Liu Hao tertegun seolah tak percaya dengan pemandangan di depannya. Setelah beberapa saat baru bereaksi, tiba-tiba tersenyum lebar: "Kebetulan sekali, ternyata Kakak Ye! Bapak tua yang terhormat ini sedang... jadi admin jaringan??" teriak Liu Hao dengan tiga bagian keheranan dan tujuh bagian dramatis.
"Iya!" Ye Xiu tersenyum.
"Oh begitu, gimana? Capek tidak? Gajinya berapa sebulan?" tanya Liu Hao dengan nada penuh perhatian.
“1.800 ya!” Ye Xiu berkata. Gaji karyawan biasa di warnet Chen Guo kebanyakan 1.500 dengan fasilitas makan dan tempat tinggal, yang tergolong cukup baik untuk pekerja paruh waktu. Karena Ye Xiu bekerja full-time malam hari, ditambah tunjangan 300 yuan, total gajinya 1.800.
"Aduh!" Liu Hao berpura-pura khawatir, "1.800? Ini agak pas-pasan ya? Cukup nggak uang rokok tiap bulan? Kalau kurang jangan sungkan, datang saja cari kami. Toh jaraknya nggak jauh, tinggal seberang jalan, jalan beberapa langkah sampai kan?" kata Liu Hao sambil mengejek.
"Boleh saja!" Ye Xiu tetap santai menjawab. Namun Tang Rou sudah menangkap nada bicara yang tak biasa, ia menoleh ke Ye Xiu: "Dia temanmu?"
Sebelum Ye Xiu menjawab, Liu Hao buru-buru menyela: "Ah! Teman? Kami tidak berani mengaku teman Ye ge. Sebenarnya, kami hanya bawahan Ye ge."
Ye Xiu tetap diam, tatapannya menancap tajam ke Liu Hao.
Liu Hao mundur selangkah dramatis, berpura-pura ketakutan: "Wah, ekspresi itu lagi!! Ekspresi itu lagi! Kalian tahu? Setiap Ye ge pakai ekspresi begini, pasti mau marahin orang!! Gawat gawat gawat."
Ketua Jia Dynasty, Chen Yehui, segera mendekat: "Hao ge, sekarang dia sudah nggak bisa marahinmu kan?"
“Oh iya!” Liu Hao kembali berpura-pura tersentak: "Aku kok bisa lupa, dia sudah bukan kapten lagi! Aduh, gimana nih? Ye-ge, pasti sekarang kamu masih pengin mengkritikku ya? Tapi sayang! Sekarang kamu bicara, aku tidak perlu dengarkan lagi. Hahahaha."
“Pak, apakah Bapak terlalu banyak minum?” Tang Rou jarang menggunakan nada bicara yang kurang sopan.
“Nonik tidak perlu ikut campur, ini urusan pribadi antara aku dan dia.” Liu Hao kini sama sekali tidak tertarik untuk mendekati gadis cantik.
Ye Xiu tersenyum, mencabut puntung rokok dari mulut dan mematikannya, lalu perlahan berdiri sambil menatap Liu Hao: "Dulu selalu mengkritikmu karena kamu berbuat salah. Kalau tidak mau begini, harusnya kamu memberi kesempatan padaku, benar tidak?"
Tang Rou mendadak tertawa terkekeh, perkataan Chen Guo memang benar! Kemampuan Ye Xiu dalam melontarkan kata-kata yang bikin kesel sangat luar biasa.
Mendengar ini, Liu Hao langsung meledak. Sikap berpura-pura sebelumnya lenyap, urat di dahinya menonjol sambil mendekatkan wajah ke Ye Xiu: "Aku yang tidak memberimu kesempatan? Atau kamu yang tidak memberiku kesempatan? Sejak hari pertama aku masuk tim, kamu selalu menekanku, tidak pernah memberi kesempatan untuk bersinar. Aku tahu, kamu takut padaku, takut kalau aku bersinar akan merebut posisimu. Tapi kau pikir dengan begini bisa menahanku? Lihat sekarang! Yang tetap di tim adalah aku, yang diusir adalah kamu! Sekarang aku wakil kapten, kamu cuma admin jaringan kecil dengan gaji 1800 sebulan, hahahaha. Konyol, sungguh konyol!! Hahahaha."
Ye Xiu diam-diam memandangnya, tidak berkata sepatah kata pun. Liu Hao tertawa terbahak-bahak dengan sombong, Chen Yehui juga ikut tersenyum palsu di sampingnya. Wang Ze dan Fang Fengran justru bersembunyi di belakang dengan ekspresi canggung, sama sekali tidak bersuara.
"Kalian berdua ini!" Ye Xiu tiba-tiba membuka mulut.
Liu Hao langsung menghentikan tawanya. Ia ingin mendengar apa yang akan dikatakan Ye Xiu selanjutnya, tapi malah melihat Ye Xiu melambaikan tangan ke arahnya, pandangan tertuju ke belakangnya: "Minggir, bukan kalian berdua yang kumaksud."
Liu Hao menoleh ke belakang dan melihat Wang Ze dan Fang Fengran di sana, tapi tentu saja ia tidak akan menurut. Namun Ye Xiu tidak menghiraukannya dan melanjutkan: "Penampilan kalian berdua hari ini payah. Wang Ze, kau terlalu mengekesankan gerakan mewah. Terlalu banyak gerakan tidak perlu malah memberi celah lawan. Sebenarnya lawanmu hari ini adalah contoh bagus untuk dipelajari - sederhana dan praktis. Jika bisa seperti dia, ditambah skill operasimu yang lancar dan sense ritme, 1v1 tidak akan kalah dari siapapun. Fang Fengran, kau terlalu hati-hati. Selalu ragu-ragu. Sebagai atlet profesional, selisih kecepatan reaksi dan operasi kadang cuma 0,1 detik. Terlalu banyak mikir pasti kalah duluan. Pakai otak itu bagus, tapi jangan berlebihan. Kadang harus belajar mengambil keputusan berdasarkan insting. Insting tidak seburuk yang kau kira - itu semua sebenarnya akumulasi EXP-mu."
Wang Ze dan Fang Fengran terdiam mendengarkan, setelah selesai mereka bingung harus bereaksi seperti apa. Menjawab? Atau tidak? Akhirnya mereka hanya menundukkan kepala dalam-dalam.
"Hei!" Liu Hao yang juga terdiam mendengar akhirnya tersadar, tiba-tiba melompat: "Apa maksudmu? Masih menganggap diri sebagai kapten? Dengan hak apa kau menghukum anggota kami?? Hah??"
"Dan kamu." Ye Xiu menatap Liu Hao, "Saat Sun Xiang dengan semangat menyapu tiga lawan di ronde kedua, apa kamu tidak menyadari sesuatu? Saat dia bermain sendirian dalam pertarungan tim, apa kamu tidak mengingatkannya? Untuk menghadapi kombinasi Yang Cong dan Xu Bin, apa kamu punya konsep taktik yang matang?"
"Aku..."
"Selalu menegurmu karena kesalahanmu. Tidak mengizinkanmu tampil karena levelmu masih jauh. Tapi kamu cukup licik, sampai menggunakan cara kotor untuk naik jabatan. Kalau sudah begini, bekerjalah dengan baik. Posisi ini tidak mudah dipertahankan. Butuh kemampuan nyata. Semangat!"
"Bangsat, kau..."
"Baik, silakan keempatnya kembali!" Ye Xiu mengusir mereka.
"Berdasar apa? Kami datang untuk internet, berikan kami empat komputer!!" Teriak Liu Hao.
Ye Xiu memegang gulungan koran, mengetuk-ngetuk sesuatu yang tergantung di dinding. Tapi pencahayaan di area ini redup, sulit melihat jelas.
"Xiao Tang, tolong nyalakan lampu di sini." Ye Xiu menoleh berkata.
“Eh!” Tang Rou menjawab, mencerahkan lampu di area ini. Ye Xiu kembali mengetuk deretan klausul di atas dengan gulungan kertas, lalu menoleh ke Liu Hao: “Lihat kan? Warnet ini tidak melayani peminum berat. Maaf ya, empat sekawan.”
“Kamu!!!” Liu Hao geram. Memang mereka minum sedikit alkohol, tapi masih jauh dari mabuk. Mana mungkin disebut peminum berat? Orang ini jelas-jelas memutarbalikkan fakta!
Liu Hao hendak berdebat, tapi Ye Xiu sudah berkomentar datar: “Jangan membuat keributan. Kalian kan figur publik. Jika ribut, imej kalian akan rusak.”
Usai berkata, Ye Xiu dengan tenang mengeluarkan sebungkus rokok dari saku, mengambil sebatang, lalu menaruhnya di mulut.
Tatapan Liu Hao penuh kebencian tertancap pada Ye Xiu. Akhirnya dia mengatupkan gigi dan berbalik: “Kita pergi!!”
“Tidak perlu antar.” Ye Xiu menyalakan rokoknya, menyaksikan keempatnya keluar sambil menghirup dalam-dalam.
Tang Rou sudah lama berhenti bermain game, mengamati seluruh adegan dengan diam. Dia melihat ekspresi sedih sekilas di wajah Ye Xiu saat menghembuskan asap, yang segera kembali ke tampang malasnya yang biasa.
“Mereka siapa?” Tang Rou tak bisa menahan tanya.
“Rekan kerja lama.” Jawab Ye Xiu singkat.
“Dari lingkup profesional Glory?” Tanya Tang Rou.
“Hm.” Sahut Ye Xiu.
“Apa mereka terkenal?” Tang Rou bertanya lagi.
“Cukup ternama. Kau bahkan tidak mengenali mereka? Itu bisa membuat mereka kehilangan muka, tahu?” Ye Xiu tersenyum.
“Tidak ada cara.” Tang Rou menghela nafas, “Yang saya tahu main Glory cuma dua orang, yang sering disebut-sebut Guo Guo, satu namanya Su Mucheng, satunya lagi Ye Qiu.”
“Hehe.” Ye Xiu tertawa.
“Apalagi Su Mucheng itu, Guo Guo sangat suka padanya! Dulu di kamarnya pernah ditempel poster iklan Su Mucheng lho!” kata Tang Rou.
“Oh, sekarang sepertinya sudah tidak ada ya?” Ye Xiu mengingat-ingat.
“Kamu pernah masuk kamar Guo Guo?” Tang Rou terkejut.
“Sekali, waktu bantu ambil selimut.” Ye Xiu buru-buru menjelaskan agar tidak disangka suka menyelinap ke kamar perempuan.
“Oh, dia tidur di sofa lagi?” Tang Rou sudah kaya EXP.
“Iya, dia sering begitu?” tanya Ye Xiu.
“Dua tiga hari sekali, mungkin sekarang juga sedang tidur di sofa...” kata Tang Rou.
“Mau kamu periksa dia?” usul Ye Xiu.
“Kamu tidak apa-apa?”
“Saya? Menurutmu ada apa dengan saya?” Ye Xiu balik bertanya.
“Mereka...”
“Haha, cuma hal kecil, kakak ini sudah biasa menghadapi ombak besar!” Ye Xiu tertawa.
“Syukurlah.” Tang Rou langsung naik ke lantai atas. Ye Xiu memandang punggungnya sambil tersenyum, gadis ini baik hati, takut dia tidak nyaman, sengaja mengobrol untuk menemaninya.
Tang Rou turun kembali tidak lama kemudian, langsung mengumumkan: “Tebakanmu tepat, dia memang tidur di sofa lagi.”
"Ckck." Ye Xiu menghela napas, tapi tangannya masih sibuk mengoperasikan permainan dengan fokus.
Tang Rou di sisinya melanjutkan dungeon yang tertunda tadi. Setelah bertarung diam-diam beberapa saat, tiba-tiba bertanya: "Apa mereka akan datang lagi?"
"Tidak." Kata Ye Xiu.
"Kenapa? Menurutku kalau mereka tahu kamu admin warnet di sini..." Tang Rou tak menyelesaikan kalimatnya. Dia tahu Ye Xiu juga paham maksud para pengunjung itu. Mereka sengaja ingin membuat Ye Xiu sebagai staff warnet sibuk melayani permintaan mereka.
"Karena mereka tidak bisa leluasa." Jawab Ye Xiu.
"Tidak leluasa bagaimana?" Tang Rou bingung.
"Bayangkan, pemain basket NBA kalau muncul di lapangan basket yang ramai orang, apa yang akan terjadi?" Kata Ye Xiu.
"Oh..."
"Sama saja. Warnet adalah tempat berkumpulnya pemain Glory. Tokoh level dia muncul sembarangan di sini? Bukannya mencari perhatian? Dia pasti lebih kesal daripada aku." Ye Xiu tertawa.
"Aku mengerti." Tang Rou teringat empat orang itu sempat mengintip sebelum masuk tadi.
"Jangan pusingkan itu. Cepat naik levelmu." Kata Ye Xiu.
"Aku sudah level 20." Umum Tang Rou.
"Oh?" Ye Xiu menoleh dan melihat karakter Han Yanrou memang sudah naik ke level 20.
"Beralih kelas, lalu ke Hutan Embun Beku." Perintah Ye Xiu.
