Identitas Jun Moxiao sebagai Ye Qiu hanya menimbulkan gelombang kecil. Lan He dan Xi Zhou adalah satu-satunya dua orang di Pavilion Blue River Area 10 yang mengetahui rahasia ini. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk merahasiakan informasi ini.
Membayangkan guild-guild lain yang belum tahu pasti akan terus melawan Jun Moxiao. Sementara mereka yang sudah sadar mustahil mengalahkan lawan sekaliber ini, tentu tak mau lagi menyentuh batu panas. Menonton guild lain menabrakkan telur ke batu sambil tertawa, bukankah itu menyenangkan?
Saat ini Lan He tidak sedang bermain game, melainkan menikmati video Raowan Chuiyang dihancurkan di forum.
Nama Raowan Chuiyang terpampang jelas. Meskipun pria yang selalu mengejeknya ini dikalahkan dengan mengenaskan membuat Lan He puas, namun Raowan Chuiyang tetap termasuk selebriti game dan petarung top di Pavilion Blue River. Menjadi figuran yang dihajar dalam video ini tak hanya mempermalukan dirinya sendiri, tapi juga seluruh Pavilion Blue River.
Guild-guild saingan tentu tak akan melihat kekuatan luar biasa lawan lalu memaklumi kekalahan ini. Mereka pasti akan memanfaatkannya untuk mengejek Pavilion Blue River.
Lan He saat ini berada di forum, bukan di area video khusus, karena ada orang yang membagikan video ini ke subforum bernama: Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods).
Di dalam game terdapat Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods).
Di forum juga ada subforum yang disebut Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods).
Kedua Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods) ini merupakan tempat paling ramai di masing-masing platform.
Orang yang membagikan video ke Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods) ini jelas memiliki niat jahat. Dalam keterangan teksnya, sambil memuji keahlian Zhu Yanxia, metode utamanya adalah mengontraskan dengan Raowan Chuiyang.
Siapa Raowan Chuiyang? Dia adalah anggota Pavilion Blue River yang tidak kalah dari lima ahli terkenal mereka. Sekarang malah dikalahkan oleh Zhu Yanxia ini, sehebat apa Zhu Yanxia ini?
Kurang lebih seperti itu metodenya. Lan He melihat komentar-komentar berikutnya, konspirasi orang ini memang berhasil. Banyak suara ejekan dan hinaan. Sebenarnya ini juga karena reputasi Raowan Chuiyang yang buruk. Kesombongannya di Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods) sudah terkenal. Kejatuhannya kali ini membuat banyak pemain mengejek saat dia sudah jatuh, dengan beberapa serangan sampingan ke Pavilion Blue River yang membuat Lan He tidak bisa merasa senang.
Video ini sudah menjadi viral. Bagi pemain dari server lain dan Shen Zhi Lingyu (Domain of Gods) yang tidak tahu konflik di Server 10, mereka hanya menontonnya sebagai video biasa. Banyak yang sudah mulai mencari Zhu Yanxia di dalam game.
Saat makan malam hari ini, Chen Guo memarahi Ye Xiu habis-habisan.
"Sekarang aku hampir tidak bisa main game lagi." Teman-teman di game terus bertanya kenapa tiba-tiba jadi hebat begini, terpaksa dia jelaskan satu per satu. Sudah cukup merepotkan, eh malah teman-teman mulai menggosipkan si jagoan ini.
Belum lagi banyak orang asal yang nanya macam-macam minta jadi murid, berbagai guild aneh-aneh juga datang mengajak masuk. Yang paling absurd, sore tadi bahkan ada dua orang mengaku sebagai pencari bakat lingkup profesional, interogasi seperti cek KK: umur berapa, main Glory berapa lama, asal mana, minat jadi atlet profesional dll. Marahnya Chen Guo langsung balas "bukan pemilik akun" lalu keluar dari game.
Ternyata dirinya "bukan pemilik akun" sendiri, mikirin itu saja Chen Guo sudah merasa menyedihkan.
"Semua salah kamu!" teriak Chen Guo, nasi di mulutnya hampir muncrat ke wajah Ye Xiu.
"Salahku salahku, bos minum kuah dulu, jangan tersedak." Ye Xiu buru-buru mengambilkan kuah untuk menyogok Chen Guo.
Chen Guo menerimanya, minum beberapa teguk, emosinya mulai reda.
"Sebenarnya bukan sepenuhnya salahku juga." Ye Xiu memanfaatkan momentum untuk menjelaskan.
"Hah?"
"Musuhnya terlalu lemah sih, aku juga..."
"PERGI LU!!!" Kuah dari Chen Guo sudah melayang. Di tengah teriakan orang-orang, Ye Xiu menghilang secepat kilat dari warnet.
"Xiao Tang kamu masih ketawa!!" Chen Guo kesal. Tang Rou yang kerja shift siang memang selalu makan di depan kasir. Meski membelakangi, bahunya bergetar-getar, jelas sedang tertawa terbahak-bahak sambil memeluk kotak makan.
“Jangan tertawa, jangan tertawa.” Tang Rou berusaha menutupi mulutnya dengan menyuap nasi, langka sekali tidak menjaga image dan sopan santun.
Ye Xiu yang kabur kali ini ternyata tidak kembali sama sekali. Menjelang jam 9-10 malam, Chen Guo mulai bolak-balik ke luar warnet melongok-longok, sambil bergumam ke Tang Rou saat tak melihat orangnya pulang: "Larinya ke mana? Jangan-jangan nabrak pohon di jalan?"
"Kalau begitu kamu harus senang dong!" kata Tang Rou.
"Iya! Aku senang." Chen Guo mengangguk sambil matanya tetap menyapu-sapu ke arah luar.
"Lagi ngapain?" Melihat Tang Rou yang sedang santai di depan kasir, Chen Guo mengintip ke dalam dan mendapatinya sedang mempelajari lagi. Dengan putus asa, Chen Guo asal ambil komputer dan login ke game. Setelah mencoba sebelumnya, suasana masih sama ricuh. Buka atau tonton video? Saat membuka halaman web, headline utama justru video analisis Raowan Chuiyang yang dihancurkan oleh Zhu Yanxia miliknya. Tanpa sadar Chen Guo mengkliknya dan memutar ulang video itu sambil melamun.
Menjelang jam 11, Ye Xiu masih belum terlihat bayangannya.
"Si brengsek ini lari ke mana? Telepon pun enggak." Chen Guo mondar-mandir di pintu seperti jaga gerbang kota.
"Tenang saja, kan dia sudah dewasa." Kata Tang Rou.
"Kutu buku tulen, mungkin tersesat karena pergi terlalu jauh." Chen Guo bersungut.
"Kalau tersesat pasti ada polisi yang bantu, santai aja!" Tang Rou menghibur.
"Siapa yang khawatir sama dia! Ini hampir jam 11, dia belum pulang, gimana Shift Malam nanti?" Chen Guo membela diri.
“Bukannya ada aku di sini?” Tang Rou berkata, “Kamu tidur saja dulu!”
“Baiklah...” Chen Guo melirik ke arah pintu lagi beberapa kali, akhirnya naik ke lantai atas.
“Kalau dia kembali, mau kuberi tahu lewat SMS?” Tang Rou bertanya.
“Oh...” Chen Guo hanya menjawab singkat seperti itu, lalu naik ke atas.
Tak lama setelah Chen Guo pergi, staf lain yang jam kerjanya sampai jam 11 mulai pulang satu per satu. Saat itu, Ye Xiu muncul diam-diam di pintu warnet, melongok ke dalam sebentar sebelum mendekati depan kasir. Melihat Tang Rou di dalam, dia menghela napas lega.
“Bos mana?” Ye Xiu berdiri tegak sambil menyalakan rokok.
“Lagi tidur.” Tang Rou melihat Ye Xiu, menjawab sambil mengeluarkan ponselnya.
“Kamu tadi ke mana?” Tang Rou bertanya sambil mengetik SMS.
“Cuma jalan-jalan santai! Sekarang poin kemarahannya bos sudah berapa?” Ye Xiu bertanya.
“Susah ditebak. Saat kamu tidak ada, poinnya 0. Begitu kamu muncul lagi, mungkin langsung naik ke 100.” Tang Rou berkata.
“Sebenarnya ini bukan salahku.” Ye Xiu membela diri.
“Tapi kamu terlalu memancing emosi.” Tang Rou menyeringai.
“Kemajuanmu sangat cepat.” Ye Xiu memuji. Gadis ini sudah bisa menggunakan istilah-istilah game, tanda pemahamannya mulai menyatu.
“Biasa saja!” Tang Rou menekan tombol kirim setelah menyelesaikan SMS-nya.
Ponsel segera berdering lagi. Tang Rou membuka pesannya dan tersenyum.
“Bos bilang kamu telat, gaji hari ini dipotong semua.” Tang Rou menunjukkan SMS itu ke Ye Xiu.
“Potong saja potong saja! Sekalipun dipotong semua juga tidak apa, lagian ada yang menanggung makan dan tempat tinggal.” Ye Xiu berkata.
“Dibalas seperti ini?” Tang Rou bertanya.
“Jangan berisik kamu.” Ye Xiu kesal.
“Hehe, kamu masuklah ke sini, aku ke sana.” Tang Rou berdiri dan memberikan posisi depan kasir kepada Ye Xiu, lalu pergi ke tempat begadangnya yang biasa.
Keduanya login ke game masing-masing. Jun Moxiao milik Ye Xiu baru saja masuk ke server lv.1 langsung menerima pesan: “Kamu ketahuan.”
Ye Xiu bingung, membalas: “Kamu siapa?”
“Sial sial sial sial! Ini aku, Shaotian!” Huang Shaotian kesal.
“Oh oh oh, kamu toh!” Ye Xiu teringat ID Liu Mu memang adalah akun alt yang pernah dipakai Huang Shaotian dulu.
“Apa yang ketahuan?” Ye Xiu bertanya.
“Rekor-rekormu itu terlalu mengejutkan, anggota guild Pavilion Blue River hari ini datang ke tim kami. Kehebatan kapten kami kan kamu tahu, dalam beberapa gerakan langsung menebak Jun Moxiao adalah kamu.” Huang Shaotian menjawab.
“Oh? Bagaimana dia menebaknya?” Ye Xiu bertanya.
Prosesnya jelas sangat berbelit, tapi siapa Huang Shaotian? Bisa takut pada masalah apapun, kecuali bicara panjang. Peristiwa sepanjang apapun dia rela ceritakan. Dengan kecepatan tangan menderu-deru, dia langsung membagi cerita menjadi beberapa paragraf untuk menjelaskan seluruh proses ke Ye Xiu.
“Oh, ternyata begitu, kalau aku ketahuan, kamu juga tidak bisa kabur dong!” Ye Xiu berkata.
“Iya, Liu Mu juga ditebak sebagai aku.” Huang Shaotian berkata.
“Hmm, Wen Zhou memang luar biasa, sayangnya dia cacat tangan.” Ye Xiu berkata.
“Dia sedang berdiri di belakangku...” Huang Shaotian membalas.
“Berarti bukan tangan lumpuh?” Ye Xiu berkata.
“Kapten...” Huang Shaotian menoleh ke Yu Wenzhou dengan ekspresi polos.
Yu Wenzhou hanya tersenyum: "Faktanya, tangan saya memang cacat."
“Omong kosongmu tidak efektif untuk kapten kami,” balas Huang Shaotian.
“Benar, makanya dia hebat. Kalau bukan tangan lumpuh, pasti lawan yang sulit dihadapi!” kata Ye Xiu.
Huang Shaotian menghela napas, kembali menatap Yu Wenzhou.
“Si tangan lumpuh ingin duel dua ronde, tanya dia mau ikut tidak,” Yu Wenzhou tersenyum.
Huang Shaotian menyampaikan pesan, Ye Xiu langsung membalas: “Ayo! Punya akun?”
“Pakai yang ini saja!” Balasan datang beberapa saat kemudian.
“Oh, sudah ganti orang?” tanya Ye Xiu.
“Iya!”
“Free Field, yang duluan sampai bikin room,” kata Ye Xiu.
“Room 45178, password 159,” jawab Yu Wenzhou.
“Sudah lama nunggu!” Ye Xiu membalas, Jun Moxiao buru-buru menuju area Arena.
Masuk arena, input nomor room, masukkan password, masuk ke lokasi, persiapan, mulai.
Masih menggunakan peta platform kecil standar, Liu Mu berdiri di sudut dengan pedang terhunus.
“Halo!” Ye Xiu menyapa saat Jun Moxiao masuk.
“Halo! Kabarnya sekarang jadi admin jaringan?” Yu Wenzhou menjawab sementara karakter Liu Mu sudah menyambar dengan pedang.
“Iya, orang-orang seperti kami hanya bisa bermain game,” Ye Xiu tertawa, Jun Moxiao mengayunkan Qianji San yang berubah menjadi tombak perang, menghindar lalu membalas dengan tusukan Longya.
"Tombak perang dengan 5 kecepatan serang, ini cukup merepotkan. Quexie-mu juga tidak punya kecepatan serang setinggi ini, kan?" kata Yu Wenzhou.
"Hanya atributnya yang terlalu monoton." Tangan Ye Xiu tak pernah berhenti bergerak. Setelah Longya, serangkaian skill dan serangan biasa terus menerus menyambar. Liu Mu milik Yu Wenzhou mengelak kesana kemari tanpa kesempatan membalas.
"Bersiap membuat Loner kembali?" Yu Wenzhou masih terus berbicara.
"Semoga perusahaan game kali ini tidak mengacau lagi." jawab Ye Xiu.
"Haha, semangat!"
"Lawanmu perlu pakai semangat?" Ye Xiu tertawa.
"Terkadang aku iri pada kalian para gila yang punya kecepatan tangan ini." gumam Yu Wenzhou sementara Liu Mu-nya yang gagal mengikuti operasional akhirnya terkena serangan beruntun Jun Moxiao.
"Kalau kau juga punya kecepatan tangan seperti ini, apa masih ada tempat bagi kami?" Ye Xiu tak sungkan melanjutkan kombo setelah serangan pertama mengenai.
