"Oh, ada perlu apa?" Su Mucheng menoleh, senyum manisnya kontras dengan raut garang Liu Hao.
Tatapan mereka saling beradu bagai bara api.
Meski masih tersenyum, namun ketegasan yang terpancar dari pandangan Su Mucheng membuat Liu Hao sedikit terkejut.
Di mata mereka, Su Mucheng selalu dikenal sebagai gadis yang berwatak lembut, baik kepada semua orang. Hanya saja, dia lebih banyak menghabiskan waktu di sekitar Ye Qiu, seolah tak pernah terlihat memiliki pendirian sendiri. Gadis seperti ini mudah memberi kesan bisa diremehkan.
Liu Hao yang mengaum dengan wajah garang untuk mengintimidasi Su Mucheng, justru merasa bersalah saat pandangan mereka bertemu.
"Kalau tidak ada urusan, aku pergi dulu." Su Mucheng tersenyum, tapi sudah berbalik badan dan pergi.
Liu Hao menatap Su Mucheng yang semakin menjauh, berjuang dalam hati, berjuang, lalu perlahan akhirnya tenang. Setelah menarik napas dalam, dia kembali ke kamar.
Mengambil ponsel, Liu Hao menelepon Chen Yehui, ketua guild Dinasti Jia.
"Halo, Kapten Liu..." Suara di seberang telepon terdengar ragu, seolah tak tahu harus memulai dari mana.
"Untuk urusan dungeon, kamu tangani sendiri dulu! Aku sementara tidak bisa turun tangan," kata Liu Hao.
"Oh..."
"Di Area 10... tanpa campur tangan atlet profesional, Ye Qiu pasti akan menguasai rekor. Jadi persaingan antar guild di bidang ini sudah bergeser, intinya sekarang siapa yang bisa mendapatkan bantuan Ye Qiu," jelas Liu Hao.
"Kalau begitu... kita mungkin kurang leluasa?" kata Chen Yehui.
“Coba lakukan pendekatan dan lihat sikapnya. Jika tidak berhasil, tetap pantau terus untuk mencari celah. Ada satu informasi yang harus kamu kumpulkan secara khusus.”
“Apa?”
“Harga Ye Qiu. Hadiah apa yang selalu dia minta sebagai imbalan kerjasama dengan setiap guild? Ini yang ingin saya ketahui.” Liu Hao berkata.
“Apakah perlu mengumpulkan orang untuk menghadapinya? Setidaknya sekarang dia sendirian.” Chen Yehui berkata.
“Ini... bisa kamu pertimbangkan sendiri, tapi jangan libatkan anggota guild. Waspadai kemungkinan dijadikan alasan oleh guild lain untuk bersatu melawanmu. Jun Moxiao sekarang adalah orang penting di mata guild-guild lain, siapa tahu dia akan bergabung dengan salah satu guild sebagai pendukung?” Liu Hao berkata.
“Baik, akan saya tangani sendiri!” Chen Yehui menyetujui.
“Ngomong-ngomong, saya akan sering mampir ke Server 10 kalau ada waktu. Terus jaga komunikasi.” Liu Hao berkata.
“Ya.”
Setelah menutup telepon, Liu Hao menarik napas dalam-dalam. Saat ini, dia tidak boleh lagi bertindak impulsif. Beberapa hari terakhir, kegembiraannya yang berlebihan telah membuatnya melakukan banyak kesalahan. Gagal menggagalkan rencana Ye Qiu memecahkan rekor, malah dikalahkan balik oleh Ye Qiu – meski membuatnya geram, tapi ini hanyalah perseteruan pribadi yang menyakitkan secara emosional.
Kesalahan yang sebenarnya tidak boleh dia lakukan adalah serangkaian kesalahan teknis dalam pertandingan malam itu yang menyebabkan kekalahan Jia Shi.
Meski di pertandingan sebelumnya hanya mendapat tiga poin, setidaknya penampilan Sun Xiang yang berhasil mengalahkan tiga lawan sekaligus memberi harapan baru.
Pertandingan kali ini diadakan di kandang sendiri, menghadapi tim kuat Blue Rain yang berada di peringkat kedua klasemen poin. Jika bisa memenangkan beberapa pertandingan lagi, ini akan menjadi kemenangan pembalikan yang sangat gemilang. Dalam pertandingan, Jia Shi memang menguasai lebih banyak inisiatif, namun semuanya hancur karena beberapa kesalahan super amatir dari wakil kapten ini.
Saat ini, meski semua orang tidak senang, kesalahan ini masih dianggap sebagai kekeliruan sesaat karena kondisi yang tidak prima. Namun, jika performa Jia Shi terus merosot di pertandingan berikutnya, maka saat melihat kembali musim ini—titik yang seharusnya menjadi pembalikan nasib—justru gagal total karena kesalahan Liu Hao, ini tidak akan lagi disebut kekeliruan, tetapi kesalahan fatal.
Kesalahan ini cukup untuk memberikan dampak mematikan pada masa depannya. Jika saat seperti ini masih tidak memahami situasi, malah sibuk dengan urusan pribadi di game bersama Ye Qiu yang sudah pensiun, benar-benar akan kehilangan yang besar karena hal sepele.
Ye Qiu... Aku tahu kau belum menyerah, tapi semuanya baru saja dimulai. Sejauh mana kemampuanmu, akan kuperhatikan!
Liu Hao menggeretakkan gigi, membuat wajah garang terakhir di depan cermin, tiba-tiba mengangkat tangan dan menggosok wajahnya dengan keras. Saat tangannya turun, yang muncul adalah senyum ramah yang tidak berbahaya, seolah sulap perubahan wajah.
Liu Hao membuka pintu kamarnya dan kembali keluar. Matanya menyapu sekilas ke kamar sebelahnya, dimana celah pintu yang terbuka sedikit memancarkan sinar lampu.
“Batuk.” Liu Hao membersihkan tenggorokannya sebelum mengetuk pintu perlahan: “Kapten Sun, sudah istirahat?”
“Pintu tidak dikunci.” Jawaban dari dalam ruangan terdengar sangat keren, namun nada tidak senang terasa jelas dari intonasinya.
Liu Hao menyempurnakan ekspresinya untuk terakhir kali, tersenyum: “Kalau begitu saya masuk ya!” Mendorong pintu masuk.
Di Warnet Xingxin, dua kali dungeon selesai. Rekor berhasil dipecahkan, tapi dua gadis itu sudah kelelahan. Tang Rou benar-benar datang menuangkan air, tapi setelah memegang cangkir, dia bertahan di depan kasir sambil mengobrol ngalor-ngidul dengan Ye Xiu. Baru setelah melihat karakter Fengsu Yanwu di layar Ye Xiu logout untuk istirahat, dia berseru girang: “Tidak main dungeon lagi kan!”
Ye Xiu tersenyum getir: “Terserah!”
“Kayaknya ada misi yang belum kuselesaikan,” gumam Tang Rou sambil pergi. Ye Xiu menghela nafas. Gadis ini biasanya paling benci misi-misi, apalagi yang mengharuskan mengantar surat, memetik jamur, menggali lobak, mencari orang, dll. Misi rendah kesulitan tanpa pertempuran ini dianggapnya buang-buang waktu. Dia hanya mengerjakan misi-misi hadiah atribut atau Skill Points (SP) setelah diingatkan Ye Xiu.
Di tengah kesibukan dungeon yang bermakna, Tang Rou lebih memilih mengerjakan misi yang dibencinya. Ye Xiu tak bisa tidak mengakui: Huang Shaotian memang layak disebut pria yang memaksa Liga mengubah peraturan.
"Ada apa ini ada apa ini? Ke mana semua orang? Kok pada nggak ada respons."
Sebenarnya Ye Xiu juga tidak sekuat itu. Dia melepas headphone dan istirahat cukup lama. Baru saja memakainya kembali, suara berisik itu sudah muncul lagi. Huang Shaotian yang takut ketahuan identitas, meski bersembunyi di sudut gelap Area A, tetap berbicara dengan suara rendah. Tapi tetap saja terus mengoceh, spirit (semangat) yang patut dipuji.
"Sudah, rekor sudah keluar, dungeon tidak perlu diulang lagi." Ye Xiu menenangkan diri lalu berkata.
"Apa kamu dengar semua yang kubicarakan tadi?" Huang Shaotian jelas tidak tahu kalau tadi Ye Xiu sama sekali tidak memakai headphone. Orang dengan sifat cerewet biasanya punya atribut "berbicara sendiri", kalau tidak, sulit untuk menjadi cerewet. Berbicara sendiri berarti tidak terlalu memperhatikan respons pendengar, jadi bahkan tidak sadar apakah lawan bicara mendengarkan atau tidak.
"Oh, nggak terlalu jelas dengar. Katanya apa tadi?" Ye Xiu bertanya.
"Senjatamu kenapa?"
"Buatan sendiri, Qianji San." Ye Xiu menjawab.
"Kamu yang bikin? Kapan dibuatnya? Kok aku nggak pernah dengar!" Huang Shaotian bertanya.
"Sudah lama sekali. Waktu kamu masih sibuk menjarah BOSS di seluruh server." Kata Ye Xiu.
"Goblok goblok!! Jangan diingat-ingat masa lalu itu!!" Huang Shaotian cemas. Saat itu dia masih pemain biasa di game online. Tapi gaya oportunisnya sudah terbentuk sempurna, jago menjarah BOSS. Glory di era awal punya banyak aturan yang berbeda dengan sekarang.
"Nah, waktu itulah, aku dan teman-teman mengembangkannya." Kata Ye Xiu.
"Senjata ini... sepertinya dirancang khusus untuk Loner?" kata Huang Shaotian.
"Bagus." kata Ye Xiu.
"Tapi saat Zona 3 dibuka dan batas level dinaikkan, muncul Misi Kebangkitan Profesi yang membuat Loner tereliminasi sepenuhnya."
Ye Xiu tidak merespon. Dia tidak perlu merespon karena Huang Shaotian memiliki fungsi "ngomong sendiri".
"Jadi senjatamu ini kehilangan nilai sampai Zona 5 dibuka dengan Shen Zhi Lingyu. Loner yang belum awakening bisa dapat EXP di Shen Zhi Lingyu untuk naik level. Tapi saat itu batas level dinaikkan ke 60. Meski misi tantangan Shen Zhi Lingyu tidak ada batasan level, kesulitannya setara level 60. Lagipula semua misi harus dikerjakan solo, tidak bisa grup. Jadi meski begitu Loner tetap tidak bisa respawn. Apalagi saat itu kamu sudah menggunakan Yizhiyeqiu di Liga Profesional dan julukan Dewa Perang sudah terkenal, jadi kamu tidak kembali mengutak-atik ini." Huang Shaotian benar-benar membuat banyak spekulasi sendiri.
"Iya!" kali ini Ye Xiu memberi sedikit reaksi.
"Sekarang kamu mau menghidupkan kembali ini?" tanya Huang Shaotian.
"Iya!"
"Lalu kenapa harus pensiun? Minta saja anggota tim lain untuk naikkan level akun, serahkan senjata ke klub untuk diolah, bukankah lebih cepat? Aku tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti, kenapa kamu pensiun?" tanya Huang Shaotian.
"Anggap saja ini 'kinerja tim yang buruk, kapten mengundurkan diri karena bertanggung jawab'." kata Ye Xiu.
"Gila, masa harus pensiun! Lagipula aku selalu nonton pertandingan kalian, jelas-jelas ada konflik di tim, kamu diisolasi. Itu pasti ulah Liu Hao kan? Bocah itu bermuka serigala, keliatan dari wajahnya kalau niatnya jahat, kamu terlalu lengah." Huang Shaotian berkata.
"Kapan kamu belajar ilmu fisiognomi?" Ye Xiu bertanya.
"Ini bukan omonganku, Wang Jiexi yang bilang." Huang Shaotian menjawab.
"Dia sendiri matanya besar kecil, masih berani menilai orang?" Ye Xiu mengejek.
"Jangan remehkan! Bocah itu emang agak mistis! Waktu itu..." Huang Shaotian mulai cerewet. Baozi Invasion di samping yang belum pergi sama sekali, kini tak paham obrolan mereka, hanya bisa merana di pinggiran.
"Baozi gapapa, kalau mau Arena atau ngejar dungeon silahkan pergi sendiri!" Ye Xiu menyuruh.
"Oke." Baozi Invasion pergi.
"Eh, iya! Adu satu round sama aku, biar aku liat sehebat apa senjatamu!" Huang Shaotia mengajak.
"Pakai akunmu ini?" Ye Xiu tertawa.
"Akunku kenapa? Kan sama-sama level 27, senjata emang agak jelek, tapi masih bisa dipakai!" Huang Shaotian membela.
"Akunku ini akun Loner." Ye Xiu menjelaskan.
“Kalimat ini, yang tidak mengerti tetap tidak mengerti, tapi Huang Shaotian langsung tertegun mendengarnya. Benar, akun Loner meski level sama, keunggulannya jauh lebih besar. Mengapa? Karakter kelas lain di level 27 hanya punya 7 skill, tapi Loner? Di level 20 sudah 120 skill, perbedaannya terlalu besar. Ini juga alasan mengapa dulu banyak yang menganggap Loner sebagai kelas terkuat. Karena Loner terbentuk sangat awal, keunggulan di fase awal sangat besar, sampai tidak seimbang. Blade Master dengan 7 skill menantang Loner, pasti tidak akan kembali. Hal ini jelas langsung terpikir oleh Huang Shaotian.”
“Kalau pakai akun Troubling Rain-mu untuk mencoba boleh, buka koreksi.” Ye Xiu berkata.
“Ah, jangan!” Huang Shaotian gugup, “Nanti ketahuan, bagaimana jelasin kalau dilihat orang? Sudahlah, lain kali saja kalau ada kesempatan! Masih ada urusan? Kalau tidak, aku pulang. Ngomong-ngomong soal pensiun, tadi kenapa tidak jawab? Hah?”
“Kamu... cepat pulang!” Ye Xiu sudah kelelahan, terlalu berisik sungguh...
