“Tidak pernah dengar.” Lan He hanya bisa ikut mengernyitkan dahi bersama Chun Yilao.
“Kalau benar sehebat itu, nanti aku akan datang melihat kemampuannya sendiri!” kata Chun Yilao.
“Baik, saat dia mencapai level 23, aku akan ajak dia rekam rekor dungeon Burial Grounds. Kamu bisa ikut saat itu.” Lan He merencanakan.
“Dia belum level 23?!” Chun Yilao terkejut.
“Baru level 21……” Lan He bahkan merasa canggung untuk Jun Moxiao. Bagaimanapun, level dalam game online selalu menjadi simbol. Sebagai pemain top paling terkenal di Server 10, memiliki level yang sangat umum dan biasa seperti ini membuat para pemain garda depan seperti Lan He yang hampir mencapai level 25 merasa sulit menjelaskannya.
“Ini ini ini… Suatu saat harus melihat sendiri.” Chun Yilao berkata.
“Lain kali aku akan mengundangmu.” Lan He menjawab.
“Baik.” Chun Yilao mengangguk, meski tidak mengatakannya langsung, maksud kedatangan Lan He sudah jelas - mengharapkannya sebagai pemimpin guild sebenarnya untuk memutuskan sikap terhadap pemain ahli ini, apakah akan berusaha merebutnya dengan segala cara.
Setelah mengobrol santai beberapa saat, Chun Yilao pergi. Lan He yang sedang menikmati karakter utamanya seperti biasa, bersiap untuk logout tiba-tiba mendengar suara yang tidak disukainya: “Wah, Lao Lan? Kok ada waktu balik ke sini?”
Sungguh sial! Baru kembali sebentar saja sudah bertemu orang ini. Lan He menghela napas, memutar sudut pandang dan langsung melihat nama menyebalkan Raowan Chuiyang beserta peralatannya yang norak.
“Biasa saja, balik sebentar urusan.” Lan He menjawab datar.
“Kalau ada waktu, adu skill di arena yuk?” Raowan Chuiyang jelas masih mengingat pertarungan yang belum selesai sebelumnya.
“Sibuk, harus balik ke server baru bimbing dungeon.” Lan He menolak tegas.
“Mungkin tidak perlu waktu lama lagi!” Raowan Chuiyang sepertinya selalu berbicara dengan suara direndahkan sengaja dibuat magnetis. Karakter ini dari nama, cara bicara, perilaku hingga peralatannya merupakan sosok yang sangat sok gaya. Makna tersirat dari perkataannya tentu mengisyaratkan dia bisa mengalahkan Lan He tanpa kesulitan.
Lan He yang sangat memperhatikan harga diri langsung tersulut emosinya, darahnya mendidih ingin segera menghajar orang ini. Tiba-tiba suara lain terdengar: "Lanjiao, kapan kamu mau berangkat?"
Lan He memutar sudut pandangnya dan melihat Chun Yilao yang entah bagaimana sudah kembali.
"Aku berangkat sekarang." Lan He menjawab, tak lagi menghiraukan Raowan Chuiyang, langsung log out.
Chun Yilao sengaja kembali untuk membantunya keluar dari situasi sulit, Lan He sangat paham hal ini.
Banyak anggota guild yang tahu tekanan terus-menerus Raowan Chuiyang terhadapnya. Meski kini beredar kabar ketua guild mengirim Lan He ke Server 10 untuk menjauhkannya sebagai persiapan mengangkat Raowan Chuiyang, Lan He justru memahami maksud Chun Yilao: di satu sisi ingin mencegah perseterungan antara dirinya dengan Raowan Chuiyang. Karena dalam pertarungan seperti ini, siapapun yang menang, pihak yang kalah akan kehilangan muka dan mungkin tak sanggup bertahan di guild. Kepergian mereka yang terpaksa ini pasti akan memicu simpati banyak orang, berujung pada kekecewaan terhadap guild, dan berpotensi menimbulkan gejolak besar. Bagaimanapun Raowan Chuiyang dan Lan He mewakili dua kekuatan lama dan baru di Pavilion Blue River.
Di sisi lain, sebenarnya Chun Yilao sedang membantu Lan He mengokohkan posisinya secara tidak langsung. Sekilas, Lan He terlihat menjauh dari lapisan inti di Shen Zhi Lingyu, namun di Server 10 dialah yang berkuasa penuh. Di sana, berapa banyak ahli baru yang akan direkrutnya masih misteri. Ketika Lan He membawa orang-orang ini masuk ke Shen Zhi Lingyu, apakah dia masih akan menganggap Chun Yilao sebagai bos besar? Apalagi Raowan Chuiyang yang dianggap remeh.
Mengirimnya ke server baru justru memberi kesempatan Lan He mengembangkan basis kekuatannya sendiri. Tuduhan pengasingan hanyalah pemikiran kekanak-kanakan.
Lan He sangat paham semua ini, karena Chun Yilao sudah menjelaskan secara terbuka. Bahkan dengan blak-blakan Chun Yilao mengatakan bahwa jika Lan He ingin PK dengan Raowan Chuiyang, dia meragukan kemenangan Lan He. Menurutnya peluang kemenangan 30:70, dengan Lan He hanya punya 30%.
Lan He merasa frustasi. Memang dia tidak punya jaminan bisa mengalahkan Raowan Chuiyang. Ternyata Chun Yilao melihat lebih jelas.
Dengan hati yang jernih, Lan He menyadari niat tulus Chun Yilao yang tiba-tiba kembali membelanya. Akhirnya dia memilih tidak melanjutkan konflik dengan Raowan Chuiyang dan langsung logout.
Saat hendak logout, tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Lan He. Dia sangat penasaran ingin melihat wajah pengecut Raowan Chuiyang ketika ditindak sepenuhnya oleh ahli besar seperti Jun Moxiao.
"Pikiran ini tidak baik…" Lan He menepuk kepalanya sendiri. Bagaimanapun juga, Raowan Chuiyang adalah rekan satu guild, konflik internal mereka seharusnya diselesaikan secara internal. Bagaimana mungkin dia mengharapkan orang luar mempermalukan anggota sendiri?
Tapi… tetap saja sangat dinantikan! Lan He menyadari dia tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Dia menjadi sedikit sentimental. Setelah menghela nafas panjang dua kali, dia mengambil kartu akun Lan He dan kembali ke Server 10.
Baru saja online, anggota guild langsung memanggilnya untuk farming dungeon. Melihat bar EXP yang hampir mencapai level 25, hatinya berdebar kencang – dia lupa satu hal penting!
Dengan tergesa-gesa, dia membuka daftar teman dan menghubungi Jun Moxiao: "Kapan kita bisa farming Hutan Embun Beku lagi bersama?"
Rekor dungeon Hutan Embun Beku sebenarnya belum mencapai batas maksimal. Segera para pemain tier satu akan mencapai level 25. Setelah mengganti peralatan level 25, barulah skor akhir dungeon ini bisa dioptimalkan. Namun meski menggunakan peralatan level 25, Lan He dan kawan-kawan tetap tidak bisa meniru teknik Gelombang Tunggal Jun Moxiao dalam menarik dan mengumpulkan mob – mereka sudah mencobanya diam-diam berkali-kali.
Lan He terlalu fokus mengharapkan Jun Moxiao cepat mencapai level 23 untuk farming Tanah Pemakaman, sampai lupa kalau urusan Hutan Embun Beku belum benar-benar tuntas.
"Ini…" balasan Ye Xiu terdengar ragu-ragu.
"Jangan-jangan sudah ada yang booking lagi?" Lan He pusing.
"Memang sudah ada yang booking." Ye Xiu menghela nafas.
“Lagi-lagi Dominant Hero?” Lan He menggerutu.
“Iya!”
“Saudara, waktu saya mengajakmu ke Tanah Kuburan kamu selalu bilang 'nanti dulu'! Kok begitu diundang mereka langsung setuju.” Air mata Lan He meleleh.
“Undanganmu selalu ke tempat yang belum bisa saya datangi saat ini! Kalau Hutan Embun Beku ini, malam ini sudah bisa pergi.” Kata Ye Xiu.
Lan He pasrah, dia memutuskan untuk memantau level Jun Moxiao terus-menerus. Begitu pemain ini mencapai level 23, langsung akan diundang ke Tanah Kuburan.
Hutan Embun Beku... Lan He melihat catatannya dengan sedih. Barrier yang mereka buat belum lama tergantung, sudah pasti malam ini akan hancur.
“Atau mungkin belum tentu?” Tiba-tiba Lan He tersadar. Meskipun level sudah mencapai 25, peralatan belum tentu bisa mengikuti secepat ini. Pasukan mereka yang level 20 semua memakai senjata ungu berkat dungeon di Desa Pemula yang bisa diulang tanpa batas. Tapi sekarang? Meskipun Hutan Embun Beku dan Tanah Kuburan bisa dapatkan peralatan level 25, kemungkinan dapat senjata ungu tidak setinggi itu. Baru dua hari, cuma empat kali per dungeon, apa cukup untuk memersenjatai satu tim?
Setelah dihitung-hitung, Lan He tetap frustasi. Meskipun senjata ungu level 25 tidak sebanyak level 20, tapi cukup untuk satu tim. Pavilion Blue River sudah mencapainya, Dominant Hero pasti juga bisa! Hah...
