“Kekalahan dalam pertandingan tim memang tak terhindarkan, tapi Three Zero One mencari kemenangan dalam kekalahan. Performa luar biasa di pertandingan tim akhirnya membuka peluang menang di pertarungan grup. Inti pertandingan ini sebenarnya ada di bagian kedua, dan yang harus dilihat bukanlah pihak yang menang, melainkan pihak yang kalah!” kata Ye Xiu.
Chen Guo termangu-mangu. Biasanya mendengar komentar komentator dan tamu undangan saja sudah merasa sangat hebat, tapi yang diucapkan Ye Xiu kali ini sama sekali tidak disinggung oleh komentator maupun tamu. Apakah mereka sengaja tidak menginterpretasikan untuk menjaga ketegangan? Atau mungkin tingkat pemahaman Ye Xiu benar-benar lebih tinggi? Chen Guo tidak yakin, tapi istilah seperti "kecepatan tangan tidak terkontrol" dan "ketidaksinkronan tim" terdengar agak mistis, jangan-jangan ini cuma omong kosongnya saja?
“Anak muda! Masih belum cukup mumpuni.” Ye Xiu masih menggelengkan kepala sambil menghela napas.
Pandangan Chen Guo nanar tertuju ke pertandingan. Saat itu, suasana di warnet kembali senyap seperti saat Jia Shi kalah di pertandingan kedua individual. Semua penonton menahan napas untuk tim yang mereka dukung. Tidak seperti Chen Guo yang sudah punya kesimpulan setelah mendengar penjelasan Ye Xiu, para penonton ini masih berharap dan menanti-nantikan serangan balik kuat dari Jia Shi.
Namun, yang ditunggu-tunggu semua orang akhirnya tidak datang. Dalam teriakan lantang komentator Pan Lin, Su Mucheng dengan karakter Mu Yu Cheng Feng adalah yang pertama tumbang. Meskipun bisa memanggil pemain cadangan ke-6 melalui mekanisme panggilan bantuan, ini harus dilakukan di area penggantian yang ditentukan. Di bawah kejar-kejaran mematikan Yang Cong dengan karakter Feng Jing Sha, Mu Yu Cheng Feng akhirnya gagal bertahan sampai ke titik itu.
Setelah Mu Yu Cheng Feng terbunuh, orang keenam Jia Shi secara otomatis masuk ke medan perang. Saat ini dia juga menyadari situasi timnya yang sangat tidak menguntungkan, dan segera bergegas untuk membantu.
Komentar langsung Pan Lin terus mengalir. Begitu melihat pemain keenam Jia Shi masuk ke area penggantian, dia langsung beralih: "Bagus! Sekarang pemain cadangan ke-6 Jia Shi masuk, hm... yang datang adalah... He Ming dengan karakter Fa Bu Rong Qing, seorang Elementalist. Menurut Anda, Pak Li, bisakah He Ming mengubah situasi sulit Jia Shi saat ini?"
"Hmm, pemain keenam sering menjadi titik balik dalam pertandingan tim. Tapi dalam kasus Jia Shi ini bukan pergantian aktif. He Ming masuk otomatis, yang secara taktis sudah berada dalam posisi pasif. Tim 301 pasti sudah mempersiapkan langkah ini. He Ming sendiri bukan pemain top, Fa Bu Rong Qing juga bukan karakter unggulan. Sulit mengharapkan dia sendirian mengubah situasi," kata Li Yibo.
"Lalu menurut Anda apa yang harus dilakukan?" tanya Pan Lin.
"Harus ada koordinasi taktis dengan anggota tim lainnya, ini krusial," jawab Li Yibo.
“Tapi menurutku Jia Shi sekarang sepertinya sudah agak kacau, tidak tahu apakah mereka masih punya rencana taktis yang jelas.” Kata Pan Lin.
“Kuncinya ada pada Sun Xiang, menurutku performa individu dia terlalu menonjol, sampai sekarang malah terlihat agak terpisah dari tim. Ini membuktikan apa yang kukatakan sebelumnya, bahwa Sun Xiang baru bergabung dengan Tim Jia Shi belum lama, masih ada masalah penyesuaian!” Li Yibo menggunakan "skill besar" lagi: mengubah konsep. Dia memperbesar masalah penyesuaian dengan Yizhiyeqiu yang disebutkan sebelumnya saat mengomentari kelemahan Sun Xiang, lalu memasukkan masalah sekarang agar terlihat punya visi dan lebih profesional.
Entah Pan Lin benar-benar tertipu atau pura-pura tidak tahu, dia hanya mengangguk setuju sambil berkata "Anda benar" dan semacamnya.
Chen Guo yang sedang menonton langsung menoleh ke Ye Xiu dengan ekspresi terkejut. Komentar ahli ini akhirnya sejalan dengan penilaian Ye Xiu. Tapi alasan orang ini tentang keterpisahan Sun Xiang karena masalah penyesuaian berbeda dengan desain manusiawi yang disebutkan Ye Xiu.
“Baik! Sekarang mari kita lihat apakah He Ming bisa membawa perubahan untuk Jia Shi.” Pan Lin melanjutkan komentarnya. Chen Guo juga tidak sempat bertanya lebih lanjut. Meski idolanya Su Mucheng sudah kalah, dia masih berharap banyak pada He Ming yang baru masuk.
“Semangat!!” Penonton di warnet diam-diam bersemangat, tapi tak ada yang berteriak. Seolah suara mereka akan terdengar oleh pemain dan mengganggu performa mereka.
Warnet hanya dipenuhi suara pertarungan dan komentar laga. Setelah He Ming masuk, dia langsung melancarkan serangan sihir. Belajar dari pengalaman Su Mucheng, dia sangat waspada terhadap serangan jarak dekat Yang Cong. Semua cara Elementalist untuk mencegah pendekatan musuh digunakan tanpa ragu. Dengan ritme ini, dia bergegas menyatu dengan rekan setimnya.
Performa He Ming dipuji oleh pelatih profesional Li, membuat penonton di Warnet Xingxin bergemuruh. Seolah melihat harapan kemenangan, suasana pun kembali hidup.
Saat karakter He Ming "Law Without Mercy" hampir bersatu dengan karakter pemain Jia Shi, tiba-tiba "brak!" Layar proyektor padam. Semua komputer di warnet berhenti bersuara, beberapa lampu yang menyala ikut padam. Seluruh warnet gelap gulita.
"Wah!" Penonton yang baru saja bersemangat langsung ribut. Teriakan, siulan, dan lebih banyak teriakan: "Admin jaringan!!! Ada apa ini?"
Dalam keriuhan, beberapa lampu darurat warnet menyala. Penonton akhirnya terbebas dari kegelapan. Tapi lampu darurat yang menyala sudah menjelaskan penyebabnya: mati listrik.
"Ada masalah apa?" Chen Guo melongok ke seberang jalan di luar pintu warnet, terang benderang.
Sebagian pengunjung menunggu dengan sabar, sebagian lain bertanya-tanya dengan suara keras, sementara beberapa langsung beranjak pergi.
"Xiao Li, cek apakah listriknya trip!" Chen Guo menyuruh seorang admin jaringan untuk memeriksa. Pengunjung lantai dua yang gelap-gulita pun berhamburan turun, menanyakan apa yang terjadi.
Xiao Li segera melapor: Sekring tidak putus, tidak tahu di mana masalahnya.
Chen Guo menyadari ini di luar kemampuannya. Tak ada cara lain selain memanggil teknisi. Begitu kabar ini tersiar, pengunjung langsung membanjiri meja depan seperti air pasang, buru-buru ingin melakukan pembayaran dan log out.
"Listrik mati total, gimana mau bayar?" Ye Xiu yang sejak tadi bersandar di meja depan langsung terjepit di antara kerumunan, masih sempat bertanya ke Chen Guo.
"Manual lah, ada cara lain?!" Nasib Chen Guo sama persis, terjepit di meja. Sambil menjawab, ia menoleh marah: "Berdesak-desakan apa ini!! Antre satu per satu!!"
Seorang pengunjung yang menempel di belakang Chen Guo mengenalinya, berkata dengan wajah masygul: "Nggak bisa, orangdorong-dorong dari belakang."
"Kalau berani manjat-manjatin gue, gue bacok lu!!" Chen Guo mengancam.
Si pemuda ini sebenarnya sopan, benar-benar tidak sengaja. Setelah diancam, ia harus menahan lautan manusia sendirian. Penderitaannya melebihi Zhang Wuji yang bertarung melawan Enam Aliran Besar.
Untungnya jam sibuk malam, staf warnet juga sedang dalam jumlah terbanyak sepanjang hari, beramai-ramai datang membantu. Beberapa orang bersama-sama membantu pelanggan menyelesaikan pembayaran manual dan mengembalikan uang.
Chen Guo berusaha menyelinap kembali ke posisi depan, gagal. Melihat ke samping, Ye Xiu juga sedang berjuang di kerumunan orang. Dengan susah payah berhasil mengeluarkan satu tangan yang memegang... sebatang rokok!!!
"Masih sempat ngerokok juga di saat kayak gini!!!" Chen Guo melihat Ye Xiu memasukkan rokok ke mulutnya, geram! Orang macam apa ini.
"Lalu harus ngapain?" Ye Xiu bicara sambil ternyata tangannya tidak ada korek. Lalu memanggil gadis di meja: "Sini, bantu nyalain koreknya."
"Jangan pedulikan dia!!" Chen Guo berseru.
Gadis itu tentu mendengarkan bos. Tapi ada orang baik hati di samping: "Bro, saya punya korek."
"Makasih, makasih!!" Ye Xiu meminjam korek untuk menyalakan rokok. Menghisap dalam-dalam lalu melirik Chen Guo dengan santai. Chen Guo mau muntah darah. Binatang ini masih asyik merokok, sementara dirinya kalau terus-terusan terjepit begini, payudara bisa rata kempes.
Tapi akhirnya keributan bisa dikendalikan. Chen Guo merangkak dari depan meja ke belakang meja, menarik napas lega. Ye Xiu memanfaatkan statusnya sebagai staf, ikut masuk ke belakang meja. Tidak ngapa-ngapain cuma ngebul-ngebul asap rokok.
Chen Guo sibuk melayani pembayaran manual pelanggan. Melihat si brengsek ini malah enak-enakan, langsung memberi tugas: "Telepon teknisi untuk perbaikan."
"Nomor teleponnya berapa?" tanya Ye Xiu.
"Cari sendiri." Chen Guo melemparkan ponselnya.
"Ye Xiu mengambil ponsel, membuka buku kontak, mulai dari huruf B, Perbaikan 1, Perbaikan 2, Perbaikan 3, Perbaikan 4..."
"Perbaikan nomor berapa, bos?" Ye Xiu bertanya.
"Empat..." Chen Guo berkata.
"Bos benar-benar jenius," Ye Xiu berkata penuh kekaguman, lalu menghubungi nomor Perbaikan 4 yang ternyata adalah layanan perbaikan listrik. Pihak penerima telepon menanyakan situasi dan alamat, lalu menyatakan kebetulan ada teknisi di sekitar yang bisa langsung datang memeriksa.
Setelah menutup telepon, Ye Xiu melaporkan situasi kepada Chen Guo. Chen Guo hanya mengangguk tanpa banyak bicara.
Tamu-tamu di warnet satu per satu mulai ditangani dengan baik. Beberapa tamu yang kecanduan berat malah memilih menunggu setelah mendengar laporan perbaikan akan segera datang. Namun jumlah mereka sangat sedikit, sebagian besar sudah pergi. Chen Guo melihat situasi ini dan memutuskan untuk tutup lebih awal meski teknisi belum datang. Staf shift siang langsung pulang dengan gembira, mereka memang tidak mau ambil pusing!
Ye Xiu terlihat sangat khawatir, sesekali berlari keluar untuk mengintip ke luar. Chen Guo sedang heran, tiba-tiba terdengar suara seseorang menuruni tanggelap: "Ada apa?"
"Tidak apa, mati listrik," Chen Guo langsung mengenali suara Tang Rou.
"Hah? Mati listrik? Bisa diperbaiki?" Tang Rou bertanya.
"Katanya ada teknisi di sekitar yang akan datang, tapi sudah lama belum kelihatan juga!" Chen Guo menjawab.
“Benarkah? Kenapa belum juga datang!” Tang Rou segera berlari ke pintu untuk melihat-lihat, kebetulan Ye Xiu juga baru selesai melihat dan kembali. Chen Guo memperhatikan, reaksi kedua orang ini mirip sekali! Peduli banget sama warnet, hati Chen Guo merasa hangat. Tapi setelah melihat sekeliling, Tang Rou yang kembali langsung kecewa pada Ye Xiu: “Kalau listrik mati berarti nggak bisa leveling ya?”
“Iya!” Ye Xiu juga mengerutkan alis khawatir: “Ini kan saat genting mengejar level 25, bos, kenapa warnet jelekmu gagal di saat penting begini?”
“Kalian berdua cepat tidur!!!” Chen Guo marah sambil mengepakkan kaki.
