Empat monster kecil dari empat penjuru, ditambah tengkorak pembawa pedang yang mendekat, Qian Cheng benar-benar tak bisa menghindar. Gengsi sudah terlupakan, dia terjatuh bersama zombi-zombi. Sudut pandang berputar, di sekelilingnya hanya serpihan tulang dan daging busuk makhluk undead.
Gerakan makhluk undead agak lambat, bangun lebih pelan. Qian Cheng adalah yang pertama bangun dari tumpukan mayat. Saat memutar sudut pandang, Jun Moxiao kali ini tidak pergi. Dengan tombak perang di tangan, dia sudah berjalan mendekat.
“Qian Cheng kaget, refleks langsung melompat mundur. Setelah melompat, dia sangat menyesal, kenapa harus menghindar? Bukankah dari tadi dia ingin bertarung dengan orang ini?”
Saat itu, monster-monster kecil yang bergerak lambat mulai bangkit. Empat monster kecil meski menyerang Qian Cheng, tapi aggro tetap tertuju pada Jun Moxiao. Tengkorak penggotot sebenarnya target asli Qian Cheng, tapi karena ikut terhantam empat monster tadi yang merupakan serangan Jun Moxiao, aggro langsung beralih. Lima monster kecil ini bangkit dan langsung menyerbu Jun Moxiao.
Qian Cheng ingin bilang "habisin dulu monster kecil baru kita bertarung", tapi sebelum sempat bicara, tombak perang Jun Moxiao sudah menusuk tubuh monster kecil, bertarung sengit dengan lima monster itu, sudut pandangnya sama sekali tidak mengarah ke posisinya.
Jangan-jangan orang ini cuma mau membasmi monster, bukan mencarinya? Dirinya bahkan tidak lebih berharga dari lima monster undead?
“Hei.” Qian Cheng berteriak.
“Mau monster? Ini satu untukmu, mainlah!” Jun Moxiao mengangkat tombak, menusuk tajam, seekor monster kecil terlempar dan mendarap sempurna di kaki Qian Cheng.
Qian Cheng terpaku.
Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini.
Setiap kali sebelumnya saat merebut monster untuk pamer, target yang dirampas selalu marah-marah. Ada yang langsung menghunus senjata, akhirnya ditaklukkannya lagi. Sensasi itu sangat memuaskan.
“Kali ini, reaksi dan tindakan lawan membuatnya merasa dirinya sangat kekanak-kanakan. Orang itu mengumpulkan lima monster sekaligus, lalu dengan santai melemparkan satu ke arahnya, seolah berkata: "Anak kecil baik, jangan nakal, paman kasih permen."
Qian Cheng terdiam di tempat. Aggro monster kecil yang jatuh di dekat kakinya tetap melekat pada Jun Moxiao. Begitu bangun, monster itu langsung berlari kembali.
"Kenapa? Tidak mau?" Jun Moxiao bahkan masih menanyainya.
Qian Cheng benar-benar ingin ikut menyerbu orang ini bersama zombie dan kerangka.
"Setelah selesai melawan monster, kita bertarung sungguhan." Suara Qian Cheng tiba-tiba menjadi serius, tidak sembrono seperti saat memprovokasi sebelumnya.
"Tidak perlu." Jun Moxiao menjawab.
"Kenapa?!" Qian Cheng langsung menyesal setelah melontarkan kalimat itu. Lawan sudah pernah mengatakan "kamu masih jauh tingkatannya", mengapa memberinya kesempatan kedua untuk merendahkan?
"Tidak ada waktu." Jun Moxiao justru menjawab demikian.
Qian Cheng menangis meraung-raung. Anak kecil! Dirinya benar-benar seperti anak kecil yang merengek minta diajak main. Lalu si "orang dewasa" berkata: "Paman sibuk, baiklah, main sendiri!"
Perlakuan yang diterimanya saat ini sungguh sangat mirip! Qian Cheng sudah tidak tahu harus menjawab apa. Lebih baik tunggu orang ini selesai melawan monster lalu serang langsung!
Qian Cheng merencanakan hal ini. Lalu diam-diam menunggu di samping. Tapi melawan lima monster sekaligus tidak bisa selesai cepat, Qian Cheng berpikir apakah harus membantu? Tapi kemudian merasa ini tidak konsisten. Akhirnya dia membunuh monster kecil sendiri untuk mengisi waktu. Setelah selesai, dilihatnya di sana masih ada lima monster. Coba bunuh satu lagi! Selesai, kok masih lima? Teknik pemain ini bagus, tidak mungkin level pembunuhan monster seburuk ini! Qian Cheng bingung, setelah diamati ternyata lima monster sekarang berbeda dengan sebelumnya.
Saat masih ragu, seekor kerangka kecil tertusuk tombak dan hancur. Lalu Jun Moxiao membawa monster sisa lari ke monster baru, tetap melawan lima sekaligus.
Qian Cheng ingin muntah darah. Dia menunggu pemain ini kalah dari monster untuk duel, tapi ternyata pemain ini malah fokus grinding level!
Qian Cheng marah. Dia memutuskan untuk membantu. Bukan, bukan membantu, tapi mengganggu. Dia akan terus mencuri monster sampai pemain ini tidak tahan.
Qian Cheng menerjang ke depan, menusuk-nusuk lima monster yang dikumpulkan Jun Moxiao.
Sudut pandang Jun Moxiao seolah melirik ke arahnya, kemudian Qian Cheng menerima undangan party.
Goblok, siapa mau party denganmu? Aku datang untuk mencuri monster! Qian Cheng menolak undangan dengan kesal, terus membunuh tanpa henti.
Lima monster kecil mati lebih cepat lagi, tapi melihat pembagian EXP yang diterima, perampas monster profesional Qian Cheng kali ini benar-benar gagal total.
Tanpa membentuk party, dalam kondisi membunuh monster bersama, EXP monster akan dibagi dua. Serangan pertama dan serangan terakhir saja sudah bisa mengambil dua pertiga EXP, sisa sepertiganya ditentukan berdasarkan rasio total damage yang diberikan.
Qian Cheng jelas tidak mendapatkan serangan pertama. Awalnya dia ingin merebut serangan terakhir dengan ganas, tapi ternyata dari lima monster dia tidak dapat satu pun serangan terakhir. Ditambah total damage-nya jauh di bawah Jun Moxiao, akhirnya EXP yang didapat sangat sedikit. Dalam kondisi seperti ini, semua item yang di-drop juga menjadi milik Jun Moxiao, Qian Cheng bahkan tidak dapat sepeser pun.
Yang lebih menyebalkan, saat lima monster sebelumnya tumbang, Jun Moxiao sudah membuka monster baru dan terus membunuhnya. Qian Cheng berusaha merampas lagi, hasilnya sama tragisnya. Pada akhirnya dia justru mempercepat kecepatan Jun Moxiao membunuh monster, sementara EXP sebagian besar diberikan ke lawan, dirinya hanya mendapat remah-remah EXP. Dengan perhitungan seperti ini, Jun Moxiao sama sekali tidak dirugikan, sementara dia hanya menjadi kuli yang dieksploitasi.
Qian Cheng jelas sudah kalap karena emosi. Setelah gelombang ini, dia mulai merampas monster dari awal, aktif membuka monster dan membawanya kembali.
Tapi kali ini Jun Moxiao langsung pergi membawa monster yang dia buka sendiri, meninggalkan monster buatan Qian Cheng untuk dimainkannya sendiri.
Qian Cheng meneteskan air mata, apa sebenarnya yang sedang dia lakukan ini?
Dengan cepat menyelesaikan monster di tangannya, Qian Cheng maju ke depan: "Hei, aku akan menyerangmu bersama monster ini!"
"Jangan main-main, fokuslah leveling!" jawab lawannya dengan datar.
Qian Cheng menggigit gigi, mengayunkan tongkat perangnya untuk menyerang Jun Moxiao, tiba-tiba mendengar suara dari sekitar: "Loh, kenapa kalian berdua leveling bersama?"
Qian Cheng segera menoleh dan melihat regu dengan gelar guild Pavilion Blue River mendekat. Yang berbicara adalah ketua Pavilion Blue River di Area 10, Lan He.
Qian Cheng menyimpan tongkatnya dan langsung kabur.
"Qian Cheng mau ke mana?" teriak Lan He.
Qian Cheng mengalirkan air mata. Ketua, kau tidak punya otak?! Tidak lihat aku sengaja tidak pakai gelar guild untuk menyembunyikan identitas? Sambil lari ia mengirim pesan guild: "Ketua pura-pura salah orang!"
"Apa yang terjadi?" Lan He bingung.
"Aku telah menyinggung Jun Moxiao," kata Qian Cheng.
"Kau... apa yang kau lakukan? Mencuri monster miliknya?" Lan He yang sangat memahami kebiasaan bawahan ini.
"Aku... ingin mencurinya," Qian Cheng menangis. Sudah membuat musuh tapi tidak mendapat kesenangan, sungguh menyebalkan!
