30 menit 8 detik 71.
Ini adalah hasil akhir Ye Xiu bersama empat orang Ye Weiyang dalam menyelesaikan dungeon. Skor yang cukup standar. Tim biasa beranggotakan lima orang umumnya menyelesaikan Hutan Beku dalam sekitar 30 menit.
"Prestasi tidak ada yang bisa dikomentari, tapi Ye Weiyang benar-benar menggigit gigi sepanjang proses."
"Biaya komando benar-benar tidak sia-sia! Dari awal sampai akhir komando Jun Moxiao tidak pernah berhenti. Tapi seperti saat mengarahkan knight itu, dia hanya menjelaskan taktik paling dasar dengan cara yang sederhana. Jika membawa empat pemula, dungeon ini akan menjadi pelajaran berharga bagi mereka. Tapi bagi Ye Weiyang, dungeon ini sia-sia - sepanjang proses dia tidak melihat keahlian khusus sang master."
"Hasilnya, mereka berempat yang diarahkan merasa sangat tertekan. Mereka juga termasuk pemain ahli, tapi taktik dan arahan ini benar-benar tingkat pemula, membuat mereka terlihat seperti idiot."
"Ye Weiyang menduga Jun Moxiao sedang berpura-pura. Dia mencoba sengaja melakukan kesalahan untuk memancing kualitas master sejatinya."
"Sang master kemudian dengan sabar menjelaskan pada Ye Weiyang: 'Kamu salah tadi, seharusnya begini... begini... begini...'"
"Mendengar suara ketawa diam-diam ketiga rekannya, Ye Weiyang sadar: Nah, sekarang dia benar-benar dianggap idiot."
"Satu-satunya petunjuk yang terlihat adalah Jun Moxiao tidak bertransclass, tapi damage output-nya setara dengan dua anggota tim lainnya. Senjatanya setidaknya tidak buruk. Tapi tombak perang apa ini? Ye Weiyang belum pernah melihatnya."
"Sobat, kamu benar-benar menjebak kami!" kata Ye Weiyang setelah keluar dari dungeon.
"Kenapa bilang begitu? Arahan saya salah?" tanya Ye Xiu.
“……”Ye Weiyang tidak tahu harus berkata apa, meski komando biasa-biasa saja, tapi tak ada celah dan tak ada detail yang terlewat. Jika bukan karena Ye Weiyang sengaja membuat kesalahan, mengikuti perintahnya pasti tidak akan terjadi masalah apa pun.
Setidaknya ini membuktikan dasar-dasar karakter ini sangat solid. Ye Weiyang berusaha menerima kenyataan, berusaha meyakinkan diri bahwa dungeon kali ini tidak sia-sia, bahwa dia mendapatkan sesuatu.
"Ambil bulu serigala putih?" tanya Ye Xiu.
Air mata Ye Weiyang meleleh! Orang inilah yang benar-benar mendapatkan sesuatu.
Setelah mendapatkan bulu serigala putih, Ye Xiu pamit pergi. Karakter Ye Weiyang diam di tempat, sang pemain pun terduduk lesu di depan komputer.
Tiba-tiba seseorang di sebelahnya mencoleknya dua kali. Ye Weiyang menoleh dan melihat rekan satu tim yang baru saja bermain dungeon bersamanya sedang menunjuk layar komputer.
Layarnya bukan tampilan game, melainkan thread di forum resmi Glory.
Ye Weiyang mendekat dan mendengar orang itu berkata: "Aku merasa gaya komandonya sangat familiar, jadi cek di sini..."
Baru lihat beberapa baris, Ye Weiyang hampir muntah darah ke layar.
Persetan dasar-dasar! Persetan komando sempurna! Tai***d komandan bajingan ini ternyata cuma membaca word for word tanpa ubah sepatah kata pun, pantas saja tak ada detail yang terlewat!
“Dibodohi…” kata si cowok itu. Delapan kuas bulu serigala putih! Yang didapat cuma panduan yang kliknya sudah lewat jutaan.
Ye Weiyang merasa sangat kesal. Dibodohi juga salah sendiri! Orangnya nggak ngajak main dungeon, tapi dia yang maksa ikut; orangnya nggak mau jadi pemimpin, tapi dia yang memaksa; awalnya juga nggak ada baca panduan, dia sendiri yang ngotot minta diarahin langkah demi langkah.
Langkah demi langkah apaan? Tim kayak mereka nggak pernah butuh diarahin langkah demi langkah. Ngajak kayak gitu mah sok jago, nah, sekarang kapok kan!
“Bangsat!” Ye Weiyang menggeretak gigi, balik ke mejanya dan ngetik pesan ke Jun Mo Xiao: “Sobat, jahat banget sih! Pake panduan buat nipu kita?”
“Nggak kok, panduan itu juga karya orisinalku,” kata Ye Xiu.
Benarkah? Ye Weiyang buru-buru nengok ke si cowok: “Panduan itu siapa yang nulis?”
Si cowok juga nggak perhatian, buka halaman sebelumnya, lalu bilang: “Yiye Zhiqiu.”
Ye Weiyang geram, balik ngetik: “Ngibul aja! Itu panduan bikinan Dewa Ye Qiu.”
“Iya, itu aku!”
Tega! Brengsek banget sih… Ye Weiyang sama sekali nggak bisa ngomong.
“Ada urusan dulu, nanti hubungi lagi.” Ye Weiyang langsung dapat pesan lagi dari lawan bicaranya.
Lari, ini pasti lari! Jam tiga pagi, ada apa lagi? Ye Weiyang berpikir.
Di warnet Xingxin, Ye Xiu sedang mengantarkan beberapa botol cola ke pelanggan...
Malam itu berlalu tanpa kejadian.
Pukul tujuh pagi, ketika para pelanggan mulai turun dari komputer satu per satu, karakter Jun Mo Xiao milik Ye Xiu akhirnya mencapai level 21. Setelah keluar dari area pemula, leveling menjadi lebih lambat dibandingkan di desa awal. Pertama, requirement EXP meningkat drastis. Kedua, jumlah maksimal run dungeon mulai dibatasi. Meskipun level 20 terlihat bisa farming kuburan tengkorak di desa awal tanpa batas, kenyataannya dungeon itu sekarang memberikan EXP yang di-reduce seolah-olah kita 5 level di bawahnya.
Setelah level 20, selain dungeon, pemain perlu mengandalkan lebih banyak quest dan farming monster liar untuk naik level.
Di papan peringkat level Server 10, Ye Xiu melihat nama-nama seperti Lan He, Ye Weiyang yang sudah mencapai level 24. Jelas mereka online 24 jam nonstop untuk mencapainya dalam waktu kurang dari dua hari sejak server dibuka. Karakter-karakter yang dikembangkan oleh guild besar seperti ini menunjukkan kesenjangan yang jelas dengan pemain biasa. Di belakang tier pertama level 24, fase level 22-23 hampir kosong, hanya diisi segelintir pemain. Sedangkan level 20-21 adalah milik pemain yang masuk game segera setelah server dibuka dan bermain gila-gilaan seperti Jun Mo Xiao dan Tian Qi.
Mayoritas pemain bahkan belum keluar dari desa awal!
“Kak Ye, pagi!” Pada saat itu, staf jaga pagi warnet seperti asisten IT dan kasir perempuan datang tepat waktu, menyapa Ye Xiu.
“Pagi.” Ye Xiu keluar dari game dan menyerahkan komputer kasir.
“Kalian lanjut kerja, aku pulang dulu.”
“Oke.”
Setelah berpamitan, Ye Xiu menguap lebar dan kembali ke suite lantai dua. Saat membuka pintu, suara televisi langsung terdengar dari ruang tamu.
“Bos bangun pagi sekali?” Ye Xiu masuk sambil bertanya, tapi malah melihat televisi menyala sementara Chen Guo tertidur pulas di sofa. Tanpa selimut, tubuhnya menggigil sampai melingkar seperti udang.
“Bos, tidur di kamar saja!” Ye Xiu menepuk bahunya beberapa kali. Chen Guo membalikkan badan dengan wajah kesal karena tidurnya terganggu.
Ye Xiu menghela napas. Melihat pintu kamar Chen Guo terbuka, ia masuk mencari selimut. Matanya menyapu sekilas kamar itu – lantai, dinding, dan langit-langit terlihat baru, tapi perabot dan tempat tidur tampak usang. Tanpa pikir panjang, ia mengambil selimut dari ranjang berantakan Chen Guo, menyelimutkannya, mematikan TV, lalu menuju gudang penyimpanannya yang memprihatinkan untuk beristirahat.
