Banyak pemain lama yang sangat paham dengan situasi, menyadari bahwa bahkan jika Jun Moxiao level 27 sekalipun, tidak layak membuang waktu lagi di sini, apalagi ini cuma anggota bawahan?
Level 27, Blade Master.
Banyak yang mengetik "Liu Mu" di kolom pencarian untuk memastikan. Semangat garang mereka langsung pupus. Semua orang langsung bersiap berbalik arah. Yang lambat bereaksi langsung diingatkan dengan ramah: "Jangan hiraukan sampah itu! Cepat kejar Jun Moxiao, jangan sampai kabur!"
Sampah!!
Huang Shaotian mendengar kata ini dengan jelas, dan sepertinya ditujukan padanya. Sebagai atlet profesional, dia sudah kebal dengan omong kosong. Sekadar kata "sampah" takkan memancing banyak orang. Tapi setiap orang bereaksi berbeda terhadap provokasi - ada yang diam saja, ada yang meledak. Sebagai rajanya omong kosong di Liga yang sampai membuat peraturan diubah karena ulahnya, Huang Shaotian jelas termasuk kategori kedua.
"Sial!" Suara menggelegar bergema di antara pepohonan.
"Siapa yang berani bilang 'sampah' tadi? Berhenti! Akan kuajarkan cara menulis kata 'sampah'!" Liu Mu milik Huang Shaotian malah berbalik arah dan mulai mengejar.
“Siapa sih, siapa, siapa? Lari terus, kalian yang level 33 semua, takut sama Blade Master kecil level 27 kayak gue? Kalau gue sampah, berarti kalian bahkan lebih buruk dari sampah? Kalau lebih buruk dari sampah, berarti sampah yang tidak bisa didaur ulang, limbah yang sama sekali tidak punya nilai guna! Benar, itu kalian yang sedang kabur! 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 14 tumpukan sampah, larinya rapi banget! Antri minta didaur ulang? Tapi kalian lupa kalian tidak bisa didaur ulang? Sadar dikit, gali lubang kubur sendiri sana! Jangan terus mencemari lingkungan, setiap detik kalian ada di sini...”
“Diam lu!!” Akhirnya seorang pemain dari tim lawan menerjang keluar, sama seperti Huang Shaotian, dia juga seorang Blade Master. Tapi saat ini bukan hanya dia yang ingin melompat, dia hanya lebih cepat sedikit. Teriakannya saat menerjang membuat Huang Shaotian sementara menutup mulut. Ketenangan langka ini memberi kesempatan singkat bagi para pemain yang sudah kesal untuk meredam emosi mereka.
“Hmm? Tadi itu kamu? Bagus, ternyata juga Blade Master, tapi sepertinya Blade Master kamu beda dari yang biasa. Lihat gaya kamu buru-buru maju cari mati, jangan-jangan kamu sebenarnya legenda...” Bagian permainan homofon ini kurang efektif jika hanya lewat voice chat. Huang Shaotian cepat-cepat menyesuaikan setingan font, lalu di atas kepalanya muncul gelembung teks raksasa bertuliskan “Jian Ke” (dengan karakter alih-alih ) menggunakan font Glory ukuran 25 yang dicetak tebal.
“Blade Master”
“Blade Master”
“Blade Master”
“Blade Master”
……
Tangan Huang Shaotian begitu cepat, dalam sekejap, deretan gelembung teks "Blade Master" dengan font terbesar dan tebal melesat ke Yunxiao. Blade Master level 33 itu sudah murka, langsung menyabetkan pedang tanpa basa-basi.
Omong kosong pada dasarnya berisi sindiran, hinaan, bahkan serangan personal. Bagi Huang Shaotian yang ahli omong kosong, ini tak perlu persiapan atau emosi, bahkan pada batu pun dia bisa memuntahkannya.
Bukan berarti dia benar-benar berniat jahat, ini hanya kebiasaan bertandingnya. Bedanya, di pertandingan resmi semua omongan ditampilkan lewat teks samping, sedangkan di game online ini berupa voice chat nyata yang terasa lebih berdampak. Ditambah pemain biasa mana pernah mengalami serangan omong kosong setajam ini – bukan cuma kata-katanya cerdik, tapi juga tak henti-hentinya.
Dalam istilah game, omong kosong Huang Shaotian bukan Skill besar yang meledak, tapi combo skill beruntun bak air bah yang tak putus-putus. Membuat orang ingin segera membunuhnya, karena sungguh ingin menyumbat mulutnya.
Karena bagian kedua omong kosongnya khusus menantang Blade Master ini, pemain lain yang tidak jadi sasaran hinaan mulai merasa lega. Saat melihat Blade Master itu sudah terbang menyerang, mereka justru cepat kembali waras.
“Bro ini kau yang urus! Kita terus kejar Jun Moxiao.” Teriak seseorang sambil berlari. Yang lain langsung mengejar, benar-benar tak menganggap serius swordsman level 27 ini.
Blade Master itu bahkan tak menjawab, matanya kini hanya fokus pada Liu Mu. Light Blade-nya diangkat, memulai serangan Mountain Crusher aliran Swordsman Ganas untuk mengekspresikan amarahnya yang ingin menyobek Liu Mu berkeping-keping.
Meski terlihat cerewet, Huang Shaotian tetap tenang dan presisi. Mountain Crusher ini tak perlu dihindari Liu Mu karena musuh terlalu tergesa-gesa menggunakan skill ini terlalu cepat, sama sekali tak bisa mengenai.
Sebagai elite, Blade Master itu baru melompat setengah sudah sadar kesalahan. Serangannya terlalu pendek untuk mencapai Liu Mu. Yang mengherankan, Liu Mu seperti sudah tahu dan tetap diam di tempat?
Mountain Crusher mendarat, daya mengguncang rumput hingga beterbangan menyapu sepatu Liu Mu yang tetap tak bergerak. Dia sangat paham, serangan ini sama sekali tak akan memberikan damage.
"Slashing Draw!" teriak Huang Shaotian sambil mengeluarkan skill Slashing Draw.
Andai ini bukan game, kepala Blade Master itu sudah pecah seperti semangka. Tapi di game, Slashing Draw yang dilepaskan tepat di fase recovery frame Mountain Crusher membuat tubuhnya terlempar.
“Upper Slash!” Huang Shaotian seperti karakter Saint Seiya, meneriakkan nama skill sambil mengayunkan pedang. Blade Master yang sedang terlempar itu terangkat ke udara.
“Triple Slash!” Skill yang biasanya digunakan Blade Master untuk pergerakan cepat, kini dijadikan senjata serangan oleh Huang Shaotian. Liu Mu meluncur, tebasan pertama langsung menghantam Blade Master di udara; langkah kedua tiba-tiba berbelok arah, tebasan kedua tetap tepat sasaran; langkah dan tebasan ketiga pun demikian.
Triple Slash yang seharusnya bergerak lurus, berhasil diubah arah dua kali oleh operasional Huang Shaotian. Banyak yang bisa melakukan ini. Tapi tiga langkah dengan tiga tebasan yang selalu tepat mengenai target float di atas kepala? Itu bukan hal biasa.
“Upper Slash!” Skill dengan Cooldown terpendek setelah Triple Slash sudah CD. Huang Shaotian kembali meneriakkan sambil mengangkat pedang.
“Tebas! Tebas! Chain Thrust! Silver Light Blade! Upper Slash! Slashing Draw! Triple Slash...” Huang Shaotian terus memekikkan nama-nama skill. “Tebas” adalah serangan biasa. Dari langit ke bumi, lalu ke langit lagi. Blade Master elite ini ingin melawan, tapi dalam rentetan serangan Huang Shaotian, ia sama sekali kehilangan akal untuk membalas.
Ketika dia berpikir bagaimana cara mengatasi, serangan sebelumnya sudah berlalu. Dia hanya bisa membanting keyboard sembarangan berharap skill acak bisa melepaskan diri dari serangan beruntun ini. Tapi tidak ada gunanya. Serangan asal-asalannya seolah sudah diantisipasi lawan, terus-menerus diinterupsi, dipatahkan...
Teriakan Huang Shaotian yang tak henti-hentinya akhirnya menarik perhatian pemain yang hendak mengejar Jun Moxiao. Beberapa refleks menoleh, dan pandangan mereka langsung terpaku.
Terlalu megah...
Mungkin seharusnya tidak berpikir demikian, tapi... sungguh. Kekerasan yang diterima rekan ini... hanya kata "megah" yang bisa menggambarkannya.
Light Blade di tangan Liu Mu tampak seperti senjata MP biasa, tapi cahaya yang dipancarkannya saat ini luar biasa cemerlang. Setiap kilatan pedang secepat bayangan, belum sempat direnungkan, sudah disusul kilatan berikutnya. Kilatan-kilatan pedang saling menyilang, diiringi percikan darah terus-menerus dari tubuh Blade Master elite, menciptakan pemandangan yang mempesona sekaligus kejam.
Semakin banyak pemain yang berhenti, semakin banyak yang menoleh, semakin banyak yang terpaku.
Mereka menyaksikan dengan mata membelalak, lupa untuk membantu. Serangan beruntun seperti ini biasanya hanya terlihat di rekaman video. Di pertarungan nyata? Jangan katakan lawan hidup, bahkan kayu dummy offline pun, tak ada yang yakin bisa melakukan ofensif selancar ini.
“Orang ini sangat kuat……”
Akhirnya, seseorang tidak tahan mengeluarkan ucapan.
Begitu kata-kata ini keluar, barulah semua sadar bahwa rekan mereka hampir tewas di bawah pedang lawan.
“Serang bersama!” seseorang berteriak, semua langsung bergerak.
Meski tidak terlalu kompak, melihat pemain satu tim hampir mati di depan mata sementara bisa membantu tapi tidak bertindak, itu sudah keterlaluan.
“Pastor mana? Tambah darah dulu!” seseorang panik berteriak, tapi setelah melihat 14 anggota tim mereka, tidak ada Pastor.
“Tat-tat-tat-tat-tat……”
Suara senapan mesin bergema. Seorang Artillery God dalam tim telah mengeluarkan Green Machine Gun, peluru melesat membentuk garis lurus.
Kilatan pedang menyambar.
Liu Mu menggunakan Triple Slash. Sang Artillery God mengira dia akan melakukan pergerakan menghindar dan langsung mengarahkan senjata ke arah Triple Slash, namun setelah tebasan pertama pedang langsung berubah arah, tebasan kedua disusul putaran tubuh yang mengembalikannya ke posisi semula. Tembakan Green Machine Gun itu sia-sia menghabiskan peluru di tempat yang salah.
“Sankaku Triple Slash!” salah satu pemain yang menyaksikan variasi Triple Slash ini berteriak menyebut nama operasional tersebut.
"Triple Slash segitiga!" Operasional ini tidak bisa dibilang terlalu sulit, namun operasional yang sama bisa memberikan efek berbeda di tangan pemain berbeda. Operasional Blade Master Huang Shaotian jelas tak tercela. Seni pedang yang memukau, ditambah Triple Slash segitiga yang presisi, serta mulut yang tak henti bergerak. Semua orang telah sangat memahami: Blade Master di depan mata ini adalah ahli kelas atas, level 27 pun tak cukup menjadi alasan untuk meremehkannya, gaya bertarung ini bahkan sangat mirip dengan Shen tertentu.
Tepat pada momen ini, Blade Master di bawah pedang Liu Mu akhirnya tumbang, bantuan para pemain ternyata tak sempat tiba.
Tubuh Blade Master itu terlempar oleh tusukan Liu Mu, kini sudah menjadi mayat.
"Nasib sampah!" Huang Shaotian menutup rangkaian teriakan nama jurusnya dengan kalimat penutup.
