pembatasan dari apartemen, serangan fisik hanya bisa memperlambat gerakan hantu atau menciptakan sedikit hambatan. Jika jalan keluar tetap tidak ditemukan dalam perjalanan kembali ke apartemen, apartemen akan sepenuhnya mencabut pembatasan pada hantu. Saat itu, hantu akan menjadi seperti hantu dalam film horor tanpa solusi dari Jepang - ada di mana-mana. Memanipulasi ingatan, mengubah ruang, mengendalikan jiwa, semua akan menjadi mudah. Misi darah Li Yin di Desa You Shui sebenarnya sudah pasti berakhir dengan kematian, hanya beruntung saja dia bisa selamat.
Meski Yin Ye berkata begitu, tapi hantu yang dibatasi tetap lebih kuat dari tubuh daging dan darah manusia! Apalagi jumlahnya begitu banyak, bahkan jika bukan hantu melainkan manusia, tiga orang mereka tetap tidak akan sanggup melawan!
Situasi genting saat ini telah mencapai titik paling kritis.
"Ayo... ayo panggil hantu pena!" Ye Tianchen tiba-tiba berkata: "Enam orang itu, mari kita coba panggil hantu pena. Apakah Anna? Yan Lingxiao? Atau Yan Lingyin?"
Yin Ye menggenggam erat buku harian ini. Dia merasa mungkin hanya bisa memilih jalan itu.
Di waktu yang sama, Zhang Hongna juga mengeluarkan sebuah pulpen. Dia mengambil selembar kertas yang disobek dari buku harian ini.
Ujung pulpen menekan kertas. Dia belum pernah mencoba memanggil hantu pena sendirian, tapi sekarang harus dicoba.
"Semoga berhasil!"
Namun saat itu, sepasang tangan yang muncul dari belakang Zhang Hongna mulai meraihnya...
Tepat di detik-detik genting, Yin Ye tiba-tiba menyadari bayangan di bawah kakinya mulai bergerak!
Tidak mungkin! Dia tidak melanggar instruksi tulisan darah, bagaimana mungkin kutukan bayangan terpicu?
Faktanya, bukan hanya Yin Ye, semua penghuni apartemen mengalami perubahan aneh pada bayangan mereka. Tangan bayangan-bayangan itu memegang kartu hitam pekat lalu menyimpannya ke saku masing-masing.
"Apa ini?" Li Yin, Ziye, dan Yinyu juga menyadari kejadian ini. Li Fen dan Kamya Sayoko di samping mereka tertegun tak percaya.
Yin Ye segera memasukkan tangan ke saku dan mengeluarkan kartu hitam legam. Di tengah kartu terdapat gambar lubang hitam raksasa dengan lima karakter besar: "Kartu Akses Gudang". Di balik kartu tertulis paragraf panjang:
“Karena mendekati paruh kedua tahun 2011, dipengaruhi oleh instruksi tulisan darah tingkat raja iblis, tingkat kesulitan instruksi tulisan darah akan mengalami penyesuaian besar-besaran. Sambil mempertimbangkan bahwa tingkat kesulitan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis di paruh kedua tahun itu sendiri juga akan meningkat drastis, untuk menyeimbangkan tingkat kesulitan tulisan darah, sesuai tradisi lima puluh tahun sekali, penghuni diberi hak istimewa menggunakan barang khusus saat menjalankan instruksi tulisan darah. Dengan menggunakan kartu ini, cukup tandatangani satu kali di kartu, maka Anda bisa memasuki gudang untuk mengambil perlengkapan pelaksanaan misi darah. Penghuni yang lebih sering menjalankan misi darah akan mendapatkan perlengkapan level lebih tinggi. Masa berlaku kartu ini sampai 31 Desember 2011. Selain itu, jika penghuni menyelesaikan sepuluh misi darah (atau instruksi tulisan darah tingkat raja iblis), kartu ini juga akan otomatis tidak berlaku. Waktu di dalam gudang terhenti, sehingga bisa digunakan selama pelaksanaan misi darah, namun di dalam gudang maksimal bisa tinggal satu jam. Setelah satu jam akan otomatis dikeluarkan ke lokasi semula, dan baru bisa digunakan lagi setelah 48 jam.”
Pada saat itu, Ye Tianchen dan Xun Moying juga menyadarinya. Tanpa ragu, ketiga orang itu segera mengeluarkan pulpen dan menandatangani nama mereka di bagian bawah kartu.
Seketika, setiap orang merasakan dunia berputar. Kemudian, semua penghuni merasakan pusing sejenak. Saat sadar kembali, mereka mendapati diri berada di sebuah ruangan putih.
Ruangan putih ini kira-kira seukuran kelas, dengan empat lemari putih berbentuk sangat rapi terpajang di berbagai sudut. Ruangan ini tidak memiliki pintu maupun jendela, seluruh dindingnya tertutup rapat.
Di salah satu dinding putih bersih, terdapat tulisan darah berisi petunjuk panjang. Tertulis:
“Setiap penghuni di gudang ini memiliki empat lemari khusus dengan barang-barang yang terbagi dalam empat kategori: Pertama, serangan yang dapat menekan hantu tingkat tertentu namun tidak bisa membunuhnya; Kedua, pertahanan untuk menghindari dan melarikan diri dari kejaran hantu; Ketiga, obat resistensi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap hal gaib agar tidak mudah dibunuh hantu; Keempat, kutukan yang dapat mengutuk hantu atau kutukan lain, namun dengan banyak batasan. Keempat lemari memiliki berbeda dengan aturan: maksimal mengambil tiga sekaligus, kecuali rusak, penghuni harus mengembalikan satu untuk mengambil baru. Kualifikasi pengambilan berdasarkan jumlah eksekusi instruksi tulisan darah - setiap memiliki syarat minimal eksekusi. Instruksi yang sedang berjalan tidak dihitung. Penghuni yang tidak memenuhi syarat tidak bisa membuka laci apalagi merusaknya. Perlu diingat: Hanya jalan keluar yang diatur apartemen yang menjamin keselamatan mutlak. hanya alat bantu - jika tidak menemukan jalan keluar, penghuni akan terus diburu bahkan sebelum kembali ke apartemen.”
Yin Ye langsung dilanda euforia!
Bukankah ini berarti kemungkinan sukses menjalankan instruksi tulisan darah meningkat drastis?
Setelah membacanya, tulisan darah itu perlahan menghilang.
Setiap laci lemari bertuliskan nama dan fungsi detailnya dengan klasifikasi berbeda sesuai aturan.
“Benih Pohon Tumor Darah”、“Topeng Roh Jahat”、“Rumput Bulan”、“Dupa Kutukan”…… Semakin dilihat, Yin Ye benar-benar tercengang. Saat ini, dia bagaikan pengemis yang masuk ke dalam brankas.
Barang-barang ini, terlalu hebat ya?
"Tapi sayang sekali." Setelah melihat sekeliling, Yin Ye menghela napas: "Hanya 'jalan keluar' yang disediakan apartemen yang bisa mencapainya penyegelan dan penghancuran mutlak terhadap hantu. Meskipun barang-barang ini bagus, tidak bisa 'membunuh' hantu, paling banter hanya menyegel. Lagipula, semakin tinggi tingkat item, semakin sulit diuji hasilnya. Contohnya benih pohon tumor darah ini, jika bisa ditumbuhkan, bisa membuat hantu yang dibatasi apartemen sama sekali tidak bisa mendekat. Tapi tingkat keberhasilan menumbuhkan benih pohon tumor darah rendah, kerugian lebih besar daripada keuntungan. Saya yang sudah menyelesaikan lima kali misi darah bisa mengambil banyak barang, tapi hanya tiga yang bisa dibawa keluar..."
Yin Ye khusus memperhatikan apakah ada lemari yang bertuliskan "hantu pena", tapi tidak terlihat sama sekali.
Setelah berpikir, dia pertama-tama mendatangi lemari barang-barang serangan.
“Jumlah item serangan memang relatif sedikit, apalagi yang level tinggi semakin langka. Item serangan level tertinggi ada tiga jenis: ‘Kompas Yinsi’ yang bisa didapat setelah sembilan kali misi darah, ‘Pistol Roh Iblis Pengait Jiwa’, dan ‘Tombak Arwah Kutukan’. ‘Kompas Yinsi’ bisa memantulkan kutukan apa pun, artinya kutukan hantu akan kembali ke diri mereka sendiri? ‘Tombak Arwah Kutukan’ bisa memberikan pukulan fisik berat pada hantu, hebat sekali... Tapi yang paling mengerikan adalah ‘Pistol Roh Iblis Pengait Jiwa’ ini, bisa menyegel hantu dalam area seluas 300 meter, berapapun jumlah hantunya. Namun, tidak bisa digunakan untuk menyegel Raja Iblis.”
Jika Yin Ye sekarang bisa mendapatkan Pistol Roh Iblis Pengait Jiwa, maka para hantu itu sama sekali tidak akan menjadi ancaman baginya.
Tapi memang tidak ada item apa pun yang bisa membunuh hantu. Hanya ‘jalan keluar’ yang disediakan apartemen yang bisa melakukannya. Pistol Roh Iblis Pengait Jiwa hanya bisa menyegel, sedangkan Tombak Arwah Kutukan hanya bisa melukai parah hantu tanpa bisa membunuh.
Sedangkan item serangan yang bisa didapat setelah lima kali misi darah, total ada sebelas jenis.
“Hmm, ini sepertinya bagus. Lonceng Roh Jahat, cukup dengan menggoyangkannya, roh hantu akan mengalami kerusakan spiritual pada tingkat tertentu, membuat serangannya menjadi sangat tidak stabil. Bagus. Lalu, Tongkat Tiga Kepala Roh Jahat ini, tongkat sihir yang memakan energi gelap hantu. Awalnya hanya ada satu kepala hantu, tapi dalam kondisi lengkap akan tumbuh tiga kepala dengan menyerap energi yin secara bertahap. Setiap kepala bisa membentuk medan mantra yang menyulitkan hantu mendekat. Jika ketiga kepala sudah lengkap, bisa sangat mempengaruhi hantu yang dibatasi oleh apartemen. Minimal perlu lima kali instruksi tulisan darah untuk mendapatkannya. Barang ini keren!”
Saat membuka laci ini, terlihat sebuah tongkat sepanjang sekitar satu meter lebih. Di ujung tongkat terdapat kepala hantu hitam legam yang sangat menyeramkan dan mengerikan.
Setelah mengambil Tongkat Tiga Kepala Roh Jahat, dia menuju lemari obat resistensi untuk mencari obat yang bagus.
“Hmm, jumlah obatnya lebih banyak. Menurut penjelasan, karena waktu di 'gudang' ini diam, obat-obatan yang diminum atau dioles di ruang ini tidak akan efektif. Lupakan, coba lihat obat yang bisa didapat setelah lima misi darah. Benih Buah Darah Korosi ini, jika buah matangnya dimakan, darah akan memiliki efek mengkorosi tubuh spiritual. Kedengarannya bagus. Lalu tetes mata Mata Rohani ini, jika diteteskan bisa membedakan hantu yang menyamar sebagai manusia! Ini barang bagus!”
"Barang ini bisa dibilang barang terbaik di antara yang terbaik. Selama ini, para penghuni selalu pusing karena tidak bisa membedakan manusia dan hantu. Dengan ini, situasi seperti misi darah 'petak umpet' sama sekali tidak akan terjadi."
Tanpa ragu, dia membuka laci dan mengeluarkan botol tetes mata yang penuh di dalamnya.
Terakhir, dia menatap ke arah perangkat kutukan.
Saat itu, secara refleks matanya tertuju pada item di bagian paling atas yang hanya bisa diambil setelah menyelesaikan minimal sembilan kali misi darah.
"'Kutukan Dunia Bawah', 'Formasi Arwah Jiuyou', dan... 'Kutukan Keabadian'? Kutukan Keabadian, perangkat kutukan super kuat yang hanya bisa diambil setelah sembilan kali misi darah. Dengan menggunakan alat ini, kita bisa mendapatkan lima kesempatan bangkit dari kematian."
Lima kesempatan hidup kembali?
Yin Ye membelalakkan matanya, ini seperti cheat engine! Sama saja punya lima nyawa tambahan! Artinya, hanya saat dibunuh untuk keenam kalinya barulah benar-benar mati. Pantas disebut perangkat kutukan super yang membutuhkan sembilan misi darah!
Tentu saja, Yin Ye saat ini hanya bisa meratapi nasib. Sembilan misi darah, itu terlalu jauh. Tapi dia bersumpah, jika bisa mencapai sembilan misi darah, pasti akan mengambil alat kutukan ini untuk Yinyu!
Kemudian, pandangannya kembali ke perangkat kutukan yang bisa diambil setelah lima kali misi darah.
“Hmm, hanya ada enam jenis yang bisa diambil setelah menyelesaikan lima kali misi darah. Barang-barang kutukan memang langka, semakin banyak misi darah diselesaikan, semakin sedikit pilihannya. Dupa Kutulan, begitu dinyalakan, area asapnya akan terkena kutukan. Dalam area tersebut, cedera yang dialami penghuni akan otomatis terpantul ke hantu. Tapi jika penghuni tewas, dupa ini menjadi tidak efektif. Lalu... ini, Kutukan Ucapan, jika hantu mengucapkan kata terlarang yang sudah ditetapkan, akan tersegel selama tiga jam. Sepertinya tidak berguna, hampir tidak pernah melihat hantu yang bisa bicara.”
Mayoritas barang kutukan memiliki banyak batasan dan memerlukan kondisi tertentu untuk diaktifkan, akhirnya Yin Ye terpaksa melihat-lihat lagi bagian barang pertahanan.
Sekilas, dia langsung menemukan barang bagus. "Papan Catur Area" yang baru bisa diambil setelah minimal lima kali misi darah!
Papan Catur Area mirip papan catur biasa. Setelah menempatkan bidak di posisi yang sesuai, hantu akan terkunci seperti bidak di papan dan tidak bisa bergerak.
“Papan Catur Area, hmm, jumlah hantu kali ini cukup banyak. Mungkin harus menggunakan semua bidak hitam-putih untuk mengunci hantu. Menurut penjelasan, semakin banyak bidak digunakan, waktu penguncian makin pendek. Jika pakai semua, hanya bertahan lima menit. Tidak masalah, lima menit cukup. Selama itu, hantu tidak akan menyerang penghuni, dan di waktu ini...”
“Cukup untukku memanggil hantu pena dan melakukan kutukan!”
Namun, Yin Ye juga merasakan ketakutan yang lebih dalam.
Tingkat kesulitan misi darah yang harus diseimbangkan dengan begitu banyak benda supernatural... Seberapa mengerikankah peningkatan kesulitan instruksi tulisan darah selanjutnya?
## Jilid 14 Kapal Hantu Bab 17 Pisau Belati Yin Feng
Yin Ye melihat laci di sebelahnya bertuliskan "Air Sungai Underworld", yang juga hanya bisa dikonsumsi setelah menyelesaikan minimal lima kali misi darah. Fungsi Air Sungai Underworld adalah memungkinkan peminumnya merasakan kedatangan aura kematian. Misalnya, bisa merasakan jika diri sendiri atau orang di sekitarnya akan meninggal. Semakin dekat waktunya, sensasinya semakin kuat.
Dia membuka laci tersebut dan menemukan botol kecil berwarna putih di dalamnya.
Saat melihat botol putih itu, kepala Yin Ye terasa seperti meledak! Dia hampir tak percaya dengan pemandangan di depan matanya.
"Ini... ini..."
Segera dia mengambil botol itu, membuka tutupnya, dan melihat cairan berwarna sangat keruh di dalamnya. Setelah meneguk sedikit, rasanya...
Hampir identik dengan rasa "Air Suci" yang disediakan Kerajaan Dewa Emas! Dulu saat menyelidiki sekte sesat ini, dia pernah membeli dan mencicipi satu botol.
"Apakah Air Suci dari Kerajaan Dewa Emas... diambil dari gudang ini?"
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dengan tergesa-gesa dia kembali ke lemari benda kutukan dan melihat laci bertuliskan "Pisau Belati Yin Feng" yang membutuhkan minimal empat kali misi darah. Fungsi utama pisau belati Yin Feng adalah untuk melakukan ritual kutukan. Saat menarik laci tersebut, bentuk pisau belati itu benar-benar sama persis dengan pisau ritual khusus Kerajaan Dewa Emas!
Tapi, bagaimana mungkin Kerajaan Dewa Emas bisa menyediakan pisau belati dan Air Suci dalam jumlah begitu besar?
Tiba-tiba dia teringat sesuatu, di depan lemari alat kutukan dia melihat "Cermin Bayangan Jahat" yang membutuhkan delapan kali misi darah untuk diambil. Cermin ini bisa menyalin dan mengkloning benda apa pun yang bukan makhluk hidup, lalu mengeluarkannya dari permukaan cermin. Dengan kata lain, pemimpin agama Kerajaan Dewa Emas mungkin memiliki cermin ini.
Siapa sebenarnya pemimpin agama itu? Apakah dia adalah penyintas yang pernah menjalankan instruksi tulisan darah lima puluh tahun lalu? Membawa alat-alat itu keluar dari gudang tanpa mengembalikannya?
Tiga benda yang dibawanya pasti adalah Cermin Bayangan Jahat, Pisau Belati Celah Gelap, dan Air Mata Air Dunia Baka!
Tapi mengapa orang yang berhasil menyelesaikan sepuluh misi darah hanya membawa alat kutukan rendah seperti Pisau Belati Celah Gelap dan Air Mata Air Dunia Baka? Beberapa alat kutukan yang sangat kuat bisa mengendalikan alam jika digunakan di masyarakat manusia!
Mengapa?
Di bawah langit malam, di lantai teratas sebuah apartemen hotel di Kota K. Pemimpin agama muda itu sedang memegang segelas anggur merah, duduk di depan jendela. Dereis berdiri dengan hormat di belakangnya.
"Dres, kalau dipikir-pikir sekarang, mendapatkan buku harian itu sungguh keberuntungan bagiku." Ia meneguk anggur, lalu berkata: "Penjelasan dalam buku harian itu, ditambah tiga alat peninggalan pria bernama Pu Miling, berkat makhluk-makhluk itulah aku bisa mendirikan Kerajaan Dewa Emas. Sungguh berterima kasih pada Pu Miling, tanpa dia rencanaku takkan terwujud. Terutama cermin itu, yang memungkinkan Air Suci dan pisau belati terus beregenerasi. Karena inilah banyak pengikut bergabung ke Kerajaan Dewa Emas."
"Benar juga," Dres tersenyum tipis: "Kebetulan yang luar biasa saat Yang Mulia tanpa sengaja mendapatkan buku harian itu. Mukjizat Yang Mulia pun dipercaya semua orang, sehingga bahkan kebohongan konyol seperti 'Kerajaan Dewa Emas' tetap dipercaya banyak orang. Seperti kata Yang Mulia, puncak kebohongan adalah setengah kebenaran."
Pemimpin Agung meneguk anggurnya, pandangannya menerawang jauh.
Sementara Yin Ye akhirnya kembali ke dunia nyata.
Untuk keluar dari gudang, cukup menandatangani lagi surat izin. Setelah satu kali tanda tangan, tandanya akan menghilang.
Waktu benar-benar diam. Saat muncul kembali di kapal hantu, jumlah hantu di depan tak berkurang. Melihat jam tangan, memang waktu tak berubah sama sekali.
Barusan terlempar ke gudang, di dunia nyata hanya sesaat berlalu!
Meski terkejut dengan keberadaan pisau belati celah gelap dan air mata, yang penting sekarang bukan itu. Ia meletakkan papan catur di lantai. Bidak hitam dan putih di catur saling berhadapan.
"Seketika, gerakan hantu-hantu itu langsung membeku seolah-olah terhenti, tidak bergerak lagi."
Ye Tianchen dan Xun Moying juga kembali ke ruang nyata. Bagaimanapun lama mereka berada di gudang, di dunia nyata hanya sekejap. Keduanya pertama kali menjalankan misi darah, sehingga tidak bisa mengambil alat apapun.
"Syukurlah." Yin Ye menghela nafas lega. Ia segera mengambil obat tetes mata spiritual dan meneteskan ke kedua matanya. Lalu, ia menatap Ye Tianchen dan Xun Moying di belakangnya - tidak ada perubahan, mereka benar-benar manusia.
Adapun Tiga Tongkat Kepala Hantu, ia erat menggenggamnya. Mata hitam kepala hantu yang mengerikan itu tiba-tiba memerah darah, tampaknya mulai menyerap aura hantu. Dengan tongkat ini, bahkan sumber kutukan pun mungkin akan segan mendekat.
"Tn. Ke!" Ye Tianchen melihat papan catur bidang di tangan kanan Yin Ye dan Tiga Tongkat Kepala Hantu di tangan kirinya, berseru girang: "Anda berhasil mengambil alat? Kami tak bisa membuka laci manapun. Hebat! Hantu-hantu ini sudah tak bergerak?"
"Cepat pergi!" Ekspresi Yin Ye masih tegang: "Apartemen pasti akan melemahkan pembatasan pada hantu. Kita harus mempercepat langkah!"
Gudang hanya bisa dimasuki setiap 48 jam, dengan durasi maksimal satu jam di dalam. Artinya Yin Ye tidak bisa masuk lagi ke gudang.
Tongkat Tiga Roh Jahat ini merupakan andalan terbesarnya saat ini! Kelemahan papan catur bidang adalah: pertama, semakin banyak bidak, waktu diam semakin pendek; kedua, untuk hantu yang sama, efek diam bidak hanya bisa digunakan sekali; ketiga, Raja hitam, Ratu hitam, Raja putih, dan Ratu putih hilang,"skakmat"! Dalam catur standar, hitam dan putih masing-masing memiliki 16 bidak, sementara jumlah total hantu jauh melebihi 16, jadi tetap ada hantu yang tidak bisa dibekukan.
Melalui celah-celah hantu yang membeku, ketiganya berlarian menyelamatkan diri. Berkat keberadaan Tongkat Tiga Roh Jahat itu, hantu yang tidak terbekukan juga tidak bisa mendekati Yin Ye secara berlebihan.
Yin Ye lebih memahami daripada siapapun: meski secara permukaan alat-alat ini terlihat seperti cheat engine dalam game online yang sangat kuat, dia sadar betul bahwa instruksi tulisan darah mustahil memiliki "bug" atau celah curang. Apartemen sengaja menyediakan alat-alat ini untuk menyeimbangkan tingkat kesulitan misi darah.
Faktanya, sejak lama apartemen telah melemahkan batasan pada hantu secara signifikan agar ada penghuni yang bisa bertahan sampai akhir. Tanpa itu, mustahil ada waktu untuk berpikir mencari jalan keluar, hantu juga tidak akan memberi interval waktu lama khusus menunggu penghuni melihat petunjuk jalan keluar sebelum membunuh. Apalagi, sebagian besar hantu memiliki kemampuan mengerikan seperti abadi, manipulasi ruang, pengubahan ingatan, bahkan kontrol terhadap waktu.
Dalam cerita horor, penggunaan hantu sebagai tokoh utama berasal dari ketakutan insting manusia terhadap kematian dan hal yang tidak diketahui. Manusia terlalu tabu dan kurang memahami kematian. Dunia setelah kematian menjadi segala sesuatu yang tidak dipahami manusia. Hantu merupakan satu-satunya titik persinggungan antara dunia tak dikenal ini dengan manusia, menjadikan konsep kematian yang tersamar ini terwujud secara nyata, membuat manusia merasakan kedekatan maksimal dengan kematian. Inilah akar penyebab ketakutan manusia terhadap hantu.
Teror berasal dari ketidaktahuan, terutama tentang kematian. Ketidaktahuan itu sendiri adalah hal yang lebih menakutkan daripada hantu, mampu menabur benih teror secara otomatis dalam hati manusia, lalu berakar dan berkembang, memicu imajinasi berlebihan yang menghasilkan rasa takut jauh lebih besar daripada kenyataan. Tabu dan sensitivitas terhadap kematian justru menunjukkan sisi paling rapuh manusia. Oleh karena itu, di masyarakat modern sering muncul cerita misteri perkotaan. Minat manusia terhadap fenomena supranatural sebenarnya mencerminkan kurangnya rasa aman. Kepekaan modern terhadap hal tak dikenal dan kematian telah melahirkan rasa tidak aman yang memicu legenda urban dan obsesi terhadap kisah-kisah gaib.
Ketidakmatian dan ketidakterselesaian hantu dalam novel horor dan film horor justru merepresentasikan pergulatan batin manusia yang tak berdaya menghadapi kematian. Keinginan untuk melawan namun tak berkutik, hasrat untuk terbebaskan namun terbelenggu. Tak seorang pun bisa mengeksplorasi kematian. Di masyarakat ini, berapa pun uang yang dikumpulkan, seberapa banyak pun pujian yang diraih, semuanya akan lenyap setelah kematian. Kegelapan laten ini terus membayangi sanubari manusia modern.
Karena alasan inilah instruksi tulisan darah menjadi sumber teror yang sesungguhnya.
Yin Ye sangat paham, properti yang diberikan apartemen dengan penjelasan khusus "tidak bisa membunuh hantu" justru mempertahankan sifat kekal ini, persis seperti perasaan manusia yang bergulat dengan kematian. Namun di saat bersamaan, apartemen memberi penghuni secercah harapan untuk bertahan hidup, hanya untuk melepaskan keputusasaan yang lebih besar. Membuat mereka bertahan sampai misi darah berikutnya, mengalami teror yang semakin mencekam.
Yin Ye pernah merenungkan alasan keberadaan apartemen ini. Kini ia yakin, mungkin apartemen ini adalah perwujudan kontradiksi batin dan pergulatan manusia, bangunan mengerikan yang diciptakan oleh roh jahat dalam diri manusia yang sesungguhnya.
Dengan kata lain, setelah mendapatkan properti-properti ini, teror yang sesungguhnya akan segera dilepaskan!
Teror terbesar bukanlah hantu, melainkan kutukan tak kasat mata. Seperti dalam "Final Destination", sosok Shinigami tak pernah muncul dalam film, namun justru inilah yang mencapai puncak kengerian.
"Mayoritas fungsi alat adalah untuk melawan hantu. Lalu, bagaimana jika subjek kutukan tidak lagi berbentuk hantu yang fisik? Apa yang akan terjadi?"
Menerobos masuk ke kabin kapal, menuruni tangga menuju koridor di bawah, Yin Ye berkata dengan wajah serius: "Kalian berdua, cepat panggil hantu pena! Aku akan melindungi kalian dengan Tongkat Tiga Roh Jahat!"
Meski berkata begitu, Yin Ye sendiri juga tidak yakin sepenuhnya.
"Lalu... nama siapa yang harus ditulis?" Ye Tianchen segera bertanya.
"Anna," jawabnya tanpa ragu: "Tulis nama Anna!"
Anna kemungkinan besar dibunuh dengan pisau belati Yin Feng. Jika pisau belati Yin Feng digunakan untuk membunuh orang hidup, kutukannya akan membuat korban tidak bisa masuk ke siklus reinkarnasi, selamanya terperangkap di lokasi kematiannya, tidak bisa mencapai pembebasan - sebuah kutukan yang sangat jahat. Dengan kata lain, Anna adalah roh jahat yang terkutuk oleh pisau belati Yin Feng!
"Baiklah, mari kita coba Anna dulu!" Xun Moying segera menyobek selembar kertas dari buku harian itu dan menuliskan nama Anna.
Kemudian ia meletakkan kertas di lantai, berkata pada Ye Tianchen: "Tuan Ye, pegang tanganku seperti ini. Ya, ujung pena menekan kertas. Bagus, pertahankan..."
Li Yin mengamati "gudang" di hadapannya dengan seksama.
"Kompas Yin Si, Mantra Huangquan, Topeng Roh Jahat..." Saat ini Li Yin bagai Nenek Liu memasuki Taman Daguanyuan, kakinya seolah tertanam di tempat.
Namun, ia tetap menjaga ketenangannya.
Apartemen tidak mungkin menunjukkan belas kasihan kepada mereka. Dengan kata lain, keberadaan alat-alat hanyalah untuk menyeimbangkan tingkat kesulitan misi darah, memberikan waktu yang cukup bagi penghuni untuk memikirkan jalan keluar.
Pada akhirnya, jalan keluarlah yang menjadi kunci utama. Mengandalkan alat-alat saja untuk bertahan sampai sepuluh misi darah adalah khayalan belaka.
Bagaimanapun, sebagian besar alat penyegel hantu membutuhkan misi darah tingkat tinggi dengan berbagai batasan. Begitu taktik hantu berkerumun muncul, alat-alat itu menjadi tidak berguna. Alat kutukan juga memiliki keterbatasan besar, misalnya "Dupa Roh Kutuk" yang mensyaratkan penghuni tetap hidup. Jika hantu langsung membunuh penghuni, fungsi dupa itu menjadi sia-sia seperti "ayam kampung".
Namun dengan adanya alat-alat ini, setidaknya penghuni tidak sepenuhnya pasif.
Sebenarnya Li Yin berhak menerima alat untuk tujuh misi darah, namun sekarang hanya bisa mendapatkan alat untuk empat misi darah. Semakin rendah level misi darah, semakin banyak jumlah alatnya, namun daya ledaknya juga semakin lemah.
"Alat serangan untuk empat misi darah..."
Laci alat di lemari disusun berdasarkan level misi darah - semakin tinggi levelnya semakin atas posisinya, semakin rendah semakin bawah.
Untuk alat serangan minimal empat misi darah, Li Yin berencana memilih yang paling mudah digunakan.
Alat untuk empat misi darah memiliki kemampuan terbatas. Di antara alat serangan, yang terbaik adalah "Heibai Wuchang". Li Yin membuka laci tersebut yang berisi sebuah bola bundar dengan perpaduan warna hitam dan putih.
“Heibai Wuchang……” Li Yin menggenggam erat bola bundar ini, berkata: “Barang yang bagus. Dapat membatasi tubuh hantu dalam radius tertentu, persis seperti Heibai Wuchang yang membawa arwah ke Dunia Bawah.”
Namun, efek pembatasan Heibai Wuchang hanya bertahan 10 menit. Pembatasan kedua akan semakin singkat durasinya, sementara warna hitam dan putih pada bola akan perlahan bercampur. Ketika bola berubah sepenuhnya menjadi abu-abu, kemampuan pembatasnya akan hilang. Lagipula ini hanya alat dari misi darah keempat, keterbatasannya cukup besar.
Kemudian, Li Yin kembali ke apartemen dari gudang.
Tapi jelas, alat-alat ini tidak bisa dibawa masuk apartemen. Heibai Wuchang yang dipegang Li Yin langsung menghilang saat memasuki apartemen. Sama seperti hantu yang tak bisa masuk, alat-alat ini juga terhalang.
“Kumpulkan semua penghuni.” Ekspresi Li Yin tetap datar: “Segera lakukan diskusi, kumpulkan data semua alat, lalu... lakukan distribi kemampuan antar penghuni.”
Ziye yang juga telah kembali ke apartemen melihat ekspresi Li Yin dan langsung tahu - pria ini telah memahami maksud tersembunyi apartemen.
Ini sama sekali bukan berkah atau mukjizat. Teror justru semakin menjadi-jadi, jauh lebih mengerikan dari sebelumnya.
“Apartemen tak akan lagi membatasi pergerakan hantu.” Tangan Li Yin mengepal kencang: “Apartemen akan memaksa kita untuk menjalani instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis!”
Di koridor sepi, hantu pena itu akhirnya bergerak!
Ujung pena menggoreskan garis horizontal di atas nama Anna.
## Jilid 14: Kapal Hantu Bab 18: Akar Kutukan
Itu terjadi lima tahun yang lalu.
Langit gelap gulita. Ombak sesekali menghantam tebing karang di depan, dan di atas tebing itu, Yan Lingxiao berhadapan dengan seorang pria paruh baya.
"Maaf, aku harus melakukan ini."
Di area jantung pria paruh baya itu, tertancap sebuah pisau belati!
Ekspresi pria itu menyeringai kesakitan, matanya memandang Yan Lingxiao dengan kebingungan sambil bertanya: "Mengapa? Kenapa kau melakukan ini?"
"Karena kau adalah Black Heart Demon. Maaf suamiku, tapi aku tidak bisa membiarkanmu mati sebagai Black Heart Demon. Jadi... tidak ada pilihan selain membunuhmu."
Kemudian, dia berlari ke depan dan mendorong jenazah suaminya ke laut.
"Tidak——"
Sang suami pun terjatuh ke laut.
"Ini bukan salahku, jangan salahkan aku..." Yan Lingxiao tidak bisa melupakan tatapan suaminya sebelum mati - tatapan penuh kebencian yang terus menghantuinya!
Tatapan yang begitu mengerikan!
Setelah lama terdiam, dia pun berlutut. Rasa takut mulai menyergapnya.
Tiba-tiba... sebuah tangan muncul dari bawah tebing karang!
Nama Anna dicoret oleh hantu pena yang dipanggil Ye Tianchen dan Xun Moying.
Yin Ye masih menggenggam erat Tiga Hantu Kepala Tiang, mata merah darahnya tetap terbuka lebar. Dia sama sekali tidak berani menurunkan kewaspadaan. Dia sangat paham, meskipun Tiga Hantu Kepala Tiang ini termasuk senjata kuat di antara lima kali misi darah yang bisa didapat, tapi jika apartemen mencabut semua batasan hantu... konsekuensinya akan mengerikan!
Sebenarnya, jika dipikir-pikir, dalam setiap instruksi tulisan darah sebelumnya, apartemen jarang sekali mencabut semua batasan pada hantu sepenuhnya. Paling-paling hanya melemahkan batasan tersebut. Bahkan hantu perempuan dari Desa You Shui yang pernah memburu Li Yin kala itu, juga tidak sepenuhnya terbebas dari batasan. Jika tidak, mustahil arwah A Xiu saja bisa menahan hantu tersebut. Bahkan di saat penghuni menemukan jalan keluar, apartemen tidak akan mencabut semua batasan hantu, karena jika demikian, penghuni sama sekali tidak akan sempat menggunakan jalan keluar untuk melewati misi darah. Contohnya dulu ketika Ziye di Pabrik Garmen Jiangfeng menggunakan rak pakaian untuk menyegel hantu itu—jika saat itu apartemen mencabut semua batasan hantu, Ziye dan Min pasti sudah tewas 100%, mustahil sempat menggunakan rak pakaian untuk mengurung hantu.
Yin Ye sangat paham, dengan tongkat tiga roh jahat di tangannya, apartemen akan mencabut semua batasan pada hantu! Artinya, ini akan menjadi hantu paling mengerikan yang belum pernah dihadapi penghuni mana pun. Bahkan mungkin arwah Pu Miling yang pernah mencoba membunuh mereka di Area Hutan 6 dulu tidak ada apa-apanya. Lagipula Pu Miling sendiri bukanlah hantu dari instruksi tulisan darah, hanya karena tidak dikenai batasanlah dia menjadi hantu paling menakutkan.
Tapi jika dibandingkan dengan hantu mana pun yang batasannya telah dicabut sepenuhnya oleh apartemen, itu ibarat embun di hadapan lautan—sama sekali tidak sebanding.
"Jika tidak ada alat di tangan, menghadapi hantu seperti ini, pasti 100% situasi mati tanpa harapan! Jangankan ahli seperti Shangguan Mian, bahkan pasukan puluhan ribu orang atau senjata nuklir sekalipun tidak mungkin bisa selamat!"
Saat ini, Yin Ye masih tidak bisa memastikan apakah kutukan benar-benar telah terangkat. Namun, perkataan pemimpin sekte itu tidak bisa lagi diabaikannya.
Koridor tenggelam dalam kesunyian yang mencekam.
Tangan Yin Ye mencengkeram tongkat kepala hantu San Ling Xiong Tou dengan erat. Matanya terus mengawasi sekeliling, khawatir akan muncul situasi paling mengerikan.
Ye Tianchen dan Xun Moying juga sangat tegang. Tangan mereka masih memegang kuas itu, saling bertatapan.
"Semoga langit melindungi..." suara Yin Ye gemetar, "Semoga semuanya benar-benar berakhir..."
Dia benar-benar tidak ingin berhadapan dengan hantu yang batasannya telah sepenuhnya dilepaskan!
Ketegangan sudah mencapai puncaknya, tapi suasana tetap sunyi senyap. Tidak ada yang terjadi. Kepala hantu mengerikan pada tongkat San Ling Xiong Tou masih membelalakkan mata merah darahnya.
Tiba-tiba mulut kepala hantu itu terbuka lebar mengeluarkan lolongan panjang! Setelah lolongan itu, tepat di depan hidung Yin Ye muncul tiba-tiba seorang hantu perempuan berbaju hijau tua dengan wajah pucat lesi, pupil matanya kosong tak berjiwa! Di tubuh hantu perempuan itu tertancap pisau belati jahitan neraka!
Hantu perempuan itu berdiri tepat di depan Yin Ye. Kepala hantu mengerikan pada tongkat San Ling Xiong Tou mulai meraung-raung keras!
"Hantu Perempuan itu tiba-tiba mengarahkan tangannya ke dada Yin Ye, namun saat kepala hantu mengaum keras, tubuhnya mundur beberapa inci sehingga gagal menyentuhnya!"
Meski begitu, Yin Ye sudah merasakan rasa terbakar yang menyakitkan! Ia menyibak pakaian di dadanya dan melihat - di dekat area jantungnya muncul Jejak Tangan besar!
Tulang punggung Yin Ye langsung menggigil kedinginan.
Ia yakin, dari awal sampai akhir, Hantu Perempuan ini sama sekali tidak menyentuhnya!
Hanya dengan mendekat saja sudah meninggalkan Jejak Tangan, bagaimana jika benar-benar menyentuh? Tanpa Tongkat Tiga Roh Jahat ini, pasti nyawanya sudah melayang!
Yin Ye segera menoleh ke belakang, namun Tianchen Ye dan Moying Xun sudah lari jauh, hanya terlihat dua siluet punggung!
Tapi kini mereka berhadapan dengan hantu yang sama sekali tidak dibatasi oleh Apartemen. Dulu instruksi tulisan darah masih memberi waktu untuk melarikan diri, tapi sekarang...
Mustahil!
"Jangan lari, tetap di dekatku!" teriak Yin Ye sambil mengejar mereka!
Tapi jelas sudah terlambat.
Di tengah pelarian, Tianchen Ye tiba-tiba merasakan sesuatu. Sebelum sempat berteriak, tangan berlumuran darah muncul dari dadanya sebelah kiri, mencengkeram jantung yang masih berdenyut!
Tangan itu muncul begitu saja tanpa sumber - di area jangkauan Tongkat Tiga Roh Jahat, mustahil hantu bisa menyembunyikan wujudnya!
Saat itu, Yin Ye sudah berlari ke samping Xun Moying, sedangkan tangan itu melepaskan jantung dan menarik diri kembali.
Xun Moying segera mengulurkan tangannya untuk meraih Tongkat Tiga Roh Jahat itu, berkata: "Aku, biarkan aku juga memegang tongkat ini! Yin Ye, papan catur domain, mengapa papan catur domain tidak berfungsi lagi?"
"Ini..." Yin Ye melihat papan catur di tangannya, berkata: "Hantu ini terlalu kuat, efek diam papan catur domain tidak bekerja!"
Selanjutnya, adalah mimpi buruk yang baru!
Di koridor sempit yang panjang, Yin Ye dan Xun Moying sama-sama mencengkeram Tongkat Tiga Roh Jahat itu, bahkan napas pun ditahan. Jika tongkat ini menyerap cukup energi Yin hingga tiga kepala hantu mencapai bentuk sempurna, mungkin bisa menekan hantu ini. Namun dalam kondisi sekarang, efek penekanannya sangat berkurang.
Persis seperti orang yang memegang payung di tengah hujan deras, meski lebih baik dari yang tidak memakai payung, tetap sulit terhindar dari basah.
Yin Ye saat ini bagaikan penghuni yang memegang payung di tengah hujan deras.
Jenazah Ye Tiancheng tergeletak di tanah, matanya membelalak ke langit. Yin Ye juga sangat tegang, terus memandang sekeliling. Sekarang ini bahkan melangkah sedikit pun ia tak berani.
“Kepala hantu” sementara berhenti meraung, kedua mata merah darahnya terbuka lebar, seolah juga mencari jejak hantu itu. Sepertinya hantu tersebut juga sementara bersembunyi, menunggu pembantaian baru.
“Hantu pena… hantu pena tidak berguna?” Yin Ye berpikir: “Atau… atau bukan Anna? Kalau begitu, apakah Yan Lingxiao?”
Buku harian Anna ingin mengungkap apa sebenarnya? Apa sebenarnya “jalan keluar” itu?
Tapi sebelum Yin Ye sempat menyelesaikan pikirannya, “kepala hantu” itu kembali menjerit. Saat ini, Yin Ye hanya melihat sosok hijau tua melesat mendekat di hadapannya!
Kecepatannya hampir menyamai peluru!
Yin Ye belum sempat bereaksi, sosok itu sudah berada di depan matanya, lalu tiba-tiba mundur kembali!
Mundurnya tentu karena tongkat Tiga Roh Jahat. Tapi hanya dalam sekejap kedatangan tadi, dada Yin Ye sudah tercakar lima goresan darah dalam! Pakaian luar pertama robek, luka di dalam cukup dalam, dan tepat di area jantung. Jika lebih dalam sedikit, jantung pasti hancur!
Inikah wujud hantu yang benar-benar terbebas dari batasan?
Keberadaan alat hanya menciptakan keseimbangan baru dari kesulitan yang ada! Apakah di masa depan harus menghadapi hantu-hantu yang sepenuhnya terbebas seperti ini?
Sosok hijau tua itu kembali menghilang.
“Xun, Nona Xun...” Yin Ye berkata dengan suara gemetar padanya: "Kita, jika tidak segera mencari jalan keluar, meski punya tongkat ini, aku tidak bisa menjamin berapa lama kita bisa bertahan..."
Buku harian... Mari kita pertimbangkan, di mana letak masalahnya sebenarnya...
Kejanggalan, sebenarnya bukan tidak ada.
Saat Bai Lili mengunjungi Anna hari itu, ucapannya sangat aneh. Ketika Anna memberitahunya tentang tulisan "Black Heart Demon mati" di cermin, Bai Lili malah berkata pada Yan Lingxiao bahwa tingkat kesalehannya masih kurang.
Selain itu, dalam percakapan berikutnya antara dia dengan Yan Lingxiao, serta dialog antara Yan Lingxiao dan Yan Lingyin tentang topik Kerajaan Dewa Emas, mereka sama sekali tidak menghindari kehadiran Anna. Mengapa?
Juga, setiap orang seolah sengaja atau tidak sengaja mengabaikan Anna. Tak seorang pun menyebut Anna pada Yan Lingxiao, dan saat berbicara dengan Anna, tak pernah memanggil namanya...
Terutama di kapal, ketika Mo Jun menyebut "Black Heart Demon", dia malah mengatakannya langsung di hadapan Anna. Malam itu, Yan Lingxiao tidak menjawab pertanyaan Yan Lingyin apakah dia telah membunuh suaminya. Saat itu Yan Lingyin berkata padanya...
"Dengan begini aku akhirnya mengerti mengapa kau bisa berubah seperti ini. Meski kau telah membunuhnya, kau menyesal bukan?"
Menyesal...kah?
Ketika Yan Lingxiao menggunakan pisau belati jahitan yin untuk membunuh suaminya, pemandangan apa yang akan dia lihat? Suaminya tidak masuk ke purgatorio penebusan dosa, juga tidak memasuki Kerajaan Dewa Emas. Melainkan berubah menjadi roh jahat yang terkutuk, selamanya bersemayam di lautan...
Karena itulah, dia mulai takut pada laut.
Ketakutan terhadap laut berasal dari sini. Karena dia melihat hantu suaminya yang tidak bisa beristirahat dengan tenang, roh yang terkutuk oleh pisau belati jahitan yin, yang ditakdirkan menjadi roh jahat tanpa kesempatan penebusan, selamanya akan menghuni tempat kematiannya. Jika hantu ini menyerang pemegang pisau belati jahitan yin, kutukan akan semakin dalam. Namun semakin terkutuk, senjata ini justru menjadi semakin jahat - benar-benar alat kutukan yang berbahaya. Kerajaan Dewa Emas bahkan menggunakan cermin bayangan jahat untuk memperbanyak pisau belati jahitan yin secara massal!
Pada hari itu, mungkin terjadi perubahan pada Yan Lingxiao. Perubahan yang juga telah disadari oleh Yan Lingyin.
Bukan sekadar ketakutan mendalam terhadap laut. Ini perubahan yang lebih fundamental.
Menusukkan pisau belati jahitan yin ke dalam selimut, menulis "Black Heart Demon mati" dengan lipstik di cermin, lalu merobek gaun putih yang akan diberikan pada Anna...
Semua ini karena roh jahat dalam diri Yan Lingxiao.
"Jangan-jangan Anna juga..." Yin Ye baru saja menyadari sesuatu, tiba-tiga tongkat trisula roh jahat kembali meraung keras, dan matanya menjadi semakin merah menyala!
Anna, sama seperti Yan Lingxiao, memiliki ketakutan terhadap laut.
Apa yang ada di kedalaman laut? Di kedalaman laut adalah...
"Yin Ye dan Xun Moying sama-sama menggenggam erat Tongkat Tiga Roh Jahat, gigi kedua orang itu terkunci rapat!"
"Orang yang membunuh Anna dengan pisau belati Yin Feng adalah satu-satunya yang bisa menaklukkan hantu ini. Orang itu adalah Yan Lingxiao. Namun, Yan Lingxiao sudah mati."
"Zhang Hongna saat ini menusukkan pisau belati Yin Feng ke jantungnya sendiri."
"'Bunuh diri... sudah cukup. Lalu, aku bisa menjadi warga Kerajaan Ilahi...'"
"Dia tertawa sinis, sementara semua hantu dihadapannya menghilang. Dia terjatuh di geladak, seiring kehilangan darah yang berlebihan, dia akan berubah menjadi roh jahat yang menghantui kapal ini selamanya, berlayar abadi bersama kapal hantu ini..."
"Di depannya, tidak ada Kerajaan Ilahi yang menantinya."
"Persis seperti Yan Lingxiao dulu."
"'Anna adalah 'kepribadian' lain yang terpisah dari Yan Lingxiao.'" Yin Ye berkata kepada Xun Moying di sampingnya: "'Anna... adalah orang yang sama sekali tidak pernah ada!'"
"Saat membunuh suaminya, dia melihat hantu suaminya. Namun karena kutukan pisau belati Yin Feng, suaminya tidak bisa membunuhnya, tapi menjadi semakin jahat dan mengerikan."
"Ketakutan itu membuatnya sadar bahwa suaminya tidak mendapatkan penebusan dan kebahagiaan."
"Lautan bukanlah pintu menuju Kerajaan Ilahi, melainkan jurang keputusasaan. Keputusasaan itu sekaligus menjadi titik breakdown. Karena itulah kepribadiannya mengalami split."
"Seandainya tidak terpapar Kerajaan Dewa Emas..."
"Seandainya tidak mempercayai dogma Kerajaan Dewa Emas..."
Seandainya aku tidak membunuh suamiku, mungkin lebih baik...
Seandainya, aku bukan Yan Lingxiao, mungkin lebih baik...
Maka, kepribadian bernama "Anna" terpecah dalam pikiran Yan Lingxiao, membentuk kepribadian yang terpolarisasi. Kepribadian utama Yan Lingxiao masih mempercayai dogma Kerajaan Dewa Emas, sedangkan kepribadian "anak perempuan" yang diciptakan imajinasinya justru menganggap Kerajaan Ilahi sebagai sekte sesat.
Hanya saja, sama-sama memiliki ketakutan terhadap laut.
Oleh karena itu, Yan Lingxiao yang menulis kata-kata ancaman di cermin dan merobek gaun, sama sekali tidak diketahui oleh Anna sebagai kepribadian sekunder yang terpisah.
Namun faktanya Yan Lingxiao sama sekali tidak memiliki putri.
Meski Yan Lingyin, Mo Jun dan lainnya mengetahui masalah kepribadian gandanya, penjelasan apapun tidak akan berguna sehingga akhirnya hanya bisa membiarkannya. Oleh karena itu percakapan tidak menghindari Anna, karena Anna dan Yan Lingxiao adalah orang yang sama.
Di ruang rekreasi, ketika kepribadian sekunder Yan Lingxiao "Anna" bangun, dia langsung melarikan diri ke ruang mesin.
Yan Lingxiao membunuh dirinya sendiri. Yan Lingxiao dan Anna, dua kepribadian dalam satu tubuh, saling memproyeksikan ilusi satu sama lain.
Akhirnya, Yan Lingxiao yang adalah Anna, setelah ditikam Pang Tianxiu, menusukkan pisau belati Yin Feng ke jantungnya sendiri.
Dia mengira Yan Lingxiao sebagai "ibu" telah membunuh Anna yang dianggap sebagai "putri".
Pada saat yang sama, dia mengutuk dirinya sendiri. Artinya, kutukan itu akan berbalik ke dirinya sendiri. Di atas kapal hantu ini, menjadi sumber segala kutukan jahat.
Tangan Yin Ye dan Xun Mo Ying memegang pena, sementara tangan lainnya mencengkeram Tongkat Tiga Roh Jahat. Di secarik kertas, mereka menulis nama "Yan Lingxiao".
Di waktu yang sama, siluet hijau tua muncul kembali di depan mereka...
## Jilid XIV Kapal Hantu Bab XIX Keruntuhan Kerajaan Dewa Emas
Di permukaan laut yang gelap, kapal hantu terus melaju.
Tangan Yin Ye dan Xun Mo Ying mencengkeram erat pena itu, sementara tangan lainnya memegang Tongkat Tiga Roh Jahat. Keringat dingin sudah membasahi dahi mereka, detak jantung semakin kencang!
Siluet hijau tua itu kadang muncul, kadang menghilang, justru menciptakan rasa horor yang lebih intens daripada pembunuhan langsung.
Yin Ye baru menyadari, tanpa masuk ke gudang untuk mengambil alat ini tepat pada waktunya, mustahil memainkan hantu pena dengan aman! Jadi instruksi tulisan darah kali ini mutlak membutuhkan alat.
Tapi pena tetap tidak bergerak. Meski Yin Ye dan Xun Mo Ying berulang kali mengucapkan mantra pemanggilan hantu pena, tidak ada reaksi sama sekali.
Tiba-tiba, Yin Ye merasakan hawa dingin menusuk menerpa punggungnya!
Tongkat Tiga Roh Jahat seharusnya masih bisa bertahan beberapa saat lagi!
Tapi, Yin Ye segera teringat bahwa Pisau Belati Yin Feng sama seperti Tongkat Tiga Roh Jahat, keduanya adalah alat yang berasal dari gudang. Terlebih lagi, Pisau Belati Yin Feng termasuk alat kutukan yang mungkin memiliki kekuatan lebih berbahaya dibandingkan Tongkat Tiga Roh Jahat!
Tak sempat berpikir panjang, Yin Ye tiba-tiba merasakan pupil matanya menyempit. Lalu ia melihat bagian lengan kanan Xun Moying yang memegang pena tiba-tiba mengeluarkan sebuah tangan dari balik lengan bajunya, menghancurkan pena itu dengan kasar! Tangan itu kemudian langsung menarik diri kembali ke dalam lengan Xun Moying.
"Aaa!" Xun Moying berteriak ketakutan dan langsung melepas jaketnya lalu melemparkannya ke lantai, tapi tangan hantu di lengan baju itu sudah menghilang tanpa jejak.
Tangan kiri Xun Moying tetap erat memegang Tongkat Tiga Roh Jahat, sementara tubuhnya juga berada sangat dekat. Dalam kondisi seperti ini, ternyata masih bisa menemukan celah untuk menyerang!
Sungguh mengerikan!
Sebenarnya, dari empat jenis alat, yang disebut sebagai alat serangan sebenarnya tidak mungkin menyebabkan kerusakan nyata pada hantu. Jika bicara tentang bahaya sejati, itu tetap alat kutukan. Misalnya, Pisau Belati Yin Feng, jika digunakan untuk melukai hantu, akan membentuk hubungan kutukan antara manusia dan hantu, membuat hantu sulit melukai pemegang pisau tersebut. Namun, harga dari kutukan ini adalah meningkatkan kejahatan dan energi negatif hantu secara signifikan, yang bagi para penghuni apartemen bisa disebut mimpi buruk! Sebagian besar alat kutukan memiliki sifat seperti ini. Contohnya, Cermin Bayangan Iblis yang terlihat sangat hebat karena bisa menggandakan alat tanpa batas, tetap memiliki batasan besar: begitu cermin ini dikembalikan ke gudang atau pecah, semua salinan alat akan menghilang. Berapa orang yang bisa mencapai misi darah kedelapan? Jumlah Cermin Bayangan Iblis yang bisa diambil pasti sangat sedikit; bahkan Kutukan Abadi yang bisa didapat dari misi darah kesembilan memiliki keterbatasan besar. Meski bisa hidup kembali lima kali, karena ini dicapai melalui kutukan, beban pada tubuh akan semakin berat - energi, kecepatan, dan panca indra akan terpengaruh. Pada kebangkitan kelima, kemampuan bergerak dasar akan hilang total, penglihatan, pendengaran, dan penciuman akan lenyap. Kerusakan akibat kutukan ini bahkan tidak bisa diobati setelah kembali ke apartemen, dan akan bertahan sehidup semati.
Oleh karena itu, Yin Ye juga tidak akan sembarangan memilih alat kutukan.
Saat ini terlihat bahwa daya ledak alat serangan masih terlalu lemah.
Tapi penyesalan sudah tidak ada gunanya, sekarang tidak bisa kembali ke gudang untuk mengganti. Yin Ye segera mengeluarkan pena lain, berkata: "Lanjutkan memanggil hantu pena! Cepat!"
Xun Moying juga tahu, sekarang bukan saatnya takut. Jika proses pemanggilan hantu pena tidak diselesaikan, Hantu Perempuan ini mungkin benar-benar akan membunuh mereka! Hantu yang dikutuk pisau belati Yin Feng menjadi lebih jahat, ditambah pembatasan yang sepenuhnya dicabut, papan catur wilayah yang diam menjadi tidak berguna. Tiga tongkat kepala hantu sial ini hanya memiliki satu kepala hantu. Secara keseluruhan, jika waktunya ditunda, hantu ini mungkin benar-benar akan membunuh mereka semua!
Yin Ye sebenarnya terlalu mengagungkan tiga tongkat kepala hantu sial. Tentu ini tidak mempengaruhi pencabutan pembatasan apartemen terhadap hantu. Apartemen dalam menyeimbangkan kesulitan selalu berdasarkan kondisi yang dimiliki kedua pihak, bukan situasi nyata. Contohnya, meskipun penghuni tidak masuk gudang untuk mengambilsaat menjalankan instruksi tulisan darah, apartemen tetap akan mencabut semua pembatasan terhadap hantu. Karena apartemen sudah memberikan surat izin ke penghuni, artinya jika penghuni tidak mengambil, itu masalah penghuni sendiri, pembatasan tetap akan dicabut. Demikian juga, surat izin yang hilang tidak akan diganti, apartemen tidak sebaik itu. Ketidakmampuan mengambil yang sesuai juga menjadi masalah penghuni. Ke depannya, instruksi tulisan darah akan menjadi semakin mengerikan!
Sekali lagi mereka memegang pena, sambil erat-erat menggenggam tongkat.
Semuanya harus diulang dari awal!
Kali ini, keduanya fokus menahan napas, mulai memanggil hantu pena.
Sekarang, hanya bisa berdoa agar Tongkat Tiga Hantu Kepala Kejam dapat lebih menekan hantu itu. Menurut tulisan di laci, fungsi utama Tongkat Tiga Hantu Kepala Kejam adalah membentuk perlindungan kutukan, namun karena tiga kepala hantu utuh yang terbentuk bisa memberikan kerusakan tertentu pada arwah, maka dikategorikan sebagai senjata serangan. Tapi dalam kondisi saat ini yang hanya memiliki satu kepala hantu, efek sebenarnya lebih mirip alat pertahanan. Selain itu, jangkauan perlindungan kutukan sangat terbatas, melindungi dua orang sebenarnya agak dipaksakan.
Namun, dalam kondisi papan catur domain tidak bisa digunakan sekarang, hanya Tongkat Tiga Hantu Kepala Kejam yang bisa berfungsi.
Setelah waktu yang lama... akhirnya pena itu bergerak!
Yin Ye dan Xun Moying sama-sama bersorak girang! Jika hantu pena bisa digunakan, berarti perjalanan neraka di kapal hantu ini benar-benar akan berakhir!
Kemudian pena mulai bergerak, menggarisbawahi garis horizontal pada karakter ""...
Sebuah teriakan memekakkan telinga bergema, lalu sosok hijau tua muncul sekitar dua meter di depan mereka. Tubuh Hantu Perempuan itu mulai terbakar hebat, asap terus mengepul dari tubuhnya!
Ini memang jalan keluar yang sudah disiapkan apartemen!
Tak lama kemudian, karakter "" juga digarisbawahi. Saat karakter "" selesai digarisbawahi, tubuh Hantu Perempuan itu akhirnya roboh ke tanah, terbakar menjadi abu!
Berakhir!
Akhirnya semuanya berakhir!
“Seketika Yin Ye merasakan seluruh tubuhnya lemas, bersandar di dinding sambil terengah-engah. Akar kutukan telah lenyap, mungkin hantu-hantu lain tidak akan muncul lagi?”
“Melihat tumpukan abu itu, Yin Ye tak bisa menahan decak kagum. Beda antara alat dan jalan keluar bagaikan pistol dan bom. Bahkan Nine Nether Soul Array – kutukan terkuat terhadap hantu dalam kategori alat kutukan – mustahil mencapai tingkat mengerikan seperti ini. Dan untuk mendapatkan Nine Nether Soul Array saja, perlu menyelesaikan sembilan kali instruksi tulisan darah.”
“Aku... aku benar-benar selamat...” Xun Moying mulai menangis tersedu-sedu: “Aku... akhirnya berhasil melewati instruksi tulisan darah pertamaku...”
Tak lama kemudian, mereka berdua tiba di geladak kapal.
Nasib Zhang Hongna masih belum jelas, sementara Yin Ye ingin segera menemuinya. Urusan Kerajaan Dewa Emas yang menguasai Shadow Phantom Mirror membuatnya sangat penasaran. Yinfeng Dagger dan Underworld Spring Water mungkin biasa saja, tapi Shadow Phantom Mirror adalah alat yang sangat-sangat penting! Jika bisa merebut cermin itu, kita bisa memperbanyak alat dalam jumlah besar.
Tapi penggunaan Shadow Phantom Mirror punya satu pantangan terbesar. Tanpa pantangan itu, mungkin cermin ini hanya bisa didapat setelah sembilan kali instruksi tulisan darah. Fungsinya adalah... menggandakan benda mati.
Sedangkan hantu sendiri adalah "benda mati"!
Alat-alat tidak bisa disimpan di apartemen, artinya harus dibawa sendiri. Jika dimanfaatkan hantu, akan memicu reproduksi hantu dalam jumlah besar!
“Seperti kata pepatah, air dapat menopang perahu, juga dapat menenggelamkannya. Kutukan adalah pedang bermata dua yang bisa melukai orang lain sekaligus diri sendiri. Tidak ada satu pun alat kutukan yang bisa digunakan tanpa membayar harga atau batasan apapun.”
Bagaimanapun juga, Yin Ye berencana menemukan Zhang Hongna secepat mungkin.
Tentu saja, dia masih erat menggenggam Tongkat Tiga Kepala Hantu, karena khawatir mayat hantu palsu yang mati di depannya tadi. Xun Moying juga memahami hal ini sehingga terus mengikuti Yin Ye.
Bersamaan itu, Yin Ye juga ingin menyelidiki lebih dalam bagaimana Kerajaan Dewa Emas mendapatkan benda-benda ini. Jika Cermin Bayangan Iblis digabungkan dengan Pisau Belati Celah Yin, berarti bisa menciptakan lebih banyak roh jahat. Betapa banyaknya anggota sekte Black Heart Demon yang dibunuh pengikut Kerajaan Dewa Emas, itu artinya telah tercipta roh jahat dalam jumlah masif!
Jiwa menyedihkan seperti Yan Lingxiao hanyalah puncak gunung es belaka.
Saat ini, geladak kapal menjadi sangat sepi, tak terlihat jejak apapun. Apakah Zhang Hongna masih hidup? Ponsel tetap tidak bisa digunakan.
Mungkin wilayah laut ini sendiri yang memblokir sinyal.
Akhirnya, mereka berdua kembali datang ke haluan kapal hantu.
Di sana, tidak terlihat keberadaan seorang pun.
Tiba-tiba, kepala hantu di Tongkat Tiga Kepala Hantu itu kembali membuka mata merah darahnya!
“Aah!”
Yin Ye teringat, Zhang Hongna juga membawa Pisau Belati Celah Yin! Sebelumnya dia memegang pisau belati itu di tangannya!
Pisau Belati Celah Yin dapat menciptakan kutukan baru!
Tiba-tiba Xun Moying merasakan rambutnya ditarik dengan kuat, seluruh tubuhnya langsung terangkat ke udara dan keluar dari perlindungan kekuatan kutukan Tongkat Kepala Jahat Tiga Roh!
Tubuhnya tergantung, di atasnya melayang seorang Hantu Perempuan yang mengenakan pakaian persis seperti Zhang Hongna!
Yang menggantungkan Xun Moying adalah rambut Zhang Hongna yang terjuntai!
Yin Ye menatap kosong ke langit, kini ia benar-benar merasakan keputusasaan! Bisakah ia memanggil hantu pena sendirian? Tidak, meski berhasil memanggil hantu pena...
Apakah jalan keluar ini efektif untuk Zhang Hongna?
Dengan sedikit harapan, ia menempatkan Raja Hitam dari papan catur wilayah, tapi hantu itu tidak berhenti. Rambut itu justru menarik lebih kuat, gerakan tubuh Xun Moying semakin lemah - jelas ia sudah tidak tertolong.
Apakah setelah susah payah mendapatkan alat, tetap harus mati dalam instruksi tulisan darah ini?
Ini benar-benar ironi yang besar!
Mereka yang dibunuh Pisau Belati Celah Yin akan berubah menjadi roh jahat. Meski semasa hidup sangat baik, tak akan ada perubahan. Padahal Zhang Hongna ketika masih hidup sudah berencana membunuhnya!
Demikian juga, apartemen tidak akan memberlakukan batasan apa pun terhadap hantu Zhang Hongna!
Yin Ye memegang Tongkat Tiga Hantu Kepala, berlari sekuat tenaga ke belakang! Jika Tongkat Tiga Hantu Kepala bisa menumbuhkan satu kepala lagi, mungkin masih bisa dipertimbangkan untuk menyerang. Tapi saat ini, Tongkat Tiga Hantu Kepala bahkan sulit untuk melindungi diri sendiri!
Waktu sekarang masih beberapa jam lagi menuju tengah malam pukul 00:00 saat misi darah berakhir!
Yin Ye sangat paham, kecuali ada keajaiban malam ini, kemungkinan dia selamat sangat tipis. Menghadapi hantu yang benar-benar terbebas dari batasan, tidak ada jaminan sama sekali untuk bertahan hidup!
Setelah berlari lebih dari sepuluh menit, Yin Ye sudah kehabisan tenaga.
Dia berjongkok di dek kapal, seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat, kedua tangan masih erat mencengkeram Tongkat Tiga Hantu Kepala.
Di detik berikutnya, mata merah darah dari kepala hantu itu terbuka lebar lagi, mulai meraung keras.
Tapi kali ini, peringatan itu datang agak terlambat.
Sendi tangan kanan Yin Ye yang memegang Tongkat Tiga Hantu Kepala tiba-tiba terputus! Pada saat yang sama, kepalanya dicengkeram kuat oleh sebuah tangan, tubuhnya langsung terlempar lebih dari 30 meter!
Di Tongkat Tiga Hantu Kepala, hanya tersisa lengan kanan yang terputus masih mencengkeram tongkat itu, jatuh tak berdaya.
Yin Ye ditindih ke lantai oleh tangan dingin yang menekan wajahnya. Dari celah jari-jari, dia melihat wajah Zhang Hongna yang berlumuran darah!
Yin Ye terjatuh ke lantai. Hantu Zhang Hongna di hadapannya sudah menghilang tanpa jejak. Setelah Cermin Bayangan Iblis hancur, pisau belati Yin Feng hasil duplikasi juga otomatis lenyap, sehingga kutukan pun berakhir.
Pemimpin agama Kerajaan Dewa Emas saat ini duduk di kamar tidur apartemen bergaya hotel, mengenakan jubah mandi sambil menuangkan beberapa gelas anggur lagi.
Di atas meja terletak sebuah cermin tembaga berbentuk bulat.
Cermin ini tidak lain adalah Cermin Bayangan Iblis!
Tiba-tiba, dia seperti merasakan sesuatu, lalu menoleh ke belakang dengan cepat. Seorang perempuan berbaju hitam sedang mengarahkan pistol ke arahnya.
"'Sleeping Beauty'?" Dia terkejut berkata, "Kau berani..."
Perempuan berbaju hitam itu tak lain adalah Shangguan Mian!
"Aku telah menemukan apartemen yang kau cari mati-matian itu." Ekspresi Shangguan Mian kaku seperti topeng, "Jadi semua yang kau inginkan akan kusita. Dari ekspresimu, Keluarga Erikson tidak memberitahukan keberadaanku di sini ya, Pemimpin 'Fallen Angel', Edward*Ammonire!"
"Apa yang kau inginkan?" Pemimpin agama itu gemetar ketakutan, "Aku...aku akui dulu memang karena tekanan Keluarga Erikson, aku terpaksa meninggalkanmu. Pokoknya, pokoknya aku bisa memberimu perlindungan, bagaimana? 'Sleeping Beauty'?"
Namun Shangguan Mian sama sekali tidak bereaksi, hanya berkata dingin: "Sejak kakimu menginjak tanah Kota K, nyawamu sudah tamat. Para pengawalmu itu, dibandingkan 'Golden Eye Demon', terlalu lemah."
“Apa yang kau inginkan? Uang? Kekuasaan? Aku diam-diam mengelola gereja Kerajaan Dewa Emas dan mencari apartemen itu untuk memperluas pengaruh Fallen Angel! Bahkan fenomena supranatural bisa kami kendalikan! Suatu hari kami pasti akan mengalahkan 'Evil God' dan menjadi organisasi pembunuh bayaran nomor satu di bawah tanah Eropa! Kami pasti bisa mengungkap misteri kehidupan dan kematian, bahkan mungkin memasuki gerbang keabadian! Bagaimana? Jika kau mau, aku bisa berikan semua hasil eksperimenku selama ini. Kumohon... kumohon lepaskan aku...”
Saat berbicara, dia tiba-tiba menyambar Cermin Bayangan Jahat di meja dan melemparkannya ke Shangguan Mian. Tapi Shangguan Mian sudah menarik pelatuknya. Peluru menembus Cermin Bayangan Jahat dan menghujam kepala Pendeta Edward!
Tubuh Edward terjatuh ke lantai, mati tanpa keraguan.
Cermin Bayangan Jahat hancur berkeping-keping.
Yin Ye terjatuh di lantai. Hantu Zhang Hongna di hadapannya sudah menghilang tanpa bekas. Setelah Cermin Bayangan Jahat hancur, pisau belati Yin Feng yang direplikasi pun lenyap otomatis, sehingga kutukan pun sirna. Semua replika pisau belati Yin Feng dan Air Sungai Kematian yang dibuat Kerajaan Dewa Emas telah menghilang.
Shangguan Mian menyimpan pistolnya, menendang pecahan Cermin Bayangan Jahat. Kemudian dia meninggalkan ruangan. Semua CCTV di apartemen hotel ini sudah dihancurkannya sebelumnya. Dires yang tinggal di kamar sebelah juga sudah dibunuhnya.
Sosoknya yang berbalut Baju Hitam bagai Shinigami yang menuai nyawa...
## Volume XV Peti Iblis Bab I Mampukah Bertahan Hidup?
Tengah malam pukul 00:00 akhirnya tiba.
Lobi lantai dasar apartemen kini dipadati para penghuni yang jumlahnya cukup banyak. Suasana riuh rendah dengan diskusi seru tentang berbagai alat perlindungan.
Yang membuat semua penghuni kecewa adalah tidak ada satupun alat yang bisa langsung "membunuh" hantu, paling banter hanya untuk menyegel. Itupun dengan batasan dan "harga" yang sangat besar. Kabar dari Li Yin tentang kemungkinan apartemen sepenuhnya mencabut restriksi terhadap hantu membuat semangat banyak orang yang awalnya tinggi kembali merosot.
Fungsi sebenarnya dari alat-alat ini hanyalah untuk "menyeimbangkan" misi darah, bukan meningkatkan peluang bertahan hidup.
Tiba-tiba, Yinyu melihat siluet samar mulai mengkristal di salah satu sudut lobi!
"Yin Ye!" teriaknya sambil berlari. Sosok Yin Ye yang mulai jelas terlihat wajahnya pucat pasi. Lengan putusnya sudah mendapat penanganan penghentian darah, tapi lukanya terlalu parah. Berbekal tekad untuk bertemu Yinyu, dia bertahan sampai tengah malam!
Terbaring di lantai, tangan kanannya yang putus mulai beregenerasi disertai penggantian darah. Tapi wajahnya tetap pucat, denyut nadi dan jantung melemah. Kehilangan darahnya jelas sangat kritis.
"Yin Ye, Yin Ye!"
Yinyu memeluk tubuh Yin Ye sambil terus memanggil nama kekasihnya. Sorot mata para penghuni yang sedang riuh pun tertuju ke arah Yin Ye.
“Bertahan hidup... Hanya Ke Yinye seorang?”
“Sudah ada item, mengapa hanya Ke Yinye yang selamat?”
“Mungkin karena Xun Moying, Zhang Hongna dan penghuni baru pertama kali menjalankan misi darah, mereka belum bisa mendapatkan item?”
“Tapi lihat, kondisi Ke Yinye juga terlihat sekarat. Sendi tangan kanannya patah. Memiliki item tapi masih seperti ini?”
Melihat kondisi ini, bahkan orang yang paling optimis pun mulai merasa putus asa.
Li Yin kemudian juga berjalan mendekat, menggenggam pergelangan tangan Yin Ye: "Denyut nadi mulai pulih. Tampaknya kehilangan darah cukup parah dan kelelahan fisik yang ekstrem, tapi sekarang sudah hampir bisa pulih."
Yin Ye akhirnya siuman, membuka kedua matanya.
“Yinyu...” Dia merentangkan tangan memeluk wanita tercinta di hadapannya: “Aku menepati janji, kembali! Hidup kembali ke sisimu!”
Adegan ini membuat banyak penghuni apartemen merasa mata mereka perih.
“Yin Ye, istirahatlah dulu.” Li Yin membantu bangun: “Urusan lain kita bicarakan besok... Ah, maksudku siang ini.”
“Hmm?” Yin Ye tiba-tiba mengulurkan kedua tangan: “Tongkat Tiga Arwah? Papan wilayah? Kenapa hilang?”
“Item tidak boleh dibawa masuk ke apartemen.” Li Yin segera menjelaskan: “Jadi mungkin kembali ke gudang secara otomatis. Saat masuk gudang nanti bisa diambil lagi.”
Mendengar ini, Yin Ye baru lega.
“Tunggu, tunggu sebentar!”
Beberapa penghuni buru-buru mendekat dan bertanya, "Tn. Ke, apakah Anda menggunakan alat? Tongkat Tiga Roh Jahat, saya ingat pernah melihatnya di gudang..."
"Hmm, kami tidak bisa mengeluarkan alat karena belum pernah menjalankan misi darah..."
"Bisakah Anda meminjamkan alat itu kepada kami nanti? Mohon! Kami tidak ingin mati, dengan alat mungkin kami bisa bertahan!"
"Apakah Xun Moying dan Luo Cheng sudah meninggal? Kenapa mereka masih mati meskipun punya alat?"
"Tolong, Tn. Ke, untuk misi darah berikutnya harap pinjamkan alat kepada kami!"
"Sudah, jangan bicara dulu!" Li Yin menghentikan mereka, "Alat akan dipinjamkan saat waktunya. Biarkan Tn. Ke beristirahat sekarang. Dia baru saja menyelesaikan misi darah, pasti kelelahan."
Para penghuni baru mulai bubar sekitar pukul tiga lebih dini hari.
Saat itu, Li Yin masih belum bisa tidur. Seperti biasa, dia menyeduh secangkir teh.
Selama Yin Ye menjalankan misi darah, lima penghuni lain menerima instruksi tulisan darah baru. Instruksi tersebut jatuh pada 7 Mei, yaitu lusa. Isi instruksinya adalah...
"Bian Xingchen, kamu tahu kenapa?" Li Yin menatap Xingchen yang duduk di seberangnya, "Kenapa lokasi instruksi tulisan darah adalah... rumahmu?"
Li Yin dan Ziye pernah mengunjungi rumah Xingchen sebelumnya, yang juga merupakan rumah leluhur Pu Miling.
Pelaksana misi darah kali ini adalah Ziye, Xingchen, Shen Yu, ditambah dua penghuni baru.
"Instruksi tulisan darah mengharuskan untuk tinggal di villa keluarga Xingchen sepanjang hari tanggal 7 Mei." Alamat itu sudah dipastikan berkali-kali oleh Xingchen, dan memang benar alamat rumahnya. Kali ini tetap tidak ada pelepasan pecahan Perjanjian Neraka.
Li Yin teringat, saat di rumah Xingchen dulu, dia pernah merasakan ada seseorang melewatinya di koridor. Awalnya dikira khayalan, tapi sekarang saat diingat kembali...
"Pu Miling seharusnya sudah benar-benar mati!" teriak Xingchen histeris: "Mengapa? Mengapa harus menjalankan instruksi tulisan darah di sana?!"
"Di rumahmu... mungkin ada hantu yang bersemayam." Li Yin melanjutkan pertanyaannya: "Bagaimana? Sudah menghubungi kakakmu?"
"Aku... sudah meneleponnya dan memintanya tidak tinggal di rumah beberapa hari ini, menginap di Universitas Yingzhen. Kubilang mau mengajak teman-teman main ke rumah dan ingin dia tidak ada. Dia setuju untuk sementara tinggal di kampus."
"Begitu... itu bagus." Li Yin menghela napas lega: "Dengan begitu kakakmu tidak akan terbawa masalah."
Apakah hal ini ada hubungannya dengan Pu Miling?
Bagaimanapun juga, rumah Xingchen ditakdirkan menjadi lokasi pelaksanaan instruksi tulisan darah berikutnya!
Diskusi berlangsung hingga pukul empat lebih pagi sebelum Xingchen pergi. Di Kamar 404 hanya tersisa Li Yin dan Ziye. Tapi saat ini, keduanya sama sekali tidak mengantuk.
Mereka duduk berhadapan. Li Yin perlahan mengulurkan tangan, mengambil cangkir teh: "Air teh sudah dingin, aku akan tambahkan air panas..."
Baru saja berdiri, tiba-tiba Ziye menggenggam tangannya.
"Apakah... ada sesuatu yang kausembunyikan dariku?"
"Ziye sepertinya ragu-ragu untuk waktu yang lama, baru mengucapkan kalimat ini."
Li Yin merenung sejenak, kemudian menggelengkan kepala dan berkata: "Apa yang kamu bicarakan? Apa ada hal yang kusembunyikan darimu?"
Dia tahu apa yang membingungkan Ziye. Dia tidak mungkin bisa membuka laci peralatan yang membutuhkan lima kali misi darah untuk diambil. Artinya, dia pasti menyadari bahwa sebenarnya hanya menjalankan empat kali instruksi tulisan darah.
Tapi, dia selalu mengira bahwa misi pengiriman surat itu berhasil dijalankannya. Namun faktanya, Li Yin yang menggunakan aturan tersembunyi apartemen untuk menyelamatkannya telah menghapus tiga misi darahnya sendiri demi menyelamatkan Ziye.
Li Yin tidak menyesali hal ini. Jika kehilangan Ziye, mungkin bahkan keinginannya untuk hidup akan hilang. Tapi dia tidak ingin Ziye mengetahui hal ini, meski pasti pada akhirnya tidak bisa disembunyikan, dia masih berharap bisa merahasiakannya lebih lama.
Tapi sepertinya Ziye sudah mulai curiga. Seberapa pintarnya dia, saat itu seharusnya dia sudah ditelan hantu dan dalam keadaan pasti mati, tapi bisa kembali dengan selamat ke apartemen, sungguh aneh.
"Tidurlah, Ziye." Li Yin menarik kembali tangannya sambil menoleh ke belakang, takut tatapannya akan membongkar kebohongannya.
Saat itu, sepasang lengan putih melingkari pinggang Li Yin. Kepala Ziye bersandar di bahunya, dia bisa mencium aroma tubuhnya yang samar.
“Aku tidak mau tidur di kamarku sendiri malam ini. Besok lusa, aku harus menjalankan instruksi tulisan darah lagi. Sekarang aku ingat, selain instruksi darah pertama dan keempat, semua misi selalu kulakukan bersamamu.”
Setelah dipikir-pikir memang benar. Instruksi darah kedua di Pulau Silver Moon, ketiga di gedung hantu yang terbengkalai, lalu yang kelima mengantar surat untuk hantu.
Tiga kali ini Li Yin selalu bersama Ziye.
Tapi kali ini...
“Maafkan aku yang selama ini tidak memberitahumu. Setelah kematian ibuku, aku merasa kehilangan semua sandaran. Saat itu di satu sisi aku mengambil alih penelitian jurusan sains ibu, di sisi lain ingin menyelidiki kematian ibu dan bibimu.” Ziye memeluk erat Li Yin dan melanjutkan, “Walau tidak tahu apa yang sedang diselidiki ibu saat itu, kemungkinan besar terkait kematian bibimu. Dan ibu sendiri akhirnya tewas karena itu. Dalam proses penyelidikan, aku mulai merasakan sesuatu yang mengerikan tersembunyi di balik semua ini. Tapi datanya sangat tidak lengkap. Belakangan, aku juga menyelidikimu, dan karena itu akhirnya masuk ke apartemen.”
“Aku tidak pernah menyalahkanmu.” Li Yin sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini. Di dalam apartemen ini, masih ada yang perlu dipusingkan?
“Ayahmu dan ibuku sepertinya benar-benar memiliki hubungan yang sangat dalam. Aku rasa kemungkinan besar kematian bibiku dulu yang membuat ibuku berhubungan dengan ayahmu. Dan aku juga sudah menebak sebagian besar apa yang terjadi. Hari itu ketika aku melihat ayahmu, saat menyebutkan ibuku, matanya... itu adalah pandangan penuh cinta. Kalian memang benar-benar ayah dan anak, pandangan seperti itu benar-benar sama persis...”
Ziye kurang lebih memahami perasaan apa yang dirasakan ayah Li Yin terhadap ibunya.
Setidaknya dia sangat yakin, kematian ibunya sama sekali bukan disebabkan oleh ayah Li Yin.
“Kematian ibu ternyata disebabkan oleh Pu Miling. Tapi akar masalahnya adalah apartemen ini, bahkan sosok yang disebut 'Raja Iblis'. Karena keberadaan 'Raja Iblis' itu, instruksi tulisan darah berkembang sampai titik apartemen harus memberikan kita berbagai alat bantu untuk menyeimbangkan tingkat kesulitan misi darah... Dan kau lihat sendiri Yin Ye yang tetap pulang dengan kondisi mengenaskan meski sudah punya alat bantu.”
Raja Iblis, sebuah kata yang membebani hati setiap penghuni apartemen.
“Apakah kita... benar-benar bisa bertahan hidup sampai akhir?”
Ziye memeluk Li Yin lebih erat lagi.
“Selama ini, aku hanya hidup untuk menyelidiki kematian ibu, meneruskan penelitian ibu, selalu hidup demi ibu. Tapi setelah bertemu denganmu, akhirnya aku memutuskan untuk benar-benar hidup untuk diriku sendiri.” Suara Ziye mulai tersekat saat berbicara: “Aku tidak pernah merasa takut mati seperti sekarang, aku... sangat takut, takut mati dalam misi darah.”
Selama dua tahun ini, Ziye sudah tidak ingat berapa kali nyawanya tergantung di ujung tanduk, nyaris mati lalu selamat. Bisa bertahan hingga hari ini benar-benar bisa disebut sebagai keajaiban.
Tapi, keajaiban tidak mungkin bertahan selamanya. Fakta sekarang menunjukkan dia hanya menyelesaikan empat instruksi tulisan darah. Artinya, masih ada enam instruksi tulisan darah di depannya. Penambahan item sama sekali bukan hal baik menurutnya, justru menandakan tingkat kesulitan misi darah selanjutnya akan semakin mengerikan.
Bagaimanapun, tidak ada item yang bisa membunuh hantu. Hantu tetap abadi tak bisa dimusnahkan, sedangkan manusia tetaplah daging dan darah.
Ziye menyandarkan kepalanya pada Li Yin. Saat ini, dia hanya bisa mengandalkan Li Yin. Sekuat apapun dirinya, semua yang harus dihadapi terlalu menakutkan.
Bagaimanapun... dia tetap seorang perempuan.
"Baiklah," Li Yin mengangguk, berbalik badan lalu mengulurkan tangan menghapus butiran air mata di sudut mata Ziye. "Tetaplah bersamaku."
Malam semakin pekat... dan gelap.
Di dalam villa Keluarga Bian, Bian Xingyan masih tetap berada di dalam. Saat ini dia sedang tidur nyenyak di tempat tidur. Meski Xingchen memintanya pergi, tapi sudah terlalu larut malam.
Setetes darah merah segar menetes jatuh ke seprei tempat tidur.
Di langit-langit, mulai muncul noda darah besar.
Siluet-siluet tubuh yang terdistorsi terus bermunculan dari noda darah, perlahan mulai merunduk. Wajah-wajah membusuk semakin mendekati wajah tidur Bian Xingyan.
Mata yang terbuka lebar itu menatap tajam ke arah Xingyan!
## Jilid 15: Peti Mati Iblis Bab 2: Xingchen dan Xingyan
"Ini adalah rencana yang saya usulkan saat ini." Li Yin meletakkan sebuah tabel di atas meja sambil menatap beberapa penghuni.
Xingchen, Shen Yu, serta dua penghuni baru lainnya: Zhong Tianqi dari Kamar 203 dan Tie Yu dari Kamar 910.
Tabel ini dibuat oleh Pei Qingyi yang memiliki memori luar biasa sampai-sampai membuat Li Yin sendiri takjub. Dia hanya masuk ke gudang sekali saja, namun sudah menghafal semua nama dan fungsi utama alat-alat di setiap laci. Mengingat semuanya dalam satu jam, Pei Qingyi benar-benar berbakat!
Alat-alat terbagi menjadi empat kategori: alat serangan, alat pertahanan, obat resistansi, serta kategori terkuat - alat kutukan.
"Setelah analisis menyeluruh, Ziye, alat serangan yang paling cocok untukmu adalah 'Kail Kegelapan' yang bisa diambil setelah misi darah keempat. Ini adalah kait besi yang bisa melukai hantu, termasuk yang cukup kuat di antara alat-alat misi darah keempat. Selain itu, saya juga akan meminjamkan 'Heibai Wuchang' untukmu. Dengan 'Kail Kegelapan' dan 'Heibai Wuchang', situasimu pasti akan membaik. Yin Ye dan Yinyu juga setuju untuk meminjamkan alat-alat bagus kepada kita."
Xingchen langsung bertanya: "Alat apa? Cepat katakan!"
“Pertama, kami akan memberikan obat tetes mata spiritual kepada kalian semua, sehingga kalian bisa membedakan antara manusia dan hantu. Selanjutnya, ada ‘Puppet Bayangan’ yang bisa didapatkan setelah menyelesaikan enam misi darah. ‘Puppet Bayangan’ adalah alat pertahanan terbaik yang bisa diperoleh dari enam misi darah, sederhananya, ia bisa menyerang kerusakan yang seharusnya diterima penghuni, selama boneka itu belum hancur total. Fungsinya mirip dengan ‘Dupa Kutukan’ dalam kategori alat kutukan. Jumlah ‘Puppet Bayangan’ cukup banyak, dalam satu laci terdapat tujuh Puppet Bayangan.”
“Tujuh?” Xingchen bertanya dengan bingung: “Seberapa besar lacinya? Cukup untuk menampung?”
“Mengenai laci itu…” Ziye menambahkan: “Sepertinya ruangnya khusus. Meski ukuran laci terlihat sama dari luar lemari, ada laci yang ukurannya normal dan ada yang ruangnya cukup besar untuk memasukkan seseorang. Ini mungkin keunikan gudang tersebut.”
“Ini…” Xingchen masih kecewa: “Hanya alat pertahanan?”
Ia melihat Shen Yu yang kondisi fisiknya paling lemah di antara semua orang. Melibatkannya dalam misi darah tentu sangat berbahaya. Ia berharap Shen Yu bisa mendapatkan alat yang bagus.
“Apakah ada alat serang yang lebih baik?” Xingchen terus mendesak. Bagaimanapun ia hanya bisa memberikan alat dari tiga misi darah, masih kalah dengan Tongkat Kepala Tiga Hantu.
“Ini...” Li Yin mengerutkan kening. Tanpa cermin bayangan jahat, jumlah item sangat terbatas. Jadi, bagaimana jika kita meminjamkannya lalu penghuni terbunuh hantu sekaligus merusak item tersebut?
Semua orang ingin menambah kartu as sebanyak mungkin di tangan mereka.
Dua penghuni baru, Zhong Tianqi dan Tie Yu juga menyatakan harapan untuk mendapatkan setidaknya satu item serangan. Jika tidak bisa, item kutukan juga boleh.
“Penyediaan item serangan sangat terbatas.” Li Yin tahu tidak boleh mudah mengalah, kalau tidak, semua orang akan menuntut item jika ada preseden.
Meminjamkan item harus ada batasannya. Penghuni yang sudah kesulitan menjaga diri sendiri, tidak mungkin meminjamkan lebih banyak item.
“Bukannya ini pilih kasih, Ketua Li?” Zhong Tianqi, penghuni baru itu protes: “Ying Ziyue diberi 'Kait Dunia Baka' dan 'Heibai Wuchang', sedangkan kami hanya dapat 'Boneka Bayangan'? Setidaknya berikan kami satu item serangan! Hanya item pertahanan, kami tidak bisa tenang!”
“Ini...” Li Yin menggigit giginya: “Mohon pengertian kalian, item tingkat tinggi memang langka. Jika diberikan lagi...”
Ekspresi Zhong Tianqi semakin buruk. Menjalankan misi darah adalah tugas yang sangat berbahaya, semua orang berharap bisa mendapatkan alat yang lebih baik! Para penghuni baru yang belum pernah menjalankan misi darah tidak bisa memperoleh alat, sehingga mereka hanya bisa mengandalkan penghuni lama. Namun penghuni lama pun tidak bisa saling merebut alat. Merampas surat izin gudang dari orang lain tidak ada gunanya, karena setiap surat izin mencantumkan nomor ruangan penghuni dan hanya akan aktif setelah ditandatangani oleh nama penghuni yang bersangkutan. Jika diambil penghuni lain, tetap tidak bisa masuk ke gudang. Ditambah lagi, setelah kembali ke apartemen, semua alat akan otomatis kembali ke gudang, sehingga tidak mungkin menyimpan alat secara pribadi.
Jika tidak demikian, pasti sudah terjadi insiden berdarah akibat perebutan alat sejak lama.
"Li..." Zhong Tianqi hendak melanjutkan bicaranya, tiba-tiba Ziye menyela.
"Bagaimana jika... 'Heibai Wuchang'... dipegang secara bergiliran oleh para penghuni?"
Usulan Ziye ini membuat yang lain terkejut. Alat "Heibai Wuchang" bisa mengikat hantu, namun waktunya sangat terbatas - hanya satu jam. Di villa yang harus dihuni seharian, alat ini terkesan kurang berguna, agak seperti ayam kampung.
Namun karena Ziye sudah mengalah, baik Xingchen maupun Zhong Tianqi tidak ingin memaksanya lebih lanjut. Bagaimanapun, alat sepenting apapun tidak lebih penting daripada jalan keluar. Begitu jalan keluar ditemukan, tingkat kelangsungan hidup mencapai 100%, sedangkan mengandalkan alat tidak akan banyak meningkatkan peluang bertahan. Kecerdasan Li Yin dan Ying Ziyue adalah sandaran utama untuk menemukan jalan keluar.
“Baiklah.” Xingchen pertama kali menyatakan sikap: “Kalau begitu... bagaimana kalau dua jam? Setiap orang bisa memegang Heibai Wuchang selama dua jam. Hmm, tentu saja, jika ada situasi khusus bisa disesuaikan lagi. Setuju?”
Li Yin sebenarnya tidak terlalu setuju. Meskipun Heibai Wuchang seperti ayam tulang (tidak berguna tapi sayang dibuang), tapi saat genting bisa menyelamatkan nyawa penghuni. Hanya mengandalkan Minggou, dia benar-benar tidak bisa merasa tenang.
Tapi Li Yin sendiri hanya punya empat misi darah. Dia sangat paham, meski dia memohon pada Yin Ye dan Yinyu, tidak akan mendapatkan alat yang lebih baik. Heibai Wuchang adalah senjata serang terbaik yang dia miliki.
Dia memutuskan untuk berdiskusi lagi dengan Yin Ye dan Yinyu, mencoba meminjam Sanling Xiongtou Zhang. Alat kutukan tidak dia pertimbangkan, karena kebanyakan alat kutukan memiliki terlalu banyak batasan dan konsekuensi. Menggunakan alat kutukan untuk misi darah kelima yang sulit, sepertinya tidak worth it.
Selanjutnya masih ada satu masalah. Rumah keluarga Xingchen, yaitu rumah leluhur keluarga Pu, apakah menyimpan rahasia tertentu? Tapi Shen Yu juga tidak terlalu paham tentang hal ini. Bagaimanapun, Pu Miling sebagai ayah kandungnya, Shen Yu belum pernah bertemu atau berinteraksi dengannya.
Di sisi lain bumi, New York, Amerika Serikat.
Di lantai 40 sebuah gedung pencakar langit di pusat kota New York, dalam sebuah kantor pribadi yang sangat luas, seorang pria asing berusia sekitar 50-an sedang melakukan panggilan video melalui komputer.
“Sebenarnya kamu ingin apa?” Pria asing itu mengerutkan alis ke layar: “Bukankah kita sudah sepakat? Tidak perlu berhubungan lagi!”
"Tapi kita tetap harus berhubungan." Orang di layar video berkata: "Tn. Disby, perbuatan kalian dulu benar-benar menggemparkan dunia. Nyonya Bian, kondisi mentalnya masih buruk ya sampai sekarang?"
"Diam! Kau..." Pria bernama Disby membentak: "Apa maksudmu? Langsung saja bicara! Bukankah orang Tiongkok punya pepatah 'orang bijak tidak bicara secara terselubung'?"
"Baiklah. Kalau begitu aku akan berbicara terus terang. Yang aku butuhkan adalah..."
Setelah orang di layar video selesai menjelaskan semuanya, Disby langsung berkeringat dingin. Ia menatap orang di layar itu dan menyadari telah meremehkannya.
"Bagaimana mungkin kau..."
"Tidak ada rahasia abadi di dunia ini. Tn. Disby, kau sudah tahu apa yang kubutuhkan kan? Asalkan kita bekerja sama..."
"Diam kau!"
"Jika tidak mau bekerja sama denganku, aku jamin atasanmu, Presiden Direktur Bian, akan tahu banyak hal termasuk kejadian dulu antara kau dan Nyonya Bian. Hehe, tentu saja jika kau memenuhi kebutuhanku, aku juga bisa menjamin kerahasiaan."
"FUCK!" Disby mengumpat: "Kau berani mengancamku!"
"Untuk mencapai tujuan ini, aku rela melakukan apapun. Sekalipun harus terjun ke neraka bersamamu, aku tak peduli. Besok aku ingin bertemu dengan Tn. Disby di tanah Tiongkok. Kau boleh tidak datang, tapi pertimbangkan konsekuensinya."
Disby mencengkeram pinggiran meja erat-erat. Ia merasa orang ini sungguh-sungguh. Dia benar-benar akan melakukannya!
"Aku mengerti. Tapi kau tahu konsekuensi dari tindakanmu ini kan?"
“Ini tidak perlu Anda khawatirkan, ini masalah pribadi saya. Terakhir, saya ingatkan Anda, Tn. Disby. Saya ini...”
“Tidak terlalu memiliki kesabaran yang baik.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, video pun berakhir. Disby merasa keringat dingin mengucur deras di dahinya. Ia segera menyambar telepon di meja, memutar serangkaian nomor, dan berkata: “Nona Martha, tolong segera pesankan tiket ke Kota K di Tiongkok untuk saya, secepat mungkin!”
Di sisi lain, di lantai yang sama di gedung ini, tepatnya di ruang kantor yang lebih besar, seorang pria berwajah Oriental seusia Disby sedang melakukan percakapan video.
“Xingyan,” katanya ke layar komputer. “Saya sudah mengatur semuanya. Bawa ibumu ke sini. Kurasa kondisinya mungkin akan membaik setelah bertemu denganmu dan Xingchen.”
Orang di video itu tak lain adalah kakak Xingchen, Bian Xingyan! Xingyan langsung menjawab: “Mengerti, Ayah. Saya akan segera memberitahu Xingchen...”
“Baiklah.”
Usai percakapan, pria paruh baya Oriental itu berkata kepada pria asing berusia sekitar 40-an yang berdiri di hadapannya: “Monsen, selama saya ke Tiongkok, perusahaan sementara saya serahkan padamu. Setelah kembali, mungkin saya akan membawa putra saya Xingchen. Saat itu datang, kamu harus benar-benar membimbingnya.”
“Siap, Presiden Direktur!”
Pria bernama Monsen itu segera membenarkan.
“Bagus. Oh ya, mengenai penyelidikan yang kuminta sebelumnya tentang mantan pemilik rumah tempat putra saya tinggal sekarang, pria bernama Pu Miling – sudah ada perkembangan?”
“Ah, saya baru hendak melapor pada Presiden Direktur.”
Kemudian, Monsen menjelaskan seluruh situasi Pu Miling secara rinci, data penyelidikan sangat detail.
"Staf divisi Tiongkok cukup serius, setelah menemukan langsung mendifaks semua dokumen ke saya." Monsen menyerahkan dokumen dengan hati-hati kepada atasannya sambil berkata: "Presdir, pria bernama Pu Miling ini memang sangat tidak normal."
"Hmm..." Sambil membalik-balik dokumen, Bian Hongcheng - ayah Xingyan - terlihat tenggelam dalam perenungan.
Dia berencana pergi langsung ke Tiongkok untuk menanyai Xingchen secara detail, apa sebenarnya yang dia ketahui. Kondisi istrinya sekarang juga kurang baik, menurut dokter gejala saat ini mirip skizofrenia, hanya mengandalkan obat-obatan tidak cukup, perlu juga terapi psikologis.
Bian Hongcheng sangat mencintai istrinya. Dulunya, istrinya hanyalah seorang wanita penghibur, sementara dirinya adalah pewaris utama usaha keluarga yang menjadi fokus pelatihan ayahnya. Saat itu, keluarga sangat menentang pernikahan mereka, namun dia bersikeras hingga akhirnya bisa menikah. Tapi kemudian ayahnya mengeluarkan ultimatum: anak yang lahir harus memiliki bakat bisnis yang cukup untuk menjadi tulang punggung keluarga di masa depan. Jika tidak memenuhi syarat, hak waris akan diberikan kepada anak adiknya.
Pernyataan keras itu memberikan stimulasi kuat kepada sang istri, sehingga dia menjadi sangat obsesif terhadap pendidikan anaknya.
Untungnya, Xingyan sepenuhnya memenuhi kebutuhan sang ibu. Sejak kecil, ia menguasai berbagai bidang pengetahuan mulai dari ekonomi, sejarah, politik, hingga fisika dan kimia. Semakin dewasa, bakatnya semakin bersinar. Meskipun keluarga berusaha keras melatihnya dalam manajemen bisnis, Xingyan justru lebih tertarik pada penelitian ilmu eksakta.
Sementara itu, Xingchen jauh tertinggal dalam hal bakat. Karena Xingyan menolak mewarisi usaha keluarga, sang ibu menaruh harapan pada Xingchen. Sejak kecil, ia mulai mengajarkan pengetahuan bisnis padanya, berharap menjadikannya penerus keluarga. Namun kemampuan Xingchen yang jauh di bawah Xingchen dalam segala hal membuat kebencian sang ibu semakin membara. Bahkan dalam keluarga, posisinya hampir tak dianggap.
Sebenarnya Bian Hongcheng pun merasakan penderitaan Xingchen, namun ia hanya fokus mengelola perusahaan besar dan jarang memperhatikan perasaan anaknya. Urusan rumah tangga sepenuhnya diserahkan pada sang istri. Ia paham betul perbedaan perlakuan istri terhadap kedua anaknya. Sang istri akhirnya hanya berharap pada Xingyan, bahkan tak lagi menganggap Xingchen sebagai anaknya. Hidup dalam keluarga kaya raya dengan latar belakangnya, Xingchen bagai aib bagi sang ibu.
Jadi, ketika Xingchen mengusulkan untuk pergi belajar ke Tiongkok bersama Xingyan, dia juga tidak menentang. Selama bertahun-tahun tidak bertemu dengan anak laki-lakinya, dia juga tidak tahu bagaimana kehidupan anaknya sekarang? Setelah peristiwa kecelakaan, dia kehilangan mata kanan, dan hanya mengunjungi sekali sebelum pulang ke negara. Bian Hongcheng secara bawah sadar sepertinya juga tidak terlalu peduli dengan anak ini. Seolah-olah dia hanya memiliki Xingyan sebagai satu-satunya anak. Dan dia tidak merasa bersalah tentang hal ini, setelah lama berjuang di dunia bisnis, konsep hukum rimba sudah sepenuhnya mengisi pikirannya. Di keluarga kaya, orang tanpa bakat seperti Xingchen memang tidak bisa bertahan hidup - yang tidak bisa menjadi kuat secara alami akan diperlakukan berbeda. Dia menganggap teori bisnis juga berlaku untuk pendidikan keluarga kaya. Bagaimanapun, selama kebutuhan pokoknya terpenuhi itu sudah cukup, sisanya sama sekali tidak dipikirkan oleh Bian Hongcheng.
Namun, istri sekarang menderita skizofrenia, membuatnya khawatir. Apakah ini ada hubungannya dengan Xingchen? Meski terus ditanya, dia juga tidak bisa memberikan penjelasan lebih detail.
Bagaimanapun, dia harus pergi sendiri ke Tiongkok.
Di Universitas Yingzhen, Xingyan baru saja keluar dari kantornya ketika melihat... Xingchen berjalan mendekat dari koridor seberang.
Kedua saudara laki-laki ini semakin mendekat. Xingchen memandangi kakak yang pernah sangat dibencinya ini, sejenak bingung harus berkata apa.
Dia menyadari, dirinya masih sangat membenci Kakak. Karena setelah menerima instruksi tulisan darah, bahkan sempat terpikir - haruskah dia meminta Kakak meninggalkan villa?
Jika Kakak mati...
“Jika dibunuh oleh hantu, apakah aku tidak akan mendapat perlakuan yang sama seperti dulu?”
“Xingchen,” Xingyan segera berkata, “Kamu datang tepat waktu, tadi aku dan Ayah…”
“Kakak.” Xingchen malah mendahului bicara, “Selama kamu tinggal sendirian di villa ini, apa kamu merasa ada yang tidak beres? Atau… apakah kamu merasa villa itu… dihantui?”
## Jilid 15 Peti Iblis Bab 3 Menemanimu Sampai Maut Memisahkan!
“Dihantui?”
Xingyan tertegun, pertanyaan ini seolah membuatnya bingung. Setelah lama, barulah dia bereaksi, “Xingchen, maksudmu apa menanyakan ini?”
Bagi kakaknya yang menekuni ilmu sains, fenomena supranatural tentu dianggap sebagai takhayul belaka. Xingchen paham betul hal ini, tapi tetap ingin bertanya. Bagaimanapun, menurut perkataan Li Yin, mungkin sebelumnya sudah ada jejak hantu di dalam villa.
Tapi dari reaksi kakaknya, sepertinya Xingyan tidak menyadarinya.
Xingchen tiba-tiba merasa lega, bahwa mereka berdua bisa bertahan hidup sampai sekarang.
“Masuklah dulu.” Xingyan menunjuk pintu kantornya, “Bicaralah di dalam kantor.”
Setelah dianugerahi gelar profesor kehormatan oleh Universitas Yingzhen, pihak kampus bahkan menyediakan kantor pribadi untuk Xingyan. Setelah masuk, Xingyan menutup pintu lalu langsung membuka pembicaraan, “Xingchen, kamu menyembunyikan sesuatu dariku, ya? Sebenarnya apa?”
“Tidak, tidak ada apa-apa.” Xingchen menggelengkan kepala, berkata: "Kakak, tadi itu hanya candaanku, jangan terlalu dipikirkan. Eh, tadi kakak mau bilang apa?"
"Ah, Ayah bilang, dia dan Ibu akan pulang ke Tiongkok, diperkirakan besok lusa sampai. Katanya, ingin mengobati penyakit Ibu sekaligus mencari tahu hubungan antara kondisi Ibu dengan pemilik sebelumnya villa itu."
Besok lusa... bukankah itu hari pelaksanaan instruksi tulisan darah?
"Tidak boleh!" teriak Xingchen keras: "Ayah Ibu tidak boleh datang ke Tiongkok!"
Bercanda apa? Kembali ke villa di hari misi darah, bayangkan saja Xingchen sudah merinding! Tapi bagaimana menjelaskannya?
"Kenapa, Xingchen?" Xingyan terlihat bingung, bertanya: "Apakah karena kau masih menyimpan dendam pada Ibu?"
"Aku... tidak, Kakak..."
Xingchen tahu ini bukan saatnya membahas itu. Prioritas utama sekarang adalah segera menghubungi orang tua! Bagaimanapun juga, mereka tidak boleh datang ke Tiongkok! Jika datang, pasti akan masuk ke villa!
Dan jelas Ayah ingin menyelidiki masalah Pu Miling!
Jika demikian, pasti akan masuk ke apartemen. Kalau sudah begitu... itu benar-benar mimpi buruk!
Sudah susah payah membujuk Kakak untuk tidak tinggal di villa pada hari itu, tapi jika orang tua datang...
Xingchen semakin khawatir memikirkannya. Ia segera berdiri, melompat keluar dari kantor, mengeluarkan ponselnya, dan menelepon Ayah. Sambil berlari kencang di koridor sekolah, hatinya berteriak: "Angkat telepon, cepat angkat!"
Saat ini, Shen Yu berdiri di gerbang utama Universitas Yingzhen.
Perguruan tinggi ternama di Kota K ini bisa dibilang dikenal semua orang, bahkan memiliki tingkat popularitas tertentu secara nasional.
Masuk ke dalam kampus, Shen Yu mengamati universitas ini dengan saksama: tanaman hijau berjajar di kedua sisi, gedung-gedung perkuliahan menjulang di pandangan, mahasiswa-mahasiswa berjalan berkelompok dua atau tiga.
Shen Yu tidak pernah mengenyam pendidikan kuliah. Dulu ia langsung menolak mengikuti ujian masuk perguruan tinggi Tiongkok, memilih fokus sepenuhnya pada melukis. Karena itu, ia selalu penasaran seperti apa sebenarnya kehidupan kampus itu.
Tapi sekarang, bahkan bisa tidaknya bertahan hidup pun belum pasti.
Tapi ia tidak menyesal. Hari-hari yang dihabiskan bersama Xingchen jauh lebih berharga daripada seluruh hidupnya sebelumnya. Meski hanya sebentar bersama Xingchen, bagi Shen Yu itu sudah sangat membahagiakan.
Nilai kehidupan tidak terletak pada panjang-pendeknya, tapi pada apakah dijalani tanpa penyesalan.
Akhirnya telepon Ayah tersambung. Xingchen langsung berseru: "Ayah, jangan sekali-kali datang ke Tiongkok! Jangan sama sekali!"
“Ada apa?” Saat itu Bian Hongcheng sedang berada di dalam lift perusahaan. Telepon dari anaknya ini membuatnya sangat bingung, bertanya: “Mengapa kau bicara begitu? Kan kau sendiri yang bilang, kondisi ibumu ada hubungannya dengan pemilik sebelumnya villa itu. Aku ingin membawanya ke Tiongkok untuk melihat…”
“A, aku waktu itu hanya asal ngomong, jangan percaya kata-kataku, Ayah, tolong jangan datang!”
Bian Hongcheng yang telah berpengalaman bertahun-tahun di dunia bisnis sudah sangat lihai. Kegugupan dalam ucapan anaknya ini justru semakin memperjelas maksud tersembunyi.
Dia segera mendesak: “Ini bukan omong kosong! Aku bisa merasakan kau menyembunyikan sesuatu! Sebenarnya apa yang terjadi?”
“Tidak, Ayah, dengarkan dulu…”
“Sudah! Aku sudah menyelidiki Pu Miling yang kau sebutkan itu. Orang itu sudah meninggal 20 tahun lalu. Bagaimana dia bisa mempengaruhi ibumu, aku tidak tahu, tapi pasti ada rahasia yang disembunyikan. Bagaimanapun juga aku harus ke Tiongkok!”
“Dengar Ayah! Jangan… jangan datang. Jika datang, akan…” Xingchen tiba-tiba bingung melanjutkan, hanya bisa berkata: “Pokoknya Ayah, kumohon jangan ke sini. Anggap ini permintaanku, ya?”
Rasa perhatiannya pada orang tua, di telinga Bian Hongcheng justru terdengar sebagai makna yang sama sekali berbeda.
Bian Hongcheng tahu bahwa Xingchen selalu menyimpan dendam terhadap istrinya, terutama terkait kehilangan mata kanannya yang dianggapnya sebagai tanggung jawab sang istri. Meski setelah mengetahui hal ini ia juga merasa penanganan istrinya tidak tepat, namun dalam hati ia samar-samar merasa Xingyan memang lebih penting daripada Xingchen. Bagaimanapun juga Xingyan adalah calon pewaris Grup Bian di masa depan, yang sama sekali tidak boleh mengalami cedera sekecil apapun! Grup Bian adalah karya hidup Bian Hongcheng, dan ia ingin Xingyan yang akan melanjutkan dan mengembangkan warisan ini!
Namun melihat kegelisahan Xingchen yang begitu besar, muncul dugaan buruk dalam hatinya.
Mungkinkah... skizofrenia istrinya berkaitan dengan Xingchen? Apakah karena dendam pada ibu, Xingchen melakukan sesuatu padanya? Apakah ia takut penyelidikan di Tiongkok akan mengungkap sesuatu, sehingga begitu panik melarangku datang?
Sebenarnya Bian Hongcheng juga tidak menyukai Xingchen sebagai anak. Meski dulu pernah merasa ibunya terlalu keras dan sempat bersimpati pada Xingchen, hampir tidak pernah ia berbicara dengan anaknya atau benar-benar memperhatikannya. Ia hanya memikirkan cara menyerahkan grup pada Xingyan. Perkembangan Grup Bian selalu menjadi prioritas utama. Untuk Xingchen yang jelas tidak bisa mewarisi grup, cukup diberi jabatan di perusahaan nanti. Lagipula keluarga akan menghidupinya, tidak perlu mengharapkan kontribusi apapun - masih berani mengeluh apa lagi?
“, kamu...” mengerutkan alis bertanya: “Coba berikan satu alasan, mengapa tidak memperbolehkan kami datang?”
Alasan?
Alasannya bisa dikatakan? Apa harus mengatakan, aku masuk ke apartemen hal gaib yang memberikan perintah untuk pergi ke tempat legenda hantu, dan villa itu sekarang menjadi lokasi perintah, besok lusa pasti akan muncul hantu di sana?
Jika mengatakan ini, reaksi pertama Ayah pasti mengira aku menderita skizofrenia.
Kepintaran Xingchen memang tidak sebanding dengan Li Yin atau Yin Ye yang licik. Sangat sulit baginya membuat kebohongan logis tanpa celah dalam sekejap. Akhirnya ia terbata-bata, yang justru membuat Bian Hongcheng semakin yakin ia bersembunyi sesuatu dan mantap ingin datang ke Tiongkok.
“Sudah! Aku sudah putuskan, Xingchen! Akan kubawa Ibumu ke Tiongkok, nanti akan kuketahui apa yang kau pikirkan dan lakukan!”
Kalimat itu membuat hati Xingchen langsung terasa dingin membeku.
Apa maksud "apa yang dipikirkan dan dilakukan"? Sepertinya Ayah jelas-jelas menyiratkan dirinya punya niat jahat?
“Ayah! Apa maksudmu?” Xingchen tak mau kalah: “Aku demi kebaikan kalian, jika kalian datang saat itu...”
“Benarkah?” Ayah berkata dengan dingin: “Selama setahun ini, kamu tidak serius belajar, tidak juga mencari pekerjaan yang layak, setiap hari bergaul dengan orang-orang tidak jelas di luar. Kau pikir karena aku tidak menanyakan, berarti kau boleh mempermalukan keluarga kita sesuka hati? Kau adalah anggota Keluarga Bian, di luar harus mempertimbangkan reputasi keluarga! Keluarga Bian di kalangan perantau luar negeri, nama kita sangat terhormat! Jika kau melakukan hal yang mempermalukan keluarga, jangan salahkan aku nanti!”
“Cukup!” Xingchen berteriak: “Aku tahu, kamu dan Ibu sama-sama memandang rendah aku! Karena aku tidak sehebat Kakak, dibandingkan Kakak, aku bukan apa-apa, hanya anggota keluarga yang tidak berguna! Keluarga Bian, kau pikir aku sangat terikat? Kau pikir aku bangga menjadi anggota Keluarga Bian? Hanya karena lahir di keluarga kaya, demi memperebutkan lebih banyak warisan, kalian setiap hari sibuk intrik, otak kalian hanya uang! Lalu aku ini apa? Bagimu, aku ini apa?!”
Bian Hongcheng marah besar, membentak: “Kurang ajar! Ini caramu bicara pada ayah?!”
Siapakah Bian Hongcheng? Seorang yang menguasai keluarga besar Bian dan grup perusahaan raksasa Bian ini. Baik di rumah maupun perusahaan, semua orang menunduk ketakutan saat melihatnya, berebut menjilat pantatnya. Bahkan beberapa paman sepuh keluarga pun harus memberinya muka! Xingchen berani membentaknya? Berani-beraninya!
“Dengarkan baik-baik, Xingchen! Setelah aku pulang ke negeri ini, aku juga ingin membawamu ke Amerika! Nanti akan kuatur kamu bekerja di perusahaan. Harapanku kau bisa bersikap baik. Aku tidak mengharapkanmu membantu kakakmu, tapi ingat ini – jangan pernah mempermalukan Keluarga Bian!”
Tangan Xingchen yang menggenggam ponsel mulai bergetar tak terkendali.
Saat itu, ia sama sekali tidak menyadari bahwa Shenyu sudah berdiri di belakangnya.
“Ayah... Kumohon, jangan datang ke Tiongkok. Atau kalau pun datang, tinggallah di hotel dengan Ibu, jangan ke villa. Ini satu-satunya permintaanku seumur hidup – jangan lakukan itu...”
“Jangan mengatur-atur aku! Akulah kepala Keluarga Bian! Kurasa kau pasti menyembunyikan sesuatu yang takut ketahuan! Dulu kukirim kau belajar ke Tiongkok, tapi kuliah pun tidak lulus, sekarang cuma menganggur. Apa kau sudah jadi sampah masyarakat? Aku tahu kau membenci ibumu, menganggap kehilangan penglihatan pada mata kananmu adalah kesalahannya. Tapi ini semua karena kau tidak berusaha! Kalau kau lebih berbakat dari Xingyan, tentu kami akan menyelamatkanmu lebih dulu! Mata kanan buta ini adalah peringatan – tanpa kemampuan, kau bukan apa-apa!”
Suara keras itu membuat Shenyu di belakang turut mendengar seluruh percakapan.
Ia teringat bagaimana dulu Min membencinya, bahkan menghinanya di depan umum sebagai "Anak Iblis", berkata betapa lebih baiknya jika ia tidak pernah dilahirkan...
Apakah Xingchen juga menghadapi mimpi buruk seperti ini? Inikah wajah seorang ayah?
“Ayah… Kumohon, jangan datang…” Xingchen saat itu sudah menitikkan air mata, berkata: “Jika kalian datang, akan mengalami mimpi buruk yang mengerikan, villa itu memiliki hal-hal aneh. Jika kalian datang, hal-hal mengerikan akan terjadi…”
“Kurasa otakmu tidak normal! Bicaramu kacau balau!” Bian Hongcheng semakin marah mendengar, anak ini bahkan tidak bisa bicara dengan baik. Rupanya benar-benar tidak belajar dengan baik, sampai belajar takhayul! Saat pulang ke negeri ini, pasti akan membawanya kembali!
Saat itu pintu lift akhirnya terbuka, dia keluar sambil berkata: “Pokoknya, ingat baik-baik! Kali ini aku pasti datang! Saat itu aku akan tahu kondisi kamu sekarang! Dan hubunganmu dengan orang bernama Pu Miling itu juga akan kuselidiki sampai tuntas! Bersiaplah mental!”
“Ayah!”
Xingchen berteriak sekuat tenaga: “Jangan, sama sekali jangan datang! Aku sudah begitu memohon padamu, apakah dalam hatimu, aku begitu hina? Bagimu, bukankah aku anakmu?”
“Justru karena kau anakku, bisa hidup berkecukupan! Jika kau anak orang lain, seperti dirimu yang tidak bisa melakukan apa-apa, tanpa bakat sedikitpun, pasti sudah tersingkir di masyarakat, bahkan kesulitan makan! Kau harus bersyukur lahir di Keluarga Bian, kalau tidak kau hanya sampah tak berguna!”
Tiba-tiba ponsel Xingchen direbut paksa oleh Shen Yu! Kemudian Shen Yu berbicara dingin ke lawan bicara: “Anda ayah Xingchen ya?”
“Hm? Siapa kamu?” Bian Hongcheng tertegun, mengapa tiba-tiba diganti oleh perempuan?
“Meskipun Anda adalah ayah Xingchen, tapi... Anda tidak berhak menghinanya!” Shen Yu saat ini bisa dikatakan sedang murka, berkata: “Aku tidak tahu seberapa besar kekuatan keluarga dan perusahaan Keluarga Bian, seberapa hebat orang-orang seperti kalian, atau seberapa baik kakak laki-laki Xingchen. Tapi, ingin kukatakan padamu – di mataku, semua kalian jika digabungkan... tidak akan menyamai sedikitpun Xingchen! Apakah Anda benar-benar mengenal anak Anda? Aku bisa memberitahumu!”
Saat mengucapkan kalimat ini, Shen Yu menatap langsung ke mata Xingchen, menyampaikan kata-kata dari lubuk hatinya!
“Dia orang yang paling baik dan paling lembut! Kalian sama sekali tidak berhak menghinanya!”
Kemudian dia menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan: “Jika Anda bersikeras datang ke Tiongkok, datanglah! Tapi Anda akan menyesal, Anda... pasti akan menyesal!”
Setelah itu dia segera menutup telepon, lalu bergegas memeluk Xingchen erat-erat!
“Lupakan semua yang baru saja kukatakan, lupakan sampai satu huruf pun tidak tersisa! Xingchen, meskipun orang tuamu, keluargamu mengabaikanmu, tidak peduli padamu, tapi aku pasti akan ada di sisimu! Aku akan menemanimu, selamanya menjadi tombak dan perisaimu...”
“Sampai maut memisahkan!”
## Jilid 15 Peti Iblis Bab 4 Mantra Otak Gaib
Di pintu masuk apartemen, bibit Pohon Tumor Darah telah ditanam.
“Li Yin dan Yin Ye berdiri di tanah yang telah ditanami benih, menunggu pertumbuhan pohon. Begitu Pohon Tumor Darah berhasil tumbuh, ia akan menghasilkan tumor darah yang tak terhitung jumlahnya. Jika tumor darah tersebut diambil dan dibelah, ia akan melepaskan gas berwarna merah darah yang dapat melukai roh dengan tingkat kerusakan yang signifikan.”
“Namun, tingkat kelangsungan hidup Pohon Tumor Darah sangat rendah. Dari sepuluh biji benih yang ditanam kali ini, tidak diketahui berapa banyak yang akan bertahan.”
“Aku bisa meminjamkan satu alat kutukan lagi padamu.” Yin Ye tiba-tiba berkata pada Li Yin: “Ini batas maksimumku. Alat kutukan ini membutuhkan pengorbanan harga untuk digunakan.”
Li Yin langsung berseri-seri. Satu alat tambahan berarti harapan bertahan hidup Ziye bertambah!
Sebelum sempat berterima kasih, Yin Ye melanjutkan: “Meskipun ini adalah alat kutukan terkuat yang saat ini bisa kudapatkan bersama Yinyu, harganya cukup berat. Namanya 'Kutukan Otak', hanya bisa didapat setelah menyelesaikan enam kali misi darah. Kutukan ini memberi penghuni kekuatan spiritual luar biasa di otak.”
Setelah berkata demikian, ia memandang Li Yin dengan tatapan bermakna: “Tapi harga untuk menggunakan alat ini adalah...”
Begitu Yin Ye selesai berbicara, tubuh Li Yin gemetar. Harga yang harus dibayar benar-benar...
“Kalau tidak mau, tidak usah. Meskipun ini alat kutukan, aku juga enggan meminjamkannya.”
Li Yin mengerutkan kening, kedua tinjunya terkepal erat: “Aku... akan mempertimbangkannya dulu.”
Pada waktu yang sama, di Universitas Yingzhen, Xingchen baru merasakan keberadaannya yang nyata di dunia saat memeluk Shen Yu dalam dekapan.
Sungguh menakjubkan, dia yang kehilangan segalanya karena memasuki apartemen, justru mendapatkan segalanya melalui pertemuan dengan Shen Yu seperti ini.
Hanya saja saat itu, baik dia maupun Shen Yu tidak menyadari bahwa di luar jendela gedung, di dekat bedengan bunga, dua pria asing sedang mengamati mereka. Salah satunya menggunakan teropong, sementara yang lain sedang berbicara melalui ponsel.
"Tn. Monsen," kata pria asing yang memegang ponsel dalam bahasa Inggris, "Apakah maksud Anda, membunuh Bian Xingyan?"
Suara dingin terdengar dari ujung telepon: "Tepat! Kali ini CEO secara langsung memerintahkan saya untuk membawanya kembali ke Amerika. Agrano, kau adalah tangan kanan yang telah kubesarkan diam-diam selama bertahun-tahun. Pokoknya, apapun caranya, aku ingin kau segera menghilangkan Bian Xingyan dari dunia ini! Dengan begitu, Grup Bian pasti akan menjadi milikku! Aku yang sudah berkeringat darah untuk grup ini, masa harus menyerahkan semuanya ke Bian Xingyan! Selain itu, bunuh juga Bian Xingchen, agar tidak ada lagi penerus bisnis keluarga Bian!"
"Baik, Tn. Monsen." Pria asing bernama Agrano itu menjawab, "Saya akan segera mengatur semuanya dengan rapi."
"Lakukan dengan hati-hati! Percobaan pembunuhan sebelumnya gagal, hanya membuat Bian Xingchen kehilangan mata kanan, sementara Bian Xingyan masih hidup! Agrano, aku bisa memaafkan satu kegagalan, tapi tidak untuk yang kedua! Kau mengerti?"
“Mengerti! Tn. Monsen, tunggu saja kabar baik dari kami!”
Setelah menutup telepon, Agano berkata kepada pria asing lainnya: “Jute, Tn. Monsen sudah memberi perintah. Kali ini kita harus mengantarkan Presdir Bian bertemu Tuhan sebelum dia membawa Bian Xingyan kembali ke Amerika!”
“Tentu saja!” Pria asing bernama Juno mengangguk, “Lalu bagaimana caranya kali ini? Masih menyamar sebagai kecelakaan? Atau...”
“Tidak.” Agano menggelengkan kepala, “Sekarang Bian Xingyan dan Bian Xingchen sedang bersama. Hehe, ini kesempatan emas. Samarkan semuanya sebagai perampokan berujung pembunuhan. Jangan pakai pistol. Di Tiongkok kasus perampokan jarang melibatkan senjata api. Bawa lebih banyak saudara laki-laki. Kali ini semuanya harus diselesaikan sempurna tanpa cela!”
“Siap!”
Saat itu, mereka tidak menyadari bunyi gemerisik tiba-tiba dari semak di pot bunga belakang...
Monsen yang berada jauh di Amerika, setelah menutup ponsel tiba-tiba melihat permintaan video call di komputernya. Ia menekan tombol konfirmasi. Sebuah jendela muncul.
Di layar muncul pria berambut pirang sekitar 30 tahun. Monsen langsung tersenyum: “Siegel, temanku, bagaimana? Urusan itu...”
“Monsen, memang ada sesuatu yang terdeteksi.” Pria bernama Siegel itu berkata: “Jelas-jalan Nyonya Bian menyembunyikan sesuatu. Ini juga terkait erat dengan Daisby.”
“Oh? Coba jelaskan.”
“Sebentar lagi saya akan mengirim faks berisi beberapa dokumen, yaitu laporan berita tentang kasus yang terjadi di Kota K, Tiongkok tahun lalu. Waktunya sangat kebetulan, dan saya telah memastikan semua ini melalui keterangan seseorang. Sangat jelas bahwa Nyonya Bian melakukan sesuatu, dan ini juga terkait dengan Daisby.”
“Oh? Siegel? Benarkah?” Monsen terkejut sekaligus gembira: “Bahkan orang itu juga terlibat? Bagus! Teruskan penyelidikan, tenang saja Siegel, nanti setelah aku menguasai Grup Bisnis Bian, kau juga akan mendapat banyak keuntungan! Saat itu, kau bisa membawa peti-peti besar dolar AS ke Las Vegas untuk berjudi besar dan main perempuan, semuanya mudah!”
“Haha, Monsen, saya ucapkan terima kasih sebelumnya.”
Perasaan Xingchen berangsur tenang. Setelah berpikir lama, hanya dengan meminta kakaknya meyakinkan ayah lah cara yang paling efektif. Bagaimanapun juga, mereka adalah orang tuanya, bagaimana bisa melibatkan mereka dalam instruksi tulisan darah?
Jam istirahat siang tiba. Xingyan dan Xingchen makan bersama di kantin sekolah, kembali membahas hal ini. Xingchen mati-matian membujuk Xingyan agar berbicara dengan ayah untuk membatalkan rencana datang ke Tiongkok.
“Sebenarnya kenapa kamu begitu ngotot melarang Ayah datang?” Xingyan terus mendesak pada masalah ini: “Jika memang ada kesulitan yang tidak bisa diungkapkan, setidaknya beri tahu saya?”
Xingchen menatap mata tulus Xingyan, namun kata-kata yang sudah di ujung lidah tetap terasa sulit diucapkan.
“Aku...”
Saat itu, di villa tempat tinggal Xingyan.
Seorang pria dengan mudah menyusup masuk. Tiba-tiba, ternyata itu Siegel yang baru saja menelepon Monsen!
“Gembok pengaman ini terlalu mudah dibuka.” Siegel memutar kunci master sambil bersiul santai, berjalan mondar-mandir dan berkata: “Huh, tidak ada satupun pelayan di rumah, menghemat banyak urusanku. Baik, mari periksa apakah ada petunjuk di sini.”
Villa ini cukup besar. Pertama ia memeriksa semua ruangan di lantai satu. Tentu seluruh proses dilakukan dengan sarung tangan, jadi tidak perlu khawatir sama sekali.
“Hmm, tidak ada, di sini juga tidak...”
Keluar dari sebuah ruangan lagi, Siegel menggaruk kepalanya sambil bergumam: “Sepertinya harus ke lantai dua...”
Saat mendekati tangga dan baru menginjakkan kaki di anak tangga pertama, Siegel tiba-tiba merasakan firasat aneh.
“Ada apa... perasaan ini, benar-benar ganjil.”
Siegel menggelengkan bahunya lalu terus naik. Pria yang terbiasa hidup di ujung pisau ini sudah banyak membunuh. Jika mudah takut, tentu tidak akan menjalani profesi ini.
Semakin ia melangkah di lantai atas, semakin terasa tekanan berat. Karena... terlalu sunyi. Sunyi seperti tuli, bahkan hembusan angin dan napasnya sendiri tak terdengar.
Tapi ia menganggap ini hanya sifat gugupnya sendiri, tak terlalu dipikirkan sambil terus berjalan maju.
Sampai di depan sebuah pintu, ia mengulurkan tangan memegang gagang pintu lalu membukanya.
Persis saat ia memasuki ruangan itu, pintu ketiga di sebelah tiba-tiba terbuka. Lalu... sebuah tangan muncul menggapai...
“Setelah memasuki ruangan ini, Siegel segera menutup pintu. Matanya menyapu seluruh ruangan, lalu ia mulai mengobrak-abrik barang. Tiba-tiba, ponsel berdering.”
“Dia segera mengeluarkan ponsel, menerima telepon, dan menjepit ponsel di antara kepala dan bahunya sambil berkata: "Halo, siapa ini?"”
“Tuan Siegel?”
“Hmm, ada perlu apa?”
“Sepertinya bawahan saya telah mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kepada Anda sebelumnya.”
“Siegel menghentikan gerakannya. Dengan waspada ia bertanya: "Anda siapa?"”
“Bagaimana ya? Saya tidak ingin informasi ini bocor. Tuan Siegel hanya mengincar uang bukan? Saya juga bisa memberikannya. Sebut saja jumlahnya, saya akan langsung transfer ke rekening Anda. Dua kali lipat dari yang ditawarkan majikan Anda!”
“Alis Siegel berkerut lalu kembali normal. "Sepertunya bos Anda adalah Daisby, ya? Hanya dia yang bisa sesombong ini langsung menawar dua kali lipat. Tapi dalam profesi kami, reputasi sangat penting. Maaf, tidak bisa."”
“Oh? Anda yakin? Tidak bisa?”
“Tentu tidak. Informasi yang diberikan bawahanmu sangat berharga. Hehe, Anda sendiri juga khawatir kan kalau ini bocor? Tapi sayangnya...”
“Empat kali lipat.”
“Apa? Anda bilang apa?”
"Saya bilang empat kali lipat. Bagaimana? Silakan sebutkan angka, saya pasti akan membayarmu empat kali lipat. Saya ini, selain uang... tidak ada yang lain. Jangan bicara tentang integritas, hal semacam itu pada dasarnya tidak beda dengan kecoa selokan. Kita semua orang bijak, ngapain pakai bahasa muluk-muluk?"
Harga empat kali lipat membuat jantung Siegel berdebar kencang.
"Tadi kamu bilang uang hasil jerih payahmu? Bukannya Daisby yang membiayaimu?"
"Jangan urusi itu. Intinya, sebutkan angka dan nomor rekening, saya akan langsung transfer. Kurang satu sen pun kamu bisa batalkan perjanjian."
"Ini..."
Siegel menggigit giginya, tiba-tiba berkata: "Enam kali! Jika kamu bersedia bayar sampai segitu..."
Dia mengira lawannya pasti akan menawar, tapi tak disangka dijawab lugas: "Deal!"
Siegel terkejut, keserakahan nyaris melahap seluruh hatinya. Dia merasa pusing karena keberuntungan tak terduga ini!
"Baik, nomor rekening saya adalah..."
Di ujung telepon, sang penelpon menunggu lanjutan. Begitu Siegel menyebut angka "1", terdengar jeritan melengking!
"Halo? Halo?!"
Teriakannya berulang, tapi Siegel sama sekali tidak merespons.
Ponsel masih tersambung. Dari seberang, terdengar suara aneh yang terus menggema di telinga, membuat bulu kuduk meremang.
"Siapa? Kamu siapa?"
Pertanyaan itu diulang beberapa kali, tapi tak ada jawaban.
Sang penelpon mulai curiga - jangan-jangan Siegel sudah dibunuh?
Saat itu, suara aneh dari ujung telepon masih terus terdengar. Sulit untuk menggambarkan suara ini, tetapi terdengar sangat mencekam.
Ini... suara apa?
Seolah-olah seperti desahan dari neraka!
## Jilid 15 Peti Iblis Bab 5 Kegelapan yang Menggumpal
Malam itu.
Li Yin tiba di Kamar 1404, rumah Yin Ye.
Begitu masuk pintu, Li Yin langsung melihat Yinyu juga ada di dalam.
"Sudah memutuskan?" Saat membuka pintu, Yin Ye langsung tahu Li Yin pasti telah mengambil keputusan. Dari wajah Li Yin terlihat keteguhan hati.
"Hmm."
"Kamu yakin? 'Harga' yang harus dibayar tidak kecil. Meski tanpa 'Kutukan Sumsum Otak', Ying Ziyue belum tentu mati. Tapi jika menggunakan Kutukan Sumsum Otak..."
"Saya sudah putuskan." Li Yin melangkah masuk dengan suara berat: "Nyawa Ziye lebih penting dari segalanya. Kutukan Sumsum Otak itu memang bisa melukai tubuh hantu, bukan?"
Yin Ye menutup pintu sambil mengingatkan: "Meski disebut melukai, tapi tidak bisa memusnahkan. Semakin lama digunakan semakin merugikan. Yang terpenting, luka itu akan pulih seiring waktu. Bagaimanapun itu hantu yang benar-benar terbebas dari batasan apartemen. Saya yakin di dunia ini tidak ada senjata apapun yang bisa mengancamnya, bahkan senjata nuklir sekalipun."
"Aku tahu ini." Li Yin telah bulat tekadnya, sehingga nada bicaranya tegas: "Tapi hanya Mantra Sumsum Otak yang bisa memaksimalkan tingkat kelangsungan hidup Ziye, bukan? Di saat genting, sebagai senjata pamungkas, ini sangat penting!"
Perlu diketahui, misi darah kali ini bagi Ziye adalah instruksi tulisan darah kelima yang diulang, artinya setelah waktu habis dia tetap harus kembali ke apartemen sendiri! Sedangkan Mantra Sumsum Otak jika bisa melukai hantu, akan memberikan waktu yang cukup panjang.
Tentu, jika jalan keluar ditemukan, ceritanya berbeda. Tapi Li Yin tidak bisa mempertaruhkan segalanya pada faktor tak pasti. Saat misi darah pengiriman surat dulu, kita jatuh dalam jebakan dan hampir binasa. Jika bukan karena aturan tersembunyi itu, pasti Ziye sudah...
Tiba-tiba ekspresi Yinyu berubah. Dia segera menghampiri: "Bagaimana bisa? Mantra Sumsum Otak itu... Li Yin, kau tahu harga yang harus dibayar?"
"Yin Ye sudah memberitahuku."
"Kau... benar-benar sanggup? Sebenarnya, dengan Heibai Wuchang dan Kait Neraka saja sudah cukup, kan? Apalagi ada Boneka Bayangan! Jika perlu, kami bisa pinjamkan Tongkat Tiga Roh Jahat..."
Li Yin menggelengkan kepala dan berkata: "Tongkat Tiga Roh Jahat dengan hanya satu kepala hantu efeknya terlalu kecil, bukankah Yin Ye hampir terbunuh di kapal hantu? Tapi efek Mantra Otak akan jauh lebih kuat. Jangan berusaha membujukku, bagiku nyawa Ziye adalah prioritas utama, yang lain nomor dua. Tapi, Yinyu, terima kasih."
Melihat keteguhan hati Li Yin, Yinyu pun tak berkata-kata lagi. Apalagi analisisnya tadi memang masuk akal. Tongkat Tiga Roh Jahat baru akan menunjukkan kekuatan sejatinya setelah tumbuh kepala ketiga, untuk saat ini masih bisa dibilang produk cacat.
"Selain itu..." Yinyu teringat sesuatu dan bertanya: "Apa saja perlengkapan spesifik yang kalian pilih kali ini?"
"Xingchen toh juga penghuni yang sudah menjalankan tiga kali instruksi tulisan darah, dia bisa menyediakan beberapa perlengkapan. Tapi dia masih mempertimbangkan mana yang akan dibawa, soalnya hanya boleh membawa tiga. Kami terutama memilih Kait Neraka, Dua Penjaga Akhirat, Pohon Tumor Darah, Boneka Bayangan dan Mantra Otak. Perlengkapan lain masih dalam diskusi, mengingat ini masalah penting. Sayangnya informasi tentang perlengkapan masih sangat terbatas."
"Bagaimana dengan Pohon Tumor Darah?" tanya Yin Ye di samping: "Dilihat dari waktunya, seharusnya sudah tumbuh kan? Sepuluh biji, tak mungkin semuanya gagal."
Li Yin menggeleng: "Aku baru saja memeriksanya, belum ada yang tumbuh."
"Begitu rupanya... Jangan-jangan benar-benar tak ada satupun yang tumbuh?"
"Cara menanam Pohon Darah sangat sederhana, cukup teteskan darah pada biji lalu tanam di tanah. Menurut petunjuk di laci, golongan darah O memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi, sedangkan AB yang terendah. Karena itu digunakan darah Yin Ye yang bergolongan O. Namun tingkat keberhasilan tetap relatif rendah, bahkan untuk golongan O. Perkiraan optimis pun hanya 1-3 pohon yang hidup dari 10 biji. Jadi kemungkinan gagal total tetap ada."
Tiba-tiba teriakan Ziye terdengar dari bawah: "Li Yin! Cepat turun! Ada tunas Pohon Darah yang mulai tumbuh!"
Wajah Li Yin berseri. Sekali satu pohon tumbuh, akan ada banyak buah darah yang bisa dipanen.
"Aku turun dulu!"
Setelah turun dengan lift, Li Yin melihat di depan pintu apartemen muncul tunas sebesar mangkuk dengan batang merah menyala yang berpendar aneh. Buah-buah darah sebesar bola pingpong mulai bermunculan!
Pohon itu melesat tumbuh hingga lebih dari empat meter, batangnya dipenuhi buah darah.
"Sepertinya hanya satu yang tumbuh," kata Ziye mendekati Li Yin. "Tapi lebih baik daripada kosong. Bagikan buah ini ke lima penghuni secara merata."
Tumor darah di pohon ini sangat padat, diperkirakan ada sekitar 100-200 buah. Jika dibagi rata ke lima orang, masing-masing akan mendapatkan minimal 20 tumor. Namun, tumor darah adalah item yang habis pakai, jumlahnya akan berkurang setiap kali digunakan, dan efeknya terbatas. Kelebihannya adalah jumlah yang melimpah setelah matang. Dibandingkan obat resistensi dengan durasi waktu tetap, tumor darah termasuk kategori item serangan yang cukup baik.
Tentu saja dengan Cermin Bayangan Iblis, masalah kuantitas bukan halangan. Proses duplikasi cermin ini tidak ada batasannya, namun kelemahannya adalah mudahnya menghasilkan hantu duplikat yang juga tak terbatas jumlahnya. Inilah prinsip "air bisa mengapungkan sekaligus menenggelamkan perahu". Jika hantu memanfaatkan Cermin Bayangan Iblis, bayangkan mimpi buruk yang terjadi saat ribuan hantu bermunculan.
Li Yin dan Ziye mulai memetik tumor darah. Saat memetik, Li Yin tiba-tiba bertanya: "Ngomong-ngomong Ziye, aku baru saja membuat kesepakatan dengan Yin Ye. Dia bersedia meminjamkan kita satu item kutukan tambahan - 'Kutukan Otak' yang hanya bisa diambil setelah menyelesaikan 6 misi darah. Aku ingin kamu yang menggunakannya. Ini akan menjadi senjata pamungkas terbesarmu. Kutukan Otak akan memberimu kekuatan spiritual kuat di otak. Saat dilepaskan, kekuatan ini bisa melukai hantu dalam jarak dekat. Dengan dikombinasikan Kait Arwah dan Heibai Wuchang, nyawamu akan memiliki jaminan perlindungan yang besar selama hantu belum pulih dari luka tersebut."
"Begitu katanya, tapi yang kita hadapi adalah hantu yang sama sekali tak terbatas. Istilah 'kerusakan cukup parah' itu sendiri ambigu. Seberapa parah 'cukup parah' ini?"
"Tapi Mantra Otak adalah alat kutukan terbaik yang bisa didapat dari misi darah keenam. Efek alat kutukan jelas jauh lebih kuat dibanding alat serang."
"Benar harus berterima kasih pada mereka. Tapi alat kutukan umumnya punya batasan tertentu, batasan itu..."
Ziye jelas belum membaca deskripsi Mantra Otak, makanya bertanya seperti ini.
"Ya..." Li Yin terdiam sejenak, "Mungkin menyebabkan tuli sementara. Tentu saja bersifat sementara."
Dia tidak menyebut harga sebenarnya. Jika cuma tuli sementara, mana mungkin Li Yin ragu? Tapi dia sangat ingin memberi Ziye satu senjata lagi. Selama eksekusi instruksi tulisan darah, nyawa berapa pun tak akan cukup.
Saat mengatakannya, hatinya seperti tersayat. Dia menambahkan, "Ziye, ingat baik-baik. Alat kutukan ini, jika bisa tidak digunakan, lebih baik jangan. Tuli sementara tetap sangat berbahaya, kamu paham?"
"Benar juga." Ziye mengangguk, mengingat pesan itu dalam-dalam.
Setelah memetik semua tumor darah, mereka membaginya ke lima keranjang dan menatanya rapi di pintu apartemen. Lagipula, alat tidak boleh dibawa masuk apartemen.
Warna tumor darah itu memberikan kesan merah yang sangat aneh, seolah-olah benar-benar darah segar. Buahnya sangat montok dan padat, bahkan saat menyentuhnya bisa merasakan kehangatan yang mirip suhu darah. Begitu tumor darah dibelah, itu menjadi alat penyelamat penting bagi penghuni.
"Li Yin." Ziye tiba-tiba menyebutkan sesuatu yang mengusik perhatian Li Yin: "Apa kau tidak menyadari, akhir-akhir ini kita seperti tidak pernah melihat Lian Cheng?"
Mendengar ini, Li Yin mulai mengingat-ingat. Benar, selama beberapa minggu terakhir memang sama sekali tidak terlihat Lian Cheng. Ada apa gerangan?
Karena jumlah penghuni terlalu banyak, Li Yin biasanya berkumpul dengan Yin Ye dan lainnya. Rapat rutin penghuni hanya dihadiri beberapa perwakilan, sehingga dia tidak menyadari ketidakhadiran Lian Cheng. Sekarang baru terpikir, memang seperti itu keadaannya.
"Apa dia baru-baru ini terus mengurung diri di kamarnya?" Setelah berpikir sejenak, Li Yin merasa tidak tenang dan memutuskan untuk menengok.
Dia tentu tidak tahu, Lian Cheng sudah tewas terkubur di Kastil Neraka, hingga akhir hayatnya tidak menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak sedang menjalankan instruksi tulisan darah.
Sementara itu, di New York Amerika yang masih siang hari, Bian Hongcheng telah membawa istrinya Zeng Lixue naik pesawat menuju Tiongkok. Kondisi Zeng Lixue kadang membaik seperti orang normal, kadang mengigau tidak karuan. Hal ini membuat Bian Hongcheng sangat khawatir, namun tidak sepenuhnya memberitahukan kondisi istrinya kepada kedua anak lelakinya.
Sesaat sebelum naik pesawat, Monsen datang ke bandara untuk mengantarkan Bian Hongcheng secara langsung, sekaligus menyatakan akan mengelola grup dengan baik sebelum CEO kembali ke kantor pusat di New York.
Sebenarnya Bian Hongcheng juga paham, Monsen bukan tidak memiliki ambisi sama sekali terhadap posisinya. Setelah bertahun-tahun berjuang di dunia bisnis, mana mungkin dia tidak waspada? Itulah sebabnya dia mempromosikan Monsen dan Daisby secara bersamaan, berharap keduanya saling bersaing dan menciptakan efek saling mengontrol. Karena itu dia tidak terlalu khawatir. Namun, Daisby mengajukan laporan cuti selama seminggu, berdalih ada keluarga di kampung halamannya yang meninggal dan harus menghadiri pemakaman. Untungnya bisnis saat ini belum terlalu padat, jadi dia mengizinkan. Tapi perasaan tidak enak tetap menggelayut saat memberi izin cuti di waktu seperti ini.
Faktanya, Daisby sudah naik penerbangan sebelumnya menuju Tiongkok.
Monsen menyaksikan pesawat lepas landas dengan senyum dingin mengembang di wajahnya, bergumam, "Lonte tua, bahkan pergi ke Tiongkok pun tetap membawa pengawal pribadi. Kalau tidak, aku pasti suruh Agano mengantarmu menemui Tuhan! Hmph, kurasa saat kau sampai di sana, kau bisa langsung mengurus jenazah kedua anak lelakimu. Setelah itu, aku akan cari cara menjatuhkan Daisby. Seluruh grup akan jadi milikku, Monsen!"
Sambil berpikir begitu, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Agano. Namun, dering telepon berlanjut tanpa ada yang mengangkat. Merasa aneh, dia mencoba menghubungi Zhute dan lainnya, tapi tetap tak ada jawaban. Kecurigaan semakin menjadi saat nomor ponsel Siegel yang dihubungi juga tidak diangkat.
“Apa terjadi sesuatu? Kenapa satu per satu tidak mengangkat telepon?”
Agano adalah tangan kanan yang dibina langsung olehnya, sedangkan Siegel adalah tokoh dunia hitam terkenal. Keduanya memiliki kemampuan menembak dan bela diri yang luar biasa. Hanya disuruh membunuh saudara laki-laki Keluarga Bian saja, mungkinkah mereka bisa gagal?
Namun, Monsen selamanya tidak akan tahu jawabannya.
Pada saat ini, di depan pintu apartemen, Li Yin dan Ziye melihat Xingchen dan Shen Yu yang berjalan dari ujung lain gang. Xingchen terkejut melihat pohon tumor darah, kemudian begitu melihat Li Yin, segera mendatanginya dengan sangat serius.
“Li Yin.” Ia langsung to the point: “Aku ingin bertanya, apakah ada alat tertentu yang bisa mencegah orang tidak berkepentingan memasuki villa?”
Li Yin langsung paham, bertanya: “Kamu khawatir dengan Kakakmu?”
“Bukan, dengan orang tuaku.”
Setelah Xingchen menjelaskan situasi secara garis besar, Li Yin merenung sejenak lalu berkata: “Ini memang masalah. Khawatir nanti Kakakmu juga ikut pulang. Kalau begitu, hanya bisa mencoba mencegah mereka masuk villa. Tapi alat seperti itu... kebanyakan alat ditujukan untuk hantu, jarang yang untuk manusia.”
“Kumohon.” Suara Xingchen sangat tulus: “Bagaimanapun, mereka adalah... orang tua kandungku! Seberapa buruk pun memperlakukanku, tetap orang tuaku, juga Kakakku. Aku tidak bisa membiarkan mereka benar-benar mengalami bencana hidup-mati. Tolong pikirkan caranya! Omong-omong, apakah papan catur domain bisa digunakan?”
“Jangan bercanda. Papan catur domain digunakan untuk menghentikan hantu, lagipula meski efektif, ada batas waktunya. Apa kamu mau pertimbangkan untuk memberitahu mereka tentang keberadaan apartemen ini?”
“Mereka akan percaya? Atau Li Yin punya cara meyakinkan mereka soal keberadaan apartemen ini?”
Tentu tidak ada cara seperti itu. Kecuali membawa mereka masuk ke apartemen, tapi jelas itu mustahil.
“Kalau... begini saja. Temukan orang tuamu dan kakakmu, lalu tahan mereka secara paksa selama sehari penuh.”
“Menahan secara paksa? Tidak mungkin, Ayahku selalu membawa beberapa pengawal saat ke luar negeri. Jika pengawalnya ada, kita sulit melakukannya...”
Ini memang masalah sulit. Kecuali Shangguan Mian yang paling ahli bela diri di apartemen yang bertindak, tapi apakah dia mau? Kesannya dia seperti orang tanpa emosi, tak pernah berkomunikasi dengan penghuni lain. Apalagi, bahkan jika dia setuju, tindakannya yang kasar bisa menimbulkan korban jiwa. Li Yin menduga Shangguan Mian mungkin seorang pembunuh bayaran sebelum masuk apartemen.
“Kira-kira kapan orang tuamu sampai di Tiongkok?”
“Mungkin sekarang sudah naik pesawat. Besok seharusnya sudah sampai.”
“Kalau begitu besok aku akan menemuimu menemui orang tuamu, coba meyakinkan mereka. Ziye, kamu ikut juga. Dengan banyak orang yang membujuk, efeknya mungkin lebih baik.”
Maka, masalah ini pun disepakati.
Tengah malam, di pesawat menuju Tiongkok, Bian Hongcheng dan istrinya Zeng Lixue tertidur. Sebagian besar penumpang di kabin sudah terlelap.
Di kabin pesawat yang sunyi, saat ini hampir tidak ada suara manusia sama sekali.
Pada saat ini, Zeng Lixue membuka matanya. Pikirannya saat ini kacau balau, banyak fragmen gambar berkumpul di benaknya.
Darah... darah yang tak terhitung jumlahnya...
Jenazah-jenazah yang terburai...
Dan juga, peti mati hitam itu...
Tiba-tiba Zeng Lixue membuka mulutnya lebar-lebar ingin berteriak, tepat pada saat itu dari rak bagasi di atas kepalanya, muncul bayangan hitam yang menjuntai!
Sebuah kepala yang membusuk tergantung terbalik, mata dinginnya menatap tajam ke arah Zeng Lixue.
Sementara itu, di pesawat lain yang berangkat lebih awal, Daisby sedang BAB di toilet pesawat. Dia jongkok di lantai sambil terus menggigit jarinya, memikirkan bagaimana cara berbicara dengan orang itu setelah tiba di Tiongkok. Dia sudah mengirim email ke orang itu, memberitahu lokasi penguburan peti mati tersebut.
"Apa sebenarnya yang diinginkan orang ini..."
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.
"Ada orang!" bentak Daisby yang sedang kesal: "Tunggu sebentar!"
Namun ketukan terus berlanjut tanpa henti. Daisby yang sedang emosi berteriak lagi: "Apa kamu tidak bisa sabar? Sudah kubilang ada orang di sini..."
Tiba-tiba dia melihat genangan darah besar mengalir masuk dari celah pintu!
"Ini... ini..."
Kemudian dari genangan darah itu, muncul sebuah kepala berlumuran darah yang mengapung...
Kota K pinggiran kota, di suatu hutan. Seorang pria berbaju jas melihat beberapa orang menggali tanah di dekatnya. Namun, tanah sudah digali sangat dalam, tetapi tetap tidak ditemukan apa-apa.
"Tidak ada yang ditemukan!"
Wajah pria berbaju jas itu menjadi muram. Pria bernama Siegel yang misterius itu menghilang tanpa jejak, tidak diketahui hidup atau mati, sementara lokasi yang diberikan Daisby juga tidak mengeluarkan apapun setelah digali.
"Seharusnya dia tidak membohongiku..." Pria berbaju jas itu memegang ponselnya, menelepon namun masih mati. Tampaknya Daisby sedang di pesawat sehingga mematikan ponselnya.
"Gali lebih dalam!" Pria berbaju jas itu masih tidak mau menyerah: "Mungkin jika digali lebih dalam lagi akan ketemu!"
"Tapi..." Para penggali jelas sudah ingin menyerah: "Jangan-jangan salah lokasi? Sudah digali sedalam ini!"
Pria berbaju jas itu sebenarnya juga berpikir demikian. Mungkin benar-benar salah?
Tapi, dia masih memiliki dugaan yang lebih mengerikan.
"Jika Daisby tidak berbohong padaku, mungkinkah... peti mati itu sebenarnya dikubur di sini, tapi sekarang... menghilang? Atau mungkin, peti mati itu telah meninggalkan tempat ini?"
## Jilid XV Peti Iblis BAB VI Empat Orang
Pada waktu ini, Xingyan kembali ke villa keluarganya. Meskipun Xingchen memintanya untuk tidak pulang beberapa hari ini, tapi Xingyan ingat ada beberapa buku yang perlu dibaca, sehingga memutuskan pulang untuk mengambilnya. Tapi ternyata, Xingchen juga tidak ada di rumah.
Dia mengambil tiga buku dari rak, saat itu tanpa sengaja menyenggol rak sehingga satu dari tiga buku yang terjepit di ketiaknya jatuh. Segera dia mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
"Tepat pada saat itu, tiba-tiba lampu di dalam ruangan mulai berkedip-kedip!"
Xingyan merasa sangat curiga, dan saat itu juga dia melihat samar-samar bayangan seseorang melintas di hadapannya! Ini membuatnya langsung merasakan rasa dingin yang menggigil!
Tapi karena lampu tiba-tiba meredup, dia sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok itu sebenarnya.
Saat Xingyan masih dalam keadaan panik, lampu mati sepenuhnya! Pada saat itu, dia hanya merasakan sesuatu yang diraihnya, tubuhnya oleng dan terjatuh ke lantai!
Tiba-tiba dia merasakan sesuatu mendekati tubuhnya, lalu suara rendah terdengar.
"Kembalikan padaku..."
"Kembalikan padaku..."
Suara itu sangat parau dan terasa mengerikan, membuat Xingyan kaget bukan main. Lalu dia merasakan sebuah tangan mencengkeram dadanya dengan kuat!
Tubuh Xingyan terjatuh ke belakang dan membentur meja. Saat itu, lampu menyala kembali. Di depannya, tidak ada siapa-siapa.
Dia terengah-engah, sensasi dicengkeram di dada tadi masih terasa jelas. Mustahil ini hanya halusinasi. Tapi nyatanya memang tidak ada seorang pun di sekitarnya.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi! Baru sekarang Xingyan menyadari dirinya tertidur di atas meja belajar.
Xingyan segera berlari keluar dari ruang perpustakaan. Dering ponsel itu ternyata berasal dari ruangan lain. Perlahan dia memasuki ruangan itu dan membuka pintu, hanya menemukan sebuah ponsel tergeletak di lantai.
Ponsel itu bukan miliknya, juga bukan milik Xingchen.
"Xingyan masuk ke ruangan, berjongkok, mengambil ponsel. Begitu terhubung, suara familiar yang berbicara bahasa Inggris terdengar: 'Siegel! Syukurlah, akhirnya kamu angkat telepon. Ada kabar apa? Sudah ada perkembangan tentang penyelidikan yang kuminta? Apa kamu sudah menemukan apa yang dilakukan Daisby dan Zeng Lixue dulu? Laporan berita yang janjikan untuk difaks pun belum kuterima! Hai, hai? Kamu dengar? Siegel?'"
"Xingyan tentu mengenal pemilik suara ini, Monsen! Tangan kanan Ayah, yang sebelumnya juga sering berkomunikasi lewat telepon dengannya, sehingga sangat akrab dengan suaranya."
"'Hai, bicaralah! Jangan-jangan uangnya kurang? Tenang, selama informasi yang kamu berikan bernilai, masalah biaya bukan halangan! Hai!'"
"Xingyan ingin mengatakan sesuatu, tapi tak ada suara yang keluar."
"Dia segera memutuskan panggilan, lalu membuka menu ponsel. Di bagian memo, terlihat catatan berjudul 'Daftar Orang Hilang'."
"'Daftar'?"
"Xingyan tidak tahu apakah ini informasi yang dimaksud Monsen. Setelah membukanya, terpampang data detail empat orang."
"Keempatnya terdiri dari tiga pria dan satu wanita, dilengkapi foto, data dasar, serta tautan artikel berita online."
"Xingyan menggenggam ponsel erat. Langsung ia keluar ruangan menuju pintu utama villa tanpa menengok. Mimpi buruk tadi masih membuatnya bergidik."
Setelah meninggalkan villa, dia merenungkan perkataan Monsen. Monsen mengatakan bahwa Daisby dan Ibu telah melakukan sesuatu. Monsen sepertinya sedang menyelidiki mereka, dan Daisby, apakah itu Daisby yang merupakan Direktur Utama grup perusahaan?
Beberapa tahun terakhir ini, Xingyan tinggal di Tiongkok, hanya kembali ke Amerika pada hari-hari penting seperti Natal, dan tidak terlalu memahami situasi perusahaan. Namun selama ini, dia juga pernah bertemu Monsen dan Daisby beberapa kali.
Apa yang telah dilakukan Ibu? Dari nada bicara Monsen, jelas ini adalah hal memalukan yang harus disembunyikan.
Semakin Xingyan memikirkannya, semakin dia merasa perlu melakukan penyelidikan. Dia melanjutkan membuka daftar yang disebutkan itu, melihat data detail empat orang tersebut. Keempat orang itu bernama Lin Zhizhen, Jiang Shou, Wu Lin, dan Feng Haoshan.
Menurut deskripsi dalam daftar, keempat orang ini menghilang secara misterius tahun lalu. Periode waktu kehilangan mereka hampir bersamaan.
Setelah memasukkan tautan URL, ditemukan bahwa keempat orang ini memang menghilang pada Januari tahun lalu, dan hingga kini status hidup-matinya tidak diketahui.
Siapakah keempat orang ini? Jika hal ini benar-benar terkait dengan Ibu, dia pasti perlu melakukan penyelidikan.
Dia memutuskan untuk sementara tidak memberitahu Xingchen, akan memutuskan apakah akan memberitahu Ayah yang segera datang ke Tiongkok berdasarkan hasil penyelidikan.
Tiba-tiba dia teringat sikap Xingchen yang bagaimanapun juga tidak ingin Ayah datang ke Tiongkok. Jangan-jangan... hal ini juga terkait dengan Xingchen?
Xingyan menggigit bibirnya, dia berpikir seharusnya tidak mungkin demikian.
Kemudian, dia kembali mengamati foto keempat orang itu dengan seksama. Semakin lama dilihatnya, semakin kuat perasaannya bahwa dia pernah melihat keempat orang itu di suatu tempat.
"Empat orang ini..."
Semakin dia menatap, semakin familiar wajah keempat orang itu terasa. Namun, sekeras apapun dia berusaha mengingat, tidak ada memori tentang tempat pernah bertemu mereka.
Keesokan paginya, Xingchen sudah tiba di bandara lebih awal. Di ruang tunggu keberangkatan, dia menemukan kakaknya Xingyan yang sudah datang. Ketika mendekat, Xingyan terlihat sedang berkonsentrasi penuh dalam pikiran, bahkan tidak menyadari kehadiran Xingchen yang sudah berdiri di depannya.
"Kak..." Suaranya memutus konsentrasi Xingyan: "Ayah dan Ibu belum datang ya?"
"Ah, Xingchen, kamu sudah sampai." Xingyan menghela napas lega melihat adiknya.
Xingchen jelas merasakan bahwa Xingyan agak tidak fokus. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya - kakaknya memang sangat tekun dalam penelitian, mungkin sedang memikirkan eksperimen tertentu.
"Nah," Xingchen melihat jam tangannya, "Waktunya hampir tiba, ayo kita ke area imigrasi."
Setelah tiba di area imigrasi, Xingyan dan Xingchen menunggu kedatangan orang tua mereka. Namun beberapa saat kemudian, yang muncul justru tiga orang asing yang mereka kenal - pengawal pribadi orang tua mereka!
Pemimpin kelompok itu langsung mendekat saat melihat Xingyan dan Xingchen, berkata dalam bahasa Inggris: "Tuan muda, Tuan kedua! Ada masalah, Presiden Direktur dan Nyonya... di dalam pesawat..."
"Apa yang terjadi?" Xingchen langsung merasa tidak enak, buru-buru bertanya: "Masalah apa?"
"Mereka hilang. Hilang di dalam pesawat!"
"Kau..." Xingchen menggenggam kerah baju pengawal itu, berteriak marah: "Kau, omong kosong apa ini? Hilang? Bagaimana mungkin orang hidup bisa hilang di pesawat? Kalian tidak mencari?"
"Seluruh pesawat sudah kami geledah." Pengawal itu juga terisak: "Tapi benar-benar tidak ditemukan, kami sudah melaporkan ke polisi, sekarang..."
Hilang? Bagaimana mungkin ada kejadian absurd seperti hilang di pesawat?
Tiba-tiba sebuah pikiran muncul di benak Xingchen: Jangan-jangan... ini ada hubungannya dengan instruksi tulisan darah? Tapi kenapa sampai menimpa orang tua?
"Selain itu, ada satu hal lagi." Pengawal itu melanjutkan: "Sebenarnya, kami baru menerima telepon setelah turun dari pesawat. Tn. Disby... dia juga hilang!"
Di pesawat yang ditumpangi Daisby, dia sempat mengobrol akrab dengan seorang Amerika di sebelahnya. Setelah pergi ke toilet malam hari, dia tidak pernah kembali. Orang Amerika itu kemudian mencarinya namun sia-sia, hanya menemukan dokumen KTP di koper di kursinya. Maskapai akhirnya menghubungi Grup Bian dan keluarga Daisby. Tiga pengawal menerima telepon ini begitu turun dari pesawat.
Xingyan merasakan dingin menyergap tubuhnya.
Orang tua, dan Daisby, hilang hampir bersamaan?
Apakah ini ulatan Monsen?
Kedua tangan Xingyan mengepal erat, matanya merah menyala!
Karena Bian Hongcheng adalah Tionghoa perantauan ternama dengan ibu berkebangsaan Amerika asli, kasus ini menyangkut kepentingan besar. Informasi sementara diblokir untuk mencegah kebocoran ke media.
Setelah menjalani penyelidikan polisi, Xingyan tidak mengungkapkan soal ponsel.
Dia yakin orang tuanya masih hidup, toh jenazah tidak ditemukan. Tapi bagaimana mungkin dua orang dewasa diculik dari pesawat? Dia menduga ini terkait Monsen. Dalam situasi saat ini, dengan orang tua dan Daisby hilang, kekuasaan grup pasti dipegang Monsen. Tanpa bukti, bahkan jika menuduhnya, Monsen pasti punya cara untuk membela diri.
Sekitar pukul satu siang, setelah keluar dari kantor polisi, Xingyan memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Xingchen. Lalu bersama-sama menyelidiki empat orang tersebut.
Saat dia menceritakan semua detail secara lengkap pada Xingchen, Xingchen pun terkejut ternyata kasusnya melibatkan lingkup sebesar ini?
Besok, mereka harus mulai menjalankan instruksi tulisan darah. Investigasi ini mungkin bisa membantu menemukan jalan keluar!
Dalam hatinya masih tersimpan sedikit harapan: jangan-jangan orang tuanya tidak benar-benar dibunuh hantu. Jika ini ulah Monsen, masih ada harapan. Tapi jika benar perbuatan hantu, maka sudah tamatlah riwayat!
"Lin Zhizhen, Jiang Shou, Wu Lin, Feng Haoshan..." Xingchen mengernyit melihat empat nama asing ini. Dia sama sekali tidak mengenali wajah maupun nama-nama tersebut.
Siapa mereka? Mengapa orang suruhan Monsen ingin menyelidiki keempat orang ini?
"Jadi ada orang yang dikirim Tn. Monsen menyusup ke rumah kita, lalu kehilangan ponsel," analisa Xingyan. "Dan empat nama dalam daftar itu sepertinya target penyelidikan Monsen yang terkait dengan Ibu dan Daisby."
"Keempat orang ini semuanya telah menghilang."
"Jangan-jangan, keempat orang ini adalah..."
Satu jam kemudian, Xingchen menyerahkan daftar empat orang ini kepada pedagang informasi Li Fen. Dengan sangat tulus dia berkata: "Tuan Li, kumohon, tolong carikan informasi detail tentang keempat orang ini. Bian Xingchen akan sangat berterima kasih!"
Li Fen menerima daftar itu sambil menggigit sebatang rokok, lalu melihatnya dan berkata: "Gampang, kalau urusan kecil begini saja tidak bisa kuselesaikan, bagaimana aku bisa bertahan di dunia hitam?"
"Kalau begitu... terima kasih banyak!" Xingchen berseri-seri kegirangan.
Waktu terus berdetak, menjelang malam waktu pelaksanaan misi darah pun memasuki hitungan mundur. Li Fen masih mencari informasi di luar, sementara Xingchen terus mengkhawatirkan keadaan orang tuanya.
Tapi terlepas dari kekhawatiran, pelaksanaan instruksi tulisan darah kali ini harus sukses, dan dia juga harus melindungi Shen Yu dengan baik.
Masuk kembali ke gudang, dia mulai memilih alat-alat yang akan dibawa.
Alat yang bisa didapat dari tiga kali misi darah memang kekuatannya sangat lemah, tapi lebih baik daripada tidak. Dia tidak mau sama sekali tidak bisa membantu Shen Yu.
Dia sudah mempersiapkan dengan matang alat-alat yang akan dipilih.
"Ayah, Ibu..." Dia berdoa dalam hati: Kalian pasti tidak boleh terjadi apa-apa!
Kemudian dia mengulurkan tangan untuk membuka sebuah laci...
## Jilid 15 Peti Iblis Bab 7 Fungsi Sebenarnya dari Alat
Pusat Kota K, Distrik Baiyan, Kompleks Vila Mewah Lvsen.
Pukul 23.45 di tengah malam.
Sebuah villa mewah dua lantai berdiri di tepi danau buatan kompleks perumahan. Villa bergaya Eropa yang sudah berusia sangat tua ini kini menjadi tempat tinggal Bian Xingyan.
Lima bayangan manusia mendekati villa tersebut.
Melalui jembatan di samping danau buatan, mereka tiba di pintu villa. Xingchen mengeluarkan kunci elektronik, namun tiba-tiba matanya tertumbuk pada... lampu yang menyala di lantai dua villa!
"Bagaimana... Bagaimana mungkin..." Xingchen berubah pucat: "Bukankah aku sudah menyuruh kakak untuk tidak tinggal di rumah beberapa hari ini?"
Di belakangnya berdiri Ziye, Shen Yu, serta penghuni baru Zhong Tianqi dan Tie Yu.
Xingchen segera berlari ke interkom di luar pintu dan menekan bel. Tak lama kemudian, suara Xingyan terdengar: "Xingchen... kamu?"
"Kakak! Bukankah aku sudah memberitahumu..."
"Aku berpikir, orang yang menyusup ke rumah ini mungkin akan kembali untuk mengambil ponsel. Sekarang orang tua kita hilang, aku tidak bisa tinggal diam."
"Kakak!" Xingchen dalam hati mengutuk dirinya sendiri. Kenapa tidak memastikan lagi? Lima belas menit lagi masa pelaksanaan instruksi tulisan darah akan dimulai! Hantu yang telah sepenuhnya terbebas dari batasan apartemen - sepuluh nyawa pun tak akan cukup untuk Xingyan!
"Cepat keluar, Kak!" Ia segera membuka pintu gerbang dengan kunci elektronik. Pagar besi terbuka perlahan saat mereka berlima menerobos masuk ke halaman villa!
Menginjak rumput di halaman, Xingchen baru menyadari bahwa di lubuk hatinya ia masih sangat memperhatikan kakaknya. Sebesar apapun kebenciannya, ia tak tega membiarkan Xingyan menghadapi hantu dari instruksi tulisan darah!
Tiba di pintu gerbang, dia mengambil kunci lain dan mencoba memasukkannya ke lubang kunci. Karena gugup berlebihan, beberapa kali gagal memasukkan. Shen Yu juga menyadari bahwa Xingchen sebenarnya sangat memperhatikan kakaknya. Dia paham, sejak kecil Xingchen hidup dalam bayang-bayang kakaknya, sehingga selalu memiliki perasaan campuran cinta dan kebencian terhadap sang kakak.
Namun, sifat aslinya tetaplah baik. Dia tidak bisa tinggal diam melihat kakaknya mati.
Pintu akhirnya terbuka. Mereka bergegas masuk ke ruangan menuju lobi yang luas. Keempat orang di belakangnya terkagum-kagum, lobinya sungguh sangat besar! Nilai villa seperti ini di era harga properti yang gila-gilaan saat ini benar-benar tak terbayangkan!
Melihat ke tengah lobi, terdapat tangga spiral yang berkelok-kelok. Saat ini, Xingyan sedang turun dari tangga. Matanya langsung menangkap empat orang di belakang Xingchen, dia tertegun sejenak: "Nona Yin? Xingchen, tiga orang ini temanmu?"
Ying Ziyue tentu dikenalnya, sedangkan tiga orang lainnya baru pertama kali dia lihat.
Xingchen melihat jam tangannya, menggigit gigi, lalu menerjang ke depan dan mencengkeram bahu Xingyan: "Kamu harus segera pergi dari sini, jangan pernah kembali!"
"Xingchen, kamu..." Ekspresi Xingyan terlihat terkejut, tetapi sebelum sempat bereaksi, tubuhnya sudah diseret paksa ke luar!
Harus mengeluarkannya dari villa ini sebelum instruksi tulisan darah resmi dimulai! Jika waktunya tiba, konsekuensinya akan mengerikan! 24 jam berikutnya akan menjadi 24 jam yang penuh teror!
Tiba di pintu gerbang, Xingyan menggenggam erat tangan Xingchen dan berkata tegas: "Xingchen! Aku tidak bisa pergi. Aku harus tahu alasan di balik hilangnya orang tua kita! Juga identitas bawahan Monsen yang meninggalkan ponsel di rumah kita, aku harus mengetahuinya!"
Xingchen sama sekali tidak menghiraukannya. Ia membuka pintu besar dan berkata: "Dengar baik-baik, Bian Xingyan! Pergi dari sini, dan jangan mendekati tempat ini dalam 24 jam! Mulai sekarang, ini adalah zona terlarang bagimu! Jika berani masuk..."
Tiba-tiba Xingchen menarik pintu dengan kasar, hendak mendorong kakaknya keluar. Tapi saat ia tak sengaja menoleh ke belakang, seluruh tubuhnya langsung kaku membeku.
Karena...
Seorang hantu jahat dengan tubuh hampir membusuk, dada terkoyak lubang besar memperlihatkan organ dalam, wajah berlumuran darah yang masih menetes, sedang berdiri di tangga sambil menatap tajam ke arah mereka! Bersamaan itu, pintu depan tertutup rapat dengan sendirinya!
Beberapa detik kemudian Xingchen baru bereaksi, berteriak: "Hei... Hei Bai Wuchang! Ying Ziyue, gunakan Hei Bai Wuchang!"
Ziye bahkan lebih cepat bereaksi. Ia sudah mengeluarkan manik-manik Hei Bai Wuchang. Tapi meskipun gerakannya cepat, sudah terlambat!
Lampu di dalam ruangan tiba-tiba padam semua sekaligus!
Tanpa bisa menentukan posisi hantu, kemampuan navigasi Hei Bai Wuchang akan gagal. Dalam kepanikan, Xingchen segera mengeluarkan tumor darah dan meremasnya hingga pecah!
"Gas berwarna merah darah segera menyebar. Di bawah perlindungan gas ini, setidaknya untuk sementara waktu hantu tidak akan berani mendekat. Tapi gas merah darah ini akan berangsur menghilang di udara. Saat itu tiba..."
Saat itu, Xingchen menyalakan senter dan menyorotkan cahayanya ke tangga lagi—tapi sudah tidak ada siapa-siapa di sana!
"Xingchen... Itu, apa itu?" Wajah Xingyan sekarang juga menjadi pucat pasi. Seberapa pun seseorang tidak percaya hantu, mustahil bisa tetap tenang dalam keadaan seperti ini.
Sementara itu, pintu utama tidak bisa dibuka lagi.
Xingchen akhirnya mengerti—Xingyan tidak mungkin meninggalkan villa ini. Tanpa pikir panjang, dia segera mengeluarkan beberapa tumor darah dan menyerahkannya pada Xingyan!
"Pegang baik-baik, jangan sampai jatuh! Di saat genting, remas bola merah ini untuk menyelamatkan nyawa!"
Saat ini Xingchen bisa dibilang tegang sampai puncaknya. Dengan gas merah ini, mungkin mereka bisa bertahan hidup? Tapi ternyata pemikirannya terlalu sederhana.
Di area yang dipenuhi gas merah, semua orang berhimpitan rapat. Ziye memegang Hei Bai Wuchang sambil mengeluarkan Kait Neraka. Xingchen juga mengeluarkan senjata andalannya—Kerucut Pembunuh, beliung runcing yang memancarkan hawa mengerikan. Tapi efek beliung ini sangat terbatas.
"Lepaskan Boneka Bayangan!" Shen Yu segera berkata pada Zhong Tianqi: "Cepat! Gas merah darah ini menghilang sangat cepat!"
"Benar sekali. Tumor darah setelah sekali hidup dapat tumbuh dalam jumlah besar, sehingga efektivitasnya akan relatif melemah. Pada saat ini, boneka siluman menjadi sangat penting. Setelah boneka siluman dikeluarkan, hantu akan menganggap boneka tersebut sebagai penghuni dan menyerangnya."
"Pada saat itu, Xingchen tiba-tiba melihat di suatu bagian dinding di luar jangkauan gas merah darah, merembeskan darah dalam jumlah besar yang terus mengalir ke arah mereka! Namun mereka tidak bisa bergerak atau meninggalkan area yang dipenuhi gas merah darah itu."
"Zhong Tianqi segera membuka resleting tas ranselnya dan mengeluarkan lima boneka lipat. Boneka-boneka ini mirip boneka tiup, saat diletakkan di tanah tubuh mereka mulai mengembang. Akhirnya berubah menjadi lima sosok yang mirip dengan Xingchen dan empat penghuni lainnya! Namun wajahnya masih jelas terlihat sebagai boneka, tidak seperti patung lilin yang bisa menipu mata."
"Ini..." Mata Xingyan membelalak semakin lebar, tak menyangka akan muncul benda-benda seperti ini.
"Kakak..." Xingchen tersenyum getir, "Ingat, ikuti aku baik-baik nanti. Rumah kita telah dikutuk, kamu sudah lihat kan? Itu benar-benar hantu. Meski sulit dipercaya, tapi di dunia ini memang ada eksistensi hantu..."
Meski sudah lama memikirkannya, Xingyan tetap sulit mempercayai hal ini saat ini.
Kemudian, lima boneka bayangan itu mulai menyebar dan bergerak. Selama aktivitasnya, boneka bayangan akan menggantikan penghuni untuk diserang hantu, dan seperti manusia bisa terluka dan berdarah. Begitu menerima kerusakan fatal, mereka akan hancur total sebagai perlengkapan sekali pakai. Tentu saja, instruksi tulisan darah kali ini berlaku selama satu hari penuh, dengan hantu dalam kondisi pembatasan yang terus dilepas, sehingga boneka bayangan mudah rusak. Karena itu semua orang membawa lebih dari satu boneka bayangan.
Gas merah darah semakin menipis, Xingchen segera menghancurkan tumor darah lagi. Saat gas merah darah baru menyebar, genangan darah di lantai semakin mendekati mereka!
Pada saat ini, di sudut gelap villa tersebut yang tak terlihat oleh siapa pun, salah satu boneka bayangan tiba-tiba kepalanya retak terus-menerus menjadi mengerikan, akhirnya... wajahnya mulai membusuk dan berubah menjadi wujud hantu jahat yang tadi!
Tak ada penghuni yang menyadari bahwa gudang perlengkapan itu sendiri sebenarnya adalah jalan kematian dalam instruksi tulisan darah! Begitu menggunakan perlengkapan tanpa menemukan jalan keluar, akan memicu jalan kematian total!
Boneka bayangan, tumor darah, fungsi benda-benda ini sendiri adalah untuk melepas pembatasan hantu! Tulisan darah di gudang perlengkapan bukan berasal dari apartemen, kebohongan ini tak bisa diketahui siapa pun! Seperti Pisau Belati Yin Feng dulu, prinsipnya sama.
Realitanya, tulisan di balik kartu akses tersebut dan semua instruksi di laci gudang hampir seluruhnya adalah kebalikan! Misalnya, fungsi sebenarnya tumor darah adalah meningkatkan energi darah untuk memodifikasi ruangan agar lebih cocok bagi eksistensi hantu. Boneka bayangan justru mampu meningkatkan jumlah pembelahan diri hantu, sedangkan tongkat tiga arwah jahat menelan energi hantu dan melepaskan aura yin yang lebih kuat! Mantra sumsum otak bahkan lebih mengerikan, kemampuannya memungkinkan hantu langsung menyerang otak penghuni dan sepenuhnya mengendalikannya!
Setiap kali menggunakan alat, tidak hanya secara bertahap melemahkan pembatasan apartemen terhadap hantu, tetapi... juga terus menambahkan kemampuan baru bagi hantu!
Inilah kengerian yang terkandung dalam gudang perlengkapan!
Namun, tulisan darah di gudang perlengkapan telah menipu hampir semua penghuni. Ditambah dengan pernyataan dalam misi darah bahwa gudang ini digunakan untuk menjalankan instruksi tulisan darah, setiap penghuni secara bawah sadar menganggap perlengkapan tersebut sebagai alat untuk melawan hantu.
Tapi...
Ini hanyalah tipuan dan jebakan apartemen belaka!
Yang dimaksud apartemen dengan "meningkatkan tingkat kesulitan misi darah" sebenarnya adalah menciptakan eksistensi gudang perlengkapan itu sendiri!
Meskipun demikian, Ziye dan yang lain tetap tidak menyangka bahwa gudang perlengkapan bisa menjadi jalan kematian. Mereka beranggapan, jika perlengkapan adalah jalan kematian, bukankah penghuni yang selamat bisa memberitahu penghuni lain tentang kebenaran ini?
Namun, sayangnya, ini tidak mungkin. Karena, tidak ada satu pun penghuni yang bisa menyadari hal ini. Bahkan jika kemampuan hantu terus meningkat, mereka hanya akan menganggap bahwa apartemen telah sepenuhnya mencabut pembatasan terhadap hantu! Apartemen juga akan membatasi hantu secara tepat selama periode penggunaan alat, membuat penghuni percaya pada efek penangkal alat tersebut.
Apalagi, dengan menggunakan alat, kesulitan misi darah tiba-tiba meningkat. Penghuni yang bisa bertahan hidup... akan sangat sedikit!
Saat mereka mulai menggunakan alat, itu juga berarti... mereka telah memasuki jalan menakutkan menuju kehancuran! Sekarang, bahkan jika menemukan jalan keluar, di hadapan hantu yang memiliki pembelahan diri karena boneka bayangan iblis, mungkin diperlukan banyak jalan keluar untuk menyelesaikan misi darah ini!
Villa ini benar-benar diselimuti kegelapan. Semua pintu dan jendela telah dikutuk, tidak ada yang bisa pergi...
## Jilid 15 Peti Mati Iblis Bab 8 Formasi Arwah Sembilan Abyss dan Mantra Kematian Dunia Bawah
Pada saat yang sama, beberapa boneka bayangan iblis lain di dalam villa juga mengalami perubahan serupa. Pertama kepala mereka terbelah, lalu berubah menjadi hantu yang mengerikan!
Di lobi, Xingchen dan yang lain masih tidak berani bergerak sedikit pun. Saat gas merah darah menyebar, noda darah terus mengalir ke arah mereka.
Kemudian... darah terus mengalir dari dinding, langit-langit, dan tangga!
“Jangan sia-siakan darah tumor.” Ziye menghentikan Xingchen yang hendak menghancurkan darah tumor lagi, berkata: “Semua bersiap-siap, begitu hantu muncul langsung teriak! Aku akan gunakan Hei Bai Wuchang untuk membatasi hantu!”
Semua mengangguk setuju. Memang, Hei Bai Wuchang adalah alat paling efektif saat ini untuk membatasi hantu! Karena itu, semua sangat berterima kasih pada Ziye yang mengusulkan penggunaan bergiliran Hei Bai Wuchang.
Saat kabut merah darah mulai menghilang, Xingchen yang memegang Kerucut Pembunuh berkata pada Xingyan: “Kakak, singkatnya kau harus tetap dekat dengan kami. Jika tidak, hal mengerikan akan terjadi... Mari kita jalan dulu. Jika hantu muncul, segera hancurkan darah tumor!”
Tubuh mereka hampir saling menempel, tidak berani melangkah lebar. Xingyan bertanya hati-hati: “Xingchen, kau serius? Itu benar-benar hantu? Lalu apa ini ‘darah tumor’?”
“Ini penangkal hantu.” Jawab Xingchen. “Sudah, jangan banyak bicara. Kakak, ayo kita pergi.”
Mereka mulai bergerak di lantai satu. Senter-senter menyala, menerangi sekeliling. Tapi tetap tidak ada jejak hantu.
Sebelumnya hantu muncul di tangga, jadi tak ada yang berani naik. Meski punya darah tumor, tak seorang pun berani mengambil risiko.
Xingyan masih terpaku ketakutan. Tubuhnya terus menempel pada adiknya, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Di lobi, noda darah yang tak terhitung mulai berkumpul bersama, bau anyir darah yang pekat di udara membuat mual. Genangan darah di lantai perlahan mulai merembes naik, sol sepatu para penghuni mulai basah oleh darah.
Ziye saat ini juga telah mengeluarkan kait arwah, sambil memegang Heibai Wuchang.
Tiba-tiba, tengah malam pukul 00:00 akhirnya berlalu!
Menyusuri sebuah koridor, enam orang berjalan gemetaran, tapi kemana pun mereka pergi selalu melihat percikan darah tak terhitung. Setiap ruangan di depan mata bagai gua iblis yang membuat bulu kuduk meremang.
Saat tiba di depan dinding kaca, Ziye tiba-tiba menyadari sesuatu. Segera meraih Heibai Wuchang, menghadap dinding kaca itu dan berteriak: "Tangkap!"
Bayangan yang muncul di dinding kaca itu langsung terikat!
"Manfaatkan sekarang..." teriak Ziye: "Ke lantai dua!"
Berjalan di lantai satu yang penuh darah, semua merasa tidak tenang. Mendengar perkataan Ziye, mereka segera mempercepat langkah!
Sampai di tangga, sekelompok orang buru-buru menuju sana. Ketakutan Xingyan juga hampir mati rasa, hanya bisa terus mengikuti mereka. Meski punya banyak pertanyaan, dia tahu ini bukan saatnya untuk penjelasan singkat.
Menyusuri tangga, enam orang tiba di lantai dua.
“Resmi dimulai.” Shen Yu mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat jam, lalu menggenggam erat tumor darah di sakunya. Meski Shen Yu mengetahui aturan tersembunyi apartemen, dia juga tidak tahu bahwa "gudang" sebenarnya adalah jalan kematian dalam instruksi tulisan darah.
“Waktu ikatan Hei Bai Wuchang hanya sepuluh menit kan?” Xingchen berkata pada Ziye: “Selama sepuluh menit berikutnya...”
“Ya,” dia mengangkat kait neraka di tangannya, sebuah kait besi hitam pekat dengan ujung yang sangat tajam, lanjutnya: “Jangan tegang, bahkan jika mereka berhasil melepaskan ikatan, boneka bayangan masih bisa menahan mereka untuk sementara walau mungkin tidak lama. Zhong Tianqi, kamu membawa semua boneka bayangan lainnya kan?”
“Ya, semuanya ada.”
“Baik.” Ziye mengulurkan kait neraka ke depan, lalu berkata pada Bian Xingyan: “Tuan Bian, sekarang izinkan kami menjelaskan. Semua ini mungkin di luar pemahaman normalmu, tapi ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Seperti yang kaulihat, kami... adalah orang-orang yang harus berurusan dengan hantu setiap hari.”
“Kakak.” Xingchen juga memutuskan untuk mengungkapkan semuanya: “Aku, tahun lalu, memasuki sebuah 'apartemen'. Di 'apartemen' itu, untuk bertahan hidup, kita harus menjalankan sepuluh instruksi khusus - pergi ke tempat yang memiliki legenda hantu dan bertahan hidup. Jika berhasil sepuluh kali, kita bisa bebas. Sekarang ini adalah instruksi keempatku. Di setiap lokasi instruksi, selalu muncul hantu-hantu mengerikan yang tak terbayangkan. Kau... mengerti sekarang? Kakak.”
“Apa yang kau katakan?” Xingyan langsung merasakan keterkejutan yang luar biasa!
"Ini benar-benar di luar imajinasinya, dia sama sekali tidak bisa memberikan reaksi apapun!"
"Konyol, Xingchen, mana mungkin ada hal seperti itu! Kamu pasti ditipu orang-orang ini, Nona Yin. Dulu kamu juga guru di Universitas Yingzhen, masa kamu percaya omong kosong takhayul tentang roh dan dewa ini?" Xingyan membantah sekuat tenaga, bagaimanapun dia tidak bisa menerima hal ini.
"Ini benar." Ekspresi Ziye tetap tenang tanpa sedikit pun getaran, berkata: "Percaya atau tidak, ini fakta. Fakta yang tak terbantahkan."
"Tidak mungkin, ini sama sekali tidak mungkin!" Xingyan masih menggelengkan kepala: "Barusan, yang kulihat itu pasti orang yang menyamar sebagai hantu. Mana mungkin benar-benar ada hantu? Setelah mati, manusia akan terurai oleh mikroba dan benar-benar musnah. Mana mungkin eksis hanya melalui roh?"
Ziye sama sekali tidak berminat berdebat dengannya tentang materialis versus idealis. Saat ini, dia terus waspada terhadap kemungkinan hantu mendekat. Begitu ada, langsung gunakan Kait Maut. Meskipun ada mantra otak sebagai senjata pamungkas, Li Yin berulang kali mengingatkannya untuk tidak sembarangan menggunakannya kecuali darurat.
"Selain itu," Xingchen menambahkan: "Menurutku, ini mungkin ada hubungan dengan hilangnya orang tua kami. Mereka menghilang secara misterius di pesawat, kurasa... pasti karena ulah hantu di villa ini!"
Waktu berlalu dengan cepat, sepuluh menit telah berlalu.
Di lantai satu, bayangan di belakang dinding kaca yang semula diam mulai bergerak lagi. Tangan bayangan itu sepertinya memegang sesuatu, lalu mulai berjalan!
Sebelumnya, tidak ada seorang pun yang melihat, pada saat Ziye berteriak "", seutas benang melesat dari Hei Bai Wuchang dan terhubung erat dengan tangan hantu di balik dinding kaca!
Benang ini tidak dapat dihalangi oleh materi apapun, tidak dapat disentuh atau dilihat, namun siapa pun yang memegang Hei Bai Wuchang akan ditemukan oleh benang ini!
Inilah mengapa Hei Bai Wuchang sangat menakutkan!
Faktanya, sebagian besar kemampuan di "gudang" justru bertolak belakang dengan deskripsi resminya.
Pelaksanaan misi darah yang lebih sedikit akan membatasi pelepasan batasan pada yang diambil. Bagaimanapun, ini akan secara bertahap menghilangkan batasan pada hantu. Bahkan pada akhirnya, akan muncul yang justru memperkuat kutukan hantu.
penyerang umumnya memperkuat kemampuan kutukan hantu, pertahanan memungkinkan penghuni melawan salah satu jalan keluar dalam banyak jalan keluar, obat membuat fisik penghuni lebih rentan dibunuh hantu, yang paling mengerikan adalah kutukan yang efeknya justru menerpa penghuni itu sendiri.
Contoh-contoh:
Hei Bai Wuchang: Efek permukaan mengikat hantu, namun sebenarnya menciptakan benang tak kasat mata antara Hei Bai Wuchang dan hantu. Hantu cukup mengikuti benang ini untuk menemukan penghuni!
Ming Gou: Efek permukaan melukai tubuh hantu, namun sebenarnya melemahkan vitalitas penghuni. Setiap penggunaan Ming Gou akan menurunkan fisik penghuni secara halus, sebaliknya membuat tubuh hantu menyerap kehidupan penghuni.
Domain Papan Catur: Bidak catur di papan secara intrinsik terkait dengan hantu dan penghuni. Namun, Raja bidak hitam akan mengunci semua target pada Raja bidak putih. Begitu bidak Raja putih hancur, papan catur mengalami breakdown, dan semua penghuni langsung menghadapi kematian.
Obat Tetes Mata Spiritual: Berfungsi sementara pada mata penghuni, menyebabkan mata memancarkan energi spiritual yang menarik hantu untuk mendekat. Dengan kata lain, efek ini setara dengan menghilangkan batasan persepsi indra hantu.
Boneka Bayangan Ilusi: Mampu mereplikasi secara sempurna hantu dalam radius tertentu, menciptakan pembelahan diri yang identik dengan hantu tersebut.
Kerucut Pembunuh Berbentuk: Secara permukaan merupakan senjata penyerang untuk melukai hantu. Faktanya, alat ini menyuntikkan energi pembunuh ke dalam tubuh hantu, menyebabkan hantu memancarkan niat jahat yang lebih intens sehingga berpotensi membunuh penghuni sebelum petunjuk jalan keluar muncul.
Mantra Otak Spiritual: Tampak berfungsi sebagai serangan energi spiritual terhadap hantu, namun sebenarnya memungkinkan hantu merasuki otak manusia dan mengontrol penghuni. Selama ini underaturan apartemen, hampir tidak pernah ada hantu yang mampu merasuki tubuh penghuni. Namun penggunaan mantra ini akan menghapus pembatasan tersebut.
Tongkat Tiga Hantu Berkepala: Efek permukaannya adalah melepaskan barrier mantra, namun sebenarnya setiap kepala hantu terus-menerus menghilangkan batasan apartemen terhadap roh jahat. Setiap jeritan hantu menandakan penghapusan sebagian batasan. Situasi yang dialami Yin Ye di kapal hantu dulu juga seperti ini. Alasan mengaku memanggil hantu pena berhasil "membunuh" hantu adalah karena saat itu hanya ada satu kepala hantu, penghapusan batasannya belum sempurna. Jika tidak, mustahil dia bisa kembali hidup ke apartemen.
Kompas Neraka: Item yang sangat mengerikan. Efek permukaannya memantulkan kutukan hantu, namun sebenarnya akan menyegel jiwa penghuni ke dalam kompas sehingga penghuni dirasuki hantu, sementara penghuni lain tidak menyadarinya. Kemudian akan membunuh semua penghuni satu per satu.
Tombak Mantra Arwah: Efek permukaannya melukai hantu parah, namun sebenarnya tombak ini sendiri menyegel sebuah hantu. Begitu tombak ini terkontaminasi cukup darah, hantu tersebut akan bangkit lalu "membunuh" penghuni yang menggunakannya.
Pistol Penarik Roh: Efek permukaannya bisa menyegel hantu ke celah Yin-Yang, namun sebenarnya menyebabkan jiwa penghuni terkutuk sepenuhnya. Bahkan setelah misi darah berakhir, begitu meninggalkan apartemen, penghuni akan langsung ditarik hantu ke celah Yin-Yang.
Pisau Belati Celah Yin: Secara permukaan, penghuni yang memegang pisau belati ini tidak akan dibunuh oleh hantu yang tidak bisa melukainya. Namun sebenarnya, pisau ini mampu mengubah hantu menjadi hantu galak paling jahat yang bisa menyusup ke dalam tubuh penghuni dan membunuhnya.
Cermin Bayangan Jahat: Salah satu alat langka yang fungsi permukaan dan nyatanya sama. Cermin ini mampu mereplikasi pembelahan diri hantu sepenuhnya. Semakin banyak replika yang dibuat, semakin banyak pembatasan terhadap hantu yang terlepas.
Mantra Keabadian: Secara lahiriah merupakan alat yang memberi penghuni lima kesempatan untuk tidak mati. Namun kenyataannya, mustahil terjadi kebangkitan orang mati yang absurd. Penghuni yang menggunakan mantra ini pada diri sendiri akan berubah menjadi hantu galak sejati setelah mati, dan semakin mengerikan setiap kali mati. Tingkat kelangsungan hidup penghuni mutlak nol saat menggunakan mantra ini, karena hampir tidak ada misi darah dengan lima lapis jalan keluar yang eksis bersamaan.
**Formasi Jiwa Sembilan Abyss**: Alat kutukan terkuat, efek permukaannya adalah menyegel hantu, tetapi sebenarnya bukan menyegel melainkan memindahkan, mampu memindahkan hantu yang diserang ke dalam apartemen! Dalam rentang waktu 24 jam, batasan terbesar hantu yang tidak bisa memasuki apartemen akan terhapus! Artinya, jika Formasi Jiwa Sembilan Abyss digunakan untuk menyerang hantu, bahkan jika melarikan diri ke apartemen pun tidak akan selamat, karena hantu tersebut bisa masuk ke apartemen tanpa terhisap lubang hitam! Tentu saja, saat itu efek sebenarnya alat ini akan diketahui penghuni, namun sudah terlambat karena semua penghuni apartemen tidak akan ada yang selamat!
**Mantra Kegelapan Huangquan**: Efek permukaannya adalah membuka pintu Huangquan untuk menyegel hantu. Namun efek sebenarnya adalah memicu kemunculan Raja Iblis! Setelah Mantra Kegelapan Huangquan digunakan, misi darah tersebut akan meningkat kesulitannya menjadi setara instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis! Dalam kondisi ini, situasi praktis menjadi mustahil untuk bertahan hidup.
Setiap 50 tahun saat instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis muncul, apartemen akan membuka segel gudang. Dalam skenario terburuk, hal ini bisa langsung mengubah misi darah biasa menjadi instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis.
Saat ini, hantu itu memegang benang tersebut, berjalan menuju tangga, mendekati Ziye yang sedang di lantai dua sambil membawa Hei Bai Wuchang!
## Volume XV Peti Mati Iblis Bab IX Kembalikan Padaku
Saat ini, di lantai dua, suasana menjadi sangat tegang.
Untuk villa yang sudah dihuninya selama bertahun-tahun, Xingchen lebih familiar daripada siapapun, bahkan dalam kegelapan pun dia tidak kesulitan menentukan arah. Tapi justru tempat yang sangat dikenalnya ini menjadi lokasi instruksi tulisan darah, dia tak bisa menahan diri untuk tidak mengeluh betapa gilanya dunia ini.
"Waktu itu kamu bertanya tentang legenda hantu, apakah karena alasan ini?" Xingyan berjalan berdampingan dengan Xingchen di koridor sambil berkata: "Orang yang berpenampilan mengerikan yang muncul tadi, menurut kalian itu hantu? Tidak mungkin, di dunia ini sama sekali tidak mungkin ada hantu. Hantu, kutukan sebenarnya hanyalah sugesti psikologis manusia, di zaman dulu muncul karena ketidaktahuan manusia terhadap hal-hal yang tidak diketahui, misalnya penjelasan ilmiah tentang api hantu adalah pembakaran spontan fosfor. Jadi, katakan padaku sebenarnya apa yang terjadi?"
Xingchen sudah tahu akan seperti ini. Membuat orang yang sehari-hari meneliti jurusan sains untuk percaya adanya hantu di dunia ini memang hal yang sangat absurd. Bahkan jika tahu tentang eksistensi hantu, dia menduga Kakaknya akan mencoba meneliti struktur apartemen dan eksistensi hantu dari sudut pandang fisika dan kimia. Tentu saja hal seperti ini pernah dilakukan Li Yin ketika pertama kali masuk apartemen dulu, sayangnya akhirnya gagal total.
"Aku juga sulit percaya waktu pertama kali masuk apartemen." Xingchen tetap sabar menjelaskan pada Xingyan: "Intinya, di dalam villa ini pasti ada seekor hantu! Percayalah, Kak, ikutlah bersama kami, baru nyawamu bisa selamat!"
"Sementara itu, Xingchen juga menunggu telepon dari Li Fen. Kontak dengan pedagang informasi ini sangat penting. Dia juga memberitahu Xingyan: 'Daftar nama yang Kakak tunjukkan padaku, keempat orang itu, sebenarnya aku juga sudah meminta bantuan seseorang untuk menyelidiki. Kehilangan jejak orang tua pasti ada hubungannya dengan hal ini. Pasti!'"
"Xingyan merasa semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Meski masih enggan mempercayai perkataan Xingchen, dia perlahan mulai merasa sepertinya dia tidak berbohong. Tapi, bagaimana mungkin ada hantu?"
"Villa ini memang sangat besar, setelah berjalan lama di koridor lantai dua masih belum sampai ujung. Keenam orang itu berdekatan, tidak berani lengah sedikitpun."
"Tepat saat itu, ponsel Xingchen bergetar. Nomor yang muncul di layar adalah... Li Fen!"
"Dia sangat gembira, segera mengangkat telepon, lalu mendengar suaranya: 'Bian Xingchen, berdasarkan data yang kamu berikan, sudah ketemu.'"
"'Semua sudah ketemu?'"
"'Hmm. Keempat orang itu hilang jejak pada Januari tahun lalu, kasusnya belum terpecahkan sampai sekarang. Mereka memiliki kesamaan yang sebenarnya juga sudah diperhatikan polisi, hanya saja media tidak memberitakannya.'"
"'Apa?' Xingchen segera bertanya dengan bersemangat."
"'Keempat orang itu... semuama pernah menjadi pasien di rumah sakit yang sama. Waktu berobatnya juga relatif berdekatan. Lin Zhizhen karena kecelakaan, Jiang Shou karena uremia, Wu Lin karena pneumonia, sedangkan Feng Haoshan karena enteritis. Jiang Shou kondisinya paling parah, selama masa hilangnya dia masih menjalani pengobatan.'"
“Apakah semuanya... menjalani perawatan di rumah sakit yang sama?” Xingchen bersemangat: “Kalau begitu, rumah sakit mana?”
“Adalah... Rumah Sakit Zhengtian. Hal ini juga sudah saya laporkan ke Loushang Li Yin.”
Rumah Sakit Zhengtian!
Li Yin saat ini bisa dibilang sedang tergesa-gesa pulang ke rumah. Setelah mendengar penjelasan Li Fen, dia tidak bisa lagi tetap tenang. Apakah ini kebetulan? Keempat orang ini menjalani perawatan di Rumah Sakit Zhengtian dalam rentang waktu yang berdekatan, yaitu antara Oktober 2009 hingga Januari 2010!
Setelah menyerahkan dokumen, Li Fen khusus menambahkan: “Selain itu, yang jelas terlihat adalah setelah keempat orang ini menghilang, Rumah Sakit Zhengtian tiba-tiba melakukan perluasan baru, bahkan mulai mempersiapkan pembukaan cabang. Lokasi cabangnya sudah dipilih, dan berdasarkan penyelidikan saya, sepertinya rumah sakit ini mendapat suntikan dana yang sangat besar.”
Reaksi pertama Li Yin saat ini adalah... Ayah!
Hal ini ada hubungannya dengan Ayah!
Li Yin teringat, awal tahun lalu Rumah Sakit Zhengtian memang melakukan perluasan lagi dengan membeli lebih banyak lahan di sekitarnya. Selain itu, mereka juga sepertinya mengimpor lebih banyak obat-obatan dan peralatan medis baru dari luar negeri, serta merekrut lebih banyak ahli ternama di bidang medis. Iklan klinik spesialisnya pun semakin marak. Oleh karena itu, meskipun biaya berobat di rumah sakit ini berlipat-lipat lebih mahal daripada rumah sakit biasa, orang-orang tetap berbondong-bondong datang berobat ke sini. Bagaimanapun juga, semua orang ingin mendapatkan pengobatan terbaik saat sakit.
Taksi akhirnya berhenti di depan rumah. Begitu turun, dia langsung melihat lampu di lantai dua rumah masih menyala.
Jangan-jangan Ayah belum tidur?
Li Yin segera bergegas ke pintu gerbang!
"Rumah Sakit Zhengtian?" Ziye yang mendengar kabar tak terduga ini akhirnya menunjukkan secarik kecemasan di wajahnya yang biasanya tenang.
"Li Fen memang mengatakan begitu." Xingchen menjawab dengan ekspresi kompleks: "Itu...rumah sakit ayah Li Yin, kan? Kakak, artinya keempat orang itu pernah diobati di rumah sakit tersebut."
"Benarkah?" Xingyan mulai merenung, mencoba mengintegrasikan semua petunjuk yang ada.
Pada saat ini, Xingyan yang sedang berdiri di depan sebuah pintu tiba-tiba melihat pintu itu terbuka lebar. Sebuah tangan muncul dengan cepat mencengkeram lengan Xingyan, lalu tubuhnya tertarik ke dalam ruangan!
Pintu itu hampir bersamaan menutup rapat!
Xingyan langsung merasakan tubuhnya terhempas keras ke lantai. Ia membuka mata dan melihat sekeliling. Ruangan ini adalah kamar mandi lantai dua villa. Meskipun kamar mandi, luasnya sangat besar dengan kolam mandi bundar raksasa di tengah, tempat Xingyan biasa mandi dulu.
Meski ruangannya luas dan semua terlihat jelas, tak ada seorang pun yang terlihat.
Saat Xingyan hendak bangkit, suara rendah terdengar dari belakangnya: "Kembalikan padaku..."
Persis sama dengan suara yang didengarnya dalam mimpi saat itu!
Xingyan segera menoleh ke belakang, tapi tak melihat apa-apa.
Apakah...benar ada "hantu"?
Xingyan akhirnya mulai merasakan ketakutan yang sebenarnya. Situasi ini mulai melampaui imajinasinya. Ia tak bisa lagi berpikir dengan logika biasa.
Rumah Sakit Zhengtian... Mengapa harus Rumah Sakit Zhengtian?
Xingyan tiba-tiba merasakan ada bagian dari ingatannya yang tersentuh. Perlahan ia mengulurkan tangan, ingin menggenggam sesuatu, tapi tak bisa.
“Aku... lupa apa sebenarnya?”
Sekilas, di matanya terlintas sebuah pemandangan. Dalam pemandangan itu, yang ia lihat adalah seseorang dengan wajah berlumuran darah, dan sepasang pupil mata yang liar, dipenuhi niat membunuh!
Apa ini?
Xingyan keluar dari pemandangan itu. Ia merasakan bahwa kejadian yang baru saja dilihatnya sangat nyata, sesuatu yang benar-benar pernah dialaminya. Tapi sama sekali tak bisa diingat.
Li Yin mengambil kunci dan membuka pintu. Selama bertahun-tahun merantau, kunci itu selalu ia bawa.
Nalurinya mengatakan, semua ini pasti ada hubungannya dengan Ayah. Pasti!
Baru masuk ke ruang tamu, Li Yin langsung melihat ibunya Yang Jinghui berbaring di sofa, di atas lututnya tergeletak dokumen berjilid tentang rencana pembangunan cabang Rumah Sakit Zhengtian.
“Kamu sudah pulang?”
Mendengar suara yang familiar itu, Li Yin segera menoleh ke arah tangga. Di sana terlihat ayahnya Li Yong turun perlahan dari tangga. Ia menghampiri Li Yin dan berkata: “Memang agak terlambat, tapi kalau sudah pulang, naiklah. Aku tahu, pasti ada urusan penting yang membuatmu kembali.”
“Ada hal sangat penting yang ingin kutanyakan.” Sorot mata Li Yin penuh kebencian menatap ayahnya, api kemarahan membakar dadanya saat ini.
Empat orang!
Bukan sekadar angka, tapi empat manusia hidup!
"Tapi dia tidak berencana membangunkan ibunya, jadi dia segera mengikuti langkah Li Yong menuju ruang perpustakaan di lantai atas."
"Baru saja masuk ke ruang perpustakaan, Li Yong langsung menutup pintu. Dia menoleh ke belakang memandangi Li Yin yang wajahnya penuh kemarahan, lalu melambaikan tangan: "Duduklah, Xiao Yin. Kau datang untuk menanyakan apa?""
"Li Yin memandangi sikap tenang Li Yong, akhirnya tidak bisa menahan amarahnya lagi: "Januari tahun lalu, empat pasien yang dirawat di Rumah Sakit Zhengtian menghilang hampir bersamaan. Kau tahu?""
"Alis Li Yong berkedut, matanya menyiratkan kejutan sesaat."
""Kau..." Dia sudah tidak sempat menyembunyikan ekspresinya, menyadari kebohongan lagi tak ada artinya."
"Tapi kenapa anak ini bisa tahu tentang hal itu?"
"Dan tepat di saat genting ini?"
"Lalu Li Yin menyebutkan nama yang menjadi pukulan telak bagi Li Yong: "Bian Xingyan. Jangan bilang kau tidak kenal nama ini.""
""Cukup!""
"Li Yong menghantam meja dengan keras: "Kau sedang menginterogasiku? Apa maumu? Aku ayahmu, kau lupa? Siapa yang memberitahumu? Siapa yang bicara tentang hal-hal tadi? Apa... orang asing?""
""Yang kau maksud... Daisby?""
"Saat Li Yin mengucapkan ini, Li Yong semakin yakin dengan dugaannya. Benar... Ular berbisa Daisby itu! Berani main curang!"
"Tiba-tiba Li Yin berlutut. Ini pertama kalinya seumur hidupnya dia bersujud di hadapan Li Yong."
Li Yong juga terkejut oleh tindakan mendadak Li Yin ini. Dia masih ingat jelas, saat lulus kuliah, Li Yin yang meninggalkan rumah dengan ucapan kasar. Saat itu dia begitu angkuh, sekarang malah bersujud padanya?
Apa yang sebenarnya terjadi?
"Aku mohon. Tolong beri tahu aku, Ayah!" Dahi Li Yin menekan lantai keras-keras. Demi Ziye, dia rela mengorbankan semua harga diri untuk memohon pada orang yang paling tidak ingin dia mintai: "Ini untuk Ziye, aku tidak ingin dia mati. Tolong ceritakan, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi dulu!"
Li Yong bahkan meragukan apakah ini mimpi. Apakah orang yang merendahkan diri sampai seperti ini benar anaknya? Apakah dia bisa merendahkan diri sampai segitunya?
"Aku harus menyelamatkannya! Aku tidak bisa membiarkannya mati! Aku... tidak bisa hidup tanpa Ziye..."
Kepala Li Yin semakin menunduk. Dia tahu, jika memaksa interogasi, Li Yong pasti tidak akan membocorkan kebenaran.
"Aku janji akan mengambil alih Rumah Sakit Zhengtian. Kedepannya aku akan menuruti semua perintahmu, bahkan mengelola rumah sakit sesuai keinginanmu. Asalkan kau setuju... selamatkan Ziye..."
Li Yong tidak paham, apa hubungannya ini dengan putri Qingli? Mengapa dia bisa terlibat?
"Katakan, sebenarnya apa yang terjadi?" Dia mendekat ingin mengangkat anaknya, tapi Li Yin tetap bersikeras tidak mau bangun.
"Tolong katakan! Tolong... tolonglah!"
Li Yong melihat keadaan anak laki-lakinya yang seperti ingin mati ini, hatinya pun melunak. Bagaimanapun dia bukan orang yang tidak berperikemanusiaan, apalagi jika ini berkaitan dengan putri Qingli, dia tidak bisa tinggal diam.
"Informasi yang saya ketahui tidak banyak." Akhirnya Li Yong berbicara: "Empat orang yang kamu sebutkan itu, Lin Zhizhen dan tiga lainnya kan? Benar, mereka dulunya adalah pasien yang diobati di rumah sakit kami. Saat itu, Daisby melakukan transaksi dengan saya, menukar catatan rekam medis itu dengan sejumlah dana besar. Waktu itu saya kebetulan berencana memperluas rumah sakit, jadi..."
"Mengapa?" Li Yin terus bertanya: "Mengapa memberikannya padanya?"
"Saya baru tahu belakangan tentang hilangnya para pasien itu. Saat transaksi awal, saya tidak tahu ini akan terjadi. Sama sekali tidak tahu... akan menjadi seperti ini..."
Sementara itu, di kamar mandi mewah, Xingyan berteriak ke arah kekosongan di depannya: "Apa yang harus saya kembalikan padamu? Katakan, apa yang harus saya... kembalikan padamu? Saya tidak mengambil barang milikmu!"
Tapi dari kekosongan, suara samar itu kembali terdengar.
"Kembalikan padaku..."
"Kembalikan padaku..."
"Kembalikan padaku..."
## Jilid 15 Peti Iblis Bab 10 Kotak Pandora
Xingchen saat ini sedang berjalan di dalam villa ini.
Setelah melihat Xingyan ditarik masuk ke pintu itu, dia juga segera membanting pintu dan masuk. Tapi yang dia masuki bukanlah kamar mandi yang dulu dikenalnya, melainkan sebuah ruangan di lantai satu! Ruangan itu adalah ruangan yang dipenuhi berbagai koleksi seni, hasil dekorasi ibu setelah membeli villa ini dulu.
Ketika menoleh ke belakang dan berjalan di koridor, dia menyadari benar-benar kembali ke lantai satu!
Shen Yu, di mana Ziye? Dan Kakak...
Di lantai tidak terlihat lagi noda darah, sementara seluruh ruangan masih gelap gulita dan kosong tanpa seorang pun. Xingchen saat ini hanya bisa memaksakan diri untuk terus berjalan.
Tiba-tiba dia mendengar sebuah suara.
"Hmm... hmm... hmm..."
Suara itu terdengar sangat familiar...
Xingchen perlahan mendekati salah satu pintu di seberang, lalu menempelkan matanya ke lubang kunci untuk mengintip. Dia benar-benar tidak percaya dengan suara yang baru saja...
Di dalam adalah sebuah kamar tidur.
Di larpak lantai kamar berantakan berbagai pakaian, bahkan termasuk pakaian dalam! Di atas tempat tidur besar, sepasang pria-wanita yang telanjang bulat sedang melakukan hubungan intim!
Xingchen merasa darahnya naik ke kepala! Cahaya di ruangan melalui lubang kunci sangat terang, sehingga dia melihat jelas pria itu adalah Daisby, sementara wanita yang tertindih di bawah dengan tubuh bergemetar dan mengeluarkan erangan itu tak lain adalah ibunya sendiri, Zeng Lixue!
Bagaimana mungkin? Ibunya yang dulu begitu angkuh dan bermartabat...
“Lalu, Daisby terus mengucapkan kata-kata mesum: 'Nyonya, sejak pertama kali bertemu, aku selalu memimpikan hari ini. Bisa membuatmu di bawahku. Tidak terlihat kalau kau sudah melahirkan dua anak dan hampir 50 tahun. Tubuhmu masih seksi, payudaramu masih montok. Bukankah kau dulu wanita penghibur? Teriak! Terus saja teriak! Buat aku puas!'”
“'Ya... enak sekali. D-Daisby kau hebat. Suamiku tak ada bandingannya. Aku... aku ingin terus bersamamu. Aku suka kau perkosa aku...'”
Xingchen tak bisa menahan amarah di dadanya. Ia bangkit dan menendang pintu hingga terbuka!
Namun, ruangan itu kosong dan gelap gulita seperti luar. Semua yang terjadi tiba-tiba seperti mimpi belaka.
Xingchen tersadar: Jangan-jangan semua tadi hanya halusinasi? Ilusi yang diciptakan hantu?
Tapi apa tujuan ilusi macam ini? Ini bukan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis yang bisa memunculkan roh jahat dalam diri.
Tapi adegan tadi terlalu nyata. Suara Daisby, kata-kata memalukan ibunya, masih bergema di kepalanya.
Xingchen menggelengkan kepala, berusaha melupakan dan segera meninggalkan ruangan.
Khawatir dengan Shen Yu, ia memutuskan kembali ke lantai dua. Seingatnya, saat misi darah kedua dulu, ia juga pernah berjalan sendiri di lokasi instruksi tulisan darah.
Sekarang situasinya kembali seperti itu.
Menyusuri tangga kembali ke lantai dua, Xingchen justru melihat bahwa di depan pintu yang menangkap Xingyan, tidak ada seorang pun.
Tiba-tiba, dia mendengar suara bicara dari balik pintu itu...!
Berjalan mendekati pintu tersebut, dia kembali menempelkan mata ke lubang kunci untuk mengintip. Yang terlihat hanyalah seorang pemuda berusia sekitar 27-28 tahun terikat erat, mulutnya disumpal kain putih, sedang berguling-guling di lantai.
Di hadapan pemuda itu tepat berdiri Ibu dan Daisby!
"Tidak masalah kan?" Ibu bertanya dengan gemetar pada Daisby, "Saat kau menyuruh orang menangkapnya, tidak ada yang melihat kan?"
"Tenang saja, tidak ada." Daisby berjongkok mencengkeram rambut pemuda itu, menyeringai keji. "Nyonya sudah lihat kan, sudah ku lakukan sampai segini. Malam ini kau harus tetap melayaniku. Jangan coba-coba menolak!"
"Ya..." Ibu cepat-cepat mengangguk, "Silahkan, mau bagaimana pun terserah kamu..."
"Bagus. Pergi siapkan bak mandi dan isi air. Biar nanti darahnya mudah dibersihkan. Kalau airnya sudah penuh, kita mulai."
Xingchen tiba-tiba merasa wajah pemuda terikat di lantai itu sangat familiar. Sepertinya pernah melihatnya di mana ya...
Seketika dia teringat! Pemuda ini adalah Lin Zhizhen! Dia pernah melihat fotonya!
Lin Zhizhen masih hidup??
Dia ingin menerobos masuk, tapi takut kalau masuk nanti seperti tadi, tidak bisa melihat apa-apa lagi.
Ibu membuka keran air, mulai mengisi bak mandi bundar besar itu perlahan. Wajah Lin Zhizhen dipenuhi ketakutan, tubuhnya terus gemetar, ingin mengatakan sesuatu. Tapi karena kain putih yang menyumbat mulutnya, dia tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Tapi, Nyonya." Tiba-tiba Daisby berkata pada Zeng Lixue: "Apa Anda yakin isi buku harian yang ditinggalkan mantan pemilik rumah ini, Pu Miling, itu benar? Bagaimana pun, ini terdengar terlalu mengada-ada..."
"Tidak mungkin salah." Zeng Lixue bersikukuh: "Aku akui ini aneh, hampir seperti ilmu hitam. Tapi aku yakin perkataannya pasti benar!"
"Ilmu hitam atau apa, ini tahun 2010, bukan abad pertengahan. Kedengarannya memang merinding. Tapi tidak masalah, asal Nyonya mau bekerja sama denganku, aku akan lakukan segalanya untukmu."
Xingchen tiba-tiba merasa kepalanya berdenyut kencang.
Barusan Daisby bilang apa? Buku harian Pu Miling? Dan tahun 2010? Tapi sekarang jelas-jelas tahun 2011!
Mungkinkah yang dia lihat sekarang adalah pemandangan masa lalu? Adegan yang benar-benar terjadi di masa lalu?
Dia dengan kasar membenturkan tubuhnya ke pintu, berusaha membukanya lagi. Tapi pintu itu kokoh luar biasa, tak bisa ditembus betapapun kerasnya dibentur. Terpaksa dia terus menunduk mengintip melalui lubang kunci.
Saat itu, air di bak mandi sudah penuh.
Daisby berjalan mendekati Lin Zhizhen, tiba-tiba menjambak rambutnya lalu menyeretnya ke depan bak mandi. Dengan kasar ia melemparkan seluruh tubuh pria itu ke dalam bak mandi, kemudian mengeluarkan pisau belati yang sangat tajam!
"Kalau begitu... mari kita mulai. Nyonya, jika Anda tidak berani melihat, tutuplah mata Anda."
Kemudian Daisby mengangkat pisau belati dan menusukkannya ke arah Lin Zhizhen! Dengan sekali tebasan, pisau itu langsung memotong tenggorokan Lin Zhizhen! Sang Ibu benar-benar menutup matanya dan memalingkan kepala, sepertinya ia tidak tega menyaksikan adegan ini.
"Tidak... Tidak... Ini tidak mungkin nyata..."
Pasti ini ilusi yang diciptakan hantu untuk mengelabuiku, ya, pasti hanya ilusi belaka!
Saat itu, Xingyan berdiri di depan bak mandi besar berbentuk lingkaran. Tiba-tiba ia merasakan suara samar yang didengarnya sebelumnya berasal dari bak mandi ini.
Meski suara itu sangat lemah, perlahan ia mulai bisa membedakan asalnya.
Keyakinan bahwa "tidak ada hantu di dunia ini" semakin memudar saat ini, bahkan mulai menunjukkan tanda-tanda breakdown.
Xingyan membungkuk dan mengamati bak mandi dengan seksama. Saat ini bak mandi itu jelas-jelas kosong. Namun jantung Xingyan berdebar kencang tanpa henti.
Tiba-tiba keran bak mandi terbuka sendiri! Tapi yang mengalir keluar bukan air, melainkan... darah merah pekat!
Tubuh Xingyan bergetar hebat. Ia menyaksikan darah terus menggenang di bak mandi.
"Bau amis yang tajam ini membuat orang tidak bisa meyakinkan diri bahwa ini bukan darah." Saat darah terus memenuhi bak mandi, Xingyan mulai merasakan kegelisahan hebat, dia mulai mundur.
Xingchen terus menatap pemandangan mengerikan melalui lubang kunci.
"Sudah, cukup kan?" Daisby yang kini seluruh tubuhnya berlumuran darah justru tidak menunjukkan kegelisahan atau ketakutan setelah membunuh, dengan santai berkata pada Zeng Lixue: "Cepat buka peti mati itu. Lalu..."
"Baik." Zeng Lixue mengangguk patuh. Kemudian dia berjalan ke area blind spot yang tidak terlihat dari lubang kunci. Tak lama kemudian, dia mendorong sebuah peti mati berwarna hitam pekat dengan panjang sekitar 2 meter lebih!
Lalu, Zeng Lixue membuka tutup peti mati...
Xingchen tidak tahan lagi. Dia tidak sanggup terus melihat, segera memalingkan wajah.
Semua ini masih terkait dengan Pu Miling! Ini adalah rumah leluhur Keluarga Pu, jadi menemukan buku harian Pu Miling sama sekali tidak aneh.
Sama sekali tidak aneh...
“Orang bernama Lin Zhizhen itu adalah lulusan MBA luar negeri. Saat itu dia terluka dalam kecelakaan lalu dibawa ke rumah sakit. Setelah menjalani operasi, akhirnya pulih dan keluar dari rumah sakit.” Li Yong sedang menceritakan kebenaran di hadapan Li Yin: “Dan Lin Zhizhen adalah orang pertama yang menghilang. Ketika saya melihat berita kehilangannya di koran, saya mulai merasa ada yang tidak beres. Lalu saya menelepon Daisby untuk menanyainya. Saya berharap dia tidak melakukan hal yang merugikan Rumah Sakit Zhengtian, dan saya ingin tahu, apakah dia berniat menculik keempat orang itu? Tapi jawabannya adalah menyuruh saya tidak ikut campur, karena saat transaksi dulu dia merekam percakapan kami. Jika saya berani membocorkan hal ini, dia akan membuat saya susah. Kemudian, Jiang Shou dan dua orang lainnya juga berturut-turut diculik.”
“Apa kamu... cuma tahu segini?” Li Yin terus mendesak, “Tidak ada informasi lain yang kamu ketahui?”
Li Yong mengangguk. Tapi dalam hatinya bergumam: “Tentu saja aku tahu lebih dari ini, tapi kalau kuberitahu hal lainnya, maukah kamu percaya?”
Saat itu, Li Yong teringat awal mula dia memperoleh informasi dari Kamya Sayoko, memulai penyelidikan terhadap Pu Miling, dan menemukan lokasi rumah leluhurnya yang ternyata merupakan tempat tinggal Bian Xingyan. Kemudian, dia mengirim orang untuk menyusup ke rumah ini dan melakukan penyelidikan menyeluruh. Di salah satu laci terkunci di sebuah ruangan rumah ini, mereka menemukan buku harian yang ditinggalkan Pu Miling. Setelah mendapatkan buku harian tersebut dan membacanya dengan teliti, akhirnya dia memahami mengapa dulu Daisby melakukan transaksi semacam itu dengannya. Segera dia menghubungi Daisby dan memintanya datang ke Tiongkok. Namun tak disangka, orang yang dikirimnya ternyata berniat serakah dan bekerja sama dengan Siegel yang diutus Monsen. Untungnya Siegel itu juga menghilang, kalau tidak, kemarahan Daisby saat ini pasti akan menimbulkan masalah besar.
Namun, ada satu bagian dalam buku harian tersebut yang sama sekali tidak bisa dia pahami.
"'Gudang' adalah ruang gaib yang istimewa, ruang tersebut juga merupakan satu-satunya eksistensi yang tumpang tindih dengan apartemen. Jika ada penghuni yang beruntung melihat buku harian ini, maka saya berikan nasihat. Jangan pernah menggunakan alat apapun di dalam 'gudang', karena semua benda itu adalah barang jahat dari ruang gaib tersebut. Tapi ini belum yang paling menyeramkan. Yang harus diingat khusus, setiap lemari di gudang, laci manapun, jangan dibuka, kalau tidak... mungkin kamu akan membuka kotak Pandora yang sama sekali tidak boleh dibuka! Tentu, percaya atau tidak pada kata-kataku, itu kebebasanmu, tapi ada satu hal yang perlu kusampaikan. Nasihat yang kuberikan bukan karena belas kasihan, tapi murni karena permainan yang terlalu sepihak tidak menarik. Permainan dimana kedua pihak memiliki kondisi setara dan sulit menentukan pemenang, itu baru seru..."
Li Yong benar-benar tidak mengerti, apa maksud "gudang" dan "apartemen"?
Dia teringat, saat di gua Area Hutan 6 dulu, gadis itu berkata, "Bersumpah menjadi penghuni apartemen". Gadis bernama Pu Shenyu itu adalah anak hasil inses Pu Miling, hal ini sudah dia selidiki dengan jelas.
Anak itu mengetahui apa itu "apartemen". Dan ini sangat mungkin terkait dengan kematian Qingli, karena itu dia memutuskan akan melakukan apapun untuk menemukan Pu Shenyu!
Saat itu, Ziye sedang berlari kencang di lantai dua.
Siluet hitam memburuinya dengan cepat dari belakang!
Tiba-tiba, Ziye merasakan kekuatan menariknya terus-menerus ke belakang!
Benang itu juga bisa menarik Ziye ke hadapan hantu.
Ziye tidak sempat bereaksi, tubuhnya sudah berbelok di sudut koridor, kepalanya menghantam dinding dengan keras! Kemudian, dia kehilangan kesadaran.
Pada saat itu, tiba-tiba muncul pola berwarna darah di dahi Ziye! Pola emas itu adalah mata besar yang mengeluarkan darah!
Ziye terjatuh di lantai, lalu sosok hitam mendekati depan Ziye, kemudian bayangan hitam itu menyatu masuk ke dalam tubuh Ziye...
Mata berdarah itu muncul setelah mantra otak-sumsum diaktifkan. Saat penghuni kehilangan kesadaran, akan secara otomatis memicu proses penghuni dirasuki hantu!
Beberapa saat kemudian, Ziye berdiri.
Tubuhnya menjadi kaku seperti boneka kayu, sorot matanya kehilangan segala kehangatan.
Sementara itu, Shen Yu juga sedang mondar-mandir di lantai dua, berusaha mencari Xingchen. Sebelumnya, setelah Xingyan ditarik masuk ke balik pintu, Xingchen menyusul masuk, lalu Shen Yu yang ikut masuk justru menemukan ruangan itu kosong.
Dia diliputi ketakutan luar biasa, khawatir Xingchen mungkin sudah tewas. Tapi mengingat sebelumnya Xingchen juga nyaris tewas namun selamat, Shen Yu hanya bisa berdoa dia bisa bertahan kali ini.
Saat keluar, dia mendapati Ziye dan Zhong Tianqi menghilang!
Tiba-tiba... dia melihat sosok yang familiar muncul di hadapannya.
"Ziye!" seru Shen Yu gembira, "Syukurlah kau baik-baik saja!"
Jika Ziye masih hidup, berarti Xingchen mungkin juga selamat. Mungkin Ziye tahu dimana lokasi Xingchen sekarang!
Dia segera berlari ke arah Ziye yang ada di hadapannya, sementara Ziye yang muncul di ujung koridor lainnya juga melangkah mendekati Shen Yu...
## Jilid 15 Peti Mati Ajaib Bab 11 Lubang Kunci
Jarak antara Shen Yu dan Ziye semakin dekat. Ketika jarak mereka hanya tersisa kurang dari satu meter, tiba-tiba Shen Yu merasakan keanehan. Ekspresi Ziye sama sekali tidak berubah, matanya terlihat seperti mayat.
Dia menghentikan langkahnya, tanpa sadar mundur beberapa langkah.
"Kamu... Ziye, kan?"
Tapi Ziye di depan tetap tidak menjawab. Dengan gerakan mekanis, ia terus mendekati Shen Yu sambil mengabaikan pertanyaannya. Melihat pemandangan aneh ini, Shen Yu segera menyadari!
Ini bukan Ziye!
Namun tiba-tiba Ziye mengulurkan tangannya dan mencengkeram lengan Shen Yu!
Di saat genting, tiba-tiba dari belokan koridor muncul seorang pria, yaitu penghuni baru Tie Yu! Wajahnya langsung berseri saat melihat Ziye dan Shen Yu, ia bergegas mendekat dan memegang bahu Ziye: "Akhirnya ketemu kalian, se..."
Kata "baik" belum sempat terucap, Ziye berbalik mendadak dan kedua tangannya mencengkeram tubuh Tie Yu!
Shen Yu langsung memanfaatkan kesempatan ini, berbalik dan kabur! Begitu melewati belokan koridor, teriakan Tie Yu segera terdengar dari belakang. Shen Yu hanya bisa menyimpan simpati dalam hati untuk Tie Yu, berterima kasih telah menyelamatkannya secara tidak langsung.
Shen Yu sekarang harus menemukan Xingchen. Karena dia masuk ke apartemen secara sukarela, dia mendapatkan hak istimewa untuk bisa kembali ke apartemen secara otomatis setiap kali instruksi tulisan darah selesai, bahkan setelah sepuluh misi darah. Jadi, dia harus membuat Xingchen tetap di sampingnya agar bisa menumpang gratis kembali ke apartemen. Bagaimanapun, semua pintu dan jendela villa ini sepertinya tidak bisa dibuka karena suatu alasan, kemungkinan besar harus menemukan jalan keluar untuk meninggalkan villa. Dalam skenario terburuk, dia harus membawa Xingchen pergi.
Apapun yang terjadi, Shen Yu harus membawa Xingchen kembali ke apartemen bersamanya! Bertahan hidup bersama Xingchen adalah tujuan terbesarnya memasuki apartemen. Bagi Shen Yu yang diubah ayahnya menjadi tubuh terkutuk, dianggap sebagai Anak Iblis karena darah terkutuk ini, dan kehilangan makna hidup, Xingchen adalah satu-satunya harapan dan cinta terbesar di dunia ini. Demi menyelamatkan Xingchen, dia bahkan rela mengorbankan nyawanya.
Saat ini sinyal ponsel sudah hilang, tidak bisa menghubungi pihak luar, bahkan di dalam villa pun tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Jika tidak, Li Yin pasti sudah menelepon. Karena itu, Shen Yu juga tidak bisa melacak posisi Xingchen melalui ponsel.
Villa ini benar-benar sangat besar. Setelah melewati tiga atau empat koridor masih belum sampai ujung, jumlah ruangan yang begitu banyak membuat pusing. Villa sebesar ini bisa menampung semua anggota keluarga besar.
Villa ini, rumah leluhur Keluarga Pu, sebenarnya juga menunjukkan betapa kayanya keluarga Pu di masa lalu. Namun, kemudian Keluarga Pu pun mengalami kemunduran, hingga akhirnya Pu Miling menjual rumah leluhur tersebut. Setelah berpindah tangan beberapa kali, rumah ini menjadi milik Xingchen. Ini benar-benar takdir yang sangat luar biasa.
Tapi saat ini, tempat ini telah berubah menjadi tanah mimpi buruk yang mengerikan.
Shen Yu sama sekali tidak merasa memiliki ikatan dengan Keluarga Pu. Marga Pu baginya adalah aib, keputusasaan, dan akar segala kegelapan. Dia tidak ingin lagi terlibat dengan Keluarga Pu, namun terpaksa kembali menginjakkan kaki di tempat kelahiran dan tumbuh kembang orang itu.
Orang itu...
Seperti apakah dia dulu? Apa yang mengubahnya menjadi sosok yang tak berbeda dengan iblis? Apakah pengaruh Raja Iblis yang membuatnya menjadi manusia menakutkan seperti ini? Ataukah murni penyimpang psikopat seperti Murong Shen?
Shen Yu tidak bisa menemukan jawabannya.
Di saat seperti ini, dia tiba di depan air mancur dalam ruangan di lantai dua. Air mancur indoor ini menempati area yang sangat luas, menjadi persimpangan beberapa koridor.
Di sini terdapat beberapa cabang jalan koridor yang bisa dipilih, membuat Shen Yu bingung memilih yang mana. Dia sangat sadar, hantu yang menyamar sebagai Ziye mungkin akan segera menyusul...
Ketidakmampuan menemukan Xingchen membuat hatinya gelisah. Mengapa villa ini begitu besar? Mengapa juga ponsel tidak bisa digunakan? Jika dirinya yang dulu, setidaknya bisa melukis lukisan ramalan. Tapi kini setelah kehilangan kemampuan itu, dia tak berbeda dengan penghuni lain.
"Shen Yu melihat sekeliling, ada empat cabang jalan yang bisa dipilih. Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk mengambil salah satu koridor. Saat baru melangkah, tiba-tiba dia melihat seseorang datang dari salah satu koridor."
"Orang itu... ternyata Bian Xingyan!"
"Xingyan!" Dia segera berlari mendekat, "Kamu, kamu baik-baik saja?"
"Wajah Xingyan saat itu pucat pasi, seolah baru mengalami sesuatu yang sangat mengerikan."
"Kalian benar," akhirnya Xingyan berbicara, "Dunia ini memang ada hantu. Jadi, jadi..."
"Jadi? Jadi apa?"
"Kamu, tolong beritahu aku." Dia membuka mulat dengan susah payah, suaranya gemetar, "Tentang apartemen itu. Aku, aku sepertinya lupa sesuatu yang sangat penting, dan aku harus mengingatnya..."
"Shen Yu mengerutkan alis, 'Ayo pergi dulu, bicara sambil jalan. Xingchen? Apa Xingchen bersamamu?'"
"'Kamu... tahu kan bagaimana mata kanan Xingchen hilang?'"
"Xingyan tiba-tiba mengucapkan kalimat yang tidak berhubungan dengan pertanyaan itu."
"'Apa?' Shen Yu tertegun, tidak mengerti mengapa Xingyan tiba-tiba membahas hal ini."
"'Bulan Januari tahun lalu, saat aku dan Xingchen mengemudi ke pinggiran kota, terjadi kecelakaan mobil. Kami berdua terluka parah. Aku koma hampir dua minggu sebelum siuman. Xingchen baru bangun beberapa hari setelahku. Saat itu, bola mata kanannya sudah diangkat. Waktunya... persis berdekatan dengan hilangnya keempat orang itu...'"
"Shen Yu membeku."
“Xingchen memasuki apartemen pada akhir Januari 2010. Saat itu, dengan bola mata kanannya yang telah diangkat, dia ditinggalkan pacarnya dan dijuluki 'mata satu'. Semua ini terjadi karena sikap pilih kasih ibu terhadap pria di hadapannya. Shen Yu pernah mendengar Xingchen menceritakan hal-hal ini.”
“Namun dari perilaku Xingchen sebelumnya terlihat, sebenarnya dia masih peduli pada sang kakak. Bukan benar-benar membencinya. Pada momen kritis, dia memilih menyuruhnya meninggalkan villa.”
“Xingchen pasti juga menyadari kedekatan waktunya. Jika ibu dan Daisby melakukan sesuatu, pasti selama periode itu - saat aku koma akibat kecelakaan. Hal yang kulupakan pasti terkait ini. Waktu itu kebetulan ibu dan Daisby baru datang ke Tiongkok.”
Saat mengatakannya, Xingyan menoleh ke belakang memandang ke arah belakang. Ekspresi wajahnya semakin mengerikan.
“Masih belum melepaskanku...” Tubuhnya mundur ke arah air mancur, menunjuk ke ujung koridor. Raut wajahnya sudah sama sekali tidak mencerminkan sosok profesor universitas sebelumnya: “Mengapa? Mengapa terus memburuku? Jangan, jangan ganggu aku!”
Akhirnya dia mengaum keras dengan urat di wajahnya menonjol dan ekspresi yang mulai berubah. Penampilannya sekarang sama sekali berbeda dengan Bian Xingyan sebelumnya!
Xingchen terus mengamati pemandangan melalui lubang kunci.
Pemandangan terus berubah. Sepertinya waktu di dalam lubang kunci juga berganti menampilkan adegan hari demi hari.
“Ini yang terakhir...”
"Pemandangan di lubang kunci berganti lagi. Kali ini, seorang wanita diikat dan dilempar ke dalam bak mandi. Wanita ini ternyata Wu Lin! Salah satu dari empat pasien yang hilang!"
Daisby dan Zeng Lixue memandang wajah Wu Lin yang dipenuhi ketakutan. Meskipun mulutnya disumpal kain hingga tak bisa bicara, ketakutan di matanya terlihat jelas.
"Tidak, jangan... jangan!"
Tangan Xingchen telah menggoreskan bekas-bekas cakaran di pintu besar. Saat ini dia hampir seperti orang gila.
"Kali ini seharusnya berhasil." Daisby yang sedang melangkah ke bak mandi untuk membunuh tiba-tiba menoleh ke belakang, berkata pada Zeng Lixue: "Ngomong-ngomong, Nyonya, bagaimana kalau perempuan ini kau yang membunuh? Sebelumnya semua orang kubunuh, yang terakhir ini juga perempuan, lagipula badannya sudah diikat. Akan mudah bagimu membunuhnya. Tidak boleh selalu menyuruhku bekerja keras, Nyonya tidak ingin tanganmu berlumuran darah? Bagaimana?"
Zeng Lixue tertegun sejenak, kemudian dia melihat bola mata Wu Lin yang basah oleh air mata dan hampir putus asa, lalu mengangguk: "Baik, biar aku yang membunuhnya. Ditambah dia, sudah cukup."
"Hehe, Nyonya benar-benar tega?" Ekspresi Daisby jelas-jelas menunjukkan keheranan: "Perempuan ini usianya hampir sama dengan Xingchen lho."
"Tidak apa-apa." Wajah Zeng Lixue tidak menunjukkan penolakan sedikitpun, ekspresinya seolah hal yang akan dilakukannya berikutnya adalah hal paling biasa.
“Setelah menerima pisau itu, dia datang ke hadapan Wu Lin, mengangkat dagunya dan berkata: "Kamu sangat takut ya? Sangat ketakutan? Tapi tidak ada gunanya. Kamu tahu mengapa kamu harus dibunuh? Karena kamu lemah. Dahulu aku juga sama lemahnya. Diperlakukan seperti alat yang bisa disiksa, hidup lebih hina dari siapa pun, semua orang bisa menghinaku, bahkan jika aku mati pun tak ada yang akan merasa terpengaruh. Sama seperti dirimu sekarang, meski kubunuh kamu, aku tak akan mendapat masalah karena aku sudah memiliki kekuatan itu."
“Tapi kemudian aku bertemu orang yang mengubah takdirku.” Zeng Lixue seolah tak bisa berhenti bicara setelah membuka mulut: "Di sanalah aku baru merasa hidup seperti manusia. Tak ada yang berani meremehkanku, semua harus tunduk padaku. Jika aku mau, bahkan bisa menentukan hidup mati seseorang, mengubah nasib mereka sepenuhnya. Mereka semua hanyalah 'budak'-ku. Jadi aku butuh lebih banyak uang dan kekuasaan, termasuk anak-anak hanyalah alat bagiku. Kamu tak mengerti ucapanku? Tak apa, aku juga tak peduli apakah kamu paham atau tidak."
"Pada saat itu, aku akhirnya mengerti. Cinta yang disebut-sebut, dewa yang diagungkan, tidak lebih dari kebohongan diri manusia belaka. Dunia ini tidak punya dewa, cinta hanyalah hal paling hina yang bisa dinikmati orang lemah. Di hadapan kekuatan mutlak, segalanya akan remuk dengan mudah. Bahkan anak kandung sendiri pun bisa menjadi musuh, bisa mengkhianatimu. Aku hanya butuh anak yang bisa memberiku lebih banyak kekuatan. Anak yang tak punya kemampuan itu, bagiku sama saja dengan 'sampah'!"
Saat mendengar kalimat-kalimat itu, kuku tangan Xingchen yang mencengkeram pintu sudah mengeluarkan darah.
"Coba tebak, apa yang sedang kau pikirkan sekarang?" Li Xue Zeng berkata sambil tersenyum sinis melihat Wu Lin yang terus meronta. "Apakah kau berpikir aku akan mendapat karma? Akan masuk neraka? Menyebutku iblis tak berperikemanusiaan? Kalau begitu baiklah kuterangkan. Yang masuk neraka hanyalah kaum lemah, sedangkan yang kuat menguasai segalanya. Inilah yang disebut 'sifat manusia'. Jika kau anggap ini tidak adil, berharaplah kelahiran ulangmu di keluarga yang lebih kuat. Jika tidak... yang menantimu hanyalah neraka. Kaulah orang pertama yang kubunuh dengan tanganku sendiri. Kematianmu akan menjadi batu loncatan hidupku. Inilah takdirmu."
Kemudian dia mengayunkan pisau dan menyabet leher Wu Lin dengan garang!
Tubuh Xingchen jatuh berlutut di lantai. Kepalanya tertunduk dalam. Baru sekarang dia benar-benar paham, di mata ibu, apa arti keberadaannya selama ini.
Dia hanyalah "sampah". Bahkan, lebih rendah dari sampah sekalipun.
Dari sudut pandang ini, posisinya di mata Ibu bahkan lebih rendah daripada Shen Yu. Setidaknya, Shen Yu di mata Pu Miling adalah eksistensi penting, penodaan terhadap dewa, sebuah kutukan yang tak tergantikan. Min setidaknya pernah mencintai Shen Yu, pernah berkorban banyak untuknya.
Tapi di hati Ibu, dia bahkan tidak memiliki nilai seperti itu.
Xingchen mengangkat kepalanya kembali. Matanya kembali menatap lubang kunci.
Yang muncul di lubang kunci itu ternyata sebuah pupil mata penuh dendam dan kedinginan, menatap tajam ke arah Xingchen!
## JILID XV PETI MATI IBLIS BAB XII PETI MATI
Jantung Xingchen hampir berhenti berdetak! Tanpa ragu dia langsung bangkit dan berlari menjauh. Hampir bersamaan dengan putaran tubuhnya, pintu itu terbuka...
Di depan air mancur dalam ruangan di lantai dua.
Shen Yu merasakan sesuatu saat memandang Xingyan yang sudah mulai tidak waras di hadapannya. Perkataan Xingyan tadi membuatnya menangkap suatu isyarat.
Jangan-jangan...
Apakah ini petunjuk jalan keluar dari apartemen? Benarkah demikian?
"Ceritakan detailnya padaku." Dia segera mendekat dengan nada memohon, "Kumohon katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Katamu, Januari tahun lalu adalah waktu kamu dan Xingchen mengalami kecelakaan?"
“Benar, memang seperti itu.” Xingyan tiba-tiba menoleh ke belakang lagi, kemudian menoleh kembali sambil berbisik: “Saat itu, sepertinya ada ketidakcocokan antara Xingchen dan Ibu, lalu aku mengajaknya berkendara ke pinggiran kota untuk menghilangkan stres. Saat kami berkendara ke Distrik Dingxuan, tiba-tiba sebuah mobil menerobos keluar dari jalan pedesaan kecil, lalu... mobil kami tertabrak hingga terlempar dan terguling beberapa kali. Saat itu aku langsung pingsan, sedangkan Xingchen sepertika menelepon rumah sakit sesaat sebelum pingsan.”
Sampai di sini, dia menghela napas dalam-dalam.
“Aku... sebenarnya apa yang kulupakan?”
Sampai di sini, dia tiba-tiba berlutut di lantai, memeluk kepalanya dengan wajah yang semakin pucat.
“Apa yang sebenarnya kulupakan...”
Shen Yu melihatnya seperti benar-benar kehilangan ingatan. Mungkinkah kecelakaan itu menghapus sebagian memorinya?
Jangan-jangan ingatan yang hilang dari Bian Xingyan adalah kunci jalan keluar?
Jika benar demikian, maka ini adalah hal yang sangat krusial! Begitu pikirannya melintas, dia hendak berbicara sesuatu ketika tiba-tiba koridor di depannya memberikan kesan seram.
Perasaan ini seolah ada sesuatu yang menyusup masuk.
Namun, dia tidak melihat apapun. Tapi dia tidak berani berlama-lama, segera menarik Bian Xingyan untuk pergi. Tapi... ke arah mana? Ke mana pun, perasaan seram itu sangat kuat.
Itu... perasaan apa?
Kemudian, Bian Xingyan tiba-tiba mengucapkan kalimat: "Benar, peti mati... Aku ingat, peti mati itu..."
"Apa?" Shen Yu bertanya tanpa arah: "Kau bilang peti mati apa?"
"Temukan peti mati itu... Aku hanya bisa mengingat sedikit, peti mati hitam itu. Jika menemukannya, kita bisa tahu kebenaran..."
Peti mati? Shen Yu tiba-tiba merasakan sesuatu tersentuh. Mungkinkah ini kunci petunjuk jalan keluar?
Meski tidak bisa dipastikan, harus dicoba. Harus mencari di mana peti mati tersembunyi di villa ini!
Saat ini Shen Yu kembali membenci dirinya yang kehilangan kemampuan lukisan ramalan. Tapi jika kemampuan ini terus ada, kutukan Pu Miling juga akan bertahan.
Tapi jika benar bisa menghilangkan kutukan ini sambil memiliki lukisan ramalan, itu jauh lebih berharga dari gudang mana pun. Bagaimanapun, lukisan ramalan jauh lebih penting daripada alat apapun.
"Menurutmu, di mana peti mati itu?" Shen Yu segera berkata pada Xingyan: "Katakan, pasti kau punya petunjuk?"
"Tidak tahu, aku... aku tidak bisa ingat..." Dia mencengkeram kepalanya erat-erat, terlihat sangat menderita.
Melihat keadaannya, Shen Yu bingung harus berkata apa. Tapi tempat ini benar-benar tidak bisa ditinggali lagi, harus segera pergi. Namun dengan aura seram mengelilingi, dia merasa semua arah adalah jalan kematian.
Pada saat itu, tiba-tiba bayangan seseorang muncul, menangkap tangan Shen Yu, lalu lari menuju kedalaman koridor!
"Xing... Xingchen?"
Orang yang tiba-tiba muncul ini tak lain adalah Xingchen!
"Cepat lari!" teriak Xingchen pada Shen Yu: "Hantu itu sedang mengejar kita, dan jangan mendekati Kakak! Karena sebenarnya Kakak, dia..."
"Sudah lama meninggal!"
Di saat yang sama, di rumah Li Yin.
Li Yin yang berada di dalam ruangannya sedang menghubungi Li Fen. Bersamaan itu, dia juga berharap ayahnya mau memberitahu informasi lebih lanjut, karena dia merasa ayahnya menyembunyikan sesuatu.
Namun, meski terus merengek dan mendesak, Li Yong tetap tidak mau mengucapkan sepatah kata pun.
Sudah lewat pukul empat dini hari, telepon Ziye masih tidak bisa dihubungi dan telepon rumah Xingchen juga tidak menyambung. Li Yin mengusap matanya, berniat menemui ayahnya lagi, lalu kembali menuju ruang perpustakaan ayahnya.
Tapi saat membuka pintu, ruangan itu gelap gulita. Setelah lampu dinyalakan, ternyata kosong sama sekali!
Di atas meja tertinggal selembar catatan. Tertulis: "Xiao Yin: Ayah keluar sebentar, diperkirakan baru pulang siang nanti. Tolong sampaikan pada ibumu."
Li Yin meraih catatan itu dengan perasaan cemas. Mengapa ayah pergi tanpa memberitahunya? Padahal ayah pasti tahu dia belum tidur!
Di waktu yang sama, Li Yong sedang mengendarai mobil di sebuah jalan tol. Di waktu dini hari ini, lalu lintas sangat sepi, dan Li Yong sama sekali tidak mengantuk.
"Baru saja, orang yang dia kirim untuk melakukan penyelidikan akhirnya memberikan kabar. Karena hal yang perlu diselidiki terlalu rahasia, dia tidak berencana menyerahkan pada Kamya Sayoko untuk disingkirkan, memutuskan untuk menangani sendiri."
Bawahan yang meneleponnya berkata: "Direktur Li, sesuai instruksi Anda, kami telah menemukan sosok penting!"
Ini membuat Li Yong sangat bersemangat. Bagaimanapun, masalah ini baginya lebih penting dari segalanya. Dibandingkan dengan apakah putri Qingli hidup atau mati, ini jelas prioritas utama.
Mobil berjalan sekitar satu jam hingga pukul empat seperempat dini hari, akhirnya tiba di lokasi yang ditentukan. Itu adalah rumah di daerah pinggiran kota yang dibeli Li Yong secara rahasia. Sekelilingnya dikelilingi hutan, lokasinya terpencil, namun desain rumahnya bagus dengan harga yang tidak murah. Tapi Li Yong sama sekali tidak peduli dengan uang itu.
Begitu mobil berhenti, seorang pria berbaju hitam buru-buru mendekat dan membuka pintu mobil dengan hormat: "Direktur, Anda datang."
"Hmm." Li Yong turun dari mobil, "Bagaimana? Apakah orang itu sudah berbicara? Tentang Pu Shenyu dan hal 'apartemen' itu, apakah dia sudah mengaku?"
"Ini..." Pria itu tampak ragu, "Perempuan ini sepertinya tidak waras secara mental. Silakan lihat sendiri."
Di bawah rumah ini terdapat ruang bawah tanah besar dengan lima enam ruang tertutup sempurna. Di salah satu ruangan, beberapa pria berwajah kejam mengikat seorang perempuan dengan belenggu besi. Seluruh tubuh perempuan itu penuh luka, wajahnya berlumuran darah.
Pintu besi terbuka, Li Yong memasuki ruang tertutup sempurna ini. Begitu melihat wanita yang terikat itu, ia langsung berjalan mendekat.
"Konfirmasi?" tanya Li Yong kepada pria berbaju hitam di sampingnya: "Konfirmasi dia tahu keberadaan Pu Shenyu?"
"Seharusnya tidak salah." Pria berbaju hitam itu menjawab dengan penuh hormat: "Kami sudah menyelidiki dengan detail, Pu Shenyu pernah menyewa sebuah apartemen. Wanita ini sebelumnya pernah menjadi pengasuhnya, bernama Leng Xin."
Wanita yang terbelenggu tangan kakinya itu tak lain adalah penyihir A Xin yang tingkat penyimpangannya setara dengan Murong Shen!
"Tapi sejak awal Mei, Pu Shenyu sudah kehilangan jejak, sama sekali tidak bisa dilacak."
Li Yong mengangguk, mengingat kembali kejadian di gua misterius itu dulu. Laki-laki yang bersama Pu Shenyu saat itu, siapakah sebenarnya?
Kini, wanita inilah petunjuk terbesar.
Pu Miling dan putrinya Min sudah meninggal, maka orang yang paling mungkin menguasai petunjuk tentang "apartemen" tentu Pu Shenyu. Tapi sekarang bahkan Pu Shenyu pun menghilang tanpa jejak. Li Yong sudah mengerahkan banyak orang untuk memantau ketat Panti Asuhan Xing Qi, namun tetap tidak menemukan jejak Shenyu.
Selama beberapa tahun ini, Li Yong mengelola rumah sakit dan bisa dibilang memiliki jaringan luas baik di pihak yang legal maupun ilegal. Oleh karena itu, urusan-urusan rahasia seperti ini secara alami diserahkan kepada orang-orang tersebut. Sebagai imbalannya, dia setuju untuk menyediakan obat-obatan dan dokter secara rahasia kepada anggota organisasi kriminal ini. Bagaimanapun, jika penjahat terluka dalam pengejaran polisi, ketidakmampuan untuk pergi ke rumah sakit menjadi masalah yang sangat merepotkan. Dengan persediaan obat dan dokter dari Li Yong, masalah tersebut dapat diatasi dengan mudah. Karena alasan inilah, kelompok ini tentu harus membalas budi Li Yong. Selama bukan urusan besar, mereka bisa diperintah oleh Li Yong.
Saat ini, A Xin membuka matanya dengan susah payah, memandang Li Yong di depannya dan berkata dengan sinis: "Ah, datang lagi yang baru nih? Kali ini mau diapakan? Cepat, pukul aku, serang aku, mau diapakan aku juga boleh, aku, aku suka..."
Li Yong mengerutkan alisnya, tiba-tiba menghantamkan tinju keras ke dada A Xin. Perempuan itu langsung muntah darah, banyak darah bahkan menempel di lengan baju Li Yong.
Li Yong mengeluarkan tisu, membersihkan noda darah sambil berkata: "Sudah disiksa begitu lama, masih belum juga ngaku?"
“Ya, ya...” Pria berbaju hitam itu langsung ketakutan. Dia sangat paham, Li Yong dan 'Kakak' dari organisasi mereka memiliki hubungan nyawa. Biasanya mereka selalu saling memanggil saudara. Jika Li Yong tidak puas sedikit saja, dia bisa meminta Sang Kakak mengeksekusinya. Alasannya, seorang saudara Sang Kakak pernah terluka dalam operasi anti-narkoba polisi, dan berkat persediaan obat tepat waktu dari Li Yong, nyawanya terselamatkan. Karena itu, Sang Kakak berjanji pada Li Yong: semua anak buahnya bisa diperintah Li Yong sesuka hati. Jika ada yang mengecewakannya, cukup beri tahu, mereka akan dihabisi tanpa basa-basi!
Li Yong meliriknya dingin, tiba-tiba bertanya: “Ngomong-ngomong, kerjasama dengan orang asing bernama Siegel kemarin, sudah disingkirkan kan?”
“Tentu, tentu! Perintah Direktur pasti sudah kami laksanakan! Berani berkhianat seperti itu, pantas mati!”
Li Yong memandangi A Xin yang masih muntah darah, berkata: “Aku tidak mau buang waktu. Suntikkan narkoba padanya! Percuma keras kepala kalau sakau. Hal sepele begini perlu diajari?”
Pria berbaju hitam itu segera membenarkan dan bergegas mempersiapkan.
A Xin sama sekali tidak bereaksi mendengar kata "narkoba". Li Yong duduk di kursi yang disediakan untuknya, menyalakan rokok sambil berkata dingin: “Kau dengar? Kalau tidak mau disuntik, kasih tahu di mana Pu Shenyu bersembunyi! Jika tetap bungkam, aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang lebih buruk dari kematian!”
A Xin just smiled faintly and said: "A Xin paling suka disiksa, paling suka kesakitan. Kamu, cepat pukul aku, cepat pukul, A Xin……"
Li Yong dengan santai menghembuskan asap rokoknya: "Tidak mau bicara? Bagus. Sebagai dokter, aku punya banyak cara menyiksa orang tanpa membuatnya mati. Tidak usah buru-buru… sama sekali tidak."
Bagi Li Yong, Daisby dan Zeng Lixue telah hilang secara misterius. Kini petunjuk terbesar adalah Pu Shenyu. Jika peti mati itu tidak ditemukan, setidaknya harus menyelidiki hal terkait apartemen tersebut.
Dia harus tahu, eksistensi seperti apa yang telah membunuh Qingli.
Tak lama kemudian, kelompok itu kembali. Pria berbaju hitam terdepan mengambil jarum suntik dan menghampiri A Xin. Setelah menggulung lengan bajunya, dia bersiap menyuntikkan narkoba.
"Pikir baik-baik," geram pria berbaju hitam itu. "Jawab sekarang masih bisa mengurangi siksaan! Kalau tidak, kau tahu akibatnya?"
"Ah, suntik saja. A Xin suka, A Xin sangat suka……"
"Dasar pelacur!" Pria itu menamparnya keras. "Kurang ajar! Baiklah, kau pilih jalan susah!"
Saat jarum hampir menusuk kulit A Xin, Li Yong tiba-tiba berkata: "Tunggu! Jangan disuntik dulu. Nona Leng Xin, apa kau tahu tentang 'apartemen' dan 'gudang'?"
"Saat ini, A Xin jelas-jelas menunjukkan ekspresi terkejut, kemudian cepat menyadari dan berkata: 'Kamu tahu?'"
Reaksinya membuat Li Yong sangat gembira!
"Bagaimana kamu bisa tahu..." A Xin tiba-tiba menyadari kemiripan wajah Li Yong dengan wajah Li Yin yang pernah dilukis Shenyu, seketika dia pun mengerti.
Oh begitu...
Dia segera menyusun rencana. Lebih baik memberitahukan semuanya padanya, pasti akan lebih menarik.
"Baik, aku akan memberitahumu, tapi hanya untukmu sendiri."
Li Yong segera menyetujui dan menyuruh orang lain pergi. Lagipula tubuh A Xin terikat seluruhnya dan lukanya parah, sama sekali tidak perlu dikhawatirkan. Maka orang-orang Baju Hitam dan anak buahnya meninggalkan tempat itu.
Di dalam ruang tertutup sempurna yang sunyi, Li Yong memandang A Xin dengan penuh minat: "Bisa mulai bercerita sekarang? Nona Leng Xin? Apa sebenarnya 'apartemen' dan 'gudang' itu?"
A Xin memiringkan kepalanya: "Pertama aku jelaskan, aku tidak tahu lokasi 'apartemen' itu."
Ini adalah kebenaran, karena Murong Shen juga tidak pernah memberitahu A Xin lokasi apartemen.
Setelah menceritakan semua hal tentang apartemen, Li Yong merasakan keheranan yang luar biasa!
"Apartemen hal gaib? Omong kosong seperti ini mana mungkin aku percaya!"
"Percaya atau tidak terserah. Selain itu, tentang 'gudang' yang kamu tanyakan, aku juga tahu."
"Cepat katakan!"
"Pu Shenyu, dia memiliki kemampuan melukis masa depan. Kemampuan ini mutlak tidak perlu diragukan. Dan tentang 'gudang', aku mengetahuinya melalui lukisan ramalannya..."
## JILID 15 PETI IBLIS BAB 13 SAUDARA LAKI-LAKI
A Xin melanjutkan: "Tapi Pu Shenyu tidak tahu dia sebenarnya menderita sleepwalking ringan. Suatu malam, aku melihatnya bangun dalam keadaan tidur lalu mulai melukis. Saat itu dia melukis lebih dari sepuluh lukisan minyak. Setelah selesai, dia kembali ke tempat tidur. Aku menyimpan semua lukisan itu secara rahasia. Dalam lukisan-lukisan itu tergambar 'gudang'. Hmm, sebenarnya nama 'gudang' kurang tepat. Di dalamnya terdapat berbagai benda terkutuk dari dunia 'itu' yang seharusnya tidak ada di sini."
"Dunia 'itu'?"
"Ya," A Xin melanjutkan, "Kemudian aku menemukan sesuatu dalam lukisan itu - alasan sebenarnya di balik keberadaan 'gudang'. Semua benda yang disimpan di sana adalah hal-hal yang seharusnya tidak muncul di dunia ini."
Li Yong teringat pengalamannya berinteraksi dengan hantu sungguhan. Perlahan dia mulai merasa perkataan A Xin mungkin benar, sayangnya lokasi apartemen itu tidak diketahui.
"Apa maksudmu dengan benda-benda yang bukan berasal dari dunia ini?" tanya Li Yong lebih lanjut.
"Banyak. Misalnya mantra jahat yang bisa menghubungkan dunia kematian, entitas mirip medium, tanaman berisi arwah jahat, bahkan ada yang bisa menghidupkan orang mati..."
Mendengar ini, Li Yong merasa seluruh tubuhnya kaku.
"Apa katamu tadi? Menghidupkan orang mati?"
Li Yong mengingat kembali pengalaman saat itu. Pada Januari setahun yang lalu, dua pria yang terluka akibat kecelakaan dibawa ke rumah sakit, salah satunya meninggal karena upaya penyelamatan tidak berhasil. Pria yang meninggal itu bernama Bian Xingyan.
Saat Bian Xingyan masuk ke rumah sakit, tangan kanannya patah, organ dalamnya rusak parah, dan salah satu matanya tertusuk langsung oleh pecahan kaca. Meskipun sudah dilakukan upaya penyelamatan maksimal, tetap tidak membuahkan hasil.
Namun tepat ketika hendak membuat surat kematian, Zeng Lixue datang menemui dirinya.
Dia mengajukan sebuah transaksi...
"Tolong hapus semua catatan medis penyelamatan anakku Xingyan di sini, jangan biarkan siapa pun tahu dia meninggal di tempat ini. Selain itu, bisakah Anda menyediakan beberapa barang penting untukku? Berapa pun harganya akan kubayar. Berapa pun jumlahnya..."
Hari itu, di kantor direktur, dia bertemu dengan Daisby dan Zeng Lixue.
"Data pasien?"
"Ya." Zeng Lixue mengucapkan kalimat yang membuatnya merasa tidak masuk akal: "Secara sederhana, saya membutuhkan data pasien yang memiliki kecocokan tertinggi dengan berbagai data tubuh anakku Xingyan - golongan darah, organ... semua parameter fisik. Tolong bantu saya..."
"Kemudian, Li Yong setuju. Dia menyembunyikan kematian Bian Xingyan. Semua dokter yang terlibat dalam penyelamatan diberi larangan bicara dan langsung dikirim ke luar negeri untuk studi lanjut. Pada saat yang sama, dia memilih pasien di rumah sakit yang memiliki data fisik mendekati Bian Xingyan. Di antara mereka, Zeng Lixue secara khusus meminta pasien dengan otak yang sangat cemerlang. Lin Zhizhen yang memiliki gelar MBA adalah kandidat terbaik."
"Setelah menyerahkan catatan empat orang termasuk alamat keluarga kepada Zeng Lixue dan Daisby, mereka mengajukan saran lagi."
"'Cabut paksa bola mata kanan anakku Xingchen lalu serahkan kepada kami. Tenang, kami akan menambah bayaran, berapapun akan kubayar. Setelahnya buatlah rekam medis palsu tentang pengangkatan bola mata kanan karena kecelakaan.'"
"Zeng Lixue menaikkan bayaran menjadi 50 juta dolar AS. Akhirnya, Li Yong tergoda. Dia sendiri yang melakukan operasi pengangkatan bola mata dan menyerahkan mata kanan itu kepada mereka."
"Tidak lama setelah catatan medis diserahkan, keempat orang itu - Lin Zhizhen, Jiang Shou, Wu Lin, Feng Haoshan - menghilang satu per satu."
"Baru setelah membaca buku harian Pu Miling baru-baru ini, dia mengerti alasan tindakan saat itu."
"Dalam buku harian tercatat bahwa di bawah ruang bawah tanah rumah leluhur Keluarga Pu, ada peti hitam terkubur. Jika mayat orang mati dimasukkan ke peti itu selama 13 hari, orang tersebut bisa hidup kembali! Tapi jika mayat tidak lengkap, bagian tubuh yang hilang harus diganti. Yang terpenting, kepala harus tetap utuh."
Saat itu, mata, tangan, serta organ dalam Bian Xingyan mengalami luka yang sangat parah. Jadi...
Keempat orang itu pasti telah "dibunuh", tidak ada keraguan lagi.
Li Yong berusaha mati-matian mendapatkan peti mati itu karena... begitu terwujud, Qingli bisa hidup kembali! Jenazah Ying Qingli sebenarnya masih disimpan tanpa dikremasi, dia juga tahu di mana lokasi makam Qingli.
Lobi di lantai satu villa keluarga Xingchen.
Di dalam lobi, jika hantu muncul tetap ada jalan keluar.
Hingga kini Xingchen masih tidak bisa menerima kenyataan mengerikan ini. Selama setahun terakhir dia berhadapan dengan kakak laki-lakinya yang sudah lama meninggal! Sedangkan arwah keempat korban "pembunuhan" itu terus berkeliaran di villa ini. Kehilangan jejak orang tua dan Daisby jelas-jelas karena alasan ini.
Kenangan akan sosok ibu yang kejam itu sungguh menakutkan. Kengerian hantu berasal dari ketidaktahuan, sementara kengerian manusia berasal dari niat jahat dalam hatinya!
Sejauh mana keburukan hati seseorang bisa menjadi mengerikan? Bisakah seseorang "membunuh" tanpa merasa bersalah, tanpa beban sama sekali?
Sekarang ketika diingat kembali, apakah kegilaan ibu di kemudian hari karena tidak tahan siksaan rasa bersalah, atau karena melihat hantu keempat orang itu?
Kedua kemungkinan ada. Tapi, sudah tidak bisa diverifikasi lagi.
Xingchen dalam hati sangat bersimpati pada keempat orang itu. Mereka dibunuh oleh ibu kandung mereka sendiri, demi keserakahan ibu yang tak berdasar. Jika kakak meninggal, anak dari saudara laki-laki Ayah pasti akan mendapatkan lebih banyak warisan, bahkan menguasai seluruh keluarga. Ibu yang tak bisa mentolerir anaknya tak menguasai keluarga, tak bisa membiarkan Xingyan mati. Jadi, bahkan pembunuhan pun dilakukan tanpa ragu.
"Jalan keluar, mungkin masih ada satu." Shen Yu tiba-tiba memikirkan kemungkinan jalan keluar: "Kau bilang, ibumu membunuh keempat orang itu, lalu masing-masing mengambil otak Lin Zhizhen, jantung Wu Lin, tangan kanan Feng Haoshan, dan lambung Jiang Shou..."
"Jangan lanjutkan!"
Xingchen merasa mual hebat saat membayangkan adegan itu, ingin muntah terus-menerus.
Saat itu ibu benar-benar membedah kepala Lin Zhizhen, mengeluarkan seluruh otaknya, lalu meletakkannya di peti mati! Begitu pula dengan Wu Lin, jantungnya dicabut sampai tuntas!
Ini sama sekali bukan perbuatan manusia!
Dibandingkan dengan itu, hantu justru tidak terlalu menakutkan. Dibunuh dengan kejam seperti itu, wajar jika arwahnya berkeliaran menuntut nyawa.
Ibu dan Daisby, pantas menerima hukumannya!
Tapi Xingchen tetap merasa tubuhnya seperti terkuras. Dia tak mengerti, apakah mewarisi dan menguasai keluarga begitu penting? Demi ini, menghidupkan kembali kakak?
“Bunuh kakakmu. Lalu… ambil otak, jantung, dan lambungnya, sekaligus potong tangan kanannya.”
Perkataan mendadak Shen Yu membuat Xingchen hampir tidak percaya pada pendengarannya sendiri.
“Kamu memang melihat jenazah kakakmu di lubang kunci kan? Kalau begitu, tidak masalah. Bunuh kakakmu, lalu ambil otak dan jantungnya, setelah hantu muncul serahkan kepada mereka, maka… instruksi tulisan darah ini bisa diakhiri. Jika benar-benar tidak bisa menemukan peti mati, hanya ada cara ini.”
Membunuh…
Membunuh kakak?
Xingchen menatap Shen Yu di depannya, ekspresinya sama sekali tidak terlihat bercanda. Dia mengucapkan ini dengan sangat serius. Artinya, inilah cara terbaik?
“Jika tidak bisa menemukan peti mati, hanya ada cara ini, bukan? Xingchen. Jika kamu tidak tega, pukullah kakakmu sampai pingsan lalu biarkan aku yang melakukannya. Dulu aku membuat tanganmu berlumuran darah, kali ini biar aku yang membunuh kakakmu. Xingchen, jangan ada beban psikologis, kakakmu sudah lama mati, jadi tidak apa-apa, kan? Kita hanya membunuh orang yang sudah mati.”
Membunuh Xingyan?
Seketika, Xingchen teringat semua kenangan bersama kakaknya sejak kecil. Meskipun kakak selalu melampauinya, selalu mendapat lebih banyak pujian, dia pernah membencinya…
Tapi, untuk membunuh kakak, bagaimana mungkin dia tega?
“Tapi seperti yang dikatakan Shen Yu, ini mungkin satu-satunya jalan keluar. Dia tidak ingin mati, lebih ingin bertahan hidup untuk melindungi Shen Yu. Lalu, haruskah dia membunuh untuk kedua kalinya?”
“Seperti saat membunuh Min dulu?”
“Tidak, aku tidak bisa...”
Selama periode membunuh Min, tidak ada sehari pun dia bisa tidur nyenyak. Bagaimanapun dia tidak bisa sekejam Ibu yang membunuh orang seperti menyembelih ayam kampung, tanpa rasa bersalah atau beban.
“Kalau begitu biar aku yang membunuh.” Shen Yu menggigit gigi, berkata: “Xingchen, berikan pisau belati itu padaku. Dengan ini, pasti bisa membunuh Kakakmu.”
Tiba-tiba sebuah suara muncul di belakangnya.
“Xingchen? Kau di sini?”
Saat menoleh ke belakang, Xingchen terkejut melihat Xingyan berdiri tidak jauh darinya.
“Xingchen, katakan padaku...” Dia buru-buru mendekat, “Tadi kau bilang aku sudah mati? Apa maksudmu? Jelaskan!”
Shen Yu segera memberikan kode mata pada Xingchen, tapi Xingchen malah mundur terus.
“Kakak... Kau...”
Kehadiran kakak yang seharusnya sudah mati di hadapannya, hal absurd ini membuat Xingchen hampir gila. Meski bukan pertama kali berinteraksi dengan hantu, tapi memikirkan saudara yang tumbuh bersama sejak kecil ternyata pernah mati dan hidup kembali melalui kutukan, benar-benar menakutkan.
"Jawab aku, Xingchen!" Xingyan yang kesakitan itu berlari mendekat, menggenggam bahu Xingchen, berkata: "Katakan padaku, sebenarnya apa yang terjadi padaku? Mengapa, mengapa para hantu itu terus menggangguku? Setiap hantu, mengatakan padaku untuk 'mengembalikan' sesuatu, tapi apa yang harus kukembalikan? Katakan..."
Mendengar kata "mengembalikan", Xingchen seolah tersambar petir!
Mungkinkah apa yang dikatakan Shen Yu benar-benar merupakan jalan keluar?
Membunuh Kakak, inikah jalan keluarnya?
"Aku sudah, mati? Bagaimana mungkin, bagaimana mungkin aku mati?" Xingyan merasakan dunia seolah terbalik, mengapa semuanya bisa berubah seperti ini?
Dosa apa yang telah ia perbuat, hingga harus menderita seperti ini?
Mengapa adik mengatakan bahwa dirinya sudah mati? Mengapa arwah-arwah itu tak mau melepaskannya?
Mengapa?
Mengapa?
Tepat saat itu, tiba-tiba Xingchen menghantamkan tinjunya ke wajahnya! Xingchen terpental jatuh ke lantai!
Xingchen berlari mendekat, menunggangi tubuh Xingyan, mengangkat pisau belati itu.
"Kau sudah lama mati, Kakak..." Air mata Xingchen terus mengalir, tangan kirinya mencekik leher Xingyan, tersedu-sedu berkata: "Kau tewas dalam kecelakaan itu, Kakak! Kau, seharusnya sudah terbaring dalam kuburan, orang mati tak seharusnya muncul lagi. Jadi biarkan aku bertahan hidup, otakmu, jantungmu, lambungmu, tangan kananmu, serta... mata kananmu, semuanya bukan milikmu!"
Mata kanan Xingyan, awalnya memang milik Xingchen!
“Xingchen melihat ibunya meletakkan bola matanya ke dalam peti mati melalui lubang kunci. Akhirnya dia mengerti mengapa mata kanannya hilang. Satu-satunya keberuntungannya adalah masih bisa bertahan hidup. Bagaimanapun, jika dia mati, tidak akan mudah untuk mengelabui keluarga. Sebagai keturunan Keluarga Bian, jika dia benar-benar tewas, beberapa paman besar pasti akan melakukan penyelidikan besar-besaran.”
Memegang erat pisau belati, hati Xingchen terasa seperti ditusuk. Dia tetap harus membunuh lagi. Dan yang harus dibunuh adalah kakaknya sendiri! Dulu, dalam hati dia telah ribuan kali mengutuk kakaknya untuk menghilang, bahkan berharap dia mati! Tapi sekarang, ketika benar-benar harus melakukannya, dia merasa tidak tega!
Xingyan seperti mendapat pukulan keras di kepala, berkata dengan suara gemetar: “Aku mati? Mataku ini... milikmu? Xingchen? Tidak, jangan... Xingchen, jangan bunuh aku, jangan bunuh aku!”
Air mata Xingchen mengalir deras. Pisau belatinya sudah menekan tenggorokan Xingyan. Hanya perlu menusuk beberapa sentimeter lagi, kakaknya akan tewas!
Bunuh dia! Misi darah ini akan berakhir! Bunuh dia, maka dia bisa terus bertahan hidup bersama Shen Yu!
Tapi tiba-tiba kenangan masa kecil bermunculan...
Di Amerika, saat kecil kakak sering mengajaknya melihat Patung Liberty di New York, menonton opera di teater Manhattan, merawatnya dan mengajarinya pelajaran. Kakak selalu bercerita tentang Tiongkok di seberang samudera itu, negara dengan peradaban agung...
“Xingchen. Aku pasti akan ke Tiongkok suatu hari nanti.”
"Pada hari itu, di depan Patung Liberty, Xingyan berkata padanya: 'Aku selalu merasa bahwa aku adalah orang Tionghoa, harus kembali ke tanah air untuk melihat. Meskipun Amerika bagus, tapi aku lebih ingin hidup dan belajar di Tiongkok.'"
"Benarkah? Kalau begitu, aku juga akan ke Tiongkok, kita hidup bersama di sana, Kakak."
Semua kenangan itu membanjiri hati Xingchen. Baru sekarang dia menyadari, Kakak telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Memandangi cahaya Kakak, lalu mengejarnya - itulah jalan hidupnya, meski menyakitkan tapi tetap menjadi takdirnya.
"Tidak, tidak boleh..." Pisau belati di tangan Xingchen gemetar tak kunjung menusuk: "Aku... tidak bisa membunuh Kakak... Aku tidak sanggup!"
"Xingchen..." Xingyan yang tadinya sudah putus asa, merasakan keraguan adiknya.
"Aku pasti akan menemukan jalan keluar lain." Xingchen mengangkat lengan, menatap Shen Yu di sampingnya sambil menggeleng: "Aku tidak bisa membunuhnya. Asumsi tentang banyak jalan keluar sudah terbukti, pasti ada cara lain untuk selamat dari misi darah ini. Pasti ada..."
Xingyan merasakan gelombang emosi yang kompleks. Saat hendak berbicara, tiba-tiba bayangan manusia melintas, dan dia melihat pisau belati menyambar tajam ke bawah!
Pisau belati itu menusuk leher Xingyan seketika, memutus semua tanda kehidupannya!
## Jilid XV Peti Iblis BAB XIV Kotak Pandora yang Terbuka
Ekspresi Li Yong saat itu terlihat sangat terkejut.
"Kamu... apa yang kamu katakan tadi? Apakah... apakah itu benar?"
Saat ini, barulah dia benar-benar memahami arti "kotak Pandora" yang disebutkan dalam buku harian Pu Miling. Jika semua ini benar adanya, maka...
"Terserah kamu percaya atau tidak," tambah A Xin, "Tapi, sepuluh lukisan itu juga ikut menghilang bersama Pu Shenyu, jadi perkataanku tidak bisa dibuktikan."
Li Yong akhirnya menyadari. Dari situasi saat ini, apartemen hal gaib yang mengerikan itu - apakah benar-benar ada atau tidak - setidaknya satu hal sudah bisa dibuktikan.
Laporan investigasi yang dikirimkan Kamya Sayoko kepadanya ternyata tidak berbohong.
"Benda asing dari dunia 'itu' akan menjadi sangat mengerikan begitu sampai ke dunia ini."
Wajah A Xin tiba-tiba membeku seperti dilapisi es, matanya memancarkan niat membunuh yang kejam: "Tapi tidak masalah, saat momen itu benar-benar tiba, semuanya akan menjadi sangat menarik. Sayang Tuan Murong tidak bisa menyaksikan ini semua..."
"Alat-alat" tersebut pada dasarnya membentuk jalan kematian dalam instruksi tulisan darah. Tapi ini bukan makna utama keberadaan gudang. Apartemen membuka segel "gudang" dengan tujuan yang lebih jauh.
Li Yong yang melihat ekspresi A Xin seperti ini langsung merasa sangat tidak nyaman, benar-benar wanita gila! Meski dia sendiri kejam, tapi masih memiliki sisa kemanusiaan. Dia tidak akan menggunakan cara gelap kecuali untuk keuntungan pribadi. Tapi wanita ini benar-benar menganggap nyawa manusia seperti rumput!
“Tetapi dia sama sekali tidak tahu, apa yang ada dalam pikiran A Xin. Dia sudah menebak identitas Li Yong. Meskipun dia telah mengungkapkan semua tentang apartemen, sama sekali tidak menyebutkan bahwa Li Yin juga termasuk salah satu penghuni.”
“Memberitahu Li Yong alasan sebenarnya di balik eksistensi ‘gudang’, tapi membuatnya tidak akan memberitahu Li Yin, hal seperti ini membuatku merasa sangat puas dan lega!”
“A Xin dan Murong Shen sama-sama tipe penyimpang tingkat ekstrem. Sebesar apapun penderitaan dan kesengsaraan yang mereka timbulkan pada orang lain, itu hanya akan membuat mereka semakin bahagia. Keduanya benar-benar sampah masyarakat.”
“Darah merah pekat menyembur keluar, mengotori wajah Xingchen.”
“Ekspresi terkejut Xingyan membeku di matanya. Kemudian, pisau belati itu tiba-tiba dicabut. Xingchen mengangkat kepala mengikuti gerakan pisau. Orang yang membunuh kakaknya adalah penghuni baru lain yang sudah dilupakannya, Zhong Tianqi.”
“Aku, aku berhasil membunuhnya! Haha, berhasil!” Zhong Tianqi mengacung-acungkan pisau belati sambil berteriak: “Berhasil! Aku bisa bertahan hidup, aku bisa bertahan hidup!”
“Setelah pisau belati dicabut, darah mengalir deras dari leher Xingyan seperti mata air. Setelah bergerak beberapa kali, tubuhnya tak lagi bergerak. Matanya dipenuhi ketakutan dan keputusasaan.”
“Zhong Tianqi mengayunkan pisau belati sambil berkata pada Xingchen: “Kau, jangan salahkan aku. Hanya dengan membunuhnya kita bisa menemukan jalan keluar. Aku, aku harus melakukannya! Aku tidak mau mati di sini!”
"Xingchen kedua tangan menggenggam erat jenazah Xingyan, hatinya masih belum bisa menerima kenyataan ini. Di hadapannya, Kakak ternyata sudah mati... Dia sudah mati!"
Tapi sebelum sempat berduka, tiba-tiba dia merasakan ada yang tidak beres.
Kulit Xingyan tiba-tiba mengeras dan mulai tertutupi lapisan hitam! Warna hitam itu dengan cepat menyelubungi seluruh tubuh Xingyan!
Xingchen segera menjauh dari jenazah Xingyan, melindungi Shen Yu di belakangnya. Tubuh Xingyan yang sudah menghitam mulai mengembang!
Tubuh itu mengembang dengan kecepatan luar biasa, tak lama kemudian jenazah Xingyan berubah dan terdistorsi menjadi...
Sebuah peti mati hitam sepanjang dua meter!
"Bagaimana... Bagaimana ini mungkin?" Wajah Shen Yu juga memucat, perubahan mengerikan macam apa ini?
Di saat yang sama, Ziye yang sedang berjalan di koridor tiba-tiba jatuh tersungkur. Tak lama kemudian, bayangan hitam menyembur dari tubuhnya lalu perlahan menghilang. Boneka bayangan di villa juga berhenti berfungsi, kembali menjadi boneka biasa.
Kebangkitan orang mati adalah hal yang mustahil. Peti hitam hanya menduplikasi memori otak Xingyan, menciptakan "hantu" yang tidak menyadari dirinya sendiri.
Tapi kini, setelah tubuh fisik terbunuh, mimpi buruk yang lebih mengerikan muncul.
Tutup peti mati hitam itu terbuka!
Saat itu, Xingchen telah memotong beberapa tumor darah dan melemparkannya ke dalam peti mati itu! Kemudian, bersama Shen Yu, mereka berlari sekuat tenaga ke belakang! Zhong Tianqi tentu saja tidak mau ketinggalan dan ikut melarikan diri!
Tapi, tidak mungkin melarikan diri! Baru beberapa langkah melarikan diri, tiba-tiba daya tarik besar menyedot Zhong Tianqi terus ke belakang! Xingchen dan Shen Yu juga merasakan daya tarik kuat yang terus menarik tubuh mereka ke belakang!
Sementara itu di lantai dua, Ziye yang sedang tidak sadar juga terus tersedot ke belakang. Tak lama kemudian, tubuhnya sudah sampai di dekat tangga!
Peti mati hitam itulah eksistensi yang paling mengerikan!
Xingchen ingin meraih sesuatu, tapi daya tarik itu tidak berkurang sama sekali. Ia ingin menggenggam tangan Shen Yu, tapi tidak bisa. Saat ini, Shinigami sudah sama saja datang!
Jarak mereka ke peti mati hitam itu kurang dari tiga puluh meter, dan daya tariknya semakin kuat!
Jalan keluar, apa jalan keluar? Dalam situasi ini, apa jalan keluar?
Tiba-tiba, sebuah ide melintas di benak Shen Yu.
Peti mati hitam terbuat dari bagian tubuh lima orang dan jenazah Xingyan yang disatukan, untuk membuat "kakak" hidup kembali melalui peti ini. Kalau begitu...
Mata Xingchen juga menjadi salah satu syarat kebangkitan. Dan inilah sumber kutukan peti mati hitam!
Jalan keluar adalah Xingchen sendiri!
Shen Yu segera menoleh ke belakang, tiba-tiba tangannya menyambar mata kanan Zhong Tianqi! Jari-jarinya menusuk masuk ke soket mata Zhong Tianqi, mencungkil bola mata kanannya dengan kasar!
Teriakan Zhong Tianqi seketika menggema di seluruh villa! Darah menyembur deras ke wajah Shen Yu, tapi dia sama sekali tidak peduli. Dia menyodorkan bola mata itu ke Xingchen: "Xingchen! Masukkan bola mata ini ke soket matamu, sekadar masuk sedikit pun tak apa! Ini adalah jalan keluar!"
Meski mengamuk dalam kesakitan, tubuh Zhong Tianqi terus tertarik mundur oleh daya tarik, membuatnya tak bisa mendekati Shen Yu. Jika tidak, pasti dia sudah berlari bertaruh nyawa!
Xingchen saat itu menyadari Shen Yu telah menemukan cara. Dia segera melepas mata palsunya, memaksa memasukkan bola mata berdarah itu ke soket mata!
Persis di saat itu, tubuh Zhong Tianqi telah tersedot masuk ke dalam peti mati! Daya tarik dahsyat itu pun lenyap.
Bersamaan dengan teriakan memilukan Zhong Tianqi, peti mati hitam itu tiba-tiba berubah menjadi gumpalan asap hitam besar, menghilang tanpa bekas!
Di saat yang sama, bola mata itu jatuh keluar lagi! Tapi peti mati tidak muncul kembali. Sepertinya telah musnah total. Dan Ziye kebetulan juga terbangun saat itu setelah jatuh dari tangga ke ruang tamu.
Instruksi tulisan darah kali ini akhirnya berakhir.
Xingchen memandang ruang tamu yang kosong dan bola mata bernoda darah di lantai. Dia tahu, dia telah kehilangan segalanya. Di mana Pu Miling menemukan peti mati ini? Tapi dengan kemampuan lukisan ramalannya, tidak aneh jika dia bisa menemukan peti mati ini.
Orang tua, juga Kakak, semuanya tidak ada lagi. Hidupnya hampir sepenuhnya dihancurkan oleh apartemen.
Dia memeluk Shen Yu erat-erat dalam dekapan, memegangnya mati-matian seolah-olah jika dia melepaskannya, dia akan menghilang. Dia, telah menyelamatkannya sekali lagi.
"Hanya kamu yang kumiliki sekarang, Shen Yu..." Air mata Xingchen mengalir dari mata kirinya yang masih utuh, berkata pada wanita yang sangat dicintainya dalam dekapan: "Jadi jangan mati, bertahan hiduplah. Aku... sudah tidak punya apa-apa lagi untuk kukehilangan, kecuali kamu, kecuali kamu..."
Ziye berdiri dengan kepala pusing, dia melihat dua orang yang berpelukan di ruang tamu, lalu berjalan mendekat.
"Ini... sebenarnya ada apa?"
Instruksi tulisan darah kali ini akhirnya berlalu. Jalan keluarnya adalah dengan sepenuhnya melepaskan sumber kutukan dari peti mati itu, lalu memasukkan mata orang hidup ke dalam rongga mata Xingchen. Saat mata Xingchen diganti dalam misi darah sebelumnya, karena peti hitam yang menyatu dalam tubuh Xingyan tidak terpicu, efeknya jadi tidak berlaku.
Ini adalah jalan keluar dengan prinsip "Mengorbankan diri untuk meraih kehidupan".
Untungnya pada akhirnya berhasil.
"Menggunakan mantra otak Ziye, dia tidak dapat mengingat apapun yang terjadi. Harga yang harus dibayar untuk menggunakan mantra otak adalah penurunan drastis tingkat kecerdasan. Namun kecerdasan Ziye awalnya sudah sangat tinggi, sekarang turun hingga setara orang biasa."
"Tapi ini berarti kecerdasan luar biasanya tak bisa lagi digunakan dalam instruksi tulisan darah. Kutukan ini tak bisa diperbaiki bahkan oleh apartemen. Karena kecerdasan adalah senjata utama dalam misi darah, ini kerugian besar bagi penghuni. Tapi Li Yin tak tahu, pengorbanan ini sama sekali tak bernilai."
"Setelah tengah malam pukul 00:00, Shen Yu membawa Xingchen dan Ziye kembali ke apartemen. Saat Li Yin melihat Ziye muncul di lobi lantai dasar, wajahnya langsung dipenuhi sukacita."
"Tapi Xingchen tak menunjukkan kebahagiaan atas kesuksesan misi darah. Dia tidak bicara dengan siapapun, langsung kembali ke lantai 25 bersama Shen Yu."
"Di lantai 25, penampilan Xingchen yang kehilangan semangat membuat Shen Yu merasakan sakit hati yang mendalam."
"Mengapa manusia bisa menyakiti sesama dengan begitu kejam?" kata Xingchen dengan getir. "Dan mengapa realitas selalu begitu kejam padaku?"
"Xingchen yang bermuka basah air mata menatap Shen Yu yang juga berkaca-kata: 'Mari kita bertahan hidup bersama, sebelum akhirnya mati.'"
“Hm.” Shen Yu mengangguk, menjawab: “Kita harus bertahan hidup bersama, sampai saat kematian kita tiba. Sekarang aku sudah menyelesaikan satu misi darah, aku bisa masuk ke gudang.”
Pada saat yang sama di Kamar 404, Ziye akhirnya memahami harga yang harus dibayar setelah menggunakan mantra otak. Meskipun kerugiannya besar, Li Yin yakin dia bisa mengimbanginya.
“Kamu pernah bilang? Khawatir mungkin akan mati dalam instruksi tulisan darah.”
Di atas tempat tidur kamar Li Yin, keduanya berpelukan di bawah selimut. Dia memeluk Ziye erat, berbisik lembut di telinganya: “Meski begitu, aku akan menjadi perisaimu. Mulai sekarang... aku yang akan melindungimu, menggantikan otak dan anggota tubuhmu. Sampai tetes darah terakhir, aku akan menjagamu!”
“Aku juga.”
Ziye merangkul leher Li Yin dengan kedua tangannya: “Aku juga akan melindungimu. Apapun pengorbanannya, seputus asa apapun instruksi tulisan darah... aku takkan menyerah. Takkan pernah menyerah...”
Di apartemen ini, setiap penghuni terus bergulat untuk bertahan hidup seperti ini.
Li Yin, Ying Ziye, Ke Yinye, Ke Yinyu, Bian Xingchen, Pu Shenyu, Huangfu He, Kamya Sayoko, Feng Yuxian, Shangguan Mian... Setiap orang mempertaruhkan segalanya demi secercah harapan hidup.
Dan "gudang" itu menjadi harapan terakhir dan terbesar di hati para penghuni.
Siang hari kedua setelah berakhirnya instruksi tulisan darah ini.
Di suatu gudang, seorang penghuni memasuki ruangan.
Setelah masuk, penghuni ini melihat empat lemari tersebut, lalu berjalan menuju salah satu lemari. Setelah membaca penjelasan alat di laci, akhirnya membuat keputusan.
"Aku akan mengambil alat ini untuk melihat."
Kemudian, penghuni tersebut mengulurkan tangannya dan membuka salah satu laci.
Pada saat itu...
Kotak Pandora telah terbuka.
Saat laci terbuka, sepasang tangan tiba-tiba muncul dari dalamnya, menarik penghuni itu sepenuhnya ke dalam laci! Kemudian laci tersebut tertutup kembali.
Suara perjuangan mati-matian dan jeritan terus terdengar dari dalam laci, namun tak lama kemudian semuanya kembali sunyi.
Penghuni itu pun tewas dengan cara seperti itu.
Lalu, laci tersebut secara otomatis terbuka kembali.
Seorang "manusia" yang mirip sempurna dengan penghuni itu keluar! Meski tampak identik, ini jelas bukan penghuni yang asli.
Kemudian, di lantai ruang tamu kamar penghuni yang terbunuh tiba-tiba muncul lubang hitam besar. "Manusia" yang berubah menjadi mirip penghuni itu pun keluar dari lubang hitam!
Muncul di dalam kamar penghuni tersebut di apartemen!
Berubah persis sama dengan penghuni asli, tidak ada cara untuk membedakannya, bahkan tetes mata spiritual pun tak mampu.
Lalu "manusia" ini membuka telapak tangannya, segumpal asap hitam kecil muncul di atasnya, dan sepotong kertas perkamen muncul!
Pecahan Perjanjian Neraka, telah muncul!
Eksistensi yang paling mengerikan, akhirnya dilepaskan oleh penghuni, lalu... menyerang apartemen!
Setiap hantu tidak mungkin memasuki apartemen. Begitu masuk, akan tersedot ke dalam lubang hitam itu. Tapi "orang" ini merupakan pengecualian, dirinya sendiri berasal dari bawah "lubang hitam" yang segelnya telah dibuka penghuni.
Selama ini, dalam proses membuka segel gudang, "orang" ini akan muncul secara acak di salah satu laci dari empat lemari. Jika penghuni membuka laci tersebut, "orang" ini akan membunuh penghuni lalu menyamar sebagai mereka untuk masuk ke apartemen!
Namun karena lokasi lemari tersebar di semua "gudang" penghuni, dan banyak penghuni bahkan mungkin tidak lolos misi darah pertama, setiap properti harus menjalankan misi darah untuk diambil. Jadi kemungkinan invasi sebenarnya sangat kecil.
Tapi sekarang, kemungkinan yang sangat kecil ini telah menjadi realitas paling mengerikan!
Karenanya, eksistensi "gudang" kehilangan relevansinya.
Saat ini, semua penghuni apartemen mulai menyadari: kartu izin gudang tiba-tiba menghilang! Pohon tumor darah di pintu apartemen juga lenyap tanpa jejak. Properti yang telah diambil otomatis kembali ke "gudang".
Di semua "gudang", dinding putih yang semula kini tertutup hitam pekat. Lemari-lemari mengalami breakdown dan menghilang, berubah menjadi kegelapan tak berujung.
Baru lima puluh tahun kemudian akan kembali menjadi "gudang" dengan segel terbuka...
Dan tak satu pun penghuni tahu, saat ini, eksistensi mengerikan dari dimensi tak dikenal telah menyusup ke apartemen ini!
## Volume XVI Tujuh Orang Bab I Desa Shenye
14 Mei 2011, Prefektur Kumamoto, Kyushu tengah, Jepang.
"Kurasa kita hampir sampai."
Mobil semakin mendekati area yang ditunjukkan instruksi tulisan darah. Sekeliling perlahan berubah menjadi hutan lebat, pegunungan di depan terlihat mencekam.
Mobil ini disewa Kamya Sayoko. Bersamanya ada empat orang lain - semuanya penghuni baru yang pertama kali menjalankan misi darah.
"Bisa buka jendela sebentar? Aku mau merokok."
Pei Qingyi di kursi penumpang depan sudah mengeluarkan bungkus rokok dan korek api. Meski bertanya, dia terlihat sudah bersiap menyalakan rokok.
Kamya Sayoko menghela napas pelan lalu membuka jendela.
Kali ini lokasi misi darah ternyata di Jepang.
"Baiklah," Kamya Sayoko memecahkan kesunyian yang mencekam di dalam mobil dengan bahasa Mandarin fasih, "Mari kita bahas instruksi tulisan darah ini."
Tiga orang di belakang tetap diam, wajah mereka pucat ketakutan.
"Aku khawatir kita tidak bisa menghubungi Li Yin lagi," kata Sui Wenbin, penghuni baru berpenampilan culun, "Selama bisa konsultasi dengannya, pasti aman kan?"
“Yang saya khawatirkan adalah, jika kita bisa bertahan sampai saat-saat terakhir...” Wu Xuanlin di sebelah Sui Wenbin, dengan rambut acak-acakan dan kacamata tebal seperti dasar botol bir, berkata: “Kalau begitu... Apakah tidak berbahaya jika kita naik pesawat kembali ke Tiongkok? Jika terjadi sesuatu di pesawat, tidak ada tempat untuk melarikan diri...”
“Cari saja jalan keluar, kan?” Pei Qingyi yang sudah menyalakan rokok mengerutkan alisnya: “Lagipula, masalahnya bukan cuma bisa bertahan hidup atau tidak, bukan?”
“Instruksi tulisan darah kali ini tidak menyebutkan pecahan Perjanjian Neraka. Kontennya hanya meminta kita tinggal di Daerah Murkuryo Depan. Sebelumnya disebutkan ada desa besar bernama Desa Shenye dengan populasi sekitar 600 orang. Kunci instruksi tulisan darah pasti ada di Desa Shenye itu.”
Jalan semakin tidak rata. Mobil berguncang hebat. Wajah semua orang terlihat sangat muram.
Instruksi tulisan darah yang dirilis di luar Kota K sendiri sudah termasuk kasus langka, seperti Desa You Shui dan Kota Zhiyong sebelumnya. Tapi instruksi yang dirilis di luar negeri, ini benar-benar yang pertama.
Tentu, melihat misi darah "Sumpah Terpenuhi" dulu, fenomena supranatural juga ada di Jepang. Artinya, mempublikasikan instruksi tulisan darah di luar negeri tetap memungkinkan.
Untuk instruksi tulisan darah kali ini, ada lima penghuni yang berpartisipasi. Di antara mereka, Kamya Sayoko yang hanya pernah menjalankan satu kali misi darah adalah yang paling berpengalaman. Empat lainnya baru pertama kali menjalankan misi darah.
Secara teori, tingkat kesulitan misi darah kedua seharusnya tidak terlalu tinggi. Tapi mengingat kita akan memasuki paruh kedua tahun 2011, apartemen mungkin akan semakin mengacaukan aturan.
“Apa yang akan terjadi selanjutnya, tidak ada yang bisa memprediksi.”
Kamya Sayoko terus menginjak gas sekuat tenaga, jika tidak tanjakan jalan gunung yang curam akan membuat mobil semakin sulit bergerak.
Tiba-tiba, di depan mobil muncul seorang perempuan berbaju Kimono putih! Kamya Sayoko langsung menginjak rem keras-keras sehingga berhasil menghindari tabrakan.
Namun ketika dilihat lebih seksama, perempuan berbaju Kimono putih itu telah menghilang tanpa jejak. Semua penumpang dalam mobil menarik napas tajam ketakutan.
“Barusan... apa yang terjadi?”
“Perempuan itu, kenapa tiba-tiba lenyap?”
Kamya Sayoko segera memutar mobil dan melaju ke arah berlawanan! Dia menginjak gas sampai dasar dalam hutan yang dipenuhi pepohonan – tindakan sangat berbahaya, tapi tak ada yang menghentikannya karena semua ingin segera kabur!
Setelah sekitar sepuluh menit berkendara, Kamya Sayoko perlahan mengurangi kecepatan.
Di dalam mobil, tak ada yang berani bersuara. Semua takut mimpi buruk akan datang lagi di detik berikutnya.
“Barusan tadi... apakah...” Wu Xuanlin baru saja membuka mulut, Sima Zhen yang duduk di sebelahnya langsung melototi dengan tajam.
"Sima Zhen bisa dibilang penghuni yang sangat baru, karena dia baru masuk ke apartemen pada awal Mei. Tentu saja, meski memiliki nama yang tidak terlalu klise, Sima Zhen tidak memiliki kecerdasan luar biasa seperti Li Yin atau Yin Ye. Dia sendiri adalah pria rumahan tingkat berat, sebagai otaku, tentu sangat tertarik pada hal-hal aneh dan supranatural. Tapi sekarang... benar-benar masuk ke apartemen gaib."
Saat ini baru dia merasakan makna sebenarnya dari pepatah "Ye Gong yang mengaku suka naga tapi ketakutan saat melihat naga asli".
Kamya Sayoko, Pei Qingyi, Sima Zhen, Sui Wenbin, Wu Xuanlin - kelima orang ini adalah semua penghuni yang mendapat instruksi tulisan darah kali ini. Semua orang tentu menaruh harapan pada Kamya Sayoko, detektif wanita Jepang ini, apalagi ini adalah tanah airnya.
"Jangan panik dulu," Kamya Sayoko segera berkata: "Barusan... mungkin itu petunjuk jalan keluar. Benar kan? Wanita berbaju kimono putih..."
Karena terlalu gugup, kalimat ini ternyata diucapkannya dalam bahasa Jepang. Pei Qingyi memahaminya, sementara ketiga orang lainnya bingung. Tapi Sima Zhen yang otaku sedikit mengerti beberapa kata.
"Dia bilang kejadian tadi mungkin adalah petunjuk jalan keluar," Pei Qingyi menerjemahkan kalimat tadi: "Jadi dia menyuruh kalian jangan terlalu panik."
"Kamu bisa bahasa Jepang?" Kamya Sayoko menatap Pei Qingyi dan bertanya.
"Tentu," jawab Pei Qingyi: "Aku pernah beberapa kali ke Jepang sebelumnya. Tapi Kumamoto baru pertama kali ini."
"Sebenarnya..." Kamya Sayoko tersenyum pahit: "Aku juga baru pertama kali ke Kumamoto."
Saat itu, mobil perlahan mendekati aliran sungai di depan. Di seberang sungai, terlihat sebuah gubuk bambu kecil. Di depan gubuk bambu itu, seorang lelaki tua berambut putih keabu-abuan sedang duduk di atas batu sambil memegang pipa tembakau. Melihat mobil yang mendekat, ia segera berdiri.
Kamya Sayoko mengeluarkan kepala dari jendela bus dan berteriak dalam bahasa Jepang: "Tuan, bolehkah kami bertanya... bagaimana cara menuju Desa Yegami?"
"Desa Yegami?" Lelaki berambut putih itu terkesiap sebentar, lalu berkata: "Ini... di sinilah Desa Yegami."
Tanpa disadari, mereka ternyata sudah memasuki wilayah Desa Yegami. Meskipun misi darah tidak mengharuskan masuk ke desa, tapi tempat inilah yang paling mungkin memberikan petunjuk jalan keluar. Lagipula, berada di antara kerumunan orang bisa sedikit meredakan ketakutan.
Kamya Sayoko turun dari mobil. Ia mengamati dengan seksama - di belakang gubuk bambu memang terlihat beberapa rumah lainnya. Tampaknya mereka benar-benar telah sampai di Desa Yegami.
Pei Qingyi juga turun dari mobil. Ia menginjak puntung rokok yang baru saja dibuangnya di tanah.
"Maaf mengganggu," kata Kamya Sayoko kepada lelaki tua di seberang sungai. "Kami... ingin bertanya, apakah ada hotel di Desa Yegami?"
"Oh, ada. Keluarga Matsuda kebetulan mengelola penginapan onsen. Kalian para turis?"
"Benar. Saya Kamya. Rekan-rekan saya ini berasal dari Tiongkok."
"Sungainya dangkal, dengan melangkahi beberapa batu yang menonjol, kami sampai di tepi seberang. Desa Yasheng memiliki area yang sangat luas. Saat memasuki bagian dalam desa, terlihat bangunan di sini sudah cukup modern. Berjalan di jalan berbatu kerikil, orang tua itu memandu mereka menuju hotel."
"Di tengah perjalanan, tiba-tiba Kamya Sayoko menyadari di belakang sebuah rumah terdekat, seorang wanita berambut pendek sedang bersembunyi di balik dinding sambil mengamati mereka."
"Yoko?" Orang tua itu juga memperhatikannya, bertanya: "Apa yang kamu lakukan di sana?"
"Wanita itu segera menyusut kembali ke balik dinding, seolah takut akan sesuatu. Kamya Sayoko segera mendekat, ingin memanggilnya, tapi wanita itu sudah menjauh."
"Dia..." Kamya Sayoko bertanya kepada orang tua itu: "Tuan Hirata, mengapa dia lari?"
"Orang tua itu bernama Hirata Daisuke. Ia segera menjawab: 'Yoko adalah gadis yang agak gugup. Ibunya menghilang jejak sejak dia masih kecil. Sejak itu dia menjadi pendiam dan takut pada orang asing. Mungkin dia takut melihat wajah-wajah asing kalian.'"
"'Menghilang?' Pei Qingyi di samping langsung menangkap 'ketidakwajaran' ini, bertanya dalam bahasa Jepang: 'Bagaimana caranya menghilang? Bisakah ceritakan pada kami?'"
"'Ini... Sudahlah, tidak usah dibahas.' Orang tua itu menggelengkan kepala: 'Yang pasti, sampai sekarang nasib ibu Yoko tidak diketahui.'"
"Tiba-tiba terdengar suara aneh. Kamya Sayoko dan Pei Qingyi serentak menengadah. Mereka melihat seekor gagak berdiri di atap rumah sebelah, terus-menerus berkotek."
“Ini…” Laki-laki tua itu menatap burung gagak sehitam tinta itu sambil mengerutkan kening, berkata: “Benar-benar pertanda sial.”
Burung gagak itu mengepakkan sayapnya dan terbang kembali ke langit. Burung pembawa malapetaka ini menambah kesuraman di wajah para penghuni.
Saat itu, ponsel Kamya Sayoko berdering. Ia segera mengeluarkan teleponnya dan menerima panggilan.
“Halo,” suara dari telepon adalah Li Yin: “Apakah kalian sudah sampai di Desa Yashen?”
“Baru sampai.” Kamya Sayoko menatap burung gagak yang mulai menghilang di cakrawala, menjawab: “Aku akan berhati-hati, ya, mengerti.”
“Jangan lengah.” Suara Li Yin terdengar tenang namun tegas: “Harus ekstra hati-hati! Segera hubungi saya jika ada perubahan!”
“Paham…”
Setelah menutup telepon, Kamya Sayoko kembali berkata pada kakek Hirata di hadapannya: “Nanti, bisakah Bapak memberitahu alamat anak bernama Yoruko? Sebenarnya, saya adalah seorang detektif. Dalam hal pencarian orang, saya cukup berpengalaman…”
“Detektif?” Hirata tertegun menatap Kamya Sayoko: “Benarkah? Nyonya Kamya, masih muda seperti Anda bekerja di bidang ini?”
“Ya, nama lengkap saya Kamya Sayoko. Apakah Bapak pernah mendengar nama ini?”
Popularitas Kamya Sayoko terutama terkenal di Kyoto. Tidak mengherankan jika penduduk terpencil di pegunungan Kumamoto tidak mengenalnya. Seperti diduga, sang kakek menggeleng: “Saya tidak pernah dengar nama ini. Apakah Anda terkenal?”
“Cukup… lumayanlah.”
“Saya mengerti. Sebentar lagi, saya akan beri alamat rumah Yoriko. Anak ini sudah tumbuh besar di depan mata warga desa kami, semua sangat menyayanginya... Baik, ayo, Nyonya Kamya, saya antar Anda ke hotel pemandian air panas.”
## Volume 16 Tujuh Orang Bab 2 Kamba Masaomi
Ooguro Mine, lokasi misi darah kali ini meskipun telah diselidiki sebelumnya, tetapi petunjuknya sangat sedikit, tidak bisa diketahui detailnya.
Desa Kagami terletak di daerah perut gunung Ooguro Mine, juga merupakan satu-satunya tempat berpenghuni di gunung ini.
“Desa ini sudah ada sejak awal era Showa.” Orang Tua Hirata berkata sambil berjalan: “Jadi, masih banyak bangunan kuno yang tersisa, jika Tuan-tuan berminat, bisa dilihat. Nah, di depan sana adalah Hotel Pemandian Air Panas Matsuda.”
Kamya Sayoko langsung melihat pintu utama hotel di depan. Hotel itu merupakan bangunan tiga lantai yang tidak terlalu luas, namun para penghuni juga tidak punya keinginan untuk menikmati kemewahan, cukup punya tempat tinggal saja sudah puas.
Membuka pintu geser hotel, di depan konter terlihat wanita paruh baya berbaju kimono ungu dengan riasan tebal langsung membungkuk, tersenyum lebar berkata: “Selamat datang.”
Tampaknya sering ada turis yang datang ke sini, wanita itu sama sekali tidak curiga dengan wajah asing Kamya Sayoko dan kawan-kawan. Faktanya Desa Kagami memang tercantum dalam panduan wisata sekitar, hanya bukan tempat wisata yang sangat terkenal saja.
“Junko.” Kakek Hirata tersenyum berkata: “Ada beberapa turis dari Tiongkok di sini, ya? Gorō? Dia tidak ada?”
Wanita paruh baya bernama Junko tersenyum: “Gorō? Saya tidak tahu, sepanjang sore tidak melihatnya. Barusan Anda bilang, tamu-tamu ini dari Tiongkok?”
Kamya Sayoko mendekati konter, berbahasa Jepang: “Pemilik hotel, selamat siang... Nama saya Kamya.”
“Hmm? Anda orang Jepang?”
“Ya, tapi mereka semua dari Tiongkok.”
Junko memandang penasaran ke Pei Qingyi dan lainnya, mengangguk, lalu membuka buku catatan di meja: “Kalau begitu, mau berapa ruangan?”
Setelah memilih kamar, pemilik hotel dengan antusias mengantar mereka ke kamar di lantai satu. Karena mempertimbangkan kemudahan melarikan diri, lantai satu paling ideal.
Pintu terbuka menampilkan ruangan beralas Tatami, tidak terlalu besar, di tengah ada meja kopi persegi panjang dengan bantal duduk di empat sisinya. Langsung terhubung ke taman dengan kolam ikan mas besar. Angin sepoi-sepoi menggoyang beberapa windchime di pintu.
Sejujurnya, udara di sini sangat segar, jauh lebih baik daripada kota besar.
“Bagaimana kamar ini?” Pemilik hotel tersenyum: “Karena masih banyak kamar kosong, bisa ditukar jika tidak puas.”
“Tidak perlu.” Kamya Sayoko mengangguk puas. Semua biaya penginapan ditanggungnya sendiri.
Setelah memindahkan koper ke dalam ruangan, Kamya Sayoko berjalan ke halaman, menarik napas dalam-dalam. Ia menatap matahari yang sudah condong ke barat, bola matanya perlahan menjadi redup.
Hubungan antara Li Yong dengannya telah terputus sepenuhnya. Karena hal yang akan dilakukan Li Yong selanjutnya tidak membutuhkan campur tangan detektif seperti dirinya, setelah mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya dan mengirim email yang menyatakan pekerjaannya telah selesai, Li Yong juga menegaskan tidak akan mengakui pernah berhubungan dengannya di kesempatan apapun. Selain itu, dia menyatakan telah menemukan kebenaran di balik kematian Ying Qingli sehingga tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Kamya Sayoko berjalan mendekati kolam ikan mas. Saat menunduk memandangi permukaan air, tiba-tiba terpantul bayangan Pei Qingyi.
"Masih ada waktu untuk melamun? Nona Detektif?" Pei Qingyi berkata dalam bahasa Jepang yang fasih: "Kita ke sini untuk mencari cara mendapatkan petunjuk jalan keluar. Segera kontak para penduduk desa. Dan tentang Iko yang ibunya hilang itu, harus jadi prioritas penyelidikan."
"Ya, kau benar..." Kamya Sayoko mengusap pelipisnya, "Waktu kita sangat berharga. Harus secepat mungkin menemukan petunjuk jalan keluar sebelum fenomena supranatural muncul."
"Kalau begitu mari kita pergi."
Setelah meninggalkan Hotel Matsuda, kelima orang memutuskan untuk berpisah. Kamya Sayoko dan Sima Zhen dalam satu kelompok, sementara Pei Qingyi, Sui Wenbin, dan Wu Xuanlin dalam kelompok lain - mengingat selalu dibutuhkan seseorang yang bisa berbahasa Jepang.
Desa Yeshen sebenarnya memiliki area yang cukup luas. Meskipun desa ini sudah menggunakan air ledeng, sumur-sumur masih sering terlihat. Proporsi penuaan penduduk di desa ini sangat besar, banyak warga berusia di atas 60 tahun, namun sering juga terlihat anak-anak remaja berusia belasan tahun.
Saat Pei Qingyi dan dua penghuni baru di belakangnya berjalan di desa, mereka menarik banyak perhatian warga. Bagaimanapun populasi desa ini kurang dari seribu orang, wajah baru mudah dikenali. Namun tidak menimbulkan reaksi berlebihan, rupanya Desa Yeshen sering dikunjungi turis dari luar.
"Mereka turis, ya?" Di belakang Pei Qingyi sekitar sepuluh meter, seorang pemuda berpenampilan elegan berkata pada gadis berambut pendek di sampingnya: "Barusan kau dengar mereka bicara? Sepertinya orang Tiongkok?"
"Benarkah?" Gadis berambut pendek itu terlihat heran: "Aku sama sekali tidak menyadarinya. Ngomong-ngomong, Kazuya, akhir-akhir ini Yoshiko terlihat aneh? Dia jadi sangat gugup, melihat kita pun enggan banyak bicara."
"Memang agak aneh." Pemuda yang dipanggil Kazuya itu menggelengkan kepala: "Harumi, sebenarnya aku ingin memberitahumu sesuatu, makanya aku mengajakmu keluar."
"Apa itu?" Gadis bernama Harumi itu berkedip dengan mata besar yang cerah: "Katakanlah cepat, jangan bertele-tele."
"Sebenarnya, Yoshiko... kemarin malam dia mengatakan sesuatu yang sangat aneh padaku. Awalnya aku tidak memperhatikan, tapi semakin kupikirkan semakin merasa dia tidak berbohong. Dia bilang..."
Setelah Kazuya selesai berbicara, mata Harumi membelalak lebar. Butuh beberapa saat baginya untuk bereaksi, lalu berkata: "Ti-tidak mungkin? Hal seperti itu..."
"Mungkin saja." Pemuda bernama Kazuya yang berpenampilan elegan itu berkata: "Tapi, Yoshiko tidak terlihat seperti berbohong. Bagaimanapun, mari berhati-hati sebisa mungkin."
Kamya Sayoko dan Sima Zhen saat ini tiba di depan rumah Yoshiko. Di papan nama, tergantung plang bertuliskan "Kiuchi".
"Benar-benar mau masuk?" Sima Zhen gemetar ketakutan: "Ja-jangan-jangan... ada hantu di dalam..."
"Di Ōgurokure ini, hantu bisa muncul di mana saja." Kamya Sayoko dengan wajah tenang berkata: "Apartemen tidak akan meninggalkan sudut aman bagi kita. Jadi lupakan saja. Jika takut, tunggulah di luar."
Sima Zhen menggigit giginya, berkata: "Tidak bisa! Mari masuk bersama."
Tepat saat Kamya Sayoko mengulurkan tangan untuk menekan bel pintu, tiba-tiba dia mendengar suara dari belakang: "Permisi... apakah Anda mencari Yoshiko?"
Kamya Sayoko menoleh. Yang terlihat adalah pria tampan luar biasa dengan aura mencolok. Posturnya tinggi, memiliki alis tegas, mata biru tua seperti danau, hidung mancung, dan bibir tipis yang sedikit terkatup. Dari segala sisi, dia adalah pria tampan sempurna yang bisa membuat gadis mana pun terpesona.
"Anda..." Tangan Kamya Sayoko masih menggantung di udara, bertanya: "Apakah Anda juga teman Nona Kiuchi?"
"Hmm, siapa Anda?"
Kamya Sayoko segera menjawab: "Halo, nama saya Kamya Sayoko. Saya adalah... seorang detektif."
“Kamya Sayoko？”Pria tampan ini menunjukkan ekspresi terkejut, menatap Kamya Sayoko dengan bingung: “Apakah kamu detektif wanita terkenal dari Kyoto itu?”
“Kamu mengenal saya?” Kamya Sayoko langsung menunjukkan ekspresi girang: “Bagus sekali, tak menyangka ada yang mengenaliku di sini...”
“Tentu saja.” Pria itu menunjukkan ekspresi muram: “Istriku sebelum meninggal selalu mengagumimu. Dia asli Kyoto.”
“Oh, begitu ya...”
“Tapi detektif terkenal sepertimu, kenapa datang ke sini? Untuk penyelidikan kasus?” Pria itu bertanya heran: “Dan bagaimana kamu mengenal Yoriko?”
Kamya Sayoko segera menjawab: “Sebenarnya saya belum kenal Nyonya Kiuchi. Saya datang ke sini untuk menyelidiki beberapa hal. Apakah kamu teman Nyonya Kiuchi?”
“Ya, kami berteman sejak kecil. Nama keluarga saya Kambara, Kambara Masaomi.”
Kambara Masaomi berjalan ke pintu masuk dan menekan bel. Setelah beberapa saat, pintu perlahan terbuka menampakkan wajah yang sangat lelah dengan lingkaran hitam di mata, sorot mata penuh ketakutan.
“Masaomi...” Melihat Kambara Masaomi, Kiuchi Yoriko tampak lega, tapi tiba-tiba melihat Kamya Sayoko dan bergetar: “Kamu... Kamu?”
“Ada apa? Kalian pernah bertemu?” Kambara Masaomi menoleh ke belakang melihat Kamya Sayoko: “Bukannya Nyonya Kamya bilang tidak kenal Yoriko?”
“Sebelumnya ketika saya baru masuk Desa Hagami, pernah bertemu Nyonya Kiuchi sekali.”
“Setelah mendengar penjelasannya, Kamihara Masaomi baru mengerti. Sekarang penampilan Yoriko bagaikan burung yang ketakutan oleh bunyi busur, wajahnya dipenuhi ketakutan.”
“Dia... datang dari luar desa,” tiba-tiba dia berkata: “Masaomi, jangan biarkan dia masuk, jangan biarkan dia masuk!”
“Bukan begitu.” Kamihara Masaomi buru-buru menjelaskan: “Dengarkan aku, Yoriko, Nyonya Kamya adalah detektif dari Kyoto, masih ingat? Detektif yang sangat dikagumi Miyo semasa hidupnya.”
“Maksudmu...” Mendengar ini, Yoriko mulai mengamati Kamya Sayoko dengan seksama, kewaspadaan di wajahnya perlahan menghilang. Meski begitu, dia masih belum membuka pintu sepenuhnya.
“Kamu, takut akan apa?” Kamya Sayoko langsung berbicara terus terang: “Apakah kamu... melihat sesuatu yang tidak masuk akal?”
Sima Zhen yang berada di samping, karena mereka berbicara dalam bahasa Jepang, sama sekali tidak mengerti percakapan mereka sehingga juga tidak paham mengapa Kiuchi Yoriko terlihat sangat ketakutan. Meski sebelum masuk apartemen dia sering menonton anime Jepang, paling-paling hanya mengerti beberapa kosakata, mustahil baginya memahami dialog panjang.
Dia segera menyela bertanya: “Nyonya Kamya, apa yang kalian bicarakan? Tolong terjemahkan untukku...”
“Kamu... orang Tiongkok?” Kamihara Masaomi agak terkejut.
“Masaomi, masuklah. Tapi aku tidak mau bicara dengan mereka.” Kewaspadaan di wajah Yoriko masih belum berkurang, berkata: “Aku, aku tidak mau...”
Kalimat ini akhirnya dimengerti oleh Sima Zhen, dia segera berkata pada Kamya Sayoko: "Nyonya Kamya, apakah dia tidak ingin bertemu kita? Tidak bisa, aku..."
Saat ini, langit telah gelap sepenuhnya. Seluruh wilayah Oomagurotouge tenggelam dalam kesunyian.
"Yoriko terlihat kondisi mentalnya tidak terlalu baik."
Jinbara Masaomi dan Kamya Sayoko berjalan di dekat rumah Kiuchi Yoriko. Dengan sengaja dia memandang Kamya Sayoko beberapa kali, lalu berkata dengan penuh perasaan: "Jika istriku Miho masih hidup dan bisa bertemu denganmu, pasti akan sangat senang..."
"Itu memang agak disayangkan..."
"Sebenarnya apa yang ingin kamu selidiki?" Jinbara Masaomi tiba-tiba berhenti berjalan dan bertanya: "Tadi kamu bertanya pada Yoriko tentang hal-hal yang tidak masuk akal, maksudmu..."
"Ini... aku tidak bisa menjelaskan secara detail. Hanya saja..." Kamya Sayoko terhenti bicaranya. Dia tiba-tiba mengeluarkan pulpen, merobek secarik kertas nota, menuliskan nomor ponselnya dan memberikannya pada Jinbara Masaomi: "Tuan Jinbara, jika Anda melihat fenomena aneh atau sesuatu yang tidak bisa dipahami, telepon saya."
Kemudian dia memandang ke arah rumah Kiuchi Yoriko, matanya menyiratkan kedalaman pemikiran.
"Bagaimanapun juga, kumohon..."
## Volume 16 Tujuh Orang Bab 3 Instruksi Tulisan Darah Dimulai
"Hal seperti ini sama sekali tidak mungkin!"
Saat ini di rumah Kazuya di Desa Kagamijin, tiga orang sedang berkumpul. Dua di antaranya adalah Kazuya dan Harumi, sisanya seorang pria berwajah kasar dengan tubuh kekar.
“Goro, awalnya aku juga tidak percaya. Tapi…” Kazuya menoleh ke kiri kanan, lalu melanjutkan: “Tapi kamu pasti tahu ‘legenda’ itu kan?”
“Itu cuma legenda biasa, kamu benar-benar percaya? Kazuya, ini pasti…”
“Intinya, Goro, akhir-akhir ini jangan masuk ke dalam hutan. Terutama jangan mendekati ‘tempat itu’. Aku hanya mengingatkanmu, hal seperti ini lebih baik dianggap ada daripada tidak.”
Saat keluar pintu, Matsuda Goro melihat jam tangannya. Sudah lewat jam 10. Harumi di sampingnya juga terlihat muram.
Tak lama kemudian Harumi berpisah dengan Goro dan pulang ke rumahnya sendiri.
Begitu membuka pintu, dia berkata: “Kakak, aku pulang.”
“Oh, kamu sudah pulang.” Sebuah pintu geser di koridor terbuka. Siapa lagi yang keluar jika bukan Masaomi? Setelah keluar, dia langsung memperhatikan ekspresi tidak wajar di wajah adiknya, Kawahara Harumi. “Ada apa? Harumi?”
“Ti-Tidak apa-apa, Kak.”
Harumi berpikir lebih baik tidak memberitahu kakaknya tentang hal yang diceritakan Kazuya.
Dia khawatir Masaomi akan terus bertanya, tapi malah kakaknya itu berkata: “Harumi, hari ini aku bertemu seseorang. Tahu siapa?”
“Siapa?” Harumi kaget. “Si-Siapa itu, Kak?”
“Masih ingat detektif Kamya Sayoko yang sangat dikagumi Miyo semasa hidupnya?”
“Ah, tentu. Kakak ipar dulu adalah penggemar berat Kamya Sayoko. Ja-Jangan bilang kamu bertemu dengannya? Benarkah?”
“Benar. Aku bertemu dengannya saat mengunjungi rumah Yoriko. Awalnya tak kukenali, tapi setelah kulihat lebih seksama, memang dia. Dulu Mayu sering menunjukkan berita tentangnya. Ternyata dia orangnya santai, padahal kukira selebriti seperti dia pasti sombong. Mayu selalu bilang ingin bertemu dengannya, tapi tak disangka..."
"Kak..." Harumi merasakan kegelisahan di hatinya.
"Sudah, waktunya sudah larut. Kau tidurlah, orang tua juga sudah tidur."
Masao menoleh ke belakang dan berjalan menuju tangga. Melihat punggungnya, Harumi menghela nafas: Kakak, rupanya masih belum bisa melupakan almarhumah istri, meski sudah sekian lama berlalu.
Kembali ke ruangannya, Harumi menutup pintu dan merapikan futon.
"Bagaimanapun juga, aku harus lulus ujian masuk ke kota. Ōgurokurei ini, mungkin memang ada sesuatu yang seram."
Kemudian dia berjalan ke tali lampu yang menjuntai, mengulurkan tangan dan menariknya. Ruangan langsung gelap gulita. Harumi berbaring di futon, tapi sama sekali tidak bisa terlelap.
Perkataan Kazuya siang tadi terus bergema di kepalanya. Di hutan Ōgurokurei, dan di "tempat itu"...
"Sial, seharusnya aku tidak menemui Kazuya hari ini... Gorō benar, ini sama sekali tidak mungkin."
Larut malam, desa Kagami benar-benar sunyi. Jalan di luar sepi tak berpenghuni.
Malam ini pasti akan menjadi malam tanpa tidur...
Kamya Sayoko tidak tidur semalaman. Ia berbaring di atas dinding, dengan Sima Zhen dan Pei Qingyi di sampingnya yang juga sama sekali tidak mengantuk. Namun, Sima Zhen akhirnya mulai menguap, sedangkan Pei Qingyi seperti burung hantu yang matanya terbuka lebar tanpa berkedip sedikit pun.
"Kamu... sama sekali tidak mengantuk?" tanya Kamya Sayoko.
"Saya sudah terbiasa begadang, dan siang tadi juga sempat tidur di apartemen," jawab Pei Qingyi sambil menatap Kamya Sayoko. "Justru kamu, kelopak matamu sudah bergetar terus."
"Agak mengantuk..." Kamya Sayoko melihat jam tangannya. "Masih ada waktu sebentar sebelum tengah malam pukul 00:00 ketika misi darah resmi dimulai. Tapi sepertinya tetap berbahaya."
"Mari bahas perkembangan. Kamu memasang alat penyadap di rumah gadis bernama Kiuchi Yoruko, kan?"
"Hm, benar."
Jika diperhatikan lebih seksama, kedua telinga Kamya Sayoko ternyata terpasang earphone.
"Alat penyadapnya tidak akan ketahuan?" Pei Qingyi bertanya dengan ragu. "Jika sampai diketahui, penduduk desa mungkin akan memusuhi kita."
"Sudah bertahun-tahun saya menjadi detektif. Jika alat penyadap sederhana ini sampai terendus, gelar dewi detektif saya tentu tidak ada artinya!"
"Semoga begitu."
Dari suara yang terdengar melalui earphone, Kiuchi Yoruko jelas belum tidur. Napasnya tersengal-sengal, sesekali terdengar suara lembaran buku yang dibalik. Sepertinya ia sedang membaca.
Berdasarkan suara dari alat penyadap, semuanya berjalan normal.
Tidak lama kemudian, Kiuchi Yoriko mematikan lampu dan tampaknya tertidur.
Jarak ke tengah malam pukul 00:00 semakin dekat. Ketegangan atmosfer membuat para penghuni hampir menahan napas. Saat itu, Sui Wenbin dan Wu Xuanlin juga terbangun.
Saat jarum waktu menyentuh tengah malam, sesuatu yang sangat mengerikan mungkin terjadi. Setiap orang waspada penuh, lampu di ruangan menyala terang - terutama Pei Qingyi yang sambil melihat arlojinya bahkan menunjukkan kilatan "niat membunuh" yang jelas di wajahnya.
Jari-jarinya terus mengetuk-ngetuk Tatami, kuku yang dicat merah darah seperti darah segar.
"Kalau... kita mengobrol saja yuk?" Sima Zhen merasa suasana terlalu kaku, mencoba mencairkan keadaan: "Hei, Nona Pei, kelihatannya tenang sekali. Apa kamu punya ide?"
Pei Qingyi menggelengkan kepala: "Apa ide yang bisa kubuat? Aku sebelumnya cuma karyawan biasa. Masuk apartemen ini sama saja menghancurkan hidupku. Sebelum masuk sini, sebenarnya aku punya kesempatan naik ke manajemen puncak perusahaan, mewujudkan cita-citaku. Tapi sekarang..." Dia menatap telapak tangannya yang pucat, "semuanya hilang. Nyawa ini pun bagai lilin di tengah angin."
Kamya Sayoko melihat ekspresi kesakitan yang terpancar di wajah Pei Qingyi saat ini. Dia menghela napas berat dan berkata, "Aku tahu. Aku juga menyadari betapa mengerikannya realitas setelah memasuki apartemen ini. Tapi manusia tidak bisa kembali ke masa lalu. Jadi satu-satunya pilihan adalah menghadapi kenyataan di depan mata. Setidaknya, kita masih memiliki secercah harapan. Sepuluh instruksi tulisan darah, setiap kali menyelesaikan satu, berarti selangkah lebih dekat menuju kebebasan. Setiap penghuni bertahan hidup dengan harapan tipis ini, hidup demi bisa keluar dari apartemen ini..."
"Sayangnya..." Pei Qingyi berkata dengan nada mengejek diri sendiri, "Sangat sedikit orang di dunia yang bisa menyadari hal ini. Meski tidak bisa kembali ke masa lalu, manusia tetap berusaha lari dari kenyataan. Realitas memiliki terlalu banyak kekejaman, jadi manusia hanya bisa membohongi diri sendiri untuk bertahan hidup."
"Aku setuju denganmu," Kamya Sayoko menyambung.
"Jika saja... manusia bisa seperti hantu, eksis hanya dengan idealisme semata, tentu tidak akan ada begitu banyak penderitaan."
Tapi kenyataannya, manusia pada akhirnya harus menghadapi realitas. Seberapa pun kejamnya kenyataan itu, jika tidak memiliki kemampuan untuk mengubahnya, satu-satunya pilihan adalah menerimanya.
"Relatif berbicara, memiliki harapan kebebasan setelah sepuluh misi darah sebenarnya sudah cukup baik," kata Pei Qingyi dengan penuh perenungan, "Di dunia ini, masih banyak hal yang lebih menyedihkan dan menyakitkan daripada masuk ke apartemen itu. Terkadang, bahkan harapan seperti ini pun belum tentu kita miliki."
Ruangan itu diselimuti keheningan.
"Sangat setuju dengan pendapatmu."
Tengah malam pukul 00:00 akhirnya tiba.
"Saat ini kelima penghuni bersikap seperti menghadapi musuh besar, siap melarikan diri setiap saat. Terutama Kamya Sayoko, matanya terdingin seperti es abadi yang tak mungkin mencair."
Namun, tidak terjadi apa-apa.
Satu jam, dua jam, tiga jam... Semua terasa biasa-biasa saja. Tak ada eksistensi mengerikan yang muncul di sekitar mereka.
Dari alat penyadap pun tidak terdengar suara aneh.
Dalam keadaan ketakutan dan kegelisahan, akhirnya kelima penghuni menyambut siang hari. Selama periode ini tidak terjadi apapun.
Terlalu normal, justru terasa tidak normal.
Pagi-pagi sekali, Harumi sudah bangun. Begitu turun ke lantai bawah, dia melihat kakaknya sudah sibuk memasak di dapur. Kakak selalu bangun lebih awal dari Ibu yang memiliki masalah pinggang parah. Dulu saat kakak ipar Kambara Miyo masih hidup, ini adalah tugasnya.
"Kakak..." Harumi masuk ke dapur, memandangi kakaknya yang sedang berkonsentrasi. "Hari ini masak apa?"
"Okonomiyaki. Ini kan makanan favorit Harumi?" Tadaomi tersenyum pada adik perempuannya. "Ayah Ibu belum bangun?"
Harumi memandangi kakaknya yang memakai apron, tiba-tiba perasaan sedih menyergapnya. Dia teringat pose kakak ipar saat memasak dulu, persis seperti kakaknya sekarang.
"Kakak... kakak masih sangat merindukan kakak ipar, ya?"
Tangan Yasuo yang memegang spatula sedikit bergetar. Perlahan ia menoleh ke adiknya dengan ekspresi tidak wajar: "Kamu, ngapain bicara begitu? Harumi?"
Tiba-tiba, bel pintu berbunyi di depan rumah.
Yasuo segera berkata: "Tolong bukakan pintu, Harumi."
Harumi langsung berlari ke pintu depan dan membukanya. Di luar berdiri lima orang—tiga pria dan dua wanita. Seorang wanita di depan bertanya: "Ini... rumah Yasuhara Yasuo, kan?"
"Kalian... kalian bukan orang desa sini?" Harumi terkejut. Tiba-tiba ia memperhatikan wanita yang berbicara tadi. Wajahnya terasa familiar. Setelah mengingat-ingat, ia terkesiap: "Kamu... kamu Kamya Sayoko?"
Mengingat ucapan kakaknya semalam, Harumi langsung bersemangat!
"Kamu juga mengenalku?" Jawaban wanita itu mengonfirmasi identitasnya. Harumi semakin antusias: "A-Aku sering dengar dari kakak ipar tentangmu, dia sangat mengagumimu. Oh, tapi kedatanganmu ini untuk..."
"Kemarin saya bertemu dengan Tuan Yasuhara Yasuo. Ada beberapa hal yang ingin ditanyakan..."
"Hal yang... ingin ditanyakan?" Harumi berpikir sebentar, lalu tiba-tiba bertanya: "Ngomong-ngomong, Nyonya Kamya datang ke sini apakah untuk menyelidiki suatu kasus? Katanya Kantor Polisi sering menugaskanmu menangani kasus-kasus besar."
Saat itu dia menatap beberapa orang di belakangnya, berpikir, apakah mereka ini polisi? Apa yang sebenarnya terjadi sampai detektif wanita terkenal ini turun tangan? Dia ingat, kasus-kasus yang pernah diselesaikan Kamya Sayoko seperti yang disebutkan kakak iparnya dulu, semuanya kasus keji yang membuat kepolisian kebingungan.
"Yang ingin saya tanyakan sederhana." Kalimat Kamya Sayoko berikutnya sangat singkat, namun membuat jantung Kiyomi Kamya berdebar kencang: "Ini tentang kakak iparmu, mendiang Nyonya Miyo Kamya."
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 4 Kisah Misteri Omokuro Toge
"Siapa? Kiyomi?"
Masaomi Kamya keluar dari kamar dalam. Matanya langsung menangkap kehadiran Kamya Sayoko dan rombongan yang berdiri di depan pintu.
"Maaf mengganggu." Kamya Sayoko membungkuk hormat, berkata dengan wajah tenang: "Tuan Kamya, kedatangan saya kali ini berkaitan dengan... masalah istri Anda."
"Istriku? Maksudmu Miyo?"
Masaomi melepas celemeknya, segera menjawab: "Silakan masuk! Nyonya Kamya, apakah Anda sedang menyelidiki kematian Miyo?"
Setelah lima orang masuk ke ruangan, Masaomi mengantar mereka ke ruang tamu di lantai satu. Dia menyuruh Kiyomi menyiapkan teh sambil bertanya dengan wajah cemas: "Bisakah Nyonya Kamya menjelaskan lebih detail?"
Terpengaruh oleh almarhumah istrinya, dia juga menyimpan harapan besar pada Kamya Sayoko.
“Nyonya terhormat, Kamihara Miyo, meninggal empat tahun yang lalu, bukan?” Kamya Sayoko mengeluarkan sebuah buku catatan dengan sampul merah, membukanya lalu berkata: “Dan kematian Nyonya... hingga kini masih belum terungkap kebenarannya, ya?”
Perkataan Kamya Sayoko ini bisa dikatakan menyentuh bagian paling perih dalam hati Masatomi.
Kenangan itu melayang ke hari yang seperti mimpi buruk itu, awalnya, momen kebahagiaan yang runtuh saat itu, Miyo pun pergi meninggalkannya begitu saja. Selama empat tahun, ia selalu berharap ketika bangun, segalanya terbukti hanyalah mimpi belaka. Namun ini kenyataan, realitas yang tak bisa diingkari dan harus dihadapi.
“Jangan-jangan...” Ia tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut: “Mungkinkah, Nyonya Kamya telah mengungkap kebenaran kematian istriku?”
“Berdasarkan penyelidikan saya, empat tahun lalu, ketika kalian berjalan di hulu air terjun sisi timur Oogurei Ridge, hanya sekejap Anda berpaling, tubuh istri Anda terseret ke dalam air, terhanyut arus deras, dan jenazahnya tidak ditemukan, bukan?”
Meski jenazah tidak ditemukan, dari situasi saat itu bisa disimpulkan Kamihara Miyo mustahil selamat. Apalagi terhempas dari air terjun setinggi lebih dari 40 meter, kecil kemungkinan bertahan hidup.
“Masatomi, aku ingin melihat tempat itu!”
Hari itu Miyo memohon dengan wajah penuh senyum agar diizinkan mengunjungi tempat tersebut.
Tempat itu adalah sebuah rumah besar yang terbengkalai, terletak di sisi timur Pegunungan Ōgurokure. Untuk mencapainya, harus melewati jembatan gantung besi besar yang menggantung di tebing, di bawahnya mengalir arus air yang sangat deras. Melewati jembatan gantung itu, seseorang bisa mencapai rumah besar yang terbengkalai tersebut.
Bangunan ini dibangun puluhan tahun lalu oleh seorang taipan bernama Hasegawa. Namun menurut cerita, sang taipan kemudian membunuh semua orang di rumahnya karena istrinya berselingkuh dengan adik laki-lakinya, lalu akhirnya bunuh diri. Sejak itu, mulai muncul legenda hantu di tempat tersebut. Konon di rumah itu berdiam tujuh hantu: sang taipan dan istrinya, adik laki-laki dan adik perempuannya, serta dua pelayan laki-laki dan satu pelayan perempuan. Saat itu sang taipan membunuh keenam orang lainnya, tampaknya karena terpancing emosi oleh ketidaksetiaan istrinya, bahkan sampai membunuh adik perempuannya sendiri dan para pelayan. Konon karena dia curiga mereka semua mengetahui perselingkuhan itu namun sengaja menyembunyikannya darinya.
Sebagai orang modern, Masami tentu tidak percaya dengan cerita horor ini. Namun Miyo sangat tertarik. Dia adalah penggemar berat hal-hal aneh dan sangat mengagumi Kamya Sayoko. Rasa ingin tahunya begitu kuat, hampir seperti obsesi kompulsif, sehingga dia terus mendesak Masami untuk menemani ke tempat itu.
“Miyo.” Masatomi saat itu berkata padanya: “Ini hanya legenda mistis yang tidak nyata, kisah hantu seperti ini sama sekali tidak bisa dipercaya, jangan kau anggap serius.”
“Tapi, aku ingin melihatnya! Kalau begitu, bagaimana kalau aku hanya melihat dari luar? Karena benar-benar penasaran sekali!”
Miyo sedang merajuk dengan cara yang paling membuat Masatomi berdebar. Dahulu dia jatuh cinta pada gadis imut nan unik ini, dan kini, melihat istrinya begitu antusias, setelah berpikir dia pun menyetujui. Lagipula legenda mistis itu terlalu kuno, dia sendiri sebenarnya tidak terlalu percaya.
Tapi ini menjadi keputusan yang sangat dia sesali di kemudian hari.
Saat itu, mereka tiba di pegunungan sisi timur, tebing setinggi lima puluh meter. Melihat aliran air deras di bawah, Miyo tidak bereaksi berlebihan, tapi Masatomi justru merasa khawatir.
Namun karena tidak bisa menolaknya, akhirnya mereka berjalan bersama di atas jembatan gantung besi yang terhampar.
Jembatan gantung itu cukup stabil. Saat berjalan di atasnya, Masatomi berada di depan, sedangkan Miyo berjalan lebih lambat, seolah ingin menikmati pemandangan sekitar. Bagaimanapun sejak menikah dan pindah ke Desa Kagami, dia belum pernah ke sini.
Sepanjang jalan, Miyo terus berbicara: “Aku penasaran seperti apa rumah tua yang terbengkalai itu? Pasti menarik ya? Masatomi, Nyonya Kamya punya pepatah: Di dunia ini, hal yang tak diketahui selalu berlipat ganda dari yang diketahui. Dan menggunakan logika untuk mencari eksistensi yang tak diketahui adalah hal yang sangat menyenangkan! Kau tidak berpikir...”
“Yasuoomi tersenyum penuh pengertian, menunggu kelanjutan perkataan istri. Namun tiba-tiba sang istri berhenti bicara. Ia segera menoleh ke belakang, namun yang terlihat di jembatan belakang hanyalah kehampaan!”
“Mi... Miyo!”
Yasuoomi memandang ke belakang dengan tak percaya. Baru saja suara Miyo terdengar sangat dekat, bagaimana mungkin bisa menghilang seketika tanpa bekas?
Tiba-tiba ia teringat sesuatu, buru-buru melihat ke bawah Jembatan Gantung. Benar saja, di balik aliran air terlihat samar-samar siluet manusia mengambang di bawah permukaan!
“Miyo!”
Raungan Yasuoomi menggema di angkasa.
Setelah itu, warga desa dan polisi mengerahkan banyak orang untuk mencari, namun Miyo tak ditemukan. Jatuh dari ketinggian seperti itu pasti terseret arus ke hilir. Tapi karena terlalu banyak percabangan sungai dan kedalaman air yang ekstrem, pencarian tetap nihil.
Belakangan polisi menyimpulkan kemungkinan Miyo selamat sangat kecil, lalu berangsur-angsur menghentikan pencarian. Tapi Yasuoomi tetap tak mau menyerah, hatinya menolak percaya Miyo sudah meninggal. Sungguh tak bisa ia terima!
Adik Harumi, sahabat Kazuya dan Gorō terus membantunya mencari. Tapi bagaimanapun usaha mereka, jenazah Miyo tak kunjung ditemukan. Sejak itu Yasuoomi tak terhitung kali mendatangi Jembatan Gantung itu, menatap tajam aliran air di bawah. Pertanyaan tak terjawab terus mengusiknya: mengapa istriku bisa terjatuh ke sana?
"Hampir setahun kemudian, dia juga percaya bahwa Miho benar-benar telah meninggal. Jika dia masih hidup, tidak mungkin tidak muncul. Apalagi, kepercayaan bahwa Miho masih hidup hanyalah pikiran sepihak darinya. Hari-hari pernikahan dengan Miho begitu membahagiakan bagi Yoshimi. Namun kebahagiaan itu hilang sepenuhnya, setiap bangun tidur melihat rumah yang sudah tidak ada Miho-nya menjadi siksaan psikologis berat baginya."
"Seandainya saat itu, tidak menyetujui permintaan Miho... mungkin semua ini tidak akan terjadi. Tapi manusia tidak bisa kembali ke masa lalu, jadi hanya bisa menerima kenyataan."
"Kini Yoshimi perlahan mulai menerima kematian Miho, namun peristiwa itu tetap meninggalkan luka batin yang mendalam. Kini, Kamya Sayoko menyebutkannya lagi di hadapannya, membuatnya gugup."
"'Istri Anda...' Kamya Sayoko bertanya, 'Menurut informasi saya, empat tahun lalu ingin melihat rumah kosong itu sehingga pergi bersama Anda, benar?'"
"'Ya... benar.'"
"'Nona, Nona Kamya, Anda benar-benar detektif ternama itu kan?' Harumi yang juga terkejut duduk sambil berkata, 'Lalu, apa yang Anda temukan? Bisakah beritahu kami?'"
"'Saya ingin detail lebih konkret.' Kamya Sayoko menatap tajam Yoshimi, 'Saat itu apakah terjadi fenomena gaib yang tidak bisa Anda pahami? Ini sangat penting!'"
"Yoshimi tampak bingung, tidak mengapa Kamya Sayoko menanyakan hal itu."
"Fenomena gaib?"
“Apakah Nyonya Kamya memiliki petunjuk apa pun?” Yadao langsung menanyakan intinya: “Apa kamu tahu ada rahasia di balik kematian Miyo?”
“Saat itu, di jembatan besi tersebut, lebar badan jembatan mencapai lebih dari 2 meter, dan yang dipasang bukan papan kayu melainkan pelat besi. Bisa dikatakan keamanannya tidak diragukan. Dalam kondisi seperti itu, apakah kamu menganggap kematian istrimu adalah kecelakaan?”
Ini juga merupakan kejanggalan yang pernah diungkapkan polisi saat itu. Oleh karena itu, bahkan sempat dicurigai bahwa Yadao mungkin pelaku pembunuhan. Namun karena tidak ada bukti kuat yang membuktikan itu adalah pembunuhan, dan juga tidak ditemukan motif pembunuhan, kasus ini akhirnya dinyatakan sebagai kecelakaan. Sebenarnya, desa kemudian juga memiliki teori bunuh diri, hanya saja tidak bisa menemukan motif bunuh diri Miyo.
“Kalau begitu... Apakah kamu menganggap ini pembunuhan?” Mata Yadao menatap tajam Kamya Sayoko: “Tapi saat itu aku tidak melihat siapa pun di jembatan itu! Saat itu, hanya dalam sekejap, ketika aku menoleh ke belakang, Miyo sudah terjatuh dari jembatan ke air di bawahnya!”
“Aku tahu. Kesaksianmu saat itu sudah aku konfirmasi dengan orang tua Hirata.”
“Begitu ya... Kebanyakan orang di Desa Hagami sudah tahu hal ini, jadi...”
“Aku juga menyelidiki alasan munculnya legenda mistis ini. Sepertinya sejak lama, sudah ada contoh warga Desa Hagami yang mendekati rumah besar itu lalu menghilang secara misterius, bukan?”
“Ya, benar. Tapi sekarang terutama generasi tua yang lebih percaya, anak muda tidak terlalu mempercayai legenda mistis ini. Tentu saja, Miyo adalah pengecualian...”
Mengapa Miyo bisa terjatuh dari jembatan gantung ke air?
"Kadang-kadang, Yasuomi juga berpikir seperti itu, apakah legenda aneh itu benar? Apakah tujuh hantu dalam legenda itu benar-benar ada?"
Pada waktu yang sama di rumah Kiuchi Yoriko, Gorō dan Kazuya datang berkunjung.
"Kamya Sayoko!" Iijima Kazuya berkata: "Kalian masih ingat? Detektif yang sangat dikagumi Miyo dulu, dia sering menyebutkannya saat kita berkumpul. Ternyata dia sudah datang ke desa kemarin, Yoriko, katanya dia juga mencarimu?"
"Dia menanyakan apa padamu, Kazuya?" Gorō bertanya bingung: "Dan kenapa dia menanyakan tentang Miyo? Sudah empat tahun berlalu, dia baru mau menyelidiki kasus ini? Sebenarnya, dia sekarang menginap di hotel milik keluargaku."
"Aku..." Yoriko menggigit bibirnya, berkata: "Apakah dia benar-benar detektif? Kalau begitu, mungkin kita bisa memintanya menyelidiki hal itu, apa yang kulihat..."
"Hei, hei, hei," Gorō langsung menentang: "Yoriko! Jangan begitu, dia detektif bukan dukun, bagaimana mungkin percaya hal seperti itu? Dan, pikirkan juga perasaan Yasuomi, apa kamu mau memberitahunya bahwa... kamu melihat Miyo? Mengatakan padanya bahwa hantu Miyo muncul? Dulu betapa sulitnya dia bangkit dari bayang-bayang kematian Miyo? Kita, dan Harumi, selalu mendukungnya, karena itu..."
Tangan Yoshiko bergesekan dengan tidak wajar di atas tatami, berkata: "Sebenarnya... Kematian Miyo, aku juga bertanggung jawab. Awalnya, legenda itu yang kuberitahu padanya. Legenda ini sendiri karena sangat mengerikan, biasanya para tetua desa menganggapnya tabu dan tidak akan sembarangan mengatakannya. Tapi aku malah memberitahu Miyo. Jika aku tidak mengatakannya, dia pasti tidak akan pergi ke tempat itu. Aku... aku benar-benar melihatnya hari itu. Aku melihat Miyo, dia juga telah menjadi hantu..."
"Jangan ngomong sembarangan!" Suara Goro berubah: "Ini terlalu menyeramkan! Miyo sudah meninggal empat tahun! Bagaimana mungkin dia muncul lagi? Sama sekali tidak mungkin! Yoshiko, aku sudah bicara dengan Harumi. Ini pasti karena penglihatanmu yang kabur! Karena kamu selalu merasa bersalah atas kematian Miyo, sehingga menciptakan halusinasi seperti ini! Jangan dipikirkan lagi! Dan jangan beri tahu orang lain! Kalau sampai Yasuomi tahu, dia pasti akan dilanda kegelisahan besar, mungkin akan semakin berkhayal! Lupa bagaimana dulu kematian Miyo membuat mentalnya terpukul berat?"
"Ini..." Yoshiko ragu sebentar, akhirnya mengangguk pelan.
"Baiklah, aku janji padamu. Aku tidak akan membicarakan hal ini lagi pada siapapun. Mungkin... benar penglihatanku yang kabur..."
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 5 Masa Lalu Keluarga Hasegawa
"Tentang kisah horor itu..." Kamya Sayoko mengerutkan alisnya, bertanya: "Apakah kalian semua benar-benar memahaminya?"
“Ini,” Harumi berbicara lebih dulu dari Masaomi: “Sebenarnya saya juga tidak terlalu paham, ini adalah cerita turun-temurun dari generasi tua, sekarang dianggap sebagai ucapan ibu untuk menakuti anak yang tidak patuh. Seperti 'kalau kamu tidak nurut, hantu keluarga Hasegawa akan menyeberangi jembatan rantai untuk menangkapmu'. Saat kami kecil, banyak yang mendengar legenda ini, hampir tidak ada yang menganggapnya serius.”
“Apa maksud pertanyaanmu?” Masaomi bertanya dengan penuh pertimbangan: “Nyonya Kamya, apakah Anda ingin mengatakan bahwa legenda ini ada hubungannya dengan kematian Miyo?”
“Menurut penilaian saya, sayangnya memang ada hubungannya.”
Saat itu, suasana di ruangan tiba-tiba menjadi hening. Masaomi dan Harumi sama-sama menatap serius pada Kamya Sayoko, memastikan ucapan barusannya bukanlah candaan.
Bersamaan dengan itu, earphone mikro yang dipakai Kamya Sayoko menerima suara dari alat penyadap yang dipasang di rumah Kiuchi. Ucapan Kiuchi Yoriko juga sepenuhnya masuk ke telinganya.
“Apakah Anda yakin saat itu,” Kamya Sayoko memperlambat tempo bicaranya, perlahan berkata: “Apakah Anda yakin saat itu, tidak melihat siapa pun? Tidak, apakah saat itu terjadi fenomena yang tidak bisa Anda pahami?”
“Jika harus dikatakan, saya benar-benar tidak tahu mengapa Miyo jatuh dari Jembatan Gantung itu...”
Kamihara Masaomi merasakan bahwa Kamya Sayoko jelas mengetahui sesuatu. Pasti dia menguasai petunjuk penting tertentu!
“Apa sebenarnya!”
"Empat tahun yang lalu, bayangan mengerikan itu kembali muncul di benak Masaomi Kambara. Sang istri tercinta menghilang begitu saja dari Jembatan Gantung, meninggalkannya sendirian. Penderitaan besar yang tak tertahankan ini, meskipun sementara berhasil diredam demi tanggung jawab keluarga, tetap saja menjadi beban yang tak kunjung terlepas dari hati Masaomi. Jika kematian Miyo benar menyimpan rahasia, ia ingin mengetahui kebenarannya dengan cara apapun!"
Wajah tampannya saat ini dipenuhi keterkejutan dan ketidakpercayaan, lalu berubah menjadi harapan yang membara. Ia menundukkan kepala seraya berkata: "Nyonya Kamya, jika Anda benar-benar mengetahui sesuatu tentang kematian Miyo, tolong beritahu saya! Pastikan saya memahami apa yang sebenarnya terjadi!"
"Jika hanya ini yang Anda ketahui, maka tidak ada jalan lain." Kamya Sayoko tetap tanpa ekspresi. Perlahan ia berdiri, "Mungkin generasi tua lebih paham tentang legenda itu. Saya akan bertanya pada mereka. Tentang kematian istri Anda, saya pun tidak tahu pasti. Bisa saja ini salah persepsi dariku."
Saat perempuan itu berdiri, Pei Qingyi, Sima Zhen, dan lainnya juga ikut bangkit dari tempat duduk.
"Tunggu sebentar!" Qingmei berdiri. Ia juga menyadari bahwa Kamya Sayoko jelas-jelas memegang suatu petunjuk. Dari deskripsi Mieko sebelumnya, ia pun memiliki keyakinan kuat pada detektif wanita ini. Segera ia berkata: "De, Nyonya Kamya... Kumohon! Kakakku, sejak kakak ipar perempuan meninggal, dia terus menderita, tidak mau menerima kenyataan ini. Jadi... jika Anda memiliki informasi, tolong beri tahu kami!"
Ekspresi Kamya Sayoko tetap datar, sama sekali tidak terbaca. Menanggapi permohonan tulus Qingmei, ia hanya berkata pelan: "Sudah kukatakan, aku juga tidak tahu banyak hal."
"Tidak! Jika tidak punya petunjuk, Anda tidak akan datang menanyai kami..." Qingmei tiba-tiba memperhatikan Pei Qingyi di belakangnya. Buru-buru ia bertanya: "Anda sekalian adalah rekan Nyonya Kamya? Apa kalian tahu sesuatu? Tolong... beri tahu aku!"
Pei Qingyi juga tidak menunjukkan reaksi. Jika tidak ada petunjuk dari apartemen, ia tidak tertarik mengurusi mereka. Nyawanya sendiri saja sudah dalam ketidakpastian, mana ada waktu luang untuk mereka? Sima Zhen dan yang lain tentu sama.
Qingmei teringat kejadian kemarin - laporan Kazuya bahwa Yoshiko melihat wanita yang mirip sekali dengan Mieko di sisi timur Pegunungan Omaguroh, dekat rumah tua terbengkalai. Hari ini Kamya Sayoko datang menyelidiki kematian Mieko. Orang bodoh pun bisa menebak pasti ada sesuatu di balik ini!
Jangan-jangan... kakak ipar perempuannya masih hidup?
Gagasan ini bergolak dalam hati Harumi. Jika kakak iparnya benar-benar tidak meninggal, itu akan menjadi kabar gembira luar biasa bagi keluarga Kamihara. Tapi jika dia masih hidup, mengapa tidak pulang? Ini sama sekali tidak masuk akal. Apalagi berdasarkan penyelidikan sebelumnya, kebanyakan orang menganggap kemungkinan selamat kakak iparnya hampir tidak ada. Awalnya Harumi mengira Yoshiko salah melihat, namun kunjungan Kamya Sayoko membuatnya merasa dugaan ini mungkin benar.
"Ah, iya."
Kamya Sayoko tiba-tiba menoleh dan bertanya: "Hampir lupa menanyakan hal penting. Tuan Kamihara, apakah istri Anda saat kejadian mengenakan Kimono putih? Atau apakah dia pernah memakai Kimono putih?"
Ekspresi bingung melintas di wajah Masao dan Harumi, jelas tidak mengerti maksud perkataan Kamya Sayoko.
"Tidak, tidak. Saat itu, Miyao tidak mengenakan Kimono putih. Saya juga tidak pernah melihatnya memakai Kimono sama sekali."
"Begitu ya..."
Kamya Sayoko bergumam pelan, lalu berkata: "Kalau begitu cukup. Tampaknya saya salah. Kematian istri Anda tidak terkait dengan penyelidikan saya. Jangan terlalu dipikirkan. Meski masyarakat menyebut saya detektif dewa, itu hanya gelar kosong. Jangan anggap saya benar-benar detektif terkenal."
Masao memandang wanita yang begitu dihormati dan dicintai oleh mendiang istrinya ini. Ia merasa bahwa wanita ini tidak seperti yang dikatakan istrinya, seolah sosok yang sulit ditembus. Karakternya sama sekali berbeda dengan Mayu. Mayu selalu penuh tawa, memberikan kehangatan, sedangkan Kamya Sayoko bagai kegelapan malam yang dalam, menyimpan misteri.
Kalau dia sudah berkata demikian, Masao pun tak punya cara. Lagi pula, mana mungkin membuka mulutnya dengan paksa? Dia sendiri sudah bilang itu tidak ada hubungannya. Selain itu, Masao merasakan bahwa sekeras apapun ia memohon, wanita itu jelas-jelas tidak akan mengeluarkan setitik kabar pun.
Setelah meninggalkan keluarga Kamihara, Pei Qingyi segera menyampaikan pendapatnya: "Tidak salah lagi, Vila Hasukawa itu adalah Rumah hantu. Tapi aneh sekali, mengapa apartemen hanya mengatur kita masuk ke Ōgurokurei, bukan ke rumah hantu itu?"
"Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan." Ekspresi Kamya Sayoko masih tetap berjalan biasa saja: "Ini mungkin juga merupakan pengelabuan apartemen terhadap kita. Jika terlalu mudah percaya, mungkin akhirnya kita tidak akan bisa bangkit lagi. Harus diingat, selain petunjuk jalan keluar, bisa saja ada penyesatan jalan kematian yang muncul di depan kita."
"Ini... tidak mungkin?" Sui Wenbin adalah seseorang yang cukup sederhana otaknya di antara mereka. Dia mengira Kamya Sayoko terlalu berhati-hati.
"Instruksi tulisan darah kali ini, mungkin tidak hanya memiliki tingkat kesulitan seperti instruksi darah kedua." Sampai di sini, Kamya Sayoko melanjutkan informasi hasil penyadapan: "Selain itu, tadi saya mendapat temuan. Kiuchi Yoruko, hal yang disembunyikannya adalah dia melihat Miyoshi Kiyo yang seharusnya sudah mati di sisi timur Ogumokurogari!"
Begitu kata-katanya keluar, semua orang mengerutkan kening.
"Kalau begitu..." Wu Xuanlin yang selama ini diam akhirnya bicara: "Hantu berbaju kimono putih yang kita lihat waktu itu adalah Miyoshi Kiyo?"
"Tujuan saya bertanya pada Miyabayashi Masaomi tadi memang untuk ini. Tentu pendapat mereka hanya sebagai referensi. Miyoshi Kiyo menikah ke Ogumokurogari lima tahun lalu, tidak menutup kemungkinan dia pernah memakai kimono putih sebelumnya. Tapi jika hantu itu bukan Miyoshi Kiyo, berarti memang ada lebih dari satu hantu."
Legenda tujuh hantu benar-benar membebani pikiran setiap orang.
Ini benar-benar mengerikan!
Desa Yashen masih memiliki jarak tertentu dari bangunan yang diduga rumah hantu itu. Tentu penghuni juga bisa memilih untuk menjauh sebisa mungkin, tapi apakah menjauh ada artinya?
Pei Qingyi menopang dagunya, berpikir cepat sambil berkata: "Dalam wilayah Ogumokurogari, tidak ada tempat yang aman bagi kita. Karena itu kita harus berlomba dengan waktu, secepatnya menyelidiki apa yang sebenarnya kita hadapi, dan di mana jalan keluarnya."
Di desa, kami bertanya pada banyak orang tentang kisah misteri tersebut.
"Yang dijelaskan lebih rinci adalah seorang nenek berusia tujuh puluhan. Dia mengatakan, kasus itu cukup menggemparkan pada masanya, dan legenda hantu mulai beredar tak lama setelah kejadian tersebut."
Di dalam rumah sang nenek, dia duduk bersila dan mulai menceritakan asal-usul legenda ini.
"Itu terjadi sekitar lebih dari empat puluh tahun yang lalu. Si orang kaya itu bernama Hasegawa Takuzou. Dia berasal dari Tokyo, membangun rumah megah di pegunungan terpencil ini, lalu tinggal bersama istrinya, adik laki-laki, dan adik perempuannya. Sang istri saat itu benar-benar terkenal sebagai kecantikan. Saya ingat namanya... Hasegawa Kayo."
"Cantik?" Kamya Sayoko menyela, "Anda masih ingat penampilannya?"
"Ya, saat itu banyak warga desa kami yang sangat menyukai Nyonya Kayo. Dia tidak hanya cantik, tapi juga pandai menyanyikan lagu-lagu indah. Jadi saat kasus itu terjadi, semua orang sulit mempercayainya. Apalagi, ketujuh anggota keluarga Hasegawa tewas, tak ada yang tersisa."
"Lanjutkan. Detail tentang lima anggota keluarga lainnya..."
"Baik, adik Tn. Takuzou yang diduga berselingkuh dengan Nyonya Kayo bernama Hasegawa Takayuki. Tn. Takayuki memang jauh lebih tampan daripada kakaknya Takuzou, dan usianya juga lebih muda. Jadi kami semua menganggap perselingkuhan dengan Nyonya Kayo sangat mungkin terjadi. Nyonya Kayo sendiri lebih muda lebih dari sepuluh tahun dari Tn. Takuzou, dan hanya dua tahun lebih muda dari Tn. Takayuki."
"Begitu ya..." Kamya Sayoko terus mencatat informasi penting ini, lalu bertanya, "Lalu, menurut kalian, apakah mereka benar-benar memiliki hubungan terlarang?"
"Ini... Saat itu hubungan mereka dengan Desa Yagamami tidak terlalu erat. Nyonya Yoshimi memang akrab dengan banyak orang di desa, terutama Kimiko—oh, itu pemilik Hotel Matsuda. Waktu itu dia masih gadis kecil, hubungannya dengan Nyonya Yoshimi dekat seperti ibu dan anak. Sedangkan Tuan Takuzo, orang-orang jarang berinteraksi dengannya. Banyak yang menganggapnya picik dan mudah marah. Sebaliknya, adiknya Tuan Takushi justru orang yang lembut dan ramah. Dua saudara ini benar-benar tidak mirip. Jujur saja, saya juga merasa Tuan Takushi lebih baik daripada Tuan Takuzo. Oh ya, pelayan Nyonya Yoshimi yang bernama Aoi juga pernah bercerita padaku, dia bilang kehidupan pernikahan Tuan Takuzo dan Nyonya Yoshimi tidak bahagia..."
Di sisi timur pegunungan Omagari Kurotoge, sebuah jembatan gantung menjulang di antara dua tebing terjal. Di tengah hutan lebat, berdiri sebuah rumah kuno. Kawanan gagak beterbangan dari langit, berkumpul di atap bagai mewarnai atap tersebut menjadi hitam...
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 6 Kimono Putih
Iijima Kazuya memasuki area hutan tersebut.
"Sejujurnya, perkataan Kiuchi Yoriko masih sangat mengganggunya. Dia juga tidak percaya bahwa istri Toshikuni masih hidup, apalagi mempercayai kisah hantu itu. Namun, selalu ada ganjalan di hatinya."
"Kalau begitu…"
Di hadapan orang tua itu, Kamya Sayoko bertanya lagi: "Saya ingin bertanya, bagaimana dengan adik perempuan Tuan Hasegawa Takuzou? Dia masih memiliki seorang adik perempuan, bukan?"
"Benar," orang tua itu mengangguk, "Saya ingat jelas, adik perempuan Tuan Takuzou bernama Sanae, Hasegawa Sanae. Nona Sanae adalah orang yang sangat menyukai musik, dia pandai bermain piano dan berwatak lembut. Sungguh menyedihkan, di usia muda dia tewas dibunuh oleh kakak kandungnya sendiri tanpa alasan yang jelas."
"Saya ingin bertanya." Tiba-tiba Pei Qingyi menyela dalam bahasa Jepang: "Menurut penuturan kalian, awalnya Nyonya Kayo berselingkuh dengan adik laki-laki Tuan Takuzou yaitu Takayuki, akhirnya Tuan Takuzou membunuh mereka semua. Namun Tuan Takuzou sendiri juga bunuh diri, bagaimana kalian mengetahui hal ini? Apakah ada surat wasiat yang ditinggalkan?"
"Ya, benar. Tapi bukan ditulis dengan tinta. Setelah membunuh enam orang di keluarganya, Tuan Takuzou menuliskan sebuah pesan dengan darah di dinding yang menjelaskan alasan pembunuhannya, lalu bunuh diri."
Mendengar ini, pulpen yang sedang dipegang Kamya Sayoko untuk mencatat berhenti bergerak.
"Tulisan... darah? Bisakah dipastikan bahwa tulisan darah itu benar-benar ditulis oleh Hasegawa Takuzou sendiri?"
“Ini…” Lanjut orang tua itu, “Kalau polisi sudah berpendapat begitu, tentu tidak salah. Bukan begitu? Nyonya Kamya, Anda bilang Anda detektif dari Kyoto, apakah Anda punya pandangan baru?”
“Bagaimana jika kebenaran kasus ini bukan seperti itu? Jika... pelaku pembunuhan sebenarnya orang lain, maka situasinya akan sangat berbeda.”
Begitu Kamya Sayoko mengucapkan kata-kata itu, Pei Qingyi langsung memahami maksudnya.
Dengan kata lain... ini mungkin petunjuk jalan keluar. Pembunuh tujuh anggota keluarga Hasegawa belum tentu Hasegawa Takuzou, bisa jadi ada pelaku lain. Apakah dengan mengungkap pembunuh sebenarnya, arwah korban bisa beristirahat tenang dan berhenti menyakiti penghuni?
Tapi bagaimana menyelidiki kasus empat puluh tahun lalu? Lagipula masa kadaluwarsa sudah lewat, mustahil menghukum pelaku. Apakah kita harus membunuh pelaku dengan tangan sendiri?
Pei Qingyi masih merasa ada yang jangkar. Para korban pasti tahu identitas pembunuhnya. Jika memang begitu, mengapa arwah gentayangan tidak langsung menuntut nyawa si pelaku, malah memaksa penghuni untuk mengungkap kebenaran?
Kecuali... apartemen memberi batasan, sehingga harus menggunakan tangan orang hidup untuk balas dendam.
Jika deduksi ini benar, apakah pembunuh sebenarnya berada di Desa Kamya? Mengingat mereka tidak mungkin meninggalkan Gunung Omokuro, dan Desa Kamya adalah satu-satunya permukiman di pegunungan ini.
Kamya Sayoko tidak memberikan pendapatnya, malah berkata pada orang tua di depannya: “Lanjutkan.”
“Hmm, apa lagi yang ingin kalian tanyakan?”
“Masih ada tiga orang, kan? Tadi kamu menyebutkan pelayan Nyonya Yoshino bernama Aoi, apakah kamu tahu nama lengkapnya?”
“Saya benar-benar tidak tahu, hanya tahu namanya Aoi, yang lain tidak diketahui. Untuk dua pelayan itu, saya ingat satu bernama Makoto dan satu lagi Chika.”
“Bagaimana kesanmu tentang ketiga orang ini?”
“Kesan... Tidak bisa dibilang kesan. Aoi, Makoto, dan Chika hanyalah pelayan biasa. Saya hampir tidak pernah bertemu mereka. Hanya Aoi yang kadang terlihat mengikuti Nyonya Yoshino, jadi pernah saya lihat beberapa kali.”
“Lalu... Menurutmu bagaimana hubungan ketujuh orang ini satu sama lain?”
Saat sampai di sini, nenek itu tiba-tiba melihat Kamya Sayoko dengan curiga dan bertanya: “Permisi... Nyonya Kamya? Mengapa pertanyaannya begitu detail? Katanya detektif dari Kyoto, tapi ini kasus empat puluh tahun lalu. Masih mau menyelidiki apa? Semua anggota Keluarga Hasegawa sudah meninggal, tidak mungkin ada yang mempekerjakanmu.”
Meski sudah tua, nenek ini tampaknya masih cukup lihai.
Kamya Sayoko cepat bereaksi. Meletakkan buku catatannya, ekspresinya tetap tenang: “Karena legenda horor itu. Sebelumnya pernah ada kasus kehilangan jejak akibat legenda ini, kan? Saya ingin melakukan investigasi terkait hal itu.”
“Oh begitu...” Nenek itu akhirnya manggut-manggut: “Jujur saja, saya tidak tahu apakah benar ada hantu. Waktu itu semua orang menyebarkan ceritanya dengan sangat hidup, jadi...”
“Saya lanjutkan pertanyaan tadi.” Kamya Sayoko tidak menyia-nyiakan waktu, melanjutkan: “Menurut pernyataanmu, perselingkuhan Nyonya Kase dengan adik iparnya tidak mengejutkan kalian. Tapi berdasarkan keterangan selanjutnya, Tuan Takuzo membunuh adik perempuannya dan pelayan karena curiga mereka menyembunyikan perselingkuhan ini. Lalu...menurutmu, apakah Sanae-san mengetahui perselingkuhan Nyonya Kase?”
“Bagaimana mungkin saya tahu...”
Kamya Sayoko mengedipkan matanya, lalu berkata: “Atau, saya ubah cara bertanya. Menurutmu, bagaimana hubungan Sanae-san (adik perempuan Tuan Hasegawa Takuzo) dengan kedua kakak laki-lakinya?”
Saat itu, Sima Zhen menarik-narik baju Pei Qingyi dan berbisik: “Bisa tidak kamu terjemahkan percakapan mereka? Saya sama sekali tidak paham, mereka bicara terlalu cepat.”
Pei Qingyi menjawab tanpa menoleh: “Catatan saya semuanya dalam bahasa Mandarin, seharusnya kamu bisa baca kan?”
Karena kali ini akan ke Jepang, sebelumnya Sima Zhen, Sui Wenbin dan Wu Xuanlin sudah berusaha belajar intensif bahasa Jepang. Tapi waktu yang singkat bahkan tidak cukup untuk menghafal tabel 50 suara, apalagi Sima Zhen yang mengaku pria rumahan bahkan tidak bisa membedakan hiragana dan katakana. Jadi hanya bisa memahami percakapan sehari-hari. Tapi karena tidak tahu bagaimana menulis nama "Takuzo", "Kase", "Sanae" dalam kanji, Kamya Sayoko hanya bisa menuliskan romaji di buku catatan, sedangkan Pei Qingyi menuliskan kanji berdasarkan tebakan.
"Hubungan?" Nenek mendengar pertanyaan Kamya Sayoko, memiringkan kepala sambil berpikir, lalu berkata: "Ini, saya tidak ingat. Biasanya, mereka tinggal di rumah besar itu, tidak sering datang ke Desa Yegami."
Karena bagian ini diucapkan cukup lambat, Sima Zhen akhirnya mengerti beberapa kata. Bagaimanapun, dia sudah menonton drama Jepang dan anime seperti "Naruto", "Shinigami", "One Piece", "Gintama" dalam versi asli tanpa dubbing. Lama-kelamaan, kosakata sehari-hari mulai bisa dipahaminya.
Namun situasi Sui Wenbin dan Wu Xuanlin berbeda. Keduanya sama sekali tidak menonton anime atau drama Jepang, jadi sama sekali tidak mengerti. Meski ikut melihat catatan Pei Qingyi dan Kamya Sayoko, catatan itu ditulis dengan coretan tidak rapi. Perkataan nenek mungkin mengandung petunjuk jalan keluar, membuat mereka panik berkeringat dingin - ini menyangkut nyawa! Mereka memandang Pei Qingyi yang mahir bahasa Jepang dengan iri. Mereka juga khawatir: akankah semua informasi nanti diberitahu sejujurnya? Bagaimana jika mereka dijadikan kelinci percobaan untuk menguji jalan keluar? Mati sia-sia! Apalagi dengan hambatan bahasa, mustahil memverifikasi kebenaran ucapan mereka.
Sui Wenbin sudah membalik-balik buku percakapan dasar bahasa Jepang hingga rusak, sementara Wu Xuanlin menggenggam erat "Kamus Besar Bahasa Jepang" yang tebalnya bisa dijadikan bantal. Yang terakhir ini bertekad meminta nenek itu menuliskan ucapannya tulis untuk dicocokkan dengan kamus. Dia juga kurang mempercayai Kamya Sayoko dan Pei Qingyi, dibanding kamus yang jauh lebih bisa diandalkan.
Namun Wu Xuanlin juga khawatir, jangan-jangan kamus di tangannya sudah diganti hantu? Atau mungkin ingatannya dimanipulasi? Semakin banyak dia mempelajari tabel analisis misi darah, semakin paranoid dan diliputi ketakutan.
Setelah ditanya berkali-kali, jelas nenek itu sudah tak bisa memberikan informasi baru. Akhirnya Kamya Sayoko mengajukan pertanyaan pamungkas.
"Apakah kamu ingat... di antara Nyonya Yoshio, Nona Sanae, dan Aoi, siapa yang mengenakan Kimono putih?"
Saat Sima Zhen mendengar kata "ホワイト" (putih), matanya langsung terbelalak. Dia buru-buru berbisik ke Sui Wenbin dan Wu Xuanlin: "Hei, dengar! Nyonya Kamya sedang menanyakan tentang Kimono putih itu."
Mendengar itu, Sui Wenbin dan Wu Xuanlin menyemangatkan telinga. Setelah belajar intensif bahasa Jepang selama beberapa hari, setidaknya kata dasar seperti 'ada' atau 'tidak ada' harus bisa mereka pahami. Kalau tidak, bukankah uang untuk membeli materi belajar itu terbuang percuma?
“Nenek mendengar kalimat ini, wajahnya jelas berubah. Kemudian, dia berkata perlahan: "Ya, benar. Nyonya Yoshie sering memakai Kimono putih. Dulu ketika dia datang ke Desa Yashen, berkali-kali memakai Kimono ini."
Begitu kalimat ini diucapkan, tangan Kamya Sayoko yang memegang pena sedikit gemetar, sementara ekspresi Pei Qingyi juga berubah. Adapun ekspresi Sima Zhen, Sui Wenbin, dan Wu Xuanlin bahkan lebih dramatis.
Benarkah demikian?
Mengingat kembali sosok wanita berbaju Kimono putih yang muncul sekejap di depan mobil, karena hanya terlihat profil wajahnya sehingga tidak jelas, tetapi Kimono putih itu memberi kesan mendalam.
Apakah yang dilihat saat itu... adalah Nyonya Yoshie yang 'dibunuh' empat puluh tahun lalu?
Kazuya Iijima memasuki hutan lebat, semakin mendekati pegunungan sisi timur. Dia sama sekali tidak percaya cerita hantu. Namun, karena ini menyangkut istri almarhum Tadaomi, jika Mayu benar-benar masih hidup, sebagai teman Tadaomi, dia tidak boleh menyembunyikan fakta ini.
Semakin dekat ke Jembatan Gantung, pepohonan di sekitarnya semakin rimbun dan lebat. Sinar matahari terhalang sebagian besar, membuat sekitar terasa sangat sunyi. Meski Kazuya Iijima tidak percaya hantu, jantungnya berdebar-debar.
"Inikah tempat dimana Itsuko mengatakan melihat Mayu?"
“Jarak dari jembatan gantung itu hanya kurang dari seratus meter. Jika bukan karena terhalang pepohonan di depan, dia seharusnya sudah bisa melihat tebing dan jembatan gantung itu sekarang. Setidaknya, suara aliran air sudah mulai terdengar di telinga Kazuya.”
“Tapi untuk apa detektif wanita ternama itu datang ke Desa Yagami? Mungkinkah Masaomi yang menyuruhnya menyelidiki kematian Miyo? Hmm, sesuai karakter Masaomi, sangat mungkin. Dan karena pengaruh Miyo, dia pasti sangat mempercayai detektif itu.”
Saat itu, dia teringat pada hilangnya ibu Itsuko dulu. Waktu itu Itsuko masih kecil, ayahnya sudah meninggal sebelum dia lahir, dan saat Itsuko berusia tiga tahun, ibunya tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
“Saat itu, ada juga yang bilang ini ada hubungannya dengan legenda mistis itu. Meski tidak berdasar, memang ada beberapa kasus hilangnya orang di desa ini selama empat puluh tahun terakhir. Tapi karena sudah terlalu lama, tidak ada yang meneliti lagi.”
Akhirnya, dia sampai di depan jembatan gantung itu.
Haruskah menyeberang? Kazuya merenung. Matanya menatap ke seberang jembatan yang tertutup rimbunnya pepohonan, membuat rumah besar itu tidak terlihat jelas. Selama beberapa tahun terakhir, hutan ini semakin lebat.
“Mungkin Itsuko salah lihat?” Kazuya menggaruk-garuk kepala, “Pasti dia mengira melihat seseorang yang mirip Miyo. Bagaimana kalau aku pulang saja dulu? Kalau mau kesini lagi, lain kali ajak Gorō bersama.”
Tapi entah mengapa, kaki Kazuya tetap melangkah ke atas jembatan gantung itu.
“Sudahlah, sudah sampai di sini. Beberapa langkah lagi, apa masalahnya?”
Ia berjalan dengan langkah pelan, meskipun jembatan gantung ini bukan terbuat dari kayu, namun setelah bertahun-tahun siapa yang tahu apakah masih aman. Di bawahnya adalah jurang yang dalam, dia tetap berhati-hati, bahkan tidak berani menengadah, terus menatap tanah di bawah kakinya.
Saat tiba di tengah jembatan, Kazuya yang terus menunduk itu, dalam pandangannya tiba-tiba muncul sepasang kaki bersandal kayu...
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 7 Orang yang Dihilangkan oleh Dewa
Pada saat yang sama, di Kota K Tiongkok, di apartemen yang menjadi mimpi buruk bagi banyak penghuni.
"Kira-kira dua bulan lagi, IQ saya akan kembali ke kondisi semula?"
Di Kamar 404, Li Yin dan Ziye duduk berhadapan. Saat ini, Kamya Sayoko dan lainnya sedang menjalankan instruksi tulisan darah di Jepang, sementara Li Yin dan Ziye berkumpul untuk merancang strategi bagi kelima penghuni tersebut.
Setelah kartu yang bisa memasuki gudang menghilang, para penghuni merasakan ketakutan yang tak jelas. Gudang tidak mungkin hilang tanpa alasan, artinya pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Benar," jawab Li Yin. "Efek mantra sumsum otak paling lama hanya bertahan dua bulan. Tapi jika kamu menerima instruksi tulisan darah selama periode ini akan sangat berbahaya. Awalnya kupikir ini bisa ditutupi dengan alat lain, tapi sekarang gudang tiba-tiba terkunci. Perubahan ini pasti terjadi karena sesuatu."
"Menurutmu kemungkinan apa saja?"
“Berdasarkan logika umum, seharusnya ada penghuni yang secara diam-diam berhasil menjalankan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis. Setelah Raja Iblis disegel, keberadaan gudang secara alami tidak diperlukan lagi. Dan saat ini, Lian Cheng menghilang...”
“Li Yin,” Ziye segera memahami maksud Li Yin: “Maksudmu Hua Liancheng berhasil menjalankan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis? Kemungkinan seperti itu hampir bisa diabaikan. Instruksi tulisan darah tingkat raja iblis sangat mengerikan, mustahil dia bisa melewatinya sendirian.”
“Sulit dikatakan. Bagaimanapun tidak ada penjelasan rasional lain. Apalagi, hilangnya Lian Cheng adalah fakta. Jika ini fakta, maka kita tidak bisa lagi menjalankan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis. Pecahan Perjanjian Neraka mungkin juga akan kehilangan fungsinya.”
Li Yin dan Ziye sama-sama tercekam dalam keheningan.
“Ziye.” Tiba-tiba Li Yin berbicara: “Sebenarnya ada kemungkinan lain tentang hilangnya gudang. Yaitu, gudang itu sendiri bukan untuk membantu kita melewati misi darah, sebaliknya, ada untuk mencapai tujuan tertentu yang justru menjerumuskan kita ke dalam teror. Kemungkinan seperti itu juga ada.”
Kemungkinan seperti itu...
Prefektur Kumamoto, Jepang. Pegunungan Ōgurokure.
Di rumah keluarga Jinbo, Masami saat ini berdiri membeku di depan altar peringatan Miyo. Kunjungan Kamya Sayoko telah membangkitkan semua kenangannya.
Di dalam ruangan sempit ini, Masami duduk sendirian menghadapi foto almarhumah Miyo.
Di luar pintu, Harumi mengamati kakaknya yang terus seperti ini sejak Kamya Sayoko pergi. Hatinya bergejolak, kata-kata Yoriko masih bergema di benaknya.
"Haruskah memberitahu Kakak bahwa Itsuko melihat kakak ipar?"
"Mungkinkah kakak ipar benar-benar masih hidup?"
"Kamu di luar kan? Harumi?" Tadaomi tiba-tiba berbicara: "Masuklah."
Harumi menggigit bibirnya, lalu masuk dan duduk bersila di samping Tadaomi. Untuk sementara dia bingung harus berkata apa, lagipula kata-kata penghiburan selama empat tahun terakhir sudah habis terucap.
"Tiba-tiba merasa sangat rindu."
Tadaomi tiba-tiba mengucapkan kalimat seperti itu.
"Saat Kamya Sayoko muncul, aku beberapa kali teringat Miwa. Di kamarnya hampir semua dinding dipenuhi foto Kamya Sayoko, membuatku setiap melihatnya langsung teringat Miwa yang masih hidup dulu."
"Aku juga ingat..." Harumi tersenyum pahit: "Dia mengumpulkan semua data kasus yang dipecahkan Nyonya Kamya, kupingku sampai kapalan mendengarnya. Terutama kasus 'Pembunuhan Lingkaran Hitam' itu, yaitu kasus pembunuhan berantai di Kyoto dimana setiap mayatnya digambar lingkaran hitam. Katanya Nyonya Kamya hampir dibunuh pelaku dalam kasus itu. Kedengarannya sangat menegangkan. Tapi mungkin juga kakak ipar membumbui ceritanya, seolah-olah dia sendiri yang mengalaminya."
Tadaomi memalingkan kepala ke Harumi, matanya sekarang sudah berkaca-kaca.
Di Hotel Matsuda, Matsuda Kimiko sedang mencatat transaksi di meja resepsionis. Dia mendengar suara pintu hotel terbuka, mengangkat kepala dan melihat Kamya Sayoko masuk.
"Nyonya Kamya, Anda sudah kembali?"
"Kamya Sayoko berjalan perlahan mendekat, sampai di depan konter, langsung membuka topik: 'Nyonya Matsuda, menurut yang saya tahu, Anda dulunya punya hubungan baik dengan Nyonya Yoshiko keluarga Hasegawa?'"
Matsuda Kimiko membeku, dia tidak mengerti kenapa Kamya Sayoko tiba-tiba menanyakan hal itu.
"Hubunganmu dengan Nyonya Yoshiko, cukup baik?"
"Itu sudah empat puluh tahun yang lalu." Matsuda Kimiko mengingat-ingat memori lama itu, berkata: "Banyak hal sudah hampir saya lupakan, tapi memang hubungan saya dengan Nyonya Yoshiko cukup baik. Tapi, Nyonya Kamya kenapa menanyakan ini?"
"Saya sedang menyelidiki suatu kasus." Kamya Sayoko mendekat selangkah lagi ke konter, melanjutkan: "Jadi ingin bertanya secara detail."
"Tapi, saya masih harus menjalankan bisnis..."
Sebuah cek diambil dari tubuh Kamya Sayoko, diletakkan di atas konter, katanya: "Ini cek senilai 1 juta yen. Asalkan Anda menceritakan semua yang Anda tahu, cek ini menjadi milik Anda. Jika petunjuk yang Anda berikan bisa sangat membantu, uang lebih banyak lagi bukan masalah. Saya sebelumnya menerima banyak permintaan dari orang kaya, uang, saya tidak kekurangan."
Peristiwa pembunuhan Kuroen yang menggemparkan Kyoto kala itu, salah satu korban adalah anak tunggal seorang super kaya. Setelah Kamya Sayoko memecahkan kasus itu, dia mendapatkan bayaran besar mencapai ratusan juta yen.
Mata Matsuda Kimiko menatap tajam cek itu, memperhatikan enam angka nol di belakangnya.
Satu juta?
Hanya untuk menjawab pertanyaan, langsung memberi satu juta?
Ini terlalu berlebihan!
"Bagaimana? Tidak cukup?" Kamya Sayoko bahkan tidak mengerutkan kening, langsung berkata: "Saya masih membawa cek kosong yang belum diisi. Asal kamu sebutkan angka, selama masih dalam batas kemampuan saya, akan saya berikan."
"Tidak, bukan..." Matsuda Kimiko segera mengambil cek itu, seperti takut Kamya Sayoko akan menyesal, menyimpannya di saku: "Baik, saya akan segera datang, Nyonya Kamya. Apapun yang ingin Anda tanyakan, silakan!"
Seperti pepatah: Menerima pemberian orang lain membuat tangan pendek, makan pemberian orang membuat mulut lembek. Cek satu juta yen yang diberikan membuat Matsuda Kimiko tidak enak hati untuk menolak. Meskipun kejadian empat puluh tahun lalu, dia akan berusaha keras mengingatnya.
Saat memasuki ruangan Kamya Sayoko, di dalam sudah ada Sui Wenbin dan Wu Xuanlin. Pei Qingyi dan Sima Zhen masih mengumpulkan petunjuk di area lain desa.
Begitu masuk ke ruangan hotel dan duduk, Kamya Sayoko langsung membuka pembicaraan: "Saya tidak akan bertele-tele. Yang ingin saya ketahui adalah segala hal terkait seluruh anggota keluarga Nagasawa. Termasuk legenda aneh yang kemudian berkembang, Ibu Matsuda bisa ceritakan semua. Perhatikan baik-baik: meskipun terdengar tidak masuk akal, atau menurutmu hanya kabar angin yang tidak bisa dipercaya, jangan dilewatkan. Ceritakan semuanya, saya yang akan menilai kredibilitasnya. Jika informasi Anda membantu penyelidikan saya, imbalan tidak akan saya pelitkan."
"Mengerti, mengerti!" Wajah Matsuda Kimiko dipenuhi senyuman. Sejak suaminya meninggal, ia terus bertahan mengelola hotel pemandian air panas ini. Kini, dengan munculnya "dewa kekayaan" seperti ini, tentu ia takkan melepaskannya begitu saja.
"Pertama tentang Nyonya Hasegawa Kayo yang Tanyakan Nyonya Kamya..." Matsuda Kimiko berkata tegas: "Saya bisa jamin, dia memang berselingkuh dengan adik iparnya!"
Pernyataan ini membuat Kamya Sayoko terkejut. Sui Wenbin dan Wu Xuanlin yang tidak paham bahasa Jepang tidak bereaksi apapun. Namun melihat ekspresi Kamya, Sui buru-buru bertanya: "Apa yang dia katakan? Aku hanya dengar kata 'jamin'."
"Nanti akan saya terjemahkan semuanya. Jangan interupsi dulu." Nyonya Kamya menghindari jawaban langsung, "Anda yakin? Masak Nyonya Kayo akan cerita hal seperti ini pada Anda?"
"Tentu tidak. Tapi suatu kali, saya melihat Nyonya Kayo dan adik iparnya, Tuan Hasegawa Takashi berciuman di hutan. Adegan itu jelas saya lihat. Oh ya, saat itu pelayan wanita Aoi yang mendampingi Nyonya terus melirik ke sekililing, sepertinya sedang berjaga-jaga. Saya bersembunyi di balik semak-semak sehingga tidak terlihat. Saat itu saya hanya jalan-jalan biasa di hutan, tak sengaja melihat pemandangan itu."
“Begitu rupanya.” Kamya Sayoko menulis di buku catatan, antara nama "Keisei" dan "Takashi" menuliskan kalimat: "Memastikan adanya perselingkuhan." Sementara itu, menggarisbawahi nama "Aoi" dan menulis: "Orang yang mengetahui."
“Menurut penjelasanmu,” Kamya Sayoko mengangkat kepala setelah selesai menulis: “Pertama, Nyonya Hasegawa Keisei dan adik iparnya, Hasegawa Takashi memang terlibat perselingkuhan. Sedangkan pembantu pribadinya Aoi yang mengetahui hal ini malah membantu mereka berjaga? Anda yakin saat itu melihat kedua orang tersebut, tidak salah lihat?”
“Ya, saya melihat dengan jelas. Meski sudah empat puluh tahun berlalu, adegan itu sangat mengejutkan. Tak kusangka Nyonya Keisei yang selalu baik padaku akan melakukan hal seperti itu, jadi sangat membekas dalam ingatan. Dari situasi saat itu, sepertinya Nyonya Keisei lebih aktif.”
“Lalu, Anda tidak memberitahu siapapun tentang hal ini?” Nada Kamya Sayoko tiba-tiba berubah: “Maaf kalau terlalu langsung, apakah Tuan Hasegawa Takuzo mengetahui ketidaksetiaan istri karena Anda?”
“Ti-tidak mungkin...” Matsuda Kimiko langsung mengibaskan tangan: “Aku tidak pernah membicarakan hal ini dengan siapapun! Saat itu aku benar-benar kaget, lalu langsung kabur. Setiap kali Nyonya Keisei mengunjungiku, selalu mengajariku ikebana atau upacara teh. Awalnya kukira dia wanita yang sangat berbudi, tapi saat melihat sisi lain dirinya hari itu sungguh mengejutkan...”
“Maksudmu, menurutmu Nyonya Keisei bukan tipe wanita yang akan berselingkuh dengan pria?”
“Bagaimana ya……Nyonya Kashi sangat cantik, jadi waktu itu memang ada beberapa rumor. Tapi saya tidak percaya, kesan Nyonya Kashi bagi saya sangat lembut. Saya masih ingat pertama kali melihat beliau memakai kimono putih sambil memegang payung kertas masuk ke desa, banyak orang sampai hampir terbelalak matanya karena kecantikan beliau yang luar biasa.”
Poin kecantikan ini juga sesuai dengan pernyataan nenek tua itu.
Namun informasi tentang kimono putih kembali disebutkan. Meski Kamya Sayoko tidak bereaksi banyak, Sui Wenbin dan Wu Xuanlin yang mendengar kata "putih" langsung tegang.
“Kimono putih…… ya?”
Kamya Sayoko tiba-tiba menyobek selembar kertas dari buku catatannya: “Bisakah Anda menggambar model kimono itu untuk saya?”
“Ini……sudah 40 tahun berlalu, sulit untuk menggambarnya……”
“Begitu ya.”
Kamya Sayoko mengambil kembali kertas yang disobek itu dan bertanya lagi: “Kesan pertama Anda pada Nyonya Kashi adalah cantik dan lembut, tapi setelah melihat kejadian itu, bagaimana reaksi Anda ketika bertemu beliau di kemudian hari?”
“Sebenarnya... itu adalah terakhir kalinya saya bertemu Nyonya Kase. Seminggu setelah itu, terjadi pembantaian berdarah. Tuan Takuzo membunuh seluruh anggota keluarga dengan pisau, meninggalkan wasiat darah, lalu bunuh diri. Jadi saat mengetahui kabar ini, saya tidak terlalu terkejut. Tentu saja karena polisi kemudian menetapkan kasus ini sebagai bunuh diri cinta, penyelidikan tidak dilanjutkan. Kalau tidak, saya mungkin akan dipanggil untuk memberi kesaksian tentang apa yang saya lihat saat itu.”
“Seminggu?”
Kamya Sayoko meletakkan pulpennya, menatap catatan dengan seksama: “Artinya, satu minggu setelah Anda menemukan perselingkuhan Nyonya Kase, Tuan Takuzo membunuh enam anggota keluarga lalu bunuh diri. Anda benar-benar tidak memberitahu siapapun? Waktunya terlalu kebetulan. Selain itu, alasan Tuan Takuzo membunuh adiknya sendiri dan pelayan adalah karena mengira mereka menyembunyikan hal ini. Menurut Anda, Aoi tahu tentang hal ini. Kemungkinan setelah Tuan Takuzo mengetahui hal ini, dia menginterogasi semua anggota keluarga baru sampai pada kesimpulan ini.”
“Tidak mungkin! Saya sama sekali tidak mengatakannya!”
“Setelah empat puluh tahun, ingatan pasti mengabur. Anda yakin 100% tidak pernah memberitahu siapapun?”
“Ini... Tidak. Benar-benar tidak, setelah itu pun saya tidak pernah memberitahu siapapun.”
“Baik, anggap saja Anda benar-benar tidak memberitahu siapapun. Lalu, seberapa banyak Anda tahu tentang legenda mistis itu? Orang desa bilang siapa yang mendekati tempat itu akan mengalami kamikakushi. Apakah cerita kamikakushi ini benar?”
“Hmm, pernah. Dan jumlahnya cukup banyak. Karena itu rumor tentang orang yang menghilang secara misterius terus bermunculan.”
“Penduduk desa lain juga mengatakan hal yang sama. Menurut pengetahuanku, kesaksian tentang orang pertama yang menghilang secara misterius hampir sama semua. Orang itu bernama Kobayashi Sakurako. Nama ini, kamu juga tahu kan?”
“Ya, benar. Kobayashi Sakurako, hampir semua orang generasi tua mengenal nama ini. Dia... orang pertama yang menghilang secara misterius di Desa Kagami. Sepertinya terjadi 2-3 tahun setelah kasus pembantaian itu.”
Di waktu yang sama, Pei Qingyi tiba di depan sebuah rumah. Di depan pintu rumah tergantung plang nama "Ishima".
“Di sinilah tempatnya.” Pei Qingyi memegang catatan berisi alamat di tangannya, berkata: “Tempat ini adalah rumah adik perempuan Kobayashi Sakurako. Nama adiknya sebelum menikah adalah Kobayashi Izumi, sekarang namanya Ishima Izumi.”
Pei Qingyi mengangkat tangan dan mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, pintu langsung terbuka.
“Kazuya, akhirnya kamu pulang, sudah lama kutunggu... Eh, kamu siapa?”
Yang membuka pintu adalah wanita paruh baya berbau apron, dia melihat dengan bingung ke arah Pei Qingyi dan Sima Zhen di depannya.
“Permisi...” Pei Qingyi membungkuk hormat, “Apakah Anda adalah Nona Ishima Izumi?”
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 8 Gadis yang Menghilang
“Ya, benar.” Ishima Izumi menatap kosong ke arah Pei Qingyi, bertanya: “Kamu siapa? Teman Kazuya? Sepertinya aku belum pernah melihatmu sebelumnya?”
“Halo. Saya datang dari Tiongkok, nama saya Pei Qingyi.”
“Orang Tiongkok... Orang Tiongkok?” Ijima Izumi jelas sangat terkejut, butuh waktu lama baginya untuk bereaksi, lalu berkata: "Kudengar baru-baru ini ada beberapa turis Tiongkok datang, juga seorang detektif wanita dari Kyoto yang sedang bertanya-tanya ke mana-mana..."
"Benar." Pei Qingyi mengangguk: "Bolehkah kami masuk?"
"Ba...baiklah."
Penduduk Desa Kagami-kami kebanyakan ramah dan sederhana, tidak punya banyak prasangka, sehingga Ijima Izumi pun mengizinkan Pei Qingyi dan Sima Zhen masuk.
Rumah itu tidak terlalu besar. Setelah mengganti sepatu di genkan, Pei Qingyi mengikuti Ijima Izumi ke ruang tamu. Dekorasi ruang tamu sangat sederhana, hanya berisi perabot dasar. Duduk bersila langsung di lantai, Ijima Izumi menuangkan dua cangkir teh dan meletakkannya di meja.
"Kalian..." ujinya sambil menyerahkan teh kepada Pei Qingyi, berbisik pelan: "Datang karena kasus hilangnya kakakku? Dialah orang pertama yang mengalamiれ (hilang secara misterius) di desa ini."
"Ya. Memang karena alasan itu. Kakakmu, Kobayashi Sakurako, oleh banyak orang dikonfirmasi sebagai korbanれ pertama. Sejak saat itu juga tidak pernah ditemukan, sehingga hingga kini status hidup-matinya tidak jelas. Mungkin terdengar tidak sopan, tapi kami ingin mengetahui detail tentang fenomena 'れ' ini."
Ijima Izumi menggigit bibirnya kuat-kuat, tubuhnya gemetar halus.
"Mengapa kalian menyelidiki hal ini?"
"Sepengetahuanku... Saat itu, nona Izumi, Andalah yang bersama Sakurako-san tepat saatれ terjadi. Inilah alasan mengapa hilangnya disebut 'れ'. Karena pernyataan yang Anda sampaikan."
"Aku..."
"Tolong beri tahu kami secara detail, Nyonya Ijima." Pei Qingyi berkata dengan serius: "Mungkin Anda merasa ini tidak masuk akal, tapi bagi kami, hal ini menyangkut nyawa! Saya sama sekali tidak melebih-lebihkan. Bagaimanapun juga, kisah misteri yang beredar di Ookuromine ini sangat penting bagi kami. Kami harus mencari tahu kebenarannya! Mohon maaf atas kelancangan kami, selama Anda bersedia membantu penyelidikan, kami pasti akan memberikan imbalan yang memuaskan."
Pei Qingyi kemudian mengeluarkan cek yang ditandatangani Kamya Sayoko dengan nominal satu juta. Bagi penduduk desa kecil seperti ini, tingkat kehidupan yang tidak terlalu tinggi membuat jumlah sebesar itu sangat menggoda.
"Satu juta?" Ijima Izumi terkejut: "Bukankah ini berlebihan? Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu percaya dengan legenda ini. Kakak saya bilang itu 'hilang diculik dewa', tapi itu hanya istilah saja. Saya tidak yakin kakak benar-benar 'dihilangkan oleh dewa'."
"Bagaimanapun, tolong jelaskan selengkap mungkin. Jangan lewatkan detail sekecil apapun, ceritakan semendetail mungkin." Sambil Pei Qingyi berkata demikian, Sima Zhen di sampingnya menambahkan dengan bahasa Jepang yang terbata-bata: "Onegaishimasu! Tolong beri tahu kami!"
Ijima Izumi membuka mulutnya, akhirnya mengangguk.
"Baiklah, akan kuceritakan. Meski aku tidak mengerti kenapa kalian menyelidiki ini, tapi melihat nominal sebesar itu, tidak enak kalau tidak memberi informasi. Sebenarnya ini beban yang terpendam di hati saya selama bertahun-tahun. Entah bisa membantu atau tidak, pokoknya... dengarkan baik-baik."
"Saat itu, usia kami masih sangat muda. Kasus pembunuhan berantai keluarga Nagasegawa yang berdarah itu, kami juga pernah mendengarnya. Saat itu sungguh sulit membayangkan, di tempat yang begitu dekat dengan kami, terjadi kasis mengerikan seperti itu. Kakak Sakurako dan aku awalnya merasa sangat ketakutan, tapi kemudian dia mulai timbul rasa penasaran. Suatu hari, tiba-tiba dia berkata padaku: 'Izumi, aku ingin pergi ke sana untuk melihat!' Awalnya aku merasa sangat heran, tidak mengerti kenapa, tapi dia malah bilang: 'Karena pernah terjadi hal seperti itu, orang biasa tidak berani mendekat, tapi menurutku ini seru lho. Bagaimana kalau kita cari kesempatan pergi sekali saja? Izumi, menurutmu gimana?'"
“Awalnya, aku menolak. Bagaimanapun, itu adalah tempat dimana orang mati, dan itu tujuh orang sekaligus! Tapi, Kakak Sakurako sangat bersikeras, akhirnya aku menyetujui. Lagipula itu cuma tanah tak bertuan, seharusnya tidak ada masalah. Tentu saja, kami merahasiakan hal ini dari orang tua dari awal sampai akhir. Kalau mereka tahu, pasti tidak akan mengizinkan. Saat itu, aku juga merasa sangat bersemangat, seperti sedang bermain permainan keberanian. Kemudian, Sakurako mempersiapkan cukup makanan dan obat-obatan untuk jaga-jaga. Kami pun berangkat dengan tas punggung saat senja. Ketika sampai di pegunungan sisi timur, hari sudah hampir gelap. Saat berdiri di depan Jembatan Gantung itu, aku mulai ragu lagi. Masuk ke rumah itu dalam kegelapan, benar-benar menakutkan. Lagipula sudah waktunya makan malam, kalau tidak pulang, orang tua pasti khawatir. Tapi saat itu Kakak Sakurako sangat nekat, bersikeras harus pergi. Sekarang kalau ingat, lebih baik aku menghentikannya saat itu.”
Kenangan ini hingga kini masih menyiksa Ijima Izumi, membuatnya merasa sangat menderita dan sedih.
“Aku memahami perasaan Anda.” Pei Qingyi berkata: “Silakan lanjutkan.”
“Saat itu, kami melewati jembatan gantung itu. Saat melewatinya, aku juga sangat takut karena sebelumnya belum pernah melewati jembatan seperti ini. Aku ingat... Saat itu, di atas jembatan gantung itu, ada beberapa burung gagak berputar-putar.”
“Burung gagak?” Pei Qingyi teringat pada burung gagak yang muncul saat mereka baru tiba di Desa Dewa Ye kemarin.
“Ya... Di wilayah Dà Mù Hēi Lǐng ini, jumlah burung gagak sangat banyak, terutama di daerah pegunungan sisi timur di mana mereka berkumpul dalam jumlah yang luar biasa.”
“Lanjutkan.”
“Menyeberangi jembatan gantung tidak memakan waktu terlalu lama. Tapi, Kakak semakin antusias selama perjalanan, katanya baru terasa seperti petualangan. Akhirnya, aku dan Kakak Yingzi sampai di hutan seberang. Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya kami melihat gedung itu. Sebuah rumah bergaya Barat bertingkat dua, dikelilingi rumput liar setinggi lutut yang menyulitkan perjalanan. Di atap rumah itu, beberapa ekor burung gagak bertengger sambil berkotek tak henti. Burung-burung itu menyatu dengan kegelapan malam sampai sulit dibedakan. Gedung itu dikelilingi pilar-pilar putih di keempat sisinya, luas arealnya sangat besar dengan banyak retakan di dinding luar. Saat kami... sampai di pintu gerbang gedung itu...”
"Saat mengatakan ini, tiba-tiba dia menundukkan kepala, memandangi cek 1 juta yen itu sambil menggigit bibir, menahan air mata yang menggenang di matanya."
"Kami... mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci sama sekali. Setelah masuk, kami melihat sebuah ruang tamu yang sangat besar dengan ketinggian setidaknya sepuluh meter - ruangan setinggi itu belum pernah kulihat sebelumnya sehingga membuatku sangat terkejut. Lantainya terbuat dari ubin keramik hitam-putih, dan di dalam ruangan berjejer pilar-pilar yang menyangga lantai dengan langit-langit. Namun, seluruh ruangan dipenuhi jaring laba-laba, perabotan pun berantakan semua. Tiba-tiba, angin berhembus dan... pintu besar di belakang kami tertutup dengan sendirinya."
"Lalu... apa yang terjadi setelahnya?" Pei Qingyi bertanya lagi.
Ini pertama kalinya dia menjalankan instruksi tulisan darah, namun setelah berkali-kali menganalisis tabel instruksi darah, dia bisa membayangkan betapa mengerikannya pemandangan itu. Berkali-kali dia bersyukur misi darah kali ini tidak mengharuskan masuk langsung ke dalam rumah tersebut, karena itu pasti akan terlalu mengerikan.
Meski sekarang siang bolong, Pei Qingyi merasa sinar matahari yang masuk ke ruangan terasa semakin redup. Tiba-tiba dia iri pada Sima Zhen di sampingnya yang sama sekali tidak mengerti bahasa Jepang. Sementara dia harus mencatat setiap perkataan Ijima Izumi dengan detail. Awalnya dia ingin meminta Ijima Izumi tidak terlalu mendramatisir situasi - toh dia tahu itu benar-benar Rumah hantu - tapi khawatir jika tidak mendengarkan detailnya, dia akan melewatkan petunjuk jalan keluar yang disisipkan apartemen. Akhirnya dengan gigih dia terus mendengarkan.
"Semoga bisa menemukan petunjuk jalan keluar..." Pei Qingyi berdoa dalam hati. Bagaimanapun juga, dia ingin bertahan hidup. Meski sangat memahami kengerian apartemen ini, dia tetap tak mau melepas satu pun jerami penyelamat.
"Saat itu Kakak Sakurako berjalan di depan, sementara aku benar-benar bersembunyi di belakangnya karena ketakutan. Ruangan itu sangat gelap, di depan mata terlihat tangga menuju lantai atas. Lalu Kakak Sakurako berkata padaku: 'Izumi, mari kita naik.' Aku sampai tak bisa bicara karena takut, hanya menggelengkan kepala berkali-kali. Dengan sedikit kesal dia berkata: 'Izumi, takut apa sih? Kalau begitu, aku yang naik sendiri. Kamu tunggu di lantai satu.' Kemudian dia menyalakan senter dan mulai mendaki tangga itu. Aku hanya bisa membeku di tempat."
Pei Qingyi mencatat semua isi percakapan ini di buku catatannya, lalu menatap tajam: "Lalu kamu terus menunggu di lantai satu?"
"Iya, karena aku sama sekali tidak berani naik. Aku benar-benar ketakutan. Tapi setelah menunggu lama di bawah, Kakak Sakurako tak kunjung turun. Aku berteriak memanggilnya berkali-kali, tapi tak ada respon sama sekali. Akhirnya terpaksa kuberanikan diri naik. Setiap anak tangga yang kulewati, detak jantungku semakin kencang. Sampai di lantai dua, pertama-tama kulihat koridor yang sangat panjang..."
"Tunggu sebentar..." Pei Qingyi tiba-tiba menyela, "Tolong... tolong berhenti sejenak."
Dia berdiri, berjalan ke depan jendela, membuka jendela untuk membiarkan lebih banyak sinar matahari masuk. Akhirnya dia juga membuka pintu geser di belakang sambil menghela napas lega, berkata: "Baik, lanjutkan. Silakan teruskan."
"Kamu sangat takut? Nona Pei?" Ijima Izumi terkejut: "Bukankah kamu rekan Nyonya Kamya? Apakah kamu juga percaya ada hantu?"
Dalam hati Pei Qingyi berkata: Ini sama sekali bukan masalah percaya atau tidak, di rumah itu benar-benar ada hantu! Hanya mendengarnya saja sudah membuatku sangat ketakutan, sungguh tidak bisa kubayangkan bagaimana Li Yin dan yang lain bertahan sampai hari ini. Orang normal mungkin sudah mengalami breakdown mental sejak lama?
"Baik, silakan lanjutkan." Duduk kembali di posisi semula, Pei Qingyi melanjutkan pertanyaannya: "Apa yang Anda lihat di lantai dua saat itu? Detail sekecil apapun, tolong jelaskan sebanyak mungkin. Selama informasi yang Anda berikan berharga, kami akan menambah imbalan Anda."
Ijima Izumi yang mendengar tentang tambahan imbalan langsung bersemangat, segera melanjutkan: "Baik. Saat itu, setelah naik ke lantai dua, aku ingat berjalan di koridor sempit yang panjang. Lantai yang diinjak berderit-derit, aku benar-benar khawatir merusaknya. Dinding-dinding masih dipenuhi jaring laba-laba, sementara aku terus mencari Kakak Sakurako sambil memanggil namanya. Saat itu aku sudah periksa banyak ruangan, tapi tidak menemukannya."
"Tunggu, bisakah dijelaskan lebih detail? Ruangan mana saja yang Anda periksa?"
“Tidak ingat lagi, sudah terlalu lama berlalu. Yang kuingat hanyalah saat itu aku mencari beberapa ruangan. Tapi ketika sampai di ruangan terakhir, aku tetap tidak menemukan kakak!”
“Saat itu aku merasa sangat ketakutan. Meski tidak percaya, kenyataannya… Kakak, di lantai dua, menghilang begitu saja!”
Inilah… penghilangan misterius pertama penduduk Desa Yasheng oleh dewa…
## Jilid 16 Tujuh Orang BAB 9 Analisis Misi Darah
“Kakak… menghilang begitu saja.”
Ijima Izumi mengatakannya sementara tubuhnya gemetar tak terkendali, seolah tenggelam dalam kenangan mengerikan masa lalu. Bagi dia, ini adalah memori mengerikan yang tak terhapuskan.
Pei Qingyi sangat memahami perasaannya, tapi memori ini mungkin mengandung petunjuk jalan keluar bagi penghuni. Bagaimanapun juga harus ditelusuri lebih lanjut.
“Lalu? Apa yang kamu lakukan setelah itu?”
“Lalu? Awalnya kukira mungkin ada ruangan yang terlewat. Aku kembali memeriksa beberapa ruangan sebelumnya. Kemudian, saat masuk ke sebuah ruangan, kuperhatikan ada beberapa bekas goresan pisau yang jelas di dinding! Selain itu ada tulisan darah yang sudah samar tapi masih terbaca! Tulisan darah itu sulit dilihat, tapi aku tahu ini adalah 'surat wasiat' dimana Tuan Nagasawa Takuzo membunuh enam anggota keluarganya lalu bunuh diri! Dia sendiri juga seharusnya menyayat tenggorokannya di ruangan ini! Memikirkannya saja sudah membuatku sangat takut.”
“Sama sekali tidak bisa menemukan Kakak Sakurako, dan suasana mengerikan di dalam rumah besar ini semakin membuatku sesak napas. Akhirnya, aku memilih melarikan diri dari rumah besar itu, melarikan diri pulang melalui Jembatan Gantung itu, dan menceritakan seluruh kejadian. Saat itu, orang tua sangat terkejut, lalu mengorganisir sekelompok besar warga desa untuk melakukan pencarian. Namun setelah tiba di rumah besar itu, para warga desa mengobrak-abrik seluruh tempat tapi tidak berhasil menemukan kakak. Selanjutnya, semua orang terus mencari di bagian pegunungan sisi timur Dàmù Hēilǐng, tapi tidak menemukan petunjuk apapun tentang keberadaan kakak. Kemudian, berdasarkan ucapanku, perlahan-lahan muncul rumor kisah misteri bahwa kakak telah ‘hilang secara misterius ()’. Di rumah besar itu, total ada tujuh orang yang tewas, cukup untuk melahirkan legenda kisah misteri.”
“Selanjutnya...” Pei Qingyi merasa tenggorokannya sangat kering, tak tahan lagi ia mengambil cangkir teh dan minum. Sima Zhen meski tidak mengerti bahasa Jepang, tapi dengan melihat catatan yang dibuat Pei Qingyi, ia pun tahu garis besar yang terjadi, wajahnya juga tampak pucat.
“Selanjutnya, terjadi hal yang lebih mengerikan. Saat itu, dua orang warga yang pernah masuk ke rumah besar tersebut untuk mencari menghilang. Lagi pula, hilangnya mirip dengan ‘hilang secara misterius’. Salah satunya menghilang saat sedang berendam di rumah, keluarga yang masuk ke kamar mandi hanya melihat bak mandi yang kosong. Orang lainnya, yang jelas-jelas baru saja berada di sebuah ruangan, menghilang saat orang masuk ke sana. Fenomena ‘hilang secara misterius’ yang terjadi berturut-turut menimbulkan kepanikan besar. Ini langsung membuat warga Desa Yasheng gempar, menganggap rumah itu sebagai rumah hantu yang tidak boleh dimasuki. Karena itu, warga lain yang pernah masuk bersama juga ketakutan setengah mati, khawatir akan mengalami nasib sama. Tapi yang hilang hanya dua orang. Padahal saat itu yang masuk ada lebih dari sepuluh orang. Selain itu, saya yang pernah masuk ke rumah itu bersama kakak juga tetap hidup sampai sekarang, tidak mengalami hilang secara misterius.”
“Benarkah? Begitu ya...”
Bukan berarti orang yang pernah masuk ke rumah pasti terkena kutukan, mungkin juga karena instruksi tulisan darah dari apartemen tidak mewajibkan masuk ke Kediaman Hasegawa. Tapi setidaknya setelah tahu alasannya, penghuni pasti tidak akan mendekati Kediaman Hasegawa. Apakah ini sama sekali bukan syarat wajib?
Bagaimanapun, Pei Qingyi berpendapat, sejauh ini semua orang yang mengalami penghilangan misterius itu terjadi ketika mereka mendekati Kediaman Nagasawa. Meskipun ini bukan syarat mutlak, tetap bisa sangat mengancam nyawa penghuni. Asalkan instruksi tulisan darah menyatakan harus mendekati area tersebut, di bawah ancaman kutukan bayangan, penghuni terpaksa mendekatinya. Namun, instruksi tulisan darah hanya menyebutkan bahwa memasuki wilayah Omokurozaka sudah cukup. Bahkan dalam situasi ini, justru karena mendapatkan informasi di Desa Kamikami, semakin tidak mungkin untuk mendekati sana.
Mengapa demikian?
Pei Qingyi benar-benar tidak mengerti. Apartemen tidak mungkin memberikan kondisi aman secara cuma-cuma, lalu apa kuncinya?
Sebenarnya apa?
"Mungkin ini penyesatan." Pada saat yang sama, Kamya Sayoko menyampaikan penilaiannya kepada Sui Wenbin dan Wu Xuanlin: "Ini mungkin 'penyesatan' dari apartemen. Artinya, membuat kita menganggap 'sekitar Kediaman Nagasawa' sebagai area berbahaya, sehingga sebaliknya mengira tidak akan ada masalah jika tidak mendekati sana. Dalam hal ini, apa kalian teringat sesuatu?"
Sui Wenbin sama sekali tidak paham dan menggelengkan kepala. Wu Xuanlin juga mengernyitkan dahi tanpa hasil.
Akhirnya mereka terpaksa bertanya pada Kamya Sayoko: "Mengapa begitu, Nyonya Kamya? Tolong jelaskan! Kami tahu Anda detektif terkenal, pasti IQ Anda jauh lebih tinggi dari kami. Mohon beri tahu!"
“Ada dua kemungkinan. Pertama, di kediaman keluarga Nagatani, terdapat petunjuk jalan keluar yang sebenarnya atau petunjuk jalan keluar; Kemungkinan kedua, beraktivitas di luar wilayah Ōguro Mitsumine berpotensi memicu jalan kematian. Kemungkinan pertama mencapai lebih dari 60%. Artinya, hanya dengan memasuki kediaman Nagatani kita bisa menemukan jalan keluar. Namun legenda Desa Kamikami dimanfaatkan untuk membuat kita takut mendekati sana. Sebenarnya, ada hal terpenting... apakah hantu kali ini benar-benar tujuh anggota keluarga Nagatani? Pengalaman Li Yin di Desa You Shui harus menjadi pelajaran.”
Kalimat ini menyadarkan Sui Wenbin dan Wu Xuanlin. Memang, ini mungkin tipuan apartemen. Bahkan, belum tentu Nagatani Takuza yang membunuh enam orang itu. Bisa jadi ketujuh anggota keluarganya dibunuh oleh hantu tertentu.
“Mengingat kita diperbolehkan beraktivasi di seluruh wilayah Ōguro Mitsumine.” Kamya Sayoko menatap ke luar jendela, berkata: “Berarti seluruh Ōguro Mitsumine adalah wilayah pergerakan hantu. Bahkan, mungkin seseorang di Desa Kamikami sendiri adalah perwujudan hantu. Kemungkinan seperti ini sangat besar.”
Tak lama kemudian, Pei Qingyi dan Sima Zhen juga kembali. Ia menyampaikan semua informasi yang didapat dari Ijima Izumi kepada Kamya Sayoko. Setelah memeriksa catatan dengan seksama, raut wajahnya menjadi tegang.
“Tampaknya...” Ia melemparkan catatan ke lantai, berkata: “Kita harus berhati-hati. Seperti yang kukatakan tadi, kemungkinan hantu menyamar sebagai salah satu warga desa semakin besar.”
"Maksudmu..." Pei Qingyi tiba-tiba menyadari sesuatu.
"Iijima Izumi," dia menunjuk catatan itu, "Benarkah dia Iijima Izumi? Tidak ada yang bisa menjamin apakah dia sudah ditukar oleh hantu. Tidak ada yang bisa membuktikan ini."
"Kamu..." Pei Qingyi mengerutkan kening, asumsi ini terlalu mengerikan. Baru saja dia bertemu Iijima Izumi!
"Ada kemungkinan lain..." Dia kembali menunjuk bagian tertentu dalam catatan, "Banyak warga desa lain yang pernah masuk ke rumah itu. Hanya dua orang yang mengalami 'kamikakushi'. Bukankah ini cara untuk menutupi sesuatu? Saya menduga di antara warga desa yang masuk, ada seseorang atau beberapa orang yang sudah diganti hantu. Jumlah korban kamikakushi sengaja dikurangi agar warga yang sudah ditukar tidak mencolok. Artinya, di antara mereka mungkin ada hantu yang harus kita hadapi! Ini juga menjelaskan mengapa instruksi tulisan darah tidak memaksa kita masuk ke rumah Hasagawa. Karena masuk atau tidak sama saja."
"Benar... seperti itu?" Pei Qingyi mengambil catatan itu lagi, napasnya tersengal ketakutan.
Kamya Sayoko memang pantas menyandang gelar detektif legendaris. Kesimpulannya ini memberikan penjelasan logis mengapa instruksi tulisan darah tidak memaksa mereka masuk ke rumah Hasagawa. Semua warga desa termasuk Iijima Izumi memiliki tingkat bahaya yang sangat tinggi.
Namun, ini hanyalah sebuah asumsi. Bagaimanapun juga, kemampuan apartemen dalam membuat jebakan sangat mengerikan, seringkali tanpa disadari membuat penghuni terjerumus ke dalam situasi yang tidak akan bisa bangkit lagi. Selain kecerdasan, faktor keberuntungan juga memegang peranan penting.
Sampai saat ini belum ada penghuni yang tewas, artinya petunjuk jalan keluar yang sebenarnya mungkin belum muncul. Jadi, diperkirakan hantu masih berada di bawah batasan apartemen. Tapi begitu petunjuk itu muncul, batasan akan runtuh dan pembantaian besar akan dimulai.
"Intinya," lanjut Kamya Sayoko, "kita harus menyelidiki semua daftar orang yang menghilang secara misterius selama 40 tahun terakhir, serta semua orang yang masih hidup yang pernah menginjakkan kaki di Vila Hasukawa. Informasi yang kita miliki masih terlalu sedikit, saya belum cukup yakin dengan deduksi sendiri. Sama seperti misi darah dengan enam kepala, informasi adalah kunci terpenting!"
Pei Qingyi segera menyetujui: "Saya juga setuju dengan ide Nyonya Kamya. Mari kita bertindak terpisah dan secepatnya mendapatkan daftar tersebut! Semoga tidak terlambat!"
Ini adalah instruksi tulisan darah pertama Pei Qingyi, dan dia sangat serius menghadapinya. Dalam misi berbahaya yang bisa merenggut nyawa ini, dia harus ekstra hati-hati. Bagaimanapun juga, dia harus bertahan hidup!
"Jika penduduk desa tidak mau bekerja sama, berikan imbalan. Saya punya cek kosong di sini, isi saja nominalnya. Jangan khawatir, rekening saya memiliki dana yang cukup. Asal bisa bertahan hidup, uang berapa pun tidak akan saya pedulikan."
"Tentu saja! Dibandingkan nyawa, uang itu tidak ada artinya! Sama sekali tidak berarti!"
Kemudian, semua orang mulai bergerak. Karena memiliki tujuan yang jelas, Sima Zhen dan dua rekanya termotivasi. Namun, akibat deduksi Kamya Sayoko bahwa mungkin ada "hantu" tersembunyi di antara warga desa, bayangan psikologis mereka semakin besar. Mereka khawatir aktivitas investigasi akan memicu pembantaian oleh hantu. Tapi begitu instruksi tulisan darah dikeluarkan, hubungan dengan hantu sudah menjadi pertaruhan hidup-mati. Hanya dengan mempertaruhkan segalanya, mereka bisa menemukan jalan keluar!
Sementara itu, Kamya Sayoko juga menghubungi Li Yin di Kota K, Tiongkok melalui telepon untuk memberitahu hasil deduksinya.
"Bagaimana menurutmu deduksiku?" Tampaknya Kamya Sayoko ingin mendengar pendapat Li Yin.
"Kedengarannya masuk akal," jawab Li Yin setelah berpikir matang. "Tapi ingat, jangan terlalu percaya pada deduksi. Apartemen mungkin menggunakan kecerdasanmu untuk menciptakan jalan kematian. Jangan sembarangan mencoba apapun kecuali peluang bertahan sudah cukup besar. Nyawa kalian cuma satu, jangan gegabah."
"Memang begitu, tapi instruksi tulisan darah tidak bisa dihadapi dengan pikiran pasif. Kau tahu kan, Loushang? Hilangnya gudang pasti tidak sederhana. Gudang yang muncul kurang dari seminggu lalu lalu menghilang lagi, pasti meninggalkan sesuatu. Bahkan kucurigai, alat-alat itu bukan membantu misi darah malah mengantar kita ke neraka."
"Ada temuan baru?"
"Belum. Tapi aku akan terus menyelidiki."
Setelah menutup telepon, Li Yin berkata kepada Ziye yang duduk di depannya: "Kau dengar semua yang barusan dibicarakan?"
Ziye saat ini memegang sebuah buku catatan yang berisi daftar semua jenis. Dia membuka buku itu di depan Li Yin: "Sebenarnya setelah menyelidiki- ini akhir-akhir ini, aku mulai menemukan sesuatu."
"Apa?" Ekspresi Li Yin langsung tegang.
"Banyak dari ini memiliki hubungan tertentu dengan neraka. Heibai Wuchang, dunia bawah, yin si, sembilan jurang... Semuanya terkait legenda neraka."
Alis Li Yin berkerut. Ia mengambil buku catatan dan memeriksanya dengan teliti - memang benar.
"Lalu ada Tongkat Tiga Roh Jahat itu, bukankah mirip anjing berkepala tiga dari neraka? Makhluk mistis penjaga pintu neraka dalam legenda. Kepala hantu itu sebenarnya sangat mirip dengan tengkorak anjing berkepala tiga neraka. Banyak memberi kesan seperti ini."
"Apa maksudmu, Ziye?"
Ziye mengangkat buku catatannya: "Aku curiga- ini... berasal dari neraka. Dan gudang itu adalah media yang menghubungkan 'neraka' dengan apartemen ini..."
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 10 Dua Daftar
Saat ini, di kaki gunung Ōguro.
Ketika Kamya Sayoko keluar dari Hotel Matsuda, ia terkejut menemukan Kihara Masaomi berdiri di luar. Melihat Kamya Sayoko keluar, pria itu segera mendekat dengan wajah panik.
"Aku sudah dengar. Kamu sedang menyelidiki rumor aneh itu ke mana-mana?" Ekspresi Masaomi tampak tenang, namun nada suaranya penuh kecemasan: "Aku yakin kamu punya alasanmu. Tapi... benarkah kamu berniat menyelidiki lebih dalam?"
"Apa maksudmu?" Ekspresi Kamya Sayoko berubah, bertanya: "Apakah kamu punya informasi baru?"
Di rumah Kambara, dia memasang setidaknya tiga alat penyadap. Berdasarkan hasil penyadapan saat ini, tidak ada informasi baru yang diperoleh dari rumah Kambara.
"Aku tidak ingin ada yang menimpamu." Masaomi terhenti sejenak, akhirnya berkata: "Karena kamu sangat disayangi Miho, aku tidak ingin kamu mengalami sesuatu..."
"Kamu khawatir legenda itu memiliki unsur kebenaran?"
Kambara Masaomi terdiam. Dia bingung harus berkata apa. Dalam sekejap, Kamya Sayoko melewatinya sambil berkata dengan suara dingin: "Jika tidak ada informasi baru, jangan halangi aku, Tuan Kambara."
Kambara Masaomi memandang sosok Kamya Sayoko yang menjauh, perasaan pedih menyergap hatinya. Kenangan ketika Miho bersikeras melihat rumah legenda itu muncul kembali.
"Kejadian yang sama tidak boleh terulang..." Masaomi mengepal tangan erat-erat.
Berdasarkan hasil penyelidikan, hilangnya ibu Yoshiko yang disebut Pria Tua Hirata ternyata juga contoh kasus kamikakushi. Karena alasan inilah, keluarga Yoshiko dan Waya yang sama-sama mengalami kamikakushi memiliki hubungan dekat. Pria Tua Hirata sendiri termasuk warga yang pernah memasuki rumah itu. Dengan kata lain, dia mungkin juga hantu yang telah digantikan.
“Desa Yeh Shen, sangat mungkin memiliki tingkat bahaya yang cukup besar. Tapi seperti pepatah 'tidak masuk ke sarang harimau, mana bisa mendapatkan anak harimau', para penghuni juga sangat memahami hal ini. Jika tidak menemukan jalan keluar, bersembunyi di mana pun tetap akan mati, lebih baik mengambil inisiatif menyerang untuk menemukan secercah harapan.”
“Meskipun memakan waktu, saat senja akhirnya berhasil mengumpulkan semua daftar. Satu adalah daftar warga yang hilang secara misterius, dan satu lagi daftar warga yang pernah mendekati rumah besar itu dan masih hidup.”
“Di daftar kedua, tentu terdapat nama Kambara Masaomi.”
“Sore hari, setelah buru-buru menyantap masakan Jepang, lima penghuni berkumpul di ruangan hotel mempelajari daftar ini. Tentu kedua daftar ini belum tentu lengkap, bahkan daftar kedua mungkin mengandung kesalahan karena ingatan para orang tua tidak bisa dipercaya 100%. Tapi setidaknya ini bisa jadi acuan. Bisa jadi petunjuk jalan keluar tersembunyi dalam kedua daftar ini.”
“Hanooka Seiichi... Matsumoto Yukiko... Maki Tatsuya...” Pei Qingyi meneliti setiap nama dengan saksama, dan terhenti saat melihat nama “Kiuchi Tae”.
“Orang ini adalah ibu dari Yoriko. Termasuk dia dan Kambara Miyo, total ada dua puluh satu warga yang hilang secara misterius. Jumlah ini terakumulasi selama puluhan tahun. Yang patut dicatat, empat belas dari mereka yang hilang sama sekali tidak pernah mendekati rumah besar itu, bahkan jarang keluar dari Desa Yeh Shen! Kiuchi Tae juga termasuk dalam kategori ini.”
“Temuan ini cukup mengganggu. Artinya, apakah mendekati tempat itu tidak menjadi faktor penting?”
“Suasana tiba-tiba menjadi mencekam.”
“Apakah kita harus bertanya pada Kimoto Yoriko?” Sima Zhen tiba-tiba mengajukan saran: “Menurutku, bertanya langsung padanya sendiri lebih baik, bukan?”
“Dia masih memiliki tingkat kewaspadaan tertentu terhadap kita, memaksakan interogasi justru akan kontraproduktif.” Kamya Sayoko tetap tidak mengambil sikap: “Dan orang yang mengalami kamuy, belum tentu mereka yang mendekati kediaman. Dengan kata lain, kedekatan dengan kediaman sama sekali tidak berarti apa-apa. Hantu yang akan kita hadapi mungkin juga termasuk orang-orang yang mengalami kamuy ini.”
“Benar juga.” Pei Qingyi mengangguk: “Saat ini, kesimpulan umumnya adalah bahwa arwah orang-orang yang meninggal di kediaman itu terus berkeliaran, sehingga penduduk Desa Kamusenami berulang kali mengalami kamuy. Tapi, saya punya pendapat. Tempat ini sebaiknya tidak kita tinggali lagi. Matsuda Kimiko, dia saksi mata perselingkuhan Nagasawa Kayo dan Nagasawa Takayuki. Meski dia bilang tidak pernah memberitahu siapapun tentang hal ini, kebenaran pernyataannya hanya dia yang tahu. Bisa saja dia yang memberitahu Nagasawa Takuzo. Dan akibatnya, menyebabkan pembantaian ini. Jika benar begitu, maka dia sangat mungkin menjadi target balas dendam hantu. Bukankah begitu?”
“Benar!” Sui Wenbin mengangguk setuju: “Bayangkan, jika hantu datang menuntut nyawanya, bukankah kita akan terkena imbasnya?”
“Apa kalian pelupa?” Kamya Sayoko menyahut: “Dulu pernah ada misi darah yang sangat mirip, saat itu Li Yin juga membuat penilaian sama. Apa hasilnya?”
“Kau... kau maksud...” Pei Qingyi segera teringat: “Desa You Shui?”
“Benar. Saat itu Li Yin takut arwah yang tidak tenang akan menuntut nyawa dan membahayakan dirinya, sehingga dia pindah dari rumah Kepala Desa yang sebelumnya ditinggalinya. Tapi akhirnya justru memicu jalan kematian. Bukankah kita sekarang sedang mengulangi kesalahan yang sama?”
“Tapi...” Tangan Pei Qingyi mencengkeram Tatami di lantai dengan erat, berkata: “Tinggal di sini juga sama berbahayanya. Kita tidak mungkin bertaruh nyawa sendiri, kan? Kalau begitu, sangat mengerikan!”
“Tidak ada misi darah yang tanpa risiko. Menurutku ini lebih mungkin sebuah jebakan. Kalian boleh pergi jika ingin.”
“Ini...”
“Walau baru kedua kalinya menjalankan misi darah, aku sangat paham bahwa untuk mendapatkan peluang hidup dalam instruksi tulisan darah, diperlukan keberanian berjudi. Faktanya Li Yin bisa bertahan sampai sekarang, tak ada yang bisa menyangkal dia orang yang beruntung dalam berjudi, bukan?”
Tidak ada yang bisa menyangkal hal ini. Peran keberuntungan dalam instruksi tulisan darah setara dengan kecerdasan. Kehilangan salah satunya akan menyulitkan penyelesaian misi darah.
“Tentu, pendapat kalian juga masuk akal.” Kamya Sayoko berkata: “Tapi untuk saat ini lebih baik kita amati dulu beberapa waktu.”
Berani mempertaruhkan nyawa sendiri dalam perjudian, berapa banyak orang di dunia ini yang memiliki tekad seperti itu? Karena itu, Pei Qingyi memandang Kamya Sayoko dengan penuh kekaguman.
Setelah hening sejenak, diskusi dimulai kembali.
“Selain mendapatkan daftar nama, kami juga mendapatkan beberapa petunjuk tentang tujuh orang tersebut. Takuma Hasegawa, Kayo Hasegawa, Takashi Hasegawa, Sanae Hasegawa, pembantu Aoi, pelayan Makoto dan pelayan Chikashi. Kami sudah mengetahui beberapa hal tentang ketujuh orang ini.”
Dari data yang diperoleh saat ini, setelah mengumpulkan beberapa ide yang disepakati oleh para desa, akhirnya mendapatkan beberapa informasi. Tentu saja, Kamya Sayoko juga menghabiskan banyak uang untuk ini. Dengan menerima bayaran, para desa berusaha mengingat-ingat sehingga informasi yang diberikan pun menjadi lebih detail.
Usawa Hasegawa Takuzō sekitar 30-an tahun. Saat itu, sebenarnya dia bisa mewarisi perusahaan ayahnya di Tokyo, namun tampaknya lebih memilih kehidupan menyendiri sehingga datang ke Kumamoto dan membangun rumah ini di Ōguro Mine. Pernikahannya dengan istri Yoshino melalui acara perjodohan, Yoshino adalah putri dari keluarga ahli upacara teh. Tak lama setelah menikahi Hasegawa Takuzō, dia pun pindah ke Ōguro Mine. Secara kepribadian, Hasegawa Takuzō sebenarnya cukup lembut, tapi kalau boleh dibilang agak penakut. Dia sama sekali tidak percaya diri dalam mengelola perusahaan, sedangkan adiknya Hasegawa Takayuki tidak tertarik mengelola bisnis, akhirnya perusahaan warisan itu dijual untuk mendapatkan uang banyak demi hidup di pegunungan. Sebaliknya, Takayuki adalah pria yang sangat berani, tidak penakut seperti kakaknya, dan penampilannya juga jauh lebih tampan. Adik perempuan mereka, Hasegawa Sanae, lebih mirip Takuzō dengan sifat lembut dan tidak suka konflik, sehingga ikut tinggal di Ōguro Mine untuk hidup menyendiri.
Kisah tiga kakak beradik ini sebenarnya tidak rumit. Namun mengenai Yoshika, semakin banyak yang diketahui, semakin terungkap bahwa dia tampaknya bukan sosok yang sederhana. Menurut salah seorang penduduk desa, dia adalah seorang pelacur sejati.
Saat itu, Pei Qingyi-lah yang mewawancarai penduduk tersebut. Awalnya dia mengira Yoshika Hasegawa disebut pelacur karena perselingkuhannya dengan adik ipar. Namun ternyata tidak demikian. Penduduk itu yang telah menerima uang, membocorkan rahasia. Konon saat penyelidikan polisi, dia memiliki hubungan dekat dengan seorang polisi dari distrik sehingga mengetahui suatu hal.
Yaitu... Yoshika Hasegawa tidak hanya memiliki hubungan terlarang dengan Keiji Hasegawa sebagai kakak ipar, tetapi juga memiliki hubungan intim dengan dua pelayan bernama Asei dan Akin!
Fakta ini terungkap setelah ditemukannya buku harian milik Yoshika Hasegawa yang telah meninggal. Masalah ini tidak dipublikasikan karena menyangkut privasi almarhumah. Konon, buku harian itu mencatat secara detail bagaimana dia merayu adik ipar dan dua pelayan, serta proses perselingkuhan mereka. Tampaknya dia memang memiliki sifat cabul sejak lahir. Bagi Yoshika, setiap laki-laki di sekitarnya pasti akan dirayu dan diajak berhubungan di (tempat tidur). Selain itu, dia sengaja memicu perselisihan antara Takuzo dan Keiji, dan menikmati situasi tersebut.
Ini sama sekali berbeda dengan kesan Yoshika Hasegawa yang digambarkan oleh Kimiko Matsuda!
"Meskipun tidak dapat memastikan kebenaran perkataan warga desa itu... setidaknya hubungan terlarang antara Hasegawa Kayo dengan adik iparnya adalah fakta." Kamya Sayoko menunjuk: "Menurut keterangan warga, dia sengaja menggoda pria dan berhubungan intim. Jika ini benar, tindakan Hasegawa Takuzō membunuh dua pelayan itu menjadi masuk akal. Dari sini, pembunuhan terhadap Nona Hasegawa Sanae juga tidak aneh. Bahkan jika Nona Sanae tidak bersalah, mungkin terbunuh karena melindungi seseorang. Atau... dibungkam."
Mendengar ini, suasana menjadi semakin mencekam.
"Lupakan dulu itu. Lihat daftar ini. Korban 'hilang secara misterius' selama puluhan tahun, termasuk Kasumi Harashima yang terbaru, total 21 orang. Meski rata-rata satu per tahun, frekuensinya tidak teratur. Kebanyakan korban bahkan tidak pernah mendekati rumah itu. Jadi... jumlah korban sebenarnya terlalu sedikit? Setelah Toshie Kiuchi, kasus menghilang jarang terjadi. Sebelum Kasumi Harashima, warga hampir lupa kejadian ini."
"Lalu..." Kamya Sayoko menunjuk daftar: "Menurut kalian, apa penyebab orang-orang ini hilang? Mengapa polanya tidak beraturan? Atau... kriteria apa yang membuat seseorang 'terhilang'? Apakah karena melanggar 'jalan kematian' atau memenuhi syarat tertentu? Menemukan titik krusial inilah yang disebut 'jalan keluar'."
Saat itu, langit telah gelap gulita.
“Haruhime Kiyomi sedang berdiri gelisah di pintu masuk desa, tiba-tiba dia mendengar teriakan dari belakang: 'Kiyomi!'”
Dia menoleh ke belakang dan melihat Matagoro. Dia berlari mendekati Kiyomi dan bertanya: "Kudengar, Kazuya belum pulang sampai sekarang?"
"Iya, Tante sudah masuk hutan dengan beberapa orang untuk mencarinya. Entah kemana Kazuya pergi? Aku sudah telepon ponselnya, tapi tidak ada yang mengangkat."
"Ini bagaimana bisa terjadi? Aku akan ikut membantu mencari! Kiyomi, kamu tunggu di sini, kalau Kazuya kembali hubungi aku lewat ponsel!"
Kemudian Matagoro langsung berlari masuk ke dalam hutan itu.
Kiyomi merasa sangat cemas, hari sudah gelap, jangan-jangan Kazuya mengalami sesuatu? Dia dan Kazuya adalah teman yang tumbuh besar bersama sejak kecil, sungguh tidak ingin terjadi apa-apa padanya.
Perkataan Yoriko kembali bergema di hatinya...
Mungkinkah...
Tidak, tidak mungkin!
Yoriko mengusap air matanya, tiba-tiba di sudut pandang sebelah kirinya, dia merasakan sosok yang lewat.
"Kazuya?" Dia buru-buru menoleh ke kiri dengan gembira, tapi di tempat itu tidak ada siapa-siapa.
"Aneh? Apakah mataku salah lihat?"
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 11 Deduksi Kamya Sayoko
Kamya Sayoko membuat secangkir kopi lagi untuk dirinya sendiri. Di atas meja, catatan yang penuh coretan rapat.
"Aku menemukan sesuatu."
Dia tiba-tiba menunjuk daftar , berkata: "Aneh kalau kamu tidak bersih? Rasio penuaan penduduk di desa ini cukup besar, itu fakta yang tak terbantahkan. Namun dari 21 orang yang hilang secara misterius, usia tertinggi saat kejadian baru saja melewati 30 tahun. Anehnya, tidak ada satu pun orang paruh baya atau lanjut usia yang mengalami ."
Pei Qingyi awalnya tidak memperhatikan masalah ini. Sekarang mendengar penjelasan Kamya Sayoko, matanya langsung berbinar. Setelah mengamati daftar itu dengan cermat, dia terkagum: "Benar, ini sangat aneh."
"Yang patut dicatat, banyak lansia yang pernah masuk ke dalam rumah besar itu, tapi mereka kemudian tidak mengalami melainkan meninggal secara wajar. Sedangkan korban sebagian besar adalah pria."
“Pria muda……” Sima Zhen di samping tiba-tiba muncul pikiran aneh: "Menurut kalian, jika Hasegawa Keisei sebenarnya adalah perempuan jalang, apakah maksudnya menangkap para pria ini untuk melakukan hal mesum? Ah, aku cuma bicara sembarangan, jangan dianggap serius..."
Kamya Sayoko dan Pei Qingyi memandang ke arahnya.
"Bagaimana pendapatmu?" Dia berkata pada Pei Qingyi: "Menurutku kemungkinan teorinya ada benarnya. Rencana apartemen memang sulit ditebak."
"Meski terdengar seperti penyimpang, tapi tidak bisa dibilang mustahil."
Tiba-tiba, ponsel Kamya Sayoko yang terletak di atas meja berdering. Ia mengambil ponsel dan melihat nomor telepon asing. Setelah diangkat, terdengar suara perempuan: "Nyonya Kamya? Saya Kiyomi Kamya, bolehkah saya menyita sedikit waktu Anda?"
"Katakan saja, ada apa?"
Sebelumnya, Kamya Sayoko telah memberikan nomor teleponnya kepada kakak beradik Jin Yuan.
"Temanku... Iijima Kazuya entah kenapa, pagi ini pergi dari rumah dan belum kembali sampai sekarang. Aku khawatir, jangan-jangan dia pergi ke pegunungan sisi timur Oogurorei..."
"Apa maksudmu?" Wajah Kamya Sayoko berubah pucat: "Kau bilang dia pergi ke pegunungan timur Oogurorei?"
"Aku juga tidak yakin, ini hanya dugaan. Sebenarnya... sebenarnya..." Shen Yuan Qingmei akhirnya memantapkan hati: "Seorang temanku melihat langsung kakak ipar perempuanku! Yang seharusnya sudah meninggal! Di dekat jembatan besi itu, area timur Oogurorei!"
Kamya Sayoko sebenarnya sudah mengetahui informasi ini melalui penyadapan, namun kali ini dia tidak banyak bicara, tetap berpura-pura terkejut: "Apa? Ini benar?"
"Aku sendiri juga merasa ini tidak masuk akal. Kazuya sangat mempermasalahkan hal ini, kemarin dia khusus datang untuk berdiskusi denganku. Nyonya Kamya, tolong jelaskan - apa sebenarnya yang terjadi? Apakah Anda menemukan sesuatu?"
Qingmei saat ini dipenuhi kepanikan, hatinya sarat dengan rasa takut. Meski tidak percaya pada hantu... tapi bagaimana jika itu benar? Jika semuanya benar-benar terjadi seperti itu...
Sebuah sensasi dingin menyusup ke dalam dadanya.
"Kumohon beri tahu aku... Apakah benar di tempat itu, di rumah tua yang terbengkalai itu, ada roh jahat?"
Meskipun sejak kecil mendengar legenda tentang Kamikakushi (hilang secara misterius) yang diceritakan orang tua, namun seiring tumbuhnya Harumi di era di mana penduduk desa sudah hampir menetapkan tempat itu sebagai area terlarang mutlak, fenomena Kamikakushi nyaris tak pernah terdengar sebelum kasus Miyo. Selama ini dia selalu mengira itu hanya dongeng pengantar tidur dari orang tuanya.
“Jika saya bilang iya, apakah kamu akan percaya, Nona Kamihara Harumi?”
“Aku…” Kamihara Harumi hampir tak sanggup melanjutkan perkataannya. Di bawah gelapnya malam ini, hutan di hadapannya seakan setiap saat bisa memuntahkan iblis.
“Jika kamu percaya…” Kamya Sayoko melanjutkan, “segera bawa keluargamu pergi dari Ōkurakureyama, jangan pernah kembali lagi. Pergilah sejauh mungkin. Jika tidak percaya, tinggallah di sini. Bagaimanapun, nyawamu milikmu, saya tidak peduli.”
Setelah itu, dia mematikan ponsel.
Meneguk habis cangkir kopi di meja, Pei Qingyi berkata pada Sima Zhen: “Tadi Kamihara Harumi yang menelepon. Sepertinya dia mulai sedikit mempercayai legenda itu. Anak laki-laki Iijima Izumi, Iijima Kazuya sepertinya pergi ke tempat itu. Dialah orang pertama yang mengalami Kamikakushi, keponakan Kobayashi Sakurako. Apakah ini takdir? Atau rekayasa apartemen?”
“Itu tidak penting.” Pei Qingyi sama sekali tidak tertarik pada nyawa Iijima Kazuya. Pikirannya hanya tertuju pada cara memecahkan dua daftar ini.
“Benar, tidak penting.” Kamya Sayoko juga mengambil daftar nama itu, berkata: “Pasti ada petunjuk jalan keluar dan pola tertentu. Dua puluh satu orang ini... ingatan para lansia itu tidak sepenuhnya dapat diandalkan, dan mustahil mengetahui urutan pasti kamikakushi. Tapi bisa dipastikan, selain Kambara Miyo, Kiuchi Tae (ibu dari Kiuchi Yoriko) adalah korban kamikakushi terbaru. Sangat aneh, mengapa selama belasan tahun berikutnya tidak ada lagi kasus kamikakushi?”
Ini adalah periode kosong. Meski ingatan lansia belum tentu akurat, antara Kiuchi Tae dan Kambara Miyo terdapat jeda panjang tanpa kasus kamikakushi. Kedekatan dengan rumah manor itu bukan syarat mutlak kamikakushi. Mengapa dalam waktu begitu lama tidak muncul lagi korban kamikakushi?
“Tapi selama belasan tahun ketika kamikakushi sangat sering terjadi, banyak orang mengungsi dari Ōgurokure Ridge karena ketakutan,” Pei Qingyi menatap tabel itu, “Hanya para lansia berpikiran kolot yang tetap tinggal di desa leluhur ini. Ini tampaknya menjadi salah satu penyebab parahnya penuaan penduduk desa.”
"Benar." Kamya Sayoko menyetujui: "Setelah berkeliling desa, saya baru menyadari proporsi penuaan penduduk jauh lebih tinggi dari perkiraan. Dulu, karena takut mengalami 'hilang secara misterius', banyak pemuda meninggalkan desa. Akibatnya, persentase penduduk lanjut usia meningkat drastis. Orang termuda yang tersisa berusia empat puluhan. Memang, fenomena 'hilang misterius' yang terjadi 21 kali - rata-rata 1-2 orang per tahun - tentu memicu kepanikan. Jika kejadian ini masih sering terjadi empat tahun lalu, mungkin Shihara Miyoshi tidak akan berani melakukan hal itu. Barangkali dia juga tidak akan menghilang."
"Berbicara tentang itu... Kasus Shihara Miyoshi agak istimewa." Sima Zhen tiba-tiba menyela: "Kalian ingat? Shihara Masao mengatakan dia melihat baju istri di sungai, lalu menyimpulkan sang istri jatuh. Tapi korban lain yang hilang sama sekali tidak meninggalkan jejak, seolah menguap dari dunia."
Ruangan itu tiba-tiba diselimuti keheningan.
Pei Qingyi membelalakkan matanya ke arah Sima Zhen, bibirnya bergetar: "Mungkinkah... Shihara Masao adalah 'hantu'? Jadi dia berbohong?"
"Tidak." Kamya Sayoko menjawab: "Terlalu dipaksakan menyimpulkan dia hantu hanya dari itu. Lagipula, fokus kita bukan mencari siapa hantu, tapi menemukan 'jalan keluar'."
"Ya... Aku mengerti." Semangat Sima Zhen yang baru saja berkobar langsung padam.
"Lalu, dia membawa sebuah tabel. Di atasnya tertulis nama semua anggota keluarga Hasegawa. Kemudian, memandang semua orang dan berkata: 'Kalian, tidak merasa ada sesuatu yang sangat kontradiktif dalam kasus pembunuhan ini?'"
"Kontradiktif?" Pei Qingyi terkejut, bertanya: "Apakah ada hubungannya dengan kesaksian Matsuda Kimiko?"
"Bukan, yang saya maksud bukan kesaksian Matsuda Kimiko." Jari ramping Kamya Sayoko menunjuk ke nama Hasegawa Takuzo. Dia telah menuliskannya dalam karakter Hanzi.
"Hasegawa Takuzu, menurut hasil wawancara kami dengan penduduk desa, kesan tentangnya adalah orang yang jujur dan penakut. Berbeda dengan adiknya, Takashi yang lebih cerdik dan tegas. Lalu, muncul pertanyaan. Apakah masuk akal seorang pria seperti ini, setelah menemukan perselingkuhan istrinya, langsung mengambil pisau dan membunuh enam anggota keluarganya lalu bunuh diri? Tidakkah ini sangat kontradiktif? Apakah sesuai dengan citra seorang penakut?"
"Ini... belum tentu juga?" Sima Zhen tidak sepenuhnya setuju: "Hal yang paling tidak bisa ditoleransi pria adalah pengkhianatan istri, apalagi istrinya adalah wanita yang suka berganti-ganti pasangan. Dalam 'Water Margin', Wu Dalang yang jujur dan penakut tetap berusaha menangkap basah Pan Jinlian dan Ximen Qing. Oh iya, kamu orang Jepang, mungkin belum pernah baca ya..."
“Empat Karya Sastra Besar Tiongkok sudah saya baca sejak kecil...” Kamya Sayoko menggelengkan kepala, "Tapi saya ingat jelas, hasilnya Wu Dalang hampir tewas ditendang Ximen Qing, lalu akhirnya diracuni arsenik oleh Pan Jinlian bukan? Yang sebenarnya membunuh keduanya justru Wu Song. Orang pengecut sekalipun, seberapa marahnya, mana mungkin membunuh enam orang sekaligus? Lagipula, setelah membunuh lalu meninggalkan misi darah dan bunuh diri, perilaku ini lebih mirip Wu Dalang atau Wu Song?"
Pei Qingyi dan Sima Zhen sama-sama tertegun.
"Kalau begitu... Nagasawa Takuzou bukan pelaku pembunuhan?" Sima Zhen buru-buru bertanya, "Lalu siapa pelakunya? Mungkin salah satu penduduk desa?"
Pei Qingyi mulai berpikir: "Sangat sulit ditebak. Informasi yang kita dapat terlalu sedikit. Tapi seharusnya bukan salah satu dari tujuh orang itu kan? Saya juga berpikir mungkin ada penduduk desa yang membunuh ketujuh orang itu. Artinya jalan keluar mungkin mengharuskan kita mengungkap kebenaran kasus ini, lalu hantu akan beristirahat dengan tenang. Tapi... kasus ini sudah lewat masa kadaluarsa pidana, meski pelaku terungkap tetap tidak bisa dihukum..."
"Pendapat itu kurang saya setujui." Kamya Sayoko membantah, "Mampu menghilangkan 21 penduduk desa secara misterius, tapi tak bisa berbuat apa-apa pada penduduk yang membunuh mereka? Mungkin bisa dibilang ini batasan apartemen, tapi kalau begitu kenapa tidak sepenuhnya dibatasi, baru dicabut setelah kita datang?"
“Ini...” Pei Qingyi juga harus mengakui kebenaran perkataan Kamya Sayoko, lalu bertanya: “Lalu menurutmu apa? Nyonya Kamya? Oh benar! Semua orang dalam daftar ini adalah anak muda. Mengapa demikian? Mungkin karena ketujuh korban yang dibunuh itu sendiri tidak tahu siapa pelakunya. Bisa jadi pelaku menutupi wajah, tapi mereka bisa menilai bahwa pelakunya masih muda, jadi hanya anak muda yang bisa menghilang secara misterius. Tapi seiring dengan eksodus massal anak muda dari Omurokurei, fenomena penghilangan dewa pun berhenti...”
“Tidak.” Kamya Sayoko kembali menyanggah: “Lalu bagaimana menjelaskan Mishihara Miyo? Dia berasal dari Kyoto, empat puluh tahun lalu bahkan belum lahir, mustahil menjadi pelaku pembantaian itu.”
“Benar, oh benar... Atau mungkin Mishihara Miyo bukan korban penghilangan dewa? Mungkin dia benar-benar jatuh ke sungai?”
“Pertama, kita harus paham satu hal. Pelaku jelas adalah orang yang mengetahui perselingkuhan Hasegawa Kayo dengan adik iparnya. Di antara penduduk desa, hanya Matsuda Kimiko yang dipastikan tahu hal ini, dan dia sendiri menyangkal telah memberitahu orang lain. Seminggu setelah dia menyaksikan perselingkuhan Hasegawa Takayuki dengan Hasegawa Kayo, terjadilah pembantaian ini. Apakah ini kebetulan?”
“Maksudmu... Pelakunya Matsuda Kimiko? Tidak mungkin, waktu itu dia masih gadis kecil. Jadi, dia memberitahu seseorang, lalu orang itu yang membunuh...”
Di sini, muncul sebuah pertanyaan.
Jika Matsuda Kimiko berbohong, kepada siapa dia memberitahukannya? Siapa yang memiliki motif membunuh setelah mengetahui hal ini?
“Mungkinkah……” Pei Qingyi berteriak histeris: “Apakah itu A-Cheng atau A-Jin? Salah satu dari dua pelayan itu? Mereka berdua juga pernah berhubungan dengan Nagasakawa Kayo, jika mengetahui hal ini, sangat mungkin marah dan membunuh Nagasakawa Kayo!”
“Tidak,” Kamya Sayoko menggelengkan kepala: “Lalu bagaimana kamu menjelaskan pembunuhan Nagasakawa Takuzo dan Nagasakawa Sanae juga?”
“Kalau begitu... aku tidak tahu. Nyonya Kamya, apakah kamu punya ide?”
“Ideku sangat sederhana.”
Kemudian, Kamya Sayoko dengan suara dingin mengemukakan deduksi yang membuat semua orang meremang bulu kuduk.
“Di dunia ini... benarkah ada orang bernama Nagasakawa Takuzo?”
## Jilid Enam Belas Tujuh Orang Bab Dua Belas Dua Bayangan
Kihara Masaomi saat ini juga tiba di mulut desa. Matanya langsung melihat Harumi yang sedang menunggu dengan cemas di sana, langsung berlari mendekat dan bertanya: “Bagaimana? Harumi? Masih belum ada kabar dari Kazuya?”
“Ini...” Matanya mulai berkaca-kaca: “Goro pergi ke hutan untuk mencarinya, tidak tahu apakah bisa menemukan...”
“Sebenarnya apa yang terjadi?” Wajah Masaomi berubah pucat: “Mengapa Kazuya pergi ke tempat itu? Mengapa?”
“Ini...” Harumi menahan air mata, akhirnya mengambil keputusan untuk mengungkapkan hal itu: “Kazuya, mungkin dia mendengar perkataan Yoriko, makanya pergi. Yoriko, dia... dia melihat...”
“Nona Yoriko Kiuchi?” Kamya Sayoko saat ini sedang mengetuk pintu depan rumah keluarga Kiuchi.
Sekarang, sudah tidak bisa ditunda lagi.
Tidak boleh terus menunda-nunda.
Pintu terbuka, namun Kimura Yoriko waspada menatap Kamya Sayoko di hadapannya. Ekspresinya menunjukkan sedikit kebencian saat berkata: "Kamu, untuk apa kamu datang?"
"Nona Kamihara Harumi telah menelepon saya," Kamya Sayoko berpura-pura baru pertama kali mengetahui hal ini: "Saya ingin tahu, apakah yang dia katakan itu benar. Apakah kamu... melihat Miyo Kamihara yang meninggal empat tahun lalu?"
Alasan tidak datang menanyai Kimura Yoriko adalah karena pertanyaan mendadak akan membocorkan masalah alat penyadap, yang pasti membuatnya semakin membenci dan tidak mau mengungkapkan kebenaran.
Kesaksian yang diungkapkan dengan sukarela baru bisa menjamin kejelasan dan keakuratan maksimal. Informasi yang salah, bahkan kesalahan kecil sekalipun, berpotensi menciptakan situasi yang tidak akan bisa bangkit lagi.
"Apa yang kamu katakan?" Wajahnya tiba-tiba pucat: "Kamu..."
"Sepertinya Kazuya Iijima pergi ke tempat itu." Kamya Sayoko melanjutkan: "Dia teman mainmu sejak kecil, kan? Sepertinya Nona Kamihara belum memberitahumu. Maaf... Bisakah kamu ceritakan detailnya?"
Sambil mengatakan ini, dia membungkuk sangat dalam, kepala tertunduk rendah dengan penuh kesungguhan: "Kumohon... Tolong beri tahu saya yang sebenarnya, kumohon, kumohon!"
"Kamu, apa yang kamu omongkan?" Kimura Yoriko terlihat sangat panik, dia sama sekali tidak pandai menyembunyikan ekspresinya.
"Saya menyelidiki informasi tentang legenda urban dan orang-orang yang hilang secara misterius. Saya ingin tahu secara detail, dampak apa yang ditimbulkan peristiwa empat puluh tahun lalu terhadap desa ini? Saya harus mengungkap kebenaran, ini adalah masalah yang menyangkut nyawa!"
Saat itu, Sima Zhen menatap ke luar jendela. Dia tidak tahu bagaimana hasil investigasi Kamya Sayoko sekarang?
Memikirkan itu, dia keluar dari ruangan dan ingin melihat ke luar.
Namun, saat melangkah keluar, tiba-tiba lampu di atas kepala mulai berkedip-kedip. Kemudian, lampu pun mati total!
Sima Zhen kaget, untungnya dia sudah mempersiapkan mental. Segera mengeluarkan senter kecil dan menyalakannya. Hotel ini tentu tidak mati lampu tanpa alasan!
Dia segera berjalan mengikuti rute kabur yang sudah direncanakan sebelumnya. Melewati ruangan mereka (Sima Zhen, Sui Wenbin dkk) dan ruangan Pei Qingyi sambil mengetuk pintu tiga kali - kode bahaya munculnya hantu!
Kemudian Sima Zhen berlari kencang menuju pintu belakang hotel. Melewati sebuah koridor, lalu menerobos - dia melihat pintu belakang hotel.
Jantung Sima Zhen berdebar kencang. Dia takut saat sampai di pintu tiba-tiba muncul "hantu jahat". Bagaimanapun ini pertama kalinya dia menjalankan instruksi tulisan darah!
Namun, tepat saat hampir sampai di pintu, langkahnya tiba-tiba terhenti.
Karena dia menyadari sesuatu yang aneh. Mengapa Pei Qingyi dan yang lain tidak menyusul? Sudah beberapa detik sejak ketukan pintu, mengapa mereka tidak keluar?
Saat hampir mencapai pintu belakang, Sima Zhen melihat sebuah tangan tiba-tiba menutup rapat pintu belakang!
Seketika, kegelapan total menyelimuti. Hanya senter kecil di tangan Sima Zhen yang masih menyala! Dia panik tak karuan. Saat ini dia terjebak di koridor sempit - tidak bisa maju maupun mundur.
"Dia mengarahkan senter kembali ke arah semula, sambil terus membanting pintu. Namun, sekeras apapun dia membenturkan tubuhnya, pintu tetap tidak bisa terbuka."
"Tidak, tidak... jangan..."
"Sebagai pria rumahan, dia sudah menonton banyak film horor seperti 《Bayangan Hantu》, 《Persimpangan Jalan Sang Dewa Kematian》, 《Ju-on》, 《Panggilan Hantu》 dan sebagainya. Karena itu, saat ini bayangan berbagai hantu mengerikan langsung muncul di pikirannya."
"Namun, di koridor gelap di depannya, tidak ada apa-apa."
"Ini jauh lebih menakutkan daripada hantu mana pun!"
"Dia teringat perkataan Kamya Sayoko: 'Apakah Tuan Hasegawa Takuzou benar-benar ada?'"
"'Hantu bisa dengan mudah memanipulasi informasi, mengubah ingatan, memalsukan semua bukti. Jika benar demikian, apakah benar ada pembunuh yang telah membunuh seluruh keluarga Hasegawa? Jika kita percaya keberadaan pelaku itu, apakah kita sedang masuk ke jebakan? Sangat mungkin ada 'intel palsu' dalam informasi yang kita dapatkan.'"
"Tapi apapun 'intel palsu' itu, sekarang Sima Zhen hanya bisa berdoa. Hanya bisa berharap..."
"Dia sekali lagi membenturkan tubuhnya ke pintu dengan bertaruh nyawa, tetap tidak bisa terbuka. Sekarang seolah tidak ada pilihan lain. Dia mengeluarkan ponsel dan cepat-cepat memencet nomor telepon Pei Qingyi."
"Namun baru memasukkan digit ketiga, dia menyadari sesuatu yang aneh..."
"Baju... baju..."
"'Bajuku...'"
"Sima Zhen menemukan bahwa pakaian yang dikenakannya ternyata..."
Sebelum sempat berpikir, dia sudah merasakan tenaganya seolah terkuras habis. Lalu, ponsel yang dicengkeram erat di tangannya terjatuh. Tiba-tiba, bayangan hitam muncul di belakangnya.
Kemudian, bayangan itu perlahan mundur, menyentuh dinding, lalu menghilang.
Tubuh Sima Zhen semakin menjadi dingin dan kaku, kilau di matanya perlahan memudar. Akhirnya, seluruh tubuhnya berubah seperti mayat hidup.
Darah terus menetes.
Berasal dari bilah pisau tajam yang dingin.
Orang yang memegang pisau itu mengenakan geta, muncul perlahan dari ujung koridor lain. Sasaran utamanya adalah Sima Zhen di depan...
"Apa kamu yakin melihatnya? Benarkah kamu melihat... Kamihara Miyo?"
"Ya... Aku yakin, aku melihatnya..."
Sampai di sini, Kiuchi Yoriko masih gelisah. Dia terus menyilangkan lengan memeluk bahu, dengan tatapan waspada ke arah Kamya Sayoko. "Hari itu, saat aku berjalan ke hutan, tiba-tiba melihat siluet putih..."
"Putih?"
Kamya Sayoko menghentikan pulpennya yang sedang mencatat. Dia mengangkat kepala, menatap serius Kiuchi Yoriko. Dengan nada hati-hati bertanya: "Apakah... memakai kimono putih?"
"Ya, bagaimana kamu tahu?"
Kamya Sayoko menggelengkan kepala. "Lanjutkan. Lalu apa? Apa kamu melihat wajahnya?"
“Benar. Saat itu hari sudah hampir gelap. Saya melihat dengan cermat, tiba-tiba dia menoleh ke belakang. Meski ada jarak, saya tetap melihat... dia adalah Mideo!”
“Kamu tidak mengejarnya?”
“Saat itu saya benar-benar kaku ketakutan. Hanya bisa menatapnya masuk ke dalam hutan, sementara saya kabur kembali. Apakah Mideo telah menjadi hantu?”
“Silahkan percaya apapun yang kamu mau.” Kamya Sayoko menutup buku catatannya, berkata: “Daerah Ōgurokure ini akan menjadi sangat mengerikan. Kalau tidak ingin terlibat, pergilah.”
Baru saja mengatakan itu, tiba-tiba bayangan muncul di pintu geser ruangan di belakang Kiuchi Yoriko!
Bayangan itu sangat jelas, dan samar-samar terlihat seperti perempuan berbaju kimono!
Mata Kamya Sayoko membelalak, tubuhnya langsung mundur!
Pintu geser dalam keadaan tertutup. Saat itu, bayangan itu mengulurkan tangan kanan mencoba membuka pintu. Kamya Sayoko segera melihat ke arah jendela - tapi posisi jendela tepat di sebelah pintu geser!
Tiba-tiba muncul bayangan baru! Tangan kanan bayangan itu memegang pisau, menerjang dan menjatuhkan bayangan perempuan ke lantai!
Segera bayangan itu mengangkat tangannya, terus menusuk bayangan perempuan!
Darah menyembur deras di pintu geser, sementara bayangan perempuan terus mencakar-cakar pintu.
“Ada apa?” Kiuchi Yoriko melihat ekspresi panik Kamya Sayoko, menoleh... tapi di pintu geser sudah tidak ada apa-apa.
Dia berjalan mendekat, membuka pintu geser. Di luar, kosong sama sekali.
“Ada apa?” Kiuchi Yoriko menoleh ke belakang bertanya: “Apa yang kamu lihat tadi?”
Kamya Sayoko tidak ragu lagi, langsung berlari ke arah jendela, melompat keluar dengan gesit, lalu segera mengeluarkan ponsel sambil terus berlari dan menekan tombol cepat nomor telepon Pei Qingyi.
“Halo, Nona Pei?” Teriaknya begitu telepon tersambung: “Cepat pergi! Desa Shenyuan, hantu sudah muncul!”
Sambil berbicara, matanya terus menoleh ke belakang. Saat ini, hampir tidak ada cahaya bulan di langit, sementara Kamya Sayoko terus meningkatkan kecepatan langkahnya.
Setelah melewati beberapa jalan, akhirnya tiba di depan Hotel Matsuda. Di saat itu, dia melihat Pei Qingyi dan yang lain keluar dari hotel, namun Sima Zhen tidak terlihat!
Tiongkok, Kota K.
Yin Ye mendiskusikan daftar nama yang difaks Kamya Sayoko dari Jepang bersama Yinyu. Meski sudah larut malam, sama sekali tidak ada rasa kantuk pada mereka berdua.
“Aku menemukan sesuatu.” Yinyu menunjuk daftar orang yang menghilang secara misterius, berkata pada Yin Ye: “Kamu perhatikan tidak? Yin Ye?”
“Hmm, maksudmu...”
“Dua puluh satu orang, angka ini. Jika ditambah Kihara Miyo tepat dua puluh satu orang. Dan dua puluh satu, angka yang habis dibagi tujuh.”
“Benar. Mungkin ini kebetulan, tapi aku merasa ini bisa jadi petunjuk dari apartemen.”
“Bukan hanya itu.” Yinyu melingkari beberapa nama di daftar, menjelaskan: “Orang yang menghilang misterius kebanyakan pria muda, wanita lebih sedikit.”
Yin Ye menatap tajam daftar itu.
“Dan Yinyu, aku juga menemukan sesuatu...”
Daftar nama orang yang menghilang secara misterius adalah:
"Kobayashi Sakurako, Hanacka Seiichi, Matsumoto Yukiko, Ima Tadashi, Tang Ze Zhiye, Okawara Koichi, Sato Hanako, Maki Tatsuya, Suzuki Taichi, Fukuda Ichiro, Terai Akira, Akino Eiko, Akazawa Rie, Niki Kaori, Mizuno Yuji, Abe Shinji, Egami Akira, Tsukishima Keigo, Daichi Mariko, Kiuchi Tae, Kambara Miyo."
"Apa yang kamu perhatikan, Yin Ye?" Yinyu melihat daftar itu dan bertanya bingung.
"Tidak menyadarinya, Yinyu? Ada 'kebetulan' yang sangat halus dalam daftar ini..."
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 13 Tujuh Orang
Kamya Sayoko tiba di depan Hotel Matsuda menghadapi tiga orang yang berdiri, bertanya gugup: "Ada apa? Di mana Sima Zhen? Di mana Sima Zhen?"
"Dia menghilang." Pei Qingyi berkata dengan wajah serius: "Kurasa, mungkin sudah..."
"Akhirnya dimulai juga?" Kamya Sayoko segera memutuskan: "Cepat pergi dari sini! Jangan pikirkan yang lain dulu, segera pergi! Pembahasan lain bisa dilakukan di perjalanan!"
Keempat orang itu pun segera meninggalkan hotel dengan tergesa-gesa. Bagaimanapun mereka sudah memberikan cek satu juta pada Matsuda Kimiko, seharusnya dia tidak akan menagih biaya penginapan lagi.
Melewati beberapa jalan, mereka semua menyadari semua rumah telah mematikan lampu. Hampir tak ada seorang pun di jalanan. Suasana ini terasa semakin menyeramkan.
"Pei Qingyi, Sui Wenbin dan Wu Xuanlin, ketiganya adalah orang pertama kali menjalankan misi darah. Meski sudah mempelajari banyak kasus darah sebelumnya, itu semua hanya teori belaka. Sekarang menghadapi instruksi tulisan darah yang sesungguhnya, terutama dua orang terakhir, kaki mereka seperti tertanam di tanah."
Kamya Sayoko tetap diam seribu bahasa, matanya terus berkedip dingin. Tangannya terus menggenggam, melepaskan, lalu menggenggam lagi.
"Dengarkan..." akhirnya dia berbicara: "Aku sudah bertanya pada Kiuchi Yoriko, mendapatkan satu informasi. Yaitu, saat dia melihat Kihara Miyo, wanita itu mengenakan kimono putih. Dan mengenai dua daftar nama itu, kalian perhatikan sesuatu tidak? Dua puluh satu orang, tepat bisa dibagi tujuh. Dan di antara 21 orang itu..."
Saat sampai di bagian ini, tiba-tiba dia berhenti melangkah.
Di mata Kamya Sayoko, kilatan keterkejatan melintas. Kemudian dia menatap ketiga orang di sampingnya, tanpa sadar menjauh beberapa langkah.
"Aku melihat dua bayangan..." matanya menatap tajam ketiga orang di depannya, "Aku melihat dua bayangan di rumah Kiuchi Yoriko!"
"Apa? Bayangan?" Pei Qingyi tak sengaja meremas ujung bajunya. Matanya mulai menjelajah sekeliling, memantau pergerakan di sekitar.
Kamya Sayoko semakin menjauh dari ketiganya. Tangannya menggenggam kertas daftar nama sambil mengamati reaksi masing-masing orang.
Tiba-tiba dia menyadari, tanpa terasa mereka sudah sampai di pintu desa. Di belakang adalah rumah kakek Hirata, tempat mobil sewaan itu terparkir.
Kamya Sayoko segera berjalan cepat menuju mobil itu. Dia sama sekali tidak melihat ke arah kedua orang itu, melainkan berjalan lurus ke mobil sambil terus menoleh ke belakang untuk mengawasi ketiga orang yang semakin mendekat! Langkahnya semakin dipercepat!
Saat tiba di depan mobil, dia langsung mengambil kunci mobil dan berusaha memasukkannya ke lubang kunci. Namun tangannya gemetaran hebat hingga kunci terjatuh ke tanah! Dia buru-buru ingin mengambilnya, tiba-tiba dari bawah mobil muncul tangan menyambar kunci!
Kamya Sayoko menarik napas tajam. Di detik-detik kritis, dia berhasil merebut kunci lebih dulu sementara tangan itu menyembunyikan diri! Dia menunduk melihat ke bawah mobil, tapi tak ada apa-apa!
Saat itu, Pei Qingyi yang menyusul dari belakang juga melihat tangan keluar dari bawah mobil. Dia hampir berteriak sambil menutup mulut, sedangkan Sui Wenbin dan Wu Xuanlin di belakangnya benar-benar menjerit!
Kamya Sayoko sudah membuka pintu mobil. Baru saja dia duduk, tiba-tiba di pintu masuk desa muncul sosok wanita berbaju Kimono putih! Karena jarak terlalu jauh, wajahnya tidak jelas terlihat, tapi Kimono putih itu dipenuhi noda darah!
"Cepat naik!" Kamya Sayoko berteriak pada Pei Qingyi: "Lekas naik!"
Pei Qingyi langsung paham. Dia membuka pintu dan masuk. Sui Wenbin dan Wu Xuanlin juga membuka pintu mobil lalu masuk tergopoh-gopoh!
Setelah "pintu bus" tertutup, Kamya Sayoko segera menghidupkan "mesin", lalu menginjak gas sekuat tenaga! Bus langsung masuk ke dalam "hutan"!
Ia melihat ke "kaca spion", wanita berbaju "Kimono" putih itu mulai mempercepat kecepatan, mengejar bus dengan gigih!
"Apa... apa yang harus kita lakukan?" Wu Xuanlin wajahnya pucat ketakutan. Ia menatap wanita "Kimono" putih yang terus mengejar di luar "jendela bus", "noda darah" di tubuhnya semakin merah menyala.
Karena gelap dan jarak, wajahnya tidak jelas terlihat. Tapi semua tahu, kemungkinan besar dia adalah Hasegawa Kayo atau Kihara Miyo!
"Cepatkan!" Sui Wenbin berteriak seperti babi disembelih: "Lebih cepat, lebih cepat lagi!"
"Sudah maksimal!" Kamya Sayoko menatap "hantu perempuan" yang terus mendekat di "kaca spion": "Di sini banyak pohon rapat, jika menabrak pohon dan bus berhenti, kita semua mati!"
"Ah!" Pei Qingyi juga berteriak: "Lihat... lihat! Di belakang hantu perempuan itu ada hantu lain!"
"Apa?" Sui Wenbin segera "menoleh ke belakang". Benar, terlihat sosok berbaju hitam mengejar ketat di belakang "hantu perempuan Kimono putih". Kecepatan sosok hitam itu sama persis dengan hantu - pasti hantu juga!
Meski kecepatan bus terus "sedang ditingkatkan", jarak antara "hantu" dengan mereka semakin mendekat!
“Cari, cari cara!” Sui Wenbin melihat jarak yang tadinya puluhan meter semakin mendekat hingga sepuluh meter lebih, saat ini dia sudah panik luar biasa: “Apa, apa yang harus kita lakukan? Semakin dekat!”
“Lalu aku harus bagaimana?” Kamya Sayoko justru suaranya semakin dingin: “Aku bukan miko, bukan pendeta, apa kau mau aku turun bergulat dengan hantu?”
Tentu ini mustahil. Sudah bisa ditebak. Tapi kejar-kejaran hantu sama sekali tidak melonggar, membuat hati terus tertekan, tertekan...
Melewati sebatang pohon, area sekitar mulai terbuka, Kamya Sayoko semakin menambah kecepatan. Sementara Pei Qingyi terus memantau kaca spion, melaporkan perkembangan terbaru.
Di saat yang sama, Shinohara Masaomi dan Shinohara Harumi juga sedang mencari Kazuya di hutan.
“Kazuya——”
“Kazuya, di mana kau?”
“Kazuya, cepatlah muncul——”
Suara Masaomi sudah hampir serak, tapi tetap tidak menemukan jejak Kazuya. Dia mendekati adiknya yang kelelahan: “Harumi, kurasa hari ini kita takkan menemukan Kazuya. Kau pulang saja ke desa, aku akan terus mencari.”
“Ini...” Harumi terlihat ragu-ragu: “Tapi... tidak apa-apa, Kakak? Sudah larut begini, kau sendirian di kedalaman hutan...”
“Keberadaanmu di sini pun tak membantu. Nanti aku akan telepon Goro lalu kita cari bersama. Kau pulang saja dulu.”
“Kalau begitu... hati-hati ya, Kakak.”
“Harumi mengingatkan beberapa hal lagi, lalu pergi.”
Memandang punggung Harumi yang menjauh, Masaomi merasa dadanya sesak. Katanya, Yoshiko melihat Miyo—apakah itu arwah Miyo atau apa?
Tiba-tiba ia menyadari, tempat ini sudah sangat dekat dengan jembatan besi itu.
“Miyo...” Masaomi bergumam pelan. Kenangan datang berdua ke sini bersama Miyo masih jelas terbayang. Empat tahun berlalu, tak ada yang terlupakan.
Tiba-tiba, sebuah tangan dingin menyentuh bahu Masaomi!
Terkejut, ia segera menoleh ke belakang—tapi tak ada siapa-siapa di sana!
“Ini... ada apa?”
Pada saat yang sama, mobil Kamya Sayoko juga mendekati area ini.
“Masih terus mengejar...” Pei Qingyi terengah-engah: “Meski kecepatan sudah maksimal, jarak tetap menyempit! Pasti karena batasan dari apartemen...”
“Aku tahu...” Kamya Sayoko memutar setir tiba-tiba—sebuah wajah mengerikan menempel di jendela bus sampingnya! Mobil berputar liar beberapa kali!
Di luar jendela: pria mengerikan dengan wajah membusuk, baju compang-camping, dan noda darah di seluruh tubuhnya. Tak perlu ditanya—pasti hantu!
“Aah!” Pei Qingyi tiba-tiba berteriak: “Dia, dia itu...”
Kamya Sayoko tiba-tiba membuka pintu bus di sampingnya, menendang dengan keras, hantu itu langsung terlempar ke tanah, kemudian dia segera menutup dan mengunci pintu!
Namun baru saja dia menginjak gas lagi, terlihat beberapa hantu keluar dari hutan!
Setiap hantu berlumuran darah, wajahnya membusuk sampai belatung sudah merayap keluar! Lalu mereka semua menerjang mobil!
Untungnya, tidak membentuk lingkaran pengepungan sempurna, Kamya Sayoko menginjak gas lagi dan mengemudi ke arah lain!
"Tidak, tidak mungkin salah..." Suara Pei Qingyi gemetar: "Pria tadi itu... adalah Akira Kamya! Salah satu dari 21 korban kamikakushi! Kita melihat fotonya di kamar adiknya, Makoto Kamya!"
Saat menyelidiki kasus kamikakushi, kami pernah mengunjungi rumah adik Akira Kamya. Karena Akira Kamya cukup tampan, semua orang ingat wajahnya.
"Apa mereka korban kamikakushi?" Sui Wenbin juga ketakutan: "Apa 21 hantu akan muncul semua? Ditambah 7 hantu sebelumnya, total 28 hantu? Astaga, apakah masih ada jalan keluar?"
Kamya Sayoko sambil memegang kemudi berkata: "Tidak sampai 28. Hanya... tujuh orang saja. Tidak, sejak awal hanya ada tujuh orang."
"Apa maksudmu?" Wu Xuanlin menangkap petunjuk: "Apa kamu menemukan sesuatu, Nyonya Kamya? Jalan keluar?"
“Mengenai jalan keluar, masih sedikit kurang. Tapi aku sudah tahu garis besar kebenaran di balik 'kamikakushi'. Dengarkan, jangan sampai bersentuhan dengan hantu-hantu ini, jangan sama sekali!”
“Kamu menemukan apa?” Sui Wenbin juga mendesak: “Sebenarnya...”
“Nanti saja dibahas!” Pei Qingyi menghentikan pembicaraan mereka: “Biarkan Nyonya Kamya fokus menyetir dulu!”
Saat Kamya Sayoko sampai di lapangan kosong di depan, tiba-tiba dia melihat Masao Jinbara berdiri di sana!
“Dia...” Sekilas ide muncul di benaknya, dia segera membuka jendela bus dan berteriak: “Masao Jinbara! Cepat naik! Cepat!”
“Kamu... kamu gila?” Pei Qingyi berteriak: “Kenapa kita harus berhenti? Hantu-hantu itu masih mengejar!”
“Dia suami Miwa Jinbara! Mungkin bisa berguna!”
Jarak dengan hantu-hantu itu akhirnya kembali melebar hingga lebih dari dua puluh meter. Kalau tidak, Kamya Sayoko pasti tidak akan mengambil risiko itu.
Dua puluh meter – layak untuk dipertaruhkan!
Masao Jinbara tertegun mendengar teriakan itu. Begitu melihat bayangan-bayangan hitam mengejar bus, dia langsung melompat masuk begitu pintu belakang terbuka. Kamya Sayoko berkata: “Kalau tidak mau dibunuh oleh orang-orang yang mengejar itu, cepat naik!”
Masih trauma dengan keberadaan misterius yang menepuk bahunya tadi, Masao Jinbara langsung duduk berdesakan dengan Wu Xuanlin.
Persis ketika pintu mau ditutup, tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram pinggiran pintu!
Dari jendela bus, Masao melihat wajah Miwa Jinbara yang pucat!
## JILID 16 TUJUH ORANG BAB XIV SIKLUS KUTUKAN
Saat itu, setiap orang di dalam bus merasakan darah mereka mengalir terbalik!
"Cepat, tutup pintu bus sekarang!" Sui Wenbin berteriak keras sambil menarik pintu bus. Namun, pintu telah terbuka separuh. Di luar, sosok perempuan berbaju kimono merah darah tiba-tiba mengucurkan darah dari dahinya!
Kamya Sayoko langsung menginjak gas sampai dasar. Bus melesat sambil berbelok tajam. Tangan hantu perempuan yang mencengkeram pintu terlepas. Saat itu juga Sui Wenbin langsung mengunci pintu! Kamya juga mengunci jendela yang terbuka tadi.
"Miyo..." Mata Genomi Masaomi menatap tajam sosok berbaju kimono putih di belakang bus. "Dia... istriku Miyo! Dia masih hidup!"
Kalimat sederhana ini dipahami Sui Wenbin dan Wu Xuanlin. Sui langsung memaki: "Hidup apaan! Dia sudah jadi hantu! Hantu..."
"Hidup apaan kau!" Sui Wenbin menghardik. "Sadarlah! Sekarang dia sudah jadi hantu!"
Kalimat ini diucapkan dalam bahasa Mandarin yang tidak dimengerti Masaomi. Ia buru-buru berkata ke Kamya Sayoko: "Nyonya Kamya, tolong putar balik! Orang tadi... itu istriku! Dia..."
Kalimat bahasa Jepang ini cukup sederhana sehingga Sui Wenbin dan Wu Xuanlin pun memahaminya.
"Kamu masih belum mengerti?" Sui Wenbin kali ini menggunakan bahasa Jepang yang buruk: "Dia sudah lama mati, sekarang ini adalah seorang hantu!"
Kalimat ini meski pelafalannya tidak tepat, namun Mikio tetap memahaminya. Dengan wajah terkejut dia menoleh ke belakang, tiba-tiba memahami sesuatu: "Maksudmu legenda itu benar? Bagaimana mungkin, Midō dia..."
Sui Wenbin menarik kerah baju Mikio, melanjutkan dengan bahasa Jepang terbata-bata: "Kamu... dengarkan baik-baik, kalau sekarang berani menghambat kami, aku tidak segan membunuhmu! Mengerti?"
"Hentikan!" Kamya Sayoko tiba-tiba bersuara, lalu menggunakan bahasa Jepang berkata pada Mikio: "Tuan Kamihara, maaf sebelumnya atas kekasaran tadi, saya minta maaf atas namanya. Tapi situasi sekarang genting, kita tidak boleh menghentikan mobil. Lihatlah ke belakang, bayangan-bayangan hitam itu semua ingin mengambil nyawa kita!"
Mikio meski selama ini memendang sikap setengah percaya pada legenda itu, namun melihat Kamya Sayoko yang begitu tegas mengatakannya, hatinya pun menjadi ciut.
"Maksudmu... istriku sudah berubah jadi hantu? Kau bilang dia benar-benar mati?"
Mikio masih enggan percaya, masih berharap semua ini hanyalah kebohongan. Karena itu dia tetap menyimpan secercah harapan bertanya pada Kamya Sayoko.
"Benar. Saya jamin, dia sudah pasti bukan manusia hidup lagi. Mau dianggap sebagai hantu atau apapun terserah kamu."
Yasuoomi kembali menatap ke belakang. Saat ini kecepatan mobil sudah mencapai batas maksimal, namun bayangan hitam yang mengejar di belakang tetap tak mau ketinggalan. Hanya dari hal ini saja, sudah jelas itu bukan manusia hidup!
"Mengapa? Mengapa ini terjadi?" Yasuoomi saat ini bisa dikatakan hatinya seperti ditusuk pisau. Awalnya dia pikir ada kesempatan untuk bertemu kembali dengan istri tercinta, tapi tak disangka malah berakhir seperti ini!
Semuanya terlalu kejam!
Namun, yang lain tidak punya waktu untuk merenungi keluhan Yasuoomi. Semua mata tertancap ke belakang, napas tertahan dalam ketegangan.
Area sekitar sudah menjadi sangat sepi, sehingga kecepatan mobil bisa ditingkatkan tanpa hambatan.
Tapi kecepatan hantu-hantu di belakang juga terus meningkat. Jarak pun mulai menyusut lagi. Yang berlari paling depan tentu saja Hantu Perempuan berkimono putih. Di belakangnya, jika diamati, terlihat wajah-wajah yang membusuk dan tubuh penuh noda darah.
"Orang itu..." Tiba-tiba Yasuoomi menjerit ketakutan sambil menunjuk, "Itu... ibu dari Yoriko! Aku pernah melihat fotonya! Tidak mungkin salah, pasti dia!"
Tapi yang lain tidak bereaksi. Setelah melihat Akira Egoshi, kemunculan Taeko Kiuchi sudah menjadi hal yang wajar. Justru jika tidak muncul, mereka akan merasa aneh.
"Apakah penduduk desa yang hilang secara misterius semuanya berubah menjadi hantu?" Baru saja mengatakan ini, tiba-tiba dia menyadari di antara bayangan-bayangan itu ada sosok laki-laki berkimono hitam yang berlari paling belakang, membawa pisau tajam di tangannya!
"Tubuh orang itu adalah yang paling parah tingkat pembusukannya, sama sekali tidak bisa dikenali wajahnya lagi, dan di wajah yang membusuk itu terus meneteskan darah!"
"Orang itu adalah... makhluk apa?"
Entah mengapa, saat melihat hantu Baju Hitam itu, getar ketakutan yang belum pernah dirasakan sebelumnya menyergap hati setiap orang, bahkan Yamiao juga merasakan hal yang sama.
Ini persis seperti ketakutan naluriah serangga saat bertemu pemangsa alaminya!
"Apa kau tidak menyadari sesuatu?" Wu Xuanlin tiba-tiba menunjuk ke arah bayangan-bayangan hantu itu: "Hantu-hantu di depan sepertinya sangat takut pada hantu Baju Hitam di belakang? Begitu mendekati hantu tertentu, mereka akan lari lebih cepat?"
"Rupanya kau juga berpikir begitu?" Sui Wenbin segera mengangguk: "Aku kira itu hanya khayalanku saja..."
Saat mendengar kalimat ini, Pei Qingyi tiba-tiba memahami beberapa hal di hatinya!
"Benarkah... begitu?" Dia kemudian melihat ke Kamya Sayoko, ekspresinya tetap tegas seperti biasa tanpa banyak perubahan.
Pada saat ini, Pei Qingyi sepenuhnya memahami. Dia telah mengerti segalanya.
Jika benar demikian, berarti kebenaran kisah misteri ini terletak pada "tujuh orang". Empat puluh tahun lalu, tujuh orang yang tewas di kediaman keluarga Nagasawa. Nagasawa Takuzou, Nagasawa Kayo, Nagasawa Takayuki, Nagasawa Sanae, Aoi, Makoto, dan Chika.
Tujuh orang ini harus terus-menerus eksis, barulah bisa membentuk kutukan itu?
Maka ada orang yang "hilang secara misterius". Mengapa setelah banyak pemuda meninggalkan Desa Yashen, tidak ada lagi kasus orang yang "hilang secara misterius" setelah kasus Kinuci Tae?
Karena usia tidak cocok.
Dari tujuh korban yang meninggal, tidak ada orang lanjut usia. Meskipun usia pasti ketujuh orang itu tidak diketahui, diperkirakan maksimal sekitar tiga puluh tahunan. Jadi...
Setelah lebih dari dua puluh tahun sejak kasus Kinuci Tae, tidak ada lagi warga yang memenuhi kriteria. Sepertinya apartemen membatasi ketujuh "hantu" itu. Mereka harus menunggu selama dua puluh tahun hingga muncul orang yang memenuhi kriteria, artinya harus menunggu anak-anak tumbuh dewasa. Meski dulu banyak pemuda pergi, seiring waktu akan ada anak-anak baru yang lahir. Ketika mereka dewasa, kriteria akan terpenuhi.
Dari sini, Pei Qingyi menarik kesimpulan...
Warga yang "hilang secara misterius" sebenarnya digantikan oleh ketujuh "hantu" itu! Artinya, mereka menjadi pengganti ketujuh hantu untuk membentuk kutukan ini secara utuh.
Ketujuh orang itu perlu mencari warga yang cocok dalam hal jenis kelamin, usia, atau kriteria lain untuk menjadi "pengganti" mereka. Selumlah "tujuh" itu terpenuhi, tidak masalah meski bukan orang yang sama. Tapi usia dan jenis kelamin tampaknya harus cocok.
Karena itu, dalam daftar 21 orang, rasio pria dan wanita adalah empat banding tiga! Persis sama dengan rasio jenis kelamin tujuh orang di Rumah Nagasawa!
"Sayangnya, orang yang digantikan akan berubah menjadi hantu baru, lalu harus mencari pengganti baru berikutnya di Desa Kamisama. Oleh karena itu, selama lebih dari 20 tahun, fenomena Kamikakushi sangat sering terjadi. Inilah mengapa warga yang mengalami Kamikakushi kebanyakan adalah orang muda."
"Prinsip pembentukan kutukan ini memang harus menggunakan angka 'tujuh'. Diduga, begitu seorang hantu menemukan penggantinya, ia benar-benar bisa beristirahat dengan tenang, sedangkan hantu berikutnya harus ada di antara tujuh orang!"
"Jika demikian... lalu apa jalan keluarnya?"
"Mencegah hantu beristirahat dengan tenang? Menghindari penggenapan angka tujuh? Tidak, ini semua tidak penting."
Pei Qingyi sangat paham, intinya adalah para penghuni ini pasti cocok usia dengan tujuh anggota keluarga Nagasawa yang telah meninggal. Jika menyangkut usia...
"Setidaknya bisa dipastikan Takuzou lebih tua dari Keishi dan Sanae, tapi usia Keishi dan Sanae tidak pasti..."
"Kihara Masaomi!" Pikirannya melesat, ia segera bertanya pada Masaomi yang duduk di kursi belakang: "Kamu tahu siapa yang lebih tua antara Nagasawa Keishi dan Nagasawa Sanae? Bagaimana dengan usia anggota lainnya..."
"Untuk ini, saya hanya tahu Tuan Keishi adalah kakak dari Sanae. Yang lain tidak jelas, tapi sepertinya Aoi sama usia dengan Nyonya Kayo."
"Sama usia?"
"Istrimu..." Ia melanjutkan pertanyaan: "Pada tahun insiden terjadi, berapa usia istrimu?"
"Dua... dua puluh dua tahun."
"Artinya, Kayo dan Aoi sama-sama berusia 22 tahun?"
“Usiaku tahun ini… tepat 22 tahun,” Pei Qingyi berpikir: “Kalau begitu… artinya, selama ada seseorang berusia 22 tahun yang dicengkram hantu, aku akan aman?”
Saat itu, dia menatap Kamya Sayoko di sampingnya. Ngomong-ngomong, berapa usianya ya? Kamya Sayoko adalah orang Jepang, dalam hal ini lebih cocok dibanding siapapun di antara mereka, seharusnya jadi prioritas utama!
Masalahnya… berapa usia dia sebenarnya?
Pei Qingyi menyimpulkan, karena terpilih sebagai pelaksana misi darah kali ini, pasti usianya sama dengan salah seorang penghuni perempuan! Meski bukan Jiashi atau Aoi, mungkin juga Hasegawa Sanae.
Tapi dalam kondisi sekarang, kalau bertanya usianya, mungkin dia tidak akan jujur.
Tiba-tiba dia ingat, Kamya Sayoko kan selebriti juga? Mungkin data pribadinya ada di internet, mungkin bisa menemukan tanggal lahirnya!
Begitu pikirnya, dia segera mengeluarkan ponsel dan mulai membuka internet, mencari nama "Kamya Sayoko", bahkan masuk ke situs web bahasa Jepang.
Dia belum pernah seberuntung ini bisa memahami bahasa Jepang.
Tapi tiba-tiba dia mendengar suara batuk. Matanya beralih ke Kamya Sayoko yang mengeluarkan suara itu, dan dia jelas melihat kilatan niat membunuh yang tajam di mata wanita itu!
Kaget, Pei Qingyi langsung menutup halaman web di ponselnya!
“Tuan Kamya.” Kamya Sayoko berbicara: “Boleh tahu berapa usia Anda tahun ini?”
“Aku?” Yoshiomi sama sekali tak curiga, menjawab jujur: “Dua puluh enam tahun.”
“Begitu ya…”
Pada saat ini, jarak antara hantu-hantu itu dengan mobil mulai memendek lagi, dan tren ini terus meningkat...
## Jilid Enam Belas Tujuh Orang Bab Lima Belas Jalan Keluar Terakhir?
Pada titik ini, Sui Wenbin dan Wu Xuanlin juga mulai mencium sesuatu yang tidak beres. Keduanya bukan orang bodoh, dalam situasi seperti ini mereka bisa menebak 70-80% kebenarannya.
Pei Qingyi dan Kamya Sayoko pasti tidak menanyakan usia tanpa alasan. Dengan kata lain, usia pasti memiliki makna misterius yang sangat penting!
Shenyuan Yamato sendiri tentu juga merasakan hal ini.
"Bisakah Anda jelaskan makna khusus usia ini?" Saat dia hendak bertanya, tiba-tiba melihat Kamya Sayoko mengeluarkan satu tangan, memasang earphone, lalu menekan tombol ponsel!
Dia telah mengatur semua shortcut, di ponselnya tersimpan banyak nomor telepon warga desa. Sekarang dia sedang mencoba menghubungi Matsuda Kimiko!
Selama proses menelepon, alisnya tetap berkerut sambil memandang hantu-hantu yang semakin cepat berlari di belakang. Dia menyadari selama berlari, tingkat pembusukan hantu-hantu itu semakin parah - pembusukan telah menyebar ke seluruh tubuh, kulit dan daging terus membusuk, bahkan mulai meneteskan cairan mayat!
Tampaknya karena ini pula, kecepatan lari mereka semakin kencang, dan ekspresi wajah mereka semakin mengerikan!
"Dan yang paling berubah drastis adalah Shihara Mie yang berlari paling depan! Wajahnya tak lagi secantik tadi, kulit dan daging di wajahnya terus membusuk, darah dan nanah terus mengalir, bahkan terlihat banyak belatung muncul. Ekspresinya juga semakin penuh dendam dan kejam, kedua pupil matanya semakin keruh, dan bola mata perlahan ditutupi warna merah menyala."
"Saat ini, dia tak berbeda dengan hantu galak dalam film horor!"
"Masatomi menyaksikan pemandangan mengerikan ini dengan mata kepalanya sendiri. Istri tercintanya yang dulu mengulurkan kedua tangan, mengeluarkan lolongan melengking, terus menerjang ke arah mobil ini. Hatinya bagai jatuh ke jurang, merasakan kedinginan yang belum pernah dialami sebelumnya!"
"Ini bukan Mie, pasti bukan Mie!"
"Masatomi memeluk kepalanya, menunduk dalam-dalam. Dia tak ingin melihat apapun di belakang lagi, hanya berharap semua ini hanyalah mimpi buruk, berharap saat terbangun nanti semuanya akan berakhir."
"Persis seperti rasa sakit yang dialaminya ketika Mie meninggal dulu."
"Saat itu, Kamya Sayoko akhirnya tersambung ke telepon Hotel Matsuda. Yang mengangkat telepon adalah Matsuda Kimiko."
"'Halo,' Kamya Sayoko segera bertanya, 'Ibu Matsuda, kan? Saya Kamya Sayoko, maaf mengganggu tapi...'"
"'Ah, Nyonya Kamya, ada yang bisa saya bantu?'"
"'Saya ingin menanyakan beberapa hal...'"
"Tiba-tiba suara teriakan meraung yang sangat mengerikan terdengar dari belakang mobil, membuat Matsuda Kimiko di depan konter terkejut dan buru-buru bertanya: 'Nyonya Kamya, suara apa itu tadi? Apa yang terjadi?'"
"'Tidak, tidak ada, orang di sebelah saya sedang menonton film horor di ponsel... jangan dipikirkan.' Kamya Sayoko tahu waktunya mendesak, langsung membuka topik: 'Mengenai keluarga Hasegawa, saya masih punya beberapa pertanyaan.'"
"'Baik, silakan tanyakan apa saja, jika saya tahu pasti akan jujur menjawab!'"
"Mengingat sudah menerima cek satu juta yen dari Kamya Sayoko, Matsuda Kimiko tentu akan berbicara sejujurnya. Tapi teriakan tadi masih membuatnya gelisah, untuk apa volume film horor dikeraskan begitu?"
"Sementara Sui Wenbin dan Wu Xuanlin yang melihat ke belakang sudah pucat pasi! Shinhara Miyo yang berlari paling depan hanya berjarak tiga meter dari mobil!"
"Pemandangan mengerikan ini telah membuat semua penumpang mobil terjerumus ke dalam jurang keputusasaan!"
"'Apakah kamu tahu...' Kamya Sayoko menggigit bibir sambil terus menginjak gas, '...usia tujuh orang di kediaman Hasegawa? Usia pastinya?'"
"'Usia pasti?'"
"'Tepatnya, pada tahun terjadinya pembantaian itu, berapa usia mereka?'"
"'Oh, itu. Saya tidak ingat persis, sudah empat puluh tahun lalu. Saya tahu kira-kira, tapi usia pastinya...'"
"'Sebutkan dulu perkiraannya.'"
“Hmm, dari tujuh orang ini, Tuan Takuzo adalah yang tertua, sepertinya sudah melewati usia 25 tahun. Nyonya Kayo mungkin beberapa tahun lebih muda darinya. Dia satu tahun lebih tua dari Tuan Keishi, sedagi Nona Sanae 3-4 tahun lebih muda dari Tuan Takuzo. Untuk Aoi, usianya sama dengan Nyonya Kayo. Akira dan Akira mungkin juga berusia 20-an..."
"Saya mengerti."
Kamya Sayoko memutuskan telepon, lalu melirik penumpang di dalam mobil. Saat ini, selain dirinya, ada empat orang di dalam mobil. Usia keempat orang itu juga kira-kira sesuai dengan kriteria tujuh orang tersebut.
Menurut aturan misi darah apartemen, bisa dipastikan... setiap penghuni setidaknya harus memiliki kecocokan usia dengan salah satu dari tujuh orang itu.
Jika usia Takuzo melebihi 25 tahun, maka yang paling cocok adalah Kihara Masaomi.
Saat sedang mempertimbangkan hal-hal ini, situasi paling mengerikan terjadi. Bayangan hantu di belakang sudah benar-benar mendekati bagasi mobil, perlahan mulai menyusul!
Tidak bisa mempercepat lagi, kecepatan saat ini sudah maksimal.
Kamya Sayoko kembali memutar setir ke samping, mengubah arah mobil! Tapi ini sama sekali tidak bisa memperlebar jarak. Tertangkap hanya masalah waktu, sama sekali tidak ada pilihan!
"Anda ingin tahu usia spesifik mereka?" Yasutomi tiba-tiba berkata: "Apakah mengetahui usia bisa menyelamatkan kita? Aku ingat, usia tujuh korban saat dibunuh. Karena Midao dulu penasaran dan mengumpulkan data detail, jadi aku ingat jelas! Hashigawa Takuzo 26 tahun, istrinya Kayo 22 tahun, adik laki-laki Takashi 25 tahun, adik perempuan Sanae 21 tahun, pembantu Aoi juga 22 tahun. Sedangkan Akira dan Ochiyo masing-masing 23 dan 24 tahun."
"Anda yakin?" Kamya Sayoko menekankan nada bertanya: "Anda yakin tidak salah ingat?"
"Yakin, karena Midao saat itu hampir terus membicarakan kisah hantu ini denganku. Dia orang yang rasa ingin tahunya sangat besar dan cerewet kalau sudah mulai cerita! Apakah... apakah Nyonya Kamya punya cara?"
Usia Kamya Sayoko adalah 21 tahun. Jika ingatan Yasutomi Kamihara tidak salah, maka usianya persis sama dengan Hashigawa Sanae!
Semakin mendekat, bayangan-bayangan hantu itu semakin jelas terlihat. Paling belakang adalah hantu berbaju kimono hitam membawa pisau, sedangkan di depan yang mengejar ada empat hantu.
Total ada lima hantu. Jumlahnya persis sama dengan jumlah penumpang di mobil.
Di antara mereka, terlihat jelas tiga dari lima hantu tersebut adalah hantu perempuan! Saat ini, tingkat pembusukan wajah mereka semakin parah, membuat ketiga hantu perempuan itu terlihat semakin mengerikan di kegelapan malam!
“Apa yang harus kita lakukan?” Sui Wenbin saat ini sudah menutup mata sambil memeluk kepala dan menangis, dia benar-benar berada dalam keputusasaan!
Sementara Wu Xuanlin juga menggelengkan kepala, dia sekarang sudah tidak memiliki harapan lagi untuk bertahan hidup.
Hanya Pei Qingyi yang masih menatap penuh harap kepada Kamya Sayoko. Pada saat seperti ini, dialah secercah harapan terakhir di hati mereka! Meskipun... harapan yang sangat tipis...
Akhirnya, momen paling mengerikan itu tiba juga!
Sui Wenbin yang selama ini memeluk kepalanya, perlahan mengangkat wajah. Namun saat itu juga, pupil matanya tiba-tiba menjadi keruh, dan pakaian di tubuhnya berubah menjadi kimono pria!
Sepasang tangan segera meraih ke arah Kamya Sayoko yang berada di kursi pengemudi!
Bus berputar-putar di tempat beberapa kali sebelum akhirnya berhenti total! Semua orang langsung berhamburan keluar dari pintu bus! Keempat orang itu berusaha lari ke hutan di depan, namun bayangan hantu yang mengejar dari belakang bergerak sangat cepat!
Hantu Perempuan berbaju kimono putih akhirnya menerjang, mendorong Pei Qingyi hingga terjatuh! Wu Xuanlin tersandung dan jatuh, merangkak mundur sambil ketakutan. Namun hantu di depannya bergerak secepat macan tutul – sedetik saja terlambat berarti kematian!
Hantu perempuan lain dengan rambut acak-acakan dan baju compang-camping juga berlari menuju Kamya Sayoko!
Tapi, pada saat ini, Masatomi justru menghalangi Xiao Yezi, di pupil matanya, bayangan hantu yang menerjang itu terlihat semakin menakutkan...
Tujuh orang, adalah kutukan siklus yang tidak terpecahkan.
Tujuh anggota keluarga Hasegawa ini, setelah mati tetap berkeliaran tanpa bisa mendapatkan ketenangan sedikitpun. Untuk membebaskan diri, harus mencari seseorang sebagai pengganti untuk menjadi bagian dari rantai kutukan siklus ketujuh orang ini.
Karena itulah di Desa Kagami terus muncul warga yang menghilang secara misterius.
Sedangkan hantu yang terpilih sebagai pengganti harus mencari pengganti baru. Jika tidak ada pengganti yang cocok, semua akan terus berlangsung sia-sia.
Kambara Harumi gelisah menunggu kakak laki-lakinya, sudah hampir tengah malam pukul 00:00, tapi sang kakak belum juga kembali. Saat ini ia mondar-mandir di rumah dengan panik.
Tiba-tiba seekor burung gagak terbang melewati jendela, hinggap di dahan pohon besar.
Di Ougurei ini, burung gagak bisa dibilang ada di mana-mana.
Masatomi dan Kamya Sayoko kini lari ke dalam belukar. Keberhasilan mereka lolos dari kejaran hantu-hantu itu nyaris mustahil, benar-benar mukjizat. Pada detik-detik terakhir, Masatomi memeluk Kamya Sayoko dan menyelamatkan diri ke dalam hutan lebat.
Tapi tidak ada harapan lagi.
Sekarang, tidak mungkin kembali ke Desa Kagami. Tempat ini semakin mendekati jembatan tali besi itu. Saat ini, benar-benar berada di ujung tanduk, jalan buntu.
Di dalam hutan, dua orang itu jatuh ke belakang semak-semak dengan keringat bercucuran, menatap penuh ketakutan ke sekeliling.
"Sekarang... mungkin masih ada satu cara." Kamya Sayoko tiba-tiba berkata: "Ini hanya dugaan saya. Di antara warga desa yang kamikakushi, adik Eisei dari Akira Kamishiro, usianya 23 tahun. Sementara usia Akira Kamishiro saat kamikakushi persis 26 tahun, sama denganmu... Tapi Eisei tidak mengalami kamikakushi. Menurut penuturanmu, usia Makoto sama dengan Eisei, mengapa dia tidak terkena musibah? Pemuda di desa ini jumlahnya memang sangat sedikit."
"Ini..." Masaomi bingung sejenak, kemudian Kamya Sayoko melanjutkan: "Menurutku, mungkin karena status mereka sebagai saudara. Takuzo Hasegawa dan Makoto tidak memiliki hubungan darah, jadi saudara sedarah tidak bisa menjadi pengganti. Sebaliknya... jika seperti suami-istri, mungkin tidak bisa menjadi pengganti untuk hubungan kakak-adik?"
"Apa maksudmu? Usiaku cocok dengan Takuzo Hasegawa, sementara usiamu cocok dengan Sanae Hasegawa. Kita cocok dengan pasangan kakak-adik itu..."
Tiba-tiba Masaomi berhenti di tengah kalimat.
Mungkinkah dia ingin...
"Ya."
Kamya Sayoko membuka kancing bajunya: "Kita... lakukan saja! Segera di sini. Jika kita melakukan hal yang mutlak tidak boleh dilakukan antara kakak-adik, mungkin... kita tidak bisa dijadikan pengganti mereka!"
## Jilid 16 Tujuh Orang BAB 16 Pelaku Sebenarnya
"Tatshomi dan Xiao Yezi bisa melarikan diri ke sini, sebagian besar juga karena faktor keberuntungan. Utamanya, karena kematian beberapa penghuni yang memberi mereka waktu, ditambah hutan di sekitar yang lebat, target manusia jauh lebih kecil dibandingkan kendaraan, dan fisik Tatshomi yang cukup baik, akhirnya mereka berhasil lolos sementara."
"Tapi ini pasti hanya sementara. Dua roh jahat yang belum menemukan pengganti itu pasti masih berkeliaran di hutan mencari mereka. Begitu ditemukan, konsekuensinya sudah jelas!"
"Menyaksikan roh istri sendiri berubah menjadi roh jahat yang mengerikan dan menyerang manusia, adegan horor seperti dalam film ini membuat Tatshomi berada di ambang breakdown."
"Orang normal mana pun takkan bisa menerima teror seperti ini."
"Meski begitu, wanita di depan matanya ini benar-benar mengucapkan kata-kata yang tak masuk akal?"
"'Kau bilang... lakukan?' Dia langsung menolak tanpa berpikir: 'Apa kau gila? Di situasi seperti ini, setidaknya bicaralah dengan common sense, Nyonya Kamya!'"
"'Common sense?' Xiao Yezi menyeringai dingin: 'Aku sudah lama membuang yang namanya 'common sense'. Semua ini sama sekali tak bisa dipahami atau dinilai dengan common sense.'"
"'Semua tadi hanya kesimpulanmu sendiri!' Masih tak bisa menerima: 'Kau baru 21 tahun! Hal seperti ini seharusnya dilakukan dengan orang yang dicintai, bukan?'"
Namun, Xiao Yezi sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk berpikir lagi. Dia langsung menyergap, mencium bibirnya, lalu menjatuhkannya ke lantai sementara kedua tangannya terus melepaskan pakaiannya.
Bahkan jika Masao ingin berkata-kata, mulutnya sepenuhnya tertutup oleh Xiao Yezi sehingga mustahil berbicara. Tak lama kemudian, kaus lengan pendek Xiao Yezi terlepas, lalu dia mulai membuka kait bra-nya.
Setelah kematian Miyo, Masao memang tidak berhubungan dengan perempuan mana pun selama empat tahun ini. Meskipun orang Jepang memiliki pandangan lebih terbuka tentang seks, Masao yang lama tinggal di desa sederhana ini tetap memegang konsep konservatif.
Dengan suara "klik", kait bra Xiao Yezi terbuka dan jatuh ke lantai. Sepasang payudara bulat nan montok segera menyembul, menekan dada Masao. Sementara bibirnya terus mencium Masao dengan penuh gairah, tangannya meraba sabuk kulit Masao untuk melepaskan ikatan itu.
Ciuman mesra ini perlahan membangkitkan gairah terpendam Masao. Bagaimanapun dia pria normal, godaan sekuat ini sulit ditolak. Apalagi kecantikan dan tubuh Xiao Yezi tidak kalah dari Miyo, bahkan lebih memikat. Terlebih menurut penjelasannya, ini mungkin satu-satunya jalan untuk bertahan hidup.
"Begitu katanya, tapi kenyataannya, meskipun kedua orang itu benar-benar terlibat hubungan intim, tetap ada kemungkinan salah satu akan dijadikan pengganti hantu. Hanya saja, orang yang satunya mungkin bisa diselamatkan."
"Tapi ini tetap kesempatan yang meningkatkan kemungkinan bertahan hidup hingga lima puluh persen!"
Akhirnya, Yachen merangkul Xiao Yezi sepenuhnya. Dia mulai berubah dari pasif menjadi aktif, menindihnya dengan kuat. Dia sangat sadar, dua hantu yang mencari mereka bisa muncul kapan saja. Sambil terus waspada, dia melepas baju atasnya, terus mencium bibir, pipi, dan leher Xiao Yezi, lalu mulai turun ke sepasang payudara besar yang bulat sempurna. Payudara Xiao Yezi berkembang sangat baik dengan ukuran 35D. Ditambah sikapnya yang sengaja dibuat menggoda dan gerakan tubuhnya yang aktif merespons Yachen, semakin memicu nafsu seksual pria.
"Cepatlah..." dia mendesah pelan, mendesak Yachen, "Waktu kita terbatas!"
Lagipula ini bukan waktu tepat untuk menikmati hubungan intim. Hantu bisa datang kapan saja, dan konsekuensinya akan mengerikan. Untungnya semak di sekitar sangat lebat, dan bayangan pepohonan membuat area sekitar gelap, menjadi tempat persembunyian yang baik!
Yachen juga paham. Dia sudah melepas celana panjangnya, kini dia dan Xiao Yezi sama-sama telanjang bulat. Dia menelan ludah, tangan kanannya meraba ke bagian bawah tubuh Xiao Yezi...
"Aku tidak bisa menahan lagi!"
“Harumi merasa sangat cemas sambil berdiri, memandangi orang tua dan Goro yang wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Saat ini, Kazuya dan kakaknya sama-sama hilang jejak, bahkan lima orang termasuk Kamya Sayoko yang tinggal di hotel Matsuda juga menghilang secara misterius.”
“Jangan-jangan… Kakak juga mengalami Kamikakushi?” Begitu pikiran ini muncul, Harumi merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia tidak tahan kehilangan orang yang dicintai lagi karena hal ini!
Meski terus berusaha meyakinkan diri bahwa Kamikakushi hanyalah takhayul, ketakutan dan kecemasan dalam hatinya sama sekali tidak berkurang.
“Harumi…” Goro akhirnya bersikap tegas, “Ayo kita ikut mencari bersama warga desa, apapun yang terjadi harus menemukan mereka!”
Maka berkumpullah sekelompok warga desa dan mulai melakukan pencarian di hutan. Namun generasi tua seperti Hirata Daisuke langsung mengerutkan kening mendengar hal ini. Dia sangat paham betapa mengerikannya legenda Kamikakushi itu. Sebagian besar yang ikut adalah pemuda dan warga setengah baya.
Saat itu, Yoshiko juga ikut serta. Dia juga memberitahu Harumi tentang fakta bahwa Kamya Sayoko pernah mencarinya.
Goro, Harumi, dan Yoshiko membentuk satu kelompok, terus mencari jejak Masaomi dan Kazuya di dalam hutan. Cuaca sudah sangat gelap, meski membawa senter, tetap menakutkan di tengah hutan yang gelap. Tapi jika tidak dibagi kelompok, efisiensi pencarian akan turun. Khawatir dengan kakaknya, Harumi terpaksa membagi kelompok. Untung ada Goro, sehingga sedikit mengurangi kecemasannya.
“Lihatlah!” Tiba-tiba Goro berjalan ke suatu area tanah, berjongkok, lalu menyorotkan senter ke bawah sambil berkata: “Ini bekas mobil yang melintas di tanah... Dari bekasnya, kecepatan mobil itu pasti cukup tinggi.”
“Kalau begitu...” Harumi juga mendekat dan melihat, “Aku ingat di pintu desa, mobil Kamya Sayoko yang itu sudah hilang...”
“Sebenarnya apa yang terjadi?” Goro mulai merasakan firasat buruk, bayangan gelap mulai menyelimuti hatinya.
“Ternyata...” Yoko bergumam pelan: “Apakah ini ada hubungannya dengan pembantaian berdarah 40 tahun lalu? Tujuh orang yang tewas saat itu...”
Harumi merasakan hatinya seperti tertusuk pisau. Kakak, jangan-jangan benar-benar terjadi sesuatu? Meneleponnya juga tidak bisa tersambung.
Tapi memang wajar tidak tersambung. Toshiomi mengatur ponselnya pada mode getar. Sekarang, dia sudah melepas celana panjangnya dan membuangnya ke samping, jadi tentu tidak tahu Harumi sedang meneleponnya.
Saat itu, Toshiomi yang berhadap-hadapan telanjang dengan Sayoko tiba-tiba membayangkan gambar Miyo dalam pikirannya. Meski hanya sekejap, rasa bersalah itu segera meredam gairahnya.
“Aku... Aku sedang melakukan apa? Aku sedang melakukan apa?”
Toshiomi panik. Namun Sayoko memandangnya dengan penuh kebencian: “Kamu pikirkan baik-baik, kalau terus begini kita semua akan mati! Apa kamu tidak peduli sekalipun?”
Melihat wanita yang dulu dicintai dan dipuja Miyo ini, sekarang telanjang bulat terbaring di bawah tubuhnya. Kedua tangannya merangkul lehernya, kuncup di dadanya perlahan mengeras.
“Cepat! Dengan melakukan ini kita bisa mendapat 50% kesempatan bertahan hidup!” Saat mengatakan ini, dia juga menghancurkan pertahanan mental Tatsuomi: "Kamu tidak ingin menghilang secara misterius seperti para desa itu kan?"
Tatsuomi menatap tubuh menggoda Xiao Yezi, nafsu birahi terus berkobar di dadanya. Ditambah bisikan Xiao Yezi, ia mulai membujuk diri sendiri: "Ini demi bisa bertahan hidup, mendapatkan kesempatan hidup... Miyo, pasti tidak akan marah padaku kan?"
Bagaimanapun juga, roh Miyo ada di dekat sini. Hanya memikirkan itu saja sudah membuatnya punya hambatan psikologis berat. Tapi di bawah godaan terus-menerus Xiao Yezi, pertahanan hatinya perlahan meleleh.
"Selama bisa bertahan hidup, apa yang tidak boleh dilakukan?" Kalimat terakhir Xiao Yezi menjadi jerami pemutus unta: "Kita hanya mencari 'jalan keluar' saja, hanya itu!"
Akhirnya Tatsuomi mengangguk. Secara fisik maupun mental ia telah sepenuhnya menerima. Kemudian, dengan 'senjata' yang telah tegak, ia menerjang masuk ke taman misterius di hadapannya!
Keduanya akhirnya menyatu menjadi satu.
Xiao Yezi bukan perawan. Saat masih kuliah dulu, keperawanannya sudah diberikan pada senior. Karena itu ia pun tidak malu-malu. Saat ditusuk, erangan mesum pun keluar dari bibirnya...
Di tempat lain, Pei Qingyi sedang berlari pontang-panting di hutan. Rambutnya awut-awutan, baju tubuhnya robek-robek. Saat hantu menjatuhkannya, dengan sigap ia melepas baju atas sehingga bisa lolos.
Tapi, hantu yang memburunya tetap tak mau melepaskannya!
Di detik ini, tiba-tiba dia melihat semak sekitar 20 meter di depannya mengeluarkan suara "gesekan"!
Lalu, wajah setengah membusuk yang berlumuran darah dan cairan mayat muncul! Tubuhnya seperti boneka yang dikendalikan, meregang dengan gerakan mekanis terdistorsi lalu perlahan berdiri.
Pisau yang masih meneteskan darah itu tetap digenggam tangan hantu jahat ini!
Karena pakaiannya semakin compang-camping, daging di dadanya sudah membusuk parah. Tapi masih bisa dikenali...
Perempuan?
Apakah hantu jahat yang terus membunuh semua hantu ini adalah Hantu Perempuan?
Pisau penuh darah itu memancarkan cahaya dingin mengerikan. Hantu Perempuan itu mulai melangkah mendekat!
Hantu itu memang memakai kimono pria. Tapi di dada yang terbuka, jelas terlihat payudara. Bagaimana ini mungkin?
Tiba-tiba Pei Qingyi memperhatikan cincin di jari kiri hantu perempuan ini!
Saat ini, bahkan orang bodoh pun pasti sudah mengerti.
Pelaku sebenarnya adalah... Nagasawa Kasei! Dia sendiri yang membunuh enam orang lalu bunuh diri untuk memfitnah suaminya. Tapi mungkin setelah menulis wasiat darah, dia bertarung lagi dengan korban yang belum mati sampai akhirnya tewas bersama!
Sebelumnya terlihat ada tiga hantu perempuan. Namun, kenyataannya tidak demikian. Mungkin karena gelapnya malam dan sugesti psikologis, salah satu hantu laki-laki disangka sebagai hantu perempuan!
Hantu perempuan berbaju kimono putih itu bukan Nagasawa Kayo, melainkan Aoi! Sebenarnya tidak ada aturan bahwa hanya Nagasawa Kayo yang boleh memakai kimono putih! Jika Aoi tiba-tiba ingin memakai kimono putih pada hari pembunuhannya, itu bukan hal aneh! Pei Qingyi si pembunuh sengaja mengganti baju dengan kimono hitam suaminya, sehingga noda darah menempel di baju itu. Setelah membunuh suaminya, dia bisa mengganti baju untuk menjebak!
Nagasawa Kayo dan Aoi seumuran. Dengan kata lain, Kamihara Miyo yang sama umurnya dengan mereka saat kejadian "kamikakushi" dan saat pembunuhan, telah menjadi pengganti Aoi!
Tiba-tiba seekor gagak terbang dari langit dan hinggap di bahu hantu perempuan itu, lalu mematuk dada sang hantu, melahap daging busuk yang menempel!
Gagak di pegunungan Ogurokure umumnya berkumpul di sisi timur karena di sana mereka memakan jenazah-jenazah yang membusuk!
Sekumpulan besar gagak lainnya terbang turun dan mengerumuni hantu perempuan itu. Tiba-tiba mulut hantu itu terkoyak lebar, dan semua gagak itu berjatuhan ke tanah satu per satu mati!
Pei Qingyi sangat jelas, hantu perempuan di depannya ini benar-benar ingin menjadikan dirinya yang berusia 22 tahun sebagai pengganti kematian!
Kemudian, hantu perempuan yang buas dan mengerikan itu langsung menerjang lurus ke arah Pei Qingyi!
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 17 Seni Iblis
Pei Qingyi saat ini sudah ketakutan sampai lunglai di tanah, sementara kecepatan hantu perempuan itu seperti cheetah, jarak dua puluh meter bisa ditempuh dalam sekejap!
Saat dia hampir putus asa, tiba-tiba sepasang tangan dari belakang mencengkeram tubuh hantu perempuan berkimono hitam itu, lalu wajah hantu perempuan lain yang sama busuk dan mengerikannya tiba-tiba muncul! Setelah dilihat lebih dekat, bukankah itu arwah perwujudan Kambara Miyo?
Seketika Pei Qingyi paham, bagi kedua hantu perempuan ini, dirinya adalah objek rebutan mereka!
"Dia milikku..."
"Dia milikku..."
Kedua hantu perempuan itu saling mencakar dengan ekspresi penuh dendam, tangan-tangan mereka meraih ke arah Pei Qingyi, tapi sekaligus saling membatasi gerakan satu sama lain, sehingga tidak bisa mendekatinya. Untuk sementara, situasi ini membentuk kebuntuan!
Kalau tidak memanfaatkan kesempatan baik ini, pantas saja mati!
Pei Qingyi segera bangkit, berbalik badan, dan berlari secepat mungkin ke belakang! Sambil terus membuat tanda salib di dada, berdoa agar bisa selamat hari ini.
Setelah berlari cukup lama, dia menengok ke belakang lagi. Tak ada tanda-tanda hantu mengejar, barulah dia menarik napas lega. Setelah berjalan lebih jauh, Pei Qingyi tiba-tiba melihat...
Di depan mata, muncul sebuah tebing terputus. Sebuah jembatan rantai besi sepanjang puluhan meter membentang di hadapan, menghubungkan tebing di seberang. Di sana, pepohonan tumbuh lebih lebat.
"Di sini...kah? Jembatan menuju rumah hantu itu?"
Pei Qingyi merasakan keringat dingin terus menetes dari dahinya. Ia berusaha tenang dan hendak berbalik arah, tiba-tiba melihat dua bayangan hantu hitam-putih menyergap dari belakang!
Pei Qingyi menjerit keras. Tanpa pilihan lain, ia berlari menyusuri jembatan rantai itu!
Meski tahu ini jalan tanpa kembali, Pei Qingyi tak punya cara lain. Ia hanya berharap dua hantu perempuan itu saling membunuh demi dirinya!
Saat itu, Harumi dan dua rekannya juga mulai mendekati lokasi jembatan rantai.
"Harumi..." Wajah Yoriko pucat: "Kita benar-benar harus ke sana? Kau tahu betapa berbahayanya tempat itu?"
"Tapi..." Harumi yang memegang senter berkata cemas: "Jika Kakak benar ada di sana, aku harus mencarinya. Dulu setelah kejadian kakak ipar, Kakak juga sering ke sini dan baik-baik saja. Cerita seram itu mungkin berlebihan."
"Lebih baik berhati-hati. Nyawa hanya satu..." Yoriko masih ragu. Ia pernah melihat orang yang seharusnya sudah mati muncul di hutan ini.
"Goro? Harumi?"
Saat itu, Gorō dan dua orang lainnya menoleh ke belakang, melihat Matsuda Kimiko dan Iijima Izumi berdiri di belakang sambil membawa senter. Keduanya juga sedang mencari jejak Masatomi dan Kazuya secara terpisah. Saat ini, Iijima Izumi sudah sangat gelisah.
"Kalian... apakah kalian juga akan pergi ke tempat itu?" Kimiko mendekat, dia segera memegang lengan anak laki-lakinya dan bertanya, "Gorō, lebih baik kamu tidak mendekati sana..."
Di sini, dia seolah ragu-ragu untuk melanjutkan. Tiba-tiba teringat, dulu di sekitar sini lah dia melihat Nyonya Yoshiko dan Tuan Takayuki sedang berselingkuh.
Sebenarnya ada satu hal yang tidak pernah dia beritahu Kamya Sayoko. Yaitu alasan dia bisa melihat kejadian itu karena kebiasaannya berjalan-jalan di beberapa area hutan pada sore hari. Hal ini pernah dia ceritakan kepada Nyonya Yoshiko. Itu sebabnya dia merasa aneh setelahnya - mengapa Nyonya Yoshiko yang tahu hal ini justru sengaja muncul di area yang mungkin dilewatinya pada jam-jam tersebut untuk melakukan hal seperti itu?
Seolah... sengaja ingin memperlihatkan adegan ini padanya!
Tapi pemikiran ini terlalu absurd. Karena itu Nyonya Yoshiko pun tidak mengungkapkannya. Siapa yang akan sengaja memamerkan skandal perselingkuhannya pada orang lain?
Pada umumnya, ini memang mustahil. Namun, Matsuda Kimiko tidak menyadari bahwa 40 tahun lalu, Hasegawa Kayo sudah mulai merencanakan pembunuhan seluruh anggota keluarga. Wanita ini cabul, materialistis, dan kejam. Kebaikan dan kesantunan yang ditampilkannya sehari-hari hanyalah penyamaran. Meski berasal dari keluarga ahli upacara teh, ia malas bekerja dan tidak punya ambisi. Karena itulah, keluarga segera mengatur perjodohan dan pernikahannya.
Namun, Hasegawa Takuzou justru menjual perusahaan yang seharusnya diwarisinya dan pindah ke hutan terpencil di Kumamoto. Hal ini sama sekali tidak bisa ditoleransi oleh Kayo. Sambil memuaskan nafsunya dengan menjaga hubungan intim dengan para pria dalam keluarga, ia mulai merencanakan cara merebut harta keluarga Hasegawa.
Pertama-tama, ia memutuskan untuk "membunuh" semua anggota keluarga Hasegawa. Tiga bersaudara Hasegawa pasti harus dihabisi. Tapi jika ketiganya tewas, semua orang akan mencurigainya. Akhirnya ia memutuskan untuk membunuh dua pelayan dan Aoi sekaligus, lalu memindahkan tuduhan ke Hasegawa Takuzou.
Memilih Junko, gadis yang paling dekat dengannya di Desa Yegami saat itu, sebagai saksi yang akan memberikan kesaksian terhadap dirinya, adalah pilihan yang paling tepat. Dia merencanakan segalanya dengan matang, sengaja membuat Junko melihat adegan perselingkuhannya dengan Takashi. Dengan cara ini, motif pembunuhan Hasegawa Takuzo akan terlihat lebih masuk akal nantinya. Sementara dirinya sendiri mengatur skenario seolah-olah terluka parah, hampir terbunuh. Kemudian, pada malam itu, dia memasukkan obat tidur ke dalam makanan, lalu membunuh keenam orang tersebut satu per satu dengan kejam. Setelah meninggalkan surat wasiat bertuliskan misi darah, dia tidak menyadari bahwa Hasegawa Sanae belum mati sepenuhnya. Di detik terakhir, Sanae menerjang Kayo, menggunakan pisau untuk memotong tenggorokan Kayo, namun akhirnya dia sendiri juga tewas karena kehabisan darah.
Setelah itu, tujuh arwah di rumah ini dikutuk. Mereka harus terus berkeliaran, mencari seseorang yang memiliki kesamaan usia, jenis kelamin, dan berbagai kondisi lainnya sebagai tumbal pengganti untuk mengisi angka "tujuh", agar diri mereka sendiri bisa melarikan diri.
Masami saat ini sudah sadar. Setelah mengenakan pakaiannya kembali, dia segera berkata pada Koyoko: "Ma... maaf, aku..."
"Tidak apa." Meski pipinya juga memerah, Koyoko tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Sambil mengenakan pakaiannya kembali, dia berkata: "Tindakan tadi hanya untuk mencari jalan keluar. Jangan berpikir macam-macam."
"Tidak... hamil, kan?" Masami bertanya dengan hati-hati.
"Tenang saja." Koyoko merapikan rambutnya yang berantakan, lalu berkata: "Mari kita berpisah sekarang. Aku dan kamu... mungkin hanya satu yang bisa bertahan. Tinggal bertaruh, siapa yang bukan diri sendiri."
"Kedengarannya kejam, tapi itu adalah fakta yang tak terbantahkan."
"Kamu... benar-benar berhati dingin..." Masatomi gemetar ketakutan: "Baru saja kita melakukan hal seperti ini, sekarang bisa melupakan segalanya dengan mudah? Kau ini manusia seperti apa? Tak heran Midori menyukaimu..."
"Itu cuma media yang membagus-baguskanku." Xiao Yezi tetap dingin: "Aku akan membayar harga apapun untuk bertahan hidup. Di dunia ini, manusia memang bisa melakukan apa saja untuk hidup. Aku sudah paham itu sejak lama."
Matanya menyapu tubuh Masatomi: "Sebenarnya ingin kukatakan 'hati-hati', tapi itu terlalu munafik dari posisiku. Hanya satu dari kita yang bisa hidup. Selamat tinggal."
Ia berbalik dan menghilang di kedalaman hutan. Masatomi yang terpaku di tempat paham maksudnya. Hanya satu yang bisa bertahan hidup. Jika dia menjadi pengganti Hasegawa Takuo, Xiao Yezi yang telah berhubungan dengannya akan bebas. Kematiannya bisa menyelamatkan nyawa Xiao Yezi. Begitu pula sebaliknya.
Tapi Masatomi masih ingin mengatakan sesuatu padanya.
Berlari ke arah berlawanan, dalam hati dia berbisik: Selamat jalan, Nyonya Kamya.
Masih ada harapan akan mukjizat meski ketakutan mencekam. Jika bisa bertahan, dia ingin bertanggung jawab pada Xiao Yezi.
Xiao Yezi saat itu berlari masuk ke dalam hutan. Sambil berlari, dia mengeluarkan sebuah perangkat mirip PSP dari tubuhnya dan membuka layar.
"Apakah ada... petunjuk baru?"
Tanpa sepengetahuan empat penghuni lainnya, dia secara tidak sengaja menangkap seekor burung gagak. Kemudian di kaki burung itu, dia memasang alat pemantau. Banyak burung gagak mungkin terbang ke pegunungan sisi timur, dan melalui gambar dari alat ini, mungkin bisa didapatkan petunjuk.
Saat ini, pemandangan yang terlihat di layar sungguh mengerikan!
Burung gagak yang kakinya dipasangi alat pemantau itu, tampaknya sedang terbang mendekati rumah tua yang terbengkalai, lalu hinggap di ambang jendela.
Di dalamnya terlihat sebuah ruangan besar yang memamerkan pemandangan yang sangat mengerikan.
Sebuah rantai besi raksasa membentang dari sisi kiri ke kanan ruangan. Di sepanjang rantai itu, tergantung tujuh jenazah yang membusuk! Semua mayat itu memiliki otak yang tertusuk rantai, wajah yang sudah busuk tak berbentuk, pakaian compang-camping yang nyaris tak menutupi tubuh, kulit tanpa sejengkal daging utuh, dengan darah terus mengucur. Sesekali mayat-mayat itu bergerak-gerak berusaha melepaskan diri, namun tetap terikat rantai!
Di dalam ruangan, puluhan burung gagak sedang memakan daging busuk dari jenazah-jenazah tersebut!
"Inikah... jalan keluar?"
“Awalnya, Kobayashi Izumi tidak menyadari pemandangan di ruangan ini sangat wajar, karena jenazah-jenazah ini tergantung tinggi, jika tidak menengadah ke atas, tidak akan melihat pemandangan ini!”
“Inikah… jalan keluar itu?”
“Seketika, Xiao Yezi segera mengeluarkan kompas, dia telah mengambil keputusan, lalu berlari ke arah timur!”
“Saat Pei Qingyi melarikan diri ke area tengah jembatan tali besi, dia bahkan sempat berpikir untuk mencoba melompat ke sungai di bawahnya. Namun, ketinggian itu membuatnya tak memiliki keberanian.”
“Apa yang akan terjadi jika sampai ke seberang jembatan? Pei Qingyi bisa menebak garis besarnya, tetapi waktu sangat terbatas, tidak ada kesempatan untuk berpikir panjang.”
“Dia menoleh ke belakang, tidak ada yang mengejar. Meski begitu, hatinya tetap gelisah. Akhirnya, dia mengeluarkan ponsel dan memutuskan menelepon Kamya Sayoko.”
“Telepon tersambung tidak lama kemudian.”
“Halo, Nyonya Kamya? Saya Pei Qingyi, sekarang berada di jembatan besi pegunungan timur. Jika terus maju, saya akan mendekati Rumah hantu itu, apa yang harus saya lakukan?”
“Kau masih hidup? Dekat Rumah hantu itu? Baik, segera larilah ke sana!”
“Xiao Yezi melihat di video, di sudut ruangan terdapat tang besi besar! Jelas ini jalan keluar yang diatur oleh apartemen. Asal rantai besi itu diputus, tujuh hantu sekaligus akan beristirahat dengan tenang, tidak lagi mencari pengganti!”
“Hidup mati kita bergantung padamu… Pei Qingyi!”
## Jilid Enam Belas Tujuh Orang Bab Delapan Belas Chu Mizhen
Setelah mendengarkan semua penjelasan Xiao Yezi, Pei Qingyi menatap hutan lebat di seberang jembatan besi.
Di sana... tersisa secercah harapan terakhir para penghuni? Benarkah demikian? Namun hanya dengan memikirkannya saja, hati mereka sudah diliputi rasa ngeri.
Memutuskan rantai yang mengikat tujuh hantu? Bukankah ini justru akan memicu jalan kematian secara total?
"Kamya Sayoko!" Pei Qingyi mengumpat dalam bahasa Jepang, "Kau menganggapku sebagai kelinci percobaan? Kau ingin kujadi tumbal sambil kau amati hasilnya untuk mencari jalan keluar? Jangan mimpi! Ikutlah kesini juga!"
"Aku memang sedang dalam perjalanan."
"Apa?" Pei Qingyi terkejut, lalu bertanya, "Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lepas dari hantu yang mengejarmu?"
"Tidak jelas. Tapi aku juga hampir sampai. Masuklah dulu. Saat ini setiap detik berharga. Bukankah kau tahu, setelah jalan keluar ditemukan, pembatasan apartemen terhadap hantu akan semakin melemah?"
Mendengar ini, Pei Qingyi gemetar tak terkendali. Kamya Sayoko benar - setelah penghuni menemukan jalan keluar, pembatasan apartemen memang akan berkurang. Ini adalah hukum tak tertulis yang diakui banyak penghuni.
Tanpa ragu lagi, ia segera berlari kencang ke depan sambil terus membuat tanda salib di dada, berdoa agar tidak bertemu hantu.
Melewati jembatan rantai besi ini, ia menembus rumpun pepohonan. Tak lama kemudian, di lereng tinggi di depan terlihat sebuah rumah megah yang persis sesuai deskripsi Ijima Izumi. Bangunan bergaya Barat itu dikelilingi semak belukar, dengan pilar-pilar putih menjulang di empat penjuru.
"Di sini tempatnya..."
Pei Qingyi segera berlari menuju pintu gerbang. Meski tahu ini sarang harimau, bukankah "Tak masuk sarang harimau, mana dapat anak harimau"? Dalam situasi terjepit seperti ini, hanya dengan mengambil risiko besar lah ada harapan!
Pintu masuk terbuka lebar. Di balik hamparan ilalang yang subur, terlihat jelas kondisi interiornya. Ruangan yang lapuk itu memiliki lantai ubin keramik hitam-putih, dipenuhi pilar-pilar putih menjulang dengan tinggi lantai pertama mencapai lebih dari sepuluh meter.
Apakah ruangan yang dideskripsikan Kamya Sayoko itu berada di lantai satu atau dua?
Meski tak yakin, Pei Qingyi mengeratkan gigi dan melangkah masuk melalui pintu itu. Tidak ada pilihan lain selain mengambil risiko.
Area lantai satu terlihat terbuka, hanya terhalang oleh barisan pilar. Karena ukuran ruangan yang cukup luas, ia harus menelusuri setiap sudut dengan cermat.
Waktu semakin menipis, tapi langkahnya tak kunjung cepat. Setiap melangkah, Pei Qingyi khawatir dari sudut mana pun bisa muncul hantu. Dalam tekanan atmosfer ini, napasnya terasa berat.
"Dewa kasihanilah, jangan sampai muncul, jangan sampai muncul..."
Pei Qingyi akhirnya pertama kali menjalankan instruksi tulisan darah, tidak peduli berapa kali dia mempelajari misi darah, saat menghadapi hantu yang sesungguhnya, sebagai seorang karyawan kantoran modern, dia merasakan ketakutan yang berasal dari sumsum tulang.
Pada saat yang sama, Xiao Yezi tiba di depan jembatan rantai besi itu.
Dia bahkan tidak punya waktu untuk menarik napas, langsung menginjakkan kaki di jembatan ini. Bagaimanapun, waktu sangat mendesak. Menggigit giginya, dia segera berlari di atas jembatan.
Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang berlari!
Siapa? Di mana?
Xiao Yezi terus memandang ke sekeliling, tidak melewatkan sudut mana pun, tapi tidak terlihat bayangan orang sama sekali. Jadi, dia hanya bisa terus berlari ke depan. Namun ketika mulai berlari lagi, suara langkah kaki itu terdengar kembali. Suaranya sangat dekat, tapi bagaimanapun dilihat, tak ada bayangan manusia.
Akhirnya Xiao Yezi memutuskan untuk mengabaikannya dan terus melarikan diri lurus ke depan.
Harapan lima puluh persen tampaknya tetap hancur.
Saat mencapai tengah jembatan, dia tiba-tiba berhenti. Karena sepertinya dia merasakan, dari mana sumber suara langkah kaki itu...
"Jangan-jangan... di bawah jembatan ini?"
Pada saat itu, di bawah papan jembatan yang diinjak Xiao Yezi, tergantung terbalik seorang Hantu Perempuan yang seluruh tubuhnya berlumuran darah, terus-menerus bergerak-gerak! Xiao Yezi pun merasakan hal ini.
Dia segera mempercepat larinya. Sang Hantu Perempuan itu juga mulai berlari, namun dengan kaki terbalik, berlari sepenuhnya mengabaikan gravitasi!
"Akhirnya, jarak ke tepi seberang tersisa kurang dari lima puluh meter. Langkah kaki itu semakin mendesak, keringat dingin membasahi dahi Xiao Yezi. Tiba-tiba, tali besi di sampingnya dicengkeram oleh tangan berlumuran darah, sebuah kepala pucat membusuk muncul ke atas!"
Pei Qingyi tiba di lantai dua. Ia menyusuri koridor, mencari ruangan itu. Saat ini, belum ada hantu yang muncul, tapi ia sangat sadar—setelah pelemahan batasan, dua hantu perempuan yang akan menangkapnya pasti akan datang!
Membayangkan dua hantu perempuan mengerikan berwarna hitam dan putih itu, Pei Qingyi gemetar tak terkendali. Kedua hantu itu ingin menjadikannya pengganti kematian mereka!
Lantai dua terlihat lebih luas. Beberapa koridor cabang berjajar rapi, pintu-pintu ruangan tertutup rapat. Pei Qingyi tahu tak bisa menunda lagi, menggigit gigi ia melangkah maju.
Saat ini, di Kota K daratan Tiongkok, di dalam apartemen mengerikan itu.
"Ternyata begitu, Kamya Sayoko juga menyimpulkan hal yang sama?"
Di Kamar 404, Li Yin, Yin Ye, dan Yinyu yang bersaudara mendiskusikan misi darah terbaru ini. Dari telepon terakhir dengan Kamya Sayoko, ia telah menemukan petunjuk jalan keluar.
"Bisa juga ini jebakan." Yin Ye tiba-tiba bersuara: "Bakat seperti Kamya Sayoko sangat vital bagi apartemen ini. Bagaimanapun caranya, kita harus selamatkan dia."
Li Yin tetap membisu tanpa sepatah kata.
“Ada apa? Kamu memikirkan sesuatu? Li Yin?” Yinyu juga memperhatikan ekspresi muram Li Yin, bertanya: “Apa yang kamu pikirkan?”
“Tidak, tidak ada...” Li Yin menggelengkan kepala, berkata: “Jangan pedulikan aku, lanjutkan diskusi kalian.”
Tepat pada saat itu, dering ponsel Li Yin berbunyi. Dia segera mengambil ponselnya, namun nomor yang muncul di layar asing baginya, bukan dari Kamya Sayoko.
Dia menekan tombol penerimaan telepon.
“Halo,” suara lembut terdengar di telinganya: “Apakah ini... telepon Senior Li Yin?”
Li Yin tertegun sejenak, belum sepenuhnya menyadari situasi, namun tetap menjawab: “Ya, ini Li Yin. Kamu siapa?”
“Bagus! Senior, masih ingat aku? Ini aku, Mizhen!”
Mendengar nama itu, ingatan Li Yin langsung melayang ke masa kuliah dulu, tentang adik tingkat yang sangat berkesan. Setelah itu dia pergi ke luar negeri dan hilang kontak, tidak pernah muncul lagi di setiap reuni alumni.
“Kamu? Chu Mizhen?”
“Iya! Wah, suara Senior benar-benar tidak berubah! Kudengar sekarang Senior benar-benar menulis novel online? Ngomong-ngomong, mau bertemu sekarang?”
“Sekarang... bertemu? Sepertinya tidak terlalu nyaman...”
“Begitu ya...” Suara merdu di ujung telepon terdengar ragu sejenak sebelum melanjutkan: “Tidak apa-apa, aku baru pulang kemarin. Setelah menghubungi Han Zhen, hal pertama yang kutanyakan adalah nomor telepon Senior!”
“Benarkah?” Li Yin tersenyum getah: “Mizhen, aku sedang sibuk sekarang, kita bicara lain kali ya.”
“Oh... baiklah, Senior.”
Setelah menutup telepon, Li Yin menghela napas, menyandarkan kepala di sofa, berkata: "Chu Mizhen... Aku pikir aku tidak akan bertemu dengannya lagi setelah ini."
"Temanmu?" Yin Ye penasaran bertanya: "Aku agak mendengar suara perempuan tadi?"
"Hm." Li Yin mengangguk, "Adik kelasku semasa kuliah. Setelah lulus, dia pergi ke luar negeri..."
"Begitu ya." Yinyu tiba-tiba tersenyum nakal: "Apakah ini mantan kekasih pertamamu? Akan kukabarkan ke Ziye nih."
"Ah bukan, hanya teman lama biasa," Li Yin cepat mengalihkan topik: "Sekarang kita tunggu kabar dari Kamya Sayoko. Setelah tengah malam pukul 00:00 nanti, dia boleh meninggakan Ōguro-mine. Tapi waktu perjalanan dari Jepang ke Tiongkok ini cukup untuk hantu itu 'membunuh'nya. Tanpa menemukan 'jalan keluar', tetap sangat berbahaya."
"Benar juga..." Yin Ye setuju: "Tergantung apakah Kamya Sayoko bisa melewati 'instruksi darah' kedua ini."
Pei Qingyi membuka pintu itu.
Tujuh jenazah membusuk tergantung tinggi di langit-langit setinggi lima meter. Mayat-mayat itu berjejal, burung gagak terus berkerumun di sekitarnya.
Rantai besi itu masing-masing terhubung ke dinding, tampaknya sulit diputus.
Semuanya persis seperti deskripsi Xiao Yezi.
Ketujuh jenazah itu sama sekali tidak bergerak, bagaikan mayat sungguhan. Pei Qingyi melihat sebuah meja di dekatnya, lalu segera mendorong meja itu.
Meski jenazah di atas kepala membuatnya panik, ini tetap lebih baik daripada musuh tak kasat mata.
"Kemudian, dia berdiri di atas meja, baru saja hendak mengangkat tangga besi itu, pintu didorong terbuka dan Xiao Yezi berlari masuk! Setelah masuk, dia segera menutup pintu sambil berkata: 'Beberapa hantu itu sedang naik tangga! Cepat putuskan rantai besi!'"
"Baik... baik!"
Pei Qingyi segera mengangkat tangga besi besar itu ke arah rantai. Saat ini, ketegangannya mencapai puncaknya, keringat terus menetes dari dahinya. Begitu tangga besi menyentuh rantai, suara langkah kaki terdengar di luar pintu!
"Ah..." Dia segera mengeratkan tangga besi ke rantai dengan sekuat tenaga, dalam hati terus berdoa: Dewa apapun juga, lindungilah aku agar berhasil, kumohon!
Xiao Yezi menahan pintu dengan seluruh tubuhnya, ekspresinya penuh ketegangan dan kepanikan.
Sementara itu, Yachen berada di suatu tempat di hutan, memandang ke kejauhan.
"Kamya Sayoko..." Hatinya terasa seperti ditusuk pisau: "Kamu, jangan sampai terjadi apa-apa..."
Bagaimanapun, setelah kejadian itu antara dia dan Xiao Yezi, perasaannya tidak bisa lagi seperti semula. Dalam hatinya, secara alami menganggap Xiao Yezi sebagai wanita miliknya.
Pintu dihantam keras, tubuh Xiao Yezi langsung terjatuh! Kemudian pintu terbuka paksa... Sebuah tangan berdarah dari luar menarik pintu terbuka.
"Cepat putuskan rantainya!"
Teriakan putus asa Xiao Yezi membuat Pei Qingyi terus mengerahkan tenaga, namun rantai masih belum menunjukkan tanda-tanda akan putus!
Saat ini, kedua wanita itu hampir putus asa.
Sampai titik ini, apakah semuanya sia-sia?
Tangan berdarah itu tiba-tiba menarik Xiao Yezi dengan kuat, tubuhnya langsung terjatuh ke lantai. Hampir saja terseret keluar, tangan Pei Qingyi tergelincir menyebabkan tang besar itu jatuh ke lantai!
Rantai besi itu akhirnya... terputus sepenuhnya!
## Jilid XVI Tujuh Orang Bab XIX Jalan Keluar yang Berujung Jalan Kematian
Pei Qingyi sendiri tak menyangka, di momen genting seperti ini rantai akhirnya berhasil diputus sepenuhnya!
Xiao Yezi yang hampir terseret ke luar pintu tiba-tiba terlepas setelah rantai putus. Tujuh jenazah itu rebah ke lantai, lalu satu per satu bangkit berdiri. Tubuh mereka perlahan menjadi transparan sebelum akhirnya menghilang.
Cengkeraman tangan misterius itu pun terlepas. Saat menoleh ke belakang, koridor sudah kosong sama sekali.
"Aku... selamat..." Pei Qingyi memegang dadanya sambil terisak, "Aku benar-benar selamat..."
Awalnya ia yakin hari ini akan mati di sini. Ternyata keberuntungan menyertainya. Jika Kamya Sayoko tak menangkap burung gagak untuk memasang kamera pengintai, para penghuni yang takut legenda horor ini tak akan tahu bahwa jalan keluar justru ada di dalam gedung.
"Setiap kali harus mempertaruhkan nyawa..." Ia berpegangan pada meja sambil berdiri, lalu berkata pada Xiao Yezi yang juga baru bangkit: "Kali ini... aku berutang budak padamu."
“Sama-sama.” Xiao Yezi merapikan pakaiannya, berkata: “Tapi sepertinya hanya kita berdua yang selamat. Instruksi tulisan darah akan berakhir pada tengah malam pukul 00:00 nanti, ayo segera pergi dari sini. Ngomong-ngomong, kamu masih ingat di mana mobil diparkir?”
“Dang Er ingat.”
Meski kedua wanita ini kelelahan, tak seorang pun ingin tinggal lebih lama di rumah ini. Mereka saling memapah sambil berjalan menuruni tangga.
“Rantai besi itu sebenarnya apa? Mengapa tujuh mayat itu dikurung?” Pei Qingyi masih bingung: “Lalu mengapa selama 40 tahun lebih, warga Desa Ye Shen yang menghilang misterius dijadikan tumbal pengganti ketujuh mayat itu?”
“Siapa yang tahu?” Xiao Yezi menggelengkan kepala: “Segala sesuatu yang berhubungan dengan apartemen itu adalah misteri mutlak. Mungkin sampai mati pun kita tak akan bisa memecahkannya.”
Saat tiba di ujung tangga, kaki Pei Qingyi tiba-tiba gemetar dan hampir terjatuh.
Tiba-tiba dia duduk terjatuh di anak tangga sambil menangis histeris. Pengalaman mengerikan ini hampir membuatnya mengalami breakdown. Kembali ke apartemen itu nanti, mereka harus terus mengulangi siklus reinkarnasi ini sampai menyelesaikan sepuluh misi darah.
"Nyonya Kamya……" Perempuan itu tiba-tiba mencengkeram tangan Xiao Yezi dengan erat, "Kumohon, tolong selamatkan aku! Aku akan melakukan apapun untukmu. Kau kan detektif terkenal? Ke depannya, kau harus membantuku menyelesaikan misi darah! Asalkan kau mau membantu, aku rela melakukan apapun! Benar-benar apapun!"
"Mengerti." Xiao Yezi menjawab dengan datar, "Akan kubantu sebisaku. Asalkan aku sendiri tidak mati dalam instruksi tulisan darah nanti……"
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari bawah tangga. Xiao Yezi dan Pei Qingyi sama-sama menampakkan ekspresi panik. Pei Qingyi bahkan sampai bulu kuduk meremang, hampir berteriak ketakutan.
Ternyata yang muncul adalah Yoshio!
"Kau……" Xiao Yezi terkejut melihatnya, "Kenapa kau ke sini?"
"Aku cuma berpikir, jangan-jangan kau datang ke tempat ini." Yoshio perlahan naik ke atas, "Sepertinya kau baik-baik saja……"
"Semua sudah beres." Jawab Xiao Yezi tenang, "Mulai sekarang, tidak akan ada lagi warga Desa Kamya yang menghilang secara misterius. Semuanya berakhir."
"Benarkah?" Wajah Yoshio berbinar, tapi segera muram lagi, "Lalu… Kazuya? Bagaimana dengan Kazuya……"
"Kurasa dia sudah menjadi korban. Tapi rohnya pasti telah terbebaskan. Di dunia ini ada eksistensi hantu dan siklus reinkarnasi. Masih ada kesempatan untuk terlahir kembali."
"Setelah meninggalkan sisi timur pegunungan Da Mu Hei Ling, dalam perjalanan kembali ke Desa Yashin Mura, Masao terus diam membisu. Ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu, namun Xiao Yezi sama sekali tidak menghiraukannya. Pei Qingyi justru menangkap gelagat aneh, ia merasa Masao terus mengawasi Xiao Yezi secara sengaja maupun tidak."
"Sepanjang perjalanan, Masao juga mendengar penjelasan Xiao Yezi dan Pei Qingyi tentang asal-usul seluruh kejadian. Setelah mendengarnya, keringat dingin mengucur deras di punggungnya sendiri."
"Ini... sungguh mengerikan. Tapi..." Masao tiba-tiba bertanya: "Kalau begitu, siapakah yang mengikat ketujuh hantu itu dengan rantai? Bukankah orang itu lebih menakutkan daripada hantu?"
"Soal itu..." Pei Qingyi sama sekali tidak perlu memikirkan jawabannya. Siapa lagi kalau bukan apartemen itu!
"Omong-omong..." Masao melanjutkan pertanyaannya: "Mengapa kalian datang ke Da Mu Hei Ling untuk menyelidiki legenda aneh ini? Apakah kalian sudah tahu sebelumnya bahwa benar-benar akan ada legenda hantu di sini?"
"Tentu saja, kami tidak bisa memberitahu Masao Kamihara tentang eksistensi apartemen itu."
"Namun, Xiao Yezi tiba-tiba berhenti melangkah."
"Omong-omong..." Ia segera mengeluarkan buku catatan dari saku, membukanya ke halaman tertentu, lalu matanya terbelalak saat melihat suatu baris tulisan.
"Nyonya Yoshio memang lebih muda 10 tahun dari Tuan Takuzo, dan hanya selisih 2 tahun dengan Tuan Keishi."
"Ini adalah informasi yang didapat dari nenek itu dulu. Usia keluarga Hasegawa merupakan informasi yang sangat penting, namun ini sangat berbeda dengan pernyataan nenek itu!"
"Bahaya dari instruksi tulisan darah ini belum berakhir..."
"Apa?" Masaomi tidak langsung paham, sementara Pei Qingyi juga memperhatikan tulisan di buku catatan itu. Ia segera mengeluarkan buku catatannya sendiri.
"Benar... benar seperti ini..." Ia melihat catatannya sendiri juga mencatat konten yang sama.
Apakah nenek itu salah mengingat? Tapi jika dikatakan salah ingat, kesalahannya terlalu besar. Nyonya Kayo sebenarnya hanya dua tahun lebih muda dari Takuzao! Sedangkan nenek itu mengatakan selisih lebih dari sepuluh tahun? Dan menurut keterangan di sini, Takuzao sekitar delapan tahun lebih tua dari Takashi!
Perbedaan usia dengan informasi sebenarnya terlalu jauh!
Pei Qingyi segera menanyakan tentang nenek itu dalam bahasa Jepang kepada Masaomi. Masaomi menjawab: "Nenek yang kau maksud? Katanya dia datang ke desa Kageshino empat puluh tahun lalu, tapi jarang berinteraksi dengan penduduk desa, sifatnya sangat tertutup..."
Xiao Yezi segera berkata: "Cepat pergi! Mobil sudah tidak jauh dari sini! Kambahara Masaomi, kita berpisah di sini!"
Xiao Yezi dan Pei Qingyi segera berlari kencang. Energi mereka sudah pulih sebagian sehingga masih bisa bertahan. Meski bingung, Masaomi tetap mengikuti mereka berlari.
“Mungkinkah…” Saat berlari, Pei Qingyi bertanya gugup: “Dalang yang mengikat tujuh hantu dengan rantai besi itu… apakah nenek itu?”
“Mungkin… meskipun bisa juga diartikan nenek itu salah ingat, tapi semua yang ‘tidak wajar’ tidak boleh diabaikan!”
Yachen juga mengikuti dari belakang. Tiba-tiba dia merasakan getar ponsel di sakunya, mengambil telepon dan mengangkat: “Halo, Qingmei? Kau mencari aku? Maaf, aku baik-baik saja, nanti aku akan pulang…”
“Kakak sedang melakukan apa? Aku bilang…”
Yoko yang sedang menelpon untuk memarahi kakaknya tiba-tiba mendengar teriakan dari belakang. Saat menoleh, darah segar menyembur ke wajahnya!
Dahi Yoko tertembus rantai besi. Tubuhnya bergoyang di udara seperti boneka, jelas sudah mati. Dan di belakangnya…
“Halo, Qingmei? Ada apa?”
Qingmei melemparkan ponselnya ketakutan dan lari terbirit-birit! Tak jauh dari sana, teriakan meraung Tante Kimiko dan Goro yang lebih mengerikan terdengar!
“Tolong… Kakak, tolong aku!”
Bersamaan itu, Xiao Yezi dan Qingyi akhirnya mencapai mobil. Kabin mobil kosong dengan pintu terbuka. Mereka langsung masuk ke kursi depan, tanpa menyadari Yachen yang masuk ke kursi belakang!
Xiao Yezi menginjak gas, memutar mobil. Meletakkan kompas di depan kaca jendela, dia berkata dengan gigih: “Instruksi tulisan darah ini punya dua ancaman! Hitungannya, total ada delapan hantu!”
“Apakah ini benar-benar misi darah tingkat kesulitan kedua?” Hati Pei Qingyi kembali jatuh ke dasar jurang, tapi dia tetap berusaha memikirkan, sebenarnya apa jalan keluar itu?
“Adikku dalam masalah!” Tsuburomaru tiba-tiba bersuara dari kursi belakang mobil: “Kumohon, bisakah kalian menyelamatkan adikku?”
“Kamu...” Pei Qingyi terkejut berkata: “Kenapa kamu naik? Adikmu? Apa yang terjadi padanya?”
“Dia bicara tidak karuan di telepon, bilang ada hantu yang mengejarnya...”
“Rantai besi?” Pei Qingyi langsung teringat sesuatu: “Berikan ponselmu! Aku mau bicara dengannya!”
Tsuburomaru segera menyerahkan ponselnya. Pei Qingyi merebutnya dan bertanya: “Shinohara Harumi? Aku teman Kamya Sayoko. Apa yang kamu lihat?”
“Hantu... hantu itu, nenek itu, dia merantai kepala Yoshiko, Goro, dan Tante Kimiko dengan rantai besi, menyeretnya di belakang tubuhnya sambil mengejar saya!”
“Jadi begitu rupanya?”
Pei Qingyi paham. Tujuh hantu itu telah dilepaskan, jadi sekarang perlu mencari tujuh orang pengganti! Tapi syaratnya tidak harus sama dengan tujuh anggota keluarga Nagasawa. Yang jelas, usia Matsuda Kimiko dan Matsuda Goro sudah membuktikan semuanya! Sekarang sudah ada tiga orang, berarti... masih kurang empat!
Shinohara Harumi ditambah tiga orang di mobil ini, bukankah jumlahnya pas?
“Lebih cepat!” Wajah Pei Qingyi sudah pucat pasi: “Nyonya Kamya, gaspol! Jika hantu itu menemukan kita...”
“Sudah injak gas sampai habis!”
"Perburuan yang sama, sekali lagi terulang. Hanya saja kali ini hantu yang mengejar hanya satu, dan belum terjadi tabrakan, tapi bahaya masih tetap ada!"
Jika meninggalkan Pegunungan Dà Mù Hēi Lǐng, apakah bisa menghindari bahaya? Jika dalam perjalanan dari Jepang kembali ke Tiongkok hantu terus memburu, itu pasti mimpi buruk! Terutama saat terakhir memasuki apartemen, pembatasan terhadap hantu akan hampir sepenuhnya dihilangkan!
Pei Qingyi mulai berpikir, jika dihitung seperti ini, bukankah cukup dengan seseorang menggantikan dirinya? Bagaimanapun syarat apapun sudah bisa!
Lalu, siapa yang akan menggantikannya?
"Kembali ke Desa Yashen!" Pei Qingyi tiba-tiba berkata pada Xiao Yezi: "Kita kembali ke Desa Yashen, 'jalan keluar' hanya bisa ditemukan di sana! Ya, ya, pasti begitu!"
Xiao Yezi mendengar ini, langsung memahami maksud Pei Qingyi. Ia memutar setir, mengarahkan mobil ke Desa Yashen.
## Jilid 16 Tujuh Orang Bab 20 Benang Kehidupan dan Kematian
Pei Qingyi berbicara melalui ponsel kepada Harumi di ujung lain: "Nona Kamihara, segera larilah kembali ke desa! Di sana mungkin masih ada harapan hidup!"
Kemudian ia mengembalikan ponsel itu ke Yachim yang duduk di kursi belakang.
Yachim juga menyadari perubahan arah mobil, mengerti mereka akan kembali ke desa. Tapi mengapa harus kembali?
"Kalian..." Yachim tiba-tiba paham: "Kalian bermaksud menggunakan penduduk desa..."
"Tidak ada cara lain." Kamya Sayoko menjawab dingin: "Untuk bertahan hidup, hanya ini jalannya."
“Orang tua saya masih di dalam desa!” Aomi segera berkata ke telepon, “Qingmei, jangan pergi ke desa, jangan pernah kembali!” Kemudian ia menutup telepon dan ingin mencegah, tiba-tiba kilatan pisau belati dingin mengarah ke lehernya. Pei Qingyi menatapnya dengan mata berapi, “Tuan Kamihara, lebih baik kau diam.”
“Kalian...” Aomi menoleh ke Xiao Yezi, “Nyonya Kamya, katakan sesuatu! Apakah kau benar-benar...”
“Sudah kukatakan.” Xiao Yezi memberikan jawaban paling kejam, “Untuk bertahan hidup, aku bisa melakukan apapun. Ini sama sekali bukan masalah.”
“Bahkan mengorbankan nyawa orang lain?” Meski pisau menempel di lehernya, Aomi tetap menantang.
“Apa yang kau tahu...”
Tangannya mencengkeram kemudi semakin kencang, bergumam pelan, “Di dunia ini, hanya yang bertahan hidup berhak membicarakan benar salah...”
“Bagaimana mungkin...”
Pei Qingyi terus menekan pisau ke tenggorokan Aomi, “Cepatlah, Nyonya Kamya! Belum sampai?”
“Jarak ke desa itu masih jauh...” Xiao Yezi terus memacu kendaraan, “Bahkan dengan kecepatan maksimum, tidak bisa jamin sampai tepat waktu.”
“Sekarang masih ada empat orang...” Pei Qingyi berkata serius, “Masih perlu mengorbankan empat nyawa, kau tahu?”
“Ya. Mengorbankan empat orang? Cukup. Begitu masuk desa, bukan empat, empat ratus pun bukan masalah.”
“Kamya Sayoko……” Masatomi berkata dengan suara gemetar: “Hantu itu, apakah mengikuti kalian? Apakah kalian terkena kutukan khusus?”
“Bingo!” Sayoko menjawab: “Kamu benar, begitulah. Kami dikutuk, dan kutukan itulah yang menyebabkan keadaan kami sekarang.”
Masatomi benar-benar mengerti. Mereka akan mengorbankan penduduk empat desa. Bagi Masatomi yang besar di Desa Kamigami, semua warga desa bisa dianggap sebagai keluarga.
“Tidak boleh, sama sekali tidak boleh!”
Namun tepat saat itu, mobil tiba-tiba berhenti mentah dan tidak bisa bergerak sedikit pun!
Perubahan ini sungguh menakutkan. Sayoko segera menoleh ke belakang dan menemukan rantai besi mengunci bagian belakang mobil, sementara bayangan hitam di kejauhan terus menarik rantai itu!
Di rantai itu tergantung tiga jenazah! Tiba-tiba terlihat Yoriko Kiuchi dan ibu-anak keluarga Matsuda!
“Keluar...” teriak Sayoko: “Cepat, cepat keluar!”
Setelah membuka pintu bus, ketiganya segera berlari keluar sementara bayangan hitam itu mendekat dengan cepat! Kengerian ini benar-benar membuat jantung berdebar!
“Lari! Cerai-beraikan diri!”
Sayoko mengambil keputusan cepat. Setelah berkata demikian, dia memilih satu arah untuk melarikan diri.
Lokasi ini masih terlalu jauh dari Desa Kamigami.
Tiba-tiba Masatomi menyadari Harumi muncul tidak jauh darinya! Melihat Masatomi, dia langsung berlari gembira: “Kakak, kalian di sini? Cepat lari, hantu itu...”
“Harumi!”
Masao segera berlari ke adik perempuannya, menopang tubuh Harumi dengan penuh perhatian. Wajah Harumi pucat pasi, tubuhnya lunglai. Rasa takut dan kelelahan fisik telah mencapai batasnya - berbeda dengan penghuni apartemen yang terbiasa latihan lari intensif, stamina Harumi jauh lebih lemah.
Masao segera menggenggam tangan Harumi, lalu memilih satu arah untuk berlari.
Namun meski terpecah menjadi tiga arah berbeda, mereka tetap tak bisa lolos. Tak lama kemudian, di depan mereka muncul lagi Bayangan yang sama persis!
Bayangan itu perlahan muncul, menampakkan wajah yang membusuk seperti mumi. Di balik wajah mumi itu, terlihat samar-samar sosok perempuan tua. Tubuhnya mengenakan Kimono merah darah - Kimono itu!
Rantai besi itu identik dengan yang terlihat di rumah Nagasawa. Dari lengan Kimono, muncul tangan yang kering dan membusuk seolah semua cairan tubuhnya disedot, pemandangan yang membuat bulu kuduk merinding.
"Hantu" berbentuk mumi itu mengayunkan rantai beberapa kali. Tiba-tiba rantai itu memanjang dengan cepat, terbang menuju Masao dan Harumi!
Pada saat yang sama, di depan Pei Qingyi juga muncul hantu berbentuk seperti mumi yang mengenakan kimono merah darah! Hanya saja, tangan hantu ini tidak memegang rantai besi. Meskipun hantu bisa melakukan pembelahan diri, tampaknya hanya ada satu hantu yang membawa rantai, yaitu yang berada di sisi Tadasu.
Melihat rantai tidak ada di tangan hantu itu, Pei Qingyi langsung merasa lega. Segera setelah itu, dia berbalik arah dan berlari sekencang-kencangnya. Meskipun sebelumnya bekerja sebagai karyawan kantoran, dia sangat memperhatikan latihan fisik dan memiliki fisik yang cukup baik, terutama dalam cabang atletik. Keyakinan inilah yang membuatnya beruntung bisa lolos dari cengkeraman hantu sebelumnya. Bagaimanapun, apartemen masih memberikan pembatasan cukup besar terhadap hantu, inilah jalan keluar terbesar bagi para penghuni apartemen.
Sementara itu, Kamya Sayoko juga dihadapkan pada hantu jahat berbentuk mumi di depannya. Ekspresinya sempat berubah dingin, namun segera menoleh ke belakang dan mulai berlari. Saat ini, jalan keluar yang jelas adalah kembali ke Desa Yashe. Jika bisa mencapai Desa Yashe, maka angka "tujuh" yang diperlukan bisa terpenuhi.
Namun, keputusasaan sejati akhirnya datang pada saat ini.
Tiba-tiba tubuh Xiao Yezi terikat erat! Tubuhnya diseret ke tanah. Tampak di depan mata, Pei Qingyi, Tadasu dan Harumi yang merupakan kakak beradik juga terikat rantai besi, meninggalkan jejak seretan di tanah!
"Di ujung rantai, siluet itu muncul kembali. Kemudian, terus menarik rantai besi ke belakang!"
"Xiao Yezi yang berada di ujung rantai, jaraknya dari bayangan itu tidak lebih dari lima puluh meter! Tubuhnya terikat sepenuhnya, sama sekali tidak bisa bergerak! Dalam kondisi seperti ini, bisa dibilang hampir putus asa!"
"Orang yang paling dekat dengan hantu itu adalah Yachen! Saat rantai terus ditarik, Yachen semakin mendekati hantu tersebut!"
"Melihat Yachen mungkin akan menjadi yang pertama mati di tangan hantu, kilatan tajam terlihat di mata Xiao Yezi. Kedua tangan yang tak bisa bergerak itu sampai kuku-kukunya menghujam ke telapak tangan!"
"Yachen..."
"Jangan mati..."
"Jangan mati ya!"
"Yachen sangat menyadari apa yang dihadapinya. Kimono merah darah itu terlihat mengerikan, sementara wajah seperti mumi itu memperlihatkan senyum mengerikan!"
"Jika terbelenggu oleh rantai ini, mungkin akan terkungkung selama bertahun-tahun, bahkan mungkin untuk keabadian!"
"Membayangkan ini, Yachen merasakan ketakutan yang luar biasa. Ini jauh lebih mengerikan daripada kematian! Tapi dia tak bisa bergerak, apalagi melepaskan diri dari belenggu rantai ini."
"Akhirnya dia terseret hingga di depan bayangan hantu. Tangan-tangan kering itu meraih ke arahnya!"
"Tepat saat itu..."
"Secara tiba-tiba, sebuah tangan lain muncul mencengkeram erat lengan kering itu. Dari belakang hantu, muncul sebuah wajah baru!"
“Miyo……” Masatomi menatap wajah itu dengan mata terbelalak, tak kuasa berteriak: “Miyo!”
Wajah itu masih membusuk parah, namun sepasang matanya mengalirkan air mata, terus menatap Masatomi. Kemudian, sepasang tangan erat merangkul hantu kimono merah ini!
Pei Qingyi dan Xiao Yezi juga menyaksikan pemandangan ini!
Dulu, alasan Li Yin bisa melarikan diri dari Desa You Shui dan memasuki apartemen adalah karena A Xiu berubah menjadi hantu dan mengorbankan nyawa untuk membunuh hantu perempuan itu!
Mungkinkah……
Sekarang terjadi situasi yang sama seperti dulu?
“Miyo... Apa yang ingin kau lakukan?”
Masatomi mengerti, Miyo kini telah bebas. Tapi apakah dia masih tak rela meninggalkannya? Jadi... kembali lagi?
Dua hantu ini terus bergulat. Miyo terus menarik hantu kimono merah ke belakang, hingga wajah mumi itu tiba-tiba retak di dahinya!
Tubuh Miyo juga mulai terbelah. Retakan itu membentuk jurang-jurang, kedua siluet akhirnya hancur menjadi fragmen-fragmen yang bertebaran di tanah lalu menghilang tanpa jejak...
Rantai yang mengikat Masatomi dan lainnya lenyap, membuat mereka tak percaya dengan apa yang baru terjadi.
“Miyo!!”
Jerit pilu terakhir Masatomi menggema di langit malam pekat Ōkurodani...
Keesokan harinya, ruang tunggu bandara di Kota Kumamoto.
“Kau... akan kembali ke Tiongkok?”
"Yacheng dan Qingmei, di dalam ruang tunggu bandara, melihat Xiao Yezi dan Pei Qingyi yang membawa koper di depan mereka, berkata: 'Benarkah kalian akan pulang?'"
Yacheng telah memutuskan untuk pindah dari Ōkurekkyō. Bagaimanapun, di sana ada terlalu banyak kenangan menyakitkan. Untungnya tabungan keluarga selama beberapa tahun ini masih cukup untuk membeli rumah di Kumamoto.
"Harus kembali." Ekspresi Xiao Yezi juga terlihat lelah: "Seperti yang telah kukatakan padamu, aku terkena sebuah 'kutukan'."
"Begitu ya..."
Xiao Yezi diam sejenak, lalu berkata: "Di masa depan, mungkin kita masih bisa bertemu lagi. Tapi bagiku ini adalah masa depan yang sangat tidak pasti, kamu juga tidak perlu terlalu berharap."
"Aku mengerti." Yacheng sangat paham, bisa bertahan hidup saja sudah merupakan anugerah yang sangat besar baginya.
Masih... bisakah bertemu lagi...
Saat itu, pengumuman di radio memberitahukan penerbangan menuju Kota K di Tiongkok akan segera berangkat. Xiao Yezi segera berkata: "Aku harus segera naik pesawat. Kalau begitu... aku pergi dulu."
"Jaga diri baik-baik." Yacheng mengulurkan tangan, berkata: "Kuharap kamu bisa segera terbebas dari 'kutukan' ini."
Dia tidak bertanya lebih detail, tapi juga memahami bahwa hal itu pasti sesuatu yang melampaui bayangan.
"Terima kasih atas doamu." Xiao Yezi juga mengulurkan tangan, menggenggam telapak tangan Yacheng. Qingmei di sampingnya juga mengulurkan tangan: "Bagaimanapun juga, terima kasih banyak, Nyonya Kamya. Semoga kita bisa bertemu lagi."
"Semoga..."
"Ketika pesawat menembus awan dan perlahan menghilang di cakrawala, Tsuomi menatap langit sambil menghela napas. Ia menoleh ke belakang dan berkata pada Harumi, 'Ayo pergi, Harumi. Mulai sekarang, kita harus melupakan segalanya dan terus hidup.'"
"Ya, Kakak. Ayo. Masih banyak yang harus disiapkan untuk pindah rumah."
"Tapi..." Tsuomi tiba-tiba menambahkan, "Tidak akan kulupakan Miyo. Selamanya tak akan kulupakan..."
Masihkah mungkin bertemu Miyo lagi? Masihkah mungkin bertemu Kamya Sayoko lagi?
Tak ada yang tahu.
Tak seorangpun bisa mengetahui...
Tiongkok, Kota K. Di Distrik Baiyan pusat kota, Li Yin sedang berjalan-jalan di sepanjang jalan komersial yang ramai. Jalan ini memiliki banyak restoran terkenal, terutama kafe "Blue Eye" yang sering dikunjunginya semasa kuliah.
Saat masih kuliah dulu, Li Yin dan beberapa temannya sering berkumpul di "Blue Eye". Di antara mereka, Chu Mitian adalah yang paling dekat dengannya.
Saat mendekati pintu kafe, pintu otomatis terbuka. Pelayan di depan menyambut dengan senyum, "Suami, berapa orang?"
"Saya sudah janjian."
Saat itu juga matanya langsung menangkap sosok familiar yang sedang duduk di kursi yang sama di lantai satu kafe, persis seperti dulu.
"Itu adalah seorang wanita berbaju putih dengan alis dan mata indah bak lukisan. Rambut hitam panjangnya terurai di bahu, wajah ovalnya dihiasi sepasang alis halus, mata yang lembut memesona, hidung kecil yang anggun, dan bibir tipis berwarna merah muda. Riasannya sederhana namun elegan, persis seperti dulu tanpa perubahan."
"Mizhen..."
Li Yin bergegas menghampiri kursi itu.
"Sudah lama tidak bertemu."
"Senior?"
Baru saat itu sang wanita menyadari kedatangan Li Yin. Ia buru-buru berdiri, nyaris menumpahkan cangkir kopi di meja.
"Akhirnya Senior datang juga!" Tanpa menyadari kecerobohannya, ia tersenyum: "Bagus sekali, sudah bertahun-tahun tapi Senior masih sama seperti dulu. Malah sepertinya lebih tinggi sedikit?"
"Benarkah? Aku tidak menyadarinya." Li Yin menarik kursi lalu mereka berdua duduk.
"Aku sudah baca buku Senior!" Setelah duduk, Chu Mizhen segera menyodorkan bungkus gula di meja: "Rasa kopi di kafe ini masih sama seperti dulu, benar-benar enak..."
"Iya." Li Yin merobek bungkus gula: "Bagaimana kabarmu selama beberapa tahun ini?"
"Lumayan. Sekarang aku juga berencana menjadi penulis. Meski sudah lama di luar negeri, tetap saja di tanah air paling nyaman..."
"Kau... juga ingin jadi penulis?" Li Yin terkejut.
"Ya, karena ini adalah mimpi... Mian Tian."
Chu Mitian, sahabat karib Li Yin sejak masa kuliah yang paling dekat, sekaligus juga adik kembar Chu Mizhen.
"Sejak kejadian itu terjadi..."
Saat mengatakan ini, Mizhen mengaduk kopinya sebentar, meneguk sedikit, lalu langsung berkata: "Ah... terlalu manis! Sepertinya aku kebanyakan memasukkan gula..."
Chu Mizhen sama sekali tidak berubah.
"Aku agak terkejut, kupikir kau akan menjadi sangat berbeda dari dulu..." Li Yin menggeser cangkir kopi di depannya, berkata: "Minum saja yang ini, gulanya tidak banyak. Lagipula kau tahu, sejak insiden Mitian, aku jarang minum kopi lagi, beralih ke teh."
Setelah kalimat itu terucap, suasana sedikit mencekam.
Mizhen yang memegang cangkir kopi dengan kedua tangan juga terdiam sejenak. Namun tak lama kemudian, ia tersenyum dan berkata: "Jangan bahas ini lagi, senior. Ngomong-ngomong, kau... sekarang ini sudah punya pacar? Han Zhen dan yang lain, mereka sudah punya pacar."
Li Yin mengangguk, berkata: "Ya, ada. Sekarang aku memiliki seorang perempuan yang paling kucintai."
Mendengar kalimat ini, tangan Mizhen gemetar sangat lemah. Sorot matanya juga melintasi bayangan suram. "Se... begitu, ya?"
Mizhen segera menggelengkan kepala, berkata: "Ah, sungguh, selamat ya senior. Han Zhen bilang pasti kau masih jomblo, ternyata mereka tidak mengenalmu dengan baik..."
“Mereka tidak tahu juga wajar, aku mengenalnya baru sekitar setahun yang lalu.” Li Yin tiba-tiba mengubah topik pembicaraan: “Sebenarnya, Mizhen, aku senang bertemu denganmu hari ini. Teman-teman masa kuliah dulu sekarang jarang bertemu karena kesibukan kerja. Bertemu denganmu di kafe ini seperti mengembalikan kenangan masa kuliah.”
“Benarkah?”
Tangan Mizhen gemetar mengambil cangkir kopi menutupi matanya. Di balik cangkir, kilau air mata mulai terlihat di sudut matanya.
Mizhen meletakkan cangkir sambil menunduk: “Ah, Kakak Kelas, sebenarnya... ada satu hal yang ingin kuminta bantuan...”
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 1 Lima Lukisan Tinta
Keluar dari "Kafe Blue Eye", Mizhen menatap langit biru dimana matahari menggantung seperti bola api raksasa.
Li Yin juga keluar sambil melihat jam: “Kalau begitu, aku pergi dulu, Mizhen. Permintaanmu akan kuselesaikan secepat...”
“Tidak usah terburu-buru.” Mizhen menggeleng: “Kakak Kelas boleh santai saja. Aku juga mau pulang. Sekarang aku tinggal di sekitar sini.”
“Kamu beli rumah baru?”
“Iya.”
Mizhen melambaikan tangan: “Kakak Kelas, sebenarnya... aku juga sangat senang bisa bertemu lagi. Sungguh, sangat, sangat senang.”
“Begitu? Syukurlah. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa, Mizhen.”
Melihat bayangan Li Yin yang semakin menjauh, mata Mizhen terus menatap sosok itu, hingga Li Yin benar-benar menghilang di tikungan sudut jalan.
“Kamu harus bahagia… Senior.”
Setelah mengucapkan kalimat ini dengan suara lirih, Mizhen berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan...
Setelah berpisah dengan Mizhen, Li Yin juga berjalan kembali ke arah apartemen. Mengingat permintaan yang diajukan Mizhen padanya, perasaan campur aduk muncul di hatinya.
“Waktu berlalu begitu cepat...”
Dalam ingatannya, kakak-beradik Chu Mizhen dan Chu Mitian meski memiliki wajah yang sangat mirip, namun memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Chu Mizhen adalah gadis periang yang mudah tersenyum, sementara Chu Mitian adalah pria pendiam dan dingin bagai gunung es. Saat itu, hanya di depan Li Yin-lah Chu Mitian mau membuka hatinya. Li Yin juga merupakan orang yang paling cocok berkomunikasi dengan Chu Mitian. Mereka pernah menjadi sahabat terbaik, sehingga hubungan Li Yin dengan Chu Mizhen juga sangat baik.
Namun, di tahun terakhir kuliah, Mitian meneleponnya.
Isi teleponnya adalah: “Li Yin, mungkin aku akan segera menghadapi hal mengerikan. Tolong jaga Mizhen, maaf...”
Setelah itu, dia menghilang tanpa jejak. Hingga kini, tidak diketahui apakah dia masih hidup atau sudah meninggal.
Mizhen pergi ke luar negeri juga untuk mencari petunjuk tentang Mian Tian. Hingga hari ini, ia belum menemukan Mian Tian. Sebelumnya Li Yin sempat ingin bertanya apakah ada petunjuk tentang keberadaan Mian Tian, namun dipikirkannya - jika memang ada petunjuk pasti sudah diberitahukan, diam saja berarti hanya ada satu kemungkinan: ia pulang ke tanah air tanpa hasil apa-apa.
"Li Yin sangat paham betapa dalamnya ikatan antara kakak-beradik Mizhen dan Mian Tian. Meski sifat mereka bertolak belakang, sepasang kembar yang kehilangan orang tua sejak kecil dan saling mendukung tumbuh besar ini memiliki ikatan darah yang sudah meresap hingga ke sumsum tulang. Bahkan di saat banyak yang mengira Mian Tian mungkin sudah mati, Mizhen tetap tak berniat menyerah.
Di saat yang sama...
Mizhen sedang duduk di sebuah bus. Saat itu, dia membuka buku harian () dengan sampul merah menyala dan memeriksa isinya.
"2 Juni 1991
Lukisan ramalan yang kubuat hari ini tetap terlihat sangat bagus.
Cantik, menyeramkan, dan membuat orang terpana.
Sudah tiga minggu tiba di New York. Hehe, meski bepergian ke berbagai tempat agak melelahkan, tapi juga menyenangkan. Sumber ekonomi sama sekali tidak perlu dikhawatirkan, cukup bertransaksi dengan penghuni apartemen, mereka satu per satu rela menghadiahkan uang dalam jumlah besar. Uang benar-benar barang baik, benda terbaik di dunia ini adalah uang, sungguh tidak mengerti mengapa orang-orang di negara kami menganggap mengejar uang sebagai dosa.
Ah, tidak tahu lagi harus menulis bagaimana melanjutkannya.
Oh ya, di buku harian sebelumnya, aku telah menuliskan petunjuk lokasi buku harian ini. Entah apakah ada penghuni yang menemukannya? Hmm, seharusnya iya, asalkan diletakkan di tempat yang akan menjadi lokasi instruksi tulisan darah di masa depan, kemungkinan besar ada penghuni yang menemukan. Dan buku harian yang dibawa keluar dari apartemen ini memang sangat praktis, bagaimanapun juga tidak akan rusak.
Belakangan ini, aku menyadari bahwa masa depan yang diprediksi oleh lukisan ramalan semakin jauh jangkauannya. Sudah mencapai masa depan hampir dua puluh tahun kemudian, bukankah ini agak mengurangi keseruannya?
Ngomong-ngomong, dua puluh tahun lagi instruksi tulisan darah tingkat raja iblis yang baru akan dimulai. Sungguh mengingatkan masa lalu, hari ketika aku sendiri menyegel sang raja iblis, masih jelas teringat.
Hmm, sampai di sini, tiba-tiba aku punya ide.
Bagaimana jika di masa depan penghuni membaca buku harian ini? Pasti sangat ingin tahu petunjuk tentang instruksi tulisan darah tingkat raja iblis, kan? Ya pasti. Kalau begitu, bukankah menyisakan sedikit petunjuk akan lebih menarik?
Benar.
Baiklah, jika kamu yang sedang membaca buku harian ini adalah penghuni apartemen, dengarkan baik-baik ucapanku selanjutnya.
Tentu saja, terserah kamu percaya atau tidak.
Aku akan menuliskan satu rahasia tentang instruksi tulisan darah tingkat raja iblis. Hehe, mendengar kata "rahasia", apakah kamu mulai bersemangat? Ingin tahu? Pasti sangat ingin tahu, kan?
Tapi sayangnya, aku pun tidak bisa melukiskan lukisan ramalan untuk instruksi tulisan darah tingkat raja iblis ini.
Jangan buru-buru kecewa, hehe. Nanti, aku akan merobek halaman buku harian yang sudah kutulis, lalu menaruh potongan kertas tersebut di berbagai tempat. Setiap potongan kertas akan berisi lokasi potongan berikutnya. Terakhir, ketika kamu menemukan potongan terakhir, rahasia instruksi tulisan darah tingkat raja iblis pun akan terungkap.
Baiklah, pertama-tama petunjuknya akan kucatat satu per satu di buku harian di bawah ini. Hanya dengan menemukan buku harian berikutnya, barulah bisa diketahui letak buku harian terakhir. Tapi harus kuberi tahu, lokasi persembunyian buku harian ini semuanya adalah tempat pelaksanaan instruksi tulisan darah di masa lalu atau masa depan lho.
Sebagai penghuni apartemen, pasti sudah paham kan setelah membaca ini?
Kalau mau tahu rahasianya, harus berani terjun langsung ke dalam bahaya.
Oke, pertama-tama, di mana ya aku harus menyembunyikan potongan kertas berikutnya? Coba pikir-pikir... Hmm, mungkin di Kota K saja, soalnya rumah leluhur keluarga kita ada di sana. Sudah putuskan! Jadi lokasinya adalah di......"
Menutup buku harian ini, Mi Zhen menyimpannya kembali ke dalam tas.
"Aduh, tulisannya kayak ramalan Nostradamus gini," Mi Zhen tersenyum pahit. "Tapi harus diakui, kita tidak bisa mengabaikan benda ini."
"Kamu pikir ini lucu ya?"
Di samping Mi Zhen duduk seorang wanita berponi ekor kuda dengan wajah segar yang berkata: "Ngomong-ngomong, Li Yin ternyata punya pacar? Dulu aku selalu berpikir dia akan memilih bersamamu. Lagipula, aku tahu dari masa kuliah kamu sudah diam-diam naksir Li Yin bertahun-tahun kan."
"Hm, iya." Mi Zhen mengatur poni rambutnya sambil berkata: "Dan juga tahu hal ini. Tapi kami berdua tidak pernah membahasnya secara terbuka. Setelah mengalami musibah, aku pergi ke luar negeri..."
"Selama bertahun-tahun kau mencari, akhirnya petunjuk yang kau temukan adalah ini?" Perempuan itu tersenyum getir: "Mi Zhen, apa kau yakin bisa menemukan jejak Mi Tian lewat buku harian ini?"
"Setidaknya harus dicoba." Tiba-tiba Mi Zhen berkata: "Xin Hu, terima kasih sudah menemani. Tapi setelah kupikir-pikir, lebih baik jangan libatkanmu. ini menyebutkan dengan jelas bahwa itu mungkin sangat berbahaya."
"Sudahlah," Lin Xin Hu sama sekali tidak takut: "Aku Lin Xin Hu ini kan teman sekamarmu dulu! Mau gunung api lautan, aku tetap temani!"
"Apa sampai segitunya..."
Suasana pun hening sejenak.
"Tapi, Mi Zhen." Lin Xin Hu tiba-tiba bicara: "Kau sedih kan? Meski di luar negeri, tiap tahun kau selalu kirim kartu pos ke keluarga . Kau... masih menyukainya ya? Hari ini dengar dia punya pacar, sakit hati kan?"
Ekspresi Mi Zhen berubah kaku sejenak.
"Kalau memang sedih, jangan dipendam. Menahan perasaan juga menyiksa..."
"Senior sekarang, seharusnya sangat bahagia." Mi Zhen menjawab seperti ini: "Aku tidak sedih kok. Saat senior bertemu denganku, wajahnya selalu terlihat suram. Tapi ketika menyebutkan pacarnya itu, aku jelas melihat cahaya berkilau di matanya. Aku belum pernah melihat senior menunjukkan tatapan seperti itu sebelumnya. Dia pasti sangat mencintai wanita itu. Ah, aku sangat iri... Wanita yang bisa membuat senior begitu tergila-gila. Tapi sudahlah, selama senior bisa merasakan kebahagiaan, aku juga akan bahagia. Sekarang fokusku adalah mencari tahu keberadaan Kakak."
"Kamu... Terlalu baik hati ya?"
"Bukan apa-apa. Sejak dulu aku sudah tahu, senior hanya menganggapku sebagai kakak dari sahabat terbaiknya. Dia tidak pernah menyukaiku. Makanya dulu saat mencari kabar Kakak dan pergi ke luar negeri, aku tidak memberitahu senior. Aku tahu, di hati senior tidak ada aku. Lebih baik tidak berada di dekatnya, itu hanya akan menyakitkan. Sekarang, aku hanya ingin menemukan Kakak. Berapapun harga yang harus dibayar, tidak masalah."
Pada saat yang sama, di apartemen, instruksi tulisan darah baru telah dirilis.
“Di luar pintu apartemen, saat ini terdapat lima kotak persegi. Di dalam setiap kotak, terdapat sebuah lukisan tinta. Di bagian atas kotak, tercantum nomor kamar di apartemen. Penghuni harus mengambil lukisan tinta sesuai nomor kamar masing-masing. Setelah mengambil, lukisan tinta harus dibawa ke mana saja dan tidak boleh dibawa masuk ke apartemen. Lukisan harus tetap berada dalam radius 1 meter dari tubuh, serta sama sekali dilarang merusaknya dengan cara apapun. Selama pelaksanaan misi darah, penghuni dilarang memasuki apartemen. Besok pada waktu yang sama saat instruksi tulisan darah berakhir, penghuni baru boleh kembali ke apartemen.”
Begitulah isi instruksi tulisan darah tersebut.
Penghuni yang menerima misi darah adalah: Shangguan Mian, An Xueli, Zhong Keyan, Li Jianfei, dan Qiu Xifan. Yang patut diperhatikan adalah penghuni baru An Xueli, seorang wanita ahli dalam pembuatan topeng kulit manusia. Hanya dengan menganalisis wajah seseorang, dia bisa membuat topeng yang sangat realistis menggunakan berbagai bahan.
Kemampuan ini bisa dibilang sangat hebat. Jika digunakan untuk menghadapi hantu yang memiliki batasan kuat, mungkin kemampuan ini bisa digunakan untuk menipu mereka.
Ketika Li Yin kembali ke apartemen, kelima penghuni sudah berkumpul. Mereka juga telah melihat lima kotak persegi itu di depan pintu apartemen.
Di dalam kotak, masing-masing terdapat sejilid lukisan. Setelah menggulirkan lukisan, memang terlihat gambar tinta yang dilukis dengan sangat halus. Dan kelima lukisan tinta ini, tanpa terkecuali, semuanya menggambarkan seorang wanita dengan kecantikan yang luar biasa, dan kelima wanita ini semuanya mengenakan kostum kuno. Ada yang memakai gaun merah, ada yang berpakaian istana, ada yang mengenakan pakaian gaya Tang...
Pada lukisan tinta yang dipegang Shangguan Mian, tergambar seorang wanita berpakaian istana yang sedang menari anggun di depan bangunan kuno. Wanita itu seluruhnya berwarna putih, wajahnya sehalus giok, bibir merah seperti darah, memiliki daya tarik yang khas.
"Misi darah kali ini..." Li Yin memandangi kelima lukisan tinta itu, berkata: "Tampaknya akan sangat aneh..."
## Jilid Ketujuhbelas: Lukisan Tinta - Bab Kedua: Kecantikan yang Memikat Kota
Dinding putih dan koridor.
Menuruni tangga perlahan, Mi Zhen merasa kepalanya pusing. Segala sesuatu di depan mata terasa samar-samar, dan saat ini dia seperti boneka yang ditarik benang, tanpa kendali terus turun.
Pencahayaan sangat redup. Saat mencapai anak tangga terakhir, sekeliling terasa sunyi sekali. Koridor sangat sempit, dia melangkah menuju suatu arah.
Di mana ini?
Tempat apa ini?
Tiba-tiba, di telinga bergema suara dengungan rendah. Kemudian koridor di depan mata seolah terbelah dan terdistorsi, segala sesuatu di sekitar mulai retak.
Pada saat terakhir sebelum segala sesuatu hancur, Mi Zhen terbangun.
"Ada apa denganmu?" Lin Xinhu melihat Mi Zhen yang wajahnya penuh keringat setelah membuka mata, bertanya: "Apa kamu mengalami mimpi buruk?"
Mi Zhen mengusap keringat di dahinya. Ia menyadari bahwa tempatnya berada sekarang masih di dalam bus. Kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi. Tapi meski dikatakan mimpi, rasanya begitu nyata.
Apakah itu benar-benar hanya mimpi?
Di saat bersamaan, di depan pintu masuk apartemen, lima penghuni telah berkumpul. Wajah Shangguan Mian masih seperti air tenang yang tak beriak, tapi semua penghuni tahu bahwa penyihir ini memiliki kemampuan bela diri yang sangat menakutkan dan persenjataan lengkap, sehingga tak ada yang berani mendekati bintang sial ini.
Empat penghuni lainnya juga pertama kali menjalankan instruksi tulisan darah. Belakangan ini, tingkat keberhasilan penghuni baru dalam misi darah pertama sangat menyedihkan, berbanding terbalik dengan masa lalu dimana misi pertama relatif mudah dilalui. Hal ini membuat banyak penghuni kehilangan semangat, mengalami breakdown mental, bahkan ada seorang penghuni yang mencoba bunuh diri namun gagal.
Oleh karena itu, keempat penghuni ini pun sangat tegang dan ketakutan. Meski Pei Qingyi berhasil selamat di kesempatan sebelumnya, itu hanyalah keberuntungan semata. Dalam kondisi seperti ini, para penghuni baru memandang Li Yin dengan tatapan memohon bagaikan melihat dewa.
“Instruksi tulisan darah dari apartemen harus dipatuhi secara mutlak.” Li Yin tanpa lelah menekankan hal ini kepada keempat penghuni baru: “Begitu kalian melanggar instruksi tulisan darah, bayangan kalian akan memanipulasi kalian untuk bunuh diri. Jangan pernah meragukan ini. Aku sudah melihat terlalu banyak penghuni yang awalnya tidak percaya dan akhirnya mati mengenaskan. Jadi, lukisan tinta ini tidak boleh terlepas dari tubuh kalian lebih dari 1 meter.”
“Li, Ketua Li...” Tiba-tiba Li Jianfei, salah satu penghuni baru, berkata: “Apa... apa ada cara untuk melewati instruksi tulisan darah ini? Semua penghuni baru sebelumnya mati. Aku, aku tidak ingin mati, aku tidak ingin mati!”
Saat itu, semua penghuni berada di dalam apartemen. Tak satu pun berani melangkah keluar setapak pun. Siapa yang tahu efek aneh apa yang dimiliki lukisan tinta ini?
“Tenang.” Li Yin berkata dengan dingin: “Kesempatan bertahan hidup setiap penghuni setara. Penghuni baru pun belum tentu tidak punya harapan. Dengarkan, semakin panik dan takut kalian sekarang, semakin kecil peluang bertahan hidup.”
Li Jianfei mencoba memaksakan ketenangan setelah mendengar perkataan Li Yin. Tapi bagaimana mungkin hal ini mudah? Semakin dia berusaha tenang, ketakutan justru menyembur seperti mata air. Sama seperti dia, An Xueli dan dua penghuni lainnya juga diliputi ketakutan luar biasa terhadap instruksi tulisan darah kali ini.
Yang paling membuat frustrasi adalah, kali ini instruksi tulisan darah tetap tidak menunjukkan petunjuk lokasi fragmen kelima Kontrak Neraka. Tujuh fragmen Kontrak Neraka menjadi alasan utama banyak penghuni menahan diri untuk tidak menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Meskipun memiliki kontrak neraka lengkap tidak menjamin keberhasilan menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis, namun setidaknya relatif lebih aman dan merupakan "jalan keluar" yang jelas.
Namun, meskipun frustrasi, selama apartemen tidak merilis petunjuk fragmen, para penghuni sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kalian juga jangan terus berdiam di depan pintu apartemen." Lanjut Li Yin, "Kalian tidak bisa masuk ke apartemen, berdiam di depan pintu pun tidak ada gunanya. Banyak penghuni yang juga pernah dibunuh hantu tepat di depan pintu masuk apartemen. Lebih baik kalian pergi ke tempat yang lebih ramai. Laporkan situasi apapun kepadaku kapan saja."
"Baik, Loushang."
"Semoga besok di waktu yang sama, aku bisa melihat kalian berlima kembali dengan selamat."
Meski sangat menyadari bahwa ini mustahil terjadi. Instruksi tulisan darah memang terlalu kejam, jika tidak menemukan jalan keluar maka hanya akan menghadapi akhir yang mengerikan, tidak ada pengecualian. Menjadi penghuni apartemen ini, tidak ada bedanya dengan terjatuh ke neraka.
Sekarang jelas terlihat bahwa instruksi tulisan darah akan semakin sulit. Rencana meninggalkan apartemen dengan menyelesaikan sepuluh misi darah jelas sudah menjadi pertimbangan yang tidak rasional. Jika tingkat kesulitan misi pertama sudah ditingkatkan sampai sejauh ini, bagaimana dengan misi kesepuluh? Apartemen ini jelas memaksa mereka untuk menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Ketujuh fragmen Kontrak Neraka terkumpul, saat itulah penghuni akan mulai menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis!
Saat itu juga akan menjadi pertempuran terakhir melawan apartemen ini! Mampukah kecerdasan dan ketekunan manusia mengalahkan teror dari apartemen ini?
Semuanya akan berakhir sepenuhnya sebelum tahun 2012 tiba.
"Shangguan Mian." Li Yin berbicara kepada Shangguan Mian yang ekspresinya tetap datar: "Karena kemampuan bertarungmu lebih unggul, tolong bantu mereka sebisa mungkin."
Shangguan Mian mengangkat matanya yang dingin, memandang Li Yin yang berdiri di balik pintu putar. Tanpa sepatah kata pun, pandangannya kembali tertuju pada lukisan tinta yang terbentang di depannya.
"An Xueli." Li Yin yang diabaikannya pun beralih ke An Xueli: "Bagaimana progres pembuatan topengmu?"
"Aku terus begadang membuat topeng akhir-akhir ini. Kurasa sudah bisa diuji coba." Jawab An Xueli: "Tapi aku tidak terlalu berharap ini bisa menghindari kejaran hantu."
"Kurasa juga begitu, tapi setidaknya kita harus mencoba."
Dalam situasi seperti ini, kita harus "mengobati kuda mati seperti kuda hidup".
Akhirnya, lima penghuni menghilang di balik gang kecil itu. Penghuni lainnya pun perlahan bubar. Seiring waktu, perhatian mereka mati rasa. Semua tahu tak mungkin kelima orang itu kembali ke apartemen. Hidup atau mati mereka tak penting lagi. Yang penting adalah berapa orang yang bisa pulang.
"Shen Yu," Li Yin menoleh ke belakang ke arah Shen Yu yang berdiri tak jauh di belakangnya, "Kamu juga pelukis. Ada pendapat tentang lukisan tinta itu?"
"Aku tak banyak mempelajari lukisan Tiongkok..." Dia menggeleng, "Lukisan tinta dan lukisan gaya Barat jelas berbeda, jadi aku tak bisa berkomentar."
Ziye yang berdiri di samping Li Yin tampak juga tengah merenungkan sesuatu.
Sementara itu, Shangguan Mian dan empat penghuni lainnya yang telah meninggalkan kompleks apartemen mulai berdiskusi tentang tujuan mereka sambil berjalan di jalan raya.
Sejujurnya, suasana saat ini benar-benar terasa sangat mencekam.
Semua paham betul bahwa lukisan tinta ini pasti bermasalah! Jika benar lukisan ini menyegel hantu, sementara peraturan apartemen melarang membuangnya, bukankah mustahil melarikan diri? Harus membawa benda mengerikan ini padahal tahu bahayanya, memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
Shangguan Mian memegang kotak lukisan tinta itu. Matanya tak lepas dari kotak tersebut, memancarkan gelombang niat membunuh yang intens.
"Nona Shangguan," An Xueli di sampingnya bertanya, "Bagaimana pendapatmu? Ini misi darah kedua bagimu, pasti lebih berpengalaman dari kami kan?"
Meskipun menurut pengetahuannya, Shangguan Mian yang menjalankan misi darah mengantarkan surat untuk hantu itu juga mengalami keadaan yang sangat sulit - kedua tangannya patah, dan akhirnya diselamatkan oleh dokter forensik sadis Murong Shen sehingga bisa kembali ke apartemen. Namun kemampuan bertarung dan persenjataan yang ditunjukkannya selama misi darah itu membuat orang menyadari keistimewaannya. Banyak yang menduga dia kemungkinan adalah pembunuh bayaran dari organisasi kriminal. Tentu saja, tak ada yang tahu bahwa dia adalah pembunuh super yang bahkan mampu membunuh "Shinigami" dan "Golden Eye Demon" yang legendaris di dunia bawah tanah Eropa!
Namun, meskipun Shangguan Mian adalah pembunuh bayaran yang sangat kuat, menghadapi hantu tetap sama sekali tidak memiliki kemampuan melawan.
"Pergi ke Distrik Baiyan." Akhirnya Shangguan Mian berbicara: "Beberapa area komersial ramai di pusat kota, orang akan lebih banyak berkumpul di sana. Tempat itu akan lebih baik."
Dengan berada di tempat yang ramai orang, meski tidak ada efek nyata, setidaknya bisa mengumpulkan sedikit keberanian dalam hati. Karena itu, penghuni lain juga menyetujui usulannya.
Akhirnya mereka pun berjalan ke halte bus terdekat. Dalam perjalanan, An Xueli telah mengeluarkan topeng wajah buatannya. Saat topeng itu dikeluarkan, semua orang terkagum-kagum karena pengerjaannya yang sangat mirip dengan aslinya. Jika dipasang dengan rapat, mungkin bahkan orang tua sendiri pun sulit mengenali penyamaran ini.
“Mari cari tempat untuk memakai topeng ini dulu.” An Xueli berkata: “Ngomong-ngomong, topeng-topeng ini adalah batch pertama yang dibuat. Sebelumnya tidak sempat diuji pada penghuni, begitu selesai dibuat langsung diumumkan misi darah. Mungkinkah apartemen sengaja mengatur ini...”
“Bagaimana kamu bisa membuat topeng wajah manusia yang begitu realistis?” Li Jianfei bertanya: “Saat disentuh terasa seperti kulit asli.”
“Aku khusus mempelajarinya.” An Xueli tidak menjelaskan lebih lanjut, yang lain juga tidak terus bertanya. Jika bisa bertahan hidup, siapa yang akan mempermasalahkan ini.
Kemudian, mereka menemukan restoran KFC terdekat, lalu masuk ke toilet di dalamnya untuk memasang topeng wajah tersebut.
Setelah semua keluar dari toilet dan berkumpul kembali, mereka saling memandang dengan takjub karena sama sekali tidak bisa mengenali satu sama lain.
Namun, Shangguan Mian tidak memakai topeng. Karena dia bersikeras, yang lain tidak memaksanya.
Topeng An Xueli adalah wajah perempuan biasa dengan bintik-bintik jelek; Zhong Keyan menyamar sebagai pria paruh baya berwajah ramah; Qiu Xifan berubah menjadi pria berpenampilan buruk; Li Jianfei menjadi pria bermuka garang.
Setelah mengingat identitas masing-masing, mereka keluar dari KFC menuju halte bus di seberang jalan dan naik ke dalam bus.
“Mari kita analisis bersama.”
Setelah duduk di beberapa kursi yang berdekatan, An Xueli segera membuka pembicaraan: “Pertama, mari kita pelajari lima lukisan tinta ini masing-masing.”
Meskipun lima lukisan tinta ini menggambarkan wanita kuno yang cantik luar biasa, wajah mereka sama sekali berbeda, bahkan aura mereka pun sangat beragam. Dalam lukisan Shangguan Mian terdapat sosok wanita berpakaian istana yang sedang menari anggun dengan aura yang tak biasa; lukisan An Xueli menampilkan wanita berbaju tipis membuka jendela di menara; lukisan Zhong Keyan memperlihatkan wanita berbusana putih sederhana menutup mulutnya dengan saputangan di depan lonceng emas raksasa; lukisan Qiu Xifan menggambarkan kecantikan Huang Shan yang tersenyum manis sambil memayungi diri di bawah jembatan batu dengan perahu kecil; sedangkan lukisan Li Jianfei menampilkan wanita dengan bahu sensual terlihat jelas di halaman kuno yang memancarkan pesan erotis.
Kelima wanita ini memiliki kecantikan tingkat "merusak negara dan menyengsarakan rakyat". Senyum pertama mereka bisa memabukkan kota, senyum kedua menghancurkan kerajaan. Mereka memancarkan keanggunan khas yang langka di zaman modern. Jika kelima lukisan tinta ini dipajang, sungguh akan menjadi pemandangan yang memesona.
Tapi kini, di mata semua orang, kelima lukisan ini terlihat begitu mengerikan, menakutkan...
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 3 Raja Neraka
"Pertama-tama..."
Di dalam bus, Shangguan Mian yang membentangkan lukisan tinta berkata: "Bagaimanapun juga, kita harus menyelidiki lukisan-lukisan ini terlebih dahulu. Apakah ada pencipta kelima lukisan ini? Dan apakah tokoh-tokoh dalam lukisan ini memiliki prototipe sejarah?"
“Hmm, ini…” An Xueli yang duduk di sebelahnya juga melihat lukisannya sendiri, berkata: “Kalau lukisan maestro, biasanya akan ada cap khusus. Tapi aku tidak terlalu mendalami lukisan tradisional Tiongkok, jadi tidak bisa memastikan.”
“Tapi lukisannya memang bagus,” Qiu Xifan di belakang menambahkan: “Benar-benar karya luar biasa. Mengapa apartemen memaksa kita membawa lima lukisan ini terus-menerus? Apa maksudnya sebenarnya?”
Sebuah tebakan mengerikan muncul di benak semua orang. Jangan-jangan wanita dalam lukisan itu adalah hantu?
“Jangan buru-buru menyimpulkan,” An Xueli menyampaikan pendapat yang bertentangan: “Belum tentu seperti itu. Lagipula jika benar demikian, kita bahkan tidak punya tempat untuk melarikan diri. Ini terlalu berbahaya. Tidak sesuai dengan aturan keseimbangan kesulitan instruksi darah yang selalu ditekankan Loushang Li Yin.”
Sekarang, hampir setiap dua hari sekali apartemen mengadakan pertemuan untuk membahas strategi menghadapi misi darah serta konseling psikologis untuk penghuni. Penghuni pun mulai memahami berbagai poin yang terus ditekankan Li Yin.
Mendengar penjelasan ini, semua orang menjadi ragu. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Mereka membentangkan gulungan lukisan tinta berulang kali, namun tetap tidak menemukan petunjuk. Jika terus begini, bagaimana akhirnya? Setidaknya penghuni baru yakin ini pasti bukan tingkat kesulitan yang seharusnya untuk instruksi darah pertama. Pelajaran dari misi darah Jepang sebelumnya sudah cukup membuktikan hal itu.
Kali ini, tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana keadaan akan berkembang.
Shangguan Mian menggulung lukisan dengan rapi, mengembalikannya ke dalam kotak persegi, lalu menatap ke luar jendela tanpa sepatah kata pun. Keempat penghuni lainnya juga terdiam sejenak, tak tahu harus berkata apa.
Di depan lima orang ini, sekitar enam kursi jaraknya, duduk Chu Mizhen dan Lin Xinhu! Keduanya yang duduk berdekatan sedang memegang selembar kertas.
"Sungguh luar biasa, kertas ini masih terawat baik tanpa menguning sama sekali." Lin Xinhu memandangi kertas itu dengan heran, lalu bertanya: "Tapi tempat yang tertulis di sini maksudnya dimana? Penulis buku harian ini sedang mempermainkanmu ya?"
"Aku tidak mengerti." Mizhen yang memegang kertas itu mengamatinya lama sekali, lalu melipatnya rapi sambil bersandar: "Akankah aku bisa menemukan Mitian..."
Tiba-tiba, dari kursi dekat sopir, seorang pria asing berkepala plontos berkacamata hitam berdiri. Pria asing itu menghampiri sopir sambil memasukkan tangan ke saku dan mengeluarkan pistol!
Laras pistol itu tepat mengarah ke Shangguan Mian di kursi belakang!
"'Sleeping Beauty'." Pria plontos itu tersenyum tipis: "Meski topengmu hampir membuatku tak mengenalimu, suaramu masih sama."
Sebelum selesai bicara, tiga jarum melesat ke arahnya. Tapi dengan gerakan gesit, ia menangkap jarum-jarum itu.
"Semua ini terjadi terlalu tiba-tiba!" Para penumpang berteriak ketakutan, sementara sopir bus itu wajahnya pucat pasi. Tiba-tiba beberapa pria asing bangkit dari kursi mereka, mendekati sopir sambil mengarahkan pistol ke kepalanya: "Jalankan terus mobilnya! Berani bicara satu kata lagi, kau mati!"
An Xueli dan yang lain jelas melihat Shangguan Mian melemparkan jarum-jarum itu. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Kau ini siapa?" Shangguan Mian yang mengenakan topeng wajah manusia berdiri, tatapan dinginnya menancap ke pria botak tak jauh darinya. "Dikirim Keluarga Erikson? Atau sisa-sisa 'Fallen Angel'?"
"Fallen Angel?" Pria botak itu menyeringai keji. "Organisasi rendahan macam itu berani menyuruhku? Kalau bukan karena tawaran Keluarga Erikson kali ini terlalu menggiurkan, aku malas repot-repot menyingkirkanmu. Bisa mati di tangan 'Raja Dunia Bawah' seperti Rufeus, kau harus merasa terhormat!"
Begitu gelar "Raja Dunia Bawah" disebut, mata Shangguan Mian memancarkan ketidakpercayaan yang dalam.
"Hades", dalam dunia pembunuh bayaran, bisa dibilang merupakan sosok yang berdiri di puncak piramida. Sebagai pembunuh super asal Eropa Timur, sama seperti "Shinigami", dia bekerja sendirian. Tarif yang ditetapkannya sangat fantastis, namun begitu menerima tugas, target pasti terbunuh. Begitu "Surat Pemberitahuan Kematian" dari "Hades" dikirim, tak ada satu pun yang bisa lolos dari maut. Surat tersebut akan merinci waktu kematian target di masa depan, dan hingga kini, tak pernah ada korban yang terbunuh lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yang tercantum.
Pantas dijuluki pembunuh bayaran nomor satu di dunia bawah tanah Eropa tanpa disangsikan!
Kemudian, "Hades" Lufus dengan santai melempar amplop hitam ke arah Shangguan Mian yang langsung menangkapnya. Shangguan Mian merobek amplop hitam itu dan mengeluarkan selembar surat dari dalamnya.
"Berdasarkan surat ini, aku akan mengambil nyawamu lima jam lagi."
Saat itu, para pria asing bersenjata itu menempelkan pistol ke kepala para penumpang satu per satu, memaksa mereka menyerahkan ponsel untuk mencegah upaya pelaporan ke polisi.
"Lima jam?" Shangguan Mian berkata dingin, "Lima jam ini kau tidak akan membunuhku?"
"'Hades' selalu tepat waktu. Begitu aku umumkan waktu kematianmu, tak akan ada percepatan atau penundaan. Dalam lima jam ini, di dalam bus ini, kau boleh menyerangku sesukamu. Aku sama sekali tidak akan membunuhmu, bahkan jika melukaimu pun akan kukontrol agar tidak sampai mati. Tentu saja, kau boleh pakai senjata apa saja, bom pun tak masalah - asal kau tidak peduli dengan nyawa penumpang di sini. Ha ha, bagaimana? Oh ya, kabur itu mustahil. Belum ada yang lahir yang bisa lolos dari tanganku!"
Saat ini ucapannya sudah menggunakan bahasa Inggris, namun An Xueli masih mengerti beberapa kata.
An Xueli dan keempat orang lainnya sama sekali tidak berani berbicara dengan Shangguan Mian, kalau tidak, mungkin lebih cepat mati di tangan orang asing ini daripada di apartemen!
“‘Raja Kematian’ suami.” Seorang pria asing yang memegang pistol mendekati Raja Kematian, berkata: "Kamu, kamu benar-benar akan memberikannya lima jam?"
"Tentu saja. Kalian menyuruh sopir mengelilingi kota selama lima jam. Lima jam kemudian, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Hm, bus ini cocok untuk menjadi peti matimu, 'Sleeping Beauty'. Awalnya ingin menyelesaikanmu di tempat sepi, tapi sepertimu ingin pergi ke pusat kota. Melakukannya di sana juga agak merepotkan."
Sementara itu, Mizhen dan Lin Xinhu dengan gemetar menyerahkan ponsel mereka kepada orang-orang asing di sekitarnya. Ada enam orang asing yang memegang pistol, dengan pria botak itu jelas menjadi pemimpin.
"Mi, Mizhen," Lin Xinhu menurunkan volume suaranya bertanya: "Apa... apa kita akan mati..."
“Tidak tahu…” Mizhen juga dipenuhi ketakutan: “Lihat situasinya, sepertinya mereka mengejar wanita di belakang itu…”
Shangguan Mian memasukkan kotak persegi berisi lukisan tinta ke dalam tas ransel di punggungnya, berkata: “Lima jam? Selama ini, jelas-jelas tidak akan membunuhku?”
Suaranya semakin dingin, ketika kata terakhir terucap, kakinya melesat ke depan. Sebuah pistol telah muncul di tangannya, mengarahkan pelatuk ke kepala Raja Kematian!
Di dalam bus, ruang untuk menghindar sangat terbatas. Shangguan Mian langsung menembakkan peluru kedua segera setelah menembakkan peluru pertama!
Sang "Raja Dunia Bawah" telah menghitung jarak dengan tepat saat pistol muncul. Tubuhnya menghindar secepat hantu, lalu menerjang ke arah Shangguan Mian. Tendangan udara yang dilepaskannya menghantam leher Shangguan Mian dengan keras, membuat tubuhnya terhimpit di pegangan tangan bus!
"Apa ini? Kukira dia lebih hebat. Ternyata cuma begini."
Raja Dunia Bawah melepaskan kakinya sambil berkata: "Jangan terburu-buru. Aku memberimu waktu lima jam. Lakukan perlahan."
Saat kata-kata ini diucapkan, Shangguan Mian langsung mengangkat tangan yang memegang pistol. Raja Dunia Bawah segera mencengkeram pergelangan tangannya dan mematahkannya dengan kasar. Teriakan kesakitan Shangguan Mian segera bergema saat rambutnya dicengkeram erat oleh Raja Dunia Bawah dan kepalanya ditekankan ke lantai!
"Astaga, bukannya sudah kusuruh bersiap? Baru mulai saja, tangan kanan sudah kupatahkan. Bagaimana ini?"
Kekuatan Raja Dunia Bawah ternyata mengerikan sampai tingkat ini! Dulu bahkan saat menghadapi "Golden Eye Demon" pun Shangguan Mian masih bisa bertarung, tapi sekarang dia tertekan sampai seperti ini!
Julukan sebagai pembunuh bayaran nomor satu di dunia bawah Eropa memang bukan sekadar omong kosong!
Saat itu, Shangguan Mian kembali mengangkat tangan kirinya. Sebuah pistol lain tiba-tiba muncul dan langsung diarahkan ke kepala Ming Wang. Tapi sebelum sempat menembak, tangan Ming Wang sudah bergerak cepat. Dengan kekuatan tak wajar, ia membengkokkan moncong pistol itu! Peluru yang ditembakkan akhirnya menembus lantai bus!
Seluruh proses hanya berlangsung beberapa detik. An Xueli dan Qiu Xifan terpaku menyaksikan. Senjata api yang digunakan kedua belah pihak telah dipasangi peredam suara, sehingga orang di luar bus tidak menyadarinya. Bus itu sendiri perlahan mulai menjauh dari pusat kota.
"Orang ini..." An Xueli bergumam gemetar, "Mungkinkah dia hantu dari instruksi tulisan darah?"
"Entahlah..." Tiba-tiba Li Jianfei teringat sesuatu, berbisik pelan, "Aku... aku malah berharap hantu itu muncul sekarang. Setidaknya apartemen masih memberi kita jalan keluar, tapi orang ini tidak akan memberi kita kesempatan..."
Membengkokkan laras pistol dengan tangan kosong! Kekuatan dahsyat itu membuat para penumpang terperangah. Mi Zhen dan Lin Xinhu sama-sama menarik napas dalam-dalam, tidak percaya dengan kejadian mengerikan ini.
Namun saat pistolnya tidak bisa digunakan, Shangguan Mian mendongakkan kepala dan menghantamkan dahinya ke dada Ming Wang. Kedua kakinya menyepak keras ke selangkangan lawannya!
Jurus licik ini memang selalu efektif untuk lawan jenis pria!
Namun, di tengah serangkaian gerakan yang dilakukannya, wajah "Raja Kematian" justru semakin dingin. Kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan kaki Shangguan Mian, lalu menarik tubuhnya ke atas dan dengan keras memutarnya sebelum melemparkan tubuhnya ke bagian belakang bus!
Tubuh Shangguan Mian terhempas hingga ke bagian paling belakang bus, menabrak seorang pemuda yang duduk di kursi terakhir sebelum akhirnya berhenti.
Sekarang, dia tampaknya menyadari bahwa dirinya sama sekali bukan tandingan "Raja Kematian" Rufus. Tiba-tiba dia menendang dan berusaha kabur dari bus!
Namun, sebuah tangan kuat tiba-tiba mencekik lehernya dengan erat, lalu melemparkannya kembali ke lantai. Sebuah kaki segera menginjak dadanya!
"Sudah kukatakan, tidak ada satu pun target yang kincar bisa selamat. Kalau saja aku tidak harus mematuhi 'surat pemberitahuan kematian' yang sudah ditulis sebelumnya untuk 'membunuh', kau sudah bertemu Raja Kematian sekarang."
Darah perlahan mengalir dari dahi Shangguan Mian. Kaki yang menginjaknya begitu kuat hingga dia sama sekali tidak bisa bangun.
"Baiklah, lima jam itu waktu yang panjang. Beristirahatlah perlahan. Nikmatilah... momen terakhir dalam hidupmu."
Kemudian dia mengangkat kakinya dan berbalik pergi, bahkan sengaja membiarkan punggungnya terbuka untuk Shangguan Mian. Sikap meremehkan ini menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak menganggap Shangguan Mian sebagai ancaman.
Shangguan Mian bangkit kembali. Saat ini, satu tangannya memegang pegangan bus sambil menatap "Raja Kematian" Rufus di depannya. Situasi ini membuktikan bahwa dia benar-benar bukan lawan orang ini.
Kesempatan hanya ada selama pelaksanaan instruksi tulisan darah!
"Begitu hantu muncul, bahkan 'Raja Dunia Bawah' ini pun tak punya harapan selamat!"
Tiba-tiba...
"Hei, kalian, kenapa semua memeluk kotak persegi panjang ini?" Seorang pria asing mengarahkan pistol ke empat orang An Xueli, berkata: "Kalian anggota geng Sleeping Beauty ya? Apa ini barang penting?"
"Jangan-jangan bom?" seseorang di sampingnya buru-buru berkata: "Kalau iya, jangan diarahkan pistol!"
"Kau, serahkan kotak ini padaku!" Pria asing itu dengan kesal berteriak dalam Bahasa Mandarin yang terbata-bata: "Atau aku langsung membunuhmu!"
Dan yang sedang diarahkan pistolnya saat ini adalah An Xueli!
"Hei, ini... ini barang sangat penting," An Xueli ketakutan sambil menggelengkan kepala, "Di dalamnya cuma lukisan, bukan bom. Lihatlah..."
Saat hendak membuka kotak, pria asing itu menamparnya keras: "Beri ke aku! Mau mati?!"
An Xueli segera memandang memohon ke Shangguan Mian, namun sang "Sleeping Beauty" yang sedang dalam bahaya sendiri mana mungkin menolongnya.
"Kumohon... jangan ambil ini, ini sangat berharga bagiku..."
Raja Dunia Bawah tiba-tiba bersuara: "Kenapa kalian lama sekali? Pistol sudah pakai peredam suara. Jalan sekitar sepi. Bunuh saja keempatnya, nanti kita tahu isi kotaknya!"
Kalimat ini diucapkan dalam bahasa Inggris. Mi Zhen yang baru pulang dari luar negeri langsung paham. Dia berdiri sambil berteriak lancar: "Hentikan!"
Orang yang hendak menembak pun tertegun, memandangi Mi Zhen yang tiba-tiba berdiri.
Raja Neraka perlahan mendekati Mi Zhen, sampai di hadapannya, mendekatkan wajahnya dan berkata: "Oh? Nona, dengan hak apa kau memerintahkan anak buahku untuk 'berhenti'?"
An Xueli sudah gemetar ketakutan, tiba-tiba kotak persegi panjang itu jatuh, tutupnya terbuka, gulungan lukisan tinta tercecer dan perlahan terbuka.
Pria asing bersenjata itu memungut lukisan tersebut, melihatnya lalu terkesiap.
Di lukisan itu tergambar seorang wanita berdiri di paviliun, namun yang aneh adalah garis retakan jelas terlihat di dahinya, menimbulkan kesan mengerikan.
An Xueli segera meraih lukisan itu, dia juga memperhatikan retakan tersebut.
Dia yakin sekali... sebelumnya tidak ada retakan di kepala wanita dalam lukisan itu!
## Jilid Ketujuh Belas Lukisan Tinta Bab Keempat Konfrontasi dan Awal Perubahan
Saat Raja Neraka mendekat, aura pembunuh yang mengerikan dari sosok itu membuat tangan Mi Zhen gemetar tak terkendali. Tapi Mi Zhen tetap menghadapinya dan berkata dalam bahasa Inggris: "Apapun tujuan kalian, kami sudah menyerahkan alat komunikasi. Tujuan kalian hanya akan tercapai jika para sandera tetap aman..."
"Saat itu, seluruh penumpang bus memandangi Mi Zhen dengan tatapan seperti melihat monster. Di zaman ini, bahkan saat melihat nenek terjatuh di jalan atau penumpang yang dicopet, orang-orang hanya menjadi penonton. Tidak ada yang berani melakukan "perbuatan heroik". Semua orang telah melihat kengerian pria botak asing tadi, tetapi Chu Mizhen berani menjadi burung gereja. Apakah dia bermasalah di otak atau ketakutan sampai linglung?"
"Tepat ketika semua orang dalam hati mengheningkan cipta untuk perempuan cantik ini, Raja Akhirat tiba-tiba tertawa terbahak, memutar tubuhnya dengan cepat dan mengarahkan pisau belati yang mengerikan ke leher Mi Zhen!"
"Mi Zhen bahkan bisa merasakan dinginnya pisau yang menempel di kulitnya. Saat ini, sedikit saja gerakan dari Raja Akhirat, nyawanya pasti akan melayang hari ini!"
"'Yang Mulia Raja Akhirat,' kata orang asing di belakang. 'Lukisan yang dibawa mereka biasa saja, sepertinya bukan barang berbahaya.'"
"Raja Akhirat mengabaikan mereka dan berkata pada Mi Zhen: 'Sudah lama tidak ada yang berani bicara seperti itu padaku. Apa kau tidak takut mati?'"
"An Xueli dan yang lain juga merasa simpati pada Mi Zhen. Tapi simpati tetap simpati, tidak ada yang berani bersuara membelanya. Di saat seperti ini, siapa yang jadi burung gereja pasti mati duluan."
"Sementara itu, mata Shangguan Mian tertuju pada Mi Zhen. Tangan kanannya kini tak bisa digunakan, tapi tangan kiri masih bisa bergerak. Asal menyuntikkan obat terlarang, rasa sakit akan perlahan hilang - meski efek sampingnya besar."
Saat ini, dia bagaikan macan tutul yang terluka, selalu siap untuk melancarkan serangan balik setiap saat!
Wajah Mizhen terus berubah. Di saat kritis ini, tiba-tiba tubuh Shangguan Mian melesat dan meluncur lagi. Di tangan kirinya muncul puluhan jarum beracun berukuran jarum jahit!
Shangguan Mian terus membiakkan laba-laba beracun di apartemen, sehingga sumber racun tak pernah kekurangan. Dengan gerakan terukur, dia melepaskan semua jarum beracunnya ke segala sudut menghindar Ming Wang. Saat Ming Wang tak memperhatikan gerakannya inilah kesempatan emas!
Meski membawa serum, tusukan jarum pasti akan memperlambat refleksnya. Saat itulah dia akan menggunakan pistol ketiga yang disembunyikan untuk menghabisi nyawanya!
Hujan jarum jahit melesat ke arah Ming Wang! Beberapa bahkan mengarah ke Mizhen. Jelas terlihat Shangguan Mian tak peduli akan risiko membunuh penumpang lain secara tak sengaja.
Di detik itu, alis Ming Wang berkerut. Dengan gesit dia menyelamatkan diri di balik tubuh pria asing bertembakan sambil menendang pistol lawannya!
“Akibatnya, beberapa jarum menancap di tubuh penumpang, sementara pria asing itu tertusuk setidaknya sepuluh jarum!”
Dari tangan kiri Shangguan Mian meluncur lebih dari seratus jarum. Segala penjuru bagian depan bus kini dipenuhi jarum. Enam penumpang tertusuk jarum beracun, lalu mereka yang tertusuk terjatuh ke lantai, menjerit histeris sebelum akhirnya mati satu per satu!
Tentu saja pria asing itu mati dengan cara paling mengenaskan. Setelah roboh ke lantai, tak disangkannya Raja Dunia Bawah justru menggunakan dirinya sebagai tameng!
“Hampir saja...”
Raja Dunia Bawah kini juga merasakan getaran dari gerbang kematian. Bertahun-tahun ini, siapa yang pernah membuatnya merasakan pengalaman seperti ini? Hanya dialah yang menyebarkan kematian pada orang lain, mana mungkin ada yang berani membawa maut kepadanya!
Siapakah dia? Dia adalah Raja Dunia Bawah! Pembunuh bayaran nomor satu di dunia bawah tanah Eropa!
Masakan ada orang yang nyaris membunuh Raja Dunia Bawah?
“‘Sleeping Beauty’!” Raja Dunia Bawah mengaum dengan urat leher menegang: “Kau ingin mati?”
Menyaksikan para penumpang yang roboh dan mati satu per satu, An Xueli dan yang lain wajahnya pucat pasi.
“Apa itu tadi?” Qiu Xifan menatap punggung Shangguan Mian dengan wajah masih dipenuhi ketakutan: “Apa dia ini Li Mochou zaman modern? Kok jarumnya bisa seganas itu?”
Li Jianfei menggelengkan kepala: “Aku berani bertaruh, kalau dia berhadapan dengan Li Mochou, pasti bisa membunuhnya dalam sekejap!”
Shangguan Mian berkata dengan dingin kepada Raja Dunia Bawah: "Gagal... Sempitnya bus ini membatasi ruang gerakmu untuk menghindar. Lagipula, kau terlalu sombong, menghadapiku tapi masih sempat berurusan dengan penumpang wanita itu..."
Mi Zhen cukup beruntung, jarum-jarum beracun hanya meleset di sebelahnya tanpa melukainya.
Kemudian, Shangguan Mian menjauh dari Raja Dunia Bawah. Persediaan jarum beracun di tubuhnya hampir habis. Ucapan tadi sengaja dia keluarkan. Bus sempit ini sebenarnya merugikan kedua belah pihak karena ruang gerak yang terbatas. Jika bisa keluar dari sini, mereka bisa bertarung dengan leluasa.
Raja Dunia Bawah kini mengabaikan Mi Zhen. Dia mulai melangkah mendekati Shangguan Mian, lengan bergerak-gerak, tangan kanannya terus menggenggam erat lalu melepaskan. Aura pembunuhan yang intens mengalir deras. Para pria asing bersenjata itu buru-buru membuka jalan, tak ada yang berani mendekati Raja Dunia Bawah yang sedang mengamuk.
"'Sleeping Beauty'," Raja Dunia Bawah tertawa sinis sambil marah, "Aku tahu rencanamu. Sengaja kupilih bus ini sebagai kuburanmu! Kau pikir selama lima jam aku tak bisa membunuhmu, kau bisa semena-mena?"
Ekspresi Shangguan Mian tetap datar. Tubuhnya mundur beberapa langkah, tangan kiri bergerak cepat mengeluarkan granat tangan dari balik lengan bajunya.
Melihat ini, wajah para pria asing di belakang Raja Dunia Bawah langsung berubah pucat, tubuh mereka cepat-cepat mundur.
"Kau memilih bertarung denganku di tempat sempit ini, karena takut aku menggunakan trik ini, ya?" Shangguan Mian berkata dingin: "Nomor satu di dunia pembunuh bayaran Eropa? Meski begitu, kau hanya punya satu nyawa. Dibandingkan dengan 'hantu', setidaknya kau bisa dimatikan - jauh lebih mudah."
Raja Dunia Bawah tidak menghiraukan pernyataan ini, menganggapnya hanya metafora Shangguan Mian. Wajahnya kini semakin dipenuhi 'niat membunuh': "Coba tunjukkan kemampuanmu. Apa kau pikir aku tidak membawa benda seperti ini? Berani bertaruh siapa yang lebih cepat kabur?"
Tangan Shangguan Mian masih erat menggenggam granat tangan, tetap membisu.
Raja Dunia Bawah mulai menyadari betapa tak terbacanya lawannya. Ekspresi datarnya sama sekali tidak menunjukkan perubahan psikologis. Meski dirinya adalah pembunuh bayaran terbaik Eropa, bertarung jarak dekat dengan "Sleeping Beauty" tetap terlalu berisiko. Tapi reputasinya justru dibangun dari kemampuan pertarungan jarak dekat. Jika membunuhnya dengan sniper jarak jauh, bukankah itu sama dengan mengakui ketakutannya pada kemampuan tempur jarak dekat sang Sleeping Beauty? Ditambah rencana untuk membatasi penggunaan bom, akhirnya diputuskan untuk membunuhnya dalam bus yang membatasi gerakan ini.
Kini, dia sedikit menyesal menulis waktu pada surat pemberitahuan kematian terlalu mepet.
“Singkatnya, kedua pihak sekarang berada dalam situasi kebuntuan. Jika Shangguan Mian dipaksa ke ujung tanduk hingga terjadi saling menghancurkan, meski aku bisa melarikan diri, kematian lawan sebelum waktu yang ditentukan dalam surat kematian tetap akan merusak reputasiku. Apalagi, Raja Dunia Bawah juga merasa ragu, apakah dia benar-benar bisa kabur tanpa cedera?”
“Akhirnya, Raja Dunia Bawah memutuskan untuk mundur. Jelas terlihat, dia mulai merasa segan terhadap Shangguan Mian. Lagi pula, saat ini posisinya lebih unggul, tak perlu mempertaruhkan nyawa. Sedangkan Shangguan Mian yang terpojok bisa melakukan serangan bunuh diri. Seperti peribahasa 'yang tak beralas kaki tak takut pada yang bersepatu', Raja Dunia Bawah memilih mempertahankan kebuntuan ini sambil menunggu waktu tepat untuk mencabut nyawanya!”
“Raja Dunia Bawah duduk di kursi kosong, matanya tak berkedip mengawasi Shangguan Mian. Setelah pelajaran tadi, dia tak berani lagi mengalihkan pandangan.”
“Sementara Shangguan Mian kembali ke tempat duduknya semula.”
“T-tidak apa-apa... Nona Shangguan?” An Xueli gagap, “Bisakah kau membunuh orang itu?”
“Shangguan Mian tetap menatap tajam ke arah Raja Dunia Bawah, menjawab: ‘Peluangnya tidak sampai sepuluh persen.’”
“Tapi, jarummu...”
“Jarum tinggal sedikit. Dan dia sudah waspada, semakin sulit untuk mengenai sasaran.”
“Di depan, Lin Xinhu mencengkeram erat Mi Zhen sambil menangis tersedu-sedu: ‘Kau baik-baik saja, Mi Zhen?’”
“M-masih...” Wajah Mi Zhen pucat pasi sambil menatap jenazah di dekat kakinya yang tampak mengenaskan.
Para penumpang sekarang semua menyadari bahwa tujuan pria asing botak itu adalah Shangguan Mian, sehingga beberapa orang berbondong-bondong berkata: "Bisakah saya turun dari mobil? Saya tidak akan melaporkan ke polisi, mohon..."
Orang yang pertama kali mengucapkan kalimat itu langsung ditodong pistol di dahinya, kemudian terdengar suara tembakan! Penumpang itu langsung kepala pecah bersimbah darah, roboh di genangan darah!
"Jangan banyak bicara!" teriak orang asing yang menembak dengan marah: "Siapa yang berani menambah satu kata lagi, dialah contohnya!"
Seketika, suasana dalam mobil menjadi sunyi senyap bagai kuburan. Tatapan Raja Dunia Bawah dan Shangguan Mian saling beradu bagai jarum menghadapi mata pisau, dan lima jam yang menyiksa pun dimulai.
Namun, teror sesungguhnya bukan berasal dari Raja Dunia Bawah, melainkan dari lukisan tinta itu!
Tadi, An Xueli merasa takjub melihat perubahan aneh yang terjadi pada lukisan tinta itu. Saat membuka kembali lukisan tersebut, di dahi perempuan dalam lukisan itu muncul beberapa retakan tambahan. Tampak seperti batu yang terkikis angin. Retakan itu membuat kecantikan luar biasa perempuan itu terdistorsi, seolah terpantul dari cermin yang pecah.
Yang lain juga menyadari bahwa lukisan mereka mulai mengalami perubahan.
Dalam lukisan Zhong Keyan, sosok perempuan yang berdiri di depan lonceng besar mengenakan gaun putih polos, lehernya kini memanjang dengan jelas, bahkan melebihi tinggi lonceng tersebut; Dalam lukisan Qiu Xifan, perempuan berjubah kuning yang berdiri di haluan kapal sambil memegang payung, pupil matanya mulai tertutupi kegelapan murni tanpa sedikitpun bagian putih yang tersisa; Sedangkan dalam lukisan Li Jianfei, perempuan yang menggoda itu kini membuka mulutnya lebar-lebar, dari dalam mulut tersebut terlihat samar-samar sebuah tangan yang sedang menjulur keluar!
Shangguan Mian tidak melihat lukisannya sendiri, namun dipastikan juga telah mengalami perubahan.
Kini, mereka harus menghadapi ancaman ganda dari manusia dan "hantu"! Namun, mereka tidak boleh membuang atau merusak lukisan!
Dalam situasi seperti ini, benar-benar seperti jalan buntu! Lalu bagaimana cara menemukan "jalan keluar"? Ponsel telah disita, mustahil menghubungi Li Yin!
Diawasi ketat oleh pria asing, mereka pun tidak berani berbisik. Setiap orang sedang merancang "strategi penanggulangan" masing-masing, sekarang semua harus menyelamatkan diri sendiri.
Saat ini, Li Yin telah tiba di rumahnya.
Namun kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Dia mengeluarkan kunci rumah yang sudah lama tidak digunakan, membuka pintu. Masuk ke dalam, mengganti sandal, lalu mengunci pintu.
"Seharusnya ada di kamarku..."
Melewati ruang tamu, menaiki tangga ke lantai dua, sampai di depan kamar tidurnya. Membuka pintu kamar, masuk dan mendekati meja belajar.
Di atas meja terletak beberapa foto dalam bingkai. Salah satunya adalah foto bersama Li Yin, Mi Zhen, dan Mi Tian. Mi Tian dan Mi Zhen sangat mirip wajahnya, dalam foto itu Mi Zhen tersenyum lebar sementara Mi Tian menunjukkan senyum tipis yang jarang terlihat.
Mengambil foto tersebut, Li Yin berbisik pelan: "Mi Zhen masih belum menyerah mencarimu, Mi Tian. Hanya saja, mungkin aku tidak akan hidup sampai hari kita bertemu lagi..."
Kemudian, pandangannya beralih ke sosok Mi Zhen dalam foto.
"Saat ini, aku bahkan tidak tahu apakah ada masa depan. Sebenarnya aku paham maksudmu ketika menyuruhku 'menjaga' Mi Zhen dulu, juga mengerti perasaan Mi Zhen padaku... Semoga kita bisa bertemu lagi dalam keadaan hidup."
Setelah itu, Li Yin meletakkan kembali fotonya.
Sama sekali tidak terbayang olehnya, saat ini Mi Zhen sedang berpikir sama persis.
"Mi Tian, senior..." Mi Zhen berbisik dalam hati: "Bisakah kita bertemu lagi dalam keadaan hidup?"
## Jilid Ketujuh Belas Lukisan Tinta China Bab Lima Pertempuran Sengit
Saat ini, suasana dalam bus sangat mencekam. Bus yang berjalan dalam kota ini tidak menarik perhatian siapa pun. Meski beroperasi di luar jadwal, di lokasi yang sudah terputus hubungan dengan dunia luar ini, tidak mungkin melakukan panggilan darurat. Setiap orang asing memantau gerak-gerik penumpang, mencegah kesempatan mereka meminta bantuan. Penumpang yang tewas itu juga membuat mereka tidak berani mengucapkan sepatah kata pun untuk memohon ampun.
“Ming Wang masih duduk di tempatnya, tidak bergerak sedikit pun, bagaikan patung. Shangguan Mian tetap duduk di dekat jendela, tangan kanannya terkulai lemas namun tangan kiri terus menggenggam granat tangan. Dalam suasana mencekam ini, keempat penghuni lainnya juga bertanya dalam hati: Apakah hari ini mereka akan mati di tangan hantu atau si pembunuh bayaran ini?”
“An Xueli sangat berharap hantu dalam lukisan itu muncul dan membunuh orang asing botak itu, namun doanya sia-sia. Saat pandangannya kembali tertuju pada lukisan tinta di tangannya, seorang penumpang lagi terbunuh di depan!”
“Berani melompat keluar jendela untuk kabur, tidak takut mati?”
“Korban kali ini adalah pemuda berambut kuning yang duduk dekat kursi Mizhen. Lubang darah muncul di kening pemuda itu sebelum tubuhnya ambruk. Orang asing yang membunuhnya malah menyepak kepala mayat itu sambil berkata: 'Siapa lagi yang berani kabur, inilah akhirnya!'”
“Lagi-lagi seorang penumpang terbunuh!”
“Bus ini kini diselimuti teror. Beberapa penumpang yang penakut bahkan sampai pipis di celana. Ming Wang sama sekali tidak menoleh. Ia tahu, jika mengalihkan pandangan dari Shangguan Mian di hadapannya saat ini, konsekuensinya akan jauh di luar bayangannya.”
“Sleeping Beauty！”
"Sampai saat ini, Shangguan Mian belum membuka lukisan tinta miliknya untuk melihat apakah terjadi perubahan, tetapi dia juga memperhatikan perubahan aneh pada lukisan tinta penghuni lain."
"Namun di permukaan, dia sama sekali tidak menunjukkan kecemasan atau kekhawatiran. Pandangannya tetap tak berpaling dari Raja Neraka."
"Sekarang, situasi konfrontasi halus ini telah terbentuk. Seiring berjalannya waktu, satu jam telah berlalu. Dalam satu jam ini, lukisan tinta tidak mengalami perubahan baru. Meski begitu, hal ini sudah cukup membuat para penghuni diliputi ketakutan."
"Selama satu jam ini, Raja Neraka dan Shangguan Mian saling mengamati satu sama lain."
"Tepat pada saat itu, teriakan keras kembali terdengar dari depan."
"Seorang pembunuh bayaran kulit hitam bersenjata pistol tiba-tiba menarik rambut Lin Xinhu lalu mengarahkan pistol ke hidungnya sambil berteriak: 'FUCK! Mati kau!'"
"'Ada apa?' tanya orang asing di sebelahnya sambil mengerutkan kening: 'Dia kenapa?'"
"'Huh, aku cuma menyentuh dadanya. Berani-beraninya mencakarku dengan kuku! Sungguh berani melawan!' geram si pembunuh bayaran kulit hitam: 'Mending langsung kubunuh saja!'"
"'Hentikan!' Mi Zhen segera melindungi tubuh Lin Xinhu sambil berkata dalam bahasa Inggris: 'Maaf, Tuan, dia melukaimu. Tolong maafkan dia!'"
"Pembunuh bayaran itu menyeringai sinis, tiba-tiba mengarahkan pistol ke dahinya: 'Kau lagi? Baik! Kalau begitu, aku akan membunuhmu dulu!'"
Para penumpang di dalam bus saat ini semua merasa sedih untuk Mi Zhen. Banyak orang sangat simpati dan mengaguminya, tetapi jelas dia juga akan mengalami nasib buruk seperti orang-orang sebelumnya.
Saat ini, tidak ada yang bisa menyelamatkannya!
Pembunuh bayaran kulit hitam itu sangat menikmati ketakutan yang melintas di mata Mi Zhen. Tiba-tiba dia memperhatikan selembar kertas yang jatuh di kaki Mi Zhen, meliriknya dan berkata: "Hm, apakah ini surat cinta dari pacarmu? Tapi ini juga terakhir kalinya kamu membacanya. Hm, 'Pu Miling'? Ini nama orang? Hehe, biarkan kamu mati sambil melihat kertas ini..."
Kemudian dia bersiap menarik pelatuk. Tapi lehernya tiba-tiba tertusuk pisau belati yang melayang! Hantaman itu bahkan membuatnya terhempas ke depan dan jatuh ke tanah!
Tangan kiri Shangguan Mian masih teracung tinggi, memandangi mayat pria kulit hitam itu.
"Oh?" Raja Dunia Bawah berbicara: "Sungguh langka, 'Sleeping Beauty' yang terkenal kejam tanpa perasaan ini ternyata mau menyelamatkan orang lain. Sangat aneh."
Shangguan Mian sama sekali tidak menghiraukan, matanya terkunci pada Mi Zhen di depannya: "Apa hubunganmu dengan Pu Miling?"
Mi Zhen memandang tak percaya ke arah mayat yang tergeletak tidak jauh darinya, lalu menoleh ke Shangguan Mian yang telah menyelamatkannya, matanya dipenuhi ketidakpercayaan.
"Apa... apa kamu tahu?" Mi Zhen mengangkat kertas diary itu: "Kamu kenal pria yang menulis diary ini?"
Shangguan Mian segera melompat ke arah Mizhen. Raja Kematian juga bangkit terburu-buru dan mengejar dari belakangnya! Namun gerakan Shangguan Mian sangat gesit, dalam sekejap sudah sampai di depan Mizhen dan mengambil kertas buku harian itu.
“Dan pada saat ini, Raja Kematian sudah berada di belakang punggungnya, mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi dan meraih kepala perempuan itu! Shangguan Mian sama sekali tak sempat menghindar sebelum tubuhnya dicengkeram dan dihantamkan dengan keras ke kaca jendela mobil di samping!”
“Membunuh orangku, masih meremehkanku. Kau pikir julukan ‘Raja Kematian’-ku hanya pajangan belaka?”
Dahi Shangguan Mian menghantam kaca dengan keras hingga darah mengalir deras. Namun tepat di saat yang sama, dia tiba-tiba menghancurkan kaca dengan tangan kiri dan melemparkan granat tangan itu ke luar!
Saat itu mobil sedang melintas di depan sebuah gedung pencakar langit. Granat tangan itu langsung meledak di depan gedung, memicu ledakan dahsyat!
Gelombang udara ledakan itu meruntuhkan seluruh dinding lantai satu gedung pencakar langit, mobil ini pun terhempas oleh gelombang tersebut, beberapa kaca jendela mobil pecah berkeping-keping!
Berbagai kendaraan di sekitar jalan raya langsung berhenti, para pejalan kaki di sekitarnya terkejut, banyak yang mengeluarkan ponsel untuk merekam bus tersebut.
"Kau..." Raja Dunia Baka langsung menyadari, Shangguan Mian sejak awal sudah merencanakan ini! Setelah bus ini dilaporkan, polisi pasti akan segera bergerak memblokir kendaraan berdasarkan nomor plat! Saat kekacauan terjadi, Shangguan Mian bisa mengambil keuntungan dari situasi!
An Xueli dan yang lain juga terluka oleh pecahan kaca di tubuh mereka, tapi reaksi pertama mereka semua adalah langsung melindungi lukisan tinta! Untungnya, lukisan itu tidak mengalami kerusakan berarti.
Tapi aksi Shangguan Mian membuat mereka semua terkejut!
"Dasar... kejamnya..." An Xueli berkata dengan wajah pucat: "Di depan gedung itu ramai orang berlalu-lalang, dengan satu tindakan ini, berapa banyak nyawa yang akan terbunuh? Wanita ini bahkan tidak berkedip saat mengorbankan mereka semua?"
"Kau cari mati!"
Entah sudah berapa tahun Raja Dunia Baka tidak marah sampai level ini, wajahnya sudah berubah karena kemarahan saat ia melemparkan pukulan keras ke dada Shangguan Mian sambil berkata: "Akan kubuat hidupmu lebih buruk dari kematian!"
"Percuma." Shangguan Mian meludahkan darah sambil berkata: "Aku sudah menyuntik obat terlarang, seranganmu tidak akan membuatku kesakitan. Bagaimana? Maukah kau tinggalkan bus ini, atau memilih berurusan dengan polisi Tiongkok? Ini masih area perkotaan, pasti akan dikerahkan pasukan besar termasuk Brimob. Meski kau bisa membunuh semua anggota Brimob, itu akan cukup menyita waktumu."
"Bukankah kau juga sama? Yang melempar granat tangan itu kan kau!"
"Hades mengatakan sambil mengayunkan tinju lagi, menghantam wajah Shangguan Mian. Tubuhnya terlempar ke belakang, bahkan mengeluarkan beberapa gigi berdarah dari mulutnya, hidungnya juga mengucurkan banyak darah."
"Kau pikir karena aku belum bisa membunuhmu sekarang, kau bisa bersantai?" Hades menunjukkan wajah bengisnya, berkata: "Akan kupotong kedua tanganmu sekarang juga!"
Pada saat ini, semua orang di dalam bus merasa seperti terjatuh ke gudang es.
"Tunggu..." Hades tiba-tiba berkata: "Aneh, mengapa kau selalu membawa tas hitam itu saat bertarung denganku? Jika kau lepaskan, kecepatanmu pasti meningkat. Apakah ada sesuatu yang harus selalu kau bawa dan tak boleh berpisah sejenak pun?"
Di dalam tas itu tersimpan lukisan tinta! Jika lukisan itu berada lebih dari 1 meter dari Shangguan Mian, kutukan bayangan akan langsung aktif!
Tangan Hades bergerak, dua pisau panjang menggelinding keluar dari lengan bajunya.
Ini adalah dua pisau andalan Hades! Pisau-pisau ini telah merenggut nyawa tak terhitung! Dia mendekati Shangguan Mian: "Sekarang, biar kulihat apa isi tasmu sebenarnya?"
Shangguan Mian meraih kursi di sampingnya dan berdiri. Dia membersihkan darah yang mengalir dari mulut dan hidung. Kalau bukan karena suntikan obat terlarang, dia sama sekali tidak bisa bergerak bebas sekarang. Pukulan tadi Hades menggunakan seluruh tenaga, membuat beberapa tulang rusuknya patah dan organ dalamnya mengalami kerusakan.
"Itu toh adalah serangan penuh kekuatan Raja Kematian!"
Bahkan saat bangkit berdiri, darah masih terus mengalir dari sudut mulut Shangguan Mian, menetes ke tanah. Tangan kanannya sekarang lumpuh, hanya tangan kiri yang bisa digunakan. Sementara tubuh Raja Kematian hampir tak terluka sama sekali.
Tiba-tiba, semua pria asing itu mengangkat senjata mereka, mengarahkan ke Shangguan Mian.
Mereka semua adalah pembunuh bayaran terkemuka dari dunia bawah tanah Eropa, juga diundang dengan bayaran tinggi oleh Keluarga Erikson.
"'Sleeping Beauty' terluka parah, ayo kita semua tembak dia sampai mati!"
"Kalau dia mati, hadiah uang selangit itu jadi milikku!"
"Ayo kita semua bunuh dia!"
Namun sebelum sempat menarik pelatuk, Shangguan Mian tiba-tiba menundukkan tubuh bagian atas, lalu mengambil pistol ketiga yang disembunyikan dengan tangan kirinya. Dengan gerakan berputar cepat, semua pembunuh bayaran yang memegang senjata tertembak tepat di dahi! Tembakan ke dada memang tidak aman, pasti mereka sudah memakai rompi antipeluru.
Seketika semburan darah memercik ke mana-mana. Semua orang di dalam bus kecuali Raja Kematian, tewas!
"Kau..." Raja Kematian berteriak siap menerjang, tiba-tiba bus mulai meliuk-liuk. Ia tersadar akan sesuatu, menoleh ke belakang - ternyata sopir di kursi kemudi juga sudah ditembak mati oleh Shangguan Mian!
Dia bahkan membunuh sopir untuk membuat kendaraan tak terkendali!
"'Sleeping Beauty'!"
Raja Kematian mengaum marah, namun bus yang sudah tak terkendali itu meluncur deras menabrak sebuah gedung tinggi di depan!
Tubuh Ming Wang terlempar ke depan karena gaya inersia dari tabrakan itu. Shangguan Mian menggunakan kesempatan ini untuk mendekat dengan cepat, kemudian mengarahkan moncong pistol ke lehernya!
"Matilah kau!"
Ming Wang mengayunkan pisau panjangnya dengan garang ke arah Shangguan Mian!
Meski berhasil menghindar di saat kritis, peluru tetap menembus bahunya. Tampaknya karena terlalu percaya diri hingga tidak memakai rompi anti peluru, dia langsung terjatuh. Namun dua bilah pisau panjang berhasil memutus tali tas ransel Shangguan Mian seketika!
Bagian depan bus hancur parah akibat tabrakan, kaca jendela berserakan di mana-mana! Para penumpang langsung berhamburan berdiri dan membuka jendela untuk kabur! Sementara itu banyak mobil polisi mengejar dari belakang!
"'Sleeping Beauty'!" teriak Ming Wang dengan suara serak penuh amarah: "Aku 'Raja Kematian' Rufus bersumpah, pasti akan mengirimmu ke neraka!"
Selama bertahun-tahun, 'Sleeping Beauty' adalah orang pertama yang berhasil melukai tubuhnya!
Tiba-tiba tangannya mencengkeram tas hitam itu, Shangguan Mian juga berusaha merebut tas tersebut!
"Sepertinya kau sangat menghargai benda ini..." Meski bahu Ming Wang masih mengucurkan darah, dia sama sekali tidak melepaskan tas itu. Pisau panjangnya menyambar lagi, kakinya menendang ke atas sehingga kotak persegi panjang itu terlempar ke udara!
Shangguan Mian cepat-cepat meraih satu sisi kotak, sementara Ming Wang memegang sisi lainnya!
Saat itu, An Xueli dan Mi Zhen beserta yang lain telah melarikan diri dari bus, sementara mobil polisi sudah mengepung bus tersebut, sejumlah besar polisi yang dilengkapi senjata lengkap mengelilingi bus!
"Benda ini benar-benar sangat penting bagimu?" Raja Kematian tiba-tiba mengayunkan pedang panjangnya lagi, berkata: "Kalau begitu, menghancurkannya pasti akan menjadi hal yang sangat menarik, bukan?"
Kemudian, pedang panjang Raja Kematian menghujam keras ke arah kotak itu!
Shangguan Mian segera mengangkat pistolnya, menahan pedang panjang yang sedang diayunkan ke bawah, lalu dia membuka kotak panjang itu, mengambil gulungan lukisan tinta yang sudah digulung rapi, dan segera menjaga jarak dari Raja Kematian!
Pada saat yang sama, dia juga segera mengenakan topeng wajah manusia yang ditinggalkan An Xueli untuknya!
Di luar, polisi berteriak melalui pengeras suara: "Kalian berdua di dalam segera keluar! Bus ini akan segera meledak!"
Begitu kata-kata itu selesai, tubuh Shangguan Mian langsung melompat keluar dari bus, sementara tubuh Raja Kematian juga menyusul keluar! Sambil mengayunkan dua pedang panjangnya, dia berkata: "'Sleeping Beauty', kalau begitu aku akan menghancurkan gulungan yang ada di tanganmu dengan tanganku sendiri!"
"Kalian berdua angkat tangan!"
Sejumlah besar polisi mengarahkan pistol mereka ke Shangguan Mian dan Raja Kematian, siap membunuh mereka berdua jika ada gerakan mencurigakan!
"Kalian menyuruhku mengangkat tangan?" Raja Kematian memandangi polisi yang mengepungnya, tangan kanannya mengayunkan pedang panjang sambil menarik pistol yang tersembunyi di pinggangnya, dalam sekejap menembak dan membunuh semua polisi yang mengarahkan senjata!
“Tembak, semua orang tembak!”
Orang yang memimpin segera memberi perintah, sehingga semua polisi yang hadir mulai menembak. Tubuh Shangguan Mian bergerak keluar dari lingkaran pengepungan, membuat beberapa polisi mengarahkan laras senjata mereka ke arahnya.
Namun sebelum sempat mengangkat senjata, jarum beracun telah menembus tenggorokan mereka! Gerakan Shangguan Mian begitu cepat sampai tak seorang pun menyadari kapan dia melepas jarum-jarum itu!
“‘Sleeping Beauty’, kau takkan bisa kabur!”
Saat mengatakan ini, Ming Wang mengeluarkan granat tangan dari dadanya dan melemparkannya ke mobil polisi di belakang!
An Xueli, Qiu Xifan dan yang lainnya meski telah menjauh dari lokasi tetap mendengar ledakan dahsyat itu!
“Ya Tuhan...” Qiu Xifan memeluk erat lukisan tinta itu, “Shangguan Mian ini sebenarnya siapa? ‘Sleeping Beauty’ adalah kode nama pembunuh bayarannya?”
“Siapa yang tahu? Yang jelas, aku tak ingin lagi dekat-dekat dengannya...” Li Jianfei berkata sambil memandangi lukisan tinta di tangannya. Saat dilihat lebih seksama, ia hampir menjerit ketakutan!
Pada lukisan tinta itu, sosok wanita cantik yang sensual kini memperlihatkan kepala biru pucat dan sepasang tangan berwarna sama dari bagian mulutnya!
## Jilid Ketujuh Belas: Lukisan Tinta - Bab Keenam: Lukisan yang Terdistorsi
Di jalanan, puluhan mobil polisi terkubur dalam lautan api dengan korban jiwa yang tak terhitung di antara aparat.
Di pusat pertempuran, hanya tersisa Ming Wang dan Shangguan Mian!
“Lufus,” tangan kiri Shangguan Mian mencengkeram erat gulungan lukisan tinta itu, suaranya tetap dingin: “Jangan kau paksa aku.”
Raja Neraka marah besar: “Oh? Memaksa? Kau sungguh menganggap diri penting? Bahkan 'Raja Neraka' Opharia dan 'Asura' Rejert di masa lalu pun mati di tanganku. Kau pikir membunuh 'Shinigami' Kin Disley bisa membuatmu begitu sombong?”
Tangannya tetap tidak melepaskan lukisan tinta itu, Shangguan Mian tiba-tiba menghindar. Dari tempatnya berdiri tadi, sebuah peluru melesat!
Seorang polisi yang selamat, tubuhnya tertindih mobil patroli, masih sempat menembakkan peluru ke Shangguan Mian. Segera setelah itu, jarum beracun menancap di dahinya, mencabut nyawanya seketika!
“‘Raja Neraka’ mati di tanganmu?” tiba-tiba Shangguan Mian bertanya: “Guru Monsterths si 'Golden Eye Demon', pembunuh bayaran utama 'Evil God' di masa lalu?”
“Benar! Mengerti sekarang? Membunuh 'Golden Eye Demon' bukan prestasi! Dulu kau bahkan tak bisa mendekati kepala Keluarga Erikson! Membunuhmu bagiku mudah!”
“Coba saja.”
Setelah mengucapkan itu, Shangguan Mian melompat menghindar dan langsung berlari ke suatu arah! Raja Neraka mencemooh: “Kau takkan kabur. Buruanku tak pernah lolos! Saat waktunya tiba, akan kukirim kau ke neraka!”
"Lalu, langkahnya juga segera dipercepat, dengan ketat mengikuti Shangguan Mian!"
"Pada saat ini, arah Shangguan Mian justru menuju ke arah Mizhen dan Lin Xinhu! Kecepatannya begitu luar biasa, segera tiba di depan Mizhen, dan kalimat pertamanya adalah: "Ikut aku!""
"'Berani membelakangiku, 'Sleeping Beauty', apa kau ingin mati?'"
"Tubuh Raja Kematian mendekati bagian belakang Shangguan Mian, lalu mengangkat pedang panjangnya tinggi-tinggi dan menyabetkan dengan keras ke arah punggung Shangguan Mian!"
"Shangguan Mian menggenggam tangan Mizhen, kemudian menghentakkan kakinya untuk menghindari serangan pedang panjang itu, tubuhnya dengan cepat bergerak menjauh!"
"Mizhen kali ini matanya menatap tajam ke arah Shangguan Mian, berkata: "Kau mengenal Pu Miling? Kalau begitu tahukah kau dimana Mian Tian berada?""
"Shangguan Mian sama sekali tidak menjawab, sesekali menoleh ke belakang melihat Raja Kematian yang semakin mendekat, lalu segera membelok masuk ke sebuah gang kecil! Namun, dalam kondisi terluka sambil membawa Mizhen, kecepatannya tentu tak menyamai Raja Kematian!"
"'Berani masuk ke gang sempit ini, 'Sleeping Beauty', apa otakmu rusak?'"
"Tapi siapa sangka, Shangguan Mian tiba-tiba berhenti, lalu berbalik menghadap langsung ke Raja Kematian!"
"'Sepertinya kau lupa satu hal?' Shangguan Mian menyimpan lukisan ke dalam kerah bajunya, lalu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke Raja Kematian: "Di tempat sempit, yang terbatas bukan hanya aku tapi juga kau! 'Raja Kematian' yang ahli pertarungan jarak dekat dengan senjata pisau ganda, ini adalah hal yang diketahui semua orang di dunia pembunuh bayaran bawah tanah Eropa.""
“Apa yang kau katakan？”
“Aku sama sepertimu, ahli dalam pertarungan jarak dekat. Kalau begitu, bertarung di tempat sempit adalah lokasi terbaik untuk mengambil nyawamu!”
Raja Dunia Bawah justru tertawa sinis, berkata: “Hmph, pantas dijuluki 'Sleeping Beauty'! Hanya kau yang berani bicara seperti itu padaku! Tapi akhirnya kau tetap akan mati di tanganku!”
Gang kecil yang sepi ini kini dipenuhi aura kematian.
Kemudian, Raja Dunia Bawah menerjang lurus ke depan. Dia sangat paham, penggunaan dua belatinya di gang sempit memang terbatas. Sedang Shangguan Mian yang terbiasa dengan pistol lebih sedikit terhambat, ditambah bahunya yang tertembak peluru pasti mempengaruhi kecepatan dan kekuatan serangan belatinya!
Tapi bagaimana mungkin dia mundur? Bagaimanapun dirinya adalah "Raja Dunia Bawah", pembunuh bayaran terkuat yang dikenal seluruh bawah tanah Eropa! Dulu, "Raja Neraka" dan "Asura" tewas di bawah dua belatinya, kini "Sleeping Beauty" yang baru muncul belakangan ini pun bisa dibunuh!
Shangguan Mian berkata pada Mi Zhen di belakangnya: “Jika kau lari, aku akan segera memotong kakimu. Percaya tidak bahwa meski kau jauh, aku tetap bisa melakukannya?”
“Aku tidak akan lari.” Mi Zhen menjawab: “Tenang saja.”
Shangguan Mian langsung mengarahkan laras pistol ke Raja Dunia Bawah: “Kalau begitu, matilah kau! 'Raja Dunia Bawah' Lufes!”
Peluru melesat keluar, di tempat sempit ini, setelah mengunci beberapa posisi, tentu semakin sulit untuk sepenuhnya menghindari peluru. Namun, Raja Dunia Bawah tetap menghindari tiga peluru pertama yang ditembakkan, kedua kakinya menendang, tubuhnya melayang setinggi beberapa meter ke udara, jelas ingin memanfaatkan gravitasi untuk meningkatkan kecepatan pisau demi melukai tangan kiri Shangguan Mian!
Shangguan Mian segera mengangkat tangan kirinya, tepat saat akan menarik pelatuk, tiba-tiba tubuhnya gemetar hebat, menabrak dinding di sampingnya sambil berkata: "Efek samping obat terlarang..."
Sebelum suaranya reda, pisau panjang itu langsung menyambar tangan kirinya, bagian lengan dekat sendi terbelah luka dalam. Seketika, Raja Dunia Bawah meraih pistol itu, merebutnya, lalu menempelkannya ke dahi Shangguan Mian!
"Kau kalah, 'Sleeping Beauty'..."
Saat ini, situasi sudah ditentukan!
"Ngomong-ngomong, lukisan ini... Kenapa kau begitu panik? Biar aku lihat?"
Tangan Raja Dunia Bawah bergerak kilat, mengeluarkan lukisan tinta itu dan membukanya dengan cepat.
"Hei, lukisan apa ini?"
Dalam lukisan tinta itu, sosok wanita bangsawan yang semula menari anggun, kini wajahnya dipenuhi darah segar, kedua pupilnya berubah putih total. Di bawah genangan darah yang mengerikan, wajah wanita itu terlihat begitu mengerikan...
"Lukisan ini terlalu aneh. Kau membawa ini, apakah ada arti khusus?" Raja Dunia Bawah menekankan pistol ke Shangguan Mian: "Jawab! Apa maksud lukisan ini?"
Shangguan Mian tidak diam sejenak pun, langsung menjawab: "Ini barang yang kudapat dari Edward."
“Pemimpin Fallen Angel Edward adalah sosok yang licik dan licik. Tentu saja tidak mungkin dia memegang lukisan tinta tanpa alasan. Hati Pluto mulai muncul beberapa pemikiran—apakah yang dilindungi mati-matian oleh Shangguan Mian ini adalah harta karun tak ternilai?”
“Bicaralah. Apa sebenarnya arti benda ini?”
“Jika aku bicara, kau tidak akan membunuhku?”
“Kau tidak punya waktu untuk tawar-menawar denganku!”
Pandangan Shangguan Mian terus tertuju pada lukisan tinta itu. Saat ini, jika lukisan tinta menjauh lebih dari satu meter dari tubuhnya, semuanya akan berakhir.
“Jangan coba-coba...”
Tiba-tiba Pluto menyadari kepala perempuan berpakaian istana dalam lukisan tinta itu berputar sepenuhnya, sepasang mata putihnya seperti menatapnya tajam! Saat itu juga, rohnya merasa diintip...
Meski singkat, tangan yang memegang pistolnya gemetar sejenak! Shangguan Mian segera meraih pistol itu, mengarahkan laras ke atas, lalu menendang selangkangan Pluto! Pluto yang ketakutan oleh lukisan tinta itu baru merasakan sakit saat tendangan mengenai alat vitalnya!
Shangguan Mian merebut kembali lukisan tinta, lalu pistolnya langsung diarahkan ke Pluto di depannya. Pelatuk langsung ditarik!
Sementara Raja Dunia Bawah langsung menghindar, tapi pipinya terkena gesekan peluru, darah beterbangan! Lalu, dia menggenggam tangan Mizhen dan lari ke arah gang kecil! Gang berkelok-kelok ini sangat mudah untuk menghindari pengejaran!
Raja Dunia Bawah masih tergeletak di tanah dengan wajah penuh ketidakpercayaan, berkata: "Tidak, tidak mungkin... Bagaimana bisa berbalik arah?"
Saat ini, An Xueli dan yang lain telah melarikan diri kembali ke pintu apartemen.
Setelah mengalami kejadian tadi, setelah dipikir-pikir, tempat paling aman tetap di depan pintu apartemen! Bagaimanapun, Raja Dunia Bawah itu sehebat apapun, kecuali terpilih menjadi penghuni apartemen, tidak mungkin bisa masuk ke sini!
Ketika An Xueli dan keempat orang itu sampai di pintu apartemen, mereka terus-terusan terengah-engah: "Aduh, aduh... Kalau mati bukan di tangan hantu malah di tangan 'Raja Dunia Bawah', benar-benar tidak adil..."
"Bener juga..." Qiu Xifan langsung merebahkan diri di tanah: "Lalu, perubahan terus-menerus pada lukisan tinta ini menunjukkan apa? Harus bagaimana kita?"
"Siapa yang tahu... Sudah, lebih baik kita lakukan penelitian dulu di depan pintu apartemen."
Zhong Keyan tiba-tiba bertanya: "Ngomong-ngomong, Shangguan Mian, dia tidak apa-apa kan?"
"Sulit dikatakan. Tapi dia terlalu kejam, membunuh tanpa berkedip? Dia ini dewa dari mana sih?"
"Kalau bisa selamat dari misi darah kali ini, nanti kalau ketemu dia di apartemen pasti aku akan menghindar. Bercanda, bersama dia, berapa nyawa pun tidak akan cukup!"
"Awalnya Ying Ziyue bilang betapa hebatnya dia, kupikir dia melebih-lebihkan. Ternyata kenyataannya bahkan melebihi yang dia katakan."
"Lupakan itu, cepat lihat lukisan tinta!"
Setelah membuka gulungan lukisan, An Xueli tidak menyadari perubahan mengerikan yang terjadi! Wajah perempuan dalam lukisan kini dipenuhi retakan, seperti boneka porselen yang pecah.
Bagian yang retak itu menunjukkan ciri-ciri wajah yang terus berubah-ubah, kulit yang semula putih pucat menjadi gelap. Saat menatap mata perempuan dalam lukisan itu, terasa seperti sedang diawasi!
"Jika terus begini, akan jadi seperti apa nanti?"
Jika perubahan ini terus berlanjut, seberapa mengerikan akibatnya? Tak ada yang tahu.
"Panggil, panggil Li Yin keluar!" An Xueli buru-buru berkata, "Tanya Li Yin, dia mungkin bisa cari solusi. Siapa, cepat telepon!"
Hampir setiap penghuni apartemen menyimpan nomor telepon Li Yin di ponsel mereka. Li Yin dianggap sebagai 'dewa' yang tak tertandingi, sekaligus satu-satunya harapan dalam kehidupan penuh keputusasaan di apartemen ini.
Saat ini, Li Yin sedang membuka komputer di kamar tidurnya.
"Ternyata ada di folder ini. Baik, seperti yang dikatakan Mi Zhen, salin satu untuknya."
Saat memasang flashdisk dan hendak mulai menyalin, dering ponsel di saku berbunyi.
"Apakah ini telepon dari Shangguan Mian mereka?"
"Mengeluarkan ponsel, ternyata telepon dari An Xueli. Dia mengangkat telepon, langsung mendengar teriakan An Xueli: "Li, Ketua Li, cepat turun! Kami sekarang di pintu apartemen! Lukisan ini terus berubah!"
"Maksudmu... lukisannya terus berubah?"
## Jilid XVII Lukisan Tinta Bab VII Penghuni yang Melewati Sepuluh Misi Darah
Di sebuah gedung tua yang ditinggalkan di Kota K, Shangguan Mian sedang mengarahkan pistol ke seorang dokter berbaju putih: "Segera obati lukaku. Besok akan kulepaskanmu. Beri tahu rumah sakit bahwa kamu punya pasien darurat dan akan pulang terlambat."
Mi Zhen berdiri di belakang Shangguan Mian. Anehnya, meski menyaksikan adegan mengerikan ini, wajahnya tetap tenang.
Dokter yang disandera itu terpaksa segera mengobati luka darurat Shangguan Mian. Yang paling parah adalah tangan kanan dengan kerusakan sendi serius dan tangan kiri yang terbelah luka besar.
Setelah pengobatan, akhirnya selesai.
"Luka sudah dibalut," dokter mengusap keringat di dahinya. "Tapi, nona, tangan kananmu harus segera dioperasi..."
"Tak perlu khawatir." Shangguan Mian berkata setelah pengobatan: "Penangananmu cukup baik."
Kemudian dia menghantam leher belakang dokter hingga pingsan. Lalu memandang Mi Zhen.
"Sekarang, katakan padaku." Langsung mengarahkan pistol ke Mi Zhen: "Jawab, bagaimana kau mendapatkan buku harian ini?"
Saat ini, dia tak memberi kesempatan Mi Zhen untuk ragu-ragu!
Mi Zhen sudah lama tahu bahwa ini tak terhindarkan.
Namun, begitu membuka mulut, ucapannya langsung mengejutkan.
"Ini misi darah keberapa kalinya kamu?"
Ekspresi Shangguan Mian tak banyak berubah. Lubang pistolnya mengarah ke buku harian di tangan Mi Zhen: "Kau tahu dari buku harian ini? Soal instruksi tulisan darah?"
"Bukan." Mi Zhen menggeleng: "Sepertinya kau memang penghuni apartemen? Lukisan tinta itu, aku melihat perubahannya dan langsung paham."
Suasana tiba-tiba mulai terasa agak tegang.
Shangguan Mian mendekatkan pistolnya ke Mi Zhen, nadanya membeku: "Jangan uji kesabaranku. Katakan! Siapa sebenarnya kau?"
"Kamar 1206."
Setelah mengucapkan itu, Mi Zhen menambahkan: "Itu nomor kamarku dulu saat masih tinggal di apartemen."
Pistol Shangguan Mian perlahan menurun.
"Benar, seperti yang kau lihat. Aku adalah penghuni yang berhasil menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah dan keluar dari apartemen itu. Aku dan adikku pernah menjadi bagian dari apartemen yang memberikan mimpi buruk dan teror tak berujung bagi kalian. Kami berdua menyelesaikan sepuluh misi darah. Buku harian ini ditemukan di lokasi misi darah kesepuluh."
Penghuni yang berhasil menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah!
Apa artinya ini?
Semua orang tahu betapa sulitnya menyelesaikan satu misi darah. Kecerdasan, keberuntungan, energi, kesehatan mental, kemampuan adaptasi - bahkan dengan semua faktor itu, berapa orang yang bisa selamat? Sampai saat ini, belum ada satu pun penghuni yang berhasil keluar dengan menyelesaikan sepuluh misi darah!
Tapi Chu Mi Zhen, dia berhasil!
"Bahkan Shangguan Mian yang hampir tidak memiliki emosi mulai terkesan dan bertanya, 'Jika saya tidak salah menangkap maksudmu, adikmu adalah 'Mitian' itu? Dia hilang?'"
"Benar. Saat instruksi tulisan darah terakhir selesai dilaksanakan. Meskipun sudah menyelesaikan instruksi terakhir, bagi saya itu hanya menghilangkan kutukan bayangan. Tapi, kutukan baru justru ditambahkan pada diri saya."
"Apa maksudmu? Segala jenis kutukan bisa dihilangkan dengan kembali ke apartemen. Kau pikir saya tidak tahu?"
"Tepat. Tapi instruksi tulisan darah kesepuluh yang saya jalani sangat spesial."
Mitian teringat semua tahun yang dihabiskan di apartemen itu. Kehidupan yang sangat menyiksa, bagai hidup di dasar neraka, membuat kepribadian Mitian menjadi sangat muram. Bahkan dia beberapa kali mencoba bunuh diri, tapi berkat pendampingan saya, akhirnya bisa bertahan sampai misi darah terakhir.
Masuk ke apartemen itu terjadi ketika kakak-beradik Chu Mizhen dan Chu Mitian masih siswa SMP. Saat itu, saat pulang dari bermain, mereka melewati kompleks perumahan itu, masuk ke dalam, dan terperangkap di apartemen mengerikan itu. Demikianlah kehidupan neraka dimulai - berkali-kali di ambang kehancuran mental, nyaris mati berulang kali, terus-menerus menelusuri jalan keluar dari misi darah...
Awalnya mereka berencana mengundurkan diri dari kuliah. Tapi karena nilai mereka terlalu baik, akhirnya diterima melalui jalur khusus. Di kampuslah mereka kemudian bertemu Li Yin.
Saat itu, Mizhen sudah menyelesaikan tujuh instruksi tulisan darah, sedangkan Mitian baru enam.
Pertemuan dengan Li Yin, dan ketertarikan Zhen terhadap pria ini, kembali menyalakan keinginannya untuk bertahan hidup. Dia jatuh cinta dalam-dalam pada pria ini, dan juga tahu bahwa hanya dengan keluar hidup-hidup dari apartemen, mereka bisa meraih masa depan.
Itu adalah hari-hari penuh harapan di tengah kegelapan yang dialami Zhen selama tinggal di apartemen.
Tinggal tiga kali lagi. Begitu menyelesaikan instruksi tulisan darah, dia bisa mengungkapkan perasaan pada Li Yin dan mengejar kebahagiaannya.
Dalam benak Li Yin, gadis periang dan optimis itu sama sekali tak terbayangkan pernah menjadi penghuni apartemen. Bagaimanapun juga, mustahil ada kebahagiaan atau sukacita bagi penghuni apartemen. Senyuman adalah hal paling langka di antara mereka, apalagi Zhen yang selalu tersenyum cerah.
Tapi Zhen justru tersenyum menghadapi setiap misi darah.
Saat itu, bahkan Lian Tian sulit memahami optimisme kakaknya. Semua orang tahu betapa mengerikannya instruksi tulisan darah. Namun dia berkata pada Lian Tian: "Apapun yang terjadi, aku takkan kalah dari apartemen ini! Jika apartemen ini memang diciptakan untuk menebar teror, maka aku akan menghadapinya dengan senyuman! Sekalipun dikutuk, senyuman dan harapanku takkan direnggut oleh apartemen ini! Lian Tian, kita harus menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah, lalu... aku akan mengutarakan isi hatiku pada Senior Li Yin!"
Inilah harapan terbesar yang membuat Zhen bertahan hidup.
Akhirnya, hari yang dinantikannya tiba. Instruksi tulisan darah kesepuluh diumumkan!
“Instruksi tulisan darah kesepuluh, sejak awal sudah dijelaskan secara khusus: 'Misi darah ini adalah instruksi tulisan darah terakhir. Setelah menyelesaikan misi ini, penghuni bisa meninggalkan apartemen ini selamanya. Setelah misi darah ini selesai, begitu penghuni kembali ke apartemen dan keluar, mereka tidak akan pernah bisa masuk lagi.'”
Kemudian, munculah instruksi tulisan darah kesepuluh yang paling mengerikan.
Saat membahas ini, Shangguan Mian mengajukan pertanyaan paling krusial.
“Apa isi instruksi tulisan darah kesepuluh itu?”
Ini adalah pertanyaan yang sangat dipedulikan banyak penghuni. Seberapa mengerikankah instruksi tulisan darah kesepuluh yang misterius itu, yang berdiri di puncak semua misi darah, hanya kalah dari instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis?
“Lokasinya adalah situs kuno yang terletak di sebelah tenggara Kota K. Situs kuno itu terkubur di bawah tanah, baru ditemukan setelah petunjuk dari apartemen. Di sana terkubur banyak peralatan dan patung kuno. Misi darah kesepuluh hanya dikerjakan oleh saya dan Mian Tian berdua. Durasi misi darahnya sangat singkat, hanya lima jam. Di situlah saya menemukan buku harian ini.”
“Situs kuno?”
"Benar. Saat itu, benar-benar mengerikan. Ketika kami memasuki menara bawah tanah di reruntuhan kuno itu. Tapi tiba-tiba menara itu terkunci, lalu dari dasar menara mulai bermunculan hantu-hantu tak terhitung jumlahnya! Kerumunan hantu hitam itu terus merayap naik ke puncak menara! Tampaknya karena 'pembatasan' apartemen, mereka merayap sangat lambat. Tugas kami adalah mencari jalan keluar di momen kritis ini. Kemudian, Mi Tian menemukan alat yang ditinggalkan apartemen di puncak menara, lalu menggunakan alat itu untuk memperkuat pembatasan apartemen dengan berbagi kutukan bersama. Hasilnya, patung ini memperlambat kecepatan hantu mencapai puncak menara secara drastis. Tapi karena ini, kutukan kami berdua menjadi terhubung - jika satu orang terkena kutukan, yang lain juga akan terkena. Jika satu mati, yang lain juga mati."
"Begitu rupanya. Memperkuat kutukan untuk meningkatkan 'pembatasan' apartemen dan mengulur waktu?"
"Ya. Tapi kutukan juga menjadi dua kali lipat. Saat itu kami tidak punya pilihan lain. Karena itu aku mengerti tindakanmu membunuh banyak orang. Menjadi penghuni apartemen, sangat sedikit yang bisa mempertahankan sifat manusia murni."
"Tindakanku tak perlu penilaianmu." Suara Shangguan Mian tiba-tiba menjadi dingin: "Jika kau terus bicara berlebihan, aku akan membuatmu membayar harga!"
"Mizhen melanjutkan: 'Hasilnya, hantu itu berhasil memanjat ke puncak menara di detik terakhir. Saat itu, kami masih belum menemukan jalan keluar. Aku kembali ke apartemen, tapi Mitian tidak pulang. Tapi karena aku tidak mati, berarti Mitian masih hidup. Dia masih terjebak di reruntuhan bawah tanah itu. Kemudian aku kembali ke sana, tapi reruntuhan itu sudah menghilang. Di mana aku bisa menemukan Mitian? Aku pergi ke luar negeri sesuai petunjuk buku harian itu, mencoba mencari cara untuk memasuki kembali ruang itu.'"
"'Apa maksudmu dengan 'kutukan' baru yang kau sebutkan tadi?'"
"Mizhen menjawab: 'Secara harfiah. Semua kutukan yang menimpa Mitian sekarang akan menimpaku juga. Meski sudah meninggalkan apartemen, aku tidak bisa lepas dari semua ini. Aku sering diganggu makhluk-makhluk itu. Bisa bertahan hidup selama beberapa tahun ini sebenarnya adalah keajaiban. Mitian masih hidup di menara itu, menderita kutukan... Karena itu juga aku tidak pernah mengungkapkan perasaan pada senior. Sekarang... dia sudah memiliki orang yang dicintainya.'"
"Dari awal sampai akhir, dia selalu menyebut Li Yin sebagai 'senior' tanpa menyebut namanya."
"Mendengar ini, Shangguan Mian juga terdiam. Tiba-tiba dia menyimpan pistolnya dan berkata: 'Mengerti. Buku harian ini (), berikan padaku. Kau sudah hafal semua isinya kan?'"
"'Ini... tugas darah keberapa kalinya?' tiba-tiba Mizhen bertanya: 'Kurasa aku bisa membagikan pengalamanku!'"
“Misi darah kedua. Misi darah kali ini mengharuskan memegang lukisan tinta ini sampai besok siang, saat misi darah dinyatakan berakhir. Kamu benar-benar kasus khusus, sudah meninggalkan apartemen tapi masih menderita kutukan.”
Saat itu, Li Yin sedang bergegas menuju apartemen.
“Lukisan tinta yang terus berubah... Sebenarnya, apa yang akan terjadi selanjutnya?”
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 8 Dikepung Musuh dari Segala Penjuru
Pintu apartemen.
Saat ini, An Xueli dan keempat orang itu memegang lukisan tinta dengan ekspresi wajah yang semakin putus asa.
Ziye, Yin Ye, dan Yinyu juga telah muncul di pintu apartemen. Ziye sedang berbicara dengan Li Yin melalui telepon. Pertama-tama dia segera meminta Li Yin untuk tidak kembali ke apartemen.
“Saat ini kita masih belum tahu rahasia lukisan tinta ini. Kamu tidak berada di dalam apartemen, jika datang ke sini akan sangat berbahaya, lebih baik tetap di luar dulu.”
“Hmm, kamu benar juga, Ziye. IQ-mu sepertinya sudah pulih hampir sepenuhnya?”
“Masih jauh.” Ziye melanjutkan: “Selain itu, latar belakang Shangguan Mian ternyata jauh melampaui dugaan kita. Sepertinya sejak menyelesaikan misi darah pengiriman surat itu, kita seharusnya lebih memperhatikannya.”
“Aku juga setuju dengan pendapatmu.”
Saat ini Li Yin berada di lokasi kecelakaan yang dilalap api, puluhan mobil polisi ditelan lautan api dengan korban jiwa tak terhitung. Li Yin mengepal erat kedua tinjunya: “Wanita itu lebih kejam dan mengerikan dari yang kubayangkan.”
“Ya, kita memang perlu lebih waspada terhadapnya.”
"Setelah menutup telepon, tubuh Li Yin bersandar di dinding sambil menghela napas panjang. Pemandangan mengerikan seperti ini benar-benar sulit dibayangkan."
"Shangguan Mian... sebenarnya siapa orang ini?"
"Di depan pintu apartemen, terpisah oleh pintu putar, Yin Ye dan Yinyu mengamati dengan cermat lukisan-lukisan tinta satu per satu. Yin Ye bahkan menggunakan kaca pembesar untuk mengamati lama-lama, berkata: 'Meskipun saya cukup mempelajari lukisan tradisional Tiongkok, ini jelas bukan karya asli master kuno manapun, dan bangunan-bangunan kuno ini juga tidak bisa dikenali lokasinya.'"
An Xueli berkata dengan panik: "Hanya ini saja yang bisa kamu katakan setelah bicara lama? Tn. Ke, setidaknya berikan analisis tentang jalan keluar!"
"Saat ini ada dua kemungkinan," Yinyu menyela, "Pertama, wanita dalam lukisan itu sendiri adalah hantu, dan seiring perubahan aneh lukisan ini, akhirnya akan berubah menjadi hantu sejati. Kedua, lukisan ini sendiri akan menarik kedatangan hantu, jadi kalian tidak boleh membuangnya. Misi darah menyebutkan kalian tidak boleh merusaknya dengan cara apapun. Kalimat ini sangat kuat karena kata 'cara apapun' menutup semua celah. 'Cara apapun' ini termasuk meminta orang lain merusakkannya, atau membuatnya hancur secara otomatis. Artinya, apartemen pasti tidak akan membiarkan kalian menghancurkannya."
"Saya sudah tahu itu! Yang ingin saya ketahui adalah 'jalan keluar'-nya!"
"Dengarkan aku, poin pentingnya berikutnya begini." Yinyu melanjutkan: "Perhatikan baik-baik, kuncinya adalah jalan keluar. Jika kita tidak bisa merusak lukisan tinta dengan cara apapun, itu berarti jalan keluar pasti bukan dengan menghancurkan lukisan ini. Dengan kata lain... lukisan tinta ini bahkan tidak boleh dirusak meski jalan keluar sudah ditemukan. Kamu mengerti maksudku? Tadi aku bilang ada dua kemungkinan: pertama, orang dalam lukisan itu sendiri adalah hantu; kedua, lukisan ini akan menarik hantu. Apapun itu, dalam kondisi tidak boleh membuang atau merusak lukisan, kedua kemungkinan ini akan berujung pada kalian dibunuh hantu."
Empat orang termasuk An Xueli tertegun, masih belum memahami maksud Yinyu.
"Maksudnya," Yin Ye menambahkan: "'Jalan keluar' berada di luar lukisan tinta. Di luar lukisan tinta, mungkin ada metode untuk menghentikan perubahan aneh lukisan ini. Begitu penjelasannya, sekarang kalian paham?"
"Tapi..." An Xueli memandangi lukisan tinta itu, bertanya lagi: "Penjelasannya terlalu umum. Apa maksudnya 'di luar lukisan tinta'? Tempat seperti apa itu?"
Yin Ye menggeleng kepala: "Untuk sementara kita belum bisa menemukan jawabannya. Tapi kalian terus berkumpul di pintu apartemen juga tidak menyelesaikan masalah. Karena kalian tidak bisa masuk, berarti tidak ada keamanan di sini."
Seperti yang dikatakan Yin Ye, tanpa keamanan, tidak ada cara lain.
Tapi situasi saat ini terlalu pasif. Hanya bisa melihat lukisan terus berubah tanpa bisa berbuat apa-apa? Setidaknya harus ada petunjuk? Kalau bicara petunjuk jalan keluar, di mana petunjuknya?
“Yin Ye dan Yinyu, dua orang jenius ini, sudah tidak punya cara lagi. Ziye yang IQ-nya turun mungkin juga tidak bisa membantu, apalagi Li Yin...”
Mampukah dia merenungkan jalan keluar?
“Turun dari mobil.”
Lubang hitam laras pistol mengarah ke pria paruh baya di mobil BMW itu. Dengan panik ia memandangi wanita di hadapannya, hatinya bertanya-tanya: Apa ini benar terjadi? Tadi berangkat sudah sembahyang ke Guan Gong, kok masih ketemu masalah begini...
Sebelum sempat menjawab, tangan wanita itu menjulur seperti catut besi, menariknya keluar dari BMW. Kaki wanita itu kemudian menendang dadanya, membuat pria itu langsung pingsan.
Dari gang samping, Mi Zhen muncul sambil melihat pria pingsan itu, bertanya: “Tidak apa-apa kan?”
“Tidak akan mati.” Shangguan Mian masuk ke dalam mobil, berkata: “Cepat masuk.”
“Baik...”
Setelah duduk, Shangguan Mian pertama-tama menutup pintu mobil, lalu bertanya: “Kamu bisa menyetir?”
“Ya, bisa.”
“Kamu yang nyetir. Dan dengarkan, aku tahu banyak cara membuat orang hidup tak tenang mati tak bisa, terutama untuk perempuan. Hal seperti itu sendiri sudah mimpi buruk. Jadi, lebih baik jangan coba menipuku...”
“Ta... tahu...” Mi Zhen tiba-tiba menambahkan: “Tunggu, kamu tidak memberitahu penghuni lain? Mereka...”
“Sudah kubilang, aku tidak suka omongan sia-sia.”
Meski memakai topeng wajah manusia, kilau niat membunuh di mata Shangguan Mian terlihat jelas.
Kemudian, Mi Zhen mulai menghidupkan mesin mobil.
Mi Zhen pun tidak melanjutkan pembicaraan. Dia juga bukan orang suci, mengingat Shangguan Mian sudah bersikap seperti itu, dia tidak akan nekad mencoba membujuknya lagi. Meskipun Shangguan Mian sangat menakutkan, tapi bahkan instruksi tulisan darah kesepuluh pun sudah berhasil dijalaninya, secara alami dia tidak takut pada Shangguan Mian.
Mobil terus melaju sementara Mi Zhen tetap waspada mengamati sekeliling. Setelah melewati tahun-tahun mengerikan di apartemen, kewaspadaan tinggi selalu melekat padanya hingga saat ini. Bahkan sekarang, dia masih terikat oleh kutukan mengerikan. Jika tidak bisa menyelamatkan Mi Tian, dia sangat sadar bahwa hidupnya tidak akan bertahan lama.
Tiba-tiba hatinya diselimuti dingin. Memang pilihan senior itu benar, bagaimanapun juga dia tidak bisa membawa kebahagiaan untuk senior. Dan senior... sudah memiliki orang yang benar-benar dicintainya.
Saat menutup mata, bayangan Li Yin tetap muncul. Pria yang begitu dia cintai itu sekarang sedang memeluk wanita lain, dan kelak akan membangun keluarga. Pada akhirnya, dirinya hanyalah orang yang lewat dalam kehidupan sang senior.
Selama bertahun-tahun di apartemen, dia jarang menangis. Tapi saat senior mengaku telah memiliki kekasih, akhirnya meneteskan air mata. Setelah itu, dia pulang ke rumah dan menangis tersedu-sedu.
Saat ini, pilar terbesar kehidupannya adalah menyelamatkan Mi Tian yang masih terperangkap dalam dimensi terkutuk itu.
Saat itu, mobil sudah memasuki jalan tol. Shangguan Mian akhirnya berbicara lagi: "Kamu yakin ini jalan terdekat? Tidak mungkin salah?"
"Ya, tidak mungkin salah." Mi Zhen mengangguk dan berkata: "Setelah sampai di tempat itu, seharusnya kita bisa..."
"Chu Mizhen."
"Hmm?"
"Segera tundukkan kepala, sekarang!"
Mi Zhen langsung memahami maksudnya, segera menunduk. Kemudian, Shangguan Mian langsung mengarahkan pistol ke mobil hitam di sampingnya dan menarik pelatuk. Kepala pengemudi di dalam mobil langsung tertembus!
"Kita dikepung..."
Ratusan mobil di sekelilingnya mengepung BMW ini, sementara Ming Wang duduk di mobil belakang!
"Tuan Ming Wang, lukamu tidak apa-apa?" Di kursi belakang mobil itu, seorang wanita berambut pirang yang duduk di pangkuan Ming Wang bertanya khawatir: "Luka yang diberikan Sleeping Beauty..."
"Luka kecil ini tidak ada artinya dibanding rasa malu yang dia timpakan padaku!"
Ming Wang memandang mobil di depannya dengan mata berapi-api dan mengaum: "Dengarkan baik-baik! Tugas membunuhnya harus diserahkan padaku! Aku akan menyiksanya perlahan sampai dia mengerti teror Ming Wang!"
"Kamu fokus menyetir." Shangguan Mian sudah mulai menyiapkan senjatanya sambil bersuara dingin: "Apapun yang terjadi, jangan berhenti. Jika tidak, aku akan langsung membunuhmu!"
Mi Zhen segera mengangguk gugup: "Aku mengerti, aku pasti tidak akan menghentikan mobil..."
Shangguan Mian memeriksa peluru di dalam pistolnya, lalu mengecek kembali jumlah senjata yang tersedia. Tiba-tiba, jendela semua mobil yang mengepung mereka terbuka, teriakan membahana: "Mulai serang! Tangkap Putri Tidur! Jika berhasil, Raja Kematian akan berhutang budi, kita juga bisa mendapat bagi hasil tambang rahasia Keluarga Erikson! Ayo serang!"
Kedua syarat besar ini cukup untuk membuat orang mengabaikan kengerian Shangguan Mian. Bagaimanapun, di dunia ini masih banyak orang yang berani "mencari kekayaan dalam bahaya". Sebuah balas budi dari Raja Kematian sudah cukup membuatmu berjalan mengangkang di dunia bawah tanah Eropa; sedangkan pembagian profit tambang emas rahasia Keluarga Erikson jelas lebih menggila - bahkan jika hanya mendapat 10% saja, itu sudah cukup untuk membangun kekayaan sebuah keluarga besar! Semua tahu seberapa besar kekayaan Keluarga Erikson - perkiraan konservatif menyatakan setara dengan sekitar setengah total kas negara! Itu baru perhitungan minimal! Banyak yang tahu tambang rahasia adalah salah satu sumber penghasilan utama mereka! Jika bisa mendapat bagi hasil sekitar 30-40%, bisa dibilang kamu bisa langsung membangun kekaisaran keuangan!
Meski semua orang tahu betapa menakutkan Sleeping Beauty, tapi pada dasarnya ini hanya tentang menangkapnya. Saat ini, semua orang di mobil-mobil ini adalah tokoh terkenal di dunia pembunuh bayaran Eropa, tak ada satu pun yang biasa. Tentu, Hades tetap yang terkuat. Keluarga Erikson sudah rela membayar harga mahal demi menangkap Shangguan Mian. Semua ini karena kepala keluarga itu tangannya dipotong Shangguan Mian, membuatnya membenci sampai ke tulang sumsum!
"'Dewa Maut' Farsnok, 'Mata Iblis Sensray', dan..." Tiba-tiba mata Shangguan Mian mengunci sopir di mobil belakang, teriaknya menggema: "'Penyihir Khayalan' Lynslo!"
Orang ini bisa menjadi ancaman terbesar bagi Shangguan Mian! Dia pembunuh bayaran peringkat dua di bawah dunia Eropa. Pembunuh wanita dengan hipnosis yang bisa membuat korban halusinasi seketika! Posisi keduanya hanya karena Hades satu-satunya yang kebal terhadap hipnosisnya. Jika tidak, Lynslo pasti yang nomor satu!
## Jilid Ketujuhbelas Lukisan Tinta Bab Kesembilan Jalan Buntu
Pada detik ini, di jalan tol, pasukan pembunuh bayaran yang dikirim Keluarga Erikson mulai mengepung Shangguan Mian!
Terakhir kali, hanya dengan mengirimkan Golden Eye Demon dari "Fallen Angel" dan Kalajengking Setan dari "Evil God", Keluarga Erikson sudah harus membayar harga yang sangat besar. Namun, bukannya berhasil membunuh Sleeping Beauty, malah kedua pembunuh bayaran tersebut tewas. Tidak hanya membuat Keluarga Erikson kehilangan muka, dua organisasi pembunuh bayaran top yaitu Fallen Angel dan Evil God pun menjadi bahan tertawaan di dunia bawah tanah Eropa! Aib sebesar ini pasti harus dibalas!
Keluarga Erikson dan dua organisasi pembunuh bayaran besar bersumpah akan mengambil kepala Sleeping Beauty untuk membersihkan aib ini! Oleh karena itu, semua pembunuh elit dikerahkan. Untuk memastikan kesuksesan, Keluarga Erikson bahkan tidak segan mengundang sosok penting seperti "King of Underworld" Rufus, yang dianggap sebagai raksasa di dunia pembunuh bayaran! Sementara organisasi "Evil God" mengirimkan pembunuh nomor satu mereka, "Phantom Witch" Lynslo ke Tiongkok sebagai cadangan. Jika Rufus gagal, dialah yang akan membantu. Andai saja Rufus tidak terlalu yakin pada kemampuannya dan tidak ingin bagi hasil, Lynslo sudah muncul sejak penjambretan bus.
Setiap pembunuh dijanjikan hadiah uang besar dan reputasi yang membuat mereka rela mati. Formasi seperti ini bahkan bisa membuat King of Underworld sendiri merasa waspada, apalagi Shangguan Mian?
Keluarga Erikson dan dua organisasi pembunuh bayaran top yakin, jika formasi seperti ini masih bisa membiarkan Sleeping Beauty melarikan diri, lebih baik mereka semua bunuh diri saja.
“Apa, apa yang terjadi?” Chu Mizhen yang sedang menyetir juga merasakan niat membunuh mengerikan di sekitar, buru-buru berkata: “Sekarang, harus bagaimana?”
“Fokus saja menyetir.” Shangguan Mian saat ini menyimpan lukisan tinta dengan aman di tubuhnya, melihat senjata yang tersisa di tubuhnya, tetap menggunakan nada dingin berkata: “Tingkatkan kecepatan ke maksimum, sama sekali tidak boleh berhenti!”
Saat itu, "Penyihir Illusi" Linsluo yang berambut pirang panjang dengan wajah sangat mempesona, melalui interkom berbicara ke pembunuh bayaran elit dari dua organisasi pembunuh di mobil sekitar: “Kenapa belum bertindak? Sudah mengepungnya, cukup ledakkan ban mobilnya, bukan?”
“Area ini masih termasuk wilayah Kota K,” di mobil lain, Fasinuoke yang dijuluki “Dewa Kebengisan” menjawab: “Ledakan tadi sudah membuat banyak polisi bergerak, lagipula tujuan utama kita sekarang adalah menangkap 'Sleeping Beauty' hidup-hidup kan?”
“Tidak.” Linsluo menggelengkan kepala, berkata: “Baru saja, saya sudah menerima keputusan tertinggi dari puncak organisasi. Keluarga Erikson dan pimpinan dua organisasi pembunuh telah memutuskan untuk mengambil nyawa Sleeping Beauty tanpa mempedulikan segala biaya!”
“Apa katamu?”
Raja Neraka di mobil lain marah besar: “Saya sudah mengeluarkan 'Surat Pemberitahuan Kematian', lagipula, saya harus membunuh 'Sleeping Beauty' dengan tangan sendiri!”
"Diam, Pluto." Linslor berbicara tanpa memberi muka sedikit pun: "Jangan kira kami takut hanya karena kau menyandang gelar pembunuh bayaran nomor satu Eropa. Dalam pertarungan satu lawan satu, mungkin tak ada yang bisa mengalahkanmu. Tapi ingat, kami mewakili dua organisasi pembunuh bayaran! Apalagi jika Keluarga Erikson murka, bahkan kau pun akan kewalahan bukan? Lagipula, kau sendiri yang turun tangan tapi tetap membiarkan Sleeping Beauty lolos. Masih pantaskah kau mengatur kami?"
"Penyihir Illusion! Jangan kira dengan dukungan organisasi 'Evil God' aku jadi takut! Kapan pun aku mau, nyawamu bisa kuambil!"
"Silakan datang."
Setelah itu, Penyihir Illusion Linslor mematikan walkie-talki dan memberi perintah: "Eksekusi. Hilangkan Sleeping Beauty dengan segala cara. Soal polisi Tiongkok, jangan khawatir. Pihak atas organisasi kami akan mengalihkan perhatian mereka. Kali ini kerja sama pertama dua organisasi pembunuh bayaran. Seluruh dunia bawah tanah Eropa sedang mengawasi. Kalian tahu risikonya jika gagal."
Di titik ini, tak ada yang berani membantah. Di sini, selain Pluto, Linslor-lah yang terkuat. Tapi Pluto hanya lone wolf, sedangkan Linslor mewakili organisasi pembunuh bayaran top Eropa "Evil God"!
"Eksekusi!"
Seketika, sebuah tangan muncul dari mobil sambil memegang shotgun. Peluru langsung ditembakkan untuk meledakkan ban mobil BMW di depan!
Ban yang meledak memaksa mobil berhenti.
"Sudah sampai di tahap ini ya?"
Seorang pria paruh baya berambut pirang dengan janggut lebat turun dari mobil, menggendong senapan laras panjang, lalu menembakkan tiga kali berturut-turut ke langit! Kemudian berteriak dalam Bahasa Mandarin ke mobil yang mendekat: "Mulai saat ini, siapa pun yang mendekati area ini akan 'membunuh' tanpa ampun! Semua mundur!"
Saat ini, dua organisasi pembunuh bayaran besar sengaja membuat banyak kasus ledakan di pusat kota K untuk mengalihkan banyak pasukan polisi, sehingga tidak bisa tiba di sini. Jika hanya sedikit polisi yang datang, mudah bagi para pembunuh ini untuk menyingkirkan mereka.
Para pembunuh bayaran turun dari mobil satu per satu. Di lokasi ini tidak ada satupun yang biasa - total dua belas pembunuh bayaran elit! Sebagian besar adalah personel pilihan dari dua organisasi pembunuh yang telah dipilih dengan cermat.
"Sleeping Beauty, nasibmu sudah berakhir." Pria paruh baya berambut pirang itu menyeringai dan berkata dalam bahasa Inggris: "Hari ini tidak ada yang bisa menyelamatkanmu!"
Seketika, puluhan laras pistol diarahkan ke mobil BMW, namun tidak ada yang menembak. Semua tahu Sleeping Beauty membawa bom berdaya ledak besar. Mendekatinya saat ini sangat berbahaya. Karena itu para pembunuh menjaga jarak yang telah dihitung dari mobil.
Shangguan Mian memandang para pembunuh yang mengepungnya. Sebenarnya dia sudah kehabisan bom. Jika para pembunuh tahu ini, pasti akan langsung menembaknya menjadi sarang tawon. Bagaimanapun, Tiongkok adalah negara dengan kontrol senjata yang ketat - membuat sejumlah besar bom sangat sulit.
“‘Sleeping Beauty’！” Linslow berteriak: “Aku pikir, kamu sudah tidak punya bom lagi kan? Kalau tidak, saat kamu bertarung dengan Hades di bus, pasti sudah menggunakan bom untuk membunuhnya, tapi kamu tidak melakukannya! Sekarang, kamu bertahan mati-matian sudah tidak ada artinya lagi. Bukankah lebih baik bunuh diri saja, agar lebih ringan dan tenang?”
Mobil BMW itu tetap tidak mengeluarkan suara apapun.
“Jangan beri dia waktu!” Pria paruh baya berambut pirang itu, yaitu "Mata Iblis" Sensray dari organisasi "Fallen Angel" berkata: “Jika kita memberinya waktu sekarang, kita akan terjebak dalam posisi pasif total! Saat itu tiba...”
“Aku tahu.” Linslow baru saja membuka mulut, tiba-tiba Hades melangkah maju.
“Kalian semua menganggapku angin lalu? Aku pernah membunuh, aku ingin membunuh 'Sleeping Beauty' dengan tanganku sendiri! Akan kukuliti tubuhnya, kulepaskan pakaiannya untuk disiksa, kubiarkan dia merasakan siksaan dan penderitaan seperti neraka sebelum akhirnya kubunuh! Aku...”
Sensray segera mengangkat pistolnya ke arah Hades, berkata: “Apakah kamu berani menentang keputusan bersama Keluarga Erikson dan dua organisasi pembunuh bayaran? Hades, jangan kamu...”
Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Hades merendahkan tubuhnya sedikit, dua pisau panjang melesat. Sensray yang belum sempat bereaksi langsung menyemburkan percikan darah dari tenggorokannya. Sebelum sempat menembak, kepalanya sudah melayang ke udara, darah menyembur seperti air mancur dari leher yang terputus!
“Kau!” Seorang pembunuh bayaran di samping berteriak marah: "Hades, kau gila? Berani-beraninya kau membunuh anggota 'Fallen Angel' kami?"
“Konyol.” Hades menjilat darah di pisau panjangnya sambil terkekar: "Jika aku takut pada 'Fallen Angel' dan 'Evil God', sudah lama aku bergabung dengan kedua organisasi ini. Untuk apa aku tetap menyendiri? Berani mengancamku, kau pikir gelar 'Hades'-ku hanyalah nama kosong?"
Saat ini, meski semua marah, adegan Hades membunuh Sinsray dalam sekejap membuat para pembunuh bayaran gemetar ketakutan. Untuk sementara, tak ada yang berani maju.
“Aku ulangi.” Hades mengulangi kata-katanya dengan dingin: "Aku ingin membunuh Sleeping Beauty dengan tanganku sendiri. Jangan ada yang merebut mangsaku. Atau, dia akan menjadi contoh!"
Sinsray "Mata Iblis" yang terkenal kejam dari organisasi Fallen Angel, ternyata dibunuh Hades dengan mudah. Ini menyadarkan beberapa orang. Bagaimanapun, pria ini adalah nomor satu di dunia pembunuh bayaran bawah tanah Eropa selama bertahun-tahun! Banyak yang mencoba menantang posisi ini, namun sebagian besar berakhir menjadi arwah di bawah pisau kembarnya!
“‘Hades’,” Lynslowe mengerutkan kening: "Sekarang bukan waktunya untuk perselisihan internal, bukan? Saat ini, membunuh 'Sleeping Beauty' adalah prioritas utama. Yang lain bisa diurus belakangan."
“Kalian hanya perlu tidak membunuh Sleeping Beauty, akulah yang akan membunuhnya dengan tangan sendiri. Atau mungkin, kau pikir dengan mengumpulkan banyak orang seperti ini bisa membunuhku? Di dunia bawah Eropa, tak terhitung banyaknya orang yang ingin membunuhku. Bertarung melawan banyak orang pun bukan pengalaman pertama bagiku. Aku akui jika semua kalian menyerang bersama, mungkin aku akan terluka, tapi aku yakin bisa mengirim lebih dari separuh dari kalian ke neraka! Bagaimana? Pertimbangkan baik-baik pilihanmu!”
Lin Siluo terdiam. Organisasi telah memberinya perintah mutlak: ia harus membunuh Sleeping Beauty dengan tangannya sendiri dan mengambil kepala manusia itu, untuk membersihkan aib akibat kematian anggota Kalajengking Setan Shangguan Mian yang menyebabkan turunnya pamor organisasi.
Tapi apakah harus memberikan kesempatan ini kepada Raja Dunia Bawah? Jika gagal menyelesaikan misi, pasti anggota organisasi akan menyalahkannya. Ini sama sekali bukan hal yang diharapkan Lin Siluo. Namun ia juga menyadari, jika nekat bertarung melawan Raja Dunia Bawah, kemungkinan dirinya tewas akan lebih besar. Raja Dunia Bawah jelas bukan tipe yang mengasihani wanita.
"Aku mengerti." Lin Siluo mengalah: "Tapi setelah kau membunuh 'Sleeping Beauty', kau harus menyerahkan kepalanya kepada dua organisasi pembunuh bayaran kami. Kau tahu sendiri, sejak kematian 'Kalajengking Setan' Desby, pamor organisasi kami turun drastis sehingga jumlah pesanan menurun. Hanya dengan membunuh 'Sleeping Beauty' sendiri, kredibilitas kami di dunia pembunuh bayaran bisa dipulihkan!"
"Baik. Mengingat permintaanmu, saat menguliti nanti akan kubiarkan kulit bagian kepala tetap utuh."
Kemudian, Ming Wang mengangkat dua pisau panjangnya dan melangkah perlahan menuju BMW itu. Dia, seperti Lancelot, juga meyakini bahwa Shangguan Mian kemungkinan besar sudah kehabisan bom.
"'Sleeping Beauty' Shangguan Mian." Ming Wang kali ini menggunakan Bahasa Mandarin: "Kau harus tahu, sejak kau menjadi targetku, kematianmu telah menjadi keniscayaan yang tak terelakkan! Sekarang, aku akan membuatmu menyesali perlawananmu padaku!"
Saat ini, orang-orang di belakang jalan tol dikepung oleh para pembunuh bayaran sehingga ketakutan dan melarikan diri. Mizen dan Shangguan Mian tetap duduk di BMW, menunggu Ming Wang yang terus mendekat. Para pembunuh bayaran itu juga mengikuti dari belakang, berjanji hanya akan menangkap hidup-hidup tanpa melukai nyawa Shangguan Mian.
Pada titik ini, situasi tampak seperti situasi pasti mati. Tangan kanan Shangguan Mian sudah tidak berfungsi, dan senjatanya hampir habis terpakai. Para pembunuh bayaran itu semuanya memahami metode serangannya dan masing-masing memiliki kemampuan supernatural, sambil menutup semua celah pelariannya.
Dari sudut pandang manapun, dia benar-benar tidak memiliki harapan lagi.
Namun tiba-tiba, mata Mizen tertutup sepenuhnya oleh kegelapan. Tubuhnya kaku seperti patung, sementara di depan mereka sekitar puluhan meter, di ujung jalan tol, kabut hitam pekat membubung tinggi dan berubah menjadi raksasa bersayap hitam. Dengan lolongan kesakitan raksasa itu, kegelapan mulai menyebar ke segala penjuru!
Shangguan Mian melihat ke arah kegelapan yang bergulung-gulung di depan, tak bisa menahan diri berseru: "Inikah... kutukan dari misi darah kesepuluh?"
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 10 Kutukan Misi Darah Kesepuluh
Di depan jalan layang, kegelapan menyapu seperti air pasang. Dalam sekejap, kegelapan itu sudah mendekati Ming Wang dan yang lain. Hampir tak ada satu pun dari mereka yang sempat bereaksi sebelum tubuh mereka sepenuhnya terbungkus kegelapan!
Apa itu?
Setelah diamati lebih seksama, raksasa kegelapan itu sudah lenyap. Kegelapan di depan mata kini tak lagi berbentuk, hanya mengalir murni ke arah mobil sambil menyebarkan keputusasaan dan teror!
Ketika jaraknya dengan mobil BMW hanya tersisa lima meter, kegelapan itu akhirnya berhenti. Shangguan Mian kemudian melihat sosok mulai muncul dari kedalaman kegelapan.
Wajahnya pucat seperti mayat, dingin dan mengerikan. Kegelapan membungkus seluruh tubuhnya. Perlahan dia mengulurkan tangan ke arah mobil BMW, tapi jarak lima meter jelas tak terjangkau.
Kemudian seluruh kegelapan itu mulai surut, akhirnya menghilang tanpa bekas di garis batas kegelapan.
Saat itu, warna hitam di mata Mi Zhen baru benar-benar menghilang. Matanya kembali jernih. Sambil memegang dahinya, dia melihat ke depan - semua pembunuh bayaran itu telah lenyap.
"Begitu rupanya," dia menatap Shangguan Mian, bertanya: "Kau lihat? Jaraknya... berapa meter lagi dari sini?"
“Perkiraan tidak lebih dari 6 meter.” Shangguan Mian menjawab: “Kamu tahu semuanya?”
“Ya.” Perempuan itu menjawab: “Setiap kali aku kehilangan kesadaran, lalu akan merasakan sesuatu yang sangat jahat terus mendekatiku. Sekitar 6 meter? Jadi begitu, sebelumnya jaraknya masih 8 meter...”
Para pembunuh bayaran itu telah ditelan bersih oleh kegelapan yang menyapu ini, bahkan sedikit abu atau debu pun tidak tersisa!
Jembatan layang di depan juga terputus tepat di tengah, menghilang dengan rapi. Sama sekali tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
“Ayo pergi.” Shangguan Mian turun dari mobil, sementara Mizhen yang ekspresinya tidak banyak berubah berkata: “Kita naik Porsche itu saja.”
Shangguan Mian dan Mizhen tiba di sana. Setelah keduanya masuk, Shangguan Mian menarik gaun panjang di kakinya, memasukkan lukisan tinta ke dalam kotak besi dan mengikatnya di kaki kirinya. Karena kaki kanan digunakan untuk bertarung, lebih tepat mengikatnya di kaki kiri.
Dia melepas kotak besi itu, membukanya di depan mata, lalu mengeluarkan gulungan lukisan dan membukanya perlahan. Tiba-tiba sebuah wajah berlumuran darah yang memenuhi seluruh kanvas menatapnya dengan tajam!
Shangguan Mian segera menggulung kembali lukisan itu.
“Ada apa?” Mizhen yang sedang menghidupkan Porsche milik pembunuh bayaran itu bertanya: “Kenapa lukisannya digulung lagi?”
“Tidak ada. Tapi kamu tidak takut? Kutukan ini membuat kegelapan terus mendekatimu, cepat atau lambat akan menelanmu sepenuhnya dalam kegelapan.”
“Aku tahu.” Tangan Mizhen menggenggam kemudi dengan erat, sambil menyapu pecahan kaca jendela bus yang berserakan di kursi. Suaranya terdengar panjang: "Tapi saat itu aku sudah bersumpah, aku akan terus tersenyum sampai detik kematianku. Sekalipun mati, aku takkan membiarkan apartemen itu merenggut senyumanku, juga... cinta pada senior. Ini adalah kehendak terkuat yang membuatku bertahan hidup."
"Begitu?" Shangguan Mian mengembalikan lukisan tinta ke dalam kotak kayu, melanjutkan: "Lupakan, lagipula aku tak mengerti. Tapi, menurutku tinggal di apartemen itu jauh lebih baik daripada hidup di masyarakat normal. Setidaknya mati di sana lebih baik daripada mati di dunia luar. Aku, cepat atau lambat akan mati dalam pembunuhan, jadi yang kupikirkan, jika memang harus mati, kuharap yang membunuhku bukan mereka yang ingin mengendalikanku, menjadikanku mesin pencetak uang, atau orang-orang yang ingin merebut nyawaku demi kepentingan serupa. Mati di tangan hantu dan kutukan, kurasa ini cara mati yang paling bisa kuterima. Tentu saja, ini bukan berarti aku akan pasrah menunggu kematian, aku akan mencoba sampai misi darah keberapa aku bisa bertahan, di misi darah keberapa aku akan mati."
Mizhen tersenyum pahit: "Pemikiran kita sepertinya sangat berbeda. Aku sangat ingin bertahan hidup, tapi kamu justru menginginkan kematian."
"Karena dunia tempatku hidup berbeda dengan kalian." Shangguan Mian mengikat kembali kotak lukisan tinta di kakinya, berkata: "Duniaku selalu disertai kematian, jadi sama sekali tak ada alasan bagiku untuk memaksakan diri bertahan hidup. Hanya saja, aku ingin memilih cara matiku sendiri."
Saat itu, tiba-tiba ia melemparkan ponselnya sambil berkata: "Teleponlah, sebelum aku berubah pikiran. Di ponsel ini tersimpan nomor beberapa orang yang sama-sama menjalankan instruksi tulisan darah bersamaku, yaitu An Xueli, Qiu Xifan, Li Jianfei, dan Zhong Keyan. Kirim SMS ke mereka lalu matikan ponselnya. Jangan berani menelepon, atau langsung kuborong tengkorakmu. Mengerti?"
"Kamu..." Mi Zhen mengambil ponsel itu, bingung mengapa Shangguan Mian tiba-tiba berubah pikiran.
"Oh ya, ponsel mereka semua sudah disita anak buah Raja Underworld." Shangguan Mian mengambil kembali ponsel itu. "Lagipula kamu sedang menyetir. Sudah, aku yang kirim saja."
Ia membuka daftar kontak dan mengirim SMS ke Li Yin. Mi Zhen yang fokus menyetir tidak melihat nama tersebut. Setelah mengirim, Shangguan Mian langsung mematikan ponsel.
"Ke siapa kamu kirim?" tanya Mi Zhen penasaran.
"Loushang yang sekarang."
"Loushang..." Mi Zhen teringat masa lalu di apartemen. "Dulu Loushang kami bernama Xia Yuan. Saat berhasil melewati instruksi tulisan darah kesepuluh, kusarankan agar keberadaanku jangan diberitahu penghuni baru, karena kutukanku belum hilang. Aku takut mereka akan putus asa mengetahui bahkan setelah 10 misi darah pun masih mungkin gagal lepas dari kutukan. Dia berjanji akan merahasiakan keberadaanku. Ngomong-ngomong, apa dia masih hidup?"
"Tahun lalu tewas saat menjalankan instruksi tulisan darah keenam."
"Begitu... Sungguh disayangkan."
“Selain itu,” dia melanjutkan: “Mengenai Pu Miling, aku bisa memperkenalkanmu dengan seseorang, putri Pu Miling. Dengan bertemu orang itu, kamu pasti akan banyak tahu tentangnya. Saat ini, dia juga termasuk penghuni apartemen.”
“Benarkah?”
“Dan kurasa... mengingat kamu dan Xia Yuan berasal dari era yang sama sebagai penghuni, dia pasti tahu tentang eksistensimu. Mungkin dia juga punya sedikit informasi tentang situasi yang kamu hadapi sekarang.”
“Sungguh?” Mi Zhen berseru gembira: “Bagus sekali! Siapa namanya?”
“Setelah semuanya selesai, aku akan atur pertemuan kalian. Tapi, kalau berani kontak diam-diam dengan penghuni apartemen dan ketahuan olehku, aku akan membunuhmu bersama penghuni itu. Ini bukan ancaman, tapi peringatan!”
Porsche perlahan mulai memilih jalan-jalan sepi. Karena terus waspada dan sering berhenti, butuh tiga jam lebih baru keluar dari pusat Kota K. Saat itu, langit akhirnya gelap total.
Setelah melewati gerbang tol, mobil melanjutkan perjalanan sampai tiba di jalan pedesaan sepi. Tempat ini bisa dibilang lokasi dengan atmosfer paling horor.
Meski kecepatan mobil sudah dimaksimalkan, kondisi lukisan di tangan Shangguan Mian semakin memburuk.
Dalam lukisan itu, darah segar mengalir dari setiap bagian tubuh wanita itu—dari kelopak mata, hidung, telinga, mulut. Rahangnya hampir sepenuhnya terputus, setiap bagian wajahnya seperti biskuit remuk. Saat genangan darah mengalir turun, sebuah tangan yang terus meneteskan darah meraih ke pusat kanvas.
"Sebentar lagi..." Mi Zhen buru-buru berkata: "Sebentar lagi, kita hampir sampai di tempat itu!"
"Aku tahu." Shangguan Mian menggulung lukisan itu kembali sambil berkata: "Tapi kurasa aku tidak punya banyak waktu. Jika aku mati, segera tinggalkan mobil ini dan larilah. Putri Pu Miling bernama Pu Shenyu, nomor teleponnya adalah 147236598."
"Terima kasih telah memberitahuku, Nona Sleeping Beauty. Tapi tenang saja, Nona Sleeping Beauty, kamu pasti akan baik-baik saja..."
"Jangan panggil aku dengan gelar itu." Shangguan Mian berkata dingin: "Aku punya nama. Namaku Shangguan Mian. Meskipun kau tahu nama ini, tetap tidak bisa melacak identitasku."
Shangguan Mian adalah sosok yang tidak eksis—tanpa kewarganegaraan, tanpa catatan arsip apapun tentangnya, benar-benar figur yang muncul dari ketiadaan. Pada dasarnya, nama ini hanyalah nama Mandarin yang diberikan instruktur pelatihan dulu, tidak memiliki makna apapun.
"Shangguan Mian? Nama yang indah. Karakter 'Mian' yang berarti tidur, ya? Karena sepertinya cocok dengan julukan Sleeping Beauty."
"Benar."
"Hmm, nama itu memang bagus."
Saat itu, Mi Zhen kembali menginjak gas keras-keras dan berkata: "Nona Shangguan, aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku pasti, pasti akan menyelamatkanmu! Dan, meski aku tidak sepenuhnya paham maksudmu tentang dunia tempat kita hidup yang berbeda ini, tapi aku merasa hidupmu bukan tanpa makna. Jangan mudah mengucapkan 'mati'."
Pada saat yang sama, An Xueli dan yang lain juga sedang menyetir menuju pinggiran kota! Mobil itu milik An Xueli sendiri, dia terus-menerus menginjak gas sambil berkata: "Cepat, lebih cepat! Sampai di tempat itu, kita bisa selamat!"
"Lukisan tinta, lukisan tinta ini masih berubah!" Qiu Xifan yang duduk di kursi penumpang depan memandangi lukisan tinta di tangannya dengan suara pilu: "Kalian, lihatlah..."
Pada lukisan di tangannya, wanita berbaju kuning dalam gambar itu mulai mengambang dan bergerak dari kejauhan mendekat! Mulutnya kini terbuka lebar, menampakkan kegelapan tak berdasar di dalamnya!
"Apakah pesan dari Shangguan Mian ke Li Yin ini benar atau tidak?" Qiu Xifan kini sudah menangis: "Apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan?!"
Tiba-tiba terdengar teriakan dari kursi belakang: "Li, Li Jianfei!"
Saat mereka menoleh ke belakang, yang terlihat di tempat duduk Li Jianfei hanya tersisa sebuah lukisan tinta! Pada lukisan itu, sosok wanita menggoda itu mulutnya terkoyak lebar, dengan separuh tubuhnya menyembul keluar dari mulut tersebut, tampak masih terus bergulat!
"An Xueli segera menginjak rem, menoleh ke belakang bertanya: "Apa, apa yang terjadi? Li Jianfei, kenapa dia menghilang? Zhong Keyan!"
"Aku, aku juga tidak tahu..." Tubuh Zhong Keyan gemetar: "Aku, tadi aku hanya melihat ke luar jendela, tiba-tiba menoleh ke belakang, hanya melihat lukisan tinta di..."
"Buang keluar!" An Xueli berteriak: "Buang lukisan tinta ini keluar!"
Zhong Keyan segera membuka pintu bus, lalu menendang lukisan tinta keluar mobil, kemudian langsung menutup pintu sambil berteriak: "Cepat, cepat! Lukisanku, lukisanku juga hampir selesai..."
Mizhen menyetir melewati hutan di depan, berkata: "Sebentar lagi, Nona Shangguan, hampir sampai. Di tempat itu kita bisa menemukan 'jalan keluar'! Bagaimanapun juga..."
Dia hendak berkata "tahan sebentar lagi", tapi seketika berpikir dengan sinis: Bertahan? Bagaimana mungkin bertahan dalam situasi seperti ini?
"Tidak apa." Shangguan Mian dengan wajah tenang berkata: "Aku dan Shinigami sudah bertahun-tahun jadi tetangga, dia tak terhitung kali mengunjungiku, tapi sampai sekarang belum pernah berhasil membawaku pergi."
Tiba-tiba dari jalan samping muncul mobil Chevrolet silver yang menabrak Porsche ini dengan keras! Tabrakan ini membuat pintu Porsche hampir penyok!
"Tiarap!"
Disusul teriakan Shangguan Mian, dia menarik pelatuk menembak Chevrolet di depan, namun Porsche ini mengikuti nasib BMW sebelumnya - ban kempes ditembak.
Dari mobil Chevrolet itu, turun dua orang. "Raja Dunia Bawah" Rufus, "Penyihir Illusi" Lynsol. Keduanya langsung melompat dari jalan layang saat kegelapan menyerang tadi, dan mendarat tepat di atas sebuah truk.
"Akhirnya waktunya tiba." Raja Dunia Bawah mengeluarkan sepasang pedangnya, berkata: "Meski ingin menyiksamu perlahan sebelum membunuhmu, tapi memerkosa jenazahmu lalu memotong-motong dagingmu untuk disiram ke toilet juga nikmat. Lynsol, kau hadapi wanita lain di mobil itu. Kalau berkumpul dengan Sleeping Beauty, pasti bukan orang sembarangan."
"Jenazahnya boleh jadi milikmu, tapi kepala harus diserahkan padaku." Lynsol juga turun dari mobil, menatap Mi Zhen di kursi sopir Porsche, berkata: "Kalau begitu, mulai!"
Shangguan Mian turun dari mobil dan menghalangi Mi Zhen.
"Maaf, dia cuma wanita lemah tak berdaya. Bahkan orang biasa pun bisa membunuhnya dengan mudah."
Mi Zhen tak menyangka Shangguan Mian malah melindunginya di depan mobil, membuatnya panik.
"Jangan salah paham." Shangguan Mian menggegam lengan dan mengeluarkan pistol, "Kau berguna bagiku, jadi aku lindungi nyawamu. Jika tidak, takkan kuhirau siapa yang membunuhmu."
"Tapi lukisan tinta..." katanya gusar, "Kita kehabisan waktu!"
"Aku tahu." Shangguan Mian melangkah mendekati Raja Dunia Bawah dan Penyihir Illusi, "Sudah hafal? Nomor telepon? Aku tidak suka mengulangi hal yang sama."
"Sudah..."
Shangguan Mian menghadapi dua pembunuh bayaran di depannya, berkata: "Penyihir Illusi Linsluo, aku tahu hipnosismu sangat hebat, tapi syaratnya aku harus melihat matamu dan jarak tidak boleh lebih dari dua meter. Tentu saja, kemampuanmu melakukan hipnosis tanpa bantuan benda luar memang sangat kuat. Tapi, aku bersumpah, begitu kamu masuk dalam radius dua meter dariku, aku akan segera mengantarmu menemui Dewa."
Begitu kata-katanya selesai, pistol langsung mengarah ke dahi Linsluo dan menembak!
Raja Kematian mengaum keras sambil melompat ke mesin mobil, menerjang turun dengan tangan kanannya yang kini memegang pistol Tokarev alih-alih pisau!
Pertempuran berdarah terakhir siap meledak kapan saja!
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 11 Mendekat
Li Yin menatap Bulan yang bersinar di luar jendela ruangan. Di tangannya tergenggam cangkir teh beruap panas, daun teh hijau tua mengambang di permukaan, bercampur dengan buih teh.
"Bulan yang sangat indah," kata Ziye yang berdiri di sampingnya, saat ini juga memegang cangkir teh. "Sejak mengenalmu, aku jadi suka minum teh juga."
"Benarkah?" Li Yin terkekeh ringan, menempatkan cangkir teh di bibirnya lalu menyesap perlahan. "Aromanya memang harum."
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak pernah minum kopi?" tiba-tiba Ziye bertanya. "Bahkan saat menjalankan misi darah bersamamu dulu, padahal kopi paling efektif menghilangkan kantuk, tapi kamu selalu memilih teh dan membawa daun teh kemana-mana."
“Karena……” Li Yin meletakkan cangkir teh di ambang jendela, berkata: “Kalau minum kopi, akan mengingatkanku pada seorang teman lama. Teman itu adalah sahabat karibku semasa kuliah, dan kami berdua sangat menyukai kopi dari toko yang sama. Jadi setiap mengenangnya, aroma kopi langsung terbayang di pikiran.”
Ziye juga meneguk tehnya, ekspresinya tenang. Meski matanya menatap teh, seolah lebih sedang menatap bayangan bulan yang terpantul di air teh.
“Teman lamamu itu… kemudian terjadi sesuatu padanya, ya?”
Li Yin mengangguk pelan, memasukkan kedua tangan ke saku, suaranya berat: “Saat itu dia tiba-tiba menghilang tanpa alasan. Dua sahabat terbaikku semasa kuliah adalah dia dan kakak kembarnya. Mereka berdua orang yang paling kuhargai. Sebelum dia hilang, aku diminta merawat kakaknya. Meski disebut kakak, usia mereka berdua lebih muda dariku, jadi mereka memanggilku ‘kakak kelas’.”
“Kakak kelas? Sepertinya jarang mahasiswa Tiongkok saling menyebut begitu, biasanya lebih santai memanggil nama langsung.”
Mendengar perkataan Ziye, Li Yin menjawab: “Selalu ada pengecualian. Mereka berdua sangat ramah kepada semua orang, tidak pernah meremehkan siapapun. Inilah yang kukagumi – biasanya orang itu egois, tapi pada mereka sulit kutetapi sisi egois itu. Sejak masuk apartemen, jarang aku mengenang mereka. Masa-masa bersama mereka terasa seperti kehidupan sebelumnya.”
"Sampai di sini, Li Yin diam selama beberapa detik, mengalihkan topik, dan berkata: ‘Menurutmu, jalan keluar melalui lukisan tinta yang dikirim Shangguan Mian itu benar adanya?’"
"Aku yakin itu asli." Ziye menjawab tanpa ragu: "Hal seperti ini sulit dipalsukan. Yuexi Zhen, kota kecil bernuansa kuno di pinggiran Kota K, menyimpan banyak peninggalan sejarah. Latar belakang dalam lukisan tinta itu kebanyakan mengambil pemandangan dari sana."
"Benar juga." Li Yin mengangkat cangkir teh dan berkata: "Barusan aku cek foto-foto Yuexi Zhen di internet, banyak yang mirip dengan latar lukisan tinta. Shangguan Mian ternyata benar-benar berhasil menemukan ini di saat seperti ini..."
Tiba-tiba ponsel Li Yin di ambang jendela berdering. Dia segera menyambutnya, ternyata dari An Xueli yang meminjam ponsel penghuni lain: "L-Loushang Li Yin..."
"Katakan." Li Yin menatap bulan purnama di atas kepala, suaranya terburu-buru: "Kalian sudah sampai di Yuexi Zhen?"
"L-Li Jianfei tewas! Dia tersedot ke dalam lukisan tinta itu! Harus bagaimana kami sekarang?!"
"Oh?" Li Yin berpikir sejenak: "Mengingat sudah ada korban, mestinya akan ada interval waktu. Misi darah akan berakhir besok siang, artinya harusnya ada masa tenang setelah ini. Ini kesempatan baik untuk kalian."
"Ba-baik. Sesampai di Yuexi Zhen, segera cari lokasi yang cocok dengan lukisan tinta! Pasti ada cara..."
"Jaga komunikasi dengan saya kapan saja." Li Yin menggaruk rambut di dahinya yang mulai memanjang karena lama tidak dipotong, berkata: "Selain itu, jangan panik dulu. Rasa takut akan mempengaruhi logika berpikir kalian. Ini pelajaran dari pengalaman panjangku menjalankan misi darah."
"Baik. Loushang, jika... jika Shangguan Mian menghubungi Anda lagi, harap beri tahu kami. Ponselnya masih dalam keadaan mati."
"Hmm, aku mengerti."
Setelah menutup ponsel, Li Yin mengambil cangkir teh dan kembali duduk di sofa, bergumam: "Li Jianfei tewas. Lagi-lagi penghuni baru yang mati. Entah sejak kapan, mendengar kabar kematian penghuni terasa seperti mendengar burung atau kucing mati. Sungguh mengerikan, apartemen ini..."
Tiba-tiba ia menyambar meja kopi di hadapannya dan melemparkannya sekuat tenaga ke dinding! Ke dinding yang biasa menampilkan misi darah itu!
Meja kopi itu menghantam dinding dan langsung hancur berantakan! Namun pecahan kaca segera mulai berkumpul kembali.
"Ada apa denganmu?" Ziye terlihat terkejut, "Kau jarang melakukan hal seperti ini..."
Li Yin kembali duduk di sofa.
"Tidak ada. Hanya ingin meluapkan emosi saja."
Saat itu, pecahan kaca telah menyatu sempurna, membentuk kembali meja kopi utuh. Bekas di dinding pun hilang tanpa sisa.
“Ziye.” Li Yin tiba-tiba berkata: “Aku akhir-akhir ini semakin kehilangan kepercayaan diri. Mungkin karena ketakutan? Saat pertama kali masuk apartemen, meskipun putus asa, setelah melewati misi darah pertama dan kedua, bertemu Xia Yuan, Ouyang Jing, Kotobuki Koko dan para penghuni lain yang telah melewati banyak misi darah, aku pikir masih ada harapan. Sampai bertemu denganmu, aku masih yakin bisa melindungi para penghuni, melewati sepuluh misi darah lalu pergi. Aku bahkan berkhayal menjadi penyelamat. Tapi akhirnya aku sadar, tidak pernah ada harapan di hadapanku. Semua penghuni yang ada saat aku masuk apartemen, kini sudah mati semua. Aku... sama sekali bukan penyelumat, hanya orang biasa saja. Aku cuma orang biasa!”
Ziye berdiri di belakang Li Yin, hanya cangkir teh di tangannya yang masih mengepulkan asap panas.
“Sudah lega setelah meluapkan emosi?” Perempuan itu mendekat, meletakkan cangkir teh sambil berkata: “Tak apa. Di apartemen ini, tak ada yang benar-benar punya keyakinan mutlak untuk bertahan hidup saat menjalankan misi darah. Tapi setelah melampiaskan emosi, sudahlah. Bukankah kau Loushang apartemen?”
Li Yin memeluk Ziye erat-erat, berbisik pelan: “Aku tahu. Sebagai Loushang, seperti Xia Yuan dulu, aku satu-satunya penghuni yang tak boleh lemah.”
Meja kopi yang masih utuh di belakang mereka, bagaikan mulut menganga iblis yang menyeringai, seolah menertawakan kesombongan kedua manusia di hadapannya.
Di bawah cahaya bulan yang sama, Mi Zhen sedang menyaksikan pertempuran sengit di hadapannya.
"Nona Shangguan... Hati-hati!"
Meski Shangguan Mian berhasil menghindari peluru pertama dari Ming Wang, kecepatan geraknya jelas melambat. Sementara itu, Linsiluo mulai mengepung dari samping, jari-jarinya menari lembut dengan pose anggun seperti angsa.
Pernah ada yang berkomentar tentangnya: Momen terindah Penyihir Illusi justru saat ia membunuh.
Meski serangan pertama Ming Wang meleset, sama sekali tak ada kekecewaan di wajahnya. "Ternyata kau sudah lemah, Sleeping Beauty? Sebelumnya karena dilarang membunuhmu, aku tak menggunakan kekuatan penuh. Jangan-jangan kau mengira ini level sebenarnya?"
"Tidak berani."
Begitu Shangguan Mian mengucapkan itu, tangannya tiba-tiba menyentak. Namun Linsiluo yang sudah mendekat di sebelah kiri langsung menangkap benangnya. Dengan gerakan tangan, garis darah segera muncul di bahu Shangguan Mian!
Saat ini, Linsiluo mulai melepaskan hipnosis. Hipnosis terkuatnya hanya efektif dalam jarak 2 meter. Melebihi itu, efeknya akan melemah. Pembunuh kelas tinggi biasanya memiliki mental kuat, apalagi "senjata manusia" seperti Shangguan Mian yang otaknya mirip mesin, hipnosis harus dilakukan dalam 2 meter untuk efek maksimal.
Shangguan Mian langsung menjauh dari Linsiluo, sambil menembakkan pistol ke arah kepala wanita itu.
"Memang hebat, 'Sleeping Beauty'. Tapi lawanmu adalah aku."
"Baru saja sampai di sini, pedang panjang Raja Kematian sudah berada di samping leher Shangguan Mian, lalu menebas dengan cepat! Shangguan Mian segera menundukkan kepala, sehelai ramputnya terpotong dan terbang!"
Dia berguling ke tanah, lalu bangkit kembali. Baru saja mengambil pistol, Raja Kematian sudah muncul di belakangnya dan menebaskan pedang! Shangguan Mian segera mengangkat pistol untuk menangkis, namun laras pistol itu malah terpotong seketika!
"Memang pantas disebut senjata terkuat yang dibuat oleh ahli pisau magis nomor satu Eropa," Lin Siluo menghela nafas. "Ketenaranmu sebagai Raja Kematian sebagian besar berkat dua pedang ini."
Raja Kematian mengabaikan pujian Lin Siluo, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi lalu langsung mengayunkannya ke bawah!
Dengan pistol yang sudah terpotong, ancaman Shangguan Mian terhadap Raja Kematian sudah menyusut drastis. Saat ini, dia sudah tak berdaya melawan, bagai ikan di talenan yang hanya bisa menunggu disembelih!
Darah menyembur, kepala Shangguan Mian melayang tinggi ke udara lalu jatuh ke tanah. Tubuhnya tanpa kepala perlahan roboh, kini sudah mati tanpa keraguan.
"Hahaha!"
Raja Kematian menyepak jenazah Shangguan Mian sambil berkata: "Sempurna! Baik, sesuai perjanjian, kepala manusia ini untukmu. Jenazahnya akan kubawa pulang untuk dinikmati perlahan."
Lin Siluo juga mendekat dengan senyum lebar, mengangkat kepala Shangguan Mian sambil berujar: "Bagus, dengan ini aku bisa memberikan laporan pada pimpinan organisasi."
"Raja Dunia Bawah mengulurkan tangan, mengangkat jenazah Shangguan Mian. Tiba-tiba, melihat Mi Zhen yang duduk di dalam Porsche, ia berkata: 'Ngomong-ngomong, serahkan juga perempuan itu padaku untuk kusingkirkan.'"
"Sesukamu." Linslow berjalan ke Chevrolet, mengambil sebuah kotak dan memasukkan kepala Shangguan Mian ke dalamnya. Kemudian menutup rapat kotak itu.
Saat itu, Raja Dunia Bawah tiba-tiba berseru: "Ngomong-ngomong, Linslow. Jika kau sudah dapat kepalanya, kalian akan mengklaim kalian yang membunuh Sleeping Beauty, ya?"
"Hm. Kau tak setuju?"
"Tentu saja. Keluarga Erikson menyuruhku membunuh Sleeping Beauty. Jika kalian mengaku sebagai pembunuhnya, ini sangat merugikanku."
Linslow menoleh ke belakang, dengan tatapan garang: "Apa maumu?"
"Kupikir-pikir... Kembalikan kepalanya padaku. Dan... lebih baik kau mati di sini saja."
Pedang panjang menyambar tajam ke arah leher Linslow. Namun Linslow hanya tersenyum sinis, seolah tak peduli.
Raja Dunia Bawah merasa ada yang tak beres, tapi pedangnya tetap menghujam. Kepala Linslow terpenggal dan jatuh ke tanah. Dengan senyum dingin, ia menatap kepala di tanah itu...
Itu kepalanya sendiri!
"Aaaah!"
Genangan darah mengalir deras. "Raja Dunia Bawah" Rufeus yang mengguncang dunia pembunuh bayaran Eropa, tergeletak dengan kepala terpenggal. Linslow berdiri di hadapannya dengan pedang berdarah, berkatap dingin: "Mulai hari ini, gelar Pembunuh Nomor Satu Eropa... adalah milikku!"
Kemudian, ia melihat ke arah Shangguan Mian di sampingnya dan berkata: "Bagaimana? Nona Shangguan?"
Sebelumnya, ketika Ming Wang bersiap mengayunkan pisau untuk membunuh Shangguan Mian, dia sudah terkena hipnotis Linsiluo. Selama ini, posisi Linsiluo di bawah Rufus karena hipnosisnya tidak mempan pada Ming Wang. Namun, teknik hipnosis terbaru "Fantasmagoric Dream" yang dilatihnya selama beberapa tahun terakhir ini, telah mencapai tingkat yang bahkan tidak bisa ditolak oleh Ming Wang. Percobaan pertamanya ini benar-benar berhasil membunuh Ming Wang.
Kemudian, ia menatap Shangguan Mian sambil menyeringai: "Baiklah, pengganggu sudah disingkirkan. Sebagai hadiah atas pencapaianku sebagai pembunuh bayaran nomor satu di Eropa, kepalamu pasti paling cocok!"
Shangguan Mian masih hidup. Kematian Ming Wang yang terhipnosis ilusi memenggal kepalanya membuktikan kengerian Linsiluo. Kini jarak antara Linsiluo dengannya kurang dari satu meter - cukup dengan memulai hipnosis, dia bisa langsung membunuhnya.
"Kenapa tidak memanggilku 'Sleeping Beauty'?" Shangguan Mian bertanya dingin: "Linsiluo?"
"Mengingat kau sebentar lagi mati, mungkin panggilan itu bisa jadi bentuk penghormatan. Atau... kau tidak suka?"
"Sebenarnya, mungkin aku sedang terhipnosis olehmu saat ini juga?"
“Hmm, jika kamu ingin berpikir begitu, silakan. Hipnosis saya pada orang dengan kehendak mental yang lemah bahkan bisa bertahan lebih dari setahun tanpa mereka sadar sedang dalam halusinasi. Dan sekarang 'Fantasi Mimpi Maut' ini, bahkan bisa membuat seseorang menghabiskan seluruh hidupnya dalam ilusi.”
Saat mengatakan ini, Lin Siluo menunjukkan senyuman yang bisa dibilang memesona secara menakutkan, berkata: “Baiklah. Sekarang, coba katakan, mimpi seperti apa yang kamu sukai? Membiarkan lawan mati dalam mimpi favorit mereka juga merupakan bentuk belas kasihan saya.”
Mi Zhen melihat situasi tegang di luar mobil, dia tahu dirinya sama sekali tak bisa membantu Shangguan Mian. Wanita asing itu terlalu mengerikan! Dirinya jelas bukan tandingannya.
“Ada satu hal yang tidak saya pahami.” Shangguan Mian tiba-tiba bertanya: “Mengapa tidak menghipnosis saya setelah Raja Kematian membunuh saya? Dan masih banyak bicara omong kosong? Tidak seperti gaya pembunuh bayaran top kedua Eropa sepertimu.”
“Pintar.” Lin Siluo tersenyum manis: “Karena saya harus membunuhmu dengan tangan sendiri. Dan membuatmu benar-benar merasakan apa yang disebut keputusasaan. Wanita yang bahkan membunuh 'Golden Eye Demon', jika membiarkan si botak ini membunuhmu, bukankah terlalu disayangkan? Kehormatan membunuhmu dengan tangan sendiri, tak ada yang akan menolak.”
Kemudian, dia melangkah selangkah lebih dekat.
“Kamu tidak mungkin kabur, saya bisa melepaskan 'Fantasi Mimpi Maut' sepenuhnya kapan saja. Nah, katakan padaku, mimpi seperti apa yang akan kamu pilih?”
Saat ini, lukisan tinta Shangguan Mian telah sepenuhnya dikuasai oleh sebuah pupil mata raksasa berwarna darah!
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 12 Membunuh Hantu
Jarak antara Lin Siluo dan Shangguan Mian kini hanya sehitungan jengkal. Lin Siluo bisa mencabut nyawa Shangguan Mian dalam sekejap jika ia mau.
Meskipun hipnosis terhadap Lin Siluo bisa dihindari dengan menutup mata, "Illusory Splendor Dream" sebagai teknik hipnosis tertingginya telah melampaui indra penglihatan, bekerja langsung melalui segala indra ke otak. Karenanya, meski Shangguan Mian menutup matanya sekarang, tetap tidak bisa melarikan diri.
Di dalam lukisan tinta, mata besar berwarna darah itu semakin merah menyala. Saat ini telah mencapai momen paling berbahaya.
Bagaimanapun juga, hipnosis tak terhindarkan. Jika hipnosis biasa mungkin masih bisa dilawan dengan daya tahan kehendak Shangguan Mian, namun "Illusory Splendor Dream" sebagai hipnosis tingkat tinggi terlalu kuat. Meski membutuhkan presisi tinggi, celah ini telah tertutupi oleh jarak yang sedemikian dekat. Bisa dikatakan situasi ini benar-benar buntu.
“Lin Siluo melihat Shangguan Mian tidak bersuara maupun menutup mata, tahu bahwa dia hampir putus asa, lalu berkata dengan sinis: "Takut sekarang? Sayangnya sudah terlambat. Kemampuanmu mungkin bisa masuk lima besar di dunia pembunuh bayaran Eropa, bahkan sebanding dengan 'Raja Neraka' di masa lalu. Jika bergabung dengan organisasi kami 'Evil God', pasti akan dapat pelatihan terbaik. Tapi nasibmu sudah ditentukan untuk mati di sini."”
“Lin Siluo menunjukkan kilapan kejam di matanya, kemudian bersiap menggunakan teknik hipnosisnya!”
“"Tunggu sebentar." Shangguan Mian tiba-tiba berbicara: "Kamu benar-benar pikir bisa membunuhku?"”
“"Lalu?" Lin Siluo tetap acuh: "Mengulur waktu? Percuma. Sekarang kamu tidak mungkin kabur dariku. Begitu hipnosisku aktif, kamu akan jadi santapanku. Jadi..."”
“"Jadi..."”
“Sebilah pisau panjang tajam tiba-tiba menembus tenggorokan Lin Siluo. Matanya membelalak melihat pisau yang menembus lehernya, lalu orang di belakangnya menarik kembali pisau itu!”
“"Senjata Raja Underworld, sekarang jadi milikku."”
“Pisau itu ditarik keras-keras. Tenggorokan Lin Siluo terus menyemburkan darah saat menoleh ke belakang. Yang berdiri di sana... ternyata juga Shangguan Mian!”
“"Dua..." Dia terjatuh sambil memegangi tenggorokan yang tertusuk, berkata tak percaya: "Bagaimana mungkin ada dua..."”
“Sementara Shangguan Mian yang di depannya lunglai terjatuh ke lantai: "Huh, hampir mati aku..."”
"Kemudian, dia menarik pipinya dan merobek 'wajah'nya. Ternyata dia adalah An Xueli!"
Lynslor menatap langit dengan mata terbuka, tak bisa memahami kapan kedua orang ini bertukar tempat? Sama sekali tak bisa dipercaya!
An Xueli sebelumnya menerima telepon dari Shangguan Mian yang memintanya segera datang ke sini sambil membawa topeng yang persis seperti wajahnya. Dia sebelumnya telah membuat banyak topeng penghuni untuk persiapan darurat. Shangguan Mian secara khusus menekankan melalui ponsel bahwa jika berani tidak datang, setelah kembali ke apartemen pasti akan membunuhnya. Ancaman darinya lebih menakutkan daripada siapa pun. Jika Shangguan Mian benar-benar bisa kabur kembali ke apartemen, target yang dia incar untuk dibunuh mustahil selamat, dalam hal tertentu lebih mengerikan daripada apartemen.
Tak ada pilihan lain, dia harus menuruti.
Momen pertukaran mereka terjadi saat Lynslor menggunakan hipnosis pada Raja Dunia Bawah dan membunuhnya. Saat itu, dia membelakangi Shangguan Mian. Meski membelakangi dirinya berisiko, Lynslor yang sombong sama sekali meremehkannya, dan tak mengira Shangguan Mian yang terluka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuhnya. Pada saat itulah An Xueli keluar dari sekitaran dan bertukar posisi dengan Shangguan Mian.
"Untung saja kamu benar-benar berhasil membunuhnya tepat waktu." An Xueli buru-buru berkata: "Ayo kita pergi, waktu hampir habis!"
Lukisan tinta An Xueli itu memperlihatkan wajah perempuan yang dipenuhi retakan tak terhitung. Retakan-retakan itu membuat wajahnya semakin terdistorsi, menyerupai wajah mengerikan yang hanya ada di komik horor Ito Junji. Dulu An Xueli sangat menyukai komik horor karya mangaka Jepang Ito Junji, tapi kini setiap mengingatnya, bulu kuduknya langsung meremang.
"Cukup, mari pergi." Shangguan Mian melirik mayat Lin Siluo yang mati dengan mata terbuka, lalu menyimpan pisau kembar Ming Wang dan bergegas menuju mobil Chevrolet!
Saat itu, Mi Zhen juga turun dari Porsche dan mendekati Chevrolet. Baru saja duduk di dalam mobil, An Xueli bertanya bingung: "Emm... Boleh tahu, siapa nama nona ini?"
Shangguan Mian berkata dingin: "Setelah malam ini, lupakan wajahnya dan pertemuan dengan dia. Siapapun yang bertanya nanti, katakan kamu belum pernah bertemu. Mengerti?"
"Ta...tahu!" An Xueli langsung mengangguk ketakutan, "Pasti! Tenang saja, aku akan lupakan sebersih-bersihnya!"
Mi Zhen menghidupkan mesin dan menginjak gas, "Memang Chevrolet, mobilnya sangat mewah. Duduk yang mantap!"
Mobil melesat cepat. Shangguan Mian kembali membuka lukisan tintanya. Di tengah lukisan, sebuah pupil mata merah darah raksasa menempati hampir dua pertiga bidang. Saat lukisan terbuka, An Xueli menjerit ketakutan.
Dia juga membuka lukisannya untuk dilihat. Saat itu, kepala wanita itu miring, wajah yang terus terbelah semakin terdistorsi. Gambaran itu mengingatkannya pada manga Junji Ito berjudul "Tomie". Tomie dalam manga Junji Ito adalah penyihir yang tidak bisa tua dan mati. Dia akan terus beregenerasi meski tubuhnya dipotong-potong, dan banyak klon Tomie tumbuh dari bagian wajahnya. Wanita dengan wajah terbelah dalam lukisan ini persis seperti wajah Tomie yang dagingnya terus bergerak-gerak membentuk tubuh baru!
Saat SMA, An Xueli paling menyukai cerita "Tomie". Hal yang paling membekas adalah horor regenerasi Tomie setiap kali tubuhnya dipotong-potong. Kini sosok wanita dalam lukisan ini benar-benar menyatu dengan gambaran Tomie karya Junji Ito...
"Tidak, jangan..." Genggamannya erat memegang lukisan, saat ini dia sudah ketakutan sampai roh tercerai-berai. "N-nona, cepat, lebih cepat lagi!"
Saat melewati hamparan sawah berikutnya, mulai terlihat rumah-rumah di sekitarnya. Akhirnya, mereka akan memasuki Kota Yuexi!
"Akhirnya... akhirnya sampai!" Teriak An Xueli dengan perasaan campur aduk antara gembira dan panik. "Cepat, lebih cepat lagi!"
Wanita dalam lukisan An Xueli berada di sebuah paviliun, sedangan lukisan Shangguan Mian berlatar bangunan kuno. Setelah masuk ke kota kecil itu, Mi Zhen tiba-tiba bertanya: "Kita... pergi ke mana dulu?"
Kedua tempat itu adalah objek wisata terkenal di Yuexi. Satu disebut "Paviliun Hujan Mendengar", satunya lagi "Rumah Bambu Bulan". Bagi Mi Zhen, menentukan prioritas kunjungan memang menjadi dilema.
“An Xueli tentu ingin mengusulkan pergi ke tempatnya dulu, tapi dengan keberadaan Shangguan Mian, dia tahu tidak akan menang. Jika berjalan kaki, siapa yang tahu apakah masih sempat.”
“Pergi ke tempatnya dulu.”
Perkataan Shangguan Mian membuat An Xueli hampir tidak percaya, mengira dirinya salah dengar. Tapi Shangguan Mian mengulangi: “Ke 'Tingyu Pavilion'.”
Saat ini, sekitar satu jam telah berlalu sejak kematian Li Jianfei. Meski siklusnya mungkin tidak sesingkat itu, siapa berani bertaruh dengan mengerikannya apartemen ini?
Mizhen memandang Shangguan Mian dengan heran: “Kamu... tidak mau ke tempatmu dulu?”
“Menyetir.” Jawab Shangguan Mian tenang.
“Terima... terima kasih!” An Xueli segera menunduk, berkata penuh haru: “Nona Shangguan, kebaikanmu takkan kulupakan seumur hidup!”
Chevrolet mulai melaju menuju arah 'Tingyu Pavilion'.
Di waktu yang sama, Qiu Xifan dan Zhong Keyan telah memasuki Kota Yuexi. Pertama, mereka mendatangi 'Jembatan Hanfeng' dari lukisan Qiu Xifan.
“Jembatan ini...” Qiu Xifan membandingkan lukisannya dengan jembatan di depan, berseru gembira: “Ini dia, benar, persis di sini!”
Saat itu, dalam lukisan Qiu Xifan, sosok wanita dengan mata dan mulut mengalirkan kegelapan sedang berdiri di ujung jembatan!
Tiba-tiba, sebuah Chevrolet melintasi jembatan tersebut. Shangguan Mian segera memperhatikan Qiu Xifan dan Zhong Keyan! Dia segera berkata ke Mizhen: “Berhenti!”
"Mi Zhen segera menginjak rem. Kemudian Shangguan Mian mendorong pintu bus dan berjalan menuju kepala jembatan."
"Sha..." Qiu Xifan menoleh ke belakang, hampir terjatuh ketakutan sambil berkata terbata-bata: "Sha... Sha... Shangguan Mian, kau... kau datang?"
Shangguan Mian memandang kepala jembatan di depannya, lalu mengangkat pisau panjang Raja Kematian dengan tangan kiri, melangkah maju perlahan.
Setelah berdiri tak jauh dari kepala jembatan, Shangguan Mian tiba-tiba mengayunkan pisau panjangnya dengan garang ke depan!
Saat itu juga, di lukisan tinta, leher wanita itu tiba-tiba muncul luka. Anehnya, darah segar menyembur deras dari dalam lukisan, membasahi seluruh wajah Qiu Xifan!
"Ternyata benar begitu." Shangguan Mian memandang bilah pisaunya yang masih bersih tanpa noda darah.
Inilah jalan keluar dari misi darah lukisan tinta!
"Hantu... hantu, hantu itu dibunuh?" Qiu Xifan memandang tak percaya sambil gagap: "Ini... ini... ini mungkin saja?"
"Ini jalan keluar yang diatur apartemen, tentu bisa." Shangguan Mian membawa pisau itu kembali ke Chevrolet, menutup pintu bus sambil berkata: "Lanjutkan mengemudi."
Melihat Chevrolet menjauh, Qiu Xifan mengusap wajahnya yang berlumuran darah: "Ini... ini darah... hantu?"
Dalam lukisan, kepala hantu perempuan telah tergeletak di tanah. Leher yang terputus masih terus menyemburkan darah. Qiu Xifan terduduk lemas memandangi lukisan tinta, lalu menatap kepala jembatan di depan - tapi tempat itu kosong melompong, tak ada apa-apa.
Chevrolet akhirnya tiba di pintu gerbang Tingyu Pavilion. Ini adalah rumah teh yang sangat elegan. Setelah tiba, Shangguan Mian membuka pintu bus dan berkata: "Turun."
"Ah?" An Xueli terkejut, "Tapi..."
"Aku bilang turun."
Mana mungkin An Xueli memiliki kemampuan memenggal kepala hantu, namun karena Shangguan Mian sudah memerintahkannya, dia pun terpaksa turun. Kemudian mobil itu berbalik arah dan melaju cepat menghilang.
An Xueli menatap jendela itu sambil membandingkannya dengan lukisan tinta, lalu mengatupkan gigi: "Aku harus berjuang mati-matian! Tidak percaya aku tidak bisa membunuh hantu itu!"
Sementara Chevrolet saat itu sedang melesat menuju targetnya—— "Yuezhu Pavilion"! Tangan Shangguan Mian mencengkeram erat pisau panjang itu, bergumam: "Senjata andalan 'Master Pembuat Pisau Iblis' nomor satu Eropa, pasti sama tajamnya untuk membunuh hantu."
## Jilid Ketujuh Belas: Lukisan Tinta Bab Ketiga Belas: Hantu Galak dalam Lukisan Tinta
An Xueli memandangi rumah teh dua lantai ini. Di atas pintu tergantung papan nama bertuliskan jelas tiga karakter "Tingyu Pavilion".
Dia membentangkan lukisan tintanya, menatap tajam hantu perempuan dalam gambar itu sambil melangkah maju dan mendorong pintu rumah teh. Tempat ini biasanya lebih sering dikunjungi sebagai objek wisata daripada beroperasi sebagai rumah teh sungguhan. Setelah masuk, lantai satu benar-benar kosong hanya dengan beberapa meja kursi. An Xueli berjalan gugup ke depan, setiap langkah terasa seperti akan muncul siluet manusia dari kegelapan.
"Bagaimana cara membunuh Hantu Perempuan itu? Dia memang membawa pisau, tapi apakah benar bisa membunuh hantu dengan mudah seperti Shangguan Mian? Gerakannya memang cepat sehingga bisa melakukan itu, tapi apakah hantu benar-benar akan diam di sana menunggu dibunuh?"
Sudah jelas ini hal yang mustahil. Jika hantu dalam lukisan bergerak secara mistis, siapa yang membunuh siapa masih menjadi pertanyaan. An Xueli yang memahami hal ini menggenggam pisau dengan tangan yang gemetar. Tapi setidaknya sekarang sudah ada jalan keluar.
Dia melihat tangga lantai satu. Untuk mencapainya harus melewati beberapa meja terlebih dahulu. Sambil berjalan, matanya tak lepas mengawasi lukisan tinta di tangannya yang belum menunjukkan perubahan apapun.
"Namo Amitabha Buddha, Namo Amitabha Buddha..." An Xueli terus melantunkan mantra sambil melangkah pelan ke arah tangga. Akhirnya sampai di mulut tangga, dengan gigi terkampar dia mulai naik!
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah...
An Xueli belum pernah merasakan waktu sepanjang ini sebelumnya. Dia adalah orang pertama yang menjalankan instruksi tulisan darah, pengalaman dan kesehatan mentalnya tentu tak bisa dibandingkan dengan penghuni lama.
Kini dia sangat menyesali kebiasaannya membaca terlalu banyak komik Ito Junji. Berbagai bayangan mengerikan terus bermunculan di benaknya.
"Tidak, tidak boleh..." An Xueli menggigit bibir dan bersumpah: "Ini baru instruksi tulisan darah pertama! Jika aku langsung menyerah sekarang, bagaimana dengan sembilan misi darah berikutnya? Aku harus bertahan!"
“Akhirnya, dia mempercepat langkahnya dan tiba di lantai dua!”
Mengarahkan pisau ke udara di depannya, dia mulai mencari jendela yang dimaksud. Tiba-tiba, dia menyadari lukisan tinta di tangannya telah berubah!
Wajah wanita yang retak dengan ekspresi menyimpang itu kini berdiri di depan koridor. Di belakangnya ada pintu bertuliskan "Mokuchuanjian". "Di sini?"
An Xueli segera bergegas mendekat. Dia tidak tahu di mana letak "Mokuchuanjian" ini, namun bagaimanapun juga harus menemukan tempat itu dan segera membunuhnya!
Tiba-tiba An Xueli memperhatikan dari celah wajah yang retak itu mulai tumbuh sesuatu yang menyerupai tangan. Apakah ini seperti fenomena Tomie yang terus membelah diri?
Rasa takut mulai menyergapnya. Tomie adalah hantu yang jika dibunuh, jenazahnya akan terus terbelah dan memunculkan lebih banyak hantu...
Apakah membunuhnya justru akan menyebabkan konsekuensi seperti itu?
Tapi situasi sekarang memaksa untuk membunuh. Jika tidak, dia akan menghadapi akhir yang mengerikan. Meski berisiko, dia harus mencoba...
"Aku terlalu banyak berpikir, itu cuma komik, cuma komik..."
Semakin berusaha melupakan, justru semakin terbayang. An Xueli kini semakin panik. Langkahnya gontai menyusuri koridor, bingung ke mana harus mencari hantu itu?
"Wajah yang retak perlahan memenuhi seluruh lukisan tinta. Tangan An Xueli semakin berkeringat, dia takut keringat tangan akan merusak lukisan tinta ini, tidak tahu apakah ini termasuk 'merusak'."
"Di sini kan? Pasti di sini kan?"
An Xueli perlahan memasuki sebuah koridor, lalu memperhatikan ruangan di kedua sisi, mencari apakah ada pintu bertuliskan 'Mochuan Jian'.
Tapi sampai ujung koridor ini pun tetap tidak ditemukan. Jelas, ini bukan tempat yang benar.
"Sial, di mana sebenarnya? Di mana?!"
Tiba-tiba An Xueli berpikir, mungkin sekarang saatnya memakai topeng kulit manusia. Mungkin ini akan membantu. Segera dia mengeluarkan topeng kulit manusia dari bajunya dan mengenakannya.
Menoleh ke belakang, senter menyoroti koridor depan yang masih sepi. Sekelilingnya sunyi senyap, tak ada suara sedikitpun. Justru keheningan inilah yang membuatnya semakin takut.
An Xueli melangkah pelan ke depan, dan kali ini dia menemukan hantu perempuan dalam lukisan tinta telah mengubah arah.
Kali ini mau ke mana?
"Ini..." Matanya tiba-tiba membelalak melihat hantu perempuan itu sekarang justru berdiri di pintu masuk koridor ini!
"Di, di tempat ini?"
An Xueli menatap pisau di tangannya. Secara logika dia harus segera menyerang dan membunuh hantu itu. Tapi kali ini kakinya gemetar, tubuhnya tak mau bergerak.
"Tidak, harus segera ke sana!"
An Xueli memaksa menggerakkan kakinya, namun rasa ketakutan terus meningkat di dalam hatinya. Dia bukan Shangguan Mian yang bisa membunuh hantu hanya dengan sekali tebasan pisau. Jika dia sehebat itu, tentu tidak akan pasif seperti sekarang!
Dalam kondisi normal, untuk membunuh seorang manusia sekalipun, harus menikam jantung atau memotong tenggorokan. Tapi ini sulit dilakukan kecuali korban sama sekali tidak melawan. Bagi perempuan, ini semakin sulit. Apalagi hantu tidak terlihat, posisi leher harus diraba-raba dalam kegelapan. Tapi apakah memotong leher cukup untuk membunuh hantu? Mungkin harus memenggal kepala sepenuhnya seperti yang dilakukan Shangguan Mian.
Tiba-tiba dia merasa sangat iri pada Qiu Xifan. Bagaimana bisa nasibnya begitu baik? Meski dijadikan kelinci percobaan oleh Shangguan Mian, dia berhasil melewati misi darah pertama dengan selamat!
Tidak...
Tiba-tiba dia merasa ada yang tidak beres. Apakah hantu perempuan dalam lukisan tinta Qiu Xifan benar-benar sudah mati? Meski kepalanya terpenggal, kepala hantu yang terputus belum tentu berarti hantu itu mati. Selama lukisan tinta masih ada dan penghuni belum masuk apartemen, keamanan tidak bisa dijamin.
Jangan-jangan ini justru memicu jalan kematian?
Dia mengeluarkan ponsel dan mulai menyusun SMS: "Apakah kamu masih hidup?" Lalu mengirimkannya ke Qiu Xifan. Jika Qiu Xifan benar-benar memicu jalan kematian, sekarang dia pasti sudah menemui Yan Wang.
Mereka saat ini meminjam ponsel penghuni apartemen lain. Sebelumnya, An Xueli menggunakan ponsel layar sentuh, sekarang harus beralih ke ponsel keyboard sehingga sangat tidak terbiasa. Setelah mengirim pesan, satu menit telah berlalu.
"Tidak akan ada masalah kan?"
Saat itu, dia memandang ke depan tanpa tahu harus maju atau mundur. Dia menunggu balasan Qiu Xifan, setidaknya untuk memastikan ini tidak memicu jalan kematian sebelum berani bertindak. Kalau tidak, bukankah itu bunuh diri?
Tak lama kemudian, SMS balasan datang.
"Aku baik-baik saja, sekarang aman!"
Ini langsung membuat An Xueli bersukacita! Akhirnya dia memutuskan untuk berlari ke pintu koridor! Tapi tiba-tiba dia melihat hantu perempuan dengan wajah retak dalam lukisan tinta itu membuka mulut lebar-lebar, hampir memenuhi seluruh kanvas, seakan akan menerjang keluar!
Tidak...
Bukan seakan-akan...
Benar-benar menerjang keluar!
Wajah besar yang retak itu benar-benar keluar dari permukaan lukisan tinta. Dari celah-celah wajah yang retak, sejumlah tangan menjulur keluar, mencengkeram erat tangan An Xueli yang memegang pisau!
Saat itu, jarak An Xueli dengan pintu koridor sudah sangat dekat!
"Tidak, jangan!" An Xueli pucat ketakutan. Tubuhnya diangkat tinggi-tinggi oleh banyak tangan, sementara mulut besar itu perlahan membuka!
Lukisan tinta kini terjatuh di lantai, untungnya jaraknya dengan An Xueli belum melebihi satu meter.
"Bunuh... akan kubunuh kamu, aku harus membunuhmu!"
“Lalu, tubuh An Xueli terus diseret masuk ke dalam mulut besar yang terbuka lebar itu! Di dalam mulut ini tidak ada rongga mulut, hanya kegelapan tak berujung!”
“Tidak, jangan!”
Saat An Xueli hampir putus asa, separuh tubuhnya sudah tertarik masuk ke dalam mulut itu! Dia menatap koridor di depan, tinggal selangkah lagi... tinggal selangkah lagi bisa membunuh, bisa membunuh...
An Xueli tidak mau menyerah! Dengan garang dia menikamkan ujung pisau ke tangan yang mencengkeramnya, tangan itu segera menyemburkan darah segar dan perlahan terkulai! Girang bukan main, dia segera menikam tangan lainnya. Kedua tangannya kini bebas menopang lantai. Dengan teriakan, dia melompat ke depan dan menikamkan pisaunya ke titik kosong di udara!
Untuk memastikan tidak meleset, dia mengubah-ubah arah tikaman. Seketika, wajah yang muncul dari lukisan tinta itu menyemburkan darah deras, mengubah seluruh koridor menjadi merah menyala. Hujan darah membuat An Xueli berubah menjadi sosok merah dari ujung kepala sampai kaki.
Wajah raksasa yang terluka perlahan menyusut kembali ke dalam lukisan tinta. An Xueli segera meraih lukisan itu. Lukisan tinta Qiu Xifan juga terkena percikan darah, tapi dia masih hidup. Ini membuktikan bahwa terkena darah tidak dianggap sebagai "kerusakan".
“Berhasil... kita berhasil...”
Tubuh An Xueli bersandar di dinding, bibirnya bergumam: “Syukurlah, syukurlah...”
Di atas lukisan, hanya tersisa wajah yang penuh lubang bekas tikaman.
Pada saat ini, Shangguan Mian akhirnya tiba di tujuannya, bangunan kuno bernama "Yuezhuxuan"! Wanita berpakaian istana dalam lukisan itu, masuk ke kedalaman Yuezhuxuan!
Shangguan Mian turun dari mobil, berkata pada Mizhen: "Tunggu di luar."
"Mengerti." Mizhen mengangguk, lalu menambahkan: "Kamu... berhati-hatilah, Nona Shangguan."
Shangguan Mian menggenggam pisau panjang itu dengan tangan kirinya, matanya tajam menatap halaman kecil yang dikelilingi dinding persegi. Tembok luar halaman itu persis seperti dalam lukisan tinta.
Di pintu masuk halaman kecil, terdapat papan nama bertuliskan "Yuezhuxuan".
Dia menendang kedua daun pintu kayu hingga roboh, lalu masuk. Berdasarkan pemandangan dari "pupil mata berdarah" dalam lukisan tinta, hantu itu berada di dalam Yuezhuxuan.
Adegan dalam lukisan menunjukkan meja teh dengan papan catur go berisi permainan setengah jalan.
Shangguan Mian bergegas menuju bagian dalam Yuezhuxuan!
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 14 Lukisan Tinta Terakhir
Langit di atas Kota Yuexi diselimuti awan gelap.
Kegelapan seolah menjadi sumber semua teror. Di bawah malam, bahkan benda biasa pun terasa menyeramkan.
Zhong Keyan merasakan betul hal ini. Dengan lukisan tinta di tangannya, dia menuju ke akademi tua di sisi timur Kota Yuexi.
Kota Yuexi adalah kota yang mempertahankan hampir 40% bangunan kuno, dengan banyak struktur kuno yang terpelihara dengan baik, bahkan pernah digunakan sebagai lokasi syuting untuk beberapa drama periode sejarah.
Akademi tersebut, diperkirakan dibangun pada era Dinasti Tang, bernama "Akademi Zunru", sedangkan lonceng besar dalam lukisan tinta berada di menara akademi ini.
Zhong Keyan menyaksikan langsung Qiu Xifan berhasil lolos dari maut, hatinya dipenuhi kegembiraan. Jika berjalan lancar, dia juga bisa mendapatkan kesempatan untuk bertahan hidup!
Bagaimanapun, dalam misi darah sebelumnya, terlalu banyak penghuni baru yang tewas. Kini dengan adanya peluang untuk bertahan hidup, apapun harus dipegang erat dan tidak boleh dilepaskan.
Saat tiba di gerbang "Akademi Zunru", terlihat halaman luas yang dikelilingi tembok batu dengan bangunan-bangunan bergaya kuno. Dua patung singa batu mengapit papan nama akademi, disertai prasasti yang menjelaskan sejarah tempat ini.
Pintu masuk akademi terbuka lebar untuk memudahkan pengunjung masuk.
Zhong Keyan menggenggam erat pisau di tangannya. Belakangan, para penghuni mulai menggunakan pisau dari apartemen karena tidak bisa rusak dan sangat praktis, sangat cocok untuk "membunuh hantu".
Saat itu, hantu perempuan dalam lukisan yang berdiri di depan menara jam, lehernya terus memanjang seperti adonan tepung. Wajahnya mulai terlihat menyeramkan seiring memanjangnya leher, mirip topeng Noh dari Jepang. Tapi setidaknya masih di depan menara jam itu, itu sudah cukup. Kota Yuexi adalah tujuan wisata terkenal, menara jam di Akademi Zunru ini bahkan tercantum di situs web pariwisata. Menara jam ini menggantikan bel sekolah, dengan membunyikan lonceng untuk menandai dimulainya jam pelajaran. Karena itu Zhong Keyan bisa menemukan tempat ini.
Zhong Keyan melangkah masuk melalui pintu gerbang akademi. Pertama-tama dia mengamati sekeliling dengan saksama. Di sekitarnya berdiri banyak bangunan kuno, di depan terdapat patung Konfusius. Saat ini, tujuan utama Zhong Keyan adalah mencari menara jam tersebut. Informasi pariwisata yang tertulis sangat singkat, sehingga sekarang dia harus mencarinya sendiri.
Di mana tepatnya lokasinya?
Beberapa langkah kemudian, dia terus melihat lukisan tinta di tangannya, sambil berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan. Bagaimanapun juga, dia sudah bersumpah untuk bertahan hidup. Demi istrinya sekalipun, dia harus tetap hidup.
Alasan Zhong Keyan memasuki apartemen itu sederhana - selirnya tinggal di salah satu apartemen di kompleks tersebut. Konon, penghuni apartemen lain di kompleks itu jarang memasuki apartemen mengerikan itu. Justru karena lokasinya sangat dekat, malah jarang orang yang berani masuk ke gang itu.
Sekarang saat merenung, Zhong Keyan menyadari bahwa karma benar-benar ada.
Selama setahun menikah, dia tidak pernah merasa tidak puas dengan istrinya. Namun, setelah bertemu dengan wanita itu, dia merasakan sensasi yang seru. Dia tahu wanita itu bukan orang baik-baik. Setelah berpapasan di metro tengah malam sepulang kerja, dia terpikat oleh keliaran dan seksi wanita itu. Tanpa alasan jelas, dia mengikuti wanita itu ke rumahnya dan berhubungan intim. Wanita itu jelas ahli dalam hal ini, menguasai berbagai "teknik" yang selalu membuat Zhong Keyan merasa nyaman. Setiap kali selesai bersamanya, perasaannya sama sekali berbeda dengan saat bersama istri. Lambat laun, dia semakin tergila-gila pada tubuh wanita itu.
Tentu saja dia tidak mungkin meninggalkan istrinya untuk wanita itu, apalagi istri begitu baik dan penuh pengertian. Dia sadar yang diinginkannya hanya tubuh wanita itu. Dia suka memandang bentuk tubuhnya yang memikat dan berbagai "keahlian" terlatihnya. Ini seperti kecanduan narkoba yang memuaskan Zhong Keyan.
Selain mengetahui nama wanita itu (yang mungkin palsu), dia tidak tahu apa-apa tentang latar belakangnya. Wanita ini juga tidak pernah memintanya bercerai atau meminta uang.
“Awalnya, Zhong Keyan yakin dirinya pasti bisa benar-benar berpisah dengannya. Namun, semakin lama semakin terjerumus. Pertemuan bulanan mereka yang awalnya dua kali sebulan, berubah menjadi empat kali sebulan, bahkan akhirnya tiga kali seminggu! Meski rasa bersalah pada istri terus menggunung, melihatnya mengurus rumah tangga dengan lelah, Zhong Keyan berkali-kali mengutuk dirinya sebagai binatang di dalam hati. Tapi apapun yang dilakukannya, dia tak bisa berhenti mencari wanita itu.”
“Hari ini, dia kembali memasuki kompleks itu. Namun batinnya bergolak: di satu sisi bayangan istri yang rajin mencuci baju dan memasak di rumah, di sisi lain siluet tubuh wanita itu dengan payudara menjulang dan lekuk tubuh bak setan. Akhirnya, dia memasuki gang itu sambil mondar-mandir. Saat berjalan, tiba-tiba bayangannya lepas dari kaki, lalu merayap masuk ke dalam gang dan menemukan apartemen yang tak seharusnya ada!”
“Karma!”
“Zhong Keyan tak menyangka karma datang secepat ini. Andai dia bisa mengalahkan roh jahat dalam dirinya, takkan mengalami akhir mengerikan ini. Kini dia harus menelan pahit buah perbuatannya. Jika bisa keluar dari apartemen ini, dia takkan cari wanita itu lagi, pasti akan baik-baik pada istri. Tapi di dunia ini tak ada kata ‘andai’.”
“Kini, terpaksa harus menghadapi!”
“Xin Jie, jika bisa selamat, aku pasti akan menggandakan upayaku untuk menebus kesalahan…”
Zhong Keyan mulai menjelajahi bangunan-bangunan kuno satu per satu, mencari lokasi menara jam. Saat ini, suasana bisa dibilang sangat mencekam. Saat pertama kali menjalankan instruksi tulisan darah, banyak penghuni yang langsung breakdown karena ketakutan, bahkan sebelum hantu muncul mereka sudah tak bisa berjalan. Oleh karena itu, tingkat kesulitan misi darah pertama biasanya tidak terlalu tinggi. Namun sekarang, akibat instruksi tulisan darah tingkat raja iblis, tingkat kesulitan misi darah biasa meningkat drastis sehingga tingkat kelangsungan hidup penghuni baru dalam misi darah pertama sangat rendah.
Zhong Keyan juga menyadari hal ini. Tapi keberhasilan Qiu Xifan bertahan hidup ditambah Pei Qingyi yang selamat dari maut dalam misi sebelumnya, sedikit memberi harapan dalam hatinya.
"Hidup, harus bertahan hidup!"
Zhong Keyan melangkah ke belakang bangunan kuno di depannya. Akhirnya, sekitar 100 meter di depan matanya, di hamparan rumput luas, berdiri menara jam itu!
Menara jam itu tingginya sekitar 3 meter. Cukup dengan memanjatnya, dia bisa langsung membunuh hantu perempuan ini!
Namun seperti An Xueli, Zhong Keyan mulai ragu saat benar-benar akan memanjat menara jam. Bagaimanapun, itu adalah hantu - eksistensi absolut yang dimitoskan para penghuni sebagai mahakuasa dan abadi. Seolah-olah bahkan dewa pun tak berdaya melawan mereka. Ini diakui oleh banyak penghuni.
Tapi Zhong Keyan tahu, sekarang dia tak punya pilihan lain. Jika tidak pergi, dia pasti akan diseret ke dalam lukisan tinta itu seperti Li Jianfei!
"Membayangkan hal ini, meskipun hati masih dipenuhi ketakutan, dia tetap bertaruh nyawa berlari ke sana!"
Saat menghadapi keputusasaan ekstrem, manusia umumnya punya dua sikap: pertama breakdown total, kedua memantulkan sepenuhnya. Meski Zhong Keyan tak bisa dibilang sepenuhnya memantulkan, justru karena berada di jurang keputusasaan, dia bisa melakukan apapun dan mengorbankan segalanya.
Dia berlari semakin cepat, jarak dengan menara jam terus menyusut!
Karena berlari terlalu kencang, kakinya tersandung batu hingga terjatuh. Lukisan tinta itu terlempar! Zhong Keyan langsung menyergap, memeluk erat lukisan sambil berguling-guling di tanah. Detak jantungnya hampir berhenti karena panik.
Dengan tangan dan pipi yang lecet, dia bangkit lalu kembali berlari ke menara jam!
"Tak boleh jatuh di sini, aku harus kembali menemui Xin Jie, aku harus menemui Xin Jie!"
Zhong Keyan terus memaksakan diri bertahan, berlari kencang ke menara jam. Di atas lukisan tinta, leher wanita itu memanjang tak wajar, wajahnya menyeringai penuh penghinaan dari ketinggian.
Saat akhirnya tiba di bawah menara jam, Zhong Keyan yang terengah-engah mengacungkan pisau ke depan, melangkah naik selangkah demi selangkah.
"Lindungilah... Semoga surga melindungi, jangan sampai terjadi musibah, jangan sampai terjadi apa-apa..."
Zhong Keyan akhirnya tiba di bagian paling atas menara jam dan melihat lonceng besar di depan matanya. Setelah membandingkan lukisan tinta dengan lonceng di depannya, Zhong Keyan jelas melihat bahwa keduanya persis sama. Kecuali... saat ini tidak ada hantu perempuan berleher panjang di sana.
Dia melangkah dua langkah. Berdasarkan pemandangan dalam lukisan, hantu perempuan berleher panjang itu seharusnya berada di depan matanya sekarang. Posisinya bisa ditentukan melalui lukisan tinta tersebut.
Terpojok ke situasi tanpa harapan, rasa takut pun tak lagi berarti. Zhong Keyan menggigit gigi, menghunus pisau di tangannya, lalu menghujamkan ke depan dengan keras!
Namun tiba-tiba dari lukisan tinta di tangannya, kepala hantu perempuan berleher panjang itu menyembul dengan ganas dan menerjang wajahnya! Zhong Keyan yang ketakutan segera melemparkan lukisan tinta itu ke bawah menara jam dengan kasar!
Saat itu juga dia menyadari, dirinya telah melanggar instruksi tulisan darah!
Sinar bulan tiba-tiba menyorot, bayangan Zhong Keyan terpantul jelas di tanah. Tiba-tiba dia menemukan dirinya tak bisa bergerak sama sekali. Tak lama kemudian, bayangannya sendiri mengulurkan kedua tangan, dan tangan Zhong Keyan pun ikut terangkat. Kedua tangan itu membentuk cakar, menutupi seluruh wajahnya, lalu mulai mencabik-cabik kulit wajahnya perlahan sebelum akhirnya mencengkeram erat dan berusaha merobek kulit wajahnya dengan kasar!
Zhong Keyan berusaha mati-matian menggerakkan tangannya, namun tangan itu sama sekali tidak menuruti kendalinya. Akhirnya, dengan teriakan menyakitkan yang memilukan, Zhong Keyan mencabik-cabik kulit wajahnya sendiri sepotong demi sepotong dan melemparkannya ke lantai!
Jeritan mengerikan terus bergema, menara jam di atas perlahan-lahan ternoda merah darah. Wajah Zhong Keyan juga terus mengucurkan darah. Akhirnya, tangannya perlahan menyusup ke soket mata, lalu jempolnya menusuk dengan keras ke dalam!
Darah menyembur seperti semprotan selang air, Zhong Keyan terus-menerus menjerit-jerit sambil bergulat. Wajahnya kini telah sepenuhnya tertutup darah, tak ada sejengkal kulit yang utuh tersisa.
"Dong"!
Akhirnya, akibat kehabisan darah, tubuh Zhong Keyan roboh dan berhenti bernapas.
Alasan begitu banyak penghuni baru yang berani masuk apartemen meski tahu mengerikannya instruksi tulisan darah, adalah karena mereka menyaksikan terlalu banyak kejadian seperti Zhong Keyan - melanggar misi darah lalu dimanipulasi oleh bayangan hingga "bunuh diri" dengan cara yang mengerikan!
Sementara itu, Shangguan Mian telah memasuki sebuah rumah di kompleks Yuezhuxuan. Yuezhuxuan juga merupakan bangunan kuno yang cukup besar. Tangan kirinya kini hanya memegang lukisan tinta, pedang panjang diikat di pinggang untuk ditarik saat ada gerakan mencurigakan. Tangan kanannya yang dirusak Raja Neraka kini tak bisa digunakan, hanya bisa pulih setelah kembali ke apartemen.
Pada lukisan tinta, pemandangan yang tercermin di pupil mata merah darah itu masih belum berubah. Sekarang, kita harus mencari papan catur go. Yang pasti, hantu ini masih berada di "Yuezhuxuan", buktinya adalah cangkir di sebelah papan catur yang terukir tiga karakter "". Cangkir itu jelas merupakan kerajinan tembikar buatan tangan.
Shangguan Mian berjalan cepat menyusuri koridor, wajahnya tak menunjukkan secuil ketakutan, terus memperhatikan gerak-gerik sekecil apapun di sekitarnya. Tapi saat melewati kamar Duoge, papan catur itu tak terlihat.
Setelah melewati pintu di depan, kami memasuki sebuah halaman. Melalui gerbang melengkung berbentuk lingkaran di halaman, terlihat bangunan kuno baru bertingkat dua berbentuk persegi. Bangunan ini disangga oleh empat pilar, pintu masuknya terbuka lebar, di dalamnya terlihat jelas sebuah penyekat ruangan.
Shangguan Mian segera masuk. Begitu melangkah ke dalam, dia melihat kursi-kursi kayu berjejer di sekeliling ruangan, di tengah terdapat penyekat ruangan yang dilukisi gambar sekumpulan wanita cantik sedang menari anggun.
Shangguan Mian melihat ke kiri, di sana terdapat tangga. Dia bergegas menuju tangga itu, menaiki anak tangga dengan cepat hingga sampai di lantai dua.
Begitu tiba di lantai dua, matanya langsung menangkap sebuah Meja Delapan Dewa di depan, di atasnya tergeletak papan catur go dan dua cangkir tembikar! Dia segera menoleh ke lukisan tinta, tapi mendapati...
Yang tercermin di pupil mata merah darah itu ternyata adalah sosok Shangguan Mian sendiri!
Dia segera mengeluarkan pisau panjang dan menghantam dengan keras ke depan!
Namun, pada saat itu, pemandangan berubah menjadi dunia yang dipenuhi tumpukan api. Kemudian, Shangguan Mian menyadari dirinya terikat di pohon, sekelompok orang di bawahnya menatapnya dengan dingin.
Hipnosis!
Ini adalah hipnosis terakhir yang dilakukan Lins Luo sebelum mati, melihat ke arah Shangguan Mian di belakangnya. Namun Shangguan Mian langsung menjauh lebih dari dua meter setelah menusuk Lins Luo. Tapi Lins Luo juga mengoptimalkan hipnosisnya hingga maksimal, sehingga tetap berpengaruh, hanya saja efek hipnosis akan tertunda beberapa saat sebelum membuat Shangguan Mian berhalusinasi.
Setelah terjerumus dalam "Mimpi Khayalan Mewah", hanya Lins Luo sendiri yang bisa melepaskannya, orang lain tidak bisa membantu. Begitu hipnosis aktif, orang yang terhipnosis akan kehilangan kesadaran sepenuhnya, terus berkeliaran di dunia halusinasi!
Meskipun efek "Mimpi Khayalan Mewah" sangat kuat, karena ini hipnosis terakhir Lins Luo sebelum mati, efeknya tidak akan bertahan selamanya, tapi dalam waktu singkat pasti tidak akan terlepas.
Pisau panjang mengambang di udara, lalu tangan Shangguan Mian melepaskannya. Pisau itu jatuh dan menancap di tanah. Shangguan Mian tetap berdiam membeku seperti boneka kayu. Lukisan tinta itu pun jatuh di kakinya.
"Saat ini, mata merah darah pada lukisan kembali mengalami perubahan. Lebih banyak darah terus mengalir keluar dari mata itu, bahkan telah tumpah ke luar lukisan tinta, mengotori lantai kayu!"
Li Zhen masih menunggu Shangguan Mian di luar Yuezhuxuan, terus-menerus melihat jam tangannya.
"Sudah lama masuk, apakah Nona Shangguan tidak apa-apa?"
## Jilid 17 Lukisan Tinta Bab 15 Tekad Li Zhen
Li Zhen masih duduk di mobil Chevrolet.
Firasat buruk masih menggelayuti pikirannya. Setelah menjalani sepuluh instruksi tulisan darah, dia lebih memahami daripada siapapun betapa banyak faktor tak terduga dalam misi darah. Keberhasilannya melewati sepuluh misi darah tidak hanya mengandalkan kombinasi kecerdasannya dengan Li Mian, tapi juga kemampuan penilaian dan improvisasinya.
Tentu saja, dia juga pernah beberapa kali nyaris tewas dalam misi darah berbahaya. Keberhasilan menyelesaikan misi-misi itu juga melibatkan faktor keberuntungan.
"Jangan-jangan terjadi sesuatu pada Nona Shangguan?"
Li Zhen teringat ketika Lynslo ingin menyerangnya dulu, Shangguan Mian menghadang di depan mereka. Meski alasan resminya ingin memanfaatkannya, situasi saat itu tetap membuatnya tersentuh.
Nyawanya sendiri sudah bagai lilin di tengah angin. Jika tidak bisa menyelamatkan Li Mian dari ruang gelap itu, dia bisa membayangkan akhir yang akan menantinya.
"Mitian..." Dia turun dari mobil, menatap langit gelap sambil bergumam, "Mungkin akhirnya aku akan menemanimu. Kakak, aku selalu merindukanmu. Sekarang ini, pasti kau sangat takut, sangat ketakutan ya? Nanti, kakak akan menghadapi ini bersamamu. Tahukah kau? Senior sudah memiliki orang yang disukainya, dan terlihat sangat bahagia."
Kemudian, dia menatap "Yuezhuxuan" di depannya, menutup pintu mobil, dan mulai berjalan ke arah sana.
"Nona Shangguan, kau pernah menyelamatkanku sekali. Sekarang, aku akan membalasmu."
Saat Mitian memasuki "Yuezhuxuan" ini, dia tahu dirinya kembali terjerumus dalam bahaya. Namun setelah mengalami terlalu banyak misi darah, dia sudah tidak merasakan apa-apa terhadap kegelapan dan kesuraman. Meski tidak tahu dimana Shangguan Mian berada, dia tetap berusaha mencari.
"Instruksi tulisan darah ini akan berakhir sekitar tengah hari besok, artinya apartemen pasti masih memberlakukan 'pembatasan' pada hantu," gumam Mitian sendiri, "Tapi sebesar apapun 'pembatasan'-nya, kita tetap tak berdaya."
Mitian telah menyaksikan terlalu banyak penghuni yang tewas dalam instruksi tulisan darah. Dia sangat paham betapa mengerikannya mimpi buruk instruksi darah bagi penghuni. Penderitaan ini, kegelapan ini, bagi siapapun adalah keputusasaan tanpa batas.
Justru karena itulah, dia semakin tidak bisa tinggal diam.
Saat ini, mata Mizhen sangat jernih, kejernihan itu seperti air bening. Seolah dia tidak pernah kehilangan senyuman dan cinta di hatinya karena apartemen.
Saat ini juga sama.
Sebenarnya dia sudah terbiasa berjalan dalam kegelapan, terbiasa menghadapi teror dan kutukan instruksi tulisan darah. Karena itu, ketika melangkah ke Yuezhu Xuan, dia tetap tenang.
Pertama-tama dia melihat sekeliling, memperkirakan rute perjalanan Shangguan Mian. Yuezhu Xuan ini tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil, menemukan Shangguan Mian dalam waktu singkat bukan hal mudah.
Mizhen bergegas menyusuri satu paviliun ke paviliun lain, mencari dengan cermat.
Sementara itu, di bawah kaki Shangguan Mian, lukisan tinta terus memercikkan darah merah segar, sementara Shangguan Mian masih terjerat hipnosis Linslow. Ini adalah teknik hipnosis "Illusory Dream" yang bahkan bisa menghipnosis "Pluto" Rufus. Meskipun dikeluarkan Linslow menjelang kematian dari jarak jauh, tidak mudah untuk terbangun dalam waktu singkat.
Sekuat apapun Shangguan Mian, saat ini dia tidak bisa melepaskan diri dari ilusi ini. Selama terperangkap, darah terus merembes dari lukisan tinta hingga akhirnya mata merah besar itu mulai merayap keluar dari lukisan!
Mata merah darah terus merayap keluar hingga tiba-tiba pupilnya menyemburkan darah dalam jumlah besar, seluruh ruangan tertutup lautan darah!
"Karena keributan yang begitu besar, akhirnya menarik perhatian Mizhen. Dia segera menyadari suara keras yang menggelegar dari sebuah bangunan di dekatnya. Darah segar menyembur deras dari jendela itu!"
"Mizhen segera menuju ke bawah bangunan tersebut, menatap tajam ke arah jendela. Darah terus mengalir deras dari jendela, dia langsung menerobos masuk melalui Pintu masuk di lantai satu!"
"Darah masih terus mengalir melalui celah-celah tangga dan langit-langit. Hanya dalam sekejap, tubuh Mizhen sudah basah kuyup oleh darah! Tapi dia mengabaikan sepenuhnya, langsung berlari menaiki tangga!"
"'Bertahanlah, Nona Shangguan!'"
"Mizhen perlahan naik tangga sembari darah terus berhamburan membuat suasana semakin mengerikan! Saat akhirnya tiba di atas tangga, dia menyaksikan pemandangan mengerikan..."
"Seorang wanita berlumuran darah sedang menempel di punggung Shangguan Mian, berusaha menyeretnya masuk ke dalam lukisan tinta itu!"
"Mizhen sama sekali tidak terkejut. Dia sudah tidak terhitung berapa banyak hantu yang lebih mengerikan yang pernah dilihatnya. Pengalaman membuatnya tak mudah panik."
"Dia segera naik ke lantai atas sambil memperhatikan lukisan tinta di lantai. Meski masih menetes darah, bisa terlihat samar-samar lukisan itu menggambarkan posisi tangga tempatnya berdiri!"
"'Jadi di sini, ya?'"
Mi Zhen mengangguk, lalu dia berlari ke depan Shangguan Mian, langsung menarik pedang panjang lain yang terselip di pinggangnya! Hantu perempuan itu sama sekali tidak menghalangi.
"Oh begitu, ini jenis penghuni tertentu ya?" Mi Zhen tersenyum tipis sambil berkata: "Tingkat kesulitan misi darah tidak tinggi. Setara dengan tingkat kesulitan misi darah kedua atau ketiga. Baik, kalau begitu..."
Dia segera menoleh ke belakang, sorot mata yang sangat tajam menyapu pedang di udara. Seketika, garis darah muncul dari dahi hantu perempuan itu memanjang sampai ke dagu! Kemudian, kepalanya terbelah menjadi dua bagian!
Semprotan darah semakin banyak, hantu perempuan itu langsung terjatuh ke lantai, lalu berubah menjadi gumpalan tinta besar!
"Cuma lukisan biasa," kata Mi Zhen memegang pedang, tersenyum memandang gumpalan tinta di antara genangan darah: "Cuma segitu kemampuannya. Untuk membuatku putus asa, paling tidak butuh misi darah dengan tingkat kesulitan tujuh atau delapan kali."
Sekitar sepuluh menit lebih kemudian, Shangguan Mian sadar. Dia membuka mata, melihat noda darah di seluruh ruangan dan Mi Zhen yang duduk di hadapannya. Mi Zhen menyungging senyum sambil menyapa: "Hai, Nona Shangguan, semuanya sudah beres. Hantu perempuan dalam lukisan sudah kubunuh. Pedang itu sangat berguna. Ah, istirahatlah dulu di sini. Masih perlu waktu sebelum kita kembali ke apartemen."
"Baru saja selesai bicara," Shangguan Mian segera meraih lukisan tinta, menyimpan dua pedang panjangnya. Di lukisan tinta itu, sosok hantu perempuan sudah tidak terlihat lagi. Kemudian Shangguan Mian melipat lukisannya sambil berkata, "Ayo pergi. Dalam kondisi seperti sekarang, kita harus membersihkan noda darah di badan dan ganti baju dulu."
"Mm." Mizhen bangkit berdiri, mengikuti di belakang Shangguan Mian.
Hari kedua, Li Yin bangun sangat pagi. Sebenarnya, dia sama sekali tidak bisa tidur. Mengenang kejadian semalam, dia memandangi Ziye yang tidur di sampingnya, menyelimutinya lebih rapat sebelum turun dari (tempat tidur). Selama ini, dia dan Ziye selalu tinggal bersama. Tentu mereka berdua memperhatikan alat kontrasepsi, karena jika memiliki anak di dalam apartemen ini, itu akan menjadi tragedi yang mengerikan.
Sampai di depan lemari es, dia membuka pintunya. Isinya sudah hampir habis dimakan.
"Masak apa ya? Telor dadar? Sudah terlalu sering. Kue mungkin?"
Saat itu, dia teringat dulu pernah membuat kue untuk Ziye. Waktu itu, dia sudah melewati empat kali instruksi tulisan darah, sementara Ziye baru menyelesaikan instruksi tulisan darah pertamanya.
Di masa itu, Dokter Tang, Yang Lin, Ouyang Jing... mereka semua masih hidup...
Berapa lama waktu yang telah berlalu? Demi Ziye, dia mengorbankan tiga kesempatan menjalankan instruksi tulisan darah secara langsung, yang ditukar dengan lebih banyak keputusasaan dan teror. Dia tidak menyesal, seandainya harus memilih lagi pun dia akan melakukan hal yang sama.
"Tapi, saat bertemu Mi Zhen, dia tiba-tiba menyadari bahwa dirinya dan orang-orang yang dulu dikenalnya telah hidup di dunia yang sama sekali berbeda."
"Dia tiba-tiba berpikir: Bagaimana jika dulu, saat Mi Zhen mengajaknya pergi ke luar negeri mencari Mi Tian, dia menerima? Maka dia tidak akan masuk ke apartemen, juga tidak akan bertemu Ziye. Mungkin akhirnya dia akan menjalani kehidupan biasa tanpa pernah mengalami semua kesedihan dan horor ini."
"Ketika melihat Mi Zhen, seolah melihat 'kehidupan sebelumnya' dirinya sendiri. Sedangkan 'kehidupan sekarang'-nya hanyalah menunggu instruksi tulisan darah di apartemen dingin ini, lalu menunggu kematian."
"Tidak ada cara untuk menolak, juga tidak ada cara untuk mencapai transendensi."
"Seandainya dulu tidak menemui Mi Zhen. Seandainya tidak menyetujui permintaannya. Sekarang, dia hampir mengalami breakdown. Masih ada enam misi darah yang harus dijalani. Apa yang akan terjadi? Tak ada yang tahu."
"Li Yin mengambil segelas air dari lemari es, meminumnya perlahan. Kemudian menutup pintu lemari es, tangannya mencengkeram erat tepian lemari es sebelum akhirnya melempar gelas itu ke lantai dengan keras!"
"Hari ini... masih harus menemui Mi Zhen, ya?"
"Pergi... atau tidak?"
"Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di benak Li Yin: Apakah benar ada orang yang bisa keluar dari apartemen ini setelah menyelesaikan misi darah kesepuluh? Jika benar ada, Li Yin ingin melihat bagaimana sosok yang telah mengatasi ribuan keputusasaan dan horor ini akhirnya mengalahkan kutukan."
"Benarkah ada orang seperti itu? Apakah orang seperti itu benar-benar ada?"
“Tengah hari, Shangguan Mian, An Xueli dan Qiu Xifan kembali ke apartemen. Saat Shangguan Mian menginjakkan kaki di apartemen, tangan kanannya yang rusak segera pulih seperti semula.”
“Saat memasuki apartemen, dia kembali melirik An Xueli. Di matanya terpancar niat membunuh dingin yang tak tersembunyi, jelas-jelas memperingatkan agar jangan menyebut-nyebut keberadaan Mizhen. An Xueli langsung mengangguk paham.”
“Ternyata ada dua penghuni baru yang kembali hidup-hidup!”
“Ini membuat sebagian besar penghuni baru apartemen bersemangat dan bersorak girang! Meski dua penghuni baru masih tewas, tapi dua penghuni baru bisa kembali hidup sudah jauh lebih baik!”
“Saat ini, semua orang juga tahu betapa mengerikannya sosok Shangguan Mian. Jadi setiap kali dia lewat, selalu ada yang menggeserkan jalan untuknya, tak ada yang berani mendekat.”
“Li Yin tak punya mood untuk memperhatikan Shangguan Mian. Melihat mereka kembali, dia berdiri dan berjalan keluar. Sesuai janji dengan Mizhen, dia akan memberikan barang peninggalan Mian Tian padanya.”
“Mau ke mana, Li Yin?” Ziye bertanya dari belakangnya: “Apa aku perlu menemanimu?”
“Tidak, tidak usah.” Li Yin menggeleng: “Aku... pergi sendiri saja.”
“Lalu dia mendorong pintu putar dan keluar dari apartemen.”
## Jilid 18 Kutukan Pencabut Nyawa Bab 1 Reuni Sekolah
“Mizhen terbangun.”
“Belakangan ini tidurnya kurang nyenyak. Kemunculan kembali kutukan sebelumnya sepertinya menandakan waktu yang tersisa tak banyak lagi. Saat bangun, dia memandang jendela lantai di samping (tempat tidur) dan halaman luar.”
“Saat ini dia menyewa rumah ini bersama Xinhu.”
Bangun dari tempat tidur, mengenakan pakaian, dia menggosok matanya lalu berjalan ke mesin kopi di dalam ruangan. Dari dalam lemari, dia mengambil sekaleng biji kopi impor yang dibawa dari luar negeri. Sama seperti , sangat menyukai kopi original.
Hari ini dia sengaja mengambil cuti karena hari yang dijanjikan untuk bertemu dengan . Sebesar apapun urusannya, pasti akan dikesampingkannya.
Belakangan ini, dia berhasil menghubungi banyak teman kuliah. Mereka semua tampak sangat senang dengan kepulangan , bahkan memutuskan untuk berkumpul kembali memanfaatkan pemicu ini. Banyak juga yang masih percaya masih hidup.
Setelah menyeduh kopi, dia mengangkat teko dan menuangkan cairan hitam pekat itu ke dalam mug keramik berkualitas. mengangkat mug itu dengan lembut.
"Haruskah aku menyetujui ajakan dan yang lain untuk berkumpul?"
berjalan perlahan ke ruang tamu. Saat ini pasti masih terlelap. Begitu tidur, dengkurannya pasti menggelegar - pengalaman ini sudah sering dialaminya. Lagipula cara tidurnya sangat berantakan, selalu berbentuk huruf '' dan sering menendang orang sampai jatuh dari . Akhirnya mereka terpaksa tidur terpisah.
"Sepertinya lebih baik aku yang membuat sarapan untuknya."
Saat membuka lemari es, tiba-tiba kepalanya terasa pening. Setelah sekian lama meninggalkan apartemen, setiap kali membuka lemari es selalu teringat kulkas ajaib yang bisa mengeluarkan makanan hanya dengan menempelkan note tempel. Hal ini membuatnya lama merasa tidak nyaman menggunakan lemari es biasa.
“Hmm, telur, yogurt, ada salad dan bacon juga. Oh, di sini ada selai.”
Mi Zhen mengeluarkan bahan makanan lalu masuk ke dapur.
Setelah bertemu kembali dengan Xinhu kala itu, mengetahui dia menyewa tempat ini, Mi Zhen mengusulkan untuk berbagi sewa. Ini karena seumur hidupnya, dia tak ingin lagi tinggal di apartemen. Bahkan dia tak mau tinggal di rumah dua lantai selamanya. Lama setelah keluar dari apartemen, melihat dinding putih saja membuatnya jijik, menonton film beradegan berdarah langsung muntah. Karena itu, hal pertama yang dilakukannya di rumah ini adalah mengganti wallpaper. Di apartemen itu, semua dinding berwarna putih polos, seolah memudahkan penghuni membaca misi darah.
Setelah menyiapkan sarapan, Lin Xinhu akhirnya keluar sambil menguap berkali-kali.
“Hmm, Mi Zhen?” Dia mengucek matanya, “Maaf merepotkanmu masakin sarapan lagi...”
Mi Zhen tersenyum kecut, “Kurasa kau tak benar-benar merasa begitu. Kalau sungguh merasa merepotkan, cepatlah lunasi utang kartu kreditmu waktu beli baju kemarin itu!”
“Ah, yang itu...”
“Sudahlah. Bercanda, jumlah segitu tak kupermasalahkan.”
Menata makanan di meja, Mi Zhen menarik kursi dan duduk. Tirai sudah dibukanya, cahaya matahari pagi menyinari ruangan. Menuangkan yogurt ke gelas untuk Xinhu, dia bertanya, “Akhir-akhir ini masih sering mimpi buruk? Peristiwa di bus itu...”
“Jangan dibahas lagi, aku benar-benar kurang beruntung. Ngomong-ngomong, Mizhen, tidakkah kamu merasa aneh? Wanita yang disebut 'Sleeping Beauty' itu sepertinya tahu penulis buku harian ini?”
“Hm. Iya, dia pernah bilang begitu.”
“Tapi sudahlah, wanita itu kemungkinan besar adalah pembunuh bayaran mafia. Waktu itu dia bahkan meledakkan bom di jalanan dan membunuh banyak polisi, sekarang benar-benar jadi buronan.”
Mizhen mengangkat gelar yoghurt, meneguk sedikit, lalu meletakkan gelasnya: “Xinhu, aku ingin bertanya. Apakah kamu akan menerima saran Han Zhen? Tentang perkumpulan teman-teman sekelas itu, dan rencana mengadakan acara di rumah senior Li Yin.”
“Tentu saja, rumah Li Yin paling luas. Ayahnya yang direktur rumah sakit itu sering muncul di TV, katanya sekarang mau membuka cabang baru, bahkan pernah makan malam bersama walikota. Tapi Rumah Sakit Zhengtian juga punya banyak skandal, selalu ada gosip miring. Tapi aku yakin ayah Li Yin pasti tidak...”
“Hari ini aku akan bertemu senior.”
“Hm?” Xinhu terkejut, “Untuk membahas ini?”
“Bukan. Waktu kuliah dulu, Mian Tian pernah memberikan salinan bagian pertama novel perdananya ke Li Yin. Setelah dia menghilang, dokumen yang ditinggalkannya tidak bisa kusimpan. Belakangan jadi kangen, jadi ingin minta ke Li Yin.”
“Oh begitu. Alasan Li Yin mau jadi penulis online juga sebagian karena pengaruh Mian Tian ya?”
“Mungkin.”
“Jadi, kamu akan bicarakan ini dengan Li Yin?”
"Benar. Kali ini akan banyak orang yang datang, Han Zhen, Bai Xiumin, Du Feng, oh iya, Yan Lang dan Qian Xiyue juga akan datang."
"Oh, mereka berdua?"
"Yan Lang dan Qian Xiyue sudah menikah."
"Hup!" Suara itu membuat Xinhu nyaris memuntahkan sebagian besar yogurt yang baru diminumnya. Ia menyeka mulutnya sambil berteriak, "Kau... kau yakin? Yan Lang dan Qian Xiyue? Qian Xiyue dulu adalah bunga kampus jurusan kita, tak terhitung yang menyukainya. Kudengar di masa kelulusan, Yan Lang sepertinya sering dekat dengannya, tapi... ini keterlaluan! Yan Lang itu pertama tidak ganteng, kedua waktu itu juga tidak punya banyak teman, terus-terusan pendiam."
Tiba-tiba ia menepuk dahinya, "Iya! Mizhen, kasus pembunuhan berdarah yang terjadi setahun sebelum kelulusan itu menggemparkan seluruh kampus! Yan Lang awalnya dicurigai polisi sebagai tersangka utama, tapi kemudian Qian Xiyue memberikannya alibi sehingga tidak dicurigai lagi. Kalau dipikir-pikir sekarang, jangan-jangan Qian Xiyue sudah pacaran dengannya waktu itu? Tidak mungkin, seleranya serendah itu?"
"Jangan bicara begitu. Han Zhen bilang baru-baru ini bertemu Yan Lang, sekarang dia menjadi desainer game terkenal, sudah lebih matang dan stabil, tidak seperti dulu."
"Desainer game? Benarkah?"
“Hmm. Misalnya, beberapa waktu lalu ada permainan online《Beast Soul Continent》yang baru mulai uji publik, itu dia yang bertanggung jawab dalam perencanaannya. Pernah dengar?”
“Tidak tahu. Untuk permainan online, aku cuma main《StarCraft》dan《Warcraft》. Ngomong-ngomong, Mi Zhen, kamu suka《permainan online》?”
“Hmm, dulu di luar negeri sempat sering main《The Sims》. Perusahaan tempat Yan Lang bekerja sekarang adalah Grup Zhenhuan,《Beast Soul Continent》adalah game RPG terbaru yang mereka rilis.”
“Oh ya? Nanti aku cari di internet, Beast Soul Continent... Hmm, apa Han Zhen sudah bertemu Qian Xiyue?”
“Sudah. Dia baru saja hamil.”
“Benarkah?” Xin Hu segera berdiri, berkata dengan gembira: “Itu harus diucapkan selamat padanya, akan menjadi ibu. Wah, benar-benar tidak terlihat.”
Setelah sarapan, Mi Zhen dan Xin Hu mencuci piring bersama. Mi Zhen mengelap tangannya, melihat jam di dinding: “Aku harus pergi. Xin Hu, mungkin tidak pulang untuk makan siang, makanlah sendiri.”
“Boleh juga. Apa kamu mau makan siang dengan Li Yin?” Xin Hu melihat Mi Zhen berganti baju: “Sebenarnya, aku tahu kamu sangat sedih Li Yin punya pacar, kenapa tidak mencoba lagi? Punya pacar kan belum tentu menikah. Aku yakin, pacarnya itu pasti tidak mencintai Li Yin sepertimu!”
“Sudah, jangan dibahas lagi.” Mi Zhen mengangkat tasnya: “Aku pergi dulu. Kalau ada telepon cari aku, bilang aku pulang sore.”
“Mizhen pergi ke luar, berjalan menuju halte bus di depan jalan. Sebenarnya masih ada waktu sebelum bertemu Li Yin, tapi dia memutuskan untuk datang lebih awal.”
“Tiba-tiba dering ponsel di dalam tas berbunyi. Dia mengeluarkan ponselnya - nomor telepon yang tidak dikenal. Setelah diangkat, terdengar suara perempuan: 'Tolong konfirmasi, ini ponsel Chu Mizhen kan?'”
“'Iya, benar. Kamu...'”
“'Syukurlah, Mizhen! Aku Xiyue, masih ingat?'”
“'Benarkah?' Wajah Mizhen berseri-seri: 'Benar-benar kamu? Baru saja aku sedang membicarakannya dengan Xinhu. Katanya kamu akan menjadi ibu? Selamat ya.'”
“'Han Zhen cepat sekali bocorin ya. Kamu pulang ke Tiongkok tapi tidak menghubungiku?'”
“'Waktu itu kan kamu pindah rumah? Bahkan nomor ponselmu diganti. Aku juga baru tahu dari Han Zhen bahwa kamu menikah dengan Yan Lang. Karena di luar negeri beberapa tahun ini, tidak tahu kabarmu.'”
“'Yah pokoknya senang kamu kembali. Ngomong-ngomong, Li Yin? Sudah bertemu?'”
“'Ah, sudah ketemu beberapa hari lalu. Han Zhen bilang mau adakan reuni alumni di rumahnya. Sekarang aku mau menemui dia. Oh ya, katanya suamimu sekarang sangat sukses. Aku sudah lihat situs resmi game 《Benua Jiwa Hewan》, keren sekali.'”
“'Dia sih emang maniak game. Sekarang asyik, kita bisa berkumpul lagi bersama...'”
“Sebentar kemudian, suasana hening sejenak di ujung telepon.”
“'Andai... Mi Tian bisa datang juga.'”
“Mizhen bisa merasakan bahwa Xiyue juga sangat sedih. Dia segera berkata, 'Sudahlah, Xiyue, jangan bersedih untukku. Bukankah lebih baik kita semua berkumpul dengan gembira? Ngomong-ngomong, kira-kira kapan bayinya lahir?'”
“Dokter bilang sekitar Januari tahun depan. Mizhen, kamu benar-benar tidak berubah sama sekali, suaramu masih penuh semangat. Sekarang ini apakah kamu sudah punya pacar?”
“Tidak juga, masih sendiri. Eh, bus sudah datang, aku harus bertemu senior Li Yin sekarang. Lain kali kita lanjutkan lagi ya.”
“Ya, baiklah.”
Setelah menutup telepon, Mizhen berjalan menuju bus yang ada di depannya.
Setengah jam kemudian, dia tiba di Kafe "Mata Biru". Saat turun dari bus, tiba-tiba dia sangat berharap bisa melihat Li Yin muncul di halte. Meskipun ini tidak realistis, mengingat masih ada waktu sebelum janji temu.
Tiba-tiba dia teringat perkataan Xinhu.
“Xinhu, jika tidak ada kutukan ini, pasti aku akan berusaha mati-matian. Tapi sepertinya jumlah tahun yang tersisa untukku pun masih menjadi pertanyaan besar.”
Dia sudah mempertimbangkan banyak cara untuk melepas kutukan. Beberapa kali juga berhubungan dengan Xia Yuan, tapi hasilnya tetap tidak ada solusi. Kecuali jika Mitian bisa diselamatkan. Kemudian, berdasarkan buku harian ini dia pergi ke luar negeri, dan tidak lagi menghubungi Xia Yuan. Tak disangka, pria itu juga sudah meninggal.
“Mizhen.”
Saat berjalan di halte dan hendak menuju kafe terdekat, Mizhen mendengar suara dari belakang yang sangat familiar, bahkan bisa dibilang suara yang selalu dirindukannya.
Menoleh ke belakang, di bawah sebuah pohon, Li Yin berdiri di sana sambil tersenyum dan melambainya.
"Aku tahu kamu pasti datang lebih awal, jadi aku menunggumu di sini."
Li Yin berjalan perlahan mendekatinya, berkata: "Ternyata tebakanku benar. Ayo, kita pergi."
Mizhen hanya terdiam memandangi Li Yin. Setelah lama, baru dia berkata: "Tahukah kamu? Aku selalu menantikan kehadiranmu di peron ini? Senior, apakah kamu... tahu perasaanku?"
"Hm." Li Yin mengangguk, "Tentu aku tahu perasaanmu. Bagaimanapun juga, kamu dan Mitian adalah teman paling berharga bagiku, sekaligus kenangan terindah di masa kuliahku."
Hanya saja... "teman". Mizhen berpikir demikian. Namun kehadiran Li Yin di sini tetap membuat hatinya dipenuhi sukacita. Meski terancam kutukan ini, bersama Li Yin seolah memiliki keyakinan tak terbatas.
"Hm!" Mizhen tersenyum manis, "Tentu saja, senior juga teman terbaikku."
Beberapa menit kemudian, mereka berdua duduk di Kafe Blue Eye.
"Bertahun-tahun berlalu, varietas kopi tetap tak berubah, rasanya masih sama." Kali ini Li Yin memesan secangkir kopi dan mulai meminumnya.
"Tentu saja," Mizhen melihat ke bar di belakangnya, "Baristanya masih orang yang sama, bertahun-tahun masih pemuda itu. Seharusnya dia masih mengenali kita kan?"
“Seharusnya begitu. Dulu, selalu Han Zhen, kalian kakak-beradik, aku, serta Lin Xinhu, Qian Xiyue, Du Feng yang datang. Oh iya, ini untukmu.”
Li Yin mengeluarkan sebuah disket dan memberikannya kepada Mi Zhen, berkata: "Semua ada di dalamnya. Dua hari ini aku membacanya kembali, tulisan Mi Tian jauh lebih bagus dariku, dia benar-benar cocok menjadi penulis."
“Hmm? Benarkah?” Mi Zhen menerima disket dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mengaduk cangkir kopi di depannya, lalu menyeruput kopi sambil berkata: “Menurutku tulisan Senior lebih bagus.”
Ia menyimpan disket itu dan melanjutkan: “Sebenarnya, Han Zhen bilang ingin kita mengadakan reuni alumni. Bagaimana pendapatmu? Kira-kira akan datang lebih dari 20 orang, hanya rumah Senior yang bisa menampung sebanyak itu.”
“Reuni alumni?” Li Yin terkejut, bertanya: “Usulan Han Zhen?”
“Iya. Oh iya, tahukah kamu? Yan Lang dan Qian Xiyue sudah menikah, eh, jangan sampai kamu menyemburkan kopi seperti Xinhu ya, Senior.”
“Benarkah?” Li Yin meletakkan cangkir kopi, memandang Mi Zhen dengan penuh keheranan: “Yakin?”
“Yakin. Dia sendiri sudah mengonfirmasi lewat telepon. Dan bulan Januari tahun depan, dia akan menjadi ibu. Gimana? Senior, setuju? Aku sebenarnya ingin kita semua berkumpul lagi.”
“Begitu ya, entah orang tuaku setuju atau tidak.”
“Tidak masalah kan? Orang tua Senior kan baik-baik, dulu waktu aku dan Mi Tian main ke rumahmu, Ibu kamu melayani kami dengan sangat baik.”
“Ibu memang sangat menyukaimu. Tapi sebaliknya, dia tidak terlalu suka Mitian.”
“Karena Mitian selalu cemberut.”
“Hmm, mungkin begitu.” Li Yin mengamati ekspresi Mizhen dengan seksama, lalu menghela napas panjang. “Baiklah. Aku juga ingin bertemu dengan mereka semua.”
Saat itu, Li Yin teringat kasus berdarah yang terjadi di kampus dulu.
Korban pembunuhan saat itu total empat orang. Salah satunya adalah Wang Shaojie, teman sekelas Li Yin yang juga salah satu pengagum Qian Xiyue. Setelah keempat orang itu terbunuh, tersangka utama adalah Yan Lang. Saat itu, hanya karena Qian Xiyue memberikan alibi untuknya, kecurigaan padanya bisa dihapus. Lalu, setelah lulus mereka malah menikah?
Bagaimanapun, meski dulu sekelas, hampir tidak ada interaksi antara mereka berdua. Yan Lang yang penakut, introvert, dan tidak mudah bergaul, hampir tidak pernah berbicara dengan Qian Xiyue. Pada hari kejadian, selama lebih dari dua jam waktu perkiraan kematian keempat korban, mereka ternyata terus bersama. Justru karena tidak ada hubungan apa pun antara mereka, kesaksian Qian Xiyue terasa lebih kredibel. Tapi saat itu, Yan Lang memang tersangka paling kuat.
Selain itu, orang yang menemukan jenazah Wang Shaojie saat itu adalah Li Yin sendiri. Ia masih ingat jelas wajah Wang Shaojie yang penuh kebencian dan dendam. Kedua pupil matanya memancarkan niat jahat yang begitu kuat, seolah memberikan kutukan kepada siapapun yang memandangnya.
Seolah-olah, itu bukan jenazah, melainkan hantu galak yang kejam...
## Jilid Kedelapan Belas Mantra Pengikat Jiwa Bab Kedua Pertemuan Pertama Ziye dan Mizhen
Setelah berpisah dengan Li Yin, orang pertama yang dihubungi Mizhen adalah Qian Xiyue. Xiyue adalah "sahabat" yang satu asrama dengan Mizhen selama kuliah dulu, mereka hampir tidak memiliki rahasia. Oleh karena itu, Xiyue sangat memahami perasaannya terhadap Li Yin.
Telepon tidak lama kemudian tersambung.
"Halo, Xiyue?" Mizhen langsung berbicara setelah telepon tersambung: "Kakak kelas itu sudah setuju, nanti kita janjian di rumahnya. Iya, beri tahu Yan Lang. Ngomong-ngomong soal kalian menikah, aku baru tahu sekarang. Meskipun aku di luar negeri, asalkan kamu menelepon, pasti akan segera pulang untuk menghadiri pernikahanmu."
Di ujung telepon, Qian Xiyue memegang ponsel sambil berdiri di depan deretan jendela, tangannya memegang segelas susu. Di dalam ruangan sudah terpasang tempat tidur bayi, dinding ditempeli poster bayi besar, di meja belajar terdapat banyak buku tentang pendidikan prenatal.
"Sebenarnya pernikahan kami sangat sederhana." Xiyue meneguk susunya, berkata: "Waktu itu hanya dihadiri beberapa keluarga. Menikah sekitar setengah tahun setelah lulus, masa-masa itu sangat sulit, kalau pakai istilah sekarang mirip 'pernikahan telanjang' ya? Tidak punya rumah, tidak ada tabungan. Kamu tahu kondisi ekonomi orang tua saya dan orang tua Yan Lang sangat kurang. Lama setelah lulus, kami juga sulit mencari kerja, benar-benar tidak mungkin mengadakan resepsi mewah."
“Aku juga tahu hal seperti ini, tapi sekarang hidup kalian pasti sudah baik, kan? Suamimu sekarang adalah pengembang permainan yang sangat populer. Ngomong-ngomong, aku ingat saat kuliah dulu, dia memang sering membaca majalah permainan.”
“Benar, waktu itu dia hanya mempelajari strategi permainan. Kemudian Yan Lang menemukan minatnya yang besar pada game online. Saat itu dia sangat suka main 《Resident Evil》, 《Fatal Frame》.”
“《Fatal Frame》 kan permainan horor? Aku cuma pernah main 《The Sims》.”
“Itu... Mizhen.”
“Ada apa?”
“《The Sims》 bukan game online.”
“Hmm... sepertinya benar ya.”
Qian Xiyue kali ini juga tertawa geli, lalu berkata: “Sudah, jangan bahas ini lagi. Kalau begitu kita bertemu sesuai rencana.”
“Kamu sedang hamil sekarang, apa tidak sulit untuk keluar rumah?”
“Tidak masalah, dokter juga menyarankan olahraga ringan di luar baik untuk kesehatan bayi. Sekarang aku juga mengikuti kursus prenatal yang mencakup pengetahuan tentang musik untuk stimulasi janin.”
“Pasti akan lahir bayi yang sehat, sekali lagi selamat ya, Xiyue.”
Setelah komunikasi dengan Zhen He terputus, Xiyue Qian mengelus perut yang sudah membesar dengan ekspresi sangat puas. Dia memang wanita yang sangat cantik, meski sedang hamil, tetap memancarkan pesona. Di bawah rambut keritingnya, bayangan mata merah muda samar terlihat di sekitar bulu mata. Ciri-ciri wajah yang sempurna hanya bisa digambarkan sebagai sempurna, benar-benar wanita yang membuat orang terpana. Dulu di kelas Li Yin, banyak yang sangat menyukai Xiyue Qian.
Rumah ini sangat besar, bisa menampung lima atau enam orang. Di era harga properti yang selangit, memiliki rumah sebesar ini di lokasi strategis membuat banyak orang iri. Tapi jika diingat kembali, saat lulus kuliah dulu, hidup sangat sederhana. Bahkan setelah menikah, mereka tak punya rumah sendiri. Dengan saling mendukung, mereka melewati berbagai masa sulit hingga bertahan sampai hari ini. Mengingatnya saja terasa sangat mengharukan.
Tapi akhirnya semuanya berakhir. Semua kesedihan dan kemalangan masa lalu telah berlalu. Sekarang, Xiyue Qian merasa sangat puas dan bahagia. Sambil mengelus perut yang membesar, dia berpikir tentang bayi yang sedang tumbuh dalam tubuhnya, berdoa agar kebahagiaan ini bisa bertahan selamanya.
Malam hari, suaminya Yan Lang akhirnya pulang. Saat melangkah melewati pintu, Yan Lang langsung berseru girang: "Xiyue, aku pulang! Kabar baik! Pemain online 《Benua Jiwa Hewan》 sudah melebihi..."
"Yan Lang yang riang, melihat istrinya duduk di sofa dengan mata tertutup dan mengenakan headphone. Tampaknya dia sedang mendengarkan musik prenatal yang diajarkan dalam kursus. Sepertinya dia sama sekali tidak mendengar suara pintu dibuka suaminya."
"Berbeda kontras dengan kecantikan Qian Xiyue, Yan Lang sama sekali tidak tampan. Wajahnya sangat biasa, termasuk tipe wajah yang sangat umum. Ini salah satu alasan utama Lin Xinhu memuntahkan yogurt saat mendengar pernikahan mereka."
"Ah? Kamu sudah pulang."
"Qian Xiyue baru menyadari suaminya pulang, segera melepas headphone dan berdiri."
"Duduk saja." Yan Lang bergegas mendekat, "Sudah makan malam?"
"Belum. Aku menyuruh Xiao Qi menunggu kamu pulang dulu."
"Kamu sedang hamil, harus makan tepat waktu. Ayo, aku temani."
"Dasar..." Qian Xiyue tersenyum menggandeng tangan suaminya ke meja makan. Keduanya berbagi kebahagiaan. Selama tahun-tahun pernikahan, mereka saling mendukung melalui suka-duka, tak pernah terpisahkan."
"Oh ya, Mi Zhen baru saja menghubungiku."
"Chu Mizhen?" Yan Lang melepas jas dan menggantungnya di rak pakaian ruang tamu, "Kamu bisa kontak dia? Ketua kelas Han Zhen yang kasih kontaknya?"
"Iya. Katanya akan ada reuni di rumah Li Yin. Kamu ikut kan?"
"Setelah mengatakan itu, Yan Lang tertegun sejenak. Namun kemudian dia berkata, 'Kamu sedang hamil, tidak apa-apa?'"
"Aku ingin bertemu dengan semua orang, lagipula rumah Li Yin tidak terlalu jauh, semuanya di Distrik Baiyan. Terutama dengan Mizhen dan Li Yin, sangat ingin bertemu mereka."
"Benar juga, saat itu kamu sekamar dengan Mizhen, pasti hubungan kalian sangat dekat."
Yan Lang tidak memiliki ikatan emosional yang kuat dengan reuni sekolah, mengingat dulu dia cukup terasingkan di kelas dan tidak memiliki banyak teman yang sepaham. Biasanya, dia selalu menyendiri sambil membaca majalah game. Saat itu, dia hanya tertarik bermain game dan menulis skenario game. Bisa berkembang sampai seperti sekarang ini, benar-benar tidak mudah.
"Baiklah, kalau kamu mau, kita pergi saja. Tapi sama sekali tidak boleh minum alkohol. Jika bermain sampai terlalu malam, kita pulang lebih awal."
"Ya, baik, aku mengerti."
Maka hari yang ditunggu pun tiba.
Hari itu, apartemen tidak mengeluarkan instruksi tulisan darah.
Li Yin memutuskan untuk membawa Ziye ke reuni kali ini untuk memperkenalkannya kepada Han Zhen, Mizhen, dan yang lain. Lagipula Han Zhen juga akan membawa pacarnya. Semua orang ingin bertemu pacar Li Yin setelah mendengar kabar itu. Mengingat orang tua juga sudah bertemu Ziye, akhirnya Li Yin menyetujui.
Di dalam Kamar 404, Ziye membantu Li Yin mengikat dasi. Beberapa hari ini, mungkin karena tinggal bersama Li Yin, wajah Ziye semakin berseri. Wajahnya yang semula muram kini mulai memancarkan kecantikan alami. Li Yin menggenggam tangannya dan berkata: "Teman-teman kampusku semuanya orang baik, jadi jangan khawatir. Jika ada misi darah yang dirilis, aku akan segera meminta Pei Qingyi menghubungiku."
"Hmm. Aku juga ingin bertemu dengan teman kuliahmu." Setelah selesai mengikat dasi Li Yin, Ziye berkata: "Sudah. Jas ini memang sangat bagus, tapi mengapa harus berpakaian begitu formal hanya untuk bertemu teman sekelas?"
Li Yin tersenyum pahit dan menjawab: "Lebih baik terlihat sopan."
Karena... mungkin ini adalah pertemuan terakhir dengan mereka semua...
Setelah keluar dari apartemen, Li Yin dan Ziye langsung naik taksi pulang. Lagipula kartu transportasi bisa digunakan tanpa batas, jadi memilih moda transportasi tercepat adalah hal yang wajar.
Sementara itu, Li Yong dan Yang Jinghui masih lembur di rumah sakit. Belakangan ini mereka mulai membangun cabang Rumah Sakit Zhengtian, membuat rumah sakit sangat sibuk. Sebenarnya tidak ada orang di rumah. Setelah tiba, Li Yin dan Ziye langsung masuk dan mulai mempersiapkan segalanya.
Mereka merapikan ruang tamu, memindahkan meja bundar ke tengah ruangan, kemudian Li Yin dan Ziye masuk ke dapur dan mulai sibuk bekerja.
Rumah Li Yin memiliki tiga lemari es dengan persediaan makanan yang sangat lengkap. Dia juga memesan beberapa makanan matang melalui telepon dan mulai menyusun menu dengan detail. Bagaimanapun juga ini reuni teman sekelas setelah bertahun-tahun berpisah, dia tidak boleh sembarangan.
Li Yin dan Ziye, karena keduanya pernah tinggal sendirian dalam waktu lama, sangat mahir dalam memasak. Saat ini Ziye sibuk memotong sayuran, sementara Li Yin mulai menuangkan minyak ke dalam wajan.
"Hmm, sudah hampir cukup. Baik, tambahkan sedikit baijiu lagi. Ziye, masukkan sayuran ke dalam wajan..."
Kemudian mereka mengaduk-aduk telur dan mengeluarkan beberapa botol anggur serta baijiu yang tersimpan di rumah. Persediaan minuman di rumah ini sangat melimpah, mulai dari XO hingga Moutai semuanya tersedia.
Akhirnya setelah semua persiapan selesai dan semua hidangan tertata di meja, para tamu pun mulai berdatangan satu per satu. Yang pertama tiba adalah Han Zhen dan pacarnya.
Mellihat kumis tipis di wajah Han Zhen yang baru masuk, Li Yin hampir tidak mengenalinya.
"Li Yin!" Han Zhen menepuk bahu Li Yin begitu masuk, berkata: "Lama tidak bertemu, kau benar-benar kejam. Hampir dua tahun kita tidak berjumpa, ya? Sedang sibuk apa akhir-akhir ini?"
Saat ini, Li Yin seolah melupakan kutukan yang menimpanya, melupakan statusnya sebagai penghuni apartemen mengerikan. Menyambut kedatangan sahabatnya ini, ia merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Walau hanya untuk satu malam saja, menjadi Li Yin yang biasa-biasa saja, bukan Loushang Li Yin dari apartemen itu.
“Berikutnya, orang-orang terus berdatangan, Bai Xiumin, Luo Cheng, Tang Wen, Zhou Zhengliang... Setiap orang yang melihat Ziye memuji selera Li Yin yang sangat baik, tidak hanya cantik secara fisik tetapi juga beraura elegan. Dengan cepat, banyak orang yang menyukai Ziye.”
“Dan pada saat ini, Mi Zhen akhirnya tiba.”
“Dia masuk melalui pintu bersama Xinhu. Sebelumnya, dia sudah tahu bahwa Li Yin akan membawa pacarnya. Selama ini dia penasaran, siapa yang begitu beruntung bisa memenangkan hati sang senior. Ketika dia memasuki ruang tamu dan pertama kali melihat Ziye, Mi Zhen tak bisa mengalihkan pandangannya darinya.”
“Sungguh wanita yang sempurna...”
“Ini adalah perasaan tulus Mi Zhen. Wajah Ziye yang meskipun dingin namun terlihat sangat anggun, matanya yang dipenuhi kecerdasan dan kecerahan yang bisa menembus segalanya. Seolah-olah jika bertatapan dengannya, tak ada rahasia yang bisa disembunyikan.”
“Xinhu,” Mi Zhen berbisik pada Xinhu di sampingnya, “Aku mengaku kalah, kalah total. Senior, ternyata memilih wanita yang luar biasa.”
“Mi Zhen berjalan perlahan mendekati Li Yin dan Ziye, tersenyum berkata, ‘Senior, tidak mau memperkenalkannya padaku?’”
“‘Kau datang, Mi Zhen.’ Li Yin segera menjawab, ‘Dia adalah pacarku yang pernah kubicarakan padamu sebelumnya, Ying Ziyue.’”
“‘Ying?’ Mi Zhen tertegun, bertanya, ‘Apakah itu ‘Ying’ yang sama seperti Kaisar Qin Shi Huang Ying Zheng?’”
“‘Benar. Marga yang langka, bukan?’”
"Ya, tapi juga terasa sangat beraura kekaisaran. Bagaimanapun, Ying Zheng adalah kaisar pertama dalam sejarah Tiongkok kuno. Senang bertemu denganmu, Ying Ziyue. Namaku Chu Mizhen."
"Halo," Ziye mengangguk sedikit, "Li Yin juga pernah menyebutkan tentangmu padaku."
Saat itu, suasana terasa sangat peka. Xinhu di belakang tampak gugup, berpikir: Pertemuan seperti ini benar-benar canggung. Semoga tidak ada masalah ya?
"Kakak kelas itu orang yang sangat lembut dan pengertian. Nona Yin, selera Anda sangat baik." Chu Mizhen tetap tersenyum ramah. Siapapun yang melihat senyumannya tidak akan bisa membenci dirinya. Di masa kuliah dulu, cukup banyak orang yang diam-diam menaksir Mizhen.
Tentu saja, dibandingkan Qian Xiyue, dia masih sedikit kalah.
Dan tepat pada saat itu, Yan Lang dan pasangannya Qian Xiyue akhirnya tiba.
## Jilid 18 Mantra Pengikat Jiwa Bab 3 Pelaku
Yan Lang akhirnya tidak bisa melawan keinginan istrinya, akhirnya membawanya ke rumah Li Yin. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, Qian Xiyue masih mengingat dengan jelas alamat rumah Li Yin.
"Li Yin juga sudah punya pacar. Waktu berlalu begitu cepat." Qian Xiyue mengelus perutnya yang sudah membesar, "Tapi aku tidak menyangka keinginannya dulu untuk menjadi novelis seperti Chu Mitian benar-benar menjadi kenyataan."
“Qian Xiyue saat ini sudah tiba di depan rumah Li Yin bersama Yan Lang. Yan Lang menopang istrinya dengan penuh kehati-hatian. Sekarang, dia sangat menghargai kehidupan yang ada di dalam perut istrinya. Hari-hari paling menyakitkan pun sudah mereka lewati, akhirnya menanti hari ini. Bagaimanapun juga, dia bertekad untuk memegang erat kebahagiaan di tangannya.”
“Tapi, ngomong-ngomong, dulu kamu jarang bicara dengan teman sekelas,” tiba-tiba Qian Xiyue berkata: “Setiap hari di kelas hanya baca majalah game atau main game. Waktu itu, satu-satunya yang mau mengajakmu bicara sepertinya cuma Chu Mizhen.”
“Kamu ingat sekali detailnya.” Yan Lang tersenyum pahit, akhirnya sampai di depan pintu rumah Li Yin. Suara riuh di dalam ruangan sudah jelas terdengar. Dia menekan bel pintu, tak lama kemudian pintu terbuka. Orang yang membukakan pintu adalah Li Yin.
“Yan Lang, Qian Xiyue?” Li Lang segera berkata: “Cepat masuk!”
Setelah keduanya masuk, semua orang di ruangan langsung menatap mereka. Bagaimanapun, masih ada beberapa yang tidak tahu soal pernikahan mereka. Terutama saat melihat perut yang membuncit milik Qian Xiyue, banyak yang terkejut.
“Wah, tidak mungkin?” Bai Xiumin si cerewet kelas dulu berkata tak percaya: “Qian Xiyue sudah menikah?”
“Xiumin, lama tidak berjumpa,” Qian Xiyue tersenyum sambil melambai padanya: “Aku dan Yan Lang menikah tak lama setelah lulus, maaf tidak mengundang kalian semua ke resepsi.”
“Aiyaya, akhirnya kalian datang!”
“Mi Zhen adalah yang paling bersemangat, langsung berlari ke depan Qian Xiyue. Melihatnya yang sedang hamil, dia langsung berkata, “Bagus sekali, akhirnya bertemu lagi denganmu. Semuanya, sudah siapkan hadiah belum? Soalnya dulu kita tidak sempat menghadiri pernikahan kalian, harusnya kita gantiin ya?”
“Ah, sepertinya iya ya,” Han Zhen berbasa-basi, “Meski agak terlambat, selamat untuk kalian berdua.”
“Benaran? Yan Lang menikahi Qian Xiyue?” Bai Xiumin terbelalak, “Ini bisa terjadi?”
Bagaimanapun, keduanya terlihat sangat tidak cocok. Qian Xiyue terlalu mencolok. Meski berasal dari keluarga sederhana, dia sangat ramah dan lembut, dulu sangat populer di kelas. Hal ini bertolak belakang dengan Yan Lang. Selain itu, dulu banyak yang mengejarnya, selain Wang Shaojie, banyak juga pria dengan kondisi jauh lebih baik dari Yan Lang. Meskipun sekarang Yan Lang telah menjadi desainer game yang sukses, tapi dulu di kelas dia adalah sosok yang tidak punya eksistensi sama sekali, tampangnya juga tidak tampan, bahkan kepribadiannya sangat pengecut. Jika dulu ada yang bilang dia akan menikahi Qian Xiyue, pasti akan dianggap orang bodoh.
Tapi hal ini benar-benar terjadi di depan mata! Kecuali beberapa orang yang sudah tahu kebenaran, sisanya terlihat seperti melihat alien, butuh waktu lama baru bereaksi dan memberikan ucapan selamat.
“Sepertinya teman-teman sekelasmu semua terlihat sangat terkejut.” Ziye berjalan mendekati Li Yin dan berkata, “Apa kamu akrab dengan pasangan suami istri mereka?”
“Aku cukup akrab dengan Qian Xiyue, tapi Yan Lang... selama empat tahun kuliah, percakapanku dengannya tidak lebih dari sepuluh kalimat. Lagipula sifatnya terlalu penyendiri.”
“Mi Zhen sepertinya cukup akrab dengannya?”
“Hmm, Mi Zhen itu spesial. Hampir semua orang di kelas akrab dengannya. Popularitasnya di kelas kita dulu pasti No.1. Qian Xiyue terutama sangat disukai teman-teman pria, sedangkan Mi Zhen punya hubungan yang sangat baik dengan semua orang baik pria maupun wanita. Begitu dia berada di kerumunan orang, pasti langsung menarik perhatian semua orang. Selalu jadi pusat perhatian.”
Di masa kuliah, selain Mi Tian, orang yang paling dekat dengan Li Yin tentu saja adalah Mi Zhen.
Akhirnya semua orang sudah datang. Mereka duduk mengelilingi meja penuh hidangan sambil tersenyum bahagia. Berkumpul kembali setelah bertahun-tahun lulus, hari seperti ini memang sangat menyenangkan. Yan Lang dan Qian Xiyue secara alami menjadi pusat perhatian.
Acara makan malam berlangsung sangat meriah, dengan topik pembicaraan yang terus berfokus pada pasangan Yan Lang.
“Yan Lang,” Han Zhen sengaja memilih duduk di samping Yan Lang, tangan kanannya melingkari leher pria itu sambil berbisik di telinganya, “Jujur saja, bagaimana caramu bisa menikahi bunga departemen kita?”
“Tidak ada yang spesial,” Yan Lang menggelengkan kepala, “Kami baru mulai menjalin hubungan cinta setelah lulus.”
“Jawaban yang asal-asalan seperti ini tidak boleh!” Bai Xiumin bertanya dengan panik: “Cepat katakan, sebenarnya ada apa? Aku sudah dibuat penasaran, ngomong-ngomong, sekarang kamu jadi desainer game?”
“Iya, waktu itu sangat sulit, game pertama yang kudesain butuh waktu lama sampai akhirnya dipakai. Baru-baru ini game karyaku 《Bestiarium Continent》baru saja mulai open beta, kalian bisa lihat di halaman utama situs Grup Zhenhuan.”
Yan Lang sekarang benar-benar berbeda dari dulu, bicaranya cepat dan suaranya lantang, sangat kontras dengan kepribadiannya yang penakut dahulu.
Han Zhen ingin menuangkan bir ke gelas Yan Lang, tapi dia berkata: “Jangan, nanti aku harus mengantar Xiyue pulang, jadi lebih baik tidak usah minum alkohol.”
“Eh, coba kita ingat-ingat,” tiba-tiba Bai Xiumin berkata: “Yan Lang dan Xiyue, kapan mulai dekat? Oh iya, sepertinya sejak kasus pembunuhan itu...”
Saat itu, semua orang langsung hening.
“Iya, sepertinya benar,” Luo Cheng mantan wakil ketua kelas juga berkata: “Ya, waktu itu ketika Wang Shaojie dibunuh.”
Li Yin sedang meneguk birnya, tiba-tiba ia memperhatikan tangan Qian Xiyue yang memegang sumpit gemetar hebat, hampir menjatuhkannya. Ekspresi Yan Lang juga tiba-tiba menjadi tidak wajar.
“Hmm, Wang Shaojie ya,” Zhou Zhengliang di sebelah Luo Cheng juga berkata: “Kasus itu sampai sekarang belum tertangkap pelakunya, saat itu juga sangat menggemparkan. Saat itu, dia dibunuh bersama tiga siswa lain, ketiga siswa itu bukan dari kelas kita. Meskipun orang ini selalu sok jagoan karena punya ayah kaya dan berkuasa, tapi cara kematiannya terlalu mengenaskan. Waktu itu, Yan Lang kamu sempat dicurigai sebagai pelakunya kan? Dari awal aku sudah tahu pasti bukan kamu, kamu terlalu penakut untuk itu, saat itu karena Qian Xiyue yang membuatkan alibi untukmu… Ngomong-ngomong, apakah kalian sudah mulai pacaran sejak saat itu?”
“Tidak, belum.” Yan Lang segera menggelengkan kepala: “Aku dan Xiyue baru mulai berpacaran setelah lulus, waktu itu kebetulan kami sedang bersama.”
“Tapi tetap saja Xiyue menyelamatkanmu,” Han Zhen segera menyahut: “Pasti kalian jadi semakin akrab karena itu? Benar, pasti begitu! Kalau dipikir, kamu malah dapat hikmah dari musibah.”
Saat itu, suara sumbang terdengar.
“Zhou Zhengliang, kamu bilang Yan Lang penakut? Kurasa belum tentu.” Wen Qian yang memegang cangkir anggur putih dengan wajah kemerahan berkata dingin: “Waktu itu, polisi sempat menetapkan Yan Lang sebagai tersangka utama!”
“Wen Qian waktu itu diam-diam menyukai Wang Shaojie di kelas, ini adalah rahasia umum. Wang Shaojie tampan, keluarganya kaya, wajar jika ada yang menyukainya. Semua orang juga tahu hal ini, tapi dengan pernyataan seperti itu di acara ini, semua merasakan suasana yang penuh ketegangan.”
“Hei, Wen Qian, kamu mabuk!” Han Zhen cepat-cepat melambaikan tangannya dan berkata: “Hari ini adalah acara langka berkumpulnya teman kuliah, kenapa kamu bicara seperti ini?”
“Ada apa?” Wen Qian malah menunjuk Yan Lang dan berkata: “Kamu, selalu di-bully Wang Shaojie! Kamu pikir aku tidak tahu? Aku juga tahu, kamu pernah dipukuli sampai telanjang oleh Shaojie dan difoto! Hehe, masih ada tiga orang lain yang juga selalu menindasmu!”
“Apa?”
Semua orang terkejut dan melihat ke Yan Lang. Mereka memang mendengar Yan Lang ditetapkan sebagai tersangka utama karena sering ditindas. Tapi soal dipukuli telanjang dan difoto, ini pertama kali mereka dengar!
Yan Lang diam seribu bahasa, tidak menjawab langsung perkataan Wen Qian. Sementara Qian Xiyue sudah marah, baru saja mau bicara, Yan Lang menarik tangannya.
“Kenapa, tidak berani bicara?” Wen Qian langsung berdiri dan bersuara keras: “Siapa yang tahu apakah alibi-mu asli atau palsu? Kalian mungkin sudah pacaran saat itu, jadi kesaksian ini sama sekali tidak bisa dipercaya! Aku sudah berkali-kali memberitahu polisi, Shao Jie pernah bilang hari itu akan mencarimu, dengan foto itu, kamu pasti takut tidak menuruti perintahnya! Benar kan? Hehe, kalau dipikir-pikir sekarang, Shao Jie saat itu sedang mendekati Qian Xiyue, ditambah permusuhanmu dengannya, kamulah yang membunuhnya! Benar kan?”
Li Yin segera berdiri dan berkata dingin pada Wen Qian: “Wen Qian, menuduh seseorang melakukan pembunuhan bukan hal sepele, tanpa bukti kau berani bicara begitu, apa kau tidak tahu ini bisa kena tanggung jawab hukum?”
Yan Lang dari awal sampai akhir tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya raut wajaknya semakin suram.
“Kenapa? Tidak berani bicara?” Wen Qian malah menyeringai dingin: “Kau ini pelaku pembunuhan! Pembunuh!”
“Maaf,” Yan Lang berdiri dan berkata: “Ini kesempatan langka bertemu kalian semua, tapi suasana sekarang tidak cocok untuk kami berdua. Xiyue sedang hamil dan tidak boleh mengalami stres, aku akan bawa dia pergi dulu.”
“Benar-benar maaf.” Li Yin segera menghampiri: “Aku antar kalian, lain waktu kita berhubungan lagi.”
“Ya, pasti.” Xiyue akhirnya berbicara: “Tapi aku hafal jalan sekitar sini, Li Yin, sampai jumpa lagi dulu.”
Yan Lang dan Qian Xiyue sedang bersiap pergi, namun Wen Qian masih belum mau berhenti bicara. Meski ditahan erat oleh Han Zhen dan Zhou Zhengliang, dia terus meneriakkan: "Kenapa? Mau kabur setelah kebongkaran? Ketahuilah, kalian akan mendapat karma! Akan ada pembalasan..."
Tiba-tiba, terdengar suara "plak" keras saat Wen Qian ditampar. Dia melihat Mi Zhen berdiri tepat di hadapannya!
"Aduh, maaf," Mi Zhen segera menggosok-gosok tangannya sambil tersenyum, "Tadi ada serangga menjijikkan di wajahmu. Aku jadi sangat mual sampai tak bisa makan, jadi kubantu mengusirnya. Tak perlu berterima kasih."
Gerakan Mi Zhen ini membuat semua orang tertegun. Wen Qian yang mabuk tampak mulai sadar, menatapnya dengan bengong. Kemudian Mi Zhen menghampiri pasangan Yan Lang, "Kakak kelas, biar aku antar mereka juga."
Setelah keluar dari rumah Li Yin, wajah Xiyue terlihat sangat pucat. Yan Lang terus menopangnya sementara Mi Zhen menghibur, "Jangan dipikirkan, Wen Qian memang selalu sembarangan bicara. Bukankah dulu juga begitu? Abaikan saja."
"Aku tahu." Qian Xiyue memaksakan senyum, "Terima kasih, Mi Zhen. Tak menyangka pertemuan langka ini jadi seperti ini. Aku juga tak menduga Wen Qian bisa berpikir begitu tentang kami."
"Cukup sampai di sini." Yan Lang berhenti langkah, berkata dingin pada Li Yin, "Kedatanganku hari ini sungguh kesalahan, Li Yin. Pulanglah."
“Sungguh maaf……”
“Tidak ada yang perlu dimaafkan.”
Yan Lang kemudian mempercepat langkahnya, membawa Qian Xiyue menyeberangi jalan. Li Yin dan Mi Zhen berdiri di pinggir jalan menyaksikan sosok mereka, lalu yang pertama berkata: “Mereka terlihat sangat mesra.”
“Iya, Xiyue memang punya selera bagus dalam memilih suami,” Mi Zhen tiba-tiba menatap Li Yin dan berkata: “Senior juga sama, memilih pasangan yang baik. Kamu dan Ziye... berencana menikah?”
“Tidak, untuk sementara kami belum punya rencana itu. Karena, kami berdua masih punya satu hal yang harus diselesaikan.”
Ekspresi Li Yin langsung suram saat mengatakannya. Semua ini tentu saja ditangkap oleh Mi Zhen.
“Ayo pulang,” Li Yin menoleh ke belakang dan berjalan menuju arah rumah. Setelah beberapa langkah, ia tiba-tiba berhenti dan berkata: “Mi Zhen. Ada beberapa hal yang selalu ingin kukatakan padamu. Kamu tidak perlu lagi mengharapkan apapun dariku, kamu dan Mi Tian adalah teman terpenting bagiku. Aku yakin di masa depan kamu pasti akan menemukan kebahagiaan yang lebih baik.”
Kalimat ini diucapkan dengan sangat gamblang.
“Senior... rupanya sudah lama menyadari?” Suara Mi Zhen terdengar getir: “Ini... sungguh membuat pusing...”
“Mi Tian pernah memberi isyarat padaku sebelumnya. Lagipula, aku bisa melihat meskipun kamu menyembunyikannya dengan baik, toh aku cukup mengerti dirimu.”
“Tidak apa-apa, Senior.” Mi Zhen menggelengkan kepala: “Dan kamu tidak perlu memberi 'kartu baik' padaku. Sudah, cepat pulanglah, jangan biarkan Ziye menghadapi sendiri.”
Yan Lang kembali duduk di mobil, membantu Qian Xiyue mengencangkan sabuk pengaman, lalu menyalakan mesin kendaraan.
"Tak disangka Wang Shaojie sampai tega memberitahu Wen Qian tentang hal ini," kata Qian Xiyue sambil menatap suaminya dengan sorot mata gelisah, "Tapi Wang Shaojie juga bilang padanya bahwa hari itu kau akan bersamanya."
"Benar, sama sekali tak terduga. Untung polisi tidak menerima kesaksiannya." Yan Lang menginjak gas sambil berkata, "Aku heran bagaimana polisi bisa mengetahui soal foto mereka memukuliku. Rupanya pengkhianatnya adalah Wen Qian. Syukur akhirnya polisi memakai kesaksianmu, kalau tidak akan repot."
"Aku masih khawatir. Ayah Wang Shaojie pasti sudah tahu hal ini. Dia takkan tinggal diam. Dengan koneksinya menekan kantor polisi, pasti penyelidikan masih berlanjut sampai sekarang. Bagaimana jika..."
"Sudah, jangan lanjutkan!" Ekspresi Yan Lang sekarang penuh penyesalan.
Seharusnya tidak datang...
Tidak seharusnya datang ke sini...
## Jilid 18 Mantra Pengikat Jiwa Bab 4 Bunga Iris
Saat tiba di rumah, Li Yin dan Mizhen yang baru masuk langsung melihat Wen Qian duduk dengan wajah muram di posisi semula. Semua orang merasa canggung, tidak tahu harus pergi atau tetap tinggal.
Li Yin kembali duduk di samping Ziye, menatap tajam Wen Qian yang tetap bungkam. Ketika melihat Mizhen masuk, dia langsung berdiri sambil marah: "Chu Mizhen! Berani-beraninya kau pukul aku?"
“Cukup!” Li Yin berkata dengan marah: “Wen Qian, kita jarang berkumpul, tapi kamu malah mengacaukan acara ini! Kamu menuduh seseorang melakukan pembunuhan tanpa bukti, apa kamu tidak mengerti hukum?”
“Sudahlah, semua jangan saling menyalahkan.” Han Zhen segera melerai: “Wen Qian, kamu memang agak keterlaluan. Tapi Li Yin, kamu juga tahu dulu Wen Qian sangat menyukai Wang Shaojie. Saat dia meninggal, Wen Qian juga sangat sedih. Hari ini mungkin dia mabuk sampai bicara sembarangan, jangan dihiraukan.”
Li Yin kembali duduk di kursinya. Tapi di benak semua orang muncul pemikiran yang sama.
Yakni, mungkinkah Yan Lang benar-benar pelaku yang membunuh Wang Shaojie?
Sejujurnya, semua tahu Yan Lang berkarakter penakut. Di masa itu, dia bahkan tak berani meninggikan suara saat bicara. Beberapa orang sebenarnya tahu tentang perlakuan buruk Wang Shaojie dkk padanya, tapi karena tidak dekat dengan Yan Lang, mereka hanya tutup satu mata. Tak disangka perundungannya sampai separah itu.
Di saat yang sama, Mi Zhen juga mulai mengingat-ingat masa-masa kuliah dulu...
Ketika Mi Zhen pertama kali menerima surat penerimaan kuliah, dia telah menyelesaikan lima kali misi darah. Saat itu, interval antara misi darah sangat panjang, jauh tidak seperti sekarang yang sangat padat. Waktu itu, Xia Yuan belum masuk ke apartemen. Loushang apartemen saat itu adalah Mi Tian. Kedua kakak beradik ini memiliki status setara dengan Li Yin dan Yin Ye saat ini. Xia Yuan dulu bisa melewati lima misi darah hanya berkat lukisan ramalan Shen Yu, tapi Mi Zhen saat itu benar-benar mengandalkan kemampuannya sendiri. Hanya karena hal ini, dia diakui oleh para penghuni sebagai Wakil Loushang.
Awalnya, Mi Tian tidak berniat masuk kuliah. Tapi kemudian Mi Zhen membujuknya bahwa kuliah bisa menjadi pengisi waktu selama menunggu misi darah. Bagaimanapun, banyak penghuni yang mudah terjerumus dalam ketakutan saat tidak menjalankan misi darah, hingga akhirnya bunuh diri. Memiliki kegiatan pengisi waktu adalah hal yang baik. Akhirnya mereka memutuskan untuk kuliah. Lagipula sistem kehadiran di kampus tidak ketat, jadi menjalankan misi darah pun tidak akan bermasalah.
Sekarang ketika mengingat kembali, Mi Zhen sangat bersyukur atas keputusan waktu itu yang mempertemukannya dengan Li Yin. Semua ini sangat misterius. Eksistensi Li Yin kemudian menjadi harapan kunci baginya untuk berhasil melewati lima instruksi tulisan darah di kemudian hari.
Han Zhen, Lin Xinhu, Bai Xiumin, Zhou Zhengliang, Qian Xiyue, dan lainnya juga merupakan teman dekat Mi Zhen. Qian Xiyue adalah salah satu perempuan paling mencolok di kelas mereka, dengan sifatnya yang sangat lembut. Hampir tidak ada orang yang tidak menyukainya setelah berinteraksi dengannya. Saat itu di kelas, hampir semua siswa laki-laki memiliki perasaan tertentu padanya.
Wang Shaojie adalah yang paling terang-terangan menunjukkan sikap. Ayahnya merupakan salah satu penyandang dana terbesar di balik institut, sedangkan ibunya adalah pejabat pemerintah kota. Dengan latar belakang ini, ia bertindak sangat sombong dan sewenang-wenang sehingga banyak yang tidak menyukainya. Namun karena penampilannya yang cukup baik, ada juga orang seperti Wen Qian yang diam-diam menyukainya.
Mi Zhen ingat, selama masa Wang Shaojie mendekati Qian Xiyue, ia sering mengirimkan rangkaian bunga iris. Bunga iris adalah favorit Qian Xiyue, dan setelah mengetahui hal ini, Wang Shaojie rutin menaruhnya di meja kelasnya sambil melancarkan berbagai rayuan, lengkap dengan kartu berisi kata-kata mesum yang ditempelkan pada buket bunga. Lama-kelamaan, Qian Xiyue merasa terganggu karena Wang Shaojie sudah mulai menunjukkan sikap yang mengganggu dan tak henti-hentinya mendekatinya.
Namun meskipun banyak yang menyukai Qian Xiyue, hanya sedikit yang berani berkonfrontasi langsung dengan Wang Shaojie. Bagaimanapun, latar belakang keluarganya yang kuat dengan uang yang digunakan untuk menyuap, membuat tiga orang dari kelas lain - Xue Long, Luo Ziqiang, dan Zheng Hua - sering mengikutinya sebagai tukang pukul. Ketiganya jugalah korban lain dalam kasus pembunuhan berdarah tersebut.
Yan Lang juga sering mengikuti Wang Shaojie, namun tidak seperti Xue Long dan kawan-kawannya yang berperan sebagai tukang pukul. Posisinya lebih seperti anak buah. Entah mengapa, Wang Shaojie seolah selalu membenci Yan Lang, terus-menerus mengancamnya agar tetap berada di sisinya. Banyak yang menduga Yan Lang sering dianiaya Wang Shaojie, namun semua memilih tutup satu mata. Siapa yang mau membela orang yang tidak begitu dikenal? Apalagi tak ada yang ingin bermusuhan dengan Wang Shaojie.
Faktanya, banyak saksi yang kemudian melihat Yan Lang mendapat perlakuan kejam dari Wang Shaojie dan kawanannya. Suatu kali, dia pernah dijepit di antara dua pagar besi di lapangan lalu disiram pasir kuning dan tanah dari atas kepala. Ada juga yang melihat empat orang menginjak-injak Yan Lang di tanah sambil terus memukulinya.
Saat itu, Han Zhen yang merupakan ketua kelas juga mendengar tentang hal ini. Namun dia sama sekali tidak menghiraukannya, karena dia tahu meskipun turun tangan juga tidak ada gunanya, Wang Shaojie tidak akan menuruti dirinya. Apalagi jika sampai membuat Wang Shaojie tersinggung, pihak lawan bisa menggunakan koneksinya di organisasi siswa untuk menggagalkan pemilihannya sebagai ketua OSIS. Saat itu, posisi ketua OSIS sangat diidam-idamkan oleh Han Zhen. Bukan hanya dia, semua orang di kelas juga tidak pernah peduli, karena mereka semua tidak punya simpati pada Yan Lang yang penyendiri, pendiam, dan penakut. Mereka menganggap Yan Lang sendiri yang bertanggung jawab atas keadaannya. Bahkan Li Yin pun demikian.
Setiap orang hanya membersihkan salju di depan pintu sendiri, jangan urusi embun di atap orang lain.
Hingga setahun sebelum kelulusan, terjadi kasus pembunuhan berdarah.
Jenazah ditemukan di aula besar terbengkalai sekolah. Wang Shaojie, Xue Long, Luo Ziqiang, dan Zheng Hua - keempat orang ini tewas di dalam aula. Terlihat bekas perkelahian sengit sebelum kematian mereka. Wang Shaojie jelas-jelas tewas karena ditusuk senjata tajam di jantung, sementara tiga lainnya meninggal akibat trauma berat di kepala, tampaknya kursi di aula digunakan sebagai senjata. Senjata pembunuh Wang Shaojie tidak ditemukan di TKP. Saat itu, Li Yin yang tak sengaja tertarik oleh bau darahlah yang menemukan jenazah-jenazah tersebut.
Orang yang mati paling tragis pasti adalah Wang Shaojie. Di tubuhnya terdapat banyak luka pisau, matanya terbuka lebar dengan ekspresi ketidakrelaan yang jelas. Kasus ini langsung menggemparkan seluruh kampus bahkan seluruh Kota K. Bagaimanapun korban adalah empat mahasiswa yang dibunuh di dalam kampus, dampak sosialnya sangat buruk. Polisi segera melakukan penyelidikan dan mengidentifikasi tersangka utama yaitu Yan Lang. Karena biasanya dia selalu mengikuti keempat orang itu seperti budak, ketidakhadirannya saat kejadian dianggap mencurigakan. Motifnya juga jelas mengingat dia sering disiksa berat oleh keempatnya.
Namun saat polisi hendak menyelidiki lebih lanjut, Qian Xiyue memberikan kesaksian alibi untuknya. Pada hari Minggu saat kejadian, dia mengaku bertemu Yan Lang secara kebetulan lalu jalan-jalan bersama. Waktu mereka bersama itu persis dalam rentang waktu pembunuhan. Qian Xiyue yang tidak punya hubungan dengan kasus dan sebelumnya tidak dekat dengan Yan Lang dianggap tidak mungkin berbohong, sehingga kesaksiannya diterima polisi.
Hingga kini kasus ini masih belum terselesaikan. Orang tua Wang Shaojie terus mendesak polisi, tapi tetap tidak ada petunjuk baru. Kasusnya masih menggantung.
Sebenarnya sejak kesaksian Qian Xiyue, publik sudah percaya Yan Lang bukan pelaku. Pertama mereka anggap Yan Lang tidak berani, kedua tidak ada alasan bagi Qian Xiyue untuk membuat kesaksian palsu.
“Tapi, kalau dipikir sekarang, jika kedua orang itu sebenarnya sudah lama saling mencintai, maka alasannya ada. Yan Lang diintimidasi oleh Wang Shaojie, Qian Xiyue juga diganggu oleh Wang Shaojie, akhirnya mereka berdua bekerja sama membunuh keempat orang itu, lalu saling memberikan alibi satu sama lain. Ini sepenuhnya mungkin.”
“Sebenarnya, Yan Lang juga berulang kali diinterogasi polisi kemudian, karena bagaimanapun dilihat dialah tersangka paling mungkin. Jika bukan karena adanya saksi alibi, polisi pasti sudah memusatkan semua penyelidikan padanya seorang diri, bahkan menggeledah rumahnya untuk mencari senjata pembunuhan. Pernikahan mereka berdua setelah kejadian itu juga kemungkinan diperhatikan oleh polisi yang masih mengejar kasus ini.”
“Orang yang memiliki keraguan seperti Wen Qian, mungkin tidak sedikit jumlahnya.”
“Perkumpulan ini, karena insiden tadi, akhirnya bubar dengan tidak harmonis. Saat semua orang pergi, masing-masing memiliki beban pikiran.”
“Li Yin dan Ziye akhirnya mengantar Mi Zhen dan Lin Xinhu pergi. Li Yin terlihat agak menyesal berkata pada Mi Zhen: ‘Kukira kita semua akan senang bertemu kembali, tidak menyangka akan berkembang sampai seperti ini.’”
“‘Tidak juga,’ Mi Zhen melambaikan tangannya, ‘Aku sudah senang bisa bertemu senior, dan aku tidak akan menyerah mencari Mian Tian. Bagaimanapun tidak akan menyerah.’”
“‘Mian Tian,’ Li Yin mengingat pria murung itu, bertanya: ‘Apa kamu ada petunjuk tentangnya?’”
“‘Sementara belum. Tapi kurasa nanti akan ada.’”
“‘Jika kamu tahu di mana Mian Tian berada, harus pergi bersamaku,’ Li Yin berkata serius: ‘Jangan nekat sendirian, mengerti?’”
“‘Ya, sepakat, senior.’”
"Setelah Mi Zhen dan Lin Xinhu menjauh, Li Yin merasa tubuhnya lelah, berkata: 'Baiklah, ayo kita kembali ke apartemen.'"
Ziye menatap punggung Chu Mizhen, tiba-tiba berkata: "Dia tampak sangat menyukaimu. Saat pesta, dia melirikmu total tiga puluh dua kali."
Li Yin terkejut, menatap Ziye, bagaimana mungkin dia menghitung dengan begitu rinci?
"Jangan salah paham, Ziye..."
"Aku tidak salah paham." Suara Ziye terdengar lebih dingin: "Hanya saja baru kusadari, aku tak terlalu mengenal masa lalumu. Kau tampak lebih bahagia di depan teman-teman lamamu."
"Karena... aku pun tak tahu berapa waktu yang tersisa."
Kini Li Yin telah kembali menjadi Loushang apartemen mengerikan itu. Masih ada enam instruksi tulisan darah tersisa. Demi Ziye, dia menambah tiga misi darah lagi, tapi Li Yin tak menyesal. Bagaimanapun, dia telah memutuskan untuk menemani Ziye hingga ke dasar neraka sekalipun.
Sedangkan Mi Zhen... nasibnya harus dikorbankan.
Keesokan paginya, saat Qian Xiyue bangun, dia terkejut menemukan Yan Lang masih di rumah.
"Hari ini jadwalmu kursus prenatal," Yan Lang sedang memilih baju hamil di lemari, "Yang ini bagus? Atau yang ini..."
"Yan Lang!" Xiyue tiba-tiba berseru, "Mari kita bicara."
Tangan Yan Lang bergetar. Dia tahu Xiyue tetap tak tenang. Meletakkan baju, dia menoleh ke belakang: "Masih khawatir dengan omongan Wen Qian kemarin?"
Meskipun baru saja bangun tidur, rambut Xi Yue tidak berantakan. Di bawah bayangan mata yang samar, sepasang mata indah yang dalam seperti mutiara dipenuhi kecemasan dan kegelisahan. Dia turun dari (tempat tidur) dan berkata, "Kamu juga tahu kalau polisi tidak pernah berhenti melakukan penyelidikan terhadap kasus itu, kan? Meskipun kami telah berulang kali menekankan pada semua orang bahwa kami mulai berpacaran setelah lulus, tetap saja ada yang menyadarinya. Aku merasa polisi akan terus menyelidiki kita, lagipula setelah kamu tidak ada tersangka baru yang muncul."
Saat ini fokus utama polisi telah terkonsentrasi pada orang yang menyusup dari luar sekolah. Jika memang demikian, ini seperti mencari jarum di tengah laut, siapa yang tahu kapan pelaku bisa ditemukan. Karena itu, masih banyak orang yang mempertimbangkan kemungkinan apakah Yan Lang benar-benar pelakunya.
“Jangan bicara lagi.” Yan Lang menggelengkan kepala, menghibur: “Kamu tenang saja menunggu persalinan. Kita sudah bertindak sangat hati-hati. Dulu, alibi kita sudah dihafal berulang kali, diperiksa apakah ada celah. Berjalan di jalan ramai, menghindari kios-kios tetap, tidak mendekati area lampu sinyal persimpangan jalan, hanya menyebutkan kunjungan ke pusat perbelanjaan besar. Tidak ada yang bisa membantah kesaksian kita. Saat itu kamu dan aku sama sekali tidak berinteraksi, aku juga sudah menyusun detail alasan kebetulan bertemu dan proses jatuh cinta nantinya. Polisi tidak bisa mendapatkan bukti, kan dulu kita sudah menghapus semua sidik jari? Senjata pembunuh Wang Shaojie sudah kulempar ke Sungai Wan Tianhe. Tenang saja, awal tahun ini baru terjadi kasus Pemenggal Kepala yang menewaskan banyak korban. Polisi masih fokus pada kasus itu yang belum terpecahkan selama bertahun-tahun, kenapa kamu masih khawatir?”
“Tapi sekarang sudah tidak ada kasus Pemenggal Kepala baru, jangan-jangan polisi akan alihkan perhatian?”
“Kasus itu korban jiwa begitu banyak, sampai sekarang belum terpecahkan. Masih banyak perhatian publik, polisi tidak akan cepat beralih fokus. Lagipula kita sudah lama menikah, kalau mau menyelidiki pasti sudah dari dulu. Tenang saja, biar Wen Qian membuat keributan, tanpa bukti mereka tidak bisa memfitnah kita.”
Departemen Kandungan Rumah Sakit Zhengtian menjadi tempat Xueyue Qian mengikuti kelas persiapan persalinan. Rumah Sakit Zhengtian mempekerjakan dokter kandungan ahli khusus untuk memberikan pelatihan.
“Mengenai pembelajaran stimulasi janin, kita hentikan dulu di sini. Para calon ibu, sekarang istirahatlah sejenak.”
Peserta kelas terdiri dari belasan wanita hamil, sebagian besar ditemani suami. Setelah kelas berakhir, Yan Lang membantu Qian Xiyue berjalan keluar.
“Lumayan rumit ya.” Qian Xiyue mengelus perutnya sambil berkata: “Rumah sakit ini nanti akan menjadi milik Li Yin, kan?”
“Sepertinya iya. Rumah Sakit Zhengtian baru-baru ini berencana membangun cabang. Omong-omong, setahun lalu mereka sudah membeli banyak tanah di sekitar sini untuk perluasan rumah sakit. Skalanya semakin besar.”
Keduanya duduk di koridor rumah sakit, menikmati momen hangat bersama.
“Xiyue,” tiba-tiba Yan Lang berkata: “Bagaimana kalau kita beri nama apa untuk anak kita?”
“Hmm…” Qian Xiyue memiringkan kepala sambil berpikir: “Kita belum tahu jenis kelaminnya. Kalau laki-laki, bagaimana dengan Yan Zhenshan?”
“Zhenshan? Menurutku… Yan Cheng lebih baik. Kejujuran itu penting dalam hidup.”
“Kalau perempuan? Yan Xuehua? Atau Yan Xinyu?”
Saat itu, kelas baru akan segera dimulai. Para suami segera menemani istri mereka masuk ke ruangan. Yan Lang dan Qian Xiyue kembali ke meja mereka. Baru saja duduk, tiba-tiba pandangan mereka tertancap pada sesuatu di atas meja.
Itu adalah benda yang membuat mereka dilanda ketakutan luar biasa!
Seikat... bunga iris!
## Jilid 18 Mantra Pencabut Nyawa Bab 5 Muncul
“Rangkaian bunga iris itu, masih terletak di atas meja persis seperti dulu, kertas pembungkus buketnya pun sama persis, dan di dalam buket itu terselip sebuah kartu.”
“Jangan tegang,” Yan Lang segera menghibur Xi Yue: “Ini cuma kebetulan, cuma kebetulan.”
“Ini... ini bukan kebetulan,” tangan Xi Yue gemetar menunjuk rangkaian bunga itu, berkata: “Kertas pembungkusnya, bunga iris yang sama, bahkan kartu itu, semuanya sama persis dengan yang pernah Wang Shaojie berikan padaku dulu!”
Apakah ini kebetulan? Ataukah ada yang sengaja melakukan ini untuk menakut-nakuti?
Yan Lang mengambil kartu yang terselip di buket itu, lalu membuka kartu tersebut perlahan. Di kartu itu tidak tertulis satu huruf pun.
“Cuma kartu kosong,” Yan Lang menghela napas lega, berkata: “Jangan terlalu banyak berpikir, Xi Yue.”
Kemudian, dia segera memanggil seorang wanita hamil di sebelahnya, bertanya: “Permisi, apakah Ibu melihat siapa yang meletakkan bunga iris di meja ini?”
“Tidak... tidak tahu,” wanita hamil itu menggelengkan kepala bingung, berkata: “Saya sama sekali tidak melihat.”
Yan Lang meremas-remas kartu kosong di tangannya lalu melemparkannya ke luar jendela, berkata: “Sudah, Xi Yue, jangan khawatir. Kurasa ini mungkin bunga yang salah dikirim.”
Meskipun Yan Lang terus menghibur, Xi Yue tetap tidak bisa berhenti berpikir. Dia bertanya-tanya apakah bunga ini dikirim oleh Wen Qian? Mungkin Wen Qian menyimpan dendam karena menganggapnya sebagai pelaku pembunuhan Wang Shaojie dan lainnya, sehingga sengaja mengirim bunga untuk mengintimidasi? Setelah dipikir-pikir, kemungkinan ini sangat masuk akal. Bagaimanapun, sikap Wen Qian kemarin membuat Xi Yue tidak tenang.
Akhirnya, dia tidak bisa berkonsentrasi melanjutkan kelas dan meminta Yan Lang menemani pulang lebih awal. Bunga itu akhirnya dibuang ke tempat sampah luar.
Setelah keluar dari Rumah Sakit Zhengtian, wajah Xi Yue masih pucat. Yan Lang tahu bunga iris itu masih mengganggu pikirannya, tapi merasa lebih baik tidak banyak bicara sekarang - biarkan dia mencerna perlahan.
Pada waktu yang sama, di dalam apartemen.
Kamar 2505, ruangan Shen Yu. Saat ini, Shangguan Mian datang ke depan pintu kamarnya. Setelah memastikan sekeliling, dia mengetuk pintu pelan.
Pintu terbuka. Shen Yu terkejut melihat Shangguan Mian yang langsung masuk tanpa diundang. Mata Shangguan Mian menyapu ruangan: "Tutup pintu."
"N-Nona Shangguan?"
Shangguan Mian berjalan beberapa langkah menuju meja kopi di ruang tamu. Dia merobek note tempel, menulis beberapa karakter, lalu memperlihatkannya ke Shen Yu. Tulisan itu berbunyi: "Jangan bicara! Ada alat penyadap di ruang tamu!"
Di tubuh Shangguan Mian, tentu ada alat yang bisa mendeteksi alat penyadap. Orang yang memasang alat penyadap itu pastilah Kamya Sayoko. Tentu saja, Shangguan Mian juga bisa dengan mudah membunuhnya, hanya saja, penghuni apartemen yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi tidak akan mudah masuk ke dalam daftar pembunuhan Shangguan Mian.
Ia menulis beberapa baris lagi: "Ikut aku menemui seseorang, jangan beri tahu siapa pun. Jika melanggarku, aku akan membunuhmu."
Kengerian Shangguan Mian bisa dikatakan lebih awal dipahami Shen Yu dibanding penghuni apartemen mana pun. Ia pun mengangguk. Kemudian, Shangguan Mian berjalan mendekat, menggenggam tangannya, dan keluar dari ruangan itu.
Saat tiba di koridor, setelah Shen Yu menutup pintu, Shangguan Mian berkata lagi: "Ikuti aku. Jika melihat penghuni lain, berpura-puralah kita kebetulan searah. Jaga jarak di antara kita."
Shen Yu mengangguk patuh: "Aku mengerti."
Shangguan Mian sudah berjanji dengan Mizhen untuk mempertemukannya dengan Pu Shenyu hari ini. Namun, perjanjian itu juga mencakup larangan bagi Shenyu untuk memberitahu penghuni lain tentang eksistensi Mizhen. Selain itu, ia sendiri berulang kali memperingatkan Mizhen untuk tidak melakukan kontak lagi dengan penghuni apartemen lainnya. Jika ketahuan, tentu seperti pepatah lama: Bunuh tanpa ampun!
Ancaman pembunuhan dari orang seperti Shangguan Mian tidak kalah menakutkan dibanding kutukan apartemen. Bagaimanapun, begitu banyak pembunuh bayaran elite Eropa tewas di tangan Shangguan Mian. Orang biasa di hadapannya bahkan tidak layak jadi bahan latihan.
Sepanjang perjalanan, mereka tidak bertemu penghuni lain. Keduanya pun berhasil meninggalkan apartemen.
Saat itu, Shenyu akhirnya berbicara: "Nona... Shangguan, sebenarnya Anda ingin membawa saya ke mana?"
"Ada seseorang yang ingin Anda temui, hanya itu saja."
Saat Shangguan Mian mengatakan ini, ekspresi Pu Shenyu mulai muram. Namun, dia hanya bisa terus mengikuti Shangguan Mian.
Tempat pertemuan ditetapkan di sebuah taman terdekat. Penghuni apartemen jarang memiliki waktu untuk rekreasi, waktu sehari-hari dihabiskan di gym untuk melatih fisik atau berkumpul mempelajari metode analisis misi darah. Kemungkinan pergi ke taman sangat kecil.
Setelah memasuki taman itu dan melewati beberapa hamparan bunga dan danau, Shangguan Mian dan Shenyu akhirnya melihat Li Zhen yang sedang bermain ayunan dengan wajah bosan di dekat area pasir.
"Ah, Nona Shangguan," Li Zhen segera berdiri saat melihat mereka. Matanya tertuju pada Shenyu sambil berpikir: Inikah Pu Shenyu, anak hasil inses antara Pu Miling si penulis buku harian itu dengan anak kandungnya sendiri?
Saat pertama mengetahui latar belakang Shenyu, Li Zhen sulit mempercayai adanya ayah yang tidak berperasaan seperti binatang. Dia juga bisa membayangkan kehidupan yang penuh penderitaan yang telah dijalani Shenyu.
"Ini dia." Shangguan Mian menunjuk Li Zhen. "Saya sudah bawa orangnya, Pu Shenyu. Dia Chu Mizhen, mantan penghuni apartemen."
Shenyu tertegun sejenak, lalu wajahnya langsung dipenuhi ekspresi ngeri yang luar biasa!
"Penghuni apartemen masa lalu yang masih bisa hidup, apa artinya ini sudah jelas! Cara untuk meninggalkan apartemen, entah menyelesaikan sepuluh misi darah, atau menjadi jenazah!"
"Apa, kamu serius?" Matanya membelalak, dia menyambar bahu Mi Zhen, "Kamu benar-benar mantan penghuni apartemen itu? Tapi tidak mungkin, kalau benar, kenapa aku tidak tahu? Dulu..."
"Lukisan ramalan?" Mi Zhen menyela, "Shangguan Mian pernah bilang, dulu kamu bisa melukis segala hal terkait penghuni apartemen, bahkan bisa menembus rahasia misi darah?"
"Benar. Saat itu aku terus melukis ramalan tentang apartemen. Tapi kenapa aku sama sekali tidak punya kesan tentangmu?"
Jika dulu dia benar-benar pernah melukis Mi Zhen, hanya dengan itu saja, setiap tanggal 1 Mei, Mi Zhen tidak mungkin lolos dari pembunuhan. Soalnya kutukan itu baru terlepas tahun ini.
Shenyu memandang dengan curiga, tapi Mi Zhen tersenyum bijak, "Nona Pu Shenyu, kan? Kata Nona Shangguan, dulu kamu punya kemampuan melukis ramalan. Tapi saat aku keluar dari apartemen, kamu baru saja mulai berhubungan dengan Xia Yuan, kan? Aku pesan ke Xia Yuan untuk tidak bocorkan soal aku. Mungkin saat itu kamu belum banyak melukis ramalan, jadi tidak tahu keberadaanku. Aku mengundangmu karena... aku pernah membaca buku harian tentang seseorang bernama Pu Miling."
“Apa?” Shen Yu memperhatikan Mi Zhen dengan seksama, lalu berkata lebih terkejut: "Buku hariannya? Apakah kamu tahu tentang buku harian orang itu?"
"Dia bilang, dia bisa mengetahui rahasia instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis."
Sebelumnya, Pu Miling pernah menyebut dalam buku hariannya bahwa bagaimanapun juga jangan pernah menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Makna sebenarnya dari peringatan ini selalu menjadi duri di hati para penghuni.
Namun para penghuni beranggapan, pernyataan ini hanya berlaku jika belum mendapatkan Kontrak Neraka yang lengkap. Tentang rahasia apa yang disembunyikan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis, semua telah mencapai konsensus. Faktanya, kini hampir tidak ada penghuni yang berharap bisa bertahan hidup melalui sepuluh misi darah. Instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis menjadi satu-satunya harapan. Di bawah berbagai ancaman ini, tidak ada penghuni yang berani menjalankan instruksi tingkat Raja Iblis tanpa mengumpulkan semua pecahan Perjanjian Neraka. Saat ini sudah ada empat pecahan Perjanjian Neraka yang dirilis, tinggal tiga lagi untuk menyusunnya menjadi kontrak utuh!
Saat ini, Qian Xiyue sedang berada di rumah. Yan Lang akhir-akhir ini cukup sibuk dengan pekerjaan, tapi dia tetap memaksakan diri mengambil cuti beberapa hari untuk menemaninya, membuat Xiyue merasa tidak salah memilih suami ini.
Mengenang kembali, semuanya terasa seperti mimpi buruk. Dulunya mengira sudah bisa lepas dari mimpi buruk itu, tapi Xiyue justru merasa semakin terhisap masuk ke dalam jurang tersebut.
Tapi seandainya waktu bisa diputar ulang, dia tetap akan melakukan hal yang sama, tetap akan memilih menikahi Yan Lang.
Dia sama sekali tidak merasa sedikit pun penyesalan atas apa yang telah dilakukannya. "Jika" menyesal, maka dia telah mengkhianati Yan Lang. Jadi, meski tahu ini adalah jalan buntu, dia tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama Yan Lang.
Hanya saja, kehadiran anak ini sekarang mulai menimbulkan keraguan dalam hatinya. Dia tidak ingin anaknya setelah lahir langsung mengetahui bahwa orang tuanya adalah sepasang pembunuh. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa mentolerir anaknya menjadi keturunan pembunuh. Sepanjang hidupnya, dia tidak akan bisa menegakkan kepala di depan orang lain.
Karena itu, Xi Yue bersumpah mati-matian harus menyembunyikan kebenaran kasus pembunuhan tahun itu, dengan cara apa pun!
"Pada saat ini, bel pintu di luar berbunyi. Dia berjalan ke pintu, membukanya, dan yang berdiri di luar pintu adalah pengasuh Xiaohua. Xiaohua membawa sekantong besar lauk masuk sambil berkata, 'Nyonya, saya akan menyiapkan makan siang, silakan duduk di sana dulu.'"
"Hm, baik."
Xi Yue kembali duduk di sofa ruang tamu, berencana menonton TV untuk menghilangkan kebosanan. Sementara Xiaohua duduk di sebelahnya mulai mengupas kacang edamame yang baru dibeli. Tiba-tiba dia mulai berbicara, "Ngomong-ngomong, Nyonya, tadi saat saya kembali, melihat seseorang berdiri di depan pintu, seorang pria. Saya bertanya padanya apakah mencari Nyonya."
"Pria?" Xi Yue menatap Xiaohua dengan bingung, bertanya, "Seperti apa penampilannya?"
“Hm, postur tubuhnya cukup tinggi, wajahnya tampan seperti pemuda. Aku bertanya apakah dia mencari kamu atau suami, tapi dia tidak bicara, langsung pergi.”
“Dia tidak mengatakan apa-apa?”
“Hmm, tapi dia benar-benar menatap pintu cukup lama. Oh, iya, aku ingat, di samping mulutnya ada tahi lalat hitam.”
Remote control yang erat digenggam Xiyue tiba-tiba terjatuh ke lantai, sampai baterainya pun terlepas!
“Apa yang kamu katakan tadi?”
Wang Shaojie, di samping mulutnya memang ada tahi lalat hitam!
## Jilid 18 Mantra Pencabut Nyawa Bab 6 Bayangan Hantu
Tubuh Xiyue terus gemetar, lama sekali baru sadar. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa ini hanya kebetulan. Lagipula, orang yang punya tahi lalat di samping mulut bukan cuma Wang Shaojie. Pasti cuma kebetulan, pasti!
Tapi kemunculan bunga iris itu menimbulkan ketakutan mengerikan dalam hatinya.
Ia takkan lupa, pupil mata penuh kebencian mendalam Wang Shaojie sebelum mati. Saat-saat terakhirnya, keinginan kuat untuk hidup memancarkan aura jahat yang membuat bulu kuduk meremang. Ini membuatnya lama diteror mimpi buruk, dimana tahi lalat di sudut mulut Wang Shaojie selalu membekas dalam ingatan.
“Tidak, tidak mungkin!”
Tangannya mencengkeram sofa dengan kencang, wajah pucatnya terlihat jelas oleh Xiaohua. “Nyonya, apa... aku mengatakan sesuatu yang salah?”
“Ti-tidak, tidak sama sekali.”
Xi Yue terus menggelengkan kepala, saat ini dia hanya ingin mengusir pikiran mengerikan dari benaknya. Bagaimanapun juga, pikiran itu terlalu absurd. Tidak peduli seberapa kejam Wang Shaojie saat masih hidup, setelah mati dia tidak mungkin bisa melakukan apapun lagi.
Xi Yue hanya bisa menganggap dirinya terlalu curiga, namun perkataan Wen Qian benar-benar memberikan pengaruh besar padanya. Selama ini, dia juga sangat menyadari bahwa dirinya memiliki masa lalu yang gelap. Jika bukan karena Yan Lang yang menemani menghadapi masa lalu kelam ini, Xi Yue mustahil bisa bertahan sendirian.
Dulunya dia mengira seiring berjalannya waktu, masa lalu yang gelap akan benar-benar berlalu. Tapi sekarang tampaknya itu hanya khayalannya sendiri.
Di saat yang sama, di dalam apartemen.
Li Yin yang sedang duduk di depan komputer melihat foto-foto saat reuni kelas, tiba-tiba merasakan rasa sakit terbakar yang hebat di area jantung!
Dia segera memutar kursinya, mata tertancap pada dinding putih di belakang. Tulisan darah merah seperti biasa perlahan muncul, membuat bulu kuduk meremang.
Setelah tulisan darah muncul sepenuhnya, rasa terbakar di jantung berhenti. Isi tulisan darah ini membuat Li Yin terkejut sampai puncak!
Isi instruksi tulisan darah: "Dalam waktu sehari penuh tanggal 23 Mei, ikuti pasangan Yan Lang dan Qian Xiyue yang tinggal di Ruang 1103, No.7, Lane 265 Jalan Nongyue, Distrik Baiyan dalam radius 100 meter dari salah satu dari mereka. Bahkan jika keduanya meninggal, tetap harus berada dalam radius 100 meter dari jenazah. Selama instruksi tulisan darah berlangsung, penghuni dilarang memasuki apartemen, dan tidak boleh mengizinkan pasangan Yan Lang dan Qian Xiyue masuk ke apartemen."
Instruksi tulisan darah berakhir di sini, namun Li Yin masih terus menatap tulisan darah itu dengan pandangan kosong, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin?
Yan Lang dan Qian Xiyue? Tinggal di dekat mereka berdua? Bahkan jika sudah menjadi jenazah? Dengan kata lain, apakah nyawa mereka berdua dalam ancaman?
Li Yin sama sekali tidak bisa duduk diam. Ia segera bangkit dan berlari keluar ruangan dengan cepat! Saat ini, ia harus segera ke lantai dasar untuk bertemu dengan penghuni lain yang akan menjalankan misi darah ini!
Sampai di depan lift, ia menekan tombol lift terlebih dahulu, kemudian otaknya mulai berpikir cepat. Apa sebenarnya yang terjadi ini? Kebetulan yang seperti ini? Ataukah ini sebenarnya instruksi tulisan darah yang sengaja dibuat apartemen untuk menargetkannya?
Pasangan Yan Lang dan Qian Xiyue akan menghadapi bahaya nyawa. Siapa yang mengancam nyawa mereka? Jika ini instruksi tulisan darah, maka ancaman pasti bukan berasal dari manusia. Ancaman itu... pasti termasuk fenomena horor gaib! Artinya, mereka terkena kutukan!
Saat itu, pintu lift terbuka, dia langsung melangkah masuk. Kemudian, menekan tombol untuk menutup lift. Lalu, bersandar di dinding sambil berpikir.
Apa yang harus dilakukan? Apakah langsung bertanya pada mereka? Tapi jika langsung bertanya, bagaimana caranya? Jika memberitahu mereka tentang eksistensi apartemen, mungkinkah mereka percaya pada hal absurd seperti ini?
Ketika Li Yin sedang merenungkan hal ini, Shen Yu yang sedang bertemu dengan Mi Zhen juga merasakan sensasi terbakar hebat di area jantungnya!
Ini kedua kalinya Shen Yu merasakan rasa sakit seperti ini, jadi masih sangat tidak terbiasa. Tubuhnya langsung terjatuh berlutut, kepala menghantam lantai dengan keras. Setelah itu, segalanya baru kembali normal.
"Misi darah..." Shen Yu menopang tubuhnya dengan kedua tangan sambil berkata: "Misi darah telah dirilis, misi darah baru telah dirilis!"
Mi Zhen segera membantu Shen Yu berdiri, bertanya penuh perhatian: "Ini kedua kalimu menerima instruksi tulisan darah, kan? Wajar jika belum terbiasa. Cepat kembalilah ke apartemen. Kita juga tidak tahu isi misi darahnya. Nanti kita bisa bertemu lagi kalau ada kesempatan."
Shen Yu mengangguk cepat: "Baik, Nona Chu. Saya pergi dulu."
Kemudian dia berlari pergi tanpa menengok lagi. Melihat sikapnya, Mi Zhen tersenyum lembut: "Gadis polos seperti dia sangat langka. Hanya karena seseorang bersedia mencintainya, dia rela mengorbankan segalanya untuk orang itu, memasuki apartemen secara sukarela. Masih ada orang yang mau masuk apartemen secara sukarela, ini ucapan paling gila yang kudengar di abad ini."
Kemudian dia menatap Shangguan Mian dan berkata: "Kalau begitu, kita akan mengatur pertemuan lagi lain kali. Aku merasa sangat cocok dengan Nona Shen Yu, aku akan melakukan segala yang bisa untuk membantu kalian."
"Kamu pergi dulu." Shangguan Mian berkata dingin: "Aku akan mengatur kontak untuk pertemuan berikutnya. Selama waktu ini, jangan menemui Shen Yu secara pribadi."
"Baik, baik, Nona Shangguan."
Kemudian, Shangguan Mian menoleh ke belakang dan pergi. Memandang punggungnya yang menjauh, Mi Zhen menepuk-nepuk dadanya dan menghela napas: "Aduh, sangat menakutkan. Nona Shangguan Mian benar-benar orang yang menyeramkan."
Tepat saat itu, tiba-tiba dering ponsel di saku Mi Zhen berbunyi. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa peneleponnya adalah Xi Yue. Segera dia mengangkat telepon dengan gembira: "Halo, Xi Yue? Apakah perasaanmu sudah membaik? Maaf acara reuni kelas bisa berakhir seperti itu..."
"Mi, Mi Zhen, apa kamu pernah menyimpan foto?"
"Hah? Foto? Foto apa?"
"Fo-Foto Wang Shaojie. Apa kamu punya fotonya? Aku ingat dulu pernah beberapa kali foto bersama di luar ketika Wang Shaojie masih hidup."
"Oh itu, ada di album QQ-ku. Kamu bisa lihat di QQ Space-ku, aku tidak pernah mengatur password. Masih ingat nomor QQ-ku?"
"Tentu ingat! Baik, aku, aku akan segera melihat!"
Kemudian Xi Yue mematikan telepon, lalu berdiri dan berkada pada Xiao Hua: "Kamu, ikut aku."
“Dia tahu bahwa pikirannya saat ini sama sekali tidak normal, bahkan bisa dibilang sangat absurd. Tapi tanpa konfirmasi, bayang-bayang ketakutan di hatinya takkan hilang. Jadi, dia tetap menarik Xiao Hua ke dalam ruangan dan menyalakan komputer.”
“Selama menunggu komputer menyala, dia merasakan jantungnya berdegup kencang. Meski terus menghibur diri bahwa ini mustahil, ketakutannya tetap mencapai puncaknya.”
“Akhirnya layar komputer menampilkan desktop. Dengan panik dia mengambil mouse dan mengklik ikon QQ panda di desktop. Nomor QQ Mizhen selalu tersimpan di daftar temannya.”
“Setelah panel QQ terbuka, dia langsung membuka album foto QQ Mizhen. Ada album khusus berisi foto-foto Li Yin, dan beberapa foto lain dari acara kumpul-kumpul serta karaoke.”
“Kemudian dia membuka satu foto. Foto itu menunjukkan Wang Shaojie si 'Raja Mikrofon' sedang bernyanyi dengan semangat memegang mic!”
“"Orang ini!" Xiao Hua langsung menunjuk sosok di foto. "Iya, tadi yang kulihat di luar pintu memang dia..."”
“"Kamu... lihat jelas-jelas!"”
“Xi Yue merasakan jantungnya berdebar kencang. Meski siang bolong, bulu kuduknya tetap meremang!”
“"Kamu yakin?" Dia menunjuk foto Wang Shaojie. "Benar ini orangnya?"”
“"Beneran Nyonya! Lihat, mukanya tampan begini mana mungkin salah? Lagian di sini kan ada tahi lalat hitam dekat mulutnya? Pasti nggak salah!"”
“Mana mungkin?”
“Mana mungkin?”
"Xiao Hua tidak punya alasan untuk berbohong, dia tidak mungkin menipu dirinya sendiri. Selama beberapa bulan bekerja sebagai pengasuh di rumah ini, dia selalu terlihat sangat polos. Tapi jika dia tidak berbohong, lalu ini apa artinya?"
"Wang Shaojie jelas anak tunggal, dia pasti tidak punya saudara laki-laki kembar! Lagipula meskipun kembar, mana mungkin tahi lalat di pinggir mulut bisa persis sama?"
"Setelah memastikan berkali-kali, dia merasakan aura menyeramkan. Persis saat itu, ponselnya di samping komputer tiba-tiba berdering!"
"Siapa?"
"Siapa ini?"
"Dia buru-buru meraih ponsel, "Halo? Halo?""
"Tapi dari sisi lain ponsel, sama sekali tidak ada suara."
""Halo, kalau tidak bicara aku akan tutup!""
"Dia segera mematikan ponsel, bahkan mematikannya! Namun tak lama setelah dimatikan, telepon di ruang tamu berdering. Xiao Hua berlari ke ruang tamu, mengangkat gagang telepon, "Halo, siapa yang dicari? Halo? Halo, bicaralah.""
""Jangan, jangan!"" Xiyue langsung berdiri, menerobos ke ruang tamu, merebut gagang telepon lalu menekannya erat-erat ke badan telepon, kemudian mencabut benang telepon dengan kasar!"
""Tidak mungkin, tidak mungkin," wajah Xiyue semakin pucat, kukunya terus mencakar-cakar badan telepon, membuat Xiao Hua di sampingnya ketakutan."
"Bersamaan itu, di kantor, Yan Lang baru saja keluar dari rapat dan bergegas ke toilet. Setelah menahan terlalu lama, sekarang dia merasa sangat tidak nyaman."
Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, dia menghela napas lega, lalu berjalan ke wastafel dan mulai mencuci tangan. Saat itu, sudut matanya menangkap ada seseorang di sebelahnya yang juga membuka keran dan sedang mencuci tangan, dengan tato kepala naga di lengan kanannya.
Setelah mencuci tangan, Yan Lang mematikan keran. Secara refleks dia melirik ke samping, namun tak ada siapa-siapa di sana. Dia mengerenyit, "Kok bisa pergi secepat itu?"
Dia menoleh ke belakang, tapi sama sekali tidak melihat siapapun.
Keran wastafel di sebelah masih terbuka deras, air mengalir bergegas. Yan Lang mengerutkan kening, "Sungguh mubazir."
Dia mematikan keran itu dan hendak pergi, tiba-tiba merasakan keanehan.
Tato naga di lengan tadi... kenapa terasa begitu familiar?
Tiba-tiba, ingatan kelam itu menyembur di benaknya.
Dia masih ingat, saat Xue Long melepas baju pada hari itu, terlihat tato kepala naga merah darah persis seperti itu di lengan kanannya! Sama persis dengan tato orang yang tadi mencuci tangan!
Yan Lang menyambar keluar toilet, matanya liar menyisir koridor sambil berlari sekuat tenaga. Tapi tak ada jejak. Dalam pelariannya, dia menabrak beberapa karyawan.
Yan Lang menggelengkan kepala, menyandar di dinding sambil mencoba merapikan pikirannya: "Kebetulan, pasti hanya kebetulan. Tato-tato semacam itu kan pada dasarnya mirip... Aku terlalu tegang. Xue Long sudah lama mati. Sudah lama..."
Namun, setelah membandingkan dengan seksama ingatannya, perasaan bahwa ini terlalu mirip semakin kuat!
Jangan-jangan, mereka pergi ke tukang tato yang sama? Atau mencontoh pola yang sama? Tapi posisi tato-nya juga persis sama!
Yan Lang menutupi dahinya dengan tangan, terus menarik napas dalam-dalam, berkata: "Tidak apa-apa, kebetulan, cuma kebetulan. Kebetulan..."
Meskipun begitu, dia tetap merasakan aura seram. Koridor perusahaan yang biasa dia lewati setiap hari tiba-tiba terasa menyeramkan. Dia segera berlari kembali ke kantornya, menghidupkan komputer, berusaha mengalihkan pikiran horornya.
Tiba-tiba, ponsel di saku bajunya bergetar. Dia langsung meraihnya, menerima panggilan tanpa melihat nomornya: "Halo, Xiao Hua? Ada apa dengan istriku? Benarkah? Aku mengerti, berikan telepon padanya."
"Halo, Yan Lang! Dia kembali, dia kembali! Buket iris itu dikirimnya, Wang Shaojie, hantunya datang mencari kita!"
"Apa... kau bicara omong kosong apa?"
"Benar, tidak mungkin salah! Xiao Hua melihatnya, dia melihat... Wang Shaojie mondar-mandir di depan rumah kita, tadi ada telepon bisu masuk, bukan cuma itu, juga..."
"Kau... jelaskan baik-baik, apa maksudmu Wang Shaojie mondar-mandir di depan rumah? Kau pikir ini cerita hantu? Ini terlalu menakutkan!"
"Aku sudah tanya, aku tunjukkan fotonya ke Xiao Hua..."
"Dia salah lihat, mana mungkin? Wang Shaojie kan sudah mati!"
"Pokoknya, aku takut, sangat takut, cepat pulang Yan Lang, cepatlah pulang!"
Memegang ponsel Xiao Hua, Xi Yue mengusap perutnya. Anak ini sebentar lagi lahir, pada saat seperti ini, sama sekali tidak boleh ada halangan!
Dia telah mencurahkan semua kasih sayangnya pada anak ini, bagaimana mungkin sekarang melepaskannya!
Di lantai dasar apartemen, ketika Shen Yu tiba, para penghuni yang menjalankan instruksi tulisan darah sudah berkumpul semua.
"Yang terakhir adalah kamu Shen Yu?" Li Yin melihat Shen Yu yang mendorong pintu putar dan berlari masuk ke apartemen, segera menghampiri. Shen Yu memandangi beberapa penghuni lain di belakang Li Yin, yaitu Feng Yuxian, serta tiga wajah penghuni baru.
"Baik, semua sudah hadir. Jadi Shen Yu, kamu mau naik dulu melihat konten misi darahmu, atau kami beritahu?"
"Tidak perlu." Shen Yu buru-buru bertanya, "Apa isi instruksi darahnya? Harus pergi ke mana?"
"Harus... mengikuti di dekat dua orang. Mereka adalah teman baikku semasa kuliah dulu, sekarang sudah menjadi suami istri. Pada tanggal 23 nanti, kita harus berada dalam radius 100 meter dari salah satu dari mereka!"
## Jilid 18 Mantra Pengumpulan Jiwa Bab 7 Misi Darah Khusus
Hidup Mi Zhen selama beberapa tahun ini sangat sulit. Dulu dengan susah payah dia pergi ke luar negeri, berkeliling ke berbagai tempat untuk bekerja serabutan, menahan segala kesulitan, baru bisa bertahan sampai sekarang. Kini pulang ke tanah air, sampai saat ini belum juga mendapat pekerjaan.
Mereka, kakak beradik ini, kehilangan orang tua saat baru masuk SMP akibat kecelakaan kereta. Mereka bertahan hidup dengan uang santunan yang besar. Saat itu, kerabat yang ingin mengasuh mereka hanya mengincar uang santunan tersebut. Mi Zhen memutuskan untuk memikul tanggung jawab sebagai kakak dan hidup mandiri bersama adiknya. Hingga akhirnya mereka masuk ke apartemen, dan bertahan melewati setiap instruksi tulisan darah yang mengerikan satu per satu dengan gigih.
Bisa dikatakan, hampir semua penderitaan terberat dalam hidup manusia terjadi pada kakak beradik ini. Nasib malang ini membentuk Mi Tian menjadi pribadi yang keras, sinis, serta berkarakter pesimis dan suram. Namun Mi Zhen justru semakin kuat menghadapi kesulitan dan takdir pahit. Ia selalu berpegang pada harapan, tak mau mudah menyerah. Berkali-kali ketika Mi Tian hampir menyerah, dialah yang terus bertahan dengan gigih.
Pertama kalinya misi darah...
Kedua kalinya misi darah...
Ketiga kalinya misi darah...
Instruksi darah keempat...
Tahun berganti tahun. Selama tinggal di apartemen, mereka tetap bersekolah karena Mi Zhen perlu memperkaya pengetahuan sebagai bekal untuk menjalankan misi darah. Ini membuatnya memiliki keingintahuan besar. Ia mempelajari berbagai buku filsafat, agama, psikologi, okultisme, bahkan sering mendalami fenomena hal gaib dan kutukan. Yang paling dalam dipelajarinya adalah psikologi dan penalaran logis, yang akhirnya benar-benar dikuasainya dengan sempurna.
“Setelah menjalankan misi darah sampai kali keenam, setiap kali misi darah dikeluarkan, dia dan Mitian yang pergi melaksanakannya, karena sangat sedikit orang yang bisa bertahan sampai setelah misi darah kelima. Tingkat kesulitan misi darah yang dilaksanakan berdua oleh kakak beradik ini terus meningkat, dan jalan keluar juga semakin sulit ditemukan. Di masa-masa paling menyakitkan itu, Mizen tidak pernah meneteskan setetes air mata pun.”
“Tanpa terasa, tibalah saat instruksi tulisan darah terakhir.”
“Kakak, aku tidak mau mati! Sudah susah payah bertahan sampai hari ini, aku tidak mau mati!”
“Mizen mengelus-elus sebuah ukiran di tangannya. Ukiran itu menggambarkan dua tubuh yang saling melilit tanpa kepala. Karena tidak memiliki kepala dan bagian tubuh yang terlilit sangat erat, sulit dibedakan apakah dua orang dalam ukiran tersebut laki-laki atau perempuan. Ini jelas merupakan patung batu, tapi setelah diteliti lebih lanjut, terlihat bahwa bahan pembuatnya bukan berasal dari zat apa pun yang ada di bumi. Dulu, mereka berdua menggunakan ukiran ini untuk bersama-sama menanggung kutukan. Cara penggunaan dan fungsi ukiran ini tertulis pada prasasti batu di reruntuhan kuno dengan aksara zhuan.”
“Jika bukan karena itu, Mizen tidak mungkin bisa duduk di sini saat ini.”
“Dia menyimpan kembali ukiran itu di tubuhnya. Ukiran itu selalu dia bawa ke mana-mana. Saat ini, kutukan semakin menguat, dan dia sangat paham bahwa petunjuk yang ditinggalkan Pu Miling adalah satu-satunya harapan. Begitu Mitian meninggal, dia akan kembali ditarik ke ruang angkasa itu dan tidak akan bisa bangkit lagi.”
“Bisa dikatakan, sampai saat ini dia masih 'menjalankan' misi darah kesepuluh.”
Namun, saat mendengar Shangguan Mian menyebutkan tentang "gudang", awalnya dia sedikit tertarik. Gudang yang menghilang itu mungkin menyimpan alat yang bisa melepaskan kutukannya. Adakah cara untuk memanggil kembali gudang tersebut?
Namun, kegembiraan ini hanya bertahan sebentar sebelum menghilang.
Karena dia merasakan sesuatu yang tidak biasa. Eksistensi gudang dari awal hingga akhir memang tidak normal. Setelah bertahun-tahun tinggal di apartemen, Mi Zhen sangat paham bahwa apartemen memiliki Keseimbangan kuat terhadap semua misi darah, tidak mungkin tiba-tiba muncul gudang tanpa alasan. Meski tampaknya dengan harga pelepasan pembatasan, jumlah alat yang muncul terlalu banyak dan memberi terlalu banyak pilihan pada penghuni. Keanehan selalu menyimpan bahaya, mana mungkin Mi Zhen tidak mengerti prinsip ini?
Dia menanyakan detail semua alat kepada Shangguan Mian. Setelah memahaminya, dia bertanya lagi tentang kondisi gudang yang menghilang. Anehnya, Pohon Darah di depan apartemen juga ikut menghilang. Mengapa saat gudang lenyap, semua alat pun ikut raib? Jika ingin menarik kembali, untuk apa awalnya dihadirkan? Saat ini para penghuni menganggap ada perubahan aneh yang menyebabkan fenomena ini, tapi tak ada yang berhasil mengungkap penyebab sebenarnya.
Percakapan singkatnya tadi dengan Shen Yu semakin menguatkan hipotesisnya. Gudang itu sama sekali tidak muncul untuk membantu penghuni melewati misi darah. Mi Zhen sudah hampir menebak alasan sebenarnya di balik kemunculan gudang.
Menurut analisis Mizhen, kemunculan gudang bertujuan untuk semakin melemahkan perlindungan aturan apartemen terhadap penghuni. Namun ini tidak tercermin pada alat-alat, karena kelengkapan jumlah alat dan berbagai kemampuan supernatural yang ada terlalu tidak wajar, sehingga ini jelas bukan untuk menciptakan keseimbangan. Selain itu, jika hanya mempertahankan tingkat kesulitan dalam keadaan semula dengan mengubah bentuk penyeimbangan, mustahil apartemen akan mengatur hal yang tidak bermakna seperti ini. Dengan kata lain...
Bertujuan agar penghuni memicu "jalan kematian".
Kesimpulan yang dia dapatkan adalah... Gudang itu sendiri sebenarnya adalah sebuah instruksi tulisan darah yang dikeluarkan apartemen! Hanya saja, ini adalah instruksi tulisan darah yang ditujukan untuk semua penghuni apartemen! Namun kecuali sampai menjalankan instruksi tulisan darah kesepuluh dan melihat teks petunjuk dalam tulisan darah, tidak ada yang bisa mengetahui sedang menjalankan misi darah keberapa. Saat itu, apartemen memang mengeluarkan sebuah tulisan darah, lalu menyuruh penghuni masuk ke "gudang". Teks asli tulisan darah adalah "alat untuk menjalankan instruksi tulisan darah", bukan "alat untuk menangkal hantu".
Permainan kata dalam tulisan darah sebenarnya bukan hal aneh. Ketika mengetahui alat-alat tidak bisa dibawa masuk ke apartemen, Mizhen semakin yakin dengan hipotesis ini. Salah satu aturan utama apartemen adalah benda-benda yang dirancang untuk hantu atau fenomena supranatural sama sekali ditolak masuk ke dalam apartemen. Ini adalah pembatasan terbesar yang diberlakukan ruang internal apartemen terhadap hantu, dan keberadaan pembatasan ini memberikan perlindungan maksimal bagi penghuni. Pembatasan ini muncul sebagai penyeimbang tingkat kesulitan misi darah.
Namun, ketika instruksi tulisan darah tingkat raja iblis dirilis, apartemen akan mengeluarkan perintah khusus yang ditujukan kepada semua penghuni sesuai situasi tertentu, termasuk Ke Yinye yang sedang menjalankan misi darah saat itu. "Gudang" itu sendiri merupakan lokasi pelaksanaan instruksi tulisan darah, dan merupakan instruksi tulisan darah yang tidak membatasi waktu maupun lokasi. Tujuannya adalah untuk sepenuhnya menghancurkan mental beruntung penghuni terhadap sepuluh misi darah, memaksa mereka memilih misi khusus tingkat raja iblis.
Dengan demikian, Mi Zhen menganggap wajar munculnya begitu banyak alat di gudang. Karena alat-alat itu sendiri merupakan fenomena supranatural dari misi darah khusus ini. Karena tidak ada batasan waktu berakhirnya misi darah, apartemen juga tidak akan menghapus kutukan alat terhadap penghuni. Bahkan masuk ke dalam apartemen pun tidak bisa melepaskan pengaruh kutukan dari alat-alat tersebut. Perubahan sebagian aturan ini mungkin disebabkan oleh keunikan misi darah khusus tersebut.
Penguatan pembatasan terhadap hantu oleh apartemen didasarkan pada kelemahan penghuni. Sebaliknya, pelemahan pembatasan terhadap hantu terjadi ketika petunjuk jalan keluar yang cukup diberikan, memungkinkan penghuni memiliki kemampuan untuk melarikan diri dari kutukan misi darah. Jika demikian, maka misi darah khusus ini melemahkan pembatasan terhadap hantu dengan memberikan petunjuk jalan keluar yang memadai kepada penghuni. Namun saat ini, gudang tidak hanya menghilang, tetapi alat-alat pun lenyap.
Mengapa "alat" menghilang? "Alat" memang memberikan efek kutukan nyata pada penghuni, mengapa harus menghilang? Apakah karena tidak diperlukan lagi keberadaannya, atau tidak diperbolehkan untuk terus ada?
Setelah berpikir berulang kali, Mizhen menyimpulkan bahwa kemungkinan tertinggi adalah kombinasi antara petunjuk jalan keluar dan keseimbangan kesulitan. Dari sini dia merevisi kesimpulannya: "Alat" bukanlah fenomena supranatural yang muncul dari misi darah, melainkan "petunjuk jalan keluar" yang diberikan apartemen. Hilangnya alat ini karena penghuni telah sepenuhnya memicu "jalan kematian", sehingga petunjuk tidak diperlukan lagi, atau keberadaan alat yang terus-menerus akan melampaui batas keseimbangan kesulitan.
Ada seorang penghuni yang memicu jalan kematian, tetapi juga memberikan petunjuk jalan keluar yang cukup. Artinya, setiap penghuni apartemen hingga saat ini masih menjalankan instruksi tulisan darah "gudang" ini!
Setelah sampai pada pemikiran ini, suatu ide pun menjadi semakin jelas. Mizhen percaya bahwa alat mungkin sama sekali bukan diciptakan untuk menahan hantu, melainkan sebagai petunjuk jalan keluar atau prasyarat untuk memicu jalan kematian. Keduanya berpotensi menyebabkan fenomena kutukan tertentu yang akan melemahkan pembatasan apartemen secara signifikan.
Pembatasan yang melemah ini memiliki dua kemungkinan:
Pertama, pembatasan apartemen yang mencegah hantu masuk mungkin akan dilanggar. Kedua, pelemahan aturan dimana hantu berhenti mengejar setelah penghuni kembali ke apartemen. Keduanya bisa dipicu oleh penggunaan alat oleh penghuni yang mengakibatkan jalan kematian.
Bagaimanapun, setidaknya menghilangnya gudang adalah bukti bahwa jalan kematian telah terpicu, ini tidak perlu diragukan. Mi Zhen telah melewati sepuluh misi darah, penelitiannya tentang hal ini sudah mencapai tingkat yang bisa disebut ahli.
Sampai saat ini, tidak ada satu pun penghuni apartemen yang masih hidup di dunia ini yang pengetahuannya tentang apartemen bisa menyaingi Mi Zhen.
"Yang mana ya?" Mi Zhen duduk di depan meja tulis, terus mencoret-coret di buku catatannya, bergumam pada diri sendiri: "Yang mana sebenarnya? Bagaimanapun, jika apartemen sepenuhnya mengalami fenomena kutukan akibat terpicunya jalan kematian, itu terlalu mengerikan."
Setelah menulis beberapa saat, Mi Zhen menutup buku catatannya dan berkata: "Tapi, sampai saat ini, fakta bahwa jalan keluar bisa memecahkan misi darah tetap bisa dipastikan. Selama hal ini tetap berlaku, para penghuni masih punya peluang untuk bertahan hidup. Untuk sementara lebih baik tidak memberitahu Nona Shangguan dan Shen Yu tentang kesimpulan ini, agar tidak membuat mereka panik. Lagipula, untuk saat ini kita juga belum tahu cara menyelamatkan Mi Tian."
Mi Zhen berdiri, merasa matanya mulai lelah, lalu mengusap-usap matanya.
"Hmm, otakku terlalu lelah, buat susu malt saja untuk menyegarkan diri! Susu malt, di mana susu maltnya ya?"
Ia berjalan ke kabinet dapur, mengeluarkan kaleng susu malt, tapi menemukan kaleng itu sudah kosong.
"Apa? Lalu apakah masih ada biji kopi? Hmm, tidak ada juga? Xin Hu si hantu rakus ini!"
Setelah menutup kabinet, Mi Zhen meregangkan lengannya.
Tepat saat itu, tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Mi Zhen segera mengeluarkan ponselnya dan mengangkat telepon: "Halo, ini Chu Mi Zhen..."
"Mi Zhen, aku... aku sangat takut! Sekarang aku bahkan tidak berani keluar rumah. Setelah berpikir panjang, hanya kamu yang bisa kumintai tolong!"
"Xi Yue? Ada apa yang terjadi?"
"Mi Zhen, mungkin kamu akan merasa ucapanku absurd dan tidak masuk akal. Tapi ini benar-benar terjadi! Pengasuh di rumahku bilang, dia melihat Wang Shaojie di depan pintu rumahku!"
"Apa... apa katamu?"
Sejak detik pertama, otak Mi Zhen langsung bekerja menghitung berbagai hipotesis. Pengalaman bertahun-tahun menjalankan misi darah telah membuat kecepatan reaksi perhatian dan kemampuan analisisnya mencapai tingkat yang mengejutkan.
Mi Zhen bukan penghuni, bagaimana mungkin bisa melihat hantu? Mungkin pengasuh itu salah lihat? Tapi dia bukan tipe orang yang gugup, seharusnya tidak asal bicara.
Mi Zhen segera menenangkan Xi Yue dengan suara stabil: "Tenang dulu, ceritakan perlahan-lahan dengan jelas."
"Pengasuh rumahku... hari ini melihat seorang pria di luar rumah. Bukankah tadi aku minta fotomu? Setelah melihat foto Wang Shaojie di album QQ-mu, dia bilang pria itu persis seperti yang dilihatnya di depan pintu!"
Mi Zhen tertegun sejenak, lalu melanjutkan: "Orang yang mirip itu biasa saja. Kamu pernah nonton 'Let Peluru Terbang'? Body double Chow Yun Fat mirip sekali, jadi ini tidak aneh."
"Tidak! Tidak mungkin! Bahkan letak tahi lalat di mulutnya sama persis! Kembar pun tidak mungkin semirip itu."
"Kenapa kamu memberi foto itu ke pengasuh?"
"Karena... dia bilang bisa mengenali tahi lalat itu, posisinya sama persis dengan Wang Shaojie!"
"Kalau begitu si pengasuh berbohong?"
"Untuk apa dia berbohong?"
“Kau disuruh seseorang? Jangan terlalu gugup, bagaimana mungkin Wang Shaojie benar-benar kembali? Tanya saja keras-keras pada pembantu itu. Omongan tentang orang mati kembali, terlalu mengada-ada.”
Mi Zhen tidak mau percaya ada fenomena supranatural terjadi di sekitar Xi Yue. Lagipula selama bukan penghuni apartemen, kemungkinan melihat hantu lebih rendah dari menang lotre.
Tapi dia punya hipotesis: jangan-jangan karena kontaknya dengan Xi Yue, gadis itu juga terkena kutukan? Meski menurutnya kemungkinan ini kecil.
"Aku mengerti, kau tunggu di sana dulu, aku segera datang!"
Mi Zhen lalu berlari keluar Pintu masuk sambil berdoa dalam hati: Jangan sampai terjadi apa-apa, Xi Yue, jangan sampai terjadi!
Xi Yue menutup telepon. Begitu ditutup, dering ponselnya kembali berbunyi! Dia segera mematikan ponselnya, menatap pembantu dengan wajah muram: "Ya, sekarang aku sadar ucapanmu mencurigakan. Kau berbohong ya? Orang yang kau lihat itu sudah mati!"
Sang pembantu ketakutan mengibaskan tangan: "Nyonya, saya bersumpah tidak berbohong, itu benar terjadi!"
Di saat bersamaan di apartemen, Li Yin mendengar telepon ke Xi Yue tiba-tiba terputus. Dia mengerutkan kening: "Sepertinya ada masalah, untung kita tahu alamatnya. Tapi sebelum tanggal yang ditentukan misi darah, kita tidak boleh mendekati sana. Bagaimanapun, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika mendekat."
“Harus mengunci lokasi.” Shen Yu di samping Li Yin berkata: “Li Yin, kunci misi darah kali ini adalah harus tetap di dekat kedua orang itu. Jadi, pada hari pelaksanaan misi darah, kita harus memastikan bisa menemukan keberadaan mereka. Jika mereka tiba-tiba pergi keluar, masalah akan besar.”
“Tapi sekarang juga tidak bisa sembarangan mendekati mereka,” Li Yin memiliki pendapat berbeda: “Mendekati mereka sekarang terlalu berbahaya, bukan?”
Saat itu, dia memandang Ziye di hadapannya. Wajah Ziye terlihat pucat. Li Yin sangat paham, dia tidak bisa ikut menjalankan misi darah bersamanya, membuatnya sangat khawatir dan takut.
Namun, mereka harus berpisah.
“Intinya,” Li Yin segera menyesuaikan pemikirannya, berkata: “Aku akan mencoba menghubungi Yan Lang lagi. Harus tahu apakah mereka telah memancing roh jahat, karena petunjuk jalan keluar kemungkinan besar ada pada kedua orang ini.”
Dia mengingat perkataan Wen Qian. Wen Qian menuduh mereka sebagai pelaku pembunuhan Wang Shaojie. Meski Li Yin tidak ingin percaya, tapi sejujurnya Yan Lang memang memiliki motif membunuh, dan Qian Xiyue juga memiliki motif untuk memberikan kesaksian palsu.
Tentu, sebenarnya ada kemungkinan yang lebih mengerikan. Yaitu, kedua orang itu mungkin sudah mati! Bagaimanapun kata “jenazah” dalam misi darah juga bisa merujuk pada makna lain.
“Mungkinkah mereka?” Ziye tiba-tiba berbicara: “Bukankah Wen Qian menuduh mereka hari itu? Menuduh mereka membunuh Wang Shaojie. Li Yin, tidak bisakah kita menganggap mereka sebagai pelakunya?”
“Ziye!” Li Yin segera menyela: “Belum bisa dipastikan...”
Ziye tetap bersikap dingin dan berkata: "Li Yin, aku tahu mereka adalah teman kuliahmu, tapi instruksi tulisan darah sudah mengatakan begitu. Jika mereka benar-benar membunuh orang hingga arwah yang tidak tenang kembali menuntut nyawa, kamu pasti tahu apa yang akan terjadi kan?"
"Arwah apa yang menuntut nyawa?" Shen Yu langsung bertanya setelah mendengar: "Kalian punya petunjuk? Li Yin, katamu mereka teman kuliahmu, jadi kamu tahu sesuatu kan? Jika benar pelaku pembunuhan, ini petunjuk besar!"
"Segera selidiki kasus pembunuhan ini," Ziye menatap salah satu dari tiga penghuni baru yang sedang menjalankan misi darah, pedagang informasi Li Fen: "Tn. Li, kali ini juga menyangkut nyawamu."
"Aku mengerti, akan kuselidiki habis-habisan. Sejujurnya, aku sudah lama berkecimpung di dunia hitam, kenal banyak orang. Di jalanan, siapa yang tidak memanggilku 'Kakak Fen'."
Li Fen mengeluarkan kata-kata bombastis, tapi seberapa besar keyakinannya hanya Tuhan yang tahu. Lagipula polisi juga belum berhasil memecahkan kasus ini.
Tapi Li Yin juga berpikir, jika kasus ini terkait misi darah, apakah polisi yang gagal memecahkan, ataukah pembatasan yang dibuat apartemen? Bagaimanapun apartemen bisa sepenuhnya mempengaruhi lembaga peradilan.
Mizhen turun dari taksi, menatap gedung apartemen tinggi itu sambil bergumam: "Orang kaya sekali, suami-istri ini benar-benar hebat."
Naik lift ke lantai 11, menuju kamar 1103. Ia bergegas ke pintu koridor dan menekan bel.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Pengasuh Xiao Hua melihat Mi Zhen berdiri di depan pintu, segera berkata: "Nona Chu? Cepat masuk, Nyonya sudah menunggu lama."
## Jilid 18 Mantra Pengikat Jiwa Bab 8 Kursi yang Terlumuri Darah
Mi Zhen segera memasuki ruang tamu. Ia tak sempat mengagumi rumah besar ini, langsung menuju Xi Yue yang sedang gelisah di ruang tamu.
"Mi Zhen..." Xi Yue segera berdiri, berkata: "Akhirnya kau datang, syukurlah!"
Xi Yue saat ini terlihat sangat tak berdaya, bagai kijang yang dikepung banyak binatang buas. Melihat keadaannya, Mi Zhen segera menyangga lengannya: "Xi Yue, hati-hati kandunganmu, duduklah. Di telepon kau melebih-lebihkan? Pengasuh inikah yang bilang melihat Wang Shaojie?"
"Ya, dia..."
Mi Zhen menoleh ke Xiao Hua, bertanya tegas: "Kau yakin melihat Wang Shaojie?"
"Saya... Nyonya, saya tidak tahu. Katanya itu mayat, mana mungkin? Siang bolong begini masak ketemu hantu..."
Tiba-tiba Mi Zhen bergegas mendekati Xiao Hua, menggenggam pergelangan tangannya. Sambil mengukur denyut nadi dan mengamati pupil mata Xiao Hua, suaranya berusaha tenang: "Aku tanya sekali lagi, kau yakin orang yang kau lihat persis seperti di foto Wang Shaojie?"
"Ben... benar, saya benar melihat! Ayah saya mengajari jangan bohong, kenapa kalian semua memaksa saya!"
“Dilihat dari reaksinya dan pengukuran denyut nadi, ucapannya tidak bergetar, pupil matanya tidak menyempit secara signifikan, dan denyut nadinya juga tidak meningkat drastis saat berbicara. Sepertinya dia tidak berbohong.”
“Jika terus didesak, dia mungkin justru akan berbohong karena ketakutan. Karena itu, Mi Zhen melepaskan pergelangan tangan Xiao Hua sambil berkata: 'Maaf, sepertinya kamu mengatakan yang sebenarnya.'”
“Kemudian dia kembali duduk di samping sofa, memegang erat tangan Xi Yue: 'Jangan takut, Xi Yue, beri tahu aku. Apakah akhir-akhir ini kamu pernah bertemu orang asing yang tidak dikenal? Apakah mereka berkumpul dalam kelompok dan terlihat sangat tegang?'”
“Ti...tidak ada.”
“Benarkah? Kalau begitu, apakah ada kejadian aneh lain sebelumnya?”
“Xi Yue langsung teringat tentang bunga iris itu, lalu buru-buru menjawab: 'Ada! Kamu ingat kan, Wang Shaojie dulu sering memberiku bunga. Saat mengikuti kelas prenatal di Rumah Sakit Zhengtian, ada yang meletakkan...seikat bunga iris di mejaku! Tapi aku tidak tahu siapa yang meletakkannya. Cara membungkusnya dan kartu di dalamnya persis seperti yang dulu diberikan Wang Shaojie!'”
“Apakah buket bunga itu masih ada?”
“Sudah...sudah kubuang...”
“Baik, aku mengerti.” Mi Zhen mulai berpikir cepat: Baru saja Nona Shen Yu menerima misi darah, lalu Xi Yue mengalami kejadian seperti ini. Mungkinkah Xi Yue terlibat dalam instruksi tulisan darah? Atau mungkin orang di sekitarnya telah menjadi penghuni apartemen?
“Pemikiran Mizhen selesai dalam sekejap. Setelah mempertimbangkan, dia bertanya lagi: \"Apa kamu baru-baru ini tidak melakukan hal khusus? Misalnya, terpapar sesuatu yang sangat jahat?\"”
“Tidak, tidak ada hal seperti itu.”
Mizhen menggenggam pergelangan tangan Xiyue, mengambil kesempatan saat dia lengah untuk memeriksa denyut nadi, lalu bertanya: \"Kamu benar-benar tidak menyembunyikan sesuatu dariku? Tentang Wang Shaojie?\"”
“Tidak, sama sekali tidak!”
Tapi saat Xiyue mengucapkan ini, denyut nadinya jelas semakin cepat. Selain itu, sorot matanya menghindar secara tidak sadar saat berbicara. Hal ini membuat Mizhen curiga: Apakah dia benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku? Hal apa?
“Melihat kondisimu seperti ini, bahkan jika tidak ada masalah bisa jadi bermasalah! Kamu sedang hamil, tidak boleh terlalu stres.” Mizhen mengeluarkan ponsel sambil berkata: \"Aku akan telepon suamimu! Nomor teleponnya berapa?\"
“Mi, Mizhen!” Wajah Xiyue semakin pucat: \"Apakah ini benar-benar hantu Wang Shaojie...\"
“Jangan dulu menakuti diri sendiri,” Mizhen berusaha membuat suaranya terdengar tenang: \"Beri tahu nomor teleponnya, aku hanya ingin memanggil suamimu untuk merawatmu karena kondisimu buruk.\"
“Baik, nomor teleponnya adalah...”
Yan Lang saat ini sedang mempertimbangkan apakah harus pulang. Penglihatan di toilet tadi, ditambah dengan pembicaraan telepon istrinya, membuatnya tidak bisa fokus bekerja.
Setelah mengajukan cuti pada manajer, dia mengganti pakaian kerja dan bergegas ke pintu tangga. Jarinya menekan tombol lift berulang kali, tapi lift tak kunjung turun.
"Sial!" Yan Lang menghentak pintu lift dengan keras, lalu berbalik arah dan berlari menuju lokasi tangga darurat.
Saat terus menuruni tangga darurat, dering ponsel di sakunya berbunyi. Dia segera berhenti, mengeluarkan ponsel, dan menerima telepon: "Halo, apakah... Mi Zhen? Bagaimana kamu tahu nomor ponselku? Apa, kamu di rumahku?"
Setelah mendengar seluruh penjelasan, Yan Lang semakin tegang: "Baik, jaga Xi Yue dulu dan tenangkan dia! Aku segera kembali!"
Usai menutup telepon, dia melesat turun dengan melompati beberapa anak tangga sekaligus.
Saat melewati salah satu anak tangga, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari belakang. Dia menoleh cepat dan melihat sebuah kursi terjatuh dari tangga di atas!
Dengan gesit dia menghindar. Kursi itu berguling-guling di anak tangga sebelum jatuh ke bawah.
Melihat kursi itu, mata Yan Lang langsung membeku.
Kursi itu ternyata sama persis dengan kursi dari aula besar terbengkalai kampus dulu! Di sandarannya masih tertera nama dan lambang kampus. Tapi yang membuat ngeri - sandaran kursi itu basah oleh darah segar yang masih menetes!
Yan Lang masih bisa mengingat jelas hari itu... Dia menyambar kursi dari aula dan menghantamkannya ke kepala Xue Long dengan sekuat tenaga!
Darah di sandaran kursi itu ternyata belum mengering, masih terus menetes dan mengotori lantai. Seolah-olah darah itu baru saja menempel!
Dia segera menoleh ke belakang, tapi tidak ada seorang pun di belakangnya. Kursi ini, siapa yang melemparkannya? Dia kembali lari ke atas, melihat anak tangga di lantai atas, tetap saja tidak ada orang. Namun, di tangga terdapat noda-noda darah! Saat itu, tangga bisa dikatakan sunyi hingga puncaknya, tidak ada suara sedikit pun.
Namun, Yan Lang merasakan seluruh tubuhnya mulai gemetar. Fenomena mengerikan ini sepenuhnya melampaui pemahamannya. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dia tidak berani lagi tinggal di tangga darurat, langsung berlari keluar.
Tidak... tidak mungkin...
Aku jelas-jelas sudah membunuh kalian semua, aku jelas-jelas sudah membunuh kalian semua!
Tapi, apakah orang yang sudah mati muncul kembali?
Saat sampai di depan lift, tubuhnya hampir kolaps. Tapi justru di saat ini, koridor sunyi senyap, tidak terlihat seorang pun. Ini kan gedung kantor pusat Grup Zhenhuan, mengapa tidak ada seorang pun?
Pintu lift terbuka, di dalamnya juga kosong tidak berpenghuni.
Masukkah?
Yan Lang ragu-ragu. Lift yang biasa dia masuki berkali-kali, hari ini terasa seperti masuk ke kandang singa, membuatnya merasa takut luar biasa!
Tapi akhirnya, dia mengeratkan gigi dan masuk. Bagaimanapun, dia benar-benar tidak berani kembali ke tangga darurat tadi.
Setelah masuk ke lift ini, dia menutup pintu lift lalu menyandar rapat di dinding. Bagian dalam lift yang sempit ini ternyata membuatnya merasa sangat menakutkan!
“Apa yang terjadi di sini?” Yan Lang menggenggam rambutnya, tiba-tiba berbicara sendiri ke lift yang kosong: “Aku dan Xi Yue sudah jelas-jelas membunuh mereka, sudah pasti membunuh mereka semua!”
Lift terus turun, menuju lantai satu, semakin dekat. Tangan Yan Lang menahan dinding lift, keningnya sudah dipenuhi keringat dingin. Sekarang dia sudah kehilangan kendali. Matanya terus mengawasi perubahan angka lantai di display lift.
Tiba-tiba, lift berhenti mendadak!
Saat itu, seperti seember air dingin disiramkan dari atas kepala Yan Lang! Dia segera memukul-mukul pintu masuk lift, ingin membukanya, tapi sia-sia.
Dia menoleh ke belakang, ketika pandangannya menyentuh lantai, hampir saja dia menjerit!
Karena di lantai belakangnya, ternyata tergeletak kursi berlumuran darah tadi!
Yan Lang sekarang benar-benar kehilangan ketenangan, wajahnya dipenuhi ketakutan. Kursi berdarah di depannya masih terus meneteskan darah segar tetes demi tetes. Suara tetesan darah di lantai terdengar sangat keras dalam keheningan lift.
Kemudian, Yan Lang pingsan.
Sementara itu di rumah Xi Yue, setelah meminum secangkir teh hangat, Xi Yue perlahan menenangkan diri.
“Yan Lang akan segera kembali.” Xi Yue menggelar selimut untuknya, berkata: “Bagaimana kalau kamu tidur sebentar? Lihatmu sangat lelah.”
“Kalau begitu, kamu harus tetap di sampingku, Mi Zhen!”
“Baik, aku mengerti. Aku akan tetap di sini.”
Dia membantu Xiyue berdiri, membawanya menuju kamar tidur. Kamar tidur keluarga mereka juga sangat luas, Mizhen membiarkan Xiyue berbaring di (tempat tidur), lalu menyelimutinya.
"Sudahkah memikirkan nama anak?" tiba-tiba Mizhen bertanya: "Kalian pasti sudah berdiskusi? Bahkan tempat tidur bayi sudah dibeli."
"Kamu melihatnya?"
"Hm, tidak sengaja melihat."
"Sebelumnya juga sudah didiskusikan, belum memutuskan." Saat membicarakan anak, senyum bahagia muncul di wajah Xiyue: "Mizhen ada ide?"
"Aku?" Mizhen menekan jari telunjuk ke dagu, mengangkat kepala sedikit, berpikir sejenak: "Hm, Yan Yao bagaimana? Bisa dipakai untuk laki-laki atau perempuan. Karakter (salju) dan (pagi)."
"Xue Chen? Hm, bagus. Baik, kita pakai nama itu."
"Ah... Aku asal saja lho, Xiyue benar-benar mau pakai?"
"Tidak apa, menurutku nama itu sangat bagus."
Xiyue terlihat sangat lelah, kelopak matanya sudah mulai berat, tak lama kemudian tertidur. Mizhen tetap menjaga di sampingnya, sementara pikirannya sibuk memikirkan apa yang harus dilakukan.
Jika Xiyue benar-benar terseret dalam instruksi tulisan darah, tentu Mizhen tidak akan tinggal diam.
Setelah menunggu Xiyue tertidur pulas, dia keluar kamar, mengambil ponsel, menelepon Shangguan Mian. Ponsel berbunyi beberapa kali lalu tersambung.
"Halo, Nona Shangguan..."
"Ada apa? Bukankah sudah kuperingatkan, jangan menghubungiku kecuali ada hal penting?"
"Maaf, tapi aku ingin bertanya tentang misi darah kali ini, apa isinya?"
“Mengapa kamu menanyakan ini?”
Suara dingin seperti mesin dari Shangguan Mian membuat hati bergetar, namun Mi Zhen tidak menghiraukannya. "Mengenai hal 'gudang' yang kamu sebutkan sebelumnya, aku punya beberapa hipotesis. Tapi perlu merujuk konten misi darah yang telah dirilis. Saat bertemu nanti, akan kujelaskan kesimpulanku."
Di ujung telepon, terdiam sejenak.
"Isi instruksi tulisan darah hanya akan kusebutkan sekali."
"Baik, baik! Tunggu sebentar ya!"
Mi Zhen segera berlari ke kabinet rendah di depannya, menarik laci dan mencari kertas serta pulpen. Karena tidak segera menemukan, dia kembali masuk ke kamar tidur di mana komputer masih menyala. Dengan cepat dia membuka dokumen, menjepit ponsel di bahu, meletakkan kedua tangan di keyboard. "Silakan katakan."
Saat Shangguan Mian mulai berbicara, jemarinya langsung menari di keyboard. Setelah mendengar instruksi tulisan darah itu, tubuh Mi Zhen gemetar hebat!
Benar! Xi Yue benar-benar terseret dalam instruksi tulisan darah!
"Aku mengerti, terima kasih Nona Shangguan. Akan segera menghubungimu lagi."
Setelah menutup telepon, dia membaca ulang tulisan darah itu dengan cermat. Setelah menghafal detailnya, dokumen langsung dihapus. Tampaknya suara ketikan terlalu keras, membuat Xi Yue yang belum tertidur lelap terbangun.
"Mi Zhen? Kamu sedang... Ah!"
Xi Yue tiba-tiba menjerit nyaring! Tangannya gemetar mengangkat, menunjuk ke meja kopi di sebelah sofa di belakang Mi Zhen.
Di atas meja kopi itu, sebuah vas berisi rangkaian bunga iris tegak berdiri!
## Jilid Kedelapan Belas Mantra Pencabut Nyawa Bab Kesembilan Masa Lalu yang Menyakitkan Yan Lang
Meja kopi itu awalnya hanya ada vas kosong, saat masuk tadi juga masih kosong. Tapi begitu Mi Zhen keluar sebentar, tiba-tiba sudah ada buket iris di sana!
"Ini, ini bagaimana bisa, Mi Zhen?" Xi Yue langsung menatap Mi Zhen, sorot matanya dipenuhi keputusasaan dan rasa tak berdaya.
Mi Zhen tidak terkejut. Setelah mengalami banyak instruksi tulisan darah, dia paham bahwa sekali terjebak dalam misi darah, fenomena aneh apapun bisa terjadi.
Tapi penghuni masih bisa selamat lewat jalan keluar. Lalu Xi Yue? Dia hanya dijadikan "alat" dalam instruksi tulisan darah. Dalam situasi seperti ini, apa yang akan terjadi selanjutnya sama sekali tidak bisa diprediksi.
Xi Yue buru-buru melompat dari (tempat tidur), berlari ke vas bunga, meraih buket itu lalu melemparkannya lewat jendela! Tubuhnya meringkuk di sudut dinding sambil terisak.
"Jangan... jangan mendekat... jangan cari aku!"
Mi Zhen segera menghampiri, kedua tangan memegangi bahunya: "Ceritakan padaku, Xi Yue. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang terjadi antara kamu dan Wang Shaojie?"
"Jika dia adalah penghuni, maka kemungkinan tidak ada hubungan sebab-akibat dengan terlepasnya hantu. Tapi Xiyue bukan penghuni, namun tetap terlibat, ini membuktikan dia mungkin memiliki hubungan erat dengan kematian Wang Shaojie dan lainnya. Jika kita mengetahui hal ini, mungkin ada cara untuk melepaskan misi darah. Dan Xiyue sendiri, sangat mungkin mengetahui seluruh kebenaran."
"Aku, aku tidak tahu!" Namun wajah Xiyue dipenuhi ketakutan dan panik, dia terus-menerus menggelengkan tangan, sorot matanya benar-benar menunjukkan keterkejutan yang besar.
Dia jelas-jelas berbohong.
Mizhen semakin yakin akan hal ini. Bagaimanapun, tanpa mengetahui semua ini, dia tidak bisa menyelesaikan semuanya. Sekarang, bahkan jika meninggalkan tempat ini pun tidak ada artinya, instruksi tulisan darah tidak menyebutkan lokasi pelaksanaan misi darah, artinya dimanapun mereka pergi, Yan Lang dan Xiyue tidak bisa lepas dari mimpi buruk ini.
"Katakan padaku, Xiyue!" Mizhen tetap tidak mau menyerah, berteriak keras: "Kamu tahu seberapa serius situasinya? Ini bukan main-main! Jika situasi terus berkembang, kamu, Yan Lang, termasuk bayi dalam kandunganmu, semua bisa mengalami nasib malang! Jadi cepat katakan semua yang kamu tahu! Aku janji, apapun yang kamu katakan tidak akan kusebarkan!"
Dia sudah menebak apa yang dikhawatirkan Xiyue.
Saat itu, Yan Lang membuka matanya. Tubuhnya terbaring di (tempat tidur) rumah sakit, dikelilingi rekan kerja. Dia melihat sekeliling, sepertinya berada di dalam rumah sakit.
“Xiao Yan, kamu sudah sadar?” Manajer departemen pemasaran berada di sampingnya, melihatnya terbangun langsung berkata lega: “Waduh, bikin kaget. Setelah kamu pingsan di dalam lift, kami langsung membawamu ke rumah sakit.”
Saat itu, Yan Lang merasa pikirannya kacau balau. Setelah beberapa saat, tiba-tiba ia teringat kursi berlumuran darah yang dilihatnya! Gambar mengerikan itu muncul lagi di benaknya, membuatnya langsung terduduk tegak.
Kemudian, ia teringat telepon dari Xi Yue dan semua perkataannya.
“Jangan-jangan...”
Sebuah hipotesis mengerikan mulai terbetik di hatinya. Ia langsung melompat dari tempat tidur sambil berkata: “Manajer, saya perlu izin cuti sehari. Maaf, saya harus segera pulang!”
“Kamu bercanda? Kamu harus istirahat dulu...”
“Tidak, tidak bisa!” Ia buru-buru memakai sepatu: “Saya harus segera pulang menemui istri saya. Mungkin akan terjadi malapetaka, jangan ada yang menghalangi!”
Saat ini, rasa takut Yan Lang bahkan melebihi saat melihat kursi berdarah di lift. Ia sama sekali tidak tahu apa yang akan dihadapi Xi Yue sekarang!
Ia menerobos keluar kamar pasien dan tergopoh-gopoh menuruni tangga! Untungnya tangga rumah sakit ramai orang, jadi ia tidak terlalu takut. Setiba di lobi lantai dasar, ia berlari keluar pintu dan menahan taksi di jalan!
“Pak, ke Jalan Nongyue!”
Yan Lang saat ini bagai ditusuk pisau di hati. Kenangan masa lalu pun mulai bergolak dalam benaknya...
Yan Lang adalah orang yang selalu introvert dan penakut. Hal ini tidak terlepas dari keluarganya. Karena berasal dari keluarga miskin, dia memiliki rasa rendah diri dan sering dihina. Semakin lama, dia semakin penuh ketakutan. Oleh karena itu, dia pernah terobsesi dengan permainan online, karena dalam game dia bisa melupakan berbagai penderitaan di dunia nyata, bisa "membunuh" dengan leluasa, dan mendapat penghormatan dari banyak orang. "World of Warcraft", "StarCraft", "Resident Evil" dan lainnya menjadi kenangan terpentingnya di masa SMA. Karena hal ini, dia lama terjerumus dalam warnet dan semakin tergila-gila pada dunia game. Seiring waktu, dia bahkan mulai menulis naskah game sendiri, merancang karakter, alat, profesi, sistem leveling game. Dari sekitar kelas 1 SMA sampai kemudian, tak terhitung berapa naskah game yang telah dia desain, bahkan dia sendiri tidak ingat jumlahnya. Semakin lama ditulis, pengaturan berbagai aspek semakin matang. Hingga akhirnya dia mulai membuat halaman web sendiri untuk mengekspresikan game karyanya secara bertahap di internet. Namun, karena rasa rendah dirinya, naskah game yang ditulisnya tidak pernah diperlihatkan kepada siapapun, tetap dikerjakan dalam kesunyian.
Setelah lulus ujian masuk kuliah, ketergila-gilaannya pada game tetap tidak berubah. Dia sering mengunjungi warnet dekat kampus, membeli majalah strategi dan merchandise game. Selain game, dalam kesehariannya dia juga sering diam-diam memperhatikan Qian Xiyue.
Awalnya, saat pertama kali bertemu Qian Xiyue, Yan Lang langsung terpana oleh kecantikannya. Tentu saja, karena perasaan rendah diri yang melekat, dia tidak berani memiliki harapan yang muluk. Hanya dengan duduk di belakang Qian Xiyue setiap hari dan memandanginya diam-diam, itu sudah membuatnya bahagia. Seiring waktu, semakin dia memperhatikan keanggunan bicara dan kecantikan wajah Qian Xiyue, semakin tak bisa menahan rasa kagumnya. Di kelas, Wang Shaojie yang paling gencar mengejar Qian Xiyue terus-menerus mengirim bunga iris, meski berulang kali ditolak, semangatnya justru semakin membara.
Mimpi buruk Yan Lang pun perlahan dimulai.
Suatu hari, sambil memegang majalah panduan game yang baru dibeli, dia duduk di bangku batu di dalam kampus. Saat asyik membaca, tiba-tiba majalah itu direbut oleh sebuah tangan.
Ketika menengadah, terlihat seorang pemuda yang hampir satu kepala lebih tinggi darinya berdiri dengan wajah garang. "Kau Yan Lang, kan?" katanya.
Yan Lang langsung mengenali itu Luo Ziqiang, salah satu dari tiga anak buah Wang Shaojie. Dengan terbata-bata dia menjawab, "Ya, benar, saya..."
Sebelum sempat menyelesaikan kalimat, kerah baju Yan Lang sudah ditarik kasar oleh Luo Ziqiang. Dua lelaki lain dengan aura mengintimidasi mendekat dari sekitarnya - Xue Long dan Zheng Hua, dua anak buah lainnya. Ketiganya mengerumuni Yan Lang dengan tatapan jahat yang membuat bulu kuduknya merinding.
“Kalian, kalian mau melakukan apa?”
“Melakukan apa?” Xue Long tertawa sinis, berkata: “Ayo, bawa dia menghadap Jie Ge!”
Tak lama kemudian, mereka menariknya menuju tempat sepi di dalam kampus yang jarang dilalui orang. Kemudian, Wang Shaojie datang dari kejauhan.
Yan Lang saat itu benar-benar tidak mengerti, apa sebenarnya kesalahan yang telah ia perbuat sampai menyinggung perasaan Wang Shaojie?
Akhirnya, Wang Shaojie datang menghampirinya dan berkata: “Yan Lang, tahukah kamu mengapa hari ini aku memanggilmu?”
“Tidak, tidak tahu.”
“Oh, tidak tahu ya.” Wang Shaojie menunjukkan senyum aneh, lalu menghantamkan tinju keras-keras ke perut Yan Lang, disusul tendangan menyapu!
“Kubilang kau tidak tahu! Kubilang kau tidak tahu! Sialan, bukankah selama di kelas kau selalu duduk di belakang Qian Xiyue mengintipnya? Kaukira aku tidak tahu kau diam-diam mengambil foto dirinya dengan ponsel?”
“Jie Ge,” tiba-tiba Xue Long bertanya: “Aku mau tanya, yang mengejar Qian Xiyue kan bukan hanya dia, kenapa hanya dia yang kita habisi?”
“Ah, yang lain masih tahu diri, tidak berani saing denganku. Tapi si brengsek ini niat jahatnya tidak hilang! Qian Xiyue cepat atau lambat akan jadi milikku, rencanaku sudah dari dulu ingin cepat-cepat membawanya ke (tempat tidur). Dasar kurang ajar berani mengintip wanita punyaku!”
Luo Ziqiang memegang tengkuk Wang Shaojie lalu menekannya ke tanah, berkata: “Jie Ge, dasar pengecut! Dipukuli sedikit saja sudah ketakutan sampai menggigil!”
“Jangan, jangan pukul aku!” Yan Lang saat itu ketakutan hingga linglung, berteriak: “Wang, Wang Shaojie, ah, bukan, Tuan Muda Wang, Tuan yang maha pengampun, lepaskan aku! Aku tidak berani memotret diam-diam Qian Xiyue lagi, sungguh, aku bersumpah, aku bersumpah!”
“Hmph!” Wang Shaojie membalas dengan suara dingin: “Kodok jelek sepertimu berani mengincar angsa putih? Lupakan saja mimpi itu! Kalian beberapa orang, layani dia baik-baik. Eh, jangan pukul wajahnya. Tenang, ayahku tinggal bicara satu kata, staf administrasi langsung jadi pengecut. Selama aku yang jamin, sampai cacat pun tak masalah!”
Sikap penuh keyakinannya ini membuat Yan Lang semakin ketakutan hingga rohnya tercerai-berai, langsung memohon-mohon: “Leluhur, Tuan, kumohon, kumohon ampunilah aku, apa saja akan kulakukan...”
“Pukul!”
Kemudian, hantaman kaki dan tinju tanpa ampun pun berlangsung. Saat itu, karena terus ditolak oleh Qian Xiyue, Wang Shaojie sedang dalam mood buruk sehingga menjadikan Yan Lang sebagai tempat pelampiasan emosi.
Tentu saja dia tidak sampai benar-benar cacat, tapi pukulan mereka sangat keras. Meski Yan Lang terus memohon, semuanya sia-sia belaka.
Inilah awal dari segala mimpi buruk Yan Lang.
Karena sifat penakut dan pengecutnya, dia sama sekali tidak berani memberitahu siapa pun. Apalagi dia juga mengetahui latar belakang Wang Shaojie - ayahnya adalah CEO perusahaan multinasional besar, ibunya seorang pejabat tinggi pemerintah, dan mereka memiliki banyak kerabat yang bekerja di pemerintahan. Dengan latar belakang sekuat ini, tidak ada yang berani macam-macam. Jadi, untuk semua ini, dia hanya memilih untuk menerima diam-diam.
Dia tidak berani lagi menghadapi Qian Xiyue. Meski masih sangat terpikat padanya, ketakutannya pada Wang Shaojie si iblis semakin besar. Setelah itu, Wang Shaojie tetap memaksa mengganggu Xiyue, frekuensi mengirim bunga iris semakin meningkat. Hingga akhirnya Qian Xiyue (karakter '') sendiri bilang dia ingin muntah setiap melihat bunga iris.
Suatu hari, di hadapan banyak siswa kelas, Qian Xiyue mengembalikan bunga iris ke Wang Shaojie sambil marah: "Wang Shaojie, apa kamu tidak mengerti Bahasa Mandarin? Sudah ku katakan berkali-kali, aku tidak tertarik padamu! Setiap hari kamu mengirim bunga, pamer mobil sport, memaksaku menerima baju dan perhiasan - apa yang ada di pikiranmu? Kalau mau pamer kekayaan, cari orang lain! Aku tidak suka kamu!"
Kemudian dia lari begitu saja. Namun Wang Shaojie justru tertawa terbahak: "Teman-teman, kalian pikir aku mundur? Tidak, ini baru awal! Aku Wang Shaojie, tidak pernah gagal menaklukkan benteng pertahanan. Qian Xiyue juga tidak akan terkecuali!"
"Sebenarnya semua orang tahu, apakah perasaan Wang Shaojie yang mengaku menyukai Qian Xiyue itu tulus atau palsu. Dengan statusnya sebagai anak orang kaya, dia setiap hari berpesta pora di luar, jumlah perempuan yang sudah dia tiduri sudah tak terhitung. Qian Xiyue, mungkin hanya ingin main-main saja."
"Hanya saja, setiap kali Qian Xiyue menolaknya, dia akan melampiaskan sakit hatinya dengan menyiksa Yan Lang. Menurutnya, Yan Lang yang pengecut ini adalah target bully yang sempurna, sekaligus 'tas tinju' manusia. Awalnya hanya pukulan biasa, tapi karena merasa bosan, dia mulai mencoba cara-cara baru."
"Sejak itu, dia mulai menyiksa Yan Lang dengan berbagai metode berulang kali."
"Di dalam kampus terdapat aula besar yang terbengkalai, tempat itu menjadi lokasi favorit Wang Shaojie untuk menyiksa Yan Lang."
"Hari itu, setelah diculik paksa oleh Xue Long dan kawan-kawannya, Yan Lang memandang Wang Shaojie dengan wajah pucat pasi. Untuk menghindarinya, Yan Lang sudah sering membolos, tapi tidak mungkin terus-terusan tidak masuk sekolah. Beberapa kali dia melapor ke bagian administrasi, tapi jawaban guru selalu 'cuma masalah kecil, sudah dewasa masa tidak bisa menyelesaikan sendiri' sebagai penghalusan. Atau... sama sekali tidak percaya bahwa Wang Shaojie membullynya."
"'Kudengar kamu beberapa hari lalu melapor ke administrasi?' Wang Shaojie saat itu duduk di kursi aula sambil menggigit rokok, berkata dingin: 'Keluargamu kan berjualan mie pinggir jalan? Bagaimana kalau aku suruh orang datang menghancurkan lapakmu? Pasti seru ya?'"
“Kamu, jangan sentuh orang tuaku!” Yan Lang panik memohon: “Lepaskan aku, apa gunanya menyiksaku seperti ini?”
“Menyenangkan! Di mana lagi cari sasaran pelampiasan sepertimu? Qian Xiyue hari ini tidak menghormatiku, terpaksa kuambil darimu. Zheng Hua, siapkan kamera! Xue Long, Luo Ziqiang, buka bajunya!”
“Tidak!” Yan Lang memberontak sekuat tenaga. Akhirnya dia mengumpat: “Wang Shaojie, bajingan!”
Ucapan itu baru keluar, dadanya langsung dihantam siku Luo Ziqiang hingga terjatuh!
“Berani menghina Jie-ge? Anak ini nekat ya?”
“Huh, takut apa?” Xue Long menarik rambutnya. “Ziqiang, cepat buka bajunya! Hmm, dia bukan cewek, fotonya tidak berharga!”
“Tidak masalah.” Wang Shaojie menyungging senyum kejam. “Dengan foto ini, kita bisa pelihara Yan Lang seperti budak. Bukankah itu lucu?”
Yan Lang menatap kosong. Baju dan celananya dibuka paksa tanpa bisa melawan. Dia sadar mustahil melawan iblis di hadapannya...
## Jilid 18 Mantra Penarik Jiwa Bab 10 Membunuh!
“Yan Lang sama sekali tidak bisa melawan, setiap kali dia berusaha melepaskan diri, dia akan mendapat pukulan dari Xue Long dan Luo Ziqiang. Sementara Zheng Hua memegang kamera sambil berkata: “Cepat! Aku tidak sabar ingin memotret!”
Wang Shaojie masih dengan santai menghembuskan asap rokoknya, seolah sama sekali tidak terburu-buru.
“Kenapa!” Yan Lang akhirnya meledak dalam kemarahan: “Kenapa kau memperlakukanku seperti ini!”
Mendengar ini, Wang Shaojie menggetok-getokkan abu rokoknya, sama sekali tidak menghiraukan Yan Lang.
Saat itu, celana panjang Yan Lang sudah ditelanjangi. Luo Ziqiang menahan kedua lengannya, sementara Xue Long mengulurkan tangan ke celana dalamnya lalu menariknya keras-keras! Seketika, tubuh Yan Lang telanjang bulat terguling di lantai!
“Bagus,” kata Wang Shaojie: “Ziqiang, Xue Long, bantu pegang tangan-kakinya, jangan biarkan dia bergerak!”
“Siap, Jie-ge!” Xue Long langsung menuruti tanpa ragu, tapi menambahkan: “Tapi kita sudah janji ya, cewek yang kita mainkan kemarin itu harus kau ijinkan aku main lagi!”
“Kau masih mengingat cewek itu?” Luo Ziqiang mencemooh: “Tapi emang sih cewek itu terlalu nakal. Aku juga pengen ngewe dia lagi. Jie-ge, ngapain juga kau ngejar-ngejar si Qian Xiyue itu kalau ada barang prime seperti ini?”
“Kamu ngerti apa?” Wang Shaojie berkata sambil tertawa ringan: “Ayam kampung yang ditunggangi ribuan orang itu mana ada tantangannya. Qian Xiyue yang menjaga kesucian diri seperti ini, dimainkan pasti lebih beraroma! Baik, setelah ini selesai, aku akan ajak kalian main lagi ke sauna town kemarin, itu milik paman keduaku, mau main apa saja boleh!”
Saat itu, Zheng Hua juga mendekat, wajah penuh senyum mesum: “Oke, Kakak Jie, jangan sampai aku ketinggalan.”
Sambil bicara, dia sudah siap menekan tombol rana, tapi Wang Shaojie berkata: “Jangan buru-buru, masih ada yang belum dilakukan.”
Lalu Wang Shaojie mengeluarkan spidol warna dari saku, berjongkok dan mulai menulis di bagian bawah tubuh Yan Lang!
“Apa yang kau lakukan, Wang Shaojie!” Yan Lang memberontak mati-matian, tapi tenaga Xue Long dan Luo Ziqiang terlalu kuat, dia sama sekali tidak bisa bergerak!
Wang Shaojie menyelesaikan tulisannya dengan satu sapuan kuas. Xue Long melihat tulisan itu: "Aku suka dihantam bunga krisan".
“Bagus,” dia menyimpan spidolnya dan menepuk bahu Zheng Hua: “Foto yang bagus, pastikan tulisanku jelas. Wajahnya harus terlihat jelas.”
Zheng Hua tertawa: “Oke, aku paham!”
Lalu dia mengarahkan kamera ke Yan Lang, terus menekan tombol rana!
“Jangan, hentikan! Bajingan! Aku akan membunuh kalian, pasti kubunuh kalian semua! Aku akan membunuh kalian!”
Tangan dan kaki Yan Lang dicengkeram erat oleh Xue Long dan Luo Ziqiang seperti besi penjepit, dia sama sekali tidak bisa bergerak. Setelah difoto tidak tahu berapa kali oleh Zheng Hua, barulah mereka melepaskannya.
"Sudah cukup, Kakak Jie?"
"Hm, seharusnya sudah bisa."
Begitu Wang Shaojie memberi perintah, Xue Long dan Luo Ziqiang akhirnya melepaskan genggaman. Wang Shaojie tertawa terbahak sambil memegang kamera, "Yan Lang, kamu harus paham! Kalau foto-foto ini bocor ke publik, seumur hidupmu jangan harap bisa angkat kepala lagi! Hahaha! Mulai sekarang, ikuti semua perintahku! Bahkan kalau kusuruh makan tai, kau harus makan tai!"
Yan Lang yang murka langsung menerjang ke arah Wang Shaojie. Xue Long dengan sigap menangkapnya, lalu menghantamkan tinju ke dadanya, "Gatal kulit ya? Berani melawan?"
Wang Shaojie tertawa besar, "Sudah! Biarkan si bocah ini! Zheng Hua, jepretanmu bagus tadi."
Saat ini, Wang Shaojie masih memegang kamera digital sambil melihat-lihat foto Yan Lang!
"Aaaaa!!!" Mata Yan Lang memerah darah. Tangannya mencengkeram kursi di sampingnya dengan erat, "Wang Shaojie! Aku pasti akan membunuhmu!!"
Tapi dia sadar betul mustahil membunuh Wang Shaojie. Xue Long dan yang lain selalu nempel seperti perangko, apalagi kemampuan bertarung Wang Shaojie sendiri jauh di atas Yan Lang yang fisiknya sebenarnya sangat lemah.
“Bunuh aku?” Wang Shaojie tertawa terbahak-bahak: “Beranilah kau membunuh! Aku lihat bagaimana caramu membunuhku!”
Kemudian, dia pergi bersama Xue Long dan yang lain dengan angkuh. Sementara Yan Lang berlutut di tanah sendirian, memandangi tulisan yang ditorehkan Wang Shaojie di bagian bawah tubuhnya. Sejenak, benar-benar muncul keinginan "membunuh Wang Shaojie" dalam hatinya.
Namun, keinginan untuk membunuh seseorang tidak mudah muncul. Bagaimanapun, membunuh akan berujung dipenjara. Yan Lang belum sampai kehilangan akal sehat sejauh itu. Dia sadar betul tinggal setahun lagi lulus. Lebih baik ditahan saja. Setelah lulus, dia takkan bertemu Wang Shaojie lagi.
Tapi dia teringat, Wang Shaojie masih menyimpan foto-foto itu. Setelah lulus pun, Wang Shaojie tetap bisa mempermainkannya seperti budak dan kantong tinju manusia dengan memanfaatkan foto tersebut.
Di hari-hari berikutnya, Yan Lang bahkan tidak bisa membolos karena Wang Shaojie memerintahkannya "harus datang ketika dipanggil". Selama periode itu, tak terhitung penghinaan yang ditimpakan padanya. Banyak hal terjadi di aula besar yang terbengkalai itu.
Akhirnya, mimpi buruk dan kegelapan paling mengerikan pun tiba.
Itu terjadi pada hari Minggu. Yan Lang dipaksa Wang Shaojie tetap di kampus. Di dalam aula besar tersebut, beberapa orang mereka sedang berdiskusi.
“Kesabaranku terhadap Qian Xiyue sudah mencapai batas.” Wang Shaojie yang sedang menghisap rokok dengan kasar berkata marah: “Sialan, aku baik hati membelikannya baju mewah dan parfum mahal, dia malah mengembalikan semuanya! Perempuan tak tahu diuntung seperti ini baru pertama kali kujumpai!”
“Kalau begitu, maksudmu Jie Ge...” Xue Long bertanya dengan hati-hati: “Apa rencanamu?”
“Rencana? Hehe.” Wang Shaojie melemparkan puntung rokoknya sembarangan: “Kau tahu kan Qian Xiyue tinggal di asrama? Hari ini dia ada kegiatan klub jadi akan lewat sini sebentar lagi. Kita bisa lakukan padanya hal yang sama seperti yang kita lakukan pada Yan Lang kemarin!”
“Tidak, jangan! Kalian tidak boleh melakukan itu!” Yan Lang yang mendengarkan di samping wajahnya pucat pasi: “Kumohon Wang Shaojie, bukankah kau menyukai Qian Xiyue?”
Wang Shaojie menggenggam rambut Yan Lang dan menghantamkannya ke dinding: “Siapa yang berani melawanku? Dengar baik-baik, aku tahu kau suka Qian Xiyue. Karena kau selama ini cukup patuh, nanti setelah aku puas main, boleh kusisakan untukmu. Lagi pula, pantasnya kau hanya pakai sepatu bekasku!”
“Wang Shaojie, berani-beraninya kau!” Yan Lang berteriak marah: “Aku takkan membiarkanmu melakukan itu!”
“Baik! Kalau kamu berani memberitahunya, aku akan segera merilis fotomu! Lalu kamu akan dikeluarkan dari akademi, dan aku akan menghancurkan warung orang tuamu! Juga, jangan harap bisa berbisnis di mana pun di kota ini! Percaya tidak?”
Memikirkan foto-foto itu akan dibocorkan membuat Yan Lang menggigil ketakutan!
“Wang Shaojie, jangan... Aku mohon. Aku akan lakukan apa pun, tapi jangan sakiti Qian Xiyue!”
Bagi Yan Lang, meski hampir tak pernah berbicara dengan Xiyue, Qian Xiyue adalah tanah suci paling sakral dalam hatinya yang tak boleh dinodai siapa pun! Karena itu, dia takkan membiarkan Wang Shaojie melakukannya!
Wang Shaojie mencemooh: “Aku PASTI akan menghabisi Qian Xiyue! Tak ada yang bisa menghentikanku!”
Dan mimpi buruk itu pun dimulai.
Zheng Hua pergi. Setelah beberapa waktu, dia membawa Qian Xiyue ke aula besar. Melihat kerumunan orang di dalam, Xiyue bingung. Saat itu, Zheng Hua sudah mengunci pintu.
“Kalian...” Xiyue tak sempat bicara. Yan Lang yang ditahan Xue Long dan Luo Ziqiang berteriak: “Xiyue, lari! Mereka mau... mau... padamu...”
“Wang Shaojie!” Qian Xiyue membelalak: “Apa maksudmu ini?”
“Maksud?” Wang Shaojie menyeringai: “Hari ini Minggu, sepi. Lihat tirai sudah kututup? Di sini... kita bisa bersenang-senang!”
"Xi Yue terkejut dan segera ingin melarikan diri, namun Zheng Hua menghalangi di pintu masuk. Kemudian, dia menggenggam lengan Xi Yue dan menyeretnya ke tengah aula, melemparkannya dengan kasar ke lantai!"
"Wang Shaojie, brengsek kau! Beraninya kau!" Yan Lang saat ini merasa hatinya seperti terkoyak. Qian Xi Yue yang diam-diam disukainya akan diperkosa oleh Wang Shaojie!
"Wang Shaojie, apa... apa yang kau rencanakan? Ini melanggar hukum!" Qian Xi Yue mengeluarkan ponselnya sambil berbicara, baru saja hendak menelepon, langsung direbut oleh Zheng Hua.
"Hematlah tenagamu. Kau tidak bisa kabur." Wang Shaojie mendekat dengan senyum licik. "Xue Long, kemarilah. Cukup suruh Zi Qiang mengawasi Yan Lang. Aku ingin melihat ekspresinya saat wanita yang dia idamkan kuhamili. Pasti sangat menarik."
"Oh begitu rupanya!" Luo Ziqiang berkata dengan penuh pencerahan. "Jadi kau sengaja membawanya? Foto yang kemarin juga untuk mencegahnya membocorkan kejadian ini?"
"Zi Qiang, kau semakin pintar." Wang Shaojie menjentikkan jarinya. Dia mendekati Qian Xi Yue dan berkata pada Zheng Hua serta Xue Long yang sedang mendekat: "Kendalikan tangan kakinya seperti kemarin. Tapi kali ini, akulah yang akan membuka bajunya! Hehe, Qian Xi Yue, kau yang menolak tawaranku dengan sopan, sekarang terpaksa kuhamili paksa."
“Wang Shaojie! Kau gila?” Xi Yue jelas tahu apa yang akan dilakukannya, berkata dengan ketakutan luar biasa: "Ini kejahatan!"
"Kejahatan apaan! Aku nggak percaya kalau aku memperkosamu, kau berani ngomong!"
Lalu, dia langsung meraihnya dengan satu tangan, sambil menekan tubuhnya di atas sebuah meja. Tangan dan kakinya dicekram kuat-kuat oleh Xue Long dan Luo Ziqiang. Bagaimanapun dia meronta, tak ada gunanya.
"Wang... Wang Shaojie, kumohon... jangan lakukan ini!" Xi Yue sudah panik ketakutan. Xue Long dan Zheng Hua, keduanya memiliki tenaga sangat besar. Bagaimanapun Xi Yue berusaha melepaskan diri, mustahil. Kini satu-satunya harapannya adalah nalar dan nurani Wang Shaojie.
Tapi, dia meremehkan kebejatan dan kekejaman Wang Shaojie.
"Wang Shaojie!" Yan Lang yang masih dicekram Luo Ziqiang berteriak mati-matian sambil berusaha maju: "Berani-beraninya kau sentuh dia! Coba kau sentuh!"
Namun Wang Shaojie sama sekali mengabaikan. Kedua tangannya langsung mencabut baju atas Xi Yue! Lalu membuka kancing celana panjangnya!
"Jangan, jangan!" Xi Yue menjerit ketakutan. Wang Shaojie tertawa terkekeh kejam: "Yan Lang, saksikan bagaimana aku memperkosanya!"
"Jangan, jangan!!" Xi Yue menjerit histeris: "Tolong! Tolong! Siapa pun tolong aku!"
"Jangan buru-buru," Wang Shaojie menyeringai dingin: "Ini baru pendahuluan. Sebentar lagi, kau sepenuhnya jadi milikku!"
Di dalam hati, perempuan yang paling dicintainya justru dipermalukan oleh binatang-binatang ini! Yan Lang akhirnya menunjukkan kekejamannya! Tiba-tiba dia menderu ke langit-langit dengan bertaruh nyawa: "Membunuh! Membunuh! Membunuh! Hari ini aku akan membunuh empat orang kalian semua! Tak akan kutinggalkan satu pun!"
Saat itu, Luo Ziqiang sepertinya juga terpesona oleh tubuh Xi Yue. Tangan yang menangkap Yan Lang ternyata sedikit mengendur! Yan Lang tentu tak akan melewatkan kesempatan ini. Dengan menghantam keras ke Luo Ziqiang yang di belakang, dia akhirnya berhasil melepaskan diri!
Lalu, dia langsung menerjang ke arah sekumpulan binatang di hadapannya, sambil mengambil sebuah kursi. Kebetulan Xue Long berada cukup dekat, maka dia mengangkat kursi itu dan menghantam kepala Xue Long dengan keras!
Hantaman ini menggunakan hampir seluruh tenaganya. Kepala Xue Long langsung mekar seperti bunga, seluruh tubuhnya roboh ke lantai!
Kejadian ini membuat Wang Shaojie dan Zheng Hua terkejut! Sementara Yan Lang langsung menarik pisau belati dari tubuhnya, mengaum keras: "Wang Shaojie, aku akan membunuhmu!"
## Jilid Kedelapan Belas Kutukan Pencabut Nyawa Bab 11 Dari masa lalu, hingga kini, sampai keabadian
Setelah foto-foto itu diambil, kebencian Yan Lang terhadap Wang Shaojie mencapai tingkat yang sangat mendalam. Karena itu, dia selalu menyembunyikan pisau belati di tubuhnya.
Saat ini, pisau belati ini akhirnya berguna. Yan Lang saat ini sudah dipenuhi kemarahan membara, satu tangan memegang pisau belati, tangan lainnya masih mencengkeram kursi tadi. Sekarang, dia mengangkat kursi itu dan melemparkannya ke arah Wang Shaojie!
Wang Shaojie kaget setengah mati, buru-buru menghindar. Kursi melesat melewati bahunya, membuatnya tersandung dan jatuh ke lantai! Kemudian, Yan Lang segera membantu Xi Yue yang masih sangat ketakutan hingga tidak bisa berpikir jernih, langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan dan merapatkan kaki.
"Yan... Yan Lang!" Zheng Hua juga membelalakkan matanya, menudingnya sambil berkata: "Kau... kau membunuh Xue Long!"
"Memang kalian yang kubunuh!" Lanjut Wang Shaojie yang segera menerobos meja ini, menyerang Wang Shaojie yang ada di lantai! Saat dia mengangkat pisau belati itu hendak menikam, Zheng Hua segera menariknya! Luo Ziqiang juga berlari mendekat, membantu Wang Shaojie sambil berkata: "Kakak Jie, berani sekali dia melakukan ini! Dari mana dia dapat pisau?"
"Wang Shaojie, aku akan membunuhmu! Aku pasti akan membunuhmu!" Yan Lang kini tak terbendung amarahnya, matanya terus melebar. Dengan teriakan menggelegar, dia melepaskan diri dari Zheng Hua dan menerjang Luo Ziqiang serta Wang Shaojie di depannya!
Baginya, Qian Xiyue adalah tanah suci terakhir di hatinya, mutlak tidak boleh dinodai siapa pun! Namun Wang Shaojie malah membuatnya menerima penghinaan seperti ini, bahkan hampir merebut keperawanannya! Di dalam hati Yan Lang, dia sudah menjatuhkan hukuman mati untuk Wang Shaojie, dan itu harus dieksekusi segera!
Namun saat itu, Luo Ziqiang menghindari pisau belatinya, malah menangkap lengan Yan Lang dan menghantamkannya ke sudut meja. Pisau itu langsung jatuh ke lantai. Kemudian dia menendang Yan Lang hingga terjatuh sambil memaki, "Dasar brengsek! Kakak Jie, lebih baik kita potong satu tangannya untuk balas dendam Xue Long!"
Wang Shaojie yang saat itu juga sangat ketakutan, melihat pisau belati Yan Lang sudah hilang, menarik napas lega dan berkata, "Sialan, hajar dia! Pukul sampai mati, tanggung jawabku! Hajar habis-habisan!"
Tapi seperti kata pepatah, orang yang sudah tidak punya apa-apa tidak takut melawan. Saat ini Yan Lang sudah mencapai puncak kemarahan. Dengan segala tenaga, dia bangkit kembali dan meraih kursi itu lagi, berteriak penuh amarah: "Sudah kubilang, kalian Empat Orang hari ini harus mati semua! Aku Yan Lang akan mengorbankan segalanya untuk menghabisi kalian!"
Kemudian, ia mengayunkan kursi itu ke arah Luo Ziqiang di depannya dengan sekuat tenaga! Luo Ziqiang juga buru-buru mengambil kursi untuk menahan, namun tenaga Yan Lang sangat besar, langsung memukul kursi itu terbang. Sebelum Luo Ziqiang sempat bereaksi, kursi sudah menghantam keras pelipisnya. Yan Lang kemudian menendang dengan dahsyat, membuat Luo Ziqiang terjungkal ke lantai!
Yan Lang yang sudah benar-benar kehilangan akal sehat kini tenggelam dalam amarah mutlak. Jika dulu, dia takkan berani sekejam ini. Tapi sekarang, serangannya bertubi-tubi langsung berniat "membunuh"! Tak ada yang bisa membayangkan ini adalah Yan Lang yang penakut di masa lalu!
Saat Luo Ziqiang terjatuh, Wang Shaojie pun terpaku. Dia sama sekali tak bisa membayangkan situasi ini. Mata Yan Lang kini dipenuhi kebencian menggelegak, wajahnya menyala "energi jahat", lalu mengambil pisau belati dari lantai dan melangkah ke arahnya! Wajah mengerikan ini membuat Wang Shaojie panik, langsung lari terbirit-birit ke belakang!
Zheng Hua memandang dingin Wang Shaojie. Dia mengangkat kursi dari lantai hendak melempar ke kepala Wang Shaojie! Tapi tiba-tiba, kepala Zheng Hua terkena pukulan keras dan jatuh. Di belakangnya berdiri Xi Yue!
Xi Yue memegang erat sebuah kursi, memandang Zheng Hua yang terjatuh dengan pedih dan kemarahan.
“Yan, Yan Lang, jangan mendekat!” Wang Shaojie terus mundur ke belakang, akhirnya kakinya tersandung dan terjatuh. Kemudian, Yan Lang mengambil pisau belati, menikamnya dengan keras ke dada Wang Shaojie!
Pisau belati itu tepat menusuk jantung Wang Shaojie!
“Kamu...” Wang Shaojie segera meraih tangan Yan Lang, berusaha mencabut pisau belati itu. Namun, Yan Lang yang sudah kalap terus mendorong pisau lebih dalam!
Saat itu, Xi Yue juga berlari mendekat. Ia mengenakan pakaian dalam yang sebelumnya dilepas Wang Shaojie, menghampiri Yan Lang sambil menggenggam tangannya, “Jangan... lepaskan! Biar aku yang membunuh orang ini! Semua yang mati di sini akan dianggap sebagai pembunuhanku!”
“Xi Yue!” Yan Lang menggeleng, “Kamu bercanda? Aku membunuh mereka demi kamu! Untukmu, aku bisa melakukan apa saja!”
Akhirnya, mereka saling menggenggam pisau belati itu, mencabutnya bersama, lalu mengayunkan pisau kembali!
Xi Yue dan Yan Lang bersama-sama terus menusukkan pisau belati ke jantung Wang Shaojie, mencabut, lalu menusuk lagi! Akhirnya, Wang Shaojie roboh ke tanah, sudah mati tak mungkin hidup lagi.
Setelah itu, Yan Lang dan Xi Yue melemparkan pisau belati mereka, terengah-engah di lantai. Tiba-tiba Yan Lang melihat Zheng Hua tak jauh darinya, “Xi Yue... apakah kamu yang membunuh Zheng Hua?”
“Ya, aku yang membunuhnya.” Xi Yue menggenggam erat bahu Yan Lang, “Dia ingin melemparmu dengan kursi, jadi aku... Sekarang, harus bagaimana?”
"Melihat lokasi pembunuhan yang berantakan dan dua kursi yang menjadi senjata pembunuhan tergeletak di lantai, Yan Lang terus berpikir. Dia mengatupkan gigi berkata: "Kamu, pakai baju dulu. Pakaian kita yang terkena darah harus dimusnahkan! Senjata pembunuhan ini juga harus dibuang! Kursinya juga, hapus sidik jari di kursi! Cepat, kalau ada orang lewat kita dalam masalah!"
Maka keduanya segera bertindak. Xi Yue memakai bajunya sambil sibuk menghapus sidik jari bersama Yan Lang. Setelah memastikan semua sidik jari terhapus, Xi Yue bertanya lagi: "Kamu yakin tidak ada yang tahu kamu datang ke sini bersama mereka?"
"Tidak. Hari ini hari Minggu, mereka memaksaku tinggal di kampus. Tidak ada yang tahu. Ada yang melihat kamu dan Zheng Hua datang?"
"Tidak, tidak ada." Xi Yue meraih pisau belati itu, "Pisau belati ini harus segera dibuang! Periksa lagi, adakah bagian tubuh kita yang terkena darah?"
Meski ada beberapa bagian tubuh Xi Yue yang terkena darah, karena itu pakaian dalam jadi tidak masalah. Yan Lang justru banyak terkena darah, jadi Xi Yue menyuruhnya melepas baju atas dan menggulungnya menjadi satu.
Akhirnya mereka meninggalkan auditorium besar itu, lari keluar kampus. Karena hari Minggu, hanya sedikit orang di kampus yang menyaksikan mereka.
“Dengarkan baik-baik.” Setelah keluar dari gerbang sekolah, Xiyue segera menggenggam tangan Yan Lang dan berkata: "Jika nanti polisi bertanya, aku akan memberimu alibi. Katakan bahwa aku mengakhiri kegiatan klub lebih awal dan bertemu denganmu di sekitar sini. Lalu kita terus mengobrol dan jalan-jalan bersama. Kita harus menyamakan pernyataan, kalau tidak akan bahaya."
Bagaimanapun, jika awalnya masih bisa dianggap sebagai pembelaan diri, tindakan membunuh Wang Shaojie di kemudian hari jelas merupakan pembunuhan. Karena keduanya menusuk secara bersamaan, tidak jelas siapa yang sebenarnya membunuh Wang Shaojie.
Kini, mereka berdua sama-sama memikul dosa pembunuhan. Bisa dikatakan mereka telah menjadi komunitas takdir. Dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin lagi memisahkan diri.
Setelah itu, mereka membakar baju berlumuran darah dan membuang pisau belati ke Sungai Wan Tianhe. Keduanya mengingat kembali seluruh perjalanan hari itu dengan teliti, merancang pernyataan yang sesuai.
Kemudian, pada hari Senin, penemuan jenazah empat orang segera menggemparkan seluruh sekolah. Orang tua Wang Shaojie murka luar biasa. Karena latar belakangnya, polisi segera menyelidiki dan menemukan foto-foto tersebut melalui laporan rahasia Wen Qian, sehingga menetapkan Yan Lang sebagai tersangka utama. Xiyue kemudian maju memberikan kesaksian. Alibi mereka sangat solid karena telah dilatih berulang kali. Akhirnya, polisi terpaksa membebaskan Yan Lang dan mencari petunjuk lain. Untungnya Wang Shaojie selama ini telah banyak bermusuhan, sehingga polisi memiliki banyak jalur penyelidikan.
“Ketika Yan Lang dilepaskan dari kantor polisi saat itu, hatinya juga sangat gugup.”
“Sejak itu, dia dan Xi Yue menjadi sangat dekat. Bagaimanapun, Xi Yue sangat memahami bahwa Yan Lang telah menanggung tuduhan membunuh untuknya. Jika bukan karena dia, keadaan tidak akan menjadi seperti ini. Jadi, mereka selalu saling mendukung. Berharap bisa bertahan bersama melewati masa-masa gelap ini.”
“Meskipun hubungan mereka mulai dekat, mereka tidak berani menunjukkan di depan orang. Kesaksian Xi Yue bisa diterima justru karena sebelumnya hampir tidak ada hubungan apa pun antara dia dan Yan Lang.”
“Setelah lulus, mereka semakin erat bersama dan memutuskan hubungan dengan teman sekelas lainnya, berusaha melupakan masa lalu sepenuhnya.”
“Setiap tahun, setiap hari, mereka merasa tersiksa. Hanya dengan saling memiliki, mereka mendapat sedikit penghiburan. Bagaimanapun kejahatan Wang Shaojie, nyatanya mereka telah membunuh dan melakukan kejahatan. Namun Yan Lang tidak menyesal, jika diberi pilihan lagi, dia tetap akan membunuh Wang Shaojie.”
“Yan Lang melamar Xi Yue pada suatu malam gelap, saat mereka duduk di ayunan taman menyaksikan hujan meteor yang melintasi langit malam.”
“Xi Yue,” Yan Lang tiba-tiba berkata dengan bodohnya: “Maukah kau bersamaku? Untukmu, aku pasti akan bekerja keras.”
“Bersama? Maksudmu...” Xi Yue sengaja bertanya menggoda: “Aku tidak mengerti maksudmu...”
“Maksudku, aku berharap di masa depan, apapun yang kita alami, kita bisa berbagi bersama. Ah, intinya aku tidak pandai berbicara, tapi aku akan baik padamu, pasti!”
Xi Yue menundukkan kepala. Saat ini dia juga sangat menyadari, takdirnya telah terbelenggu erat bersama Yan Lang, sama sekali tak terpisahkan.
“Aku dan kamu, bersama-sama pernah membunuh orang.” Xi Yue berkata pelan: “Meski begitu, apakah kamu yakin bisa memberi kami kebahagiaan? Tidak ada yang tahu, apakah polisi akan menemukan petunjuk di masa depan. Jika aku bersamamu, mungkin pihak kepolisian akan memperhatikan kita.”
Yan Lang juga tahu bahwa perkataan Xi Yue adalah benar, untuk sementara diam membisu.
“Naskah permainanmu ditulis dengan sangat bagus,” tiba-tiba Xi Yue membuka pembicaraan: “Aku sudah membacanya kemarin. Apakah itu karyamu sendiri?”
“Hmm, iya... iya. Kamu suka?”
“Sangat suka. Tak menyangka kamu bisa menulis permainan yang begitu menarik. Kamu bisa pertimbangkan untuk berkembang di bidang ini nanti. Hmm, sepertinya pembicaraan kita melenceng.”
Yan Lang menatap kelompok meteor di langit, bergumam pelan, “Sayangnya hidup tidak bisa semulus permainan. Tapi, bisa bersamamu seperti ini, sungguh membuatku bahagia. Tahukah kamu, Xi Yue? Saat itu, ketika melihat kamu hampir diperkosa empat orang itu, aku langsung nekat. Aku hanya tahu, aku tak boleh membiarkanmu dinodai, harus melindungimu. Setelah berpikir begitu, langsung kulakukan. Saat itu, jika tidak membunuh Wang Shaojie, mengandalkan latar belakang orang tuanya, dia pasti akan terus menyiksamu. Jadi aku harus membunuhnya, hanya dengan begitu bisa melindungimu. Tapi kamu ini bodoh sekali, kenapa kamu juga ikut membunuh? Kamu tahu kan, demi kamu, aku rela melakukan apapun.”
Xi Yue mendengarkan dalam diam sambil melihat meteor yang terus menghilang, tetap berayun di kursi goyang.
“Yan Lang.”
“Ada apa?”
“Acara pernikahan jangan terlalu mewah, jangan undang teman sekelas dulu, usahakan sederhana saja. Boleh?”
Yan Lang langsung berseri-seri mendengar ini, memandang Xi Yue lalu bergegas memeluknya, “Benarkah, benarkah ini? Kamu benar-benar mau menikahiku?”
“Iya. Benar,” Xi Yue tersenyum sambil mengusap air mata, “Kamu memang cupu, lamaran saja canggung begini. Nanti, kamu harus menanggung hidupku ya.”
“Tentu saja!” Yan Lang terus memeluk erat Xi Yue, berkata: “Kita pasti akan sangat bahagia, pasti! Aku sama sekali tidak akan mengubah cintaku padamu, dari masa lalu, sekarang, hingga keabadian!”
Saat itu, ucapan sopir taksi memotong kilas balik Yan Lang: “Tuan, Jalan Nongyue sudah sampai…”
Yan Lang segera menoleh ke jendela, mengeluarkan dompet, mengambil seratus yuan asal-asalan dan menyodorkannya ke sopir, lalu buru-buru turun sambil berkata: “Jangan kembalikan sisanya!”
Kemudian, dia berlari secepatnya ke arah rumahnya, dalam hati terus berdoa, Xi Yue sama sekali tidak boleh terjadi apa-apa! Dulu, dia sendiri yang berjanji akan melindunginya dan memberinya kebahagiaan!
Bahkan jika Wang Shaojie benar-benar menjadi hantu dan kembali, dia harus melindungi Xi Yue!
Sementara itu, Xi Yue hanya jongkok menangis di sudut dinding. Mi Zhen terus menghiburnya: “Xi Yue, kamu harus tahu seberapa serius situasi ini? Jika kamu tidak mengatakan apapun, tidak mungkin kami bisa membantumu! Katakan padaku… Apakah Wang Shaojie pernah melakukan sesuatu padamu dan Yan Lang? Benar bukan?”
Mendengar ini, Xi Yue mengangkat kepala tiba-tiba dan menatap Mi Zhen.
Mi Zhen yang sangat cerdas ini sudah menebak 70-80% kebenarannya. Sekarang, hanya tinggal konfirmasi langsung dari mulut Xi Yue.
“Dengarkan aku.” Mi Zhen berkata lembut: “Aku sudah menebak apa yang kalian berdua lakukan, tapi aku tidak akan memberitahu siapapun. Aku sangat paham siapa Wang Shaojie itu, sekarang kamu juga sudah tahu, kalian berdua dalam bahaya! Mengerti? Jadi ceritakan semuanya padaku, apa Xi Yue bahkan tidak percaya padaku?”
Tiba-tiba, suara pintu terbuka terdengar dari luar, diikuti langkah kaki tergesa-gesa. Yan Lang menerobos masuk ke kamar tidur, melihat Mizhen dan Xiyue, langsung menyambar dan menarik tangan Xiyue.
"Kamu tidak apa-apa? Mizhen, kamu pergi dulu. Aku dan Xiyue perlu membicarakan sesuatu."
Begitu masuk, Yan Lang langsung mengusir Mizhen. Meski tidak menyenangkan, Mizhen memahami perasaannya. Tapi bagaimana mungkin dia pergi sekarang?
Tanpa basa-basi, Mizhen langsung berkata tegas: "Dengar baik-baik! Kalian sedang dikutuk! Yang kalian hadapi bukan manusia, melainkan roh jahat dan hantu galak yang kejam! Mengerti?"
Perkataan ini membuat Yan Lang gemetar. Ia menatap Mizhen seperti menemukan jerami penyelamat: "Kamu... kamu tahu sesuatu, Mizhen?"
"Ya." Mizhen mengangguk. "Jika kalian ingin selamat, harus menurut padaku. Kalian dikutuk oleh sebuah 'apartemen'. Hmm, mungkin ini penjelasan yang tepat."
"Apartemen?" Yan Lang bingung. "Apa maksudmu?"
"Dengarkan baik-baik." Mizhen mulai menjelaskan detail tentang apartemen tersebut. Setelah penjelasannya selesai, Yan Lang dan Xiyue hanya bisa terdiam membeku.
"Ini... ini leluconmu?" Yan Lang masih tak percaya. "Bagaimana mungkin?"
Mizhen tahu mereka mungkin tidak percaya, tapi saat ini tidak ada cara lain. Kebenaran harus diungkap.
“Selanjutnya penghuni apartemen akan mendekati kalian, lalu berbagai fenomena mengerikan yang tak terbayangkan akan muncul satu per satu di depan mata. Jika ingin bertahan hidup, kalian harus melewati instruksi tulisan darah! Jika bisa menemukan 'jalan keluar' dari misi darah, kalian akan selamat.”
Selanjutnya, Mizhen berdiskusi panjang lebar dengan mereka. Akhirnya, Yan Lang dan Xi Yue menceritakan seluruh kronologi kejadian padanya.
Setelah mendengar semuanya, Mizhen berkata dengan amarah meluap: "Wang Shaojie itu memang pantas mati!"
"Benar," Yan Lang juga mengatakannya dengan geram: "Sekarang dia malah jadi hantu balas dendam? Berani-beraninya menuntut balas pada kami suami-istri? Yang paling kukhawatirkan sekarang adalah Xi Yue dan bayi dalam kandungannya. Mizhen, bisakah kau tebak jalan keluar?"
"Kamu yakin tidak ada detail yang terlewat?"
"Semua yang perlu diceritakan sudah kusampaikan!" Yan Lang mengatupkan giginya: "Ini kenangan paling menyakitkan bagi kami berdua, kuceritakan karena berharap kau bisa menemukan harapan hidup! Mizhen, jika kau bisa bantu kami melewati ini, aku rela melakukan apapun untukmu!"
"Mengingat hubunganku dengan Xi Yue, tentu aku tak akan tinggal diam." Mizhen merenungkan seluruh cerita yang baru didengarnya, lalu menjawab: "Benarkah kalian sudah membuang pisau belati itu?"
"Ya, sudah dibuang."
"Begitu? Kalau begitu pisau itu mustahil jadi jalan keluar. Tapi... belum tentu juga. Sejauh ini petunjuk masih kurang. Sudahlah, apartemen pasti akan memberi petunjuk jalan keluar setelah penghuni berkumpul, harapannya dimulai dari situ."
“Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Tempat ini tidak bisa ditinggali lagi!” Yan Lang berkata dengan panik: “Jika tetap di sini, aku dan Xi Yue akan…”
“Jika sudah ada instruksi tulisan darah, kalian tidak akan aman di mana pun. Tapi setidaknya sebelum tanggal 23, keselamatan kalian masih bisa dijamin.”
Malam itu.
“Apa? Kamu mau pindah keluar?” Lin Xinhu terbelalak melihat Mizhen yang sudah menyelesaikan pengepakan barangnya.
“Maaf ya, Xinhu,” Mizhen menggaruk belakang kepalanya dengan malu-malu, “Aku mau pindah sementara dulu. Jangan salah paham, bukan karena tidak mau tinggal bersama, tapi aku sudah menemukan tempat yang cocok.”
Niat meninggalkan Xinhu sebenarnya sudah lama ada di benak Mizhen. Kutukan yang semakin kuat membuatnya sadar harus melindungi Xinhu dari keterlibatan. Apalagi kini ada lagi urusan terkait apartemen…
Mizhen sangat paham waktunya sudah tidak banyak. Tapi di sisa hidupnya yang terbatas ini, ia ingin membantu Xi Yue melewati instruksi tulisan darah ini.
Xinhu bertanya bingung: “Tidak keberatan? Sewa sendirian kan berat? Kamu belum dapat kerja sejak pulang ke Indonesia.”
“Pekerjaan pasti akan ketemu, Xinhu. Terima kasih untuk semua bantuanmu selama ini, tapi untuk sementara aku harus pergi dulu.”
"Kalau begitu... kamu harus berhati-hati tinggal sendirian. Aku benar-benar khawatir. Oh ya, ini untukmu." Xinhu segera kembali ke ruangan, lalu mengambil sebuah buku dan menyerahkannya kepada Mizhen sambil berkata: "Aku baru membelinya sore ini, novel fisik Li Yin. Saat reuni sekolah kemarin, Li Yin pernah menyebutkan judulnya padaku. Hari ini aku sengaja mencari di toko buku. Pasti kamu suka, meski baru kubaca separuh, tapi pinjam dulu ya."
"Hm, terima kasih, Xinhu." Mizhen menerima novel itu.
"Hm? Nama pena kakak kelas untuk buku fisik ini berbeda dengan yang di internet, nama pena ini..."
Suara Mizhen terputus tiba-tiba, matanya terkunci pada nama penulis buku di hadapannya - nama pena yang digunakan Li Yin untuk menerbitkan buku fisik.
"Sepuluh misi darah"!
## Jilid Kedelapan Belas Kutukan Pencabut Nyawa Bab Dua Belas Li Yin Palsu
Bintang-bintang bertaburan, cahaya bulan mengalir seperti sungai panjang.
Namun meski diterangi cahaya terang benderang, apartemen tetap tidak memantulkan bayangan sedikit pun, seolah bangunan ini tidak benar-benar ada di dunia ini.
Di Kamar 404, semua penghuni yang akan menjalankan misi darah kali ini telah berkumpul. Tentu saja, meski Ziye tidak ikut dalam misi ini, dia tetap berpartisipasi dalam rapat ini.
“Memantau pergerakan kedua orang itu sebenarnya bukan hal yang perlu kita pertimbangkan.” Shen Yu justru yang paling tenang saat ini, ia menjelaskan dengan lancar: "Misi darah tidak akan mencabut kondisi pelaksanaan teknis kita. Bagi kita, keberadaan kedua orang itu ibarat lokasi pelaksanaan misi darah yang bergerak. Apartemen tidak akan menghalangi kita untuk berinteraksi dengan mereka. Tapi, jika yang kau katakan itu benar, maka..."
Li Yin saat ini bersandar di sofa dengan kedua tangan terkepal, sementara Ziye duduk di sampingnya. Kini, Ziye sudah sulit memberikan saran yang bernas, hanya bisa menjadi pendengar yang sesekali menyela dengan beberapa kalimat.
"Aku tahu maksudmu." Li Yin memotong ucapan Shen Yu, "Kasus itu memang perlu diselidiki secara detail. Besok lusa sudah tanggal 23, waktunya semakin sempit."
Waktu yang semakin sempit. Hal ini lebih jelas dirasakan Li Yin daripada siapa pun. Tapi bagaimana mungkin mereka bisa mengungkap kebenaran kasus yang bahkan polisi sekalipun belum menemukan titik terang? Jika Yan Lang dianggap sebagai pelaku, mengapa Qian Xiyue mau memberikan kesaksian palsu untuknya? Apakah benar karena saat itu mereka sudah menjadi sepasang kekasih?
Sekalipun langsung menanyai mereka berdua, jika mereka bersikeras menyangkal, apa lagi yang bisa dilakukan?
"Tapi, jika—maksudku jika—" Feng Yuxian kali ini menyela, "Jika pelakunya benar-benar pasangan suami istri itu, kau tahu apa artinya kan, Li Yin? Jalan keluar mungkin terletak pada pengungkapan kejahatan mereka."
"Ya, mungkin saja." Shen Yu menyetujui, "Jika yang kau katakan benar, menurutku Yan Lang memang memiliki motif membunuh yang cukup kuat."
"Li Yin masih sulit menerima Yan Lang sebagai pelaku pembunuhan. Meskipun dia memang pernah diperlakukan tidak adil, apakah pantas membunuh hanya karena itu? Apalagi empat nyawa! Dia juga memahami Qian Xiyue, meski saat itu menyukai Yan Lang, tidak mungkin memberikan kesaksian palsu untuknya jika tahu dia membunuh."
Namun, setelah berpikir dingin, Li Yin menyusun beberapa kemungkinan kesimpulan. Sejujurnya, kematian Wang Shaojie dkk mungkin juga merupakan jebakan dari misi darah. Situasi seperti ini pernah terjadi sebelumnya di Desa You Shui saat misi darah. Bagaimanapun, secara bawah sadar Li Yin tidak ingin teman kuliahnya dahulu menjadi pelaku pembunuhan. Namun jika benar demikian, seperti dikatakan Feng Yuxian, hanya ada satu jalan keluar: mengungkap kebenaran kasus!
"Benarkah?" Ziye mengambil salinan koran di depannya sambil berkata, "Wang Shaojie sepertinya memiliki reputasi buruk."
"Memang benar," Li Fen mengangguk. "Ayahnya Wang Cheng adalah ketua dewan direksi Grup Green Peak, grup restoran terbesar di kota. Ibunya Lu Wenjuan adalah sekretaris pemerintah, dengan banyak kerabat menduduki posisi penting di berbagai instansi. Dengan latar belakang ini, dia memang sering membuat musuh. Banyak informasi kemudian terungkap di internet. Ini fakta yang tak terbantahkan."
"Banyak hal yang saya ketahui juga setelah kasus itu terjadi." Li Yin menopang dagunya sambil berkata: "Xue Long, Luo Ziqiang, dan Zheng Hua yang meninggal bersamaan, semuanya menjadi anak buah Wang Shaojie karena sikapnya yang royal. Tapi sebenarnya mereka lebih mirip preman. Banyak yang menduga setelahnya bahwa dia dibunuh balas dendam."
Di sini, Li Yin menelan ludah. Saat ini dia sudah mulai memiliki beberapa dugaan. Dulu, Wang Shaojie terus-menerus mengejar Qian Xiyue, namun selalu ditolak mentah-mentah. Dengan karakter Wang Shaojie, kecil kemungkinan dia mau menerima begitu saja. Jadi, sulit diprediksi apa yang akan dilakukannya. Artinya...
Rapat baru bubar setelah pukul dua belas. Mengingat sebentar lagi akan menjalankan misi darah, mereka perlu tidur yang cukup untuk menjaga stamina. Li Yin dan Ziye tetap tinggal di ruangan, kedua nya diam membisu.
"Kutukan sumsum otak masih bertahan." Ziye mengusap dahinya yang terlihat lesu, berkata: "Belakangan ini, aku sama sekali tidak bisa membantumu."
"Aku mengerti, ini bukan salahmu. Tindakanku dulu mungkin terlalu terburu-buru." Li Yin mencoba menghibur: "Sudah, tidurlah, sudah larut malam."
"Ya."
Di bawah kelam malam, apartemen yang perlahan sunyi ini masih menyisakan beberapa jendela dengan lampu menyala, meski sebagian besar penghuni sudah terlelap.
Di koridor apartemen.
Sebuah bayangan gelap berjalan perlahan. Bayangan itu bergerak sangat lambat, seolah-olah merupakan boneka mekanis yang harus diputar kuncinya untuk bergerak.
Koridor apartemen dipasangi lampu sensor suara, tetapi karena bayangan ini berjalan tanpa mengeluarkan suara langkah sama sekali, lampu sensor tidak menyala.
Akhirnya, bayangan itu sampai di ujung koridor, di depan dinding putih. Kemudian, bayangan itu mengulurkan tangannya.
Tangan itu menempel lembut di dinding. Tiba-tiba, kabut hitam menyembur dari dinding putih. Segera, lubang hitam sebesar kepalan tangan muncul di dinding. Lubang hitam terus bermunculan, dan akhirnya sebuah kepala manusia yang berlumuran darah ditarik keluar dari lubang hitam itu!
Bayangan itu lalu menggenggam kepala tersebut dan berjalan mundur perlahan.
Saat itu, cahaya bulan yang terpantul dari jendela di dinding menyinari wajah orang ini dengan sangat jelas! Orang ini ternyata adalah iblis yang keluar dari "gudang"!
Dan kepala itu... adalah kepala Li Yin!
Tak lama kemudian, orang itu kembali ke ruangannya. Tepatnya, ke ruangan mantap penghuni sebelumnya. Di tengah ruangan, tergeletak tangan, kaki, dan badan!
Orang itu lalu berjongkok dan mulai merakit bagian-bagian tubuh manusia yang tergeletak di lantai. Akhirnya, tangan, kaki, dan badan berhasil disatukan. Pemandangan ini persis seperti adegan dalam novel "Frankenstein" karya Mary Shelley!
"Orang itu kemudian meletakkan kepala 'Li Yin' di atas leher yang terputus, lalu memutarnya seperti mengencangkan sekrup. Tak lama kemudian, kepala itu terpasang rapat di lehernya."
"Akhirnya, sosok yang persis sama dengan Li Yin terbentuk di lantai! Kemudian, 'Li Yin' ini berdiri dari lantai, tubuhnya bergerak dengan leluasa, persis seperti manusia sungguhan!"
"Ini benar-benar pemandangan seperti mimpi buruk! Penghuni palsu ini ternyata berhasil membuat Li Yin palsu!"
"Malam terasa sangat panjang."
"Hari berikutnya."
"Mizhen menyadari dirinya tertidur di meja tulis."
"Di hadapannya terbuka buku yang ditulis Li Yin. Sambil memegang buku itu, matanya tertuju pada nama pena di sampul, berbagai pikiran melintas. Baru kemarin dia pindah ke rumah petak sewaan ini, biaya sewanya sudah dibayar di muka selama setahun oleh Yan Lang."
"'Sepuluh misi darah? Ini tidak mungkin kebetulan. Apakah Mian Tian memberitahu Li Yin mengenai apartemen?'"
"Mizhen sama sekali tidak menyangka Li Yin masuk ke apartemen. Pikiran pertamanya adalah Mian Tian yang membocorkan eksistensi apartemen. Jika benar begitu, berarti Li Yin juga tahu dirinya penghuni apartemen?"
"'Apa kau mengerti posisiku, Kakak Kelas?'"
"Sambil berpikir demikian, dia mendekap erat buku itu di dadanya. Lama sekali baru rela melepaskannya."
"'Gaya penulisan Kakak Kelas tetap memukau,' ujarnya sambil membelai sampul buku, 'Hmm, sekarang harus bagaimana ya?'"
“Xi Yue, kamu harus bahagia.” Mizhen bergumam pada diri sendiri: “Bagaimanapun juga, kamu adalah... orang yang pernah diam-diam disukai Mian Tian dulu.”
Saat itu Mizhen sudah lama menyadari bahwa Mian Tian juga menyukai Xi Yue. Hanya saja, sama seperti dirinya, dia tahu bahwa hidup di apartemen tidak menjanjikan masa depan. Terpaksa menerima takdir menyakitkan ini, bahkan jika ada orang yang dicintai, tak bisa diungkapkan.
“Setidaknya demi Mian Tian, aku harus melindungimu.”
Sambil berkata demikian, Mizhen mengembalikan buku ke dalam laci lalu mulai merenung. Apa yang harus dilakukan selanjutnya? Jika apartemen tidak membatasi lokasi, berarti bisa pergi ke mana saja seperti tempat umum yang ramai. Meski tidak membantu menghindari hantu, tetap lebih baik daripada berada di tempat angker.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Mizhen melihat itu panggilan dari Shen Yu, segera diangkat: “Halo, Nona Pu?”
“Bagaimana... hasil penelitianmu? Mengenai hal 'gudang'?” Suara Shen Yu terdengar ragu-ragu.
“Hmm, tentang ini...” Mizhen berpikir sejenak, lalu menjelaskan kesimpulan analisis deduksinya kepada Shen Yu.
“Maksudmu, 'gudang' adalah salah satu instruksi tulisan darah yang dikeluarkan apartemen?” Nada suara Shen Yu jelas penuh keterkejutan.
Mizhen kemudian menambahkan: “Untuk instruksi tulisan darah berikutnya, kalian harus sangat berhati-hati. Pasti ada perubahan di apartemen. Kedepannya, apapun yang terjadi meski perubahan kecil sekalipun, harus laporkan padaku. Mengerti?”
"Saat ini, Yan Lang dan Xi Yue, suami istri, sedang sarapan bersama di dapur, namun nafsu makan keduanya tidak begitu baik. Yan Lang segera memberikan sebuah mantou kepada Xi Yue dan berkata, “Xi Yue, makanlah lebih banyak, kamu juga harus memikirkan bayi di dalam kandunganmu.”"
“Mm, baik, baiklah.”
“Sudah, jangan terlalu tegang dulu. Bagaimanapun, aku sudah mempertimbangkan, kematian Wang Shaojie yang kita bunuh tidak boleh diberitahukan ke penghuni, kalau tidak, para penghuni mungkin akan membunuh kita sebagai jalan keluar.”
“Mereka akan membunuh kita?” Saat itu Xi Yue sedang meminum semangkuk bubur, mendengar ini, mangkuknya hampir terjatuh.
“Mm, ada kemungkinan itu. Para penghuni itu telah melalui terlalu banyak penderitaan hidup-mati, breakdown rasional sangat wajar.”
Tangan Xi Yue menahan permukaan meja, air mata mengalir diam-diam, menetes ke dalam mangkuk di depannya.
“Wang Shaojie, bahkan setelah menjadi hantu, dia masih tidak mau membiarkan kita?” Kuku Xi Yue terus mencakar permukaan meja, di hatinya selain ketakutan, lebih banyak kemarahan: “Dia punya hak apa untuk membalas dendam pada kita?”
Lingkaran hitam di bawah mata Yan Lang terlihat jelas, keduanya hampir tidak tidur semalam. Bagaimanapun pergi ke mana pun sama berbahayanya, lebih baik tinggal di rumah. Keduanya duduk di sofa dekat pintu sepanjang malam sambil memegang pisau. Untungnya, tidak ada kejadian apa pun tadi malam.
“Kita, untuk sementara harus menjauhi Li Zhen,” tiba-tiba Xi Yue berkata: “Tidak boleh membuatnya terlibat juga, bukan? Jika mendekati kita dalam radius 100 meter, dia akan berada dalam bahaya.”
“Benar.” Yan Lang mengangguk: “Li Zhen, hidupnya memang sangat menderita.”
Pada siang hari, ketika Mizhen sedang mempersiapkan makan siang, tiba-tiba bel pintu berbunyi. Dia buru-buru berlari ke pintu dan membukanya. Orang yang berdiri di luar adalah...
Li Yin!
"Kakak Kelas?" Mizhen tertegun sejenak, baru sadar setelah beberapa saat. "Bagaimana Kakak Kelas tahu saya pindah ke sini?"
"Xinhu yang memberitahuku." Li Yin tersenyum lebar. "Tidak mau mengundangku masuk?"
"Ah, iya, silakan."
Mizhen membiarkan Li Yin masuk lalu menutup pintu. Begitu masuk, Li Yin tiba-tiba melihat buku "Peluru Melintas" di atas meja. Dia mendekat, mengambil buku itu dan berkata: "Kamu sedang membaca bukuku?"
"Iya, Kakak Kelas. Tulisanmu sangat bagus." Mizhen mengambil dua cangkir sekali pakai, membuka kaleng teh, menuangkan daun teh lalu menyeduhnya dengan air panas.
Setelah duduk, Mizhen menyerahkan cangkir teh kepada Li Yin.
Aroma harum teh menyebar di ruangan, menghangatkan hati.
Untuk beberapa saat, keduanya sama-sama terdiam.
Mizhen justru menikmati momen ini. Memandangi wajah Li Yin, dia merasa bahagia hanya dengan melihatnya saja.
Tapi entah mengapa, dia merasa ada yang berbeda dari Li Yin di hadapannya. Tapi dia tidak bisa menjelaskan apa perbedaannya.
Namun Mizhen tidak terlalu memikirkannya. Pasti ini hanya khayalan, ya, pasti hanya khayalan.
## Jilid Kedelapan Belas Mantra Pencabut Nyawa Bab Ketiga Belas Kedatangan Mengerikan
"Izin cuti?"
“Ya, Ketua Kelompok Luo,” Yan Lang memegang gagang telepon dan berkata pada ketua tim pengembang: “Istri saya sedang tidak enak badan belakangan ini, jadi saya ingin menemaninya. Surat cuti resmi sudah saya kirim via email ke kotak masuk Anda. Maaf, karena saya benar-benar tidak bisa pergi.”
“Oh begitu, itu wajar,” Ketua Kelompok Luo mengangguk: “Yan Lang, meski begitu, jangan terlalu lama cutinya. Sekarang sedang masa public test game 《Shouhun Dalu》, kamu adalah penanggung jawab utama tim pengembang.”
“Terima kasih, Ketua. Saya akan tepat waktu kembali bekerja pada tanggal 24.”
Jika saat itu, dia masih hidup...
Yan Lang menutup telepon. Melihat istrinya, Xi Yue, yang wajahnya pucat, dia segera mengambil air dari dispenser dan menyerahkan gelas: “Kamu masih bisa bertahan? Xi Yue?”
“Mm,” Xi Yue meneguk air lalu mengangguk kuat. Kedua tangannya memeluk Yan Lang, kepalanya bersandar di bahu suaminya: “Untuk anak kita, aku harus kuat. Anak ini... manusia atau hantu sekalipun, tidak boleh menyakitinya!”
Bagi pasangan suami istri ini, waktu berjalan bagai setahun.
Di tempat lain, di atas rooftop apartemen yang berjarak jauh dari apartemen mereka, Li Fen dan Feng Yuxian sedang mengamati pasangan itu melalui teropong. Pantulan jendela apartemen memperlihatkan aktivitas kedua suami istri tersebut.
“Mereka masih di rumah.” Li Fen meletakkan teropongnya, berkata: “Masih aman. Feng Yuxian, kenapa kau juga ikut? Meski jarak sudah dijauhkan lebih dari seratus meter, tapi…”
“Tidak apa.” Feng Yuxian tetap tenang, saat ini tangannya juga memegang teropong sambil mengamati Yan Lang dan Qian Xiyue, tak kuasa berkata: “Mereka terlihat sangat mesra.”
Pada saat ini, Li Fen meletakkan teropongnya, mengucek matanya sambil bertanya: “Feng Yuxian, bagaimana pendapatmu?”
“Saya?” Feng Yuxian tidak bereaksi berlebihan, masih memegang teropongnya menjawab: “Bagaimanapun, lebih baik kita tunggu dulu. Sekaligus hindari lokasi tetap, lebih tepat beraktivitas di tempat umum yang ramai. Ini bukan untuk keamanan, tapi menambah keberanian.”
“Saya rasa ini belum tentu tepat.” Li Fen mengemukakan pendapatnya: “Kau harus ingat, jika pasangan ini ingin kabur, tempat ramai justru memudahkan mereka menyelinap di kerumunan. Jika kerumunan terlalu padat sampai memisahkan kita, begitu mereka menjauh lebih dari seratus meter, kita semua akan mati oleh kutukan bayangan.”
Mendengar ini, Feng Yuxian tampak termenung. Keduanya pun tak lagi berbicara untuk sementara waktu.
Meski jarak sudah lebih dari seratus meter, tingkat bahaya tetap ada. Li Fen kali ini pertama kali menjalankan instruksi tulisan darah, hatinya juga sangat gelisah. Tapi, memastikan pergerakan kedua orang itu sangat penting.
Tapi, menelepon tidak bisa tersambung, menelpon ponsel ternyata mati, tentu hanya bisa datang langsung ke sini, mengunci pergerakan mereka. Bagaimanapun, jika dua orang ini meninggalkan rumah dan pergi ke tempat lain, konsekuensinya pasti sulit dibayangkan. Untungnya, saat ini terkunci bahwa keduanya masih di dalam rumah mereka sendiri, ini membuat keduanya merasa lebih tenang.
"Feng Yuxian." Li Fen berpikir sejenak, lalu berkata tegas: "Kau, lebih baik turun, jika mereka nekat pergi, kau ikuti mereka. Bagaimanapun, sama sekali tidak boleh membiarkan mereka melarikan diri."
"Tentu saja. Tapi, sepertinya untuk sementara mereka juga tidak akan melarikan diri."
Tapi, tepat saat sedang berbicara, Yan Lang dan Xi Yue tiba-tiba bersiap-siap keluar rumah! Ini membuat Li Fen langsung membelalakkan mata, segera berkata pada Feng Yuxian: "Cepat, harus menyita mereka! Feng Yuxian, kau turun! Aku akan pantau pergerakan mereka, terus jaga kontak via ponsel!"
Reaksi Feng Yuxian juga sangat cepat, mendengar perkataan Li Fen, dia segera bergerak.
Di saat yang sama, di apartemen, Kamar 404.
"Sudah dipastikan? Pastikan mengikuti mereka, saat ini menelepon ponsel juga tidak bisa tersambung. Ya, bagaimanapun, sama sekali tidak boleh kehilangan jejak!"
Menutup ponsel, orang yang memegang ponsel itu tak lain adalah Li Yin!
“Situasi tampaknya tidak baik.” Ziye yang duduk di seberang Li Yin mengerutkan kening, bertanya: "Tidak apa-apa? Untuk instruksi tulisan darah kali ini, aku tidak bisa menemanimu. Bahkan memberimu saran pun tidak bisa."
“Jangan terlalu khawatir.” Li Yin menenangkan emosi Ziye sambil berpikir dalam hati: Jangan sampai terjadi insiden? Waktunya belum tiba, tidak ada yang berani mendekati mereka berdua. Karena di luar waktu misi darah, kemungkinan terbunuh oleh hantu juga sangat tinggi.
Yang terpenting saat ini adalah memantau pergerakan mereka tanpa mendekat, kemudian pada tanggal 23 nanti mengikuti mereka sepanjang hari...
Inilah situasi yang harus dihadapi sekarang.
Setelah Yan Lang dan Xi Yue meninggalkan apartemen, mereka menuju jalan raya di luar kompleks perumahan.
“Dengarkan, Xi Yue.” Yan Lang membersihkan tenggorokannya: “Aku sudah pertimbangkan, kita... pergi ke Rumah Sakit Zhengtian! Kamu sedang hamil, setiap saat bisa ada masalah. Jika pergi ke sana, kita bisa mendapatkan perawatan terbaik. Lagipula Li Yin adalah anak direktur rumah sakit itu, pasti bisa membantu.”
“Benar juga.” Xi Yue langsung paham: “Kalau begitu kita ke dokter kandungan... Tapi bagian itu ada di lantai empat...”
“Rumah Sakit Zhengtian sangat luas. Jika Li Yin yang mengurus, pasti bisa menyiapkan tempat tidur pasien di lantai satu. Pokoknya sampai sana dulu! Sekarang kita harus segera menghubungi Li Yin!”
"Selanjutnya, mereka memanggil taksi. Setelah masuk, Yan Lang menelepon Li Yin."
Di apartemen, ponsel Li Yin segera berdering. Ia langsung menyambar ponsel dan menerima panggilan. Suara Yan Lang terdengar: "Li Yin?"
"Kamu..."
"Aku Yan Lang! Li Yin, dengarkan baik-baik. Ini permintaan seumur hidupku padamu! Tolong hubungi ayahmu, minta dia mengatur tempat tidur di lantai satu Rumah Sakit Zhengtian untuk kami. Kondisi istriku mungkin tidak stabil akhir-akhir ini, aku ingin dia melahirkan di sana. Meski perkiraan persalinan Januari tahun depan, aku sangat khawatir."
Li Yin sama sekali tidak menyangka Yan Lang akan menghubunginya. Ini benar-benar di luar perkiraannya.
"Aku mengerti. Pergilah ke rumah sakit dulu, aku akan hubungi pihak rumah sakit! Baik, begitu saja!"
"Lantai satu". Li Yin tentu memperhatikan frasa ini. Mengapa harus memilih lantai satu?
"Tidak mungkin salah." Li Yin segera menarik kesimpulan: "Fenomena supranatural sudah muncul di sekitar pasangan suami istri itu!"
Ziye yang mendengar semua percakapan itu segera berkata: "Kalau begitu kita harus cepat. Li Yin, selama mereka di Rumah Sakit Zhengtian, tidak apa-apa."
"Ya." Li Yin juga berpikir demikian. Ia mencoba mengingat apakah ada dokter kandungan yang dikenalnya. Akhirnya memutuskan menelepon ayahnya langsung.
Di kantor direktur Rumah Sakit Zhengtian, Li Yong sedang memeriksa proyek pembangunan cabang. Berkat uang tutup mulut dari Nyonya Bian sebelumnya, dana sepenuhnya dialokasikan untuk perluasan rumah sakit utama dan pembangunan cabang. Hubungannya dengan Li Yin pun semakin renggang karena hal ini.
Li Yong selesai membaca bahan di tangannya, tubuhnya bersandar di sandaran kursi. Sebelumnya, kerangka yang dia temukan dari gua di Area Hutan 6 telah melalui tes DNA. Setelah menggunakan banyak koneksi, dia akhirnya menemukan tempat tinggal Pu Feiling - adik Pu Miling, dan mengambil rambut dari sisir di rumahnya. Hasil tes DNA membuktikan adanya hubungan darah. Artinya, tulang belulang ini kemungkinan besar adalah milik Pu Miling sendiri.
Bagi dia saat ini, prioritas utama adalah menemukan putri Pu Miling yaitu Pu Shenyu, serta "apartemen" misterius itu. Dia harus tahu apa penyebab kematian Qingli.
Tiba-tiba, ponsel di meja berdering. Li Yong mengambil ponsel dan melihat nama penelpon adalah Li Yin. Segera diangkatnya: "Xiao Yin?"
"Ayah, ada sesuatu yang perlu kumohon. Teman reuni alumni kuliahku akan datang ke rumah sakit..."
Setelah mendengar penjelasan, Li Yong menjawab: "Mengerti. Hal kecil seperti ini akan katurunkan. Harus di lantai satu?"
"Iya. Bisakah Ayah menugaskan beberapa dokter kandungan? Mereka adalah teman yang sangat penting bagiku."
"Kau jarang meminta bantuanku. Baiklah, toh rumah sakit ini nanti akan jadi milikmu. Akan katurunkan."
Li Yong segera menelepon departemen kandungan. Dia mengatur penugasan dokter dan kamar pasien, memerintahkan agar pasangan itu langsung diarahkan ke kamar tersebut begitu mendaftar, sekaligus memerintahkan dokter kandungan terbaik untuk menangani.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Yan Lang dan Xi Yue tiba di Rumah Sakit Zhengtian. Mereka takjub karena perintah langsung dari direktur benar-benar berbeda. Khusus disiapkan kamar pasien tunggal di lantai satu, direktur departemen kebidanan secara pribadi memeriksa kondisi Xi Yue.
Setelah memeriksa Xi Yue, direktur kebidanan melepas stetoskopnya dan berkata: "Sepertinya kelelahan berlebihan. Suami seperti apa kamu ini? Bagaimana bisa membiarkan wanita hamil bekerja keras seperti ini?"
Xi Yue memang terlihat sangat kelelahan, mengingat semalam hampir tidak bisa tidur nyenyak. Kini terbaring di tempat tidur rumah sakit, kelopak matanya sudah mulai berat.
"Tidurlah sebentar, Xi Yue." Yan Lang menyelimutinya dengan hati-hati sambil berkata: "Besok kita akan menghadapi pertempuran berat. Bagaimanapun juga, harus mengumpulkan tenaga sepenuhnya."
Asal bisa melewati besok, mereka akan selamat. Berbeda dengan penghuni apartemen, asal berhasil melewati misi darah kali ini, mimpi buruk ini tak akan terulang lagi.
Dokter berpesan untuk menekan bel panggil jika ada keperluan, kemudian meninggalkan kamar. Kini hanya tersisa pasangan suami istri Yan Lang di dalam kamar.
"Aku akan menemanimu, tidurlah." Yan Lang menghibur dengan penuh perhatian: "Bagaimanapun kita harus bertahan, juga demi anak kita."
Justru sekarang Yan Lang tidak merasa takut. Sudah terdesak sampai sejauh ini, apa lagi yang perlu ditakuti? Demi Xi Yue dan anaknya, dia sanggup melakukan apapun. Buktinya dulu dia bahkan berani membunuh Wang Shaojie si iblis untuk melindungi Xi Yue!
Dia telah mengucapkan sumpah kepada Xiyue, cintanya dari masa lalu hingga sekarang, hingga keabadian! Selama bisa melindungi Xiyue dan anak mereka, apapun akan dia lakukan. Selama bertahun-tahun, demi memberikan kehidupan layak pada Xiyue, Yan Lang mengubur sifat penakut dan tidak suka bersaingnya. Berjuang hingga kini, bisa membeli rumah besar dan mobil, memberikan kehidupan makmur pada Xiyue, tidak lagi tinggal di ruangan sempit, juga tidak membuat tangan putihnya menjadi kasar karena pekerjaan rumah.
Xiyue tampak sangat mengantuk. Tak lama setelah berbaring, dia pun tertidur. Yan Lang menggenggam tangannya, memandangi perut yang membuncit sambil berbisik: "Maafkan Ayah, nak. Ayah hanya bisa melakukan sampai di sini. Semoga kau bisa melewati ini dengan selamat."
Tiba-tiba Yan Lang merasakan jantungnya berdebar kencang. Seketika suasana sekitar menjadi sunyi senyap. Dia merasakan adanya eksistensi mengerikan yang sangat dekat dengannya!
Apa itu?
Sebenarnya apa itu?
Dengan gugup dia menoleh ke segala arah, tapi tidak mendengar apapun. Ruang perawatan sunyi tanpa suara. Yan Lang menahan napas, mengawasi setiap gerakan di ruangan.
Pada saat yang sama, Li Yin tiba di Rumah Sakit Zhengtian. Namun luasnya area rumah sakit ini membuat pencarian mereka membutuhkan waktu. Tentu saja Li Yin tidak berani mendekat terlalu banyak.
Tiba di sebuah gedung medis, dia baru saja hendak menanyakan sesuatu ke resepsionis, namun terkejut melihat tidak ada seorang pun di sana. Tidak hanya itu, koridor juga sepi, sunyi seperti kuburan.
Li Yin mengerutkan kening. Dia pun tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa... apa yang sedang terjadi?"
Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada ujung koridor depan - pintu masuk tangga.
"Apa... itu?"
Tiba-tiba, wajah Li Yin berubah pucat. Langkahnya mulai mundur perlahan.
Dia merasakan teror yang sangat mencekam!
Senja pun mulai menyelimuti.
Di Taman Qingtian, Distrik Baiyan.
Mizhen berjalan di sebuah bukit kecil. Matanya menatap sosok di hadapannya - Li Yin.
Kejadian pagi tadi ketika dia mencarinya masih jelas terbayang.
"Apakah Mian Tian sudah memberitahumu tentang apartemen?" Mizhen langsung bertanya saat Li Yin melihat buku itu: "Nama pena di buku ini 'sepuluh misi darah'. Aku tidak percaya ini kebetulan."
Saat itu, Li Yin terkesiap seperti tersengat listrik. Matanya membelalak ke Mizhen: "Kamu tahu tentang apartemen? Kamu dan Mian Tian... tahu tentang eksistensi apartemen mengerikan itu? Yang harus menyelesaikan sepuluh misi darah untuk bisa bebas?"
"Ya... memang begitu."
Mizhen menghentikan kilas baliknya. Di depan, Li Yin tiba-tiba berhenti berjalan lalu menoleh: "Di sini cukup. Tapi sudah siap mental? Mulai hari ini, kamu akan menjadi 'mayat hidup'."
Li Yin mengeluarkan dua ponsel, keduanya merek Samsung. Dia memberikan satu kepada Mizhen sambil berkata: "Berikan ponselmu padaku, buang kartu SIM-nya. Ponsel baru ini akan kau pakai untuk sementara. Mulai sekarang, putuskan semua hubungan dengan orang lain. Nomor telepon baru yang akan kugunakan untuk menghubungimu adalah..."
Setelah selesai bicara, Li Yin bertanya dengan gugup: "Aku tanya sekali lagi, apakah kau benar-benar sudah bulat tekadmu?"
"Ya." Mizhen mengangguk kuat-kuat.
Saat mengetahui Li Yin juga telah memasuki apartemen, dia hampir tak percaya takdir bisa begitu kejam mempermainkan manusia. Namun keadaan sudah demikian, terpaksa harus diterima.
Setelah berdiskusi dengan Li Yin, dia memutuskan untuk "mati". Dengan begitu, baik Xin Hu, Shangguan Mian, Shen Yu maupun yang lain akan menganggapnya sudah tiada. Dia akan berpura-pura mati karena kutukan yang kambuh. Karena Shangguan Mian pernah menyaksikan langsung kengerian kutukan itu, menghilangnya dirinya secara tiba-tiba tidak akan dianggap aneh.
Dia akan terus hidup dengan status sebagai "orang mati".
Akhirnya tiba di area berlumpur, Li Yin berhenti dan berkata: "Pilih di sini. Tanahnya banyak lumpur, kotorkan sepatumu dengan lumpur lalu larilah ke area terbuka tadi. Setelah itu ganti sepatu dan buang yang lama, jejak kaki akan terputus. Selagi lari, telepon Xin Hu minta tolong. Dengan begini..."
“Aku tahu.” Mizhen mengerti maksud Li Yin: “Nona Shangguan dan Shen Yu akan mengira aku sudah sepenuhnya ditarik ke ruang gelap kutukan itu. Begitu mati, mereka tak akan mencariku lagi. Sekaligus, status ‘mati’ juga mempermudah gerak-gerik kita ke depan, benar?”
“Begitulah.” Li Yin mengangguk setuju, berkata: “Kalau begitu, cepatlah. Waktu kita terbatas.”
Sambil mengatakan ini, Mizhen menginjakkan kaki ke lumpur kotor itu, lalu segera mengeluarkan ponsel lamanya dan menelepon Xinhu. Tak lama kemudian, sambungan tersambung.
Mizhen berpikir dalam hati: “Maafkan aku, Xinhu, nanti pasti akan merepotkanmu.”
Lalu dia segera menyamar dengan nada panik: “Xin, Xinhu, tolong!”
Dia langsung berlari kencang sambil berteriak: “Xinhu, aku ada di Gunung Fengming Taman Qingtian! Aku, aku akan mati, mungkin aku akan mati!”
“Apa, apa maksudmu? Mizhen? Ada apa?”
“Ah——”
Akhirnya, sampai di area terbuka itu, Mizhen berteriak keras lalu segera mematikan ponsel. Dengan cepat dia membuka ponsel dan mengeluarkan baterai, lalu mengambil kartu SIM dan mematahkannya!
Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata: “Sekarang, sudah selesai.”
Kini, Chu Mizhen akan menjadi “orang mati”. Ponsel ini tentu harus dihancurkan karena sesuai rencana, ponsel ini seharusnya juga ikut tertarik ke “ruang dimensi lain”. Jadi jika Xinhu terus menelepon, tidak boleh muncul status “ponsel mati”. Karena itu dia segera mengeluarkan baterai dan merusak kartu SIM.
“Sangat bagus, dengan jejak kaki ini, sudah cukup. Ganti sepatunya, ayo. Hm, jangan menginjak-injak kaos kaki ke tanah.” Li Yin yang baru saja tiba tergesa-gesa berkata demikian.
Setelah mengganti sepatu, Mizhen meregangkan tubuhnya sambil mengangkat sepatu lamanya. “Sepatu ini juga harus dihancurkan. Hm, taruh dulu di sini.”
Alasan melakukan "kematian palsu" adalah karena adanya kebutuhan akan eksistensi seperti itu.
“Hm, seperti ini sudah cukup.” Setelah menyelesaikan semuanya, Li Yin menoleh ke belakang.
Mizhen tiba-tiba bertanya, “Kakak Kelas, aku merasa kamu agak aneh akhir-akhir ini. Apakah terjadi sesuatu? Bisakah kamu memberitahuku?”
“Tidak perlu.” Suara Li Yin tiba-tiba menjadi sangat dingin dan mekanis: “Kamu cukup ikuti rencanaku. Selain itu, tak perlu menanyakan apapun lagi.”
Mizhen merasakan hawa dingin menyelimutinya.
Ada apa? Benarkah ini Kakak Kelas? Mengapa aura-nya... terasa begitu menyeramkan?
## Jilid Kedelapan Belas Kutukan Pencabut Nyawa BAB XIV Kutukan yang Ada di Mana-Mana
Yan Lang masih setia menunggui Xi Yue di sisi ranjangnya.
Waktu sudah mendekati tengah malam pukul 00:00. Berkat perhatian khusus dari direktur rumah sakit, Yan Lang diizinkan menemani Xi Yue semalaman. Li Yong pun tak menanyakan alasan detailnya - saat ini hatinya terlalu kalut untuk memikirkan urusan apapun.
Yan Lang tahu sebentar lagi para penghuni apartemen itu akan muncul di hadapannya.
Pada saat ini, dia mendengar langkah kaki dari koridor sunyi di luar. Langkah itu sangat tergesa-gesa, dan bukan berasal dari satu orang saja. Tak lama kemudian, suara itu tiba di depan pintu ruang pasien.
Pintu didorong terbuka, kemudian Yan Lang menoleh ke belakang. Orang pertama yang dilihatnya memasuki ruangan adalah...
"Li, Li, Li Yin?"
Setelah masuk ke ruangan, Li Yin memandang Yan Lang yang wajahnya tampak lesu dan Xi Yue yang sudah tertidur di tempat tidur. Ia berjalan mendekat dan berkata pelan, "Yan Lang, maaf. Selama 24 jam ke depan, kami akan bersamamu."
"Kamu, Li Yin, kamu..." Yan Lang langsung terkejut. Apakah pria di hadapannya ini adalah penghuni apartemen? Bagaimana mungkin ada kebetulan seperti ini?
Di belakang Li Yin berdiri Shen Yu, Feng Yuxian, Li Fen, serta penghuni baru He Huo dan Yuan Qidong.
Yan Lang saat ini bimbang apakah harus menceritakan tentang Mizhen. Namun setelah dipikir-pikir, mengingat perasaan Mizhen terhadap Li Yin, jika mereka saling mengetahui hal ini mungkin hanya akan saling menjerat dalam kesialan. Bagaimanapun, baik Li Yin maupun Mizhen sama-sama sedang mengalami penderitaan. Akhirnya ia memutuskan untuk menyembunyikan fakta ini.
"Yan Lang," Li Yin berkata dengan serius, "Mungkin sulit bagimu untuk percaya, tetapi kalian benar-benar terkena kutukan. Kau sudah menyadarinya, kan? Karena itu kami harus mendampingi kalian. Kami pun terkena kutukan yang setara."
Yan Lang menundukkan kepala, melihat bayangan Li Yin, dan tak bisa menahan pikirannya: Benarkah seperti yang dikatakan Mizhen, bayangan ini telah dikutuk? Sungguh tak percaya.
Yan Lang adalah pembuat permainan, jadi iblis, makhluk halus, hantu, dan sejenisnya sudah menjadi hal biasa dalam permainan. Tapi di dunia nyata, hal seperti kutukan masih sulit ia terima. Nilai-nilai yang dipegangnya selama ini mengalami breakdown total, memaksanya menerima persepsi baru tentang dunia. Bahkan ia curiga, apartemen yang disebut-sebut itu sebenarnya adalah neraka.
Namun bagaimanapun, dengan banyaknya orang sekarang, mereka agak mendapat keberanian. Tapi Yan Lang juga sangat sadar, fakta bahwa ia dan Xi Yue telah membunuh [orang tersebut] sama sekali tidak boleh diberitahu kepada Li Yin dkk. Jika tidak, konsekuensinya akan sangat buruk - mereka mungkin menganggap mengungkap kejahatan atau bahkan membunuh mereka sebagai jalan keluar. Jika benar begitu, maka nasib malanglah yang akan menanti.
Shen Yu melangkah maju, memandang Xi Yue yang terbaring di (tempat tidur) rumah sakit, lalu menatap Yan Lang: "Suami Yan, mungkin penjelasan Li Yin kurang detail. Izinkan saya jelaskan secara rinci. Kalian... telah dikutuk. Mungkin Anda sulit mempercayainya..."
"Saya percaya." Yan Lang tiba-tiba menyela, "Faktanya, saya juga telah mengalami hal-hal sangat mengerikan. Tapi Li Yin, bagaimana sebenarnya kamu..."
"Sulit diungkapkan dengan kata-kata." Tiba-tiba pandangan Li Yin menjadi tajam menatap Yan Lang, wajahnya berubah muram dan langsung mengajukan pertanyaan tanpa basa-basi: "Wang Shaojie, Xue Long, Luo Ziqiang, dan Zheng Hua – keempat orang itu, apakah kau yang membunuh mereka?"
Kalimat ini sama sekali tidak memberi Yan Lang waktu untuk berpikir. Dari keadaan yang tadi baik-baik saja, tiba-tiba pertanyaan ini dilontarkan. Li Lang segera mengunci ekspresi wajah Yan Lang, asalkan ada sedikit saja perubahan, dia bisa membuktikan dugaan dalam hatinya.
Benar saja, mendengar pertanyaan ini, kedua kaki Yan Lang gemetar hebat seketika, kelopak matanya berkedut, bibirnya terbuka-tutup. Dia segera menyadari bahwa Li Yin telah melihat sesuatu.
Tapi, dia tidak boleh mengaku. Jika sampai terungkap, konsekuensinya tak terbayangkan.
Bagi para penghuni apartemen, status Yan Lang dan Qian Xiyue yang berubah menjadi "jenazah" pun tidak menjadi masalah. Dibandingkan dengan mengungkap kejahatan, membunuh mereka dalam 24 jam justru lebih mudah.
Jika ini adalah jalan keluar, maka para penghuni mungkin akan mengorbankan mereka berdua.
Saat ini, kamar pasien tunggal ini telah dipenuhi semua penghuni yang menjalankan misi darah. Semua mata tertuju pada pasangan Yan Lang, tatapan mereka penuh kedinginan.
Yan Lang tidak menyangka situasi terburuk bisa terjadi secepat ini. Tapi dia telah mempersiapkan mental, melindungi Xiyue dengan tubuhnya sambil menatap dingin: "Bukan aku yang membunuh Wang Shaojie, Li Yin! Jangan kau tuduh sembarangan!"
Yan Lang tahu, Li Yin tidak memiliki bukti yang bisa membuktikan hal ini. Dia juga tahu, pertanyaan Li Yin tadi adalah ujian. Tapi dalam situasi sekarang, dia sama sekali tidak boleh mundur sedikit pun, jika tidak, konsekuensinya akan sangat buruk.
Dia harus mengorbankan segalanya untuk melindungi Xi Yue!
Yan Lang yang sudah bulat tekadnya, dengan tegas menyangkal bahwa dirinya adalah pelaku. Dia harus menyangkal!
"Yan Lang." Li Yin justru sangat agresif: "Aku tahu Wang Shaojie melakukan hal sangat kejam padamu. Aku juga paham, perbuatannya pasti tak tertahankan. Aku bukan hendak menuduhmu, tapi kau harus sadar, kutukan ini lahir karena kematian Wang Shaojie."
"Apa yang kau tahu?!" Yan Lang tiba-tiba meraih kerah baju Li Yin, mata melotot sambil berteriak: "Kau anak direktur rumah sakit besar yang hidup berkecukupan sejak kecil, apa yang kau pahami?! Tahukah kau mengapa Wang Shaojie begitu semena-mena? Bisakah kau mengerti rasa sakit dan keputusasaan yang dia timpakan padaku? Bisakah kau pahami perasaanku? Jangan berkoar-koar di sini dengan kata-kata muluk! Kau tak mungkin mengerti, kau..."
“Menyakitkan? Keputusasaan?” Li Yin justru tersenyum getir, berkata: "Aku sudah terlalu banyak merasakan keputusasaan. Dua tahun, selama dua tahun ini aku hidup di lapisan terdalam neraka, aku tak pernah merasa bangga memiliki ayah seorang direktur rumah sakit. Sebaliknya, bahkan sampai sekarang, aku merasa malu karenanya. Bahkan berapa lama lagi aku bisa bertahan, berapa banyak masa depan yang tersisa, semuanya tak bisa kuketahui."
“Li Yin, kau...”
“Lupakan. Jika kau menyangkal, aku tak bisa berkata apa-apa. Sudah kukatakan, aku tidak sedang menuduhmu. Hanya saja, bagaimanapun juga aku ingin terus bertahan hidup, bahkan sampai sekarang. Aku ingin hidup, ingin keluar dari neraka ini dan kembali ke dunia yang terang. Terutama setelah pertemuan terakhir dengan kalian, keinginan itu semakin kuat. Bahkan kehidupan paling membosankan sekalipun, aku ingin kembali ke dunia yang terang."
Ketika Yan Lang mendengar cerita Mizhen tentang apartemen, dia sangat paham betapa menyiksanya itu. Bahkan hidup-mati tak bisa dikendalikan, diperlakukan seperti boneka, mengalami berbagai teror di kedalaman neraka - ini lebih kejam daripada siksaan lingchi! Fakta bahwa Li Yin bisa bertahan sampai sekarang tanpa mengalami breakdown, sungguh sulit dibayangkan. Tentu saja, Mizhen yang bisa keluar hidup-hidup dari apartemen itu lebih mengagumkan lagi.
Yan Lang melepaskan genggamannya pada kerah baju Li Yin. Dia mundur beberapa langkah, memandangi enam penghuni itu sambil menghela napas: "Sudahlah. Jelaskan secara detail padaku. Sebenarnya, apa yang terjadi?"
“Apakah dia ingin mendengar konfirmasi dari mulut Li Yin, apakah sama dengan yang dikatakan Mizhen?”
Malam semakin larut, dentang jam tengah malam pukul 00:00 bergema. Ziye duduk diam di sofa, matanya tak berkehidupan. Di seberangnya duduk Yin Ye, Yinyu, dan Xingchen.
“Waktunya tiba.” Bulu mata Ziye bergetar saat menatap jam dinding di dinding.
“Shen Yu juga ada di sana.” Tangan Xingchen terus menggenggam, wajahnya terlihat sangat tegang.
Misi darah, setiap kali tak mungkin semua anggota kembali utuh. Angka kematian tertinggi selalu berasal dari penghuni baru. Ini baru kali kedua Shen Yu menjalankan misi darah.
Suasana ruangan sangat mencekam, tak ada yang bisa mengucapkan kata-kata penghiburan. Instruksi tulisan darah telah membuat para penghuni mati rasa. Kematian penghuni bagaikan bidak catur yang disingkirkan dari papan, tak memiliki makna.
Dunia ini tak memiliki dewa.
Tapi para penghuni tetap hanya bisa berdoa pada dewa-dewa khayalan itu.
“Aku... sudah kehilangan segalanya.” Xingchen berkata dengan wajah hancur: “Ayah, ibu, kakak, semua yang kumiliki telah hilang. Sekarang satu-satunya yang kupunya adalah Shen Yu. Di dunia ini, tak ada yang lebih penting bagiku daripada Shen Yu. Jika benar ada dewa, tolong kembalikan Shen Yu padaku! Biarkan dia pulang hidup-hidup!”
Saat mengucapkan ini, Xingchen sudah tak bisa menahan tangisnya.
Tengah malam pukul 00:00 telah lewat, tanggal 23 Mei 2011 tiba. Misi darah resmi dimulai.
Di dalam ruang perawatan, delapan orang berkumpul. Sekarang, Li Yin telah menceritakan semua hal tentang apartemen dan instruksi tulisan darah.
Yan Lang mengerutkan kening. Penjelasan Li Yin dan Mizhen pada dasarnya tidak berbeda. Lalu, apakah ini benar-benar nyata?
Dia sangat berharap semua ini hanyalah tipuan, lelucon Hari April Mop. Namun fakta kejam terpampang di depan matanya - iblis dan hantu yang sebelumnya dianggap hanya ada di dunia fantasi ternyata benar-benar ada. Bahkan, mereka eksis dalam bentuk yang begitu mengerikan.
Hanya dengan melewati sepuluh misi darah, seseorang bisa menebus kebebasannya. Kedengarannya persis seperti kutukan iblis. Lalu, apakah vampir, ras abadi, dan klan iblis dalam permainan juga benar-benar ada di sudut-sudut dunia ini?
Kegelapan malam di luar sekarang terasa begitu panjang, seolah matahari takkan terbit lagi.
Yan Lang merasakan dunia tempatnya hidup telah berubah total. Sekarang hanya ada kedinginan, keputusasaan, dan kebangkitan kembali semua cerita horor dalam pikirannya - akankah semua ini benar-benar terjadi?
Akankah benar-benar terjadi?
Li Fen mengeluarkan sebuah laptop dari tas ranselnya dan membukanya.
"Lihat," Li Fen menunjuk ke layar yang menampilkan laporan kasus kematian Wang Shaojie dan lainnya, berkata: "Kau menyangkal sebagai pelaku, tapi apakah kau punya petunjuk? Menurut penyelidikan, alibi yang kau pegang dalam kasus itu adalah bersama istrimu yang sekarang, tapi nyatanya di hari itu istrimu ada kegiatan klub di kampus. Sampai sesaat sebelum kejadian, dia benar-benar berada di dalam kampus. Lagipula, ada yang bisa membuktikan bahwa Wang Shaojie mengaku akan bertemu denganmu hari itu..."
"Cukup!" Yan Lang berkata dengan amarah yang meledak: "Tolong bicaramu lebih sopan!"
Saat mengatakan ini, karena terlalu emosi, tangannya segera meraih laptop itu dan melemparkannya ke lantai. Layarnya langsung pecah, beberapa tuts keyboard terlepas.
"Kau..." Li Fen buru-buru mengangkat laptop itu. Saat hendak marah, tiba-tiba matanya menatap lurus ke lantai.
"Ini... ini apa?"
Yan Lang juga melihat ke lantai. Seketika, dia merasa darah di seluruh tubuhnya membeku!
Lima tuts huruf Inggris dari laptop yang terlepas tersusun rapi dari kiri ke kanan.
Lima huruf tersebut dari kiri ke kanan adalah "T", "O", "D", "I", "E".
## Jilid Kedelapan Belas Mantra Pemanggil Arwah Bab Kelima Belas Iblis Pembunuh dalam Kegelapan
"Ini... ini bagaimana bisa?"
Yan Lang membelalakkan mata melihat susunan lima tuts huruf Inggris di lantai, langsung merasakan keterkejutan dan kebingungan. Apakah ini kebetulan? Atau peringatan dari kekuatan iblis itu?
Di dalam gedung Rumah Sakit Zhengtian yang larut malam, suasana sangat sepi. Dua perawat jaga menguap lelah. Tiba-tiba, mereka merasakan lampu di atas kepala mulai berkedip-kedip.
"Kenapa bisa? Bukannya kabel listrik baru diperbaiki kemarin?" Gerutu salah satu perawat sambil menatap lampu yang masih terus redup dan terang bergantian.
"Sudahlah, lebih baik kita periksa bagian sekring." Usul perawat lainnya: "Eh, kamu tahu jalan ke sana?"
"Tahu." Salah seorang perawat mengambil senter dari laci lalu bergegas keluar.
Begitu sampai di mulut koridor, lampu kembali meredup. Kali ini durasinya lebih lama. Kemudian cahaya kembali terang benderang.
Perawat yang tinggal di ruangan tiba-tiba tercekat melihat rekannya yang tadi berjalan keluar kini berdiam kaku. Sebilah pisau belati menancap di dahinya. Tubuh itu bergoyang pelan sebelum ambruk ke lantai, darah mengucur deras!
Perawat itu hendak berteriak ketakutan, tapi tiba-tiba lampu kembali padam.
Saat cahaya menyala lagi, lehernya telah tertancap pisau belati. Hingga detik terakhir, ia tak mengerti bagaimana bisa tewas seketika sebelum tubuhnya rubuh ke lantai.
Lampu berkedip lagi. Ketika terang kembali, kedua jenazah masih terbaring. Tapi anehnya, pisau-pisau belati di tubuh mereka telah menghilang.
Lokasi ini berjarak sekitar...
Kurang dari seratus meter dari kamar pasien tempat Qian Xiyue berada!
Pada saat itu, di ruang rawat inap, Li Yin tiba-tiba merasakan kegelisahan di hatinya. Ia segera berkata kepada Feng Yuxian yang berada di sampingnya: "Kamu pergi lihat ke luar, jangan-jangan terjadi sesuatu..."
Saat ini, Xi Yue masih terlelap dalam tidurnya. Setelah lama hidup dalam ketakutan, kehadiran suaminya di sisinya memberikannya sedikit ketenangan. Namun bahkan dalam mimpi pun ia tetap tidak bisa tenang. Dalam mimpinya, ia melihat diri sendiri kembali ke aula besar itu. Wang Shaojie yang sudah mati mendekatinya dengan tubuh berlumuran darah, sama sekali tidak mau membiarkannya pergi!
Mimpi buruk terus menghantuinya, membuat rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya ia perlahan mulai terbangun.
Namun tepat di antara keadaan setengah tidur dan setengah sadar, ia tiba-tiba merasakan kaki kanannya ditarik dengan kuat oleh tangan besar, kemudian terus-menerus ditarik ke bawah!
Xi Yue hampir terjatuh dari tempat tidur. Ia segera duduk sambil memandang penuh ketakutan ke arah kakinya, namun di sana sama sekali tidak ada apapun!
Mimpi? Tidak, itu bukan mimpi!
Xi Yue menyadari, tadi benar-benar ada yang menarik kakinya!
"Xi Yue," Yan Lang segera menyangga istrinya yang terbangun, membantu mengusap keringat di dahinya sambil bertanya penuh perhatian: "Kamu, tidak apa-apa?"
"Aku, tidak... Li, Li Yin? Kenapa kamu di sini?"
Sama seperti Yan Lang, Xi Yue juga terkejut luar biasa melihat kemunculan Li Yin. Meski tahu para penghuni apartemen akan mendekati mereka, tapi tidak menyangka Li Yin juga datang?
“Li Yin, dia...” Yan Lang mendekatkan mulutnya ke telinganya dan berbisik: "Dia juga penghuni apartemen yang disebut Mizhen, bahkan Loushang apartemen itu."
Feng Yuxian saat itu telah berjalan ke luar ruang perawatan. Koridor gelap gulita, kedua sisinya tak terlihat apapun. Di luar jendela, bayangan pepohonan bergoyang menyeramkan di kegelapan tanpa cahaya bulan.
Tangan Feng Yuxian erat menggenggam gagang pintu. Matanya mengawasi kedua sisi koridor dengan tajam. Namun semuanya sepi, sejauh ini tak ada kejadian aneh.
Tiba-tiba mata Feng Yuxian berbinar. Di depannya, berlembar-lembar foto mulai beterbangan liar!
Angin dingin menerpa. Dalam sekejap, lantai dipenuhi foto-foto!
Semua foto itu memperlihatkan Yan Lang telanjang bulat, dipaksa di lantai dengan wajah menyakitkan. Di bagian bawah tubuhnya tertulis kata-kata hina!
Feng Yuxian langsung menerobos masuk ke ruang perawatan sambil menggenggam foto. "Hei, lihat ini! Lihat!"
Yan Lang segera mendekat. Matanya langsung tertuju pada foto di tangan Feng Yuxian.
"Kamu..." Wajah Yan Lang berubah pucat. Dengan suara gemetar ia bertanya: "Dari mana kau dapat foto ini? KATANYA DARI MANA?!"
Ini adalah kenangan paling menyakitkan bagi Yan Lang. Paling tidak ingin ada yang melihat foto-foto ini. Tapi sekarang...
Saat melangkah keluar ruangan, dilihatnya foto-foto itu berserakan memenuhi lantai!
“Tidak, tidak!” Yan Lang pucat pasi, dia sama sekali tidak boleh membiarkan Xi Yue melihat foto-foto ini! Masalah ini sebenarnya juga diketahui Xi Yue, tapi sekalipun begitu dia tetap takkan membiarkan Xi Yue melihat foto semacam ini!
Foto-foto memalukan dan menyakitkan ini! Terutama tulisan yang ditorehkan Wang Shaojie di tubuhnya!
“Tidak! Tidak!”
Dia memunguti foto-foto itu satu per satu lalu menyobeknya. Tapi di seberang koridor, foto-foto justru berterbangan seperti salju, tak peduli berapa banyak yang dirobek, foto tetap terus berdatangan!
Bahkan ada beberapa close-up yang dulu diambil Zheng Hua terhadap alat kelaminnya, terutama tulisan Wang Shaojie yang berbunyi——"Aku suka di-entot!"
Yan Lang teringat masa-masa itu, masa penuh kehinaan dan kesakitan, langsung memeluk kepalanya. Dengan penuh kebencian dia melampiaskan amarah pada foto-foto ini!
“Yan, Yan Lang!” Li Yin dan yang lain berlari keluar dari ruang perawatan, Xi Yue juga baru saja melangkah keluar.
Tiba-tiba, selembar foto terbang tepat di depan Xi Yue lalu jatuh ke lantai.
“Ini... ini...” Xi Yue juga kaget setengah mati.
“Wang Shaojie! Zheng Hua!”
Menatap kegelapan koridor di depan, Yan Lang mengaum penuh kemarahan: “Kalian sekumpulan iblis! Iblis! Kalian pantas mati mengenaskan!”
Kemudian, sambil menoleh ke belakang melihat sorot mata istrinya, dia segera berteriak: “Jangan, jangan lihat, Xi Yue, jangan kau lihat!”
Bagi Yan Lang, membiarkan Xi Yue melihatnya dalam keadaan memalukan seperti ini sama sekali tidak bisa ditoleransi! Selama bertahun-tahun ini, demi Xi Yue, ia telah menanggung segala penderitaan dan melakukan segalanya. Dengan susah payah, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk sukses, bisa membuat Xi Yue hidup berkecukupan. Semua yang dilakukannya adalah harapan agar Xi Yue mengerti bahwa memilihnya pasti tidak salah! Bagaimanapun, Xi Yue selalu menjadi yang suci dalam hatinya, tanah suci, mimpi terbesar, bahkan lebih penting dari dirinya sendiri!
"Tenang sedikit." Li Yin menginjak sebuah foto sambil menopang Yan Lang, berkata: "Jika kau panik seperti ini, tidak akan ada gunanya! Keempat hantu itu mengincar nyawa kalian berdua, kau harusnya sadar betul!"
Akhirnya, foto-foto berhenti beterbangan.
"Pergi!" Li Yin waspada menatap ke depan, berkata: "Keluar dari sini, tempat ini sudah tidak aman."
Malam ini, Ayah dan Ibu tidak ada di rumah sakit, jadi Li Yin merasa agak tenang. Sekarang, tempat ini jelas sudah tidak bisa ditinggali lagi. Tapi mengingat Xi Yue sedang hamil, lebih baik tetap di Rumah Sakit Zhengtian. Jika sampai terjadi keguguran karena insiden di luar, tanpa dokter akan sangat berbahaya.
Saat ini, kedelapan orang terus bergerak mundur, semua menatap serius ke ujung koridor gelap di seberang. Apapun yang muncul dari sana, tidak ada yang akan terkejut lagi.
Tapi, di sana tetap sunyi sepi, tak ada yang muncul. Foto-foto di lantai masih terbaring seperti semula, tulisan jahat yang ditulis sendiri oleh Wang Shaojie di foto itu seolah mengejek ketidakberdayaan Yan Lang saat ini.
Menyusuri koridor ke belakang, sampai di ruang jaga perawat. Saat itu lampu masih menyala. Li Yin langsung melihat dua perawat tergeletak di lantai!
Wajah Li Yin mengeras, "Yan Lang, bopong Xi Yue. Kita harus segera lari. Dalam 24 jam ke depan, kita akan mengalami kengerian yang tak terbayangkan. Persiapkan mentalmu, anak ini... mungkin sulit diselamatkan."
Jujur saja, apakah Yang Mulia bisa bertahan hidup masih menjadi pertanyaan, sulit untuk melihatnya dengan optimis apakah anak ini bisa dipertahankan. Yan Lang dan Xi Yue tentu sudah lama menyadari hal ini, namun meski begitu, mendengar perkataan Li Yin, hati nurani mereka tetap terasa tercekik.
Jika terjadi kesulitan pada anak ini, apa yang harus dilakukan? Saat ini Yan Lang dan Xi Yue sama-sama merasakan penderitaan yang mendalam. Yan Lang menyimpan cinta yang sangat dalam pada anak ini, dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya harus gagal sebelum sempat dilahirkan. Tapi bagaimanapun, meski anak ini sangat penting, jika dia dan Xi Yue bisa bertahan hidup, mungkin hanya bisa mengorbankannya dengan berat hati.
Tepat pada saat itu, dering ponsel berbunyi.
“Ponsel siapa？”Li Yin segera melirik orang-orang di sekitarnya. Di tempat yang sepini ini, dering ponsel itu memang terlalu keras.
“Aku, milikku.” Xi Yue segera mengeluarkan ponsel dari saku, lalu melihat nomor telepon yang muncul di layar ternyata...
Nomor telepon Wang Shaojie dari masa lalu!
Dia begitu ketakutan hingga menjatuhkan ponselnya. Yan Lang mengambilnya, melihat nomor itu dengan sorot mata penuh kebencian, lalu mengangkat telepon.
Di sisi lain telepon, tidak ada suara sama sekali.
"Hei, Wang Shaojie!" Yan Lang menggeram dengan garang. "Dasar pengecut! Beraninya mengganggu aku! Kau jadi hantu pun tetap pecundang!"
Ucapan ini membuat semua orang kaget. Berani sekali Yan Lang! Bagaimana jika hantu itu marah dan membunuh semua orang?
Namun, di sisi lain telepon tetap tidak ada suara.
Yan Lang menahan amarahnya sambil menggenggam ponsel. Kemarahannya tak tersalurkan, sementara kebenaran yang didengarnya tak bisa diceritakan pada Xi Yue. Mereka pun terus berlari.
"Kau tidak apa-apa, Xi Yue?" Yan Lang bertanya penuh perhatian pada istrinya selama perjalanan: "Kalau tidak enak badan, bilang saja. Jangan dipaksakan."
"Tidak apa-apa." Xi Yue menggenggam tangan Yan Lang. "Yan Lang, Li Zhen pernah bilang, nama Yan Xuechen untuk anak kita. Bagaimana? Katanya cocok untuk laki-laki atau perempuan."
"Li Zhen yang memberi nama?" Li Yin yang mendengar langsung bertanya: "Kedengarannya bagus."
Yan Lang berlari sambil menahan rasa sakit di hati: "Jangan bahas ini, Xi Yue. Urusan anak... nanti saja kalau kita selamat."
Akhirnya berbelok melewati koridor ini, tiba di ruang pendaftaran yang ada di depan. Namun, ruang pendaftaran itu sangat sepi, tidak ada seorang pun.
Selanjutnya, hal apa yang akan terjadi sama sekali tidak bisa diprediksi.
"Kenapa tidak ada orang sama sekali?" Shen Yu mengerutkan alis bertanya: "Seharusnya ada orang minimal?"
"Rumah Sakit Zhengtian sangat besar." Li Yin menjawab: "Ini hanya salah satu gedung medis, gedung gawat darurat letaknya cukup jauh dari sini. Jadi..."
Tiba-tiba Li Yin memperhatikan ujung koridor yang dilihatnya siang tadi. Tempat itu memiliki pintu masuk tangga menuju ruang bawah tanah. Saat itu dia merasakan degupan jantung yang sangat menakutkan.
Kemudian dia bertanya dan mengetahui bahwa ruang bawah tanah gedung medis ini ternyata...
Ruang mayat!
## Jilid 18 Mantra Pencabut Nyawa Bab 16 Korban Pertama
Saat Li Yin memikirkan hal-hal ini, lampu di atas kepala tiba-tiba padam!
Kegelapan yang tiba-tiba membuat para penghuni di ruang pendaftaran diliputi ketakutan, dan area sekitar ruang pendaftaran ini tidak memiliki jendela, sama sekali tanpa cahaya.
Mereka segera mengeluarkan senter kecil yang dibawa, tapi menemukan senter sama sekali tidak bisa menyala! Mencoba menggunakan cahaya ponsel, tapi layar ponsel gelap total!
Tidak bisa menggunakan senter dalam misi darah, ini situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya! Tidak perlu ditanya, pasti ini ulah apartemen. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
“Jangan panik!” Li Yin mulai tegang. Sekelilingnya benar-benar gelap gulita, dalam kegelapan seperti ini, ketakutan mencapai puncaknya. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ketakutan berasal dari hal yang tidak diketahui. Saat ini, semua orang mulai membayangkan apa yang sedang terjadi di tempat-tempat tak terlihat dalam kegelapan ini? Imajinasi ini bahkan lebih menakutkan daripada kenyataan yang sebenarnya. Mereka pun terpaksa menggenggam tangan orang di sebelahnya, tak berani melepaskannya. Terutama dua penghuni baru, serta Yan Lang dan Xi Yue yang sudah hampir sepenuhnya dilumpuhkan oleh rasa takut.
“Li, Li Yin!” Suara Feng Yuxian terdengar: “Ayahmu kan direktur rumah sakit ini? Coba kamu bawa kami keluar dari sini, kumohon!”
Li Yin merasa sangat tersiksa. Faktanya, gedung medis ini dibangun pada Maret 2010 saat Rumah Sakit Zhengtian melakukan perluasan. Saat itu, Li Yong menerima suap dari ibu Xingchen untuk membeli tanah di sekitar rumah sakit guna memperluas Rumah Sakit Zhengtian. Gedung medis inilah yang mulai dibangun saat itu. Namun pada masa itu, Li Yin sudah lama tinggal di apartemen dan jarang pulang ke rumah, apalagi datang ke Rumah Sakit Zhengtian. Saat masuk tadi pun dia hanya lewat terburu-buru, sama sekali tidak mengingat denah lokasi yang sebenarnya.
Ruang pendaftaran masih cukup jauh dari Pintu masuk gedung medis. Jika ada penerangan lampu, sebenarnya tidak sulit untuk keluar dari sini.
“Semua tenang!” Li Yin segera menaikkan volume suaranya: “Jika kita panik seperti ini, kita tamat! Dengarkan, semua pegang tangan satu sama lain dulu. Apapun yang terjadi, jangan takuti diri sendiri, paham?”
Meski begitu, ketakutan yang sudah mendarah daging tidak mudah dihilangkan. Li Yin sangat memahami hal ini. Saat ini, semua orang hanya bisa memegang erat orang di sebelahnya sambil bertanya: “Kamu masih ada?” “Kamu Shen Yu kan?” “Kamu Feng Yuxian kan?” “Tuan Yan Lang, kamu masih di sini?”
Sejujurnya, perubahan ini paling mengguncang Yan Lang dan Xi Yue. Terutama Xi Yue, tangan kanannya menempel di perut sementara tangan satunya menggenggam erat Yan Lang di sampingnya. Saat ini, yang paling dia takutkan adalah nasib suami dan janin dalam kandungannya.
Dalam hati, Xi Yue berbisik: “Maafkan ibu, Xue Chen. Ibu membuatmu yang masih kecil harus mengalami petualangan hidup-mati seperti ini. Tapi apapun yang terjadi, ibu sangat menyayangimu. Meski nyawa taruhannya, ibu akan lindungi kamu, Xue Chen!”
Saat ini, semua orang hanya bisa bergerak perlahan berdasarkan ingatan sebelum lampu mati. Setiap orang waspada terhadap sekeliling. Pada kondisi seperti ini, bahkan suara dedaunan bergesek pun bisa membuat orang setengah mati ketakutan.
Namun, karena sama sekali tidak bisa melihat, sebagian orang berjalan ke arah ini, sebagian ke arah itu. Semua saling berpegangan tangan sehingga formasi barisan benar-benar kacau balau, tidak mungkin bergerak ke satu arah yang seragam. Pada akhirnya, Li Yin bahkan tidak tahu lagi ke arah mana dia sedang berjalan.
Tapi tidak ada yang berani tetap di tempat, karena semua sadar bahwa diam di tempat hanya berarti "jalan kematian".
"Seandainya Fan Yuqi dari Kamar 1502 ada di sini." Tiba-tiba suara Li Fen terdengar: "Dia punya penglihatan tajam bahkan dalam kegelapan. Kami sudah memverifikasi ini sebelumnya."
Tapi saat ini, Li Yin hanya fokus mengamati sekeliling. Secara logika, setelah sekian lama seharusnya mata sudah mulai menyesuaikan dengan kegelapan. Tapi tetap saja tidak terlihat apapun. Lagipula, di gedung medis ini ada banyak dokter dan pasien, seharusnya ada yang menyadari mati lampu. Atau mungkin mereka yang menyadari sudah dibunuh seperti dua perawat tadi?
Li Yin belum yakin apakah sudah muncul "petunjuk jalan keluar", mengingat informasi yang didapat masih sangat minim. Meski dia menduga kematian Wang Shaojie disebabkan oleh Yan Lang dan Qian Xiyue, tapi pertama tidak ada bukti, kedua sekalipun benar, apakah dia harus membunuh pasangan suami istri itu sendiri?
"Xiyue," Yan Lang menggenggam erat telapak tangan putih istrinya, berbisik: "Jangan takut, aku akan tetap di sampingmu. Selama ada aku, tidak akan terjadi insiden. Pasti tidak akan!"
Meskipun ucapan itu benar, Yan Lang tetap merasakan dingin yang merayap dari telapak kaki hingga ubun-ubun dalam situasi ini. Jika bukan karena banyak orang di sekitarnya, mungkin dia sudah mengalami breakdown mental karena ketakutan. Keberaniannya saat memaki Wang Shaojie lewat ponsel tadi, kini telah menghilang tanpa bekas. Jika Wang Shaojie benar-benar muncul di dekatnya sekarang, mungkin dia akan langsung pingsan ketakutan, persis seperti saat di lift dulu.
Ada yang bilang, hantu, tetaplah sesuatu yang tidak diketahui, dan ketidaktampakan justru lebih menakutkan. Li Yin sangat memahami hal ini. Dalam misi darah sebelumnya, hantu setidaknya selalu menampakkan wujud, memberi tahu posisi dan eksistensinya, sehingga bisa dinilai pembatasan yang diberikan apartemen. Namun hingga kini, Wang Shaojie dan hantu-hantu lainnya belum pernah muncul langsung di depan pasangan Yan Lang dan Xi Yue. Karena itu, hanya imajinasi yang mengisi kekosongan ini, dan imajinasi itu akan terus berubah seiring waktu, hingga akhirnya manusia justru ketakutan oleh imajinasinya sendiri.
Situasi saat ini persis seperti itu. Dalam kegelapan, tetap tak terlihat bayangan orang, bahkan suara sekecil apapun. Tapi semua tahu, hantu bisa muncul kapan saja untuk mengambil nyawa mereka. Petunjuk jalan keluar mungkin sudah diberikan, mungkin juga belum, tak ada yang tahu pasti.
Delapan orang ini telah berjalan hati-hati tanpa tahu berapa lama. Kini mereka tak bisa melihat ponsel maupun jam tangan. Seolah terkurung di dunia terisolasi, tak ada yang mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Saat itu, Li Yin tiba-tiba memikirkan sesuatu dan segera bertanya: 'Baiklah, mari kita hitung jumlah untuk memastikan semua ada di sini!'"
Meski tangan semua saling berpegangan, tak ada yang tahu apakah mungkin terjadi kesalahan.
"Hitung jumlah? Mengapa?"
"Li Yin, kau khawatir ada di antara kita yang hilang? Tidak mungkin kan?"
"Hitung saja." Li Yin mengerutkan kening: "Aku tidak akan tenang kalau tidak melakukan ini."
"Satu." Yang pertama menghitung adalah Yan Lang. Kemudian Xi Yue di sampingnya menyebut "Dua".
"Tiga." Yang berbicara adalah Shen Yu.
"Empat." Kali ini adalah Feng Yuxian.
"Lima." Penghuni baru Yuan Qifeng juga menghitung.
"Enam." Berikutnya adalah penghuni baru Huo He.
Kemudian, tak ada suara lagi. Li Yin menyebut "Tujuh", tapi setelahnya hanya keheningan yang menyelimuti.
Li Yin langsung tegang: "Li Fen, kau di situ?"
Tapi dalam kegelapan, tak ada yang menjawab. Li Fen menghilang? Ke mana dia pergi?
Tiba-tiba dahi Li Yin terbentur keras, seakan menabrak dinding atau pintu. Mengabaikan rasa sakit, dia terus bertanya: "Siapa yang memegang Li Fen?"
"Tidak... tidak tahu..."
"Li Fen, kau di mana?!"
Li Yin merasakan kecemasan yang mendalam dan berteriak: "Cepat, segera..."
Tapi sebelum sempat menyelesaikan kata "lari", terdengar suara "tik" yang nyaring. Di tengah kesunyian ini, suara itu terdengar sangat menggelegar.
Kemudian, disusul lagi suara "tik" lainnya.
"Terdengar seperti suara tetesan air, dan Li Yin merasakan dengan jelas bahwa suara itu berada tidak jauh di samping mereka. Suara apa sebenarnya itu?"
Semua orang mulai membuat dugaan baru yang dipenuhi ketakutan.
"Apa sebenarnya yang sedang terjadi ini?"
Saat itu juga, Yan Lang teringat bahwa sebelum lampu mati, Li Fen berada tepat di sampingnya!
Yan Lang bertanya pelan kepada orang yang menggenggam tangannya di sampingnya: "Kamu... siapa kamu?"
Tidak ada jawaban.
"Hei, bicaralah! Kamu, cepat jawab, siapa yang menggenggam tanganku ini?"
Masih tidak ada jawaban.
Yan Lang tiba-tiba merasakan ketakutan yang mencekam. Namun saat itu juga, tangan yang menggenggam lengannya mendorong tubuhnya dengan keras. Saat Yan Lang menyadarinya, kakinya sudah menginap kosong. Dia segera melepaskan tangan Xi Yue dan terjatuh!
Saat itu juga, lampu menyala.
Yan Lang mendapati dirinya terjatuh di tangga. Tubuhnya terasa sakit tapi tampaknya tidak ada tulang yang patah. Melihat ke sekeliling, Li Yin, Feng Yuxian dan yang lain juga berada di tangga. Shen Yu sedang memeluk Xi Yue, mencegahnya terguling di tangga.
Tempat ini...
Adalah anak tangga yang menuju ke kamar mayat bawah tanah!
Memandang ke atas tangga, Li Yin dan Yan Lang melihat... jenazah Li Fen! Leher Li Fen terbelah luka yang sangat dalam, tubuhnya tergantung di langit-langit dengan rantai besi yang mengikat kaki ke lampu di atas. Darah dari lehernya terus menetes ke lantai, mengeluarkan suara "tik-tok"!
Di belakangnya, terdapat pintu masuk yang terkunci rapat. Pintu itu sendiri sangat kokoh, dikunci dengan gembok besi yang dibelit rantai. Jelas tidak mungkin merusak pintu ini untuk keluar.
Hantu telah mengurung mereka di kamar mayat!
"Xiyue!" Yan Lang segera menyambar dan memeluk Xiyue: "Kamu tidak apa-apa? Nona, siapa namamu? Terima kasih!"
Namun Shen Yu sama sekali tidak menghiraukan perkataan Yan Lang. Matanya membelalak menatap jenazah Li Fen dan pintu yang terkunci rapat itu.
"Pergi!" Li Yin terus mundur menuruni anak tangga: "Ke kamar mayat! Kita tidak punya pilihan lain!"
Tanpa perlu diingatkan Li Yin, mereka semua bergegas menuruni tangga. Dengan cepat, mereka sampai di lantai bawah. Pencahayaan di bawah tanah sangat redup, bau formalin menyengat langsung tercium.
Kamar mayat terbagi menjadi beberapa ruangan. Koridornya sangat sempit, kondisi sanitasi sekitar tampak buruk, bahkan ada jaring laba-laba di langit-langit.
“Li Yin!” Yan Lang bergegas mendekati Li Yin dan bertanya: “Ada, apakah ada lift? Kalau ada lift...”
Li Yin setelah mendengar, berkata: “Mari cari, mungkin ada.”
Semua orang kemudian berjalan perlahan menyusuri koridor. Meskipun area ini juga cukup gelap, namun masih lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya yang gelap gulita.
Sementara itu, suara "tik... tok..." dari tangga atas terus bergema tanpa henti!
## Jilid 18 Mantra Pemanggil Arwah Bab 17 Korban Kedua
Di dalam kamar mayat bawah tanah yang suram, tujuh orang berkumpul dengan Yan Lang dan Qian Xiyue sebagai pusat. Mereka sedang mempertimbangkan mencari lift. Namun, harapan mereka tipis. Karena mereka sudah terkunci di sini, ibarat kepiting dalam tempurung, mana mungkin ada harapan melarikan diri. Pencarian lift ini hanyalah upaya mengobati kuda mati seperti kuda hidup. Bahkan jika ada lift, berani naik atau tidak masih menjadi pertanyaan.
“Petunjuk jalan keluar pasti sudah muncul.” Shen Yu yang berjalan di belakang Li Yin berbisik pelan: “Kamu harus mulai memikirkannya.”
Meski Shen Yu tidak mengatakannya, Li Yin sendiri sangat memahami hal ini.
Kamar mayat bawah tanah ini cukup luas. Terbagi menjadi ruangan-ruangan berukuran berbeda, semakin masuk ke dalam, bau formalin semakin menyengat. Koridor yang sempit dan panjang membuat perasaan was-was Li Yin semakin menjadi. Bahkan mengangkat langkah kaki pun terasa sulit, hingga kecepatan jalannya semakin melambat.
"Pada saat ini, semua orang ingin mengatakan sesuatu, namun tidak ada yang mengucapkannya." Yan Lang menyadari banyak sorot mata tidak bersahabat yang mengarah padanya, terutama dari dua penghuni baru Huo He dan Yuan Qidong yang mengerutkan kening. Meski tahu situasi ini, dia tetap berdiri menghalangi Xi Yue dengan tubuhnya, siaga setiap saat.
Harus diakui, ketakutan dan keputusasaan menggunung di dada mereka. Bertahan selama 24 jam dalam kondisi seperti ini saja sudah membuat orang merasa putus asa.
"Apakah ada orang yang masuk ke kamar jenazah bawah tanah ini di pagi hari?" Feng Yuxian akhirnya bertanya, "Li Yin, jika ada jenazah baru yang dikirim..."
"Ya. Aku juga berpikir begitu." Tiba-tiba Li Yin berhenti melangkah.
Di depan mereka, sebuah pintu lift muncul di dinding!
Keberadaan lift memang logis - tangga sebelumnya tidak cocok untuk mengangkut jenazah. Pintu lift ini tampaknya masih berfungsi. Layar lantai menunjukkan angka "-1" yang mencolok.
Namun ketika benar-benar berdiri di depan lift, semua ragu-ragu. Apa yang harus dilakukan? Masuk begitu saja? Tapi konsekuensi apa yang akan dihadapi?
Li Yin dan yang lain memandang pintu lift dengan kening berkerut, tubuh mereka mengkerut ketakutan. Dua penghuni baru khususnya terlihat sangat panik, bahkan napas pun ditahan.
"Masuk?" Shen Yu berbisik pada Li Yin di sampingnya, "Atau, menurutmu ini adalah jebakan?"
“Sangat berbahaya.” Li Yin menatap pintu lift itu, akhirnya menggelengkan kepala dan berkata: “Sudahlah, risikonya terlalu tinggi. Yan Lang, sebelumnya kamu pernah memberitahuku bahwa kamu juga mengalami fenomena supranatural di dalam lift, kan? Kalau begitu kita tidak boleh masuk. Mungkin setelah masuk, kita akan benar-benar menjadi ‘kura-kura dalam kuali’. Mari kita coba dulu apakah bisa menghubungi dunia luar. Ini adalah ruang bawah tanah, tidak tahu apakah sinyalnya baik.”
“Hei!” Saat itu, penghuni baru He Huo akhirnya berbicara: “Tuan Li, apakah kita akan membiarkan pasangan suami istri ini begitu saja? Setidaknya kita harus menanyakan bagaimana Wang Shaojie mati, bukan? Mungkin pelaku pembunuhan adalah mereka berdua! Kita tidak boleh ikut dikubur hidup-hidup untuk pelaku pembunuhan!”
“Saya juga berpikir begitu,” penghuni baru Yuan Qidong mengangguk setuju: “Setidaknya pertimbangkanlah, kita tidak bisa pasrah menunggu kematian.”
“Pelakunya belum tentu mereka.” Li Yin memotong pembicaraan mereka: “Lagipula, apa yang bisa kita lakukan? Bahkan jika terbukti mereka pelaku, lalu bagaimana?”
Yan Lang mengepal tinjunya dengan tegas: “Silakan percaya atau tidak, tapi empat orang itu bukan kami yang bunuh. Li Yin, apakah kamu benar-benar mengira aku dan Xi Yue bisa membunuh?”
Li Yin menatap Yan Lang, akhirnya berkata: “Saya tetap mempertahankan kemungkinanmu sebagai pelaku. Maaf Yan Lang, kamu tidak bisa memberikan bukti yang meyakinkan bahwa kamu bukan pelaku. Kesaksian istrimu dulu sudah tidak bisa diandalkan lagi. Selain itu, motif membunuhmu juga sangat kuat, sedangkan tentang istrimu...”
“Selanjutnya, semua orang mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi dunia luar. Namun, tampaknya karena lokasi bawah tanah memblokir sinyal, ponsel tidak bisa digunakan. Adapun apakah akan ada orang yang masuk di siang hari, itu sama sekali tidak penting lagi. Karena meskipun meninggalkan tempat ini, keamanan tidak akan terjamin sedikit pun.”
Li Yin mulai mengorganisir petunjuk yang telah diperoleh sejauh ini.
Tidak boleh menjauh lebih dari 100 meter dari pasangan Yan Lang, dan hantu kemungkinan besar adalah Wang Shaojie, Xue Long, Luo Ziqiang, dan Zheng Hua. Pasangan Yan Lang memiliki dugaan kuat dalam kasus pembunuhan, bunga iris, kursi yang berlumuran darah, pembantaian dalam kegelapan, kamar mayat...
Kapan sebenarnya petunjuk jalan keluar diberikan?
“Li Yin, masih belum bisa menemukan petunjuk jalan keluar?” Shen Yu menatap Li Yin dengan jelas menunjukkan kecemasan, wajah cantiknya saat ini terus-menerus dipenuhi butiran keringat.
“Omong-omong, Li Yin.” Xi Yue tiba-tiba bertanya: “Apakah hantu dalam instruksi tulisan darah tidak akan membunuh jika kita tidak menerima petunjuk jalan keluar? Lalu bagaimana jika kita sengaja tidak menerima informasi apapun, apakah...”
“Tidak mungkin.” Li Yin menggelengkan kepala: “Pembatasan apartemen terhadap hantu tidak mungkin bertahan selamanya. Pada periode terakhir sebelum kembali ke apartemen, pembatasan akan sepenuhnya melemah atau bahkan hilang. Apalagi, jika sengaja tidak menerima informasi, itu sama saja dengan penghuni secara sukarela melepaskan kesempatan bertahan hidup. Apartemen tidak akan membatasi hantu untuk tidak membunuh karena hal itu. Contohnya, jika kamu membolos dan tidak masuk kelas, apakah guru akan membebaskanmu dari ujian? Logikanya sama. Sengaja tidak menerima informasi petunjuk jalan keluar adalah mencari jalan kematian sendiri.”
“Begitu, aku mengerti.” Wajah Xiyue terlihat pucat meski berkata demikian. Apartemen ini sebenarnya apa? Itu pasti rumah hantu paling mengerikan sepanjang sejarah! Dan, itu adalah rumah hantu tanpa hantu!
Waktu terus berlalu detik demi detik dalam tekanan. Beberapa jam berikutnya tidak terjadi apa-apa. Bagaimanapun, tidak ada yang berani naik melalui lift. Semua berharap bisa bertahan sampai pagi. Tapi di dalam ruang jenazah ini, siang dan malam tidak banyak berbeda.
Semua orang berjongkok di lantai tanpa tanda-tanda mengantuk. Wajah Xiyue semakin lesu, dalam beberapa hari singkat pipinya tampak cekung. Jika bukan karena Yan Lang yang menemani, mungkin dia sudah kehilangan kehendak untuk bertahan hidup. Tentu juga demi Xue Chen dalam kandungannya.
Hanya Li Yin yang tahu makna nama "Xue Chen". Sama seperti Mizhen, dia juga tahu Mian Tian diam-diam mencintai Xiyue. Entah mengapa, pemuda itu tidak aktif mengejarnya tapi perhatian diam-diamnya sangat jelas baginya. Di hari Mian Tian menghilang, Kota K diselimuti salju lebat.
Itu adalah salju yang sangat langka. Pada hari itu di asrama, Li Yin bangun sangat pagi. Kemudian, ketika melihat ke luar jendela, dia terkejut menemukan Mitian berdiri di tengah salju lebat seperti bulu angsa, tubuhnya dipenuhi serpihan salju, tapi matanya terus menatap kosong ke arah jendela tertentu di asrama putri seberang. Awalnya Li Yin mengira dia sedang melihat Mizhen, tapi kemudian baru sadar bahwa orang yang benar-benar ingin dilihatnya adalah Xiyue.
Mizhen sangat memahami isi hati Mitian. Hari itu, Mitian membeku seperti manusia salju, tapi matanya masih terus menatap. Lalu dia menelepon Li Yin, memintanya menjaga baik-baik Mizhen, sebelum akhirnya menghilang tanpa jejak.
Yan Xuechen, arti dari nama ini sangat jelas bagi Li Yin. Hingga kini Mitian masih hilang, dan nama yang disebut Mizhen ini maknanya terang benderang. Meski Xiyue sama sekali tak tahu perasaan Mitian padanya, Mizhen tetap ingin menyampaikan berkat kakaknya untuk Xiyue.
Benar-benar sesuai dengan pepatah: "Di dunia ini memang ada orang yang terobsesi dengan cinta, dendam ini tidak ada hubungannya dengan angin dan bulan." Kakak-beradik ini terlalu mirip, sama-sama terbelenggu oleh cinta. Cinta sepihak memang sesuatu yang sangat menyakitkan.
Tentu saja, Li Yin tahu ini bukan saatnya memikirkan hal-hal seperti itu. Akankah anak ini bisa selamat dari bencana ini? Sepertinya tidak. Meski orang dewasa mungkin bertahan, tapi anak ini...
Dalam kondisi sekarang, sungguh tidak realistis berharap bisa mempertahankan nyawa anak ini.
Li Yin mengeluarkan ponsel dan melihat waktu yang sudah mendekati pukul lima setengah. Waktu berlalu sangat cepat, dan setelah kematian Li Fen yang sudah lama berlalu, gelombang baru pembunuhan jelas akan segera tiba.
Dia memiliki firasat bahwa di antara informasi yang diperoleh saat ini, pasti ada data yang telah diputarbalikkan oleh apartemen. Informasi yang terdistorsi inilah kuncinya - begitu distorsi itu dikoreksi, pasti jalan keluar akan ditemukan!
Bagian informasi mana sebenarnya yang telah diubah?
Mengingat kembali semua intelijen yang didapat, Li Yin merasa seperti terperangkap dalam labirin. Bagaimana cara menemukan pintu keluar dari labirin ini?
Tiba-tiba, dering ponsel Yan Lang berbunyi! Seketika semua orang menatap ngeri ke arah Yan Lang yang segera mengeluarkan ponselnya.
Di layar ponsel masih terlihat nomor telepon Wang Shaojie yang sedang menelepon!
Yan Lang langsung memutuskan panggilan dan melemparkan ponselnya ke lantai! Sekarang orang sudah mati, tak perlu lagi memikirkan petunjuk jalan keluar.
"Hei." Xi Yue tiba-tiba menyadari sesuatu. Di layar ponsel, ternyata terlihat sedang melakukan panggilan ke nomor Wang Shaojie!
Barusan, Yan Lang tidak sengaja menekan tombol redial!
Xi Yue segera berusaha merebut ponsel itu. Pada detik yang sama, telinga mereka mendadak mendengar dering "Cinta sampai mati, takkan puas sebelum menguras habis"!
《Cinta Sampai Mati》! Itu adalah nada dering ponsel Wang Shaojie dulu!
Dan suara itu... ternyata berasal dari kamar mayat di belakang mereka!
"Xi Yue menggenggam ponsel dan mematikan telepon," semua orang serentak berdiri dan segera berlari! Wang Shaojie, tepat di belakang mereka!
Memikirkan hal ini, semua anggota kelompok gemetar ketakutan!
Di bawah cahaya lampu redup kamar jenazah, mereka terus menoleh ke belakang, namun tak ada tanda-tanda kehadiran siapa pun. Tapi tak seorang pun berani memperlambat langkah!
Tak ada yang berani menggunakan lift untuk melarikan diri, hanya bisa terus menyusuri lorong kamar jenazah ini!
Tiba-tiba mereka tanpa sengaja masuk ke jalan buntu! Saat hendak berbalik arah, terdengar suara pecahan kaca yang nyaring dari belakang. Disusul lagi suara kaca pecah!
Seperti irama teratur yang semakin mendekat!
Tanpa pilihan lain, mereka masuk ke kamar jenazah di samping dan mengunci pintu. Li Yin dengan wajah tegang melihat ruangan penuh jenazah, menarik semua anggota untuk terus bersembunyi lebih dalam.
"Jangan panik," Li Yin berusaha menenangkan, "Apartemen pasti memberlakukan pembatasan, kalau tidak dia tidak akan menunggu begitu lama sebelum bertindak lagi. Bersembunyilah baik-baik, mungkin kita tidak akan terdeteksi."
Meski perkataannya demikian, semua merasa terjepit dalam situasi tanpa jalan keluar. Tapi di saat seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan?
Tujuh Orang bersembunyi di balik jenazah-jenazah, menahan napas sambil mendengar suara pecahan kaca yang semakin mendekat.
Suara itu... makin dekat...
Sepanjang proses ini, sama sekali tak terdengar suara langkah kaki.
Akhirnya, suara pecahan kaca berhenti. Segalanya, untuk sementara terjerembab dalam kesunyian. Namun, justru kesunyian inilah yang semakin menakutkan.
Li Yin dan Huo He bersembunyi di balik jenazah. Sejujurnya, memasuki kamar mayat saat menjalankan misi darah adalah hal yang sangat menyeramkan. Tapi, tidak ada pilihan lain. Li Yin merasakan detak jantungnya semakin kencang, begitu kuat hingga hampir membuatnya sesak napas.
Setelah waktu yang lama, tidak terjadi apa-apa. Perlahan-lahan, semua orang mulai merasa tenang. Tapi, tak seorang pun berani keluar. Siapa tahu apakah Wang Shaojie sedang menunggu kelinci di pohon di luar. Adegan seperti ini sangat umum dalam film horor.
Li Yin saat ini masih terus berpikir tentang apa yang harus dilakukan.
Mungkinkah...
Harus membunuh Yan Lang dan Xi Yue barulah bisa mengakhiri nasib buruk ini?
Satu menit, satu detik, sudah setengah jam berlalu, tapi tetap tidak ada reaksi. Semua orang mulai merasa lega, mengira Wang Shaojie mungkin sudah pergi. Meski begitu, mereka tetap tidak berani keluar, walau beberapa sudah mulai berbisik-bisik.
"Jangan-jangan dia sudah pergi?"
"Kemungkinan besar."
"Semoga Tuhan memberkati, semoga benar-benar sudah pergi."
Yan Lang dan Xi Yue saling berpelukan erat, keduanya sudah merasakan kelelahan dan breakdown. Mereka ingin tahu, mengapa Wang Shaojie tidak mau memberi mereka jalan keluar? Haruskah diburu sampai mati baru dia puas?
Dan bukan hanya Wang Shaojie, masih ada tiga orang lagi: Xue Long, Zheng Hua, dan Luo Ziqiang.
"Yan Lang, aku..." Xiyue yang memeluk Yan Lang terus gemetar, air mata tak henti mengalir, berkata: "Aku tidak ingin mati, aku benar-benar tidak ingin mati! Aku tidak ingin mati, tidak ingin mati..."
"Xiyue, aku, bagaimana caranya aku melindungimu? Apa yang harus kulakukan?" Yan Lang terus-menerus memeluk istrinya erat-erat, juga tak kuasa menahan tangis. Meski begitu, dia tidak berani menangis terlalu keras.
"Shen Yu." Feng Yuxian tiba-tiba berkata kepada Shen Yu di sampingnya: "Bagaimanapun juga, aku harus meminta maaf padamu."
"Hmm?" Shen Yu menatap Feng Yuxian. Sebelum sempat membuka mulut, Feng Yuxian melanjutkan: "Waktu itu, demi bisa bertemu dengan almarhumah istriku, aku hampir membunuhmu. Aku juga tahu, itu tidak mungkin dimaafkan. Aku orang yang sangat egois. Dulu, istriku pergi begitu saja meninggalkanku, tapi bagaimanapun juga aku ingin bertemu dengannya sekali lagi."
Saat mengatakan ini, pandangan Feng Yuxian beralih ke Yan Lang dan Xiyue, lalu melanjutkan: "Ketika melihat pasangan suami istri ini, aku teringat istriku Hotaru. Aku bisa memahami perasaan dan ketidakberdayaan mereka. Bukan hanya nyawa mereka sendiri, bahkan nyawa anak mereka pun tidak bisa dilindungi. Perasaan paling menyakitkan dan tak berdaya itu. Aku dan Hotaru, akhirnya memang tidak memiliki jodoh. Maafkan aku, Shen Yu, sungguh maaf, maaf..."
Sebutir air mata mengalir dari sudut mata Feng Yuxian, terus menetes, meninggalkan jejak basah air mata yang jelas.
Shen Yu melihat keadaannya seperti ini, lalu berkata dengan lembut: "Aku tahu, perasaan putus asa dan menyakitkan yang menghancurkan hati karena terpisah selamanya dengan orang tercinta, aku lebih mengerti daripada siapa pun. Aku memaafkanmu, jadi tak perlu menderita seperti ini. Tapi jika kau benar-benar merasa bersalah padaku, penuhi janjiku. Jika aku mati dan kau bisa kembali ke apartemen, lindungilah Xingchen dengan baik. Aku masuk apartemen ini demi Xingchen, jadi makna terbesar hidupku ke depan adalah membuat Xingchen keluar dari apartemen ini."
Beberapa waktu berlalu, semua orang merasa Wang Shaojie tidak akan masuk lagi. Li Yin bahkan berdiri dan melihat keluar jendela. Meski kacanya pecah, tak terlihat bayangan orang di luar.
Melihat Li Yin bangkit, Huo He di sampingnya juga ikut berdiri.
"Bagus sekali," wajah Huo He langsung berseri-seri: "Sepertinya dia sudah pergi!"
Saat Huo He melangkah dua langkah, tiba-tiba jenazah yang tertutup kain putih di sebelahnya duduk tegak, sebuah tangan menggenggam Huo He dan menariknya masuk ke dalam kain putih!
Dua sosok bergulat keras di balik kain putih. Tak lama kemudian, kain putih itu tergeletak di lantai, sementara Huo He... menghilang...
Di bawah kain putih, terlihat... seikat bunga iris!
## Jilid 18 Mantra Pencabut Nyawa Bab 18 Petunjuk Jalan Keluar di Gudang
Jika dulu bunga iris adalah bunga favorit Xiyue, kini bunga ini justru yang paling ditakuti dan dihindarinya! Di mata Xiyue, bunga ini telah menjadi simbol kematian dan kengerian yang nyata!
"Pergi, cepat pergi!" Perintah Li Yin membuat semua orang yang membeku seperti patung segera berebut mengikutinya, berlari keluar dari kamar jenazah!
Setelah berlari keluar, mereka terus berlari beberapa saat sebelum berhenti. Semua terengah-engah. Kini mereka berada di dekat pintu kamar jenazah, tapi tak ada yang berani mendekat karena takut melihat jenazah Li Fen. Kematian Huo He memberi mereka waktu beberapa jam tambahan, namun jika jalan keluar tak ditemukan, korban ketiga dan keempat akan terus bermunculan. Saat itu tiba...
Di saat kritis ini, akal sehat terakhir mulai breakdown. Penghuni baru Yuan Qidong tiba-tiba menerjang Yan Lang, mencekik lehernya sambil berteriak: "Ini semua salahmu! Kalian! Kalianlah pelaku pembunuhan ini? Jika kubunuh kalian, kami akan selamat! Aku..."
Yan Lang segera membalikkan posisi dengan mengunci kedua lengan Yuan Qidong, menjatuhkan pria kekar itu ke lantai. Pisau belati tajam langsung menyambar, menempelkan bilahnya di leher Yuan Qidong!
Gerakan cepat dan kengerian di mata Yan Lang membuat semua orang merinding.
"Kau pikir aku tidak mengantisipasi ini?" Sorot mata Yan Lang tak menyisakan belas kasihan. Jika orang ini mengancam dirinya dan Xiyue, dia rela membunuh untuk melindungi kekasihnya! Seperti dulu, begitu pula sekarang. Keberaniannya tak pernah pudar!
"Untuk dirinya sendiri, dia mungkin penakut, tapi jika untuk Xiyue, dia sama sekali tidak akan mundur! Selain itu, orang yang harus dilindunginya bukan hanya Xiyue, tapi juga anak mereka berdua. Bahkan dalam situasi paling kritis pun, dia berharap bisa membuat anaknya hidup bahagia."
"Lepas, lepaskan!" Yuan Qidong ketakutan memohon: "Aku, aku mengerti, lepaskan aku!"
Dia benar-benar tidak menyangka, Yan Lang yang terlihat lemah ternyata bisa bertindak kejam tanpa ragu. Yan Lang berkata dengan garang: "Ini peringatan pertama, jika ada..."
"Tidak, tidak akan lagi, kumohon, kumohon lepaskan aku!"
Yan Lang menarik kembali pisau belatinya, tapi tetap waspada terhadap Yuan Qidong dan orang-orang sekitar. Sejujurnya, dengan keganasan Yan Lang saat ini, meskipun mereka menyerang bersama, dia pasti bisa membunuh satu dua orang. Apalagi stamina fisik dan mental semua orang sudah terkuras habis, meskipun Yan Lang juga demikian. Tapi seperti pepatah "orang yang tidak beralas kaki tidak takut dengan yang bersepatu", jika Yan Lang benar-benar nekat, konsekuensinya akan sangat mengerikan.
Yan Lang sebenarnya juga grogi, jumlah lawannya lebih banyak, Xiyue sama sekali tidak bisa ikut bertarung. Jika pertarungan sengit terjadi, dia tidak yakin bisa melindungi Xiyue.
Saat ini dia berusaha keras menahan breakdown, berpikir dalam hati: "Andai, andai Mizhen ada di sini, pasti dia bisa menemukan cara. Pasti bisa..."
Saat itu, Mizhen membuka matanya.
Terbangun lagi dari mimpi buruk.
Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah tidur nyenyak, bahkan setelah meninggalkan apartemen. Setiap kali bangun, isi mimpi buruk itu selalu diingat dengan jelas.
Dia bangkit dari tempat tidur dan mengenakan sandal. Rumah ini terletak di pinggiran kota. Menurut Li Yin, ini adalah properti lain milik ayahnya. Daerah sekitarnya sepi, jadi tidak perlu khawatir ketahuan tinggal di sini. Orang tuanya juga tidak pernah datang sepanjang tahun. Keluarga Li memiliki banyak properti di Kota K, rumah pinggiran ini tidak terlalu diperhatikan.
Masuk ke dapur, dia membuka lemari es. Li Yin mengatakan sudah membayar biaya air dan listrik di muka, serta menyimpan cukup makanan di dalam lemari es.
Mengeluarkan sekotak susu, merobek kemasannya, lalu menuangkannya perlahan ke dalam gelas. Mizhen meneguk susu itu. Cairan putih terus menetes dari sudut mulutnya, membasahi piyamanya.
Setelah menghilangkan dahaga, Mizhen menggelengkan kepala dan merapikan rambutnya yang acak-acakan. Perasaan mulai sedikit jernih.
"OK, hari baru telah dimulai!"
Meski situasi Yan Lang dan Xi Yue saat ini tidak diketahui, Li Yin berjanji akan berusaha membantu mereka. Mizhen sama sekali tidak khawatir karena sangat percaya pada Li Yin.
Perlengkapan sehari-hari yang disiapkan Li Yin sangat lengkap: sikat gigi baru, gelas, baskom dan handuk - semuanya diselesaikan dalam satu hari.
"Setelah selesai mandi dan berpakaian, Mizhen kembali ke kamar tidur. Li Yin telah mengingatkannya untuk tidak menghubunginya terlebih dahulu. Dia hanya akan menelepon ponselnya, bukan telepon rumah ini. Jika ada telepon masuk, jangan diangkat. Jika ada barang yang kurang, hubungi dia. Jangan keluar rumah sembarangan. Dia harus menyamar seolah-olah dia 'sudah mati'."
Mizhen mengeluarkan buku "Peluru Melintas" karya Li Yin dari kopernya. Untuk mengisi waktu, dia membawa banyak buku, sebagian besar novel detektif: "Kasus Pembunuhan Sulap Astrologi" karya Shimada Souji, "Legenda Keabadian Paviliun Gelap" karya Ayatsuji Yukito, "Iblis Berkepala Dua" karya Arisugawa Alice, "Pengorbanan X Sang Tersangka" karya Higashino Keigo, dan "Tragedi W" karya Natsuki Shizuko. Mizhen sangat menyukai novel detektif Jepang. Kedepannya, buku-buku inilah yang akan menjadi teman hariannya. Namun sejauh ini, dia jarang salah menebak pelaku atau metode pembunuhan dalam novel detektif, betapapun rumitnya trik yang dirancang penulis, semuanya bisa dia deduksikan langkah demi langkah.
Membuka halaman pertama "Peluru Melintas", Mizhen mulai mengingat serangkaian kejadian setelah pertemuannya dengan Li Yin kemarin...
"Ini daftar penataan alat-alat di gudang yang diberikan Nona Shangguan kepada saya. Saya sudah mencocokkannya dengan Shen Yu, semuanya benar."
Kemarin, ketika Shen Yu menceritakan segala hal tentang apartemen kepada Li Yin, wajah Li Yin menunjukkan ekspresi terkejut yang luar biasa. Sementara itu, Mizhen sudah mulai mendiskusikan urusan gudang dengannya.
Di gudang terdapat empat jenis alat. Mizhen meyakini bahwa alat-alat ini kemungkinan besar membentuk "petunjuk jalan keluar", dan memiliki hubungan erat dengan penguncian gudang saat ini. Oleh karena itu, dia meminta susunan semua alat di empat lemari dari Shangguan Mian.
Kemudian, setelah analisis mendalam, dia menemukan fakta mengerikan!
Keberadaan alat-alat memang berfungsi sebagai petunjuk jalan keluar! Sebenarnya alat-alat itu sendiri tidak memiliki makna apa pun. Meskipun Mizhen tidak tahu bahwa mereka sebenarnya melemahkan pembatasan, efek maksimalnya hanya meningkatkan tingkat kesulitan misi darah, tidak mengubah jalan keluar. Alat-alat itu sejak awal hanyalah "hiasan" belaka.
Yang benar-benar penting adalah hantu yang tersembunyi di laci salah satu lemari!
Ini adalah Kotak Pandora yang tidak boleh dibuka.
Pada lemari alat kutukan, semua laci yang membentuk persegi panjang jika ditarik garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah, nama-nama alat secara berurutan adalah: "Kutukan Keabadian", "Kutukan Kepala Siluman", "Kepala Iblis Besar", "Zirah Iblis", "Topeng Hantu Buruk Rupa", "Tangisan Mimpi Buruk"; Untuk alat serangan, garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah berisi: "Kompas Yinsi", "Lonceng Roh Jahat", "Topeng Iblis", "Benih Pohon Tumor Darah", "Bendera Ibu-Anak Hantu", "Lilin Roh Api Korosif", "Boneka Palsu"; Obat resistensi berurutan sebagai: "Pola Darah Berkabung", "Racun Raksasa", "Darah Dendam Tujuh Malam", "Vermilion Pembunuh Roh", "Mata Masa Depan", "Cairan Kematian Membusuk", "Bubuk Bayangan Terkutuk"; Sedangkan alat pertahanan adalah: "Jaring Hantu", "Sepatu Corak Ungu", "Gulungan Lukisan Dimensi", "Perisai Api Gaib", "Tangan Aneh", "Gembok Antar Dunia", "Lukisan Hantu".
“Mizhen menyambungkan huruf pertama dari setiap nama alat-alat ini secara berurutan, lalu mengganti beberapa karakter dengan homofon yang berbeda, sehingga membentuk: 'Jangan buka laci, karena misi darah di dalamnya palsu, alat sebenarnya adalah jalan kematian, ada hantu di dalam lemari.'”
Nilai eksistensi "alat" ternyata hanya berupa sebuah puisi akrostik! Kode rahasia paling dasar ini tidak terdeteksi oleh satupun penghuni, karena keberadaan gudang membuat mereka terlalu bersemangat dan gembira, sehingga mengabaikan bahaya tersembunyi ini. Penggunaan alat justru akan meningkatkan tingkat kesulitan misi darah, sekaligus merupakan "petunjuk jalan keluar" yang tersamar. Banyaknya jumlah alat bertujuan untuk menyamarkan puisi akrostik ini lebih dalam! Pemberian nama-nama fantastis pada setiap alat juga dimaksudkan agar penghuni tidak menyadari alat yang mengandung petunjuk jalan keluar krusial.
Namun, tak satu pun penghuni yang menemukannya. Akhirnya, hantu di dalam gudang pun terbebaskan. Penutupan total gudang setelahnya juga bertujuan mencegah penghuni mendekati gudang lagi, menemukan akrostik, dan memahami mekanisme sebenarnya.
"Di dalam lemari gudang, terdapat eksistensi hantu." Mizhen mengeluarkan puisi akrostik ini dan berkata kepada Li Yin: "Penutupan gudang sangat mungkin karena hantu tersebut telah dilepaskan oleh salah satu penghuni! Jika benar demikian, penghuni itu pasti sudah terbunuh, tapi karena tidak ada penghuni yang hilang, berarti hantu tersebut kemungkinan besar telah menyamar sebagai penghuni itu!"
“Ide pura-pura mati” adalah hasil diskusi antara Mizhen dan Li Yin kemudian. Mizhen berpendapat, jika demikian, Shen Yu dan Shangguan Mian yang pernah menjalankan misi darah saat itu, mungkin adalah hantu yang dilepaskan dari gudang yang menyamar. Karena itu, terus berinteraksi dengan mereka akan sangat berbahaya, namun tidak bisa langsung memutus hubungan. Jadi, pura-pura mati adalah solusi terbaik. Sekarang, Mizhen hanya bisa berdoa agar apartemen telah membatasi kekuatan hantu tersebut, mengingat hingga saat ini belum ada penghuni yang terbunuh.
Situasi saat ini benar-benar putus asa. Meski tahu ada hantu yang menyusup ke apartemen, tak ada yang bisa meninggalkan apartemen sebelum menyelesaikan sepuluh misi darah. Bahkan bisa dikatakan hantu ini sendiri adalah bagian dari instruksi tulisan darah apartemen. Untuk menyelesaikan misi ini, satu-satunya cara adalah menemukan jalan keluar.
Akhirnya Mizhen mengajukan sebuah jalan keluar baru.
“Kakak Kelas, kumohon... jangan sampai terjadi apa-apa.” Kini Mizhen hanya bisa menggantungkan harapan pada pembatasan yang diberlakukan apartemen.
Meskipun ini adalah harapan pasif yang penuh keputusasaan, tidak ada pilihan selain terus berharap.
Sementara itu, di kamar mayat bawah tanah Rumah Sakit Zhengtian, Li Yin dan yang lain hanya bisa bertahan sementara. Siapa yang akan menjadi korban pembunuhan berikutnya? Setiap wajah dipenuhi ketakutan dan kecemasan. Kini, beberapa orang mulai melirik pasangan Yan Lang lagi. Meski sebelumnya Yan Lang menunjukkan perlawanan gigih, dalam pertarungan antara ketakutan terhadap Yan Lang dan ketakutan terhadap hantu, yang pertama perlahan mulai kalah.
Saat itu, Feng Yuxian perlahan mengeluarkan sebuah pisau dari kantong bajunya di belakang...
## Jilid XVIII Mantra Pengikat Jiwa Bab XIX Satu-satunya Kekasih
Hingga kini, Mizhen masih mengingat pagi berhawa salju itu.
Ketika dia dan Xiyue keluar dari asrama, mereka melihat Mian Tian yang tubuhnya telah tertutupi salju tebal.
Hari itu adalah sehari sebelum pelaksanaan instruksi tulisan darah kesepuluh. Mian Tian bersikeras untuk menemui Xiyue terakhir kali. Dia sangat sadar, ini mungkin pertemuan terakhir mereka.
Hari-hari menyakitkan di apartemen membuat jiwa hampir tak tertahankan. Namun kelembutan dan ketulusan Xiyue bagai sinar matahari yang menerobos kegelapan hati Mian Tian. Bersamanya, semua kesakitan seolah lenyap.
Namun sama seperti Mizhen, Mian Tian tahu dia tak boleh mengungkapkan perasaan pada Xiyue.
"Xiyue," seru Mian Tian sambil segera menghampiri ketika gadis itu muncul. Pria yang selalu dingin seperti es itu, untuk pertama kalinya menunjukkan senyuman.
"Mian Tian!" Xiyue terkejut, menggenggam tangan pria itu. "Kau... ada apa?"
"Aku sangat bahagia." Saat mengucapkan ini, Mizhen jelas melihat tetesan air mata panas mengalir dari mata Mian Tian. Obsesinya, cintanya, harapannya—semuanya ada di depan matanya.
Inilah alasan terkuat yang membuatnya bertahan sampai saat ini.
Mizhen tidak akan pernah melupakan pagi yang penuh salju itu. Karena itu, ketika Xiyue menanyakan namanya, dia langsung menjawab "Xuechen". Dia tidak bisa melupakan sorot mata Mian Tian, bahkan ketika terpuruk di neraka, dia tetap merindukan cahaya.
Namun pada akhirnya, dia tetap tidak bisa keluar dari apartemen.
Pertemuan terakhirnya dengan Xiyue sangat singkat, tidak lama. Saat itu, Xiyue dan Yan Lang sudah membunuh Wang Shaojie. Sekarang dipikir-pikir, Xiyue saat itu sudah mulai menyukai Yan Lang. Karena itu, hingga sekarang Mizhen masih merasa menyesal untuk Mian Tian. Tapi mungkin kebahagiaan Xiyue juga merupakan hal yang baik bagi Mian Tian.
Dalam pertemuan singkat dengan Xiyue, Mian Tian hanya mengucapkan beberapa kalimat.
Terlalu banyak bicara, dia takut akan kehilangan keberanian untuk menjalankan instruksi tulisan darah kesepuluh.
Hingga kini Mizhen tidak tahu apa yang diucapkan Mian Tian saat itu, dia tidak pernah bertanya setelahnya. Sedangkan Xiyue sudah menikah dengan Yan Lang, tidak pantas lagi untuk menanyakannya.
Jika kesetiaan dalam cinta bisa diwariskan secara genetik, maka gen itu pasti tertanam sangat dalam di tubuh kakak-beradik Mizhen dan Mian Tian. Alasan satu-satunya mengapa Mizhen tidak pernah curiga Li Yin mungkin termasuk penghuni yang telah digantikan...
Tidak, lebih tepat disebut harapan daripada alasan. Dia berharap Li Yin bukanlah penghuni yang telah digantikan. Bagaimanapun, dia tidak ingin hal itu terjadi.
Dan jika Li Yin benar-benar terbunuh dan digantikan, bagi Mizhen yang sudah tidak memiliki banyak waktu, dia tidak punya alasan untuk terus hidup. Bagaimanapun, harapan untuk menyelamatkan Mian Tian sejak awal sudah sangat tipis.
Karena itu dia menerima semua pengaturan yang diberikan Li Yin padanya. Jika Li Yin benar-benar mati, dia juga rela untuk dikubur hidup-hidup. Jadi dia sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan "Li Yin tewas" dalam membuat asumsi dan rencana, karena hanya dengan premis ini masih ada alasan baginya untuk terus bertahan hidup.
Hanya itu saja.
Saat ini, pandangan semua orang tertancap pada Yan Lang dan Xi Yue. Udara dipenuhi bau mesiu. Bisa dikatakan semua pihak sedang mengumpulkan tenaga, menunggu kesempatan. Begitu Yan Lang menunjukkan celah sekecil apapun, mereka akan langsung menerjang untuk membunuh pasangan suami istri ini.
Sekalipun Yan Lang berkali-kali menyatakan dirinya bukan pelaku, orang-orang ini tetap tidak akan percaya. Menyadari hal ini, Yan Lang tidak membuang-buang tenaga berdebat. Dia telah menghunus pisau belati di depan tubuhnya, sorot matanya penuh niat membunuh, berdiri menghalangi di depan Xi Yue. Jelas terlihat, siapapun yang berani mengincar mereka berdua, dia pasti akan bertarung mati-matian.
Feng Yuxian dan Yuan Qidong masing-masing berdiri di sisi yang berlawanan, terus memantau gerak-gerik Yan Lang. Shen Yu justru duduk menyaksikan pertarungan macan dari atas bukit, sambil terus mengamati Li Yin. Li Yin juga sangat paham betapa gentingnya situasi saat ini. Sekalipun dia mencoba menjadi penengah, kecil kemungkinan bisa meredakan ketegangan. Apalagi, meski menganggap kemungkinannya kecil, dia tidak bisa menyangkal bahwa membunuh pasangan Yan Lang memang berpotensi menjadi jalan keluar.
Sedangkan Feng Yuxian dan Yuan Qidong sepertinya juga menyadari bahwa Xiyue adalah titik lemah Yan Lang. Jika mereka bisa mengendalikan Xiyue, berarti mereka telah mengendalikan Yan Lang. Namun di sisi lain, Xiyue juga adalah "sisik terbalik" Yan Lang. Jika Xiyue sampai terluka, Yan Lang mungkin akan membunuh mereka meski harus mengorbankan nyawanya sendiri. Inilah alasan mengapa Feng Yuxian dan Yuan Qidong belum bertindak. Meski tak ada yang berbicara, pertukaran sorot mata terus terjadi. Jelas terlihat bahwa membunuh Yan Lang dan Qian Xiyue sekaligus adalah solusi terbaik saat ini.
Xiyue sudah terlalu ketakutan hingga tak bisa bicara, sementara sorot mata penuh amarah Yan Lang terus bergantian mengawasi Feng Yuxian dan Yuan Qidong. Dengan suara menggertak ia berkata: "Aku tahu apa yang kalian pikirkan! Tapi jika berani menyentuh aku dan Xiyue, aku akan membuat kalian mati dengan sangat menyakitkan!"
Yan Lang patut bersyukur bahwa kali ini Shangguan Mian tidak ikut dalam misi darah. Jika tidak, mungkin saat ini dia sudah menjadi jenazah. Bahkan mayatnya pasti tidak akan utuh.
Li Yin akhirnya tidak bisa lagi menahan diri. Ia mendekati Yan Lang dan berkata tegas: "Feng Yuxian, Yuan Qidong! Jangan gegabah. Kalian pikir dengan membunuh mereka kalian bisa bertahan hidup? Ingat, jika mereka mati, mungkin akan memicu jalan kematian yang lebih mengerikan. Kita tidak boleh berpisah lebih dari 100 meter dari mereka. Jika mereka menjadi roh jahat yang lebih menakutkan setelah dibunuh, tahukah kalian konsekuensinya?"
"Kalimat Li Yin ini membuat otot wajah Yuan Qidong langsung berkedut, jelas kata-kata Li Yin benar-benar membuatnya gentar. Feng Yuxian juga mengembalikan pisau di belakangnya."
"Memang, kemungkinan memicu jalan kematian dengan membunuh pasangan suami istri jauh lebih tinggi daripada menemukan jalan keluar. Setelah Li Yin mengemukakan hal ini, semua orang tidak bisa mengabaikan perkataannya."
"Aku juga setuju dengan pendapat Li Yin," Shen Yu yang selama ini diam akhirnya berbicara: "Terus terang, kalian pikir dengan begini kita bisa bertahan hidup? Jalan keluar tidak semudah itu ditemukan."
"Feng Yuxian menghantam dinding dengan tinjunya, lalu terjatuh ke lantai sambil terengah-engah. Yan Lang jelas-jelas lega, mengusap keringat di dahinya, meletakkan tangan di bahu kanan Li Yin: "Terima kasih, Li Yin.""
"Kita kan rekan sekelas, tidak perlu berterima kasih."
"Kesunyian kembali bertahan sebentar sebelum akhirnya seseorang kembali berbicara."
"Yang berbicara adalah Feng Yuxian: "Li Yin, bukankah ini sudah jam kerja? Kamar jenazah yang dikunci pasti akan ditemukan dan dibuka orang, kan?""
"Namun kenyataannya tidak mungkin."
"Li Yin dan yang lain tidak tahu bahwa dua jenazah perawat sudah menghilang. Kamar jenazah di gedung medis ini jarang digunakan."
"Mereka ditakdirkan terus terperangkap di tempat ini."
Setelah menunggu lebih dari dua jam lagi, mendekati pukul delapan pagi, tetap tidak ada yang masuk ke sini. Kesabaran semua orang akhirnya habis. Sepertinya, tidak ada cara untuk keluar dengan metode ini.
"Sialan!" Yuan Qidong berdiri sambil bergumam marah, "Aku akan nekat! Mari coba gunakan lift itu untuk kembali ke atas! Bagaimana menurut kalian?"
Mereka saling pandang. Li Yin menggelengkan kepala, "Ini terlalu berbahaya. Meski kamu sampai di atas, tidak akan lebih aman."
"Tapi di tempat ini, kemana kita bisa bersembunyi? Masih ada lebih dari 16 jam sebelum misi darah berakhir! Dengan waktu selama ini, berapa kali kita bisa mati?"
Keresahan Yuan Qidong bisa dimengerti, tapi Li Yin tetap bertahan pada pendiriannya. Lift, cermin, dan bangunan tinggi adalah tiga hal yang paling tabu saat menjalankan misi darah. Dalam rapat evaluasi misi darah apartemen mingguan, Li Yin selalu menekankan hal ini berulang kali kepada penghuni baru. Sekarang pun dia tetap bersikukuh dengan prinsip ini.
Yuan Qidong belum menyerah. Ia melihat penghuni lain, "Bagaimana pendapat kalian? Apakah kita hanya menunggu mati? Mungkin kita benar-benar bisa keluar melalui lift!"
"Aku tidak mau mempertaruhkan nyawa dalam perjudian." Feng Yuxian menggeleng, "Kalau mau pergi, silakan sendiri."
“Aku juga berpikir begitu.” Shen Yu juga menyatakan pendapat yang menentang: “Bagian dalam lift terlalu berbahaya. Dengan sengaja memasuki situasi yang jelas-jelas mematikan, itu sama sekali bukan hal yang seharusnya kita lakukan. Apalagi naik ke atas belum tentu aman, kalian juga harus menyadari hal ini kan?”
Yan Lang bahkan lebih keras menentang: “Aku juga setuju. Dulu di dalam lift, aku pernah mengalami hal mengerikan seperti ini. Bagaimanapun, aku tidak ingin mengalaminya lagi.”
Suasana seketika menjadi tegang. Jelas terlihat tidak ada yang mau mengambil risiko seperti itu. Apalagi ini adalah lift kamar mayat, hanya membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding. Lagipula, di sini tidak ada ateis yang eksis.
Yuan Qidong yang melihat tidak ada yang kooperatif, menggigit gigi kesal. Dia berkata: “Kalian semua, setelah masuk ke apartemen ini, bagaimana mungkin tidak mengambil risiko? Bisa jadi lift itu adalah jalan keluar?”
Namun, yang lainnya tetap tidak bergeming.
Tanpa cara lain, Yuan Qidong terpaksa duduk kembali.
Waktu berikutnya, semua orang terus berdiskusi tentang jalan keluar. Berkat tekanan dari Li Yin, untuk sementara mereka menahan keinginan untuk membunuh pasangan Yan Lang. Tapi jika jalan keluar tetap tidak ditemukan, kerusuhan pasti akan terjadi lagi.
Masalah terbesar sekarang adalah: Bagaimana sebenarnya Wang Shaojie dan yang lainnya mati?
Meskipun semua mencurigai pasangan Yan Lang terlibat kuat, penyangkalan mereka berarti kasus ini belum final. Fakta yang tak terbantahkan adalah Wang Shaojie memang memiliki banyak musuh.
"Hanya saja, hanya mengandalkan petunjuk yang ada, bagaimanapun dilihat, tidak mungkin menemukan siapa pembunuh sebenarnya." Tapi dengan hantu Wang Shaojie yang membalas dendam, bagaimanapun dipikirkan, yang paling mungkin menjadi pelaku adalah Yan Lang dan Qian Xiyue. Namun, karena perkataan Li Yin, para penghuni yang takut ini akan memicu jalan kematian pun tidak berani bertindak.
Hanya saja, ketakutan ini sangat rapuh. Begitu berada di situasi genting, para penghuni mungkin akan mempertaruhkan nyawa, bahkan jika harus memicu jalan kematian. Begitu saat itu tiba...
Diskusi berlangsung hingga hampir tengah hari, semua orang sudah kehausan bicara. Sudah hampir enam jam sejak kematian Huo He. Sekarang, mungkin akan dimulai gelombang pembunuhan baru.
Siapakah korban ketiga?
Mereka saling memandang dengan tegang yang semakin menjadi-jadi.
"Benar-benar bukan kalian?" Yuan Qidong menatap garang ke arah Yan Lang, bertanya lagi: "Jika bukan, mengapa Wang Shaojie membalas dendam pada kalian?"
"Dari mana aku tahu?" Yan Lang membalas dingin: "Percaya atau tidak terserah."
"Kau!" Yuan Qidong saat ini wajahnya penuh kebengisan, nafsu membunuh mendidih di dadanya. Jika bukan karena takut membunuhnya akan memicu jalan kematian, dia pasti akan mengerahkan segala cara. Bagaimanapun, setelah melihat kematian misterius Li Fen dan Huo He, siapapun akan ketakutan hingga rela menjual rohnya pada iblis demi jalan keluar, bahkan melakukan perbuatan keji melampaui batas moral sekalipun.
"Orang seperti ini, dalam sejarah apartemen, bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir."
"Saat ini, tetap tidak bisa membahas jalan keluar, tidak bisa menggunakan lift untuk pergi dari sini, tidak bisa melakukan apapun pada pasangan Yan Lang, apalagi melawan hantu. Yuan Qidong benar-benar merasa akan mengalami breakdown."
"Berdasarkan perkembangan situasi saat ini, jelas hanya tinggal menunggu kematian. Bahkan Li Yin, yang sudah mengeratkan giginya, tatapannya pada Yan Lang mulai menunjukkan ketidaksukaan."
"Bagaimanapun, saat ini sama sekali tidak bisa menyimpulkan jalan keluar dari petunjuk apapun."
"Tepat ketika semua orang dalam keadaan tegang, tiba-tiba ponsel Li Yin berdering! Dia segera mengambil ponsel dan mengangkatnya, dan panggilan itu... masih dari ponsel Wang Shaojie!"
"Meletakkan ponsel di telinga, mulai mendengarkan. Kemudian, terdengar suara "Bang", "Bang", "Bang", "Bang" yang keras dari ponsel. Sepertinya suara sesuatu yang terus-menerus ditabrakkan. Suara ini membuat bulu kuduk meremang, Li Yin segera mematikan telepon."
"Tapi, tak lama kemudian..."
"Bang"! "Bang"! "Bang"! "Bang"
"Suara itu masih terdengar dari tempat yang sangat dekat!"
"Semua orang segera bersiap untuk pergi, tapi tidak yakin dari mana suara itu berasal. Dan suara itu, semakin lama semakin keras."
"Bang"! "Bang"! "Bang"!
"Yan Lang menggenggam tangan Xi Yue, merapatkan pisau belati di tangannya, perlahan mundur selangkah demi selangkah. Suara itu, sepertinya sangat dekat, sangat dekat."
Saat itu, mereka melewati pintu ruang mayat. Li Yin langsung melihat di dalam ruang mayat tersebut, seorang pria sedang dicengkeram lehernya oleh satu tangan, lalu terus-menerus dihantamkan ke dinding di depannya! Dahi pria itu sudah penuh darah, tapi tetap terus dihantamkan ke dinding! Lengan tangan yang mencengkeramnya memiliki tato naga merah darah yang jelas!
"Xue, Xue Long!" Yan Lang berteriak kaget. Saat diamati lebih dekat, pria itu ternyata...
Yuan Qidong!
Mereka segera menoleh ke belakang. Yuan Qidong yang tadinya di belakang telah menghilang tanpa jejak. Baru sekarang mereka sadar, saat telepon masuk tadi, sepertinya tidak ada yang melihat Yuan Qidong!
Kapan dia masuk ke ruang mayat ini?
Tanpa perlu komando, mereka kembali berlari kencang di ruang bawah tanah sempit ini, melanjutkan perjalanan menyelamatkan nyawa. Beberapa jam lagi, pembunuhan baru akan terjadi...
## Jilid 18 Mantra Pencabut Nyawa Bab 20 Jalan Keluar yang Tak Terlihat
Di apartemen.
Ziye hampir tidak tidur semalaman. Ponsel di tangannya sudah tak terhitung berapa kali melakukan panggilan. Sekarang wajahnya tampak pucat lesu, seolah menua beberapa tahun. Saat ini Xingchen, Yin Ye, Yinyu menemani-nya, bersama Kamya Sayoko yang juga datang.
Ziye duduk seperti patung lilin. Ekspresinya datar tanpa emosi. Matanya bagai kolam air mati, kedua tangan terjalin erat. Dia hanya duduk termenung seperti ini sejak kemarin malam, tanpa makan sesuap pun atau minum setetes air.
"Dalam situasi seperti ini, segala kata-kata penghiburan menjadi sia-sia." Semua orang memahami betul ikatan hidup-mati antara Li Yin dan Ziye, semua juga tahu bahwa kehilangan satu sama lain akan menghancurkan keyakinan dan keberanian mereka untuk bertahan hidup.
Sampai saat ini, masih belum ada cara untuk menghubungi Li Yin. Begitu juga dengan yang lain, meski detail situasinya tidak diketahui, kondisi saat ini tidak bisa dikatakan optimis maupun pesimis.
"Cukup." Ziye tiba-tiba mengangkat kepala bangkit dari sofa, matanya kembali berbinar seolah telah mengambil keputusan penting.
"Cukup? Apa yang cukup?" Kamya Sayoko yang duduk di hadapannya bertanya dengan nada curiga: "Apa kamu memikirkan sesuatu?"
"Aku akan ke kampus Li Yin." Ziye mengagetkan dengan pernyataannya: "Jika terus duduk di sini, aku akan gila dan breakdown. Hanya dengan pergi ke sana, mungkin bisa menemukan petunjuk jalan keluar yang ditinggalkan apartemen. Jika bisa menemukan jalan keluar itu..."
"Hei!" Kamya Sayoko segera membentak: "Apa kamu sadar betul, Ying Ziyue? Kamu tahu ini betapa berbahayanya? Jika pergi ke sana, ada hantu..."
"Aku tahu." Ziye menjawab tanpa ekspresi: "Sudah kupikirkan ratusan, ribuan, jutaan kali. Tapi jika untuk Li Yin, bahaya seperti ini tidak berarti. Lagipula, bukankah apartemen memastikan penghuni tetap dalam radius 100 meter dari Yan Lang dan Qian Xiyue? Itu membuktikan area di luarnya aman."
“Memang begitu katanya, tapi……” Saat Kamya Sayoko hendak mengatakan sesuatu lagi, suaranya terpotong oleh teriakan: “Bagus! Ying Ziyue, kau berani! Aku salut! Aku ikut denganmu!”
Yang berbicara itu tak disangka adalah Xingchen!
Dengan semangat menggebu, dia berkata: “Shen Yu sekarang status hidup-matinya tidak jelas, jadi aku juga tidak bisa diam di sini. Bagaimanapun aku harus menyelamatkannya, pasti harus menyelamatkannya!”
Pernyataan berturut-turut dari Ziye dan Xingchen membuat semua orang saling pandang. Di tengah masyarakat yang materialistis ini, apalagi di apartemen mengerikan nan kejam ini, ternyata muncul adegan mengharukan seperti ini.
“Jangan buang waktu, cepat berangkat!” Xingchen menggigit bibirnya: “Aku takut jika lama-lama, keberanianku akan luntur!”
“Baik, kita berangkat.”
Maka Xingchen dan Ziye memutuskan untuk menuju almamater Li Yin – Jin Yu College! Sebuah akademi ekonomi. Setelah melihat peta dan rute transportasi di internet, mereka segera mempersiapkan keberangkatan. Untuk jaga-jaga, tentu saja mereka membawa senjata.
“Kalian benar-benar yakin?”
Di depan pintu apartemen, Yin Ye yang selama ini diam akhirnya bersuara: “Kau tahu konsekuensi pergi ke sana? Itu tempat Wang Shaojie dan kawan-kawannya tewas. Mendekati area itu...”
“Aku tahu.” Ziye menjawab dengan suara tegas: “Tapi aku tidak bisa tinggal diam melihat Li Yin mati. Saat seperti ini...”
“Baiklah. Segera hubungi aku dan Yinyu, juga Nyonya Kamya.”
“Ziye, kamu benar-benar akan pergi?” Di samping Yin Ye, Yinyu menunjukkan ekspresi khawatir. Dia masih berusaha membujuk: “Li Yin telah melewati tujuh instruksi tulisan darah, dia Loushang apartemen ini. Pasti dia bisa menemukan jalan keluar.”
Namun Ziye hanya tersenyum tipis, berkata: “Terima kasih, Yinyu. Tapi aku harus pergi. Sudah kupikirkan, aku harus melakukan sesuatu untuk Li Yin.”
Setelah mengatakan itu, dia menoleh ke belakang dan pergi bersama Xingchen.
Memandang bayangan kedua orang itu menghilang dari pandangan, Yin Ye, Yinyu, dan Kamya Sayoko tetap berdiri lama di tempat. Setelah beberapa saat, Kamya Sayoko akhirnya memecah keheningan.
“Untuk... cinta?” Kalimat Kamya Sayoko ini diucapkan dalam bahasa Jepang: “Cinta, apakah sepenting itu? Perlukah bertahan dan bersikeras sampai sejauh ini?”
“Apa yang kamu katakan tadi?” Yinyu mendengar kalimat berbahasa Jepang itu bertanya: “Apa artinya?”
“Tidak ada.” Kamya Sayoko menggelengkan kepala.
Ziye dan Xingchen yang telah meninggalkan apartemen, wajah mereka dipenuhi tekad bulat, bagaikan pejuang yang siap mati menuju medan pertempuran.
“Data garis besarnya sudah dikuasai?”
Setelah duduk, Ziye membuka buku catatan di tangannya berisi data yang dikumpulkan Li Fen. Tangannya mencengkeram erat buku itu, menatap setiap detail dan poin penting dengan saksama.
“Hm.” Xingchen juga mengeluarkan sebuah buku catatan, berkata: “Tentang kematian Wang Shaojie, Xue Long, Luo Ziqiang, Zheng Hua keempat orang ini, pada dasarnya sudah...”
"Jika memungkinkan, aku ingin mengonfirmasi kembali kesaksian Wen Qian." Ziye tiba-tiba memotong pembicaraan Xingchen: "Pada hari itu, meskipun aku sendiri mendengar Wen Qian menyebut Yan Lang sebagai tersangka yang mengatakan akan bertemu dengannya pada hari Wang Shaojie dibunuh, tapi aku ingin memastikan sekali lagi... kesaksiannya."
"Mengonfirmasi? Tapi, dimana alamat Wen Qian?" Xingchen buru-buru bertanya: "Siapa yang tahu alamatnya, atau setidaknya nomor teleponnya?"
Ziye menatap catatannya, mulai memeriksa dengan seksama. Akhirnya dia terpaksa mengakui: "Tidak ada cara untuk mengetahuinya. Nomor telepon dan alamat Wen Qian sama sekali tidak kuketahui. Hanya Li Yin sendiri yang tahu informasi ini."
Suasana pun langsung menjadi muram. Jika tidak bisa menemukan Wen Qian, berarti mustahil mendapatkan informasi lebih lanjut. Setiap menit yang berlalu akan memperburuk situasi.
"Pergi ke Universitas Jinyu dulu." Ziye mengambil keputusan: "Lalu ke organisasi mahasiswa, mencari kontak lulusan di sana. Ini cara terbaik saat ini. Kesaksian Wen Qian sangat krusial. Bagaimanapun juga, kita harus mengonfirmasi detail kesaksiannya kembali."
Saat itu, di kamar mayat bawah tanah Rumah Sakit Zhengtian.
"Aku... aku tidak sanggup lagi..."
Xiyue berjongkok di lantai, satu tangan menopang dinding, wajahnya basah oleh bekas air mata. Jelas dia sudah mencapai batasnya. Meskipun Yan Lang terus mendukungnya dan waspada terhadap Li Yin, Shen Yu, dan Feng Yuxian di sekitarnya, tapi dia juga merasakan mentalnya hampir breakdown. Jika terus begini, mereka hanya bisa menunggu kematian tanpa kemungkinan mengubah takdir!
“Xi Yue!” Li Yin segera membantu menopangnya sambil memeriksa denyut nadinya. Jika emosinya terlalu bergejolak, bisa saja terjadi keguguran. Di tempat terkunci ini, konsekuensinya akan sangat mengerikan jika hal itu terjadi.
Apa yang harus dilakukan?
Bagaimana sebenarnya cara memecahkan misi darah ini? Adakah jalan keluar?
“Wang Shaojie!” Tiba-tiba Xi Yue berhenti menangis dan berteriak ke udara kosong di depannya: "Baik! Aku menyerah, aku benar-benar menyerah padamu! Kumohon, lepaskan kami! Kau sudah puas kan? Sudah kau dorong kami sampai sejauh ini, kau puas kan? Aku... aku mohon, aku benar-benar memohon! Aku tidak ingin mati, aku ingin menyelamatkan anak kami, dan Yan Lang... kumohon..."
Yan Lang tahu, istri yang tabah seperti ini pasti sedang mengalami penderitaan luar biasa hingga mau merengek pada iblis itu!
“Xi Yue...” Melihat istrinya seperti itu, Yan Lang langsung berlutut di lantai dan membenturkan kepalanya ke lantai, “Aku juga memohon padamu, Wang Shaojie! Setidaknya lepaskan Xi Yue! Kumohon lepaskan dia!”
Pasangan suami istri Yan Lang ini telah mengorbankan semua harga diri, hanya mengharapkan jalan keluar. Bahkan merangkak memohon pada iblis pun mereka lakukan. Mereka menyadari ketidakberdayaan diri sendiri. Sekuat apapun tekad manusia, di titik ini pasti akan goyah. Tapi apakah tindakan seperti ini bisa meluluhkan hantu? Mustahil.
Kepala Li Yin bersandar di dinding. Pikirannya sedang kacau balau, dia perlu mengatur kembali semuanya.
Jalan keluar itu apa? Apa? Apa?
“Kalian sudah mengakui?”
“Tiba-tiba suara dingin terdengar. Feng Yuxian menatap dingin kedua orang itu sambil berkata, "Apakah ini berarti kalian mengakui telah membunuh? Mengakui bahwa Wang Shaojie dibunuh oleh kalian?"”
Yan Lang mengangkat kepala. Dahinya sudah terluka hingga berdarah, namun matanya masih memancarkan cahaya dingin saat menatap Feng Yuxian, “Benar! Kamilah pelakunya! Aku yang membunuhnya! Iblis bernama Wang Shaojie itu, tahukah kau apa yang dia lakukan pada Xiyue? Mengaku mencintainya tapi memperlakukannya seperti mainan, bahkan ingin memperkosanya bergiliran dengan gerombolan 'teman'-nya! Dia sama sekali tidak menganggap kami sebagai manusia. Karena punya orang tua seperti itu, kami dianggapnya seperti rumput kering di matanya!””
“Jadi kubunuh dia! Dia, Xue Long, Luo Ziqiang, Zheng Hua – semua pantas mati!””
Namun saat kata-kata itu terucap, sebilah pisau belati tiba-tiba menyambar. Feng Yuxian melesat ke depan dan menebas dari atas kepala Yan Lang! Yan Lang yang kaget segera menghindar, bahunya langsung terluka goresan darah.
Feng Yuxian sama sekali tidak ragu. Pisau belati itu berbelok dan langsung menghujam ke dada Yan Lang! Xiyue yang rohnya nyaris tercerai-berai segera berusaha merebut pisau, namun Feng Yuxian hanya fokus menyerang Yan Lang.
“Berhenti!”
“Suara menggelegar seperti guntur bergema, Li Yin berlari memeluk Feng Yuxian dan menariknya paksa. Namun pria itu masih mengayunkan pisau belatinya, dengan niat membunuh yang mengerikan: "Kalian semua! Kalian biang kerok! Kalian yang membunuh, mengapa kami yang harus menanggung? Mengapa! Mengapa!"”
“Li Yin berusaha mati-matian menahan Feng Yuxian, tapi tenaga pria itu terlalu besar. Saat ini, dia sudah tidak peduli apapun.”
“Kalian berdua pantas mati!”
“Kalian pantas mati!”
“Kutukan terakhir Feng Yuxian menggema di telinga Yan Lang dan Xi Yue. Kini jelas, keseimbangan rapuh itu telah runtuh. Sampai di titik ini, tidak ada jalan mundur lagi.”
“Yan Lang, lukamu...” Xi Yue panik segera memeriksa luka di bahu Yan Lang. Tebasan pisau itu sangat dalam, darah terus mengalir keluar membuat orang merinding melihatnya.”
“Persis saat pertikaian memuncak, tiba-tiba terdengar suara 'ding' yang nyaring. Dari kejauhan, suara pintu lift yang terbuka bergema.”
“Kemudian pintu lift menutup kembali.”
“Seketika semua orang terdiam. Tanpa disadari, mereka sudah berada begitu dekat dengan lift!”
## Jilid XVIII Mantra Perangkap Jiwa BAB XXI Sangkar Iblis
“Kampus Jin Yu yang terletak di Jalan Fengzhen, pusat kota Distrik Baiyan, memiliki area kampus yang sangat luas dan terkenal sebagai perguruan tinggi ekonomi. Transportasi di sana juga sangat mudah, hanya perlu kurang dari setengah jam dengan metro.”
"Berdasarkan petunjuk peta, setelah tiba di Jalan Yuanyang dengan metro, berjalan kaki sekitar seribu meter akan sampai di Kampus Jinyu." Saat ini, Ziye dan Xingchen duduk di dalam metro, tiba-tiba kedua orang itu sama-sama diam membisu, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Bagaimanapun juga, yang harus mereka lakukan adalah situasi yang sangat berbahaya. Sampai saat ini, tidak ada penghuni yang tahu apa yang akan terjadi jika penghuni non-pelaksana misi darah terlibat dalam misi darah. Sebelumnya pernah ada preseden, saat Yin Ye menyelamatkan Yinyu ke Kota Zhiyong. Tapi misi darah saat itu sepenuhnya dilaksanakan dalam mimpi, sehingga tidak menyebabkan kerugian apapun bagi Yin Ye. Namun, situasi sekarang sama sekali berbeda dengan saat itu.
Yang akan dihadapi kali ini adalah hantu iblis yang benar-benar bisa membunuh di dunia nyata! Mendekati lokasi kematian mereka, bahkan melakukan penyelidikan langsung, situasi apa yang akan terjadi? Apartemen mungkin sama sekali tidak akan memberlakukan pembatasan apapun.
Hanya tinggal satu halte lagi menuju tujuan.
"Kalau takut, kamu bisa pulang dulu." Ziye saat ini duduk tegak, sorot matanya tanpa sedikit pun rasa takut, berkata datar: "Napasmu jadi lebih berat, tubuhmu juga gemetar hebat. Jika kamu takut kembalilah ke apartemen, ini bukan hal memalukan, sangat wajar."
"Jangan bicara lagi!" Xingchen menggenggam erat-erat tinjunya, matanya memancarkan kilatan kejam sambil mengatupkan gigi: "Aku sudah memutuskan, jika Shen Yu mati, apa lagi nilai bertahan hidupku di apartemen? Ying Ziye, bukankah kamu juga sama? Jika Li Yin mengalami sesuatu..."
Mata Ziye jelas bergetar beberapa kali saat mendengar kalimat ini. Tangannya saling merangkai jari-jemari, namun tekanan di antara jari-jemari itu begitu kencang hingga telapak tangannya memerah.
"Stasiun Yuan Yang Lu. Stasiun ini terhubung dengan Kota Buku Yue Yang, Kampus Jin Yu..."
Pintu metro terbuka. Ziye dan Xingchen segera bangkit berdiri, berjalan berdampingan keluar. Kini, mereka akan memasuki sarang iblis, kastil kegelapan yang menjadi jalan tanpa ujung yang tak akan kembali!
Kampus Jin Yu terletak di persimpangan Jalan Feng Zhen. Gerbang utama kampus menghadap langsung ke persimpangan jalan empat arah dengan lebar gerbang sekitar tiga puluh meter. Memasuki area kampus, terlihat hamparan hijau pepohonan dan para mahasiswa yang lalu lalang. Suasana akademis yang kental di kampus ini berhasil mengusir bayang-bayang kelabu di tengah teriknya mentari siang. Ziye dan Xingchen pun telah melangkahkan kaki ke dalam kampus tersebut.
"Kita cari anggota OSIS dulu?" tanya Xingchen sambil melirik: "Atau langsung ke auditorium tua itu?"
"Ke OSIS saja," Ziye menjawab tegas: "Memverifikasi kesaksian Wen Qian adalah prioritas. Bagaimanapun dia memegang kunci petunjuk penting. Kebenaran ucapannya akan sangat mempengaruhi penyelidikan."
"Jika perkataannya benar, kita bisa pahami alasan Yan Lang membunuh Wang Shaojie. Tapi kenapa Qian Xiyue berani memberikan kesaksian palsu untuknya? Apakah benar karena mereka sedang berpacaran? Tapi menurut penuturan Li Yin sebelumnya, hampir tidak ada interaksi antara mereka berdua. Tiba-tiba jatuh cinta sampai rela berbohong untuknya?"
“Apa pendapatmu? Bian Xingchen?”
“Jika menurutku… Kurasa begini, saat itu Qian Xiyue dan Yan Lang mungkin bersekongkol membunuh Wang Shaojie, Xue Long dan lainnya. Menurut masa lalu buruk Wang Shaojie yang penuh noda, dia mungkin juga melakukan hal-hal kejam pada Qian Xiyue. Keduanya memiliki musuh bersama, jadi mereka bersekongkol untuk membunuh. Karena berbagi rahasia pembunuhan, mereka menjadi komunitas takdir lalu menikah. Tentu, mungkin juga muncul perasaan sesungguhnya.”
Langkah Ziye terhenti sejenak, melanjutkan: “Mungkin. Tapi tetap harus memverifikasi kesaksian Wen Qian dulu. Banyak kemungkinan, tapi tanpa konfirmasi kebenaran hanya omong kosong. Untuk menyelamatkan Li Yin, dibutuhkan bukti konkret.”
“Aku juga berpikir begitu.”
Setelah mencari informasi, kantor OSIS terletak di Gedung Perkuliahan keempat. Mereka berbelok melewati jalan setapak rimbun, lalu melihat gedung perkuliahan berdiri di depan.
“Ini tempatnya kan?” Xingchen melihat angka besar “4” di fasad gedung.
Namun saat mendekat, entah khayalan atau tidak, sekitar terasa lebih sepi. Suasana juga seperti lebih sunyi.
Ini sepertinya pertanda buruk.
Ziye dan Xingchen memasuki Gedung 4, lalu menuju lift di sebelah kiri pintu masuk.
“Tunggu!” Xingchen tiba-tiba berhenti, berkata: “Ying Ziyue, kurasa lebih baik tidak naik lift, terlalu berbahaya. Lebih baik lewat tangga. Ya, lewat tangga.”
Ziye melihat pintu lift di depannya, lalu mundur beberapa langkah sambil berkata: "Kamu benar, lebih baik kita lewat tangga. Tapi, tangga juga belum tentu aman."
"Ya... Semoga tidak ada masalah."
Di saat yang sama, Li Yin dan yang lain berlari kencang di ruang jenazah bawah tanah. Mengingat ruangannya sangat sempit, lama-lama mereka semua mulai kelelahan. Ruang jenazah bawah tanah yang terkunci ini bagai penjara keputusasaan. Tanpa menemukan jalan keluar, kematian seluruh anggota hanyalah masalah waktu!
Semua orang kini memandang penuh harap ke Shen Yu dan Li Yin. Hanya kedua orang ini yang bisa kembali ke apartemen setelah tengah malam pukul 00:00. Satu-satunya harapan mereka adalah menumpang gratis pulang bersama.
Namun sebenarnya Li Yin tidak bisa teleportasi kembali, karena bagi dia ini sebenarnya instruksi tulisan darah kelima. Catatan pelaksanaan instruksi tulisan darah kelima hingga ketujuh yang dia jalani sebelumnya terpaksa dihapus untuk menghilangkan instruksi tulisan darah Ziye dulu. Orang lain mengira dia sedang menjalani instruksi tulisan darah kedelapan, padahal ini sebenarnya yang kelima. Tapi Shen Yu berbeda. Sebagai penghuni yang dengan sukarela masuk ke apartemen, dia mendapat hak istimewa untuk otomatis kembali ke apartemen setiap kali menyelesaikan instruksi tulisan darah. Hak istimewa ini sangat meningkatkan jaminan keselamatan penghuni.
Jika tidak bisa kabur, setidaknya kita harus melindungi nyawa Shen Yu! Itulah satu-satunya pikiran Li Yin saat ini. Untungnya, dia masih hidup. Tapi siapa korban berikutnya? Feng Yuxian, Shen Yu, atau... dirinya sendiri?
Li Yin tidak pernah merasa selemah ini sebelumnya. Di depan matanya, Yan Lang dan Qian Xiyue adalah teman sekuliahnya. Mungkin perasaannya terhadap Yan Lang agak dingin, tapi Xiyue adalah sahabatnya dulu. Bagaimana mungkin dia membiarkan Feng Yuxian membunuh mereka? Namun jika membunuh mereka benar-benar merupakan jalan keluar, Li Yin juga tidak bisa menjamin dirinya tidak akan melakukannya.
Semua orang berhenti di sebuah koridor. Melihat tidak ada yang mengejar, mereka pun bersandar di dinding. Kini, lift telah dipastikan sebagai jalan kematian mutlak. Tidak ada yang berani mencobanya lagi. Sekarang masalahnya adalah apakah akan membunuh pasangan Yan Lang atau tidak. Tentu saja kedua orang ini juga tidak akan tinggal diam.
Li Yin menghampiri Shen Yu, memutuskan untuk melindunginya terlebih dahulu. Bagaimanapun juga, Shen Yu adalah kunci keberlangsungan hidup semua orang. Bagaimanapun caranya, dia tidak boleh sampai mengalami insiden. Jika dia mati, para penghuni tidak akan punya jalan mundur sama sekali.
Kemudian dia menatap Yan Lang dan Xiyue dengan serius: "Jelaskan secara detail proses kalian membunuh Wang Shaojie dan yang lain. Dari perkataanmu tadi, berarti Wang Shaojie dan kawan-kawannya saat itu ingin memperkosa Xiyue secara bergiliran, sehingga kalian membunuh mereka? Tapi kenapa saat itu kamu ada di sana? Bagaimana caramu membunuh empat orang sekaligus?"
Sambil itu, dia juga berkata pada Feng Yuxian yang sedang mengawasi dengan tajam: "Dan Feng Yuxian, kuperjelas padamu, jangan sakiti mereka setidaknya sampai situasi dimengerti. Coba pikir, jika aku bersatu dengan Yan Lang, mana yang lebih mungkin: kamu membunuh kami, atau aku membunuh kalian?"
Feng Yuxian saat ini tampaknya juga menyadari bahwa dengan Li Yin menghalangi, membunuh Yan Lang bukan perkara mudah. Dengan geram ia menyimpan pisau belatinya dan duduk di samping. Yan Lang yang terengah-engah mengusap keringat deras di dahinya, kini ia seolah bertaruh nyawa untuk bertahan dari mental breakdown.
"Kau mau aku mengungkap kebenaran?" Yan Lang mengejek. "Kebenaran apa? Li Yin, jika kau tahu, bukankah kau juga akan membunuh kami berdua? Xiyue sekarang tak berdaya! Tanpa aku, membunuhnya semudah membalik telapak tangan! Jangan berpura-pura suci, aku memang membunuh empat sampah itu! Beraninya kau bunuh aku? Satu kubunuh, dua kubantai! Aku sudah untung! Siapa yang berani sentuh Xiyue, bahkan dewa langit pun akan kutebas sebelum mati!"
"Yan Lang, kau harus pahami bahwa menemukan 'jalan keluar' adalah satu-satunya harapan. Setiap ucapanmu bisa jadi informasi penting! Apapun yang terjadi, pahami ini! Jika kita saling serang sekarang, itu hanya menguntungkan musuh!"
Li Yin berusaha meyakinkan Yan Lang. Dalam situasi genting ini, kedua belah pihak berada di ambang konflik terbuka. Tiba-tiba ia tersadar: tujuan mengurung mereka di ruang bawah tanah ini mungkin juga untuk mencegah pasangan Yan Lang menjauh lebih dari 100 meter, memastikan 'misi darah' bisa terus berjalan.
Ini membuat Li Yin semakin yakin bahwa lift pasti adalah jalan kematian. Bahkan jika ada kemungkinan itu jalan keluar, tidak ada yang berani mempertaruhkan nyawa untuk membuktikannya.
Yan Lang tampaknya juga terpengaruh oleh kalimat "menyakitkan bagi yang dicintai dan menyenangkan bagi musuh". Dia tahu bahwa target kebencian utama saat ini adalah Wang Shaojie! Karena itu, dia sementara menurunkan pisau belati dan berkata: "Baiklah. Ceritanya begini..."
Kemudian, dia menceritakan seluruh kejadian secara detail dari awal sampai akhir.
"Seperti itulah, karena itu aku akhirnya membunuh mereka."
"Wang Shaojie sampah masyarakat itu," mata Shen Yu dipenuhi api kemarahan: "Brengsek seperti inilah yang pantas menyandang gelar 'Anak Iblis', hanya karena latar belakang orang tua bisa semena-mena, binatang yang tidak menganggap manusia sebagai manusia!"
Feng Yuxian tampaknya juga tersentuh setelah mendengar penuturan detail itu, berkata dengan sedih: "Benar, keempat orang itu Wang Shaojie dan kawanannya memang tidak punya sifat manusia. Mereka mahasiswa, bagaimana bisa sekejam ini?"
Li Yin menjawab: "Menyalahkan sistem pendidikan? Aku tidak sependapat. Apakah ini hanya masalah pendidikan? Tapi sekarang membahas ini tidak ada artinya. Wang Shaojie karena punya dukungan orang tua, punya rasa superioritas bawaan, menganggap dirinya berbeda dari orang lain, sehingga bisa dengan mudah menghina dan menyakiti orang tanpa harus bertanggung jawab. Kasus kalian sebenarnya secara hukum bisa dianggap sebagai pembelaan diri."
“Jangan bicara padaku tentang hukum!” Yan Lang menyeringai dingin: “Wang Shaojie mungkin menganggap keluarganya adalah hukum itu sendiri, uang dan kekuasaan bisa mengatasi segalanya! Saat itu aku harus membunuh Wang Shaojie, kalau tidak, demi balas dendam hari ini, dia pasti akan terus menyakiti Xiyue karena dia punya kemampuan itu! Jika terang-terangan tidak bisa, diam-diam pun bisa, orang-orang yang dia suap di kampus bukan hanya Xue Long dan beberapa orang itu. Lalu apa yang bisa kita lakukan?”
“Lalu kalian memalsukan kesaksian alibi? Lalu, senjata pembunuhannya? Pisau itu kamu dapatkan dari mana? Kamu buang ke mana?”
Di Tiongkok, pisau belati seperti itu pasti termasuk senjata terlarang, tidak mudah didapatkan.
“Ini bukan pistol, dengan sedikit usaha bisa didapat.” Yan Lang tersenyum sinis: “Pesan lewat internet. Aku pakai nama palsu dan nomor ponsel palsu ke penjual. Situs penjualan ilegal seperti ini tentu tidak akan berani melaporkanku. Aku tidak memberitahu siapa pun tentang pisau belati itu. Kemudian kubuang ke Sungai Wan Tianhe.”
“Begitu rupanya.” Li Yin merenung sejenak, berkata: “Seandainya pisau belati itu masih ada, mungkin bisa menjadi 'jalan keluar'. Tapi sekarang mungkin sudah tidak bisa.”
“Jalan keluar?” Feng Yuxian mengerutkan kening: “Li Yin, apa maksudmu pisau itu bisa membunuh mereka? Tunggu, kalau begitu kursi yang dilihat Yan Lang di tangga dan lift waktu itu, apakah itu 'jalan keluar' dari apartemen? Jika ada kursi itu...”
“Bagaimana mungkin apartemen memberikan jalan keluar kepada orang yang bukan penghuni? Meski begitu, jalan keluar seperti ini terlalu sulit dinilai, sama sekali tidak sesuai dengan prinsip keseimbangan kesulitan yang diterapkan apartemen.”
“Lalu menurutmu apa jalan keluarnya? Apa yang harus kita lakukan untuk memecahkan misi darah ini?”
“Li Yin.” Shen Yu tiba-tiba berbicara: “Menurutku, petunjuk jalan keluar seharusnya sudah diberikan sebelum Li Fen dibunuh, kalau tidak situasi seperti ini tidak akan muncul. Jadi menurutmu apa, Li Yin? Percakapanmu dengan pasangan suami istri itu di reuni sekolah, dan dialog setelah masuk rumah sakit, mungkin mengandung petunjuk jalan keluar.”
Li Yin bukan tidak memikirkan hal ini. Bahkan dia menduga apakah petunjuk jalan keluar sudah diperoleh sejak reuni sekolah. Tapi bagaimanapun dia berpikir, tidak bisa mendapatkan kesimpulan. Adakah petunjuk seperti itu dalam percakapan selanjutnya?
Sebenarnya, jika menyimpulkan bahwa pasangan Yan Lang adalah pelaku terlalu sulit, mungkin Li Yin akan menganggap membunuh mereka memang jalan keluar. Tapi dengan kesaksian Wen Qian, status mereka sebagai pelaku tidak terlalu sulit ditebak. Meski tidak ada bukti, membunuh mereka mungkin cara termudah. Dalam reuni sekolah, perkataan Wen Qian membuat bahkan orang dengan tingkat kecerdasan terendah pun curiga pada pasangan ini, jalan keluar seperti ini terlalu mudah.
Ataukah apartemen sedang menguji bukan tingkat kesulitan, melainkan sifat manusia? Menguji apakah mereka berani bertindak terhadap pasangan itu? Jika bisa tega, maka bisa melarikan diri dari neraka ini?
Tunggu!
“Li Yin tiba-tiba memikirkan faktor penting. Terlalu mudah. Ya, terlalu mudah. Kesaksian Wen Qian, pasangan suami istri Yan Lang yang baru menikah, ditambah hantu Wang Shaojie yang balas dendam, mudah membuat orang berpikir ‘pelakunya adalah pasangan Yan Lang’.”
“Tapi…”
“Apakah benar pasangan Yan Lang yang menjadi pelaku?”
“Meskipun Yan Lang sendiri mengakuinya, Li Yin merasa ada yang aneh. Apakah saat itu mereka benar-benar berhasil membunuh Wang Shaojie? Mungkinkah korban masih bernafas? Lalu ada orang yang masuk dan melakukan ‘pembunuhan’?”
“Jika demikian, maka pembunuh sebenarnya mungkin menjadi jalan keluar dari misi darah kali ini!”
“Mungkinkah pelaku pembunuhan sama sekali bukan pasangan Yan Lang?”
“Apakah kamu yakin?” Li Yin tiba-tiba bertanya pada Yan Lang: “Apa kamu yakin saat itu benar-benar membunuh Wang Shaojie? Memastikan nafas dan detak jantungnya berhenti?”
“Tentu!” Yan Lang tetap waspada terhadap Li Yin dan Feng Yuxian: “Saat itu aku dan Xi Yue terus menusuk bagian jantungnya dengan keras. Dengan luka seperti itu, tidak mungkin ada yang selamat.”
“Aku tanya, apakah kamu memastikan nafas dan detak jantungnya berhenti!”
“Aku memastikannya.” Xi Yue yang diam sejak tiba-tiba berbicara: “Saat itu Wang Shaojie benar-benar mati, detak jantung dan nafasnya sudah hilang. Jika seperti itu masih dianggap hidup...”
“Ada kemungkinan saat itu berada di ambang kematian.” Li Yin masih belum menyerah: “Secara medis memang ada pasien yang denyut jantungnya berhenti tapi masih bisa diselamatkan, saat ini kedokteran menganggap kematian otak sebagai definisi resmi kematian. Tapi...”
Sebenarnya alasan ini juga dipaksakan. Jantung ditusuk berkali-kali, pernapasan dan denyut jantung berhenti, dari sudut mana pun terlihat seperti kematian total. Dalam kondisi seperti ini, sulit mengatakan pelakunya bukan pasangan Yan Lang.
Menurut keterangan mereka, Xue Long dan Luo Ziqiang dibunuh oleh Yan Lang, Zheng Hua dibunuh Xi Yue, sedangkan Wang Shaojie dibunuh bersama oleh keduanya. Artinya, kedua tangan mereka telah ternoda darah, terutama Wang Shaojie, sepenuhnya bisa menetapkan keduanya sebagai pembunuh sebenarnya.
Li Yin merasa deduksi ini sangat bermasalah, apalagi meski begitu, siapakah pembunuh sebenarnya? Siapa yang akan membunuh Wang Shaojie dan kawan-kawannya? Bagaimana pun dipikir, terasa tidak masuk akal.
Membunuh mereka jelas bukan jalan keluar, tapi ini satu-satunya kemungkinan jalan keluar yang ada saat ini.
Mungkinkah apartemen menggunakan hal ini untuk membuat jebakan psikologis? Yang paling tidak mungkin, justru yang paling mungkin. Paling mencurigakan sehingga paling tidak mencurigakan, karena paling tidak mencurigakan maka jadi paling mencurigakan?
Dengan begitu masih bisa dipaksakan untuk masuk akal.
Sampai saat ini, pasangan Yan Lang masih hidup. Jika benar roh dendam menuntut nyawa, hanya membunuh penghuni tapi tidak membunuh pasangan itu, jelas terbatas oleh penghuni. Apartemen sengaja menyelamatkan nyawa Yan Lang, apakah untuk memaksa penghuni membunuh mereka? Atau ada maksud lain?
"Li Yin merasa pikirannya benar-benar kacau, berbagai pikiran saling berbaur dan sulit untuk diatur."
"Jalan keluar apa yang ada? Sebenarnya apa?"
Saat itu, Ziye dan Xingchen tiba di lantai lima Gedung Pengajaran No.4. Kantor mahasiswa ternyata jauh lebih besar dari perkiraan, dengan tiga-empat orang sedang bekerja di dalamnya.
Saat Ziye dan Xingchen masuk, mereka melihat seorang mahasiswi muda di samping pintu sedang membuka komputer untuk menonton video. Menyadari kedatangan orang, dia buru-buru berdiri bertanya: "Ada yang bisa saya bantu?"
"Permisi. Ini kan kantor himpunan mahasiswa?" Ziye melangkah maju, "Kami ingin mencari data alumni tahun-tahun sebelumnya."
"Data alumni?" Mahasiswi itu tertegun. Sebelum sempat bicara lebih lanjut, Xingchen sudah mendekat: "Begini, teman kami dulu kuliah di sini. Setelah lulus kami kehilangan kontak, ingin mencari alamat terbaru mereka. Apa bisa..."
"Peraturan kampus melarang ini..."
Xingchen mengeluarkan amplop dari saku, meletakkannya di meja sambil berbisik: "Ini sedikit tanda terima kasih."
Mahasiswi itu curiga mengambil amplop. Saat membukanya, wajahnya langsung berubah pucat!
Di dalamnya berisi 10.000 yuan!
"Ini... ini bagaimana..." Mahasiswi itu gemetar, "Tidak boleh begini..."
"Tidak apa-apa," jawab Xingchen dingin, "Sekarang saya hanya punya uang. Kalau kurang, saya masih ada."
Setelah orang tua Xingchen menghilang, meskipun penyelidikan polisi belum selesai, Keluarga Bian sudah mulai merencanakan perebutan harta. Xingchen juga memiliki sedikit saham di Grup Perusahaan Bian, dia menjual seluruh sahamnya untuk mendapatkan uang tunai dalam jumlah besar.
"Ini, ini tidak boleh..." Meski berkata demikian, mahasiswi ini jelas mulai goyah. Bagi mereka yang belum bekerja di masyarakat, 10.000 yuan bukanlah jumlah kecil. Hanya dengan menunjukkan sedikit data bisa mendapat 10.000 yuan, hanya orang bodoh yang menolak!
"Baiklah, tunggu sebentar. Arsip lulusan disimpan di lantai bawah ini. Eh, siapa nama orang yang kalian cari?"
Tak lama kemudian, mereka tiba di ruang penyimpanan arsip. Seorang mahasiswa pria sedang berada di dalam, tampaknya bertugas menjaga arsip. Di ruangan tersebut, data-data tersusun rapi di rak-rak. Kemudian mereka mulai mencari data. Meski jumlahnya sangat banyak, tapi karena tahu tahun kelulusan, nama, dan kelas, pencarian tidak sulit. Segera, data Wen Qian ditemukan.
Mahasiswa pria itu mengeluarkan dokumen dan menyerahkannya ke Xingchen dan Ziye, "Setelah selesai dilihat, kembalikan ke tempatnya. Saya tunggu di pintu."
Mahasiswi itu berkata riang, "Saya pergi dulu. Terima kasih untuk hadiahnya."
"Tapi ini data registrasi dulu, sekarang mungkin sudah pindah alamat."
"Tidak masalah." Xingchen langsung mengeluarkan buku catatan dan mencatat data yang terdaftar, sementara Ziye mengambil ponsel dan menghubungi nomor telepon Wen Qian.
Tak lama, telepon tersambung.
"Halo," Ziye bertanya, "Apakah ini Nona Wen Qian?"
"Ya, siapa ini?"
“Masih ingat saya? Pacarnya Li Yin, namaku Ying Ziyue, ada ingat kan?”
“Oh, ingat. Ada yang mau ditanyakan lewat telepon?”
“Apa yang kamu katakan di reuni kemarin itu benar? Aku ingin menanyakan detailnya lagi.”
“Kamu masih membicarakan itu? Aku jadi kesal mengingatnya! Ada apa? Kenapa menanyakan ini? Sepertinya tidak ada hubungannya denganmu?”
“Aku percaya ucapanmu. Sebenarnya, aku khawatir karena teman dekat Li Yin mungkin seorang pembunuh. Tolong ceritakan secara detail.”
“Ziye!” Xingchen tiba-tiba meraih bahu Ziye, “Tunggu! Mahasiswa pria tadi, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”
Ziye menghentikan pembicaraan, “Sebentar.” Lalu menoleh bertanya, “Ada apa?”
“Tidakkah kamu perhatikan? Di sudut mulutnya... ada tahi lalat hitam! Foto Wang Shaojie yang ditunjukkan Li Yin, sepertinya itu orang yang sama!”
## Jilid Kedelapan Belas Mantra Pencari Jiwa Bab Kedua Puluh Dua Jalan Keluar yang Kejam
Sensasi berdebar di dada itu semakin kuat.
Saat sedang memikirkan petunjuk jalan keluar, Li Yin tiba-tiba merasakan tekanan yang semakin meningkat di hatinya. Ini mengganggu alur pikirannya, membuatnya semakin gelisah.
Kegelisahan ini sudah muncul sejak masuk ke kamar mayat. Hanya saja sekarang perasaan itu semakin kuat. Namun sulit diungkapkan, bukan sesuatu yang bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Kemudian, dia mulai menyadari sesuatu.
“Aku selalu merasa, ada yang aneh.” Li Yin tiba-tiba mengajukan pertanyaan: “Tadi, sepertinya kita mendekati area lift ya? Sekarang setelah direnungkan, rasanya agak janggal. Mengapa kita bisa mendekati lift tanpa menyadarinya sama sekali?”
Perkataan ini langsung menarik perhatian yang lain.
“Benar juga.” Shen Yu juga menunjukkan ekspresi bingung: “Kalau dipikir memang aneh, bagaimana mungkin kita bisa mendekati lift saat itu? Mungkin ada dua lift?”
“Tidak mungkin, gedung medis baru ini seharusnya hanya punya satu lift. Kalau begitu...”
Pikiran Li Yin tiba-tiba menjadi jernih. Sebuah ide mulai muncul di benaknya.
“Saat itu kita berada di lantai satu, terperangkap dalam kegelapan tepat di dekat pintu masuk kamar mayat. Jadi saat lampu menyala, kita semua mengira berada di dalam kamar mayat bawah tanah. Tapi apakah benar begitu?”
Li Yin akhirnya menemukan sumber sensasi berdebar di dadanya.
“Apa... maksudmu?” Feng Yuxian seketika berubah wajah: “Apakah kau ingin bilang tempat ini bukan kamar mayat bawah tanah?”
“Hmm.” Li Yin mengangguk: “Mungkin sejak awal kita telah ditanamkan pemikiran yang salah, mengira ini adalah kamar mayat bawah tanah gedung medis baru. Tapi bagaimana jika bukan? Bagaimana jika dalam kegelapan kita dibawa ke tempat lain? Jika begitu, apakah kita telah mengabaikan jalan keluar yang sebenarnya terlihat jelas?”
“Jalan keluar yang terlihat jelas?” Yan Lang buru-buru bertanya: “Apa maksudmu sebenarnya? Li Yin, jangan bertele-tele lagi, jelaskan pada kami!”
“Ini adalah kamar jenazah bawah tanah gedung medis utama! Bukan kamar jenazah bawah tanah gedung medis baru yang dibangun itu! Lihat, semua jaring laba-laba ini!”
Sebenarnya ini bukan tidak mungkin. Gedung medis tersebut memiliki koridor penghubung yang mengarah ke gedung medis utama. Jika mereka masuk ke kamar jenazah bawah tanah gedung medis utama melalui jalur ini, itu sama sekali bukan hal yang mustahil!
“Apa katamu? Gedung medis utama?” Yan Lang membelalakkan matanya bertanya: “Ini, maksudmu apa?”
“Kita ditipu...” Li Yin menggigil ketakutan. Dia benar-benar terjebak dalam perangkap! Karena di kamar jenazah bawah tanah gedung medis utama, terdapat enam lift yang bisa menuju ke lantai atas. Selain itu, di koridor sebelah selatan juga ada tangga naik! Hanya saja, meskipun Li Yin pernah berkali-kali datang ke gedung medis utama sebelumnya, dia tidak pernah mengunjungi kamar jenazah bawah tanah.
Tapi Li Yin masih belum mengerti, apa tujuan menipu mereka? Apakah ada bedanya di lokasi manapun?
Tiba-tiba, sebuah pencerahan muncul di benak Li Yin.
Tidak... Tidak sama!
Bahkan menjadi jenazah pun bisa... Jarak seratus meter...
Jadi ini maksudnya!
Li Yin seketika memahami jalan keluar apartemen. Jalan keluar itu adalah: Bunuh pasangan Yan Lang, letakkan jenazah mereka di kamar jenazah terdekat dengan tangga darurat, lalu naik ke lantai tertinggi gedung medis utama!
Sampai saat ini, area yang terkena dampak jarak seratus meter adalah jarak horizontal. Setelah masuk ke ruang bawah tanah ini pun sama. Tapi bagaimana jika diubah menjadi jarak vertikal?
Gedung utama Rumah Sakit Zhengtian memiliki tinggi 20 lantai! Li Yin pernah bertanya pada Li Yong sebelumnya, dan dia dengan tegas menjawab bahwa tinggi gedung utama Rumah Sakit Zhengtian sekitar 90 meter. Meskipun ada margin kesalahan, tidak akan melebihi 100 meter.
Artinya, selama bisa melarikan diri ke lantai teratas gedung utama, mereka tidak akan lagi diburu oleh hantu! Lagipula, sejauh ini belum pernah ada korban yang terbunuh dalam jarak vertikal!
Dengan sengaja membuat mereka mengira telah memasuki kamar mayat bawah tanah gedung baru, tujuannya adalah agar mereka mengira tidak ada jalan untuk naik ke atas, padahal gedung baru itu hanya memiliki empat lantai saja.
Tentu saja, syarat utamanya adalah... harus mengorbankan pasangan Yan Lang. Sekaligus perlu memverifikasi apakah jarak vertikal benar-benar aman. Namun, dari tindakan mengurung mereka di ruang bawah tanah, Li Yin semakin yakin. Selain itu, dengan sengaja menutup kamar mayat bawah tanah, tujuannya adalah menciptakan ilusi bahwa jarak vertikal tidak bisa dijauhkan. Ditambah lagi, karena kamar mayat bawah tanah ini terisolasi dari luar, Li Yin tidak bisa memastikan apakah ada korban yang muncul dalam radius 100 meter secara vertikal.
Inilah "jalan keluar" dari misi darah kali ini!
Mempertahankan jarak vertikal maksimal dari pasangan Yan Lang! Dan untuk mencapai ini, membunuh pasangan Yan Lang adalah pilihan paling aman. Bagaimanapun, kita harus memastikan jarak dengan mereka tetap dalam radius 100 meter!
Tangan Li Yin gemetar. Akhirnya dia menemukan jalan keluar, tapi harus menghadapi pilihan mengerikan ini.
“Masih di sini melamun apa, Li Yin?” Yan Lang berkata dengan gugup: “Kalau begitu lebih baik kita pergi dari sini! Tangga lebih aman daripada lift, ayo kita pergi dulu!”
“Aku... aku...”
Bibir Li Yin bergetar. Dia tentu tahu bahwa misi darah mungkin memiliki jalan keluar kedua, tetapi apakah dia bisa menemukannya tepat waktu?
Mereka dan pasangan Yan Lang hanya punya dua pilihan: semua tewas atau salah satu pihak yang dikorbankan. Jika memukul mereka sampai pingsan dan meninggalkan di ruang bawah tanah, itu hampir sama saja dengan membunuh mereka.
Mereka bergegas mencari lokasi tangga darurat. Akhirnya, menemukan pintu yang mengarah ke tangga darurat. Jika tidak sengaja mencari, semua pasti mengira pintu ini menuju ke kamar mayat.
“Akhirnya bisa keluar!” Yan Lang bersemangat melihat tangga di luar, baru saja mau melangkah ketika Li Yin berkata: “Tunggu, Yan Lang!”
“Ada apa?” Yan Lang bertanya bingung, sementara Li Yin mengeluarkan ponselnya.
Dia perlu memverifikasi lagi apakah jarak vertikal tidak akan menimbulkan korban.
Saat ini, sinyal ponsel sudah muncul di arah tangga darurat. Kemudian dia menelepon ayahnya.
“Halo,” Li Yin langsung bertanya setelah sambungan tersambung: “Ayah, apakah ada insiden di rumah sakit?”
“Insiden? Insiden apa?”
Jenazah dua perawat itu sudah menghilang, jadi Li Yong tidak tahu. Namun di gedung utama rumah sakit ada banyak pasien dan dokter, mustahil tidak ada yang tahu jika ada kematian atau kehilangan jejak di siang bolong.
“Tidak ada... kejadian?”
“Iya, tidak ada. Kenapa kau bertanya begitu?”
“Tidak, tidak apa-apa.”
"Mematikan ponsel, Li Yin semakin memastikan dugaan dalam hatinya. Jarak vertikal tidak akan menimbulkan korban. Artinya, dia harus mengorbankan Yan Lang dan Xi Yue untuk menyelamatkan dirinya sendiri."
"Yan Lang, aku..."
Pada waktu yang sama, di Gedung Perkuliahan No.4 Kampus Jin Yu.
Ziye mematikan ponselnya, menatap Xingchen di depannya, tangannya terus gemetaran.
"Ya, sepertinya memang dia..." Ziye juga merasakan teror yang luar biasa. Ruang arsip saat ini sunyi senyap, namun kesunyian itu justru terasa menggemaskan kedinginan.
"Dia... sedang menunggu kita di depan pintu..." Xingchen mengakhiri kalimatnya, matanya menyapu sekeliling ruangan namun tak menemukan jalan keluar.
"Tenang!" Bisik Ziye rendah: "Kita tidak berada dalam radius 100 meter dari Yan Lang, mungkin tidak akan terjadi insiden. Bagaimanapun, pertama-tama kita harus tetap tenang."
"Tapi, tapi..."
Ziye mengawasi gerakan di pintu masuk ruang arsip. Setelah beberapa lama, tetap tidak ada reaksi apapun. Keduanya hampir menahan nafas, tidak berani lengah sedikitpun.
Ziye mendekati jendela terdekat dan melihat ke bawah. Melompat dari sini jelas berarti kematian pasti, tanpa keraguan sama sekali.
"Apakah kita... akan mati?"
"Tidak tahu." Ziye mengintip melalui celah rak buku, namun sama sekali tidak bisa melihat pintu ruang arsip.
Sekarang, mereka benar-benar terjepit di antara dua bahaya. Apapun pilihan yang diambil, semuanya berisiko mematikan.
Sementara itu, Li Yin juga menghadapi situasi serba salah. Jika deduksi nya tidak salah, itu berarti dia harus membunuh pasangan suami istri di depannya untuk bisa bertahan hidup. Baik langsung membunuh mereka maupun memukul hingga pingsan dan meninggalkan mereka di kamar jenazah, hasilnya akan sama.
Hanya dengan cara ini ada kemungkinan untuk bertahan hidup.
Sekarang tidak bisa menunggu lagi. Jika sampai di lantai atas di bawah pengawasan banyak orang, tidak mungkin bisa bertindak. Sepertinya pemilihan kamar jenazah ini juga merupakan fasilitas apartemen agar penghuni bisa membunuh Yan Lang dan istrinya.
"Aku..." Li Yin berbicara dengan susah payah. Memang ada pisau di tubuhnya. Meski Yan Lang waspada padanya, Li Yin yakin bisa melukainya dalam sekejap.
Jika sisa orang-orang bertaruh nyawa, masih ada harapan untuk menaklukkan mereka. Yang penting melumpuhkan gerakan mereka, ikat di posisi tetap di kamar jenazah ini, lalu mencapai jarak 100 meter garis lurus ke lantai teratas untuk lolos dari ancaman misi darah.
Dengan begitu hati nurani akan lebih tenang, tapi akhirnya takkan berubah. Yan Lang dan Xi Yue akhirnya akan mati di tangan hantu Wang Shaojie.
Bisakah dia melakukan itu?
Mampukah?
Akhirnya, dia membuat keputusan.
Li Yin tiba-tiba menghantam perut Yan Lang dengan tinju keras, lalu mencengkeram lengannya dan membenturkannya ke dinding hingga pisau terjatuh. Setelah menjatuhkannya, dia berteriak ke Feng Yuxian: "Tangkap Xi Yue! Feng Yuxian!"
"Sebenarnya Xi Yue juga tidak akan kabur, dia pasti tidak mungkin meninggalkan Yan Lang di sini dan melarikan diri sendiri."
"Ikat mereka!" Li Yin menggigit gigi dan berkata: "Ikat mereka di sini, ini satu-satunya jalan keluar!"
Xi Yue terkejut sampai tak bisa berkata-kata, namun dicekik habis-habisan oleh Feng Yuxian yang sudah mempersiapkan diri. Dia segera menangis histeris: "Berhenti, berhenti Li Yin, bagaimana bisa kau melakukan ini?"
"Maafkan aku." Li Yin merasa hatinya seperti menetes darah, tapi tetap berkata dengan mekanis: "Hanya ini yang bisa kulakukan. Jika terus begini, kita semua akan mati. Tapi dengan cara ini, setidaknya kami tiga penghuni bisa bertahan hidup."
Meski tahu ini hanyalah pembenaran, tahu ini menipu diri sendiri, tahu sedang melakukan hal yang tak termaafkan, Li Yin tetap tak bisa berhenti.
Tentu saja, dia sama sekali tidak mungkin membunuh pasangan Yan Lang. Karena itu, biarkan mereka mati secara alami. Lagipula, terus mengikuti mereka pun tak bisa menyelamatkan mereka, malah mengorbankan nyawa penghuni. Sekarang, setidaknya bisa menyelamatkan penghuni.
"Li Yin!" Yan Lang mengamuk dan meronta: "Dasar bajingan! Aku tidak akan membiarkanmu!"
Namun fisik Li Yin yang sudah lama berlatih jauh melebihi Yan Lang yang sehari-hari duduk di kantor. Li Yin terus menindihnya ke lantai, membalikkan tangannya, kaki menjerat kaki Yan Lang, tidak memberinya kesempatan menyelamatkan Xi Yue.
Feng Yuxian mengarahkan pisau ke leher Xi Yue, berkata dingin pada Yan Lang: "Jangan melawan lagi! Jika bergerak, aku akan membunuhnya! Katakan padaku, Li Yin, apa jalan keluar?"
"Nanti akan kujelaskan detailnya, ikat mereka dulu!"
Mengambil tali yang sudah disiapkan dari tas, mengikat Yan Lang dan Xi Yue, sambil menyumpal mulut mereka dengan saputangan. Mata Yan Lang terus memandang penuh amarah ke Li Yin, saat ini dia hanya ingin merobek-robek tubuh Li Yin.
Shen Yu dari awal sampai akhir hanya diam menjadi penonton, tidak membantu pihak manapun.
Akhirnya, setelah berulang kali memastikan ikatan tali benar-benar aman, Li Yin mendekati Yan Lang dan Xi Yue, berjongkok dan berkata: "Maaf. Tapi aku harus melakukan ini. Maaf..."
Kemudian mengunci pintu kamar mayat, jenis kunci yang bisa dikunci dengan mudah tanpa perlu kunci.
"Apa mereka tidak akan melepaskan tali?" Feng Yuxian tampak masih ragu.
Li Yin menjawab dengan suara lesu: "Energi mereka sudah terkuras, tidak bisa bergerak. Pintu terkunci, ruang gerak mereka sangat terbatas."
Selama kesalahan tidak terlalu besar, dalam radius 100 meter, kutukan bayangan tidak akan aktif.
Lalu dia dan Feng Yuxian berlari ke tangga darurat sambil berteriak: "Naik ke atas! Selama jarak vertikal dalam 100 meter, mantra tidak akan aktif!"
Shen Yu mengikuti mereka dari belakang tanpa sepatah kata.
"Shen Yu." Li Yin akhirnya bertanya: "Kamu tidak bertanya mengapa aku melakukan ini?"
“Bagaimanapun, jika jalan keluarmu adalah mengorbankan mereka, maka tidak ada cara lain.” Jawaban Shen Yu terdengar datar: “Aku juga sangat bersimpati pada mereka, tapi belum sampai pada tahap rela mati bersama mereka.”
Saat tangga darurat segera mencapai lantai tiga, Li Yin pun menjelaskan konsep jalan keluar yang dipikirkannya.
“Begitu rupanya,” Feng Yuxian mengangguk-angguk: “Jenius! Dengan jarak sejauh itu, memang tidak masuk akal jika mereka menyerang kita.”
Hati Li Yin sangat sedih. Sebenarnya apa yang telah ia lakukan? Secara logis ia tidak memiliki tanggung jawab, baik mereka dikurung di ruang bawah tanah maupun tidak, Yan Lang dan Xi Yue sudah ditakdirkan mati. Mereka bukan penghuni, sehingga apartemen tidak pernah menyediakan jalan keluar bagi mereka.
“Yan Lang dan Xi Yue memang sangat menyedihkan.” Shen Yu kali ini menatap Li Yin: “Tapi, jika aku yang melakukannya, aku tidak akan mengatakan ‘maaf’ pada mereka. Li Yin, jika sudah memutuskan untuk melakukannya, jangan ucapkan ‘maaf’. Jika ingin meminta maaf, jangan lakukan sejak awal. Kamu tidak perlu merasa terbebani. Situasi kita seperti sekelompok orang yang tidak bisa naik ke sekoci penyelamat yang sama, terpaksa meninggalkan beberapa orang. Menurut penjelasanmu, pasangan suami istri itu sudah pasti mati dalam misi darah kali ini. Kita tidak punya kemampuan untuk mengubahnya.”
Saat ini, di kamar mayat bawah tanah yang diikat, pasangan Yan Lang mulai mendengar suara langkah kaki yang jelas dari koridor...
## Jilid 18 Mantra Panggil Jiwa Bab 23 Panggilan……
Ziye kembali menatap ke arah pintu ruang arsip. Saat ini, segalanya masih normal. Hanya saja, kesunyian ini benar-benar menyiksa.
"Prediksi Li Yin ternyata benar," Ziye mundur beberapa langkah sambil berkata dengan suara dingin, "Naik ke lantai atas selama menjalankan misi darah adalah tindakan bunuh diri."
"Tidak, belum tentu." Xingchen tiba-tiba tampak tenang dan menjawab, "Kita bukan penghuni yang sedang menjalankan misi darah. Artinya, kemungkinan besar tindakan kita mencari dokumen telah memicu sesuatu yang seharusnya tidak dipicu. Ziye, bukankah Wen Qian memberitahumu sesuatu?"
Ziye menggelengkan kepala pelan, "Dia tidak sempat mengatakan apapun."
"Kalau begitu masih ada waktu. Mari kita ambil risiko. Mungkin..." Saat Xingchen hendak melangkah, wajahnya berubah pucat, "Tunggu, ini tidak masuk akal. Jika memang demikian, mengapa mereka sengaja membantu kita mencari dokumen dan menyerahkannya? Yang lebih penting, kita bukan penghuni misi darah, apartemen tidak akan membatasi hantu - lalu mengapa tidak langsung 'membunuh' kita?"
Di depan pintu ruang arsip, kursi tempat mahasiswa itu duduk tadi... kini telah kosong.
Dari luar kamar jenazah bawah tanah yang paling dekat dengan tangga darurat, terdengar langkah kaki yang semakin mendekat. Jelas terasa, bukan hanya satu orang, tapi banyak!
Pisau belati Yan Lang sudah disita. Sekarang bagaimanapun dia meronta, tali itu tak bisa dilepaskan. Bahkan suara pun tak bisa dikeluarkan. Derap langkah itu kian mendekat, membuat bulu kuduk meremang!
Akhirnya, langkah kaki itu berhenti.
Pintu di depan meski terkunci, sama sekali tidak mungkin bisa menghalangi empat iblis di luar pintu! Yan Lang sangat paham, sekarang ini sudah benar-benar berada dalam situasi buntu total!
Li Yin demi bertahan hidup, telah membuang mereka di sini! Meski membenci Li Yin, tapi yang lebih mendominasi hati Yan Lang adalah keinginan kuat untuk melindungi Xi Yue. Sementara Xi Yue terlihat wajahnya pucat bagai mayat, dia sangat sadar baik suami tercinta maupun bayi dalam kandungannya, sudah tak mungkin lolos dari nasib mengerikan. Lagipula, justru akan dibunuh oleh empat iblis yang dulu pernah mereka...
Keputusasaan, apa arti keputusasaan sejati, Yan Lang dan Xi Yue kini benar-benar merasakannya. Menghadapi keputusasaan seperti ini, mereka tak punya sedikitpun kekuatan untuk mengubahnya. Sampai saat ini, bahkan berdoa pun sudah menjadi tak berarti sama sekali.
Yan Lang dan Xi Yue saling memandang, berusaha sedekat mungkin. Jika memang harus mati, setidaknya mati bersama.
Pintu di depan itu tiba-tiba tak ada gerakan, namun tak lama kemudian, sebuah pisau belati tajam menusuk dengan keras dari balik pintu, ujung pisau itu terlihat sangat mengerikan, membuat bulu kuduk meremang!
Pisau itu kemudian dicabut, lalu kembali ditusukkan! Setiap kali ditusuk, ujung pisau semakin masuk dalam, tak lama kemudian pintu sudah penuh lubang-lubang yang tertusuk.
“Seiring lubang yang semakin tertusuk, Yan Lang dan Xi Yue terus bergerak mundur ke sudut ruangan. Tidak ada cara meminta tolong, tidak ada cara menyelamatkan diri, hanya bisa pasrah menanti mimpi buruk paling mengerikan yang datang. Ini adalah siksaan yang lebih menakutkan daripada kematian.
Li Yin dan yang lain akhirnya tiba di lantai paling atas.
Lantai atas Rumah Sakit Zhengtian adalah ruang rapat pengambilan keputusan tingkat tinggi, banyak urusan penting diputuskan di sini. Li Yin pernah datang ke sini berkali-kali di masa lalu.
Setelah menaiki 20 lantai sekaligus, semua orang terengah-engah namun akhirnya merasa aman.
Li Yin tergeletak di lantai, meraba-raba lantai. Dia sangat paham, tidak boleh menjauh dari tangga darurat agar jarak tidak melebihi batas 100 meter yang ditetapkan misi darah. Meskipun selama pelaksanaan misi darah dia sangat menentang naik ke bangunan tinggi, tapi situasi sekarang istimewa. Hanya dengan datang ke tempat ini dia bisa memecahkan teka-teki misi darah. Sementara di ruang bawah tanah, bisa dibayangkan apa yang dihadapi Yan Lang dan Xi Yue.
"Feng Yuxian," sorot mata Li Yin kosong saat berkata, "Ada rokok?"
Feng Yuxian terkejut sejenak, lalu mengeluarkan bungkusan rokok kempes dari saku. Dia mengulurkan sebatang rokok ke Li Yin yang langsung menyambarnya dengan gemetar, menjepitnya di mulut. Feng Yuxian pun menyalakan api untuknya.
Terakhir kali merokok adalah saat Yin Ye memberinya rokok. Kali ini, dengan sedikit pengalaman, dia menghisap asap perlahan sambil terus mengepal kedua tangannya.
“Akhirnya, aku tetap tidak bisa menyelamatkan mereka berdua.” Li Yin duduk di lantai yang dingin, menghisap rokoknya, berusaha tidak memikirkan apa yang harus dihadapi Yan Lang dan Xi Yue saat ini.
Saat ini barulah ia menyadari, niatnya saat pertama masuk apartemen untuk tidak menyerahkan siapa pun dan ingin menyelamatkan para penghuni, sungguh kekanak-kanakan yang menggelikan. Dunia ini tidak memiliki pahlawan super seperti Superman, Spider-Man, atau Batman, pada dasarnya semua itu hanyalah delusi manusia belaka.
Dulu ia lebih membenci rumah sakit ini daripada siapa pun, karena ini adalah simbol keserakahan ayahnya, tempat kotor transaksi uang dan kekuasaan. Sebagai orang yang paling enggan terlibat dalam kegelapan seperti ini, ia memilih menjauhi ayahnya, mengira dengan begitu bisa menjadi orang yang sama sekali berbeda. Namun, ini hanyalah khayalannya sendiri. Ucapan Ouyang Jing di Pulau Silver Moon dulu kembali bergema di hatinya.
Ouyang Jing pernah berkata padanya, bagi yang diselamatkan maupun dibunuh, kebaikan dan kejahatan tidak berarti. Yang bermakna adalah kekuatan. Bagi Yan Lang dan Xi Yue, inilah situasi yang mereka hadapi. Sekalipun ada seribu alasan, pada akhirnya ia telah mengorbankan mereka berdua. Dirinya bisa lolos dari misi darah, sementara mereka harus mati di ruang bawah tanah yang gelap.
Kenangan bersama Xi Yue, Mian Tian, Mizhen dan lainnya di "Blue Eye", hari-hari yang dihabiskan di Golden Domain Academy, masih jelas terbayang.
Kini, semua itu akhirnya sirna tak berbekas.
Mi... Mian Tian...
Mian Tian?
"Li Yin tiba-tiba berdiri, matanya berkedip-kedip. Tiba-tiba dia teringat beberapa kejadian. Saat itu, setelah Mitian menghilang, Mizhen pergi ke luar negeri untuk mencarinya. Dan demi mendapatkan petunjuk tentang Mitian, dia pernah berbicara dengan Xi Yue."
"Yang sangat mengganggu pikirannya adalah, pada hari bersalju itu, setelah percakapan terakhir dengan Xi Yue, Mitian menghilang. Li Yin sangat ingin tahu apa yang dibicarakan Mitian dengannya saat itu. Dia juga memahami pola pikir Mitian, curiga bahwa hilangnya Mitian berkaitan dengan percakapan tersebut. Sikap Mitian saat itu memang aneh, mengapa dia harus menunggu Xi Yue di depan asrama putri pagi-pagi sekali?"
"Namun jawaban Xi Yue saat itu sangat sederhana."
"'Dia hanya mengucapkan satu kalimat. 'Jika kau membutuhkanku, panggillah aku. Bahkan jika aku sudah mati, aku akan kembali. Asalkan kau memanggilku...'"
"Wajah Li Yin berubah pucat!"
"Mungkinkah... jalan keluar kedua adalah..."
"Saat itu, pisau telah melubangi pintu seperti sarang lebah. Tiba-tiba, sebuah tangan menerobos pintu, menyusul tangan kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam..."
"Tangan-tangan terus merangsek masuk. Di antara mereka, ada lengan bertato naga merah darah!"
"Xi Yue saat ini juga merasakan keputusasaan sejati. Dalam hatinya dia berdoa: Tuhan, jika Engkau ada, tolong selamatkan kami, kumohon..."
"'Asalkan kau memanggilku, bahkan jika aku sudah mati, aku akan kembali.'"
"Tiba-tiba, ucapan Mitian kepada Xi Yue di masa lalu bergema perlahan dalam hatinya."
"Saat ini, sudah mencapai momen paling putus asa, bahkan harapan yang tipis sekalipun, bahkan tanpa dasar sama sekali, dia ingin meraihnya."
Mian Tian……
Mian Tian!
Mizhen tiba-tiba merasakan tubuhnya gemetar keras, kepalanya menghantam meja dengan kasar, seolah-olah rohnya hendak keluar dari tubuh. Ukiran aneh di depannya tiba-tiba terlihat membesar tak terkira, seakan segala sesuatu di dunia lenyap dan hanya menyisakan ukiran ini.
"Apa yang... terjadi?"
Dia bisa merasakan bahwa ini adalah hal yang dialami Mian Tian. Karena saudara kandung ini bersama-sama menanggung kutukan ini, menyebabkan dia juga merasakan hal yang sama.
Mian Tian seharusnya sudah kehilangan kesadaran diri dan ingatan. Di dimensi itu, dirasuki roh jahat, tak bisa mengendalikan diri. Seiring perkembangan kutukan, jika dia tidak bisa menemukan jalan keluar untuk misi darah kesepuluh, Mian Tian yang dirasuki akan menyeretnya ke dalam neraka yang dalam itu.
Mian Tian sekarang hanyalah boneka, mayat hidup belaka. Tapi saat ini, Mizhen justru merasakan Mian Tian sedang melawan kutukan itu dengan gigih, seolah berusaha menerobos kutukan itu meski hanya sesaat.
Mizhen merasa tak percaya. Karena dia juga menanggung kutukan ini, dia bisa merasakan apa yang dialami Mian Tian. Dia seharusnya sudah kehilangan semua ingatan, tak mungkin lagi memiliki perasaan sedikitpun, bahkan insting pun sudah hilang.
“Mizhen terhimpit di lantai, merasakan seluruh tenaganya terkuras bahkan seolah-olah rohnya akan ditarik ke dunia lain. Pikirannya kosong, indra-indranya hampir hilang seluruhnya.”
“Meski begitu, kutukan ini harus dilepaskan.”
“Demi janji saat itu.”
“Mian Tian pernah bercerita pada Mizhen, tepatnya saat perayaan ulang tahun sekolah. Mereka yang baru selamat dari misi darah melihat Xi Yue dengan gaun merahnya yang anggun, senyum manisnya yang memikat. Saat itulah dia terpikat, menjadi tawanan warna merah itu.”
“Bahkan saat diseret ke dalam kegelapan, kalimat terakhirnya pada Mizhen adalah——”
“‘Kumohon, Kakak... jaga Xi Yue...’”
“Warna merah di kedalaman ingatan, cinta yang tak terlupakan itu tetap melekat. Itulah satu-satunya milik Mian Tian, harapan terbesarnya untuk bertahan hidup hingga kini.”
“Asalkan kau memanggilku...”
“Yan Lang dan Xi Yue hampir tak percaya dengan pemandangan di depan mata. Seolah muncul dari kehampaan, dua tangan lain masuk melalui pintu, menarik kembali tangan-tangan yang mencoba masuk! Meski tangan-tangan itu gemetar dan meronta, tetap saja berhasil ditarik.”
“Setiap kali tangan berhasil ditarik, warnanya menghitam sedikit. Akhirnya hanya dua tangan tersisa yang nekad masuk, kini telah hitam pekat seperti tinta.”
Meski begitu, kita harus menggenggam kedua tangan yang hendak masuk itu, dan tangan itu adalah tangan yang memegang pisau belati!
Mian Tian...
Itu Mian Tian!
Xi Yue hanya melihat tangan, tapi dia merasakannya, itu Mian Tian! Dia benar-benar kembali!
Saat ini, pada patung yang saling melilit itu, salah satu tubuh mulai muncul retakan!
Kedua tangan hitam itu mencengkeram erat dua tangan lainnya, seolah sedang bertarung habis-habisan. Selama proses ini, retakan terus melebar dan bertambah parah.
Yan Lang dan Xi Yue tertegun menatap semua ini. Akhirnya, tangan hitam itu berhasil menarik paksa dua tangan lainnya kembali! Pada saat yang sama, bagian punggung salah satu patung pecah berkeping-keping dan jatuh ke tanah. Pecahan itu segera berubah menjadi kabut hitam lalu menghilang di udara...
Keempat tangan telah ditarik kembali. Yan Lang dan Xi Yue hanya bisa menatap pintu penuh lubang di depan mereka, tak bisa tenang dalam waktu lama...
## Jilid 19 Mendekat Bab 1 Fragmen Keenam Kontrak Neraka
Xi Yue menatap pintu itu. Semua yang baru saja terjadi terasa seperti mimpi. Situasi putus asa tiba-tiba berbalik 180 derajat?
Tangan siapa sebenarnya itu?
Siapa?
Tapi memikirkan ini sekarang juga tak ada gunanya.
Misi darah kali ini telah berakhir. Faktanya, jalan keluar yang dimaksud Li Yin tentang "jarak vertikal 100 meter" memang benar. Sejak awal, Yan Lang dan Xi Yue memang tidak punya jalan keluar.
Hanya saja, kali ini sejak awal instruksi tulisan darah, Yan Lang dan Xi Yue hanyalah batu loncatan yang memicu jalan kematian dalam misi darah. Hidup atau mati mereka sama sekali tidak penting. Karena itulah dalam instruksi darah disebutkan tentang "jenazah". Bagaimanapun, nyawa orang biasa bagi apartemen lebih hina daripada rumput liar.
Dahulu, banyak penghuni yang pernah merenungkan, untuk apa apartemen ini ada? Apa arti pelaksanaan sepuluh instruksi tulisan darah bagi apartemen? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa dijawab, tetap menjadi misteri abadi, termasuk alasan kelahiran apartemen, lubang hitam yang melahap hantu, serta dunia seperti apa yang terhubung dengan gudang itu sendiri.
Saat Mizhen terbangun, hari sudah gelap. Tubuhnya terasa seperti hancur berantakan, kepalanya masih sangat pusing. Ketika melihat ukiran di depannya yang ternyata sebagian telah pecah, akhirnya Mizhen menyadari apa yang telah terjadi.
"Ini bukan tindakan sadar," Mizhen mengangkat ukiran itu, sepasang matanya yang jernih mendekati bagian yang pecah sambil berbisik, "Jika kesadaran sudah pulih, hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah kembali ke apartemen. Begitu Mian Tian kembali ke apartemen, kutukan akan hilang dengan sendirinya. Aku dan dia sama-sama telah menyelesaikan instruksi tulisan darah kesepuluh, bisa benar-benar bebas dari apartemen. Tapi sekarang..."
“Mizhen menyimpan ukiran itu dan duduk di sofa. Rasa pusingnya sudah sedikit membaik. Pada dasarnya, dia yakin Xi Yue akan baik-baik saja. Karena Mian Tian, meski kehilangan ingatan dan kesadaran, masih sempat melepaskan diri dari kutukan untuk menyelamatkannya. Bagaimanapun, Xi Yue pasti aman.”
“Tiba-tiba Mizhen merasa perutnya keroncongan. Dia masuk ke dapur dan membuka lemari es, ingin melihat apa yang bisa dimasak. Pengalaman hidup lama di luar negeri membuatnya cukup percaya diri dalam hal memasak.”
“Di atas talenan, dia mengiris kentang dan tomat lalu menumisnya di wajan. Telur yang sudah dikocok dituangkan ke dalamnya. Sup tomat telur adalah masakan andalannya, yang biasanya ditambahi acar sayur dan kentang. Sementara itu, nasi di rice cooker hampir matang.”
“Mizhen duduk di depan meja. Melihat masakannya sendiri, rasa lelahnya seolah menguap.”
“『Mian Tian,』 bisik Mizhen sambil menatap hidangan di depannya, 『Semangat, jangan menyerah. Jangan pernah menyerah.』”
“Dia mengambil sumpit dan mulai makan sambil menyalakan TV ke saluran berita. Saat itu sedang tayang berita malam.”
“『Bintang top Jepang, Nōjō Sae, akan datang ke Tiongkok untuk mempromosikan film laga terbaru 《Burung Darah》. Kota pertama yang dikunjungi adalah Kota K, di mana konferensi pers telah digelar...』”
“Noujou Sae?” Mizhen segera mengangkat kepala, menatap layar TV dengan intens. Kemudian, wajah yang familiar muncul di hadapannya. Bagi penggemar drama Jepang, hampir tak ada yang tidak mengenal Noujou Sae. Ia menjadi terkenal pada tahun 2006 setelah membintangi drama Jepang 《Guardian》, kemudian menjelma menjadi selebriti ternama di industri hiburan Jepang. Meskipun sempat ada rumor operasi plastik, pendukungnya secara telak membantah klaim tersebut.
Mizhen adalah penggemar berat drama Jepang dan drama Korea, terutama drama Jepang yang meski singkat namun sarat filosofi motivasi. Bahkan setelah memasuki apartemen, kecintaannya pada drama Jepang tetap tak pudar.
“Noujou Sae ternyata datang ke Kota K?” Mizhen menyaksikan wajah Noujou Sae muncul di layar. Kesan pertama dari wajah itu adalah "kebersihan" - transparan jernih, polos dan memesona. Wajah oval dengan poni menjuntai, kulit sempurna bak porselen, sorot mata polos seperti peri. Di usia 23 tahun, Noujou Sae terlihat seperti gadis 18 tahun yang masih pemalu.
Tengah malam, Kota K tenggelam dalam kegelapan yang sunyi.
Nojo Sae saat ini justru sangat sadar, dia mengikuti penerjemahnya Mayama Minako yang berada di sampingnya, berjalan di koridor hotel tempatnya menginap. Penampilan Nojo Sae yang masih terlihat muda, ke mana pun pergi selalu diikuti oleh banyak wartawan. Oleh karena itu, lantai ini telah dijaga oleh satpam untuk mencegah penyusupan wartawan. Bagaimanapun juga, rencana perjalanannya di Tiongkok akan berlangsung selama tiga hari.
"Sae," saat itu, manajer Nojo Sae, Fukui Akira yang berada di belakangnya membalik-balik buku catatan sambil berkata: "Jadwal besok sudah kamu hafal kan?"
"Akira, jangan bahas ini sekarang." Ekspresi wajah Nojo Sae terlihat sangat lelah, dan saat berjalan, matanya sesekali melirik ke sekeliling.
"Ada apa? Sae, sudah sampai di Tiongkok, kamu masih segugup ini juga?" Fukui Akira yang berusia 35 tahun dengan perut sedikit buncit tersenyum masam: "Tolong jangan membuat masalah lagi ya, jadwal beberapa hari ini sangat penting."
Nojo Sae memegang dahinya, menggelengkan kepala, alisnya berkerut lama sebelum akhirnya berkata: "Baik, aku mengerti, aku..."
Setelah tiba di ruangannya dan menutup pintu, Nojo Sae langsung masuk ke dalam kamar, duduk di (tempat tidur) sambil memeluk kepalanya. Wajah cantik yang membuat banyak orang tergila-gila itu kini dipenuhi kebingungan.
Dia tidak mematikan lampu, langsung berbaring di (tempat tidur) dan menyelimuti diri. Namun tepat pada saat itu, tiba-tiba dia merasakan kengerian. Matanya yang indah itu terbuka lebar, pupil matanya diselimuti bayangan ketakutan.
Ruangan itu sangat sunyi, tidak ada sedikit pun kebisingan yang eksis. Namun kesunyian semacam ini justru membuat Sae Noujou merasa sangat ketakutan.
Jari-jarinya terus-menerus melengkung, menggenggam sprei tempat tidur yang lembut, tubuhnya terus bergerak mendekati dinding, rambut pendek chestnut yang indah menjadi berantakan. Sae Noujou bagaikan kucing kecil yang meringkuk, kecemasan dalam hatinya terus membesar. Terus membesar...
"Semua karena benda ini, semua karena benda ini..."
Dari kerah bajunya, dia mengeluarkan sesuatu. Itu adalah sepotong kertas perkamen yang dilipat rapi, fragmen kertas perkamen itu diputuskan seminggu yang lalu ketika rencana perjalanan ke Tiongkok baru saja disusun.
Dampak yang ditimbulkan, saat itu Sae Noujou kebetulan berada di Tokyo. Tapi dia sangat paham, sama sekali bukan karena alasan itu.
Sepotong kertas perkamen di tangannya bertuliskan aksara-aksara aneh yang tidak bisa dipahami. Awalnya Sae Noujou mengira itu hanyalah kertas buangan tak berarti, namun kemudian dia menemukan sesuatu yang mengerikan. Yaitu... tidak peduli berapa kali dia membuang fragmen kertas perkamen ini, potongan itu selalu muncul di tubuhnya.
Dan, tidak ada cara apa pun untuk menghancurkan sepotong kertas perkamen ini. Tidak bisa dirobek, dibakar, apalagi diartikan tulisannya. Sejak fragmen kertas perkamen ini melekat padanya, Noujou Kae merasakan sesuatu yang mengerikan sedang mencari dan mendekatinya. Perasaan ini memiliki hubungan erat dengan fragmen perkamen tersebut, meski ia tak mengerti bagaimana bisa demikian. Namun sensasi kedekatan itu semakin hari semakin kuat dan mencekam.
Intuisinya mengatakan: entitas yang mendekatinya itu mengincar fragmen kertas perkamen ini! Karena tak bisa membuang fragmen tersebut dengan cara apa pun, satu-satunya jalan adalah menjauh. Tapi bahkan setelah sampai di Tiongkok, perasaan itu tetap tak hilang.
Ini sama sekali bukan paranoia! Noujou Kae yakin betul akan hal ini. Jika sampai ditemukan, konsekuensinya akan sangat mengerikan!
Tempat ini pasti akan ketahuan juga! Meski dia sangat ketat merahasiakan lokasi paviliun tempatnya menginap, wartawan tetap bisa melacaknya. Artinya, tempat ini sudah tidak aman lagi. Dengan popularitasnya, siapapun yang berniat pasti bisa menemukan keberadaannya.
Saat itu tiba, malapetaka paling mengerikan akan menghampiri!
Lari, harus lari, harus melarikan diri!
Begitu ide ini muncul, Nōjō Sae segera turun dari (tempat tidur), berjalan ke koper miliknya, dan mengeluarkan berbagai alat rias. Dia pernah belajar teknik menyamar dari penata riasnya. Pertama, dia memakai kacamata hitam, lalu mulai merias wajahnya di depan cermin. Dengan berdandan sebagai tukang kebersihan, bayangan di cermin terlihat jauh lebih tua. Dia mengenakan seragam kerja yang dibelinya dari staf kebersihan hotel siang tadi.
Akhirnya, dia keluar dari ruangan dengan langkah sembunyi-sembunyi.
Fukui Akira yang tinggal di ruangan seberang baru saja selesai mandi. Saat keluar dari kamar, dia menguap dan meregangkan badan. Beberapa hari terakhir ini kelelahan benar-benar membuatnya limbung. Popularitas Sae memang luar biasa, tapi dia tidak menyangka penggemar film di Tiongkok juga begitu antusias.
Memikirkan jadwal syuting yang padat besok membuatnya tersenyum pahit. Namun yang menjadi kekhawatiran Fukui adalah kondisi mental Sae yang terus-menerus merasa cemas akan hal-hal aneh. Meski sudah berkali-kali menasihatinya, situasi tampaknya tidak membaik.
Sekarang hanya bisa berharap dia bisa cepat pulih secara mental.
Saat itu, Fukui sama sekali tidak mengantuk. Dia berniat menengok Sae untuk memastikan kondisinya. Ketika membuka pintu dan melangkah keluar, keputusan ini akan menjadi penyesalan abadi bagi Fukui Akira.
Di koridor, dia melihat "Itu".
“Fujii Akira sama sekali tidak punya waktu untuk terkejut, bahkan ketakutan pun tak sempat merayap di wajahnya. Hidup singkatnya berakhir di momen ini. Dari awal sampai akhir, dia bahkan tak sempat mengeluarkan satu teriakan pun.”
Sedangkan Nojyou Sae, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada Fujii Akira. Setelah tiba di lantai satu, dia langsung buru-buru keluar dari paviliun. Saat ini, dia masih merasa waswas.
Sejenak sebelumnya, dia hampir merasakan bahwa eksistensi itu telah memasuki paviliun ini!
Meski tidak tahu apakah itu hanya khayalan, dia tetap memilih melarikan diri.
Tengah malam pukul 00:00 tiba.
Di lobi apartemen, bayangan Li Yin, Shen Yu, dan Feng Yuxian muncul. Li Yin segera melepaskan tangan yang menempel di bahu Shen Yu. Dia tidak ingin orang lain tahu dia tidak bisa kembali otomatis ke apartemen.
Saat itu di lobi, Yin Ye, Yinyu, Xingchen, Ziye dan yang lain langsung berdiri. Terutama Ziye, saat melihat Li Yin, dia langsung berlari hampir terpeleset di lantai marmer yang licin, lalu memeluk erat Li Yin.
“Kau kembali...” Ziye memeluk Li Yin erat-erat sambil berkata: “Terima kasih, terima kasih kau kembali...”
## Jilid 19 Mendekat Bab 2 Misi Darah Baru
Ziye terus memeluk Li Yin bagai ivy yang menempel di dinding, sama sekali tak mau melepaskannya. Li Yin pun membelai rambut hitam panjang Ziye yang berkibar, menundukkan kepala di dekat telinga sang kekasih.
Saat ini, keheningan berbicara lebih dari kata-kata.
Dan Xingchen juga memeluk Shen Yu dengan cara yang sama, rasa sakit akibat perpisahan hidup-mati ini benar-benar tak tertahankan bagi orang biasa. Tapi akhirnya, mereka berhasil melewati satu misi darah lagi, selangkah lebih dekat untuk meninggalkan apartemen ini. Meskipun masih samar, setidaknya ini adalah harapan.
Yan Lang dan Xi Yue, Li Yin sudah memberi tahu petugas rumah sakit untuk menyelamatkan mereka. Meski tak tahu alasan mereka bisa bertahan, karena waktu misi darah telah berakhir, dipastikan mereka akan aman. Li Yin tak berharap pengampunan, dia hanya ingin pasangan ini meraih kebahagiaan.
Kamya Sayoko justru duduk di sofa dengan tenang menyaksikan pemandangan ini tanpa reaksi berarti. Sebaliknya Yinyu di sampingnya terlihat sangat emosional hingga diam-diam menyeka air mata, sementara Yin Ye memeluknya erat membiarkan Yinyu bersandar di dadanya. Pada dasarnya, mereka adalah orang-orang yang berjiwa bebas, berani mencintai dan membenci, sehingga bisa saling memahami.
Malam ini, masih banyak orang yang sulit terlelap. Di apartemen ini, hanya segelintir yang benar-benar bisa tidur nyenyak.
Noujo Sae yang sedang berlarian di area perkotaan saat ini juga merasakan hal serupa. Dia sudah meninggalkan Distrik Baiyan, tapi sensasi berdebar di dada malah semakin menjadi. Untuk menghindari pengenalan, dia mengenakan kacamata hitam dan topi.
Namun sudah lewat tengah malam pukul 00:00, pejalan kaki semakin jarang. Dalam gelapnya malam, sensasi berdebar di dadanya justru semakin menguat. Entah kejadian apa lagi yang akan menyusul?
Setelah memasuki dunia hiburan, Noujou Sakae selalu merasakan kemudahan dalam kariernya. Saat sedang berada di puncak kesuksesan, sepotong kertas perkamen itu membuatnya seolah-olah terjerumus ke dalam mimpi buruk. Bahkan dia tidak bisa curhat kepada orang terdekat, akhirnya memilih kabur. Namun dengan kemampuan Bahasa Mandarin yang hampir nol, di kota asing ini dia benar-benar merasa kesulitan.
"Andai Minako ada di sini..." Noujou Sakae tiba di sebuah persimpangan jalan. Saat itu hampir tidak ada orang di persimpangan, hanya terlihat seorang pengemis tua yang terbaring di tanah dengan mangkuk pecah di depannya berisi beberapa lembar uang kertas kusut dan koin yang sangat sedikit.
Ketika Noujou Sakae melewati sisi jalan, si pengemis tua segera mengangkat kepala dan berkata: "Nona, kasih sedekah ya, terima kasih, terima kasih!" Sambil terus menggoncang-goncangkan mangkuknya, berharap bisa mendapatkan lebih banyak.
Dalam keadaan gelisah dan panik, Noujou Sakae sama sekali tidak punya mood untuk memperhatikan pengemis itu. Dia hanya buru-buru menyeberang jalan.
“Lao pengemis seketika kecewa luar biasa, kedua tangan berkerutnya terus menggosok-gosok. Saat itu angin dingin berhembus kencang di jalanan, tak ada lagi pejalan kaki di sekitar. Ia mengumpulkan mangkuknya, menghitung semua uang yang berhasil dikumpulkan hari ini. Wajah si pengemis tua langsung menunjukkan ekspresi malu, menghela napas, lalu menengadah ke atas. Dia menggigit gigi, bertekad harus mencari cara untuk mengemis lebih banyak lagi. Maka dia pun bergegas mengejar arah jalan Shizuka Kaneda yang tadi, karena uang ini benar-benar tidak cukup.
Setelah belok di sudut jalan, saat hendak melanjutkan langkah, kakinya tersandung. Dia terjatuh ke tanah, berguling beberapa kali. Ketika berdiri kembali, tiba-tiba matanya terpaku pada pemandangan di hadapannya.
Mulut si pengemis tua menganga lebar, begitu besarnya hingga hampir bisa memasukkan mangkuk di tangannya. Tubuhnya tanpa sadar mundur terhuyung!
"Braak"! Mangkuk pecah itu jatuh ke tanah, koin-koin di dalamnya berhamburan ke segala penjuru jalan. Sejak saat itu, para pejalan kaki takkan pernah lagi melihat pengemis ini di jalanan.
Noujou Sae merasakan hawa semakin dingin. Meski sudah hampir Juni, hawa malam yang menusuk tetap sulit ditahan. Dia terus menengok ke belakang, dalam persepsinya, entitas yang ingin mengambil sepotong kertas perkamen ini sepertinya semakin mendekat! Memikirkan ini, langkahnya spontan dipercepat! Namun anehnya, dia menyadari pejalan kaki di sekitar semakin sedikit sampai bisa diabaikan, langit semakin gelap, dan lampu jalan di sekitarnya tampak rusak sehingga jalanan semakin kelam. Tapi Sae tahu dia tak boleh berhenti, konsekuensinya akan sangat mengerikan.
Di saat bersamaan, di dalam apartemen...
Instruksi tulisan darah baru dirilis!
Tak lama setelah Li Yin menyelesaikan misi darah, instruksi baru muncul lagi!
Isi instruksi baru: "Pada 24 Mei pukul 02:00 hingga 05:00 dini hari, temukan selebriti Jepang Noujou Sae yang sedang berada di Kota K. Pada dirinya terdapat pecahan Perjanjian Neraka. Bersamaan itu, ada hantu yang sedang mencari Noujou Sae. Jika ditemukan, Noujou dan pecahan kontrak akan lenyap dari dunia bersama-sama, dan pelepasan pecahan Perjanjian Neraka akan berhenti. Catatan khusus: Harus menemukan Noujou Sae sebelum batas waktu instruksi berakhir. Saat waktu habis, ambil pecahan Perjanjian Neraka dari dirinya. Sebelum misi darah berakhir, wajib memasuki radius 10 meter di sekitar Noujou Sae. Selama menjalankan misi darah, dilarang memasuki apartemen ini atau membawa Noujou Sae ke dalam apartemen."
"Pelaksana misi darah kali ini adalah Kamya Sayoko, Ke Yinyu, Luo Mizi, Lin Tianze, Weisheng Liang, Chen Yimo, Jiang Yunxiao, total tujuh orang! Di antara mereka, terdapat dua intelektual handal yaitu Kamya Sayoko dan Ke Yinyu! Sedangkan yang lain semuanya adalah pemula yang pertama kali menjalankan misi darah. Ketika tujuh orang berkumpul di lobi, mereka saling pandang karena dalam satu jam lagi misi darah akan dimulai!"
"Namun di sisi lain, kemunculan pecahan Perjanjian Neraka baru membuat para penghuni bersukacita! Bagaimanapun, ini adalah pecahan kelima Perjanjian Neraka!"
"Tapi tak satu pun penghuni tahu bahwa sebenarnya ini adalah rilis pecahan keenam Perjanjian Neraka. Pecahan kelima berada di tangan penghuni palsu yang dilepaskan dari gudang, tak ada yang menyadari petunjuk jalan keluar yang tersusun dari nama alat gudang, juga tak ada yang menemukan petunjuk jalan keluar kedua bahwa alat-alat itu sengaja melemahkan pembatasan apartemen. Sebaliknya, jalan kematian telah terbuka sepenuhnya. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa apartemen yang dianggap aman ini telah disusupi, nyawa mereka seolah menggantung di bawah pedang Damocles."
"Setelah pembatasan terakhir apartemen dihilangkan, tak ada satu pun penghuni yang bisa selamat. Tak ada pengecualian!"
"'Pecahan kontrak kelima...' Yinyu bergumam sambil menatap penghuni lain di lobi, napasnya jelas semakin berat saat berbicara. Tatapan Kamya Sayoko ke arah Yinyu terlihat semakin tidak bersahabat."
"Penghuni lain yang berkumpul memandangi Yinyu dan Sayoko dengan berbagai pikiran tersendiri."
Luo Mizi adalah siswi SMA berusia 17 tahun yang sangat pemalu dan termasuk kategori otaku sejati；Lin Tianze, sebagai penghuni baru, adalah pria baik hati yang selalu duduk di kursi di mulut gang sambil mencegah orang lain masuk ke area ini；Weisheng Liang (nama marga Weisheng memang ada), seorang warga Taiwan yang datang ke daratan untuk mengunjungi keluarga tapi malah terperangkap di apartemen；Chen Yimo, gadis fujoshi ekstrem yang pernah mempertemukan sepasang kekasih sesama jenis di dunia nyata, otaknya selalu memikirkan siapa "top" dan "bottom", namun justru masuk ke apartemen ini；Jiang Yunxiao adalah anak orang kaya yang suatu hari masuk ke kompleks ini dengan BMW modifikasinya, lalu terjebak di apartemen...
Singkatnya, tidak ada satupun penghuni ini yang bisa dianggap sebagai pemikir cerdas - otaku, fujoshi, anak orang kaya, pria baik hati. Oleh karena itu, saat menjalankan misi darah, mereka hanya bisa mengandalkan Yinyu dan Xiao Yezi sebagai pemimpin. Tentu saja, karena Xiao Yezi berasal dari Jepang, mereka lebih mempercayai Yinyu. Meski tak berharap bisa merebut fragmen kontrak, mereka tetap tak mau menyerahkan sedikitpun harapan. Bagaimanapun, semut pun masih ingin hidup, apalagi manusia?
“Segera bersiap dan berangkat sekarang!” Yinyu mengerutkan alis: “Sudah tidak sempat memberitahu Li Yin dan yang lain. Mari kita berangkat dulu. Kalian semua pertama kali menjalankan misi darah, meskipun sudah sering menghadiri seminar tentang misi darah, tapi kali ini eksekusi nyata. Jangan ada sedikit pun rasa beruntung! Sekecil apapun kehati-hatian kalian, tidak akan berlebihan! Bahkan saya sendiri pernah nyaris tewas beberapa kali saat menjalankan instruksi tulisan darah. Paham?”
“Paham!”
Sambil berkata demikian, Yinyu menoleh ke Xiao Yezi di belakangnya: “Nyonya Kamya, nanti jika ada masalah penerjemahan, mohon bantuannya. Mungkin ini alasan misi darah memilihmu, sama seperti misi darah Jepang sebelumnya.”
“Kau benar-benar percaya ya,” Xiao Yezi menatap Yinyu dengan dingin: “Tidak takut aku menyalahgunakan hambatan bahasa untuk merebut fragmen kontrak dan menjebak kalian?”
“Saya rasa Nyonya Kamya bukan tipe orang yang mengorbankan kepentingan besar untuk hal sepele. Kau pasti tahu, saya mungkin mengetahui lokasi salah satu pecahan Perjanjian Neraka. Nyonya adalah orang pintar, beberapa hal tidak perlu diucapkan terang-terangan, bukan?”
Mendengar ini, Xiao Yezi tidak bereaksi banyak. Ia memalingkan kepala ke pintu putar: “Ayo, waktu kita tidak banyak!”
Misi darah kali ini agak mirip dengan misi enam kepala sebelumnya, sama-sama harus mencari berdasarkan petunjuk. Menurut konten instruksi darah, jika tidak menemukan Kano Sae, mereka tidak bisa kembali hidup-hidup ke apartemen ini.
“Apa yang harus kita lakukan?” Chen Yimo bertanya panik: “Hotel tempat Kano Sae menginap tidak diumumkan ke media. Sekarang harus mencari di mana...”
“Sudah tahu.” Yinyu membuka ponselnya dan memperlihatkannya ke semua orang: “Lihat, di layar tertulis jelas kan? Hotel Snowfield, wartawan sudah menyelidiki tapi belum disiarkan di berita.”
“Lalu bagaimana kita menghubunginya?” Lin Tianze di samping bertanya dengan cemas: “Kita, apa yang harus kita lakukan?”
“Aku pernah bertemu Nodo Sae sekali,” tiba-tiba Xiao Yezi berkata: “Saat itu, aku sedang menyelidiki kasus pembunuhan di Tokyo yang bernama 'Kasus Pembunuhan Berantai Black Ring'. Dalam kasus itu, Osawa Yuko adalah salah satu tersangka, dan kalian tahu kan Osawa Yuko satu agensi dengan Nodo Sae?”
“Hmm, kami tahu itu,” Luo Mizi si otaku langsung menyela: “Dulu mereka anggota grup idola 'Golden Moment' yang bubar dua tahun lalu.”
“Saat aku menyelidiki kasus itu, grupnya belum bubar. Klienku waktu itu adalah pacar Osawa Yuko, Ebihara Sukehira dari keluarga kaya raya, karena Osawa Yuko dicurigai sebagai pelaku 'Kasus Pembunuhan Black Ring'. Berkat bukti yang aku ajukan, kasusnya terselesaikan. Dalam kasus itu, aku pernah bertemu sekilas dengan Nodo Sae. Meski tidak terlibat, karena dekat dengan Osawa Yuko, setelah kasus selesai kami sempat makan bersama.”
“Begitu ya. Kalau kamu mengajukan pertemuan dengan Nodo Sae, seharusnya bisa diterima kan?”
“Secara teori begitu.” Xiao Yezi menghentikan ucapannya sejenak, lalu melanjutkan: “Jika... dia belum meninggalkan Hotel Snowfield sekarang.”
Setengah jam kemudian, sekelompok orang tiba di pintu masuk Hotel Setsugen. Saat ini, banyak penggemar yang datang karena lokasi diekspos media terus berkerumun di depan hotel, membuat satpam harus turun tangan mengatur ketertiban. Banyak penggemar membawa spanduk bertuliskan "Cinta Besar untuk Sae", "Sae-chan paling imut", "Selalu mendukung Sae". Kerumunan besar penggemar Sae di luar membuat orang terpana.
"Memang pantas Noujou Sae," kata Luo Mizi yang merupakan otaku paling paham, tak bisa menahan diri berkata: "Semua drama romantis yang dia bintangi sudah kutonton, poster artis Jepang di rumahku selain Aragaki Yui, paling banyak adalah dia."
"Bagaimana ini?" Yinyu mengerutkan alis bertanya: "Nyonya Kamya, apakah Anda punya nomor teleponnya?"
"Tidak ada." Xiao Yezi menjawab tegas: "Sekarang sepertinya sulit untuk masuk."
Tiba-tiba, sekelompok besar orang keluar menghentikan penggemar masuk, dan di antara kerumunan penggemar juga bercampur banyak wartawan. Meski sekarang jam dini hari, orang yang berkumpul semakin banyak.
Sementara itu, di lantai tempat Noujou Sae sebelumnya menginap...
"Aku mau gila!" Penerjemah Maya Toshiko meremas kepala, berdiri di kamar Noujou Sae berkata: "Dia ngapain, tiba-tiba pergi di saat seperti ini! Bahkan manajer Mr. Fukui juga menghilang!"
"Nona Maya." Seorang staf di belakang bertanya: "Bagaimana kalau lapor polisi? Kondisi sekarang ini..."
“Tidak, tidak boleh melaporkan ke polisi!” Miyama Toshiko langsung menggelengkan kepala: "Harus mempertimbangkan citra Sae! Jika melapor ke polisi, tidak tahu rumor apa yang akan beredar!"
Saat itu, seorang staf berlari masuk: "Nona Miyama, satpam di luar tadi bilang ada seseorang yang mengaku sebagai kenalan lama Nona Nōjō di Jepang, ingin bertemu dengannya."
“Kenalan lama? Jangan-jangan fans palsu?” Miyama Toshiko bertanya curiga: “Siapa namanya?”
“Kamya Sayoko.”
“Kam... Apa katamu? Kamya Sayoko yang memecahkan 'Kasus Pembunuhan Cincin Hitam' itu?” Miyama Toshiko membuka mulut lebar-lebar terkejut, lalu segera berkata: “Cepat, persilakan masuk!”
Beberapa menit kemudian, di lobi hotel, Kamya Sayoko bertemu dengan Miyama Toshiko, sementara Yinyu dan yang lain menunggu di luar.
“Lama tidak berjumpa, Nyonya Kamya,” Miyama Toshiko duduk di hadapan Sayoko dengan wajah berseri: “Tak kusangka Anda ada di Tiongkok. Masih ingat aku? Dulu kita pernah bertemu sekilas.”
“Tentu ingat. Nona Miyama Toshiko.” Sayoko sekadar basa-basi lalu langsung ke pokok pembicaraan: “Maaf terang-terangan, bisakah saya bertemu Nona Nōjō?”
“Nyonya Kamya!” Miyama Toshiko segera menyahut: “Sebenarnya sedang terjadi suatu masalah, semoga Nyonya Kamya bisa membantu...”
## Jilid 19 Mendekat Bab 3 Bintang yang Tidak Stabil
Saat Li Yin terbangun, dering ponsel di meja langsung terdengar. Dia mengucek matanya, sementara Ziye yang tidur di sampingnya juga bangun.
Li Yin mengambil ponsel dan melihat nama penelpon - Yinyu!
Di dalam apartemen, malah harus menelepon diri sendiri dengan ponsel, apakah ini berarti...
Li Yin segera mengangkat telepon, belum sempat membuka mulut, sudah mendengar suara Yinyu yang terburu-buru: "Li Yin! Kami baru menerima instruksi tulisan darah baru, isi misi darahnya adalah..."
Setelah mendengar penjelasan lengkapnya, Li Yin langsung bangkit dari (tempat tidur), mengenakan kemeja, dan berkata tegas: "Baik! Aku paham, Yinyu. Hati-hati, misi darah kali ini mungkin sangat berbahaya."
Instruksi tulisan darah dengan misi khusus selalu mengandung jebakan dan jalan kematian tersembunyi. Seperti dua misi darah sebelumnya yaitu mencari enam kepala manusia dan pengiriman surat. Kali ini Yinyu harus menjalani misi serupa - pada misi pencarian kepala terakhir, dia harus menggunakan strategi 'mengorbankan diri untuk bertahan hidup' agar bisa kembali ke apartemen. Dan sekarang, misi darah ini...
"Ziye, teruslah tidur," kata Li Yin sambil menahan Ziye yang hendak bangkit, "Kau sudah lelah seharian, istirahatlah. Aku akan cari Yin Ye untuk berdiskusi tentang strategi penanggulangan."
Di ruang tamu Hotel Snowfield, Xiao Yezi menyimak semua penjelasan lalu memeriksa informasi yang didapat: "Jadi ketika di Jepang, kondisi mental Nengtiao sudah bermasalah, ya?"
"Benar. Tapi kami kira itu karena tekanan opini publik. Beberapa waktu lalu ada rumor operasi plastik Nengtiao, tapi kemudian berhasil diredam. Saat datang ke Tiongkok untuk promosi 《Burung Darah》, tak menyangka akan terjadi insiden seperti ini."
“Kalau di lantai itu ada satpam yang berjaga, bagaimana mungkin dia dan Tuan Fukai bisa pergi?”
“Saya juga tidak mengerti. Hanya staf hotel dan orang yang punya kartu identifikasi kerja yang bisa keluar-masuk lantai itu. Jika benar Nona Notou dan Tuan Fukai mengalami insiden, bagaimana mungkin mereka bisa dibawa keluar tanpa sepengetahuan satpam? Nyonya Kamya, tolonglah, kami harap Anda bisa menyelesaikan masalah ini. Kami tidak ingin melaporkan ke polisi kecuali terpaksa. Dari situasi di TKP, sepertinya Nona Notou pergi sendiri, bukan diculik.”
Xiao Yezi menutup buku catatannya dan melanjutkan, “Saya mau bertanya lagi. Selama ini, Anda selalu menemani Tuan Fukai sebagai asisten, bukan? Apakah kalian pernah mengalami fenomena aneh – maksud saya sesuatu yang seperti... ‘legenda hantu’?”
“Hah? Tidak, belum sampai segitunya. Mengapa Nyonya Kamya berkata begitu? Ini terdengar berlebihan.”
“Tidak, hanya bertanya saja.” Xiao Yezi mengucapkan ini sambil menatap isi buku catatannya, tenggelam dalam pikiran. Setelah lama terdiam, dia berkata, “Menurutmu, kemana dia pergi?”
“Saya... saya tidak tahu. Sebenarnya ini pertama kalinya Nona Notou datang ke Tiongkok. Dia pasti tidak familiar dengan jalan sekitar sini. Karena itu saya sangat khawatir. Meski berusaha menutupi, tidak tahu sampai kapan bisa bertahan. Saya sudah membatalkan acara hari ini dengan alasan dia tidak enak badan. Bagaimanapun, kita harus segera menemukannya. Nyonya Kamya, apakah tindakan saya tidak tepat? Haruskah kita melaporkan ke polisi?”
"Xiao Yezi mengembalikan catatan ke tubuhnya, lalu berkata: 'Bawa saya ke ruangannya untuk melihat-lihat. Saya harus mengumpulkan data yang cukup sebelum bisa membuat penilaian lebih lanjut. Mohon bantuannya.'"
"'Baik, Nyonya Kamya. Silakan ikuti saya, saya akan mengantar Anda.'"
"Kemudian, Mayama Toshiko berdiri dan membawa Xiao Yezi menuju lift. Saat ini, Mayama Toshiko benar-benar menganggap Kamya Sayoko sebagai juru selamat."
"Ruangan Nojo Sae masih utuh. Barang-barang tertata rapi, di depan cermin masih tersisa banyak alat rias. Pakaian Nojo Sae berantakan di atas tempat tidur. Benar seperti yang dikatakan Mayama Toshiko, tidak terlihat tanda-tanda Nojo Sae diculik. Xiao Yezi berjalan perlahan di TKP, dia memperhatikan selimut di tempat tidur terlipat setengah, sementara bantal basah besar."
"'Apakah ini keringat?' Xiao Yezi meraba bantal, lalu menoleh ke belakang: 'Sepertinya Nona Nojo menyamar lalu meninggalkan lantai ini. Tapi jelas dia panik, langsung melepas pakaian dan membuangnya ke tempat tidur. Dia tampak sangat ketakutan. Benarkah kalian tidak punya petunjuk sama sekali? Sebenarnya apa yang dia takuti?'"
"'Saya benar-benar tidak tahu. Mungkin Tuan Fukui yang tahu, tapi dia juga menghilang.'"
"'Bawa saya ke ruangan Tuan Fukui.'"
"'Baik, ruangannya di sebelah. Nyonya Kamya, silakan ikuti saya.'"
“Kamar Fukui Akira jelas jauh lebih normal, tidak terlihat perubahan apa pun. Saat menyadari Fukui Akira hilang, pintu ruangan ini dalam keadaan terbuka lebar.”
Setelah memeriksa semuanya, Xiao Yezi berkata: “Nyonya Mayama, lebih baik laporkan ke polisi. Setelah melapor, interogasi staf hotel dan kumpulkan saksi mata di sekitar akan lebih cepat. Jika dua orang pergi bersama, pasti akan ada yang memperhatikan. Lagipula, Nyonya Nōjō adalah selebritas besar, mudah dikenali. Jika wajahnya ditutupi, justru akan lebih mencolok.”
“Tapi, kalau melapor ke polisi…” Mayama Toshiko jelas masih ragu.
“Sudah larut malam sekarang. Jika terjadi sesuatu pada Nyonya Nōjō, apakah Anda bisa bertanggung jawab?” Wajah Xiao Yezi menjadi dingin: “Lapor sekarang! Atau akan saya lakukan sendiri!”
“Saya harus berdiskusi dengan perusahaan dulu…”
Namun Xiao Yezi sama sekali mengabaikannya. Ia sudah mengeluarkan ponsel dan memencet nomor “110”. Saat ini, kesabarannya jelas sudah habis.
Tak lama kemudian, mobil polisi mengepung Hotel Setsugen dan mulai melakukan penyelidikan. Bersamaan itu, Xiao Yezi khusus berpesan kepada Nyonya Mayama: Jika polisi menemukan Nōjō Sae, wajib menghubunginya.
Jika polisi turut campur dalam pencarian, prosesnya akan jauh lebih cepat dan mudah. Noujou Sae toh adalah bintang besar, cukup dikenali sekali saja pasti langsung menarik kerumunan orang. Di zaman sekarang, mungkin informasi tentangnya bisa langsung ditemukan di situs web, sehingga lebih mudah. Lagipula dengan berita yang tersebar, penggemar fanatik mungkin akan ikut bergabung dalam pencarian. Bagaimanapun, kita harus menemukan Noujou Sae lebih cepat, kalau tidak, fragmen Kontrak Neraka tidak akan bisa didapatkan lagi!
Hal ini sama sekali tidak bisa diterima para penghuni. Misi darah biasa saja sudah sulit sampai tingkat yang keterlaluan, instruksi tulisan darah tingkat raja iblis menjadi satu-satunya harapan para penghuni. Begitu berhasil mendapatkan Kontrak Neraka yang utuh, maka harapan itu akan muncul. Tentu saja, nanti demi memperebutkan fragmen Kontrak Neraka, semua pasti akan saling membantai untuk berebut!
Sae menggigil sambil berlari menembus sebuah gang yang gelap! Barusan, perasaan itu kembali menguat, "Itu" semakin mendekat! Pasti menguntit dari hotel! Pikiran ini membuatnya sangat ketakutan. Jalanan sepi, lampu-lampu di sekitarnya padam semua, benar-benar menyeramkan. Sejak mendapatkan sepotong kertas perkamen ini, rasa takutnya tak pernah hilang sama sekali. Sekarang, dia pun tak tahu harus bagaimana lagi untuk melarikan diri!
Dia pertama kali datang ke Tiongkok, dan sama sekali tidak mengenal Kota K ini. Saat ini, dia benar-benar tidak tahu harus pergi ke mana. Bahkan jika membeli peta, dia tidak bisa membaca Bahasa Mandarin. Dia bahkan lebih tidak berani meminta bantuan kepada siapa pun, orang pasti akan menganggapnya mengidap paranoia, tidak, mungkin saja orang itu akan menyamar sebagai orang yang dikenalnya!
Mental Noujou Sae telah jatuh ke dalam kondisi abnormal seperti obsesi kompulsif. Saat ini, dia sudah kehilangan akal sehat dan kesadaran, hanya tahu lari, lari, lari! Dalam kondisi normal, sikap orang waras seharusnya mencari bantuan orang lain dan pergi ke tempat umum, tapi dia malah berlari ke daerah sepi karena takut "orang" yang ingin merebut kertas perkamen itu akan menyamar di kerumunan dan menunggu kesempatan. Sebagai selebriti, ke mana pun dia pergi pasti akan dikenali, jadi dia sama sekali tidak boleh membiarkan jejaknya terlihat.
Karena itu, dia sengaja berlari ke arah terpencil. Wajahnya yang semula cantik dan polos kini dipenuhi urat darah merah di mata, ketakutan telah sepenuhnya berubah ekspresinya sampai sama sekali tidak terlihat seperti orang normal. Tidak, dia memang sudah tidak normal.
Menjelang dimulainya misi darah, ketidaknormalan ini akhirnya mencapai puncaknya.
"Tapi, karena takut naik metro atau taksi, dia juga sulit pergi terlalu jauh. Kali ini karena datang ke Tiongkok, mobil yang dinaiki disediakan pihak Tiongkok. Sekarang, jika ada mobil, bisa pergi ke tempat terpencil." Noujou Sae berpikir demikian, mulai menyisir jalanan mencari mobil.
Saat itu, tanpa sadar dia sampai di area parkir bawah gedung tinggi. Tiba-tiba dari gedung keluar seorang pemuda berbaju jas hitam. Di tangannya ada kunci mobil, mendekati sebuah mobil dan membuka pintu. Saat akan masuk, tiba-tiba kepalanya terkena pukulan keras!
Noujou Sae menghantamkan batu besar yang ditemukannya di jalan ke kepala pemuda itu! Kepalanya langsung pecah berdarah. Noujou Sae merampas kunci mobil dari tangan pemuda itu, masuk ke dalam mobil. Kemudian menutup pintu dan menyalakan mesin.
Noujou Sae sudah benar-benar kehilangan kewarasan. Logika dan kesadaran sudah hilang. Asal bisa kabur, dia rela membayar harga apapun!
Mengemudikan mobil di jalan raya, dia menginjak gas habis-habisan terus menerus. Setelah lebih dari sepuluh menit, baru akhirnya dia merasakan teror yang terus mendekat itu perlahan mulai menghilang.
"Untuk sementara... berhasil kabur, kabur dari 'Itu'..."
Sementara di sisi penghuni, semua mendengarkan petunjuk dan kesimpulan yang diberikan Xiao Yezi.
"Bagaimana kita menemukannya?" Lin Tianze bertanya panik: "Dia kabur begitu saja, Kota K seluas ini. Kalau dia sembunyi di suatu tempat, dalam waktu singkat kita..."
“Tenang saja,” Xiao Yezi sama sekali tidak panik: “‘Kepanikan’ adalah pembunuh yang lebih menakutkan daripada hantu dalam misi darah. Apartemen pasti akan meninggalkan petunjuk untuk kita, kita hanya perlu mengikuti petunjuk itu. Saat ini sudah melaporkan ke polisi, semua orang akan waspada. Tapi saya juga punya pemikiran sendiri.”
Yinyu menatap Xiao Yezi yang ekspresinya tetap tenang, bertanya: “Pendapatmu apa? Mengajukan pelacakan GPS ponsel?”
“Ini metode awal, tapi apartemen pasti tidak akan mempermudah kita. Sudah saya tanyakan, Sagiri Nōjō tidak membawa uang tunai. Jika ingin berbelanja, dia harus menggunakan kartu bank di mesin ATM. Selama ada catatan penarikan seperti itu, kita bisa melacaknya. Untuk berjaga-jaga, saya sudah memasang alat penyadap pada seorang polisi.”
“Bagaimana dengan Akira Fukui?” Yinyu bertanya lagi: “Menurutmu dia bagaimana? Pergi bersama atau...”
“Kemungkinan besar sudah meninggal,” jawab Xiao Yezi: “Manajer tidak punya alasan lari bersamanya. Saya curiga mayatnya sudah tidak ada. Ini sangat mengerikan.”
Yinyu menyetujui: “Seperti dikatakan misi darah, kita harus cepat. Begitu Sagiri Nōjō menghilang dari dunia, kita gagal menyelesaikan misi ini. Saat itu, kami bertujuh hanya akan berakhir dibunuh bayangan!”
## Jilid 19 Mendekat Bab 4 Bayangan yang Tak Terlepaskan
Saat ini, Yinyu dan Xiao Yezi telah menjadi tumpuan harapan utama semua penghuni baru. Bagaimanapun, menemukan bintang Jepang Sagiri Nōjō terasa sangat sulit.
“Sudah periksa CCTV?” Yinyu dan Xiao Yezi saat ini berada di koridor kantor polisi, yang pertama bertanya lagi: “Polisi seharusnya memeriksanya kan?”
“Hmm, hasilnya baru keluar.” Xiao Yezi melihat ke arah beberapa polisi yang terlihat tegang di kejauhan, berkata: “Dalam rekaman pengawasan tidak terlihat Sae Kiryuu, tapi ada seorang petugas kebersihan yang meninggalkan lantai tersebut. Setelah diselidiki, ternyata kemarin pagi saat baru check-in di hotel, Sae Kiryuu pernah menukar pakaian petugas kebersihan dengan uang dari salah seorang petugas.”
“Bukannya dia tidak membawa uang tunai?”
“Tampaknya dia mungkin menyimpan beberapa yuan, tapi tidak memberitahu siapa pun. Jelas sejak awal dia sudah merencanakan pelarian, jadi bahkan berbohong pada orang terdekat. Sesuatu yang bisa membuatnya ketakutan sampai seperti ini, pasti bukan hal biasa.”
Semua orang mengetahui situasi sebenarnya.
Yinyu meremas jari-jarinya, berkata: “Kalau begitu, dia seharusnya sudah merasakan bahwa yang mendekatinya adalah eksistensi non-manusia?”
“Begitulah.” Xiao Yezi berdiri tiba-tiba, “Sekarang waktunya mendesak. Kita harus beraksi dalam kelompok. Harus secepatnya menemukan Sae Kiryuu.”
“Kelompok?” Yinyu ikut berdiri, “Tapi saat ini kita tidak tahu dimana Sae Kiryuu. Ada ide?”
“Ada banyak cara.” Xiao Yezi berkata tanpa ragu: “Pertama, kita harus memastikan moda transportasi yang dia naiki dan berbagai rutenya. Jika polisi sudah mulai melakukan penyelidikan, pasti segera ada petunjuk. Lagipula, Noujo Sae adalah superstar besar, jika terjadi insiden selama kunjungannya ke Tiongkok, polisi pasti mendapat tekanan media yang besar sehingga akan menyelidiki sekuat tenaga. Pada jam segini, baik metro maupun bus terakhir sudah lewat jadwal. Jadi kemungkinan besar dia pergi menggunakan taksi. Kalau ingin melarikan diri cepat, kecil kemungkinan dia memilih berjalan kaki. Selain itu, kita juga perlu menyelidiki apakah ada kasus kehilangan jejak atau kematian tidak wajar di sekitar sini. Menghilangnya Fukui Akira bisa menjadi bukti pendukung.”
“Begitu rupanya.” Yinyu mengangguk setuju: “Kamu benar. Dengan menyelidiki perusahaan taksi apakah ada wanita yang menutupi wajahnya memesan kendaraan, kita bisa melacak tujuannya. Jika ada kasus kematian atau kehilangan jejak, kita juga bisa memperkirakan arahnya. Tapi semua ini perlu penyelidikan lebih lanjut. Untuk saat ini, kita masih sulit menentukan arah yang pasti.”
Nyatanya, Noujo Sae tidak naik taksi melainkan merebut mobil untuk melarikan diri. Tindakan ini memang sulit diprediksi dengan logika biasa.
“Ada satu cara lagi...” Xiao Yezi melanjutkan: “Suruh dia menemui saya langsung. Kami pernah berinteraksi singkat dalam kasus itu, jadi dia mungkin punya kepercayaan pada saya. Jika dia tahu saya berada di Kota K, kemungkinan besar dia akan datang. Barusan saya sudah menghubungi media untuk menyebarkan kabar ini di internet. Asalkan dia melihatnya, dia mungkin akan datang.”
Saat ini, Nōjō Sae mengendarai mobil melewati gedung-gedung tinggi dan berhenti di bawah sebuah apartemen. Dia terengah-engah, ponselnya masih dalam keadaan mati. Sebelumnya dia hanya menyalakannya sekali lalu mematikan lagi. Khawatir terlacak posisinya, jadi tidak menyalakannya kembali.
Tempat ini adalah kompleks perumahan menengah. Di depannya berdiri apartemen empat lantai. Dia mengusap matanya yang terasa sangat lelah. Tapi dia sangat sadar tak boleh lengah sedikitpun, atau akan segera ditemukan.
Peringatan bahaya di pikirannya terus menerus merangsang otaknya, memaksanya berpikir mati-matian untuk menghindar. Langit sekarang gelap gulita tanpa cahaya bulan. Tak ada satu jendela pun yang menyala di apartemen itu. Sebenarnya dia bisa menyalakan lampu depan mobil, tapi karena ketakutan luar biasa, bahkan keberanian itu pun tak dimilikinya. Sae merasa seolah apapun yang dia lakukan, peringatan bahaya di pikirannya tak bisa diusir.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Kacamata hitam tetap menempel di pipi Sae. Udara sekitar terasa beku, tak ada suara sama sekali, sunyi seperti kuburan. Di depan mobilnya ada taman bunga, di belakang deretan pohon, di samping mobil berdiri cermin datar bundar.
Sae mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam, dan bergumam: "Tidak mungkin, sudah lama sekali, mereka takkan bisa mengejar, tidak mungkin."
Sejujurnya, rasa kantuk terus menerjang. Meski sebelumnya sudah ada rencana kabur, tapi dia sama sekali tidak menyangka akhirnya harus melarikan diri di tengah malam. Sepanjang siang harus terus menghadiri acara, berurusan dengan wartawan yang membandel, ditambah ketegangan mental, kini kelopak matanya terus berkelahi. Alasan berhenti di sini juga karena kelelahan yang semakin menjadi-jadi, khawatir terjadi kecelakaan, jadi menyetir ke tempat ini. Bagaimanapun juga, dia harus beristirahat sebentar. Saat ini, dirinya benar-benar seperti burung yang ketakutan oleh busur, bagaikan mangsa yang dikejar-kejar pemburu.
Lebih dari sepuluh menit kemudian, dia sedikit tenang. Tangan yang mencengkeram kemudi perlahan melonggar. Lalu, dia menatap ke luar jendela bus. Di antara beberapa bangunan apartemen di sekitarnya, gelap gulita sama sekali, tak ada yang bisa dilihat jelas. Ini membuat bulu kuduknya meremang. Angin dingin berhembus, dia segera mengangkat jendela bus.
Meraih peta Kota K, dia memeriksanya dengan teliti, sambil sesekali melirik ke luar. Tiba-tiba, dia merasakan desakan buang air kecil yang sangat kuat!
Sepanjang perjalanan, karena terus tegang, dia sudah menghabiskan tiga empat botol air mineral di mobil. Kini, keinginan buang air kecil tentu saja sangat mendesak, sampai sama sekali tak tertahankan. Meski diliputi ketakutan, tapi belum sampai takut harus menyelesaikan urusan ini di dalam mobil.
“Hmm…” Dia menggigit giginya, menyadari dirinya tidak bisa menahan diri lagi. Dalam ingatannya, sepanjang perjalanan tadi sama sekali tidak melihat toilet umum. Jika keluar mencari, tidak tahu kapan bisa menemukan. Kebetulan ada rumpun bunga di dekatnya, jika menyelesaikan urusan di sana seharusnya tidak ada yang melihat, mengingat sudah larut malam, siapa yang akan keluar.
Memikirkan ini, dia segera membuka pintu bus, menghadapi angin dingin yang menusuk. Hidungnya terasa perih tanpa disengaja. Dia berlari cepat ke arah pot bunga itu, berjongkok, dan membuka celananya. Karena terlalu tergesa-gesa, pipinya hampir terluka oleh ranting pohon.
Angin benar-benar kencang. Nōjo Sakae tidak bisa menahan diri. Tangan yang sedang membuka kancing celana tidak sempat menutup hidung, membuatnya bersin sangat keras! Setelah bersin, dia langsung menutup mulutnya ketakutan. Melihat sekeliling, untungnya tidak ada bayangan orang yang muncul, membuatnya sedikit lega. Proses buang air kecil ini berlangsung lama, lebih dari sepuluh detik belum juga selesai. Pakaian tipis yang dikenakannya membuatnya ingin cepat-cepat menyelesaikan urusan dan kembali ke mobil.
Akhirnya setelah semuanya selesai, dia menarik celananya. Saat hendak keluar dari pot bunga itu, tiba-tiba firasat berbahaya itu datang lagi, kali ini dengan intensitas yang jauh lebih mengerikan!
Dia merasakan bahwa "Itu" telah mendekat ke area ini!
Shahui segera terus melirik ke kiri dan kanan, berharap bisa menemukan jejak apapun. Namun yang terlihat hanyalah kekosongan. Sekarang, dia bahkan tak berani bergerak sedikitpun, karena meninggalkan pot bunga ini mungkin akan membuatnya ketahuan. Dia hanya bisa terus berjongkok, tak berani mengeluarkan suara apapun.
Di mana? Di mana?
Shahui hampir menahan napas, kedua tangan mengepal erat, berkonsentrasi penuh merasakan semua gerakan di sekitarnya. Saat ini, dia benar-benar ketakutan hingga puncaknya.
"Itu"...
"Itu" ada di sekitar sini!
Sebenarnya, Shahui juga sedang mempertimbangkan apakah lebih baik berlari keluar, kembali ke mobil, dan segera melarikan diri. Tapi bagaimana jika dia ketahuan saat keluar?
Tepat saat itu, dia tiba-tiba menyadari cermin di hadapannya. Di cermin datar itu terpantul mobilnya. Shajari menatap tajam ke cermin itu, mungkin bisa melihat sesuatu melalui pantulannya.
Tiba-tiba dia menyadari, dalam cermin tersebut, seorang pria yang membawa botol minuman keras terhuyung-huyung mendekati mobilnya. Orang itu tersandung dan terjatuh tepat di atas kap mesin.
Saat itu juga, angin kencang bertiup hingga membuat Shahui sulit bernapas, rambut dan pakaiannya berkibar-kibar tertiup angin. Bersamaan dengan itu, dia merasakan "Itu" sudah berada di tempat yang sangat dekat dengannya!
“Dari taman bunga ini, yang terlihat hanyalah cermin, namun pria mabuk yang tergeletak di atas mesin tiba-tiba menunjukkan ekspresi ketakutan yang luar biasa! Kemudian, dia melihat di cermin, wajah pria mabuk itu terus berubah, lalu segera menoleh ke belakang dan kabur!”
“Selanjutnya, dia hanya mendengar suara botol minuman keras pecah di tanah. Melalui celah semak-semak, dia melihat serpihan botol di tanah, tapi pria mabuk itu telah menghilang tanpa jejak.”
“Apa sebenarnya yang dia lihat? Apa yang membuatnya menghilang?”
“Shaei terus mundur sepanjang taman bunga. Sekeliling kembali sunyi senyap, sama sekali tidak berani keluar. Sekarang, pikirannya hanya fokus pada cara melarikan diri dari tempat ini. Ketakutan telah membuatnya seperti terkubur dalam es, jantung berdebar kencang. Dia merasa nyawanya bagai lilin di tengah angin, bisa padam kapan saja!”
“Dia terus berjalan pelan-pelan dengan hati-hati di antara rumput. Setelah waktu lama, lingkungan tetap sepi, justru membuatnya semakin panik! Akhirnya, dia menyusuri sisi lain taman bunga dan berlari keluar, tanpa menoleh ke belakang, langsung menuju pintu masuk kompleks! Bersamaan itu, dia membuka ponsel dan memutar nomor telepon.”
““Halo, halo, Min? Tolong aku, cepat selamatkan aku! Aku sekarang di...”
Xiao Yezi yang berada di kantor polisi segera menerima telepon dari Minako Mayama yang memberitahukan lokasi Saeki saat ini! Kabar mengejutkan ini membuat para penghuni bergemuruh!
"Cepat!" Setelah menutup telepon, Xiao Yezi langsung berkata: "Ayo pergi! Kita harus segera sampai di sana!"
Sebenarnya tanpa diingatkan Xiao Yezi pun, semua orang sudah berebutan turun melalui tangga kantor polisi. Saat ini, mereka sedang berlomba dengan Shinigami! Jika tidak bisa menemukan Saeki sebelum hantu datang, semua akan menghadapi akhir yang mengerikan!
Jiang Yunxiao sebagai anak orang kaya menyumbangkan dua mobil. Tujuh orang dibagi menjadi dua grup: Xiao Yezi, Yinyu, Weisheng Liang, dan Lin Tianze di mobil pertama; Chen Yimo, Luo Mizi, dan Jiang Yunxiao di mobil kedua.
Mobil Xiao Yezi berjalan di depan. Di dalam mobil, Xiao Yezi masih memantau pergerakan polisi melalui penyadapan. Saat ini, tiga pihak - Minako Mayama, polisi, dan mereka - sama-sama mengejar Saeki. Pihak pertama yang menemukannya akan mengunci target. Tapi situasi ini belum bisa terlalu optimis, karena apartemen pasti tidak akan memudahkan mereka menemui Saeki.
Xiao Yezi sudah menginjak gas sampai mentok, tapi Yinyu tetap terus mendesak. Memang saat ini jalanan sepi, harus manfaatkan kesempatan ini untuk cepat sampai! Teriakan minta tolong di telepon membuktikan Saeki sedang dalam bahaya besar!
Bahayanya juga berarti bahaya bagi semua penghuni! Lebih jauh lagi, ini menentukan apakah pecahan Perjanjian Neraka bisa terkumpul, menjadi kunci menuju misi darah iblis!
Tidak boleh ada kesalahan sama sekali!
Saat itu, Sakae sudah berlari ke persimpangan jalan. Ia terengah-engah, tiba-tiba melihat ada minimarket 24 jam yang masih buka di depannya. Langsung ia berlari kencang ke arah sana!
Di minimarket hanya ada seorang pemuda berkacamata. Sakae yang rambutnya acak-acakan langsung menerobos masuk, hampir terjatuh. Pemuda itu segera membantu mengangkatnya, bertanya: "Apa... kamu tidak apa-apa?"
"Tolong, tolong aku, cepat tolong aku!"
Tiba-tiba seluruh minimarket gelap gulita. Sakae tertegun, pemuda berkacamata itu juga kaget: "Apa ini? Sekring putus?"
Sakae langsung panik. Pintu otomatis itu tidak bisa dibuka tanpa listrik! Ia mulai mencari alat untuk memecahkan pintu. Pemuda itu berkata: "Tenang dulu, aku cari senter!"
Dalam gelap, Sakae tidak hanya gagal menemukan alat yang dicari, malah terus jatuh dua kali. Sambil berpegangan rak, ia sadar: Harus segera pergi dari sini, harus cepat pergi!
Pada saat itu, pemuda itu akhirnya menemukan senter dan menghela napas lega. Namun, begitu cahaya muncul, tiba-tiba dia melihat...
"Duk!" Senter jatuh ke lantai, ruangan kembali gelap gulita. Shaei segera menoleh ke belakang. Meski dalam kegelapan, dia melihat pemuda itu telah menghilang!
"Tidak, tidak!"
Dengan kasar dia menjegal rak barang, berbagai makanan berhamburan di lantai menjadi fragmen-fragmen. Sambil menarik rak, dia berencana menghantam pintu otomatis dengannya!
"Itu" sudah masuk! Sekarang, "Itu" berada di dalam minimarket terkunci ini!
## Jilid 19 Mendekat Bab Lima Pengakuan Mizhen
Tiba-tiba Mizhen membuka matanya. Dia segera duduk dan melihat cahaya dari ruangan luar. Buru-buru dia mengenakan mantel dan keluar, menemukan Li Yin berdiri di ruang tamu.
"Kakak Kelas?" Mizhen bertanya tergesa, "Ada masalah? Begitu larut datang?"
"Mm." Li Yin mengangguk. Pakaian hitam legamnya seperti menyamar dalam kegelapan. Dia mendekat sambil berkata, "Bersiaplah, kita harus segera berangkat. Sudah kutemukan lokasi yang disebut di buku harian itu. Bawa juga patung itu untuk berjaga-jaga."
"Benarkah?" Wajah Mizhen berseri. Bagaimanapun juga buku harian Pu Miling adalah kunci segalanya, mungkin bisa menemukan jalan keluar untuk misi darah kesepuluh!
"Jalan keluar untuk misi darah kesepuluh, telah menjadi impian Mizhen selama bertahun-tahun ini. Namun hingga kini, dia masih belum bisa memecahkan teka-teki ini. Baik konten misi darah saat itu, maupun analisis berbagai petunjuk jalan keluar, semuanya tidak menghasilkan jawaban. Bahkan dia menduga mungkin jalan keluar itu sendiri berada di dalam dimensi tersebut, mustahil ditemukan dari luar. Jika benar demikian, dia hanya bisa menunggu untuk terjebak selamanya di neraka bersama Mian Tian."
"Lokasi yang disebutkan itu sudah kutemukan. Gunung Dongtian terletak di Kota X, tapi karena tidak terlalu terkenal, aku butuh waktu lama untuk menemukannya. Sekarang kita harus segera berangkat."
"Kota X? Benarkah? Sudah dipastikan?"
"Iya, kita harus berangkat sekarang juga!"
"Baik, aku mengerti. Aku akan ikut sekarang."
Sebelumnya, Mizhen menemukan halaman buku harian yang ditinggalkan Pu Miling. Tertulis bahwa halaman buku harian berikutnya terkubur di gua keempat bagian terdalam, di sisi barat Gunung Dongtian. Juga terdapat informasi baru.
"Mengingat kalian telah menemukan kertas ini, akan kuberi satu informasi. Ini tentang rahasia sepuluh misi darah. Misi darah kesepuluh bisa dibilang paling spesial, karena selalu dilaksanakan di dimensi khusus yang akan bertumpang tindih dengan dimensi Raja Iblis setiap lima puluh tahun saat Raja Iblis turun."
“Rahasia yang diceritakan lembar buku harian ini bisa dibilang sangat penting bagi Mizhen. Ini berarti, Mian Tian sekarang terperangkap di dimensi tempat Raja Iblis berada! Dengan kata lain, jika menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis, mungkin bisa mencapai dimensi tersebut. Tentu saja, tidak ada yang akan melakukan eksperimen seperti ini tanpa mengumpulkan tujuh pecahan Perjanjian Neraka terlebih dahulu.
Karena itu, Mizhen semakin penasaran dan gelisah dengan rahasia yang disebutkan Pu Miling. Bagaimanapun juga, dia sangat ingin mengetahui apa rahasia tersebut. Informasi ini juga semakin menguatkan fakta mengerikan bahwa instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis adalah gabungan semua dimensi dari instruksi tulisan darah kesepuluh selama lima puluh tahun terakhir. Dengan kata lain, tingkat kesulitannya setara dengan beberapa instruksi tulisan darah kesepuluh yang bertumpuk! Hanya memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
"Rahasia ini mungkin bisa memberitahuku keberadaan Mian Tian." Mizhen sangat bersemangat saat ini. Selama bertahun-tahun, dia sangat merindukan Mian Tian yang bagi-nya merupakan orang terpenting di dunia selain Li Yin.
"Bereskan penampilanmu sebentar, lalu kita segera berangkat. Di luar sudah ada mobil, aku akan mengantarmu ke Kota X. Bagaimanapun juga, kita harus cepat mendapatkan lembar buku harian itu!"
Setelah mempersiapkan diri, Mizhen mengikuti Li Yin keluar rumah. Di luar terparkir sebuah BMW.
"Mobil ini belum pernah kulihat sebelumnya. Baru dibeli, Kakak Kelas?" Mizhen bertanya penuh rasa ingin tahu saat melihat BMW itu.
"Iya," Li Yin mengangguk. "Benar."
Kemudian, keduanya naik ke mobil. Di bawah kegelapan malam, mereka mulai menuju Kota X. Sepanjang perjalanan, Li Yin tetap terdiam, hampir tak mengucapkan sepatah kata pun. Mizhen merasakan ekspresinya yang kini terlihat lebih mekanis dibanding sebelumnya.
Tapi dia bisa memaklumi. Bagaimanapun, para penghuni apartemen itu memang menanggung penderitaan dan ketakutan yang tak terbayangkan orang biasa. Dirinya sendiri lebih dari siapa pun memahami hal ini.
Karenanya, saat mengetahui Li Yin menjadi penghuni apartemen, hati Mizhen seolah diremukkan rasa sakit. Perasaan itu seperti dunia runtuh, alam semesta berakhir. Hingga sekarang pun, rasanya tetap sama.
“Harapan kali ini, bisa memperoleh rahasia misi darah iblis itu.” Sampai di sini, Mizhen menatap Li Yin, ingin memecahkan kesunyian yang membuat sesak napas ini, bertanya: "Li Yin, menurutmu bagaimana? Menurutmu apa rahasia misi darah iblis? Shen Yu pernah memberitahuku, buku harian Pu Miling sebelumnya pernah menulis, 'Jangan pernah menjalankan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis'. Kamu, menurutmu apa maksud kalimat itu?"
Li Yin menyesap bibirnya, ekspresi mekanis itu masih tak berubah. Jika bukan sedang mengemudi, bahkan membuat orang berkhayal ini adalah patung lilin.
"Li Yin, kau bilang..."
"Saat mengemudi aku ingin fokus, jangan bicara."
Li Yin dengan dingin menjatuhkan kalimat itu, lalu tidak berbicara lagi. Melihat perkataannya, Mizhen pun memilih diam dan tidak melanjutkan pembicaraan. Pikirannya sekarang sepenuhnya tertuju pada rahasia yang disebutkan tadi. Bagaimanapun juga, rahasia itu terlalu penting, terlalu sangat penting.
Betapa ia ingin kembali ke masa lalu, saat bahagia bersama Li Yin dan Mian Tian bertiga. Betapa ia ingin mengulang waktu. Tapi segalanya telah dihancurkan oleh apartemen. Jika tidak bisa memecahkan kutukan misi darah, maka yang menunggu semua orang hanyalah jalan ke neraka.
Tangannya erat menggenggam ukiran itu, memandangi bagian yang terpotong di permukaannya. Mizhen menempelkan ukiran itu di dada sambil berdoa dalam hati: Mian Tian, Kakak pasti akan menyelamatkanmu. Dan juga... pasti akan menyelamatkan Li Yin. Pasti.
Selama masih ada secercah harapan, Mizhen sama sekali tidak akan menyerah. Bukan karena ketekunan yang pantang menyerah ini, mustahil ia bisa bertahan melalui sepuluh instruksi tulisan darah.
Memikirkan hal ini...
Tangannya semakin erat menggenggam ukiran, perasaan berkecamuk dalam dada. Tatapannya pada profil Li Yin tiba-tiba terasa kabur. Bagaimanapun, pria itu tetap lelaki yang sangat ia cintai.
Dulu, karena tidak ingin membebani Li Yin, ia tidak pernah mengungkapkan perasaan. Karena alasan ini, saat melihat Ziye, ia menahan perasaan iri di hatinya dan tulus mendoakan mereka. Tapi sekarang semuanya berbeda.
“Shen Yu adalah satu-satunya orang di apartemen selain Li Yin yang mengetahui bahwa Li Yin telah mengorbankan tiga kali misi darah untuk menyelamatkan Ziye.” Dalam sebuah percakapan dengan Mizhen, Shen Yu akhirnya menceritakan hal ini kepada Mizhen. Dari sini, Mizhen juga mengetahui bahwa sebenarnya Li Yin masih harus menghadapi lima kali instruksi tulisan darah. Lima kali misi darah – konsep yang sungguh mengerikan.
Mobil Li Yin tiba-tiba berhenti. Mereka sudah mendekati area perkotaan, sebuah toko serba ada muncul di sebelahnya. Li Yin berkata: “Aku akan membeli sesuatu, kamu tunggu di mobil.”
Tepat saat tangan Li Yin menyentuh pintu bus, tiba-tiba Mizhen mencengkeram lengannya dengan erat.
“Apakah ini sepadan? Untuk Ziye, kau sudah membayar harga tiga kali misi darah! Apakah ini pantas?” Mizhen akhirnya tidak bisa menahan diri: “Seberapa besar cintamu padanya? Begitu mudahnya kau meremehkan nyawamu sendiri? Tahukah kau betapa berartinya dirimu bagiku? Tiga kali! Tiga kali misi darah! Itu artinya tiga nyawa! Berapa nyawa yang kau punya? Kau ingin membuatku mati kesal? Kau ingin membuatku gila?”
Mizhen berteriak dengan suara serak, kedua tangan mencengkeram dada Li Yin, namun ekspresi Li Yin tetap datar tanpa emosi.
“Shen Yu yang memberitahumu?”
"Ini tidak penting lagi!" Mizhen berkata sambil tiba-tiba memalingkan kepala Li Yin, lalu mendekatkan pipinya dan mencium Li Yin dalam-dalam. Setelah bibir mereka terpisah, Mizhen menunjukkan sorot mata teguh yang dulu tak pernah menyerah pada misi darah: "Mulai sekarang, ingatlah! Jangan lagi mengorbankan misi darah untuk siapapun! Aku tak akan membiarkanmu menukar nyawamu dengan siapapun! Untuk lima kali misi darah berikutnya, aku akan berjuang mati-matian menjagamu melewatinya. Sekalipun harus terjerat kutukan, terjatuh ke neraka, aku ingin kau hidup! Dengar? Aku ingin kau bertahan hidup! Mengorbankan siapapun, membunuh, hidup penuh kehinaan...apapun itu! Bertahanlah, kumohon bertahan hidup!"
Mizhen akhirnya mengutarakan isi hatinya. Bagi dirinya, lebih tak tertahankan dari kematiannya sendiri adalah Li Yin memasuki apartemen. Selama Li Yin bisa bahagia, setidaknya ia bisa mempertahankan cinta ini miliknya. Tapi jika Li Yin pun harus jatuh ke neraka, tak perlu lagi ia mengalah atau menahan diri.
"Aku mencintaimu, mencintaimu! Kakak Kelas, selama bertahun-tahun ini tak pernah berhenti mencintaimu! Sedetik pun tak pernah! Bahkan saat melewati setiap misi darah, setiap kali nyaris mati, cintaku tak pernah pudar! Karena itu mulai sekarang, nyawa Kakak Kelas akan kujaga. Tanpa izinku, kau tak boleh mati! Aku tak akan membiarkanmu mati, sama sekali tidak! TIDAK AKAN!"
"Angin dingin berhembus, mata Li Yin menatap Mizhen. Tak seorang pun tahu apa yang dipikirkannya saat ini. Ia tidak menjawab Mizhen, akhirnya membuka pintu bus dan turun. Langkahnya cepat, sama sekali tidak menoleh ke belakang."
"Mizhen terus memandang punggungnya yang menjauh, seolah segala sesuatu di sekitarnya lenyap. Seluruh dunia terkonsentrasi pada sosok itu. Tangan Mizhen menempel di kaca jendela mobil, sorot matanya bersinar lebih tajam dari biasanya."
"Aku takkan membiarkan apartemen membunuhmu! Tak seorang pun boleh mengambil Kakak Kelas. Siapapun juga!"
"Setelah menunggu sekitar lima menit, Li Yin kembali. Setelah masuk ke mobil, ia melemparkan sebotol air mineral ke Mizhen lalu menghidupkan mesin. Dari awal sampai akhir, tak sepatah kata pun diucapkannya, seolah kejadian tadi tak pernah ada."
"Sementara itu, mobil Xiao Yezi akhirnya tiba di sekitar lokasi. Saat ini dia masih menjaga komunikasi dengan Li Yin."
"Li Yin, kami hampir sampai," Xiao Yezi memutar kemudi sambil bertanya, "Katakan... apa kalian sudah membahas hasil dengan Yin Ye?"
"Belum jelas untuk sementara," suara Li Yin terdengar dari telepon, "Tapi jangan terburu-buru. Karena apartemen meninggalkan petunjuk untuk kalian, pasti ada cara menemukannya. Jadi tetap tenang, jangan sampai lengah!"
Saat ini, Keiko Nendo sedang memindahkan rak barang dan akhirnya sampai di pintu otomatis. Dia membenturkan diri dengan keras, namun kaca pintu otomatis sama sekali tidak pecah. Sambil terengah-engah, dia terus memukul sambil merasakan "Itu" di ruang tertutup ini semakin mendekatinya!
## Jilid 19 Mendekat Bab 6 Strategi Keiko
Polisi tampaknya sudah lebih dulu tiba. Beberapa mobil polisi telah parkir di sekitar kompleks itu, namun menurut informasi yang disadap Xiao Yezi, polisi masih belum menemukan Keiko Nendo.
"Bagi tim!" Xiao Yezi langsung memberi perintah saat turun dari mobil: "Cari sampai tuntas di sekitar sini! Yang menemukan segera telepon yang lain!"
Para penghuni langsung membagi diri. Tujuh orang mulai mencari secara terpisah. Lin Tianze, Wei Shengliang dan Jiang Yunxiao masuk ke kompleks, Chen Yimo dan Luo Mizi menyisir jalan-jalan sekitar, sementara Yinyu dan Xiao Yezi berpatroli dengan mobil.
"Bagaimana pendapatmu?" Yinyu yang duduk di kursi penumpang depan menatap jendela bus: "Menurutmu, apakah ini petunjuk jalan keluar apartemen? Atau..."
"Aku yakin begitu." Xiao Yezi menjawab tanpa ragu: "Kalau tidak, mustahil melacak Nona Keiko. Kita harus segera menemukannya sebelum hantu duluan, kalau tidak... kita semua mati!"
Chen Yimo berbelok ke sebuah gang kecil dan tiba-tiba melihat sebuah toko serba ada di depan. Dari dalam, terdengar jeritan histeris seorang wanita yang suaranya semakin jelas...
“ヘルプ（Tolong）！”
Sebagai fujoshi, Chen Yimo juga sering menonton anime Jepang, sehingga langsung memahami makna kalimat bahasa Jepang ini! Dia segera bersemangat, menemukan Noujou Sae!
Dia melesat melewati jalan di depannya dengan tiga langkah jadi dua, langsung menuju minimarket sambil mengeluarkan ponsel dan menekan tombol panggilan cepat ke Yinyu. Sekarang, hati Chen Yimo dipenuhi kegembiraan, langkahnya semakin cepat, dan dalam sekejap sudah sampai di depan minimarket itu.
"Apa tidak apa-apa?" Chen Yimo memukul kaca pintu otomatis minimarket itu, dari kegelapan samar melihat seorang wanita berkacamata hitam sedang memukul pintu otomatis dengan rak barang. Meski tidak jelas, siluet tubuhnya memang mirip dengan Noujou Sae!
Saat itu telepon sudah tersambung, Chen Yimo langsung berbicara: "Ke Yinyu, aku menemukannya! Di minimarket Jalan Shatian, cepat ke sini! Ya, cepat..."
Sambil berkata demikian, dia juga berusaha sekuat tenaga menghantam pintu otomatis itu. Beberapa retakan sudah muncul di pintu, tapi masih belum hancur sepenuhnya. Setidaknya harus membuat lubang yang cukup untuk satu orang, sekarang masih belum cukup!
Memikirkan hal ini, Chen Yimo terus menabrak sekuat tenaga. Dia tidak memiliki alat di tangannya, sehingga hanya bisa menggunakan tubuhnya untuk menabrak. Meskipun bisa memahami sebagian kecil bahasa Jepang, kemampuan percakapan lisan sama sekali tidak ada, sehingga tidak mungkin berkomunikasi dengan Nojo Sae. Dari tujuh penghuni, hanya Kamya Sayoko yang bisa bertugas sebagai penerjemah. Apartemen jelas sengaja memasukkannya ke dalam misi darah ini untuk tujuan tersebut, sama seperti misi darah sebelumnya ke Jepang.
Bersamaan dengan itu, setelah menerima telepon, Sayoko langsung menginjak rem dan melaju kencang menuju minimarket di Jalan Shatian! Karena ada GPS navigasi di mobil, menemukan lokasi tersebut sama sekali tidak sulit. Tak lama kemudian, mobilnya sudah belok di persimpangan jalan dan mendekati lokasi.
Sebenarnya, Chen Yimo sudah dianggap menyelesaikan instruksi tulisan darah. Misi darah tidak membatasi berapa lama harus berada di dekat Nojo Sae, jadi segera pergi dan kembali ke apartemen setelah waktu misi berakhir adalah langkah tepat. Tapi siapa yang akan melakukannya? Karena pada diri Nojo Sae terdapat fragmen Kontrak Neraka! Dengan mendapatkan satu fragmen, berarti mendapatkan tiket menuju instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis! Para penghuni baru sangat paham bahwa misi darah dengan tingkat kematian setinggi ini hanya bisa dihadapi dengan mengandalkan Kontrak Neraka - satu-satunya harapan hidup bagi penghuni baru! Misi darah yang memeras penghuni sampai titik akhir ini memang dirancang untuk memaksa mereka bertaruh nyawa merebut Kontrak Neraka!
Jadi, tidak ada satu pun penghuni baru yang akan berhenti pada saat ini. Apalagi, begitu Keiko Nōjō menghilang, maka pecahan Perjanjian Neraka juga akan lenyap, sehingga jalan keluar kedua bagi penghuni apartemen akan tertutup sama sekali. Tidak ada yang mau mencari jalan keluar dalam misi darah yang semakin sulit ini, tidak ada yang rela seperti itu. Karena itu, selama masih ada secercah harapan, kita harus berusaha sekuat tenaga!
Akhirnya, Keiko Nōjō menghancurkan seluruh pintu kaca dan berlari keluar dari minimarket. Chen Yimo juga ingat instruksi tulisan darah bahwa mereka belum bisa mengambil pecahan Perjanjian Neraka sekarang. Ia segera menopang Keiko Nōjō sambil mengais-ngais ingatannya tentang percakapan bahasa Jepang.
Bagaimana harus menjelaskannya? Bagaimana cara menerangkan eksistensi apartemen ini padanya?
Saat itu, Keiko Nōjō terjatuh lesu di lantai, rambutnya acak-acakan, beberapa luka akibat pecahan kaca di pipinya membuatnya terlihat sangat compang-camping.
Tepat ketika Chen Yimo hendak menyapa, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang sangat mengerikan di balik pintu kaca minimarket yang hancur itu!
Setelah berdiri, Keiko Nōjō membersihkan pecahan kaca yang menempel di bajunya. Namun ketika menengok ke sekeliling, ia mendapati gadis yang tadi berdiri di situ telah menghilang tanpa jejak!
Saat mobil mendekat, Xiao Yezi dan Yinyu segera turun. Mereka melihat pintu otomatis kaca minimarket sudah pecah berantakan, tapi tak ada seorang pun di sana.
"Naik mobil!" teriak Xiao Yezi tanpa ragu. "Dia tidak akan bisa lari jauh, cepat kejar!"
“Seperti kata pepatah, kesempatan tidak datang dua kali. Apartemen memberi mereka kesempatan ini, siapa tahu apakah kesempatan ini akan diberikan untuk kedua kalinya? Jika benar demikian, maka benar-benar tak ada tempat untuk menangis.”
Oleh karena itu, keduanya segera melanjutkan perjalanan dengan mobil, kembali menginjak gas. Sedangkan Lin Tianze, Wei Shengliang dan lainnya yang berjalan kaki datang sedikit terlambat, sehingga Yinyu menelepon untuk memberi tahu mereka kembali.
Persimpangan ini memiliki banyak jalur yang bisa dituju. Jika tidak tahu dari mana Noujou Sae melewati, maka...
“Kukatakan, Chen Yimo tidak terlihat dan tidak bisa dihubungi lagi,” wajah Yinyu berubah suram, berkata pada Xiao Yezi: “Kita harus berhati-hati. Mendekati Noujou Sae sendiri sudah merupakan jebakan yang memicu jalan kematian.”
“Ini memang jelas-jelas jebakan,” Xiao Yezi justru terlihat tenang: “Sejak awal sudah kuduga. Misi darah tidak membatasi berapa lama kita berada di dekatnya, artinya bahkan sesaat pun sangat berbahaya.”
“Ya, memang begitu.”
“Selain itu, semua tempat yang pernah dikunjungi Noujou Sae harus dicatat. Mungkin tersembunyi petunjuk jalan keluar dari apartemen. Jangan lewatkan detail sekecil apapun, sama sekali tidak boleh lengah!”
Saat ini, Nōjō Sae yang seperti burung ketakutan akibat panah benar-benar berlarian bagaikan lalat tanpa kepala. Perasaan akan kehadiran yang mendekat itu terus mengikuti, semakin mendesak. Ia merasa sesak napas, sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan. Setelah berlari sekian lama, energinya semakin terkuras. Sebelumnya masih menggunakan mobil, tapi sekarang mobil pun sudah hilang. Ia sebelumnya telah menghubungi Minako, tapi sekarang tak berani bertemu karena takut itu adalah "Itu" yang menyamar.
Benar, pasti "Itu"!
Memikirkan hal ini, bulu kuduknya berdiri, rasa takut semakin menjadi. Apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dilakukan?
Tiba-tiba Nōjō Sae teringat: Siapa dirinya? Bintang super! Jika menemukan rumah penduduk dan meminta mereka menyembunyikannya sementara, mungkin mereka akan setuju. Bagaimanapun, kesempatan bertemu bintang secara langsung sangat langka! Jika kebetulan bertemu penggemarnya, itu akan lebih baik!
Memikirkan ini, Sae segera bersemangat. Ia kembali masuk ke kompleks apartemen baru, langsung menuju lift sambil terus menoleh ke belakang. Namun, tak ada apa-apa di belakangnya.
Akhirnya pintu lift terbuka. Ia buru-buru masuk, secara acak menekan nomor lantai. Lift naik dengan cepat sementara Sae terus menggosok-gosokkan kedua tangannya, berharap keberuntungan akan menyertainya.
Setibanya di lantai tersebut, pintu lift langsung terbuka dan dia segera berlari keluar. Kemudian, dia menuju ke depan sebuah pintu dan langsung menekan bel. Saat itu, dia berdoa agar jangan sampai bertemu orang yang sama sekali tidak menonton drama Jepang! Bagaimanapun ini Tiongkok, tidak semua orang suka menonton drama Jepang. Seandainya ini di Jepang, mencari orang yang tidak mengenal dirinya pun akan sangat sulit.
Bel ditekan beberapa kali lagi, tetap tidak ada respon.
Hal ini membuatnya semakin gelisah, bahkan hampir saja menggedor pintu. Tepat saat itu, akhirnya pintu terbuka. Seorang mahasiswa berambut acak-acakan membuka pintu sambil mengucek mata, "Siapa ini! Tengah malam mengetuk pintu! Mengganggu tidur orang... Hmm? Kamu..."
Saat itu, Sae melepas kacamata hitamnya, merapikan rambutnya. Dengan pencahayaan di koridor, mahasiswa itu menatap wanita di depannya dan tiba-tiba merasa wajahnya familiar.
Kebetulan mahasiswa ini adalah penggemar berat drama Jepang. Saat dia mulai menyadari kemiripan wanita ini dengan Noujou Sae, sang wanita sudah mulai berbicara.
"Kamu..." Bahasa Mandarinnya sangat terbata-bata, diucapkan dengan susah payah: "Kamu... tahu, aku... aku, siapa?"
Mahasiswa itu mengamati Sae dari berbagai sudut, tiba-tiba matanya terbelalak: "Kamu... bukankah kamu Noujou Sae? Asli atau palsu?"
Dia tiba-tiba merasa seperti sedang bermimpi, mana mungkin idola level ini datang ke rumahnya? Benar atau tidak ini?
Segera dia mempersilakan Sae masuk ke ruangan, menyalakan lampu dan bertanya: "Permisi, apakah Anda... Noujou Sae-san?"
Shae segera mengangguk, kalimat ini cukup sederhana sehingga dia mudah memahaminya. Kemudian dia melanjutkan: "Sa, sangat menyes... ah, bukan, sangat menyesal, saya ingin di sini..."
Sampai di sini dia tersendat, tak tahu bagaimana melanjutkan dalam Bahasa Mandarin? Shae menyesal tak belajar bahasa Tionghoa dengan baik dari Min sebelumnya, seandainya bisa, komunikasi sekarang tak akan serumit ini!
Mahasiswa itu melihat kegugupannya langsung berkata: "Ka, jangan panik, ya, benar, ini memang Shae, tapi koq kamu bisa datang ke rumahku? Kenal saya?"
"Tidak, bukan..."
Shae saat ini benar-benar panik, otaknya terus memikirkan cara menjelaskan, akhirnya teringat dan buru-buru bilang: "Ada, orang jahat mengejar, bolehkah saya sembunyi di sini?"
"Penjahat? Harusnya lapor polisi!"
"To, tolong pelan-pelan." Shae hampir putus asa, di saat genting ini Min malah tak ada! Dari kalimat tadi, kata "lapor polisi" sama sekali tak dipahaminya.
"Sudah, saya buatkan teh dulu, nanti kita bicara pelan-pelan. Setuju?" Mahasiswa itu bersemangat sekali, rasa kantuk sudah hilang tak berbekas. Wajar saja, bayangkan jika suatu hari artis seperti Takuya Kimura, Ryoko Hirosue, atau Noriko Sakai datang ke rumahmu, siapa yang bisa tetap santai?
Tubuh Shae lunglai duduk di lantai, kepala tertunduk, badannya masih gemetar tak terkendali.
Masih mendekat... masih mendekatiku...
Sinyal berbahaya di pikiran terus membesar, terus menggerogoti sisa-sisa rasionalitas dalam benaknya...
## Jilid 19 Mendekati Bab 7 Memeriksa Rekaman
Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya tetap tidak ditemukan jejak Nozomi Saegusa.
"Kamya..." Wajah Yinyu berubah suram, tiba-tiba berkata: "Mungkinkah Nozomi Saegusa dan Chen Yimo bersama-sama telah..."
Saat mendengar kalimat ini, Xiao Yezi yang sedang duduk di kursi kemudi juga menegang. Kemungkinan seperti itu memang ada eksistensinya. Jika benar demikian, maka saat ini mereka sudah memasuki hitungan mundur Shinigami. Karena harga yang harus dibayar jika gagal memenuhi instruksi tulisan darah adalah mengaktifkan kutukan bayangan!
Kutukan bayangan sama sekali tidak mungkin diputuskan. Faktanya, Kamya Sayoko bersama sekelompok penghuni baru sebelumnya telah melakukan banyak eksperimen untuk mencari cara memutus kutukan bayangan. Untuk tujuan ini, sebagian penghuni rela menjadi kelinci percobaan. Saat itu yang memimpin eksperimen-eksperimen ini adalah Kamya Sayoko dan penghuni Amerika Roland. Roland adalah pria tampan yang meneliti fenomena psikis dan budaya abad pertengahan. Leluhurnya konon memiliki gelar bangsawan di abad pertengahan dan meninggalkan beberapa catatan tertulis.
Saat itu, para penghuni yang secara sukarela berpartisipasi dalam eksperimen adalah mereka yang berada dalam situasi putus asa dan berharap mendapatkan tanda kehidupan. Mereka dengan rela mempertaruhkan nyawa menjadi subjek percobaan Xiao Yezi dan Roland. Dalam eksperimen yang dilakukan bersama oleh Xiao Yezi dan Roland, pertama-tama mereka mencoba menempatkan penghuni di sudut gelap yang sama sekali tidak memiliki bayangan. Namun tetap ada penghuni yang meninggal. Tentu saja ini tidak membuat Xiao Yezi dan Roland terlalu terkejut, karena menciptakan lingkungan tanpa cahaya sama sekali memang sulit, dan fenomena bayangan ini adalah kutukan yang melampaui hukum fisika, sehingga tidak ada yang bisa memahami mekanismenya. Kemudian, mereka pernah membius beberapa penghuni, membatasi kebebasannya, sekaligus memberikan infus gula untuk mencegah mereka melakukan bunuh diri dengan cara mogok makan.
Setelah menggunakan metode kedua, Roland dan Xiao Yezi menemukan bagian paling mengerikan dari apartemen. Yaitu kutukan bayangan sama sekali tidak memiliki celah! Begitu mencapai 48 jam, meskipun tidak bisa bergerak karena tubuh sepenuhnya terikat, bayangan penghuni yang dijadikan subjek eksperimen akan mulai hancur dan menghilang seperti batuan yang lapuk. Kulit tubuh akan terus mengelupas, kulit yang terkelupas akan berubah hitam lalu menghilang di tanah. Akhirnya seluruh tubuh akan terpecah menjadi ribuan fragmen seperti ini, menghilang dari dunia bersama bayangan. Tiga subjek eksperimen yang secara sukarela melakukan percobaan saat itu, semuanya tanpa kecuali berakhir seperti ini! Roland merekam seluruh proses saat itu, membuat para penghuni tidak berani lagi menolak menjalankan instruksi tulisan darah. Tentu saja, Roland yang dengan tenang mendokumentasikan seluruh eksperimen dalam beberapa hal juga terasa menakutkan, bahkan oleh beberapa orang disamakan dengan dokter forensik sadis Murong Shen di masa lalu.
Kutukan bayangan bersifat mutlak, sama sekali tidak ada jalan keluar. Begitu kutukan ini aktif, itu berarti eliminasi total tanpa cara untuk membalikkannya.
"Tidak, seharusnya belum." Xiao Yezi menggigit giginya: "Mengingap waktu misi darah belum mencapai sepertiga, jangan menyerah begitu saja."
Sambil berkata, dia menghentikan mobil lalu keluar: "Yinyu, aku akan ke kompleks itu sebentar. Kamu terus menyetir mencari, kalau ada kabar langsung telepon aku."
"Kamu mau mencari petunjuk ya?"
"Ya, 'TKP harus dilihat seratus kali', ini kompetensi dasar seorang detektif."
Sampai di sini, Xiao Yezi tidak banyak bicara lagi, langsung berbalik dan berlari ke arah kompleks itu. Tampaknya dia sudah menghafal peta sekitar yang ditampilkan GPS navigator tadi dengan sempurna!
Yinyu juga tidak berkata-kata, langsung menginjak gas dan melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, banyak polisi berkerumun di dalam kompleks. Meski sudah larut malam, keributan ini tetap menggemparkan warga. Apalagi suara sirene yang meraung-raung saat kedatangan mereka terlalu memekakkan telinga. Korban hilang kali ini adalah selebritas asal Jepang. Jika terjadi insiden di Kota K, bisa memicu masalah diplomatik. Polisi jelas sangat berhati-hati. Saat itu, Mitsuko Mayama dan rombongannya juga tiba. Mereka adalah staf White Sakura Eiga Co.,Ltd. tempat Sae Noujou bernaung. Selain Mitsuko Mayama, hadir juga penasihat hukum perusahaan Takaaki Takita, juru bicara PR Ryuhei Kagahara, serta perwakilan investor film "Blood Bird" bernama Shin Shirai.
Saat ini, mereka sedang bernegosiasi dengan polisi. Situasi sempat sangat kacau. Sebenarnya, pihak White Sakura Co.,Ltd. dan investor tidak ingin kasus hilang ini jadi terlalu heboh. Dunia hiburan penuh kontroversi. Jika wartawan menulis spekulasi sembarangan, reputasi Sae Noujou bisa hancur.
Penerjemah polisi bertugas menyampaikan maksud kedua belah pihak. Pada saat itulah, Xiao Yezi tiba.
“Nyonya Kamya?” Mayama Toshiko yang saat itu juga berada di kerumunan orang yang kacau, langsung mengenali Kamya Sayoko yang mendekat. Ia buru-buru berlari sambil bersemangat, “Nyonya Kamya, syukurlah! Sebelumnya saat Sae menelepon, aku sudah menceritakan tentangmu. Tapi tidak sempat memberitahu lokasi janjian sebelum dia menutup telepon. Lalu aku mengirim SMS, tapi tak lama kemudian dia mematikan ponsel. Mungkin tidak melihatnya.”
“Apa isi SMS itu?”
“Sudah kukirimkan lokasi janjian denganmu. Jika dia menyalakan ponsel lagi, mungkin akan melihat dan datang ke sini!”
“Hei, hei, hei!” Shirai Shin, perwakilan investor pria paruh baya berkacamata, langsung mendekat dengan wajah merah marah, “Anda detektif bermarga Kamya itu? Aku tidak tahu maksudmu, tapi sembarangan melaporkan ke polisi tanpa klarifikasi situasi. Malah memperkeruh keadaan! Lagipula anda mengumumkan di media mau bertemu Sae? Sebagai detektif, media akan menulis seperti apa?”
Shirai Shin yang merupakan investor terbesar film ini berbicara sangat arogan. Bahkan direktur utama Shirazakura pun harus memberinya toleransi. Tapi Sayoko jelas tidak tertarik berdebat, langsung mendatangi polisi dan berkata lancar dalam Bahasa Mandarin: “Siapa komandan penanggung jawab? Kompleks ini seharusnya memiliki alat pemantau? Saya ingin melihat rekamannya.”
“Yang menjadi pemimpin adalah seorang polisi berjanggut, ia memandang Kamya Sayoko dengan bingung. Percakapan antara Shirai Shinwa dengannya tadi menggunakan bahasa Jepang, tentu saja tidak dimengerti. Ia segera bertanya: ‘Siapa Anda?’ Awalnya dia mengira Sayoko orang Jepang, tapi melihat kefasihannya berbahasa Mandarin, timbul keraguan apakah dia orang Tiongkok?”
“Nama saya Kamya Sayoko, seorang detektif. Di Jepang saya sering membantu polisi menyelesaikan kasus. Untuk kasus kali ini, saya harap bisa terlibat.”
“Detektif?” Si Kumis tertegun. Di Tiongkok sebenarnya tidak ada profesi detektif, tapi di Jepang ini adalah pekerjaan legal.
Tanpa menunggu respon, Kamya Sayoko melanjutkan: “Jika meragukan saya, teleponlah ketua kelompok kasus berat Lang Zhishan di kantor polisi Anda. Dia pasti akan memberi instruksi.”
“Hah?” Si Kumis ragu. Awalnya ingin menolak, tapi melihat keyakinan diri Sayoko, timbul kecurigaan apakah dia punya koneksi berpengaruh?
Setidaknya, dia tahu nama ketua kelompok kasus berat. Tapi menelepon di jam segini pasti tidak sopan. Ketua Lang bisa dibilang orang kedua di kantor, meski bukan wakil kepala, prestasinya setara. Atasan berencana mempromosikannya, mana mungkin berani menyinggung?
Namun Sayoko sudah menunjukkan ekspresi tidak sabar. Dia menekan tombol cepat di ponsel, setelah tersambung berkata: “Ketua Lang? Ya, benar. Saya ingin ikut menyelidiki kasus itu. Baik, silakan bicara dengannya.”
Kemudian dia menyodorkan ponselnya ke Si Kumis.
"Kumisan ragu-ragu mengambil ponsel, lalu segera mendengar suara Lang Zhishan: 'Halo, detailnya sudah saya dengar dari Nyonya Kamya, Anda polisi siapa?'"
"Ah, Ketua Tim Lang! Saya Wu Tie!"
"Xiao Wu! Begini, kasus Nona Shengtiao, biarkan Nyonya Kamya juga ikut menyelidik. Jika direktur mempertanyakan, saya yang akan bertanggung jawab."
"Ini... pantaskah? Tidak melanggar disiplin kepolisian?"
"Nyonya Kamya adalah detektif legendaris terkenal di Jepang, saya beruntung pernah berkenalan dan sangat mengagumi kemampuannya. Peraturan itu kaku, manusia itu fleksibel. Tujuan kita melindungi keselamatan jiwa dan harta rakyat. Asal tujuan tercapai, apa salahnya sedikit beradaptasi?"
Kumisan akhirnya paham, Lang Zhishan jelas-jelas menjadi backing Kamya. Karena demikian, percuma berdebat. Untuk promosi jabatan, tentu tak boleh menyinggung calon wakil direktur ini. Ia segera mengangguk patuh: "Ketua Tim Lang benar. Baik, karena Anda begitu mempercayai Nyonya Kamya, saya tidak akan banyak bicara. Akan saya atur."
Setelah telepon ditutup, Kumisan menyunggingkan senyum menjilat ke arah Sayoko: "De... Dewa, maksud saya Nyonya Kamya? Baik, segera akan saya ambilkan rekaman CCTV."
Lang Zhishan adalah penghuni Apartemen Kamar 104. Di antara penghuni baru, ternyata ada beberapa anggota kepolisian dari berbagai bidang dan profesi. Justru karena ini, kerja sama dengan polisi menjadi lebih mudah dan menghemat banyak kerepotan.
Tak lama kemudian, di kantor properti kompleks ini, kami mendapatkan rekaman alat pemantau dan mulai memutarnya. Cukup cepat, kami menemukan rekaman Nengtiao Sha Hui.
Saat itu, setelah melihatnya memasuki kompleks dengan mobil, terlihat dia berhenti di sebelah kiri kompleks di bawah sebuah apartemen. Nengtiao Sha Hui tetap di dalam mobil selama sekitar sepuluh menit, tiba-tiba keluar, melihat sekeliling, memasuki taman bunga, menyembunyikan tubuhnya di balik rumpun pohon, lalu mulai melepas celananya.
"Dia mau buang air di sini?" Ekspresi pria berjanggut itu terlihat terkejut.
Namun karena pencahayaan yang redup, sulit melihat jelas. Wajah Xiao Yezi tetap tanpa ekspresi saat terus menonton. Di sisi lain taman tempat Xiao Yezi masuk, terdapat cermin bundar berdiri.
Tak lama kemudian, dalam rekaman muncul pria berbaju putih berjalan zig-zag membentuk huruf S, memegang botol bir dan terus menuangkannya ke mulut. Pria ini oleng saat berjalan, kakinya terpelintir lalu menabrak kap mesin mobil Nengtiao Sha Hui. Tiba-tiba dia menoleh ke belakang dan lari keluar dari jangkauan alat pemantau.
Saat wajahnya menghilang dari monitor, Xiao Yezi jelas melihat ekspresi panik yang sangat ekstrem di wajahnya!
Pecandu alkohol ini mungkin melihat sesuatu yang mengerikan di area blind spot alat pemantau!
## Jilid 19 Mendekat Bab 8 Pertukaran Pendapat Xiao Yezi dan Yinyu
Setelah menyelesaikan rekaman, Xiao Yezi meminta untuk memutar ulang dari awal.
“Pemabuk itu, selidiki identitasnya,” Wu Tie mengerutkan kening sambil berkata pada seorang polisi di sebelahnya: “Dia pasti melihat sesuatu. Jika dia penghuni kompleks ini, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk.”
Setelah menonton rekaman berkali-kali, tetap tidak ada temuan baru. Satu-satunya yang pasti adalah, setelah pemabuk itu terjatuh di kap mesin, dia seperti melihat sesuatu lalu langsung kabur. Di TKP ditemukan pecahan botol bir di tanah. Mengenai identitas pemabuk itu, dengan mencocokkan wajahnya, tinggal menunggu waktu saja untuk ketahuan.
Tapi yang penting sekarang, jika ada petunjuk jalan keluar dalam rekaman ini, sebenarnya apa yang dilihatnya?
Xiao Yezi kemudian menelepon Yinyu dan menceritakan isi rekaman tersebut kata per kata. Dia juga khusus menyebutkan kemungkinan pemabuk itu melihat sesuatu di blind spot kamera. Kemungkinan inilah yang menjadi harapan terbesar. Mereka harus mendekati Nengtiao, tapi mendekatinya berarti berisiko terkena kutukan - kebuntuan ini membuat bulu kuduk merinding. Yang terpenting, Yinyu membawa pecahan Perjanjian Neraka yang paling vital.
Pendapat Yinyu adalah: “Belum tentu blind spot, mungkin dia melihat sesuatu yang tidak bisa terekam kamera. Dalam film horor, fenomena seperti ini juga sering terjadi. Banyak fenomena dalam instruksi tulisan darah memang mirip dengan situasi di film horor. Bukan begitu?”
“Berdasarkan pengalaman misi darah sebelumnya, penilaian seperti itu memang wajar. Namun, baik poin mana pun, kita tidak bisa mengetahui konsekuensi apa yang akan terjadi ketika mendekati Noudjo Sae. Namun perlu diperhatikan, mengapa apartemen tidak mengizinkan kita bersama Noudjo Sae? Jika instruksi tulisan darah memang demikian, tidak mungkin terjadi situasi di mana kita tidak bisa menemukannya. Jika aturannya mengharuskan kita bersamanya selama misi darah seperti kasus Yan Lang dan Qian Xiyue, tingkat bahaya kita akan lebih besar. Tapi sekarang berbeda, kita hanya perlu mendekati Noudjo Sae dalam radius sepuluh meter, bahkan tanpa batasan waktu, itu sudah dianggap menyelesaikan misi darah. Sedangkan untuk mengambil pecahan Perjanjian Neraka, tidak ada paksaan kaku dari misi darah.”
“Secara permukaan terlihat sederhana. Ambil contoh Chen Yimo, jika dia langsung kabur setelah kontak dengan Noudjo Sae, jelas bisa menyelesaikan misi darah dengan mudah. Tapi kenyataannya, Chen Yimo tewas.”
“Menurutku,” Yinyu menyampaikan pendapatnya, “apartemen sengaja menyeimbangkan tingkat bahaya dengan cara itu?”
“Itu tidak logis. Apartemen sebenarnya bisa meningkatkan level bahaya secara bertahap dengan melepas pembatasan. Kenyataannya tidak demikian. Kalau sudah sampai di sini, kamu pasti sudah paham?”
Yinyu terdiam sejenak.
Antara orang pintar, banyak hal yang tidak perlu diucapkan secara gamblang.
“Kamiya,” Yinyu tiba-tiba tersenyum getir, “sebenarnya ini bukan deduksi, tapi lebih pada harapanmu, kan? Kau berharap misteri ini bisa menjadi jalan keluar, jadi kau mempertimbangkannya seperti itu. Tentu aku mengerti perasaanmu, aku juga berharap hal yang sama.”
“‘Mengorbankan diri untuk meraih kehidupan’, ini adalah pepatah dari Tiongkok yang sangat saya kagumi. Situasi yang kita hadapi sekarang persis seperti itu. Jadi, kita terpaksa melakukan persiapan seperti ini.”
“Tadi kita sudah mencari lagi di sekitar sini, tapi tetap tidak menemukan jejaknya. Sekarang saya berpikir, meski penghuni bisa mendekat, mungkin mereka tidak berani berlama-lama dalam radius sepuluh meter. Jika ini memang maksud apartemen...”
“Benar. Poin inilah yang penting. Jika tingkat bahaya ini membuat penghuni mengabaikan pecahan Perjanjian Neraka, artinya instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis akan menjadi misi tanpa solusi. Penghuni juga kehilangan jalan pintas untuk meninggalkan apartemen. Jadi misi darah ini secara tidak langsung meningkatkan kesulitan. Meski ada yang selamat di misi ini, mereka tidak akan bertahan lama di misi darah berikutnya. Tapi tetap saja, saya masih belum bisa memahami. Apakah misi darah ini benar-benar sesederhana itu?”
“Maksudmu masalah penyeimbangan tingkat kesulitan misi darah? Atau...”
“Lupakan, masih terlalu sedikit petunjuk. Mari terus mencari. Begitu menemukan sesuatu, pasti akan ada petunjuk. Selama misi darah berlangsung, kita harus tetap berada dalam radius sepuluh meter darinya.”
Xiao Yezi terus menatap rekaman video itu, menggenggam erat ponselnya tiba-tiba berkata: “Menurut analisis saya, kesulitan misi darah ini mungkin terletak pada dua hal: pertama, menemukan karakter '' itu sendiri, kedua, hilangnya Perjanjian Neraka yang membuat misi darah iblis tak terpecahkan. Keduanya mungkin menjadi inti kesulitan sebenarnya dari misi darah ini.”
“Hmm, saya juga berpikir demikian.”
"Tetapi aku masih merasa aneh. Dari rekaman video, baik sudut mati maupun siluman, semuanya tidak masuk akal."
"Apa maksudnya ini?"
"Dengarkan baik-baik, Ke Yinyu. Secara umum, pembatasan apartemen terhadap hantu ada tiga jenis: Pertama, hantu tidak bisa merasakan lokasi penghuni sehingga sulit membunuh, seperti dalam misi darah petak umpet. Kedua, hantu tahu lokasi penghuni setiap saat tapi tidak bisa langsung membunuh, seperti misi darah enam kepala. Ketiga, hantu baru bisa membunuh setelah penghuni memicu jalan kematian tertentu, seperti misi darah pengiriman surat. Menurutmu yang mana jenis kali ini?"
"Kalau kau bertanya seperti itu, aku juga bingung menjawab. Pendapatmu adalah..."
"Kurasa tidak mirip ketiganya. Dari rekaman, saat berada begitu dekat dengan Noudjou Sae, apakah hantu tidak melihatnya? Atau tidak bisa merasakannya? Atau tahu lokasinya tapi tak bisa menyerang? Jika dianalisis begini akan muncul kontradiksi. Jika hantu tidak bisa merasakan, dia cukup bersembunyi di sudut mana saja untuk lolos. Lagipula kabur dalam radius Kota K, baik kita maupun hantu sulit menemukannya. Tapi jika benar begitu, Noudjou pasti aman, dan keamanannya berarti keamanan kita juga, bukan? Fakta bahwa dia kemudian menghubungi pihak Shirazakura membuktikan kita masih bisa melacaknya lewat kontak."
"Aku mengerti maksudmu, Nyonya Kamya. Jika kasus kedua - hantu bisa merasakan tapi tak bisa menyerang - maka seharusnya kita tidak perlu mencarinya, melainkan harus tetap di dekatnya seperti Yan Lang dan Qian Xiyue, menunggu waktu yang tepat untuk mengambil pecahan Perjanjian Neraka..."
"Tidak, kamu salah. Jika situasinya seperti itu, sama sekali tidak perlu ada keberadaan orang bernama 'Noudjo Shahe'. Cukup langsung mengeluarkan misi darah untuk pergi ke suatu tempat. Misi khusus seperti mencari seseorang pasti tidak akan sesederhana itu. Tidakkah kamu berpikir begitu? Mengapa Noudjo Shahe harus ada dalam misi darah ini?"
"Pendapatmu juga masuk akal. Bagaimanapun dipertimbangkan, keseimbangan kesulitannya terasa aneh. Mengapa hanya dalam radius sepuluh meter dan tidak ada batasan waktu?"
Sampai di sini, pembicaraan telah mencapai poin penting.
"Bukan tidak ada batasan, tapi 'tidak bisa' dibatasi. Karena jika dibatasi, akan terjadi situasi yang melampaui keseimbangan instruksi darah. Atau mungkin ini adalah petunjuk jalan keluar dari misi darah itu sendiri."
"Setelah sampai ke tahap ini, tiba-tiba muncul ide di kepalaku!"
"Oh? Coba katakan, Ke Yinyu."
"Jika dipikirkan lebih teliti, mungkinkah satu dari tujuh penghuni kita telah digantikan oleh hantu? Jika benar, berarti hantu yang menyamar sebagai penghuni itu menyusup di antara kita, mengumpulkan informasi tentang Noudjo Shahe, lalu bersama kita memasuki radius sepuluh meter untuk membunuhnya dan mengambil pecahan Perjanjian Neraka."
Kemungkinan ini sungguh mengerikan.
Lin Tianze, Wei Shengliang, Luo Mizi, Jiang Yunxiao, bahkan Chen Yimo pun tidak bisa disingkirkan karena jenazahnya belum ditemukan. Jika salah satu dari mereka adalah penghuni yang telah diganti...
“Ucapanmu aneh, Ke Yinyu.” Xiao Yezi mengerutkan alisnya, melanjutkan, “Kamu tentu tahu dirimu adalah Ke Yinyu, tapi bagaimana kamu yakin aku adalah Kamya Sayoko asli? Jika aku hantu yang menyamar, tentu akan membunuhmu karena mengetahui hal ini, bukan?”
“Jika kau melakukan itu, berarti kau memang hantu.”
“Kau benar-benar kejam, Ke Yinyu.”
“Terima kasih pujiannya.”
Di gerbang kompleks, Xiao Yezi dan Yinyu beserta yang lain bertemu kembali. Semua mengaku tidak menemukan Sakae Nōjō, wajah mereka dipenuhi kekecewaan dan ketakutan.
“Jika tidak ditemukan, mungkin dia bersembunyi di suatu tempat.” Xiao Yezi tetap tenang, “Untungnya aku sudah menyuruh orang Shirazakura menunggu di lokasi yang kami sepakati. Mereka akan menghubungiku begitu dia datang.”
“Bagaimana jika kau menunggu langsung di lokasi itu?” Wei Shengliang tiba-tiba mengusulkan, “Ini akan lebih mudah...”
“Tidak, ‘menunggu kelinci di pohon’ bukan gayaku. Lagipula jika dia menghidupkan GPS lagi, kita bisa lacak posisinya. Polisi sudah bekerja sama berkat Bantuan Inspektur Lang Zhishan.”
Namun, langkah selanjutnya masih belum jelas. Lokasi persembunyian Sakae hanya diketahui dirinya sendiri. Permukiman di sekitar sini sangat banyak. Jika dia lari ke suatu gedung, mustahil menemukannya dalam waktu singkat.
"Sementara itu, Nojima Sae merasa sangat tidak nyaman berada di rumah mahasiswa itu. Perasaan aneh yang mendekat tadi berkurang sedikit, dan dia terus mengingat-ingat kata-kata Bahasa Mandarin yang dihafalnya, meskipun sangat sedikit."
Mahasiswa itu bernama Yang Rui, menyewa apartemen sendirian.
"Apa kamu benar-benar Nojima Sae? Asli?" Meski sudah memastikan berkali-kali, Yang Rui masih tidak percaya bahwa bintang besar legendaris ini datang secara langsung.
Pertanyaan terbesar berikutnya: Mengapa dia datang?
"Tolong... izinkan aku tinggal sementara di sini." Akhirnya dia mengeluarkan kalimat dalam Bahasa Mandarin seperti memeras pasta gigi: "Aku, aku, dikejar orang jahat."
Karena kosakata yang terlalu terbatas, menyusun satu kalimat pun sangat sulit. Tapi setidaknya maksudnya tersampaikan. Setelah akhirnya mengerti, Yang Rui merasakan kegembiraan yang sulit diungkapkan.
Mungkinkah... bisa tinggal serumah dengan Nojima Sae? Jika diceritakan, pasti akan membuat para pria rumahan di sekitarnya mati iri! Keberuntungan seperti ini bisa jatuh ke kepalanya?
Melihat pipi yang segar bak buah persik di depan matanya, tiba-tiba Yang Rui merasakan api jahat mengganas di dadanya. Bayangkan, tengah malam, seorang wanita datang dengan rambut acak-acakan seperti ini, meminta perlindungan - apa yang akan terjadi selanjutnya?
Meski sangat antusias, Yang Rui masih memiliki pertimbangan rasional. Bagaimanapun, lawan bicaranya adalah superstar kelas atas. Dia tidak ingin terlibat dalam skandal apa pun. Apalagi, wanita ini datang untuk promosi film - siapa tahu ucapannya hanyalah strategi publisitas. Di era sekarang, cara promosi di dunia hiburan sangatlah variatif dan aneh, jadi dia tidak bisa lengah.
"Orang jahat yang kamu maksud... siapa?" Yang Rui bertanya hati-hati: "Kamu bermasalah dengan... siapa?"
## Jilid Kesembilan Belas Mendekat Bab Kesembilan Shinigami yang Menyusup Senyap
Pada saat ini, Yang Rui sama sekali tidak mengantuk. Dia sangat ingin tahu, siapakah "orang jahat" yang disebut bintang besar ini? Jangan-jangan bertemu perampok?
"Emm, apa kamu... bertemu dengan... penjahat?"
"Maaf, kamu..." Sae saat ini terus mengais-ngais perbendaharaan kosakata Bahasa Mandarinnya yang terbatas, berkata terbata-bata: "Maksudmu... apa?"
"Ah, intinya..." Tiba-tiba Yang Rui teringat sesuatu, buru-buru berkata: "Kamu, tunggu sebentar!"
Dia langsung berlari ke kamar tidur, mengobrak-abrik barang, akhirnya mengambil sebuah kamera. Kembali ke ruang tamu, dengan semangat berkata: "Itu, bisakah, kita foto bersama?"
Berfoto dengan Nosawa Sae, hanya membayangkannya saja membuat darah Yang Rui mendidih! Kesempatan seperti ini benar-benar langka! Mana mungkin dia melewatkannya? Jadi, langsung mendekati Sae sambil berkata: "Itu, bisakah kita berfoto? Kita, foto bersama ya!"
"Kali ini, Sha Hui benar-benar mengerti kalimat ini. Dia tidak keberatan, lagipula dia tinggal di rumah orang ini, harus sedikit menyesuaikan. Jadi, dia tersenyum kecut dan berkata: 'Baik, baiklah.'"
"'Hmm, bagus, ikut aku.'"
"Dia menarik Sha Hui ke tengah ruang tamu, berhenti di depan sebuah lemari. Tapi tak lama Yang Rui kembali merasa gugup, buru-buru lari ke cermin di dinding ruang tamu, merapikan pakaiannya."
"'Hmm, sudah bisa!'"
"Tangan Yang Rui gemetar karena gugup saat ini. Kemudian, dia kembali ke depan Sha Hui, mengambil kamera, mengarahkannya ke diri sendiri dan Sha Hui, langsung menekan tombol rana."
"Setelah memotret, dengan bersemangat dia langsung mengambil kamera, melihat-lihat hasilnya, wajahnya berseri-seri. Lalu segera membuka komputer, berencana menggunakan foto ini sebagai wallpaper desktop."
"Hingga sekarang dia masih merasa ini tidak nyata, bertanya-tanya apakah ini mimpi? Tapi mana mungkin mimpi terasa begitu nyata? Tak lama, dia membuka komputer dan memperbesar foto itu, tersenyum-senyum memandanginya. Hatinya seperti melayang-layang sekarang."
"Tiba-tiba, dia melihat jendela pop-up berita Tencent muncul di bagian bawah layar komputer, bertuliskan 'Aktris terkenal Nojo Sha Hui dan manajernya menghilang secara misterius'. Segera dia mengklik berita ini, setelah membacanya, langsung menoleh ke belakang melihat Sha Hui dan bertanya: 'Uh, Nona Nojo?'"
"'Ada apa?'"
"'Lihat berita ini...'"
"Sha Hui menggelengkan kepala dengan senyum getir: 'Bahasa Mandarin tidak banyak kumengerti...'"
“Mengapa Nyonya Noujou kabur?” Saat itu berbagai plot klise film muncul di benak Yang Rui: “Kamu bilang ada orang jahat, orang jahat seperti apa?”
“Ini…” Shae terdiam sejenak, tak tahu harus menjawab apa. Pikirannya berputar kencang sebelum akhirnya hanya bisa memaksakan satu kalimat: “Maa...f, aku tidak bisa mengatakannya, maaf.”
“Oh, begitu ya.” Yang Rui menatap narasi di berita, bingung harus berbuat apa sekarang - menghubungi polisi atau...
“Jangan!” Shae tiba-tiba menggenggam tangan Yang Rui, “Yang...Yang-san, tolong jangan beri tahu siapa-siapa tentang aku... tentang...”
Saat itu dia tak tahu cara menjelaskan kata "lokasi" dalam Bahasa Mandarin, namun Yang Rui sudah memahami maksudnya. Setelah menimbang-nimbang, menerima Shae Noujou tanpa tahu apa pun terasa terlalu gegabah.
Tapi melihat wajah memelas Shae yang seperti bunga pir tertimpa hujan, hatinya tak tega. Meski punya banyak dugaan, tapi jika dia tak mau bicara, tak ada yang bisa dilakukan. Dan sebagai wanita super cantik yang sedang menangis tersedu-sedu, mustahil bagi siapa pun menolak permintaannya.
Akhirnya dengan menggigit gigi, Yang Rui mengiyakan: “Ba...baiklah.”
“Meski ada banyak keraguan, tapi kesempatan untuk mendekati idola dalam hati ini, bahkan membuatnya berterima kasih, bukanlah hal yang bisa didapat semua orang. Yang Rui bahkan punya niatan lebih jauh, tentu saja saat ini belum berani membayangkan sejauh itu. Untungnya dia tinggal sendiri, jadi tidak ada masalah besar. Hanya saja, berapa lama keadaan seperti ini bisa dipertahankan?”
“Selanjutnya, Yang Rui mulai mempertimbangkan. Berapa lama dia akan menampungnya? Saat dia pergi kuliah, apa yang harus dilakukan gadis itu? Rumah ini sewaan, kalau ketahuan pemilik pasti repot. Kegembiraan awal perlahan digantikan oleh pertimbangan rasional setelah berpikir dingin.”
“Nōjō Sae saat ini sudah kelelahan parah. Mengingat energinya terus terkuras dan lama diteror ketakutan, sekarang dia bisa langsung tertidur begitu merebahkan diri di (tempat tidur).”
“Ano...” Dia berpikir keras tapi tak bisa mengingat kata “rekening” dalam Bahasa Mandarin, akhirnya berkata dalam bahasa Inggris: “Ano, Account, beri tahu nomor telepon Accountmu.”
“Apa? Rekening?” Yang Rui kaget, lalu langsung tersadar: “Tidak, tidak perlu! Nona Nōjō mau tinggal di sini, itu sudah kehormatan bagi saya. Sungguh, saya...”
“Karena terlalu gugup, Yang Rui sekarang benar-benar bicara ngawur. Melihat Sae terus menguap, dia buru-buru berkata: “Kamu lelah ya, Nona Nōjō? Ano, kamu...”
“Tidur di mana?”
Yang Rui merasa canggung. Rumahnya kecil, hanya ada satu (tempat tidur). Dari situasi saat ini, sepertinya dia harus menyuruh sang idola tidur di ruang tamu. Tapi bagaimana mungkin dia tega menyuruh wanita yang dikaguminya tidur di sana?
Namun saat itu, Shaei yang duduk di (tempat tidur) sudah berbaring dan tertidur karena kelelahan. Awalnya dia hanya ingin memejamkan mata sebentar, tapi tertidur dalam kurang dari satu menit. Hal ini membuat Yang Rui semakin bingung.
Karya puncaknya adalah drama musim panas 2008 "Heaven's Snow" (Tengoku no Yuki), di mana dia memerankan Mahariko Kamishiro - mahasiswi cantik yang menjadi karakter paling ikoniknya. Bagi penggemar J-drama, tidak mengenal Mahariko Kamishiro dianggap sangat "ketinggalan zaman".
Yang Rui masih ingat adegan Mahariko Kamishiro mengenakan Kimono berdiri di tepi laut, menunggu kekasihnya Takashima Mamoru selama belasan tahun. Ekspresi rindu di matanya dan kecantikan yang menyayat hati itu masih membekas. Kini wanita yang dianggapnya seperti dewi itu ternyata berada begitu dekat dengannya!
“Benarkah ini diri aslinya?” Yang Rui mendekati Noujou Sae yang terbaring di (tempat tidur), menundukkan kepala sedikit sambil mengamati wajahnya dengan cermat. Kemudian dia kembali ke depan komputer, membuka mesin pencari Baidu, mengetikkan enam karakter "", lalu mengeklik enter. Gambar-gambar foto yang muncul berikutnya - wajah-wajah cantik nan menawan itu - ketika dibandingkan dengan sosok asli di hadapannya, membuat napas Yang Rui semakin tersengal-sengal.
Tidak mungkin salah, pasti dia!
Masih teringat jelas ketika rumor operasi plastik Noujou Sae merebak. Saat itu Perusahaan White Sakura secara khusus mengeluarkan pernyataan bantahan dengan mempublikasikan foto-foto Sae masa SMA dan kuliah, membuktikan bahwa kecantikannya benar-benar alami. Banyak orang terkagum-kagum melihat penampilan Sae yang sudah begitu memesona sejak masa pelajar. Kecantikan Sae bukan hanya terletak pada fisik, tapi juga aura kesucian yang memancar sehingga membuat siapa pun tak bisa tidak terpukau. Perlahan-lahan rumor operasi plastik pun mereda.
Sekarang dengan melihat lebih seksama, wajah ini terasa semakin memikat sampai membuat dada sesak. Riasannya pun tidak berlebihan, hanya eye shadow hijau tipis, namun sudah cukup membuat jantung berdebar kencang saat memandangnya. Saat matanya terpejam, pose tidurnya yang anggun itu semakin menonjolkan ciri-ciri wajah yang sempurna.
"Terlalu... cantik," setelah lama terdiam, Yang Rui akhirnya mengeluarkan komentar: "Apa yang kulakukan sampai bisa mendapat kesempatan seperti ini untuknya..."
Dia menggigit giginya, menahan diri dengan taruhan nyawa agar tidak kehilangan kendali dan menunduk untuk mencium bibir ceri yang ranum itu. Duduk di depan komputer, Yang Rui saat ini sama sekali tidak mengantuk, melainkan kembali menatap layar desktop.
"Cantik sekali, aslinya jauh lebih menawan daripada di TV." Puji Yang Rui tak henti-hentinya: "Kenapa bisa secantik ini? Saat pertama kali melihatnya, hampir saja kusapa 'Nona Kazami'. Setiap melihatnya langsung teringat Kazami Mariyo. Katanya ada orang jahat yang memburunya, bagaimana ceritanya? Orang jahat seperti apa?"
Tiba-tiba Yang Rui merasa takut, jangan-jangan ini terkait perseteruan preman? Dulu pernah dengar, beberapa selebriti menerima ancaman kematian dari preman. Mungkinkah Nozomi Sae juga mengalaminya?
Tapi dia merasa tidak masuk akal. Sekarang Sae sedang di Tiongkok, bukan di Jepang. Film "Blood Bird" yang dibintangi Nozomi Sae ini merupakan karya pertama yang dirilis di Tiongkok. Sebenarnya film ini sudah beredar luas sebagai bajakan daring setengah tahun lalu, dan kebanyakan penggemar Nozomi sudah menontonnya, termasuk Yang Rui. Film itu memang sangat spektakuler, kesucian Nozomi Sae tetap tak terlupakan.
Sekitar semakin sunyi, tampaknya Nozomi Sae benar-benar tertidur lelap. Besok pagi toh tidak ada kuliah, akhirnya Yang Rui pun memutuskan tidak tidur. Dia termenung menatap Nozomi Sae yang terbaring di (tempat tidur). Kecantikan semacam ini menyenangkan mata, tak akan pernah bosan dilihat berapa pun lamanya.
Demikianlah waktu berlalu detik demi detik. Yang Rui semakin tidak bisa menahan gejolak hatinya. Bagaimanapun, berdua saja di ruangan tertutup antara pria dan wanita. Setelah Sae berbaring, garis leher bajunya terbuka memperlihatkan lekuk tubuh yang sangat jelas. Bentuk tubuh Sae sungguh sempurna. Pakaian ini tampak sangat pas, menyoroti pinggang rampingnya dengan sempurna, benar-benar proporsi model ideal. Kecantikan seperti ini hampir bisa disebut manekin hidup, cocok memakai apapun.
Yang Rui bukanlah orang suci. Memandang pemandangan seperti ini mulai membuat tubuhnya terasa panas. Ia merapikan kerah bajunya, lalu berdiri. Dorongan untuk mendekat dan melihat lebih jelas area dada Sae tak tertahankan. Mengingat Sae selalu menjual imej polos, semua drama Jepang dan film yang dibintanginya cenderung konservatif. Foto-foto modelnya pun jarang menampilkan bikini, lebih banyak pakaian kasual. Hanya satu set foto yukata-nya yang cukup sensual, sampai-sampai beberapa drama Jepang kemudian sengaja memakaikannya yukata.
Langkah demi langkah ia mendekat. Pandangannya tertuju pada lembah itu, lidahnya menjilat bibir. Bagian bawah tubuhnya mulai bereaksi. Pada akhirnya, bahkan muncul keinginan untuk mengintip lebih ke bawah, siapa tahu ada bagian yang terbuka. Jika berhasil, itu akan menjadi hoki besar baginya.
Namun naas, tiba-tiba Sae membalikkan badan sambil memejamkan mata. Posisinya berubah menjadi miring, menutupi bagian terpenting itu sepenuhnya.
Dia kaget, langsung melompat menjauh, mengira Saeki menyadarinya.
"Bikin merinding..." Dia menepuk dadanya, berkata: "Sayang sekali..."
Saeki terlihat belum bangun, gerakan membalik tadi sepertinya hanya gerakan dalam tidur. Ini membuatnya lega. Lalu dia duduk kembali di kursi.
Matanya kembali menatap komputer di hadapannya. Saat mengetik "Noudjou Saeki" di mesin pencari Baidu, tiba-tiba muncul sebuah berita.
"Detektif Jepang Kamya Sayoko, ingin bertemu dengan Noudjou Saeki yang hilang".
Dia membuka tautannya, membaca. Isinya menjelaskan detail tentang Kamya Sayoko dan alasannya ingin bertemu Saeki, termasuk lokasi pertemuan yang dijanjikan.
"Kamya Sayoko? Tidak pernah dengar. Jadi benar-benar ada detektif terkenal macam ini ya?"
Tapi tepat saat itu, tiba-tiba dia merasakan hawa dingin menyelinap dari belakang.
Ada apa ini?
Samar-samar, dia bahkan merasa seolah ada seseorang berdiri di belakangnya. Orang itu sepertinya sedang mengawasinya.
Dadanya langsung berdebar kencang.
Ini... ada apa sebenarnya?
Dia menoleh ke belakang, tapi tak ada siapa-siapa di sana.
"Hah..." Dia menepuk dadanya sambil tersenyum: "Ternyata cuma bayangan sendiri. Tidak ada orang. Tenang, tenang."
Lalu dia kembali fokus membaca halaman web. Tapi beberapa saat kemudian, perasaan tadi muncul lagi. Sensasi seperti sedang diawasi dari belakang.
Itu... perasaan apa sebenarnya?
Yang Rui semakin merasa gelisah, menggosok-gosokkan tangannya, sekali lagi menoleh ke belakang, namun di belakangnya tetap tidak ada seorang pun. Dia merasa seharusnya ini hanya paranoia, namun perasaan itu seperti duri di punggung.
Dia keluar dari kamar tidur, menuju ruang tamu, dan menyalakan lampu neon. Tapi sama sekali tidak melihat apa-apa. Semuanya normal seperti biasa, pintu juga terkunci dengan baik.
Tidak ada masalah?
Merenung begitu, Yang Rui merasa dirinya terlalu khawatir, lalu kembali ke kamar tidur.
Dia sedang mempertimbangkan apakah akan menceritakan tentang Kamya Sayoko kepada Sae? Sambil berpikir demikian, dia memandang Sae yang masih tertidur lelap, mengingat berita itu menyebutkan keadaan darurat yang mendesak untuk bertemu Sae secepatnya.
Tapi melihat Sae tidur begitu nyenyak, hatinya tidak tega membangunkannya.
Dia kembali duduk di depan komputer, mengusap-usap matanya.
Perasaan aneh tadi masih ada, bahkan semakin membuat jantungnya berdebar kencang. Menggigit gigi, dia sekali lagi menoleh ke belakang.
Masih tidak ada apa-apa.
Hanya saja, perasaan tadi semakin jelas terasa.
Yang Rui berdiri, nyaris terjatuh. Tangannya mencengkeram erat permukaan meja komputer, dan secara bersamaan dia tiba-tiba menyadari layar komputer di depannya.
Ini...
Ini adalah...
Matanya membelalak lebar, apa itu?
Dia merasa seluruh tubuhnya seolah membeku, rasa takut seperti jutaan semut menggerogoti setiap inci kulitnya!
Sha Hui tiba-tiba terbangun saat itu. Ia hanya mendengar suara ledakan keras sebelumnya. Ketika menoleh ke belakang, layar komputer sudah hancur berantakan di lantai, sedangkan Yang Rui menghilang tanpa jejak...
## Jilid 19 Mendekat Bab 10 Dongtian Shan
Mizhen tertidur tanpa sadar.
Tangga yang sama masih ada. Langkah demi langkah, dia turun. Koridor putih dan dinding-dindingnya, sekeliling terasa seperti dunia yang mati sunyi. Dimensi gelap ini sesekali membuat jantung berdebar-debar.
Kemudian, dia menyusuri koridor perlahan. Ruang mulai melebar, tapi tetap tak terlihat bayangan siapa pun. Tempat apa ini? Semua ruangan memiliki nomor telepon, dan melalui jendela-jendela yang terlihat hanya kegelapan. Samar-samar, seolah ada banyak bayangan misterius yang bersembunyi.
Mizhen mempercepat langkahnya.
Dia merasakan panggilan Mian Tian dari kedalaman. Seperti telepati kembar, hati Mizhen terus terikat erat.
Tiba-tiba matanya terbuka lebar. Mobil berguncang, untung sabuk pengaman masih terpasang. Melihat sekeliling, mereka sudah berhenti di daerah terpencil yang sepi.
Kawasan perbatasan Kota X dan Kota K adalah lokasi Gunung Dongtian, yang jauh lebih dekat dibandingkan Gunung Heiwu tempat Desa You Shui berada. Sekelilingnya adalah hutan sepi dengan tanah dipenuhi batu-batu, mungkin inilah penyebab guncangan hebat selama perjalanan.
"Turunlah." Li Yin di sampingnya tetap menggunakan nada mekanis yang dingin: "Sekarang kita harus mencari gua yang disebutkan dalam buku harian."
Mizhen melepas sabuk pengaman, membuka pintu bus dan turun. Tanah memang sangat tidak rata, pantas saja mobil tidak bisa melanjutkan perjalanan. Setelah menutup pintu, Mizhen melihat Li Yin mengeluarkan senter dari tas ranselnya dan melemparkan satu ke arahnya.
"Perhatikan jalan baik-baik, kita berjalan."
"Ya, baiklah."
Li Yin tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Setelah pengakuan begitu intens tadi, dia tidak menunjukkan gejolak emosi. Apakah karena benar-benar tak peduli, atau sengaja menutupi perasaan agar Mizhen tak berharap?
Kalau begitu, baiklah.
Jantung Mizhen terasa seperti diremas. Betapa menyakitkan ketika orang yang rela dia pertaruhkan nyawa ini sama sekali tak menghargainya? Meski cintanya tak mengharap balasan, setidaknya harus ada respons minimal, bukan?
Di hati Kakak Kelas ini, apakah dirinya benar-benar tak berarti?
Mengingat Li Yin yang harus membayar harga mengerikan tiga kali misi darah untuk menyelamatkan Ziye, tubuh Mizhen gemetar. Tiga misi darah yang terhapus itu bagai belati tajam yang menusuk jantungnya hingga hancur berkeping-keping.
“Dia hanya peduli padanya, sementara aku hanya peduli padanya.”
Mizhen merasakan air mata mulai mengaburkan pandangannya. Meskipun bertahun-tahun di apartemen, dia selalu menahan diri untuk tidak menangis. Dia tak bisa menerima menyerah pada apartemen, bahkan dalam situasi paling sulit pun tak pernah menunjukkan kelemahan. Dengan segala daya upaya, menanggung tekanan dan ketakutan yang tak terbayangkan, menjalani hari-hari yang bagi siapapun lebih buruk dari kematian, langkah demi langkah hampir mengeringkan setiap tetes darah dalam tubuhnya, akhirnya berhasil menyelesaikan sembilan kali misi darah.
Semua ini hanya untuk tetap hidup di dunia yang masih ada harapan, bisa bersama Li Yin.
"Dalam hidup dan mati kita bersatu, denganmu aku berjanji. Genggam tangan kekasih dan menua bersama."
Hanya keinginan sederhana seperti ini, dia habiskan segala cara dan kecerdikan yang tak terpikirkan orang biasa, dengan keteguhan hati sekuat batu, bertahan sampai akhir, bersama Mian Tian memikul kutukan. Kini di saat nyawanya hampir terkuras habis, tiba-tiba mengetahui Li Yin ternyata juga jatuh ke apartemen, dan dia masih harus menjalani enam kali misi darah!
Dia mengangkat tangan, mengusap matanya.
"Semeleh itukah aku ini, Kakak Kelas?" Tiba-tiba dia berhenti melangkah, berbicara ke punggung Li Yin di depan: "Bagimu aku tak berarti sama sekali? Perasaanku bahkan tak perlu dipertimbangkan sedikitpun? Bagimu aku ini apa? Sebenarnya aku ini apa?"
Langkah Li Yin terhenti. Dia menoleh ke belakang.
Di bawah sorotan senter, wajah Li Yin terlihat sangat suram. Ekspresinya seperti mesin yang tak berubah sama sekali. Saat ini, dia bagaikan hantu pucat.
"Apa yang ingin kau dengar dariku?" Li Yin akhirnya membuka mulut: "Bukankah sudah kubilang? Kau cukup bekerja sama denganku. Lainnya, jangan kau pikirkan."
"Kau harus tahu, perasaanku terhadap Kakak Kelas..."
"Ayo pergi." Li Yin di depannya bagaikan boneka mekanis, menoleh ke belakang tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.
Tangan Mizhen yang menggenggam senter terus gemetar, bola matanya yang indah masih mengalirkan air mata yang membasahi eyeshadow-nya. Langkahnya mulai bergerak lagi, semakin cepat. Dia mendekati Li Yin, memandang wajahnya yang tetap tanpa ekspresi.
Tiba-tiba muncul pikiran absurd dalam benaknya.
Siapa orang ini?
Siapa sebenarnya orang ini?
Pikiran itu langsung dipendam Mizhen. Dia tahu apa yang ditakutinya - jika Li Yin adalah hantu yang keluar dari gudang itu...
Petunjuk jalan keluar di gudang telah dikonfirmasi, bisa dipastikan semua alat hanyalah bidak catur yang memberi tahu "jalan kematian" ini. Semua skenario besar ini dibangun untuk menghancurkan aturan yang dibuat sendiri. Begitu hantu bisa masuk ke apartemen, menyelesaikan berapa pun misi darah tidak akan berarti. Karena selama tidak bisa lolos dari kutukan hantu ini, itu sama dengan memiliki misi darah yang belum selesai. Kecuali, menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis, baru ada kemungkinan berhasil kabur dari apartemen. Menurut penilaiannya, pada paruh kedua tahun 2011, apartemen akan semakin melemahkan pembatasan terhadap hantu ini. Saat itu tiba, implikasinya sudah jelas. Semua penghuni, tak ada yang bisa selamat! Termasuk Li Yin. Tapi, jika Li Yin sendiri adalah...
Pikiran seperti ini pernah terlintas di benaknya, tapi dia selalu menekan ketakutan ini. Menurut analisis, penghuni yang mungkin membuka laci berisi hantu di gudang ada sepuluh orang: Li Yin, Ying Ziyue, Ke Yinye, Ke Yinyu, Bian Xingchen, Pu Shenyu, Shangguan Mian, Huangfu He, Feng Yuxian, dan Kamya Sayoko. Kesepuluh orang ini masih hidup sampai sekarang.
Empat lemari di gudang memiliki lebih dari seratus laci. Jika laci tempat hantu berada acak, maka sulit ditentukan. Secara probabilitas, kesepuluh orang ini memiliki kemungkinan yang sama. Artinya, kemungkinan Li Yin telah dibunuh dan diganti adalah 10%. Orang di hadapannya sekarang, memiliki 10% kemungkinan bukan lagi kakak kelas yang dia kenal.
Bagi Mizhen, ini adalah teror yang paling tidak bisa diterima.
"Sejujurnya, saat ini sudah tidak mungkin mendapatkan petunjuk lebih lanjut. Dan apakah masih ada jalan keluar setelah 'jalan kematian' ini terpicu, juga belum diketahui. Karena hanya berinteraksi dengan Ying Ziyue, Shangguan Mian, dan Pu Shenyu, dia masih kurang paham dengan yang lain. Lagipula, sudah tidak ada cara untuk membedakan manusia dan hantu. Obat tetes mata Mata Rohani yang disebut-sebut di gudang hanyalah tipuan belaka. Pada akhirnya, semuanya hanya bidak catur yang dipersiapkan untuk perangkap maut ini."
Mizhen sudah mempersiapkan diri secara mental.
Hanya saja, dia berharap setidaknya bisa menyelamatkan Mian Tian. Paling tidak, berharap Mian Tian bisa menyelesaikan instruksi tulisan darah kesepuluh.
Setidaknya... biarkan Mian Tian...
Saat ini, sudah pukul tiga pagi. Misi darah telah berjalan sepertiga waktu, penghuni yang tersisa masih enam orang. Tak ada yang tahu berapa jumlah yang akan bertahan sampai misi darah berakhir.
"Sebenarnya, kemungkinan yang mana?"
Pencarian hampir dilakukan di seluruh area, beberapa polisi sudah mulai menyerah. Xiao Yezi dan Yinyu berdiri di sudut jalan, Wei Shengliang mengikuti di belakang mereka dengan nafas terengah-engah.
"Kemungkinan apa?" Yinyu tersenyum pahit. "Aku juga tidak tahu. Batasan apa yang diberikan apartemen pada hantu? Mengapa pendekatan tidak membutuhkan batas waktu, dan juga..."
"Aku, aku mau bertanya," tiba-tiba Wei Shengliang melangkah ke depan, menekuk lutut sambil menatap tajam. "Apa maksud kemungkinan yang kalian bicarakan tadi?"
"Secara sederhana, pertimbangkan mengapa batasan misi darah adalah mendekati sepuluh meter, tapi tidak membatasi waktu." Yinyu menjelaskan pandangan yang dia dan Xiao Yezi diskusikan: "Meski belum pasti, kemungkinan apartemen tidak ingin kita terlalu dekat dengan Noudiao Shawei. Tidak, seharusnya maksudnya membuat kita sama sekali tidak bisa mendekatinya. Dengan begitu, saat waktu habis kita semua akan mati. Tapi kita justru harus mendekatinya. Dan untuk mendekatinya, cukup masuk dalam radius sepuluh meter tanpa batasan waktu. Semua ini sangat aneh."
"Hm? Di mana anehnya?" Weisheng Liang menggelengkan kepala, "Bisa dijelaskan?"
"Penjelasan sederhananya: jika apartemen ingin menciptakan fenomena supranatural, mengapa tidak menyuruh kita mengikuti Noudiao Shawei terus agar lebih mudah terkena kutukan? Meski tidak ingin kita mudah mendapatkan pecahan Perjanjian Neraka, masih banyak cara lain untuk membatasi kita."
"Jadi, maksud kalian adalah..."
Sorot mata Yinyu berkilat. Dia menatap ekspresi Xiao Yezi sebelum berkata: "Jalan keluar mungkin ada di sekitar Noudiao Shawei. Dengan memperhatikan sesuatu yang terkait dirinya, kita bisa selamat."
"Benar," Xiao Yezi akhirnya memecahkan keheningan, "Misalnya, di tubuh Noudiao Shawei ada sesuatu yang memungkinkan hantu melacaknya. Sesuatu yang mudah ditemukan. Hantu itu sekarang mungkin mendekatinya dengan cara terbatas atau tidak langsung."
"Cara tidak langsung...?" Wei Shengliang tidak mengerti. Di matanya, wanita Jepang ini selalu terlihat misterius, sulit ditebak apa yang dipikirkannya.
Tentu saja, ada satu hal lagi.
Yakni, di antara para penghuni saat ini, mungkin ada seseorang yang sudah digantikan, ikut mencari bersama mereka. Jika benar demikian, berbagi informasi menjadi hal yang sangat berbahaya.
Yinyu tidak melanjutkan penjelasan kepada Wei Shengliang, malah bertanya kepada Xiao Yezi: "Apa pendapatmu sebenarnya? Saat itu, apa sebenarnya yang dilihat pemabuk itu sampai begitu ketakutan?"
"Bagaimana mungkin aku tahu hal seperti itu." Xiao Yezi mengangkat tangan sambil menunjukkan sikap tidak berdaya.
Yinyu menatap Xiao Yezi dengan seksama, seolah ingin menangkap pikirannya. Kemudian dia mengajukan kemungkinan: "Menurutku, yang dia lihat saat itu mungkin... cermin."
## Jilid 19 Mendekat Bab 11 Cermin?
Xiao Yezi tidak terlihat terlalu terkejut, bertanya: "Maksudmu cermin?"
"Ya," jawab Yinyu tegas. "Apakah kamu tidak berpikir begitu, Nyonya Kamya?"
"Karena cermin datar itu? Atau pintu kaca toko serba ada?"
"Ya, ini analisis sementaraku. Jika hantu bisa melihat Nobara Kagesawa karena mendekati cermin, itu sangat masuk akal. Tapi begitu menjauh dari cermin tidak bisa melihatnya lagi, jika memang seperti itu..."
"Tidak." Xiao Yezi langsung menyangkal. "Bukan cermin."
"Hah?"
"Tidakkah kalian menyadari? Si pemabuk yang hilang itu, dilihat dari pecahan botol minuman, kemungkinan besar telah mengalami nasib buruk. Begitu juga dengan agen yang hilang, Fukui Akira. Jika cermin bisa membuat orang menghilang begitu saja, mengapa Noujou Sae sendiri sama sekali tidak apa-apa? Seharusnya dia yang paling berbahaya. Saat itu dia berada di taman bunga, tepat menghadap cermin itu. Seharusnya dia lebih mudah dibunuh."
"Maksudmu..." Yinyu sepertinya paham, menjawab: "Noujou Sae masih hidup membuktikan itu bukan karena cermin? Tapi bukankah ini bisa jadi pembatasan dari apartemen?"
"Tentu, jika kamu mau beranggapan begitu juga tidak masalah. Tapi apakah memberi pembatasan seperti ini ada artinya? Jangan lupa satu hal, Noujou Sae bukanlah penghuni apartemen."
Perkataan Xiao Yezi tampaknya mempengaruhi Yinyu. Dia tidak lagi mempertahankan pendapatnya sebelumnya. Akhirnya, Yinyu kembali memasang wajah serius: "Kukira kamu juga berpikir begitu. Tapi jika menurutmu Noujou Sae bukan penghuni sehingga tidak terlindungi oleh pembatasan, lalu mengapa selama ini dia sendiri tidak mati?"
"Karena pembatasan apartemen."
"Hei, bukankah tadi kamu bilang..."
"Maksudku, 'hantu' itu sebenarnya tidak pernah benar-benar 'mendekati' Noujou Sae. Apartemen menerapkan pembatasan tertentu yang membuat hantu tidak bisa benar-benar mendekatinya. Meski secara posisi sangat dekat, tetap tidak bisa mencapai tingkat yang bisa membunuhnya. Tapi orang lain berbeda."
"Apa maksudnya? Tidak bisa benar-benar mendekatinya?" Ekspresi Yinyu benar-benar bingung.
"Di jalanan gelap, angin bertiup kencang menerbangkan rambut panjang Xiao Yezi. Ia mengeluarkan buku catatan dari sakunya, membukanya dan berkata: 'Ke Yinyu, meski belum bisa memastikan sepenuhnya, tapi pembatasan ini kurasa berkaitan erat dengan diri Noujou Sae sendiri. Noujou Sae yang 'disembunyikan' oleh apartemen, lapisan pembatasan ini bagai kamuflase bunglon yang membuatnya tidak mudah terdeteksi hantu.'"
"'Eksistensi... yang khusus?'"
"'Mungkin terkait dengan pecahan Perjanjian Neraka yang ada padanya. Tentu saja, pembatasan ini akan semakin melemah seiring waktu. Begitu tiba saatnya, itulah hari kiamat kita.'"
Percakapan kedua wanita ini sama sekali tidak dipahami Wei Shengliang yang bergelar sarjana. Kini di hadapan mereka, ia tak bisa menyelak sepatah kata pun.
"'Hei,' Wei Shengliang akhirnya menyela, 'berbicara teori di atas kertas tetap percuma. Lihat jam! Waktu kita hampir habis. Jika tidak segera menemukan Noujou Sae, kutukan bayangan akan...'"
Eksperimen gabungan Roland dan Xiao Yezi dulu disaksikan banyak penghuni. Wei Shengliang termasuk salah satunya yang sangat paham mengerikannya konsekuensi jika kutukan bayangan aktif.
Mendengar ini, Xiao Yezi dan Yinyu yang semula lancar berdebat pun terdiam. Memang, inilah poin krusial. Tanpa menemukan Noujou Sae, semua diskusi malam ini pada akhirnya hanyalah teori di atas kertas yang tak bermakna.
“Ngomong-ngomong, mungkin kita bisa mempertimbangkan misi darah pasangan Yan Lang sebelumnya?” Yinyu tiba-tiba mengajukan: “Rentang sepuluh meter, apakah jarak vertikal juga bisa dipertimbangkan? Asalkan secara vertikal dalam sepuluh meter, mungkin tidak akan ada masalah.”
“Kemungkinan itu ada. Tapi masalahnya, saat ini kita bahkan tidak tahu di mana dirinya berada, apalagi yang terpenting adalah fragmen Perjanjian Neraka. Ini adalah sesuatu yang mutlak tidak boleh dilepaskan sampai benar-benar terpaksa.” Xiao Yezi menunjuk inti masalah dengan tegas: “Selama benda ini ada, kita harus terus mengikutinya dengan cara apapun, tidak boleh membiarkannya dibawa hantu. Sampai lewat jam lima, baru kita bisa mengambil pecahan Perjanjian Neraka.”
“Benar juga... Tunggu, apakah ini tujuan sebenarnya apartemen? Alasan tidak ada batasan waktu adalah karena ini? Karena meski tidak dipaksa membatasi, kita akan tetap terus mengikuti Nyonya Nengtiao? Pembatasan khusus untuk tidak memasukkannya ke apartemen juga karena ini?”
“Kemungkinannya sangat tinggi. Penghuni bisa dibilang berebutan terhadap fragmen Perjanjian Neraka, karena Kontrak Neraka memungkinkan pelaksanaan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis untuk keluar dari apartemen. Ini juga menjadi harapan terbesar bagi penghuni baru di tengah tingkat kesulitan misi darah yang semakin membuat putus asa. Dalam misi darah kali ini, bukankah lima orang di antaranya adalah penghuni baru yang pertama kali menjalankan misi darah?”
Kemudian Xiao Yezi menatap Wei Sheng Liang dan berkata: “Anda juga begitu, kan? Jika memungkinkan, juga berharap menggunakan segala cara untuk merebut fragmen Perjanjian Neraka?”
“Aku...” Wei Sheng Liang tertegun sejenak, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
“Mobil yang dia tumpangi sebelumnya melalui alat pemantau sudah terkonfirmasi sebagai mobil curian. Pemilik mobil yang dicuri baru saja melapor ke kantor polisi,” Xiao Yezi menyampaikan informasi terbaru yang didapatnya dari polisi: “Petugas Lang juga sangat kooperatif dengan penyelidikan saya. Menurut laporan pemilik mobil yang diserang, saat itu dia dipukul pingsan menggunakan batu sebagai senjata pembunuhan. Jika demikian, berarti Nengtiao Shahui sengaja merampas mobil tersebut.”
“Mengapa dia melakukan itu?” Weisheng Liang menunjukkan keraguan sambil bertanya: “Apakah dia tidak punya alat transportasi lain? Memanggil taksi pun bisa, meski pada malam hari jumlah taksi mungkin lebih sedikit...”
“Itu salah satu faktor, dan juga metro serta bus sudah berhenti beroperasi pada jam segini. Tapi sekalipun begitu, menyerang orang lain untuk merebut kendaraan tetap terlihat sangat aneh. Bukan begitu?”
Yinyu mengemukakan pandangannya: “Mungkin saat itu dia sedang dikejar hantu, sehingga terpaksa memukul pemilik mobil dengan batu dan merebut kendaraannya. Tapi melihat hasil akhirnya, meski sudah kabur ke kompleks perumahan itu, dia tetap tidak bisa melepaskan diri. Tunggu, ini berarti...”
“Benar, berarti hantu bisa terus melacak posisinya, secara konstan merasakan keberadaannya, dan melalui persepsi itu terus mendekatinya tanpa batas. Meski terus mendekat, tapi tetap tidak bisa menemukannya. Seolah-olah Nengtiao Shahui berubah menjadi bunglon. Tapi sekarang kita membahas 'cara menemukannya', jadi ini adalah petunjuk yang ditinggalkan apartemen untuk melacaknya.”
Pada saat itu, ponsel Xiao Yezi tiba-tiba berdering. Dia mengeluarkan ponsel dan menerima panggilan: "Halo, Inspektur Wu? Oh, baik, baik, benar? Saya mengerti."
Yinyu dan Weisheng Liang sama-sama diam menunggu kelanjutan penjelasan Xiao Yezi.
"Saat itu dia menggunakan sistem navigasi GPS di mobil yang jelas menandai lokasi tujuannya." Setelah menutup telepon, Xiao Yezi segera mengumumkan kabar menggembirakan: "Gereja Besar Jalan Jiayuan! Dia ingin ke sana!"
Gereja Besar Jalan Jiayuan adalah gereja Katolik di Distrik Selatan Kota. Mengingat kondisi psikologis Nengtiao Shahei saat ini, keinginannya pergi ke gereja cukup wajar.
Nengtiao Shahei yang telah melarikan diri dari apartemen itu kini melaju kencang. Sebelumnya, ketika bangun separuh tidur, dia mendapati Yang Rui telah menghilang tanpa jejak, membuatnya nyaris pingsan ketakutan. Bahkan bersembunyi di dalam pun tak berguna! Dia telah sepenuhnya menyadari hal ini, terpaksa kabur. Kini satu-satunya harapan hanyalah gereja!
Sebenarnya dia seorang ateis, tapi sekarang tak ada pilihan lain. Entah apakah dengan pergi ke gereja bisa melepaskan diri dari iblis yang terus mengincarnya?
Memikirkan ini, dia hanya bisa mempertaruhkan segalanya. Sekarang, meski tak ingin berjudi, tak ada cara lain. Peta navigasi GPS yang dilihatnya di mobil sebelumnya telah melekat di ingatan. Jika naik bus umum, jaraknya sekitar enam halte. Tentu sekarang tak ada bus lagi.
Sekarang dia hanya bisa berjalan cepat melawan angin yang menusuk. Malam ini terasa sangat dingin, setiap hembusan angin membuatnya sulit bernapas.
Saat ini dia benar-benar lupa untuk menyamar. Jika siang hari, pasti akan terjadi kemacetan lalu lintas di sini.
Setelah melewati jalan lain, dia melihat nama jalan di papan petunjuk sambil mengingat peta yang dilihat sebelumnya, sambil terus menoleh ke belakang. Sampai sekarang, dia belum pernah melihat wajah asli "Itu" secara langsung. Gembok pintu rumah Yang Rui juga tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Iblis... itu iblis!
Saat ini, Sae terus mengulangi kata ini dalam hatinya. Meski tak terlihat, dia mulai membayangkan sosok mengerikan itu. Sekarang dia hanya berharap bisa lebih cepat mencapai gereja untuk mendapatkan secercah tanda kehidupan.
Sampai detik ini, dia masih tidak tahu bahwa Kamya Sayoko ingin bertemu dengannya. Telepon sebelumnya terputus terlalu cepat, kalau tidak Tomiyama Minako pasti akan memberitahunya tentang Kamya Sayoko.
Sekarang dia mematikan ponsel lagi, jadi tidak mungkin mengetahui pesan ini. Saat ini dia seperti burung patah sayap, hanya bisa bertindak pasif.
Hanya itu saja.
Sebenarnya sepanjang jalan dia melewati beberapa toko serba ada atau minimarket yang buka 24 jam, tapi tidak berani masuk, hanya melewatinya lalu menghindar.
Setelah berjalan cukup lama, Sae merasa kakinya sangat pegal. Dia bersandar di dinding untuk beristirahat. Saat ini, perasaan bahwa "Itu" mendekat sepertinya berkurang, membuatnya agak tenang sementara. Meski begitu, dia masih merasa khawatir.
“Tiba-tiba, dia kembali merasakan dorongan untuk buang air besar. Kali ini, yang keluar pasti kotoran. Rupanya karena terlalu banyak makan malam tadi.
Tangan menutupi perutnya, desakan semakin kuat. Melihat sekeliling, sempat terpikir untuk langsung melepas di tempat karena toh tak ada yang melihat. Tapi udara begitu dingin, begitu celana diturunkan, angin menusuk pantat membuatnya tak tahan. Akhirnya, dengan gigih dia memutuskan mencari WC umum.
Teringat kafe 24 jam yang dilewati tadi, dia pun berlari ke sana. Selama berlari, dorongan itu semakin tak tertahankan, seolah setiap langkah cepat bisa membuatnya bocor.
Langsung diserbu masuk ke kafe yang sepi pengunjung itu. Tanpa basa-basi, dia menyerbu ke pintu toilet dan masuk.
Begitu memasuki bilik, kaget melihat dinding berlapis cermin! Seketika ribuan bayangan dirinya memantul, pemandangan yang sungguh spektakuler. Tentu saja Noujo Sae tak sempat merenung, langsung mengunci pintu, menurunkan celana, dan duduk di kloset. Berharap cepat kelar agar bisa segera ke gereja. Bagaimana jika "Itu" mendekat?
Tapi kenyataan berkata lain. Sepertinya benar-benar kebanyakan makan, perutnya sekarang terasa sangat tidak nyaman.
"Hei," ujar seorang pemuda dari pasangan mesra di pintu kafe, "Wanita yang masuk tadi, apakah itu Noujo Sae?"
“Jangan ngaco!” pacar yang dipeluknya menggelengkan kepala: “Kano Sae, masa masih pakai nama Noriko Sakai juga! Kamu kebanyakan nonton drama Jepang ya? Meskipun Kano Sae memang sedang dalam status kehilangan jejak sekarang...”
“Iya, karena dia hilang, muncul di sini juga mungkin saja kan.”
“Bener juga. Kalau gitu, kita... perlu melaporkan ke polisi nggak?”
Pemuda itu berpikir sejenak, lalu berkata: “Mungkin lebih baik kita pastikan dulu. A Li, kamu cek ke toilet wanita ya? Aku ingat tadi dia masuk ke sana.”
Gadis bernama A Li itu mengingat-ingat lagi, merasa wanita yang masuk tadi memang mirip sekali dengan Kano Sae. Ia mengangguk sambil berdiri: “Kalau benar-benar dia, kita bakal untung besar! Aku paling suka Kano Sae. Eh, bentar, kasih aku kertas dan pulpen. Siapa tahu nanti bisa minta tanda tangan!”
“Bukannya kemarin kamu bilang paling suka Fukuyama Masaharu?”
“Semenjak nonton Rei Kashima di 《Heaven's Snow》, aku jadi suka banget sama Kano. Ayo cepat, berikan!”
“Ngapain aku bawa pulpen sama kertas? Minta saja ke pelayan. Mungkin dia punya.”
A Li memanggil pelayan, mendapatkan kertas dan pulpen, lalu bergegas menuju toilet wanita.
Sampai di depan toilet, ia masuk dan bersandar di dinding sambil berpikir: “Nanti kalau dia selesai, langsung kucek apakah ini Kano Sae wujud asli. Eh, harus menyusun kalimat dulu. 'Aku fans beratmu!' Ah, tapi dia belum tentu ngerti Bahasa Mandarin. Bahasa Jepangnya gimana ya? Watashi wa...”
"Saat ini, Sae masih belum selesai menyelesaikan urusannya. Namun, perasaan yang baru saja mereda itu muncul kembali."
"Tidak, jangan..."
"Dia menahan napas, tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Sekelilingnya, segalanya terasa sangat sunyi. Melihat bayangannya sendiri yang tak terhitung jumlahnya di cermin, tiba-tiba dia merasa seperti ada iblis yang mengintai di dalamnya..."
"Air mata terus mengalir deras. Dia mengerahkan semua tenaga, hanya ingin cepat menyelesaikan urusan ini dan pergi. Tapi bayangan-bayangan di sekeliling seolah berubah menjadi gerombolan iblis yang terus menerus menatapnya dengan senyum sinis. Meski tahu ini hanya ilusi, Sae tetap tidak bisa tenang."
"Jangan..."
"Jangan mendekatiku..."
"Jangan mendekatiku!"
## Jilid Kesembilan Belas Mendekat Bab Dua Belas Lokasi Terkunci!
"Tangan Sae menghantam kaca cermin dengan keras, hampir memecahkannya. Gigi menggigit bibir bawah dengan erat, dadanya naik turun dengan hebat. Ketakutan yang luar biasa terus menggerogoti akal sehatnya, bahkan dia berniat langsung berdiri saja karena sensasi yang terus mendekat ini terlalu mengerikan dan menakutkan."
"Saat menunggu di luar, Ali mulai merasakan kakinya pegal. Saat ini hatinya sangat cemas, tidak tahu apakah orang di dalam benar-benar Sae Tōjō?"
Tiba-tiba, suara toilet menyiram terdengar dari sebuah bilik toilet di depan mata. Lalu, pintu terbuka dan seorang wanita terhuyung-huyung keluar, bahkan terjatuh. Saat dia mengangkat kepala, Ali baru hendak melihat, tiba-tiba terdengar suara ledakan keras! Pintu toilet itu menghempas tertutup dengan dahsyat!
Ali tertegun, belum sempat memahami situasi, melihat wanita itu bangkit. Saat dilihat lebih dekat, meski wajahnya tampak lesu, jelas terlihat itu adalah Reiko Kazami dari "Heavenly Snow"!
"Kazami... Ah tidak, apakah Anda Miss Sae Noudjou?" Ali langsung berseru penuh antusias, "Saya pernah menonton akting Anda di 'Heavenly Snow'!"
Sae sama sekali tidak menghiraukan Ali, malah langsung berlari ke pintu toilet dan memutar gagang pintu. Tiba-tiba, seluruh toilet terbenam dalam kegelapan!
Mati lampu lagi! Sae teringat kejadian di minimarket dulu, wajahnya langsung pucat pasi. Dia terus memukul pintu sambil berteriak dalam bahasa Jepang, "Buka pintu! Buka pintunya!" Badannya juga menghantam pintu berulang kali.
Pemadaman mendadak memang membuat Ali kaget, tapi kegembiraan melihat idolanya segera mengusir ketakutan itu. Baru saja dia melangkah hendak mendekat, terdengar suara "kreek" dari pintu di belakangnya yang terbuka! Suara ini membuat langkahnya gemetar, lalu dia menoleh ke belakang.
"Meski gelap, masih bisa terlihat samar-samar, di depan ada pintu bilik yang perlahan terbuka, dan di pintu bilik itu tertanam sebuah cermin berkilauan!"
Cermin itu memantulkan bayangan Ari dan Sae dengan jelas. Meski cahaya redup, karena jaraknya tidak terlalu jauh, Ari masih bisa melihat cukup jelas.
"Buka pintu! Buka pintu!" Suara Sae semakin keras, disertai benturan berulang ke pintu. Tapi tidak ada respon sama sekali, seolah suara mereka sama sekali tidak bisa menembus keluar.
"Tidak, jangan, jangan!" Sae langsung menitikkan air mata, tubuhnya lunglai terjatuh. Pintu ini tetap tak bergerak meski terus dibentur, membuatnya putus asa.
"Kenapa? Tidak bisa keluar?" Ari mendekat, memutar gagang pintu lalu menghajarnya keras-keras. Akhirnya, dengan gigih dia mengeluarkan ponsel dan menelepon pacarnya di luar.
Tapi begitu mengeluarkan ponsel, dia kaget melihat layarnya hitam pekat, sama sekali tidak bisa dinyalakan! Pikiran langsung kosong - listrik toilet mati masih bisa dimaklumi, tapi kenapa... ponsel mati sendiri? Bagaimana mungkin ini terjadi?
Semuanya terjadi terlalu mendadak, Ari benar-benar linglung. Tapi dia tetap berlari menghantam pintu sambil berteriak sekuat tenaga. Namun setelah sekian lama, tidak ada respon dari luar. Ari yang memang penakut mulai gemetar, terus meneriakkan: "Hei, hei, ada apa? Cepat buka pintu, buka pintu!"
"Sampai saat ini, Ali baru benar-benar menyadari situasi yang tidak baik. Bagaimanapun juga, seharusnya tidak berteriak begitu keras. Apakah orang di luar sama sekali tidak menyadarinya? Dan kebetulan ponsel mati di saat seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Dia menoleh ke belakang, melihat pintu yang terbuka dan cermin itu. Di dalam cermin, terpantul bayangan dia dan Sae. Tentu saja, karena kondisi yang gelap, hanya siluet manusia yang terlihat samar-samar.
Justru karena ini, suasana menjadi lebih menyeramkan. Seolah-olah ada seseorang yang eksis dalam kegelapan. Ali gemetar ketakutan, terperangkap dalam dimensi gelap yang sempit ini benar-benar mengerikan bagi seorang wanita. Tapi dibandingkan itu, Sae jauh lebih ketakutan karena dia lebih tahu daripada siapapun bahwa "Itu" ada di sini, "Itu" sedang...
Ali yang gemetar mendekati Sae, menepuk bahunya perlahan: "Eh... kamu tidak apa-apa?"
"Jangan sentuh aku!" Sae menepis tangan Ali. Dalam kegelapan dia sama sekali tidak bisa melihat pipi Ali, namun karena kehilangan keseimbangan akhirnya terjatuh. Ali juga kaget, tidak mengerti mengapa bintang besar ini menunjukkan permusuhan padanya.
"Pasti ada sesuatu yang salah." Ali bersabar menjelaskan: "Aku bilang, apakah kamu punya ponsel? Bisakah menghubungi luar?"
"Kamu... bilang apa? Tidak mengerti."
"Ah, kamu tidak paham Bahasa Mandarin... Tapi aku juga tidak bisa berbahasa Jepang. Itu..."
“Ali tidak bisa dianggap sebagai wanita rumahan. Dia jarang menonton drama Jepang versi asli, yang ditontonnya adalah drama Jepang yang sudah dialihsuarakan ke bahasa Mandarin di televisi, seperti sebelumnya dia menonton versi Mandarin 《Detektif Galileo》di stasiun TV dan menyukai Fukuyama Masaharu, 《Salju Surga》yang ditontonnya juga film sulih suara. Karena itu, dia hampir tidak bisa berbicara bahasa Jepang sama sekali.”
Dia menggigit giginya, melanjutkan: “Mobilephone... ponsel, ponsel, apakah kamu punya?”
“Denwa kētai?” Shae akhirnya mengerti, dia segera berpikir harus meminta pertolongan dari luar lagi. Sedangkan ponselnya berhasil dinyalakan.
Toilet gelap ini akhirnya memiliki secercah cahaya.
“Bagus sekali,” Ali segera berkata: “Ponsel, pinjamkan aku, aku akan menelepon pacarku, dia ada di luar, bisa segera datang menyelamatkan kita!”
Shae ragu sejenak, lalu menyerahkan ponselnya ke Ali. Ali segera mengambil ponsel dan memencet nomor, dia berencana menghubungi pacarnya secepat mungkin, segera meninggalkan tempat yang membuatnya gelisah dan ketakutan ini!
“Tu... tu... tu...”
Dering telepon berbunyi, ini membuatnya sedikit lega, tapi tetap saja tidak ada yang mengangkat.
“Ini, ada apa?” Ali langsung ketakutan, dia terus mondar-mandir. Setelah lama menunggu, tetap tidak ada yang mengangkat telepon.
Ini, ada apa sebenarnya?
Dia mulai merasa takut, mematikan ponsel, baru saja hendak memencet nomor baru, tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Dia buru-buru mengangkatnya, yang berbicara adalah seorang wanita, karena menggunakan bahasa Jepang, dia sama sekali tidak mengerti.
“Sorry...” Dia terpaksa menggunakan bahasa Inggris saat ini: “I can't speak Japanese...”
“Oh,who are you?”
"Orang itu juga segera beralih ke bahasa Inggris. Orang yang menelepon adalah Mako Shimayama yang selalu dikhawatirkan."
"“Sorry,please wait for a whlie.” Ali segera menoleh ke belakang, mendekati Shae dan menyerahkan ponselnya. Shae langsung mengambil ponsel dan bertanya dalam bahasa Jepang: “Halo, siapa ini?”"
"“Shae! Kau tidak apa-apa? Sekarang kau dimana? Apa kau bersama Tuan Fukui?”"
"“Mako?” Shae mendengar suaranya langsung berkata: “Syukurlah! Aku sekarang di kafe dekat Gereja Jianyuan Road, cepat, selamatkan aku!”"
"Meski sangat takut pada siapa pun, sekarang Shae sudah tidak punya pilihan."
"“Baik, ngomong-ngomong, Nyonya Kamya juga sedang mencarimu. Mau hubungi dia? Dia memberikan nomor ponselnya padaku.”"
"“Nyonya Kamya? Kamya yang mana?”"
"“Detektif Kamya Sayoko yang dulu membantu membersihkan nama Nona Osawa dan memecahkan 'Kasus Pembunuhan Lingkaran Hitam'! Kau lupa?”"
"“Oh, dia?” Shae hampir melupakannya, faktanya wajah Sayoko pun sudah kabur dalam ingatannya: “Dia sekarang di Kota K?”"
"“Iya, kebetulan sekali! Pokoknya, akan kuberi tahu nomor ponselnya. Hmm, nomornya...”"
"Setelah selesai, Shae menutup telepon lalu menghubungi ponsel Sayoko. Sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan detektif, tapi sekarang hanya bisa 'Mengobati kuda mati seperti kuda hidup'."
"“Halo, apakah... Detektif Kamya Sayoko?” Sambungan tersambung, Shae langsung bertanya: “Benar kan? Aku Nōjō Shae!”"
"Dari seberang telepon terdengar suara keras, seperti bunyi rem mobil yang mengerem mendadak."
“Kamu di mana?”
Sha Hui menjelaskan lokasinya dan detail situasi, lalu hanya mendengar suara panik Xiao Yezi: "Jauhi cermin! Jauhi semua cermin! Cepat! Juga, jangan matikan telepon atau membuang telepon, aku janji akan tiba dalam lima menit!"
“Lima menit? Secepat itu?”
“Aku segera ke sana!”
Xiao Yezi menginjak gas dan membalikkan kemudi. Yinyu di sampingnya terlihat terkejut: "Siapa yang menelepon tadi?"
“Kanoe Sha Hui!”
“Benarkah? Lalu... Di mana dia sekarang?”
“Aku sedang memeriksa dengan GPS navigator!”
Saat itu, dia mengaktifkan pengeras suara sehingga Yinyu juga bisa mendengar suara Sha Hui. Tiba-tiba dia bertanya: "Nyonya Kamya, bisakah kamu mengerti Bahasa Mandarin? Aku ingat kamu pernah bilang menguasai enam bahasa?"
“Tentu bisa!” teriak Xiao Yezi: "Ada orang lain bersamamu?"
“You……tell her,what's the name of the street? Speak in Chinese,she can
understand Chinese!”
“Zhu, Zhu Shenglu!" Suara Ali terdengar: "Ini Zhu Shenglu! Kamu mengerti Bahasa Mandarin?"
“Zhu Shenglu dekat mana?” Xiao Yezi membuka peta GPS di mobil: “Dekat mana? Juga nama kafenya!”
“Jalan... Jalan Yaolu! Nama kafenya adalah Yueying Coffee!”
Setelah memastikan lokasi, Xiao Yezi memutar kemudi sambil melihat peta GPS, lalu masuk ke jalan lain sambil berkata pada Tianze dan Mizuko di belakang: “Kabarkan ke mobil di belakang, kita sudah tahu lokasi Kanoe Sha Hui!”
"Saat mobil sedang berjalan, Yinyu tiba-tiba bertanya: 'Barusan, apakah kamu membicarakan cermin dengan Nojō Sae? 'Kagami' (bahasa Jepang untuk cermin dalam romaji) artinya cermin, kan?"
"Benar, ada masalah?"
"Bukankah kamu tidak setuju dengan pendapatku?"
"Aku agak mengubah pikiran." Xiao Yezi membelokkan mobil ke jalan lain, berkata: "Saat dia mendeskripsikan tadi, secara khusus menyebutkan cermin. Dia bilang sangat takut pada cermin, jadi aku merasa heran. Tempat-tempat yang dia datangi, banyak yang ada cerminnya! Ini sulit dianggap kebetulan. Untuk berjaga-jaga, aku menyuruhnya menjauhi cermin!"
Dua mobil melesat menuju Moon Shadow Café, keberhasilan atau kegagalan, tergantung pada langkah ini!
## Jilid 19 Mendekat Bab 13 Pipi
Sae tetap mempertahankan sambungan ponsel sesuai instruksi Xiao Yezi. Sebenarnya, Xiao Yezi dan yang lain sudah bersiap menuju Jiayuan Road, sedangkan Zhusheng Road sendiri memang dekat dengan Jiayuan Road. Ini semakin menguatkan bahwa saat itu Sae benar-benar ingin pergi ke gereja. Ketakutannya sekarang sudah mencapai puncaknya.
"Jawab aku!" Xiao Yezi terus menjaga komunikasi dengan Sae: "Apakah ada sepotong kertas perkamen di tubuhmu?"
Saat mendengar "sepotong kertas perkamen", mulut Sae langsung menganga lebar. Meski tahu Kamya Sayoko adalah detektif yang luar biasa, tapi sama sekali tidak menyangka dia bisa sampai sejauh ini?
"Ya, benar! Ada sepotong kertas perkamen!"
"Kamu menyimpan fragmen itu terus-menerus?"
“Ya, tapi mungkin kamu tidak akan percaya, fragmen ini sama sekali tidak bisa dibuang, bagaimanapun juga……”
“Simpan baik-baik fragmen itu, jangan sampai hilang!” Xiao Yezi segera menegaskan kembali: “Dan, tetap di sana, tunggu kami datang! Pertanyaan terakhir, mengapa kamu kabur dari Snowfield Hotel? Apa yang terjadi selama perjalanan?”
Saat mendengar pertanyaan ini, Shahe tiba-tiba bingung bagaimana harus menjawab. Dia menggigit bibirnya, berpikir cukup lama, lalu berkata: “Aku... aku hanya merasakan ada sesuatu yang mendekatiku, mendekati...”
“Hei, di depan sana Jalan Yaolu!” Yinyu yang bermata tajam sudah melihat rambu jalan di depan. Begitu sampai di Yaolulu, Jalan Zhusheng sudah sangat dekat!
Di mobil lain, Jiang Yunxiao si anak orang kaya yang menjadi sopir terlihat sangat bersemangat. Dia segera berteriak ke Weisheng Liang di sampingnya: “Lihat, itu dia!”
Jiang Yunxiao menginjak gas sekuat tenaga. Biasanya dia sering balapan liar dengan teman-teman nakalnya, kini mobilnya semakin kencang. Ditambah jalanan yang sepi, dia sama sekali tidak peduli.
Sejak masuk apartemen, anak orang kaya ini sudah ketakutan setengah mati. Sekarang dia tidak peduli apapun, hanya ingin segera sampai di sisi Shahe!
Tak lama, mobil Jiang Yunxiao sudah sejajar dengan mobil Xiao Yezi, bahkan mulai mendahului. Dua mobil ini menyusuri Jalan Yaolu ke arah timur, dan segera terlihat Jalan Zhusheng!
Namun, tepat pada saat ini, ponsel Shahui kehabisan baterai dan mati secara otomatis! Dengan demikian, komunikasinya dengan Xiao Yezi terputus sepenuhnya!
Saat ini, Shahui bersembunyi di sudut toilet sementara Ali menemaninya. Sebelumnya, dia sama sekali tidak memahami percakapannya dengan Xiao Yezi. Sekarang, dia gemetar ketakutan di sudut dinding, seolah berusaha menjauh dari cermin itu dan berada di area blind spot yang tidak terpantul cermin.
Sebenarnya, mereka hanya perlu berjalan mendekat dan menutup pintu itu. Namun, bahkan keberanian untuk menutup pintu tersebut pun tidak dimiliki oleh keduanya.
Sekarang, apakah ini sudah aman? Apakah tidak akan ada masalah lagi?
Shahui berpikir demikian dan merasa sedikit lega. Dia benar-benar ketakutan malam ini. Terlalu banyak kejadian yang melampaui common sense dan pengetahuannya. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi, tidak tahu makhluk apa yang mungkin muncul dari kegelapan.
Ketidaktahuan seringkali menjadi hal yang paling menakutkan. Hingga kini, dia masih belum melihat wujud sebenarnya dari sesuatu yang ingin mendekatinya. Hanya ada firasat dalam pikirannya, seperti radar yang mendeteksi bahaya, namun tetap tidak bisa mengetahui apa yang mendekatinya atau bagaimana caranya. Semuanya tetap misteri.
Mengenali Ali, dia sendiri tidak tahu siapa yang dia sakiti atau mungkin dia tidak melihat kalender sebelum keluar, sehingga mengalami hal aneh seperti ini. Sebagai seorang gadis yang bisa berteriak keras hanya karena melihat kecoa, kini terperangkap dalam ruangan yang gelap gulita tanpa cara meminta bantuan dari luar, hatinya dipenuhi ketakutan. Untungnya dia melihat Sumika Noujou bisa memanggil orang untuk membantu, jadi seharusnya tidak ada masalah. Sayangnya, mereka mengalami hambatan bahasa karena kemampuan bahasa Inggris keduanya kurang memadai untuk berkomunikasi langsung.
Akhirnya, mereka hanya bisa berdempetan dalam kegelapan tanpa bisa berbicara. Perasaan seperti ini benar-benar menyiksa.
"Noujou..." Akhirnya Ali yang tak tahan kesepian membuka mulut: "Noujou-san, apakah kamu bisa mengerti sedikit Bahasa Mandarin?"
"Se...dikit."
Pengucapan Bahasa Mandarin Sumika sangat buruk, hanya bisa dimengerti secara samar.
Tapi selama bisa berkomunikasi, setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa sepi.
Sumika menyandarkan kepalanya ke dinding, memejamkan mata perlahan: "Bahasa Mandarinku...sangat sedikit."
"Tidak apa-apa. Aku sama sekali tidak bisa berbahasa Jepang. Tidak menyangka bisa bertemu denganmu. Aku sangat suka peran Reiko Kazami yang kamu mainkan. Apakah 'Heaven's Snow' akan ada season 2?"
“Karena semuanya adalah dialog Bahasa Mandarin yang terkait dengan drama di mana dia berakting, dan sebelumnya sudah belajar dengan Minako, jadi Saeki sepenuhnya mengerti. Dia menjawab: 'Tidak, mungkin akan ada versi film, tapi Kazami Reiko, bukan saya yang akan memerankannya.'”
“Apa? Sayang sekali, lalu siapa yang akan memerankan?”
“Tidak tahu, saya jarang mencampuri urusan seperti ini.”
“Oh, begitu ya. Lalu rencana aktingmu selanjutnya apa?”
“Di paruh kedua tahun ini saya tidak ada rencana syuting drama, tapi akan menghadiri acara endorsement dan syuting beberapa iklan. Karena drama Jepang terakhir 'Miss Watson' sangat melelahkan saya.”
"Miss Watson" adalah drama Jepang musim semi tahun 2011 yang terdiri dari 11 episode. Bercerita tentang mahasiswi yang diperankan oleh Nojō Saeki menjadi asisten detektif, membantu mengumpulkan data kasus kriminal dan berkeliling ke berbagai daerah. Karena diperankan oleh Nojō Saeki, rating penontonnya sangat tinggi. Setelah membintangi "Heaven's Snow", hampir semua drama Jepang yang dibintangi Nojō Saeki selalu sebagai pemeran utama wanita, dan bayarannya pun melonjak beberapa kali lipat. Perlu dicatat, rumor operasi plastik justru mulai beredar saat "Miss Watson" tayang. Namun karena Ari biasanya hanya menonton film sulih suara, dia hanya mendengar tentang drama ini tapi belum pernah menontonnya.
Saat itu, beredar beberapa rumor, pertama bahwa Noujou Sae pernah melakukan operasi plastik total, kemudian rumor perselingkuhannya dengan aktor pemula Minegishi Keiki yang berperan sebagai tokoh utama dalam film, serta rumor tentang sikapnya yang arogan, menaikkan bayaran, dan ketidakcocokan dengan kru syuting. Tentu saja, rumor-rumur ini justru meningkatkan rating acara "Miss Watson" secara signifikan.
"Operasi plastik?" Sae tersenyum pahit, "Pernahkah kau melihat selebriti wanita yang setelah terkenal tidak dipertanyakan tentang operasi plastik?"
"Hmm... sepertinya memang begitu ya."
Saat itu, Sae dan Ari di toilet mulai beradaptasi dengan kegelapan. Sae juga merasakan perasaan terancam yang mendekat tadi telah berkurang banyak.
Ari menatap wajah cantik yang sempurna milik Sae. Meski ada efek riasan, Noujou Sae memang memiliki bakat kecantikan langka. Sebenarnya, Ari agak penasaran apakah Sae benar-benar melakukan operasi plastik, mengingat dulu dia sangat mengagumi kecantikan Kazanagi Mareko yang memukau - kecantikan yang bahkan membuat wanita lain tergoda. Meski tak bisa dibilang "senyuman pertama menggoyang kota, senyuman kedua menggoyang negara", tapi kecantikannya menyimpan keanggunan klasik bagai sutra putih yang tak ternoda, meninggalkan kesan mendalam.
"Jadi, saat ini dia juga mulai memperhatikan wajah Enjo Sae. Dari jarak yang begitu dekat, bisakah terlihat tanda-tanda operasi plastik di wajahnya?" Tanpa sadar, wajahnya semakin mendekat untuk mengamati. Namun karena kegelapan, tetap tidak bisa melihat dengan jelas.
Meski begitu, dia tetap terkagum-kagum pada kecantikannya. Beberapa selebriti terlihat sangat berbeda saat tidak bermakeup dibandingkan di layar, tapi Enjo Sae langsung bisa dikenali. Ali menatap wajah sempurna itu semakin lama semakin dekat.
Saat itu, mobil Jiang Yunxiao sudah lebih dulu berhenti di depan Kafe Yueying. Dia langsung membuka pintu bus dan melesat masuk! Di lobi, dia langsung menangkap pelayan dan bertanya: "Toilet, di mana toiletnya?"
Pelayan buru-buru menunjuk ke suatu arah. Jiang Yunxiao langsung berlari secepat mungkin, hampir terpeleset. Akhirnya sampai di depan pintu toilet wanita, langsung memukul pintu keras-keras sambil berteriak: "Enjo Sae! Kamu di sana? Ada tidak?"
Namun semua suara yang dikeluarkannya sama sekali tidak terdengar oleh Shahui dan Ali.
"Hei, Enjo Sae!" Jiang Yunxiao menggeram sambil menendang pintu untuk membukanya paksa.
Di dalam, Shahui menoleh ke arah pintu sambil berdiri: "Mereka... seharusnya sudah datang ya?"
“Hmm, aku juga berpikir begitu...” Ali segera berdiri, namun pandangannya tetap tertuju pada wajah Shae. Semakin dia melihat, semakin yakin bahwa wajah ini pasti alami.
Tiba-tiba, Shae merasakan dadanya sesak. Perasaan "kedekatan" itu muncul kembali!
Di depan mereka, pintu toilet terbuka lagi, dan kali ini cermin menghadap langsung ke kedua wanita itu!
Kemudian...
Ali melihat "Itu".
Napasnya tertahan. Sebelum sempat berteriak, tubuhnya terasa hampa. Darah seolah membanjiri otaknya sebelum kegelapan menyelimuti penglihatannya.
Sebelum mati, dia melihat wajah yang bahkan tak pernah ada di film horor sekalipun.
Wajah itu mendekati Nozomi Shae yang sedang menatap pintu masuk. Tanpa disadarinya, "Itu" terus bergerak mendekat...
Tiba-tiba pintu toilet terbuka. Jiang Yunxiao terpeleset dan terjatuh ke dalam. Matanya langsung bersinar melihat Shae di hadapannya - akhirnya dia menemukannya!
Apakah ini berarti misi darahnya telah selesai?
Tepat saat itu, semua lampu di kafe padam secara tiba-tiba!
Xiao Yezi dan Yinyu bergegas masuk. Mereka melihat Shae di toilet yang sedang menoleh ke belakang - Ali sudah menghilang tanpa jejak.
Demikian juga...
"Jiang Yunxiao sudah tidak ada lagi."
"Mundur!" Xiao Yezi segera berteriak: "Semua orang mundur!"
"Nyonya Kamya?" Dalam kegelapan, Sakae mendengar nama ini dan berlari keluar dengan bersemangat, namun tak seorang pun berani mendekatinya lagi, malah terus mundur.
"Jangan mendekat!" Teriak Xiao Yezi dengan suara melengking: "Kamu jangan mendekat!"
Para penghuni segera memperbesar jarak hingga dalam sepuluh meter. Saat ini, nilai Sakae Enomoto bagi penghuni hanya satu. Yaitu, pecahan Perjanjian Neraka yang ada padanya!
Pada saat yang sama, di Gunung Dongtian.
"Sepertinya di sekitar sini." Mizhen berhenti melangkah, melihat sekeliling, lalu memandang Li Yin di sampingnya yang masih diam membisu.
"Hmm, seharusnya." Li Yin menoleh melihat hutan angker di sekeliling, kompas di tangannya jelas menunjukkan arah. Berdasarkan peta rute dari buku harian, gua itu sudah tidak jauh lagi. Begitu sampai di sana, mereka bisa menemukan kertas buku harian peninggalan Pu Miling.
Benar saja, setelah berjalan tidak jauh, mereka berdua telah melihat gua tersebut. Pintu masuk gua sangat besar, dipenuhi tumbuhan merambat di atasnya, dan gelap gulita di dalamnya. Li Yin dan Mizhen bersama-sama menyalakan senter lalu masuk.
"Gua ini dalam," Li Yin menyorotkan senter ke depan sementara pandangannya tetap tertuju pada Mizhen, kemudian berkata: "Lanjutkan sedikit ke dalam, sesuai petunjuk buku harian, seharusnya di eksistensi yang lebih dalam lagi..."
"Menurut buku harian itu, kertas harian tersebut berada di dalam gua keempat yang paling dalam. Karena buku harian itu berasal dari apartemen, kita tidak perlu khawatir kertasnya akan rusak berapapun lamanya waktu berlalu."
Akhirnya, mulut gua pertama muncul di depan mata.
"Ketemu, yang pertama!" Mizhen langsung bersemangat, lalu menyorotkan senter ke samping dan menemukan gua baru di dekatnya. Saat hendak melangkah, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang tidak beres...
Ia merasakan keanehan, apa yang sebenarnya terjadi? Udara terasa dingin menusuk, seolah mereka memasuki makam bawah tanah. Pengalamannya menjalankan misi darah ke berbagai tempat sebelumnya membuat instingnya sangat tajam dalam hal ini.
"Kakak Kelas, hati-hati!" Mizhen segera memperingatkan: "Di sini..."
"Hmm." Li Yin menjawab dingin: "Aku tahu."
Mizhen mengamati sekeliling dengan cermat, tangannya meraih sesuatu di saku, sambil terus bergerak dengan waspada. Saat ini ia sudah siap menghadapi situasi apapun.
Mereka terus berjalan sampai ke mulut gua kedua, lalu menyorotkan senter ke depan menemukan gua ketiga, dan segera sampai ke gua keempat.
Langkah Li Yin dan Mizhen semakin melambat, suasana menjadi sangat mencekam bagaikan udara yang membeku. Sebelumnya, buku harian diletakkan di lokasi pelaksanaan misi darah kesepuluh, lalu di mana kali ini buku harian itu disembunyikan?
"Tiba di pintu masuk gua keempat, di dalamnya tampak menuju ke ruang sempit yang memanjang. Menurut deskripsi buku harian, kertas buku harian tersebut berada di ujung gua ini. Dan Mizhen tahu, ini adalah jalan yang harus dilewati."
"Lebih baik dirancang oleh Pu Miling daripada dirancang oleh apartemen. Meskipun, Pu Miling sejak lama telah menjual roh manusianya ke apartemen. Bahkan, dirinya sendiri mungkin merupakan salah satu mata rantai dari misi darah."
"Ayo pergi." Li Yin berbisik: "Tetaplah dekat denganku."
"Baik, baiklah."
Keduanya memasuki ruang gelap yang sempit ini, mereka terus berjalan, berjalan, berjalan... Seiring waktu berlalu, ujung jalan sudah semakin dekat.
Akhirnya, mereka tiba di ujung gua...
## JILID XIX MENDEKAT BAB XIV KERTAS BUKU HARIAN KEDUA
Malam.
Di rumah Li Yin sendiri, kamar tidur lantai dua, saat ini Li Yin dan Ziye berada di dalamnya.
Dulu, Li Yin menyembunyikan pecahan Perjanjian Neraka di kompartemen rahasia laci kamarnya di lantai dua. Kompartemen rahasia itu sengaja dirancang khusus oleh Li Yin. Perebutan pecahan Kontrak Neraka sudah di ambang pintu. Yin Ye dan Yinyu kemungkinan besar juga akan bergerak untuk merebut pecahan itu. Oleh karena itu, lebih baik memindahkan pecahan tersebut.
Dulu, Li Yin menyerahkan kunci itu kepada Ziye untuk disimpan. Tujuannya adalah agar jika dirinya tewas selama pelaksanaan misi darah, Ziye dapat mewarisi pecahan ini.
"Berjalan ke meja tulis itu, Ziye mengeluarkan kunci dari sakunya, membuka laci, memasukkan kunci ke lubang kunci kompartemen rahasia (desain lubang kunci sangat cerdik, tidak terlihat dari luar), lalu membuka kompartemen tersebut. Di bawahnya, tergeletak sepotong kertas perkamen itu."
"Tepat pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara lampu dinyalakan dari lantai bawah."
"'Sayang, kamu yang pulang?'"
"Yang Jinghui pulang mendadak hari ini. Awalnya dia mengira suaminya Li Yong masih lembur di rumah sakit, tapi tak disangka pintu ternyata tidak dikunci. Saat masuk ke ruang tamu, terlihat Li Yin dan Ziye sedang turun dari tangga bersama-sama."
"'Xiao Yin? Ziye?' Mata Yang Jinghui berbinar melihat mereka, 'Xiao Yin, kenapa hari ini kamu pulang?'"
"'Tidak ada apa-apa.' Li Yin tersenyum, 'Ibu, kupikir hari ini Ibu lembur? Bukankah akhir-akhir ini sibuk dengan pembangunan cabang?'"
"'Memang cukup merepotkan, jadi semua sudah diserahkan pada Ayahmu untuk disingkirkan.' Yang Jinghui mengangkat bahu, 'Tapi pekerjaan justru lebih lancar dari perkiraan, jadi aku pulang dulu. Kalian datang sejak kapan?'"
"'Baru saja. Tapi kami harus segera pergi.'"
"'Segera pergi? Jangan bercanda! Duduklah sebentar, Xiao Yin. Kita jarang bertemu, jangan selalu seperti ini. Meskipun kamu marah pada Ayahmu, bagaimana denganku?'"
"'Hmm... Tapi kami...'"
"'Sudah, jangan banyak bicara. Duduklah dulu. Sudah larut begini, Ibu tidak tega membiarkan kalian pulang sendirian. Tinggal saja di sini semuanya. Rumah ini luas, nggak masalah tambah satu orang. Ziye, kamu juga menginap ya?'"
“Tante…” Ziye menunjukkan ekspresi yang agak canggung, berkata: “Begini… baik tidak?”
“Tidak apa-apa, tinggallah saja!” Yang Jinghui yang berwatak ceplas-ceplos langsung bertindak, kemudian melihat sekeliling dan menunjuk pintu sebuah ruangan: “Bagaimana kamar itu? Biasanya juga kosong, aku akan bantu merapikan (tempat tidur).”
Sebenarnya, dia juga ingin lebih banyak mengobrol dengan Ziye. Bagaimanapun juga ini adalah orang yang disukai anaknya, jadi wajar ingin lebih mengenalnya. Tanpa menunggu jawaban Ziye, dia langsung bersiap mengambil seprai dan selimut ke lantai atas.
“Tante… bagaimana bisa merepotkan seperti ini?” Ziye buru-buru menghalanginya: “Kami harus pergi...”
“Sudah larut begini mau pergi kemana? Apa tidak mau menghargai aku?” Yang Jinghui sengaja memasang muka dingin: “Sudah, jangan banyak bicara, ikuti saja kataku!”
Dia kemudian naik ke lantai atas, membuka lemari pakaian, mulai mencari seprai dan selimut. Sambil itu, dia menyelipkan obrolan dengan Ziye.
Sebenarnya dulu Yang Jinghui sangat berharap Li Yin bisa bersatu dengan Mizhen. Mizhen dan Mian Tian sering mengunjungi rumah mereka di masa kuliah Li Yin. Dia sangat terkesan dengan gadis ini yang ceria, berpengetahuan luas, pengertian, terutama karena jelas terlihat perasaan Mizhen pada Li Yin. Namun karena Li Yin tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali, Yang Jinghui pun tak bisa berbuat banyak.
“Dia sebenarnya juga sangat menyukai Ziye, satu-satunya yang agak mengkhawatirkannya adalah apakah dia ada hubungan dengan mantan kekasih Li Yong di luar dulu. Jika benar demikian, maka dia sama sekali tidak mungkin menyetujui. Oleh karena itu, dia sengaja bertanya secara uji coba tentang hal ini, lagipula tidak mungkin langsung menanyakannya secara terbuka, sekaligus juga harus mempertimbangkan perasaan Li Yin.”
“Tante, sungguh tidak perlu…” Ziye di samping berusaha mencegah: “Kami benar-benar harus segera pergi…”
“Ah, kamu turun dulu ke lantai bawah saja, kamu kan tamu, mana boleh ikut membantu saya, turunlah dulu.”
Ziye tampaknya tidak bisa melawan keinginan Yang Jinghui, akhirnya terpaksa pergi. Baru saja Yang Jinghui mengambil seprai, tiba-tiba dia menemukan sebuah kotak kayu cendana di bagian paling bawah lemari.
Kotak itu belum pernah dia lihat sebelumnya.
“Apa ini?”
Karena penasaran, dia mengeluarkan kotak kayu cendana itu lalu membuka tutupnya. Di dalamnya terdapat... lukisan-lukisan yang dilipat rapi.
“Ini... lukisan minyak?”
Yang Jinghui membuka lukisan paling atas dan melihat. Ternyata isi lukisan tersebut adalah sebuah ruangan berwarna putih polos, di keempat sisinya terdapat lemari putih mirip rak obat di apotek, dengan deretan laci-laci. Ada seseorang dalam lukisan itu sedang membuka sebuah laci di depan lemari.
“Lukisan ini…” Yang Jinghui membolak-balik lukisan sambil mengerutkan kening. Kemudian dia melihat lukisan berikutnya yang jelas merupakan kelanjutan cerita visual.
Di belakang lukisan, dari laci yang terbuka, muncul sebuah tangan yang kemudian menarik orang itu masuk ke dalam laci.
Sementara itu di Gunung Dongtian, saat mencapai ujung gua, Mizhen menyorotkan senter ke tanah di depannya. Kertas buku harian tersimpan dalam kotak yang terkubur di sini.
Ia segera mendekat dan membungkuk, berkata: "Kakak Kelas, seharusnya di sini. Ambilkan sekop."
Li Yin di belakangnya membuka tas dan mengeluarkan dua sekop kecil, memberikan satu ke Mizhen. Keduanya berjongkok mulai menggali.
Mereka memilih area berbeda untuk menggali. Saat menggali, Mizhen merasakan aura dingin yang mengerikan perlahan merayap, membuat tubuhnya gemetar halus.
Jangan-jangan... ini benar-benar tempat pelaksanaan misi darah dulu?
Mizhen mempercepat ritme menggali. Tiba-tiba Li Yin berseru: "Ketemu!"
Sebuah kotak merah terkubur di bawah tanah. Setelah mengeluarkannya, mereka membersihkan tanah lalu membuka tutupnya. Di dalamnya terbaring selembar kertas buku harian terlipat rapi.
Mizhen membuka lipatan kertas itu. Bersama Li Yin, mereka membaca isinya.
"Sungguh kerja keras menemukan kertas ini. Baiklah, sebagai apresiasi atas usaha kalian, aku akan berikan sebuah informasi. Rahasia instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis masih membutuhkan pencarian halaman-halaman buku harian berikutnya yang akan kuberitahukan lokasinya di bagian bawah. Informasi yang akan kuberikan adalah: Fragmen pertama Kontrak Neraka berada di tangan Li Yin, disimpan di kompartemen rahasia laci meja di ruang perpustakaan lantai dua rumahnya sendiri, dengan kunci yang dijaga oleh Ying Ziye. Tentu saja jika kalian bukan penghuni, teks ini tidak akan bisa kalian pahami, anggap saja aku tidak berkata apa-apa. Halaman buku harian berikutnya disimpan di bawah Jembatan Dengxuan, ingat baik-baik. Semangat, rahasia instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis sudah semakin dekat!"
Setelah membaca teks tersebut, Mizhen mengembalikan kertas ke dalam kotak dengan ekspresi tenang, "Memang gaya khas Pu Miling ini. Sudahlah, mari kita pergi."
"Ya." Li Yin berdiri sambil berkata, "Baik, kita pergi dulu."
Saat Li Yin mengeluarkan kompas, Mizhen tiba-tiba bertanya, "Isi buku harian itu benar kan? Pu Miling benar-benar bisa memprediksi semuanya?"
"Menurutmu?"
Li Yin hanya menunduk melihat kompas, menjawab dengan kalimat samar itu, lalu diam.
Setelah keluar dari gua, kedua orang itu buru-buru menuruni gunung. Untungnya, di dalam gua tidak terlihat benda menyeramkan apapun. Sambil berjalan, Mizhen berpikir di manakah sebenarnya Jembatan Lampu Xuan itu? Saat mengetik kata itu di ponsel untuk mencari, tidak ditemukan hasil. Sekalipun benar ada, pasti jembatan yang sama sekali tidak terkenal. Begitu juga dengan Gunung Dongtian ini, sama sekali tidak memiliki reputasi, mustahil ditemukan tanpa usaha ekstra.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba langkah Mizhen terhenti.
Di depannya, berdiri pohon pagoda yang pernah mereka lewati bersama Li Yin sebelumnya. Di dahan pohon itu, sekarang tergantung mayat seorang wanita! Wanita berbaju putih itu wajahnya membusuk, bola matanya melotot, lidah terjulur dari mulut. Seutas tali melilit lehernya yang terikat ke dahan. Di bawah kakinya, tidak terlihat benda apapun yang bisa dijadikan pijakan.
Pasti sebelumnya tidak ada wanita ini! Tapi melihat kondisi mayat yang sudah sangat membusuk, bau busuk yang menyengat, mustahil ini orang yang baru saja meninggal!
"Kakak Kelas," Mizhen segera mundur perlahan, berbisik, "Jangan panik. Gerakan ceroboh mungkin akan menjebak kita."
Li Yin juga mengerutkan kening memandangi mayat wanita itu sambil menarik lengan Mizhen untuk mundur. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu, "Ikuti aku lari!"
Keduanya segera berlari sekencang-kencangnya, menghindari mayat wanita itu dan meneruskan turun gunung!
“Di sini, ternyata memang pernah ada orang yang menjalankan misi darah?” Mizhen menatap mayat wanita di belakangnya, tetapi juga merasa aneh. Jika benar demikian, maka...
Apakah Pu Miling meletakkan buku harian itu di lokasi pelaksanaan misi darah setelah kematiannya? Kalau tidak, bagaimana mungkin dia selamat? Ataukah karena Pu Miling mengetahui jalan keluar?
Dari awal, dia sengaja mempermainkan mereka, bukan?
Li Yin menarik Mizhen berlari cukup jauh, tiba-tiba muncul pemandangan mengerikan di depan! Di sebuah pohon pagoda tidak jauh, tergantung mayat wanita yang sama persis! Bentuknya sama seluruhnya tanpa sedikit pun perbedaan!
Hanya saja, mata melotot mayat wanita itu terlihat lebih menyeramkan!
“Pergi!”
Li Yin menarik Mizhen belok ke cabang jalan lain dan terus melarikan diri. Kali ini, Mizhen benar-benar yakin ini adalah kutukan dari misi darah!
Situasi berkembang ke tahap paling parah! Bukan sebagai penghuni yang menjalankan misi darah, tidak akan muncul petunjuk jalan keluar dan pembatasan apartemen, artinya...
Benar saja, tidak lama berlari, mayat gantung wanita itu muncul lagi!
“Keluar dari hutan!” Mizhen berkata tegas: “Selama di dalam hutan pasti akan bertemu mayat gantung ini, kita harus...”
Tapi, bagaimana cara keluar?
Sama sekali tidak tahu topografi sekitar Gunung Dongtian!
“Mari kita pisah.” Li Yin tiba-tiba mengusulkan: “Kita pilih arah berbeda untuk kabur, mungkin salah satu bisa selamat! Lagipula, jika hantu tidak bisa membelah diri, mungkin satu dari kita bisa lolos.”
“Tapi, Kakak Kelas...”
“Cepat pergi!”
“Li Yin mendorong Mizhen, lalu berlari ke arah berlawanan. Sementara itu, Mizhen menatap punggung Li Yin yang menjauh, hanya bisa menuruti keinginannya dan berlari ke arah lain.”
“Saat jarak antara Li Yin dan Mizhen semakin jauh, dia bergumam pelan: ‘Laci rahasia di ruang perpustakaan lantai dua... kah?’”
“Di rumah Li Yin.”
“Yang Jinghui menuruni tangga, melihat sekeliling. Ruang tamu sudah kosong, di atas meja kopi tersisa secarik catatan bertuliskan: ‘Maaf, Ibu, kami benar-benar ada urusan mendadak, terpaksa pergi dulu.’”
“‘Aduh, kenapa begini sih.’”
“Yang Jinghui menghela napas lalu menyimpan catatan itu.”
“Bersamaan dengan itu...”
“Sebentuk bayangan muncul dari sudut jalan luar, perlahan berjalan mendekati rumah Li Yin. Tak lama kemudian, bayangan itu tiba di depan pintu dan membukanya.”
“Mendengar suara pintu terbuka, Yang Jinghui menoleh dan melihat Li Yin masuk dari luar!”
“‘Li Yin?’ Katanya penuh keheranan dan sukacita, ‘Kamu pulang? Bagaimana dengan Ziye? Bukankah kalian pergi bersama?’”
“‘Ziye?’ Li Yin tertegun sejenak, lalu menjawab, ‘Dia... sudah pulang duluan.’”
“‘Begitu ya.’ Ucap Yang Jinghui dengan nada kecewa, ‘Yah, sudah lah.’”
“Kemudian dia berjalan menuju lantai dua, diikuti oleh Li Yin.”
“‘Tunggu sebentar, Ibu.’ Li Yin tiba-tiba menghentikan langkah Yang Jinghui, ‘Apa yang kamu pegang itu? Sepertinya lukisan?’”
“‘Ah.’ Yang Jinghui menyerahkan lukisan minyak di tangannya kepada Li Yin, ‘Kutemukan di dalam lemari pakaian.’”
“Li Yin membentangkan lukisan itu dan mengamatinya dengan saksama.”
Lalu, dia mengangkat kepalanya. Saat itu, kepala Li Yin terlihat miring dengan ekspresi wajah yang berubah sangat mengerikan.
"Xiao, Xiao Yin... kenapa kamu?" Yang Jinghui terkejut luar biasa. Ia belum pernah melihat ekspresi seperti itu di wajah anaknya!
Wajah Li Yin semakin berubah mengerikan. Kemudian Yang Jinghui melihat wajah Li Yin di depannya menjadi pucat pasi, rambutnya mulai memanjang dan menjuntai ke bawah. Tangannya yang sudah mengering dan membusuk mengeluarkan bau anyir meraih ke arah Yang Jinghui.
"Kamu... kamu..." Yang Jinghui ketakutan sampai rohnya tercerai-berai, segera berlari menuruni tangga!
Tapi sudah terlambat.
Teriakan melengking tiba-tiba terdengar. Tak lama kemudian, rumah itu kembali sunyi senyap.
Seluruh ruang tamu dipenuhi genangan darah segar, di mana-mana tercium bau anyir menusuk.
Kepala Yang Jinghui tergeletak di lantai, dikelilingi potongan anggota tubuh yang terpisah, kaki terpotong, bahkan serpihan organ dalam dan usus yang berserakan. Sedangkan Li Yin telah menghilang tanpa jejak.
Di kepala yang terpisah itu, mata Yang Jinghui masih membelalak lebar. Sampai mati pun ia tidak mengerti mengapa anaknya berubah menjadi hantu galak seperti dalam film horor yang menyayat-nyayat tubuhnya dengan kejam...
Tak ada yang bisa memberinya jawaban. Tak seorang pun...
Selamanya tak akan ada...
## JILID KE-19 MENDEKAT BAB KE-15 JALAN KEMATIAN YANG TERPICU
Kamya Sayoko berusaha menjaga jarak dengan Nojo Sae, matanya terus mengunci sosok di depannya sambil melakukan observasi lebih mendalam.
"Nyonya Kamya?" Sae yang mulai terbiasa dengan kegelapan meski lampu toko padam total, langsung mengenali wajah Sayoko yang kecantikannya tidak kalah dengan dirinya. "Kita pernah bertemu sekali sebelumnya."
Di kafe, pacar Ali dan beberapa pelanggan langka lainnya berteriak: "Kenapa listrik mati? Pemilik toko cepat keluar!"
"Nyonya Kamya! Kenapa kau menghindariku?" Sae yang bingung melihat reaksi penghindaran Sayoko dan beberapa orang di belakangnya, menjerit: "Kau tahu sesuatu! Bagaimana bisa kau tahu tentang sepotong kertas perkamen yang kubawa?"
Suasana memanas. Target yang selama ini dicari sudah di depan mata, tapi banyak penghuni yang ragu. Meski sudah mendekati 10 meter dan misi darah terpenuhi, pecahan Perjanjian Neraka masih melekat di tubuhnya!
Tak satu pun bisa pergi. Semua tahu: tanpa kontrak, mustahil bertahan sampai misi darah kesepuluh dengan tingkat kesulitan saat ini!
"Bicara!" teriak Sae dengan suara parau: "Kenapa kau diam saja!"
Saat ini, Lin Tianze, Luo Mizi, dan penghuni lainnya sedang mempertimbangkan apakah mencari jalan mundur, mengingat situasi saat ini terlalu genting. Jiang Yunxiao menghilang secara misterius, dan sekarang mereka mungkin menghadapi nasib serupa. Mendekatinya sangat berbahaya, tetapi jika tidak mendekati Nengtiao Sha Hui hingga membuatnya lenyap dari dunia, maka fragmen Kontrak Neraka itu tidak bisa diperoleh. Tanpa Kontrak Neraka yang utuh, mustahil menyegel Raja Iblis. Karena itu, mereka tak bisa meninggalkan Nengtiao Sha Hui. Harus menemukan jalan keluar untuk menyelamatkannya agar misi darah ini berakhir. Jika tidak, misi ini tidak akan benar-benar selesai.
Namun mereka juga bingung, semua pandangan mulai tertuju pada Yinyu dan Xiao Yezi.
Bagaimanapun, keduanya adalah penghuni dengan tingkat kecerdasan luar biasa, terutama Yinyu yang sudah menjalankan instruksi tulisan darah ketujuh kalinya, tentu lebih dipercaya.
"Bagaimanapun, kita pergi dulu dari sini." Xiao Yezi menambahkan: "Dan, jangan mendekati kami dalam radius sepuluh meter. Ini alasan saya membantumu, jangan tanya kenapa. Lihat dua mobil di luar? Mobil merah di belakang, kau yang menyetir. Ini kuncinya."
Begitu selesai bicara, Xiao Yezi melemparkan kunci yang langsung ditangkap Sha Hui.
"Bagus." Xiao Yezi melanjutkan: "Selain itu saya harus memperingatkan, larangan mendekati kami dalam sepuluh meter bukan omong kosong. Jika kau melanggar, tindakan nyata saya yang akan menantimu."
"Kalimat terakhir yang penuh dengan energi pembunuh membuat Saeki menggigil. Ia teringat kabar burung yang pernah didengarnya, Kamya Sayoko meskipun detektif yang sangat hebat, tapi sebenarnya adalah wanita yang sangat arogan dan egois. Ucapannya saat ini sama sekali tidak terkesan bercanda. Meski dalam kegelapan, sorot mata penuh ancaman dari Sayoko terasa sangat autentik."
Meski merasa sedikit kesal, dia tahu sedang membutuhkan bantuan orang lain sehingga tidak berani menyatakan penolakan.
"Aku... mengerti."
"Bagus." Kamya Sayoko mengangguk, melanjutkan: "Kalau begitu, mari kita pergi."
Kedua pihak tetap menjaga jarak sepuluh meter. Saat keluar dari restoran, dia juga menerjemahkan perkataan tadi ke dalam Bahasa Mandarin untuk yang lain.
Sambil melihat Nōjō Saeki naik mobil, Sayoko juga ikut masuk. Jiang Yunxiao juga sudah meninggal, jadi sekarang hanya tersisa lima penghuni yang berdesakan dalam mobil yang sama. Namun suasana panik tetap menyelimuti. Meski terpisah jarak, semua mata tertuju pada pecahan Perjanjian Neraka itu. Jika pecahan itu hilang, bagi penghuni baru berarti keputusasaan. Bisa dikatakan, jika pecahan Kontrak Neraka lenyap, mungkin banyak penghuni apartemen yang tersisa akan mempertimbangkan bunuh diri. Bagaimanapun, tingkat kematian misi darah pertama bagi penghuni baru saja sudah sangat tinggi, berapa banyak yang masih punya kepercayaan diri untuk bertahan hidup?
Saat ini semua orang waspada penuh, tidak berani lengah sedikit pun.
Dan masalah berikutnya yang harus dihadapi adalah...
"Ke mana kita pergi?"
"Tentu tidak perlu ke gereja. Lalu, tempat mana yang paling tepat untuk dikunjungi selanjutnya? Tempat tanpa cermin?"
Saat itu jalanan bisa dikatakan sangat sepi, lampu kafe di sebelah masih padam. Angin dingin yang berhembus membuat hati semua orang mencekam.
"Kita... ke mana?" Tianze Lin yang jarang bicara tiba-tiba membuka suara, sedikit memecah keheningan.
Mata tajam Xiao Yezi terus mengawasi bagian belakang. Dia sepertinya masih merenungkan sesuatu. Di mobil belakang, Shasato Sae duduk dengan tegang. Semua cermin di mobil itu sudah dihitamkan oleh Xiao Yezi, jadi untuk sementara tidak perlu khawatir.
"Mari mulai deduksi." Xiao Yezi tiba-tiba berbicara: "Tapi harus pilih tempat yang bagus. Di sini kurang tepat. Jadi... ayo ke gang yang kita lewati tadi, hindari cermin."
"Kamu menemukan sesuatu?" Yinyu menunjukkan sedikit kegembiraan. Tianze Lin dan yang lain di belakang juga bersemangat.
"Tidak tahu." Xiao Yezi menggeleng: "Aku hanya merasa menemukan petunjuk penting, tapi belum cukup untuk menyusun kebenaran. Tapi jika tebakanku benar..."
"Apa?"
"Ayo pergi dulu." Xiao Yezi membuka jendela bus, berteriak ke Sae di belakang: "Ikuti kami! Jangan tertinggal!"
Kemudian dia menghidupkan mesin.
“Semua orang bisa melihat bahwa Kamya Sayoko sudah memiliki beberapa dugaan, tetapi sepertinya masih belum yakin. Semua orang dibuat penasaran dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
“Dua mobil melaju kencang di bawah langit malam selama beberapa saat, lalu masuk ke dalam sebuah gang sempit. Di ujung gang yang dalam itu, mereka berhenti di depan sebuah dinding. Kemudian, Sayoko menghentikan mobilnya, dan Sahae di belakang pun mengikuti.”
“Saat meninggalkan restoran sebelumnya, Sayoko mengetahui bahwa ponsel Sahae kehabisan baterai. Karena ponsel mereka memiliki model yang sama, dia memberikan baterai cadangannya kepada Sahae. Lalu, dia menghubungi nomor telepon Sahae.”
““Halo,” setelah sambungan tersambung, Sayoko memperhatikan jarak antara kedua mobil, memastikan tidak mendekati sepuluh meter. Dia membersihkan tenggorokannya dan berkata: “Dengarkan baik-baik, tetap di situ seperti itu. Jika ada sesuatu, saya akan menghubungimu. Sekarang kami perlu berdiskusi tentang beberapa hal, tapi membutuhkan petunjuk darimu. Ceritakan semua kejadian sejak kamu meninggalkan Hotel Xueyuan hingga masuk ke Kafe Yueying. Setelah mengumpulkan semua petunjuk, saya bisa melakukan deduksi lebih lanjut.””
““Ini... Benarkah Nyonya Kamya bisa membantuku?””
““Tergantung apakah kamu mau bekerja sama.””
““Baiklah, Nyonya Kamya. Saya akan bercerita...””
““Coba ingat-ingat lagi apakah ada bagian yang terlewat, bahkan detail terkecil sekalipun tidak boleh dilewatkan. Ceritakan semuanya secara lengkap dan utuh. Hanya dengan begitu deduksi saya bisa akurat.””
““Baik, baik. Begini kejadiannya. Saat masih di Jepang dulu, suatu hari saya tiba-tiba menemukan sepotong kertas perkamen aneh menempel di tubuh saya...””
"Karena diminta untuk menyampaikan secara detail, setelah setengah jam berlalu, baru Noudjou Sakae bisa menjelaskan seluruh kejadian dengan lengkap. Mendengar pengalaman mengerikan dan menyeramkannya, semua orang merasakan bulu kuduk meremang di tubuh mereka."
"Baik. Aku akan mempertimbangkan sekarang, akan menutup telepon dulu. Setelah ada kesimpulan, segera aku hubungi kamu. Tunggu dengan sabar beberapa waktu. Dan... kamu, tutup jendela bus dengan rapat."
Setelah memutuskan telepon, Xiao Yezi berkata kepada Yinyu di sampingnya: "Apa pendapatmu?"
"Ini..." Yinyu menggelengkan kepala dengan pasrah: "Aku tidak bisa memikirkan apa-apa. Bagaimana kalau menghubungi Li Yin dan Yin Ye, kita diskusikan bersama?"
Namun saat itu, Yinyu menyadari tangan Xiao Yezi yang memegang kemudi terlihat sedikit gemetar.
"Kamu..."
"Misi darah ini benar-benar mengerikan." Tubuh Xiao Yezi bersandar ke belakang, nada suaranya tak bisa menyembunyikan kegelisahannya: "Bagaimana bisa seperti ini..."
"Apa kamu sudah tahu?" Ekspresi Yinyu juga menunjukkan kengerian saat mendesak: "Jika sudah tahu cepat katakan..."
"Tidak, tunggu. Tiga puluh menit lagi waktu yang ditetapkan misi darah akan tiba. Masalah ini sekarang lebih baik jangan dibicarakan dulu. Saat itu nanti..."
Demikianlah waktu terus berlawan detik demi detik. Tak lama kemudian, jarak menuju pukul lima semakin dekat. Tepat satu menit lagi, Xiao Yezi berencana menelepon Sakae lagi, sebentar lagi dia bisa menyerahkan fragmen kontrak kepada mereka.
Tiba-tiba, Yinyu dengan wajah ketakutan menunjuk ke luar jendela bus!
Noudjou Sakae, saat ini sedang berdiri di sana!
"Kamu..." Xiao Yezi langsung panik ingin menutup jendela bus, tapi tangan Sakae sudah menyelinap masuk menghalangi!
"Aku semakin berpikir semakin aneh!" Sae menggeram: "Kamya Sayoko! Ini semua tipu muslihatmu kan? Apa yang ingin kau lakukan? Apa sebenarnya rencanamu?"
Dan pada saat itu, tiba-tiba dari langit jatuh selembar kaca besar! Kaca itu menghantam tanah dan langsung hancur berkeping-keping! Sebagian besar kaca tergeletak di depan mobil merah itu, sementara serpihan lain menusuk keras di bahu kiri Sae!
Bersamaan dengan itu, lampu-lampu di lantai atas mulai menyala satu per satu!
"Siapa yang melempar barang?"
"Siapa yang menjatuhkan barang?"
Saat lampu menyilaukan, semua orang melihat jelas bahwa kaca itu tiba-tiba berubah menjadi cermin sungguhan. Angin kencang tiba-tiba berhembus, rambut panjang Kamya Sayoko tertiup dan berkibar-kibar.
"Tidak!"
Kamya Sayoko segera membuka pintu bus, berusaha keluar untuk menghancurkan cermin itu, tapi sudah terlambat.
Sudah terlihat.
Di bagian belakang kepala Noujou Sae, di balik rambut yang tertiup angin kencang, terpantul jelas sebuah wajah! Wajah menakutkan yang pucat tanpa darah, tanpa pupil mata, menempel dari tengkuk hingga tulang belakang Sae!
"Tidak!"
Terdeteksi.
Akhirnya terungkap.
Wajah hantu ini akhirnya menyadari bahwa target yang selalu didekati, Noujou Sae, ternyata berada tepat di hadapannya!
Kini, akhirnya bisa benar-benar "mendekat".
Teror paling mengerikan meledak sepenuhnya pada momen ini.
## Jilid 19 Mendekat Bab 16 Satu Detik Antara Hidup dan Mati
Sejak Nōjō Sae pertama kali mendapatkan fragmen, wajah hantu ini telah tumbuh di bagian belakang kepalanya. Namun karena tertutup rambut panjang, biasanya tidak terlihat.
Pembatasan yang diberikan apartemen adalah hantu ini hanya bisa mendeteksi lokasi Nōjō Sae melalui penglihatan. Justru karena tumbuh di bagian belakang kepala, hantu tidak bisa menemukan Nōjō Sae sendiri.
Wajah ini biasanya terlihat ketika angin bertiup kencang hingga menerbangkan rambutnya. Malam ini angin sangat kencang, sehingga rambut Nōjō Sae sering tertiup angin.
Kasus Fukui Akira yang pertama. Saat membuka pintu, Nōjō Sae sedang menyamar sebagai petugas kebersihan di koridor. Angin yang berhembus di koridor menerbangkan rambutnya, membuat Fukui melihat wajah itu lalu menghilang. Karena tidak ada cermin saat itu, Nōjō Sae lolos dari bahaya pertama. Seandainya ada cermin yang merefleksikan wajah di belakangnya, tamatlah riwayatnya.
Faktanya, selama misi darah berlangsung, Nōjō Sae sering muncul di depan cermin - terutama dalam situasi dimana ada cermin di depan dan belakangnya secara bersamaan.
Wajah yang tumbuh di belakang kepala Shahui ini secara langsung memengaruhi otaknya dengan sinyal berbahaya. Karena... dia dan hantu ini berbagi otak yang sama. Karena berbagi otak, dia bisa merasakan sinyal bahaya dan merasakan sinyal mengerikan dimana hantu ini terus mencari dan ingin mendekatinya. Munculnya sinyal inilah yang menyebabkan Shahui kehilangan akal sehat, takut mendekati kerumunan orang, bahkan sampai merampas mobil untuk melarikan diri.
Situasi pengemis itu juga sama. Saat itu di persimpangan jalan yang berangin kencang, karena tidak bisa mengumpulkan cukup uang, pengemis memutuskan untuk meminta lagi pada Shahui. Ketika menyeberang jalan dan sudah berada di belakang Shahui, setelah terjatuh, tiba-tiba dia melihat wajah hantu yang mengerikan yang terlihat saat rambut Shahui tertiup angin. Inilah alasan mengapa pengemis itu mati. Sebenarnya kematiannya sangat tidak adil - jika dia pulang begitu saja dan tidak mengejar Shahui, dia bisa selamat.
Ketika Sahae melarikan diri ke dalam kompleks tersebut dan pergi ke taman bunga untuk buang air kecil, situasi yang dihadapinya juga sama. Saat itu, pria mabuk yang dilihat Sahae di cermin juga menyaksikan pemandangan serupa. Tepat pada saat angin menerbangkan rambutnya, pria mabuk itu melihat adegan mengerikan di cermin. Ia menyaksikan langsung wajah hantu menyeramkan yang muncul dari belakang Noudo Sahae di taman bunga, sementara Sahae hanya melihat ekspresi ketakutan pria itu yang lari menjauh melalui cermin! Namun, begitu terlihat, tak ada yang bisa diselamatkan, sehingga pria mabuk itu pun tewas.
Kemudian, kasus yang sama terjadi pada karyawan toko serba ada. Saat itu, setelah terus berlari, rambut Sahae sudah sangat berantakan sehingga celah di antara helainya memperlihatkan sepasang mata mengerikan. Ketika karyawan toko itu menyalakan senter setelah mati listrik dan menyorot punggungnya, ia melihat mata-mata itu yang menyembul dari belakang Sahae! Karena itulah ia menghilang. Kasus Chen Yimo juga serupa - ketika Sahae berlari keluar dari toko serba ada, rambutnya sudah benar-benar kusut sehingga sedikit goyangan saja bisa memperlihatkan wajah itu. Chen Yimo melihat wajah tersebut melalui pantulan di pintu kaca!
Adapun Yang Rui, seorang mahasiswa, saat itu di rumah, ia mengambil foto bersama Sha Hui. Saat itu ia terlebih dahulu merapikan pakaiannya di depan cermin sebelum berfoto dengan Sha Hui. Posisinya saat itu sudah sangat dekat dengan cermin, sehingga foto yang diambil secara alami juga menangkap cermin tersebut. Saat ia duduk di depan komputer, perasaan bahwa ada seseorang di belakangnya muncul karena rambut Sha Hui yang tidur miring menampakkan wajah di belakangnya, dan pandangan itu tertuju ke punggungnya. Pada akhirnya, yang dilihat Yang Rui di layar komputer adalah foto yang digunakan sebagai wallpaper, di mana ia melihat dengan jelas bayangan wajah hantu yang menyeramkan di belakang Sha Hui yang tercermin dalam cermin pada foto tersebut. Untungnya, saat itu tubuhnya menutupi komputer, dan kemudian karena ketakutan ia menjatuhkan hingga merusak layar komputer. Jika tidak, seandainya pemandangan ini dilihat oleh wajah hantu tersebut, maka Sha Hui pasti sudah menghilang sepenuhnya, pecahan Perjanjian Neraka pun akan lenyap, dan misi darah akan berakhir.
Selama ini, Sha Hui selalu melarikan diri ke tempat yang sangat dekat dengan cermin. Tujuan semua ini adalah untuk terus membuat Sha Hui menghadapi situasi mengerikan yang berpotensi terdeteksi oleh wajah hantu. Jika dalam proses ini sekali saja benar-benar terdeteksi, maka Sha Hui akan hancur, dan semua penghuni apartemen pun akan binasa. Justru karena tingkat kebahayaan ini, di bawah prinsip keseimbangan kesulitan instruksi darah, tidak ada ketentuan durasi waktu untuk menjaga jarak sepuluh meter dari Sha Hui. Tentu, alasan penyebutan ini juga memiliki sebab yang lebih penting.
Itulah, jika terlalu dekat dengannya, penghuni mungkin segera menyadari hal ini, menemukan wajah hantu itu. Jadi, selama rambut terikat rapat tanpa celah sedikit pun, maka misi darah bisa dianggap kemenangan bagi penghuni. Tentu saja, jika benar-benar mencapai tahap itu, jumlah penghuni yang bisa bertahan hidup sendiri sudah sulit dipastikan.
Begitu Sawae menyandarkan kepalanya ke dinding, dia merasakan sensasi itu melemah. Pertama kali saat pergi ke Gereja Jiayuan Road dia pernah bersandar ke dinding, lalu di toilet dengan kepala menyentuh dinding. Saat itu, dia merasakan ancaman wajah hantu yang mendekatinya berkurang. Ini karena ancaman hanya bisa ditangkap melalui penglihatan. Begitu penglihatan tidak bisa digunakan, ancaman pun hilang sama sekali.
Penempatan pecahan Perjanjian Neraka pada tubuh Sawae juga demikian. Dia tidak bisa membuang kontrak, sehingga harus memastikan Sawae tetap hidup. Namun, wajah hantu yang muncul di belakang tubuh ini tidak boleh berada di kepala belakang penghuni mana pun, karena akan membuat ketidakseimbangan tingkat kesulitan misi darah. Karena itu, dipilihlah orang luar, Sawae. Sebenarnya siapapun bisa, bisa Sawae atau orang biasa, asalkan bisa membentuk jalan kematian, itu sudah cukup.
Dengan kata lain... Sawae benar-benar sial sehingga terjerumus dalam misi darah ini.
Saat memasuki toilet Kafe Tsukikage, bisa dikatakan dia telah memasuki jalan buntu paling mengerikan. Cermin mengelilingi semua sisi. Dalam situasi ini, jika rambutnya terurai, maka tamatlah riwayatnya. Beruntungnya, dia tidak terdeteksi. Namun, A Li yang tak bersalah justru terseret dalam peristiwa ini. Karena terus memperhatikan Sawae untuk memeriksa bekas operasi plastik di wajahnya, tanpa sengaja ia melihat leher dan belakang kepala hingga menemukan celah rambut yang memperlihatkan wajah hantu, yang akhirnya menyebabkan kematiannya. Ketika Jiang Yunxiao masuk ke toilet, Sawae kebetulan menoleh ke belakang melihat A Li sehingga rambutnya tertiup angin dan wajah hantu terlihat jelas. Ditambah cahaya lampu dari luar, tatapan Jiang Yunxiao pasti bertemu langsung dengan wajah hantu di cermin itu, sehingga nasibnya pun mengikuti Chen Yimo.
Saat ini... dengan jatuhnya cermin, wajah hantu itu tiba-tiba terlihat jelas melalui pecahan cermin di depan mata dan cermin yang menancap di bahu Sawae, memperlihatkan wajah Sawae dari cermin tersebut.
Maka... Sawae akan segera menghilang dari dunia ini. Dengan hilangnya dia, pecahan Perjanjian Neraka juga akan lenyap. Artinya, para penghuni tidak akan pernah lagi punya kesempatan untuk menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis!
Satu menit lagi. Begitu waktunya tiba, kita bisa mengambil pecahan Perjanjian Neraka dari tubuh Noujou Sawae dan kembali ke apartemen! Atau... membawa Noujou Sawae sendiri ke apartemen! Syarat utamanya adalah tubuh Noujou Sawae masih tetap ada di dunia ini!
“Xiao Yezi yang baru saja melompat keluar mobil segera menubruk tubuh Shahui, tangannya meraba-raba tubuhnya sambil berteriak: "Di mana? Di mana Kontrak Neraka itu!"
Yinyu juga melompat keluar mobil. Ia melihat jam tangannya, waktu tersisa sebelum misi darah berakhir...
Tiga puluh lima detik!
Tiga puluh lima detik!
Tiga puluh lima detik!
Sebelumnya semua orang langsung menghilang, paling hanya tertunda 1-2 detik. Mustahil ada penundaan 35 detik! Sama sekali tidak mungkin!
Xiao Yezi akhirnya meraih sepotong kertas perkamen dari kantong celana Shahui, tapi begitu ditarik, fragmen itu kembali menghilang ke kantong!
"Tidak!"
Tiba-tiba kepala Shahui berputar 180 derajat, wajah hantu di punggungnya berputar seperti sekrup ke depan!
Xiao Yezi segera memalingkan wajah sambil berteriak: "Jangan ada yang lihat matanya!"
Harus bagaimana?
Harus bagaimana?
Masih tiga puluh detik!
"Aaaa!"
Lin Tianze tiba-tiba melompat keluar mobil membawa dua tongkat, menusukkan tongkat itu ke kedua mata wajah hantu! Darah menyembur, mulut hantu itu menganga lebar disertai jeritan mengerikan!
Tampaknya karena wajah hantu menyatu dengan tubuh Shahui, membuat tubuh Shahui tidak bisa langsung menghilang. Ini memberi waktu bagi para penghuni.
Lin Tianze tidak berhadapan langsung dengan hantu. Dia menggunakan cermin yang pecah untuk memantulkan dan menancapkan tongkat ke kedua mata itu. Tapi tetap saja tidak berguna, topeng hantu masih bisa membuat tubuh Sahwi menghilang!
Tanpa tubuh Sahwi, mustahil untuk mendapatkan pecahan Perjanjian Neraka!
Xiao Yezi dan Yinyu saat ini sedang berdoa agar waktu bisa berhenti di detik ini!
Tersisa dua puluh lima detik lagi!
Topeng hantu yang matanya tertancap tongkat mulai memucat. Tiba-tiba tubuh Sahwi bangkit tegak, tapi bergerak lemas seperti boneka kayu yang ditarik benang. Perlahan tubuh hantu ini mulai tampak samar-samar! Jika benar-benar hilang, maka Kontrak Neraka akan...
Semua penghuni merasakan keputusasaan di saat ini!
Kontrak Neraka! Bagaimana dengan Kontrak Neraka?!
Tapi hal yang lebih mengerikan terjadi! Tangan hantu itu mulai mencabut dua tongkat yang menancap di matanya satu per satu!
"Tidak, larilah!" teriak Xiao Yezi: "Jika hantu ini bisa melihat lagi, kita semua akan mati bersama! Cepat lari!"
Di antara yang hadir, hanya Yinyu yang bisa langsung berpindah ke apartemen saat waktunya tiba. Yang lain harus kembali sendiri!
Sangat berbahaya jika diburu hantu ini! Tapi hantu ini hanya bisa menggunakan penglihatannya, tidak bisa merasakan posisi orang lain. Kabur selagi dia belum bisa melihat adalah pilihan terbaik!
Orang lain tentu juga memahami hal ini. Namun, saat itu, sebuah tongkat kayu telah berhasil dicabut! Semua orang langsung panik dan berlarian menyebar. Karena gang yang menjalar ke segala arah ini, mereka bisa melarikan diri ke mana saja. Dalam situasi kacau ini, mustahil untuk tetap mengumpulkan fragmen kontrak.
Hanya satu orang yang tertinggal. Orang itu bersembunyi di balik mobil, menunggu momen terakhir.
**Yinyu!**
Dia mengangkat pecahan cermin yang tersisa di tanah, tangan terus menggenggam cermin, bersembunyi di balik kap mesin mobil sedan merah. Melalui cermin itu, dia mengamati pergerakan hantu di belakang.
Jika dilihat melalui cermin, tidak akan terjadi insiden. Ini sangat berbeda dengan Medusa dalam mitologi Yunani yang akhirnya membatu karena melihat bayangannya sendiri di cermin. Chen Yimo menghilang bukan karena melihat hantu di balik pintu kaca, melainkan karena mata hantu itu melihatnya.
Jadi, cermin aman digunakan.
Di dalam cermin, tubuh hantu itu benar-benar samar-samar dan akan sepenuhnya menghilang sebentar lagi! Sementara waktu tersisa untuk kembali ke apartemen tinggal sepuluh detik!
Sepuluh detik!
Begitu tiba momen kritis, hantu itu pun lenyap sepenuhnya! Ini karena karakteristik khusus Nojima Sae - kehancuran tubuhnya berkaitan dengan penghilangan hantu ini, sehingga membutuhkan sedikit waktu, bukan musnah secara instan.
Dan tak ada yang menyadari bahwa Yinyu tetap berada di tempatnya, karena semua orang melarikan diri dari arah yang berbeda. Saat ini, mereka semua terpaksa meninggalkan pecahan Perjanjian Neraka. Dalam situasi masing-masing sibuk menyelamatkan diri, siapa yang akan memperhatikan apakah Yinyu juga ikut melarikan diri?
Pada momen inilah Yinyu tiba-tiba berdiri membelakangi hantu itu dan melempar pecahan cermin ke bagian belakang kepala hantu tersebut! Aksi ini membuat tubuh yang mulai samar-samar itu tiba-tiba menjadi padat kembali!
Kemudian, Yinyu langsung berlari ke depan dan memeluk tubuh hantu itu!
Waktu...
Habis!
Kemudian di apartemen, Yin Ye dan yang lain tertegun melihat lantai marmer di hadapan mereka. Yinyu muncul di lobi sambil memeluk tubuh seorang wanita, lalu dengan cepat mengeluarkan sepotong kertas perkamen dari saku celananya sambil berguling ke samping. Tubuh hantu itu terjatuh di lantai, matanya tepat mengarah ke depan, dan pandangannya secara kebetulan mengenai dua penghuni yang belum pernah menjalani misi darah - keduanya adalah penghuni baru!
Meskipun lubang hitam mulai muncul di bawah tubuh hantu itu, dua penghuni baru tersebut tetap terlihat. Kedua penghuni itu - seorang pemuda dan seorang gadis - tiba-tiba tubuhnya mulai menghilang seolah dihapus seperti lukisan!
Tubuh hantu itu mulai terseret paksa ke dalam lubang hitam, tapi kepalanya masih sempat menyapu pandang ke sekeliling! Seketika tiga puluh lebih penghuni di lobi semua mundur ketakutan, namun belasan penghuni tetap menghilang!
Dan tatapan itu menyapu sekeliling, tiba-tiba Yinyu melihat Yin Ye tidak jauh darinya!
"Tidak!"
"Jangan!"
## Jilid 19 Mendekat Bab 17 Kedalaman Mimpi Buruk
Mari mundurkan waktu sedikit.
Di Gunung Dongtian, Mizhen berlari kencang di tengah hutan yang dipenuhi pepohonan, menantang angin dingin. Stamina fisiknya sangat baik, hasil latihan selama menjalankan misi darah di apartemen. Namun meski sudah berlari lama, ia masih belum keluar dari area hutan, membuatnya mulai mencium aroma bahaya.
Tapi sejak memutuskan datang ke sini, tentu dia sudah mengantisipasi skenario seperti ini. Karena itu, dia punya rencana cadangan. Dia dan Mian Tian sama-sama menanggung kutukan, sehingga kutukan yang diterimanya akan berpindah ke Mian Tian. Namun Mian Tian yang sedang berada di dimensi Raja Iblis dan dirasuki roh jahat, jika kutukan itu sampai menimpanya, Hantu Perempuan ini mungkin akan terseret ke dalam dimensi tumpang tindih tempat Raja Iblis berada. Karena keyakinan inilah dia berani datang ke Gunung Dongtian. Tapi skenario ini hanya berlaku untuk dirinya sendiri, sama sekali tidak berpengaruh pada Li Yin.
Karena itu, dia diam-diam menyetujui ide Li Yin untuk lari terpisah, berharap hantu itu akan memilihnya. Sekarang, semuanya berjalan sesuai harapannya. Mizhen pun menarik napas lega.
"Syukurlah, Kakak Kelas..."
Alih-alih terus lari, dia justru berjalan langsung menuju mayat perempuan yang tergantung itu.
Rasa takut tentu ada, namun setelah melewati begitu banyak hal, Mizhen sudah mulai mati rasa. Bagaimanapun, dia adalah orang yang bahkan berhasil melewati misi darah kesepuluh. Pemandangan seperti ini sudah cukup sering dia lihat sebelumnya. Justru hantu-hantu yang tidak muncul dan bersembunyi dalam bayangan yang lebih menakutkan.
Saat semakin mendekati mayat wanita yang menggantung itu, telapak tangan Mizhen mulai basah oleh keringat. Namun dia tahu harus bertahan. Asalkan kutukan mayat itu bisa dialihkan ke dirinya, Li Yin akan selamat.
Tiba-tiba, kedua mata mayat itu terbuka lebar menatap tajam Mizhen! Mizhen langsung merasakan sakit menusuk di matanya disertai pusing hebat. Kesadarannya pun menghilang dan dia jatuh pingsan.
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, dia akhirnya terbangun. Saat itu, Mizhen mendapati dirinya sedang duduk di dalam mobil dengan Li Yin di sampingnya.
"Kakak Kelas!" Mizhen langsung bangkit sambil bertanya panik, "Kamu... kamu tidak apa-apa?"
"Tidak apa."
"Sudah kubilang sebelumnya, biar aku saja yang datang. Kakak berbeda denganku. Kutukan yang kuterima dibagi bersama Mian Tian. Sekarang Mian Tian tidak akan terluka oleh kutukan lain..."
"Sulit sekali mencarimu." Li Yin kini telah sampai di gerbang tol. Lokasi ini sudah sangat dekat dengan tempat tinggal yang dia siapkan untuk Mizhen.
Saat tiba di depan gerbang tol, menggoyangkan jendela bus, saat Li Yin mengulurkan uang keluar, Mizhen tiba-tiba melihat di telapak tangan Li Yin terdapat noda darah yang jelas. Saat Li Yin menarik kembali tangannya, Mizhen segera memegang tangan itu dan setelah melihat lebih dekat bertanya: "Ada apa ini?"
Li Yin buru-buru menarik tangannya sambil berkata: "Tidak apa, saat lari tadi terkena goresan ranting pohon. Sudah, ayo kita pergi."
Mobil kembali melaju, Mizhen kembali berkata penuh perhatian: "Kalau begitu biar aku bantu mengobatinya?"
"Tidak perlu." Li Yin menggelengkan kepala, "Aku akan mengantarmu pulang dulu, lalu aku akan kembali ke area perkotaan."
"Begitu ya... Kakak Kelas, kalau ada waktu, kunjungilah Yan Lang dan Xi Yue ya. Oh ya, lebih baik mereka pindah ke kota lain, tinggal di Kota K terlalu berbahaya."
"Mengerti."
Akhirnya, setelah mengantar Mizhen ke tempat tinggalnya, Li Yin turun dari mobil dan mengantarnya masuk ke dalam rumah. Memasuki ruangan yang kosong, Mizhen tiba-tiba merasakan hatinya seperti ikut mengosong. Li Yin setelah mengantarnya masuk hanya berkata akan menemuinya lain hari dan akan menyelidiki lokasi Jembatan Lampu Xuan terlebih dahulu.
Tepat saat Li Yin hendak pergi, Mizhen tiba-tiba menggenggam lengan Li Yin.
"Bisa... tinggal menemaniku sebentar? Aku sangat kesepian." Suara Mizhen terdengar parau, "Aku tahu kau sudah memiliki Ziye, kau telah berjanji seumur hidup dengannya, kau tidak akan mengkhianatinya. Tapi, tidak bisakah aku? Benarkah aku tidak boleh sama sekali?"
Tangan Li Yin terasa kaku, perlahan ia menarik kembali lengannya. Namun Mizhen kembali mendekat dan memeluk Li Yin erat-erat!
“Di hari-hari di apartemen, orang yang selalu kurenungkan adalah kamu! Meski bisa bertemu setiap hari, tapi aku tak bisa mengungkapkan perasaanku padamu...”
“Lepaskan.” Suara Li Yin terdengar lembut, namun bagai petir menyambar di telinga Mizhen.
Tangannya perlahan melepaskan pegangan, menarik diri dari tubuh Li Yin. Dia sudah paham, di hati pria ini tak ada tempat untuknya.
“Baiklah, Kakak Kelas.” Mizhen mundur tiga langkah ke belakang Li Yin, memaksakan senyum: “Maaf ya Kak, apakah tindakanku tadi membuatmu merasa aku sembrono? Tak perlu kau hiraukan, lupakan saja semuanya!”
Li Yin tidak menoleh ke belakang.
“Sekali lagi, jangan hubungi siapa pun. Aku akan membelikan barang yang kurang, tapi jangan pergi dari sini.”
Setelah berkata demikian, Li Yin berjalan keluar dan menutup pintu.
Mizhen termenung memandang pintu yang tertutup rapat, terkekah pahit: “Chu Mizhen, kau sendiri yang mencari malu...”
Dia kembali ke ruangannya dan menghidupkan komputer. Hanya berselancar di internet yang bisa mengisi waktunya sekarang. Membuka drama "Miss Watson" karya Noujou Sakae yang baru diunduhnya, mulai menonton episode kelima setelah sebelumnya menyelesaikan empat episode. Noujou Sakae masuk tiga besar aktris drama Jepang favorit Mizhen, terutama karyanya "Snow in Heaven" yang sudah ditontonnya berkali-kali. Setiap melihat karakter Kazehara Reiko berjuang meraih cintanya, hati Mizhen selalu tersentuh. Banyak yang menganggap itu sebagai mahakarya tak tertandingi dalam karier Noujou Sakae.
"Sambil terus menatap, Mizhen merasa kepalanya terasa sangat berat, lalu menunduk ke meja buku dan tertidur."
"Kakak……"
"Kak Mizhen……"
Seolah berada dalam kekacauan. Kegelapan menyelimuti sekujur tubuh Mizhen, dan segala sesuatu di depan mata tampak begitu kabur. Namun, sosok itu perlahan menjadi jelas.
Itu berada di depan sebuah pintu.
"Ini aku, Kak!"
"Mian Tian... Mian Tian!"
Sosok itu terasa sangat familiar, telah beberapa kali muncul dalam mimpi Mizhen. Meski wajahnya suram, namun di dalam matanya tidak ada kejahatan, begitu jernih.
Hanya saja sekarang, terasa sangat jauh.
Di belakang Mian Tian, dari balik pintu itu, datang sensasi yang belum pernah ada sebelumnya. Bahkan setelah mengalami sepuluh misi darah, Mizhen benar-benar tertekan. Perasaan itu bagaikan kiamat, seolah menyelimuti cahaya mentari, seolah semua kebahagiaan di dunia runtuh dalam sekejap.
Kengerianlah yang abadi. Kebahagiaan hanyalah delusi manusia belaka.
Mereka yang masuk ke apartemen tak punya masa depan maupun harapan.
Karena ini adalah... jalan tanpa kembali.
"Raja Iblis..." Mizhen menatap ke kegelapan yang mulai menelan tubuh Mian Tian, lalu saat kegelapan itu menghampirinya, dia berteriak lirih: "Mian Tian!"
Kemudian, dia terbangun.
《Miss Watson》Episode 5 telah selesai diputar.
Mimpi, hanyalah mimpi belaka?
"Tidak begitu menurut Mizhen. Ini adalah wahyu masa depan yang tidak lama lagi. Eksistensi yang disebut Raja Iblis memang seperti itu. Seolah mengingatkan setiap orang yang memasuki apartemen dan menjadi penghuni, betapa sia-sianya perlawanan itu."
"Mian Tian," Mizhen mengingat kembali mimpi jelas tadi. Dia tahu sekarang Mian Tian berada di suatu tempat, tapi dia tidak tahu cara menyelamatkannya.
"Mian Tian, di mana sebenarnya kau berada?"
Tepat pada pukul lima, Yinyu dan Nōjō Sawae yang dirasuki topeng hantu kembali ke apartemen. Para penghuni yang berkumpul di lobi ternyata banyak yang menghilang tanpa jejak setelah terkena pandangan hantu!
Seorang penghuni yang berada dekat Yin Ye tiba-tiba menjerit kesakitan, lalu tubuhnya lenyap seperti dihapus penghapus!
"Tidak!" Yinyu berteriak histeris sambil berlari ke arah Yin Ye. Tapi apakah masih sempat?
Tiba-tiba suara tembakan terdengar, dan lobi langsung tenggelam dalam kegelapan! Lampu apartemen memang bisa memperbaiki diri dengan cepat. Tak lama kemudian, lampu menyala kembali.
Kini di lantai marmer sudah tidak ada sisa-sisa apa pun.
Shangguan Mian muncul di belakang Yin Ye sambil masih mengacungkan Desert Eagle. Tadi dia menembak lampu di langit-langit lobi. Meski cepat diperbaiki, waktu yang ada sudah cukup untuk menyedot hantu itu ke lubang hitam.
"Yin Ye!" Yinyu merebahkan diri ke pelukan Yin Ye sambil menangis tersedu-sedu.
Setiap orang masih dalam keadaan panik, sehingga untuk sementara tak ada yang memperhatikan pecahan Kontrak Neraka di tangan Yinyu. Lagipula, kebanyakan penghuni belum pernah melihat fragmen kontrak. Meski tahu bentuknya kertas perkamen, tanpa pemeriksaan detail sulit langsung mengaitkannya dengan Kontrak Neraka.
Apalagi, perhatian lebih banyak tertuju pada pistol di tangan Shangguan Mian.
"Pistol... pistol itu!"
"Itu... Desert Eagle, ya?"
"Benar, pasti Desert Eagle!"
Shangguan Mian menurunkan pistolnya lalu menyimpannya kembali ke dalam lengan baju. Tanpa mempedulikan tatapan takjub para penghuni sekitar, dia menoleh ke belakang dan pergi.
"Sudah lama dengar Shangguan Mian adalah pembunuh bayaran menakutkan, ternyata benar..."
"Kau gila? Bagaimana kalau dia dengar? Tapi mengerikan sekali, untung aku berdiri cukup jauh, kalau tidak pasti binasa..."
Semua saling pandang dengan wajah penuh kewaspadaan terhadap Shangguan Mian.
Bagaimanapun, misi darah kali ini akhirnya berhasil diselesaikan. Tentu saja, sebagai korban, Nōjō Sae ikut terseret ke lubang hitam. Bintang film Jepang yang pernah tenar ini pun menghilang selamanya. "Miss Watson" menjadi karya terakhirnya yang sesungguhnya.
Ketika Li Yin dan Ziye kembali ke apartemen, mereka mendengar kabar ini. Kali ini, jumlah penghuni yang terkumpul di lantai bawah dan terseret hingga tewas mencapai 19 orang! Untungnya tak ada penghuni berpredikat intelektual, semuanya adalah penghuni baru yang belum pernah menjalani misi darah. Bisa dikatakan kematian mereka sangat sia-sia, mungkin hanya Hua Liancheng yang mati lebih sia-sia dari mereka.
Saat ini, pecahan Perjanjian Neraka yang secara resmi dirilis ada lima lembar, namun sebenarnya sudah ada enam yang dikeluarkan. Dengan satu lembar lagi, kontrak neraka yang lengkap akan terkumpul, dan kesempatan terbaik bagi semua penghuni untuk melarikan diri dari apartemen ini akan segera tiba.
Fajar akhirnya datang lagi, Kota K memulai hari baru. Kasus hilangnya Nogi Sae menarik perhatian banyak penggemar, namun karena terkait dengan misi darah di apartemen, antusiasme masyarakat akan tetap terkendali dalam batas tertentu, dan sama sekali tidak ada yang memperhatikan Kamya Sayoko.
Yan Lang meletakkan koran pagi di meja, menyesap kopinya, lalu berkata pada Xi Yue di hadapannya: "Selebriti terkenal seperti Nogi Sae ternyata hilang..."
"Mungkin itu cuma strategi pemasaran." Xi Yue memasukkan sepotong roti panggang ke mulutnya sambil mengunyah: "Baiklah, jadi... haruskah kita pindah?"
"Ya." Yan Lang menurunkan koran, memegang tangan istrinya: "Lebih baik kita pergi jauh-jauh. Aku sudah mengajukan permohonan transfer ke divisi Jepang perusahaan. Awalnya aku mengajukan pengunduran diri, tapi bagian personalia bersikeras tidak menyetujui. Jadi aku putuskan untuk pindah ke luar negeri. Perkiraanku aplikasi ini akan segera disetujui, pasar di sana cukup besar, bekerja di sana seharusnya tidak masalah."
"Aku... tidak mau pergi." Xi Yue menggelengkan kepala: "Aku tidak tega meninggalkan Mizhen. Dia terlalu malang... Lagi pula kita seharusnya sudah aman sekarang. Bagaimanapun juga, aku ingin menemaninya sampai akhir. Bahkan jika hasil terburuk sekalipun..."
"Dan juga, sebagian alasannya adalah untuk Mian Tian. Xi Yue mengerti, orang yang menyelamatkannya adalah Mian Tian. Jadi, meski hanya karena ini, dia tidak bisa meninggalkan Mizhen, apalagi mereka adalah sahabat terbaik."
"Tapi, Xi Yue, apartemen itu terlalu mengerikan!" Yan Lang berkata dengan panik: "Kami hampir mati kali ini! Kamu juga harus mengerti kan? Kita hanya punya satu nyawa!"
Xi Yue baru ingin melanjutkan bicaranya, tiba-tiba dering ponselnya di atas meja makan berbunyi. Dia segera mengambil ponsel dan melihat itu panggilan dari Lin Xinhu, mereka pernah bertukar nomor telepon di reuni sekolah sebelumnya.
Xi Yue menerima telepon dan bertanya: "Halo, Xinhu, ada apa?"
"Xi Yue? Maaf, aku ingin bertanya, apakah Mizhen ada di tempatmu?"
"Mizhen? Kenapa? Apakah terjadi sesuatu pada Mizhen?"
"Aku..." Xinhu berkata dengan sangat cemas: "Sepertinya Mizhen... mengalami masalah..."
Sekitar pukul delapan pagi. Li Yong akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan mengemudi pulang ke rumah. Setelah memarkir mobil, dia turun sambil mengusap mata, berencana mandi dan tidur sebentar.
Saat membuka pintu dengan kunci, bau amis darah yang sangat menyengat langsung menerpa hidungnya! Di ruang tamu, pandangannya disambut pemandangan merah darah! Di lantai berserakan tangan-kaki terpotong, tubuh-tubuh, organ dalam yang hancur, serta kepala Yang Jinghui!
Li Yong seketika merasa otaknya seperti disambar petir, selama lebih dari sepuluh detik, dia tidak bisa memahami pemandangan di depan matanya, bahkan mengira ini haluan. Ketika akhirnya menyadari semua ini nyata, tiba-tiba rasa mual menguasainya, kedua lututnya jatuh berlutut di lantai sambil terus memuntahkan isi perutnya!
Di dalam apartemen, Li Yin masih berbaring di (tempat tidur) bersama Ziye. Tiba-tiba, dering ponsel di kepala (tempat tidur) berbunyi. Dia mengucek matanya yang masih mengantuk, mengambil telepon tanpa melihat siapa penelponnya, lalu menyandarkannya di telinga: "Halo..."
"Xiao Yin! Cepat pulang! Ibu... ibumu... dia..."
Li Yin langsung terduduk, bertanya: "Ada apa? Terjadi apa? Ibu kenapa?"
"Dia... dia sudah meninggal."
Li Yin seketika merasa otaknya seperti meledak, kalimat tadi menghantam jantungnya langsung.
"Ayah, apa... apa katamu? Ibu... bagaimana mungkin ibu meninggal? Bagaimana mungkin? Katakan padaku... katakan ini tidak benar!"
## Jilid 19 Mendekat Bab 18 Neraka yang Dimaksud
Di luar rumah besar Keluarga Li, sudah dikepung mobil polisi dari segala penjuru.
Pemandangan mengerikan di TKP ini bahkan membuat polisi berpengalaman sekalipun merasa tak percaya, pelaku kejahatan ini pasti iblis mengerikan yang melampaui imajinasi! Hanya iblis yang bisa melakukan perbuatan sekejam ini! Banyak polisi yang muntah-muntah melihat jenazah di lokasi, bahkan ada yang tak berani menatap langsung.
Saat Li Yin tiba di TKP, jenazah sudah dibawa pergi. Tapi ruangan yang dipenuhi darah itu masih terlihat jelas. Ketika Li Yin dan Ziye menerobos garis kepolisian untuk memasuki TKP, polisi sedang melakukan pemotretan forensik.
"Tidak... tidak mungkin," Li Yin menatap kosong ruangan yang merah darah di sekelilingnya. Andai bukan karena Ziye yang menopangnya, dia pasti sudah terjatuh.
"Li Yin..." Ziye masih memeluk bahu Li Yin. Sepertinya dia sadar bahwa dirinya sekarang adalah sandaran terpenting bagi Li Yin.
Li Yong berdiri kaku di luar pintu, matanya kosong menatap ke dalam ruangan. Para polisi di sekitarnya memandangnya dengan penuh belas kasihan. Li Yin beberapa kali ingin menerobos masuk, tapi berhasil menahan diri.
Tiba-tiba dia berlari menghampiri ayahnya sambil berteriak: "Apa yang terjadi di sini! Katakan! Mengapa bisa begini? MENGAPA!"
"Aku mana tahu!" Li Yong meremas-remas rambutnya sambil membentak: "Dasar kau berani-beraninya membentak aku! Dua tahun ini kau kabur dari rumah, sekarang mau menuduh apa lagi?!"
Saat ini Li Yin sudah di ambang breakdown mental.
Mengapa?
Mengapa ini bisa terjadi?
Apakah ini ada hubungannya dengan misi darah di apartemen? Apakah ada kutukan yang menimpanya malah berpindah ke ibu? Tapi setiap kali menjalankan misi darah dia selalu menghindari kontak dengan keluarga. Setelah kembali ke apartemen kutukan pasti terbasmi. Bagaimana mungkin ini terjadi?
Saat itu, Li Yin tiba-tiba teringat, sebelumnya di Rumah Sakit Zhengtian saat mereka menjalankan misi darah, apakah... hantu Wang Shaojie yang membunuh ibunya? Apakah karena alasan ini?
Apakah saat itu ibu pernah mendekati radius sepuluh meter dari mereka?
Benarkah demikian?
Tidak, tidak mungkin! Waktu dan lokasi tidak konsisten, tapi mungkin juga...
Mengingat segala kasih sayang ibu yang tak henti sejak kecil, semua kenangan indah itu kini seolah merobek-robek jantung Li Yin. Lututnya gemetar menempel di lantai, memandangi ruangan berdarah itu, tinjunya terkepal kencang, bibirnya terkoyak gigitannya hingga berdarah, pupil matanya penuh urat darah, wajahnya menjadi sangat mengerikan!
Jika semua ini benar-benar kutukan Wang Shaojie, apa lagi yang bisa dilakukan meski kebenciannya membara? Kehilangan orang tercinta pun tak mengubah apapun. Manusia di hadapan apartemen bagaikan semut kecil.
Bagi Li Yong, kenyataan paling kejam terpampang nyata. Yang Jinghui tewas begitu saja tanpa sebab jelas. Lukisan minyak dalam lemari yang dikunci itu ditemukan Li Yong berdasarkan petunjuk A Xin. A Xin memberitahunya kebenaran gudang, eksistensi apartemen, serta penghuni yang masuk gudang akan membuka "kotak Pandora", digantikan oleh hantu itu, dan menjadi jalan kematian mutlak.
Li Yin kini menyadari, tak setetes air mata pun bisa ia keluarkan.
"Aneh sekali, tidak bisa menangis? Padahal seharusnya sangat menyakitkan dan putus asa, tapi tetap saja air mata tidak keluar."
"Tidak ada kesedihan yang lebih besar daripada hati yang mati."
"Ziye, bawa aku pergi." Li Yin memaksakan diri untuk menopang tubuhnya, berkata: "Bawa aku pergi dari sini, aku tidak ingin terus berada di sini."
"Baik, aku akan membawamu pergi." Ziye menyangga Li Yin yang bahkan sudah tidak bisa berjalan stabil, berkata kepada Li Yong: "Paman, biarkan aku yang merawatnya sementara. Aku akan mencoba menenangkannya."
Li Yong tidak menjawab, matanya terus menatap ke dalam ruangan.
Setelah meninggalkan rumah besar keluarga Li dan berjalan beberapa saat, kaki Li Yin tiba-tiba terkilir, seluruh tubuhnya terjatuh ke tanah. Rambutnya acak-acakan, pakaiannya juga terlihat tergesa-gesa dikenakan saat keluar.
Matanya kehilangan kilau, hatinya bagaikan kolam air yang mati. Meski tidak menyaksikan langsung, imajinasinya justru memperbesar adegan mengerikan itu sampai ke titik ekstrim, membuatnya lebih menakutkan daripada kenyataan.
Tubuhnya terbaring di tanah, dahi membentur lantai keras seolah kehilangan sensasi dan roh.
"Aku... aku..."
Li Yin terbaring lesu di tepi jalan, orang yang lewat mengira dia gangguan saraf. Ziye hanya memeluknya dalam diam, lama kemudian berbisik: "Aku tahu ini menyakitkan, tapi kita..."
Tapi Li Yin tidak membuka mulut. Tidak ada lagi kata yang terucap.
Masuk ke apartemen, hingga saat ini sudah hampir dua tahun. Masuk ke apartemen terjadi pada awal Juni 2009. Tak lama lagi genap dua tahun.
Desa You Shui, Pulau Silver Moon, Cermin Hantu... Misi darah demi misi darah, selamat dari maut berkali-kali, bergulat di depan gerbang neraka, memperebutkan nyawa sendiri dari cengkeraman Shinigami. Dalam keputusasaan, mencari secercah harapan, mencari kesempatan untuk bertahan hidup. Li Yin telah mengalami terlalu banyak, terlalu banyak. Dua tahun terasa baginya seperti puluhan tahun.
Hidup seperti orang biasa, kembali ke dunia yang terang benderang dan penuh harapan - kebahagiaan yang mudah diraih banyak orang, baginya hanyalah ilusi.
Kematian ibu bagaikan jerami terakhir yang mematahkan punggung unta.
"Mari kita mati." Li Yin tiba-tiba berbicara: "Ziye, kita... mati bersama."
"Kamu... kamu bicara apa?"
Ekspresi Li Yin tetap datar seperti topeng. Ia menatap jalan di depannya: "Aku lelah. Untukmu, aku telah membayar harga tiga kali misi darah. Tanpa itu, waktu itu kamu tidak akan bisa pulang hidup-hidup. Saat misi pengiriman surat itu, aku... mengorbankan tiga kali misi darah! Jadi sekarang aku hanya menyelesaikan lima kali misi darah. Sekarang kupikir, seharusnya waktu itu tidak kulakukan. Seharusnya kita mengakhiri bersama. Itulah pembebasan bagi kita. Aku tak mau terus hidup seperti ini. Hidup seperti ini lebih menyakitkan daripada mati."
Tubuh Ziye terus gemetar. Tampaknya perkataan Li Yin telah menghantamnya sangat keras.
“Apa…apa yang kamu katakan tadi? Tiga kali…misi darah? Saat itu kamu…saat itu kamu…”
“Meski mengandalkan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis, tapi misi khusus ini terlalu banyak misterinya. Lagipula, masih ada dua pecahan Perjanjian Neraka yang belum dirilis. Kita…sama sekali tidak punya harapan. Saat memasuki apartemen, kita sudah menginjakkan kaki di jalan tanpa kembali ini. Kita tidak bisa pulang…kita…tidak bisa pulang lagi…”
Hening.
Setelah hening yang panjang, Ziye menatap Li Yin tiba-tiba mencium bibir Li Yin, air mata mengalir deras.
Sementara itu, Mizhen sedang berselancar di internet. Tiba-tiba muncul jendela pop-up berita Tencent dengan judul "Istri Direktur Rumah Sakit Zhengtian Tewas Dimutilasi".
Sesaat, Mizhen mengira matanya salah melihat.
Ia buru-buru mengklik judul tersebut. Di dalam berita terpaparkan detail kasus pembunuhan mengerikan ini. Mengingat popularitas Rumah Sakit Zhengtian di Kota K yang sedang di puncak, ditambah proyek pembangunan cabang baru yang ramai diperbincangkan, berita ini tentu menggemparkan.
“Tante…dia…dia tewas?”
Mizhen masih mengingat jelas saat pertama kali mengunjungi rumah Li Yin bersama sang kekasih. Ia langsung akrab dengan Yang Jinghui yang sangat disukainya. Sebelum meninggalkan Tiongkok, ia sengaja berpamitan khusus dengannya.
Dalam reuni sekolah terakhir, ia berharap bisa bertemu Yang Jinghui lagi, namun ternyata harapan itu pupus.
"Sekarang dia merasakan tangan yang memegang mouse gemetar, lalu segera meraih ponsel." Li Yin pernah mengatakan agar dia tidak menghubunginya terlebih dahulu, tapi saat ini pasti dia orang yang paling menderita. Bagaimanapun, Mizhen berharap bisa menghiburnya.
Tapi... apa yang harus dikatakan?
Bagaimana cara menghibur Li Yin? "Turut berduka cita"?
Bagaimana "menerima"? Dan bagaimana "berubah"?
Tangan Mizhen mencengkeram meja dengan kencang. Melihat komputer di depannya, dia tersenyum pahit: "Apakah ini juga ada hubungannya dengan apartemen?"
Waktu berlalu dengan cepat. Meski mengalami kesedihan dan penderitaan terbesar, waktu tetap mengalir seperti biasa. Malam tiba tepat pada waktunya.
Tidak ada yang akan berubah.
Seperti di depan pintu apartemen yang selamanya tidak akan menghasilkan bayangan. Tapi terus menelan bayangan orang lain, mengendalikan nyawa dan roh, mengirim mereka satu per satu ke neraka.
Tak ada yang terluput.
"Apakah Li Yin dan Ziye masih belum kembali?" Yinyu turun dari lantai atas dan melihat Yin Ye, Shen Yu, Xingchen, Huangfu He, Kamya Sayoko yang duduk di lobi. Dia bergegas mendekat.
"Hm." Yin Ye mengangguk: "Sudah menelepon semua ponsel mereka, tapi semuanya mati. Aku mengerti penderitaan Li Yin. Masuk ke apartemen ini sudah cukup membuat putus asa, belum lagi harus menerima kematian ibunya."
"Ada yang mencurigakan." Xiao Yezi berbicara dengan nada waspada: "Kematian ibu Li Yin pasti tidak biasa. Menurutku, kemungkinan besar ada hubungannya dengan apartemen."
“Huangfu He yang duduk di samping juga menyetujui,” aku juga merasakan hal yang sama, semua ini terlalu tidak biasa. Dan setelah mengalami pukulan sebesar ini, apakah Li Yin akan mengalami insiden?”
Begitu kalimat ini terucap, wajah setiap orang memancarkan kecemasan.
Li Yin adalah intelektual penting di apartemen, jika dia mengalami insiden, ini pasti akan menjadi kerugian besar bagi penghuni apartemen!
Namun tepat pada saat itu, dua siluet manusia muncul di depan pintu apartemen, mereka adalah Li Yin dan Ziye!
“Kalian…” Yin Ye segera berdiri, diikuti yang lain berkumpul di sekitar Li Yin menghibur: “Li Yin, jangan sampai kau berpikir untuk mengakhiri…”
“Li Yin, tetaplah bersabar menerima musibah ini…”
“Loushang, bagaimanapun juga, kau harus menjaga kesehatanmu!”
“Aku lelah.” Li Yin mengibaskan tangannya, “Biarkan aku menyendiri.”
Mari kita mati…
Matilah…
Mati…
Di benak Li Yin, suara ini terus berulang, berputar tanpa henti.
Dia sungguh berharap bisa terbebas.
Tapi akhirnya dia kembali. Kembali ke apartemen yang telah dia kutuk dan benci ribuan kali. Jika semua sumpah serapahnya terhadap apartemen ini ditulis, tak akan cukup hingga akhir zaman.
“Li Yin,” Xingchen menghampirinya, “Aku juga kehilangan keluargaku sepertimu. Tapi jangan lupa, kau masih punya Ziye, seperti aku punya Shen Yu. Demi Ziye sekalipun, kau tidak boleh tumbang!”
Wajah Li Yin pucat bagai kertas, kakinya mulai gemetar.
“Aku, tidak ingin kembali.”
“Aku benar-benar tidak ingin kembali…”
Namun, kata-kata itu tidak keluar dari mulut. Meski bibirnya bergerak, seolah ada yang menyumbat tenggorokannya. Tidak ada yang bisa diucapkan, tidak ada yang bisa diucapkan...
Tengah malam pukul 00:00.
Di sebuah ruangan di apartemen.
Lampu di ruangan itu tidak dinyalakan.
Sebuah tubuh utuh terbaring di lantai - Li Yin palsu yang terbuat dari daging busuk yang diambil dari lubang hitam!
Berdiri di hadapan Li Yin palsu itu adalah penghuni palsu yang keluar dari gudang!
Penghuni palsu itu membungkuk. Tangannya meraih wajah tersebut. Wajah itu kaku seperti robot, hampir tanpa ekspresi. Penghuni palsu mulai memaksakan berbagai ekspresi pada wajah itu: sukacita, kemarahan, kekecewaan, kekaguman, kesombongan...
Setelah semua ekspresi dicoba, penghuni palsu mengangkat tangannya. Li Yin palsu itu pun bangkit berdiri.
Ekspresinya tak lagi kaku dan dingin. Mulutnya terkerek lebar dalam senyuman, lalu berubah menjadi amarah yang meluap, kemudian berubah lagi menjadi kelembutan penuh perasaan...
Sekarang, dia semakin menyerupai Li Yin yang asli...
## Jilid XIX: Mendekat Bab XIX 48 Jam Terakhir Li Yin
Keesokan harinya.
Hari ini diadakan rapat rutin penghuni membahas misi darah. Seperti biasa, rapat digelar di lobi lantai dasar. Setelah para penghuni berkumpul dalam jumlah besar, mereka baru menyadari Loushang Li Yin datang terlambat.
Ketika Yin Ye dan Yinyu memasuki Kamar 404, mereka hanya melihat Ziye duduk terpaku di lantai. Di tangannya menggenggam selembar kertas.
"Dia pergi..."
Ziye duduk dengan sorot mata kosong di lantai, bibirnya bergetar pelan: "Dia pergi, dia..."
"Apa yang terjadi?" Yin Ye segera berlari mengambil kertas itu, tertulis: "Aku pergi. Jangan cari aku, mustahil menemukanku. Aku tidak akan kembali selamanya, tidak akan pernah kembali ke apartemen ini."
"Apa, bercanda?" Tangan Yin Ye bergemetar hebat sambil mengguncang kerah baju Ziye: "Bukannya kau harus menjaganya? Betapa menyakitkan dan putus asanya Li Yin sekarang? Meski bisa meninggalkan apartemen ini, ibunya takkan kembali! Dia..."
Ziye tetap diam. Sebutir air mata jatuh dari sudut matanya, menetes ke lantai.
"Kemarin dia bilang padaku... ingin mati bersamaku. Dia juga bilang, telah menghapus harga tiga kali misi darah-nya untuk menukar nyawaku, kalau tidak aku sudah mati saat misi pengiriman surat itu. Seharusnya aku sudah mati waktu itu. Jadi dia ajak kita mati bersama."
"Apa? Menghapus tiga misi darah? Ini bagaimana?" Wajah Yin Ye berubah pucat: "Bagaimana mungkin? Ternyata ada alasan khusus kenapa kau bisa kembali ke apartemen waktu itu?"
"Aku tidak menyetujuinya. Kukatakan padanya, kita masih memiliki harapan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis ini, meskipun sangat tipis, tapi kita bisa bersama-sama kembali ke dunia yang terang. Kita... bisa melarikan diri dari apartemen neraka ini."
"Jadi dia memutuskan untuk meninggalkanku sendiri dan mati."
"Dia memilih mengakhiri nyawanya. Dengan cara ini, lepas dari kendali dan kutukan apartemen. Satu-satunya cara..."
Satu-satunya cara...
Li Yin saat ini sedang duduk di dalam sebuah bus.
Ke mana harus pergi? Tempat mana yang bisa dipilih untuk mengakhiri hidupnya? Apa yang bisa dilakukan sebelum mati? Tentu saja, dia hanya punya waktu 48 jam untuk melakukan semua ini.
48 jam kemudian, dia akan dibunuh oleh kutukan bayangan. Setidaknya, Li Yin tidak ingin mati di tangan bayangannya sendiri.
Banyak kenangan mulai bermunculan.
Kenangan indah bersama Mizhen, Xi Yue, dan lainnya di masa kuliah; setelah lpis memilih tinggal di luar karena perbedaan prinsip dengan ayahnya dan mulai menulis novel militer online; masuk ke apartemen, mengenal Lian Cheng, Ke Xin, Dokter Tang, Xia Yuan, Yin Ye, Yinyu. Kemudian, setelah menyelesaikan instruksi darah keempat, bertemu dengan Ziye.
Pertemuan dengan Ziye bisa dibilang hal terindah dalam hidupnya. Meskipun hanya menghabiskan waktu kurang dari setahun bersamanya di apartemen itu. Tapi misi darah yang mereka jalani bersama, sumpah yang pernah diucapkan, dan cintanya pada Ziye, semuanya tak akan pernah dilupakan.
Sejak lama, dia hanya duduk membeku, matanya terus menatap lurus ke depan. Tak tahu harus turun di mana. Kartu transportasi biasa digunakan untuk naik bus ini, tak ada barang dari apartemen yang dibawanya. Dia hanya berharap saat mati, bisa benar-benar terlepas dari hubungan dengan apartemen itu.
Hanya itu saja.
Kini, dia sudah sepenuhnya yakin ibu tewas di tangan misi darah. Yang membunuhnya kemungkinan besar adalah hantu Wang Shaojie atau Xue Long dkk. Ini penjelasan paling masuk akal saat ini.
Tak terasa sudah berapa lama duduk, akhirnya sampai di terminal akhir.
Penumpang sekitar berduyun-duyun berdiri, hanya Li Yin yang masih terduduk. Baru turun saat diingatkan petugas. Tampak seperti orang kehilangan jiwa, tak tahu harus kemana selanjutnya.
Titik pemberhentian berada di Distrik Zhensong, Kota K. Tanpa disadari sudah sampai sejauh ini.
Langkahnya diayunkan perlahan. Sekarang akhir Mei, cuaca mulai panas. Di bawah terik matahari, bayangan Li Yin tampak jelas di tanah.
Bayangan hitam itu lebih menakutkan daripada hantu mana pun.
Bagaimanapun caranya, mustahil melepaskan bayangan terkutuk dari apartemen ini.
Ponsel sudah dibuangnya. Tak akan membiarkan penghuni manapun menemukannya. Tak ingin lagi tahu apapun yang berhubungan dengan apartemen.
Biarlah semua berakhir di sini.
Biarlah segalanya benar-benar berakhir.
“Waktu terus berlalu detik demi detik. Tak terasa sudah siang hari. Li Yin masih belum juga ditemukan. Ziye telah menelepon Li Yong, tapi Li Yong jelas-jelas tidak mengetahui hal ini.”
“Para penghuni apartemen segera melaporkan ke polisi. Bagaimanapun juga, situasi Li Yin saat ini sangat berbahaya. Mayoritas penghuni apartemen tidak ingin Li Yin mati. Bagaimanapun, jika Li Yin mati, kita akan kehilangan seorang intelektual yang sangat berbakat.”
“Sebagian besar orang berharap Li Yin tetap hidup karena motivasi egois. Selain itu, sebagai penopang mental apartemen saat ini, tidak ada yang ingin Li Yin meninggal.”
“Tentu saja, jika dia tidak kembali ke apartemen dalam 48 jam, maka apakah dia bunuh diri atau tidak sudah tidak ada bedanya.”
“Li Yin telah memilih jalan ini.”
“Waktu terus berjalan...”
“Pukul satu siang, dua, tiga, empat... sampai malam, Li Yin tetap tidak kembali. Di lobi selalu ada penghuni yang berjaga bergantian, tapi tak satu pun melihat Li Yin kembali.”
“Benarkah Loushang ingin mati?”
“Meskipun ibunya meninggal, tidak harus sampai ingin bunuh diri kan?”
“Kudengar, sepertinya kematian ibu Loushang juga ada hubungannya dengan apartemen?”
“Sementara Ziye, Yin Ye dan yang lain pergi ke semua tempat yang mungkin dikunjungi Li Yin. Karena hal ini, mereka juga menemukan satu hal. Yaitu, Mizhen juga menghilang.”
"Saat itu setelah menghubungi Xinhu, diketahui bahwa Mizhen sudah pindah keluar. Kemudian pada malam pelaksanaan misi darah terkait Wang Shaojie yang menuntut nyawa, dia menelepon Xinhu dan kemudian menghilang. Sampai sekarang, tidak bisa ditemukan. Ketika mendengar Li Yin juga hilang, Xinhu bahkan berpikir apakah ada hubungan antara hilangnya Mizhen dan Li Yin?"
Kemudian...
Setelah berhubungan dengan pasangan Yan Lang, mereka justru mendapat kabar yang lebih mengerikan.
"Li Yin... hilang? Bagaimana mungkin, kebetulan Mizhen juga hilang!"
Di ruang tamu, Xi Yue menyiapkan teh untuk Yin Ye dan yang lain, lalu duduk bertanya: "Apakah ini berhubungan dengan apartemen itu?"
"Ya," Ziye yang sudah basah air mata menjawab: "Aku sangat khawatir. Apa yang terjadi padanya sekarang? Ada ide? Kalian kan dulu teman kuliahnya, adakah tempat yang mungkin dia tuju? Aku juga sudah tanya ayahnya, tapi tidak tahu."
"Ini..." Xi Yue melirik Yan Lang, kemudian seolah memantapkan hati: "Walau tidak tahu penyebab kematian ibu Li Yin, aku curiga apakah ada hubungannya dengan Mizhen."
"Maksudmu?" Yinyu segera menyergah: "Apa hubungan Mizhen dengan kematian ibu Li Yin?"
"Tidak, ini hanya dugaan. Mizhen sendiri juga terkena kutukan. Mungkin kalian tidak tahu, apartemen tempat kalian tinggal itu, dulu pernah dihuni Mizhen."
"Kalimat ini membuat Ziye, Yin Ye, dan Yinyu di ruang tamu terhening dalam kesunyian yang ekstrem. Terutama Ziye, dia hampir tersedak napas, lama baru berkata: 'Kalian... maksud kalian... dia pernah tinggal di apartemen? Jadi, dia berhasil melewati sepuluh misi darah?'"
"Hmm, kurang lebih... Hanya saja, untuk misi darah kesepuluh, dia tidak sepenuhnya berhasil, tapi sudah memenuhi syarat untuk meninggalkan apartemen. Selama beberapa tahun ini, dia terus menanggung kutukan Misi Darah Kesepuluh, dan sampai sekarang belum menemukan jalan keluar untuk misi kesepuluh itu. Jika dia pernah kontak dengan ibu Li Yin, mungkin ibu Li Yin juga terkena efek kutukan Misi Darah Kesepuluh... Sebenarnya ini cuma tebakanku, seharusnya tidak mungkin seperti itu."
"Jelaskan secara detail!" Yin Ye langsung berlari ke depan Xi Yue, terengah-engah berkata: "Ceritakan semua tentang Chu Mizhen! Jangan lewatkan satu detail pun!"
Hari kedua.
Li Yin masih belum kembali.
Meski sudah melapor ke polisi dan Li Yong menggunakan koneksinya untuk mencari jejak Li Yin, keberadaannya masih belum diketahui. Begitu 48 jam berlalu, Li Yin akan benar-benar tamat. Saat itu tiba, meski ingin hidup, tidak akan ada kesempatan lagi.
Di dalam apartemen.
Yin Ye dan Yinyu menyeret tubuh lelah mereka kembali ke ruangan. Setelah mencari begitu lama dengan hampir tidak tidur dan energi yang terkuras habis. Selanjutnya, giliran Xingchen dan Shen Yu membantu Ziye mencari Li Yin.
"Yinyu masuk ke dalam kamar, duduk di sofa, mengusap matanya, dan berkata dengan nada penuh perasaan: 'Aku bisa memahami penderitaan Li Yin. Orang tuaku dulu juga pernah menjadi penghuni apartemen ini, tapi akhirnya mati dengan sangat mengenaskan. Apartemen ini benar-benar kejam dan menyeramkan.'"
"Yinyu," Yin Ye segera bergegas mendekat dan memeluk Yinyu, kedua tangannya merangkul tubuhnya, berbisik di telinganya: "Janganlah kau menjadi seperti Li Yin. Aku akan berjuang mati-matian untuk membuatmu keluar hidup-hidup dari apartemen ini. Kau sudah menyelesaikan tujuh misi darah, tinggal tiga kali lagi, kau bisa bebas dari apartemen ini."
Yinyu juga memeluk Yin Ye erat-erat. Setelah lama, tiba-tiba dia berkata dengan suara tersedu-sedu: "Yin Ye... Seharusnya kau tidak masuk ke apartemen ini. Sungguh, kau tidak seharusnya melakukan itu. Meski untukku sekalipun, kau tidak pantas berkorban seperti ini."
"Apa gunanya membicarakan ini sekarang? Aku juga akan keluar bersamamu dari sini. Bagaimanapun caranya, aku tidak akan menyerah. Jika Li Yin benar-benar melakukan itu, maka aku harus menyusun strategi. Yinyu, setidaknya kita harus tahu apakah fragmen Kontrak Neraka itu ada di tangan Li Yin. Jika ternyata hanya dia yang tahu lokasi fragmen kontrak neraka, ini akan jadi masalah besar..."
Saat itu, Li Yin sedang duduk di tepi danau. Ini adalah area pinggiran Kota K. Menghirup udara segar di tengah hutan dan merasakan keindahan alam di tepi danau, perasaan Li Yin mulai sedikit membaik.
Li Yin memegang pancing sambil memancing, tapi sudah beberapa jam tidak ada ikan yang menyambar. Namun, dia sama sekali tidak terlihat gelisah.
“Mati di tempat yang begitu indah, kurasa aku bisa menutup mata dengan tenang. Tapi setidaknya, sebelum itu, bisakah aku memancing seekor ikan?”
## Jilid 19 Mendekat Bab 20 Hati
Senja tiba, air sungai berkilau keemasan. Li Yin memandang pemandangan matahari terbenam di barat, sementara pancing di tangannya tetap tak membuahkan hasil. Air sungai tidak terlalu bergejolak, hanya riak kecil di permukaan di sekitar pelampung pancing.
Li Yin menyimpan pancingnya. Ini dipinjam dari kantor pengelola terdekat, danau ini selalu menjadi spot memancing populer karena banyaknya ikan. Sebenarnya, dulu saat menjalankan misi darah di basis memancing Danau Yeshan, Li Yin pernah bersumpah tak akan memancing lagi seumur hidupnya. Tapi kali ini, dia membuat pengecualian.
Dia masih ingat pengalaman masa kecil saat Ibu mengajaknya memancing. Waktu itu juga di danau ini. Meski sudah lama berlalu, kenangan itu tetap sulit dilupakan.
Sejak kecil, Ibu adalah anak tunggal yang paling dimanja di keluarga Yang. Karena Kakek dari pihak ibu adalah anak sulung garis keturunan utama, Ibu menikmati kehidupan mewah sejak kecil. Beberapa paman sepupu juga cukup iri padanya saat kecil.
Pertemuan dengan Ayah, apakah itu keberuntungan atau malapetaka bagi Ibu?
Ayah tidak pernah mencintai Ibu. Sejak awal, Ibu hanyalah batu loncatan baginya untuk meraih posisi direktur Rumah Sakit Zhengtian. Meskipun Ibu selalu setia mencintai Ayah, namun Ayah tidak pernah benar-benar membalas perasaannya. Eksploitasi, terus menerus dieksploitasi. Di mata pria itu, tidak ada yang tidak bisa dikorbankan, tidak ada yang tidak bisa diukur dengan uang.
Tapi bahkan terhadap Ayah seperti ini, Ibu tetap mencintainya dengan dalam. Tanpa penyesalan, Ibu terus mendukungnya dari belakang. Meski mengetahui sifat dingin dalam darahnya, Ibu tetap setia mendukung.
Setelah merapikan pancing, Li Yin menatap ember kosong di sampingnya dengan senyum getir.
Saat itu, jika saja dia tidak pergi keluar, tidak membuka majalah lowongan kerja dan memasuki kompleks itu, tidak melangkah masuk ke gang tersebut, mungkin sekarang dia hanya orang biasa. Hidup yang tak berbeda dengan orang lain, menulis novel online, menjalani hari-hari biasa yang bermakna. Mungkin bisa sesekali memancing seperti sekarang, bepergian bersama keluarga dan teman, lalu menikah dengan wanita baik di masa depan. Dan Ibu pun tidak akan...
Meski, jika bukan karena ini, dia tidak akan bertemu Ziye, tidak akan menjalin hubungan cinta penuh keputusasaan yang tragis dan memilukan bersama Ziye.
Hanya karena satu langkah salah, dia terjerumus ke dalam jurang keabadian yang tak mungkin lagi terluput.
Sekarang, dia telah kehilangan segalanya. Dia tidak ingin kembali ke rumah yang hanya ada ayah yang dingin, tidak ingin kembali ke apartemen yang tak berbeda dengan neraka. Tidak ingin lagi menghadapi misi darah yang mengerikan, tidak ingin terus terombang-ambing dalam mimpi buruk kehidupan sehari-hari. Dia tidak ingin menghadapi semua ini lagi.
Dia melempar pancingnya, menendang ember ke dalam danau. Kemudian lututnya terkulai di tanah berlumpur, tangan menggenggam tanah lembek. Di senja ini, dia merasakan makna sebenarnya dari kematian hati.
Dia takkan lagi melihat mentari esok hari.
Saat meninggalkan apartemen, langit masih gelap. Jika tidak kembali ke apartemen sebelum fajar, kutukan akan merenggut nyawanya sebelum matahari terbit.
Dia menengadah, memandang senja yang membakar langit menjadi merah menyala, memandang danau keemasan yang tak bertepi, kawanan burung yang sesekali melintas, hutan samar di seberang, dan barisan gunung yang bertumpuk di kejauhan.
Ingin mengukir pemandangan itu selamanya dalam ingatannya.
Air mata kembali mengalir deras. Jatuh membasahi telapak tangan. Ingin bertahan hidup, tapi tak bisa. Meski masih bisa melihat cahaya dunia, bagi Li Yin hidup ini selalu malam yang pekat.
Sungguh ingin... terus hidup di dunia ini, sungguh ingin bertahan...
Tapi bagaimana caranya?
Di dunia ini, bagaimana cara bertahan hidup... Bagaimana caranya...
Tangan telah terbenam dalam-dalam ke dalam tanah, air mata telah membasahi pakaian. Hati seolah terkoyak terus-menerus, terpotong menjadi berkeping-keping. Kemudian, ia menengadahkan kepala ke langit dan mulai membentak dengan liar!
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa——"
Baru setelah suara Li Yin hampir serak total, dia berhenti.
Sebesar apapun kebencian terhadap apartemen itu, mustahil menemukan cara untuk melukainya sedikitpun. Mengungkap eksistensinya ke publik? Itu tidak mungkin. Apartemen bahkan bisa mengendalikan sistem peradilan, apalagi opini publik? Lagipula, bahkan kekuatan negara pun tak mampu mengusik apartemen itu. Kekuatan duniawi tak berarti apa-apa terhadap kutukan apartemen.
Selama dua tahun tinggal di apartemen, Li Yin telah melakukan penyelidikan tak terhitung: asal-usul apartemen, penyebab kutukan, pelacakan akar lokasi pelaksanaan misi darah. Dia mempelajari kitab agama dan legenda hal gaib. Namun baik dari perspektif agama, psikologi, maupun misteri, tak ada yang bisa menjelaskan apartemen ini. Untuk alasan apa penghuni harus menjalani sepuluh instruksi tulisan darah? Mengapa lokasi misi darah selalu muncul fenomena supranatural? Apa sebenarnya Raja Iblis yang muncul setiap lima puluh tahun itu?
Teka-teki di balik apartemen ini tak terhitung banyaknya.
Namun pada akhirnya, semuanya tidak membuahkan hasil. Li Yin hanya bisa menyimpulkan bahwa menjalankan instruksi tulisan darah adalah satu-satunya cara untuk meninggalkan apartemen. Para penghuni tidak memiliki metode lain untuk memperoleh jalan kembali ke dunia terang. Bahkan pembunuh bayaran menakutkan seperti Shangguan Mian pun tetap menjadi bidak yang dipermainkan nyawanya.
Meski lebih memahami daripada siapa pun betapa pentingnya menyelesaikan satu misi darah dengan sukses, meski lebih mengerti daripada siapapun...
Saat itu, dia tetap membuat pilihan.
Menghapus catatan tiga kali misi darah.
Namun, meski Li Yin tidak ingin mengakuinya, meski selalu menekan perasaan ini di dalam hati, saat ini - terutama setelah rentetan raungan tadi - dia akhirnya menyadari satu hal.
Sebenarnya dia terus-menerus menyesal.
Hari itu, setelah berbicara dengan Shen Yu, Ziye sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Karena ikatan hidup-mati dengan Ziye, saat itu pikirannya hanya tertuju pada Ziye, hanya ingin menyelamatkan Ziye. Dengan tekad membara itu, dia berhasil menekan ketakutan, menghapus catatan tiga kali misi darahnya sendiri, demi menukar nyawa Ziye.
Tapi jika dihadapkan pada situasi yang sama sekarang, mampukah dia melakukan hal yang sama?
Jika saat itu tidak melakukan itu, maka sekarang jarak untuk meninggalkan apartemen hanya tinggal dua misi darah lagi. Mungkin dia bisa mencapai puncak yang didambakan semua penghuni.
Akhirnya Li Yin menyadari bahwa sebenarnya cintanya pada Ziye tidak sebesar yang dia bayangkan.
Dia selalu menyesal, penyesalan yang meski dipendam paksa tetap tersangkut di tenggorokan. Dia meyakinkan diri, jika demi Ziye, demi cinta sejatinya, pengorbanan ini sepadan. Dia terus berharap demikian.
Tapi...
Kini dia akhirnya paham. Sebenarnya, jika saat itu dalam kondisi tenang dan harus memilih lagi, dia tak bisa tanpa ragu menukarkan misi darah untuk Ziye.
Bagaimanapun, dia bukan Yin Ye atau Shen Yu, tipe orang yang bisa hidup dan mati demi cinta. Dia bukan pujangga cinta sejati.
Menyesal.
Pada akhirnya dia tetap menyesal.
Namun meski menyesal, memikirkan senyum Ziye saat diselamatkan dan bersatu kembali dengannya, Li Yin bisa sedikit merasa lega.
Tapi ke depannya, dia takkan pernah lagi melihat senyuman Ziye.
Dia berdiri dan melangkah.
Saat kaki menyentuh air danau yang dingin, tiba-tiba ada perasaan lega yang membebaskan. Beban berat di hati seolah luruh, dia akhirnya bisa benar-benar merdeka.
Kaki satunya pun masuk ke dalam air.
Terus melangkah, tak lama air sudah menyentuh lutut.
Saat tubuh bagian bawah terendam sepenuhnya, ekspresi Li Yin tetap datar. Dia tak menoleh ke belakang, meski tahu jika terus begini, takkan mungkin lagi kembali.
Terus... terus melangkah maju...
Seolah rohnya pun perlahan tenggelam ke dasar air...
Tengah malam.
"Di lobi apartemen, para penghuni menunggu dengan cemas kabar terbaru. Xingchen sudah kembali sebentar tadi, tetapi hingga saat ini masih belum ada kabar dari Li Yin. Menurut Xingchen, Ziye sudah hampir mengalami breakdown. Ini pertama kalinya dia melihat Ziye yang biasanya tenang, menunjukkan ekspresi sedih yang begitu mendalam."
"Kehilangan Li Yin, bagi Ziye mungkin lebih sulit diterima daripada menjalankan misi darah?"
"Saat ini, Ziye dan Shen Yu sedang berjalan di jalanan malam. Hampir setiap beberapa langkah, dia terjatuh. Tubuhnya terlihat lunglai total, setiap beberapa langkah pasti roboh."
""Ziye, kamu baik-baik saja?"" Shen Yu yang menyangga Ziye menunjukkan raut wajah penuh simpati, ""Kalau terus begini, kamu tidak akan bisa bertahan!"""
""Li Yin... Li Yin..."" Rambut Ziye kini kusut, sorot matanya kosong. Dia sudah berada di ambang breakdown mental."
"Jika Li Yin belum kembali sampai besok pagi, maka pasti dia akan tewas."
""Shen Yu, katakan padaku!"" Ziye menggenggam erat bahu Shen Yu sambil meratap, ""Adakah cara untuk menemukannya? Aturan tersembunyi di apartemen, apakah ada cara melacak lokasi penghuni? Katakan! Kumohon katakan!"""
""Maaf, Ziye... Tidak ada..."""
“Kenapa!” Ziye tiba-tiba berteriak sekuat tenaga: “Kenapa kau waktu itu memberitahunya aturan tersembunyi itu? Dia mengorbankan apa untuk menyelamatkanku, kau tahu? Kalau bukan untukku, sekarang dia hanya tinggal dua misi darah lagi! Apa kau tidak tahu betapa pentingnya misi darah bagi penghuni? Setiap misi darah adalah nyawa! Kenapa, kenapa kau melakukan itu! Demi eksperimen sifat manusia bodohmu, apa yang sebenarnya kau perbuat!”
Ziye menatap Shen Yu dengan pandangan nyaris ingin menerkam, sementara Shen Yu menunduk menghindari tatapannya.
Betapapun pedihnya kesedihan, waktu tetap akan mengalir.
Tengah malam pukul 00:00, Li Yin masih belum kembali.
Pukul 01:00 dini hari, pukul 02:00, pukul 03:00...
Ziye hanya duduk membatu di pintu apartemen, menatap pintu putar bagai fosil purba. Dia seolah masih berharap keajaiban terjadi, bisa melihat Li Yin pulang. Beberapa penghuni lain juga menunggu bersamanya - Yin Ye, Yinyu, Xingchen, Shen Yu, Kamya Sayoko - menemani dengan setia.
Pukul 04:00 dini hari. Gunungan putung rokok di kaki Yin Ye semakin tinggi, Yinyu sudah meneguk beberapa cangkir kopi. Mata semua orang berkantung hitam seperti panda, tapi tatapan tetap tertambat di pintu apartemen.
Apakah Li Yin benar-benar tak akan kembali?
“Ziye, dari awal sampai akhir, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun Yinyu dan Shen Yu terus mencoba berbicara dengannya, dia seperti berubah menjadi boneka bisu yang hanya duduk di kursi, pandangannya tertuju pada pintu putar di depannya.”
Tepat pukul lima.
Saat itu, di sekitar Ziye hanya tersisa Shen Yu sementara yang lain sudah tertidur.
Sebuah bayangan tiba-tiba muncul dari gang di seberang apartemen. Bayangan itu mulai berjalan menuju pintu masuk apartemen.
Mata Ziye tiba-tiba bersinar, dia melompat dan berlari ke arah pintu putar. Shen Yu juga segera berdiri mengikutinya.
“Li Yin!”
Ziye bergegas keluar pintu putar, memandang Li Yin yang berdiri tak jauh di depannya.
“Kau kembali...” Ziye menutupi pipinya, baru melangkah satu langkah tubuhnya goyah hampir terjatuh, beruntung Shen Yu menyangganya.
“Ah,” Li Yin mendekati Ziye sampai berdiri tepat di hadapannya.
Dia tetap kembali.
Kembali ke apartemen ini.
Lebih sulit bertahan hidup daripada mati.
Karena masih ingin pulang, sekalipun itu jalan buntu, Li Yin tetap berharap bisa melihat dunia yang terang lagi.
Sekalipun malam gelap, sekalipun pernah menyesali pilihannya, dia tetap bisa menemukan eksistensi pengganti cahaya.
Memandang Ziye di depannya, Li Yin maju selangkah.
“Aku kembali.”
## Jilid Dua Puluh Siapa di Belakang? Bab Pertama Enam Belas Orang
Senja mulai merangkak.
Li Yong berdiri di koridor gelap, dikelilingi pria-pria berbaju hitam. Di hadapannya tergeletak seorang pria berlumuran darah.
“Direktur Li.” Di samping Li Yong, seorang pria paruh baya yang menggigit rokok berkata: “Dulu aku pernah bilang, selama ada permintaan darimu, aku pasti tidak akan menolak! Kami yang hidup di jalanan, menjunjung tinggi prinsip kesetiaan. Ini, kamu juga paham kan? Semoga kerjasama kita terus lancar ke depannya.”
“Pasti.” Li Yong melangkah beberapa langkah setelah berkata demikian, mendekati pria yang dipukul setengah mati itu. Dia berjongkok sambil menatap lelaki itu: “Kalau begitu, ini yang ke berapa?”
“Hmm... Yang kesepuluh.”
“Baik. Uang akan terus aku transfer ke rekeningmu. Semua permintaan kalian akan kupenuhi ke depannya. Di cabang baru yang dibangun, aku akan bantu menyimpan dan menjual narkoba kalian. Jadi...”
Memandang pria itu, Li Yong menunjukkan senyum kejam sambil berbisik: “Bunuh dia.”
Yang kesepuluh. Li Yong merasakan getaran yang sama - membunuh sepuluh orang pun tidak membuat perbedaan berarti.
Kematian Yang Jinghui memang memberi pukulan berat. Tapi itu sudah tidak penting lagi. Apapun yang terjadi, berapa pun nyawa yang melayang, bahkan jika tahun 2012 benar-benar kiamat, dia akan terus melanjutkan. Siapapun yang menghalanginya akan disingkirkan. Siapapun itu.
Asalkan Qingli bisa hidup kembali. Asalkan dia bisa bernafas lagi, bahkan jika harus menukarnya dengan nyawa seluruh umat manusia di dunia ini, Li Yong sanggup melakukannya.
Untuk mewujudkan tujuan ini, tidak ada hal yang tidak bisa dia lakukan.
“Tidak, jangan bunuh aku!” Pria itu menopang tubuh di lantai, memandang Li Yong dengan ketakutan, menggelengkan kepala seperti gasing, berteriak: “Kumohon, jangan bunuh aku!”
“Bunuh dia.” Li Yong tanpa keraguan langsung berkata.
Lalu, pria perokok itu mengeluarkan golok besar, mendekati pria tersebut sementara dua Baju Hitam menahannya erat. Pria itu menjerit-jerit minta tolong sekuat tenaga, namun golok itu menyambar cepat dan merenggut nyawanya!
Saat ini Li Yong merasa agak gelisah.
Kematian tragis Yang Jinghui membuat Li Yong merasa terjebak dalam mimpi buruk. Ia semakin yakin kematiannya disebabkan eksperimennya sendiri. Mungkinkah orang yang dibunuhnya telah menjadi hantu galak yang membunuh Yang Jinghui? Ditambah penyelidikan polisi terkait kematiannya, sebenarnya ia berencana untuk mengurangi aktivitas. Namun setelah berpikir matang, ia memutuskan mengambil risiko. Sudah sampai korban ke-10, ia tak boleh berhenti di tengah jalan.
Masih ada enam orang lagi yang harus dibunuh.
Satu jam kemudian, Li Yong telah tiba di villa rahasia lain yang dibelinya di area perkotaan. Eksistensi villa ini hanya diketahui dirinya sendiri, bahkan Yang Jinghui pun tidak tahu.
“Baru sampai korban ke-10 saja sudah murung seperti ini?”
Di ruang tamu yang luas, A Xin duduk berhadapan dengan Li Yong. Di atas meja di antara mereka berdua, masing-masing terdapat segelas anggur merah. Warna anggur merah itu benar-benar semerah darah.
"Sepertinya kamu sudah melakukan banyak penyelidikan." Tangan A Xin perlahan meraih gelas anggur, mencicipi seteguk, lalu berkata: "Enak juga, anggur merah ini..."
"Itu adalah Château Yquem tahun 1980. Di gudang anggur masih banyak wine berkualitas, silakan ambil sesukamu." Li Yong juga mengangkat gelasnya, bertanya: "Tapi dari ucapanmu tadi, seolah-olah kamu sudah banyak membunuh orang?"
"Banyak, lho," A Xin tersenyum tipis sambil memicingkan mata: "Orang-orang yang kubunuh setelah bertemu tuan, sebagian besar agar tuan bisa dengan leluasa membedah jenazah."
“Saya telah menyelidikimu, Leng Xin.” Li Yong berkata dengan dingin: “Sejak kecil, kamu mengalami pelecehan seksual yang kejam dari ayah tirimu selama dua belas tahun. Saat itu dia juga mengurungmu dalam waktu yang sangat lama, dan mengancam akan membunuhmu agar kamu tidak bisa melapor ke polisi. Dia melakukan cuci otak secara intensif, memperlakukanmu seperti budak yang hanya menjadi alat pemuas nafsunya saja. Baru setelah ayah tirimu meninggal dalam kecelakaan lalu lintas, kamu mendapatkan kebebasan. Tapi, penyiksaan selama dua belas tahun telah membuat psikologismu berubah, malah berubah menjadi masokis sejati. Karena kamu terbiasa dengan kehidupan seperti itu, akhirnya menganggapnya sebagai seluruh hidupmu. Sampai sekarang pun tetap begitu, sama sekali mengabaikan nyawa manusia, menikmati penyiksaan, dan hanya bisa berhubungan intim secara normal dengan lawan jenis melalui cara sadomasokistik.”
“Hm, cukup paham ya.”
“Pria bernama Murong Shen juga pernah kuselidiki. Ayahnya, Murong Wen, setelah kelahiran Murong Shen, istrinya meninggal. Namun dia mengawetkan jenazah istrinya dengan bahan pengawet dan menguburkannya di ruang bawah tanah, bahkan berulang kali melakukan hubungan intim dengan mayat yang sudah meninggal. Hal ini membuat Murong Shen sejak kecil terus-terusan terpapar jenazah ibunya, menyebabkan berkembangnya fetish mayat yang kuat dalam dirinya, serta kecintaan obsesif pada segala hal terkait kematian. Yang paling mengerikan, Murong Shen karena meniru perilaku ayahnya, juga berulang kali melakukan hubungan intim dengan jenazah ibunya saat kecil. Setelah ayahnya ketahuan menyimpan jenazah secara ilegal, Murong Shen memutuskan menjadi dokter forensik. Ketertarikannya pada darah inses Pu Shenyu juga berasal dari trauma masa kecilnya berhubungan dengan jenazah ibu, yang membuat psikologinya berubah menjadi seperti sekarang. Kalian berdua bersatu karena memiliki kebutuhan dan obsesi patologis yang sama.”
“Wah, hebat sekali ya, kamu berhasil mengungkap semuanya. Benar, tuan sangat menyukai berhubungan dengan mayat. Tapi kemudian tuan menemukan bahwa membedah orang hidup juga hal yang menarik. Ah, pokoknya seperti itu lah. Aku sangat mencintai tuan, karena dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik, sangat-sangat baik...”
"Orang yang sangat menyimpang seperti Leng Xin, justru sangat cocok dengan selera Li Yong. Karena dia tidak perlu bersusah payah meyakinkan lawan untuk melepaskan rasa bersalah secara moral, bahkan bisa mempercayai lawan sepenuhnya. Ini menghemat banyak urusannya. Di matanya, 'moral' hanyalah mantel kepalsuan manusia belaka, perbedaan antara para penyimpang ini dengan orang normal hanyalah sebatas melepas mantel tersebut sepenuhnya."
"Mulai sekarang ingat baik-baik," kata Li Yong dengan wajah serius: "Aku adalah 'tuan' barumu. Selama kamu taat padaku, aku pun tidak akan memperlakukanmu buruk."
"Tapi, bukankah istrimu baru saja meninggal? Polisi masih menyelidikimu sekarang?"
"Aku punya alibi, tak perlu takut." Li Yong malah berkata dengan santai: "Ada apa? Mengapa kamu menanyakan ini?"
Kematian Yang Jinghui memberi pukulan besar bagi Li Yong. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa istrinya bisa mati dengan begitu mengenaskan. Bagaimanapun juga, sebagai pasangan suami-istri selama bertahun-tahun, masih ada ikatan emosi. Saat ini hatinya juga sangat pedih. Tapi bagaimanapun juga, eksperimen ini harus terus dilanjutkan. Bagaimanapun, sekarang tidak ada hal yang lebih penting dari eksperimen ini.
Jika Li Yin ada di sini sekarang, mungkin dia akan mengorbankan segalanya untuk bertaruh nyawa melawan ayah iblis ini. Li Yong adalah pria tanpa hati, tanpa darah, tanpa sifat manusiawi, tanpa perasaan. Perasaannya terhadap Qingli lebih tepat disebut sebagai keinginan posesif daripada cinta, keinginan posesif yang hampir menyimpang.
Pada dasarnya, dia dan Murong Shen adalah jenis orang yang sama.
“Di dunia ini, hanya Qingli yang bernilai bagiku. Hanya dia satu-satunya,” sambil memegang gelas anggur merah, Li Yong menunjukkan senyum kejam: “Asalkan bisa menghidupkannya kembali, asalkan bisa membawa rohnya keluar dari neraka, aku akan melakukan apa saja.”
Saat mengatakan ini, dia meletakkan gelas anggurnya.
“Saat ini, masih ada enam orang yang harus dibunuh.”
Tiba-tiba, mereka berdua mendengar suara aneh di saat itu.
“Duk!”
“Duk!”
“Duk!”
Suara itu bergema terus-menerus di ruangan sunyi itu, membuat Li Yong dan A Xin menegang, lalu memandang ke suatu arah. Di depan pintu ruang tamu terlihat pintu yang terbuka sedikit, lalu sebuah tangan berlumuran darah perlahan menyelinap masuk! Kemudian, sebuah kepala yang diselimuti rambut lebat muncul dari celah pintu!
Li Yong dan A Xin berdiri terpaku, menatap tajam kepala itu!
Tapi kepala itu hanya muncul separuh, lalu tak bisa melanjutkan. Perlahan kepala itu menarik diri, tangan juga ditarik kembali, dan pintu menutup sendiri.
“Ternyata gagal.” Li Yong sama sekali tidak menunjukkan ketakutan, berkata: “Sudahlah, memang sudah diduga. Masih kurang. Harus membunuh... orang-orang yang tersisa...”
Sejak awal, dia mendengar dari A Xin tentang metode yang mungkin bisa menghidupkan kembali Ying Qingli.
Dulu, melalui lukisan ramalan Shen Yu, Murong Shen mengetahui kutukan terkait misi darah yang pernah dijalani penghuni apartemen. Yaitu... villa ini. Karena legenda hantu yang berkepanjangan, tempat ini terus menerus diabaikan, harga propertinya turun drastis tapi tetap tak ada pembeli. Pemilik sebelumnya adalah Murong Shen. Setelah kematian Murong Shen, pemilik sekarang adalah Li Yong.
Memegang daftar pembunuhan yang telah disusun sebelumnya, Li Yong menunjukkan ekspresi kejam.
Hanya dengan membunuh semua orang ini, Qingli bisa hidup kembali.
Dahulu misi darah apartemen secara khusus menyatakan: jika di dinding ruang bawah tanah villa ini, ditulis nama orang mati dengan darah, lalu semua orang yang pernah bertemu dengan almarhum selama lebih dari satu jam dalam 24 jam sebelum kematiannya dibunuh, maka almarhum akan kembali ke dunia ini.
Orang-orang yang pernah bertemu dengan Ying Qingli selama lebih dari 24 jam sebelum kematiannya, semuanya telah berhasil diidentifikasi - total enam belas orang.
Saat ini, sepuluh orang sudah dibunuh. Kini, dia mulai merencanakan pembunuhan enam orang berikutnya.
"Ngomong-ngomong..." A Xin tersenyum sinis sambil berkata: "Aku cukup terkejut waktu melihatmu menulis nama terakhir dalam daftar pembunuhan itu."
"Asalkan Qingli bisa hidup kembali, aku tak peduli harus membunuh siapa pun." Li Yong meneguk anggur merah lagi, mengusap mulutnya: "Termasuk diriku sendiri."
Saat mengucapkan ini, tanpa disadari, muncul sebuah foto di tangan Li Yong.
Orang di foto itu, tiba-tiba... adalah Ziye!
"Kapan kamu berencana bertindak?" A Xin terus bertanya: "Kalau mau membunuh, sebenarnya banyak kesempatan kan?"
"Tidak perlu terburu-buru." Tangan Li Yong menggenggam erat gelas anggur merah, berkata: "Bagaimanapun, seperti yang kamu katakan, kalau mau membunuh, kapan saja bisa."
## JILID 20 SIAPA DI BELAKANG? BAB 2 HUANGFU HE DAN LIAN XUEZHEN
Juni tiba. Seiring berjalannya waktu, langkah musim panas mulai mendekat. Tahun 2011 akhirnya akan melewati separuh perjalanannya. Kedekatan dengan tahun 2012 membuat berbagai ramalan kiamat semakin santer terdengar. Tapi bagi para penghuni apartemen, apakah bisa menginjakkan kaki di tahun 2012 yang disebut-sebut sebagai tahun terakhir umat manusia, itu sendiri sudah menjadi pertanyaan besar.
Penghuni Kamar 2001, Roland*Anderson, saat ini sedang mempelajari catatan-catatan misi darah beberapa waktu terakhir. Di depannya duduk dua orang, yaitu Huangfu He dan Kamya Sayoko.
Roland memiliki tiga orang yang paling akrab di apartemen ini. Pertama, Kate Lubien dari kamar 802 yang juga penghuni asal Amerika, seorang wanita pirang berbadan seksi dengan "aset dada melimpah" yang sering mengenakan pakaian minim bahan. Lenggak-lenggok bokongnya saat berjalan membuatnya dicap tak tahu malu oleh beberapa penghuni. Meski wajah Kate biasa saja, keunggulan fisik inilah yang membuat banyak interaksinya dengan Roland terjadi di (tempat tidur), alasan utama Roland menempatkannya di posisi pertama. Kedua adalah Kamya Sayoko, karakter yang banyak sifatnya cocok dengan selera Roland. Eksperimen bayangan dulu dilakukan mereka berdua dengan persetujuan diam-diam Li Yin. Ketiga adalah Huangfu He. Sebagai peneliti fenomena supranatural, Roland lebih banyak menganalisis budaya Barat seperti ramalan Gipsi, astrologi, atau budaya iblis abad pertengahan, sedangkan Huangfu He lebih sering menganalisis fenomena hantu berdasarkan budaya kuno Tiongkok.
Setiap pertemuan Roland dengan Huangfu He pasti dihadiri Sayoko. Pasalnya, Roland tidak seperti Sayoko yang fasih berbahasa Mandarin. Pria Barat tampan berambut pirang ini juga mengalami nasib tragis karena langsung terjebak di apartemen saat pertama kali datang ke Tiongkok.
"Xiao Yezi memiliki cakupan yang luas dalam bidang bahasa. Meskipun secara permukaan dikatakan menguasai enam bahasa, dia juga sedikit memahami Spanyol dan Latin. Selain bahasa ibu Jepang, yang paling lancar adalah Mandarin dan Inggris, diikuti Prancis dan Jerman. Di usia baru 21 tahun, kemampuan belajar bahasanya yang sangat kuat ini menjadi salah satu alasan Roland sangat mengaguminya. Roland sendiri selain Inggris hanya bisa sedikit berbahasa Prancis."
"Pecahan Kontrak Neraka, masih ada dua lembar." Huangfu He merapatkan sepuluh jarinya sambil berkata pada Roland: "Tn. Anderson, sampai saat ini, harap Anda sudah mengerti? Perebutan Kontrak Neraka akan terjadi dalam waktu dekat."
Xiao Yezi menerjemahkan kalimat ini ke bahasa Inggris untuk Roland. Setelah ragu sebentar, Roland berkata: "Sampai sekarang saya belum pernah menjalani satu pun misi darah, tapi sepertinya tidak akan lama lagi."
Sambil mengatakan ini, dia mengambil sebuah tabel analisis misi darah yang dicetak dari rapat kemarin di atas meja: "Dalam rapat analisis misi darah kemarin, masih banyak penghuni yang mengajukan solusi banyak jalan keluar untuk misi darah terkini. Tampaknya kecerdasan penghuni benar-benar tak bisa diremehkan."
"Sayangnya, banyak jalan keluar ganda tidak bisa diverifikasi lagi."
Saat mengatakan ini, ekspresi Huangfu He masih terlihat sangat khawatir.
"Para penghuni, setiap hari, menjalani hari-hari seperti ini. Hingga saat ini, banyak penghuni yang bertahan berkat kesehatan mental yang kuat. Yang tidak sanggup, entah kabur dari apartemen dengan mengelabui diri sendiri lalu dibunuh kutukan, atau bunuh diri untuk menghindari takdir mengerikan ini. Penghuni yang masih hidup kini telah menerima eksistensi idealis apartemen ini, dan mencoba menjelaskannya dari sudut pandang fenomena supranatural."
"Tapi saat ini, Roland mengajukan pandangan berbeda."
"'Apa yang kalian anggap sebagai 'hal gaib'?'"
"Setelah Xiao Yezi menerjemahkan kalimat ini, Huangfu He menyangga dagunya, tampak berpikir sejenak sebelum menjawab: 'Pertanyaan yang sangat menarik. Hal gaib umumnya adalah sebutan kolektif untuk fenomena supernatural seperti hantu, kutukan, kerasukan, dll.'"
"'Di era mana pun, selalu ada orang yang terobsesi dengan fenomena supernatural.'" Roland berkata dengan santai: "'Secara kombinasi, ini adalah bentuk pemberontakan manusia terhadap dunia yang dibatasi sains. Orang-orang cenderung memiliki rasa ingin tahu dan eksplorasi yang kuat terhadap misteri dan hal tak dikenal, tapi lebih dari itu, ada kenikmatan dalam memecah persepsi mapan. Namun dalam proses ini, orang justru merasakan ketakutan dan kebingungan terhadap fenomena tak dikenal - kebingungan ini sendiri merupakan kontradiksi besar. Kerinduan akan yang tak dikenal namun sekaligus takut padanya, begitulah asal muasal hal gaib.'"
"'Aku ingin mendengar penjelasan detailnya.'"
"Ambil contoh Abad Pertengahan. Di era kacau itu, hal-hal supernatural sering muncul dari kekacauan dan bencana. Wabah Hitam melahirkan legenda manusia serigala, vampir, juga penyihir dan iblis - hal-hal yang dianggap fiksi belaka oleh sains modern. Tapi... bukankah fenomena ini justru merupakan personifikasi dari ketakutan manusia terhadap ketidaktahuan akan Wabah Hitam?"
"Personifikasi?"
"Sama seperti hantu. Ketidaktahuan akan kematian, kekhawatiran akan kematian, ketakutan akan alam baka melahirkan gambaran neraka dan hantu. Baik di Timur maupun Barat, hantu dalam legenda selalu digambarkan mengerikan dan menakutkan. Tentu di Barat, unsur agama sering mewarnai kisah hantu, sementara di Timur lebih terkait dengan legenda rakyat dan cerita misteri. Ketakutan akan ketidaktahuan inilah yang membuat hantu begitu menyeramkan."
"Benar," kata Huangfu setelah mendengar terjemahan Xiao Yezi, "Legenda hantu Timur seperti 'Legenda Aneh dari Studio Liao' juga penuh dengan hantu jahat yang mengerikan. Hantu selalu menjadi antagonis karena ketakutan akan misterinya yang menyeret manusia ke dalam jurang ketakutan. Eksistensi yang kembali dari dunia kematian yang misterius, yang memanifestasikan ketakutan tersembunyi manusia, telah menjadi sinonim dari 'kengerian'."
"Benar. Oleh karena itu, sastra horor sering kali menjadi sinonim dengan sastra hantu. Banyak novel horor selalu menampilkan hantu, dan dalam cerita-cerita ini, hantu biasanya digambarkan sebagai entitas yang menuntut nyawa dan penuh keputusasaan. Baik di Timur maupun Barat, makhluk-makhluk seperti manusia serigala, vampir, atau siluman rubah dan hantu perempuan di Timur, umumnya tidak dapat dilukai secara fisik. Di Barat, manusia serigala bisa dihancurkan dengan peluru perak, vampir dibunuh dengan tanda salib. Di Timur, ilmu tao digunakan untuk membunuh hantu jahat. Namun tidak pernah ada kasus di mana hantu bisa dibunuh dengan senjata biasa atau kekuatan fisik. Bahkan dalam beberapa karya sastra yang menekankan horor tak terselesaikan, kemampuan hantu sering kali dilebih-lebihkan hingga menjadi... entitas idealis yang benar-benar abadi dan tak termusnahkan."
Xiao Yezi menerjemahkan kalimat-kalimat ini tanpa perubahan ekspresi. Huangfu He setelah mendengarnya, berkata dengan penuh perenungan: "Maksudmu... seperti iblis sejati?"
"Bisa dikatakan begitu."
"Kedengarannya persis seperti asal-usul instruksi tulisan darah. Khusus dirancang dari ketakutan manusia akan hal tak diketahui, misteri dan kekacauan, kegelapan dan keputusasaan, idealisme dan keabadian... Hanya jalan keluar yang disiapkan apartemen yang bisa berfungsi seperti 'peluru perak' atau 'tanda salib' untuk menekan hantu. Tapi hanya sampai di situ, penghuni tidak bisa menggunakan cara lain untuk sedikitpun melukai hantu."
“Benar. Apartemen ini sendiri pada dasarnya adalah keberadaan yang idealis. Hantu tercipta dari ketakutan manusia akan hal yang tidak diketahui, kepatuhan buta terhadap keputusasaan - sama seperti iblis dan neraka, semuanya adalah produk dari konsep ini. Pemahaman saya tentang fenomena supranatural juga demikian, lebih tepat disebut sebagai fenomena mental daripada sekadar hantu.”
“Fenomena... mental? Tapi, hantu-hantu itu benar-benar ada!”
“Daripada mengatakan mereka ada, lebih tepatnya mereka 'ada' bagi persepsi kita. Apartemen ini sendiri adalah keberadaan idealis yang bahkan bisa memodifikasi ingatan dan persepsi manusia, menghapus jejak orang yang pernah eksis. Lalu, apakah batas antara 'ada' dan 'tidak ada' masih jelas? Pemahaman saya adalah: apartemen ini merupakan manifestasi ketakutan yang dilahirkan dari jiwa manusia, tanpa tuan sejati. Di dunia ini, ia memanifestasikan ketakutan, kekacauan, dan ketidaktahuan manusia melalui instruksi tulisan darah, dan hanya dengan menyelesaikan sepuluh misi darah kita bisa menebus diri.”
“Penebusan diri? Kedengarannya seperti konsep Barat. Tapi saya kurang lebih mengerti maksudmu. Seperti jiwa manusia, apartemen ini sendiri adalah paradigma kontradiksi. Di satu sisi memaksa kita menjalankan misi darah penuh keputusasaan, tapi di sisi lain memberi secercah harapan - persis seperti ambivalensi manusia terhadap hal tak diketahui. Instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis bahkan secara langsung memanifestasikan roh jahat dalam diri manusia, dengan menyiksa jiwa untuk memperoleh satu-satunya jalan keluar. Mungkin ini yang disebut orang Barat sebagai 'dosa asal'?”
Roland menyandarkan kepala ke sofa. Perkataan Huangfu He tepat mengenai isi hatinya.
Apakah dosa asal adalah wajah asli Raja Iblis?
Jika benar demikian, lalu apa itu Kontrak Neraka? Apakah kesempatan untuk menebus diri dengan neraka? Ataukah harus membayar harga tertentu?
Asumsi bahwa apartemen terlahir dari jiwa manusia itu sendiri hanyalah dugaan Roland. Bahkan bukanlah dugaan, melainkan interpretasi alternatif terhadap apartemen.
Ketakutan muncul dari ketidaktahuan, dan ketakutan itu melahirkan ketakutan baru, siklus tak berujung ini terus berlanjut. Sepuluh misi darah, pada akhirnya hanya menyisakan mereka yang mampu menghadapi ketidaktahuan dengan keteguhan dan keikhlasan.
Mizhen adalah orang seperti itu.
Keesokan harinya, Huangfu He langka sekali keluar rumah. Sejak memasuki apartemen, ia jarang beraktivitas di luar. Namun hari ini, ia justru pergi dengan sangat mengejutkan.
Hari ini tanggal 4 Juni.
Tengah hari tepat, Huangfu He turun dari mobil di kawasan komersial Distrik Baiyan. Tempat ini merupakan pusat keramaian terbesar di Kota K. Ia berjalan sunyi di jalan raya, tak lama kemudian melihat sebuah restoran Barat.
Huangfu He mendorong pintu restoran tersebut. Setelah mengamati sekeliling, matanya tertuju pada seorang wanita berambut keriting yang duduk di tengah ruangan, mengenakan gaun hitam bergaya Eropa.
Ia menghampiri wanita itu.
"Lama tak jumpa, Xue Zhen."
Wanita berbaju hitam itu mengangkat wajahnya. Ciri-ciri wajah Huangfu He yang sempurna bak bintang film papan atas langsung menyedot perhatian para perempuan di restoran. Di bandingkan dengan ketampanan luar biasa itu, penampilan wanita tersebut yang tergolong cukup cantik menjadi terlihat tidak sepadan.
“Benar, sudah lama tidak bertemu. Jangan berdiri, duduklah.”
Huangfu He menarik kursi dan perlahan duduk.
“Aku tidak menyangka kau akan menghubungi aku lebih dulu.” Ekspresi Huangfu He jelas terlihat terkejut. Setelah duduk, dia langsung berkata dengan sigap: “Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Seharusnya dulu sudah kukatakan, sebelum membuktikan kesalahan ibu-ku, aku tidak akan muncul di hadapanmu.”
“Ya, kau memang bilang begitu. Makanya kali ini aku yang memanggilmu.”
“Kau…”
Wanita di hadapannya ini adalah putri Lian Tianxiang, calon suami kedua ibu Huangfu He (Sun Xindie) dulu, Lian Xuezhen.
“Sebenarnya, dalam beberapa tahun terakhir, aku banyak merenung. Waktu itu aku terlalu impulsif,” Xue Zhen mulai berbicara perlahan: “Meski tidak bisa mengatakan ibumu difitnah, tapi aku memang merasa kasus waktu itu tidak sederhana. Bagaimana mungkin ibumu sebagai wanita lemah bisa membunuh begitu banyak orang. Lagipula, dia tidak punya motif membunuh. Ini argumen yang sejak lama diajukan pengacara ibumu. Belakangan, beberapa pihak yang meneliti kasus ini mengemukakan pendapat bahwa... vonis waktu itu terpengaruh oleh trial by media. Kasus itu menarik perhatian besar, sementara ibmu terus bersikukuh bahwa hantulah pelakunya - justru ini salah satu alasan kasusnya jadi sorotan. Karena hasil assesmen psikiatri menyatakan ibumu punya kemampuan bertanggung jawab pidana penuh, banyak media yang memberitakan bahwa ibumu pura-pura gila untuk lolos dari pengadilan. Proses peradilan terpengaruh oleh persepsi ini. Aku akhirnya juga setuju dengan pandangan ini.”
“Kamu bilang... apa?”
“Bertahun-tahun ini aku terus memikirkan hal ini. Aku pernah menanyakan kabarmu, tahu kamu membentuk grup penelitian fenomena supranatural bernama Perhimpunan Qiling. Awalnya kukira kamu mau membuat aliran keagamaan baru, tapi ternyata tidak. Kalian tidak punya dogma atau menyebarkan takhayul, yang terpenting penelitiannya sendiri tidak bertujuan komersial. Jadi aku tahu... pasti kamu ingin membuktikan perkataan ibumu benar, kan?”
Huangfu He diam seribu bahasa.
“Kamu memang sangat keras kepala.” Xue Zhen menghela napas, berkata: “Tapi, apakah harus menyelidiki dari sudut paranormal? Aku tidak percaya adanya hantu dan dewa. Setidaknya ayahku tidak mungkin mati karena fenomena supernatural. Aku tidak bisa menerima hal seperti ini.”
“Apakah kamu masih menganggap ibuku berbohong?”
“Aku tidak tahu,” Xue Zhen menggelengkan kepala sekuat tenaga: “Aku benar-benar tidak tahu apa-apa.”
Untuk sesaat, kedua orang di kedua sisi meja makan itu terjebak dalam keheningan.
“Ada.” Huangfu He berkata dengan nada sangat meyakinkan: “Memang ada. Aku bisa menjamin itu padamu, Xue Zhen.”
“Mengapa kamu masih bicara begitu!” Xue Zhen segera berdiri, berkata dengan marah: “Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Menganggap saya anak tiga tahun?”
“Percaya atau tidak terserah kamu. Tapi, memang ada.”
“Kukira setelah bertahun-tahun kau akan menjadi lebih dewasa, ternyata hanya angan-angan kosongku.” Xue Zhen meraih taplak meja, seolah menahan amarah dengan susah payah sebelum duduk kembali: “Sudahlah, aku mengajakmu keluar bukan untuk bertengkar. Aku ingin berbicara serius.”
“Bicara tentang apa?”
“Aku ingin menyelidiki kematian ayahku bersamamu. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi tahun itu!”
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 3 Perubahan Besar di Apartemen
Setelah mengucapkan kata-kata ini, Xue Zhen mengira Huangfu He akan langsung setuju tanpa ragu. Namun reaksi pria itu justru melampaui semua perkiraannya.
"Saya menolak. Seperti yang kau katakan, pemikiran kita berbeda secara fundamental. Karena kau berniat menyelidiki kasus ini dari sudut pandang yang menyangkal fenomena supranatural, maka kita tidak bisa bekerja sama. Selain itu, Xue Zhen, sudah sering kukatakan padamu, segeralah pindah dari apartemen itu. Meskipun selama bertahun-tahun tidak terjadi lagi hal seperti itu, aku masih sangat mengkhawatirkanmu."
Meski tidak aktif bertemu, mereka tidak sepenuhnya memutus kontak. Dulu, mereka nyaris menjadi kakak beradik. Awalnya Xue Zhen memang kehilangan akal sehat dan menganggap ibu Huangfu He sebagai pelaku pembunuhan ayahnya, namun lambat laun ia mulai menyadari banyak kejanggalan. Saat itu, Huangfu He sesekali mengirimkan email yang isinya kebanyakan menasihatinya untuk segera meninggalkan apartemen tersebut.
"Sepertinya kita tidak bisa berdiskusi lebih lanjut." Xue Zhen menghela napas berat, mengenakan kembali jaket yang tergantung di sandaran kursi, lalu berdiri sambil berkata: "Kalau begitu aku akan menyelidiki sendiri. Dan satu lagi..."
"Jaga baik-baik dirimu. Selamat tinggal."
Xue Zhen berbalik badan, namun baru melangkah satu langkah, terdengar suara Huangfu He dari belakang.
"Kau juga harus jaga diri. Xue Zhen."
Langkah Xue Zhen terhenti sebentar. Ia ingin menengok kembali, namun harga dirinya tidak mengizinkan. Akhirnya ia terus berjalan lurus menuju pintu restoran dan mendorong pintu lalu pergi.
Saat ini, di dalam apartemen.
"Bagaimana kondisi Ketua Li sekarang?"
"Terima kasih, Dokter Xu. Meskipun trauma psikologisnya masih berat, tampaknya beliau sudah lebih tenang."
Di depan pintu Kamar 403, Ziye sedang berbicara dengan seorang pria berusia sekitar tiga puluhan. Pria itu bernama Xu Xiong, penghuni kamar 810 yang berprofesi sebagai dokter.
"Ini sudah cukup baik," kata Xu Xiong sambil menghela nafas lega, "Loushang Li Yin adalah penopang mental seluruh apartemen ini. Begitu banyak orang yang masuk ke sini berada di ambang breakdown mental. Kita tidak bisa menanggung pukulan lebih besar lagi."
Beberapa hari terakhir, jumlah pengunjung Li Yin meningkat 2-3 kali lipat dari biasanya. Meski jumlah pengunjung biasa memang sudah cukup banyak - banyak yang ingin belajar pengalaman penting dalam menjalankan misi darah - saat ini manajemen apartemen masih ditangani Pei Qingyi sehingga kekacauan lebih besar bisa dicegah. Namun semua orang sadar betul bahwa stabilitas ini bersifat sementara.
Masih tersisa dua pecahan Perjanjian Neraka. Begitu semuanya dirilis, pasti akan meletus perang total antarpenghuni. Jumlah korban jiwa yang akan berjatuhan sama sekali tidak bisa diprediksi.
Tidak ada yang bisa meramalkan...
Ziye kembali ke dalam ruangan dan berkata pada Li Yin yang masih berdiri membelakangi di balkon apartemen dengan tangan terkait di belakang, "Aku baru mengantar Dokter Xu pergi. Li Yin... lebih baik kau istirahat dulu? Jangan bangun."
Sorot mata Li Yin menatap mentari di langit. Meski sinar matahari Juni terasa hangat, dia sangat sadar bahwa ini mungkin cahaya terakhir yang akan dilihatnya dalam hidup.
Akhirnya kembali juga.
Kembali ke apartemen terkutuk ini.
“Ziye,” Li Yin berkata dengan suara dingin: “Pikiranku sudah berubah. Mulai sekarang, aku tidak ingin memelukmu lagi. Aku tidak mau mengalami rasa sakit karena mendapat lalu kehilangan, kau paham kan? Sebelum kabur dari apartemen ini, aku tidak akan memelukmu lagi atau memberikan janji apapun. Aku tidak akan bilang bisa menjamin membawamu keluar dari sini.”
“Li Yin…” Ziye tidak banyak bicara, seolah perkataan Li Yin sudah dia duga sebelumnya.
“Sudahlah.” Wajah Li Yin perlahan berbalik, menampakkan rupa yang sudah sangat kurus kering. Dalam dua hari ini, berat badannya turun hampir 10 kg. Siksaan dan penderitaan batin yang dialaminya sama sekali di luar bayangan orang biasa.
Dengan perasaan seperti apa dia berdiri di sini, kembali ke apartemen ini? Banyak penghuni terus berspekulasi, bahkan mulai beredar rumor bahwa Li Yin mungkin akan bunuh diri kapan saja. Ditambah fragmen kontrak neraka sudah sampai lembar kelima, suasana di apartemen benar-benar sudah berubah total.
Para penghuni mulai membentuk aliansi sementara satu sama lain.
Kamar 2001, Roland, Kamya Sayoko, dan beberapa penghuni lainnya berkumpul. Di antara mereka terdapat penghuni Amerika Kate, penghuni Korea Hong Sang-woo, serta tiga penghuni lain yang memiliki ciri khas unik. Mereka adalah pemuda Zhan Tianlin (Kamar 1002) dengan mata yang selalu memancarkan aura berdarah, Fan Yuqi (Kamar 1502) yang memiliki penglihatan gelap aneh, dan An Xueli yang memiliki kemampuan menyamar. Atas saran Roland, ketujuh orang ini membentuk aliansi sementara yang juga mencakup semua penghuni asing. Masalah komunikasi pun teratasi berkat kehadiran Kamya Sayoko yang menguasai enam bahasa termasuk Korea. Kemampuan linguistiknya yang luar biasa ini menunjukkan tingkat kecerdasannya yang tinggi, membuatnya terpilih sebagai pemimpin aliansi.
Sayoko dengan cekatan menerjemahkan perkataannya ke dalam Bahasa Mandarin, bahasa Inggris, dan bahasa Korea secara simultan di hadapan para penghuni. Sejujurnya, menjadi penerjemah tidak hanya sekadar memahami bahasa - kemampuannya dalam terjemahan simultan ini setara dengan penerjemah profesional. Banyak yang heran mengapa dia memilih menjadi detektif alih-alih bekerja di kementerian luar negeri, mengingat keahliannya pasti sangat dibutuhkan. Tidak ada yang memprotes kepemimpinan Sayoko karena tanpa dirinya, komunikasi antar penghuni asing yang tak ada satupun menguasai Bahasa Mandarin ini mustahil terjalin.
“Saya tidak memiliki pecahan Perjanjian Neraka di tubuhku.” Xiao Yezi mulai berbicara: "Tentu kalian mungkin tidak percaya, tapi tidak masalah. Saya hanya bisa berjanji, bagi yang bergabung dalam aliansi ini, begitu saya berhasil merebut Kontrak Neraka, kita bisa melaksanakan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis secara sinkron. Seperti yang kalian ketahui, setiap penghuni memiliki agenda tersembunyi. Karena takut instruksi darah mungkin datang kapan saja, semua akan buru-buru menjalankan misi darah iblis. Mustahil menyelaraskan semua penghuni. Bahkan jika bisa, karena berbagai ketidakpastian dalam misi tingkat Raja Iblis, kerjasama antar semua penghuni tetap mustahil. Jadi, mereka yang masih berangan-angan tentang berbagi kontrak bersama seluruh penghuni, lebih baik segera sadar."
Saat mengatakan ini, sorot mata Xiao Yezi memancarkan kilatan kejam: "Mari mulai menyusun strategi. Rencana kita..."
Sementara itu, Yin Ye yang berada di rumahnya di luar apartemen juga membentuk aliansi sementara. Yang mengejutkan, salah satu anggota aliansi ini ternyata Pei Qingyi! Pei Qingyi adalah orang paling dipercaya Li Yin. Yin Ye berhasil merekrutnya karena kondisi Li Yin yang terus-menerus terlihat murung akhir-akhir ini, sehingga Pei Qingyi menilai Yin Ye lebih layak diandalkan saat ini. Aliansi ini juga sepakat untuk mendapatkan kontrak dan bersama-sama menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis.
"Musuh terbesar kita adalah... Shangguan Mian. Begitu Shangguan Mian mendapatkan satu pecahan Perjanjian Neraka, kita akan kehilangan peluang. Sebelum itu, yang harus kita lakukan adalah..."
"Bunuh Shangguan Mian!"
Begitu Yin Ye mengucapkan ini, wajah semua yang hadir berkerut ketakutan.
“Informasi yang kami dapatkan saat ini,” Yin Ye tetap melanjutkan tanpa perubahan ekspresi: “Aku dan Yinyu sudah berdiskusi dan mencapai konsensus tentang hal ini. Pada misi darah terakhir, Shangguan Mian bisa dengan mudah mengambil banyak nyawa menggunakan bom. Dia jelas seorang pembunuh psikopat yang menganggap nyawa manusia seperti rumput. Jika demikian, dia juga bisa dengan mudah membunuh kita semua untuk merebut fragmen kontrak. Begitu dia mendapatkan satu fragmen kontrak, dia akan mudah membunuh kita semua untuk mengambil fragmen lainnya. Kita harus membunuhnya sebelum semua fragmen kontrak dirilis!”
Dalam aliansi Yin Ye, total ada enam orang: dia sendiri, Yinyu, Pei Qingyi, Bian Xingchen, Pu Shenyu, dan satu orang lagi... seorang penghuni dengan kemampuan memori instan yang bisa mengingat segala yang dilihat secara permanen - penghuni Kamar 1703, Feng Liehai, seorang pemuda berpenampilan tegas dengan garis wajah yang kasar.
“Kau serius?” Shenyu langsung menggelengkan kepala: “Shangguan Mian adalah pembunuh super dari dunia gelap Eropa. Mustahil kita membunuhnya! Bahkan ‘Raja Kematian’ pembunuh terkuat Eropa pun sudah dibunuhnya!”
“Lalu?” Yin Ye tersenyum tipis: “Terus kenapa? Sekuat apapun dia, apakah dia bisa membunuh hantu?”
Perkataan ini membuat semua orang merinding. Shenyu langsung berseru: “Apa maksudmu, seperti cara membunuh Ye Fan Shen dulu...”
"Hampir begitu. Jika menjalankan misi darah bersamanya, kita bisa mencoba menggunakan trik tertentu untuk membuatnya memicu jalan kematian. Atau langsung membunuhnya dengan metode yang kupakai untuk membunuh Ah Shen. Kalian tidak perlu merasa bersalah, Shangguan Mian memang sudah tangan berlumuran darah, tak terhitung nyawa yang sudah diambilnya. Jika kita tidak membunuhnya sekarang, saat berebut fragmen kontrak nanti, menurutmu siapa yang akan mati antara kita atau dia?"
"Benar," Pei Qingyi sangat setuju dengan perkataan Yin Ye, "Tapi apakah semudah itu?"
"Intinya, dia harus dibunuh. Tidak ada pilihan lain." Yin Ye berkata tanpa ragu: "Hanya dia yang mutlak harus kita bunuh. Mungkinkah orang yang membunuh banyak orang tanpa sedikit pun penyesalan mau berbagi Kontrak Neraka dengan kita? Dan demi merebut kontrak, bukankah dia akan membunuh semua tersangka?"
Semua orang mengangguk setuju. Memang, Shangguan Mian sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau penderitaan setelah membunuh begitu banyak orang. Dalam kondisi seperti ini, membunuh setiap penghuni pasti hal yang mudah baginya.
Namun saat ini, Shangguan Mian berada di sebuah gudang bawah tanah. Di hadapannya terikat beberapa orang, termasuk Lin Xinhu, Yan Lang, Xi Yue, dan Han Zhen.
"Aku bersumpah!" Xinhu menjerit memohon: "Aku benar-benar tidak tahu dimana Mizhen sekarang. Setelah meneleponku hari itu, aku tidak tahu kemana dia pergi!"
Shangguan Mian saat ini mengenakan topeng emas, melangkah perlahan, tiba-tiba mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke kepala Lin Xinhu sambil membuka pengaman.
"Aku beri kesempatan terakhir. Jika masih tidak mau bicara, aku akan menembak."
Suara dingin tanpa emosi itu membuat Lin Xinhu merinding, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan.
"Tidak, jangan..." Lin Xinhu nyaris breakdown ketakutan, tapi dia benar-benar tidak tahu apa-apa. Bahkan tentang status Mizhen sebagai penghuni pun dia tidak tahu.
Suara pelatuk yang ditarik membuatnya menjerit ketakutan, tapi peluru tidak melesat.
Shangguan Mian menyimpan pistolnya sambil berkata dingin: "Sepertinya benar-benar tidak tahu."
Kemudian tatapannya yang dingin beralih ke Yan Lang dan Xi Yue yang juga pucat ketakutan. Sebenarnya tidak mungkin mendapatkan informasi dari mereka - yang mereka tahu sudah diketahui Shangguan Mian, dan yang tidak diketahui Shangguan Mian juga tidak mereka ketahui.
Kini para penghuni mulai bertindak masing-masing. Sementara itu, mereka yang mengetahui identitas asli Mizhen juga mulai bergerak mencari. Tapi tak seorang pun tahu dimana Mizhen sebenarnya berada.
Saat senja.
Mizhen baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Saat ini, dia mengenakan gaun putih bergaya Eropa yang dibelikan oleh Li Yin untuknya. Sejujurnya dia cukup terkejut karena pakaian itu sangat pas di tubuhnya. Dia bertanya-tanya pada diri sendiri apakah jika dia membelinya sendiri, pakaian itu akan sesukses ini, dan tidak bisa menahan kecurigaan apakah Mian Tian pernah membocorkan ukuran tubuhnya kepada Li Yin.
Saat ini langit sudah gelap. Dia mendekati jendela, memandangi sinar bulan yang terang di langit, lalu melihat jam tangannya. Satu jam lagi, Li Yin seharusnya akan datang sesuai waktu yang telah disepakati berdua.
Setelah duduk dengan gugup, tiba-tiba Mizhen merasa sangat lemas. Meski telah mempelajari psikologi selama bertahun-tahun, tetap saja dia tidak bisa memahami bagaimana menghibur Li Yin. Penderitaannya kini bisa dibayangkan, kata-kata apa yang harus diucapkan, bahasa seperti apa yang bisa membangkitkan kepercayaan dirinya untuk bertahan hidup?
Masalah sekarang bukan lagi bagaimana membuat Li Yin bertahan hidup, tapi bagaimana memberinya kehendak untuk hidup. Jika Li Yin sudah berniat mati, maka bagaimanapun juga sudah tidak tertolong lagi. Di apartemen, mencari kematian adalah hal yang paling mudah. Mizhen telah menyaksikan terlalu banyak penghuni seperti ini sebelumnya.
Waktu terus berlalu sedetik pun, akhirnya dia mendengar suara pintu yang terbuka.
Li Yin memasuki ruang tamu.
“Kakak Kelas!” Mizhen langsung berdiri, namun tak sengaja tersandung meja kopi hingga hampir terjatuh, malah membuat sebuah novel deduksi yang sedang dibacanya terbalik di atas meja.
“Berhati-hatilah.” Li Yin mendekat dan bertanya pelan: “Tidak apa-apa?”
“Masih... masih baik.”
Setelah Mizhen kembali duduk di sofa, Li Yin pun ikut duduk.
“Kakak Kelas...” Mizhen baru hendak bicara ketika Li Yin mengibaskan tangan. Pria itu berkata dengan nada tenang: “Aku ke sini bukan untuk mendengar kata-kata penghiburanmu, jadi kalimat seperti 'terimalah kenyataan' atau 'jangan terlalu sedih' tak perlu kau ucapkan.”
“Begitukah?” Mizhen tersenyum getir, kedua tangannya memainkan ujung roknya. Sebenarnya dia sangat berharap Li Yin bisa sepenuhnya mencurahkan kesedihan di hadapannya, bahkan menunjukkan sisi lemahnya pun tak masalah. Justru sikapnya yang memaksakan diri tampil kuat di depan malah membuatnya sedih.
Kemudian, Li Yin mengucapkan satu kalimat.
“Mengenai ukiran itu, ternyata masih...”
“Iya, tidak terpengaruh.”
“Benarkah?” Li Yin menangkat kepala. Ekspresinya kini tidak lagi sekaku sebelumnya, sorot matanya dipenuhi kepedihan yang dalam. Meski jelas-jelas ditahan, Mizhen tetap bisa melihat penderitaannya.
“Mizhen... Apapun yang terjadi, kumohon padamu.”
Mizhen mengangguk, tanpa ragu berkata: “Pasti.”
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? BAB IV Misteri Tangan Berdarah
Di apartemen saat ini, setiap orang merasakan ketegangan yang mencekam. Begitu dua pecahan terakhir Perjanjian Neraka dirilis di masa depan, pertumpahan darah dalam perebutan pasti akan dimulai! Setiap penghuni telah mulai bersiap-siap dan saling waspada. Jejak kerjasama antar penghuni telah lenyap sama sekali. Sebagai penopang mental penghuni, Li Yin justru menutup mata terhadap semua ini dan membiarkannya, semakin membuat orang sadar bahwa meski Li Yin telah kembali, mungkin dia hanyalah mayat hidup yang kehilangan kepercayaan untuk bertahan.
Penopang mental sebenarnya sangat penting di apartemen ini. Meski gelar Loushang yang disandang Li Yin hanyalah simbol semangat, maknanya jelas. Dari luar, Li Yin yang telah menyelesaikan delapan misi darah pun terlihat begitu terpuruk, sehingga mungkin perlu mencari jalan lain.
Di saat yang sama, semua orang juga menanti-nanti kedatangan instruksi tulisan darah berikutnya.
Dan hari itu akhirnya tiba tanpa diduga.
7 Juni. Pukul tiga dini hari, instruksi tulisan darah dirilis!
Penghuni yang tertidur terbangun seketika oleh rasa sakit terbakar di jantung. Setelah berlari ke ruang tamu, baris darah berikut terpampang di depan mata: "8 Juni 2011 pukul 18:00-0:00, pergi ke Gedung Apartemen No.2 Kompleks Musong, Jalan Jinhua, Distrik Baiyan. Hantu yang bersembunyi di gedung apartemen akan muncul di hadapanmu dengan 'sikap' yang sangat normal, perhatikan baik-baik."
Konten tulisan darah ini singkat, dan tidak ada pecahan Perjanjian Neraka yang dirilis.
Ada enam penghuni yang menjalankan misi darah kali ini. Salah satunya... adalah Huangfu He!
Selain lima penghuni lainnya, yaitu Pei Qingyi, Zhan Tianlin, Xu Xiong, Su Xiaomo dari kamar 905 dan Si Xiaoxiao dari kamar 906. Tiga pria dan tiga wanita membentuk kelompok untuk misi darah ini. Yang paling senior tentu Huangfu He, diikuti oleh Su Xiaomo dan Pei Qingyi. Zhan Tianlin, Xu Xiong, dan Si Xiaoxiao baru pertama kali menjalankan misi darah.
Saat berkumpul, Su Xiaomo dan penghuni lain secara instingtif merasa jijik dengan Zhan Tianlin. Pemuda itu memiliki sorot mata bernuansa haus darah, tatapannya pada setiap orang seperti tukang jagal yang mengamati hewan ternak, membuat semua orang sangat tidak nyaman.
"Ada apa?" Dokter Xu Xiong tiba-tiba memperhatikan wajah pucat Huangfu He, buru-buru bertanya, "Tuan Huangfu, wajahmu tampak sangat pucat, ada masalah apa sebenarnya?"
"Be-benar..." Seluruh tubuh Huangfu He menggigil, lalu berteriak, "Bagaimana mungkin... di tempat itu?"
"Kau tahu sesuatu?" Zhan Tianlin dengan tatapan haus darah itu mengalihkan pandangannya ke Huangfu He, dengan nada dingin berkata, "Bicara!" Cara bicaranya seperti ular berbisa yang menjulurkan lidah.
"Iya, sebenarnya ada masalah apa?" Pei Qingyi juga menunjukkan wajah panik, berteriak, "Kau tahu informasi apa?"
“Bukan hanya tahu...” Ekspresi Huangfu He masih jelas belum pulih dari guncangan ini, bicaranya terlihat kacau: “Ibu, di sana, akhirnya bisa mewujudkan keinginan Ibu, tujuan akhir masuk ke apartemen ini...”
“Jelaskan...”
Tiga kata singkat meluncur dari mulut Zhan Tianlin. Tiba-tiba ia maju dan mencekik leher Huangfu He, sorot mata berdarahnya semakin intens bahkan urat di wajahnya menonjol. Penampakannya sangat mengerikan.
“Hei, lepaskan sekarang!” Xu Xiong langsung menjadi yang pertama mendekati Zhan Tianlin, menarik tangannya sambil berkata: “Dia bisa mati kau begini! Cepat...”
“Aku... pernah tinggal di sana...” jawab Huangfu He terputus-putus: “Hantu di apartemen itu... pernah kulihat... itu rumahku dulu!”
Zhan Tianlin melepaskan cekikannya.
“Rinci.” Zhan Tianlin mengeluarkan sebungkus rokok, menyulutnya dengan korek api sambil menatap tajam ke arah Huangfu He. Suaranya tetap dingin: “Ceritakan semua detailnya!”
Huangfu He kemudian memaparkan seluruh kronologi peristiwa. Dulu, Ibu dan dirinya menemukan tangan hantu misterius. Penghuni apartemen tewas satu per satu, Ibu dituduh sebagai pelaku pembunuhan hingga akhirnya dihukum mati.
Narasi mengerikan ini membuat semua orang yang mendengarnya tak percaya.
“Begitu rupanya.” Pei Qingyi memandang Huangfu He dengan tatapan penuh simpati, berkata: “Ibumu, benar-benar malang. Tapi memang tidak ada cara lain, saat itu di ruang tertutup sempurna, hanya ibumu yang mungkin menjadi pelaku, ditambah ada polisi sebagai saksi mata, ditambah pernyataan pribadinya yang begitu absurd...”
Huangfu He kali ini justru terlihat sangat bersemangat: “Selama bertahun-tahun, obsesi saya adalah membersihkan nama ibu dari tuduhan, membuktikan dia tidak berbohong! Sekalipun ibu tidak mungkin hidup kembali, setidaknya saya harus membuktikan dia tidak bersalah! Bagaimanapun caranya! Untuk ini saya tidak tahu sudah berusaha seberapa lama, menjelajahi berbagai tempat, mendirikan Perhimpunan Qiling, akhirnya melalui penetrasi data bertingkat, baru menemukan eksistensi apartemen ini. Faktanya, sejak dulu saya sudah menemukan bahwa Kota K selalu muncul fenomena supranatural yang sering. Hanya saja, kalau tidak dicari dengan teliti, sulit ditemukan, saya juga menghabiskan bertahun-tahun untuk merangkai semuanya menjadi satu benang. Kompleks tempat apartemen ini berada, adalah pusat seringnya terjadi legenda hantu.”
“Kamu benar-benar memiliki tekad yang kuat,” sorot mata Pei Qingyi yang memandang Huangfu He tak bisa menahan kekaguman.
Su Xiaomo adalah seorang wanita berusia dua puluhan yang berkacamata dan mengenakan dua kuncir, penampilannya biasa saja tanpa ciri khas menonjol. Sementara Si Xiaoxiao memiliki wajah yang sangat biasa dan sederhana. Keduanya berteman baik karena tinggal di lantai yang sama. Mendengar pengalaman Huangfu He, mereka dipenuhi simpati dan kekaguman. Jika bukan karena peristiwa itu, dia takkan masuk ke apartemen ini dan mengalami segala penderitaan ini. Mengingat masa sebelum masuk apartemen ketika mereka masih santai mengandalkan uang orang tua sebagai "generasi NEET", dibandingkan dengan bakti luar biasa Huangfu He yang mengorbankan hidupnya demi ibu, mereka merasa sangat kecil.
"Dari seratus kebajikan, bakti adalah yang utama. Tuan Huangfu, saya Xu Xiong sangat menghormatimu!" Xu Xiong tersenyum polos sambil berkata: "Bagaimanapun juga, awalnya saya sudah putus asa saat masuk apartemen ini. Tapi melihat perjuanganmu, Tuan Huangfu, saya jadi terdorong untuk berusaha keras!"
Huangfu He justru terlihat agak malu, "Jangan anggap saya begitu mulia. Setelah Ayah meninggal dalam kecelakaan laut, Ibu membesarkan saya sendirian dengan segala kesulitan dan kerja keras. Dulunya Ibu akhirnya menemukan cinta, tapi meninggal tepat sebelum memasuki gerbang pernikahan bahagia. Ibu baru berusia tiga puluhan saat itu! Masih sangat muda, tapi sudah kehilangan nyawa..."
“Tuan Huangfu…” Bibir Su Xiaomo bergetar, ingin menghiburnya beberapa patah kata, namun segera terpotong oleh suara terisak Huangfu He.
“Berbakti kepada orang tua adalah 'naluri' manusia, tidak ada yang perlu dikagumi dariku. Jika aku bahkan tidak bisa berbuat sesuatu untuk ibu yang telah berkorban begitu banyak, pantaskah disebut manusia? Ini adalah kebenaran mutlak, apapun pengorbanannya, aku harus menemukan hantu yang membunuh ibu dan Paman Lian! Tak peduli apapun harganya!”
Wajah tampan Huangfu He saat itu dipenuhi mata yang menyala-nyala oleh amarah.
“Segala pengorbananku selama bertahun-tahun adalah untuk hari ini! Sekarang, akhirnya aku menunggu ini! Asalkan bisa menemukan jalan keluar dari misi darah kali ini, mungkin kita bisa membunuh hantu ini!”
Selanjutnya, secara alami diskusi berfokus pada petunjuk yang diberikan Huangfu He.
“Jadi…” Setelah mencatat semua perkataan Huangfu He di buku catatan, Pei Qingyi berkata: “Menurut penjelasanmu, saat itu kamu melihat beberapa penghuni apartemen… hm, istilah ini mudah menimbulkan ambiguitas, sebut saja penghuni Apartemen Nomor 2! Maksudmu, di punggung penghuni Apartemen Nomor 2 muncul tangan berdarah, tapi hanya ibumu dan kamu yang bisa melihatnya, benar?”
Saat percakapan sampai di sini, sorot mata semua orang yang memandang Huangfu He jelas berubah.
“Apa kamu… memiliki mata yin-yang dari legenda?” Si Xiaoxiao tiba-tiba mengajukan pendapat fantastis ini: “Ya! Mungkin memang begitu!”
“Mata yin-yang? Tidak, kurasa bukan.” Huangfu He menggelengkan kepala: “Dalam misi darah itu, mungkin aku punya pengalaman khusus? Atau mungkin karena ikatan darah? Dengan ibuku...”
“Sepertinya layak diselidiki,” Zhan Tianlin mengusap kedua tangannya, mata jahatnya menatap tajam Huangfu He: “Apakah keluarga ibu kandungmu atau keluarga nenekmu berasal dari garis keturunan medium atau pemanggil arwah?”
“Sudah kuselidiki sendiri sebelumnya.” Huangfu He tampak tak menghiraukan sikap Zhan Tianlin tadi: “Tapi anggota keluarga ibuku semuanya orang biasa.”
Pei Qingyi melanjutkan: “Baik, pertanyaan berikutnya. Huangfu, terkait konten misi darah ini, adakah ide? Penampakan dalam wujud 'normal' ini sangat mirip dengan instruksi tulisan darah pertama Ying Ziyue dulu, juga mirip kasus Bus Tengah Malam. Artinya hantu akan muncul dalam bentuk 'normal' di sekitar kita. Jika demikian...”
“Mungkinkah hantu itu bersembunyi di antara penghuni Apartemen No.2? Atau mungkin menjelma sebagai benda tertentu? Intinya pasti akan terlihat oleh kita. Menurutmu, siapa yang paling mencurigakan?”
“Siapa yang paling mencurigakan?” Huangfu He tersenyum getir, berkata: “Selama itu orang atau benda di luar apartemen, semuanya mencurigakan. Di Apartment Nomor 2, bahkan seekor lalat pun bisa jadi berubah dari hantu. Jadi petunjuk itu sama sekali tidak berguna. Tentu saja, yang pasti ini pasti terkait jalan keluar.”
“Kalau begitu... mari kita rapikan dulu.” Pei Qingyi melihat catatannya, berkata: “Korban pertama adalah penghuni kamar 506, guru matematika Tang Zhen. Saat itu, kamu dan ibumu bersama-sama melihat tangan berdarah di punggungnya. Keesokan harinya, dia dicekik sampai mati di rumahnya, benar?”
“Ya, benar, itu yang pertama kali.”
“Ada hal lain yang tidak biasa yang kamu perhatikan saat itu?”
“Lainnya? Tidak ada.”
“Apa saja, hal paling tidak wajar sekalipun, coba ingat-ingat lagi!”
Sebenarnya, meski Pei Qingyi berkata begitu, dia sudah memiliki dugaan sendiri. Hanya saja tidak diungkapkan.
Yakni... apakah hantu itu sebenarnya adalah ibu Huangfu He sendiri, Sun Xindie?
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Kelima Bangunan yang Dirancang Roh Jahat
Mizhen memegang sepucuk surat.
Surat itu adalah yang ditinggalkan Mian Tian untuk Mizhen sebelumnya.
“Mizhen:
Sudah berapa tahun kita masuk apartemen ini?
Seminggu lagi, kita akan menjalani instruksi tulisan darah kesepuluh. Akhirnya kita sampai di titik ini. Akhirnya sampai di titik ini.
Hidupku, sejak memasuki apartemen ini, hampir terasa berhenti. Di hari-hari berikutnya, aku semula berniat menyerah dan menunggu kematian seperti mayat hidup. Berkali-kali aku mempertimbangkan untuk bunuh diri, sungguh, beberapa kali terlintas di pikiran. Tapi...
Setiap melihat senyumanmu, aku tak bisa melakukannya. Terkadang aku sangat kesal padamu, mengapa dalam situasi terjepit seperti ini kau tak mau menyerah? Bukankah lebih ringan jika kita pasrah saja? Tapi kau tak pernah menyerah. Menanggung keputusasaan yang lebih menyakitkan dari siapapun, namun tetap mencari secercah harapan dalam misi darah yang mengerikan. Saat malam berlalu, mentari hangat menyinari wajahmu dan kau tersenyum indah itu, seolah tak ada di dunia ini yang bisa menghancurkan hatimu, senyumanmu, lagumu.
Lalu aku paham, kau memiliki sesuatu yang tak bisa dihancurkan meski oleh misi darah paling mengerikan. Meski dalam kegelapan, selama bersamamu, aku merasa ada mentari. Bertahun-tahun perjuangan ini, air mata dan keringat yang tertumpah, takkan cukup dicatat dalam biografi berjuta kata. Tapi saat ini, hanya satu kalimat yang ingin kusampaikan.
Aku sangat bangga menjadi adik laki-lakimu.
Kau benar. Di dunia ini tak ada kebahagiaan instan yang bisa kita petik, juga tak ada jalan terang yang sudah dipersiapkan langit. Selama kita masih bernafas, masih bisa tersenyum, itu sudah cukup.
“Misi darah kesepuluh, aku tidak akan menyerah. Bahkan jika aku gagal menyelesaikannya, kuharap kau bisa melihat surat ini. Saat itu, bisakah kau menyanyikan sebuah lagu di depan prasastiku? Aku sangat... menyukai lagu-lagumu.”
“Aku mencintaimu, Kakak! Bertahan hiduplah, lalu kejarlah cintamu, kebahagiaanmu!”
“Adikmu yang sangat mencintaimu, Mian Tian”
Meski sudah ratusan kali membaca surat ini, air mata tetap mengalir deras. Bahkan air mata yang jarang tumpah di apartemen, kini menetes tanpa henti.
“Dasar bodoh... Aku,” Mizhen mengusap air matanya, “Sebenarnya aku juga merasakan keputusasaan dan kesakitan, tapi... aku tidak boleh menunjukkan rasa sakit dan putus asa di hadapanmu. Jika kau terperangkap dalam malam yang tak berujung, Mian Tian, maka aku harus menjadi cahaya yang menerangimu. Meski kau putus asa, aku tidak boleh putus asa. Karena aku... adalah kakakmu!”
Surat itu diremas erat di dada, sementara tangan satunya menggenggam ukiran. Tatapannya tertuju pada bagian yang terpotong di ukiran itu, seolah sedang memandang Mian Tian.
Seperti yang dikatakan Mian Tian, sejak masuk apartemen sifatnya menjadi sangat muram. Hampir tak pernah tersenyum, selalu memandang orang lain seolah mereka punya utang padanya, bahkan pernah memiliki temperamen yang meledak-ledak. Baru setelah mengenal Li Yin, sifatnya mulai membaik. Tak disangka, Mian Tian ternyata selalu memiliki perasaan yang begitu halus.
“Aku akan menyelamatkanmu, Mian Tian!” Mizhen menggenggam erat ukiran itu, berkata: “Bagaimanapun juga, aku pasti akan menyelamatkanmu!”
Saat itu, pintu terbuka dan Li Yin masuk.
“Kakak Kelas...” Mizhen buru-buru berdiri, bertanya: “Kenapa? Masih belum menemukan di mana lokasi Jembatan Lampu Xuan?”
“Hmm,” Li Yin menjawab: “Sepertinya kita masih harus...”
Tiba-tiba, suara Li Yin terputus. Mizhen juga membelalakkan matanya, surat yang digenggamnya di tangan hampir terjatuh ke lantai.
Di dinding, bayangan gelap tiba-tiba muncul. Kemudian pandangan mereka tertuju ke sudut ruangan. Seorang wanita berambut panjang tergantung dengan tali, tubuhnya terus bergoyang!
Ini...
Wanita yang digantung di Gunung Dongtian!
“Kakak Kelas, lari cepat!” Mizhen segera bereaksi, bergegas ke sisi Li Yin, menarik tangannya, dan membuka pintu untuk kabur! Namun, di luar justru ada ruangan yang sangat asing, dan di dalamnya masih ada wanita tergantung itu!
Terkena kutukan!
Mizhen baru menyadari, pasti Li Yin sudah dikutuk sejak di Gunung Dongtian!
Tapi mengapa kutukan itu juga mempengaruhiku?
Tiba-tiba Mizhen tersadar. Mungkinkah... bagian yang rusak pada ukiran karena insiden Xi Yue bulan lalu telah merusak keseimbangan kutukan mereka berdua?
“Cepat, ke sini!”
Li Yin menarik Mizhen masuk ke ruangan lain, di sana muncul tangga sepanjang belasan tingkat. Berdua segera berlari langsung menuruni tangga itu, sampai di koridor sempit di bawah. Di koridor itu, muncul pintu-pintu yang tak terhitung jumlahnya! Saat membuka salah satunya, terlihat ruangan asing yang sama sekali tak dikenali!
Mereka menemukan beberapa ruangan berisi wanita tergantung itu, sementara lainnya kosong sama sekali!
“Lewat sini!”
Li Yin membawa Mizhen memasuki sebuah ruangan yang tidak ada wanita digantung hingga tewas, lalu membuka pintu dan berlari ke ruangan lain, kemudian keluar dari ruangan itu lagi!
Mereka menemukan terkadang muncul tangga ke atas, terkadang tangga ke bawah, koridor selalu lurus, kemudian terus-menerus muncul pintu-pintu aneh.
Ini benar-benar siklus aneh yang tak terbayangkan!
Bangunan macam apakah yang aneh seperti ini?
Setelah berlari entah berapa lama, Li Yin dan Mizhen menemukan hal baru! Di dalam ruangan, di sisi koridor depan mereka tiba-tiba muncul alur, di dalam alur itu ada genangan air sungai, mengikuti aliran air itu mereka sampai di depan sebuah jembatan kecil!
Di atas jembatan kecil itu terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan "Jembatan Dengxuan"!
Di bawah jembatan, di atas aliran air terdapat papan kayu yang sedang menopang sebuah kotak kecil!
Li Yin segera membungkuk mengambil kotak itu. Saat ini, tidak ada lagi jejak wanita yang mengejar. Setelah membuka kotak, ditemukan selembar kertas buku harian di dalamnya.
"Melihat kertas ini berarti kalian sangat tidak beruntung telah ditarik ke dalam bangunan aneh ini. Jadi, ketahuilah. Wanita mati yang kalian lihat di Gunung Dongtian semasa hidupnya adalah seorang arsitek eksentrik yang hanya terobsesi membuat bangunan paling aneh sepanjang sejarah, sama sekali tidak mempertimbangkan kelayakan huni. Karena ide-idenya tidak diterima, dia mati penuh dendam. Bangunan ini adalah tempat yang terisolasi sepenuhnya dari dunia normal. Tapi tenang saja, semua halaman buku harianku kusembunyikan di sini. Jika kalian menemukannya, kalian bisa pulang hidup-hidup. Di halaman terakhir, aku menulis jalan keluar untuk instruksi tulisan darah ini. Bangunan ini adalah misi darah yang dirilis apartemen tahun 1982, jalan keluar seharusnya tetap berlaku. Jadi dalam skenario terbaik, kalian bisa keluar hidup-hidup sambil membawa rahasia instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis untuk menyelamatkan semua penghuni! Tapi jika nasib sial, terperangkap selamanya di dunia ini... selesai. Oh ya, kuberi dua petunjuk. Pertama, mustahil kabur ke dunia normal dengan kembali ke ruangan awal tempat kalian masuk. Kedua, waktu di dalam bangunan ini benar-benar diam. Meski durasi kalian di sini sama dengan dunia luar, selama disini bahkan setelah 48 jam kutukan bayangan tidak akan aktif. Jadi kalian bisa tenang menjalankan misi darah, bahkan tinggal berbulan-bulan pun tak perlu khawatir mati oleh kutukan bayangan. Aku sengaja merancang misi darah ini untuk penghuni dengan pertimbangan itu. Bagaimana? Aku cukup perhatian kan?"
Li Yin menyodorkan lembar buku harian itu kepada Mizhen.
"Jelas sekali, Pu Miling si penyimpang ini sedang mempermainkan mereka! Dari awal, dia sudah menjebak mereka dalam perangkap yang tidak akan bisa bangkit lagi ini!"
"Kalau menemukan jalan keluar, kita bisa pulang?" Mizhen memegang kertas itu, melihat air sungai yang mengalir di bawah Jembatan Lampu Xuan, bertanya: "Tapi berapa lama kita bisa bertahan di sini? Kalau tidak ada makanan dan minuman..."
Li Yin kemudian berkata: "Tadi saat melewati sebuah ruangan, aku melihat ada makanan di atas meja. Tapi itu bukan poin utamanya..."
"Dia tahu kita akan melewati Jembatan Lampu Xuan." Mizhen mengangkat kertas buku harian itu: "Kita lari secara acak selama ini, tapi dia bisa memprediksi kita akan sampai di sini. Artinya apapun jalan yang kita pilih, pasti akan terdampar di tempat ini!"
Baris terakhir di kertas buku harian itu tertulis: "Selanjutnya, carilah cara untuk mencapai 'Restoran Merah No.1'. Kertas buku harian berikutnya ada di sana."
"Restoran... Merah No.1? Tempat apa itu?" Li Yin menggaruk dahinya: "Berarti kalau tidak menemukan jalan keluar, aku harus terus tinggal di sini?"
"Kita harus keluar hidup-hidup dalam 48 jam!" Mizhen segera cemas, menarik lengan Li Yin: "Kalau setelah 48 jam masih terperangkap di sini, Kakak Kelas..."
"Tidak, tidak apa." Li Yin justru terlihat santai: "Meski 48 jam lewat, aku tidak akan mati."
"Hah? Kamu... maksudmu bagaimana? Itu mustahil!"
"Sungguh, sebenarnya melalui eksperimen sebelumnya aku sudah menemukan cara menahan kutukan bayangan. Nanti akan kujelaskan, ayo kita pergi!"
“Mengendalikan kutukan bayangan? Bagaimana mungkin? Kutukan bayangan adalah akar penyebab mengapa penghuni tidak bisa lepas dari kendali apartemen!”
“Nanti akan kujelaskan detailnya, sekarang kita pergi dulu!”
Mengendalikan kutukan bayangan tentu adalah kebohongan belaka. Eksperimen panjang yang dilakukan Roland dan Xiao Yezi sebelumnya akhirnya gagal total. Semua penghuni pasti berada di bawah kendali kutukan bayangan. Jika meninggalkan apartemen lebih dari 48 jam, pasti akan dibunuh oleh bayangan. Bahkan jika kehilangan kebebasan bergerak sekalipun, bayangan akan langsung mengalami breakdown yang menyebabkan kematian fisik. Jadi ini adalah kutukan mutlak yang tak terpecahkan, kecuali berhasil menyelesaikan sepuluh instruksi tulisan darah dan keluar dari apartemen, baru kutukan bayangan bisa terurai.
Ini... satu-satunya cara...
Tentu saja, Mizhen saat ini sama sekali belum menyadari hal ini...
Sementara itu di apartemen, Huangfu He, Pei Qingyi, Xu Xiong, Zhan Tianlin, Su Xiaomo, dan Si Xiaoxiao akhirnya resmi berangkat menuju lokasi pelaksanaan misi darah. Para penghuni apartemen masih sama sekali tidak tahu tentang segala yang terjadi pada Mizhen.
Saat keluar dari apartemen, Huangfu He tiba-tiba membuka sebotol anggur merah yang dibelinya di luar (bukan dari persediaan apartemen). Kemudian ia memiringkan botol hingga anggur merah itu tumpah ke tanah, menuangkannya sampai botol benar-benar kosong.
“Ini...” Pei Qingyi bertanya bingung, “Apa maksudnya?”
“Ibu sebenarnya sangat menyukai anggur jenis ini semasa hidupnya.” Huangfu He mengelus botol anggur, berkata: “Tapi setelah Ayah meninggal, kondisi keluarga menjadi sulit. Sampai akhir hayatnya, dia tidak pernah minum seteguk pun. Sekarang, aku akan pergi ke apartemen yang dihuni hantu pembunuhnya. Aku ingin Ibu menikmati anggur ini sepuasnya!”
Kemudian Huangfu He menghantam botol itu ke lantai hingga hancur berantakan, berteriak: “Nikmatilah, Ibu! Aku pasti akan menghancurkan hantu itu secara total, menghibur rohmu! Lalu aku akan membawa Xue Zhen ke depan nisanmu dan berkata: ‘Aku sudah membuktikan ketidakbersalahanmu, beristirahatlah dengan tenang!’”
Melihat genangan anggur di lantai, semua penghuni kecuali Zhan Tianlin merasa mata mereka perih.
“Maaf telah menyita waktu kalian,” kata Huangfu He dengan wajah tegas: “Kalau begitu... mari kita pergi!”
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 6 Pulang ke Rumah
Di lantai lima Gedung 2 Kompleks Musong, Jalan Jin Hua, Lian Xuezhen sedang termenung di depan jendela, sesekali mengetuk-ngetuk pulpen di tangannya.
Saat ini pukul 16.30 tanggal 8 Juni.
Kemarin dia menerima telepon dari Huangfu He. Dia yang biasanya berbeda pendekatan tiba-tiba setuju bekerja sama dalam penyelidikan, tapi besok dia berencana kembali ke apartemen ini.
Saat itu dia benar-benar tak percaya.
“Kau benar-benar akan kembali?”
“Tentu, ada masalah?”
“Tidak, aku hanya... Lalu di mana kamu tinggal? Rumahmu yang dulu itu...”
“Sepertinya kamu lupa satu hal. Rumah itu tidak pernah kujual, nama ibu tertulis di sertifikat properti. Jadi sekarang aku bisa kembali dan tinggal kapan saja.”
Xue Zhen terdiam. Selama ini dia mengira setelah Huangfu He pergi, rumah itu telah dijual melalui agen properti. Ternyata pemilik rumah tak pernah berganti! Berarti Huangfu He bisa kembali kapan saja?
Namun, Huangfu He tak pernah kembali selama ini.
“Baiklah,” Xue Zhen menghela napas, merapikan poni di dahinya. “Jam berapa kamu datang besok?”
“Paling lambat tidak akan melebihi pukul enam malam. Tak perlu menjemputku. Setibanya nanti akan kutemui kamu sendiri. Lagi pula kita tetangga sebelahan, bukan?”
“Ya... tetangga sebelahan...”
Xue Zhen tak bisa melupakan pertemuan pertamanya dengan Sun Xindie dan Huangfu He.
Saat itu, Sun Xindie yang baru pindah dengan antusias membawa kue kunjungi tetangga. Saat pintu terbuka, pandangan Xue Zhen langsung terpaku pada ibu dan anak itu.
Meski Sun Xindie tidak memakai riasan, kecantikan alaminya yang segar terasa menyenangkan. Tapi yang lebih menarik perhatian Xue Zhen adalah remaja di sampingnya. Wajah bocah itu bagai ukiran seni, ciri-ciri wajah yang sempurna hingga membuat siapa pun terpana hanya dengan sekali pandang.
Remaja itu tak lain adalah Huangfu He.
Pasangan ibu dan anak ini selalu meninggalkan kesan baik di apartemen. Sebagai keluarga orang tua tunggal, Sun Xindie telah membimbing Huangfu He dengan penuh perhatian. Karena alasan ini pula, mereka selalu menunjukkan etika dan budi pekerti yang baik terhadap semua tetangga. Siapapun yang melihat mereka pasti akan merasa simpati. Sebagai ibu tunggal, Sun Xindie terus bekerja keras siang dan malam: mengambil tes TOEFL, kuliah di universitas malam, bahkan menyempatkan diri mengajar bahasa Inggris anak-anak beberapa keluarga di apartemen untuk mencari tambahan penghasilan. Meski sampai mimisan karena kelelahan, ia tetap bersumpah untuk terus bertahan.
Semua ini sangat menarik perhatian Lian Tianxiang dan putrinya Lian Xuezhen.
Sejak itu, kunjungan ayah-anak ini ke rumah keluarga Huangfu semakin sering. Perasaan tertarik mereka pada ibu-anak tersebut juga semakin dalam. Lian Tianxiang mulai menemukan kembali perasaan seperti masa pacaran dulu dari diri Sun Xindie. Hati mereka pun semakin dekat. Hubungan Huangfu He dan Xuezhen juga menjadi seperti kakak beradik kandung.
Hanya saja, sebenarnya Xuezhen tidak begitu ingin menjadi "adik"-nya.
"Seandainya hal itu tidak terjadi, seandainya tragedi itu tidak bermula darinya, mungkin hingga sekarang dia masih sangat menyukainya. Pria yang pernah memenuhi relung hatinya, membuatnya terus terbayang. Bahkan setelah lulus kuliah, hingga memasuki dunia kerja, Xue Zhen tak pernah kekurangan pelamar. Namun baginya, tak ada yang bisa menggantikan bayangan bocah lelaki yang terpatri dalam hatinya sejak kecil. Meski dulu dia pernah membencinya..."
"Dia akan datang..."
Xue Zhen menyadari detak jantungnya begitu kencang. Awalnya, saat menemui Huangfu He, dia membujuk diri sendiri bahwa ini semata untuk menyelidiki kebenaran kematian ayahnya. Bagaimanapun, meski pelakunya adalah Sun Xindie, motif membunuh yang paling krusial tetap belum terungkap. Tapi kini dia baru sadar, itu semua hanya menipu diri sendiri.
Sebenarnya dia hanya ingin bertemu Huangfu He sekali lagi.
Sejak Huangfu He pindah dari apartemen ini, dia tak pernah melupakannya. Dibesarkan oleh bibi menggantikan ayahnya sampai sekarang, tapi kenangan tentang Huangfu tetap melekat. Senyum sesaatnya bisa membuatnya berbunga-bunga seharian. Saat mengetahui dia akan menjadi kakak tirinya, hatinya seperti diremas remas.
Terus menerus membohongi diri, berusaha meyakinkan bahwa dia adalah anak pembunuh ayahnya. Mustahil mereka bersatu, karena masa lalu tak bisa diulang.
Sudah tidak mungkin kembali ke masa lalu...
Dia merasakan cairan hangat seolah mengalir perlahan dari matanya, sampai ke sudut bibir, terasa asin.
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Ayah, bisakah kau memberitahuku? Apa yang harus aku perbuat?"
Saat ini pukul lima setengah. Langit sudah gelap gulita, sementara Huangfu He menatap deretan apartemen di kompleks Musong yang terlihat di kejauhan.
"Sedang mengenang masa lalu, Tuan Huangfu?" Su Xiaomo menyodorkan sebotol air mineral ke Huangfu He, bertanya: "Bagaimana perasaanmu sekarang?"
Huangfu He menerima botol air mineral itu, tersenyum getir: "Terima kasih, aku... tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku. Hanya saja, sepertinya jadi lebih tenang."
"Begitu... ya..."
Wajah tampan yang tiada duanya milik Huangfu He bisa membuat pipi setiap gadis memerah jika menatapnya terlalu lama. Su Xiaomo buru-buru memalingkan pandangan, menggosok-gosokkan tangannya, mencari topik: "Semoga... semoga kita semua bisa selamat, semoga..."
Bukan pertama kalinya Su Xiaomo menjalankan misi darah. Dia sudah menjadi penghuni apartemen sejak tahun lalu dan pernah menyelesaikan satu misi darah. Tentu di antara mereka, Huangfu He lah yang paling senior. Dia pernah menjalankan misi darah legendaris mencari enam kepala, bahkan mencoba merebut kepala manusia dari tangan hantu tanpa kepala, membuatnya cukup terkenal di kalangan penghuni apartemen.
Saat itu, Zhan Tianlin bersandar di dinding, memandangi orang-orang ini dengan tatapan dingin yang penuh kebencian, sehingga membuat Xu Xiong dan Si Xiaoxiao di sekitarnya mengerutkan kening padanya.
Zhan Tianlin bergabung dengan aliansi Kamya Sayoko. Sayoko tahu bahwa ada satu fragmen Kontrak Neraka di tangan Huangfu He, yang pernah dia gunakan untuk memerasnya agar berbagi lukisan ramalan. Oleh karena itu, Zhan Tianlin tentu berusaha mencari cara agar Huangfu He membocorkan lokasi fragmen kontrak tersebut. Kamya Sayoko telah memberikan beberapa metode kepada anggota aliansi, namun belum diketahui apakah ini akan berguna dalam misi darah kali ini!
Pei Qingyi juga sedang mempertimbangkan hal yang sama. Sebagai anggota aliansi yang dipimpin Yin Ye, dia tahu Huangfu He pernah menjalani misi darah di Area Hutan 6 sebelumnya, sehingga dia mungkin salah satu pemegang fragmen Kontrak Neraka. Dengan kata lain, bagaimanapun caranya, mereka harus mencari tahu apakah dia menyembunyikan fragmen kontrak, karena jika dia mati dalam instruksi tulisan darah ini, akan merepotkan.
Akhirnya, waktu semakin mendesak. Semua orang bersiap dan memasuki Kompleks Musong, lalu segera menuju Gedung 2.
Ini adalah apartemen mewah 30 lantai. Begitu Huangfu He dan yang lain masuk, dia langsung melihat Xue Zhen berdiri di depan.
"Kau datang." Dia sama sekali tidak menunjukkan senyum, berkata dingin: "Siapa mereka? Anggota 'Perhimpunan Qiling'-mu itu?"
“Dia adalah Lian Xuezhen?” Su Xiaomo berbisik di dekat telinga Huangfu He: “Dia, kan?”
“Hmm.” Huangfu He mengangguk, lalu menghampiri Xuezhen. Keduanya saling memandang dalam diam.
“Ayo pergi.” Xuezhen menoleh ke belakang. Takut air matanya akan meluap lagi, ia memaksakan suaranya terdengar dingin sambil berjalan ke lift. Saat ini, ia sangat sadar: tak boleh membiarkan Huangfu He merasa telah dimaafkan. Sebelum kebenaran terungkap, Sun Xindie tetap harus dianggap sebagai pelaku.
Tiba-tiba pintu lift terbuka. Seorang pria paruh baya sekitar empat puluhan keluar. Tatapan pria itu langsung membeku melihat Huangfu He yang mengikuti Xuezhen.
“Permisi…” Pria paruh baya itu mendekati Huangfu He dan bertanya pelan: “Apa kita… pernah bertemu di suatu tempat?”
Wajah tampan Huangfu He yang layaknya bintang film memang sulit dilupakan. Meski bertahun-tahun telah berlalu, remaja belasan tahun itu kini telah menjadi pemuda gagah berwibawa.
“Ah!” Pria itu tiba-tiba berteriak, menuding langsung ke arah Huangfu He: “Anak keluarga Huangfu! Kau ternyata! Ya, matanya persis sama!”
Pei Qingyi dan Su Xiaomo mengatupkan bibir rapat-rapat. Kekhawatiran terburuk mereka terwujud. Apakah penghuni apartemen masih membenci Huangfu He seperti dulu?
Huangfu He mengamati pria paruh baya itu sejenak, lalu berkata ragu: “Paman… Zheng?”
“Benar kau?”
Pria yang dipanggil Paman Zheng menatapnya dengan pandangan kompleks, bertanya: "Kamu kembali, kembali untuk apa? Sudah bertahun-tahun berlalu..."
"Dulu aku pernah bilang, aku akan membuktikan ketidakbersalahan ibuku." Huangfu He tak mau mengalah: "Sekarang aku kembali, tepat untuk menyelesaikan tujuan ini."
"Apa?" Wajah Paman Zheng berubah muram: "Kamu masih menganggap ibumu tidak bersalah? Dulu, istriku dibunuh oleh ibumu! Kamu tahu tidak?!"
"Dia bukan pelakunya!"
"Sudah cukup! Pengadilan sudah memutuskan, kamu masih mau membela? Pergi sana, aku tak mau melihatmu!"
Suasana tiba-tiba menjadi sangat genting dan tegang. Saat ini, sudah pukul enam. Jika meninggalkan apartemen ini, konsekuensinya tak terbayangkan. Pei Qingyi dan yang lain segera berlari mendekat, sementara Zhan Tianlin sudah mengepal tinju siap bertindak.
Tiba-tiba Xue Zhen menghadang di depannya: "Paman Zheng, dia hanya pulang ke rumahnya sendiri, dan besok akan pergi lagi."
"Nona Lian, bukankah ayahmu juga dibunuh oleh ibunya? Mengapa kamu membelanya?"
"Ada terlalu banyak kejanggalan dalam kasus itu. Mengapa ibu Huangfu harus membunuh begitu banyak orang? Motifnya sama sekali tidak ada. Jadi aku selalu punya keraguan..."
"Kalau bukan dia lalu siapa? Bukankah ada polisi yang melihat dia membunuh saat kematian ayahmu? Mengapa kamu membelanya?"
"Xue Zhen..." Ekspresi Huangfu He penuh keterkejutan, jelas dia tak menyangka Xue Zhen akan membelanya.
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Ketujuh Awal Mula
“Pria paruh baya ini bernama lengkap Zheng Jian, adalah penghuni Kamar 402 di Apartemen No.2. Dahulu, hubungannya dengan Sun Xindie dan Huangfu He cukup harmonis. Hanya saja, istrinya, Zhang Qiuxia, adalah orang kedua yang meninggal setelah Tang Zhen. Saat itu, dia sangat marah karena sebelum meninggal, istrinya mengatakan padanya tentang peringatan yang diberikan Sun Xindie.”
“Paman Zheng,” Huangfu He berkata dengan serius: “Aku mengerti perasaanmu, tapi kamu juga tahu sifatku dan ibuku. Bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan ibu memikul tuduhan palsu.”
Zheng Jian sama sekali tidak terpengaruh, wajahnya menjadi masam: “Baik, kamu ingin pindah kembali? Silakan, tapi jangan pernah menyebut ibumu di hadapanku, jangan pernah lagi!”
Misi darah belum dimulai tapi sudah mengalami kejadian seperti ini, membuat suasana muram menyelimuti setiap orang. Ekspresi Pei Qingyi semakin dingin, sementara Zhan Tianlin menjulurkan lidah menjilat bibirnya seperti binatang buas yang mengincar mangsa.
Setelah berbicara, Zheng Jian menyisih Huangfu He, mengambil koran sore dari kotak pos, lalu kembali ke depan lift dan menekan tombol.
Suasana menjadi canggung. Huangfu He berjalan ke area tangga di dekatnya, naik melalui tangga darurat bersama yang lain. Xue Zhen juga mengikuti, berjalan rapat di belakangnya. Entah mengapa tadi dia malah membela Huangfu He. Dia benar-benar membela Huangfu He...
"Apakah dalam alam bawah sadar, aku sudah sepenuhnya memaafkannya? Sepenuhnya percaya bahwa ibunya memang bukan pelaku?"
"Sebenarnya, putusan kasus waktu itu memang memiliki masalah dari berbagai aspek. Pertama, secara fisik wanita mencekik pria terasa mustahil, dan dokter forensik juga tidak menemukan obat apapun dalam tubuh ayah saat itu. Kedua, motif membunuh sama sekali tidak ada, mengingat ayah dan Tante Sun saat itu sedang dalam masa asmara."
"Terutama yang terakhir."
"Xue Zhen percaya bahwa Sun Xindie tulus terhadap ayah. Faktanya, setelah ayah Huangfu He meninggal dalam kecelakaan laut, ia tetap setia pada suaminya, bertahun-tahun tidak menikah lagi. Meskipun Huangfu He menjadi salah satu alasan, kerinduan dan kenangan akan almarhum suami juga menjadi faktor penting. Baru setelah Lian Tianxiang muncul, Sun Xindie kembali jatuh cinta. Akhirnya melepaskan kenangan itu dan memutuskan membangun keluarga baru dengan Lian Tianxiang. Andai semuanya terwujud, alangkah bahagianya."
"Seandainya kejadian itu tidak terjadi kemudian, alangkah bahagianya semua ini..."
"Kamu tidak naik lift karena mengkhawatirkan Paman Zheng, ya?" Xue Zhen tiba-tiba membuka percakapan: "Sebenarnya, kamu tidak perlu overthinking..."
"Bukan." Huangfu He langsung menangkis: "Karena masuk lift sangat berbahaya. Aku punya pengalaman itu."
"Apa? Berbahaya?"
"Bagaimana jika hantu itu muncul di lift?"
"Kamu... Huangfu He, kapan kamu mau berhenti dengan ini!"
"Topik ini disebutkan lagi, membuat Xue Zhen tak bisa menahan diri menggigil. Seperti pepatah 'tiga orang mengklaim harimau', melihat orang-orang sekitar juga terlihat seolah menerima begitu saja tanpa membantah Huangfu He, mulai membuatnya merasa agak merinding. Jangan-jangan benar-benar ada hantu?
Tapi sekalipun ada hantu, Huangfu He bukanlah Zhong Kui, apa yang bisa dia lakukan?
Apa yang bisa dia lakukan?
Akhirnya, mereka kembali ke lantai lima. Huangfu He berjalan menuju unit 501. Ia mengangkat kepala memandang nomor pintu, ekspresinya tiba-tiba membeku. Sepertinya banyak kenangan masa lalu yang bermunculan.
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, tak ada yang mengganggunya. Semua paham, kembali ke sini merupakan hal yang menyakitkan bagi Huangfu He.
Setelah lama, Huangfu He akhirnya menurunkan pandangannya, mengeluarkan kunci dari saku, lalu membuka pintu.
Tidak perlu ditanya, interiornya hanya tembok-tembok kosong. Toh mereka akan pergi sebelum tengah malam pukul 00:00, jadi tak ada yang mempermasalahkan. Namun Xue Zhen sepertinya tidak tega: "Kalian mau tinggal bagaimana? Mau kubawakan perlengkapan? Eh, di sini juga tidak ada air dan listrik."
Ekspresi Xue Zhen saat ini, bahkan orang buta pun bisa melihat bahwa "kebenciannya" terhadap Huangfu He sangatlah dipaksakan.
"Xue Zhen." Huangfu He menarik napas dalam, perlahan berkata: "Aku hanya ingin mengulangi sekali lagi - pergi dari sini, segera! Apartemen ini akan menjadi sangat berbahaya, sungguh sangat berbahaya!"
"Xue Zhen tampak tertekan, dadanya naik turun dengan hebat. Tanpa pikir panjang dia berkata, 'Apa kamu tahu sesuatu dan ingin menjauhkanku? Aku tidak akan pergi! Aku harus tetap di sini untuk mengetahui kebenaran!'"
"Aku tidak berbohong. Tempat ini akan sangat berbahaya nanti, dan..." Huangfu He terdiam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan, "...aku juga tidak tahu apakah bisa selamat melewati malam ini."
"Apa... apa maksudmu?"
Mendengar kalimat itu, kecantikan alaminya Xue Zhen memudar setengah. Ucapan Huangfu He membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.
"Tidak akan bertahan malam ini? Jangan bercanda! Bahaya apa yang akan datang? Katakan!"
"Jangan tanya lagi." Pei Qingyi menyela, "Nona Lian, beberapa hal lebih baik tidak diketahui."
Kemudian, enam penghuni bergegas masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu.
Huangfu He yang terakhir menutup pintu. Dia dan Xue Zhen saling bertatapan. Saat pintu terkunci, Xue Zhen merasa seolah pintu hatinya juga tertutup rapat.
"Kau..." Xue Zhen menggigit bibir, "Siapa yang kau takuti? Aku tetap tidak akan pergi! Akan kulihat trik apa yang kau mainkan!"
Di Kamar 501, debu beterbangan membuat semua orang mengernyit, tapi tak ada yang berniat membersihkannya. Mulai sekarang, setiap detik sangat berbahaya.
Tak ada seorang pun yang akan selamat.
"Sayang sekali, dia tetap tidak mendengarmu," duduk bersila di lantai, Su Xiaomo berkata prihatin pada Huangfu He, "Dengan kondisi sekarang, apakah ini akan membahayakannya?"
"Kita hanya bisa berdoa. Baiklah, mari kita berdiskusi."
Seketika, semua orang terdiam.
Apa itu... hantu yang muncul dalam wujud normal?
Apa maksudnya?
Manusia? Atau benda?
Sebenarnya apa?
"Menurutku bukan manusia." Xu Xiong mengemukakan pendapatnya: "Coba pikir, jika manusia, apartemen tidak perlu menggunakan istilah berbelit-belit seperti 'wujud normal', kan? Ungkapan ini..."
"Tidak sesederhana itu." Pei Qingyi langsung menyanggah: "Kita harus mempertimbangkan semua kemungkinan. Jangan pernah berasumsi sembarangan, ini menyangkut hidup mati! Karena segala hal yang terlihat 'normal' di apartemen ini bisa jadi hantu, maka kita harus waspada terhadap semua yang 'normal'. Termasuk diri kita sendiri. Bagaimanapun, kita juga perlu mempertimbangkan kemungkinan ada penghuni yang ditukar selama perjalanan dari apartemen ke sini."
Xue Zhen saat itu menyeret langkah berat menuju pintu rumahnya. Saat mengambil kunci untuk membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara familiar di belakangnya: "Xue Zhen? Baru pulang?"
Ia menoleh ke belakang, melihat seorang pria berjanggut lebat dengan celana terselip di kantong, menjepit rokok di mulut. Penampilannya sangat berantakan bahkan terkesan kumal.
"Fang Tianying?"
Pria kumal bernama Fang Tianying melepas rokoknya dan mengibaskan abu: "Gimana? Apa kamu sudah mempertimbangkan tawaranku untuk jadi model heroine di komik baruku?"
"Kukira mau bilang apa! Aku tidak tertarik!"
Setelah berkata demikian, ia membuka pintu, masuk, lalu menguncinya.
"Pria bernama Fang Tianying ini adalah seorang komikus, saat ini sepertinya sedang menggambar komik web. Sebelumnya dia tertarik padaku dan ingin menjadikanku model untuk karakter dalam komiknya." Orang berusia tiga puluhan ini masih lajang, heran bagaimana dia bisa bertahan hidup sampai sekarang.
Dia teringat, saat kejadian itu terjadi dulu, Fang Tianying juga baru saja pindah. Waktu itu masih terlihat seperti pemuda berpenampilan bersih, sekarang malah memelihara jenggot lebat yang membuat tidak nyaman dipandang.
Fang Tianying yang merasa tak dihargai menghela napas dan turun ke lantai bawah. Dia tinggal di lantai empat.
Sesampainya di lantai empat, dia berpapasan dengan pria bertopi baseball dan memakai trench coat. Pria berjas hujan itu berjalan ke depan pintu Unit 401 dan mengetuk pintu dengan lembut.
Fang Tianying tidak menghiraukan dan langsung masuk ke kamarnya.
Tak lama, pintu Unit 401 terbuka. Seorang wanita cantik berambut panjang dengan kacamata frameless menarik pria berjas hujan itu masuk, lalu menutup pintu sambil merajuk: "Kenapa lama sekali baru datang? Aku sangat merindukanmu! Suamiku sedang lembur malam ini, sengaja aku panggil kamu!"
"Kalau ada janji dengan si cantik, harus berdandan rapi dong." Pria itu melepas topi baseballnya lalu memeluk pinggang wanita itu. Tubuh wanita ini memang sempurna - tidak ada lemak berlebih, bagian yang seharusnya montok terlihat montok, yang seharusnya indah terlihat indah. Baju ketat yang dikenakannya semakin menonjolkan lekuk tubuhnya.
"Kamu yakin suamimu tidak ada?"
“Tentu saja, kamu juga, takut sekali padanya?” Perempuan itu tertawa genit sambil menjentikkan hidung pria tersebut, berkata: “Sudah, cepatlah, kamu mandi dulu, aku akan menunggumu pelan-pelan, tadi aku sudah mandi.”
“Kubaui, tubuhmu sangat wangi, hmm, pakai sampo merek apa?”
“Jahat deh, jangan gesek-gesekkan hidung! Cepat mandi! Kita biasanya cuma bisa ketemu seminggu sekali, harus hemat waktu! Ngomong-ngomong, tadi ada yang lihat kamu datang?”
“Tadi masuk sempat berpapasan dengan pria berjanggut sedang ngerokok, tapi gapapa. Jaman sekarang tetangga mana peduli! Tadi bilang aku penakut, kamu juga gak berani-bener amat!”
“Jahat banget sih kamu!”
Pria itu tertawa terbahak-bahak sambil menuju kamar mandi, jelas sudah sangat familiar dengan rumah ini. Dia juga tidak membawa baju ganti, jelas tidak berencana keluar dengan berpakaian.
Perempuan itu melepas pakaiannya, hanya menyisakan gaun tidur sutra berleher rendah yang seksi. Kembali ke kamar tidur, dia mengambil botol parfum dan menyemprotkannya ke tubuh, lalu duduk di sambil menunggu pria selesai mandi, tak lupa berteriak: “Bersihin yang bener ya!”
Perempuan ini bernama Zhang Mengxia. Dia dan suaminya Luo Cheng juga termasuk penghuni lama apartemen ini. Saat kejadian Huangfu He dulu, dia juga tinggal di sini.
Pria itu masuk ke kamar mandi, dengan cepat melepas pakaian dan masuk ke bak mandi. Saat membilas tubuhnya, pikirannya melayang pada kenikmatan yang akan dirasakannya nanti. Dadanya terasa panas oleh hasrat tak terkendali. Namanya Xia Hao, rekan kerja satu departemen dengan Zhang Mengxia di perusahaan yang sama. Keduanya mulai berselingkuh setahun lalu, padahal masing-masing sudah berkeluarga.
Tak lama, ia selesai mandi. Tanpa mengeringkan tubuh yang masih menetes air, pria itu membuka pintu dan berlari keluar ruangan. Dengan telanjang kaki menginjak-injak lantai, dia menerjang ke arah kamar tidur.
Namun saat itu dia belum tahu, akhir mengerikan seperti apa yang menantinya...
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 8 Ahli Racun
Huangfu He berdiri di depan meja belajar di kamar lamanya. Dia menyeka lapisan debu tebal di ambang jendela, lalu menatap ke luar.
Langit sudah gelap gulita.
Meski bulan Juni, hari gelap terlalu cepat. Hal ini saja sudah cukup membuat meremang bulu kuduk.
Mereka menggelar koran di lantai dan memulai diskusi baru di tempat ini.
"Korban pertama adalah penghuni lantai 5 Tang Zhen. Kedua, penghuni lantai 6 Zhang Qiuxia. Ketiga, Li Yuan yang juga dari lantai 5. Keempat, penghuni lantai 4 Li Mian. Kelima, penghuni lantai 6 Luo Jiahui. Dan yang keenam..." Huangfu He berhenti sejenak sebelum menyebut nama terakhir: "Lian Tianxiang dari lantai 5."
"Ada total enam orang yang meninggal. Dan yang sangat dramatis adalah, setelah enam orang itu meninggal, tidak ada lagi orang yang secara misterius dicekik, hal ini membuat para penghuni semakin yakin bahwa Sun Xindie adalah pembunuh sebenarnya."
"Jika pelakunya menyamar sebagai manusia, menurutmu siapa yang akan menjadi tersangka?"
Pertanyaan Pei Qingyi berikutnya menyentuh poin yang paling diperhatikan semua orang. Apakah pelakunya menyamar sebagai manusia atau benda? Dalam bentuk normal seperti apa? Dan apakah pembunuhan ini memiliki selektivitas, artinya apakah ada kondisi tertentu yang memicu jalan kematian?
"Untuk tersangka, setiap orang di Apartemen No.2 ini berpotensi." Huangfu He menuliskan nama enam korban di kertas, lalu melanjutkan: "Sebenarnya setelah kejadian pembunuhan, banyak penghuni yang akhirnya pindah. Bagaimanapun, meski tidak banyak yang percaya cerita ibu saya tentang tangan hantu yang membunuh, cukup banyak orang yang mulai memiliki bayang-bayang dalam hati. Setelah kasus ini diliput media, tidak ada yang berani membeli properti di sini. Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak kasus itu, hampir tidak ada pendatang baru."
"Pindah masuk?" Pei Qingyi tiba-tiba tersentak mendengar kalimat ini, bertanya: "Kalau begitu saya tanya, apakah ada orang yang baru pindah masuk saat kasus terjadi?"
"Hmm... Ada, ada satu orang. Namanya Fang Tianying, seorang komikus lulusan Akademi Seni Rupa, tinggal di lantai 4. Apakah kamu berpikir..."
"Komikus? Lalu, apakah ada hal yang mencurigakan dari orang ini?"
“Ini... Sebenarnya, saat dia pindah masuk, sekitar seminggu sebelum kasus itu terjadi, aku jarang berinteraksi dengannya. Setelah kasus terjadi dan kasus Ibu divonis hukuman mati, aku langsung pindah. Jadi, aku dan dia hampir tidak pernah bertemu. Selain itu, karena dia seorang pelukis komik, aku jadi ingat jelas.”
“Setelah itu, siapa saja yang pindah keluar?”
“Ada lima keluarga yang pindah. Tapi apakah orang yang sudah pindah juga perlu dipertimbangkan?”
“Ini...”
Suasana mendadak hening. Bagaimanapun, kasus ini sudah terlalu lama terjadi. Apalagi, menyelidiki alibi tanpa saksi atau bukti fisik sama sekali tidak berguna.
“Sudahlah, mari kita kunjungi pelukis komik itu.” Pei Qingyi mengusulkan: “Seperti pepatah 'Tak masuk sarang harimau, mana dapat anak harimau'. Jika tidak berkeliling, kita mungkin tidak akan menemukan petunjuk jalan keluar.”
Semua tampak setuju dengan usulnya. Dalam situasi saat ini, mengumpulkan informasi adalah prioritas utama. Bagaimanapun, misi darah ini jelas menyatakan bahwa informasi adalah yang paling penting!
Tapi seperti kata pepatah, air bisa mengapungkan kapal juga bisa menenggelamkannya. Jika ada intel palsu yang menyusup, konsekuensinya pasti mengerikan! Bagaimana jika hantu menyamar menjadi salah satu penghuni Apartemen No.2?
Bisa dibayangkan!
Cara membedakan informasi asli dan palsu tentu menjadi kunci keselamatan dalam misi darah ini!
“Baik, aku akan ikut mengumpulkan informasi. Entah Fang Tianying sedang ada di tempat atau tidak.”
Setelah mempersiapkan diri, mereka berangkat bersama. Pintu dikunci rapat sebelum mereka menuju ke area tangga.
Saat berjalan, semua orang sengaja atau tidak sengaja memperhatikan Zhan Tianlin. Pria ini sangat mencolok, benar-benar tidak mungkin untuk tidak merasa waspada.
Tiba-tiba, Zhan Tianlin berhenti melangkah dan berkata: "Lupakan, kalian turun dulu. Aku tiba-tiba sakit perut, mau ke toilet."
"Mendesak?" Xu Xiong bertanya dengan penuh perhatian: "Tidak takut pergi sendirian ke toilet di saat seperti ini?"
"Tidak apa," Zhan Tianlin mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghembuskan kepulan asap perlahan: "Serahkan kuncinya padaku."
Huangfu He menatap Zhan Tianlin, diam sejenak, lalu mengeluarkan kunci dan menyerahkannya padanya.
"Cepat selesaikan."
"Baik."
Setelah kelima orang itu turun, Zhan Tianlin menunjukkan senyum licik. Kemudian, dia berjalan perlahan menuju pintu rumah Xue Zhen!
Di dalam ruangan, Xue Zhen sedang mendengarkan musik tanpa tujuan. Mendengar bel pintu, dia buru-buru membuka pintu dan terkejut melihat Zhan Tianlin: "Kau... teman Huangfu?"
"Boleh aku masuk?"
"Baik, silakan."
Xue Zhen yang sedang gelisah ini pun mengizinkan Zhan Tianlin masuk. Zhan Tianlin malah menutup pintu, matanya memancarkan niat membunuh yang kuat.
Jika Huangfu He membawa fragmen kontrak neraka, maka wanita ini adalah alat tawar terbaik untuk menukar kontrak tersebut.
“Zhan Tianlin, adalah seorang yang sangat antusias bahkan bisa disebut fanatik dalam meneliti racun. Dia pernah menggunakan kalajengking, ular berbisa, laba-laba beracun, dan berbagai makhluk beracun lainnya untuk mengembangkan berbagai jenis racun. Tujuannya adalah menciptakan racun super kuat yang bisa membunuh dengan cepat. Setelah bertahun-tahun meneliti, dia berhasil membuat beberapa racun yang bisa membunuh seketika tanpa meninggalkan jejak komposisi racun dalam tubuh korban.”
“Saat ini, dia membawa berbagai jenis racun dalam jumlah besar. Rahasia ini bahkan tidak diberitahukan kepada Kamya Sayoko yang menjadi sekutunya. Racun-racun ini adalah rahasia terbesarnya. Sejujurnya, racun sintetis hasil penelitiannya tidak kalah mematikan dibanding racun laba-laba Shangguan Mian. Beberapa racun sintetisnya bahkan komposisinya tidak diketahui siapa pun sehingga mustahil dibuatkan penawarnya.”
“Xue Zhen menuangkan teh untuk Zhan Tianlin lalu membuat secangkir untuk dirinya sendiri.”
“Apa maksud perkataan Huangfu tadi?” tanya Xue Zhen dengan panik. “Kamu tahu sesuatu?”
“Hmm,” Zhan Tianlin mengangkat cangkir tehnya dan menggoncang-goncangkannya. “Kamu ingin tahu? Eh, di koridor sana ada kecoa ya?”
“Apa?”
Setiap wanita tentu merasa jijik dan benci terhadap kecoak. Xue Zhen segera mengalihkan pandangannya. Hanya dalam sekejap, Zhan Tianlin menggerakkan tangan kanannya di atas cangkir tehnya, menggesekkan jari telunjuk dan ibu jari beberapa kali. Serbuk putih berhamburan ke dalam teh lalu larut dengan cepat.
Zhan Tianlin sengaja memilih racun dengan waktu kerja yang relatif lambat. Racun ini juga merupakan sintesisnya, hanya dia satu-satunya di dunia yang mengetahui komposisinya. Setelah diminum, tanpa penawar, dalam tiga jam Xue Zhen akan merasakan seluruh tubuhnya terasa seperti terbakar api, kemudian mengalami pendarahan hebat hingga tewas.
Demikian saja sudah cukup.
"Tidak ada? Kamu salah lihat ya?" Xue Zhen menoleh ke belakang, justru melihat Zhan Tianlin dengan santai meneguk tehnya sambil berkata: "Sepertinya aku memang salah lihat. Silakan diminum juga, Nona Lian."
"Oh, baik." Xue Zhen mengangkat cangkir itu dan menyesapnya perlahan.
Serbuk ini, tidak peduli diencerkan berapa kali, efeknya tidak akan berubah sama sekali. Sekali saja diminum, sudah cukup. Zhan Tianlin melirik jam tangannya, mata yang kejam itu menyorotkan sinar matahari yang kejam.
"Dengan demikian, Huangfu He tidak punya pilihan selain menyerahkan pecahan Perjanjian Neraka dengan kedua tangannya. Setelah selesai, kita bisa sekalian membunuhnya. Zhan Tianlin memiliki banyak metode meracuni orang tanpa disadari, dan saat ini dia membawa lebih dari tujuh jenis racun yang benar-benar tak berwarna dan tak berbau. Bahkan jika Xue Zhen tidak menyeduh teh tadi, dia punya banyak cara untuk meracuninya. Bagaimanapun, pecahan Perjanjian Neraka ini pasti harus dia dapatkan."
"Sementara itu, Huangfu He dan yang lainnya tiba di depan rumah Fang Tianying. Bel pintu ditekan dua kali sebelum pintu akhirnya dibuka. Fang Tianying masih terlihat sama dengan kumis lebatnya sambil mengulum rokok."
"Hm? Kalian siapa?"
Huangfu He membuka percakapan: "Ini saya, Tuan Fang, Huangfu He. Masih ingat? Dulu saat pertama bertemu, Bapak bilang ingin menjadikan saya model untuk komik gadis."
"Hm? Huangfu... Oh! Anak laki-laki imut itu dulu!"
"Saat mengatakannya, otot wajahnya berkedut jelas: 'Ngomong-ngomong, kenapa kamu kembali? Sudah lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu.'"
"Penampilan Huangfu He, baik saat remaja maupun dewasa, memang sangat cocok dijadikan tokoh utama komik gadis."
"Sudahlah, masuklah dulu."
"Fang Tianying membuka pintu lebar-lebar untuk mempersilakan Huangfu He dan yang lainnya masuk, kemudian menutup pintu kembali."
Pada saat itu, sebuah pintu di sisi lain koridor terbuka. Seorang pria bertopi dan memakai mantel panjang keluar dari dalamnya. Saat pria itu sampai di pintu, Huangfu He meliriknya. Saat itu, pintu hampir tertutup. Tepat di detik terakhir, tubuh Huangfu He tiba-tiba gemetar, lalu ia segera membuka pintu kembali!
"Kamu, berhenti!"
Pria itu telah sampai di depan lift. Dia adalah Xia Hao yang baru saja selesai berselingkuh. Awalnya ia berencana bermain semalaman, namun suami Zhang Mengxia, Luo Cheng, tiba-tiba menelepon mengatakan akan pulang kerja lebih awal, membuatnya ketakutan dan buru-buru pergi.
Menoleh ke belakang, ia melihat Huangfu He berlari mendekat. Wajahnya pucat ketakutan. Sebenarnya ia belum pernah melihat Luo Cheng. Melihat Huangfu He berlari langsung ke arahnya, ia mengira itu Luo Cheng yang telah menemukan perselingkuhannya, lalu segera masuk ke dalam lift dan menutup pintu lift. Ketika Huangfu He sampai di depan lift, pintu sudah tertutup.
"Tangan..." matanya melotak ketakutan, "Muncul! Tangan berdarah, dan kali ini ada dua! Mereka sedang bersiap mencekik lehernya! Cepat, turun lewat tangga!"
Muncul dua?
Semua orang merasa seperti dipukul benda berat, kaki mereka gemetar tak bertenaga.
Bercanda apa ini?
Siapa yang berani mendekati hantu dengan sengaja? Cari mati? Pada titik ini, tidak ada yang bisa menyelamatkan pria itu lagi! Semua orang merasa tegang luar biasa.
"Huang... Huangfu..." Pei Qingyi juga wajahnya pucat, "Kami... kami tidak ikut."
"Iya, mendekati hantu secara sukarela... kami belum berani sampai segitu."
Tapi Huangfu He jelas-jelas sudah membenci hantu itu sampai tingkat yang tak terbayangkan. Dia bersiap untuk berlari ke tangga, tapi tiba-tiba ditarik oleh Pei Qingyi!
"Tenanglah! Fokus kita sekarang adalah menyelidiki alibi! Dan juga memfoto! Coba periksa, apakah ada benda 'berpose normal' yang hilang!"
Saat itu, Xu Xiong, Su Xiaomo, dan Si Xiaoxiao mulai mengeluarkan kamera dan terus memotret. Semua lantai harus tercakup.
Kemudian, mereka kembali ke lantai lima untuk memotret berkali-kali. Tapi tetap tidak ada petunjuk.
Saat kembali ke ruangan, mereka menemukan Zhan Tianlin berdiri di depan pintu toilet.
"Ada apa?" Huangfu He mendekat dan bertanya, "Kenapa kamu melamun?"
"Lihat sendiri."
Huangfu He berjalan ke pintu toilet. Seketika, seluruh tubuhnya menggigil!
Pria bertopi dan memakai jas panjang itu ternyata tergeletak di dalam bak mandi. Di lehernya terlihat jelas jejak tangan merah!
"Dia mati," kata Zhan Tianlin dingin. "Dari jejak tangan di leher dan kondisi tubuh bawahnya... jelas dia dicekik sampai mati."
Kengerian misi darah akhirnya membuka halaman pertamanya!
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Kesembilan Aku Menyukaimu
Pria yang seharusnya naik lift ke bawah itu, malah mati di lantai 5? Itu pun di kamar Huangfu He?
"Cepat, cepat pergi dari sini!" Su Xiaomo langsung bersembunyi di belakang Huangfu He sambil berteriak ketakutan, "Hantu, pasti hantu ada di dalam kamar ini!"
Sebaliknya, Pei Qingyi justru tidak terlalu terkejut. Dia malah berkata kepada Huangfu He, "Ternyata ini ada hubungannya denganmu. Kalau begitu, bisakah kamu memikirkan sesuatu?"
"Belum tentu." Huangfu He kini tampak lebih tenang. Sambil menutup pintu toilet, dia berkata, "Menurutku, ini mungkin sengaja diatur oleh apartemen. Jika jenazah ditemukan oleh penghuni apartemen No.2, mereka pasti akan segera melaporkan ke polisi. Nanti, polisi mungkin akan membawaku ke kantor polisi untuk diinterogasi karena hubunganku yang rumit dengan kasus ini. Saat itu, kita pasti terpaksa meninggalkan apartemen ini."
"Begitu rupanya. Apartemen sengaja mencegah kita terpengaruh misi darah sehingga memicu kutukan bayangan." Pei Qingyi harus mengakui bahwa perkataan Huangfu He masuk akal. Bagaimanapun, apartemen No.2 ini adalah lokasi pelaksanaan misi darah. Sebelum tengah malam pukul 00:00, kita sama sekali tidak boleh pergi, kalau tidak kutukan bayangan pasti akan aktif.
Memikirkan hal ini, tubuh Xu Xiong langsung gemetar. Dulu saat Roland dan Kamya Sayoko melakukan eksperimen kutukan bayangan, Xu Xiong sempat sangat menentang karena terlalu berbahaya. Meski beberapa penghuni saat itu relawan, sebenarnya mereka terpaksa. Namun pendapat Xu Xiong tidak diterima. Mayoritas penghuni lebih memilih mencoba mencari jalan keluar dengan mempertaruhkan nyawa, ingin melihat apakah ada celah dalam kutukan bayangan. Tapi pada akhirnya, para penghuni yang ikut eksperimen mati satu per satu.
Tentu saja, memikirkan ini sekarang juga sia-sia.
“Kamu benar-benar melihat dua tangan berdarah mencekik lehernya, kan?” Pei Qingyi melanjutkan pertanyaan detail: “Apa kamu mengenal pria ini?”
“Tidak kenal. Penghuni ruangan di lantai 4 itu seingatku adalah sepasang suami istri, tapi pria ini belum pernah kulihat sebelumnya, mungkin tamu? Situasi apartemen ini sudah kumonitor lebih dari sepuluh tahun, jadi bisa dipastikan pasangan itu tidak pernah pindah alamat.”
“Kalau begitu...” Pei Qingyi kembali menatap Zhan Tianlin dan bertanya: “Ceritakan secara detail proses penemuan jenazahmu.”
“Begini, tak lama setelah aku selesai ke toilet dan keluar dari WC, saat menoleh ke belakang, langsung kulihat pria ini tergolek di dalam bak mandi. Sesederhana itu.”
Ini tak urung mengingatkan pada tong air di rumah A Xiu di Desa You Shui dulu. Jangan-jangan bak mandi ini juga sama, setiap kali ada yang mati langsung dikirim ke dalam bak mandi? Atau mungkin hantu itu memang tersimpan di dalam bak mandi ini?
“Lebih baik... kita keluar dari ruangan ini.” Pei Qingyi mengerutkan alis: “Mendekati ini terlalu berbahaya. Tidak boleh ditunda lagi.”
“Tapi...” Su Xiaomo bertanya cemas: “Lalu ke mana kita harus pergi selanjutnya?”
“Ke rumah Xue Zhen, yuk?” Si Xiaoxiao di samping buru-buru mengusulkan: “Lihatlah, semua orang di apartemen ini sangat memusuhi Huangfu, tapi tadi Xue Zhen masih membelamu. Sepertinya dia sangat mempercayaimu. Kalau dia...”
“Tidak boleh!” Huangfu He justru menolak tegas saran Si Xiaoxiao: “Dengar, sama sekali tidak boleh! Tidak hanya itu, siapapun di antara kalian, jangan pernah lagi mendekati Xue Zhen!”
"Pei Qingyi segera memahami pikiran Huangfu He. Dia khawatir, jika mendekati Xue Zhen, akan membuatnya ikut menjadi korban. Bagaimanapun, dalam misi darah sebelumnya, banyak sekali non-penghuni yang tewas karena terseret. Pria bertopi visor ini adalah contoh nyata yang masih hidup."
"Menurutku, kita sebaiknya tidak pergi." Namun kemudian Huangfu He mengejutkan semua dengan ucapannya: "Kalian pikir pergi berarti aman? Salah! Justru sebaliknya! Saya yakin jalan keluar terkait dengan ruangan ini. Jika kita pergi sekarang, berarti kita jatuh ke dalam perangkap apartemen! Benar kan? Selain itu, seperti yang saya katakan, kemungkinan besar apartemen sengaja membuat kondisi seperti ini agar kita tidak meninggalkan Apartemen No.2 karena alasan di luar kendali. Bagaimanapun, jenazah yang muncul di sini bisa dipastikan tidak akan ditemukan siapa pun."
Perkataan Huangfu memang sangat meyakinkan. Jika dipikir-pikir, dalam misi darah di Desa You Shui dulu, Li Yin dan yang lain juga terjebak dalam perangkap serupa sehingga akhirnya masuk ke jalan kematian. Kalau begitu, mengapa kita harus mengulangi kebodohan yang sama? Dengan argumen ini, kelima penghuni lainnya justru setuju untuk tetap tinggal. Lagipula, di Apartemen No.2 ini tidak ada tempat yang benar-benar aman. Bukankah lebih baik tetap berada di tempat yang mungkin menyimpan petunjuk jalan keluar?
"Selanjutnya yang kita lakukan adalah memeriksa foto-foto. Metode ini pernah digunakan saat misi darah pertama Ziye di apartemen. Pei Qingyi yang cerdik tentu tahu meniru ide orang lain, langsung menerapkannya. Saat naik ke lantai sebelumnya, dia sudah memotret berkali-kali. Waktu itu Xue Zhen juga ada, tapi tidak terlalu memperhatikan. Dia mengira para peneliti fenomena supernatural ini ingin menangkap foto supernatural."
"Sayangnya, lantai empat tidak sengaja dipotret. Setelah dicek, tidak ada keanehan dalam foto-foto tersebut. Hal ini membuat Pei Qingyi merasa sangat kecewa."
"Sungguh disayangkan," dia menghela napas, "Lain kali kita ambil lebih banyak foto. Ah tidak, sekarang kita harus segera ke lantai empat untuk mengambil lebih banyak foto..."
"Tunggu!" Huangfu He tiba-tiba tersadar akan sesuatu, "Benar! Aku ingat, belasan tahun yang lalu ketika Paman Lian membelikan kamera baru untuk Xue Zhen, dia begitu bersemangat sampai menarikku berkeliling apartemen untuk memotret. Ya... Benar! Jika dia masih menyimpan rekaman itu..."
"Maksudmu..."
"Ya! Meski waktu pastinya tidak jelas, tapi kemungkinan terjadi di tahun yang sama dengan kasus tersebut! Artinya, jika kita bisa melihat rekaman itu dan membandingkan dengan foto sekarang, mungkin akan menemukan sesuatu! Aku akan minta rekaman itu ke Xue Zhen. Pei Qingyi, kalian pergi ke koridor untuk mengambil lebih banyak foto!"
Begitu kata-kata ini terucap, semangat semua orang langsung membara!
Setelah Pei Qingyi dan yang lainnya turun ke lantai bawah, Huangfu He berjalan menuju pintu rumah Xue Zhen. Saat ini sudah pukul enam setengah. Huangfu He melangkahi koridor selangkah demi selangkah hingga tiba di depan pintu tersebut, lalu menekan bel pintu.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Xue Zhen langsung melihat sosok Huangfu He berdiri di luar.
"Kau... kau..." Begitu melihat sosok di hadapannya, tiba-tiba rasa pedih menyergap hatinya. Sejak tadi batinnya terus meronta antara keinginan mencari dia terlebih dahulu atau tidak. Harga diri dan kerinduan padanya saling bertautan dalam pergulatan batin. Dan di detik ini, dia datang...
Entah apakah ini karma dari kehidupan sebelumnya. Di masa kecil dulu, karena kematian ayahnya, dia sempat menyimpan dendam bahkan berharap bisa melupakannya selamanya. Namun kemudian menyadari bahwa bayangannya tak pernah bisa dihapus dari ingatan. Kontradiksi perasaan ini terus berlanjut hingga kini.
Saat melihat kemunculan Huangfu He, tiba-tiba muncul dorongan untuk merebahkan diri dalam pelukannya dan memohon agar dia tak pergi lagi. Perasaan yang tumbuh sejak kecil, seiring waktu, hubungan cinta-benci yang rumit ini telah mengukir jejak yang dalam dalam ingatannya, tak mungkin terhapus.
Akhirnya dia menyadari: sebenarnya dia juga berharap Sun Xindie bukanlah pelaku sejati. Dengan begitu, dia bisa bersamanya tanpa beban rasa bersalah atau dosa.
"Ada... ada keperluan apa?"
“Aku akan langsung ke intinya.” Huangfu He menoleh ke belakang sejenak, berbicara dengan cepat: “Bertahun-tahun lalu, bukankah Paman Lian membelikanmu kamera video? Waktu itu kamu sangat bersemangat, berlarian di apartemen sambil merekam semua orang. Apakah kepingan DVD dari waktu itu masih kamu simpan?”
“Hah?” Xue Zhen dibuat bingung oleh pembukaan percakapan yang tak terduga ini. Awalnya dia mengira Huangfu datang untuk menjelaskan perkataan sebelumnya, tapi malah mendengar ucapan ini.
“Huangfu He! Rencana apa lagi yang kau sembunyikan?”
“Kumohon, cepat katakan! Ini sangat mendesak!”
“Hmm... Itu kan sudah lama sekali. Mana mungkin aku ingat. Mungkin sudah kubuang. Bagaimana kalau kau masuk, kita cari bersama.”
“Baik, kumohon bantuannya.”
Saat memasuki ruangan, Xue Zhen membawanya ke ruang perpustakaan. Lalu membuka lemari penyimpanan. Lemari itu penuh debu, berisi buku-buku kuning yang sudah lapuk.
“Mungkin ada di sini? Kalau dipikir-pikir seharusnya belum kubuang, tapi tidak bisa dipastikan.”
Mereka mencari bersama, tapi barangnya terlalu banyak. Setelah lebih dari 20 menit, tetap tidak menemukan apapun. Akhirnya Xue Zhen berdiri sambil membersihkan debu di tangannya: “Mungkin benar-benar sudah kubuang? Lagipula waktu itu hanya merekam pemandangan biasa di apartemen. Ada apa sih dengan ini?”
“Benar-benar tidak ada? Kau yakin?” Huangfu He jelas belum menyerah, masih terus mencari.
“Huangfu He!” Xue Zhen berteriak dengan suara tinggi: “Apa maksudmu bermain misteri! Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Perkataanmu sebelumnya membuatku khawatir sampai sekarang! Apakah kau kerasukan?”
Akhirnya, semua barang di kabinet dapur dikeluarkan, tetap tidak ditemukan.
“Xue Zhen.” Huangfu He menggigit gigi dan berdiri, memegang bahunya: “Cepat pergi dari sini, apartemen ini sangat berbahaya! Kau masih sempat pergi sekarang! Kuharap kau percaya, aku tidak ingin ada yang terjadi padamu!”
“Kau benar-benar tidak bisa dimengerti! Bahaya apa sebenarnya? Katakanlah padaku!”
“Pokoknya...kau harus segera pergi dari sini, sekarang! Percayalah sekali ini! Aku tidak akan mencelakaimu, jangan kembali sampai tengah malam pukul 00:00 nanti, jangan sama sekali!”
Tiba-tiba, Huangfu He melangkah maju dan menendang sebuah buku. Buku itu meluncur di lantai lalu menabrak dinding. Secara tiba-tiba, sebuah keping CD terjatuh dari buku tersebut!
Huangfu He dan Lian Xuezhen sama-sama melihat keping CD itu. Keduanya langsung berlari menghampiri.
“Benar, ini dia! Ternyata terselip di dalam buku!” Xue Zhen mengambil CD itu: “Sudah bertahun-tahun berlalu, jadi rindu...”
Huangfu He segera merebut CD itu, lalu berdiri sambil berkata: “Xue Zhen, cepat pergi, tinggalkan tempat ini! Harus pergi sekarang juga!”
“Kalau benar seberbahaya itu, aku malah tidak boleh pergi!” Xue Zhen tiba-tiba bersikap keras kepala. Saat yang sama, ia akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan isi hatinya: “Kalau kau dalam bahaya, aku harus menemanimu. Aku... aku...”
“Aku selalu menyukaimu!”
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 10 Menelusuri Masa Lalu
“Aku mencintaimu! Sudah sejak kecil! Makanya aku semakin tidak bisa menerima masalah Tante Sun, dan juga kau... Selama bertahun-tahun ini aku tak pernah melupakanmu, sama sekali tidak...”
Xue Zhen mengucapkan banyak kata sekaligus. Bahkan dirinya sendiri tidak menyangka akan mengungkapkan semua perasaan yang selama ini terpendam dalam hati.
Huangfu He terdiam bagai kehilangan nyawa, matanya menatap kosong ke arah Xue Zhen. Saat itu, jarak antara pipi mereka begitu dekat sampai-sampai tidak bisa dimasuki satu kepalan tangan.
“Tidak,” Huangfu He tiba-tiba mundur selangkah seperti baru terbangun dari mimpi, berkata: “Xue Zhen, jangan bercanda seperti ini. Ini bukan main ngewe-ngewean, kita berdua... Selama ini aku selalu menganggapmu sebagai adik, sungguh! Cepat pergi, kau masih muda, tidak boleh tinggal di sini. Pergilah!”
“Huangfu!”
Suara teriakan terdengar dari pintu. Huangfu He segera berlari ke pintu dan membukanya. Di luar berdiri Pei Qingyi.
“Ketemu? Keping CD itu?”
“Iya, sudah.”
“Bagus.” Pei Qingyi masuk ke dalam ruangan, memperhatikan keping CD di tangan Xue Zhen dan segera berkata: “Masih diam saja? Cepat putar dan lihat isinya!”
“Kalian... sebenarnya mau melihat apa?” Xue Zhen benar-benar bingung memandangi Huangfu He dan Pei Qingyi, bertanya penuh kebingungan: "Apa yang ada di dalam sana?"
“Putar saja, Xue Zhen. Lalu kamu harus segera pergi! Jauh dari sini, semakin jauh semakin baik!”
Xue Zhen kali ini juga sedang keras kepala, langsung meraih lengan Huangfu He sambil berkata: "Kalau berani usir aku! Apapun yang terjadi, aku akan hadapi bersamamu, jangan harap bisa menyingkirkanku!”
“Kamu... Lian Xuezhen, jangan bertingkah kekanak-kanakan! Kamu pikir ini main-main? Kamu kira punya berapa nyawa? Apartemen ini sebentar lagi akan sangat berbahaya, kejadian tahun lalu akan terulang lagi, apa kamu ingin mengikuti jejak Ayahmu?”
Teriakan Huangfu He membuat tubuh Xue Zhen gemetar.
“Kamu... kamu bilang apa?”
“Aku melihatnya lagi, tangan berdarah itu,” Huangfu He menggenggam erat bahu Xue Zhen: "Mengerti? Dulu, semua orang yang melihat tangan berdarah muncul di tubuh mereka seperti yang Ibu aku lihat, semuanya mati! Termasuk Ayahmu! Ibu tidak berbohong, semua yang dikatakannya benar! Kenapa kamu masih tidak mau percaya padaku!”
Suaranya semakin keras hingga tetangga di seberang pintu membuka. Seorang wanita setengah baya keluar sambil berteriak: "Ribut apa ini! Kalian ribut tentang apa!”
“Maaf.” Pei Qingyi buru-buru mendekat dengan menunjukkan senyum permintaan maaf: "Kami akan segera tenang..."
"Perempuan setengah baya ini bernama Zhang Min, dahulu juga tetangga keluarga Huangfu. Suaminya Li Yuan adalah salah satu korban pembunuhan saat itu. Di apartemen ini, dialah orang yang paling membenci Sun Xindie. Dulu dia juga yang bersikeras meminta Huangfu He pindah."
Zhang Min segera menyadari kehadiran Huangfu He dan tertegun. Wajahnya terasa sangat familiar, tapi dia tidak ingat pernah bertemu di mana.
"Sudahlah, tenang saja!"
Setelah pulang dan mengunci pintu, dia mulai merasa curiga. Seharusnya pernah melihat pria itu, tapi di mana ya?
Atau jangan-jangan sama sekali belum pernah bertemu? Mungkin salah lihat?
Di ruang tamu rumah Lian Xuezhen, Pei Qingyi memasukkan cakram DVD ke mesin DVD sambil berkata: "Bagaimanapun, mari tonton dulu. Tunggu yang lain datang atau..."
"Tonton saja dulu. Nanti kalau mereka datang kita putar ulang," kata Huangfu He yang duduk di sofa, sementara Xuezhen duduk di samping dengan wajah pucat membeku.
Kemudian, konten yang diputar dalam DVD itu adalah...
"Harapan baru telah muncul, tak boleh berhenti di tempat, menembus ruang waktu, segenap tenaga, aku akan datang padamu..."
Pei Qingyi mendengar lagu itu dan merasa sangat familiar. Saat menengok ke televisi, ternyata yang diputar adalah lagu tema Ultraman Tiga!
"Apa-apaan ini?!"
“Ah!” Lian Xuezhen langsung menutup mulutnya, berkata: “Aku lupa, beberapa tahun lalu saat Ultraman Tiga tayang di TV, kebetulan Lu Qing di lantai bawah karena harus pergi keluar kota, memintaku merekam episode akhir Ultraman Tiga untuknya! Artinya, sekitar 20 menit pertama rekaman berisi konten Ultraman...”
Pei Qingyi pertama kalinya dalam hidupnya membenci Ultaman sebegitu dalam!
Sial! Ini juga bisa!
“Berapa lama durasi rekaman di keping DVD itu?”
“Aku ingat saat itu sangat bersemangat, jadi bagian awal rekaman mungkin sekitar satu jam lebih. Durasi satu episode Ultraman Tiga biasanya 24-25 menit, jika diputar cepat mungkin masih ada sisa konten...”
Pei Qingyi baru lega. Untunglah, jika semua konten terhapus dan diganti Ultraman, dia benar-benar ingin membenturkan kepala ke tembok.
Dia segera menekan tombol fast forward. Episode ini memang episode terakhir Ultraman Tiga, menceritakan bagaimana Daigo (host tubuh manusia sang protagonis) yang berubah menjadi patung batu oleh Evil God Gatanozoa lalu tenggelam ke dasar laut, akhirnya diselamatkan oleh energi cahaya dari sekelompok anak-anak yang membangkitkannya kembali untuk mengalahkan monster.
Saat memutar cepat, Pei Qingyi merasa hatinya seperti ditusuk-tusuk. Rekaman sepenting itu yang mungkin berisi petunjuk jalan keluar, malah dipakai merekam Ultaman. Meski belum pernah bertemu Lu Qing itu, dalam hati dia sudah memaki 18 generasi leluhur orang tersebut.
Saat memutar cepat, hal yang lebih menyebalkan terjadi—karena ini direkam dari TV, ternyata ada iklan di tengah-tengah! Jika waktu iklan dihitung, durasinya mungkin melebihi tiga puluh menit. Ini membuat Pei Qingyi merasakan sakit di hati yang hampir setara dengan perasaannya saat pertama kali memasuki apartemen.
Untungnya tidak banyak iklan, dan segera kembali ke film utamanya. Akhirnya terlihat Ultraman bangkit kembali dan mengalahkan monster. Film utama pun berakhir.
Kemudian, di adegan terakhir setelah seluruh anggota tim pahlawan mengambil foto keluarga Fu, akhirnya kamera beralih ke sudut pandang normal.
Saat itu, Huangfu He langsung mematok pandangannya ke layar. Meski Xue Zhen tidak tahu apa yang dia cari, tetap ikut menatap layar TV.
Yang muncul di layar TV adalah Huangfu He! Huangfu He berusia 12 tahun!
Huangfu He saat itu memang seperti yang dikatakan Fang Tianying—seorang shota super. Pantas dia ingin menjadikannya model untuk komik gadis. Dia menatap kamera sambil berkata: "Xue Zhen, sudah lama merekam, tidak lelah?"
"Tidak apa, aku ingin lanjut merekam sebentar!" Suara riang Xue Zhen terdengar dari kamera: "Ah, pertama kali pegang kamera! Pulang harus dibuat DVD untuk kenang-kenangan!"
Dari sudut belakang, tidak terlihat jelas koridor lantai berapa. Huangfu He terus mengikutinya sambil tiba-tiba menatap kamera: "Hei... Xue Zhen, tidakkah kau merasa orang tadi agak aneh?"
“Hmm, iya, aku juga berpikir begitu.” Suara Xue Zhen terdengar: “Memakai topi yang aneh seperti itu, sekarang cuaca begini masih pakai sarung tangan, benar-benar aneh! Aku memotretnya, dia juga tidak memperhatikan aku.”
Pei Qingyi segera menekan pause, menoleh ke belakang bertanya: “Kalian masih ingat? Orang pakai topi yang mana?”
“Ini…” Huangfu He terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala: “Tidak ingat, sudah kejadian belasan tahun yang lalu.”
Xue Zhen juga menggeleng: “Aku juga tidak ingat, bahkan ucapan saat itu pun sudah lupa.”
“Selain itu,” Huangfu He menambahkan: “Kamu masih ingat? Yang kamu foto sebelumnya. Seingatku, di apartemen sebelumnya tidak ada itu?”
“Apa? Yang mana maksudmu?”
“Sudahlah, nanti kamu lihat pelan-pelan saja.”
Video dipause lagi, Pei Qingyi menoleh bertanya: “Yang ini? Juga tidak ingat?”
“Aku pernah bilang begitu?” Huangfu He menatap layar yang menampilkan dirinya sendiri, menggeleng: “Sama sekali tidak ingat, sudah lebih dari sepuluh tahun! Detail sekecil itu siapa yang bisa ingat!”
“Aku juga tidak ingat.” Xue Zhen tetap menggeleng: “Benar-benar sudah lupa.”
“Kalian dulu pernah menonton kepingan DVD ini kan?”
“Pernah, tapi sudah bertahun-tahun tidak menontonnya,” Xue Zhen tersenyum getir: “Waktu itu kebetulan saat membantu merekam Ultraman Tiga, sekalian merekam ini. Tak disangka separuh kontennya terhapus…”
"Pei Qingyi seluruh tubuhnya lunglai di lantai. Jalan keluar yang diharapkan sudah di depan mata, tapi dihapus oleh Xue Zhen! Buat apa merekam Ultraman! Berapa kali Ultraman Tiga ditayangkan ulang! Lagipula, masa tidak bisa beli DVD bajakan untuk ditonton!"
"Kalian, dulu pernah membuat salinan?"
"Tidak. Kamera yang dibeli dulu juga sudah kubuang dua tahun lalu, mereknya terlalu kuno, performanya sudah menurun."
Pei Qingyi menatap layar yang dijeda, mengeratkan gigi dan menekan tombol putar kembali. Dia hanya berharap konten berikutnya menyebutkan pria bertopi itu dan "hal yang dulu tidak ada".
Tapi dia kecewa.
Di layar, percakapan mereka telah menyimpang total dari topik.
"Ngomong-ngomong, Huangfu," suara Xue Zhen terdengar lagi: "Ayahmu dan ibuku sebentar lagi akan menikah kan? Kalau begitu, nanti kamu jadi kakakku?"
"Hmm, iya," Huangfu menjawab dengan senyum ceria: "Sebenarnya aku sangat berharap ibu menikah lagi, dia sudah terlalu menderita beberapa tahun ini."
"Aku agak terkejut, kukira kamu akan menentang. Dan katanya keluarga tiri sulit akur."
"Tidak juga, lagipula aku juga sangat menyukaimu Xue Zhen, jadi aku senang kamu jadi adikku."
Saat itu, layar jelas-jelas bergoyang, jelas sekali saat itu tangan Xue Zhen gemetar. Detail ini tentu tertangkap oleh ketiga orang.
"Kakak... Benar juga, nanti kamu jadi kakakku. Bagus juga..."
"Xue Zhen, selanjutnya kita ke lantai enam yuk."
"Hmm!"
"Kemudian, layar terus bergerak menuju lift."
"Tepat pada saat itu, kata-kata yang membuat hati mereka serasa tertahan di tenggorokan keluar dari mulut Xue Zhen."
"Huangfu, benda yang kamu sebutkan tadi itu sebenarnya apa? Aku jadi penasaran dibuatmu."
"Ah, yang itu! Bukankah kita melihat benda itu ketika orang bertopi keluar dari tangga lantai lima? Letaknya di sudut tangga lantai lima!"
"Oh, yang itu! Kukira apa. Kelihatannya biasa saja, tidak ada yang aneh."
"Bukan tidak normal sih, hanya tidak tahu siapa yang menaruhnya di sana."
"Begitu ya..."
"Saat itu, pintu lift terbuka. Xue Zhen dan Huangfu He masuk. Mereka menekan tombol 6. Layar menunjukkan mereka sedang berada di lantai lima."
"Kemudian, lift tiba."
"Pintu terbuka."
"Di depan terbentang koridor sempit yang sama sekali tidak ada orangnya."
"Tidak ada seorang pun..."
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 11 Keanehan
"Saat itu, semua orang hampir menahan napas."
"Huangfu He segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor telepon Su Xiaomo. Tak lama kemudian, sambungan terjawab."
"Nona Su," kata Huangfu He sambil matanya tak lepas dari layar, "Segera pergi ke tangga, ke tangga lantai lima. Coba lihat ada benda apa di sana."
"Di layar televisi, suara mereka masih bisa terdengar."
“Xue Zhen, di sini sangat sepi.” Huangfu He menatap koridor di depannya sambil tersenyum, “Tanganmu jangan gemetar, nanti layarnya goyang.”
“Hm, baik, baik. Begini saja, bisakah kamu membawakannya? Tanganku sudah pegal memegangnya lama.”
“Baiklah, biar saya saja.”
Kemudian, di layar terlihat Huangfu He berjalan mendekat. Lalu, siluet Xue Zhen muncul di depan layar. Saat muncul, dia mengenakan baju merah menyala dengan mata yang berkilauan. Mata itu sama sekali tidak berubah, langsung bisa dikenali.
Di lorong luas yang sepi, keduanya berjalan perlahan. Tiba-tiba, sebuah pintu di depan terbuka, dan muncul seorang wanita dengan masker putih di wajahnya. Kehadirannya membuat Xue Zhen kaget mundur beberapa langkah.
Wanita itu membawa sekantong sampah sambil memperhatikan Huangfu He dan Xue Zhen di depannya.
“Oh, anak dari lantai lima ya? Kamera ini kelihatan bagus,” kata wanita itu dengan suara kurang jelas seolah mulutnya penuh, “Sedang syuting ya?”
“Iya.” Xue Zhen menepuk dadanya, “Tante, Anda benar-benar membuat saya kaget. Malam-malam begini jangan menakut-nakuti seperti itu.”
“Kalian syutingnya malam hari?” Pei Qingyi menoleh ke belakang dan bertanya.
Xue Zhen mengangguk, “Iya. Begitulah.”
“Wanita yang sedang memakai masker wajah buru-buru merapikan pakaiannya, membuat gerakan "V" ke arah kamera sambil membungkuk mengelus kepala Xue Zhen, berkata: ”Kamu putri Manajer Lian ya? Lucu sekali wajahmu.””
“Saat dia membungkuk, karena leher gaun yang rendah, terlihat jelas lekuk payudara yang dalam. Tentu saja di depan anak-anak kecil, dia tidak takut membahas apapun. Jika diamati lebih teliti, di atas dada tersebut terdapat tato bunga hitam.”
“Tiba-tiba dari belakangnya muncul seorang wanita lain yang langsung memeluk wanita pemakai masker itu. Wanita yang muncul tiba-tiba itu berponi ekor kuda dengan wajah segar, mengenakan gaun tidur sutra sambil memeluk dan berkata: ”Kakak, buang sampah jangan lama-lama! Apa kalah main kartu mau kabur? Hah? Dua anak ini kok familiar. Wah, anak laki-laki ini ganteng sekali, besar nanti pasti jadi cowok keren! Namamu siapa?””
“”He, Huangfu He.””
“”Huangfu? Huangfu apa?””
“”Dasar kurang edukasi,” wanita pemakai masker itu mengetuk dahi wanita berponi ekor kuda, ”Huangfu adalah marga Tiongkok kuno! Sudah dibilang rajin belajar tidak mau dengar!””
“”Jangan suka ketuk kepala aku, Kak!””
“”Terus kenapa, Jiahui?””
“Jiahui?”
“Pei Qingyi segera menekan tombol jeda, menoleh ke belakang dan bertanya: "Apakah... Luo Jiahui? Korban kelima Luo Jiahui? Oh iya, Luo Jiahui adalah penghuni lantai 6! Apakah dia adik perempuan wanita yang pakai masker wajah itu?"
"Ya, benar," Huangfu He menunjuk ke layar yang memperlihatkan wanita bermasker: "Dia bernama Luo Jiayan, kakak kandung Luo Jiahui. Karena alasan ini kemudian dia sangat membenciku dan ibuku..."
Di layar, kedua orang itu berkata: "Maukah kalian masuk dan duduk sebentar?"
"Tidak, tidak usah." Xue Zhen melambaikan tangan: "Kalau begitu kami pergi dulu."
Setelah kedua orang itu pergi, kedua saudari itu juga menutup pintu. Dari awal hingga akhir, semuanya terlihat normal tanpa kejadian aneh apapun.
Tepat pada saat itu, sebuah pintu di depan terbuka lagi. Terlihat seorang remaja laki-laki didorong keras hingga terjatuh ke lantai, kemudian buku-buku mulai beterbangan dari luar pintu. Seorang pria paruh baya membawa sapu berlari keluar sambil berteriak: "Pergi kau dari sini! Aku tidak punya anak seperti kamu!"
"Ayah, aku salah, jangan pukul aku... Aduh!"
Pria paruh baya itu mengangkat sapu dan menghajar remaja itu dengan keras sambil memaki: "Kurang ajar! Tidak mau belajar benar, seharian cuma baca komik! Nilaimu sekarang peringkat ketiga terburuk! Belum cukup malu, berani-berannya mengintip toilet perempuan sampai guru memanggilku ke sekolah! Hari ini kupatahkan kakimu!"
Di lantai berserakan komik-komik saku, sebagian adalah "Dragon Ball", sebagian lagi "Saint Seiya". Di antara semuanya, terdapat sebuah buku catatan dengan sampul kulit hitam!
Saat itu Huangfu He berlari membawa kamera sambil membujuk, "Paman Zheng, jangan begini, jangan pukul dia lagi!"
Pria paruh baya itu tak lain adalah Zheng Jian yang sebelumnya muncul di lantai bawah!
"Kalian jangan halangi aku!" Sepertinya Zheng Jian juga tidak peduli aib keluarga terkuak, menatap tajam remaja di depannya, "Zheng Dahu! Kau ini pergi dari sini! Aku tidak punya anak seperti kau!"
"Apa yang kau lakukan!"
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya lain menyambar tangan Zheng Jian, "Kalau kau tidak mau anak, aku yang mau! Rumah ini juga separuh milikku, atas dasar apa kau usir dia?"
Wanita paruh baya ini adalah Zhang Qiuxia, penghuni apartemen nomor 2 yang dibunuh setelah Tang Zhen, sekaligus istri Zheng Jian. Saat melihatnya muncul, alis Huangfu He langsung berkedut.
"Aku sangat ingat kejadian ini," Xue Zhen menghela nafas, "Zheng Dahu itu memang tidak berguna. Setelah istri Paman Zheng meninggal, dia semakin liar tanpa didikan, bahkan gagal masuk universitas paling jelek sekalipun. Sekarang katanya masih malas-malasan di luar, membuat Paman Zheng patah hati berkali-kali."
Pandangan Pei Qingyi tertuju pada buku catatan berkulit hitam itu. Sekilas, buku itu mudah mengingatkan orang pada "Death Note". Tentu saja, lebih dari sepuluh tahun yang lalu, komik itu belum ada.
Hanya saja, prasangka sebelumnya membuat Pei Qingyi tak bisa mengalihkan pandangan dari buku catatan itu.
“Kamu tunggu di luar sampai sadar!” Zheng Jian menarik Zhang Qiuxia masuk ke dalam rumah, lalu membanting pintu dengan keras! Hanya menyisakan Zheng Dahu di luar, matanya melotot ke arah pintu, mulai merapikan komik yang berserakan di lantai.
Saat itu, Xue Zhen berjalan mendekat, mengambil buku catatan itu, lalu membukanya. Namun dari sudut kamera, konten di dalam buku catatan itu tidak terlihat jelas.
“Ini apaan sih?” Xue Zhen mengembalikan buku catatan itu ke Zheng Dahu, bertanya: “Apa yang kamu lukis?”
“Gak tahu?” Zheng Dahu menerima buku catatan itu, namun berkata dengan penuh kesombongan: “Hmph, ngomong pun kamu gak bakal ngerti.”
Kemudian, mereka berdua meninggalkan lantai enam. Kembali ke lantai lima. Proses ini dipercepat.
Sesampainya di lantai lima, mereka pertama kali pulang ke rumah keluarga Lian. Saat itu, Lian Tianxiang dan Sun Xindie sedang ada di rumah. Saat pintu dibuka, keduanya sedang tertawa-tawa menonton TV. Di layar TV sedang ditayangkan 《Huan Zhu Gege》.
“Ah!” Xue Zhen buru-buru lari ke depan TV, berkata: “Aku lupa! Sibuk syuting sampai lupa mau nonton 《Huan Zhu Gege》. Ayah, ceritain dong perkembangannya? Apa Er Kang sudah menyelamatkan Zi Wei?”
Lian Tianxiang yang sedang mengunyah kuaci menjawab: “Aku juga gak perhatiin, tadi nonton acara lain. Bibi Xindie bilang kamu mungkin sebentar lagi pulang, jadi channel-nya diganti ke sini.”
“Ah! Sayang banget, benar-benar! Besok aku harus nonton siaran ulang! Ah, Er Kang muncul!”
Adegan sedang berjalan sampai bagian dimana sekelompok orang dalam drama "Huan Zhu Ge Ge" melarikan diri, Ziwei diculik, Er Kang mencari dirinya, akhirnya Ziwei jatuh dari tebing dan menjadi buta. Pei Qingyi teringat saat dia menonton drama ini di SMP, juga sangat tergila-gila, bermimpi memiliki kisah cinta legendaris. Tapi setelah menoleh ke belakang, dia merasa drama ini sangat membosankan.
"Sangat merindukan..." Mata Xue Zhen perlahan dipenuhi air mata: "Waktu itu, Ayah masih hidup, masih terlihat begitu sehat..."
Setelah mengatakan ini, dia menundukkan kepala dan menutupi wajahnya sambil menangis.
Kamera mengambil gambar frontal Lian Tianxiang dan Sun Xindie. Huangfu He melihat ekspresi ibunya, juga mengusap matanya.
"Mereka benar-benar terlihat seperti kakak beradik." Sun Xindie berkata sambil tersenyum: "Xue Zhen, A He tidak mengganggumu kan? Kalau ada, laporkan padaku ya!"
"Ibu! Di pihak siapa ini?!"
"Tante Sun yang paling baik!" Xue Zhen lalu menempel di samping Sun Xindie, bersandar padanya. Saat itu, hubungan Lian Xuezhen dan Sun Xindie sangat baik.
Pei Qingyi mengamati Sun Xindie dengan seksama. Sebagai objek kecurigaannya yang utama, dia harus memperhatikan wanita ini dengan teliti. Sun Xindie memang sangat cantik, matanya mirip sekali dengan Huangfu He bagai diukir dari cetakan yang sama. Ekspresinya terlihat sangat ceria, saat tersenyum bagaikan bunga yang mekar, secara alami menimbulkan kesan baik. Gerak-geriknya yang anggun menunjukkan budi pekerti yang baik.
"Xue Zhen, kembalikan kamera video itu," Lian Tianxiang tersenyum sambil berkata: "Baterainya akan cepat habis begini. Masih banyak waktu untuk merekam nanti, besok pagi aku ajak kamu keluar untuk memotret sepuasnya, bagaimana?"
"Janji ya!"
Xue Zhen mengangkat kamera video itu, masuk ke ruang perpustakaannya, meletakkannya di atas meja belajar, lalu keluar sambil menutup pintu. Lampu di ruang perpustakaan tidak dinyalakan, begitu pintu tertutup, kegelapan pun menyelimuti. Hanya sorotan cahaya bulan dari jendela yang samar-samar menerangi seluruh ruangan.
Kemudian, layar benar-benar menjadi gelap gulita.
Selesai.
"Hanya sampai di sini. Ya, segitu saja." Xue Zhen menggelengkan kepala: "Tidak ada yang istimewa. Rekaman ini hanya kusebut beberapa kali saat kecil, kemudian tidak pernah ditonton lagi sampai hampir lupa isinya."
"Tidak, ini tidak benar." Pei Qingyi mengerutkan kening: "Ada yang tidak beres!"
"Kamu menemukan sesuatu?" Huangfu He segera mengejar: "Cepat katakan!"
"Kalian... tidak merasa ada yang aneh?"
"Apa?" Huangfu He semakin gusar: "Katakanlah!"
“Siapa yang mematikan daya kamera? Tidak mungkin Xue Zhen, karena bukankah kamu langsung pergi setelah menaruh kamera di meja? Seharusnya rekaman terus berjalan, kenapa... tiba-tiba mati sendiri?”
Sepi tiba-tiba menyelimuti seluruh ruang tamu.
Xue Zhen seperti baru tersadar, dia selama ini tak pernah menyadari masalah ini!
Kalau begitu... siapakah yang mematikan kamera?
Siapa?
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Dua Belas Posisi Normal?
Di tangga yang remang-remang, Xiong Xu, Tianlin Zhan, Xiaomo Su, dan Xiaoxiao Si terus turun. Tak ada yang berani naik lift, jadi mereka menggunakan tangga. Penerangan tangga terlalu minim, Tianlin Zhan berjalan di depan sambil menyorotkan senter, diikuti Xiaomo Su dan Xiaoxiao Si yang berjalan di belakangnya bersama Xiong Xu.
Akhirnya sampai di lantai lima. Setelah berhenti, Tianlin Zhan mengerutkan alis sambil menyapu senter ke sekeliling. Dia sudah mempersiapkan skenario terburuk, tapi tak ada yang terlihat. Sekitar mereka sunyi senyap, kosong, bahkan tak ada sampah sekalipun.
Dengan gesit dia mengeluarkan ponsel, menekan tombol cepat, dan menelepon Huangfu He yang juga berada di lantai lima.
“Halo, Huangfu? Aku harap kamu memberiku penjelasan yang pasti.” Zhan Tianlin terus memperhatikan sekeliling sambil bertanya, “Apa sebenarnya yang kamu temukan? Tidak ada penemuan di area tangga lantai lima. Hmm, tapi untuk berjaga-jaga kami akan mengambil foto. Beri tahu detailnya, apa sebenarnya yang kamu temukan?”
“Tidak ada? Baiklah,” suara Huangfu He terdengar berat, “Ambil beberapa foto dulu, lalu segera datang ke rumah Xue Zhen. Aku sekarang ada di sana.”
Setelah menutup telepon, Zhan Tianlin mengambil sebatang rokok dan menyalakannya dengan korek api.
Jika Huangfu He berani main akal licik, dia punya cara sendiri untuk menghadapinya. Di apartemen yang seolah dibuat oleh iblis ini, dia hanya mempercayai satu orang. Selain orang itu, dia sama sekali tidak mempercayai siapa pun. Semua komponen penawar racun yang dia buat, diberikan kepada orang itu. Setiap kali membuat racun baru, penawarnya selalu diberikan ke orang tersebut. Racun yang tidak bisa dibuat penawarnya dianggap produk gagal - prinsip yang selalu dipegang Zhan Tianlin.
Empat orang itu kemudian tiba di rumah Xue Zhen. Mereka juga menonton isi kepingan DVD yang diputar.
“Artinya, benda dengan 'postur normal' mungkin ada di sini?” Zhan Tianlin menghisap rokoknya dalam-dalam sambil menatap layar, “Kalian juga berpikir begitu?”
“Kita tidak bisa mengeliminasi kemungkinan apapun.” Pei Qingyi duduk di sebelah Xue Zhen, waspada menatap gambar di DVD, “Sayangnya sebagian konten direkam sebagai materi lain. Jika semuanya utuh...”
Berbicara sampai di sini, suasana di dalam ruangan tiba-tiba menjadi penuh subtilitas.
Bahkan Xue Zhen yang paling bodoh pun pasti sudah menyadari sesuatu saat mendengar ini. Dia berdiri dan melihat orang-orang di dalam ruangan ini, berkata: "Menurut kalian ada hal apa yang ingin kalian cari dalam rekaman ini? Atau Huangfu, apakah menurutmu hantu itu berhasil terekam?"
Huangfu He menatap langsung ke mata Xue Zhen, menjawab dengan tegas: "Aku memang berpikir demikian."
Zhan Tianlin melepas rokoknya, mulai berpikir. Dia menyusun petunjuk yang ada: dari rekaman yang baru dilihat, ada lima poin penting - "Orang aneh bertopi hitam", "Sesuatu di tangga", "Saudari Luo", "Keluarga Zheng Jian yang beranggotakan tiga orang", dan "Pemadaman kamera yang misterius di akhir". Dua yang pertama, karena bagian awalnya terhapus, tidak bisa diketahui informasi lebih detail.
Sebenarnya saat pertama kali melihat misi darah, reaksi pertamanya adalah: "Hal yang normal" yang dimaksud pasti sesuatu yang paling mudah diabaikan. Yang dimaksud mudah diabaikan adalah hal yang sudah sangat biasa, dianggap wajar secara alami tanpa sedikit pun keraguan. Contohnya, orang yang belum pernah masuk apartemen, saat menyelidiki kasus pembunuhan, sama sekali tidak akan mempertimbangkan apakah tersangka sebagai "manusia" itu wajar atau tidak. Tapi bagi penghuni, manusia yang membunuh justru hal paling "tidak wajar" dalam misi darah. Sebaliknya, mereka sering menganggap hantu sebagai hal yang paling alamiah.
Artinya... bagi para penghuni, "sikap normal" tidak lagi berarti hal yang dipahami oleh logika orang biasa. Seberapa normal pun sesuatu terlihat secara permukaan, di mata penghuni itu tidak akan dianggap normal. Apalagi dengan batasan "Apartemen Nomor 2" ini. Ini berarti apartemen sulit menciptakan sesuatu yang benar-benar "normal" untuk lolos dari kecurigaan para penghuni. Meski sesama penghuni, mungkin di mata mereka pun tidak akan dianggap normal. Kasus klasik yang menjadi pelajaran bagi semua penghuni adalah misi darah terakhir yang dijalankan Xia Yuan.
Namun, petunjuk jalan keluar harus diberikan.
Di permukaan, Zhan Tianlin terlihat santai menghisap rokoknya, tapi sebenarnya sel-sel otaknya terus bekerja tanpa henti.
Jika ada sesuatu yang muncul di Apartemen Nomor 2 ini namun bisa dianggap sebagai "sikap normal", kira-kira apa itu? Bagaimana menipu para penghuni agar mereka menyimpang dari arah jalan keluar?
"Orang bertopi hitam", poin pertama. Karena rekamannya terhapus dan tidak terlihat, sulit dinilai. Tapi bagaimana pun terdengarnya tidak bisa dianggap "normal".
"Sesuatu di tangga", poin kedua. Berdasarkan dialog Huangfu He dan Lian Xuezhen dalam rekaman yang sengaja menggunakan kata "normal", ini jelas seperti upaya apartemen menyesatkan penghuni. Tapi benda ini pun tidak diketahui apa, bahkan Huangfu He dan yang lain tidak bisa mengingatnya. Artinya benda ini juga tidak akan dianggap sebagai "sikap normal" oleh para penghuni.
"Saudari Keluarga Luo? Memang terlihat normal di permukaan, tapi salah satunya Luo Jiahui adalah korban tewas, ini pasti menarik perhatian para penghuni. Kakaknya Luo Jiayan juga pasti dianggap 'tidak normal'."
"Zheng Dahou berikutnya dan penutupan kamera yang aneh di akhir, semuanya seperti itu. Poin terakhir sebenarnya bisa dijelaskan sebagai kehabisan baterai, tapi para penghuni tentu tak akan melewatkan petunjuk sekecil apapun."
"Huangfu," Zhan Tianlin mengesampingkan pikiran itu, berbisik pada Huangfu He di sampingnya: "Aku ada hal yang ingin dibicarakan berdua denganmu."
"Apa itu?" Ekspresi Huangfu He langsung tegang: "Kau menemukan sesuatu?"
"Ikut aku keluar. Ini hal lain, tapi pasti menarik bagimu."
Huangfu merenung sejenak, lalu menoleh: "Maaf, aku akan keluar sebentar dengan Zhan Tianlin."
Setelah meninggalkan ruangan, mereka berjalan di koridor. Setelah beberapa langkah, Zhan Tianlin mengangkat bahu: "Di dalam tubuh Lian Xuezhen telah kumasukkan racun. Racun akan menyebar cepat. Nyawanya ada di tanganku. Jika ingin penawar, beri tahu lokasi pecahan Perjanjian Neraka. Kau pernah dapat satu kan?"
Huangfu He tertegun sejenak, ekspresinya berubah-ubah. Dengan langkah cepat ia menghampiri Zhan Tianlin, menggenggam kerah bajunya. Saat hendak mengayunkan tinju, Zhan Tianlin tiba-tiba memelintir tangannya dan menghantam tubuhnya ke dinding. Dengan suara dingin ia berkata, "Aku bukan tipe orang yang suka kekerasan. Dengarlah, hanya aku yang punya penawarnya. Sekitar satu jam lagi, efek racun akan mulai terlihat dengan munculnya bintik-bintik merah di tubuhnya. Satu jam berikutnya, bintik itu akan menyebar ke seluruh tubuh. Akhirnya, dia akan mati kehabisan darah tanpa bisa dihentikan."
"Kau... kau mengada-ada!"
"Komposisi penawarnya sangat rumit, hanya rekan kerjaku yang memilikinya. Beri tahu lokasi penyimpanan fragmen Kontrak Neraka, lalu aku akan menyuruh rekan ku mengambilnya. Setelah dapat, dia akan mengirim penawarnya ke apartemen ini menggunakan merpati pos."
Sambil berkata demikian, dia sudah melepaskan genggamannya.
"Waktumu tidak banyak. Pertimbangkan baik-baik."
Sorot mata Zhan Tianlin memancarkan keganasan yang membuat bulu kuduk merinding. Setiap kali sinar ini muncul, orang-orang yang mengenalnya tahu betapa mengerikannya hal ini.
Sepuluh tahun silam, dengan pancaran keganasan yang sama, dia telah meracuni lebih dari 50 orang menggunakan racun buatannya sendiri. Dan dengan itu, memperoleh kebebasan. Bersama orang itu.
Saat itu, sebuah organisasi kriminal besar bernama "Hei Die Xiang" pernah merekrutnya untuk pengembangan dan pembuatan racun. Dia menawarkan diri secara sukarela. Setelah membuktikan kemampuan membunuhnya dengan menggunakan racun buatan sendiri, dia langsung diapresiasi oleh pemimpin organisasi tersebut dan dimasukkan ke dalam anggota inti.
Membunuh dengan racun buatannya sendiri adalah satu-satunya kesenangannya. Seperti Shinigami yang mengendalikan nyawa manusia, hal ini memberinya rasa pencapaian. Awalnya, orang-orang "Hei Die Xiang" tidak segan memberikan bahan eksperimen siap pakai. Cukupnya obat dan subjek eksperimen memungkinkannya menyuling racun mengerikan di luar imajinasi manusia. Metode meracun yang belum pernah didengar manusia sepanjang sejarah, semuanya berasal dari tangannya. Karena itu mustahil mencegahnya meracun dengan cara apapun. Asal dia mau, dia bisa membunuh siapa pun yang diinginkannya. Hingga kini, total racun yang telah disulingnya bahkan sudah dilupakan olehnya sendiri.
Sebenarnya awalnya dia tidak berniat meracuni orang-orang itu. Karena dia sangat menikmati fasilitas eksperimen yang baik, dan pihak lain juga mengizinkannya melakukan eksperimen pada manusia. Tapi saat itulah, dia bertemu dengannya.
"Orang yang selalu ditahan, dijadikan objek pelampiasan nafsu seksual bergiliran oleh kelompok itu. Dia hanyalah seorang pelajar biasa, tapi karena terlalu cantik dan bertubuh indah, akhirnya diculik. Selama bertahun-tahun tidak tahu berapa kali menggugurkan kandungan hingga kehilangan kemampuan reproduksi, disiksa siang-malam sampai tidak berbentuk manusia. Tak tahu sudah berapa tahun tidak pernah melihat matahari. Bahkan perlawanan hampir terlupakan, hanya dianggap alat pemuas kebutuhan biologis oleh mereka."
"Orang seperti dia tidak sedikit di tangan mereka. Kalau sudah bosan, bisa dijual ke pedagang manusia atau dibunuh pun tak masalah. Saat itu, dia yang seperti itu ditugaskan merawat kebutuhan makan-minum Zhan Tianlin. Dia sudah tidak punya kemampuan melarikan diri atau melawan, sementara anggota 'Hei Die Xiang' juga menyiratkan padanya bahwa gadis ini bisa diperlakukan semaunya."
"Saat itu, satu kalimat darinya membuatnya tertarik."
"'Bantu aku racuni mereka sampai mati.'"
"Zhan Tianlin agak terkejut melihat wanita lemah yang seolah tertiup angin saja akan terjatuh ini tiba-tiba mengucapkan kalimat seperti itu dihadapannya, dan tampaknya sama sekali tidak takut padanya yang meneliti racun."
"'Lalu apa yang bisa kau berikan padaku?'"
Zhan Tianlin saat itu tidak langsung menyangkalnya. Faktanya, alasan dia bergabung dengan organisasi ini hanyalah untuk memudahkan pengembangan dan eksperimen racun. Hal lain tidak penting baginya. Pembuatan racun adalah minatnya, dan "Hei Die Xiang" dapat memenuhi kebutuhan penelitiannya. Namun jumlah racun yang telah berhasil diteliti saat itu sudah cukup banyak, dia mulai mempertimbangkan untuk memperbanyak jumlah subjek eksperimen guna meneliti lebih banyak karakteristik racun.
“Aku tidak tahu.” Wanita itu menjawab dengan datar: “Tapi asalkan kau membunuh mereka, apapun yang kau inginkan akan kuberikan.”
Wanita ini memang cantik, namun siksaan berkepanjangan telah membuatnya kurus kering. Meski bentuk tubuhnya masih bagus, Zhan Tianlin lebih tertarik pada racun daripada wanita. Apa yang bisa dia berikan padanya?
Dia tak bisa memberikan apapun. Jika ingin tubuhnya, dia bisa memaksa, tapi Zhan Tianlin juga tak terlalu tertarik akan hal itu.
Saat itu, dia tidak berkata apapun padanya. Juga tidak memberikan janji. Hanya menuangkan cairan hijau dari tabung reaksi ke dalam gelas kimia, lalu menyerahkannya padanya.
“Minum ini.” Katanya singkat.
Lalu, wanita itu meminumnya.
Malam itu juga, lebih dari lima puluh anggota "Hei Die Xiang" yang ditempatkan di sini, baik pejabat maupun anak buah, semuanya tewas secara tidak wajar secara misterius.
Hanya Zhan Tianlin dan dia yang selamat. Cara dia memberikan racun hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Cairan hijau itu adalah satu-satunya penawar.
"Setelah meninggalkan tempat itu, dia pergi bersamanya ke Kota K. Saat itu dia langsung bertanya: 'Baik, sekarang, apa yang harus kulakukan?'"
"'Sederhana. Jika diperlukan di masa depan, jadilah bahan eksperimen racunku. Jadi cukup ikuti di sampingku. Kemudian, berdasarkan reaksi keracunanmu, aku akan meneliti penawarnya.'"
"Lalu, dia menjawab: 'Aku mengerti.'"
"Saat itu, baru saja keluar dari kegelapan bawah tanah dan tiba di permukaan, dia memandang matahari yang belum terlihat selama bertahun-tahun. Terkurung dalam sangkar bawah tanah itu, akhirnya dia bisa menyaksikan matahari lagi dengan matanya sendiri."
"'Ngomong-ngomong.' Saat Tianlin Zhan naik bus menuju Kota K bersamanya, tiba-tiba teringat untuk menanyakan: 'Namamu siapa? Akan merepotkan jika tidak tahu bagaimana memanggilmu.'"
"'Yuqi. Fan Yuqi.'"
"Wanita bernama Fan Yuqi itu adalah satu-satunya perempuan yang dipercaya Tianlin Zhan."
"Setelah mereka memasuki apartemen, Tianlin Zhan memerintahkannya untuk tidak memberitahukan hubungan mereka kepada penghuni manapun."
"'Nyawamu milikku, bisa kugunakan sesuka hati. Mulai sekarang, ikuti semua perintahku.'"
"'Aku mengerti.'"
"Inilah perjanjian antara Tianlin Zhan dan Fan Yuqi."
"Tahun-tahun terkurung dalam sangkar bawah tanah membuatnya memiliki penglihatan yang bisa melihat dalam gelap, sehingga menarik perhatian banyak penghuni. Namun bakat Tianlin Zhan dalam meracik racun tidak diketahui siapa pun. Kemudian, mereka berdua pun bergabung dalam aliansi Kamya Sayoko."
“Benarkah kau meracuni Xue Zhen?” Huangfu He dengan niat membunuh berkata: “Kau berani…”
“Aku ulangi sekali lagi, beritahu di mana pecahan Perjanjian Neraka itu. Aku bukan orang yang sabar. Tanpa fragmen itu, rekan-rekanku tidak akan mengirim penawarnya. Dan kau, sekarang tidak bisa meninggalkan apartemen ini.”
Kemudian, Zhan Tianlin merapikan kerah bajunya dan berkata: “Hmm, lupa memberitahumu. Meski sudah melakukan banyak eksperimen, ada sebagian kecil orang yang menunjukkan gejala keracunan tahap pertama dalam waktu sangat singkat. Jadi pertimbangkan baik-baik.”
“Selamatkan dia dulu!” Huangfu He menggigit giginya: “Asal kau selamatkan dia, aku akan beritahu…”
Ahli racun seperti iblis itu memberikan peringatan terakhir kepada Huangfu He!
## Jilid Dua Puluh Yang di Belakang Siapa? Bab Ketiga Belas Kengerian Baru
Xue Zhen menyandarkan kepalanya ke dinding, ia merasa sangat lelah saat ini.
Sudah berkali-kali menonton rekaman itu, tapi tetap tidak ada petunjuk. Dan setelah mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Huangfu He, justru mendengar perkataan seperti itu darinya.
Kematian Ayah mengandung unsur fenomena supranatural?
Terlalu bodohkah?
Xue Zhen akhirnya tidak ingin melanjutkan menonton. Ia menyerahkan remote control kepada Pei Qingyi: “Nona Pei, ya? Silakan tonton sendiri selanjutnya. Jika Huangfu He kembali, suruh dia ke ruang perpustakaan.”
“Dia berdiri dan perlahan berjalan menuju pintu masuk ruang perpustakaan. Kakinya terasa berat bagai diisi timah, sementara langit malam di luar jendela seolah menyembunyikan ribuan hantu. Legenda tentang zombie, Hantu Perempuan, arwah yang tidak tenang—semuanya seakan hidup kembali dalam pikirannya. Perkataan Huangfu He mulai mempengaruhinya secara bertahap.”
“Jika orang lain yang bicara, mungkin bisa ditertawakan. Tapi kalau dari Huangfu He, mustahil diabaikan begitu saja. Sebenarnya dia sangat mengenal pria ini—sama gigih, baik hati, dan perhatian seperti masa remajanya. Karena itulah, hari demi hari perhatiannya tersedot, mulai mengamati setiap gerak-geriknya. Bahkan setelah kejadian itu, dia tak bisa melupakannya. Terus memantau, mengawasi diam-diam, menyelidiki segala hal tentangnya. Xue Zhen mulai menyadari, dari awal dia sama sekali tidak pernah membencinya.”
“Setelah masuk ke ruang perpustakaan, dia mengunci pintu lalu duduk di sofa.”
“‘Aku harus bagaimana, Ayah?’”
“Tanya hatinya tanpa sengaja.”
“Tepat saat itu, terdengar suara benturan keras dari dinding seberang. Dadanya berdebar—di seberang sana kan rumah Huangfu He? Ada apa? Jangan-jangan Huangfu He sedang di sana sekarang?”
“Suara benturan itu seolah langsung menghantam dinding. Bunyinya membuat bulu kuduk meremang.”
“‘To...tolong!’”
Tiba-tiba, dia mendengar suara minta tolong yang jelas, berasal dari dinding seberang! Saat suara itu masuk ke telinganya, seluruh tubuhnya langsung merasakan kengerian!
Suara itu, terasa sangat familiar!
Tapi sepertinya suara itu terhalang di tenggorokan, sehingga volume tidak bisa ditingkatkan. Dia langsung berlari keluar ruangan dan berteriak: "Cepat ikuti aku, sepertinya ada masalah di rumah Huangfu seberang! Aku baru saja dengar suara minta tolong dari balik dinding..."
Pei Qingyi langsung bangkit mendengar ini, melesat ke depannya dan berkata: "Aku yang periksa, kamu tetap di sini!" Kemudian dia langsung berlari keluar ruangan, melihat Huangfu He dan Zhan Tianlin berdiri di koridor, berteriak: "Huangfu! Rumahmu, ada sesuatu terjadi di rumahmu!"
Huangfu He langsung berlari ke rumahnya yaitu pintu Unit 501, membuka pintu dengan cepat, dan tiba-tiba melihat seorang wanita terbaring di ruang tamu. Tubuh wanita itu terjatuh di depan dinding, berbentuk seperti karakter '', ekspresi wajah penuh kengerian, dengan dua jejak tangan merah menyala di lehernya!
"Wanita ini..." Pei Qingyi juga masuk bergegas, diikuti Xu Xiong dan Su Xiaomo. Kemudian Zhan Tianlin juga ikut masuk.
"Cepat, cepat tinggalkan lantai ini!" Su Xiaomo berteriak ketakutan: "Hantu ada di lantai ini!"
"Tidak, tidak boleh pergi!" Huangfu He mengambil keputusan tegas: "Periksa TKP, apakah ada petunjuk jalan keluar? Siapa yang foto jenazah? Cepat tutup pintu, jangan biarkan Xue Zhen keluar dan melihat!"
Zhan Tianlin yang terakhir masuk menutup pintu.
Termasuk pria bertopi yang mati di kamar mandi, sudah ada dua jenazah di dalam ruangan ini.
"Apakah kamu mengenal wanita ini?" Pei Qingyi menatap Huangfu He dengan gugup dan bertanya, "Dia penghuni apartemen ini, kan?"
"Tidak, tidak kenal." Huangfu He menggelengkan kepala, "Aku belum pernah melihatnya."
Wanita ini terlihat berusia sekitar tiga puluhan, rambutnya sangat panjang kira-kira sampai ke pinggul. Mengenakan kemeja putih dan anting hitam. Jelas terlihat dia dicekik, sama seperti semua korban lainnya.
Mulutnya terbuka sangat lebar, seolah bisa memasukkan sebuah apel sekaligus, pemandangan yang sangat mengerikan. Beberapa orang memotret jenazah dari berbagai sudut tanpa ada yang terlewat.
"Pindahkan jenazah ke ruang dalam dan tutupi dengan sesuatu." Huangfu He segera memberi instruksi, "Ah tidak, aku ingat ada sebuah kotak di sana, sembunyikan jenazah di dalam kotak itu. Jika jenazah ditemukan akan menimbulkan kepanikan besar."
"Aku, aku tidak berani!" Su Xiaomo pertama kali menyembunyikan diri di belakang. Si Xiaoxiao yang lebih pengecut langsung mengibaskan tangan.
Dokter Xu Xiong maju ke depan, "Kalau begitu, biar aku saja. Tuan Huangfu, mari kita pindahkan jenazah ini bersama."
"Baik, Dokter Xu, maaf merepotkan."
Setelah mereka berdua memindahkan jenazah ke ruang dalam, terlihat jelas tangan Xu Xiong gemetar saat mengangkat mayat, seolah takut jenazah itu tiba-tiba hidup kembali. Untungnya hal itu tidak terjadi.
“Petunjuk jalan keluar, apakah sebenarnya sudah diberikan?” Xu Xiong bertanya: “Tuan Huangfu, Anda tidak boleh menyembunyikan informasi, harus memberitahu saya!”
“Rekaman video itu kemungkinan besar mengandung petunjuk jalan keluar, tapi saya belum menemukan petali. Nanti saya akan mengirim rekaman tersebut ke apartemen untuk dilihat Li Yin, Yin Ye, dan Kamya Sayoko.”
Saat ini di apartemen, ketiga orang tersebut dianggap sebagai tiga pemikir terkuat. Kemerosotan Li Yin akibat kematian ibunya membuat orang-orang kini lebih memandang Yin Ye dan Kamya Sayoko.
“Bagus, bagus. Memang sebaiknya begitu. Oh iya, Huangfu, apakah ada tangan berdarah muncul di tubuhku? Tidak ada kan?”
“Tenang, Dokter Xu. Jika muncul, pasti akan saya beritahu.”
“Bagus kalau begitu, bagus.”
“Selain itu, Dokter Xu, nanti bantu saya melakukan sesuatu. Ikut saya keluar dulu.”
Setelah menyembunyikan jenazah di dalam koper, Huangfu He menguncinya lalu menarik napas lega. Tiba-tiba ia berlari keluar ruangan, mendekati Zhan Tianlin dengan langkah cepat, lalu berbisik: “Pecahan Perjanjian Neraka saya simpan di brankas rumah, passwordnya adalah...”
Setelah berkata demikian, ia meninggalkan ruangan.
Zhan Tianlin menyeringai dingin, mengeluarkan ponsel dan mulai mengirim SMS ke Fan Yuqi.
Su Xiaomo dan Si Xiaoxiao berpelukan ketakutan, bahkan tidak bisa berjalan. Semua tahu hantu ada di sekitar, tapi tidak ada yang tahu persis lokasinya.
Huangfu He dan Xu Xiong keluar ruangan bersama, melihat Xue Zhen sedang menunggu di depan pintu.
“Apa sebenarnya yang terjadi?” Pipinya tampak cemas: “Aku tadi mengetuk pintu, Nona Pei bilang nanti kamu yang menjelaskan. Sebenarnya ada apa?”
“Tidak ada siapa-siapa.” Huangfu He berbohong tanpa mengubah ekspresi: “Aku sudah periksa tadi, tidak ada orang di dalam. Seperti kataku, ini fenomena supranatural.”
“Kamu, maksudmu apa?”
“Selain itu, apa kamu merasa ada yang tidak enak dengan tubuhmu?”
“Tidak enak badan?” Xue Zhen menggeleng bingung: “Tidak kok. Kenapa kamu tanya ini?”
Huangfu He menarik tangannya masuk kembali ke Kamar 502: “Dengar, CD itu pinjamkan dulu padaku. Lalu, Dokter Xu, tolong periksa kondisi Xue Zhen, apakah ada masalah dengan kesehatannya.”
Xu Xiong yang ikut masuk mengangguk kaku: “Baik, baiklah.”
Xu Xiong membuka tasnya, mengeluarkan stetoskop dan alat-alat lain, mulai memeriksa Xue Zhen. Setelah pemeriksaan, tidak ditemukan masalah. Ini wajar, racun sintetis buatan Zhan Tianlin ini bahkan tidak terdeteksi saat otopsi jenazah.
Sementara itu, Huangfu He memasukkan CD ke komputer dan mengirim rekaman tersebut via email ke Li Yin dkk, dengan catatan khusus untuk mengabaikan 30 menit pertama rekaman.
“Katakan padaku.” Setelah selesai, dia menghampiri Xue Zhen: “Tadi kamu dengar suara minta tolong dari dinding? Seperti apa suaranya?”
“Suara yang sangat familiar, tapi aku lupa siapa. Sepertinya perempuan. Tadi... tadi kamu kan bilang tidak ada orang?”
“Ya, tidak ada siapa-siapa.”
“Masa sih... Aku jelas dengar dua kali benturan dari dinding tadi.”
"Di mana kamu mendengarnya?"
"Ruang perpustakaan, di dalam ruang perpustakaan."
Huangfu He segera menariknya dan bersama Xu Xiong masuk ke ruang perpustakaan.
Posisinya memang sama dengan tempat wanita itu jatuh. Menurut Xue Zhen, apakah wanita itu orang yang dikenalnya?
Xu Xiong mendekat ke telinga Huangfu He dan bertanya: "Menurutmu, mungkinkah ini penghuni baru yang pindah masuk setelah kamu pindah?"
Tiba-tiba Xue Zhen terlihat tersadar: "Ah, benar! Aku ingat suara itu adalah suara Bu Fang! Dia guru matematik les privat anak pasangan Tuan Liang di unit 504 setiap minggu. Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali jadi ingat suaranya. Iya, hari ini memang jadwal les matematikanya. Katamu tadi tidak ada orang? Mana mungkin? Benar, ini suara Bu Fang! Perempuan berusia 30-an berambut panjang. Huangfu, kamu menyembunyikan sesuatu dariku? Apa..."
Namun tepat di saat itu...
Dentuman keras menggema dari dinding di belakang Xue Zhen. Suara itu membuat jantung berdebar kencang. Setelah dentuman itu, semuanya kembali sunyi.
Ketiganya terdiam selama dua-tiga detik sebelum bereaksi.
Huangfu He langsung berlari keluar. Di ruang tamu luar terlihat Zhan Tianlin, Pei Qingyi dan Su Xiaomo. Hanya Si Xiaoxiao yang tidak ada!
"Di mana Si Xiaoxiao?" teriak Huangfu He dengan suara menggelegar: "Dia di mana?!"
"Ah?" Su Xiaomo menoleh ke belakang dan terkejut, berkata: "Dia, dia selalu mengikuti di belakangku, kukira dia sudah masuk, berada di belakangku..."
Huangfu He segera berlari keluar ruangan, menuju pintu depan unit 501 di seberang, dan membuka pintu.
Namun di ruang tamu tidak ada jenazah.
Huangfu He langsung bergegas masuk ke ruang dalam, tetap tidak ada, tidak ada!
Saat mereka hendak pergi mencari, tiba-tiba pandangan Zhan Tianlin tertuju pada koper di sudut ruangan - koper yang menyimpan jenazah wanita itu.
Dia segera mendekat dan membuka koper tersebut.
Di atas jenazah wanita itu, kini bertambah satu jenazah baru.
Si Xiaoxiao tergulung dalam posisi lebih mengenaskan di dalam koper, bagaikan ular yang masuk ke dalam hibernasi.
"Ini... apa yang terjadi?"
Xue Zhen melangkah masuk ke ruangan ini, menyaksikan semua ini.
Semua kengerian ini.
"Siapa yang bisa jelaskan... apa yang sebenarnya terjadi!"
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? BAB XIV Di Mana Bersembunyi?
"Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini!"
Mata Xue Zhen membelalak menyaksikan pemandangan mengerikan ini: dua jenazah tergeletak bertumpukan di dalam koper, adegan mengerikan yang biasanya hanya ada di film, benar-benar muncul di hadapannya!
Zhan Tianlin segera maju selangkah. Huangfu He cepat-cepat mengulurkan tangan menghalanginya, lalu melangkah gesit ke depan Xue Zhen: "Dengar penjelasanku! Di apartemen ini bersembunyi hantu, sejak dulu hingga sekarang! Alasan aku kembali adalah karena... karena sudah ada petunjuk. Pembunuh mereka adalah pelaku sebenarnya yang dulu membunuh Ayahmu! Pelaku utamanya!"
"Xue Zhen mundur selangkah, tubuhnya menabrak pintu."
"Kamu, apa yang kamu bicarakan... Ayahku, bagaimana mungkin Ayahku bisa mati dengan cara yang tidak jelas! Tidak, tidak mungkin, tidak mungkin!"
Zhan Tianlin tiba-tiba berjalan cepat mendekat. Huangfu He segera menariknya dengan erat, berteriak: "Kamu berhenti sekarang!"
"Jika dia melaporkan ke polisi, kita harus tahu akibatnya kan?" Sorot mata Zhan Tianlin kembali memancarkan keganasan: "Setidaknya kita harus membuatnya tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar kan? Sebelum tengah malam pukul 00:00?"
"Apa sebenarnya yang kalian lakukan?" Mendengar perkataan Zhan Tianlin, Xue Zhen segera duduk tegak dengan mata penuh ketakutan. Tubuhnya menempel di dinding sambil mencari kesempatan untuk kabur.
Namun Pei Qingyi bergerak lebih cepat. Dengan satu lompatan dia sudah meraih lengan Xue Zhen, tangan bergetar - sebuah pisau belati berkilau dingin muncul di tangannya dan menempel di leher Xue Zhen! Lalu dia berbicara cepat: "Maaf, Nona Lian Xuezhen, untuk sementara kami harus membatasi kebebasanmu. Harap jangan melakukan hal-hal yang tidak perlu, dengan begitu kami juga tidak perlu menyakitimu."
"Pei Qingyi!" Huangfu He menatapnya dengan marah, meraung: "Jangan berani-berani menyakitinya!"
"Huangfu He!" Pei Qingyi membalas dengan nada sama keras: "Gunakan otakmu! Kita sedang melakukan apa? Menjalankan misi darah! Satu langkah salah, bayarannya nyawa! Jika dia melapor ke polisi, pernahkah kau pikirkan konsekuensinya? Kita harus tetap di sini sampai tengah malam pukul 00:00. Ini bukan urusan pribadimu, tapi masalah kita semua! Jangan sok jadi pemimpin hanya karena dulu pernah tinggal di sini! Lantai ini terlalu berbahaya, lebih baik kita pergi dulu. Aku tak mau menjadi Si Xiaoxiao kedua!"
Pernyataan tegas Pei Qingyi membuat Xu Xiong, Zhan Tianlin, dan Su Xiaomo berpihak padanya. Huangfu He justru terkucil.
"Dengar baik-baik," Pei Qingyi melanjutkan: "Pacarmu sampai sekarang tidak percaya omonganmu. Mustahil dia mau kerja sama. Kalau sudah ketahuan, satu-satunya cara adalah mengurungnya. Mau mati itu urusanmu, tapi jangan libatkan kami! Aku Pei Qingyi bukan aktivis amal. Sekalipun jadi dermawan, takkan korbankan nyawa sendiri! Perempuan ini harus diikat dan dikurung di sini sampai tengah malam. Penanganan selanjutnya akan diputuskan sesuai situasi. Mulai sekarang, dia di bawah kendali penuh kami. Kau dilarang mendekatinya!"
Langkah Huangfu He terhenti. Akhirnya dia mengalah: "Baik, kalian boleh mengurungnya. Tapi jangan sampai melukainya."
"Sudah kukatakan, nanti lihat situasi."
"Kalian..."
“Huangfu He! Jangan kau berbuat semaumu!” Pei Qingyi sama sekali tidak mau mengalah. Meskipun perempuan, dia teliti dalam berpikir, tegas dalam bertindak, dan menguasai psikologi manajemen. Oleh karena itu, hubungannya dengan penghuni apartemen juga cukup baik. Kini, dia berhasil menyatukan orang-orang lain dalam kubu yang sama dan mengisolasi Huangfu He.
“Tentu saja,” kali ini nada suaranya sedikit melunak: “Aku juga tidak akan menyakitinya, asalkan tidak terjadi hal-hal di luar perkiraan.”
“Kalian, sebenarnya mau melakukan apa?” Xue Zhen mulai ketakutan, terutama saat melihat dua jenazah itu, berbagai dugaan mengerikan bermunculan dalam benaknya.
“Jangan berpikir macam-macam. Zhan Tianlin, kalau ada bawa tali, ikat dia. Oh ya, tutup juga mulutnya.”
“Tunggu!” Huangfu He kembali bersuara: “Kita tidak bisa meninggalkannya di sini, apa bedanya dengan membunuhnya? Kau harus tahu, hantu itu mungkin...”
Seketika ruangan itu menjadi sunyi senyap.
“Lalu menurutmu bagaimana?” Pei Qingyi melemparkan pertanyaan itu ke Huangfu He: “Ada ide yang lebih baik?”
“Kau benar-benar mau mengikatnya di sini?”
“Atau mungkin kita bawa dia keluar?”
"Aku akan bicara dengannya! Bagaimana? Aku akan bicara dengannya, aku akan membuatnya bergabung dengan kita, jadi..." Kemudian, ia mengalihkan pandangannya ke Xue Zhen, berkata: "Kamu percaya atau tidak, dua wanita ini bukan kami yang membunuh. Ayahmu, dan mereka, semua dibunuh oleh hantu yang bersembunyi di apartemen ini. Tapi aku tidak tahu di mana hantu itu, sebelumnya di rekaman video aku sedang mencari petunjuk. Jadi, sekalipun aku memohon padamu, percayalah pada kami, baik? Jangan melaporkan ke polisi."
Xue Zhen menatap sorot mata tulus Huangfu He, sebenarnya dia juga tidak percaya Huangfu akan membunuh, hanya pria bernama Zhan Tianlin yang beraura jahat itu membuatnya merasakan ketakutan naluriah.
Dan sekarang melihat sorot mata Huangfu He seperti ini, ditambah situasi seperti ini, dia akhirnya mulai sedikit percaya.
"Baik..." Xue Zhen menarik napas dalam, menjawab: "Aku percaya padamu. Pisau, bisakah pisau itu dijauhkan? Begin, sangat berbahaya."
Pei Qingyi tidak menjauhkan pisau, dia masih sangat waspada, berkata: "Kamu benar-benar tidak akan melapor ke polisi? Kamu yakin?"
"Ya, tidak akan! Pasti tidak!"
Pei Qingyi kembali melihat Huangfu He, lalu menurunkan pisau. Tiba-tiba, memelintir tangannya, suaranya mengandung sedikit amarah: "Dengar baik-baik! Jika berani main licik, membuat gerakan mencurigakan di hadapanku, aku akan membuatmu lebih buruk dari kematian! Mengerti?"
Ancaman ini persis seperti penjahat sungguhan, Xue Zhen juga tak bisa menahan perasaan ngeri di hatinya, sebenarnya teman-teman Huangfu ini orang macam apa?
Dia curiga, jangan-jangan Huangfu He bergabung dengan kelompok misterius? Misalnya sekte sesat? Namun berdasarkan penyelidikannya selama beberapa tahun ini, kehidupan sehari-harinya sangat sederhana, tidak pernah menghadiri perkumpulan besar atau melakukan aktivitas mencurigakan.
Selanjutnya, sekelompok orang meninggalkan Ruang 501. Lantai ini terlalu mengerikan, tidak ada yang berani tinggal lebih lama. Lagipula karena kematian penghuni berarti petunjuk jalan keluar sudah diberikan, tidak perlu lagi berada di sini.
Tapi, ke mana selanjutnya?
"Mari ke lantai dasar." Huangfu He menyarankan: "Lebih baik ke lantai dasar, soalnya relatif lebih aman di sana."
Semua orang sangat setuju dengan saran ini.
Saat tiba di pintu tangga di ujung koridor, semua mata tertuju pada Lian Xuezhen. Ponselnya sudah disita, semua orang waspada terhadapnya.
"Bisakah kau memberitahuku?" Xuezhen memandang tatapan mereka dengan perih, menatap Huangfu He di depannya: "Katakanlah, sebenarnya apa yang terjadi? Apa maksud Nona Pei tentang 'misi darah' itu?"
"Ada hal-hal yang lebih baik tidak kau ketahui." Setelah mengucapkan ini, Huangfu He membuka pintu tangga dan masuk terlebih dahulu. Yang lain pun menyusul.
Namun saat itu, Xu Xiong menoleh ke belakang. Ia menatap sesuatu, lalu ikut turun.
Akhirnya mereka tiba di lantai dasar dan duduk di sofa lobi.
Xuezhen mengajukan pertanyaan: "Kalau kalian merasa lantai atas berbahaya, kenapa tidak langsung kabur saja?"
“Kita tidak bisa keluar.” Pei Qingyi menunjuk ke pintu apartemen, berkata: “Kita tidak boleh meninggalkan apartemen ini, sama sekali tidak boleh. Sudahlah, bagaimanapun juga penjelasannya tidak akan kamu pahami.”
“Tidak bisa keluar?” Xue Zhen benar-benar kebingungan, namun ekspresi semua orang tetap normal sama sekali tidak ada tanda-tanda yang membantah perkataan Pei Qingyi.
“Secara sederhana ini adalah 'kutukan'.” Huangfu He mendekati Xue Zhen dan menjawab: “Saat ini, kita tidak punya cara untuk pergi dari sini.”
Mendengar sampai di sini, Xue Zhen semakin merasa hal ini luar biasa. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
“Tunggu sebentar...”
Saat itu, seseorang menyela. Orang yang berbicara adalah Xiong Xu. Ia sedang menopang kepala sambil berpikir, setelah merenung sejenak dia berkata: “Aku merasa... sepertinya...”
“Sepertinya apa?” Huangfu He segera menoleh ke belakang. Semua penghuni mengerumuni Xiong Xu dan bertanya: “Apa kamu memperhatikan sesuatu tadi?”
“Hmm, kalau bisa mengecek kembali rekaman video itu,” kata Xiong Xu: “Kalau bisa mengecek ulang, aku pasti akan tahu. Siapa yang membawa kepingan DVD?”
“Aku.” Huangfu He mengeluarkan DVD dari saku dan berkata: “Kalau begitu, cari tempat untuk memutarnya? Tapi di lantai satu tidak ada penghuni. Paling tidak harus ke lantai dua...”
“Aku juga tidak terlalu kenal penghuni lantai dua,” Xue Zhen berpikir keras sejenak lalu berkata: “Yang paling cocok mungkin Fang Tianying, pasti dia akan mengizinkan kita masuk untuk memutar. Tapi... Ah, benar! Lu Qing, dia pasti cocok! Aku ingat dia punya laptop. Suruh dia bawa laptop ke bawah.”
“Penggemar Ultraman itu?” Huangfu He mengusap kepalanya, berkata: “Kalau begitu… baiklah.”
Pei Qingyi segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon, sambungan cepat terhubung: “Halo, Lu Qing? Ini aku, Lian Xuezhen dari lantai lima, ya, benar, turunlah segera.”
Setelah menutup telepon, dia berkata gembira: “Dia bilang akan segera turun. Lu Qing memang sangat responsif.”
Huangfu He menghela napas dan berkata: “Dia benar-benar tidak berubah ya? Masih penggemar Ultraman berat sampai sekarang?”
“Benar, katanya dia bisa menghafal nama monster di episode Ultraman mana pun, beserta ciri khas dan kelemahannya... Terakhir kali karena membantunya merekam Ultraman, sebagian konten DVD terhapus. Eh, Dokter Xu, apakah dengan menonton rekaman lagi kamu bisa memastikan? Kamu menemukan sesuatu?”
“Hmm.” Xu Xiong terlihat tegang juga, menopang dagunya: “Nanti saja, mungkin aku salah lihat. Tapi kalau tidak dikonfirmasi, tidak tenang. Soalnya ini menyangkut nyawa kita.”
Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Seorang pemuda berkacamata membawa laptop berlari keluar. Baju pemuda itu bergambar dua Ultraman: satu Ultraman Zero versi terbaru dan satu lagi Ultraman jahat Belial. Celananya juga bermotif Ultraman Mebius, bahkan jam tangan yang dia pakai juga bergambar kepala Ultraman. Penggemar berat Ultraman memang bukan main.
"Lihat Xue Zhen, segera berkata: "Lian Xuezhen, aku datang! Sudah, laptop diberikan padamu, nanti kembalikan padaku ya."
"Hm, baik."
"Kalau begitu, semuanya, sampai jumpa!"
Setelah Lu Qing pergi, mereka meletakkan laptop di sofa lalu menghidupkannya. Kemudian, memasukkan kepingan CD dan bersiap memutarnya.
Sebenarnya, apa yang ditemukan Dokter Xu? Dan di mana persembunyian hantu itu?
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Kelima Belas Jejak Tangan Berdarah
Dan pada saat itu, di lantai 4, rumah Luo Cheng.
Zhang Mengxia yang berselingkuh dengan Xia Hao yang sudah meninggal, saat ini juga merasa tidak puas. Jika suaminya tidak pulang lebih awal, hari ini dia bisa menikmati momen mesra dengan Xia Hao. Sebenarnya dia tidak punya perasaan khusus pada Xia Hao, hanya menyukai sensasi berselingkuh yang seru dan menyenangkan ini. Apalagi, suaminya yang kurang romantis dan terlalu kaku memang tidak disukai.
Luo Cheng yang pulang lebih awal hari ini langsung masuk ke ruang perpustakaan untuk menyelesaikan pekerjaan, tanpa berbicara banyak dengan istrinya. Zhang Mengxia mengintip dari celah pintu ruang perpustakaan, memastikan suaminya fokus pada komputer, lalu menutup pintu perlahan. Segera dia mengeluarkan ponsel dari saku dan masuk ke toilet untuk menelepon Xia Hao.
Namun, telepon tidak diangkat.
"Aneh, ada apa ini?" Zhang Mengxia mulai merasa ada yang tidak beres. Setelah menutup telepon, dia mencoba menelepon lagi tapi tetap tidak ada jawaban.
“Ada apa yang terjadi?” Dia dan Xia Hao sudah sepakat untuk menjaga ponsel selalu menyala agar bisa berkomunikasi kapan saja, tapi sekarang dia tidak menjawab ponselnya. Ada masalah apa?
Dengan perasaan resah, dia berjalan ke depan pintu ruang perpustakaan, membuka pintu dan berkata: “Eh, suami, aku mau keluar sebentar, boleh?”
“Sesukamu,” jawab suaminya Luo Cheng tanpa menoleh: “Ingat pulang sebelum jam sepuluh.”
“Cih!” Zhang Mengxia langsung mengenakan mantelnya setelah menutup pintu, lalu keluar rumah. Tentu saja dia tidak berniat mencari Xia Hao yang tinggal bersama istri dan anaknya. Hanya saja, menghadapi suami membosankan seperti kayu itu, dia lebih memilih mengajak Zhang Min di lantai atas, Luo Jiayan dan Zheng Jian di lantai enam – berempat main mahjong. Bagaimanapun, itu lebih seru daripada Luo Cheng yang seharian hanya menatap komputer.
Dia pertama menuju lantai lima untuk mencari Zhang Min. Sambil berjalan, dia mengeluarkan ponsel lagi untuk mencoba menghubungi Xia Hao.
Kali ini, setelah melakukan panggilan, tiba-tiba dia mendengar dering ponsel Xia Hao!
Jantungnya berdebar kencang. Dia langsung berhenti dan menoleh ke samping, lalu terkejut mendengar sumber dering itu berasal dari dinding seberang!
“Ini…” Zhang Mengxia tertegun. Apakah Xia Hao ada di dalam sana?
Untuk memastikan, dia memutuskan panggilan. Dering ponsel itu langsung berhenti. Sekarang sudah pasti. Zhang Mengxia segera mendekati pintu dan mengetuk, tapi ternyata pintu itu terbuka dengan sendirinya.
“Pintunya tidak dikunci?”
"Dia segera masuk ke dalam, berseru pelan, 'Hai, Xia Hao, kamu ada di sini? Ada atau tidak?'"
"Tapi, tidak ada jawaban sama sekali. Dengan curiga dia melihat sekeliling, lalu masuk ke dalam. Ruangan itu hampir kosong tanpa perabotan, debu menumpuk tebal di lantai. Dia terus memanggil, 'Xia Hao? Kamu ada di sini? Keluarlah! Apa kamu bersembunyi di sini? Tidak apa-apa, suamiku sedang bekerja, cepat keluarlah.'"
"Tiba-tiba, terdengar suara 'Braak!' Dia kaget langsung menoleh ke belakang, pintu tertutup dengan keras."
"Dia menghela napas lega, berpikir mungkin angin saja. Lalu kembali menoleh ke depan."
"Sebenarnya, jika dia melihat lebih teliti, akan terlihat jejak tangan berdarah yang tertera jelas di pintu itu!"
"'Xia Hao, cepat keluarlah, cepatlah keluar...'"
"Belum selesai bicara, pintu di depannya tiba-tiba terbuka lalu berderit-derit terus. Zhang Mengxia melangkah perlahan mendekati pintu itu, jantungnya berdebar kencang."
"Dia berjalan ke balik pintu itu, di dalamnya masih sebuah ruangan kosong."
"Kemudian, pintu di belakangnya tertutup lagi."
"Zhang Mengxia tidak pernah keluar dari pintu itu lagi."
Lantai 6, rumah Luo Jiayan. Salah satu korban awal, kakak Luo Jiahui yang bernama Luo Jiayan, saat ini sedang duduk gemetar di tempat tidurnya sambil memeluk anjing kupu-kupu kecil. Dia mengenakan piyama hitam rendah leher, anjing kecil itu menempel erat di dadanya, seolah tak mengerti mengapa tuannya gemetar begitu hebat.
Penampilan Luo Jiayan mirip 70-80% dengan adiknya Luo Jiahui, terutama bagian matanya. Hingga kini dia masih ingat bagaimana adiknya mati secara tragis di atap apartemen kala itu.
Masih teringat sehari sebelumnya, Sun Xindie datang menemui kedua saudari mereka dan menjelaskan tentang munculnya tangan berdarah di bahu Luo Jiahui. Hal mistis ini awalnya tak mereka percayai, namun kematian istri Zheng Jian bernama Zhang Qiuxia membuat mereka tak bisa mengabaikannya. Malam itu, awalnya kedua saudari itu tidur bersama dengan pintu terkunci rapat. Namun tengah malam, Luo Jiayan terbangun dan mendapati adiknya menghilang.
Saat itu dia sangat panik, mencari ke seluruh rumah tapi tak juga menemukannya. Hingga keesokan harinya, jenazah adiknya ditemukan di sebelah tangki air atap dengan kondisi yang mengenaskan.
Setelah Lian Tianxiang meninggal, Sun Xindie ditangkap. Luo Jiayan terus menghadiri persidangan, ingin menyaksikan pelaku pembunuh adiknya dihukum. Hanya saja, dia masih ingat hingga kini, putra Sun Xindie yaitu Huangfu He, sampai pindah rumah pun masih yakin bahwa yang membunuh semua orang adalah "tangan berdarah" tersebut. Hingga sekarang, dia masih berpegang pada hal absurd ini.
Memeluk erat anjing kecil di pelukannya, Luo Jiayan menundukkan kepala dan berkata: "Bo Bo, dia kembali. Dia benar-benar kembali."
Saat membuang sampah di lantai bawah tadi, tanpa sengaja dia melihat Huangfu He. Berbeda dengan orang lain, dia langsung mengenalinya. Karena sorot mata Huangfu He dulu membuatnya sangat terkesan, hingga sulit dilupakan. Saat itu Huangfu He tidak melihatnya, tapi tatapan matanya langsung bisa dikenali. Persis seperti dulu, tak berubah. Apakah dia masih mencari jejak "tangan berdarah" itu sampai sekarang?
Sekedar memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk meremang. Sudah sepuluh tahun? Waktu yang begitu lama, masih bisa bertahan dengan hal ini, benar-benar sulit dipercaya.
Setelah lama, dia meletakkan anjing kecil itu, tak kuasa ingin pergi ke lantai lima untuk melihatnya.
Sebenarnya, selama bertahun-tahun ini, dia juga merasa kasus tahun itu memiliki banyak masalah. Namun, dulu sama sekali tidak terpikirkan hal-hal ini. Dia dan Lian Xuezhen selama ini juga pernah membicarakan tentang Huangfu He. Xue Zhen memberitahunya bahwa Huangfu He hingga kini masih mengejar penyelidikan kasus tahun itu, bahkan mendirikan "Perhimpunan Qiling" yang meneliti fenomena supranatural.
Luo Jiayan sebenarnya dalam hati agak mengaguminya. Seseorang bisa bersikukuh sampai tingkat seperti ini bukanlah hal mudah, apalagi demi ibunya.
"Apakah benar kami yang salah? Sun Xindie, bukankah dia pelaku yang membunuh adikku?"
Setelah berganti pakaian untuk keluar, Luo Jiayan melangkah keluar pintu masuk, bersiap menuju lantai lima. Bagaimanapun juga, dia ingin bertemu lagi dengan Huangfu He. Jika kematian adiknya benar-benar memiliki alasan lain, dia juga ingin mendengar penjelasan Huangfu He. Dia ingin menilai sendiri, sebenarnya apa yang terjadi dengan kematian Jiahui.
Setelah menaiki tangga ke lantai lima, dia berjalan cepat. Dalam ingatannya, Huangfu He tinggal di Kamar 501, tepat di sebelah rumah Lian Xuezhen. Tapi sekarang dia kembali, apakah ke Kamar 501 atau bersama Lian Xuezhen?
Sampai di Kamar 502, dia menekan bel, tapi tidak ada yang membukakan pintu.
Akhirnya dia pergi ke sebelah, menekan bel lagi. Tapi bel tidak berbunyi. Tiba-tiba dia sadar, Huangfu He sudah lama pergi, bagaimana mungkin bel pintu masih berfungsi? Dia mengetuk pintu, namun pintu terbuka sendiri.
Di dalam adalah ruangan kosong. Luo Jiayan pun masuk.
"Setelah memasuki ruangan, tiba-tiba dia merasakan sensasi berdebar di dada. Asal-usul sensasi ini tidak bisa langsung dia jelaskan."
"Tepat pada saat itu, tanpa sengaja dia menoleh ke belakang sekilas, hanya sekilas..."
"Seketika dia melihat jejak tangan berdarah yang terlihat jelas di dekat gagang pintu!"
"Hal ini membuatnya menarik napas tajam, seolah suhu ruangan turun beberapa derajat! Jejak tangan berdarah itu terlihat seperti baru saja dicetak, jika didekati masih tercium bau anyir darah!"
"Luo Jiayan segera memutuskan untuk pergi! Namun tiba-tiba pintu menutup sendiri! Dia berlari memutar gagang pintu, tapi tidak ada reaksi! Pintu terkunci rapat, sama sekali tidak bisa dibuka!"
"Ha... bagaimana ini?"
"Ruangan sunyi senyap tanpa suara. Suasana mengerikan ini membuat Luo Jiayan panik, dia berulang kali membenturkan tubuhnya ke pintu masuk sambil berteriak: 'Ada orang? Apakah ada orang di sini? Cepat jawab! Jawab aku!'"
"Tapi berapa pun kali dia berteriak, tidak ada respons. Hal ini membuat Luo Jiayan diliputi ketakutan tak berdasar. Kemudian dia menoleh melihat ruangan kosong ini, tidak ada siapa-siapa, kamar dalam mungkin juga kosong, kalau tidak pasti ada yang mendengar teriakannya dan keluar."
"Luo Jiayan saat ini merasakan insting akan bahaya, seolah ruangan ini menyembunyikan sesuatu. Namun, tidak ada apapun di dalam ruangan yang bisa menghalangi pandangan, dia hanya bisa menganggap ini sebagai kekhawatiran berlebihan."
"Saat keluar, karena baru selesai mandi, ponselnya ditinggalkan di meja. Dia terus meneriakkan dengan suara semakin keras, hampir sampai suaranya serak, tapi tetap tidak ada respon dari luar."
"Apakah dinding apartemen ini benar-benar memiliki insulasi suara sebaik ini?"
"Dia berpikir hanya ada satu cara: pergi ke ruang dalam dan berteriak melalui jendela. Dengan tekad bulat, Luo Jiayan berjalan menuju ruang dalam. Masuk ke dalam, dia langsung menuju jendela."
"Namun ketika sampai di depan jendela, langkahnya terhenti."
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA——"
"Teriakan mautnya berikutnya tetap tak terdengar. Sama seperti Zhang Mengxia, dia takkan bisa keluar hidup-hidup dari ruangan ini."
"Di lantai satu apartemen ini, adegan Ultraman Tiga dipercepat, kemudian rekaman yang dibuat Huangfu He dan Lian Xuezhen mulai diputar kembali."
"Awalnya semua menyaksikan rekaman dengan napas tertahan, berharap Xu Xiong menemukan petunjuk. Tapi Huangfu He justru memperhatikan sesuatu yang lain."
"Yaitu... bercak merah sudah mulai muncul di lengan Xuezhen!"
Tentu saja, warna bercak merah masih sangat pucat, terlihat seperti benjolan biasa akibat gigitan nyamuk, tidak akan ada yang memperhatikan.
"Antidot," Huangfu He mendekati Zhan Tianlin, berbisik pelan: "Antidot belum dikirim?"
"Buru-buru apa," Zhan Tianlin tetap menatap layar komputer, berkata: "Bagaimanapun, masih ada waktu sebelum racun bereaksi."
Zhan Tianlin sudah bulat tekad. Lian Xuezhen harus mati. Wanita ini melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat, membiarkannya hidup akan menjadi bencana. Meskipun misi darah berakhir, jika dia melaporkan ke polisi, tetap akan menjadi masalah besar bagi penghuni. Maka lebih baik dia mati di sini. Sedangkan Huangfu He, bisa diracun sekalian. Bagi Zhan Tianlin, membunuh manusia tidak berbeda dengan meracuni tikus atau kodok - manusia hanyalah subjek eksperimen untuk menguji racunnya, sama seperti manusia yang tidak merasa bersalah membunuh tikus percobaan.
Sementara itu, Xu Xiong terus memantau layar komputer, sesekali memutar cepat rekaman. Ia ingin memastikan apakah tebakannya benar!
Jam tangan yang dikenaknya menyembunyikan jarum beracun. Cukup dengan menyiapkan waktu yang tepat, jarum itu bisa melesat dan menembus kulit Huangfu He untuk mencabut nyawanya.
Tiba-tiba ponsel Zhan Tianlin menerima SMS: "Konfirmasi, barang sudah didapat."
Dia segera menghapus SMS, pandangan matanya mulai dipenuhi haus darah. Kemudian dia berdiri, berjalan mondar-mandir mendekati Huangfu He, lalu mengangkat pergelangan tangannya bersiap untuk menyemburkan jarum beracun ke arah Huangfu He!
Tepat pada saat itu, Xu Xiong tiba-tiba melihat sesuatu yang diharapkannya di layar! Dia segera memahami, ternyata inilah makna dari misi darah yang dimaksud!
Xu Xiong yang bersemangat berbalik dan menggenggam bahu Huangfu He, berkata: "Huangfu, ini berbeda, benar-benar berbeda..."
Jarum beracun melesat pada detik ini, namun justru menancap di pergelangan tangan kanan Xu Xiong!
## JILID KEDUA PULUH SIAPA DI BELAKANG? BAB ENAM BELAS RESTORAN MERAH
Xu Xiong segera merasakan mati rasa di tangannya. Dengan terkejut dia mengangkat telapak tangan dan melihat sebuah jarum tertancap di sana!
"Ini... ini apa?"
Tiba-tiba kepalanya terjatuh miring, tubuhnya roboh di sofa. Matanya membelalak tak percaya, tangan terus menggapai-gapai, wajahnya mengeras dalam kesakitan, sama sekali tak bisa bicara!
"Dok... Dokter Xu, kenapa kamu?"
"Apa hantu sudah datang?"
"Dokter Xu!"
Semua orang panik berkerumun di sekitar Xu Xiong. Namun tak lama kemudian, nafasnya berhenti.
"Dokter Xu meninggal!" Huangfu He menggenggam pergelangan tangan Xu Xiong untuk memastikan tak ada nadi. Tiba-tiba dia menyadari adanya jarum kecil di pergelangan tangan mayat itu!
Dia segera menatap ke arah Zhan Tianlin di belakangnya, namun yang terakhir sama sekali tidak menunjukkan kegelisahan, kedua tangannya mengusap-usap, tatapan penuh kebuasan di matanya membuat bulu kuduk merinding!
Manusia, terkadang lebih menakutkan daripada hantu.
Huangfu He melompat ke depan, menggenggam kerah baju Zhan Tianlin, tinjunya sudah siap menghantam wajahnya. Namun sebuah kalimat dari yang terakhir membuatnya menghentikan pukulannya.
"Hati-hati jangan sampai keracunan."
Tinju Huangfu He berhenti hanya sedepa dari wajah Zhan Tianlin. Matanya berkobar-kobar amarah, berteriak: "Mengapa? Mengapa kau membunuh Dokter Xu?"
"Apa?" Pei Qingyi terbelalak memandang Huangfu He dan Zhan Tianlin, bertanya: "Kau bilang... Dokter Xu dibunuh Zhan Tianlin? Bagaimana mungkin?"
"Dia pelakunya!" Suara Huangfu He dipenuhi kemarahan membara, "Zhan Tianlin, dia ahli racun! Dia bahkan meracuni Xue Zhen! Ah! Barusan kau ingin membunuhku kan? Tapi malah salah membunuh Dokter Xu! Iblis terkutuk, keluarkan penawar untuk Xue Zhen!"
Rencana Zhan Tianlin kacau balau. Awalnya dia berencana membunuh Huangfu He, lalu mencabut jarum itu. Kematian Huangfu He yang misterius akan dikira ulah hantu. Tapi Huangfu He justru mengungkap semuanya, kini semua orang tahu identitas Zhan Tianlin sebagai ahli racun.
Dan dia sama sekali tidak mengizinkan hal ini diketahui oleh penghuni apartemen lainnya, jika tidak, konsekuensinya akan sangat buruk.
"Jangan sembarangan menuduh," Zhan Tianlin menyeringai sambil menggigit bibir, "Huangfu He, kau bilang aku meracuni? Apa buktimu bahwa aku yang memberikan racun?"
Bukti seperti itu tentu tidak mungkin ada. Racun yang membunuh Xu Xiong bisa langsung merenggut nyawa seseorang, tidak mungkin mendeteksi komponen racun dalam tubuh karena racun tersebut disintesis sendiri oleh Zhan Tianlin. Dalam kedokteran forensik, ketiadaan komponen obat yang terbukti menyebabkan kematian membuat mustahil memastikan penyebab kematian, sehingga tuntutan pidana pun tidak bisa diajukan. Inilah alasan Zhan Tianlin bisa membunuh begitu banyak orang tanpa pernah ditangkap.
"Apa motifnya memfitnahmu?" Pei Qingyi mulai menatap Zhan Tianlin dengan tatapan dingin, "Apa keuntungan yang dia dapat?"
Zhan Tianlin tetap tenang, "Siapa tahu? Misalnya, apakah pria ini benar-benar Huangfu He asli?"
Pernyataan ini secara implisit menuduh kemungkinan Huangfu He telah ditukar oleh hantu.
Fitnahan ini membuat orang tak bisa tidak meragukan. Zhan Tianlin melanjutkan, "Huangfu He, bukankah lebih baik fokus mencari jalan keluar? Jika kau terus memfitnahku, aku pun mulai curiga dengan niatmu, bukan?"
Huangfu He meletakkan tinjunya. Dia berjalan mundur beberapa langkah, lalu tiba-tiba menoleh ke belakang dan menendang keras dagu Zhan Tianlin hingga yang terakhir terjatuh ke lantai. Kemudian dia menginjak-injak dada Zhan Tianlin sambil mengarahkan pisau belati tajam ke lehernya.
"Sekarang bagaimana kau akan memberikan racun?" Huangfu He menekankan pisau ke leher Zhan Tianlin sambil berkata: "Keluarkan penawar racun! Sekarang! Suruh rekanmu mengirimkan penawar racun, baik melalui merpati pos atau cara apapun! Kalau tidak, aku akan segera membunuhmu!"
Zhan Tianlin memandang pisau berkilat itu dengan ekspresi kejam: "Huangfu He, beranikah kau!"
Meski begitu, dia tahu Huangfu He benar-benar siap bertaruh nyawa. Saat ini, situasi telah mencapai titik yang sangat genting dan tegang. Pembunuhan berdarah antar penghuni akhirnya benar-benar dimulai!
Sementara itu, Mizhen yang sama sekali tidak mengetahui semua kejadian ini masih berkeliaran di bangunan yang seperti labirin.
Sudah beberapa jam berlalu, tapi masih belum menemukan "Restoran Merah" yang disebutkan dalam buku harian. Ruangan dan koridor di sekitarnya sama sekali tidak teratur.
Namun satu-satunya hal yang patut disyukuri adalah hantu perempuan itu tidak pernah muncul lagi.
Saat itu, Mizhen mengulurkan setengah tubuhnya dan melihat ke koridor belakang. Koridor di belakang ini cukup panjang, dengan lantai ubin marmer yang mengilap. Di sepanjang kedua sisi koridor, masih terdapat banyak pintu.
Mizhen sangat paham bahwa tempat-tempat yang dituju oleh pintu-pintu ini akan menjadi labirin baru.
"Masih belum ada petunjuk sama sekali." Mizhen menarik kembali kepalanya dan menatap Li Yin di sampingnya, bertanya: "Kakak Kelas, apa kamu punya cara? Pu Miling mengatakan labirin ini memiliki 'jalan keluar'. Sepanjang perjalanan kita belum melihat hantu perempuan itu. Pu Miling bisa masuk ke labirin ini dengan hidup-hidup lalu keluar, tapi hantu perempuan itu masih tetap ada, membuktikan bahwa ini bukan jenis jalan keluar berupa penyegelan."
"Aku juga berpikir begitu." Li Yin mengangguk setuju: "Jalan keluar pasti berupa penciptaan kondisi tertentu."
Begitu kondisi itu terpenuhi, kita bisa keluar dari labirin. Tapi jika kondisi tidak terpenuhi, tidak akan ada harapan. Hanya saja, penghuni yang tidak sedang menjalankan misi darah tidak akan mendapatkan petunjuk jalan keluar, artinya tanpa buku harian yang ditinggalkan Pu Miling, mustahil keluar dari labirin ini. Jika labirin ini benar-benar tidak memiliki pintu keluar, maka kita hanya akan terperangkap sampai mati.
"Restoran Merah Nomor 1." Li Yin masih memegang kertas buku harian itu, "Tapi sampai sekarang belum terlihat ruangan berwarna merah, apalagi restoran. Tidak, yang lebih penting adalah, apakah tempat berlabirin ini benar-benar bisa mengantarkan ke Restoran Merah Nomor 1?"
Mizhen juga berulang kali membaca lembar buku harian itu, namun tetap tidak tahu bagaimana cara mencapai Restoran Merah Nomor 1. Selain itu, bangunan aneh ini seolah tidak memiliki batas sama sekali - setiap pintu yang dibuka akan menampilkan banyak jalur bercabang, membentuk labirin yang sangat besar dan rumit.
Karena itu, muncul dugaan menakutkan dalam hatinya.
Tempat ini...
Mungkinkah ini lokasi pelaksanaan misi darah kesepuluh? Jika tahun 1982 masih dalam rentang lima puluh tahun terakhir, berarti tempat ini mungkin bagian dari dimensi tempat Raja Iblis berada!
Apakah Pu Miling sengaja memancing mereka untuk memasuki wilayah kekuasaan Raja Iblis?
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, Mizhen membekuk. Sebuah pintu di sampingnya terbuka sedikit, dan dari celah itu terlihat kilatan merah menyala seperti darah!
Mizhen segera berlari dan membuka pintu itu lebar-lebar!
Merah!
Dinding, lantai, semuanya berwarna merah! Ruangan seluas sekitar 200 meter persegi ini memiliki bar besar di tengah, dengan meja-meja bundar berisi hidangan panas yang menguap!
Yang paling mencolok adalah angka "1" raksasa berwarna merah tua di dinding, memberikan kesan magis dan menyeramkan.
Ruangan merah total!
"Di sinilah tempatnya!" Mizhen tidak langsung melangkah masuk ke ruangan, melainkan mengamati ruangan tersebut. Di dalam hanya terdapat beberapa meja, tanpa tanda-tanda aktivitas lain.
"Kakak Kelas, biar aku yang masuk dulu," akhirnya Mizhen memutuskan untuk mencoba sendiri, "Aku sudah terkena kutukan, mustahil mati di dalam Labirin ini. Jadi biarkan aku uji dulu. Jika tidak ada bahaya, Kakak baru boleh masuk."
Tanpa menunggu jawaban Li Yin, dia langsung melangkah masuk dan berjalan menuju deretan meja makan itu.
Hidangan di meja sangat mewah: sup ayam kampung, seafood, okonomiyaki, roti, salad. Perut Mizhen yang sudah lapar keroncongan melihat makanan favoritnya. Tiba-tiba matanya tertarik pada sebuah kotak di salah satu meja.
Dia mendekati kotak itu, membukanya, lalu mengeluarkan isinya.
Di dalamnya terdapat selembar kertas yang tertindih batu. Tulisan di kertas itu pastilah karya Pu Miling.
“Jangan khawatir, silakan duduk dan makan. Masakan di sini bisa kalian nikmati sepuasnya, benar-benar aman. Setiap sudut bangunan ini memiliki restoran seperti ini. Sekarang akan kuberitahu satu hal: Di dalam bangunan ini ada dua tempat yang mutlak aman, yaitu restoran dan kamar mandi (dilengkapi pancuran). Di kedua tempat ini, sama seperti bagian dalam apartemen, tidak akan ada hantu yang masuk. Tapi kalian tidak boleh tinggal lebih dari satu jam. Setelah satu jam, begitu kalian keluar, hantu akan langsung menunggu di luar. Jika kalian tinggal lebih dari dua jam, tempat ini akan mengalami breakdown dan menghilang, lalu kalian terperangkap di dimensi paralel. Selain itu, restoran atau kamar mandi yang pernah dimasuki tidak boleh dikunjungi untuk kedua kalinya. Bagaimana? Informasi yang cukup berharga bukan? Selanjutnya, kalian harus menemukan kamar mandi putih nomor 2.”
Mizhen meletakkan kembali lembar buku harian di atas meja. Tiba-tiba ia merasa ini sangat ironis. Meski tahu orang ini mungkin sedang mempermainkan mereka, tapi apa lagi yang bisa dilakukan? Hanya bisa mempercayainya.
“Sepertinya tidak ada masalah, Kakak Kelas. Silakan masuk.” Mizhen sudah duduk.
Sejujurnya, semua masakan ini terlihat sangat segar dan terus menguapkan hawa panas, sungguh tak masuk akal.
Setelah Li Yin ikut masuk, ia duduk bersama Mizhen. Makanan di setiap meja jumlahnya hampir sama. Mizhen mengambil mangkuk dan sendok, menyendokkan sup seafood untuk Li Yin yang langsung berkata: “Aku bisa sendiri, Mizhen. Kamu juga minumlah sup.”
“Ya, baik.”
"Meski perut Mizhen sangat lapar, rasa haus lebih parah." Tanpa banyak basa-basi, dia menuangkan semangkuk sup ayam kampung dan mulai menyantap dengan lahap. Mengenai kemungkinan makanan bermasalah, dia tidak memikirkannya. Jika Pu Miling ingin memasang jebakan, pasti tidak akan menggunakan cara selevel meracuni makanan.
Saat ini, mereka punya waktu sekitar satu jam untuk beristirahat. Tapi harus benar-benar memperhatikan waktu. Jika terlambat keluar dari sini setelah satu jam, konsekuensinya akan mengerikan...
"Kakak Kelas."
"Hmm?"
"Aku masih ingat, masakan favoritmu adalah sup seafood." Mizhen menatap mangkuk sup di tangan Li Yin sambil bergumam, "Meski aku dan Mian Tian tidak suka seafood, tapi karena kau menyukainya, aku terus belajar memasak hidangan laut... Ingat pertama kali kau minum sup lobster buatanku? Ekspresi bahagiamu saat itu masih jelas kuingat."
"Oh ya?" Li Yin menggenggam mangkuk itu, hanya mengucapkan dua kata singkat.
Ekspresi Mizhen terlihat sendu. "Kau... sudah lupa?"
Li Yin tetap membisu.
"Sudahlah, tidak apa jika lupa." Mizhen cepat-cepat melambaikan tangan, "Lihat, aku mulai ngomong tidak karuan lagi. Ayo makan dulu, kita butuh energi untuk mencari kamar mandi putih itu nanti!"
Di dinding, angka Arab "1" yang vertikal itu menetes seperti air mata darah yang tumpah tiba-tiba...
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 17 Tangan Berdarah Muncul Kembali
Pada saat yang sama, Huangfu He masih mengarahkan pisaunya ke Zhan Tianlin sambil menginterogasi.
Saat ini, orang yang berpikir paling cepat adalah Pei Qingyi! Dia masih ingat pesan Yin Ye padanya, yaitu rencana untuk membunuh Shangguan Mian. Awalnya Pei Qingyi masih menganggap bahwa membunuh Shangguan Mian terlalu berbahaya. Sebagai pembunuh bayaran mengerikan dari Eropa, bagaimana mungkin mereka bisa membunuhnya? Bahkan dengan memanfaatkan hantu, risikonya tetap terlalu besar. Namun, melihat Zhan Tianlin sekarang membuat pikirannya aktif. Jika pria ini benar-benar memiliki kemampuan meracun yang tak terduga, mungkin dengan merekrutnya mereka benar-benar bisa membunuh Shangguan Mian!
Tentu ini masih sebatas asumsi. Apakah bisa direalisasikan tergantung situasi. Namun Pei Qingyi sudah memiliki pemikiran untuk tidak membiarkan Zhan Tianlin mati. Faktanya, penghuni apartemen saat ini secara umum memiliki ketakutan besar terhadap Shangguan Mian, termasuk Pei Qingyi. Dia tentu tak mau melewatkan kesempatan baik yang mungkin bisa membunuh Shangguan Mian ini!
"Huangfu! Tenanglah!" Pei Qingyi segera berseru: "Jangan bertindak dulu! Mungkin ada kesalahpahaman, yang penting kau tenang dulu!"
Namun Huangfu He sama sekali mengabaikan perkataan Pei Qingyi. Pisau belatinya menempel erat di leher Zhan Tianlin, sudah mengeluarkan garis darah. Sorot mata Huangfu He penuh amarah. Dalam kemarahan seperti ini, tak ada yang meragukan niatnya untuk benar-benar membunuh!
Meskipun, dalam masyarakat normal, orang-orang dipengaruhi oleh hukum, moral, dan pemikiran menghargai nyawa sehingga sulit melangkahi batasan hati untuk membunuh, setidaknya umumnya sulit merencanakan pembunuhan dengan pemikiran matang. Bahkan dalam impuls sesaat, biasanya tidak ada niat sengaja untuk "membunuh". Namun, penghuni apartemen berbeda. Hidup di zona yang terlepas dari norma masyarakat, menjalani kehidupan neraka yang penuh ketidakpastian dan bahaya maut, terus-menerus menghadapi kematian, kondisi mental mereka sudah sangat rapuh.
Dalam keadaan seperti ini, begitu konflik sebenarnya terjadi antar penghuni, penindasan rasa bersalah atas tindakan membunuh akan terus melemah, akhirnya berkembang menjadi tindakan membunuh yang nyata!
"Katakan! Antidot! Mau tidak kamu keluarkan antidotnya!" Huangfu He terus meraung: "Zhan Tianlin, jangan kira aku tidak berani membunuhmu! Kesabaranku ada batasnya!"
"Bunuh aku, dan tidak akan ada yang bisa membuatkan antidot untukmu." Zhan Tianlin tetap bersikap keras, sorot mata haus darahnya tak berkurang: "Kulangkap lagi, hanya aku yang bisa mensintesis antidot untuk racun itu. Di dunia ini tak ada orang lain yang bisa menganalisis toksin ini, tak ada!"
Saat itu, Xue Zhen mendekat dari belakang Huangfu He. Wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan sambil menutupi pipi dengan ekspresi ketakutan: "Apa maksudnya? Huangfu... A-apakah aku diracun?"
"Tangan Huangfu He gemetar. Pisau belati yang dipegangnya begitu halus hingga bisa berfungsi sebagai cermin. Dari permukaan pisau itu, dia melihat jelas ekspresi ketakutan Xue Zhen yang berada di belakangnya."
"Namun, seketika itu juga, wajah Huangfu He menunjukkan ekspresi yang jauh lebih ketakutan!"
"Tidak... tidak!"
"Huangfu He segera menoleh ke belakang, namun yang terlihat hanyalah kekosongan. Xue Zhen yang tadi masih berdiri di belakangnya, kini telah lenyap tanpa jejak!"
"Xue Zhen!" Huangfu He tiba-tiba mengamuk seperti singa yang terluka, berteriak sekuat tenaga, tapi tak ada yang menjawab.
"Bagaimana... Bagaimana ini bisa terjadi?" Dia menatap Pei Qingyi dan Su Xiaomo, bertanya kasar: "Kalian... siapa yang melihat? Di mana Xue Zhen? Ke mana Xue Zhen pergi?"
"Aku..." Pei Qingyi juga tak percaya: "Aku tidak tahu. Saat itu aku hanya memperhatikanmu. Entah bagaimana, ketika sadar, Lian Xuezhen sudah tidak terlihat."
"Aku... aku juga," Su Xiaomo yang ketakutan menarik-narik ujung baju Pei Qingyi, gemetar: "Aku... aku juga tidak memperhatikan. Tunggu, Huangfu, tiba-tiba kau menoleh tadi. Bagaimana kau tahu Xue Zhen menghilang?"
"Pisau belati!" Dia menggenggam erat senjatanya sambil berteriak: "Aku melihat! Bayangan di pisau ini. Tangan berdarah itu muncul di bahu Xue Zhen! Kalian... tidak ada yang melihat?"
"Meski sudah menduga, Pei Qingyi tetap tak bisa menahan langkah kakinya yang mundur teratur setelah mendengar penuturan itu."
“Saya, saya tidak melihat,” dia menggelengkan kepala sekuat tenaga, berkata: “Apa, apakah kamu dan ibumu memiliki semacam 'fisik hal gaib'? Mengapa hanya kamu dan ibumu yang bisa melihat tangan berdarah itu?”
Sebenarnya pertanyaan ini juga sangat membingungkan Zhan Tianlin dkk. Jika benar ada yang disebut "fisik hal gaib" seperti ini, itu akan menjadi hal yang sangat penting bagi para penghuni. Kamya Sayoko dan Ke Yinye masing-masing telah memerintahkan Zhan Tianlin dan Pei Qingyi bahwa kemungkinan Huangfu He memiliki fisik hal gaib harus diperhatikan ekstra, harus segera melaporkan perkembangan baru, dan sebisa mungkin melindunginya. Faktanya, kedua aliansi sementara pernah menghubungi Huangfu He, namun dia tampaknya tidak berminat bergabung dengan pihak mana pun, tetap menjaga netralitas.
“Xue Zhen, apakah Xue Zhen sudah mati? Tidak, tidak mungkin,” Huangfu He sambil memegang pisau belati mondar-mandir, bergumam: “Benar, korban lain pasti meninggalkan jenazah. Kalau Xue Zhen mati, seharusnya ada jenazahnya...”
Saat itu, Zhan Tianlin berdiri, memandang Huangfu He dengan tatapan keji. Terhadap pria ini, awalnya dia sudah berniat untuk membunuhnya. Namun perkataan Pei Qingyi tadi membuatnya mulai ragu. Dia teringat pesan Kamya Sayoko untuk memperhatikan pria bernama Huangfu He ini. Sekarang terbukti dia memiliki fisik hal gaib yang langka. Sungguh disayangkan jika orang seperti ini dibunuh.
Bagaimanapun, di dalam apartemen mengerikan ini, konstitusi hal gaib seperti ini benar-benar sangat langka dan patut diperhatikan. Setahun berlalu, dia berniat untuk sementara menekan keinginannya untuk membunuh Huangfu He. Sebelum menganalisis secara mendalam konstitusi hal gaib pria ini, membunuhnya adalah tindakan yang sangat tidak bijaksana.
Tepat pada saat itu, ponsel di saku atas Huangfu He tiba-tiba berdering! Dia segera mengeluarkan ponselnya, dan yang menelepon ternyata Xue Zhen! Dia langsung menerima panggilan: "Halo, Xue Zhen? Kamu di mana..."
"La... lantai lima! Huang... Huangfu, benar-benar ada hantu, kamu benar, tolong aku, cepat selamatkan aku!"
Huangfu He tidak ragu lagi, langsung berlari ke arah tangga. Setelah masuk, dia langsung naik ke atas. Di belakang, Pei Qingyi dan yang lain juga menyusul.
Jika lantai satu tidak bisa keluar, maka semua lantai mungkin berbahaya. Tadi Pei Qingyi yang berada cukup dekat juga mendengar suara dari ponsel.
"Lantai lima..." Pei Qingyi berkata sambil mengejar dari belakang, "Lantai lima pasti ada masalah! Kalau tidak, mengapa jenazah-jenazah itu semua dibawa ke rumah lamamu?"
Awalnya sempat diduga apakah hantunya adalah bak mandi itu, tapi kemudian guru Fang tewas di luar kamar mandi. Jadi, semua mulai berspekulasi: jangan-jangan seluruh ruangan 501 adalah hantu?
Namun Zhan Tianlin memiliki spekulasi lebih lanjut. Sebenarnya, pembunuhan tidak sengaja terhadap Xu Xiong juga membuatnya menyesal, karena korban jelas menemukan sesuatu sebelum mati, berkata "berbeda, benar-benar berbeda..."
"Berbeda" bagaimana?
Pei Qingyi juga mempertimbangkan pertanyaan yang sama. Yang dimaksud "berbeda" itu apa? Secara alami, mungkin sesuatu yang terekam dalam video DVD tersebut, keberadaan suatu objek yang berbeda dari kenyataan? Tapi apa? DVD itu hanya merekam konten lantai 5 dan 6. Karena perpindahan dari lantai 5 ke 6 menggunakan lift, objek apa yang ada di koridor lantai 5 juga tidak diketahui. Sejauh ini, tata letak koridor di setiap lantai terlihat mirip. Perubahan kecil dalam 10+ tahun ini wajar, kecuali ada perubahan besar...
Atau mungkin orang? Orang yang muncul ada Huangfu He, Lian Xuezhen, Luo Jiayan, Luo Jiahui, Zheng Jian, Zhang Qiuxia, Zheng Dahu, serta Lian Tianxiang dan Sun Xindie. Tapi Xu Xiong hanya melihat Huangfu He, Lian Xuezhen, dan Zheng Jian. Dia tidak melihat orang lain sama sekali. Dari ketiganya, jelas Huangfu He dan Lian Xuezhen berbeda karena mereka masih anak-anak waktu itu. Zheng Jian terlihat lebih tua tapi tetap sama.
Benar-benar tidak terlihat perbedaan yang "sepenuhnya berbeda". Apa yang ingin diucapkan Xu Xiong sebelum meninggal? Jika dia tidak mati, mungkin jalan keluar sudah ditemukan!
Akhirnya, Huangfu He tiba di lantai 5. Begitu keluar dari tangga, dia langsung berlari ke Unit 501! Saat tiba di depan pintu, ternyata pintu tidak terkunci! Padahal dia sudah menguncinya saat pergi.
Setelah masuk, ruangan itu kosong tak berpenghuni!
“Bagaimana mungkin……Xue Zhen, Xue Zhen!” Huangfu He segera berlari masuk ke dalam ruangan, berteriak sekuat tenaga: “Di mana kamu, Xue Zhen!”
“Berisik sekali!”
Suara terdengar dari belakang, saat menoleh ke belakang terlihat seorang wanita setengah baya berdiri di pintu, sebatang rokok tergantung di mulutnya, kedua tangan menyelip di saku, rambutnya sangat kusut, berkata: “Lagi kamu! Ngomong-ngomong siapa kamu, aku rasa pernah melihatmu?”
Wanita ini adalah tetangga sebelah Huangfu He dulu, Zhang Min! Dahulu, hubungannya dengan suaminya Li Yuan, Sun Xindie, dan ibu-anak Huangfu He cukup baik. Namun sejak Sun Xindie memperingatkan Li Yuan tentang insiden tangan berdarah yang akhirnya menyebabkan kematian Li Yuan, timbul kesalahpahaman Zhang Min. Dia termasuk orang yang sangat membenci Sun Xindie, berbeda sama sekali dengan Luo Jiayan, dia termasuk yang benar-benar yakin pelaku kejahatan tahun itu adalah Sun Xindie.
“Apa, apa kamu melihat Xue Zhen?” Huangfu He buru-buru mendekat, bertanya: “Katakan, apa kamu melihat Xue Zhen?”
“Nona Lian? Tidak. Kamu benar-benar terlihat familiar, di mana ya aku pernah melihatmu...”
Tepat di saat ini...
“Aaaaaaaaa——”
Teriakan yang membuat meremang bulu kuduk terdengar dari balik dinding sebelah!
Itu dari Kamar 502!
Xue Zhen sekarang berada di Kamar 502!
Huangfu He langsung berlari ke pintu masuk ruangan sebelah, memutar gagang pintu, tapi pintunya terkunci!
“Xue Zhen! Xue Zhen!”
Pei Qingyi dan yang lain juga bergegas mendekat, Zhan Tianlin menarik tubuh Huangfu He sambil berkata: “Minggirlah!”
"Lalu, dia mengeluarkan botol kecil dari tubuhnya, berisi cairan ungu muda. Saat membuka botol itu, Huangfu He segera menggenggam tangannya dan bertanya keras: "Apa yang ingin kamu lakukan?""
"Kalau tidak percaya, terserah. Tapi bisakah kamu membuka pintu ini sekaligus?""
"Siapa yang akan mempercayaimu!""
Pei Qingyi segera datang melerai: "Bagaimana kalau kita biarkan dia mencoba? Dalam situasi sekarang, kita semua seperti serangga di benang yang sama, menghadapi hantu-hantu. Lebih baik bersatu.""
Pei Qingyi tahu hanya dengan memanfaatkan musuh bersama, permusuhan antara Huangfu He dan Zhan Tianlin bisa dikurangi secara psikologis. Sementara itu, Zhan Tianlin menggunakan kesempatan ini untuk membuka botol kecilnya, meneteskan setetes cairan ke pintu. Kemudian, keajaiban terjadi! Cairan itu menyebar cepat, bagian tengah pintu mulai berkarat dan terkelupas, membentuk lubang sebesar baskom!
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Kedelapan Belas Kengerian di Lantai Lima
Racun mengerikan ini adalah sintesis Zhan Tianlin sendiri, sejenis toksin super yang merusak struktur internal materi. Baik logam maupun organisme hidup, semuanya bisa dihancurkan.
Ekspresi terkejut yang sangat terlihat di wajah Huangfu He dan Pei Qingyi, namun segera menghilang. Huangfu He dengan cepat memasukkan tangannya ke lubang, memutar gagang pintu, mendorongnya terbuka, lalu berlari masuk!
"Xue Zhen!""
“Zhan Tianlin menyimpan botol kecil itu kembali sambil waspada mengamati pemandangan di balik pintu, tidak terburu-buru masuk. Hidup atau matinya Lian Xuezhen sama sekali tidak dia pedulikan, mana mungkin dia masuk menemani Huangfu He mencari maut? Pei Qingyi juga demikian, meski tahu bahaya di dalam tetap masuk, dia tidak memiliki sifat mulia segitu. Sedangkan Su Xiaomo yang pengecut sudah gemetaran ketakutan, hanya bisa bersembunyi di belakang Pei Qingyi.”
“Huangfu He yang menerobos masuk ke ruangan justru tidak melihat Xuezhen di ruang tamu. Dia lalu menyambar ke kamar tidur - kosong, masuk ke ruang perpustakaan - tetap tidak ada. Setelah memeriksa seluruh ruangan, sama sekali tidak ditemukan jejak Xuezhen.”
“Bagaimana... Bagaimana mungkin ini terjadi? Xuezhen, di mana Xuezhen? Di mana dia?”
“Lian Xuezhen pun menghilang begitu saja.”
“Di luar pintu, Pei Qingyi mengerutkan kening melihat Huangfu He yang berlarian seperti lalat tanpa kepala. Alasan dia ikut naik karena merasa lantai lima adalah kunci jalan keluar. Tapi tempat ini terlalu berbahaya, semakin lama tinggal bisa-bisa mati tanpa alasan jelas. Lebih baik lakukan strategi ke-36 - kabur adalah taktik terbaik!”
“Sebenarnya tidak hanya Pei Qingyi, Zhan Tianlin dan Su Xiaomo juga berpikir sama. Bahaya di lantai lima jelas terlihat oleh semua. Tapi meski turun dari lantai lima, apa bedanya? Saat berada di lantai satu pun, bukankah Lian Xuezhen tetap tewas?”
“Setelah memastikan Xuezhen tidak ada, Huangfu He pun berlarian keluar dengan mata berbinar ganas: 'Xuezhen, dia hilang! Dia hilang!'”
“Tunggu sebentar…” Pei Qingyi tiba-tiba menyela ucapan Huangfu He, berkata: “Sepertinya, ada satu orang lagi yang menghilang.”
“Siapa?” Huangfu He segera mengejar.
“Bagaimana dengan wanita yang merokok tadi?”
Yang dia maksud tentu Zhang Min. Dia tadi masih berdiri dengan baik di samping, hanya saja semua orang sebelumnya memusatkan perhatian pada Huangfu He, jadi wajar tidak ada yang menyadari Zhang Min.
“Dia, mungkin sudah pulang?” Zhan Tianlin sama sekali tidak memperhatikan wanita itu, tapi sekarang teringat dan merasa ada yang tidak beres.
Saat dia merusak pintu masuk rumah Xue Zhen dengan racun tadi, sama sekali tidak terdengar suara Zhang Min. Secara logika, seseorang yang melihat pemandangan mengerikan seperti itu pasti akan sangat terkejut, mustahil sama sekali tidak bersuara. Tapi waktu itu sangat singkat, apakah dia sudah pulang? Meski sudah pulang… tidak ada yang mendengar suara pintu ditutup. Apakah mungkin dia pergi dari sini?
Tapi ini juga tidak mungkin. Karena setelah pintu dihancurkan, pandangan Zhan Tianlin dan Pei Qingyi tepat berhadapan. Kala itu, apapun arah yang ditempuh Zhang Min, setidaknya satu dari mereka pasti melihatnya. Kini Pei Qingyi mengatakan dia menghilang, berarti sama sekali tidak melihat Zhang Min! Kalau begitu…
Jangan-jangan dia juga…
Ini membuat wajah Pei Qingyi semakin pucat. Meskipun yang mati bukan penghuni apartemen, semua tahu betapa mengerikannya ini. Sudah hampir lebih dari dua puluh menit sejak kematian Si Xiaoxiao, total durasi misi darah ini hanya enam jam. Dalam skenario terbaik, hanya satu orang mati per jam. Jika interval waktu diperpendek, rata-rata satu penghuni tewas setiap setengah jam...
Itu benar-benar mengerikan!
Memikirkan ini, Pei Qingyi tak ingin berlama-lama di tempat ini. Ini baru kali kedua dia menjalankan misi darah. Di Jepang dulu, dia hampir tewas di desa Kagami. Kini, dia ingin segera menyelamatkan diri dari lantai ini!
"Huang, Huangfu, ayo pergi!" Pei Qingyi menarik tangan Su Xiaomo, langsung bergegas menuju tangga tanpa menoleh. Melewati Zhan Tianlin, dia berteriak: "Kau juga ikut kami! Cepat, cepat!"
Zhan Tianlin menatap sorot mata membunuh dari Huangfu He: "Jangan lihat aku begitu. Meski tanpa racinku, dia tetap takkan selamat. Aku ubah niat, takkan membunuhmu. Tapi jangan coba-coba mengusikku, atau..."
Huangfu He bahkan tak mempedulikannya. Langsung melewati Zhan Tianlin menuju unit 501. Melihat ini, Zhan Tianlin segera paham: dia ingin memastikan apakah ada jenazah baru di dalam!
Zhan Tianlin tentu tak mau ikut. Dia segera menoleh ke belakang, menyusul Pei Qingyi dan Su Xiaomo. Saat Pei Qingyi menoleh, hanya melihat Zhan Tianlin: "Huang... Huangfu mana?"
“Dia kembali ke kamar 501 lagi.” Zhan Tianlin terkekeh sinis, berkata: “Sudahlah, biarkan dia mati saja, supaya kita punya lebih banyak waktu untuk mencari jalan keluar.”
Mendengar itu, Su Xiaomo langsung melotot tajam ke arah Zhan Tianlin, “Kau ini pembunuh psikopat! Aku tak akan membiarkanmu menghina Huangfu! Apakah benar kau yang membunuh Dokter Xu?”
“Sudah, cukup,” Pei Qingyi segera memotong pembicaraan Su Xiaomo. Dia tahu, Zhan Tianlin mungkin satu-satunya penghuni apartemen yang bisa membunuh Shangguan Mian. Selama wanita itu hidup, nyawa penghuni apartemen selalu tergenggam di tangannya. Lagipula, berbeda dengan hantu, dia bisa masuk ke apartemen. Jadi tidak ada tempat untuk lari. Kesempatan memiliki pria seperti Zhan Tianlin yang bisa mengimbanginya tak boleh disia-siakan.
Tentu saja, dibandingkan kemampuan meracun Zhan Tianlin, kondisi supranatural Huangfu He lebih bernilai untuk diteliti. Dia sangat paham hal ini. Tapi jika Huangfu He nekat mencari mati, dia pun tak akan berusaha menyelamatkannya. Ini adalah misi darah, bukan operasi kemanusiaan. Salah langkah sedikit bisa membuat mereka tidak akan bisa bangkit lagi. Prioritas utama adalah bertahan hidup, baru kemudian moralitas.
Tapi sekarang semuanya harus menunggu sampai mereka bisa keluar dari tempat ini dan menyelesaikan instruksi tulisan darah kedua.
Saat itu, Huangfu He berdiri di ruangan 501 yang kosong. Dia membuka pintu kamar mandi, jenazah Xia Hao masih tergeletak di sana tanpa bergerak. Masuk ke ruang dalam, kotak-kotak masih tersusun rapi. Huangfu He berjalan mendekat, tangannya gemetar saat membuka kotak itu. Di dalamnya masih terdapat jenazah Si Xiaoxiao dan guru Fang.
Huangfu He keluar dari ruangan ini dan menuju ruangan sebelah. Ruangan itu dulunya adalah kamar tidur ibunya. Sampai di depan pintu, dia mengulurkan tangan dan membukanya.
Begitu pintu terbuka, wajah pucat kebiruan langsung muncul di hadapannya. Seketika, tubuh seorang wanita terjatuh ke lantai! Wanita ini jelas-jelas sebelumnya bersandar di pintu! Di dalam ruangan, terdapat jenazah lain!
Ini adalah dua jenazah perempuan! Leher mereka juga memiliki bekas cekikan, ekspresi wajah yang terdistorsi sangat parah hingga orang yang mengenal mereka semasa hidup pun mungkin tak bisa mengenali! Pemandangan mengerikan ini membuat tubuh Huangfu He mundur beberapa langkah.
Namun, dia segera memperhatikan bahwa pada jenazah yang terjatuh di depannya, kerah baju yang terbuka memperlihatkan tato hitam berbunga di dada.
Luo Jiayan!
Tato bunga hitam yang dilihatnya di keping DVD sebelumnya persis sama dengan tato ini! Wanita yang mati ini pasti Luo Jiayan!
Lalu bagaimana dengan jenazah perempuan yang satunya?
Huangfu He segera melihat ke arah itu. Jenazah perempuan itu mengenakan pakaian yang berbeda dengan Xue Zhen, membuatnya sedikit lega. Lagipula, jika itu Xue Zhen, Huangfu He tidak mungkin tidak mengenalinya.
Ini adalah ruangan terakhir.
Dia keluar dari ruangan ini dan menutup pintu. Saat ini, ruangan yang sepi itu sunyi senyap. Lian Xuezhen telah menghilang begitu saja dari dunia. Bahkan, jenazahnya pun tidak muncul.
Dia menoleh ke belakang, namun pemandangan di depan matanya kembali membuat pupil matanya menyempit!
Di tengah ruang tamu, terbaring jenazah perempuan baru! Wajah jenazah itu berubah bentuk lebih parah, seluruh wajahnya seolah memanjang belasan sentimeter, mulut terkoyak seperti pinggiran cangkir, pupil mata menonjol dalam-dalam hampir ingin melemparkan bola mata keluar! Di leher jenazah itu juga terdapat bekas cekikan merah menyala.
Pakaian perempuan itu persis sama dengan yang dikenakan Zhang Min! Selain itu, sebatang rokok di sampingnya juga membuktikan hal ini.
Tiga jenazah perempuan berturut-turut seolah menjadi ancaman roh jahat yang bersembunyi di kegelapan bagi para penghuni! Setelah Si Xiaoxiao, siapa yang akan menjadi korban berikutnya? Siapa lagi yang akan mengalami malapetaka seperti ini?
Suasana seram terus membayangi.
Setiap langkah Huangfu He saat ini terasa berat bagai mengangkat ribuan kati. Tak seorang pun tahu kapan hantu akan muncul, dan dari mana. Lalu apa sebenarnya jalan keluar itu? Bagaimana cara melarikan diri dari sini?
Dia teringat perkataan Dokter Xu.
"Tidak sama".
Apa yang "tidak sama"?
"Sebenarnya apa ini?"
Instruksi tulisan darah menyebutkan "postur normal", tapi apa sebenarnya maksudnya?
Dia perlahan berjalan mendekati jenazah Zhang Min. Wajah yang mengerikan itu, meski tak ingin dilihat lama-lama, tetap ingin dia periksa.
Tunggu sebentar...
Tunggu sebentar...
Huangfu He tiba-tiba membeku.
Di belakang...
Di belakang...
Siapa di belakang?
Sebuah pandangan menusuk dari belakangnya, lalu bau anyir mulai menyebar di udara. Kaki Huangfu He kini tak bisa bergerak sedikitpun.
Di belakang, siapa yang ada di sana?
Dia yakin betul ada orang di belakang, pasti ada seseorang!
Entah berapa lama, sensasi sentuhan aneh menyergap... bahunya!
Dari sudut mata, pandangannya bergerak perlahan, seinci demi seinci.
Itu darah.
Sebuah tangan yang berlumuran darah segar - tangan yang sangat dikenalnya - mencengkeram bahu kanannya! Tangan itu seperti menetapkan takdir Huangfu He.
"Tidak——"
Dia segera menoleh ke belakang! Tapi di belakang, sudah tak ada siapa-siapa. Persis seperti yang dia dan ibunya saksikan dulu pada Tang Zhen, Zhang Qiuxia, Li Yuan, dan lainnya.
Di belakang, tak ada apa-apa.
Tak ada apa-apa.
Pei Qingyi, Zhan Tianlin dan yang lain tiba di lantai empat. Baru beberapa langkah, mereka melihat di ujung koridor Fang Tianying dan Lu Qing berjalan berdampingan.
"Ah? Kalian?" Lu Qing terkejut, "Kalian... kenapa datang? Sudah selesai melihat?"
"Oh kamu." Pei Qingyi segera mendekat, bertanya: "Kamu bernama Fang Tianying, kan?"
“Ya,” Fang Tianying menggaruk-garuk kepalanya berkata: “Tadi sedang melukis komik, tapi entah kenapa merasa ada sesuatu yang sangat aneh. Jadi, aku keluar dan melihat Lu Qing. Dia sepertinya juga merasakan hal yang sama.”
“Ya,” ekspresi Lu Qing juga menjadi muram, “Sepertinya, akan terjadi sesuatu. Hmm, apakah ini terdengar aneh?”
Mereka juga merasakannya? Pei Qingyi tubuhnya gemetar, lalu menarik napas dalam dan berkata: “Hei, kalian berdua, kuberi nasihat. Segera tinggalkan apartemen ini. Percayalah, bertahun-tahun kemudian kalian akan sadar ini keputusan terbijak seumur hidup.”
“Hah? Maksudmu apa?” Ekspresi bingung muncul di wajah Fang Tianying, “Kau tahu sesuatu? Ceritakan padaku!”
“Tidak, bukan apa-apa...”
Pada saat yang sama, di lantai lima.
Di lantai lima ini, Huangfu He menerobos keluar dari pintu Unit 501. Sekarang dia berlari sekuat tenaga menuju tangga, terus berlari...
Banyak kenangan muncul di pikirannya.
Tepat saat hampir sampai di tangga, pintu tangga tiba-tiba tertutup! Dia langsung memutar gagang pintu, tapi sama sekali tidak bisa dibuka!
Saat Huangfu He berlari kembali ke depan Unit 501, tiba-tiba rasa ketakutan menyergapnya. Dari celah pintu, dia melihat jenazah baru lagi!
Pintu terbuka. Di ruang tamu, ternyata bertambah beberapa jenazah lagi!
Huangfu He tidak tahu, semua penghuni lantai lima saat ini sudah berkumpul di sini.
Sekarang, dialah satu-satunya yang masih hidup di lantai lima...
## Jilid XX Siapa di Belakang? Bab XIX Buku Catatan Hitam
Huangfu He tidak bisa mempercayai pemandangan ini. Saat ini, dia hanya merasa seperti segala sesuatu berputar di sekelilingnya. Satu-satunya jalan keluar hanyalah lift!
Tapi siapa yang berani naik lift? Di ruang tertutup yang sempit itu, mati berapa kali pun tidak akan cukup!
Huangfu He terus mundur, menjauh dari Unit 501 sejauh mungkin!
Dalam hati dia berdoa: "Ibu, aku... mungkin tidak bisa membalas dendam untukmu... Aku tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan Xue Zhen pun tidak bisa kuselamatkan, bahkan Xue Zhen..."
Huangfu He kembali menatap pintu tangga. Dia berlari lagi ke sana, hanya ingin mencoba apakah bisa menerobos keluar!
Sampai di pintu masuk tangga, dia menghantam pintu yang terkunci itu lagi. Sekali! Dua kali! Tiga kali! Tapi tidak ada efek sama sekali, pintu itu tetap tak bergerak.
Dia mulai menyadari ini sia-sia belaka. Sekarang, hanya dengan menemukan jalan keluar, masih ada sedikit harapan.
Apa yang berbeda? Yang dikatakan Dokter Xu, bagian mana yang berbeda?
Sebenarnya apa yang dia dan Xue Zhen rekam hari itu? Apa sebenarnya?
Pada saat inilah sesuatu yang lebih mengerikan terjadi.
Lampu di koridor tiba-tiba mulai padam satu per satu! Dari kejauhan mendekat, lampu semakin redup! Segera, pandangan Huangfu He berubah menjadi dunia gelap!
Sebelum sempat merasakan reaksi ketakutan, sebuah suara terdengar.
"He... Tolong, tolong aku!"
Teriakan minta tolong yang mengerikan itu, kalau bukan Xue Zhen, siapa lagi? Suaranya terdengar dekat, tapi seolah juga jauh.
“Selamatkan aku! Selamatkan aku aaaaaaaaa——”
Suara itu akhirnya mulai melemah. Namun Huangfu He bahkan tidak bisa menggeser langkahnya seinci pun. Kegelapan pekat yang tak tertembus mulai menggerogoti sisa harapan terakhir di hatinya.
Dia terus membenturkan diri ke pintu masuk, berusaha keluar. Tapi, tetap gagal.
“Xue Zhen, aku tidak bisa menyelamatkanmu. Aku tidak punya cara untuk menyelamatkanmu lagi.”
Dia tahu Xue Zhen sudah mati. Gadis yang dianggapnya seperti adik, putri dari orang yang pernah sangat dicintai ibunya, teman yang menemaninya melewati masa bahagia sekaligus paling menyakitkan di masa kecil... Semuanya berakhir begitu saja.
“Buka! Buka! Pintu bukalah!”
Huangfu He berteriak sampai suaranya serak, ketakutan hampir sepenuhnya melumpuhkannya. Keputusasaan membuatnya bahkan tak punya tenaga untuk berdiri.
Tiba-tiba, dia merasakan sepasang tangan menyentuh lehernya. Tangan yang sedingin es itu mencekik lehernya dengan erat.
Lehernya dicekik mati oleh hantu tak kasat mata itu! Dia merasakan tubuhnya terangkat dari tanah, kesadarannya mulai memudar...
Lama kelamaan, lantai lima kembali terang. Tapi Huangfu He sudah tidak ada di pintu masuk tangga lagi. Dia menjadi salah satu dari banyak jenazah di kamar 501. Sampai mati pun, dia tidak pernah melihat wujud hantu yang membunuhnya. Sampai akhir hayat, hasratnya untuk membersihkan nama ibu tetap tak tergenapi.
Di saat yang sama, hanya terpisah satu lantai di koridor lantai empat.
“Keputusan paling bijaksana dalam hidup?” Fang Tianying memandang Pei Qingyi di depannya dengan bingung, dia merasa wanita ini sepertinya tidak sedang bercanda.
Sebelumnya, benar-benar ada perasaan menyeramkan dan misterius, seolah menginjakkan kaki di makam kuno yang tertutup debu ribuan tahun, bahkan udara yang dihirup terasa dingin mengerikan. Saat ini, peringatan serius dari Pei Qingyi membuat Fang Tianying merasa tidak boleh mengabaikan perkataan wanita ini dengan sembarangan.
“Selain itu…” Pei Qingyi membuka tas ranselnya dan mengeluarkan laptop yang tertumpuk di dalamnya, berkata: “Lu Qing, ini laptop yang kupinjam darimu. Maaf, aku ingin bertanya beberapa hal.”
“Oh?” Lu Qing menggaruk dahinya, bertanya: “Apa?”
“Tolong lihat ini.” Dia membuka layar laptop dan mulai memutar video tersebut. Tentu saja dimulai dari adegan terakhir Ultraman Tiga.
“Bisa tolong lihat ini?” Ekspresinya dingin seraya bertanya: “Menurutmu, ada bagian apa yang berbeda dari biasanya? Sekecil apapun tidak masalah. Tuan Fang Tianying, Anda juga tolong lihat. Apapun yang ditemukan, harap beri tahu saya.”
Mendengar ini, Zhan Tianlin juga tak bisa tidak memandang Pei Qingyi beberapa kali. Dalam situasi kritis itu dia cepat-cepat membawa laptop, tetap tenang di tengah bahaya, dan langsung menyusun strategi penanggulangan baru, sungguh luar biasa.
“Tapi, Nona Pei,” Zhan Tianlin mengingatkan, “Apa yang bisa diliat Xiong Xu, berarti itu juga hal yang pernah kaulihat kan? Kami tidak pernah berpisah dari Xiong Xu.”
"Aku tahu, Xu Xiong... Xu..."
Pei Qingyi tiba-tiba berubah pucat wajahnya! Ia baru menyadari telah melupakan sesuatu yang sangat penting! Sesuatu yang bisa membuat mereka semua tidak akan bisa bangkit lagi!
Jenazah Xu Xiong masih ada di lantai satu!
Begitu mayat Xu Xiong ditemukan orang, pasti akan langsung melapor ke polisi. Polisi akan segera datang ke sini! Bagaimana jika mereka dipaksa dibawa pergi untuk pengambilan pernyataan? Bayangan kutukan akan langsung aktif begitu mereka melangkah keluar dari apartemen!
"Zhan, Zhan Tianlin!" Pei Qingyi menekan tombol pause dengan wajah pucat: "Kita semua lupa, jenazah Xu Xiong... masih di lantai satu!"
"Masih ada?" Lu Qing menggelengkan kepala: "Tidak, sepertinya tidak. Aku baru saja naik dari lantai satu. Karena bosan di rumah, aku turun untuk meminta laptopku kembali. Tapi saat sampai di lantai satu, kalian semua sudah tidak ada..."
"Sudah tidak ada?" Ekspresi Pei Qingyi membeku: "Kamu yakin? Kapan kamu turun?"
"Dua tiga menit lalu. Ada apa? Seharusnya dia naik mencari kalian, orang bernama Xu Xiong itu. Ngomong-ngomong, Lian Xuezhen mana? Kenapa tidak bersama kalian? Apa maksudmu tanya ada yang berbeda?"
Wajah semua orang berubah-ubah, berbagai dugaan mengerikan mulai bermunculan. Tapi apapun spekulasinya, lebih mengarah ke hal-hal gaib.
"Saat ini, Pei Qingyi secara refleks menjauh beberapa langkah dari Zhan Tianlin. Jika Zhan Tianlin benar-benar pelaku yang membunuh Xiong Xu, maka begitu Xiong Xu menjadi hantu, orang pertama yang akan dicari tentu Zhan Tianlin!"
Bagi mereka yang mengetahui keberadaan hantu di dunia nyata, peristiwa di lantai satu tidak bisa tidak menimbulkan ketakutan. Tentu saja, Zhan Tianlin tidak menunjukkan ekspresi takut. Bagaimanapun juga, penghuni yang menjalankan misi darah selalu menghadapi hantu setiap saat, dia sudah kebal ketakutan. Apalagi, belum tentu Xiong Xu yang menjadi hantu.
"Berbicara tentang ini, aku menyadari sesuatu. Sepertinya, tidak pernah ada contoh sebelumnya penghuni yang berubah menjadi hantu." Zhan Tianlin tiba-tiba mengemukakan poin: "Hantu galak yang mati bisa dengan mudah mengendalikan hidup-mati orang, bahkan memanipulasi ingatan manusia. Tapi setelah penghuni mati, tidak ada satupun yang berubah menjadi arwah untuk melawan hantu apartemen."
Bahkan pengecualian satu-satunya, Murong Shen, sengaja dikendalikan oleh arwah Pu Miling. Setelah Pu Miling meninggal, Murong Shen pun menghilang dari dunia ini. Penghuni yang mati tidak bisa berubah menjadi hantu. Sampai saat ini, belum pernah ada preseden seperti itu. Faktanya, jika hal seperti itu terjadi, maka keseimbangan kesulitan misi darah itu sendiri akan runtuh. Cukup dengan memilih bunuh diri, penghuni bisa sepenuhnya terbebas dari dominasi dan kontrol misi darah.
Sebenarnya, sebelumnya juga banyak penghuni apartemen yang memikirkan masalah seperti ini. Hanya saja, karena pengaruh pandangan materialis konvensional, orang-orang tetap menganggap kematian sebagai titik akhir absolut kehidupan, sehingga tidak berani memilih bunuh diri. Namun, beberapa penghuni yang terdesak hingga batas ekstrim pernah mempertimbangkan untuk melarikan diri dari misi darah dengan bunuh diri dan berubah menjadi hantu galak untuk melawan. Sayangnya, hingga saat ini, tidak ada satu pun orang dengan niat seperti itu yang berhasil.
Roland pernah mengatakan bahwa niat jahat dan kengerian hantu merupakan simbol mental dari distorsi ketakutan manusia terhadap yang tak diketahui. Dengan kata lain, hantu dan kutukan sebenarnya harusnya termasuk dalam sugesti psikologis manusia. Tapi hantu di apartemen benar-benar memanifestasikan simbol ini secara nyata. Namun melihat situasi sekarang, alih-alih berpikir demikian, lebih tepat dikatakan bahwa hantu murni ada untuk memenuhi kebutuhan tingkat kesulitan instruksi tulisan darah. Artinya, ketika muncul fenomena yang melampaui keseimbangan tingkat kesulitan misi darah, fenomena idealis ini akan ditekan. Penghuni tidak bisa melakukan tindakan yang melampaui pandangan materialis dalam menjalankan misi darah. Mereka tidak bisa berubah menjadi hantu, setelah mati hanya akan menjadi protein yang dikomposisi mikroba.
Apartemen ibarat media yang menghubungkan dunia materialis dan idealis dengan cara yang cerdik.
Sebenarnya sisi mana dari dunia ini yang nyata?
Saat memikirkan ini, Zhan Tianlin merasa diri sendiri mengolok-olok. Seorang peneliti toksofarmasi yang tidak pernah percaya adanya kesadaran setelah kematian, kini harus mempertimbangkan masalah seperti ini.
“Pada dasarnya, instruksi tulisan darah hanyalah sebuah permainan yang tercipta di bawah aturan tidak masuk akal ini, seolah diciptakan oleh iblis. Penghuni hanyalah bidak catur, tidak ada yang bisa melompat keluar dari papan catur.”
“Itu…” Fang Tianying bertanya bingung: “Kalian sedang mendiskusikan film horor?”
“Tidak ada apa-apa.” Zhan Tianlin menggelengkan kepala: “Kalau begitu, lanjutkan saja pengamatan kalian. Bagian mana sebenarnya yang berbeda?”
Pei Qingyi tiba-tiba merasa pria bernama Zhan Tianlin ini sangat menakutkan. Bagaimana bisa tetap tenang seperti ini? Apakah dia manusia normal? Sekalipun benar seorang pembuat racun, apakah dia tidak takut mati? Atau mungkin dia punya rencana lain?
Rekaman mulai diputar lagi. Fang Tianying dan Lu Qing yang penasaran mulai menyimak isi rekaman dengan seksama. Saat mendengar dialog antara Huangfu He dan Lian Xuezhen, Fang Tianying tiba-tiba berkata: “Ngomong-ngomong, aku juga pernah melihat. Orang bertopi aneh dan memakai sarung tangan yang mereka sebutkan itu.”
“Kamu ingat?” Pei Qingyi segera menekan jeda dan mengejar: “Bagaimana ceritanya?”
“Hm, benar, tahun itu.” Fang Tianying melanjutkan: “Tahun pertama saya pindah ke sini, saat kasus itu terjadi. Hari itu, saya melihat seorang pria berjalan di koridor. Alasan saya memperhatikannya adalah karena saat itu dia memakai topi dengan celah panjang di pinggirnya, dan mengenakan sarung tangan katun. Saat itu sudah bulan Mei, tapi dia masih memakai topi dan sarung tangan, sangat aneh. Namun alasan saya sangat terkesan sampai masih ingat sampai sekarang adalah... wajahnya.”
“Wajahnya?” Pei Qingyi memperlambat nada bicara, bertanya dengan gugup: “Wajahnya bagaimana?”
“Bagaimana ya, bagaimana menggambarkannya?” Fang Tianying memiringkan kepala sambil berpikir, berkata: “Wajah itu... terlalu mengerikan. Tanpa sedikit pun warna darah di pipi, matanya sama sekali tidak berkilau, wajahnya terlihat kaku seperti mayat, sementara bibirnya tampak kebiruan seperti terkena radang dingin. Sekilas melihat, persis seperti mayat hidup!”
Saat itu juga, suhu udara di koridor seakan turun beberapa derajat.
“Apa, apa kamu saat itu... yakin melihatnya?” Pei Qingyi terus mendesak: “Kamu yakin?”
“Tentu saja!” Fang Tianying menjawab tanpa ragu: “Saat itu saya sangat terkejut, kesannya sangat mendalam, sampai sekarang masih saya ingat.”
Di saat yang sama, di lantai enam. Rumah Zheng Jian.
Zheng Jian saat ini berbaring di sofa, menatap anak laki-lakinya Zheng Dahu yang duduk di seberangnya. Zheng Dahu hingga kini belum menemukan pekerjaan, sehari-hari hanya malas-malasan di luar rumah. Bagaimana mungkin hal ini tidak membuatnya gelisah? Sejak kematian istrinya, dengan penuh kesedihan ia mencurahkan seluruh perhatiannya pada anak ini, berharap sang anak bisa sukses. Namun Zheng Dahu benar-benar tidak berbakat dalam studi, ditambah sifat malasnya, hingga kini masih menganggur di rumah. Tapi dia masih berani meminta uang pada ayahnya dengan muka tebal.
"Dahu!" Zheng Jian merasakan sakit hati yang dalam saat memandangi anaknya, berkata dengan nada prihatin: "Kau sudah berusia dua puluhan, bukan anak kecil lagi! Tapi sampai sekarang belum pernah dapat pekerjaan tetap, kerja serabutan pun dipecat karena berkelahi! Menurutmu Ayah harus bagaimana? Coba berikan penjelasanmu!"
Zheng Dahu juga menunjukkan wajah penuh kekhawatiran. Akhirnya dia mengangkat kepala dan berkata: "Ayah, aku memang tidak punya cara lain sekarang. Tolong berikan aku sedikit uang lagi."
"Pulang ke rumah hanya untuk minta uang? Kau anggap Ayah ini mesin ATM?" Zheng Jian berdiri dengan amarah menyala-nyala, memarahi: "Apa sampai tua nanti Ayah masih harus menanggung hidupmu? Kau seharian bergaul dengan orang-orang tidak jelas di luar, tahukah kau betapa sedihnya almarhum ibumu melihat ini! Ayah pun sudah tidak bisa bekerja bertahun-tahun lagi, sebentar lagi pensiun. Nanti bagaimana nasibmu?"
“Ayah!” Zheng Dahu segera membela diri: “Jangan buru-buru marah! Ayah juga tahu, sekarang aku di luar harus kenal beberapa orang agar urusan lancar. Ayah... beri aku uang lagi ya, uang kemarin sudah hampir habis. Aku... aku kali ini pasti akan mendapat pekerjaan......”
Kekakuan anak laki-lakinya membuat Zheng Jian meluapkan amarah. Dia berdiri dengan kasar sambil berkata: "Kamu... kamu ingin membuatku mati kejengkelan? Setelah ibumu meninggal, aku bersumpah harus menggantikan ibumu untuk menjadikanmu sukses! Tapi sekarang apa kamu ini? Melubangi telinga, pakai tato, merokok, sebenarnya di luar kamu ngapain saja?!"
Melihat ayahnya masih enggan memberi uang, Zheng Dahu pun mulai bersikap keras. Dia langsung berdiri dan berkata: "Jangan terus-terusan menyebut ibu, tidak bosankah? Hari ini ayah mau beri uang atau tidak? Mau atau tidak?"
"Tidak!" Zheng Jian bersikap tegas: "Kamu jangan harap bisa mengambil sepeser pun dariku lagi!"
"Kalau tidak mau kasih, aku ambil sendiri!" Zheng Dahu langsung berlari masuk ke kamar tidur di belakang dan mulai mengobrak-abrik lemari! Selama ini dia terus berjudi namun selalu lebih banyak kalah daripada menang, sekarang sudah menumpuk banyak utang. Tapi dia tetap keras kepala, hanya berniat mengambil lebih banyak uang untuk balik modal. Bagaimanapun, dia merasa sulit mencari pekerjaan, lebih baik mencoba peruntungan di meja judi di mana semua punya kesempatan sama, mungkin bisa kaya mendadak!
"Dia membuka laci, terus-menerus mencari apakah ada uang. Zheng Jian juga berlari masuk, menggenggamnya dan membentak: "Kau bajingan! Uangku adalah tabungan untuk persiapan hari tua, jangan harap kau ambil! Kalau bisa, cari sendiri!"
"Lepaskan aku!" Zheng Dahu justru mendorong Zheng Jian dengan kasar, lalu membuka seluruh laci dan menumpahkan isinya ke lantai!
Berbagai barang berhamburan, dan di antaranya terdapat sebuah buku catatan dengan sampul hitam. Tapi Zheng Dahu sama sekali tidak melihat buku catatan itu, hanya mencari apakah ada uang.
Saat buku catatan itu jatuh ke lantai, angin dari jendela bertiup, membuat halaman-halamannya terbuka satu per satu.
Zheng Jian berlari mendekat, hendak terus memaki anaknya, namun matanya terpaku pada satu halaman yang terbuka, seluruh tubuhnya membeku.
"Ini... ini apa?"
## Jilid Kedua Puluh Siapa di Belakang? Bab Kedua Puluh Jawaban dan Jalan Keluar
"Ini apa?" Zheng Jian meraih buku catatan, menggenggam kerah baju Zheng Dahu: "Apa yang kau gambar ini?"
Zheng Dahu hanya melirik sekilas, tetap mengobrak-abrik laci, asal menjawab: "Cuma gambar sembarangan waktu kecil, kenapa?"
"Di mana kau menggambar ini? Gambar semacam ini?" Zheng Jian melemparkan buku catatan itu, marah: "Jawab aku!"
"Kau menyebalkan!" Zheng Dahu menoleh dengan geram, berteriak: "Waktu SMP, pernah lihat lukisan minyak di penyangga lukisan di tangga lantai lima, cuma meniru! Ada masalah?"
“Ruang tangga lantai lima?”
“Benar! Ada apa? Saat itu lukisan itu tertutup kain, aku berjalan mendekat dan membuka kainnya. Rasanya menarik, lalu aku coba membuat sketsa. Ada masalah apa lagi ini?”
“Ini... ini...” Zheng Jian memegang buku catatan itu, kini juga kebingungan.
“Oh iya!” Zheng Dahu seolah teringat sesuatu, menambahkan: “Aku ingat hari itu...”
Sedangkan dua lantai di bawahnya, lantai empat.
Zhan Tianlin mengangkat kepala, memandang langit-langit di atasnya. Huangfu He di lantai atas itu kemungkinan besar sudah bernasib buruk. Kematiannya bisa menghemat tenaganya.
Tapi yang terpenting adalah, apa jalan keluarnya?
Meski ahli dalam meracun racun, kini yang dihadapinya adalah instruksi tulisan darah yang penuh ketidakpastian. Bahkan di misi pertamanya, ia sudah merasakan keputusasaan yang sesungguhnya.
Ya, keputusasaan.
Persis seperti waktu dulu.
Sudah bertahun-tahun berlalu, Zhan Tianlin hingga hari ini masih belum menyerah. Gelar pembunuh psikopat pun ia pikul tanpa beban.
Sebelum bisa membuat racun itu, ia tak boleh mati. Setidaknya hingga saat itu, ia harus bertahan hidup dengan segala cara. Semua informasi sudah ia kumpulkan dan kirim ke Kamya Sayoko. Sampai sekarang belum ada balasan. Pei Qingyi juga sama, memohon bantuan Yin Ye untuk penyelamatan.
Adapun Li Yin, tak ada yang berharap lagi karena pria ini bahkan nyaris kehilangan kehendak untuk bertahan hidup. Siapa lagi yang bisa diharapkan memberi strategi untuk misi darah orang lain?
Saat ini, tanpa Huangfu He, tidak ada yang tahu kapan tangan hantu itu akan menyentuh bahu mereka. Konten yang disebutkan dalam misi darah dan petunjuk jalan keluar yang ada saat ini tetap sama, masih belum ada metode yang bisa dipikirkan.
Apa sebenarnya yang harus dilakukan?
Zhan Tianlin, Pei Qingyi, dan Su Xiaomo sama-sama merasakan keputusasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, tepat pada saat itu, ponsel Zhan Tianlin berdering!
Dia segera mengangkat telepon!
"Halo, Nyonya Kamya?" Zhan Tianlin langsung bertanya saat mendengar suara yang familiar: "Kamu..."
"Hmm, aku baru saja menyelesaikan deduksi." Kamya Sayoko menjepit gagang telepon di bahunya, di depannya duduk Roland. Di atas meja di antara mereka terhampar tumpukan kertas berisi tulisan-tulisan padat.
Sambil memegang selembar kertas, Kamya Sayoko berkata: "Sekitar 60% keyakinan, aku telah menyimpulkan jalan keluar. Tentu saja, prasyarat jalan keluar ini adalah harus pergi ke lantai lima. Sudahkah kamu pertimbangkan baik-baik?"
"Aku mengerti. 60%? Lebih tinggi sedikit dari perkiraanku." Zhan Tianlin tidak terlalu kecewa mendengar "60%". Dalam misi darah yang hampir tanpa harapan ini, memiliki 60% harapan sudah cukup baik.
"Apakah kamu sudah tahu apa yang dimaksud dengan 'postur normal' itu?" Zhan Tianlin melanjutkan pertanyaannya.
Kamya mengangguk: "Aku dan Roland menganalisis misi darah ini bersama, baru sampai pada kesimpulan ini. 'Postur normal' yang dimaksud seharusnya adalah..."
"Apa?"
“Hmm…” Kamya menghela napas, kemudian terdiam sejenak sebelum melanjutkan: “Sebenarnya, frasa ‘postur normal’ dalam misi darah dari awal sudah menyesatkan kalian. Karena begitu memikirkan ‘postur’ ini, kalian akan secara khusus memperhatikan segala sesuatu yang bisa ‘dilihat’.”
“Sesuatu yang bisa ‘dilihat’?” Zhan Tianlin saat itu telah mengaktifkan mode speaker ponselnya agar Pei Qingyi dan Su Xiaomo juga bisa mendengar.
“Benar,” Kamya Sayoko mengusap pelipisnya, “Daripada mengatakan ‘hantu’ muncul dalam ‘postur normal’, lebih tepat… ‘hantu’ muncul dalam ‘bentuk’ yang membuat kalian mengira ia tidak ada sama sekali. Jangan menyela, dengarkan baik-baik. ‘Normal’ versi penghuni hanya bisa berarti fenomena materialis sejati yang terlepas dari kendali apartemen dan tidak terkait fenomena idealis. Dengan kata lain, segala sesuatu yang kalian curigai sebagai penyembunyian hantu atau perwujudan hantu, mustahil disebut normal.”
Setelah jeda, Kamya Sayoko menambahkan: “Jadi, jebakan terbesar dalam misi darah ini adalah fakta bahwa Huangfu He dan ibunya melihat tangan berdarah. Ibu dan anak itu bukan mendapat kemampuan supranatural untuk melihat tangan berdarah itu, ibunya juga bukan.”
Zhan Tianlin yang mulai paham menatap tajam ke langit-langit: “Maksudmu, fakta bahwa Huangfu He melihat tangan hantu itu sendiri sebenarnya adalah petunjuk jalan keluar dari apartemen?”
“Secara tepat, adalah membuat kalian menangkap bagian tubuh hantu, sehingga lebih memperhatikan 'postur normal' yang terlihat. Benar, membuat kalian semakin tergelincir ke dalam jebakan ini. Jadi, kalian sepenuhnya mengabaikan satu kemungkinan. Yaitu...”
“Mungkinkah yang disebut 'postur normal' itu sebenarnya sesuatu yang sama sekali tidak bisa dilihat? Contohnya seperti perangkap hewan yang ditutupi lapisan rumput, mangsa baru tahu ada lubang dalam di bawahnya setelah menginjaknya. Tapi sebelum terinjak, semua mangsa akan menganggap 'lubang' itu tidak ada. Jebakan apartemen ada di sini.”
Suara Zhan Tianlin bertambah kedinginan: “Kamya Sayoko, langsung ke intinya! Aku tidak punya waktu mendengar proses deduksi-mu!”
“Baiklah, aku khawatir kau tidak percaya dengan deduksi-ku jadi menjelaskannya. Kalau begitu, akan kusampaikan kesimpulanku. Hantu itu sekarang seharusnya berada di - lapisan dimensi kosong antara Kamar 501 dan Kamar 502!”
Kalimat ini didengar dengan jelas oleh ketiganya: Zhan Tianlin, Pei Qingyi, dan Su Xiaomo.
"Film horor sering punya alur cerita seperti ini, kan? Ruangan yang tidak ada, lantai yang tidak eksis, bahkan bangunan yang tidak nyata. Benar! Di lantai lima, antara rumah Huangfu He di Kamar 501 dan rumah Lian Xuezhen di Kamar 502, ada dinding yang memisahkan sebuah ruangan yang seharusnya tidak ada! Secara dimensi, ini mustahil. Tapi kalau kita meninggalkan pandangan materialisme, akan jelas bahwa ini mungkin. Tidak seharusnya ada, tapi nyatanya ada. Seperti jebakan binatang, semua orang akan merasa Kamar 501 pasti bersebelahan langsung dengan Kamar 502, tidak mungkin ada ruangan di tengah. Tapi bagaimana jika benar-benar ada? Bagaimana jika di balik dinding yang kalian anggap 'normal' itu sebenarnya ada sebuah ruangan? Dan hantu itu bersembunyi di sana?"
"Hey!" Pei Qingyi berteriak ke ponselnya: "Kamu bercanda? Kamya Sayoko? Ini kan spekulasi ngawur! Ada bukti apa?"
"Tentu ada," jawab Kamya Sayoko dengan nada penuh keyakinan. "Aku sudah mempelajari semua data yang dikirimkan Zhan Tianlin, setiap detail tercatat rapi. Lalu aku menemukan satu hal. Saat guru Fang tewas, Lian Xuezhen mendengar suara dari balik dinding di ruang perpustakaan, kan? Juga teriakan minta tolong? Lalu setelah kalian datang, kalian melihat guru Fang sudah mati. Dan kalian langsung berasumsi dia tewas di Kamar 501, benar?"
Kalau sampai di sini masih belum paham, berarti benar-benar orang bodoh.
“Tapi, apakah Guru Fang benar-benar meninggal di Kamar 501? Tidak ada yang melihat hantu di Kamar 501 kan? Dan tidak ada yang melihat langsung bahwa dia dibunuh di Kamar 501 juga?”
“Maksudmu...” Zhan Tianlin tetap menatap langit-langit, berkata: “Dia meninggal di 'ruangan yang tidak ada' antara Kamar 501 dan 502, lalu jenazahnya dipindahkan ke Kamar 501 oleh hantu?”
“Benar. Kalian tidak ada yang meragukan itu karena tidak ada alasan untuk mengira Guru Fang tidak meninggal di Kamar 501. Tapi jika mempertimbangkan petunjuk 'postur normal' dari misi darah, bagaimana menurut kalian? Lokasi kematian pertama Guru Fang mungkin bukan di Kamar 501. Begitu juga dengan Si Xiaoxiao kan? Tidak ada yang melihat langsung dia meninggal di Kamar 501, hanya mendengar suara melalui dinding. Kalian mungkin mengira dia tewas saat tidak sempat keluar dari Kamar 501. Tapi bagaimana jika sebaliknya? Sebenarnya dia sudah keluar dari Kamar 501, dan ketika hendak menuju Kamar 502 di sebelah, tiba-tiba muncul pintu di dinding kosong itu. Lalu hantu menyeretnya ke ruangan itu, membuat suara di dinding, kemudian mengembalikan jenazahnya ke Kamar 501.”
Apakah di antara Kamar 501 dan 502 tersembunyi ruangan yang tidak ada, dan hantu selalu berada di sana? Inikah alasan mengapa tidak ada yang pernah melihat wujud asli hantu?
“Aku mengerti!” Pei Qingyi tiba-tiba tersadar, berteriak: “Jadi Lian Xuezhen, waktu itu kita masuk ke Kamar 502 tapi tidak melihat Lian Xuezhen, karena...”
"Saat itu, pintu masuk dirusak oleh Zhan Tianlin dengan racun. Huangfu He yang berlari masuk, tidak melihat Lian Xuezhen. Hantu yang biasanya selalu meninggalkan jenazah, mengapa kali ini menjadi pengecualian?"
"Tidak, sebenarnya Lian Xuezhen saat itu berada di dalam ruangan yang tidak ada itu!"
"Karena itulah tidak ada yang melihat Lian Xuezhen!"
"Kalau begitu," Su Xiaomo tiba-tiba menambahkan, "Nyonya Kamya, tahukah Anda apa yang dilihat Dokter Xu? Saat dia bilang 'berbeda', maksudnya apa?"
"Itu, saya kurang lebih tahu." Kamya berjalan ke meja kerja, membuka rekaman video yang dikirim Zhan Tianlin di komputer. Setelah memutar dan mempercepat, dia menjelaskan: "Dokter Xu mungkin tidak sengaja melihatnya? Saat melewati tangga dan hendak turun, dia melihat... di antara Kamar 501 dan 502 seolah ada pintu tambahan. Itu mungkin saat hantu memperlihatkan pintunya. Keberuntungan Dokter Xu bisa melihatnya. Kemudian dia memeriksa rekaman, ingin memastikan interval jarak antar pintu 501 dan 502. Karena ada pintu tambahan, intervalnya jadi berbeda. Awalnya dia mungkin mengira salah lihat, tapi setelah mengkonfirmasi masalah interval pintu, dia menyadari... itu pintu yang tiba-tiba muncul! Jadi 'berbeda' yang dimaksud adalah interval jarak antar pintu!"
Pada saat yang sama, di lantai lima. Tembok antara Kamar 501 dan Kamar 502. Tiba-tiba, retakan hitam tipis muncul di dinding. Retakan mulai melebar dan menyebar ke kiri-kanan, lalu sebuah pintu baru dengan warna yang sama dengan pintu sebelahnya muncul. Bagi yang bukan penghuni tetap lantai ini, jika tidak hati-hati saat melewati area Kamar 502, mungkin akan mengira ini Kamar 501, atau sebaliknya. Bagaimanapun kasus tahun lalu sangat terkenal, penghuni biasa pun tahu bahwa kamar pelaku Sun Xindie dan korban pembunuhan Lian Tianxiang hanya terpisah sekat dinding.
Pintu itu terbuka. Yang membukanya adalah sebuah tangan yang dipenuhi darah segar. Di pintu itu, terlihat jelas Jejak Tangan Berdarah!
Zhang Mengxia dan Luo Jiayan masuk ke ruangan ini. Saat Luo Jiayan memasuki ruang dalam dan mendekati jendela untuk minta tolong, dia menyadari di luar jendela sama sekali tidak ada pemandangan - hanya dinding hitam pekat!
Yang menunggunya sudah pasti hantu mengerikan di ruangan ini!
Dari celah pintu itu muncul lagi sebuah tangan. Tangan itu menggenggam rambut seorang wanita. Wanita itu tak lain adalah Lian Xuezhen! Dia sudah jelas-jelas telah meninggal.
Jenazahnya diseret ke dalam Kamar 501. Di depan pintu masuk, terbaring Huangfu He. Huangfu He yang sudah mati itu masih membuka matanya lebar-lebar, seolah ingin melihat jelas dalang yang membunuhnya dan ibunya. Ia belum sempat mewujudkan keinginannya, belum bisa membalas dendam untuk ibu, akhirnya meninggalkan dunia ini dengan mata yang tak mau terpejam.
Ia tak lagi bisa menunjuk langsung pelaku sebenarnya dengan tangannya sendiri, membersihkan nama ibu dari tuduhan.
Jenazah Lian Xuezhen diseret ke tengah ruang tamu, lalu dilemparkan ke lantai. Ditumpuk bersama jenazah-jenazah lainnya. Tak lama kemudian di samping Lian Xuezhen, terbaring jenazah lain yang tiba-tiba adalah Xu Xiong!
Ratusan jenazah, pemandangan seperti mimpi buruk itu benar-benar membuat bulu kuduk meremang!
Dan di sini, segera akan ditambahkan jenazah baru!
Zhan Tianlin, Pei Qingyi, dan Su Xiaomo perlahan menaiki tangga lantai lima. Ekspresi ketiganya penuh tekad, bahkan Su Xiaomo yang paling penakut pun sorot matanya mulai mantap.
"Tak bisa dimaafkan, iblis ini..." Su Xiaomo teringat panggilan teleponnya ke Huangfu He tadi yang tak kunjung tersambung, sudah tahu bahwa nasibnya buruk.
Mengingat ambisinya yang gigih untuk membersihkan nama ibu dengan darah, hatinya terasa pedih. Memikirkan ini, keberaniannya bertambah. Jika akhirnya mati juga, lebih baik bertarung habis-habisan.
Akhirnya, ketiganya kembali ke lantai lima.
Pintu yang tak kunjung bisa ditembus oleh Huangfu He itu, kini terbuka lebar. Seolah menyambut ketiga tamu ini untuk mengunjungi neraka.
Koridor sempit yang memanjang membuat langkah mereka seperti berjalan di atas es tipis.
"Huangfu He seharusnya sudah mati." Pei Qingyi yang berdiri di samping Zhan Tianlin tiba-tiba berkomentar: "Bagaimana dengan kita? Nasib kita akan ditentukan oleh apa yang terjadi selanjutnya."
Kamar 501 dan Kamar 502 sudah di depan mata. Saat ini, dinding-dinding terlihat normal tanpa keanehan apapun.
Zhan Tianlin memegang ponselnya erat-erat, matanya tak berkedip memandang ke depan. Begitu sambungan telepon tersambung, ia langsung berkata: "Dengar. Aku sekarang tidak tahu apakah bisa kembali hidup-hidup."
Di ujung telepon tentu saja adalah Fan Yuqi.
Melihat tidak ada yang aneh, Zhan Tianlin mempercepat bicaranya: "Bagaimana kondisi Jingting..."
Fan Yuqi menjawab: "Menurut dokter, keadaannya memburuk dengan cepat."
"Jika aku mati, kembalilah ke rumahku dan berikan obat dari tabung uji nomor 0489 padanya. Meski sebenarnya aku tidak ingin menggunakan obat itu kecuali terpaksa..."
"Aku mengerti... Lagipula, kondisi Jingting memang sudah..."
"Cukup, aku tutup dulu. Ingat, rawat baik-baik dia. Pokoknya... Terima kasih untuk semua selama ini."
Fan Yuqi terkejut. "Terima kasih" - ini pertama kalinya ahli racim ini mengucapkan kata seperti itu padanya.
Benarkah pepatah bahwa kata-kata orang yang hendak mati akan menjadi baik?
Zhan Tianlin mematikan ponselnya dan mengeluarkan botol kecil yang sebelumnya digunakan untuk menghancurkan pintu. Botol ini sengaja dibuat dari logam khusus agar tidak rusak oleh cairan.
Selanjutnya yang akan mereka lakukan adalah rencana yang diajukan oleh Kamya Sayoko.
Hancurkan bagian dinding di tengah ini, hancurkan sepenuhnya pintu masuk ruangan hampa ini!
## Jilid 20 Siapa di Belakang? Bab 21 Pu Miling dan... Akhir dari Misi Darah
Mizhen dan Li Yin telah meninggalkan restoran merah itu.
"Li Yin," tanya Mizhen saat berjalan, tidak bisa menahan diri: "Kamu... bilang punya cara untuk menahan kutukan bayangan? Benarkah?"
"Hmm." Li Yin mengangguk, menjawab: "Ya. Ada caranya."
"Kalau begitu katakan, apa caranya?" Mizhen kali ini juga penasaran, metode apa yang bisa melawan kutukan bayangan? Perlu diketahui, begitu kutukan bayangan bisa terlepas, semua masalah yang dihadapi penghuni bukan lagi masalah.
Namun Li Yin tidak menjawab langsung. Ini wajar, karena sebenarnya tidak ada metode seperti itu yang eksis.
Sekarang dia sudah bisa mengekspresikan emosi seperti orang normal. Tapi hanya sebatas itu saja. Pada dasarnya, dia tetap hanya tubuh yang tidak berbeda dengan mayat.
Saat itu, di sudut koridor depan mereka, terlihat pintu sebuah ruangan terbuka. Di dalamnya terdapat kamar mandi!
Tentu, yang disebut kamar mandi ini sebenarnya gabungan toilet dan kamar mandi rumah tangga biasa. Dibanding restoran, kamar mandi ini jauh lebih kecil. Di atas wastafel, terdapat kotak kayu berwarna ungu.
"Kamar mandi!" Mizhen langsung berlari kearahnya dengan semangat, nyaris terjatuh.
Dan dia benar-benar melihat angka "2" di dinding.
Mizhen berlari ke kotak kayu dan membukanya. Di dalamnya terdapat selembar kertas buku harian. Kali ini, isi kertas buku harian itu ternyata luar biasa panjang.
Baris pertama di kertas itu berbunyi: "Selamat datang di sini! Sebenarnya, saat misi darah ini pertama kali dirilis, total waktunya adalah satu bulan. Penghuni yang tinggal di sini tidak akan bisa bertahan jika tidak bisa beristirahat atau tidur. Jadi, selain restoran dan kamar mandi, ada satu tempat lagi yang bisa membuat kita terbebas dari hantu untuk waktu yang lama..."
Di sisi lain, di dalam Ruang 501 Lantai 5, Gedung Apartemen No.2 Kompleks Musong.
Jenazah Huangfu He masih tergeletak di lantai yang dingin. Matanya yang kosong terbuka lebar. Di detik-detik terakhir sebelum mati, dia sempat berpikir: jika bisa menjadi hantu galak, setidaknya bisa membalas dendam untuk ibu.
Pada saat-saat terakhir itu, terlalu banyak hal yang terlintas dalam pikirannya.
Masa paling indah dalam hidupnya adalah saat ayah masih hidup, ketika mereka bertiga menjalani hari sebagai keluarga. Ayahnya yang bekerja sebagai pelaut adalah pria periang, pandai bicara, penuh semangat dan humor. Sedangkan ibunya adalah wanita pekerja keras, baik hati, jujur dan penuh kasih. Sejak kecil, Huangfu He selalu hidup dalam kebahagiaan. Setiap saat, dia tidak pernah bisa melupakan hari-hari bahagia itu. Keluarga mereka berkecukupan, kedua orang tua yang ceria dan terbuka. Prinsip hidup utama yang mereka ajarkan adalah menjalani hidup dengan integritas, yang kemudian menjadi motto hidup Huangfu He.
Hingga kematian ayah. Saat itu, terjadi kecelakaan laut besar di perairan sekitar Filipina yang menyebabkan ayah gugur dalam tugas. Proses pengadilan pasca kecelakaan berlangsung selama lebih dari setahun. Kematian ayah yang merupakan pilar utama keluarga memberikan pukulan yang menghancurkan bagi ibu. Sejak itu, ibu yang sebelumnya cantik dan awet muda tiba-tiba terlihat sepuluh tahun lebih tua, tangan putih berkilauan yang biasanya halus kini dipenuhi kapal, terus menghadiri pertemuan dengan keluarga korban untuk memperjuangkan ganti rugi lebih besar dan menyusun skema kompromi.
Bagi siapa pun, pukulan seperti ini sulit ditanggung. Tapi Ibu menggigit gigi dan bertahan, bahkan dalam keputusasaan sekalipun, dia tidak Batal. "Tekad baja" - selama ada tekad baja, harapan pasti bisa terwujud. Begitulah yang dia pikirkan, dan dengan itu dia menopang hidupnya. Di hari-hari keabu-abuan itu, dia bertahan sampai hari ini berkat keyakinan ini.
Dalam memori, momen terakhir yang membekas adalah ketika ibu memutuskan untuk menikah dengan Lian Tianxiang, sekali lagi menampilkan senyuman cerah itu. Itu adalah kebahagiaan yang seharusnya tidak akan ia miliki lagi, tapi ia peroleh melalui tekad baja. Seharusnya, ia bisa mendapatkan kembali kebahagiaan yang hilang. Namun karena kejujurannya yang tak bisa diam melihat orang-orang yang tangan berdarahnya melekat, terus-menerus memberi peringatan, akhirnya dicurigai sebagai pembunuh.
Ibu tidak bisa berbohong. Dia mengorbankan diri untuk menyelamatkan seluruh jiwa, kejujurannya justru menghancurkan kebahagiaan yang diperolehnya selama bertahun-tahun melalui kerja keras mengelola wilayah.
Awalnya ingin melindungi kebahagiaan seperti ini. Awalnya berpikir demikian. Tapi, akhirnya tetap hilang.
Melindungi Xue Zhen karena dia sebenarnya juga bisa menjadi bagian dari kebahagiaan Ibu. Putri dari seseorang yang pernah bisa memberikan kebahagiaan pada Ibu. Hanya karena alasan ini, dia harus melindungi Xue Zhen bagaimanapun caranya. Sekaligus, dia juga harus memastikan Xue Zhen bertahan hidup dan menyadari bahwa Ibu bukan pembunuh. Dia tidak berbohong, sama seperti dirinya sendiri yang juga tidak berbohong.
Dengan tekad ini, mendirikan Perhimpunan Qiling, akhirnya memasuki bidang fenomena supranatural Apartemen Neraka, hanya untuk membersihkan nama Ibu. Tapi, dia akhirnya gagal.
Sampai detik kematiannya, dia tidak tahu bahwa hantu itu sebenarnya selalu ada di belakangnya. Selalu, bersama dia dan Ibunya, hadir setiap saat. Lebih tidak tahu lagi, sejak awal, tangan berdarah yang dilihat Ibu dan dirinya hanyalah bagian dari misi darah. Hidupnya, sampai saat ini, akhirnya mencapai akhir.
Dia memiliki tekad, mengorbankan segalanya, tapi tetap menjadi jenazah dingin ini. Dia mati dengan mata terbuka. Sampai akhir, dia tidak bisa menyelamatkan sedikitpun kebahagiaan terakhir Ibu. Karena, dia bahkan tidak bisa melindungi Xue Zhen.
Inilah semua yang dipikirkan Huangfu He di detik terakhir sebelum kematiannya.
Meski dipenuhi dendam kuat, dia tetap tidak bisa menjadi hantu. Penghuni, selamanya tidak mungkin berubah menjadi hantu dengan kehendak sendiri, sama seperti aturan besi bahwa hantu tidak bisa memasuki apartemen.
Antara Kamar 501 dan Kamar 502, terdapat dinding dengan lebar sekitar dua meter lebih. Asalkan bagian dinding ini dihancurkan, pintu itu tidak akan bisa muncul dalam bentuk fisik.
Zhan Tianlin membuka tutup botol kecil, hendak bertindak namun tiba-tiba menghentikan tangannya.
"Tidak benar!" Dia mundur selangkah, pandangannya tertuju pada Kamar 501 di sebelah! Karena... pada gagang pintu Kamar 501 terdapat Jejak Tangan Berdarah yang jelas!
Darah itu jelas-jelas belum mengering!
Temuan Zhan Tianlin segera menarik perhatian Pei Qingyi dan Su Xiaomo. Keduanya bukan orang bodoh, terutama Pei Qingyi yang cepat menyadari jejak tangan berdarah tersebut.
Hantu itu sekarang sangat mungkin berada di dalam Kamar 501!
Begitu menyadari hal ini, semua orang merasakan bulu kuduk mereka berdiri.
Jika hantu berada di Kamar 501, menghancurkan dinding menjadi tidak ada artinya. Artinya, kita harus menunggu hantu kembali ke ruangan yang tidak ada itu terlebih dahulu.
Tentu saja, saat ini ketiganya belum tahu apakah deduksi Kamya Sayoko benar. Bagaimanapun,nya tidak memiliki bukti kuat. Namun dalam tahap ini, mereka sudah tidak punya pilihan lain. Meskipun mungkin ada banyak jalan keluar, siapa yang tahu jalan keluar kedua apa?
Sudah tidak ada pilihan lain.
Tapi masalahnya, siapa yang tahu kapan hantu akan kembali? Jika sampai misi darah berakhir hantu belum kembali, maka para penghuni pasti mati.
Tepat saat itu, lift di ujung koridor lainnya terbuka, seseorang berlari keluar!
Ketiganya langsung berhenti berdiri. Setelah melihat lebih dekat, ternyata orang itu adalah Zheng Jian!
Di tangannya tergenggam buku catatan hitam itu!
"Zheng Jian berlari mendekat, melihat Zhan Tianlin dan yang lain, buru-buru bertanya: "Kalian? Huangfu He mana?"
Zhan Tianlin belum sempat membuka mulut, tiba-tiba menyadari buku catatan hitam di tangannya itu persis seperti yang terlihat di rekaman video, buku yang pernah diambil Zheng Dahu!
"Aku ingin menanyakan beberapa hal padanya!" Zheng Jian memegang buku catatan itu berkata: "Tentang perkataan ibunya dulu, aku harus bertanya!"
"Apakah ini berhubungan... dengan buku catatan ini?" Pei Qingyi yang sangat cerdas segera menyadari sesuatu, langsung bertanya.
"Kalian tahu?" Zheng Jian membuka buku catatan, menunjuk salah satu halaman: "Lihat ini!"
Di halaman buku catatan itu ternyata terdapat lukisan pensil! Orang yang dilukiskan dalam gambar itu persis Zheng Jian!
Harus diakui, Zheng Dahu memang memiliki bakat melukis. Seandainya dulu Zheng Jian dan Zhang Qiuxia mengembangkan bakatnya dengan baik, mungkin tidak akan berakhir seperti sekarang. Faktanya, Zheng Dahu sejak kecil menyukai komik sehingga tertarik pada melukis, karena itu waktu itu menyalin lukisan minyak tersebut.
Dalam lukisan itu, di depan Ruang 501 dan 5012 muncul sebuah pintu tambahan. Pintu itu terbuka sedikit, sebuah tangan menjulur keluar mencengkeram seorang wanita.
Wanita itu persis Lian Xuezhen! Sorot matanya kosong dan beku, rambutnya dicengkeram, seluruh tubuhnya lunglai tergeletak di lantai!
"Lukisan ini membuatku merasa sangat menyeramkan," Zheng Jian memandangi lukisan itu dengan perasaan mengerikan, berkata: "Anak laki-lakiku mengatakan padaku bahwa dia meniru lukisan ini bertahun-tahun lalu, tapi... aku selalu merasa lukisan ini terlalu hidup, seolah-olah benar-benar terjadi."
"Meniru?" Suara Zhan Tianlin tiba-tiba menjadi dingin. Ia merebut catatan itu dan mengamati dengan seksama. Kemudian dia segera menemukan tulisan di sudut kiri bawah lukisan: "Dilukis pada 1 Mei 1999".
1 Mei!
Pu Miling!
Nama ini langsung muncul di benak semua orang!
"Cepat!" Pei Qingyi segera berkata: "Bawa aku menemui anakmu!"
Namun tepat saat itu, Zhan Tianlin tiba-tiba melihat gagang pintu kamar 501 di depannya berputar! Kemudian pintu langsung terbuka!
Jenazah Huangfu He muncul tiba-tiba di depan pintu!
Mata tak terpejamnya tercermin di pandangan setiap penghuni apartemen, memberikan perasaan seperti es abadi yang takkan pernah mencair!
Semua orang mundur secara refleks. Meski sudah tahu Huangfu He kecil harapan selamat, tapi sebelum melihat jenazahnya masih ada secercah harapan. Bagaimanapun, pria ini juga sangat dihormati oleh Pei Qingyi dan lainnya.
Tapi sekarang, hal itu sudah tidak penting. Yang lebih penting... pintu telah terbuka!
Artinya, di balik pintu sedang ada...
Tentu saja, Zheng Jian yang sama sekali tidak tahu apa-apa langsung panik melihat Huangfu He. Ia segera berlari memeluk jenazah Huangfu He sambil berteriak: "Apa... apa yang terjadi? Aah!"
Dia segera melihat, seluruh ruangan dipenuhi jenazah dalam jumlah besar, termasuk Lian Xuezhen, Xu Xiong, dan lainnya. Seluruh penghuni lantai lima, semuanya terbaring tak bernyawa di sini!
Jenazah Lian Xuezhen persis seperti lukisan Zheng Dahu! Ekspresi penuh teror saat kematian itu, meski Zheng Dahu menggambarkannya dengan agak keliru, Zheng Jian tetap bisa mengenalinya.
Seketika, pikirannya menjadi kosong.
Apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi ini?
Namun sebelum Zheng Jian sempat berpikir lebih lanjut, dari balik pintu, sesosok tubuh terjatuh diam-diam. Ternyata Su Xiaomo yang baru saja berdiri di hadapannya! Dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat sepasang tangan berlumuran darah seperti "hantu jahat" mencengkeram leher perempuan itu!
"Tangan berdarah" tak perlu lagi bersembunyi. Dalam situasi dimana penghuni telah menemukan "jalan keluar", pembatasan dari apartemen telah melemah.
"Aah!"
Zheng Jian segera berlari keluar dari Unit 501, membawa serta jenazah Huangfu He yang terjatuh di koridor. Dengan wajah pucat membatu, dia menatap "tangan berdarah" itu. Saat itu juga, perkataan Sun Xindie di masa lalu langsung terngiang di benaknya.
Tiba-tiba, pintu Unit 501 terkunci dengan keras!
Pei Qingyi dan Zhan Tianlin sudah lama mundur terus sambil berlari menuju tangga. Adegan tadi persis seperti kejadian dengan Lian Xuezhen dulu. Mereka sama sekali tak menyadari kapan Su Xiaomo masuk ke dalam Unit 501!
Pei Qingyi saat ini mulai mundur, tapi dipegang lengan bajunya oleh Zhan Tianlin, berkata: "Kau lari? Lari ke mana? Cepat!"
Kemudian, dia menarik Pei Qingyi ke depan pintu rumah Zhang Min, segera mengeluarkan botol racun itu dan menyiramkannya di pintu, seketika muncul lubang baru lagi. Dia langsung membuka pintu, menarik Pei Qingyi masuk, lalu menutup pintu!
Masuk ke ruang tamu rumah Zhang Min, Zhan Tianlin segera mematikan lampu ruang tamu, lalu menarik Pei Qingyi untuk merunduk sambil menutup mulutnya, berbisik: "Hush! Kita harus menunggu! Tunggu hantu itu kembali!"
Zheng Jian saat ini ketakutan sampai merangkak bangun, buru-buru ingin kabur, tapi merasa seluruh tubuhnya lunglai. Dengan susah payah berusaha bertahan berdiri, tiba-tiba kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya roboh ke lantai!
Memegang buku catatan hitam itu, tangan Zhan Tianlin terus gemetar, sorot mata haus darahnya sudah mencapai puncak!
Dua orang merunduk di bawah pintu, bahkan napas berat pun tak berani dikeluarkan. Tak lama kemudian, mereka mendengar suara pintu Kamar 501 ditutup dengan keras! Lalu terdengar suara sepertinya dinding retak. Kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka.
Sesaat kemudian, pintu itu kembali ditutup!
Zhan Tianlin menahan napas, mengangkat tubuhnya perlahan, mengintip keluar melalui lubang itu. Jenazah Zheng Jian dan Huangfu He tergeletak di lantai, sementara di antara Kamar 501 dan 502, dia melihat pintu tambahan itu! Namun pintu itu mulai menyempit dari kiri-kanan secara bertahap, perlahan berubah menjadi seutas benang.
Zhan Tianlin segera memanfaatkan momen ini untuk berlari keluar, mengeluarkan botol racun, dan bersiap untuk menyemprotkannya!
Tiba-tiba, lampu di atas kepala padam seketika!
Kemudian, teriakan menyakitkan Pei Qingyi muncul dari belakang!
Zhan Tianlin sendirian di ruang hampa ini. Matanya melirik ke kiri-kanan, tetapi dalam kegelapan, tak ada yang terlihat. Bau anyir pun menyebar. Saat ini Zhan Tianlin menyadari, tak mungkin lagi baginya untuk bertahan hidup...
Botol racun jatuh ke lantai. Karena botolnya sangat kokoh, tidak pecah.
Entah berapa lama waktu berlalu, lampu menyala kembali. Di koridor, hanya tersisa Huangfu He dan Zheng Jian terbaring di lantai.
Semua penghuni yang menjalankan misi darah kali ini, tak ada yang selamat.
Jenazah Huangfu He masih membelalakkan kedua matanya. Di belakangnya, tepat di dinding Kamar 501 dan 502, pintu tambahan yang muncul sebelumnya berubah menjadi garis hitam lalu menghilang. Dalang pembunuh ibunya, pembunuh dirinya dan Xue Zhen, bersembunyi di balik dinding itu. Namun tak satu pun penghuni Apartemen No.2 yang tersisa mengetahui hal ini.
Tangan Huangfu He hanya berjarak beberapa sentimeter dari botol racun itu. Andai dia masih hidup, racun itu bisa menghancurkan dinding ini, mengurung iblis itu selamanya di ruang hampa di balik dinding.
Tapi, dia takkan bisa melakukannya lagi.
Bahkan jika Huangfu tidak rela dan sangat ingin mengubah segalanya, tetap ada hal-hal yang sulit dicapai. Apalagi, ini adalah instruksi tulisan darah yang sangat kejam.
Sorot mata penuh kesedihan dan ketidakrelaan Huangfu He tepat mengarah ke dinding, memandangi botol racun yang hanya berjarak beberapa sentimeter.
Hanya...
Beberapa sentimeter...
## Jilid 21 Permainan Bab 1 Permainan dan Misi Darah
9 Juni, tengah hari.
Saat berita TV menyiarkan kasus mengerikan di Kompleks Musong, semua penghuni apartemen mengetahui kematian tragis Huangfu He dan penghuni lain. Banyak yang pertama kali menghadapi misi darah mengerikan tanpa satupun yang selamat.
Ini memperburuk suasana mencekam di apartemen. Semakin banyak orang mulai mencari Kontrak Neraka dan mempersiapkan diri. Semua orang bersiap mati-matian menyambut takdir akhir.
Hidup? Mati?
Pasti ada akhirnya.
Benar?
Cuaca hari ini juga cukup mendung. Langit berawan tebal, bertolak belakang dengan prakiraan cuaca. Banyak yang gelisah karena tidak membawa payung saat keluar.
Kamar 608 Apartemen.
"Ayumi," Xiao Yezi berdiri di depan jendela lantai sambil menerima telepon: "Kamu mau ke Tiongkok? Tidak perlu kan?"
Di seberang telepon, suara perempuan berbicara dalam bahasa Jepang: "Bagaimanapun aku harus datang. Xiao Yezi, kira-kira minggu depan aku sampai, tolong jemput ya."
"Tidak masalah. Nanti aku carikan hotel bagus untukmu."
“Benarkah? Kukira kau akan mengizinkanku tinggal sementara di tempatmu. Apa selama ini kau juga tinggal di hotel?”
“Tidak... Tapi tempat tinggalku sekarang agak khusus, jadi tidak bisa kau tinggali.”
“Baiklah, kalau begitu, sampai jumpa minggu depan.”
“Sampai jumpa minggu depan, Ayumu.”
Setelah menutup ponsel, Xiao Yezi menengadah melihat langit. Awan gelap terus menumpuk, sepertinya hujan akan segera turun.
Tiba-tiba, ponselnya berdering lagi. Ia menyambungkan panggilan, dan segera terdengar suara pria berbahasa Jepang: “Kam... Kamya-san? Masih ingat saya?”
“Anda...”
“Kamya, Masaomi Kamya! Dulu saat kau datang ke desa Kagami, kita pernah bertemu.”
“Oh? Ada keperluan apa? Sepertinya tidak perlu lagi kita berhubungan, kan?” Suara Xiao Yezi terdengar dingin, seolah peristiwa hubungan intimnya dengan Masao dulu sama sekali tak berarti.
“Saat ini aku berada di Kota K. Pagi tiba dengan pesawat.” Suara Masaomi Kamya terdengar sangat tegas dan penuh keyakinan: “Aku sudah merenungkan matang-matang. Kamya-san pernah bilang dirimu 'terkutuk', bukan? Setelah kejadian itu, pandanganku tentang dunia juga banyak berubah. Aku ingin membantumu, karena itu aku mempelajari banyak data.”
“Kau di Kota K?” Nada Xiao Yezi jelas menunjukkan keheranan, namun segera kembali tenang: “Segera pulang ke Jepang! Membantu aku? Tak ada seorang pun yang bisa menolongku dalam masalah yang kualami ini! Kau pulang sekarang, secepatnya!”
“Aku… ingin membantumu. Sejak malam itu, setelah yang terjadi antara kita… aku terus memikirkanmu. Meski merasa bersalah pada Mayu yang sudah meninggal, tapi aku sadar tak bisa melupakanmu.”
Hujan mulai turun. Dentuman guruh menggema di balik awan, disusul derasnya air hujan yang mengguyur!
“Kamu di mana?” Xiao Yezi menatap derasnya hujan, berkata: “Sekarang hujan, di situ juga hujan kan?”
“Ya, tidak apa. Aku sekarang di dalam kamar hotel.”
“Kamu pulang saja ke Jepang! Mengerti?” Xiao Yezi berteriak keras: “Apa kamu pikir kutukan itu main-main karena selamat di desa Kagami waktu itu? Tahukah kamu apa yang lebih menyakitkan dari mati? Tahukah kamu arti keputusasaan yang lebih buruk dari kematian? Pulanglah! Hanya karena kita sekali berhubungan, kamu pikir aku suka padamu? Waktu itu hanya untuk bertahan hidup, itu saja!”
Di ujung telepon, keheningan berlangsung lama sebelum akhirnya Masao berbicara lagi.
“Aku tidak tahu, tidak mengerti apa itu keputusasaan yang lebih buruk dari kematian. Tapi aku tetap datang, karena merasa akan menyesal jika tidak. Kematian Mayu adalah penyesalan terbesarku seumur hidup, aku yang mengajaknya mendekati Rumah hantu itu. Jadi aku tak ingin terus menyesal. Kamu… adalah wanita pertama yang benar-benar kusukai sejak Mayu tiada. Karena itu apapun yang terjadi, aku berniat menyelamatkanmu.”
Xiao Yezi memandang hujan yang semakin deras di luar: “Bahkan jika harus mati? Harusnya kamu tahu aku tidak mengada-ada.”
“Aku sudah bilang, apapun yang harus dikorbankan.”
“Apa kamu benar-benar tidak tahu, yang kuhadapi adalah...”
“Sebuah apartemen yang dikutuk, kan?”
“Apa?” Wajah Xiao Yezi berubah pucat, “Bagaimana... bagaimana kamu bisa tahu?”
“Nona Pei Qingyi yang memberitahuku. Saat kalian kembali ke Tiongkok, aku bertemu dengannya secara pribadi dan memohon dengan sangat agar dia memberitahu apa sebenarnya yang kalian hadapi. Lalu aku tahu, di dunia ini ada sesuatu yang mengerikan seperti cerita misteri perkotaan. Meski dulu aku meremehkan legenda semacam itu, setelah menyaksikan sendiri, aku tidak bisa lagi meragukannya.”
“Cukup! Kembalilah ke Jepang. Aku juga tidak akan bertemu lagi denganmu. Pei Qingyi tidak memberitahumu alamat tinggalku, kan? Oh ya, sekadar informasi, tadi malam dia sudah meninggal. Masih mau bertemu denganku?”
“Ya.” Masao menjawab tanpa ragu, “Mungkin kamu merasa waktu itu tidak berarti, hanya cara untuk menyelamatkan nyawa. Tapi aku tidak pernah melupakannya. Setelah malam itu, aku menganggapmu sebagai wanitaku. Aku akan melindungi wanitaku, bagaimanapun caranya!”
“Terserah! Selamat tinggal!”
Di dalam ruangan hotel, Masao menatap telepon yang sudah ditutup dengan sorot mata berbinar. Dia menyusun SMS berisi nama hotel, alamat, dan nomor ruangannya, serta menambahkan: "Jika kau berubah pikiran, datanglah kapan saja."
Saat ini, dia (Masao), Harumi, serta orang tua mereka telah pindah ke Kota Kumamoto. Sebenarnya keluarga Kamihara memiliki aset yang cukup besar karena warisan tanah leluhur, sehingga kondisi ekonomi mereka selalu stabil. Setelah menjual rumah di desa dan semua tanah, mereka pindah ke pusat kota. Harumi berencana melanjutkan pendidikannya, sementara orang tua mulai mencari pekerjaan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru. Masao sendiri berniat pergi ke Tiongkok untuk menemui Xiao Yezi.
Meski Harumi terus membujuknya, Masao tetap bersikeras dengan keputusannya.
Walau merasa bersalah pada Harumi yang bahkan setelah mati masih bertaruh nyawa menyelamatkannya, Masao menyadari bahwa manusia dan hantu tidak bisa bersama. Dia dan Mayu mustahil melanjutkan hubungan.
Sebelum ke Tiongkok, Masao terlebih dahulu mengunjungi orang tua Xiao Yezi di Kyoto untuk mengetahui kabarnya. Ayahnya bekerja sebagai pendeta di sebuah kuil Shinto. Mereka jarang mencampuri urusan putrinya. Tentu saja mereka tidak tahu tentang apartemen terkutuk yang dimasuki putri mereka. Saat lulus SMA, Xiao Yezi langsung menjadi detektif tanpa ada penentangan dari mereka. Tak disangka kemudian dia menjadi detektif terkenal, setara dengan gadis detektif Reika Nikaido dalam novel deduktif karya Ryo Nikaido.
Masao memutuskan untuk menunggu. Jika Xiao Yezi tidak datang menemuinya, dia akan mencari cara untuk menemui gadis itu.
"Apa ini konyol? Mungkin." Masao menggaruk rambutnya lalu merebahkan tubuh. Sebenarnya dia pernah berusaha melawan, namun saat akhirnya memutuskan ke Tiongkok, rasa bahagia terus menggelora di hatinya. Sepeninggal Mayu, selama bertahun-tahun terjerembab dalam kesedihan, kini hatinya terasa seperti disirami embun penyejuk.
Setelah itu dia terus menunggu. Namun ketika menelepon lagi, ponselnya selalu mati atau tidak diangkat.
Satu hari berlalu...
Dua hari berlalu...
Tiga hari berlalu...
Satu minggu berlalu...
Dia tetap tak datang.
Di hari kesembilan, ketika Masao melihat jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul sepuluh malam, dia masih belum muncul.
Dia paham betul, dalam telepon itu suara Xiao Yezi penuh kehangatan. Karena mengkhawatirkannya, gadis itu ingin mengembalikannya ke Jepang. Demikian pula karena peduli, dia memintanya pulang.
Tiba-tiba! Bunyi ketukan pintu terdengar di luar!
Masao langsung melompat berdiri. Matanya menyapu Pintu masuk lalu berlari membukanya. Beberapa hari terakhir, berkali-kali dia mengira pelayan hotel adalah dirinya, berharap lalu kecewa.
Saat pintu terbuka, Kamya Sayoko berdiri di luar dengan rambut sedikit kusut dan keringat di dahi. Begitu pintu terbuka, dia langsung masuk.
Pintu tertutup.
"Sayoko..." Masao memeluknya gemetar. Saat ini, gadis itu terlihat lebih mempesona dari biasanya.
“Pikirkan baik-baik,” Xiao Yezi berkata dengan suara berat dan perlahan: “Jalan yang kau pilih menuju keputusasaan. Semua yang akan kau alami lebih mengerikan dari film horor. Sedikit kelalaian, bahkan keinginan untuk mati pun menjadi kemewahan. Meski begitu, apakah kau masih menginginkanku? Meski begitu, tetap berniat menyelamatkanku?”
“Ya.” Dahi Masao menempel pada dahi Xiao Yezi, berkata: “Aku sudah memutuskan.”
Setelah mengatakan itu, bibirnya menyentuh bibir Xiao Yezi.
Akhirnya, mereka terjatuh di atas (tempat tidur). Ciuman penuh gairah membakar hasrat. Di mata Xiao Yezi, air mata mulai mengalir sementara tangannya mulai melepaskan pakaiannya.
Pakaian satu per satu tergelincir dari (tempat tidur). Masao membelai kulit putih lembut Xiao Yezi, menyeka air matanya, mulai mencium lehernya lalu melanjutkan ke bawah.
Postur tubuh Xiao Yezi hampir bisa digambarkan sempurna: payudara tinggi yang kokoh, pinggang ramping bagai ranting willow, sepasang kaki panjang putih tanpa cacat. Setelah menjadi terkenal, tak terhitung produser film mendatanginya untuk membintangi film, namun semuanya ditolaknya.
Dua tubuh telanjang bulat terjalin erat. Kali ini berbeda sama sekali dengan sebelumnya. Gairah keduanya menyala tak terkendali, bagai api yang tak bisa dipadamkan.
“Kau begitu cantik…” Mata Masao dipenuhi kegilaan, sebuah keterpesonaan yang melampaui segala rasio. Kali kedua melihat tubuh sempurna ini, Masao merasa bahwa apapun penderitaan dan keputusasaan yang harus ditanggung karenanya, semuanya setimpal.
Dalam hidup seseorang, pasti ada saat di mana harus berkorban untuk beberapa orang atau hal tertentu.
“Aku mencintaimu, Xiao Yezi.”
Lebih dari satu jam kemudian, mereka berbaring bersama di tempat tidur (). Xiao Yezi menutupi tubuhnya dengan selimut, mengambil sebuah Foto dari tumpukan pakaian di samping, lalu menyodorkannya ke Masao.
“Perempuan ini, aku ingin menyelidikinya. Tapi waktu keluar dari apartemen terbatas. Jadi, kau…”
“Tidak masalah. Serahkan padaku.”
Di Foto itu terpampang sosok wanita cantik dengan aura kemurnian yang memesona.
“Namanya adalah Chu Mizhen.”
Tiba-tiba wajahnya berubah pucat. Seketika dia bangkit dari tempat tidur (), tangan mencengkeram erat bagian dada kiri!
“Ada apa?” Masao segera bertanya khawatir: “Kau, tidak apa-apa?”
“Misi darah, instruksi tulisan darah…” Dia buru-buru mengenakan pakaian di tepi tempat tidur (), berkata: “Aku harus segera kembali. Nanti akan kuhubungi lagi!”
Apartemen telah merilis instruksi tulisan darah baru.
Konten misi darah kali ini sangat panjang. Dan isinya pun benar-benar luar biasa.
“62011:00-8213:00，，，，，。，‘’，‘’。，，。。，，，，，，，，；，，，；，，，，，；，，，，，，，，，，；，，，；，，，，，，，，，，，，，，，，，，，，，。……”
Setelah itu, setiap misi darah penghuni akan berbeda. Setiap penghuni yang masuk ke ruangan bernomor 20X (nomor kamar tertentu), lalu diikuti nama peran yang harus dimainkan.
Misi darah kali ini ternyata adalah memainkan sebuah permainan! Selain itu, voting untuk memutuskan apakah proses permainan akan disimpan atau tidak, berarti...
Penghuni bisa menentukan hidup dan mati penghuni lain!
## Jilid Kedua Puluh Satu Permainan Bab Kedua Mayoritas dan Minoritas
Jumlah penghuni yang menjalankan misi darah kali ini mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah!
Sebanyak... dua belas orang!
Dua belas penghuni! Ini berarti dua belas orang harus memainkan permainan ini.
Di akhir misi darah, terdapat tambahan penjelasan terakhir: "Dinyatakan secara resmi, baik sebelum maupun selama misi darah berlangsung, dilarang keras mengganggu penghuni mana pun dalam memainkan permainan ini. Baik dengan kekerasan, cara lain termasuk meracuni, mengancam, menyuap, bahkan merengek sekalipun - tidak diperbolehkan. Sebaliknya, juga dilarang memberikan saran apapun kepada penghuni lain selama permainan berlangsung. Jika terjadi pelanggaran, bahkan di dalam apartemen sekalipun, penghuni akan dibunuh oleh bayangan."
Selesai. Konten misi darah ini benar-benar mengerikan. Misi darah kali ini sangat spesial dan ekstrem, setara dengan misi darah pengiriman surat yang dulu.
Di lantai satu apartemen, di lobi yang luas, sebagian besar penghuni yang menerima misi darah berkumpul. Misi darah khusus ini membuat banyak penghuni merasa sangat gelisah. Banyak yang mengetahui bahwa pada misi pengiriman surat sebelumnya, penggunaan jebakan nama yang menyesatkan jenis kelamin hampir menyebabkan Ying Ziyue tewas mengenaskan. Dalam berbagai pertemuan diskusi misi darah berikutnya, banyak penghuni menjadikan misi ini sebagai studi kasus klasik, bahkan beberapa merumuskan konsep banyak jalan keluar baru.
Namun misi darah seperti ini umumnya membutuhkan kumpulan kecerdasan banyak orang, observasi yang sangat detail, imajinasi divergen, serta faktor keberuntungan untuk memecahkannya. Dibanding misi darah biasa, tingkat kesulitannya lebih tinggi berlipat-lipat. Beberapa jebakan mental tidak terletak pada kerumitan, tapi justru pada kesederhanaan berlebihan yang sulit terdeteksi. Prasangka dan asumsi alamiah bisa memicu jalan kematian secara tak terduga, membuat misi darah seperti ini benar-benar tak terantisipasi.
Karena itu, penghuni yang menerima misi darah kali ini langsung merasakan kecemasan, menduga ada jebakan tersembunyi dalam misi ini. Poin yang paling menjadi perhatian adalah peraturan penyimpanan progres permainan. Bentuk voting penghuni untuk memutuskan apakah akan menyimpan suatu sesi - apa arti sebenarnya di balik ini?
Saat itu, sembilan penghuni telah berkumpul. Para penghuni tersebut adalah: Feng Liehai dari Kamar 1703, seorang dengan kemampuan fotografi memori yang bisa mengingat secara detail setiap pemandangan yang pernah dilihat; Pu Xingyuan dari Kamar 2109 yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Shen Yu. Alasan masuknya ke apartemen ini sangat aneh - sebagai anggota keluarga kaya raya yang terobsesi literatur kuno tentang hantu dan dewa rubah, ia tertarik masuk ke kompleks penuh legenda hantu ini hingga terperangkap menjadi penghuni apartemen; Lin Tianze dari Kamar 1105 yang tinggal bersebelahan dengan Huangfu He. Memiliki hubungan baik dengan Huangfu, ia sangat berduka atas kematiannya hingga berani mengurus pemakamannya dan menguburkan abunya, tak takut terkena kutukan hantu. Ia aktif menghalangi calon penghuni baru di mulut gang, berhasil menekan angka pertambahan penghuni; Nian Ningyi dari Kamar 2208, perempuan pengoleksi spesimen kupu-kupu dengan aura mistis; Xu Tao dari Kamar 710, sang "nabi" yang mengklaim tahun 2012 sebagai kiamat. Mengaku bisa melihat masa lalu dan masa depan, hanya pengikutnya yang akan abadi. Meski ada yang percaya, kebanyakan menganggapnya omong kosong; Huang Ti dari Kamar 1007, mantan karyawati periklanan yang baru menikah sebulan sebelum masuk apartemen, nasibnya sungguh tragis; Zuo Yatang dari Kamar 1309, ilustrator pemalu berkacamata tebal seperti dasar botol bir; Feng Lingxian dari Kamar 1212, gadis 17 tahun yang hipergugup dan doyan mengurung diri. Baru setelah masuk apartemen ini ia sadar kebahagiaan sejati ada dalam kesederhanaan; Terakhir Gongsun Yan dari Kamar 1205 yang patut dicatat. Sebagai jaksa berintegritas, setengah tahun lalu ia ditugaskan ke Kota K untuk menyelidiki kolusi lembaga peradilan dengan sindikat bawah tanah. Yang mengejutkan, investigasinya terhadap Rumah Sakit Zhengtian mengungkap korupsi sistemik di tubuh peradilan Kota K. Pihak berwenang lokal yang terancam sempat ingin membungkamnya, namun gentar dengan status jaksanya. Alhasil preman bayaran dikirim untuk membunuhnya. Saat terluka terkena tusukan pisau, ia kabur ke kompleks ini dan secara tak sengaja masuk gang dimana bayangannya tersedot apartemen, menyelamatkan nyawanya. Ia termasuk segelintir penghuni yang justru diselamatkan oleh apartemen.
"Sembilan penghuni berkumpul bersama, mulai saling berbincang. Banyak yang pernah bermain berbagai permainan, tapi kini permainan berubah menjadi misi darah. Bagaimana mungkin tidak membuat orang merasa panik?"
Saat itu, pintu lift terbuka lagi. Dua orang keluar dan berjalan mendekati sembilan penghuni yang berkumpul. Orang di depan adalah Roland, orang asing yang dikenal banyak penghuni. Dulu dia dan Kamya Sayoko bertanggung jawab atas eksperimen kutukan bayangan. Namun, orang di belakangnya dikenal 100% oleh semua penghuni apartemen.
"Ying Ziyue!"
Wanita Loushang Li Yin, sekaligus tangan kanannya. Memiliki kecantikan luar biasa, di apartemen ini hanya Kamya Sayoko yang bisa menyaingi kecantikannya.
"Itu... Ying Ziyue!"
"Dia juga akan menjalankan misi darah kali ini? Bagus! Mungkin Li Yin akan membantu merencanakan strategi!"
"Lupakan saja! Li Yin sekarang seperti mayat hidup. Dalam rapat misi darah belakangan ini dia selalu absen. Menurutku sulit!"
"Sebenarnya banyak penghuni mulai mempertimbangkan Ke Yinye sebagai Loushang baru. Dia lebih bisa diandalkan daripada Li Yin!"
"Menurutku Kamya Sayoko juga bagus!"
"Memang begitu, tapi pengalaman Ke Yinye lebih matang. Kami sudah mempertimbangkan untuk mengusulkan Ke Yinye sebagai Loushang baru dalam rapat misi darah berikutnya!"
Para penghuni tidak menghindari Ziye dan mulai berdiskusi dengan ramai. Namun, ekspresi Ziye tidak menunjukkan gejolak, seolah ucapan mereka sama sekali tidak dia pedulikan. Roland yang memiliki kemampuan Bahasa Mandarin terbatas tentu tidak mengerti. Komunikasinya dengan penghuni lain selalu diterjemahkan oleh Kamya Sayoko.
Gongsun Chan menatap Ying Ziyue dengan perasaan gelisah. Dari penyelidikannya, dia mengetahui pacarnya Li Yin - Loushang apartemen ini - adalah putra Li Yong, direktur Rumah Sakit Zhengtian. Sebenarnya banyak rumor negatif tentang rumah sakit ini, namun karena ekspansi bisnisnya yang semakin besar dengan dukungan keluarga Yang yang berpengaruh, bahkan pejabat kota sering mengunjungi pembangunan cabang baru. Atasannya, kepala kejaksaan, pernah memperingatkan: investigasi boleh dilakukan, tetapi tanpa buti konkret jangan gegabah. Li Yong adalah sosok yang sangat rumit.
Gongsun Chan dikenal sebagai jaksa yang tidak toleran terhadap kejahatan. Sejak menjabat, dia paling membenci korupsi peradilan. Setelah ditugaskan di Kota K, penyelidikan terhadap Rumah Sakit Zhengtian mengungkap banyak ketidaknormalan aliran dana. Meski bukti belum cukup, dia yakin ada konspirasi gelap. Sebagai jaksa, dia bertekad mengungkap semua kebenaran. Tapi ancaman pembunuhan dari pihak hitam 1 sama sekali di luar perkiraannya. Tentu semua itu menjadi tidak berarti setelah memasuki apartemen ini. Baginya, eksistensi tempat supranatural seperti ini sungguh di luar pemikiran manusia.
Dan Loushang apartemen ini, Li Yin, ternyata adalah anak kandung Li Yong! Gongsun Chan tidak bisa menahan kecurigaan apakah Li Yong juga memiliki hubungan dengan apartemen ini. Namun, dibandingkan itu, bertahan hidup dalam misi darah adalah prioritas utama yang paling penting. Setiap kali dia teringat tunangannya Lin Shena, hatinya terasa seperti diremas. Saat ini dia juga tidak bisa kembali bekerja di Kejaksaan, padahal lembur adalah hal biasa bagi jaksa. Tinggal di apartemen ini membuatnya mustahil untuk bekerja normal. Dia sempat mempertimbangkan melaporkan eksistensi apartemen ini ke atasan, mengingat harusnya pemerintah segera menutup kompleks ini untuk mencegah korban lebih banyak. Tapi siapa yang akan percaya hal semacam ini?
Bahkan kepada tunangannya Shena, dia tidak memberitahu kebenaran. Malah menelepon untuk meminta pembatalan pertunangan. Shena sang istri adalah seorang pengacara. Pertemuan pertama mereka terjadi di ruang sidang. Gongsun Chan yang dijuluki "Jaksa Tak Terkalahkan" justru kalah berulang kali dalam debat hukum oleh argumen tajam Shena, hingga terdakwa akhirnya dinyatakan bebas dari semua tuduhan. Sejak itu, dia jatuh cinta pada pengacara perempuan yang lihai berdebat itu. Meski perbedaan profesi membuatnya menjaga jarak, akhirnya rasa cinta itu berkembang. Pertemuan demi pertemuan membuat mereka sadar meski sebagai jaksa dan pengacara, nilai-nilai mereka justru sangat sejalan. Pertunangan mereka sempat menjadi buah bibir di kalangan hukum.
"Namun sekarang, dia menyadari masa depannya penuh ketidakpastian dan tak boleh menunda-nunda Shenna." Dengan satu panggilan telepon, dia secara sepihak meminta pembatalan pertunangan.
"Tentu saja Shenna tidak bisa menerima ini. Dia bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada tunangannya." Sejak pertunangan, hubungan mereka selalu sangat dekat dan harmonis. Tapi kini, dia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dialami tunangannya!
"Kejadian ini menggemparkan karena Gongsun Yan hilang secara misterius saat menyelidiki lembaga peradilan di Kota K." Oleh karena itu, kejaksaan setempat mengirim lebih banyak jaksa. "Bagaimanapun, jaksa adalah penuntut umum yang mewakili kredibilitas sistem peradilan negara!" Tentu saja, risiko besar membunuh jaksa membuktikan penyelidikan Gongsun Yan telah menyentuh inti masalah.
"Sebanyak 11 penghuni telah berkumpul, jumlah yang mengejutkan." Banyak orang mulai merasa cemas - seberapa mengerikankah misi darah ini hingga membutuhkan begitu banyak peserta?
"Sepertinya semua sudah berkumpul." Ziye mengamati orang-orang yang hadir lalu mengangguk, "Mari mulai diskusi. Tapi dengan jumlah sebanyak ini, mungkin ada yang tidak kebagian tempat. Bagaimana kalau pindah ke rumahku?"
"Tidak perlu," Gongsun Yan yang berdiri di depan menggelengkan kepala, "Nona Yin, bicaralah di sini saja. Apa pendapatmu tentang misi darah ini?"
Saat Ziye hendak berbicara, tiba-tiba sebuah suara terdengar.
"Tunggu sebentar!"
Semua orang menoleh ke belakang, dan segera melihat Kamya Sayoko yang memasuki apartemen!
"Aku... juga penghuni yang akan menjalankan misi darah kali ini..." Setelah masuk ke apartemen, dia melihat orang-orang yang berkumpul dan mengerutkan kening, "Apa semua orang di sini adalah penghuni yang akan menjalankan misi darah?"
Hingga saat ini, dua belas penghuni telah lengkap berkumpul!
Setelah memahami detail misi darah, semua orang memverifikasi nama kamar masing-masing serta nama karakter yang akan mereka perankan.
Kamar 201: Ying Ziyue sebagai Fengwu; Kamar 202: Gongsun Yan sebagai Dingqian; Kamar 203: Nian Ningyi sebagai Hongxia; Kamar 204: Roland sebagai Zhouchi; Kamar 205: Xu Tao sebagai Luobing; Kamar 206: Kamya Sayoko sebagai A Jian; Kamar 207: Feng Liehai sebagai Asura; Kamar 208: Lin Tianze sebagai Baihong; Kamar 209: Pu Xingyuan sebagai Shenghai; Kamar 210: Fengling Xian sebagai Xingyue; Kamar 211: Zuo Yatang sebagai Qianqian; Kamar 212: Huang Ti sebagai Ming.
Nama-nama karakter ini sama sekali tidak mirip nama orang di dunia nyata. Kesamaan jenis kelamin karakter dengan pemainnya juga sulit dipastikan. Karena tidak memahami mekanisme permainan secara detail, banyak hal masih menjadi misteri.
Kemudian, semua orang mulai mendiskusikan satu masalah penting.
Pertama-tama tentu harus menyelesaikan permainan secepat mungkin. Berdasarkan pengalaman bermain sebelumnya, seringkali pilihan yang sulit dibuat atau kesalahan memilih opsi bisa membuat permainan mandek atau bahkan mengakibatkan Game
Over。Dalam misi darah tidak disebutkan, apakah mungkin mendapatkan cheat dalam permainan. Tentu saja, tidak ada yang berani mencoba menganalisis game untuk mencari BUG, itu mustahil. Dari dua belas orang, banyak yang suka bermain game, terutama game role-playing.
"Opsi ini secara eksplisit menyatakan bahwa ada jalan keluar dan jalan kematian," Xiao Yezi mulai menganalisis, "Pilihan hidup-mati ini mungkin 50:50, atau jalan buntu baru muncul setelah beberapa opsi dipilih. Kalian tahu apa artinya ini?"
Semua terdiam, menunggu kelanjutan penjelasannya. Kini Xiao Yezi telah menjadi ahli strategi tepercaya di apartemen, satu-satunya yang sejajar dengan Yin Ye. Belakangan ini, banyak yang ingin bergabung dengan aliansinya. Untuk misi darah kali ini, jelas Kamya yang menjadi pemimpin.
Xiao Yezi melanjutkan: "Jika ada 1 jalan kematian dan 3 jalan keluar, kita bisa mengulang permainan tanpa menyimpan progres setelah salah pilih. Tapi jika 1 jalan keluar vs 3 jalan kematian," jarinya mengetuk meja, "kesalahan pertama masih menyisakan probabilitas 2/3 untuk memilih jalan kematian. Karena itu," mata berbinarnya memancarkan keyakinan, "sistem menetapkan 2 jalan keluar dan 2 jalan kematian. Artinya, jika salah di percobaan pertama, probabilitas memilih jalan keluar di percobaan kedua menjadi dua per tiga!"
Semua bersorak gembira. Kebijakan apartemen kali ini akhirnya memihak penghuni. Bagaimanapun, sebagian besar adalah pemula dalam menjalankan misi darah.
“Tapi, ingatkah kalian isi terakhir misi darah? Penghuni tidak boleh mengganggu permainan, juga tidak boleh memberikan saran pilihan. Artinya, penghuni yang menjalankan misi darah tidak boleh membangun hubungan apa pun. Ini berarti kita harus memilih sendiri. Saat ada yang mati di ronde pertama dan muncul jendela pilihan simpan, setiap orang harus memilih sendiri. Keputusan berdasarkan suara mayoritas... artinya penghuni bisa menentukan hidup mati penghuni lain.”
Semua orang menahan napas mendengar ucapannya, mereka tahu bagian selanjutnya adalah poin kunci.
“Ada satu situasi yang sulit dihindari. Ketika di ronde tertentu sebagian penghuni mati dan sebagian selamat. Bagi yang selamat, jika tidak menyimpan progres dan main ronde kedua, probabilitas jalur kematian adalah sepertiga. Tapi meski sepertiga, sedikit yang berani bertaruh. Sedangkan penghuni yang karakternya mati pasti mati-matian ingin menyimpan progres. Lagipula permainan harus selesai sebelum batas waktu misi darah, artinya kita wajib memilih simpan atau tidak. Saat itu, akankah penghuni yang selamat mengorbankan yang lain untuk bertahan hidup? Begitu progres disimpan, penghuni yang mati akan tewas di dunia nyata. Perlahan ini akan menjadi ujian sifat manusia.”
“Sebenarnya, dua pertiga bukan hitungan pasti. Karena ada banyak pilihan, di ronde kedua sulit dipastikan kita yang selamat di ronde pertama tidak akan mati. Hanya dua ronde berarti ronde kedua adalah penentu, mati berarti benar-benar tewas. Begitu penghuni yang selamat menjadi mayoritas, artinya...”
"Penghuni minoritas akan ditinggalkan dan mati. Setengah jalan keluar, setengah jalan kematian, hanya boleh memilih dua kali. Putaran pertama tidak perlu disimpan, tapi putaran kedua adalah penentuan. Begitu menjadi minoritas, akan ditinggalkan! Lagipula ini voting anonim dengan keputusan mayoritas, bisa mengurangi rasa bersalah penghuni. Lagian tidak ada yang tahu pilihanku, atau meski kutinggalkan minoritas, mayoritas lain juga terlibat. Saat dosa dibagi ke kolektif, rasa bersalah akan berkurang. Jadi kalian paham? Ini alasan kenapa misi darah ini melibatkan banyak penghuni."
"Ini permainan sifat manusia antar penghuni dimana hanya mayoritas yang bisa bertahan hidup!"
"Permainan zero-sum?" Gongsun Yan tiba-tiba menyela. "Nyonya Kamya, saya paham maksudmu. Artinya kita harus mengorbankan orang lain untuk bertahan hidup? Tapi kekejaman misi darah ini terletak pada kemungkinan bertahan di putaran kedua, jadi bukan pilihan hidup-mati mutlak. Karena penghuni dilarang saling mengintervensi proses permainan - tidak boleh menggunakan kekerasan, bujukan, ancaman, bahkan memberi saran. Semua keputusan harus mandiri. Kita semua terjebak dalam permainan zero-sum. Mengorbankan orang lain atau diri sendiri, dalam misi darah ini musuh kita setengah berasal dari misi darah itu sendiri, setengah lagi dari diri kita sendiri!"
Xiao Yezi menyangga dagunya, berkata: "Di ambang terkumpulnya pecahan Perjanjian Neraka, dikeluarkannya misi darah seperti ini mungkin bertujuan untuk semakin menghancurkan persatuan di antara para penghuni. Tanggul ribuan mil hancur karena sarang semut, kesalahan pertama akan memicu lebih banyak kesalahan. Pada akhirnya akan runtuh seperti domino."
Saat ini, hati nurani setiap penghuni terasa seperti berada di gudang es.
Apakah kita benar-benar harus menghadapi pilihan kejam seperti ini?
## Jilid Dua Puluh Satu Permainan Bab 3 Kereta Api
Kegelapan.
Tampak stasiun kereta api yang reyot dengan rangkaian kereta terparkir di peron, namun tidak ada satu jiwa pun di sana. Langit gelap gulita tanpa secercah cahaya bulan.
Mizhen dan Li Yin tiba-tiba muncul di depan stasiun kereta api.
“Benarkah demikian?” Mizhen mengerutkan alisnya erat, bertanya: “Meski sudah meninggalkan bangunan itu, kita justru masuk ke dimensi baru?”
Dia dan Li Yin terperangkap dalam dimensi ini sudah lebih dari seminggu. Namun selama seminggu ini, mereka belum bertemu hantu. Semua ini berkat bantuan kertas buku harian peninggalan Pu Miling. Akhirnya mereka menemukan pintu keluar bangunan itu, tapi setelah keluar malah langsung melihat stasiun kereta api ini.
Kereta api ini tampak reyot, dikelilingi padang gersang tanpa jejak kehidupan. Angin bertiup sesekali, membawa lumpur dan pasir yang berputar-putar di langit.
Mizhen melangkah mendekati kereta, naik ke dalamnya. Melihat kabin yang kosong, Li Yin pun mengikuti dari belakang.
Di dalam kereta, tetap tidak ada seorang pun.
Di depan, di sebuah tempat kosong, terdapat sebuah kotak. Mizhen segera bergegas mendekat dan membuka kotak tersebut. Tanpa perlu ditanya, isinya adalah selembar kertas buku harian lagi.
Mizhen sudah bisa memastikan beberapa hal. Yaitu... banyak kertas buku harian di sini yang ditempatkan setelah kematian Pu Miling. Pada tanggal 1 Mei, arwah Pu Miling akan berkeliaran. Termasuk lukisan yang pernah dibuat di apartemen tempat Huangfu He tinggal. Orang yang dilihat Huangfu He mengenakan topi dan sarung tangan itu adalah Pu Miling, sedangkan penyangga lukisan berkanvas di tangga yang disebutnya "terlihat normal" bersama Xue Zhen.
Saat membuka kotak itu, baris pertama di kertas buku harian tertulis: "Kereta ini akan berangkat setiap malam tepat tengah malam pukul 00:00. Kalian harus turun di 'Lembah Malam yang Sunyi'. Jika turun sebelum sampai sana, kalian pasti mati! Setiba di Lembah Malam yang Sunyi, pergilah ke kota di gunung tersebut. Di rumah keluarga bermarga Yeh, carilah kertas buku harian baru yang kutinggalkan di ruang perpustakaan. Dari situ kalian bisa melanjutkan ke lokasi berikutnya. Akhirnya, kalian akan menyentuh rahasia terkait Raja Iblis. Dan..."
Mulai dari baris berikutnya, tangan Mizhen gemetar tiba-tiba!
"Chu Mitian juga berada di titik akhir yang akan kalian tuju. Ya, aku tahu ini kamu, Chu Mizhen. Dalam lima puluh tahun terakhir, tahukah berapa orang yang berhasil sampai ke instruksi tulisan darah kesepuluh? Termasuk kamu dan adikmu, total tujuh orang. Tapi kamu satu-satunya yang selamat meninggalkan apartemen dalam lima dekade ini. Yang lain mati dalam misi darah kesepuluh. Tapi Chu Mitian agak spesial."
"Dia tahu! Pria ini, dia tahu segalanya!"
Sementara itu, Mizhen tidak menyadari bahwa di luar jendela kereta, sebuah tangan tiba-tiba menyambar dan menempel di kaca! Tapi, segera menarik kembali.
Dia duduk bersama Li Yin sambil menunjukkan buku harian itu padanya. Setelah membacanya, Li Yin melipat kertas harian itu dan menyimpannya di saku, berkata: "Kalau begitu, kita harus pergi ke sana, kan?"
"Benar. Tidak ada pilihan lain..."
Begitu memikirkan bahwa Mian Tian berada di tempat itu, jantung Mizhen berdebar kencang.
Akankah akhirnya bisa bertemu lagi dengan adik laki-lakinya?
Matanya terus waspada mengawasi jendela. Di luar hanyalah hamparan padang gersang yang luas, tak ada apa-apa lagi. Tapi ini tidak membuatnya tenang. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kita harus menunggu sampai tengah malam pukul 00:00." Mizhen menghela napas panjang, "Sudahlah, hanya ini satu-satunya cara. Sudah berhari-hari berlalu, tetap tidak bisa keluar. Tapi syukurlah, tanpa kertas harian warisan Pu Miling, kita pasti sudah tidak hidup sampai sekarang."
Kemudian dia memandang bayangan di bawah kaki Li Yin, berbisik: "Kutukan bayangan..."
"Sudah kubilang..." Li Yin buru-buru menyela, "Jangan khawatir."
"Hmm." Mizhen mengeluarkan kotak dari sakunya, membukanya dan mengambilkan beberapa sandwich yang diambil dari restoran. Menyerahkan sandwich ke Li Yin, dia juga mengambil satu sambil bertanya: "Berapa lama perjalanan ini akan berlangsung?"
"Tidak tahu." Li Yin mulai makan juga: "Mungkin cukup lama."
Saat ini, pandangan keduanya tertancap ke pintu. Begitu bayangan hantu muncul, mereka akan langsung menerobos keluar dan lari ke padang gersang ini.
“Kakak Kelas,” ujar Mizhen sambil tersenyum: “Aku merasa ini seperti sedang traveling, lumayan seru juga.”
Li Yin mengunyah sandwich, berkata: “Kamu masih bisa tertawa ya?”
“Hmm. Soalnya misi darah yang pernah kualami sebelumnya jauh lebih menyeramkan daripada ini. Ngomong-ngomong, aku mau ceritakan tentang misi darah yang pernah kulewati, Kak. Biar kamu bisa belajar sesuatu.”
“Nggak usah.” Li Yin menggelengkan kepala: “Aku nggak mau dengar.”
“Oh gitu ya...”
Sandwich cepat habis. Mizhen menutup kotak, memandang langit kelam di luar jendela. Di depan padang luas terbentang garis horizon tak berujung, selain itu kosong belaka. Dunia seperti apa ini sebenarnya?
“Kak.” Mizhen memegang kertas buku harian itu: “Sepertinya untuk sementara kita aman. Beberapa hari ini belum sempat ngobrol. Waktu itu kamu bersikap sangat dingin, aku paham betapa menyakitkannya. Dulu saat aku tinggal di apartemen, rasanya seperti dunia gelap tanpa matahari. Persis seperti saat orang tuaku tewas dalam kecelakaan kereta, terpaksa hidup bergantung dengan Mian Tian. Sampai akhirnya masuk ke apartemen itu.”
Bulu mata Mizhen bergetar, bibirnya gemetar: “Tahu kenapa aku bisa bertahan sampai misi darah kesepuluh, dan Mian Tian juga bisa selamat sampai saat itu?”
“Kamu mau tahu alasannya? Kak?”
Pada saat yang bersamaan...
Di dalam ruang tertutup sempurna yang gelap, Li Yong melihat jenazah pria terbaring di lantai, tersenyum kejam: “Bagus! Ini sudah orang keempat belas!”
Berdiri di hadapannya adalah seorang pria bertopi hitam dengan wajah yang sangat anggun. Pria ini adalah pemimpin grup perdagangan narkoba bawah tanah di Kota K, bernama Yan Luo. Jenazah yang tergeletak di tanah terlihat benar-benar tidak bisa menutup mata, dengan ekspresi ketakutan yang luar biasa di wajahnya.
"Masih ada dua orang, Direktur Li." Yan Luo duduk sambil tersenyum, berkata: "Kalau begitu, Direktur Li, tentang rencana menggunakan cabang Rumah Sakit Zhengtian untuk menyimpan narkoba kita, apakah bisa segera dilaksanakan?"
"Tidak masalah." Li Yong meneguk tehnya dan meletakkannya di meja samping, berkata: "Tuan Yan benar-benah gesit bertindak, sudah membunuh orang keempat belas. Bagaimana dengan lokasi orang kelima belas, sudah berhasil dilacak?"
Yan Luo menyilangkan kaki sambil menghisap rokok, menjawab: "Sebenarnya dua hari lalu sudah ada temuan. Kami menemukan ada yang melihat Lu Yilan muncul di Kota K. Awalnya kami kira dia sudah pergi dari sini, ternyata masih bersembunyi."
"Cerdik," Li Yong menunjukkan kilat kejam di matanya: "Tempat paling berbahaya adalah yang paling aman. Dulu target pertama pembunuhan adalah dia, tapi dia langsung kabur saat percobaan pertama. Sekarang malah bersembunyi di bawah hidung kita. Sudah ketahui lokasinya sekarang?"
"Masih dalam pencarian. Sepertinya tidak lama lagi akan ada kabar."
Jawaban ini membuat Li Yong sangat tidak puas. Tapi dia juga tidak bisa mendesak terlalu keras.
"Gali tanah sedalam tiga meter pun harus membunuhnya!"
"Tentu."
“Masih ada……” Li Yong kembali menanyakan masalah yang menjadi perhatiannya: “Jaksa bermarga Gongsun itu, kalian masih belum menemukannya? Dia sudah menemukan petunjuk hubungan kita, tapi sekarang status hidup-matinya tidak jelas!”
“Ini, Anda juga tahu, Direktur Li. Dia toh seorang jaksa. Saat ini lembaga jaksa provinsi sudah mengirim orang ke Kota K untuk penyelidikan. Kita tidak bisa bertindak terlalu mencolok. Anda seharusnya paham hal ini, bukan?”
“Baiklah. Tapi ingat, jaksa itu, aku ingin melihatnya hidup atau mati!”
Setelah semuanya selesai, Li Yong meninggalkan ruang tertutup sempurna yang gelap ini. Saat ini, hatinya semakin bergejolak. Sementara itu, untuk membunuh dua orang terakhir itu, dia sudah menyusun rencana.
Membunuh!
Selama bisa menghidupkan kembali Qingli, harus dibunuh!
Beberapa hari ini, dia sibuk mengurus pemakaman Yang Jinghui. Tiga hari lagi, acara peringatan akan resmi diadakan. Saat ini Li Yong hanya memikirkan cara secepatnya menghidupkan kembali Qingli, hal lain bisa dipertimbangkan kemudian.
Sambil itu, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Li Yin. Setidaknya dia harus hadir di pemakaman Yang Jinghui.
Sementara itu, Li Yin yang asli sedang duduk di atap apartemen. Sejak masuk ke apartemen ini, dia hanya pernah sekali datang ke atap ini.
Dia sudah tahu tentang rilis misi darah baru. Juga tahu bahwa Ziye adalah salah satu penghuni yang menjalankan misi darah. Tapi dia tidak ingin memikirkan apapun lagi. Di apartemen ini, siapa yang hidup, siapa yang mati, sudah tidak penting lagi.
Apakah keputusan hari itu untuk tidak membiarkan dirinya tenggelam sepenuhnya ke dalam air itu benar?
Apakah kembali ke apartemen ini adalah keputusan yang benar?
Kontrak Neraka, siapa yang ingin merebut silakan. Itu sudah tidak ada hubungannya lagi dengannya.
“Dering ponsel berbunyi, Li Yin mengeluarkan ponselnya dan melihat itu panggilan dari Li Yong. Dia mengangkat telepon dan bertanya: "Ada apa?"
“Selama ini kau ada di mana? Datanglah tiga hari lagi untuk menghadiri upacara penghormatan terakhir ibumu! Beberapa paman sepupumu terus bertanya padaku kenapa kau tidak muncul-nemuLak selama dua hari ini. Urusan pemakaman ibumu sampai sekarang semuanya kutangani sendiri!”
“Aku mengerti. Aku akan datang.”
Setelah menutup telepon, Li Yin turun dari atap. Sekitar setengah jam kemudian, dia tiba di rumah. Saat itu, Li Yong juga baru pulang.
Rumah dipenuhi kain putih berkabung. Li Yong yang mengenakan pakaian putih duduk di sofa. Di atas meja ruang tamu, tersimpan abu jenazah Yang Jinghui.
Li Yin memasuki ruang tamu. Dia melirik Li Yong, lalu berjalan menuju meja tersebut.
“Hei, Li Yin!” Li Yong baru saja berdiri ketika tiba-tiba melihat Li Yin mengangkat kotak abu jenazah Yang Jinghui.
“Apa yang kau lakukan?” Li Yong mulai merasakan firasat buruk.
“Dengar baik-baik.” Li Yin menoleh ke belakang, matanya yang dingin dan tanpa emosi menatap Li Yong: “Aku tidak akan menyerahkan abu ibu padamu. Abu ibu akan kutanggung hidup. Aku tidak mengizinkanmu menyentuhnya lagi!”
“Kau gila?” Li Yong terkejut sambil membentak: “Atas dasar apa kau melarangku menyentuhnya?”
"Ibu mencintaimu seumur hidup! Tapi apa yang dia dapat di akhir?" Li Yin berlari langsung menghampiri, berkata: "Kau pikir aku tidak tahu? Orang yang kau cintai adalah ibu Ziye! Dari beberapa hal yang dibicarakan Ziye padaku kemudian, ditambah penyelidikan yang kulakukan, aku tahu kau sudah merencanakan untuk meninggalkan Ibu, meninggalkanku! Pada akhirnya, apa arti Ibu bagimu? Seluruh hidupnya untukmu, apa balasanmu? Mengubah Rumah Sakit Zhengtian menjadi seperti apa? Munafik licik ini, sebenarnya kau senang sekarang ya? Kau tidak mencintai Ibu, kau menikahinya demi harta keluarga Yang, demi Rumah Sakit Zhengtian! Sekarang kau bisa mengambil semua harta dengan alasan sah, senang bukan? Di hatimu, hanya uang yang ada kan?"
"Li Yin! Omong kosong apa ini!" Li Yong membentak: "Apa maksudmu?"
"Aku tidak akan bertemu denganmu lagi." Li Yin meraung: "Mengapa yang mati bukan kau? Dokter macam apa kau ini, atas dasar apa kau membuka rumah sakit untuk menyelamatkan orang? Kau adalah iblis, Shinigami, sampah masyarakat! Yang pantas mati adalah kau, kau!"
Li Yong berhenti melangkah, urat di wajahnya menonjol. Bahkan orang kejam seperti Yan Luo pun memberi dia sedikit harga diri, pejabat pemerintah kota selalu menyambutnya ramah, tapi anak kandungnya berani mengutuknya seperti ini?
"Kau memberontak..."
“Li Yong!” Li Yin semakin emosi saat berbicara, akhirnya berteriak keras: “Dengarkan baik-baik, aku Li Yin mulai hari ini dan seterusnya, akan memutuskan semua ikatan kebaikan dan kebenaran denganmu! Aku bukan lagi anakmu, bukan lagi! Aku benar-benar ingin mengganti darah dalam tubuhku untuk memutus semua hubungan denganmu! Ibu sudah meninggal, jadi tidak ada alasan bagiku untuk kembali ke sisimu. Ingat, kau bukan ayahku, bukan!”
Setelah mengatakan itu, Li Yin langsung mengambil guci abu dan berlari ke pintu kamar, langsung menerobos keluar!
Dia tidak menyesal telah mengucapkan kata-kata itu. Dia juga tidak keberatan jika ayahnya benar-benar memutuskan hubungan, segalanya sudah tidak dia pedulikan lagi.
“Ibu.” Li Yin menggenggam erat guci abu di tangannya sambil berlari kencang, berkata: “Maafkan aku, aku yang membuatmu terbebani. Mulai sekarang, arwahmu akan kujaga, tidak ada yang bisa menyakitimu lagi. Siapapun tidak boleh!”
## Jilid 21 Permainan Bab 4 Pertemuan Pertama
Li Yin yang asli sama sekali tidak tahu bahwa ada versi dirinya yang identik telah diciptakan.
"Li Yin palsu itu, awalnya juga seorang manusia hidup, tidak, seharusnya dikatakan, setiap bagian yang menyusun tubuh Li Yin palsu ini dulunya adalah manusia hidup. Mereka semua adalah korban dari penghuni palsu yang berprofesi sebagai novelis seusia Li Yin. Setelah dibunuh, penghuni palsu memasang kepalanya di potongan mayat korban lain, dan mengubah wajahnya menjadi persis seperti Li Yin. Namun ingatannya dihapus, hanya eksis sebagai boneka. Tentu saja, meski ingatannya dihapus, Li Yin palsu ini dulunya juga seorang manusia. Sebenarnya, dia tidak jauh berbeda dengan Frankenstein karya Mary Shelley."
Di dalam kereta, Mizhen dan Li Yin yang duduk di sampingnya masih harus terus menunggu di padang gurun yang sunyi ini.
Pada dasarnya, Mizhen juga tidak tahu bahwa Li Yin di hadapannya ini hanyalah cangkang kosong, sama sekali tidak memiliki apa yang disebut hati.
"Sebenarnya ada alasan mengapa aku dan Mian Tian bisa bertahan sampai misi darah kesepuluh." Ekspresi Mizhen menjadi serius: "Aku sebenarnya adalah... seorang dukun medium."
"Apa?" Mata Li Yin menatap tajam, bertanya tergesa-gesa: "Apa kamu serius?"
"Tentu saja... bohong."
Ekspresi Li Yin langsung kaku, kemudian melihat Mizhen menutupi mulutnya sambil tertawa: "Haha, Kakak Kelas tertipu lagi ya, dulu juga selalu seperti ini, setiap kali aku bicara dengan wajah serius, kamu pasti 100% akan tertipu..."
Senyuman yang muncul di wajah Mizhen tiba-tiba menciptakan kesan kecantikan yang bisa membuat kota dan negara runtuh dengan sekali pandang.
"Lalu, Mizhen melihat Li Yin di sampingnya juga mulai tersenyum. Senyumannya begitu alami, sangat alami.
Dia tidak tahu mengapa, seolah ada sesuatu yang bergerak dalam hatinya. Untuk pertama kalinya, ekspresinya bukan sekadar mekanis, tapi benar-benar tertawa dari hati.
Padahal dia sudah kehilangan hati nurani, sudah kehilangan perasaan. Namun, dia tetap bisa tersenyum secara alami.
Tertawa, rasanya seperti emosi yang sangat jauh. Seberapa jauh? Dia pun tidak ingat. Hanya, saat melihat senyuman Mizhen kali ini, tiba-tiba dia merasa senyuman itu adalah pemandangan terindah di dunia.
"Aku..." Tanpa sadar dia tertawa dari hati, bahkan dirinya sendiri merasa heran.
"Akhirnya Kakak Kelas tersenyum." Mizhen tampak lega, "Begitu saja sudah cukup. Sebenarnya tadi ingin kukatakan, alasan aku dan Mian Tian bisa bertahan hidup adalah karena aku tidak menyerah pada senyuman. Bahkan Shinigami pun akan dikalahkan oleh senyuman. Jadi, jangan pernah kehilangan senyuman. Itu yang kukatakan pada diri sendiri setelah orang tua meninggal. Saat itu, sebagai kakak, aku punya tanggung jawab merawat Mian Tian, bertahan hidup bersamanya. Hanya untuk alasan ini pun, aku tidak boleh jatuh, tidak boleh kehilangan senyuman. Jika senyuman hilang, berarti kita benar-benar mengakui hidup ini tanpa harapan."
Kereta api menjadi sunyi senyap.
Dia menutup mata. Senyuman itu bagai melodi indah yang bergema di otak, membuatnya terbuai sesaat.
“Hmm, kamu, benar.” Membuka matanya kembali dan menatap Mizhen, dia juga tersenyum sambil berkata: “Benar, kita pasti masih punya harapan, ada harapan!”
“Kakak Kelas, kamu masih ingat?”
“Apa?”
“Apa yang dulu kamu katakan padaku. Saat kita pertama kali bertemu. Masih ingat?”
Mizhen sama sekali tidak akan melupakan hari itu. Saat pertama kali melapor ke Kampus Jin Yu, dia dan Mian Tian bersama-sama pergi ke bagian administrasi kampus, memeriksa nomor mahasiswa dan lokasi kelas sebelum menuju gedung perkuliahan.
Kehidupan kuliah hanyalah kegiatan pengisi waktu selama interval misi darah di apartemen, tempat mencari pelarian dari ketakutan. Namun, Mian Tian tetap merasa tertekan.
“Lapangan luas sekali, ada lapangan tenis juga, Mian Tian!” Mizhen justru antusias menjelajahi kampus, toh ini pengalaman kuliah sesungguhnya.
Mian Tian tetap membisu. Saat itu, sikapnya selalu muram, bahkan mulai merokok dan mabuk-mabukan hingga semangatnya merosot. Sinar matahari yang menyinari pipinya pun tak mampu memberinya kehangatan.
“Hei!” Mizhen memukul kepala Mian Tian dengan buku panduan kampus yang baru diambilnya: “Berani-beraninya mengabaikan kakakmu?”
“Iya tahu lah!” Mian Tian mengusap kepalanya: “Ngapain mukul kepala aku.”
“Bagaimana？Tidak terima？”Mizhen mengulurkan tangan dan mengelus kepala Mian Tian, berkata: “Sudahlah! Jangan cemberut seperti itu, hari ini kan hari pertama lapor diri! Lupakan semua urusan misi darah, kenalan dengan teman sekelas baru dong! Hmm, iya, aku sudah pertimbangkan, memutuskan untuk tinggal di asrama.”
Mian Tian tertegun sejenak, lalu bertanya dengan tak percaya: “Kamu, kamu bercanda ya? Kakak? Benar atau tidak?”
“Tentu saja benar.”
“Hei, mana mungkin? Kamu tahu kan, kita harus...”
“Tenanglah tenanglah. Di sini Distrik Baiyan, pusat kota, transportasi metro sangat mudah. Kita cukup pulang ke apartemen sekali saat istirahat siang setiap dua hari, lalu kembali ke sekolah, kan? Apa kamu suka tinggal di apartemen itu?”
“Tentu... tidak.”
“Nah itu dia! Mulai sekarang kita akan tinggal di apartemen hanya pada hari Minggu, hari biasa tinggal di asrama, bergaul dengan orang biasa, menjalani kehidupan normal. Saat ini sebagian besar penghuni apartemen adalah orang-orang pesimis ekstrem, banyak yang punya kecenderungan bunuh diri. Tinggal di sana, depresimu akan semakin parah. Kalau begitu, anggap saja kita tidak pernah masuk apartemen itu, jalani hidup seperti orang biasa!”
“Kakak memang benar-benar unik...”
“Tentu saja. Hidup memang tentang mencari kebahagiaan di tengah penderitaan. Bahkan orang normal pun bisa mengalami kematian karena kecelakaan, perampokan, penyakit, dan berbagai alasan lainnya. Kami hanya menghadapi lebih banyak bahaya dibanding orang biasa. Tapi tidak apa-apa, bagaimanapun juga menyesali masuk ke apartemen tidak ada gunanya lagi, karena ini memang jalan hidup kita. Sudahlah! Jangan murung! Nanti saat bertemu teman sekelas baru, semangatlah, tersenyumlah. Sore ini kita akan pindahkan barang-barang ke asrama dan membeli sesuatu untuk teman-teman.”
“Membeli sesuatu?”
“Iya, harus membangun hubungan baik dengan teman baru! Kita akan bersama mereka selama empat tahun ke depan, bukan? Ayo cepat pergi!”
Akhirnya, mereka tiba di ruang kelas. Sekolah resmi dimulai tiga hari lagi. Lebih dari tiga puluh siswa sudah berkumpul dengan riang gembira. Setelah melewati ujian masuk perguruan tinggi Tiongkok, masuk ke kampus ini adalah hasil perjuangan tiga tahun SMA mereka. Perguruan tinggi ini juga cukup terkenal di antara institusi sarjana.
Mizhen mencari tempat duduk bersama Mian Tian. Di depan mereka duduk seorang gadis cantik luar biasa. Begitu melihat Mizhen dan Mian Tian, dia langsung menyapa: “Halo! Namaku Qian Xiyue!”
“Chu Mizhen!” Mizhen menarik lengan Mian Tian, “Dia adikku Mian Tian, kami kembar!”
“Benarkah?” Xiyue memandangi mereka, “Iya, wajah kalian mirip! Nama kalian juga indah. Kalian tinggal di asrama?”
“Ayo tinggal!” Mizhen segera berkata, “Mitian, kamu juga tinggal di asrama, kan?”
“Aku…” Mitian awalnya ragu, tapi setelah melihat ekspresi Mizhen yang menyipitkan mata, akhirnya menjawab, “Hmm, aku tinggal, aku tinggal.”
“Bagaimana kesan kalian tentang kampus ini?” Xi Yue menopang dagunya bertanya, “Bagus, ya?”
“Tentu!” Mizhen bersemangat menjawab, “Siang ini aku ingin pergi ke perpustakaan. Mau ikut? Mitian, kamu ikut tidak?”
Tiba-tiba ia menyadari Mitian sedang menatap Xi Yue dengan intens. Ia segera mendekat dan berbisik di telinganya, “Hei, jangan menatapnya seperti itu. Jawab pertanyaanku!”
Xi Yue menutupi mulutnya yang tersenyum, “Kalian berdua kakak-beradik sangat lucu. Mizhen, ya, boleh aku memanggilmu begitu?”
“Tidak masalah,” Mizhen tersenyum, “Kalau begitu, aku akan memanggilmu Xi Yue juga!”
Menurut penuturan Mitian kepada Mizhen kemudian, jika bukan karena tahu Mizhen adalah **penghuni apartemen**, mustahil membayangkan seseorang yang tersenyum natural itu menjalani kehidupan mengerikan: bergumul daily dengan **kematian** dan **hantu**. Dunia Mizhen tetap memiliki cahaya meski kegelapannya direnggut.
Saat Mizhen sedang asyik bercerita, seseorang mendekati Xi Yue dan bertanya lembut, “Maaf, boleh aku duduk di sini?”
Orang itu adalah **Li Yin**.
Di pundaknya terjepit sebuah buku berjudul *Wuthering Heights* karya **Emily Brontë**.
“Oh, silakan.” Xi Yue segera menggeser tas di kursi kosong di sebelahnya, memberi tempat pada Li Yin untuk duduk.
"Li Yin terlihat sangat anggun. Setelah duduk, dia mengangguk sedikit dan berkata, “Terima kasih. Nama saya Li Yin, mohon bimbingannya.”
“Halo!” Mizhen juga mengangguk, “Kamu sedang membaca ‘Wuthering Heights’? Buku itu favoritku!”
“Benarkah?” Li Yin memegang buku itu, “Saya pinjam dari perpustakaan. Sudahkah kamu membacanya? Saya baru baca bagian awalnya saja.”
“Ini kisah cinta yang sangat tragis,” Mizhen menatap sampul buku itu, “Sepertinya ini versi terjemahan lama. Entah kualitas terjemahannya bagus atau tidak.”
“Benarkah? Tragis sekali?” Li Yin melihat buku itu, “Sebenarnya saya sedikit tahu alur ceritanya. Tentang pria yang mengorbankan seluruh hidupnya demi cinta, akhirnya menjalani jalan keputusasaan. Mengorbankan diri demi cinta, saya pikir pasti ceritanya sangat puitis. Meskipun tragis, saya ingin membacanya.”
Saat itu, Mizhen terpikat oleh sorot mata Li Yin yang bernuansa melankolis. Tentu saja dia tidak tahu tentang konflik antara Li Yin dan ayahnya.
“Sepertinya... kamu sedang sedih?” Mizhen dengan tajam menangkap perasaan Li Yin, “Ada masalah apa?”
“Hidup memang terkadang dipenuhi hal-hal yang tak terelakkan,” Li Yin menyimpan bukunya, “Tapi bagaimanapun, dibandingkan membenci semata-mata karena kebencian, membenci demi cinta masih lebih bisa dimaklumi.”
Mizhen merenungkan beberapa kalimat itu, lalu mengangguk. Tiba-tiba dia berkata, "Tapi, jangan terlalu dipikirkan, Kakak Kelas. Sekarang kita semua sudah saling kenal, jika ada hal sedih, lupakan saja! Baca buku nanti malam saja, siang hari kita jalan-jalan senang di kampus yuk!"
"Maaf... Kenapa kamu memanggilku Kakak Kelas?"
"Seharusnya aku lebih muda setahun dari kalian." Mizhen mengusap kepala dengan canggung, "Dulu waktu sekolah, aku dan adik laki-lakiku sempat berhenti sekolah selama setahun."
Tahun itu tentu adalah tahun ketika orang tua mereka meninggal karena kecelakaan kereta api.
"Tidak perlu memanggilku Kakak Kelas. Panggil saja Li Yin."
"Masa bisa begitu? Tentu harus ada tata krama. Lebih baik tetap memanggilmu Kakak Kelas."
Kalau diingat-ingat sekarang, Xi Yue waktu itu tidak bertanya "Lalu kenapa kamu tidak memanggilku Kakak Senior?"
Selanjutnya kami juga berkenalan dengan Han Zhen, Wen Qian, Yan Lang, dan lainnya. Siapapun yang bertemu Mizhen pasti langsung menyukainya. Selama lebih dari empat tahun berikutnya, Mizhen tetap menjadi perempuan paling populer di kelas, dengan banyak pria yang menyimpan perasaan padanya. Dia cantik, berkepribadian ceria dan lincah, pandai berbicara, humoris, serta mengerti perasaan orang. Hampir tidak ada yang tidak menyukainya.
Tidak seorangpun bisa membayangkan kehidupan seperti apa yang dijalaninya di luar kehidupan kampus.
"Setelah menyelesaikan prosedur penginapan, Mizhen memindahkan koper ke ruangannya. Dia terkejut sekaligus senang mengetahui bahwa dia sekamar dengan Xi Yue. Dua mahasiswi lain di kamar itu juga senang dengan kedatangan Mizhen, mereka yakin kehadirannya akan membawa banyak tawa dan semangat muda ke asrama."
"Saat itu hari sudah mendekati senja. Mizhen berjalan keluar kampus, menyusur lapangan luas Kampus Jin Yu. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Li Yin di depan. Dia berdiri di dalam lapangan tenis, bersandar sendiri di kawat pagar."
"Mizhen masuk ke area tersebut, namun Li Yin sama sekali tidak menyadari kedatangannya."
"Kakak Kelas?"
"Hmm?" Li Yin menoleh ke belakang, baru menyadari kehadiran Mizhen yang mendekat. "Oh, kamu ya, Chu Mizhen. Jangan panggil aku Kakak Kelas dong, rasanya aneh. Ngomong-ngomong, kenapa cuma aku saja yang kamu panggil begitu?"
"Kenapa? Tidak suka?" Mizhen mendekati Li Yin, "Kupikir kamu akan merasa tersanjung."
"Ah, terserah kamu saja." Li Yin mengangkat pandangannya ke matahari yang mulai terbenam. "Kita akan bersama selama empat tahun ke depan."
"Benar." Mizhen memandang profil Li Yin yang disinari cahaya senja keemasan.
“Apakah hidupmu pasti sangat bahagia?” Li Yin menyatukan kedua tangan di belakang punggung, perlahan berjalan ke depan, mengambil bola tenis yang jatuh di lantai, berkata: "Aku berbeda. Sekarang aku bingung, banyak hal tidak tahu harus memilih yang mana. Sebenarnya, awalnya aku tidak berencana masuk fakultas ekonomi, tapi ingin masuk fakultas kedokteran."
"Benarkah? Lalu mengapa akhirnya pindah ke fakultas ekonomi?" Mizhen juga mendekat dan bertanya.
"Aku tidak mau jadi dokter lagi." Li Yin menggenggam erat bola tenis itu, berkata: "Sejak kecil aku selalu mengagumi profesi dokter, dulu kupikir suatu hari nanti bisa menjadi dokter yang baik. Tapi sekarang, kurasa ini hanya angan-angan kosongku saja. Akhirnya aku mengubah pilihan pertama tanpa sepengetahuan orang tua. Tapi sekarang setelah masuk fakultas ini, malah merasa tidak tahu harus berbuat apa, apakah pilihanku benar? Jangan-jangan aku salah jalan?"
"Mengapa dipikirkan sampai segitunya?" Mizhen membungkuk, kedua tangan menggenggam tangan Li Yin yang masih memegang bola tenis, berkata: "Santai saja, hidup memang penuh kesulitan. Jangan terlalu menyiksa diri sendiri, jika menyesal, pikirkan bagaimana cara mengurangi penyesalan itu. Lagipula, kamu sudah menjadi anggota Kampus Jin Yu, menurutku kehidupan seperti ini juga tidak buruk."
Tangan Li Yin perlahan melemas, bola tenis jatuh ke lantai. Dia menoleh memandang Mizhen, berkata: "Benarkah? Kedengarannya mungkin tidak buruk. Kurasa dengan memiliki teman sekelas sepertimu, hari-hari ke depan pasti akan menarik ya?"
Mizhen mengambil bola tenis, lalu melemparkannya ke langit. Ia mengangkat kepala dan berkata: "Benar, seharusnya seperti ini. Lebih baik sering tersenyum. Selama kita masih hidup, tak ada yang bisa memberi cap akhir pada hidup kita. Orang yang mengaku putus asa saat masih hidup, sesungguhnya sudah mati. Sepertiku, selama aku masih bernafas, maka masih ada harapan untuk hidupku! Baiklah, aku pergi dulu, Kakak Kelas!"
Inilah pertemuan pertama antara Li Yin dan Mizhen. Seorang gadis yang selalu membawa keceriaan ke mana pun ia pergi. Sekalipun terperangkap dalam kegelapan, ia tetap menciptakan cahayanya sendiri. Bahkan dalam keputusasaan, ia terus merajut harapan...
## Jilid Dua Puluh Satu Permainan Bab Lima Teman Sejati
Di Kampus Jin Yu, Li Yin dan Mizhen masing-masing memulai hidup baru.
Pada hari itu. Setelah pukul tiga sore, tidak ada mata kuliah. Jadi, Mizhen dan Mian Tian memutuskan pergi ke perpustakaan bersama.
"Bagaimana hubunganmu dengan teman sekelas di tinggal serumah?" Mizhen sangat memperhatikan penyesuaian psikologi Mian Tian. Sejak masuk ke apartemen, dia sering mencari buku-buku psikologi di perpustakaan. Bagaimanapun, untuk bertahan hidup, penyesuaian kondisi mental adalah langkah pertama.
"Lumayanlah," jawab Mian Tian dengan pikiran melayang: "Beberapa hari ini aku mencari buku tentang fenomena supranatural di perpustakaan, tapi catatan dalam buku-buku itu terasa terlalu banyak spekulasi."
"Mizhen tersenyum manis, lalu menepuk kepala Mian Tian lagi dan berkata, “Sudah kukatakan sebelumnya! Fenomena supranatural yang beredar secara terbuka di dunia ini, tidak banyak yang bisa dipercaya! Orang yang benar-benar pernah melihat hantu, menurutmu bisa bertahan hidup untuk menceritakan rumor ini ke orang lain, lalu menyebar dari mulut ke mulut? Contohnya dulu orang mengira petir adalah ulah Dewa Petir, banjir sungai adalah ulah Dewa Sungai. Orang-orang merasa takut terhadap fenomena yang tidak mereka pahami dan eksistensi yang tidak diketahui, lalu sengaja memelintir pemahaman ini. Intinya, sangat berbeda dengan fenomena supranatural yang diperlihatkan apartemen pada kita.”"
"Kakak selalu bicara hal-hal yang terlalu dalam…" Mian Tian mengusap kepalanya, "Dan sudah kubilang berkali-kali, jangan tepuk kepalaku!"
Tiba-tiba dia melihat di depan, Wang Shaojie teman sekelasnya sedang berbicara dengan pria perokok. Wang Shaojie bersandar malas di pagar kawat dengan santai.
"Aku benci orang ini," Mian Tian mengerutkan alis, "Wang Shaojie katanya anak orang kaya, masuk akademi ini lewat koneksi saat penerimaan mahasiswa tambahan. Sehari-hari nongkrong di warnet dengan orang-orang tidak jelas, merokok dan mabuk. Kak, lebih baik kita jauhi tipe orang seperti ini."
Tiba-tiba Wang Shaojie menatap ke arah mereka. Dia segera bergegas mendekat sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya, "Wah, ini Mizhen dan Mian Tian? Kebetulan sekali. Sore ini tidak ada kelas, bagaimana kalau aku ajak jalan-jalan? Ada sanak saudaraku yang buka sauna town bagus, bisa dapat diskon lho."
Wang Shaojie sama sekali tidak menyembunyikan pandangan menjijikkannya, bahkan sesekali mengarahkan perhatian ke dada Mizhen. Hal ini membuat kemarahan Mian Tian meluap, menghalangi di depan Mizhen dan berkata dingin: "Tidak perlu! Kami pergi, Kakak!"
“Cara bicaramu bagaimana ini?” Orang yang sedang merokok di samping menghembuskan asap rokok, berkata: “Kakak Jie mengapresiasi kalian, mengajak jalan-jalan, kok bisa menolak? Tidak kasihan merusak harga dirinya?”
“Aiyo, jangan begitu, Xue Long.” Wang Shaojie malah tertawa terbahak-bahak sambil berkata: “Sudahlah, kalian tidak mau, aku tidak memaksa. Tapi, Mian Tian, masuk kuliah nanti harus banyak belajar kehidupan sosial. Setelah lulus, aku bisa langsung masuk perusahaan ayahku. Nanti kalau aku mengangkat kalian, bisa menghemat banyak tenaga! Masyarakat itu tidak bisa dipahami hanya dengan baca buku mati di kampus. Baik, aku pergi dulu, kalian lanjutkan ngobrol.”
Setelah berkata demikian, dia dan Xue Long pun meninggalkan tempat itu.
Mian Tian menatap punggung Wang Shaojie, perhatiannya penuh dengan kedinginan.
Mizhen menangkap lengan dia, berkata: "Hantu kami semua pernah lihat, manusia keturunan seperti ini banyak sekali, mengapa harus berkehidupan untuk mereka? Lagipula dilihat beberapa kali tidak akan kehilangan daging."
Mian Tian baru memutar kepala, berkata: "Aku mengerti, Kakak. Berkehidupan untuk dia memang tidak worth it, juga tidak ada artinya."
Mian Tian saat itu, tentu saja tidak tahu, di masa depan suatu hari, adalah dia sendiri yang dengan tangannya menghancurkan Wang Shaojie secara total.
Segera, keduanya tiba di depan perpustakaan. Biasanya, mereka akan membaca buku-buku tentang fenomena supranatural atau penalaran logis di sini. Analisis logika merupakan filosofi khusus yang sangat dalam, yang cukup membantu dalam memecahkan misi darah. Sementara buku-buku bertema hal gaib justru kurang membantu, karena hal gaib pada dasarnya tidak dianggap sebagai disiplin ilmu yang sistematis, jarang ada yang melakukan pengaturan dan klasifikasi terstruktur - paling banter hanya dikaitkan dengan agama yang sama sekali tidak memiliki pola pasti. Ditambah lagi fenomena supranatural dalam misi darah sepenuhnya ditentukan oleh apartemen, sehingga Mian Tian akhirnya menghentikan gagasan untuk mempelajari fenomena gaib sebagai cara bertahan dalam misi darah.
Sejak masuk ke apartemen, seluruh pribadinya semakin dingin. Seringkali hanya karena perbedaan pendapat kecil, dia langsung menyimpan dendam kuat pada lawan bicara, bahkan sangat mudah timbul niat membunuh. Jika bukan karena kakaknya selalu berada di sisinya, menengahi mentalitasnya, mungkin dia benar-benar akan membunuh orang di realitas.
Di dalam perpustakaan sangat sunyi. Para mahasiswa masing-masing duduk di depan meja sambil membaca buku. Koleksi buku di perpustakaan ini sangat melimpah. Karena ini fakultas ekonomi, buku-buku bertema ekonomi paling banyak. Buku yang terkait analisis logika sulit ditemukan.
Tiba-tiba dia melihat Li Yin berdiri di depan rak buku kategori sastra.
"Kakak Kelas?" Mizhen mendekat dan bertanya, "Benarkah ini kamu?"
Li Yin segera menoleh. Melihat Mizhen dan Mian Tian, dia terlihat agak terkejut lalu buru-buru berkata, "Ah, kalian berdua!"
"Apakah kamu sudah selesai membaca 《Wuthering Heights》 itu?" Mizhen berjalan mendekat, bertanya pelan: "Kamu membaca sangat cepat ya."
“Tidak, di tengah bacaan mulai merasa jengkel, akhirnya mengembalikan buku itu.” Li Yin menggelengkan kepala sambil berkata: "Tokoh pria utamanya membuatku merasa terlalu gila, sulit juga memahami beberapa tindakannya."
“Begitu ya,” Mizhen melihat ke rak buku yang berisi "Wuthering Heights", berkata: "Kakak Kelas terlihat seperti orang yang sangat polos."
“Mungkin.” Li Yin tiba-tiba bertanya: "Kamu, bisakah merekomendasikan buku-buku bagus untukku?"
“Ini... tetap karya sastra dunia?”
“Sebenarnya,” Li Yin menatap rak buku itu sambil berkata: "Aku sedang mempertimbangkan belakangan ini, apakah bisa menulis novel online. Tapi meski dulu pernah menulis sedikit, sekarang melihat gaya bahasanya terlalu kekanak-kanakan, takut tidak layak dipublikasikan."
“Benarkah?” Mian Tian yang disamping sedikit terkesiap, berkata: "Li Yin, aku sebenarnya juga menulis novel. Tapi hanya untuk hiburan sendiri, belum pernah dipublikasikan."
“Benarkah?” Li Yin terkejut, berkata: "Kalau ada waktu, bagikan padaku, pasti akan kubaca dengan detail."
“Baik." Mian Tian mengangguk, melanjutkan: "Berikan alamat emailmu saja, nanti malam akan kukirim. Kamu bisa membacanya di asrama malam ini. Aku ingat kamu punya laptop kan?"
“Betul. Belakangan ini aku juga membaca beberapa novel online, tapi kebanyakan genre fantasi, dan pola ceritanya terasa mirip-mirip."
Mizhen segera menyambung: "Benar! Sekarang novel online populer memang begitu, tema reinkarnasi lintas zaman, benua lain, dapat cheat code, lalu jadi raja punya banyak istri dan selir. Tapi banyak juga karya bagus, buku "Zi Chuan" ini cukup baik, saranku untuk dibaca."
“"Zi Chuan"?” Li Yin bertanya: "Ini novel online?"
“Hmm. Pembaruannya agak lambat, meski termasuk novel bertema dunia lain, tapi lebih terasa gaya tulisan militer.”
Mizhen tentu tidak tahu, karena ucapan santainya saat itu membuat Li Yin di kemudian hari mulai menulis novel militer online. Sebagian besar terpengaruh oleh buku "Zi Chuan" yang direkomendasikan Mizhen, novel online yang juga sangat dicintai Li Yin di masa depan.
Kemudian, Li Yin, Mizhen, dan Mian Tian mulai mengobrol santai. Terutama Mian Tian, banyak konsep penulisan yang mirip dengan Li Yin membuat mereka berdua merasa seperti sudah lama saling mengenal.
Di kelas, meski sifat ramah Mizhen membuat banyak orang akrab dengannya, Mian Tian justru sulit didekati karena sifatnya yang dingin. Namun Li Yin tidak memperdulikan hal itu, dia sangat mengagumi Mian Tian. Ia merasakan bahwa pria ini meski berkarakter dingin, tapi menyimpan perasaan sangat kuat dalam dirinya. Ia sama sekali bukan orang yang apatis.
Waktu berlalu cepat. Mizhen duduk serius mendengarkan percakapan Mian Tian dan Li Yin. Li Yin berpendapat, inti penulisan novel adalah mengajak kebaikan dan mengekspresikan cahaya berkilau sifat manusia. Mian Tian sepakat, dan beranggapan bahwa cahaya kemanusiaan tak boleh dipadamkan kapanpun. Mereka berdua sangat menyukai "The Count of Monte Cristo" karya Dumas dan "Les Misérables" karya Hugo.
“Dalam pembicaraan Li Yin,” gadis yang selalu teliti dan pandai membaca psikologi orang ini merasakan sesuatu. Pria ini, sepertinya ada sesuatu yang hilang dari dalam hatinya, dan dia seakan sedang mencari sesuatu. Apa sebenarnya yang membuatnya meninggalkan cita-citanya menjadi dokter, lalu masuk fakultas ekonomi yang tidak terlalu diminatinya?
Setelah paviliun tutup, ketiganya berjalan keluar perpustakaan. Hari ini Mian Tian terlihat langka sekali bersemangat. Saat itulah, untuk pertama kalinya dia bersyukur telah mendengarkan saran Mizhen untuk tinggal di asrama, sehingga bisa mengenal Li Yin sebagai sahabat sejati.
Sejak masuk ke apartemen, dia telah mengunci hatinya. Melihat setiap orang tanpa niat baik, hanya di depan kakaknya saja bisa berbicara normal. Mizhen melihat dia akhirnya punya teman seperti Li Yin, merasa sangat terharu.
"Mian Tian," kata Mizhen tiba-tiba saat sampai di pintu asrama, "Masuklah dulu ke kamar. Aku ada beberapa hal yang ingin dibicarakan dengan Kakak Kelas ini."
"Baiklah." Mian Tian melirik Li Yin dan Mizhen, mengangguk lalu masuk ke dalam asrama.
Mizhen menatap Li Yin, tunduk sebentar lalu berkata: "Hari ini, terima kasih. Sudah lama Mian Tian tidak sebahagia ini, bisa mengobrol panjang lebar dengannya. Dulu, hanya bersamaku saja dia mau mengucapkan beberapa patah kata."
“Li Yin juga melihat dengan jelas sifat introver Mian Tian, berkata: “Tidak apa-apa, perkataannya juga memberi banyak inspirasi padaku. Aku sudah memutuskan, setelah lulus, jika belum menemukan pekerjaan sementara, akan mencoba menulis novel online dulu. Aku ingin menulis buku yang memuji sifat manusia dan mengajak orang berbuat baik. Selain itu, buku-buku Mian Tian juga akan kubaca baik-baik. Aku merasa ada chemistry antara kami, beberapa pemikiran kami sangat mirip.”
“Dia sangat menderita.” Mizhen menatap ke arah asrama, berkata: “Saat orang tuanya meninggal, waktu itu dia hampir putus asa, tidak tahu berapa kali terbangun sambil menangis dalam mimpi, dan kemudian juga mengalami hal seperti itu...”
“Hal apa?”
“Tidak, tidak ada.” Mizhen menggelengkan tangan, berkata: “Hidup setiap orang tidak akan selalu mulus. Kakak Kelas, jika bukumu selesai ditulis, pastikan kubaca. Buku yang memuji kemanusiaan itu bagus, menurutku sangat baik. Manusia seharusnya lebih positif, Mian Tian dulu terlalu pesimis, buku-buku yang ditulisnya selalu menggambarkan kematian dan kegelapan, menulis sifat manusia secara sangat buruk. Meski aku akui manusia punya sisi egois, tapi berlebihan mengeksplorasi hal ini sebenarnya tak berarti. Manusia punya dua sisi, kebanyakan orang berada di area abu-abu antara kebaikan dan kejahatan. Karena perbedaan keadaan, lingkungan, dan pendidikan keluarga, manusia juga punya perjalanan hidup yang berbeda. Daripada menyelidiki sifat manusia, lebih baik memikirkan bagaimana membuat hidup lebih bermakna. Sifat manusia, tidak bisa dinilai hanya dengan satu dua kalimat.”
Li Yin agak terkejut dengan perkataan Mizhen, berkata: “Sepertinya kamu sangat mengerti banyak hal.”
“Aku lebih suka psikologi,” Mizhen membuka ponselnya dan memperlihatkannya ke Li Yin, “Aku menyimpan banyak buku elektronik terkait psikologi. Aku juga suka membaca tentang penalaran logis, matematika, dan sebagainya. Kakak Kelas, kalau kamu benar-benar ingin menulis buku, kamu juga bisa baca buku psikologi, pasti sangat membantumu.”
Saat mengatakan ini, dia berhenti sejenak seolah sedang merenung. Akhirnya dia berkata: “Sebenarnya... mungkin pertanyaanku ini agak tiba-tiba, tapi aku tetap ingin bertanya...”
“Mengapa Kakak Kelas berhenti belajar kedokteran? Mengingat kamu sangat menghargai kebaikan dalam sifat manusia, menjadi dokter seharusnya pilihan yang bagus, bukan?”
Li Yin terlihat tidak menyangka Mizhen akan menanyakan hal ini. Dia terkekeh pahit dan berkata: “Hidup selalu penuh ketidakpastian. Alasan aku berhenti jadi dokter... Sudahlah, ada beberapa hal yang lebih baik tidak diungkapkan.”
Mizhen tidak terkejut dengan sikap Li Yin. “Tidak apa-apa, ini salahku yang terlalu lancang. Tapi Kakak Kelas, apapun yang terjadi, usahakan untuk tetap bahagia. Bagaimanapun, hidup bukan soal matematika atau penalaran logis yang punya jawaban pasti. Apa yang dilakukan atau tidak, sulit dinilai benar-salah secara mutlak. Standarnya tergantung hatimu sendiri. Selama kamu bisa bertanggung jawab pada hati nuranimu, tak perlu mempedulikan hal lain. Pasti harus menulis buku yang bisa menyentuh orang ya, Kakak Kelas! Aku pergi dulu!”
Setelah berpisah, pikiran Mizhen kembali tertuju pada Li Yin. Pria itu begitu polos dan bersih, hatinya merindukan cahaya. Tapi Mizhen melihat ada kegelapan dalam dirinya yang sulit dilepaskan.
Tanpa disadari, dia menyadari bahwa apapun yang dilakukannya, tidak bisa melupakan bayangan pria itu. Belum pernah ada lelaki yang membuat hatinya terikat sedemikian rupa.
Hubungan Li Yin dengan Mi Zhen dan Mian Tian semakin erat. Li Yin perlahan mulai meninggalkan kebingungannya saat pertama masuk Kampus Jin Yu, menerima kehidupan barunya. Dari yang awalnya tak berminat dengan manajemen keuangan, kini dia serius belajar. Dia juga mulai banyak membaca buku psikologi, merasakan penyucian batin.
Ketiganya menjadi seperti perangko dan amplop yang tak terpisahkan. Li Yin dan Mian Tian bahkan menjadi sahabat karib yang saling berbagi segalanya. Mereka sering berkumpul di Kafe Blue Eye dekat kampus. Ketiganya sangat menyukai kopi di sana, terutama kopi spesialnya. Meski harganya agak mahal, rasanya luar biasa. Mian Tian paling suka.
Masa-masa itu hingga kini masih jelas terbayang, bahkan detail terkecil pun masih diingat Mi Zhen dengan sempurna.
Sampai... datangnya hari ketika instruksi tulisan darah itu diumumkan.
## Jilid 21 Permainan Bab 6 Mukjizat
Mi Zhen masih ingat, suatu hari saat membaca buku di tempat tidur, Xi Yue yang tidur di bawah tiba-tiba bertanya: "Mi Zhen, ini pertanyaan agak tiba-tiba. Apa kau suka Li Yin?"
Mi Zhen terkejut: "Apa?!" Kepalanya spontan mendongak, nyaris membentur langit-langit.
Saat itu, Lin Xinhu, teman sekelas yang sedang bermain PSP di samping dan datang ke kamar asrama, segera berlari ke depan sambil berkata, "Apa? Mi Zhen, kamu suka Li Yin? Ngomong-ngomong, ayahnya adalah direktur Rumah Sakit Zhengtian! Lihat, sama-sama anak orang kaya, tapi Li Yin dan Wang Shaojie benar-benar berbeda tipis!"
"Benarkah?" Mi Zhen terkejut, dia menutup buku sambil bergumam, "Aneh, dia tidak pernah sekalipun menyebutkan hal ini padaku."
"Jangan hindari pertanyaanku," Xi Yue tersenyum manis, "Apa kamu tertarik pada Li Yin? Sebenarnya, banyak juga cewek yang suka padanya. Karakternya baik, tampan, dan pintar."
"Kakak kelas itu..." Mi Zhen menggelengkan kepala, "Bagaimana mungkin aku menyukai kakak kelas? Aku juga tidak berencana pacaran selama kuliah."
Daripada mengatakan tidak punya rencana berpacaran, lebih tepatnya Mi Zhen tidak bisa menjalin hubungan asmara.
Bagaimanapun... dia adalah penghuni apartemen mengerikan itu.
Di stasiun kereta tua yang reyot, langit mulai berangsur gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih di sore hari.
"Waktu itu, kupikir aku tidak mungkin menyukai kakak kelas." Mi Zhen membuka termos dan menuangkan kopi ke dalam cangkir stainless steel di depannya, meletakkannya di kursi sebelah sambil berkata, "Tapi akhirnya aku tetap..."
Dia menerima cangkir kopi. Saat ini, hatinya sangat kacau. Entah mengapa, melihat Mi Zhen sekarang membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang bangkit kembali di dalam hati.
Dia sedikit menyesap kopi. Rasanya agak pahit, namun ada manisnya juga.
"'Kopi andalan kafe Blue Eye'." Senyum Mizhen mengembang: "Rasanya familiar, kan? Aku sengaja belajar cara menyeduh kopi di sana setelahnya."
Meletakkan cangkir kopi, kepalanya bersandar di kursi: "Lalu, kenapa akhirnya kamu menyukaiku...?"
Entah mengapa, Mizhen justru tak berani menatap wajah orang yang dicintainya di sampingnya: "Tapi aku juga tahu, mustahil punya masa depan dengan siapa pun jika tak bisa keluar dari apartemen. Saat itu, kubungkam perasaan ini. Awalnya, perasaanku padamu hanya sekadar kagum. Namun seiring waktu, seperti kopi yang mengendap, perasaanku semakin dalam..."
Tak lama sebelum masuk Kampus Jin Yu, Mizhen dan Mian Tian telah menjalani satu misi darah. Kapan misi darah berikutnya datang? Mungkin masih 6 bulan hingga setahun lagi. Jadi selain harus kembali ke apartemen setiap istirahat siang, mereka bisa hidup normal di luar itu.
Hari-hari berikutnya, trio Mizhen, Mian Tian, dan Li Yin kerap terlihat bersama di kampus. Masa-masa itu adalah saat paling bahagia bagi Mizhen.
Dia bahkan sempat melupakan statusnya sebagai penghuni apartemen dan teror mengerikan yang dialaminya bertahun-tahun. Berapa lama kebahagiaan ini akan bertahan? Tak ingin dia pikirkan. Yang penting, saat ini dia bahagia.
Saat semester pertama hampir berakhir, sebuah pengumuman disampaikan di kelas. Disebutkan bahwa acara perayaan sekolah akan diadakan di auditorium besar kampus pada pertengahan Desember. Waktu itu sangat dekat dengan Natal, sehingga banyak yang menganggapnya sebagai perayaan Natal juga.
Ketua kelas Han Zhen menyatakan dalam rapat kelas: "Untuk acara ini, kelas kita diminta menyiapkan beberapa pertunjukan. Selain itu, pembawa acara juga akan dipilih dari kelas kita. Ada yang mau mengajukan diri sebagai MC?"
Saat itu, pandangan mayoritas siswa di kelas tertuju pada dua orang: Mizhen dan Xi Yue.
Mizhen sebenarnya berniat mengajukan diri. Waktu persiapan yang tersisa hanya tiga minggu membuatnya buru-buru. Namun saat hendak berbicara, jantungnya tiba-tiba terasa seperti terbakar hebat!
"Mi..." Mizhen langsung menyadari: instruksi tulisan darah telah dikeluarkan!
Lebih awal dari perkiraan.
"Mizhen, bagaimana kalau kamu saja?" Han Zhen berdiri di podium bertanya, "Kamu pasti pilihan semua orang. Eh? Kenapa? Dadamu tidak nyaman?"
Mizhen memegangi dadanya sambil menunduk ringan. Sensasi terbakar itu cepat menghilang. Dia mengangkat kepala: "Aku... baik-baik saja."
Saat itu, Li Yin juga memperhatikan kejadian tersebut.
Mizhen akhirnya mengundurkan diri dari seleksi MC. Isi misi darah masih belum diketahui. Dia juga menyadari Mian Tian sama-sama memegangi dada mereka. Keduanya harus menjalankan misi darah ini bersama!
Akibatnya, pembawa acara dipegang oleh Xi Yue. Setelah kelas usai, Mizhen mendatangi kursi Mian Tian, menariknya sambil berkata, "Cepat, cepat pergi!"
Setelah berdiri, dia menghampiri Li Yin dan berkata, "Maaf, Kakak Kelas, bisakah kamu membantu saya meminta izin ke wali kelas? Saya tidak bisa masuk kelas siang ini."
"Baik," tanya Li Yin, "Apakah kamu tidak enak badan? Tadi wajahmu terlihat sangat pucat."
"Tidak ada," Mizhen tidak menunggu jawaban Li Yin, langsung menarik Mian Tian untuk kembali ke apartemen.
Isi instruksi darah adalah pergi ke sebuah gunung di area pinggiran kota. Durasi satu minggu. Kebetulan, hari setelah misi darah berakhir adalah hari perayaan sekolah.
Penghuni yang menjalankan misi darah hanya mereka berdua. Di apartemen, sangat jarang ada yang bisa menyelesaikan lebih dari empat kali misi darah. Kali ini mereka menjalankan instruksi tulisan darah keenam.
Sebenarnya, pada misi darah selanjutnya, hanya mereka berdua yang selalu bersama. Pada masa itu, misi darah tidak seacak sekarang, dimana peserta pertama bisa bergabung dengan peserta ke-enam atau tujuh dalam satu misi.
Oleh karena itu, tingkat kesulitan misi darah ketat dibatasi sesuai tingkat keenam.
Malam itu dia tidak kembali ke kampus. Li Yin kemudian menelepon Mian Tian, mereka juga membahas beberapa persiapan perayaan. Saat itu, Li Yin bertanya tentang Mizhen.
"Apakah kamu... bisa datang ke perayaan nanti?"
Mizhen bisa merasakan betapa Li Yin sangat berharap dia dan Mian Tian bisa hadir. Saat mendengar suaranya, yang awalnya ingin menjawab "belum tentu" justru berubah menjadi: "Aku pasti datang. Pasti."
Awalnya Li Yin hendak menutup telepon, tapi Mizhen menyetopnya.
“Besok, bagaimana kalau bertemu di kafe "Blue Eye"? Tiba-tiba, aku ingin bertemu denganmu.”
“Mengapa serius sekali? Hanya kita berdua yang bertemu? Mian Tian dia...”
“Tidak, hanya aku yang ingin bertemu denganmu, Kakak Kelas.”
“Baiklah.”
Mizhen menutup ponsel. Dia melihat nomor pintu ruangan di belakangnya "1206", sementara Mian Tian tinggal di sebelah "1205". Dua minggu lagi, dia dan Mian Tian akan pergi ke gunung itu bersama.
Tak ada yang tahu apakah ini pertanda baik atau buruk. Informasi misi darah sangat minim, sama sekali tidak bisa dianalisis.
Saat itu, Mian Tian membuka pintu dan masuk. Begitu masuk langsung berkata: "Jie, besok kita selidiki masalah gunung itu yuk, lalu..."
"Mian Tian, besok aku ingin pergi ke suatu tempat." Mizhen malah menjawab: "Maaf merepotkanmu menyelidiki sendirian. Tapi, ada hal yang ingin kulakukan."
Sangat ingin bertemu Li Yin sekali. Bagaimanapun, setidaknya besok ingin menemuinya lagi.
Keesokan harinya, Mizhen berdandan rapi menuju "Blue Eye". Kafe ini terkenal karena kesan elegan dan atmosfer bobo, ditambah lokasinya tak jauh dari Kampus Jin Yu, sering dikunjungi teman-teman kelas. Kopi andalan di sini juga sangat tak terlupakan. Semakin dinikmati, semakin terasa kekentalan aromanya.
"Ah, Kakak Kelas, kamu datang lebih awal dariku," kata Mizhen saat tiba di kafe di lantai satu. Matanya langsung menangkap sosok Li Yin yang duduk di dekat jendela. Li Yin pun langsung berdiri, menyadari riasan tegas di wajah Mizhen. Biasanya Mizhen hanya memakai riasan ringan, namun hari ini jelas-jelas berdandan dengan sangat teliti, bahkan pakaian yang dipilih pun sudah direncanakan matang-matang.
"Mizhen." Begitu melihatnya, Li Yin langsung berdiri. Sejenak, perasaan kagum menyergap hatinya.
Sebenarnya Mizhen tergolong cantik, meski tidak sampai level kecantikan luar biasa. Xi Yue dan Ziye-lah yang bisa disebut sebagai wanita pemikat kelas dewa. Namun ketika ia merias wajah dengan detail dan tersenyum lembut, penampilannya bisa menyerupai peri yang tak terjamah duniawi.
"Mi...zhen?" Untuk sesaat, Li Yin bahkan ragu apakah orang di hadapannya benar-benar Mizhen yang selalu sederhana itu.
"Kaget, Kak?" Mizhen duduk sambil berkata, "Aku pikir karena ada acara perayaan kampus, lebih baik aku berdandan. Hari ini ingin menunjukkan hasilnya padamu dulu."
"Sa...ngat cantik." Li Yin mengangguk, sampai lupa memesan minuman.
Mizhen meletakkan kedua tangannya di atas meja, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk permukaan kayu pelan. Setelah menggigit bibir seolah mengumpulkan keberanian, ia berkata, "Mian Tian dan aku akan izin cuti selama seminggu sebelum perayaan. Saat itu, kami ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."
“Benarkah? Mian Tian sama sekali tidak memberitahuku.” Li Yin terkejut, mengingat dia dan Mian Tian adalah sahabat dekat yang tidak punya rahasia.
“Hm, untuk melakukan sesuatu yang sangat penting.” Mizhen mengangguk sambil memberi isyarat ke pelayan di dekatnya, yang segera berlari menghampiri dan bertanya, “Halo, apakah mau memesan?”
Mizhen mengangguk, mengacungkan dua jarinya, “Kopi andalan, dua gelas. Eh, tambahkan dua sandwich juga.”
“Baik, akan segera diantar.”
Saat itu, kafe memutar lagu tema film Titanic. Itu adalah versi asli berbahasa Inggris. Melodi lagu ini sangat indah, membuat orang terbuai.
“Lagu ini,” Mizhen menyandarkan telinganya sambil berkata, “sangat tak terlupakan.”
Musik bergema lembut di dalam kafe. Tiba-tiba Mizhen merasa lucu, sudah berdandan rapi datang ke sini tapi tidak bisa mengungkapkan isi hatinya?
Namun pada saat itu, Li Yin sudah memulai pembicaraan.
“Aku sudah memutuskan untuk menulis buku bertema militer. Bagian terbaru novel 《Zi Chuan》 sudah kubaca semua. Saat itu kupikir, di medan pertempuranlah cahaya sifat manusia paling bersinar. Di antara hidup dan mati, harapan dan keputusasaan silih berganti, pasti bisa menciptakan simfoni indah.”
“Novel militer?” Mizhen terkejut, “Kalau begitu, soal pengetahuan militernya, sudahkah Kakak Kelas melakukan riset?”
"Hmm, aku berlangganan satu jurnal militer yang memuat banyak data rinci tentang sejarah perkembangan militer berbagai negara. Aku akan mempelajari materi ini dulu sebelum mulai menulis. Tentu, pengetahuan teoritis militer juga akan kupelajari. Setelah memutuskan ini, hatiku terasa lebih lega - setidaknya sekarang ada tujuan yang jelas."
"Bergantian antara harapan dan keputusasaan di ambang hidup-mati?" Mizhen mencerna kata-kata ini. Bukankah ini menggambarkan dirinya dan Mian Tian?
Kopi pun dihidangkan. Namun Mizhen tidak menyentuhnya. Roti lapis yang disajikan pun tetap utuh.
Ucapan Li Yin berikutnya membuat jantungnya berdesir lebih kencang.
"Sebenarnya kau tidak sebahagia yang terlihat, kan?"
Kalimat Li Yin itu mengguncang batinnya. Pipinya pucat terkejut. Tatapan lembut Li Yin menyiratkan perhatian mendalam dan kepekaan hatinya.
"Mian Tian juga pasti sangat menderita. Meski aku tak tahu kesulitan apa yang kalian hadapi, kau tetap tabah menjalani hidup. Kau selalu menyembunyikan kelemahan, tapi aku tahu sebenarnya hatimu terluka. Bahkan lebih dari itu - kau terus hidup dalam ketakutan, bukan?"
Kata-kata Li Yin menerobos benteng pertahanan hati Mizhen, menyentuh sudut terdalam jiwanya.
"Bagaimana... kau bisa tahu?" Mizhen berbisik. "Mengapa kau mengerti..."
“Sangat sederhana,” jawab Li Yin: “Aku perhatikan, kamu jarang meminjam buku bertema tragedi, dan kamu sangat memperhatikan bagaimana buku-buku Mian Tian menggambarkan sisi kematian dan kengerian. Selain itu, kamu sangat aktif bersosialisasi, tapi jika sendirian, ekspresimu terlihat kesepian bahkan menunjukkan ketakutan.”
“Kakak Kelas...”
“Dan juga, mengapa kamu hanya memanggilku 'Kakak Kelas'? Karena kamu ingin dilindungi, ingin terlihat lemah lembut di hadapanku, ada keinginan untuk dilindungi dalam dirimu.”
Setiap kata Li Yin tepat menusuk kalbu Mizhen. Untuk pertama kalinya, dia merasa tak punya rahasia sama sekali. Kesedihan dan ketakutan yang tersembunyi di balik senyumannya pun tersingkap.
“Kakak Kelas ini benar-benar...” ujarnya sambil mengambil cangkir kopi: “Bicara seolah sangat mengenaliku... Benar, sebenarnya semua yang kau katakan tepat. Hanya saja masalahku bukanlah kekhawatiran biasa, dan sulit bagiku untuk mengungkapkannya pada orang lain. Hanya bisa kukatakan, untuk menyelesaikan masalahku mungkin diperlukan mukjizat.”
“Jangan bicara begitu. Sebenarnya aku selalu tertarik dengan psikologi.” Li Yin tersenyum ringan, berkata: “Dan, aku sangat berterima kasih padamu. Karena bertemu denganmu, aku menemukan banyak hal di dunia ini tidak seburuk yang kubayangkan. Meskipun kamu penuh ketakutan, tapi selalu menghadapi hidup dengan optimis. Kamu tidak keberatan dilindungi, tidak keberatan menghindar, yang kamu pedulikan adalah apakah dirimu punya keberanian menghadapi hidup. Dan pada saat itu aku sadar, seperti yang kau katakan, hidupku belum ditentukan. Jadi, aku akan memilih jalan yang tepat untukku. Mizhen, ingatlah, apapun yang kau hadapi, aku percaya dengan karaktermu, bahkan keajaiban pun bisa kau ciptakan. Aku menantikan hari itu. Karena, kau adalah wanita terhebat yang pernah kukenal!”
Mengenang lebih dari setengah tahun kebersamaan dengan Li Yin, setiap detiknya dia selalu seperti ini: tegar, berani, langsung mengungkapkan pendapatnya begitu punya pemikiran.
Li Yin mengangkat cangkir kopi, berkata: “Kopi spesial ini enak sekali, kalau sudah dingin jadi tidak nikmat.”
“Kakak Kelas…” Saat ini, Mizhen merasa ada getaran jelas di hatinya.
Apakah dia sudah lama mengerti? Selama ini menemani dirinya dan Mian Tian, dia yang selalu memahami ketakutan dalam hati mereka, terus berkomunikasi secara jujur.
Hari itu, Mizhen merasa hatinya sangat lega. Kegalauan dan tekanan menghadapi misi darah yang akan datang, berkurang drastis.
Saat berpisah, Li Yin menawarkan untuk mengantar Mizhen pulang, yang tentu saja ditolak. Hal itu mustahil terjadi. Saat itu, dia berkata dengan tegas: "Kakak Kelas, aku pasti akan datang ke acara peringatan sekolah, pasti!"
"Hmm." Li Yin berpikir sejenak, tiba-tiba berkata: "Bagaimana kalau kamu naik panggung menyanyikan lagu nanti? Suaramu sangat bagus, waktu bernyanyi karaoke dulu, semua orang memujimu. Warna suaramu memang bagus, dan nadanya juga tepat."
"Benarkah? Lalu, lagu apa yang harus kubawakan?" tanya Mizhen.
"Nanti kita putuskan. Aku akan bicara dengan Han Zhen. Kalau begitu... sampai jumpa."
"Sampai jumpa, Kakak Kelas."
Hari itu pun berakhir. Namun, bayangan Li Yin tertancap dalam di hati Mizhen, tak bisa terhapuskan lagi.
"Bahkan keajaiban pun pasti bisa kau ciptakan. Aku menantikan hari itu tiba. Karena, kau adalah wanita terhebat yang pernah kukenal!"
Kalimat itu menopang Mizhen bagai keyakinan religius, membuatnya tak gentar meski menghadapi ketakutan terbesar sekalipun.
Di hari acara peringatan sekolah, dia menepati janji dan selamat menyelesaikan misi darah. Misi darah kali itu sangat berbahaya, namun Mizhen berhasil menemukan jalan keluar.
Hari itu, di acara peringatan sekolah, Mian Tian terpesona oleh penampilan memukau Xi Yue; sementara itu, Mizhen naik panggung menyanyikan lagu ciptaannya sendiri yang berjudul "Jembatan Pelangi".
Ketika dia melihat Li Yin di bawah panggung menatapnya dengan sorotan mata penuh kekaguman dan pujian, dia merasa bahwa bisa bertemu pria ini dalam hidupnya adalah hal yang sangat membahagiakan.
Saat itu dia telah terjatuh dalam dalam cinta yang penuh derita ini. Dia memutuskan untuk mewujudkan "keajaiban" yang disebutkan Li Yin. Meskipun akhirnya tidak benar-benar menyelesaikan misi darah kesepuluh, dia tetap berhasil keluar dari apartemen itu.
Setelah kilas balik itu, dia menyeruput kopi andalan "Blue Eye" sambil berkata: "Aku hidup sampai hari ini demi 'keajaiban' yang Kakak Kelas bicarakan. Meskipun... masih kurang sedikit, masih kurang sedikit lagi."
Langit telah gelap tanpa disadari.
"Kakak Kelas?" Mizhen menatap Li Yin di sampingnya yang sama sekali tidak berbicara. Namun kilau air mata jelas terlihat berbinar di sudut matanya.
Dia memalingkan wajah ke Mizhen, pada detik itu dia menyadari sorot matanya sepenuhnya terkunci pada orang di hadapannya, seolah seluruh semesta hanya menyisakan satu orang ini.
Ingin mengatakan sesuatu, tapi entah mengapa kata-kata itu tak bisa keluar.
Tengah malam pukul 00:00, kereta api ini akhirnya mulai bergerak. Tentang kapan akan tiba di Lembah Malam Sunyi, mungkin hanya Pu Miling yang tahu. Tapi tak disangka, Lembah Malam Sunyi ternyata lebih jauh dari yang mereka bayangkan...
Waktu berlalu, di dalam apartemen, dua belas penghuni... akhirnya menanti tanggal yang ditentukan misi darah baru!
## Jilid 21 Permainan Bab 7 Dua Aliansi Besar
Tanggal 20 Juni pun tiba.
Beberapa hari ini, penghuni apartemen mengalami perubahan yang semakin banyak. Meski terlihat tenang, sebenarnya tersimpan gejolak yang dalam.
Beberapa hari lalu, seorang penghuni bunuh diri, yaitu Zhang Ying dari Kamar 1708. Dia belum pernah menjalankan misi darah sama sekali, menggantung diri di rumahnya sendiri. Diduga karena terpukul dengan hasil misi darah Huangfu He yang membuat seluruh penghuni musnah. Memang kejadian seluruh penghuni musnah sangat langka, selain menghilangnya gudang, ini menjadi pukulan kedua yang besar bagi para penghuni.
Tingkah laku brutal penghuni semakin menjadi-jadi. Kini banyak penghuni yang menjadi mudah marah, bersikap dingin dan kejam. Seringkali hanya karena perbedaan pendapat kecil bisa berujung perkelahian. Jika tidak ada yang melerai, bukan tidak mungkin akan terjadi pembunuhan.
Sementara itu, aliansi besar Kamya Sayoko dan Ke Yinye terus berkembang dengan pesat. Adapun Li Yin, sikap apatisnya masih sama. Dia hanya berdiam di rumah sambil memeluk guci abu ibunya, tidak merespons siapapun yang berbicara padanya. Bahkan setelah dibujuk berulang kali oleh Ziye, dia tetap tidak bergeming. Akhirnya, dia bahkan memutuskan untuk tidak bertemu dengan penghuni lain lagi.
Semua orang yakin Li Yin sudah tidak berguna, cepat atau lambat dia akan memilih jalan bunuh diri. Kini, tiga orang yang paling dipercaya di apartemen adalah Ke Yinye, Ke Yinyu, dan Kamya Sayoko. Dua yang pertama adalah komunitas takdir sejati, dengan jumlah misi darah terlaksananya tertinggi setelah Li Yin. Jabatan Loushang Li Yin kini hanya formalitas belaka, semua orang sudah menganggap Yin Ye sebagai Loushang baru.
Akhirnya, karena jumlah anggota aliansi terus bertambah, kedua aliansi besar memiliki nama masing-masing. Aliansi Yin Ye disebut "Yuyu Meng", sementara aliansi Kamya Sayoko disebut "Kamya Meng". Saat ini, distribusi Kontrak Neraka juga memiliki catatan dari berbagai pihak.
Saat ini, Li Yin dan Ziye yang berada di luar dua aliansi besar namun memiliki pecahan Kontrak Neraka, secara alami menjadi sasaran empuk semua orang. Perlu diketahui, memiliki satu pecahan Kontrak Neraka saja sudah cukup untuk membentuk sebuah aliansi. Tentu saja, orang tersebut juga harus memiliki tingkat kecerdasan tertentu. Di apartemen, kecerdasan sama seperti kekuatan militer di medan pertempuran, merupakan kunci penentu kemampuan memimpin penghuni. Jika salah satu unsur ini hilang, mereka tidak akan diakui oleh penghuni.
Sekarang... Li Yin benar-benar hancur mentalnya, tingkat kecerdasan Ziye telah dilemahkan oleh kutukan, dan mereka tidak bergabung dengan aliansi manapun. Secara alami, mereka menjadi target utama yang harus dihadapi dalam pandangan orang-orang. Semua mata tertuju pada keduanya, maksudnya jelas: meminta mereka menyerahkan fragmen kontrak. Namun, mengingat prestasi gemilang Li Yin sebelumnya, meskipun sudah hancur, jika dia bisa bangkit kembali, pasti akan menjadi kekuatan besar di apartemen. Untuk sementara, belum ada yang berani menggunakan kekerasan terhadapnya.
Tentu saja, sosok yang paling ditakuti para penghuni adalah Shangguan Mian! Dapat dipastikan dia tidak memiliki pecahan Kontrak Neraka di tubuhnya, karena dua misi darah yang dia jalankan tidak pernah mengeluarkan Kontrak Neraka. Namun, kemampuan bertarung pribadinya terlalu mengerikan. Jika dia berniat merebut kontrak, konsekuensinya akan sangat buruk. Tidak ada satu pun penghuni yang mampu melawannya.
Sekarang, para penghuni sudah seperti tentara, setiap orang akan membawa pisau saat keluar rumah. Banyak yang mulai aktif mempelajari dasar-dasar bela diri. Setiap pertemuan antar penghuni penuh kewaspadaan dan energi pembunuh. Saat tidur malam, mereka memastikan pintu terkunci rapat. Beberapa bahkan tidak tidur di apartemen, melainkan pulang ke rumah sendiri.
Singkatnya, karena masih ada dua lembar Kontrak Neraka tersisa, hubungan keseimbangan sementara tetap terjalin antara "Aliansi Night Feather" dan "Aliansi Kamya". Anggota kedua aliansi ini ada yang terang-terangan, rahasia, bahkan ada mata-mata yang disusupkan ke aliansi lawan. Saat ini, semua orang memantau ketat tiga orang: Li Yin, Ziye, dan Shangguan Mian. Tentu saja, pengawasan terhadap orang terakhir dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak terdeteksi.
Sebenarnya, beberapa pernah mempertimbangkan untuk mengerahkan semua penghuni menggunakan Kontrak Neraka untuk menjalankan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Tapi cara ini terlalu tidak realistis. Tidak ada yang mau mempercayakan Kontrak Neraka utuh kepada siapapun. Hanya penghuni yang memutuskan menjalankan misi darah iblis di hari yang sama yang bisa dikirim ke lokasi dan waktu sama. Jika ada sedikit saja penyimpangan, konsekuensinya tidak terbayangkan. Tidak ada yang berani mempertaruhkan sifat egois manusia!
Pagi hari tanggal 20 Juni. Di rumah Kamya Sayoko, beberapa tokoh penting "Aliansi Kamya" telah berkumpul. Mereka duduk melingkar di ruang tamu. Roland meletakkan sebuah daftar di meja kopi: "Ini nama-nama penghuni yang baru saja menandatangani kesepakatan untuk bergabung dengan Aliansi Kamya."
“Kau yang urus,” Xiao Yezi bahkan tidak melihat sekilas daftar itu, mengembalikannya ke hadapan Roland, berkata: “Sekarang, semua yang bergabung terus menguji apakah aku membawa pecahan Perjanjian Neraka. Meski sudah berulang kali kumyatakan tidak memilikinya, sepertinya tak ada yang percaya.”
“Tapi, benar-benar tidak masalah?” Tiba-tiba Hong Sang-woo, penghuni asal Korea yang duduk berseberangan dengan Xiao Yezi, bersuara: “Nyonya Kamya, sebelumnya kau pernah menyebut bahwa Huangfu He memegang satu pecahan Perjanjian Neraka. Informasi ini juga dimiliki oleh 'Aliansi Yeyu'. Bian Xingchen dari Aliansi Yeyu menyatakan hal yang sama - bahwa Huangfu He-lah yang menemukan pecahan Perjanjian Neraka di Area Hutan 6.”
“Hmm, benar.”
“Tapi...” Hong Sang-woo berbicara dalam bahasa Korea yang dikuasai Xiao Yezi, sehingga ia terus terang: “Huangfu He sudah mati! Meski saat Su Xiaomo dan lainnya menghubungimu, dikabarkan bahwa Zhan Tianlin menggunakan racun untuk merebut pecahan Perjanjian Neraka, tapi apakah fragmen itu benar-benar...”
“Aku juga berpikir demikian,” An Xueli, ahli penyamaran di samping Hong Sang-woo, menambahkan: “Jika Zhan Tianlin masih hidup mungkin tak masalah, tapi dia juga tewas. Lalu bagaimana dengan pecahan Perjanjian Neraka itu...”
“Masih ada.” Xiao Yezi menunjukkan ekspresi penuh keyakinan: “Bukankah sudah kukatakan? Entah siapa, tapi Zhan Tianlin pasti memberikan pecahan Perjanjian Neraka itu kepada rekannya - yang juga penghuni apartemen. Aku bisa memastikan ini 100%.”
"Saya masih tidak mengerti, mengapa kamu begitu yakin?" An Xueli tidak bisa memahami.
"Tidak perlu kalian tahu, saya punya sumber informasi sendiri. Yang pasti, bisa dikonfirmasi. Hanya saja... identitas penghuni tersebut belum saya ketahui."
Saat mengatakan ini, pandangan Xiao Yezi bergeser ke arah Fan Yuqi.
Fan Yuqi juga berada di ruangan ini. Reaksinya tidak terlalu mencurigakan, di benaknya muncul ingatan saat Kamya Sayoko muncul tak lama setelah kematian Zhan Tianlin.
Ketika Xiao Yezi muncul di hadapannya, Fan Yuqi benar-benar tidak menyangka. Segalanya seolah dikendalikan olehnya, perempuan ini sungguh menakutkan.
"Sejak kapan kamu memasang alat penyadap di kamar kami dengan Tianlin?" Fan Yuqi gugup bertanya. "Dan jika sudah tahu segalanya, apa yang akan kamu lakukan?"
"Tidak ada." Jawabnya dingin. "Saya tahu pecahan Perjanjian Neraka ada padamu, tapi jangan beri tahu penghuni lain atau Ke Yinye. Saya muncul hanya untuk ini."
Saat ini, hanya Xiao Yezi yang tahu hubungan Fan Yuqi dengan Zhan Tianlin.
Tak lama kemudian, Xiao Yezi meninggalkan ruangan menuju lantai bawah. Dua belas penghuni akan berkumpul untuk membahas misi darah ini.
Dalam misi darah kali ini, kelompok minoritas akan ditinggalkan. Hanya kelompok mayoritas yang bisa bertahan. Tentu ini hanya salah satu rintangan, menemukan jalan keluar dan menghindari jalan kematian dalam permainan ini adalah kunci.
"Penghuni dan penghuni, tidak bisa berdiskusi apa pun, lagipula ini adalah peraturan misi darah. Ketegangan ekstrim antarpenghuni selama periode ini juga membuat suasana di antara dua belas penghuni sangat mencekam."
"Ziye duduk dengan tenang, memandang setiap orang tanpa ekspresi. Dia selalu bersikap kalem seperti ini, dan justru karena itulah dia terlihat misterius dan sulit ditebak."
"Sudah lengkap semuanya?" Saat Xiao Yezi muncul di lobi, dia melirik Ziye lalu berkata: "Lokasi Rumah Sakit Jiwa Yanyu sudah diketahui semua, peta juga telah diverifikasi berkali-kali. Tapi kita tetap harus berangkat lebih awal untuk memastikan rute. Panti jompo ini sudah terbengkalai dan akan dirobohkan total seminggu lagi. Sesuai gaya khas apartemen, pasti tidak akan ada orang yang muncul di sana. Yang perlu kita pertimbangkan adalah bagaimana memainkan permainan ini. Setiap dari kalian harus ingat peran apa yang harus kalian mainkan."
Pada saat itu, sepasang mata mengarah tajam ke pipi Xiao Yezi. Itu adalah Feng Liehai, salah satu peserta misi darah kali ini. Memiliki kemampuan memori kamera yang begitu kuat hingga sekali melihat langsung takkan terlupakan. Artinya, dia bisa mengingat setiap detail terkecil dari pemandangan yang pernah dilihatnya. Dalam manga detektif Jepang "Tantei Gakuen Q", karakter utama perempuan Minami Megumi juga memiliki kemampuan serupa.
Ini adalah kemampuan yang sulit dipahami karena ilmu kedokteran saat ini masih memiliki banyak bagian otak yang belum terpecahkan. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa otak manusia memiliki lebih dari 90% potensi yang belum dikembangkan. Oleh karena itu, memori seperti kamera yang dimiliki Feng Liehai mungkin bisa dipahami sebagai bagian potensi otaknya yang telah dikembangkan. Kemampuan ini juga memiliki peran yang cukup signifikan.
"Feng Liehai," Xiao Yezi mengalihkan pandangannya padanya dan bertanya, "Ingatanmu sudah dikonfirmasi melalui eksperimen Roland. Kali ini juga harus mengandalkanmu."
"Aku mengerti."
Penampilan Feng Liehai sangat kasar dan maskulin, membuatnya yang sebenarnya masih berusia 20-an terlihat seperti orang berusia 30-an.
Sepanjang proses ini, Ziye tetap diam sambil memegang ponsel, seolah sedang mengetik sesuatu.
Jika diperhatikan lebih dekat, terlihat dia sedang menyusun SMS untuk Li Yin. Selama beberapa hari terakhir, dia sudah tak terhitung kali berbagi perasaan dengan Li Yin, tapi Li Yin hanya terus memeluk guci abu ibunya, dan makan seadanya. Jika terus begini, breakdown totalnya hanya masalah waktu.
Li Yin masih terbaring di lantai Kamar 404, tubuhnya bersandar ke dinding sambil memeluk guci abu ibunya. Dia sudah bertekad tidak akan kembali ke rumah itu.
Ponsel berdering. Dia mengeluarkannya dan membuka SMS dari Ziye.
"Isi SMS itu adalah: 'Kamu benar-benar sudah menyerah?'" Sambil menatap kotak abu di sampingnya, dia bergumam: "Ibu, bisakah kau memberiku jawaban? Apa yang harus kulakukan? Harus bagaimana?"
Siang hari, dua belas penghuni bersiap untuk berangkat.
Sebelum berangkat, pandangan Ziye masih tertuju ke arah lift. Penghuni lain di sekitarnya paham, dia berharap Li Yin akhirnya keluar untuk mengantarnya.
"Ying Ziyue, lupakan saja," kata Zuo Yatang, salah satu penghuni yang akan menjalankan misi darah: "Aku mengerti perasaanmu, tapi lihat kondisi Li Yin sekarang..."
Ziye seolah tak mendengar, matanya masih menatap ke arah itu.
"Cepatlah pergi." Xiao Yezi juga berbicara: "Atau kamu ingin meniru dia, menyerah total dan menunggu kutukan bayangan aktif malam nanti?"
Langkah Ziye mundur perlahan. Di wajahnya yang selalu tenang bagai sumur kering, sorot matanya mulai meredup.
"Aku mengerti." Dia menoleh, menyusul rombongan, dan melangkah keluar melalui pintu putar apartemen.
Hingga detik terakhir, Li Yin tak juga muncul.
Dua belas orang telah meninggalkan apartemen. Sekitar lima menit kemudian, pintu lift terbuka. Li Yin keluar sambil memandang ke arah pintu masuk apartemen.
Dia berdiri membeku seperti patung, matanya tak lepas dari pintu besar itu...
(Tanggal misi darah sebelumnya salah, seharusnya 20 Juni sebagai hari pelaksanaan misi darah)
## Jilid 21 Permainan Bab 8 Permainan Dimulai
Distrik Feiyun, merupakan wilayah pinggiran terdekat yang berbatasan antara Kota K dan Kota S. Sejak lama, Distrik Feiyun memiliki banyak sabuk hijau yang menjadi prioritas pemerintah kota, dengan pembangunan area hutan dalam skala besar. Beberapa tahun terakhir, seiring berkembangnya teori ramah lingkungan rendah karbon, pengembangan kawasan hutan semakin mendapat perhatian bahkan menjadi salah satu dari Sepuluh Proyek Prioritas Pemerintah Kota K. Gunung Luoyun adalah gunung yang terletak paling dekat dengan Hutan Area 1 Distrik Feiyun.
Saat ini, dua belas orang menumpang tiga mobil berbeda yang melaju di jalan raya kaki Gunung Luoyun. Kawasan ini cukup terpencil, meski hari masih siang dan belum memasuki malam hari.
Sebenarnya misi darah akan dimulai pukul 23.00 malam, kedatangan mereka saat ini tergolong sangat awal. Namun karena ini pertama kalinya semua orang datang ke lokasi ini, khawatir tidak bisa menemukan tempat nantinya, setidaknya mereka perlu menginjak-injak lokasi terlebih dahulu.
Xiao Yezi dan Ziye duduk dalam satu mobil. Di belakang mereka terdapat Feng Liehai dan Pu Xingyuan. Feng Liehai dikenal sebagai sosok pendiam yang jarang memulai pembicaraan, sementara Pu Xingyuan lebih komunikatif dan pandai membangkitkan kecemasan orang melalui perkataannya.
Namun kali ini Xiao Yezi terlihat sangat diam, sedangkan Ziye juga tampak diselimuti kecemasan. Sepanjang perjalanan hampir tidak ada percakapan yang terjadi.
"Kesunyian yang menekan ini juga menandakan bahwa misi darah akan jauh lebih mengerikan dari yang dibayangkan. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di akhir nanti. Fakta mengerikan bahwa Huangfu He, Zhan Tianlin dan lainnya tewas dalam misi darah membuat orang-orang menyadari bahwa misi darah semakin menjadi-jadi. Semakin banyak penghuni yang mulai mempertimbangkan untuk lolos dari maut ini melalui instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis. Hanya saja, sebelum fragmen Perjanjian Neraka terkumpul lengkap, para penghuni tidak berani bertindak gegabah."
"Sebenarnya, saat ini masih tersisa satu fragmen Perjanjian Neraka. Namun karena tidak mengetahui keberadaan penghuni palsu, para penghuni mengira masih ada dua fragmen yang tersisa. Bagaimanapun juga, sebelum fragmen Perjanjian Neraka berikutnya dirilis, setiap penghuni saling curiga satu sama lain. Sekalipun bersekutu, itu hanya kesepakatan sementara. Begitu perebutan fragmen Perjanjian Neraka dimulai, setiap orang akan menghalalkan segala cara demi keluar dari apartemen ini."
"Saat ini, penghuni yang bisa saling percaya di apartemen ini sudah sangat langka. Setiap orang akan rela mengayunkan pisau pembunuhan demi meraih sedikit harapan hidup, persis seperti Bian Xingchen dulu."
"Ying Ziyue." Pu Xingyuan tiba-tiba membuka mulut: "Kau perhatikan? Belakangan banyak orang berkeliaran di sekitar rumahmu?"
Ziye tetap menatap ke depan tanpa menoleh, menjawab datar: "Tentu."
“Aku menyarankanmu, berhati-hatilah.” Pu Xingyuan berkata: “Para penghuni sudah banyak membicarakan, kondisi Li Yin sekarang ini membuat semua orang mengira dia telah kehilangan kehendak untuk bertahan hidup, sementara kamu... Singkatnya, semua berpendapat kalian tidak pantas lagi menyimpan pecahan Perjanjian Neraka itu. Ini bukan pendapatku sendiri, banyak orang yang berpikir demikian. Kamu juga tak perlu menyangkal, kan? Saat itu, ketika kamu dan Li Yin menjalankan misi darah Cermin Hantu, sangat mungkin kalian memperoleh pecahan Perjanjian Neraka.”
Perkataan Pu Xingyuan itu tidak mendapat respons dari Ziye. Hal ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum di apartemen. Banyak yang menduga demikian, apalagi sebelumnya Ke Yinyu pernah mengatakan bahwa Ying Ziye melempar pecahan Perjanjian Neraka setelah melihat hantu, namun kemudian fragmen itu tetap dirilis - membuktikan kemungkinan Li Yin di dunia cermin telah mengambilnya.
Ziye tetap tidak menunjukkan perubahan ekspresi, lalu berkata: “Maaf, aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. Aku sama sekali tidak tahu soal fragmen-fragmen itu.”
Pu Xingyuan menghela nafas mendengar jawabannya. Dalam hati berpikir: Sesosok Ying Ziye memang pantas diakui, sampai sekarang masih pura-pura bodoh. Masih menyangkal kalau dia dan Li Yin memiliki pecahan Perjanjian Neraka yang sudah menjadi rahasia umum di apartemen, apa gunanya?
Tak lama kemudian, mereka tiba di daerah perbukitan. Terlihat papan penunjuk di depan jalan berkelok gunung bertuliskan "Rumah Sakit Yan Yu". Ketiga mobil telah berhenti karena semakin mendekat akan semakin berbahaya.
Kedua belas orang itu berencana beristirahat di sini hingga malam nanti. Apa yang akan terjadi selanjutnya, semuanya bergantung pada takdir.
Nian Ningyi duduk di kursi kemudi mobil kedua, di sebelahnya duduk jaksa Gongsun Yan. Melihat mobil Kamya Sayoko di depan berhenti, Nian Ningyi segera menginjak rem.
"Nona Nian," Huang Ti yang duduk di kursi belakang tiba-tiba bertanya, "Kabarnya anda sudah bergabung dengan 'Aliansi Kamya'?"
"Hm," Nian Ningyi menjawab pelan sambil menopang dagu dan melihat ke luar jendela, "Nona Huang adalah anggota 'Aliansi Yinyu', bukan?"
"Ya, benar," Huang Ti diam sejenak lalu berkata, "Maukah anda pertimbangkan untuk bergabung dengan 'Aliansi Yinyu'? Setelah masuk aliansi, kita wajib saling membantu sepenuhnya. Saat menjalankan misi darah juga akan mendapat bantuan penuh dari Ke Yinye dan Ke Yinyu. Banyak anggota berbakat di aliansi kami. Maukah anda pertimbangkan?"
"Tidak perlu." Suara Nian Ningyi terdengar malas. "Ke Yinye itu, semua tindakannya hanya demi adik angkatnya Ke Yinyu. Bahkan sampai nekat masuk apartemen. Orang yang mengutamakan perasaan daripada akal sehat bukanlah pilihan saya. Sebaliknya, Kamya Sayoko yang selalu tenang menghadapi misi darah, menurutku layak diajak bersekutu."
"Begitu?" Huang Ti terkejut. Perkataan Nian Ningyi terdengar masuk akal.
Nian Ningyi memiringkan kepalanya sedikit, "Tapi aku juga tidak sepenuhnya percaya pada Kamya. Pada akhirnya, di apartemen ini yang bisa dipercaya hanya diri sendiri. Nona Huang, lebih baik anda pikirkan bagaimana bertahan hidup lebih lama."
Huang Ti mengepal kedua tinjunya, hatinya dipenuhi ketakutan. Masuk ke apartemen ini benar-benar lebih menakutkan daripada kematian. Sebagai seorang pekerja kantoran di bidang periklanan yang baru menikah dengan suami seorang desainer interior selama sebulan, mereka sebenarnya sudah membeli rumah di sekitar sini dan menjalani kehidupan pengantin baru. Namun saat pergi berbelanja sayur, dia memasuki gang di kompleks perumahan itu dan akhirnya secara misterius menjadi penghuni apartemen ini.
Di mobil terakhir, pengemudinya adalah Lin Tianze, pria baik hati super yang diakui semua penghuni. Hingga kini, Lin Tianze masih selalu berjaga di mulut gang pada berbagai waktu untuk mencegah siapa pun memasuki gang dan menjadi penghuni apartemen. Hal seperti ini hampir tidak pernah dilakukan penghuni sebelumnya, karena secara bawah sadar mereka justru berharap ada orang masuk untuk berbagi penderitaan dan menciptakan keseimbangan psikologis. Tentu saja tidak ada yang berani sengaja menjerumuskan orang ke dalam apartemen, tapi tidak sampai seekstrim Lin Tianze.
Di mobil Lin Tianze, orang yang duduk di sampingnya adalah Zuo Yatang. Zuo Yatang yang berkacamata tebal ini adalah anggota "Night Feather Alliance". Sedangkan Lin Tianze tidak tergabung dalam aliansi manapun, malah selalu mengusulkan agar penghuni bisa berbagi kontrak untuk menyelamatkan semua orang. Namun hampir tak ada yang menghiraukan idenya. Semua beranggapan mustahil bertahan hidup dengan idealisme semacam itu. Adegan solidaritas penghuni melawan misi darah sebelum munculnya Kontrak Neraka, kini telah hancur total. Gagasan Lin Tianze mustahil terwujud.
Sedangkan Roland, orang asing yang duduk di kursi belakang, terlihat duduk tegak dengan sikap serius. Roland adalah salah satu dari dua penghuni Amerika di apartemen, pria Barat yang sangat tampan dengan rambut pirang dan postur tubuh tegap. Namun karena tidak bisa berbahasa Mandarin, dia harus bergantung pada terjemahan Xiao Yezi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Meski demikian, dari dua belas orang tersebut, Zuo Yatang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik sehingga bisa berkomunikasi dengannya.
Di sebelah Roland duduk Xu Tao, yang terus-menerus menyatakan bahwa tahun 2012 akan menjadi kiamat dan hari penghakiman tiba. Dia menganggap apartemen ini sebagai salah satu fenomena akhir zaman, mengklaim bisa melihat hakikat dunia bahwa hanya mereka yang mencapai tepi seberang yang bisa selamat dari kiamat. Meski pernyataannya tampak absurd, penghuni apartemen yang hidup dalam tekanan cenderung mudah terhasut. Alhasil, pemikiran religius pun menyebar tak terkendali. Dipimpin Xu Tao, sekelompok penghuni mulai melakukan "latihan" untuk mencapai tepi seberang. Tak ada yang menuduhnya menyebarkan sekte sesat karena: pertama, jika apartemen ajaib ini ada, maka kiamat tahun 2012 pun bukan hal mustahil; kedua, setelah masuk ke tempat ini dimana nyawa bisa melayang kapan saja, apa artinya membentuk sekte untuk menipu uang? Praktik Xu Tao benar-benar menyebabkan teori kiamat menyebar, membuat banyak penghuni menyembahnya sebagai "Tuan Suci". Belakangan, dia bahkan berencana membentuk kelompok agama resmi. Pengikutnya yang paling fanatik adalah Luo Mizi yang selamat dari misi darah Shae (Noujou Kae). Perempuan ini dengan gigih membantu Xu Tao menyebarkan pemikiran kiamat di apartemen, mendesak penghuni untuk menyembah "Tuan Suci" dan segera melepaskan tubuh fana untuk mencapai tepi seberang.
Singkatnya, apartemen sekarang telah mencapai titik kekacauan tertinggi. Hampir tak ada penghuni yang bisa tetap waras. Setiap orang perlahan tapi pasti menuju kehilangan kewarasan.
"Saat menunggu di jalan raya ini, masing-masing orang tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Menunggu dimulainya instruksi tulisan darah yang kejam ini. Sebenarnya, berapa banyak penghuni apartemen yang bisa kembali dari misi darah kali ini?"
"Lebih dari pukul sepuluh malam, di puncak Gunung Luoyun. Di kedalaman hutan lebat, terdapat bangunan bata merah. Bangunan itu sendiri sangat tua, dindingnya sudah dipenuhi retakan."
"Kamya Sayoko dan yang lainnya telah tiba di sekitar Rumah Perawatan Yanyu. Jelas terlihat, tidak ada seorang pun di sekitar. Juga tidak ada yang menyangka bisa memasuki tempat itu dengan mudah. Semuanya bergantung pada bagaimana permainan yang akan dimulai nanti."
"'Desa Tak Kembali...' Ziye yang berdiri di depan berbisik: 'Apa sebenarnya ini?'"
"Untuk misi darah khusus seperti ini, tidak perlu memikirkan di mana hantu berada atau bagaimana melawannya. Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana menyelesaikan permainan ini sesuai aturan yang diberikan. Setiap orang tegang sampai tak bisa digambarkan. Situasi ini seperti persiapan terakhir sebelum perang pecah."
"Hidup dan mati hanya sehelai rambut! Siapa yang akan hidup? Siapa yang akan mati? Hanya seperti delapan dewa menyeberangi laut, masing-masing menunjukkan kesaktiannya!"
"Waktu semakin mendekati pukul sebelas. Semua orang menatap Rumah Perawatan Yanyu yang berdiri tegak di kedalaman hutan, bersiap-siap dengan penuh semangat. Bagi penghuni yang pertama kali menjalankan misi darah, jantung mereka berdebar kencang."
"Akhirnya, pukul 22:50 tiba!"
"'Pergi!'"
Begitu Kamya Sayoko memberi perintah, para penghuni langsung berebutan mendekat. Setiap penghuni bagai prajurit haus darah, dengan tekad mati-matian bersumpah pasti akan bertahan hidup! Pembentukan aliansi telah mengubah para penghuni, memberi target jelas dan harapan. Melalui pertukaran informasi intensif dan berbagi pengalaman di dalam aliansi, mereka tak lagi sekadar takut buta pada misi darah.
Pintu masuk rumah perawatan itu tampak sangat reyot, terbuka mudah saat didorong. Di dalamnya gelap gulita, harus menyalakan senter baru bisa melihat jalan.
Tangga tidak jauh dari sana, segera semua orang sampai di lantai dua. Master langsung melihat pintu-pintu ruangan di kedua sisi koridor beserta nomor pintunya.
"Cepat masuk!" Xiao Yezi berkata: "Ingat, jangan saling menghubungi jika tidak ada keadaan khusus, jangan melakukan intervensi apapun terhadap permainan penghuni. Jika tidak, bayangan di bawah kakimu akan segera mengirim kalian ke neraka!"
Ziye melihat ke arah Kamar 201 yang paling dekat dengannya, berjalan langsung ke sana dan membuka pintu. Di dalamnya terdapat ruangan sempit dengan sebuah tempat tidur, TV, dan meja belajar. Di atas meja belajar terdapat komputer HP.
Dia berjalan mendekat dan menyalakan CPU, menarik kursi di depan meja belajar dan duduk, menunggu dengan tenang hingga komputer masuk ke desktop.
Orang-orang lainnya juga satu per satu memasuki ruangan, duduk, lalu membuka komputer. Kemudian, mereka semua memperhatikan waktu yang terlihat di pergelangan tangan dan waktu di komputer, namun tidak ada yang berani percaya.
"Tampilan desktop muncul, merupakan desktop default Microsoft yang sangat biasa. Di desktop tersebut, terdapat ikon yang sangat mencolok berbentuk pusaran hitam. Di bawahnya tertulis tiga karakter: 'Desa Tanpa Kembali'."
Jika mengklik ikon tersebut dengan mouse dan membuka properti klik kanan, tidak akan muncul jendela apa pun.
Tepat pukul 11. Semua orang mengklik ikon pusaran hitam itu. Layar komputer segera dipenuhi warna hitam. Speaker telah dinyalakan, dan musik menyeramkan mulai terdengar seiring munculnya layar hitam.
Perlahan seperti aliran darah, mulai terbentuk rangkaian huruf.
"Selamat datang di Desa Tanpa Kembali".
Tulisan ini membuat bulu kuduk merinding. Layar hitam berangsur memudar, digantikan teks baru di layar komputer.
Setiap orang melihat tulisan yang berbeda-beda.
Teks yang dilihat Ziye berbunyi: "Namamu Fengwu, putri kaya yang dimanja sejak kecil. Selama liburan, kamu dan teman sekelas melakukan perjalanan ke Gunung Xiyue. Dalam permainan, tekan tombol huruf untuk memilih (contoh: tekan A untuk pilihan A, tidak case-sensitive). Tekan Enter untuk mengonfirmasi."
Huruf-huruf mulai memudar dan layar kembali terang. Adegan perlahan muncul.
Permainan resmi dimulai.
Di layar terlihat wanita berambut hitam dengan mata phoenix yang sangat realistis, hampir seperti manusia sungguhan. Ia sedang duduk di kursi kemudi mobil.
Muncul subtitle dengan label khusus Fengwu: "Fengwu: Kalian senang bermain? Mobil keluarga kami keren kan?"
Tampaknya, ucapan karakter ditampilkan melalui subtitle. Perempuan bermata seperti burung phoenix ini tentu adalah Feng Wu.
Saat ini, mobil sedang melintasi terowongan gelap. Terdapat dua mobil terpisah, total ada dua belas orang. Setiap orang telah mengonfirmasi lokasi karakter mereka.
Sebenarnya, apa itu Desa Tanpa Kembali? Tempat mengerikan seperti apa gerangan?
## Jilid Kedua Puluh Satu Permainan Bab Kesembilan Pilihan Pertama
Setiap orang telah memahami peran yang mereka mainkan dan awal permainan ini.
Feng Wu jelas menjadi protagonis permainan. Penampilannya paling mencolok di antara semua karakter, selalu tersenyum dan berperilaku ceria. Namun sebagai anak perempuan keluarga kaya, dia agak sombong.
Sebelas orang lainnya memiliki hubungan sebagai teman sekelas Feng Wu. A Jian, karakter yang dikendalikan Kamya Sayoko, adalah sahabat karib Feng Wu. Berbeda dengan Feng Wu, A Jian tidak cantik - memiliki banyak bintik-bintik di sudut mata, berkacamata, dengan dua kepang rambut. Meski demikian, hubungan mereka sangat dekat seperti saudari.
Sama seperti penghuni, karakter permainan juga duduk di tiga kendaraan. Saat melintasi terowongan, penghuni mulai mengendalikan proses permainan. Dialog antar karakter mulai berjalan secara default. Setiap penghuni hanya bisa melihat kejadian di sekitar karakter yang mereka kendalikan.
Saat ini, Fengwu sedang mengobrol dengan riang bersama Ajian. Di belakang mereka berdua, terdapat seorang pria dan wanita. Pria itu adalah pemuda berpenampilan biasa yang mengenakan pakaian kasual, bernama Shenghai - karakter yang dikendalikan oleh Pu Xingyuan. Wanita tersebut memiliki rambut ikal dan mata merah Tong, mengenakan jas panjang. Jendela bus di sampingnya terbuka, menerbangkan rambut ikalnya tanpa henti. Wanita ini bernama Qianqian, salah satu sahabat Fengwu yang memiliki hubungan cukup baik. Yang mengendalikannya adalah Zuo Yatang.
"Fengwu," Qianqian tiba-tiba menoleh dan berkata, "Perjalanan kali ini sangat menyenangkan. Setelah lulus kuliah, kita semua akan berpisah. Kalau bukan karena kamu, kita tidak bisa bermain di sini selama ini."
"Tidak apa-apa," Fengwu tersenyum, "Ayahku sangat memanjakanku. Uang jajanku sehari-hari saja tidak pernah habis. Jadi mengajak kalian main bersama juga menyenangkan. Qianqian, rambut ini hasil baru ya?"
Qianqian tersenyum kecut, "Iya, betul. Salon yang kamu rekomendasikan waktu itu. Untung ada kupon diskon darimu, harga di sana sangat mahal. Ajian, kalau ada waktu kamu juga bisa mencoba."
Ekspresi Ajian terlihat malu-malu, "Aku... lebih baik tidak usah..."
"Ajian," Shenghai ikut berbicara, "Sebenarnya kalau tidak ada bintik-bintik di wajah, kamu juga cantik. Bisa pertimbangkan untuk perawatan kecantikan."
“Ini sih,” A Jian malu-malu berkata: “Aku tidak mau menghabiskan uang untuk itu, uang perawatan kecantikan ingin kugunakan lebih banyak untuk membantu keuangan keluarga. Kondisi ekonomi keluarga kami cukup sulit, dan sejak orang tua bercerai, Ayah sekarang sering datang membuat keributan, hubungannya dengan Ibu menjadi tidak harmonis.”
Feng Wu memalingkan kepala ke A Jian dan bertanya: “Sekarang kamu tinggal bersama ibumu ya?”
“Iya,” A Jian mengangguk, lalu berkata: “Ibu sekarang hidupnya juga cukup sulit, setelah lulus kuliah aku ingin cepat mencari pekerjaan untuk membantunya berbagi beban.”
Di mobil yang berada di belakang, juga terdapat keberadaan orang-orang yang berbeda.
Karakter yang dikendalikan oleh Feng Liehai bernama Asura. Nama ini membuat beberapa penghuni merasa penasaran, faktanya ada juga yang menduga apakah di antara 12 orang terdapat peran hantu yang bersembunyi. Sosok Asura sendiri tidak sesuai dengan nama mengerikannya, melainkan seorang pria berambut panjang sebahu dengan mata abu-abu redup, penampilannya sangat mistis bahkan bisa disebut menggoda, karena Asura terlalu tampan sampai-sampai sulit dibedakan jenis kelaminnya. Namun karena karakter ini memiliki simulasi realitas tinggi, dengan melihat jakun di lehernya barulah bisa dipastikan Asura adalah pria.
Asura duduk di kursi kemudi, matanya terlihat sangat misterius. Jika dia seorang wanita, pasti akan menjadi sosok yang mematikan. Bahkan pria yang melihatnya akan merasa terganggu, mengira ini adalah kesalahan kelahiran yang seharusnya tidak terlahir sebagai pria, sangat berbeda dengan penampilan kasar Feng Liehai yang berbeda 108.000 li. Selama Feng Liehai mengendalikannya, dia sedang berbicara dengan seorang pria di sampingnya. Pria di sebelahnya itu mengenakan baju hitam dengan cincin ruby di tangan kanan, bermata besar, berhidung bengkok, dan bibir tebal. Pria ini bernama Zhou Chi, karakter yang dikendalikan Roland.
"Asura," Zhou Chi tiba-tiba berkata, "Apa maksud perkataanmu pagi tadi?"
"Seperti itulah maksudnya." Asura yang lembut seperti gadis cantik membuka mulut, "Aku sudah meramal, hari ini kita akan menghadapi kesialan besar. Jadi aku terus menasihati Feng Wu untuk tidak keluar rumah hari ini, tapi dia tidak mau mendengar."
"Feng Wu menganggap ini takhayul," Zhou Chi menyalakan rokok sambil mengangkat hidung bengkoknya, "Tapi jika kau begitu khawatir, mengapa ikut keluar?"
Asura memilih tidak menjawab lagi.
“Khawatir tentang Feng Wu ya?” Zhou Chi menghembuskan asap rokok, berkata: “Aku tahu kau khawatir padanya. Feng Wu itu memang suka memaksakan diri. Di rumah dia adalah nyonya besar yang selalu dilayani. Bahkan lobster Australia atau steak Kobe pun bisa dipesan via kargo udara kapan saja. Wataknya agak manja sedikit. Jadi bagaimana mungkin dia menerima perkataanmu seperti itu?”
“Aku tak peduli...” Asura hanya mengucapkan kalimat singkat itu lalu diam.
Di depan layar komputer, Feng Liehai mengukir semua yang dilihatnya dalam ingatan. Setiap kata bisa dia hapal terbalik. Cukup dengan sekali lihat.
Dia melanjutkan kontrol proses. Di layar, Zhou Chi sepertinya akan berbicara lagi ketika muncul kepala di belakangnya. Seorang pemuda berkacamata dengan aura intelektual. Tampangnya cukup tampan, tapi masih jauh di bawah Asura.
Pemuda ini bernama Ding Qian, karakter permainan yang dikendalikan Gongsun Yan. Ding Qian kini menatap Asura dan Zhou Chi: “Ini pertama kali aku dengar, Asura. Bisa jelaskan lebih detail?”
Tentu saja, pada saat itu percakapan mereka antara Ziye dan Kamya dkk. di komputer tidak akan ditampilkan. Ini adalah dialog yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang di mobil belakang. Di mobil kedua terdapat tiga pria dan satu wanita, yaitu Asura, Zhou Chi, Ding Qian, serta Ming yang dikendalikan Huang Ti. Ming adalah seorang wanita berambut pendek yang memegang boneka, penampilannya sangat mirip keturunan campuran Asia-Eropa. Meski rambutnya hitam, fitur wajahnya menunjukkan banyak karakteristik orang Barat, terutama pada matanya yang paling mencolok.
Ming pun bertanya: "Ada apa sebenarnya? Bisa ceritakan padaku? Aku juga tidak tahu. Apa Asura menggunakan kartu Tarot untuk meramal?"
"Bukan." Asura menggelengkan kepala pelan, "Lupakan, aku tidak ingin banyak bicara. Mungkin ini hanya prasangkaku saja."
Di mobil terakhir, duduk empat orang terakhir. Pengemudinya adalah Hong Xia yang dikendalikan Nian Ningyi. Hong Xia memiliki penampilan gadis manis dengan wajah oval, pipinya memerah saat tersenyum. Ia melihat jam tangannya: "Hmm, sudah larut malam begini. Apa kita bisa kembali ke hotel tepat waktu?"
"Tenang saja," kata Xingyue yang duduk di samping Hong Xia, mengikat dua poni ekor kuda dengan sorot mata penuh kebijaksanaan. "Kita ikuti Feng Wu saja. Enak ya jadi anak orang kaya..."
“Kamu sangat iri, ya?” Hong Xia tersenyum manis, berkata: "Sudah, jangan bahas ini lagi. Luo Bing, Bai Hong, kalian berdua jangan terus-terusan baca novel dan main game, ikut ngobrol dengan kami dong?"
Di kursi belakang duduk dua pria, satu adalah karakter Luo Bing yang diperankan Xu Tao, satunya lagi karakter Bai Hong yang diperankan Lin Tianze. Kedua nama ini terdengar feminin, tapi mereka berdua memang laki-laki. Luo Bing sedang memegang PSP sambil main game, lalu menoleh sambil berkata: "Ah, kalian berdua saja yang ngobrol, jajak melibatkanku."
Di antara alis Luo Bing ada tahi lalat, rambutnya tersisir rapi, matanya sangat indah; sementara Bai Hong di sebelahnya adalah pria beranting telinga yang sedang menopang dagu sambil memegang ponsel, sepertinya sedang melihat sesuatu. Bai Hong sama sekali tidak berbicara dari tadi.
Saat itu, tiga mobil keluar bersama-sama dari terowongan.
Langit gelap gulita, bahkan bintang-bintang pun hampir tak terlihat. Setelah keluar, mobil-mobil itu tidak tahu harus pergi ke mana.
Jalan di sekitar mulai menjadi berlubang. Feng Wu menginjak rem, melihat sekeliling lalu menoleh bertanya: "Tempat apa ini?"
"Aku tidak ingat pernah ke sini," A Jian menggelengkan kepala, "Sama sekali tidak ingat."
Saat itu, hati para penghuni mulai berdebar. Mereka semua tahu petunjuk jalan keluar dari misi darah bisa muncul kapan saja, dan mungkin bayangan hantu sudah muncul di suatu tempat.
"Aneh, sinyal ponselku hilang!" Qian Qian memegang ponselnya berkata: "Bagaimana dengan ponsel kalian?"
“Punya saya juga sudah hilang,” Feng Wu mengerutkan kening: “Harus bagaimana? Tempat ini aneh, seharusnya setelah melewati terowongan langsung bisa kembali ke hotel di kaki gunung. Sudahlah, mari kita jelajahi sekitar sini dulu.”
Mobil melaju ke depan, tiba-tiba muncul cabang jalan. Di depan, terpisah oleh hutan, muncul tiga cabang jalan.
Tiba-tiba layar berhenti sejenak. Di depan tiga pengemudi mobil yaitu Feng Wu, Asura, dan Hong Xia – Ziye, Feng Liehai, Nian Ningyi – muncul empat opsi. Keempat opsi terdiri dari teks merah: “(A) Belok ke kiri (B) Belok ke kanan (C) Lurus ke tengah (D) Kembali ke dalam terowongan”.
Opsi pertama, muncul!
Kali ini hanya tiga orang yang harus memilih, sembilan penghuni lainnya hanya bisa mengikuti keputusan pengemudi mobil masing-masing. Misi darah melarang penghuni berdiskusi, jadi keputusan mutlak di tangan pengemudi. Jika pilihan berbeda, ketiga mobil mungkin akan terpisah sama sekali.
Ziye menatap empat opsi di depannya, tangan yang memegang mouse masih terhenti. Kamya Sayoko juga memerhatikan tiga cabang jalan di layar komputernya dengan seksama. Nian Ningyi semakin ragu-ragu, sulit memutuskan, tapi tak bisa meminta bantuan siapapun – harus memutuskan sendiri sepenuhnya.
Umumnya, nama permainan ini adalah Desa Tanpa Kembali. Diperkirakan ke mana pun arah yang dipilih, akhirnya akan sampai di Desa Tanpa Kembali. Tiga cabang jalan di depan dipisahkan oleh hutan lebat, sudut antara cabang-cabang jalan ini sangat besar. Memilih jalur mana pun akan memberikan jarak yang sangat berbeda. Lalu, apa yang terjadi jika kembali ke jalan semula?
Tentu saja, sembilan penghuni lainnya hanya melihat layar komputer yang pause, muncul tulisan "Tiga opsi karakter permainan diberikan, permainan sedang dijeda".
Penghuni yang tidak melihat opsi juga menduga mungkin ada persimpangan jalan yang harus dipilih.
"Tiga karakter permainan?" Xu Tao menatap layar komputer sambil merenung. Ruangan itu tidak memiliki lampu, hanya mengandalkan cahaya dari komputer untuk mengusir sebagian kegelapan. Dia membuka botol air distilasi di tangannya dan meneguk sedikit. Penampilan pria ini sangat kalem, sikapnya tenang, bergumam sendiri: "Mungkinkah tiga sopir? Tidak tahu siapa sopir di dua mobil lainnya. Sial, karena misi darah ini, bahkan bertukar informasi pun dilarang."
Dia meneguk lagi airnya, berpikir: "Harus cepat, tapi tidak bisa mendesak mereka. Tidak tahu berapa lama permainan ini akan berlangsung. Semakin lama ragu-ragu semakin merugikan. Jika tidak bisa menyelesaikan permainan tepat waktu, semua orang harus mati bersama! Apalagi, mungkin permainan ini akan terbalik dan dimainkan ulang. Saat itu terjadi, siapa yang tahu apa yang akan terjadi."
Gongsun Yan juga menatap layar komputer yang membeku, perasaan gelisahnya muncul, bergumam: "Sepertinya harus memilih jalan cabang mana yang akan diambil? Tapi, jalan mana yang harus dipilih? Di komputer, tidak terlihat masalah apa pun pada cabang jalan, sial, harus bagaimana?"
Masalah terbesar dari misi darah ini adalah larangan total pertukaran informasi, karena segala bentuk komunikasi informasi bisa dianggap sebagai gangguan permainan dan dikenai kutukan bayangan. Dalam kondisi tidak bisa bertukar info, orang di mobil tertentu bahkan tidak tahu wajah delapan orang lainnya. Misalnya di mobil tempat Asura berada, tidak ada seorang pun yang tahu tentang ramalan Asura. Meski pun tahu, permainan tidak mengizinkan penghuni memilih, jadi mustahil menanyakan tentang ramalan Asura. Yang mengetahui keberadaan ramalan ini hanya empat orang: Feng Liehai yang mengendalikan Asura, Roland, Gongsun Yan, dan Huang Ti.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Sejujurnya, dalam situasi seperti ini benar-benar harus menebak. Dari empat opsi, jalan keluar dan jalan kematian masing-masing setengah, artinya kemungkinan memilih jalan kematian adalah 50%. Tentu mungkin juga serangkaian opsi berikutnya akan menunjukkan jalan kematian. Bagaimanapun juga, opsi pertama ini sangat krusial. Sampai sejauh ini, apa yang akan terjadi?
Selain itu, karena penghuni tidak bisa bertukar informasi satu sama lain, metode "melempar batu untuk menguji jalan" juga tidak bisa dilakukan. Jika tidak, kita bisa meminta seorang penghuni memilih terlebih dahulu untuk melihat apakah suatu jalan aman, mengeluarkan satu opsi, lalu mempertimbangkan opsi berikutnya. Namun, tidak diketahui apakah permainan bisa dilanjutkan hanya setelah ketiga orang selesai memilih. Waktu berpikir tidak boleh terlalu lama karena proses permainan ini terbatas. Tapi sekali salah memilih, itu berarti kematian. Dan kematian itu akan menimpa empat orang. Dalam misi darah yang mengharuskan mayoritas bertahan ini, dua belas orang dibagi merata di tiga mobil. Jika dua kelompok memilih jalan keluar dan satu kelompok memilih jalan kematian, konsekuensinya jelas... Kelompok yang memilih jalan kematian akan ditinggalkan. Artinya, delapan orang selamat sementara empat orang mati. Hanya jika delapan orang mati dan empat selamat, atau semua dua belas mati, maka permainan ini tidak akan disimpan dan bisa diulang di ronde berikutnya.
Yang paling mengkhawatirkan adalah opsi keempat: Apakah akan kembali melalui jalan yang sama. Opsi ini terlihat paling aman, tapi justru paling mencurigakan. Sekaligus memunculkan pertanyaan besar.
Mungkinkah kembali melalui jalan yang sama sebenarnya adalah jalan keluar? Apakah dengan memilih opsi ini, permainan akan langsung Game Over dan semua penghuni selamat?
Tentu saja kita tahu itu mustahil.
Jika penghuni bisa berdiskusi dan bertukar informasi, maka tiga orang bisa memilih tiga opsi pertama masing-masing. Dengan begitu, setidaknya bisa diketahui apakah ada dua jalan kematian di antara opsi A, B, dan C. Jika semua jalan kematian ada di tiga opsi pertama, itu membuktikan bahwa opsi terakhir adalah jalan keluar. Penghuni pun bisa memilihnya. Tapi sekarang, penghuni dilarang mengganggu permainan orang lain dengan cara apapun, sehingga hanya bisa mengandalkan keberuntungan.
Sebenarnya... opsi mana yang harus dipilih untuk menemukan jalan keluar?
## Jilid 21 Permainan Bab 10 Pilihan Berbeda Penghuni
Sebenarnya, pertukaran informasi tidak bisa dibilang sepenuhnya dilarang. Tapi selama ucapan penghuni berpotensi mempengaruhi pilihan penghuni lain dalam permainan, itu bisa dianggap sebagai gangguan. Karena takut akan kutukan bayangan, penghuni terpaksa menghentikan semua pertukaran informasi. Kecuali dalam keadaan darurat, mereka tidak akan membagikan informasi kepada orang lain.
Ziye juga mengambil sebotol air mineral dari tasnya, meneguk sedikit, lalu menatap empat opsi di layar komputer. Pandangannya tertuju pada tiga cabang jalan itu. Kursor mousenya sama sekali tidak bergerak. Feng Liehai juga menatap tajam keempat opsi dan tiga cabang jalan itu, kursor mousenya bergerak naik turun. Sedangkan Nian Ningyi tampak semakin tenggelam dalam pemikiran.
Apa yang harus dilakukan?
Petunjuk yang ada masih terlalu sedikit, tapi waktu berpikir juga tidak boleh terlalu lama. Sudah lima menit berlalu. Jika terus merenung, dikhawatirkan waktu akan semakin terbuang.
Akhirnya Ziye menggerakkan mouse-nya. Dia memilih B, mengambil cabang jalan tengah. Setelah mengklik B, dia menekan tombol Enter. Hampir bersamaan, Feng Liehai dan Nian Ningyi juga membuat pilihan mereka.
Feng Liehai memilih untuk berbelok ke kiri, sedangkan Nian Ningyi memilih... untuk kembali ke jalur semula.
Saat menekan tombol D, Nian Ningyi juga memiliki mentalitas berjudi besar. Dia tahu, jika mati, mungkin akan menjadi minoritas. Begitu menjadi minoritas, itu berarti kematian sejati, bahkan tidak diizinkan untuk memohon pertolongan orang lain. Konsekuensi dari hal itu sudah jelas. Namun, dia tetap memutuskan untuk mengambil risiko. Kembali ke jalur semula mungkin adalah jalan keluar. Dengan begitu, sejak awal mungkin bisa keluar dari permainan ini. Tentu saja, pemikiran naif seperti ini hanya dimiliki oleh penghuni yang pertama kali menjalankan misi darah.
Tentu saja, ketika Nian Ningyi membuat pilihan ini, ketiga orang lain di mobilnya juga harus kembali ke jalur semula. Penghuni yang mengendalikan Xingyue yaitu Feng Lingxian, serta Luo Bing, Bai Hong dengan penghuni pengendalinya Xu Tao dan Lin Tianze, juga demikian.
Takdir mereka semua akan tergantung pada keputusan Nian Ningyi.
Di layar komputer, Hong Xia mulai mundur. Xingyue di sebelahnya bertanya bingung: "Ada apa? Hong Xia, kenapa mundur?"
Saat itu, pengendali Xingyue yaitu Feng Lingxian yang melihat adegan ini terkejut: "Ti-tidak mungkin? Kembali ke terowongan? Apakah ini salah satu dari empat pilihan? Yang memilih adalah Nian Ningyi?"
Feng Lingxian seketika menjadi tegang, dia sama sekali tidak merasa bahwa kembali lewat jalan yang sama bisa membawa mereka pulang. Jika ini terjadi, apa yang akan terjadi sama sekali tidak bisa diprediksi. Dari empat pilihan, jalan keluar dan jalan kematian masing-masing menempati separuh peluang. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Tapi membicarakan ini sekarang juga tidak ada gunanya.
Di layar, Hong Xia berkata dengan wajah datar: "Maaf, tapi aku merasa ada yang aneh. Lebih baik kita kembali lewat jalan yang sama dulu."
"Nian Ningyi!" Xu Tao menatap layar komputer dengan tajam, "Kamu... apa yang mau kamu lakukan? Jika ini jalan kematian, kamu akan mencelakakan kita semua!"
Mobil mulai terus mundur, akhirnya masuk kembali ke terowongan. Dua mobil di depan, satu masuk ke cabang jalan kiri, satu masuk ke cabang tengah. Ketiga mobil memilih jalan yang berbeda. Artinya, pasti ada satu pihak yang memilih jalan kematian.
Memikirkan hal ini membuat bulu kuduk merinding. Jalan mana sebenarnya yang merupakan jalan kematian?
Tapi semua masih berharap ada sedikit keberuntungan. Bagaimanapun permainan baru saja dimulai, mungkin opsi hidup-mati tidak langsung 50-50, tetapi membutuhkan beberapa kali pilihan baru akan terlihat jalan keluar atau jalan kematian. Dengan berpikir demikian, hati mereka sedikit lebih tenang.
Mobil terus mundur, akhirnya berbalik arah. Hong Xia menginjak gas, melaju ke arah belakang. Bersamaan itu, Luo Bing dan Bai Hong berhenti bermain game dan membaca novel, bertanya penuh kecurigaan: "Hong Xia, ada apa denganmu? Kenapa kita kembali?"
"Pokoknya dengarkan saja aku!" Wajah Hong Xia menunjukkan ekspresi gugup yang berlebihan, "Aku juga tidak tahu, kita kembali dulu saja!"
“Apa yang sebenarnya terjadi denganmu?” Xingyue juga terlihat khawatir, bertanya: “Coba jelaskan, Kouka!”
Mobil terus melaju di dalam terowongan gelap, hanya lampu depan yang menerangi jalan di depan. Saat ini, semua orang sangat tegang, tidak tahu apa yang ada di ujung terowongan. Secara teori, memilih jalur berlawanan ini seharusnya menghindari Desa Tanpa Kembali. Namun, perasaan gelisah masih menyelimuti hati semua orang.
Yang paling tegang adalah Nian Ningyi. Meskipun dia anggota "Aliansi Kamya", dia tidak bisa bertanya pada Kamya Sayoko karena peraturan misi darah melarang memberi saran ke penghuni. Jadi, pilihan ini benar atau tidak hanya bisa dilihat nanti. Karena permainan dimulai langsung di terowongan, tidak ada yang tahu panjang sebenarnya. Dengan ketidakpastian ini, keempat penghuni hanya bisa berdoa agar memilih jalan keluar yang benar.
“Kouka, kenapa kamu seperti ini? Putar balik mobil sekarang!” Luo Bing membentak: “Kamu dengar tidak?”
Saat itu, di layar komputer Xu Tao (pengendali Luo Bing), muncul empat opsi: (A) Meminta turun dari mobil (B) Menghormati pendapat Kouka untuk kembali ke jalur semula (C) Meminta ganti sopir (D) Memaksa Kouka berhenti.
Xu Tao menatap empat pilihan ini, sejenak tertegun.
Di waktu yang sama, Lin Tianze dan Feng Lingxian juga menghadapi empat opsi identik. Artinya, jika ini jalan kematian, masih ada kesempatan bagi ketiganya untuk kembali.
"Sekarang, justru membuat ketiga orang ini ragu-ragu. Bagaimanapun, situasi sekarang sudah berbeda, kita sudah masuk ke dalam terowongan. Turun dari mobil sekarang, siapa yang tahu apa yang akan terjadi? Jika memaksa menghentikan mobil, bagaimana jika terjadi kecelakaan? Turun sendiri dan menyetir sendiri memiliki sifat yang sama sekali berbeda. Jika turun sendirian, harus berjalan kaki kembali ke tempat semula, sedangkan jika menyetir, selain lebih cepat, juga lebih mudah menghindar jika bertemu hantu."
"Ini..." Feng Lingxian melihat pilihan-pilihan ini, tidak tahu harus memilih yang mana. Tapi, opsi A adalah yang pertama dia keluarkan. Bagaimana jika turun sendirian dan berjalan di terowongan gelap? Hanya memikirkannya saja sudah membuatnya ketakutan. Sedangkan pilihan C tampaknya yang paling aman.
Xu Tao berpikir sejenak, juga merasa ragu-ragu. Jika terus menyetir sampai ujung mungkin tidak masalah, tapi munculnya tiga pilihan ini justru membuat situasi jadi rumit. Mungkinkah ini perangkap berlapis yang dipasang apartemen? Artinya, mungkin ini sebenarnya jalan keluar, tapi dengan memanfaatkan kecurigaan penghuni, muncul opsi ini untuk membuat penghuni berpikir "menoleh ke belakang" bisa menyelamatkan diri. Bagaimanapun, kembali melalui terowongan yang sama terlalu mirip jebakan. Nian Ningyi dengan mentalitas berjudi memilih opsi D. Pada dasarnya, manusia sulit menolak godaan untuk sukses instan dan penyelesaian permanen, meski tahu ada bahaya, tetap ingin mencoba. Tapi Xu Tao adalah orang licik seperti rubah, ahli dalam mengincar. Di apartemen dia berperan sebagai "Mind
Control”（cuci otak），，，。berjudi，，，，C。
Lin Tianze，。，jalan kematian，jalan keluar，C，，misi darah，，。
，C。
，。
Luo Bing："Hong Xia，，！"
"！"Xingyue："，！"
"！"Bai Hong："Hong Xia，，！"
Hong Xia menginjak rem，："，，，Luo Bing，。"
permainanCXu Tao，。，Hong Xiapintu bus，，Luo Bingpintu bus。
，。kegelapan，，membunuh。，pintu bus，，。
Luo Bingkursi kemudi，pintu bus。Hong Xia，！
“Saat itu, Nian Ningyi menarik napas dalam-dalam. Tiba-tiba dia menyadari bahwa dirinya telah memilih untuk kembali melalui terowongan. Kalau begitu, pilihan orang lain yang berbeda dengannya pasti akan berpisah!”
Benar saja, Hong Xia berkata: “Bagaimanapun juga, kalian boleh kembali jika mau. Aku akan tetap kembali melalui jalan yang sama. Paling-palin hanya berjalan lebih jauh dan turun ke kaki gunung.”
Kemudian, Hong Xia terus berjalan ke depan.
Pemandangan ini membuat Nian Ningyi merinding! Dia sendirian, benar-benar sendiri, terpisah dari tiga orang lainnya, berjalan dalam terowongan gelap ini! Apa yang akan terjadi sekarang?
Saat itu, otaknya mulai otomatis mengingat-ingat berbagai film horor yang pernah ditontonnya. Bayangan menyeramkan hantu-hantu mulai bermunculan. Nian Ningyi merasakan kedinginan di sekujur tubuhnya. Jika dia mati seperti ini, mungkin benar-benar akan menjadi minoritas!
“Tidak, jangan!” Nian Ningyi melompat berdiri sambil menggelengkan kepala seperti gasing, “Jangan, jangan! Aku tidak mau!”
Namun dia tidak bisa mengendalikan karakter permainan dengan bebas. Hanya ketika opsi diberikan, barulah dia bisa memilih. Dan dia tidak bisa menghentikan permainan ini. Sekarang, apa yang akan terjadi, hanya hantu yang tahu.
“Jangan, jangan sampai terjadi sesuatu!” Nian Ningyi terus berdoa di depan komputer. Dia tahu, jika mati dalam permainan, satu-satunya harapan adalah menunggu permainan tidak tersimpan, lalu memulai kembali dari awal.
Jangan sampai menjadi seperti ini!
Sementara itu, Luo Bing menyetir mobil bersama tiga penumpang lainnya menuju ujung terowongan. Tak lama kemudian, mereka kembali sampai di tiga cabang jalan itu.
Kali ini, hati semua orang berdebar-debar. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Lalu, opsi baru muncul. Opsi baru ini dipilih oleh sopir Luo Bing, yaitu Xu Tao.
(A) Belok ke kiri (B) Jalan di tengah (C) Belok ke kanan (D) Tiga orang melakukan voting.
Adegan ini membuat Xu Tao menyadari, sekarang harus memilih kembali. Huruf D berarti semua orang harus melakukan pemilihan. Lalu...
Opsi mana yang harus dipilih?
Sementara itu, Ziye menatap layar komputer. Saat ini mobil sedang melaju di jalan tengah, desauan angin dingin terus menerpa telinga, di bawah gelapnya malam hanya lampu depan yang menerangi jalan.
Tak seorang pun tahu apa yang ada di depan...
## Jilid 21 Permainan Bab 11 Jembatan Batu, Topeng, Pisau Belati
Ziye meletakkan botol air mineral di meja, mengusap bibirnya, matanya menatap tajam ke layar komputer.
Feng Wu mengemudikan mobil di jalan gelap ini, dikelilingi pepohonan yang layu, tanah berbatu-batu bergelombang membuat mobil terus berguncang selama perjalanan.
Yang patut dicatat, grafis permainan ini sangat realistis. Pemandangannya nyaris seperti dunia nyata, bahkan teknologi film Hollywood paling mutakhir hanya bisa mencapai level ini. Para penghuni sampai bertanya-tanya: Apakah Feng Wu, A Jian dan yang lain benar-benar eksis?
Tentu saja, baik nyata atau tidak, situasi saat ini tidak berubah. Permainan harus terus berlanjut, tak ada pilihan lain.
“Feng Wu,” saat itu, A Jian di samping Feng Wu berbicara: “Apa yang sebenarnya terjadi? Sepertinya kita terpisah dari yang lain!”
“Jalan ini pasti benar.” Feng Wu tetap tenang dan berkata: “Tenang saja, tidak ada masalah.”
Meskipun Feng Wu berkata begitu, wajah A Jian masih menunjukkan kecemasan. Dua orang di belakang, Sheng Hai dan Qian Qian, juga terlihat gelisah.
Saat itu, jalan semakin bergelombang. Hutan lebat di sekitar mulai menipis, di bawah kegelapan, membuat orang merasa meremang bulu kuduk.
Qian Qian membuka peta. Zuo Yatang yang mengendalikannya bisa melihat jelas peta yang dipegangnya, di peta tertera distribusi objek wisata Gunung Xi Yue dan hotel di kaki gunung. Tapi bagaimanapun dilihat, jalan ini sangat tidak cocok dengan peta.
“Ini bagaimana mungkin?” Qian Qian penuh keraguan, sedangkan Zuo Yatang yang mengendalikannya menunjukkan ketakutan. Peta ini menunjukkan bahwa area ini benar-benar tidak normal!
Tapi, mau bagaimana lagi? Jika opsi berikutnya tidak muncul, tidak ada yang bisa dilakukan!
Jadi, saat ini hanya bisa terus maju, tidak ada cara lain.
“Akan dibawa ke mana lagi?” Pu Xingyuan yang mengendalikan Sheng Hai menatap layar komputer, merasa bulu kuduknya merinding. Permainan ini seperti rolet Rusia, salah satu langkah bisa membuat tidak akan bisa bangkit lagi.
Sekitar lima menit telah berlalu, sejauh ini semuanya normal. Meskipun jalan semakin curam, tidak ada sesuatu yang menyeramkan muncul. Justru semakin seperti ini, semakin membuat orang merasa takut dan ngeri. Adegan-adegan klasik dari film horor bermunculan satu per satu di benak, membuat bulu kuduk merinding.
Tidak tahu apa yang ada di depan, lebih menakutkan daripada langsung muncul hantu. Oleh karena itu, kesunyian yang terus berlanjut ini justru membuat sesak napas.
Jalan mulai menyempit. Di pinggir jalan mulai terlihat batu-batu berbentuk aneh yang bertumpuk, sedangkan sebagian besar pohon dalam keadaan layu. Beberapa pohon bahkan sudah patah, menciptakan pemandangan suram yang terlihat semakin mengerikan di bawah kegelapan malam.
Kemudian...
Jalan berakhir. Di depan muncul sebuah jembatan batu melengkung yang membentang. Sekitar tiga puluh meter di bawah jembatan terdapat sungai yang sudah sepenuhnya membeku, sepertinya sekarang sedang puncak musim dingin.
Di kedua sisi sungai beku ini terbentang tepian yang tak diketahui panjangnya. Jembatan batu ini panjangnya puluhan meter namun lebarnya kurang dari satu meter. Di seberangnya tertutup pepohonan lebat dan kegelapan, tak bisa dilihat apa yang ada di sana. Saat seperti ini, apa yang harus dilakukan?
"Bagaimana ini?" Feng Wu menatap ke depan berkata, "Mobil ini tidak bisa melewati jembatan batu itu, terlalu sempit. Kita turun saja yuk?"
"Tidak ada pilihan lagi." A Jian pun melepas sabuk pengaman. Akhirnya, keempat orang itu pun turun satu per satu.
Kemudian, layar komputer Ziye, Xiao Yezi, Zuo Yatang, dan Pu Xingyuan semuanya menampilkan opsi baru. Isinya: (A) Melalui jembatan batu ke tepi seberang (B) Berjalan ke tepi sungai kiri (C) Berjalan ke tepi sungai kanan (D) Tetap di dalam mobil.
Yang mengejutkan semua orang, tidak ada satu pun opsi untuk kembali. Permainan ini telah "membunuh" kemungkinan penghuni untuk "menoleh ke belakang". Artinya, mereka hanya bisa diam di tempat atau maju! Dan apapun pilihannya, mobil tidak bisa digunakan. Bagian tepi sungai yang sempit ditambah jalan yang bergelombang membuat menyetir terlalu berbahaya, berisiko terbalik ke bawah. Sementara tetap di dalam mobil lebih mengerikan - diam di tempat, siapa yang tahu apa yang akan terjadi?
Untuk sementara, semua orang ragu-ragu. Sekarang, apapun pilihan yang diambil membuat bulu kuduk merinding. Kedua tepi sungai terlihat gelap gulita. Jika benar-benar bertemu "hantu" di tempat sempit seperti itu, satu kesalahan kecil bisa membuat mereka jatuh ke sungai beku yang akan mematikan seketika. Begitu juga jika memilih melewati jembatan. Namun konsekuensi tetap di mobil juga tak terbayangkan. Kecuali Feng Wu, tidak ada yang memiliki kunci mobil. Bahkan jika "hantu" datang, mereka tak bisa menyalakan mobil.
Pilih yang mana?
Ziye menatap layar komputer, ekspresinya tetap tenang namun tangannya terus mengepal. Matanya menatap ke seberang jembatan batu, kegelapan pekat yang tak bisa ditembus pandang. Jembatan itu sendiri terlihat cukup kokoh meski ada beberapa bagian yang rusak.
Akhirnya, dia menekan A lalu mengklik "Enter".
"Xiao Yezi juga, hampir bersamaan, menekan tombol A."
Namun, karena masih ada dua orang yang belum memutuskan, layar komputer tetap dalam keadaan jeda. Sekarang, pilihan berada di tangan Zuo Yatang dan Pu Xingyuan. Tentu saja, mereka juga tidak tahu pilihan apa yang dibuat Ziye dan Xiao Yezi.
"Harus pilih yang mana ya?" Pu Xingyuan terus-menerus menggaruk-garuk rambutnya. Manapun yang dipilih, semuanya terlihat berbahaya. Tepi seberang jelas-jelas seperti jembatan yang menjadi jebakan, tapi siapa berani tetap di dalam mobil? Bagaimana jika hanya dirinya sendiri yang memilih ini? Konsekuensinya tak terbayangkan. Lagipula, tetap di tempat jelas situasi paling pasif.
Bagi para penghuni, kendali atas karakter permainan tetap terbatas. Tapi nyawa mereka sepenuhnya terikat dengan karakter dalam permainan.
"Sudahlah!" Wajah Pu Xingyuan memerah saat menekan "A", "Lebih baik ambil risiko! Kalau semua tempat sama berbahayanya, mending pilih ke tepi seberang!"
Sementara itu Zuo Yatang masih berpikir keras. Tak tahu harus memilih yang mana. Bagaimanapun juga, pilihan ini menyangkut nyawanya sendiri, tak bisa dianggap enteng. Tombol D sama sekali tidak dipertimbangkan. Tiga pilihan depan pun rasanya setali tiga uang, semuanya sama buruknya.
Akhirnya, dengan menggigit gigi, dia memilih "A".
Semua telah membuat keputusan yang sama. Kini, semua harus menyeberangi jembatan ke tepi seberang. Mau tak mau harus meninggalkan mobil. Selanjutnya, perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Berjalan kaki... Apa artinya ini? Hati setiap orang berdebar-debar. Bagaimanapun, setelah turun dari mobil, semua merasa nyawa mereka seolah sudah bukan di bawah kendali sendiri.
Selanjutnya, hanya bisa melangkah satu demi satu, menghitung setiap langkah.
"Kita pergi." Setelah Feng Wu berkata demikian, ia bersama yang lain melangkah ke atas jembatan batu itu. Semua orang mengikuti dalam diam, terlihat benar-benar kedinginan. Begitu turun dari mobil, tanpa sadar mereka menyelimuti bahu dengan tangan sambil gemetar. Tak ada yang tahu apa yang menanti di tepi seberang. Tapi sekarang, bahkan mundur pun sudah tak mungkin.
"Tempat ini aneh sekali," A Jian yang juga menggigil berkata pada Feng Wu: "Feng Wu, kau tahu kemana kita akan sampai nanti?"
"Benar!" Qian Qian menambahkan: "Aku cek peta, bentuk tanah setelah terowongan sama sekali tidak cocok dengan sini!"
"Iya," Sheng Hai juga menunjukkan kecemasan: "Feng Wu, kau tahu sesuatu?"
"Sebenarnya..." Feng Wu berhenti di tengah jembatan, menoleh sambil berkata: "Asura sebelum berangkat pernah bilang sesuatu. Katanya, setelah menghitung, jika kita hiking ke gunung ini hari ini, akan terjadi hal Bu Xiang."
"Menghitung?" Qian Qian segera menunjukkan ekspresi terkejut: "Ini, ini..."
"Aku juga tak berpikir banyak," sorot mata Feng Wu meredup: "Maaf, mungkin aku yang menyeret kalian semua. Tapi tidak ada pilihan, harus terus maju. Mungkin bisa menemukan rumah penduduk. Begitu fajar tiba, kita bisa turun gunung cari cara. Dingin begini, tak mungkin kita tidur di mobil semalaman?"
Setelah berkata demikian, Feng Wu kembali melanjutkan langkahnya ke depan.
“Tapi…” A Jian kali ini berbicara: “Entah ada rumah penduduk atau tidak? Setelah Gunung Xiyue dikembangkan menjadi kawasan wisata, kudengar penduduk aslinya sudah pindah semua.”
“Berbicara tentang ini…” Qian Qian wajahnya pucat pasi berkata: “Aku ingat dengar orang bilang, Gunung Xiyue punya rumor mengerikan...”
“Jangan lanjutkan!” A Jian terlihat sangat ketakutan, langsung geleng-geleng kepala: “Jangan, jangan!”
Permainan tidak akan mengeluarkan suara karakter yang berbicara, tapi suara lain akan terdengar sangat jelas di telinga, seperti desiran angin, langkah kaki manusia, justru menciptakan sensasi yang sangat mistis.
Jembatan batu baru setengah jalan, sementara kecepatan langkah keempat orang ini tidak terlalu cepat. Setiap orang merasa jantungnya serasa naik ke tenggorokan, apa gerangan yang ada di tepi seberang?
Saat itu… Zuo Yatang tiba-tiba menyadari, di sisi jembatan yang dia lewati, ada sesuatu terlihat. Karena terlalu gelap, dia baru melihatnya secara kebetulan setelah mendekat.
Itu adalah sebuah topeng. Ditancapkan oleh pisau belati tajam di bagian dahinya, kemudian dipakukan kuat-kuat di pagar jembatan batu. Topeng itu berwarna putih polos dengan ciri-ciri wajah yang sangat aneh. Bagian lain terlihat normal, tapi mulutnya terlihat seperti sedang tersenyum. Bukan senyum biasa, juga bukan tawa lebar, lebih mirip… senyum getir!
Ya, persis senyum getir!
Karakter yang dikendalikan Zuo Yatang, Qian Qian, berjongkok. Karena dia berjalan paling belakang, ketiga orang di depan sama sekali tidak menyadari. Demikian pula di layar komputer Ziye, Xiao Yezi, dan Pu Xingyuan, topeng ini juga tidak terlihat.
Dibandingkan dengan topeng itu, pisau belati itu juga terlihat sangat aneh. Sarung pisau berwarna putih keperakan pucat, sementara bilahnya... berlumuran darah! Dan darah itu masih menetes ke bawah!
Menusuk sebuah topeng, tapi malah mengeluarkan darah?
Memikirkannya saja sudah terasa menyeramkan!
Saat itu juga, layar komputer langsung menampilkan empat opsi: (A) Bawa topeng (B) Bawa pisau belati (C) Bawa kedua-duanya (D) Abaikan topeng dan pisau belati, lanjutkan perjalanan.
Zuo Yatang menatap keempat pilihan ini, langsung membeku.
Apa ini? Membawa? Apakah ini yang disebut "cheat" atau "perlengkapan" dalam permainan?
Permainan memintanya memilih antara pisau belati dan topeng. Dengan kedua benda menyeramkan ini, memilih salah satu, apakah berarti...
Salah satu benda bisa membawa jalan keluar, sementara yang lain mengarah ke jalan kematian?
## Jilid Dua Puluh Satu Permainan Bab Dua Belas Uang Arwah
Pada detik ini, komputer Ziye dan yang lain juga mengalami stagnasi sementara.
Zuo Yatang sama sekali tidak menyangka akan muncul pilihan aneh seperti ini. Topeng dengan senyuman menyeringai menyeramkan dan pisau belati berlumuran darah itu, sama-sama membuat bulu kuduk merinding.
Apapun yang dipilih, dia sangat enggan. Tapi untuk pergi begitu saja tanpa memilih, juga membuatnya ragu-ragu. Keempat opsi ini seolah mengatakan kepada penghuni: pisau belati atau topeng, salah satunya mungkin adalah jalan keluar!
Dengan begini, tidak mungkin ada yang bisa melewatkannya dengan mudah. Terutama Zuo Yatang yang baru pertama kali menjalankan misi darah sebagai penghuni, pasti merasa semakin gelisah. Analisis jalan keluar yang sering dibahas dalam rapat diskusi hanyalah teori di atas kertas, namun sekarang situasinya sangat berbeda. Jalan keluar terbentang di depan mata, tergantung apakah dia memilih dengan benar!
Masalahnya, dia juga tidak bisa sembarangan memilih C. Karena satu sisi adalah jalan keluar, sementara sisi lain mungkin merupakan jalan kematian! Jika membawa keduanya, bisa-bisa dia mati tanpa tahu penyebabnya! Terlalu banyak contoh dalam sejarah misi darah dimana instruksi tulisan darah memicu jalan kematian. Meski hanya catatan tertulis, bayangan kejadian itu saja sudah cukup membuat bulu kuduk merinding. Karena itu, pilihan ini sama sekali tidak boleh dianggap remeh!
Zuo Yatang menarik napas dalam. Dia hanyalah seorang ilustrator biasa. Saat sedang jalan-jalan santai, tanpa sengaja memasuki gang itu, tiba-tiba bayangannya diseret paksa ke dalam apartemen ini. Sebelumnya dia sama sekali tidak punya pengalaman menghadapi bahaya besar. Permainan iblis kejam bernama instruksi tulisan darah ini terasa seperti alur film horor yang tidak nyata. Namun periode masuknya ke apartemen bertepatan dengan eksperimen bayangan yang dilakukan Roland dan Xiao Yezi. Matanya sendiri menyaksikan orang hidup remuk berkeping-keping menjadi abu. Saat itu langsung membuat nyawinya nyaris melayang, sampai-sampai sehari-hari dia tidak berani keluar setapak pun dari apartemen!
"Jalan keluar... Jalan kematian..." Zuo Yatang mengeluarkan tabel analisis misi darah yang dibagikan dalam rapat penghuni dari saku dalamnya. Dokumen tersebut mencantumkan berbagai analisis klasik misi darah termasuk Desa You Shui, Pulau Silver Moon, Bus Tengah Malam, enam kepala manusia, surat, dan Peti Iblis. Semua analisis tersebut berulang kali menyebutkan konsep jalan keluar dan jalan kematian.
"Hmm, topeng atau pisau belati... Mana yang harus dipilih? Atau keduanya?" Zuo Yatang mencoba membandingkan dengan misi darah sebelumnya untuk mencari petunjuk, namun sayangnya pendekatan yang tidak berguna ini sama sekali tidak membantu. Faktanya, apartemen tidak akan pernah memberikan misi darah yang persis sama. Meskipun mungkin ada jalan kematian yang mirip, berharap bisa menerapkan pengalaman sebelumnya adalah sebuah delusi. Pada akhirnya, hanya dengan pemikiran divergen yang ekstrem hingga menyimpang, ditambah sedikit keberuntungan, seseorang mungkin bisa menemukan jalan keluar. Dengan kata lain, selain tingkat kecerdasan, keberanian, ketelitian, dan bahkan imajinasi yang memadai merupakan kunci untuk menemukan jalan hidup.
Zuo Yatang terus menatap topeng dan pisau belati itu. Saat ini, kemungkinan satu adalah jalan keluar dan satunya jalan kematian. Mana yang mana? Topeng terlihat sangat misterius, membuatnya merasa takut, tapi ini tidak membuktikan bahwa topeng tersebut adalah hantu. Bisa juga ini jebakan yang sengaja dibuat apartemen. Lalu bagaimana dengan pisau belati? Mungkinkah hantu merasuki pisau itu? Tampaknya sangat sulit untuk memutuskan. Jika membawa keduanya, konsekuensinya juga sulit dipastikan.
Meskipun bahkan jika mati, masih ada satu kesempatan hidup kembali, tetapi itu juga didasarkan pada posisi diri berada di pihak mayoritas. Begitu berada di pihak minoritas, maka dia tidak lagi memiliki kesempatan apapun.
"Topeng... pisau belati... topeng... pisau belati..." Sambil menggenggam mouse, Zuo Yatang mengerahkan seluruh daya pikirnya, namun tetap tak tahu harus memilih yang mana. Bagaimanapun ini adalah pilihan hidup-mati, tak ada yang berani sembarangan berjudi.
"Sudahlah!" Dia memukul meja dengan keras, menarik napas dalam-dalam lagi, lalu berkata: "Pilih topeng! Kalau mati, paling hanya mengulang dari awal!"
Membuat pilihan seperti ini, Zuo Yatang juga telah menguras pikiran. Menurutnya, keanehan topeng terlalu mencolok, pasti ada jebakan. Mengetahui ada jebakan masih mau terjun, dia tidak sebodoh itu. Jadi, dengan tegas dia memilih topeng!
Setelah menekan "Enter", alih-alih merasa lega, hatinya justru semakin berat. Tak tahu apakah telah memilih jalan kematian. Tapi sekarang, sudah tak bisa menyesal. Layar komputer yang statis segera berubah menjadi dinamis.
Qianqian membungkukkan badan, mencabut pisau belati itu dengan sekali gerakan, lalu melemparkannya ke tanah. Topeng dipegangnya di telapak tangan, tanpa bicara lagi langsung dimasukkan ke dalam baju, kemudian berdiri dan mengikuti Fengwu, A Jian, serta Shenghai.
Jembatan batu segera sampai di tengah. Melihat ke kedua sisi, sungai yang membeku ini juga cukup lebar, jika sedang mengalir, mungkin merupakan arus deras. Sayangnya langit terlalu gelap, sehingga sulit untuk menilai seberapa panjang sungai ini sebenarnya. Cahaya senter tetap terbatas.
"Ngomong-ngomong, langit hari ini benar-benar gelap luar biasa," Shenghai tiba-tiba menengadah berkata: "Meskipun sekarang musim dingin, tapi terlalu gelap, hampir tak terlihat bintang maupun bulan. Kalau tidak ada senter di tangan kita, mungkin kita sama sekali tidak bisa melihat apa-apa?"
"Mungkin karena banyak awan gelap," Qianqian menyambung: "Perubahan cuaca sekarang memang kacau, lebih baik kita berhati-hati."
Akhirnya jembatan batu berakhir. Kondisi di tepi seberang lebih buruk, sama sekali tidak ada "jalan" yang layak. Pepohonan layu dan bebatuan berantakan tersebar tak beraturan di depan. Jika nekat melangkah, pakaian pasti akan kotor dan sobek. Sorotan senter membuat alis tak sengaja berkerut.
"Kita semua harus hati-hati," Fengwu menyorotkan senternya sambil berkata: "Semoga bisa menemukan rumah penduduk setempat. Jika bisa menginap, besok kita turun gunung bersama. Sayang sinyal ponsel di sini hilang, kalau tidak, saya bisa menghubungi keluarga."
"Benar," A Jian juga mengangguk: "Fengwu kalau ada masalah, helikopter penyelamat pasti bisa dikerahkan. Tapi malah sinyal ponsel hilang saat ini."
“Helikopter tidak sampai segitunya,” Feng Wu menggelengkan kepala, “Sudah, cepatlah pergi. Entah bagaimana nanti.”
Feng Wu dan yang lainnya terus berjalan maju. Karena pepohonan terlalu rapat, dan banyak batu bertumpuk di tanah, mereka sama sekali tidak bisa berjalan normal. Kadang harus menginjak batu tinggi, kadang menuruni lereng, sesekali menyenggol batang pohon, membuat semua orang terlihat compang-camping.
“Aduh!”
Tiba-tiba lengan Feng Wu tersangkut batang pohon. Senter di tangannya langsung terjatuh ke tanah, lalu menggelinding masuk ke celah gua!
“Ini…” Feng Wu membungkuk ingin mencari. A Jian segera berjongkok menyinari area bawah dengan senternya. Namun senter itu jatuh terlalu dalam ke dalam gua, sementara lubang masuknya terlalu sempit sehingga tidak mungkin memasukkan tangan untuk mengambilnya.
“Sudahlah,” A Jian menyodorkan senternya ke Feng Wu, “Feng Wu, pakai saja senterku. Tak apa, aku dan Qian Qian bisa berbagi satu.”
“Ini…” Ekspresi Feng Wu ragu-ragu, lalu mengangguk, “Baiklah, terima kasih, A Jian.”
“Tak masalah. Selama ini Feng Wu selalu membantuku. Aku jelek dan rendah diri, hanya Feng Wu yang mau bergaul baik denganku, selalu mengajakku jalan-jalan. Ini belum seberapa.”
“Sebenarnya A Jian tidak bisa dibilang jelek, hanya bintik-bintik di wajahnya yang merusak kecantikan aslinya. Jika bintik-bintik itu bisa dihilangkan, pasti dia akan terlihat jauh lebih cantik.”
“Menerima senter, Fengwu berdiri kembali dan menyinari depan. Sementara A Jian berdiri di sebelian Qianqian, mendekatinya.”
“Ngomong-ngomong, Fengwu memang sangat baik padamu, A Jian.” Qianqian menatap punggung Fengwu dan berkata: “Meski dia putri keluarga terkemuka, tapi tidak pernah bersikap tinggi hati. Katanya orang tuanya sudah mengatur agar segera setelah lulus, dia harus mengikuti acara perjodohan dan menikah dengan putra tunggal konglomerat lain. Fengwu selalu menentang hal ini.”
“Sepertinya Fengwu sudah punya orang yang disukai.” Shenghai juga ikut mendekat: “Aku tidak tahu siapa, tapi mungkin karena ini dia tidak mau menerima perjodohan. Ya, menjadi putri keluarga kaya belum tentu menyenangkan.”
“Kalau begitu...” A Jian tampak merenung sejenak, “Siapa orang yang disukai Fengwu?”
“Tidak tahu, mungkin seseorang di kelas kita...”
“Pasti sangat beruntung orang yang disukai Fengwu,” kata A Jian: “Fengwu cantik, perhatian, dan masih keturunan orang kaya. Eh, mungkin Asura?”
“Asura?” Shenghai terkejut, “Makhluk yang tidak jelas gender itu? Siapa yang tahu.”
Namun, para penghuni segera kehilangan mood untuk membahas hal ini lebih lanjut. Semakin jauh mereka masuk, suasana semakin hening. Jalan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda rata, permukaannya pun semakin curam.
Dan di saat itulah...
"Apa ini?"
Fengwu mengarahkan senter ke tanah, tanpa sengaja melihat sesuatu di layar komputer. Area yang diterangi cahaya segera terlihat jelas.
Di tanah, ternyata berserakan tumpukan uang kertas!
Awalnya, penghuni mengira itu uang dalam permainan, karena tidak ada satupun yang mirip yuan. Tapi setelah diamati lebih dekat, hati mereka langsung membeku!
Itu adalah uang arwah!
Uang kertas untuk orang mati itu bertebaran di tanah, dan jika dilihat lebih seksama, ternyata membentang sampai ke kejauhan! Pemandangan uang arwah yang berserakan ini membuat bulu kuduk merinding.
"Ada apa ini?" A Jian yang mengikuti dari belakang juga terkejut melihat uang arwah di tanah.
"Tidak mungkin... Ini uang sembahyang orang mati?"
"Apa di sekitar sini ada acara pemakaman?"
Melihat ini, Ziye dan Xiao Yezi langsung duduk tegak, mengamati uang arwah itu dengan cermat. Jumlahnya sangat banyak, memenuhi seluruh lantai.
Kemudian, layar membeku. Opsi baru muncul.
Kali ini, keempat orang yaitu Ziye, Xiao Yezi, Zuo Yatang, dan Pu Xingyuan harus memilih.
(A) Ambil 50 lembar uang arwah (B) Ambil 100 lembar uang arwah (C) Tidak ambil satu lembar pun (D) Ambil 100 lembar uang arwah lalu dibakar.
“Kemunculan opsi ini benar-benar tiba-tiba, membuat semua orang tertegun di tempat!”
Mengambil uang kertas sembahyang? Untuk apa mengambil uang kertas sembahyang? Apakah maksudnya selanjutnya kita akan memasuki neraka yin si, perlu menggunakan uang kertas untuk membeli barang? Atau mungkin uang kertas sembahyang ini adalah jalan keluar?
Ziye kembali mengambil air mineral dan meneguknya. Ia menatap keempat opsi ini, memandangi lembaran-lembaran uang kertas sembahyang di lantai, tanpa menunjukkan kepanikan. Sementara Xiao Yezi menyangga dagunya dengan tangan, menatap layar komputer, jari telunjuk tangan kirinya terus mengetuk-ngetuk meja.
Saat ini, keempat penghuni terjebak dalam kebuntuan.
Zuo Yatang yang baru saja melalui pilihan antara pisau belati atau topeng, kini harus memilih apakah akan mengambil uang kertas sembahyang? Atau membakar seratus lembar uang kertas sembahyang?
Bagaimana pun dilihat, semua ini membuat bulu kuduk merinding. Jika terus berjalan, kemunculan hantu hanya masalah waktu saja.
“Sial, tidak bisa minta saran orang lain... Tidak, tunggu, aku bisa bertanya!”
Zuo Yatang hampir lupa bahwa dia adalah anggota "Night Feather Alliance"! Sekarang dia bisa menelepon Yin Ye untuk meminta pendapatnya! Begitu terpikir, dia segera mengeluarkan ponsel dengan semangat, namun ekspresinya langsung membeku.
Tidak ada sinyal!
Ternyata sama seperti karakter dalam permainan, ponsel tidak memiliki sinyal!
Artinya mustahil meminta bantuan ke penghuni apartemen!
Tiba-tiba dia menyadari, penempatan di Gunung Luoyun ini sebenarnya adalah jebakan! Dirancang untuk memutus kemungkinan penghuni meminta bantuan ke penghuni lain di apartemen!
Hal ini sebenarnya juga telah disadari secara bertahap oleh penghuni lain, sehingga mereka memahami alasan mengatur permainan di Gunung Luoyun. Sebelumnya mereka berpikir, sebenarnya cukup mencari warnet terbengkalai untuk memainkan permainan ini, mengapa harus ke gunung yang jauh? Sekarang baru mengerti, ternyata bertujuan untuk ini!
Namun, karena hal ini juga memberikan penghuni informasi baru. Yakni, pembatasan apartemen terhadap hantu benar-benar berada di dalam permainan. Kecuali ada karakter permainan yang mati, efeknya tidak akan menyebar ke realitas. Bagaimanapun, sebelumnya sering terjadi kasus penghuni tidak bisa berkomunikasi via ponsel di lokasi pelaksanaan misi darah, tapi biasanya bukan di tempat yang sinyal ponsel terblokir. Kini justru membutuhkan lingkungan fisik untuk mencapainya, ini membuktikan lokasi pembatasan apartemen.
Tapi ini tidak berarti apa-apa bagi penghuni. Sekali mati dalam permainan, maka di realitas pun tidak bisa selamat. Pembatasan seperti ini sama sekali tidak efektif, paling hanya menjamin bahwa selama permainan berlangsung, penghuni tidak akan tiba-tiba dibunuh hantu yang masuk ke ruangan.
Pilihan uang kertas sembahyang membuat semua orang bingung. Hingga kini Ziye masih dalam kondisi merenung, Xiao Yezi masih mengetuk meja dengan jarinya, sementara Pu Xingyuan dan Zuo Yatang seperti semut di atas wajan panas, kebingungan tak tahu harus berbuat apa.
"Ambil uang kertas sembahyang, bakar uang kertas sembahyang, atau tidak mengambil sama sekali?" Apapun pilihan yang diambil, semuanya terlihat seperti jebakan yang jelas. Pilihan seperti ini benar-benar merupakan siksaan mental dan fisik. Jika babak pertama saja sudah serumit ini, bagaimana dengan babak-babak berikutnya? Hanya membayangkannya saja sudah membuat lutut gemetar. Sekarang, bahkan kemungkinan meminta bantuan penghuni apartemen pun terputus. Apakah ini benar-benar berubah menjadi roulette Rusia?
Tapi bagaimana dengan petunjuk jalan keluar? Bukankah apartemen selalu memberikan petunjuk jalan keluar?
Atau mungkin petunjuk jalan keluar itu terlewat oleh mereka?
Zuo Yatang mulai mengingat-ingat kejadian sebelumnya, merenungkan: Sebenarnya apa petunjuk jalan keluar itu? Di mana petunjuknya? Jika tidak ada petunjuk jalan keluar, ini hanyalah permainan probabilitas murni yang tidak sesuai dengan gaya apartemen dalam menyeimbangkan tingkat kesulitan misi darah.
"Benar! Pasti ada petunjuk jalan keluar!" Zuo Yatang menepuk dahinya, berkata: "Ini bukan sekadar permainan tebak-tebakan. Kalau hanya mengandalkan tebakan buta, apa menariknya? Pasti ada petunjuknya, pasti ada..."
Tapi apa petunjuknya? Meski sudah mengalami banyak hal, tidak satupun yang bisa dijadikan bukti untuk memutuskan apakah harus mengambil uang kertas sembahyang atau tidak.
Pu Xingyuan juga memikirkan hal ini. Namun setelah mempertimbangkan semua perkataan orang sebelumnya, dia tidak bisa menemukan bagian mana yang mengandung petunjuk jalan keluar.
Di Kamar 201, Ziye masih menatap empat pilihan di layar dan keyboard di depannya. Jarinya tergantung di udara, enggan menekan tombol.
Ekspresinya tetap tenang tanpa secercah ketakutan. Jari-jari rampingnya tiba-tiba turun dan menekan salah satu tombol huruf!
## Jilid 21 Permainan Bab 13 Masuk ke Desa Tanpa Kembali
"Ini pilihan yang sangat sulit. Uang kertas sembahyang, apakah ini jalan keluar atau jalan kematian? Secara umum, uang kertas sembahyang dibakar untuk arwah agar mereka bisa beristirahat dengan tenang. Tapi dalam situasi ini, kita benar-benar tidak tahu mana yang harus dipilih."
"Ambil sebagian uang sembahyang atau bakar seratus lembar? Mengambilnya mungkin melanggar pantangan dan memicu jalan kematian. Membakarnya pun berisiko sama. Intinya, common sense tidak bisa membedakan mana jalan kematian dan mana jalan keluar. Semuanya seperti harus mengandalkan keberuntungan buta."
"Ini sama sekali tidak sesuai dengan pola biasa dimana petunjuk jalan keluar selalu muncul untuk dipilih. Fenomena abnormal ini membuat penghuni semakin sulit memutuskan."
Zuo Yatang dan Pu Xingyuan duduk termenung di depan komputer, terus mempertimbangkan tindakan. Kamya Sayoko juga masih belum membuat pilihan.
"Sialan!" Pu Xingyuan hampir saja menghantam layar komputer. Ini misi darah pertamanya, sudah diliputi ketakutan ekstrim, bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan penghuni lain. Hanya mengandalkan pemikirannya sendiri, mustahil membuat keputusan. Ia merasa apapun pilihannya berpotensi memicu jalan kematian.
"Ambil uang sembahyang... atau bakar..." Pu Xingyuan memutar otak. Ia tahu waktu terus sedetik demi sedetik berlalu, tapi sama sekali tak punya solusi.
"Ambil... atau bakar? Aku, mana yang harus kupilih?" Keringat mengucur di dahi Pu Xingyuan, ketakutan membuat hatinya semakin ciut. Saat ini, ia sama sekali kehilangan keberanian untuk memilih.
Misi darah menetapkan bahwa permainan ini harus diselesaikan dalam waktu terbatas. Hanya ada dua cara mengakhiri permainan: bermain sampai ronde terakhir dan bertahan hidup, atau kedua belas orang semuanya mati. Dalam proses ini, mustahil untuk menunda jalannya permainan. Batas waktu berarti, setiap menit yang ditunda akan membawa bahaya selama satu menit itu.
"Pilih..." Akhirnya Pu Xingyuan mengeratkan gigi dan mengambil keputusan: "Bakar! Bakar 100 lembar uang kertas sembahyang! Mungkin ini cara untuk menenangkan arwah di sini. Jika membawa uang kertas sembahyang, jangan-jangan malah dikejar hantu!"
Maka, ia memilih D.
Zuo Yatang lebih tersiksa dibanding Pu Xingyuan. Setelah memilih topeng tadi, penyesalannya semakin menjadi karena terlalu banyak faktor tak terduga dari topeng tersebut. Tidak diketahui apa yang akan terjadi setelah memilih ini. Justru karena ketidaktahuan, muncul keraguan, kebimbangan, dan ketakutan. Bagi para penghuni, ketakutan bahwa mereka mungkin secara tidak sengaja memicu jalan kematian terus menghantui. Bagi penghuni yang pertama kali menjalankan misi darah, kesehatan mental mereka memang sudah rapuh, apalagi harus menghadapi misi darah yang menuntut ketenangan batin tinggi seperti ini.
"Sudahlah," Zuo Yatang menarik napas dalam-dalam, "Ambil! Ambil 100 lembar uang kertas sembahyang! Membakar uang kertas sembahyang juga tidak diketahui risikonya, jangan-jangan malah memicu jalan kematian. Cuma mengambil 100 lembar, seharusnya tidak apa-apa kan? Ya, pasti tidak apa-apa."
"Sebenarnya ucapan ini sama sekali tidak logis, tapi Zuo Yatang sudah tertekan hingga mendekati breakdown mental. Ucapan ini hanyalah bentuk penghiburan diri. Padahal, pilihan mana pun bisa dia temukan alasan untuk meyakinkan diri sendiri."
"Yang belum memilih hanyalah Kamya Sayoko. Matanya menatap uang kertas sembahyang di layar komputer dan empat opsi berfont merah itu. Jarinya sudah melayang-layang di atas tombol huruf, tapi belum juga menekan."
"Pandangannya terus terkunci pada uang kertas sembahyang itu, sambil melirik dinding di sampingnya. Akhirnya, dengan mata membelalak, dia memilih C!"
"Pilihan untuk tidak mengambil uang kertas sembahyang!"
"Akhirnya, keempat orang telah memilih. Pu Xingyuan memilih D, membakar 100 lembar uang kertas sembahyang; Zuo Yatang memilih B, mengambil 100 lembar; Sayoko memilih C, tidak mengambil satu pun; sedangkan Ziye juga memilih B, mengambil 100 lembar."
"Permainan dilanjutkan."
"Feng Wu berjongkok sambil menatap uang-uang kertas sembahyang itu, berkata seolah merenung: 'Uang ini... Apakah ramalan sial Asura itu benar? Sudahlah, aku ambil sedikit saja.'"
"'Kenapa?' A Jian menunjukkan ekspresi curiga: 'Feng Wu, kenapa kau mengambil uang sembahyang? Seram sekali.'"
"'Kau tidak mengerti,' jawab Feng Wu: 'Ini untuk jaga-jaga.'"
"'Aku juga ambil,' Qian Qian ikut berjongkok mengambil lembaran uang kertas sembahyang."
"Shenghai pun mulai mengumpulkan uang itu, hanya A Jian yang masih berdiri dengan wajah penuh ketidakmengertian menatap mereka."
Sebenarnya, tindakan karakter dalam permainan ini memang tidak logis, justru tindakan A Jian terlihat paling normal.
“Nyonya Kamya memilih tidak mengambil uang kertas sembahyang?” Pu Xingyuan terkejut melihat layar: “Dia, kenapa dia melakukan itu? Apakah dia mengira A dan B mirip sehingga sama-sama jalan kematian, sedangkan C paling aman jadi jalan keluar? Tapi jumlah uang kertas sembahyang mungkin bisa membedakan jalan hidup dan mati! Jangan-jangan dia tidak memikirkan hal ini?”
Zuo Yatang juga terkejut. Awalnya dia mengira A Jian akan mengambil uang kertas sembahyang sebentar lagi, tapi sang gadis tetap diam tak bergerak, membuatnya bingung.
Kamya Sayoko jelas bukan orang biasa. Mengapa dia memilih C? Jangan-jangan dia melihat sesuatu yang mencurigakan? Tapi tidak ada cara untuk menanyakannya.
Ini membuat Zuo Yatang sangat gelisah. Seperti saat memeriksa jawaban ujian dan menemukan jawaban sendiri berbeda dengan murid berprestasi, hati pun ragu-ragu apakah diri sendiri yang salah, secara bawah sadar menganggap jawaban si pintar sebagai yang benar. Manusia memang punya kecenderungan mengikuti buta seperti ini.
Pu Xingyuan dan Zuo Yatang mulai bertanya-tanya: Jangan-jangan C adalah pilihan benar? Ataukah Kamya juga tidak bisa menyimpulkan akhirnya asal tebak saja?
Bagaimanapun dipikir, tetap tidak bisa dimengerti.
“A Jian, wajar jika kamu tidak tahu.” Tiba-tiba Feng Wu di layar berkata: “Seperti pepatah, ‘mengulurkan tangan dari peti mati demi uang, duit bisa menyuruh hantu menggeser batu’. Jika benar ada malapetaka hari ini, membawa uang kertas sembahyang bisa jadi persiapan menghadapi bencana.”
"Tidak, aku tidak mau ambil!" A Jian menggelengkan kepala sekuat tenaga, berkata: "Ini terlalu aneh bukan? Tidak bisa, kalian mau ambil silahkan ambil sendiri."
Saat itu, Sheng Hai sudah mengambil seratus lembar, setelah menghitung berulang kali, dia berkata: "Menurutku lebih baik dilakukan sampai tuntas, mungkin benar ada arwah gentayangan di sini, lebih baik bakar sedikit uang kertas untuk mereka, agar mereka bisa beristirahat dengan tenang dan tidak mengganggu kita."
Sambil berkata demikian, dia mengeluarkan korek api dan menyalakan uang kertas sembahyang.
Feng Wu dan Qian Qian masing-masing mengambil seratus lembar uang kertas sembahyang, lalu menyimpannya di badan. Feng Wu menyalakan senter kembali, berkata: "Baik, mari kita lanjutkan."
Di tanah, masih banyak tersisa uang kertas yang tidak diambil. Sekarang terpikir, jika orang dari dua mobil lain juga memilih jalan tengah ini, mereka pun bisa mengambil uang kertas sembahyang dalam jumlah cukup.
Terus berjalan ke depan, hati semua orang merasa cemas.
Ziye masih serius mengamati segala yang terjadi di layar komputer, ekspresi wajahnya tetap datar. Xiao Yezi juga menunjukkan ekspresi serupa, seolah hanya sedang bermain catur santai. Sebaliknya, Pu Xingyuan dan Zuo Yatang tampak jauh lebih ketakutan. Satu membakar uang kertas, satu mengambilnya. Tak ada yang tahu apakah pilihan mereka adalah jalan keluar atau jalan kematian. Apa yang akan terjadi selanjutnya sama sekali tidak bisa diprediksi.
Bagaimanapun, meski ada kesempatan hidup kembali, tak ada yang ingin mati sekali pun.
Jalan semakin terbuka. Meski masih sangat berlubang, jalan mulai lancar secara bertahap, tidak ada begitu banyak rintangan yang muncul. Seiring perpanjangan permukaan jalan, tak lama kemudian, mereka melihat area luas yang muncul di depan. Menuruni lereng tinggi, terlihat ratusan meter di depan terbentang jelas sekumpulan rumah!
"Ada penghuni!" Feng Wu tiba-tiba terlihat bersemangat, segera berlari mendekat. Tiga orang di belakangnya juga menunjukkan wajah gembira, ikut mengejar.
Rumah-rumah ini terlihat sangat reyot, dindingnya memiliki retakan yang jelas. Dari dekat terlihat, banyak pintu terbuka lebar, jendela-jendela gelap tanpa lampu.
"Apa... yang terjadi?"
Ekspresi antusias di wajah Feng Wu mulai memudar. Desa ini sepertinya telah terbengkalai, bangunan-bangunan di sekitarnya semua tanpa terkecuali kosong tak berpenghuni.
"Di sini juga tidak ada lampu." A Jian melihat ke arah rumah terdekat sambil mengerutkan kening, bertanya: "Sekarang harus bagaimana?"
"Mari terus menjelajah." Feng Wu jelas tidak rela gagal menemukan tempat tinggal, berkata: "Lihat apakah kita bisa menemukan rumah berpenghuni, satu saja cukup."
Sampai di sini, bulu kuduk semua penghuni berdiri tegak. Tempat ini tak lain adalah "Desa Tanpa Kembali" yang mengerikan itu!
Akhirnya masuk!
Di tempat inilah adegan paling horor dari permainan ini akan dimulai!
“Tampaknya adegan ini sudah diperkirakan oleh Xiao Yezi dan Ziye, keduanya sama sekali tidak bereaksi. Sedangkan Zuo Yatang dan Pu Xingyuan merasa agak kecewa, meski tahu kemungkinannya kecil, mereka masih berharap cabang jalan yang dimasuki mobil dulu bisa menghindari Desa Tidak Kembali dan menjadi jalan keluar.”
“Namun, harapan kecil itu kini telah hancur total.”
“Akhirnya, kami pun memasuki Desa Tidak Kembali.”
“Namun, desa ini terlihat seperti terbengkalai, mengingatkan pada Desa Kageyami dari seri Fatal Frame.”
“Begitu teringat Fatal Frame, adegan kengerian dari permainan itu langsung muncul di otak. Meski saat ini belum ada hantu yang muncul di Desa Tidak Kembali, imajinasi para penghuni sudah membengkak hingga tingkat kengerian maksimal. Faktanya, imajinasi yang muncul dari ketakutan manusia sendiri sudah bisa membuat orang terjerumus dalam teror tanpa bisa melepaskan diri.”
“Semakin hantu tidak muncul dan tidak meninggalkan jejak, justru semakin menakutkan. Bahkan, dalam hati para penghuni ada keinginan bawah sadar yang samar-samar berharap hantu cepat muncul, agar bisa mendapatkan petunjuk jalan keluar.”
“Saat ini, yang ada hanyalah desa sepi dan dingin yang harus dihadapi.”
“A Jian berjalan mendekati sebuah rumah dengan dinding yang sudah retak separuh, cukup untuk dimasuki. Saat melongok ke dalam, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi ketakutan yang luar biasa!”
“Aaaaaa——”
“Teriakan A Jian menggema!”
Selama ini karakter permainan tidak pernah mengeluarkan suara melainkan menggunakan subtitle, namun suara A Jian justru terdengar! Untungnya kedap suara dinding tampaknya cukup baik, jadi hanya Ziye dan tiga orang lainnya yang mendengar, sedangkan delapan orang lain sama sekali tidak mendengar suara ini.
Teriakan panik itu membuat Pu Xingyuan dan Zuo Yatang nyaris melayang, hampir saja bersembunyi di bawah meja.
Xiao Yezi meluruskan tubuhnya, kedua matanya menatap tajam layar komputer di hadapannya. Terlihat dari celah dinding yang retak, di dalam ruangan terbaring sebuah tulang belulang yang mengenakan topeng putih!
Ya, Tulang Belulang! Tubuh, jenazah yang telah berubah menjadi tulang putih mengerikan!
## Jilid Dua Puluh Satu Permainan BAB XIV Foto dan Prasasti
Saat Tulang Belulang muncul, kesejukan di pipi Ziye sedikit memudar, kedua tangan dengan kesepuluh jari terkait erat, pandangannya menatap lurus ke arah tulang belulang itu; Xiao Yezi duduk dengan sikap formal, jari-jari yang terus mengetuk meja pun berhenti, kedua tangan merapat menopang dagu; Zuo Yatang dan Pu Xingyuan menunjukkan respons yang hampir sama - kedua mata membelalak lebar, jantung berdebar kencang. Bagaimanapun mereka adalah penghuni pertama kali menjalankan misi darah, belum pernah melihat hantu sejati. Saat ini, wajah mereka sama-sama pucat dan gemetaran ketakutan.
"Apa ini?"
Melihat jenazah tulang belulang yang tergeletak di tanah, serta topeng putih di wajahnya, Zuo Yatang langsung berdiri tegak, matanya membelalak sebesar lonceng tembaga!
"Topeng itu... itu topeng yang ada di tubuhku!"
"Ini persis sama dengan topeng yang aku pilih dan ambil sebelumnya!"
Dia sejak awal sudah khawatir, apakah topeng itu jalan keluar atau jalan kematian. Kini melihat kerangka ini mengenakan topeng tersebut, jantungnya berdebar kencang. Tidak tahu apakah pilihannya telah memasuki jebakan apartemen.
Bagi yang lain, ini pertama kalinya melihat topeng itu. Topeng tersebut terlihat sangat aneh, terutama pada bagian mulutnya. Lengkungan senyum mulut itu teramat ganjil, seolah sedang tersenyum sinis. Ini membuat semua orang merasa tidak nyaman.
"Jenazah?" Feng Wu menyorotkan lampu ke mayat itu, berkata: "Sepertinya desa ini sudah lama ditinggalkan."
"Topeng itu, aura anehnya sangat kuat," A Jian bersembunyi di belakang Feng Wu, napasnya tertahan. Sheng Hai dan Qian Qian juga terlihat kaku ekspresinya.
"Tunggu, ini tidak masuk akal!" Feng Wu teringat sesuatu, "Setelah Gunung Xi Yue dikembangkan, seharusnya tidak ada permukiman lagi di sini. Dan area ini sudah dikembangkan, bagaimana mungkin masih ada desa terlantar dengan kerangka manusia..."
"Aku merasa sangat tidak enak," A Jian menunjukkan ekspresi khawatir dan takut, "Aku... lebih baik kita pergi? Tempat ini benar-benar menyeramkan!"
"Tidak," Feng Wu menggeleng kepala, "Sudah sampai di sini, mau apa lagi kalau kembali? Mari terus menjelajah, mungkin ada penemuan penting."
“Fengwu,” Sheng Hai pada saat ini juga membujuk, “Aku masih merasa ini terlalu aneh. Sepanjang perjalanan tadi kita melihat begitu banyak uang kertas sembahyang bertebaran di tanah, sekarang di sini ada kerangka bertopeng. Lagipula, desa ini sama sekali tidak ada di peta! Terlalu mencurigakan, semua ini benar-benar tidak normal!”
“Benar,” Qian Qian juga menambahkan, “Ramalan Asura mungkin memang akurat, kamu pertimbangkan baik-baik!”
“Ini...” Fengwu terlihat ragu, tapi tetap berkata, “Mari kita lihat lagi, kalau pulang sekarang juga tidak bisa menemukan jalan turun gunung. Cuaca sedingin ini, apa kita harus menginap di gunung?”
“Ini...”
Ziye menatap layar komputer dimana Fengwu terus menerus memandangi kerangka di belakangnya, mengambil botol air mineral dan meneguk besar.
Dari awal sampai akhir, dia tetap sangat tenang. Mata yang teduh itu menyelimuti ciri-ciri wajahnya yang sudah sempurna dengan aura intelektual.
Di layar komputer, Sheng Hai dan Qian Qian akhirnya setuju dengan enggan, sementara A Jian masih terlihat ketakutan. Fengwu jelas-jelas gelisah, dia menyalakan senter lagi dan berjalan maju. Tanah dipenuhi kerikil, angin mendesing sesekali. Dalam atmosfer seperti ini, karakter dalam permainan pun menunjukkan ekspresi ketakutan yang ekstrem.
Beberapa rumah di sekitarnya juga berpintu terbuka lebar, terlihat jelas sudah sangat rusak.
“Aaa!” A Jian tiba-tiba berteriak, matanya menatap sebuah rumah di depan. Di depan pintu masuk, tergeletak kerangka putih baru! Sama seperti sebelumnya, kerangka itu juga memakai topeng.
“Hei, lihat ini…” Feng Wu tiba-tiba memperhatikan sesuatu. Ia berjalan mendekati kerangka itu, berjongkok, dan mengarahkan senter ke tangan kanan kerangka tersebut!
Tangan kanan yang telah menjadi kerangka itu ternyata masih menggenggam erat lebih dari sepuluh lembar... uang kertas sembahyang!
“Ini…” Sheng Hai yang mendekat terlihat sangat terkejut, berkata: “Ini uang sembahyang yang baru saja kita terima tadi! Ya Tuhan, benar-benar...”
“Me... Menyeramkan sekali!” Qian Qian mundur beberapa langkah sambil berkata: “Feng Wu, ayo pergi dari sini, cepat!”
“Baiklah,” akhirnya Feng Wu tidak bersikeras lagi, “Kita pergi sekarang, tinggalkan tempat ini!”
Kegentingan di wajah mereka terlihat jelas oleh semua. Tapi para penghuni sangat paham: Pergi? Bagaimana mungkin? Sebentar lagi mereka akan tahu, tempat ini hanya bisa dimasuki, tapi tidak bisa ditinggalkan.
Keempat orang itu berbalik arah dan berlari menuju jalan yang mereka lewati sebelumnya. Namun tak satu pun dari mereka ingat rute yang dilalui tadi. Semakin jauh mereka berlari, lingkungan sekitar justru semakin asing. Tanpa disadari, mereka tersesat!
“Hei, ada apa ini?” Feng Wu berhenti melangkah, memandang bangunan-bangunan rusak di sekelilingnya, “Aku ingat tadi... Tidak, ini di mana?”
“Jalan mana yang kita lewati tadi?” Qian Qian menengok ke kiri-kanan dengan bingung, “Apa jalan ini? Atau kita salah jalan?”
“Aku juga tidak ingat bagaimana tadi kita berjalan,” A Jian juga menunjukkan ekspresi tak berdaya: “Kita, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?”
Saat permainan mencapai tahap ini, semua orang tahu bahwa puncaknya akan segera tiba.
Ke depannya, apapun yang terjadi, mereka tidak akan merasa aneh lagi.
Ziye membuka tutup botol air mineral, lalu meneteskan sedikit air di telapak tangannya. Kemudian, dia mencelupkan jarinya ke air, mengeluarkan senter, menerangi meja, dan menggambar rute perjalanan mereka sejak masuk desa hingga rute yang baru saja dilalui dengan jarinya.
Dia menggambar sangat cepat, selesai dalam lebih dari 10 detik. Melihat beberapa orang yang bingung di layar komputer, lalu memandang peta rute yang digambarnya, dia mengangguk.
Dua rute yang tergambar di meja jelas-jelas berbeda!
Di waktu yang sama, Xiao Yezi menggigit ibu jarinya dan berkata: “Ada perubahan. Jalan di belakang berbeda dengan jalan saat datang. Desa Tak Kembali, inikah maksudnya?”
“Hei-hei!” Sheng Hai tiba-tiba seperti lalat tanpa kepala: “Kita, kita ini sebenarnya kenapa? Ke mana-mana cuma ada rumah roboh!”
“Iya nih, jangan-jangan kita ketemu hantu tembok?” Qian Qian juga berkata ketakutan.
“Hantu tembok apaan!” Feng Wu meski wajahnya panik, tetap berusaha tenang: “Hal seperti itu tidak mungkin lah!”
“Aku, aku takut sekali...” A Jian menarik lengan baju Feng Wu, air matanya hampir tumpah: “Feng... Feng Wu, harus bagaimana ini? Aku takut, aku sangat takut!”
“Bagaimana aku tahu?” Fengwu menggaruk poni di dahinya, berkata: “Sudahlah, lebih baik kita cari saja.”
“Kalau Asura ada di sini pasti bagus,” Qianqian melanjutkan: “Dia mungkin bisa meramal untuk kita. Katanya ayah Asura ahli feng shui dan metafisika. Seharusnya dulu Fengwu mendengarkan nasihat Asura! Sekarang mau bagaimana?”
“Metafisika apaan!” Wajah Fengwu memerah marah: “Aku tidak percaya omong kosong begituan! Kalian juga, itu cuma tulang belulang, ngapain takut? Bukankah di bawah kulit manusia semua sama-sama tulang?”
“Tapi,” Qianqian tak menyerah: “Kamu juga lihat kan? Mana ada tulang belulang masih mencengkeram uang kertas sembahyang? Ini normal? Lagi pula sepanjang jalan kita melihat begitu banyak uang sembahyang. Belum lagi topeng itu...”
Fengwu tertegun: “Topeng? Topeng kenapa?”
“Tidak, bukan apa-apa.” Qianqian menggeleng: “Lupakan, anggap saja aku tidak bilang apa-apa.”
“Tenanglah semuanya!” Shenghai mulai menengahi: “Kita tidak boleh terus begini. Mari tetap tenang, cari cara kembali ke jalan, lalu ke jembatan batu itu lagi, naik mobil dan cari Asura dengan Hongxia. Ngomong-ngomong, aku ingat mobil Hongxia kembali masuk ke terowongan.”
“Hanya ini jalan keluarnya.” Fengwu menghela napas: “Kalau begitu, mari kita coba mencari lagi. Aku tidak percaya ini benar-benar hantu yang menghalangi jalan!”
“Melewati beberapa rumah lagi, jalannya semakin asing. Namun semua penghuni di sini menunjukkan ekspresi yang wajar. Jika mereka bisa keluar, justru para penghuni yang akan terkejut.”
“Mereka memperkirakan pilihan berikutnya akan segera tiba. Dan selanjutnya, mungkin akan ada yang mati.”
“Melewati rumah di depan mata, mereka melihat tiga kerangka putih terbaring di tanah! Semua kerangka tanpa terkecuali mengenakan topeng putih. Di samping tangan kerangka-kerangka itu, berserakan uang kertas sembahyang. Anehnya, ketiga kerangka itu menjulurkan tangan ke depan hampir bersentuhan, di tengah-tengahnya terdapat tumpukan uang kertas sembahyang!”
“Seolah-olah tiga kerangka itu sedang memperebutkan uang kertas sembahyang!”
“Saat itu, Zuo Yatang yang memilih mengambil uang kertas sembahyang langsung pucat pasi! Tampaknya hantu ingin merebut uang-uang ini. Lalu Qianqian yang membawa uang kertas sembahyang, apakah akan menjadi prioritas serangan?”
“Jika Qianqian mati, Zuo Yatang tahu dirinya juga akan tewas!”
“Topeng!” Masih ada secercah harapan dalam dirinya: “Apa pilihanku benar? Jika topeng itu adalah jalan keluar, mungkin masih ada sedikit harapan hidup! Ya, masih ada harapan, masih ada harapan!”
“Meski berkata begitu, seluruh tubuhnya gemetar. Melihat jam tangan, permainan sudah berjalan tiga perempat jam. Babak pertama mungkin hampir berakhir. Jika saat berakhir hanya dirinya yang mati, pasti akan ditinggalkan semua penghuni – ini sudah pasti! Maka yang akan dihadapinya nanti adalah...”
“Tidak, tidak boleh!” Zuo Yatang terengah-engah, berkata: “Semoga langit melindungi, semoga topeng itu menjadi jalan keluar, semoga!”
“Astaga…” Feng Wu mundur beberapa langkah, wajahnya pucat pasi. A Jian juga menutup mulut sambil menangis ketakutan. Sheng Hai dan Qian Qian terus mundur, pemandangan ini terlalu aneh.
Jika itu bukan uang kertas sembahyang melainkan uang sungguhan, mungkin masih bisa dimengerti. Tapi tulang belulang itu mengulurkan tangan ke arah uang kertas tersebut seolah ingin merebutnya, membuat siapa pun yang melihat merasa ngeri.
Tubuh Qian Qian terus mundur hingga menyentuh pintu rumah di belakangnya. Kehilangan keseimbangan, dia terjatuh ke dalam! Saat bangun, di dekatnya terlihat tulang belulang bertopeng lainnya yang muncul tiba-tiba!
Tulang belulang itu tidak memegang uang kertas sembahyang, melainkan menggenggam sebuah foto.
“Apa... apa ini?”
Ketiga orang lainnya berlari masuk mendengar suara dan melihat tulang belulang itu.
Tulang itu mengenakan jubah longgar dan sandal. Foto di tangannya tersorot senter, memperlihatkan gambar yang membuat para penghuni tertegun.
Mata Ziye menatap foto itu. Tampak tempat beraura mistis dikelilingi prasasti-prasasti aneh. Di sekitar foto terlihat sosok samar-samar yang tak jelas bentuknya.
“Ini... pemakaman?” Feng Wu berkata dengan heran: “Aku ingat, lebih dari sepuluh tahun lalu, beberapa desa di Gunung Xiyue masih melakukan penguburan tanah.”
“Tidak jelas, siapa orang di foto ini?” Qianqian mendekat, mencoba melihat lebih detail, tapi kabut di foto terlalu tebal sehingga sulit mengenali sosok itu.
Hanya saja, sosok itu terlihat seperti sedang menunduk.
Feng Wu mengambil foto itu dan menyimpannya kembali, berkata: “Ayo pergi.”
Setelah keluar, tiba-tiba gambar berhenti. Kemudian, empat opsi muncul di layar komputer Ziye dan tiga orang lainnya.
(A) Jalan ke depan (B) Jalan ke belakang (C) Jalan ke kiri (D) Jalan ke kanan.
Saat gambar berhenti, semua orang juga melihat jelas di layar komputer: persimpangan jalan berbentuk salib dengan empat jalur.
Sebelum sempat bereaksi, mereka tiba-tiba menyadari sesuatu. Tiga kerangka yang semula ada di tanah, kini hanya tersisa satu!
## Jilid 21 Permainan Bab 15 Teori Jalan Keluar Li Yin
Di dalam apartemen.
Sampai saat ini, masih belum bisa memperoleh informasi apapun.
Yin Ye dan Yinyu di Kamar 1404 sedang mendiskusikan misi darah ini.
"Meskipun anggota 'Yeyu Meng' yang menjalankan misi darah ini," Yinyu menggosok matanya sambil melihat kertas di depannya, "tapi tidak ada yang bertanya tentang situasi Huang Ti dan lainnya. Mereka kan anggota aliansi kita juga. Sebenarnya, apa jalan keluar dari misi darah ini?"
"Menurutmu?" Yin Ye memutar-mutar pulpen di tangannya, "Bagaimana kalau kita tanya langsung ke Li Yin?"
“Ini...” Yinyu menggelengkan kepala berkata: “Kamu juga lihat, kondisi Li Yin sekarang seperti ini, bagaimana kita bisa bertanya padanya? Bahkan Ziye di hadapannya, bukankah sama saja...”
“Menurutku belum tentu.” Yin Ye menggunakan nada yang tidak pasti: “Menurutmu, apakah Li Yin benar-benar sudah menyerah sepenuhnya?”
“Bukan begitu?”
“Setidaknya aku tidak berpikir dia adalah pria yang mudah menyerah. Saat aku pertama kali masuk apartemen, Li Yin juga belum lama bergabung. Meski sempat panik, dia tetap bertahan dengan gigih, dengan tekad bertahan hidup, berkali-kali begadang bersamaku mempelajari misi darah. Saat menjalankan misi darah di Area Memancing Danau Yeshan bersamanya, aku sangat terkesan. Pria itu tidak akan mudah melepaskan apa yang dipegangnya. Meski... hanya sekali kami menjalankan misi darah bersama... tapi dia benar-benar pria yang luar biasa.”
Yinyu terdiam sejenak sambil memandang Yin Ye: “Tak kusangka, kau sangat mengagumi Li Yin.”
“Tentu saja. Dia kan Loushang,” Yin Ye memegang kertas di tangannya yang berisi seluruh detail misi darah ini. Banyak hipotesis dan analisis telah dibuat, namun jalan keluar yang tepat masih belum ditemukan.
"Li Yin, kalau dia benar-benar tidak menyerah, seharusnya dia berdiskusi bersama kita." Yinyu berkata: "Kamu masih ingat? Saat Ziye menjalankan instruksi darah keempat dulu, sampai sejauh mana Li Yin mengkhawatirkannya, dan bersama kita berusaha mati-matian mencari jalan keluar dari misi darah. Dia sangat menyayangi Ziye, dan sudah berkorban banyak untuknya. Kalau begitu... ayo! Kita temui Li Yin bersama-sama."
Di dalam Kamar 403 apartemen. Saat ini, lampu di ruang perpustakaan menyala terang. Li Yin sedang duduk di meja kerjanya, melakukan perhitungan di atas lembaran-lembaran kertas kasar.
"Apakah seperti ini? Atau mungkin... Tidak, seharusnya begini."
Lantai dipenuhi oleh kertas-kertas coretan yang bertumpuk, semuanya berisi berbagai jenis perhitungan.
"Dua adalah jalan keluar, dua adalah jalan kematian. Apa artinya ini? Jika petunjuk jalan keluar ada di sini, ini terlalu aneh. Pada dasarnya..."
Tiba-tiba, bel pintu berbunyi dari luar.
Li Yin segera berdiri dengan wajah terkejut, berjalan keluar dari ruang perpustakaan menuju ruang tamu, lalu bergegas ke pintu masuk dan membukanya. Di luar berdiri dua orang: Yin Ye dan Yinyu.
"Sudah makan?" Yin Ye mengangkat kantong plastik di tangannya: "Aku mengambil makanan dari note tempel di kamarku. Makanlah sedikit, badanmu sudah kurus sekali."
"Bukan urusan kalian." Li Yin menjawab dingin: "Sudah kukatakan, segala hal tentang apartemen ini sudah..."
"Hei, Li Yin!" Yinyu tiba-tiba menatap tangan Li Yin: "Ada banyak bekas pulpen di tanganmu? Sepertinya kamu sudah menulis banyak hal ya?"
"Kau..." Li Yin menarik tangannya ke belakang, berkata: "Aku tidak..."
Yin Ye langsung masuk ke dalam, menyalakan lampu ruang tamu: "Setidaknya makanlah. Aku tahu kau membenci apartemen ini, tapi tak perlu menyiksa tubuhmu sendiri?"
"Ke Yinye! Ini bukan urusanmu!" Li Yin bergegas mendekat, baru hendak membuka mulut ketika Yin Ye melontarkan pandangan tajam: "Li Yin, jangan bersikap seperti orang sekarat. Aku dan Yinyu juga penghuni apartemen ini. Apa aku menyerah? Apa Yinyu menyerah? Sebenarnya, menurutmu untuk apa kami bertahan sampai sekarang? Sudah terlalu banyak korban di jalan ini. Tak ingin ada lagi yang mati karena depresi!"
"Benar," Yinyu ikut menyambung: "Kau harus memikirkan Ziye. Dia sama ketakutannya denganmu. Jangan perlakukan dia seperti ini. Bukankah kau masih peduli padanya? Sebenarnya kau belum benar-benar menyerah, kan?"
Di bawah cahaya lampu, wajah Li Yin terlihat jelas. Rambutnya acak-acakan, wajahnya dipenuhi janggut, kulitnya pucat pasi, tubuhnya kurus seperti bambu.
Dengan penampilan seperti ini, jika mengenakan bangan compang-camping, persis seperti pengemis.
"Makan dulu," Yin Ye membuka kemasan, mengeluarkan youtiao, susu kedelai, dan mangkuk bubur pork century egg: "Dengan perut kenyang, pikiran akan lebih jernih, bukan?"
Li Yin duduk sambil memandangi makanan di meja, wajah Ziye muncul di pikirannya.
Dia telah memberikan seluruh ketulusan dan cintanya pada Ziye. Begitu mendalam cintanya pada perempuan itu.
Saat itu, sempat terlintas penyesalan telah memberikannya tiga kali misi darah. Tapi pikiran itu hanyalah ilusi sesaat. Setelah tenang, dia sadar pilihan itu meski penuh pengorbanan, tetaplah lahir dari cintanya pada Ziye. Dia tak ingin menyangkal cintanya, karena menyangkal itu berarti menyangkal eksistensi dirinya sendiri.
"Ziye..." gumamnya pelan, "Dia... dia bagiku..."
"Makanlah," Yin Ye meletakkan sumpit di meja, "Jangan dipendam. Aku turut berduka atas ibumu, tapi cepatlah kuburkan abunya. Kau tahu hantu itu nyata, maukah kau membuat ibumu menjadi arwah penasaran?"
"Aku tahu." Li Yin mengambil sumpit, "Aku mengerti."
Li Yin mulai menyantap makanan dengan lahap. Dalam sekejap meja sudah bersih, dia mengelap mulut dengan serbet: "Baik, kalian mencariku... pasti ingin membahas misi darah kali ini? Sampai sekarang belum ada petunjuk."
“Ayo kita semua berpikir bersama, tiga orang biasa bisa menyamai Zhuge Liang.” Yinyu tersenyum manis: “Aku senang melihatmu pulih, Li Yin. Aku sangat menyukai Ziye, bagaimanapun juga, tidak ingin dia mati. Mari kita bantu bersama, carikan jalan keluar untuk menyelamatkannya. Meski ponsel tidak bisa dihubungi, coba kita kirimkan ide jalan keluar ke email Ziye. Bukankah mereka semua punya komputer?”
“Kemungkinan email bisa digunakan mungkin kecil.” Yin Ye berkata: “Mengingat komunikasi ponsel sudah diblokir... Tapi tidak apa, anggap saja sebagai harapan. Li Yin, bagaimana pendapatmu tentang misi darah kali ini?”
“Pertukaran informasi dilarang.” Li Yin langsung menyahut: “Aku memperhatikan hal ini sejak awal. Mengapa bahkan memberikan saran pun tidak diperbolehkan? Larangan mengganggu penghuni yang menjalankan misi darah disebutkan dua kali dalam teks darah, penjelasan kedua bahkan sangat detail dan bertele-tele. Sepertinya ini untuk mencegah penghuni memiliki kesempatan menghentikan pemungutan suara penyimpanan. Tapi mengapa bahkan memberi saran selama misi darah dilarang?”
Ucapan ini secara alami menggugah perasaan semua yang mendengar.
“Pikiran kita sama.” Yin Ye mengangguk, bertanya: “Tapi aku tidak mengerti. Jika larangan pertukaran informasi dimaksudkan untuk menjebak, aku hanya bisa membayangkan ini terkait jebakan yang akan terbongkar jika informasi dipertukarkan. Bagaimana pendapatmu, Li Yin?”
“Tidak.” Li Yin langsung menggelengkan kepala: “Pendapatmu tidak benar. Menurutmu, jika bahkan ingatan bisa diubah dengan mudah, apakah perlu menggunakan cara seperti ini untuk menipu penghuni? Bahkan hanya dengan memisahkan penghuni lebih jauh, mereka bisa dengan mudah ditipu dan dilarang bertukar informasi secara fisik. Artinya, jika larangan pertukaran informasi memang diperlukan, tidak perlu melarangnya melalui misi darah. Penghuni akan menemukan masalah ini sendiri.”
“Benar juga.” Yin Ye merenung sejenak, lalu bertanya: “Lalu, menurutmu kenapa?”
“Bagaimana jika kita mempertimbangkan sebaliknya?” Tiba-tiba Li Yin berkata: “Jika penghuni diizinkan memberi saran, bahkan bisa berdiskusi sebelumnya tentang cara memilih, apa yang akan terjadi? Menurutmu apa yang akan terjadi dalam situasi seperti itu?”
“Ini... Apa kamu memikirkan sesuatu?”
“Ada beberapa dugaan. Tapi masih perlu verifikasi karena informasiku belum cukup.”
“Benar,” Yinyu juga berkata: “Kurang informasi memang sangat merepotkan. Kalau begitu, Li Yin, lebih baik kamu jelaskan dugaannya?”
“Baiklah.” Li Yin menyusun pikirannya, lalu berkata: “Sebenarnya tidak terlalu rumit. Jika kita mempertimbangkan hal ini, larangan pertukaran informasi mungkin adalah sebuah 'petunjuk jalan keluar'. Jika dugaanku benar, maka misi darah itu sendiri mengandung banyak petunjuk jalan keluar. Banyak konten bukanlah informasi yang tidak berguna.”
“Misalnya?”
“Contohnya...”
Li Yin mulai berbicara panjang lebar. Di akhir penjelasannya, ia memandang semua orang dan berkata: “Mengerti? Di paragraf terakhir misi darah, ada satu bagian yang sangat menarik perhatian.”
“Benar.” Yin Ye melihat sekeliling dan berkata, “Kalau dipikir-pikir, misi darah ini……”
“Tidak mungkin terlaksana.” Wajah Yinyu juga pucat pasi: “Sama sekali tidak mungkin! Jika ada satu kesalahan saja, mungkin kita semua akan binasa! Apakah benar bisa selamat dalam kondisi seperti ini?”
“Betul.” Li Yin menyimpulkan, “Jika ini benar-benar jalan keluar... maka ini terlalu kejam dan mengerikan. Cukup satu penghuni yang tewas... misi darah ini bisa menciptakan efek domino yang memicu kematian penghuni lainnya.”
“Jebakan yang kejam sampai tingkat tertinggi!”
“Tapi... ini hanya spekulasi saya. Sekarang dipikir-pikir, mungkin tidak semenakutkan itu. Karena itu juga, aku tidak mengirim email ke Ziye.”
Ketiganya duduk terpaku, tak ada yang bersuara.
Saat ini, di Panti Jompo Yan Yu.
Begitu melihat layar komputer, semua langsung paham tentang dua kerangka yang menghilang itu. Pilihan kali ini benar-benar bisa menentukan hidup-mati seseorang dalam sekejap!
“Apa ini lelucon?” Zuo Yatang sekarang wajahnya pucat bagai kertas. Tiba-tiba ia ingat, uang kertas neraka dan topeng di tubuhnya mungkin menjadi kunci keselamatan. Jika pilihannya benar, bisa selamat. Jika salah, maka Game
Over。
Di persimpangan jalan, depan-belakang-kiri-kanan, pasti ada hantu di salah satu arah!
“Aku... apa yang harus kulakukan?” Zuo Yatang yang gemetar ketakutan ini sudah tidak sanggup menahan rasa ngerinya. Melihat empat opsi di layar komputer, ia benar-benar bingung harus bagaimana.
"Memilih yang mana pun, bisa berakhir mati! Tapi, tidak boleh tidak memilih! Menunda proses permainan hingga tidak bisa menyelesaikan tepat waktu, kutukan bayangan juga bukan main-main!"
"Pilih, pilih yang mana?"
Dua jalan keluar, dua jalan kematian. Sementara tulang belulang yang hilang ada dua set. Bahkan orang bodoh pun pasti sudah paham maksudnya. Bagaimana cara mengatur topeng dan uang arwah ini?
Sebenarnya, kalau di realitas, bisa saja membuang uang arwah itu. Tapi situasi sekarang sama sekali berbeda. Dalam kondisi tidak ada opsi yang diberikan, dia tidak bisa mengendalikan perilaku karakter permainan! Artinya selanjutnya, entah memilih jalan keluar. Begitu memilih jalan kematian, dengan uang arwah dan tulang belulang yang ada di tubuh...
"Tidak, jangan!" Zuo Yatang wajahnya muram. Dia menyesal kenapa dulu tidak memilih pisau belati. Pisau yang menembus topeng itu mungkin adalah jalan keluar, tapi dia malah tidak memilihnya?
Tapi kemudian muncul kebingungannya. Kenapa tidak ada petunjuk jalan keluar yang ditemukan? Dalam kondisi seperti ini, bagaimana seharusnya dia memilih?
Sebenarnya harus bagaimana?
Tapi dia tidak tahu, sebenarnya di jembatan batu itu bukan hanya dia yang melihat pisau belati dan topeng. Tiga orang lain juga melihatnya. Hanya saja karena tidak bisa bertukar informasi, dia tidak tahu hal ini.
Sementara Ziye memilih untuk mengambil pisau belati itu, sekarang, pisau belati itu berada di tubuh Fengwu. Saat itu dia mengira orang lain agak berjarak darinya, padahal mereka berada tak jauh di belakang Qianqian, menyorotkan senter dengan jelas. Setelah Qianqian mengambil topeng, Ziye langsung mengendalikan Fengwu untuk mengambil pisau belati. Shenghai memilih untuk membawa kedua topeng dan pisau belati, tapi karena pilihannya terlambat sepersekian detik, dia tak bisa membawa apa-apa. A Jian yang memilih pisau belati juga gagal karena terlambat. Namun, adegan-adegan ini sama sekali tidak terlihat oleh Zuo Yatang.
Dalam situasi saat ini, Shenghai yakin bahwa Qianqian yang mengambil topeng—alias Zuo Yatang—sudah pasti akan mati. Sedangkan pisau belati ada di tubuh Fengwu yang mungkin akan selamat. Tapi bagaimana dengan dirinya sendiri? Apa yang harus dia lakukan?
Di persimpangan jalan depan-belakang kiri-kanan, memilih jalan yang salah berarti melangkah ke jalan kematian.
Tak ada yang bisa memilih dengan mudah!
Namun di layar komputer, sama sekali tidak terlihat mana jalan keluar. Artinya sekarang hanya bisa menebak-nebak. Tapi kalau cuma nebak, ada 50% kemungkinan terjerumus ke jalan kematian.
Hidup? Mati?
Sekali klik mouse, segalanya akan ditentukan!
## Jilid 21 Permainan Bab 16 Pemakaman
Pilihan genting ini jatuh di pundak para penghuni. Siapapun takkan bisa memutuskan dengan mudah.
Jika terus begini, bagaimana bisa menyelesaikan permainan dalam waktu yang ditentukan? Pilihan ini, bahkan jika dipertimbangkan berjam-jam, mungkin tetap tak bisa diputuskan!
“Xiao Yezi menggenggam mouse, menggigit bibirnya yang merah dengan gigi putihnya, matanya yang indah dipenuhi ekspresi serius.”
“Depan, belakang, kiri, kanan...”
“Permainan ini, bagaimanapun dilihat, sama berbahayanya dengan Russian roulette. Memilih salah berarti tersingkir dari permainan. Meski ada kesempatan untuk menyimpan progres, tapi apa gunanya? Nyawa manusia hanya satu, berapa orang yang bisa selamat dengan cara seperti ini?”
“Dan permainan hanya akan berlanjut setelah semua orang membuat pilihan. Artinya, tidak ada cara untuk mengetahui jalan keluar mana yang aman.”
“Ini sama sekali tidak sesuai dengan prinsip Keseimbangan kesulitan misi darah. Banyak yang mempertimbangkan hal ini, tapi meski sudah dipikirkan, tetap saja tidak ada solusi.”
“Waktu berpikir berlalu cepat, dan tibalah tengah malam pukul 00:00.”
“Misi darah telah berjalan satu jam! Permainan ini akan berakhir pukul 3 pagi! Tinggal tiga jam tersisa! Tapi bahkan babak pertama belum selesai!”
“Jika permainan tidak selesai sampai akhir, hasilnya tetap mati. Di titik ini, kita harus memilih!”
“Jari-jari ramping Ziye menekan tombol A. Maju ke depan. Xiao Yezi juga menekan A. Sementara Pu Xingyuan dan Zuo Yatang, setelah melihat waktu, akhirnya menekan B dan C.”
“Layar segera melanjutkan permainan. Keempat orang itu menjerit melihat adegan itu! Feng Wu berteriak: ‘Kita berpisah dan lari, cepat!’”
Kemudian, sosok lincah Feng Wu langsung berlari ke depan, sedangkan A Jian mengikuti dari belakang. Sheng Hai dan Qian Qian juga menunjukkan wajah ketakutan. Akhirnya, Sheng Hai berlari ke arah belakang, sementara Qian Qian berlari ke kiri!
Keempat orang benar-benar terpisah. Mulai sekarang, tergantung bagaimana keempat orang ini bisa lolos dari bencana ini!
Setelah Feng Wu berlari ke depan, dia menghindari Tulang Belulang itu dan terus melaju tanpa menoleh. Bangunan di kedua sisi layar komputer juga cepat bergerak mundur. Tampaknya kemampuan olahraga Feng Wu cukup baik, larinya sangat cepat, sama sekali tidak seperti seorang wanita bangsawan. Tapi kecepatan ini tidak memiliki makna eksistensi.
Bangunan di sekitarnya masih berupa rumah-rumah rusak, kadang muncul beberapa pohon. Tepat sebelum belokan di depan, tiba-tiba Feng Wu tersandung! Tubuhnya jatuh ke tanah, lalu langsung bangkit kembali.
Namun senter terjatuh dalam proses ini dan tampaknya rusak. Sekelilingnya langsung tenggelam dalam kegelapan. Akibatnya, di layar komputer hampir tidak bisa melihat apa-apa, hanya bisa melihat sekilas kontur beberapa siluet manusia.
Dari kontur siluet manusia yang terlihat, Feng Wu bangkit dan mulai berlari lagi. Tapi dalam kegelapan seperti ini, bahkan untuk menentukan jalan depan pun sangat sulit.
Dan di saat yang menakutkan dan sunyi ini, terdengar suara langkah kaki.
"Itu bukan suara langkah kaki Fengwu. Itu suara langkah kaki yang menyeret tanah berlumpur, perlahan mendekat. Namun karena kegelapan layar komputer, pemilik suara langkah kaki itu sama sekali tidak terlihat jelas."
Fengwu tidak berhenti, terus melarikan diri dengan cepat. Tiba-tiba terdengar jeritan, Fengwu seakan menabrak sesuatu dan terjatuh ke tanah!
Suara langkah kaki itu semakin mendekat.
Semakin mendekat.
Nian Ningyi merasakan otaknya kacau balau.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Karakter permainan yang dia perankan, Hong Xia, berjalan menyusuri terowongan. Saat itu, dia sama sekali tidak tahu apa yang menunggu di depan. Namun ketika tiba di mulut terowongan, yang dilihatnya bukanlah jalan keluar maupun jalan kematian.
Melainkan sesuatu yang lebih mengejutkan.
Ternyata... pemandangan yang sama persis seperti saat keluar dari terowongan sebelumnya, dengan tiga cabang jalan itu!
Terowongan ini, baik maju maupun mundur, akan membawa ke tempat yang sama!
"Desa Tidak Kembali..." gumam Nian Ningyi: "Nama yang sangat tepat. Artinya, mundur pun mustahil."
Ini berarti hanya bisa terus maju.
Saat keluar dari terowongan, Hong Xia menunjukkan ekspresi terkejut. Dia menoleh ke belakang, tak percaya dengan pemandangan ini. Di depan, tiga cabang jalan - mana yang harus dipilih?
Namun, yang tidak disangkannya adalah kali ini permainan tidak memberinya pilihan. Hong Xia melihat jejak roda di tanah, melangkah perlahan ke depan, lalu menyadari ada dua jejak roda yang sama-sama mengarah ke kiri. Tentu saja itu Asura, juga Xingyue dan yang lainnya.
Maka, Hong Xia segera menyusul mereka.
Yang lebih mengejutkannya, dia malah cepat bertemu dengan mobil Luo Bing, Xingyue, dan Bai Hong. Karena mobil ketiganya ternyata mogok di jalan. Bai Hong terus-menerus berusaha memperbaiki mobil, saat Hong Xia menyusul, ketiganya masih belum berhasil memperbaikinya.
"Hong Xia!" teriak Xingyue sambil berlari mendatanginya dengan gembira, "Bagus sekali bisa bertemu kamu... Kenapa? Kamu kembali?"
"Ah, ini..." Hong Xia menggelengkan kepala, "Keadaanku, kalau kuceritakan mungkin kalian tidak akan percaya..."
"Kayaknya sudah tidak bisa." Bai Hong berdiri sambil berkata, "Sekarang mobil ini tidak mungkin diperbaiki. Kita harus cari cara turun gunung dengan berjalan kaki. Xingyue, kamu yang paling punya ide di antara kita, bagaimana pendapatmu?"
Xingyue merenung sejenak, "Baiklah, lebih baik kita pergi bersama. Aku ingat Asura dan yang lainnya sepertinya lewat jalan ini, entah apakah kita akan bertemu mereka?"
Saat itu, pinggir jalan masih dipenuhi batang pohon patah, semak belukar, dan berbagai batu karang yang aneh. Ditambah langit yang seperti tertutup kain hitam, keempat orang ini mulai merasa limbung.
Xingyue menyalakan senter, "Mobil harus kita tinggalkan di gunung. Mari kita pergi dulu, lihat apakah bisa bertemu Asura dan Dingqian. Sejujurnya di antara kita, orang yang paling bisa dipercaya hanyalah Asura."
"Memang benar kata itu..."
Akhirnya, keempat orang itu menyerah menggunakan mobil dan mulai berjalan kaki. Awalnya seolah terburu-bemburu pulang, langkah mereka cukup cepat, namun seiring waktu mereka semakin kelelahan.
"Istirahat... istirahat sebentar..." Hong Xia menyandarkan tangannya pada pohon kering di samping, berkata: "Lelah, aku hampir mati lelah... Katakan, berapa jauh lagi kita harus berjalan?"
"Siapa yang tahu." Xing Yue menatap jalan raya di depan yang benar-benar tak terlihat ujungnya, melanjutkan: "Kalau begitu... istirahat sebentar?"
"Jangan istirahat, lebih baik kita cepat berjalan." Luo Bing menentang: "Cuaca semakin dingin, jika begini terus, kita bisa sakit kedinginan! Lagipula sinyal ponsel tidak ada, kalau tidak kita bisa minta bantuan ke kaki gunung, benar-benar!"
"Sekarang membicarakan itu juga tidak ada gunanya." Bai Hong menengadah ke langit: "Mungkin kita seharusnya tidak pergi traveling."
"Hei, Hong Xia." Xing Yue tiba-tiba mendekati Hong Xia, berbisik: "Bisa cerita hanya padaku? Apakah kamu mengalami sesuatu? Wajahmu pucat sejak tadi. Sebenarnya, apa yang kamu lihat? Di dalam terowongan itu?"
"Tidak, itu bukan sesuatu yang bisa kalian bayangkan." Hong Xia menggeleng: "Lebih baik... kamu tidak tahu."
"Bukankah perkataanmu justru membuat orang semakin penasaran..."
Meski begitu, Hong Xia tetap membungkam diri.
Nian Ningyi juga tidak heran, bagaimanapun, terowongan mengerikan itu saja sudah membuat orang merasakan kengerian, bahkan jika diungkapkan, mungkin tidak ada yang akan percaya.
“Istirahat di tempat tidak bertahan lama, keempat orang mulai berjalan kembali. Tampaknya karena cuaca terlalu dingin, jika berdiri diam mungkin akan menjadi es loli, sementara bergerak sedikit bisa menghangatkan badan.”
Hong Xia terus berada dalam kondisi kontemplatif, sering tertinggal tanpa sadar saat berjalan.
Setiap orang merenungkan betapa mengerikannya hal yang menanti di depan. Jawabannya akan segera terungkap.
Di depan pohon-pohon gundul yang hampir tak berb kulit, muncul... sekelompok kuburan! Barisan prasasti nisan yang tersusun rapi membuat bulu kuduk merinding.
Melihat pemakaman ini, keempat orang terpaku, namun para penghuni apartemen tampak tidak terlalu terkejut. Mereka mengencangkan saraf, menanti kedatangan berikutnya.
“Kuburan?” Hong Xia menatap pemandangan itu, “Banyak sekali?”
“Melihatnya saja sudah menyeramkan.” Luo Bing gemetar dan mundur beberapa langkah.
Prasasti nisan-nisan itu tak memiliki ukiran tulisan. Terhitung ada lebih dari seratus makam. Melewati area ini, para penghuni menanti kemunculan hantu.
Dengan adanya kuburan yin ini, kemunculan hantu hanya masalah waktu. Petunjuk jalan keluar dari misi darah mungkin akan terungkap di sini. Pikiran ini membuat sorot mata mereka berbinar-binar menanti momen mengerikan itu.
Sekarang, yang ditakuti bukanlah kemunculan hantu, melainkan ketidakhadirannya.
Namun setelah lama berjalan di antara kuburan yin, tak terlihat keanehan apapun.
"Pada saat itu, tiba-tiba Xingyue teringat sesuatu, "Hei, Asura dan yang lain juga melewati jalan ini kan? Kalau begitu, mereka pasti melihat makam ini?"
"Iya. Ada masalah apa?" Hongxia bertanya dengan wajah bingung.
"Jika memang begitu..." Xingyue mengamati prasasti-prasasti ini, "Aku sudah periksa tadi, di sekitarnya penuh pepohonan, sama sekali tidak bisa dilewati. Lalu bagaimana dengan Asura dan kawanannya? Dengan begitu banyak prasasti menghalangi, mobil pasti tidak bisa lewat. Mereka harus turun dan berjalan kaki, tapi... di mana mobilnya?"
Mendengar ini, langkah semua orang terhenti.
Memang, area pemakaman ini muncul sangat tiba-tiba. Karena denah lokasi sekitar yang sudah aneh, tidak ada konsep "jalan" yang jelas. Jika terus lurus, mustahil menghindari prasasti. Satu-satunya pilihan adalah turun dari mobil. Tapi tidak terlihat adanya kendaraan.
Nian Ningyi yang melihat situasi ini segera menatap dinding di sampingnya, "Feng... Feng Liehai, bagaimana kabar Gongsun Yan dan yang lain?"
Area pemakaman ini seolah telah berdiri kokoh selama ribuan tahun, menyebarkan hawa mengerikan yang tak kunjung hilang, seakan bisa meresap ke dalam roh manusia...
## Jilid 21 Permainan Bab 17 Ronde Kedua Dimulai
Sebelum Hongxia dan yang lain tiba...
Feng Liehai, Roland, Gongsun Yan, dan Huang Ti - yaitu Asura, Zhou Chi, Ding Qian, Ming - keempat orang ini awalnya memilih cabang jalan kiri dan memasuki area makam.
Saat itu, mobil mereka juga terpaksa ditinggalkan karena tidak bisa melanjutkan perjalanan.
"Tentu saja, kemunculan makam tidak membuat mereka terlalu terkejut. Relatif berbicara, situasi yang tidak mengharuskan berhadapan langsung melainkan melalui permainan ini membuat penghuni yang pertama kali menjalankan misi darah sedikit lega. Namun, konsekuensi yang ditukar adalah banyak hal tidak bisa dilakukan secara langsung."
"Jumlah prasasti makamnya sangat banyak." Zhou Chi berjalan di depan deretan prasasti itu sambil berkata: "Tempat ini sepertinya sejak dulu memang selalu menerapkan penguburan tanah."
"Ini sebenarnya tidak aneh," Ding Qian mengeluarkan peta wisata sambil menjelaskan: "Daerah Gunung Xi Yue ini termasuk kuno, kebiasaan penguburan tanah memang terus diwariskan. Asura, bukankah ayahmu seorang ahli feng shui? Bagaimana kalau kamu perhatikan kondisi pegunungan sekitar?"
"Tidak..." Asura menggelengkan kepala: "Yang kupelajari hanya permukaan saja. Ayahku jauh lebih hebat. Ayah Feng Wu saja sangat percaya pada ayahku."
Saat itu, daerah sekitar terasa terlalu sunyi.
"Kalau bicara tentang pencurian makam..." Ming yang selama ini diam tiba-tiba berbicara: "Membahas hal itu di tempat ini sepertinya agak menyeramkan?"
"Tidak juga." Ding Qian tetap santai: "Ming, takut apa?"
"Bukan... Bukankah Asura sebelumnya mengatakan saat meramal hasilnya sangat buruk? Aku... sedikit khawatir. Tapi kalian juga sama kan?"
"Hmm, memang benar seperti itu..."
Namun, pada saat ini, mereka menyadari bahwa jumlah prasasti di sini ternyata jauh lebih banyak dari perkiraan. Sebelumnya karena terlalu gelap sehingga tidak terlihat, tapi setelah diamati lebih seksama, barulah tersadar bahwa hamparan prasasti ini membentang tak terhitung jumlahnya!
Pemandangan ini benar-benar mengerikan.
Selain itu, tidak ada satu pun prasasti yang memiliki ukiran tulisan.
Fenomena mengerikan seperti ini sungguh sangat menakutkan.
Namun, sebelum hantu muncul, pilihan baru sudah muncul.
（A）Gali makam ketiga dari kiri（B）Gali makam keempat dari kanan（C）Gali makam kelima dari kiri（D）Gali makam ketujuh dari kanan。
"Apa..." Feng Liehai menatap tajam, hampir tidak percaya.
Empat opsi ini semuanya mengharuskan penggalian makam tertentu?
Lagi pula, apapun pilihannya, harus menggali satu makam! Apa maksud semua ini? Bukankah ini berarti apapun pilihannya, semuanya bergantung pada keberuntungan untuk lolos dari maut?
Roland, Huang Ti, dan Gongsun Yan juga tertegun, apa sebenarnya yang terjadi?
Apapun pilihannya, rasanya seperti melempar dadu yang sepenuhnya mengandalkan keberuntungan. Tapi jika hanya mengandalkan nasib, misi darah ini bisa berakhir dengan kematian semua orang. Bahkan di ronde pertama saja, mungkin tidak akan bisa bertahan!
Namun, tidak memilih adalah mustahil. Karena permainan tidak bisa dilanjutkan tanpa pilihan. Jadi meski ragu, setiap orang harus menggali. Dan ini jelas merupakan putusan hidup dan mati!
Harus memilih yang mana?
Makam mana yang harus digali?
“God！” Roland membuat tanda salib di dadanya, berkata: “Which choice can I choose？”
Bagaimanapun Roland melihatnya, misi darah ini terasa seperti siksaan. Bagaimanapun perkembangannya, kematian pasti terjadi. Jika terus begini, konsekuensinya tak terbayangkan!
Akhirnya mereka terpaksa membuat pilihan. Feng Liehai memilih A, Gongsun Yan memilih C, Roland memilih A, Huang Ti memilih C.
Kini, Nian Ningyi dan yang lain juga tiba di area pemakaman ini.
Saat mereka bingung, pilihan yang sama segera muncul. Hanya saja kali ini di depan prasasti berbeda, konten lainnya sama persis.
“Tidak, masa sih?”
“Kita yang memilih? Bagaimana caranya?”
“Menggali makam? Ini mustahil! Apa yang harus kita lakukan?”
Saat empat opsi ini muncul, Nian Ningyi langsung merasa ciut. Meski ada dua jalan keluar dan dua jalan kematian, ini terasa sangat menyeramkan. Apa sebenarnya yang terjadi?
Tapi tak ada yang bisa memberi jawaban. Misi darah di apartemen yang mengerikan ini membuat bulu kuduk merinding.
Kepala Nian Ningyi menyandar di sandaran kursi, matanya menatap empat pilihan itu. Jarinya melayang-layang di atas tombol huruf, tak kunjung menekan.
“Aku... Harus bagaimana? Harus bagaimana?”
Nian Ningyi sudah merasa pusing tujuh keliling. Jika terus begini, apa lagi yang akan terjadi? Tidak, dibandingkan itu semua, pilihan ini saja sudah di luar bayangan.
Pilih yang mana? Dua jalan hidup, dua jalan kematian! Salah pilih berarti mati. Ini membuatnya diliputi keputusasaan yang tak terperi.
Berbeda dengan situasi ini, ketiga orang lainnya—Xu Tao, Lin Tianze, dan Feng Lingxian—juga sama-sama bingung dan dilanda kecemasan. Benarkah harus menggali kuburan?
Tidak perlu dikatakan lagi, itu jelas-jelas perilaku cari mati!
"Harus memilih yang mana? Tidak, pilihan apapun mungkin akan menjadi jalan kematian..." Tangan Feng Lingxian mencengkeram layar komputer dengan erat, benar-benar seperti orang yang hendak gila.
Meski Xu Tao selalu licik, saat ini bahkan dirinya pun mulai merasakan keputusasaan.
Apalagi Lin Tianze yang selama ini dikenal sebagai pria yang baik dan ramah.
Pilih yang mana?
Sebenarnya pilih yang mana yang tepat?
Setelah merenungkan pahitnya konsekuensi, akhirnya mereka semua kembali membuat pilihan secara membabi buta.
Nian Ningyi memilih opsi C. Setelah memilih, kepalanya langsung terjatuh di meja, bahkan tidak berani melihat layar komputer. Namun, dia segera mengangkat kepala lagi dan mendapati dirinya sudah berada di depan prasasti yang dipilihnya, berjongkok mulai menggali tanah dengan sekop. Dari mana asal sekop itu?
Selama proses penggalian, setiap penghuni merasa waktu berjalan sangat lambat. Tanah ini ternyata tidak terlalu keras, tak lama kemudian lubang besar sudah terkubur. Meski belum menemukan apapun, tak ada yang bisa merasa tenang. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah lubang ini selesai digali.
Dan tak seorang pun tahu bahwa Feng Liehai dan tiga orang lainnya sebelumnya juga telah menggali empat prasasti serupa.
Saat penggalian mencapai momen terakhir, keempat karakter dalam permainan ini tiba-tiba berhenti.
Momen penghakiman hidup-mati telah tiba. Nian Ningyi dan yang lainnya menanti kedatangan keputusan akhir ini. Namun, tak terjadi apapun.
“Tidak ada harta karun. Aku kira akan ada harta yang dikubur bersama korban.” Karakter-karakter permainan kembali berkumpul dan berkata: “Sudahlah, mari terus berjalan, mungkin kita masih bisa menemukan petunjuk.”
Kemudian, layar tiba-tiba menghitam, lalu muncul sebaris tulisan.
“Babak pertama berakhir, masih ada empat pemain yang belum menyelesaikan babak pertama. Setelah semua pemain selesai, voting untuk menyimpan progres babak pertama akan dimulai.”
Feng Wu, tidak mati.
Meskipun layar komputer telah gelap gulita, Feng Wu tetap terus berlari. Suara langkah kaki itu masih terus bergema di belakangnya. Namun seiring waktu, suara itu semakin melemah hingga akhirnya hampir tak terdengar.
Tak terasa berapa lama, tiba-tiba muncul cahaya terang. Saat layar kembali terang, di hadapan Feng Wu tiba-tiba muncul A Jian! A Jian menyorotkan senter ke arah Feng Wu, membuatnya terkejut.
Begitu A Jian muncul, Sheng Hai dan Qian Qian juga muncul. Tak seorang pun mati.
Akhirnya, di hadapan mereka juga muncul layar yang menandakan berakhirnya babak pertama dan masuk ke babak kedua.
Akhir yang bisa digambarkan sebagai "berakhir dengan kepala harimau dan ekor ular" ini membuat semua orang terkejut. Di babak pertama dimana semua orang hanya mengandalkan keberuntungan dalam memilih, bagaimana bisa tak ada satu pun yang mati?
Nyawa kecoak pun tak mungkin sebanding ini!
Karena saat babak pertama berakhir, muncul jelas tulisan: “Babak pertama benar-benar berakhir. Kedua belas pemain telah menyelesaikan proses. Sekarang voting: apakah akan menyimpan progres babak pertama?”
Tentu saja tak ada yang ragu, semua mengklik kotak "Simpan" di bawah dengan mouse!
Maka berakhirlah babak pertama. Masuk ke babak kedua.
"Sejujurnya, perkembangan dramatis ini benar-benar sulit dibayangkan. Dengan begitu banyak pilihan mematikan, mengapa tidak ada satu pun dari dua belas pemain yang tewas? Rahasia apa sebenarnya yang tersembunyi dalam permainan ini?"
"Sebenarnya, semua orang mulai menyadari bahwa permainan yang hanya bergantung pada probabilitas untuk bertahan hidup ini sama sekali tidak mencerminkan gaya khas misi darah. Artinya, pasti ada semacam jebakan aneh yang tersembunyi."
"Lalu, jebakan seperti apa sebenarnya itu?"
"Dalam ketiadaan pertukaran informasi, delapan orang lainnya tidak tahu tentang topeng maupun uang arwah. Saat ini, delapan orang tersebut bahkan belum memasuki Desa Buguicun."
"Perkembangan situasi ini benar-benar bisa disebut misterius."
"Sementara itu, di daerah perut Gunung Luoyun, Masao sedang dalam perjalanan mendaki. Di tangannya tergenggam peta Gunung Luoyun yang diunduh dari internet. Sambil berjalan, ia terus memerhatikan kompas di genggamannya."
"Xiao Yezi tentu sudah memberitahukan isi misi darah padanya. Ia bahkan menjelaskan secara detail segala hal tentang apartemen, namun Masao tetap memilih untuk mendaki gunung meski telah mengetahui semua itu."
"Tepat di saat itu, tiba-tiba ia merasakan sesuatu terinjak di bawah kakinya. Saat menunduk dan menyorotkan senter, terlihatlah selembar uang arwah tergeletak di tanah."
"Ini... apa?"
"Badannya menggigil ketakutan. Tanah di sekelilingnya dipenuhi uang arwah. Pada sebuah batu besar, terlihat bekas-bekas uang arwah yang telah dibakar."
“Baru saja keluar dari terowongan itu, melewati cabang jalan tengah, setelah melewati jembatan batu itu, aku melihat ini.” Masao mengerutkan kening: “Di sini, memang berbahaya? Tidak, Xiao Yezi bilang karena ini sebuah permainan, seharusnya hantu tidak akan muncul di tempat lain di gunung ini kan?”
Sambil melemparkan uang kertas sembahyang di tangannya, Masao melanjutkan perjalanan ke arah puncak gunung.
“Hmm... Menurut peta, jika terus berjalan ke depan, pasti akan sampai di puncak gunung, ke Rumah Perawatan Yanyu kan?”
Saat ini, Masao hanya berpikir untuk segera sampai di sisi orang yang dicintainya.
Dia tidak takut pada kengerian. Sejak mendapatkan tubuh Xiao Yezi, dia bersumpah, baik untuk memenuhi tanggung jawab maupun karena perasaan hatinya, dia harus memperlakukannya dengan baik.
Apapun yang dihadapi, prinsipnya tetap sama.
“Hmm?”
Setelah berjalan beberapa saat, di depannya muncul beberapa bangunan yang rusak.
“Tempat ini adalah desa di Gunung Luoyun? Tapi sepertinya sudah terbengkalai?”
Dugaan Li Yin ternyata benar.
Dari awal, karakter permainan sama sekali tidak bisa mati. Karena jika menggunakan permainan probabilitas untuk menentukan hidup mati penghuni, mustahil ada jalan keluar yang eksis.
“Gunung Xiyue” dan “Desa Tidak Kembali” jelas-jelas tidak ada.
Tapi Gunung Luoyun benar-benar eksis.
Para penghuni juga tidak tahu, semakin dalam memasuki “Desa Tidak Kembali” itu, semakin dekat dengan Rumah Perawatan Yanyu di puncak gunung...
## Jilid 21 Permainan Bab 18 Peta Permainan
Gunung Luoyun sebenarnya sangat besar. Karena terletak di dekat kawasan hutan yang dilindungi oleh pemerintah kota, biasanya tidak banyak orang yang mendekati. Dari kaki hingga puncak gunung ini, terdapat banyak rute yang rumit dan berbelit-belit. Umumnya orang memilih menggunakan jalan berkelok di lereng gunung untuk naik. Sebenarnya, di sisi barat gunung ini terdapat terowongan yang telah terbengkalai selama puluhan tahun, yang dapat mengarah ke puncak. Karena sudah terlalu lama ditinggalkan, keamanan terowongan tersebut sangat diragukan, sehingga pengunjung Sanatorium Yanyu biasanya naik dari arah lain. Karena berbagai alasan, terowongan itu tidak pernah dimasukkan ke dalam peta.
Sebelum Sanatorium Yanyu dibangun, terdapat sebuah desa kecil di bagian antara terowongan tersebut dan puncak gunung. Namun, tempat itu sudah lama ditinggalkan. Meskipun jarak dari desa terbengkalai itu ke sanatorium tidak terlalu jauh, karena jalan tersebut tertutup vegetasi lebat dan medannya sangat terjal, hampir tidak ada orang yang melewatinya.
Di bagian jalan gunung tersebut, iklimnya selalu aneh. Bahkan di musim panas sekalipun, terasa seperti musim dingin yang dalam, dengan air sungai yang terus membeku. Meski dilewati di siang bolong, hampir tidak ada sinar matahari yang terasa di sana. Tempat itu bahkan pernah dianggap sebagai zona terlarang. Karena terlalu tabu, akhirnya desa tersebut hilang dari peta dan tidak diketahui orang, seolah-olah tidak pernah memiliki eksistensi bahkan setelah Sanatorium Yanyu tutup. Oleh karena itu, data mengenai jalan ini sangat sulit ditemukan.
Karena alasan-alasan inilah, sangat jarang orang melewati tempat tersebut.
Tentu saja, jika dilihat dari ketinggian jalan gunung berkelok-kelok ke bawah, mungkin bisa melihat sisa-sisa desa. Hanya saja, di malam yang hampir tanpa bintang ini, sangat sulit untuk mengenali desa tersebut. Tak satu pun penghuni yang menyadari hal ini.
Dari desa terbengkalai itu ke sanatorium di puncak gunung, jarak vertikal sekitar lebih dari 100 meter, sedangkan jika melalui jalan gunung, rute terdekat harus menempuh tiga kilometer. Tentu saja, jarak ini tidak terlalu jauh, setidaknya sebelum pukul tiga pagi, masih lebih dari cukup waktu untuk sampai...
Rute dari desa terbengkalai menuju sanatorium kira-kira sebagai berikut:
Desa terbengkalai ini sebenarnya tidak terlalu besar, luasnya kurang lebih setara dengan kampus universitas biasa. Meski sebagian besar bangunannya rusak, jika berjalan sepanjang sisi barat, kita bisa perlahan mencapai pinggiran desa dan mendekati puncak gunung. Kemudian akan terlihat anak tangga yang langsung menanjak ke atas gunung. Dengan menaikinya, kita akan sampai di puncak, lalu berjalan sekitar satu kilometer ke timur untuk mencapai Sanatorium Yanyu.
Sejak awal, "Gunung Xiyue" hanyalah kamuflase. Empat opsi pilihan sebenarnya menjebak penghuni untuk bergerak ke arah tertentu. Jika satu dari dua belas orang itu mencapai puncak gunung - meskipun itu karakter fiktif yang tidak ada - akan membawa kutukan ke dalam sanatorium. Saat itulah dua belas penghuni akan sepenuhnya memicu jalan kematian!
Tak ada penghuni yang tahu bahwa Desa Buguí sebenarnya adalah bagian dari Gunung Luoyun.
"Masao bisa masuk ke sini juga bisa dibilang kebetulan, karena dia orang Jepang yang tidak mengerti Bahasa Mandarin, jadi tidak mencari peta dan rute secara online, hanya bertanya pada penduduk lokal lalu naik gunung, akhirnya sampai di sekitar desa tak kembali."
"Saat melewati jembatan batu itu, dia juga terkejut karena air sungai di bawah jembatan ternyata membeku sepenuhnya, padahal sekarang bulan Juni!"
"Pemandangan aneh seperti ini benar-benar sulit dipercaya."
"Dia teringat apa yang dilihatnya dulu di desa Kagami, semakin menyadari betapa jahat dan mengerikannya kekuatan apartemen itu."
"Tapi dia tetap maju tanpa ragu."
"Saat masuk ke desa ini, dia langsung melihat tulang belulang bertopeng putih di dalam rumah. Kerangka itu memberi kesanaan mengerikan. Bahkan Masao sampai bulu kuduknya meremang."
"Babak kedua, dimulai."
"Di layar komputer, di depan rumah reyot yang sedang berulang kali dicocokkan dengan peta, Feng Wu dan yang lain mengerutkan kening. Karena bagaimanapun dicocokkan, peta Gunung Xi Yue dan area ini sama sekali tidak sesuai."
""Tempat ini sebenarnya di mana?" Feng Wu mengerutkan kening, berkata: "Kalian... bagaimana pendapatmu?""
""Tidak tahu," Qian Qian juga menggeleng pasrah: "Feng Wu, tempat ini benar-benar terlalu mistis. Ke mana kita harus pergi selanjutnya?""
""Tidak tahu..." Qian Qian melihat sekeliling, menggaruk dahinya, berkata: "Mari lihat lagi. Bagaimanapun juga, kita harus mencari cara untuk turun gunung.""
“Hmm.” Feng Wu menyimpan peta di tubuhnya, berkata: “Sebenarnya, tadi saat berlari, aku mendengar suara langkah kaki.”
“Suara langkah kaki?”
“Ya... Sangat aneh. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi.”
“Begitu ya.” A Jian tak sengaja melihat ke belakang Feng Wu, wajahnya menunjukkan ekspresi was-was: “Kamu... tidak apa-apa? Feng Wu?”
“Aku baik-baik saja, tapi sepertinya ada yang mengejar dari belakang. Apakah salah satu dari kalian?”
“Bukan, tadi saat berlari aku bertemu mereka.” A Jian menunjuk Shenghai dan Qianqian: “Hanya... seperti ini saja.”
Perkataan ini membuat suasana menjadi mencekam.
Feng Wu kembali menoleh ke belakang, menyorotkan senternya, namun tak terlihat apa-apa di sana.
“Ini... bagaimana mungkin?”
“Pokoknya, cepat putuskan mau ke mana selanjutnya.” Qianqian berkata dengan kesal: “Aku tidak mau terus berada di tempat ini. Ke mana saja boleh, asal cepat memutuskan. Tadi, dua tulang belulang itu menghilang, benar-benar menakutkan.”
Setelah berpikir sejenak, Feng Wu berkata: “Kalau begitu... mari kita cari cara. Yang penting, keluar dulu dari desa ini.”
Desa ini memang tidak besar. Tapi selain tangga di sisi barat, ke arah manapun akan terjebak dalam "dinding hantu". Tak ada yang bisa lolos.
"Faktanya, jika saat itu ada orang di depan Jembatan Batu. Semua orang memilih 'tetap di dalam mobil', maka mereka tidak akan sampai ke desa ini, apalagi mendekati Rumah Sakit Jiwa Yan Yu. Ke mana pun 12 orang ini pergi, mereka akan membawa kutukan. Bahkan jika hanya satu orang yang mendekati Rumah Sakit Jiwa Yan Yu, itu akan membawa bencana yang menghancurkan."
"Inilah mengapa misi darah ini sangat mengerikan."
"Dan hingga saat ini, belum ada satupun penghuni yang menyadari hal ini."
"Sudahlah," kata Feng Wu tegas: "Mari kita coba jalan ke arah sana. Sekarang kita tidak punya pilihan lain."
"Hmm, benar juga..."
Namun, keempat orang itu berjalan ke suatu arah. Karena sama sekali tidak bisa mengenali rute, mereka hanya bisa berjalan sembarangan. Tanpa kompas, bahkan arah pun sulit ditentukan.
Semakin jauh mereka berjalan, semakin aneh desa ini terlihat. Ke mana pun mereka pergi, hanya ada bangunan-bangunan reyok. Sesekali terlihat tulang belulang bertopeng.
Suasana pun semakin menyeramkan dan mencekam.
Tiba-tiba, di depan muncul sebuah rumah dua lantai.
"Itu..."
Keempat orang itu melihat kerangka mayat setengah badan tergantung di jendela lantai dua, juga mengenakan topeng. Di tanah sekitar rumah, berserakan uang kertas sembahyangan.
Pemandangan mengerikan ini membuat mereka gemetar ketakutan.
Kemudian, empat opsi baru tiba-tiba muncul:
(A) Masuk ke rumah ini tapi tidak naik ke lantai dua (B) Segera berjalan ke arah berlawanan (C) Masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai dua (D) Ambil semua uang kertas sembahyangan di tanah.
Arah berlawanan dari rumah ini tepatnya adalah barat.
Juga... tempat yang bisa menuju ke anak tangga naik ke gunung itu!
Tentu saja, para penghuni yang tidak tahu apa-apa ini hanya diliputi ketakutan akan rumah itu sendiri dan tulang belulang tersebut. Sekarang, tidak ada seorang pun yang berani bergerak sedikit pun.
Di dekat kaki Ziye tergeletak botol air mineral kosong. Ia menatap tulang putih yang menjulur dari jendela dan topeng yang seolah terus tersenyum sinis. Kepala Xiao Yezi sedikit miring sementara jari-jarinya terus mencakar permukaan meja hingga meninggalkan bekas dalam. Zuo Yatang sudah hampir mati rasa, hatinya nyaris putus asa. Pu Xingyuan memegang pisau belati di tangannya sebagai persiapan darurat, sekaligus berencana menggunakan belati itu untuk mengakhiri hidupnya sendiri jika situasi terburuk terjadi.
Kedua belas penghuni semuanya telah mempersiapkan skenario terburuk. Tak satu pun yang menyadari rahasia tersembunyi dalam permainan ini. Bahkan jika satu orang saja yang menemukannya, itu tidak akan berguna - harus semua dua belas orang yang menemukan. Tanpa pertukaran informasi, satu-satunya harapan untuk melarikan diri dari neraka ini adalah jika semua dua belas orang menemukan rahasia tersebut atau terus memilih opsi yang tidak mendekati rumah sakit jiwa secara beruntung.
Kesulitan misi darah ini telah mencapai tingkat kekejaman yang sangat keterlaluan!
Pada saat yang sama, dua kelompok lainnya juga telah memasuki "Desa Tak Kembali".
Pertama, Hong Xia dan tiga orang lainnya juga memasuki Desa Tidak Kembali dari arah lain. Setelah melewati sebidang hutan bambu, mereka melihat desa yang runtuh ini. Yang langsung terlihat adalah jenazah yang membusuk tertancap di dinding. Jenazah itu ditusuk pedang panjang hingga menembus perut, tergantung setengah meter di udara. Mayat itu terlihat sudah lama mati, dan di wajahnya masih mengenakan topeng putih.
Opsi-opsi muncul seolah-olah akan keluar dengan sendirinya.
(A) Cabut pedang itu (B) Hancurkan tembok itu (C) Lepaskan topeng dari jenazah (D) Berjalan ke arah berlawanan dari tembok runtuh ini.
Sementara kelompok Asura, setelah melewati hutan, tiba di area dengan banyak rumah rusak.
"Ini di mana, Asura?" Ding Qian memegang peta sambil menggaruk kepala, "Tidak ada tempat seperti ini di peta? Sebenarnya di sini... Hmm?"
Tiba-tiba Ding Qian menyadari ada cahaya dari jendela sebuah pondok kayu di depan!
"Ah!" Ding Qian langsung berlari mendekat, sampai di depan jendela. Di dalam terlihat pemandangan mengerikan.
Di dalam ruangan, ratusan lilin menyala. Di bagian tengah yang kosong, terbaring... sesosok mayat membusuk!
Tulang belulang itu mengenakan topeng putih, dengan ratusan jarum hitam aneh menancap rapat di seluruh tubuhnya, terlihat sangat menyeramkan!
Saat yang lain juga mendekat, empat opsi langsung muncul setelah melihat pemandangan ini.
（A）Masuk ke dalam ruangan dan tiup semua lilin（B）Masuk ke dalam ruangan dan cabut semua jarum hitam（C）Masuk ke dalam ruangan dan lepas topeng dari tulang belulang（D）Segera berjalan ke arah berlawanan。
Di layar komputer, jika ada yang memperhatikan jendela dengan seksama, akan terlihat bahwa di jendela tersebut memantulkan wajah Asura dan yang lain.
Bayangan Asura, Ding Qian dan yang lainnya ternyata adalah——
Rangkaian tulang belulang yang mengenakan topeng putih!
Alasan tidak ada suara mereka yang terdengar adalah karena sejak awal mereka tidak pernah berbicara. Subtitle di bawah layar komputer sama sekali bukan ucapan mereka, semuanya palsu!
Mereka... dari awal sampai akhir tidak pernah benar-benar berbicara!
## Jilid XXI Permainan Bab XIX Adalah Kebenaran, Juga Kebohongan
Di Rumah Sakit Yan Yu, setiap penghuni masih terus berpikir keras mencari jalan bertahan hidup.
"Apa, apa yang sebenarnya terjadi?" Nian Ningyi menatap layar komputer di depannya, jenazah di dinding itu dengan pedang tertancap di tubuhnya masih mengeluarkan darah!
Empat opsi yang masih membingungkan itu hampir membuat orang breakdown. Situasi yang dihadapi penghuni saat ini persis seperti saat konten surat dalam misi darah pengiriman surat mengalami keadaan kacau. Keputusasaan langsung menyergap. Jika bukan karena semua anggota bertahan hidup di babak pertama, mungkin beberapa penghuni sudah mengakhiri hidup mereka.
"Gongsun Yan saat ini juga menghadapi pilihan mengerikan di hadapannya. Meskipun terlihat seperti jalan buntu, dia tidak ingin mati dengan mudah. Bagaimanapun, dia berharap bisa melarikan diri dari apartemen dan bertemu tunangannya Shen Na lagi. Ini adalah kerinduan yang sangat mendalam dalam hatinya, sangat berbeda ekstrem dengan Feng Yuxian yang memasuki apartemen dengan niat bunuh diri.
"Shen Na..." Gongsun Yan menggenggam mouse erat, matanya dipenuhi tekad. Dia percaya, di balik kesulitan selalu ada harapan, situasi bisa berubah secara tak terduga. Karena masih ada jalan keluar, menyerah sekarang jelas terlalu dini. Meski tidak tahu harus memilih opsi mana, dia sudah mulai menganalisis.
Dia menemukan bahwa opsi-opsi ini sangat aneh. Tidak ada petunjuk sama sekali, juga tidak memiliki makna praktis. Sampai sekarang, tidak ada satu pun karakter dalam permainan yang kehilangan semua HP karena memilih opsi tertentu. Dengan kata lain, pasti ada misteri tersembunyi di sini. Dari perspektif misi darah, penghambatan pertukaran informasi ini juga cukup mencurigakan.
Mengapa ini terjadi? Mengapa misi darah melarang hal ini? Tidak, tidak hanya itu...
Jika dikatakan misi darah menyeimbangkan kesulitan, lalu mengapa memberikan opsi-opsi yang tidak jelas ini? Opsi-opsi ini tidak mengandung petunjuk jalan keluar sama sekali, dan sampai sekarang belum ada yang benar-benar memicu jalan kematian, meski misi darah jelas menyebutkan bahwa jalan kematian itu ada.
"Jangan-jangan..." Gongsun Yan menatap layar di hadapannya, tiba-tiba sebuah inspirasi melintas di pikirannya: Mungkinkah... mungkinkah yang dimaksud "jalan kematian" ini memiliki makna lain?
"Gongsun Yan mulai menyadari, mungkin di antara opsi-opsi ini tersembunyi jebakan apartemen. Artinya, bahaya yang terlihat di permukaan sebenarnya bukan bahaya sesungguhnya, melainkan konstruksi yang sengaja membuat penghuni melakukan pilihan tertentu hingga membentuk jalan kematian sejati. Misi darah juga menyebutkan bahwa opsi bersifat multi-tahap, memperlihatkan jalan kematian. Dengan kata lain, sejak awal hingga sekarang, jebakan ini terus terbentuk. Hanya saja, sampai saat ini belum ada satupun penghuni yang menyadari hal ini."
"Tapi, seperti apa sebenarnya jalan kematian itu?"
"Tak satu pun penghuni menyadari kebenaran mengerikan yang terpantul di jendela. Di satu sisi, opsi berhuruf merah menutupi sebagian pandangan, di sisi lain, semua orang fokus pada jenazah bertopeng dan lilin-lilin di balik kaca."
"Manusia seringkali demikian. Setelah perhatiannya tertarik pada sesuatu, mereka tak lagi menyadari hal lain. Karena itulah petunjuk jalan keluar yang terpampang jelas ini diabaikan oleh semua orang."
"Seiring berjalannya waktu sedetik demi sedetik, penghuni terpaksa membuat pilihan satu per satu. Meski tahu pilihan salah bisa berujung pada kematian karakter, dalam situasi sekarang tak ada yang berani menunda. Waktu terbatas. Meski misi darah sangat panjang, setiap penghuni bisa menghafalnya dengan mudah, seolah tertanam dalam otak."
"Karena itu, konten misi darah terus mengingatkan semua penghuni: keraguan adalah kematian."
"Hasilnya, banyak orang memilih D, baik Nian Ningyi dan kawan-kawan maupun Feng Liehai dan kelompoknya. Meskipun pilihan ini terlihat seperti jebakan, bayang-bayang pilihan menakutkan seperti menggali kuburan membuat mereka tetap memilih D untuk sedikit ketenangan."
"Dan arah sebaliknya... tepatnya di sebelah barat!"
"Setelah serangkaian pilihan dibuat, jalan kematian yang sebenarnya akhirnya sepenuhnya terpicu!"
"Jika orang-orang ini berhasil mencapai puncak gunung, tak ada satu pun penghuni yang bisa selamat!"
"Tapi saat ini, belum ada yang menyadari hal ini. Bahkan jika ada yang tahu, mereka tidak bisa memberitahu penghuni lain."
"Benar, pasti ada masalah di sini..." Gongsun Yan semakin yakin dengan tebakannya. Menurutnya, pilihan jalan hidup dan mati mungkin bukan sekadar kematian karakter dalam permainan. Mungkin satu langkah pilihan bisa memicu efek domino yang membentuk jebakan akhir.
"Arah berlawanan... ke arah sebaliknya..." Gongsun Yan mengingat pilihan awal dengan tiga cabang jalan, termasuk opsi kembali ke jalan semula. Pola ini mirip dengan situasi saat ini. Dengan pertimbangan ini...
Gongsun Yan mulai mengulang semua pilihan sebelumnya: pemilihan cabang jalan, keputusan menggali kuburan, lalu berakhirnya babak pertama. Apa makna semua ini? Tidak ada yang mati setelah menggali kuburan, ini sangat membingungkan. Apa tujuan sebenarnya dari pilihan saat itu?
"Tidak ada, makna?"
Gongsun Yan tiba-tiba teringat percakapannya dulu dengan tunangannya, Shen Na. Shen Na pernah berkata padanya: "Dalam jebakan psikologis, beberapa teknik yang lebih canggih adalah prasangka dan sugesti prasyarat palsu. Prasangka sudah umum diketahui, tapi sugesti prasyarat palsu, tahukah kamu apa itu, Jaksa Besar Gongsun?"
Shen Na yang eksentrik adalah seorang yang sangat tertarik dengan psikologi. Sebagai pengacara top yang jarang kalah, keberhasilannya berasal dari penguasaannya yang mendalam terhadap psikologi manusia, seringkali memancing lawan melakukan kesalahan dalam debat pengadilan.
"Sugesti prasyarat palsu, maksudnya..." Gongsun Yan berpikir sejenak saat itu, lalu menjawab: "Sebenarnya mirip dengan prasangka, sama-sama membuat orang salah mengira..."
"Tidak, dibanding prasangka, sugesti prasyarat palsu biasanya membutuhkan tipu daya yang disengaja."
"Tipu daya?"
"Ya. Ini adalah teknik tingkat tinggi, artinya memberikan informasi palsu yang dianggap diketahui untuk menyembunyikan informasi sebenarnya. Bagi orang biasa, jika diberikan informasi palsu pada pemahaman dasar suatu hal, mereka tidak akan menyadari keberadaan informasi sejati. Informasi palsu itu sendiri tidak berarti apa-apa, tapi harus bisa diyakini sebagai 'informasi benar'. Selama penipuan ini berhasil, informasi sejati bisa sepenuhnya tersembunyi. Inilah sugesti prasyarat palsu."
Ucapan ini meninggalkan kesan mendalam pada Gongsun Yan.
Apakah pilihan lain yang ada sekarang adalah bentuk sugesti prasyarat palsu? Sejak awal, apakah misi darah telah menipu penghuni dengan cara yang licik?
Benarkah demikian?
“Kalau begitu, artinya, ABC apapun pilihannya, semuanya adalah konten yang tidak bermakna?” Gongsun Yan terus bergumam: “D itu sendiri, sedang memancing kita masuk ke suatu jebakan?”
Hingga saat ini, Gongsun Yan masih belum menyadari sosok mengerikan yang terpantul di jendela. Jarinya bergerak halus, menyentuh tuts A pada keyboard.
“Shen Na, sungguh, mungkinkah benar seperti yang kau katakan?”
Gongsun Yan adalah pria yang sangat hati-hati. Sebagai seorang jaksa, dia lebih disiplin daripada siapapun dan tak pernah melupakan prinsip kehati-hatian. Saat ini, dia kembali memeriksa beberapa opsi tersebut dan akhirnya mulai memahami sesuatu.
“Jika dipikir-pikir, ini sangat aneh. Di babak pertama saat menggali kuburan, tidak ada satu pun yang mati. Sekarang malah memberi empat opsi yang tidak bisa dinilai ini. Bukan tidak bisa dinilai, tapi benar-benar tidak bermakna. Jika kita benar-benar sedang ditipu, maka misi darah pasti memberikan kita intel palsu.”
Ya, intel palsu.
Meskipun para penghuni selalu mengatakan bahwa misi darah tidak akan menipu, namun dalam tabel analisis misi darah, banyak kasus penghuni yang tertipu olehnya. Menipu tidak harus dengan kebohongan. Terkadang, mengatakan kebenaran pun bisa menipu seseorang. Inilah tingkat tertinggi dari penipuan.
Dia semakin yakin bahwa opsi-opsi di depan mata ini adalah bagian dari jebakan misi darah. Dengan menelisik semua kejadian dari awal hingga sekarang, Gongsun Yan perlahan merangkai beberapa petunjuk.
“Kami... selalu dikendalikan oleh misi darah. Apapun yang terjadi, kami terus terdorong masuk semakin dalam ke pusat desa tanpa jalan pulang ini.”
Dia akhirnya menekan A.
Gongsun Yan telah menemukan beberapa petunjuk secara bertahap.
Saat itu, Ding Qian membuka jendela, lalu merangkak masuk ke dalam, menghadap jenazah itu. Ia berjongkok dan mulai meniup lilin yang menyala satu per satu.
Segera ruangan terbenam dalam kegelapan total, layar komputer juga tidak bisa melihat apa pun lagi.
Sementara itu, Roland dan Huang Ti memilih D. Mereka berjalan ke arah berlawanan. Feng Liehai memilih A, sama seperti Gongsun Yan, masuk ke dalam ruangan dan meniup lilin.
Zhou Chi dan Ming berjalan ke arah barat langkah demi langkah, terus maju!
Asura juga masuk ke dalam ruangan, bersama Ding Qian meniup lilin. Setelah semua lilin padam, mereka berdua keluar dari rumah dan berjalan ke arah lain.
Jika diamati, arah ini sama sekali berbeda dengan yang dipilih dua orang lainnya.
Roland saat ini benar-benar tidak tahu apakah pilihannya tepat atau salah. Opsi di komputernya menggunakan bahasa Inggris, jelas merupakan pertimbangan khusus dari misi darah. Namun meski begitu, ia sadar mungkin tanpa sengaja telah mengaktifkan jalan kematian. Pikiran ini membuatnya gelisah.
Sedangkan Roland saja sudah seperti ini, Huang Ti semakin ketakutan. Meskipun dia memilih D, dalam hati dia tidak tahu apakah ini akan menjerumuskannya ke dalam jebakan baru. Tertekan oleh kecemasan dan ketakutan yang bertumpuk, saat ini dia begitu takut sampai tidak berani mengangkat kepala, khawatir akan melihat bayangan hantu muncul yang akan membunuh karakter permainan yang dikendalikannya.
Tidak tahu sudah berapa lama berjalan, tiba-tiba dia melihat tebing curam di depan. Sebuah tangga batu yang menanjak langsung ke puncak tebing itu muncul secara tiba-tiba di hadapannya.
Saat ini, karakter Zhou Chi yang dikendalikan Roland juga berada di sebelas karakter Ming yang dikendalikan Huang Ti.
Empat opsi baru muncul.
(A) Naiki tangga ini dan tinggalkan Desa Tidak Kembali (B) Putar balik, masuk kembali ke Desa Tidak Kembali (C) Belok kiri (D) Belok kanan.
Begitu melihat opsi A, napas Roland dan Huang Ti langsung tersengal-sengal!
Benarkah bisa meninggalkan Desa Tidak Kembali? Apa artinya ini? Apakah ini berarti permainan bisa berakhir di ronde kedua?
Pada momen ini, mata keduanya berbinar-binar seperti menyala.
Huang Ti yang baru menikah dan masuk apartemen ini merasakan penderitaan ekstrem seperti jatuh dari surga ke neraka. Tentu saja, dia ingin menyelesaikan setiap misi darah dengan segenap tenaga. Tapi betapa sulitnya itu? Selama ini begitu banyak opsi yang membuatnya merasa jalan di depan samar-samar. Namun kini, hanya dengan memilih A, dia bisa meninggalkan Desa Tidak Kembali?
Tentu saja, bisa juga merupakan jebakan. Tapi meski mati, masih ada kemungkinan untuk hidup kembali. Walau yang terakhir ini bergantung pada voting dan ada ketidakpastian, tapi tidak ada salahnya mencoba?
Sedangkan opsi B ini, dibandingkan dengan A, benar-benar dua ekstrem! Siapapun yang melihatnya pertama kali pasti langsung merasa jijik, tentu tidak ingin memilihnya. Mereka berpendapat, meskipun A adalah jebakan, B tetap tidak bisa dipilih, paling-pilih memilih C atau D.
Puncak tertinggi dari kebohongan adalah menipu lawan dengan mengatakan kebenaran. Memang benar, selama kita naik ke lantai paling atas tangga, kita bisa meninggalkan Desa Tak Kembali. Tapi itu juga berarti akan semakin mendekati Rumah Perawatan Yanyu!
Sedangkan Huang Ti dan Roland sama sekali tidak mengetahui hal ini. Mereka percaya bahwa A mungkin benar-benar jalan keluar. Karena misi darah telah menyebutkan dengan jelas bahwa jalan keluar mungkin muncul setelah berbagai pilihan. Artinya, mungkin karena mereka memilih D, baru memicu jalan keluar. Semakin dipikirkan, justru semakin terasa ini bukan jebakan.
Di hati Roland awalnya juga ada sedikit keraguan, tapi setelah direnungkan berulang kali, dia merasa bahwa jika bukan karena memilih D, mereka tidak akan sampai di sini. Artinya, ini mungkin benar-benar jalan keluar!
Memikirkan ini, hati Roland pun berbunga-bunga. Tangannya gemetar menjulur di atas tombol huruf "A". Jika bukan karena sifatnya yang hati-hati, mungkin saat itu juga dia sudah menekannya.
“Tidak, lebih baik tetap tenang,” Roland mengusap dahinya, bergumam, “Tabel analisis misi darah sudah kubaca berkali-kali, banyak penghuni yang tertipu misi darah akhirnya kehilangan nyawa. Lebih baik kupikirkan dulu. Jika naik, apakah akan bertemu hantu baru? Benar juga, meski katanya keluar dari Desa Tak Kembali, permainan baru sampai ronde kedua. Mustahil bisa kabur dari desa itu secepat ini. Lebih baik hati-hati. Tapi... bagaimana jika ini benar jalan keluar, dan kulewatkan? Sayang sinyal ponsel tak ada, komputer ini juga tak bisa online. Kalau tidak, bisa kucoba menghubungi penghuni apartemen lain.”
Namun, Huang Ti tidak setenang Roland. Sebagai penghuni baru apartemen yang minim pengalaman, nalar survival-nya akhirnya mengalahkan akal sehat.
“Meski ini ronde kedua, mungkin kita bisa keluar dari permainan! Ya, mungkin misi darah sengaja mengecoh dengan cara tak terduga ini. Ini kan bukan game online sungguhan. Pasti begitu!”
Akhirnya ia memutuskan, jarinya menekan tombol "A"!
Kali ini pilihan berbeda dari sebelumnya. Meski Roland belum memilih, Ming sudah bisa bergerak dan menginjakkan kaki di anak tangga!
Saat itu, tak satupun penghuni rumah sakit jiwa menyadari sabit Shinigami telah mengincar leher mereka...
## JILID 21 PERMAINAN BAB 20 PILIH ATAU TIDAK?
Situasi Nian Ningyi dan kawan-kawannya kini tak berbeda dengan Roland, Gongsun Yan, dan yang lain.
Empat orang yaitu Hong Xia (Nian Ningyi), Xingyue (Fengling Xian), Xu Tao (Luo Bing), dan Lin Tianze (Bai Hong) juga menghadapi pilihan mengerikan yang sama.
"Mencabut pedang, merusak tembok, melepas topeng, atau berjalan ke arah berlawanan?" Nian Ningyi segera mengerutkan kening, tenggelam dalam perenungan. Kali ini berbeda dengan tindakan menggali kubur sebelumnya, ada pilihan yang terlihat jelas seperti jalan keluar - berjalan ke arah berlawanan. Tapi Nian Ningyi bukanlah orang yang naif. Dia merasakan bahwa opsi D ini sangat mencurigakan. Tiga opsi pertama memiliki daya ganggu yang kuat dalam pemilihan, membuat orang sulit memilih salah satunya. Namun D berbeda, terlihat seperti jalan keluar yang jelas, justru karena itu lebih menyerupai jebakan.
"Ada yang tidak beres. Ya, pasti ada masalah. Sekarang kita sudah memasuki Desa Nir-Kembali, masalah pasti akan berdatangan. Tidak bisa memilih dengan sembarangan. Ya, harus dipikirkan baik-baik."
Nian Ningyi bukanlah orang yang cerdas. Sebaliknya, dia agak naif dan tidak suka berpikir, hanya tertarik mengumpulkan spesimen kupu-kupu. Karena pendiam dan tidak pandai bergaul, dia tidak punya banyak teman, akhirnya hanya menghabiskan hari-harinya menyendiri bersama spesimen kupu-kupu.
"Karena terlalu kurang bergaul dengan orang, membuatnya tidak mengerti tata krama masyarakat. Bertahun-tahun setelah lulus kuliah tak bisa menemukan pekerjaan, akhirnya hanya bisa bekerja di toko serba ada. Meski begitu, hidupnya terasa membosankan dan tak berarti. Hanya saat menghadapi spesimen kupu-kupu, dia bisa merasa sedikit tenang. Suatu malam sepulang kerja, sudah tengah malam. Merenungkan hidupnya yang membosankan tanpa harapan, sambil terus menendang batu, tanpa sadar memasuki kompleks itu, dan tanpa sengaja sampai di mulut gang. Hingga menyadari bayangannya sendiri terlepas dari kakinya dan masuk ke apartemen itu..."
Nian Ningyi menyusun kembali pikirannya. Akhirnya, mulai merenungkan pilihan mana yang harus diambil. D, memilih atau tidak. Jika dipilih, apakah justru akan memicu jalan kematian?
"Jalan keluar... jalan kematian... setengah jalan keluar, setengah jalan kematian..."
Nian Ningyi menyadari, bagaimanapun dipikirkan, tak satu pun opsi yang mengganggu bisa dieliminasi. Semakin keras berusaha, semakin dia merasa semua ini benar-benar memupuk keputusasaan.
"Ya Tuhan... Aku, apa yang harus kulakukan?"
Tubuh Nian Ningyi terjatuh di kursi. Matanya berkunang-kunang, seluruh badan gemetar tak terkendali. Sebenarnya, apa yang harus dilakukan? Apakah dia hanya bisa menunggu kematian?
“Tidak, tidak boleh!” Nian Ningyi menggenggam dadanya, matanya sudah dipenuhi urat darah, sambil menggigit gigi berkata: "Aku sama sekali tidak boleh mati dalam misi darah kali ini! Sama sekali tidak boleh! Pikirkan baik-baik, apartemen pasti akan memberi kita petunjuk jalan keluar, pasti! Mencabut pedang, ini sama sekali tidak boleh, ya, hancurkan dinding di belakang, tidak, itu juga tidak boleh, lalu lepaskan topeng, tidak, topeng itu pasti menyimpan rahasia besar, tidak boleh sembarangan melepasnya. Lalu, apa yang harus, apa yang harus aku lakukan?"
Akhirnya, dia menyadari meski mungkin itu jebakan, D tetaplah opsi yang paling bisa diterimanya.
"Pilih... pilih D?" Nian Ningyi bertanya dalam hati dengan diam-diam.
Sementara itu, Feng Lingxian juga menatap keempat opsi itu, karakter permainan yang dia mainkan adalah Xingyue. Melihat jenazah yang tertusuk pedang di dinding dan desa yang runtuh di sekitarnya, dia langsung tahu tempat ini, sembilan dari sepuluh, pasti Desa Tidak Kembali! Jika tempat ini memang Desa Tidak Kembali, berarti permainan babak kedua sudah memasuki situasi paling mengerikan! Bagi Feng Lingxian yang tidak terlalu detail dalam berpikir, situasi saat ini sama dengan jalan buntu.
"Aku, apa yang harus aku lakukan..."
Feng Lingxian hanya merasakan ketidakberdayaan mutlak, seluruh tubuhnya lemas. Jika saat ini dia berdiri, mungkin akan langsung terjatuh dan pingsan.
Lin Tianze, pria yang baik dan ramah yang diakui di apartemen, hingga hari ini masih berusaha mencegah orang masuk menjadi penghuni. Termasuk tipe orang baik langka. Meski tidak terlalu dekat dengan Huangfu He, ia mengagumi bakti anaknya yang luar biasa. Setelah kematian He, Lin mengurus pemakamannya. Namun menghadapi pilihan aneh sekarang, ia pun tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana cara melarikan diri dari neraka ini? Pikirannya berputar-putar tanpa kepastian.
Xu Tao yang licik dan pandai memanipulasi psikologi orang, kini juga kehabisan akal. Tak peduli seberapa keras ia berpikir, tak ada secercah harapan hidup yang ditemukan. Jika tidak memilih opsi terakhir, ketiga pilihan awal sama sekali tidak memberikan solusi.
Akhirnya hanya tersisa satu cara.
Yaitu memilih D.
Benar, mungkin itu jebakan. Tapi setiap pilihan sebelumnya mengandung risiko besar. Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
Memilih D berarti harus pergi ke sisi barat.
Tentu tak semua orang akan memilih ini. Bahkan jika tak ada penghuni yang memilih D, mereka akan aman. Tapi dalam tujuh babak permainan, jika jenis pilihan seperti ini terus muncul, situasinya akan berbeda drastis. Begitu ada yang mulai memilih D, misi darah ini akan menunjukkan jalan kematian.
Akhirnya, orang pertama yang memilih adalah Xu Tao. Di detik terakhir, ia nyaris memilih D tapi tiba-tiba merasakan dingin menjalar di dada, firasat bahaya yang membuatnya mengubah pilihan menjadi C: melepas topeng.
Orang kedua adalah Nian Ningyi, setelah berpikir berulang kali, dia tetap merasa memilih D adalah metode terbaik. Meskipun belum sepenuhnya yakin ini jalan keluar, setelah mempertimbangkan segala hal, hanya itu yang bisa dilakukan. Akhirnya, dia memilih D.
Lin Tianze dan Feng Lingxian hampir bersamaan membuat pilihan. Yang pertama memilih B, sementara yang terakhir memilih D.
Dengan demikian, muncul dua pemilih D baru.
Di sisi Ziye, keempat orang juga secara berturut-turut membuat pilihan.
Ziye tidak ragu lama, langsung memilih D dan mengambil semua uang arwah di tanah.
Xiao Yezi menatap empat opsi cukup lama sebelum akhirnya memilih A.
Pu Xingyuan dan Zuo Yatang juga berpikir panjang sebelum memutuskan. Hasilnya, Pu Xingyuan memilih B (bergerak ke arah berlawanan), sedangkan Zuo Yatang memilih D (mengambil semua uang arwah).
Akhirnya, semua yang memilih barat mulai mendekati tangga menuju puncak gunung! Ming yang pertama naik anak tangga telah sampai di puncak!
Setelah menginjak anak tangga teratas, Huang Ti menatap penuh ketegangan, napasnya tersengal-sengal. Di puncak gunung, terhampar hutan lebat.
Ming berjalan menuju hutan itu. Langkah demi langkah... Huang Ti tak berkedip menyaksikan, sampai akhirnya tiba di pusat hutan.
Rimbunnya pepohonan menyembunyikan pemandangan luar. Huang Ti tak menyadari Ming yang perlahan mendekati sisi timur puncak - arah Yan Yu Sanatorium!
Tiba-tiba Huang Ti menyadari bahwa kecepatan langkah Ming, entah mengapa, semakin bertambah cepat.
Akhirnya, Ming sampai di tepi hutan. Secara tiba-tiba, di tanah depan muncul banyak uang kertas sembahyang yang berserakan dan sebuah topeng putih! Opsi baru muncul di layar komputer Huang Ti.
（A）Lanjutkan ke depan, langsung melompat ke akhir permainan di babak ketujuh（B）Kembali ke Desa Tidak Kembali（C）Ambil 100 lembar uang sembahyang（D）Kenakan topeng.
Saat melihat opsi A, napas Huang Ti langsung menjadi tersengal-sengal, benarkah bisa langsung melompat ke akhir?
Andai saja dia tidak cukup tenang, mungkin jarinya sudah menekan A saat itu juga!
"Babak kedua langsung bisa ke babak tujuh? Apakah permainan ini seperti ular tangga? Aneh, muncul opsi B untuk kembali ke Desa Tidak Kembali? Jangan bercanda, susah payah keluar, mengapa harus kembali?"
Jantung Huang Ti berdegup kencang, jarinya mulai merayap di atas tombol A, beberapa kali hampir tertekan. Jika benar-benar ditekan, permainan akan berakhir dan semua penghuni rumah perawatan ini takkan ada yang selamat!
Saat ini, waktu sudah hampir tengah malam pukul 00:00.
"Tarik napas... hembuskan..." Huang Ti berusaha tenang sambil mempertimbangkan keempat opsi ini, ragu apakah harus langsung memilih A.
A, tetap merupakan kebohongan yang menggunakan kebenaran untuk menipu penghuni. Langsung melompat ke akhir, bagaimanapun dilihat, tampak sempurna tanpa celah. Tapi justru karena terlalu sempurna, Huang Ti malah ragu. Sebenarnya sebelumnya dia sudah curiga apakah pilihannya terlalu impulsif dan memilih konten yang tidak seharusnya. Kini melihat opsi ini, dia mulai ragu-ragu.
Langsung melompat ke akhir? Meskipun benar seperti permainan ular tangkap, ini terlalu beruntung bukan? Huang Ti yakin, pilihan yang dia ambil tadi pasti bukan opsi yang tidak akan dipilih siapa pun. Jika ini tingkat kesulitan normal misi darah pertama, mungkin masih bisa dimengerti. Tapi Huang Ti tahu, Ying Ziyue yang menjalankan misi darah kali ini sebenarnya sudah ketujuh (faktanya keenam), bagaimana mungkin tingkat kesulitannya setara dengan pertama kali?
Lagipula, bagaimana mungkin permainan ini benar-benar seperti ular tangkap?
"Tidak, ini tipuan!" Huang Ti tiba-tiba tersadar: "Ini tipuan, pasti tipuan! Jika aku memilih ini, mungkin benar-benar memicu jalan kematian. Akhir permainan? Kematian karakter juga bisa jadi akhir, aku bukan tokoh utama, tidak ada aura protagonis... Tunggu, dalam permainan memang tidak ada yang namanya aura protagonis, bahkan tokoh utama pun bisa mati selama permainan bukan?"
Semakin dipikir, Huang Ti semakin yakin ini adalah jebakan!
Tapi, bagaimana jika ini bukan jebakan?
Saat ini Huang Ti sepenuhnya terjebak dalam mentalitas penjudi, hanya taruhannya adalah nyawanya sendiri. Dia tidak berani tidak berhati-hati.
“Benar, Roland seharusnya juga memilih opsi yang sama... Bagaimana kalau saya mengamati dulu? Tidak, tidak, jika mereka semua selamat, pasti akan tersimpan, maka saya tidak bisa mengulang lagi. Tidak, tidak boleh dilakukan.”
Huang Ti terjebak dalam dilema.
Sementara itu, Roland juga berpikir keras. Di belakang Zhou Chi, tiga karakter permainan lainnya—Sheng Hai, Xing Yue, dan Hong Xia—juga mendekat.
Saat sampai di depan anak tangga, empat opsi yang sama muncul di hadapan Pu Xingyuan, Feng Lingxian, dan Nian Ningyi. Roland masih belum memilih.
Sama seperti Huang Ti, ketiganya terkejut melihat opsi A. Meninggalkan Desa Nir-Return adalah godaan besar. Mulailah muncul yang mempertimbangkan memilih A.
Jari-jari setiap orang melayang-layang di atas tombol A, ragu-ragu apakah harus memilih.
Jari Huang Ti sekarang juga gemetar di atas tombol A.
Pilih, atau tidak?
Pilih, atau tidak?
Akhirnya pilih atau tidak?
## JILID 21 PERMAINAN BAB 21 RONDE KETIGA!
Huang Ti berpikir lama, tapi tetap tidak bisa menekan A.
"Tidak, ini salah," katanya dengan gugup, "Tenang, tenangkan diri... Ini pasti jebakan? Tapi... mungkin bisa dicoba, tidak, jika akhirnya proses penyimpanan membuat Ming mati, maka aku juga akan mati..."
Huang Ti terus meremas-remas rambutnya. Saat ini, dia benar-benar bingung harus berbuat apa.
"Sudahlah!" Huang Ti mengatupkan giginya: "Jika kembali ke Desa Bugui seperti ini, konsekuensinya tak terbayangkan. Lebih baik mengambil risiko! Meski berhasil melewati misi darah kali ini, masih ada sembilan kali misi darah lagi. Mungkin banyak situasi mempertaruhkan nyawa di masa depan. Kalau begitu, lebih baik bertaruh sekarang juga!"
Jarinya akhirnya menyentuh huruf A. Huang Ti menutup matanya, saat hendak menekan tiba-tiba jemarinya berhenti.
"Tunggu... tunggu dulu?"
Huang Ti kembali menatap layar komputer. Awalnya tak ada yang aneh, namun setelah diperhatikan seksama, tiba-tiba muncul sesuatu yang ganjil.
Di depan mereka tak jauh, ada sebatang pohon. Jika diamati lebih teliti, ternyata itu... metasequoia!
"Ini, ini metasequoia?" Huang Ti segera menarik jarinya, memandang pohon itu dengan panik dan keraguan!
Metasequoia, pohon gugur yang langka, termasuk spesies dilindungi kelas satu di Tiongkok. Bahkan bisa dibilang tanaman yang sangat berharga dan terancam punah. Sejarahnya bisa ditelusuri hingga Zaman Kapur, dijuluki "fosil hidup" di dunia tumbuhan.
Gunung Luoyun terletak di dekat kawasan hutan Kota K. Gunung ini sebenarnya bagian dari hutan lindung pemerintah kota, sehingga penanaman pohon langka semacam ini dimungkinkan di sini.
Huang Ti memiliki pengetahuan dasar tentang tumbuhan. Ia pernah membaca laporan pemerintah kota tentang pembangunan kawasan hutan di Distrik Feiyun. Saat ini, sebuah pikiran mengerikan muncul di benaknya.
"Ini, apakah ini kebetulan belaka?"
Karena jaraknya cukup dekat, dia bisa memastikan bahwa pohon di depannya benar-benar Metasequoia! Jenis pohon langka ini tentu tidak mudah ditemui, apalagi di area hutan dekat Gunung Luoyun yang juga ditanami sejumlah Metasequoia. Saat menyelidiki Gunung Luoyun, Huang Ti pernah melihat data tentang hal ini.
"Ti-Tidak mungkin? Tidak, ini kebetulan saja?"
Ini adalah permainan, munculnya pohon Metasequoia pun bukan hal mustahil. Tapi tabel analisis misi darah berulang kali mengingatkan penghuni: jangan pernah mengabaikan sedikit pun "ketidakwajaran". Huang Ti teringat, jika tempat ini adalah puncak "Gunung Xiyue", lalu bagaimana jika Gunung Xiyue sebenarnya adalah Gunung Luoyun...
Huang Ti hampir berteriak!
"Jangan-jangan... ini dekat dengan Sanatorium Yan Yu?"
Meski terasa seperti ide yang aneh, perasaan gelisah Huang Ti semakin menjadi. Apakah pohon Metasequoia ini benar-benar kebetulan? Atau jangan-jangan tempat ini sebenarnya berada di Gunung Luoyun?
Gunung Luoyun dan Hutan Nomor 1 hanya terpisah sejauh sejengkal. Konon awalnya gunung ini termasuk dalam rencana pembangunan hutan, dan di antara beberapa hutan di Distrik Feiyun, hanya Hutan Nomor 1 yang ditanami Metasequoia.
Benarkah? Benarkah demikian?
"Tidak, tidak mungkin. Jika ini wilayah hutan, mengapa sebelumnya kami melihat begitu banyak pohon yang layu? Pemerintah tidak mungkin tidak memperhatikan penghijauan di area hutan!"
Sebenarnya, daerah itu selalu terasa aneh. Apa pun jenis pohon yang ditanam di sana, pasti akan layu dan akhirnya menjadi kayu lapuk. Direktur utama Hutan No. 1 menganggap Gunung Luoyun tidak sepenuhnya masuk wilayah hutan mereka, jadi tidak terlalu dipedulikan. Namun, pohon-pohon yang ditanam di puncak gunung masih tumbuh dengan baik.
Andai bukan karena pohon metasequoia ini, Huang Ti mungkin benar-benar akan memilih A. Tapi sekarang dia tidak berani menekan tombol itu. Bagaimanapun, jika Gunung Xiyue ini benar-benar Gunung Luoyun, maka membiarkan Ming terus maju mungkin akan mendekati Rumah Sakit Yan Yu!
Tiba-tiba dia menyadari: meskipun dia tidak memilih, orang lain mungkin akan memilih, contohnya Roland!
Tapi misi darah secara ketat melarang penghuni apartemen memberi saran ke penghuni lain. Dalam kondisi tidak bisa menghubungi penghuni apartemen sekarang, sekalipun Huang Ti menemukan hal ini, dia tidak boleh memberitahu siapa pun. Apalagi penilaiannya hanya berdasarkan satu pohon metasequoia, itu tidak realistis.
"Kalau begitu..." Dia merenung, memandangi pilihan BCD, berpikir: "Aku harus memilih yang mana sekarang?"
Akhirnya, seorang penghuni menemukan jalan kematian. Tapi dia tidak bisa mengungkapkannya.
Roland, Pu Xingyuan, Feng Lingxian, dan Nian Ningyi berdiri di depan anak tangga sambil memandang empat pilihan itu. Untuk sementara, tidak ada yang tahu harus berbuat apa.
"Harus memilih... yang mana ya?"
Tiba-tiba Roland melihat ada yang bergerak di layar yang sebelumnya diam. Orang itu adalah Sheng Hai!
Pu Xingyuan memilih A!
Melihat Pu Xingyuan membuat pilihan, yang lain mulai gelisah. Mereka bahkan mempertimbangkan apakah akan menunggu Shenghai naik ke atas, apakah akan terdengar teriakan. Atau setidaknya muncul subtitle.
Roland saat ini selalu merasa opsi A adalah pilihan yang tidak boleh dipilih. Jika dipilih, seolah membuka kotak Pandora. Memikirkan ini, tangannya gemetar menekan A. Tapi apakah lebih sulit memilih Desa Bugui, atau kiri-kanan?
Roland meletakkan kepala di meja. Saat ini, dia benar-benar bingung menentukan pilihan.
Selama Roland ragu-ragu, satu orang lagi membuat keputusan. Nian Ningyi, dia juga memilih A. Kemudian Hong Xia pun naik.
Akhirnya di bawah tangga tersisa Zhou Chi dan Xingyue, yaitu Roland dan Feng Lingxian.
Feng Lingxian masih ragu, mengambil sikap menunggu untuk melihat hasil pilihan Pu Xingyuan dan Nian Ningyi sebelum memutuskan. Sejujurnya opsi ini sangat menggoda, tapi setelah sering menghadiri seminar misi darah, dia paham aturan dasar: jalan keluar jelas tidak akan muncul kecuali pada misi darah pertama. Kini tingkat kematian misi darah pertama sangat tinggi, tak ada yang berani ceroboh.
Tiba-tiba layar menjadi gelap, muncul tulisan: "Putaran kedua berakhir. Pilihan yang belum ditentukan di putaran ini dibatalkan."
"Babak kedua, berakhir seperti ini, dan waktunya jauh lebih singkat dibanding babak pertama. Tapi ini sesuai dengan pemikiran para penghuni. Lagipula, sekarang sudah melewati tengah malam pukul 00:00. Jika permainan tidak selesai sebelum pukul 3 pagi, semua orang akan dibunuh oleh kutukan bayangan."
Tiba-tiba, muncul opsi apakah akan menyimpan babak kedua.
Roland dan Feng Lingxian langsung menekan "tidak menyimpan". Bagaimanapun, opsi sebelumnya masih membuat mereka tergoda, sekarang tentu ingin mengulang lagi. Huang Ti karena gelisah juga memilih "tidak menyimpan". Selain itu, ada dua orang lagi yang memilih "tidak menyimpan".
Tapi akhirnya karena skor 7:5, babak kedua tetap tersimpan.
Babak baru dimulai.
"Tidak mungkin?" Feng Lingxian membanting meja kesal, "Aku, kenapa tadi ragu-ragu? Sial, andai ada dua suara lagi, kita bisa mengulang! Sekarang, sekarang harus bagaimana?"
Perasaan Roland berbeda dengan Feng Lingxian. Dibanding yang terakhir, dia jauh lebih cerdik.
Wajah Ziye dan Kamya Sayoko sama sekali tidak berubah.
Pu Xingyuan dan Nian Ningyi sama-sama memilih "simpan". Sejujurnya, melihat skor 7:5 membuat hati mereka deg-degan. Jika diulang, mereka tak yakin berani memilih A lagi. Kini, air susu sudah tumpah.
Babak ketiga dimulai.
Sheng Hai dan Hong Xia, satu di atas satu di bawah, berjalan di tangga.
Memilih opsi ini, jika dikatakan tidak ada sedikit pun ketegangan di hati, itu bohong. Tapi saat ini, memang sudah tidak ada cara lain. Mereka semua pertama kali menjalankan misi darah, menghadapi hidup dan mati. Melihat secercah harapan ini, meski mungkin ada jebakan, mereka tetap ingin mencoba.
Namun keduanya juga sangat sadar, jika mereka mati, kemungkinan besar akan mudah dikategorikan sebagai kelompok minoritas.
Anak tangga sangat panjang. Akhirnya, keduanya sampai di puncak. Kemudian mulai berjalan menuju hutan di depan.
Tapi tiba-tiba mereka menyadari, dari hutan depan muncul seseorang. Setelah diperhatikan, bukankah itu Ming?
Ming dan keduanya saling berpapasan. Hal ini langsung membuat Pu Xingyuan dan Nian Ningyi merasa gelisah. Tapi mereka tidak bisa menanyakan Huang Ti.
Mengapa dia berjalan kembali?
Berjalan pulang berarti kembali ke Desa Tidak Kembali. Karena keluar dari sini, berarti tadi dia juga memilih naik melalui anak tangga. Tapi mengapa harus kembali?
Mungkinkah benar ada jebakan yang tersembunyi?
Ini membuat keduanya mulai waspada, tidak berani lengah. Bahkan mulai khawatir, jangan-jangan mereka memilih jalan kematian?
Huang Ti, tepat sebelum berakhirnya babak kedua, akhirnya memantapkan hatinya memilih B. Sebenarnya, jika dia masih ragu beberapa saat lagi hingga babak kedua berakhir dan pilihan otomatis hangus, maka di babak ketiga Ming akan terus berjalan maju. Bagi penghuni yang tak bisa meninggalkan rumah perawatan, begitu "Ming" masuk ke dalam, semua pasti tewas. Persis seperti nasib Ziye, Shangguan Mian dan Bai Yu yang terperangkap di Gedung Yueying saat misi darah pengiriman surat memicu jalan kematian.
Bisa dibilang, Huang Ti baru saja merebut nyawanya dari cengkeraman Shinigami.
Melihat Ming turun dari anak tangga, Roland dan Feng Lingxian tertegun. Sekilas, ribuan pikiran berkelebat di kepala mereka. Sudah naik tapi malah turun, pasti ada masalah di atas!
Meski hati teriris, Roland dan Feng Lingxian paham prioritas. Keduanya memilih B: kembali ke Desa Bugui.
Sementara Pu Xingyuan dan Nian Ningyi yang cemas karena kepulangan Ming, saat berhenti di mulut hutan bersama Shenghai dan Xingyue, melihat sebuah gua aneh muncul di depan.
Opsi: (A) Lanjut maju, langsung ke ending babak 7 (B) Menoleh ke belakang, kembali ke Desa Bugui (C) Masuk gua (D) Melukai tangan di mulut gua.
Dua opsi terakhir jelas hanya gangguan. Gua ini sama sekali tak istimewa. Tapi karena ketidaktahuan, penghuni tak berani memilih masuk gua.
Di sampingnya, juga terdapat sebuah pohon metasequoia yang berfungsi sebagai "petunjuk jalan keluar".
Pu Xingyuan dan Nian Ningyi mulai merenungkan pilihan mana yang harus dipilih.
## Jilid Dua Puluh Satu Permainan Bab Dua Puluh Dua Topeng Pucat
"Sial, aku tidak bisa bertanya pada Huang Ti..." Nian Ningyi menggigit ibu jarinya, wajahnya dipenuhi kegelapan.
Dalam situasi saat ini, dia benar-benar ragu. Opsi A terlalu menggoda, tapi mengapa Huang Ti memilih kembali? Mungkin dia ingin menunggu perkembangan di sesi berikutnya? Atau mungkin konten opsi yang dilihatnya berbeda?
Nian Ningyi merenungkan banyak kemungkinan dalam waktu singkat, tapi akhirnya dia sendiri sulit memastikan. Ketidakmampuan melakukan komunikasi informasi membuat penghuni terjebak dalam situasi yang sangat pasif.
"Hanya menanyakan mengapa dia kembali, tidak bisa dianggap memberi saran atau mengganggu permainannya, kan?" Nian Ningyi kembali merenung, tapi segera menggelengkan kepala: "Tidak bisa. 'Jika' dia memberitahuku, pasti akan mempengaruhi pilihanku, maka dia akan dibunuh oleh kutukan bayangan. Bagaimana mungkin Huang Ti yang sudah tahu ini masih memberitahuku? Pasti dia menemukan sesuatu, tapi apa ya?"
“Nian Ningyi tentu sama sekali tidak menyadari keberadaan pohon metasequoia itu. Sehari-hari dia hanya tertarik mengumpulkan spesimen kupu-kupu, sama sekali tidak paham tentang tanaman. Apalagi pergaulannya terbatas dan jenis buku yang dibacanya pun sempit, menyebabkan wawasannya sendiri relatif tidak luas.”
Setelah berpikir lama, dia juga menyadari bahwa opsi A yang terlihat menjanjikan ini mungkin benar-benar sebuah jebakan. Sekalipun ada kesempatan untuk mengulang, itu harus melalui pemungutan suara. Jika hasil suara memilih melanjutkan proses, maka dia benar-benar akan mati. Memikirkan ini, Nian Ningyi merasa dadanya membeku, kegembiraannya saat melihat empat opsi tadi pun memudar separuh.
"Tidak, ini salah!" Nian Ningyi kembali membatalkan keputusannya: "Jangan terburu-buru... Benar, Huang Ti yang baru bergabung dengan apartemen ini belum terlalu lama. Mungkin dia terlalu hati-hati sehingga tidak berani memilih. Jika benar terjadi sesuatu, seharusnya kita melihat jenazah Ming, bukan dia yang kembali hidup! Ya, pasti begitu! Aku hampir saja kehilangan kesempatan. Aku... Aku tidak mau kembali ke Desa Bugui itu!"
Sejak masuk apartemen ini, Nian Ningyi telah menyaksikan begitu banyak penghuni tewas. Terutama misi darah yang dijalani Huangfu He dan lainnya sebelumnya, bahkan Pei Qingyi yang dijuluki Wakil Loushang pun tewas. Ini membuatnya sering terbangun dari mimpi buruk.
"Tidak bisa! Jalan keluar ada di depan mata, bagaimana bisa dilepaskan? Sekalipun ini jebakan, aku harus mencoba! Jika kembali ke Desa Bugui, bukankah peluangku untuk mati justru lebih besar?"
Darah Nian Ningyi berdesir. Jarinya kembali menekan huruf A. Dengan menekan ke bawah, mungkin dia bisa menyelesaikan misi darah pertamanya!
"Aku... Aku..."
Meskipun begitu pikirannya, ini tetap merupakan pilihan hidup dan mati. Nian Ningyi belum memiliki keberanian cukup besar untuk menekan tombol A tanpa ragu. Dia sendiri merasa ini kemungkinan besar adalah jebakan, tetapi melompat langsung ke akhir cerita, godaan ini terlalu besar. Masih ada dua fragmen Perjanjian Neraka. Sekarang dia anggota "Aliansi Kamya", kemungkinan besar akan mendapat bagian nanti. Dengan instruksi tulisan darah tingkat raja iblis, dia bisa hidup meninggalkan apartemen ini! Lagipula, mungkin saja pada misi darah berikutnya akan dirilis kontrak baru. Jika lancar, dia hanya perlu menyelesaikan misi darah kali ini. Nantinya cukup dengan satu kali misi darah iblis, dia bisa hidup-hidup keluar dari apartemen!
Meski Nian Ningyi juga tidak menganggap Kamya Sayoko benar-benar dapat diandalkan, tapi dalam krisis dimana hidup dan mati sulit dikendalikan, dia hanya bisa memilih Kamya Sayoko. Bukan tidak terpikir untuk bergabung dengan "Aliansi Yinyu", namun Ke Yinye yang bahkan rela masuk apartemen ini demi adik angkatnya yang dicintai, justru memberinya kesan bukan cinta yang mengharukan, melainkan obsesi gila bahkan sakit jiwa. Obsesi yang bertolak belakang dengan sifat manusia normal, mengabaikan nyawa sendiri demi Yinyu ini, membuatnya sama sekali tidak merasa aman dengan Ke Yinye. Sebaliknya, Kamya yang selalu praktis dan ahli dalam mengincar, meski dia orang asing, justru memberi Nian Ningyi kesan sebagai sosok dengan sifat manusiawi yang nyata, sehingga lebih mudah menebak psikologi dan pola pikirnya.
"Setelah sekian lama muncul secercah harapan, dia tentu tidak ingin mati dalam misi darah kali ini. Bahkan semut saja berusaha bertahan hidup, meski peluang selamat sangat tipis, selama ada harapan, dia harus berjuang."
Jari-jarinya terus terangkat dan turun. Nian Ningyi benar-benar kesulitan memutuskan. Hatinya terasa seperti dimasukkan ke blender, terus dihancurkan berkeping-keping. Mengapa dirinya harus masuk ke Apartemen Neraka ini? Kekuatan jahat apa yang mengendalikan apartemen ini hingga mengeluarkan instruksi tulisan darah yang kejam seperti ini?
Di sudut mata Nian Ningyi, air mata mulai menetes.
"Aku... aku harus bertahan hidup! Harus! Harus!"
Dia melihat A, lalu B. Akhirnya, jarinya menekan pilihan!
Setelah pilihan dibuat, layar kembali bergerak.
"Hong Xia" tidak melanjutkan perjalanan, tetapi kembali.
Pada akhirnya dia memilih B. Meski tahu kembali ke Desa Tak Kembali mungkin berarti tidak akan bisa bangkit lagi, dia tetap tidak berani memilih A langsung. Karena jika A adalah jalan kematian, dia akan langsung tewas. Tapi kembali ke Desa Tak Kembali masih memberi waktu persiapan.
Bagaimanapun, dia belum berani mempertaruhkan nyawanya dalam perjudian besar. Faktanya, tebakannya ternyata tepat.
Roland juga menyadari kembalinya Hong Xia.
Sebenarnya dia terus berpikir, apakah harus melanjutkan? Jika langsung melompat ke akhir permainan, apa yang akan dihadapi? Bos terakhir game? Atau menyelesaikan permainan dengan selamat?
Roland sama sekali tidak percaya segalanya bisa berjalan semulus itu. Meskipun ini pertama kalinya menjalankan misi darah, pengalaman memimpin eksperimen kutukan bayangan sebelumnya membuatnya menyadari betapa mengerikannya apartemen ini, yang benar-benar memotong semua jalan keluar penghuni dari kutukan. Lalu, apakah mungkin ada pilihan belas kasihan yang diberikan padanya? Atau setidaknya, apakah itu akan terlihat jelas?
Kepulangan Ming dan Hongxia secara berturut-turut mengguncang hati Roland. Pikirannya jauh lebih tenang dibanding Nian Ningyi. Sebagai anggota 'Aliansi Kamya' yang sering berinteraksi dengan Kamya Sayoko, ia paham betul bahwa kehilangan ketenangan di apartemen ini sama seperti prajurit yang menyerahkan senjata di medan perang. Hanya dengan tetap waras, menganalisis secara objektif, berhipotesis berani namun verifikasi hati-hati, itulah satu-satunya jalan untuk hidup keluar dari apartemen. Tentu, faktor keberuntungan juga memegang peranan penting.
Meski begitu, hampir tidak ada yang bisa selamat meninggalkan apartemen. Roland sebenarnya tahu, klaim bahwa sepuluh misi darah bisa membebaskan seseorang dari apartemen itu seperti memenangkan lotre - sekadar harapan semu yang terlihat nyata. Penghuni apartemen hanyalah terpidana hukuman mati yang ditangguhkan.
Fakta membuktikan hal tersebut. Dalam lima puluh tahun terakhir, hanya Mizhen yang berhasil hidup keluar dari apartemen. Itupun, ia masih terbebani Kutukan Misi Darah Kesepuluh. Sampai sekarang, Mizhen bahkan tidak tahu apa jalan keluar dari Misi Darah Kesepuluh itu.
“Tidak boleh terbuai oleh godaan di depan mata, harus berpijak pada realita!” Roland kembali mengingatkan diri sendiri, harus tenang, tenang. Orang Barat memang sejak awal sudah sangat rasional, Roland saat ini, meskipun menghadapi ancaman kematian, tetap tidak goyah dengan mudah.
Akhirnya, dia juga memilih B, kembali ke Desa Bugui. Pilihan ini membuat para penghuni akhirnya terbebas sementara dari ancaman kematian mengerikan ini untuk sementara waktu.
Namun, selain Huang Ti, tidak ada seorang pun yang menghubungkan Gunung Xiyue dengan Gunung Luoyun. Huang Ti sendiri hanya mengandalkan sebatang pohon metasequoia untuk menyimpulkan bahwa mungkin Gunung Xiyue adalah Gunung Luoyun, dan dia juga tidak bisa memberitahu informasi ini kepada orang lain.
Jadi, masih banyak orang yang tidak menyadari hal ini.
Namun, ada satu hal yang diperhatikan oleh semua orang.
Yaitu fakta bahwa sampai saat ini belum ada satu pun karakter permainan yang mati, ini menimbulkan keraguan. Mengapa? Begitu banyak pilihan aneh, bahkan ada penghuni yang sudah mempersiapkan diri untuk mengakhiri hidup, tapi tidak ada yang benar-benar meninggal.
Selain itu, sekarang sudah memasuki babak ketiga.
Meskipun beberapa karakter terpisah satu sama lain, tapi sampai saat ini tidak ada satu kamar pun yang mengeluarkan teriakan. Ini membuat semua orang beranggapan bahwa dari dua belas orang, tidak ada satu pun yang dibunuh oleh hantu setelah permainan disimpan. Artinya, karakter permainan juga tidak mati.
Mengapa?
Mengapa tidak ada yang mati?
Ziye menopang dagunya, jarinya mengetuk-ngetuk meja. Tangannya terkadang terbuka, terkadang mengepal. Setelah waktu yang tidak diketahui lamanya, tiba-tiba dia menoleh ke belakang!
Di belakang, masih ada ruangan yang gelap gulita. Tak terlihat siluet manusia sama sekali.
Dia perlahan menoleh ke belakang. Sekarang, Feng Wu dan Qian Qian setelah mengambil uang arwah, tidak berlama-lama lagi melainkan berjalan menuju arah lain. Selain sisi barat, tidak ada jalan lain yang bisa mencapai puncak gunung.
Setelah Feng Wu dan Qian Qian berjalan beberapa saat, tiba-tiba terdengar suara aneh dari depan.
Ziye segera mendekatkan wajahnya ke layar.
Suara itu terdengar seperti bunyi bellow yang rusak.
Langkah Feng Wu dan Qian Qian seketika menjadi lebih cepat.
Zuo Yatang yang mengendalikan Qian Qian langsung merasa ngeri. Diam-diam dia berpikir, jangan-jangan hantu akan muncul?
Sebelum sempat berpikir, layar tiba-tiba menjadi gelap tanpa alasan yang jelas! Qian Qian langsung terkejut setengah mati. Kemudian kegelapan itu sedikit tersibak, munculah tangan yang telah berubah menjadi tulang belulang, diikuti kepala bertopeng putih pucat yang memenuhi seluruh layar!
Ziye dan Zuo Yatang sama-sama menyaksikan adegan ini melalui layar komputer.
Ziye melihat "Qian Qian", sedangkan Zuo Yatang melihat "Feng Wu" - wajah asli kedua karakter permainan ini!
Topeng putih itu semakin mendekat. Ziye langsung melompat berdiri, sementara Zuo Yatang terus mundur ketakutan! Dia sadar ajalnya sudah dekat!
Tiba-tiba layar membeku, muncul empat opsi.
Opsi yang muncul di depan Ziye dan Zuo Yatang berubah menjadi empat pilihan dengan konten yang sama persis!
（A）Diam di tempat（B）Melarikan diri ke belakang（C）Menyerang maju（D）Langsung bunuh diri。
"Ini... ini, apa ini berarti..." Zuo Yatang menutup mulutnya, dia tidak tahu harus berbuat apa?
Lari? Bisakah melarikan diri?
Diam di tempat? Bercanda!
Menyerang? Jika yang kudapat di jembatan batu adalah pisau belati, mungkin bisa dicoba, tapi waktu itu yang kudapatkan adalah topeng!
"Lari... harus lari... tidak, tapi bisakah lolos? Dan juga, Fengwu, ada di mana?"
Di layar komputer, topeng pucat itu semakin mengerikan, meski tidak tahu wajah seperti apa di balik topeng itu, Zuo Yatang yakin, hantu ini pasti bisa dengan mudah membunuh "Qianqian"!
Jarinya meraih ke arah B...
## Jilid 21 Permainan Bab 23 Jalan Buntu
Zuo Yatang sempat berpikir apakah pilihan lain yang menjadi jalan keluar, tapi saat melihat topeng pucat itu, semua keberanian langsung lenyap. Refleksnya menekan tombol B.
"Lari, harus melarikan diri!" Zuo Yatang yang sudah seperti burung ketakutan ini segera membuat keputusan.
Setelah memilih ini, di depan komputer Ziye, dia juga memilih B.
Namun saat menekan tombol, keduanya menyadari tengkorak bermasker pucat itu tiba-tiba menoleh ke belakang dan kabur!
Tanpa pertukaran informasi, kedua pihak tidak bisa mengetahui perkembangan permainan lawan, sehingga sama sekali tidak menyadari keanehan ini.
"Karena melarikan diri ke arah berlawanan, tentu tidak mungkin semua melarikan diri ke barat. Arah pelarian Feng Wu adalah sisi barat. Jika Zuo Yatang memilih untuk menyerang ke depan, juga akan menuju ke barat. Bagaimanapun, di antara pilihan itu pasti ada 'jalan kematian' ini."
"Pilihan Ziye juga merupakan sebuah jalan kematian!"
"Sementara itu, Masao masih berkeliaran di Desa Bu Gui. Di bawah kegelapan malam ini, ia terus melihat ponselnya yang masih tidak ada sinyal."
"Dia telah melihat terlalu banyak jenazah, termasuk tulang belulang yang tergeletak di tanah seolah ingin merebut uang arwah. Tempat ini benar-benar seperti neraka Asura!"
"Benar-benar menakutkan." Masao mengerutkan keningnya, berjalan cepat. Saat ini dia hanya ingin segera menemukan Xiao Yezi. Selain itu, dia juga merasakan sesuatu yang mencurigakan."
"Setelah berbicara panjang lebar dengan Xiao Yezi, dia telah memahami banyak hal tentang apartemen mengerikan ini. Masao benar-benar terkejut, apartemen ini bisa disebut sebagai Rumah Hantu paling mengerikan di dunia, dan yang paling mengerikan adalah tidak ada satu pun 'hantu' yang benar-benar ada!"
"Pasti ada masalah! Instruksi tulisan darah yang Xiao Yezi ceritakan padaku pasti mengandung jebakan! Aku harus segera memberitahunya!"
"Masao adalah orang yang agak kolot, ini terkait dengan hidupnya bertahun-tahun di desa. Karena dia telah mengambil tubuh Xiao Yezi, maka wanita itu adalah istrinya. Sebagai pria, sudah sewajarnya melindungi istrinya. Apalagi, dia memang menyukai wanita ini dalam hatinya."
"Dia adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Orang yang dicintainya, harus dijaga dengan segala cara. Sebagai pria, apapun alasannya, tidak bisa melindungi wanita yang dicintainya, itu sama saja dengan pengecut!"
"Karena aku sudah bersumpah akan melindungi Xiao Yezi, aku sama sekali tidak boleh ingkar janji!" Suara Masao penuh keteguhan. Meski memasuki desa terbengkalai yang dipenuhi tulang belulang dan aura kengerian ini, dia sama sekali tidak gentar. Jika ingin mundur, sejak awal dia tidak akan datang ke sini. Bukan tidak tahu betapa mengerikannya apartemen itu. Jika ingin mundur, sejak awal dia tidak akan datang ke Tiongkok. Sudah datang, dia tidak akan cari alasan apapun.
"Sepuluh misi darah, menurut penjelasan Xiao Yezi, ini adalah keempat kalinya dia menjalankan instruksi tulisan darah..."
Keempat...
"Bahkan jika kali ini berhasil, masih ada enam kali lagi. Dia bilang, harapan terbesar adalah bisa mendapatkan Kontrak Neraka untuk menyegel Raja Iblis..."
Raja Iblis.
Hanya mendengar namanya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
"Dia juga memberitahuku, saat ini dia tidak memiliki satupun pecahan Perjanjian Neraka. Tapi masih ada dua pecahan Perjanjian Neraka yang tersisa, jadi masih ada kesempatan. Hanya ketika dua pecahan terakhir itu muncul, baru ada kesempatan menyegel Raja Iblis dan melarikan diri dari apartemen itu. Kedengarannya seperti cerita dalam mimpi buruk, mirip film horor yang disutradarai Takashi Miike..."
"Sampai saat ini, belum ada kejadian apa pun. Masao tentu tidak bisa mengatakan tidak takut, tetapi di titik ini, tidak ada ruang untuk mundur. Di saat yang sama, dia juga berpikir bahwa dirinya bukan penghuni apartemen, tulang belulang ini tidak akan menyerangnya secara aktif. Dan jika ini benar-benar sebuah misi darah permainan, seharusnya tidak akan membahayakan dirinya."
"Jika tidak demikian, mungkin dia akan mengalami breakdown mental. Bagaimanapun, dia hanya orang biasa, bukan penghuni apartemen. Kesehatan mentalnya jelas berada di tingkat yang jauh lebih rendah."
"Akhirnya, Masao berhenti berjalan dan menyandarkan diri ke dinding. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Lingkungan seram di sekitarnya ditambah dengan begitu banyak tulang belulang, terus membuatnya merasa mual. Terutama uang kertas sembahyang yang berserakan di lantai sama sekali tidak bisa dia tahan."
"Dia memang dibesarkan di desa pegunungan Kumamoto. Karena legenda tentang hilang secara misterius () yang telah beredar turun-temurun, dia tumbuh besar dengan mendengar cerita hantu sejak kecil. Tanpa disadari, bayangan mayat-mayat, organ dalam, dan darah mulai memenuhi pikirannya."
"Tubuhnya akhirnya lunglai, kedua lututnya jatuh menempel di lantai."
"Dia merasa batas mentalnya sudah mencapai titik puncak. Jika bukan karena dorongan untuk bertemu Xiao Yezi yang membuatnya bertahan, mungkin dia sudah pingsan sejak tadi."
"Tempat ini terlalu dingin..." Tanpa sadar dia mengusap tubuhnya, menggosok-gosokkan tangan, berusaha menghangatkan diri. Tapi apapun yang dilakukannya, rasa dingin tetap menyusup ke dalam tubuh.
"Dia tidak menyadari, wajahnya telah dilapisi lapisan embun beku, bahkan alisnya pun perlahan memutih karena tertutup kristal es. Karena musim panas, pakaiannya tipis sehingga kini giginya gemetar kedinginan."
"Xiao Yezi..." Gumamnya masih memanggil nama sang kekasih, tubuhnya roboh ke lantai. Suhu terasa semakin turun, angin dingin mulai berhembus di sekeliling.
Dalam keadaan setengah sadar, dia seolah mendengar suara aneh di dekatnya.
"Tap"...
"Tap"...
"Tap"...
Suara apakah itu?
Langkah kaki? Masao yang sudah setengah pingsan sulit mengidentifikasi sumber suara. Tubuhnya seperti membeku, kelopak mata terasa berat, bahkan mengangkat tangan pun mulai tak sanggup.
"Tap"...
"Tap"...
Suara itu semakin mendekat.
Masao berusaha membuka mata, tapi penglihatannya kabur seolah minusnya bertambah ratusan dioptri.
Dia menggigit bibir, mencoba bergerak sedikit. Lehernya terasa kaku. Meski membuka mata lebar-lebar, tetap tak bisa melihat jelas.
"Tap"...
Suara itu akhirnya tiba di depan mata.
Tapi tak terlihat bayangan apapun. Namun hawa dingin semakin menusuk tulang. Apakah kolapsnya dan penurunan suhu tiba-tiba ini karena kedatangan langkah kaki itu?
Dia akhirnya jatuh ke dalam koma.
Di dalam ruangan Ziye di Rumah Sakit Yan Yu tengah malam.
Di layar komputer, kegelapan di sekitar perlahan menghilang. Ziye melihat jelas lokasi "Feng Wu" berada di sebuah halaman biasa. Saat ini, Feng Wu sedang berjalan di dalam halaman tersebut. Tak lama kemudian, melewati pintu masuk halaman. Di depan, muncul tebing berbatu besar dengan anak tangga menggantung di atasnya. Pada saat ini, Shenghai dan Hongxia sudah kembali.
Feng Wu terus berjalan menuju anak tangga tersebut.
Anak tangga itu terlihat jelas sebagai bangunan buatan manusia, dengan pahatan yang sangat rapi.
Ketika Feng Wu tiba di depan anak tangga, empat pilihan tiba-tiba muncul di hadapannya.
Tentu saja, empat pilihan yang sama persis dengan orang lain. Dengan menaiki tangga ini, dia bisa meninggalkan Desa Tidak Kembali. Godaan seperti ini sulit ditolak.
Ziye duduk diam tanpa bergerak.
Ziye akhirnya mengulurkan jarinya. Tangannya bergerak di atas keyboard komputer beberapa saat, lalu berhenti di atas tombol A. Jarinya kemudian menekan perlahan.
Dia memilih untuk menaiki tangga.
Kemudian, kepalanya mulai menengadah ke belakang, tangan kanannya menyentuh mulut, sementara jari-jarinya terangkat tanpa sengaja sedikit menghalangi pandangan.
"Tap..."
"Tap..."
"Tap..."
"Feng Wu"... perlahan naik ke atas. Di layar komputer, Feng Wu membelakangi Ziye. Tapi jika ada yang melihat wajah "Feng Wu" saat ini, siapapun akan ketakutan setengah mati.
"Tap..."
"Tap..."
"Tap..."
"Tap..."
"Suara itu, seolah menginjak jantung manusia."
Tangan Ziye perlahan naik, perlahan menutupi sebagian besar pandangannya.
Kemudian, Ziye akhirnya mengucapkan satu kalimat.
"Selanjutnya... apa yang akan terjadi?"
Apa yang akan terjadi?
Apa yang akan terjadi?
Entah berapa lama, seolah telah berlalu ratusan tahun, ribuan tahun, suara langkah kaki itu akhirnya berhenti. Di depan mata, muncul hutan lebat.
"Fengwu" berjalan mendekat. Masuk ke dalam hutan yang seolah menyimpan banyak bahaya ini.
Hutan gelap ini sangat dalam. Entah berapa lama, sampailah di ujung hutan. Di tempat itu, muncul dua peti mati!
Dua peti mati itu terbaring di tanah, muncul di depan Fengwu.
Di layar segera muncul teks seperti "Ah, menyeramkan sekali" "Apa maksud peti mati ini?" dan konten fiktif lainnya. Sebenarnya, "Fengwu" tentu tidak mengucapkan apapun. Saat ini, dia masih membelakangi Ziye.
Kemudian, opsi baru muncul.
(A) Lanjutkan berjalan, langsung ke akhir babak tujuh (B) Buka peti kiri (C) Buka peti kanan (D) Menoleh kembali ke Desa Tidak Kembali.
Ziye menurunkan tangannya.
Pandangannya terkunci pada opsi pertama.
"A... D..." gumamnya pelan, akhirnya tangan perlahan terangkat.
Ini adalah pilihan yang sangat sulit bagaimanapun caranya.
Tiba-tiba Ziye mengeluarkan ponsel. Melihat SMS yang sebelumnya dikirim ke Li Yin: "Apakah kau benar-benar sudah menyerah?"
"Meskipun SMS tidak bisa dikirim di gunung, selama perjalanan ke Gunung Luoyun, dia sama sekali tidak menerima surat balasan."
Ziye memandang barisan kata itu, lalu menyimpannya kembali. Kemudian, dia sepertinya telah membuat keputusan.
Dia menatap layar itu, pandangannya bergerak antara tombol A dan D.
Angin masih bertiup kencang. Tubuh Masao akhirnya bisa bergerak. Dia tidak tahu berapa lama dirinya berada dalam koma, tapi sekarang dia sudah sadar.
"Aku..." Ingatannya kembali pada suara langkah kaki tadi yang sangat mengerikan. Terutama saat mendekati tubuhnya, seolah tubuhnya jatuh ke neraka yang dingin, seolah Shinigami ada di sampingnya. "Tidak, harus cepat... ke Sanatorium Yanyu..."
Menyeret tubuh yang hampir membeku, Masao kembali melangkah. Tiba-tiba dia melihat jejak kaki di tanah sebelahnya!
Dia yakin itu bukan jejak kakinya. Ukurannya jauh lebih kecil dari miliknya.
"Ini..." Wajah pucatnya semakin kehilangan kecantikan alami, "Benar-benar ada orang! Tadi benar ada yang lewat! Ngomong-ngomong, sudah berapa lama ini?"
Komputer di depan Ziye tiba-tiba tenggelam dalam kegelapan. Tidak ada yang terlihat.
Tadi dia memilih A, langsung melompat ke akhir babak ketujuh.
Artinya, "Fengwu" mengabaikan peti-peti mati itu dan terus maju. Tapi saat melangkah keluar dari hutan, layar komputer langsung menjadi hitam.
"Hanya saja, meski sekejap, jika Feng Liehai melihatnya, dia pasti bisa mengingatnya dalam seketika."
Mobil. Mobil yang mereka kendarai ke Rumah Perawatan Yan Yu, terparkir tidak jauh di depan. Meski jaraknya sangat jauh sehingga tidak terlihat jelas, tapi jika diamati seksama, pasti bisa mengenali model dan warna ketiga mobil tersebut.
Tapi sayangnya, dalam sekejap, layar komputer langsung menghitam.
"Tap..."
"Tap..."
Suara langkah kaki kembali bergema di tanah 100 meter depan Rumah Perawatan Yan Yu!
Saat ini pukul 00:43, tersisa 2 jam 17 menit sebelum permainan berakhir! Sebelum waktu instruksi tulisan darah tiba, semua penghuni dilarang meninggalkan rumah perawatan!
## Jilid 21 Permainan Bab 24 Hitung Mundur
Rumah Perawatan Yan Yu dengan pintu masuk yang reyot hampir roboh. Hanya papan nama di dinding luar yang masih memperlihatkan tulisan "Yan Yu" dengan susah payah. Rumah sakit ini akhirnya bangkrut karena kesulitan operasional bertahun-tahun dan pemasukan tidak bisa menutupi pengeluaran, tanahnya akan segera dilelang kembali.
Tapi saat ini, selain para penghuni, tidak ada orang lain di rumah perawatan ini.
"Aneh sekali," Gongsun Yan tiba-tiba merasakan kedinginan menyeluruh. Dia berdiri terburu-buru, napasnya mulai tersengal-sengal.
Angin menderu menghantam dinding. Tiba-tiba, papan nama yang sudah reyot itu roboh! Mengeluarkan suara gedebuk keras. Semua penghuni di lantai dua tanpa terkecuali mendengarnya!
"Suara apa itu!" Xiao Yezi yang pertama berseru: "Ada yang tahu sumber suaranya?"
“Tidak tahu, sepertinya suara dari luar!”
“Tidak mungkin? Apa ada penghuni yang akan dibunuh hantu? Tapi belum selesai satu ronde!”
Misi darah mengatur, penghuni dilarang meninggalkan ruangan sebelum waktu misi darah berakhir, jika tidak pasti mati. Kalau tidak, pasti sudah ada yang keluar untuk melihat situasi.
Saat ini, Huang Ti yang paling ketakutan. Dia sudah curiga Gunung Luoyun adalah Gunung Xiyue, kini ketakutan bertambah - apakah tebakannya benar?
Tiba-tiba...
"Tap"...
"Tap"...
"Tap"...
Suara ini bergema di koridor, sepertinya datang dari bawah dan semakin mendekati lantai atas!
"Tap"!
Akhirnya suara langkah kaki berhenti. Saat ini setiap penghuni merasakan kengerian luar biasa. Langkah kaki itu membuat wajah mereka berubah karena ketakutan, padahal ronde ketiga belum berakhir!
Bagaimana mungkin?
"Siapa? SIAPA!" Feng Lingxian berteriak keras: "Aku tahu! Orang yang lewat kan? Benar kan? Benar kan? Jawab! Kau jawab!"
Namun teriakan garangnya sama sekali tidak mendapat respons.
Karena terikat aturan misi darah yang melarang keluar ruangan, meski tahu mungkin ada Shinigami pembawa maut di luar, mereka bahkan tidak bisa kabur. Sebab jika keluar, akan langsung mati oleh kutukan bayangan!
Setiap orang dalam hati berharap yang di luar adalah pencuri atau sejenisnya, atau mungkin karakter game yang dikendalikan penghuni mati sehingga mengakhiri permainan lebih awal. Tapi menurut aturan misi darah, ini mustahil.
"Tap"!
Suara langkah kaki itu kembali terdengar!
Saat ini, siapapun pasti merasa jantung berdebar-debar dan tubuh gemetaran!
"Ah!"
Tiba-tiba, seorang penghuni berlari keluar pintu! Dia adalah Feng Lingxian! Sebagai penghuni baru yang belum menyaksikan eksperimen kutukan bayangan Roland dan Xiao Yezi, masih ada secercah harapan. Karena koridor gelap dan sebelumnya dia periksa tidak ada bayangan, akhirnya nekat berlari keluar!
Tapi begitu sampai di koridor, matanya langsung membelalak lebar melihat sesuatu di seberang!
"Tidak…"
Hanya sempat mengucap satu kata. Tiba-tiba tubuhnya membeku tak bergerak.
Feng Lingxian telah melanggar instruksi tulisan darah. Dia menyadari tubuhnya tak bisa dikendalikan! Tapi di bawah kakinya, sama sekali tak terlihat bayangan!
Kutukan bayangan tak bisa dilawan. Hanya apartemen yang bisa melepasnya. Sumber semua kutukan yang membuat penghuni tak bisa membangkang, pasti tidak menyisakan celah sekecil apapun. Jika tidak, sepanjang sejarah pasti sudah ada penghuni yang menemukan cara kabur selain melalui sepuluh misi darah.
“Feng Lingxian, memasukkan tangannya ke dalam saku baju, lalu mengeluarkan sebilah pisau belati. Pisau itu dibawanya untuk perlindungan diri. Kini, dia mengarahkan pisau itu ke lehernya sendiri, kemudian menusukkannya dengan keras ke tenggorokan!”
Pada detik ini, apapun yang dilakukan Feng Lingxian, tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri!
Tak lama kemudian, jenazahnya pun terjatuh ke lantai, tak bergerak lagi.
Kamar Ziye terletak paling dekat dengan mulut tangga.
Tiba-tiba, gagang pintu utama mulai berputar sendiri!
Pintu langsung terbuka. Masuklah seorang pemuda berparas sangat tampan. Dialah Masao! Suara langkah kaki di luar panti jompo tadi ternyata miliknya!
"Na-nani?!" serunya dalam bahasa Jepang begitu masuk. "Kamya... Di mana Kamya Sayoko? Cepat katakan! Siapa perempuan yang bunuh diri di luar tadi?"
Ziye menatap Masao, tiba-tiba mengacungkan pisau belati sambil mundur selangkah. "Siapa kau? Apa hubunganmu dengan Kamya Sayoko?" tanyanya dalam bahasa Jepang.
Masao tertegun sejenak, lalu buru-buru berkata: "Kau bisa berbahasa Jepang?"
Tiba-tiba suara lain terdengar: "Masao? Kaukah itu? Aku di sini! Kamar 206! Cepat ke sini!"
Mendengar suara itu, Masao langsung merasa lega. Ia berlari keluar dan menuju Kamar No.206, lalu mengetuk pintu sambil berteriak: "Sayoko, Sayoko!"
Sayoko membuka pintu lalu langsung membentak: "Kau gila? Pergi dari sini! Apa gunanya kau datang? Cepat pergi!"
“Dengarkan aku…” Masao hendak melanjutkan bicara, namun dihentikan oleh Xiao Yezi.
“Jangan masuk ke ruangan ini!”
“Ah?”
“Jangan masuk ke ruangan ini, mengerti? Berdiri di luar, jangan masuk. Aku tidak bisa memastikan apakah kau benar-benar Masaomi Kamya.” Xiao Yezi melanjutkan: “Mengapa kau tidak bersuara saat Fenglingxian berteriak tadi? Meski dindingnya kedap suara, teriakan sekeras itu pasti masih bisa kau dengar.”
“Aku…aku tidak mengerti Bahasa Mandarin, tidak tahu harus menjawab apa. Lalu tiba-tiba dia berlari keluar dan…dan bunuh diri secara misterius…Inikah yang kau sebut kutukan bayangan? Kalau kau keluar dari ruangan ini, apakah akan terjadi hal sama?”
“Benar. Cepat pergi.” Xiao Yezi melanjutkan: “Jika kau tidak pergi, aku tidak bisa memastikan apakah kau benar Masao.”
“Apa? Kau bercanda? Xiao Yezi? Kau sudah tidak mengenaliku lagi?” Masao bertanya dengan wajah terkejut: “Atau kau mengira aku hantu?”
“Ya. Aku sudah terlalu sering mengalami hal seperti ini.”
“Tidak, bukan. Tadi di kaki gunung, aku menemukan desa aneh.” Masao tiba-tiba mengeluarkan kamera digital dari sakunya dan menyodorkannya: “Aku mengambil beberapa foto. Lihatlah.”
Xiao Yezi menerima kamera itu dan membukanya. Saat melihat foto-foto desa Nir-Kembali dengan kerangka bertopeng, wajahnya langsung pucat!
“Kau…” Xiao Yezi segera bertanya: “Ini benar kau ambil di kaki gunung?”
“Ada apa?” Ziye berdiri di pintu ruangan bertanya: “Nyonya Kamya, siapa orang ini?”
Xiao Yezi saat itu hanya menatap kamera, tangannya semakin gemetar, lalu menyerahkannya ke Masao sambil berkata: "Aku mengerti, terima kasih untuk Fotonya."
"Baik, akan kuserahkan Foto ini ke penghuni lain. Aku tahu, kamu tidak bisa mengingatkan mereka, biar aku yang memberitahu." Masao yang mengetahui isi misi darah segera berlari ke pintu kamar Ziye: "Ano... kamu bisa berbahasa Jepang, berarti kamu San Ying Ziyue? Xiao Yezi pernah menyebutkanmu. Tolong lihat Foto-foto ini."
Ziye awalnya hendak mengatakan sesuatu, namun saat melihat Foto-foto tersebut, tubuhnya langsung mundur selangkah dan menggigil hebat!
"Kamu... di mana kamu mengambil ini?" Wajah Ziye berubah pucat pasi.
"Aku..." Masao tertegun, "A...aku memotretnya di desa terbengkalai di kaki gunung..."
Ziye hampir lunglai terjatuh ke lantai!
"Ti...tidak mungkin, ini mustahil." Ia bertanya keras: "Kamu yakin? Ini difoto di desa kaki gunung?"
"Ya, benar. Oh, aku akan menunjukkan ke penghuni lain!"
Keputusasaan.
Situasi saat ini hanya bisa digambarkan dengan satu kata: keputusasaan.
"Apa?"
"Adegan permainan berada di kaki gunung?"
"Tidak, tidak mungkin!"
Saat itu, semua orang terkejut setengah mati.
Tiba-tiba, Ziye menoleh ke belakang dan melihat dengan terkejut: layar tidak lagi gelap. Sebaliknya, Fengwu - atau lebih tepatnya kerangka bertopeng putih - sedang berjalan menuju arah rumah perawatan!
Layar komputer dengan jelas menampilkan pemandangan mengerikan ini!
Sebelum babak ketiga berakhir, semua orang akan "terbunuh"!
Masao juga menyaksikan adegan di layar komputer itu!
“Tidak... tidak mungkin?”
Namun, ini adalah kenyataan. Meskipun sangat mengerikan, tapi merupakan fakta yang tak bisa dihindari. Semakin dekat, semakin dekat!
“Tidak... tidak...”
Masih lima puluh meter...
Kerangka bertopeng itu masih terus mendekat. Wujud sanatorium di depan mata semakin jelas terlihat.
“Kamu...” Masao juga mundur ketakutan, rasa ngeri mulai menyergapnya. Seberapa pun dalam cintanya pada Xiao Yezi, tak sampai rela mati di tempat ini!
“Xiao Yezi.” Masao menggigit gigi, berkata: “Aku... tetap tidak bisa menyelamatkanmu. Maafkan aku... maafkan aku!”
Dia ingin sekali melarikan diri, tapi melihat Xiao Yezi, lidahnya terasa kelu. Di layar komputer, hantu itu hanya berjarak 30 meter lebih dari sanatorium!
“Ah!”
Saat itu juga, di Kamar 203 yang berseberangan dengan 201, Nian Ningyi yang menyaksikan adegan ini tak tahan lagi, menerjang keluar ruangan!
“Aku tidak mau mati! Aku tidak... ah!”
Begitu keluar kamar, dia langsung menghunus pisau belati dari pinggangnya, lalu menyayat lehernya sendiri! Darah menyembur deras seperti air mancur! Percikan darah mengenai baju Masao.
Tubuhnya terjatuh ke lantai, mata terbuka lebar penuh penyesalan.
Melihat kondisi Nian Ningyi, orang-orang pun berteriak histeris. Wajah Masao pucat pasi, akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi. Dia berlutut di depan pintu kamar Xiao Yezi, berucap: “Maaf... aku gagal menyelamatkanmu. Maafkan aku...”
“Ada apa?” Xiao Yezi juga terjatuh, bertanya: "Apa yang terjadi? Apakah seseorang memicu jalan kematian?"
Di depan layar komputer Ziye, hantu bertopeng putih berada sekitar dua puluh meter dari rumah perawatan!
“Selesai.” Ziye jatuh berlutut di lantai.
Jenazah Nian Ningyi terbaring di tanah, genangan darah segar mengotori permukaan tanah. Pisau itu tergeletak begitu saja.
“Kenapa...” Xiao Yezi tiba-tiba juga rubuh ke lantai, bergumam: "Sebenarnya... sebenarnya... apa yang sedang terjadi!"
Gongsun Yan, Zuo Yatang, Huang Ti, Roland, Xu Tao dan lainnya membuka pintu kamar, saling pandang dengan bingung di dalam ruangan. Melihat Nian Ningyi masih berlari keluar setelah Feng Lingxian, semua menyadari apa yang telah terjadi. Tak ada yang bisa tetap tenang. Mereka semua paham, kiamat telah tiba. Tapi begitu keluar kamar, akan langsung terbunuh oleh kutukan bayangan!
Tak ada pilihan lain.
Nyawa semua orang mulai menghitung mundur!
## Jilid 21 Permainan Bab 25 Hidup dan Mati
Hampir bersamaan, Mizhen membuka mata lebar-lebar, terbangun dari mimpi buruk.
Ia terengah-engah, mata indahnya dipenuhi kengerian, butiran keringat dingin mengalir deras dari dahinya.
“Li Yin...” Ia meraih tangan orang yang duduk di sampingnya, berkata: "Syukurlah, kita baik-baik saja..."
“Mimpi buruk?” Pria itu menatap Mizhen, mengulurkan tangan kanannya untuk merapikan poni di dahi perempuan itu, menyeka keringatnya sambil berkata: "Sudah berhari-hari, kita masih belum mencapai Lembah Malam."
Dia menarik kembali tangannya.
"Kakak Kelas, tidurlah sebentar." Mizhen buru-buru berkata: "Kamu juga pasti lelah. Kita tidak boleh tidur bersamaan, tapi selama kamu di dekatku, seharusnya aman. Ukiran itu selalu kubawa."
"Mm." Dia mengangguk dan menutup matanya.
Mizhen menatap keluar jendela. Selama dua hari ini kereta telah melewati banyak tempat, namun sebagian besar hanya berwarna abu-abu, langit pun terus-menerus suram. Tidak terlihat danau maupun makhluk hidup. Yang paling sering dilihat adalah pegunungan luas dan dataran berbatu.
Tempat ini dulunya lokasi pelaksanaan misi darah kesepuluh, sebuah ruang dimensi lain. Instruksi tulisan darah jarang memasuki dimensi seperti ini, menunjukkan keunikan misi darah kesepuluh.
"Mian Tian..." Dia mengelus kaca jendela, mengingat kembali berbagai misi darah yang pernah dilalui bersama Mian Tian.
Dia benar-benar orang yang kuat. Meski kepribadiannya menjadi muram karena misi darah, perasaannya tidak pernah hilang karenanya. Mengingat surat yang ditulisnya untuknya, Mizhen tahu semua kata yang tak bisa diucapkannya tertuang disana. Sebelum itu, dia bahkan khusus menelepon Li Yin untuk merawatnya.
"Mi...zhen."
"Ah?" Mizhen buru-buru menoleh: "Apa... ada apa?"
"Tidak. Hanya ingin memanggilmu."
Tiba-tiba, di depan kereta muncul ngarai besar. Saat kereta melaju kencang, wajah Mizhen berubah pucat. Apakah... Lembah Malam telah tiba?
“Langit di sekeliling masih berwarna abu-abu, dengan bebatuan gersang yang terbentang di mana-mana.”
“Topografi ngarai itu cukup curam, dengan formasi pegunungan yang strategis. Di zaman kuno, ini pasti menjadi lokasi ideal untuk mengatur pasukan. Kereta api akhirnya berhenti di depan ngarai.”
“Di peron stasiun kereta baru, tertulis jelas tiga karakter 'Lembaga Malam Sunyi' ().”
“Ayo pergi,” Mizhen berdiri sambil berkata pada Li Yin: “Kita harus pergi. Lagipula, tidak ada cara lain untuk meninggalkan dimensi ini.”
“En.” Dia juga berdiri, tatapannya tak lepas dari sosok Mizhen.
Keduanya turun dari kereta. Peron stasiun masih sama seperti biasa, sepi tanpa seorang pun. Ngarai terhampar di depan, tampak sangat dalam dan misterius.
Mizhen melangkah maju, menatap tebing tinggi itu: “Akhirnya... kita sampai. Lembaga Malam Sunyi!”
Sementara itu, para penghuni di Rumah Perawatan Yanyu di Gunung Luoyun sedang terjebak dalam situasi kritis.
“Hantu! Hantu sedang mendekati rumah perawatan!”
“Tidak mungkin? Kita tidak bisa keluar!”
“Pasti masih ada pembatasan dari apartemen?”
“Pembatasan? Ya, pasti masih ada pembatasan!”
Meski banyak penghuni masih berpegang pada "tali penyelamat" ini, jelas ini hanyalah pengelabuan diri. Masao masih terus merenung, tapi dia tahu harapannya sudah sirna.
"Pergilah." Xiao Yezi yang sudah berlutut di lantai dengan mata penuh keputusasaan berkata pada Masao, "Seharusnya... ada pintu belakang. Cobalah kabur. Kau bukan penghuni, seharusnya tidak akan sengaja memburumu. Pergilah... Meski waktunya singkat, tapi kau tetap pria yang pernah kucintai, jadi..."
"Tidak, tidak boleh!" Masao menggenggam tangan Xiao Yezi, "Pasti... pasti masih ada cara! Pasti ada jalan!"
"Cara? Cara..." Xiao Yezi menoleh ke arah kamar Ziye, kedua tangannya mencakar lantai, kepalanya menghantam keras permukaan kayu, air mata mengalir deras.
"Aku... aku tidak mau mati! Aku benar-benar tidak mau mati!" Xiao Yezi terus-menerus membenturkan kepalanya ke lantai, "Aku... aku sungguh tidak mau mati!"
Tiba-tiba ia mengangkat kepala, mengabaikan darah yang mengalir dari dahinya, "Kau harus pergi! Cepat pergi! Setidaknya... setidaknya bertahan hidup! Setidaknya jangan mati..."
Ziye terduduk lemas di dekat dinding, menatap layar komputer. Hantu bertopeng itu kini hanya berjarak sepuluh meter dari panti jompo!
"Jika kau sudah menyerah, untuk apa aku bertahan?" Ziye bergumam pelan, "Tapi langsung memilih jalan kematian di percobaan pertama, apakah ini... takdir?"
Saat hantu bertopeng hampir menginjakkan kaki ke panti jompo, layar komputer tiba-tiba gelap. Kemudian muncul tulisan "Game Over", sebelum akhirnya kembali ke tampilan desktop.
Pada saat yang sama, layar komputer sebelas penghuni lainnya juga menampilkan "Game Over" dan kembali ke desktop!
"Cepat cari akal!" Xu Tao berteriak dengan suara serak: "Siapa yang punya ide? Pasti masih ada jalan keluar, kan? Kamya Sayoko, cepat bicara!"
"Aku mohon, pikirkanlah cara! Aku tidak mau mati di sini!" Huang Ti menangis histeris: "Aku... aku baru saja menikah, aku benar-benar tidak mau mati di sini! Siapa yang akan menyelamatkan kita?!"
Gongsun Che langsung lunglai di lantai. Dia tidak percaya bahwa situasi genting datang begitu cepat. Meski sudah mempersiapkan skenario terburuk, tetap saja tidak menyangka akan seperti ini.
"Shenna... Apakah aku tidak akan bisa bertemumu lagi? Benarkah tidak ada cara lagi untuk melihatmu?"
Meski berpikir demikian, dia tidak berani melangkah keluar ruangan. Jenazah Fengling Qian dan Nian Ningyi masih terbaring di sana - siapapun yang keluar akan bernasib sama.
"TIDAK——" Tiba-tiba Feng Liehai mengaum dengan suara parau penuh keputusasaan.
Akhirnya dia teringat. Sebenarnya dia memiliki ingatan fotografis yang bisa mencocokkan adegan permainan dengan pemandangan desa di bawah jalan pegunungan yang pernah dilihatnya. Namun sama sekali tidak mempertimbangkan sudut pandang ini. Dalam arti tertentu, ingatan fotografis ini sebenarnya adalah petunjuk jalan keluar.
Setiap penghuni sudah mencapai puncak keputusasaan. Bahkan beberapa sudah muncul keinginan untuk bunuh diri.
Tiba-tiba...
"Ding" terdengar suara.
Semua orang langsung mengunci pintu mereka!
Itu adalah suara pintu lift yang terbuka.
"Masao pada detik terakhir, akhirnya memilih untuk melarikan diri! Dia tahu, tinggal di sini juga berarti jalan kematian. Kalau begitu, lebih baik pergi dari tempat ini."
"Dia berlari ke tangga di sisi lain koridor, bersamaan dengan itu pintu lift di sampingnya terbuka."
"Ruangan Ziye justru yang paling jauh dari lift."
"Yang terdekat dengan lift... adalah Huang Ti dari ruang 212, dan Zuo Yatang dari ruang 211!"
"Keduanya berusaha mati-matian menyembunyikan diri di sudut ruangan, tubuh menggigil sambil terus meneteskan air mata. Saat pintu lift terbuka, suara langkah kaki itu langsung memenuhi telinga semua orang!"
"Tap!"
"Tap!"
"Tap!"
"Tak lama kemudian, suara itu berhenti di depan pintu kamar Huang Ti. Dengan panik, Huang Ti melihat gagang pintu diputar perlahan, lalu pintu mulai terbuka..."
"Aaaaaaaaaa——"
"Teriakan mencekam Huang Ti hampir memekakkan telinga, membuat semua orang gemetar ketakutan!"
"Zuo Yatang mendorong meja komputer ke depan pintu, menahan mati-matian. Mendengar teriakan Huang Ti, air matanya tak terbendung. Dia tahu usahanya sia-sia seperti binatang terpojok, tapi tetap mengeratkan gigi terus bertahan."
"Jangan masuk, jangan masuk... jangan..."
"Namun tak lama kemudian, Zuo Yatang juga mengeluarkan jeritan pilu!"
"Setiap penghuni sudah benar-benar putus asa."
"Pu Xingyuan mengeluarkan pisau, berkata: "Aku... delapan belas tahun lagi tetap jagoan! Lebih baik mati daripada tewas di tangan hantu!""
Pisau melesat dengan cepat, Pu Xingyuan menikamkan pisau ke jantung dengan keras! Kemudian, seluruh tubuhnya roboh ke lantai.
Dari dua belas penghuni, sudah lima orang yang tewas!
Dan pembantaian kejam ini masih berlanjut!
Mendengar suara pintu yang terbuka lagi, Lin Tianze juga gemetar ketakutan. Sebagai penghuni kamar 208, ia menahan pintu dengan sekuat tenaga menggunakan tubuhnya, dua aliran air mata panas mengalir deras.
"Ayah, Ibu, putramu telah mengecewakan kalian. Tak bisa membuat masa tua kalian bahagia, malah membuat orang tua mengantar anak ke liang kubur..."
Jalan kematian telah terpicu, tidak akan berhenti sampai penghuni terakhir mati.
Ziye hanya bersandar di dinding. Kini, jumlah penghuni yang tewas semakin bertambah.
Setiap orang menunggu detik kematian mereka sendiri. Mendengar jeritan setiap orang, ketidakrelaan menghadapi maut, kepasrahan dan ketakutan saat menghadapi keputusasaan...
Saat ini, semua penghuni merasakan betapa kejamnya instruksi tulisan darah! Seperti yang diungkapkan Masao, apartemen itu adalah rumah hantu paling mengerikan di dunia!
Lin Tianze mengeluarkan pisau belati, menahan pintu mati-matian. Ia tahu dirinya tak mungkin selamat. Mengenang seluruh hidupnya, Lin Tianze merasa tak punya hutang budi pada siapapun. Saat sakaratul maut, satu-satunya yang dipikirkannya adalah orang tua yang tak ada lagi yang merawat.
Pintu kamar Lin Tianze pun terbuka. Pria tegar ini sama sekali tidak menjerit. Keteguhan hati Lin Tianze membuat beberapa penghuni yang pasrah merasa sangat kagum!
"Tapi, tidak semua orang memiliki keberanian seperti Lin Tianze."
"Selanjutnya... Kamar 207, Feng Liehai!"
Tidak ada yang tahu kondisi Lin Tianze saat ini, dan Feng Liehai juga menyadari bahwa setelah Lin Tianze mati, gilirannya akan tiba. Saat itu terjadi, apa yang harus dilakukan?
"Apa aku benar-benar tidak bisa bertahan hidup?" Feng Lieha memegang komputer, dengan susah payah berusaha menopang tubuhnya. Xu Tao, Roland, Gongsun Yan dan yang lainnya menunggu datangnya kematian di dalam ruangan.
Semua orang percaya bahwa hari ini, kecuali terjadi keajaiban, tidak ada yang akan selamat.
Tapi bagaimana mungkin keajaiban terjadi dengan mudah? Justru karena tidak mungkin terjadi dalam keadaan normal, maka disebut keajaiban.
Keajaiban...
Di dalam Kamar 404, Li Yin menundukkan kepala dalam-dalam di antara kedua lututnya. Ia mengingat perkataannya dulu kepada Mizhen.
"Jika itu kamu, bahkan keajaiban pasti bisa diciptakan..."
Li Yin sekarang hanya merasa tak berdaya. Kata-kata yang pernah diucapkannya langsung kepada Mizhen, kini terasa begitu hambar saat diingat kembali.
"Apakah kita... benar-benar bisa menciptakan keajaiban?"
Di Kamar 201, Ziye masih tergeletak di lantai. Tubuhnya tak bergerak, sorot matanya pudar seperti air yang mati...
Suara pintu terbuka kembali terdengar.
Lin Tianze... juga sudah mati!
## Jilid 21 Permainan Bab 26 Lembah Malam
"Tempat yang benar-benar aneh," desah Mizhen. "Entah apa yang akan terjadi selanjutnya..."
Di permukaan tanah, di mana-mana terdapat batu-batu berbentuk aneh, retakan-retakan muncul membelah tanah, saling menyilang, bahkan sehelai rumput pun tak terlihat. Udara terasa lembap, di beberapa area masih terlihat kabut putih melayang. Di bawah langit kelabu yang suram, dunia seolah hanya memiliki satu warna: abu-abu.
Menurut buku harian yang ditinggalkan Pu Miling, di tempat ini bisa ditemukan kertas buku harian baru. Selain itu, selanjutnya kita juga bisa menuju dimensi tempat Mian Tian berada.
"Mian Tian..." Mata Mizhen menatap ke depan, dipenuhi harapan tak terbatas. Apakah Mian Tian benar ada di suatu tempat di depan? Sejauh apapun, setidaknya kita sedang mendekati Mian Tian!
"Mian Tian, tunggu aku!"
Melintasi tanah penuh jurang dan lembah, dia dan orang di belakangnya berjalan bersama menuju gunung. Setelah mengalami banyak misi darah di hutan belantara, Mizhen sudah tidak terlalu merasakan apa-apa lagi.
Dan dia, tanpa sadar tetap mengikuti.
Lembah Malam Sunyi adalah gunung yang seolah hanya terdiri dari batu. Semakin ke atas, bentuk batunya semakin aneh. Sebelumnya masih terlihat sedikit tanaman, tapi di gunung ini baik rumput maupun bunga sama sekali tak ada, bahkan di celah batu pun tak ada warna hijau. Hamparan luas yang suram, itulah kesan paling kuat yang dirasakan Mizhen.
"Kakak Kelas," tiba-tiba Mizhen menoleh ke belakang, berkata padanya: "Ikuti aku sedekat mungkin, ini cara terbaik. Kau pasti tahu, kau... sangat berbahaya."
"Aku tahu." Dia mengangguk, menjawab: "Dan..."
Untuk sesaat, keduanya tenggelam dalam keheningan.
Batu-batu aneh semakin banyak muncul. Batu-batu itu tampak terbentuk secara alami, bukan hasil pahatan manusia, namun bentuknya semakin aneh. Beberapa mulai menyerupai wajah manusia atau bagian tubuh, meski tidak terlalu jelas dan harus diamati seksama untuk mengenali kemiripannya.
Mizhen saat ini juga mengerutkan alisnya. Dia tahu, sejak bagian ukiran yang hilang itu, keseimbangan kutukan mungkin telah runtuh. Pada saat itu, yang dihadapi adalah kehancuran yang jauh lebih parah.
Di balik Mian Tian masih ada misteri tak dikenal bernama Raja Iblis. Apa sebenarnya Raja Iblis yang muncul setiap 50 tahun? Hantu seberapa mengerikan yang ada dalam instruksi tulisan darah tingkat raja iblis?
Sejak mengetahui keberadaan spesifik "Raja Iblis" ini, Mizhen selalu memiliki keraguan besar. Kini dia juga mengetahui bahwa ruang dimensi tempat Raja Iblis berada merupakan tumpang tindih tak terhitung ruang misi darah kesepuluh.
"Apakah Mal Xinxin yang dikunjungi dokter Tang Lanxuan dulu juga termasuk lokasi instruksi tulisan darah kesepuluh? Atau hanya pintu masuk ruang dimensi lain?"
Ruang dimensi lain adalah misi darah paling mengerikan. Mizhen sangat paham, misi darah 1-5 tidak akan memasuki ruang ini karena korban tak bisa kembali ke apartemen meski misi selesai. Hanya misi darah tingkat 6-10 yang mungkin mengalaminya.
“Ruang dimensi lain...gudang...” Mizhen tiba-tiba teringat sesuatu: “Kalau dipikir, 'gudang' itu juga berada di ruang aneh, berbagai alat di dalam gudang pun sama, tidak bisa dibawa ke apartemen.”
Mungkinkah ada hubungan tertentu di sini?
Meski begitu, Mizhen masih belum bisa memikirkan apa-apa. Bagaimanapun juga, informasinya terlalu sedikit.
Batu-batu semakin banyak, dan batu-batu yang dipahat dengan bentuk menyeramkan juga mulai bermunculan. Namun ekspresi Mizhen tidak banyak berubah, ini adalah situasi yang sudah dia antisipasi sejak awal.
“Tempat ini...” bisik Mizhen: “Sepertinya akan terjadi banyak hal yang tak terduga bagi kita.”
Saat mengatakan ini, kakinya tiba-tiba tersandung batu yang menonjol dari tanah, membuatnya limbung dan tubuhnya hampir terjatuh! Di saat yang sama, sebuah tangan menyambar tubuhnya!
“Kak...” Mizhen menatap orang di depannya, buru-buru berkata: “Kakak Kelas...”
Dia membantu Mizhen berdiri, bertanya: “Tidak apa-apa?”
“Ah, tidak apa-apa, terima kasih.”
Pria itu perlahan menarik tangannya dari tubuh Mizhen, mundur beberapa langkah: “Kamu... lebih hati-hati.”
“Ya... aku, aku tahu.”
Pipi Mizhen langsung memerah. Gerakan sekecil apapun dari pria ini bisa membuat hatinya berdebar-debar, persis seperti dulu di Blue Eye yang membuatnya jatuh cinta pada pria ini.
“Batu-batunya memang banyak sekali.” Matanya menyapu permukaan tanah sekitar: “Selanjutnya, perhatikan jalan dengan baik.”
Suaranya tiba-tiba mengandung sedikit kehangatan. Kalimat ini membuat Mi Zhen tidak sanggup mengangkat kepala untuk menatap lelaki di hadapannya.
Namun sebelum sempat menjawab, tiba-tiba ia menyadari batu yang hampir membuatnya tersandung itu memiliki bentuk mirip wajah manusia!
Itu adalah wajah yang dipenuhi ketakutan, bercampur kemarahan, kekecewaan, kesedihan, dan keputusasaan. Ekspresinya begitu berubah hingga membuat siapapun yang melihatnya gemetar.
"Lihat, Kakak Kelas!" Mi Zhen menunjuk batu itu, "Ini... jangan-jangan..."
Dia pun melihat ke bawah.
"Hmm..." jawabnya, "Kali ini jelas-jelas batu berbentuk wajah. Mau kita ambil foto untuk referensi?"
"Tidak, tidak usah." Mi Zhen menggeleng, "Kita tidak tahu apakah ini akan memicu jalan kematian. Ingat, kita sedang menjalankan instruksi tulisan darah."
Instruksi tulisan darah...
Ujian iblis yang seperti mimpi buruk ini kembali muncul.
Andai saat itu bisa kabur dari apartemen dan pergi bersama Mian Tian, mungkin dia sudah mengungkapkan perasaan pada Li Yin. Jika bisa bersama Li Yin, pasti dia akan memilih pergi dari kota ini untuk selamanya. Maka Li Yin pun tidak akan masuk ke apartemen itu.
"Aku... tetap tidak bisa menciptakan keajaiban..."
Tiba-tiba dia menggenggam tangan perempuan itu.
"Bisa." Katanya pada Mi Zhen, "Kamu bisa menciptakan keajaiban. Kalau tidak bisa, aku akan membantumu."
"Kak..." Mi Zhen membuka mulut lebar, matanya menatap Li Yin penuh arti sebelum akhirnya mengangguk kuat-kuat.
"Aku merasa, bahkan jika mati saat ini, itu adalah kebahagiaan terbesar."
Tidak tahu sudah berapa lama berjalan di jalan gunung ini, di depan, batu-batu yang muncul semakin banyak jumlahnya dan semakin nyata. Yang paling mengesankan bagi Mizhen adalah sebuah batu berbentuk wajah wanita. Batu itu juga menonjol dari tanah, membentuk wajah wanita yang sedang menjerit dengan satu mata yang benar-benar hancur berdarah. Meskipun batu itu statis dan tidak menunjukkan bekas pahatan buatan manusia, wajah itu terasa sangat nyata di hadapannya, seolah suara jeritan itu bisa terdengar di telinga.
Selain itu, ada banyak batu serupa. Dan akhirnya, di ujung tak terhitung batu-batu itu, muncul... sebuah kota. Barisan rumah-rumah tersusun rapi di depan.
Rumah-rumah ini dikelilingi oleh batu-batu aneh tersebut. Namun di dalam area pemukiman, sama sekali tidak ada batu yang tersisa.
"Apakah itu kota yang disebut Pu Miling?" Mizhen membandingkan dengan kertas buku harian, berkata: "Mari kita masuk. Mungkin kita bisa menemukan keluarga bermarga Ye itu."
Tepat ketika Mizhen memutuskan untuk memasuki kota itu, penghuni di Rumah Sakit Jiwa Yan Yu telah terjebak dalam situasi yang sangat berbahaya.
Lin Tianze juga sudah tewas. Penghuni yang masih hidup tinggal Feng Liehai, Roland, Xu Tao, Gongsun Yan, Kamya Sayoko, dan Ying Ziye. Lebih dari setengah penghuni yang menjalankan misi darah telah tewas!
Feng Liehai mati-matian mengganjal pintu dengan meja komputer. Dia tahu ajalnya sudah dekat, tapi tetap berjuang sampai titik darah penghabisan!
Bahkan penghuni yang belum mendapat giliran pun sudah putus asa bagai mayat hidup, lebih memilih mati cepat untuk menghindari siksaan.
Roland menyandarkan kepala ke dinding, tubuhnya merosot di tembok. Matanya menatap layar komputer yang sudah kembali ke desktop: "Kate, maaf... aku mengingkari janjiku padamu..."
Xu Tao mencakar wajahnya dengan kuku tajam hingga meninggalkan goresan darah di pipi. Kepalanya menghantam lantai penuh amarah. Setelah segala siasat, harus mati di misi darah pertama? Dia yang selalu angkuh tak bisa menerima akhir seperti ini! Mati di sini! Mati di sini!
Gongsun Yan... Dia sadar pertemuan dengan Shen Na mustahil terwujud. Kerinduannya membara, tapi harapan sudah pupus. Meski, demi bertemu dengannya, Gongsun Yan rela mengorbankan apapun... Tapi kini... tak ada lagi yang bisa dikendalikan oleh kehendaknya. Di hadapan apartemen ini, nyawa manusia lebih hina dari rumput kering.
Namun, orang yang paling tenang justru... Kamya Sayoko.
Saat ini, tak ada jejak kepanikan di wajahnya.
Keajaiban...
Akankah terjadi?
Jawabannya...
Apa?
"Ding".
Alis Sayoko berkedut. Dia langsung melompat berdiri!
Pintu lift terbuka!
Pintu kamar Feng Liehai tetap terkunci. Dari luar, terdengar suara-suara aneh.
Pintu lift terbuka lagi. Suara langkah kaki bergema.
“Tap”！
“Tap”！
“Tap”！
“Dong”！“Dong”！“Dong”！
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, suara benar-benar menghilang. Kemudian, tidak terdengar lagi, lalu hanya dua suara langkah kaki yang terdengar, depan dan belakang, ternyata... mulai menjauh dari koridor ini！
Sunyi mencekam.
Para penghuni pun tercekam dalam kesunyian.
Feng Liehai menatap pintu di depannya dengan perasaan was-was. Setelah lama tak terjadi apa-apa...
“Mungkinkah...” Wajah Feng Liehai tiba-tiba memancarkan campuran sukacita dan keraguan, “Mungkinkah kita bisa selamat？”
Dalam kondisi semua orang mengira pasti mati, tiba-tiba muncul secercah harapan！
Setelah sepuluh menit lebih, akhirnya Feng Liehai memberanikan diri membuka pintu. Koridor sudah kosong, tapi jika diperhatikan, terlihat dua lembar uang kertas untuk orang mati berserakan di lantai！
“Tampaknya berhasil.” Xiao Yezi juga membuka pintu sambil berteriak, “Tak apa！ Kita aman！”
Semua orang mulai membuka pintu. Ziye langsung membuka pintunya sambil berseru, “Kamya Sayoko？ Mungkinkah... kamu？”
“Siapa lagi？” Ekspresi Kamya Sayoko menunjukkan perasaan lega setelah selamat dari maut, “Aku di ‘Game
Over’Dulu, aku melakukan suatu hal. Sebenarnya, setelah menerima serangkaian pilihan lagi seperti Ying Ziyue, aku membuat 'A Jian' datang ke hutan di puncak gunung. Jika memilih A, maka akan memicu jalan kematian. Tapi tepat saat itu, orang tadi... yaitu Masao datang. Kemudian, dari bunuh diri Nian Ningyi dan suaramu Ying Ziyue, aku menyimpulkan ada yang memicu jalan kematian. Ditambah dengan tindakanmu Ying Ziyue, aku bisa menyimpulkan beberapa petunjuk. Lalu... aku memilih A, langsung masuk ke akhir Babak Ketujuh yang juga menyebabkan 'Game
Over'. Normalnya, ini seharusnya menciptakan jalan kematian, tapi jika ada dua hantu yang masuk, situasinya bisa berbeda. Saat itu, tiga tulang belulang itu tergeletak di tanah seperti sedang memperebutkan uang kertas sembahyang, pemandangan itu masih jelas terbayang. Dari awal sampai akhir, 'A Jian' tidak pernah mengambil satu lembar pun uang sembahyang, tapi 'Feng Wu' mengambilnya dua kali! Jika hantu-hantu ini saling berebut uang sembahyang, maka dalam kondisi jalan kematian terbentuk dimana hantu-hantu menunjukkan wajah aslinya dan tidak lagi dikendalikan penghuni, apa yang akan terjadi jika hantu tanpa uang sembahyang bertemu dengan hantu yang punya banyak uang sembahyang?"
"Benarkah?" Gongsun Yan berseru gembira: "Nyonya Kamya! Budak tak akan pernah melupakan jasa Anda yang menyelamatkan nyawa saya, mulai sekarang saya Gongsun Yan akan tunduk pada perintah Anda!"
Kalimat ini juga menyiratkan niatnya untuk bergabung dengan Aliansi Kamya.
"Benar! Nyonya Kamya!" Roland berkata dalam bahasa Inggris: "Terima kasih banyak! Nyawa kami semua adalah hasil jerih payah Anda!"
Kamya Sayoko malah merebahkan diri telentang sambil berkata, "Baiklah, aku akan berbaring sebentar. Kalian juga istirahatlah. Nanti jam tiga pagi, kita semua kembali ke apartemen..."
Misi darah kali ini akhirnya berakhir tepat pada detik-detik terakhir!
Pada saat yang sama, Mizhen juga memasuki kompleks perumahan itu.
"Rumah-rumah ini semuanya mewah ya," katanya sambil memandangi deretan bangunan. "Tidak tahu di mana letak Keluarga Ye? Atau mungkin di kota lain?"
"Mari kita cari," jawabnya. "Bagaimanapun juga, selama ada secercah harapan kita tidak boleh menyerah. Tapi bagaimana pendapatmu tentang batu-batu aneh itu?"
"Tidak tahu." Saat ini satu-satunya yang bisa dipastikan Mizhen adalah tidak ada penghuni di sini. Pemandangan kumuh di sekeliling sudah cukup membuktikannya. Di sepanjang jalan sesekali terlihat toko-toko, kantor pos, bahkan kantor polisi. Tapi tak ada satu orang pun.
Tiba-tiba saat melewati depan sebuah rumah, Mizhen menyadari papan nama di pintu bertuliskan karakter "Ye"!
"Ini dia!"
Mizhen gemetar menatap rumah yang paling besar di antara semuanya.
Mereka mendorong pintu yang sudah reyot masuk ke dalam. Halaman dipenuhi daun-daun kering yang berserakan. Di sampingnya terparkir sepeda tua.
"Belum tentu ini rumahnya," ia mendekat mengingatkan Mizhen. "Keluarga Ye mungkin bukan di sini."
"Aku juga mempertimbangkan itu, tapi setidaknya mari kita periksa dulu."
"Hmm... Baiklah."
Kemudian keduanya berjalan menuju pintu utama rumah itu!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 1 Novel Horor Mian Tian
Tahun 2005 Masehi, 20 April.
Di dalam ruangan 506 asrama kuliah Kampus Jin Yu.
Chu Mitian bangun lebih awal. Ia bangkit dari tempat tidur, merapikan pakaiannya, lalu merapikan kerah baju di depan cermin sebelum mengambil sikat gigi dan gelas untuk mandi.
Saat itu, ketiga penghuni kamar lainnya masih tertidur.
Baru saja melangkah keluar menuju kamar mandi, tiba-tiba ia menoleh ke belakang dengan sorot mata tajam bagai pedang menusuk ke arah belakang!
"Ah, Mitian!" Orang yang muncul di belakangnya adalah ketua kelas Han Zhen. Ia membawa termos air panas sambil tersenyum canggung, "Halo, bangun sangat pagi ya."
Melihat itu adalah dia, Mitian sedikit lega. Terlalu lama tinggal di apartemen membuatnya selalu berada dalam kondisi sensitivitas tinggi.
"Hmm." Ia menoleh kembali dan melanjutkan langkah ke kamar mandi dengan dingin.
Han Zhen mengerutkan kening. Dalam hati bergumam: Buat apa tatapan seperti ingin membunuh tadi? Selain Mizhen dan Li Yin, aku belum pernah melihatnya berbicara lebih dari sepuluh kalimat dengan siapapun! Setiap hari cuma mengubur diri di perpustakaan atau menatap laptop, pantas saja tidak punya teman. Karakternya terlalu berbeda jauh dengan Mizhen ya?
"Chu Mitian memang dikenal sebagai sosok yang berwatak muram. Dia hanya bisa terbuka di depan kakaknya, Mizhen, atau sahabat karibnya, Li Yin. Kembar dengan kepribadian bertolak belakang ini sulit untuk tidak meninggalkan kesan mendalam. Popularitas Mizhen di kelas juga membuat orang enggan menunjukkan kebencian terang-terangan pada Mitian yang dingin."
Pagi ini, tanpa jadwal kuliah, Mitian seperti biasa pergi ke perpustakaan. Sedangkan Mizhen tidak menemaninya, melainkan pergi jalan-jalan dengan sahabatnya Lin Xinhu.
Mitian terpaksa pergi ke perpustakaan sendirian.
Hingga saat ini, selain Li Yin, dia tetap tidak bisa membuka hatinya pada siapa pun. Kecuali... kecuali sosok merah itu, perempuan yang telah mencuri hatinya.
Tiba-tiba, dia merasa tidak ingin ke perpustakaan hari ini. Jika Mizhen tidak ada, dia pun enggan pergi.
Saat berjalan tanpa tujuan di Kampus Jin Yu, matanya menangkap sosok Mizhen yang duduk di bangku batu panjang di depannya.
Sekumpulan burung berkerumun di depan bangku tempat Mizhen duduk. Dengan perlahan, dia merobek roti di tangannya dan melemparkannya ke tanah untuk memberi makan burung-burung yang bahkan ada yang berani hinggap di dekatnya.
Mitian pun mendekat.
"Kak..." ujarnya tiba-tiba saat berdiri di hadapan Mizhen, "Bukannya kau janji pergi dengan Lin Xinhu?"
Mizhen mengangkat kepalanya dan melihat Mian Tian. Dia awalnya terkejut sejenak, lalu berkata: "「」... Pelan-pelan, jangan ganggu burung-burung ini. Sepertinya mereka sedang membangun sarang di sekitar sini, jadi ada banyak burung di area ini."
"「」." Mian Tian duduk perlahan di samping Mizhen, berhati-hati agar tidak menakuti burung-burung.
"Xinhu tiba-tiba bilang tidak mau pergi. Kebetulan aku melihat beberapa burung di sini, jadi aku duduk dan memberi mereka makan."
"Kakak, pengamatanmu sangat tajam ya." Mian Tian bertanya pelan: "Bahkan soal burung yang membangun sarang pun kau perhatikan."
Mizhen merobek sepotong kecil roti dan mengulurkannya, membiarkan burung mematuk remahan roti di telapak tangannya, lalu melanjutkan: "Tentu saja. Tanpa kemampuan observasi seperti ini, mana mungkin aku bisa bertahan dalam misi darah. Ngomong-ngomong, lingkungan Kampus Jin Yu memang sangat bagus, banyak area hijau, dan lokasinya di pusat kota sehingga akses transportasi mudah."
Mian Tian tiba-tiba menyadari bahwa di samping Mizhen terdapat sebuah buku—ternyata itu adalah volume komik "《Death Note》"!
Pada tahun 2005, "《Death Note》" belum tamat. Komik yang sangat terkenal ini juga diikuti oleh Mian Tian saat itu. Karena masih berseri, dia biasanya membacanya secara online.
"「《Death Note》? Volume baru? Kau sampai membeli bukunya?」" Mian Tian terlihat agak terkejut sambil bertanya.
"「Oh」," dia menatap "《Death Note》" di tangannya, "「Iya, nanti kalau sudah selesai kubolehkan kamu pinjam. Benar-benar seru lho, sudah pernah baca belum?」"
"Komik ini, ketika mulai diterbitkan secara berseri pada tahun 2003, awalnya dibaca oleh Mizhen yang kemudian merekomendasikannya ke Mian Tian. Dia bilang komik ini cocok untuk melatih kemampuan berpikir logis mereka, mengingat yang terpenting dalam menjalankan misi darah adalah logika. Alur cerita yang sangat rumit dan detail dalam komik ini juga membuka wawasan Mian Tian."
Setelah menghabiskan rotinya, Mizhen memegang komik itu dan berkata: "Banyak juga orang di sekitarku yang suka komik ini, meskipun belum ada versi animasinya. Aku kira orang yang bisa masuk universitas ternama seperti ini biasanya tidak terlalu suka baca komik."
"Sebenarnya awalnya aku tidak berencana kuliah." Mian Tian menatap burung-burung di tanah sambil berkata: "Waktu itu karena dapat pemberitahuan penerimaan langsung, ditambah bujukanmu, akhirnya aku kuliah. Tapi pada akhirnya, sebenarnya tidak ada artinya juga."
"Kuliah juga bagian dari kehidupan." Mizhen menanggapi dia: "Oh ya, aku mau tanya sesuatu."
Mizhen menengadah ke langit, berkedip beberapa kali, lalu membuka bibir mungilnya: "Apa yang ingin kamu lakukan di masa depan?"
"Me...melakukan apa?"
"Maksudku, setelah lulus kuliah mau kerja apa. Biasanya mahasiswa pasti memikirkan hal-hal seperti ini kan? Cara mencari kerja, tunjangan seperti apa, perusahaan jenis apa, apakah sesuai dengan jurusan. Tapi, aku selalu merasa kamu akan melakukan hal yang berbeda. Kamu, ingin melakukan apa?"
“Mian Tian terdiam mendengar pertanyaan ini. Bukan tidak ada yang pernah menanyakan hal ini sebelumnya, termasuk Li Yin. Tapi dia selalu menjawabnya dengan asal-asalan. Apa yang bisa dia lakukan? Setelah lulus kuliah, mungkin saja dia tidak sanggup menyelesaikan semua misi darah. Bicara soal pekerjaan, bagi Mian Tian itu adalah konsep yang sangat jauh.”
“Bagaimana mungkin kami punya kesempatan kerja?”
“Kenapa tidak? Setelah menyelesaikan sepuluh misi darah, seharusnya kita bisa dianggap lulus kuliah. Saat itu tiba, tentu harus mempertimbangkan masalah pekerjaan.”
“Aku tidak pernah mempertimbangkannya. Jika harus dikatakan, maka, aku ingin... aku ingin menjadi novelis.”
Setelah menjadi penghuni apartemen, Mian Tian mengalami terlalu banyak kengerian dan kematian. Hal ini justru memberinya inspirasi yang terus-menerus untuk menciptakan novel horor. Ini malah menjadi semacam kegiatan pengisi waktu spiritual baginya. Karena saat menulis, dia tak perlu selamanya khawatir apakah hantu akan membunuhnya, apakah akan memicu jalan kematian, atau bagaimana mencari jalan keluar.
Karena alasan ini pula, dia ternyata berkembang menjadi penulis berbakat dalam menciptakan novel horor.
"Aku ingin menjadi... novelis horor." Setelah mengucapkan itu, Mian Tian menambahkan satu kalimat lagi: "Lalu, berharap semua hal menyeramkan hanyalah tulisan di atas kertas. Setelah selesai dibaca orang, paling-paling hanya menakutkan sebentar, lalu dilupakan. Jika harus menyebutkan sesuatu yang ingin kulakukan, maka... itulah keinginanku."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Mian Tian tiba-tiba merasa tubuhnya menjadi lebih rileks.
“Kengerian... novelis?” Mizhen tertegun sejenak, lalu menutup mulutnya sambil tertawa ringan, berkata: “Kedengarannya cukup menarik. Kalau begitu, novel horor apa saja yang pernah kamu baca? Stephen King? Suzuki Koji?”
“Hei, kamu masih bisa tertawa?”
“Tidak, niat adik laki-lakiku seperti ini justru bagus. Ini membuktikan kamu masih punya kehendak untuk hidup. Bukankah ada yang bilang hidup dengan mimpi adalah kehidupan sejati?”
“Bagaimana mungkin aku masih membaca hal-hal bertema horor setelah masuk ke apartemen.” Mian Tian menggelengkan kepala, “Baik film horor maupun novel horor, aku tidak akan pernah melihatnya. Aku hanya membaca novel horor yang kutulis sendiri.”
Saat mengatakan ini, tiba-tiba ia merasa sakit menusuk di hatinya. Kenangan menyakitkan tentang kengerian bermunculan satu per satu di otaknya, kedua tangannya mencengkeram rambut, lalu berdiri secara tiba-tiba.
“Tidak, tidak. Novelis? Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak punya hari itu. Tidak, sama sekali tidak.”
Setelah mengucapkan itu, Mian Tian segera pergi.
Itu pertama kalinya dia menyatakan niatnya menjadi novelis di depan Mizhen.
Hari berikutnya, setelah kelas berakhir, Mian Tian dan Mizhen pergi ke perpustakaan bersama.
Saat itu, Mizhen juga jelas-jelas memperhatikan bahwa penampilan Mian Tian tampak tidak biasa. Dibanding biasanya, dia terlihat lebih muram.
“Mizhen.” Mian Tian berhenti di depan rak buku, tiba-tiba berkata: “Kamu, lupakan saja ucapanku kemarin.”
“Ucapan yang mana?”
“Novelis horor... kalimat itu. Pada akhirnya ini hanya permintaan sepihak. Kau harus tahu, itu mustahil. Saat itu setelah aku selesai bicara, aku merasa otakku kacau. Tiba-tiba aku menyadari betapa menyedihkannya diriku. Bahkan harapan akan masa depan pun tak bisa dijamin. Berharap hal-hal gaib dan horor hanyalah tulisan, hanyalah fiksi belaka, keinginan kecil ini pun tak terwujud. Ini hanyalah khayalanku sendiri, hanya itu saja.”
“Jangan berkata begitu.” Mizhen tiba-tiba mengambil buku dari rak, buku itu adalah novel horor terkenal luar negeri.
“Apapun yang ingin kau jadikan. Novelis horor, novelis wuxia, novelis fiksi ilmiah...” Mizhen mengangkat buku itu, berkata pada Mian Tian: “Tapi syarat utamanya adalah kau harus bertahan hidup. Selama kau bisa hidup, apapun yang kau lakukan, aku akan mendukungmu.”
Mian Tian mendekatinya, berhenti, bertanya bingung: “Kau sebenarnya...”
“Kau pernah bilang ingin menulis novel horor kan?” Mizhen membuka buku itu di meja, berkata: “Kalau begitu, aku akan membantumu! Bagaimana kalau kita bersama-sama merancang novel horor terhebat?”
“Kak, kamu bercanda?” Mian Tian menatap Mizhen di depannya, menatap tajam bertanya: “Merancang novel horor?”
“Benar.” Mizhen membuka buku itu, berkata: “Hmm, kita bisa merujuk buku-buku di sini dulu, tentu orisinalitas yang utama. Apapun yang terjadi, aku pasti akan membantumu mewujudkan keinginan ini. Setelah buku ini selesai, Mian Tian, aku ingin kau bersumpah padaku untuk tetap bertahan hidup sampai hari buku ini diterbitkan. Mengerti?”
Suara Mizhen tiba-tiba menjadi penuh tekad.
“Kakak...” Mian Tian tertegun sejenak.
“Duduklah.” Mizhen menyuruh Mian Tian duduk, lalu berkata: “Pertama, bagaimana pemahamanmu tentang novel horor? Tidak, lupakan. Pertanyaan itu salah. Kupikir tak ada yang lebih memahami arti kengerian daripada kita.”
“Kakak, kau serius?”
“Tentu.” Mizhen mendekatkan wajahnya ke pipi Mian Tian: “Menurutmu aku sedang bercanda?”
“Tidak.” Akhirnya Mian Tian bertekad: “Baiklah... Mari kita tulis novel horor bersama! Kali ini semuanya ada di tangan kita, bukan lagi misi darah yang penuh keputusasaan, tapi kita yang menentukan segalanya.”
“Bagus! Mari kita diskusikan garis besar dulu.” Mizhen mengeluarkan pulpen dan buku catatan: “Mian Tian, pertama-tama... Apa ide konsepmu untuk buku ini?”
“Hmm, ada. Kisahnya bisa dimulai... dari kota kecil terpencil. Tokoh utamanya... seorang wanita bercerai yang membawa anak, pindah dari kota metropolitan. Kemudian memasuki kota yang tampak aneh ini. Nama kota itu...”
“Kota Bulan Merah.”
## Jilid 22 Novel Horor Bab 2 Siklus Reinkarnasi
"Kota Bulan Merah?" Mizhen menuliskan tiga karakter ini di buku catatan, lalu mengangkat kepala dan menatap Mian Tian, "Kalau begitu, nama ini punya asal-usul tertentu?"
Mian Tian mengangguk, "Tentu. Kota Bulan Merah adalah kota dimana bulan di langit selalu berwarna merah darah sepanjang tahun."
Mizhen terus mencatat, namun di tengah proses menulis dia berkata, "Hm, Mian Tian, bagaimana jika kita ubah? Misalnya bulan merah darah hanya muncul di periode tertentu dalam setahun. Menurutmu ini akan menambah aura misteri?"
Mian Tian langsung menepuk tangan, "Bagus, Kakak! Ide yang brilian! Ubah saja! Kemudian alur cerita dimulai dari seorang wanita yang gila..."
"Wanita gila... mengandung elemen horor yang kuat." Mizhen mencatat poin ini, lalu bertanya, "Apakah wanita gila ini berperan sebagai peramal?"
"Tepat! Bagaimana kakak tahu?"
"Bukankah ini pola umum film horor? Orang normal tidak percaya hantu, jadi yang percaya hantu dianggap gila. Lagipula orang gila tidak perlu penjelasan logis tentang cara mendapatkan kemampuan meramal, sekaligus menambah unsur misteri. Esensi novel horor terletak pada ketakterpahaman dan ketakterbayangan - disanalah letak kengerian sejati."
"Kakak bahkan lebih paham daripadaku."
“Begini, mahasiswa di sini masih sibuk belajar dan ujian, menonton Ultraman dan Chibi Maruko-chan. Sementara aku sudah tak terhitung kali berhadapan dengan Shinigami, bahkan pernah terjebak di tumpukan jenazah. Apa itu kengerian? Aku lebih paham dari siapapun. Makanya aku juga paling tahu cara mengatasi ketakutan. Hmm, Roosevelt pernah berkata untuk memotivasi rakyat Amerika selama krisis ekonomi: 'Satu-satunya yang patut ditakuti adalah ketakutan itu sendiri'. Kalimat itu jadi pedomanku.”
“Kakak, hari ini jangan bahas hal-hal terkait apartemen.”
“Baiklah.” Mizhen tersenyum tipis, “Benar juga. Hari ini tak ada instruksi tulisan darah. Semua keputusan ada di tangan kita berdua. Hehe, asyik kan, Mian Tian?”
“Hmm... Wanita gila yang kusebut tadi tinggal di Kota Bulan Merah. Lalu mulailah fenomena mengerikan itu. Melalui tokoh perempuan utama...”
“Sudah ditentukan karakter tokoh utamanya?”
“Karakter?”
“Karakterisasi sangat krusial. Dalam genre horor, keterlibatan emosi pembaca sangat bergantung pada ini. Tokoh utama tidak boleh terlalu pengecut atau terlalu nekat. Perlu keseimbangan. Perempuan lajang yang bercerai menurutku ide bagus - sebagai sosok rentan yang membesarkan anak sendirian, mudah dapat simpati pembaca. Anak itu juga bisa jadi media untuk merasakan fenomena horor. Dua keuntungan sekaligus.”
“Hmm, sebenarnya aku juga berpikir begitu. Dan yang paling penting, citra perempuan sebagai pihak yang lemah sudah tertanam kuat dalam pikiran orang. Dalam novel horor, jika perempuan menjadi tokoh utama, itu bisa sangat meningkatkan rasa keterlibatan pembaca. Tentu saja, semua ini dengan syarat bahwa buku ini bisa diterbitkan dan bertemu dengan pembaca di masa depan.”
“Kamu juga bisa belajar dari Li Yin, menerbitkan novel horor di internet.”
“Lupakan saja. Novel online didominasi genre fantasi dan xianxia, mana ada yang mau baca novel horor. Untuk tokoh perempuan utamanya, bisa diatur sebagai karakter yang baru bercerai namun mantan suami terus mengganggu, sehingga pindah sementara ke kota kecil ini. Untuk pekerjaannya, bagaimana kalau... ya, penulis online? Dengan begitu meski tinggal di daerah terpencil tetap bisa bekerja. Mengaturnya sebagai pengangguran tidak baik, karena dalam sidang perceraian, pihak yang tidak punya pekerjaan akan sulit mendapatkan hak asuh anak.”
“Penulis... online? Hmm, baiklah, untuk sementara seperti itu dulu. Untuk anaknya, diatur berusia lima-enam tahun, ya, anak laki-laki saja. Selanjutnya, tentang kisah Kota Bulan Merah? Kamu berencana membuatnya sebagai kutukan kuno?”
“Kurang lebih. Kota kecil terpencil seperti ini sangat cocok untuk tema horor. Untuk bagian kutukannya, aku memang berencana membuat setting seperti itu...”
Malam itu, Mian Tian kembali ke asrama, terus merancang kerangka novel di pikirannya. Akhirnya, dia membuka laptop, membuat dokumen baru, dan mulai mencatat semua ide. Dia berencana menulis novelet sekitar 100.000 karakter. Sebagai karya percobaan pertama.
“Setelah selesai menulis...perlihatkan pada Li Yin, ya?”
Menutup laptop, tiba-tiba Mian Tian merasa sedikit kepuasan di hatinya. Terutama saat Mizhen mengatakan kalimat itu padanya. Katanya, apapun yang dilakukannya, asalkan bisa membuatnya ingin bertahan hidup, itu sudah cukup.
“Kak...” bisiknya dengan suara yang hanya bisa didengar sendiri: “Terima kasih. Sungguh, terima kasih.”
Keesokan harinya, saat jam istirahat siang di kantin, Mian Tian yang sedang membawa nampan makanan tiba-tiba menyadari Xi Yue duduk tak jauh darinya. Seketika, dia mempercepat langkah.
“Xi Yue!” Mian Tian mendatanginya dan berkata, “Aku, boleh duduk di sini?”
“Hm, boleh.” Xi Yue segera menjawab, “Silakan duduk.”
“Baik.” Mian Tian langsung duduk.
Harus diakui, Xi Yue sungguh cantik bak dewi turun ke bumi. Bahkan saat hanya duduk diam, gerakan-gerakan kecilnya yang halus langsung membuat siapa pun terpesona. Kata ‘sempurna’ seolah diciptakan khusus untuk orang sepertinya.
“Kudengar dari Mizhen kau sedang menulis novel?” Senyum Xi Yue yang mengembang sesaat itu benar-benar memesona, membuat Mian Tian nyaris linglung.
“Ah, iya.” Mian Tian baru tersadar, “Benar, kakakku yang memberitahumu? Dia memang cerewet.”
“Mizhen memang bukan tipe yang bisa menyimpan rahasia. Tapi kau dan kakakmu sama sekali tidak mirip, selalu menjaga jarak dengan orang lain.” Xi Yue mengedipkan matanya, “Setelah selesai, bagaimana kalau kubaca? Hanya saja aku penasaran, sebenarnya bagaimana gaya tulisanmu, Mian Tian. Kalau bagus, mungkin kelas kita bisa punya penulis.”
“Xi Yue, jenis novel apa yang kau suka?”
“Aku? Genre romantis mungkin. Tapi fiksi ilmiah juga sangat kusukai. Katanya kamu menulis novel horor? Aku jarang baca genre ini, kamu tidak menulisnya terlalu menakutkan, kan?”
“Hm, akan sangat menyeramkan. Jika kamu takut, lebih baik jangan membacanya.”
“Tidak masalah.” Xi Yue menggelengkan tangan, “Apa hubunganku dengan Mizhen? Pasti akan kubaca.”
“Benarkah? Kalau begitu aku juga ingin membacanya.”
Sebuah suara terdengar, Mian Tian segera menoleh ke belakang. Yang berdiri di belakangnya bukan Li Yin, siapa lagi?
“Li Yin?” Mian Tian langsung berdiri, “Kamu... sudah di sini sejak tadi?”
“Hm, kurang lebih. Kamu ingin menulis novel horor? Dulu pernah kudengar kamu sesekali menulis cerita pendek, tapi sepertinya semua bertema menakutkan. Katanya kali ini kamu mau menulis karya panjang sedang? Setelah selesai, pastikan aku bisa membacanya. Gaya penulisanmu menurutku cukup baik.”
Perkataan Li Yin saat itu bukan sekadar basa-basi. Ia sudah lama menganggap Mian Tian sebagai sahabat karib, jadi tentu akan membaca karyanya dengan sungguh-sungguh. Apalagi ia sendiri juga berencana menulis novel di masa depan.
Mian Tian memandang Xi Yue dan Li Yin, tekadnya semakin menguat untuk menciptakan novel ini dengan baik.
Beberapa hari berikutnya, ia dan Mizhen terus berada di perpustakaan, meneliti setiap detail novel dengan cermat. Akhirnya, mereka mulai menulis. Sekitar sebulan kemudian, Mian Tian menyelesaikan novel horor panjang sedang pertamanya berjudul "Siklus Reinkarnasi".
Novel horor ini juga merupakan satu-satunya novel pendek yang pernah dia tulis kemudian. Sebenarnya, Mian Tian selalu berpikir bahwa novel horor tidak cocok ditulis sebagai karya panjang, karena genre ini harus benar-benar imajinatif sekaligus mempertahankan ketidaktahuan yang misterius. Semakin panjang, semakin banyak informasi yang harus diungkap, sehingga unsur misteri dan ketidakterdugaan akan rusak. Oleh karena itu, karya horor paling ideal ditulis dalam bentuk cerpen 30-50 ribu karakter.
Setelah itu, novel ini dibaca oleh Xi Yue dan Li Yin yang sangat mengapresiasinya. Untuk sementara waktu, banyak siswa di kelas yang saling meminjam dan menganggapnya sebagai karya terbaik Mian Tian.
Akhir novel menggunakan sistem terbuka dimana nasib tokoh utama perempuan tetap menjadi teka-teki. Mian Tian menjelaskan kepada Li Yin: "Menurutku akhir terbuka adalah penyelesaian paling ideal untuk cerita horor. Kengerian terletak di wilayah abu-abu antara harapan dan keputusasaan. Jika condong ke salah satu sisi, kualitasnya akan menurun. Hanya dengan berada di tengah, efek horor bisa dimaksimalkan."
Ending terbuka inilah yang menjadi salah satu aspek paling dihargai Li Yin. Dia menyatakan akan mengadopsi pendekatan ini dalam karya-karyanya di masa depan.
Ini juga menjadi novel terakhir Mian Tian. Sentuhan detail dalam gaya bahasanya meninggalkan kesan mendalam.
Pembukaannya langsung menggunakan teknik kilas balik: "Langit. Bulan purnama yang seharusnya berwarna perak pucat, kini diselubungi rona merah darah. Kemudian, warna merah itu seakan menutupi seluruh bidang pandang."
23 Juni 2011.
Li Yin saat ini kembali membuka dokumen novel ini, menatap barisan kalimat pembuka. Saat itu, Mizhen yang baru kembali ke negeri dan bertemu dengannya, mengatakan ingin menyerahkan novel Mian Tian yang ingin diberikan padanya, yaitu "Siklus Reinkarnasi" ini.
"Kau sedang membaca novel horor? Li Yin?"
Li Yin segera menoleh ke belakang, yang berdiri di belakangnya adalah Shen Yu.
"Kau, bagaimana kau bisa masuk?" Li Yin langsung berdiri dan bertanya.
"Masuk... lewat pintu yang terbuka," ekspresi Shen Yu polos: "Kau sendiri tidak mengunci pintu. Aku datang untuk bertanya, apakah kau akan hadir dalam seminar misi darah siang ini. Para penghuni telah sepakat, jika kau tetap absen dari rapat ini, akan secara resmi memilih Ke Yinye sebagai Loushang baru."
"Begitu?" Jawab Li Yin tanpa berpikir: "Kalau begitu biarkan mereka menunjuk Ke Yinye sebagai Loushang baru. Aku tidak peduli."
"Aku peduli!" Shen Yu justru berlari dan menggenggam kerah baju Li Yin: "Sudah cukup belum? Ke mana perginya Li Yin yang dulu menghapus tiga kali misi darah untuk menyelamatkan Ziye? Apakah aku mengubah diriku hanya untuk melihatmu seperti ini? Dulu kau, kau yang mengubahku!"
"Kalau begitu, maaf telah mengecewakanmu."
Shen Yu masih ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata yang sudah di ujung lidah akhirnya tidak dilanjutkan.
"Sudahlah. Terserah kau!" Shen Yu hendak berbalik badan, tiba-tiba menoleh: "Ngomong-ngomong, ini novel siapa?"
"Teman kuliahku."
Shen Yu mendekati komputer, mengamati dengan seksama: "Gaya bahasanya cukup bagus. Nanti bisakah kau kirim salinannya ke emailku?"
"Kau juga ingin membaca?"
“Anggap saja sebagai pengisi waktu. Aku pergi dulu.”
Setelah melihat Shen Yu pergi, Li Yin kembali duduk. Tiba-tiba dia menyadari ada seseorang yang masih berdiri di depan pintu - Ziye yang selamat dari maut!
Dia masuk dan menatap Li Yin, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tak ada kata yang keluar.
Keduanya saling memandang dalam diam. Seolah ingin menangkap isi hati lawannya melalui sorot mata.
## Jilid 22 Novel Horor Bab 3 Pengumuman Misi Darah
Karena Li Yin tetap absen dalam diskusi misi darah hari ini, para penghuni mengusulkan Ke Yinye sebagai Loushang baru. Namun yang mengejutkan, Ke Yinye menolak keras posisi tersebut. Sebenarnya jabatan Loushang hanyalah posisi simbolis tanpa kekuatan nyata, sehingga setelah penolakannya tidak ada yang memaksa. Namun posisi Li Yin sebagai Loushang kini benar-benar sudah tidak memiliki kekuatan apa-apa. Kini semua orang menganggap Li Yin sebagai orang yang hanya menunggu ajal.
Dalam diskusi misi darah hari itu, mereka membahas secara detail beberapa misi darah terkini dan merumuskan banyak jalan keluar untuk mengungkap pola misi darah. Pertemuan berlangsung lebih dari lima jam dan baru berakhir sekitar pukul enam sore.
Tak bisa dipungkiri, di antara penghuni baru, muncul sekelompok orang dengan kesehatan mental yang cukup kuat. Tentu saja, ini berkaitan erat dengan Kontrak Neraka. Saat ini, dua aliansi besar di apartemen bisa dikatakan mencapai titik keseimbangan. Pada dasarnya, sudah tidak ada lagi pihak netral yang tersisa. Bagaimanapun, psikologi grup saja sudah cukup membuat orang mudah ikut-ikutan, apalagi bagi penghuni baru yang baru masuk apartemen, bergabung dengan kelompok bisa sedikit mengurangi rasa takut.
Dalam kondisi internal penghuni apartemen yang sudah terpecah belah ini, jabatan kosong Loushang memang kehilangan maknanya. Pada akhirnya, Ke Yinye juga menolak posisi itu setelah menyadari hal ini. Bagaimanapun, dia tidak ingin jabatan kosong ini menimbulkan konflik dengan "Aliansi Kamya".
Setelah rapat berakhir, Xingchen dan Shen Yu kembali ke ruangan dengan wajah lesu. Saat ini, mereka terus hidup bersama. Lagipula kamar Shen Yu ada di sebelah, jika misi darah muncul, sangat mudah untuk melihatnya.
Membuka pintu dengan kunci, Shen Yu berjongkok memeriksa tepung yang sebelumnya diletakkan di depan pintu setelah masuk. Tidak ada jejak injakan pada tepung, jadi seharusnya tidak ada yang masuk ke ruangan ini.
"Kamya Sayoko seharusnya tidak memasang alat penyadap lagi." Shen Yu menutup pintu sambil berkata: "Setelah menghancurkan alat penyadap yang tersisa sebelumnya, dia tidak melakukan tindakan lanjutan."
"Hmm." Xingchen melepas jaket atasnya dan menggantungnya di rak pakaian, "Kamya Sayoko ini perempuan yang terlalu licik. Kekuatan 'Aliansi Kamya' juga semakin besar."
“Aku tidak terlalu khawatir tentangnya,” Shen Yu menggelengkan kepala: “Yang perlu diwaspadai sebenarnya adalah Li Yin. Ke Yinye pernah memberitahuku, dulu dia pernah berhasil menebak jalan keluar dari misi darah dalam permainan. Meski sekarang terlihat murung, dia tidak sepenuhnya menyerah. Jika suatu hari dia bangkit kembali, mungkin akan terbentuk 'Aliansi Yin Ye'.”
Mendengar ini, Xingchen juga terdiam sejenak.
“Hari ini saat kamu menemui Li Yin, apa dia mengatakan sesuatu lagi?”
“Tidak.” Jawab Shen Yu sambil berpikir: “Hanya saja aneh, dia sedang membaca novel horor. Bukankah penghuni apartemen ini sudah cukup trauma dengan misi darah? Mengapa justru membaca novel horor? Aku curiga dia sedang merencanakan sesuatu, jadi kuminta dia mengirimkan salinannya padaku.”
“Begitu?” Xingchen mengerutkan kening, mendekat dan memegang bahu Shen Yu: “Kamu harus lebih berhati-hati. Li Yin bukanlah lampu hemat minyak. Dulu dia selalu berkoar ingin menyelamatkan penghuni, tapi saat menjalankan misi darah bersamamu, bukankah dia juga meninggalkan teman kuliahnya? Ucapannya manis, tapi dia bukan orang suci. Waspadalah, jangan sampai kau jadi korban rencananya. Ingat... aku juga menyimpan satu fragmen kontrak.”
“Aku tahu. Akan kuperhatikan, Xingchen.”
Setelah itu, Shen Yu masuk ke kamar tidur dan membuka emailnya. Benar ada dokumen baru yang dikirim Li Yin.
Sebuah novel horor berjudul 《Siklus Reinkarnasi》.
Xingchen dan Shen Yu membuka dokumen tersebut bersama-sama, lalu mulai membacanya.
"Awal cerita ini, dimulai dari seorang penulis wanita bernama Lan Dongmei yang setelah bercerai, terpaksa pindah sementara ke Kota Bulan Merah di pinggiran kota."
"Goresan penanya sangat halus, deskripsinya begitu detail, membuat pembaca seakan tidak bisa berhenti membacanya."
"'Cerita yang cukup bagus,' komentar Xingchen: 'Penggambaran atmosfernya juga baik, terlihat penulis sangat serius dalam menulis.'"
"'Tapi sepertinya ini bukan novel yang pernah diterbitkan atau dipublikasikan online,' Shen Yu membuka halaman browser sambil menunjuk hasil pencarian: 'Sepertini, mungkin karena novelnya terlalu niche, atau...mungkin ini novel karya Li Yin sendiri. Bukankah dia penulis novel web?'"
"'Benar, tapi bukankah dia menulis novel bertema militer? Ngomong-ngomong, kamu juga termasuk pembacanya kan?'"
"'Tidak, aku pernah baca novel Li Yin. Tulisannya lebih bernuansa heroik dan penuh semangat, tidak serumit ini. Buku ini seolah ditulis oleh perempuan. Pemilihan kata dan teknik deskripsinya sangat patut diacungi jempol.'"
"'Hmm, kalau begitu mari kita lanjutkan membacanya.'"
"Selanjutnya, Lan Dongmei segera menyadari bahwa Kota Bulan Merah sangat tidak biasa. Selain populasi yang sedikit, rasio penuaan penduduknya sangat tinggi. Para lansia tersebut terlihat sangat lemah fisiknya. Setiap kali Dongmei menanyakan asal-usul nama Kota Bulan Merah, semua orang menjadi sangat enggan membicarakan, tidak ada yang mau menjawab secara detail."
"Dan pada saat ini, seorang wanita gila muncul. Dia adalah anak perempuan seorang janda tua di Desa Bulan Merah, setiap hari berdandan aneh sambil menyanyikan sajak misterius di desa. Inti sajaknya adalah, saat bulan berubah merah, kutukan akan dimulai."
Shen Yu tiba-tiba menutup dokumen.
"Ada apa?" Xingchen menoleh ke Shen Yu, bertanya: "Kenapa berhenti membaca?"
"Tidak... Hanya, ada perasaan yang sangat tidak nyaman. Sudahlah, lebih baik baca siang hari saja. Penulis ini benar-benar jenius setan. Dulu mungkin masih bisa membaca, tapi membaca novel ini di apartemen ini terasa terlalu, terlalu..."
"Setuju. Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama. Kalau begitu, mari kita lanjutkan besok. Jika ada masalah, kita bisa tanya Li Yin."
"Hmm, baiklah."
Keesokan harinya, Shen Yu bangun lebih awal.
Dia mengusap matanya, meraba ke samping, namun menemukan tempat di sebelahnya kosong. Dia segera duduk tegak dan melihat Xingchen sedang duduk di depan komputer. Dia sedang membaca novel itu!
"Xingchen?"
Memanggil sekali, tapi Xingchen sama sekali tidak bereaksi.
"Xingchen! Ada apa denganmu?"
Baru saat itu Xingchen menoleh ke belakang. Ekspresinya jelas terlihat seperti orang yang baru saja kaget.
"Shen, Shen Yu!" Xingchen memegangi dadanya, berkata: "Kau, kau membuatku kaget setengah mati."
"Sejak kapan kau bangun?" Shen Yu duduk tegak sambil bertanya: "Dan dari penampilanmu, jangan-jangan belum cuci muka atau sarapan?"
"Aku baru saja membaca buku ini." Xingchen kembali melihat dokumen itu, berkata: "Tadi, hampir selesai membacanya. Buku ini benar-benar luar biasa, penulisnya pasti jenius! Bahkan hal-hal kecil pun bisa ditulisnya dengan sangat menyeramkan."
"Benarkah? Tapi kamu bangun pagi-pagi langsung membaca?"
"Jujur saja, sebenarnya kemarin setelah tidur, pikiranku terus menerus membayangkan bagaimana kelanjutan alur ceritanya, jadi semakin penasaran. Pagi ini setelah bangun, langsung membuka komputer untuk membaca."
Kemudian Xingchen terdiam sejenak, lalu melanjutkan: "Apakah kamu ingin tahu alur cerita selanjutnya? Atau mau baca sendiri?"
"Kalau... baiklah, aku akan coba membacanya."
Meskipun berkata begitu, ekspresi Shen Yu menunjukkan sedikit keraguan.
Namun sebelum sempat duduk di depan komputer, alis Xingchen tiba-tiba berkerut. Tangan kanannya menghantam meja komputer dengan keras hingga keyboard terlempar, lalu tangan itu langsung menekan bagian jantungnya dengan wajah kesakitan!
Instruksi tulisan darah!
Instruksi tulisan darah telah dirilis!
Pada saat yang sama, beberapa penghuni lain juga menerima misi darah.
Isinya: "1 Juli 20114, pergi ke kaki selatan Gunung Puxia di pinggiran selatan Kota K, tinggali selama satu hari penuh, lalu bisa kembali."
Dibandingkan dengan misi darah panjang sebelumnya, kali ini sangat sederhana. Total ada enam orang yang menerima misi darah.
Selain Bian Xingchen, lima orang lainnya adalah Feng Yuxian, Weisheng Liang, Lang Zhishan, Lin Xueqian, dan Qiu Xifan. Di antara mereka, Weisheng Liang selamat dari misi darah Noujou Kae, sedangkan Qiu Xifan secara tidak langsung diselamatkan oleh Shangguan Mian dalam misi darah lukisan tinta. Lang Zhishan sendiri adalah seorang polisi.
Di lantai satu, enam penghuni segera berkumpul. Pengumuman misi darah baru masih belum memunculkan pecahan Perjanjian Neraka yang dinantikan semua orang. Harus dikatakan ini hal yang cukup mengecewakan.
Konten misi darah kali ini terlalu sederhana, justru menimbulkan kegelisahan. Berbeda dengan misi darah permainan sebelumnya yang bisa dieksplorasi banyak hal. Tapi kali ini, tak ada informasi yang bisa didapat.
Ketidaktahuan adalah kengerian sejati.
Saat Bian Xingchen melangkah masuk ke lantai satu, dia melihat Feng Yuxian dan yang lain. Enam orang kini telah terkumpul lengkap.
"Bian Xingchen?" Feng Yuxian langsung bergegas mendekat saat melihatnya tiba di lantai satu, "Kau?"
"Ya."
Di apartemen, Bian Xingchen juga termasuk sosok yang cukup terkenal. Ketenarannya sebagian besar berasal dari hubungan asmaranya yang bisa dibilang menyimpang dengan Pu Shenyu. Sebenarnya, banyak yang tidak mengerti mengapa mereka bisa jatuh cinta. Fakta bahwa Bian Xingchen membunuh Min, ibu Shenyu, karena dipaksa dan diancam oleh Shenyu sendiri, sudah menjadi rahasia umum di apartemen. Dalam situasi seperti ini, seharusnya rasa benci yang menguasai hati, apalagi Shenyu pernah menggunakan para penghuni dengan kejam dan menciptakan begitu banyak pertumpahan darah. Namun tak lama setelah bertemu, mereka malah menjalin hubungan dan menjadi pasangan mesra ketiga di apartemen. Hal ini benar-benar membingungkan banyak orang. Bahkan ada yang berspekulasi apakah Bian Xingchen menderita sindrom Stockholm? Ada juga yang menduga mungkin Pu Shenyu telah melakukan "cuci otak" terhadap Bian Xingchen sehingga dia mati-matian mencintainya.
Beberapa hal ini saja sudah cukup membuat Bian Xingchen dikenal semua penghuni. "Catatan hitam"-nya dalam kasus pembunuhan Pu Min juga membuat para penghuni menjaga jarak, termasuk terhadap Shenyu yang tidak disukai oleh banyak orang.
"Ya," angguk Xingchen sambil mengamati keempat penghuni lain yang hadir. Ketika pandangannya menyapu Lang Zhishan, dia segera menghampiri dan bertanya, "Petugas Lang, apakah Anda juga menjalankan 'misi darah' kali ini?"
Lang Zhishan adalah seorang polisi berusia tiga puluhan dengan wajah persegi, kemampuan bela dirinya cukup hebat. Tentu saja, dibandingkan dengan Shangguan Mian, kemampuannya hanya seperti permainan anak-anak. Melihat Xingchen mendekat, dia hanya membalas dengan "hmm" formal. Sebagai polisi, dia sangat menyadari Bian Xingchen adalah seorang pembunuh, sehingga tidak punya kesan baik padanya. Namun berada di apartemen, dia tidak bisa menangkapnya. Pria dengan rasa keadilan tinggi ini sangat dihormati di kantor polisi dan berpeluang naik pangkat.
Weisheng Liang dan Qiu Xifan sama-sama lebih banyak diam. Sementara Lin Xueqian baru pertama kali menjalankan misi darah.
Keenam orang inilah pelaksana misi darah kali ini!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 4 Tiga Pihak Merencanakan
Pengumuman misi darah baru tentu memicu perdebatan baru di apartemen. Berapa orang dari peserta kali ini yang bisa kembali hidup?
Ini merupakan misi darah kelima Bian Xingchen dan ketiga Feng Yuxian, berarti tingkat kesulitan seharusnya setara misi darah kelima. Sedangkan Weisheng Liang dan Qiu Xifan yang baru kedua kali, serta Lang Zhishan dan Lin Xueqian yang pertama kali, tidak dipandang optimis.
Ada juga banyak orang yang berpendapat bahwa proporsi keberuntungan dalam kelangsungan hidup Xingchen hingga hari ini lebih besar, terutama dalam misi paling berbahaya yaitu "Peti Iblis" yang seharusnya membuatnya mati, namun dia justru selamat secara kebetulan. Mampukah keberuntungannya terus bertahan? Meskipun ini adalah kali ketiga bagi Feng Yuxian, semua orang percaya dia juga hanya bertahan karena keberuntungan. Secara keseluruhan, dari enam orang ini, tidak ada satu pun yang bisa dianggap sebagai ahli strategi. Ditambah tidak adanya rilis Kontrak Neraka, hanya sedikit yang peduli dengan nasib keenam orang ini. Yang menjadi perhatian utama adalah seberapa sulit misi darah ini nantinya.
Setiap orang berharap Kontrak Neraka segera dirilis. Saat ini, dua aliansi besar telah sepenuhnya memasuki fase siaga tinggi. Begitu satu kontrak dirilis, mereka akan langsung bertindak.
Selain itu, ada yang mencurigai apakah ada kontrak yang dirilis namun disembunyikan dalam misi darah kali ini, mengingat hanya keenam orang ini yang mengetahui konten misi darah tersebut.
Di sisi lain, setelah kematian Lin Tianze, tidak ada lagi yang mencegah orang mendekati gang. Akibatnya, pertumbuhan jumlah penghuni yang sempat melambat mulai meningkat lagi. Apartemen terus-menerus membunuh satu kelompok lalu menyerap kelompok baru. Dalam beberapa hari, jumlah penghuni yang sempat menyusut drastis akibat beberapa misi darah kembali melonjak hingga lebih dari 70 orang.
Penghuni baru yang bergabung juga terdiri dari berbagai jenis. Beberapa orang tidak mempercayai keanehan apartemen, meninggalkan apartemen hingga memicu kutukan bayangan yang menyebabkan kematian; sebagian lainnya mencoba merusak apartemen dan menemukan kemampuannya untuk pulih secara otomatis, sehingga terpaksa menerima fakta mengerikan ini; sangat sedikit yang berniat menggunakan kekerasan, namun di bawah ancaman kekuatan pamungkas Shangguan Mian, tidak ada yang berani bertindak gegabah.
Kekuatan tempur Shangguan Mian telah diakui oleh semua. Meskipun aliansi Kamya dan Yeyu sangat khawatir dengan wanita ini, banyak yang ingin menyingkirkannya secepat mungkin, tapi tak satu pun memiliki kekuatan yang setara. Mereka hanya bisa berharap dia cepat mati dalam misi darah, lagipula misi darah yang dijalaninya tak pernah mengeluarkan pecahan Perjanjian Neraka, pasti tidak ada kontrak, jadi hidup-matinya pun tidak penting. Justru kehadirannya yang hidup lebih berbahaya. Dua aliansi besar sempat khawatir dia akan memanfaatkan kekuatan ini untuk membangun kekuatan sendiri, namun nyatanya dia sama sekali tidak melakukannya. Sesungguhnya, dia memang tidak perlu membangun aliansi karena sekalipun semua penghuni menjadi musuhnya, dia sendiri bisa dengan mudah membunuh semua orang.
Selain dua aliansi besar, terdapat pula kekuatan pihak ketiga yang semakin bangkit, yaitu "Sekte Matahari Suci" yang didirikan oleh Xu Tao. Sekte ini menyatakan bahwa apartemen adalah pertanda kiamat, dan satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan mematuhi Tuan Matahari Suci, yakni Xu Tao sendiri. Penyebaran Sekte Matahari Suci sangat cepat, terutama di kalangan penghuni baru yang baru masuk apartemen. Kini jumlah pengikutnya telah mendekati 20 orang - angka yang sangat signifikan mengingat total penghuni apartemen hanya sekitar 70 orang. Kekuatan ini sudah mampu bersaing setara dengan dua aliansi besar. Xu Tao sebagai pemimpin sekte telah membuat para pengikutnya tunduk mutlak, sekaligus melarang keras anggota sekte bergabung dengan salah satu aliansi. Pelanggaran akan dihukum mati tanpa ampun! Wewenang eksekusi ini sepenuhnya dipercayakan kepada wakil pemimpin Luo Mizi. Meski masih muda, perempuan biasa yang berubah menjadi kejam ini adalah penyembah fanatik Xu Tao, dan kini telah menjadi tangan kanannya yang paling dipercaya.
Tiga kekuatan ini telah membentuk formasi tripodal. Beginilah kontrak neraka sepenuhnya dirilis, pertempuran berdarah antar tiga kekuatan pasti terjadi. Namun kemenangan belum tentu jatuh ke satu pihak, karena dalam internal masing-masing kekuatan pasti ada anggota dengan motivasi tersembunyi yang ingin mengambil keuntungan dari kekacauan. Korban jiwa dalam perebutan kontrak ini tak terhindarkan. Bagaimanapun, tak ada satu pun yang bisa lolos dari apartemen.
Dalam situasi terkini, selain beberapa penghuni yang masih ragu-ragu, jumlah penghuni yang tidak bergabung dengan pihak manapun sudah sangat-sangat sedikit.
Saat ini, di Kamar 1404 apartemen, Yin Ye menyerahkan setumpuk data lengkap kepada Yin Ye sambil berkata: "Data dasar sudah kucari, tidak ada rumor hal gaib... Tapi, hal-hal supranatural memang tidak mudah tersebar. Gunung Puxia, gunung ini tidak terkenal, sangat terpencil, bahkan tidak bisa ditemukan di peta."
"Menerima data, Xingchen tersenyum getir dan berkata: 'Tidak ada cara lain, hanya bisa mencoba. Ngomong-ngomong, Yin Ye, tentang aliansi, apakah akan ada gerakan besar-besaran akhir-akhir ini? Misalnya, perluasan 'Sekte Matahari Suci' ini sangat mengkhawatirkan.'"
"Untuk sementara jangan melakukan gerakan apapun." Yin Ye menggelengkan kepala: "Xu Tao ini memang punya kemampuan, berhasil mengumpulkan banyak penghuni baru di bawah kendalinya. Jika kita gegabah menyerang, dikhawatirkan 'Night Feather Alliance' kita akan mendapat banyak musuh. Saat itu 'Aliansi Kamya' bisa mengambil kesempatan masuk."
Xingchen menghela napas: "Kalau dipikir-pikir, dalam misi darah terakhir, Kamya Sayoko memang cukup menonjol. Para penghuni satu per satu benar-benar tunduk padanya sepenuhnya."
“Benar,” di sebelah Xingchen, seorang penghuni dari "Night Feather Alliance" bernama Luo Shisan berkata: “Dan banyak yang bilang, pamor Ying Ziyue sudah benar-benar dirampas Kamya. Kilau dia dan Li Yin sudah menjadi sejarah. Misi darah berikutnya mungkin tak akan lama lagi mereka bertahan. Ini namanya tembok rubuh semua orang dorong. Sekarang tak ada yang menganggap Li Yin berarti.”
"Sekumpulan orang berpikiran sempit!" Yin Ye memancarkan kedinginan di matanya: "Li Yin jelas bukan orang sembarangan! Hanya karena sikapnya yang lesu sekarang, kalian mengira dia akan jatuh bangun? Itu salah besar! Apalagi, di lubuk hati dia masih peduli pada Ziye. Selama Ziye masih hidup, aku yakin dia tidak akan benar-benar tenggelam!"
Yin Ye berhenti sejenak lalu melanjutkan: "Xingchen, kau juga tahu reputasi burukmu dan Shen Yu di antara para penghuni. Berapa banyak yang diam-diam menyebut kalian pembunuh? Bahkan dengan hinaan yang lebih keji..."
"Menyebut kami pasangan anjing tak bermoral, benar?" Xingchen mengangkat kedua tangannya: "Mereka bebas berkata apa. Apa yang bisa kulakukan? Ya, aku membunuh. Dan Shen Yu pernah menyebabkan kematian beberapa penghuni. Tapi di apartemen ini, kami telah menerima hukuman paling kejam. Membunuh hanya memenggal kepala, bagaimanapun juga aku harus keluar dari sini. Nanti, aku dan Shen Yu akan menebus dosa bersama!"
"Maksudku..." Yin Ye menarik napas dalam: "Kau harus pahami, karena itu para penghuni mungkin mengucilkan kalian. Terutama Polisi Lang Zhishan yang menjalankan misi darah kali ini. Dia tipe orang yang membenci kejahatan seperti musuh pribadi. Baginya, tindakanmu membunuh Min untuk mendapatkan lukisan ramalan, lalu malah jatuh cinta pada dalangnya... Hal absurd seperti ini..."
“Yin Ye,” tiba-tiba Xingchen menyela perkataannya, “tadi kau bilang ‘menurutnya’, lalu menurutmu bagaimana? Apakah kita memang pantas mendapatkan hukuman tanpa ampun?”
“Dari sudut pandang hukum, kalian memang bersalah. Tapi saat ini kita tidak berada dalam lingkungan normal, melainkan di apartemen ini. Soal penghakiman, tunggulah sampai keluar dari sini. Saat itu mau mengaku diri ke polisi atau mencari cara penebusan dosa lain, terserah kalian. Hanya saja, jika penghuni lain memandang kalian seperti ini, saat menjalankan misi darah nanti, jika butuh bantuan mereka, dikhawatirkan mereka akan bersikap pasif. Lagipula, kau tahu Lang Zhishan adalah anggota ‘Aliansi Kamya’. Selain itu, ada satu orang lagi yang harus kau waspadai, Lin Xueqian. Dia adalah pengikut ‘Sekte Matahari Suci’. Meski tingkat pencucian otaknya belum seburuk Luo Mizi, tetap cukup parah. Bisa dibilang, bahkan jika Xu Tao menyuruhnya menjilat kotoran, dia akan melakukannya tanpa ragu.”
“Benar,” Luo Shisan menambahkan dari samping, “Kontrak Neraka yang kau miliki juga dicurigai oleh banyak penghuni apartemen. Di antara orang-orang yang menjalankan misi darah kali ini, Feng Yuxian dan Weisheng Liang bersikap netral. Qiu Xifan adalah anggota ‘Aliansi Bulan Malam’-ku. Nanti, berkomunikasilah baik-baik dengan Qiu Xifan, sebisa mungkin hindari tindakan Lang Zhishan dan Lin Xueqian yang merugikan kalian.”
“Benar.” Yin Ye juga mengatakan hal serupa: “Luo Shisan benar, jika membunuh di dalam apartemen, karena takut pada keseimbangan kekuatan aliansi, mereka tidak berani melakukannya. Tapi jika membunuhmu melalui tangan hantu, kami pun tidak bisa berkomentar. Lang Zhishan di satu sisi tidak menyukaimu, di sisi lain adalah anggota faksi lawan kita, ditambah kemampuan kepolisiannya, kamu harus paling waspada. Nanti, hadapilah dengan tenang, jika kamu mendeteksi tanda-tanda ancaman darinya, segeralah bertindak lebih dulu!”
Di saat bersamaan... Kamya Koyoko juga sedang memberikan instruksi serupa kepada Lang Zhishan.
“Data tentang Piao Xiashan terlalu minim.” Dia menyisir rambutnya: “Kematian Li Fen sangat disayangkan, seandainya dia masih hidup akan mempermudah banyak hal. Selain itu, dalam misi darah kali ini, berhati-hatilah dengan Bian Xingchen dan Lin Xueqian. Kau tahu, meski Bian Xingchen bukanlah orang yang cerdik, dia mungkin memegang Kontrak Neraka. Jangan bertindak terhadapnya kecuali dalam keadaan darurat!”
“Saya paham.” Lang Zhishan mengangguk: “Nyonya Kamya, tenang saja, saya tahu batasan. Ini pertama kalinya saya menjalankan misi darah, harap Nyonya banyak membantu. Jika bisa selamat, saya Lang Zhishan takkan pernah melupakan kebaikan ini!”
“Ah, dalam misi darah sebelumnya, berkat saranmulah saya bisa bekerja sama dengan polisi. Setiap anggota 'Aliansi Kamyaku' berhak mendapatkan perlindungan. Tentu saja, dengan syarat tidak ada yang menyembunyikan informasi dariku.”
Beberapa kalimat terakhir Koyoko diucapkan dengan tekanan lebih, membuat Lang Zhishan terus mengangguk: “Tentu! Mana mungkin saya menyembunyikan sesuatu?”
“Bian Xingchen ini, tidak ada yang istimewa. Tapi sejak dia membunuh Pu Min waktu itu, kemungkinan naluri 'membunuh'-nya lebih mudah muncul dibanding orang biasa. Jika nanti dia berbuat jahat padamu, jangan ragu-ragu. Tapi, kamu harus mencari cara untuk mengetahui lokasi Kontrak Neraka, kalau tidak jangan sakiti nyawanya! Soal Lin Xueqian, tetap harus waspada. Jangan lihat dia perempuan yang dikendalikan Xu Tao, siapa tahu apa yang akan dilakukannya. Feng Yuxian dan Weisheng Liang ini termasuk netral, tapi tidak menutup kemungkinan sudah bergabung dengan faksi tertentu tapi menyamar sebagai 'menjaga netralitas' untuk mengelabui kita. Poin terakhir, dalam misi darah, prioritas utama adalah bagaimana 'bertahan hidup'! Paham?”
“Mengerti!”
Di hati Lang Zhishan, kebencian pada Bian Xingchen sangat mendalam. Namun di sisi lain, sikapnya yang sopan pada Kamya Sayoko juga tidak tulus. Dalam hati, dia cukup waspada pada perempuan Jepang ini yang dikenal tegas. Sekarang dia pura-pura peduli pada semua orang, tapi begitu kontrak diraih, pasti akan berkhianat. Bergabung dengan "Aliansi Kamya" hanya karena hubungan baiknya dengan Gongsun Chan yang sudah lebih dulu masuk, sehingga dia ikut bergabung.
Namun, dibandingkan orang lain, orang yang paling dibenci Lang Zhishan hingga ke tulang sumsum adalah Shangguan Mian! Dalam misi darah lukisan tinta, banyak polisi tewas di tangannya. Dia meledakkan bom di jalanan, membunuh banyak penumpang di dalam bus, korban tewas dan terluka mencapai hampir seratus orang lebih. Meski telah membunuh begitu banyak orang, tak sedikit pun penyesalan atau rasa bersalah terlihat darinya, seolah yang dibunuhnya hanyalah ayam kampung atau ternak. Di antara polisi yang dibunuh, ada orang yang dikenalnya! Karena itulah, Lang Zhishan benar-benar membenci Shangguan Mian sampai ke ubun-ubun! Namun, kemampuan bertarungnya sungguh tak tertandingi. Sekeras apapun kebencian Lang Zhishan, dia tak bisa berbuat apa-apa.
Kamya Sayoko juga pernah menyebutkan rencana memberantas Shangguan Mian dalam sebuah pertemuan rahasia sebelumnya. Bisa dikatakan, hampir semua penghuni apartemen ingin melihatnya mati. Sudah cukup menakutkan menghadapi hantu, di dalam apartemen masih harus berhadapan dengan pembunuh bayaran mengerikan yang hampir seperti senjata manusia ini. Tak ada yang bisa tidur nyenyak. Tapi meski seluruh penghuni bersatu, semua tahu mustahil membunuh Shangguan Mian! Jadi satu-satunya cara adalah memanfaatkan misi darah! Hanya saja, Shangguan Mian saat ini belum menjalankan misi darah, sehingga rencana ini belum bisa dijalankan. Selain itu, dia jarang keluar apartemen, lebih banyak berdiam di ruangannya, entah sedang melakukan apa.
Sedangkan Xu Tao, saat ini sedang memberikan berbagai instruksi kepada Lin Xueqian. Yang bersama dengannya di tempat itu, ada satu orang lagi, yaitu Luo Mizi! Lin Xueqian yang bergabung dengan Sekte Matahari Suci sepenuhnya tunduk pada perintah Xu Tao. Saat ini, Xu Tao dan Luo Mizi memanggilnya masuk ke ruangan, menutup pintu, dan memulai pembicaraan rahasia.
"Dalam misi darah kali ini, kamu harus berusaha menyelamatkan nyawa Bian Xingchen dalam kondisi bisa bertahan hidup sendiri!" Xu Tao berulang kali menekankan: "Pria ini telah membunuh Pu Min, kemungkinan besar memiliki Kontrak Neraka. Namun, mengingat seharusnya tidak ada rahasia antara dia dengan Pu Shenyu, maka Pu Shenyu juga seharusnya tahu lokasi kontrak tersebut. Tapi lebih baik bersiap untuk segala kemungkinan, jadi bertindaklah sehati-hati mungkin. Terhadap Lang Zhishan, Qiu Xifan dan yang lain, kamu juga harus waspada. Dalam misi darah ini, hanya kamu satu-satunya anggota Sekte kita, harus ekstra hati-hati!"
"Siap, Pemimpin Sekte!"
Lin Xueqian segera bersujud menunjukkan kepatuhan. Luo Mizi yang menyeringai dingin memandanginya berkata: "Dengarkan baik-baik, meskipun kalian semua bilang tidak ada Kontrak Neraka yang dikeluarkan dalam misi darah kali ini, jika terbukti kamu menyembunyikan informasi, aku Luo Mizi pasti akan membuat hidupmu lebih buruk dari kematian!"
Suara itu terdengar sangat mengerikan, sama sekali tidak seperti gadis rumahan biasa sebelumnya. Lin Xueqian gemetar ketakutan, buru-buru berkata: "Wakil Pemimpin yang terhormat, Xueqian bersumpah akan mengorbankan jiwa dan raga untuk Sekte Matahari Suci demi mencapai tepian seberang dan mengakhiri karma pembunuhan di apartemen ini, mana berani menyembunyikan sedikit pun!"
Luo Mizi mengangguk, berkata: "Kuharap kata-katamu sesuai dengan hatimu!"
Setelah Lin Xueqian pergi, Luo Mizi bersandar di bahu Xu Tao sambil berkata: "Pemimpin sekte, Mizi setia padamu. Asalkan pemimpin memberi perintah, aku akan segera..."
"Jangan terburu-buru bertindak." Xu Tao menggelengkan kepala, "Saat ini masih ada dua fragmen kontrak terakhir. Sebelum itu, kalian harus sebisa mungkin memahami makna yang kusampaikan agar bisa lolos dari pembunuhan ini dan mencapai tepian!"
Luo Mizi mengangguk, kini dia sepenuhnya yakin pada Xu Tao. Dalam hati dia bertekad: Siapapun yang menjadi penghalang bagi pemimpin sekte, aku akan menjadi pedang tajam di tangan pemimpin untuk membunuh mereka semua!
Dalam situasi dimana para penghuni apartemen masing-masing memiliki agenda tersembunyi, waktu terus berlalu. Hari pelaksanaan misi darah pun akhirnya tiba...
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Lima Novel Menjadi Kenyataan
Gunung Puxia, sebuah bukit terpencil di pinggiran yang terletak di perbatasan Kota K dan Kota L. Bukit ini cukup tandus dengan sedikit populasi di sekitarnya. Karena itu, tidak banyak data yang bisa dikumpulkan.
Sebuah Land Rover putih sedang melintasi jalan gunung. Saat ini sudah pukul 23:00 lebih. Begitu tengah malam pukul 00:00 tiba, waktu instruksi tulisan darah akan dimulai. Dua puluh empat jam waktu yang membuat bulu kuduk merinding hanya dengan membayangkannya.
Pengemudinya adalah Lang Zhishan yang cenderung diam selama perjalanan. Sedangkan Weisheng Liang yang duduk di kursi penumpang depan lebih banyak bercakap.
"Tidak mungkin? Margamu Weisheng?" Lin Xueqian menunjukkan ekspresi terkejut: "Aku selalu mengira margamu Wei. Weisheng itu marga kuno?"
"Ah, wajar jika tidak pernah dengar." Weisheng Liang tersenyum pahit: "Banyak orang bereaksi sama saat pertama dengar namaku. Tapi sebenarnya marga Weisheng sudah ada sejak Zaman Musim Semi dan Gugur."
"Begitu rupanya." Lin Xueqian menunjukkan minat: "Hari ini aku dapat pengetahuan baru."
"Sekarang bukan saatnya untuk menambah pengetahuan!" Lang Zhishan menyela: "Untuk misi darah kali ini, kita harus ekstra hati-hati. Bian Xingchen, ini misi darah kelimamu. Kau tentu paham betapa mengerikannya tingkat kesulitan misi darah kelima?"
Tingkat kesulitan misi darah meningkat bertahap. Meski sekarang karena pengaruh Raja Iblis, para penghuni sering mendapat misi darah acak dengan kesulitan tinggi, tapi secara umum masih ada batas maksimal. Setidaknya misi darah kelima seharusnya masih dalam batas wajar, belum mencapai tingkat yang lebih tinggi. Tapi seiring waktu, memasuki paruh kedua tahun ini, misi darah yang dikeluarkan mungkin akan semakin mengerikan.
Waktu tersisa hingga pengumuman misi darah iblis berakhir... masih setengah tahun...
Setengah tahun lagi, berapa banyak penghuni apartemen saat ini yang akan bertahan hidup?
Memikirkan hal itu, suasana hati semua orang menjadi berat.
Xingchen tidak menjawab. Ia mengeluarkan ponsel dan membuka file TXT novel berjudul "Siklus Reinkarnasi". Meski sudah pernah membacanya, Xingchen mulai membaca lagi seolah ini kali pertama.
"Apa ini? Novel online?" Kepala Feng Yuxian juga mendekat, melihat tulisan di layar.
Berikut adalah plot dari "Siklus Reinkarnasi":
"Lan Dongmei sudah tinggal di Kota Hongyue selama seminggu.
Meski perlahan menyesuaikan diri, dia selalu merasa suasana kota ini sangat menekan. Rasio penuaan penduduk sangat tinggi, dan banyak lansia menunjukkan gejala pikun. Bahkan yang masih sadar pun sulit merawat diri sendiri. Tempat ini juga cukup terpencil. Jika bukan karena sewa murah, dia tak akan datang ke sini. Sebelum menemukan pekerjaan, dia harus bertahan sementara di tempat ini.
Tetangga sebelah adalah seorang lansia bermarga Zhao. Anak-anaknya tampaknya sudah meninggalkan rumah, jadi dia tinggal sendirian. Lansia Zhao ini cukup ramah tapi terlalu pendiam. Wajahnya penuh keriput, kulit kasar, mata keruh yang menunjukkan penglihatannya mungkin buruk. Saat Lan Dongmei pindah, dia ingat lansia Zhao itu tiba-tiba menghela nafas. Sesaat, sorot matanya seolah menunjukkan belas kasihan pada Lan Dongmei.
Malam ini...
'Sudah kukatakan berkali-kali! Hak asuh Xinghui takkan kuserahkan! Jangan harap kau bisa merebutnya!'"
‘Setelah memutuskan panggilan, Lan Dongmei duduk di tempat tidur. Ia merasa sangat lelah. Anak laki-lakinya Xinghui masih terlalu kecil. Meski belum mengerti mengapa orang tuanya harus berpisah, dia juga menyadari bahwa mungkin dia harus memilih tinggal dengan salah satu dari mereka. Selain itu, dia tetap tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan asing di Kota Hongyue.’
‘Setelah lama berdiri, Lan Dongmei tiba-tiba menyadari sesuatu. Mana Xinghui? Seharusnya dia masih di dalam ruangan tadi!’
‘Hilangnya Xinghui secara tiba-tiba membuat Lan Dongmei mulai gelisah. Ia segera keluar dari ruangan dan memutuskan untuk mencari Xinghui!’
‘Mengenakan mantel dan mengambil senter, dia buru-buru meninggalkan ruangan dan berlari keluar.’
‘Dia tidak gegabah. Pertama-tama mendatangi rumah seberang dan mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, kakek bermarga Zhao membuka pintu dan bertanya, "Nona Lan? Ada apa?"’
‘"Paman Zhao, apakah... apakah Anda melihat anak saya?"’
‘"Tidak," kakek Zhao menggelengkan kepala, "Aku tidak melihatnya. Ada apa, anaknya hilang?"’
‘Lan Dongmei langsung panik, "Di dalam rumah, semua sudut sudah saya periksa, tapi anak saya tidak ada! Saya... apa yang harus saya lakukan?"’
‘"Kalau anak kecil, mungkin sedang berlarian ke mana-mana. Kenapa harus segitu khawatirnya?"’
‘"Bagaimana mungkin tidak khawatir? Dia sendirian, tidak kenal jalan. Kalau sampai berkeliaran di luar kota bagaimana? Saya akan mencarinya sendiri!"’
Setelah berkata, Lan Dongmei menoleh ke belakang, baru saja ingin mencari anak laki-lakinya, tiba-tiba melihat di depan tidak jauh, sosok sedang mendekat. Setelah diperhatikan, ternyata seorang wanita berambut kusut, perempuan gila yang selalu meramalkan akan terjadi kutukan.
‘Bulan merah, bulan merah akan muncul!’
Perempuan gila itu berteriak ke langit, sorot matanya tiba-tiba menunjukkan keganasan. Dalam kegelapan malam ini, tampak sangat mengerikan.
Lan Dongmei tidak menghiraukan perempuan gila itu, langsung berlari sambil membawa senter.
Paman Zhao mengangkat kepala, memandang bulan purnama di langit, tubuhnya gemetar sambil berkata: ‘Besok, tepatnya besok.’”
Melihat ini, mobil tiba-tiba terhentak, hampir membuat kepala Xingchen terbentur atap mobil. Jalan di sekitar sini tiba-tiba menjadi berbatu. Gunung Puxia sudah di depan mata.
“Gunung sepi…” Feng Yuxian memandang ke arah gunung sambil bergumam: “Tidak tahu apa yang akan dihadapi di sana. Dua misi darah sebelumnya benar-benar mimpi buruk, terutama yang terakhir, sampai sekarang aku masih merasa bisa selamat adalah keajaiban…”
Xingchen tidak menghiraukan Feng Yuxian, tetap menatap layar ponsel.
“‘Xinghui!’‘Xinghui!’
Lan Dongmei terus berteriak, tapi di mana pun dia mencari, tidak menemukan jejak Xinghui. Sekarang dia sudah keluar dari batas kota kecil, mengingat Kota Bulan Merah memang sangat kecil. Saat ini dia berada di tengah hutan, terus mencari jejak anaknya.
Saat itu, sudah mendekati tengah malam pukul 00:00. Namun Xing Hui masih belum terlihat jejaknya.
Tepat saat Lan Dongmei hampir mengalami breakdown mental, tiba-tiba ia melihat sebuah pondok kayu kecil tidak jauh di depannya. Di depan pintu pondok itu, ternyata ada Xing Hui!
Baru pada saat itu hati Lan Dongmei yang sempat tergantung bisa tenang. Ia segera berlari mendekat dan melihat wajah Xing Hui yang sangat pucat sambil menatap pondok kayu itu. Lan Dongmei langsung memeluknya erat-erat!
"Xing Hui, kamu lari ke mana saja? Ke mana kamu pergi!" Lan Dongmei sambil memeluk Xing Hui yang menangis berkata: "Bukankah Ibu sudah bilang jangan sembarangan lari? Ayahmu sudah meninggalkan Ibu, sekarang Ibu hanya punya kamu, hanya kamu..."
Tapi Xing Hui sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Nak jahat kamu! Sudah dilarang malah kabur terus!" Lan Dongmei mengangkat tangannya dan memukul punggung Xing Hui, membuat anak itu terjatuh dan merubuhkan tumpukan bunga putih di belakangnya.
Lan Dongmei buru-buru mengangkat anaknya sambil menangis: "Xing Hui, jangan pernah kabur lagi, janji sama Ibu!"
Namun Xing Hui tetap diam membisu.
Bagaimanapun juga, akhirnya Xing Hui bisa ditemukan. Hanya anehnya, sepanjang perjalanan pulang Xing Hui tetap tidak berbicara.
Awalnya Lan Dongmei mengira anaknya masih trauma karena dipukul tadi. Malam itu ia tidur di (tempat tidur) sambil memeluk erat anaknya, takut kalau-kalau si kecil ini kabur lagi.
Namun, dia tidak tahu bahwa hal mengerikan justru mulai terjadi seiring berjalannya waktu.
Dalam kondisi setengah sadar, tidak tahu sudah berapa lama tertidur, tiba-tiba dia terbangun kaget. Saat itu, dia mendapati seluruh tubuhnya basah keringat, dan Xing Hui ternyata juga membuka mata lebar-lebar. Terlihat sama sekali tidak tidur.
"Xing Hui?" Lan Dongmei bertanya heran, "Ada apa denganmu?"
"Ibu..." Tubuh Xing Hui tiba-tiba gemetar hebat, berkata, "Aku... aku tadi melihat... melihat..."
"Maksudmu apa? Kamu melihat apa?"
"Pondok kecil itu... di dinding ada lubang kecil. Aku mendekat untuk melihat, di dalamnya... ada... ada banyak kakak perempuan yang gantung diri! Wajah mereka pucat seperti kertas guntingan. Lalu... aku melihat beberapa di antara mereka tersenyum padaku. Tapi... semakin mereka tersenyum, mata mereka mulai mengeluarkan darah! Persis saat itulah Ibu menemukanku!"
Mendengar ini, Lan Dongmei jelas terkejut. Dia buru-buru duduk, bertanya, "Apa maksudmu? Xing Hui? Pasti kau salah lihat! Tidak mungkin ada hal seperti itu!"
Awalnya dia mengira Xing Hui takut dimarahi karena kabur, jadi mengarang cerita. Namun ketika matanya menoleh ke jendela, tubuhnya langsung gemetar!
Di luar, bulan yang semula keperakan itu kini berubah menjadi warna merah darah!
Bulan merah darah itu membuat Lan Dongmei merasa seperti terjebak dalam gudang es!
Dia segera duduk, berjalan ke jendela, menengadah melihat bulan. Tiba-tiba dia teringat, setiap orang di desa selalu menghindar ketika ditanya asal-usul 'Kota Bulan Merah'. Seketika itu pula, perkataan wanita gila itu terlintas di benaknya.
‘Setelah bulan merah darah muncul, kutukan akan dimulai! Saat itu, para hantu akan keluar, ada di mana-mana, di mana-mana!’
Tiba-tiba dia mendengar teriakan Xinghui! Lan Dongmei langsung berlari, melihat Xinghui menatap jendela lain sambil gemetar menutup gorden: "Ibu, aku... aku melihat dari jendela rumah Kakek Zhao! Kakak mayat di gubuk kecil itu sekarang ada di rumah Kakek Zhao!"
Rangkaian kejadian aneh ini membuat pikiran Lan Dongmei kacau. Sebelum sempat berpikir, teriakan mengerikan yang sama bergema dari rumah seberang!’”
"Hei, Xingchen! Kita sudah sampai! Bukit Puxia!"
Xingchen tersentak. Baru disadarinya mobil telah berhenti di lereng curam yang tak bisa dilanjutkan. Semua penumpang sudah turun.
"Baik, baik."
Xingchen menyimpan ponselnya kembali ke saku lalu keluar.
"Apa yang kau lihat sampai melamun?" Lang Zhishan mengerutkan kening. "Kita sedang menjalankan misi darah, bukan piknik! Bian Xingchen, sadarlah!"
Sejak awal dia memang tak menyukai Bian Xingchen. Ucapannya pun tak kenal ampun.
“Selanjutnya, enam orang mulai berjalan menuju gunung. Pohon di Gunung Puxia cukup banyak, sepanjang perjalanan, setiap orang sangat waspada dan berdekatan. Lang Zhishan berada di barisan depan, menyalakan senter. Di dalam hatinya, dia terus menghitung rute pelarian jika terjadi keanehan.”
“Tengah malam pukul 00:00 akhirnya tiba. Misi darah, secara resmi dimulai.”
“Namun, Lang Zhishan yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti. Karena sekelilingnya terpancar cahaya merah menyala. Dengan bingung dia mengangkat kepala, lalu matanya terbelalak!”
“Di langit, tiba-tiba muncul bulan purnama berwarna merah! Warna merah itu persis seperti darah, membuat Gunung Puxia seketika berubah menjadi purgatorio lautan darah!”
“Ini, ini……”
“Namun yang paling terkejut adalah Xingchen! Mulutnya terbuka lebar, kepala menengadah memandangi bulan merah darah, seluruh tubuhnya gemetar tak henti!”
“Te-tenang, jangan panik!” Lang Zhishan segera menenangkan kecemasan semua orang: “Karena misi darah sudah mulai, fenomena aneh seperti ini wajar! Ma-mari terus ikuti aku!”
“Keenam orang itu segera mempercepat langkah. Namun bulan merah itu tetap menggantung di langit, membuat hati setiap orang seperti tergenggam erat.”
“Xingchen cepat-cepat mengambil ponsel dan menghubungi nomor telepon Li Yin. Tapi dia segera menyadari, ponsel itu ternyata tidak ada sinyal!”
“Ponsel, tidak bisa digunakan!” Saat itu yang lain juga menyadari hal ini.
Lang Zhishan mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, berkata: "Tidak ada sinyal! Sialan! Sama seperti misi darah di Gunung Luoyun sebelumnya! Aku ingin bertanya pada penghuni apartemen apakah bulan berubah menjadi merah darah. Sekarang, tidak bisa ditanyakan."
Saat itu, setiap orang merasa sangat tak berdaya menghadapi fakta paling mengerikan ini, lebih menakutkan daripada saat menemukan bulan merah darah tadi!
Bagaimanapun, tidak ada satupun di antara mereka yang bisa disebut ahli strategi. Dalam situasi ini, baik yang berasal dari pihak mana pun, tidak bisa meminta bantuan pada orang yang mereka andalkan. Maka, hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk menghadapi misi darah dengan tingkat kesulitan minimal setara kali kelima!
Begitu terpikir ini, banyak yang merasa hampir putus asa!
"Hei, lihat itu..." tiba-tiba Feng Yuxian berteriak sambil menunjuk ke depan.
Semua berhenti melangkah dan memandang ke depan.
Di sana... berdiri sebuah pondok kayu kecil di kedalaman hutan!
Xingchen nyaris tersedak napasnya. Dengan jelas ia melihat di depan pondok itu terdapat barisan bunga putih yang remuk, dan dua jejak sepatu! Di bawah sorotan senter, terlihat lubang kecil di dinding pondok. Saat ini, pintu pondok terbuka lebar!
Persis seperti deskripsi dalam novel... bahkan tidak ada perbedaan sedikitpun!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 6 Siklus Reinkarnasi
Shen Yu berdiri di pintu apartemen.
Cahaya bulan keperakan terus menyinari, lingkaran bulan purnama itu seperti dalam puisi Li Bai, mampu membangkitkan kerinduan akan kampung halaman yang tak terhingga.
"Khawatir dengan Bian Xingchen ya?"
Di belakang Shenyu terdengar sebuah suara, dia segera menoleh ke belakang. Di pintu apartemen terlihat seorang wanita berambut pendek mendorong pintu putar dan keluar.
"Ke Yinyu?" Shenyu menatap Yinyu yang perlahan mendekat, lalu bergegas menghampiri. "Bagaimana kamu... datang ke sini?"
"Aku juga kebetulan melihatmu di luar," Yinyu berjalan cepat mendekat, menarik napas dalam. "Bian Xingchen, keberuntungannya selalu baik."
"Aku sudah berjanji dengannya. Harus kembali hidup-hidup." Shenyu tiba-tiba melangkah maju, sudut matanya sudah basah air mata. "Nona Ke Yinyu, maafkan aku... Sungguh maaf! Dulu, aku memfitnah kakakmu... Hampir membuatmu salah paham padanya, itu kesalahanku. Sebenarnya, aku selalu ingin mengatakannya langsung padamu. Tapi aku juga tahu, aku sudah orang berdosa berat, darah di tanganku tak bisa dibersihkan. Aku..."
"Tidak apa." Yinyu menjawab: "Benar, dulu aku sangat membencimu. Tapi di sisi lain, kaulah yang membuatku sadar betapa aku mencintai Yin Ye. Perasaan yang bahkan jika kubicarkan seluruh nyawaku untuk mencintainya tetap tak cukup, perasaan naluriah yang ingin bersamanya meski seluruh dunia jadi musuhnya. Karena mencintainya, aku percaya padamu. Kaulah yang membuatku mengerti. Dan aku sudah memaafkanmu. Karena memasuki apartemen ini, kau sudah menerima hukuman yang lebih kejam daripada kejahatanmu."
"Nona, Nona Ke Yinyu..."
“Kami semua adalah penghuni apartemen ini. Jika ingin menebus dosa, bertahan hiduplah. Bagaimanapun, bukankah semua tragedi kita berasal dari apartemen ini?”
Di bawah sinar bulan purnama, cahaya rembulan itu seolah ditelan, menyebabkan tidak ada bayangan yang tercipta di bawah apartemen.
“Nona Yinyu.” Shen Yu mengusap air mata yang perlahan menggenang di sudut matanya, berkata: “Ada satu hal yang harus kusampaikan padamu. Ada cara untuk membatalkan misi darah yang sedang dijalankan, ini adalah aturan yang sangat khusus di apartemen ini. Aturan itu adalah...”
Yinyu justru menyela lebih dulu: “Aturan bahwa penghuni yang telah menjalankan lima misi darah atau lebih, begitu menggambar tanda salib terbalik dengan darahnya sendiri di dinding, dapat membatalkan misi darah yang sedang dijalankan penghuni lain dan memanggilnya kembali ke apartemen? Aku sudah tahu. Ziye sudah memberitahuku.”
“Be...begitukah?” Shen Yu tidak terlihat terlalu terkejut, melanjutkan: “Secara umum, jika penghuni yang masuk ke apartemen tidak mendapat penjelasan aturan dari penghuni lama, berbagai peraturan terkait apartemen akan diberitahukan melalui misi darah - tidak boleh meninggalkan apartemen lebih dari 48 jam, sepuluh misi darah untuk bisa keluar dari apartemen, dan... aturan khusus ini. Xia Yuan juga tahu aturan ini. Tapi saat itu, ada periode dimana semua penghuni mati. Dan saat itu aku memintanya untuk tidak memberitahu penghuni baru tentang aturan ini. Setelah kematian Xia Yuan, eksistensi aturan ini tidak lagi diketahui penghuni.”
“Begitu rupanya.” Yinyu segera bertanya: “Kalau begitu... Chu Mizhen, apakah dia juga tahu?”
“Kau mengenalnya?”
“Tentu saja, bukankah melalui lukisan ramalan kamu bisa sepenuhnya memahami semua situasi di apartemen? Aku mengetahui tentang hubungan kakak-beradik Chu Mizhen dan Chu Mitian dari teman kuliah Li Yin. Mereka juga pasti tahu aturan ini, kan?”
“Kurasa… seharusnya mereka tahu.”
“Apa yang kamu katakan tadi?” Yinyu menunjukkan ekspresi bingung, mendesak penjelasan: “Mengapa kamu bilang ‘seharusnya’ tahu? Seharusnya kamu bisa memastikan, bukan?”
“Aku tidak tahu.” Shen Yu menggelengkan kepala: “Aku… tidak mengetahui keberadaan mereka. Dulu, aku bisa memantau semua gerakan penghuni apartemen. Tapi mengenai kakak-beradik Chu Mizhen dan Chu Mitian, sejak awal sampai akhir aku tidak pernah tahu keberadaan mereka. Juga tidak tahu bahwa mereka hampir menyelesaikan sepuluh misi darah. Kondisi khusus yang aneh ini sama sekali tidak kusadari.”
“Bagaimana mungkin? Lukisan ramalanmu memiliki keterbatasan seperti ini?”
“Secara teori, tidak mungkin ada keterbatasan seperti itu. Penjelasanku adalah, mungkin karena aku tidak sengaja memperhatikan mereka, jadi tidak tergambar. Tapi kemudian aku merasa sangat tidak wajar, karena setiap kali ada misi darah aku pasti merasakannya. Mereka menjalankan sepuluh misi darah, tapi aku tidak tahu keberadaan mereka...”
“Kamu… kamu bercanda? Lukisan ramalanmu selalu bisa meramal masa depan dengan sempurna, selalu seperti itu! Meskipun ini adalah kutukan dari arwah ayahmu, bagian dari Raja Iblis...”
Saat sampai di situ, Yinyu tiba-tiba berhenti bicara. Shen Yu juga langsung berseru: "Raja Iblis? Benar, Raja Iblis! Kemampuan yang kumiliki diberikan oleh 'Raja Iblis' kepada Ayahku, lalu Ayah mewujudkannya sebagai lenganku, membentuk kutukan ini. Sampai saat ini, satu-satunya yang tidak bisa kulukis adalah instruksi tulisan darah tingkat raja iblis. Apakah Chu Mizhen dan Chu Mitian juga seperti ini?"
Kemudian Yinyu langsung menarik kesimpulan: "Apakah ada hubungan antara kembar itu dengan Raja Iblis?"
Tiba-tiba, sebuah suara menggelegar seperti petir terdengar dari belakang mereka!
"Apa yang kalian bicarakan? Ulangi lagi! Apa hubungan Mizhen dan Mitian... dengan apartemen?"
Yinyu dan Shen Yu segera menoleh ke belakang. Di pintu apartemen, Li Yin berdiri tiba-tiba!
"Jawab aku!" Li Yin berlari mendekat sambil berteriak: "Katakan! Semua tentang Mitian dan Mizhen!"
Pada saat yang sama, di Gunung Puxia.
Xingchen membuka ponselnya dan melihat teks TXT itu seketika melihat pondok kecil, jejak kaki, dan bunga-bunga yang terinjak itu!
"Tidak, tidak mungkin, bagaimana bisa begini!"
Xingchen terus mundur, kakinya tersandung sesuatu, membuatnya terjatuh! Melihat keadaannya, yang lain segera berlari mendekat.
"Ada apa?" Feng Yuxian membantu bangun sambil berkata: "Ayo kita segera pergi."
“Tidak,” Lin Xueqian malah menunjuk ke gubuk kecil itu: “Kita tidak boleh mengabaikan hal yang tidak wajar, di gunung terpencil begini tiba-tiba muncul sebuah gubuk, bukan? Mari kita masuk lihat? Mungkin... akan muncul petunjuk jalan keluar?”
“Lari, cepat, cepat lari!” Xingchen bangkit sambil tubuhnya meronta-ronta: “Aku... kita harus segera kabur!”
Usai bicara, dia langsung menerobos ke ruangan lain dan berlari ke dalam hutan!
Aksi ini membuat yang lain tertegun!
Saat itu, Weisheng Liang segera mengejar arah Bian Xingchen! Bian Xingchen toh sudah menjalani empat kali misi darah, bisa dibilang berpengalaman. Sedangkan Weisheng Liang mengaku diri masih newbie yang baru sekali menjalani misi darah, jadi tanpa ragu ikut mengejar! Kemudian Feng Yuxian mengerutkan kening, lalu ikut berlari! Lang Zhishan dan yang lain akhirnya juga mengejar ke arah Xingchen.
Bagaimanapun, tak ada yang mau terpisah di gunung ini! Meski berasal dari aliansi berbeda, setidaknya kepentingan saat ini sama. Pertarungan bisa ditunda sampai misi darah selesai dengan selamat!
Xingchen tak tahu sudah berapa lama berlari di hutan sebelum akhirnya berhenti. Dia menengadah memandang bulan merah, sementara Weisheng Liang di belakangnya hampir menabraknya.
“Bian, Tn. Bian!” Weisheng Liang menyandar di pohon sambil terengah-engah: “Apa... apa yang harus kita lakukan? Kenapa... kenapa bulan berubah merah?”
Xingchen berbalik tubuh, melihat Lang Zhishan dan Feng Yuxian juga sudah menyusul.
“Bian Xingchen.” Lang Zhishan yang stamina fisiknya jelas lebih unggul dari yang lain, begitu berhenti langsung bertanya tanpa basa-basi: “Bian Xingchen, apakah kamu... melihat sesuatu?”
Siapa Lang Zhishan? Promosi dan perhatian yang ia terima di kantor polisi tak lepas dari ketajaman observasinya.
“Persis sama...” Xingchen mengangkat ponsel di tangannya, “Dengan kejadian dalam novel ini, semuanya sama persis!”
“Apa? Kamu bicara apa sih?”
Xingchen menyodorkan ponselnya ke Lang Zhishan, “Lihat sendiri! Novel horor berjudul 《Siklus Reinkarnasi》 ini kejadiannya sama persis dengan misi darah kita! Sama persis!”
Lang Zhishan masih belum percaya, tapi setelah membaca konten teks TXT itu dengan saksama, wajahnya langsung pucat pasi!
“Ini... bagaimana mungkin?”
Kemampuan membaca kilat Lang Zhishan luar biasa. Dengan teknik 'speed reading'-nya, ia bisa menyerap puluhan baris sekaligus sambil mencerna informasi penting.
“Novel ini...” Lang Zhishan gemetar, “Dari mana kamu dapatkan?”
“Dari Li Yin. Shenyu sebelumnya melihat dia baca novel ini, mengira ada petunjuk lalu minta salinannya... Ya, Li Yin! Pasti dia punya cara meramalkan konten misi darah ini! Ini bukan fiksi, tapi kenyataan!”
“Prekognisi?” Feng Yuxian berubah muka, “Sama seperti lukisan ramalan Pu Shenyu? Bagaimana mungkin Li Yin bisa melakukan ini? Ini mustahil!”
“Katakan jujur,” Lang Zhishan menatap tajam Xingchen, mengucapkan kata demi kata: “Beritahu aku! Apakah Pu Shenyu benar-benar kehilangan kemampuan melukis lukisan ramalannya? Ataukah dia masih melakukan transaksi rahasia dengan Li Yin sampai sekarang?”
“Tu-Tunggu sebentar!” Tiba-tiba Lin Xueqian membuka mulut: “Xingchen! Apakah kamu sudah membaca novel ini?”
“Ya,” Xingchen mengangguk, berkata: “Sudah baca semuanya.”
“Kalau begitu...” Lin Xueqian melanjutkan dengan gugup: “Apakah kamu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?”
“Ya,” Xingchen menatap bulan merah darah di atas kepala, cahayanya memantulkan wajahnya menjadi merah, “Di gunung ini seharusnya ada kota kecil bernama Kota Bulan Merah. Kota itu telah lama dikutuk. Setiap sepuluh tahun, akan ada satu hari – perlu kusebutkan, novel tidak menyebut tanggal pastinya – di mana bulan akan berubah menjadi merah darah. Namun ini hanya terjadi di langit atas gunung tempat kota itu berada.”
“Hanya di langit gunung ini?” Lang Zhishan terus membalik layar ponsel ke bawah, membaca cepat alur cerita selanjutnya.
“Tunggu!” Feng Yuxian berteriak: “Aku merasa sangat bingung. Ini... ini kebetulan saja kan? Bagaimana mungkin ada hal seperti itu? Kalau begitu, beritahu kami Xingchen, apa yang akan kita hadapi selanjutnya? Jika bisa meramalkan di mana hantu akan muncul, bukankah kita bisa menghindarinya?”
“Benar!” Weisheng Liang tiba-tiba tersadar: “Mungkin novel ini bisa memberi kita jalan keluar? Xingchen, bagaimana kelanjutan alur ceritanya?”
“Selanjutnya……” Xingchen melanjutkan: “akan memulai sebuah kutukan siklus reinkarnasi. Selama periode reinkarnasi ini, berbagai hantu dan kengerian akan ada di mana-mana di gunung ini. Pondok kayu kecil tadi hanyalah salah satunya. Bahkan di siang hari selama siklus ini, langit akan tetap gelap seperti malam, bulan merah darah ini akan terus menggantung di langit!”
## Jilid 22 Novel Horor Bab 7 Mulai
Lang Zhishan terus membaca alur cerita 《Reinkarnasi》:
“Lan Dongmei menggenggam tangan Xinghui, bersembunyi gemetar di loteng.
Paman Zhao di seberang sudah mati... Hanya itu yang ada dalam pikirannya sekarang. Setelah kemunculan bulan merah yang aneh, kutukan akan menyebar. Perkataan wanita gila itu membuat hatinya membeku.
Ada apa sebenarnya ini?
Lan Dongmei merasa pikirannya kacau balau. Awalnya dia hanya ingin menghemat biaya setelah perceraian dengan menyewa rumah di pinggiran kota untuk menghadapi proses pengadilan. Tapi mengapa semua ini bisa terjadi?
'Ibu, aku... aku takut...' Xinghui yang digendongnya gemetar ketakutan. Mana mungkin anak sekecil itu menahan teror seperti ini?
Lan Dongmei membelai kepala putranya: 'Jangan, jangan takut. Ibu di sini. Ibu akan melindungi Xinghui...'”
Pintu masuk loteng ini tepat berada di langit-langit kamar tidur. Dia telah menyimpan tangga di atas bangunan, hanya bisa berharap tidak akan terjadi sesuatu selanjutnya.
Kemudian, di tengah kesunyian yang bertubi-tubi, Lan Dongmei tiba-tiba mendengar suara sesuatu yang diseret. Lalu, dia mendengar suara langkah kaki yang beruntun!
Segera dia menutup mulutnya sendiri sekaligus menutup mulut Xing Hui. Saat ini, mengeluarkan suara sedikit pun mungkin akan membawa malapetaka.
Loteng kecil ini adalah satu-satunya tempat perlindungan bagi ibu dan anak ini!
Memikirkan hal ini, Lan Dongmei pun dilanda ketakutan yang luar biasa. Sejujurnya, meski belum melihat langsung fenomena aneh yang diceritakan anaknya, dia yakin anaknya bukan pembohong. Apalagi bulan merah di langit juga membuatnya merinding.
Mungkinkah kota kecil ini benar-benar dihuni "hantu"?
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, suara langkah kaki perlahan menjauh. Tapi Lan Dongmei masih tidak berani lengah. Satu-satunya cara sekarang adalah melarikan diri dari Kota Bulan Merah!
"Xing Hui, jangan takut ya..." Bisik Lan Dongmei di telinga Xing Hui, "Ibu, Ibu akan melindungimu, pasti!"
Setelah waktu yang tak terkira panjangnya, Lan Dongmei memperkirakan tidak ada orang di lantai atas. Perlahan dia mendekati pusat loteng, membuka sebuah papan dan mengintip ke bawah. Setelah memastikan ruangan kosong, dia menurunkan tangga lalu menggandeng Xing Hui turun pelan-pelan.
Dia tetap waspada, sambil menarik Xing Hui, sambil memperhatikan gerakan di dalam ruangan.
Di dalam ruangan, hanya ada lampu yang redup dan terang berkedip-kedip. Lan Dongmei meletakkan Xing Hui di lantai, lalu segera membuka pintu dan berlari keluar bersamanya.
Di luar, mereka melihat tanah sepenuhnya diselimuti cahaya merah darah. Kota Bulan Merah seolah berubah menjadi dunia kecantikan alami. Tapi Lan Dongmei tidak peduli. Ia meraba-raba tubuhnya, menemukan kunci mobil, lalu berlari ke mobil di belakang rumah. Sebelumnya mereka naik ke loteng karena sudah terlambat. Sekarang, mereka bisa meninggalkan Kota Bulan Merah dengan mobil!
Sampai di mobil, dia mengeluarkan kunci dan menyisipkannya ke pintu bus. Tiba-tiba, dari kaca spion mobil, dia melihat pemandangan mengerikan!
Di kaca spion, terlihat jelas di kursi kemudi mobil duduk seorang perempuan dengan kepala tertunduk dan rambut acak-acakan! Padahal, mobil itu jelas-jelas kosong!
Lan Dongmei langsung mundur beberapa langkah. Dia mengira akan menjerit, tapi dalam keterkejutan ini, dia sadar tidak bisa mengeluarkan suara. Dengan cepat dia menarik Xing Hui, menoleh ke belakang dan mulai berlari bertaruh nyawa!
Saat ini dia teringat seseorang - si perempuan gila itu! Pasti dia tahu sesuatu! Bagaimanapun juga, dia harus menemukannya!
Perempuan gila itu biasanya sulit dilacak, tapi menurut para tetua kota, dia sering pergi ke dataran dekat sisi timur kota pada malam hari.
Kota kecil ini, meski disebut sebagai kota, sebenarnya skalanya jauh dari sebuah kota. Karena letaknya yang terpencil, kondisi hidupnya juga cukup buruk. Kota ini sendiri dibangun di lereng gunung, dengan bangunan-bangunan yang tidak teratur, sehingga kota dan hutan hampir menyatu. Beberapa rumah juga dibangun di dataran sekitar. Jarak antar bangunan cukup renggang, sehingga Kota Bulan Merah terlihat luas, tapi sebenarnya area yang benar-benar termasuk kategori kota tidak banyak.
Tapi, Lan Dongmei saat ini tidak peduli dengan semua itu! Karena dia hanya pernah pindah ke kota ini sekali, dia tidak terlalu familiar dengan lingkungan geografisnya. Sekarang, dia hanya bisa mencoba beberapa rute berdasarkan ingatan. Pada saat yang sama, dia juga merasakan aura yin yang sangat pekat mengelilingi Kota Bulan Merah!
Bagaimanapun juga, dia harus menemukan wanita gila itu! Jika tidak, dia benar-benar takut dirinya dan Xinghui akan mati di tempat ini hari ini!
Sambil terus berlari, dia berulang kali menoleh ke belakang, tapi sama sekali tidak ada gerakan di belakang.
Kota ini terasa sangat sunyi. Meski kebanyakan penghuninya adalah orang tua yang tidur lebih awal, Lan Dongmei merasa suasana hening ini berlebihan.
Tidak lama kemudian, Xinghui sudah tidak bisa berlari lagi. Tenaga Lan Dongmei juga terkuras banyak, tapi mereka tetap merasa seperti berjalan di labirin, tidak bisa menemukan dataran.
Saat itu, di depan dua baris bangunan terdekat, terdapat pintu masuk hutan lebat. Banyak rumah di Kota Bulan Merah juga dibangun mengelilingi area hutan ini. Dia menatap hutan lebat itu, lalu menoleh ke belakang, akhirnya menggigit gigi dan masuk ke dalam. Dia berpikir, dengan perlindungan hutan, mungkin situasi akan lebih baik.
Akhirnya, dia tetap membawa Xinghui, menerobos masuk ke dalam hutan!
Tak tahu sudah berlari berapa lama, saat menembus hamparan alang-alang luas, Lan Dongmei tiba-tiba berhenti. Tiba-tiba dia melihat di hadapannya muncul wanita gila berambut kusut itu!
Wanita itu masih berjalan dengan tubuh yang berubah seperti tulang belakang bermasalah. Lan Dongmei hampir saja keluar dari alang-alang untuk menemui-nya, tapi...
Adegan mengerikan terjadi!
Di jalan kecil di belakang, tiba-tiba muncul sebuah mobil! Itu... mobil Lan Dongmei! Di kursi kemudi mobil itu, kosong tak berpenghuni! Si wanita gila sama sekali tak menyadari, lalu...
Mobil itu menabraknya dengan keras, tubuh wanita gila langsung terlempar ke udara, kemudian jatuh dari ketinggian, seluruh tubuhnya terguling dalam genangan darah!
Mobil itu kemudian melaju menjauh dan menghilang!
Lan Dongmei langsung terjatuh duduk, wajahnya pucat pasi. Dia menarik tangan Xinghui, terus mundur ke belakang. Tapi tiba-tiba dia menyadari sesuatu. Yaitu...
Tangan wanita gila itu ternyata bergerak!
Dia belum mati?
"Namun, baru saja pikiran ini muncul di benak Lan Dongmei, dia melihat wajah wanita gila yang dipenuhi darah itu perlahan terangkat. Setelah diperhatikan lebih dekat, bola mata kanannya sudah jatuh ke tanah, dan di bagian pinggang muncul luka menganga yang dalamnya membuat orang merinding!"
"Selain itu, saat dia berdiri, darah terus mengucur deras! Wanita gila yang sudah menjadi sosok berdarah ini masih bisa berjalan!"
"Luka seberat ini pasti cukup untuk membunuh seseorang seketika! Tapi bagaimana mungkin dia masih bisa bergerak?"
"Hantu!"
"Dia telah berubah menjadi hantu!"
"Lan Dongmei segera menarik Xinghui, berlari dari balik rumpun alang-alang!"
"Dan pada saat ini..."
"Aku masih tidak bisa memahami." Lang Zhishan memegang ponsel Xingchen, berkata: "Saat ini, sepertinya memang demikian. Bulan merah, pondok kayu, semuanya tidak terlihat seperti kebetulan!"
"Enam orang berlarian di hutan lebat. Kini, mereka menghadapi masalah sangat besar."
"Mereka tidak tahu cara menghindari Kota Bulan Merah! Karena buku tidak menyebutkan secara detail letak Kota Bulan Merah! Tapi, diam di tempat yang sama sama saja dengan bunuh diri! Di lokasi pelaksanaan misi darah, tidak akan ada sudut mati yang aman bagi penghuni. Hanya dengan terus berpindah lokasi, baru ada jalan keluar! Diam di tempat berarti mencari mati!"
"Semua merasakan Kota Bulan Merah adalah pusat malapetaka. Jadi, menjauh adalah satu-satunya jalan!"
"Dengar..." Xingchen kali ini juga berbicara: "Menurut alur cerita selanjutnya, bahkan jika meninggalkan Kota Bulan Merah, tetap tidak akan mendapatkan keamanan!"
“Aman apanya!” Lang Zhishan memandang layar ponsel dengan penuh kebencian, berkata: "Novel ini ternyata memiliki akhir terbuka, artinya kita sama sekali tidak tahu apakah ibu dan anak itu akhirnya mati atau selamat! Jadi meski sudah membaca seluruh novel, kita tetap tidak tahu harus bagaimana! Novel ini sebagian besar menggunakan sudut pandang Lan Dongmei dan anaknya, dalam kondisi seperti ini kita hanya bisa melihat apa yang dilihat Lan Dongmei, dalam situasi ini..."
Memang benar. Meski novel ini bukan sudut pandang orang pertama, tapi hampir seluruhnya berpusat pada perspektif Lan Dongmei. Hal ini menciptakan keterbatasan besar, para penghuni tidak bisa mengetahui dari novel kapan dan di mana hantu muncul, kapan dan di mana tidak ada hantu!
Peristiwa yang terjadi di tempat-tempat tidak dideskripsikan dalam novel, mungkin penulisnya sendiri pun tidak tahu!
Jika ini novel fiksi, tentu tidak ada gunanya membahas hal ini. Tapi 'misi darah' membuat novel ini menjadi nyata! Namun sekarang, mereka bahkan tidak bisa memastikan siapa penulis novel ini! Meski diduga Li Yin, tapi tidak bisa 100% dipastikan karena sekarang tidak bisa menghubungi Li Yin. Artinya, identitas penulis novel menjadi misteri. Soal apakah novel ini memprediksi masa kini, atau novel itu sendiri yang dijadikan nyata, hanya hantu yang tahu.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Saat ini, Lang Zhishan juga sudah sedikit tenang, menatap ponselnya dan berkata: “Bagaimanapun juga, menguasai alur cerita novel adalah harapan terbesar kita, kita harus memanfaatkan ini! Oh iya, novel ini pasti adalah petunjuk jalan keluar yang diberikan apartemen kepada kita! Bian Xingchen, aku mengerti, karena itulah mereka memilihmu yang sudah membaca novel ini menjadi salah satu pelaksana misi darah kali ini!”
“Tapi...” Weisheng Liang yang berada di samping tiba-tiba menyela: “Tapi, bagaimana caranya? Harus diketahui, dalam novel, ibu dan anak Lan Dongmei akhirnya juga status hidup-matinya tidak jelas! Lagipula kita berbeda dengan mereka, kita bahkan tidak boleh meninggalkan Gunung Puxia! Tidak, ngomong-ngomong, benarkah ada sebuah kota kecil di gunung ini?”
“Sulit dikatakan.” Lang Zhishan menjawab: “Daerah ini berada di perbatasan Kota K dan Kota L, pembagian wilayah administratifnya memang agak ambigu, dan karena lokasinya terlalu terpencil, tidak pernah tercantum di peta, sekitarnya juga jarang ada pemukiman. Jadi jika ada kota kecil yang tidak kita ketahui, itu bukan tidak mungkin. Tentu saja, bisa juga kota kecil ini muncul semata-mata karena pengaruh misi darah.”
Tiba-tiba, keenam orang itu serentak berhenti melangkah, wajah mereka semua berubah pucat!
Di depan mereka, tanpa disadari telah muncul hamparan alang-alang yang luas. Kemudian, keenam orang itu mendengar suara mesin mobil dari balik alang-alang di depan, disusul suara benturan keras seperti sesuatu yang tertabrak dan jatuh ke tanah!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 8 Restart Waktu
"Dalam novel, setelah Lan Dongmei menyaksikan pemandangan mengerikan wanita gila bangkit dari tanah, reaksi pertamanya tentu langsung melarikan diri. Yang mengejutkan, dia bahkan berhasil kabur, seolah ini hanya interlude pengarang untuk membangun suasana horor. Memang logis, mengingat tokoh utama hanya Lan Dongmei dan anak laki-lakinya yang selalu bersama. Jika salah satu mati, cerita tidak bisa dilanjutkan."
Di depan rumpun alang-alang, setelah mendengar suara mesin dengan kaget, tubuh semua orang langsung kaku!
Sejujurnya, dalam hati mereka masih sulit mempercayai bahwa sebuah novel bisa benar-benar terwujud menjadi misi darah. Tapi setelah fenomena ini terjadi berulang kali, tak mungkin lagi dianggap kebetulan!
Keenam orang itu langsung berbalik badan dan berlari pontang-panting tanpa ragu!
Tokoh utama punya aura protagonis, tidak akan mati sebelum akhir cerita. Tapi kami bukan protagonis! Meski apartemen punya sistem keseimbangan, tapi...
"Tunggu, mungkin kita tidak perlu lari..." Lin Xueqian tiba-tiba berkata: "Mungkin kita bisa manfaatkan kesempatan ini..."
"Kalau begitu tinggallah di sini, kami akan kabur!" Lang Zhishan sama sekali mengabaikan perkataan Lin Xueqian.
Bagaimanapun, tak ada satu pun yang mau pasrah menunggu kematian.
Setelah berlari sangat jauh sampai energi hampir habis, barulah mereka berhenti. Keenam orang terus memandang ke segala arah, memastikan tak ada orang sebelum lega. Saat itu, tak ada yang berani menyalakan senter.
Cahaya merah menyala yang membuat hati bergemetar menyapu, membuat semua orang merasa berjalan di dunia berwarna darah!
“Kita, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Lang Zhishan menopang lututnya sambil berkata, “Menurut novel... di gunung ini bisa dikatakan hantu yang tersembunyi ada di mana-mana, pondok kayu kecil itu hanyalah salah satunya! Novel juga tidak menjelaskan alasan legenda hantu ini...”
“Benarkah Li Yin mendapatkan kemampuan meramal?” Xingchen mengusap keringat yang menetes dari dahinya, “Kalau bisa pulang hidup-hidup, aku pasti akan cari Li Yin untuk klarifikasi! Sial, kenapa ponsel tidak bisa digunakan! Lagi-lagi sinyal hilang, waktu di Gunung Luoyun juga begini, kalau terus begini bukankah bergabung dengan aliansi jadi tidak ada artinya?”
“Tenang!” Lang Zhishan tahu ini saat yang krusial untuk menstabilkan hati nurani semua orang. Jika mereka panik sekarang, itu sama saja dengan cari mati, “Pelajari semua alur cerita novel dengan seksama, lalu cari cara menemukan jalan keluar! Bagaimanapun, jika misi darah benar-benar merupakan realisasi novel menjadi realitas, maka kemungkinan menemukan jalan keluar sangat besar!”
“Tapi...” Feng Yuxian mengajukan keraguan, “Lang Zhishan, haruskah kita mempertimbangkan satu masalah? Mungkinkah ini juga penyesatan dari misi darah? Membuat kita mengira misi darah ini sama dengan alur novel, padahal di bagian krusial justru berbeda sama sekali? Kalau begitu, ini akan membuat kita...”
“Benar! Benar!” Weisheng Liang menyetujui, “Aku sepakat dengan pendapat Feng Yuxian! Bagaimana jika ini benar-benar penyesatan? Seminar misi darah berulang kali menyebutkan, berbagai cara mencegah jebakan apartemen, salah satunya adalah jangan terburu-buru mengambil kesimpulan subjektif! Poin ini telah disetujui mayoritas penghuni apartemen! Jangan-jangan kita sedang terjebak sekarang?”
Hal ini bagai disiram air dingin. Semula semua mengira menemukan secercah harapan, tapi tidak menyangka bahwa harapan itu sendiri mungkin adalah sebuah jebakan!
Apakah 《Siklus Reinkarnasi》ini sebuah novel, ataukah firasat prekognisi? Atau justru merupakan jebakan jalan kematian yang dirancang oleh misi darah?
Perlu diketahui, jebakan jalan kematian justru lebih mudah terdeteksi dibandingkan petunjuk jalan keluar!
"Mungkin saja." Lang Zhishan juga tidak bisa menyangkal hipotesis ini: "Aku tidak menampik kemungkinan tersebut. Memang, jika dianggap sebagai petunjuk jalan keluar, ini terkesan agak terlalu gamblang."
"Benar, kan?" Feng Yuxian melanjutkan: "Karena itu kupikir kita tidak boleh terlalu mempercayai alur novel. Setidaknya, jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Yang harus kita pertimbangkan sekarang adalah memprediksi jalan keluar berdasarkan kondisi nyata. Bahkan jika ingin menentukan jalan keluar berdasarkan plot novel, harus merujuk pada fakta yang kita lihat langsung..."
"Pendapatmu itu hanya teori di atas kertas." Xingchen menyela: "Feng Yuxian, kau pikir instruksi tulisan darah semudah soal pembuktian geometri? Diberi kondisi, lalu gabungkan teorema dan rumusmembuktikan? Nyawa kita cuma satu. Saat waktunya tiba untuk menguji apakah jalan keluar berhasil..."
Lin Xueqian menggelengkan kepala dan berkata: "Tidak, dalam misi darah kali ini kita bukan punya satu nyawa, melainkan... tujuh nyawa, bukan? Menurut alur cerita 《Siklus Reinkarnasi》, ketika bulan merah terbit di langit, hari itu akan berputar selama tujuh hari. Bahkan jika kita mati hari ini, besok tengah malam pukul 00:00 kita akan kembali ke tempat yang sama seperti tengah malam ini, semuanya akan restart seperti permainan yang di-reset. Mirip dengan misi darah permainan sebelumnya. Dan misi darah permainan juga akan berakhir di putaran kedua, sedangkan kita punya tujuh hari!"
Singkatnya, hari yang sama akan berulang tujuh kali, alur ceritanya mirip dengan novel detektif Yasuhiko Nishizawa 《Pria yang Mati Tujuh Kali》。Segala kejadian dalam hari yang sama ini akan berulang persis sama. Satu-satunya perbedaan adalah, siapa pun yang melihat bulan merah akan menyimpan ingatannya, sehingga di hari berikutnya memiliki memori hari sebelumnya. Jika mati dalam hari yang sama ini, di hari berikutnya akan hidup kembali dan mengalami hal yang sama. Dengan demikian, ini akan berulang tujuh kali!
Yang ketujuh... akan menjadi hari terakhir! Di hari ini, sekali mati, itu benar-benar kematian tanpa kesempatan hidup kembali!
"Kita punya enam kesempatan!" Lanjut Lin Xueqian dengan bersemangat: "Bahkan jika mati enam kali, kita bisa hidup kembali. Artinya kita punya enam kesempatan untuk menguji apakah jalan keluar itu benar!"
"Bukankah sudah dikatakan, misi darah belum tentu mengikuti alur cerita..."
"Bukankah ini juga belum pasti? Bagaimanapun, kita punya enam kesempatan!"
Sekarang, tentang apa yang harus dilakukan, yang lain juga tidak punya gambaran. Pendapat sulit disatukan, tidak tahu pilihan mana yang terbaik.
Semua orang di Kota Bulan Merah mengetahui rahasia ini, sehingga hanya sedikit orang tua yang lebih memilih mati daripada meninggalkan kampung halaman mereka, dengan setengah kaki telah masuk ke peti mati, yang tetap tinggal. Alasan Paman Zhao tetap di rumah dan tidak keluar pada hari pertama juga karena ini - kematian di sini bukanlah kematian sesungguhnya. Sedangkan tokoh utama perempuan Lan Dongmei, dalam novel ini, mati total empat kali. Kematian terakhirnya, yaitu pada hari ketujuh, terjadi tepat ketika dia hampir berhasil melarikan diri, dan cerita berakhir secara tiba-tiba. Dengan kata lain, nasib akhir Lan Dongmei menjadi misteri. Di bawah sinar Bulan Merah, waktu akan terus terulang, dan mereka akan memiliki kesempatan untuk membuktikannya berulang kali.
"Dengar aku!" Xingchen merebut ponsel dari tangan Lang Zhishan, berkata: "Kalau begitu, setidaknya untuk hari ini, kita anggap saja fenomena pengulangan waktu tidak akan terjadi. Anggap saja jika kita mati hari ini, kita akan benar-benar mati! Tapi jika besok waktu benar-benar terulang, baru kita pertimbangkan langkah selanjutnya!"
Enam kesempatan berarti enam percobaan untuk melarikan diri. Ditambah dengan penguasaan alur cerita, misi darah kali ini masih memiliki kemungkinan untuk melarikan diri dari neraka ini meski tidak bisa menghubungi para ahli!
Pendapat ini menyuntikkan secercah harapan baru ke dalam hati para penghuni yang putus asa karena tidak ada sinyal ponsel. Hal yang paling langka di antara penghuni apartemen adalah harapan!
"Baiklah." Lang Zhishan juga memilih mendukung skema kompromi ini: "Kita sepakat begitu!"
Dia juga tahu, jika terus menentang, orang-orang yang sudah memusuhinya karena masalah aliansi akan semakin banyak. Itu jelas merugikan. Bagaimanapun, ini pertama kalinya dia menjalankan misi darah. Dia sudah melihat terlalu banyak orang tewas pada misi darah pertama mereka. Karena itu, dia sadar hanya dengan cara inilah ada kemungkinan untuk bertahan hidup!
Lan Dongmei dalam novel mencoba berbagai cara melarikan diri dari gunung ini. Semakin dekat dia mendekati pinggir gunung, semakin besar kemungkinannya mati. Kematian pertamanya terjadi di hari pertama, saat berusaha kabur bersama anak laki-lakinya.
Meski arah Desa Bulan Merah sulit ditentukan, novel berulang kali menyebut arah yang dituju Lan Dongmei. Meski Lan Dongmei sendiri tidak tahu arah, narator menjelaskan dengan jelas. Para penghuni yang membawa kompas bisa memverifikasi rute Lan Dongmei.
Faktanya, karena nasib akhir Lan Dongmei yang kabur (apakah berhasil kabur atau tidak), para penghuni tidak bisa mengeksperimen metodenya. Rute-rute yang pernah gagal tentu tidak akan dicoba lagi.
Minimnya data tentang Gunung Puxia membuat pembuatan peta mustahil. Saat ini hanya bisa menggambar denah lokasi samar berdasarkan deskripsi novel, menandai area yang mungkin muncul hantu jika didekati. Meski novel menyebut arah, tetap ambigu karena satu arah memiliki banyak jalan berbeda. Tidak ada zona aman di utara, selatan, timur, maupun barat. Jadi...
"Sampai sekarang belum tahu daerah mana yang bisa dianggap aman."
"Saat ini semua orang telah membaca novel tersebut dengan cepat, beberapa detail telah dijelaskan oleh Xingchen yang sudah membacanya sekali. Setiap orang sudah mengetahui cerita ini. Untungnya hanya sekitar 100.000 kata lebih, bagi orang di era sastra fast-food ini, membaca novel ini tidak memakan waktu lama."
"Bagaimana kalau kita pergi ke sini? Tempat yang dikunjungi Lan Dongmei pada hari ketiga adalah sebuah danau. Pada hari ketiga, kira-kira di waktu seperti sekarang ini, Lan Dongmei bertahan dengan aman di sana selama empat jam! Empat jam! Lebih baik kita pergi ke sana dulu, bagaimana?"
"Tapi untuk mencapai tempat itu, pertama kita tidak tahu lokasi pastinya, hanya tahu ada di sisi barat. Dan dalam perjalanan, siapa tahu apa yang mungkin terjadi? Bagaimana jika di jalan..."
Pada dasarnya, mereka masih belum bisa memastikan apakah restart waktu juga telah direalisasikan. Jadi, tidak bisa mengeluarkan kemungkinan bahwa kematian adalah kematian yang sebenarnya.
"Mari kita ambil risiko." Lang Zhishan mengatupkan giginya: "Karena hantu yang tersembunyi ada di mana-mana, artinya semua tempat sama berbahayanya. Sekarang, mencari arah yang relatif aman saja sudah sulit. Kita hanya bisa mencoba memilih jalan aman dari pengalaman Lan Dongmei. Ayo! Pergi ke danau itu!"
Akhirnya, keenam orang membuat keputusan, mengeluarkan kompas. Kemudian mulai berjalan ke arah barat!
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Kesembilan Munculnya Kota Bulan Merah
Di bawah sinar bulan merah, setiap orang terus berjalan maju.
Menurut alur cerita novel, di sisi barat Gunung Park Ha (nama gunung tidak disebutkan dalam novel), seharusnya terdapat sebuah danau. Lan Dongmei pernah menghabiskan waktu empat jam dengan aman di sekitar danau itu pada dini hari.
Bagi mereka, bisa mendapatkan keamanan selama empat jam juga sangat berharga.
Namun karena ketidaktahuan akan denah lokasi spesifik Gunung Park Ha dan distribusi lingkungan geografis dalam novel, konsep danau di sisi barat tetap samar dan umum. Dengan kata lain, mereka sepenuhnya mengandalkan keberuntungan buta seperti kucing buta yang mencoba menangkap tikus mati.
Perhitungan mereka seperti ini: Saat ini satu-satunya cara adalah menemukan metode untuk keluar dari Gunung Park Ha, tetapi harus memastikan rute aman. Rute itulah yang disebut jalan keluar. Semua rute yang pernah dicoba Lan Dongmei belum bisa dipastikan sebagai jalan keluar. Namun satu hal yang pasti: memang ada satu rute aman yang eksis.
Karena hari terus berulang, dengan melakukan percobaan berulang pada periode waktu yang sama setiap hari, mungkin bisa menemukan jalan keluar. Syaratnya adalah mereka selamat sampai hari terakhir percobaan.
Lan Dongmei dalam plot selanjutnya, bertemu dengan seorang tua dari Kota Hongyue dan mengetahui legenda siklus tujuh hari. Orang tua itu juga memberitahunya bahwa di masa lalu, banyak pemuda yang melarikan diri dari Kota Hongyue tewas dalam siklus tujuh hari, baru kemudian segelintir orang berhasil menemukan rute aman untuk melarikan diri. Namun, lokasi rute aman berbeda setiap tahunnya. Yang pasti, tujuh hari sebenarnya adalah hari yang sama, hantu akan muncul di tempat yang sama dan membunuh di lokasi yang sama. Kecuali jika orang yang menyimpan ingatan setelah melihat bulan merah sengaja mengubah prosesnya, baru akan terjadi perubahan.
Adanya rute aman berarti ada jalan keluar! Tapi di manakah jalan keluar itu?
Jalan turun dari Gunung Puxia sangat banyak tak terhitung, bahkan tidak mengecualikan beberapa tempat yang belum pernah ditemukan orang, karena penghuni terlalu sedikit memahami gunung terpencil ini. Meski nyawa bisa dihidupkan kembali enam kali, tapi dalam satu hari yang sama, hanya bisa mati sekali. Artinya, hanya bisa memilih enam jalan turun.
Sebelum memilih jalan turun, harus mencari rute perjalanan aman di gunung terlebih dahulu: tempat-tempat di mana hantu tidak akan muncul, dan tempat-tempat di mana hantu akan muncul. Novel telah memberitahu penghuni lokasi mana yang mutlak tidak boleh dikunjungi, tapi data yang diperoleh tetap sangat minim.
“Yang bisa dijadikan acuan hanyalah pengalaman bertahan hidup Lan Dongmei! Dalam alur cerita novel yang sudah diketahui, carilah cara untuk turun gunung dengan selamat! Sang tua langsung berkata, kutukan Bulan Merah hanya berlaku di gunung ini. Begitu turun, kutukan akan hilang. Masuk akal juga, karena jika Bulan Merah bisa memengaruhi dunia luar, tentu dunia luar akan terjerumus dalam kegelapan 24 jam, sudah pasti menimbulkan kepanikan besar. Artinya, ada satu harapan: selama perjalanan pulang ke apartemen setelah meninggalkan Gunung Puxia, kita tidak perlu khawatir diburu hantu. Bagi penghuni yang tak ada satupun bisa langsung dipindahkan kembali ke apartemen setelah misi darah berakhir, ini jelas merupakan keberuntungan di tengah kesialan.”
“Aku masih merasa ini tidak aman.” Tiba-tiba Xingchen berbicara: “Menurut kalian, apakah ini solusi yang baik? Mengikuti alur cerita mungkin lebih tepat? Asalkan kita tetap di dekat tokoh utama...”
“Tokoh utama ya tokoh utama, kita ya kita.” Lang Zhishan menggeleng menolak: “Kau pikir dengan mengikuti tokoh utama kita tidak akan mati? Itu salah! Lagipula, dalam novel tokoh utama memang tidak mati, tapi jika kita ikut campur, alur cerita bisa berubah! Bisa saja tokoh utama mati lebih awal! Apalagi jangan lupa, tokoh utama sendiri sudah mati empat kali!”
Fakta bahwa tokoh utama juga pernah mati semakin membuktikan mengerikannya novel ini. Di mana pun kita pergi, bisa ada hantu. Bagaimanapun bersembunyi, tetap tidak cukup.
Sambil berjalan, tiba-tiba Xingchen berhenti melangkah. Ia menatap ke depan dan berkata: “Hei, lihat itu...”
"Di depan, adalah pintu keluar dari jalur hutan ini. Di tempat itu, tiba-tiba, muncul sekumpulan besar bangunan!"
"Ko... Kota Bulan Merah?"
Wajah setiap orang berubah drastis!
Apakah Kota Bulan Merah ternyata berada di sebelah barat?
Namun, sulit membandingkan realitas saat ini dengan narasi novel karena penulis jarang menyebutkan deskripsi Kota Bulan Merah, dan yang terlihat sekarang hanyalah sebagian kecil dari kota tersebut.
"Jauhi Kota Bulan Merah!" Lang Zhishan mengambil keputusan tegas: "Tempat paling berbahaya di Gunung Xia Shan adalah kota kecil ini!"
Hal ini sebenarnya sudah diketahui semua orang tanpa perlu diingatkan oleh Lang Zhishan.
Kota Bulan Merah adalah lokasi paling berbahaya dalam novel ini. Tak ada yang meragukannya karena kematian kedua Lan Dongmei justru terjadi di dalam kota ini! Bagaimanapun, tak seorang pun berani memasuki Kota Bulan Merah!
"Tapi... jika kita tidak masuk ke Kota Bulan Merah, apakah harus mengambil jalan memutar?" Kali ini Feng Yuxian mengerutkan alis: "Apakah ini tepat? Meski kecil, bangunan-bangunan di Kota Bulan Merah sangat jarak sehingga areanya justru luas. Jika memutar, kita mungkin memasuki wilayah tak dikenal yang lebih berbahaya. Faktor ketidakpastian akan lebih besar. Lagi pula, saat ini kita harus menghindari tempat-tempat yang pernah dikunjungi Lan Dongmei dalam novel."
Kini, sebagian besar orang yakin novel "Siklus Reinkarnasi" benar-benar identik dengan misi darah ini. Juga dipastikan inilah tujuh hari siklus reinkarnasi yang dialami Lan Dongmei.
“Ini……” Lang Zhishan terpaksa mengakui kebenaran perkataan Feng Yuxian. Jika mengambil jalan memutar, terlalu banyak faktor ketidakpastian, belum lagi jarak yang tidak diketahui. Bisa saja tanpa sengaja menginjak wilayah berbahaya. Gunung Puxia ini bisa dikatakan dipenuhi hantu yang tersembunyi di mana-mana, sedikit kelalaian bisa membuat orang mati tanpa tahu penyebabnya. Setelah membaca 《Siklus Reinkarnasi》, tak ada yang berani memiliki sedikit pun rasa untung-untungan dalam menjalankan misi darah ini.
Tapi apakah harus menoleh ke belakang? Jika begitu, harus mencari cara membuka jalan baru. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Kembali ke hutan dulu!” Lang Zhishan berkata: “Tempat ini terlalu dekat dengan Kota Bulan Merah, kita...”
“Saya punya usulan!” Tiba-tiba Xingchen berbisik: “Menurut perhitungan waktu, dalam setengah jam lagi Lan Dongmei akan kembali ke Kota Bulan Merah. Saat itu pasti akan bertemu orang tua itu. Bagaimana kalau kita berbicara dengannya? Penduduk asli Kota Bulan Merah yang bisa bertahan sampai hari ini, pasti punya banyak pengalaman bertahan hidup penting. Dalam novel, dialog antara Lan Dongmei dan orang tua itu hanya ditulis sekilas 'dia berdiskusi dengan orang tua tentang pengalaman bertahan hidup' tanpa penjelasan detail. Jadi...”
Usulan Xingchen memang terdengar sangat menggoda!
“Memang, mungkin bisa dilakukan!” Feng Yuxian tampak juga terbujuk: “Kalian pikir, alur cerita Lan Dongmei memasuki Kota Hongyue berikutnya yang sebagian besar sudah kita ketahui. Dengan memanfaatkan alur yang kita kuasai, mungkin kita bisa menghindari hantu dan menghubungi orang tua itu! Jika mendapatkan pengalaman bertahan hidup berharga, mungkin akan muncul petunjuk jalan keluar dari apartemen untuk kita, bukan tidak mungkin!”
Saat itu, semua orang menarik napas dalam-dalam.
Bahaya Kota Hongyue dirasakan sama oleh semua yang pernah membaca 《Siklus Reinkarnasi》. Setelah hari pertama, hal pertama yang dilakukan Lan Dongmei setiap hari adalah segera melarikan diri dari Kota Hongyue!
Tapi kali ini justru harus memasuki sarang harimau ini?
“Tidak boleh!” Lang Zhishan menyangkal tegas: “Bukan berarti tidak boleh mengambil risiko, tapi kita masih belum yakin apakah siklus ini akan terus berulang. Bagaimana jika nyawa kita tetap hanya satu? Bian Xingchen, risiko harus sebanding dengan imbalan. Jika jalan keluar ada di Kota Hongyue, maka meski berbahaya kita harus berjuang! Tapi hanya untuk bertanya pada orang tua, ini terlalu...”
“Setidaknya kita bisa mempelajari denah lokasi Bukit Puxia dengan baik?” Kalimat Xingchen berikutnya bagai obat keras yang membuat semua orang tersadar seketika!
Denah lokasi!
“Ini adalah kelemahan terbesar mereka. Karena informasi tentang Gunung Piao Xia sangat minim, dan tidak ada yang berani mensurvei lokasi di Gunung Piao Xia sebelum misi darah, membuat denah lokasi gunung ini sepenuhnya menjadi misteri. Dalam ketidaktahuan akan denah lokasi, hanya bisa menentukan arah samar-samar. Bahkan jika dibandingkan dengan novel, seringkali tanpa patokan jelas, mereka seperti orang buta. Namun, jika menemukan penduduk lokal dan memperoleh informasi denah wilayah, maka dengan merujuk alur cerita novel, pasti akan sangat terbantu!”
“Sebenarnya, Lang Zhishan juga sangat ingin mengetahui denah lokasi setempat! Hanya saja, apakah menemukan orang tua itu pasti bisa mendapatkan informasi denah? Mengingat Gunung Piao Xia sangat luas, bahkan penduduk lokal pun belum tentu pernah mengunjungi setiap sudutnya. Selain itu, ingatan orang lanjut usia juga patut dipertanyakan. Jika peta denah yang diberikan berbeda dengan kondisi sebenarnya, malah bisa menjadi jalan kematian!”
“Sesungguhnya, bahaya terbesar terletak pada fakta bahwa Kota Hongyue pasti dihuni hantu! Lan Dongmei juga sempat diburu hingga nyaris tewas saat kembali ke Kota Hongyue berikutnya!”
“Tentu saja, mereka memiliki satu kartu as utama: penguasaan alur cerita! Setidaknya, mereka sangat paham dengan perkembangan cerita setelah Lan Dongmei kembali ke Kota Hongyue.”
“Tidak, risikonya masih terlalu besar.” Lang Zhishan masih ragu: “Kita...”
“Kita hanya punya enam kesempatan!” Xingchen menunjuk ke Kota Bulan Merah: “Jika kita masuk begitu saja tanpa tahu apa-apa, berapa dari kita yang akan bertahan sampai akhir? Petugas Lang, ini pertama kalimu menjalankan misi darah? Kau tidak ingin mati di Gunung Puxia pada misi darah pertamamu kan? Instruksi tulisan darah memang seperti ini, setiap saat harus mempertaruhkan nyawa. Kita tidak bisa berharap selalu punya banyak alat tawar, selama ada kesempatan, kita harus berani bertaruh!”
“Bian Xingchen! Nyawa kita cuma satu! Baiklah, anggaplah kali ini kita punya enam kesempatan untuk hidup kembali, lalu bagaimana di hari terakhir? Saat itu kita benar-benar akan mati! Siapa yang mau nekat masuk padahal tahu bahayanya?”
“Bukannya kau ini polisi? Masak tidak punya keberanian seperti itu?”
“Polisi juga manusia! Juga cuma punya satu nyawa! Kecuali sudah dipastikan ada siklus reinkarnasi tujuh hari, aku tidak akan sembarangan bertaruh!”
Jika benar ada siklus reinkarnasi tujuh hari, bertaruh masih bisa diterima. Tapi jika nyawa cuma satu, kalau kalah taruhan berarti benar-benar mati!
“Pergilah.” Tiba-tiba sebuah suara terdengar menyatakan sikap.
“Omong kosong!” Lang Zhishan langsung membantah: “Aku menentang keras! Tidak boleh, kalian juga berpikir harus pergi?”
“Aku...” Yang pertama ditanya adalah Feng Yuxian yang sebelumnya menunjukkan dukungan pada Xingchen, tapi sekarang dia bingung harus berkata apa.
“Menurutku ini terlalu berisiko, lebih baik... jangan pergi.” Lin Xueqian yang juga pertama kali menjalankan misi darah mulai ragu.
Qiu Xifan melihat ke arah Kota Bulan Merah, lalu memandang yang lain, akhirnya juga menggelengkan kepala.
"Lagipula, tidak semua penghuni bisa seperti Li Yin, Yin Ye, dan lainnya, yang berani bertaruh besar dalam misi darah karena telah sering menjalankannya. Meski tahu mungkin bisa menemukan jalan keluar, tapi manusia tidak mudah mengorbankan nyawa."
Lang Zhishan baru lega. Jika semua mendukung Xingchen, justru dia yang akan terisolasi.
"Weisheng Liang, kamu juga berpikir begitu kan?" Lang Zhishan menatap Weisheng Liang. Saat baru saja membuka mulut, tiba-tiba dia merasakan keanehan.
Tunggu...
Ada apa ini?
"Barusan... siapa yang bilang 'pergi'?"
Suara itu, setelah dipikir-pikir, ternyata bukan berasal dari siapa pun yang hadir!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 10 Memasuki Kota Bulan Merah
Lang Zhishan langsung panik memandang sekeliling. Tapi hanya ada enam orang. Tidak ada orang ketujuh! Artinya, suara tadi...
"Cepat, lari!" Lang Zhishan langsung berlari ke arah Kota Bulan Merah! Arah suara tadi datang dari belakang. Siapa yang mau lari ke belakang? Lari ke samping juga tidak menjauh. Hanya lari ke arah berlawanan yang paling cepat!
Meski sangat enggan masuk Kota Bulan Merah, Lang Zhishan terpaksa melakukannya. Melihatnya tiba-tiba berlari kencang, yang lain langsung menyusul!
Beberapa masih bingung, tapi beberapa sudah paham situasi.
Saat jarak ke Kota Bulan Merah semakin dekat, Lang Zhishan terpaksa menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang. Namun saat menoleh ini, matanya tiba-tiba membelalak lebar!
Di bawah sinar Bulan merah darah, di belakangnya hanya ada Xingchen, Feng Yuxian, Qiu Xifan, dan Lin Xueqian. Weisheng Liang malah menghilang!
Ketika Xingchen berlari menghampiri Lang Zhishan, sang ketua unit langsung bertanya dengan wajah penuh kengerian: "Weisheng, mana Weisheng? Ke mana dia pergi?"
Mendengar ini, Xingchen segera menoleh ke belakang. Seketika kedua matanya dipenuhi rasa ngeri!
"Weisheng Liang, ke mana dia pergi?"
"Tidak mungkin! Tadi dia masih di belakangku!"
Sepertinya Weisheng Liang berlari paling belakang. Tapi meski begitu, para penghuni biasa berlatih fisik dengan giat. Sekalipun kurang mahir, tak mungkin Weisheng tertinggal jauh seperti ini. Apalagi kecuali dia bersembunyi di hutan, di jalan lurus ini pasti masih terlihat!
Maka kesimpulannya hanya satu...
Tapi tak ada yang berani mengucapkan kesimpulan itu.
Lalu, apakah sekarang harus masuk ke Kota Bulan Merah?
Lang Zhishan menghentakkan kakinya keras-keras, akhirnya memutuskan untuk masuk! Bagaimanapun, di medan seperti ini, mengubah arah akan sulit menemukan tempat persembunyian. Kini, selain masuk ke Kota Bulan Merah, tak ada pilihan lain.
Menurut alur cerita 《Siklus Reinkarnasi》, setengah jam kemudian Lan Dongmei dan Xinghui akan kembali ke Kota Bulan Merah. Deskripsi dalam novel aslinya seperti ini:
“Lan Dongmei akhirnya kembali ke Kota Bulan Merah. Meski tahu situasinya berbahaya, dia tetap memutuskan kembali. Bagaimanapun, kejadian yang dialaminya terlalu mengerikan. Awalnya dia berusaha mencari jalan turun gunung, namun berkali-kali nyaris mati!
Bagaimanapun juga, dia ingin mengungkap rahasia Kota Bulan Merah. Perempuan gila itu sudah tewas, tapi dia merasa masih ada penduduk yang bisa menjawab pertanyaannya.
Dia melihat jam, sekarang sudah lewat pukul satu dini hari. Bulan merah darah masih menggantung di langit, bahkan bintang-bintang pun tertutup sepenuhnya oleh cahaya merah itu, tak memancarkan secercah sinar pun.
Xingchen sudah pucat ketakutan, Lan Dongmei harus menggendongnya untuk melanjutkan perjalanan. Tenaganya juga hampir habis, tapi demi anak laki-lakinya, dia harus bertahan!
Saat memasuki Kota Bulan Merah, dia sangat berhati-hati. Pertama, dia menuju belakang rumah teh bergaya klasik di kota itu, menuju rumah Paman Zhuang. Paman Zhuang adalah tetua yang paling membantu selama Lan Dongmei tinggal di sini. Dengan hati-hati dia menyusuri gang kecil, akhirnya sampai di belakang rumah teh dan mengetuk pintu rumah Paman Zhuang. Sebuah pohon pagoda besar di depan rumahnya menjadi penanda yang mudah dikenali.
Dia tak berani mengetuk terlalu keras. Tapi Paman Zhuang sudah berusia lebih dari 90 tahun, mungkinkah beliau masih bisa mendengar suara ketukan ini?
Syukurlah, pintu segera terbuka. Seorang lelaki tua berambut putih yang jalannya gemetar, membukakan pintu untuk Lan Dongmei.
‘Lan-san?’ Paman Zhuang memandangnya dengan heran, langsung menariknya masuk.
‘Paman!’ Lan Dongmei langsung berlutut di lantai setelah menutup pintu, meratap: ‘Paman, ini sebenarnya apa yang terjadi?’
‘Bulan merah...’ Paman Zhuang menatap bulan purnama merah menyala di jendela, menggeleng: ‘Dosa besar, benar-benar dosa besar! Lan-san, kau seharusnya tidak pindah ke sini! Aku benar-benar pikun, sampai lupa hari ini akhirnya tiba. Seandainya kau hanya tinggal sementara, mungkin tidak akan terjadi insiden.’
‘Paman, kau tahu tentang bulan merah ini? Kumohon beri tahu aku, aku tidak ingin mati! Dan anak laki-lakiku, aku harus melindungi dia!’
Ratapan Lan Dongmei ini, bahkan orang yang berhati keras pun takkan bisa tidak tersentuh.
‘Sudahlah, ikutlah aku masuk dulu! Aku akan menutup tirai jendela!’
Paman Zhuang lalu menarik Lan Dongmei dan Xinghui yang hampir pingsan, masuk ke kamar dalam sambil mengunci pintu.
‘Kebanyakan penduduk desa ini adalah para lelaki tua yang setengah badannya sudah masuk tanah. Karena ini adalah (kampung halaman), kami memilih dikubur di sini. Setiap kali bulan merah muncul, kota ini – bukan, gunung ini – akan dilanda legenda hantu! Semua hari yang kami jalani akan berulang dalam siklus reinkarnasi tujuh kali!’
‘Siklus reinkarnasi？Ketujuh kali？Apa maksudnya?’ Lan Dongmei menunjukkan ekspresi kebingungan, bertanya: ‘Paman？Kenapa ada legenda hantu di sini？Dan mengapa bulan berubah menjadi merah darah？’
‘Hanya gunung ini yang seperti ini, sepanjang hari adalah malam, bulan selalu berwarna merah darah. Kemudian setelah satu hari berlalu, waktu akan mundur kembali, memulai ulang dari tengah malam pukul 00:00 hari itu. Nona Lan, mungkin Anda sulit mempercayainya, tapi ini benar. Keadaan ini akan berlangsung total tujuh kali. Pada kali ketujuh, waktu tidak akan mundur lagi, saat itu jika mati benar-benar akan mati, tidak ada cara lagi. Sungguh malapetaka！Andai saja saya ingat lebih awal, pasti akan menyuruhmu segera pergi dari sini！’
‘Kalau begitu... apa yang harus saya lakukan？’
‘Hanya satu cara, pada siklus reinkarnasi ketujuh, kabur dari gunung ini！Asal bisa keluar, bisa melepaskan kutukan bulan merah！Ini satu-satunya cara！Sebelumnya, banyak pemuda di kota kecil menggunakan cara ini untuk melarikan diri. Ada juga yang gagal, ada yang mati, ada yang jadi gila seperti putri Janda Zhang.’
Putri Janda Zhang adalah wanita gila yang sudah meninggal itu.
‘Saya juga sudah tua. Suami dan anak laki-laki saya, keduanya meninggal di kota saat hari bulan merah. Jadi saya memilih tidak pergi dari kota kecil ini, menunggu waktu bertemu mereka. Tapi Nona Lan masih muda, harus berusaha kabur！’
‘Lalu... adakah cara？’
‘Setelah melihat bulan merah itu, kamu bisa mempertahankan ingatan meski waktu mundur ke belakang. Tapi setiap tahun di hari bulan merah, situasi legenda hantu selalu mengalami berbagai perubahan, jadi rute aman tidak pernah tetap. Tahun ini bagaimana, aku juga tidak tahu. Begini, akan kuberitahu denah lokasi gunung ini. Ambil pulpen, aku bantu mencatat. Kamu harus cepat, di dalam kota sekarang di mana-mana terjadi legenda hantu. Saat keluar, harus sangat hati-hati! Aku juga tidak tahu di mana yang aman!’
‘Baik, baik, Paman. Terima kasih, terima kasih banyak!’
Selanjutnya, Paman Zhuang menggambar denah gunung di kertas. Lan Dongmei sangat bersemangat. Setelah itu, dia berdiskusi dengan orang tua itu tentang pengalaman bertahan hidup. Akhirnya dia sadar tidak bisa mendapatkan informasi lebih banyak lagi. Terakhir, dia berlutut di lantai dan membungkukkan kepala dalam-dalam: ‘Paman Zhuang, budi baikmu tak terucapkan! Semoga Paman juga bisa selamat!’
Lan Dongmei tahu meski mati dalam 6 hari pertama bisa hidup kembali, tapi syaratnya tidak ada yang boleh menyia-nyiakan waktu ini. Rute aman harus segera dibuka selama periode ini!
Saat itu Xinghui juga terbangun. Lan Dongmei memeluk anaknya: ‘Xinghui, kita ada cara untuk kabur. Ibu beri tahu, sebenarnya semua yang kita alami ini palsu. Kamu pernah baca 《Cinderella》kan? Persis seperti itu, begitu jam menunjukkan pukul dua belas malam, semuanya akan kembali seperti semula. Ayo Xinghui jangan takut, Ibu akan melindungimu.’
Pada saat ini, wajah Xinghui baru sedikit memiliki kecantikan alami. Bagaimanapun dia masih seorang anak, mana bisa menahan ketakutan sebesar ini. Untung ada Ibu di sampingnya, kalau tidak, entah akan jadi seperti apa.
‘Paman, aku... pergi dulu.’ Memegang denah lokasi itu, Lan Dongmei seperti mendapatkan harta karun. Jadi, tanpa berlama-lama, dia segera menarik Xinghui, mengucap terima kasih berkali-kali sebelum pergi.
Setelah keluar, Lan Dongmei sangat tegang. Dia juga tidak tahu ke arah mana yang aman. Bangunan-bangunan sebagian besar jarang, sulit menemukan tempat persembunyian. Dia hanya bisa berusaha berjalan di area yang ada bayang-bayang, sambil terus mengingatkan Xinghui: "Jangan bersuara sedikitpun, kalau tidak kita tidak bisa keluar."
Tiba-tiba, dia merasakan hawa dingin menusuk dari belakang! Dari dinding sampingnya, tiba-tiba terlihat bayangan hitam di belakangnya!
Jarak antara bayangan itu dengan bayangannya sendiri kurang dari satu meter!
Lan Dongmei langsung lari terbirit-birit! Namun bayangan itu pun melayang mengejar!"
Konten novel berakhir di sini, satu bab selesai. Cerita selanjutnya dimulai dari bab baru yang berisi adegan Lan Dongmei bertaruh nyawa melarikan diri ke gudang di Kota Bulan Merah.
Sekarang, yang harus dilakukan pertama adalah menemui Paman Zhuang! Dari alur cerita selanjutnya diketahui, Paman Zhuang terbunuh kurang dari 10 detik setelah kepergian Lan Dongmei hari ini! Artinya, kesempatan berbicara dengannya hanya sekarang! Sedangkan Lan Dongmei sendiri sedang dikejar hantu, tentu tidak ada yang berani meminta denah darinya.
Namun, bertemu dengan karakter dari alur cerita novel, hal absurd seperti ini tetap memberi mereka perasaan tidak nyata.
Setelah memasuki Kota Bulan Merah, mereka mulai mencari gedung teh klasik dan pohon pagoda yang disebutkan. Setiap orang berusaha bersembunyi di balik bayang-bayang, seolah-olah kota kosong ini membuat kelima orang tersebut masih diliputi rasa ngeri.
Sejak memasuki Kota Bulan Merah, tidak ada lagi penampakan hantu yang membuat semua orang sedikit tenang. Melihat jam, ternyata sudah pukul 00.45! Paman Zhuang akan bertemu Lan Dongmei pada pukul 1 pagi, dan setelah mengantar pergi Lan Dongmei, ia langsung dibunuh. Saat ini, kita harus menemukannya sebelum waktu itu tiba! Mengenai warga tua lain di Kota Bulan Merah, kami tidak berharap banyak karena walau Paman Zhuang lupa tanggal datangnya Bulan Merah, warga tua lain yang jelas ingat tidak memberi peringatan pada Lan Dongmei, bahkan saat wanita gila memberitahunya tentang kutukan. Terlihat warga tua lainnya sangat egois, tidak peduli nasibnya. Karena itu, paman yang masih punya hati nurani ini adalah satu-satunya harapan kami.
Bagaimanapun juga, kita harus menemukan rumahnya sebelum hantu membunuhnya!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 11 Situasi Berbahaya Bertubi-tubi
Kota Bulan Merah, kota fiksi ciptaan Chu Mitian, kini benar-benar diinjak oleh Xingchen dan kawan-kawan.
Setelah Weisheng Liang menghilang tadi, tidak ada lagi yang hilang. Tapi semua tetap waspada, karena saat ini, sedikit kecerobohan bisa membuat mereka menyusul Weisheng Liang.
"Meski sudah memahami alur cerita, hanya pengalaman tokoh utama yang bisa diketahui. Sekarang, apa yang akan terjadi sama sekali tidak bisa diprediksi. Bisa dikatakan, ini adalah jalan terakhir karena sudah tidak ada pilihan lain."
Saat ini, dokumen TXT sudah dibagikan ke semua orang via Bluetooth. Setiap orang berusaha membaca isi dokumen dengan seksama untuk memahami detail semua plot.
"Seharusnya ke arah sana!" Feng Yuxian tiba-tiba berhenti melangkah, berkata: "Di Bab 1 novel, saat Lan Dongmei baru pindah ke Kota Bulan Merah, dia pernah datang ke sini. Lihat depan!"
Saat itu, lima orang berada di belakang rumah dua lantai. Feng Yuxian menunjuk ke arah pohon willow yang sedikit merunduk di depan. Menurut novel, Lan Dongmei berjalan menyusuri pohon willow itu beberapa saat sebelum melihat gedung rumah teh. Artinya, rumah teh terletak tak jauh di depan pohon willow!
Detak jantung semua orang berdegup kencang!
Sudah dekat!
Tapi waktu di jam tangan mengingatkan: Waktu hampir habis! Sudah pukul 00:50. Sekitar waktu ini, Lan Dongmei juga sudah kembali ke Kota Bulan Merah!
"Kalian harus sangat berhati-hati, hati-hati, dan lebih hati-hati lagi!" Lang Zhishan menggenggam dadanya erat, setelah berpikir dia menambahkan: "Jika hantu muncul, segera berpencar! Setidaknya satu orang harus menemui Paman Zhuang untuk memastikan denah lokasi. Dengan begitu meski langsung mati, ingatan besok bisa memberi tahu yang lain."
Xingchen menatap Lang Zhishan: "Apakah kau yakin bisa masuk siklus reinkarnasi?"
“Maksudku dalam skenario terburuk. Kita, tidak punya pilihan lagi ya.”
Seperti yang dikatakan Lang Zhishan, pada tahap ini memang benar-benar tidak ada pilihan lain. Hanya bisa bertaruh! Jika nyawa bisa hidup kembali setelah waktu diulang, maka inilah harapan terbesar. Begitu hantu muncul dan semua orang lari ke arah yang sama, itu sama saja cari mati! Tidak hanya gagal mencapai tujuan, tapi juga menyia-nyiakan kesempatan siklus reinkarnasi.
Namun jalan tempat pohon willow itu tumbuh sama sekali tidak memiliki bayangan. Bahkan jika berputar lewat samping, pasti akan terlihat jelas di bawah sinar bulan. Itu terlalu berbahaya! Tapi kita harus tetap melewatinya!
"Begini!" Xingchen tiba-tiba mengajukan saran: "Kalau Petugas Lang sudah bilang begitu, lebih baik hanya dua orang yang pergi, tiga orang tetap di sini. Jika kami mati, sebelum mati pasti akan berteriak sangat keras. Kalian yang dengar teriakan itu, cobalah mendekati rumah Paman Zhuang dari arah lain. Yang penting jangan sampai semua mati. Karena nyawa setiap orang bisa diulang, kita harus memanfaatkannya dengan baik."
"Ide bagus," Lang Zhishan menggelengkan kepala, "Tapi siapa yang mau pergi?"
Mendengar ini, Xingchen langsung terdiam.
Siapa yang mau pergi? Jelas tidak ada yang akan mengajukan diri. Lagipula dalam 20 menit lagi akan muncul hantu di rumah Paman Zhuang, seperti yang tertulis jelas di novel. Siapa berani pergi ke sana dengan tahu resikonya? Karena ada tiga kuota yang bisa tetap di sini, semua pasti ingin jadi yang tinggal. Seperti pepatah: Bukan takut miskin, tapi takut tidak adil. Kalau semua sama-sama menghadapi bahaya mungkin masih bisa diterima, tapi kalau ada perbedaan perlakuan, ya tidak ada yang mau.
“Aku yang pergi,” Feng Yuxian tiba-tiba membuka suara: “Awalnya karena kematian istriku, aku masuk ke apartemen dalam keadaan putus asa. Jika benar mati di sini, anggap saja reunifikasi dengan istriku. Xingchen, ini ide kamu, tentu kamu yang menemani aku?”
Keduanya berbicara bersamaan membuat tiga orang tersisa merasa lega. Satu dari Aliansi Yeyu, satu netral - tak perlu pertimbangkan aliansi.
Xingchen dan Feng Yuxian menarik nafas panjang, akhirnya melangkah keluar dari bayang-bayang rumah menuju jalan yang diterangi Bulan merah menyala! Melihat pohon willow, mereka segera berlari kencang ke arah gedung teh!
Keduanya sprint seperti pelari 100 meter!
Melihat punggung mereka, Qiu Xifan menarik baju Lang Zhishan: “Ini... tidak terlalu mencolok?”
“Di titik ini hanya bisa nekat.” Lang Zhishan menjawab: “Menurut alur novel, jika muncul di daerah angker, bersikap lowkey pun tak berguna. Mereka harus bertaruh. Bagaimanapun, hantu bisa muncul di mana saja.”
“Mereka... benar-benar pemberani.” Lin Xueqian menghela nafas: “Sayang tidak bergabung dengan Gereja Suhari, tak bisa mencapai pencerahan. Seandainya, mungkin bisa latihan sampai sisi seberang.”
"Xingchen dan Feng Yuxian, kecepatan mereka terus meningkat. Di bawah cahaya bulan merah, muncul sebuah bangunan kuno yang bergaya seperti penginapan! Persis seperti deskripsi dalam novel!"
Di belakangnya, pastilah rumah Paman Zhuang!
Keduanya tak sadar mempercepat langkah. Tiga orang di belakang menyaksikan dengan perasaan cemas, berharap Xingchen dan Feng Yuxian bisa berhasil!
"Semangat, semangat, semangat!" Qiu Xifan mengepal tinju berkata: "Bian Xingchen, Feng Yuxian, kalian berdua memang tangguh! Bertahanlah, pasti harus berhasil!"
Akhirnya, setelah melewati belakang penginapan, terlihat sebuah gubuk kecil! Tak perlu ditanya, pastilah rumah Paman Zhuang. Bangunan-bangunan di sini jaraknya cukup renggang sehingga mudah dikenali!
Setiba di depan, mereka langsung berhenti di pintu. Xingchen mengulurkan tangan lebih dulu dan mulai mengetuk pintu! Wajah Feng Yuxian tegang sambil terus melirik ke belakang.
Lang Zhishan dan dua lainnya masih menunggu di balik bayang-bayang. Tak tahu kabar mereka. Andai ponsel masih bisa digunakan, bisa menelepon untuk menanyakan situasi. Tapi sekarang, sama sekali tak ada cara.
"Bagaimana kondisi mereka?" Qiu Xifan gelisah. Waktu terus berdetak. Menurut alur novel, bayangan di dinding yang dilihat Lan Dongmei akan muncul di area ini! Lang Zhishan dan Lin Xueqian juga sangat menyadari hal ini!
Hanya bisa menunggu saat ini. Jika nekat keluar, konsekuensinya pasti akan sangat serius!
“Aku bilang,” Qiu Xifan gelisah berkata: “Meskipun Bian Xingchen mengatakan, sebelum mati pasti akan mengeluarkan teriakan agar kami tahu, tapi... tapi itu hanya jika dia sempat bersuara. Bagaimana jika tiba-tiba dibunuh sampai tak sempat berteriak? Mereka sekarang berkeliling ke belakang penginapan, kita sama sekali tak bisa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati!”
“Aku tahu, tapi...” Lang Zhishan terus-menerus melihat jam tangannya, waktu semakin mendekati pukul satu dini hari. Saat ini, Lan Dongmei hampir tiba di dekat rumah Kakek Zhuang.
“Kurasa, seharusnya kita sudah bisa melihat Lan Dongmei sekarang?” Lin Xueqian juga mengawasi area sekitar rumah teh itu, berkata: “Dia dan anak laki-lakinya, seharusnya sudah sampai di sekitar sini pada jam seperti ini.”
“Hmm, benar.” Lang Zhishan mengangguk, berkata: “Bagaimanapun, sekarang kita harus tetap waspada.”
“Aku usul, lebih baik kita pergi saja?” Lin Xueqian semakin tak tahan berdiam di tempat: “Kota Hongyue sendiri sudah sangat berbahaya, menurut deskripsi novel, mungkin kita bisa menemukan cara untuk keluar dari sini. Jika terus diam di sini... hantu itu, kita tak tahu kapan akan datang, mungkin saat Lan Dongmei pergi, hantu itu sudah lama ada di sini! Benar kan?”
Namun, tepat di saat itu...
“Ah——!!”
Suara teriakan mengerikan tiba-tiba menggema! Meski tak bisa mengenali pemilik suara itu, pastilah salah satu dari Xingchen dan Feng Yuxian!
Teriakan itu berarti...
Bian Xingchen, mati!
Dia mati, apa artinya? Di belakang rumah teh itu, setidaknya ada satu "hantu"!
"Lari..." Lang Zhishan tidak lagi ragu sedikit pun, segera berbalik arah dan berkata: "Segera lari! Menurut alur novel, ke arah mana kita bisa meninggalkan Kota Bulan Merah dengan paling cepat?"
Begitu kata mereka, ketiganya sudah mulai berlari. Bangunan-bangunan yang jarang membuat ketiganya sangat "benci", tapi tidak ada cara lain.
Saat itu, teriakan mengerikan lagi terdengar. Qiu Xifan saat mendengar teriakan kedua langsung terjatuh ke tanah. Tak peduli luka lecet di tangan dan lututnya, dia segera bangkit lagi, bersiap mengejar, tapi melihat Lang Zhishan dan Lin Xueqian sudah menghilang dari pandangan!
"Kenapa larinya bisa secepat itu?" Qiu Xifan berdiri, baru saja mau melangkah, tiba-tiba... dia merasakan sebuah "tangan dingin" mencengkeram bahunya!
Lang Zhishan dan Lin Xueqian lari sekuat tenaga. Sekarang, karena rencana sudah gagal, hanya tinggal mengikuti alur novel untuk meninggalkan Kota Bulan Merah! Dalam novel, deskripsi alur Lan Dongmei di Kota Bulan Merah tidak banyak, jadi hanya dengan keluar dari kota kecil ini, keunggulan mengetahui alur cerita bisa terus dimanfaatkan!
"Tadi ada dua teriakan..." Lin Xueqian berkata dengan wajah pucat: "Feng Yuxian dan Bian Xingchen, apakah keduanya sudah mati? Bagaimana, bagaimana bisa begini?"
Lang Zhishan terus melihat ponselnya, berpikir keras tentang rute yang harus diambil. Deskripsi dalam novel sebenarnya cukup detail, namun pada akhirnya teks tak bisa sepenuhnya disamakan dengan realita, kecuali jika setiap rumah dijelaskan secara lengkap beserta petunjuk jalannya.
"Pergi ke timur dulu!" Lang Zhishan hanya bisa berkata demikian: "Lan Dongmei saat itu lari ke timur, kita juga harus... Tunggu, Qiu Xifan? Ke mana Qiu Xifan pergi?"
Baru saat ini Lin Xueqian menyadari dengan kaget bahwa Qiu Xifan ternyata menghilang!
Keterkejutan ini sungguh luar biasa!
Dalam waktu sesingkat itu, apakah dia juga sudah tewas?
Lin Xueqian merasa seolah hatinya membeku separuh!
Satu-satunya harapan adalah bisa meniru Lan Dongmei! Meski membawa seorang anak, dia berhasil lolos dari maut berkali-kali, apalagi dirinya yang sendirian?
Saat itu, Lan Dongmei setelah meninggalkan rumah Paman Zhuang dikejar bayangan hantu, hanya bilang lari ke timur lalu melihat hutan lebat. Dengan masuk ke hutan itulah dia bisa melepaskan diri dari hantu itu.
Tapi petunjuk "timur" yang terlalu umum ini membuat mereka tak yakin apakah hutan itu masih ada? Yang terpenting, bisakah mereka bertahan dalam proses ini? Lagipula mereka bukan Lan Dongmei yang punya keberuntungan tokoh utama!
Shinigami semakin mendekat. Lang Zhishan dan Lin Xueqian berlari sekuat tenaga, berharap bisa meraih sedikit harapan hidup!
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Dua Belas Konsep Chu Mitian
"Saat itu, Lang Zhishan dan Lin Xueqian berlari sekuat tenaga ke arah timur! Mereka hanya berharap bisa memasuki hutan bambu untuk menghindari hantu yang sedang memburu mereka dari belakang!"
Lang Zhishan memegang ponsel sementara Lin Xueqian memegang kompas untuk memastikan tidak kehilangan arah. Tapi itu hanya menjamin mereka tidak tersesat, tetap tidak bisa dipastikan apakah mereka bisa memasuki hutan bambu tersebut! Bagi keduanya yang sama-sama pertama kali menjalankan misi darah, ini benar-benar penyiksaan mental!
Tiba-tiba, deretan rumah di kota kecil itu berakhir! Namun yang muncul di depan mata justru sebuah dataran luas!
"Da... dataran?" Lang Zhishan langsung berhenti melangkah, wajahnya dipenuhi ketakutan. Jalan tempat wanita gila tertabrak tadi masih ada semak alang-alang, tapi ini benar-benar dataran terbuka! Dataran yang tak berujung!
Memasuki area dataran berarti tidak ada lagi penghalang untuk tubuh mereka! Di bawah sorotan Bulan merah darah, mustahil bersembunyi!
Situasi mencapai titik paling kritis!
"Ba... bagaimana ini?"
Masuk ke dataran hampir sama dengan "cari mati", tapi apakah harus kembali?
"Tidak ada pilihan lagi, kita jalan!" Lang Zhishan sekarang hanya bisa mengandalkan nyali. Ia segera menarik tangan Lin Xueqian, keduanya menerjang ke dataran!
Kini menoleh ke belakang jelas "jalan kematian", hanya bisa maju ke dataran!
Tak ada cara lain!
Setelah sampai di dataran, Lang Zhishan berkata: "Dengarkan Lin Xueqian, jika terjadi sesuatu nanti, kita harus berpisah jalan, mengerti?"
"Berpisah?"
“Kalau tidak di dataran, apakah kita berkumpul di sini hanya untuk menunggu mati? Seberapa luas wilayah dataran ini masih belum jelas, tapi sekarang jika kita terus lari bersama, kematian hanyalah masalah waktu! Mari pisah sementara dulu lalu pertimbangkan strategi penanggulangan! Hanya ini jalan satu-satunya!”
Saat ini, Lang Zhishan benar-benar berada di ambang kelelahan mental. Perkembangan situasi sepenuhnya melampaui perhitungannya. Sebagai anggota Aliansi Kamya, awalnya dia mengira bisa mendapat bantuan Kamya Sayoko, tapi sekarang tampaknya segalanya harus dihadapi sendiri. Bian Xingchen dan Feng Yuxian jelas-jelas dalam bahaya maut. Dalam kondisi sekarang, sama sekali tidak terpikir jalan keluar.
Dataran itu membentang sangat luas. Tak tahu sudah berlari berapa lama, tiba-tiba muncul rumpun alang-alang di depan! Tempat ini persis lokasi dimana wanita gila itu tertabrak sampai mati tadi!
“Di sini?”
Alang-alang di depan adalah satu-satunya tempat untuk bersembunyi! Baru saja dia melangkah, tiba-tiba sebuah benda bulat menggelinding ke kaki-nya.
Setelah dilihat lebih dekat, itu ternyata... kepala Lin Xueqian!
Lang Zhishan hampir tersandung kepala manusia itu. Tanpa ragu lagi, dia langsung menerobos masuk ke dalam rumpun alang-alang itu!
Terus menerus membelah alang-alang di sekitarnya, Lang Zhishan yang dipenuhi ketakutan terus berlari ke depan. Sekarang, dia sama sekali tidak punya pilihan lagi.
Jangan... jangan... jangan...
Kemudian, dari dalam rumpun alang-alang, terdengar teriakan meraung yang mengerikan, sebelum akhirnya segalanya kembali sunyi senyap.
Lembah Malam yang Sunyi.
Setelah mengunci pintu rapat-rapat, Mizhen baru bisa sedikit lega. Terjebak di kota kecil ini sampai sekarang, masih belum bisa pergi.
“Tidak apa-apa, kan？” Dia menopang Mizhen ke samping, berkata: “Kamu terlihat sangat lelah.”
“Lumayan.” Mizhen melambaikan tangan, berkata: “Pasti, kita bisa kabur. Hanya saja, sekarang masih belum tahu harus bagaimana, sampai saat ini, masih belum menemukan kertas buku harian yang ditinggalkan Pu Miling. Jika menemukannya, mungkin kita bisa memahami jalan keluar dari misi darah ini.”
“Hmm.” Dia mengangguk setuju: “Aku juga berpikir begitu.”
Memandangi Mizhen di depannya yang rambutnya agak berantakan, namun sorot matanya tetap teguh, tangannya tanpa sadar meraih dan menggenggam tangan kecilnya yang dingin.
“Kakak Kelas...” Mizhen terkejut, berkata: “Aku, aku tidak apa-apa.”
“Tidak apa-apa.” Dia menyandarkan tubuhnya di sebelah Mizhen.
Saat ini, mereka berada di gudang bawah tanah sebuah villa di kota kecil. Di luar villa, bisa dikatakan penuh dengan bahaya pembunuhan. Jika keluar sembarangan, mungkin akan menjadi arwah yang tidak tenang di sini.
Sekarang, hanya bisa berharap. Tidak ada cara lain. Sudah berusaha semaksimal mungkin, saat ini hanya bisa pasrah pada takdir.
Hanya bisa seperti ini...
“Li Yin...” Tiba-tiba Mizhen menoleh padanya, berkata: “Kalau begitu, mulai sekarang, aku akan memanggilmu Li Yin.”
“Boleh saja. Tidak masalah.”
"Li Yin..." Mengulangi nama yang telah berputar-putar di hatinya selama bertahun-tahun, Mizhen menyibak poni rambutnya sambil berkata: "Terakhir kali, saya membaca buku yang saya tulis bersama Mian Tian berjudul 《Siklus Reinkarnasi》. Saat itu saya pergi ke luar negeri sangat terburu-buru, mengambil uang jaminan sewa rumah untuk pengembalian uang sewa, dan langsung pergi setelah persiapan tergesa-gesa. Jadi, saya sempat lupa bahwa novel itu masih tersimpan di komputer. Mian Tian, dia sangat ingin menjadi novelis. Mimpi itu tertitipkan dalam novel tersebut. Meskipun ini adalah novel horor..."
"Hmm." Dia hanya mengangguk sedikit, lalu melanjutkan: "Jadi... terus?"
"Terasa sangat nostalgia. Dulu, bersama Mian Tian merancang konsep, berusaha menulis novel horor yang bagus. Pesan yang ingin disampaikan novel horor kepada pembaca adalah membuat mereka memahami betapa bahagianya hidup yang biasa-biasa saja. Sejak hari kami memasuki apartemen, Mian Tian dan saya sudah kehilangan kebahagiaan itu selamanya."
Saat mengatakan ini, Mizhen tak bisa menahan diri untuk tidak mengingat masa-masa itu.
Masih teringat, dulu di perpustakaan mereka sering berdiskusi hingga larut. Terkadang bahkan saat perpustakaan sudah sepi hanya berdua, mereka masih menyusun setting dan konsep alur cerita.
Bagi mereka berdua, ini adalah cara mencari kegiatan pengisi waktu di luar misi darah yang menyeramkan. Tanpa kegiatan pengisi waktu, akan sangat sulit bertahan dalam misi darah. Dibandingkan kecerdasan, kesehatan mental juga sangat penting dalam menjalankan misi darah.
Setiap kali Mian Tian menyelesaikan konsep, dia selalu mengulang-ulang dan merevisi alur cerita di komputer.
Alur cerita siklus reinkarnasi, sudah ditentukan sejak awal.
"Tapi ingatan perlu dipertahankan, kan?" Mizhen saat itu bertanya: "Mian Tian, bagaimana pendapatmu? Apakah tokoh utama perempuan yang istimewa boleh menyimpan ingatan, atau..."
"Kalau spesial juga bisa, tapi alur seperti itu kurang meyakinkan. Hmm, ubah saja menjadi: Siapa pun yang melihat bulan merah, akan mempertahankan ingatannya. Ini lebih baik." Setelah memastikan hal tersebut, Mian Tian melanjutkan: "Selain itu, perlu dibuat karakter yang bisa menjelaskan kutukan siklus reinkarnasi kepada tokoh utama Lan Dongmei. Wanita gila itu kurang cocok, lebih baik rancang seorang kakek yang memberitahukan kebenaran padanya."
"Bisa juga. Tapi menurutmu, jika semua penduduk kota sudah mengetahui hal ini sejak awal, mengapa paman tua baru memberitahu Lan Dongmei saat kejadian? Ini harus dijelaskan, bukan?"
"Hmm, poin ini memang... Mari kita buat si paman tua lupa hari itu akan tiba karena masalah ingatan. Ini lebih baik, lalu melalui mulutnya diungkapkan kebenaran tentang kutukan siklus reinkarnasi."
"Begitu... Sepertinya bisa diterima, meski menurutku pengaturan alurnya masih terasa dipaksakan."
"Nanti kita bahas lagi, untuk detail sementara diatur seperti ini. Selanjutnya tentang denah lokasi sekitar Kota Bulan Merah dan kontur gunung ini, kondisi geografis perlu dipastikan dulu agar tidak ada masalah dalam penulisan nanti."
"Tapi memang ada rute aman yang eksis, kan? Bagaimana rencanamu mengaturnya?"
"Ya, sebenarnya ada, tapi pasti tidak banyak. Waktu dan lokasi tertentu dimana hantu tidak muncul, bisa digunakan untuk pergi. Mengenai apa itu rute aman... Nanti kita bahas lagi, sekarang lebih baik fokus pada pengaturan alur cerita spesifik dulu."
“Kalau begitu... kamu sendiri juga tidak tahu, rute mana yang aman?”
Saat itu, langit sudah gelap. Langit yang dipenuhi awan kelabu tiba-tiba terasa sangat menekan.
“Pokoknya... untuk saat ini kita putuskan seperti ini dulu. Besok kita mulai diskusi detail plot.”
Selanjutnya, setiap malam, kakak-beradik ini mulai berdiskusi tentang detail plot. Sebagian besar plot dirancang oleh Mian Tian sendiri, sementara Mizhen membantu. Hari demi hari, meskipun merancang novel horor, namun untuk pertama kalinya mereka merasakan kelegaan. Sebuah pelepasan rasa takut yang tercurah seluruhnya ke layar komputer di depan mata, mengalir deras ke dalam dokumen-dokumen Word, seolah kengerian yang dialami di apartemen selama ini hanyalah rangkaian karakter yang diketik di keyboard komputer.
Pemikiran seperti ini sangat mendalam.
“Untuk denah lokasi. Begini!” Mizhen membuka buku catatan, menunjuk gambar di halaman: “Gunung ini... hm, jangan diberi nama gunung saja. Kota Bulan Merah, terletak di area barat, dibangun di kaki gunung. Tapi karena bangunannya cukup jarang, meski rumah dan penduduknya tidak banyak, luas areanya mencapai sekitar 30 kilometer persegi. Sebagian besar rumah di Kota Bulan Merah memiliki ciri kuno, kebanyakan rumah bata dengan atap genteng, rasio penuaan penduduk tinggi, dan banyak rumah kosong. Total populasinya... lima puluh orang? Sebenarnya menurutku agak dipaksakan ada yang masih tinggal di kota kecil begini, ya Mian Tian?”
“Nanti kita bahas lagi itu. Sekarang lanjutkan diskusi tentang denah lokasi.”
“Hmm, baik. Denah utamanya... seperti ini.”
"Setelah melihat denah, Mian Tian mengangguk dan berkata: 'Sepertinya bagus, terutama ngarai besar di arah timur... Di bawahnya adalah daerah dataran. Lalu ada jurang retakan tanah ini... Oke, sudah diputuskan. Arah Kota Bulan Merah agak condong ke barat daya, berdekatan dengan zona dataran, yaitu lokasi dimana wanita gila itu 'dibunuh'. Pondok kayu kecil yang pertama kali diliat Xinghui, berada di hutan sisi selatan.'"
"'Lalu, kita tentukan area mana yang ada 'hantu' dan tidak dalam 24 jam?'"
"'Tidak, itu terserah saja. Tentukan tempat-tempat yang akan dikunjungi tokoh utama baru kita atur. Gunung ini cukup besar, dengan kondisi Lan Dongmei yang harus berjalan kaki sambil membawa Xinghui, tidak mungkin menjelajahi banyak tempat. Jadi tidak perlu mengatur setiap lokasi.'"
Tiba-tiba Mian Tian berkata: "Kak, aku punya ide. Menurutmu, jika novel ini adalah 'instruksi tulisan darah' yang nyata, bisakah kita bertahan hidup?"
Saat itu Mizhen sedang memeriksa naskah dengan cermat. Mendengar perkataan adiknya, ia buru-buru menegur: "Hei! Jangan 'mulut burung gagak' begitu! Jika benar-benar menghadapi 'misi darah' seperti itu, pasti akan jadi hal yang sangat mengerikan!"
Mian Tian tidak tahu bahwa perkataan yang tak sengaja diucapkannya ini mengandung makna apa.
Karena pengaturan Mian Tian tidak lengkap, meski memahami denah seluruh gunung, sebagian besar area Gunung Puxia justru belum diatur olehnya sendiri. Artinya, kejadian yang terjadi di sana tidak bisa ditemukan jawabannya dalam novel. Beberapa pengaturan topografi yang pernah dipertimbangkan sebelumnya pun akhirnya tidak benar-benar ditulis ke dalam buku.
"Bian Xingchen dan lima orang lainnya, untuk pertama kalinya semuanya mati. Waktu telah dimulai ulang."
"Ketika keenam orang ini kembali memiliki kesadaran, mereka sudah berada di kaki gunung selatan, tempat yang dekat dengan pondok kayu!"
"Aah!"
"Setiap orang seolah-olah baru mengalami mimpi buruk, saat kematian mereka tiba-tiba muncul di sini. Jam tangan menunjukkan tengah malam pukul 00:00."
"Aku... aku baru saja mati..." Xingchen menatap kedua tangannya, lalu melihat orang-orang di sekitarnya, "Benar, ini nyata! Waktu benar-benar diulang, hari ini adalah Hari Kedua siklus reinkarnasi!"
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Ketiga Belas Hari Kedua Dimulai
"Bukankah aku baru saja mati?"
"Ini... aku hidup kembali?"
"Benar, ternyata memang benar!"
"Awalnya keenam orang ini terlihat panik, tetapi segera menyadari bahwa sekarang waktu telah diulang, memasuki Hari Kedua siklus reinkarnasi!"
"Hanya saja, di Hari Pertama kami bahkan tidak bertahan satu jam sebelum mati, ini sangat tidak sesuai dengan tingkat kesulitan biasa misi darah. Atau mungkin karena ada siklus tujuh hari, membuat interval waktu kematian penghuni asli menjadi tidak ada?"
"Tunggu!" Lang Zhishan tiba-tiba menunjukkan kewaspadaan, "Mari kita periksa dulu!"
"Dia membuka tas ranselnya, mengobrak-abrik isinya, dan mengeluarkan burger sapi yang masih terbungkus rapi."
"Benar-benar diulang!" Dia mengembalikan burger ke tas, "Burger ini awalnya kubawa untuk persediaan selama 24 jam, sebagai persiapan makanan."
“Oh ya!” Lin Xueqian menepuk tangan, berkata: “Aku ingat sebelumnya, kamu pernah mengeluarkan burger dan memakannya. Saat itu aku heran kenapa kamu masih sempat makan santai. Kalau begitu...”
“Benar. Burger ini sudah kumakan, tapi sekarang muncul lagi di sini. Tidak hanya itu, daging burger ini sangat tebal dan membuat kenyang setelah dimakan. Tapi sekarang aku sama sekali tidak merasa kenyang. Dari sini bisa disimpulkan, waktu memang telah diulang.”
“Tidak perlu serumit itu kan?” Qiu Xifan mendekat dan berkata: “Cukup lihat jam tangan bukan?”
“Jam tangan?” Lang Zhishan berkata dingin: “Jam tangan tidak bisa dipercaya, terlalu mudah memutar waktunya. Aku harus memastikan waktu benar-benar diulang dulu baru bisa merencanakan langkah selanjutnya. Untuk saat ini pengulangan waktu cukup kredibel, dan aku juga bisa memastikan kita memang masih manusia hidup. Kalau tidak, mungkin saja kita sebenarnya sudah jadi hantu yang terbunuh.”
“Kamu memang hebat,” Weisheng Liang yang juga bangkit dari kematian mendekat, berkata: “Bisa memikirkan sampai sedetail itu.”
“Tentu.” Lang Zhishan mengembalikan burger ke tas ransel, berkata: “Dengan kemampuan apartemen, bahkan ingatan bisa dimanipulasi. Tapi jika sampai memalsukan ingatan untuk menipu kita, maka keseimbangan kesulitan misi darah akan rusak. Ini tidak sesuai dengan aturan tetap misi darah. Jadi sekarang bisa dipastikan waktu memang telah diulang.”
Mereka menengadah memandang bulan merah itu lagi, memastikan ingatan ini akan bertahan sampai besok.
“Benar-benar, ini sungguh menakutkan…” Lin Xueqian merangkul bahunya dengan kedua tangan, berkata: “Aku, tadi kepalaku benar-benar terputus dan jatuh ke tanah, aku melihat sendiri jenazahku tanpa kepala, terlalu mengerikan, aku hampir breakdown!”
“Aku yang pertama mati, kan?” Weisheng Liang menggaruk-garuk rambutnya, berkata: “Sudah, jangan bahas ini lagi. Selanjutnya harus bagaimana? Posisi Kota Hongyue kurang lebih sudah kita tentukan, jadi hindari saja.”
“Sebenarnya…” Xingchen menatap Weisheng Liang, menjelaskan: “Weisheng karena kamu mati pertama kali jadi tidak tahu, setelah itu kami pernah masuk ke Kota Hongyue, lalu, aku dan Feng Yuxian sama-sama mati di dalam Kota Hongyue.”
“Hei hei hei hei!” Lin Xueqian menggelengkan kepala dengan panik sambil menunjuk Xingchen: “Bian Xingchen jangan bicara begitu menakutkan dong, maksudmu kalian semua mati di sana, terdengar seperti kalian sudah jadi hantu! Kumohon, ganti istilahnya boleh tidak? Begini, mulai sekarang pakai ‘keluar’ untuk mengganti ‘mati’!”
“Baiklah, terserah kamu…”
“Kalian mati di Kota Hongyue?” Weisheng Liang juga terlihat menakutkan, meski hasil ini tidak terlalu mengejutkan, tapi juga membuktikan Kota Hongyue memang sangat berbahaya.
Namun tiba-tiba, Xingchen seperti teringat sesuatu, menghentakkan kaki keras-keras, wajahnya langsung dipenuhi ketakutan!
“Sial! Aku lupa! Tempat ini seharusnya sangat dekat dengan pondok kecil itu!”
Setiap orang pernah membaca 《Siklus Reinkarnasi》, saat ini, tentu semua tahu apa arti pondok kecil! Perkataan ini membuat wajah semua orang langsung berubah pucat!
"Bulan memerah tepat pada tengah malam pukul 00:00. Saat itu mereka belum berjalan jauh ketika melihat pondok kayu kecil! Pintu pondok itu terbuka lebar-lebar!"
"Apa artinya ini sudah jelas tanpa perlu diucapkan!"
"Lari... cepat lari!"
Saat ini, semua orang tidak ragu lagi dan bersiap untuk melarikan diri. Lan Dongmei yang tahu pondok ini berbahaya selalu menjauhinya, jadi tidak ada yang tahu apa yang terjadi jika berlama-lama di sekitar pondok!
"Tunggu! Pastikan arah dulu!" Lang Zhishan berjongkok, membuka tas ranselnya dan mengeluarkan kompas. Namun saat mengeluarkan kompas, tiba-tiba sebuah tangan muncul dari dalam tas dan mencengkeram lengannya! Seluruh tubuhnya terseret masuk ke dalam tas ransel itu. Kemudian terdengar suara benturan dari dalam tas yang perlahan menghilang.
Suhu sekitar tiba-tiba terasa seperti titik beku! Tanpa komando, semua orang berlari secepat mungkin!
Seharusnya pada waktu dan tempat ini tidak mungkin ada hantu. Tapi kalau dipikir-pikir, percakapan tadi menyita waktu, padahal sebelumnya kami berjalan lurus ke depan. Muncul dugaan berani: jangan-jangan saat Lang Zhishan pertama kali membuka tas untuk mengambil hamburger, hantu itu sudah menyusup masuk?
Tapi sekarang tidak ada waktu untuk berpikir. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah LARI, LARI, LARI!
Tidak tahu sudah berapa lama melarikan diri, saat energi hampir habis, lima orang baru berhenti. Orang yang paling lambat larinya adalah Weisheng Liang, terpaut hampir sepuluh meter dari empat orang di depannya, hampir saja kehilangan semua orang.
"Aku... aku..." Xingchen bersandar pada pohon, berkata: "Terlalu, terlalu menyeramkan? Aku, kita, istirahat sebentar? Tidak, tidak bisa istirahat. Sekarang kita harus bagaimana? Ke mana harus pergi?"
Tiba-tiba, Feng Yuxian yang terengah-engah berlari berkata: "Cari, cari wanita gila itu!"
Seketika, mata semua orang berbinar!
Benar, wanita gila itu!
Hampir semua orang lupa soal ini! Saat itu dia berada di dataran sebelah rumpun alang-alang, tertabrak mobil hingga mati dan menjadi hantu, tapi sekarang dia seharusnya masih hidup!
"Masa iya, kan dia gila!" Weisheng Liang menggeleng: "Orang gila, perkataannya mungkin ada yang ngawur?"
"Lalu kita harus bagaimana?" Feng Yuxian menegangkan lehernya: "Masak mau ke Kota Bulan Merah lagi? Aku tidak mau! Sejujurnya, tempat aman yang bisa ditemukan Lan Dongmei di novel ini sangat sedikit, bahkan jalan yang ditemukan di Hari Ketujuh pun belum tentu benar-benar aman! Sekarang kita harus mencoba semua cara! Pertama, kita harus pahami denah lokasi. Tanpa tahu denah, meski mengikuti rute novel, tetap tidak bisa melakukan apa-apa!"
Perkataan Feng Yuxian memang masuk akal.
Pada tahap ini, memang tidak ada cara lain.
"Dalam novel, pernah muncul tiga area yang relatif aman. Tentu saja keamanan ini relatif. Tempat aman tidak mungkin selamanya aman, tempat berbahaya juga tidak akan selamanya berbahaya."
"Dilihat dari waktu, pembunuhan wanita gila itu terjadi sekitar setengah jam kemudian. Jika kita menyelamatkannya sebelum itu, mungkin bisa mendapatkan informasi darinya. Dan yang paling penting..."
"Apakah wanita itu benar-benar gila? Semua yang dia katakan adalah fakta. Paling-paling penampilannya saja yang berantakan..." Tiba-tiba Lin Xueqian mengajukan keberatan.
"Tidak, dia pasti gila!" Xingchen langsung membantah: "Orang waras mana yang masih mau tinggal di Kota Bulan Merah? Sejujurnya aku tidak mengerti, dalam novel dikatakan para lansia tidak mau meninggalkan kampung halaman, memilih menunggu kematian di Kota Bulan Merah. Tetap saja ini terlalu aneh."
Feng Yuxian mengangkat alisnya: "Mungkinkah ini benar-benar hanya sebuah novel? Jika itu novel, ketidaklogisan bisa dimaklumi karena pengarang membuat plot yang kurang sempurna. Tapi kutukan misi darah telah membuat novel 'Siklus Reinkarnasi' ini menjadi nyata... Bagaimana mungkin sesuatu yang fiksi menjadi nyata? Apakah pernah ada kasus seperti ini sebelumnya dalam tabel analisis misi darah?"
"Berlawanan dengan logika bukankah ciri khas utama misi darah? Aku sudah terbiasa." Xingchen tetap tenang: "Jika tidak seperti itu, kakakku juga tidak akan..."
"Feng Yuxian terlihat agak terkejut, berkata: 'Berbicara tentang ini, aku memperhatikan satu hal. Xingchen, kamu ingat? Saat itu, ketika kakakmu akhirnya tewas dalam misi darah, beberapa hari setelah misi darah itu berakhir, gudang tiba-tiba ditutup tanpa alasan. Jika alat-alat itu masih bisa digunakan sekarang, kita tidak akan sepasif ini.'"
"Ini selalu menjadi teka-teki di hati para penghuni. Mengapa gudang yang baru dibuka sebentar tiba-tiba ditutup tanpa peringatan, membuat banyak penghuni bingung."
"'Jangan bahas ini lagi,' Weisheng Liang memotong pembicaraan mereka: 'Sekarang, mari kita diskusikan dulu tentang mencari wanita gila itu! Yang lain bisa dibicarakan nanti!'"
"Akhirnya, kelima orang memutuskan untuk segera mencari wanita gila. Karena masih tahu arah kasar, seharusnya tidak sulit menemukan tempat itu."
"Saat berjalan mengikuti arah kompas, hati semua orang berdebar-debar. Di dalam hutan, mereka masih bisa mengandalkan bayang-bayang untuk menghalangi cahaya bulan merah darah. Tapi berapa lama ini bisa bertahan?"
"'Dengarkan baik-baik.' Xingchen membersihkan tenggorokannya: 'Kita sudah tahu bahwa nyawa kita bisa diulang seperti membaca arsip, hanya ingatan yang terus tersimpan. Jadi yang harus kita lakukan adalah menemukan rute aman untuk keluar dari Gunung Puxia dan zona aman yang bisa membuat kita bertahan 24 jam dalam beberapa hari ini! Ingat, kita berbeda dengan Lan Dongmei, dia bisa pergi kapan saja setelah punya rute aman, tapi kita tidak boleh pergi sebelum waktu misi darah tiba!'"
"Semua orang mengerti, hanya ini satu-satunya cara."
“Karena hidup kita bisa dimulai ulang, maka jangan takut! Selama bernilai, bahkan sekalipun harus mati untuk mendapatkan informasi! Bagaimana meninggalkan Gunung Puxia, bagaimana menyelesaikan misi darah ini dengan selamat, itu tergantung kita!”
Meski bicara begitu, semua tetap merasa enggan. Namun dalam situasi saat ini, tidak ada cara lain yang lebih baik. Bagaimanapun, pada tahap ini yang penting adalah menyelamatkan perempuan gila itu dulu.
Namun setelah berjalan lama, area alang-alang dan dataran rendah itu tetap tak terlihat.
"Arahnya benar, kan?" Feng Yuxian berhenti, melihat jam tangannya: "Sudah pukul 00:20! Jika tidak cepat, perempuan gila itu bisa mati! Lalu harus bagaimana?"
Wajah semua orang mulai menunjukkan kecemasan. Tadi berlari terlalu jauh tanpa memperhatikan kompas, mungkin arahnya sudah melenceng. Meski berjalan ke arah semula, lokasi kematian perempuan gila itu tetap sulit ditemukan.
Saat semangat mulai pudar, Xingchen tetap memberi motivasi: "Tenang! Ingat, kita punya enam kali kesempatan mencari jalan keluar. Kondisi ini sudah lebih baik dari misi darah biasa. Jangan menyerah! Mari lanjutkan! Bagaimanapun harus menemukan perempuan gila itu!"
Perempuan gila dalam novel tidak disebutkan namanya, jadi semua memanggilnya demikian. Patut dicatat bahwa ibunya, si janda, juga tampak tidak waras. Jika tidak, seharusnya dia sudah membawa putrinya pergi dari Kota Bulan Merah.
“Meskipun Xingchen berulang kali menyemangati semua orang, setiap orang tetap kekurangan kepercayaan diri.”
“Namun, mungkin langit masih memiliki belas kasih...”
“Akhirnya, di ujung hamparan rumput yang membentang, muncul sekumpulan besar alang-alang! Di luar alang-alang itu terlihat dataran rendah.”
“Dataran rendah itu kini sepi tanpa seorang pun.”
“Semua orang menjadi bersemangat, bagaimanapun juga, akhirnya kita menemukannya!”
“Tapi...” Feng Yuxian mengerutkan kening, “Kalian masih ingat lokasi tempat wanita gila itu mati? Aku tidak ingat. Semua tempat di sini terlihat mirip bukan?”
“Jangan pusingkan itu,” kata Xingchen, “Cari secepatnya. Wanita gila itu pasti di sekitar sini.”
“Benar, ayo segera mencari!”
“Tunggu!” Xingchen mengajukan saran. Dia berjalan ke suatu area, mencabut segenggam rumput dengan kasar, lalu menginjak-injak tanah di pusat area tersebut beberapa kali hingga rumput sekitarnya roboh.
“Ini akan jadi penanda yang jelas. Kita akan berpencar. Siapa pun yang menemukan wanita gila itu, segera bawa dia kemari! Kita akan berkumpul kembali di tempat ini.”
“Bercerai?”
“Ya. Tidak ada cara lain. Waktu sudah mepet, efisiensi akan lebih tinggi jika kita berpencar. Begini: Aku dan Weisheng Liang satu grup. Feng Yuxian, Qiu Xifan, dan Lin Xueqian satu grup.”
“Logika Xingchen tak terbantahkan. Maka, kelima orang itu berpencar mengikuti dua arah sepanjang alang-alang, memulai pencarian dengan cepat.”
“Seiring jarak antara dua grup yang semakin menjauh di sepanjang alang-alang, hingga saat ini belum ada yang menemukan jejak wanita gila itu.”
Tentu saja, di hati semua orang juga ada rasa jantung berdebar kencang. Bagaimana jika, setelah si perempuan gila meninggal baru menemukannya, saat itu yang menunggu mereka adalah hantu perempuan sungguhan!
## JILID XXII NOVEL HOROR BAB XIV REKA ULANG
Xingchen dan Weisheng Liang sudah berjalan sekitar lima menit di tengah rumpun alang-alang ini. Alang-alangnya sangat tinggi, sementara mereka berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik.
Karena masih ada kesempatan hidup kembali, barulah mereka punya sedikit keberatan. Lagipula, kemungkinan besar perempuan gila itu sudah tertabrak sampai mati juga tinggi. Bertahan di sini terlalu berbahaya.
Meski tahu bahaya, tetap harus bertahan. Misi darah kali ini yang terpenting adalah mendapatkan informasi, yaitu denah lokasi. Tanpa memahami denah, meski punya banyak kesempatan hidup, mustahil bisa keluar dari Gunung Puxia apalagi bertahan sampai tengah malam pukul 00:00. Jadi meski sadar bahaya, hanya bisa mengambil jalan berisiko ini!
Lagi pula, tidak ada cara lain.
"Bian, Bian Xingchen..." Weisheng Liang menggenggam erat baju Xingchen sambil membuka jalan di alang-alang, kedua tangannya gemetar tak terkendali, "Apakah kita... bisa selamat menjalankan misi darah ini? Ya? Bisakah?"
Setiap penghuni, setelah memasuki apartemen, sebagian besar tidak mau percaya akan sepuluh misi darah yang bagaikan perjalanan ke neraka ini. Banyak orang tidak bisa mengatasi ketakutan dengan kemauan sendiri. Faktanya, lebih dari 80% penghuni tidak mempercayai kengerian apartemen, bersikeras pergi, dan akhirnya mati ketika 48 jam tiba. Namun, tak sedikit yang beranggapan mereka yang tetap tidak percaya sampai detik terakhir justru lebih berbahagia.
Dengan kata lain, 20% sisanya mungkin memiliki kesehatan mental yang sangat baik atau bersikap menunggu dan melihat. Tapi banyak yang enggan benar-benar mempercayai kekejaman misi darah. Mereka malah sibuk meneliti mekanisme terbentuknya apartemen, teknik sulap pengambilan bayangan, apakah hantu muncul karena fenomena khusus...
Sungguh ironis.
Weisheng Liang sebelumnya selalu merasa kehidupan nyata sangat hampa, menganggap hidup yang biasa-biasa saja dan menganggur sebagai kehidupan yang membosankan. Ia terus mengeluh di internet bahwa hidup tak berarti dan realitas terlalu kejam. Justru karena itu ia suka mencari hal seru, sehingga lama sekali ia terobsesi dengan cerita misteri perkotaan dan legenda gaib, terbuai dalam fenomena tak dikenal sambil terus membicarakannya dengan penuh semangat.
Saat dia benar-benar memasuki apartemen, barulah dia menyadari betapa berbahagianya kehidupan yang dulu dianggap membosankan dibandingkan dengan sepuluh misi darah. Bahkan rasa nyata untuk bertahan hidup pun tidak ada, jelas-jelas masih hidup tapi tak berbeda dengan masuk neraka. Ketika hari itu tiba, dia malah merindukan masa lalu, berharap bisa kembali, bahkan sepenuhnya menolak fenomena seperti apartemen ini.
Ini benar-benar tragis seperti peribahasa Tionghoa "Ye Gong yang mengaku suka naga tapi ketakutan saat melihat naga asli".
Awalnya Weisheng Liang tidak percaya. Setelah mengetahui aturan sepuluh misi darah, dia semakin tidak percaya. Saat itulah dia sadar, sebenarnya dia bukan orang yang benar-benar percaya hantu. Daripada disebut percaya hantu, lebih tepatnya dia merasa misteri fenomena supranatural memberi sensasi pada kehidupan monotonnya. Hanya itu saja. Seperti orang yang terbiasa makan makanan tawar lalu ingin mencoba pedas, tapi jika terlalu pedas akhirnya tidak tahan.
Tapi hilangnya bayangan dan fakta bahwa apartemen tidak terlihat dari luar membuat keanehan tempat ini tak terbantahkan. Meski begitu, dia masih merasa sepuluh misi darah mungkin tipuan belaka. Apartemen ini mungkin dibuat dengan teknik sulap besar-besaran, seperti saat David Copperfield menghilangkan Patung Liberty. Dengan pemikiran ini, dia memutuskan tinggal sementara di apartemen sambil menunggu perkembangan. Bagaimanapun, sebagai anggota forum hal gaib, dia tidak bisa sepenuhnya menyangkal hal-hal seperti ini.
Selanjutnya, ketika penghuni baru yang meninggalkan apartemen satu per satu meninggal, dia terpaksa menerima kenyataan ini. Meski begitu, dia masih berpegang pada sedikit harapan bahwa apartemen mungkin terkait dengan organisasi kriminal besar, dan para penghuni baru itu dibunuh satu per satu oleh anggota organisasi tersebut. Jika dia meninggalkan apartemen, mereka juga akan mengirim orang untuk membunuhnya. Meski memiliki pemikiran seperti itu, akhirnya hari pertamanya menjalankan misi darah tiba.
Para penghuni baru yang mengambil sikap menunggu dan melihat, setiap kali berkomunikasi, selalu berharap penghuni yang pertama kali menjalankan misi darah bisa membawa kabar baik bahwa misi darah hanyalah tipuan. Namun saat Weisheng Liang akhirnya melihat wajah hantu di belakang Noujou Kae (dilihat setelah ditusuk mata oleh Lin Tianze) dalam misi darah pertama, serta penghilangan misterius penghuni lain, dia benar-benar menerima eksistensi apartemen. Dia juga menyadari harus terus melanjutkan siklus reinkarnasi misi darah.
Banyak penghuni baru yang, setelah menerima kabar putus asa ini, antara mengalami breakdown total atau memilih bunuh diri. Sebelumnya, ada contoh penghuni yang bunuh diri selama pelaksanaan misi darah. Weisheng Liang yang lolos dari maut dalam misi darah, masih berpegang pada secercah harapan dan tidak memilih bunuh diri. Tapi semakin banyak penghuni yang meninggal saat pertama kali menjalankan misi darah, terutama fakta mengerikan bahwa Huangfu He dan lainnya semua tewas dalam misi darah terakhir, membuat orang merasa gemetar ketakutan.
Banyak penghuni setelah melakukan evaluasi menemukan bahwa ada dua momen paling menakutkan di apartemen. Pertama, saat menunggu misi darah di apartemen. Kedua, tepat sebelum kembali ke apartemen menjelang penyelesaian misi darah.
Jadi meski secara permukaan jumlah penghuni apartemen banyak, namun mayoritas seperti Weisheng Liang sebenarnya hanya menunggu kematian - entah bunuh diri, masih beranggapan apartemen mungkin buatan manusia, atau berpegang pada harapan palsu. Tapi jenis terakhir ini paling sedikit.
Karena banyak penghuni menyadari, bertahan hidup di apartemen dengan harapan "bisa meninggalkan apartemen" justru lebih menakutkan daripada pasrah menunggu kematian. Makanya banyak yang mulai menyerah. Contoh tipikal adalah A Su yang dulu rakus akan wanita di apartemen, kini sudah kehilangan harapan hidup dan hanya berburu wanita di sisa hidupnya. Inilah sebabnya ketika Xu Tao mendirikan Sekte Hari Suci di apartemen, banyak yang berbondong-bondong - bukan karena percaya padanya, tapi karena hanya dengan percaya mereka bisa merasa lebih baik. Seperti orang dunia yang harus berpegang pada konsep "kebaikan dibalas baik" atau "kebenaran menang atas kejahatan" agar punya kepercayaan diri untuk bertahan hidup.
Orang seperti Li Yin, Yin Ye, Kamya Sayoko yang benar-benar punya keyakinan sampai misi darah terakhir jumlahnya sangat sedikit. Bahkan Li Yin sendiri hampir bunuh diri karena keputusasaan.
Saat itu, Weisheng Liang menarik pakaian Xingchen, tubuhnya gemetar hebat. Hampir tidak ada harapan baginya untuk bertahan hidup, namun dia juga tidak yakin bisa hidup. Sampai saat ini dia belum bergabung dengan aliansi manapun. Dia sadar sisa hidupnya mungkin tidak lama lagi, tapi tetap berusaha mencari secercah harapan. Di hadapannya, pria yang sedang menjalankan misi darah kelima ini menjadi satu-satunya tumpuan harapannya.
“Aku tidak tahu.” Xingchen hanya menggeleng dengan getir, berkata: “Maaf, aku tidak bisa memberimu jawaban.”
Weisheng Liang sebenarnya sudah tahu jawaban seperti itu akan diberikan. Dia pernah mempertimbangkan bergabung dengan Shengri Jiao, karena Xu Tao bersikukuh bahwa dengan menjadi suci seseorang bisa mencapai tepian dan lolos dari sepuluh misi darah. Melalui berbagai "mukjizat" dan "ramalan", Xu Tao berhasil dianggap banyak orang sebagai juru selamat. Luo Mizi yang pernah menjalankan misi darah bersamanya, kemudian menjalin hubungan cukup baik dengan Weisheng. Perempuan muda itu yang sempat putus asa hingga hendak bunuh diri dengan memotong pergelangan tangan di ruangannya, menemukan brosur Xu Tao yang diselipkan di celah pintu, lalu mendapatkan kembali kepercayaan diri untuk hidup. Bisa dikatakan, banyak anggota Shengri Jiao yang menemukan kehendak hidup berkat Xu Tao.
Tapi Weisheng Liang tahu semua itu hanyalah ilusi. Sekadar penipuan diri dan pengalihan perhatian belaka.
Setelah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba tangannya melepaskan genggaman. Dia terjatuh berlutut di tanah, berkata: “Aku... aku tidak mau lanjut... Xingchen, sudahlah. Aku akan tinggal di sini. Lagian meski mati hari ini juga bisa hidup kembali. Aku... aku ingin istirahat. Aku terlalu lelah...”
Weisheng Liang sendiri tidak tahu apa yang sedang dia ucapkan. Tiba-tiba dia merasa, melepaskan di sini mungkin cara yang lebih baik. Dia tidak ingin membohongi diri sendiri, juga tidak ingin bergabung dengan aliansi untuk mengejar harapan tipis yang akan membuatnya semakin menderita. Sekarang, dia hanya punya satu pendapat.
Berhentilah...
Berhentilah!
Berhentilah di sini!
Xingchen melihat sikap tidak biasa Weisheng Liang, tidak banyak berkata: "Terserah kamu." Kemudian, dia melanjutkan berjalan ke depan.
Tanpa keraguan sedikit pun, dia membiarkan Weisheng Liang tetap di tempatnya.
Weisheng Liang terbaring berbentuk seperti karakter "" di antara alang-alang, hanya memandang ponselnya. Dia sudah siap menunggu kematian.
Terus menonton "Siklus Reinkarnasi", familiar dengan alur ceritanya.
Lagipula waktunya mendesak, dia tidak punya banyak waktu untuk memahami cerita.
Semakin dia menonton, wajahnya semakin pucat! Sebelumnya menonton terlalu cepat, banyak konten yang hanya dilihat sekilas. Faktanya, Lan Dongmei juga pernah datang ke sini sebelum kematian wanita gila itu, melakukan hal yang sama dengan mereka. Tapi saat pertama kali mencoba, dia gagal. Wanita gila tetap mati, dan saat itu, pertama-tama membunuh Xinghui, lalu memburu Lan Dongmei.
Saat melihat adegan Lan Dongmei terus berlari di tengah alang-alang, dia langsung berdiri ketakutan dengan wajah pucat. Tiba-tiba dia teringat satu masalah.
Tunggu...
Lan Dongmei, seharusnya dia tidak hanya sekali mencoba mencari wanita gila itu? Lalu, setidaknya harus ada satu kali kesuksesan menyelamatkan wanita gila itu? Lalu, saat itu pasti dia membawa wanita gila ke suatu tempat? Jika ada episode seperti itu, sama sekali tidak perlu mengambil risiko nyawa di tempat ini, bisa menunggu sampai hari itu, lalu pergi...
Persis ketika pikiran ini muncul di benaknya, tiba-tiba terdengar suara mobil melintas di samping!
Weisheng Liang kaget dan segera menoleh, melihat sebuah mobil melaju kencang melewati semak alang-alang! Di kaca jendela mobil terlihat retakan besar, bahkan ada noda darah! Karena cahaya bulan merah darah sangat terang, semuanya terlihat jelas!
Weisheng Liang menyaksikan mobil itu melintas di samping alang-alang, otaknya langsung "gedeg", bukankah itu berarti wanita gila sudah tertabrak sampai mati?
Itu juga berarti...
Di lokasi Feng Yuxian dan yang lain, tiga orang termasuk Feng Yuxian terkoyak seluruh tubuhnya, organ dalam berserakan di tanah, genangan darah mengotori alang-alang sekitarnya... Di belakang mereka, jejak darah panjang tertarik di alang-alang, jelas mengarah ke... arah Xingchen dan Weisheng Liang!
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Kelima Belas Terowongan
Sebenarnya Xingchen tidak berjalan terlalu jauh. Jadi, tidak lama kemudian Weisheng Liang pun berhasil menyusul Xingchen!
Saat Weisheng Liang membuka rerumpunan alang-alang satu per satu dan akhirnya tiba di depan Xingchen, dia segera menyadari bahwa Xingchen juga sedang berlari sekuat tenaga ke depan dengan wajah pucat!
Ketika dia menoleh ke belakang dan melihat bahwa orang yang datang dari belakang adalah Weisheng Liang, barulah dia menghela napas lega, menghilangkan ekspresi tegang di wajahnya. Saat Weisheng Liang mendekatinya dan bertanya, "Kamu... kamu juga melihatnya, kan?"
Begitu kalimat ini terucap, ekspresi Xingchen jelas-jelas berkedut. Dia tidak menjawab, tetapi kecepatan yang terus meningkatnya telah menjadi jawaban terbaik pengganti kata-kata.
Keduanya terus meningkatkan kecepatan, terus membuka jalan melalui rerumpunan alang-alang sambil berlari ke depan. Saat ini, mereka sama sekali tidak memiliki sedikit pun rasa beruntung. Meski tahu hantu belum tentu datang, tetapi di gunung yang dipenuhi hantu ini, sama sekali tidak ada celah kesempatan!
Dalam novel, Lan Dongmei lolos hanya dengan mengandalkan dua kakinya. Namun itu harus dianggap sebagai efek "aura tokoh utama" - dalam novel tidak perlu ada logika. Selama menjadi tokoh utama, bahkan di hadapan hantu pun mungkin bisa tidak mati. Karena itu, hampir tidak ada yang berani memposisikan diri sebagai karakter Lan Dongmei. Meskipun novel "Siklus Reinkarnasi" membangun atmosfer kengerian yang sangat intens dan misterius, kelogisan alur ceritanya tidak bisa dibilang sempurna.
Memikirkan ini, langkah mereka semakin dipercepat. Akhirnya, rerumpunan alang-alang sampai di ujung, dan di depan dataran terlihat sebuah lereng turun. Di bawah lereng itu, keduanya tiba-tiba melihat kemunculan terowongan kereta api!
Metro yang panjang membentang menuju terowongan melengkung. Saat melihat terowongan ini, tubuh keduanya langsung gemetar! Mereka segera menunjukkan ekspresi gembira!
Xingchen mengangkat pergelangan tangannya dan berkata: "Tepat pukul 00:30! Mari kita segera melewati terowongan itu! Lan Dongmei pada hari ketiga pernah memasuki terowongan di jam ini!"
Dalam alur cerita, memasuki terowongan pada periode waktu ini membuat Lan Dongmei dan Xinghui tetap selamat. Dengan demikian, terowongan saat ini aman. Karena itu, mereka tidak peduli banyak hal dan langsung berlari masuk. Bagaimanapun, jika apartemen telah memberlakukan pembatasan pada hantu, maka hantu yang tidak bisa merasakan lokasi mereka akan kehilangan jejak saat mereka masuk terowongan. Ditambah kondisi terowongan yang gelap, sangat cocok untuk melarikan diri!
"Cepat!"
Keduanya segera menuruni lereng, berlari kencang menuju rel kereta. Saat ini benar-benar tidak ada pilihan lain. Semua arah lain penuh ketidakpastian, hanya terowongan kereta di depan yang keamanannya bisa dipastikan melalui Lan Dongmei. Sejujurnya, karena Lan Dongmei tidak membawa kompas, saat menemukan terowongan itu pun dia sendiri tidak tahu arah terowongan tersebut. Terkadang penulis menambahkan narasi, namun seringkali hanya menggambarkan kondisi psikologis Lan Dongmei, membuat penilaian menjadi sangat sulit.
Kedua orang itu tiba dengan cepat di terowongan itu. Jika dihitung, waktu Lan Dongmei memasuki terowongan itu juga sekitar saat ini, sehingga keamanan terowongan ini hampir tak perlu diragukan. Bagaimanapun, sekarang terlihat jelas bahwa semua kejadian di Gunung Piaxia sepenuhnya sesuai dan membenarkan prediksi dalam "Siklus Reinkarnasi"!
Mengikuti rel kereta, kedua orang itu berlari cepat memasuki pintu masuk terowongan melengkung!
Terowongan ini jelas sudah terbengkalai. Meski rel masih ada, dinding-dinding di dalam terowongan sudah penuh retakan. Bagian dalam terowongan sendiri cukup luas. Mereka terus masuk lebih dalam sambil sesekali menoleh ke belakang melihat pintu masuk terowongan.
Setelah berlari cukup lama di atas rel hingga pintu masuk terowongan di belakang mulai samar, akhirnya mereka berhenti untuk beristirahat. Mengingat panjang terowongan itu sendiri lebih dari satu kilometer, dengan posisi saling membelakangi sekarang, hantu dari arah manapun bisa segera terdeteksi. Apalagi alur cerita sendiri menunjukkan terowongan ini bebas hantu, kalau tidak mereka tak akan berani masuk.
"Perhatikan waktu!" Xingchen mengangkat pergelangan tangannya melihat jam fluoresen, berkata: "Istirahat memang perlu, tapi waktu lebih penting. Begitu energi sedikit pulih, kita harus segera lanjutkan perjalanan!"
“Hm, aku tahu.” Weisheng Liang tentu menyadari hal itu. Narasi novel menyebutkan Lan Dongmei berjalan selama 20 menit di terowongan sebelum keluar, ini karena energinya terkuras habis ditambah harus membawa Xinghui. Kecepatan langkah Lan Dongmei pasti lebih lambat dibanding penghuni yang terlatih, dan teks asli novel menyebut saat itu baik dirinya maupun Xinghui sama-sama kelelahan sehingga sering berhenti-henti. Selama itu dia selalu membawa senter, jika ada hantu pasti akan terlihat. Jadi 20 menit ini, yaitu sebelum sekitar pukul 00:50, memastikan keamanan di dalam terowongan.
“Berbicara tentang istirahat...” Weisheng Liang teringat sesuatu, segera menoleh ke Bian Xingchen: “Aku punya pertanyaan!”
“Menoleh ke belakang!” Bian Xingchen langsung berseru: “Cepat!”
Weisheng Liang segera memutar tubuhnya, memandang ke sisi lain terowongan. Gelap gulita di sana, meski bisa menyalakan senter, tapi khawatir jika hantu wanita gila itu masuk terowongan akan menemukan mereka melalui cahaya. Saat ini, kedua orang ini sepenuhnya tersembunyi dalam kegelapan. Selama apartemen memberlakukan pembatasan pada hantu, pasti bisa lolos dari bahaya! Sedangkan nasib Feng Yuxian dan yang lain tidak diketahui.
“Tadi kamu bilang punya pemikiran?” Xingchen baru melanjutkan pertanyaan: “Kamu bilang tentang istirahat!”
Weisheng Liang mengangguk berat: “Bian Xingchen, pikirkan. Kita harus bertahan 24 jam. Lalu... masalah tidur bagaimana? Ngomong-ngomong bagaimana cara Lan Dongmei mengatasi masalah tidur?”
“Kamu bicara soal ini? Kamu tidak membacanya dengan teliti? Di bagian ini disebutkan bahwa setelah melihat bulan merah, meski energi fisik tetap terkuras, namun keinginan tidur akan sepenuhnya hilang. Artinya, selama siklus reinkarnasi berulang, rasa kantuk tidak akan mempengaruhi misi darah.”
“Ada bagian itu?”
“Aku ingat disebutkan di Bab 2 atau mungkin Bab 3, intinya masalah tidur tidak perlu dipikirkan. Dulu, untuk misi darah yang memakan waktu lebih dari satu hari, apartemen biasanya memberi fasilitas seperti tempat menginap atau membatasi gerakan hantu dalam waktu lama.”
Perkataan Xingchen membuat Weisheng Liang lega. Namun dia tahu saat ini dia hanya bisa bergantung pada Bian Xingchen. Meski mayoritas penghuni menganggapnya hanya bertahan sampai sekarang karena keberuntungan, hampir tak ada yang berharap padanya. Apalagi perbuatannya di masa lalu yang pernah membunuh penghuni, membuat banyak orang menjauhi dan membencinya. Belum lagi hubungannya dengan Pu Shenyu yang dulu mempermainkan hidup-matinya penghuni.
Tapi harus diakui, kesehatan mental Bian Xingchen termasuk 10 besar di apartemen! Kesehatan mental adalah salah satu faktor terpenting dalam menjalankan misi darah, tidak kalah dari kecerdasan. Awalnya dia hanya penghuni biasa, namun sejak bersama Shenyu, matanya selalu memancarkan tekad baja yang terasa menyengat saat memandang siapapun!
Di apartemen, sangat jarang ada orang yang memiliki sorot mata seperti itu, hanya orang-orang bijak sejati seperti Li Yin, Ying Ziye dan lainnya yang bisa demikian. Oleh karena itu, Weisheng Liang dalam hatinya sangat mengagumi hal ini. Ia mengaku tidak mampu melakukannya, apalagi seluruh keluarga Xingchen bisa dikatakan tewas di tangan apartemen, sementara dirinya sendiri juga beberapa kali nyaris mati.
Sekitar dua menit kemudian, energi mereka mulai pulih sedikit meskipun tidak sebanding dengan yang terkuras. Namun tak ada yang berani berlama-lama tinggal di tempat ini. Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan masuk ke dalam terowongan. Selama mereka keluar dari terowongan sebelum 50 menit, maka hantu tidak akan muncul.
Lan Dongmei harus membawa Xinghui yang energinya terbatas karena masih anak-anak, jadi wajar jika kecepatannya lambat. Mereka harus berusaha keluar dari terowongan dalam 20 menit! Tentu saja sambil mempercepat langkah, mereka tidak lupa terus menoleh ke belakang untuk memeriksa pintu masuk terowongan. Semakin dalam mereka masuk, pintu masuk terowongan semakin jauh dan hampir tak terlihat.
Meski gelap di dalam terowongan, jam fluoresen Xingchen masih memberikan penerangan. Karena jalurnya lurus, tidak ada hambatan saat berjalan. Jam tangan Weisheng Liang bukan jenis fluoresen, jadi dalam kondisi tidak bisa menyalakan senter, ia harus mengandalkan jam fluoresen Bian Xingchen di sebelahnya.
Lima menit telah berlalu, terowongan masih belum terlihat pintu keluarnya. Semakin dalam masuk, semakin gelap. Weisheng Liang sudah mulai mempertimbangkan untuk menyalakan senter, namun Xingchen tetap menggelengkan kepala.
"Saat ini, kita tidak boleh…"
Tiba-tiba, Xingchen berteriak "Aaa!", tubuhnya terjatuh ke tanah.
"Ada apa? Bian Xingchen?"
"Tidak tahu, sepertiku tersandung sesuatu…"
"Tidak, masa sih?"
"Tidak apa, lanjutkan saja! Sekarang tidak boleh membuang waktu sedetik pun! Harus segera pergi!"
Keduanya mempercepat langkah. Bagaimanapun juga, mereka harus segera keluar. Namun stamina mereka sudah terkuras parah, bagaimanapun berusaha, sulit untuk menambah kecepatan. Langkah mereka sepelahan kura-kura. Jika sedikit saja berlari, energi yang tersimpan langsung habis.
Energi adalah salah satu modal terbesar dalam berurusan dengan misi darah. Menguras tenaga sebelum bertemu hantu adalah tindakan bodoh. Jalan yang harus ditempuh masih panjang. Tidak ada orang waras yang akan menghabiskan energi di area yang relatif aman ini. Apalagi, tidak ada tanda-tanda hantu mengejar.
Akhirnya, mereka hanya bisa memperlambat langkah sebisa mungkin untuk menyimpan tenaga.
"Istirahat… istirahat sebentar…" Weisheng Liang terengah-engah, "Bian Xingchen, kau… kau juga berhenti sebentar. Aku tidak kuat lagi. Jantungku seperti mau copot. Tenaga sudah habis!"
Xingchen mana tidak tahu? Tapi waktu sangat berharga!
Dia mengangkat pergelangan tangannya lagi dan melihat jam. Sekarang pukul 00.40, masih ada sepuluh menit. Kalau begitu, beristirahat sebentar juga tidak apa-apa.
Dalam kegelapan terowongan, kedua orang itu duduk di rel. Xingchen menyinari tas ransel dengan jam fluoresens, mengeluarkan dua botol minuman olahraga, lalu menyerahkan satu botol ke Weisheng Liang yang duduk dihadapannya.
"Terima kasih." Weisheng Liang menerima minuman itu, membuka tutup botol, lalu langsung menuangkannya ke tenggorokan. Xingchen harus menasihati, "Hei, hati-hati. Minum seperti itu mudah tersedak."
"Ah, benar-benar menghilangkan dahaga!" Weisheng Liang mengusap mulutnya, "Katakan, setelah membaca seluruh buku ini, apakah ada detail yang kamu lewatkan saat mengingat-ingat?"
"Detail?" Xingchen menggaruk kepalanya, berpikir keras, tapi akhirnya menggeleng, "Tidak, semua alur cerita sudah kusampaikan ke kalian, tidak ada yang terlewat."
"Kalau... begitu?"
Mereka duduk diam beberapa saat. Tiba-tiba Xingchen melompat berdiri, "Sudah, istirahat sebentar saja cukup. Segera berangkat!"
"Lalu... setelah keluar terowongan kita ke mana? Lan Dongmei waktu itu langsung pergi ke area ngarai setelah keluar terowongan, tapi di sana dia hampir terbunuh..."
Keduanya bersiap-siap dan mulai bergerak lagi. Namun, saat itu juga, di bawah cahaya lemah jam fluoresens Xingchen, di samping rel ternyata ada seorang wanita berbaju putih yang sedang berjongkok membelakangi mereka!
Saat itu, Xingchen hanya menyorotkan jam fluoresens-nya sekilas. Ketika ia kembali menyinari arah itu dengan jam fluoresens, wanita berbaju putih itu telah menghilang tanpa jejak!
Keduanya langsung mundur beberapa langkah, otak mereka seperti diterjang halilintar! Akhirnya, mereka hanya bisa menoleh ke belakang dan berlari secepat mungkin!
Kenapa? Kenapa ini terjadi?
Mengapa Lan Dongmei tidak mengalaminya tapi mereka yang mengalaminya?
Xingchen mengangkat pergelangan tangannya dan melihat jam tangan. Dia tiba-tiba menyadari bahwa jarum jam masih menunjukkan pukul 00:40! Setelah diperhatikan lebih seksama, jarum detik sama sekali tidak bergerak!
Tadi saat Xingchen tersandung dan jatuh ke tanah, jam ini rusak sehingga waktunya terus berhenti di 00:40. Padahal sebenarnya sekarang sudah melebihi pukul 00:50!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 16 Lapangan
Xingchen dan Weisheng Liang berlari panik di dalam terowongan kereta api, meski energi fisik mereka hampir habis, daya tahan kehendak untuk bertahan hidup masih mengendalikan mereka terus melaju ke depan!
Walau tidak terjadi apa-apa selama ini, mereka tahu persis apa yang akan menanti mereka sekalipun berhenti!
Tidak tahu sudah berlari berapa lama, akhirnya kedua orang itu merasakan tidak ada sedikit pun tenaga yang tersisa. Tubuh mereka bersandar di dinding sambil terus terengah-engah, hampir seluruh badan basah oleh keringat. Saat mengarahkan jam fluoresen ke belakang, yang terlihat hanyalah kekosongan.
"Baik, sepertinya tidak ada yang mengejar..." Weisheng Liang mengusap keringat yang menetes dari dahinya, berkata: "Aku... aku tidak bisa berlari lagi, bahkan jika hantu muncul sekarang aku tetap tidak akan lari..."
"Xingchen juga terlihat tidak dalam kondisi yang lebih baik. Ia duduk di rel kereta, terus-menerus menyeka keringat sambil matanya waspada mengamati sekeliling. Jam fluoresen-nya menyorot ke segala arah, tapi tidak ada yang aneh."
"Apakah kita... akan mati di sini, lalu berputar dalam siklus reinkarnasi besok?" Weisheng Liang menggelengkan kepala, "Aku, aku tidak mau! Lebih baik mati saja sekalian. Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi, aku tidak tahan!"
"Jangan bicara." Xingchen mendekati Weisheng Liang, mengeluarkan minuman olahraga dan memberikannya, "Cepat, isi cairan tubuh! Kita harus siap lari kapan saja!"
Kemudian ia sendiri juga membuka sebotol minuman olahraga dan meminumnya.
Weisheng Liang menerima botol itu, membuka tutupnya lalu menenggak isinya. Tapi karena terlalu tergesa-gesa, ia batuk karena tersedak. Xingchen segera menutup mulutnya, meredam suara batuk sambil berbisik, "Hey, pelan-pelan suaramu!"
Dalam terowongan yang sunyi, suasana mencekam membungkus kedua orang itu.
Setelah menghabiskan minuman, Xingchen kembali menyorotkan jam fluoresen sambil tetap menutup mulut Weisheng Liang, mencegahnya berteriak jika melihat sesuatu.
"Di sini... atau..."
Tapi semuanya normal, tidak ada yang aneh sama sekali.
Namun ketika sorotan terakhirnya mencapai suatu titik di belakang, tiba-tiba mata Xingchen membelalak tak percaya melihat ke arah sana!
Weisheng Liang tergeletak di tanah, seluruh tubuhnya berlumuran darah, kulitnya terkupas habis!
"Tangan Xingchen gemetar, mulut siapa yang sedang dia tutupi sekarang?"
Kepala berputar perlahan, lalu bayangan hitam menerjang ke depan, kemudian kegelapan menyelimuti...
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, saat Xingchen membuka mata kembali, kaki telah mendarat di hutan. Kembali ke awal hari ketika bulan merah baru muncul. Lang Zhishan, Feng Yuxian, Lin Xueqian, Qiu Xifan, Weisheng Liang masih ada semua.
"Aaa!" Lang Zhishan langsung melemparkan tasnya sejauh mungkin begitu sadar, tadi nyaris mati di dalam tas itu!
"Cepat pergi!" Teriakan Xingchen membuat semua tanpa ragu lari kencang ke hutan samping, tak ada yang berani mendekati pondok kayu depan!
Setelah hidup kembali, energi pulih sepenuhnya. Mereka bisa lari dalam kondisi fisik prima. Setelah lama berlari, semua berhenti dengan mata penuh ketakutan.
"Aku... tadi... tubuhku terkoyak..." Lin Xueqian memegang pipinya, suara gemetar: "Aku melihat organ dalamku sendiri..."
"Sudah!" Feng Yuxian menggeram: "Sadarlah situasinya!"
"Tenang semua!" Lang Zhishan memandang sekeliling: "Ada yang berhasil ambil denah lokasi? Peta topografi gunung ini?"
Saling pandang. Tak ada jawaban.
Jelas, masih nihil.
“Sudahlah.” Lang Zhishan menggelengkan kepala: “Setelah kupikir-pikir, cara terbaik adalah mencari Lan Dongmei! Hanya dengan menemukannya, mungkin kita masih punya jalan keluar!”
“Mencari Lan Dongmei?”
Ini adalah pikiran yang langsung muncul di benak semua orang. Menyelamatkan wanita gila itu sudah tidak ada yang berani lakukan, mengingat kenangan kengerian yang membekas tadi benar-benar membuat gentar. Setelah dipikir matang, sebenarnya mencari Lan Dongmei memang solusi terbaik!
“Benar,” Lang Zhishan menepuk dahinya: “Seharusnya dari awal kita lakukan ini! Lan Dongmei memiliki denah lokasi yang digambar Pak Zhuang untuknya! Lalu di hari ketiga, Lan Dongmei sedang... sedang melakukan apa?”
“Aku ingat benar, melalui terowongan menuju ngarai di tenggara.” Xingchen yang paling paham alur cerita menjawab: “Aku dan Weisheng Liang sebelumnya mati di terowongan itu.”
“Hei,” Lin Xueqian menutup telinganya histeris: “Bukannya tadi bilang 'keluar'? Kedengarannya terlalu mengerikan, istilah itu!”
Tapi tak ada yang menghiraukannya. Semua orang membuka ponsel, mencari catatan aktivitas Lan Dongmei di hari ketiga, mulai membaca detail.
Sambil berjalan, setiap orang tetap waspada sama-sama mencermati alur cerita. Karena tadi membaca sepintas 10 baris sekaligus, mudah melewatkan plot penting. Kini mereka membaca dengan teliti, mengingat setiap karakter dalam novel ini mengandung informasi krusial.
“Jangan pergi mencari Lan Dongmei di pagi hari!” Lang Zhishan berkata tegas: “Di belakang terowongan itu, setelah berjalan beberapa saat, kita akan sampai di ngarai tenggara. Tempat itu... terlalu berbahaya!”
“Ya, benar...” Xingchen menyetujui: “Dari novelnya, itu tempat dengan tingkat bahaya yang sulit dibayangkan, Lan Dongmei sendiri nyaris mati untuk melarikan diri. Tempat dimana tokoh utama hampir tewas, kalau kita pergi pasti akan mati tanpa kuburan. Kita harus menunggu sampai sore setelah dia berhasil kabur baru bisa mencarinya.”
“Lalu... apa yang harus kita lakukan pagi ini?” Feng Yuxian mengajukan pertanyaan yang harus segera dihadapi semua orang: “Kita harus bertahan hidup sampai waktu menemui Lan Dongmei, bukan?”
Piao Xiashan, tempat yang telah menjadi panggung novel Chu Mitian ini, kini bagaikan dunia mistik. Ke mana pun pergi, tidak ada tempat yang benar-benar aman.
Dalam novel, Lan Dongmei juga menghabiskan waktu di beberapa lokasi aman meski singkat. Misalnya di tepi danau pada hari keempat. Tapi selain sulit menentukan posisi pastinya, menemukannya pun hanya solusi sementara. Satu-satunya cara adalah mengkombinasikan pergerakan Lan Dongmei sendiri untuk memastikan lokasi. Semua juga sadar, kecuali hantu tidak muncul, kita tak bisa menggunakan hidup-matinya Lan Dongmei sebagai patokan keamanan. Bagaimanapun, dia tokoh utama! Aura tokoh utama tidak berlaku untuk para penghuni.
“Untuk periode waktu sekarang...” Terus membolak-balik halaman berikutnya, semua mengerutkan kening.
Sangat sulit menemukan tempat yang benar-benar aman.
“Aku sedang berpikir, mari coba rute di hari terakhir!” Xingchen menunjuk ke layar ponsel sambil menunjukkan baris terakhir novel, “Bagaimanapun ini akhir novel, penulis kemungkinan besar menyiapkan ending bahagia meski tidak ditulis eksplisit melainkan berupa akhir terbuka.”
“Maksudmu lewat Lapangan Persembahan?” Lang Zhishan membuka mulut lebar, “T-tempat itu mungkin bisa jadi jalan keluar, tapi kau tahu itu sangat berbahaya. Bukankah kita bisa cari rute lain? Keamanan keluar dari Lapangan Persembahan sama sekali tidak terjamin.”
“Untuk saat ini, mari kita ambil risiko. Jika gagal, besok kita cari Lan Dongmei. Lagipula besok akan lebih mudah menemukannya, cukup temukan danau itu – dia akan tinggal di sana selama empat jam! Dengan begitu peluang dan risikonya lebih kecil.”
“Meski begitu...”
“Kau benar-benar yakin?”
“Menurutku usulan Xingchen patut dicoba.”
Perdebatan pun terjadi, namun akhirnya semua sepakat. Lapangan Persembahan adalah tempat dimana Lan Dongmei bersama Xinghui hampir berhasil keluar dari Kota Bulan Merah di detik-detik terakhir. Lokasinya berada di area timur laut Gunung Puxia, seperti dijelaskan di akhir novel.
“Kalau pergi ke Lapangan Persembahan... kita harus mengikuti rute Lan Dongmei.”
Rute Lan Dongmei di hari terakhir tetap digambarkan samar. Namun dengan mengikuti kompas, mungkin bisa ditemukan. Tentu saja, mencapai Lapangan Persembahan itu sendiri akan sangat sulit.
Perlu diingat, kesuksesan Lan Dongmei tidak menjamin mereka juga bisa berhasil!
Tapi jelas sekarang tidak ada pilihan lain.
“Ayo pergi!”
Akhirnya, semua sepakat untuk pergi ke lapangan yang disebut terakhir dalam novel asli, melihat apakah mungkin keluar dari Gunung Puxia! Ini seperti latihan sebelum hari terakhir tiba.
Memegang kompas, mereka mulai berjalan ke pinggir hutan. Setiap orang saling merapat, tidak berani terpisah sedikit pun. Setiap suara dedaunan bergesek pun bisa membuat mereka ketakutan setengah mati.
Saat terus berjalan ke arah timur laut, menurut novel asli, Lan Dongmei di hari terakhir berangkat dari Kota Bulan Merah membawa Xinghui, berjalan ke utara, lalu setelah sampai di sebuah puncak gunung, belok ke timur.
Dalam proses ini tentu penuh bahaya. Karena itu, tak seorang pun berani lengah sedikit pun.
"Menurutku, selanjutnya..." Qiu Xifan, yang paling diabaikan di antara enam orang ini, akhirnya berbicara: "Ke mana kita harus pergi?"
"Ke mana?" Lang Zhishan memegang ponselnya berkata: "Seperti yang kau lihat, ke puncak gunung di utara. Itu jalur terdekat ke lapangan . Dari puncak itu, berjalan ke timur akan sampai ke lapangan . Lagi pula puncak itu patokan yang bagus, mencegah kita tersesat."
"Tapi..." Xingchen melihat konten di ponsel, berkata: "Meski rute ini ditemukan Lan Dongmei, perjalanannya sangat sulit. Kita tak bisa persis mengikuti jalurnya. Untung puncak itu benar-benar patokan bagus, semoga kita bisa sampai ke sana dengan selamat..."
“Dengarkan baik-baik.” Lang Zhishan batuk-batuk kecil, membersihkan tenggorokannya, berkata: “Asalkan ada satu orang yang bisa keluar hidup-hidup dari Gunung Puxia, besok harus beri tahu semua orang tentang hal ini. Yang kita butuhkan sekarang adalah informasi, informasi!”
Maka, semua orang mulai melangkah, bergerak menuju utara!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 17 Suara Iblis
Cerita Lan Dongmei yang pergi ke lapangan di hari terakhir sedang dibaca dengan saksama oleh banyak orang. Sejujurnya, semakin banyak orang yang cenderung percaya ini benar-benar sebuah novel.
Xingchen memegang ponsel, sambil melihat ke depan, sesekali mengalihkan pandangan ke layar ponsel, menggunakan ibu jarinya menggeser layar dengan cepat ke bawah.
“Lan Dongmei meniupkan udara ke telapak tangannya, dia tahu waktu semakin mendesak. Jika mati hari ini, itu benar-benar kematian.
Arah yang dia tuju sekarang adalah utara, sudah cukup lama meninggalkan Kota Bulan Merah, namun sejauh ini perjalanan masih tenang. Tapi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Menurut perhitungan normal, sekarang seharusnya mendekati tengah hari. Tapi langit masih gelap gulita, hanya bulan merah yang masih tergantung tinggi.
Xinghui juga tampak lebih kuat, sepertinya dia juga paham tidak boleh membuat ibunya khawatir lagi di saat seperti ini.
'Xinghui, Ibu pasti akan membawa pergi dari sini!' Lan Dongmei memandangi anaknya, bertekad dalam hati. Dia melihat denah lokasi itu, jika terus berjalan ke utara akan mendekati sebuah puncak gunung yang oleh orang tua Kota Bulan Merah disebut Puncak Utara.
Saat ini hanya jalan ini yang belum ditempuh. Bagaimanapun, meskipun jalan ini mendekati pinggiran gunung ini, sepanjang jalan dipenuhi pepohonan yang mudah menyembunyikan hantu-hantu yang tersembunyi.
Dia telah mengambil banyak bawang putih di dapur, mengoleskannya pada diri sendiri dan Xinghui. Konon ini bisa mengatasi vampir, tapi apakah efektif di gunung ini tidak diketahui. Tapi lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.
Sudah tidak tahu berapa jauh berjalan, mungkin sudah sepenuhnya keluar dari wilayah Kota Bulan Merah. Lan Dongmei menggenggam erat tangan Xinghui. Di depan adalah pintu masuk hutan lebat yang sangat rapat, terlihat gelap dan menyeramkan. Tapi tidak ada jalan memutar. Begitu masuk, hidup atau mati tidak bisa dipastikan.
Tapi ini satu-satunya pilihan yang ada sekarang. Jalan-jalan lain sudah terbukti ada hantunya.
Lan Dongmei menarik napas dalam-dalam dan berkata pada Xinghui: "Xinghui adalah anak yang pemberani. Selama Ibu di sisimu, tidak ada yang bisa menyakitimu. Xinghui, kalau kita bisa kabur, Ibu akan memasak banyak makanan enak untukmu, biarkanmu tidur nyenyak di ruangan hangat dengan selimut yang nyaman. Jadi sekarang, bertahanlah sebentar, masuk bersama Ibu, ya?"
Ekspresi ketakutan di wajah Xinghui sangat jelas terlihat, sama sekali tak bisa disembunyikan. Tapi melihat ibu yang juga sudah sangat kelelahan selama beberapa hari ini, akhirnya dia hanya bisa mengangguk.
Akhirnya, Lan Dongmei berjongkok memeluk anaknya erat, menepuk bahunya, dan berkata sambil terisak: "Anak baik, Xinghui benar-benar berani, begitu berani."
Setelah itu, Lan Dongmei berdiri dan menarik Xinghui masuk ke dalam hutan. Di saat ini, hatinya sudah bulat mengambil keputusan - siapapun yang berani menyakiti anaknya, dia akan melawan mati-matian. Asalkan Xinghui bisa meninggalkan gunung ini, dia bahkan rela mengorbankan nyawanya. Anak ini selama beberapa hari terakhir juga bertahan dengan gigih mengikutinya sampai sekarang. Anak sekecil itu sudah mengalami begitu banyak hal mengerikan, membuat hatinya tersiksa.
Setelah memasuki hutan, Lan Dongmei berjalan di antara pepohonan sambil sesekali menoleh ke kiri-kanan. Apa yang tersembunyi di balik bayang-bayang pepohonan itu?
"Ibu!" Teriakan tiba-tiba Xinghui membuat bulu kuduk Lan Dongmei meremang, langkahnya terhenti. Dia buru-buru melihat ke anaknya: "Apa... ada apa?"
"Aku..." Tangan kecil Xinghui menutupi mulutnya: "Tu... tulang orang mati!"
Lan Dongmei melihat ke arah yang ditunjuk. Benar, di bawah akar sebuah pohon tergeletak tiga buah tengkorak. Dia segera menghalangi pandangan anaknya sambil menarik Xinghui mundur.
Tempat ini jelas sangat berbahaya!
Tapi saat ini, dia tidak bisa mundur. Kembali pun sama berbahayanya. Hanya dengan menerobos, mereka punya kesempatan melarikan diri!
Akhirnya, dia mengarahkan langkah ke sisi lain dan membawa Xinghui masuk lebih dalam ke hutan!
Semakin dalam masuk ke dalam hutan ini, perasaan paniknya semakin meningkat. Meskipun tidak ada yang muncul, justru ketenangan ini semakin menakutkan. Bayangan tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya sudah membuatnya gemetar. Sebelumnya, kematian bisa terjadi kapan saja namun tetap hidup kembali. Tapi sekarang situasinya berbeda...
‘Xing Hui, percayalah pada Ibu.’ Lan Dongmei meski ketakutan tetap harus terus menghibur anaknya: ‘Jangan takut, apapun yang terjadi, Ibu akan berusaha melindungi Xing Hui.’
Bayangan daun-daun lebat yang bergoyang menghalangi cahaya bulan merah itu. Makin ke dalam dijalani, suasana justru mulai meredup. Bagi Lan Dongmei yang tidak membawa kompas, sangat mudah tersesat di tempat ini.
Namun setelah berjalan hampir sepuluh menit tanpa kejadian aneh, hatinya sedikit tenang. Tapi ingatan pada tiga tengkorak itu langsung mengingatkannya: Jangan lengah!
Tiba-tiba, suara aneh seperti gelombang sonik menyusup ke otaknya, bergema bagaikan sirene kapal!
Bunyinya mirip lolongan makhluk aneh sekaligus gemericik pusaran air. Sungguh sulit dilukiskan. Tidak bisa ditentukan arah sumber suara karena seolah berasal dari segala penjuru!
Apa itu?
Lan Dongmei baru sadar, saat dia berhenti melangkah, suara itu tiba-tiba mendekat dengan cepat!
Ini membuat Lan Dongmei semakin ketakutan dan mempercepat langkahnya, menggenggam tangan Xinghui erat-erat, irama langkah mereka semakin cepat. Namun suara itu juga dengan cepat menyebar di otaknya, terus mendekat. Sambil suara itu terus bergema, Lan Dongmei merasakan sumber suara itu semakin mendekati mereka!
Tiba-tiba Xinghui menutupi telinganya sambil menangis histeris: "Ibu, aku, aku takut! Suara ini sangat menyeramkan, sangat mengerikan! Ini akan memakan kita, akan memakan kita!"
"Tidak, tidak mungkin, Xinghui!"
Lan Dongmei menarik Xinghui masuk lebih dalam ke hutan. Semakin cepat mereka bergerak, detak jantungnya semakin kencang. Suara itu benar-benar terasa semakin dekat, volumenya semakin keras. Ibu dan anak ini merasa seolah ada iblis yang bersemayam di samping telinga mereka, menyusupkan suara ini ke dalam kepala!
Akhirnya Lan Dongmei mulai berlari sambil menarik Xinghui! Suara itu memang terlalu mengerikan!
Suara itu mulai berubah, berubah menjadi seperti sumpah serapah yang seolah ingin menerobos gendang telinga. Suara itu mengandung kebencian yang begitu kuat dan tak terelakkan, langsung menyusup ke tubuh manusia bagai benang yang mengendalikan boneka kayu.
"Tidak, tidak, tidak-tidak-tidak..."
Keputusasaan Lan Dongmei semakin memuncak. Bahkan dia mulai merasa mustahil bisa keluar dari hutan ini! Saat menoleh ke belakang, seolah ada siluet manusia yang sedang mengejar mereka berdua!
Tapi, setelah dilihat lebih teliti, sama sekali tidak ada siluet manusia. Hanya ilusi belaka. Namun, suara itu semakin keras, seakan ada yang meniup terompet. Suara yang awalnya seperti sumpah serapah berubah menjadi niat membunuh yang telanjang, bagaikan melafalkan mantra kuno yang tak terpahami, seperti kutukan murni penuh niat jahat.
Mati, mati, mati...
Meski tak mendengar kata-kata itu secara harfiah, dalam hati nurani muncul frasa-frasa seperti ini. Mendengar suara itu, tubuh seolah terhipnosis, gerakan mulai melambat.
Akhirnya suara itu berhenti. Tapi Lan Dongmei dan Xing Hui masih merasakan gaungnya di telinga, tak kunjung sirna. Suara itu mustahil dilupakan!
Sungguh mengerikan bisa mengeluarkan suara seperti itu! Lebih menakutkan dari penampakan hantu langsung, lebih melukai jiwa! Lan Dongmei bahkan merasa seluruh tenaganya terkuras, sepenuhnya ditaklukkan oleh suara tadi.
Tapi semuanya belum berakhir.
Karena suara itu kembali bergema.
Kali ini, suara itu bukan berasal dari kejauhan, melainkan langsung muncul dari belakang mereka!
Lan Dongmei seketika merasakan darahnya seperti mengalir terbalik. Dia sama sekali tidak berani menoleh ke belakang, hanya ingin terus berlari. Namun, kedua kakinya sama sekali tak bisa bergerak! Suara itu seolah menyedot setiap hela tenaga dari tubuhnya. Kini, dia menjadi seperti boneka kayu yang digerakkan benang, tak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Bahkan untuk berteriak pun tidak bisa.
Suara dari belakang bergema dengan menyeramkan. Tiba-tiba, Lan Dongmei merasa kepalanya seperti terbelah menjadi dua oleh sesuatu, suara itu langsung dituangkan ke dalam!
Saat melihat sinar bintang di sampingnya, akhirnya dia memancarkan kekuatan, menggenggam erat anak laki-lakinya, terus melesat ke depan! Kembali meninggalkan suara itu di belakang.
Membaca bagian ini selalu membuat bulu kuduk meremang.
Sepanjang teks tidak pernah menyebutkan wujud hantu. Namun hanya dengan ini saja sudah bisa membangkitkan banyak imajinasi. Jika memasuki hutan itu dan mengalami semua ini, banyak yang langsung ingin mundur. Tapi kondisi mereka jelas lebih baik daripada Lan Dongmei yang menantang di hari ketujuh, sedangkan mereka di hari ketiga. Apalagi hutannya luas, belum tentu akan mengalami situasi sama seperti Lan Dongmei.
Bahkan mereka sudah menyiapkan penutup telinga sebelumnya, meskipun hanya Tuhan yang tahu seberapa efektifnya.
"Di akhir cerita menggunakan ledakan kekuatan keibuan Lan Dongmei, namun sebenarnya ini hanya pembenaran untuk lingkaran cahaya tokoh utama, sekaligus karena pada hari ketujuh sudah tidak mungkin menulis kematian karakter utama. Begitu mereka menghadapi situasi yang sama, akhir yang menanti pasti tidak akan lebih baik daripada nasib Lan Dongmei!"
Tidak tahu sudah berapa lama berjalan, di depan mata muncul sebuah hutan. Dari arah yang dinilai, kemungkinan besar ini hutan tempat Lan Dongmei masuk.
Semua orang berdiri di depan hutan, hati mereka berdebar-debar.
"Semoga, sebanyak mungkin dari kita bisa bertahan, menemukan lapangan upacara yang dituju Lan Dongmei, dan keluar dari Gunung Pia Xia!" Xingchen berdiri di barisan terdepan, berkata tanpa rasa takut: "Untuk bertahan hidup... Mari kita pergi!"
Untuk bertahan hidup! Ini memang slogan paling realistis saat ini.
Akhirnya, mereka semua melangkah masuk ke dalam hutan. Meskipun takut, tapi mengingat ini memberi kesempatan untuk terlahir kembali, dibandingkan dengan misi darah dimana kematian pertama berarti tamat, mereka masih lebih beruntung dan tidak pantas mengeluh lagi.
Namun begitu masuk ke hutan, tubuh semua orang langsung menjadi kaku.
Di bawah sebuah pohon, tergeletak bertumpuk tiga tengkorak yang mengerikan!
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Kedelapan Belas Akhir yang Ditulis Mian Tian
"Ini... ini..."
Tiga tengkorak putih itu menumpuk di bawah pohon, terlihat jelas sudah mati selama bertahun-tahun. Begitu melihat tengkorak-tengkorak itu, semua orang langsung yakin ini adalah tempat yang dikunjungi Lan Dongmei dan Xinghui di hari terakhir!
“Halo, kita hindari area ini!” Lin Xueqian yang pertama berbicara: “Kalian tahu betapa berbahayanya ini? Saat itu, Lan Dongmei sendiri tidak menyimpang terlalu jauh sebelum masuk hutan, lalu dia... Kita, lebih baik kita berputar, masuk hutan dari titik yang lebih jauh!”
“Aku setuju!” Qiu Xifan yang eksistensinya tipis juga langsung mendukung Lin Xueqian: “Jika terlalu dekat, kita mungkin akan mengalami nasib sama.”
“Mengerti.” Xingchen tidak membantah. Ia menatap hutan yang membentang di samping, lalu mulai melangkah. Yang lain segera mengikuti dengan rapat, tak berani tertinggal. Sekarang tanpa disadari, mereka mulai menjadikan Xingchen sebagai pemimpin. Bagaimanapun pria ini terlihat paling tenang di antara mereka. Bahkan Lang Zhishan, meski berprofesi polisi namun baru pertama kali menjalankan misi darah, ditambah sudah dibunuh dua kali, sekarang kakinya masih gemetar saat berjalan. Satu-satunya yang tetap stabil hanyalah Xingchen. Ditambah pengalamannya paling banyak dalam misi darah, kepemimpinannya pun diakui oleh semua.
Dan yang terpenting, Xingchenlah yang paling memahami alur novel. Yang lain tidak sempat membaca novel tersebut secara detail sampai tuntas. Jadi dialah yang paling mengerti apa yang akan terjadi dalam cerita.
Setelah berputar sekitar ratusan meter, rombongan kembali masuk ke hutan. Karena tujuan sementara adalah Bukit Utara, penyimpangan sejauh ini masih bisa ditolerir. Mereka hanya berharap di lokasi ini tidak akan mengalami kejadian sama seperti Lan Dongmei.
“Namun, baru berjalan kurang dari dua puluh meter, Lin Xueqian kembali tidak sanggup melanjutkan. Pengaruh alur novel terhadapnya terlalu besar, membuatnya hingga kini masih terus memikirkan suara mistis yang membuat Lan Dongmei hampir mengalami breakdown.”
“Karena tidak benar-benar mendengar, hanya membaca deskripsi, justru akan membuat imajinasi terus membengkak. Pada akhirnya, imajinasi belaka sudah cukup membuat orang diliputi ketakutan. Bagaimanapun, ketidaktahuan adalah kengerian terbesar.”
“Aku, kita ganti tempat jalan yuk?” Lin Xueqian terus mundur, wajahnya semakin pucat, berbicara tanpa arah: “Tempat, tempat ini terlalu berbahaya, kalau kita, kita lewat sini, kita akan mati, benar-benar akan mati...”
“Tidak ada tempat yang benar-benar aman di sini.” Xingchen menatap Lin Xueqian, melanjutkan: “Atau kau berdoalah pada Tuan Matahari Suci. Bukankah kau penganut Cultus Solis? Mungkin dengan berdoa, kau bisa melampaui jasad fana menjadi abadi.”
“Aku, aku juga merasa terus melanjutkan tidak bijaksana.” Qiu Xifan kini juga mulai ragu: “Bagaimana kalau... kita batalkan saja?”
Adapun yang lain, tidak menunjukkan reaksi khusus.
“Terserah kalian.” Xingchen memandang Qiu Xifan dan Lin Xueqian yang mulai berkumpul, berkata: “Aku tidak memaksa. Jika kalian ingin mencari jalan lain, silakan.”
“Hei!” Lang Zhishan mendengar perkataan Xingchen, segera mencegah, “Bagaimana kau bisa berkata begitu? Menurutku, kalian harus pertimbangkan matang-matang. Jika meninggalkan kelompok dan berpisah, hanya berdua saja, seberapa besar bahayanya? Jika ikut bersama kami, orang yang bisa membawa informasi hingga besok untuk memberitahu semua orang akan bertambah satu! Yang kita butuhkan sekarang adalah informasi. Asalkan ada satu orang yang berhasil sampai di Plaza Imam dan mencoba apakah bisa meninggalkan Gunung Puxia dari sana, maka kita akan selamat!”
“Tapi…” Lin Xueqian masih ingin mengatakan sesuatu, namun tatapan dingin Lang Zhishan yang berikutnya membuatnya takut dan tidak berani melanjutkan bicara.
“Meski begitu… Tapi,” Qiu Xifan tiba-tiba menyela, “Apakah benar-benar pasti bisa meninggalkan Gunung Puxia dari plaza persembahan itu? Keberhasilan Lan Dongmei juga tidak diketahui! Di akhir novel, hanya dikatakan dia hampir melihat tepi luar gunung ini, sesaat sebelum kabur bersama anaknya, novel tiba-tiba berakhir. Tidak ada yang tahu apakah dia akhirnya dibunuh hantu. Tapi aku akui, di perjalanan itu memang sedikit hantu yang mereka temui...”
“Kurasa penulis bukan orang yang kejam.” Xingchen tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang mengejutkan, “Dalam novel, hubungan ibu-anak antara Lan Dongmei dan Xinghui digambarkan berkali-kali dengan detail dan mengharukan. Penulis jelas orang yang penuh perasaan. Karena itu, dia seharusnya memberi jalan keluar bagi ibu dan anak ini di akhir cerita.”
"Perasaan?" Lang Zhishan memang belum pernah mempertimbangkan dari sudut pandang ini. Setelah merenung, memang banyak bagian dalam novel yang menggambarkan perasaan. Namun, hal ini tidak bisa dijadikan alasan bahwa penulis tidak akan mengakhiri cerita dengan tragis. Tidak, seharusnya dikatakan bahwa akhir yang terbuka justru menunjukkan ketidaksanggupan penulis untuk 'mematikan' karakter, namun juga tidak berniat menulis akhir bahagia. Ini adalah gaya penulisan kompromi di tengah kontradiksi batin tersebut.
Sebenarnya, intinya adalah: bagian yang telah melampaui alur novel, apakah keberadaan hantu masih bisa dikendalikan oleh penulis aslinya? Akhir terbuka pada dasarnya berarti penulis sendiri pun tidak tahu bagaimana cerita akan berlanjut!
Semuanya bergantung pada dasar pembentukan dunia ini.
"Baiklah," akhirnya Qiu Xifan mengalah, "Kalau begitu, mari kita pergi."
Mengingat luasnya hutan ini, jika mengambil jalan memutar justru akan menambah risiko perubahan situasi. Apalagi, dia tidak benar-benar ingin berpisah dari kelompok besar. Kecuali dalam kondisi terdesak, dia sangat enggan melakukannya.
Kemudian, keenam orang mulai menyusuri hutan lebih dalam. Sebenarnya, bukan berarti tidak ada yang memiliki pemikiran sama seperti Lin Xueqian dan Qiu Xifan. Tapi mereka juga sadar, bahkan jika tidak masuk ke hutan, tidak ada tempat aman untuk dituju. Sekarang mereka benar-benar bingung harus pergi ke mana.
Bulan merah di atas kepala tetap memancarkan sinar mistisnya. Persis seperti deskripsi Mian Tian dulu. Di perpustakaan Kampus Jin Yu, novel horor setebal 100 ribu karakter ini akhirnya selesai ditulis.
Pada hari penyelesaian novel, Mian Tian merasa lega seolah beban berat telah terlepas setelah mengetik karakter terakhir.
Saat itu, Mizhen selalu duduk di belakangnya, melihatnya mengetik hingga novel itu selesai.
"Selesai." Setelah menyimpan dokumen, Mian Tian berkata: "《Siklus Reinkarnasi》akhirnya rampung."
"Bagian akhir ini... akhir terbuka? Hanya selangkah lagi dari lapangan persembahan itu, mereka hampir bisa meninggalkan gunung ini." Mizhen memandangi alur cerita terakhir, tak kuasa berkomentar: "Sebenarnya bisa diatur lebih baik, biarkan ibu dan anak itu langsung kabur."
"Anggap saja sebagai secercah harapan." Mian Tian menggosok bahunya yang pegal, berkata: "Lagipula, kita... juga belum bisa meninggalkan apartemen itu."
"Kalau begitu... apakah jalan gunung di belakang lapangan persembahan ini benar-benar jalan keluar? Ini hari terakhir siklus, jika tidak bisa kabur, berarti..."
"Ini... aku juga tidak memikirkannya terlalu jauh. Biarkan pembaca yang menilainya, bukankah novel yang menyisakan ruang imajinasi lebih baik? Li Yin, apa komentarnya nanti? Dia sendiri juga penulis novel, seharusnya bisa memberikan penilaian lebih objektif."
Saat ini hanya tersisa dua-tiga orang di perpustakaan, duduk saling berjauhan. Mizhen dan Mian Tian kembali memeriksa naskah dengan cermat, memastikan tidak ada salah ketik atau kalimat yang janggal.
Tiba-tiba Mizhen berkomentar: "Hingga akhir, denah gunung ini masih terasa kurang jelas. Terlalu banyak area kosong."
"Benar juga." Mian Tian tersenyum getir: "Waktu merancang sepertinya terburu-buru, banyak masalah tidak dipikirkan matang. Sekarang setelah selesai, memang terlihat banyak bagian yang kurang rapi."
"Malam hari, setelah berpamitan dengan Mizhen, Mian Tian kembali ke kamar tidurnya. Setelah semua teman sekamar terlelap, dia sendiri membuka komputer dan menatap novel horor karyanya."
"Ini merupakan jejak penting yang dia tinggalkan di dunia. Bahkan jika suatu hari harus pergi, jejak ini akan tetap abadi."
"Setelah lama tinggal di apartemen, Mian Tian sejak awal sudah menyiapkan skenario terburuk."
"Dia juga tak ingin menggerutu pada takdir. Jika melakukannya, itu sama saja mengkhianati Kakak yang selama ini bertahan mendukungnya. Entah mengapa, dia menyadari Lan Dongmei baginya adalah Mizhen, sementara Xing Hui adalah dirinya sendiri."
"Meski Mizhen adalah kembarannya yang hanya lebih tua beberapa menit, di hati Mian Tian dia adalah segalanya, bahkan keyakinan utamanya. Mampu bertahan di apartemen hingga kini pun semua berkat Mizhen."
"Walau tak pernah diungkapkan langsung, Mian Tian menyimpan cinta terdalam bagi sang Kakak dalam relung hatinya."
"『Akhirnya... Bagaimana nasib Lan Dongmei dan anaknya?』"
"Jarinya menggulir ke baris terakhir novel. Di tempat yang seharusnya menjadi ending, kursor mouse berhenti. Haruskah dilanjutkan? Ini sudah hari terakhir siklus reinkarnasi, kematian Lan Dongmei kini akan menjadi kematian sesungguhnya."
"Bukan tak mau menulis, tapi tak berani."
"Tak berani berharap, apalagi meminta. Kebahagiaan semacam itu hanya layak ada dalam mimpi."
"Jika bisa meninggalkan apartemen, apa yang bisa dilakukan?" Memikirkan hari itu, Mizhen yang duduk di kursi memberi makan merpati, dia ternyata bisa menanyakan hal seperti itu dengan begitu santai, seolah-olah orang biasa sedang merencanakan masa depan.
Jika, dia adalah orang biasa, tidak perlu mengalami semua ini, pasti bisa hidup dengan bahagia. Pasti bisa menikah dengan orang yang dicintai, menjalani kehidupan yang tenang tanpa hambatan, lalu memiliki anak sendiri.
Mian Tian tahu, sejak orang tua meninggal, kakak telah mengorbankan terlalu banyak demi dirinya. Dia tahu, karena memikul tanggung jawab ini, bahkan hak untuk menangis pun tidak dimilikinya, kualifikasi untuk menjadi lemah pun tidak ada. Karena di belakangnya ada dirinya, ada adik kembar satu-satunya ini.
"Mizhen, aku tidak bisa menulis lebih lanjut." Tangan Mian Tian melayang di atas keyboard, ingin menekan tombol tapi tidak bisa.
Jika membiarkan Lan Dongmei kabur seperti ini, pasti akan muncul harapan yang besar. Namun harapan ini bagi penghuni bagaikan racun.
"Jika... jika bisa meninggalkan apartemen, aku akan menyelesaikan cerita ini nanti."
Memikirkan ini, dia menutup dokumen dan merebahkan diri di tempat tidur.
"Jika bisa meninggalkan apartemen..."
Mian Tian berpikir demikian lalu tertidur lelap. Dari awal sampai akhir, dia tidak tahu bahwa cerpen yang ditulisnya malam ini, beberapa tahun kemudian, telah menjadi realitas persis seperti alur yang ditulisnya, tanpa sedikit pun penyimpangan.
Enam orang yang terus menyusuri hutan dalam juga telah menyumbat telinga mereka. Meskipun secara waktu, Lan Dongmei seharusnya baru mendengar suara menakutkan itu setidaknya satu jam lagi, tak ada yang berani memastikan hal itu tidak terjadi sekarang.
Mampukah... mereka mencapai alun-alun ritual dengan selamat?
## Jilid XXII Novel Horor Bab XIX Perbedaan Pendapat Penghuni
Mengingat sekarang masih dini hari, sedangkan Lan Dongmei mengalami serangkaian fenomena supranatural saat melintasi hutan pada siang hari. Jarak waktunya cukup panjang, sehingga sangat mungkin tidak terjadi apa-apa.
Ini juga yang membuat para penghuni sedikit lebih tenang. Tentu saja, meski masih pagi buta, tak ada jaminan apapun. Sebelum mencapai Puncak Utara melalui hutan, tak satu pun dari mereka bisa merasa tenang.
Yang penting, selama periode ini, apa yang mungkin terjadi di hutan ini sama sekali tidak bisa diprediksi.
Saat masuk lebih dalam, terlihat bahwa hutan ini persis seperti deskripsi dalam novel tanpa sedikitpun perbedaan. Pohon-pohon tersusun sangat rapat hampir tanpa celah, memandang ke segala penjuru hanya pepohonan. Artinya, hantu akan sangat mudah bersembunyi. Rintangan pepohonan ini memaksa mereka terus mengubah arah saat berlari, bahkan bagi Lang Zhishan yang tercepat dalam tim, ini menjadi masalah rumit.
"Sejujurnya, karena pepohonan ini, kalau bukan ada kompas, sangat mudah tersesat. Ini juga memberi mereka informasi bahwa rute mereka dengan Lan Dongmei kemungkinan besar tidak sama sama sekali, lagipula Lan Dongmei tidak punya kompas. Dalam situasi seperti ini, kemungkinan mengalami nasib sama dengan Lan Dongmei semakin kecil."
"Setelah berjalan sekitar setengah jam, keadaan tetap tenang. Hanya saja, seharusnya sudah beberapa kilometer ditempuh, ternyata hutan masih belum berakhir! Halangan pepohonan juga membuat tidak bisa melihat jauh apakah sudah dekat puncak utara."
"Istirahat dulu." Xingchen akhirnya mengajukan saran ini: "Setelah berjalan begitu lama semua pasti lelah, mengingat situasi masih aman, menyimpan energi adalah yang terbaik. Kalian juga bisa manfaatkan waktu ini untuk makan atau cek detail novel untuk memastikan alur cerita."
"Perkataan Xingchen langsung diterima semua anggota. Meskipun memang takut dengan hutan ini, tapi kehilangan energi cukup parah, untuk bertahan, istirahat menghemat tenaga mutlak diperlukan. Apalagi selama perjalanan karena ketakutan, sedikit yang makan sambil berjalan sehingga mereka semua kelaparan."
Di sini perlu disebutkan tentang tas ransel mereka. Semua tas ini diambil dari apartemen, yang anehnya berapa pun banyak barang yang dimasukkan ke dalam tas, rasanya tetap ringan sehingga hampir tidak memengaruhi kecepatan berlari. Dengan adanya tas yang disediakan apartemen ini, banyak penghuni bisa membawa berbagai perlengkapan dalam jumlah besar saat menjalankan misi darah, termasuk penerangan, makanan, pakaian, obat-obatan, senjata, perlengkapan darurat, dan lain-lain.
Semua orang duduk di tempat sambil membuka tas ransel mereka dan mulai mengeluarkan makanan. Mayoritas memilih makanan dari apartemen, selain gratis juga kebanyakan lezat. Bahkan di era yang sangat mengkhawatirkan soal keamanan pangan ini, makanan dari apartemen benar-benar bebas dari bahan kimia berbahaya, layak disebut "makanan terjamin". Sungguh ironis. Sebagai catatan, pengujian ini dilakukan Roland. Dia melakukan banyak pemeriksaan kimia pada makanan apartemen dan menemukan tidak hanya bebas racun, tapi juga tanpa bahan tambahan buatan, dengan keamanan pangan yang terjamin sambil tetap mempertahankan rasa lezat.
Merobek bungkusnya, Xingchen melemparkan sepotong pizza ke mulutnya sambil mengunyah perlahan. Di sampingnya, Lang Zhishan memakan roti kacang merah sambil mengamati setiap gerak-gerik Xingchen. Banyak orang lain yang melahap makanan sambil menyimak alur novel di ponsel mereka dengan seksama.
"Sekitar sini terlalu sepi, semua orang tidak tahan ingin berbicara, tapi takut suara terlalu keras akan menarik hal-hal yang tidak seharusnya datang."
"Jika sampai di alun-alun ritual bisa pergi, itu yang terbaik." Lang Zhishan meneguk lagi susu kedelainya, berkata: "Soalnya aku sama sekali tidak mau mendekati daerah ngarai itu."
Daerah ngarai di timur benar-benar mimpi buruk, dan diakui oleh semua penghuni sebagai tempat paling berbahaya dalam novel. Lan Dongmei di tempat itu nyaris mati, ajaibnya dia bisa kabur. Saat itu banyak penghuni mengira dia pasti tewas di sana. Tapi dia bisa selamat karena dia tokoh utama, lain halnya dengan orang lain! Semua yakin sekali menginjakkan kaki ke ngarai itu pasti tewas tanpa keraguan!
"Ngomong-ngomong, Lan Dongmei sekarang pergi ke mana..." Feng Yuxian yang tidak banyak makan kali ini berkata, dari ucapannya terlihat dia tidak terlalu hapal alur cerita.
Untungnya novel ini hanya 100.000 kata lebih. Kalau seperti novel online sekarang yang 3-4 juta kata, pasti bikin putus asa. Tapi meski 100.000 kata, membaca semuanya tetap tidak mudah.
"Bagaimanapun juga, kita harus temukan Lan Dongmei!" Tangan Feng Yuxian mengetuk meja keras, "Perempuan itu punya denah lokasi! Dengan denah, kita akan lebih mudah!"
"Bicaranya gampang..." Weisheng Liang tiba-tiba bertanya, "Tapi kita tidak ada yang pernah melihat Lan Dongmei kan? Dia terlihat seperti apa?"
“Jangan khawatir tentang masalah ini?” Feng Yuxian menjawab dengan santai: "Coba pikir, sebagian besar penduduk Desa Bulan Merah adalah lansia. Lan Dongmei yang membawa anak laki-laki berusia lima enam tahun pasti sangat mencolok."
"Benar juga. Dengan membawa anak, dia pasti sulit kabur. Asal kita tahu lokasinya, pasti bisa menemukannya. Besok hari keempat, dia pasti berada di sekitar danau. Kita akan mencarinya... Semoga berhasil menemukan danau itu."
Memang begitu, tapi tanpa denah lokasi, apa yang bisa dilakukan? Masuk ke Desa Bulan Merah hampir seperti cari mati. Mencari Lan Dongmei pun penuh kesulitan. Meskipun saat ini kami telah mencatat semua tempat yang kami lewati sebaik mungkin, jika ada denah lokasi lengkap, banyak masalah akan terpecahkan.
Namun, semua ini tak bisa diselesaikan.
Seperti dikatakan Lang Zhishan, informasi menentukan hidup mati semua orang dalam misi darah ini. Ini pasti kunci jalan keluar. Pasti ada cara untuk mendapatkan informasi konkret, lalu keluar dari Gunung Puxia! Sekarang kami hanya berharap bisa mengikuti rute yang sama dengan Lan Dongmei, keluar melalui lapangan upacara di Gunung Puxia!
Lapangan , menurut penjelasan Paman Zhuang, adalah tempat yang sangat kuno. Luas lapangan ini kira-kira sebesar lapangan sepak bola, terdiri dari empat pilar totem. Dahulu merupakan tempat penduduk asli gunung ini melakukan ritual . Objek persembahan konon adalah "hantu jahat" di gunung, dengan mengorbankan ternak untuk mengenyangkan hantu dan memohon kedamaian. Sebelumnya, ada seseorang yang berhasil keluar dari Kota Bulan Merah dengan melarikan diri melalui Lapangan . Tentu saja, karena perubahan tahunan, Lapangan tahun ini belum tentu aman. Selain itu, letaknya di arah timur laut yang sangat jauh, dan perjalanan ke sana harus melewati banyak tempat berbahaya. Kawasan ngarai yang pernah dilewati Lan Dongmei sebelumnya juga bisa menuju ke Lapangan . Namun tahun ini tempat itu menjadi zona paling berbahaya, dia hampir mati di ngarai tersebut.
Akhirnya, dia memilih keluar dari belakang Kota Bulan Merah, memasuki hutan ini menuju Puncak Utara. Untuk menghindari ngarai, dia harus berjalan jauh memutar sebelum berbelok ke timur menuju Lapangan . Jika bukan untuk menghindari ngarai, tidak perlu mengambil jalan memutar sebanyak itu. Tapi sekarang para penghuni pun seperti Lan Dongmei, lebih memilih mengambil jalan memutar. Bahkan beberapa penghuni sudah memutuskan: jika sampai tersesat ke ngarai itu, harus segera bunuh diri! Tempat itu benar-benar mengerikan, hampir tidak ada bedanya dengan neraka yang sebenarnya.
“Jalan memutar, tapi terlalu jauh.” Weisheng Liang menatap ponsel sambil menggelengkan kepala: “Berapa lama kita harus berjalan? Lan Dongmei mungkin berjalan dua jam untuk sampai ke Puncak Utara. Ngomong-ngomong, sampai di Puncak Utara, jaraknya sudah sangat dekat dengan tepi utara Gunung Puxia. Apa kita bisa mencoba menerobos?”
“Tidak.” Xingchen langsung membantah: “Kalau benar-benar sampai di sana, kita harus menyeberangi seluruh Puncak Utara untuk benar-benar keluar dari Gunung Puxia. Nanti pasti akan muncul banyak masalah tak terduga. Jangan lakukan itu kecuali benar-benar darurat.”
Saat itu, Lang Zhishan yang berdiri di samping merenung sejenak, tiba-tiba berkata: “Ini... mungkin juga sebuah solusi. Perlu diketahui, setiap kali kita mulai dari hutan di area selatan, menyeberangi hutan ke utara, ini tidak bisa diulang setiap saat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam hutan ini selanjutnya. Dalam situasi seperti ini, lebih baik kita bagi dua tim dan masing-masing mencoba keberuntungan?”
“Terlalu berbahaya.” Xingchen mengerutkan kening: “Pertama, menurutmu berapa orang yang bisa selamat dari enam orang kita setelah melewati hutan? Bahkan dengan perkiraan optimis, kehilangan separuh anggota sudah minimal. Lan Dongmei punya aura tokoh utama, kalau tidak bagaimana mungkin dia membawa seorang anak melewati hutan? Jika kita berenam bisa semua menyeberang, baru bisa dipertimbangkan untuk berpisah. Tapi jika nanti hanya tersisa tiga orang, lalu berpisah lagi, apakah ada yang bisa sampai ke lapangan ? Ingat, semua yang kita lakukan hari ini akan direset pada pukul 00.00 besok. Tugas kita hanya memastikan bahwa di belakang lapangan benar-benar ada jalan keluar dari Gunung Puxia. Hanya itu.”
“Tapi...” Lang Zhishan masih ragu: “Kamu juga tahu, mungkin hari ini saja kita tidak berhasil. Setelah memastikan ada jalan keluar di belakang lapangan , kita tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencoba mendekati lapangan berkali-kali. Proses ini akan menghabiskan banyak waktu, sedangkan waktu kita terbatas. Di hari terakhir, jika kita hanya punya satu jalan keluar dari Gunung Puxia...”
Mendengar ini, semua terdiam. Misi darah sering kali mengharuskan kita berjudi, dan sedikit saja kesalahan dalam taruhan akan berakibat kekalahan total. Sekarang setiap orang memegang chip bernama restart waktu, bagaimana memaksimalkan chip ini menjadi tantangan bagi setiap penghuni.
“Tunggu…” Di saat ini Qiu Xifan tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang belum pernah terungkap sebelumnya: “Jika kita berpisah menjadi dua kelompok, di belakang lapangan ritual ada jalan keluar dari Gunung Puxia… Lalu apa yang terjadi jika meninggalkan Gunung Puxia? Bukankah kutukan Bulan Merah hanya berlaku dalam wilayah Gunung Puxia? Mungkinkah, jika keluar dari gunung ini ke luar, kita tidak akan mengalami restart waktu dan benar-benar bisa keluar? Jika demikian, kita sama sekali tidak boleh berpisah menjadi dua kelompok!”
“Tidak mungkin!” Xingchen menunjuk ke ponselnya: “Kalau kamu perhatikan baik-baik, Lan Dongmei pernah masuk kembali ke Kota Bulan Merah setelah restart waktu. Dari pertanyaan kepada orang-orang termasuk Paman Zhuang, meskipun meninggalkan Gunung Puxia selama periode restart waktu, ketika waktunya tiba tetap akan kembali ke tempat semula. Hanya pada hari ketujuh, mungkin benar-benar bisa meninggalkan Gunung Puxia. Tentu saja, jika bisa bertahan sampai tengah malam pukul 00:00 di hari ketujuh tanpa mati, maka tidak masalah juga tidak meninggalkan Gunung Puxia.”
“Be-benarkah?” Qiu Xifan tiba-tiba tersadar: “Ti-tidak! Bagaimana jika kembali ke dalam apartemen? Apartemen yang bisa menghilangkan segala kutukan, jika kita kembali ke apartemen sebelum restart waktu, seharusnya apartemen bisa menghapus kutukan Bulan Merah, bukan?”
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Kedua Puluh Kedatangan Mimpi Buruk
Xingchen menggelengkan kepala, berkata: "Kurasa kau benar-benar ketakutan sampai linglung, lupa ya? Misi darah menetapkan kita harus tinggal hingga lewat tengah malam pukul 00:00 baru boleh meninggalkan Gunung Puxia. Apa artinya ini? Bahkan jika bisa meninggalkan gunung ini, sebelum tengah malam tiba itu mustahil. Sejak awal kita sudah ditakdirkan hanya bisa pergi pada hari ketujuh."
"Benar, oh benar..." Qiu Xifan baru tersadar. Selama ini dia sepenuhnya menyatu dengan peran Lan Dongmei sampai lupa diri bahwa dia adalah penghuni apartemen.
"Ya." Feng Yuxian menggigit keras-keras roti kukusnya: "Misi darah sejak awal sudah memutus semua kemungkinan... Sudah, mari kita segera berangkat. Istirahat juga sudah cukup."
"Setuju." Lang Zhishan yang pertama berdiri: "Sudah duduk sekitar sepuluh menit. Istirahat sudah cukup. Tinggal lama di tempat yang sama sangat berbahaya. Ayo cepat pergi!"
Meski enggan, mereka semua paham ini bukan tempat untuk istirahat. Satu per satu mereka berdiri kembali. Setelah makan, energi mereka pulih sebagian. Dengan begini, bisa terus berurusan dengan gunung ini.
Hutan ini luasnya tak terkira, bisa dibilang mencakup seluruh pegunungan dari Kota Hongyue hingga Puncak Utara. Pepohonan rapat mengelilingi di mana pun mereka melangkah.
Dan berapa pun kali siklus reinkarnasi terjadi di sini, di apartemen sebenarnya tetap hari yang sama.
Saat ini, apartemen juga memasuki dini hari. Di Kamar 1301, beberapa anggota Sekte Shengri sedang berkumpul.
“Kali ini, Lin Xueqian ikut bersama mereka untuk menjalankan misi darah, tidak tahu apakah bisa kembali hidup-hidup.” Anggota Sekte Suci Matahari Lu Hai mengusap matanya, berkata: “Katanya sebelumnya pemimpin sekte memberi instruksi khusus pada Lin Xueqian.”
“Xueqian adalah orang yang sangat taat pada Santo Utama, mungkin tidak akan mati.” Di seberang Lu Hai duduk seorang wanita berkacamata yang cantik, Jiang Qiong, juga anggota Sekte Suci Matahari.
Orang terakhir adalah penghuni Kamar 1301, Lu Zhaotian. Pria berusia 30-an dengan postur tinggi ini termasuk orang paling setia pada Xu Tao di Sekte Suci Matahari, dan termasuk yang paling dalam dicuci otaknya.
Lu Zhaotian duduk di sofa sambil menyalakan rokok: “Lin Xueqian pasti baik-baik saja, Santo Utama juga akan melindunginya. Kalau diingat-ingat, saat pertama kali menyadari mengerikannya apartemen ini, semua orang putus asa. Saat itu kalau bukan karena kemunculan Santo Utama, kami bahkan tidak punya kepercayaan diri untuk bertahan hidup.”
Mendengar ini, Lu Hai dan Jiang Qiong sama-sama terdiam. Menjadi penghuni apartemen ini benar-benar seperti turun ke neraka. Di Apartemen Neraka yang hidup ini, hanya dengan harapan tipis seseorang bisa sedikit percaya untuk bertahan. Karena itu, Sekte Suci Matahari yang diwartakan Xu Tao menjadi penyelamat terakhir bagi banyak penghuni.
“Aku lihat kalian juga mengantuk, tidurlah. Misi darah Xueqian akan memakan waktu seharian penuh.” Lu Zhaotian mengucek matanya berkata: “Kalian tetap di sini sekarang juga tidak bisa membantu. Setelah bangun tidur, kita akan cari Pemimpin Suci.”
Mereka ini menyebut "Pemimpin Suci" dengan sangat natural. Setelah masuk apartemen, seiring waktu, kebiasaan hidup lama pelan-pelan ditinggalkan. Kini mereka telah sepenuhnya menyatu dalam peran sebagai penghuni Apartemen Neraka.
Setelah Lu Hai dan Jiang Qiong pergi, Lu Zhaotian memejamkan mata beristirahat sebentar. Lampu tetap dinyalakannya - di apartemen ini, dia tak pernah tidur dalam gelap. Lagipula fasilitas air dan listrik di sini bisa dipakai gratis.
Tangannya mencengkeram kulit sofa kuat-kuat, mengingat Lin Xueqian yang hampir bersamaan masuk Sekte Matahari Suci dengannya, hati Lu Zhaotian terasa sesak. Tingkat kematian penghuni baru belakangan terus meningkat, membuat banyak penghuni hampir putus asa. Tak sedikit penghuni baru yang punya pikiran bunuh diri. Ada juga yang mencoba metode baru untuk memecahkan kutukan bayangan. Seperti Lu Zhaotian yang menaruh harapan sepenuhnya pada Xu Tao, Pemimpin Suci Sekte Matahari Suci.
“Pemimpin Suci... Semoga, semoga engkau bisa menyelamatkan kami!”
Xu Tao berkali-kali menunjukkan kecerdasan luar biasa dan kemampuan analisisnya, mengklaim memiliki kekuatan ilahi untuk melewati tribulasi ke seberang. Mengingat hantu pun nyata, keberadaan sosok mirip dewa seperti Xu Tao di dunia ini sama sekali tidak aneh. Banyak penghuni mulai percaya ucapannya dan bergabung dengan Sekte Matahari Suci.
Lu Zhaotian mematikan rokok di asbak, baru saja hendak tidur, tiba-tiba mendengar suara bel pintu.
Bel pintu?
Siapa yang datang di tengah malam begini?
Meski curiga, Lu Zhaotian tetap berjalan ke pintu dan mengintip melalui lubang intip. Di luar terlihat seorang penghuni berdiri.
"Hmm? Mau apa orang ini?"
Tanpa pikir panjang, dia membuka pintu dan bertanya, "Permisi... ada keperluan apa? Lihatlah sudah larut malam, kalau tidak urgent lebih baik bicara siang hari saja ya?"
"Ini sangat penting." Jawab orang itu singkat.
Lu Zhaotian pun mengizinkannya masuk. Meski sudah larut, semua penghuni sepakat apartemen ini bebas dari hantu, jadi dia tidak terlalu takut.
Setelah orang itu masuk, dia menutup pintu perlahan. Tepat di detik itu, lampu sensor di koridor tiba-tiba padam. Lampu dalam ruangan Lu Zhaotian juga mati seketika!
Kedua kaki Lu Zhaotian gemetar hebat! Bagaimana mungkin lampu apartemen rusak?
Dia menoleh ke belakang, tapi orang yang baru saja masuk sudah lenyap tanpa jejak!
"Ka...kamu di situ?"
Sekujur tubuh Lu Zhaotian merinding. Secara teori apartemen ini aman, mustahil ada hantu masuk. Tapi situasi ini terlalu aneh!
Dia buru-buru menarik gagang pintu, tapi bagaimana pun ditarik, pintu tak bereaksi!
Kini Lu Zhaotian benar-benar ketakutan!
"Tuhan, selamatkan aku!"
"Lu Zhaotian seketika mengaum keras, namun dia tidak tahu, bahkan jika dia berteriak sampai tenggorokannya pecah, tidak akan ada seorang pun di luar yang mendengar suaranya!"
"Tidak, jangan, jangan..." Wajah Lu Zhaotian pucat pasi, dipenuhi ketakutan. Sekali lagi dia menoleh ke belakang, tetap tidak melihat sosok apa pun!
Ke mana perginya orang yang tadi itu?
Jiang Qiong kembali ke rumah, menyalakan lampu dan menggantung mantel di rak pakaian. Seluruh tubuhnya terasa pegal. Seharian ini waktu habis untuk diskusi misi darah. Semakin mereka berdiskusi, semakin nyata betapa putus asanya situasi sebenarnya. Misi darah benar-benar tugas tanpa harapan, tingkat kematiannya sungguh terlalu tinggi!
Rumahnya di lantai 8. Kini dia duduk lelah di sofa.
"Aku harus bagaimana... Aku tidak ingin mati, aku tidak ingin mati..."
Jiang Qiong melepas kacamata, air matanya meleleh. Apartemen ini terlalu mengerikan. Satu-satunya harapan sekarang adalah Xu Tao! Meskipun Aliansi Kamya dan Night Feather Alliance bilang Xu Tao cuma pura-pura spiritualis, Jiang Qiong lebih memilih percaya padanya. Bagaimanapun, mustahil mengandalkan kekuatan manusia untuk mencapai transendensi dari kutukan apartemen ini. Li Yin dulu saja yang hebat, sekarang juga terlihat setengah mati?
Terakhir dia mengusap mata, mengenakan kacamata lagi—tiba-tiba melihat seseorang berdiri tepat di hadapannya!
"Ah!"
Jiang Qiong langsung kaget setengah mati, tapi setelah melihat jelas orang di depannya, dia segera menarik napas lega, "Kamu, kamu benar-benar membuatku ketakutan setengah mati! Kenapa masuk tanpa mengetuk pintu? Hmm? Tunggu, bukannya aku sudah mengunci pintu?"
Orang di depannya sama sekali tidak berbicara.
"Bicara dong, kenapa diam? Ada keperluan apa mencariku? Mau bilang sesuatu?"
Pihak lawan tetap tidak menjawab, ekspresinya mulai terlihat aneh dan kaku dibanding biasanya.
"Kamu... setidaknya ucapkan sepatah kata!" Jiang Qiong yang sedang kesal berdiri dan menatap lawan bicaranya, "Kalau tidak ada urusan, silahkan kamu..."
Namun tiba-tiba Jiang Qiong tercekat. Karena...
"A-ah, kamu... kamu ini siapa?!"
Jiang Qiong mundur terhuyung ke sofa dengan wajah dipenuhi ketakutan yang mengerikan, seluruh tubuhnya seperti roh tercerai-berai!
Setelah itu, dia sama sekali tidak sempat mengeluarkan suara lagi.
Di saat bersamaan, di Gunung Puxia.
Saat enam orang sedang berjalan tiba-tiba Lin Xueqian berhenti melangkah.
"Ada apa?" Weisheng Liang yang pertama menyadarinya bertanya, "Kamu... tidak apa-apa?"
"Tidak... tidak apa." Lin Xueqian menggelengkan kepala, tapi tiba-tiba ada perasaan jantung berdebar kencang yang singkat.
"Wajahmu terlihat pucat." Weisheng Liang menunjukkan keprihatinan, "Jangan-jangan kelelahan fisik..."
"Tidak, benar-benar tidak apa-apa." Lin Xueqian cepat-cepat melambaikan tangan, "Aku baik-baik saja."
Meski mulutnya berkata begitu, Lin Xueqian tetap tidak bisa menenangkan hatinya. Kemudian, dia melangkah maju lagi. Saat melewati sebuah pohon, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang tidak beres.
"Apa, apa yang terjadi?"
Segera dia menyadari bahwa semua orang di sekitarnya telah menghilang tanpa jejak!
"Hei, hei, Bian Xingchen, Lang Zhishan, Feng Yuxian?" Wajah Lin Xueqian langsung pucat pasi. Tiba-tiba dia melihat seseorang muncul dari balik pohon di depannya.
Orang itu adalah penghuni apartemen.
Begitu melihat orang tersebut, Lin Xueqian bahkan belum sempat membuka mulut ketika melihat orang itu mendekatinya!
"Di mana Lin Xueqian?"
Tak lama kemudian, Lang Zhishan menyadari Lin Xueqian telah menghilang. Meski sebelumnya dia berjalan agak di belakang, kecepatannya tetap sama dengan mereka. Mengapa tiba-tiba dia lenyap?
Namun bagaimanapun mereka mencari, Lin Xueqian tidak akan ditemukan lagi. Bahkan besok pun, dia tidak akan hidup kembali.
Pembatasan apartemen terhadap hantu yang menginvasi gudang akhirnya mulai terlepas secara bertahap. Seperti misi darah biasa, hantu perlu interval waktu untuk membunuh. Tapi kali ini aturannya berbeda.
Dalam satu bulan, di hari apa pun, maksimal sepuluh penghuni akan dibunuh - termasuk mereka yang sedang menjalankan misi darah. Setelah mencapai sepuluh korban, pembunuhan akan berhenti. Hingga bulan berikutnya, sepuluh orang lagi akan dibunuh...
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Kedua Puluh Satu Gua
"Lenyapnya tiba-tiba Lin Xueqian seketika memicu ketakutan semua penghuni yang hadir! Mereka langsung menyimpulkan bahwa sudah ada hantu yang muncul!"
Tanpa komando dari siapapun, semua orang langsung melangkahkan kaki dan berlari secepatnya! Semua yakin ini bukan karena Lin Xueqian tertinggal, mengingat setiap orang terus memantau sekeliling. Dalam kondisi seperti ini, tak seorang pun menyadari lenyapnya Lin Xueqian - ini jelas tidak normal!
Yang paling ketakutan adalah Weisheng Liang. Ia ingat jelas, beberapa saat lalu Lin Xueqian masih berada tak jauh di sampingnya. Namun setelah melewati satu pohon, perempuan itu lenyap tanpa jejak!
Adegan ini juga disaksikan oleh seseorang - Feng Yuxian. Ia melihat jelas momen lenyapnya Lin Xueqian. Karena itu, kini ia pun berlari secepat kilat!
Namun saat melewati sebuah pohon, tiba-tiba Feng Yuxian melihat Xingchen dan yang lainnya telah lenyap tanpa bekas!
"Tidak..." Feng Yuxian membeku ketakutan!
Bagaimana ini bisa terjadi?
Ia segera menyadari - dirinya sedang berhadapan dengan hantu! Dimensi ruang sudah berubah!
Sebelum sempat berpikir lebih lanjut, Feng Yuxian tiba-tiba melihat di pohon depan, tubuh Lin Xueqian tergantung di dahan. Mayat yang sudah digantung hingga tewas itu bergoyang-goyang, pipinya pucat tanpa darah. Ketika pandangan Feng Yuxian turun ke bawah, ia hampir berteriak ketakutan!
"Di tempat itu, sebenarnya tidak ada apapun yang eksis. Tapi sekarang, ada seseorang berdiri di sana!"
"Kamu... Bagaimana mungkin kamu di sini?" Feng Yuxian merasa otaknya langsung kosong saat melihat orang itu! Orang ini, seharusnya tidak mungkin muncul di sini! Tidak, ini tidak benar...
Mengapa orang ini berdiri di bawah jenazah Lin Xueqian?
Tiba-tiba, dia melihat pemandangan yang lebih mengerikan.
Pikirannya seperti tersambar petir, langsung sadar! Orang ini... adalah hantu yang menyamar!
Namun sebelum sempat berpikir lebih dalam, tiba-tiba dia merasakan sesuatu melilit lehernya. Kaki pun mulai terangkat dari tanah.
Saat meronta-ronta di udara, pemandangan terakhir yang dilihat Feng Yuxian sebelum mati adalah wajah yang sudah benar-benar berubah bentuk di depannya!
Hotaru... Aku akan segera bertemu denganmu...
Feng Yuxian menyadari, jika mati kali ini mungkin tidak bisa hidup kembali. Memikirkan ini, hatinya justru merasa lega. Setelah masuk apartemen dan hidup dalam kengerian misi darah, akhirnya bisa bebas...
"Feng... Feng Yuxian mana?"
Saat terus berlari, Xingchen tiba-tiba menyadari Feng Yuxian menghilang!
Sekarang tersisa empat orang: Bian Xingchen, Lang Zhishan, Weisheng Liang, Qiu Xifan!
Keempat orang yang tersisa saling pandang saat menyadari bahkan Feng Yuxian pun menghilang! Rasa takut langsung meroket. Meski tahu bisa hidup kembali, tapi sudah sampai sejauh ini, apa harus menyerah di tengah jalan?
"Bercerai-berai!" Xingchen segera mengambil keputusan: "Kita tidak punya pilihan lain, bercerai-berai! Lari ke empat arah! Yang bisa lolos berapa pun jumlahnya!"
Begitu kata Xingchen, semua langsung memutuskan bertindak sesuai ucapannya! Bagaimanapun, jika Empat Orang tetap berkumpul saat melarikan diri, dikhawatirkan benar-benar akan mati di sini! Asalkan satu orang berhasil mencapai lapangan upacara, bisa mencoba keluar dari Bukit Puxia tepat di tengah malam pukul 00:00!
Cukup satu orang saja! Asalkan satu orang, setelah bangkit dari kematian besok, bisa memberi tahu informasi penting ini pada mereka!
Sambil berkata demikian, Xingchen sudah memilih satu arah untuk kabur! Dia tidak menoleh ke belakang, saat ini hanya terus meningkatkan kecepatan, jantung berdegup kencang!
Dia dan Shen Yu sudah berjanji, bagaimanapun caranya, harus kembali hidup ke apartemen!
Bagaimanapun juga!
Meskipun janji ini terlihat begitu lemah, begitu tak bermakna. Tapi Xingchen tetap harus mencoba!
Entah sudah berlari berapa lama, Xingchen masih merasakan sesuatu seperti mengejar dari belakang. Bagaimanapun, dua hari sebelumnya hanya bertahan kurang dari satu jam, kali ini tidak boleh lagi!
Xingchen menggigit gigi, dia tahu harus bertahan hidup selama mungkin untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Pengetahuan tentang alur cerita seharusnya bisa menjadi senjata andalannya, namun perkembangan sebenarnya jauh melampaui perkiraan Xingchen.
Untuk buku "Siklus Reinkarnasi", Xingchen adalah yang paling memahami. Bagaimanapun, saat itu dia bangun pagi dan langsung membuka komputer untuk menyelesaikan seluruh buku. Hingga kini, beberapa detail kecil masih jelas diingatnya, mengingat buku ini hanya memiliki sedikit lebih dari 100.000 karakter sehingga tidak sulit untuk dihapal. Dulu di Amerika, beberapa buku yang lebih panjang dari ini juga bisa diselesaikannya dengan cepat.
Apakah tindakan saat ini benar? Apakah sejak awal seharusnya dia berusaha mati-matian menemukan tokoh utama perempuan dan terus bersamanya sebagai cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa?
Sambil berpikir cepat, tiba-tiba kaki Xingchen tersandung batu. Seluruh tubuhnya terjatuh dan berguling-guling di tanah, hingga akhirnya menabrak akar pohon raksasa!
Namun saat tabrakan itu, Xingchen terkejut menemukan lubang pohon besar di bawah pohon raksasa tersebut! Sebelum sempat berpikir, tubuhnya sudah menggelinding masuk ke dalam lubang pohon itu.
Lubang pohon ini ternyata memiliki lereng curam yang membuat Xingchen terus menggelinding ke bawah. Setelah waktu yang tidak diketahui lamanya, tubuhnya akhirnya berhenti di dasar, tetapi dahinya menghantam batu yang menonjol sehingga membuatnya pingsan.
Terjerembab dalam kegelapan, Xingchen kehilangan kesadaran. Dalam kesadarannya yang kacau, dia merasakan tubuhnya melayang-layang. Ketika sadar kembali, dia terkejut menemukan dirinya berdiri di jalanan distrik Manhattan, memandang Patung Liberty di kejauhan.
Manhattan? Mengapa di sini?
Saat ini, dia berada di dekat Sungai Hudson. Jika diperhatikan lebih seksama, akan terlihat bahwa kakak Xingyan juga berada di sekitar sana.
Kedua saudara yang tumbuh besar di New York ini sering pergi ke Manhattan untuk menonton opera di Broadway. Bagi Xingchen, masa-masa itu, terutama setelah kematian Xingyan, telah menjadi kenangan yang paling berkesan dalam ingatannya.
"Kakak..."
Dalam mimpinya, Xingchen hanya melihat Xingyan berdiri tidak jauh darinya. Namun wajah Xingyan terlihat samar-samar. Xingchen yang sangat emosional ini ingin berlari dan memeluk saudara kandungnya sendiri.
"Kakak!"
Entah mengapa, dia sama sekali tidak bisa mendekat. Bagaimanapun dia menggerakkan kaki, Xingyan tetap berdiri seperti patung. Bahkan yang terlihat hanya punggungnya saja, wajahnya sama sekali tak tampak.
"Kakak, kakak!"
Tiba-tiba sekelilingnya berubah gelap gulita. Xingyan yang di depannya berbalik——dengan wajah mengerikan seperti saat menjadi hantu galak di villa itu——langsung menerjang dan menggenggam tangan Xingchen!
Seketika itu juga Xingchen membuka matanya. Sensasi pertama yang dirasakannya adalah sakit kepala yang menusuk. Dengan susah payah dia menopang tubuhnya, merasa sangat kehausan. Segera membuka tas ransel dan mengambil sebotol air mineral lalu meminumnya.
Sepertinya ini adalah sebuah gua.
"Aku... ah, kepala sakit sekali..."
"Mimpi tadi, bahkan sekarang Xingchen masih mengingatnya dengan jelas. Tidak tahu sudah berapa lama hanyut dalam kegelapan. Yang terakhir dilihatnya adalah punggung Xingyan di jalanan Manhattan, dan Xingyan yang akhirnya berubah menjadi hantu."
Meskipun itu mimpi, Xingchen merasa ada secercah kelegaan di hatinya. Baru sekarang dia menyadari betapa dirinya merindukan Xingyan yang sudah meninggal.
"Kakak..."
Dalam gua yang gelap, bayangan Xingyan muncul di benak Xingchen. Tapi akhirnya, dia teringat pemandangan terakhir dimana Xingyan berubah menjadi hantu galak.
Dia sangat paham, Xingchen, sudah tidak ada lagi di dunia ini.
"Dingin sekali... Sekarang, di mana ini... Ah, iya!"
Xingchen mengingat kembali kejadian-kejadian sebelumnya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu, buru-buru mengangkat pergelangan tangannya dan melihat jam tangan. Begitu melihatnya, mulutnya terkaget-kaget!
"Apa... j-jam setengah satu?"
Saat dia terjatuh ke sini, paling lambat sekitar jam 1 pagi. Ternyata di tempat ini dia koma selama lebih dari 12 jam? Untung saja selama itu tidak ada hantu yang muncul!
Tapi, tiba-tiba hatinya berdesir.
Dua belas jam?
Lubang pohon ini bisa bertahan aman selama 12 jam?
Ini jauh lebih aman dibanding danau di sebelah barat! Waktu amannya tiga kali lipat lebih panjang! Artinya, setiap hari jika kita lari ke sini, 24 jam bisa dapat separuh waktu aman! Selain itu, penghuni lain juga bisa menggunakan waktu ini untuk membaca novel dengan lebih teliti sekaligus berdiskusi tentang strategi penanggulangan. Perlu diketahui, meski tahu rute keluar, tapi tanpa adanya zona aman, mustahil bisa bertahan sampai akhir.
"Akhirnya, Xingchen memutuskan untuk terus menetap di sini dan mencari tahu batas maksimal waktu aman ini!"
"Tentu saja, meskipun zona aman ini tetap aman hingga setelah tengah malam pukul 00:00, tetap tidak mungkin tinggal di sini selamanya. Begitu waktu habis harus restart waktu, belum lagi hari terakhir juga tidak bisa terus di sini. Harus pergi dari sini dan kembali ke apartemen!"
"Dengan gugup menatap jam tangan, Xingchen memulai penantian panjangnya."
"Tentu dia tidak tanpa rasa takut. Tapi sekalipun mati di sini, besok bisa hidup kembali. Lagipula masih ada tiga orang, selama salah satu dari mereka berhasil mencapai plaza hari ini, mungkin bisa memperoleh informasi. Asal mendapat informasi, Xingchen merasa mati di sini pun layak."
"Maka, dia pun mulai menunggu."
"Berapa batas maksimal waktu aman? Dengan perasaan was-was, dia bersandar di dinding gua sambil menunggu. Gua ini sendiri sangat sempit, tingginya kurang dari satu meter namun lebarnya lebih dari dua meter - kalau tidak, saat Xingchen pingsan sebelumnya tubuhnya tidak bisa meregang."
"Sambil itu, dia mengeluarkan obat dari tas ransel, senter dan cermin. Menyalakan senter dan mengarahkannya ke cermin, dia mulai mengoleskan obat di dahinya."
"Begitulah, satu jam berlalu, dua jam... Xingchen semakin terkejut, tampaknya durasi waktu aman jauh melebihi perkiraannya!"
"'Sepertinya... bisa berhasil, bisa berhasil!'"
"Xingchen mulai bersukacita, lalu kembali melihat jam di pergelangan tangannya. Karena sudut pandang kali ini, cahaya fluoresen jam tangan menyinari lengan kiri. Karena sekarang musim panas, dia memakai baju lengan pendek."
"Seketika itu, di lengan kiri terlihat jelas - sebuah jejak tangan merah menyala!"
Saat ini, Xingchen teringat secara mendadak, dalam mimpi itu, saat Xingyan yang telah berubah menjadi hantu menggenggam tangannya. Saat itu, yang digenggam adalah tangan kirinya!
Itu... bukan mimpi! Yang menggenggam tangannya bukan Xingyan, melainkan salah satu hantu di gua ini!
## Jilid Kedua Puluh Dua Novel Horor Bab Kedua Puluh Dua Rute Aman Pertama!
Seketika, Xingchen hanya merasa seluruh tubuhnya menjadi kaku! Tanpa pikir panjang, dia segera berdiri dan berlari ke bagian gua yang lebih dalam! Karena bagian atas lubang pohon adalah lereng curam, sama sekali tidak bisa dipanjat!
Tapi bagaimana mungkin berlari cepat di area dengan ketinggian kurang dari satu meter? Namun Xingchen juga tidak bisa merangkak di tanah karena akan lebih lambat. Dia hanya bisa memaksimalkan kecepatan, apalagi istirahat panjang telah memulihkan energinya. Untungnya, semakin dalam, tinggi gua mulai melebar hingga akhirnya melebihi satu meter dan cukup untuk orang berpostur normal!
Xingchen sangat gembira. Sambil terus melesat di dalam gua, dia sesekali menoleh ke belakang memastikan tidak ada yang mengejarnya.
Tiba-tiba, Xingchen melihat bahwa ujung gua di depannya adalah jalan buntu!
Langkahnya tidak berhenti. Dia menghantam dinding batu berkali-kali, namun dinding itu sangat kokoh dan sama sekali tidak bisa ditembus!
"Saat ini, wajah Xingchen sudah berubah pucat pasi! Dalam situasi ini, jelas telah berubah menjadi situasi tanpa harapan! Dia menoleh ke arah kegelapan itu, mengangkat jam fluoresennya untuk menyorotkannya."
"Di seberang, tidak ada apa-apa."
"Dia terjatuh duduk, terus-terusan terengah-engah, menundukkan kepala ingin melihat kembali jejak tangan merah itu, namun..."
"Tiba-tiba dari dalam lengan baju pendek itu muncul sebuah tangan!"
"Di sisi lain, di sisi utara Gunung Puxia, Weisheng Liang sedang berlari kencang!"
"Terhuyung-huyung dia berlari tak tahu berapa lama, tiba-tiba melihat di depan muncul sebidang tanah lapang yang luas! Di tanah lapang itu terhampar permukaan tanah yang digali hingga licin, di empat sudut lapangan besar itu berdiri empat pilar hitam setinggi sekitar belasan meter, di pilar-pilar itu terukir pola menyerupai totem!"
"Ini, inilah tempatnya! Lapangan !"
"Setelah beberapa kali selamat dari maut, Weisheng Liang tidak menyangka akhirnya menemukan tempat ini!"
"Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari ke arah itu! Setelah lama berlari di lapangan , dia mulai melihat muncul jalan menurun di depannya."
"Sampai di depan pilar terakhir lapangan, Weisheng Liang melihat jalan menurun itu tidak terlalu panjang, dan di bawah jalan menurun itu tiba-tiba terlihat sebuah jalan tol!"
"Ternyata benar, begitu sampai di jalan raya berarti sudah keluar dari wilayah Gunung Puxia!"
"Benar, ternyata di sini!"
"Tapi masih belum pasti apakah hantu akan muncul di jalan jika pergi sekarang. Setelah berpikir sejenak, Weisheng Liang mengambil keputusan. Dia melangkah mantap, langsung menerjang ke bawah!"
"Bahkan jika mati, paling tidak... paling tidak ini adalah kebebasan!"
"Sekali memikirkan ini, dia langsung meluncur menuruni jalan turun. Mengingat perjuangan mati-matiannya sampai ke sini, beberapa kali mengira akan mati, akhirnya tiba juga di tempat ini, hatinya dipenuhi gejolak."
"Jalan turun ini sebenarnya tidak terlalu panjang, tapi Weisheng Liang merasa seperti takkan pernah sampai di ujung."
"Akhirnya dia menerobos ke ujung jalan tol di bawah. Tinggal beberapa langkah lagi, dia akan keluar dari Gunung Puxia!"
"Menggigit gigi, Weisheng Liang akhirnya menginjakkan langkah tanpa ragu lagi!"
"Mari kita lihat... berhasil atau tidak!"
"Akhirnya dia tiba di jalan tol! Saat itu juga, seolah menembus dinding tak kasat mata, seperti kembali dari dunia sihir ke realitas!"
"Mengangkat kepala, dia terkejut melihat matahari terang menggantung di langit. Bulan merah menyala itu telah lenyap tanpa jejak!"
"Tapi persis saat itu, bayangan di kakinya tiba-tiba bergerak. Weisheng Liang langsung kehilangan kendali atas tubuhnya. Dengan robotis, dia berjalan ke pinggir jalan tol, mengambil batu cukup besar. Lalu jongkok dan menghantarkan tubuhnya keras-keras ke batu itu!"
"Kutukan bayangan mutlak. Meski kondisi objektif tidak memungkinkan bunuh diri, setelah bayangan terurai sendiri, penghuni pasti tewas. Setelah berulang kali membentur batu, Weisheng Liang akhirnya meregang nyawa dengan tragis."
"Entah berapa lama kemudian, saat Xingchen sadar kembali, dia mendapati diri berdiri di tengah hutan. Di sekitarnya ada Lang Zhishan, Qiu Xifan, dan Weisheng Liang. Tapi Feng Yuxian dan Lin Xueqian telah menghilang!"
“Bagaimana... Bagaimana bisa ini terjadi?” Xingchen terkejut luar biasa!
“Ada apa?” Lang Zhishan juga menyadari waktu telah diulang, namun saat menengok sekeliling, dia mendapati Lin Xueqian dan Feng Yuxian ternyata tidak muncul!
Perubahan drastis ini hampir membuat wajah beberapa orang berubah pucat pasi!
“Bagaimana... Bagaimana mungkin...” Lang Zhishan merasa hampir tak bisa berdiri, berkata terputus-putus: “Bukankah... kita selalu mengikuti alur novel? Lalu kenapa? Kenapa mereka berdua tidak hidup kembali?”
“Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin!” Xingchen terus meremas-remas rambutnya, memandang ke sekeliling. Jika bukan karena pertimbangan tertentu, dia benar-benar ingin berteriak mencari kedua orang itu!
Namun pada tahap ini, semua itu sudah tidak mungkin lagi.
Selama kebimbangan ini, tiba-tiba Lang Zhishan teringat sesuatu. Dia segera melemparkan tas ransel di tangannya: “Cepat, pergi! Apapun yang terjadi, segera pergi!”
Dalam situasi saat ini, tidak ada yang berani terus tinggal, hanya bisa terus berjalan maju!
Rencana semula adalah mencari danau di barat hari ini. Asal menemukan Lan Dongmei, kita bisa mendapatkan denah lokasi itu. Tapi sekarang rencana sudah kacau balau!
“Dengarkan aku!”
Tiba-tiba Weisheng Liang membuka mulut.
“Aku... aku sampai di alun-alun persembahan! Di belakang alun-alun persembahan, ada jalan keluar dari Gunung Puxia! Lalu aku langsung keluar!”
“Keluar?” Wajah Xingchen dipenuhi keterkejutan: “Kalau keluar, kau akan mati oleh kutukan bayangan!”
“Tidak...” Weisheng Liang menggelengkan kepala dan berkata: "Saat itu, aku benar-benar telah meninggalkan Gunung Puxia. Ada jalan setapak di belakang alun-alun ritual yang langsung menuju keluar dari Gunung Puxia. Setelah keluar dari jangkauan bulan merah, aku melihat matahari bersinar di langit! Kemudian, aku langsung dibunuh oleh kutukan bayangan."
Benar!
Meninggalkan Gunung Puxia sebelum tengah malam pukul 00:00 memang akan terbunuh oleh kutukan bayangan. Tapi situasi sekarang berbeda dari biasanya, meski mati karena kutukan bayangan, kita bisa hidup kembali keesokan harinya. Artinya, selama sudah dipastikan ada jalan keluar dari alun-alun ritual, kematian akibat kutukan bayangan tidak menjadi masalah!
Kabar yang sangat menggembirakan ini membuat harapan di hati Xingchen menyala kembali. Tapi tiba-tiba dia berpikir: Bagaimana dengan Feng Yuxian dan Lin Xueqian? Mengapa mereka tidak bisa hidup kembali? Apakah ada misteri lain dalam proses kebangkitan ini?
Setelah berlari tak tahu berapa lama, keempat orang ini berhenti. Xingchen mulai menanyai Weisheng Liang secara detail. Dia satu-satunya yang berhasil mencapai alun-alun ritual. Lang Zhishan dan Qiu Xifan tewas dalam perjalanan menuju alun-alun ritual.
Weisheng Liang adalah bukti hidup bahwa alun-alun ritual memang menjadi jalan keluar dari Gunung Puxia!
"Nah, di hari ketujuh nanti kita bisa menggunakan jalan ini..." Qiu Xifan terlihat sangat bersemangat, "Sa...sangat bagus... Tapi...tapi sebenarnya apa yang terjadi pada Feng Yuxian dan Lin Xueqian?"
Kematian dua orang ini menyelimuti kabar gembira tersebut dengan awan kelam. Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya kematian kedua orang ini tidak ada hubungannya dengan misi darah itu sendiri. Mereka sepenuhnya mengira bahwa mereka tewas akibat kutukan dari misi darah. Jika demikian, bukankah ini membuktikan bahwa alur novel mungkin berbeda dengan realitas?
"Bagaimanapun... kita harus mencari Lan Dongmei terlebih dahulu!" Lang Zhishan bersikap tegas, "Mari kita berjalan ke arah barat. Jika danau itu memiliki aliran yang panjang, kita bisa mengikuti alirannya untuk menemukan Lan Dongmei... Sial, andai saja Feng Liehai yang menjalankan misi darah kali ini. Dia punya ingatan fotografis, cukup sekali melihat denah lokasi langsung hapal. Sungguh menyebalkan!"
Semua menghela napas. Bagaimanapun, misi darah kali ini terasa penuh bahaya. Meski menurut Weisheng Liang, lapangan persembahan memang bisa menjadi jalan keluar, tetap saja ada ketidakpastian. Karena perjalanan dari hutan ke lapangan persembahan sangat berisiko. Sedangkan jika melalui ngarai, resikonya sembilan nyawa melayang. Pilihan Lan Dongmei mengambil rute itu membuktikan tidak ada jalan yang lebih dekat.
Jadi meski sudah mendapatkan denah lokasi, tanpa membuka rute baru, satu-satunya cara adalah menyusuri jalan yang pernah dilalui Lan Dongmei menuju lapangan persembahan.
Perjalanan ini penuh bahaya mengerikan!
"Masih ada yang salah..." Xingchen mengernyitkan dahi dalam meditasi, "Pasti ada sesuatu yang terlewat. Jalan keluar sejati tidak mungkin seperti ini. Jika ingin para penghuni bisa melarikan diri dari neraka ini, rute ini masih terlalu berbahaya! Pasti ada jalur aman yang tersembunyi!"
"Bercanda apa, mana ada rute aman?" Qiu Xifan menggelengkan kepala, "Bisa keluar melalui Lapangan Persembahan saja sudah cukup bagus, masih mau menuntut apa lagi? Hari ini sudah hari keempat! Tiga hari berikutnya adalah kesempatan terakhir kita. Tapi Feng Yuxian benar-benar tewas, sepertinya memicu jalan kematian tertentu bisa menyebabkan kematian nyata bahkan sebelum hari keenam..."
"Rute aman? Mudahkah itu?" Weisheng Liang juga berkata: "Menurutku pendapatmu terlalu naif. Saya sudah membaca novel itu berulang kali, rute yang dicoba Lan Dongmei tidak ada yang benar-benar aman. Kalau sudah dipastikan belakang Lapangan Persembahan bisa meninggalkan Gunung Puxia, bukankah itu pasti jalan keluar? Apa masih ada cara lain?"
Xingchen saat ini sedang merenung, novel apa yang sedang dibaca Li Yin waktu itu? Bagaimana dia bisa mendapatkan novel ini? Terus terang Xingchen tidak percaya novel itu ditulis Li Yin, novel militer karyanya yang pernah dibaca Xingchen gaya bahasanya sangat berbeda, jelas bukan karya orang yang sama.
Kalau bukan Li Yin, lalu siapa?
Ada satu masalah lagi...
Apakah akhir cerita novel ini benar-benar berhenti pada detik Lan Dongmei dan anaknya melarikan diri? Mungkinkah sebenarnya masih ada kelanjutannya, tapi Li Yin tidak mengirimkannya ke Shen Yu?
Kemungkinan ini juga tidak bisa diabaikan. Tapi Xingchen tetap tidak bisa memastikannya.
Pada tahap ini, satu-satunya cara adalah pergi ke barat terlebih dahulu dan berusaha mendapatkan denah lokasi tersebut. Tentu saja, Lan Dongmei tiba di danau sisi barat sekitar pukul dua pagi. Sebelum itu, dia berada di area hutan lain. Karena danau merupakan lokasi yang relatif aman, lebih baik bertahan sampai waktu itu sebelum menemui Lan Dongmei.
Bagaimanapun juga, pergi ke arah danau di sisi barat adalah pilihan terbaik.
Setelah mengambil keputusan, semua orang mulai bergerak menuju arah tersebut!
## Jilid 22 Novel Horor Bab 23 Hal yang Tidak Pernah Dia Ketahui
Pergi ke danau barat adalah solusi terbaik yang terpikirkan saat ini. Meskipun telah menemukan rute aman, kematian Weisheng Liang akibat kutukan bayangan setelah meninggalkan Gunung Puxia di siang hari membuktikan bahwa selama periode larangan penghuni keluar, apartemen sengaja tidak menciptakan situasi mematikan karena penghuni yang nekat keluar tetap akan dibunuh oleh kutukan bayangan.
Oleh karena itu, informasi yang dibawa Weisheng Liang sebenarnya tidak cukup memberi harapan. Bagaimana keadaan saat tengah malam pukul 00:00 nanti? Tidak ada yang tahu.
Namun, fakta bahwa korban kutukan bayangan bisa hidup kembali membuktikan meski meninggalkan Gunung Puxia, reset waktu tetap akan terjadi sebelum hari terakhir. Jika demikian...
Mengapa Feng Yuxian dan Lin Xueqian tidak bangkit kembali?
Faktanya, wajar jika penghuni tidak tahu alasannya. Kematian Feng Yuxian dan pasangannya tidak ada hubungannya dengan misi darah itu sendiri, juga tidak dibatasi oleh tingkat kesulitan. Selain itu, segala kejadian yang biasa terjadi dalam misi darah akan diseimbangkan sesuai tingkat kesulitan misi itu sendiri. Seperti yang diduga Mizhen, kemunculan gudang itu sendiri sebenarnya adalah salah satu instruksi tulisan darah apartemen yang ditujukan untuk semua penghuni. Patut dicatat bahwa penghuni mana pun yang telah menyelesaikan sembilan misi darah tidak akan lagi diberi misi darah kesepuluh, karena misi darah gudang itu sendiri sudah dihitung sebagai satu misi. Apartemen sama sekali tidak akan memberikan lebih dari sepuluh misi darah kepada penghuni mana pun, kecuali untuk instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis.
Dengan kata lain... sejak saat hantu dari gudang itu menginjakkan kaki di apartemen, metode untuk meninggalkan apartemen dengan menyelesaikan sepuluh misi darah menjadi tugas yang hampir mustahil.
Saat itu, teks lengkap instruksi darah tersebut adalah sebagai berikut:
"Mulai dari misi darah kali ini, akan disediakan kartu akses ke 'gudang' untuk para penghuni. 'Gudang' akan menyediakan berbagai alat yang dapat digunakan untuk instruksi tulisan darah. Mulai hari ini hingga tengah malam pukul 00:00 tanggal 31 Desember 2011, gudang akan menyediakan alat-alat untuk misi darah."
Ini adalah misi darah yang sangat spesial. Namun ada satu hal yang sama dengan misi darah lainnya, kecuali ada ketentuan khusus, standar keberhasilannya tetap apakah bisa bertahan hidup. Secara permukaan, satu-satunya kriteria menyelesaikan misi darah ini adalah tetap hidup di dunia ini setelah pukul 00:00 pada 1 Januari 2012. Jika berhasil memenuhi ini, dianggap telah menyelesaikan misi darah. Sebaliknya, mustahil meninggalkan apartemen lebih awal di tahun 2011. Kecuali... menyelesaikan instruksi tulisan darah tingkat Raja Iblis.
Misi darah ini juga tidak memiliki hukuman kutukan bayangan. Karena standarnya hanya apakah bisa bertahan hidup. Baik di dalam apartemen maupun di luar, asalkan penghuni masih hidup ketika tahun 2012 tiba, itu dianggap telah menyelesaikan misi darah.
Tentu saja, semua fakta ini sama sekali tidak diketahui oleh para penghuni saat ini.
"Informasiku ternyata tidak terlalu bernilai?" hal ini membuat Weisheng Liang terlihat sangat kecewa. Sebenarnya, meskipun jenazah Feng Yuxian dan Lin Xueqian tidak ditemukan, kematian mereka semakin dipastikan. Penemuan ini membuat semua orang dipenuhi ketakutan - apakah misi darah ini menyembunyikan jalan kematian yang bisa terpicu?
Karena itu, keempat orang mulai mengingat-ingat apakah Feng Yuxian dan Lin Xueqian melakukan hal khusus saat itu. Namun bagaimanapun mereka mengingat, hanya bisa menyimpulkan bahwa keduanya tiba-tiba menghilang setelah melewati sebatang pohon. Tapi pepohonan di hutan itu seragam - ada poplar, ada pinus - jumlahnya tak terhitung tanpa ciri khas apapun.
"Dengan kata lain, ini sepenuhnya menjadi sebuah misteri. Bahkan dua orang yang sudah mati itu belum tentu tahu mengapa mereka mati, dan tidak bisa hidup kembali."
"Mungkinkah restart waktu mengalami hambatan tertentu?" Xingchen melanjutkan analisisnya: "Misalnya, restart waktu seperti memuat ulang save file permainan, tapi karena suatu kecelakaan, arsip Feng Yuxian berdua terhapus? Tidak, penjelasan ini terdengar aneh..."
"Apakah dalam novel disebutkan preseden seperti ini?" Lang Zhishan juga gelisah: "Jika kita tidak menemukan penyebab sebenarnya, semua usaha kita selanjutnya mungkin akan sia-sia. Jalan keluar bagi kita saat ini masih tetap menjadi misteri."
"Ya, jalan keluar... memang sebuah misteri..."
Dalam novel, ibu dan anak Lan Dongmei akhirnya tetap status hidup-matinya tidak jelas. Novel juga tidak menyebutkan adanya rute aman absolut. Jika ditelaah seluruh novel dengan seksama, akan terlihat bahwa tidak ada satu pun lokasi yang bisa tetap aman selamanya. Rute aman mungkin terbentuk dari kombinasi lokasi dan periode waktu berbeda, namun karena letak geografisnya terpisah, membentuk rute aman yang bisa dilalui manusia secara realistis tidak mungkin.
Satu-satunya rute aman yang berhasil dibuka sekarang pun tidak benar-benar aman. Dua jalur menuju Plataran Ritual Timur: satu melalui ngarai, satu lagi dari hutan ke Puncak Utara lalu ke timur. Sebenarnya mungkin ada rute lain, misalnya dari area tepi selatan (lokasi awal Xingchen dan kawan-kawan) menuju utara, mungkin bisa sampai. Tapi itu sepenuhnya jalan tak dikenal, bahkan Lan Dongmei sendiri belum pernah melewatinya.
"Sudah berjalan lama, Empat Orang terus berkeliling di Gunung Puxia yang merupakan campuran hutan dan dataran. Selama perjalanan, mereka juga menemukan banyak puncak gunung yang menjulang tinggi, namun tidak satupun danau yang ditemukan. Bagaimanapun juga, wilayah sebelah barat terlalu luas, membentang berkilometer-kilometer tanpa koordinat pasti. Hanya dengan konsep 'sebelah barat' ini, sangat sulit menemukan danau tersebut. Kecuali aliran danau ini sangat panjang, mungkin mereka bisa mencoba menyusuri tepiannya."
"Tepat ketika semangat semua orang mulai pudar, Weisheng Liang tiba-tiba berhenti. Ia mendengar suara gemericik aliran air samar-samar!"
"Itu... itu suara air!"
"Perkataan ini langsung menyemangati semua orang. Kelelahan yang dirasakan sebelumnya lenyap seketika. Mereka segera berlari ke depan, dan tak lama kemudian, setelah melewati hutan di depan, terlihatlah aliran air selebar lebih dari 10 meter yang terhampar di depan! Arus air danau yang deras ini cukup sesuai dengan deskripsi dalam novel!"
"Lantas, apakah Lan Dongmei berada di sekitar sini?"
"Namun, mereka langsung teringat bahwa dia tiba di danau sekitar pukul 2 pagi. Jadwal perjalanannya sebelum itu tidak dijelaskan secara rinci dalam novel. Saat itu, Lan Dongmei yang kelelahan memutuskan beristirahat sejenak bersama Xinghui di tepi danau, tidak menyangka mereka akan berada dalam keadaan aman selama empat jam berikutnya!"
"Menyusuri tepian danau ini, setiap orang merasakan kedamaian. Meskipun air danau memantulkan warna merah darah yang mistis di bawah sinar Bulan Merah, semua tahu bahwa tempat ini termasuk wilayah yang relatif aman di Gunung Puxia."
"Jadi, semua orang berjalan di sepanjang tepi danau dengan kecepatan yang melambat. Pada saat yang sama, mereka juga mengingat rute menuju ke sini dalam pikiran. Bagaimanapun juga tidak bisa meninggalkan tanda, karena besok tanda itu akan menghilang seiring restart waktu. Satu-satunya yang bisa disimpan hanyalah ingatan manusia."
"Ketiadaan Feng Liehai dalam misi darah kali ini benar-benar menjadi penyesalan besar. Jika dia ada, banyak masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Bagaimanapun, memori seringkali tidak bisa diandalkan. Terutama di gunung yang banyak area topografinya sangat mirip ini."
"Tentu saja, hal ini juga berlaku untuk Lan Dongmei. Setiap kali dia kehilangan peta denah, keesokan harinya harus menggambar ulang berdasarkan ingatan. Pada hari keempat, seberapa besar perbedaan memori akan mempengaruhi akurasi peta denah menjadi masalah serius, apalagi harus mempertimbangkan keakuratan ingatan Paman Zhuang sebagai pemberi informasi awal peta denah. Meski demikian, peta denah di tangan Lan Dongmei tetap menjadi hal yang sangat krusial."
"Bagaimanapun, semua orang masih belum memiliki pemahaman visual yang jelas tentang topografi gunung ini. Hal ini menjadi masalah terbesar di tahap saat ini."
"Namun tiba-tiba, Xingchen merasakan sensasi berdebar di dada yang sangat kuat. Perasaan berdebar itu datang secara tiba-tiba, membuat langkah kakinya sempat gemetar."
"Apa... apa yang terjadi?"
"Firasat kuat itu membuat Xingchen merasakan kengerian yang membuat jantung berdebar kencang. Perasaan mengerikan ini bisa dibilang sebagai situasi paling berbahaya sejak memasuki Gunung Puxia!"
"Wajahmu terlihat sangat pucat? Xingchen?"
Lang Zhishan jelas menyadari perubahan ekspresi wajah Xingchen yang tidak menentu, dan memperhatikan bahwa pandangan Xingchen tertuju pada danau merah darah itu.
"Hei, kalian kenapa? Diam saja?" Weisheng Liang juga jelas menyadari sesuatu, buru-buru bertanya: "Sebenarnya, ada apa?"
"Itu... apa?"
Tangan Xingchen terus gemetar, perlahan terangkat menunjuk ke arah batu di tengah danau. Mengikuti arah tunjukannya, semua orang pun memandang ke batu tersebut.
Kemudian, wajah mereka juga berubah dengan cepat!
"Tidak, tidak mungkin!"
Di atas batu itu, tiba-tiba tergantung sepotong kecil kain pakaian!
Sebuah adegan dari novel asli membuat semua orang teringat. Lan Dongmei pernah suatu hari saat melintasi danau, pakaiannya tersangkut di batu yang menonjol dan robek sepotong.
"Ini... kebetulan, kan?" Wajah Lang Zhishan juga berubah pucat. Xingchen mengatupkan giginya: "Pergi... cepat pergi! Lewati hutan ke Puncak Utara, lalu ke lapangan persembahan! Cepat!"
Tidak mungkin!
Karena itu baru terjadi pada hari ketujuh, hari terakhir Lan Dongmei, saat kainnya robek oleh batu itu! Mengapa kejadian hari terakhir justru muncul di hari keempat?
Ada apa ini sebenarnya?
Jangan-jangan hari ini adalah hari ketujuh, hari terakhir?
Membangun kematian Feng Yuxian, Xingchen mulai diliputi ketakutan. Apakah novel yang terwujud di gunung ini hanya sebagian? Atau seperti adaptasi novel ke film, ada perubahan alur cerita?
Namun, jika hari ini benar-benar hari terakhir, itu berarti penghentian siklus reinkarnasi! Begitu mati, akan benar-benar musnah tanpa ruang negosiasi!
Tidak mungkin... Tidak mungkin!
Apartemen tidak mungkin memberikan misi darah yang tidak masuk akal seperti ini! Jika penipuan total seperti ini terjadi, di manakah petunjuk jalan keluar? Apa jalan keluarnya?
Apakah memilih untuk mengubah novel menjadi realitas? Atau mungkin tiga hari dari hari keempat hingga keenam terhapus karena alasan tertentu? Apakah Feng Yuxian dan Lin Xueqian mengalami sesuatu selama tiga hari yang terhapus itu hingga tewas?
Atau... karena alasan tertentu, mereka kehilangan ingatan dari hari keempat hingga keenam?
Xingchen membuka ponselnya dan menggulir layar. Segera dia menemukan halaman itu, memastikan bahwa pakaian Lan Dongmei memang robek di hari ketujuh, hari terakhir!
Apakah ini kebetulan? Atau nyata?
Xingchen merasa panik. Mulai sekarang, dia harus menjalankan misi darah ini dengan asumsi dirinya benar-benar akan mati! Yang lain juga memiliki pendapat sama.
Harus dijalankan seperti misi darah normal!
Setelah berlari tak tahu berapa lama, akhirnya mereka menembus hutan. Mengikuti arah kompas, mereka mulai bergerak ke utara!
Sekarang otak semua orang kacau. Jika novel tidak bisa dijadikan patokan mutlak, jika misi darah mengubah alur cerita, maka kejadian selanjutnya tak bisa diprediksi!
Bukankah tingkat kesulitan misi darah ini benar-benar mencapai tingkat yang tak terkendali?
"Tidak ada yang bisa memahami, apa sebenarnya yang terjadi? Jika ini murni fenomena supranatural mungkin masih bisa dimaklumi, tapi misi darah biasanya mengontrol keseimbangan tingkat kesulitan. Mengapa kali ini terjadi fenomena anomali seperti ini? Atau mungkin memanfaatkan perbedaan antara novel dan realitas untuk membentuk jalan kematian?"
"Tapi jika memang begitu, lalu apa jalan keluarnya?"
Terlalu banyak tanda tanya yang bersarang di relung hati setiap orang!
Tapi, kepada siapa mereka bisa bertanya? Tak seorang pun bisa menjawab mereka!
Lebih dari tiga jam kemudian, mereka mulai menembus hutan yang sama seperti kemarin.
Sudah berdiskusi berkali-kali, tapi bagaimanapun juga berdebat, tak ada kesimpulan yang didapat.
Tidak bisa dimengerti!
"Intinya..." Lang Zhishan menunjuk ponselnya, "Sudah terjadi fenomena yang tidak sesuai dengan alur cerita secara berturut-turut! Pertama, Feng Yuxian dan Lin Xueqian tidak hidup kembali meski waktu sudah diulang! Kedua, sobekan kain itu! Mungkinkah hari ini adalah hari ketujuh? Apa yang sebenarnya terjadi? Tiga hari di antaranya langsung terhapus?"
"Aku juga tidak mengerti." Xingchen menggenggam rambutnya, matanya penuh urat darah, "Apa yang sebenarnya terjadi!"
Shen Yu! Bisakah kau memberitahuku?
Saat ini, satu-satunya yang terpikir oleh Xingchen adalah Shen Yu! Shen Yu adalah pilar penyangga dan fondasi hatinya, juga seluruh harapannya! Demi melindungi gadis yang masuk ke apartemen karena dirinya ini, Xingchen rela mengorbankan segalanya!
Dia masih ingat, saat perpisahan di pintu apartemen, Shen Yu tidak banyak bicara, hanya berpamitan singkat dengannya.
Akhirnya, ia berbisik di dekat telinga Xingchen: "Kau pernah berjanji padaku. Dalam hidup dan mati, kita bersumpah bersama. Genggam tangan kekasih dan menua bersama."
Kalimat pendek itu menjadi beban terbesar di hati Xingchen.
Genggam tangan kekasih dan menua bersama!
"Ikuti rute kemarin dulu!" Xingchen menggigit gigi: "Temukan lubang pohon yang kulihat kemarin! Lalu kita cari cara masuk!"
Mereka pun terus berlari ke depan. Tiba-tiba, mereka melihat pintu keluar hutan di depan. Tapi setelah mencapainya, mereka terpaku.
Ternyata itu adalah area lapang. Sebelumnya tertutup kanopi pohon rapat di atas kepala, tak terlihat.
Di atas kepala...
Terbentang ngarai besar yang diapit dua tebing curam!
Tempat ini ternyata perbatasan antara hutan dan ngarai!
Ngarai maut yang sembilan langkah dari kematian itu!
Saat menoleh ke belakang, jalan pulang sudah hilang. Hutan di belakang mereka lenyap tanpa jejak.
Novel aslinya menggambarkan demikian:
"Lan Dongmei menatap ke atas ngarai, tak percaya pada matanya!
Seorang wanita berbaju merah dengan rambut acak-acakan muncul di tepi tebing. Lalu muncul hantu perempuan merah kedua, ketiga, keempat, kelima... Di kedua sisi tebing hingga seluruh lereng yang terlihat, mulai bermunculan hantu-hantu perempuan merah yang berjealan!
Lan Dongmei segera membawa Xinghui berlari ke tempat itu! Namun saat itu, ribuan hantu perempuan berbaju merah mulai merayap turun dari tebing seperti laba-laba dengan kecepatan yang menakjubkan! Di belakang kelompok pertama yang turun, muncul kelompok kedua, ketiga! Berapa jumlah hantu perempuan yang wajahnya identik ini? Ratusan? Ribuan? Puluhan ribu? Yang jelas, sejauh mata memandang, selain hantu perempuan, tetap hantu perempuan!"
Semua orang menengadah... Di wajah setiap orang terpancar keputusasaan yang mendalam. Apakah mereka semua tahu, sangat mungkin jika mati kali ini, itu benar-benar kematian yang sebenarnya!
Sebenarnya Xingchen salah tebak. Faktanya, novel "Siklus Reinkarnasi" ini memang telah menjadi nyata sepenuhnya sesuai dengan tulisan Mian Tian. Alur cerita novel dan misi darah yang terjadi sama sekali tidak ada perubahan.
Siklus reinkarnasi ini awalnya hanya berlangsung empat hari. Ini adalah setting awal Mian Tian, "'empat' dan 'mati' memiliki pelafalan yang mirip", sehingga setting ini terasa lebih menciptakan suasana horor.
Malam itu, Xingchen hanya membaca sebagian novel sebelum tertidur. Bagian yang dibacanya, meskipun ada karakter wanita gila yang muncul, tidak menyebutkan berapa hari siklus reinkarnasi. Di malam hari, penghuni palsu itu mendekati komputer, membukanya, lalu memodifikasi dokumen. Mengubah "siklus empat hari" menjadi "siklus tujuh hari". Kemudian membagi pengalaman Lan Dongmei dalam dua hari terakhir menjadi pengalaman selama lima hari! Cukup dengan mengubah waktu dalam novel dan beberapa kalimat, semuanya bisa diselesaikan. Lan Dongmei sebenarnya hanya mati dua kali, namun diubah menjadi empat kali kematian. Selain itu, konten lainnya tetap sama dengan versi aslinya. Keesokan harinya, saat Xingchen bangun dan membuka kembali dokumen, yang terlihat adalah novel "Reinkarnasi" yang telah dimodifikasi secara besar-besaran. Modifikasi pada dokumen ini tidak akan terdeteksi kecuali memeriksa tanggal modifikasi terakhir. Apalagi meski diubah, jumlah katanya bertambah dan berkurang tetap sekitar seratus ribu karakter, sehingga kapasitas dokumen tidak banyak berubah.
Dengan demikian, novel horor Mian Tian telah diubah lebih dari separuh isinya. Semua ini tentu sama sekali tidak diketahui Xingchen! Jika mereka menjalankan misi darah berdasarkan novel aslinya, mungkin mereka benar-benar bisa menemukan jalan keluar!
Cahaya bulan merah darah menyinari ke bawah. Di atas ngarai, banyak suara mulai terdengar.
Xingchen tidak akan pernah bisa keluar dari Gunung Puxia.
Di atas ngarai, teriakan melengking bergema membentuk riak-riak gema di Gunung Puxia. Semua gema itu berisi satu makna: "Shen Yu!"
Hanya saja, suara itu terlalu mengerikan, terlalu penuh keputusasaan. Bahkan orang berhati baja sekalipun pasti akan tersentak mendengarnya.
Sampai mati, Bian Xingchen tidak pernah tahu, mengapa? Mengapa semua ini terjadi?
Namun, tidak ada yang bisa memberinya jawaban.
Tidak ada "manusia"...
## Jilid 23 Balasutan Topeng Bab 1 An Xueli
2 Juli, sekitar pukul empat lebih pagi.
Depan pintu masuk apartemen, lebih dari 30 penghuni berkumpul. Karena pelaksana misi darah melibatkan tiga faksi, seluruh perwakilan hadir. Terutama ketiga pemimpin faksi: Ke Yinye, Kamya Sayoko, dan Xu Tao. Di antara mereka juga hadir Shangguan Mian. Dimana pun dia berdiri, kerumunan langsung menyibak. Hanya pengikut Shengri Jiao yang tidak menunjukkan ketakutan, yakin dilindungi Santo Xu Tao sehingga Shangguan Mian tak bisa melukai mereka.
Di antara kerumunan, Shen Yu terus berdiri di depan pintu putar. Dia telah bertahan berjam-jam tanpa duduk sama sekali. Pipinya pucat bagai patung lilin, membuat banyak orang menghela napas.
Li Yin juga muncul di lantai satu, berdiri tak jauh di belakang Shen Yu. Meski para penghuni ramai berbisik, perhatian mereka tetap tertuju ke luar.
Semua tahu nasib enam orang itu sudah di ujung tanduk. Sekalipun Pegunungan Puxia memutus komunikasi, waktu selama ini seharusnya cukup untuk mencapai area perkotaan. Tapi ponsel tetap tidak bisa menjangkau mereka.
Shen Yu masih berdiri kaku di depan pintu putar, enggan bergerak.
“Lupakan... ayo kita pergi.” Luo Shisan memandang punggung Shen Yu sambil menggelengkan kepala. Sebagai anggota Night Feather Alliance, hatinya sangat paham bahwa Xingchen kemungkinan besar tidak akan kembali.
“Pu Shenyu, dia terlihat sangat menyedihkan.” Di samping Luo Shisan berdiri ahli penyamaran An Xueli, anggota Aliansi Kamya. Namun melihat kondisi Shen Yu saat ini, hatinya juga terasa tersayat. Dia tahu dulu Shen Yu sengaja memasuki apartemen untuk menyelamatkan Xingchen. Tapi kini Xingchen justru tewas, maka keikutsertaan Shen Yu menjadi sia-sia belaka.
“Mungkin ini karma.” Tiba-tiba An Xueli mendengar suara dari belakang: “Siapa suruh perempuan ini dulu membunuh begitu banyak penghuni? Bukankah Bian Xingchen sendiri juga pernah membunuh seorang penghuni bernama Pu Min? Kalau dihitung-hitung, kita tak perlu kasihan pada mereka.”
An Xueli mengerutkan kening. Saat hendak menoleh untuk membalas, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Luo Shisan.
“Jangan cari masalah.” Luo Shisan menatapnya sambil menggeleng: “Dalam situasi sekarang, tak perlu membuat keributan tambahan.”
An Xueli menatap tajam Luo Shisan. Pria dari aliansi musuh ini memang tak punya bahasa bersama dengannya. Namanya saja sudah aneh - Shisan (tiga belas), bagaimana mungkin orang tuanya memberi nama seperti ini? Meski terlihat low profile di apartemen, intelijen menyebutkan Ke Yinye sering muncul bersamanya. Siapakah Ke Yinye? Bisa dipercaya oleh orang sehebat itu, pastilah Luo Shisan ini bukan orang sembarangan!
"Karma?" Kalimat itu diucapkan oleh seorang wanita yang berdandan sangat menor. An Xueli menoleh dan langsung mengerutkan kening. Wanita itu memakai riasan tebal, berpakaian terbuka, dengan sikap dan bicara yang menunjukkan pengalaman hidup di jalanan. Jelas sekali dia bukan wanita baik-baik. An Xueli lupa namanya, hanya ingat samar-samar marga Liu.
Satu jam berlalu lagi. Separuh penghuni sudah pergi. Mereka yakin keenam orang itu tak mungkin selamat. Di lokasi hanya tersisa belasan penghuni yang masih menunggu.
Li Yin masih bertahan. Namun Ziye tidak muncul di tempat ini.
Yin Ye berjalan mendekati Li Yin. Wajah Li Yin sekarang terlihat sangat kaku, dipenuhi bekas penderitaan, matanya seolah bisa menembus lorong waktu. Garis rambutnya sudah mulai dihiasi uban. Uban di usia muda ini membuktikan betapa besar trauma yang dialaminya.
"Mengapa kau menyiksa diri?" Yin Ye menghela nafas. "Kau ingin aku sampaikan ke Ziye: kecuali kau yakin bisa melindunginya keluar dari apartemen, kau tak akan memberi janji lagi. Benar, harapan yang besar hanya akan berujung pada keputusasaan. Seperti Shen Yu sekarang. Aku tahu, kau tak ingin dia suatu hari nanti seperti Shen Yu yang berdiri di pintu apartemen..."
"Ke Yinye." Li Yin sama sekali tidak menoleh, berbicara dengan nada dingin. "Aku tak ingin mendengar omong kosongmu sekarang."
Yin Ye tidak marah. Matanya juga mengikuti bayangan Shen Yu yang menjauh.
Tiga penghuni lagi memilih pergi selama periode ini.
“Sebenarnya, ada satu kejadian.” Yin Ye akhirnya berbicara lagi: “Liu Rong menghilang. Dia anggota Night Feather Alliance-ku, selama ini bertugas mengorganisir informasi misi darah, kan kau tahu? Aku sering berkomunikasi dengannya, tapi ketika terakhir kali mencoba menghubunginya, tak bisa terhubung dan dia tidak ada di ruangannya.”
“Jadi?” Suara Li Yin tetap datar bagai sumur tua, seolah tak ada yang bisa mengguncang jiwanya.
Beberapa penghuni di sebelah Li Yin merasakan jantung berdebar kencang. Dari tubuh Li Yin memancar aura suram yang bisa menggoyahkan ketenangan hati siapapun, seolah Li Yin sendiri adalah bayangan - wajahnya tanpa cahaya. Tapi di matanya tersembunyi kilatan keganasan yang membuat siapapun yang menatapnya langsung merinding ketakutan!
Ekspresi Li Yin sekarang bahkan lebih hampa dibandingkan Shangguan Mian! Saat ini, dia terasa asing sampai-sampai orang tak mengenalinya lagi!
Jika ada yang bilang Li Yin bisa membunuh semua penghuni di depan mata tanpa beban, mereka pasti akan percaya tanpa ragu!
Sifat Li Yin jelas telah berubah drastis! Li Yin yang dulu sudah hilang selamanya. Belakangan ini, dia terlalu banyak merenung. Dia juga telah menemukan tempat untuk menguburkan abu jenazah ibunya.
"Sekte Hari Suci... sepertinya juga ada masalah yang muncul." Yin Ye menambahkan: "Aliansi Kamya juga terlihat aktif. Tapi mereka seperti saling menyembunyikan sesuatu."
"Hanya akal-akalan belaka." Li Yin menatap Yin Ye di sampingnya, sorot matanya tiba-tiba memancarkan "niat membunuh": "Kau tahu kan? Masalah Chu Mizhen?"
"Yinyu sudah memberitahuku. Kau sudah mengetahui hal ini."
Pada saat ini, suara mereka berdua mulai direndahkan, sehingga penghuni sekitar tidak bisa mendengar percakapan mereka. Tentu saja, tidak ada yang berani menguping.
"Mengetahui hal ini tapi masih menyembunyikannya dariku, kalian benar-benar ahli dalam 'mengincar'." Wajah Li Yin yang sedingin es di musim dingin itu menyiratkan pandangan kejam: "Aku akan mencari cara menemukannya. Aku peringatkan, Ke Yinye, jangan coba-coba memanfaatkannya untuk bertindak terhadapku atau Ziye, atau kau akan tahu seberapa mengerikannya aku. Saat ini, tidak ada yang tidak bisa kulakukan."
"Dalam hal ini, aku juga sama." Yin Ye menghadapi Li Yin tanpa menunjukkan ketakutan, justru merespons dengan tenang: "Aku masuk ke apartemen ini hanya agar Yinyu bisa keluar hidup-hidup. Untuk mencapai tujuan itu, apapun akan kulakukan."
Mengangkat pergelangan tangan, melihat jamnya, Li Yin lalu menatap Shen Yu di hadapannya: "Kuberi nasihat, suruh orang Night Feather Alliance lebih sering memantau wanita ini. Dulunya dia sudah ekstrem, sekarang Bian Xingchen mati, dikhawatirkan dia akan kehilangan akal sehat sepenuhnya."
“Aku tahu.” Yin Ye mengangguk perlahan, “Aku tidak pernah benar-benar mempercayai Pu Shenyu. Tidak, seharusnya kukatakan, aku tidak pernah mempercayai siapa pun.”
Entah sejak kapan, Shangguan Mian juga telah pergi. Saat ini, lobi lantai dasar hanya tersisa Li Yin, Yin Ye, Luo Shisan, An Xueli, dan Shenyu – lima orang saja.
An Xueli perlahan mendekati Shenyu. Gadis berusia dua puluh tahun ini saat ini jelas berada dalam keadaan lebih buruk dari kematian. Justru karena memahami hal ini, An Xueli ingin menghiburnya. Bagaimanapun, di apartemen, hanya sedikit yang bersimpati pada Shenyu. Orang seperti Lang Zhishan bahkan membencinya setengah mati. Hanya Xingchen yang tulus memperlakukannya.
“Nona... Nona Pu...” An Xueli akhirnya sampai di samping Shenyu, hendak berkata sesuatu, tapi melihat wajah Shenyu yang sama sekali tak basah oleh air mata. Tubuhnya hanya berdiam seperti patung, tak lebih dari itu.
An Xueli tiba-tiba merasa dadanya sesak. Bahkan air mata pun tak bisa keluar lagi dari gadis ini?
Dia masih hanya seorang anak! Kehilangan Xingchen, satu-satunya sandaran di dunia ini. Masih adakah kehendak untuk bertahan hidup dalam dirinya? Akankah dia memilih bunuh diri setelah ini?
“Nona Pu.” An Xueli melangkah lebih dekat, “Bagaimanapun, jangan terlalu sedih. Aku... aku tidak pandai bicara, tak tahu cara menghibur. Tapi karena sudah begini, mari kita fokus bertahan hidup. Harus bertahan hidup!”
Shen Yu tidak menjawab. Dia telah berdiri selama lebih dari lima jam, namun tubuhnya masih tetap tegak.
Li Yin memandang dingin ke arah Shen Yu, lalu berjalan cepat mendekatinya. Sampai di belakang Shen Yu, dia hanya berkata singkat: "Aku tak ingin banyak bicara. Tapi ingat satu hal dalam setiap keputusanmu. Nyawamu sangat dicintainya."
Setelah itu, Li Yin berbalik badan dan berjalan lurus menuju lift.
Sekarang hanya tersisa An Xueli, Yin Ye, Luo Shisan, dan Shen Yu.
An Xueli agak terkejut melihat Luo Shisan masih bertahan di sini.
Orang yang sangat dihargai Ke Yinye ini, untuk apa dia di sini? Apakah karena Pu Shenyu juga anggota Night Feather Alliance? Jika benar, pria ini cukup menghargai hubungan persaudaraan.
An Xueli pernah memiliki adik yang seusia dengan Shen Yu. Jika adiknya masih hidup, usianya mungkin sebanding dengan Shen Yu. Dia takkan pernah lupa bagaimana adiknya bunuh diri setelah ditinggal kekasih.
Tak bisa melupakan kejadian itu, An Xueli menolak menerima kematian adiknya. Dia mempelajari kemampuan menyamar dan merias wajah, mengubah penampilannya menjadi mirip adiknya. Kini semua orang di sekitarnya mengira sang adik masih hidup. An Xueli menggantikan adiknya melanjutkan hidup adiknya, mengambil alih segala sesuatu tentang sang adik.
Sampai, pada hari dia memasuki apartemen ini, akhirnya dia menghentikan kehidupan palsunya yang menyamar sebagai adik perempuan dan melanjutkan hidup sang adik. Selama ini, dia terus menipu dirinya sendiri.
Tiba-tiba, Shen Yu limbung dan seluruh tubuhnya terjatuh ke lantai, pingsan. An Xueli segera membantu mengangkatnya sambil berteriak ke arah Yin Ye dan Luo Shisan di samping: "Hei, cepat, cepat ke sini! Dia pingsan!"
## Jilid 23 Pesta Topeng Bab 2 Mayat dan Patung Batu
Luo Shisan dan An Xueli membawa Shen Yu kembali ke ruangan. Setelah menyelimutinya, An Xueli berkata pada Luo Shisan: "Terima kasih sudah membantu membawanya kembali."
"Jika kamu ingin menjaganya, lebih baik aku pergi dulu."
Sebagian besar penghuni apartemen sebenarnya sangat membenci Shen Yu. Ayahnya adalah iblis, dan dia sendiri dulu pernah menyebabkan kematian banyak penghuni. Jadi, dipastikan dia akan dikucilkan oleh banyak penghuni nantinya. Bagaimanapun, orang yang hidup di apartemen ini tidak akan punya belas kasihan berlebihan untuk mengasihani seorang pembunuh, apalagi pembunuh yang pernah membunuh sesama penghuni.
An Xueli memandang Luo Shisan. Kesediaannya membantu membawa Shen Yu ke lantai 25 saja sudah cukup baik, tidak bisa mengharapkan lebih.
"Kamu juga tidak perlu terlalu mengasihaninya," kata Luo Shisan sambil menatap Shen Yu yang pucat bagai kertas: "Di apartemen ini, uruslah dirimu sendiri saja."
Setelah mengatakan itu, Luo Shisan pun pergi.
Setelah keluar dari pintu, dia menemukan Yin Ye sedang menunggunya di sekitarnya. Luo Shisan segera berjalan mendekat, lalu mereka berdua menuju ke lift bersama.
"Selanjutnya usahakan atur orang untuk memantaunya," Yin Ye menekan tombol lift, pandangannya dingin: "Kau yang bertanggung jawab atas ini, Shisan."
"Baik."
"Selain itu... segera temukan Liu Rong, dan langsung hitung semua anggota aliansi apakah masih ada yang kehilangan jejak. Ini sangat penting, harus segera diselesaikan. Kurasa Kamya Sayoko sekarang juga sedang pusing memikirkan hal ini."
"Tenang saja." Luo Shisan mengeluarkan sebungkus Soft China, menjepit rokok di mulutnya. Yin Ye segera mengulurkan korek api dan menyalakannya untuknya.
"Terima kasih. Menurutmu, situasi apa yang terjadi?" Luo Shisan menghisap rokok dalam-dalam, sambil menatap layar penunjuk lantai: "Menurutmu, apakah ini ada hubungannya dengan Sekte Matahari Suci? Apakah kita terlalu toleran terhadap sekte ini?"
"Perkembangan Sekte Matahari Suci melampaui perkiraan kita. Awalnya mempertimbangkan sekte ini bisa menenangkan sebagian penghuni sehingga menyetujui diam-diam eksistensinya, tapi sekarang jelas pertimbanganku kurang matang." Yin Ye mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, "Tiga Aliansi Besar masih dalam keseimbangan kekuatan, tapi setelah dua pecahan terakhir Perjanjian Neraka dirilis, keseimbangan ini akan hancur total. Tidak menutup kemungkinan sebagian anggota radikal yang kehilangan akal sehat sudah mulai bertindak..."
Saat itu, pintu lift terbuka.
Kedua orang itu berjalan bergandengan tangan masuk ke lift, kemudian Yin Ye melanjutkan: "Tambahkan personel, pantau Aliansi Kamya dan Sekte Shenri. Selain itu, saat memasuki ruangan harus dipastikan apakah ada yang pernah masuk sebelumnya, periksa apakah ada alat penyadap atau sejenisnya."
"Akan katurunkan." Luo Shisan mengangguk ringan, "Aku akan pilih orang-orang yang paling setia pada aliansi untuk menangani ini. Tenang saja, bagaimanapun juga, aku yang paling setia padamu."
Tubuh Yin Ye bersandar perlahan di dinding, mengambil rokoknya sambil berkata: "Luo Shisan, selama kau bisa berkontribusi untuk aliansi, di masa depan aku juga tak akan membiarkanmu celaka sedikitpun."
Meski wajah Luo Shisan tetap datar, dalam hatinya berpikir: Bicaranya lebih merdu dari nyanyian, Ke Yinye. Hubungan aliansi kita lebih rapuh dari tahu, kita hanya bekerja sama sementara untuk bertahan hidup. Sudahlah, kau orang yang kuhargai, jadi untuk sementara akan kubantu. Kuharap kau jangan mengecewakanku.
Sementara An Xueli masih menjaga Shen Yu. Melihatnya, tanpa sengaja membuat An Xueli teringat adik perempuannya.
"Setelah bangun, bagaimana dia akan melanjutkan hidup?" Ekspresi sedih muncul di wajah An Xueli sambil menundukkan kepala, mengusap matanya: "Hidup di apartemen ini saja sudah cukup kejam, dia masuk ke sini secara sukarela demi Bian Xingchen."
“Banyak penghuni tidak memahami cinta antara Bian Xingchen dan Pu Shenyu, menganggap hubungan mereka sebagai penyimpangan, bahkan lebih tidak bisa mengerti mengapa dua orang yang baru bertemu beberapa jam bisa langsung membangun hubungan cinta, membuat Shenyu secara sukarela memasuki apartemen dan melakukan pengorbanan mengerikan ini? Bagaimanapun, dia berbeda dengan Ke Yinye, seberapa dalam pemahamannya tentang kengerian apartemen? Dalam kondisi seperti ini, dia masih bersedia masuk ke apartemen dan menjadi penghuni?
Tapi An Xueli bisa mengerti. Bagi orang seperti Shenyu, kekasih yang dicintainya adalah segalanya. Pada saat bertemu Xingchen, dia mendapatkan semua yang kurang dalam hidupnya sebelumnya. Jadi pada saat itu, Xingchen mengisi kekosongan hidupnya yang cacat. Karena alasan inilah, dia rela mengorbankan segalanya untuk melindungi cinta ini.
Sungguh kejam. Terlalu kejam, pengorbanan sebesar ini, bahkan nyawanya hampir dikorbankan, tapi dia tetap tidak mendapatkan kebahagiaan. Sekalipun dia pernah melakukan kesalahan di masa lalu, hukuman yang diterimanya sekarang seharusnya sudah cukup bukan? Lagipula, yang dia tanggung sekarang adalah hukuman yang lebih kejam daripada kematian!
Memikirkan ini, An Xueli tak bisa menahan harapannya bahwa Bian Xingchen belum mati. Mungkin dia masih hidup, masih mungkin kembali ke apartemen. Ponselnya mungkin tertinggal di gunung, mungkin dia sedang dalam perjalanan kembali ke apartemen. Jadi, masih ada kemungkinan Xingchen masih hidup.
"Bertahanlah, Pu Shenyu." An Xueli menundukkan kepala memandang Shenyu, berkata: "Mungkin dia masih hidup. Jangan menyerah, mungkin masih ada harapan."
Demikianlah, An Xueli terus menjaga Shen Yu. Sebenarnya sebelumnya dia tidak memiliki ikatan emosional yang mendalam dengan Shen Yu, tapi saat ini dia merasa setidaknya harus ada seseorang yang menemani gadis ini. Kini, di apartemen, tak ada satu pun penghuni yang peduli dengan nasibnya. Paling-paling, mereka hanya khawatir jika dia kehilangan akal sehat dan membahayakan penghuni lain.
Bayangan adiknya yang tewas mengenaskan di kamar mandi akibat memotong pergelangan tangan kembali melintas di benak An Xueli. Setelah itu, dia menguburkan jenazah adiknya sendirian, menyembunyikan kematian sang adik dari dunia luar, dan menyamar sebagai adiknya untuk hidup di dunia ini. Hampir kehilangan jati dirinya, dia menyelesaikan pendidikan kuliah adiknya, bahkan bekerja di perusahaan dengan identitas sang adik.
Dia sendiri tidak tahu kapan semua ini akan berakhir.
Hingga suatu hari, pria yang diam-diam disukainya di perusahaan tiba-tiba berkata bahwa dia menyadari telah lama menyukainya. Saat itu, An Xueli dilanda kebingungan.
Dia tidak mungkin menikahi pria ini dengan identitas sebagai adiknya. Tapi apakah harus melepas topeng penyamarannya? Jika begitu, bukankah dirinya akan dianggap sebagai penyimpang? Bagaimanapun, pria itu jatuh cinta pada "sang adik", bukan dirinya yang sebenarnya.
Ironisnya, An Xueli juga mencintai pria tersebut.
"Ingin mencintai, tapi tak bisa menerima." Hingga akhir, dia bahkan tak tahu siapa dirinya sebenarnya. Dalam masa kebingungan itu, saat sedang berjalan-jalan, dia tanpa sengaja memasuki apartemen ini. Seolah takdir, sejak itu dia bisa menghilang dari dunia, tak perlu lagi memainkan peran adik, tak perlu lagi menghadapinya.
Sungguh kehidupan yang menyedihkan.
Matahari terbit di timur. Apartemen memulai hari baru. Tiga aliansi besar masing-masing mengirim perwakilan untuk mengadakan rapat. Karena di dalam apartemen, muncul delapan penghuni yang hilang!
Dari sepuluh penghuni ini, tiga berasal dari Sekte Matahari Suci, tiga dari Aliansi Kamya, dua dari Aliansi Night Feather!
Masalah sebesar ini akhirnya muncul ke permukaan.
Setiap aliansi mengalami kasus kehilangan!
"Masalah ini harus secepatnya diselidiki!" Dalam rapat, Ke Yin Ye berkata dengan nada dingin: "Ketiga aliansi sama-sama kehilangan anggota. Ini harus segera ditangani!"
"Yakin mereka hilang?" Seorang penghuni bertanya.
"Yakin." Kamya Sayoko yang menjawab: "Delapan orang itu adalah tulang punggung aliansi, mengerjakan tugas-tugas penting. Mustahil mereka pergi tanpa kabar."
"Saya punya dugaan." Seorang pria berkantung mata hitam memutar-mutar pena di tangannya: "Bagaimana jika mereka menerima misi darah, lalu langsung berangkat tanpa memberitahu siapa pun?"
Pernyataan ini bagai batu yang mengobarkan gelombang. Saat ini misi darah memang muncul tak terduga. Jika ada yang keluar sekarang, tak ada yang akan merasa aneh.
“Dan pria dengan lingkaran hitam di bawah mata ini, tak lain adalah Li Yin!”
Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir dia menghadiri pertemuan penghuni.
Li Yin mengabaikan pandangan terkejut orang lain dan melanjutkan: "Alasan menyembunyikan fakta tentang pelaksanaan misi darah juga sederhana. Karena dalam misi darah yang harus mereka jalankan, fragmen keenam Kontrak Neraka telah dirilis. Masih perlu dijelaskan lebih lanjut?"
“Kau!” Kamya Sayoko langsung berdiri dari kursinya dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah: “Barusan kau bilang mereka ingin sepenuhnya menyembunyikan dan menguasai fragmen keenam Kontrak Neraka?”
Seketika suasana di antara penghuni menjadi seperti panci minyak mendidih, berbagai komentar bermunculan. Bagi penghuni, Kontrak Neraka memiliki nilai setara dengan nyawa - tiket untuk meninggalkan apartemen ini! Jika benar fragmen keenam Kontrak Neraka telah dirilis namun disembunyikan oleh delapan orang ini, itu sama bahayanya dengan bom besar!
“Diam kau!” Luo Mizi yang duduk di samping Xu Tao memukul meja dengan keras lalu berdiri: “Lu Zhaotian dan dua lainnya adalah pengikut setia Santo kami. Li Yin, ucapanmu tadi menghina Gereja Suci Hari kami!”
“Luo Mizi, Sang Santo di sampingmu saja belum bicara, tapi kau sudah angkat suara. Jangan-jangan kau ingin mengambil alih peran?”
Suara dingin tiba-tiba terdengar, dan yang berbicara itu tak lain adalah Ying Ziye!
“Kalimat ini membuat ekspresi Li Yin berubah drastis! Sorot mata dingin Ziye menancap ke Luo Mizi, melanjutkan: "Lagipula, hipotesis Li Yin memang memiliki dasar. Penghuni yang hadir, tidakkah kalian merasakan hal yang sama?"”
Berbagai spekulasi bermunculan dari para penghuni. Bahkan ada yang bertanya-tanya apakah apartemen itu sendiri sudah dihuni hantu? Namun pendapat ini sama sekali tidak dianggap serius, karena hampir semua penghuni yakin tak mungkin ada hantu yang masuk ke apartemen. Keyakinan ini tertanam kuat seperti rumus matematika.
Rapat membahas hipotesis yang diajukan Li Yin. Diputuskan untuk membuat sistem giliran menempatkan penjaga di pintu apartemen. Jika ada satu saja dari delapan orang itu kembali, akan dilakukan penggeledahan ketat oleh perwakilan dua aliansi besar lainnya. Meski menuai banyak protes, tiga aliansi besar akhirnya berkompromi demi kepentingan bersama.
Pasalnya, ada yang mencurigai ini skenario salah satu aliansi untuk menghilangkan jejak dengan pura-pura kehilangan anggota. Ketiga aliansi sama sekali tidak mempertimbangkan faktor hal gaib. Bagaimana mungkin ada yang tewas di dalam apartemen yang menjamin keamanan mutlak, kecuali melanggar kutukan bayangan?
Usai rapat, Li Yin yang sedang meninggalkan ruangan tiba-tiba mendengar suara dari belakang.
“Li Yin.”
Menoleh ke belakang, Li Yin melihat sosok Ziye yang berdiri tak jauh di belakangnya.
"Wajahnya terlihat sangat lesu. Meski begitu, dia menunjukkan ekspresi tegas dan berkata: 'Aku mengerti, aku akan menunggumu. Sampai kau memiliki kemampuan untuk melindungiku, memiliki cara untuk melindungi dirimu sendiri. Saat itulah, kau bisa berjanji padaku secara langsung, bahwa kita bisa meninggalkan apartemen bersama.'"
Li Yin menatapnya lama, akhirnya dia membuka mulut dan mengucapkan satu kalimat.
"Pastikan makan tepat waktu dan tidur lebih awal."
Hanya satu kalimat singkat itu.
Akhirnya, dia berbalik dan berjalan menuju lift.
Setelah kembali ke ruangan, Li Yin mengunci pintu, memastikan tidak ada yang masuk ke rumah, lalu duduk di sofa ruang tamu. Saat ini, matanya sudah dipenuhi air mata.
"Ziye..."
Membiarkan air mata mengalir membasahi bajunya. Li Yin akhirnya bisa menangis sepuasnya.
Langit masih tetap bersih tak bernoda.
Di langit lain yang tidak disinari matahari cerah, hanya awan kelabu yang menyelimuti. Di sebuah rumah di pusat kota yang dikelilingi batu-batu aneh.
Pintu masuk ruang perpustakaan yang terlihat reyut terbuka, Mizhen masuk.
"Li Yin, tidak ada orang, masuklah." Setelah berkata, Mizhen melangkah pelan masuk ke ruang perpustakaan. Rak buku di depannya penuh debu dan kotoran.
"Ternyata memang tidak ada." Mizhen melihat ke sekeliling ruangan dan berkata.
"Apa yang tidak ada?" Dia mendorong pintu dan masuk, mendekati Mizhen sambil bertanya: "Ada penemuan apa?"
“Jaring laba-laba.” Mizhen menunjuk rak buku berkata: “Tidak ada jaring laba-laba. Meskipun tempat-tempat yang kita kunjungi kebanyakan berdebu, tapi tidak ada satu pun tempat yang muncul jaring laba-laba. Artinya, kota kecil ini tidak ada laba-laba. Tidak hanya itu, lingkungan yang begitu kotor ini bahkan tidak terlihat lalat. Kota kecil ini, tidak ada makhluk hidup sama sekali.”
Dia melihat ke sekeliling rak buku dan ruangan, mengangguk berkata: “Benar juga. Kalau begitu... ada satu masalah lagi. Kota kecil ini, tidak, seluruh Lembah Malam yang Sunyi seperti ini, hanya ada batu, bahkan tidak terlihat bunga atau rumput, tempat tanpa kehidupan sama sekali...”
“Selanjutnya harus hati-hati.” Mizhen berbisik pelan: “Hantu yang sekarang masuk ke kota kecil ini, seharusnya masih ada satu lagi. Harus cepat-cepat menemukan batu untuk dihancurkan, kalau tidak sebelum menemukan buku harian yang ditinggalkan Pu Miling, kita akan...”
Saat itu, langit di luar tampak suram.
Tiba-tiba, dari lantai bawah terdengar suara sesuatu yang pecah!
Mizhen langsung berhenti melangkah, bola matanya berputar-putar. Tiba-tiba, pandangannya tertangkap pada sebuah meja di depannya! Di atas meja terdapat foto dalam bingkai, foto itu memperlihatkan keluarga beranggotakan tiga orang: sepasang suami istri setengah baya dan seorang gadis berusia sekitar enam belas tahun.
“Di sini!” Mizhen tanpa ragu langsung berjalan ke dinding, mulai mengetuk-ngetuknya, dan segera menyadari bahwa dinding ini berongga!
Belum sempat bereaksi, dia sudah berlari ke dinding dan menghantamnya dengan pukulan keras hingga tembok itu hancur! Tiba-tiba, sebuah jenazah muncul di dalam dinding! Tidak, secara teknis bukan jenazah, melainkan patung batu. Anehnya, patung itu hanya memiliki bagian tubuh bawah dan dibuat sangat detail seperti aslinya.
Bukan dibuat... Mizhen sangat tahu, patung ini dulunya adalah orang hidup. Bagian tubuh atas patung itu berada di luar kota kecil!
"Hancurkan itu!" Mizhen buru-buru mencari alat yang cocok di sekitarnya, "Kita harus menghancurkan patung ini sebelum hantu itu naik ke sini!"
"Kreek——"
Dari belakang, terdengar suara pintu ruang perpustakaan yang terbuka!
## Jilid 23 Pesta Topeng Bab 3 Dilema
"Ding-dong——"
Yan Lang yang sedang mengepel lantai dengan apron dapur langsung meletakkan pel saat mendengar bel pintu. Dia tak tahu siapa yang akan berkunjung di cuaca panas terik ini.
Saat membuka pintu, terlihat Li Yin berdiri di luar pintu keamanan!
"Kau..." Wajah Yan Lang langsung berubah pucat melihat Li Yin, dia mundur selangkah, "Li Yin?"
"Ada beberapa hal yang ingin kukonfirmasi." Li Yin berbicara serius, "Ini tentang Mizhen. Kau pasti tahu tentang kehilangan jejaknya. Aku baru saja bertemu Xinhu."
"Mizhen..." Ekspresi Yan Lang berubah. Meskipun dalam misi darah sebelumnya, dia dan Xi Yue nyaris tewas di kamar mayat bawah tanah Rumah Sakit Zhengtian, namun Mizhen telah banyak membantu mereka. Tanpanya, mungkin mereka takkan pernah tahu tentang eksistensi apartemen. Setelah beberapa saat ragu, akhirnya dia membuka pintu.
"Aku peringatkanmu dulu." Yan Lang masih menyimpan kewaspadaan terhadap Li Yin: "Aku tahu tentang ibumu, turut berduka cita. Tapi kuharap kau jangan melampiaskan kemarahanmu pada kami."
Jelas, Yan Lang juga menduga bahwa kematian Yang Jinghui adalah hasil "pembunuhan" oleh hantu Wang Shaojie.
Li Yin memasuki ruangan. Saat itu, pintu kamar tidur terbuka dan Xi Yue muncul. Melihat Li Yin, wajahnya langsung memancarkan keheranan.
"Xi Yue, kebetulan kamu juga di sini." Li Yin berjalan di antara mereka, tiba-tiba seluruh tubuhnya bersujud ke lantai!
"Kamu!" Gerakan tiba-tiba Li Yin membuat Yan Lang kaget, langsung berjongkok sambil berkata: "Li, Li Yin, apa maksudmu ini?"
"Aku tahu, dalam misi darah terakhir, tindakanku meninggalkan kalian berdua di ruang bawah tanah telah menimbulkan kebencian. Itu wajar. Aku takkan berdalih. Kedatanganku kali ini, meski sebagian untuk menanyakan beberapa hal, yang utama adalah untuk meminta maaf pada kalian berdua!"
Karakter Li Yin yang tak mudah menundukkan kepala ini sangat dipahami Yan Lang.
Li Yin berlutut di tanah, kepalanya menunduk dalam-dalam. Sikapnya yang demikian membuat hati Yan Lang luluh. Xi Yue yang pada dasarnya berwatak baik pun menghampiri dan berkata: "Sudahlah, mengingat hubunganmu dengan Mizhen, aku tak akan mempermasalahkannya lagi. Kau adalah orang yang tetap tak bisa dilupakan Mizhen meski telah diam-diam mencintaimu bertahun-tahun. Kini ke mana Mizhen menghilang tak diketahui, aku pun terus berusaha mencari kabarnya..."
Xi Yue dan Mizhen dahulu adalah sahabat terbaik. Selama tinggal serumah, Xi Yue telah menyadari perasaan cinta Mizhen pada Li Yin. Namun perasaan itu selalu dipendam dalam hati, tak pernah sekalipun diungkapkan langsung pada Li Yin. Sebenarnya Xi Yue selalu berharap Li Yin dan Mizhen bisa menjadi pasangan, karena ia sangat menyukai sosok Mizhen yang selalu ceria menghadapi hidup. Berkat Mizhen, masa kuliahnya sebelum peristiwa itu terjadi selalu dilalui dengan sukacita.
Namun perkembangan situasi hingga seperti ini hanya bisa dikatakan sebagai takdir yang bermain-main. Mizhen dan Li Yin ternyata sama-sama menjadi penghuni Apartemen Neraka itu.
"Maafkan aku, Yan Lang! Maafkan aku, Xi Yue!" Li Yin membenturkan kepalanya ke tanah, berkata: "Bagaimanapun juga, aku minta maaf!"
Akhirnya pasangan baik hati ini memaafkan Li Yin. Bagaimanapun, mereka tahu kondisi Li Yin sekarang tak berbeda dengan orang yang diusir ke neraka. Meski masih hidup di dunia, sesungguhnya ia sudah lama berada dalam neraka.
"Begitu memikirkan masa lalu yang dijalani Mizhen, dia hidup dalam neraka itu, namun masih bisa tersenyum menghadapi kehidupan, membuat Xi Yue merasa hatinya terasa sesak. Jadi ketika dia tahu Mizhen menghilang, merasa seperti sebagian rohnya hilang."
"Tentang hal-hal mengenai Mizhen, akan kuceritakan semuanya padamu." Xi Yue menghela napas berat, berkata: "Selain itu, bukan hanya Mizhen, ada juga Mian Tian. Dia juga..."
"Ke Yinyu memberitahuku. Dia dan Ke Yinye pernah mencarimu kan?"
"Sebenarnya..." Yan Lang saat ini masih mengingat insiden ketika ditangkap dan disiksa oleh Shangguan Mian. Saat itu, ketika Shangguan Mian melepaskan mereka, hanya mengatakan jika mereka mencoba kabur dari Kota K dan ketahuan, maka akan langsung dibunuh. Juga tidak boleh melapor ke polisi atau memberitahu siapapun.
Kekuatan mengerikan yang ditunjukkan Shangguan Mian membuat Yan Lang gemetar ketakutan, penyihir itu jelas bukan orang yang bisa dia lawan. Tentu dia juga menjelaskan, selama mereka meninggalkan apartemen atau dia mati di apartemen, setelah itu mereka bebas berbuat apa saja. Tapi sebelum itu, harus patuh pada perintahnya.
Wanita itu meski terlihat sangat menakutkan, tapi mengingat dia juga penghuni apartemen itu, timbul rasa simpati, lagipula mungkin dia sudah mati.
Li Yin melihat Yan Lang ragu-ragu, mendesak: "Ada apa? Bisakah kau ceritakan?"
"Tidak, tidak ada." Yan Lang teringat Shangguan Mian, dadanya dipenuhi ketakutan.
"Selanjutnya, Li Yin menanyakan banyak hal dan menguasai semua informasi. Tentu saja, dia tidak tahu tentang peristiwa Shangguan Mian yang pernah menculik mereka."
"Mizhen... Jangan-jangan dia benar-benar mengalami insiden?" Xi Yue bertanya dengan wajah khawatir: "Li Yin, kamu harus mencari cara untuk menemukannya!"
"Aku akan berusaha sebaik mungkin." Li Yin menyimpan buku catatan berisi informasi itu sambil berkata: "Tapi aku tidak bisa menjamin pasti bisa menemukannya."
Di sisi lain...
Kamya Sayoko dan Fan Yuqi berdiri di depan ruang observasi sebuah rumah sakit. Di balik kaca ruang observasi, terlihat seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dengan wajah halus dan cantik terbaring di tempat tidur pasien. Namun wanita itu terlihat sangat kurus kering, wajahnya pucat tanpa kecantikan alami.
"Kamu bilang ada cara untuk menyelamatkannya?" Fan Yuqi memandang Kamya Sayoko dengan ragu-ragu: "Benarkah kamu bisa melakukan itu?"
Dia benar-benar sulit percaya. Racun yang diidap Jingting adalah jenis racun langka seperti dalam novel silat Jin Yong, yang hanya bisa dinetralkan dengan penawar spesifik. Hanya reinkarnasi Ouyang Feng yang mungkin bisa menganalisis komposisi racun ini untuk membuat penawarnya.
"Tianlin sudah mencoba bertahun-tahun, menggunakan banyak orang untuk eksperimen tapi tetap tidak bisa menganalisis komposisi racun ini!" Fan Yuqi bertanya tak percaya: "Kamu... benar-benar bisa melakukannya?"
Xiao Yezi mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah benda: "Dengan ini, dia bisa diselamatkan. Masa hidupnya seharusnya tidak lebih dari satu bulan lagi kan? Dengan benda ini, dia akan hidup kembali."
Fan Yuqi segera melihat ke arah itu, dan melihat Xiao Yezi memegang sebuah kunci!
"Kamu..." Matanya membelalak menatap kunci itu, "Benda ini... kunci apartemen?"
"Benar. Kunci milik seorang penghuni Aliansi Kamya yang sudah meninggal. Kau pasti tahu, dengan bersumpah memasuki apartemen secara sukarela, semua penyakit fisik bisa diobati tuntas. Sebelumnya aku sudah bertanya pada Shen Yu, dia memastikan aturan ini pernah diberitahukan apartemen melalui misi darah ke penghuni - bahkan racun paling mematikan pun bisa diatasi. Kalau dipikir-pikir, satu-satunya alasan orang rela masuk apartemen ya karena ini. Sekarang pilihan ada di tanganmu: biarkan Jingting mati dalam sebulan, atau gunakan kunci ini untuk menjadikannya penghuni apartemen agar hidup kembali. Dua pilihan. Karena kau sudah jadi anggota Aliansi Kamya, aku kasih jalan keluar ini. Tentukan sendiri, aku tidak memaksa."
Tangan Fan Yuqi gemetar mengulurkan kunci itu, kepalanya terasa seperti mau pecah.
Jadikan Jingting penghuni apartemen?
Jangan bercanda!
Lebih baik mati daripada itu!
Setiap penghuni yang masuk apartemen hampir pasti mati. Fan Yuqi sendiri sudah putus asa, dan Zhan Tianlin pun sudah tewas. Tapi masih ada satu ikatan yang tersisa di dunia ini - Jingting.
Awalnya, Fan Yuqi yang masih seorang pelajar, diculik dan dikurung oleh organisasi Hei Die Xiang. Saat itu mereka juga terlibat dalam kejahatan perdagangan manusia. Karena kecantikannya, Fan Yuqi dijadikan alat pemuas nafsu. Selama bertahun-tahun dalam kurungan gelap, dia diperkosa berulang kali oleh para iblis tak berperikemanusiaan, mengalami beberapa kali kehamilan yang diakhiri aborsi, sampai akhirnya kehilangan kemampuan reproduksi.
Jika bukan karena Zhan Tianlin, dia masih akan terjebak dalam sangkar para iblis itu. Karena itu dia sangat berterima kasih padanya, meski tahu dia adalah pembunuh psikopat, tetap ingin membantunya. Kemudian dia mengetahui alasan sebenarnya mengapa Zhan Tianlin tertarik pada racun dan menelitinya selama bertahun-tahun.
Demi wanita ini, Fu Jingting. Sama seperti Zhan Tianlin, dia juga peneliti racun. Tapi berbeda dengan kakaknya, tujuan penelitiannya adalah untuk menciptakan penawar.
Dia adalah adik Zhan Tianlin. Meskipun sebagai adik, dia menggunakan marga ibunya. Namun hubungan kakak beradik ini selalu baik sejak kecil. Jingting selalu menyukai kakaknya dan mengagumi bakatnya dalam penelitian kimia.
Dan ketika dia secara tidak sengaja mengetahui bahwa sedang melakukan penelitian racun pembunuh, terus menentangnya. Bagaimanapun juga, racun untuk terlalu mengerikan. Meskipun adalah gadis dengan sifat agak memberontak, dia tidak bisa menerima yang terus melakukan penelitian menyeramkan ini.
Kemudian, dia mulai menemukan bahwa ternyata melakukan eksperimen racun pada ! Ini menyebabkan beberapa orang di sekitar tewas keracunan! Hal ini sangat mengejutkan , dia tidak menyangka yang selalu dikaguminya sejak kecil berubah menjadi . Yang lebih mengerikan, sama sekali tidak merasa bersalah atas kematian yang disebabkan racun hasil penelitiannya! Dia selalu beranggapan bahwa dan tidak berbeda, jika bisa menggunakan hewan untuk uji obat, mengapa tidak bisa menggunakan ? Dengan seperti ini, dia terus bersemangat meneliti racun. Menurutnya, racun juga memiliki arti penting bagi masyarakat manusia, terutama racun yang bisa .
beberapa kali ingin melaporkan , namun tanpa bukti forensik yang bisa membuktikan obat tertentu sebagai penyebab kematian, tidak mungkin mengajukan terhadap untuk tuduhan meracuni. Lagipula pun tidak mengetahui komposisi racun tersebut.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mulai meneliti racun. Jika kakaknya membuat racun, dia akan mencari cara membuat penawar untuk menyelamatkan orang yang diracuni kakaknya. Selama bertahun-tahun, dia tetap bertahan pada prinsip ini. Dia juga berulang kali memohon kakaknya untuk berhenti meneliti racun, namun kakaknya tak pernah mau menghentikannya. Jingting yang selalu tak tega melakukan hal merugikan kakaknya, terus hidup dalam pergulatan batin.
Namun dulu, karena kesalahan dalam sintesis racun, gas racun terhirup oleh Jingting dan membuatnya keracunan saat itu. Racun tak dikenal yang dibuat Jingting sendiri berdasarkan tebakan komposisinya membuat komponennya tidak bisa dianalisis. Selain Zhan Tianlin, tak ada yang tahu dia sebenarnya keracunan.
Demi adik ini, Zhan Tianlin mulai bertaruh nyawa meneliti penawar racun tersebut. Namun karena ketidaktahuan akan komposisinya, penawar tetap belum berhasil dibuat hingga kini. Kini Zhan Tianlin sudah mati. Tak ada yang bisa melanjutkan pembuatan penawar untuk Jingting. Keberlangsungan hidup Jingting hingga kini bergantung pada obat buatan Zhan Tianlin yang terus diminumnya, namun sekarang...
Fan Yuqi yang menganggap Zhan Tianlin sebagai penyelamat, bagaimanapun bertekad memenuhi wasiat terakhir pria itu.
Zhan Tianlin benar-benar orang yang kontradiktif. Dia mengorbankan segalanya demi penelitian racun, tapi membuat penawar untuk adik yang terlibat karena ulahnya. Terlihat tak berperikemanusiaan namun masih menyisakan secercah kemanusiaan, sungguh sulit dipahami.
"Asalkan Jingting menjadi penghuni, dia bisa hidup kembali. Bagaimanapun, tanpa Zhan Tianlin, Jingting tidak mungkin melanjutkan nyawanya. Tapi konsekuensi dari tindakan itu, Fan Yuqi juga sangat paham."
"Setelah bertahun-tahun merawat Jingting, dia telah mengembangkan ikatan emosional yang dalam, memperlakukan Jingting seperti adiknya sendiri. Meskipun Zhan Tianlin adalah iblis, dialah yang menyelamatkanku dari neraka."
"'Apa yang harus kulakukan? Membuat Jingting hidup kembali adalah wasiat terakhirmu, tapi... bagaimana caranya?'"
"Tangan Fan Yuqi menggenggam erat kunci itu, ujung logamnya menusuk dalam ke daging, tapi dia seolah tak merasakan sakit sama sekali."
"Tiba-tiba Fan Yuqi merasakan jantungnya seperti terbakar api yang menyala-nyala!"
## Jilid 23 Pesta Kostum Bab 4 Halloween yang Dimajukan
"Misi darah baru telah dirilis."
"'Ini, misi darah kedua!'"
"Di dalam apartemen, An Xueli yang juga menerima misi darah itu menatap dinding dengan otot wajah berkedut saat tulisan darah perlahan muncul. Tangannya terus menggosok-gosok: 'Kumohon... kumohon... pastikan Kontrak Neraka dirilis! Jika yang ini keluar, tinggal satu lagi! Masih ada harapan keluar dari sini!'"
"Tulisan darah terus berkembang, radikal dan struktur hurufnya semakin jelas, akhirnya membentuk teks panjang berikut:"
"Pada dini hari 15 Juli 2011 pukul 00:00-05:00, pergilah ke lantai 17 Gedung Fengtong di Jalan Yuexue, Kota K. Seluruh lantai tersebut telah disewa khusus untuk menyelenggarakan pesta topeng yang bisa disebut sebagai perayaan Halloween dini. Semua penghuni yang menerima misi darah wajib berdandan sebagai monster Halloween dan menghadiri acara ini. Perhatikan ketentuan berikut: Pertama, riasan harus sempurna sampai-sampai tidak ada penghuni lain yang bisa mengenali identitas asli. Tidak boleh ada celah sekecil apapun, termasuk karakteristik jenis kelamin harus sepenuhnya ditutupi. Sejak membaca misi darah ini, dilarang keras memberitahu siapapun - melalui cara apapun - tentang rencana kostum yang akan dipakai. Para penghuni harus berangkat dari lokasi berbeda di luar apartemen, tidak boleh pergi bersama-sama; Kedua, selama menjalankan misi darah dilarang berbicara. Tidak boleh meminta orang lain membersihkan riasan atau mencoba membongkar kostum orang lain dengan paksa. Selain itu, penghuni dilarang memberitahu identitas asli melalui komunikasi tulisan, pesan elektronik, atau cara apapun; Ketiga, yang paling krusial: ada satu hantu asli yang akan menyusup ke pesta topeng ini. Jumlah peserta akan bertambah satu, dan hantu tambahan ini akan membunuh satu penghuni secara berkala. Meski ada korban, dilarang membersihkan riasan mayat untuk mengidentifikasi korban. Petunjuk khusus: Jika ada yang berhasil mengungkap identitas hantu penyusup, setelah misi selesai akan mendapat informasi lokasi pecahan baru Kontrak Neraka."
Misi darah kali ini membuat An Xueli membelalakkan matanya, mulutnya terbuka lebar, lama tak bisa muat.
Cuma membayangkan saja sudah membuat An Xueli merinding! Misi darah seperti ini sama sekali belum pernah dilihatnya! Hantu ternyata bisa muncul secara langsung, langsung masuk ke antara mereka!
Memikirkan harus menjalani misi darah seperti ini, tubuh An Xueli tak henti-hentinya gemetar!
Dan untuk misi darah kali ini, total ada enam orang yang akan menjalankannya!
Ketika An Xueli keluar dari lift, dia sudah melihat dua orang muncul di lobi lantai dasar. Sebelumnya, dia sudah mempertimbangkan kekhususan misi darah ini. Penghuni yang menjalankan misi darah seharusnya memiliki bentuk tubuh dan postur yang mirip. Jika perbedaan tinggi badan terlalu besar, meski dirias pun akan sulit ditutupi. Ternyata benar, dalam misi darah kali ini semuanya adalah orang-orang dengan postur yang relatif mungil.
Kedua orang itu adalah sepasang pria dan wanita. Salah satunya adalah wanita bermarga Liu yang bekerja di dunia malam, sementara yang lain adalah seorang pemuda berkacamata dengan kulit putih berkilauan. Jika tidak salah ingat, dia seharusnya adalah Lu Hai dari Sekte Matahari Suci.
Saat itu, lift di belakangnya kembali terbuka. Dengan langkah cepat keluar sepasang pria dan wanita. Pria dari Aliansi Night Feather, wanita dari Aliansi Kamya. Hingga saat ini sudah ada lima orang yang tiba.
"Kontrak Neraka..." Saat itu, An Xueli mendengar wanita dari Aliansi Kamya di sebelahnya berkata dengan penuh semangat, sekaligus memperhatikan An Xueli.
Sebagai sesama anggota Aliansi Kamya, tentu mereka saling mengenal. Perempuan itu dengan penuh semangat menyambar tangan An Xueli sambil berkata: "Xue, Xueli! Kontrak Neraka, Fragmen Keenam Kontrak Neraka, akhirnya dirilis! Akhirnya!"
"Ya, benar..." An Xueli menatap perempuan itu. Mereka bisa dibilang sahabat. Perempuan yang tingginya hampir sama dengan An Xueli ini bernama Ouyang Feilian, berasal dari keluarga opera Peking sehingga punya keahlian dalam tata rias. Keduanya sering bertukar pikiran. Sedangkan anggota pria Aliansi Night Feather bernama Ye Zhu ini memiliki wajah yang cukup tampan dengan postur tubuh tidak terlalu tinggi, mirip dengan mereka.
Misi darah ini memiliki aturan mengerikan: jika riasan gagal membuat orang tidak mengenali diri asli, akan langsung dibunuh oleh kutukan bayangan. Meski postur tubuh mirip, mencapai ini tetap sulit. Jadi semua harus mengandalkan keahlian masing-masing. Selain itu, dilarang memberitahu siapapun tentang identitas samaran, artinya informasi tidak bisa disalurkan melalui pihak ketiga. Dalam kondisi ketidaktahuan total, bahkan jika hantu menyusup pun tidak akan terdeteksi. Karena dilarang berbicara atau berkomunikasi tertulis/elektronik untuk mengungkap identitas samaran.
Misi darah ini sungguh mengerikan.
“Ini satu-satunya penilaian An Xueli terhadap misi darah ini. Tapi, jika berhasil mengidentifikasi hantu yang menyamar, itu berarti bisa mendapatkan petunjuk lokasi fragmen Perjanjian Neraka! Identifikasi di sini harus didasarkan pada bukti yang cukup untuk memastikan bahwa pihak tersebut benar-benar hantu. Jika tidak diungkapkan secara aktif dan berhasil kembali hidup-hidup ke apartemen, maka lokasi fragmen keenam Perjanjian Neraka akan terungkap!
Dalam misi darah kali ini, ada Lu Hai dari Sekte Suci, dua orang dari Aliansi Night Feather, dan dua orang dari Aliansi Kamya. Dari sini terlihat, Sekte Suci berada dalam posisi paling tidak menguntungkan. Sedangkan Aliansi Night Feather dan Aliansi Kamya berpeluang mendapatkan petunjuk fragmen keenam Perjanjian Neraka!
Setiap orang saat ini berada dalam kondisi sangat bersemangat!
Dengan memiliki fragmen keenam Perjanjian Neraka, apa artinya? Tinggal satu fragmen lagi, mereka bisa meninggalkan apartemen! Sekarang, banyak penghuni yang setiap hari membakar dupa dan berdoa kepada Buddha, berharap tidak mendapat misi darah sebelum fragmen terakhir Perjanjian Neraka dirilis!
Setelah lima orang berkumpul, An Xueli duduk perlahan, menepuk tangan Ouyang Feilian di sampingnya sambil bertanya: “Tentang riasan, tidak ada masalah kan?”
“Ya. Tidak ada masalah!” Ouyang Feilian masih menjawab dengan sangat gugup: “Tidak, tidak ada masalah!”
Dia jelas masih sangat gelisah saat ini.
Kelima orang ini mengira semua peserta misi darah sudah berkumpul. Tentu saja, mereka tidak bisa berdiskusi tentang skenario riasan, karena dalam misi darah kali ini setiap orang harus melakukan riasan secara mandiri.
Seperti pesta Halloween, berpakaian sebagai apa? Vampir? Pasti akan mudah ketahuan. Jika sebagai manusia serigala, atau mumi sejenisnya, lebih mudah untuk menyamarkan diri.
Setelah beberapa lama, Fan Yuqi akhirnya kembali ke apartemen. Sekaligus, mengetahui misi darah ini.
Selanjutnya, tiga aliansi besar mengirim perwakilan untuk memasuki ruangan Fan Yuqi dan memastikan isi misi darah. Diketahui bahwa pecahan keenam Perjanjian Neraka akan segera muncul!
Yang keenam!
Hal ini membuat para penghuni apartemen dilanda kegembiraan yang luar biasa. Informasi ini tentu segera diperoleh Li Yin. Sejujurnya, banyak orang heran dengan sikap Li Yin. Dia terlihat telah bangkit kembali, namun tidak berencana membentuk aliansi, bertindak layaknya pejuang tunggal. Dengan begini, melawan aliansi sendirian pasti akan berada dalam posisi lemah. Tapi Li Yin tampaknya tetap bersikap semaunya.
Di apartemen ini, "Loushang" sudah tidak ada lagi. Kini penghuni baru yang bergabung langsung dihadapkan pada pilihan aliansi mana yang akan diikuti. Tiga aliansi besar terus bertambah anggotanya seiring masuknya penghuni baru. Sedangkan Loushang Li Yin yang dulu paling dominan, justru bersikap rendah hati dan sama sekali tidak terlibat, menimbulkan kekhawatiran banyak orang. Mereka mempertanyakan apakah Li Yin punya rencana khusus. Jika bukan karena tingkat kecerdasan luar biasa Li Yin yang sangat dibutuhkan para penghuni, pasti sudah ada yang memaksanya menyerahkan Kontrak Neraka.
Saat ini, tiga aliansi besar mulai mengadakan rapat darurat dan menyusun strategi. Topik inti rapat hanya satu: mengungkap identitas hantu dan menemukan lokasi fragmen Perjanjian Neraka! Aliansi Kamya dengan tiga anggota mereka - An Xueli, Ouyang Feilian, Fan Yuqi - jelas memiliki keunggulan terbesar.
Apartemen kini berada dalam kondisi kacau balau. Para penghuni mulai membeli senjata melalui berbagai saluran, bahkan banyak yang berusaha mendapatkan senjata api di pasar gelap! Tentu saja, sosok yang paling ditakuti semua orang adalah Shangguan Mian!
Tiga aliansi besar menganggap Shangguan Mian sebagai duri dalam daging. Meski sendirian, dia bisa mempermalukan ketiga aliansi itu! Mereka menunggu saat Shangguan Mian menjalankan misi darah. Begitu ada kesempatan, mereka akan memancingnya untuk memicu jalan kematian! Dengan enam pecahan Perjanjian Neraka telah ditemukan, yang ketujuh tinggal menunggu waktu! Shangguan Mian harus mati! Jika tidak, ketiga aliansilah yang akan binasa!
Kegilaan! Setiap anggota aliansi mulai menyimpan niat membunuh, memantau siapapun yang dicurigai menyimpan pecahan kontrak. Mereka memasang alat penyadap di seluruh apartemen, mempelajari area-area strategis untuk pertempuran.
Perang sudah di ambang pintu! Begitu pecahan terakhir Perjanjian Neraka diumumkan, pertempuran total antara tiga aliansi pun akan pecah!
Pertarungan ini tentu tidak akan berakhir sampai salah satu mati! Hanya yang berhasil mengumpulkan ketujuh fragmen yang akan menjadi pemenang!
Dalam atmosfer menegangkan ini, Li Yin sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Seolah semua yang terjadi tidak ada hubungannya dengannya. Tidak ada yang tahu rencana apa yang sedang disusun pria ini. Justru karena itu, semua orang semakin merasa waspada terhadapnya.
Akhirnya tanggal 14 Juli tiba. Pelaksanaan misi darah sudah di ambang pintu.
Setelah merias wajah secara menyeluruh, An Xueli akhirnya siap berangkat. Penampilannya menyerupai penyihir dengan topeng yang sangat realistis, meski lebih tepat disebut sebagai Hantu Perempuan. Topeng itu menggambarkan sosok "hantu jahat" yang pucat pasi dengan ekspresi mengerikan. Untuk mencegah orang-orang ketakutan, An Xueli harus memakai kacamata hitam dan masker saat keluar rumah.
Dia naik metro menuju lokasi yang ditentukan misi darah. Sepanjang perjalanan, rasa gugupnya tak tertahankan. Namun selama pelaksanaan misi darah dilarang berbicara, jadi dia memutuskan untuk mulai beradaptasi dari sekarang agar terbiasa nanti.
Tak lama kemudian metro sampai di stasiun. Begitu keluar dari stasiun, Gedung Fengtong langsung terlihat di depan. Lantai 17... Menurut penyelidikan, ada sebuah bar yang sudah disewa penuh. Saat misi dilaksanakan, tidak akan ada orang selain penghuni di sana.
Ya, tidak akan ada orang lain...
An Xueli menggenggam erat bajunya, menarik napas dalam, lalu masuk ke dalam gedung. Pencahayaan di dalam gedung sangat redup, hampir tidak ada orang sama sekali. Para penghuni tidak akan menggunakan lift, jadi dia harus menaiki tangga hingga lantai 17. Hanya memikirkan harus naik hingga lantai 17 saja sudah membuat seluruh tubuhnya terasa kaku. Lagipula, tidak ada yang menemani! Di koridor tangga, kegelapan menyelimuti, hampir tidak ada lampu. Terpaksa dia menyalakan senter dan terus mendaki.
Lantai satu, lantai dua, lantai tiga...
Ketika akhirnya tiba di lantai tujuh belas, punggungnya sudah basah oleh keringat. Perlahan mendorong pintu, dia tiba di koridor dan melihat pintu masuk bar di depan. Nama bar itu adalah "Bar Setan".
Dengan lembut membuka pintu, An Xueli langsung melihat meja bar. Meja-meja di sekitarnya tertata rapi, di atas bar terpajang gelas-gelas kaca berisi berbagai jenis minuman keras.
An Xueli masuk ke dalam. Tiba-tiba, di depan sebuah meja, sudah ada seseorang yang sedang duduk!
Orang itu juga melihat An Xueli, mengangkat kepalanya. Wajah seperti apa itu? Ternyata, wajah pria yang seperti terbakar hebat, seluruhnya memerah!
## Jilid Dua Puluh Tiga Pesta Kostum Bab Lima Tujuh...
Meski An Xueli sudah melakukan persiapan mental yang cukup besar, saat melangkah masuk, dia tetap terkejut.
Bukan karena hal lain, tapi karena orang di hadapannya ini... sangat mungkin adalah hantu sungguhan!
Tak bisa dipungkiri, misi darah kali ini benar-benar sangat misterius dan tidak biasa, bahkan bisa dibilang sebagai misi darah paling spesial sejauh ini. Sebelumnya, hantu selalu bersembunyi secara terselubung di suatu tempat, dan selama pelaksanaan misi darah, penghuni harus mencari pola untuk bisa bertahan hidup. Namun kini, mereka justru muncul dengan wujud yang jelas!
An Xueli bergegas mendekat. Dia sebelumnya telah memeriksa bahwa postur dan bentuk tubuh keenam orang ini hampir sama. Yang patut dicatat, para perempuan tidak memiliki payudara yang terlalu besar, sehingga cukup dengan memakai pakaian longgar untuk menutupi ciri khas tubuh perempuan. Jika masih kurang, membungkus payudara juga bisa menyelesaikan masalah ini. Untuk laki-laki, cukup dengan kerah baju yang lebih tinggi untuk menutupi jakun. Ukuran tangan semua orang juga relatif sama, sebelumnya sudah diperiksa tidak ada bekas luka atau tahi lalat yang mencolok, dan bahkan jika ada, cukup dengan memakai sarung tangan.
Sebelumnya An Xueli sempat mempertimbangkan apakah menyamar sebagai penyihir justru akan memperjelas jenis kelamin, tapi kemudian berpikir "yang nyata bisa palsu, yang palsu bisa nyata", akhirnya tetap melakukannya. Namun untuk pakaian, dia memilih jubah panjang hitam bergaya retro yang menjuntai hingga lutut. Karena sangat longgar, sama sekali tidak mempertegas bentuk payudara.
Saat ini dia memilih duduk sekitar lima meja lebih dari pria bermuka hangus itu. Di setiap meja tersedia menu, dia mengambil menu tersebut dan menutupi sebagian besar wajahnya sambil mengawasi orang itu.
Siapa dia... atau lebih tepatnya, siapa dia?
Dengan pikiran ini, An Xueli menatap lawannya, sementara lawannya sepertinya juga mengamatinya.
Pada saat ini, An Xueli tiba-tiba melihat di atas meja terdapat setumpuk kertas memo berjilid fleksibel. Di sebelahnya ada pena yang tertancap. Misi darah secara eksplisit melarang komunikasi tertulis, mengapa di sini...
Bukan, bukan melarang komunikasi tertulis. An Xueli menyadari, secara teknis yang dilarang adalah menggunakan tulisan untuk memberitahu identitas diri.
Misi darah kali ini jelas-jelas menggunakan berbagai cara untuk membuat penghuni tidak bisa mengenali identitas hantu. Harus melalui metode lain untuk menentukan siapa hantu. Ini juga berkaitan dengan kepemilikan fragmen keenam Kontrak Neraka.
An Xueli tidak lupa bahwa pesan Kamya Sayoko padanya adalah: dengan segala cara, harus menemukan cara untuk mengenali siapa hantu!
Di lubuk hati An Xueli, siapa yang tidak ingin melakukan hal yang sama.
Saat ini, lokasi fragmen Kontrak Neraka telah menjadi perhatian utama semua orang. Begitu fragmen keenam Kontrak Neraka dikuasai, tiga aliansi besar akan memasuki fase persiapan darurat untuk menyambut fragmen terakhir Kontrak Neraka! Demi bisa keluar hidup-hidup dari apartemen, pertumpahan darah berdarah pasti akan menyapu apartemen!
An Xueli menggelengkan kepala, sementara tidak memikirkan hal ini. Dia yakin, mengenali identitas hantu pasti berkaitan dengan jalan keluar. Mungkin setelah mengetahui hal ini, bisa menemukan cara untuk mengungkap jalan keluar!
Haruskah berkomunikasi dengan orang ini melalui tulisan? Setelah dipikir, komunikasi tertulis memungkinkan analisis identitas melalui gaya bahasa. Jika bisa mengkonfirmasi identitas satu per satu, penghuni palsu akan terungkap. Namun tentu ini tidak mudah.
Menyadari hal ini, An Xueli merobek selembar kertas catatan, mengeluarkan pena, baru hendak menulis tiba-tiba pintu bar terbuka lagi!
Bar ini tidak menempati seluruh lantai 17, luasnya sekitar 70 meter persegi. Terdapat area dansa yang sesuai dengan tema pesta topeng, tapi tak ada yang berani benar-benar menari - siapa tahu partner dansanya manusia atau hantu!
Pendatang baru langsung mengamati area dansa, lalu memperhatikan An Xueli dan pria bermuka terbakar itu. Ia menutup pintu sambil mengenakan pakaian hitam yang membungkus seluruh tubuh termasuk sarung tangan, dengan topeng labu berwajah mengerikan!
Topeng labu adalah kostum Halloween umum. Topengnya tertutup rapat. Setelah masuk, sosok bertopeng labu ini berjalan cepat lalu duduk tepat di sebelah An Xueli!
Apakah orang ini terlalu percaya diri dengan penyamarannya? Padaha
