Niat Chen Yehui jelas, tetapi serangan Ye Xiu lebih agresif dan benar-benar memahami rencana lawan. Serangan Mountain Crusher ini tepat mengenai inti kerumunan musuh. Gelombang kejut menyebar, mereka yang lambat bereaksi gagal menghindar. Formasi yang belum sempat terbentuk sudah porak-poranda oleh pukulan ini.
Tianji, Falling Flower Palm!
Senjata di tangan Jun Moxiao bertransformasi, menggunakan dua skill Battle Mage dalam bentuk tombak perang. Dengan putaran tubuh dan telapak tangan, empat orang terpental.
Kaki diangkat untuk menendang satu orang, Qianji San menyusut kembali ke bentuk senjata api. Peluru menyembur keluar, tubuh lawan berhamburan darah sambil terlempar mundur - Ye Xiu menggunakan skill BBQ dalam garis lurus. Operasional harus sangat cepat: begitu target terangkat, senjata langsung ditembakkan. Prinsipnya mirip dengan teknik terbang sapu ultra-rendah Ahli Sihir Gelap.
Pemain yang terlempar mundur menabrak beberapa orang, walau tidak jauh terbang, berhasil menjatuhkan tiga lawan.
Formasi pimpinan Chen Yehui sudah kacau balau hanya dengan tiga serangan Ye Xiu. Tang Rou dan Baozi Invasion kini menyerang terpisah, kiri-kanan dengan kecepatan luar biasa. Meski belum banyak yang mati, yang masih berdiri tinggal sedikit.
Debu kuning berhamburan, 24 preman yang dipimpin Chen Yehui, 1 tewas, 13 terjatuh, sementara 10 sisanya kamera mereka berputar kacau hingga tak bisa membedakan arah. Jun Moxiao bertiga berdiri membelakangi, masing-masing memegang senjata garang di tengah lingkaran, aura menggentarkan mereka tak tertandingi.
Qian Cheng terpaku, benar-benar terpaku.
Apa enam orang sebelumnya ternyata berlebihan? Hanya bertiga saja, mereka sudah menekan serangan 24 lawan.
Qian Cheng pernah bertarung dengan mereka. Meski mati cepat, justru itu membuktikan kekuatan dan kerja tim lawan tak lemah. Tapi kenapa bertiga ini bisa menggilas mereka seperti kertas? Kurang dari satu menit, pengepungan sudah buyar. Ada yang terkapar, ada yang bingung mencari arah, ada yang tahu arah tapi tak berani bergerak...
Ini... Keren sekali!
Qian Cheng iri.
Selama ini dia selalu bertarung solo. Memporak-porandakan musuh lalu berdiri gagah di tengah medan, itu adalah fantasi favoritnya. Kini fantasi itu menjadi nyata, meski dilakukan tiga orang, ini tetap level pertempuran yang selalu dia idamkan.
Saat ini, karakter lawan sebenarnya masih bergerak, tapi Qian Cheng merasa waktu seolah membeku. Baginya, gerakan-gerakan itu hanyalah latar belakang yang tak perlu diperhatikan. Yang dia lihat hanyalah tiga siluet di pusat lingkaran.
"Penembak tembak!!!"
"Penyihir ganggu penglihatan mereka!!"
"Blade Master ngapain? Jaga posisimu!!!"
“Memanggil apa sih bodoh! Atur posisi dulu baru memanggil, sial!! Disela lagi! Matilah kau!!”
Chen Yehui berteriak dengan suara parau mengatur strategi, tapi percuma, sama sekali tidak berguna.
Peluru dan meriam Penembak berterbangan tak karuan, tapi akhirnya hanya seperti musik latar pertempuran yang menambah suasana, sama sekali tidak membatasi. Ritme pergerakan lawan jauh lebih cepat daripada ritme tembakan mereka.
Ahli Sihir ingin mengacaukan pandangan lawan dengan terbang cepat? Baru saja melintas di hadapan lawan, sudah seperti lalat dipukul jatuh, ditindih ke tanah dan dihajar habis-habisan.
Blade Master jaga posisi? Blade Master-nya bingung! Seharusnya posisinya di mana? Kok tanpa sadar malah seperti orang luar yang semakin menjauh dari pertempuran?
Soal summoning... sengsara! Summoner perlu memanggil berbagai peliharaan untuk bertempur, semuanya pakai skill. Sudah lama pertempuran berlangsung, sejak peliharaan yang dipanggil di awal gugur, tidak ada penggantinya. Tidak peduli ke sudut mana pun dia lari, saat sedang membaca casting bar pasti ada peluru datang menyela skill-nya.
Summoner malang ini hanya punya satu perasaan: peluru inilah summoning beast paling setia, setiap kali dia memanggil, langsung datang menciumnya.
Qian Cheng yang menyaksikan sudah bersemangat, berteriak ke Tian Qi dan Yue Zhongmian di sampingnya: "Ayo kita serang juga!"
“Naik buat apa?” Tian Qi bertanya.
“Bertarung!” Qian Cheng berkata.
“Mending jangan ikut campur ya?” Tian Qi berkata.
“Apa maksudnya ikut campur!!” Yue Zhongmian tiba-tiba meledak, meski akhir-akhir ini sering bermain dengan Jun Moxiao, tapi rasa kesal yang terkumpul sejak dulu belum hilang! Jun Moxiao sampai sekarang juga belum menambahnya sebagai teman.
“Serbu!” Yue Zhongmian menghunus pedang dan menerjang, Qian Cheng tanpa ragu mengayunkan tombak menyusul.
Musuh yang sedang dibuat menangis oleh trio Jun Moxiao tiba-tiba melihat anggota baru bergabung, awalnya panik tapi setelah beberapa kali bertarung langsung ada yang bersorak: “Wah, dua ini mudah ditaklukkan!!”
“Benarkah? Benarkah!!” Semua bersorak girang, banyak yang buru-buru menyerbu ke arah mereka berdua. Trio Jun Moxiao justru sengaja/tidak sengaja diabaikan.
Chen Yehui, Qian Cheng, Yue Zhongmian kini jadi satu keluarga, sama-sama geram setengah mati.
Keluarga tentu merasakan tekanan yang sama. Chen Yehui langsung jadi sasaran trio Ye Xiu, sementara Qian Cheng dan Yue Zhongmian jadi mangsa empuk di mata semua orang.
Reaksi kedua pihak sama persis: Jika tak bisa menang, lebih baik kabur. Chen Yehui ke kiri, Qian Cheng dan Yue Zhongmian ke kanan, langsung mundur teratur.
Tian Qi buru-buru minggir, berharap semua orang menganggapnya seperti latar belakang.
“Aduh, di sini masih ada satu lagi！！” Namun harapannya tidak terkabul, saat lawan mengejar dengan cepat, Tian Qi juga ikut dihitung.
Tian Qi menangis pilu, terpaksa kabur bersama Yue Zhongmian. Pertempuran yang awalnya serius tiba-tiba berubah jadi lelucon. Ye Xiu juga bingung, memandang Qian Cheng yang berlari kencang sambil berdesah: “Dia emang jago rebutan monster ya...”
Untungnya tidak semua orang berkhianat, sebagian masih bertahan melawan Ye Xiu dan kawan-kawan. Sayangnya jumlah mereka sekarang terlalu sedikit, tak bisa melawan trio Ye Xiu. Chen Yehui yang kabur melihat trio itu tidak mengejar, segera berteriak memerintah, tapi saat pasukan banyak saja tak berguna, apalagi sekarang separuh sudah kabur.
Tumbang, tumbang.
Terus-menerus ada yang tumbang.
Riuh pertempuran di ngarai perlahan mereda. Setiap orang yang tumbang mengurangi kebisingan.
“Tidak bisa!” kata Tang Rou.
Dia tidak bisa? Lawan bersorak girang. Apa darahnya habis atau MP-nya kosong.
“Kenapa?” tanya Ye Xiu.
“Terlalu lemah.” jawab Tang Rou.
Semua menangis darah, rupanya maksudnya mereka yang tidak bisa...
“Meski lemah, kita harus serius! Ini bentuk hormat ke lawan!” Baozi Invasion berkata sambil menghantam wajah seseorang dengan bata, langsung KO.
“Bagus kata-katanya, Baozi.” puji Ye Xiu.
“Benar kan!” Baozi Invasion dengan sombong terus menerus mengganggu orang.
Qian Cheng bertiga kali ini malah jadi korban bullying, dikejar-kejar sampai lari pontang-panting. Akhirnya tidak mati, tapi lawan jadi malu sendiri mengejar mereka. Bos mereka Chen Yehui terus menerus berteriak marah di belakang, tapi mereka pura-pura tidak dengar. Saat hendak balik, ternyata mereka tidak perlu repot lagi. Rekan-rekan dekat mereka sudah hampir habis ditaklukkan oleh trio Jun Moxiao, yang kini malah balik menyerang mereka.
Melihat situasi ini, trio Qian Cheng langsung berbalik arah, pamer kekuatan di samping trio Jun Moxiao.
Separuh kelompok lawan benar-benar tidak bisa bertahan, ada yang mati ada yang kabur. Chen Yehui sang pemimpin bahkan sudah dikenali oleh Qian Cheng dkk. Qian Cheng yang pernah dibunuh sebelumnya ingin balas dendam, mengejar tanpa henti. Chen Yehui juga lari tanpa menengok, kelas mereka sama sehingga kecepatan gerak hampir setara. Tapi Chen Yehui ternyata punya trik operasional gerakan, perlahan mulai menjauh.
Qian Cheng teringat teknik pergantian gerakan yang pernah diajarkan Jun Moxiao, buru-buru bertanya: "Harus lari bagaimana tadi?"
Tidak ada jawaban. Qian Cheng melirik ke samping - ternyata tidak ada orang! Kali ini cuma dia sendiri yang mengejar.
Qian Cheng langsung berhenti di tempat.
“Hm, lagian juga sudah tidak bisa mengejar...” Qian Cheng berkata sambil buru-buru berbalik arah dan berlari kembali, namun di ngarai sudah tidak terlihat bayangan Jun Moxiao dan kawan-kawannya. Pertempuran tadi seolah tak pernah terjadi, ngarai telah kembali tenang sepenuhnya.
“Mana mereka? Ke mana mereka mengejar?” gumam Qian Cheng. Dia tidak punya teman daftar lawan, juga tidak bisa bertanya. Setelah berputar-putar mencari di ngarai selama setengah jam tanpa hasil, saat kembali ke titik awal, tiba-tiba dia melihat cahaya teleportasi di luar dungeon berkedip – lima orang dikeluarkan.
Qian Cheng melirik lima ID itu, hampir muntah darah. Ternyata itu Jun Moxiao dan kawan-kawannya. Para bajingan ini setelah bertempur malah dengan santai masuk dungeon, bahkan tidak pamit sama sekali. Dia mengira masih ada pertempuran di tempat lain dan terus mencari, ternakang mereka sudah menyelesaikan satu putaran dungeon.
“Hei!” teriak Qian Cheng hendak mendekat, tapi lima orang itu sudah masuk dungeon lagi.
“Sialan sialan!!” Qian Cheng menangis meraung-raung.
Pergi!
Qian Cheng memutar badan dan meninggalkan Canyon Garis Depan.
Dibandingkan Qian Cheng, Chen Yehui saat ini jauh lebih frustasi. Diam-diam mengawasi Jun Moxiao lama sekali, merancang perangkap matang ini, tapi bahkan secercah harapan kemenangan 0.01% pun tak terlihat. Sejak detik pertama pertempuran, mereka sudah dikendalikan lawan, sampai akhirnya harus kabur pontang-panting.
Di dataran luar Jurang Garis Pertama, Chen Yehui melirik sekeliling namun tidak melihat rekan-rekannya. Setelah mengirim pesan untuk mengkonfirmasi, dari 24 orang, hanya 6 yang selamat termasuk dirinya. Sisanya semuanya gugur.
EXP, uang, daya tahan, bahkan peralatan... Semua kerugian ini bisa ditahan oleh Chen Yehui, tapi rasa kesal di hatinya benar-benar tak tertahankan.
Seperti siswa yang rajin belajar untuk ujian, sudah menguasai operasi campuran empat dasar dengan sempurna, penuh percaya diri masuk ke ruang ujian. Begitu melihat soal: Nima! Ujiannya kalkulus dalam matematika tingkat tinggi, jarak levelnya keterlaluan!
Saat ini, Chen Yehui merasakan rasa tidak berdaya yang mendalam bercampur dengan kekesalan ini. Atlet profesional ingin mengganggu orang melalui pertempuran seperti ini terasa sangat tidak realistis.
