Raowan Chuiyang sekarang menyadarinya, tapi semuanya sudah terlambat. Lawannya, Zhu Yanxia di tangan Ye Xiu telah melemparkan granat lagi dengan timing yang sempurna, gelombang ledakan melontarkan Blade Master kembali ke udara. Kemudian, Zhu Yanxia baru mengambil kembali Rose Cannon-nya. Melihat serangkaian gerakan santai lawan ini, Raowan Chuiyang akhirnya menyadari: Membuang Rose Cannon adalah langkah brutal yang direncanakan lawan!
Zhu Yanxia berjongkok dan mengayunkan, Rose Cannon kembali ke bahunya dengan jarak lebih pendek, disusul akumulasi cahaya biru di mulut meriam. Raowan Chuiyang menurunkan kameranya dan melihat karakternya hampir mendarat, saat itu cahaya biru sudah menyembur keluar - sebuah peluru meriam bermagnet biru terbang langsung ke arahnya.
"Xuancipao..." Raowan Chuiyang tetap mengenali Skill yang digunakan. Kali ini dia menyadari, gerakan berjongkok dan mengayunkan meriam lawan bukan tanpa makna. Jongkokan ini menghemat sedikit waktu saat mengangkat meriam ke bahu. Titik tembak yang lebih rendah memberi waktu terbang peluru lebih lama. Dua perbedaan tipis ini membuat Blade Master yang hampir mendarat itu terkena "Xuancipao" tepat sasaran.
Ciri khas "Xuan Ci Pao" adalah kemampuannya menarik target yang tersentuh proyektil magnetnya dan memaksa target yang tertarik untuk bergerak. Kecepatan terbang proyektil akan melambat dan jatuh karena menarik target, akhirnya meledak saat menyentuh tanah. Raowan Chuiyang gagal melepaskan diri dari efek tarikan skill ini, damage kali ini sudah pasti terjadi. Saat sedang merencanakan serangan balik setelah terkena damage, tiba-tiba ia melihat lawannya dengan gaya cool menghentakkan jari.
Blade Master terkejut, ini bukan gerakan iseng. Ini adalah gerakan awal skill Artillery God "Peluru Kendali Pengindera Panas". Hentakan jari itu akan menyalakan korek api, dan posisi lemparan korek api akan menjadi titik serangan akhir dimana peluru kendali akan menghujam dari langit.
Skill ini memiliki kekuatan dahsyat dan tingkat kesulitan operasional yang sangat tinggi. Akurasi lemparan korek api belum tentu tepat, apalagi kecepatan terbang korek api yang jauh lebih lambat dari peluru. Raowan Chuiyang yang pernah menangkis "Liang Zi Pao" dengan pedangnya memutuskan untuk mencoba operasional lebih sulit lagi. Di udara, kilatan pedang menyambar - Slashing Draw digunakan untuk membelokkan korek api.
Teknik ini pernah digunakan oleh Blade Master tim 361, Gao Jie, untuk menetralisir Peluru Kendali Pengindera Panas dalam pertandingan liga profesional Jia Shi vs 361. Situasi Raowan Chuiyang saat ini sangat mirip dengan Gao Jie kala itu - sama-sama dalam kondisi float. Namun tentu saja ia tak memiliki skill atlet profesional. Operasional ini dilakukan tanpa keyakinan penuh, hatinya dipenuhi doa.
Kena!!
Melihat arah terbangnya gelombang pedang dan lintasan korek api yang mendekat, Raowan Chuiyang sudah mulai bersuka cita setelah menganalisis situasi. Tapi tiba-tiba "Boom!"- tiga percikan api meledak beruntun dari gelombang pedangnya. Raowan Chuiyang tertegun, memutar kamera ke arah Zhu Yanxia dan melihat lubang laras meriam menghadap ke sini dengan asap mesiu mengepul...
Sial! Raowan Chuiyang baru menyadari gelombang pedang Slashing Draw-nya berbelok arah karena efek serangan Anti-Tank Cannon, hanya menyikat korek api yang melintas.
Operasional tingkat tinggi yang dia lakukan secara kebetulan, ternyata dengan mudah dibuyarkan lawan hanya dengan satu tembakan Anti-Tank Cannon yang mengganggu Slashing Draw-nya.
Raowan Chuiyang merasa dingin di hatinya. Dia tahu ini keberuntungan semata, tapi bagaimana dengan lawannya?
Korek api bercahaya akhirnya menyelesaikan lintasan indahnya dan jatuh berdentang. Langit bergemuruh saat Peluru Termal menyemburkan api dari angkasa. Tubuh Raowan Chuiyang mulai terjatuh. Dia tak bisa langsung menggunakan Ukemi - ini bukan float biasa, tubuhnya terjebak dalam efek "Peluru Magnetik".
Korek api, Raowan Chuiyang, ledakan peluru magnet, bersama-sama menyambut kedatangan peluru berpandu termal. Awan jamur yang ekspresif membubung ke angkasa. Tapi ini belum berakhir, Raowan Chuiyang yang terhempas dalam pusaran udara melihat sinar terang tebal dari atas kepala menyorot langsung ke bawah, ternyata skill pamungkas Artillery God: Sinar Satelit...
Pada saat yang sama, Raowan Chuiyang ternyata harus menanggung berbagai skill besar berdamage tinggi dari Artillery God.
Disucikan oleh Sinar Satelit, tubuhnya masih dikelilingi kilatan ledakan dan asap mesiu. Ye Xiu memanfaatkan waktu dengan mengoperasikan Zhu Yanxia melemparkan beberapa skill. Para penonton terpana melihat rentetan ledakan yang bahkan berhasil menciptakan serangan kombo hingga 77 segmen.
Cahaya dan api mereda, asap mesiu menghilang, Raowan Chuiyang sudah tewas.
Sejak ditendang lutut hingga terlempar, dia sama sekali tidak mendapat kesempatan membalas. Dalam lima detik saat mendarat, berapa banyak skill yang digunakan? Para pemain sampai harus menghitung dengan jari.
Semua orang melihat hasil paling gamblang: Raowan Chuiyang sudah KO.
KO!
Benar-benar KO!
Begitulah momen ini, health bar yang panjang tiba-tiba terkuras habis. Ruangan menjadi sunyi senyap. Meskipun penonton memang tidak memiliki voice chat, mereka bisa mengirim pesan. Tapi saat ini, tak seorang pun sempat mengetik, semua hanya terdiam terpana.
Chen Guo juga membeku di depan komputernya.
Sebenarnya dia sudah berdiri, karena Ye Xiu membuang Meriam Mawar miliknya, dia sudah siap membunuh orang ini tanpa peduli apapun. Tapi tiba-tiba Meriam Mawar sudah diambil kembali, lawan sudah roboh menjadi mayat. Semuanya terjadi secepat dia berdiri...
Chen Guo akhirnya menyaksikan langsung bagaimana Ye Xiu menjatuhkan lawan dalam puluhan detik, menggunakan Zhu Yanxia miliknya.
Chen Guo sendiri tak pernah menyangka bahwa Zhu Yanxia miliknya memiliki daya ledak yang bisa menghabisi lawan sekali pukul. Kini dia menyaksikannya, dan yang dihabisi adalah ahli ternama di Shen Zhi Lingyu. Jantung Zhu Yanxia berdebar kencang! Yang awalnya ingin membunuh Ye Xiu, kini malah bingung tak tahu harus bereaksi bagaimana.
Mayat Raowan Chuiyang menghilang dengan cepat. Pemain yang paham game tahu bahwa ini artinya karakter tersebut sudah keluar dari ruangan.
Apa lagi yang bisa dikatakan Raowan Chuiyang?
Seangkuh dirinya, kini mulutnya benar-benar terkunci rapat. Tak mungkin lagi dia berkelit.
Dia baru sadar bahwa perkataan Jun Moxiao bukanlah provokasi, melainkan fakta yang sebenarnya.
“Satu ronde, benar-benar hanya satu ronde.”
“Dia sudah sepenuhnya menyadari perbedaan kekuatan yang besar.”
“Kekalahan yang begitu cepat dan telak ini jelas bukan masalah keberuntungan. Pertandingan ini bahkan berlangsung begitu cepat sampai-sampai penonton melupakan fakta lain: pertandingan ini adalah 'perfect'—Zhu Yanxia sama sekali tidak menerima damage sedikitpun.”
“Setelah Zhu Yanxia juga keluar dari ruangan, ruangan otomatis bubar dan penonton dikembalikan ke Arena. Tapi semua masih terdiam, masih mencerna pertandingan tadi. Hanya Ye Xiu yang tak peduli, melepas headphone dan menoleh: 'Bos, akunnya kukembalikan!'”
“Ha?” Chen Guo juga termasuk yang masih terbengong-bengong.
“Apa kamu merekam?” Chen Guo tiba-tiba menoleh bertanya ke Tang Rou.
“Tadi kamu yang memegang kontrolnya!” Tang Rou menghela napas.
“Aaaaaa!!!” Karakter di komputer sudah keluar semua, mana mungkin merekam? Chen Guo menyesal sekali. Adegan pertarungan spektakuler itu seharusnya direkam dan ditonton ulang seratus kali!
“Chen Guo sedang kesal ketika menyadari sesuatu—beberapa tatapan aneh mengarah padanya dari sekeliling warnet.”
“Lihat apa?” Chen Guo tak sungkan. Yang menatapnya adalah pelanggan tetap yang sudah saling kenal. Perilakunya biasa saja, ngapain mereka mengawasi?
“Bos wanita kami hebat!” seseorang tiba-tiba berseru.
“Hah?” Chen Guo bingung.
“Zhu Yanxia!!” teriak yang lain.
“Hah? Zhu Yanxia? Di mana? Di mana?” Ada tamu tak dikenal yang melompat berdiri kali ini.
Chen Guo langsung paham, pertandingan ini bahkan menarik perhatian pemain Area 10 di warnet. Beberapa pelanggan tetap yang tak tahu Jun Moxiao adalah admin jaringan di sini, tapi tahu karakter Glory Chen Guo adalah Zhu Yanxia, pasti sudah terkejut sejak tadi. Selanjutnya, mereka mungkin mengira Jun Moxiao sebenarnya adalah Chen Guo.
Sedangkan tamu tak jelas itu tentu tidak tahu apa-apa, hanya mendengar obrolan di warnet lalu langsung mencari target untuk dikerumuni. Chen Guo antara ingin tertawa dan menangis, melirik ke sekeliling namun Ye Xiu sudah menghilang ke mana. Dengan kesal ia berteriak "Bukan aku, orang lain yang meminjam akunku!" lalu buru-buru kabur.
Para tamu tertegun sejenak, tak banyak berkomentar. Mengerumuni orang hanya untuk memuaskan rasa penasaran sesaat. Pemain Glory yang kenal Chen Guo kebanyakan pernah duel dengannya, tahu level bos ini sebenarnya. Jujur saja, performa luar biasa tadi sangat mengejutkan - Raowan Chuiyang loh! Pemain berpengalaman tahu ini level top.
Dengan demikian, penjelasan tentang akun yang dipinjamkan justru terdengar lebih masuk akal.
Di warnet, hanya ada sedikit orang yang bisa mengenali akun Chen Guo dan pergi menonton pertandingan ini, jadi tidak membuat keributan besar. Para pemain hanya berdiskusi diam-diam lalu kembali ke game. Pertandingan ini terlalu cepat, tidak hanya prosesnya singkat, tapi ruang pertarungan juga menghilang seketika setelah selesai, membuat semua orang tidak punya tempat untuk berdiskusi. Setelah keluar dari Arena, para pemain langsung mencari teman diskusi tentang topik ini di World Channel.
Beberapa saat kemudian, World Channel Server 10 kembali dikuasai oleh topik yang sama.
Semua kata kunci seperti Jun Moxiao, Raowan Chuiyang, Zhu Yanxia, Artillery God, lempar senjata, Insta-kill, dll ramai dibahas.
Pertandingan ini terlalu spektakuler, membuat semua fokus tertuju pada pihak pemenang. Raowan Chuiyang kini hanya seperti kain latar belakang yang malang, hampir tak ada yang membahasnya.
Beberapa pemain baru yang tidak paham latar belakang Raowan Chuiyang, hanya tahu dia langsung dikalahkan, mencoba mengejek. Namun justru komentar mereka yang akhirnya diejek balik.
Alasan kekalahan dalam pertandingan ini bukan karena kelemahan satu pihak, tapi karena lawannya terlalu kuat.
Saat ini dalam benak para pemain, kesan yang tertinggal adalah seperti ini. Tentu saja tak ada yang menganggap Raowan Chuiyang gagal dengan terhormat. Tapi masalah dia sok jagoan malah diinjak-injak, benar-benar bukan fokus perhatian saat ini.
Zhu Yanxia sangat kuat!
Artillery God sangat kuat!
Jun Moxiao sangat kuat!
Inilah poin pentingnya.
