Di tengah sorak-sorai penonton, pertandingan resmi dimulai.
Di lingkaran profesional, keunggulan mutlak jarang terjadi. Mustahil ada kesenjangan keterampilan ekstrim seperti antara veteran berpengalaman dan newbie. Beberapa figur kuat dengan karakter legendaris mungkin bisa menekan pemain biasa, tapi Su Mucheng dan karakter Mu Yu Cheng Feng-nya belum mencapai level itu.
Dibandingkan, Gao Jie dan pedang bintangnya (Xingchen Jian) masih sedikit lebih lemah. Namun, kekuatan di atas kertas ini sama sekali tidak cukup untuk menentukan kemenangan. Dalam pertandingan 1v1 ini, siapa pun yang menang atau kalah tidak bisa dianggap terlalu mengejutkan. Performa di lapangan bisa memperlebar kesenjangan teoritis ini, atau bahkan menutupinya dan melampauinya.
Pada akhirnya, ini tetaplah kompetisi yang berpusat pada manusia. Karakter tingkat dewa pun tetap bergantung pada kemampuan pengendalinya. Pemain terkuat sekalipun pasti pernah mengalami performa buruk dan dikalahkan. Apalagi di era penuh bintang seperti sekarang, kalimat cliché "tak terkalahkan itu kesepian" sudah lama ditinggalkan.
"Kecantikan Su, aku mulai ya!" Sebuah kotak chat di samping siaran pertandingan menampilkan teks yang dikirim Xingchen Jian.
Benar, dalam pertandingan Glory, meskipun pihak lawan tidak bisa berkomunikasi via voice chat, mereka bisa mengirim pesan teks. Hanya ada satu channel chat publik di arena pertandingan. Pesan teks ini tidak memiliki filter kata dan akan ditayangkan langsung ke penonton.
Sejujurnya, terkadang provokasi via chat dalam pertandingan lebih menarik daripada pertarungan itu sendiri. Liga ini tidak kekurangan ahli yang menggunakan trash talk untuk mengganggu emosi lawan. Karena pesan ini pasti akan dilihat lawan – tidak ada opsi untuk menutup atau memblokir kotak chat.
Tentu saja, penggunaan taktik seperti ini sepenuhnya tergantung keinginan individu pemain. Selama bertahun-tahun muncul berbagai tipe pemain dengan gaya berbeda.
Dari awal sampai akhir, begitu ada kesempatan tangan pasti langsung ngoceh.
Memanfaatkan kesempatan untuk melontarkan sindiran dingin.
Dari awal sampai akhir diam seribu bahasa, sangat hemat kata.
Bahkan langsung mengeluarkan kata-kata kotor yang memenuhi layar dengan anggota keluarga lawan dan organ reproduksi mereka...
Meski jenis terakhir ini tidak akan diblokir, pemain pasti akan mendapat hukuman dari Liga. Ditambah lagi dengan banyaknya penonton, kekerasan verbal sejahat ini tentu akan merusak citra diri secara ekstrim. Jadi biasanya ini terjadi karena emosi yang tak terkendali lalu tanpa sengaja mengetik kata terlarang, sudah lama tidak ada yang khusus fokus pada jurus ini.
Pembukaan Gao Jie yang bernada menggoda langsung memicu kemarahan fans di Warnet Xingxin, mereka berteriak minta dia dihancurkan. Tapi Su Mucheng hanya membalas dengan emoticon senyum dan kata "Baiklah!"
Gao Jie sepertinya tidak punya kemampuan verbal selain kalimat pembuka itu. Ia langsung menghunus pedang dan menyerang. Bintang Pedang adalah Swordsman sedangkan Mu Yu Cheng Feng adalah Artillery God, dua profesi khas jarak jauh dan jarak dekat. Gao Jie memanfaatkan keakraban dengan map untuk menyamar dan mendekati Mu Yu Cheng Feng diam-diam.
Mengapa Gao Jie akrab dengan map? Karena pertandingan pra-musim Liga Glory menggunakan sistem double round-robin yang membagi kandang dan tandang. Keuntungan terbesar tim tuan rumah adalah hak memilih map pertarungan.
Glory memiliki banyak peta pertarungan yang terus diperbarui dan ditambahkan setiap tahun. Sebagai tuan rumah, tim sudah pasti mempelajari dan berlatih peta pilihan mereka lebih dulu. Tim tamu mungkin pernah memainkan peta tersebut, tapi jelas tidak memiliki latihan spesifik seperti tim tuan rumah. Kemungkinan peta yang dipilih tuan rumah bertabrakan dengan peta andalan tim tamu memang ada, tapi belum pernah terjadi sampai saat ini. Seiring bertambahnya jumlah peta di Glory, probabilitas kejadian ini semakin mengecil.
Jika peta tuan rumah yang dipilih ternyata sama dengan peta andalan lawan yang pernah digunakan sebelumnya, itu adalah blunder sendiri dan tidak bisa disalahkan ke pihak lain.
Peta yang digunakan dalam pertandingan tunggal kali ini adalah kota mini bersalju. Karakter Xingchen Jian dengan seluruh peralatan putihnya, bahkan senjata perak "Pedang Cahaya Putih" yang memancarkan sinar putih sesuai namanya, menunjukkan niat penggunaan peta ini dengan sangat jelas.
Saat ini Xingchen Jian sedang berputar mendekati titik spawn Mucheng Yufeng. Siaran langsung awalnya menampilkan sudut pandang orang pertama Xingchen Jian untuk memberikan pengalaman imersif pada penonton. Kemudian beralih ke sudut pandang atas yang menunjukkan seluruh peta, di mana Mucheng Yufeng terlihat tidak diam di titik spawn melainkan sedang berputar-putar mencari.
Gambar kemudian beralih ke sisi Mucheng Yufeng.
Siaran pertandingan memiliki banyak sudut pandang, tidak hanya terbatas pada sudut pandang pertama pemain. Kali ini kamera menggunakan sudut pandang ketiga yang dijauhkan, memperlihatkan dengan jelas gerakan investigasi Mucheng Yufeng di area kecil tersebut.
Dari sini terlihat, meskipun kualitas sebuah pertandingan memang ditentukan oleh performa dua pemain, namun untuk menyajikannya kepada penonton melalui siaran, dibutuhkan sutradara siaran yang handal. Jika hanya menayangkan dua siluet kecil bergerak-gerak dari sudut pandang burung selama pertandingan, sehebat apapun pertandingannya akan terlihat seperti sampah.
Sutradara siaran kali ini jelas memiliki keahlian mumpuni. Dengan tiga kali peralihan kamera ditambah komentar dari penyiar dan tamu ahli, strategi kedua pemain telah tergambar jelas.
Gao Jie menggerakkan Xingchen Jian secara melingkar untuk mendekati Muyu Chengfeng secara tiba-tiba.
Namun Su Mucheng yang berpengalaman jelas telah mengantisipasi hal ini. Setelah mengamati topografi sekitar, Muyu Chengfeng telah melompat ke posisi sniper strategis yang lebih tinggi. Dari posisi menguntungkan ini, gerakan mendekat Xingchen Jian justru akan membuatnya terekspos di bawah bidikan meriam Muyu Chengfeng.
Suara cibiran dan tawa memenuhi Warnet Xingxin, tentu saja mengolok-olok Gao Jie yang ingin melakukan serangan mendadak tapi malah terjebak dalam penyergapan Su Mucheng.
Tapi Ye Xiu tahu ini tidak akan semudah itu. Jika Gao Jie benar-benar terjebak, berarti keuntungan tuan rumahnya sia-sia.
Tepat seperti dugaan Ye Xiu. Setelah mendekati area tersebut, Xingchen Jian milik Gao Jie tidak langsung menyerbu, melainkan berputar lagi dan mengintip dari mulut gang kecil.
“Dasar licik, sembunyi-sembunyi begitu. Cepat keluar dan hadapi maut!” Chen Guo berkata dengan kesal.
Ye Xiu menggelengkan kepala: “Posisinya sekarang di titik buta. Gerakan Su Mucheng sudah diperhitungkan olehnya.”
“Posisi Gao Jie saat ini benar-benar titik buta! Apapun lokasi sniping yang dipilih Su Mucheng tadi, mustahil mengamati posisi ini. Tampaknya semua gerakan Su Mucheng sudah diprediksi Gao Jie!” Suara Li Yibo di siaran langsung tepat waktu muncul, isinya persis sama dengan perkataan Ye Xiu.
“Sepertinya Tim 301 sudah mempelajari peta ini dengan sangat mendalam.” Komentator tertawa.
“Tentu saja.” Kata Li Yibo.
“Lalu bagaimana Gao Jie bisa tahu di titik sniping mana Su Mucheng bersembunyi?” Chen Guo tertegun saat mengucapkan ini karena komentator di siaran kebetulan juga mengajukan pertanyaan yang sama.
“Jejak kaki.” Jawaban Ye Xiu dan Li Yibo bersahutan namun sama isinya.
