“Benarkah?” Chen Guo berkata dengan bingung, tiba-tiba teringat sebuah pepatah: orang awam melihat keriuhan, ahli melihat esensi.
Selama ini dia mengira pemain Glory seperti mereka sudah termasuk ahli yang melihat esensi. Tapi hari ini, beberapa komentar Ye Xiu di sampingnya membuat Chen Guo sadar bahwa mereka hanya setengah ahli yang bisa mengenali skill yang digunakan, sepertinya masih lebih dekat dengan orang awam.
Chen Guo melanjutkan menonton pertandingan dengan tatapan kosong, konsentrasinya sudah sangat terganggu.
Perkembangan selanjutnya benar seperti prediksi Ye Xiu. Pedang Bintang Gao Jie sepenuhnya tertekan, terus-menerus dipojokkan oleh serangan jarak jauh Su Mucheng dengan karakter Mu Yu Cheng Feng.
Meski beberapa kali berhasil mendekati Mu Yu Cheng Feng, Gao Jie selalu cepat dihindari oleh Su Mucheng yang terus menjaga jarak dan menghujani Pedang Bintang dengan serangan tak kenal ampun.
Layar terus berganti-ganti, memperlihatkan teknik positioning dan operasional atlet profesional kepada penonton.
Komentator dan tamu tetap berduet, menyesali kegagalan berulang Gao Jie sambil memuji setiap serangan indah Su Mucheng. Sebagai profesional mereka harus netral, meski mungkin dalam hati memihak salah satu, namun tak boleh menunjukkannya selama siaran.
Kota kecil perak yang diselimuti salju putih telah hancur tak berbentuk oleh pertarungan sengit kedua orang itu, di mana-mana terlihat asap tebal bekas bombardir meriam berat dan goresan pedang yang ditinggalkan oleh aura pedang.
Akhirnya, dua karakter besar "Glory" muncul bergelora di layar. Sutradara segera memberikan close-up pada Bintang Pedang, sementara sistem secara otomatis memperlambat rekaman. Ternyata Bintang Pedang terbunuh oleh serangan anti-tank. Dari rekaman slow motion terlihat jelas bahwa tembakan anti-tank yang seharusnya meluncur lurus dalam tiga peluru beruntun, justru membentuk sudut segitiga miring saat ditembakkan oleh Su Mucheng.
"Ah, itu tembakan tiga titik!" Chen Guo yang familiar dengan Artillery God langsung mengenali teknik ini. Pemain harus menggerakkan bidikan dengan cepat saat tiga peluru keluar dari laras, sehingga tiga tembakan beruntun membentuk sudut yang memperluas jangkauan serangan anti-tank.
"Benar, bisa kamu lakukan?" tanya Ye Xiu.
"Aku tidak bisa, hanya bisa dua titik," Chen Guo menghela napas. Setelah ragu sejenak ia menambahkan: "Ini sulit kan? Kayaknya Xiao Tang juga belum bisa."
"Kecepatan tangannya sebenarnya cukup, tapi operasi ini membutuhkan presisi dalam mengatur selisih waktu tiga tembakan anti-tank. Tanpa EXP yang cukup, mustahil bisa menguasainya," jelas Ye Xiu.
"Oh begitu rupanya," Chen Guo mengangguk paham.
Layar siaran saat ini sudah menyorot pemenang Su Mucheng dengan close-up, kemudian mulai memutar momen-momen epik selama pertandingan. Komentator dan panelis terus memberikan ulasan. Pertandingan 1v1 pertama dimenangkan oleh Tim Jia Shi, meraih 1 poin terlebih dahulu.
Kompetisi Glory League terbagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama adalah pertandingan individu, setiap tim mengirimkan tiga pemain untuk tiga pertandingan 1 lawan 1. Pemenang setiap pertandingan mendapat 1 poin.
Bagian kedua adalah pertandingan tim kecil, setiap tim membentuk kelompok tiga orang dengan sistem KOF: kedua tim bergantian mengirim pemain, yang kalah digantikan rekan satu tim hingga salah satu tim kehabisan pemain. Bagian ini memberi 2 poin untuk pemenang.
Bagian ketiga adalah pertandingan tim besar dengan enam anggota per tim, tapi pertarungan nyata 5 lawan 5. Anggota keenam masuk sebagai cadangan khusus melalui sistem panggilan bantuan. Pertandingan berakhir saat seluruh anggota satu tim tereliminasi, memberi 5 poin untuk pemenang.
Pemain yang sudah berpartisipasi di bagian pertama dan kedua tidak boleh diulang. Misalnya Gao Jie dan Su Mucheng yang sudah bertanding di 1v1, tidak boleh ikut pertandingan tim kecil. Tapi mereka boleh kembali di pertandingan tim besar.
Total 10 poin tersedia dalam satu pertandingan. Peringkat Glory League ditentukan oleh akumulasi poin ini. Kemenangan Su Mucheng memberi 1 poin pertama untuk Jia Shi, membuat Warnet Xingxin bergemuruh oleh sorak-sorai penuh semangat.
Dalam keriuhan, highlight pertandingan pertama selesai diputar, pertandingan individu kedua segera dimulai.
Kali ini Tim 301 akhirnya tidak menyia-nyiakan keunggulan tuan rumah, menguasai permainan berkat pemahaman peta, akhirnya Tim 301 Derajat memenangkan pertandingan.
Kali ini tentu saja tidak ada lagi yang tertawa di warnet. Saat replay pertandingan diputar, suasana warnet terasa muram.
Setelah kekalahan ketiga Tim Jia Shi di pertandingan individu, wajah penonton di warnet semakin garang. Semua orang merasa sangat tidak nyaman, ada yang mengutuk lawan Tim 301 Derajat, ada yang menghela nafas karena kekecewaan pada Tim Jia Shi.
Ekspresi Chen Guo tentu juga tidak cerah. Melihat ke samping, Ye Xiu yang tak diketahui kapan telah meninggalkan sisinya sedang bersandar di pintu sambil mengisap rokok. Bara rokoknya berkedip-kedip terang dalam kegelapan, namun ekspresi wajahnya samar.
Setelah pemutaran highlight pertandingan terakhir dan komentar komentator, bagian kedua pertandingan tim akhirnya dimulai.
Begitu susunan pemain kedua tim ditampilkan, penonton di Warnet Xingxin langsung bersemangat kembali.
Aset utama Tim Jia Shi akhirnya tampil di panggung: One Autumn Leaf, Sang Dewa Perang, ditempatkan sebagai pemain pertama di pertandingan tim.
Lawannya adalah anggota terkuat Tim 301 Derajat, assassin Kapten Yang Cong: Feng Jing Sha.
Yizhiyeqiu telah menjadi topik hangat di komunitas Glory selama beberapa hari terakhir, momen ini tak terhindarkan kembali disebutkan. Nama Ye Qiu tentu tak luput dari pembahasan, muncul berulang kali hingga pertandingan resmi dimulai. Pan Lin dan Li Yibo masih belum menyelesaikan diskusi mereka. Memang, kisah Ye Qiu dan Yizhiyeqiu terlalu banyak untuk diceritakan.
"Baik, pertandingan telah dimulai. Mari fokus ke pertandingan. Ini adalah debut Sun Xiang menggunakan Yizhiyeqiu mewakili Jia Shi. Menurut analisis Coach Li?" Pan Lin dengan lihai mengalihkan topik ke inti pertandingan.
"Dari segi kemampuan teknis individu, Sun Xiang lebih unggul dari Yang Cong. Karakter Yizhiyeqiu jelas jauh di atas karakter 301. Baik Fengjing Sha milik Yang Cong maupun Xingchen Jian Gao Jie hanya setara, tak bisa dibandingkan dengan Yizhiyeqiu yang dijuluki Dewa Perang," jelas Li Yibo.
"Kita tahu Yizhiyeqiu adalah karakter dengan peralatan perak terbanyak di Liga saat ini?" tanya Pan Lin.
"Dari segi kuantitas ya. Tapi kita semua tahu atribut peralatan perak jarang diumumkan, jadi menilai berdasarkan jumlah tanpa mengetahui atributnya sebenarnya kurang akurat," jawab Li Yibo.
"Benar, kadang atribut peralatan perak mungkin setara dengan peralatan oranye, bahkan bisa jadi hanya setingkat peralatan ungu atau biru, ya?" lanjut Pan Lin.
"Benar. Dari pengamatan pribadi saya selama setengah musim ini, karakter-karakter legendaris seperti Troubling Rain, Desert Dust, Vaccaria, dan lainnya yang dijuluki 'dewa', meskipun jumlah perak peralatannya mungkin tidak sebanyak Yizhiyeqiu, secara kekuatan sebenarnya tidak kalah." kata Li Yibo.
"Ada juga masalah Skill Points (SP)." kata Pan Lin.
"Apakah karakter 'dewa' akan kalah jauh dalam Skill Points?" tanya Li Yibo sambil tertawa.
"Itu benar. Tapi bagaimanapun juga, Fengjing Sha pasti ketinggalan ya?" kata Pan Lin.
"Tentu saja." jawab Li Yibo, "Tapi kita tidak bisa langsung menyimpulkan ini adalah kekalahan Yang Cong, karena permainan Glory tidak pernah bisa ditentukan hanya dari statistik di atas kertas."
"Menurut Anda, keuntungan apa yang dimiliki Yang Cong?" tanya Pan Lin.
"Pertama, keuntungan kandang, sudah jelas. Kedua, Sun Xiang baru saja pindah ke Jia Shi beberapa hari lalu, pasti masih ada masalah adaptasi dengan Yizhiyeqiu. Apalagi kita tahu karakter sebelumnya yang dia gunakan bukan Battle Mage, ini hambatan besar. Kelemahan Sun Xiang ini justru menjadi kelebihan Yang Cong." jelas Li Yibo.
"Tapi saya dengar Sun Xiang sebenarnya sangat mendalami Battle Mage." kata Pan Lin.
"Ini sudah pasti. Karena Jia Shi memilih Sun Xiang untuk menggantikan Ye Qiu, mereka pasti sudah mempertimbangkan aspek ini. Menggunakan orang yang sama sekali tidak ahli dalam Battle Mage itu seperti menempatkan striker sebagai bek dalam sepak bola - sangat konyol. Tapi bagaimanapun, bahkan jika Ye Qiu diberikan Battle Mage dengan peralatan berbeda dan level skill yang berbeda, dia tetap butuh waktu untuk beradaptasi, bukan?" kata Li Yibo.
"Dengan pengalaman Ye Qiu, mungkin dia sama sekali tidak butuh waktu!" Pan Lin tertawa.
"Ngomong-ngomong soal pengalaman, Sun Xiang baru bergabung dengan Liga selama satu setengah tahun, masih bisa dianggap pemula. Dalam hal pengalaman masih ada kesenjangan dengan Yang Cong..."
"Baik! Semuanya lihat, Yang Cong memilih serangan langsung! Sekarang karakter Fengjingsha sudah muncul dalam sudut pandang Yizhiyeqiu!!" Sebelumnya kedua karakter hanya melakukan positioning, jadi Pan Lin dan Li Yibo sempat mengobrol dengan analisis prediksi. Saat kontak tiba-tiba terjadi dan pertempuran akan segera dimulai, Pan Lin segera menghentikan obrolan dan mulai menjelaskan situasi.
"Apakah Yang Cong terlalu terburu-buru?" tanya Li Yibo.
"Fengjingsha menyerang! Dari depan Yizhiyeqiu!" teriak Pan Lin penuh semangat.
"Eh... Dia tidak langsung menyerang..." Saat Fengjingsha hampir mendekati Yizhiyeqiu, tiba-tiba berhenti dan mulai berputar mencari posisi, mencari kesempatan dengan sabar.
“Hehe, saya sudah bilang, pemain senior berpengalaman seperti Yang Cong tidak akan sembrono seperti ini. Dia seharusnya punya kesabaran cukup untuk mengulur waktu, mari kita lihat bagaimana Sun Xiang menghadapinya.” Li Yibo tertawa.
“Sun Xiang bergerak!! Yizhiyeqiu menangkap jalur pergerakan Fengjingsha dan langsung menyerbu!” Pan Lin berteriak.
“Anak muda ya anak muda...” Li Yibo bergumam.
“Tianji pembuka! Fengjingsha melompat mundur menghindar, Arc Flash balas menyerang!!!”
“Nah ini...”
“Apa?! Skill dibatalkan!!! Sun Xiang ternyata menggunakan Longya langsung membatalkan Arc Flash!! Ini luar biasa. Penonton pasti tahu kecepatan Arc Flash, tapi Sun Xiang bisa membatalkannya dengan Longya, operasinya mengerikan, bagaimana menurut Pelatih Li?” Pan Lin bukan lagi komentator tapi menjerit-jerit.
“Ah, ini... memang... anak muda ya... ini...” Li Yibo terlihat kesulitan merangkai kata. Karena bagaimana mungkin Longya bisa membatalkan Arc Flash? Bahkan dia tidak tahu operasi seperti apa yang diperlukan.
