“Kakak Chen, kalian makan makanan malam lagi...”
Setelah membeli makanan malam, Chen Guo mengajak karyawan warnet untuk menikmatinya bersama. Aroma masakan memenuhi warnet, langsung memicu protes merintih dari para pengguna internet. Di jam ketika makan malam sudah lama dicerna, mencium bau masakan lezat bukanlah kesenangan, melainkan godaan.
“Yang mau mi instan antre ya, jangan berantakan.” Chen Guo mengingatkan.
“Kakak Chen tiap hari makan enak, kami cuma bisa makan mi instan.” Para pengguna yang tak tahan godaan hanya bisa memuaskan diri dengan mi instan warnet, memandangi enam lauk dan semangkuk sup milik orang lain dengan penuh iri.
“Kalau mau makan silakan beli sendiri di seberang, jangan cuma bisa menyuruh-nyuruh karyawan saya.” Chen Guo berkata.
“Lain kali kalau Anda pergi, bisakah beri tahu dulu sekalian dibawakan?” seseorang bertanya.
“Warnet ini berapa banyak orangnya, mana bisa dibawakan semua? Banyak tingkah! Kalau benar-benar ingin makan tapi malas beli, minta nomor telepon warung seberang, mereka pasti mau mengantarkan.” Chen Guo menjawab.
“Jie Chen punya telepon? Pinjam buat nyalin.” kata seseorang.
“Ngapain aku perlu telepon? Aku punya orang yang bisa kusuruh, ngapain repotin orang lain?” kata Chen Guo.
Kali ini bukan hanya netizen, staf warnet juga ikut menangis. Ye Xiu menemukan kesempatan, lalu bertanya: “Pemiliknya marga Chen ya?”
“Iya, Chen Guo. Aku sudah liat KTP-mu, kamu lebih muda dariku. Gak apa manggilku jiejie, kamu juga gak rugi.” kata Chen Guo.
“Bebaslah...” Ye Xiu terkekuk.
“Tumis daging pedas hari ini terlalu pedas, Xiao Chu kamu aja yang makan.” Chen Guo juga cuma makan sedikit. Setelah mencicipi tumisan, dia langsung melempar sumpit sambil meneguk air. Setelah kembali dengan gelas, dia menendang bangku Ye Xiu: “Udah selesai? Cepetan.”
“Buru-buru apa?” tanya Ye Xiu.
“Sebentar lagi jamnya.” Chen Guo mengangkat pergelangan tangan memperlihatkan jam. Pukul 23:53 malam, tinggal 7 menit lagi sebelum Honor District 10 dibuka.
“Kamu juga mau ikut?” Ye Xiu agak terkejut. Sebelumnya dia pernah memainkan akun Chen Guo ‘Zhu Yan Xia’ di District 5. Jika dihitung sejak hari pembukaan, akun itu sudah genap 5 tahun. Tentu tidak bisa dibandingkan dengan akun top pro player, tapi di kalangan pemain biasa sudah cukup bagus, tidak mudah begitu saja ditinggalkan.
“Cuma lihat keramaian.” kata Chen Guo.
"Pembukaan server baru memang akan sangat ramai. Hari biasa tiba-tiba jadi meriah berkat peluncuran server baru Xingxin Wangba yang tetap dipadati pengunjung di jam ini. Terlihat jelas semua tamu adalah pemain server baru, mereka sudah membuka halaman login dengan kursor mengarah ke zona 10 yang masih abu-abu, siap untuk serbuan pertama.
Di awal server baru, banyak target yang harus dikejar: peringkat level, first kill dungeon, rekor penyelesaian dungeon, dan lain-lain. Masa pembukaan selalu penuh semangat. Chen Guo terpengaruh atmosfer ini saat melihat para tamu, tapi ketika menoleh, Ye Xiu masih asyik memilih-milih sayuran dengan santai, benar-benar tak punya jiwa pioneer.
"Hei! Kenapa masih berlambat-lambat?" Chen Guo malah terlihat lebih panik daripada orang yang bersangkutan.
"Ngapain buru-buru?" Ketenangan Ye Xiu benar-benar alami. Tidak bisa dipungkiri kesuksesan marketing Glory, pemain sangat obsesif dengan peringkat kompetisi dalam game. Semua ini murni mengandalkan skill, bukan uang atau keberuntungan. Tapi bagi veteran pro player yang sudah meraih semua penghargaan tertinggi Glory, hal-hal ini terasa biasa saja di mata Ye Xiu.
Melihat aura di wajah Chen Guo, Ye Xiu akhirnya mempertimbangkan untuk menjaga reputasi bosnya. Akhirnya dia rela meletakkan mangkuk nasi dan dengan enggan mencari komputer untuk duduk.
“Aduh, seolah-olah aku yang memaksanya main, orang macam apa ini?” Chen Guo mengomel tanpa semangat di belakang Ye Xiu. Beberapa karyawan warnet lain tertawa kecil. Mereka merasa hari ini teknisi baru ini agak berbeda, bisa membuat bos mereka Nyonya Chen kehilangan semangat dengan mudah, ini bukan hal yang bisa dilakukan orang biasa.
Chen Guo duduk di mesin sebelah Ye Xiu, lalu login ke akun Zhu Yanxia-nya. Popularitas pemain di sembilan server lama tidak berkurang meski server ke-10 baru dibuka, terutama di server yang lebih tua. Membangun akun Glory memang tidak mudah. Zhu Yanxia Chen Guo butuh lima tahun untuk menjadi yang terbaik di antara pemain biasa, mana mungkin ditinggalkan. Apalagi semua orang akhirnya akan mengejar Domain of Gods - peta bersama semua server.
Domain of Gods bukan sekadar peta. Ini adalah dunia lain yang luasnya menyamai total lima server biasa. Ada dungeon lebih sulit, equipment lebih kuat, material lebih langka, dan atmosfer lebih bebas. Disinilah para expert akan bertemu, tanah subur terakhir bagi perjuangan pemain.
Waktu hampir mencapai pukul dua belas. Dalam 10 detik terakhir, seseorang di warnet tak sadar mulai menghitung mundur. Suara itu semakin keras, dan saat teriakan "Nol!" meledak, Area Kesepuluh di jendela login tiba-tiba berubah dari abu-abu. Gerakan orang-orang di warnet serempak, memasukkan kartu akun ke reader login dan mengklik Area Kesepuluh.
Chen Guo menoleh ke Ye Xiu, hampir meludahkan darah. Sementara orang lain berebut masuk game, pria ini malah membuka halaman web dan santai membaca tutorial misi pemula.
"Aduh, kamu bahkan tidak bisa melakukan ini? Masih perlu baca panduan?" Kalau bukan karena kartu edisi pertama asli itu, Chen Guo takkan percaya pria ini sudah bermain game selama 10 tahun.
"Hal-hal pemula ini sudah lama tidak kusentuh, mana bisa ingat!" Ye Xiu berkata tenang.
"Apa kamu belum pernah membimbing pemula? Mengajari newbie?" Chen Guo bertanya.
"Dalam hal ini... memang belum."
"Tak punya jiwa sosial." Chen Guo mencibir.
"Bukan tak punya waktu."
"Orang sibuk takkan main game. Pemain game kan cuma mengisi waktu luang."
"Aku sibuk dengan bermain game." Ye Xiu serius.
"Lalu pekerjaanmu?"
"Main game!"
"Wah, pemain profesional ya?"
Ye Xiu tersenyum: "Tingkat tinggi pula."
"Tingkat tinggi? Atlet esports?" Chen Guo terkejut.
Ye Xiu mengangguk bangga.
“Sudah pensiun, ya!” kata Chen Guo.
“Bagaimana kamu tahu?”
“Goblok, usia kamu sudah segini.” kata Chen Guo.
Ye Xiu tersenyum pahit.
“Pantasan bisa menghabisi orang itu dalam 40 detik, ternyata level pro meski setengah matang.” kata Chen Guo.
“Setengah matang?”
“Saya tahu semua pro player terkenal. Ye Xiu? Tak pernah dengar. Kalau bukan setengah matang, apalagi?” tanya Chen Guo.
“Haha, rupanya begitu.” Ye Xiu tertawa.
“Jangan pura-pura. Sebenarnya kamu bukan pensiun, tapi kalah bersaing dan tersingkir, kan?” kata Chen Guo.
Ye Xiu terdiam.
“Maaf ya...” Chen Guo sadar ucapannya menyentuh luka.
“Tak apa.” Ye Xiu menghela napas.
“Jangan putus asa. Usia 25 belum tua, latihan baik-baik dan rebut kembali posisimu.” kata Chen Guo.
“Itu rencanaku.” Ye Xiu tersenyum.
“Bila hari itu benar datang, aku ada permintaan.” kata Chen Guo.
“Apa?”
“Autograf.” kata Chen Guo.
“Ngapungunggu sampai saat itu? Sekarang saja aku kasih autograf!”
“Narsis banget! Siapa mau autografmu? Aku minta bantuanmu untuk dapatkan autograf idolaku.” kata Chen Guo.
“Oh? Siapa?”
“Su Mucheng, dan Ye Qiu. Ye Qiu mungkin lebih sulit, dia suka misterius.” kata Chen Guo.
“Begitu ya?” Air mata Ye Xiu berlinang. Kawan Ye Qiu sedang mengobrol berhadapan langsung denganmu, kakak.
“Ya, dia hampir tidak pernah muncul. Aku bilang, meskipun kamu cuma setengah ahli, kamu juga main di lingkaran ini, masa tidak tahu?” kata Chen Guo.
“Tahu, aku tentu tahu. Aku kasih tahu rahasia, sebenarnya aku adalah Ye Qiu.” kata Ye Xiu.
“Oh ya? Aku juga kasih tahu rahasia, sebenarnya aku adalah Su Mucheng.” kata Chen Guo.
“Aku benar-benar Ye Qiu.” Ye Xiu merengek.
“Aku benar-benar Su Mucheng.” kata Chen Guo.
“Aku...”
“Sudah, tidak usah bercanda lagi. Lebih baik kamu lanjut baca panduanmu!” Chen Guo melambaikan tangan. Dia sudah tidak kesal lagi dengan kelambanan Ye Xiu - ini kan mantan orang lingkaran pro, meski sudah tersingkir, perlu dia yang khawatir?
Tapi setelah kembali menatap layarnya, Chen Guo masih tidak tahan berkata: “Sebenarnya kalau ada yang tidak jelas di misi pemula, kamu bisa tanya aku.”
“Aku ingin meneliti dulu, hanya mengerjakan misi yang hadiahnya poin atribut dan skill. Misi lain hadiahnya cuma EXP dan equipment, lebih baik grinding dungeon lebih cepat.” kata Ye Xiu.
“Nah, baru seperti pemikiran veteran! Tapi tidak perlu riset sendiri, buka halaman terakhir panduan yang kamu baca itu!”
“Oh?” Ye Xiu melihat ke halaman terakhir, rasa malu langsung menyergapnya. Memang benar, konten tugas pemula ini sudah tidak berubah selama sepuluh tahun, sudah dihajar habis-habisan oleh para pemain. Gaya bermainnya yang hanya mengerjakan misi bernilai tinggi—biasa dipilih veteran, mana mungkin tidak ada yang membuat panduan seperti ini? Di depan matanya kini terbentang panduan persis yang dia butuhkan. Ye Xiu langsung bersiap mengikuti panduan untuk mengambil misi, namun air matanya meleleh. Dirinya yang dijuluki "manusia ensiklopedia Glory" ini, sekarang malah mengerjakan tugas pemula dengan panduan newbie—mana bisa diterima? Mana bisaaaa?!
