Tingkat drop item saat pemain mati, meski tidak ada data pasti di server normal memang tidak tinggi. Tapi setidaknya ada satu prinsip: Drop pemain mati tidak seperti BOSS yang memiliki perbedaan probabilitas berdasarkan kualitas item. Setiap item yang dibawa pemain memiliki kesempatan drop yang sama.
Meski begitu, Huang Shaotian yang ingin menjatuhkan senjata ini benar-benar berhasil, ini jelas rezeki langka yang sulit ditemui, tingkat kesulitannya mungkin setara dengan dapat Senjata Oranye dari drop BOSS.
Blade Master besar itu juga melihat gelembung teks terakhir Huang Shaotian, tapi mana mungkin percaya? Baginya itu tetap cuma ejekan. Sambil merintih kesakitan respawn, dia memberi kabar buruk ini ke teman-teman guild. Mengenai mengambil kembali pedangnya? Tingkat drop di server normal yang rendah ini benar-benar tidak memberi harapan. Ini juga salah satu alasan frustrasi Blade Master besar itu - Betapa sialnya dia! Bisa langsung menjatuhkan Senjata Oranye Strong Raid level 25 ini.
Sekelompok pemain yang sedang mengejar Jun Moxiao awalnya tidak ingin menghiraukan Liu Mu milik Huang Shaotian. Tapi karakter ini terlalu arogan, meski tidak diganggu malah aktif menyerang, sudah membunuh dua orang, bahkan menjatuhkan Senjata Oranye salah satunya. Tak bisa dipungkiri banyak yang diam-diam senang mendengar kabar ini, tapi akhirnya tercapai kesepakatan untuk tidak lagi mengabaikannya.
"Aku dapat! Aku dapat! Aku dapat!" Huang Shaotian berteriak kepada Ye Xiu.
"Dapat apa?" tanya Ye Xiu.
"Pedang Serangan level 25 Senjata Oranye! Lihat betapa beruntungnya aku!" Huang Shaotian bersorak gembira.
"Bagus, lanjutkan usaha." kata Ye Xiu.
"Posisimu." Huang Shaotian menanyakan koordinat.
"1645, 1866." Ye Xiu memberikan koordinat. Sistem koordinat di Glory sebenarnya bersifat regional, dimana satu nilai koordinat mencakup area beberapa langkah karakter.
"Sudah berapa kau bunuh?" tanya Huang Shaotian.
"Dua."
"Sama, adu cepat!" pesan Huang Shaotian.
"Kau kalah." kata Ye Xiu.
"Kenapa?!" Huang Shaotian langsung protes.
"Persediaan obatmu kurang." Ye Xiu menjawab tenang.
Huang Shaotian termangu. Membuatnya terdiam memang sulit. Hanya fakta telak seperti ini yang bisa membuatnya mengalah... Benar, saat ini inventory Liu Mu-nya hanya berisi obat dan makanan pemberian Ye Xiu, jelas tidak cukup untuk permainan pembunuhan jangka panjang.
“Bunuh sampai obatku habis.” Huang Shaotian akhirnya punya ide, sambil membalas pesan sambil sudah berlari ke arah koordinat yang diberikan Ye Xiu.
Dua Shen tingkat puncak di lingkup profesional.
Dua pria yang berdiri di puncak tertinggi Glory.
Saat ini sedang memburu sekelompok pemain biasa.
Mengintimidasi yang lemah? Menindas dengan kekuatan?
Kata-kata ini tidak cukup menggambarkan kekacauan saat ini. Level pro dan pemain biasa memiliki jurang perbedaan yang sangat besar, terutama dalam hal PK, apalagi kemampuan mencatat rekor, perbedaan di antara kedua pihak bagai langit dan bumi.
Dari skill operasional, pengalaman pertempuran, mentalitas, hingga pemanfaatan medan...
Hutan Kongzhi.
Ye Xiu memilih tempat ini sebagai titik temu dan membawa pasukan pengejar ke sini tentu ada pertimbangannya. Huang Shaotian hanyalah kejutan tak terduga. Ye Xiu sendiri sebenarnya sudah yakin bisa memanfaatkan medan Hutan Kongzhi untuk menghancurkan pemain tim lawan satu per satu. Kehadiran Huang Shaotian hanya menghemat waktunya.
Satu, dua, tiga...
Pemain-pemain tumbang satu per satu. Awalnya mereka mengira ini karena kecerobohan, bahkan emosi yang dominan dalam tim adalah schadenfreude. Semua merasa yang mati pasti ceroboh, dan ini tak mungkin terjadi pada diri mereka.
Saat jumlah pemain yang tumbang mencapai sepuluh orang, suasana akhirnya berubah total.
"Kecerobohan" ini sudah terlalu sering terjadi.
Mereka berputar-putar di Hutan Kongzhi selama belasan menit. Jejak Jun Moxiao muncul dan menghilang secara berkala, membuat mereka terus berlarian. Selain itu ada Liu Mu si Blade Master level 27 yang banyak tingkah, yang juga sering muncul tiba-tiba. Kehadiran orang ini membuat Hutan Kongzhi menjadi sangat berisik, ocehannya seolah tak pernah berhenti.
Sepuluh orang telah tewas. Para pemain akhirnya menyadari ada yang tidak beres.
Ketua guild Gu Yin dengan tegas menarik kembali instruksi "menyebar dan memberi laporan jika ada situasi". Di bawah instruksi ini, dua anggota Serikat Samsara mereka telah gugur.
Pemain guild lain jelas juga membuat keputusan serupa. Saat ini mereka berkumpul bersama, bahkan menghentikan sementara aksi pengejaran.
"Kurasa... mereka tidak ingin kabur dari kita, tapi ingin membasmi kita semua..." Dalam suasana mencekam, seseorang akhirnya berbicara memecah keheningan.
Tak ada yang menanggapi. Saat ini setiap hati dipenuhi kecemasan.
Sepuluh orang terbunuh, tentu mereka tidak selamanya tak sadar. Setiap kali ada yang diserang, mereka pasti berusaha menolong. Tapi sia-sia. Musuh sepertinya lebih tahu posisi mereka daripada diri mereka sendiri. Setiap kali buru-buru datang, yang tersisa di koordinat hanyalah mayat. Musuh memang meninggalkan jejak, tapi kalau dipikir-pikir sekarang, semua itu sepertinya sengaja.
Baik Jun Moxiao maupun Liu Mu, berlari ke sana kemari bukan bertujuan untuk melarikan diri, melainkan untuk mengacaukan formasi mereka dan mencari pemain yang terpisah dari kelompok.
Formasi? Sebenarnya apakah ada konsep seperti itu? Orang-orang ini sendiri tidak menyadarinya, mereka hanya mengejar lokasi lawan sesuai keinginan masing-masing. Bagaimana mungkin lawan bisa menemukan pola dalam kekacauan seperti ini? Ini membuat semua orang merasa sangat tak terduga.
"Teman-teman..." Gu Yin sebagai ketua guild berbicara seperti pemimpin, "Situasi saat ini cukup berbahaya. Sepuluh Bro yang sudah gugur, saya yakin tidak ada yang menganggap mereka kalah dalam hal teknik kan?"
Semua terdiam.
"Awalnya kita 32 orang, sekarang tinggal 22! Saat jumlah kita lebih banyak pun lawan bisa melakukan ini, apalagi sekarang. Kita tidak boleh terus begini. Kekacauan kita memberi celah bagi lawan. Menurutku kita harus bertindak sebagai kesatuan yang terkoordinasi." Gu Yin yang pernah marah besar karena Jun Moxiao ini justru tetap rasional. Menganalisis situasi dengan dingin, menilai kekuatan lawan. Ucapannya sopan dan masuk akal, tanpa kesan menggurui sebagai ketua guild. Dia jelas paham bahwa bagi kebanyakan orang disini, statusnya tidak berarti apa-apa.
"Benar juga..." Ada yang mulai mendukung.
"Bagaimana jika kita beraktivitas dalam tim berdasarkan guild masing-masing? Saya sarankan setiap tim minimal 4 orang." Kata Gu Yin.
Gagasan Gu Yin sudah jelas mempertimbangkan kondisi nyata. Saat ini, mereka terdiri dari lima guild campuran. Mayoritas masih memiliki sisa 4-5 orang, tidak perlu pusing memikirkan pembagian kelompok.
"Setiap tim kecil menjaga komunikasi intensif, terus laporkan posisi kalian ke dalam tim secara real-time, bagaimana?" kata Gu Yin.
Seberapa kacau operasi pengejaran mereka? 32 orang awalnya bahkan tidak dalam satu tim, masing-masing guild membentuk tim sendiri. Dalam pertempuran kacau, bisa terjadi serangan salah sasaran.
Di bawah tekanan, akhirnya semua guild merendahkan ego dan membentuk kerja sama yang solid. Setelah usulan Gu Yin, mereka membentuk tim besar. Setiap tim bergabung ke dalam tim besar, sehingga bisa berbagi info lewat channel tim. Kejeniusan Gu Yin terletak pada tidak memaksakan diri sebagai pemimpin komando, tapi hanya bertindak sebagai pemberi saran. Hal ini membuat proposalnya lebih mudah diterima.
Setelah pembentukan tim, Gu Yin melanjutkan saran: "Mari kita kepung dari arah yang terkoordinasi! Jika berhasil mengusir mereka dari hutan, itu akan sangat menguntungkan. Keterbatasan visibilitas di hutan adalah penyebab utama kelincahan mereka yang seperti dewa."
Para pemain yang menyetujui saran tersebut membagi diri menjadi lima tim membentuk formasi kipas, memastikan pengamatan area dan kontrol selama pengepungan. Arah yang dituju tentu ke lokasi terakhir Jun Moxiao dan Liu Mu muncul. Sekalipun ahli, kecepatan gerak mereka tetaplah data statis. Mustahil mereka bisa teleportasi instan ke tempat lain secepat itu.
"Mereka mengubah strategi." Liu Mu milik Huang Shaotian yang bersembunyi di dekat sana langsung menyadari perubahan taktik para pemain.
“Bukan mengubah strategi, tapi baru punya strategi.” Ye Xiu membetulkan Huang Shaotian. Jun Moxiao miliknya tentu juga berada di sekitar.
“Minimal empat orang per tim, jarak antar tim tidak terlalu jauh, area kontrol sangat luas... Jika terus menghindar, kita akan terdesak keluar hutan. Tapi untuk empat orang... Sepertinya kita perlu bergabung menyerang.” Huang Shaotian berkata.
“Bahkan jika bergabung, belum tentu bisa berhasil sebelum bala bantuan musuh datang.” Ye Xiu berkata.
“Atau kamu harus melihat tim yang ini.” Huang Shaotian berkata.
“Kenapa?” Ye Xiu bertanya.
“Tiga kelas cloth armor dan satu leather armor, posisi di sayap. Bantuan tercepat untuk mereka hanya satu tim saja.” Huang Shaotian menjelaskan.
Cloth armor berarti pertahanan terendah, kelas leather armor hanya sedikit lebih kuat. Di hadapan serangan fisik, kelas-kelas ini jelas akan kehilangan HP lebih cepat. Dari lima tim musuh, tiga tim di posisi tengah jelas bisa mendapat bantuan cepat dari tim kiri dan kanan. Tapi dua tim di sayap masing-masing hanya bisa mendapat bantuan tercepat dari satu tim.
“Mungkin tidak bisa menghabisi semua, tapi menurutku membunuh 2-3 orang tidak masalah.” Huang Shaotian berkata.
“Lalu buang waktu apa lagi, posisi!”
Huang Shaotian mengirim koordinat. Jun Moxiao milik Ye Xiu segera menuju ke area yang dia amati. Kedua karakter mereka yang biasanya beraktivitas terpisah, kali ini jarang bertemu.
“Kepalaku agak pusing.” Ujar Huang Shaotian setelah bertemu.
“Bicara sampai otakmu kekurangan oksigen, kamu benar-benar talenta.” Ye Xiu menanggapi.
“Keputusan liga untuk tidak membuka voice chat saat pertandingan itu benar... Kalau satu pertandingan penuh teriakan seperti ini, sangat tidak baik untuk kesehatan!” keluh Huang Shaotian.
“Tenang, tidak ada yang akan sebanyak omongannya seperti kamu,” kata Ye Xiu.
“Aku memutuskan akan mencatat rekor gelembung teks nanti,” ujar Huang Shaotian.
“Jangan halangi pandanganku,” sahut Ye Xiu.
“Mereka datang!”
“Serang dari kanan!”
“Ayo bergerak...”
Kedua karakter itu maju menyerbu.
